Anda di halaman 1dari 35

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM

PERKEMIHAN
A.

Peradangan
1. Cystitis
- Suatu inflamasi pada kandung kencing/bladder
- Prevalensi dewasa : 2,5 %
- Risiko : wanita 50 kali pria
- Pada usila prevalensi : 10 30 %
Etiologi
Etiolog
- Bakteri : Escgherescia Coli (70 80 %)
Staphilokokus
Enterokokus
Klebsiela
Proteus
- Fungi : Candida
Klien beresiko fungemia :
DM
Immunosupresif agen
Penurunan kekebalan
- Parasit : trichomonas
- Virus : jarang

ditemukan

2. Non Infectious Cystitis


- Chemical exposure obat (cyclophosphamide)
- Therapi radiasi
- Immunologi respon : SLE
- Studi pemasanan catheter indwelling
Bakteriuria 5 10 % perhari

Page 1 of 35

Pemakaian 30 hari urin terinfeksi


Pengkajian
Riwayat Keperawatan :
Faktor resiko :
- Riwayat ISK sebelumnya
- Masalah urologi lain batu
- Masalah kesehatan lain DM
- Riwayat terpaparnya PHS : klien wanita vaginal discharge, iritasi vulva
Pemeriksaan Fisik :
Manifestasi klinis :
- Frekuensi
- Nokturia
- Urgenci
- Inkontinensia
- Disuria
- Suprapubik tenderness/fullnes
- Hesistancy
- Low back pain
- Feeling inkomplete bladder
- Manifestasi lain :
-

Demam

- Muntah

Menggigil

- Malaise

Mual

- Nyeri pinggang

Usila : urosepsis ( Bact. Gram negatif ) --- 15 % meninggal


Sebaiknya PF : klien diminta untuk BAK dan urine diperiksa
Pem. Fisik :

- Tanda Vital

- Inspeksi abdomen bawah


- Palpasi distensi kandung kencing
- Inflamasi kulit sekitar meatus urethra
Pengkajian Psikososial

Page 2 of 35

Perasaan malu, sedih gangguan aktivitas sexual.

Pria khawatir impotensi

Pemeriksaan Diagnostik

Urinalisis :

- Bakteri uri
- WBC/RBC positif

Urine kultur

Cystoscopy bila recurent (> 3-4 x/tahun)

Diagnosa Keperawatan

Nyeri b/d ketidak mampuan berkemih, dysuria.

Spasme kandung kencing b/d inflamasi

Gangguan pola eliminasi urin b/d frequency

Knowledge deficit (Kurang pengetahuan) b/d kurang familiar dengan

sumber-sumber informasi.
Intervensi

Mendukung kenyamanan sitz bath (rendam) dengan air hangat 2-3

x/hari selama 20 menit.

Diet TKTP

Intake cairan 2-3 liter/hari (bila tidak ada kontra indikasi).

Wanita jaga kebersihan daerah perineum .

Hindari zat/benda iritan.

Jangan biasa menahan kencing.

Kolaboratif : Antibiotik, pembedahan (bila perlu).


Evaluasi

Me gejala/tanda infeksi.

Klien merasa nyaman.

Klien dapat menjelaskan cara pencegahan ulang.

Page 3 of 35

2. Urethritis
Suatu inflamasi pada urethra yang menimbulkan gejala-gejala yang sama
dengan ISK.
Etiologi

Pria PHS : gonorhea

Ureaplasma (gr (-) ), chlamydia, trichomonas.

Wanita kelanjutan dari cystitis.

Gejala

Pyuria-dysuria syndrom.

Frequency-dysuria syndrom

Pengkajian

Riwayat PHS

Nyeri atau sulit b.a.k.

Sekret keluar dari penis atau vagina

Rasa tidak enak pada perut bagian bawah.

Urinalisis WBC (pyuria) tanpa jumlah bakteri yang bermakna.

Intervensi

Penyakit PHS diobati :

- Penicillin, ceftriaxone G.O


- Doxycyline Urea plasma & chlamydia.
- Metronidazole trichomonas.

Intervensi lain sama dengan ISK.

3. Pyelonefrithis
Infeksi bacteri pada pelvis renal.
Etiologi

E. coli

Page 4 of 35

Klebsiella

Enterobaster

Pseudomonas

Morganella

Pyelonefrithis akut : masuknya bakteri perubahan epitel ringan

inflamasi interstitial berat & perubahan sel.

Pyelonefrithis kronis : abnormalitas struktur & obstruksi akibat

inflamasi, fibrosis, deormitas calic.


Patofisiologi
Microbial invasion of renal pelvis

Inflamatory response

Resulting fibrosis (scar tissue)

Tubuler reabsobsi & secretion

Imparred renal function


Pengkajian
Riwayat penyakit sebelumnya : Penyakit yang sama, ISK, DM, batu saluran
kemih, abnormal struktur dan fungsi Traktus urinarius.
Rasa tidak enak pada panggul dan abdomen bagian Bawah.
Hematuri.
Urin keputih-putihan (tanda GO, sipilis)
Malaise/fatigue
Demam & menggigil >> ssering pada Pyelonefrithis akut
Burning, urgency, frequency of urination.
Inspeksi kesimetrisan panggul

Page 5 of 35

Palpasi CVA (Costo vertebral Angle) tenderness, edema, erytema.


Perkusi area CVA respon nyeri (+) infeksi/inflamasi.
Psikososial cemas, sedih malu dsb.
Urinalisis WBC, bakteri.
Urin kultur sensitivitas test.
Pem. Diagnostik : radiologi (x-ray), IVP
Diagnosa Keperawatan
Nyeri (pinggang, abdomen) b/d. inflamasi/infeksi.
Infeksi atau resti u/ infeksi b/d. tdk adekuat pertahanan primer (urin statis)
instrumentasi.
Activity intoleran b/d. fatique, kelemahan umum akibat infeksi.
Hyperthermi b/d. me metabolic rate dari infeksi.
Takut kemungkinan menjadi gagal ginjal b/d. ketidakmampuan untuk mengontrol
infeksi.
Intervensi
Intake cairan 2-3 l/hr bila tdk kontra indikasi.

Diet TKTP

Educational counseling

Kolaboratif : medikasi antibiotik, pembedahan.


Evaluasi
Evaluasi efektifitas intervensi yang didasarkan pada pencapaian tujuan.
B.Obstruksi
1. Urolithiasis
Terdapatnya batu dalam traktus urinarius.
- Nephrolithiasis
- Uretrolithiasis
- Vesicolithiasis

Page 6 of 35

Etiologi
90% faktor resiko metabolik.
75% batu terdiri dari calcium oxalate.
Idiopathic hypercalciuria.
- Absorbtive (me absorbsi Calsium di usus).
- Renal (ggn reabsorbsi Calsium di tubulus renal).

Penyebab sekunder :

- Hyperparathiroidism
- Vit. D intoxication.
- RTA (Renal Tubular Acidosis).
- Immobilization syndrome.
Pathofisiologi
Kelainan metabilic supersaturasi filtrate

(Ca, PO4, oxalate, asam urat, cystine)


F kontribusi :
Urin asam , basa .
Urin statis
Urin konsentrasi
Zat-zat tertentu : citrate,Mg,
pyrophospate

Immobilitas lama
Fluid intake

Calculi

Urine statis

ISK

blok ureter

hidroureter

Page 7 of 35

hidronefrosis

kerusakan ginjal
ireversibel
PENGKAJIAN
Riwayat batu ginjal sebelumnya / keluarga
Riwayat diet
Manifestasi klinis:
- Nyeri yang berat pada pinggang
- Nausea, Vomiting
- Colic
Hematuri
Obstruksi Oliguri, annuri
Bladder distensi
Tampak pucat, diaphoresis
Psikososial: cemas
Lab:
- RBC, WBC, Bacteri, Urin
- PH:/
- WBC count, Diff. Count
- Serum Ca, PO4, as. Urat
X-ray, IVP, CT scan .
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nyeri b/d agen injuri fisik (pengerakan batu)
Risiko tinggi infeksi b/d urin statis dan adanya benda asing (batu).
Risiko tinggi injuri b/d faktor risiko dari dalam (resiko obstruksi urin).

Page 8 of 35

INTERVENSI
Teknik relaksasi untuk menurunkan nyeri
Diet TKTP, Intake cairan 2 -3 l/hr
Intake Ca 400 500 mg/hr
Kolaboratif:
- Medikasi
- Pembedahan
2. STRIKTUR URETHRA
Penyempitan saluran urethra
ETIOLOGI:
Komplikasi dari PHS (Gonorrhea).
Trauma setelah kateterisasi/instrumentasi
Kelainan didapat ketika lahir laki-laki>wanita
Tanda/gejala:
Aliran urin tersumbat jarang menimbulakn nyeri.
Overdistensi bladder.
C. KEGANASAN
1. RENAL CELL CARCINOMA
(Adenocarcinoma, hypernephroma)
Pertumbuhan sel/jaringan abnormal pada ginjal
ETIOLOGI:
Secara pasti tidak diketahui
Ada kaitan dengan penggunaan tembakau
Terpapar zat kimia: phosphate, cadmiun
Transmisi gen, Translokasi kromosom.
Stage Tumor Renal

Page 9 of 35

Stage I:
2,5 cm, berada dalam kapsul ginjal, vena renal jaringan lemak sekitar ginjal dan
kelenjar limpa sekitar tidak terkena tumor.
Stage II:
> 2,5 cm, melebihi kapsul ginjal tapi masih dalam fascia gerota, vena renal &
lump belum kena
Stage III:
Tumor meluas sampai vena renal dan / lymp
Stage IV:
Tumor menginvasi ke organ-organ disekitar vascia atau metasfase ke jaringan yang
jauh.
EFEK PATOFISIOLOGIS:
Demam
Anemia
Erithrocytosis
Hypercalcemia
Liver disfungtion
Efek hormonal
PENGKAJIAN
Riwayat:
Usia
Faktor resiko: merokok, pemaparan dari lingkungan
Pe BB
Perubahan warna urine
Nyeri/tidak pada abdomen dan pinggang
Demam
Hematuri

Page 10 of 35

Pemeriksaan Fisik
Tanda klasik: Sakit pinggang, gross hematuri, terpalpasi masa.
Inspeksi: Kulit pucat, pigmentasi areola, tanda-tanda P status nutrisi, hematuri
Psikososial: Takut dan cemas
Lab: Hb, Ht, Led, Hypercalcemia, ACTH. Renin, PTH.
Pem. Diagnostik lain: IVP, CT Scan
DIAGNOSA PERAWATAN
Risiko tinggi injuri b/d. kemungkinan metastasi atau kanker berulang.
Takut dan cemas b/d. prosedur diagnostik/therapi
INTERVENSI
Chemoterapi
Pembedahan radical nephrectomy.
D. TRAUMA
1. BLADER TRAUMA
akibat dari penetrasi atau trauma tumpul abdomen bawah.
Pengkajian:

Anuria, hematuria

Pem. IVP, Cystography

INTERVENSI

Pembedahan

2. TRAUMA TRAKTUS URINARIUS


Sering bersamaan dengan cedera punggung, pinggang atau abdomen.
Penyebab:

Page 11 of 35

- Tumpul: Kecalakaan lalu lintas, Jatuh, cidera, Olah raga, berkelahi.


- Tajam: tusuk, tembak.
3. TRAUMA GINJAL

Perlu dipertimbangkan bila ada luka penetrasi atau jejas (trauma tumpul) pada

daerah bokong, pinggang atau abdomen.


Patofosiologi:

RENAL TRAUMA
MAYOR

MINOR
PEDICLE INJURY
(A./V. RENALIS)

PEDICLE INJURY
(A./V. RENALIS)

DEEP PARENCHYMAL
INJURY WITH INTACT
DEEP PARENCHYMAL
INJURY WITH DISRUTED
CAPSULE
SHARTTERED KIDNEY
WITH INTACT CAPSULE
SHARTTERED KIDNEY
WITH DISCUPTED
CAPSULE
URETERAL/RENAL
PELVIC INJURY

HEMORRHAGE
HYPOPERFUSION
RENAL

PENGKAJIAN:
Riwayat trauma langsung / tidak langsung.
Riwayat penyakit urologi atau peny. Sistemik yang berkaitan (DM, hipertensi).
Nyeri pinggang atau abdomen
Tanda-tanda vital tanda-tanda syok.
Inspeksi daerah pinggang asimetris, bengkak luka tusuk, # costa bawah
Inspeksi distensi abdomen, urethra gross bleeding (hematury).
Psikososial cemas, takut.

Lab. Eritrosis dalam urin, Hb dan Ht menurun.

Page 12 of 35

Pem. Dx: BNO-IVP, CT Scan.

Diagnosa perawatan
Perubahan perfusi jaringan (renal) b/d. perdarahan.
Nyeri b/d. kerusakan jaringan akibat trauma.
Perubahan pola eliminasi urin b/d, perubahan perfusi renal.
Potensial infeksi b/d. rusaknya integritas jaringan atau terpaparnya mikro
organisme pathogen
Kecemasan b/d. tindakan diagnostik/terapeutik yang harus segera.
Intervensi
Nonsurgical:
Drug therapy
Fluid therapy
Surgical:
Nephrectomy
Monitor tanda vital setiap 5 -15 menit
Monitor intake output.
Health education pencegahan infeksi.
E. GANGGUAN AKIBAT DEGENERATIF NEPHROSCLEROSIS
Perubahan pada Nefron terutama arteriol afferen dan efferen serta kapiler
glomerulus.
Dinding kapiler lebih tebal dan lumen menyempit RBF Perubahan
Jaringan Interstisial ischemi dan febrosis.
Faktor predesposisi : Hipertensi DM.
Intervensi:
Pengobatan penyebab, antihipertensi.

Page 13 of 35

F. KONGENITAL
1. PENYAKIT GINJAL POLYCYSTIC
Penyakit yang mengenai parenchym ginjal dan terjadi secara bilateral
banyak cysta.
Ukuran dpt 2-3 x ginjal normal
50% klien hipertensi
Etiologi : transmisi gen.
Intervensi:
- Nephrectomy.
- Mendukung kenyamanan
- Perawatan perioperatif
2. HORSESHOE KIDNEY
Kelainan dalam perkembangan embrio, fungsi normal
G. GANGGUAN IMUNOLOGIS
1. GLOMERULONEPHRITIS
- Onset cepat, recovery complet dan cepat
- Infeksi pada glomerulus akibat dari reaksi antigen antibody
- Pembentukan respon antibodi Terhadap antigen kerusakan glomerulus
- Ada 2 mekanisme:
Ag ab complex bersirkulasi dalam darah dan berkumpul di jaringan
glomerulus.
Ag ab complex langsung ke jaringan glomerulus interaksi lokal.
ETIOLOGI
Beta hemolitic streptococcus group A
Staphylococcus
Syphilis

Page 14 of 35

Endocarditis bakteri
Hepatitis B
Infeksi monocleosis
Meales
Mumps
Infeksi cytomegoloviral
PENGKAJIAN
Riwayat infeksi virus, bakteri, parasit, fungsi
Riwayat pemedahan
Riwayat penyakit Sistemik
Hipertensi
Pemeriksaan fisik urine
Fatique, anorexia, nausea, vomiting.
Pem. Tanda vital
Pathofisiologi
REAKSI AG + AB

.
AKTIFITAS
VASOPRESOR

Pem.PROLOFERASI &
KERUSKN
GLOMERULUS

KERUSAKAN
UMUM KAPILER

GRF

VASOSPASME

AIDOSTERON
RETENSI NA
RETENSI H2O
REAKSI

ECF
HIPERTENSI

UDEM

Page 15 of 35

Pem. Lab:
Urin RBC, Protein, WBC, Cast.
GFR 50 ml/mnt
UN
Protein Urine
Serologist test: Antistreptolysin O titers (ASTO)
Intervensi:
Klien Oliguri pembatasan intake cairan (~ output + (500 600 ml)).
Penataan diet cukup kalori & nutrien, pembatasan intake protein & kalium.
Pengobatan hipertensi
Hindari Stress, cukup istirahat
Healt teaching
2. GLOMERULONEPHRITIS KRONIS
Kemunduran renal dapat berlangsung 20 30 thn atau lebih.
Manifestasi: proteinuria, hematuri, hipertensi, Nocturia, nafas pendek, perubahan
memori atau kemampuan berkonsentrasi
3. NEPHROTIC SYNDROME
Sekumpulan gejala: massire protenuria, edema, hypoalbuminemia.
Gejala lain: hyperlipidemia, infeksi
Etiologi:
Peny. Primer glomerulus
Neoplastis
Penyakit Sistemic (DM, SLE)
Alergen
Pengobatan
Kehamilan
Mikro organisme Pathogen (Virus, Bakteri, Jamur)

Page 16 of 35

Kolaboratif management:
Therapi Steroid
Modifikasi diet
GFR N protein bebas, GFR dibatasi
Intake Na : dibatasi
Therapi Diuretik
Cegah intrtavascular volume depletion perub. Hemodinamik ARF.
H. GAGAL GINJAL (RENAL FAILURE)
1.

GAGAL GINJAL AKUT

Sekumpulan gejala yang timbul akibat disfungsi ginjal secara cepat (jam hari)
Penyebab:
Prerenal:
Obstruksi arteri renalis (Embolus, thrombus).
Hypopolemia (luka bakar, perdarahan, diare & muntah-muntah yg hebat)
Hypotensi (Shock)
Cardiac Insufficiency.
Renal:
Acutpoststreptococcal glomerulonephritis
Acut Pyelonephritis
Renal Poisoning
Transfusion reactions..
Posrenal:

PENYEBAB
OBSTRUKS
I LUMEN
TUBULUS

GFR

Penyakit obstruksi saluran urinePERUB.


(trauma,
batu, neoplasma, pembesaran prostat)
MEMBRAN
SEL TUBULUS

Pathopisiologi
.

VASOKONSTRUK
SI RENAL

RESPON
AUTOREGULATOR
Y

RENIN
ANGIOTENSI
N

ADH

REABSORPSI
H2O & NA

TD
Page 17 of 35

OLIGURI

Pengkajian:
Riwayat Keperawatan:
Penyakit-penyakit ginjal & sistemik (DM, SLE) sebelumnya).
Hipertensi Maligna Kronis.
Gejala Glomerulonephritis (Influensa, GE, Sakit Tenggorokan)
Tanda-tanda prerenal azotemia:
- Hipotensi
- Tachicardia
- Output urin, CO, CVP
- Lethargy
Manifestasi intrarenal:
- Oliguri/Anuri
- Edema
- TD
- Tachucardiam.
- Nafas pendek
- Ditensi vena jugularis
- Anorexia
- Nausea
- Vomiting
- Letargy/P kesadaran.
Masalah Keperawatan:
Perubahan perfusi renal b/d. P RBF atau hypopolemia.

Page 18 of 35

Intervensi:
Hidrasi yang adekuat.
Monitor tanda-tanda kelebihan cairan (TD, N, JUP, Edema, Rales).
Diuretik sesuai order.
Dopamin dosis renal sesuai order.
Timbang BB tiap hari.
Pertahankan intake output yang akurat.
U/ pem. Elektrolit urin diambil sebelum pemberian diuretik.
Indikasi Dialysis:
Uremia.
Hyperkalemi persisten
Asidosis metabolik tidak terkompensasi
Excessive cairan unresponsive terhadap diuretik
Uremik pericarditis
Uremik encephalopathy
2.

GAGAL GINJAL KRONIS (crf)

Perbedaan ARF & CRF


Karakteristik

ARF

CRF

- Onset

- Cepat (jam-hr)

- Bertahap (61 th).

- %nefron terganggu.

- < 50 %.

- 90-95%

- Durasi.

- 2 -4 mgg - < 3bh.

- Permanen.

- Prognosis.

- Baik.

- Fatal.

Etiologi
Infeksi pyelonephritis, tuberculosis.
Systemik vaskular disiase Ht renovaskular.

Page 19 of 35

Metabolik renal disease :


- Gout
- Diabetik nephropathy
Connective tissue disease :
- SLE
- Polyartheritis
Pathofisiologis
Tahap I : Menurunnya renal recerve
Fungsi renal berkurang, tidak terjadi akumulasi sisa-sisa metabolik.
Ginjal sehat mengkonvensasi ginjal sakit .
Kemampuan konsentrasi urin , nocturia, polyuria.
Tahap II : Renal Insufisiensi
Sisa-sisa metabolik mulai terakumulasi dalam darah.
Respon diuresis oliguri, edem
> 75 % Jaringan rusak, GFR 25 % normal.
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN PENDERITA AIDS
PENDAHULUAN
Penyakit life style 90 % penularan melalui kontak seksual diluar nikah.
U. S.
1981 : 291 kasus
1993 : 390.000 500.000 Amerika Utara
285.000 340.000 meninggal.
Case fatality rate : 66 % (CDC,1992)
Indonesia 1987 jan 2000 : 1.080 orang
Tertinggi : DKI Jakarta : 325 kasus
Irian : 269, Riau : 110, Jatim : 75, Bali : 75, Jabar : 57, Sumsel, Jateng : 27.
PENGERTIAN
AIDS : Acquired Immune Deficiency Syndrome.

Page 20 of 35

Penyakit yang disebabkan oleh virus HIV (Human Immunodeficiecy Virus)


ditandai dengan syndrome menurunnya sistem kekebalan tubuh.
Pasien AIDS mudah diserang oleh infeksi opportunistis.
ETIOLOGI
Suatu jenis retrovirus HIV, ada 2 type :
HIV-1 : banyak ditemukan orang ternfeksi dibagian barat, Eropa dan Asia.
HIV-2 : Afrika Barat
Sangat lemah, mati diluar tubuh manusia.
Merusak sel T holper dan sel tubuh lainnya.

PATOFISIOLOGIK
Kelas
Group I

Kriteria
- Infeksi akut dg HIV

- Gejala flu + berat

HIV Asymtomatic

- HIV antibody (-)

Group II

- HIV antibody (+)

- Tak ada tanda lab/ klinis P immun

HIV Symtomatic

Page 21 of 35

Group III

- HIV antibodi (+)

- Persistent generalized lymphadenopath

Group IV A

- Penyakit konstitusional:

- Demam, diare yg menetap


-

Group IV B

BB > 10% BBN.

- Gejala IV A + peny. Neurologic, Demensia,


Neuropathy, Myelopathy

- Gejala IV B + CD4 TCell < 200/mm, infeksi


Group IV C

opportunistik

Group IV D

- Gejala IV C + TB paru, Ca cervica invasiv


atau keganasan lain

MASA INKUBASI
6 bulan >10 th, rata-rata anak : 21bl. dewasa 60 bl.
GEJALA-GEJALA
Setelah masuk HIV kedalam tubuh gejala umum seperti influensa hilang
dengan sendirinya.
Seb. >> masa inkubasi tidak nampak gejala.

Page 22 of 35

Masa inkubasi gejala nonspesifik AIDS RELATED COMPLEX (ARC)


mayor dan minor.
GEJALA MAYOR.
Dewasa :
Pe BB > 10 %
Diare kronis > 1 bl
Demam > 1 bl (Kontinue/Intermiten)
Anak :
Pe BB atau pertumbuhan lambat yang abnormal
Diare kronis > 1 bl
Demam > 1bl
GEJALA MINOR
Dewasa :
Batuk > 1bl
Dermatitis pruritus umum
Candidiasis orofarings
Limfadenopati umum
Herpes simpleks diseminata kronis progresif
Anak :
Limfadenopati umum
Candidiasis orofarings
Infeksi umum yang terulang (otitis, faringitis, dsb)
Gejala AIDS lengkap = ARC + 1 atau 2 penyakit oportunistik :
A. Pneumocystis carinis infeksi parasit pada paru-paru
B.Sarkoma kaposi jenis kanker yang tersebar pada kulit/ mulut (80 % penderita
AIDS di Amerika)
Tahap III : tahap akhir peny. renal
Sisa metabolik >> terakumulasi dalam darah
Ginjal homeostatis, 90 % nefron hancur, GFR 10 %

Page 23 of 35

Th/ dialysis atau transplantasi


Perubahan Patologis
Disrufsi GFR
Abnormalitas produksi urin, penimbunan air
Zlectolyte imbalances
Metabolik Abnormal
- BUN, Creatinin
- Natrium
- Kalsium
- Asidosis metabolik
PENGKAJIAN
Manifestasi klinis :
Neurologis :
Lethargy
Gangguan konsentrasi, p perhatian
Insomnia
Tremor
Koma
Kejang
Cardiovaskuler
Hipertensi
Edema
CHF
Uremic pericarditis
DIAGNOSA PERAWATAN
1. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan s.d. Mual dan muntah, P nafsu makan,
P kesadaran, perubahan sensasi rasa, keterbatasan diet.
2. Volume cairan berlebih s.d. ketidak mampuan ginjal memelihara ~ cairan tubuh.

Page 24 of 35

3. P CO s.d. P SV akibat malfungsi elektris (disrithmia), P Preload, P resistensi


perifer dan TD.
4. Resiko tinggi infeksi s.d. tidak adekuat sistem pertahanan primer (kerusakan kulit),
efek peny. Kronis, malnutrisi.
5. Fatigue s.d. perubahan produksi energi metabolik, anemia ~ suplai Oksigen dan
kebutuhan.
6. Konstipasi s.d. kurang adekuatnya intake, efek medikasi, kurang aktivitas fisik.
7. Resiko tinggi injury s.d. F resiko biokimia internal akibat gagal ginjal (M resiko
perdarahan, jatuh, # patologis).
8. Kecemasan s.d. prosedur tindakan, perub. Status kesehatan, relationship, peran
fungsi support system, konsep diri,. Situasi kritis, ancaman kematian dsb
INTERVENSI
Drug therapy
Diet therapy
Fluid restriction
Dialysis
RESPIRATORI
Tachypnea
Uremic halitosis
Pulmonary edema
Penekanan reflek batuk
Napas dalam
HEMATOLOGIS
Anemia
Abnormal bleeding
URINARY
Polyuria, nocturia (awal)
Oligurya, anuria (kmd)
Proteinuria

Page 25 of 35

Hematuria
INTEGUMEN
Turgor
Pucat kekuning-kuningan
Kering
Pruritus
Echymosis
Purpura
Conjunctivitis
GASTROINTESTINAL
Anorexia, Nausea, Vomiting,Hiccups
Diare uremik
Gastritis
Stomatitis
Constipasi
MUSKULOSKELETAL
Tonus , kram
Nyeri tulang
# patologis
REPRODUKTIV
Fertility
Libido
Impoten

KONSEP DASAR GANGGUAN SIST. IMUN


Kalsisfikasi Gangguan Sist. Immun
A. Immunodeficiency
s/ kondisi yang menunjukan kegagalan sistem immun dalam memberikan respon
yang adekuat terhadapantigen.

Page 26 of 35

Contoh : AIDS
B. Hipersensitifitas
Sistem immun bereaksi berlebihan terhadap s/ antigen sehingga terjadi kerusakan
jaringan.
Contoh : Alergi, anafilaksis
C. Autoimmun
Tubuh bereaksi terhadap antigen yang berasal dari tubuh sendiri.
Contoh : Rhematoid Artritis, SLE
D. Gammopatheis
Produksi yang abnormal dari immunoglobin
Contoh : Multiple Myeloma (Proliferasi plasma sel pada sumsum tulang)
TIPE-TIPE REAKSI HIPERSENSITIFITAS
Tipe I : Anafilaktik
Terjadi segera (Immediate)
Dapat mengancam kehidupan
Atergen menstimulasi Ig. E.
Degranulasi sel mast histamin permeabilitas pemb. Darah edem,
urtikaria.
Tipe II : Sitolitik/Sitotoksik
Reaksi alegren dengan Ig M dan Ig G menempel pada permukaan sel (biasanya sel
darah merah ) lisis dan rusak
Contoh : Anemia hemolitik akibat dari obat (penecilin, quinine, quinidine)atau
ketidakcocokan dengan darah yang ditransfusikan.
Tipe III : Komplek Immun
Antigen yang dapat larut bereaksi dengan antibodi (Ig. G) membentuk komplek
immun yang masuk ke dalam jaringan tubuh dan darah.
Serum sickness : demam, malaise, rash, edem pada muka, leher dan sendi,
arthraglia, lymphaclenopathydan splekomegaly.
Tipe IV : Mediasi sel

Page 27 of 35

Reaksi lambat (24 jam).


Reaksi antigen dengan sel T melepaskan lymphokin memulai serangkaian
reaksi inflamasi.
Contoh :
- Skin test.
- Reaksi penolakan graft (transpalantasi).
c. Infeksi oportunistik lain :
- Infeksi jamur pada usefagus.
- Virus sitomegali pd otak/paru.
- Infeksi parasit lainotaktoksoplasmosis, kriptospordiosisgejala neurologis
20% pt
Pola penularan
1. hubungan seksual.
2. penerimaan darah atau produk darah, penggunaan alat suntik atau alat tusuk lain
(tato, tindik dll).
3. penerimaan organ, jaringan, air mani.
4. ibu hamil janin yang dikandung.
5. belum terbukti penularan gigitan serangga, minuman/makanan, kontak biasa,
sekolah, kolam renang, wc umum & tempat kerja.
Indikasi pemeriksaan darah terhadap HIV
1. atas permintaan sendiri.
2. kecurigaan thdp pasien :
- banyak mitra seksual (premiskuitas).
- Pernah/sering transfusi darah
- Mpy mitra seksual pengidap HIV.
Prinsip perawatan
1. Isolasi

Page 28 of 35

Pertimbangan :
Melindungi pasien AIDS dari infeksi lain (endogen, eksogen).
Mempermudah pemberian askep.
2. peraturan pokok petugas
a. Tim perawat yang menderita infeksi, kelainan kulit dan hamil tidak boleh
merawat AIDS.
b. Mengenakan barakshort, masker, penutup mata, sarung tangan selama
melakukan tindakan :
- Memandikan.
- Menolong bab/bak.
- Menyiapkan bahan pemeriksaan.
- Mengganti pakaian dan alat tenun.
- Mengukur pengeluaran urin, faeses dan muntah.
- Huknah, cathetherisasi.
- Infus suction, suntik dll.
- Merawat jenazah.
c. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan, menggunakan antiseptik.
d. Melapor ka Ruangan/tim penanggulangan AIDS di RS bila tertusuk jarum bekas
pakai atau terkena percikan pada mata, mulut, tangan yang luka.
e. Memberi pelapis plastik pada bantal & kasur sbg pelindung mudah dicuci
dgn sabun.
f. Memasang label : BAHAN MENULAR/ HIV pada semua botol spesimen.
g. Membersihkan kamar mandi/wc biasa.
h. Memegang teguh rahasia jabatan.
3. Pencegahan kontaminasi dan pembersihan alat.
a. Alat tenun, alat kesehatan, alat makan / minum, alat rumah tangga disiapkan
tersendiri.
b. Gunakan jenis disposibel alat suntik infus, cathether, suction cathether, ETT
dll.

Page 29 of 35

c. Kasur, bantal pelapis plastik, alat tenun yang sudah dipakai dimasukkan ke
dlm kantong plastik khusus diberi label BAHAN MENULAR/HIV, diikat
dikirim ke tempat cuci.
d. Gunakan sarung tangan tindakan memegang alat yang terkontaminasi.
e. Alat nondisposibel setelah dipakai sterilkan.
f. Masker, air viva, alat bantu nafas lain segera sterilkan setelah dipakai.
4. Bahan yang terkontaminasi
a. Semua sisa jaringan, darah, cairan tubuh, verban, jarum, bekas infus kantong
plastik keras, lapis ganda, tahan tusukan, kedap air.
b. Beri pelindung dengan alas plastik meja op, jas op, alas tangan/kepala bila
melakukan tindakan.
5. Hak pasien AIDS
a. Boleh mengunjungi fasilitas RS.
b. Boleh menerima tamu saat kunjungan, ditemani kecuali pada kondisi infectious.
c. Pasien diare berat wc tersendiri.
6. Penyuluhan/conselling
a. Informasi segala hal yang berkaitan dgn AIDS.
b. Dorongan psikologis dan sosial.
7. Sikap tenaga perawatan
a. Mengerti, memahami, memiliki ketrampilan dlm memberikan askep AIDS.
b. Bersikap tenang, wajar, tidak berlebihan & waspada dlm membantu pasien.
c. Memahami keadaan pasien, sikap empati.
d. Bersikap melindungi.
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
1. Riwayat seksual :
- Prilaku seksual.
- Pasangn sejenis, lawan jenis.

Page 30 of 35

- Sering bergantian pasangan.


2. Penggunaan obat-obat i.v, jarum suntik secara bergantian.
3. Observasi tamu, pengunjung yang datang.
4. status nutrisi :
- mafsu makan
- pe BB scr drastis.
- Merasa lesu, lemah, mata berkunang-kunang.
5. Status respirasi
- Frekwensi nafas cepat/pendek.
- Batuk.
- Sputum (+).
- Keringat dingin gelisah dan cyanosis.
6. Status neurologi
- Kejang.
- Bingung.
- Demensia.
- Geliosah.
- Kelumpuhan.
- Disorientasi waktu, tempat, orang
7. Keseimbangan cairan
- Turgor jelek.
- Bibir kering.
- Mulut kering.
- Mata cekung.
- Pucat, rasa haus, gelisah, diare.
8. Keadaan selaput dan kulit mukosa
- Stomatitis, infeksi jamur di mulut, infeksi pada gusi, dermatitis, herpes zoster/
simpleks, radang pd akar rambut, sarkoma kaposi.
9. Tingkat pengetahuan tentang penyakit dan penularannya.
- Tanda & gejla.

Page 31 of 35

- Penyebab.
- Cara penularan & pencegahan.
10.

Psikososial

- Cepat tersinggung, menarik diri (depresi), cemas, takut dikucilkan dan takut
mati.
11.

pemeriksaan diagnostik

a. Lab.
- Lymphocyte counts.
Leuco : (N) 4500-11.000/mm3
AIDS : < 3500/mm3

Lympho : (N) 1500-4500/mm3


AIDS : < 1500/mm3
- T4:T8 ratio Normal; 2:1 Aids:ratio .
- Antibodi test:
- Hiv antibodi diukur enzyme linked immunosorbent assay (ELISA) &
western blot analysis.
- Viral culture waktu > 28 hr
- Kimia darah, hitung jenis darah, protrombine time Ig level, HBSAg, STS
(Seralogic test for Sypilis)
- Pem. Feses telur dan parasit
- Biopsi kulit, lymph, paru, hati, git, brain.
- Chest X-ray
- CT scan.
- Test fungsi paru
- ABG

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Umum:
1. Gangg. Pertukaran gas s.d anemia, infeksi sal. Nafas atau keganasan.

Page 32 of 35

2. Perubahan Nutrisi: kurang dari kebutuhan s.d. me keb. Metaolik, mual muntah,
diare, sulit menelan, anorexia.
3. Diarrhea s.d. infeksi, intoteransi makanan.
4. Gangg. Intehritas kulit s.d. imobilitas, inkontimen, hypertermi, malignansi.
5. Resiko infeksi s.d. pe imunitas.
6. .Perub. proses berfikir s.d. AIDS demensia complex infeksi saraf pusat
7. Gangg. Self esteem s.d. perub. Body image.
8. Isolasi sosial s.d. stigma, penmularan virus, tindakan u/ mengontrol infeksi,
ketakutan.
INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Gangg. Pertukaran gas
- Atur posisi klien
-

Th/ oksigen

Hisap lendir bila perlu

Observasi pola nafas

Kolaoratif.

2. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan


- Diet TKTP dgn menu yg ervariasi.
- Timbang BB bila memungkinkan.
- Periksa Hb.
- Beri penyuluhan tentang pentingnya nutrisi
- Observadi keadaan umum.
3. Diare kronis s.d. infeksi
- Memberi minum sesuai kebutuhan
- Pasang infus.
- Ukur intake-output.
- Timbang BB
- Observasi tanda cital.

Page 33 of 35

4. Gangg. Integritas kulit


- Pertahankan kebersihan diri klien.
- Upayakan pakaian, alat tenunkering, bersih.
- Hindari penekanan.
- Monitor perkembangan lesi.
- Gunakan lotion u/ kulit kering.
5. Resiko infeksi
- Isolasi protektif (cuci tangan, ruang khusus, pakai masker).
- Pertahankan suplai material u/ klien terpisah dgn klien lain.
- Batasi jumlah petugas & pengunjung yg masuk.
- Pengunjung hanya orang dewasa.
- Kurangi pemaparan mikroorganisme dari lingkungan.
- Bersuhkan ruangan minimal 1x per hr.
6. Perubahan Proses Berfikir
- Kaji status mental dan tanda-tanda neuriovital.
- Reorientasi klien jam, kalender, jendela, dsb.
- Berikam lingkungan yg aman.
- Gunakan pencegahan ancaman bahaya
- Berikan anti konvulsan bila perlu.
7. Gangg. Self Esteem
- Berikan privasy.
- Ciptakn suasan penerimaan.
- Berikan lingkungan yg aman
- Dukung self care , kemandirian, kontrol, pengambilan keputusan.
8. IsolasiSosial
- Berikan sentuhan yg sering.
- Dengarkan keluhan klien.
- Bantu klien untuk mendapatkan support people.
Evaluasi

Page 34 of 35

Apakah Tujuan tercapai:

Mempertahankan level fungsi maksimum sepanjang mungkin..

Meminimalkan infeksi.

Mempertahankan kualitas hidup dan harga diri selama penyakit berlangsung

Page 35 of 35

Anda mungkin juga menyukai