PENDAHULUAN
Keganasan pada tiroid, atau yang lazim disebut karsinoma atau kanker
tiroid, merupakan penyakit keganasan yang tidak jarang ditemukan. Sebagian
besar pertumbuhan dan perjalanan penyakit lambat sehingga morbiditas dan
mortalitasnya rendah, namun ada yang pertumbuhannya sangat cepat dengan
prognosa yang fatal. Kanker tiroid merupakan penyakit keganasan yang paling
sering ditemukan pada sistim endokrin, sekitar 90 % dari seluruh keganasan
endokrin. Proporsi kanker tiroid terhadap seluruh penyakit keganasan pada
manusia adalah sekitar 1,1 %, dan biasanya terjadi sekitar 0,85% dari keganasan
pada laki-laki dan 2,5% pada perempuan (Subekti, 2009).
Prevalensi kanker tiroid di seluruh dunia cenderung mengalami
peningkatan dari dekade ke dekade kecuali di Benua Afrika yang masih sedikit
terdapat data (Pellegriti et al, 2013). Di Amerika Serikat, prevalensi kanker tiroid
pada tahun 2012 sekitar 601.789 kasus serta temuan kasus baru setiap tahunnya
sekitar 13,5 kasus per 100.000 orang dengan angka kematian sebesar 0,5 per
100.000 orang per tahun (SEER, 2014). Di Indonesia, data prevalensi karsinoma
tiroid belum banyak disajikan, akan tetapi berdasarkan Pathological Based
Registration kanker tiroid merupakan kanker dengan insidensi tertinggi urutan ke
sembilan (Peraboi, 2010).
Secara klinis, antara nodul tiroid yang ganas dengan yang jinak sering sulit
dibedakan, bahkan baru dapat dibedakan setelah didapatkan hasil evaluasi sitologi
preparat biopsi jarum halus atau histopatologi dari jaringan kelenjar tiroid yang
diambil saat operasi (Subekti, 2009). Secara histopatologi, karsinoma tiroid yang
bersifat primer dapat berasal dari sel-sel parenkim maupun stroma kelenjar tiroid.
Sebagian besar karsinoma tiroid berasal dari sel epitel folikel, sedangkan lainnya
berasal dari sel parafolikel, jaringan limfoid maupun unsur jaringan lainnya.
Terdapat empat jenis karsinoma tiroid yang paling sering ditemukan (meliputi
90% seluruh keganasan tiroid), yaitu karsinoma folikuler tiroid, karsinoma papilar
tiroid, karsinoma medular tiroid, karsinoma berdiferensiasi buruk atau anaplastik.
Karsinoma papiler merupakan kasus tersering (75%-85% kasus), urutan
berikutnya karsinoma folikular (10%-29% kasus), karsinoma meduler (5%
kasus), dan karsinoma anaplastik (<5% kasus) (McDougall, 2006)
Dari berbagai penelitian, terdapat bebrapa petunjuk yang dapat digunakan
untuk menduga kecenderungan nodul tiroid ganas atau jinak, antara lain riwayat
terekspos radiasi, usia saat nodul timbul, dan konsistensi nodul. Dengan berbagai
kemajuan teknologi kedokteran, seperti aplikasi biopsi aspirasi jarum halus
(BAJAH) ultrasonografi (USG), thyroid stimulating hormone (TSH) sensitif, dan
terapi supresi L-tiroksin, telah memungkinkan para peneliti melakukan evaluasi
nodul tiroid secara lebih cermat hingga sampai pada diagnosis nodul jinak atau
ganas. Modalitas terapi karsinoma tiroid, khususnya yang berdeferensiasi, adalah
operasi, ablasi Iodium radioaktif, dan terapi supresi L-tiroksin. Agresivitas terapi
didasarkan atas faktor resiko prognostik pada masing-masing pasien. Untuk
ecaluasi hasil pengobatan, parameter yang digunakan adalah pencitraan dan
petanda keganasan (Subekti, 2009).
Dalam referat ini, akan dibahas mengenai keganasan tiroid dari seluruh
aspeknya mulai dari epidemiologi, etiologi, relevansi anatomi, patofisiologi,
diagnosis, sampai penatalaksanaannya secara umum.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Karsinoma tiroid merupakan keganasan pada kelenjar tiroid.
Keganasan tiroid dikelompokkan menjadi karsinoma tiroid berdeferensiasi
baik, yaitu bentuk papiler, folikuler, atau campuran keduanya, karsinoma
meduler yang berasal dari sel parafolikuler yang mengeluarkan kalsitonin
(APUD-oma), dan karsinoma berdeferensiasi buruk/anaplastik. Karsinoma
sekunder pada kelenjar tiroid sangat jarang dijumpai. Perubahan dari struma
endemik menjadi karsinoma anaplastik .dapat terjadi terutama pada usia lanjut
(Sjamsuhidajat & de Jong 2004).
B. Epidemiologi
Karsinoma tiroid agak jarang ditemukan, yaitu sekitar 3-5% dari
semua tumor maligna. Insiden karsinoma tiroid diperkirakan berkisar antara
36-60 kasus per 1.000.000 populasi per tahun. Di Amerika Serikat, prevalensi
karsinoma tiroid pada tahun 2012 sekitar 601.789 kasus dengan insidensi
temuan kasus baru setiap tahunnya sekitar 13,5 kasus per 100.000 orang dan
angka kematian sebesar 0,5 per 100.000 orang per tahun (SEER, 2014). Di
Indonesia karsinoma tiroid merupakan kanker dengan insidensi tertinggi
urutan ke sembilan (Peraboi, 2010). Insidensi karsinoma tiroid lebih tinggi di
negara dengan struma endemik, terutama jenis folikuler dan jenis
berdiferensiasi buruk/anaplastik (25% ditemukan pada struma nodusa).
Karsinoma tiroid ditemukan pada semua usia dengan puncaknya pada usia
muda (7-20 tahun) dan usia setengah baya (40-60 tahun). Karsinoma jarang
ditemukan pada anak-anak dan insiden meningkat sejalan dengan peningkatan
usia. Rasio perbandingan insiden antara wanita dan pria dilaporkan 2,5 : 1
(Sjamsuhidajat & de Jong 2004).
C. Etiologi
Etiologi dari penyakit ini belum pasti, akan tetapi faktor yang berperan
khususnya untuk jenis berdeferensiasi baik (papiler dan folikuler) adalah
radiasi dan goiter endemis, dan untuk jenis meduler adalah faktor genetik.
Belum diketahui suatu karsinoma yang berperan untuk kanker anaplastik dan
meduler. Diperkirakan kanker jenis anaplastik berasal dari perubahan kanker
tiroid berdiferensiasi baik (papiler dan folikuler), dengan kemungkinan jenis
folikuler dua kali lebih besar (Sabiston, 1995).
Radiasi daerah leher merupakan salah satu faktor resiko yang penting.
Lebih kurang 25% dari mereka yang menjalani radiasi leher pada usia muda,
di kemudian hari memperlihatkan nodul kelenjar tiroid yang berupa
adenokarsinoma tiroid, terutama tipe papiler. Risiko mendapatkan karsinoma
tiroid akibat radiasi biasanya juga tergantung pada usia penderita. Bila radiasi
tersebut terjadi pada usia lebih dari 20 tahun korelasi risikonya kurang
bermakna. Biasanya efek radiasi timbul setelah 5-25 tahun, tetapi rata-rata 910 tahun. Stimulasi TSH yang lama juga merupakan salah satu faktor etiologi
kanker tiroid. Pemberian diet tanpa garam Iodium, pemberian zat radioaktif
atau sub total tiroidektomi berakibat stimulasi STH meningkat dan dalam
jangka waktu yang lama dapat terjadi karsinoma tiroid. Faktor resiko lainnya
adalah jenis kelamin dan adanya riwayat keluarga yang menderita kanker
tiroid dan gondok menahun (Sjamsuhidajat & de Jong 2004).
D. Relevansi Anatomi-Fisiologi
1. Anatomi tiroid
Kelenjar tiroid terletak dibagian bawah leher, antara fascia koli
media dan fascia prevertebralis (Gambar 2.1). Di dalam ruang yang sama
terletak trakea, esofagus, pembuluh darah besar, dan saraf. Kelenjar tiroid
melekat pada trakea dan fascia pretrachealis dan melingkarinya dua pertiga
sampai tiga perempat lingkaran. Keempat kelenjar paratiroid umumnya
terletak pada permukaan belakang kelenjar tiroid (Moore, 2002).
E. Patofisiologi
Adenokarsinoma papiler biasanya bersifat multisentrik dan pada 50%
penderita biasanya terdapat sarang ganas di lobus homolateral dan lobus
kontralateral. Metastasis mula-mula ke kelenjar limfe regional, dan akhirnya
terjadi metastasis hematogen. Umumnya adenokarsinoma folikuler bersifat
unifokal, dengan metastasis jarang ke kelenjar limfe leher, lebih sering
metastasis secara hematogen. Adenokarsinoma meduler berasal dari sel C
sehingga kadang mengeluarkan kalsitonin (sel APUD). Pada tahap dini terjadi
metastasis ke kelenjar limfe regional. Adenokarsinoma anaplastik yang jarang
10
Klasifikasi
berdeferensiasi baik
epitelial
adenokarsinoma papilare.
adenokarsinoma folikuler.
berdiferensiasi buruk/anaplastik
karsinoma sel kecil.
Karsinoma tiroid
nonepitelial
sarcoma
metastatik tumor
teratoma maligna
11
T0
T1
= Tumor dengan ukuran 2cm atau kurang, masih terbatas pada tiroid
T2
= Tumor dengan ukuran lebih dari 2cm namun tidak lebih dari 4cm,
masih terbatas pada tiroid
T3
T4a
= Tumor dengan ukuran berapa saja yang telah meluas keluar kapsul
tiroid hingga menginvasi subcutaneous soft tissue, larynx, trachea,
esophagus, atau recurrent laryngeal nerve
T4b
12
T4b
N0
N1
M0
M1
13
T
Karsinoma papilare atau folikulare umur < 45 tahun
Stadium I
Tiap T
Keterangan
N
Tiap N
M
M0
Stadium II
Tiap I
Tiap N
M1
Karsinoma papilare dan folikulare umur 45 tahun dan karsinoma medulare
Stadium I
T1
N0
M0
Stadium II
T2
N0
M0
Stadium III
T3
N0
M0
Stadium IVA
T1, T2, T3
N1a
M0
Stadium IVB
T1, T2, T3
N1b
M0
Stadium IVC
T4a
N0,N1
M0
T4b
Tiap N
M0
Tiap T
Tiap N
Karsinoma anaplastik/undifferentiated (semua kasus stadium IV)
Stadium IVA
T4a
Tiap N
M1
M0
Stadium IVB
T4b
Tiap N
M0
Stadium IVC
Tiap T
Tiap N
M1
14
15
16
radioaktif juga tidak berhasil karena tumor ini bukan berasal dari sel
folikuler, tetapi dari sel parafolikuler (sel C) sehingga tidak menangkap
atau menyerap iodium radioaktif (Peraboi. 2010).
17
G. Pendekatan Diagnosis
Pasien dengan karsinoma tiroid biasanya datang dengan nodul soliter.
Pengambilan keterangan riwayat penyakit (anamnesis) merupakan bagian
penting dalam rangka penegakan diagnosis.
1. Anamnesis
Sebagian keganasan tiroid tidak memberikan gejala yang berat
kecuali keganasan jenis anaplastik yang sangat cepat membesar bahkan
dalam hitungan minggu. Sebagian kecil pasien, khususnya pasien dengan
nodul tiroid yang bear, mengeluh adanya gejala penekanan pada esofagus
dan trakhea. Biasanya nodul tiroid disertai rasa nyeri, kecuali timbul
perdarahan ke dalam nodul atau bila kelainannya tiroiditis akut/subakut.
Keluhan lain pada keganasan yang mungkin ada ialah suara serak
(Subekti, 2009).
Dalam hal riwayat kesehatan, banyak faktor yang perlu ditanyakan,
apakah ke arah ganas atau tidak. Misalnya, usia pasien saat pertama kali
nodul tiroid ditemukan dan riwayat radiasi pengion saat usia anak-anak.
Kecenderungan malignansi apabila nodul tiroid terdapat pada usia
dibawah 20 tahun dan diatas 50 tahun. Jenis kelamin pria, meskipun
prevalensi nodul tiroid lebih rendah , tetapi kecenderungannya untuk
menjadi ganas lebih tinddi dibandingkan pada wanita. Respon terhadap
18
19
20
b. Laboratorium
Keganasan tiroid bisa terjadi pada keadaan fungsi tiroid yang
normal, hiper maupun hipotiroid. Oleh karena itu perlu diingat bahwa
abnormalitas fungsi tiroid tidak dengan sendirinya menghilangkan
kemungkinan keganasan. Sering pada Hashimoto juga timbul nodul
baik uni/bilateral, sehingga pada tiroiditis kronis Hashimoto pun masih
mungkin terdapat keganasan (Subekti, 2009).
Pemeriksaan kadar tiroglobulin serum untuk keganasan tiroid
cukup sensitif tetapi tidak spesifik, karena peningkatan kadar
tiroglobulin juga ditemukan pada tiroiditis, penyakit Graves, dan
adenoma tiroid. Pemeriksaan kadar tiroglobulin sangat baik untuk
monitor kekambuhan karsinoma tiroid pasca terapi, kecuali pada
karsinoma tiroid medulare dan anaplastik, karena sel karsinoma
anaplastik tidak mensekresi tiroglobulin. Human Thyroglobulin (HTG)
Tera dapat dipergunakan sebagai tumor marker terutama pada
karsinoma berdiferensiasi baik. Walaupun pemeriksaan ini tidak khas
untuk karsinoma tiroid, namun peninggian HTG setelah tiroidektomi
total merupakan indikator tumor residif (Subekti, 2009).
Pada pasien dengan riwayat keluarga karsinoma tiroid
medulare, tes genetik dan pemeriksaan kadar kalsitonin perlu
dikerjakan. Bila tidak ada kecurigaan ke arah karsinoma tiroid
medulare atau neoplasia endokrin multipel 2, pemeriksaan kadar
kalsitonin tidak dianjurkan pada pemeriksaan rutin. Pemeriksaan
21
22
23
Resiko Rendah
1
2
Resiko Tinggi
4
5
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
e. Pemeriksaan Histopatologi
Pemeriksaan histopatologi merupakan pemeriksaan diagnostik
utama jaringan diperiksa setelah dilakukan tindakan lobektomi atau
isthmolobektomi. Untuk kasus inoperabel, sediaan histopatologi diambil
dari tindakan biopsi insisi.
24
H. Diagnosa Banding
1. Struma difusa toksik (Basedow = Graves disease) merupakan
pembesaran kelenjar tiroid yang umumnya difus. Terdapat gejala
hipertiroid yang jelas berupa berdebar-debar, gelisah, palpitasi, banyak
keringat, kulit halus dan hangat, tremor, kadang-kadang dijumpai
exopthalmus, dll.
2. Struma nodosa non toksik, dapat multinodosa atau soliter dan uninodosa.
Disebabkan kekurangan masukan iodium dalam makanan (biasanya di
daerah pegunungan) atau dishormogenesis (= defek bawaan).
3. Tiroiditis subakut, biasanya sehabis infeksi saluran pernafasan.
Pembesaran yang terjadi simetris dan nyeri dengan gejala-gejala
penurunan berat badan, nervositas, disfagia, dan otalgia.
4. Tiroiditis Riedel, terutama terdapat pada wanita berupa < 20 tahun.
Gejalanya terdapat nyeri, disfagia, paralysis laring dan pembesaran tiroid
unilateral yang keras seperti batu atau papan yang melekat ke jaringan
sekitarnya.
5. Struma Hashimoto, sering pada wanita. Merupakan penyakit autoimun.
Biasanya ditandai oleh adanya benjolan struma difusa disertai keadaan
hipotiroid, tanpa rasa nyeri. Pada kasus yang jarang dapat terjadi
hipertiroid.
6. Karsinoma paratiroid, biasanya teraba, terdapat metastasis ke tulang,
kadar kalsium naik, dan batu ginjal bisa ditemukan.
7. Limfoma malignum
25
I. Penatalaksanaan
Apabila ada pasien yang datang dengan benjolan/nodul di leher
pertama-tama yang harus dilakukan adalah pemeriksaan klinis untuk
menentukan apakah nodul tiroid tersebut suspect benigna atau suspect
maligna. Bila nodul tersebut suspect maligna harus dibedakan apakah nodul
tersebut operable atau inoperable.
Bila kasus yang dihadapi nodul tiroid suspect maligna inoperable maka
dilakukan tindakan biopsi insisi dengan pemeriksaan histopatologik secara
blok paraffin. Dilanjutkan dengan tindakan debulking dan radiasi eksterna
atau kemoterapi (Peraboi. 2010).
Bila kasus yang dihadapi nodul tiroid supect maligna operable maka
dilakukan tindakan isthmolobektomi dan pemeriksaan potong beku (frozen
section = FC). Akan ada 5 kemungkinan hasil yang di dapat :
1. Lesi jinak, maka tindakan operasi isthmolobektomi selesai lalu dilanjutkan
dengan observasi.
2. Karsinoma papilare, dibedakan atas resiko tinggi dan rendah
a. Bila resiko tinggi, dilakukan tindakan tiroidektomi total.
b. Bila resiko rendah, tindakan operasi isthmolobektomi selesai
dilanjutkan dengan observasi.
26
Bila nodul tiroid tersebut secara klinis suspect benigna maka dilakukan
tindakan BAJAH. Ada 2 kelompok hasil yang mungkin di dapatkan :
1. Hasil BAJAH suspect maligna, dilakukan tindakan isthmolobektomi
dengan FC seperti di atas.
2. Hasil BAJAH benigna, dilakukan terapi supresi TSH dengan tablet
hormone tiroid (thyrax) selama 6 bulan kemudian di evaluasi, bila nodul
tersebut mengecil diikuti dengan tindakan observasi dan apabila nodul
tersebut tidak mengalami perubahan atau bertambah besar sebaiknya
dilakukan tindakan isthmolobektomi dengan FC.
27
J. Prognosis
Prognosis karsinoma papiler baik, 10-year survival lebih dari 90% dan
untuk pasien muda lebih dari 98%. Perbandingan relatif area-area papiler dan
folikular tidak berhubungan dengan prognosis, tetapi invasi vaskular dan
28
29
BAB III
KESIMPULAN
30
DAFTAR PUSTAKA
Cooper DS, Doherty GM, Haugen BR, et al.. 2009. Revised American Thyroid
Association Management Guidelines for Patients with Thyroid Nodules
and Differentiated Thyroid Cancer. Thyroid Research Articles. 19 : 1.
Djokomoeljanto. 2009. Kelenjar Tiroid, Hipotiroidisme, dan Hipertiroidisme.
Dalam: Sudoyo et al (Editor). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III
Edisi V. Jakarta: Interna Publishing. Halaman 1993-2008.
Eroschenko VP. 2010. Atlas Histologi diFiore: Dengan Korelasi Fungsional
(Edisi 11). Jakarta: EGC.
Mansjoer A., et al (editor) 2001., Struma Nodusa Non Toksik., Kapita Selekta
Kedokteran., Jilid 1, Edisi III., Media Esculapius., FKUI., Jakarta.
Moor KL. 2002. Anatomi Klinis Dasar. Jakarta: Hipokrates.
Pasaribu ET. 2006. Epidemiologi dan Gambaran Klinis Kanker Tiroid. Majalah
Kedokteran Nusantara; 39 (3): 270-273.
Pellegriti G, Frasca F, Regalbuto C, Squatrito S, Vigneri R. 2013. Worldwide
Increasing Incidence of Thyroid Cancer: Update on Epidemiology and
Risk Factors. Journal of Cancer Epidemiology, vol. 2013, Article ID
965212, 10 pages, 2013. doi:10.1155/2013/965212.
Peraboi. 2010. Panduan Penatalaksanaan Kanker Solid. Jakarta : Sagung Seto.
Price SA & Wilson LM. 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit (Edisi 6). Jakarta: EGC.
SEER (Surveillance, Epidemiology, and End Results Program) of National Cancer
Institute of United States of America. 2014. SEER Stat Fact Sheets:
Thyroid Cancer. Diperoleh dari http://seer.cancer.gov/
statfacts/html/thyro.html.
31
32