Anda di halaman 1dari 10

Pertemuan Ilmiah Tahunan HATHI XXXII, Malang

JENIS MAKALAH : STUDI PENELITIAN

PRAKIRAAN LAJU TRANSPOR SEDIMEN PELABUHAN BOOM


BANYUWANGI
Yusuffi Kurnia Gushaf1, Purnomo Siddy2, dan Entin Hidayah2*
1

Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Jember


2
Dosen Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Jember
*yusufigushav@gmail.com

Pemasukan: .. (kosongkan)

Perbaikan: .. (kosongkan)

Diterima: .. (kosongkan)

Intisari
Transpor sedimen pada pantai banyak menyebabkan permasalahan seperti pendangkalan
di pelabuhan, erosi pantai, dan pembentukan suatu spit pada arah dominan pergerakan
sedimen. Di Kabupaten Banyuwangi, beberapa pelabuhan mengalami masalah
sedimentasi setiap tahun, diantaranya adalah Pelabuhan Boom Banyuwangi. Adanya
material sedimen telah memberikan kerugian, terutama karena mengganggu kegiatan
operasional pelabuhan. Untuk melakukan prakiraan transpor sedimen dalam penelitian
ini, transpor sedimen dihitung dengan rumus matematis dari Coastal Engineering
Research Center (CERC). Dalam menggunakan metode tersebut, dilakukan peramalan
tinggi dan periode gelombang berdasarkan data angin dan fetch efektif. Gelombang laut
yang dibangkitkan oleh angin akan mempengaruhi komponen fluks energi gelombang,
yang kemudian menyebabkan terjadinya transpor sedimen pada pantai. Hasil dari
perhitungan laju transpor sedimen ini berguna dalam perencanaan insfrastruktur pantai di
Pelabuhan Boom khususnya dan di pelabuhan lainnya pada umumnya yang mempunyai
karakteristik yang mirip dengan pantai di lokasi studi ini. Manfaat lainnya adalah sebagai
informasi bagi instansi setempat dalam menanggulangi dampak terjadinya sedimentasi
sehingga antisipasi tersebut dapat mencegah rusaknya geomorfologi serta menjaga
kestabilan ekologi di sekitar pantai.
Kata Kunci: Gelombang angin, Pelabuhan Boom Banyuwangi, formula CERC, sediment
transport rate

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kabupaten Banyuwangi yang merupakan Kabupaten paling timur di Pulau Jawa,
memiliki panjang garis pantai sekitar 175,8 km. Lokasi perairan Banyuwangi bagian
timur berhadapan dengan Selat Bali, sedangkan sebelah selatan berbatasan dengan
Samudra Hindia. Kondisi geografis yang demikian memungkinkan pemanfaatan sumber
daya kelautan yang dilakukan dengan kegiatan pelayaran di sepanjang garis pantai
Banyuwangi. Disisi lain, menurut pengamatan Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten
Banyuwangi, setiap tahun terjadi erosi sekitar 1 m di sepanjang garis pantai Banyuwangi
yang berhadapan dengan Selat Bali. Beberapa pelabuhan juga mengalami masalah
1

Pertemuan Ilmiah Tahunan HATHI XXXII, Malang

sedimentasi setiap tahun, diantaranya Pelabuhan Boom Banyuwangi. Sedimentasi yang


terjadi menyebabkan banyak kerugian bagi Pelabuhan Boom Banyuwangi. Fanani (dalam
Detiknews, 2014) menyatakan, Pelabuhan Boom direncanakan akan mulai beroperasi
pada tahun 2009 lalu, tetapi sedimentasi yang terus terjadi menyebabkan target tersebut
belum dapat tercapai. Sedangkan Jamrud (2015) menyatakan, sedimentasi di Pelabuhan
Boom Banyuwangi menyebabkan pelabuhan tidak mampu melayani kapal yang terus
berkembang seiring kemajuan teknologi perkapalan. Secara ekonomi, kondisi yang
demikian menyebabkan biaya operasional seperti pemeliharaan kolam pelabuhan menjadi
semakin besar.
Upaya pengembangan Pelabuhan Boom Banyuwangi dilaksanakan melalui kerjasama
dengan PT. Pelindo Properti Indonesia (PPI). Menurut Direktur Umum PPI, Prasetyo
(dalam Dermaga, 2015), Pelabuhan Boom nantinya masuk dalam jaringan pengembangan
wisata maritim (marina) dan terkoneksi dengan Pelabuhan Benoa, Bali dan Pelabuhan
Bajo, Nusa Tenggara Barat. Untuk perencanaan infrastruktur laut, prakiraan transpor
sedimen merupakan salah satu kajian yang perlu dipertimbangkan. Penelitian ini
bertujuan melakukan prakiraan laju transpor sedimen di Pelabuhan Boom Banyuwangi.
Menurut Triadmodjo (1999:185), cara yang biasanya digunakan untuk memprediksi
transpor sedimen adalah dengan pengukuran debit sedimen di lokasi yang ditinjau,
pengukuran elevasi dasar pada periode tertentu, dan menggunakan rumus empiris yang
didasarkan pada kondisi gelombang di daerah yang ditinjau. Akan tetapi, pengukuran
debit dan peninjauan elevasi dasar laut membutuhkan biaya yang relatif lebih mahal dan
waktu pencatatan yang lama. Disisi lain, penggunaan rumus empiris yang sering dijumpai
adalah persamaan yang diberikan oleh Coastal Engineering Research Center/CERC
(1984) yang didasarkan pada kondisi gelombang di perairan laut yang ditinjau, sehingga
memberikan keuntungan karena tidak memerlukan biaya yang mahal dan waktu
penelitian yang singkat. Penggunaan rumus CERC telah digunakan dalam studi
sedimentasi yang dilakukan oleh Romdania (2010 di kawasan Water Front City Bandar
Lampung, Faradinka dkk. (2013) di Pantai Utara Perairan Bangkalan, Putri dkk. (2014)
di Pantai Sendang Sikucing, dan Karuniasari dkk. (2014) di Pelabuhan Kendal.
Kajian Pustaka
Gelombang Angin
Menurut Reeve et al. (2004:21) gelombang laut sebagian besar dihasilkan dari angin di
atas permukaan air laut, atau sering disebut sebagai gelombang angin. Sorensen
(2006:157) juga menyatakan, spektrum gelombang di laut paling sering dihasilkan oleh
angin. Angin yang berhembus mengakibatkan permukaan air laut yang mulanya tenang
menjadi timbul riak air atau gelombang kecil. Dengan bertambahnya kecepatan dan
durasi hembusan maka riak tersebut akan semakin besar dan membentuk gelombang.
Distribusi kecepatan angin di atas permukaan laut diberikan oleh CERC (1984:3-25)
pada gambar 1, dimana angin terbagi menjadi tiga daerah sesauai dengan elevasi di atas
permukaan. Daerah Geostropik (ketinggian diatas 1.000 m) yang memiliki kecepatan
angin konstan. Di bawah daerah Gesotropik, terdapat daerah Ekman (ketinggian 1001.000 m) dan daerah Lapis Geser Konstan (ketinggian 10-100 m). Di daerah Lapis Geser
Konstan, kecepatan angin adalah sebagai berikut:

Pertemuan Ilmiah Tahunan HATHI XXXII, Malang

U ( y)

U* y
y
ln (1)
y0
L

Dimana:
U* : kecepatan geser

Gambar 1. Gambar Distribusi Angin. (Sumber: CERC, 1984:3-25)

y
y0
L

: koefisien von Karman (=0,4)


: elevasi terhadap muka air
: tinggi kekasaran permukaan
: panjang campur tergantung pada perbedaan temperatur antara air dan udara
(Tas)
: fungsi yang tergantung pada perbedaan temperatur antara air dan udara
Untuk keperluan peramalan gelombang biasanya dipergunakan kecepatan angin pada
ketinggian, y, 10 m. Sebuah rumus pendekatan yang lebih sederhana, diberikan oleh
CERC (1984:3-25) sebagai berikut:
1/ 7

U (10)

10
U ( y )
y

Kecepatan angin yang diperoleh dari pengukuran di darat perlu dikonversi menjadi
kecepatan angin di laut. CERC (1984: 3-31) memberikan sebuah grafik hubungan antara
kecepatan angin di laut dan di darat (gambar 2) dan persamaan sebagai berikut:

RL U W / U L
Dimana :
UL : Kecepatan angin yang diukur di darat (m/dt)
UW : Kecepatan angin di laut (m/dt)
RL : Rasio koreksi hubungan kecepatan angin di darat dan di laut
Untuk mengukur panjang fetch efektif, perlu dihitung kecepatan angin yang dipengaruhi
faktor tegangan angin (wind stress factor), UA, dengan persamaan CERC (1984:3-30)
berikut:
3

Pertemuan Ilmiah Tahunan HATHI XXXII, Malang

U A 0,71.U 1, 23
Dimana U : Kecepatan angin (m/detik)

Gambar 2. Grafik Hubungan antara Kecepatan Angin di Laut dan di Darat.


(Sumber: CERC, 1984:3-31)
Fetch rerata efektif diberikan oleh persamaan berikut (Triatmodjo, 1999:155):
Feff

xi. cos
cos

Dimana :
Feff : fetch rerata efektif
Xi : panjang segmen fetch yang diukur dari titik observasi gelombang ke ujung akhir
fetch
: deviasi pada kedua sisi dari arah angin, dengan menggunakan sudut pertambahan
6 sampai 42 pada kedua sisi dari arah angin.
Peramalan Gelombang Angin
Peramalan tinggi, H, dan periode, T, gelombang dilakukan dengan menghubungkan UA
dan panjang fetch efektif dilakukan dengan grafik peramalan tinggi dan periode
gelombang pada gambar 3.
Triatmodjo (1999:94) menyatakan, gelombang yang menjalar dari laut dalam menuju
pantai mengalami perubahan bentuk karena adanya perubahan kedalaman laut, sehingga
terjadi gelombang pecah. Iversen (1952, 1953), Galvin (1969), dan Goda (1970) dalam
CERC (1984:2-131) memberikan penentuan tinggi, Hb, dan kedalaman, db, gelombang
pecah menggunakan grafik pada gambar 4. Kondisi gelombang pecah tergantung pada
kemiringan dasar pantai dan kecuraman gelombang. Hb/H0 dan db/Hb (H0 adalah tinggi
gelombang laut dalam ekivalen) tergantung pada kemiringan dasar pantai dan kemiringan
gelombang datang, m.

Pertemuan Ilmiah Tahunan HATHI XXXII, Malang

Gambar 3. Grafik Peramalan Tinggi dan Periode Gelombang.


(Sumber: CERC, 1984, dalam Triatmodjo, 1999:157)

Gambar 4. Grafik Penentuan Tinggi dan Kedalaman Gelombang Pecah


(Sumber: CERC, 1984, dalam Triatmodjo, 1999:96)
Laju Transpor Sedimen
Rumus CERC (1984, dalam Triadmodjo, 1999:187) yang digunakan untuk menghitung
transpor sedimen (sediment transport) adalah sebagai berikut:
Qs K .Pl

Pertemuan Ilmiah Tahunan HATHI XXXII, Malang

CERC (1984:4-93) memberikan rumus komponen fluks energi, Pl, sebagai berikut:

Pl

.g
2
.H b .Cb . sin b . cos b
8

Dimana :
Qs : Transpor sedimen sepanjang pantai (m3/hari)
Pl : Komponen fluks energi gelombang pada saat pecah (Nm/s/m)
: Rapat massa air laut (kg/m3)
Hb : Tinggi gelombang pecah (m)
Cb : Cepat rambat gelombang pecah (m/s) = g.d b
b : Sudut datang gelombang pecah
K,n : Konstanta
g : Percepatan gravitasi (m/s2)
Terdapat beberapa perbedaan penentuan nilai koefisien, K, dalam menghitung laju
transpor sedimen. Untuk Pl dalam satuan ton m/hari/m dan Qs dalam satuan m3/hari,
CERC (1984, dalam Triatmodjo 1999:188) memberikan koefisien, K, sebesar 0,401.
Komar dan Inman (1970, dalam CERC, 2002:III-2-12) memberikan nilai desain awal
koefisien, K, untuk digunakan dengan tinggi gelombang pecah dalam root-mean-square,
Hb rms, yakni KK & I rms = 0,77. CERC (2002:III-2-12) menyajikan koefisien tak berdimensi
KSPM sig = 0,39 berdasarkan perhitungan menggunakan tinggi gelombang signifikan.
Koefisien nilai yang sesuai dengan tinggi gelombang root-mean-square Hb rms adalah KSPM
rms = 0,92. Dilain sisi, variasi nilai K berdasarkan median ukuran butir pasir laut diberikan
oleh del Valle, Medina dan Losada (1993, dalam CERC, 2002:III-2-13) dengan
persamaan berikut:

K 1,4e( 2,5 D50 )


dimana D50 adalah median ukuran butir pasir pantai dalam satuan milimeter.

METODOLOGI STUDI
Penelitian ini dilakukan di Pelabuhan Boom Banyuwngi yang terletak di Jl. Ikan Cucut,
Kelurahan Kampung Mandar, Kabupaten Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur. Koordinat
geografis yang diperoleh dari Peta Google menunjukkan letak koordinat pada sekitar
812' Lintang Selatan dan 11423' Bujur Timur. Peta hidro oseanografi perairan Selat
Bali ditunjukkan pada gambar 5.
Tahapan Penelitian
1.
2.
3.

Persiapan, meliputi pengurusan izin untuk melakukan penelitian di lokasi penelitian


termasuk melakukan izin pengambilan sampel penelitian.
Studi literatur, digunakan untuk memperoleh teori dan konsep penelitian yang
diperoleh dari buku dan jurnal yang relevan dengan penelitian ini.
Studi observasi, dilakukan dengan melakukan pengamatan di lokasi penelitian
sekaligus mengambil sampel material yang diuji di laboratorium.

Pertemuan Ilmiah Tahunan HATHI XXXII, Malang

Gambar 5. Peta Hidro Oseanografi


4.

5.

Pengumpulan data sekunder, data sekunder berupa data angin diperoleh dari Badan
Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kabupaten Banyuwangi dan peta
batimetri diperoleh dari Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI AL)
Kabupaten Banyuwangi.
Analisa dan pembahasan, dilakukan dengan melakukan uji laboratorium untuk
analisa saringan pasir laut dan melakukan perhitungan-perhitungan untuk mencari
laju transpor sedimen. Hasil dari analisa dan pembahasan digunakan untuk menarik
kesimpulan dari penelitian ini.

HASIL STUDI DAN PEMBAHASAN


Data angin maksimum bulanan tahun 2010-2014 (gambar 6) menunjukkan angin
dominan berasal dari arah timur laut dengan kecepatan maksimum 21 knot (10,8 m/detik).
Angin tersebut kemudian dikonversi menjadi angin pada ketinggian 10 m dan konversi
angin di darat dengan angin di laut. Angin yang dipengaruhi faktor tegangan angin, UA,
menghasilkan kecepatan 12,71 m/detik.
Fetch efektif yang merupakan daerah pembangkitan gelombang, diukur dari arah angin
dominan. Pengukuran fetch efektif dari arah timur laut menghasilkan fetch efektif
sepanjang 76,554 km. Pengukuran fetch efektif disajikan pada gambar 7.

Gambar 6. Mawar Angin dari Data Angin Maksimum Bulanan Tahun 2010-2014
7

Pertemuan Ilmiah Tahunan HATHI XXXII, Malang

Peramalan gelombang yang didasarkan pada hasil UA dan panjang fetch efektif
menghasilkan gelombang dengan ketinggian (H) 1,78 m dan periode (T) 6,19 detik. Hasil
tersebut didukung oleh klasifikasi gelombang menurut Sorensen (2006:9), yang
menyatakan bahwa gelombang yang dibangkitkan oleh angin mempunyai periode
gelombang antara 1 30 detik dengan ketinggian tidak lebih dari 10 feet (3,048 m).
Kemiringan dasar laut diperoleh dari peta batimetri menunjukkan perbandingan
kemiringan 1:50,6 = 1:50 (m = 0,02). Pada perhitungan gelombang pecah diperoleh
ketinggian gelombang pecah (Hb) 1,958 dan kedalaman gelombang pecah (db) 2,27 m.
Berdasarkan analisa diperoleh kedalaman gelombang pecah 1,958 m. Sedangkan tipe
gelombang pecah yang terjadi adalah tipe spilling dimana menurut Triatmodjo (1999:95)
tipe spilling biasanya terjadi apabila gelombang datang dengan kemiringan kecil menuju
pantai dengan kemiringan kecil. Sudut datang gelombang pecah diukur pada peta
menghasilkan sudut 21o. Berdasarkan analisa, komponen fluks energi gelombang yang
dihasilkan dari gelombang pecah adalah sebesar 0,7795 ton.m/dtk/m atau 67.349,92
ton.m/hari/m.
Nilai koefisien, K, ditentukan berdasarkan ukuran butir pasir. Dari 12 sampel benda uji
pasir yang dianalisa dengan analisa saringan berdasarkan SNI 3423-2008: Cara Uji
Analisis Ukuran Butir Tanah, diperoleh D50 dengan ukuran 0,63 mm. Gambar 8
menunjukkan distribusi ukuran butir pasir. Nilai K kemudian diperoleh 0,2898.

Gambar 7. Pengukuran Panjang Fetch Efektif dari Arah Timur Laut

Gambar 8. Kurva Distribusi Ukuran Butir Pasir


8

Pertemuan Ilmiah Tahunan HATHI XXXII, Malang

Perhitungan prakiraan laju transpor sedimen, Qs, dengan menggunakan formula CERC,
dengan koefisien, K, sebesar 0,2898 maka diperoleh laju transpor sedimen, Qs, diperoleh
sebesar 19.518,72 m3/hari. Perhitungan tersebut merupakan didasarkan pada kondisi
angin signifikan yang berhembus berdasarkan pemantauan BMKG Kabupaten
Banyuwangi tahun 2010-2014.

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI


Kesimpulan
Berdasarkan analisa yang dilakukan, dengan nilai koefisien, K, sebesar 0,2898, maka
diperoleh laju transpor sedimen (sediment transport rate), Qs, Pelabuhan Boom
Banyuwangi sebesar 19.518,72 m3/hari. Nilai Qs tersebut merupakan Qs potensial yang
didasarkan pada kondisi gelombang angin signifikan.
Rekomendasi
Kondisi angin akan menentukan pembangkitan gelombang, untuk memperoleh hasil yang
lebih akurat, maka diperlukan penggunaan data angin dengan pencatatan yang lebih lama,
minimal dalam pencatatan selama 10 tahun.

UCAPAN TERIMA KASIH


Penulis mengucapkan terima kasih kepada BMKG Kabupaten Banyuwangi, Dinas
Kelautan dan Perikanan kabupaten Banyuwangi, PT. Pelabuhan Indonesia III Cabang
Tanjung Wangi dan TNI Angkatan Laut Kabupaten Banyuwangi atas informasi dan data
yang diberikan kepada penulis.

REFERENSI
Badan Informasi Geospasial. 2013. Rencana Strategis Badan Informasi Geospasial Tahun
2013-2014. Cibinong: Badan Informasi Geospasial.
BMKG. 2015. Data Kecepatan Angin Maksimum Bulanan 2010-2014. Badan
Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Meteorologi Banyuwangi.
CERC. 1984. Shore Protection Manual (SPM). Washington DC: US Army Coastal
Engineering Research Center.
CERC. 2002. Coastal Engineering Manual. Washington DC: US Army Corps of
Engineers.
Dinas PU Cipta Karya dan Tata Ruang. 2015. Peta Hidro Oceanografi. Dinas PU Cipta
Karya dan Tata Ruang Provinsi Jawa Timur.
Faradinka, D., Siswanto, A.D., dan Hidayah, Z. 2013. Pengaruh Gelombang Terhadap
Transpor Sedimen di Sepanjang Pantai Utara Perairan Bangkalan. Seminar
Nasional Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Juni 2013 Halaman
645-650.

Pertemuan Ilmiah Tahunan HATHI XXXII, Malang

Kamphuis, J.W. 2000. Introduction to Coastal Engineering and Management: Advanced


Series on Ocean Engineering - Volume 16. Singapura: World Scientific.
Karuniasari, D., Purwanto, dan Atmojo, W. 2014. Transpor Sedimen di Pelabuhan
Kendal, Kabupaten Kendal. Jurnal Osenaografi Universitas Diponegoro Vol. 3,
Nomor 3, Tahun 2014, Halaman 304 308.
Pemimpin Redaksi. 2013. Membangun Secara Lestari dan Berkelanjutan. Jakarta:
Majalah Mina Bahari. Edisi 1 Tahun 2013 - Januari 2013.
Pemimpin Redaksi. 2015. Integrasi Wisata Maritim Banyuwangi. Surabaya: Majalah
Dermaga. Edisi 195 - Februari 2015. Halaman 60.
Putri, R., W., B., Atmodjo, W., dan Sugianto, D., S. 2014. Longshore Current dan
Pengaruhnya terhadap Transpor Sedimen di Perairan Pantai Sendang Sikucing,
Kendal. Jurnal Osenaografi Universitas Diponegoro Vol. 3, Nomor 4, Tahun 2014,
Halaman 635 641.
Reeve, D., Chadwick, A., dan Fleming, C. 2004. Coastal Engineering : Processes, Theory
and Design Practice. New York : Spon Press.
Romdania, Y. 2010. Analisi Kasus Sedimentasi di Tiga Titik Kawasan Water Front City.
Jurnal Rekayasa Universitas Lampung Vol 14. No 1, April 2010. Universitas
Lampung.
Savile Jr., T. 1954. The Effect of Fetch Width On Wave Generation. Washington DC: TM
No.70, US Army Corps of Engineering.
Siddy, P. 2004. Pola Pergerakan Sedimen di Selat Madura dari Model Gelombang Angin
dan Analisis Citra Satelit. Jurnal Rekayasa Vol. 1 No 01 Juli 2004, Hal 58 67.
Sorensen, R., M. 2006. Basic Coastal Engineering - Third Edition. New York: Springer
Science+Business Media, Inc.
TNI AL. 2015. Peta Kelautan Banyuwangi. Lanal TNI Angkatan Laut Kabupaten
Banyuwangi.
Triadmodjo, B. 1999. Teknik Pantai. Yogyakarta : Beta Offset.

10

Anda mungkin juga menyukai