PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Air minum adalah kebutuhan utama dalam kehidupan manusia yang memerlukankualitas
yang sehat dan kuantitas yang cukup serta kontinuitas. Sampai saat ini masih
ditemui berbagai masalah dibeberapa perkotaan dan pedesaan terutama belum
terpenuhinya persyaratan kualitas air minum yang didistribusikan kepada masyarakat
sehingga menyebabkan penyelenggaraan pengembangan sistem penyediaan air minum
(SPAM) terkendala dalam jangkauan dan kualitas pelayanan air minum kepada
masyarakat.
Pengelolaan sumber daya air sangat penting, agar dapat dimanfaatkan secara berkelajutan
dengan tingkat mutu yang diinginkan. Salah satu langkah pengelolaan yangdilakukan
adalah pemantauan dan interpretasi data kualitas air, mencakup kualitas fisika,kimia dan
biologi. Namun, sebelum melangkah pada tahap pengelolaan diperlukan pemahaman
yang baik tentang terminologi, karakteristik dan interkoneksi parameter-parameter
kualitas air (Effendi, 2003). Menurut Sutrisno (1991), pengolahan adalah usaha teknis
yang dilakukan untuk mengubah sifat-sifat suatu zat. Hal ini penting artinya bagi air
minum, karena dengan adanya pengolahan ini, maka akan didapatkan suatu air minum
yang memenuhi standar air minum yang telah ditentukan. Dalam proses pengolahan air
ini pada lazimnya dikenal dengan dua cara, yakni:
pengolahan
yang
bertujuan
2. Pengolahan kimia; yaitu suatu tingkat pengolahan dengan menggunakan zatzat kimia untuk membantu proses pengolahan selanjutnya. Misalnya, dengan
pembubuhan kapurdalam prosess pelunakan dan sebagainya.
3. Pengolahan
bakteriologis;
yaitu suatu
tingkat pengolahan
untuk
Untuk mengatasi permasalahan kualitas dan kuantitas air minum yang timbul saat ini
diperlukan suatu proses pengolahan terlebih dahulu dalam unit produksi sistem
penyediaan air minum. Unit produksi sistem penyediaan air minum berfungsi untuk
mengolah air baku menjadi air minum. Untuk mencapai kualitas air yang sesuai dengan
standar kualitas air minum tersebut, air baku diolah dengan proses pemisahan partikel
kasar, proses pemisahan tersuspensi, proses pemisahan terlarut, proses netralisasi, dan
proses desinfeksi.
BAB II
GAMBARAN UMUM AIR BAKU AIR MINUM & AIR BUANGAN
2.1 Perbandingan Baku Mutu
Pada dasarnya tanpa dilakukan perbandingan baku mutu, kita telah dapat menentukan
baku mutu yang mana yang dapat digunakan untuk menentukan kualitas air. sejumlah
baku mutu yang dapat digunakan untuk membandingkan hasil pengujian dengan baku
mutu sehingga kita mampu mengetahui kualitas air yang diuji tersebut. Baku mutu yg
diperoleh diantaranya adalah PP 82 tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan
Pengendalian Pencemaran Air dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492 Tahun 2010
Tentang Syarat-syarat Dan Pengawasan Kualitas air. Kedua baku mutu tersebut
merupakan hasil revisi dari peraturan-peraturan sebelumnya. Berdasarkan PP 82/01, air
kelas I merupakan air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum,
dan atau peruntukan lain yang memper-syaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan
tersebut. Sedangkan menurut PERMENKES 492/10, air minum adalah air yang
malalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat
kesehatan dan dapat langsung diminum.
Terdapat perbedaan jelas antara PP 82 tahun 2001 dan PERMENKES 492/2010. PP 82
tahun 2001 merupakan stream standard yang merupakan standard (baku mutu) pada
badan air sesuai dengan peruntukannya. Sedangkan PERMENKES 492/2010 merupakan
baku mutu yang digunakan untuk mengatur persyaratan kualitas air minum.Oleh karena
itu, baku mutu yang akan digunakan untuk mengatur kualitas air minum yang akan
diolah, maka peraturan yang harus digunakan adalah PERMENKES 492/2010.
N
O
A
1
2
3
B
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
C
1
2
3
PARAMETER
SATUAN
BAKU MUTU
PERMENKES
492/10
PP 82/01
Biologis,
Syarat
biologis
air
ditentukan
oleh
kehadiran
N
O
A
1
2
3
B
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
C
1
2
3
PARAMETER
SATUAN
FISIKA
o
Suhu (insitu)
C
Zat padat terlarut
mg/L
(TDS)
Zat padat
mg/L
tersuspensi (TSS)
KIMIA
pH (insitu)
Amonia bebas
mg/L
(NH3-N)
Air raksa (Hg)
mg/L
Arsen (As)
mg/L
Barium (Ba)
mg/L
Boron (B)
mg/L
Besi (Fe)
mg/L
Oksigen terlarut
mg/L
(DO)
Flourida (F)
mg/L
Fenol
mg/L
Fosfat total (PO4mg/L
P)
Kadmium (Cd)
mg/L
Khlorida (Cl)
mg/L
Chromium
mg/L
heksavalen (Cr VI)
Kobalt (Co)
mg/L
Khlorin bebas(Cl2)
mg/L
Mangan (Mn)
mg/L
Minyak lemak
mg/L
Nitrat (NO3-N)
mg/L
Nitrit (NO2-N)
mg/L
Selenium (Se)
mg/L
Seng (Zn)
mg/L
Sianida(CN)
mg/L
Sulfat (so4)
mg/L
Sulfide (H2S)
mg/L
Surfaktan anion
mg/L
(MBAS)
Tembaga (Cu)
mg/L
Timbal (Pb)
mg/L
BOD5
mg/L
COD
mg/L
MIKROBIOLOGI
Fecal Coliform
Jml/100 ml
Total coliform
Jml/100 ml
E.coli
Jml/100 ml
HASIL
26,5
68
BAKU MUTU
PERMENKE
Hasil
S 492/10
perbandingan
Deviasi 3
500
O
O
7,62
<0,01
6,5-8,5
1,5
O
O
<0,0005
<0,005
<0,1
<0,01
0,49
3,0
0,001
0,01
0,7
0,5
0,3
O
O
O
O
<0,01
<0,001
0,02
1,5
<0,003
7,8
<0,01
0,003
250
0,4
50
3
0,01
3
0,07
250
O
O
O
O
O
O
2
0,01
O
O
0
0
76
<0,02
<0,01
<0,02
<0,2
4,8
<0,0002
<0,0002
<0,01
<0,005
13,3
<0,002
0,03
<0,02
<0,01
2
17
430
930
430
2.2.2
Air buangan merupakan air bekas pakai dari berbagai aktivitas manusia, misalnya
dari kegiatan rumah tangga, industri dan lain-lain. Secara garis besar, air buangan
sendiri terdiri dari 2 jenis yaitu air buangan domestik dan air buangan non
domestik. Air buangan buangan domestik berasal dari rumah tangga atau dari
pemukiman, bukan hanya air yang dipakai untuk menggelontor kotoran dari WC
saja, melainkan juga air dari urinoir, air bekas mandi, air bekas untuk mencuci,
baik dari cucian dari kamar cuci pakaian maupun cucian-cucian dari aktivitas
dapur bahkan cucian-cucian dari wastafel. Sedangkan Air buangan non domestik
berasal dari industri dimana air digunakan untuk bermacam-macam proses
industri,
sehingga
air
menjadi
tercemar
dengan
kotoran-kotoran
yang
BAKU MUTU
KEPMEN LH
Hasil
112/2003
perbandingan
-
NO
PARAMETER
SATUAN
HASIL
1
2
TS
Zat padat terlarut
(TDS)
Zat padat
tersuspensi (TSS)
SS
pH
BOD
COD
NH3
Nitrat-N
Nitrit-N
Phosfat
Sulfat
Chlorida
Alkalinitas
Sampah Kasar
Minyak dan Lemak
mg/L
mg/L
600
550
mg/L
90
100
mg/L
10
6.2
350
450
60
1.2
0.3
4
20
62
100
2
15
6-9
100
10
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
O
X
PARAMETER
FISIKA
Zat padat terlarut
(TDS)
Zat padat
tersuspensi (TSS)
BOD
COD
NH3
Nitrat-N
Nitrit-N
Minyak dan Lemak
BAKU MUTU
PP 82/2001
Hasil
Kelas 1
perbandingan
SATUAN
HASIL
mg/L
50
1000
mg/L
68
50
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
30.5
37.5
0.025
5.93
0.06
0
2
10
0.5
10
0.06
10
X
X
O
O
O
X
2.3.2
10
11
desinfektan, tapi dalam bentuk ion yang bersenyawa dengan ion natrium
menyebabkan air menjadi asin dan merusak pipa-pipa instalasi.
e. Nitrogen
Nitrogen dalam air limbah pada umumnya terdapat dalam bentuk organik
dan oleh bakteri berubah menjadi amonia. Dalam kondisi aerobik dan
dalam waktu tertentu bakteri dapat mengoksidasi amonia menjadi nitrit
dan nitrat. Nitrat dapat digunakan oleh algae dan tumbuh-tumbuhan lain
untuk membentuk protein tanaman dan oleh hewan untuk membentuk
protein hewan. Perusakan protein tanaman dan hewan oleh bakteri
menghasilkan amonia. Nitrit menunjukkan jumlah zat nitrogen yang
teroksidasi. Nitrit merupakan hasil reaksi dan menjadi amoniak atau
dioksidasi menjadi nitrit. Kehadiran nitrogen ini sering sekali dijumpai
sebagai nitrogen nitrit.
f. Logam Berat
Logam berat pada umumnya seperti cuprum (tembaga), perak, seng,
cadmium, air raksa, timah, chromium, besi dan nikel. Metal lain yang juga
termasuk metal berat adalah arsen, selenium, cobalt, mangan dan
aluminium. Cadmium ditemukan dalam buangan industri tekstil, elektro
plating, pabrik kimia. Chromium dijumpai dalam 2 bentuk yaitu chrom
valensi enam dan chrom valensi tiga. Chrom valensi enam ditemukan pada
buangan pabrik aluminium dan cat, sedang chrom trivalen ditemukan pada
pabrik tekstil, industri gelas dan keramik. Plumbum terdapat dalam
buangan pabrik baterai, pencelupan dolt cat. Logam ini dalam konsentrasi
tertentu membahayakan bagi manusia.
g. Fenol
Fenol yang dengan konsentrasi 0,005/liter dalam air minum menciptakan
rasa dan bau apabila bereaksi dengan khlor membentuk chlorophenol.
Sumber fenol terdapat pada industri pengolahan minyak, batubara, pabrik
kimia, pabrik resin, pabrik kertas, tekstil.
h. Timbal
Kadar dan toksisitas timbal dipengaruhi oleh kesadahan, pH, alkalinitas,
dan oksigen. Berasal dari kerak bumi dan batuan.
12
13
14
15
BOD
Hasil pengukuran BOD adalah 350 mg/L.
Baku mutu untuk BOD adalah 100 mg/L
Efisiensi pengolahan penyisihan adalah 72%
Minyak dan Lemak
Hasil pengukuran Minyak dan lemak adalah 15 mg/L.
Baku mutu untuk Minyak dan lemak adalah 10 mg/L
Efisiensi pengolahan penyisihan adalah 34%
2.4.2
BOD
Hasil pengukuran BOD adalah 30.5 mg/L.
Baku mutu untuk BOD adalah 2 mg/L
Efisiensi pengolahan penyisihan adalah 94%
COD
Hasil pengukuran COD adalah 37.5 mg/L.
Baku mutu untuk COD adalah 10 mg/L
Efisiensi pengolahan penyisihan adalah 74%
16
BAB III
PERENCANAAN UNIT PENGOLAHAN
A. Unit-unit Pengolahan Air minum
Air minum adalah air yang digunakan untuk konsumsi manusia. Menurut departemen
kesehatan, syarat-syarat air minum adalah tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna,
tidak mengandung mikroorganisme yang berbahaya, dan tidak mengandung logam berat.
Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan ataupun tanpa proses pengolahan
yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung di minum (Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor 907 Tahun 2002).
17
Baku mutu yang digunakan untuk kualitas air minum di Indonesia adalah PERMENKES
492/2010. Jika air minum yang diproduksi tidak memenuhi baku mutu, harus dilakukan
pengolahan lanjutan untuk memastikan air tersebut aman untuk dikonsumsi. Pengolahan
air baku secara umum dilakukan melalui proses fisika dan proses kimia atau kombinasi
antara kedua proses tersebut. Proses pengolahan dan unit-unit pengolahan yang
digunakan harus disesuaikan dengan kualitas air baku, polutan yang harus disisihkan, dan
tujuan dari penggunaan air hasil pengolahan (jujubandung, 2012). Berikut adalah gambar
skematik unit-unit pengolahan air minum yang biasa diterapkan
Intake
18
Intake adalah bangunan yang berfungsi sebagai pengambilan dimana air sungai
dapatdialirkan menuju bangunan pengolahan dengan suspended solid (SS)
seminimal mungkin.Intake harus dapat mengumpulkan air yang cukup untuk
diolah dan didistribusikan sesuaidengan kebutuhan. Intake yang letaknya di
pinggir sungai harus mampu mengatasi masalahfluktuasi debit dan kualitas dari
badan air yang digunakan sebagai sumber. Pengambilan air di sungai pada
dasarnya dapat dilakukan dengan 2 cara: (Al-Layla, 1980)
- Exposed Intake
Kriteria desain dari tipe intake ini adalah :
a. Kecepatan ports 0,2-0,33 ft/s, maksimum 0,5 ft/s
b. Jumlah port minimal tiga
c. Debit (Q) intake sama dengan Q minimum
- Submergence intake
Kriteria desain dari intake ini adalah :
a. Jumlah submerger minimal dua
b. Kecepatan sebesar 1,5-2 ft/s, maksimum 3-4 ft/s
Untuk tipe intake, dapat dilihat pada tabel 3.1. :
Exposed Intake
Submergence Intake
Desain Fisika Kimia I
Desain
Ciri khas
Mempengaruhi pelayaran
Shore well
Siphone well
Floating
Fleksibel
- Tidak mempengaruhi
pelayaran
- Tidak dipengaruhi oleh
sampah
- Fleksibilitas rendah
- Sulit dalam operasi dan
pemeliharaan
Kapasitas
Q desain
Q minimum
(0,1-0,2) Q
Q ultimate
2Q
Keterangan
Kapasitas perencanaan
saat ini
Spesifikasi sistem
Evaluasi untuk seluruh
kondisi desain
Adapun bagian dan kriteria desain dari intake, yaitu : (Al-Layla, 1980)
a. Saringan Bell-Mouth/silindris
- Kecepatan pada lubang saringan 0,15-0,3 m/s
- Diameter bukaan lubang - inci
- Luas saringan sama dengan dua kali luas efektif lubang
b.
Sumur pengumpul
Jumlah sumur minimal dua buah
Waktu detensi lebih dari dua puluh menit
Tinggi katup kaki terhadap dasar sumur > 0,6 meter
20
Dasar sumur > 1 meter di bawah dasar sungai atau lebih dari 1,52 meter
meter
Jika tinggi pompa lebih dari muka air minimum, jarak penyadap < 4
meter
e. Pipa backwash
- Kecepatan di dalam pipa > 3 m/s
- Air untuk backwash menggunakan air bersih
- Jumlah air untuk backwash sebanding dengan sepertiga aliran di dalam
pipa penyadap
Pompa
Debit
(L/menit)
Jumlah
Pompa
Pompa yang
Digunakan
yang stand by
1895
1896-5685
5686-11370
>11370
21
3.1.2
22
23
SI unit
Parameter
-Ukuran Bar
Lebar
Kedalaman
-Ruang antara bar
untuk
pembersihan
-Kemiringan
-Kecepatan
Maksimum
Minimum
-Headloss
yang
diizinkan
Metode Pembersihan
Unit
Hand-Cleaned
Mechanically-Cleaned
mm
mm
5-15
25-38
5-15
25-38
mm
25-50
15-75
30-45
0-30
m/s
m/s
0,3-0,6
0,6-1
0,3-0,5
mm
150
150-600
No
Bars
Nilai Bars ()
2,42
1,83
1,67
Circular
1,79
24
2.
Fine screens
Fine screens mempunyai lubang < 6 mm (0.25 inci). Screen ini digunakan
sebagai praeliminasi (setelah coarse screens). Fine screens boleh digunakan
untuk mengganti pengolahan fisik pada bangunan pengolahan air buangan
skala kecil, hingga 0,13 m3/s. Kriteria desain dari fine screen dapat dilihat
pada Tabel 3.6 :
Tabel 3.6. Penyisihan Pada Fine Screen
Tipe Screen
-
Fixed Parabolic
Rotary drum
Ukuran Bukaan
% Penyisihan
inci
mm
BOD
TSS
0,0625
0,01
1,6
0,25
5-20
25-50
5-30
25-45
3.
Microscreens
Microscreens ukuran lubang-lubangnya < 50 m. Pada screen ini,
kecepatannya lambat, yaitu hingga 4 r/min. Filter pada screen ini
mempunyai bukaan pada 10-35 m yang disekelilingnya drum. Air buangan
masuk pada bukaan drum itu dan aliran melalui lapisan screen rotatingdrum. Zat padat yang dikumpulkan dibersihkan dengan tekanan tinggi pada
tempat pengumpulan itu.
Penyisihan TSS dengan microscreens ini adalah 10-80 %, dengan rata-rata
55%. Adapun kriteria desain dari microscreens dapat dilihat pada tabel 3.7 :
Tabel 3.7. Kriteria Desain dari Microscreens
Item
SI unit
Keterangan
Ukuran screen
20-35 m
Laju
pengumpulan
hidrolis
3-6 m/menit
Headloss yang
melewati screen
75-150 mm
25
Diameter drum
Peralatan
backwash
2,5-5 meter
Maksimum kecepatan
putaran dibatasi hingga 45
m/menit
Elemen-elemen yang ada pada screening adalah batang yang berdiri tegak secara
paralel, kawat tembaga, kisi/jeruji, atau plat yang berlubang. Screen yang terdiri
dari batang yang berdiri tegak paralel atau tiang biasa disebut bar rack atau
coarse screens, yang digunakan untuk menyisihkan material-material kasar. Fine
screens adalah alat yang terdiri dari plat yang berlubang yang mempunyai bukaan
yang kecil. Material-material yang disisihkan dengan alat-alat tersebut disebut
screenings.
Rumus-rumus yang digunakan :
-
.....................................................................(9)
....................................................................(10)
................................................................(11)
Luas efektif (Aeff) :
Aeff = dxLeff ............................................................(12)
Headloss (HL) :
26
; dimana hv =
-
................(13)
Kedalaman (H) :
H = d-HL ................................................................(14)
Keterangan :
n = jarak bukaan antarbatang (m)
W = lebar penampang batang (m)
= sudut kemiringan batang terhadap horizontal (o)
L = lebar saluran (m)
v = kecepatan aliran air (m/s)
= nilai bar
d = kedalaman batang (m)
d = kedalaman batang yang terendam air (m)
g = gaya gravitasi (9,8 m/s2)
3.1.3
27
Item
SI unit
Unit
Rentang
Tipikal
sekon
45-90
60
m/s
0,25-0,4
0,3
m/mina
m/mina
1-1,3
0,6-0,9
1,15
0,75
Headloss dengan
kontrol pada
persen kedalaman
saluran
30-40
36b
Penambahan
panjang untuk ilet
dan outlet yang
diizinkan karena
turbulen
25-50
30
Waktu detensi
Kecepatan
horizontal
Kecepatan
pengendapan
untuk
menyisihkan :
a. 0,21 mm material
b. 0,15 mm material
-
28
organik yang melewati tangki. Apabila aliran air terlalu cepat, maka grit akan
keluar dari wadah, jika terlalu lambat, maka akan mengendap bersama grit.
Aerated Grit Chambers didesain untuk menyisihkan material dengan diameter
0,21 mm atau lebih, dengan waktu detensi 2-5 menit saat debit puncak aliran.
Kriteria desain dari Aerated Grit Chambers dapat dilihat pada tabel 3.9.
Tabel 3.9. Kriteria Desain Aerated Grit Chambers
Item
-
Waktu detensi
pada saat debit
puncak
SI unit
Unit
Rentang
Tipikal
menit
2-5
meter
meter
meter
2-5
7,5-20
2,5-7
a.
b.
c.
Dimensi
Kedalaman
Panjang
Lebar
Rasio lebar :
kedalaman
rasio
1:1 5:1
1,5:1
Rasio
panjang : lebar
rasio
3:1 5:1
4:1
m2/menit
0,2-0,5
Jumlah grit
1/103
0,004-0,2
0,015
Item
Desain Fisika Kimia I
Waktu detensi
pada saat debit
SI unit
Unit
Rentang
Tipikal
detik
20-30
30
29
rata-rata
- Diameter :
a. Bagian atas
wadah
b. Bagian bawah
wadah
meter
1,2-7,2
0,9-1,8
Tinggi
meter
2,7-4,8
Rasio panjang :
lebar
rasio
3:1 5:1
4:1
92-98
80-90
60-70
95+
85+
65+
Efisiensi
penyisihan :
a. 0,3 mm
b. 0,24 mm
c. 0,15 mm
Sumber : Metcalf & Eddy, 2004
.........................................................................(15)
Overflow Rate (Vc) :
vc = 900xvs .........................................................................(16)
Luas Permukaan (As) :
......................................................................(17)
Kedalaman (d) :
.............................................................................(18)
Panjang (p) :
............................................................................(19)
Volume Ruang Pasir (V) :
Desain Fisika Kimia I
30
V = VpxQmaxxt ....................................................................(20)
Tinggi Ruang Pasir (dp) :
...........................................................................(21)
Keterangan :
vh = kecepatan horizontal (m/s)
vs = kecepatan mengendap (m/s)
vp = volume pasir (m3)
3.1.4
Prasedimentasi
Bertujuan untuk mengendapkan partikel diskrit (partikel yang memiliki berat dan
bentuk seragam sehingga lebih mudah mengendap) di dalam air secara gravitasi
tanpa pembubuhan zat kimia.
Prasedimentasi ditentukan dengan tangki persegi dengan bak yang panjang dan
dalam untuk mencegah turbulensi dan reduksi oleh ketidakstabilan kolam dan
aliran pendek. Bentuk settling dipertimbangkan berdasarkan kondisi hidrodinamik
pada bilangan Froude yang tinggi dan bilangan Reynold yang rendah, serta
pertimbangan ekonomi.
Bentuk bak prasedimentasi dapat berupa persegi panjang (rectangular) dengan
pola aliran horisontal serta lingkaran (circular) dengan pola aliran radial atau
upflow (Huisman, 1977). Pada bak prasedimentasi rectangular terdapat empat
zona yaitu zona inlet, zona pengendapan, zona lumpur dan zona outlet.
1. Zona inlet
masuk yang membuat aliran air yang masuk ke zona pengendapan menjadi
laminer, serta dapat mencegah terjadinya aliran singkat
2. Zona pengendapan pada bak prasedimentasi rectangular merupakan tempat
berlangsungnya proses pengendapan zat padat yang dibawa oleh air baku
3. Zona lumpur merupakan tempat menampung zat padat yang telah
terendapkan dari air baku
4. Zona outlet merupakan daerah air keluar yang akan mengalirkan effluent
secara baik dengan menjaga aliran tetap laminer
Desain Fisika Kimia I
31
Terdapat beberapa macam variasi jenis inlet pada bak prasedimentasi rectangular,
yaitu inlet yang dilengkapi perforated baffle dan tanpa perforated baffle. Jenis
inlet dan bentuk outlet bak prasedimentasi rectangular dapat menjadi sebagian
faktor yang mempengaruhi besar efisiensi pengendapan air baku yang terjadi.
Berdasarkan beberapa macam variasi jenis inlet dan bentuk outlet, maka perlu
ditentukan efisiensi pengendapan agar dapat ditentukan pengaruh jenis inlet dan
bentuk outlet bak prasedimentasi rectangular terhadap kinerja bak agar inlet dan
outlet bak prasedimentasi rectangular dapat direncanakan dengan tepat.
(Moesriati, 2007)
Kriteria desain bak prasedimentasi adalah sebagai berikut :
3.1.5
Koagulasi-Flokulasi
Tujuan dari koagulasi dan flokulasi adalah untuk mengubah partikel-partikel kecil
seperti warna dan kekeruhan menjadi flok yang lebih besar, baik sebagai
presipitat ataupun partikel tersuspensi. Flok-flok ini kemudian dikondisikan
sehingga dapat disisihkan dalam proses berikutnya. Secara teknis, koagulasi
berlaku bagi penyisihan dari partikel koloid yaitu partikel yang biasanya
berukuran 0,001-1 m seperti asam humus, tanah liat, virus dan protein.
Proses pembentukan flok adalah sebagai berikut :
Pembentukan mikroflok
Penggabungan mikroflok
Pembentukan makroflok
1. Koagulasi
Desain Fisika Kimia I
32
pembubuhan
koagulan,
maka
stabilitas
larutan
koloidal
yang
mengandung partikel-partikel kecil dan koloid akan terganggu karena molekulmolekul koagulan dapat menempel pada permukaan koloid dan mengubah muatan
elektrisnya. Misalnya molekul Al pada alum yang bermuatan positif, akan
menetralkan muatan koloid yang biasanya bermuatan negatif.
33
2. Flokulasi
Flokulasi berfungsi mempercepat tumbukan antara partikel koloid yang
sudah terdestabilisasi supaya bergabung membentuk mikroflok ataupun
makroflok yang secara teknis dapat diendapkan.
Berbeda dengan proses koagulasi dimana faktor kecepatan tidak menjadi
kendala, pada flokulator terdapat batas maksimum kecepatan untuk
mencegah pecahnya flok akibat tekanan yang berlebihan.
Tenaga yang dibutuhkan untuk pengadukan secara lambat dari air selama
flokulasi dapat diberikan secara mekanis maupun hidrolis . Tingkat
keselesaian dari proses flokulasi bergantung pada kemudahan dan
kecepatan mikroflok kecil bersatu menjadi flok yang lebih besar dan
jumlah total terjadinya tumbukan partikel selama flokulasi.
3.1.6
Sedimentasi
Sedimentasi adalah suatu proses yang dirancang untuk menghilangkan sebagian
besar padatan yang dapat mengendap dengan pengendapan secara gravitasi. Hasil
yang tersisa adalah berupa cairan jernih dan suspensi yang lebih pekat.
Sedimentasi adalah salah satu unit proses yang paling umum digunakan dalam
proses pengolahan air. Partikel akan mengendap dalam salah satu dari 4 cara,
bergantung pada konsentrasi dari suspensi tersebut dan sifat-sifat flokulasi dari
partikel. 4 cara pengendapantersebut adalah :
1. Pengendapan Tipe 1, untuk menghilangkan partikel diskret
2. Pengendapan Tipe 2, untuk menghilangkan partikel non diskret
3. Pengendapan Tipe 3, disebut juga Zone Settling
4. Pengendapan Tipe 4, disebut juga Compression
Tangki sedimentasi yang ideal terdiri dari :
34
3.1.7
Filtrasi
35
Filtrasi adalah suatu proses pemisahan solid dari cairan dimana cairan (air)
dilewatkan melalui suatu media yang berongga atau materi berongga lainnya
untuk menyisihkan sebanyak mungkin materi tersuspensi. Filtrasi digunakan di
pengolahan air untuk menyaring air yang telah dikoagulasi dan mengendap untuk
menghasilkan air minum dengan kualitas yang baik.
Menurut tipe media yang digunakan, filter dapat diklasifikasikan sbb :
1. Filter dengan media tunggal
2. Filter dengan media ganda
3. Filter dengan multi media
Menurut laju filtrasinya, filter dibedakan menjadi 2, yaitu slow sand
filter dan rapid sand filter.
36
Menurut kontrol terhadap laju filtrasinya, filtrasi dibagi menjadi Constant Rate
Filter danDeclining Rate Filter.
Dalam proses filtrasi oleh granular filter terdapat beberapa mekanisme yang
terjadi, yaitu :
1. Mechanical Straining
Mekanisme mechanical straining terjadi akibat partikel atau flok tertahan
karena mempunyai ukuran yang lebih besar dari lubang pori, sehingga
partikel tidak lolos.
2. Sedimentasi
3. Adsorpsi
Sebagian partikel yang halus akan teradsorpsi oleh permukaan media filter
karena ada tumbukan dan gaya tarik antar partikel.
Ketika mekanisme filtrasi tersebut terjadi secara simultan, secara kuantitatif
umumnya mekanisme yang pertama lebih dominan. Untuk meningkatkan
efektivitas media, dalam arti meningkatkan volume atau kedalaman media,
digunakan dual media yang umumnya menggunakan media yang lebih ringan.
Persyaratan dari penggunaan dual media adalah kecepatan pengendapan dari
medium yang paling besar harus lebih kecil dari kecepatan pengendapan media
yang lebih berat dengan diameter yang paling kecil. Persyaratan ini diperlukan
supaya kedua media tersebut tidak tercampur setelah pencucian dengan
teknik backwashing.
3.1.8
Desinfeksi
Sebagian besar mikroorganisme berukuran sangat kecil sehingga tidak menjamin
bahwa pengolahan air dengan filtrasi atau koagulasi dapat menyisihkannya
dengan sempurna. Oleh karena itu, diperlukan suatu proses desinfeksi untuk
menghilangkan mikroorganisme itu. Desinfeksi pada effluen sebelum dibuang ke
badan air pun cenderung memperlambat proses pemurnian kembali dan
pembentukan produk-reaksi dari senyawa organik dengan desinfektan (Tebbutt,
1990)
Desinfektan yang sering digunakan adalah klor, karena : (Tebbutt, 1990)
37
- Bak MOM
1) Panjang pipa = 1,25 m
2) Diameter = 1 inch
3) Diameter orifice = 1,66.103 m
Klor ini merupakan agen oksidasi kuat yang akan segera terikat dengan reduktor
dan senyawa-senyawa organik lainnya, contohnya ammonia. Jika ammonia hadir
pada air, maka klor itu akan berikatan sehingga proses desinfeksi tidak berjalan
efektif.
3.1.9
Reservoir
Jenis-jenis reservoir berdasarkan perletakannya :
38
Reservoir
ini
digunakan
menggunakan ground
reservoirtidak
mencukupi
tersedia
dengan
kebutuhan
untuk
secara
gravitasi.
Tinggi
menara
tergantung
Stand Pipe
Reservoir jenis ini hampir sama dengan elevated reservoir, dipakai
sebagai alternatif terakhir bila ground reservoir tidak dapat diterapkan
karena daerah pelayanan datar.
39
3.2
3.2.1
Sumur Pengumpul
Sebenarnya, sumur pengumpul ini memiliki fungsi yang sama dengan intake,
yaitu untuk menampung air buangan yang akan dipompakan ke instalasi, dengan
waktu detensi pada bak >20 menit pada bentuk bak persegi panjang (Al-Layla,
1980).
Rumus-rumus yang digunakan adalah :
a. Volume sumur (V) :
40
..................................................................... (1)
b.
Lebar sumur (L) :
................................................................. (2)
Keterangan :
td = waktu detensi
V = volume sumur (m3)
Q = debit yang ditampung (m3/s)
p = panjang sumur
d = kedalaman sumur
- Saluran Pembawa
Saluran pembawa merupakan salah satu unit yang digunakan untuk
mengalirkan air buangan ke unit pengolahan selanjutnya. Dasar
perencanaan dari saluran ini diperhitungkan dari kemiringan saluran
terhadap dasar saluran agar air dapat mengalir secara gravitasi. Kriteria
desain dari saluran pembawa ini adalah : (Metcalf & Eddy, 2004)
-
......................................................................(3)
b. Slope (rumus Manning) :
......................................................(4)
Keterangan :
Q = debit air (m3/s)
Desain Fisika Kimia I
41
Gambar 3. Comminutor
Di bawah ini akan ditunjukkan tabel mengenai ukuran dan kapasitas comminutor :
Tabel 3.11. Ukuran dan Kapasitas Comminutor
Kapasitas (MGD)
No
Ukuran
7B
0-0,35
0-0,30
10A
0,17-1,1
0,17-0,82
15M
0,4-2,3
0,4-1,4
Controlled
Discharge
Free discharge
42
25M
1,0-6,0
1,0-3,6
25A
1,0-11,0
1,0-6,5
36A
1,5-25,0
1,5-9,6
3.2.3
Material yang bisa digunakan adalah tanah, beton, atau konstruksi saja
Slope atau kemiringannya = 3:1 atau 2:1
Panjang TAR 20 cm
Waktu detensi < 2 jam
Dilengkapi lapisan kedap air
Dilengkapi lapisan air diffuser
Kedalaman TAR bergantung pada ketersediaan lahan, muka air tanah dan
topografi
Harus disediakan freeboard setinggi 1 meter
Muka air minimum untuk operasional adalah 1,5-2 meter
stabil
Tangki sedimentasi yang diikuti pengolahan biologi dapat meningkat
efisiensi kerjanya karena kualitas effluen yang konsisten untuk zat
padatnya
Area permukaan untuk filtrasi effluen dapat direduksi
43
TAR in-line
Pada penempatan TAR ini, seluruh aliran akan melewati TAR.
Penempatan ini dapat digunakan untuk mencapai konsentrasi konstituen
yang cukup.
TAR off-line
Pada jenis penempatan ini, aliran tidak seluruhnya melewati TAR.
Kelebihan air yang masuk baru akan masuk ke TAR ini.
.......................................................(23)
dimana :
Xic = Konsentrasi BOD rata-rata yang masuk selama periode tertentu (mg/L)
Xoc = Konsentrasi BOD rata-rata yang keluar selama periode tertentu (mg/L)
Xsp = Konsentrasi BOD rata-rata pada akhir periode sebelumnya (mg/L)
Mass Loading BOD (ML)
ML = Xoc+(Qrx3600) ............................................................(24)
dimana :
ML = Mass Loading BOD (kg/jam)
Qr = Debit aliran rata-rata (m3/s)
3.2.4
Aerasi
Aerasi adalah suatu bentuk perpindahan gas atau pencampuran udara dengan air
sehingga terjadi perubahan konsentrasi zat-zat yang mudah menguap di dalam air.
Fungsi dari aerasi itu adalah :
44
a)
b)
c)
d)
Dalam proses aerasi itu, digunakan beberapa jenis aerator. Aerator sendiri adalah
peralatan yang dipergunakan untuk menambah konsentrasi oksigen terlarut di
dalam air. Beberapa jenis aerator yaitu :
a. Spray aerator
Spray aerator ini terdiri dari nozzle penyemprot yang tidak bergerak, yang
menyemprotkan air ke udara melalui nozzle tersebut.
46
BAB IV
PERENCANAAN DETAIL UNIT PENGOLAHAN
FISIKA DAN KIMIA
4.1
Fungsi :
Bangunan penangkap air dari sumber sebelum diolah dengan unit-unit yang
ada.
Qintake
Direncanakan :
- Waktu detensi (td) = 2 menit = 120 s
- Kedalaman (h) = 1 meter
Dimensionering :
- Volume Intake
= Q . td
= 0,31 m3/s . 120 s
= 37,2 m3
47
=
= 37,2 m2
-
Bentuk Intake
= bujur sangkar
Luas permukaan Intake = sisi . sisi
37,2 m2
= sisi2
sisi
=
= 6,10 m
Fungsi :
Alat dengan lubang-lubang, umumnya ukurannya tidak seragam, yang
digunakan untuk menahan keluaran dari air buangan pada bangunan
pengolahan air buangan.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
-
Jenis :
Bar Screen dengan bentuk batang bulat dan sistemnya Manually-cleaned
Kriteria Desain :
Jarak bukaan antarbatang (b) = 25-75 mm
Lebar penampang batang (W) = 4-10 mm
Sudut kemiringan batang terhadap horizontal (o) = 0-45o
Kecepatan aliran (vh) = 0,3-0,6 m/s
Maksimum headloss = 150-800 mm
Nilai bar () = 1,79
Perhitungan detail unit :
Diketahui :
- Qmax
= 308,55 L/s
= 0,31 m3/s
Direncanakan :
- Jarak bukaan antarbatang (b) = 20 mm
- Lebar penampang batang (W) = 10 mm
- Sudut kemiringan batang terhadap horizontal (o) = 45o
- Kecepatan aliran (vh) = 0,4 m/s
- Nilai bar () = 1,79
- Lebar saluran (L) = 1 m
48
Dimensionering:
- Jumlah batang (n)
Ac =
=
= 0,775 m2
d=
=
= 0,775 m
-
Sin
49
=
= 1,09 m
Aeff
= d. Lt
= 1,09 m . 0,66 m
= 0,72 m2
-
v =
=
= 0,43 m/s
-
Headloss (HL)
; dimana hv =
= 4,738.10-3 m
Ketinggian saluran (H)
H = d-HL
= (0,775-0,004738) m
= 0,770262 m
4.1.3
Grit Chamber
- Jenis : Aerated Grit Chambers
-
Kriteria desain :
50
Direncanakan :
-
Dimensionering :
-
Volume chamber
= 27,9 m3
-
Dimensi chamber
=3m
Volume chamber = panjang x lebar x kedalaman
51
= 4,65 m
-
4.1.4
Fungsi :
Jenis :
Kriteria Desain :
a. Kecepatan self cleaning velocity : 0,3 m/s
b. Slope (s) : 0,0002
c. Koefisien manning kekasaran beton (n) : 0,013
d. Lebar saluran (b) : 4,2 m
e. Koefisien akibat stop gate : 0,6
Dimensionering:
- Penentuan Y,J
1
b. y
4,2. y
( 4,2+2 y
2/3
.0,00021/2
Y =0,21
-
Cek V
Vmaks =
=
Qmaks
b .Ymaks
0,31
4,2.0,21
Dimensionering
Ac = b.Y = 4,2 . 0,21 = 0,882 m
52
R =
-
b.y
b.2 y
0,42.0,21
0,42. 2 .0,21
= 0,5 m
Headloss
V 12V 22
hL = k
2g
2
= 0,6
4,2 0,35
2(9,8)
= 0,54 m
4.1.5
Pra Desinfeksi
Direncanakan:
Desinfektan yang digunakan adalah kaporit Cl
Konsentrasi Cl yang dibutuhkan pada keadaan maksimum 1,5 mg/L
Konsentrasi Cl yang dibutuhkan pada keadaan rata-rata 2,5 mg/L
Konsentrasi Cl yang dibutuhkan pada keadaan minimum 5 mg/L
diketahui :
Q rata-rata air dari instalasi = 0,31 m3/s = 310 L/s
Q maks = Q rata-rata + 50% Q rata-rata
Q maks = 0,31 + 50% 0,31 = 0,465 m3/s = 465 L/s
- Q min = Q rata-rata + 50% Q rata-rata
Q min = 0,31 - 50% 0,31 = 0,155 m3/s = 155 L/s
Dosis Cl
Q rata-rata . CCl rata-rata = 310 L/s . 2,5 mg/L
= 775 mg/s = 147,90 pound/hari
Q maks . CCl maks = 465 L/s . 1,5 mg/L
= 697,5 mg/s = 133,110 pound/hari
Q min . CCl min = 155 m3/s . 5 mg/L
= 775 mg/s = 147,90 pound/hari
Kapasitas feeder
Kapsitas feeder = 147,90 pound/hari + 133,110 pound/hari +
147,90 pound/hari
53
= 428,91 pound/hari
Dicocokkan ke tabel chlorination system, dimana ukuran standard feeder
yang tersedia adalah 10, 20, 30, 50, 75, 100, 150, 250, 500, 1000, 1500,
2000, 3000, 4000, 5000, 6000, dan 8000 pound/hari. Sehingga ukuran yang
diambil adalah 500 pound/hari.
.0,264.10-6
= 204 L/s .
= 4,653 MGD
Dicocokkan pada tabel I :
No
Ukuran Motor
7B
10A
15M
25M
25A
36A
1
1
2
Kapasitas (MGD)
Controlled Discharge
Free Discharge
0-0,35
0-0,30
0,17-1,1
0,17-0,82
0,4-2,3
0,4-1,4
1,0-6,0
1,0-3,6
1,0-11,0
1,0-6,5
1,5-25,0
1,5-9,6
54