Anda di halaman 1dari 54

BAB I

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Air minum adalah kebutuhan utama dalam kehidupan manusia yang memerlukankualitas
yang sehat dan kuantitas yang cukup serta kontinuitas. Sampai saat ini masih
ditemui berbagai masalah dibeberapa perkotaan dan pedesaan terutama belum
terpenuhinya persyaratan kualitas air minum yang didistribusikan kepada masyarakat
sehingga menyebabkan penyelenggaraan pengembangan sistem penyediaan air minum
(SPAM) terkendala dalam jangkauan dan kualitas pelayanan air minum kepada
masyarakat.
Pengelolaan sumber daya air sangat penting, agar dapat dimanfaatkan secara berkelajutan
dengan tingkat mutu yang diinginkan. Salah satu langkah pengelolaan yangdilakukan
adalah pemantauan dan interpretasi data kualitas air, mencakup kualitas fisika,kimia dan
biologi. Namun, sebelum melangkah pada tahap pengelolaan diperlukan pemahaman
yang baik tentang terminologi, karakteristik dan interkoneksi parameter-parameter
kualitas air (Effendi, 2003). Menurut Sutrisno (1991), pengolahan adalah usaha teknis
yang dilakukan untuk mengubah sifat-sifat suatu zat. Hal ini penting artinya bagi air
minum, karena dengan adanya pengolahan ini, maka akan didapatkan suatu air minum
yang memenuhi standar air minum yang telah ditentukan. Dalam proses pengolahan air
ini pada lazimnya dikenal dengan dua cara, yakni:

Pengolahan lengkap atau Complete treatment process, yaitu air akan


mengalamipengolahan lengkap baik fisik, kimiawi, dan bakteriologik. Pengolahan
sebagian atau Partial treatment process, misalnya diadakan pengolahan kimiawi
dan/atau pengolahan bakteriologik saja. Pada hakekatnya, pengolahan lengkap ini
dibagi dalam tiga tingkatan pengolahan, yaitu:
1. Pengolahan fisik; yaitu suatu tingkat

pengolahan

yang

bertujuan

untuk mengurangi ataumenghilangkan kotoran-kotoran yang kasar, penyisihan


lumpur dan pasir, sertamengurangi kadar zat-zat organik yang ada dalam
air yang akan diolah.

Desain Fisika Kimia I

2. Pengolahan kimia; yaitu suatu tingkat pengolahan dengan menggunakan zatzat kimia untuk membantu proses pengolahan selanjutnya. Misalnya, dengan
pembubuhan kapurdalam prosess pelunakan dan sebagainya.
3. Pengolahan
bakteriologis;
yaitu suatu
tingkat pengolahan

untuk

membunuh/memusnahkanbakteri-bakteri yang terkandung dalam air minum


yakni dengan cara/jalan membubuhkankaporit (zat desinfektan). Berdasarkan
kondisi yang ada saat ini, maka sangat penting dilakukan pengelolaan
terhadap kualitas air guna memenuhi kebutuhan akan air bagi makhluk hidup,

baik untuk keperluan air minum, peternakan, pertnian, maupun industri.


Pengolahan sebagian biasanya dilakukan untuk mata air bersih, dan air dari sumur
yangdalam/dangkal. Sedangkan pengolahan lengkap biasanya dilakukan terhadap
air sungai yang kotor/keruh.

Untuk mengatasi permasalahan kualitas dan kuantitas air minum yang timbul saat ini
diperlukan suatu proses pengolahan terlebih dahulu dalam unit produksi sistem
penyediaan air minum. Unit produksi sistem penyediaan air minum berfungsi untuk
mengolah air baku menjadi air minum. Untuk mencapai kualitas air yang sesuai dengan
standar kualitas air minum tersebut, air baku diolah dengan proses pemisahan partikel
kasar, proses pemisahan tersuspensi, proses pemisahan terlarut, proses netralisasi, dan
proses desinfeksi.

Desain Fisika Kimia I

BAB II
GAMBARAN UMUM AIR BAKU AIR MINUM & AIR BUANGAN
2.1 Perbandingan Baku Mutu
Pada dasarnya tanpa dilakukan perbandingan baku mutu, kita telah dapat menentukan
baku mutu yang mana yang dapat digunakan untuk menentukan kualitas air. sejumlah
baku mutu yang dapat digunakan untuk membandingkan hasil pengujian dengan baku
mutu sehingga kita mampu mengetahui kualitas air yang diuji tersebut. Baku mutu yg
diperoleh diantaranya adalah PP 82 tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan
Pengendalian Pencemaran Air dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492 Tahun 2010
Tentang Syarat-syarat Dan Pengawasan Kualitas air. Kedua baku mutu tersebut
merupakan hasil revisi dari peraturan-peraturan sebelumnya. Berdasarkan PP 82/01, air
kelas I merupakan air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum,
dan atau peruntukan lain yang memper-syaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan
tersebut. Sedangkan menurut PERMENKES 492/10, air minum adalah air yang
malalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat
kesehatan dan dapat langsung diminum.
Terdapat perbedaan jelas antara PP 82 tahun 2001 dan PERMENKES 492/2010. PP 82
tahun 2001 merupakan stream standard yang merupakan standard (baku mutu) pada
badan air sesuai dengan peruntukannya. Sedangkan PERMENKES 492/2010 merupakan
baku mutu yang digunakan untuk mengatur persyaratan kualitas air minum.Oleh karena
itu, baku mutu yang akan digunakan untuk mengatur kualitas air minum yang akan
diolah, maka peraturan yang harus digunakan adalah PERMENKES 492/2010.

Desain Fisika Kimia I

N
O
A
1
2
3
B
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
C
1
2
3

PARAMETER

SATUAN

BAKU MUTU
PERMENKES
492/10

PP 82/01

Kelas I ( stream standard )


FISIKA
o
Suhu (insitu)
C
Deviasi 3
Deviasi 3
Zat padat terlarut
mg/L
500
1000
(TDS)
Zat padat
mg/L
50
tersuspensi
KIMIA
pH (insitu)
6,5-8,5
6-9
Amonia bebas
mg/L
1,5
0,5
(NH3-N)
Air raksa (Hg)
mg/L
0,001
0,001
Arsen (As)
mg/L
0,01
0,05
Barium (Ba)
mg/L
0,7
1
Boron (B)
mg/L
0,5
1
Besi (Fe)
mg/L
0,3
0,3
Oksigen terlarut
mg/L
6
(DO)
Flourida (F)
mg/L
1,5
0,5
fenol
mg/L
Fosfat total (PO4mg/L
0,2
P)
Kadmium (Cd)
mg/L
0,003
0,01
Khlorida (Cl)
mg/L
250
1
Chromium
mg/L
0,05
heksavalen (Cr VI)
Kobalt (Co)
mg/L
0,2
Khlorin bebas
mg/L
0,03
(Cl2)
Mangan (Mn)
mg/L
0,4
1
Minyak lemak
mg/L
1000
Nitrat (NO3-N)
mg/L
50
10
Nitrit (NO2-N)
mg/L
3
0,06
Selenium (Se)
mg/L
0,01
0,01
Seng (Zn)
mg/L
3
0,05
Sianida(CN)
mg/L
0,07
0,02
Sulfat (so4)
mg/L
250
400
Sulfide (H2S)
mg/L
0,002
Surfaktan anion
mg/L
(MBAS)
Tembaga (Cu)
mg/L
2
0,3
Timbal (Pb)
mg/L
0,01
0,03
BOD5
mg/L
2
COD
mg/L
10
debit
L/detik
MIKROBIOLOGI
Fecal Coliform
Jml/100 ml
1000
Total coliform
Jml/100 ml
0
100
E.coli
Jml/100 ml
0
100
TABEL 1. PERBANDINGAN BAKU MUTU

Desain Fisika Kimia I

2.2 Analisis Kualtias Air Dengan Membandingkan Baku Mutu


2.2.1 Analisis Kualitas Air Baku
Air minum ialah air yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat
langsung diminum. Sedangkan air bersih adalah air yang dipergunakan untuk
keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat
diminum apabila telah dimasak. Air dapat dikatakan sebagai air bersih apabila
memenuhi 4 syarat yaitu syarat fisik, kimia, biologis, radioaktif sesuai dengan
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 492/Menkes/SK/VII/2010.
a. Syarat fisik, ditentukan oleh faktor-faktor kekeruhan ( turbidity ), warna,
bau, dan rasa serta jernih.
b. Syarat Kimia, meliputi tidak terdapat bahan kimia tertentu seperti Arsen
(As), besi (Fe), Fluorida (F), Chlorida (C), kadar merkuri (Hg), dan lainlain.
c. Syarat

Biologis,

Syarat

biologis

air

ditentukan

oleh

kehadiran

mikroorganisme patogen maupun non pathogen seperti bakteri, virus,


protozoa.. Mikroorganisme coli digunakan sebagai indikator untuk
mengetahui air telah terkontaminasi oleh bahan buangan organic.
d. Syarat Radioaktif
Bahan buangan yang memberikan emisi sinar radioaktif sangat
membahayakan bagi kesehatan, dapat menimpa manusia melalui makanan
atau minuman yang telah tercemar.
Dari data yang diperoleh, dilakukan perbandingan sampel dengan baku mutu,
sehingga dapat diketahui kualitas air baku itu sendiri untuk digunakan sebagai air
baku air minum. Untuk mengetahui kualitas air baku tersebut, dilakukan analisis
terhadap sampel dengan melakukan perbandingan hasil pengujian terhadap baku
mutu yang digunakan yaitu PERMENKES 492/10. Hasil analisis sampel dapat
dilihat pada tabel 2 berikut ini

Tabel 2. Perbandingan hasil pengujian air baku dengan baku mutu

Desain Fisika Kimia I

N
O
A
1
2
3
B
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
C
1
2
3

PARAMETER

SATUAN

FISIKA
o
Suhu (insitu)
C
Zat padat terlarut
mg/L
(TDS)
Zat padat
mg/L
tersuspensi (TSS)
KIMIA
pH (insitu)
Amonia bebas
mg/L
(NH3-N)
Air raksa (Hg)
mg/L
Arsen (As)
mg/L
Barium (Ba)
mg/L
Boron (B)
mg/L
Besi (Fe)
mg/L
Oksigen terlarut
mg/L
(DO)
Flourida (F)
mg/L
Fenol
mg/L
Fosfat total (PO4mg/L
P)
Kadmium (Cd)
mg/L
Khlorida (Cl)
mg/L
Chromium
mg/L
heksavalen (Cr VI)
Kobalt (Co)
mg/L
Khlorin bebas(Cl2)
mg/L
Mangan (Mn)
mg/L
Minyak lemak
mg/L
Nitrat (NO3-N)
mg/L
Nitrit (NO2-N)
mg/L
Selenium (Se)
mg/L
Seng (Zn)
mg/L
Sianida(CN)
mg/L
Sulfat (so4)
mg/L
Sulfide (H2S)
mg/L
Surfaktan anion
mg/L
(MBAS)
Tembaga (Cu)
mg/L
Timbal (Pb)
mg/L
BOD5
mg/L
COD
mg/L
MIKROBIOLOGI
Fecal Coliform
Jml/100 ml
Total coliform
Jml/100 ml
E.coli
Jml/100 ml

HASIL

26,5
68

BAKU MUTU
PERMENKE
Hasil
S 492/10
perbandingan
Deviasi 3
500

O
O

7,62
<0,01

6,5-8,5
1,5

O
O

<0,0005
<0,005
<0,1
<0,01
0,49
3,0

0,001
0,01
0,7
0,5
0,3

O
O
O
O

<0,01
<0,001
0,02

1,5

<0,003
7,8
<0,01

0,003
250

0,4

50
3
0,01
3
0,07
250

O
O
O
O
O
O

2
0,01

O
O

0
0

76

<0,02
<0,01
<0,02
<0,2
4,8
<0,0002
<0,0002
<0,01
<0,005
13,3
<0,002
0,03
<0,02
<0,01
2
17
430
930
430

keterangan: O = memenuhi baku mutu


X= tidak memenuhi baku mutu

2.2.2

Analisis Air Buangan

Desain Fisika Kimia I

Air buangan merupakan air bekas pakai dari berbagai aktivitas manusia, misalnya
dari kegiatan rumah tangga, industri dan lain-lain. Secara garis besar, air buangan
sendiri terdiri dari 2 jenis yaitu air buangan domestik dan air buangan non
domestik. Air buangan buangan domestik berasal dari rumah tangga atau dari
pemukiman, bukan hanya air yang dipakai untuk menggelontor kotoran dari WC
saja, melainkan juga air dari urinoir, air bekas mandi, air bekas untuk mencuci,
baik dari cucian dari kamar cuci pakaian maupun cucian-cucian dari aktivitas
dapur bahkan cucian-cucian dari wastafel. Sedangkan Air buangan non domestik
berasal dari industri dimana air digunakan untuk bermacam-macam proses
industri,

sehingga

air

menjadi

tercemar

dengan

kotoran-kotoran

yang

komposisinya tergantung dari proses produksinya.


Untuk mengetahui apakah air buangan tersebut memenuhi baku mutu untuk
dibuang ke lingkungan ataupun badan air, maka dilakukan perbandingan dengan
menggunakan baku mutu effluent standard. Effluent standard adalah batas kadar
dan jumlah unsur pencemar yang ditenggang adanya dalam limbah cair untuk
dibuang dari suatu jenis kegiatan tertentu. Nilai effluent standard adalah
konsentrasi yang terkandung dalam effluent air buangan dari instalasi pengolah.
Hasil analisis sampel air buangan (effluent) dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini

Tabel 3. Perbandingan Pengukuran Air Buangan dengan baku mutu


Desain Fisika Kimia I

BAKU MUTU
KEPMEN LH
Hasil
112/2003
perbandingan
-

NO

PARAMETER

SATUAN

HASIL

1
2

TS
Zat padat terlarut
(TDS)
Zat padat
tersuspensi (TSS)
SS
pH
BOD
COD
NH3
Nitrat-N
Nitrit-N
Phosfat
Sulfat
Chlorida
Alkalinitas
Sampah Kasar
Minyak dan Lemak

mg/L
mg/L

600
550

mg/L

90

100

mg/L

10
6.2
350
450
60
1.2
0.3
4
20
62
100
2
15

6-9
100
10

3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16

mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L

O
X

keterangan: O = memenuhi baku mutu


X= tidak memenuhi baku mutu

2.2.2 Analisis Kualitas Badan Penerima Air


Hasil analisis kualitas badan penerima air dilakukan dengan memebandingkan sampel dengan
stream standard. Hasil analisis dapat diliaht pada tabel 4 berikut
Tabel 4. Perbandingan Pengukuran Badan Air Penerimadengan baku mutu
Desain Fisika Kimia I

keterangan: O = memenuhi baku mutu


X= tidak memenuhi baku mutu

2.3 Analisis Per Parameter


2.3.1 Parameter Fisik
Parameter fisika adalah parameter yang berhubungan dengan penglihatan,
N
O
A
1
2
3
4
5
6
7
8

PARAMETER
FISIKA
Zat padat terlarut
(TDS)
Zat padat
tersuspensi (TSS)
BOD
COD
NH3
Nitrat-N
Nitrit-N
Minyak dan Lemak

BAKU MUTU
PP 82/2001
Hasil
Kelas 1
perbandingan

SATUAN

HASIL

mg/L

50

1000

mg/L

68

50

mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L

30.5
37.5
0.025
5.93
0.06
0

2
10
0.5
10
0.06
10

X
X
O
O
O
X

sentuhan, rasa, ataupun bau serta padatan terlarut dan tersuspensi.


a. Zat padat tersuspensi (TSS)
Padatan tersuspensi adalah padatan yang menyebabkan kekeruhan air,
tidak terlarut dan tidak dapat langsung mengendap, terdiri dari partikelpartikel yang ukuran maupun beratnya lebih kecil dari sedimen, misalnya
tanah liat, bahan-bahan organik tertentu, sel-sel mikroorganisme, dan
sebagainya (Nasution,M.I, 2008) .
Zat padat tersuspensi merupakan tempat berlangsungnya reaksi-reaksi
kimia yang heterogen, dan berfungsi sebagai bahan pembentuk endapan
yang paling awal dan dapat menghalangi kemampuan produksi zat organik
di suatu perairan (Tarigan dan Edward, 2003).
TSS berhubungan erat dengan erosi tanah dan erosi dari saluran sungai.
TSS sangat bervariasi, mulai kurang dari 5 mg L-1 yang yang paling
Desain Fisika Kimia I

ekstrem 30.000 mg L-1 di beberapa sungai. TSS tidak hanya menjadi


ukuran penting erosi di alur sungai, juga berhubungan erat dengan
transportasi melalui sistem sungai nutrisi (terutama fosfor), logam, dan
berbagai bahan kimia industri dan pertanian (Effendi, 2003).
b. Zat padat terlarut (TDS)
Total padatan terlarut merupakan konsentrasi jumlah ion kation
(bermuatan positif) dan anion (bermuatan negatif) di dalam air. Oleh
karena itu, analisa total padatan terlarut menyediakan pengukuran
kualitatif dari jumlah ion terlarut, tetapi tidak menjelaskan pada sifat atau
hubungan ion. Selain itu, pengujian tidak memberikan wawasan dalam
masalah kualitas air yang spesifik. Oleh karena itu, analisa total padatan
terlarut digunakan sebagai uji indikator untuk menentukan kualitas umum
dari air. Sumber padatan terlarut total dapat mencakup semua kation dan
anion terlarut, tapi tabel berikut dapat digunakan sebagai generalisasi dari
hubungan TDS untuk masalah kualitas air (Oram, B. 2010).
Sumber utama untuk TDS dalam perairan adalah limpahan dari pertanian,
limbah rumah tangga, dan industri. Unsur kimia yang paling umum adalah
kalsium, fosfat, nitrat, natrium, kalium dan klorida. Bahan kimia dapat
berupa kation, anion, molekul atau aglomerasi dari ribuan molekul.
Kandungan TDS yang berbahaya adalah pestisida yang timbul dari aliran
permukaan. Beberapa padatan total terlarut alami berasal dari pelapukan
dan pelarutan batu dan tanah. Standar kualitas air minum yang telah
ditentukan oleh Amerika Serikat sebesar 500 mg / l (Oram,B. 2010).
c. Pengolahan zat padat pada air
Terdapat beberapa pengolahan yang dapat digunakan untuktuk

2.3.2

mengurangi kehadiran zat padat pada air, diantaranya adalah:


Filtrasi
Prasedimentasi
Koagulasi
Flokulasi
Sedimentasi
Parameter Kimia
Parameter kimia merupakan parameter yang terdiri dari pH, alkalinitas,
kesadahan, logam-logam, bahan organik, nutrisi dan pestisida.
a. pH

Desain Fisika Kimia I

10

Keasaman ditetapkan berdasarkan tinggi rendahnya konsentrasi ion


hidrogen dalam air. Air buangan yang mempunyai pH tinggi atau rendah
menjadikan air steril dan sebagai akibatnya membunuh mikroorganisme
air yang diperlukan. Demikian juga makhluk lain, misalnya ikan tidak
dapat hidup. Air yang mempunyai pH rendah membuat air menjadi korosif
terhadap bahan konstruksi seperti besi. Buangan yang bersifat alkalis
(basa) bersumber dari buangan mengandung bahan anorganik seperti
senyawa karbonat, bikarbonat dan hidroksida. Buangan asam berasal dari
bahan kimia yang bersifat asam, misalnya buangan mengandung 582 asam
khlorida, asam sulfat dan lain-lain.
b. Besi dan Mangan
Besi dan mangan yang teroksida dalam air berwarna kecoklatan dan tidak
larut, menyebabkan penggunaan air menjadi terbatas. Air tidak dapat
dipergunakan untuk keperluan rumah tangga dan industri. Kedua macam
bahan ini berasal dari larutan batu-batuan yang mengandung senyawa Fe
atau Mn seperti pyrit, kematit, mangan dan lain-lain. Dalam limbah
industri, besi berasal dari korosi pipa-pipa air, material logam sebagai
hasil reaksi elektro kimia yang terjadi pada permukaan. Air yang
mengandung padatan larut mempunyai sifat mengantarkan listrik dan ini
mempercepat terjadinya korosi.
Pengolahan yang dapat dilakukan untuk menurunkan konsentrasi besi
adalah Aerasi, Sedimentasi/Filtrasi, penyesuaian pH, ozone, pengolahan
chlor, presipitasi kimia/filtrasi, ion exchange, oksidasi potassium
permanganat dengan presipitasi/filtrasi.
c. Flourida
Sumber fluorida di alam adalah fluorspar (CaF2), cryolite (Na3AlF6),
dan fluorapatite. Keberadaan fluorida juga dapat berasal dari pembakaran
batu bara. Fluorida banyak digunakan dalam industri besi baja, gelas,
pelapisan logam, aluminium, dan pestisida (Eckenfelder, 1989).
d. Khlorida
Khlorida banyak dijumpai dalam pabrik industri kaustik soda. Bahan ini
berasal dari proses elektrolisa, penjernihan garam dan lain-lain. Khlorida
merupakan zat terlarut dan tidak menyerap. Sebagai Khlor bebas berfungsi
Desain Fisika Kimia I

11

desinfektan, tapi dalam bentuk ion yang bersenyawa dengan ion natrium
menyebabkan air menjadi asin dan merusak pipa-pipa instalasi.
e. Nitrogen
Nitrogen dalam air limbah pada umumnya terdapat dalam bentuk organik
dan oleh bakteri berubah menjadi amonia. Dalam kondisi aerobik dan
dalam waktu tertentu bakteri dapat mengoksidasi amonia menjadi nitrit
dan nitrat. Nitrat dapat digunakan oleh algae dan tumbuh-tumbuhan lain
untuk membentuk protein tanaman dan oleh hewan untuk membentuk
protein hewan. Perusakan protein tanaman dan hewan oleh bakteri
menghasilkan amonia. Nitrit menunjukkan jumlah zat nitrogen yang
teroksidasi. Nitrit merupakan hasil reaksi dan menjadi amoniak atau
dioksidasi menjadi nitrit. Kehadiran nitrogen ini sering sekali dijumpai
sebagai nitrogen nitrit.
f. Logam Berat
Logam berat pada umumnya seperti cuprum (tembaga), perak, seng,
cadmium, air raksa, timah, chromium, besi dan nikel. Metal lain yang juga
termasuk metal berat adalah arsen, selenium, cobalt, mangan dan
aluminium. Cadmium ditemukan dalam buangan industri tekstil, elektro
plating, pabrik kimia. Chromium dijumpai dalam 2 bentuk yaitu chrom
valensi enam dan chrom valensi tiga. Chrom valensi enam ditemukan pada
buangan pabrik aluminium dan cat, sedang chrom trivalen ditemukan pada
pabrik tekstil, industri gelas dan keramik. Plumbum terdapat dalam
buangan pabrik baterai, pencelupan dolt cat. Logam ini dalam konsentrasi
tertentu membahayakan bagi manusia.
g. Fenol
Fenol yang dengan konsentrasi 0,005/liter dalam air minum menciptakan
rasa dan bau apabila bereaksi dengan khlor membentuk chlorophenol.
Sumber fenol terdapat pada industri pengolahan minyak, batubara, pabrik
kimia, pabrik resin, pabrik kertas, tekstil.
h. Timbal
Kadar dan toksisitas timbal dipengaruhi oleh kesadahan, pH, alkalinitas,
dan oksigen. Berasal dari kerak bumi dan batuan.

Desain Fisika Kimia I

12

i. Lemak dan Minyak


Lemak dan minyak ditemukan mengapung di atas permukaan air
meskipun sebagian terdapat di bawah permukaan air. Lemak dan minyak
merupakan senyawa ester dari turunan alkohol yang tersusun dari unsur
karbon, hidrogen dan oksigen. Lemak sukar diuraikan bakteri tapi dapat
dihidrolisa oleh alkali sehingga membentuk senyawa sabun yang mudah
larut. Minyak pelumas yang berasal dari minyak bumi dipakai dalam
pabrik dan terbawa air cucian ketika dibersihkan. Sebagai alat pencuci
Bering Pula digunakan minyak pelarut. Adanya minyak dan lemak di atas
permukaan air merintangi proses biologi dalam air sehingga tidak terjadi
fotosintesa.
j. Sulfat dan Sulfida
Semakin rendah pH semakin tinggi sulfida. Sumber sulfat lainnya adalah
dari pupuk sulfat dan hujan asam yang terserap dalam tanah dalam bentuk
sulfat. Sulfat kemudian mengalami reduksi oleh bakteri menjadi sulfide
(S2-), hasil dari reduksi sulfat oleh bakteri residual mengalami proses
volatilisasi menjadi gas dalam bentuk H2S. sebagian lainnya mengalami
proses leaching, sebagiannya lagi diserap oleh tanaman sebagai sumber
nutrisi sekunder. Sulfat juga mengalami proses immobilisasi oleh bakteri
asimilisasi diubah menjadi bahan organik tanah kembali.
k. Sianida
Berasal dari limbah industri, industri perlapisan logam, pertambangan
emas, perak, pupuk dan besi baja.
l. Biological Oxigen Demand (BOD)
Pengukuran terhadap nilai Biochemical Oxigen Demand (BOD) adalah
kebutuhan oksigen yang terlarut dalam air buangan yang dipergunakan
untuk menguraikan senyawa organik dengan bantuan mikroorganisme
pada kondisi tertentu. Pemeriksaan BOD didasarkan pada reaksi oksidasi
zat organis dengan oksigen di dalam air dan proses tersebut berlangsung
karena adanya bakteri aerobik. Jadi nilai BOD tidak menunjukan jumlah
bahan organik yang sebenarnya, tetapi hanya mengukur secara relatif
jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan-bahan
Desain Fisika Kimia I

13

buangan tersebut. Jika konsumsi oksigen tertinggi yang ditunjukan dengan


semakin kecilnya sisa oksigen terlarut, maka berarti kandungan bahanbahan buangan yang dibutuhkan oksigen tinggi.
Organisme hidup yang bersifat aerobik membutuhkan oksigen untuk
beberapa reaksi biokimia, yaitu untuk mengoksidasi bahan organik, sintesa
sel, dan oksidasi sel. Komponen organik yang mengandung senyawa
nitrogen dapat pula di oksidasi menjadi nitrat, sedangkan komponen
organik yang mengandung sulfur dapat di oksidasi menjadi sulfat.
Konsumsi oksigen dapat diketahui dengan mengoksidasikan air pada suhu
200C selama 5 hari, dan nilai BOD yang menunjukan jumlah oksigen
yang dikonsumsi dapat diketahui dengan menghitung selisih konsentrasi
oksigen terlarut sebelum dan sesudah inkubasi. Pengukuran selama 5 hari
dengan suhu 200C ini hanya menghitung sebanyak 68% bahan organik
yang teroksidasi, tetapi suhu dan waktu yang digunakan tersebut
merupakan standar uji karena untuk mengoksidasi bahan organik
seluruhnya secara sempurna diperlukan waktu yang lebih lama, yaitu
mungkin sampai 20 hari sehingga dianggap tidak efisien.
Air yang hampir murni mempunyai nilai BOD kira-kira 1 ppm, dan air
yang memiliki nilai BOD 3 ppm masih di anggap cukup murni, tetapi
kemurnian air diragunkan jika nilai BOD-nya mencapai 5 ppm atau lebih.
Bahan buangan industri pengolahan pangan seperti industri pengalengan,
industri susu, industri gula dan sebagainya memiliki nilai BOD yang
bervariasi, yaitu mulai 100 ppm sampai 10.000 ppm, oleh karena itu harus
mengalami penanganan atau pengeceran yang tinggi sekali pada saat
pembuangan ke badan air disekitarnya seperti, sungai ataupun ke laut,
yaitu untuk mencegah terjadinya penurunan konsentrasi oksigen terlarut
dengan cepat di dalam badan air tempat pembungan bahan-bahan tersebut.
Masalah yang timbul adalah apabila konsentrasi oksigen terlarut badan air
tersebut sebelumnya sudah terlalu rendah.

Desain Fisika Kimia I

14

Sebagai akibat menurunnya oksigen terlarut di dalam air adalah


menurunnya kehidupan hewan dan tanaman air. Hal ini disebabkan karena
mahluk-mahluk hidup tersebut banyak yang mati atau melakukan migrasi
ke tempat lainnya yang konsentrasi oksigennya masih cukup tinggi. Jika
konsentrasi oksigen terlarut sudah terlalu rendah, maka mikroorganisme
aerobik tidak dapat hidup dan berkembang biak, tetapi sebaliknya
mikroorganisme yang bersifat anaerobik akan menjadi aktif untuk
memecah bahan-bahan tersebut secara anaerobik karena tidak adanya
oksigen.
Senyawa-senyawa hasil pemecahan secara anaerobik seperti amin, H2S
dan komponen fosfor mempunyai bau yang menyengat, misalnya amin
berbau anyir dan H2S berbau busuk. Oleh karena itu perubahan badan air
dari kondisi aerobik menjadi anaerobik tidak dikehendaki.
m. COD
COD adalah jumlah oksigen yang diperlukan agar bahan buangan yang
ada dalam air dapat teroksidasi melalui reaksi kimia baik yang dapat
didegradasi secara biologis maupun yang sukar didegradasi. Bahan
buangan organic tersebut akan dioksidasi oleh kalium bichromat yang
digunakan sebagai sumber oksigen (oxidizing agent) menjadi gas CO2
dan gas H2O serta sejumlah ion chrom. Reaksinya sebagai berikut :
HaHbOc + Cr2O7 2- + H + CO2 + H2O + Cr 3+
Jika pada perairan terdapat bahan organic yang resisten terhadap
degradasi biologis, misalnya tannin, fenol, polisacharida dansebagainya,
maka lebih cocok dilakukan pengukuran COD daripada BOD.
Kenyataannya hampir semua zat organic dapat dioksidasi oleh oksidator
kuat seperti kalium permanganat dalam suasana asam, diperkirakan 95%
- 100% bahan organic dapat dioksidasi.
Seperti pada BOD, perairan dengan nilai COD tinggi tidak diinginkan
bagi kepentingan perikanan dan pertanian. Nilai COD pada perairan
yang tidak tercemar biasanya kurang dari 20 mg/L, sedangkan pada
perairan tercemar dapat lebih dari 200 mg/L dan pada limbah industri
dapat mencapai 60.000 mg/L (UNESCO,WHO/UNEP, 1992).
Desain Fisika Kimia I

15

2.4 Efisiensi Penyisihan Pengolahan


2.4.1 Sampel air baku air minum
Besi
Hasil pengujian besi adalah 0.49 mg/L.
Baku mutu untuk besi adalah 0.3 mg/L
Efisiensi pengolahan penyisihan adalah 39%
Total coliform
Hasil pengujian adalah 930 jml/100 ml
Baku mutu adalah 0 jml/100 ml
Efisiensi pengolahan penyisihan adalah 100%
Total coliform
Hasil pengujian adalah 430 jml/100 ml
Baku mutu adalah 0 jml/100 ml
Efisiensi pengolahan penyisihan adalah 100%
2.4.2 Sampel air buangan

BOD
Hasil pengukuran BOD adalah 350 mg/L.
Baku mutu untuk BOD adalah 100 mg/L
Efisiensi pengolahan penyisihan adalah 72%
Minyak dan Lemak
Hasil pengukuran Minyak dan lemak adalah 15 mg/L.
Baku mutu untuk Minyak dan lemak adalah 10 mg/L
Efisiensi pengolahan penyisihan adalah 34%

2.4.2

Sampel badan air penerima


Zat padat tersuspensi (TSS)
Hasil pengukuran TSS adalah 68 mg/L.
Baku mutu untuk TSS adalah 50 mg/L
Efisiensi pengolahan penyisihan adalah 65%

BOD
Hasil pengukuran BOD adalah 30.5 mg/L.
Baku mutu untuk BOD adalah 2 mg/L
Efisiensi pengolahan penyisihan adalah 94%
COD
Hasil pengukuran COD adalah 37.5 mg/L.
Baku mutu untuk COD adalah 10 mg/L
Efisiensi pengolahan penyisihan adalah 74%

Desain Fisika Kimia I

16

BAB III
PERENCANAAN UNIT PENGOLAHAN
A. Unit-unit Pengolahan Air minum
Air minum adalah air yang digunakan untuk konsumsi manusia. Menurut departemen
kesehatan, syarat-syarat air minum adalah tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna,
tidak mengandung mikroorganisme yang berbahaya, dan tidak mengandung logam berat.
Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan ataupun tanpa proses pengolahan
yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung di minum (Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor 907 Tahun 2002).

Desain Fisika Kimia I

17

Baku mutu yang digunakan untuk kualitas air minum di Indonesia adalah PERMENKES
492/2010. Jika air minum yang diproduksi tidak memenuhi baku mutu, harus dilakukan
pengolahan lanjutan untuk memastikan air tersebut aman untuk dikonsumsi. Pengolahan
air baku secara umum dilakukan melalui proses fisika dan proses kimia atau kombinasi
antara kedua proses tersebut. Proses pengolahan dan unit-unit pengolahan yang
digunakan harus disesuaikan dengan kualitas air baku, polutan yang harus disisihkan, dan
tujuan dari penggunaan air hasil pengolahan (jujubandung, 2012). Berikut adalah gambar
skematik unit-unit pengolahan air minum yang biasa diterapkan

Gambar 1. Skema Pengolahan Air Minum

Gambar 2. Skema Pengolahan Air Buangan


3.2

Unit-unit Pengolahan Air minum


3.2.1

Intake

Desain Fisika Kimia I

18

Intake adalah bangunan yang berfungsi sebagai pengambilan dimana air sungai
dapatdialirkan menuju bangunan pengolahan dengan suspended solid (SS)
seminimal mungkin.Intake harus dapat mengumpulkan air yang cukup untuk
diolah dan didistribusikan sesuaidengan kebutuhan. Intake yang letaknya di
pinggir sungai harus mampu mengatasi masalahfluktuasi debit dan kualitas dari
badan air yang digunakan sebagai sumber. Pengambilan air di sungai pada
dasarnya dapat dilakukan dengan 2 cara: (Al-Layla, 1980)
- Exposed Intake
Kriteria desain dari tipe intake ini adalah :
a. Kecepatan ports 0,2-0,33 ft/s, maksimum 0,5 ft/s
b. Jumlah port minimal tiga
c. Debit (Q) intake sama dengan Q minimum
- Submergence intake
Kriteria desain dari intake ini adalah :
a. Jumlah submerger minimal dua
b. Kecepatan sebesar 1,5-2 ft/s, maksimum 3-4 ft/s
Untuk tipe intake, dapat dilihat pada tabel 3.1. :

Tabel 3.1. Tipe Intake


Tipe

Exposed Intake

Submergence Intake
Desain Fisika Kimia I

Desain

Ciri khas

Tower (bersatu dengan


bendungan)

Diterapkan pada sistem


yang lebih besar

Tower (di dalam


danau)

Mempengaruhi pelayaran

Shore well

Didesain untuk sampah


yang mengapung

Siphone well

Mudah dalam operasi dan


pemeliharaan

Floating

Fleksibel

Plain end pipe

Diterapkan untuk sistem


19

yang lebih kecil

Screened inlet crib

- Tidak mempengaruhi
pelayaran
- Tidak dipengaruhi oleh
sampah
- Fleksibilitas rendah
- Sulit dalam operasi dan
pemeliharaan

Sumber : Al-Layla, 1980

Untuk kriteria hidrolis intake, dapat dilihat pada tabel 3.2. :


Tabel 3.2. Kriteria Hidrolis Intake
Kriteria Debit

Kapasitas

Q desain

Q minimum

(0,1-0,2) Q

Q ultimate

2Q

Keterangan
Kapasitas perencanaan
saat ini
Spesifikasi sistem
Evaluasi untuk seluruh
kondisi desain

Sumber : Al-Layla, 1980

Adapun bagian dan kriteria desain dari intake, yaitu : (Al-Layla, 1980)
a. Saringan Bell-Mouth/silindris
- Kecepatan pada lubang saringan 0,15-0,3 m/s
- Diameter bukaan lubang - inci
- Luas saringan sama dengan dua kali luas efektif lubang
b.

Pipa gravitasi air baku

- Kecepatan air di dalam pipa 0,6-1,5 m/s


- Kecepatan air pada muka air minimum adalah > 0,6 m/s
- Kecepatan air di dalam pipa pada muka air maksimum < 1,5 m/s
c.
-

Sumur pengumpul
Jumlah sumur minimal dua buah
Waktu detensi lebih dari dua puluh menit
Tinggi katup kaki terhadap dasar sumur > 0,6 meter

Desain Fisika Kimia I

20

Dasar sumur > 1 meter di bawah dasar sungai atau lebih dari 1,52 meter

di bawah muka air minimum


Sumur harus kedap air dan dibangun dari materi kuat seperti beton

bertulang dengan ketebalan > 20 cm


- Sumur harus cukup kuat untuk mengatasi tekanan
d. Pipa penyadap
- Kecepatan di dalam pipa 0,5-1 m/s
- Beda elevasi antara muka air minimum dengan pusat pompa adalah < 3,7
-

meter
Jika tinggi pompa lebih dari muka air minimum, jarak penyadap < 4

meter
e. Pipa backwash
- Kecepatan di dalam pipa > 3 m/s
- Air untuk backwash menggunakan air bersih
- Jumlah air untuk backwash sebanding dengan sepertiga aliran di dalam
pipa penyadap

Tabel 3.3. Jumlah Pompa yang Digunakan

Pompa

Debit
(L/menit)

Jumlah
Pompa

Pompa yang
Digunakan

yang stand by

1895

1896-5685

5686-11370

>11370

Sumber : Al-Layla, 1980

Beberapa hal yang perlu dilakukan dalam perencanaan intake :


1. Intake sebaiknya terletak di tempat yang tidak deras alirannya sebab dapat
membahayakan intake, sehingga berakibat pada terbatasnya air baku air
minum.
2. Tanah disekitar intake harusnya cukup stabil, dan tidak mudah terkena
erosi.
3. Aliran air yang menuju intake seharusnya bebas dari hambatan dan
gangguan
4. Intake sebaiknya berada di bawah permukaan sungai untuk menjamin air
yang fresh dan mencegah masuknya benda-benda terapung.
Desain Fisika Kimia I

21

3.1.2

5. Untuk mencegah masuknya suspended solid yang ada pada dasar,


sebaiknya inlet diletakkan cukup di atas badan air.
6. Untuk menghindari kontaminasi, intake seharusnya terletak cukup jauh
dari sumber kontaminan.
7. Intake sebaiknya terletak di hulu sungai.
8. Intake sebaiknya dilengkapi dengan saringan (screen). Ujung pipa
pengambilan yang berhubungan dengan pompa sebaiknya juga diberi
saringan (strainer).
9. Untuk muka air yang berfluktuasi, inlet yang ke sumur pengumpul
(sumwell) sebaiknya dibuat beberapa level.
10. Jika fluktuasi muka air musim kemarau dan musim penghujan terlalu
besar dan sungai menjadi hampir kering dimusim kemarau. Air dapat
ditampung dengan membuat weir kecil yang memotong sungai.
11. Jika permukaan air sungai konstan dan tebing terendam, maka intake
dapat dibuat didekat sungai. Dalam keadaan ini air dialirkan ke pipa yang
dilewatkan horizontal. Dalam hal ini inlet juga sebaiknya dilindungi
dengan saringan kasar (overscreen) atau strainer.
Screening
Unit pengolahan pertama pada bangunan pengolahan air buangan adalah
screening. Screen adalah alat dengan lubang-lubang, umumnya ukurannya tidak
seragam, yang digunakan untuk menahan keluaran dari air buangan pada
bangunan pengolahan air buangan. Prinsip dari screening ini adalah untuk
menyisihkan material-material kasar dari air buangan yang dapat menyebabkan
kerusakan pada peralatan, mengurangi keefektifan kerja peralatan lainnya, dan
menyebabkan kontaminasi. Fine screen biasanya digunakan sebagai lanjutan dari
proses screening dimana terdapat material-material yang lebih besar muncul
untuk melindungi peralatan proses lainnya dan mengeliminasi material yang dapat
menghambat proses biologi. (Metcalf & Eddy, 2004)
Ada beberapa aspek yang harus diperhatikan dalam screening, yaitu : (Metcalf &
Eddy, 2004)
Derajat kemiringan screening penyisih material-material karena ada
potensi terjadinya downstream
Kesehatan dan keamanan dari operator screening karena screening
berpotensi mengandung organisme patogen dan serangan serangga
Potensial terjadinya bau
Peralatan untuk menyisihkan material-material yang tersaring pada
screening

Desain Fisika Kimia I

22

Pilhan dalam penyisihan


Pada umumnya, terdapat tiga tipe screen yang sering digunakan, yaitu : (Metcalf
& Eddy, 2004)
1. Coarse screens
Coarse screens mempunyai lubang yang berkisar dari 6-150 mm (0,25 6 inci).
Dalam pengolahan air buangan, coarse screens digunakan untuk melindungi
pipa, pompa, jalur pipa, dan peralatan lainnya dari kerusakan atau sumbatan dari
material-material yang berukuran besar dan kasar. Ada tidaknya coarse screens
itu bergantung pada karakteristik dari air buangannya.
Terdapat beberapa karakteristik dari coarse screens, yaitu :
- Menyisihkan 60-70 % volume partikel yang disaring pada air buangan
- Dapat menahan material-material kasar
- Batangan tegak pada coarse screen ini berjarak 5/8 antara satu dengan yang
lainnya atau lebih
Berdasarkan metode yang digunakan untuk membersihkannya, coarse screens
dibagi menjadi dua, yaitu :
Hand-Cleaned Coarse Screens
Hand-Cleaned Coarse Screens digunakan secara berkali-kali di depan
pompa pada pipa station pengolahan air buangan skala kecil. Pada jenis
screen ini, panjang dari batang-batang yang ada tidak boleh melebihi
jangkauan tangan untuk dibersihkan, kira-kira 3 meter. Saluran pada screen
harus didesain untuk mencegah akumulasi dari material kasar dan materi
berat lainnya. Kecepatan maksimum pada jenis ini adalah 0,45 m/s (1,5 ft/s)
untuk menyediakan area screen untuk akumulasi dari screening.

Gambar 1. Hand-Cleaned Coarse Screens

Mechanically-Cleaned Bar Screens


Desain dari screen ini terus dikembangkan dari masa ke masa untuk
mereduksi proses operasi dan masalah peralatan, serta untuk meningkatkan

Desain Fisika Kimia I

23

kemampuan screen untuk menyisihkan material. Pada desain bangunan


dengan menggunakan screen ini, kecepatan maksimumnya adalah 0,4 m/s
agar tidak terjadi deposisi material-material solid pada saluran.

Tabel 3.4. Kriteria Desain Hand-Cleaned dan Mechanically-Cleaned Bar Screens

SI unit
Parameter

-Ukuran Bar
Lebar
Kedalaman
-Ruang antara bar
untuk
pembersihan
-Kemiringan
-Kecepatan
Maksimum
Minimum
-Headloss
yang
diizinkan

Metode Pembersihan

Unit

Hand-Cleaned

Mechanically-Cleaned

mm
mm

5-15
25-38

5-15
25-38

mm

25-50

15-75

30-45

0-30

m/s
m/s

0,3-0,6

0,6-1
0,3-0,5

mm

150

150-600

Sumber : Metcalf & Eddy, 2004

Menurut Qasim, kriteria desain dari bar screen untuk kekasaran


salurannya adalah 0,013. Untuk jenis bar dan nilai bentuknya :

Tabel 3.5. Jenis Bars dan Nilai Bentuk Bars

No

Bars

Nilai Bars ()

Sharp edge rectangular

2,42

Rectangular, semi-circular upstream face

1,83

Rectangular, down-circular upstream face

1,67

Circular

1,79

Sumber : Qasim, 1985

Desain Fisika Kimia I

24

2.

Fine screens
Fine screens mempunyai lubang < 6 mm (0.25 inci). Screen ini digunakan
sebagai praeliminasi (setelah coarse screens). Fine screens boleh digunakan
untuk mengganti pengolahan fisik pada bangunan pengolahan air buangan
skala kecil, hingga 0,13 m3/s. Kriteria desain dari fine screen dapat dilihat
pada Tabel 3.6 :
Tabel 3.6. Penyisihan Pada Fine Screen

Tipe Screen
-

Fixed Parabolic
Rotary drum

Ukuran Bukaan

% Penyisihan

inci

mm

BOD

TSS

0,0625
0,01

1,6
0,25

5-20
25-50

5-30
25-45

Sumber : Metcalf & Eddy, 2004

3.

Microscreens
Microscreens ukuran lubang-lubangnya < 50 m. Pada screen ini,
kecepatannya lambat, yaitu hingga 4 r/min. Filter pada screen ini
mempunyai bukaan pada 10-35 m yang disekelilingnya drum. Air buangan
masuk pada bukaan drum itu dan aliran melalui lapisan screen rotatingdrum. Zat padat yang dikumpulkan dibersihkan dengan tekanan tinggi pada
tempat pengumpulan itu.
Penyisihan TSS dengan microscreens ini adalah 10-80 %, dengan rata-rata
55%. Adapun kriteria desain dari microscreens dapat dilihat pada tabel 3.7 :
Tabel 3.7. Kriteria Desain dari Microscreens

Item

SI unit

Keterangan

Ukuran screen

20-35 m

Bahan stainless-steel atau


polyester tersedia pada
ukuran 15-60 m

Laju
pengumpulan
hidrolis

3-6 m/menit

Bergantung pada area


permukaan gabungan di
drum

Headloss yang
melewati screen

75-150 mm

Bypass harus disediakan


jika headloss yang terjadi
200 mm (8 in)

Desain Fisika Kimia I

25

Diameter drum

Peralatan
backwash

2,5-5 meter

3 meter adalah yang biasa


digunakan, ukuran yang
lebih kecil menambahkan
peralatan backwash

2 % throughput pada 350


kPa, 5 % throughput pada
100 kPa

Maksimum kecepatan
putaran dibatasi hingga 45
m/menit

Sumber : diadopsi sebagian dari Tchobanoglous, 1988

Elemen-elemen yang ada pada screening adalah batang yang berdiri tegak secara
paralel, kawat tembaga, kisi/jeruji, atau plat yang berlubang. Screen yang terdiri
dari batang yang berdiri tegak paralel atau tiang biasa disebut bar rack atau
coarse screens, yang digunakan untuk menyisihkan material-material kasar. Fine
screens adalah alat yang terdiri dari plat yang berlubang yang mempunyai bukaan
yang kecil. Material-material yang disisihkan dengan alat-alat tersebut disebut
screenings.
Rumus-rumus yang digunakan :
-

Jumlah batang (n) :


......................................................(5)

Jumlah bukaan (S) :


S = n+1 .....................................................................(6)

Lebar bukaan batang total (Lt) :


Lt = bxS ....................................................................(7)
Lebar efektif (Leff) :
Leff = (n+1).b ............................................................(8)

.....................................................................(9)

....................................................................(10)

................................................................(11)
Luas efektif (Aeff) :
Aeff = dxLeff ............................................................(12)
Headloss (HL) :

Desain Fisika Kimia I

26

; dimana hv =
-

................(13)

Kedalaman (H) :
H = d-HL ................................................................(14)
Keterangan :
n = jarak bukaan antarbatang (m)
W = lebar penampang batang (m)
= sudut kemiringan batang terhadap horizontal (o)
L = lebar saluran (m)
v = kecepatan aliran air (m/s)
= nilai bar
d = kedalaman batang (m)
d = kedalaman batang yang terendam air (m)
g = gaya gravitasi (9,8 m/s2)

3.1.3

Grit Chambers (Metcalf & Eddy, 2004)


Penyisihan kerikil-kerikil halus mungkin dilakukan pada atau pemisahan partikel
secara sentifugal. Grit chambers itu didesain untuk menyisihkan kerikil-kerikil
halus, termasuk pasir, kerikil, atau material solid lainnya yang turun dari aliran
karena massa jenisnya lebih besar, yang terdapat di dalam air buangan. Grit
chambers kebanyakan diletakkan setelah bar screen dan sebelum tangki
sedimentasi utama. Di beberapa instalasi, grit chamber mendahului unit screen.
Secara umum, unit screen yang berada di depan grit chambers dapat
mempermudah dalam proses selanjutnya.
Grit chambers itu disediakan untuk melindungi alat-alat mekanik yang ada dari
abrasi, mengurangi pembentukan endapan pada jalur pipa, mengurangi frekuensi
pembersihan lumpur yang disebabkan oleh akumulasi dari kerikil-kerikil halus.
Ada tiga tipe umum dari grit chambers, yaitu :

Horizontal-Flow Grit Chambers


Pada tipe ini, aliran air buangan melewati wadah secara horizontal dan kecepatan
aliran horizontal diatur oleh dimensi dari unit, terdapat gerbang influen, dan weir
pada akhir dari effluen. Terdapat dua jenis Horizontal-Flow Grit Chambers, yaitu
Desain Fisika Kimia I

27

Rectangular Horizontal-Flow Grit Chambers dan Square Horizontal-Flow Grit


Chambers.
Tabel 3.8. Kriteria Desain Horizontal-Flow Grit Chambers

Item

SI unit
Unit

Rentang

Tipikal

sekon

45-90

60

m/s

0,25-0,4

0,3

m/mina
m/mina

1-1,3
0,6-0,9

1,15
0,75

Headloss dengan
kontrol pada
persen kedalaman
saluran

30-40

36b

Penambahan
panjang untuk ilet
dan outlet yang
diizinkan karena
turbulen

25-50

30

Waktu detensi

Kecepatan
horizontal

Kecepatan
pengendapan
untuk
menyisihkan :
a. 0,21 mm material
b. 0,15 mm material
-

Sumber : Metcalf & Eddy, 2004

Untuk jenis Horizontal-Flow Grit Chambers, kecepatan didesain hingga


mendekati 0,3 m/s. Jenis ini bertujuan untuk menyisihkan semua partikel dengan
diameter 0,21 mm, sedangkan untuk jenis Square Horizontal-Flow Grit
Chambers, digunakan menyisihkan 95 % dari partikel dengan diameter 0,15 mm
pada aliran puncak. Pada jenis Square Horizontal-Flow Grit Chambers,
dianjurkan untuk menggunakan minimal dua unit.
Aerated Grit Chambers
Pada tipe ini, terdapat tangki aerasi untuk aliran spiral dengan dikontrol oleh
tangki sedimentasi dan udara disuplai ke dalamnya. Untuk grit yang berat
jenisnya lebih besar akan mengendap ke dasar tangki. Pada tangki ini pun harus
diperhatikan kecepatan alirannya karena sangat mempengaruhi kandungan
Desain Fisika Kimia I

28

organik yang melewati tangki. Apabila aliran air terlalu cepat, maka grit akan
keluar dari wadah, jika terlalu lambat, maka akan mengendap bersama grit.
Aerated Grit Chambers didesain untuk menyisihkan material dengan diameter
0,21 mm atau lebih, dengan waktu detensi 2-5 menit saat debit puncak aliran.
Kriteria desain dari Aerated Grit Chambers dapat dilihat pada tabel 3.9.
Tabel 3.9. Kriteria Desain Aerated Grit Chambers

Item
-

Waktu detensi
pada saat debit
puncak

SI unit
Unit

Rentang

Tipikal

menit

2-5

meter
meter
meter

2-5
7,5-20
2,5-7

a.
b.
c.

Dimensi
Kedalaman
Panjang
Lebar

Rasio lebar :
kedalaman

rasio

1:1 5:1

1,5:1

Rasio
panjang : lebar

rasio

3:1 5:1

4:1

Supply air per


unit panjang

m2/menit

0,2-0,5

Jumlah grit

1/103

0,004-0,2

0,015

Sumber : Metcalf & Eddy, 2004

Vortex-Type Grit Chambers


Terdapat tangki silindris pada tipe ini dimana aliran masuk secara tangensial
sehingga dihasilkan pola aliran pusaran sentrifugal dan secara gravitasi
menyebabkan kerikil-kerikil halus disisihkan.
Tabel 3.10. Kriteria Desain Vortex-Type Grit Chambers

Item
Desain Fisika Kimia I

Waktu detensi
pada saat debit

SI unit
Unit

Rentang

Tipikal

detik

20-30

30
29

rata-rata
- Diameter :
a. Bagian atas
wadah
b. Bagian bawah
wadah

meter

1,2-7,2
0,9-1,8

Tinggi

meter

2,7-4,8

Rasio panjang :
lebar

rasio

3:1 5:1

4:1

92-98
80-90
60-70

95+
85+
65+

Efisiensi
penyisihan :
a. 0,3 mm
b. 0,24 mm
c. 0,15 mm
Sumber : Metcalf & Eddy, 2004

Rumus-rumus yang biasa digunakan adalah :


Luas Penampang Tangki (Ac) :

.........................................................................(15)
Overflow Rate (Vc) :
vc = 900xvs .........................................................................(16)
Luas Permukaan (As) :

......................................................................(17)
Kedalaman (d) :

.............................................................................(18)
Panjang (p) :

............................................................................(19)
Volume Ruang Pasir (V) :
Desain Fisika Kimia I

30

V = VpxQmaxxt ....................................................................(20)
Tinggi Ruang Pasir (dp) :

...........................................................................(21)
Keterangan :
vh = kecepatan horizontal (m/s)
vs = kecepatan mengendap (m/s)
vp = volume pasir (m3)
3.1.4

Prasedimentasi
Bertujuan untuk mengendapkan partikel diskrit (partikel yang memiliki berat dan
bentuk seragam sehingga lebih mudah mengendap) di dalam air secara gravitasi
tanpa pembubuhan zat kimia.
Prasedimentasi ditentukan dengan tangki persegi dengan bak yang panjang dan
dalam untuk mencegah turbulensi dan reduksi oleh ketidakstabilan kolam dan
aliran pendek. Bentuk settling dipertimbangkan berdasarkan kondisi hidrodinamik
pada bilangan Froude yang tinggi dan bilangan Reynold yang rendah, serta
pertimbangan ekonomi.
Bentuk bak prasedimentasi dapat berupa persegi panjang (rectangular) dengan
pola aliran horisontal serta lingkaran (circular) dengan pola aliran radial atau
upflow (Huisman, 1977). Pada bak prasedimentasi rectangular terdapat empat
zona yaitu zona inlet, zona pengendapan, zona lumpur dan zona outlet.
1. Zona inlet

pada bak prasedimentasi rectangular merupakan daerah air

masuk yang membuat aliran air yang masuk ke zona pengendapan menjadi
laminer, serta dapat mencegah terjadinya aliran singkat
2. Zona pengendapan pada bak prasedimentasi rectangular merupakan tempat
berlangsungnya proses pengendapan zat padat yang dibawa oleh air baku
3. Zona lumpur merupakan tempat menampung zat padat yang telah
terendapkan dari air baku
4. Zona outlet merupakan daerah air keluar yang akan mengalirkan effluent
secara baik dengan menjaga aliran tetap laminer
Desain Fisika Kimia I

31

Terdapat beberapa macam variasi jenis inlet pada bak prasedimentasi rectangular,
yaitu inlet yang dilengkapi perforated baffle dan tanpa perforated baffle. Jenis
inlet dan bentuk outlet bak prasedimentasi rectangular dapat menjadi sebagian
faktor yang mempengaruhi besar efisiensi pengendapan air baku yang terjadi.
Berdasarkan beberapa macam variasi jenis inlet dan bentuk outlet, maka perlu
ditentukan efisiensi pengendapan agar dapat ditentukan pengaruh jenis inlet dan
bentuk outlet bak prasedimentasi rectangular terhadap kinerja bak agar inlet dan
outlet bak prasedimentasi rectangular dapat direncanakan dengan tepat.
(Moesriati, 2007)
Kriteria desain bak prasedimentasi adalah sebagai berikut :
3.1.5

Waktu detensi (td) = 1,5-3 jam


Kedalaman = 3-5 meter
Perbandingan panjang dan lebar (p:l) = (3-8):1
Surface loading (vs) = 0,83-2,5 meter/jam
Kecepatan horizontal (vh) = 0,6-1,5 m/s
Diameter lubang inlet (d) = 3 inci = 0,0762 m

Koagulasi-Flokulasi
Tujuan dari koagulasi dan flokulasi adalah untuk mengubah partikel-partikel kecil
seperti warna dan kekeruhan menjadi flok yang lebih besar, baik sebagai
presipitat ataupun partikel tersuspensi. Flok-flok ini kemudian dikondisikan
sehingga dapat disisihkan dalam proses berikutnya. Secara teknis, koagulasi
berlaku bagi penyisihan dari partikel koloid yaitu partikel yang biasanya
berukuran 0,001-1 m seperti asam humus, tanah liat, virus dan protein.
Proses pembentukan flok adalah sebagai berikut :

Destabilisasi partikel koloid

Pembentukan mikroflok

Penggabungan mikroflok

Pembentukan makroflok

1. Koagulasi
Desain Fisika Kimia I

32

Koagulasi merupakan proses destabilisasi koloid akibat netralisasi muatan


elektrostatik dengan penambahan koagulan. Untuk melaksanakan koagulasi
secara efektif, koagulan yang ditambahkan harus disebarkan secara cepat dan
merata ke dalam air baku. Pencampuran dapat dilaksanakan dengan cara
pengadukan secara hidrolis, mekanis atau pneumatis.
Koagulan yang dapat digunakan antara lain (jujubandung, 2012) :
1. Alumunium Sulfat (Al2(SO4)3), atau dikenal dengan nama tawas, merupakan
koagulan yang sering digunakan karena harganya murah dan mudah
diperoleh. pH optimum untuk proses koagulasi dengan tawas adalah sekitar
6,5-7,5. Bila pH air yang akan dikoagulasi lebih kecil dari 6,5 atau lebih besar
dari 7,5, perlu dilakukan penaikkan atau penurunan pH terlebih dahulu,
misalnya dengan penambahan kapur.
2. Senyawa besi, seperti FeCl3 dan FeSO4. FeCl3 dapat digunakan untuk air yang
mengandung hidrogen sulfida.
3. PAC (Poli Alumunium Chloride)
Dengan

pembubuhan

koagulan,

maka

stabilitas

larutan

koloidal

yang

mengandung partikel-partikel kecil dan koloid akan terganggu karena molekulmolekul koagulan dapat menempel pada permukaan koloid dan mengubah muatan
elektrisnya. Misalnya molekul Al pada alum yang bermuatan positif, akan
menetralkan muatan koloid yang biasanya bermuatan negatif.

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses koagulasi :


1. Kualitas air
2. Jumlah dan karakteristik partikel koloid
3. pH
4. Pengadukan cepat, waktu pengadukan, dan kecepatan paddles
5. Temperatur
6. Alkalinitas
7. Karakteristik dari ion-ion di dalam air
Desain Fisika Kimia I

33

2. Flokulasi
Flokulasi berfungsi mempercepat tumbukan antara partikel koloid yang
sudah terdestabilisasi supaya bergabung membentuk mikroflok ataupun
makroflok yang secara teknis dapat diendapkan.
Berbeda dengan proses koagulasi dimana faktor kecepatan tidak menjadi
kendala, pada flokulator terdapat batas maksimum kecepatan untuk
mencegah pecahnya flok akibat tekanan yang berlebihan.
Tenaga yang dibutuhkan untuk pengadukan secara lambat dari air selama
flokulasi dapat diberikan secara mekanis maupun hidrolis . Tingkat
keselesaian dari proses flokulasi bergantung pada kemudahan dan
kecepatan mikroflok kecil bersatu menjadi flok yang lebih besar dan
jumlah total terjadinya tumbukan partikel selama flokulasi.

3.1.6

Sedimentasi
Sedimentasi adalah suatu proses yang dirancang untuk menghilangkan sebagian
besar padatan yang dapat mengendap dengan pengendapan secara gravitasi. Hasil
yang tersisa adalah berupa cairan jernih dan suspensi yang lebih pekat.
Sedimentasi adalah salah satu unit proses yang paling umum digunakan dalam
proses pengolahan air. Partikel akan mengendap dalam salah satu dari 4 cara,
bergantung pada konsentrasi dari suspensi tersebut dan sifat-sifat flokulasi dari
partikel. 4 cara pengendapantersebut adalah :
1. Pengendapan Tipe 1, untuk menghilangkan partikel diskret
2. Pengendapan Tipe 2, untuk menghilangkan partikel non diskret
3. Pengendapan Tipe 3, disebut juga Zone Settling
4. Pengendapan Tipe 4, disebut juga Compression
Tangki sedimentasi yang ideal terdiri dari :

Desain Fisika Kimia I

34

1. Zona inlet, dimana air didistribusikan sepanjang bagian yang menyilang.


2. Zona pengendapan, dimana partikel tersuspensi diendapkan dan air berada
dalam keadaan diam.
3. Zona lumpur, dimana partikel yang mengendap dikumpulkan.
4. Zona outlet, adalah bagian untuk menyalurkan air yang sudah tidak
mengandung partikel yang dapat diendapkan keluar dari tangki.
Aliran pada tangki sedimentasi dapat horizontal maupun vertikal. Bentuk tangki
dapat berupa lingkaran, persegi panjang, ataupun segiempat sama sisi. Kedalaman
tangki berkisar antara 2 sampai 5 meter. Rata-rata dibuat tangki dengan
kedalaman 3 meter. Tangki persegi panjang dapat berukuran panjang hingga 30
meter dan lebar 10 meter. Ukuran dariscrappers mekanik juga mempengaruhi
ukuran bak. Kemiringan dasar tangki berkisar antara 2 sampai 6 persen.
Lumpur yang terkumpul pada dasar tangki dikeluarkan dengan membilasnya ke
dalam suatu wadah atau mengumpulkannya ke dalam hopper dan kemudian
mengambilnya secara gravitasi atau menggunakan pompa. Lumpur juga dapat
dikeluarkan dibawah tekanan hidrostatik air pada tangki sedimentasi.
Untuk memperbaiki kinerja dari bak sedimentasi dapat digunakan tube
settler ataupun plate settler. Tube settler tersedia dalam 2 konfigurasi dasar, yaitu
horizontal tubes dan steeply inclined. Horizontal tubes dioperasikan dalam
sambungan dengan unit filtrasi yang mengikuti unit sedimentasi. Tube-tube
tersebut akan terisi zat padat dan dibersihkan dengan backwash dari filter.
Horizontal tubes settlers digunakan pada instalasi dengan kapasitas kecil (3,785
m3/hari). Steeply inclined tube settlers membersihkan lumpur secara kontinu
melalui pola aliran yang dibuat. Karena kedalaman yang dangkal dari steeply
inclined tube settlers dan pembersihan lumpur yang kontinu, ukuran instalasi
menjadi tidak terbatas.
Pada umumnya dengan pemakaian plate settler, overflow rate dapat ditingkatkan
3-6 kali (Huisman, 1974).

3.1.7

Filtrasi

Desain Fisika Kimia I

35

Filtrasi adalah suatu proses pemisahan solid dari cairan dimana cairan (air)
dilewatkan melalui suatu media yang berongga atau materi berongga lainnya
untuk menyisihkan sebanyak mungkin materi tersuspensi. Filtrasi digunakan di
pengolahan air untuk menyaring air yang telah dikoagulasi dan mengendap untuk
menghasilkan air minum dengan kualitas yang baik.
Menurut tipe media yang digunakan, filter dapat diklasifikasikan sbb :
1. Filter dengan media tunggal
2. Filter dengan media ganda
3. Filter dengan multi media
Menurut laju filtrasinya, filter dibedakan menjadi 2, yaitu slow sand
filter dan rapid sand filter.

Slow Sand Filter


Pada slow sand filter medium pasir yang digunakan umumnya hanya
disyaratkan bebas lumpur dan organik. Urutan diameter butir pasir dari
atas ke bawah tidak teratur (tidak terstratifikasi). Proses penyaringan yang
lambat dalam slow sand filter memungkinkan kontak yang cukup lama
antara air dengan media filter sehingga proses biologis terjadi, terutama
pada permukaan media yang berada di atas. Biomassa yang terbentuk pada
medium filter bersama suspended partikel disebut sebagai Scmutz
decke yang bersifat aktif dalam proses penyisihan senyawa organik dan
anorganik terlarut lainnya.

Rapid Sand Filter


Mekanisme penyaringan pada rapid sand filter sama dengan mekanisme
pada slow sand filter. Perbedaannya adalah pada beban pengolahan dan
penggunaan media filter. Beban pengolahan pada RSF jauh lebih tinggi
daripada SSF. RSF memanfaatkan hampir seluruh media sebagai media
filter (in-depth filter) sedangkan SSF hanya pada lapisan teratas saja.
Selain itu, RSF hanya efektif untuk menyaring suspensi kasar dalam
bentuk flok halus yang lolos dari sedimentasi sedangkan SSF dapat
meyaring suspensi halus (bukan koloid) dan mempunyai lapisan biomassa
yang aktif.

Desain Fisika Kimia I

36

Menurut kontrol terhadap laju filtrasinya, filtrasi dibagi menjadi Constant Rate
Filter danDeclining Rate Filter.
Dalam proses filtrasi oleh granular filter terdapat beberapa mekanisme yang
terjadi, yaitu :
1. Mechanical Straining
Mekanisme mechanical straining terjadi akibat partikel atau flok tertahan
karena mempunyai ukuran yang lebih besar dari lubang pori, sehingga
partikel tidak lolos.
2. Sedimentasi
3. Adsorpsi
Sebagian partikel yang halus akan teradsorpsi oleh permukaan media filter
karena ada tumbukan dan gaya tarik antar partikel.
Ketika mekanisme filtrasi tersebut terjadi secara simultan, secara kuantitatif
umumnya mekanisme yang pertama lebih dominan. Untuk meningkatkan
efektivitas media, dalam arti meningkatkan volume atau kedalaman media,
digunakan dual media yang umumnya menggunakan media yang lebih ringan.
Persyaratan dari penggunaan dual media adalah kecepatan pengendapan dari
medium yang paling besar harus lebih kecil dari kecepatan pengendapan media
yang lebih berat dengan diameter yang paling kecil. Persyaratan ini diperlukan
supaya kedua media tersebut tidak tercampur setelah pencucian dengan
teknik backwashing.

3.1.8

Desinfeksi
Sebagian besar mikroorganisme berukuran sangat kecil sehingga tidak menjamin
bahwa pengolahan air dengan filtrasi atau koagulasi dapat menyisihkannya
dengan sempurna. Oleh karena itu, diperlukan suatu proses desinfeksi untuk
menghilangkan mikroorganisme itu. Desinfeksi pada effluen sebelum dibuang ke
badan air pun cenderung memperlambat proses pemurnian kembali dan
pembentukan produk-reaksi dari senyawa organik dengan desinfektan (Tebbutt,
1990)
Desinfektan yang sering digunakan adalah klor, karena : (Tebbutt, 1990)

Desain Fisika Kimia I

37

Mudah diperoleh, baik berupa gas, cairan, atau bubuk (powder)


Murah harganya
Mudah diterapkan karena kelarutannya relatif tinggi
Dapat memberikan sisa klor yang ada dalam batas tertentu tidak

membahayakan manusia, namun memberikan perlindungan pada sistem


distribusi
Bersifat sangat toksik pada kebanyakan mikroorganisme
Kelemahan dari klor ini adalah : (Tebbutt, 1990)
- Menimbulkan masalah bau dan rasa
- Klor berbentuk gas merupakan senyawa yang mematikan sehingga
membutuhkan penanganan khusus
Kriteria desain dari bak pembubuh kaporit ini adalah :
-

Bak pembubuh kaporit


1)
2)
3)
4)
5)

Periode pengisian bak = 24 jam


Konsentrasi larutan = 10%
Berat jenis kaporit (60% Cl2) = 0,8660 kg/L
Kadar klor = 60%
Sisa klor = 0,20,4 mg/L

- Bak MOM
1) Panjang pipa = 1,25 m
2) Diameter = 1 inch
3) Diameter orifice = 1,66.103 m
Klor ini merupakan agen oksidasi kuat yang akan segera terikat dengan reduktor
dan senyawa-senyawa organik lainnya, contohnya ammonia. Jika ammonia hadir
pada air, maka klor itu akan berikatan sehingga proses desinfeksi tidak berjalan
efektif.
3.1.9

Reservoir
Jenis-jenis reservoir berdasarkan perletakannya :

Reservoir bawah tanah (Ground Reservoir)


Ground reservoir dibangun di bawah tanah atau sejajar dengan permukaan
tanah. Reservoir ini digunakan bila head yang dimiliki mencukupi untuk
distribusi air minum. Jika kapasitas air yang didistribusikan tinggi, maka
diperlukan ground reservoir lebih dari satu.

Menara Reservoir (Elevated Reservoir)

Desain Fisika Kimia I

38

Reservoir

ini

digunakan

menggunakan ground

bila head yang

reservoirtidak

mencukupi

tersedia

dengan

kebutuhan

untuk

distribusi. Dengan menggunakan elevated reservoirmaka air dapat


didistribusikan

secara

gravitasi.

Tinggi

menara

tergantung

kepada headyang dibutuhkan.

Stand Pipe
Reservoir jenis ini hampir sama dengan elevated reservoir, dipakai
sebagai alternatif terakhir bila ground reservoir tidak dapat diterapkan
karena daerah pelayanan datar.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam merancang reservoir adalah :


1. Volume reservoir
Volume ditentukan berdasarkan tingkat pelayanan dengan memperhatikan
fluktuasi pemakaian dalam satu hari di satu kota yang akan dilayani.
2. Tinggi elevasi energi
Elevasi energi reservoir harus bisa melayani seluruh jaringan distribusi.
Elevasi energi akan menentukan sistem pengaliran dari reservoir menuju
jaringan distribusi. Bila elevasi energi pada reservoir lebih tinggi dari
sistem distribusi maka pengaliran dapat dilakukan secara gravitasi. Untuk
kondisi sebaliknya, bila elevasi energi reservoir lebih rendah dari jaringan
distribusi maka pengaliran dapat dilakukan dengan menggunakan pompa.
3. Letak reservoir.
Reservoir diusahakan terletak di dekat dengan daerah distribusi. Bila
topografi daerah distribusi rata maka reservoir dapat diletakkan di tengahtengah daerah distribusi. Bila topografi naik turun maka reservoir
diusahakan diletakkan pada daerah tinggi sehingga dapat mengurangi
pemakaian pompa dan menghemat biaya.
4. Pemakaian pompa
Jumlah pompa dan waktu pemakaian pompa harus bisa mencukupi
kebutuhan pengaliran air.
5. Konstruksi reservoir

Ambang Bebas dan Dasar Bak

Desain Fisika Kimia I

39

1. Ambang bebas minimum 30 cm di atas muka air tertinggi


2. Dasar bak minimum 15 cm dari muka air terendah
3. Kemiringan dasar bak adalah 1/1000 1/500 ke arah pipa penguras

Inlet dan Outlet


1. Posisi dan jumlah pipa inlet ditentukan berdasarkan pertimbangan
bentuk dan struktur tanki sehingga tidak ada daerah aliran yang
mati
2. Pipa outlet dilengkapi dengan saringan dan diletakkan minimum
10 cm di atas lantai atau pada muka air terendah
3. Perlu memperhatikan penempatan pipa yang melalui dinding
reservoir, harus dapat dipastikan dinding kedap air dan
diberi flexible-joint
4. Pipa inlet dan outlet dilengkapi dengan gate valve
5. Pipa peluap dan penguras memiliki diameter yang mampu
mengalirkan debit air maksimum secara gravitasi dan saluran
outlet harus terjaga dari kontaminasi luar.

Ventilasi dan Manhole


1. Reservoir dilengkapi dengan ventilasi, manhole, dan alat ukur
tinggi muka air
2. Tinggi ventilasi 50 cm dari atap bagian dalam
3. Ukuran manhole harus cukup untuk dimasuki petugas dan kedap
air.
4.

3.2

Unit Pengolahan Air Buangan

3.2.1

Sumur Pengumpul
Sebenarnya, sumur pengumpul ini memiliki fungsi yang sama dengan intake,
yaitu untuk menampung air buangan yang akan dipompakan ke instalasi, dengan
waktu detensi pada bak >20 menit pada bentuk bak persegi panjang (Al-Layla,
1980).
Rumus-rumus yang digunakan adalah :
a. Volume sumur (V) :

Desain Fisika Kimia I

40

..................................................................... (1)
b.
Lebar sumur (L) :

................................................................. (2)
Keterangan :
td = waktu detensi
V = volume sumur (m3)
Q = debit yang ditampung (m3/s)
p = panjang sumur
d = kedalaman sumur
- Saluran Pembawa
Saluran pembawa merupakan salah satu unit yang digunakan untuk
mengalirkan air buangan ke unit pengolahan selanjutnya. Dasar
perencanaan dari saluran ini diperhitungkan dari kemiringan saluran
terhadap dasar saluran agar air dapat mengalir secara gravitasi. Kriteria
desain dari saluran pembawa ini adalah : (Metcalf & Eddy, 2004)
-

Kecepatan aliran (v) 0,3-0,6 m/s


Bentuk saluran persegi empat dan terbuat dari semen beton (n = 0,013)
dimana salurannya adalah saluran terbuka

Rumus-rumus yang digunakan adalah :


a. Luas permukaan (A) :

......................................................................(3)
b. Slope (rumus Manning) :

......................................................(4)
Keterangan :
Q = debit air (m3/s)
Desain Fisika Kimia I

41

V = kecepatan aliran (m/s)


R = luas permukaan basah saluaran (m2)
3.2.2

Comminutor (Metcalf & Eddy, 2004)


Comminutor umumnya digunakan pada bangunan pengolahan air buangan skala
kecil. Comminutor diterapkan pada bagian effluen air buangan untuk menyaring
dan mencacah material menjadi berukuran 6-20 mm tanpa menyisihkan material
hasil pencacahan tersebut. Comminutor menggunakan screen horizontal yang
diam untuk menangkap aliran dan lengan osilasi yang terdiri dari gerigi
pemotong/pencacah untuk memotong material-material yang kasar dan berukuran
besar. Tujuan dari pemotongan tersebut adalah untuk mempermudah proses
pengolahan selanjutnya dan mencegah bahan organik mengendap pada grit
chamber (pengolahan selanjutnya) karena bahan organik diharapkan terbawa
aliran.

Gambar 3. Comminutor
Di bawah ini akan ditunjukkan tabel mengenai ukuran dan kapasitas comminutor :
Tabel 3.11. Ukuran dan Kapasitas Comminutor

Kapasitas (MGD)
No

Ukuran

7B

0-0,35

0-0,30

10A

0,17-1,1

0,17-0,82

15M

0,4-2,3

0,4-1,4

Desain Fisika Kimia I

Controlled
Discharge

Free discharge

42

25M

1,0-6,0

1,0-3,6

25A

1,0-11,0

1,0-6,5

36A

1,5-25,0

1,5-9,6

Sumber : Elwynn & Sellye

3.2.3

Tangki Aliran Rata-Rata (TAR) (Metcalf & Eddy, 2004)


Unit Tangki Aliran Rata-Rata (TAR) ini digunakan untuk mendapatkan aliran
konstan yang bisa diaplikasikan dalam beberapa situasi, bergantung pada
karakteristik dari sistem pengumpulan. Kriteria desain dari TAR ini yaitu :

Material yang bisa digunakan adalah tanah, beton, atau konstruksi saja
Slope atau kemiringannya = 3:1 atau 2:1
Panjang TAR 20 cm
Waktu detensi < 2 jam
Dilengkapi lapisan kedap air
Dilengkapi lapisan air diffuser
Kedalaman TAR bergantung pada ketersediaan lahan, muka air tanah dan

topografi
Harus disediakan freeboard setinggi 1 meter
Muka air minimum untuk operasional adalah 1,5-2 meter

Untuk keuntungan dari penggunaan TAR ini adalah :

Peningkatan pengolahan biologi karena arus tiba-tiba terbatas atau bisa


diminimalisasi, zat-zat penghambat bisa dilarutkan, dan pH dalam keadaan

stabil
Tangki sedimentasi yang diikuti pengolahan biologi dapat meningkat
efisiensi kerjanya karena kualitas effluen yang konsisten untuk zat

padatnya
Area permukaan untuk filtrasi effluen dapat direduksi

Namun, ada beberapa kelemahannya, yaitu :

Membutuhkan area atau lahan yang luas


Fasilitas untuk menstabilkan aliran harus dapat mmencegah timbulnya bau

di area sekitar lahan


Penambahan operasi dan peralatan harus disediakan

Desain Fisika Kimia I

43

Membutuhkan biaya yang besar

Terdapat dua cara penempatan TAR, yaitu :

TAR in-line
Pada penempatan TAR ini, seluruh aliran akan melewati TAR.
Penempatan ini dapat digunakan untuk mencapai konsentrasi konstituen

yang cukup.
TAR off-line
Pada jenis penempatan ini, aliran tidak seluruhnya melewati TAR.
Kelebihan air yang masuk baru akan masuk ke TAR ini.

Rumus-rumus yang digunakan adalah :


Volume TAR (Vsc) :
Vsc = Vsp+Vic+Voc ....................................................................(22)
dimana :
Vsc = volume pada tangki di akhir periode tertentu (m3)
Vsp = volume pada tangki di akhir periode sebelumnya (m3)
Vic = volume air yang masuk pada periode tertentu (m3)
Voc = volume air yang keluar pada periode sebelumnya (m3)
Konsentrasi rata-rata yang meninggalkan TAR (Xoc)

.......................................................(23)
dimana :
Xic = Konsentrasi BOD rata-rata yang masuk selama periode tertentu (mg/L)
Xoc = Konsentrasi BOD rata-rata yang keluar selama periode tertentu (mg/L)
Xsp = Konsentrasi BOD rata-rata pada akhir periode sebelumnya (mg/L)
Mass Loading BOD (ML)
ML = Xoc+(Qrx3600) ............................................................(24)
dimana :
ML = Mass Loading BOD (kg/jam)
Qr = Debit aliran rata-rata (m3/s)
3.2.4

Aerasi
Aerasi adalah suatu bentuk perpindahan gas atau pencampuran udara dengan air
sehingga terjadi perubahan konsentrasi zat-zat yang mudah menguap di dalam air.
Fungsi dari aerasi itu adalah :

Desain Fisika Kimia I

44

a)
b)
c)
d)

Tambahan oksigen untuk mengoksidasi besi dan mangan terlarut


Penyisihan karbon dioksida
Penyisihan hidrogen sulfida untuk menghilangkan bau dan rasa
Menghilangkan minyak yang mudah menguap dan bahan bahan

penyebab bau serta rasa


e) Penting terutama pada pengolahan limbah yang proses pengolahan
biologinya memanfaatkan bakteri aerob
Terdapat beberapa hal yang mempengaruhi aerasi, diantaranya :

Temperatur air dan temperatur udara di sekitarnya


Tekanan parsial gas pada lingkungan aerator
Turbulensi (pergerakan) pada fase gas dan cair
Perbandingan luas permukaan kontak dengan volume aerator
Waktu kontak
Kecepatan transfer (perpindahan gas)
Kejenuhan oksigen

Dalam proses aerasi itu, digunakan beberapa jenis aerator. Aerator sendiri adalah
peralatan yang dipergunakan untuk menambah konsentrasi oksigen terlarut di
dalam air. Beberapa jenis aerator yaitu :
a. Spray aerator
Spray aerator ini terdiri dari nozzle penyemprot yang tidak bergerak, yang
menyemprotkan air ke udara melalui nozzle tersebut.

Gambar 4. Spray Aerator

b. Diffusion (bubble aerator)


Pada aerator ini digunakan blower yang menarik udara luar sehingga
menghasilkan udara bertekanan yang kemudian diinjeksikan ke dalam air
melalui pipa udara di dalam air. Pipapipa ini dilengkapi dengan nozzlenozzle yang berfungsi untuk mengubah
Desain Fisika Kimia I

tekanan menjadi kecepatan


45

sehingga gelembunggelembung udara yang keluar akan tersebar dan


tersirkulasi di dalam kolam.

Gambar 5. Bubble Aerator

Desain Fisika Kimia I

46

BAB IV
PERENCANAAN DETAIL UNIT PENGOLAHAN
FISIKA DAN KIMIA

4.1

Perencanaan Detail Unit Fisika Kimia Air Minum


4.1.1 Intake
-

Fungsi :
Bangunan penangkap air dari sumber sebelum diolah dengan unit-unit yang
ada.

Kriteria desain : (Al-Layla, 1980)


Waktu detensi (td) = > 2 menit
Perhitungan detail unit :
Diketahui :
- Qr air minum = 255 L/s
- Asumsi faktor peak (p) = 1,1
- Qmax
= Qr.p
= 255 L/s . 1,1
= 280,5 L/s
-

Qintake

= Qmax + (7,5-15 %). Qmax


= 280,5 L/s + 10%.280,5 L/s
= 308,55 L/s
= 0,31 m3/s

Direncanakan :
- Waktu detensi (td) = 2 menit = 120 s
- Kedalaman (h) = 1 meter
Dimensionering :
- Volume Intake
= Q . td
= 0,31 m3/s . 120 s
= 37,2 m3

Desain Fisika Kimia I

47

Luas Permukaan Intake =

=
= 37,2 m2
-

Bentuk Intake
= bujur sangkar
Luas permukaan Intake = sisi . sisi
37,2 m2
= sisi2
sisi

=
= 6,10 m

4.1.2 Manual Bar Screen


-

Fungsi :
Alat dengan lubang-lubang, umumnya ukurannya tidak seragam, yang
digunakan untuk menahan keluaran dari air buangan pada bangunan
pengolahan air buangan.

a.
b.
c.
d.
e.
f.
-

Jenis :
Bar Screen dengan bentuk batang bulat dan sistemnya Manually-cleaned
Kriteria Desain :
Jarak bukaan antarbatang (b) = 25-75 mm
Lebar penampang batang (W) = 4-10 mm
Sudut kemiringan batang terhadap horizontal (o) = 0-45o
Kecepatan aliran (vh) = 0,3-0,6 m/s
Maksimum headloss = 150-800 mm
Nilai bar () = 1,79
Perhitungan detail unit :
Diketahui :
- Qmax
= 308,55 L/s
= 0,31 m3/s
Direncanakan :
- Jarak bukaan antarbatang (b) = 20 mm
- Lebar penampang batang (W) = 10 mm
- Sudut kemiringan batang terhadap horizontal (o) = 45o
- Kecepatan aliran (vh) = 0,4 m/s
- Nilai bar () = 1,79
- Lebar saluran (L) = 1 m

Desain Fisika Kimia I

48

Dimensionering:
- Jumlah batang (n)

buah => 33 buah


-

Jumlah bukaan (S)


S =n+1
= 33 + 1
= 34 buah

Lebar bukaan batang total (Lt)


Lt = b . S
= 0,02 . 33
= 0,66 m

Ac =

=
= 0,775 m2

d=

=
= 0,775 m
-

Luas permukaan efektif (Aeff)

Sin

Desain Fisika Kimia I

49

=
= 1,09 m
Aeff
= d. Lt
= 1,09 m . 0,66 m
= 0,72 m2
-

Kecepatan aliran melalui batang saat Qmax (m/s)

v =

=
= 0,43 m/s
-

Headloss (HL)

; dimana hv =

= 4,738.10-3 m
Ketinggian saluran (H)
H = d-HL
= (0,775-0,004738) m
= 0,770262 m

4.1.3

Grit Chamber
- Jenis : Aerated Grit Chambers
-

Kriteria desain :

a. Diameter pasir () = 0,21 mm


b. Waktu detensi (td) = 2-5 mins
c. Kedalaman (d) = 2-5 meter
Desain Fisika Kimia I

50

d. Width depth ratio = 1:1 5 :1 m


e. Volume pasir (Vp) = (0,004-020).10-3 m3/m3 air buangan
-

Perhitungan detail unit :

Qmax = 0,31 m3/s

Direncanakan :
-

Waktu detensi (td) = 3 menit = 180 s

Kedalaman chamber (d) = 2 m

Jumlah bak (n) =2 buah

Volume pasir (Vp) = 0,015 m310-3/m3 air buangan

Dimensionering :
-

Volume chamber

= 27,9 m3
-

Dimensi chamber

=3m
Volume chamber = panjang x lebar x kedalaman

Desain Fisika Kimia I

51

= 4,65 m
-

Kuantitas per peak


Vp = Qmax x Volume pasir
= 0,31 m3/s x 0,015 m310-3/m3
= 4,65 x 10-3 m3/s
= 401,76 m3

4.1.4

Saluran Pembawa Terbuka


-

Fungsi :
Jenis :
Kriteria Desain :
a. Kecepatan self cleaning velocity : 0,3 m/s
b. Slope (s) : 0,0002
c. Koefisien manning kekasaran beton (n) : 0,013
d. Lebar saluran (b) : 4,2 m
e. Koefisien akibat stop gate : 0,6
Dimensionering:
- Penentuan Y,J
1
b. y

Q = b.y. n ( b+2 y 2/3.s1/2


1
0,31=4,2.y. 0,013

4,2. y

( 4,2+2 y

2/3

.0,00021/2

Y =0,21
-

Cek V
Vmaks =
=

Qmaks
b .Ymaks
0,31
4,2.0,21

= 0,35 masih memenuhi criteria desain

Dimensionering
Ac = b.Y = 4,2 . 0,21 = 0,882 m

Desain Fisika Kimia I

52

R =
-

b.y
b.2 y

0,42.0,21
0,42. 2 .0,21

= 0,5 m

Headloss
V 12V 22
hL = k
2g
2

= 0,6

4,2 0,35
2(9,8)

= 0,54 m
4.1.5

Pra Desinfeksi
Direncanakan:
Desinfektan yang digunakan adalah kaporit Cl
Konsentrasi Cl yang dibutuhkan pada keadaan maksimum 1,5 mg/L
Konsentrasi Cl yang dibutuhkan pada keadaan rata-rata 2,5 mg/L
Konsentrasi Cl yang dibutuhkan pada keadaan minimum 5 mg/L
diketahui :
Q rata-rata air dari instalasi = 0,31 m3/s = 310 L/s
Q maks = Q rata-rata + 50% Q rata-rata
Q maks = 0,31 + 50% 0,31 = 0,465 m3/s = 465 L/s
- Q min = Q rata-rata + 50% Q rata-rata
Q min = 0,31 - 50% 0,31 = 0,155 m3/s = 155 L/s

Dosis Cl
Q rata-rata . CCl rata-rata = 310 L/s . 2,5 mg/L
= 775 mg/s = 147,90 pound/hari
Q maks . CCl maks = 465 L/s . 1,5 mg/L
= 697,5 mg/s = 133,110 pound/hari
Q min . CCl min = 155 m3/s . 5 mg/L
= 775 mg/s = 147,90 pound/hari

Kapasitas feeder
Kapsitas feeder = 147,90 pound/hari + 133,110 pound/hari +
147,90 pound/hari

Desain Fisika Kimia I

53

= 428,91 pound/hari
Dicocokkan ke tabel chlorination system, dimana ukuran standard feeder
yang tersedia adalah 10, 20, 30, 50, 75, 100, 150, 250, 500, 1000, 1500,
2000, 3000, 4000, 5000, 6000, dan 8000 pound/hari. Sehingga ukuran yang
diambil adalah 500 pound/hari.

4.2 Perencanaan Detail Unit Fisik Kimia Air Buangan


4.2.1 Communitor
- Jenis :
Controlled discharge
Perhitungan detail unit :
Qmax = (60 -80)% . Qr
= 80% . 255 L/s

.0,264.10-6

= 204 L/s .

= 4,653 MGD
Dicocokkan pada tabel I :
No

Ukuran Motor

7B
10A
15M
25M
25A
36A

1
1
2

Kapasitas (MGD)
Controlled Discharge
Free Discharge
0-0,35
0-0,30
0,17-1,1
0,17-0,82
0,4-2,3
0,4-1,4
1,0-6,0
1,0-3,6
1,0-11,0
1,0-6,5
1,5-25,0
1,5-9,6

Sumber : Elwynn & Sellye

Dari tabel didapat ukuran motor 1 dan nomor comminutor 25M

Desain Fisika Kimia I

54

Anda mungkin juga menyukai