Anda di halaman 1dari 15

DEMAM BERDARAH DENGUE

Oleh :
Vidia Amrina Rasyada
2011730167 / 23.52 949 2011

Pembimbing :
dr. Tresna Prasetya

PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT


PATARUMAN 3 KOTA BANJAR
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2015

DEMAM BERDARAH DENGUE


A. Definisi
Penyakit Demam Berdarah atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) adalah
penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk
Aedes aegypti dan Aedes albopictus.
B. Epidemiologi
Biasanya sering terjadi pada anak-anak. Faktor resiko: tinggal di daerah endemis dan
padat penduduknya, pada musim panas (28-32oC) dan kelembaban tinggi, dan sekitar
rumah banyak genangan air.
C. Etiologi
Virus dengue yang termasuk dalam genus Flavivirus dan family Flaviviridae. Terdapat
4 serotipe virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4 dengan DEN-3 merupakan
serotype terbanyak di Indonesia.
Virus ini ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan nyamuk Aedes albopictus.
Nyamuk Aedes aegypti merupakan nyamuk yang paling sering ditemukan. Nyamuk
Aedes aegypti hidup di daerah tropis, terutama hidup dan berkembang biak di dalam
rumah, yaitu tempat penampungan air jernih atau tempat penampungan air di sekitar
rumah. Nyamuk ini sepintas tampak berlurik, berbintik-bintik putih, biasanya
menggigit pada siang hari, terutama pada pagi dan sore hari. Jarak terbang nyamuk ini
100 meter. Sedangkan nyamuk Aedes albopictus memiliki tempat habitat di tempat air
jernih. Biasanya nyamuk ini berada di sekitar rumah dan pohon-pohon, tempat
penampungan air hujan yang bersih, seperti pohon pisang, pandan, kaleng bekas.
Nyamuk ini menggigit pada siang hari dan memiliki jarak terbang 50 meter.

D. Patofisiologi

E. Diagnosis
Berdasarkan kriteria WHO 1997 diagnosis DBD ditegakkan bila semua hal ibawah ini
dipenuhi :
1. Demam atau riwayat demam akut, antara 2-7 hari, biasanya bifasik/ pola pelana
2. Terdapat minimal satu dari manifestasi perdarahan berikut
a. Uji bendung positif
b. Petekie, ekimosis atau purpura
c. Perdarahan mukosa atau perdarahan dari tempat lain
d. Hematemesis atau melena
3. Trombositopenia (jumlah trombosit <100.000/L)
4. Terdapat minimal satu tanda-tanda kebocoran plasma sebagai berikut :
a. Peningkatan hematocrit >20% dibandingkan standard sesuai dengan umur
dan jenis kelamin
b. Penurunan hematocrit >20% setelah mendapat terapi cairan, dibandingkan
dengan nilai hematocrit sebelumnya
c. Tanda kebocorn plasma seperti efusi pleura, asites atau hipoproteinemia

F. Manifestasi Klinis
1. Demam
DBD biasanya ditandai dengan demam yang mendadak tanpa sebab yang jelas,
kontinu, bifasik, berlangsung 2-7 hari. Demam naik turun. Demam biasanya menurun
pada hari ke-3 dan ke-7 dengan tanda lemah, akral dingin dan lembab. Masa kritis terjadi
pada hari ke 3-5. Demam akut (38-40oC) dengan gejala yang tidak spesifik atau terdapat
gejala penyerta seperti, anoreksia, lemah, nyeri punggung, tulang, sendi dan kepala.
2. Perdarahan
Manifestasi perdarahan pada umumnya muncul pada hari ke 2-3 demam. Bentuk
perdarahan dapat berupa : uji tourniquet positif yang menandakan fraglita kapiler
meningkat. Kondisi seperti ini juga dapat dijumpai pada campak, demam
chikungunya, tifoid, dll. Tanda perdarahan dapat berupa petekie, purpura,
ekimosis, epitaksis, perdarahan gusi, hematemesis dan melena. Uji tourniquet
positif jika terdapat lebih dari 20 petekir dalam diameter 2,8 cm di lengan bawah
bagian volar termasuk fossa cubiti.
3. Hepatomegali
Ditemukan pada permulaan drmam, sifatnya nyeri tekan dan tanpa disertai icterus.
Umumnya bervariasi, dimulai dengan hanya dapat diraba 2-4 cm dibawah arcus
costae kanan. Derajat pembesarah hepar tidak sejajar dengan beratnya penyakit
namun nyeri tekan pada daerah tepi hepar berhubungan dengan adanya
perdarahan.
4. Renjatan (Syok)
Syok biasanya terjadi pada saat demam mulai menurun pada hari ke-3 dan ke-7
sakit. Syok yang terjadi lebih awal atau periode demam biasanya mempunyai
prognosa buruk. Kegagalan sirkulasi ini ditandai dengan denyut nadi terasa cepat
dan lemah disertai penurunan tekanan nadi kurang dari 20 mmHg. Terjadi
hipotensi dengan tekanan darah kurang dari 80 mmHg, akral dingin, kulit lembab
dan pasien terlihat gelisah.
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Darah
a. Kadar trombosit darah menurun (trombositopenia) (100000/L)
b. Hematokrit meningkat 20%, merupakan indicator akan timbulnya
renjatan. Kadar trombosit dan hematocrit dapat menjadi diagnosis pasti
pada DBD dengan dua kriteria tersebut ditambah terjadinya
trombositopenia, hemokonsentrasi serta dikonfirmasi secara uji serologi
hrmaglutinasi.
c. Hemoglobin meningkat 20%
d. Lekosit menurun (leukopenia) pada hari kedua atau ketiga
e. Masa perdarahan memanjang
f. Protein rendah (hipoproteinemia)

g.
h.
i.
j.

Natrium rendah (hiponatremia)


SGOT/SGPT kadang meningkat
Asidosis metabolic
Eritrosit dalam tinja sering ditemukan

2. Urine
Kadar albumin urine positif (albuminuria).
3. Foto Thorax
Pada pemeriksaan foto thorax dapat ditemukan efusi pleura. Umumnya posisi
lateral decubitus kanan (pasien tidur di sisi kanan) lebih baik dalam
mendeteksi cairan dibandingkan dengan posisi berdiri dan berbaring.
4. USG
Pemeriksaan USG biasanya lebih disukai pada anak dan dijadikan sebagai
pertimbangan karena tidak menggunakan system pengion (sinar X) dan dapat
diperiksa sekaligus berbagai organ pada abdomen. Adanya asites dan cairan
pleura pada pemeriksaan USG dapat digunakan sebagai alat menentukan
diagnose penyakit yang mungkin muncul lebih berat misalnya dengan meliha
ketebalan dinding kandung empedu dan penebalan pancreas.
5. Diagnosis Serologis
a. Uji hemaglutinasi inhibisi
Tes ini adalah gold standard pada pemeriksaan serologis, sifatnya sensitive
namun tidak spesifik artinya tidak dapat menunjukkan tipe virus yang
menginfeksi. Antibody HI bertahan dalam tubuh lama sekali (>48 tahun)
sehingga uji ini baik digunakan pada studi serologi-epidemiologi. Untuk
diagnosis pasien, kenaikan titer konvalesen 4x lipat dari titer serum akut
atau titer tinggi (>1280) baik pada serum akut aau konvalesen dianggap
sebagai presumtif (+) atau diduga keras positif infeksi dengue yang baru
terjadi.
b. Uji komplemen fiksasi
Jarang digunakan seara rutin karena prosedur pemeriksaannya rumit dan
butuh tenaga berpengalaman. Antibodi komplemen fiksasi bertahan
beberapa ahun saja (sekitar 2-3 tahun).
c. Uji neutralisasi
Uji ini paling sensitive dan spesifik untuk virus dengue. Biasanya
memakai cara Plaque Reduction Neutralization Test (PNRT) yaitu
berdasarkan adanya reduksi dari plaque yang terjadi. Antibody neutralisasi
dapat dideteksi dalam serum bersamaan dengan antibody HI tetapi lebih
cepat dari antibody komplemen fiksasi dan bertahan lama (>4-8 tahun).
Prosedur uji ini rumit dan butuh waktu lama sehingga tidak rutin
digunakan.

d. Uji ELISA
Banyak sekali dipakai. Uji ini dilakukan pada hari ke 4-5 infeksi virus
dengue karena IgM sudah timbul kemudian akan diikuti IgG. Bila IgM
negative uji ini perlu diulang. Apabila hari sakit ke-6 IgM masih negative
maka dilaporkan negative. IgM dapat bertahan dalam darah sampai 2-3
bualn setelah adanya infeksi. Sensitivitas uji Mac ELISA sedikit dibawah
uji HI dengan kelebihan uji Mac ELISA hanya memerlukan satu serum
akut saja dengan spesifitas yang sama dengan uji HI.
e. Identifikasi virus
Cara diagnostic baru dengan reverse transcriptase polymerase chain
reaction (RTPCR) sifatnya sangat sensitive dan spesifik terhadap serotype
tertentu, hasil cepat didapat dan dapat diulang dengan mudah. Cara ini
dapat mendeteksi virus RNA dari specimen darah, jaringan tubuh manusia,
dan nyamuk. Sensitifitas PCR sama dengan isolasi virus namun PCR tidak
begitu dipengaruhi oleh penanganan specimen yang kurang baik bahkan
adanya antibody dalam darah juga tidak mempengaruhi hasil dari PCR.
H. Klasifikasi
Derajat DBD diklasifikasikan dalam 4 derajat (pada setiap derajat sudah ditemukan
trombositopenia dan hemokonsentrasi) berdasarkan klasifikasi WHO 1997 :
a. Derajat I : demam tinggi mendadak (terus-menerus 2-7 hari) disertai gejala
konstitusional yang tidak khas (nyeri ulu hati, mual, muntah, hepatomegaly) dan
satu-satunya manifestasi perdarahan ialah uji bending
b. Derajat II : derajat I disertai perdarahan spontan di kulit dan atau perdarahan lain
c. Derajat III : ditemukan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lambat, tekanan
nadi menurun (20mmHg atau kurang) atau hipotensi, sianosis di sekitar mulut,
kulit dingin dan lembab.
d. Derajat IV : Dengue Shock Syndrome. Syok berat, nadi tidak teraba, tekanan
darah tidak terukur.
I. Penatalaksanaan
1. Pre-Hospital
Penatalaksaan pre-hospital DBD dapat dilakukan melalui 2 cara yaitu pencegahan
dan penanganan pertama pada penderita demam berdarah. Pencegahan dapat
dilakukan merupakan kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN), yaitu
kegiatan memberantas jentik ditempat perkembengbiakan dengan cara 3M plus :
a. Menguras dan menyikat tempat penampungan air, seperti bak mandi/WC,
drum, dll seminggu sekali.
b. Menutup rapat tempat penampungan air
c. Mengubur atau menyingkitkan barang bekas yang dapat menampung air hujan

Tindakan tambahan dalam memberantas jentik dan menghindari gigitan nyamuk


dengancara :
a. Menaburkan bubuk Temephos (abate) atau Altosid di tempat air yang sulit
dikuras
b. Memelihara ikan pemakan jentik nyamuk
c. Mencegah gigitan nyamuk dengan menggunakan obat nyamuk
d. Memasang kawat kasa pada jendela dan ventilasi
e. Tidak membiasakan menggantung pakaian di dalam kamar
f. Melakukan fogging atau pengasapan bila ditemukan 3 kasus postifi DBD di
lokasi dengan radius 100m (20 rumah) dan bila didaerah tersebut ditemukan
banyak jentik nyamuk.

Pada pasien demam berdarah awalnya mengalami demam tinggi yang


mengakibatkan kekurangan cairan akibat penguapan, mntah atau intake tidak
adekuat sehingga jatuh dalam kondisi dehidrasi. Pertolongan pertama yang dapat
diberikan adalah mengembalikan cairan tubuh yaitu memberikan minum 2
liter/hari (kira-kira 8 gelas) atau 3 sendok makan tiap 15 menit. Untuk mengetahui
pemberian cairan cukup atau masih kurang, perhatikan jumlah atau frekuensi
kencing. Frekuensi buang air kecil minimal 6 kali sehari menunjukkan pemberian
cairan mencukupi.
Penanganan yang bisa dilakukan tanpa harus di opname adalah (WHO 1999) :
a. Minum air putih minimal 20 gelas sedang setiap hari
b. Minum obat penurun panas. Paraetamol dengan dosis 10mg/kgBB/kali tidak
lebih dari 4 kali sehari.
c. Minuman tambahan : minuman berion, jambu merah
d. Makan makanan yang bergizi dan usahakan dalam kuantitas yang banyak
e. Cara penghitungan kebutuhan cairan :
1. Dewasa : 50 cc/kgBB/hari
2. Anak : 10 kgBB pertama : 100 cc/kgBB/hari
10 kgBB kedua
: 50 cc/kgBB/hari
10 kgBB berikutnya
: 20 cc/kgBB/hari
f. Berikan antikejang jika anak punyariwayat kejang
g. Kompres hangat

Pasien DBD harus segera dbawa kerumah sakit bila terdapat gejala sebgai
berikut :
a.
b.
c.
d.
e.

Demam tinggi ( 39oC)


Muntah terus menerus
Tidak minum sesuai anjuran
Kejang
Perdarahan hebat, melena atau hematemesis

f. Nyeri perut hebat


g. Timbul gejala syok, gelisah atau tidak sadarkan diri, nafas cepat, seluruh
badan teraba lembab, bibir kuku kebiruan, haus, kencing berkurang atau tidak
ada sama sekali
h. Hasil laboratorium menunjukkan peningkatan kekentalan darah atau
penurunan jumlah trombosit.

3. Intra-Hospital
a. Tatalaksana kasus tersangka DBD
Tersangka DBD
Demam tinggi, mendadak, terus menerus <7
hari
Tidak diserati infeksi saluran nafas atas
Badan lemah/lesu

Ada Kedaruratan

Tidak ada Kedaruratan

Tanda Syok
Muntah terus menerus
Kejang

Periksa uji tourniquet


Positif (+)

Negative (-)
Kesadaran menurun
Hematemesis
Melena
Tatalaksana sesuai kedaruratan

Jumlah trombosit Jumlah trombosit


<100.000/L

>100.000/L
Rawat

Jalan
Parasetamol
Rawat Inap
Kontrol tiap hari
Rawat Jalan
Minum banyak 1,5L/hari

Nilaitanda

klinis &
Parasetamol
trombosit,
Kontrol tiap hari sampai
masih
demam turun
hari sakit
Periksa Hb, Ht, trombosit
tiap hari

Jumlah
Ht, bila
demam
ke-3

Bila timbul tanda syok :


Gelisah, lemah, akral dingin,
sakit perut, BAB hitam, BAK
kurang

Lab : Hb & Ht naik,


trombosit turun
Segera bawa ke rumah sakit

b. Tatalaksana kasus DBD derajat I dan II tanpa peningkatan


hematocrit
DBD derajat I atau II tanpa peningkatan
hematokrit
Gejala klinis :
Demam 2-7 hari
Uji tourniquet (+) atau
perdarahan
spontan
Lab :
Hematokrit tidak meningkat
Trombositopenia (ringan)

Pasien masih dapat minum


Pasien tidak
dapat minum
Beri minum banyak 1-2L/hari
Pasien muntah terus
menerus
atau satu sendok makan tiap 5 menit
Jenis minuman: air putih, teh manis,
sirup, jus buah, susu, oralit
Pasang infus NaCl
0,9%:
Bila suhu >39oC beri parasetamol
dekstrosa 5% (1:3)
Bila kejang beri obat antikonvulsi sesuai BB
tetesan cairan
sesuai BB
Periksa Hb, Ht tiap 6 jam,
trombosit
tiap 6-12 jam
Monitor gejala klinis dan laboratorium
Perhatikan tanda syok
Palpasi hepar setiap hari
Ukur diuresis setiap hari
Ht naik dan atau
trombosit turun
Awasi perdarahan
Periksa Ht, Hb tiap 6-12 jam
Infus ganti RL (tetesan
disesuaikan)
Perbaikan klinis dan laboratorium

Pulang (Kriteria memulangkan pasien)


-tidak demam selama 24 jam tanpa antipiretik

-nafsu makan membaik


-secara klinis tampak perbaikan
-hematokrit stabil
-3 hari setalah syok teratasi
-jumlah trombosit >50.000/L
-tidak dijumpai distress pernapasan (disebabkan efusi pleura atau
asidosis)
c. Tatalaksana kasus DBD derajat II dengan peningkatan
hematocrit >20%

DBD derajat II dengan peningkatan


hematocrit >20%
Cairan Awal
RL/RA/NaCl 0,9% atau RLD5/NaCl
0,9%+ D5
6-7ml/kgBB/jam
Monitor tanda vital /
Nilai Ht & trombosit tiap 6 jam

Perbaikan
Perbaikan
Tidak gelisah
Nadi kuat
Distress pernapasan
Tek. nadi stabil
Diuresis cukup
tinggi/naik
(12ml/kgBB/jam)
<20mmHg
Ht turun
tidak ada
(2x pemeriksaan)
Tetesan dikurangi
dinaikkan

Tidak ada
Gelisah

Frek nadi naik


Ht tetap
Tek nadi
Diuresis </

Tanda Vital Memburuk

Ht meningkat
15ml/kgBB/jam
5ml/kgBB/jam

Perbaikan

Tetesan
10Evaluasi 12-24

jam
Tanda vital tidak stabil

Perbaikan sesuai tetesan


Ht turun
3ml/kgBB/jam
IVFD stop setelah 24-48 jam
transfuse darah
Apabila ada tanda vital/Ht stabil
pada anak:
dan diuresis cukup
belum teratasi

Distres pernafasan
Ht naik
Tek. Nadi 20mmHg
Transfusi darah 10ml/kgBB
Koloid
Indikasi
20-30ml/kgBB
-syok yg
-perdarahan

massif
Perbaikan

d. Tatalaksana kasus DBD derajat III dan IV (DSS)

DBD derajat III dan IV

1.Oksigenasi (berikan O2 2-4 L/menit)


2.Penggantian volume plasma segera (cairan kristaloid
isotonis)
RL/NaCl 0,9% 20ml/kgBB secepatnya (bolus dalam 15
menit)
Evaluasi 30 menit, apakah syok teratasi ?
Pantau tanda vital tiap 10 menit
Cata balance cairan selama pemberian cairan
intravena
Syok teratasi
tidak teratasi
Kesadaran membaik

Syok
Kesadaran

menurun
Nadi teraba kuat
Tekanan nadi >20mmHg
Tidak sesak nafas/sianosis
pernapasan/sianosis
Ekstremitas hangat
Diuresis cukup 1ml/kgBB/jam
dingin

Nadi lembut/tidak teraba


Tekanan nadi <20mHg
Distres
Kulit dingin dan lembab
Ekstremitas
Periksa kadar gula darah

Cairan tetesan disesuaikan


cairan
10ml/kgBB/jam
20ml/kgBB/jam
Evaluasi ketat
2.Tambahkan koloid/plasma
Tanda vital
Tanda perdarahan
Diuresis
asidosis
Pantau Hb, Ht, trombosit
Stabil dalam 24 jam
Syok belum teratasi

1.Lanjutkan
15-

Dekstan/FFP
3.Koreksi
Evaluasi 1 jam

Tetesan 5ml/kgBB/jam
Ht stabil dalam 2x pemeriksaan
Ht turun

Ht

tetap/naik
Tetesan 3ml/kgBB
Transfusi darah
20ml/kgBB
Infus stop tidak melebihi 48 jam
Setelah syok teratasi

10ml/kgBB dpt
diulang sesuai
kebutuhan

Koloid

Anda mungkin juga menyukai