Disusun oleh:
Nurrahma Putri Hapsari
10700219
Pembimbing:
dr. Aziz Abdullah, Sp.S
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
Epidemiologi
Perdarahan intraserebral lebih sering terjadi pada pria daripada wanita, terutama yang
lebih tua dari 55 tahun, dan dalam populasi tertentu, termasuk orang kulit hitam dan Jepang.
Selama periode 20 tahun studi The National Health and Nutrition Examination Survey
Epidemiologic menunjukkan insiden perdarahan intraserebral antara orang kulit hitam adalah
50 per 100.000, dua kali insiden orang kulit putih. 3
2.1.3 Etiologi
Etiologi terbanyak adalah hipertensi yang berlangsung lama atau kronis (60-90%).
PIS juga dapat disebabkan karena adanya kelainan bentuk vascular misalnya AVM
(Arteriovenous Malforamation). Pada pasien tumor otak baik primer atau metastase,
penggunaan obat-obat simpatomimetik serta antikoagulan yang lama juga dapat
menimbulkan PIS. 5
2.1.4
Patofisiologi
Perdarahan Intraserebral paling sering terjadi ketika hipertensi kronis melemahkan
Gejala klinis
Pada PIS yang akut dapat dijumpai : 3,7
1. Gejala awal biasanya pada waktu melakukan kegiatan
2. Nyeri kepala, mual, muntah
3. Biasanya terdapat hipertensi sedang dan berat
2
4. Riwayat kejang
5. Riwayat penggunaan obat antikoagulan atau trombolitik
2.1.6
Diagnosis
Cara yang paling akurat untuk mendefinisikan stroke hemoragik dengan stroke non
hemoragik adalah dengan CT SCAN, MRI, tetapi alat ini membutuhkan biaya yang besar
sehingga diagnosis ditegakkan atas dasar adanya suatu kelumpuhan gejala yang dapat
membedakan manifestasi klinis antara perdarahan infark. 4
Pemeriksaan Penunjang
2.1.7
Kimia Darah
Lumbal pungsi
EEG
CT SCAN
Arterografi
Komplikasi
o Stroke hemoragik
o Kehilangan fungsi otak permanen
o Efek samping obat-obatan dalam terapi medikasi 1
2.1.8
Penatalaksanaan
1.
Terapi Umum 8
a. Breathing
b. Blood
c. Brain
d. Bladder
e. Bowel
f. Body skin, bone : apakah ada dekubitus, bila ditemukan dekubitus bisa dilakukan rawat
luka
Terapi Khusus 3
2.
a. Operatif
-
Tindakan operatif dilakukan pada kasus dengan efek massa atau perdarahan pada
fossa posterior atau perdarahan cerebellum. peradarahan serebelum dengan
diameter lebih dari 3 cm dilakukan kraniotomi dekompresi
b. Non operatif 3
-
2.1.8
Prognosis
Prognosis bervariasi bergantung pada tingkat keparahan stroke dan lokasi serta
volume dari perdarahan. Skor dari Skala Koma Glasgow yang rendah dapat berhubungan
dengan prognosis yang lebih buruk dan mortalitas yang tinggi. Adanya darah dalam ventrikel
bisa meningkatkan resiko kematian dua kali lipat. Pasien yang menggunakan antikoagulan
oral yang berhubungan dengan perdarahan intraserebral juga memiliki outcome fungsional
yang buruk dan tingkat mortalitas yang tinggi. 6
BAB II
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Nama
: Tn. S
Usia
: 76 tahun
Agama
: Islam
Alamat
: Winongan - Pasuruan
5
Pekerjaan
: Tidak Bekerja
Tgl masuk
: 15 Maret 2015
Anamnesa
Keluhan Utama
Pasien datang dengan keluhan tidak bisa bicara dan lemas sejak 10 hari yang
lalu saat pasien sholat, tiba- tiba kaki dan tangan sebelah kanan tidak bisa digerakkan,
disertai mual-muntah, Sebelumnya pasien sering mengeluh nyeri kepala, kejang (-),
kesemutan (-), pusing berputar (-), gelap mendadak (-), sakit sendi (-). BAB dan BAK
tidak ada keluhan. Pasien merasakan sakit seperti ini pertama kali.
Riwayat Pengobatan
Pasien sedang tidak mengkonsumsi obat-obatan hipertensi dan obat-obatan
lainnya
Riwayat Psikososial
Pasien merokok 3 batang per hari. Makan teratur 3 x sehari. Sering makan
goreng-gorengan dan makanan berlemak. Jarang berolahraga
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum
Kesadaran
: Composmentis
Tanda-tanda vital
nadi
RR
Suhu
TD
: 98 x/menit
: 22 x/menit
: 37,2 C
: 210/100 mmHg
Status Generalis
Kepala
Mata
Hidung
Telinga
Mulut
Leher
Thoraks
: Normochepal
: Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
: Normonasi, sekret (-/-), epistaksis (-/-).
: Normotia, serumen (-/-), sekret (-/-), darah (-/-).
: bibir kering (-), bibir simetris, sianosis (-)
: Pembesaran KGB (-), tiroid (-).
Paru
Inspeksi : simetris, retraksi dinding dada (-/-)
Palpasi
Perkusi
Perkusi
Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
tidak
teraba.
Extremitas
Ekstremitas
Atas
: akral hangat, RCT < 2 detik, edema (-/-), sianosis (-/-)
Bawah
: akral hangat, RCT < 2 detik, edema (-/-), sianosis (-/-)
STATUS NEUROLOGIS
Pemeriksaan dilakukan tanggal 27 Maret 2015
GCS
Meningeal Sign :
- Kaku Kuduk (-)
- Kernig sign (-)
- Brudzinski I (-)
- Brudzinski II (-)
N. cranialis
Dextra
Sinistra
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Visus
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Lapang
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Pandang
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
N.I
(Olfaktorius)
Daya pembau
N.II (Optikus)
Funduskopi
N.III
(Okulomotorius)
-
Ptosis
3 mm
3 mm
Ukuran Pupil
Bulat (isokor)
Bulat (isokor)
8
Bentuk Pupil
Gerakan
Bola
Mata
Normal
Normal
- Atas
Normal
Normal
- Bawah
Normal
Normal
- Medial
Dextra
Sinistra
Normal
Normal
Menggigit
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Membuka Mata
Baik
Baik
Sensibilitas
Baik
Baik
Refleks Kornea
Tidak Dilakukan
Tidak Dilakukan
Normal
Normal
Refleks Cahaya
N. Cranialis
N.IV (Trokhlearis)
Gerakan
Ke
Mata
Medial
Bawah
N.V (Trigeminus)
N.VI (Abdusens)
Gerakan
Mata
Ke Lateral
N. cranialis
Dextra
Sinistra
N.VII (Fasialis)
Kerutan Kulit Dahi
Lipatan Nasolabialis
Menutup Mata
SDE
SDE
SDE
SDE
Normal
Normal
9
Mengangkat Alis
SDE
SDE
Menyeringai
Daya Kecap Lidah 2/3
SDE
SDE
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Depan
N.VIII
(Vestibulokokhlearis)
Tes Bisik
Tidak dilakukan
Tes Rinne
Tidak dilakukan
Tes Weber
Tidak dilakukan
Tes Schwabach
Tidak dilakukan
Dextra
Sinistra
N.IX
(Glosofaringeus
) & X (Vagus)
Daya
Kecap
Lidah
1/3
Tidak dilakukan
Normal
Belakang
Uvula
Normal
Tidak dilakukan
Secara
Normal
Pasif
Refleks Muntah
Menelan
N.XI
(Aksesorius)
Normal
Normal
SDE
SDE
Memalingkan
Kepala
Mengangkat
Bahu
10
N.XII
(Hipoglosus)
Deviasi Lidah
Atrofi
Otot
Lidah
Fasikulasi Lidah
MOTORIK
Lateralisasi dextra
Tonus otot :
N
N
SENSORIK
Nyeri : Ektremitas Atas
Ekstremitas Bawah
Raba : Ektremitas Atas
Ekstremitas Bawah
Suhu : Ektremitas Atas
Ekstremitas Bawah
FUNGSI VEGETATIF
Miksi
: baik
Defekasi
: baik
FUNGSI LUHUR
11
Afasia global
REFLEK FISIOLOGI
Reflek bisep
: (+1/+2)
Reflek trisep
: (+1/+2)
Reflek patella
: (+2/+2)
: (+/-)
Chaddock
: (+/-)
Oppenheim
: (-/-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG :
1. Laboratorium
Jenis
WBC
LYM
RBC
HGB
HCT
MCV
MCH
MCHC
RDW
PLT
MPV
Hasil
10,4
1,6
4,84
13,9
40,3
83,2
28,7
34,5
13,0
443
6.6
Nilai Normal
4,3-10,5 10x3/L
1,2-3,4 10x3/L
4,00-6,00 10x4/L
11,0-16,0 g/dL
35,0-60,0%
80,0 99,0 fL
27,0-31,0 pG
33,0-37,0 g/dL
11,6-13,7 %
150-450 10x3/L
7,8-11,0 fL
12
4. Faal Ginjal
BUN : 23 (6-20 mg/dl)
SK
5. Lemak
Kolesterol
Kolesterol HDL
Kolesterol LDL
Trigliserida
6. Asam urat
: 3,3 mg/dL
: 140 mg/dL
CT-Scan Kepala :
13
14
Terdapat gambaran lesi hiperdens pada putamen sinistra dengan volume 5,00 cc
RESUME :
Pasien laki-laki usia 76 tahun datang dengan keluhan tidak bisa bicara dan
lemas. Keluhan ini mendadak setelah bangun tidur pagi hari disertai mual muntah.
Kejadian ini dialami pertama kali, pasien merasakan kaki dan tangan sebelah kanan
sulit digerakkan. Sebelumnya pasien mengeluh nyeri kepala. Refleks fisiologis
menurun pada tangan kanan. Pada pemeriksaan motorik didapatkan lateralisasi dextra,
tonus otot meningkat pada ekstremitas dextra, tidak didapatkan atrofi otot.
Siriraj Stroke Score (SSS)
(2,5x derajat kesadaran) + (2xmuntah) + (2x nyeri kepala) + (0,1 x TD diastole)
(3xtanda ateroma) 12= (2,5 x0) + (2 x1) + (2x1) + (),1x100) (3x0)- 12 = 2
15
ASSESMENT
-
Diagnosis Klinis
Akut Hemiparase Dekstra UMN
Akut Chepalgia
Akut Vomiting
Afasia global
Diagnosis Topis
Subcortical
Diagnosis Etiologis
Stroke perdarahan intraserebral
Diagnosis Sekunder
Hipertensi Stage 2
PLANNING
1. Planning diagnosis
Darah lengkap
Lipid profil
Serum elektrolit
Gula darah acak
Foto thorak
CT SCAN kepala
2. Planning terapi
Infus assering 2 flas/ 24jam
Inj. Citicholin 2x 500mg
Inj. Antrain 3x 1amp
Inj. Ranitidin 2 x 1 amp
Inj. Ceftriaxone 2x1 gram
Drip Tensilo 100 mg dalam 100 cc NS 0,9 % dengan target 1 jam pertama
PROGNOSIS
Dubia ad malam
16
BAB III
PEMBAHASAN
Telah dilakukan pemeriksaan pada seorang laki-laki berusia 76 tahun dengan diagnosa
klinis Hemiparese dekstra. Pada pasien ini, diagnosa dapat ditegakan berdasarkan hasil
anamnesa dan pemeriksaan fisik. Dari anamnesa didapatkan keluhan utama kelemahan pada
tangan kanan dan tungkai kanan yang terjadi secara mendadak, sakit kepala, kejang, adanya
mual dan muntah. Keluhan muncul saat setelah penderita bangun tidur. Penderita memiliki
riwayat penyakit hipertensi.
Dari hasil pemeriksaan fisik pada pemeriksaan motorik didapatkan adanya kelemahan
pada tangan kanan dan tungkai kanan. Pada pemeriksaan refleks fisiologis, yaitu BPR, TPR,
KPR dan APR didapatkan bahwa refleks tangan sebelah kanan menurun bila dibandingkan
dengan sebelah kiri. Pada penderita didapatkan adanya refleks patologis yaitu babinski dan
chaddock pada tungkai kanan. Sehingga dari pemeriksaan fisik dapat disimpulkan bahwa
penderita mengalami hemiparese dekstra.
Berdasarkan hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik diatas, maka pada penderita ini
didapatkan defisit neurologik yang mendadak tanpa adanya trauma kepala sebelumnya
17
berupa kelemahan pada tangan kanan dan tungkai kanan. Serangan ini muncul pada saat
setelah penderita melakukan aktivitas. Hal ini menunjukkan bahwa penderita mengalami
serangan stroke hemoragik.
Menurut WHO (1996) stroke adalah manifestasi klinik gangguan serebral fokal
maupun global yang berlangsung cepat, berlangsung lebih dari 24 jam atau berakhir dengan
maut tanpa ditemukan penyebab lain selain gangguan vaskular. 6
Faktor resiko dari stroke yang tidak dapat diubah adalah usia tua, jenis kelamin pria,
ras, riwayat keluarga, dan riwayat stroke. Sedangkan faktor resiko dari stroke yang dapat
diubah adalah hipertensi, diabetes mellitus, merokok, alkohol, kontrasepsi oral,
hiperurisemia, dislipidemia2,3. Dari faktor resiko diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
faktor resiko dari penderita ini adalah usia dari penderita yang sudah tua, adanya riwayat
hipertensi. Stroke dapat dibagi menjadi dua kelompok besar : 4,5
1. Perdarahan (stroke hemoragik)
2. Infark (istroke non hemoragik/iskemik)
Menurut Candra, ntuk dapat mendignosis terjadinya stroke perdarahan intraserebral
atau stroke perdarahan sub arachnoid dengan melihat gejala awal dan pemeriksaan klinis
yaitu: (3)
Tabel 1. Diagnosa banding stroke hemoragik dan non hemoragik
GEJALA
PERDARAHAN
INFARK
Umur
Sangat akut
Sub akut
Waktu serangan
Aktif
Bangun tidur
Peringatan sebelumnya
++
Nyeri Kepala
++
Muntah
++
Kejang-kejang
++
Kesadaran Menurun
++
+/-
Bradikardi
Perdarahan di Retina
++
Papil Edema
18
++
Ptosis
++
Lokasi
Subkortikal
Kortikal/subkortikal
GEJALA
PIS
SAH
Timbulnya
Dalam 1 jam
1-2 menit
Nyeri Kepala
Hebat
Sangat hebat
Kesadaran
Menurun
++
Kejang
General
+/-
+++
Hemiparase
++
+/-
+++
Berdasarkan dari tabel diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa penderita ini
memenuhi kriteria seperti yang ada pada tabel diatas yaitu awal terjadinya yang sangat tibatiba, disertai nyeri kepala, dan muntah. Satu-satunya cara yang akurat untuk dapat
mendiagnosa stroke hemorragik adalah dengan bantuan CT Scan 6. Pada pasien ini dilakukan
CT scan kepala, dimana dari hasil CT SCAN didapatkan adanya gambaran lesi hiperdens
pada daerah putamen sinistra dan ventrikel lateralis, tampak perifokal edema, tampak
midlineshift 4,0mm , ventrikel lateralis sinistra menyempit, yang menandakan adanya
perdarahan
19
Siriraj Stroke Score (SSS) (2,5x derajat kesadaran) + (2xmuntah) + (2x nyeri kepala)
+ (0,1 x TD diastole) (3xtanda ateroma) 12= (2,5 x0) + (2 x1) + (2x1) + (),1x100)
(3x0)- 12 = +2. Dari penghitungan skor siriraj didapatkan hasil >1, yang berarti bahwa pada
pasien ini mengarah pada diagnose stroke perdarahan.
Gejala-gejala pada penyumbatan pembuluh darah berbeda-beda tergantung pembuluh
darah mana yang tersumbat. Pada penyumbatan arteri cerebri media terdapat hemiparesis
yang sama. Hal ini terjadi jika sumbatan di pangkal arteri, bila tidak di pangkal maka lengan
lebih menonjol. Apabila terdapat penyumbatan pada arteri cerebri anterior maka kelainan
yang paling menonjol adalah pada daerah tungkai.
Pengelolaan 5B pada pasien ini telah dilakukan sebagai berikut 7:
1. Pernapasan (breath); jalan napas harus bebas, berikan oksigen kalau perlu. Pada kasus ini
pasien tidak diberikan oksigen karena pernafasan pasien masih baik.
2. Darah (blood); tekanan darah dipertahankan agak tinggi agar perfusi oksigen dan glukosa
ke otak tetap optimal untuk menjaga metabolisme otak. Pada pasien diberikan anti
hipertensi dengan Drip Tensilo 0,5-15 karena tensi 180 mmHg
3. Otak (brain); berikan manitol atau kortikosteroid untuk mengurangi edema otak, bila ada
kejang segera berikan diazepam atau dilantin intra vena secara perlahan. Pada pasien ini
tidak ada kejang. Kemudian pemberian manitol tidak dilakukan karena serum kreatinin
yang tinggi yaitu 38,8 mg/dl. Pada pemberian manitol yang harus diperhatikan adalah
tekanan darah saat itu kadar ureum dan kreatinin.
4. Saluran kemih (bladder); pelihara keseimbangan cairan dan pasang dauer kateter
(penderita wanita) atau kateter (penderita pria) bila ada inkontinensia uri. Pada pasien ini
telah di pasang kateter.
5. Gastrointestinal (bowel); berikan nutrisi yang adekuat, bila perlu berikan NGT.
Terapi medikamentosa pada penderita ini yaitu infus Asering, citikolin, ranitidin,
ceftriakson, drip tensilo dan manitol. Infus Asering diberikan untuk menjaga
keseimbangan cairan, elektrolit, dapat memperkecil terjadinya edema cerebri. Citicholin
berfungsi sebagai neuroprotektor yang dapat meningkatkan aliran darah dan konsumsi
oksigen di otak pada pengobatan gangguan serebro vascular sehingga dapat memperbaiki
gangguan kesadaran. Tensilo diberikan sebagai anti hipertensi golongan calcium channel
blocker untuk menurunkan tekanan darah pasien yang tinggi. Ranitidin untuk mencegah
efek samping citicholin yaitu gangguan gastrointestinal. Ceftriakson sebagai obat
20
antibiotik untuk mencegah timbulnya infeksi karena higien pasien yang jelek selama
sakit. Antarin diberikan sebagai analgesic, karena pada pasien didapatkan keluhan nyeri
kepala.
Penderita dirawat selama 15 hari di ruangan saraf dan selama perawatan
penderita menunjukan tanda perbaikan keadaan umum. Penderita kemudian dipulangkan
dan direncanakan untuk rutin kontrol ke poli saraf.
BAB IV
KESIMPULAN
Perdarahan intraserebral (PIS) adalah perdarahan fokal dari pembuluh darah dalam
parenkim otak. Penyebabnya biasanya hipertensi kronis. Gejala umum termasuk defisit
neurologis fokal, seringkali dengan onset mendadak sakit kepala, mual, dan penurunan
kesadaran. Kebanyakan perdarahan intraserebral juga dapat terjadi basal ganglia, lobus otak,
otak kecil, atau pons. Perdarahan intraserebral juga dapat terjadi di bagian lain dari batang
otak atau otak tengah. Sindroma utama yang menyertai stroke hemoragik menurut Smith
dapat dibagi menurut tempat perdarahannya yaitu putaminal hemorrhage, thalamic
hemorrhage, pontine hemorrhage, cerebellar hemorrhage, lobar hemorrhage.
Pemeriksaan penunjang dengan lumbal pungsi, CT-scan, MRI, serta angiografi.
Adapun penatalaksanannya di ruang gawat darurat (evaluasi cepat dan diagnosis, terapi
umum, stabilisasi jalan napas dan pernapasan, stabilisasi hemodinamik, pemeriksaan awal
fisik umum, pengendalian peninggian TIK, pengendalian kejang, pengendalian suhu tubuh,
pemeriksaan penunjang) kemudian penatalaksanaan di ruang rawat inap (cairan, nutrisi,
pencegahan dan mengatasi komplikasi, penatalaksanaan medik yang lain. Penatalaksanaan
stroke perdarahan intraserebral (PIS) meliputi terapi medik pada PIS akut (terapi hemostatik,
reversal of anticoagulation) dan tindakan operatif.
21
Prognosis bervariasi tergantung dari keparahan stroke, lokasi dan volume perdarahan.
Semakin rendah nilai GCS, maka prognosis semakin buruk dan tingkat mortalitasnya tinggi.
Semakin besar volume perdarahan maka prognosis semakin buruk. Dan adanya darah di
dalam ventrikel berhubungan dengan angka mortalitas yang tinggi. Adanya darah di dalam
ventrikel meningkatkan angka kematian sebanyak 2 kali lipat.
DAFTAR PUSTAKA
1. Harsono. 2000. Kapita Selekta Neurologi. Yogyakarta. Gajah Mada University Press.
2. Luyendijk W. Intracerebral hemorrhage. In : Vinken FG, Bruyn GW, editors.
Handbook of Clinical Neurology. New York : Elsevier ; 2005; 660-719.
3. M. Hasan dkk. 2011. Buku ajar Ilmu Penyakit Saraf. Surabaya: Pusat Penerbitan dan
Percetakan Unair
4. Rumantir CU. Gangguan peredaran darah otak. Pekanbaru : SMF Saraf RSUD Arifin
Achmad/FK UNRI. Pekanbaru. 2007.
5. Goetz Christopher G. Cerebrovascular Diseases. In : Goetz: Textbook of Clinical
Neurology, 3rd ed. Philadelphia : Saunders. 2007.
6. Kelompok Studi Stroke PERDOSSI. Pencegahan Primer Stroke. Dalam : Guideline
Stroke 2007. Jakarta.
7. Tim RSUD dr Soetomo. 2006. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Penyakit Saraf.
Surabaya : UNAIR press.
8. Mansjoer, Arif (Ed). Strok . Dalam : Kapita Selekta Kedokteran. FK UI, Jakarta. 2000,17
26
9. Silbernagl, S., Florian Lang. Teks & Atlas Berwarna Patofisiolofi. EGC : Jakarta, 2007
22