Anda di halaman 1dari 8

Lampiran I :

Standar Operasional Prosedur (SOP) Dengan Perdarahan Postpartum Primer


1. Atonia Uteri
Prosedur
Tetap
Pengertian

Prosedur Prosedur Keperawatan Kasus-kasus perdarahan


postpartum primer
Asuhan yang diberikan pada saat terjadi perdarahan segera
setelah plasenta lahir lebih dari 500 cc karena tidak ada kontraksi

Tujuan

uterus.
Sebagai acuan langkah-langkah penerapan proses keperawatan
dalam menghentikan perdarahan dan kontraksi uterus keras
dengan sedikit mungkin melakukan intervensi namun tetap

Kebijakan

menjaga keamanan proses penghentian perdarahan tersebut.


Adanya diagnosa keperawatan dengan menghentikan perdarahan
dengan memasukkan kepalan tangan ke dalam uterus sampai

Prosedur

uterus berkontraksi kembali.


1. Pengkajian;
1.1. Data Objektif; uterus

teraba

lembek

dan

tidak

berkontraksi, perdarahan melebihi 500 cc.


1.2. Data Subjektif; ibu merasa lemas, pucat.
2. Diangnosa Keperawatan; tidak efektifnya kontraksi uterus
dan perdarahan terus menerus keluar hingga lebih dari 500cc
3. Tujuan; gangguan akibat gangguan atonia uteri dapat teratasi.
4. Rencana Keperawatan
4.1.Periksa kontraksi uterus
4.2.Evaluasi bekuan darah
4.3.Kompresi Bimanual Interna (KBI) maksimal 5 menit
4.4.Pertahankan KBI selama 1-2 menit
4.5.Ajarkan keluarga melakukan Kompresi Bimanual Eksterna
(KBE)
4.6.Keluarkan tangan secara hati-hati
4.7.Suntikan Metil ergometrin 0,2 mg IM
4.8.Pasang infuse RL + 20 IU Oksigen guyur
4.9.Lakukan KBI lagi
4.10.Periksa kontraksi uterus kembali jika sudah berkontraksi
lakukan pengawasan kala IV jika berkontraksi siapkan

rujukan dengan melanjutkan pemberian infuse + 20 IU,


oksitosin minimal 500 cc hingga mencapai tempat tujuan.
Selama

perjalanan

dapat

dilakukan

kompresi

aorta

abdominalis atau KBE.


5. Tindakan Keperawatan
5.1.Memeriksa kontraksi uterus
5.2.Mengevaluasi bekuan darah
5.3.Melakukan Kompresi Bimanual Interna (KBI) maksimal 5
menit
5.4.Mempertahankan KBI selama 1-2 menit
5.5.Mengajarkan keluarga melakukan Kompresi Bimanual
Eksterna (KBE)
5.6. Mengeluarkan tangan secara hati-hati
5.7. Menyuntikan Metil ergometrin 0,2 mg IM
5.8. Memasang infuse RL + 20 IU Oksigen guyur
5.9. Melakukan KBI lagi
5.10.Memeriksa kontraksi uterus kembali jika sudah berkontraksi
lakukan pengawasan kala IV jika berkontraksi siapkan
rujukan dengan melanjutkan pemberian infuse + 20 IU,
oksitosin minimal 500 cc hingga mencapai tempat tujuan.
Selama

perjalanan

dapat

dilakukan

kompresi

aorta

abdominalis atau KBE.


6. Evaluasi; Tujuan tercapai, belum tercapai, tidak tercapai.
Unit Terkait Ruang Bersalin
Tabel 1. Standar Operasional Prosedur (SOP) Atonia Uteri

2. Retensio Plasenta
Prosedur

Prosedur

Prosedur

Keperawatan

Kasus-kasus

perdarahan

Tetap
Pengertian

postpartum Retensio Plasenta


Asuhan yang diberikan pada saat melakukan prosedur pelepasan
plasenta karena adanya gangguan kontraksi uterus sehingga
tertahannya atau belum lahirnya plasenta hingga 30 menit setelah

Tujuan

bayi lahir.
Sebagai acuan langkah-langkah penerapan proses keperawatan

dalam menghentikan perdarahan di atas 500 cc dan terjadi


Kebijakan
Prosedur

retensio plasenta.
Adanya diagnosa keperawatan dengan menghentikan perdarahan
dengan melakukan manual plasenta.
1. Pengkajian ;
1.1. Data Objektif ; perdarahan melebihi 500 cc, kontraksi
uterus tidak adekuat,
1.2. Data Subjektif ; ibu merasa lemas, pucat.
2. Diangnosa Keperawatan ; tidak efektifnya kontraksi uterus
dan perdarahan terus menerus keluar hingga lebih dari 500cc
3. Tujuan ; gangguan akibat retensiio plasenta dapat teratasi.
4. Rencana Keperawatan
4.1.Atur posisi dengan posisi litotomi
4.2.Infus dengan menggunakan NaCl atau Ringer Laktat
4.3.Regangkan tali pusat dengan jari-jari membentuk
kerucut
4.4.Ujung jari menelusuri tali pusat, tangan kiri diletakkan
di atas fundus.
4.5.Keluarkan plasenta
4.6.Keluarkan tangan secara hati-hati
4.7.Periksa keadaan plasenta apakah masih ada bagian yang
tertinggal
4.8.Berikan uterotonik (oksitosin) 1 ampul IM
4.9.Lakukan masase uterus
4.10.Periksa / inspeksi dengan speculum untuk mengetahui
tidak adanya laserasi pada vagina dan serviks.
5. Tindakan Keperawatan
5.1.Mengatur posisi dengan posisi litotomi
5.2.Infus dengan menggunakan NaCl atau Ringer Laktat
5.3.Meregangkan tali pusat dengan jari-jari membentuk
kerucut
5.4.Ujung jari menelusuri tali pusat, tangan kiri diletakkan
di atas fundus.
5.5.Mengeluarkan plasenta
5.6.Mengeluarkan tangan secara hati-hati
5.7.Memeriksa keadaan plasenta apakah masih ada bagian
yang tertinggal
5.8.Memberikan uterotonik (oksitosin) 1 ampul IM

5.9.Melakukan masase uterus


5.10.Memeriksa / inspeksi

dengan

speculum

untuk

mengetahui tidak adanya laserasi pada vagina dan


serviks.
6. Evaluasi ; Tujuan tercapai, belum tercapai, tidak tercapai.
Unit Terkait Ruang Bersalin
Tabel 2. Standar Operasional Prosedur (SOP) Retensio Plasenta

3. Inversio Uteri
Prosedur

Prosedur

Prosedur

Keperawatan

Kasus-kasus

perdarahan

Tetap
Pengertian

postpartum dari Inversio Uteri


Asuhan yang diberikan pada saat terjadi perdarahan yang
diakibakan oleh bagian atas uterus memasuki kavum uteri
sehingga fundus uteri sebelah dalam menonjol kedalam kavum

Tujuan

uteri.
Sebagai acuan langkah-langkah penerapan proses keperawatan
dalam menghentikan perdarahan dan kontraksi uterus tetap
normal/baik (keras) dengan tetap menjaga keamanan proses

Kebijakan
Prosedur

penghentian perdarahan tersebut.


Adanya diagnosa keperawatan dengan menghentikan perdarahan
sehingga menimbulkan syok hipovolemik.
1. Pengkajian ;
1.1.
Objektif ; Pengeluaran darah yang terus menerus

keluar, tampak pengeluaran bagian atas uterus memasuki


kavum uteri
1.2.
Data Subjektif ; ibu merasa lemas, pucat.
2. Diangnosa Keperawatan ; tidak efektifnya kontraksi uterus
dan perdarahan terus menerus keluar hingga lebih dari 500cc
3. Tujuan ; gangguan akibat gangguan inversion uteri dapat
teratasi.
4. Rencana Keperawatan
4.1. Evaluasi pengeluaran darah dan bekuan darah maupun
jaringan yang keluar. Bila terjadi syok maka segera
infuse dengan Ringer laktat / NaCl serta transfusi darah
4.2.Segera lakukan tindakan resusitasi
Tangan seluruhnya dimasukkan ke vagina sedang jari
tengah dimasukkan kedalam cavum uteri melalui
serviks, kemudian telapak tangan menekan korpus
secara perlahan-lahan.
Lakukan teknik reposisi yaitu dengan menempatkan jari
tangan pada fornix posterior, dorong fundus kearah
umbilicus dan memungkinkan ligamentum uterus
menarik kembali ke posisi semula.
4.3.Bila plasenta masih melekat, jangan dilepaskan karena
akan memicu perdarahan hebat.
4.4.Berikan oksitosin atau suntikan intravena 0,2 mg
ergometrin.
5. Tindakan Keperawatan
5.1. Mengevaluasi pengeluaran darah dan bekuan darah
maupun jaringan yang keluar. Bila terjadi syok maka
segera infuse dengan Ringer laktat / NaCl serta transfusi
darah
5.2.Segera lakukan tindakan resusitasi
Tangan seluruhnya dimasukkan ke vagina sedang jari
tengah dimasukkan kedalam cavum uteri melalui serviks,
kemudian telapak tangan menekan korpus secara
perlahan-lahan.

Lakukan teknik reposisi yaitu dengan menempatkan jari


tangan pada fornix posterior, dorong fundus kearah
umbilicus

dan

memungkinkan

ligamentum

uterus

menarik kembali ke posisi semula.


5.3.Bila plasenta masih melekat, jangan dilepaskan karena
akan memicu perdarahan hebat.
5.4.Memberikan oksitosin atau suntikan intravena 0,2 mg
ergometrin.
6. Evaluasi ; Tujuan tercapai, belum tercapai, tidak tercapai.
Unit Terkait Ruang Bersalin
Tabel 3. Standar Operasional Prosedur (SOP) Inversio Uteri

4. Sisa Plasenta
Prosedur

Prosedur

Prosedur

Keperawatan

Kasus-kasus

perdarahan

Tetap
Pengertian

postpartum dari Sisa Plasenta


Asuhan yang diberikan pada saat terjadi perdarahan yang
dikarenakan adanya sisa plasenta dan ketuban yang masih

Tujuan

tertinggal dalam rongga rahim .


Sebagai acuan langkah-langkah penerapan proses keperawatan
dalam menghentikan perdarahan dan kontraksi uterus tetap
normal (keras) dengan tetap menjaga keamanan proses

Kebijakan

penghentian perdarahan tersebut.


Adanya diagnosa keperawatan dengan menghentikan perdarahan
dengan menghentikan perdarahan sesuai dengan pengeluaran

Prosedur

darah nifas yang normal (lockea).


1. Pengkajian ;
1.1.
Objektif ; Pengeluaran darah yang terus menerus
keluar
1.2.
Data Subjektif ; ibu merasa lemas, pucat.
2. Diangnosa Keperawatan ; tidak efektifnya kontraksi uterus
dan perdarahan terus menerus keluar hingga lebih dari 500cc
3. Tujuan ; gangguan akibat gangguan sisa plasenta dapat

teratasi.
4. Rencana Keperawatan
4.1. Evaluasi pengeluaran darah dan bekuan darah maupun
jaringan yang keluar
4.2.Berikan antibiotika karena perdarahan juga merupakan
gejala metritis. Antibiotika yang dipilih adalah ampisilin
dosis awal 1 gram/IV dilanjutkan

3x1 gram oral

dikombinasikan dengan metrodinazol 2 gram.


4.3.Lakukan eksplorasi digital (bila serviks terbuka) dan
megeluarkan bekuan darah atau jaringan. Bila serviks
hanya dapat dilalui oleh instrument, lakukan evaluasi
sisa plasenta dengan dilatasi dan kuretasi
4.4.Bila kadar Hb < 8 g/dL. Berikan transfuse darah. Bila
kadar Hb 8 g/dL, berikan sulfas ferosus 600 mg/hari
selama 10 hari.
5. Tindakan Keperawatan
5.1. Mengevaluasi pengeluaran darah dan bekuan darah
maupun jaringan yang keluar
5.2.Memberikan antibiotika karena

perdarahan

juga

merupakan gejala metritis. Antibiotika yang dipilih


adalah ampisilin dosis awal 1 gram/IV dilanjutkan 3x1
gram oral dikombinasikan dengan metrodinazol 2 gram.
5.3.Melakukan eksplorasi digital (bila serviks terbuka) dan
megeluarkan bekuan darah atau jaringan. Bila serviks
hanya dapat dilalui oleh instrument, lakukan evaluasi
sisa plasenta dengan dilatasi dan kuretasi
5.4.Bila kadar Hb < 8 g/dL. Berikan transfuse darah. Bila
kadar Hb 8 g/dL, berikan sulfas ferosus 600 mg/hari
selama 10 hari.
6. Evaluasi ; Tujuan tercapai, belum tercapai, tidak tercapai.
Unit Terkait Ruang Bersalin
Sumber ; RSU Abunawas Kota Kendari, 2013.
Tabel 4. Standar Operasional Prosedur (SOP) Sisa Plasenta

Anda mungkin juga menyukai