Anda di halaman 1dari 14

AKUNTANSI MANAJEMEN

STRATEGIC COST MANAGEMENT

Oleh: Kelompok 1
(11) A.A. Bagus Jambe Negara

1315251124

(13) Sangga Yoga Wisamantara

1315251131

(45) I Wayan Korin Priana

1315351165

(46) I Gusti Agung Malyani Ratnantari

1315351171

PROGRAM S1 EKSTENSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2015

1. KEUNGGULAN KOMPETITIF

Keunggulan

Kompetitif

sebagai

kunci

untuk

memenangkan

dan

mempertahankan pelanggan di seluruh area bahkan kalau bisa seluruh dunia serperti
Sony menciptakan Consumer Electronics : TV, Audio, Game bahkan merambat
ke handphone dan kamera. Keunggulan Kompetitif memahami kebutuhan kebutuhan
(needs) dari pelanggan dan merupakan proses pembelian yang lebih baik dari pelanggan
dan memberikan value yang lebih besar melalui harga yang lebuh rendah atau
memberikan keuntungan (benefit) yang lain.
Ketika suatu perusahaan menopang keuntungan yang melebihi rata-rata industri,
perusahaan dikatakan memiliki keunggulan kompetitif atas pesaingnya. Tujuan dari
banyak strategi bisnis adalah untuk mencapai keunggulan kompetitif yang
berkelanjutan.
Michael Porter mengidentifikasi dua jenis dasar keunggulan kompetitif:
a. keuntungan biaya
b. diferensiasi keunggulan
Sebuah keunggulan kompetitif ada ketika perusahaan dapat memberikan
manfaat yang sama sebagai kompetitor tetapi dengan biaya yang lebih rendah
(keunggulan biaya), atau memberikan manfaat yang melebihi orang-orang produk yang
bersaing (keunggulan diferensiasi). Dengan demikian, keunggulan kompetitif
memungkinkan perusahaan untuk menciptakan nilai yang superior bagi pelanggan dan
keuntungan superior untuk dirinya sendiri.
Biaya

dan

diferensiasi

keuntungan

yang

dikenal

sebagai keuntungan

posisionalkarena mereka menggambarkan posisi perusahaan di industri sebagai


pemimpin baik dalam biaya atau diferensiasi.
Sebuah pandangan berbasis sumber daya menekankan bahwa perusahaan
memanfaatkan sumber daya dan kemampuan untuk menciptakan keunggulan kompetitif
yang pada akhirnya menghasilkan penciptaan nilai unggul.
1.1. Model Keunggulan Kompetitive

a. Sumber daya dan Kapabilitas


Menurut

pandangan

berbasis

sumber

daya,

dalam

rangka

untuk

mengembangkan keunggulan kompetitif perusahaan harus memiliki sumber daya dan


kemampuan yang unggul daripada pesaingnya. Tanpa keunggulan ini, para pesaing
hanya bisa meniru apa yang perusahaan lakukan dan keuntungan apapun dengan cepat
akan menghilang.
Sumber daya perusahaan spesifik aset berguna untuk menciptakan keunggulan
biaya atau diferensiasi dan bahwa beberapa pesaing bisa mendapatkan dengan mudah.
Berikut ini adalah beberapa contoh sumber daya seperti:

Paten dan merek dagang

Proprietary tahu-bagaimana

Dipasang basis pelanggan

Reputasi perusahaan

Ekuitas merek
Kemampuan merujuk kepada kemampuan perusahaan untuk memanfaatkan

sumber daya secara efektif. Sebuah contoh dari kemampuan adalah kemampuan untuk
membawa produk ke pasar lebih cepat daripada pesaing. Kemampuan seperti yang

tertanam dalam rutinitas organisasi dan tidak mudah didokumentasikan sebagai


prosedur dan dengan demikian sulit bagi pesaing untuk meniru.
Sumber

daya

dan

kemampuan

perusahaan

bersama-sama

membentuk kompetensiyang khas. Kompetensi ini memungkinkan inovasi, efisiensi,


kualitas, dan respon pelanggan, yang semuanya dapat dimanfaatkan untuk menciptakan
keunggulan biaya atau keunggulan diferensiasi.
b. Biaya Keuntungan dan Keunggulan Diferensiasi
Keunggulan kompetitif dibuat dengan menggunakan sumber daya dan
kemampuan untuk mencapai baik struktur biaya yang lebih rendah atau produk
dibedakan. Sebuah perusahaan memposisikan dirinya dalam industri melalui pilihan
dari biaya rendah atau diferensiasi. Keputusan ini merupakan komponen utama dari
strategi bersaing perusahaan.
Keputusan lain yang penting adalah seberapa luas atau sempit segmen pasar
target. Porter membentuk matriks menggunakan keunggulan biaya, keunggulan
diferensiasi, dan fokus yang luas atau sempit untuk mengidentifikasi seperangkatstrategi
generik bahwa perusahaan dapat mengejar untuk menciptakan dan mempertahankan
keunggulan kompetitif.
c. Penciptaan Nilai
Perusahaan menciptakan nilai dengan melakukan serangkaian kegiatan yang
Porter diidentifikasi sebagai rantai nilai . Selain perusahaan sendiri nilai-menciptakan
kegiatan, perusahaan beroperasi di sistem nilai kegiatan vertikal termasuk orang-orang
dari pemasok hulu dan anggota saluran hilir.
Untuk mencapai keunggulan kompetitif, perusahaan harus melakukan satu atau
lebih nilai menciptakan kegiatan dengan cara yang menciptakan nilai lebih secara
keseluruhan daripada pesaing. Nilai unggul diciptakan melalui biaya yang lebih rendah
atau manfaat yang superior kepada konsumen (diferensiasi).
2. VALUE CHAIN ANALYSIS
Value Chain atau rantai nilai adalah kumpulan aktivitas atau kegiatan dalam
sebuah perusahaan yang dilakukan untuk mendesain, memproduksi, memasarkan,
mengirimkan dan support produk. Konsep rantai nilai pertama kali dikenalkan dan
dipopulerkan oleh Michael E. Porter pada tahun 1985 dalam bukunya.
Rantai nilai terdiri dari sekumpulan aktivitas utama dan pendukung. Dalam
rantai nilai yang umum, aktivitas pendukung terdiri dari infrastruktur perusahaan,
3

pengelolaan

sumber

daya

manusia,

pengembangan

teknologi

dan

usaha

memperolehnya. Sedangkan dalam aktivitas utama terdiri dari logistik masuk, operasi,
logistik keluar, pemasaran dan penjualan serta pelayanan, seperti tertera pada gambar
berikut:

Gambar. 1. The Generic Value Chain


a. Aktivitas Utama (Primary Activities)

Logistik Masuk (Inbound Logistics), adalah aktivitas atau kegiatan yang


dihubungkan dengan penerimaan, penyimpanan dan penyebaran input/bahan
baku, seperti penanganan bahan baku, pergudangan, kontrol inventory, jadwal
kendaraan dan pengembalian kepada supplier.

Operasional (Operations), adalah kegiatan yang dihubungkan dengan mengubah


input atau bahan baku menjadi bentuk produk akhir, seperti permesinan,
pengemasan, perakitan, perawatan perlengkapan, testing, pencetakan dan yang
lainnya yang berkaitan dengan prose operasi atau produksi.

Logistik Keluar (Outbound Logistics), adalah kegiatan yang diasosiasikan


dengan pengumpulan, penyimpanan dan distribusi produk ke pembeli, seperti
pergudangan produk jadi, penanganan material, operasi pengiriman, proses
pemesanan dan penjadwalan.

Pemasaran dan penjualan (Marketing and Sales), adalah kegiatan dalam


membujuk atau menarik pembeli untuk membeli, seperti pengiklanan, promosi,
tenaga penjual, quota dan harga.
4

Pelayanan (Service), adalah kegiatan yang diasosiasikan dengan penyediaan


layanan untuk meningkatkan dan mempertahankan nilai produk, seperi instalasi,
perbaikan, pelatihan dan penambahan produk.

Masing masing kegiatan/aktivitas mungkin sangat penting, tergantung pada


industrinya. Untuk perusahaan dibidang jasa, pelayanan terhadap pelanggan menjadi
sesuatu yang sangat vital dalam operasi perusahaan tersebut.
b. Aktivitas Pendukung (Support Activities)
Secara umum, aktivitas pendukung dalam rantai nilai terbagi dalam 4 kategori kegiatan:

Procurement, mengacu pada fungsi pembelian seperti pembelian bahan mentah,


persedian dan jenis jenis barang lainnya yang dapat dijadikan aset seperti mesinmesin, perlengkapan laboratorium, kantor dan bangunan.

Technology

Development,

terdiri

dari

berbagai

kegiatan

yang

dapat

dikelompokkan ke dalam usaha untuk meningkatkan produk dan proses.


Pengembangan teknologi sangat penting untuk keunggulan kompetitif dalam
semua industri.

Human Resource Management, pengelolaan sumberdaya manusia meliputi


kegiatan rekrutmen, pelatihan, pengembangan SDM.

Firm Infrastructure , aktivitas infrastruktur perusahaan terdiri dari sejumlah


aktivitas termasuk pengelolaan umum, perencanaan, keuangan, accounting dan
manajemen kualitas.
Dalam setiap kategori kegiatan/aktivitas, baik itu yang utama maupun yang

pendukung, ada tiga jenis kegiatan yang memiliki peran berbeda dalam kegiatan
tersebut:

Langsung (direct), aktivitas yang melibatkan langsung dalam pembuatan nilai


kepada pembeli, seperti perakitan, iklan, desain produk, rekrutmen dan lain
sebagainya.

Tidak langsung (indirect), aktivitas yang memungkinkan untuk melakukan


kegiatan langsung secara berkelanjutan, seperti perawatan, penjadwalan,
administrasi penelitian dan lain sebagainya

Jaminan kualitas (Quality Assurance), adalah aktivitas yang menjamin kualitas


dari aktivitas lain seperti, monitoring, inpeksi, testing, pemeriksaan dan lain
sebagainya.

3. JUST-IN-TIME MANUFACTURING AND PURCHASING


Sistem produksi tepat waktu (Just In Time) adalah sistem produksi atau sistem
manajemen fabrikasi modern yang dikembangkan oleh perusahaan-perusahaan Jepang
yang pada prinsipnya hanya memproduksi jenis-jenis barang yang diminta sejumlah
yang diperlukan dan pada saat dibutuhkan oleh konsumen.
JIT mempunyai empat aspek pokok sebagai berikut:
a. Produksi Just In Time (JIT), adalah memproduksi apa yang dibutuhkan hanya
pada saat dibutuhkan dan dalam jumlah yang diperlukan.
b. Autonomasi merupakan suatu unit pengendalian cacat secara otomatis yang
tidak memungkinkan unit cacat mengalir ke proses berikutnya.
c. Tenaga kerja fleksibel, maksudnya adalah mengubah-ubah jumlah pekerja sesuai
dengan fluktuasi permintaan.
d. Berpikir kreatif dan menampung saran-saran karyawan
Tujuan utama yang ingin dicapai dari sistem JIT adalah:
a. Zero Defect (tidak ada barang yang rusak)
b. Zero Set-up Time (tidak ada waktu set-up)
c. Zero Lot Excesses (tidak ada kelebihan lot)
d. Zero Handling (tidak ada penanganan)
e. Zero Queues (tidak ada antrian)
f. Zero Breakdowns (tidak ada kerusakan mesin)
g. Zero Lead Time (tidak ada lead time)
Untuk mencapai tujuan tersebut, ada beberapa hal yang harus diperhatikan
dalam penerapan Just In Time,diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Aliran Material yang lancar Sederhanakan pola aliran material. Untuk itu
dibutuhkan pengaturan total pada lini produksi. Ini juga membutuhkan akses
langsung dengan dan dari bagian penerimaan dan pengiriman. Tujuannya adalah
untuk mendapatkan aliran material yang tidak terputus dari bagian penerimaan
dan kemudian antar tiap tingkat produksi yang saling berhubungan secara

langsung, samapi pada bagian pengiriman. Apapun yang menghalangi aliran


yang merupakan target yang haru diselidiki dan dieliminasi.
b. Pengurangan waktu set-up Sesuai dengan JIT, terdapat beberapa bagian
produksi diskret yang memilki waktu set-up mesin yang kadang-kadang
membutuhkan waktu beberapa jam. Hal ini tidak dapat ditoleransi dalam sistem
JIT. Pengurangan waktu setup yang dramatis telah dapat dicapai oleh berbagai
perusahaan, kadang dari 4-7 jam menjadi 3-7 menit. Ini membuat ukuran batch
dapat dikurangi menjadi jumlah yang sangta kecil, yang mengijinkan perusahaan
menjadi sangat fleksibel dan responsif dalam menghadapi perubahan permintaan
konsumen.
c. Pengurangan lead time vendor Sebagai pengganti dari pengiriman yang sangat
besar dari komponen-komponen yang harus dibeli setiap 2/3 bulan, dengan
sistem JIT kita ingin menerima komponen tepat pada saat operasi produksi
membutuhkan. Untuk itu perusahaan kadang-kadang harus membuat kontrak
jangka panjang dengan vendor untuk mendapatkan kondisi seperti ini.
d. Komponen zero defect Sistem JIT tidak dapat mentolelir komponen yang
cacat, baik itu yang diproduksi maupun yang dibeli. Untuk komponen yang
diproduksi, teknis kontrol statistik harus digunakan untuk menjamin bahwa
semua proses sedang memproses komponen dalam toleransi setiap waktu. Untuk
komponen yang dibeli, vendor diminta untuk menjamin bahwa semua produk
yang mereka sediakan telah diproduksi dalam sistem produksi yang diawasi
secara satistik. Perusahaan kan selalu memiliki program sertifikasi vendor untuk
menjamin terlaksananya hal ini.
e. Kontrol lantai produksi yang disiplin Dalam system pengawasan lantai
produksi tradisional, penekanan diberikan pada utilitas mesin, waktu produksi
yang panjang yang dapat mengurangi biaya set up dan juga pengurangan waktu
pekerja. Untuk itu, order produksi dikeluarkan dengan memperhatikan
faktorfaktor ini. Dalam JIT, perhitungan performansi tradisional ini sangat jauh
dari keinginan untuk membentuk persediaan yang rendah dan menghilangkan
halhal yang menghalangi operasi yang responsif. Hal ini membuat waktu awal
pelepasan order yang tepat harus dilakukan setiap saat. Ini juga berarti,
kadangkadang mesin dan operator mesin dapat saja menganggur. Banyak
manajer produksi yang telah menghabiskan sebagian besar waktunya untuk
7

menjaga agar mesin dan tenaga kerja tetap sibuk, mendapat kesulitan membuat
penyesuaian-penyesuaian yang dibutuhkan agar berhasil menggunakan operasi
JIT. Perusahaan yang telah berhasil mengimplementasikan filosofi JIT akan
mendapatkan manfaat yang besar.
3.1. Penerapan JIT dalam berbagai bidang fungsional perusahaan
a. Pembelian JIT
Pembelian JIT adalah sistem penjadwalan pengadaan barang dengan cara
sedemikian rupa sehingga dapat dilakukan penyerahan segera untuk memenuhi
permintaan atau penggunaan. Pembelian JIT dapat mengurangi waktu dan biaya yang
berhubungan dengan aktivitas pembelian dengan cara:
a. Mengurangi jumlah pemasok sehingga perusahaan dapat mengurangi sumbersumber yang dicurahkan dalam negosiasi dengan pamasoknya.
b. Mengurangi atau mengeliminasi waktu dan biaya negosiasi dengan pemasok.
c. Memiliki pembeli atau pelanggan dengan program pembelian yang mapan.
d. Mengeliminasi atau mengurangi kegiatan dan biaya yang tidak bernilai tambah.
e. Mengurangi waktu dan biaya untuk program-program pemeriksaan mutu.
Penerapan pembelian JIT dapat mempunyai pengaruh pada sistem akuntansi
biaya dan manajemen dalam beberapa cara sebagai berikut:
a. Ketertelusuran langsung sejumlah biaya dapat ditingkatkan.
b. Perubahan cost pools yang digunakan untuk mengumpulkan biaya.
c. Mengubah dasar yang digunakan untuk mengalokasikan biaya sehingga banyak
biaya tidak langsung dapat diubah menjadi biaya langsung.
d. Mengurangi perhitungan dan penyajian informasi mengenai selisih harga beli
secara individual
e. Mengurangi biaya administrasi penyelenggaraan sistem akuntansi.
3.2. Produksi JIT
Produksi JIT adalah sistem penjadwalan produksi komponen atau produk yang
tepat waktu, mutu, dan jumlahnya sesuai dengan yang diperlukan oleh tahap produksi
berikutnya atau sesuai dengan memenuhi permintaan pelanggan. Produksi JIT dapat
mengurangi waktu dan biaya produksi dengan cara:
a. Mengurangi atau meniadakan barang dalam proses dalam setiap workstation
(stasiun kerja) atau tahapan pengolahan produk (konsep persediaan nol).

b. Mengurangi atau meniadakan Lead Time (waktu tunggu) produksi (konsep


waktu tunggu nol).
c. Secara berkesinambungan berusaha sekeras-kerasnya untuk mengurangi biaya
setup mesin-mesin pada setiap tahapan pengolahan produk (workstation).
d. Menekankan pada penyederhanaan pengolahan produk sehingga aktivitas
produksi yang tidak bernilai tambah dapat dieliminasi.
Perusahaan yang menggunakan produksi JIT dapat meningkatkan efisiensi
dalam bidang:
a. Lead time (waktu tunggu) pemanufakturan
b. Persediaan bahan, barang dalam proses, dan produk selesai
c. Waktu perpindahan
d. Tenaga kerja langsung dan tidak langsung
e. Ruangan pabrik
f. Biaya mutu
g. Pembelian bahan
Penerapan produksi JIT dapat mempunyai pengaruh pada sistem akuntansi biaya
dan manajemen dalam beberapa cara sebagai berikut:
a. Ketertelusuran langsung sejumlah biaya dapat ditingkatkan
b. Mengeliminasi atau mengurangi kelompok biaya (cost pools) untuk aktivitas
tidak langsung
c. Mengurangi frekuensi perhitungan dan pelaporan informasi selisih biaya tenaga
kerja dan overhead pabrik secara individual
d. Mengurangi keterincian informasi yang dicatat dalam work tickets
3.3. Pemanufakturan JIT dan Penentuan Biaya Produk
Pemanufakturan JIT menggunakan pendekatan yang lebih memusat daripada
yang ditemui dalam pemanufakturan tradisional. Penggunaan sistem pemanufakturan
JIT mempunyai dampak pada:
a. Meningkatkan Keterlacakan (Ketertelusuran) biaya.
b. Meningkatkan akurasi penghitungan biaya produk.
c. Mengurangi perlunya alokasi pusat biaya jasa (departemen jasa)
d. Mengubah perilaku dan relatif pentingnya biaya tenaga kerja langsung.
e. Mempengaruhi sistem penentuan harga pokok pesanan dan proses.
9

Dasar-dasar pemanufakturan JIT dan perbedaannya dengan pemanufakturan tradisional:


a. JIT Dibandingkan dengan Pemanufakturan Tradisional.
Pemanufakturan JIT adalah sistem tarikan permintaan (Demand-Pull). Tujuan
pemanufakturan JIT adalah memproduksi produk hanya jika produk tersebut dibutuhkan
dan hanya sebesar jumlah permintaan pembeli (pelanggan). Beberapa perbedaan
pemanufakturan JIT dengan Tradisional meliputi:

Persediaan Rendah

Sel-sel Pemanufakturan dan Tenaga Kerja Interdisipliner

Filosofi TQC (Total Quality Control)

b. JIT dan Ketertelusuran Biaya Overhead


Dalam lingkungan JIT, beberapa aktivitas overhead yang tadinya digunakan
bersama untuk lebih dari satu lini produk sekarang dapat ditelusuri secara langsung ke
satu produk tunggal. Manufaktur yang berbentuk sel-sel, tanaga kerja yang
terinterdisipliner, dan aktivitas jasa yang terdesentralisasi adalah karakteristik utama
JIT.
JIT
Sistem Pull-through

TRADISIONAL
Sistem Push-through

Persediaan tidak signifikan

Persediaan signifikan

Sel-sel pemanufakturan

Berstruktur departemen

Tenaga kerja terinterdisipliner

Tenaga kerja terspesialisasi

Pengendalian mutu (TQC)

Level mutu akseptabel (AQL)

Dsentralisasi jasa

Sentralisasi jasa

c. Keakuratan Penentuan Biaya Produk dan JIT


Salah satu konsekuensi dari penurunan biaya tidak langsung dan kenaikan biaya
langsung adalah meningkatkan keakuratan penentuan biaya (Harga Pokok Produk).
Pemanufakturan JIT, dengan mengurangi kelompok biaya tidak langsung dan mengubah
sebagian besar dari biaya tersebut menjadi biaya langsung maupun sebaliknya, dapat
menurunkan kebutuhan penaksiran yang sulit.
d. JIT dan Alokasi Biaya Pusat Jasa

10

Dalam manufaktur tradisional, sentralisasi pusat-pusat jasa memberikan


dukungan pada berbagai departemen produksi. Dalam lingkungan JIT, banyak jasa
didesentralisasikan.Hal ini dicapai dengan membebankan pekerja dengan keahlian
khusus secara langsung ke lini produk dan melatih tenaga kerja langsung yang ada
dalam sel-sel untuk melaksanakan aktivitas jasa yang semula dilakukan oleh tenaga
kerja tidak langsung.
e. Pengaruh JIT pada Biaya Tenaga Kerja Langsung
Sebagai perusahaan yang menerapkan JIT dan otomatisasi, biaya tenaga kerja
langsung tradisional dikurangi secara signifikan.Oleh sebab itu ada dua akibat:

Persentasi biaya tenaga kerja langsung dibandingkan total biaya produksi


menjadi berkurang

Biaya tenaga kerja langsung berubah dari biaya variabel menjadi biaya tetap.

f. Pengaruh JIT pada Penilaian Persediaan


Salah satu masalah pertama akuntansi yang dapat dihilangkan dengan
penggunaan pemanufakturan JIT adalah kebutuhan untuk menentukan biaya produk
dalam rangka penilaian persediaan. Jika terdapat persediaan, maka persediaan tersebut
harus dinilai, dan penilaiannya mengikuti aturan-aturan tertentu untuk tujuan pelaporan
keuangan. Dalam JIT diusahakan persediaan nol (atau paling tidak pada tingkat yang
tidak signifikan), sehingga penilaian persediaan menjadi tidak relevan untuk tujuan
pelaporan keuangan.Dalam JIT, keberadaan penentuan harga pokok produk hanya untuk
memuaskan tujuan manajerial. Manajer memerlukan informasi biaya produk yang
akurat untuk membuat berbagai keputusan misalnya: penetapan harga jual berdasar
cost-plus, analisis trend biaya, analisis profitabilitas lini produk, perbandingan dengan
biaya para pesaing, dan keputusan membeli atau membuat sendiri.
g. Pengaruh JIT pada Harga Pokok Pesanan
Dalam penerapan JIT untuk penentuan order pesanan, pertama, perusahaan
harus

memisahkan

bisnis

yang

sifatnya

berulang-ulang

dari

pesanan

khusus.Selanjutnya, sel-sel pemanufakturan dapat dibentuk untuk bisnis berulang-ulang.


Dengan mereorganisasi tata letak pemanufakturan, pesanan tidak membutuhkan
perhatian yang besar dalam mengelompokkan harga pokok produksi. Hal ini karena
biaya dapat dikelompokkan pada level selular. lagi pula, karena ukuran lot sekarang
lebih sangat kecil,maka tidak praktis untuk menyusun kartu harga pokok pesanan untuk
11

setiap pesanan. Maka lingkungan pesanan akan menggunakan sifat sistem harga pokok
proses.
f. Penentuan Harga Pokok Proses dan JIT
Dalam metode proses, perhitungan biaya per unit akan menjadi lebih rumit
karena adanya persediaan barang dalam proses. Dengan menggunakan JIT, diusahakan
persediaan nol, sehingga penghitungan unit ekuivalen tidak terlalu dibutuhkan, dan
tidak perlu menghitung biaya dari periode sebelumnya. JIT secara signifikan mengarah
pada penyederhanaan.
g. JIT dan Otomasi
Sejak sistem JIT digunakan, biasanya hanya menunjukkan kemungkinan
otomasi dalam beberapa hal. Karena tidaklah umum bagi perusahaan yang
menggunakan JIT untuk mengikutinya dengan pemilikan teknologi pemenufakturan
maju. Otomasi perusahaan untuk :

menaikkan kapasitas produksi,

menaikkan efisiensi,

meningkatkan mutu dan pelayanan,

menurukan waktu pengolahan,

meningkatkan keluaran.
Otomasi meningkatkan kemampuan untuk menelusuri biaya pada berbagai

produk secara individual. sebagai contoh sel-sel FMS, merupakan rekan terotomasi dari
sel-sel pemanufakturan JIT. Jadi. beberapa biaya yang merupakan biaya yang tidak
langsung dalam lingkungan tradisional sekarang menjadi biaya langsung.
h. Penentuan Harga Pokok Backflush
Penentuan harga pokok backflush mengeliminasi rekening barang dalam proses
dan membebankan biaya produksi secara langsung pada produk selesai. Perusahaan
menggunakan backflush costing jika terdapat kondisi-kondisi sebagai berikut :

Manajemen ingin sistem akuntansi yang sederhana.

Setiap produk ditentukan biaya standarnya.

Metode ini menghasilkan penentuan harga pokok produk yang kira-kira


mengasilkan informasi keuangan yang sama dengan penelusuran secara
berurutan.
Ada dua perubahan relatif pada sistem konvensional yaitu :

12

Perubahan Akuntansi Bahan

Perubahan Akuntansi Biaya Konversi

DAFTAR PUSTAKA
Hansen, D.R. and Mowen, M.M. 2005. Management Accounting. Cicinnati: SouthWestern College Publishing
http://id.wikipedia.org/wiki/Keunggulan_kompetitif
http://khaledha-marpaung.blogspot.com/2011/12/competitive-advantages.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Just_In_Time_(JIT)
http://strategimanajemen.net/2012/05/07/value-chain-analysis

13

Anda mungkin juga menyukai