BAB I Emerging and Re - Emerging Disease
BAB I Emerging and Re - Emerging Disease
PENDAHULUAN
1. 1
LATAR BELAKANG
Ilmu kedokteran terus berkembang, salah satu perkembangan yang terjadi
1. 2
TUJUAN PEMBAHASAN
Dalam penyusunan makalah ini tentunya memiliki tujuan yang diharapkan berguna
bagi para pembaca dan khususnya kepada penyusun sendiri. Dimana tujuannya dibagi
menjadi dua macam yang pertama secara umum makalah ini bertujuan menambah wawasan
mahasiswa/i Fakultas Kedokteran, dimana pemikiran ilmiah sangat dibutuhkan bagi seorang
dokter agar mampu menganalisis suatu masalah secara tepat dan cepat. Sedangkan secara
khusus tujuan penyusunan makalah ini ialah sebagai berikut :
1. Mampu mengetahui dan memahami definisi Emerging dan Re- Emerging Disease.
2. Mampu mengetahui dan memahami jenis- jenis penyakit Emerging dan Re3.
4.
5.
6.
Emerging.
Mampu mengetahui dan memahami
Mampu mengetahui dan memahami
Mampu mengetahui dan memahami
Mampu mengetahui dan memahami
BAB II
PEMBAHASAN
2
2. 1
SKENARIO
SKENARIO- 2
EMERGING DISEASE
Tim Universitas Negeri Manado (UNIMA) Choir akhirnya kembali ke Indonesia, setelah
seluruh anggota tim dinyatakan bebas dari penyebaran virus H1N1 atau flu dikenal dengan
flu babi, saat berlaga pada 2nd Asian Choir Games, Gyeongnam, Korea Selatan, 7-17 Juli
2009.
UNIMA Choir sendiri selama mengikuti lomba itu berada di INJE University Dormitory,
Gimhae. Tak hanya UNIMA, beberapa tim lainnya, seperti tim Elfas Music School,
Gorontalo Choir dan Riau Choir, sempat masuk karantina.
2. 1. 1
KEYWORD
1. Emerging disease
2. 2
2. 2. 1
A.
LEARNING OBJECTIVE
EMERGING & RE-EMERGING DISEASE
Definisi
Meskipun kemajuan luar biasa dalam penelitian medis dan perawatan selama abad 20,
penyakit menular tetap menjadi penyebab utama kematian di seluruh dunia karena tiga alasan
: (1) munculnya penyakit infeksi baru (emerging disease); (2) munculnya kembali penyakit
menular lama (re-emerging disease), dan (3)intractable infectious disease.
Emerging disease termasuk wabah penyakit menular yang tidak diketahui sebelumnya
atau penyakit menular baru yang insidennya meningkat signifikan dalam dua dekade
terakhir.
Re-emerging disease atau yang biasa disebutresurging disease adalah wabah penyakit
menular yang muncul kembali setelah penurunan yang signifikan dalam insiden dimasa
lampau. Ada beberapa faktor yang menyebabkan dua permasalahan ini selalu muncul hampir
disetiap tahunnya,yaitu :
Evolusi dari microbial agent seperti variasi genetik, rekombinasi, mutasi dan adaptasi.
Hubungan microbial agent dengan hewan perantara (zoonotic encounter).
Perubahan iklim dan lingkungan.
Perubahan prilaku manusia seperti penggunaan pestisida, penggunaan obat
diseases).
Perang seperti ancaman penggunaan bioterorisme atau senjata biologis.
Emerging viruses merupakan virus yang dalam prosesnya beradaptasi untuk
membentuk host baru dan vice versa. Contoh dari emerging virus adalah : Myxoma virus
(Rabbitpox), virus influenza dan virus corona. Dapat dikatakan emerging virus karena :
B.
Rekombinasi
Seleksi
Etiologi
Sudah banyak microbial agent (virus, bakteri, jamur) yang telah terindikasi
menyebabkan wabah penyakit bagi manunsia dan juga memiliki karakteristik untuk
mengubah pola penyakit tersebut sehingga menyebabkan wabah penyakit yang baru. Seperti
yang dirilis dalam National Institute of Allergy and Infectious Disease (NIAID) yang
membagi menjadi 3 kelompok besar, yaitu :
1. Grup I : Pathogen baru yang diakui dalam 2 dekade terakhir.
2. Grup II : Re-emerging pathogen.
3. Grup III : Pathogen yang berpontesial sebagai bioterorisme.
Peningkatan dan penguatan di bidang pemantauan kesehatan masyarakat (public
health surveillance) sangat penting dalam deteksi dini dan penatalaksaanemerging dan reemerging disease ini. Pemantauan secara berkelanjutan dengan memanfaatkan fungsi
laboratorium klinis dan pathologis, pendekatan secara epidemiologi dan kesehatan
masyarakat juga diperlukan dalam deteksi cepat terhadapat emerging dan re-emerging
disease.
C.
Surveilance
WHO telah merekomendasikan kepada setiap negara dengan sebuah sistem
peringatan
dini
(early
warning
system)
untuk
wabah
penyakit
disease khususnya
menular
untuk
dan
wabah
Contoh sistem surveillance ini seperti dalam kasus severe acute respiratory
syndrome (SARS), dimana salah satu aktivitas di bawah ini direkomendasikan untuk harus
dilaksanakan yaitu :
1. Komprehensif atau surveillance berbasis hospital (sentinel) untuk setiap individual
dengan gejala acute respiratory ilness ketika masuk dalam rumah sakit.
2. Surveillance terhadap kematian yang tidak dapat dijelaskan karena acute respiratory
ilness di dalam komunitas.
3. Surveillance terhadap kematian yang tidak dapat dijelaskan karena acute respiratory
ilness di lingkup rumah sakit.
4. Memonitor distribusi penggunaan
obat
antiviral
untuk influenza
A,
obat
antrimicrobial dan obat lain yang biasa digunakan untuk menangani kasus acute
respiratory ilness.
Fungsi utama dari sistem surveillance ini adalah : (1)Menyediakan informasi seperti
pemantauan secara efektif terhadap distribusi dan angka prevalensi, deteksi kejadian luar
biasa, pemantauan terhadap intervensi, dan memprediksi bahaya baru; (2)Melakukan
tindakan dan intervensi. Sehingga diharapkan munculnya kejadian luar biasa yang bersifat
endemik, epidemik dan pandemik dapat dihindari dan mengurangi dampak merugikan akibat
wabah penyakit tersebut. Tindak lanjut dari hasil surveillance ini adalah pembuatan
perencanaan
atau
yang
lebih
dikenal
dengan
pandemic
preparedness.
WHO
Tindak lanjut dari hasil surveillance ini adalah pembuatan perencanaan atau yang
lebih dikenal dengan pandemic preparedness. WHO merekomendasikan prinsip-prinsip
penatalaksaan pandemic preparedness seperti yang tertera di bawah ini :
1. Perencanaan dan koordinasi antara sektor kesehatan, sektor nonkesehatan, dan
komunitas.
2. Pemantauan dan penilaian terhadap situasi dan kondisi secara berkelanjutan.
3. Mengurangi penyebaran wabah penyakit baik dalam lingkup individu, komunitas dan
internasional.
4. Kesinambungan penyediaan upaya kesehatan melalui sistem kesehatan yang
dirancang khusus untuk kejadian pandemik.
5. Komunikasi dengan adanya pertukaran informasi-informasi yang dinilai relevan.
D.
Virus RNA
1) Avian Influenza in Humans (Flu Burung)
Virus
influenza
merupakan
virus
RNA
yang
termasuk
dalam
family
Orthomyxoviridae. Asam nukleat virus ini beruntai tunggal, terdiri dari 8 segmen gen
yang mengkode sekitar 11 jenis protein. Virus influenza mempunyai selubung yang
terdiri dari kompleks protein dan karbohidrat. Viru ini mempunyai spikes (tonjolan) yang
digunakan untuk menempel pada reseptor yang spesifik pada sel-sel hospesnya pada saat
menginfeksi sel. Terdapat dua jenis spikes yaitu yang mengandung hemaglutinin dan
neuraminidase yang terletak di bagian luar virion. Virus influenza mempunyai 4 jenis
antigen yang terdiri dari protein nukleokapsid, hemaglutinin, neuraminidase, dan protein
matriks.
Berdasarkan jenis antigen nukleokapsid dan matriks protein virus influenza
digolongkan menjadi virus influenza A, B dan C.
Patogenesis. Mutasi genetic virus Avian influenza sering kali terjadi sesuai dengan
kondisi dan lingkungan replikasinya. Mutasi gen ini tidak saja untuk mempertahankan
diri tetapi juga dapat meningkatkan sifat patogenisitasnya. Penelitian terhadap virus
H5N1 yang diisolasi dari pasien yang terinfeksi, menunjukan bahwa mutasi genetic pada
posisi 627 dari gen PB2 yang mengkod ekspresi polymerase basic protein telah
menghasilkan highly cleavable hemaglutinin glycoprotein yang merupakan factor
virulensi yang dapat meningkatkan aktivitas replikasi virus H5N1 dalam sel hospesnya.
Infeksi viru H5N1 dimulai ketika virus memasuki sel hospes setelah terjadi penempelan
spikes virion dengan reseptor spesifik yang ada di permukaan sel hospesnya. Virion akan
menyusup ke sitoplasma sel dan akan mengintegrasikan materi genetiknya didalam inti
sel hospesnya, dan dengan menggunakan mesin genetic dari sel hospesnya, virus dapat
bereplikasi membentuk virion-virion baru, dan virion ini dapat menginfeksi kembali selsel di sekitarnya. Dari beberapa hasil pemeriksaan terhadap specimen klinik yang
diambil dari penderita ternyata avian influenza H5N1 dapat bereplikasi di dalam sel
nasofaring dan didalam sel gastrointestinal. Virus H5N1 ini juga dapat ditemukan di
dalam darah, cairan cerebrospinal dan tinja pasien (WHO, 2005). Fase penempelan
(attachment) adalah fase yang paling menentukan apakah virus bisa masuk atau tidak
kedalam sel hospesnya untuk melanjutkan replikasinya.
Gejala Klinik. Masa inkubasi virus H5N1 yaitu sekitar 2-4 hari setelah terinfeksi,
namun berdasarkan hasil laporan belakangan ini masa inkubasinya bsa mencapai antara
4-8 hari. Sebagian pasien memperlihatkan gejala awal berupa demam tinggi (>380 C)
dan gejala flu serta kelainan saluran nafas. Gejala lain yang dapat timbul adalah diare,
muntah, sakit perut, sakit pada dada, hipotensi, dan juga dapat terjadi perdarahan dari
hidung dan gusi. Gejala sesak nafas mulai muncul setelah 1minggu berikutnya. Gejala
klinik dapat memburuk dengan cepat yang biasanya ditandai denganpneumonia berat,
9
11
H1N1, H2N3, H5N1, dan H7N1. Berdasarkan WHO update (30 April 2009), sebenarnya
pandemi ini sudah pernah terjadi pada saat perang dunia I. Dimana pada saat itu para
tentara Spanyol yang menjajah Mexico adalah pembawa virus ini pertama kali. Pada saat
itu wabah tersebut dinamakan Spanish Influenza, kejadian-kejadian serupa juga terjadi di
tahun-tahun berikutnya di berbagai Negara seperti Hongkong dan Jepang (1970),
Thailand (1983), Amerika (1998), dan Mexico (2009). Kejadian-kejadian wabah
influenza lebih sering disebabkan oleh hewan, baik hewan ternak (babi dan unggas)
ataupun hewan liar (musang dan unggas liar). Kejadian yang sekarang ini disebabkan
oleh babi, pada babi virus ini akan bermutasi dan menata diri yang kemudian dapat
menjangkiti manusia. Jumlah kasus yang terjadi di Indonesia menurut data terakhir
mencapai 420 kasus. Untuk kasus yang terjadi di Indonesia memang tidak terbukti
bahwa babi sebagai penyebab utama. Diduga penularan melalui antar manusia, walaupun
hal ini kerap dibantah oleh Dinas Kesehatan. Pembawa virus ini juga diduga berasal dari
mobilitas orang-orang yang masuk ke Indonesia dari Negara yang terkena wabah seperti
Mexico. Masa inkubasi virus ini adalah sekitar 1-7 hari, masa penularan satu hari
sebelum sakit, dan 7 hari sesudah sakit (onset ).
Cara penularan. Adalah dengan cara kontak langsung dengan penderita karena
berbicara ataupun percikan batuk atu bersin, dan atau kontak dengan benda yang
terkontaminasi dengan virus H1N1. Secara operasional Definisi kasus swine influenza
dibagi menjadi 3, yaitu :
1. Suspek
Seseorang dengan gejala infeksi pernapasan akut (demam 38oC) mulai dari
yang ringan (Influenza like Illnes) sampai dengan Pneumonia, ditambah salah
satu keadaan di bawah ini :
12
13
mungkin menyertai adalah sakit kepala, sesak napas, nyeri sendi, mual, muntah dan
diare. Pada anak gejala klinis dapat terjadi fatique. Diagnosis influenza A baru H1N1
dengan RT-PCR dilakukan hanya untuk pasien yang dirawat, kluster dan kasus-kasus
influenza yang tidak lazim (unusual). Pemeriksaan penunjang yang diperlukan pada
pasien yang dirawat (criteria sedang dan berat).
- Laboratorium : darah perifer lengkap, tes fungsi hati, tes fungsi ginjal, gula
darah sewaktu.
- Radiologi: foto toraks.
- Pemeriksaan lainnya tergantung indikasi.
- Pada darah perifer lengkap bila ditemukan leukopenia dan trombositopenia
dapat memperkuat diagnosis namun bila tidak ditemukan leukopenia dan
trombositopenia tidak menyingkirkan diagnosis.
- Diagnosis influenza A baru H1N1 secara klinis dibagi atas kriteria ringan,
sedang dan berat.
- Kriteria ringan yaitu gejala ILI, tanpa sesak napas, tidak disertai pneumonia dan
tidak ada faktor risiko.
- Kriteria sedang gejala ILI dengan salah satu dari kriteria: faktor risiko,
penumonia ringan (bila terdapat fasilitas foto rontgen toraks) atau disertai
keluhan gastrointestinal yang mengganggu seperti mual, muntah, diare atau
berdasarkan penilaian klinis dokter yang merawat.
15
- Kriteria berat bila dijumpai kriteria yaitu pneumonia luas (bilateral, multilobar),
gagal napas, sepsis, syok, kesadaran menurun, sindrom sesak napas akut
(ARDS) atau gagal multi organ.
- Kelompok risiko tinggi pada dewasa adalah faktor yang dapat memperberat
keadaan yaitu penyakit paru kronik (asma, penyakit paru obstruksi kronis
(PPOK)), kehamilan, obesitas, penyakit kronik lainnya (penyakit jantung,
diabetes mellitus, gangguan metabolik, penyakit ginjal, hemoglobinopati,
penyakit immunosupresi, gangguan neurologi), malnutrisi dan usia > 65 tahun.
- Kelompok risiko tinggi pada anak adalah :
Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan Influenza A Baru H1N1 :
- Anak berusia kurang dari 5 tahun.
- Anak atau remaja (usia 6 bulan 18 tahun) yang mendapat terapi aspirin jangka
panjang dan berisiko mengalami sindrom Reye setelah mendapat infeksi virus
influenza.
- Anak
dengan
penyakit
paru
kronik
(asma,
bronkiektasis,
dysplasia
16
- Kriteria pneumonia berat pada dewasa yaitu bila dijumpai salah satu atau lebih
kriteria minor atau mayor.
- Kriteria minor yaitu Frekuensi napas > 30 /menit, foto toraks paru menunjukkan
kelainan bilateral atau melibatkan 2 lobus, tekanan sistolik < 90 mmHg, tekanan
diastolik 4 jam (septik syok), kreatinin serum >2 mg/dl atau peningkatan >2
mg/dl, pada penderita penyakit ginjal atau gagal ginjal yang membutuhkan
dialisis,
PaO2/FiO2
kurang
dari
300
mmHg.
- Kriteria pneumonia pada anak yaitu gejala ILI dan frekuensi napas yang cepat
(frekuensi napas sesuai usia) dan/atau terdapat kesukaran bernapas yang
ditandai dengan retraksi sela iga, retraksi epigastrium, retraksi suprasternal,
retraksi subkostal (chest indrawing) atau napas cuping hidung.
3) SARS Severe Acute Respiratory Syndrome
Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) atau Sindroma Pernapasan
sangat akut adalah penyakit infeksi pada jaringan paru manusia yang sampai saat ini
belum diketahui pasti penyebabnya. Penyakit ini dicurigai pertaman kali timbul di
provinsi Guangdong, RRC. Diketahui penyakit SARS ini mempunyai tingkat
penularan yang tinggi terutama diantara petugas kesehatan yang selanjutnya
menyebar ke anggota keluarga dan pasien pasien Rumah Sakit. Angka kematian
diantara penderita (CFR) diketahui sekitar 4%. Dan hingga saat ini SARS dilaporkan
telah menyebar di berbagai negara ditandai dengan ditemukannya penderita yang
dicurigai SARS. Dengan kenyataan diatas maka pada tanggal 15 Maret 2003, WHO
menetapkan SARS merupakan ancaman kesehatan global (Global Threat) yang harus
17
pada 4 15 % penyakit respirasi akut dengan puncak hingga 35%. Pada anak-anak dijumpai
pada 8 % dengan puncak hingga 20%. Masa inkubasi berkisar 2 4 hari, lebih lama daripada
rhinovirus. Untuk diagnosis serologis dengan spesimen serum, tes fiksasi komplemen dan
ELISA dapat mendeteksi baik strain 229E maupun OC43. Pemeriksaan hemagglutinationinhibition dapat juga digunakan untuk diagnosis serologis untuk grup OC43.
Parainfluenzavirus. Parainfluenza virus adalah penyebab penting penyakit infeksi
saluran nafas bawah pada anak, yang merupakan penyebab utama croup
(laringotrakeobronkitis akut) dan penyebab kedua terbanyak penyakit saluran nafas
bawah akut pada bayi-bayi yang dirawat setelah RSV. Parainfluenza virus merupakan
genus Paramyxovirus, berbentuk pleomorfik, berukuran 150 200 nm, mengandung
genom RNA rantai tunggal. Pada manusia virus ini diidentifikasi menjadi 4 tipe.
Parainfluenza virus tersebar di seluruh dunia dan hampir semua orang dewasa pernah
terkena selama masa anak-anak. Virus ini menyebar dari orang ke orang melalui
sekret yang terinfeksi.
Diagnosis serologis dapat dilakukan dengan cara tes fiksasi komplemen,
ELISA, netralisasi dan hemagglutin-inhibisi. Masa inkubasi SARS adalah 2 7 hari,
beberapa mengatakan sampai 10 hari. Terdapat 2 definisi kasus klinis SARS menurut
WHO yaitu :
1. Suspected case :
Bepergian dalam 10 hari saat onset gejala ke daerah yang tercatat atau
diduga terdapat transmisi SARS ATAU kontak erat dalam 10 hari
dengan penderita yang mengalami gangguan pernafasan yang
bepergian ke daerah SARS atau orang yang diketahui merupakan
suspect case.
2. Probable case :
Gejala tambahan. Selain demam dan gejala respiratorik, SARS dapat disertai
dengan gejala lain seperti kaku otot, nafsu makan menurun, lesu, bingung
(confusion), ruam kulit dan diare. Banyak kasus pada awalnya mengeluh nyeri
kepala hebat, dizzines, dan demam tinggi selama perjalanan penyakit. Pada kasus
tertentu terjadi perubahan keadaan umum memburuk secara cepat sejalan dengan
penurunan saturasi oksigen dan gejala acute respiratory distress, sehingga
20
dan
CRP
terjadi
pada
beberapa
kasus
Terapi. Regimen terapi meliputi beberapa antibiotik untuk mengobati bakteri yang
telah diketahui pada pnemonia atipik. Di beberapa lokasi, terapi juga meliputi
antivirus seperti oseltamivir atau ribavirin. Steroid diketahui juga diberikan secara
oral atau intravena pada pasien bersama dengan ribavirin dan antimikroba lainnya.
Sampai saat ini terapi yang paling efektif belum diketahui.
E.
Epidemiologi
virus :
Virus Ebola : Wabah pertama terjadi pada tahun 1976 dan penemuan virus itu dilaporkan
pada tahun 1977 . Kasus adat telah dikonfirmasi di empat negara di Afrika ( Cte d' Ivoire,
Republik Demokratik Kongo , Gabon dan Sudan ) . Melalui Juni 1997, 1 054 kasus telah
dilaporkan ke WHO , 754 di antaranya terbukti fatal. Kera yang terinfeksi dengan strain Asia
Ebola yang diimpor dari Filipina ke Amerika Serikat pada tahun 1989 dan 1990 , dan ke Italia
21
pada tahun 1992 . Regangan Asia ini , Ebola Reston - , tampaknya tidak menyebabkan
penyakit pada manusia .
Human immunodeficiency virus ( HIV ) : Virus yang menyebabkan AIDS pertama kali
diisolasi pada tahun 1983 . Pada awal Juni 1998 , jumlah kasus AIDS yang dilaporkan ke
WHO oleh otoritas nasional sejak awal epidemi ini dekat dengan 1,9 juta . Namun,
diperkirakan bahwa , sejak awal epidemi , 30.600.000 orang di seluruh dunia telah terinfeksi
HIV dan hampir 12 juta telah meninggal karena AIDS atau penyakit terkait AIDS .
Hepatitis C : Diidentifikasi pada tahun 1989 , virus ini sekarang dikenal sebagai penyebab
paling umum pasca transfusi hepatitis di seluruh dunia , dengan sekitar 90 % dari kasus di
Jepang , Amerika Serikat dan Eropa Barat . Sampai dengan 3 % dari populasi dunia
diperkirakan terinfeksi , di antaranya 170 juta adalah pembawa kronis berisiko terkena sirosis
hati dan / atau kanker hati .
Virus Influenza A ( H5N1 ) : virus influenza ini adalah patogen terkenal di burung tapi
diisolasi dari kasus manusia untuk pertama kalinya pada tahun 1997 . Munculnya influenza
manusia A ( H5N1 ) pada awalnya mengikuti skenario kemungkinan pandemi influenza
berikutnya diharapkan tapi , dalam acara tersebut , virus ditularkan buruk dan penyebaran
virus tampaknya telah terkandung pada tahun 1997 .
bakteri :
Legionella pneumophilia : Deteksi bakteri pada tahun 1977 menjelaskan wabah pneumonia
berat di pusat konvensi di Amerika Serikat pada tahun 1976 dan sejak saat itu telah dikaitkan
dengan wabah terkait dengan kurang terpelihara sistem pendingin udara.
Escherichia coli O157 : H7 : Terdeteksi pada tahun 1982 , bakteri ini biasanya ditularkan
melalui makanan yang terkontaminasi dan menyebabkan wabah sindrom uremik hemolitik di
22
Amerika Utara , Eropa dan Jepang . Sebuah wabah meluas di Jepang pada tahun 1996
menyebabkan lebih dari 6 000 kasus di antara anak-anak sekolah , di antaranya dua
meninggal . Selama wabah tunggal di Skotlandia pada tahun 1996 , 496 orang jatuh sakit , di
antaranya 16 meninggal .
Burgdorferi Borrelia : Terdeteksi di Amerika Serikat pada tahun 1982 dan diidentifikasi
sebagai penyebab penyakit Lyme , bakteri ini sekarang dikenal menjadi endemik di Amerika
Utara dan Eropa dan ditularkan ke manusia oleh kutu .
Vibrio cholerae O139 : Pertama terdeteksi pada tahun 1992 di India , bakteri ini telah
dilakukan sejak dilaporkan di 7 negara di Asia . Munculnya serotipe baru memungkinkan
organisme untuk terus menyebar dan menyebabkan penyakit bahkan pada populasi dilindungi
oleh antibodi yang dihasilkan sebagai respon terhadap paparan sebelumnya untuk serotipe
lain dari organisme yang sama .
Resistensi antimikroba : Masalah kesehatan masyarakat lain yang muncul adalah jumlah
berkembang pesat bakteri menjadi resisten terhadap berbagai peningkatan antibiotik . Di
banyak daerah , biaya rendah , antibiotik pilihan pertama telah kehilangan kekuasaan mereka
untuk membersihkan infeksi Escherichia coli , Neisseria gonorrhea , Pneumococcus , Shigella
, Staphylococcus aureus - meningkatkan biaya dan lamanya pengobatan banyak penyakit
yang umum termasuk penyakit diare epidemi , gonore , pneumonia dan otitis . Masalah lebih
lanjut berasal dari penggunaan bahan antimikroba dalam produksi makanan hewan .
re - emerging
23
24
setelah break- up dari Uni Soviet . Sejak itu layanan imunisasi telah didirikan kembali ,
membalikkan tren : pada tahun 1996 , 13 687 kasus dilaporkan di Federasi Rusia .
Meningitis meningokokus : meningitis meningokokus terjadi di seluruh dunia tetapi
menghancurkan , epidemi berskala besar terutama telah di daerah Sub - Sahara kering
Afrika , ditunjuk " African meningitis belt " . Sejak pertengahan 1990-an , epidemi di daerah
ini telah pada skala belum pernah terjadi sebelumnya dan epidemi meningitis juga telah
muncul di negara-negara selatan " meningitis belt " . Strain baru Neisseria meningitidis
( serogrup A III.1 clone ) , yang pertama kali terlihat pada tahun 1980 di Nepal dan Cina ,
telah menyebar ke barat dan sekarang telah didiagnosis pada wabah meningitis utama di
Afrika .
Demam Rift Valley ( RVF ) : RVF adalah penyakit zoonosis biasanya mempengaruhi domba
dan sapi di Afrika . Nyamuk adalah sarana utama dimana virus RVF ditularkan antara hewan
dan manusia . Orang kontak dengan hewan yang sakit kadang-kadang menjadi terinfeksi .
Penyakit pada manusia ditandai dengan demam dan myalgia tetapi , dalam beberapa kasus ,
berkembang menjadi retinitis , ensefalitis atau perdarahan . Setelah hujan normal berat di
Kenya dan Somalia pada akhir 1997 dan awal 1998 , RVF terjadi di wilayah yang luas ,
menghasilkan penyakit pada ternak dan menyebabkan demam berdarah dan kematian di
antara populasi manusia . Luasnya wabah dan tingkat keparahan penyakit itu mungkin karena
banyak faktor , termasuk kondisi iklim , kekurangan gizi , dan , mungkin , rute infeksi .
Demam kuning ( YF ) : YF adalah contoh dari penyakit yang vaksin yang efektif ada tetapi ,
karena tidak banyak digunakan di berbagai daerah beresiko , wabah terus terjadi . Ancaman
YF hadir di 33 negara di Afrika dan delapan di Amerika Selatan . Sejak pertengahan 1980-an
telah terjadi peningkatan yang stabil dalam jumlah kasus atau negara melaporkan kasus
( hingga 5 300 per tahun di seluruh dunia ) , namun jumlah sebenarnya dari kasus yang terjadi
25
bisa banyak kali lebih tinggi , sebagai wabah pada umumnya terjadi di daerah terpencil
daerah dan kehilangan perhatian pelayanan kesehatan . YF biasanya penyakit dari daerah
hutan tropis di mana virus bertahan pada monyet . Manusia membawanya kembali ke desa
mereka dan jika vektor nyamuk cocok hadir , penyakit ini akan menyebar dengan cepat dan
membunuh sebagian besar penduduk , yang tidak memiliki kekebalan.
BAB III
PENUTUP
3. 1
KESIMPULAN
3. 2
Meningitis menokokkus
Demam Kuning
Demam Rift Valley
Dsb
SARAN
Dalam penyelesaian makalah ini kami juga memberikan saran bagi para pembaca dan
mahasiswa yang akan melakukan pembuatan makalah berikutnya :
1. Kombinasikan metode pembuatan makalah berikutnya.
2. Pembahasan secara langsung dengan informasi yang benar- benar up to date.
Beberapa poin di atas merupakan saran dari tim yang dapat diberikan, apabila ada
yang ingin melanjutkan penelitian terhadap makalah ini, dan demikian makalah ini
disusun serta besar harapan nantinya makalah ini dapat berguna bagi para pembaca
khususnya mahasiswa fakultas kedokteran UISU smester VII/2013 dalam menambah
wawasan dan ilmu pengetahuan.
27
DAFTAR PUSTAKA
http://www.who.int/inf-fs/en/fact097.html
28