Oleh :
Vidia Amrina Rasyada
2011730167 / 23.52 949 2011
Pembimbing :
dr. Tresna Prasetya
D. Patofisiologi
E. Diagnosis
Berdasarkan kriteria WHO 1997 diagnosis DBD ditegakkan bila semua hal ibawah ini
dipenuhi :
1. Demam atau riwayat demam akut, antara 2-7 hari, biasanya bifasik/ pola pelana
2. Terdapat minimal satu dari manifestasi perdarahan berikut
a. Uji bendung positif
b. Petekie, ekimosis atau purpura
c. Perdarahan mukosa atau perdarahan dari tempat lain
d. Hematemesis atau melena
3. Trombositopenia (jumlah trombosit <100.000/L)
4. Terdapat minimal satu tanda-tanda kebocoran plasma sebagai berikut :
a. Peningkatan hematocrit >20% dibandingkan standard sesuai dengan umur
dan jenis kelamin
b. Penurunan hematocrit >20% setelah mendapat terapi cairan, dibandingkan
dengan nilai hematocrit sebelumnya
c. Tanda kebocorn plasma seperti efusi pleura, asites atau hipoproteinemia
F. Manifestasi Klinis
1. Demam
DBD biasanya ditandai dengan demam yang mendadak tanpa sebab yang jelas,
kontinu, bifasik, berlangsung 2-7 hari. Demam naik turun. Demam biasanya menurun
pada hari ke-3 dan ke-7 dengan tanda lemah, akral dingin dan lembab. Masa kritis terjadi
pada hari ke 3-5. Demam akut (38-40oC) dengan gejala yang tidak spesifik atau terdapat
gejala penyerta seperti, anoreksia, lemah, nyeri punggung, tulang, sendi dan kepala.
2. Perdarahan
Manifestasi perdarahan pada umumnya muncul pada hari ke 2-3 demam. Bentuk
perdarahan dapat berupa : uji tourniquet positif yang menandakan fraglita kapiler
meningkat. Kondisi seperti ini juga dapat dijumpai pada campak, demam
chikungunya, tifoid, dll. Tanda perdarahan dapat berupa petekie, purpura,
ekimosis, epitaksis, perdarahan gusi, hematemesis dan melena. Uji tourniquet
positif jika terdapat lebih dari 20 petekir dalam diameter 2,8 cm di lengan bawah
bagian volar termasuk fossa cubiti.
3. Hepatomegali
Ditemukan pada permulaan drmam, sifatnya nyeri tekan dan tanpa disertai icterus.
Umumnya bervariasi, dimulai dengan hanya dapat diraba 2-4 cm dibawah arcus
costae kanan. Derajat pembesarah hepar tidak sejajar dengan beratnya penyakit
namun nyeri tekan pada daerah tepi hepar berhubungan dengan adanya
perdarahan.
4. Renjatan (Syok)
Syok biasanya terjadi pada saat demam mulai menurun pada hari ke-3 dan ke-7
sakit. Syok yang terjadi lebih awal atau periode demam biasanya mempunyai
prognosa buruk. Kegagalan sirkulasi ini ditandai dengan denyut nadi terasa cepat
dan lemah disertai penurunan tekanan nadi kurang dari 20 mmHg. Terjadi
hipotensi dengan tekanan darah kurang dari 80 mmHg, akral dingin, kulit lembab
dan pasien terlihat gelisah.
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Darah
a. Kadar trombosit darah menurun (trombositopenia) (100000/L)
b. Hematokrit meningkat 20%, merupakan indicator akan timbulnya
renjatan. Kadar trombosit dan hematocrit dapat menjadi diagnosis pasti
pada DBD dengan dua kriteria tersebut ditambah terjadinya
trombositopenia, hemokonsentrasi serta dikonfirmasi secara uji serologi
hrmaglutinasi.
c. Hemoglobin meningkat 20%
d. Lekosit menurun (leukopenia) pada hari kedua atau ketiga
e. Masa perdarahan memanjang
f. Protein rendah (hipoproteinemia)
g.
h.
i.
j.
2. Urine
Kadar albumin urine positif (albuminuria).
3. Foto Thorax
Pada pemeriksaan foto thorax dapat ditemukan efusi pleura. Umumnya posisi
lateral decubitus kanan (pasien tidur di sisi kanan) lebih baik dalam
mendeteksi cairan dibandingkan dengan posisi berdiri dan berbaring.
4. USG
Pemeriksaan USG biasanya lebih disukai pada anak dan dijadikan sebagai
pertimbangan karena tidak menggunakan system pengion (sinar X) dan dapat
diperiksa sekaligus berbagai organ pada abdomen. Adanya asites dan cairan
pleura pada pemeriksaan USG dapat digunakan sebagai alat menentukan
diagnose penyakit yang mungkin muncul lebih berat misalnya dengan meliha
ketebalan dinding kandung empedu dan penebalan pancreas.
5. Diagnosis Serologis
a. Uji hemaglutinasi inhibisi
Tes ini adalah gold standard pada pemeriksaan serologis, sifatnya sensitive
namun tidak spesifik artinya tidak dapat menunjukkan tipe virus yang
menginfeksi. Antibody HI bertahan dalam tubuh lama sekali (>48 tahun)
sehingga uji ini baik digunakan pada studi serologi-epidemiologi. Untuk
diagnosis pasien, kenaikan titer konvalesen 4x lipat dari titer serum akut
atau titer tinggi (>1280) baik pada serum akut aau konvalesen dianggap
sebagai presumtif (+) atau diduga keras positif infeksi dengue yang baru
terjadi.
b. Uji komplemen fiksasi
Jarang digunakan seara rutin karena prosedur pemeriksaannya rumit dan
butuh tenaga berpengalaman. Antibodi komplemen fiksasi bertahan
beberapa ahun saja (sekitar 2-3 tahun).
c. Uji neutralisasi
Uji ini paling sensitive dan spesifik untuk virus dengue. Biasanya
memakai cara Plaque Reduction Neutralization Test (PNRT) yaitu
berdasarkan adanya reduksi dari plaque yang terjadi. Antibody neutralisasi
dapat dideteksi dalam serum bersamaan dengan antibody HI tetapi lebih
cepat dari antibody komplemen fiksasi dan bertahan lama (>4-8 tahun).
Prosedur uji ini rumit dan butuh waktu lama sehingga tidak rutin
digunakan.
d. Uji ELISA
Banyak sekali dipakai. Uji ini dilakukan pada hari ke 4-5 infeksi virus
dengue karena IgM sudah timbul kemudian akan diikuti IgG. Bila IgM
negative uji ini perlu diulang. Apabila hari sakit ke-6 IgM masih negative
maka dilaporkan negative. IgM dapat bertahan dalam darah sampai 2-3
bualn setelah adanya infeksi. Sensitivitas uji Mac ELISA sedikit dibawah
uji HI dengan kelebihan uji Mac ELISA hanya memerlukan satu serum
akut saja dengan spesifitas yang sama dengan uji HI.
e. Identifikasi virus
Cara diagnostic baru dengan reverse transcriptase polymerase chain
reaction (RTPCR) sifatnya sangat sensitive dan spesifik terhadap serotype
tertentu, hasil cepat didapat dan dapat diulang dengan mudah. Cara ini
dapat mendeteksi virus RNA dari specimen darah, jaringan tubuh manusia,
dan nyamuk. Sensitifitas PCR sama dengan isolasi virus namun PCR tidak
begitu dipengaruhi oleh penanganan specimen yang kurang baik bahkan
adanya antibody dalam darah juga tidak mempengaruhi hasil dari PCR.
H. Klasifikasi
Derajat DBD diklasifikasikan dalam 4 derajat (pada setiap derajat sudah ditemukan
trombositopenia dan hemokonsentrasi) berdasarkan klasifikasi WHO 1997 :
a. Derajat I : demam tinggi mendadak (terus-menerus 2-7 hari) disertai gejala
konstitusional yang tidak khas (nyeri ulu hati, mual, muntah, hepatomegaly) dan
satu-satunya manifestasi perdarahan ialah uji bending
b. Derajat II : derajat I disertai perdarahan spontan di kulit dan atau perdarahan lain
c. Derajat III : ditemukan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lambat, tekanan
nadi menurun (20mmHg atau kurang) atau hipotensi, sianosis di sekitar mulut,
kulit dingin dan lembab.
d. Derajat IV : Dengue Shock Syndrome. Syok berat, nadi tidak teraba, tekanan
darah tidak terukur.
I. Penatalaksanaan
1. Pre-Hospital
Penatalaksaan pre-hospital DBD dapat dilakukan melalui 2 cara yaitu pencegahan
dan penanganan pertama pada penderita demam berdarah. Pencegahan dapat
dilakukan merupakan kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN), yaitu
kegiatan memberantas jentik ditempat perkembengbiakan dengan cara 3M plus :
a. Menguras dan menyikat tempat penampungan air, seperti bak mandi/WC,
drum, dll seminggu sekali.
b. Menutup rapat tempat penampungan air
c. Mengubur atau menyingkitkan barang bekas yang dapat menampung air hujan
Pasien DBD harus segera dbawa kerumah sakit bila terdapat gejala sebgai
berikut :
a.
b.
c.
d.
e.
3. Intra-Hospital
a. Tatalaksana kasus tersangka DBD
Tersangka DBD
Demam tinggi, mendadak, terus menerus <7
hari
Tidak diserati infeksi saluran nafas atas
Badan lemah/lesu
Ada Kedaruratan
Tanda Syok
Muntah terus menerus
Kejang
Negative (-)
Kesadaran menurun
Hematemesis
Melena
Tatalaksana sesuai kedaruratan
>100.000/L
Rawat
Jalan
Parasetamol
Rawat Inap
Kontrol tiap hari
Rawat Jalan
Minum banyak 1,5L/hari
Nilaitanda
klinis &
Parasetamol
trombosit,
Kontrol tiap hari sampai
masih
demam turun
hari sakit
Periksa Hb, Ht, trombosit
tiap hari
Jumlah
Ht, bila
demam
ke-3
Perbaikan
Perbaikan
Tidak gelisah
Nadi kuat
Distress pernapasan
Tek. nadi stabil
Diuresis cukup
tinggi/naik
(12ml/kgBB/jam)
<20mmHg
Ht turun
tidak ada
(2x pemeriksaan)
Tetesan dikurangi
dinaikkan
Tidak ada
Gelisah
Ht meningkat
15ml/kgBB/jam
5ml/kgBB/jam
Perbaikan
Tetesan
10Evaluasi 12-24
jam
Tanda vital tidak stabil
Distres pernafasan
Ht naik
Tek. Nadi 20mmHg
Transfusi darah 10ml/kgBB
Koloid
Indikasi
20-30ml/kgBB
-syok yg
-perdarahan
massif
Perbaikan
Syok
Kesadaran
menurun
Nadi teraba kuat
Tekanan nadi >20mmHg
Tidak sesak nafas/sianosis
pernapasan/sianosis
Ekstremitas hangat
Diuresis cukup 1ml/kgBB/jam
dingin
1.Lanjutkan
15-
Dekstan/FFP
3.Koreksi
Evaluasi 1 jam
Tetesan 5ml/kgBB/jam
Ht stabil dalam 2x pemeriksaan
Ht turun
Ht
tetap/naik
Tetesan 3ml/kgBB
Transfusi darah
20ml/kgBB
Infus stop tidak melebihi 48 jam
Setelah syok teratasi
10ml/kgBB dpt
diulang sesuai
kebutuhan
Koloid