Anda di halaman 1dari 27

BORANG PORTOFOLIO

Nama Peserta: Priscilia


Nama Wahana: PKM Punung
Topik: Ilmu Bedah
Tanggal (Kasus): 16 Januari 2015
Presenter: dr. Priscilia
Tanggal Presentasi:
Pendamping: dr. Soediro
Tempat Presentasi:
Obyektif Presentasi:
Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka
Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa
Neonatus
Bayi
Anak
Remaja
Dewasa
Lansia
Bumil
Deskripsi: Anak perempuan, 2,5 tahun, tersiram air panas
Tujuan: Diagnostik dan tatalaksana awal pada luka bakar
Tinjauan
Bahan Bahasan:
Riset
Kasus
Audit
Pustaka
Cara
Presentasi dan
Diskusi
Email
Pos
Membahas:
Diskusi
Data Pasien:
Nama: An. GKM
Nomor Registrasi: Data Klinik:
Telp:
Terdaftar Sejak: 16 Januari 2015
Data Utama untuk Bahan Diskusi
1. Diagnosis / Gambaran Klinis:
Pasien datang di bawa Ibunya ke UGD Punung karena pasien tersiram air panas ketika
sedang bermian di dapur. Air panas mengenai perut, kedua tungkai, dan alat kelamin
pasien. Oleh Ibu pasien, pasien langsung diberi lotion di anggota tubuh yang tersiram air
panas. Pada saat datang ke UGD, pasien menangis, kulit mengelupas, dam timbul bullae.
2. Riwayat Pengobatan:
Pasien diberi lotion oleh Ibunya sebelum ke UGD.
3. Riwayat Kesehatan / Penyakit:
Pasien tidak memiliki riwayat masuk rumah sakit.
4. Riwayat Keluarga:
Riwayat asma, penyakit jantung, hipertensi, dan kencing manis keluarga disangkal.
5. Lain-lain
Kesadaran: Compos mentis/ tampak sakit sedang
GCS : E4M6V5
Tanda vital:
Nadi: 92x/menit. Pernafasan : 28x/menit. Suhu: 37,20C. Berat badan: 14 kg
Pemeriksaan Fisik:
Kepala Leher : mata konjunctiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-), sianosis bibir(-)
Thoraks
: Inspeksi: simetris saat statis dan dinamis
Palpasi: fremitus taktil dinamis, nyeri tekan (-)
Perkusi: sonor
Auskultasi: suara nafas vesikuler, rhonki(-/-), wheezing (-/-), BJ I-II
1

regular, murmur (-),gallop (-)


Abdomen
: (Lihat status lokalis):
Inspeksi: datar, simetris, terdapat luka bakar
Auskultasi: tidak dilakukan
Palpasi : nyeri tekan (+)
Perkusi: tidak dilakukan
Perineum (Lihat status lokalis): terdapat luka bakar
Ekstremitas superior: bentuk normal, normotonus, gerakan aktif
Ekstremitas inferior (Lihat status lokalis): terdapat luka bakar
Status Lokalis:
Regio abdomen: Inspeksi: Seluas 9% tampak kulit warna putih, terkelupas, bullae (+)
Palpasi: nyeri tekan (+)
Perkusi: tidak dilakukan
Auskultasi: tidak dilakukan
Regio perineum: seluas 1% tampak kulit kemerahan, bullae (-), nyeri tekan (+)
Regio ekstremitas inferior dextra et sinistra: seluas 27% tampak kulit warna putih,
terkelupas, bullae (+), nteri tekan (+)
Diagnosis: Luka Bakar grade IIB, 37%
Rencana terapi:
IVFD RL mikrodrip 140 tpm (8 jam pertama) 70 tpm (16 jam berikutnya)
Paracetamol syrup 3x1 cth
Amoxicillin syrup 3x1 cth
Bioplacenton gel
Edukasi rujuk RS, dokter spesialis bedah.
Daftar Pustaka:
a.
b.
c.
d.
e.
Hasil Pembelajaran:
1. Identifikasi etiologi luka bakar
2. Diagnosis luka bakar
3. Identifikasi komplikasi dan faktor penyulit dalam penatalaksanaan luka bakar
4. Konseling Informasi dan Edukasi tentang terapi yang akan dijalani dan rujukan yang akan
diberikan ke strata kesehatan lebih tinggi
Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio
2

1. Subjektif
RPS: Pasien datang di bawa Ibunya ke UGS Punung karena pasien tersiram air panas
ketika sedang bermian di dapur. Air panas mengenai perut, kedua tungkai, dan alat
kelamin pasien. Oleh Ibu pasien, pasien langsung diberi lotion di anggota tubuh yang
tersiram air panas. Pada saat datang ke UGD, pasien menangis, kulit mengelupas, dam
timbul bullae.
2. Objektif
Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik dan tanda vital yang dilakukan, didapatkan pada kulit
pasien di daerah abdomen hingga ekstremitas bawah terdapat bullae dan kulit pasien
menglupas.

3. Assessment
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik diagnosis pasien ini mengarah ke luka
bakar grade II.
4. Plan
Prioritas pertama dalam mengatasi luka bakar adalah menghentikan proses luka bakar
misalnya pada pasien ini ialah menyingkirkan baju, perhiasan dan benda-benda lain yang
membuat efek Torniket, karena jaringan yang terkena luka bakar akan segera menjadi
oedem.
Sebagai bagian dari perawatan awal pasien yang terkena luka bakar. Pemberian cairan
intravena yang adekuat harus dilakukan. Tujuan utama dari resusitasi cairan adalah untuk
menjaga dan mengembalikan perfusi jaringan tanpa menimbulkan edema. Kehilangan
cairan terbesar adalah pada 4 jam pertama terjadinya luka dan akumulasi maksimum
edema adalah pada 24 jam pertama setelah luka bakar.
Pengobatan yang diberikan pada pasien ini adalah memasang IV line, pemberian
paracetamol syrup sebagai analgetik, bioplacenton gel sebagai salep antimikroba, dan
pada pasien ini luka bakar yang ada di tubuhnya ditutupi dengan kassa NaCl. Selanjutnya
pasien di rujuk ke Rumah Sakit.
Apabila sudah dirujuk ke rumah sakit, pasien luka bakar derajat II (dalam) perlu
dilakukan eksisi awal dan cangkok kulit (early exicision and grafting). Dengan metode ini
eschar di angkat secara operatif dan kemudian luka ditutup dengan cangkok kulit
(autograft atau allograft), setelah terjadi penyembuhan, graft akan terkelupas dengan
3

sendirinya. E&G dilakukan 3-7 hari setelah terjadi luka, pada umumnya tiap harinya
dilakukan eksisi 20% dari luka bakar kemudian dilanjutkan pada hari berikutnya.
Selanjutnya dapat diberikan salep antimikroba, perawatan luka bakar dan pemeberian
analgetik untul mengontrol tasa sakit. Dalam kontrol rasa sakit digunakan terapi
farmakologi dan non farmakologi. Terapi farmakologi yang digunakan biasanya dari
golongan opioid dan NSAID.

TINJAUAN PUSTAKA
LUKA BAKAR
Definisi Luka Bakar
Luka bakar adalah rusak atau hilangnya jaringan yang disebabkan kontak dengan
sumber panas seperti kobaran api di tubuh (flame), jilatan api ketubuh (flash), terkena air
panas (scald), tersentuh benda panas (kontak panas), akibat sengatan listrik, akibat bahanbahan kimia, serta sengatan matahari (sunburn).1
Luka bakar adalah luka yang terjadi akibat sentuhan permukaan tubuh dengan bendabenda yang menghasilkan panas (api secara langsung maupun tidak langsung, pajanan suhu
tinggi dari matahari, listrik, maupun bahan kimia, air, dll) atau zat-zat yang bersifat
membakar (asam kuat, basa kuat).2,3 Kulit adalah organ tubuh terluas yang menutupi otot dan
mempunyai peranan dalam homeostasis. Kulit merupakan organ terberat dan terbesar dari
tubuh. Seluruh kulit beratnya sekitar 16 % berat tubuh, pada orang dewasa sekitar 2,7 3,6
kg dan luasnya sekitar 1,5 1,9 meter persegi. Tebalnya kulit bervariasi mulai 0,5 mm
sampai 6 mm tergantung dari letak, umur dan jenis kelamin. Kulit tipis terletak pada kelopak
mata, penis, labium minor dan kulit bagian medial lengan atas. Sedangkan kulit tebal terdapat
pada telapak tangan, telapak kaki, punggung, bahu dan bokong. Secara embriologis kulit
berasal dari dua lapis yang berbeda, lapisan luar adalah epidermis yang merupakan lapisan
epitel berasal dari ektoderm sedangkan lapisan dalam yang berasal dari mesoderm adalah
dermis atau korium yang merupakan suatu lapisan jaringan ikat.4
4

Luka bakar merupakan penyebab trauma yang sering terjadi dan dapat mengakibatkan
morbiditas dan mortalitas yang relatif tinggi dibandingkan dengan cedera oleh sebab lain.
Insidensi luka bakar di dunia berkisar lebih dari 800 kasus per satu juta jiwa tiap tahunnya
dan merupakan penyebab kematian tertinggi kedua akibat trauma setelah kecelakaan lalu
lintas.2
Angka mortalitas penderita luka bakar di Indonesia masih cukup tinggi, yaitu 38,59%
(2001) di RSCM dan 26,41% (2000) di RS Dr. Soetomo. Tercatat di RSUP DR Sardjito,
jumlah kasus luka bakar yang dirawat di bagian bedah terjadi peningkatan dari 76 kasus pada
tahun 2005 menjadi 82 kasus pada tahun 2006, dengan derajat luka bakar terbanyak adalah
derajat II (81,63%).2
Etiologi

Luka bakar banyak disebabkan karena suatu hal, diantaranya adalah:1


a. Luka bakar suhu tinggi(Thermal Burn): gas, cairan, bahan padat
Luka bakar suhu tinggi biasanya disebabkan oleh air panas (scald), jilatan api ketubuh
(flash), kobaran api di tubuh (flam), dan akibat terpapar atau kontak dengan objek-objek
panas lainnya (logam panas, dan lain-lain).
b. Luka bakar bahan kimia (Chemical Burn)
Luka bakar kimia biasanya disebabkan oleh asam kuat atau alkali yang biasa digunakan
dalam bidang industri militer ataupun bahan pembersih yang sering digunakan untuk
keperluan rumah tangga.
c. Luka bakar sengatan listrik (Electrical Burn)
Listrik menyebabkan kerusakan yang dibedakan karena arus, api, dan ledakan. Aliran
listrik menjalar disepanjang bagian tubuh yang memiliki resistensi paling rendah.
Kerusakan terutama pada pembuluh darah, khususnya tunika intima, sehingga
menyebabkan gangguan sirkulasi ke distal. Sering kali kerusakan berada jauh dari lokasi
kontak, baik kontak dengan sumber arus maupun grown.
d. Luka bakar radiasi (Radiasi Injury)
Luka bakar radiasi disebabkan karena terpapar dengan sumber radio aktif. Tipe injury ini
sering disebabkan oleh penggunaan radio aktif untuk keperluan terapeutik dalam dunia
kedokteran dan industri. Akibat terpapar sinar matahari yang terlalu lama juga dapat
menyebabkan luka bakar radiasi.

Pemeriksaan diagnostik.5

Pemeriksaan serum: hal ini dilakukan karena ada pada pasien dengan luka bakar
mengalami kehilangan volume

Pemeriksaan elektrolit: pada pasien dengan luka bakar mengalami kehilangan volume
cairan dan gangguan Na-K pump

Analisa gas darah biasanya pasien luka bakar

terjadi asidosis metabolisme dan

kehilangan protein

Faal hati dan ginjal

CBC mengidentifikasikan jumlah darah yang

ke dalam cairan, penurunan RBC,

trombositopenia lokal, leukositosis, RBC yang rusak

Elektolit terjadi penurunan kalsium dan serum, peningkatan alkali phospate

Serum albumin: total protein menurun, hiponatremia

Radiologi: untuk mengetahui penumpukan cairan paru

ECG: untuk mengetahui adanya aritmia

Patofisiologi
Luka bakar disebabkan oleh perpindahan energi dari sumber panas ke tubuh. Panas
tersebut mungkin dipindahkan melalui konduksi atau radiasi kulit dengan luka bakar akan
mengalami kerusakan pada epidermis, dermis, maupun jaringan subkutan. Tergantung faktor
penyebab dan lamanya kulit kontak dengan sumber panas. 1 Cidera luka bakar mempengaruhi
semua sistem organ. Besarnya respon patofisiologis ini adalah berkaitan erat dengan luasnya luka
bakar dan mencapai massa stabil ketika terjadi luka bakar kira-kira 60% seluruh luas permukaan
tubuh.3
Kondisi ditandai dengan pergeseran cairan dari komponen vascular ke ruang interstitium.
Bila jaringan terbakar, vasodilatasi meningkatkan permeabilitas sel pada yang luka bakar dan di
sekitarnya. Dampaknya jumlah cairan yang banyak berada pada ekstra sel, sodium chloride dan
protein lewat melalui daerah yang terbakar dan membentuk gelembung-gelembung dan oedema
atau keluar melalui luka terbuka. Akibat adanya oedema luka bakar, lingkungan kulit mengalami
kerusakan. Kulit sebagai barrier mekanik berfungsi sebagai mekanisme pertahanan diri yang
penting dari organisme yang mungkin masuk. Terjadinya kerusakan lingkungan kulit akan
memungkinkan mikro organisme masuk dalam tubuh dan menyebabkan infeksi luka yang dapat
memperlambat proses penyembuhan luka.3
Efek Patofisiologis Luka Bakar
6

1. Pada Kulit
Perubahan patofisiologik yang terjadi pada kulit segera setelah luka bakar tergantung
pada luas dan ukuran luka bakar. Untuk luka bakar yang kecil (smaller burns), respon
tubuh bersifat lokal yaitu terbatas pada area yang mengalami injuri. Sedangkan pada luka
bakar yang lebih luas misalnya 25 % dari total permukaan tubuh (TBSA: total body
surface area) atau lebih besar, maka respon tubuh terhadap injuri dapat bersifat sistemik
dan sesuai dengan luasnya injuri. Injuri luka bakar yang luas dapat mempengaruhi semua
sistem utama dari tubuh.5
2. Sistem kardiovaskuler
Segera setelah injuri luka bakar, dilepaskan substansi vasoaktif (catecholamine,
histamin, serotonin, leukotrienes, dan prostaglandin) dari jaringan yang mengalami injuri.
Substansi-substansi ini menyebabkan meningkatnya permeabilitas kapiler sehingga
plasma merembes kedalam sekitar jaringan. Injuri panas yang secara langsung mengenai
pembuluh akan lebih meningkatkan permeabilitas kapiler. Injuri yang langsung mengenai
membran sel menyebabkan sodium masuk dan potasium keluar dari sel. Secara
keseluruhan akan menimbulkan tingginya tekanan osmotik yang menyebabkan
meningkatnya cairan intraselular dan interstitial dan yang dalam keadaan lebih lanjut
menyebabkan kekurangan volume cairan intravaskuler. Luka bakar yang luas
menyebabkan edema tubuh general baik pada area yang mengalami luka maupun jaringan
yang tidak mengalami luka bakar dan terjadi penurunan sirkulasi volume darah
intravaskuler.

Denyut

jantung

meningkat

sebagai

respon

terhadap

pelepasan

catecholamine dan terjadinya hipovolemia relatif, yang mengawali turunnya cardiac


output. Kadar hematokrit meningkat yang menunjukkan hemokonsentrasi dari
pengeluaran cairan intravaskuler. Disamping itu pengeluaran cairan secara evaporasi
melalui luka terjadi 4-20 kali lebih besar dari normal. Sedangkan pengeluaran cairan yang
normal pada orang dewasa dengan suhu tubuh normal perhari adalah 350 ml.5
Keadaan ini dapat mengakibatkan penurunan pada perfusi organ. Jika ruang
intravaskuler tidak diisi kembali dengan cairan intravena maka shock hipovolemik dan
ancaman kematian bagi penderita luka bakar yang luas dapat terjadi. Kurang lebih 18-36
jam setelah luka bakar, permeabilitas kapiler menurun, tetapi tidak mencapai keadaan
normal sampai 2 atau 3 minggu setelah injuri. Cardiac output kembali normal dan
kemudian meningkat untuk memenuhi kebutuhan hipermetabolik tubuh kira-kira 24 jam
setelah luka bakar. Perubahan pada cardiac output ini terjadi sebelum kadar volume
7

sirkulasi intravena kembali menjadi normal. Pada awalnya terjadi kenaikan hematokrit
yang kemudian menurun sampai di bawah normal dalam 3-4 hari setelah luka bakar
karena kehilangan sel darah merah dan kerusakan yang terjadi pada waktu injuri. Tubuh
kemudian mereabsorbsi cairan edema dan diuresis cairan dalam 2-3 minggu berikutnya.5
3. Sistem Renal dan Gastrointestinal
Respon tubuh pada mulanya adalah berkurangnya darah ke ginjal dan menurunnya
GFR (Glomerular Filtration Rate), yang menyebabkan oliguria. Aliran darah menuju usus
juga berkurang, yang pada akhirnya dapat terjadi ileus intestinal dan disfungsi
gastrointestinal pada pasien dengan luka bakar lebih dari 25%.5

4. Sistem Imun
Fungsi sistem imun mengalami depresi. Depresi pada aktivitas lymphocyte, suatu
penurunan dalam produksi immunoglobulin, supresi aktivitas complement dan
perubahan/gangguan pada fungsi neutropil dan macrophage dapat terjadi pada klien yang
mengalami luka bakar yang luas. Perubahan-perubahan ini meningkatkan resiko
terjadinya infeksi dan sepsis yang mengancam kelangsungan hidup klien.5
5. Sistem Respiratori
Dapat mengalami hipertensi arteri pulmoner, mengakibatkan penurunan kadar oksigen
arteri dan lung compliance.5
a. Smoke Inhalation.
Menghisap asap dapat mengakibatkan injuri pulmoner yang seringkali
berhubungan dengan injuri akibat jilatan api. Kejadian injuri inhalasi ini diperkirakan
lebih dari 30 % untuk injuri yang diakibatkan oleh api. Manifestasi klinik yang dapat
diduga dari injuri inhalasi meliputi adanya LB yang mengenai wajah, kemerahan dan
pembengkakan pada oropharynx atau nasopharynx, rambut hidung yang gosong,
agitasi atau kecemasan, takhipnoe, kemerahan pada selaput hidung, stridor, wheezing,
dyspnea, suara serak, terdapat carbon dalam sputum, dan batuk. Bronchoscopy dan
scaning paru dapat mengkonfirmasikan diagnosis. Patofisiologi pulmoner yang dapat
terjadi pada injuri inhalasi berkaitan dengan berat dan tipe asap atau gas yang
dihirup.5
b. Keracunan Carbon Monoxide.
CO merupakan produk yang sering dihasilkan bila suatu substansi organik
terbakar. Ia merupakan gas yang tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa, yang
dapat mengikat hemoglobin 200 kali lebih besar dari oksigen. Dengan terhirupnya
CO, maka molekul oksigen digantikan dan CO secara reversibel berikatan dengan
hemoglobin sehingga membentuk carboxyhemoglobin (COHb). Hipoksia jaringan
dapat terjadi akibat penurunan secara menyeluruh pada kemampuan pengantaran
oksigen dalam darah. Kadar COHb dapat dengan mudah dimonitor melalui kadar
serum darah.5

Tabel 1. Manifestasi Klinik Keracunan CO (Carbon Monixide)


9

Kadar CO (%)
5-10
11-20
21-30
31-40
41-50
>50

Manifestasi Klinik
Gangguan tajam pennglihatan
Nyeri kepala
Mual, gangguan ketangkasan
Muntah, dizziness, syncope
Takipneu, takikardia
Coma, mati

Faktor yang Mempengaruhi Berat Ringannya Luka Bakar


1. Kedalaman Luka Bakar
a. Luka bakar derajat I
Kerusakan terbatas pada lapisan epidermis superfisial, kulit kering hiperemik,
berupa eritema, tidak dijumpai pula nyeri karena ujungujung syaraf sensorik teriritasi,
penyembuhannya terjadi secara spontan dalam waktu 5 -10 hari. 1,6,7

b. Luka bakar derajat II


Kerusakan terjadi pada seluruh lapisan epidermis dan sebagai lapisan dermis,
berupa reaksi inflamasi disertai proses eksudasi. Dijumpai pula, pembentukan scar, dan
nyeri karena ujung ujung syaraf sensorik teriritasi. Dasar luka berwarna merah atau
pucat, sering terletak lebih tinggi diatas kulit normal. 1,6,7
1. Derajat II Dangkal (Superficial)

Kerusakan mengenai bagian superficial dari dermis.

Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea masih
utuh.

Bula mungkin tidak terbentuk beberapa jam setelah cedera, dan luka bakar pada
mulanya tampak seperti luka bakar derajat I dan mungkin terdiagnosa sebagai
derajat II superficial setelah 12-24 jam

Ketika bula dihilangkan, luka tampak berwarna merah muda dan basah.

Jarang menyebabkan hypertrophic scar.

Jika infeksi dicegah maka penyembuhan akan terjadi secara spontan kurang dari 3
minggu.

2. Derajat II dalam (Deep)

Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis

Organ-organ kulit seperti folikel-folikel rambut, kelenjar keringat,kelenjar


sebasea sebagian besar masih utuh.

Penyembuhan terjadi lebih lama tergantung biji epitel yang tersisa.

10

Juga dijumpai bula, akan tetapi permukaan luka biasanya tanpak berwarna merah
muda dan putih segera setelah terjadi cedera karena variasi suplay darah dermis
(daerah yang berwarna putih mengindikasikan aliran darah yang sedikit atau tidak
ada sama sekali, daerah yg berwarna merah muda mengindikasikan masih ada
beberapa aliran darah)

Jika infeksi dicegah, luka bakar akan sembuh dalam 3 -9 minggu.

c. Luka bakar derajat III (Full Thickness burn)


Kerusakan meliputi seluruh tebal dermis dan lapisan lebih dalam, tidak
dijumpai bula, apendises kulit rusak, kulit yang terbakar berwarna putih dan pucat.
Karena kering, letak nya lebih rendah dibandingkan kulit sekitar. Terjadi koagulasi
protein pada epidermis yang dikenal sebagai scar, tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang
sensasi, oleh karena ujung-ujung syaraf sensorik mengalami kerusakan atau kematian.
Penyembuhan terjadi lama karena tidak ada proses epitelisasi spontan dari dasar
luka.1,6,7
d. Luka bakar derajat IV
Luka full thickness yang telah mencapai lapisan otot, tendon dan ltulang
dengan adanya kerusakan yang luas. Kerusakan meliputi seluruh dermis, organ-organ
kulit seperti folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar keringat mengalami
kerusakan, tidak dijumpai bula, kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan pucat,
terletak lebih rendah dibandingkan kulit sekitar, terjadi koagulasi protein pada
epidemis dan dermis yang dikenal scar, tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensori
karena

ujung-ujung

syaraf

sensorik

mengalami

kerusakan

dan

kematian.

Penyembuhannya terjadi lebih lama karena ada proses epitelisasi spontan dan rasa
luka.1,6,7
2. Keparahan Luka Bakar
a. Luka bakar ringan

Luka bakar derajat I dan II dengan luas < 15% pada orang dewasa

Luka bakar derajat I dan II dengan luas < 10% pada anak-anak

Luka bakar derajat II dengan luas < 2%

Penderita cukup berobat jalan.

b. Luka bakar sedang

Luka bakar derajat II dengan luas 15-25% pada orang dewasa

Luka bakar derajat II dengan luas 10-20% pada anak-anak


11

Luka bakar derajat III dengan luas < 10%

Penderita sebaiknya dirawat.

c. Luka bakar berat

Luka bakar derajat II dengan luas > 25% pada orang dewasa

Luka bakar derajat II dengan luas > 20% pada anak-anak

Luka bakar derajat III dengan luas > 10%

Luka bakar yang mengenai tangan, wajah, mata, telinga, kaki, dan genitalia,
persendian sekitar ketiak

Semua penderita dengan inhalasi, luka bakar dengan komplikasi trauma berat,
luka bakar resiko tinggi

Penderita harus dirawat

3. Luas luka bakar

Terdapat beberapa metode untuk menentukan luas luka bakar meliputi (1) rule of
nine, (2) Lund and Browder, dan (3) hand palm. Ukuran luka bakar dapat ditentukan
dengan menggunakan salah satu dari metode tersebut. Ukuran luka bakar ditentukan
dengan presentase dari permukaan tubuh yang terkena luka bakar.1,3
Perhitungan luas bakar antara lain bardasarkan rule of nine dari Wallace, yaitu:
Bagian Tubuh
Nilai
Kepala dan lahir
9%
Dada
9%
Perut
9%
Punggung
9%
Pinggang dan bokong
9%
Ekstrimitas atas kanan
9%
Ekstrimitas atas kiri
9%
Ekstrimitas bawah kanan
18%
Ekstrimitas bawah kiri
18%
Perineum dan genitalia eksterna
1%
Rumus tersebut tidak digunakan pada anak bayi karena luas permukaan anak jauh lebih
besar dan luas relatif permukaan kaki lebih kecil. Oleh karena itu digunakan rumus 10 untuk
bayi dan rumus 10-15-20 dari Lund Brounder untuk anak. Dasar presentasi yang digunakan
tersebut di atas adalah luas telapak tangan dianggap 1%.

Metode rule of nine mulai diperkenalkan sejak tahun 1940-an sebagai suatu alat
pengkajian yang cepat untuk menentukan perkiraan ukuran / luas luka bakar. Dasar dari
metode ini adalah bahwa tubuh di bagi kedalam bagian-bagian anatomic, dimana setiap
bagian mewakili 9 % kecuali daerah genitalia 1 % (lihat gambar 1).3
12

Gambar 1. Metode Rules Of Nine


Pada metode Lund and Browder merupakan modifikasi dari persentasi bagian-bagian tubuh
menurut usia, yang dapat memberikan perhitungan yang lebih akurat tentang luas luka bakar (lihat
gambar 2)

13

Gambar 2. Luas Luka Bakar Metode Lund and Browder

Selain dari kedua metode tersebut di atas, dapat juga digunakan cara lainnya yaitu
mengunakan metode hand palm. Metode ini adalah cara menentukan luas atau persentasi
luka bakar dengan menggunakan telapak tangan. Satu telapak tangan mewakili 1 % dari
permukaan tubuh yang mengalami luka bakar.3
4. Lokasi luka bakar (bagian tubuh yang terkena)
Berat ringannya luka bakar dipengaruhi pula oleh lokasi luka bakar. Luka bakar yang
mengenai kepala, leher dan dada seringkali berkaitan dengan komplikasi pulmoner. Luka
bakar yang mengenai wajah seringkali menyebabkan abrasi kornea. Luka bakar yang
mengenai lengan dan persendian seringkali membutuhkan terapi fisik dan occupasi dan
dapat

menimbulkan

implikasi

terhadap

kehilangan

waktu

bekerja

dan

atau

ketidakmampuan untuk bekerja secara permanen. Luka bakar yang mengenai daerah
perineal dapat terkontaminasi oleh urine atau feces. Sedangkan luka bakar yang
mengenai daerah toraks dapat menyebabkan tidak ade kuatnya ekspansi dinding dada dan
terjadinya insufisiensi pulmoner.7,8
5. Kesehatan umum
Adanya kelemahan jantung, penyakit pulmoner, endokrin dan penyakit-penyakit
ginjal, khususnya diabetes, insufisiensi kardiopulmoner, alkoholisme dan gagal ginjal,
harus diobservasi karena semua itu akan mempengaruhi respon klien terhadap injuri dan
penanganannya.
Angka kematian pada klien yang memiliki penyakit jantung adalah 3,5 - 4 kali lebih
tinggi dibandingkan klien luka bakar yang tidak menderita penyakit jantung. Demikian
pula klien luka bakar yang juga alkolism 3 kali lebih tinggi angka kematiannya
dibandingkan klien luka bakar yang nonalkoholism. Disamping itu juga klien alkoholism
yang terkena luka bakar masa hidupnya akan lebih lama berada di rumah sakit, artinya
penderita luka bakar yang juga alkoholism akan lebih lama hari rawatnya di rumah
sakit.7,8
6. Mekanisme injuri
Mekanisme injuri merupakan faktor lain yang digunakan untuk menentukan berat
ringannya luka bakar. Secara umum luka bakar yang juga mengalami injuri inhalasi
memerlukan perhatian khusus.
Pada luka bakar elektrik, panas yang dihantarkan melalui tubuh mengakibatkan
kerusakan jaringan internal. Injuri pada kulit mungkin tidak begitu berarti akan tetapi
14

kerusakan otot dan jaringan lunak lainnya dapat terjad lebih luas, khususnya bila injuri
elektrik dengan voltage tinggi. Oleh karena itu voltage, tipe arus (direct atau alternating),
tempat kontak, dan lamanya kontak adalah sangat penting untuk diketahui dan
diperhatikan karena dapat mempengaruhi morbiditi.
Alternating current (AC) lebih berbahaya dari pada direct current (DC). Ini seringkali
berhubungan dengan terjadinya kardiac arrest (henti jantung), fibrilasi ventrikel, kontraksi
otot tetani, dan fraktur kompresi tulang-tulang panjang atau vertebra.
Pada luka bakar karena zat kimia keracunan sistemik akibat absorbsi oleh kulit dapat
terjadi.7,8
7. Usia
Usia klien mempengaruhi berat ringannya luka bakar. Angka kematiannya (Mortality
rate) cukup tinggi pada anak yang berusia kurang dari 4 tahun, terutama pada kelompok
usia 0-1 tahun dan klien yang berusia di atas 65 th. Tingginya statistik mortalitas dan
morbiditas pada orang tua yang terkena luka bakar merupakan akibat kombinasi dari
berbagai gangguan fungsional (seperti lambatnya bereaksi, gangguan dalam menilai, dan
menurunnya kemampuan mobilitas), hidup sendiri, dan bahaya-bahaya lingkungan
lainnya. Disamping itu juga mereka lebih rentan terhadap injuri luka bakar karena
kulitnya menjadi lebih tipis, dan terjadi athropi pada bagian-bagian kulit lain. Sehingga
situasi seperti ketika mandi dan memasak dapat menyebabkan terjadinya luka bakar.7,8
Penatalaksanaan Luka Bakar
Prioritas pertama dalam mengatasi luka bakar adalah menghentikan proses luka bakar ini
meliputi:9
a. Segera hindari sumber api dan mematikan api pada tubuh, misalnya dengan menyelimuti
dan menutup bagian yang terbakar untuk menghentikan pasokan oksigen pada api yang
menyala.
b. Singkirkan baju, perhiasan dan benda-benda lain yang membuat efek Torniket, karena
jaringan yang terkena luka bakar akan segera menjadi oedem.
c. Setelah sumber panas dihilangkan rendam daerah luka bakar dalam air atau menyiramnya
dengan air mengalir selama sekurang-kurangnya lima belas menit. Proses koagulasi
protein sel di jaringan yang terpajan suhu tinggi berlangsung terus setelah api dipadamkan
sehingga destruksi tetap meluas. Proses ini dapat dihentikan dengan mendinginkan daerah
yang terbakar dan mempertahankan suhu dingin ini pada jam pertama sehingga kerusakan
15

lebih dangkal dan diperkecil. Akan tetapi cara ini tidak dapat dipakai untuk luka bakar
yang lebih luas karena bahaya terjadinya hipotermi. Es tidak seharusnya diberikan
langsung pada luka bakar apapun.
d. Prinsip penanganan pada luka bakar sama seperti penanganan pada luka akibat trauma
yang lain, yaitu dengan ABC (Airway Breathing Circulation) yang diikuti dengan
pendekatan khusus pada komponen spesifik luka bakar pada survey sekunder
Saat menilai airway perhatikan apakah terdapat luka bakar inhalasi. Biasanya
ditemukan sputum karbonat, rambut atau bulu hidung yang gosong. Luka bakar pada
wajah, oedem oropharyngeal, perubahan suara, perubahan status mental. Bila benar
terdapat luka bakar inhalasi lakukan intubasi endotracheal, kemudian beri Oksigen
melalui mask face atau endotracheal tube. Luka bakar biasanya berhubungan dengan luka
lain, biasanya dari luka tumpul akibat kecelakaan sepeda motor. Evaluasi pada luka bakar
harus dikoordinasi dengan evaluasi pada luka-luka yang lain. Meskipun perdarahan dan
trauma intrakavitas merupakan prioritas utama dibandingkan luka bakar, perlu dipikirkan
untuk meningkatkan jumlah cairan pengganti.
Anamnesis secara singkat dan cepat harus dilakukan pertama kali untuk menentukan
mekanisme dan waktu terjadinya trauma. Untuk membantu mengevaluasi derajat luka
bakar karena trauma akibat air mendidih biasanya hanya mengenai sebagian lapisan kulit
(partial thickness), sementara luka bakar karena api biasa mengenai seluruh lapisan kulit
(full thickness). 6.
Resusitasi Cairan
Sebagai bagian dari perawatan awal pasien yang terkena luka bakar. Pemberian cairan
intravena yang adekuat harus dilakukan, akses intravena yang adekuat harus ada, terutama
pada bagian ekstremitas yang tidak terkena luka bakar. Adanya luka bakar diberikan cairan
resusitasi karena adanya akumulasi cairan edema tidak hanya pada jaringan yang terbakar,
tetapi juga seluruh tubuh. Telah diselidiki bahwa penyebab permeabilitas cairan ini adalah
karena keluarnya sitokin dan beberapa mediator, yang menyebabkan disfungsi dari sel,
kebocoran kapiler.6
Tujuan utama dari resusitasi cairan adalah untuk menjaga dan mengembalikan perfusi
jaringan tanpa menimbulkan edema. Kehilangan cairan terbesar adalah pada 4 jam pertama
terjadinya luka dan akumulasi maksimum edema adalah pada 24 jam pertama setelah luka
bakar. Prinsip dari pemberian cairan pertama kali adalah pemberian garam ekstraseluler dan
air yang hilang pada jaringan yang terbakar, dan sel-sel tubuh. Pemberian cairan paling
16

popular adalah dengan Ringer laktat untuk 48 jam setelah terkena luka bakar. Output urin
yang adekuat adalah 0.5 sampai 1.5mL/kgBB/jam.6

Resusitasi cairan metode EVANS (1952)


Dalam 24 jam I

NaCl 0,9% : 1 ml x BB x % luka bakar


Koloid : 1 ml x BB x % luka bakar

Dalam 24 jam II

Dekstrose 5% : 2000 ml (pengganti IWL)


NaCl 0,9% : 0,5 ml x BB x % luka bakar
Koloid : 0,5 ml x BB x % luka bakar
Dekstrose 5 % : 2000 ml (pengganti IWL)

Resusitasi tepat jika urine > 50cc/jam

Resusitasi cairan metode BROOKE


Dalam 24 jam I

Koloid: 0,25 ml x BB x % luka bakar


Ringer laktat: 0,75 ml x BB x % luka bakar

Dalam 24 jam II

Dekstrose 5% : 2000 ml (pengganti IWL)


Koloid: 0,25 ml x BB x % luka bakar
Ringer laktat : 0,75 ml x BB x % luka
bakar
Dekstrose 5 % : 2000 ml (pengganti IWL)

Resusitasi cairan metode EVANS (1952)


Dalam 24 jam I
Dalam 24 jam II

Ringer laktat : 4 x BB x % luka bakar


Ringer laktat : 4 x BB x % luka bakar

Pemberian cairan:

Jumlah volume cairan merupakan perkiraan

Pemberian disesuaikan dengan monitoring

volume diberikan 8 jam pertama sejak trauma, volume sisanya dalam 16 jam
berikutnya

Cairan tubuh yang diperlukan untuk mengatasi syok tidak termasuk dalam perkiraan
volume cairan

Monitoring sirkulasi: Observasi tensi, nadi, kesadaran


Diuresis, bila : < 1 cc / kgBB 2 jam berturut-turut, tetesan percepat 50%
17

< 2 cc / kgBB 2 jam berturut-turut, tetesan perlambat 50%


Pemasangan CVP
Cek Hb, Ht, elektrolit, ureum, creatinin tiap jam
Analgetik
Rasa sakit merupakan masalah yang signifikan untuk pasien yang mengalami luka
bakar untuk melalui masa pengobatan. Pada luka bakar yang mengenai jaringan epidermis
akan menghasilkan rasa sakit dan perasaan tidak nyaman. Dengan tidak terdapatnya jaringan
epidermis (jaringan pelindung kulit), ujung saraf bebas akan lebih mudah tersensitasi oleh
rangsangan. Pada luka bakar derajat II yang dirasakan paling nyeri, sedangkan luka bakar
derajat III atau IV yang lebih dalam, sudah tidak dirasakan nyeri atau hanya sedikit sekali.
Saat timbul rasa nyeri terjadi peningkatan katekolamin yang mengakibatkan peningkatan
denyut nadi, tekanan darah dan respirasi, penurunan saturasi oksigen, tangan menjadi
berkeringat, flush pada wajah dan dilatasi pupil. Pasien akan mengalami nyeri terutama saat
ganti balut, prosedur operasi, atau saat terapi rehabilitasi. Dalam kontrol rasa sakit digunakan
terapi farmakologi dan non farmakologi. Terapi farmakologi yang digunakan biasanya dari
golongan opioid dan NSAID. Preparat anestesi seperti ketamin, N2O (nitrous oxide)
digunakan pada prosedur yang dirasakan sangat sakit seperti saat ganti balut. Dapat juga
digunakan obat psikotropik sepeti anxiolitik, tranquilizer dan anti depresan. Penggunaan
benzodiazepine bersama opioid dapat menyebabkan ketergantungan dan mengurangi efek
dari opioid.1,5
Penggantian Darah
Luka bakar pada kulit menyebabkan terjadinya kehilangan sejumlah sel darah merah
sesuai dengan ukuran dan kedalaman luka bakar. Sebagai tambahan terhadap suatu
kehancuran yang segera pada sel darah merah yang bersirkulasi melalui kapiler yang terluka,
terdapat kehancuran sebagian sel yang mengurangi waktu paruh dari sel darah merah yang
tersisa. Karena plasma predominan hilang pada 48 jam pertama setelah terjadinya luka bakar,
tetapi relative polisitemia terjadi pertama kali. Oleh sebab itu, pemberian sel darah merah
dalam 48 jam pertama tidak dianjurkan, kecuali terdapat kehilangan darah yang banyak dari
tempat luka. Setelah proses eksisi luka bakar dimulai, pemberian darah biasanya
diperlukan.3,10
Pemberian Toksoid dan ATS
18

ATS harus diberikan jika penderita belum mendapat imunisasi dasar. Bila sudah
mendapat imunisasi dasar dapat diberikan toksoid 1 cc tiap 2 minggu selama 3 kali.3
Perawatan Luka Bakar
Setelah keadaan umum membaik dan telah dilakukan resusitasi cairan dilakukan
perawatan luka. Perawatan tergantung pada karakteristik dan ukuran dari luka. Tujuan dari
semua perawatan luka bakar agar luka segera sembuh, rasa sakit yang minimal. Setelah luka
dibersihkan dan di debridement, luka ditutup. Penutupan luka ini memiliki beberapa fungsi:
pertama dengan penutupan luka akan melindungi luka dari kerusakan epitel dan
meminimalkan timbulnya koloni bakteri atau jamur. Kedua, luka harus benar-benar tertutup
untuk mencegah evaporasi pasien tidak hipotermi. Ketiga, penutupan luka diusahakan
semaksimal mungkin agar pasien merasa nyaman dan meminimalkan timbulnya rasa sakit.
Pilihan penutupan luka sesuai dengan derajat luka bakar.12,13

Luka bakar derajat I, merupakan luka ringan dengan sedikit hilangnya barier pertahanan
kulit. Luka seperti ini tidak perlu di balut, cukup dengan pemberian salep antibiotik untuk
mengurangi rasa sakit dan melembabkan kulit. Bila perlu dapat diberi NSAID (Ibuprofen,
Acetaminophen) untuk mengatasi rasa sakit dan pembengkakan.

Luka bakar derajat II (superfisial), perlu perawatan luka setiap harinya, pertama-tama
luka diolesi dengan salep antibiotik, kemudian dibalut dengan perban katun dan dibalut
lagi dengan perban elastik. Pilihan lain luka dapat ditutup dengan penutup luka sementara
yang terbuat dari bahan alami (Xenograft (pig skin) atau Allograft (homograft, cadaver
skin) atau bahan sintetis (opsite, biobrane, transcyte, integra)

Luka derajat II (dalam) dan luka derajat III, perlu dilakukan eksisi awal dan cangkok kulit
(early exicision and grafting).

Early Exicision and Grafting (E&G)


Dengan metode ini scar di angkat secara operatif dan kemudian luka ditutup dengan
cangkok kulit (autograft atau allograft), setelah terjadi penyembuhan, graft akan terkelupas
dengan sendirinya. E&G dilakukan 3-7 hari setelah terjadi luka, pada umumnya tiap harinya
dilakukan eksisi 20% dari luka bakar kemudian dilanjutkan pada hari berikutnya. Tapi ada
juga ahli bedah yang sekaligus melakukan eksisi pada seluruh luka bakar, tapi cara ini
memiliki resiko yang lebih besar yaitu: dapat terjadi hipotermi, atau terjadi perdarahan
masive akibat eksisi.12.13

19

Metode ini mempunyai beberapa keuntungan dengan penutupan luka dini, mencegah
terjadinya infeksi pada luka bila dibiarkan terlalu lama, mempersingkat durasi sakit dan lama
perawatan di rumah sakit, memperingan biaya perawatan di rumah sakit, mencegah
komplikasi seperti sepsis dan mengurangi angka mortalitas. Beberapa penelitian
membandingkan teknik E&G dengan teknik konvensional, hasilnya tidak ada perbedaan
dalam hal kosmetik atau fungsi organ, bahkan lebih baik hasilnya bila dilakukan pada luka
bakar yang terdapat pada muka, tangan dan kaki. Pada luka bakar yang luas (>80% TBSA),
akan timbul kesulitan mendapatkan donor kulit. Untuk itu telah dikembangkan metode baru
yaitu dengan kultur keratinocyte. Keratinocyte didapat dengan cara biopsi kulit dari kulit
pasien sendiri. Tapi kerugian dari metode ini adalah membutuhkan waktu yang cukup lama
(2-3 minggu) sampai kulit (autograft) yang baru tumbuh dan sering timbul luka parut. Metode
ini juga sangat mahal.12,13
Escharotomy
Luka bakar grade III yang melingkar pada ekstremitas dapat menyebabkan iskemik
distal yang progresif, terutama apabila terjadi edema saat resusitasi cairan, dan saat adanya
pengerutan keropeng. Iskemi dapat menyebabkan gangguan vaskuler pada jari-jari tangan
dan kaki. Tanda dini iskemi adalah nyeri, kemudian kehilangan daya rasa sampai baal pada
ujung-ujung distal. Juga luka bakar menyeluruh pada bagian thorax atau abdomen dapat
menyebabkan gangguan respirasi, dan hal ini dapat dihilangkan dengan escharotomy.
Dilakukan insisi memanjang yang membuka keropeng sampai penjepitan bebas.13,14
Antimikroba
Dengan terjadinya luka mengakibatkan hilangnya barier pertahanan kulit sehingga
memudahkan timbulnya koloni bakteri atau jamur pada luka. Bila jumlah kuman sudah
mencapai 105 organisme jaringan, kuman tersebut dapat menembus ke dalam jaringan yang
lebih dalam kemudian menginvasi ke pembuluh darah dan mengakibatkan infeksi sistemik
yang dapat menyebabkan kematian. Pemberian antimikroba ini dapat secara topikal atau
sistemik. Pemberian secara topikal dapat dalam bentuk salep atau cairan untuk merendam.
Contoh antibiotik yang sering dipakai: Salep: Silver sulfadiazine, Mafenide acetate, Silver
nitrate, Povidone-iodine, Bacitracin (biasanya untuk luka bakar grade I), Neomycin,
Polymiyxin B, Nysatatin, mupirocin, Mebo.11,13
MEBO/MEBT (Moist Exposed Burn Ointment / Therapy)
BROAD SPECTRUM OINTMENT
20

Preparat herbal, mengungakan zat alami tanpa kimiawi. Toksisitas dan efek samping belum
pernah ditemukan.13,14
Terdiri dari :
1. Komponen Pengobatan: beta sitosterol, bacailin, berberine Yang mempunyai efek:
Analgesik, anti-inflamasi, anti-infeksi pada luka bakar dan mampu mengurangi
pembentukan jaringan parut.
2. Komponen Nutrisi: amino acid, fatty acid dan amylose, yang memberikan nutrisi untuk
regenerasi dan perbaikan kulit yg terbakar.
Efek pengobatan :

Menghilangkan nyeri luka bakar.

Mencegah perluasan nekrosis pada jaringan yang terluka.

Mengeluarkan jaringan nekrotik dengan mencairkkannya.

Membuat lingkungan lembab pada luka, yang dibutuhkan selama perbaikan jaringan kulit
tersisa.

Kontrol infeksi dengan membuat suasana yang jelek untuk pertumbuhan kuman. bukan
dengan membunuh kuman.

Merangsang pertumbuhan PRCs (potential regenerative cell) dan stem cell untuk
penyembuhan luka dan mengurangi terbentuknya jaringan parut.

Mengurangi kebutuhan untuk skin graft

Prinsip penanganan luka bakar dgn MEBO

Makin cepat diberi MEBO, hasilnya lebih baik (dalam 4-12 jam setelah kejadian)

Biarkan luka terbuka

Kelembaban yg optimal pada luka dengan MEBO

Pemberian salep harus teratur & terus menerus tiap 6-12 jam dibersihkan dengan kain
kasa steril jangan dibiarkan kulit terbuka tanpa salep > 2-3 menit untuk mencegah
penguapan cairan di kulit dan microvascular menyebabkan trombosit merusak jaringan
dibawahnya yang masih vital.

Pada pemberian jangan sampai kesakitan/berdarah, menimbulkan perlukaan pada


jaringan hidup tersisa

Luka jangan sampai maserasi maupun kering

21

Tidak boleh menggunakan: desinfektan (apapun), saline atau air untuk Wound
debridement

Nutrisi
Penderita luka bakar membutuhkan kuantitas dan kualitas yang berbeda dari orang
normal karena umumnya penderita luka bakar mengalami keadaan hipermetabolik. Kondisi
yang berpengaruh dan dapat memperberat kondisi hipermetabolik yang ada adalah:1,3

Umur, jenis kelamin, status gizi penderita, luas permukaan tubuh, massa bebas lemak.

Riwayat penyakit sebelumnya seperti DM, penyakit hepar berat, penyakit ginjal dan lainlain.

Luas dan derajat luka bakar

Suhu dan kelembaban ruangan (mempengaruhi kehilangan panas melalui evaporasi)

Aktivitas fisik dan fisioterapi

Penggantian balutan

Rasa sakit dan kecemasan

Penggunaan obat-obat tertentu dan pembedahan.


Dalam menentukan kebutuhan kalori basal pasien yang paling ideal adalah dengan

mengukur kebutuhan kalori secara langsung menggunakan indirek kalorimetri karena alat ini
telah memperhitungkan beberapa faktor seperti BB, jenis kelamin, luas luka bakar, luas
permukan tubuh dan adanya infeksi. Untuk menghitung kebutuhan kalori total harus
ditambahkan faktor stress sebesar 20-30%. Tapi alat ini jarang tersedia di rumah sakit. Yang
sering di rekomendasikan adalah perhitungan kebutuhan kalori basal dengan formula
HARRIS BENEDICK yang melibatkan faktor BB, TB dan Umur. Sedangkan untuk
kebutuhan kalori total perlu dilakukan modifikasi formula dengan menambahkan faktor
aktifitas fisik dan faktor stress.1,3
Pria

: 66,5 + (13,7 X BB) + (5 X TB) (6.8 X U) X AF X FS

Wanita : 65,6 + (9,6 X BB) + (1,8 X TB)- (4,7 X U) X AF X FS


Perhitungan kebutuhan kalori pada penderita luka bakar perlu perhatian khusus karena
kurangnya asupan kalori akan berakibat penyembuhan luka yang lama dan juga
meningkatkan resiko morbiditas dan mortalitas. Disisi lain, kelebihan asupan kalori dapat
menyebabkan hiperglikemi, perlemakan hati.1,3
Penatalaksanaan nutrisi pada luka bakar dapat dilakukan dengan beberapa metode
yaitu: oral, enteral dan parenteral. Untuk menentukan waktu dimualinya pemberian nutrisi
22

dini pada penderita luka bakar, masih sangat bervariasi, dimulai sejak 4 jam pascatrauma
sampai dengan 48 jam pascatrauma.1,3
Flowchart dari Penanganan Luka.13,14

EARLIER PERIOD (1-6 Hari)


Blister di pungsi, kulitnya dibiarkan utuh. Beri MEBO pd luka setebal 0,5-1 mm. Ganti
dan beri lagi MEBO tiap 6 jam hari ke 3-5 kulit penutup bulla diangkat.

LIQUEFACTION PERIOD (6-15 Hari)


Angkat zat cair yang timbul diatas luka. Bersihkan dengan kassa, beri mebo lagi setebal 1
mm.

PREPARATIVE PERIOD ( 10-21 HARI )


Bersihkan luka seperti sebelumnya. Beri MEBO dengan ketebalan 0,5 1 mm. Ganti dan
beri lagi MEBO tiap 6 - 8 jam.

REHABILITATION
Bersihkan luka yang sembuh dengan air hangat. Beri MEBO 0,5 mm, 1x-2x/hari. Jangan
cuci luka yang sudah sembuh berlebihan. Lindungi luka yang sembuh dari sinar matahari

Catatan:
a. Untuk luka bakar grade 2 superficial: Pada hari 6-15: luka sembuh , mebo tetap diberi
untuk 2 minggu 2x/hari.
b. Untuk luka bakar grade 2 deep / grade 3: Pada hari ke 6-15 terjadi pencairan jaringan
necrotic.
Cairan rendam: 0.5% silver nitrate, 5% mafenide acetate, 0.025% sodium hypochlorite,
0.25% acetic acid 6,8.
Perawatan luka secara terbuka
Luka dibiarkan terbuka dan di harapkan dapat sembuh sendiri. Perawatan harus secara
steril, bila terdapat pus, kompres dengan NaCl 0,9 %. Keunggulannya: pengawasan luka lebih
mudah, luka mudah kering, dan tidak perlu pergantian pembalut.13
Perawatan luka secara tertutup.
Sekarang ini sering dikombinasikan dengan pemakaian antibiotik topikal. Pemakaian
pembalut harus memiliki daya penyerapan dan diganti tiap 8-24 jam. Saat ini banyak di pakai
23

kassa khusus disertai pemakaian antibiotik topikal, misalnya Sofratulle, Daryantulle yang
dikombinasikan dengan bioplaceton. Keunggulannnya: imobilisasi luka lebih sempurna,
penentuan dalamnya luka lebih teliti. Eksisi primer, kadang di pakai untuk pembuangan
jaringan nekrotik dengan segera, memungkinkan tandur alih kulit lebih cepat, penyembuhan
luka menjadi lebih awal, memperkecil kemungkinan infeksi.13
Komplikasi
Setelah sembuh dari luka, masalah berikutnya adalah jaringan parut yang dapat
berkembang menjadi cacat berat. Kontraktur kulit dapat mengganggu fungsi dan
menyebabkan kekakuan sendi atau menimbulkan cacat estetik yang buruk sekali sehingga
diperlukan juga ahli ilmu jiwa untuk mengembalikan kepercayaan diri. Permasalahanpermasalahan yang ditakuti pada luka bakar:3

Infeksi dan sepsis


Merupakan masalah utama, bila terjadi infeksi berat penderita dapat mengalami sepsis
yang mengakibatkan kematian. Berikan antibiotik berspektrum luas, kortikosteroid
diberikan bila terdapat edema laring berat.

Curlings ulcer
Merupakan komplikasi serius, pada hari 5-10 terjadi ulkus pada duodenum /lambung.
Kadang-kadang ditemukan hematemesis. Antasida harus diberikan rutin pada penderita
luka bakar sedang-berat.

Oliguria dan anuria

Oedem paru

ARDS
Paling dini dibandingkan komplikasi lainnya (1 Hari), terjadi karena inhalasi, aspirasi,
edema paru, dan infeksi. Penanganannya dengan membersihkan jalan napas, memberikan
O2, trakeostomi, kortikosteroid dosis tinggi dan antibiotik.

Konvulsi
Komplikasi yang sering terjadi pada anak-anak, akibat ketidakseimbangan elektrolit,
hipoksia, infeksi dan obat-obatan (penisilin, aminofilin, difenhidramin)

Anemia

24

Disebabkan oleh destruksi eritrosit pada bagian yang terbakar, depresi sumsum tulang
belakang karena sepsis, perdarahan pada luka bakar saat pergantian pembalut.

Hipertropi jaringan parut


Terbentuknya hipertropi jaringan parut pada luka bakar dipengaruhi oleh:
o Kedalaman luka bakar
o Sifat kulit
o Usia pasien
o Lamanya waktu penutupan kulit
o Penanduran kulit
Jaringan kulit mengalami pembetukan secara efekif pada sebulan post luka, dengan warna
berubah menjadi merah merah tua sampai coklat dan teraba keras, setelah 12-18 bulan
jaringan parur akan matur dan warna coklat muda akan teraba lembut / lemas.

Kontraktur
Kontaktur dapat menyebabkan gangguan fungsi pergerakan. Beberapa tindakan yang
dapat mencegah kontraltur adalah:
o Pemberian posisi yang baik dan benar sejak dini
o Ambulasi yang dilakukan pada 2-3 kali/hari segera mungkin pada pasien yang
terpasang alat invasive, molisasi dibantu.
o

Pressure garment adalah pakaian yang dapat memberikan tekanan yang bertujuan
menekan timbulnya hipertropi scar (menghambat mobilisasi dan mendukung
terjadinya kontraktur)

Kematian

Prognosis
Prognosis dan penanganan luka bakar terutama tergantung pada dalam dan luasnya
permukaan luka bakar dan penenganan syok hingga penyembuhan. Selain itu faktor letak
daerah terbakar, usia, dan keadaan kesehatan penderita juga turut menentukan kecepetaan
kesembuhan. Luka bakar pada daerah perinium, ketiak, leher, dan tangan sulit dalam
perawatannya, karena mudah mengalami kontraktur.6

25

DAFTAR PUSTAKA
1. Moenadjat RY, 2005, Luka Bakar Pengetahuan Klinis Praktis, Farmedia, Jakarta.
2. Doengoes, Marilynn E.2000. Rencana Asuhan Keperawatan.Jakarta: EGC
3. Wim de Jong. 2005. Bab 3: Luka, Luka Bakar : Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. EGC.
Jakarta. p 66-88
4. David, S. 2008. Anatomi Fisiologi Kulit dan Penyembuhan Luka. Dalam: Surabaya
Plastic Surgery. http://surabayaplasticsurgery.blogspot.com
5. Sjamsuhidajat R. Luka, trauma, syok dan bencana. Dalam : Sjamsuhidajat R, Jong W, ed.
Buku Ajar ilmu Bedah. Edisi 1. Jakarta: EGC.
6. Mansjoer, Arif.2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2.Jakarta: Media Aesculapis
7. Price Sylvia, Anderson. 2005. Patofisiologi: Konsep klinis Proses-proses Penyakit
Volume 1 (Edisi ke-6, Cetakan ke-1). Jakarta: EGC.
8.

American Collage Surgeon. Penilaian awal dan pengelolaannya dalam Advanced


Trauma Life Support for Doctora. Edisi ke-delapan. Jakarta: IKABI. 2008.
26

9. St. John Ambulance. First aid: First on the Scene: Activity Book, Chapter 19
10. Benjamin C. Wedro. First Aid for Burns. http://www.medicinenet.com.
11. Mayo clinic staff. Burns First Aids. http: // www.nlm.nih.gov/medlineplus.
12. James H. Holmes., David M. heimbach. 2005. Burns, in: Schwartzs Principles of
Surgery. 18th ed. McGraw-Hill. New York. p.189-216
13. C Long Barbara. Perawatan Medikal Bedah.Bandung; YIAPK
14. Engram, Barbara. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Volume 3. Jakarta: EGC

27

Anda mungkin juga menyukai