Kelompok 6
BAB I
PENDAHULUAN
2.1. Latar Belakang Masalah
Pengecoran adalah suatu proses manufaktur yang menggunakan
logam cair dan cetakan untuk menghasilkan parts dengan bentuk yang
mendekati bentuk geometri akhir produk jadi. Logam cair akan dituangkan
atau ditekan ke dalam cetakan yang memiliki rongga sesuai dengan bentuk
yang diinginkan. Setelah logam cair memenuhi rongga dan kembali ke
bentuk padat, selanjutnya cetakan disingkirkan dan hasil cor dapat
digunakan untuk proses sekunder.
Praktikum
Teknik
Peleburan
dan
Pembekuan
Logam
ini
Kelompok 6
Jurusan
Fakultas
Universitas
Kelompok 6
3.
inti.
MODUL 2 PENGUJIAN PASIR
Bab ini berisikan tujuan praktikum, teori dasar, metodelogi praktikum,
4.
logam.
5. MODUL 4 ANALISA CACAT CORAN
Bab ini berisikan tujuan praktikum, teori dasar, metodelogi praktikum,
data pembahasan dan kesimpulan modul IV analisa cacat coran.
BAB II
PEMBUATAN CETAKAN DAN INTI
2.1 Tujuan
Mengetahui bagaimana cara membuat cetakan
Mengetahui apa saja yang harus disiapkan pada proses pembuatan cetakan
2.2 Teori Dasar
Proses pengecoran meliputi: pembuatan cetakan, persiapan dan
peleburan logam, penuangan logam cair ke dalam cetakan, pembersihan
coran dan proses daur ulang pasir cetakan. Produk pengecoran disebut coran
atau benda cor. Berat coran itu sendiri berbeda, mulai dari beberapa ratus
gram sampai beberapa ton dengan komposisi yang berbeda, mulai dari
Laboratorium Teknik Produksi TA 2014/2015
Kelompok 6
beberapa ratus gram sampai beberapa ton dengan komposisi yang berbeda
dan hampir semua logam atau paduan dapat dilebur dan dicor.
Pembuatan cetakan merupakan salah satu tahapan proses yang penting
dalam proses pengecoran
kegiatan untuk mendapatkan rongga cetak kemudian siap untuk diisi logam
cair. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam perencanaan cetakan adalah
sebagai berikut :
Transformasi gambar produk menjadi gambar pola.
Perencanaan sistem saluran (Gating System) : Sprue, Down Sprue, Base
Sprue, Runner, Ingate dan Riser.
Penentuan bahan pola dan proses pembuatan pola.
Penentuan bahan cetakan dan proses pembuatan cetakan.
Menurut jenis cetakan yang digunakan proses pengecoran dapat
diklasifikan menjadi dua kategori :
1. Pengecoran dengan cetakan sekali pakai.
2. Pengecoran dengan cetakan permanen.
Pada proses pengecoran dengan cetakan sekali pakai, untuk
mengeluarkan produk corannya cetakan harus dihancurkan. Jadi selalu
dibutuhkan cetakan yang baru untuk setiap pengecoran baru, sehingga laju
proses pengecoran akan memakan waktu yang relatif lama. Tetapi untuk
beberapa bentuk geometri benda cor tersebut, cetakan pasir dapat
menghasilkan coran dengan laju 400 suku cadang
perjam atau lebih.
Pada proses cetakan permanen, cetakan biasanya di buat dari bahan
logam, sehingga dapat digunakan berulang-ulang. Dengan demikian laju
proses pengecoran lebih cepat dibanding dengan menggunakan cetakan
sekali pakai, tetapi logam coran yang digunakan harus mempunyai titik
lebur yang lebih rendah dari pada titik lebur logam cetakan.
Cetakan diklasifikasikan berdasarkan bahan yang digunakan:
1. Cetakan pasir basah (green-sand molds). Cetakan dibuat dari pasir cetak
basah.
2. Cetakan kulit kering (Skin dried mold)
3. Cetakan pasir kering (Dry-sand molds) Cetakan dibuat dari pasir yang
kasar dengan bahan pengikat
4. Cetakan lempung (Loan molds)
Laboratorium Teknik Produksi TA 2014/2015
Kelompok 6
pembuatan
cetakan
yang
dilakukan
di
pabrik-pabrik
Kelompok 6
Dapat mencetak benda cor dari ukuran kecil sampai dengan ukuran
besar;
Jumlah produksi dari satu sampai jutaan.
Sifat Fisik Cetakan
Sifat fisik pada cetakan sangat berpengaruh pada hasil produk cor,
Oleh karena itu, ketika pembuatan cetakan dari pasir, maka pasir cetak harus
memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
1.
2.
Kuat
Tahan terhadap tekanan dan berat logam cair yang akan dituang ke
dalam cetakan dan tidak mudah ambruk bila dipindahkan
Memiliki permeabilitas yang baik
Cetakan mudah melewatkan gas dari dalam cetakan atau yang
terlarut dalam logam cair sehingga cacat tuangan akibat gas dapat
dikurangi atau dihindari
Kelompok 6
7.
Bench life
Merupakan kemampuan untuk mempertahankan sifat sifat
selama proses penuangan dan penyimpanan
8.
Kelompok 6
Kelompok 6
kemampuan
cetakan
untuk
membebaskan udara panas dan gas dari dalam cetakan selama operasi
pengecoran melalui celah-celah pasir cetak.
3.
Stabilitas termal, kemampuan
permukaan
4.
rongga
cetak
untuk
menahan
pasir
pada
keretakan
dan
5.
Kelemahan :
Kelompok 6
medium.
10
Kelompok 6
Jenis-jenis pola :
1.
2.
3.
Match-piate pattern
Jenis ini popular yang digunakan di industri. Pola terpasang jadi satu
dengan suatu bidang datar dimana dua buah pola atas dan bawah dipasang
berlawanan arah pada suatu pelat datar. Jenis pola ini sering digunakan
bersama-sama dengan mesin pembuatan cetakan dan dapat menghasilkan
laju produksi yang tinggi untuk produk-produk kecil.
Inti
Untuk produk cor yang memiliki lubang/rongga seperti pada blok mesin
kendaraan atau katup-katup biasanya diperlukan inti. Inti ditempatkan dalam
11
Kelompok 6
12
Kelompok 6
Setelah proses perancangan produk cor yang menghasilkan gambar teknik produk
(a) dilanjutkan dengan tahapan-tahapan berikutnya :
b. Menyiapkan bidang dasar datar atau pelat datar dan meletakan pola atas
(cope) yang sudah ada dudukan inti dipermukaan pelat datar tadi.
c. Seperti pada langkah c, untuk cetakan bagian bawah (drag) beserta
sistem saluran.
d. Menyiapkan koak inti (untuk pembuatan inti)
e. Inti yang telah jadi disatukan (inti yang dibuat berupa inti setengah atau
paroan inti)
f. Pola atas yang ada dipermukaan pelat datar ditutupi oleh rangka cetak atas
(cope) dan ditambahkan system saluran seperti saluran masuk dan saluran
tambahan (riser). Selanjutnya diisi dengan pasir cetak.
g. Setelah diisi pasir cetak dan dipadatkan, pola dan system saluran dilepaskan
dari cetakan
Laboratorium Teknik Produksi TA 2014/2015
13
Kelompok 6
h. Giliran drag diisi pasir cetak setelah menempatkan rangka cetak diatas pola
dan pelat datar.
i. Setelah disi pasir cetak dan dipadatkan, pola dilepaskan dari cetakan
j. Inti ditempatkan pada dudukan inti yang ada pada drag.
k. Cope dipasangkan pada drag dan dikunci kemudian dituangkan logam cair.
l. Setelah membeku dan dingin, cetakan dibongkar dan produk cor dibersihkan
dari sisa-sisa pasir cetakan.
m. Sistem saluran dihilangkan dari produk cor dengan berbagai metoda dan
produk cor siap untuk diperlakukan lebih lanjut.
Dalam teknik pengecoran logam fluiditas tidak diartikan sebagai kebalikan dari
viskositas, akan tetapi berarti kemampuan logam cair untuk mengisi ruang-ruang
dalam rongga cetak. Fluiditas tidak dapat dikaitkan secara langsung dengan sifatsifat fisik secara individu, karena besaran ini diperoleh dari pengujian yang
merupakan karakteristik rata-rata dari bebrapa sifat-sifat fisik dari logam cair.
Ada dua faktor yang mempengaruhi fluiditas logam cair, yaitu temperatur dan
komposisi unsur. Temperatur penuangan secara teoritis harus sama atau diatas
garis liquidus. Jika temperatur penuangan lebih rendah, kemungkinan besar terjadi
solidifikasi didalam gating sistem dan rongga cetakan tidak terisi penuh. Cacat ini
disebut juga dengan nama misrun. Cacat lain yang bisa terjadi jika temperatur
penuangan terlalu rendah adalah laps dan seams. Yaitu benda cor yang dihasilkan
seakan-akan membentuk alur-alur aliran kontinu logam yang masuk kedalam
rongga cetak, dimana alur satu dengan alur lai berdampingan daya ikatannya tidak
begitu baik. Jika temperatur penuangan terlalu tinggi pasir yang terdapat pada
dinding gating sistem dan rongga cetakan mudah lepas sewaktu bersentuhan
dengan logam cair dan permukaanya menjadi kasar. Terjadi reaksi yang cepat
antara logam tuang, dengan zat padat, cair dan gas diadalam rongga cetakan. Dari
pengujian ini dapat dicari daerah temperatur penuangan yang menghasilkan
produk dengan cacat yang seminim mungkin.
Laboratorium Teknik Produksi TA 2014/2015
14
Kelompok 6
2.
3.
4.
Permukaan mulus
5.
6.
7.
Kerugiannya adalah :
1.
2.
Pola lebih mudah rusak, oleh karena itu memerlukan penangangan yang
lebih sederhana.
3.
4.
15
Kelompok 6
Skema Proses
2.3.2
1.
2.
3.
: 10 %
Air
:4%
Gula tetes
:2%
16
4.
Kelompok 6
5.
6.
7.
8.
2.4 Alat dan Bahan
2.4.1 Alat
- Gergaji kayu
- Gergaji besi
- Penggaris 30 cm
- Meteran
- Spidol
- Palu karet & Palu besi
- Kalkulator
- Penumbuk pasir
- Mesin gerinda
- Gergaji Mesin
- Pengayak Pasir
2.4.2
-
Bahan
Papan Kayu
Lem Kayu
Paku
Mengambil kesimpulan
- Gelas beker
- Timbangan digital
- Timbangan manual
- Mesin Mixer
- Sekop kecil
- Peralatan safety
- Kikir
- Bor listrik
- Ragum
17
Talk
Kertas Amplas
Kelompok 6
- Gula tetes
- Air
Pengolahan Data
Ukuran drag dan cope
Panjang
: 30 cm
Lebar
: 26 cm
Tinggi
: 15 cm
Volume drag dan cope
V = p x l x t = 30 x 26 x 15 = 11700 cm3
Vdrag : 11700 cm3
Vcope : 11700 cm3
Pasir yang dibutukan
Drag : 11700 x 2.65 = 31005 gram 31.005 kg
Cope : 11700 x 2.65 = 31005 gram 31.005 kg
a. Pasir silica (84%)
Pasir baru (60%) = 52,0842 x (75/100) = 31,25052 kg
Pasir bekas (40%) = 52,0842 x (75/100) =20,83368 kg
b. Bentonit (10%)
c. Air (4%)
d. Gula tetes (2%)
18
Kelompok 6
yang digunakan untuk membuat rangka cetak adalah kayu, alasan penggunaan
bahan ini adalah mudah dalam pembuatannya, bahannya mudah didapat dan
harganya pun murah. Kegiatan kegiatan yang dilakukan dalam perencanaan
cetakan adalah transformasi gambar produk menjadi gambar pola,
perencanaan gating system (sprue, down sprue, base sprue, runner, ingate dan
riser), penentuan bahan pola dan proses pembuatan pola, dan yang terakhir
yaitu penentuan bahan cetakan dan proses pembuatan cetakan.
Pasir yang digunakan dalam pratikum adalah pasir green sand atau
cetakan basah, alasan penggunaan pasir ini adalah mudah pembuatannya,
dapat langsung dipakai setelah selesai dibuat, kemudian biayanya relatif
murah. Hal pertama yang dilakukan adalah pengukuran pola karena
dengan mengetahui ukurannya kita dapat menentukan ukuran dari cetakan
tersebut, rangka cetak dibagi menjadi 2 bagian yaitu cope and drag.
Ukuran dimensi dari rangka cetak cope dan drag yaitu Panjang
: 30 cm, Lebar : 26 cm, Tinggi : 15 cm dan pengunci berbentuk V dengan
ketinggian 30 cm.
Efek dari cope and drag yaitu rentan terjadi tidak presisi ketika
cope and drag disatukan, biasanya terdapat ketimpangan, terdapat celah
atau rongga bila keduanya disatukan. Hal ini akan terlihat ketika cetakan
di isi oleh logam cair yang memiliki suhu tinggi, apabila cetakan terdapat
rongga maka logam cair tersebut akan keluar melalui celah/lubang dan
akan karena bahan yang digunakan adalah kayu maka cetakan nya pun
akan terbakar. Belajar dari pegalaman dari kelompok lain yang mengalami
kegagalan, maka pada saat penuangan logam cair cetakan tersebut diberi
beban pada bagian cope, tujuannya adalah untuk menghindari hal hal
yang tidak di inginkan. Dan hal tersebut terbukti sangat efektif, dibuktikan
dengan hasil dari produk milik kelompok kami yang bagus.
Baban maksimun mesin ini adalah 12 kg sehingga pencampuran
dilakukan beberapa tahap. Tahapan pencampuran yaitu pasir silika
bentonit gula tetes air dilakukan sampai homogen. Komposisi bahan
cetakan adalah campuran antara pasir silika (85%), bentonit 10%, air 4%
dan gula tetes 2%. Pasir silika yang digunakan adalah paduan antara pasir
silika baru dan bekas dengan perbandingan (60:40). Pasir silika yang di
19
Kelompok 6
maksud adalah pasir gunung, pasir pantai dan pasir sungai. Bentonit
berfungsi untuk meningkatkan mampu bentuk dari pasir cetak. Gula tetes
berfungsi sebagai bahan tambahan untuk membantu meningkatkan
kekuatan pasir cetak dan air berfungsi sabagai bahan pengikat untuk
kekuatan pasir.
Setelah pasir selesai di mixing kemudian lakukan penyaringan
untuk mendapatkan pasir yang lebih halus. Pasir yang halus ini biasanya di
tempatkan pada bagian yang bersentuhan langsung dengan permukaan
pola atau dengan ketinggian sekitar 5 cm, namun untuk bagian lainnya
tidak memerlukan pasir yang halus. Proses penumbukan dilakukan secara
bertahap dengan ketinggian tertentu, kemudian tumbuk sampai merata dan
kepadatannya pun merata tujuannya agar kepadatan nya merata. Bagian
pertama yang di beri pasir adalah bagian drag dengan terlebih dahulu di
beri talk atau bedak dengan tujuan pada saat pelepasan produk tidak
menempel sehingga mudah dikeluarkan. Bagian yang ke dua di beri
penumbukan adalah bagian cope dengan terlebih dahulu memasangkan
saluran turun dan cawan tuang diatas permukaan well pada pola dan
permukaan pola ditaburi talk tujuannya sama seperti pada bagian
sebelumnya, ketika pengisian pasir pouring basin harus dipegang agar
tidak berubah posisinya karena proses penumbukan akan menimbulkan
getaran maka pouring basin akan berubah posisinya. Penumbukan harus
dilakukan secara hati hati agar bagian drag tidak hancur.
2.7 Kesimpulan
2.7.1
Kesimpulan
Cetakan pasir basah merupakan cetakan sekali pakai.
Setiap komposisi dan proses yang dilakukan untuk menghasilkan
bagian tertentu dari pembuatan pasir cetak ataupun rangka cetak
setiap titiknya.
Ukuran rangka cetak dilebihkan 5 cm dari ukuran pola, tujuannya
untuk memberikan laju perpindahan panas yang sama pada tiap
dinding
20
Kelompok 6
Ukuran rangka cetak yang dibuat pada cope dan drag Panjang
2.7.2
Saran
Perlu perhitungan yang tepat untuk menetukan bahan cetakan yang
akan digunakan
BAB III
PENGUJIAN PASIR
21
Kelompok 6
3.1 Tujuan
Menentukan kadar air dan kadar lempung pasir cetak.
Untuk mengetahui dan menentukan ukuran kehalusan rata-rata dari pasir
cetak.
Untuk menyatakan angka perbandingan terhadap pasir cetak yang
mempunyai distribusi ukuran sama.
Mengetahui kekuatan dari pasir cetak
3.2 Teori Dasar
Saat ini pasir cetak masih banyak dipakai pada industri-industri
pengecoran. Hal ini dikarenakan pasir cetak memiliki beberapa keunggulan,
antara lain:
1. Mudah didapat dan murah (sebagai faktor ekonomis).
2. Dapat digunakan kembali (dengan catatan harus diganti dengan pasir
barusebanding 20 %).
3. Mempunyai kekuatan yang cukup tinggi
4. Dapat digunakan untuk penuangan benda-benda besar diatas 50 kg
5. Memiliki refraktori dan ketahanan kimia yang baik
Interface antara cairan logam dengan cetakan logam dan cetakan pasir
bahwa penggunaan cetakan pasir juga akan memiliki keuntungan dalam
kontrol laju pendinginan bila dibandingkan dengan penggunaan cetakan
logam konvensional yang cenderung lebih cepat dan dapat menimbulkan
beberapa kerugian pada produk hasil pengecorannya. Berbagai jenis cetakan
diketahui bahwa penggunaan pasir cetak akan membutuhkan modal awal
(untukn die maupun perlengkapan pendukung) dan tenaga kerja yang lebih
sedikit . Walaupun kapasitas produksinya lebih kecil namun,penggunaan
metode sand casting amat cocok untuk industri manufaktur kecil. Karena
keunggulan-keunggulan tersebut maka pasir lebih banyak digunakan untuk
membuat cetakan dibandingkan dengan bahan lainnya (keramik dan logam).
Syarat Pasir Cetak
Pasir cetak yang baik untuk pembuatan cetakan perlu memenuhi persyaratan
berikut ini:
a. Mempunyai sifat mampu bentuk sehingga mudah dalam pembuatan
cetakan dengan kekuatan yang cocok sehingga tidak rusak jika dipindahpindah letaknya dan mampu menahan logam cair saat dituang kedalam
rongga cetak.
Laboratorium Teknik Produksi TA 2014/2015
22
Kelompok 6
terperangkap
didalam
cetakan
akan
mengahasikan
cacat
23
Kelompok 6
Pasir dengan butiran yang bulat baik sebagai bahan pasir cetak,
karena diperlukan jumlah bahan pengikat yang sedikit untuk memperoleh
kekuatan dan permeabilitas tertentu serta memiliki sifat alir yang baik
sekali. Sebaliknya pasir berbutir kristal kurang baik karena ketahanan api
dan permeabilitasnya buruk.
b. Bahan Tambah
Selain pasir sebagai bahan baku jumlahnya banyak dibutuhkan
(sampai 85 %) untuk pembuatan cetakan, juga diperlukan bahan tambah
lainnya seperti tanah liat/lempung dengan ukuran butir antara 0,005 mm
s.d 0,02 mm yang berfungsi sebagai pelekat pasir mencapai maksimum
16%. Bentonit sejenis tanah liat sangat baik sebagai pelekat pasir silika
mencapai 10%.
Biasanya campuran pasir cetak ditambah pula bahan pengikat
tambahan seperti; air (1,5 8 %) , tetes gula (8 10 %), dekstrin/kanji
24
Kelompok 6
(1%), semen (10%), resin (4-7%), dan atau tepung grafit (1%). Tidak
ada ketentuan pasti mengenai komposisi campuran pasir cetak,
dikarenakan banyak variabel lain yang sangat berkaitan satu dan lainnya.
c. Bahan Pengikat
Untuk mengikat butiran pasir cetak satu dengan lainnya digunakan
bahan pengikat Beberapa macam bahan penikat cetakan pasir antara lain:
1. Cetakan pasir dengan pengikat lempung. Jenis lempung yang umum
dipakai adalah bentonit. Komposisi campurannya adalah: Pasir kuarsa,
Bentonit 7,5 9,1 %, Air 3,7 4,5 %. Kadang ditambahkan bahan
khusus seperti bubuk arang, tepung ter, jelaga kokas, atau tepung
grafit sekitar 1 %, agar permukaan benda tuangan menjadi halus dan
pembongkaran mudah. Cetakan pasir ini banyak digunakan pada
industri pengecoran tradisionil, seperti di Ceper, Klaten, Jawa Tengah.
2. Pasir cetak berpengikat semen adalah bahan pasir cetakan yang dapat
mengeras sendiri dengan komposisi: Pasir kuarsa (dapat menggunakan
pasir bekas) 85 88 %, Semen 6 12 %, Air 4 8 %. Dapat pula
ditambahkan bahan pengeras seperti gula tetes atau kalsium khlorida
sebanyak 50 100 % dari jumlah semen. Pasir cetak jenis ini biasanya
digunakan
pada
pembuatan
benda
berukuran
cukup
besar.
25
Kelompok 6
asam
26
Kelompok 6
6. Pasir cetak
berpengikat
resin dengan
metode
kotak panas.
27
Kelompok 6
mudah pecah. Kadar air yang ada dalam pasir cetak akan mempengaruhi
permeabilitas cetakan. Pengaruh kadar air dan kadar lempung pada pasir
cetak dapat dilihat pada gambar 3.4.
Gambar 3.4 Pengaruh kadar air dan kadar lempung terhadap kekuatan pasir cetak
Gambar 3.5 Pengaruh kadar air dan bentonit pada kekuatan pasir cetak
cetakan
dikeringkan.
Hal
ini
diperlukan
untuk
28
Kelompok 6
29
Kelompok 6
30
Kelompok 6
b. Penyampuran pasir
Untuk menjaga kualitas pasir cetak biasanya pasir sisa di
campur dengan pasir baru. Untuk penyampuran pasir ini
digunakan mesin penyampur pasir seperti terlihat pada gambar
3.9.
c. Pengayakan pasir
Pengayakan ini dilakukan untuk memisahkan gumpalangumpalan pasir yang masih tersisa serta kotoran-kotoran yang ada
pada pasir cetak. Mesin pengayak pasir dapat dilihat pada gambar
3.10
31
Kelompok 6
32
Kelompok 6
33
Kelompok 6
c. Uji Permeabilitas.
Kondisi ruang porous antara butir-butir pasir adalah penting
untuk cetakan agar gas-gas dalam cetakan atau yang keluar dari
logam cair dapat melepaskan diri selama penuangan. Uji ini
menggunakan
sampel
yang
masih
berada
di
dalam
34
Kelompok 6
di mana :
P = Nilai permeabilitas pasir
Laboratorium Teknik Produksi TA 2014/2015
35
Kelompok 6
spesimen
dari
pasir cetak
yang
telah
36
Kelompok 6
menggunakan
spesimen
basah,
dan
atau
kondisi
Kadar Air
Distribusi
Besar
Butir
Kekeuatan
(Geser dan
tekan)
Kadar
3.3 Metodologi Praktikum
Lempung
3.3.1 Skema Proses
Lempung
Data
Pengamat
an
Analisa
dan
Laboratorium Teknik Produksi TA 2014/2015
Pembahas
an
Kesimpula
n
37
Kelompok 6
3.3.2
Timbangan digital
Oven
Mesin Pengayak Pasir (Ro-Tap)
Gelas kimia
Pengaduk kaca
Sendok
Kater
Kertas saring
Penggaris
Universal Strength Machine
Timer
38
o
o
o
o
o
o
Kelompok 6
Pasir silica
Bentonit
Air
Gula tetes
NaOH 3%
Alumunium foil
Kekuatan Geser
Tumbuk
Nilai
an
(kg/cm2)
3
5
7
10
1.3
1.45
1.7
1.8
Kekuatan Tekan
Tumbuk
Nilai
an
(kg/cm2)
3
5
7
10
1.45
1.75
3.1
5.9
Pengujian
Ke
1
2
3
4
5
Berat
Waktu
Presentase
(gr)
49,93
49,74
49,72
49,68
49,68
(menit)
40
60
80
95
110
(%)
0,15
0,53
0,57
0,66
0,66
Temperatur
(oC)
125
39
Larutan
Berat (gr)
NaOH 3 %
46,23
Waktu Pemanasan
Kelompok 6
Persentase
Temperatur
(menit)
(%)
(oC)
10
6,94
200
No
Pengayak
1,4
1
0,71
0,5
0,335
0,25
0,18
0,125
0,09
Bag. Dasar
Total
Fraksi Butir
Berat gr
Presentase
(Wn)
(%)
0,42
0,93
0,76
1,69
5,79
12,88
9,91
22,05
11,33
25,21
9,52
21,18
3,52
7,83
3,28
7,29
0,4
0,89
0,06
0,13
44,94
100
Pengali
(Sn)
6
9
15
25
35
45
60
81
118
275
669
Wn x Sn
2,52
6,84
86,85
247,75
396,55
428,4
211,2
265,68
47,2
16,5
1709,49
40
Kelompok 6
% Kadar air =
x 100%
x 100%
= 0,15 %
% Kadar air =
% Kadar air =
x 100%
x 100%
= 0,53%
% Kadar air =
% Kadar air =
x 100%
x 100%
= 0,57 %
% Kadar air =
% Kadar air =
x 100%
x 100%
= 0,66
Perhitungan persen kadar lempung
41
% Kadar air =
% Kadar air =
Kelompok 6
x 100%
x 100%
= 6,94 %
Perhitungan Nomor Kehalusan Butir
GFN =
GFN = (1709,49/44,94)
GFN = 38,039
42
Kelompok 6
geser dimana bila kekuatan geser dari pasir tersebut baik maka terhindar dari erosi
atau kerontokan pasir dan mempermudah saat pembongkaran atau pelepasan
produk dari cetakan.
Pengujian kadar air dimana telah disebutkan kadar air semakin banyak
maka permeabilitasnya kurang baik dan kekuatan berkurang dan semakin rendah
kadar air membuat komponen kurang tercampur, pengujian kadar lempung
dimana telah disebutkan, fungsi dari kadar lempung pada pasir adalah untuk
menambah daya rekat antar pasir tersebut dan nilai dari kadar lempungnya adalah
sebanyak 6,94 %, pengujian distribusi pasir, pengujian distribusi pasir berfungsi
untuk meyeragamkan butir pasir dimana butir pasir yang besar memiliki daya
rekat yang kurang namun permebailitas yang baik dan butir pasir yang kecil
memiliki permebailitas kurang namun daya rekat yang baik untuk itu dilakukan
pengujian distribusi pasir untuk meyeimbangkan dan butir butir pasir tersebut
dimana dinyatakan dengan GFN (Grain Fineness Number) didapat nomor
kehalusan butir sebesar 38,039 nomor kehalusan butir ada hubungannya dengan
permukaan butir dan harga yang besar dari luas permukaan butir berarti pasir
berbutir halus.
cetak.
Kadar air dan kadar lempung yang didapat melebihi nilai optimum.
Kadar air hasil pengujian yaitu 0,66%, hal ini menyatakan bahwa
3.7.2
Saran
43
Kelompok 6
BAB IV
PELEBURAN DAN PEMBEKUAN LOGAM
4.1 Tujuan
Mempelajari cara kerja tungku peleburan krusibel untuk logam-logam non
ferro
Mengetahui cara operasi untuk berbagai proses peleburan dan pengecoran
44
Kelompok 6
45
Kelompok 6
hamper seluruhnya
Penempaan
Pengecoran ulang
Pot
Kontinyu:
Pusher
Balok berjalan
Perapian berjalan
kontinyu
Tungku perapian
ulang
berputar/rotary
heart
furnace
Cara
perpindahan Radiasi (tempat perapian terbuka)
Konveksi (pemanasan melalui media)
panas
Cara
pemanfaatan Rekuperatif
kembali
Limbah panas
Regeneratif
2.
46
Kelompok 6
3.
4.
Jenis-jenis tungku
47
Kelompok 6
48
Kelompok 6
dan aluminium.
system
pembangkit
panas,
dan
alat
pengukur
temperature.
d. Tungku busur listrik (electrical-arc furnance)
Peleburan logam menggunakan tungku ini
dilakukan dengan
menggunakan energy yang berasal dari listrik berupa arc atau busur yang
dapat mencairkan logam. Tungku jenis busur listrik ini biasanya
digunakan untuk proses pengecoran baja.
Dalam jenis tungku ini, bahan baku dilebur dengan panas yang
dihasilkan dari suatu busur listrik. Biasanya menggunakan dua atau tiga
elektrode. Konsumsi daya tinggi, tetapi dapur ini dapat dirancang
49
Kelompok 6
kapasitas lebur tinggi (25 s/d 50 ton/jam) dan biasanya digunakan untuk
pengecoran baja.
50
Kelompok 6
gaya
elektromagnetik
menyebabkan
terjadinya
51
Kelompok 6
kemudian converter diubah posisinya pada posisi vertical dan pada posisi
ini udara bertekanan 140 KN/m2 dihembuskan melalui dasar converter
kedalam besi mentah cair, dengan demikian maka unsur karbon akan
bersenyawa dengan oksigen menjadi karbon dioxide (CO2) dan mengikat
unsur-unsur lainnya.
udara bertekanan
52
Kelompok 6
53
Kelompok 6
fluxes,
ditambahkan
pada
logam
cair
untuk
Kesimpulan
54
Kelompok 6
Aspek
Berat Muatan yang dilebur
Jenis Muatan yang dilebur
Temperatur Melting
Temperatur Pouring
Waktu Pouring
Waktu Peleburan
Penambahan Flux
Bahan Bakar
Keterangan
2 kg
Scrap Alumunium
660 oC
730oC
20:02 detik
15 menit
NaCL Dan Boraks
Gas LPG
55
Kelompok 6
56
Kelompok 6
cetakan kering dengan merata, kemudian bongkar cetakan dengan hati hati agar
tidak terjadi kerusakan pada produk tersebut.
4.7 Kesimpulan
4.7.1
Kesimpulan
Tungku Krusibel hanya dapat digunakan untuk melebur logam non
ferrous.
Waktu penuangan logam cair harus konstan, untuk menghindari
thermocouple tipe K
Penuangan logam cair jangan terlalu cepat untuk menghindari
terjadinya turbulensi yaitu aliran fluida yang tidak menentu.
4.7.2 Saran
Tidak ada saran
57
Kelompok 6
BAB V
ANALISA CACAT CORAN
5.1. Tujuan
Dapat mengetahui dan mempelajari jenis-jenis cacat pada coran.
Mengetahui penyebab terjadinya cacat coran.
Mengetahui langkah-langkah pencegahan terbentuknya cacat pada
coran.
5.2. Teori Dasar
Proses pengecoran dilakukan dengan beberapa tahapan mulai dari
pembuatan cetakan, proses peleburan, penuangan dan pembongkaran. Untuk
menghasilkan coran yang baik maka semuanya harus direncanakan dan
dilakukan dengan sebaik-baiknya. Namun hasil coran sering terjadi ketidak
sempurnaan atau cacat. Cacat yang terjadi pada coran dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu :
1) Desain pengecoran dan pola
2) Pasir cetak dan desain cetakan dan inti
3) Komposisi muatan logam
4) Proses peleburan dan penuangan
5) Sistim saluran masuk dan penambah.
Cacat coran adalah kerusakan atau kesalahan yang terjadi pada benda
cor yang menyebabkan ditolaknya benda cor tersebut oleh konsumen
(reject). Adanya defect ini dalam produksi tidak dapat dihindari tapi harus
diminimalisir. Untuk proses foundry nilai reject yang baik adalah dengan
angka yang berkisar 2,0-5,0 %. Ada dua istilah yang mengacu pada cacat
sebuah logam, yang pertama cacat yang didefinisikan dapat ditolerir atau
masih dalam batas toleransi ukurannya dan masih dalam tahap dapat
diperbaiki yang disebut discontinuity. Sedangkan yang kedua yaitu cacat
yang tidak dapat diperbaiki (reject) disebut defect.
58
Kelompok 6
1.
59
Kelompok 6
60
Kelompok 6
Cacat lubang-lubang
Cacat lubang-lubang memiliki bentuk dan akibat yang beragam.
Bentuk cacat lubang-lubang dapat dibedakan menjadi : a. Rongga
udara, b. Lubang jarum, c. Rongga gas oleh cil, d. Penyusutan dalam,
e. Penyusutan luar dan f. Rongga penyusutan
Bentuk , penyebab dan pencegahan cacat lubang-lubang dapat
dilihat pada table 5.1 berikut.
Penyebab
Logam cair
teroksidasi
Saluran cerat dan
Diusahakan pada
saat pencairan alas
kokas dijaga agar
kering
di daerah oksidasi.
Temperatur
b. Lubang Jarum
Pencegahan
penuangan terlalu
Temperature tuang
logam sebelum
61
rendah
Penuangan terlalu
lambat
Cetakan kurang
kering
c. Penyusutan dalam
Permeabilitas
dipastikan sudah
sesuai dan
penuangan dengan
cepat.
Pembuatan cetakan
yang teliti baik
sempurna
permeabilitas,
pemadatan yang
cukup, lubang
cetakan
Lubang angin
kurang memadai
Tekanan di atas
terlalu rendah
Logam cair
teroksidasi
Temperatur
penuangan terlalu
rendah
Bahan muatan
e. Rongga Penyusutan
penuangan,
d. Penyusutan luar
Kelompok 6
Diusahakan
tekanan di atas
dibuat tinggi
Diusahakan pada
saat pencairan alas
kokas dijaga agar
logam tidak berada
di daerah oksidasi.
Temperature tuang
logam sebelum
logam banyak
penuangan,
kotoran dan
dipastikan sudah
berkarat
sesuai dan
Perencanaan dan
peletakan
penambah tidak
sempurna
Tinggi penambah
terlalu rendah
Cetakan
membengkak
penuangan dengan
cepat.
Perencanaan dan
peletakan
penambah yang
teliti.
Menghilangkan
sudut-sudut tajam
62
Cetakan pasir
membentuk
sudut-sudut tajam
Radius coran
Kelompok 6
pada cetaan
Mendsain coran
dengan radius yang
cukup
sisitim saluran
yang teliti
penambah karena
perubahan yang
mendadak
f.
3.
Cacat Retakan
Cacat retakan dapat disebabkan oleh penyusutan atau akibat
tegangan sisa. Keduanya dikarenakan proses pendingan yang tidak
seimbang selama pembekuan. Bentuk cacat retakan dapat dilihat pada
gambar dibawah ini
63
Kelompok 6
.
Gambar 5.3 Cacat Retakan
4.
64
Kelompok 6
Penyebab
Bagian
a.
Cetakan Rontok
Pencegahan
cetakan
saat
pembuatan
yang
cetakan
lemah
runtuh
Cetakan
runtuh.saat
penarikan
pola
Kemiringa
n
pola
tidak
cukup
Cetakan
kurang
padat
Kekuatan
pasir cetak
kurang
b. Cop
Terdorong
keatas Bagian
Kedua
yang
permukaan pisah
cembung
dari
betul-betul rapat
cetakan
Pemeriksaan
rontok dan
bagian
pecahan
cetakan sebelum
pasir jatuh
penuangan
dalam
dalam
cetakan
Laboratorium Teknik Produksi TA 2014/2015
65
Pasir
Pasir
melekat
Pasir
panas,
Pelekat
harus
cukup dingin
pada pola
c.
Kelompok 6
Menggunakan
kadar
air
pasir
yang
dan
kekuatannya
lempung
cukup
yang
Menggunakan
kurang
Pemdatan
cetakan
yang tidak
memadahi
Bubuk
bubuk
yang baik
Kemiringan pola
harus sesuai
Menarik
dengan
pemisah
pemisah
pola
getaran
yang cukup.
cetakan
Kemiringa
n
yang
tidak sempurna
pola
tidak
cukup
Getaran
yang
kurang
66
Kelompok 6
saat
penarikan
pola
Cetakan
tidak
diperbaiki
saat pasir
cetak
melekat
pada pola
saat ditarik
d. Penyinteran
Logam
Menggunakan
cair
pasir
memiliki
tahanan panasnya
tegangan
tinggi
permukaa
n
yang
kecil
yang
Oksida
harus
besi
dicampur
baik ke dalam
Logam
cair
pasir
Pemadatan pasir
memiliki
tekanan
harus cukup
Menggunakan
static dan
distribusi
dinamik
kekasaran
yang
yang sesuai.
pasir
berlebihan
Temperatu
r
tuang
yang
terlalu
tinggi
67
Kelompok 6
Pasir
terlalu
kasar
Pemadatan
pasir
kurang
Bahan
pengikat
terlalu
banyak
Tahanan
panas
pasir
kurang
e. Penetrasi Logam
Menggunakan
Logam
pasir
yang
cair
tahanan panasnya
memiliki
tinggi
tekanan
static dan
dinamik
Pemadatan pasir
harus cukup
Memperhitungka
yang
berlebihan
aliran logam.
tumbukan
Pemadatan
pasir
kurang
Tahanan
panas
pasir
kurang
68
5.
Kelompok 6
69
6.
Kelompok 6
7.
Gas dan porositas pada logam coran merupakan salah satu cacat coran,
yang disebatkan oleh gas hidrogen dan menyebatkan coran itu tidak terpakai. Hal
ini akan dibahas hubungan konsentrasi gas hidogen dan pengaruhnya terhadap
sifat coran. Secara makroskopik terbentuknya coran selalu ada penyusutan, hal ini
disebabkan karena pengisisaan yang kurang. Lubang pori-pori (rongga) yang
besar mencakup banyak struktur dendrit yang terbentuk, yang dapat dianggap
penyusutan sebagai basis ukuran. Penyusutan lubang pori-pori yang lebih besar
pada coran, biasanyaberbentuk penyusutan pipa, porositas dapat pula terjadi pada
daerah permukaancoran (Pinhole porositity). Pada umumnya micro porositas yang
70
Kelompok 6
ditemukan dalam coran adalah kombinasi gas dan penyusutan jenis rongga yang
terjadi di antara struktur dendrit, merupakan bagian dari struktur padat. Porositas
yang terjadi pada daerah pembekuan ditunjukkan kelarutan gas hidrogen yang
menyusut yaitu :
a. Rongga penyusutan yang ditemui pada
b. Rongga gas pada paduan hasil coran. Al 8%Si
c. Mikroporositas gas dan penyusutan
Bentuk porositas dalam coran paduan aluminium. Proses Laku Cair pada
aluminium Pada proses pencairan aluminium, pembentukan oksida dan
pengotornon metalik sering terjadi. Pengotor bisa berbentuk cair dan padat yang
terbentuk selama proses pencairan sampai kecetakan. Penyebab kotoran dapat
berasal dari peralatan yang kotor, runtuhan pasir dari cetakan, pelumas dankorosi.
Ada empat prinsip pemberian flux pada logam aluminium, yaitu Covering Fluxes,
Cleaning Fluxes, Drossing-Off Fluxes, dan Degassing Fluxes.
Covering fluxes, biasa digunakan pada tungku kecil ( pot, crusible) yang
berfungsi melindungi logam cair dari oksidasi, mengurangi terbentuknya dross
dan sebagai cleaner (pembersih).
Cleaning fluxes, biasanya mengandung senyawa chlorida yang tinggi dan itu
memudahkan pemisahan oksida dari logam cair.
Degassing fluxes, ditambahkan pada logam cair untuk mengeluarkan gas yang
terperangkap didalam logam cair.
Drossing fluxes, berguna untuk memisahkan logam berharga yang terdapat atau
terperangkap didalam dross.
5.3 Metodologi Praktikum
5.3.1 Skema Proses
Produk Coran
71
Kelompok 6
Porositas
penyusustan
Kesalahan Ukuran
Foto Cacat
72
Flus (sirip)
Cacat Rontok
Cacat
Kelompok 6
Permukaan
Kasar
73
Kelompok 6
dalam proses pengecoran logam membeku. Penyebab cacat ini adalah pada
proses pengecoran banyak gas gas yang terlarut dalam logam cair
(biasanya nitrogen, oksigen, dan hidrogen) dan pada saat proses
pembekuan gas tersebut terjebak dan membentuk porosity. Indikasi cacat
ini adalah terlihat banyak pori pori atau lubang pada produk coran. Cacat
akibat cetakan yaitu cacat yang disebabkan pada saat pembuatan cetakan
antara cope and drag tidak simetris. Akibatnya produk coran biasanya
tidak sesuai dengan pola.
Cacat akibat penuangan yaitu permukaan cetakan rontok, hal ini
diakibatkan ketidakmampuan pasir cetak menahan aliran logam cair
sehingga terjadi pengikisan cetakan pasir. Hal ini dapat dicegah dengan
cara menambah gula tetes pada saat pembuatan pasir cetak sehingga dapat
meningkatkan kekuatan pasir cetak, tetapi resiko lain akibat penambahan
bentonit terlalu banyak dapat menimbulkan masalah lain yaitu
menurunnya kemampuan permeabilitas dan dapat mengakibatkan cacat
porositas.
Kekasaran erosi pada bagian produk dibagian cope yang
disebabkan karena kekuatan geser dari pasir cetak yang kurang,
kekasaran erosi dapat dicegah dengan penambahan kekuatan pasir cetak,
khususnya kekuatan geser. Besarnya kekuatan pasir cetak tergantung
pada komposisi pasir cetak yang pertama kali dihitung, dimana pasir
cetak yang digunakan memiliki kadar air dan lempung yang berlebih
sehingga kekuatannya rendah.
5.7 Kesimpulan
5.7.1
Kesimpulan
porositas,
cacat
74
5.7.2
Kelompok 6
Saran
Mengunakan pasir silika baru agar mengurangi cacat yang
dihasilkan
75