Anda di halaman 1dari 25

Rumah Sakit

Khusus Bedah
Rawamangun

TINDAKAN ANESTESI ,
TUGAS DOKTER / PERAWAT ANESTESI
DAN PELIMPAHAN TUGAS/ WEWENANG
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
001/SPO/OK
1/1

Prosedur Kamar
Operasi

Ditetapkan oleh :
Direktur Utama
Tanggal terbit
5 November 2013

Pengertian

Tujuan

Kebijakan

Prosedur

dr. Elviera Darmayanti, MM


Tindakan anestesi adalah tindakan medis yang dilakukan oleh dokter
spesialis anestesi dan atau perawat anestesi di kamar operasi pada
pasien yang akan menjalani pembedahan.
1. Memberikan kenyamanan dan keamanan pada pasien yang sedang
menjalani pembedahan
2. Memberikan kenyamanan kepada dokter bedah dalam melakukan
tindakan pembedahan
3. Mengembalikan fungsi fisiologis pasien setelah menjalani
pembedahan seperti saat sebelum menjalani pembedahan.
Surat Keputusan Direktur nomor 045/SK/DIR/RSKBR/X/2013
tentang Perubahan Struktur Organisasi RS. Khusus Bedah
Rawamangun dan Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional,
Uraian Tugas, Petunjuk Pelayanan, Petunjuk Teknis di unit kerja RS.
Khusus Bedah Rawamangun.
A. PEMERIKSAAN FISIK
1. Pemeriksaan fisik rutin meliputi: keadaan umum, kesadaran,
anemis / tidak, BB, TB, suhu, tekanan darah, denyut nadi, pola
dan frekuensi pernafasan.
2. Dilakukan penilaian kondisi jalan nafas yang dapat
menimbulkan kesulitan intubasi
B. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
1. Darah : Hb, Ht, hitung jenis lekosit, golongan darah, waktu
pembekuan dan perdarahan

2.
3.
4.
5.
6.

Unit kerja terkait

Urine : protein, reduksi, sedimen


Foto thorak : terutama untuk bedah mayor
EKG : rutin untuk umur > 40 tahun
Elekrolit ( Natrium, Kalium, Chlorida )
Dilakukan pemeriksaan khusus bila ada indikasi ,misal:
- EKG : pada anak dan dewasa < 40tahun dengan tandatanda penyakit kardiovaskuler.
- Fungsi hati ( bilirubin, urobilin dsb ) bila dicurigai adanya
gangguan fungsi hati.
- Fungsi ginjal (ureum, kreatinin ) bila dicurigai adanya
gangguan fungsi ginjal.
- Laboratorium
- Radiologi

PERSIAPAN DI HARI OPERASI

Rumah Sakit
Khusus Bedah
Rawamangun
Prosedur Kamar
Operasi

No. Dokumen
002/SPO/OK

No. Revisi
-

Halaman
1/1

Ditetapkan oleh :
Direktur Utama
Tanggal terbit
5 November 2013

Pengertian
Tujuan

Kebijakan

Prosedur

dr. Elviera Darmayanti, MM


Penatalaksanaan tindakan anestesi pada saat akan dilakukan
operasi/bedah pada pasien atau tindakan anestesi pre operasi.
1. Memberikan kenyamanan dan keamanan pada pasien yang akan
menjalani pembedahan.
2. Memberikan kenyamanan kepada dokter bedah dalam melakukan
tindakan pembedahan.
Surat Keputusan Direktur nomor 045/SK/DIR/RSKBR/X/2013
tentang Perubahan Struktur Organisasi RS. Khusus Bedah
Rawamangun dan Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional,
Uraian Tugas, Petunjuk Pelayanan, Petunjuk Teknis di unit kerja RS.
Khusus Bedah Rawamangun.
1. Lakukan pengosongan lambung pada pasien. Hal ini penting
untuk mencegah aspirasi isi lambung karena regurgitasi / muntah.
Untuk dewasa dipuasakan 6-8 jam sebelum operasi , sedang
anak / bayi 4-5 jam.
2. Pemberian cairan infus sebagai pengganti defisit cairan selama
puasa, paling lambat 1 jam sebelum operasi (dewasa) atau 3 jam
sebelum operasi , untuk bayi / anak dengan rincian :
- 1 jam I : 50%
- 1 jam II : 25%
- 1 jam II : 25 %
3. Gigi palsu / protese lain harus ditanggalkan sebab dapat

menyumbat jalan nafas dan mengganggu.


4. Perhiasan dan kosmetik harus dilepas /dihapus sebab akan
mengganggu pemantauan selama operasi..
5. Pasien masuk kamar bedah memakai pakaian khusus pasien,
bersih dan longgar dan mudah dilepas. Dan keluarga pasien
diberitahukan operasi akan segera dilakukan (permintaan ijin
tindakan)
Unit kerja terkait

- Laboratorium
- Radiologi

PERSIAPAN TINDAKAN ANESTESI PRE OPERASI

Rumah Sakit
Khusus Bedah
Rawamangun
Prosedur Kamar
Operasi

No. Dokumen
003/SPO/OK

No. Revisi
-

Halaman
1/2

Ditetapkan oleh :
Direktur Utama
Tanggal terbit
5 November 2013

Pengertian
Tujuan

Kebijakan

Prosedur

dr. Elviera Darmayanti, MM


Penatalaksanaan tindakan anestesi pada saat akan dilakukan
operasi/bedah pada pasien atau tindakan anestesi pre operasi.
1. Memberikan kenyamanan dan keamanan pada pasien yang akan
menjalani pembedahan.
2. Memberikan kenyamanan kepada dokter bedah dalam melakukan
tindakan pembedahan.
Surat Keputusan Direktur nomor 045/SK/DIR/RSKBR/X/2013
tentang Perubahan Struktur Organisasi RS. Khusus Bedah
Rawamangun dan Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional,
Uraian Tugas, Petunjuk Pelayanan, Petunjuk Teknis di unit kerja RS.
Khusus Bedah Rawamangun.
1. Sudah terpasang jalur / akses intravena menggunakan iv catheter
ukuran minimal 18 atau menyesuaikan keadaan pasien dimana
dipilih ukuran yang paling maksimal bisa dipasang.
2. Dilakukan pemasangan monitor tekanan darah, nadi dan saturasi
O2
3. Dilakukan pemeriksaan fisik ulang, jika ditemukan perubahan dan
tidak memungkinkan untuk dilakukan pembedahan elektif maka
pembedahan dapat ditunda untuk dilakukan pengelolaan lebih
lanjut.
4. Jika pasien gelisah /cemas diberikan premedikasi :
- Midazolam dosis 0,07 0,1mg/kgBB iv
- Pada anak SA 0,010,015 mg/kgBB + midazolam 0,1mg/kgBB
+ ketamin 3 5mg/kgBB im atau secara intra vena SA 0,01
mg/kgBB + midazolam 0,07 mg/kgBB
5. Sebelum dilakukan induksi diberikan oksigen 6 liter/menit dengan

masker ( pre oksigenasi ) selama 5 menit.


Obat induksi yang digunakan secara intravena :
- Ketamin ( dosis 1 2 mg/kgBB )
- Penthotal (dosis 4 5 mg/kgBB )
- Propofol ( dosis 1 2mg/kgBB )
7. Pada penderita bayi atau anak yang belum terpasang akses
intravena, induksi dilakukan dengan inhalasi memakai agent
inhalasi yang tidak iritasi atau merangsang jalan nafas seperti
halothane atau sevoflurane.
8. Selama induksi dilakukan monitor tanda vital ( tekanan darah, nadi
maupun saturasi oksigen ).
9. Pada kasus operasi yang memerlukan pemeliharan jalan nafas,
dilakukan intubasi endotracheal tube.
10. Pemeliharaan anestesi dilakukan dengan menggunakan asas trias
anestesia ( balance anaesthesia ) yaitu : sedasi, analgesi, dan
relaksasi
11. Pemeliharaan anestesi dapat menggunakan agent volatile
( halothane, enflurane, maupun isoflurane ) atau TIVA ( Total
Intravena Anestesia ) dengan menggunakan ketamin atau propofol.
12. Pada pembedahan yang memerlukan relaksasi otot diberikan
pemeliharaan dengan obat pelumpuh otot non depolarisasi.
13. Ekstubasi dilakukan setelah penderita sadar.
14. Setelah operasi penderita dirawat dan dilakukan pengawasan tanda
vital secara ketat di ruang pemulihan.
15. Penderita dipindahkan dari ruang pemulihan ke bangsal setelah
memenuhi kriteria ( Aldrete score > 8 untuk penderita dewasa
atau Stewart Score > 5 untuk penderita bayi / anak )
16. Apabila post-operasi diperlukan pengawasan hemodinamik secara
ketat maka dilakukan di ruang intensif ( HCU ).
- Farmasi.
- Perawatan
6.

Unit kerja terkait

OPERASI DARURAT ( EMERGENCY )


No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
004/SPO/OK
1/1
Rumah Sakit

Khusus Bedah
Rawamangun
Prosedur Kamar
Operasi

Ditetapkan oleh :
Direktur Utama
Tanggal terbit
6 November 2013

Pengertian
Tujuan
Kebijakan

Prosedur

Unit kerja terkait

dr. Elviera Darmayanti, MM


Penatalaksanaan tindakan operasi dikarenakan situasi kegawatan pada
pasien (cito)
1. Memberikan pertolongan kegawatan atau kegawatdaruratan pada
pasien.
Surat Keputusan Direktur nomor 045/SK/DIR/RSKBR/X/2013
tentang Perubahan Struktur Organisasi RS. Khusus Bedah
Rawamangun dan Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional,
Uraian Tugas, Petunjuk Pelayanan, Petunjuk Teknis di unit kerja RS.
Khusus Bedah Rawamangun.
1. Lakukan perbaikan keadaan umum seoptimal mungkin sepanjang
tersedia waktu.
2. Lakukan pemeriksaan laboratorium standard atau pemeriksaan
penunjang yang masih mungkin dapat dilakukan.
3. Pada operasi darurat, dimana tidak dimungkinkan untuk
menunggu sekian lama, maka pengosongan lambung dilakukan
lebih aktif dengan cara merangsang muntah dengan apomorfin
atau memasang pipa nasogastrik.
4. Dilakukan
induksi
dengan
metode rapid
squence
induction menggunakan suksinil kolin dengan dosis 1 2 mg
/kgBB.
5. Pemeliharaan anestesi dan monitoring anestesi yang lainnya
sesuai dengan operasi elektif.
- Farmasi
- IGD

MONITORING DAN PENGOBATAN KOMPLIKASI

No. Dokumen
005/SPO/OK
Rumah Sakit
Khusus Bedah
Rawamangun
Prosedur Kamar
Operasi

No. Revisi
-

Halaman
1/1

Ditetapkan oleh :
Direktur Utama
Tanggal terbit
06 November 2013

Pengertian
Tujuan
Kebijakan

Prosedur

Unit kerja terkait

dr. Elviera Darmayanti, MM


Penatalaksanaan tindakan operasi dikarenakan situasi kegawatan pada
pasien (cito)
Memberikan pertolongan kegawatan atau kegawatdaruratan pada
pasien pasca operasi/bedah.
Surat Keputusan Direktur nomor 045/SK/DIR/RSKBR/X/2013
tentang Perubahan Struktur Organisasi RS. Khusus Bedah
Rawamangun dan Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional,
Uraian Tugas, Petunjuk Pelayanan, Petunjuk Teknis di unit kerja RS.
Khusus Bedah Rawamangun.
Lakukan monitoring tanda-tanda vital : tekanan darah , nadi dan
saturasi secara kontinyu tiap 3 menit.
1. Dini : hipotensi, mual-muntah, prekardial discomfort, menggigil,
depresi nafas, total spinal, anafilaktik, hematom.
2. Lambat : sakit kepala, sakit punggung, retensi urine, meningitis,
sequelae neurology, chronic adhesive arachnoiditis.
3. Blok tidak adekuat
- Hipotensi : efedrin 15 mg iv atau preventif pada m. deltoideus
15 20 mg im.
- Menggigil : pethidine 25 mg iv atau largactil 10 15 mg iv
- Kejang : pentotal 2-3 mg/kgBB iv atau diazepam 0,2 mg/kgBB
iv.
- Kesadaran menurun : bebaskan jalan nafas, infus kristaloid,
beri O 2.
- Sakit kepala : tidur terlentang, cairan, analgetik, epidural blood
patch ( 5 20 cc ), pengikat perut / stagen.
- Farmasi

Rumah Sakit
Khusus Bedah
Rawamangun
Prosedur Kamar
Operasi

IGD
PENATALAKSANAAN ANESTHESI PADA PENDERITA
DIABETES MELLITUS ( DM )
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
006/SPO/OK
-

Ditetapkan oleh :
Direktur Utama
Tanggal terbit
6 November 2013

Pengertian

Tujuan
Kebijakan

Prosedur

dr. Elviera Darmayanti, MM


Penatalaksanaan tindakan anetesi pada pasien dengan penyerta
diabetes mellitus (DM). Diabetes melitus adalah ketidakmampuan
metabolisme karbohidrat karena defisiensi aktifitas insulin ditandai
dengan hiperglikemia dan glikosuria
Memberikan keamanan terhadap tindakan operasi pada pasien
penderita Diabetes Mellitus (DM).
Surat Keputusan Direktur nomor 045/SK/DIR/RSKBR/X/2013
tentang Perubahan Struktur Organisasi RS. Khusus Bedah
Rawamangun dan Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional,
Uraian Tugas, Petunjuk Pelayanan, Petunjuk Teknis di unit kerja RS.
Khusus Bedah Rawamangun.
Kriteria Diagnosis :
1. Kadar glukosa darah sewaktu ( plasma vena ) > 200 mg/dl atau
2. Kadar glukosa darah puasa ( plasma vena ) > 126 md/dlatau
3. Kadar glukosa plasma > 200 mg/dl pada 2 jam sesudah
pembebanan glukosa 75 gram pada TTGO
DM terkontrol : gula darah 100 200 mg%
DM tak terkontrol: gula darah < 100 mg% atau > 300 mg%
1. Pemeriksaan gula darah berkala sebelum MRS
2. Penilaian keadaan metabolik, jantung, ginjal ( elektrolit, gula
darah, kreatinin, BUN, protein urine, benda keton, EKG, faal
hepar )

Unit kerja terkait

Rumah Sakit
Khusus Bedah
Rawamangun
Prosedur Kamar
Operasi

3. Diabetes melitus terkendali dengan OAD/diet, pembedahan


kecil/sedang yang diperkirakan dapat intake peroral pasca bedah,
tidak perlu konversi OAD ke insulin.
4. Kadar gula darah pra bedah dipertahankan antara 120 180 mg/dl
( sampel darah WB atau 140 mg/dl ( puasa ) dan 200 mg/dl ( 2
jam PP ) bila yang diperiksa plasma.
Untuk pasien dengan regimen insulin :
1. Pada hari pembedahan infus D5% dengan kecepatan 100 150 ml /
jam
2. Diberikan insulin sampai 2/3 dosis yang biasa digunakan
subkutan
3. Kadar gula darah diperiksa berkala setiap 4 jam selama
pembedahan dan pasca bedah.
4. Pasca bedah dini diberikan insulin sampai 1/3 dosis sehari-hari.
- Farmasi
- IGD

MONITORING PENATALAKSANAAN ANESTHESI


PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS ( DM )
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
007/SPO/OK
1/1

Ditetapkan oleh :
Direktur Utama
Tanggal terbit
06 November 2013

Pengertian

dr. Elviera Darmayanti, MM


Penatalaksanaan monitoring /pengawasan tindakan anetesi pada
pasien dengan penyerta diabetes mellitus (DM). Diabetes melitus
adalah ketidakmampuan metabolisme karbohidrat karena defisiensi

aktifitas insulin ditandai dengan hiperglikemia dan glikosuria


Tujuan
Kebijakan

Prosedur

Unit kerja terkait

Memberikan keamanan terhadap tindakan operasi pada pasien


penderita Diabetes Mellitus (DM).
Surat Keputusan Direktur nomor 045/SK/DIR/RSKBR/X/2013
tentang Perubahan Struktur Organisasi RS. Khusus Bedah
Rawamangun dan Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional,
Uraian Tugas, Petunjuk Pelayanan, Petunjuk Teknis di unit kerja RS.
Khusus Bedah Rawamangun.
1. Tambahan insulin dapat diberikan setiap 4 6 jam bergantung pada
hasil pemeriksaan kadar gula darah.
a. Gula darah 200 250 mg/dl : Insulin 2 3 unit subkutan ( RI )
b. Gula darah 250 300 mg/dl : Insulin 3 4 unit subkutan ( RI )
c. Gula darah 300 400 mg/dl : Insulin 5 8 unit, periksa gula darah
setelah 1 2jam
d. Gula darah > 400 mg/dl : Insulin 10 unit, periksa gula darah
setiap 1 jam
2. Premedikasi dengan histamin antagonis atau metokloperamide 10
mg terutama pada pasien gastroparesis, 1,5 jam sebelum induksi.
3. Tentukan urgensi operasi DM tidak terkontrol :
a. Elektif
: tunda, terapi dulu
b. Emergensi
: segera terapi :
c. Hipoglikemia : Dextrosa 5%
d. Hiperglikemia :
- Ketonuria < +2 insulin loading dose 0,1 U/kgBB iv,
lanjutkan drips 0,1 U/kg/jam sampai gula darah 250 mg%
- Ketonuria > +2 insulin loading dose 0,3 U/kg iv, lanjutkan
drips: 0,1 U/kg/jam
- K+ 20 meq/jam
- Atau sliding scale : tiap urine +1 beri reguler insulin 4 U
4. DM terkontrol : dapat dilakukan operasi
Rehidrasi
Tekanan darah, Nadi, EKG, Saturasi O2 , Gula darah,Urine
Output
- Farmasi
- IGD

Rumah Sakit
Khusus Bedah
Rawamangun
Prosedur Kamar
Operasi

TEHNIK ANESTESI KOMPLIKASI PASCA OPERASI/BEDAH


PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS ( DM )
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
008/SPO/OK
1/1

Ditetapkan oleh :
Direktur Utama
Tanggal terbit
06 November 2013

Pengertian

Tujuan
Kebijakan

Prosedur

Unit kerja terkait

dr. Elviera Darmayanti, MM


Penatalaksanaan atau penanganan pasien dengan diabetes mellitus
(DM) pasca operasi / bedah
Memberikan keamanan terhadap tindakan operasi pada pasien
penderita Diabetes Mellitus (DM).
Surat Keputusan Direktur nomor 045/SK/DIR/RSKBR/X/2013
tentang Perubahan Struktur Organisasi RS. Khusus Bedah
Rawamangun dan Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional,
Uraian Tugas, Petunjuk Pelayanan, Petunjuk Teknis di unit kerja RS.
Khusus Bedah Rawamangun.
1. Regional Anestesi
2. General Anestesi:
a. Premedikasi : atropine ( kecuali IHD ) dan benzodiasepin
b. Induksi : Penthotal dan atracurium
c. Maintenance : N2 O, O2 , atracurium dan isoflurane
Hipo /hiperglikemia
Iskemi / infark miokard
Coma persisten
- Farmasi
- IGD
- HCU

Rumah Sakit
Khusus Bedah
Rawamangun
Prosedur Kamar
Operasi

PENATALAKSANAAN ANESTHESI PADA PENDERITA


PRE-EKLAMPSIA & EKLAMPSIA
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
009/SPO/OK
1/1

Ditetapkan oleh :
Direktur Utama
Tanggal terbit
12 November 2013

Pengertian
Tujuan
Kebijakan

Prosedur

dr. Elviera Darmayanti, MM


Penatalaksanaan tindakan operasi pada pasien pre-eklamsia dan
eklamsia
Memberikan keamanan terhadap tindakan operasi pada pasien preeklamsia dan eklamsia
Surat Keputusan Direktur nomor 045/SK/DIR/RSKBR/X/2013
tentang Perubahan Struktur Organisasi RS. Khusus Bedah
Rawamangun dan Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional,
Uraian Tugas, Petunjuk Pelayanan, Petunjuk Teknis di unit kerja RS.
Khusus Bedah Rawamangun.
Preeklampsia
Kehamilan > 20 minggu
Tekanan distolik > 110 mmHg pada wanita dengan tekanan darah
yang normal sebelumnya
Proteinuria
Oedema
Pre eklampsia berat
Tekanan darah sistolik > 160 mmHg atau diastolik >110 mmHg saat
istirahat atau sistolik > 140 mmHg atau diastolik > 90 mmHg yang
disertai keadaan sebagai berikut :
Proteinuria >5 g/24 jam atau urine dipstick 3+ / 4+
Oliguria : < 30 ml /jam selama 3 jam berturut-turut
Gejala sistemik : edema paru, nyeri kuadran kanan atas, gangguan
fungsi hepar, sakit kepala, pandangan kabur atau trombocitopenia

Hipovolemia, vasokontriksi hipertensi , edema


1. Atasi hipertensi :
a. Hidralazine : 2.5 5 mg iv lambat setiap 15 20 menit dalam 3
dosis. Sampai diastolic < 110 mmHg.
b. Labetolol : 20 mg iv kemudian dititrasi setiap 10 - 15 menit
2. Cegah kejang : MgSO4 dosis awal 4 6 g iv diikuti drips 1- 2
g/jam , cek kadar Mg setiap 2 4 jam kadar harus 4 7 meq/L.
Diberikan jika diastolic > 100 mmHg disertai tanda impending
seizure visual blurring, scotomata, dan hiperrefleksia. Antidotum
MgSO4 : CaCl2 10% 10 ml.
3. 3. Oksigen : untuk mempertahankan PaO2 > 70 torr dan saturasi
> 94%.
4. Perbaiki sirkulasi organ vital.
5. Koreksi : hipoalbumin, elektrolit, asidosis
Unit kerja terkait

Rumah Sakit
Khusus Bedah
Rawamangun
Prosedur Kamar
Operasi

Farmasi
IGD
HCU

PENATALAKSANAAN ANESTESI PADA PENDERITA


HIPERTENSI
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
010/SPO/OK
1/1

Ditetapkan oleh :
Direktur Utama
Tanggal terbit
12 November 2013

Pengertian

dr. Elviera Darmayanti, MM


Penatalaksanaan tindakan anestesi pada pasien penderita Hipertensi

Tujuan
Kebijakan

Prosedur

Unit kerja terkait

Memberikan keamanan terhadap tindakan operasi pada pasien


penderita hipertensi.
Surat Keputusan Direktur nomor 045/SK/DIR/RSKBR/X/2013
tentang Perubahan Struktur Organisasi RS. Khusus Bedah
Rawamangun dan Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional,
Uraian Tugas, Petunjuk Pelayanan, Petunjuk Teknis di unit kerja RS.
Khusus Bedah Rawamangun.
Derajat hipertensi menurut standart WHO
1. Ringan : diastole 90 105 mmHg
2. Sedang : diastole 105 115 mmHg
3. Berat : diastole > 115 mmHg
4. Hipertensi maligna : diastole > 130 mmHg
Sebelum operasi tentukan Urgency operasi :
1.
Elektif : tunda, terapi dulu sampai tensi < 160/100 mmHg
2.
Emergency : segera terapi preoperasi
Diuretika
Hidralazine : 5 mg iv, total 20 mg
Nifedipin sublingual
Nitropruside : 10 100 mg/mnt
1. Terapi hipertensi diteruskan menjelang praoperasi
2. Rehidrasi, bila terdapat dehidrasi
3. Koreksi bila ada gangguan : elektrolit, asam basa, ureum, kreatinin
4. Atasi komplikasi
5. Periksa : EKG, foto thorak, Laboratorium ( elektrolit, asam basa,
ureum,kreatinin, gula darah,kolesterol )
Premedikasi :
Midazolam 0,07 mg/kg im setengah jam sebelum operasi atau dengan
neurolep analgesia : droperidol 0,1 0,15 mg/kgiv + pethidin 1 mg/kg
iv atau fentanil 1-2ug/kg iv.
- Farmasi
- IGD
- HCU

TEHNIK ANESTESI MONITOR

Rumah Sakit
Khusus Bedah
Rawamangun
Prosedur Kamar
Operasi

PADA PASIEN HIPERTENSI


No. Dokumen
No. Revisi
011/SPO/OK
-

Halaman
1/1

Ditetapkan oleh :
Direktur Utama
Tanggal terbit
12 November 2013

Pengertian

Tujuan
Kebijakan

Prosedur

dr. Elviera Darmayanti, MM


Penatalaksanaan anestesi monitor tindakan operasi pada pasien
penderita Hipertensi
Memberikan keamanan terhadap tindakan operasi pada pasien
penderita hipertensi.
Surat Keputusan Direktur nomor 045/SK/DIR/RSKBR/X/2013
tentang Perubahan Struktur Organisasi RS. Khusus Bedah
Rawamangun dan Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional,
Uraian Tugas, Petunjuk Pelayanan, Petunjuk Teknis di unit kerja RS.
Khusus Bedah Rawamangun.
General anestesi :
1. Induksi : pentotal 4 5mg/kg iv atau propofol 2 2,5 mg/kg iv
2. Pelumpuh otot : suksinilkolin 1 1,5 mg/kg iv, atrakurium
0,5mg/kgiv, vecuronium 0,1 mg/kg iv atau rokuronium 0,6
mg/kg iv
3. Lidokain 2% 1,5 mg/kg iv atau fentanil1 2 ug/kg iv
4. Rumatan anestesi : N2O, O2 , isoflurane/sevoflurane,
atrakurium / vecuronium
Regional Anestesi :
Dapat dilakukan sebelumnya di loading cairan dahulu 10 15 cc/kg bb.
Hindari spinal anestesi dapat terjadi herniasi otak karena kebocoran
LCS akibat peningkatan TIK
Tekanan darah, Nadi, EKG,produksi urine, dan perdarahan
1. Kardiovaskuler : CAD, LVH, CHF, Dysritmia
2. Renovaskuler : Renal insuffisiensi
3. Neurovaskuler : gangguan neurologis, stroke

Unit kerja terkait

Farmasi
IGD
HCU

PENATALAKSANAAN ANESTHESI
PRE OPERASI DAN PERSIAPAN OPERASI
PADA PENDERITA GANGGUAN FUNGSI HATI
Rumah Sakit
Khusus Bedah
Rawamangun

No. Dokumen
012/SPO/OK

Prosedur Kamar
Operasi

No. Revisi
-

Halaman
1/1

Ditetapkan oleh :
Direktur Utama
Tanggal terbit
12 November 2013

Pengertian

Tujuan
Kebijakan

Prosedur

dr. Elviera Darmayanti, MM


Penatalaksanaan tindakan anastesi pada pasien penderita gangguan
fungsi hati
Memberikan keamanan terhadap tindakan operasi pada pasien
penderita gangguan fungsi hati.
Surat Keputusan Direktur nomor 045/SK/DIR/RSKBR/X/2013
tentang Perubahan Struktur Organisasi RS. Khusus Bedah
Rawamangun dan Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional,
Uraian Tugas, Petunjuk Pelayanan, Petunjuk Teknis di unit kerja RS.
Khusus Bedah Rawamangun.
Pemeriksaan pre operasi :
1. EKG
2. Foto thorak
3. BGA

4. Laboratorium :
- Homeostasis glukosa : gula darah
- Metabolisme bilirubin : bilirubin
- Sintesa protein : Albumin
- Sintesa protrombine : jumlah protrombin dan protrombin time
- Liver function test : SGOT, SGPT, LDH, alkaliphospatase
- Darah : Hb, lekosit, diff count, CT, BT
- Auto antigen : HbSAg
- Fungsi ginjal : Ureum, creatinin, dan elektrolit
Koreksi bila terdapat :
- Hipoglikemia : beri dextrose 5%
- Hiperbilirubinemia : bila > 20 mg% berikan manitol 20% :
0,25 - 1 g/kg per drips sampai diuresis > 50 ml/jam
- Hipoalbuminemia : bila < 3 g% berikan albumin 25%
- Drfisiensi protrombin : vit K injeksi 10 20 mg im tiap 6 jam
- Gangguan elektrolit
- Gangguan asam basa
- Ureum creatinin meninggi : dialisa

Unit kerja terkait

Farmasi
IGD
HCU

TEKNIK ANESTESI MONITOR KOMPLIKASI


PRE OPERASI DAN PERSIAPAN OPERASI
PADA PENDERITA GANGGUAN FUNGSI HATI
Rumah Sakit
Khusus Bedah
Rawamangun

No. Dokumen
013/SPO/OK

Prosedur Kamar
Operasi

Tanggal terbit
26 November 2013

No. Revisi
-

Halaman
1/1

Ditetapkan oleh :
Direktur Utama

Pengertian

Tujuan
Kebijakan

Prosedur

dr. Elviera Darmayanti, MM


Penatalaksanaan tindakan anastesi pada pasien penderita gangguan
fungsi hati
Memberikan keamanan terhadap tindakan operasi pada pasien
penderita fungsi hati.
Surat Keputusan Direktur nomor 045/SK/DIR/RSKBR/X/2013
tentang Perubahan Struktur Organisasi RS. Khusus Bedah
Rawamangun dan Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional,
Uraian Tugas, Petunjuk Pelayanan, Petunjuk Teknis di unit kerja RS.
Khusus Bedah Rawamangun.
Atasi :
1. Ascites : diuretika atau parasintesis
2. Perdarahan GIT bagian atas : endoskopi
3. Anemia : transfusi
Terapi kortikosteroid : berikan hidrokortison
1. Regional anestesi : Jika tidak terdapat gangguan koagulasi
2. General anestesi :
- Hindari : obat depresi HBF ( hepatic blood flow )
hepatotoksik, obat yang di metabolisme dan ekskresi oleh
hepar
- Hindari : succinilkolin, karena defisiensi kolinesterase
- Hindari : Halotan hepatotoksik
- Premedikasi : atropin, benzodiasepin
- Induksi : Ketamine 1 mg/kg iv dan atracurium 0,5mg/kg iv
- Maintenance : Ketamin drips, O2 , atracurium
Tekanan darah, Nadi, EKG, dan urine out put
Hepatorenal syndrome, enchepalopati, hipoglikemia

Unit kerja terkait

Farmasi
IGD
HCU

PENATALAKSANAAN ANESTESI PADA PENDERITA


DENGAN LAMBUNG PENUH
Rumah Sakit
Khusus Bedah
Rawamangun
Prosedur Kamar
Operasi

No. Dokumen
014/SPO/OK

No. Revisi
-

Halaman
1/1

Ditetapkan oleh :
Direktur Utama
Tanggal terbit
26 November 2013

Pengertian

Tujuan

Kebijakan

Prosedur

dr. Elviera Darmayanti, MM


Tindakan anestesi adalah tindakan medis yang dilakukan oleh dokter
spesialis anestesi dan atau perawat anestesi di kamar operasi pada
pasien yang akan menjalani pembedahan.
1. pembedahan.
2. Mengembalikan fungsi fisiologis pasien setelah menjalani
pembedahan seperti saat sebelum menjalani pembedahan.
Memberikan keamanan terhadap tindakan operasi pada pasien
penderita dengan lambung penuh.
3. Memberikan kenyamanan dan keamanan pada pasien yang sedang
menjalani pembedahan.
4. Memberikan kenyamanan kepada dokter bedah dalam melakukan
tindakan
Surat Keputusan Direktur nomor 045/SK/DIR/RSKBR/X/2013
tentang Perubahan Struktur Organisasi RS. Khusus Bedah
Rawamangun dan Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional,
Uraian Tugas, Petunjuk Pelayanan, Petunjuk Teknis di unit kerja RS.
Khusus Bedah Rawamangun.
Problem :
1. Aspirasi isi lambung
2. Dapat terjadi Mendelsons syndrome : pH< 2,5 dan volume >
0,4ml/kg
3. Particulate material dapat menyebabkan obstruksi jalan nafas
Persiapan pre operasi
1. Pasang nasogastric tube

2. Berikan H2 antagonis: simetidin 300mg iv


Tehnik anestesi
1. Regional anestesi
2. General anestesi : Rapid induction atau awake intubation.
Ekstubasi harus sadar penuh
Tehnik rapid induction :
1.
Pre oksigenasi : 3 5 menit , flow 7 liter/mnt
2.
Prekurarisasi : dengan non depolarisasi muscle relaksan
3.
Induksi : setelah tertidur lakukan cricoid pressure ( sellicks
manuver )
4.
Suksinilkolin 1 1,5 mg/kg iv dan jangan diinflasi
5.
Intubasi, setelah terpasang ETT cricoid pressure dihentikan.
Unit kerja terkait

Farmasi
IGD
HCU

PERSIAPAN PRE OPERASI PENATALAKSANAAN ANESTESI


PADA PENDERITA
HYPERTHYROID
Rumah Sakit
Khusus Bedah
Rawamangun

No. Dokumen
015/SPO/OK

Prosedur Kamar
Operasi

No. Revisi
-

Halaman
1/1

Ditetapkan oleh :
Direktur Utama
Tanggal terbit
2 Desember 2013

Pengertian

Tujuan
Kebijakan

dr. Elviera Darmayanti, MM


Penatalaksanaan tindakan anastesi pada pasien penderita gangguan
Hypertyroid
Memberikan keamanan terhadap tindakan operasi pada pasien
penderita Hypertyroin.
Surat Keputusan Direktur nomor 045/SK/DIR/RSKBR/X/2013
tentang Perubahan Struktur Organisasi RS. Khusus Bedah

Prosedur

Unit kerja terkait

Rawamangun dan Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional,


Uraian Tugas, Petunjuk Pelayanan, Petunjuk Teknis di unit kerja RS.
Khusus Bedah Rawamangun.
Problem
- Thyroid krisis akibat :
1. Pembedahan : insisi , manipulasi
2. Medikal : stress psikis, agent anestesi volatil, ketoasidosis,
toksemia.
- Gejala krisis tiroid :
1. Hipermetabolik : suhu > 390 C , keringat berlebihan
2. Cardiovaskuler : takikardi, disritmia
3. Respirasi : hiperventilasi
4. Neurologi : gelisah, kejang
5. Gastrointestinal : mual, muntah, diare
ELEKTIF
1. Tunda dan terapi sampai euthyroid dengan :
- PTU : initial dose 75 - 200 mg peros tiap 8 jam, kemudian 30
100 mg tiap 6 8 jam
- Lugol : 2 6 tetes 4 kali sehari peros
- Propanolol : 10 60 mg 3 kali sehari per os
EMERGENCY
5. Segera terapi dengan :
- Na iodida : 1-2 gram iv drips, hambat sekresi hormon
- Reserpin : 2,5 mg im, kurangi efek hormon terhadap target
organ/ simpatolitik
- Hidrokortison : 100-300 mg iv, dapat diulang sampai total 0,1
mg/kg sampai HR < 90/mnt
6. Koreksi hipertiroid
7. Rehidrasi
8. Turunkan suhu
9. Koreksi : elektrolit, asam basa
-

Farmasi
IGD
HCU

TEKNIK ANESTESI MONITOR KOMPLIKASI


PADA PENDERITA HYPERTHYROID
No. Dokumen
016/SPO/OK
Prosedur Kamar
Operasi

No. Revisi
-

Halaman
1/1

Ditetapkan oleh :
Direktur Utama
Tanggal terbit
2 Desember 2013

Pengertian

Tujuan
Kebijakan

Prosedur

dr. Elviera Darmayanti, MM


Penatalaksanaan tindakan anastesi pada pasien penderita gangguan
Hypertyroid
Memberikan keamanan terhadap tindakan operasi pada pasien
penderita Hypertyroin.
Surat Keputusan Direktur nomor 045/SK/DIR/RSKBR/X/2013
tentang Perubahan Struktur Organisasi RS. Khusus Bedah
Rawamangun dan Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional,
Uraian Tugas, Petunjuk Pelayanan, Petunjuk Teknis di unit kerja RS.
Khusus Bedah Rawamangun.
Pemeriksaan pre operasi
1. Jalan nafas
2. Laboratorium rutin
3. Foto Rontgen leher
4. Thyroid function test : T3 , T4 dan TSH
Operasi non thyroid :
Regional atau Deep GETA
Operasi Thyroid :
Premedikasi : cegah takikardi
Induksi : penthotal
Maintanance : N2O, O2, Atracurium, Isoflurane
Tekanan darah, nadi, EKG, saturasi O2, temperatur
1. Nervus laringeal terputus trakeomalasia perlu trakeostomi
2. Glandula parathyroid terangkat hipokalsemia terapi Ca glukonas

10% 10-30ml
3. Krisis tiroid

Unit kerja terkait

Rumah Sakit
Khusus Bedah
Rawamangun

Farmasi
IGD
HCU

PENATALAKSANAAN ANESTESI PADA


SECTIO CAESARIA

No. Dokumen
017/SPO/OK
Prosedur Kamar
Operasi

No. Revisi
-

Halaman
1/1

Ditetapkan oleh :
Direktur Utama
Tanggal terbit
2 Desember 2013
dr. Elviera Darmayanti, MM

Pengertian
Penatalaksanaan tindakan anastesi pada pasien sectio caesaria
Tujuan
Kebijakan

Memberikan keamanan terhadap tindakan operasi pada pasien


penderita Hypertyroin.
Surat Keputusan Direktur nomor 045/SK/DIR/RSKBR/X/2013
tentang Perubahan Struktur Organisasi RS. Khusus Bedah
Rawamangun dan Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional,
Uraian Tugas, Petunjuk Pelayanan, Petunjuk Teknis di unit kerja RS.
Khusus Bedah Rawamangun.

Prosedur

1. Monitor tekanan darah setiap 3 menit


2. Respirasi dan nadi
3. Tinggi blok
Komplikasi yang sering terjadi :
1. Total blok spinal dilakukan monitoring tinggi blok secara baik
2. Blok gagal / parsial dilanjutkan atau di kombinasi dengan general
anestesi
3. Nyeri kepala hebat ( PDPH ) dilakukan penyuntikan blood patch
ANESTESI UMUM :
1. Prosedur sama seperti penatalaksanaan anestesi umum dengan
mempertimbangkan dua kehidupan yang harus diselamatkan
2. Pemberian obat yang cenderung mempengaruhi janin diberikan
setelah bayi lahir.

Unit kerja terkait

Farmasi
IGD
Kebidanan
HCU

Anda mungkin juga menyukai