Anda di halaman 1dari 11

LAS ASETILIN

(Laporan Praktikum Perbengkelan)

Oleh
M. Adita Putra
1314071035

LABORATORIUM DAYA, ALAT, DAN MESIN PERTANIAN


JURUSAN TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2015

I.

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Dalam proses perancangan mesin ataupun alat penyambungan dua
buat material besi perlu dilakukan, untuk terbentuknya suatu desain
sesuai kebutuhan. Penyambungan dua buah logam tersebut dalam
istilah perbengkelan disebut teknologi pengelasan. Pada perbengkelan
pertanian, teknologi pengelasan sangatlah berguna, selain dapat
menyambung dua buah logam, pemotongan dan pembuatan alat dan
mesin menjadi relatif mudah serta sederhana untuk dikerjakan.
Pada dasarnya pengelasan memanfaatkan energi panas atau dengan
pelumeran di ujung benda kerja yang akan disambung ataupun
dipotong. Ketika pelumeran mengering, maka akan menempel, atau
jika digunakan untuk pemotongan maka energi panas akan langsung
memotong benda kerja tersebut. Ada beberapa jenis pengelasan
dalam dunia perbengkelan. Untuk kali yang akan dipelajari dalam
praktikum ini yaitu pengelasan las asetilin untuk keperluan memotong
plat besi.
Kualitas dari hasil pemotongan logam

sangat tergantung pada

keahlian dari penggunanya dan persiapan sebelum pelaksanaan


pengelasaan. Maka dari itu, diharapkan dengan adanya praktikum ini
dapat

meningkatkan

pemahaman

mahasiswa

di

dalam

pemotongan logam dengan cara pengelasan gas asetilin.

I.2. Tujuan

praktik

Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu :


1. Untuk mengetahui cara mengoperasikan las asetilin
2. Untuk mengetahui cara memotong plat besi menggunakan las
asetilin.
3. Untuk mengetahui hal-hal yang harus diperhatikan pada saat
pengoperasian las asetilin.

II.

II.1.

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Las Asetilin

Las Oxy-Acetylene (las asetilin) adalah proses pengelasan secara


manual, dimana permukaan yang akan disambung mengalami
pemanasan sampai mencair oleh nyala (flame) gas asetilin (yaitu
pembakaran C2H2 dengan O2), dengan atau tanpa logam pengisi,
dimana proses penyambungan tanpa penekanan. Disamping untuk
keperluan pengelasan (penyambungan) las gas dapat juga
dipergunakan sebagai : preheating, brazing, cutting dan hard facing.
Penggunaan untuk produksi (production welding), pekerjaan lapangan
(field work), dan reparasi (repair & maintenance) (Harsono, 1979).
Dalam aplikasi hasilnya sangat memuaskan untuk pengelasan baja
karbon, terutama lembaran logam (sheet metal) dan pipa-pipa
berdinding tipis. Meskipun demikian hampir semua jenis logam ferrous
dan non ferrous dapat dilas dengan las gas, baik dengan atau tanpa
bahan tambah (filler metal) (Harsono, 1979).
Disamping gas acetylene dipakai juga gas-gas hydrogen, gas alam,
propane, untuk logamlogam dengan titik cair rendah. Pada proses
pembakaran gas-gas tersebut diperlukan adanya oxygen. Oxygen ini
didapatkan dari udara dimana udara sendiri mengandung oxygen
(21%), juga mengandung nitrogen (78%), argon (0,9 %), neon,

hydrogen, carbon dioksida, dan unsur lain yang membentuk gas


(Harsono, 1979).

II.2.

Bahan Bakar Gas

a. Asetilin ( C2H2 )
Asetilena (Nama sistematis: etuna) adalah suatu hidrokarbon yang
tergolong kepada alkuna, dengan rumus C2H2. Asetilena
merupakan alkuna yang paling sederhana, karena hanya terdiri dari
dua atom karbon dan dua atom hidrogen. Pada asetilena, kedua
karbon terikat melalui ikatan rangkap tiga, dan masing-masing
atom karbon memiliki hibridisasi orbital sp untuk ikatan sigma. Hal
ini menyebabkan keempat atom pada asetilena terletak pada satu
garis lurus, dengan sudut C-C-H sebesar 180.
b. Propana
Propana adalah senyawa alkana tiga karbon (C3H8) yang berwujud
gas dalam keadaan normal, tapi dapat dikompresi menjadi cairan
yang mudah dipindahkan dalam kontainer yang tidak mahal.
Senyawa ini diturunkan dari produk petroleumlain pada pemrosesan
minyak bumi atau gas alam. Propana umumnya digunakan sebagai
bahan bakar untuk mesin, barbeque (pemanggang), dan di rumahrumah (Yayat, 2014).
II.3.

Bagian-Bagian Las Asetilin

a. Tabung Gas
Tabung gas berfungsi untuk menampung gas ataugas cair dalam
kondisi bertekanan. Umumnya tabung gas dibuat dari Baja, tetapi
sekarang ini sudah banyak tabung-tabung gas yang terbuat dari
paduan Alumunium.
b. Katup Tabung
Sedang pengatur keluarnya gas dari dalam tabung maka digunakan
katup. Katup ini ditempatkan tepat dibagian atas dari tabung. Pada
tabung gas Oksigen, katup biasanya dibuat dari material Kuningan,

sedangkan untuk tabung gas Asetilen, katup ini terbuat dari


material Baja.
c. Regulator atau Katup Penutun Tekan,
Dipasang pada katub tabung dengan tujuan untuk mengurangi atau
menurunkan tekan hingga mencapai tekanan kerja torch.Regulator
ini juga berperan untuk mempertahankan besarnya tekanan kerja
selama proses pengelasan atau pemotongan.
d. Selang
Gas yang dialirkan melalui selang selanjutnya diteruskan oleh torch,
tercampur didalamnya dan akhirnya pada ujung nosel terbentuk
nyala api (Yayat, 2014).

III.

III.1.

METODELOGI PERCOBAAN

Waktu dan Tempat

Adapaun waktu dilakukannya praktikum ini yaitu pada hari Rabu,


tanggal 17 Juni 2015, Pukul 08.00-10.00 WIB dan tempat dilakukannya
praktikum ini yaitu di Laboraturium Daya, Alat dan Mesin Pertanian,
Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

III.2.

Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan dalam dalam praktikum kali ini meliputi,
kamera, note book, korek api, perangkat las asetilin sedangkan bahan
yang digunakan meliputi plat besi berbentuk lembaran.

III.3.

Diagram Alir

Dihidupkan las asetilin

Diatur panas dan bentuk api las


Dipotong benda kerja secara perlahan menggunakan api las yang menyala

IV.

IV.1.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Pengamatan

Adapun hasil pengamatan pada praktikum ini yaitu sebagai berikut:


Foto

Keterangan

Diperoleh plat besi berbentuk


lembaran yang terpotong
menggunakan las gas asetilin.

IV.2.

Pembahasan

IV.2.1. Proses Pengelasan


Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, pengerjaan dengan menggunakan las gas
asetilin memerlukan tahapan proses yang harus diperhatikan. Pertama yaitu

menghidupkan gas asetilin dan oksigen terlebih dahulu dengan memutar katup yang ada
pada regulator. Proses kedua yaitu menyalakan api pada ujung nosel. Setelah katup
dihidupkan maka gas asetilin dan oksigen akan mengalir melalui selang menuju ujung
nosel, dengan cara memicu api menggunakan korek api maka akan tercipta api diujung
nosel.
Proses selanjutnya, yaitu mengarahkan torch, terkhusus ujung noselnya ke arah benda
kerja yang ingin dilas, dalam praktikum ini kerja pengelasan bertujuan untuk memotong
benda kerja. Kemudian disesuaikan tekanan api, bentuk api dan warna api yang
digunakan untuk memotong benda kerja, caranya dengan memutar katup yang ada pada
torch. Katup/keran dibagi menjadi tiga, pada bagian atas keran berguna untuk menambah
tekanan api, bagian samping berguna untuk menambah gas asetilin dan bagian bawah
untuk menambah oksigen.
Untuk pemotongan benda kerja, terlebih dahulu api diatur panasnya hingga biru, dan
didekatkan pada permukaan benda kerja yang ingin dipotong. Jarak yang optimal antara
permukaan benda kerja dengan api adalah 2 mm. Ketika api sudah mulai membara di
permukaan benda kerja, maka akan tercipta warna kemerahan di permukaan benda kerja
tersebut. Pada saat bara api merah itu lah pemotongan dimulai dengan menambah
tekanan api, sehingga benda kerja menjadi lunak dan dengan mudah terpotong. Perlu
diperhatikan untuk mempertahankan agar bara api merah tersebut tidak mati, karena
dapat berpengaruh pada hasil pemotongan.
Pemotongan dilakukan dengan menarik dari ujung ke ujung benda kerja. Setelah
terpotong, maka benda kerja harus didiamkan sejenak untuk menunggu suhu benda turun.
Kemudian mematikan las dengan cara memutar setiap keran ke arah yang lebih kecil atau
nol.
IV.2.2. Keselamatan Kerja
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, beberapa hal yang perlu diperhatikan pada
saat melakukan kerja las asetilin adalah sebagai berikut:
a. Berdoa sebelum bekerja.

b. Menggunakan kacamata/masker khusus las, sarung tangan anti panas dan pakaian
standar bengkel.
c. Tidak memegang langsung benda kerja yang sedang dilas atau yang baru dilas.
d. Selalu perhatikan kondisi alat, terkhusus di bagian sambungan selang dengan torch.
Jangan sampai ada yang bocor. Jika ada yang bocor maka segera hentikan pekerjaan.
e. Tidak panik dan tetap konsentrasi jika terjadi ledakan kecil ketika mengoperasikan las
asetilin.

V.

KESIMPULAN

Adapun kesimpulan dari praktikum ini yaitu :


1. Setiap bentuk api gas asetilin memiliki fungsi yang berbeda, untuk material apa dan
digunakan untuk keperluan apa.
2. Jarak antara permukaan benda kerja dan api las sejauh 2 mm.
3. Untuk keperluan memotong, terlebih dahulu dipanaskan benda kerja hingga
menimbulkan bara agar benda kerja menjadi lunak.
4. Untuk keselamatan kerja tidak dianjurkan pada teknisi untuk memegang benda kerja
yang sedang dilas atau baru dilas.

DAFTAR PUSTAKA

Drs. Yayat. M.pd. 2014. Job Sheet Las Oxy Accetyline. Universitas Pendidikan Indonesia:
Bandung.
Bram, G. And Dowbs, C.1975. Manufacturing Tecnology. The Macmillan Press Ltd :
London.
Harsono Wiryo Sumarto., Toshe Okomura.1979. Teknologi Pengelasan Logam. Pradnya
Paramita : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai