Nyerinya memburuk saat tidur terlentang dan berkurang bila kaki ditekuk/agak
membungkuk
Keluhan penyerta seperti demam
Riwayat pengobatan seperti sudah berobat ke dokter/minum obat;
4) Riwayat penyakit dahulu seperti sebelumnya pernah mengalami keluhan seperti ini/tidak
5) Riwayat penyakit keluarga seperti apakah ada keluarga yang mengalami keluhan yang
sama;
6) Riwayat pribadi seperti kebiasaan mencuci tangan sebelum makan, makan menggunakan
tangan/sendok, buang air besar di jamban/tidak;
7) Riwayat sosial seperti keadaan lingkungan tempat tinggal pasien padat penduduk/tidak,
dekat tempat pembuangan sampah/tidak, adakah tetangga yang menderita keluhan yang
sama.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Umum
Menilai keadaan umum pasien : baik/buruk, yang perlu diperiksa dan dicatat adalah tandatanda vital, yaitu :
Kesadaran pasien : Kompos mentis (sadar sepenuhnya), Apatis (pasien tampak segan, acuh
tak acuh terhadap lingkunganya), Delirium (penurunan kesadaran disertai kekacauan
motorik, dan siklus tidur bangun yang terganggu), Somnolen (keadaan mengantuk yang
masih dapat pulih penuh bila dirangsang, tetapi bila rangsang berhenti, pasien akan
tertidur lagi), Sopor/stupor (keadaan mengantuk yang dalam, pasien masih dapat
dibangunkan tetapi dengan rangsangan yang kuat, rangsang nyeri, tetapi pasien tidak
terbangun sempurna dan tidak dapat memberikan jawaban verbal yang baik).
Kesakitan yang dialami pasien, dapat dilihat dari raut wajah pasien dan keluhan pasien
Inspeksi
Melaporkan
bentuk
abdomen
(datar/membuncit/cekung
atau
skopoid)
(simetris/asimetris)
Menyebutkan warna kulit dan lesi kulit (vesikel, pustul, papulo, cicatrik)
Menyebutkan :
o Adanya pembuluh darah kolateral
o Adanya caput medusa
o Adanya hernia
2
&
o Adanya striae
Melaporkan tampaknya benjolan/massa di perut (contoh : hepatoma, mioma)
Palpasi
Melakukan palpasi secara terstruktur sesuai linea abdomen dari bawah ke atas. Pada
orang kurus lakukan pada 3 linea (linea midclavicularis kanan, linea mediana, linea
midclavicularis kiri). Pada orang gemuk lakukan pada 5 linea (linea lateral kanan,
linea midclavicularis kanan, linea mediana, linea midclavicularis kiri, linea lateral
kiri) untuk mengetahui defans muscular atau memeriksa nyeri tekan seluruh
kuadran.
Melaporkan ada/tidaknya nyeri, rigiditas, massa/benjolan superficial dan dalam
Jika dicurgai adanya inflamasi peritoneum, periksa nyeri tekan lepas/blumberg sign.
Perkusi
Melakukan perkusi sistematis sesuai kuadran (atas kanan, bawah kanan, atas kiri,
selama 1 menit
Melaporkan bising
usus
(-)
(+)
menurun/hipoperistaltik,
(+)
Pemeriksaan darah lengkap, tes faal hati, tes serologi dan kultur darah
Pada laboratorium didapatkan leukositosis dengan pergeseran ke kiri, anemia, laju endap
darah, alkali fosfatase, transaminase dan serum bilirubin meningkat, kosentrasi albumin
serum menurun dan waktu protombin yang memanjang. Tes serologi digunakan untuk
menyingkirkan diagnosis banding. Kultur darah memperlihatkan bacterial penyebab
level.
Pemeriksaan USG/CT SCAN/MRI
3
Etiologi
Parasit amuba, yang tersering yaitu Entamoeba histolytica.
Patogenesis
Selama
siklus
hidupnya,
Entamoeba
histolytica
dapat
berbentuk
sebagai
trophozoitatau bentuk kista. Setelah menginfeksi, kista amuba melewati saluran pencernaan
dan menjadi trophozoit di usus besar, trophozoit kemudian melekat ke sel epitel dan mukosa
kolon dengan Gal/GalNAc dimana mereka menginvasi mukosa. Lesi awalnya berua
mikroulserasi mukosa caecum, kolon sigmoid dan rectum yang mengeluarkan eritrosit, sel
inflamasi dan sel epitel. Ulserasi yang meluas ke submukosa menghasilkan ulser khas
berbentuk termos (flask-shaped) yang berisi trophozoit di batas jaringan mati dan sehat.
Organisme di bawah oleh sirkulasi vena portal ke hati, tempat abses dapat berkembang.
Entamoeba histolyca sangat resisten terhadap lisis yang dimediasi komplemen, oleh karena
itu dapat bertahan di aliran darah. Terkadang organism ini menginvasi organ selain hati dan
dapat membuat abses dalam paru-paru atau otak. Pecahnya abses hati amuba kedalam pleura,
perikard, dan ruang peritoneal juga dapat terjadi. 1,3,4,5 Di dalam hati E. histolytica
mengeluarkan enzim proteolitik yang berfungsi melisiskan jaringan pejamu. Lesi pada hati
berupa Well demarcated abscess mengandung jaringan nekronik dan biasanya mengenai
lobus kanan hati. Respon awal pejamu adalah migrasi sel-sel PMN. Amuba juga memiliki
kemampuan melisiskan PMN dengan enzim proteolitiknya, sehingga terjadilah destruksi
jaringan. Abses hati mengandung debris aseluar, dan tropozoit hanya dapat di temukan pada
tepi lesi.
Gejala Klinis dan Tanda
Abses hati amuba lebih sering di kaitkan dengan presentasi klinis yang akut di
bandingkan abses piogenik hati. Gejala telah terjadi rata-rata dua minggu pada saat diagnosis
dibuat. Dapat terjadi sebuah periode laten antara infeksi hati usus dan selanjutnya sampai
bertahun-tahun, dan kurang dari 10% pasien melaporkan riwayat diare berdarah dengan
disentri amuba.5,9
Nyeri perut kanan atas dirasakan pada 75 90% pasien, lebih berat di bandingkan
piogenik terutama di kuadran kanan atas. Kadang nyeri di sertai mual, muntah, anoreksi,
penurunan berat badan, kelemahan tubuh, dan pembesaran hati yang juga terasa nyeri. Nyeri
spontan perut kanan atas di sertai dengan jalan membungkuk ke depan dengan kedua tangan
6
di letakkan di atasnya merupakan gambaran klinis khas yang sering di jumpai. Dua puluh
persen penderita dengan kecurigaan abses hati amuba mempunyai riwayat penyakit diare atau
disentri.3,9
Demam umum terjadi, tetapi mungkin pula polanya intermiten. Malaise, myalgia,
artalgia umum terjadi. Ikterus jarang di temukan dan bila ada menandakan prognosis yang
buruk. Gejala dan tanda paru dapat terjadi, tetapi pericardinal rub dan peritonitis jarang di
temukan. Kadang-kadang
dengan yang ditemukan di abses piogenik. Koinfeksi dengan bakteri patogen jarang
ditemukan. Komplikasi yang jarang terjadi adalah pecah di intra-peritoneal, intratorakal, dan
pericardial serta kegagalan multiorgan.1
Diagnosis
Anamnesis dan pemeriksaan fisik memberikan petunjuk penting dalam menegakkan
diagnosis. Pemeriksaan penunjang lain yang dapat dilakukan yaitu laboratorium tes serologi
(amuba), kultur darah, kultur cairan aspirasidan pencitraan (USG, CT Scan)
Pada pemeriksaan fisik didapatkan peningkatan temperature, pembesaran hati dan
nyeri tekan. Jaundice cukup jarang didapatkan, tetapi jika di dapatkan maka harus di duga
adanya obstruksi traktus biliaris atau sudah terdapat penyakit hati kronik sebelumnya.
Organisme di isolasi dari tinja pada 50% pasien. Aspirasi pada abses amuba harus dilakukan
jika diagnosis masih belum jelas dengan gambaran pasta coklat kemerahandan berbau sedikit.
Trophozoit hanya di dapatkan pada 20% aspirasi. Hasil foto thoraks abnormal di dapatkan
pada 50 80% pasien dengan gambaran atelectasis paru lobus kanan bawah, efusi pleura
kanan dan kenaikan hemidiafragma kanan.1,3,9
USG abdomen merupakan pilihan utama untuk tes awal, karena non invasive dan
sensitivitasnya tinggi (80 90%) untuk mendapatkan lesi hipoechoic dengan internal echoes.
CT scan kontras digunakan terutama untuk mendiagnosis abses yang lebih kecil, dapat
melihat seluruh kavitas peritoneal yang mungkin dapat memberikan informasi tentang lesi
primer. MRI tidak memiliki sensitivasi yang lebih tinggi di bandingkan CT Scan, tetapi
berguna jika hasil masih meragukan, diagnosis membutuhkan potongan koronal atau sagittal
dan untuk pasien yang intoleran terhadap kontras. Pencitraan hepar tidak bis membedakan
abses hatiamuba dengan piogenik. Abses amuba umumnya menyerang lobus kanan hepar
dekat dengan diafragma dan biasanya tunggal.2-5,7-9
7
Jika didapatkan pasien muda yang telah melakukan perjalanan ke daerah endemik,
pada pencitraan didapatkan lesi tunggal, pasien tidak terlihat toksik, dengan dugaan
kuat abses amuba, maka pemeriksaan feses harus dilakukan untuk mencari kista dan
Paromomycin 25-35mg/kg per hari PO terbagi dalam 3 dosis selama 7 hari atau lini
Risiko tinggi untuk terjadinya ruptur abses yang didefinisikan dengan ukuran kavitas
lebih dari 5 cm
Abses pada lobus kiri hati yang dihubungkan dengan mortalitas tinggi dan frekuensi
Drainase perkutan6
Drainase perkutan abses dilakukan dengan tuntunan USG abdomen atau CT scan abdomen.
Penyulit yang dapat terjadi : perdarahan, perforasi organ intra abdomen, infeksi ataupun
terjadi kesalahan dalam penempatan kateter untuk drainase.
Drainase secara operasi9
Tindakan ini sekarang jarang dikerjakan kecuali pada kasus tertentu seperti abses dengan
ancaman ruptur atau secara teknis susah dicapai atau gagal dengan aspirasi biasa/drainase
perkutan.
Reseksi hati9
Pada abses hati piogenik multipel kadang diperlukan reseksi hati. Indikasi spesifik jika
didapatkan abses hati dengan karbunkel (liver carbuncle) dan disertai dengan hepatolitiasis
terutama pada lobus kiri hati.
Berdasarkan
kesepakatan
Perhimpunan
Endoskopi
Gastrointestinal
Indonesia
dan
Abses hati dengan diameter 1-5cm : terapi medikamentosa, bila respon negatif
dilakukan aspirasi
Abses hati dengan diameter 5-8cm : terapi aspirasi berulang
Abses hati dengan diameter 8cm : drainase perkutan
Komplikasi9
Tanpa terapi, abses akan membesar meluas ke diafragma atau ruptur ke kavitas peritoneal :
1. Ruptur abses ke dalam :
- Regio toraks, menyebabkan :
o Fistula, hepatobronkial
o Abses paru
o Empiema ameba (20-30%)
- Perikardium menyebabkan :
o Gagal jantung
o Perikarditis
o Temponade jantung
- Peritoneum menyebabkan :
o Peritonitis
o Asites
2. Infeksi sekunder (biasanya bersifat iatrogenik setelah tindakan aspirasi)
3. Lain-lain (jarang) :
- Gagal hati fulminan
- Hemobilia
- Obstruksi vena kava inferior
- Sindrom Budd-Chiari
- Abses cerebri (penyebaran hematogen) : 0,1%
Pencegahan
Infeksi amuba disebabkan konsumsi makanan atau air yang tercemar dengan kista.
Karena pembawa asimtomatik dapat mengeluarkan hingga 15juta kista per hari, pencegahan
infeksi membutuhkan sanitasi yang memadai dan pemberantasan pembawa kista. Pada daerah
berisiko tinggi, infeksi dapat diminimalkan dengan menghindari konsumsi buah dan sayur
yang tidak dikupas dan penggunaan air kemasan. Karena kista tahan terhadap klor, desinfeksi
oleh iodine dianjurkan. Sampai saat ini tidak ada profilaksis yang efektif.
Prognosis
Abses hati amuba merupakan penyakit yang treatable. Angka kematiannya < 1%
bila tanpa penyulit. Penegakkan diagnosis yang terlambat dapat memberikan penyulit abses
10
ruptur sehingga meningkatkan angka kematian karena ruptur ke dalam peritoneum angka
kematian 20% dan ruptur ke dalam perikardium angka kematian 32-100%.
Kesimpulan
Abses hati amuba adalah penimbunan/akumulasi debris metro inflamatori purulent di dalam
parenkim hati yang di sebabkan oleh amuba, terutama entamoeba hystolitica. Abses hati
amuba ditandai dengan adanya hepatomegaly. Penyakit ini biasa diderita oleh orang yang
tinggal di daerah endemic/orang yang melakukan perjalanan ke daerah endemic. Lokasi nyeri
yang dirasakan pasien adalah perut kanan atas dimana nyerinya memburuk saat tidur
terlentang dan berkurang bila kaki ditekuk/agak membungkuk. Untuk memastikan diagnosis
dapat dilakukan pemeriksaan laboratorium, USG, tes serologi dan aspirasi jarum perkutan.
Aspirasi pada abses hati amuba mempunyai gambaran khas yaitu anchovy paste (pasta
berwarna coklat kemerahan dan berbau sedikit). Prognosis abses hati amuba baik dan jarang
sekali menimbulkan kematian.
11
Daftar Pustaka
1. Kim AY and Chung RT. Bacterial, parasitic and Fungal infections of the liver abscess. In
Sleisenger
and
fordtran's
gastrointestinal
and
liver
disease;
free
living
amebas.
In:Harrison's
12