TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Radang kantung empedu (kolesistisis akut) adalah reaksi inflamasi akut dinding kantung
empedu yang disertai keluhan nyeri perut kanan atas,nyeri tekan, dan demam.
2.2 Etiologi
Faktor yang mempengaruhi timbulnya serangan kolesistisis akut adalah stasis cairan
empedu, infeksi kuman, daniskemia dinding kantung empedu. Penyebab utama kolesistisis akut
adalah batu kantung empedu (90%) yang terletak di duktus sistikus yang menyebabkan stasis
cairan empedu, sedangkan sebagian kecil kasus timbul tanpa adanya batu empedu (kolesistisis
akut akalkulus). Bagaimana stasis di duktus sistikus dapat menyebabkan kolesistisis akut, masis
belum jelas. Diperkirakan banyaak faktor yang berpengaruh, seperti kepekatan cairan empedu,
kolesterol, lisolesitin, dan prostaglandin yang merusak lapisan mukosa dinding kandung empedu
diikuti reaksi inflamasi dan supurasi
Kolesistisis akut akalkulus dapat timbul pada pasien yang dirawat cukup lama dan
mendapat nutrisis secara parenteral, pada sumbatan karena keganasan kandung empedu, batu
disaluran empedu atau merupakan salah satu komplikasi penyakit lain seperti demam tifoid dan
dibetes mellitus.
2.3 patofisiologi
Adanya hambatan dari aliran cairan empedu akan menimbulkan stasis cairan empedu,
kolonisasi bakteri dan pertumbuhan kuman yang berlebihan. Kuman-kuman ini berasal dari flora
duodenum yang masuk melalui sfingter Oddi, dapat juga dari penyebaran limfogen dari kandung
empedu yangmeradang akut, penyebaran ke hati akibat sepsis atau melalui sirkulasi portal dari
bakteri usus. Karena tekanan yang tinggi dari saluran empedu yang tersumbat, kuman akan
kembali (refluks) ke dalam saluran limfe dan aliran darah dan mengakibatkan sepsis. Bakteribili
(adanya bakteri disaluran empedu) didapatkan pada 20% pasien dengan kandung empedu
normal. Walaupun demikian infeksi terjadi pada pasien-pasien dengan striktur pasca bedah atau
pada anastomasi koledokoenterik. Lebih dari 80% pasien dengan batu koledokus terinfeksi,
sedangkan infeksi lebih jarang pada keganasan. Kegagalan aliran yang bebas merupakan hal
yang amat penting pada patogenesis kolangitis.
Mikroorganisme yang menyebabkan infeksi pada kolangitis akut yang sering dijumpai
berturut-turut adalah kuman-kuman aeroba gram (-) enterik E. Coli, Klebsiella, kemudian
Streptococcus faecalis dan akhirnya bakteri anaerob seperti Bacteroides fragilis dan Clostridia.
Pula kuman-kuman Proteus, Pseudomonas dan Enterobacter enterococci tidak jarang ditemukan.
Bacteribili tidak akan menimbulkan kolangitis kecuali bila terdapat kegagalan aliran bilier yang
akan memudahkan terjadinya proliferasi kuman pada saluran empedu yang mengalami stagnasi,
danatau tekanan dalam saluran empedu di dalam hati meningkat sedemikian rupa sehingga
menyebabkan refluks kuman ke dalam darah dan saluran getah bening. Kombinasi dari stagnasi
dan peningkatan tekanan tersebut akan menimbulkan keadaan yang serius pada kolangitis
supuratif. Beberapa dari efek serius kolangitis dapat disebabkan oleh endotoksemia yang
dihasilkan oleh produk pemecahan bahteri gram negatif. Endotoksin diserap di usus lebih mudah
bila terdapat obstruksi bilier, karena ketiadaan garam empedu yang biasanya mengkhelasi
endotoksin sehingga mencegah penyerapannya. Selanjutnya kegagalan garam empedu mencapai
intestin dapat menyebabkan perubahan flora usus. Selain itu fungsi sel-sel Kupfer yang jelek
dapat menghambat kemampuan hati untuk mengekstraksi endotoksin dari darah portal. Bilamana
kolangitis tidak diobati, dapat timbul bakteremia sistemik pada sepertiga kasus dan pada kasuskasus yang lanjut, dapat timbul abses hati.
2.4 diagnosa
2.5 differential diagnosis
2.6 tatalaksana
Tingkat urgensi pengobatan tergantung pada tingkat keparahan penyakit. Poin penting
yaitu resusitasi, diagnosis, dan pengobatan. Pengelolaan kolangitis akut di kegawatdarurat
meliputi: Setelah penilaian ABC, menempatkan pasien pada monitor dengan pulse oximetry,
menyediakan oksigen melalui kanula nasal, dan EKG. Melakukan pemeriksaan lanoratorium
(termasuk kultur darah dan analisa gas darah). Memberikan resusitasi cairan dengan larutan IV
kristaloid (misalnya, 0,9% salin normal). Mengelola antibiotik parenteral secara empiris setelah
kultur darah diambil. Jangan menunda pemberian antibiotik jika kultur darah tidak dapat ditarik.
Memperbaiki kelainan elektrolit atau koagulopati. Terapi standar untuk kolangitis terdiri
dari antibiotik spektrum luas. Pemasangan nasogastrik tube mungkin berguna bagi pasien yang
muntah. Tempatkan kateter Foley pada pasien sakit untuk memantau produksi urine.
Literatur bedah menyatakan bahwa, pada pasien dengan cholangitis ringan, 80-90%
merespon terapi medis. Sekitar 15% tidak merespon. Dan selanjutnya membutuhkan segera
dekompresi bedah atau endoskopi. Angka kematian mendekati 100% untuk pasien yang gagal
terapi medis dan tidak memiliki dekompresi bedah.
2.6.1 Terapi Farmakologi
Tingkat urgensi pengobatan tergantung pada tingkat keparahan penyakit. Poin penting
yaitu resusitasi, diagnosis, dan pengobatan. Pengelolaan kolangitis akut di kegawatdarurat
meliputi: Setelah penilaian ABC, menempatkan pasien pada monitor dengan pulse oximetry,
menyediakan oksigen melalui kanula nasal, dan EKG. Melakukan pemeriksaan lanoratorium
(termasuk kultur darah dan analisa gas darah). Memberikan resusitasi cairan dengan larutan IV
kristaloid (misalnya, 0,9% salin normal). Mengelola antibiotik parenteral secara empiris setelah
kultur darah diambil. Jangan menunda pemberian antibiotik jika kultur darah tidak dapat ditarik.
Memperbaiki kelainan elektrolit atau koagulopati. Terapi standar untuk kolangitis terdiri dari
antibiotik spektrum luas. Pemasangan nasogastrik tube mungkin berguna bagi pasien yang
muntah. Tempatkan kateter Foley pada pasien sakit untuk memantau produksi urine.
Literatur bedah menyatakan bahwa, pada pasien dengan cholangitis ringan, 80-90%
merespon terapi medis. Sekitar 15% tidak merespon. Dan selanjutnya membutuhkan segera
dekompresi bedah atau endoskopi. Angka kematian mendekati 100% untuk pasien yang gagal
terapi medis dan tidak memiliki dekompresi bedah.
1. Terapi Farmakologi
Tujuan terapi antimikroba adalah untuk mengatasi infeksi. Sangat penting bahwa
antibiotik diberikan pada awal pengelolaan kolangitis. Banyak kombinasi baru telah
terbukti efektif baik sebagai agen tunggal atau terapi kombinasi. Kombinasi antara
diperpanjang spektrum cephalosporin, metronidazole, dan ampisilin. Rejimen agen
Tumor
Batu empedu yang terbentuk di kandung empedu dan menjadi terjebak di saluran
Peradangan akibat trauma atau penyakit, seperti pankreatitis atau radang pankreas
Infeksi
Katup di dalam saluran, yang disebut sfingter, yang tidak membuka dengan benar
Parut pada saluran, yang disebut sclerosis
Pseudocysts atau akumulasi dari cairan dan jaringan parut
Selama ERCP, pasien berbaring telentang atau sisi di meja x-ray. Dokter memasukkan
endoskopi ke kerongkongan, melalui perut, dan ke duodenum. Video ditampilkan dari kamera
kecil yang melekat endoskopi ke layar komputer dalam pandangan dokter. Air dipompa melalui
endoskopi untuk mengembang lambung dan duodenum, membuat lebih mudah bagi dokter untuk
memeriksa. Ketika dokter menempatkan papilla duodenum, tabung tumpul disebut kateter
meluncur melalui endoskopi dan dipandu melalui pembukaan papiler. Setelah kateter di dalam
papilla, dokter menyuntikkan pewarna ke dalam saluran. Pewarna, juga disebut media kontras,
memungkinkan saluran untuk dilihat pada sinar x. Sinar X yang kemudian dibawa untuk melihat
saluran dan untuk mencari daerah yang menyempit atau penyumbatan. Prosedur untuk
mengobati daerah menyempit atau penyumbatan dapat dilakukan selama ERCP. Untuk melihat
saluran selama prosedur pengobatan, dokter menggunakan video x-ray, juga disebut fluoroscopy.
Alat khusus dipandu melalui endoskopi dan ke saluran memungkinkan dokter untuk membuka
saluran diblokir, memecah atau mengangkat batu empedu, menghilangkan tumor di saluran, atau
memasukkan stent. Stent adalah plastik atau logam yang berfungsi untuk melebarkan saluran
yang menyempit untuk mengembalikan aliran empedu atau cairan pankreas. Semacam biopsi
disebut sitologi sikat memungkinkan dokter untuk menghilangkan sel-sel dari dalam saluran
menggunakan sikat yang sesuai melalui endoskopi. Sel-sel yang dikumpulkan kemudian
diperiksa dengan mikroskop untuk tanda-tanda infeksi atau kanker. Kadang-kadang, ERCP
dilakukan setelah operasi kandung empedu, jika dicurigai kebocoran empedu, untuk menemukan
dan menghentikan kebocoran dengan stent sementara.
2.7 Prognosa
Penyembuhan spontan didapatkan pada 85% kasus, sekalipun kandung empedu menjadi
tebal, fibrotic, penuh dengan batu dan tidakberfungsi lagi. Tidak jarng menjadi kolesistisis
rekuren. Kadang-kadang kolesistisis akut berkembang secara cepat menjadi gangrene, empiema,
dan perforasi kandung empedu, fistel, abses hati, atau peritonitis umum. Hal ini dapat dicegah
dengan pemberian antibiotic yang adekuat pada awal serangan. Tindakan bedah akut pada pasien
usia tua (>75 tahun) mempunyai prognosis yang jelek disamping kemungkinan banyak timbul
komplikasi pasca bedah.