Oksigen merupakan salah satu pengobatan dalam emergensi yang secara umum digunakan
terutama pada keadaan hipoksemia yang tak diragukan lagi dapat menyelamatkan kehidupan.
Dipercaya secara luas bahwa pemberian oksigen dapat mengurangi dispnea pada keadaan
hipoksemia (rendah level oksigen di arteri). Dispnea dapat terjadi karena berbagai hal baik itu
karena penyakit kardiovaskuler hingga penyakit metabolik seperti asidosis metabolik.
Source: Kane B, Decalmer S, ODriscoll R. Emergency oxygen therapy: from guideline to
implementation. J European Respiratory Society. June 2013; 9(4).
Keadaan hipoksemia sangat mematikan dan harus segera diatasi. Pada sebagian besar pasien,
pemberian oksigen konsentrasi tinggi diperlukan dengan tujuan untuk memaksimalkan
konsentrasi oksigen inspirasi (FiO2). Kadar FiO2 bergantung pada ventilasi per menit dan laju
oksigen yang diberikan. Pasien dengan respiratory distress mempunyai ventilasi 30 liter/menit
dan pada keadaan tersebut pemberian face mask dengan laju oksigen 12 liter/menit hanya akan
menyediakan FiO2 sebesar 50%. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk memperoleh FiO2
yang lebih tinggi adalah dengan menggunakan mask dengan reservoir bag (non-rebreathing
mask).
Jika diperkirakan terjadi syok sirkulasi maka pikirkan untuk melakukan fluid challenge.
Pemberian cairan secara cepat, misalnya dalam 10-15 menit berikan cairan kristalloid 250 ml
atau dengan pemberian cairan koloid dengan volume yang sama. Efek pemberian fluid challenge
dapat dipantau melalui tekanan darah, nadi, perfusi perifer, outpout urin, maupun tingkat
kesadarann.
Source: British Journal of Hospital Medicine. October 2007: 68 (10)
Manjemen pemberian cairan mempunyai pengaruh terutama pada durasi, keparahan
maupun outcome dari critical illness
Fluid management has a major impact on the duration, severity and outcome of critical
illness. Aggressive volume expansion to support tissue oxygen delivery as part of early goaldirected resuscitation algorithms for
shockespecially septic shockhas been associated with
dramatic improvements in outcome. Intravenous administration of extra fluid to top-up the
circulation increases cardiac output by the FrankStarling relationship. Again, Ernest Starling
described the key physiology we
still use today at every bed space based on observations of
isolated perfused dog hearts. He described the increase in
stroke volume seen with increased left ventricular stretch
[19, 20]. The result is that fluid administration increases
cardiac output, tissue blood flow and oxygen delivery to vital
organs (unless the heart is already failing). These core observations are translated into the
current recommendations for
haemodynamic support in septic shock in children. Consensus
guidance recommends administering bolus aliquots of
20 ml/kg very rapidly (up to 60 ml/kg in 15 min). The
volume given is titrated to observable indicators of adequate
Source: Raman S, Peters MJ. Fluid management in the critically ill child. Pediatric Nephrology.
January 2013