PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Pelaksanaan pratikum ini memiliki beberapa tujuan yang akan diperoleh. Tujuan tersebut adalah
sebagai berikut :
1. Praktikan dapat mengetahui secara langsung proses pengecoran dari awal proses sampai
terbentuknya produk sebagai salah satu proses manufaktur.
2. Praktikan mampu melakukan analisa dalam proses pengerjaan meliputi mekanisme yang
seharusnya dilakukan, kebutuhan material, kebutuhan alat, dan cacat yang tampak dalam
hasil proses pengerjaan.
3. Praktikan mampu melakukan improvement terhadap tata cara pengerjaan
4. Praktikan mampu menerapkan proses pengerjaan dalam industri manufaktur dengan baik.
1.3 Manfaat
Pelaksanaan pratikum akan memberi manfaat bagi pratikan. Manfaat dari pelaksanaan pratikum
ini adalah sebagai berikut :
1. Menambah pengetahuan mahasiswa tentang salah satu proses manufaktur
2. Menegetahui rangkaian tahap dalam proses pengecoran
3. Mengetahui aplikasi proses secara langsung mengenai proses pengecoran
4. Mampu membuat produk dengan proses pengecoran
1.4 Batasan
Pratikum dilaksanakan dengan beberapa batasan yang dianggap perlu. Adapun batasan dalam
praktikum proses pengecoran ini adalah:
1. Praktikum dilakukan di Laboratorium Sistem Manufaktur Teknik Industri ITS
1.5 Asumsi
Adapun asumsi yang digunakan dalam pengerjaan laporan ini adalah:
1. Proses praktikum berjalan sesuai prosedur.
2. Alat ukur yang digunakan presisi.
3. Alat dan bahan digunakan dalam takaran yang sesuai.
4. Temperatur atau suhu lingkungan dalam keadaan normal.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Pengecoran
Sejarah Pengecoran
Pengecoran merupakan salah satu proses manufaktur yang telah berkembang sejak dahulu.
Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya artifak-artifak tembaga di berbagai tempat, di Anatolia
dengan perkiraan umur artifak 5000 SM, di China sebelum 2800 SM, dan Sumeria 3000 SM.
(Soetomo,2000)
Definisi Pengecoran
Pengecoran sendiri adalah proses penuangan logam cair kedalam rongga cetakan dan
mengalami proses pendinginan di dalam cetakan sehingga membentuk benda yang diinginkan.
Terdapat berbagai macam keuntungan serta kekurangan didalam proses pengecoran. Pengecoran dapat
membuat komponen dengan model geometri eksternal maupun internal yang bentuk kompleks.
Beberapa proses pengecoran dapat membentuk produk akhir dalam bentuk geometri (net shape)
sehinga tidak diperlukan pengerjaan manufaktur lebih lanjut. Proses pengecoran dapat dilakukan
menggunakan berbagai jenis logam yang dapat dipanaskan hingga lebur (liquid state) jadi tidak harus
logam khusus. Beberapa metoda pengecoran cocok untuk produksi masal.
Selain memiliki beberapa keuntungan, diperoleh pula kerugian yang ada. Diantaranya adalah
terjadinya pengerasan yang menyusut secara lokal dan terdistibusi secara merata pada structur
dendritic (microporosity), keakuratan demensi geometrik dan kerataan permukaan yang rendah, serta
keselamatan kerja saat peleburan logam dapat membahayakan pekerja.
Pengecoran tidak hanya dapat dilakukan pada logam saja, tetapi juga dapat berupa material
logam cair atau plastik yang bisa meleleh (termoplastik), juga material yang terlarut air misalnya beton
atau gips. Contoh produk pengecoran diantaranya adalah blok mesin, velg motor, perhiasan, kran air,
dan masih banyak lagi. Adapun langkah-langkah pengecoran logam secara umum.:
1. Logam dilebur pada suhu tinggi hingga berubah dalam wujud cair
2. Logam cair dituang kedalam cetakan
3. Logam cair dalam cetakan mengalami proses pendinginan.
4. Seiring dengan penurunan suhu, logam akan mengeras.
5. Selama proses pengerasan, terjadi perubahan fasa pada logam (membentuk karakteristik
hasil pengecoran)
6. Apabila proses pendinginan dan pengerasan selesai, cetakan dilepas.
7. Proses lanjutan dapat berupa trimming, cleaning, inspecting dan heat treatment
2.2 Dasar-Dasar Pengecoran
Untuk menghasilkan produk pengecoran yang maksimal, ada beberapa hal yang harus
diperhatikan selama proses pengecoran berlangsung, diantaranya :
Solidification
Setiap logam, paduan logam memiliki titik leleh dan titik beku masing-masing sehingga saat
proses peleburan, temperatur harus diperhatikan agar logam maupun paduan logam mencair
dengan sempurna.
Fluid Flow
Karakteristik aliran logam merupakan suatu ukuran kecepatan logam cair yang dapat
memenuhi bentuk dari cetakan sebelum membeku.
Agar logam dapat mengalir dengan lancar maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan,
yaitu
o temperatur penuangan
o komposisi logam
o viskositas
o perpindahan panas yang terjadi di sekitar proses
Heat Transfer
Energi panas yang diperlukan:
Kelebihan :
Akurasi permukaan yang terbentuk bagus
Cetakan yang digunakan relatif murah
Kecepatan aliran produksi yang cukup tinggi
Bentuk yang dihasilkan relatif komplek
Serta bisa digunakan kepada material yang memiliki temperatur yang cukup tinggi
Kekurangan :
Beberapa bahan catakan tidak dapat digunakan kembali sarta perputaran produksi
membutuhkan waktu yang cukup panjang dikarenakan mahalnya harga setiap bagian dari
produksi
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
Dalam Bab III Metodologi Praktikum ini akan menjelaskan tentang alur praktikum proses
pengecoran, alat dan bahan, prosedur proses pengecoran, serta penjelasan flowchart praktikum.
3.1
Pengecoran Alumium
Finishing
Finish
Gambar 3.1 Flowchar Alur Praktikum
Alur praktikum dimulai dengan membuat pola lilin sesuai prosedur. Selanjutnya,didapatkan
produk berupa pola lilin. Kemudian, praktikum dilanjutkan dengan proses pembuatan cetakan gips.
Setelah terbentuk cetakan gips, dilakukan pengecoran menggunakan cetakan gips yang telah dibuat
pada proses sebelumnya. Setelah proses pengecoran selesai, dilakukan pengukuran diameter serta
tinggi dari segmen-segmen yang telah ditentukan dalam lembar check sheet. Setelah itu, dilakukan
proses finishing terhadap produk pengecoran. Setelah proses finishing,dilakukan pengukuran kembali
terhadap produk tersebut untuk menjadi perbandingan dengan ukuran produk hasil pengecoran.
3.3.2
3.3.3
3.3.4
3.3.5
3.4.1
Finish
Gambar 3.3.1 Flowchart Proses Pembuatan Pola Lilin
Pada proses pembuatan pola lilin, langkah pertama yang harus dilakukan adalah
menyiapkan alat dan bahan. Lalu mengikat cetakan@ilicon agar tidak terjadi kebocoran.
Setelah itu praktikan melakukan pemanasan lilin yang telah di potong-potong di atas kompor
yang sudah dipanaskan terlbeih dahulu. Setelah lilin mencair, lilin cair dituangkan ke dalam
cetakan silikon yang telah dipersiapkan. Setelah lilin mengering di dalam cetakan, cetakan
dibuka dan lilin yang telah terbentuk dikeluarkan dari cetakannya. Kemudian melakukan
pengukuran pola lilin yang telah berbentuk seperti rongga dalam cetakan.
3.4.2
Finish
Gambar 3.3.2 Flowchart Proses Pembuatan Gips
Proses ini diawali dengan menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan. Setelah alat dan
bahan siap, praktikan mulai menakar bahan untuk pembuatan adonan gips. Siapkan cetakan
yang telah dioleskan handbody. Lalu mulai membuat adonan gips dengan bahan yang sudah
sesuai takaran. Setelah adonan gips jadi, adonan dituang ke dalam cetakan. Pola lilin
ditanamkan ke dalam adonan gips. Setelah adonan gips mengeras, gips tersebut dipanaskan di
dalam air panas agar lilin yang ada di dalam kembali mencair sehingga terdapat rongga di
dalam gips.
3.4.3 Penjelasan Flowchart Praktikum Pengecoran Alumunium
Start
Mencairkan aluminium
Finish
Gambar 3.3.3 Flowchart Pengecoran Aluminium
Proses pengecoran alumunium diawali dengan menyiapkan alat dan bahan sekaligus
membuat lubang riser pada cetakan gips. Kemudian pratikan meleburkan alumunium
batangan hingga mencair. Setelah alumunium batanganmencair, segera dituangkan ke
dalam cetakan gips. Biarkan hingga alumium di dalam cetakan mengeras, keluarkan
alumunium dari cetakan gips dengan cara menghancurkan cetakan gips.
3.4.4
Finish
Gambar 3.3.4 FlowchartProses Pengukuran Produk Hasil Pengecoran
3.4.5
Produk di haluskan
Matikan mesin
Sudah Selesai?
Finish
Gambar 3.3.5 Flowchart Proses Finishing
Proses finishing dilakukan menggunakan mesin turning. Pada proses ini dilakukan oleh
pekerja yang ahli. Roses diawali dengan pemotongan ada bagian bawah yang tidak diperlukan
pada pola. Setelah itu, dilakukan pembubutan terhadap produk sesuai pola. Setelah embubutan
dilakukan pengikiran dan pengamplasan ada produk supayamemiliki permukaan yang halus.
3.4.6
Finish
Gambar 3.3.6 Flowchart Pengukuran Hasil Finishing
Proses ini dibuka dengan persiapan alat dan bahan. Kemudian praktikan mengambil
data tinggi dan diameter dari produk hasil pengecoran dengan menggunakan jangka sorong.
Data dituliskan dalamcheck sheet.
BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
3.5
Pengumpulan Data
Pada subbab ini disajikan data hasil pengukuran dan pengamatan pada pola lilin, aluminium
hasil pengecoran, hasil finishing, dan kecacatan pada produk hasilpengecoran. Pengambilan data
dilakukan dengan mengukur dua bagian sisi yang berbeda pada produk kemudian ditemukan nilai ratarata pengukuran sesuai rumus berikut.
3.5.1
x =
x =
3.5.2
N
O
SEGMEN
DIUKUR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
d1
d2
d3
d4
d5
d6
d7
d8
d9
d10
d11
HASIL PENGUKURAN
SISI
SISI
PERTAMA
KEDUA
1,27
1,28
2,35
2,27
2,25
2,25
1,51
1,48
2,35
2,31
2,14
2,16
2,64
2,58
2,26
2,26
3,35
3,34
2,76
2,72
3,34
3,35
RATARATA
TINGGI
SEGMEN
1,275
2,31
2,25
1,495
2,33
2,15
2,61
2,26
3,345
2,74
3,345
1,27
0,51
0,32
0,31
1,77
0,16
0,20
0,34
0,93
0,51
0,77
N
O
SEGMEN
DIUKUR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
d1
d2
d3
d4
d5
d6
d7
d8
d9
d10
d11
HASIL PENGUKURAN
SISI
SISI
PERTAMA
KEDUA
1,30
1,20
2,24
2,22
2,00
2,07
1,59
1,46
2,18
2,06
2,08
2,13
2,11
2,25
1,91
2,29
2,97
2,78
2,59
2,51
3,12
3,13
RATARATA
TINGGI
SEGMEN
1,25
2,23
2,035
1,525
2,12
2,105
2,18
2,10
2,875
2,55
3,125
1,27
0,62
0,22
0,46
1,62
0,22
0,23
0,39
0,81
0,67
0,72
3.5.3
3.5.4
N
O
SEGMEN
DIUKUR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
d1
d2
d3
d4
d5
d6
d7
d8
d9
d10
d11
HASIL PENGUKURAN
SISI
SISI
PERTAMA
KEDUA
1,238
1,20
2,01
2,01
2,09
1,89
1,225
1,225
2,00
1,81
1,7
1,69
1,835
2,07
1,23
1,39
2,36
2,25
1,8
1,8
2,415
2,415
RATARATA
TINGGI
SEGMEN
1,219
2,01
1,99
1,225
1,905
1,695
1,95
1,31
2,305
1,8
2,415
1,06
0,74
0,39
0,46
1,79
0,17
0,24
0,235
1,9
0,79
0,79
N
O
SEGMEN YANG
DIAMATI
d1, d3
d11
No
Segmen
Diukur
d1
d2
d3
Hasil
Pegukuran
(rata-rata)
Maste Pola
r
Lilin
1,225
1,27
5
2,465
2,31
0
2,335
2,25
0
Perbedaan
Tinggi
Segmen
Perbedaa
n
+0,050
Maste
r
1,36
Pola
Lilin
1,27
-0,09
-0,155
0,64
0,51
-0,13
-0,085
0,35
0,32
-0,03
d4
1,415
d5
2,365
d6
2,090
d7
2,715
d8
2,420
d9
3,400
10
d10
3,090
11
d11
3,410
1,49
5
2,33
0
2,15
0
2,51
5
2,26
0
3,34
5
2,74
0
3,34
5
+0,080
0,41
0,31
-0,10
-0,035
1,86
1,77
-0,09
+0,060
0,23
0,16
-0,07
-0,200
0,24
0,20
-0,04
-0,160
0,45
0,34
-0,11
-0,055
1,10
0,93
-0,17
-0,360
0,62
0,31
-0,31
-0,065
0,76
0,77
+0,01
4.2.2
4.2.3
No
Segmen
Diukur
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
d1
d2
d3
d4
d5
d6
d7
d8
d9
d10
d11
Hasil Pegukuran
(rata-rata)
Pola
Penge
Lilin
coran
1,275
1,250
2,310
2,230
2,250
2,035
1,495
1,525
2,330
2,120
2,150
2,150
2,515
2,180
2,260
2,100
3,345
2,825
2,740
2,550
3,345
3,125
Perbedaa
n
-0,025
-0,080
-0,215
+0,030
-0,210
-0,335
-0,160
-0,520
-0,190
-0,220
Tinggi
Segmen
Pola Penge
Lilin coran
1,27
1,27
0,51
0,62
0,32
0,22
0,31
0,46
1,77
1,62
0,16
0,22
0,20
0,23
0,34
0,39
0,93
0,81
0,31
0,67
0,77
0,72
Perbedaan
+0,11
-0,10
+0,15
-0,15
+0,06
+0,03
+0,05
-0,12
+0,24
-0,02
8
9
10
11
d8
d9
d10
d11
2,100
2,825
2,550
3,125
1,310
2,300
1,800
2,415
-0,790
-0,525
-0,750
-0,710
0,39
0,81
0,67
0,72
0,235
?
0,79
0,79
-0,155
-0,12
+0,12
-0,07
4.2.4
Tabel 4.2.4 3 Perbandingan Produk hasil Pengecoran dengan Produk Hasil Finishing
Hasil Pegukuran
Tinggi Segmen
(rata-rata)
Segmen
Perbedaa
Perbeda
No
Penge Finish
Penge Finish
Diukur
n
an
coran
ing
coran
ing
1
d1
1,250
1,219
-0,031
1,27
1,06
-0,13
2
d2
2,230
2,010
-0,220
0,62
0,74
+0,08
3
d3
2,035
1,990
-0,045
0,22
0,39
+0,17
4
d4
1,525
1,225
-0,300
0,46
0,46
5
d5
2,120
1,900
-0,210
1,62
1,79
+0,12
6
d6
2,150
1,695
-0,455
0,22
0,17
-0,05
7
d7
2,180
1,950
-0,230
0,23
0,24
+0,01
8
d8
2,100
1,310
-0,790
0,39
0,235
-0,155
9
d9
2,825
2,300
-0,525
0,81
?
-0,12
10
d10
2,550
1,800
-0,750
0,67
0,79
+0,12
11
d11
3,125
2,415
-0,710
0,72
0,79
-0,07
BAB V
ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA
Pada bab ini akan dijelaskan tentang analisis dimensi dan analisis prosedur pelaksanaan
praktikum pengecoran logam.
5.1 Analisis Dimensi
Pada subbab ini akan dibahas mengenai analisa perbandingan dimensi antara master, pola lilin,
produk hasil pengecorann serta produk finishing. Analisa tersebut berdasarkan data-data yang telah
terkumpul pada bab IV.
5.1.1
5.1.2
5.1.3
5.1.4
5.2
5.2.2
5.2.3
5.2.4
Kurang5.2.5
Pengalaman
Analisis Terjadinya Cacat
Material Terlalu Cepat mengeras
Pada pengamatan terhadap produk terdapat bagian-bagian yang cacat. Berikut ini adalah
produk.
Tidak Memahami
Sifat Material
diagram kecacatan
ada
CACAT
S
Penuangan Aluminium tidak
Peralatan
tepat dengan
tuang pemanasan
tidak sesuai dengan
lubang
Kondisi
Suhutuang
Lingkungan Rendah
METHODE
MACHINE
ENVIRONMENT
Secara keseluruhan pola yang didapatkan menjadi memenuhi bentuk segmen yang
diinginkan, namun terdapat cacat pada sisi-sisi tertentu.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini akan dibahas tentang kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum proses
pengecoran dan saran untuk praktikan serta saran untuk praktikumproses pengecoran yang dilakukan.
6.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum yang dilakukan berdasarkan tujuan yang ingin dicapai adalah
sebagai berikut.
Proses pengecoran pada praktikum ini adalah proses investment casting dengan
menggunakan cetakan gips dan diharapkan mampu menghasilkan produk (pion catur) yang
terbuat dari aluminium dengan hasil yang terbaik.
Proses praktikum pengecoran ini termasuk proses yang membutuhkan waktu yang lama
karena dilaksanakan secara bertahap.
Berikut tahap proses praktikum pengecoran :
1. pertama adalah proses pembuatan pola lilin : menggunakan lilin batang yang dicairkan,
kemudian dimasukkan kedalam cetakan silicon. Setelah lilin cair yang dimasukkan
mengeras maka akan didapatkan pion catur pola lilin.
2. kedua adalah proses pembuatan gips : Gips dicampur dengan air kemudian dimasukkan
kedalam cetakan, kemudian dimasukkan pola lilin serta menuang gipsnya kembali.
Ketika pengadukan harus memperhatikan prosedur, pengerjaan harus cepat karena gips
akan mengeras. Gips dikeluarkan ketika gips sudah benar benar mengeras.
3. ketiga adalah proses pengecoran logam : proses pembentukan produk utama, dalam
proses ini aluminium dicairkan menggunakanfire blender. Pada saat pengecoran,
praktikan harus menggunakan baju khusus yang aman agar tidak terjadi bahaya. Lilin
dicairkan kemudian dimasukkan kedalam gips yang sebelumnya gips sudah dipanaskan.
Kemudian setelah bebarapa saat kemudian gips dihancurkan dengan menggunakan palu,
hal ini dilakukan untuk mempermudah mengeluarkan hasil pengecoran. Pada proses ini
keselamatan adalah hal yang paling penting.
4. Proses yang terakhir adalah finishing. Hasil pengecoran difinishing dengan cara proses
pembubutan, pengikiran lalu pengamplasan.
Selama proses praktikum pengecoran dilaksanakan, terdapat beberapa kesalahan yang
dilakukan oleh praktikan. Kesalahan tersebut mengakibatkan terjadinya cacat pada produk
yaitu saat mengikat pola silikon, dan penuangan yang terlalu cepat saat proses pengecoran,
sehingga terperangkapnya udara dalam cetakan yang disebut coldshots, pengerasan yang
terlalu cepat dan terjadi misrun, serta shrinkage cavity..
Hal terpenting yang harus diperhatikan selama praktikum
adalah selain harus
memperhatikan prosedur proses pengecoran, juga harus memperhatikan ketelitian selama
melakukan pengukuran. Pengukuran dilakukan tiga kali yaitu pada pola lilin, hasil
pengecoran dan hasil finishing. Ketepatan pengukuran akan menghasilkan data yang
terpercaya sehingga berguna dalam melakukan analisis dengan tepat.
6.2 Saran
Dari proses praktikum yang telah dilaksanakan berikut ini adalah saran yang dapat
diberikan untuk praktiku pengecoran.
1. Pada saat pembuatan gips, perlu dilakukan pengadukan adonan gips
secara terus menerus dan memperhatikan volume air yang digunakan
agar gips tidak mengeras sebelum dimasukkan kedalam cetakan.
2. Pengukuran harus dilakukan secara tepat dan presisi. Mulai dari
ketepatan dalam penentuan segmen-segmen yang akan diukur hingga
ketepatan dalam membaca alat ukur yang digunakan.
3. Cetakan silikon sebaiknya berukuran sama antara kelompok satu dengan yang lainnya.
4. Praktikan diharapkan memahami terlebih dahulu bahan bahan yang digunakan, misalnya
titik lebur pada logam, suhu pada fire blender, dan lain lain.
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran (dokumentasi pratikum)
staff.uny.ac.id/sites/default/files/..../1.%20Pengecoran%20logam.pdf
ppt juga
wikipedia juga
grover bisa jadii