Lapsus Katarak
Lapsus Katarak
JAKARTA
LAPORAN KASUS
KATARAK SENILIS STADIUM MATUR PADA OKULAR
DEXTRA SINISTRA
Diajukan Kepada :
Pembimbing : dr. Retno Wahyuningsih, Sp. M
Disusun Oleh :
Dessy Krissyena
1320221128
Disusun Oleh:
Dessy Krissyena
1320221128
Tanda Tangan
.......................
Tanggal
.............................
Mengesahkan:
Koordinator Kepaniteraan Ilmu Mata
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas
terselesaikannya penulisan laporan kasus ini. Penyusun mendapatkan tugas untuk
membuat laporan kasus yang berjudul Katarak Senilis Stadium Matur pada
Okular Dextra Sinistra. Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih memiliki
kekurangan. Penulis berterimakasih kepada :
1. dr. Retno Wahyuningsih, Sp.M selaku konsulen sekaligus pembimbing laporan
kasus ini.
2. Orang tua penulis yang telah memberikan motivasi kepada penulis hingga
terselesaikannya laporan kasus ini.
3. Bapak Sinuk yang memberikan dukungan dan waktu dalam membantu penulis.
4. Teman-teman coass Ilmu Mata yang telah memberikan motivasi kepada penulis.
Serta seluruh pihak bersangkutan yang tidak dapat diucapkan satu persatu,
penulis mengucapkan terimakasih.
Penulis meminta maaf jika terdapat kesalahan dalam penulisan referat ini.
Penulis berharap, referat ini akan berguna bagi pembaca dan akademis.
Jakarta,
Oktober 2014
Dessy Krissyena
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.........................................................................................
KATA PENGANTAR...................................................................................................
DAFTAR ISI.................................................................................................................
BAB
LAPORAN KASUS......................................................................................................
I.1. IDENTITAS PASIEN.......................................................................................
I.2 ANAMNESIS....................................................................................................
I.3 PEMERIKSAAN FISIK...................................................................................
1.4 RESUME............................................................................................................
I.5 DIAGNOSIS......................................................................................................
1.6 USULAN PEMERIKSAAN.............................................................................
I.7 PENATALAKSANAAN...................................................................................
I.7 PROGNOSIS.....................................................................................................
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................................
II.1 ANATOMI DAN FISIOLOGI MATA.............................................................
II.2 ANATOMI DAN HISTOLOGI LENSA........................................................
II.3 FISIOLOGI LENSA.......................................................................................
II.4 KATARAK.......................................................................................................
II.5 KATARAK SENILIS......................................................................................
BAB III
ANALISA KASUS..................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................
BAB I
LAPORAN KASUS
: Ny. S
Agama
: Islam
Tanggal Lahir
: 3 Agustus 1936
Umur
: 78 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Pekerjaan
Status
: Menikah
Pendidikan
: SD
Tgl Pemeriksaan
No. RM
: 052114
I.2. Anamnesis
Teknik Anamnesis
Keluhan Utama
Riwayat Alergi
Disangkal
Tidak ada dari keluarga pasien yang mengeluhkan gejala yang sama
dengan pasien.
I.3. Pemeriksaan Fisik
Kesadaran
: Compos Mentis
: TD
: 160/90
Status Oftalmologi
I.3.1. Inspeksi
No
Pemeriksaan
1/300
LP : baik
WP : baik
Gerakan bola mata
Supercilia
Cilia
Palpebra Superior
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
Sumbatan (-)
Sumbatan (-)
Visus
3
4
5
OS
1/300
LP : baik
WP : baik
Gerakan bola mata
OD
Palpebra Inferior
Kojungtiva :
-Injeksi Konjuntiva
-Injeksi siliar
-Pertumbuhan
fibrovaskular
Aparatus Lakrimalis
Kornea :
-Kejernihan
-Infiltrat
-Sikatrik
Iris
10
Pupil
Jernih
(-)
(-)
Jernih
(-)
(-)
Jernih, kedalaman
Jernih, kedalaman
11
Lensa
I.3.2. Tonometri
OD
: 6/5.5
OS
: 6/5.5
OD
OS
I.4. Resume
Ny. S, 78 tahun. Pasien mengeluh kedua matanya tidak dapat melihat.
Awalnya penglihatan kabur seperti berkabut serta mengganggu kegiatan seharihari, lama-kelamaan pasien tidak dapat melihat lagi. Keluhan nyeri (-), mata
merah (-), mata kotor (-), sakit kepala (-), air mata berlebih (-). Riwayat
Hipertensi tidak tahu, DM tidak tahu. Hasil pemeriksaan :
Pemeriksaan
Visus
Lensa
Oculi Dextra
1/300
Oculi Sinistra
1/300
LP : baik
LP : baik
WP : baik
Keruh (putih) seluruh
WP : baik
Keruh (putih) seluruh
lensa,
Iris Shadow (-)
lensa,
Iris Shadow (-)
I.5. Diagnosis
Katarak senilis stadium matur pada oculi dextra et sinistra
I.6. Usulan Pemeriksaan
Funduskopi
Pemeriksaan Gula Darah Sewaktu, HbsAg
I.7. Penatalaksanaan
Operasi
a) Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsular (EKEK)
7
I.8. Prognosis
a) Quo ad vitam
: dubia
b) Quo ad sanationam
: bonam
c) Quo ad functionam
: bonam
d) Quo ad cosmeticam
: bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Mata Normal
II. 1. Anatomi dan Fisiologi Mata1,2
Bola mata memiliki 3 lapisan. Bola mata memiliki 3 lapisan. Dari
permukaan luar, terdapat lapisan fibrosa, yang terdiri dari sklera di belakang
dan kornea di bagian depan. Lapisan kedua yaitu lapisan berpigmen dan
vaskular, yang terdiri dari koroid, korpus siliaris, dan iris. Lapisan ketiga
yaitu lapisan neural yang dikenal sebagai retina. Bola mata orang dewasa
normal hampir mendekati bulat, dengan diameter anteroposterior sekitar 24, 5
mm.
a. Konjungtiva
Merupakan membran mukosa yang transparan dan tipis yang
membungkus
permukaan
posterior
kelopak
mata
(konjungtiva
(miosis) dan
10
II. 2.
terletak di antara iris dan badan kaca. Lensa memiliki ukuran diameter 9-10
mm dengan ketebalan 3,5 mm 5 mm. Di belakang iris, lensa terfiksasi pada
serat zonula yang berasal dari badan siliar. Serat zonula tersebut menempel dan
menyatu dengan lensa pada bagian anterior dan posterior dari kapsul lensa.
Kapsul merupakan membran dasar yang melindungi nukleus, korteks, dan
epitel lensa. Permukaan anterior dan posterior lensa memiliki beda
kelengkungan,
dimana
permukaan
anterior
lensa
lebih
melengkung
11
Serat lensa merupakan hasil dari proliferasi epitel anterior. Serat lensa
yang matur adalah serat lensa yang telah keihlangan nucleus, dan
membentuk korteks dari lensa. Serat-serat yang sudah tua akan terdesak
oleh serat lensa yang baru dibentuk ke tengah lensa.
4. Ligamentum
zinnii)
Secara
suspensorium (Zonulla
kasar,
ligamentun
suspensorium
12
kuat. Terjadinya akomodasi dipersarafi ole saraf simpatik cabang nervus III.
Pada penuaan, kemampuan akomodasi akan berkurang secara klinis oleh
karena terjadinya kekakuan pada nukelus.
Perubahan yang terjadi pada saat akomodasi sebagai berikut:
II.4.
Katarak
,4,6,7
1. Definisi
Katarak merupakan abnormalitas pada lensa mata berupa kekeruhan lensa
yang menyebabkan tajam penglihatan penderita berkurang. Katarak lebih
sering dijumpai pada orang tua, dan merupakan penyebab kebutaan nomor 1 di
seluruh dunia. Kata katarak berasal dari Yunani katarraktes yang berarti air
terjun. Katarak sendiri sebenarnya merupakan kekeruhan pada lensa akibat
hidrasi atau denaturasi protein sehingga memberikan gambaran area berawan
atau putih.
2. Epidemiologi
Lebih dari 90% kejadian katarak merupakan katarak senilis. 20-40% orang
usia 60 tahun ke atas mengalami penurunan ketajaman penglihatan akibat
kekeruhan lensa. Sedangkan pada usia 80 tahun ketas insidensinya mencapai
60-80%. Prevalensi katarak congenital pada negara maju berkisar 2-4 setiap
10000 kelahiran. Frekuensi katarak laki-laki dan perempuan sama besar. Di
seluruh dunia, 20 juta orang mengalami kebutaan akibat katarak.
3. Etiologi dan Faktor Risiko
Penyebab tersering dari katarak adalah proses degenerasi, yang
menyebabkan lensa mata menjadi keras dan keruh. Pengeruhan lensa dapat
dipercepat oleh faktor risiko seperti merokok, paparan sinar UV yang tinggi,
alkohol, defisiensi vit E, radang menahun dalam bola mata, dan polusi asap
motor/pabrik yang mengandung timbal.
13
Cedera pada mata seperti pukulan keras, tusukan benda, panas yang tinggi,
dan trauma kimia dapat merusak lensa sehingga menimbulkan gejala seperti
katarak.
Katarak juga dapat terjadi pada bayi dan anak-anak, disebut sebagai
katarak congenital. Katarak congenital terjadi akibat adanya peradangan/infeksi
ketika hamil, atau penyebab lainnya. Katarak juga dapat terjadi sebagai
komplikasi penyakit infeksi dan metabolic lainnya seperti diabetes mellitus.
4. Patofisiologi
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya
transparansi.
memaenjang dari badan silier ke sekitar daerah di luar lensa. Perubahan kimia
dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan
pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori
menyebutkan terputusnya protein lensa normal disertai influks air ke dalam
lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu
transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran
dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan
bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita
katarak.
5. Klasifikasi
Morfologi
Maturitas
Onset
Kapsular
Insipien
Kongenital
Subkapsular
Intumesen
Infantile
Kortikal
Immatur
Juvenile
Supranuklear
Matur
Presenile
Nuklear
Hipermatur
Senile
Polar
Morgagni
II.5.
Katarak Senilis
1. Definisi dan Epidimiologi
Katarak senilis merupakan tipe katarak didapat yang timbul karena proses
degeneratif dan umum terjadi pada pasien di atas 50 tahun. Pada usia 70 tahun,
lebih dair 90% individu mengalami katarak senilis. Umumnya mengenai kedua
mata dengan salah satu mata terkena lebih dulu.
14
15
Terjadi
demarkasi
dari
serat
kortikal
akibat
hidrasi.
Tahap
ini
hanya dapat
diperhatikan
(kupuliform).
Katarak imatur
Kekeruhan pada katarak imatur belum mengenai seluruh bagian lensa.
Volume lensa dapat bertambah akibat meningkatnya tekanan osmotik,
16
Terjadi proses sklerotik dari nukleus lensa. hal ini menyebabkan lensa
menjadi keras dan kehilangan daya akomodasi.
Maturasi pada katarak senilis nuklear terjadi melalui proses sklerotik,
dimana lensa kehilangan daya elastisitas dan keras, yang mengakibatkan
menurunnya kemampuan akomodasi lensa, dan terjadi obtruksi sinar cahaya
yang melewati lensa mata. Maturasi dimulai dari sentral menuju perifer.
Perubahan warna terjadi akibat adanya deposit pigmen. Sering terlihat
gambaran nukleus berwarna coklat (katarak brunesens) atau hitam (katarak
nigra) akibat deposit pigmen dan jarang berwarna merah (katarak rubra).
3. Manifestasi Klinis
Manifestasi dari gejala yang dirasakan oleh pasien penderita katarak terjadi
secara progresif dan merupakan proses yang kronis. Gangguan penglihatan
bervariasi, tergantung pada jenis dari katarak yang diderita pasien.
Gejala pada penderita katarak adalah sebagai berikut:
1. Penurunan visus
2. Silau
3. Perubahan miopik
4. Diplopia monocular
5. Halo bewarna
6. Bintik hitam di depan mata
Tanda pada penderita katarak adalah sebagai berikut:
1. Pemeriksaan visus berkisar antara 6/9 sampai hanya persepsi cahaya
2. Pemeriksaan iluminasi oblik
3. Shadow test
4. Oftalmoskopi direk
5. Pemeriksaan sit lamp
Derajat kekerasan nukleus dapat dilihat pada slit lamp sebagai berikut.
17
4. Diagnosa
Diagnosa katarak senilis dapat dibuat dari hasil anamnesis dan
pemeriksaan fisik. Pemeriksaan laboratorium preoperasi dilakukan untuk
mendeteksi adanya penyakit-penyakit yang menyertai, seperti DM, hipertensi,
dan kelainan jantung.
Pada pasien katarak sebaiknya dilakukan pemeriksaan visus untuk
mengetahui kemampuan melihat pasien. Visus pasien dengan katarak
subcapsuler posterior dapat membaik dengan dilatasi pupil. Pemeriksaan
adneksa okuler dan struktur intraokuler dapat memberikan petunjuk terhadap
penyakit pasien dan prognosis penglihatannya.
Pemeriksaan slit lamp tidak hanya difokuskan untuk evaluasi opasitas
lensa tetapi dapat juga struktur okuler lain, misalnya konjungtiva, kornea, iris,
bilik mata depan. Ketebalan kornea harus diperiksa dengan hati-hati, gambaran
lensa harus dicatat dengan teliti sebelum dan sesudah pemberian dilator pupil,
posisi lensa dan intergritas dari serat zonular juga dapat diperiksa sebab
subluksasi lensa dapat mengidentifikasi adanya trauma mata sebelumnya,
kelainan metabolik,
19
20
Gambar.
Phacoemulsification
Phakoemulsifikasi (phaco) adalah teknik untuk membongkar dan
memindahkan kristal lensa. Pada teknik ini diperlukan irisan yang sangat
kecil (sekitar 2-3mm) di kornea. Getaran ultrasonic akan digunakan untuk
menghancurkan katarak, selanjutnya mesin PHACO akan menyedot massa
katarak yang telah hancur sampai bersih. Sebuah lensa Intra Okular yang
dapat dilipat dimasukkan melalui irisan tersebut. Karena incisi yang kecil
maka tidak diperlukan jahitan, akan pulih dengan sendirinya, yang
memungkinkan pasien dapat dengan cepat kembali melakukan aktivitas
sehari-hari.Tehnik ini bermanfaat pada katarak kongenital, traumatik, dan
kebanyakan katarak senilis.
Gambar. Phacoemulsification. 11
4. Small Incision Cataract Surgery (SICS)
Teknik ini merupakan bagian dari EKEK dengan irisan yang lebih kecil
sehingga hampir tidak perlu dijahit. Keuntungan metode ini adalah
penyembuhan ebih cepat dan resiko astigmatisme minimal.12
21
Gambar. SICS
BAB III
ANALISA KASUS
Identifikasi masalah
III.1. SUBJEKTIF (S)
Ny. S, 78 tahun. Pasien mengeluh kedua matanya tidak dapat melihat.
Awalnya penglihatan kabur seperti berkabut serta mengganggu kegiatan
sehari-hari, lama-kelamaan pasien tidak dapat melihat lagi. Keluhan nyeri (-),
mata merah (-), mata kotor (-), sakit kepala (-), air mata berlebih (-). Riwayat
Hipertensi tidak tahu, DM tidak tahu.
Pasien Ny.S dengan usia 78 tahun berarti katarak yang terjadi pada
usia lanjut, sehingga jenis katarak tersebut adalah katarak senilis.
Katarak senilis merupakan tipe katarak didapat yang timbul karena
proses degeneratif dan umum terjadi pada pasien di atas 50 tahun.
22
Oculi Dextra
Keruh (putih) seluruh
Oculi Sinistra
Keruh (putih) seluruh
Lensa
Camera Okuli
lensa,
Iris Shadow (-)
Jernih, kedalaman cukup,
lensa,
Iris Shadow (-)
Jernih, kedalaman
Anterior
hifema (-)
Pemeriksaan Visus
Pemeriksaan
Visus
Oculi Dextra
1/300
Oculi Sinistra
1/300
LP : baik
LP : baik
WP : baik
WP : baik
Hasil visus 1/300 berarti orang normal dapat melihat gerakan atau
lambaian tangan pada jarak 300 meter tetapi pasien ini hanya dapat
melihat lambaian tangan pada jarak 1 meter. Light projection baik dan
23
tetes mata Midriacyl. Untuk itu dilakukan pemeriksaan tekanan bola mata
III.3.
Katarak senilis merupakan tipe katarak didapat yang timbul karena proses
degeneratif dan umum terjadi pada pasien di atas 50 tahun, dengan stadium
matur karena kekeruhan terdapat pada seluruh bagian lensa.
III.4.
PLANNING (P)
Penatalaksanaan yang akan diberikan pada pasien ini adalah pembedahan
DAFTAR PUSTAKA
1. Pascolini D, Mariotti SP. 2010. Global estimates of visual impairment:. BR J
Ophthalmol.
2. Eva PR, Whitcher JP. 2007. Vaughan & Asburys General Ophthalmology. 17th ed.
USA : Mc Graw-Hill.
3. Scanlon VC, Sanders T. Indra. In. : Komalasari R, Subekti NB, Hani A, editors. Buku
Ajar Anatomi dan Fisiologi. 3rd ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2007.
4. Kanski JJ, Bowling B. Clinical Ophthalmology : A Systemic Approach. 7th ed. China:
Elsevier : 2011. (e-book)
5. Guyton AC, Hall EH. Textbook of Medical Physiology. 11th ed. Philadelphia : W.B.
Saunders Company ; 2006.
6. Illyas S. 2010. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke-3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
7. Ocampo VVD. 2009. Cataract, Senile : Differential Diagnosis and Workup. [Diakses
dari http://emedicine.medscape.com/article/1210914-overview]
8. Types of Cataracts. [Diakses dari : http://www.mediese.co/images/m39.jpg]
24
9. Evolution
of
Cataract
Surgery.
[Diakses
http://www.tamilnadutourism.org/medicaltourism/images/cataract4.jpg]
10. Extra
Capsular
Cataract
Extraction.
[Diakses
dari
dari
http://www.surgeryencyclopedia.com/images/gesu_01_img0084.jpg]
11. Phacoemulsification.
[Diakses
dari
http://www.surgeryencyclopedia.com/images/gesu_03_img0177.jpg]
12. Gurung R, Hennig A. 2008. Small incision cataract surgery: tips for
avoiding surgical complication. Community Eye Health Journal Vol.21
p.4-5.
[Diakses
dari
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2377379/pdf/jceh_21_65_
004.pdf]
25