Anda di halaman 1dari 52

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran
hasil konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dengan kontraksi persalinan sejati,
yang ditandai oleh perubahan progresif

pada serviks, dan diakhiri dengan

pelahiran plasenta. (2)


Menolong persalinan dengan cara Asuhan Persalinan Normal Inisiasi
Menyusui Dini merupakan salah satu pergeseran paradigma yang

terbukti

mampu mengurangi kesakitan atau kematian ibu dan bayi baru lahir. IMD bukan
program ibu menyusui bayi tetapi bayi yang harus aktif menemukan sendiri
putting susu ibu.

(1)

Kala dua persalinan dimulai dengan dilatasi serviks dan diakhiri dengan
kelahiran bayi. Tahap ini dikenal dengan kala ekspulsi.

(2)

Kebutuhan ibu dalam

kala II ini haruslah dipenuhi dengan baik oleh seorang bidan. Sehingga, ibu tidak
merasakan kesan yang buruk dengan proses persalinan dan kelahiran bayinya.
1.2.Tujuan
Gagal merencanakan sama dengan merencanakan gagal.
Sesuatu yang hendak dicapai adalah berasal dari tujuan yang ditetapkan di
awal perencanaannya. Apa yang dikatakan orang bijak dalam kalimat pembuka di atas
sepertinya mewakili pula betapa pentingnya menetapkan tujuan. Maka kami pun tidak
ingin bekerja tanpa tujuan. Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai
berikut :
1.2.1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari pembuatan makalah ini adalah mengetahui dan
memahami tentang Inisiasi Menyusu Dini dan kebutuhan ibu dalam kala
II persalinan.
1.2.2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui tentang Inisiasi Menyusu Dini
Asuhan Kebidanan II ( Persalinan )___________________________________________________1

b. Mempelajari dan memahami tentang menolong persalinan


dengan cara Asuhan Persalinan Normal Inisiasi Menyusu Dini
c. Memahami tentang kebutuhan ibu dalam kala II persalinan
1.3.Metode Penulisan
Metode penulisan yang kami gunakan dalam pembuatan makalah ini adalah
metode study pustaka/ study litelatur ; yaitu dengan mempelajari berbagai macam
litelatur yang relevan dengan tidak mengenyampingkan aspek originalitasnya.
Metode ini adalah metode perbandingan - deduksi karena kami menyusun
makalah ini berdasarkan perbandingan teori yang ada pada sumber bacaan yang kami
gunakan. Baik itu dari buku penunjang maupun dari internet.
1.4.Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
1.2. Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
1.2.2 Tujuan Khusus
1.3. Metode Penulisan
1.4. Sistematika Penulisan
BAB II PEMBAHASAN MATERI
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Asuhan Kebidanan II ( Persalinan )___________________________________________________2

BAB II
PEMBAHASAN MATERI
A. Inisiasi Menyusu Dini
2.1 Pengertian Inisiasi Menyusu Dini
Inisiasi Menyusu Dini atau disingkat sebagai IMD. IMD bukan program
ibu menyusui bayi tetapi bayi yang harus aktif menemukan sendiri putting susu
ibu. Program ini dilakukan dengan cara langsung meletakkan bayi yang baru lahir
di dada ibunya dan membiarkan bayi ini merayap untuk menemukan puting susu
ibu untuk menyusu. IMD harus dilakukan langsung saat lahir, tanpa boleh ditunda
dengan kegiatan menimbang atau mengukur bayi. Bayi juga tidak boleh
dibersihkan, hanya dikeringkan saja. Proses ini harus berlangsung skin to skin
antara bayi dan ibu. (1)
IMD ini berawal dari protokol evidence-based terbaru yang telah
diperbaharui oleh WHO dan UNICEF tentang asuhan bayi baru lahir untuk satu
jam pertama yang menyatakan bahwa :
1.

Bayi

harus mendapatkan kontak kulit

dengan kulit dengan ibunya segera setelah lahir selama paling sedikit satu
jam.
2.

Bayi harus dibiarkan untuk melakukan


inisiasi menyusu dan ibu dapat mengenali bahwa bayinya siap untuk
menyusu serta memberi bantuan jika diperlukan.

3.

Menunda semua prosedur lainnya yang


harus dilakukan kepada bayi baru lahir hingga inisiasi menyusui selesai
dilakukan, prosedur tersebut seperti : memandikan, menimbang, pemberian
vitamin K, obat tetes mata, dan lain-lain.
Prinsip menyusu atau pemberian ASI adalah dimulai sedini mungkin
dan secara eksklusif.
Segera setelah bayi lahir, setelah tali pusat dipotong, letakkan bayi
tengkurap didada ibu dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu. Biarkan
kontak kulit ke kulit ini menetap selama setidaknya 1 jam bahkan lebih
sampai bayi dapat menyusu sendiri. Apabila ruang bersalin dingin, bayi

Asuhan Kebidanan II ( Persalinan )___________________________________________________3

diberi topi dan diselimuti. Ayah atau keluarga dapat memberi dukungan dan
membantu ibu selama proses bayi menyusu ini. Ibu diberi dukungan untuk
mengenali saat bayi siap untuk menyusu, menolong bayi bila diperlukan. (1)

Gambar 1-1 : Inisiasi Menyusu Dini


2.2 Keuntungan Inisiasi Menyusu Dini
2.2.1 Keuntungan kontak kulit dengan kulit untuk bayi

Mengoptimalkan keadaan hormonal ibu dan bayi

Kontak memastikan perilaku optimum menyusu berdasarkan insting


dan bisa diperkirakan :
Menstabilkan pernapasan, mengendalikan temperatur tubuh bayi,
memperbaiki atau mempunyai pola tidur yang lebih baik.
Bayi akan merasa aman dan nyaman ketika berada dalam
dekapan ibu. Perasaan terlindung dan disayangi akan membuat
pernapasan bayi stabil, temperatur tubuhnya terkendali, dan pola
tidur bayi menjadi lebih baik.
Mendorong keterampilan bayi untuk menyusu yang lebih cepat dan
efektif
Seperti yang telah diketahui kontak kulit ke kulit ini bersifat
psikosomatis. Bayi akan merasa aman dan terlindungi sehingga
bayi akan lebih cepat mengetahui cara menyusu dikarenakan
adanya rangsangan pada sistem saraf bayi.

Asuhan Kebidanan II ( Persalinan )___________________________________________________4

Meningkatkan kenaikan berat badan (kembali ke berat lahirnya


dengan lebih cepat)
Dengan adanya kontak kulit ke kulit ini, maka ASI akan segera
cepat keluar. ASI merupakan makanan dan minuman yang ideal
serta sesuai dengan kebutuhan nutrisi bagi bayi. Hal ini tentu saja
akan meningkatkan kenaikan berat badan menjadi lebih cepat.
Meningkatkan hubungan antara ibu dan bayi
Bayi yang sering berada dalam dekapan pada saat menyusu
maka akan merasakan kasih sayang ibunya. Ia juga akan merasa
aman dan tentram, terutama karena masih dapat mendengar detak
jantung ibunya yang telah dikenal sejak dalam kandungan. Perasan
terlindung dan disayangi inilah yang akan menjadi dasar
perkembangan emosi bayi membentuk kepribadian yang percaya
diri dan dasar spiritual yang baik. (2)
Tidak terlalu banyak menangis selama satu jam pertama
Bayi akan merasa aman dan nyaman ketika berada dalam
dekapan ibu. Perasaan terlindung dan disayangi akan membuat
bayi tidak terlalu banyak menangis.
Menjaga kolonisasi kuman yang aman dari ibu di dalam perut bayi
sehingga memberikan perlindungan terhadap infeksi.
ASI memiliki banyak keunggulan seperti ASI itu bersih dan
bebas kontaminasi sehingga ASI yang dihisap tidak memberikan
kesempatan

kepada

bakteri

untuk

berkembang

biak.

Immunoglobulin yang terdapat dalam kolostrum lebih tinggi


sehingga melumpuhkan bakteri dengan patogen E.colli dan
berbagai virus dalam saluran pencernaan. Begitupun dengan
laktoferin yang terdapat dalam ASI merupakan zat kekebalan ASI
yang mengikat zat besi disaluran pencernaan. Di dalam ASI juga
terdapat lysosim yang merupakan enzim yang melindungi bayi dari
bakteri dan virus yang merugikan, ditambah di dalam ASI terdapat
sel darah putih yang terdiri dari GALT ( Gut Asociated
Lymphocyte Tissue ) yang menghasilkan antibodi terhadap saluran

Asuhan Kebidanan II ( Persalinan )___________________________________________________5

pencernaan. Faktor bifidus yang merupakan karbohidrat yang


mengandung

nitrogen,

menunjang

pertumbuhan

bakteri

lactobasilus bifidus. Bakteri ini menjaga keasaman flora usus bayi


dan

berguna

untuk

menghambat

pertumbuhan

bayi

yang

merugikan.
Bilirubin akan lebih cepat normal dan mengeluarkan mekonium
lebih cepat sehingga menurunkan kejadian ikterus bayi baru lahir
Kolostrum

merupakan

pencahar

yang

ideal

untuk

membersihkan zat yang tidak dipakai dari usus bayi yang baru lahir
dan mempersiapkan saluran pencernaan makanan bagi bayi. (2)
2.2.2 Keuntungan kontak kulit dengan kulit untuk ibu

Merangsang produksi oksitosin dan prolaktin pada ibu

Oksitosin :
Membantu kontraksi uterus sehingga perdarahan pasca persalinan
lebih rendah
Merangsang pengeluaran kolostrum
Penting untuk kelekatan hubungan ibu dan bayi
Ibu lebih tenang dan lebih tidak merasa nyeri pada saat plasenta
lahir dan prosedur pasca perlainan lainnya

Prolaktin :
Meningkatkan produksi ASI
Membantu ibu mengatasi stres. Mengatasi stres adalah fungsi
oksitosin
Mendorong ibu untuk tidur dan relaksasi setelah bayi selesai
menyusu
Menunda ovulasi (1)
2.2.3 Keuntungan menyusu dini untuk bayi

Makanan dengan kualitas dan kuantitas optimal agar kolostrum segera


keluar yang disesuaikan dengan kebutuhan bayi
Rangsangan isapan bayi melalui serabut syaraf akan memacu
pengeluaran hormon prolaktin dan oksitosin. Semakin sering bayi

Asuhan Kebidanan II ( Persalinan )___________________________________________________6

menghisap putting susu ibu maka semakin banyak pula ASI. ASI yang
keluar pertama mengandung banyak kolostrum. Ini merupakan
makanan dengan kuantitas dan kualitas yang ideal bagi bayi,
mengandung nutrisi-nutrisi dasar dan elemen, dengan jumlah yang
sesuai, untuk pertumbuhan bayi.

Memberikan kesehatan bayi dengan kekebalan pasif yang segera


kepada bayi. Kolostrum adalah imunisasi pertama bagi bayi
Bayi

yang

baru

lahir

secara

alamiah

mendapatkan

imunoglobulin dari ibunya melalui plasenta. Namun kadar zat ini akan
cepat sekali menurun segera setelah bayi lahir. Badan bayi sendiri baru
membuat zat kekebalan cukup banyak sehingga mencapai kadar
protektif pada waktu berusia sekitar 9 sampai 12 bulan.pada saat kadar
zat kekebalan bawaan menurun, sedangkan yang dibentuk oleh badan
bayi belum mencukupi maka akan terjadi kesenjangan zat kekebalan
pada bayi.
Kesenjangan akan hilang atau berkurang apabila bayi diberi
ASI, karena ASI adalah cairan hidup yang mengandung zat kekebalan
yang akan melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi bakteri,
virus, parasit dan jamur.
Kolostrum mengandung zat kekebalan 10-17 kali lebih banyak
dari susu matang. Zat kekebalan yang terdapat pada ASI antara lain
akan melindungi bayi dari penyakit diare. ASI juga akan menurunkan
kemungkinan bayi terkena penyakit infeksi telinga, batuk, pilek dan
penyakit alergi.

Meningkatkan kecerdasan
Interaksi ibu-bayi dan kandungan nilai gizi ASI yang
dibutuhkan

untuk

perkembangan

system

saraf

otak

dapat

meningkatkan kecerdasan bayi. Penelitian menunjukkan bahwa IQ


pada bayi yang diberi ASI memiliki IQ point 4,3 lebih tinggi pada usia
18 bulan, 4-6 point lebih tinggi pada usia 3 tahun, dan 8,3 point lebih
tinggi pad usia 8,5 tahun, dibandingkan dengan bayi yang tidak diberi
ASI.

Membantu bayi mengkoordinasikan hisap, telan dan napas

Asuhan Kebidanan II ( Persalinan )___________________________________________________7

Belum sempurnanya koordinasi syaraf menelan, menghisap dan


bernafas, dapat terjadi pada bayi baru lahir. Dengan menghisap
payudara ketidak sempurnaan koordinasi syaraf tersebut dapat lebih
baik.

Meningkatkan jalinan kasih sayang ibu-bayi


Bayi yang sering berada dalam dekapan pada saat menyusu maka
akan merasakan kasih sayang ibunya. Ia juga akan merasa aman dan
tentram, terutama karena masih dapat mendengar detak jantung ibunya
yang telah dikenal sejak dalam kandungan. Perasan terlindung dan
disayangi inilah yang akan menjadi dasar perkembangan emosi bayi
membentuk kepribadian yang percaya diri dan dasar spiritual yang
baik. (2)

Mencegah kehilangan panas


Memeluk bayi akan membuat bayi tetap hangat dan merupakan
upaya pencegahan kehilangan panas yang sangat baik. Anjurkan ibu
untuk sesegera mungkin menyusukan bayinya setelah lahir.(3)

Merangsang kolostrum segera keluar


Rangsangan isapan bayi melalui serabut syaraf akan memacu
pengeluaran hormon prolaktin dan oksitosin. Semakin sering bayi
menghisap putting susu ibu maka semakin banyak pula ASI yang
dikeluarkan. Sehingga merangsang kolostrum segera keluar.

2.2.4 Keuntungan menyusu dini untuk ibu

Merangsang produksi oksitosin dan prolaktin


Rangsangan isapan bayi melalui serabut syaraf akan memacu
hipofise anterior untuk mengeluarkan hormon prolaktin ke dalam
aliran darah. Prolaktin memacu sel kelenjar untuk sekresi ASI. Makin
sering bayi menghisap makin banyak prolaktin dilepas oleh hipofise,
makin banyak pula ASI yang diproduksi oleh kelenjar.
Makin sering isapan bayi, makin banyak produksi ASI.
Sebaliknya berkurangnya isapan bayi menyebabkan produksi ASI
kurang. Mekanisme ini disebut mekanisme supply and demand. (4)

Asuhan Kebidanan II ( Persalinan )___________________________________________________8

Apabila bayi menyusu, maka gerakan menghisap yang


berirama akan menghasilkan rangsangan saraf yang terdapat di dalam
glandula pituitaria posterior. Akibat langsung refleks ini adalah
dikeluarkannya oksitosin dari pituitari posterior. Hal ini akan
menyebabkan sel-sel mioepitel ( sel laba-laba) di sekitar alveoli akan
berkontraksi dan mendorong air susu masuk ke dalam pembuluh
lactifer, dan dengan demikian lebih banyak air susu yang mengalir ke
dalam ampullae. (5)

Meningkatkan keberhasilan produksi ASI


Rangsangan isapan bayi melalui serabut syaraf akan memacu
pengeluaran hormon prolaktin dan oksitosin. Semakin sering bayi
menghisap putting susu ibu maka semakin banyak pula ASI yang
dikeluarkan dan meningkatkan keberhasilan produksi ASI.

Meningkatkan jalinan kasih sayang ibu-bayi


Bayi yang sering berada dalam dekapan pada saat menyusu
maka akan merasakan kasih sayang ibunya. Ia juga akan merasa aman
dan tentram, terutama karena masih dapat mendengar detak jantung
ibunya yang telah dikenal sejak dalam kandungan. Perasan terlindung
dan disayangi inilah yang akan menjadi dasar perkembangan emosi
bayi membentuk kepribadian yang percaya diri dan dasar spiritual
yang baik. (2)

2.2.5 Memulai menyusu dini akan :

Mengurangi 22 % kematian bayi berusia 28 hari ke bawah


Adanya faktor protektif dan nutrien yang sesuai dalam ASI
menjamin status gizi bayi baik serta kesakitan dan kematian anak
menurun. Beberapa penelitian epidemiologis menyatakan bahwa ASI
melindungi bayi dan anak dari penyakit infeksi, misalnya diare, dan
infeksi saluran akut bagian bawah. Kejadian diare paling tinggi
terdapat pada anak dibawah 2 tahun dengan penyebab rotavirus. Anak
yang diberikan ASI, mempunyai volume tinja lebih sedikit, frekuensi
diare lebih sedikit, serta lebih cepat sembuh dibanding dengan anak
yang tidak mendapat ASI. Manfaat ASI, kecuali karena adanya zat

Asuhan Kebidanan II ( Persalinan )___________________________________________________9

antibodi, juga nutrien yang berasal dari ASI seperti asma amino,
dipeptid, heksose menyebabkan penyerapan natrium dan air lebih
banyak, sehingga mengurangi frekuensi diare dan volume tinja. Bayi
yang diber ASI ternyata juga terlindubgi dari diare karena shigela,
karena kontaminasi makanan yang tercemar bakteri lebih kecil,
mendapatkan antibodi terhadap shigela dan imunitas seluler dari ASI,
memacu pertumbuhan flora usus yang berkompetisi terhadap baktei.
Adanya antibodi terhadap helicobacter jejuni dalam ASI melindungu
bayi dari diare oleh mikroorganisme tersebut. Anak yang tidak
mendapat ASI mempunyai risiko 2 samapai 3 kali lebih besar
menderita diare karena hellicobacter jejuni dibanding anak yang
mendapat ASI. (6)

Merangsang produksi susu


Rangsangan isapan bayi melalui serabut syaraf akan memacu
pengeluaran hormon prolaktin dan oksitosin. Semakin sering bayi
menghisap puting susu ibu maka semakin banyak pula ASI yang
dikeluarkan

Memperkuat refleks menghisap bayi. Refleks menghisap awal pada


bayi paling kuat dalam beberapa jam pertama setelah lahir
Belum sempurnanya koordinasi syaraf menelan, menghisap dan
bernafas, dapat terjadi pada bayi baru lahir. Dengan menghisap
payudara ketidak sempurnaan koordinasi syaraf tersebut dapat lebih
baik.

2.3 Langkah Inisiasi Menyusu Dini dalam Asuhan Bayi Baru Lahir
2.3.1 Langkah I :
Lahirkan, keringkan dan lakukan penilaian pada bayi
1.

Saat bayi lahir, catat waktu kelahiran.

Asuhan Kebidanan II ( Persalinan )___________________________________________________10

2.

Kemudian letakkan bayi di perut bawah ibu.

3.

Nilai usaha nafas dan pergerakan bayi apa diperlukan resusitasi atau
tidak (2 detik).

4.

Setelah itu, keringkan bayi. Setelah kering, selimuti bayi dengan kain
kering untuk menunggu 2 menit sebelum tali pusat di klem. Keringkan
tubuh bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya dengan
halus

tanpa

membersihkan

verniks.

Verniks

akan

membantu

menghangatkan tubuh bayi.


5.

Hindari mengeringkan tangan bayi. Bau cairan amnion pada tangan


bayi juga membantunya mencari puting ibunya yang berbau sama.

6.

Lendir cukup dilap dengan kain bersih. Hindari isap lendir di dalam
mulut atau mulut bayi karena penghisap dapat merusak selaput lendir
hidung bayi dan meningkatkan resiko infeksi pernapasan.

7.

Lakukan rangsangan taktil dengan menepuk atau menyentil telapak


kaki. Menggosok punggung, perut, dada atau tungkai bayi dengan
telapak tangan. Rangsangan ini dapat memulai pernapasan bayi serta
membantu bayi dapat bernapas lebih baik.

8.

Setelah satu menit mengeringkan dan menilai bayi, periksa kembali


uterus untuk :

Asuhan Kebidanan II ( Persalinan )___________________________________________________11

memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus (hamil tunggal)


kemudian

suntikkan intramuskular 10 UI oksitosin pada ibu agar uterus


berkontraksi baik. Biarkan bayi di atas handuk atau kain bersih di
perut ibu.

2.3.2 Langkah 2 :
Langkah kontak kulit dengan kulit selama paling sedikit satu jam
1.

Setelah 2 menit pasca persalinan, lakukan penjepitan tali pusat dengan


klem pada sekitar 3 cm dari dinding perut bayi. Dari titik jepitan, tekan
tali pusat dengan 2 jari, kemudian dorong isi tali pusat ke arah ibu.
Lakukan penjepitan kedua dengan jarak 2 cm dari tempat jepitan
pertama pada sisi ibu. Pemotongan tali pusat ditunda sampai tali pusat
berhenti berdenyut agar nutrien dan oksigen yang mengalir dari
plasenta ibu ke bayi lebih optimal.

2.

Kemudian pegang tali pusat diantara dua klem tersebut. Satu tangan
menjadi landasan tali pusat sambil melindungi bayi, dan tangan yang
lain memotong tali pusat di antara klem tersebut.

3.

Ikat puntung tali pusat dengan jarak kira-kira 1 cm dari dinding bayi
dengan tali yang steril. Lingkarkan tali di sekeliling puntung tali pusat
dan ikat untuk kedua kalinya dengan simpul mati di bagian yang
berlawanan agar simpulannya tidak mudah terlepas.

4.

Letakkan bayi tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga


bayi menempel di dada ibu. Kepala bayi harus berada di antara
payudara ibu, tapi lebih rendah dari puting, agar mempermudah bayi
untuk mencapai puting dan membiarkan bayi untuk memilih bagian
kanan atau kiri dari payudara ibu.

Asuhan Kebidanan II ( Persalinan )___________________________________________________12

5.

Kemudian selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di
kepala bayi untuk menjaga bayi tetap hangat dan merupakan upaya
pencegahan kehilangan panas yang sangat baik.

6.

Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling
sedikit satu jam. Mintalah ibu untuk memeluk dan membelai bayinya.
Hal ini dilakukan untuk menjaga bayi tetap hangat dan meningkatkan
jalinan kasih sayang antara ibu dengan bayi.Bila perlu letakkan bantal
di bawah kepala ibu untuk mempermudah kontak visual antara ibu dan
bayi. Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusu
dini dalam waktu 30-60 menit.

7.

Hindari membasuh atau menyeka payudara ibu sebelum bayi menyusu


karena bau puting payudara ibu sama dengan bau cairan amnion pada
tangan bayi sehingga memudahkan bayi untuk mencari puting ibu.

8.

Selama kontak kulit ke kulit tersebut, lanjutkan dengan langkah


manajeman aktif kala 3 persalinan karena semakin cepat plasenta
dikeluarkan maka kemungkinan terjadinya perdarahan pasca persalinan
akan terhindar.

Asuhan Kebidanan II ( Persalinan )___________________________________________________13

2.3.3 Langkah 3 :
Biarkan bayi mencari dan menemukan puting ibu dan mulai menyusu
1.

Biarkan bayi mencari dan menemukan puting dan mulai menyusu.

2.

Anjurkan ibu dan orang lainnya untuk tidak menginterupsi menyusui


misalnya memindahkan bayi dari satu payudara ke payudara lainnya
karena proses menyusu ini membutuhkan waktu dan adaptasi bagi
bayi, sehingga memindahkan bayi dari satu payudara ke payudara lain
akan menyebabkan kegiatan bayi untuk mencari puting susu ibu
terganggu dan berlangsung lama. Menyusu pertama biasanya
berlangsung sekitar 10-15 menit. Bayi cukup menyusu dari satu
payudara.

3.

Menunda semua asuhan bayi baru lahir normal lainnya hingga bayi
selesai menyusu. Tunda pula memandikan bayi 6-24 jam setelah bayi
lahir untuk mencegah terjadinya hipotermia.

4.

Usahakan untuk tetap menetapkan ibu dan bayi di ruang bersalin


hingga bayi selesai menyusu. Hal ini akan meningkatkan hubungan
kasih sayang antara ibu dengan bayi.

5.

Segera setelah bayi baru lahir selesai menghisap, bayi akan berhenti
menelan dan melepaskan puting karena merasa kenyang. Bayi dan ibu
akan merasa mengantuk karena merasa kelelahan setelah proses
menyusu. Bayi kemudian dibungkus dengan kain bersih lalu lakukan
penimbangan dan pengukuran bayi, memberikan suntikan vitamin K 1
untuk penyakit hemoragi dan mengoleskan salep antibiotik pada mata
bayi agar terhindar dari gonore yang dapat ditularkan oleh ibu. (4)
a. Jika bayi belum melakukan inisiasi menyusu dini dalam waktu 1
jam, posisikan bayi lebih dekat dengan puting ibu dan biarkan
kontak kulit dengan kulit selama 30-60 menit berikutnya.

Asuhan Kebidanan II ( Persalinan )___________________________________________________14

b. Jika bayi masih belum melakukan inisiasi menyusu dini dalam


waktu 2 jam, pindahkan ibu ke ruang pemulihan dengan bayi tetap
di dada ibu. Lanjutkan asuhan bayi baru lahir dan kemudian
kembalikan bayi kepada ibu untuk menyusu.
6.

Kenakan pakaian pada bayi atau tetap diselimuti untuk menjaga


kehangatannya. Tetap tutupi kepala bayi dengan topi selama beberapa
hari pertama. Bila suatu saat kaki bayi terasa dingin saat disentuh, buka
pakaiannya kemudian telungkupkan kembali di dada ibu sampai bayi
hangat kembali karena kontak kulit ke kulit itu merupakan upaya
pencegahan kehilangan panas yang sangat baik.

7.

Satu jam kemudian, berikan bayi suntikan Hepatitis B pertama (1) untuk
memberi perlindungan terhadap bayi baru lahir yang ibunya memiliki
antigen permukaan hepatitis B yang tidak terdiagnosis pada saat
pelahiran, dengan pemajanan selanjutnya pada bayi baru lahir.
Suntikan Hepatitis B pertama ini juga efektif mencegah penularan
perinatal pada banyak bayi baru lahir. (4)

8.

Lalu tempatkan ibu dan bayi di ruangan yang sama untuk


mempertahankan hubungan alamiah antara ibu dan bayi. Letakkan
kembali bayi dekat dengan ibu sehingga mudah terjangkau dan bayi
bisa menyusu sesering keinginannya. (1)

Langkah
1
2
3
4

Perilaku yang teramati


Bayi beristirahat dan melihat
Bayi mulai menecakkan bibir dan

Perkiraan waktu
30 menit pertama
30-60 menit setelah

membawa jarinya ke mulut


Bayi mengeluarkan air liur
Bayi menendang, menggerakkan kaki,

lahir dengan kontak

bahu, lengan dan badannya ke arah dada

kulit dengan kulit terus


menerus tanpa terputus

ibu dengan mengandalkan indra


5

penciumannya
Bayi melekatkan mulutnya ke puting ibu

Asuhan Kebidanan II ( Persalinan )___________________________________________________15

Gambar 1-2 : Inisiasi Menyusu yang Salah

2.4

ASUHAN KALA II

2.4.1

Pemantauan Ibu
1. Kontraksi
Kontraksi selama kala dua terjadi secara sering, kuat, dan sedikit lebih lama-

yaitu, sekitar setiap dua menit, berlangsung selama 60 sampai 90 detik- intensitas
kuat, dan berlangsung ekspulsif secara alamiah. Setelah kontraksi disertai nyeri hebat
yang di alami selama tahap transisi, wanita biasanya merasa lega pada saat di kala dua
dan mampu mendorong jika dia menginginkannya. Untuk sebagian besar wanita,
mendorong memberikan kepuasan penuh karena membuat wanita merasa terlibat
secara aktif dan dapat melakukan hal itu dengan baik juga karena usaha mereka
mempercepat tahap klimaks persalinan mereka. Kemampuan mengantisipasi meliputi
periode ini. Wanita biasanya tidak merasa kontraksi sebagai hal yang sangat nyeri;
sebaliknya mereka merasakan kombinasi kontraksi dan mendorong sebagai hal yang
melelahkan. Di pihak lain, beberapa wanita merasakan nyeri akut setiap kali
mendorong dan melawan kontraksi dan setiap usaha untuk mendorong. Biasanya
orang seperti ini merasa cukup takut; sering kali perlawanannya berkurang pada ia
ditenangkan dan dibantu untuk mendorong secara efektif dan sejumlah anestesia
alamiah dihasilkan karena tekanan kepala bayi pada otot pelvis dan jaringan lain.
Setelah kontraksi otot rahim tidak berelaksasi kembali ke keadaan sebelum
kontraksi tapi menjadi sedikit lebih pendek walaupun tonusnya seperti sebelum
kontraksi, yang disebut retraksi. dengan retraksi, rongga rahim mengecil dan anak
berangsur didorong ke bawah dan tidak banyak naik lagi ke atas setelah his hilang.

Asuhan Kebidanan II ( Persalinan )___________________________________________________16

retraksi ini mengakibatkan SAR makin tebal dengan majunya persalinan apalagi
setelah bayi lahir.
Kontraksi tidak sama kuatnya, tapi paling kuat di daerah fundus uteri dan
berangsur berkurang ke bawah dan paling lemah pada SBR. sebagian dari isi rahim
keluar dari SAR diterima oleh SBR sehingga SAR makin mengecil sedang SBR
makin diregang dan makin tipis dan isi rahim pindah ke SBR sedikit demi sedikit.(7)
2. Tanda Tanda Kala II
Gejala dan tanda persalinan kala dua persalinan adalah:
-

Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi, karena


adanya kontraksi dan penurunan sehingga ada perasaan ingin meneran.

Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum dan vaginanya


karena adanya desakan untuk mengejan akibat kantung amnion atau bagian
terendah janin terdorong ke depan melalui serviks yang berdilatasi dan
menekan rektum

Perineum menonjol karena adanya penekana pada perineum oleh kepala bayi.

Vulva- vagina dan sfingter ani membuka karena adanya penurunan kepala
sehingga adanya penekanan pada perineum.

Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah karena porsio yang


semakin berdilatasi yang menyebabkan pembuluh darah yang melebar
sehingga ada darah yang keluar. Lendir karena adanya penekanan kepala pada
porsio.

Tanda pasti kala dua ditentukan melalui periksa dalam yang hasilnya adalah:
-

Pembukaan serviks telah lengkap.

Terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina.(1)


Seperti kala satu persalinan, perilaku wanita dan manisfestasi fisik selama kala

dua juga mencerminkan kemajuan. Keinginan untuk mendorong yang tidak dapat
ditahan biasanya merupakan tanda tibanya kala dua persalinan. Namun, hal ini tidak
selalu benar, terutama jika kepala janin belum turun sepenuhnya ke dalam pelvis.
Dalam keadaan seperti itu, wanita dapat tidak merasakan desakan untuk mendorong
karena mekanisme refleks yang membuat ingin mendorong tidak terjadi sampai
kepala janin menekan dasar pelvis. Untuk wanita yang merasa ingin mendorong
setelah memasuki tahap kedua persalinan memberi anda informasi bahwa telah terjadi
penurunan derajat tertentu. Penurunan kepala janin juga dapat dideteksi dengan
Asuhan Kebidanan II ( Persalinan )___________________________________________________17

penurunan auskultasi denyut jantung janin secara progresif dan penurunan titik nyeri
punggung secara progresif. Konfirmasi, jika perlu, dilakukan dengan pemeriksaan
dalam.
Sebaliknya, beberapa wanita merasakan keinginan untuk mendorong sebelum
masuk kala dua. Hal ini terjadi ketika letak kepala janin terlalu rendah dalam pelvis.
Mekanisme refleks (refleks Ferguson) di mulai terlalu awal dan membuat wanita
secara konstan ingin melakukan defekasi. Akibatnya, wanita sering meminta pispot
atau pergi ke kamar mandi. Kondisi ini merupakan kondisi yang sulit untuk wanita
karena tidak boleh mendorong sebelum dilatasi serviks lengkap. Tindakan mendorong
pada saat ini dapat menyebabkan edema serviks dan mudah rusak serta menyebabkan
laserasi serviks, yang pada akhirnya dapat mengakibatkan perdarahan.
Penonjolan rektum, penonjolan perineum, dan kemajuan kepala janin yang
terlihat pada introitus vagina merupakan indikasi persalinan akan terjadi sebentar lagi.
Jika wanita yang hampir atau sudah dalam kala dua tiba-tiba merasa ingin ke kamar
mandi, bidan harus bertanya kepada wanita tersebut apakah ia ingin berkemih atau
ingin defekasi. Jika jawabannya ingin defekasi, bidan perlu memastikan apakah
wanita benar-benar ingin defekasi atau hanya merasakan tekanan, mungkin ia
merasakan bayi akan lahir. Tanda lain pelahiran yang akan segera terjadi, dan hampir
selalu benar adalah ekspresi verbal wanita, bayi saya akan lahir! 99,99% kejadian
tersebut benar-benar diakhiri dengan lahirnya bayi, sering kali terjadi walaupun
pemeriksaan dalam beberapa menit sebelumnya, temuan berlawanan (bayi belum
akan lahir). Tidak mendengarkan wanita tersebut merupakan salah satu kesalahan
terbesar yang dapat dilakukan praktisi.(8)
3. Keadaan Umum
Tanda Vital
Frekuensi pemeriksaan tanda-tanda vital meningkat selama kala dua
persalinan. Frekuensi ini mungkin sedikit bervariasi pada setiap tempat pelayanan
kesehatan atau dari dokter ke dokter lain, tetapi secara umum standar yang diterima
untuk wanita normal selama kala dua persalinan adalah bahwa tekanan darah wanita
harus diperiksa setiap 15 menit dan suhu, denyut nadi, serta pernapasannya harus
diperiksa setiap jam (apakah ketuban sudah pecah tidak lagi memengaruhi frekuensi
pemeriksaan). Penting untuk di ingat dalam menginprestasikan tekanan darah bahwa
tekanan darah di antara kontraksi (waktu seharusnya dilakukan pemeriksaan) pada
Asuhan Kebidanan II ( Persalinan )___________________________________________________18

saat ini normalnya meningkat dengan rata-rata 10 mm Hg jika wanita telah melakukan
upaya dorongan.
Kandung Kemih
Penatalaksanaan kandung kemih wanita selama kala dua persalinan dan
rasional penatalaksanaan itu sama seperti penatalaksanaan yang dibahas untuk kala
satu persalinan. Selain itu, bidan harus memutuskan apakah wanita memerlukan
kateterisasi segera sebelum pelahiran. Ungkapan segera sebelum melahirkan berarti
sebagian bagian rangkaian kejadian dalam mempersiapkan kelahiran; jadi tindakan ini
dilakukan hampir mendekati akhir kala dua persalinan. Jika kateterisasi diperlukan,
biasanya dilakukan sebelum prosedur yang lain, seperti pudendal block atau
melakukan episiotomi. Penentuan waktu seperti ini dipilih sehingga kateter dapat
dimasukan sebelum kepala janin lebih turun ke dalam pelvis, karenan penurunan
kepala janin lebih lanjut dapat menyebabkan katetetrisasi lebih sulit.
Faktor yang harus dipertimbangkan dalam memutuskan perlunya melakukan
kateterisasi pada saat ini adalah sebagai berikut:
1. Ketidaknyamanan bagi wanita. Kateterisasi merupakan prosedur yang tidak
nyaman, jika tidak menimbulkan nyeri. Di lain pihak, distensi kandung kemih
dapat menambah rasa nyari yang di alami di bagian bawah abdomen.
2. Apakah kandung kemih perlu dikosongkan:
a. Apakah kandung kemih distensi?
b. Apakah wanita telah berkemih dalam 2 jam terakhir?
c. Apakah cairan yang masuk sejak terakhir berkemih?
3. Peningkatan risiko infeksi kandung kemih akibat kateterisasi.
4. Apakah anda mengantisipasi komplikasi yang mungkin terjadi (mis:
perdarahan segera pascapartum; distosia bahu). Penatalaksanaan kedua
komplikasi tersebut adalah agar wanita memiliki kandung kemih yang kosong.
Waktu tidak terbuang percuma, jika kandung kemih sudah dipastikan kosong.
Secara umum, jika kandung kemih wanita benar- benar distensi dan tidak
mampu berkemih dan mengosongkan kandung kemihnya, anda harus mengambil
keputusan untuk melakukan kateterisasi guna menghindari trauma kandung kemih,
mengurangi ketidaknyamanan abdomen bagian bawah, dan menghindari masalah
kandung kemih dalam kasus komplikasi yang telah dijelaskan sebelumnya. Jika
kandung kemihnya tidak benar- benar mengalami distensi, pengambilan keputusan
Asuhan Kebidanan II ( Persalinan )___________________________________________________19

didasarkan pada perhitungan anda terhadap probabilitas wanita mengalami satu atau
dua komplikasi. Probabilitas yang rendah tidak memerlukan kateterisasi. Probabilitas
yang tinggi memerlukan kateterisasi jika wanita itu baru- baru ini berkemih, walaupun
distensi kandung kemih tidak jelas. Wanita harus mengakhiri tahap persalinan ini
dengan kandung kemih yang kosong. Pastikan agar wanita mendapatkan pemantauan
kandung kemih yang cermat selama kala satu dan kala dua persalinan dan gunakan
semua cara agar wanita berkemih secara alamiah. Wanita yang dirawat oleh bidan
biasanya tidak memerlukan kateter.
Jika kateterisasi harus dilakukan dan kepala janin berada dalam pelvis minor,
arah kateter berbeda dari biasanya. Uretra berubah posisi karena kepala janin dan
menyesuaikan dengan konturnya. Oleh karena itu, segera setelah memasukan kateter
ke atas dan melewati kepala janin sambil mengarahkan ke dalam. Sebaliknya,
memasukan kateter denganarah lurus saja seperti biasa akan membuat kateter anda
tidak dapat masuk dan anda hanya berhasil menyebabkan trauma uretra. Kadangkadang sangat membantu membelat uratra melalui vagina dengan meletakan jari di
bawah kateter pada saat dimasukan. Gerakan kateter ke arah atas dan melalui kepala
janin berarti lebih banyak kateter yang di masukkan ke dalam vagina uretra di
bandingkan biasanya sebelum mencapai kandung kemih (petunjuk yang sama ini
digunakan untuk mengkateterisasi wanita selama kala satu persalinan dan kepala janin
berada pada pelvis minor).(7)
Hidrasi dan kondisi umum
Penatalaksanaan kedua area tersebut dan rasionalnya selama kala dua
persalinan sama seperti penatalaksanaan kala satu persalinan. Namun, hidrasi
selanjutnya dipengaruhi oleh hilangnya cairan melalui kulit dalam bentuk keringat
selama kala dua persalinan. Wanita dapat berkeringat banyak akibat upaya
mendorong, terutama jika lingkungan tidak difasilitasi dengan AC dan berada dalam
area yang secara geografis panas dan lembab. Hal itu membuat perhatian terhadap
cairan bahkan menjadi lebih vital.
Kondisi wanita selama kala dua persalinan akan bergantung pada kondisi
umumnya di akhir kala satu persalinan. Jika wanita memasuki tahap kedua persalinan
sudah kehabisan tenaga, ia akan mengalami kesulitan mengerahkan tenaga yang
diperlukan untuk mendorong terutama jika ia primigravida. Hal ini disebabkan ratarata lama kala dua persalinan pada primigravida lebih panjang dibandingkan pada

Asuhan Kebidanan II ( Persalinan )___________________________________________________20

multipara. Namun, masalah ini sering kalai dapat diatasi, jika wanita yakin bahwa
persalinan akan segera terjadi. Oleh karena itu, bidan harus memasukan ide itu ke
dalam pikiran wanita. Hal ini tidak sulit, karena hal itu benar- karena kelahiran segera
terjadi, terutama dalam perbandingan dengan lama kala satu persalinan. Sebagian
wanita berespon baik terhadap tanda-tanda kemajuan persalinan. Mungkin tidak ada
semangat yang lebih besar untuk wanita selain ketika melihat penonjolan pada rektum
dan perineumnya serta warna rambut bayinya (jika presentasi sefalik) dan menyentuh
kepala bayi. Cermin diletakan ditempat yang memungkinkan wanita melihat bahwa
dampak upaya mendorongnya sangat bermanfaat untuk tujuan ini.(8)
Upaya Mendorong pada Ibu
Upaya mendorong yang dilakukan ibu harus di evaluasi keefektifannya. Bukti
keefektifannya adalah penurunan kepala janin yang progresif dan rangkaian
mekanisme persalinan yang di alami janin. Hal ini biasanya dibuktikan dengan urutan
penonjolan perineum, dan pada akhirnya mampu melihat pertambahan bagian
presentasi janin yang terus terjadi di orifisium vagina yang membesar. Dalam kondisi
tidak adanya kemajuan, penting menevaluasi kembali keadekuatan pelvis dan
menyingkirkan berhentinya mekanisme persalinan dengan pemeriksaan dalam yang
teliti. Apabila kedua kesulitan itu tidak terjadi, masalahnya mungkin dorongan tidak
efektif atau hambatan psikologis. Bahwa hambatan psikologis seperti itu dapat
mempengaruhi kemajuan persalinan adalah observasi lama yang ditemukan dengan
cara lain. Efek keadaan psikologis wanita pada persalinan lebih mudah terlihat di luar
area rumah sakit, tempat ketika emosi wanita kurang dikendalikan oleh tekanan
lingkungan eksternal. Perubahan dramatis dala kemajuan persalinan dapat
dipengaruhi dengan apa pun mengatasi psikikologis yang dimiliki wanita.
Pendukung upaya mendorong spontan atau fisiologis terus berjuang
melawan pihak yang mendukung upaya mendorong dengan mendesak wanita untuk
terus menerus mendorong sambil menahan napas ketika dilatasi telah lengkap, yang
ditentukan dengan pemeriksaan dalam. Ada dua isu yang terlibat dalam kontroversi
ini. Pertama adalah kapan memulai usaha mendorong dan kedua adalah bagaimana
cara mendorong.
Kapan dimulainya usaha mndorong sangat dipengaruhi oleh persoalan
kebijakan, pedoman atau protokol tentang lama kala dua persalinan sebelum
intervensi dilakukan apabila kala dua tidak diselesaikan dalam karengaka waktu

Asuhan Kebidanan II ( Persalinan )___________________________________________________21

tersebut. Kepatuhan yang kaku terhadap batas dua jam yang sering digunakan
bertolak dari analisis grafik-statik Friedman tentang lama persalinan memotivasi
banyak klinisi untuk secara kuat mendukung upaya mendorong ibu sesegera mungkin
setelah dilatasi lengkap. Hal ini dilakukan dalam upaya untuk melaksanakan tugas
dalam batasan waktu yang ditentukan sebelum trauma akibat alat- alat atau intervensi
bedah terjadi. Mendorong yang berlebihan terhadap upaya mendorong mencerminkan
ketidak sabaran secara umum, yang berkembang karena kebutuhan untuk segera
melihat bukti bahwa janin menagalami kemajuan dengan aman melewati meknisme
persalinan.
Hilangnya skenario ini merupakan keputusan klinis yang didasrkan pada
kesejahteraan baik ibu maupun bayi dan pada kemjuan persalinan. Jika kondisi ibu
dan janin baik terdapat bukti kemajuan persalinan kepala janin, tidak ada dasar untuk
menggunakan batasan waktu. Penelitian telah menunjukan bahwa tidak ada hubungan
yang signifikan antara durasi kala dua dan mortalitas perinatal, skor APGAR 5- menit
pertama dibawah 7, kejang neonatus, atau pasien masuk ke perawatan intensif bayi.
Namun apabila terdapat bukti bahwa ibu kehabisan tenaga, atau intoleransi janin
terhadap stres pada kala dua persalinan pada gawat janin, kemudian intervensi yang
cepat diindikasikan. Tidak adanya kemajuan penurunan atau rotasi internal secara
mutlak dalam dua jam juga merupakan suatu indikasi intervensi.
Parameter yang lebih signifikan dalam durasi kala dua persalinan adalah lama
waktu yang dihabiskan wanita untuk mendorong secara aktif, bukan waktu sejak
dilatasi lengkap sampai pelahiran. Awal kala dua persalinan sulit untuk ditentukan
dengan pasti karena hanya dapat ditentukan dengan pemeriksaan dalam. Tidak
memeriksa serviks wanita sampai ia menunjukan dengan jelas desakan untuk
mendorong nenunjukan realitas mengenai durasi kala dua dan menjelaskan kembali
pemulaan kala dua sebagai kombinasi dilatasi lengkap dan upaya mendorong spontan.
Cara mendorong merupan perkara pernapasan dan posisi. Secara umum
terdapat dua jenis pernapasan yang sangat berbeda, yang berhubungan dengan
mndororng. Salah satu yang sering digunakan adalah perasat valvasa, yaitu dengan
menarik napas dalam, menahannya, dan menghembuskan melawan glotis biasanya
dalam hitungan samapi 10. wanita didorong melakukan tiga dorongan keluar yang
baik setiap kali kontraksi. Terdapat bukti potensial tentang kerugian perasat Valvasa,
penutupan glotis membuat upaya mendorong terjadi terus menerus. Efek merugikan
Asuhan Kebidanan II ( Persalinan )___________________________________________________22

mencakup penurunan darah teroksigenasi ke placenta sehingga mengakibatkan


hipoksia janin, insiden trauma perineum yang lebih tinggi (laserasi, episiotomi), ibu
mengalami kehabisan tenaga, dan potensi terjadi sistokel dan inkontinensia urine:
stres serta prolaps uterus akibat peregangan ligamentum kardinal.
Jenis pernapasan lain adalah pernapasan spontan atau fisiologis yang
dihembuskan wanita pada saat ia secara involunter mendorong dalam periode singkat
5 sampai 7 detik atau kurang dan mengambil napas beberapa kali di antara dororngan.
Jenis mendorong dengan glotis terbula ini terjadi ketika bagian presentasi janin berada
pada stasiun +1 dan telah mencapai dasar panggul. Tekanan pada adasar panggul
menstimulasi refleks Ferguson dipicu oleh setiap kontraksi dan diaktifkan segera
setelah awitan kontraksi ketika mulai menuju puncak. Penelitian menunjukan bahwa
tidak ada perubahan dalam Ph darah arteri tali pusat dan bahwa kala dua singkat.
Tidak ada efek merugikan yang terlihat, dan efek merugikan pada pada perasat
Valvasa bernapas dan mendorong dihindari. Permintaan agar wanita mendorong
hanya ketika ia merasa ingin mendorong merupakan pendekatan yang sangat alami
sekali sehingga kadang kala mengurangi hiruk pikuk yang mengganggu usaha wanita
untuk mendorong dan mengganggu kemungkinan situasi bernapas yang rileks dan
tenang sebelumnya serta usaha mendorong pada saat kontraksi.
Posisi yang memfasilitasi dorongan pada kala dua dapat posisi pap pun,
kecuali supine. Posisi supine mengganggu perfusi uterus dan kesejajaran kepala janin
dengan pelvis ibu. Posisi yang utama dapat memfasilitasi penurunan bagian presentasi
janin selama kala dua adalah posisi tegak lurus, seperti berdiri, duduk , dan jongkok.
Posisi berbaring miring, duduk, berjongkok, dan posisi tangan lutut belum
memperlihatkan efek merugikan. Naun, terdapat beberapa bukti peningkatan risiko
kehilangan darah pada pelahiran di kursi dan laserasi derajat tiga pada posisi berdiri.
Mengajari wanita cara mendorong secara efektif mungkin dilakukan untuk
wanita yang tidak mengalami refleks Ferguson, seperti pada wanita dengan anestesia
epidural atau ketika kepala janin belum turun ke dasar pelvis. Mengajarkan wanita
cara mendorong ketika ia mengalami komplikasi dan perlu mendorong sebelum
sebelum ia merasakan desakan alami untuk mendorong merupakan hal yang kritis.
Terdapat juga kondisi ketika upaya mendorong alami ibu tidak efektf dan wanita perlu
di ajarkan cara mendorong yang efektif, yaitu yang kadang kala terjadi pada wanita
yang ketakutan karena tidak memiliki persiapan untuk kelahiran bayi. Pernapasan
yang menstimulasi dorongan fisiologis spontan, posisi tubuh, dan posisi lengan serta
Asuhan Kebidanan II ( Persalinan )___________________________________________________23

tindakan merupakan hal yang penting untuk diajarkan kepada wanita tentang cara
mendorong.(4)
4. Kemajuan Persalinan
Pada nullipara, engagment biasanya terjadi ketika awitan persalinan sejati dan
tidak lebih lama daripada fase aktif kala satu persalinan. Philpott dan Castle
menemukan bahwa primigravida yang berasal dari Rhodesia Afrika tidak mengalami
engagement sampai akhir kala satu persalinan. Tidak adanya engagement sampai
akhir kala satu persalinan pada multipra adalah abnormal. Bagian presentasi janin
mulai turun selama kala satu persalinan dan, menurut Friedman, mencapai kecepatan
maksimum pada saat dan ketika mendekati akhir kecepatan maksimum dalam dilatasi
serviks, dan terus mengalami penurunan melewati kala dua persalinan sampai
mencapai dasar perineum. Friedman menetapkan bahwa kecepatan maksimum ratarata penurunan adalah 1,6 cm per jam pada nullli para dan 5,4 cm per jam pada
multipara. Lama kala dua rata- rata, menurut Friedman, adalah 46 menit untuk
primigravida dan 14 menit untuk multipara. Pada umumnya, kala dua yang lebih lama
dari dua jam untuk primigravida atau 1 jam untuk multipara dianggap abnormal oleh
mereka yang setuju dengan Friedman. Namun, telah ada pernyataan bahwa batas dua
jam tidak mengindikasikan perlunya pelahiran bayi dengan forceps atau vakum
ekstraktor sepanjang terdapat kemajuan penurunan dan tidak ada gawat janin. Studi
oleh Klipatrick dan Laros pada hampir tujuh ribu wanita yang diperbolehkan
melahirkan tanpa gangguan sampai pelahiran spontan menetapkan ada perbedaan
durasi yang signifikan secara statistik baik pada kala satu maupun kala dua persalinan,
bergantung pada apakah konduksi anestesi digunakan. Setiap diskusi mengenai durasi
persalinan, sehingga, harus menimbang apakah wanita menerima blok epidural yang
dapat menyebabkan persalinan memanjang secara signifikan. Rata-rata lama kala dua
persalinan untuk 1472 wanita tanpa anestesi dalam studi oleh Albers, Schiff, dan
Gorwoda memiliki temuan yang hampir sama, yaitu 53 menit untuk nullipara dan 17
menit untuk multipara. Dalam studi populasi mereka, mereka menemukan kala dua
lebih singkat secara statistik, yaitu rata- rata 43 menit untuk nullipara indian
keturunan amerika sedangkan rata-rata 60 menit untuk nullipara kulit putih bukan
keturunan hispanik. Studi oleh Diegman, Andrews, dan Niemczura menemukan
perbedaan etnis lebih lanjut dengan rata-rata lama persalinan tahap kedua 31,6 menit
untuk nullipara Amerika-Afrika dan 44,3 menit untuk nullipara Puerto Rico.

Asuhan Kebidanan II ( Persalinan )___________________________________________________24

Pada proses persalinan alamiah sering kali terdapat periode tenang atau diam,
diantara kala satu dan dua. Kontraksi kuat pada saat transisi sekarang sudah berlalu
dan serviks berdilatasi penuh. Tubuh wanita tampak beristirahat sebelum memulai
usaha ekspulsi. Kontraksi jarang dan tidak begitu intens. Wanita beristirahat dan dapat
tidur sejenak. Periode tenang ini dapat berlangsung selama satu jam dan lebih dan
lebih lama pada primigravida di bandingkan pada multigravida. Secara bertahap
terjadi gerakan bersamaan dengan turunnya kepala janin melalui pelvis; kontraksi
menjadi lebih kuat dan wanita mulai mengejan secara sadar sambil melalakukan
dorongan singkat yang bersuara saat ekspirasi. Suara yang dikeluarkan wanita dapat
berasal dari leher dan wajahnya menjadi berubah karena usaha yang dilakukannya. (9)
2.4.2

Pemantauan janin
1. Pemantauan Janin Sebelum Lahir
Frekuensi DJJ
Pada janin beresiko rendah, selama persalinan kala II frekuensi denyut jantung

hendaknya di auskultasi sekurang-kurangnya 15 menit, sementara pada mereka yang


beresiko tinggi, dianjurkan interval 5 menit. Perlambatan frekuensi DJJ yang
diinduksi oleh kompresi kepala lazim terjadi selama kontraksi dan daya ekfulsif ibu
yang menyertainya. Bila frekuensi DJJ setelah kontraksi segera mengalami pemulihan
dan daya ekspulsif ibu berhenti, persalinan dapat dilanjutkan. Tidak semua kasus
perlambatan frekuensi DJJ pada persalinan kala II disebabkan oleh kompresi kepala.
Kuatnya daya yang ditimbulkan oleh uterus akibat kontraksi dan daya eksfulsif ibu
dapat sangat menurunkan perfusi plasenta. Turunnya janin melalui jalan lahir dan
berkurangnya volume uterus sebagai konsekuensinya dapat mencetuskan pelepasan
dinding plasenta dalam derajat tertentu. Yang selanjutnya dapat mengancam
kesejahteraan janin. Penurunan janin kemungkinan besar akan mengencangkan lilitan
tali pusat di sekeliling janin, terutama di leher, sehingga dapat menyumbat aliran
darah

umbilikus.

Mengejan

yang

berkepanjangan

dan

tanpa

henti

dapat

membahayakan janin dalam keadaan ini. Takhikardi ibu, yang lazim terjadi pada kala
II, tidak boleh disalahartikan sebagai frekuensi DJJ normal.
Penurunan kepala bayi
Penurunan kepala bayi setiap 30 menit melalui pemeriksaan abdomen (periksa
luar) dan periksa dalam setiap 60 menit atau jika ada indikasi, hal ini dilakukan lebih
cepat.
Asuhan Kebidanan II ( Persalinan )___________________________________________________25

2. Pemantauan Saat Bayi Lahir


Pada saat kepala bayi dilahirkan, wajah segera dibersihkan dan mulut serta
hidung disedot. Sebelum mengklem dan memotong tali pusat, hal yang bermanfaat
untuk menyedot mulut dan faring lagi sambil bayi masih digantung dengan kepala di
bawah. Begitu tali pusat telah diputuskan, bayi segera diterlentangkan dengan kepala
lebih rendah dan dibalik ke samping di ruang penghangat yang telah dilengkapi
dengan pengatur suhu dan perawatan intensif segera. Untuk mengurangi kehilangan
panas, bayi dilap sampai kering.
Individu yang membantu kelahiran bayi bertanggungjawab untuk perawatan
segera pascalahir sampai orang yang mempunyai kualifikasi tiba. Seseorang yang
mempunyai kualifikasi untuk melakukan resusitasi neonatus harus segera disediakan
di rumah sakit pada saat persalinan.
Evaluasi janin
Sebelum dan selama proses kelahiran, perhatian cermat, harus diberikan pada
penentu kesejahteraan bagi neonatus sebagai berikut:
1. Status kesehatan ibu
2. Komplikasi prenatal
3. Komplikasi persalinan
4. Usia gestasi
5. Lamanya persalinan
6. Lamanya pecah ketuban
7. Jenis, jumlah, waktu, dan rute pemberian obat-obatan
8. Setiap kesulitan pada kelahiran
Bayi di inspeksi untuk setiap kelainan yang terlihat. Tali pusat dipotong,
kemudian janin ditangani oleh asisten yang terlatih untuk perawatan lebih lanjut.
Petugas yang akan segera bertugas merawat bayi tersebut hendaknya
mengamati pernapasan dari dekat dan memeriksa frekuensi denyut jantung bayi.
Frekuensi denyut jantung dapat ditentukan dengan auskultasi pada dada atau palpasi
di pangkal tali pusat. Denyut jantung yang mudah dilihat sebanyak 100/menit atau
lebih dapat diterima. Bradikardia menetap memerlukan resusitasi segera. Berikutnya
mulut, nares, dan faring dengan hati-hati disedot.

Asuhan Kebidanan II ( Persalinan )___________________________________________________26

Sebagian besar bayi normal mengambil napas dalam beberapa detik setelah
lahir dan menangis dalam setengah menit. Kalau pernapasannya lambat, pengisapan
mulut dan faring diikuti tepukan pada telapak kaki dan usapan punggung, biasanya
merangsang pernapasan. Pemanjangan interval ini melebihi satu dan dua menit,
menunjukkan abnormalitas. Kekurangan bernapas yang berkelanjutan memerlukan
resusitasi aktif.
Cara yang sangat tepat untuk mengevaluasi bayi adalah sistem nilai APGAR
yang diterapkan pada 1 menit dan 5 menit setelah lahir. Nilai APGAR pada menit
pertama menentukan perlunya resusitasi segera. Kebanyakan bayi pada saat lahir
memiliki kondisi yang bagus, yang diperlihatkan dengan nilai APGAR 7-10 dan tidak
memerlukan bantuan selain mungkin pengusapan daerah sederhana. Nilai APGAR 10
dalam kenyataan sangat jarang. Bayi dengan nilai 4-6 pada menit pertama akan
menampakkan depresi pernapasan, lemas (flacid), dan tampak pucat sampai biru.
Namun, frekuensi denyut jantung dan iritabilitas refleknya baik. Bayi dengan nilai 03, biasanya mempunyai denyut jantung yang lambat sampai tak terdengar dan respon
refleks rendah untuk tidak ada. Resusitasi termasuk fentilasi buatan, hendaknya segera
dimulai. Bayi seperti ini seringkali mudah dikenali. Mereka lemas, apneu, dan sering
berlumuran mekonium, dan biasanya denyut jantung dibawah 100.
Nilai APGAR adalah alat klinis yang sangat berguna untuk mengidentifikasi
neonatus yang membutuhkan resusitasi, serta untuk menunjukkan efektifitas berbagai
nilai resusitasi. Sayangnya, beberapa usaha telah dilakukan tanpa data yang
mendukung untuk mengaitkan nilai APGAR dengan kejadian antenatal atau hasil
jangka panjang. Atas alasan yang tidak sepenuhnya jelas, telah disusun suatu definisi
asfiksia yang salah, berdasarkan angka nilai APGAR belaka. Karena kesalahan
konsep ini, American College of Obstetricians and Gynecologists (1986) dan
American Academy of Pediatrics (1986) mengeluarkan suatu pernyataan bersama
tentang penggunaan dann penyalahgunaan nilai APGAR.(4)
2.5 Menolong Persalinan dengan cara APN IMD
I. MENGENAL GEJALA DAN TANDA KALA DUA
1. Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan Kala Dua
Ibu merasa ada dorongan kuat dan meneran
Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan vagina

Asuhan Kebidanan II ( Persalinan )___________________________________________________27

Perineum tampak menonjol


Vulva dan sfinger ani membuka

II. MENYIAPKAN PERTOLONGAN PERSALINAN


2. Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk menolong
persalinan dan menatalaksana komplikasi ibu dan bayi baru lahir. Untuk asfiksia
sediakan tempat datar dan keras, 2 kain dan 1 handuk bersih dan kering, lampu
sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi
Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali pakai di dalam
partus set, Mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan menempatkan tabung
suntik steril sekali pakai di dalam partus set.

Peralatan yang digunakan :


Tensi meter

Asuhan Kebidanan II ( Persalinan )___________________________________________________28

Stetoskop
Termometer
Monoaural/laenec
1. Peralatan untuk perlindungan diri :
-

Kacamata

Masker

Apron

Sepatu atau sendal tertutup

2. Peralatan untuk ibu dan bayi:


-

Handuk

Alas bokong

Selimut pengganti

Pembalut dan celana dalam

Pakaian ibu

Dua buah kain

Dua buah waslap

Tempat plasenta

3. Peralatan pencegahan infeksi :


-

Tempat sampah medis dan kering


Larutan klorin 0,5 %, baskom air DTT, dan tempat baju kotor

4. Peralatan partus (partus set) :


-

Dua pasang sarung tangan

Satu gunting episiotomi

Satu gunting tali pusat

Dua buah klem

Alat pemecah ketuban (1/2 kohor)

Catter nellaton

Kassa

Benang untuk mengikat tali pusat

5. Peralatan Hecting :
-

Sarung tangan

Duk

Nailfoder

Gunting benang

Asuhan Kebidanan II ( Persalinan )___________________________________________________29

Pinset anatomis

Pinset sirurgis

Kassa

Kapas DTT dan kapas alkohol

Air DTT

Bengkok

Korentang

6. Peralatan resusitasi :
-

Meja Resusitasi

Jam dinding

Selimut bayi

Pengganjal bahu bayi

Balon dan sungkupnya

Bola karet

Deli

3. Pakai celemek plastik


4. Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci tangan dengan
sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan tangan dengan tissue atau
handuk pribadi yang bersih dan kering
5. Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk periksa dalam

6. Masukan oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan tangan yang memakai sarung
tangan DTT dan steril (pastikan tidak terjadi kontaminasi pada alat suntik)

Asuhan Kebidanan II ( Persalinan )___________________________________________________30

III. MEMASTIKAN PEMBUKAAN LENGKAP DAN KEADAAN JANIN BAIK


7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan ke
belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang dibasahi air DTT
Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja, bersihkan
dengan seksama dari arah depan ke belakang
Buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam wadah yang
tersedia
Ganti sarung tangan jika terkontaminasi (dekontaminasi, lepaskan dan
rendam dalam larutan klorin 0,5 % -> langkah 9
8. Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap.
Bila selaput ketuban dalam pecah dan pembukaan sudah lengkap maka
lakukan amniotomi

9. Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih


memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5 % kemudian lepaskan dan
rendam dalam keadaan terbalik dalam larutan klorin 0,5 % selama 10 menit. Cuci
tangan setelah sarung tangan dilepaskan.
10. Periksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi/saat relaksasi uterus untuk
memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120-160x/menit)
a. Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal
b. Mendokumentasikan hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya pada
partograf
IV. MENYIAPKAN IBU DAN KELUARGA UNTUK MEMBANTU PROSES
BIMBINGAN MENERAN

Asuhan Kebidanan II ( Persalinan )___________________________________________________31

11. Beritahukan bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik dan bantu
ibu dalam menemukan posisi yang nyaman dan sesuai dengan keinginannya.
Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan pemantauan kondisi
dan kenyamanan ibu dan janin (ikuti pedoman penatalksanaan fase aktif)
dan dokumentasikan semua temuan yang ada
Jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana peran mereka untuk
mendukung dan memberi semangat pada ibu untuk meneran secara benar
12. Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran. (Bila ada rasa ingin
meneran dan terjadi kontraksi yang kuat, bantu ibu ke posisi setengah duduk atau
posisi lain yang diinginkan dan pastikan ibu merasa nyaman).
13. Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada dorongan kuat untuk
meneran :
Bimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif
Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara meneran
apabila caranya tidak sesuai
Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya (kecuali posisi
berbaring terlentang dalam waktu yang lama)
Anjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi
Anjurkan keluarga memberi dukungan dan semangat untuk ibu
Berikan cukup asupan cairan per-oral (minum)
Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai
Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir setelah 120 menit
(2 jam) meneran (primigravida) atau 60 menit (1 jam) meneran
(multigravida)
14. Anjurkan ibu untuk berjalan, berjalan, atau berjongkok mengambil posisi yang
nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit
V. PERSIAPAN PERTOLONGAN KELAHIRAN BAYI
15. Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika kepala bayi
telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm
16. Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu
17. Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan
18. Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan

Asuhan Kebidanan II ( Persalinan )___________________________________________________32

VI. PERSIAPAN PERTOLONGAN KELAHIRAN BAYI


Lahirnya Kepala
19. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva maka
lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan
kering. Tangan yang lain menahan kepala bayi untuk menahan posisi defleksi dan
membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu untuk meneran perlahan atau bernapas
cepat dan dangkal.

Dengan lembut menyeka muka, mulut dan hidung bayi dengan kain atau kasa yang
bersih.

20.

Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan yang sesuai jika
hal itu terjadi, dan segera lanjutkan proses kelahiran bayi

Asuhan Kebidanan II ( Persalinan )___________________________________________________33

Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lewat bagian atas
kepala bayi
Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di dua tempat dan
potong di antara dua klem tersebut

21. Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan
Lahir bahu
22.

Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan


kedua tangan di masing-masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk meneran
saat kontraksi berikutnya. dengan lembut menariknya ke arah bawah dan kearah
keluar hingga bahu anterior muncul di bawah arkus pubis dan kemudian dengan
lembut menarik ke arah atas dan ke arah luar untuk melahirkan bahu posterior.

Lahirnya badan dan tungkai


23.Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah kearah perineum ibu untuk
menyanggah kepala, lengan dan siku bagian bawah. Gunakan tangan atas untuk
menelusuri dan memegang lengan dan siku bagian atas.

Asuhan Kebidanan II ( Persalinan )___________________________________________________34

24. Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke punggung,
bokong, tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki ( masukan telunjuk diantara
kaki dan pegang masing-masing mata kaki dengan ibu jari dan jari-jari lainnya)

VII. PENANGANAN BAYI BARU LAHIR


25. Lakukan penilaian (selintas):
a. Apakah bayi menangis kuat dan / atau bernapas tanpa kesulitan?
b. Apakah bayi bergerak dengan aktif
Jika bayi tidk menangis, tidak bernapas atau megap-megap lakukan langkah resusitasi
(lanjut ke langkah resusitasi pada asfiksia bayi baru lahir)

26. Keringkan tubuh bayi

Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian dari tubuh lainnya
kecuali bagian tangan tanpa membersihkan vorniks. Verniks akan membantu
menghangatkan tubuh bayi. Ganti handuk basah dengan handuk atau kain
yang kering. Biarkan bayi diatas perut ibu.

Asuhan Kebidanan II ( Persalinan )___________________________________________________35

27. Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus (hamil
tunggal)
28. Lakukan rangsangan taktil dengan menepuk atau menyentil telapak kaki.
Menggosok punggung, perut, dada atau tungkai bayi dengan telapak tangan.
Rangsangan ini dapat memulai pernapasan bayi serta membantu bayi dapat
bernapas lebih baik.

29. Beritahu ibu bahwa


ia

akan

oksitosin

disuntik
agar

uterus

berkontraksi baik
30. Dalam waktu satu
menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit IM (intramuskuler) di 1/3 paha
atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikan oksitosin)
31. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari
pusat bayi. Mendorong isi tali pusat kearah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat
pada 2 cm distal dari klem pertama. Pemotongan tali pusat ditunda sampai tali
pusat berhenti berdenyut agar nutrien dan oksigen yang mengalir dari plasenta ibu
ke bayi lebih optimal.

Asuhan Kebidanan II ( Persalinan )___________________________________________________36

32. Pemotongan dan pengikatan tali pusat


Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit ( lindungi perut bayi)
dan lakukan pengguntingan tali pusat diantara 2 klem tersebut.

Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian
lingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci
pada sisi lainnya
Lepaskan klem dan masukan pada wadah yang telah disediakan

33. Letakan bayi agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi
Letakkan bayi tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi
menempel di dada/perut ibu. Usahakan kepala bayi berada di antara payudara ibu
dengan posisi lebih rendah dari putting payudara ibu, agar mempermudah bayi
untuk mencapai puting dan membiarkan bayi untuk memilih bagian kanan atau
kiri dari payudara ibu.

Asuhan Kebidanan II ( Persalinan )___________________________________________________37

34. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi untuk
menjaga bayi tetap hangat dan merupakan upaya pencegahan kehilangan panas
yang sangat baik.

35. Hindari membasuh atau menyeka payudara ibu sebelum bayi menyusu karena bau
puting payudara ibu sama dengan bau cairan amnion pada tangan bayi sehingga
memudahkan bayi untuk mencari puting ibu.
36. Selama kontak kulit ke kulit tersebut, lanjutkan dengan langkah manajeman aktif
kala 3 persalinan karena semakin cepat plasenta dikeluarkan maka kemungkinan
terjadinya perdarahan pasca persalinan akan terhindar.
VIII.PENATALAKSANAAN AKTIF PERSALINAN KALA TIGA
37. Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva
38. Letakkan satu tangan diatas kain pada perut ibu, ditepi atas simfisis, untuk
mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat
39. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat kea rah bawah sambil tangan lain
yang mendorong uterus kearah belakang atas (dorso-kranial) secara hati-hati
(untuk mencegah inversion uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik,
hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan
ulangi prosedur di atas.
Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, keluarga dan suami atau
anggota keluarga untuk melakukan stimulasi putting susu
Mengeluarkan Plasenta
40. Lakukan penegangan dan peregangan dan dorongan dorso-kranial hingga plasenta
terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah
sejajar lantai dan kemudian ke arah atas, mengikuti poros jalan lahir ( tetap
lakukan tekanan dorso-kranial).
Asuhan Kebidanan II ( Persalinan )___________________________________________________38

Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 510 cm dari vulva dan lahirkan plasenta
Jika plasenta jika setelah 15 menit menegangkan tali pusat
1. Beri dosis ulangan oksitosin 10 unit IM
2. Lakukan kateterisasi ( aseptic) jika kandung kemih penuh
3. Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan
4. Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya
5. Jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi lahir atau bila terjadi
perdarahan, segera lakukan plasenta manual
41. Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua tangan.
Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin kemudian lahirkan dan
tempatkan plasenta pada wadah yang telah disediakan.
Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau steril untuk
melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-jari tangan atau
klem DTT atau steril untuk mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal.
Rangsangan Taktil (Masase) Uterus
42. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masasse uterus,
letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan gerakan melingkar
dengan lembut hingga uterus berkontraksi ( fundus teraba keras)
Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak berkontraksi setelah 15
detik masase.
IX. MENILAI PERDARAHAN
43. Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi dan pastikan selaput
ketuban lengkap dan utuh. Masukkan plasenta kedalam kantung plastic atau
tempat khusus
44. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum.lakukan penjahitan bila
laserasi menyebabkan perdarahan
Bila ada robekan yang menimbulkan perdarahan aktif, segera lakukan penjahitan
X. MELAKUKAN PROSEDUR PASCA PERSALINAN
45. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam
46. Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1
jam. Biarkan bayi mencari dan menemukan puting dan mulai menyusu.

Asuhan Kebidanan II ( Persalinan )___________________________________________________39

Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusui dini dalam
waktu 30-60 menit. Menyusu pertama biasanya berlangsung sekitar 10-15
menit. Bayi cukup menyusu dari satu payudara
Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun bayi sudah berhasil
menyusu, Hal ini dilakukan untuk

menjaga bayi tetap hangat dan

meningkatkan jalinan kasih sayang antara ibu dengan bayi.Bila perlu letakkan
bantal di bawah kepala ibu untuk mempermudah kontak visual antara ibu dan
bayi.
47. Anjurkan ibu dan orang lainnya untuk tidak menginterupsi menyusui misalnya
memindahkan bayi dari satu payudara ke payudara lainnya karena proses menyusu
ini membutuhkan waktu dan adaptasi bagi bayi, sehingga memindahkan bayi dari
satu payudara ke payudara lain akan menyebabkan kegiatan bayi untuk mencari
puting susu ibu terganggu dan berlangsung lama.
48. Kenakan pakaian pada bayi atau tetap diselimuti untuk menjaga kehangatannya.
Tetap tutupi kepala bayi dengan topi selama beberapa hari pertama. Bila suatu saat
kaki bayi terasa dingin saat disentuh, buka pakaiannya kemudian telungkupkan
kembali di dada ibu sampai bayi hangat kembali karena kontak kulit ke kulit itu
merupakan upaya pencegahan kehilangan panas yang sangat baik.
49. Setelah satu jam, lakukan penimbangan /pengukuran bayi, beri tetes mata
antibiotic profilaksasi agar terhindar dari gonore yang dapat ditularkan oleh ibu. ,
dan vitamin K 1mg IM dipaha kiri anterolateral untuk penyakit hemoragi.
50. Setelah satu jam pemberian vit k berikan suntikan imunisasi HB 1 di paha kanan
anterolateral untuk memberi perlindungan terhadap bayi baru lahir yang ibunya
memiliki antigen permukaan hepatitis B yang tidak terdiagnosis pada saat
pelahiran, dengan pemajanan selanjutnya pada bayi baru lahir. Suntikan Hepatitis
B pertama ini juga efektif mencegah penularan perinatal pada banyak bayi baru
lahir.
Letakkan bayi dalam jangkauan ibu agar sewaktu-waktu bisa di susui.
Letakkan kembali bayi pada dada ibu bila bayi belum berhasil menyusu dalam
satu jam pertama dan biarkan sampai bayi berhasil menyusu
Evaluasi
51. Lanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam
2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan

Asuhan Kebidanan II ( Persalinan )___________________________________________________40

Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan


Setiap 20-30 menit pada jam kedua pasca persalinan
Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melakukan asuhan yang sesuai
untuk menatalaksana atonia uteri
52. Ajarkan ibu atau keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi
53. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah
54. Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam
pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan
Memeriksa temperature tubuh ibu sekali setiap jam selama 2 jam pertama
pasca persalinan
Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal
55. Periksa kembali bayi untuk pastikan bahwa bayi bernafas dengan baik (40-60
kali /menit) serta suhu tubuh normal (36,5-37,5)
Kebersihan dan keamanan
56. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk
dekontaminasi ( 10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah didekontaminasi
57. Buang barang-barang yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai
58. Bersihkan ibu dengan menggunakan air DTT. Bersihkan sisa cairan ketuban,
lender dan darah. Bantu ibu dalam memakai pakaian yang bersih dan kering
59. Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan keluarga
untuk member ibu minuman dan makanan yang diinginkannya.
60. Dekontaminasui tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5% selama 10 menit
61. Celupkan sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5% balikan bagian dalam
ke luar dan rendam dalam larutan klorin 0.5% selama 10 menit
62. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir
Dokumentasi
63. Lengkapi partograf ( halaman depan dan belakang). Periksa tanda vital dan asuhan
kala IV
B. Kebutuhan Ibu dalam Kala II Persalinan
1. Kebutuhan fisik

Asuhan Kebidanan II ( Persalinan )___________________________________________________41

Kebutuhan hidrasi
Pada kala dua persalinan, penatalaksanaan kebutuhan hidrasi ini
sama seperti penatalaksanaan untuk kala satu persalinan. Namun, hidrasi
selanjutnya dipengaruhi oleh hilangnya cairan melalui kulit dalam
bentuk keringat selama kala dua persalinan. Wanita dapat berkeringat
banyak selama kala dua persalinan terutama jika lingkungan tidak
difasilitasi dengan AC dan berada dalam area yang secara geografis
panas dan lembap. Hal ini membuat perhatian terhadap cairan bahkan
menjadi lebih vital.
Jika wanita memasuki tahap kedua persalinan sudah kehabisan
tenaga, ia akan mengalami kesulitan mengerahkan tenaga yang
diperlukan untuk mendorong, terutama jika ia primigravida. Hal ini
disebabkan rata-rata lama kala kedua persalinan pada primigravida lebih
panjang dibandingkan dengan multigravida. Namun, masalah ini sering
kali dapat diatasi, jika wanita yakin bahwa kelahiran akan segera terjadi
(2)

Anjurkan ibu untuk minum selama kala dua persalinan.


Alasan: Ibu bersalin mudah sekali mengalami dehidrasi selama proses
persalinan dan kelahiran bayi. Cukupnya asupan cairan dapat
mencegah ibu mengalami hal tersebut. (Enkin, et al, 2000).

(1)

Kebersihan dan kenyamanan


-

Menjaga kebersihan diri merupakan hal yang penting saat kala dua
persalinan agar terhindar dari infeksi.(3) Praktik terbaik pencegahan
infeksi pada kala dua persalinan diantaranya adalah melakukan
pembersihan vulva dan perineum menggunakan air matang (DTT).
Gunakan gulungan kapas atau kasa yang bersih, bersihkan mulai
dari bagian atas ke arah bawah (dari bagian anterior vulva ke arah
rektum) untuk mencegah kontaminasi tinja. Letakkan kain bersih di
bawah bokong saat ibu mulai meneran. Sediakan kain bersih
cadangan di dekatnya. Jika keluar tinja saat ibu meneran, jelaskan
bahwa hal itu biasa terjadi. Bersihkan tinja tersebut dengan kain
alas bokong atau tangan yang sedang menggunakan sarung tangan.

Asuhan Kebidanan II ( Persalinan )___________________________________________________42

Ganti kain alas bokong dan sarung tangan DTT. Jika tidak ada
cukup waktu untuk membersihkan tinja karena bayi akan segera
lahir maka sisihkan dan tutupi tinja tersebut dengan kain bersih. (1)
Pengosongan kandung kemih
Anjurkan ibu dapat berkemih setiap 2 jam atau lebih sering jika
kandung kemih selalu terasa penuh. Jika diperlukan, bantu ibu untuk ke
kamar mandi. Jika ibu tak dapat berjalan ke kamar mandi, bantu agar ibu
dapat duduk dan berkemih di wadah penampung urin.
Alasan: Kandung kemih yang penuh mengganggu penurunan kepala
bayi, selain itu juga akan menambah rasa nyreri pada perut bawah,
menghambat penatalaksanaan distosia bahu, menghalangi lahirnya
plasenta dan perdarahan pascapersalinan.
Jangan melakukan kateterisasi kandung kemih secara rutin
sebelum atau setelah kelahiran bayi dan/atau plasenta. Kateterisasi
kandung kemih hanya dilakukan bila terjadi retensi urin dan ibu tak
mampu berkemih sendiri. (1)
Faktor yang harus dipertimbangkan dalam memutuskan perlunya
melakukan kateterisasi pada saat ini adalah sebagai berikut :
1. Ketidaknyamanan bagi wanita. Kateterisasi merupakan
prosedur yang tidak nyaman, dan menimbulkan nyeri. Di
lain pihak, distensi kandung kemih dapat menambah rasa
nyeri yang dialami di bagian bawah abdomen.
2. Apakah kandung kemih perlu dikosongkan :
a. Apakah kandung kemih distensi ?
b. Apakah wanita telah berkemih dalam 2 jam terakhir ?
c. Apakah asupan cairan yang masuk sejak terakhir
berkemih ?
3. Peningkatan

risiko

infeksi

kandung

kemih

akibat

kateterisasi.
4. Apakah anda mengantisipasi komplikasi yang mungkin
terjadi ( misalnya perdarahan pascapersalinan, distosia
bahu). Penatalaksanaan kedua komplikasi tersebut adalah

Asuhan Kebidanan II ( Persalinan )___________________________________________________43

agar wanita memiliki kandung kemih yang kosong. Waktu


tidak terbuang percuma, jika kandung kemih sudah
dipastikan kosong.
Bidan harus mengambil keputusan yang tepat untuk melakukan
kateterisasi ini guna menghindari trauma kandung kemih, mengurangi
ketidaknyamanan abdomen bagian bawah, dan menghindari masalah
kandung kemih dalam kasus komplikasi ( misalnya perdarahan
pascapersalinan, distosia bahu). Kateterisasi ini dilakukan hampir
mendekati akhir kala dua persalinan. Penentuan waktu ini dipilih
sehingga kateter dapat dimasukkan sebelum kepala janin lebih turun ke
dalam pelvik, karena penurunan kepala janin lebih lanjut dapat
menyebabkan kateterisasi lebih sulit. (7)
Alasan: Selain menyakitkan, kateterisasi akan meningkatkan risiko
infeksi dan trauma atau perlukaan pada saluran kemih ibu. (1)
Relaksasi dan latihan pernafasan
Wanita harus menggunakan bentuk pernapasan terkontrol, seperti
yang digunakan pada saat fase aktif kala satu persalinan, selama
kontraksi jika ia belum merasa ingin mendorong. Jenis pernapasan ini
dimulai dengan napas pembersihan, kemudian menjadi napas dada
lambat yang kecepatannya meningkat pada saat kontraksi mencapai
puncaknya, kemudian melambat pada saat kontraksi mereda, dan
diakhiri dengan nafas pembersihan lainnya.
Wanita perlu dipimpin untuk bernafas pendek dan cepat jika ia
merasa ingin mendorong, tetapi anda tidak ingin ia mendorong. Bernafas
pendek dan cepat dapat berarti melakukan pengambilan nafas dengan
cepat diikuti pembuangan nafas yang kuat dan segera diulangi.
Kemampuan wanita untuk bernafas pendek dan tidak melakukan
dorongan dapat menjadi hal yang penting, dan ia harus diajarkan
bagaimana melakukan hal itu ketika memasuki kala dua persalinan jika
ia belum diajarkan sebelumnya. (7)
Pijatan

Asuhan Kebidanan II ( Persalinan )___________________________________________________44

Wanita yang mengalami nyeri selama persalinan akan membuat ibu


merasa tidak nyaman. Sebagian wanita mungkin akan merasa lebih
nyaman dan berkurang rasa sakitnya bila bidan, pasangan, atau
pendamping dalam persalinannya memberikan pijatan ringan seperti
mengusap-usap punggung atau pinggulnya. (8)
Kontak fisik
Wanita akan merasa nyaman jika pasangan/partnernya berada
disampingnya seperti memegang tangannya, menggosok punggung,
menyeka keringat ataupun mendekapnya. Terutama saat ibu akan
dipimpin untuk mengejan. Suami dapat berada di belakang ibu ataupun
berada disampingnya memegang tangannya. Atau membantu ibu untuk
berganti posisi mengejan sambil terus memberikan dukungan dan
semangat selama persalinan dan melahirkan bayinya. Bahkan, suami
juga bisa mencoba stimulasi puting untuk mengeluarkan oksitosin
sehingga merangsang kontraksi uterus secara alami.
Posisi dan cara meneran
Bantu ibu untuk memilih posisi yang nyaman saat meneran (lihat
Gambar 2-1 sampai 2-3 untuk contoh berbagai posisi meneran). (1)
Setiap posisi memiliki keuntungannya masing-masing.
Ibu dibimbing utnuk mengedan selama his, anjurkan kepada ibu
untuk

mengambil

napas.

Mengedan

tanpa

diselingi

bernapas,

kemungkinan dapat menurunkan pH pada arteri umbilikalis yang dapat


menyebabkan denyut jantung tidak normal dan nilai apgar rendah. Minta
ibu bernapas selagi kontraksi ketika kepala akan lahir. Hal ini menjaga
agar perineum meregang pelan dan mengontrol lahirnya kepala serta
mencegah robekan. (8)
a. Posisi Ibu Saat Meneran

Asuhan Kebidanan II ( Persalinan )___________________________________________________45

Bantu ibu untuk memperoleh posisi yang paling nyaman. Ibu dapat
mengubah-ubah posisi secara teratur selama kala dua karena hal ini
dapat membantu kemajuan persalinan, mencari posisi meneran yang
paling efektif dan menjaga sirkulasi utero-plasenter tetap baik.

Gambar 2-1: Posisi Duduk atau Setengah Duduk


Posisi duduk atau setengah duduk (Gambar 2-1) dapat memberikan
rasa nyaman bagi ibu dan memberi kemudahan baginya untuk
beristirahat di antara kontraksi. Keuntungan dari kedua posisi ini adalah
gaya grafitasi untuk membantu ibu melahirkan bayinya.

Asuhan Kebidanan II ( Persalinan )___________________________________________________46

Gambar 2-2: Jongkok atau Berdiri


Jongkok atau berdiri (Gambar 2-2) membantu mempercepat
kemajuan kala dua persalinan dan mengurangi rasa nyeri.

Gambar 2-3: Merangkak atau Berbaring Miring ke Kiri

Beberapa ibu merasa bahwa merangkak atau berbaring miring


ke kiri (Gambar 2-3) membuat mereka lebih nyaman dan efektif untuk
meneran. Kedua posisi tersebut juga akan membantu perbaikan posisi
oksiput yang melintang untuk berputar menjadi posisi oksiput anterior.
Posisi merangkak seringkali membantu ibu mengurangi nyeri punggung
saat persalinan.

Asuhan Kebidanan II ( Persalinan )___________________________________________________47

Posisi berbaring miring ke kiri memudahkan ibu untuk


beristirahat diantara kontraksi jika ia mengalami kelelahan dan juga
dapat mengurangi risiko terjadinya laserasi perineum.
Ibu dapat melahirkan bayinya pada posisi apapun kecuali pada
posisi berbaring telentang (supine position).
Alasan: Jika ibu berbaring terlentang maka berat uterus dan isinya
(janin, cairan ketuban, plasenta, dll) menekan vena cava inferior ibu.
Hal ini akan mengurangi pasokan oksigen melalui sirkulasi uteroplasenter sehingga akan menyebabkan hipoksia pada bayi. Berbaring
terlentang

juga

akan

mengganggu

kemajuan

persalinan

menyulitkan ibu untuk meneran secara efektif (Enkin, et al, 2000).

dan
(1)

b. Cara Meneran
Setelah pembukaan lengkap, anjurkan ibu hanya meneran apabila
ada dorongan kuat dan spontan untuk meneran. Jangan menganjurkan
untuk meneran berkepanjangan dan menahan napas. Anjurkan ibu
beristirahat di antara kontraksi.
Alasan: Meneran secara berlebihan menyebabkan ibu sulit
bernapas sehingga terjadi kelelahan yang tidak perlu dan meningkatkan
risiko asfiksia pada bayi sebagai akibat turunnya pasokan oksigen
melalui plasenta (Enkin, et al, 2000).
Cara Meneran :
Anjurkan ibu untuk meneran mengikuti dorongan alamiahnya
selama kontraksi.
Beritahukan untuk tidak menahan nafas saat meneran.
Minta untuk berhenti meneran dan beristirahat di antara
kontraksi.
Jika ibu berbaring miring atau setengah duduk, ia akan lebih
mudah untuk meneran jika lutut ditarik ke arah dada dan dagu
ditempelkan ke dada.
Minta ibu untuk tidak mengangkat bokong saat meneran.

Asuhan Kebidanan II ( Persalinan )___________________________________________________48

Tidak diperbolehkan untuk mendorong fundus untuk


membantu

kelahiran

bayi.

Dorongan

pada

fundus

meningkatkan risiko distosia bahu dan ruptura uteri. Peringatkan


anggota keluarga ibu untuk tidak mendorong fundus bila mereka
mencoba melakukan itu.
Catatan: Jika ibu adalah primigravida dan bayinya belum lahir atau
persalinan tidak akan segera terjadi setelah dua jam meneran maka ia
harus segera dirujuk ke fasilitas rujukan. Lakukan hal yang sama
apabila seorang multigravida belum juga melahirkan bayinya atau
persalinan tidak akan segera terjadi setelah satu jam meneran.
I
2. Kebutuhan psikologis
Masalah psikologis yang mungkin terjadi saat kala dua persalinan adalah :
1.

Kecemasan saat menghadapi persalinan


Adakalanya ibu merasa khawatir dalam menjalani kala dua
persalinan. Ini berhubungan dengan rasa tidak nyaman karena kontraksi.
Ataupun pengalaman buruk tentang persalinan yang lalu, seperti
tindakan episiotomi.
Berikan rasa aman dan semangat serta tenteramkan hatinya selama
proses

persalinan

berlangsung.

Dukungan

dan

perhatian

akan

mengurangi perasaan tegang, membantu kelancaran proses persalinan


dan kelahiran bayi.(1)
Memberikan dukungan terus-menerus kepada ibu dengan
mendampingi ibu agar merasa nyaman, menawarkan minum, mengipasi
dan memijat ibu. (8) Dalam hal ini bidan dapat mengikutsertakan keluarga
terutama suami. Bidan juga harus melakukan bimbingan dan
menawarkan bantuan jika diperlukan. (1)
2.

Kehadiran pendamping
Anjurkan agar ibu selalu didampingi oleh keluarganya selama
proses persalinan dan kelahiran bayinya. Dukungan dari suami, orang
tua, dan kerabat yang disukai ibu sangat diperlukan dalam menjalani
proses persalinan. Seperti memberikan minum, mengusap keringatnya,

Asuhan Kebidanan II ( Persalinan )___________________________________________________49

memegang tangan, mengusap-usap punggungnya, dan membantu


merubah posisi saat mengedan.
Alasan: Hasil persalinan yang baik ternyata erat hubungannya dengan
dukungan dari keluarga yang mendampingi ibu selama proses
persalinan (Enkin, et al, 2000). (1)
3.

Kurangnya pengetahuan tentang persalinan


Penolong persalinan dapat memberikan dukungan dan semangat
kepada ibu dan anggota keluarganya dengan menjelaskan tahapan dan
kemajuan proses persalinan atau kelahiran bayi kepada mereka.(1) Hal ini
dapat mengurangi kecemasan atau ketakutan ibu. (8)
Beri penjelasan tentang cara dan tujuan dari setiap tindakan
setiap kali penolong akan melakukannya, jawab setiap pertanyaan yang
diajukan ibu, jelaskan apa yang dialami oleh ibu dan bayinya dan hasil
pemeriksaan yang dilakukan (misalnya tekanan darah, denyut jantung
janin, periksa dalam ). (1)

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Inisiasi Menyusu Dini adalah program yang dilakukan dengan cara langsung
meletakkan bayi yang baru lahir di dada ibunya dan membiarkan bayi ini
merayap untuk menemukan puting susu ibu untuk menyusu. IMD harus
dilakukan langsung saat lahir, tanpa boleh ditunda dengan kegiatan

Asuhan Kebidanan II ( Persalinan )___________________________________________________50

menimbang atau mengukur bayi. Bayi juga tidak boleh dibersihkan, hanya
dikeringkan saja. Proses ini harus berlangsung skin to skin antara bayi dan ibu.
2. Kebutuhan Ibu dalam Kala II Persalinan
a. Kebutuhan fisik

Kebutuhan hidrasi

Kebersihan dan kenyamanan


Relaksasi dan latihan pernafasan
Pijatan
Kontak fisik
Posisi dan cara meneran
b. Kebutuhan psikologis
Kecemasan saat menghadapi persalinan
Kehadiran pendamping
Kurangnya pengetahuan tentang persalinan

DAFTAR PUSTAKA

1. JNPK-KR. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta : JNPK-KR. 2007


2. Roesli, Utami. Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta : Trubus Agriwidya, Anggota
IKAPI. 2005
3. Bahan Bacaan Modul Manajemen Laktasi
Asuhan Kebidanan II ( Persalinan )___________________________________________________51

4. Verralls,Sylvia. Anatomi & Fisiologi Terapan dalam Kebidanan. Jakarta : EGC.


1993
5. Depkes RI. Manajemen Laktasi. Jakarta : Dit.Gizi Masyarakat. 2005
6. Varney, Helen. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC. 2007
7. Varney, Helen.Buku Ajar Asuhan Kebidanan vol.2. Jakarta : EGC. 2007
8. JNPK-KR.Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta : JNPK-KR. 2002
9. http://kumpulan.info/keluarga/anak/40-anak/99-inisiasi-menyusu-dini-imd.html

Asuhan Kebidanan II ( Persalinan )___________________________________________________52

Anda mungkin juga menyukai