Secara pasti penyebab BPH belum diketahui secara pasti. Smeltzer dan
Bare
(2002)
menyebutkan
bahwa
beberapa
bukti
yang
dapat
DHT
sehingga
replikasi
sel
lebih
banyak
terjadi
I. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan tergantung dengan penyebab,
keparahan obstruksi, dan kondisi pasien (Smeltzer dan Bare, 2002).
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Observasi
Observasi biasanya dilakukan pada pasien dengan keluhan ringan.
Pasien dianjurkan untuk mengurangi minum setelah makan malam
yang ditujukan agar tidak terjadi nokturia, menghindari obat-obat
dekongestan (parasimpatolitik), mengurangi minum kopi, dan tidak
diperbolehkan minum alkohol agar tidak terlalu sering miksi. Pasien
dianjurkan untuk menghindari mengangkat barang yang berat agar
perdarahan dapat dicegah. Anjurkan pasien agar sering mengosongkan
kandung kemih (jangan menahan kencing terlalu lama) untuk
menghindari distensi kandung kemih dan hipertrofi kandung kemih.
Pasien dianjurkan untuk melakukan kontrol keluhan, pemeriksaan
laboratorium, sisa kencing dan pemeriksaan colok dubur (Purnomo,
2011).
Pemeriksaan derajat obstruksi prostat menurut Purnomo (2011)
dapat diperkirakan dengan mengukur residual urin dan pancaran urin.
1) Residual urin
Residul urin yaitu jumlah sisa urin setelah miksi. Sisa urin dapat
diukur dengan cara melakukan kateterisasi setelah miksi atau
ditentukan dengan pemeriksaan USG setelah miksi.
2) Pancaran urin (flow rate)
Flow rate dapat dihitung dengan cara menghitung jumlah urin
dibagi dengan lamanya miksi berlangsung (ml/detik) atau dengan
alat urofometri yang menyajikan gambaran grafik pancaran urin.
b. Terapi medikamentosa
Baradero at al (2007) megatakan bahwa tujuan dari obat-obat yang
diberikan pada pasien BPH adalah sebgai berikut:
1) mengurangi pembesaran prostat dan membuat
otot-otot
didaerah
prostat.
Obat-obat
golongan
ini
dapat
memperbaiki keluhan miksi dan laju pancaran urin. Hal ini akan
menurunkan tekanan pada uretra pars prostatika sehingga gangguan
aliran air seni dan gejala-gejala berkurang. Biasanya pasien mulai
merasakan berkurangnya keluhan dalam 1-2 minggu setelah ia
kelenjar
prostat
dilakukan
dengan
transuretra
dan
waktu
tinggal
dirumah
sakit
lebih
Transuretral
Needle
Ablation/Ablasi
jarum
3.
PATHWAY
Perubahan usia lanjut
Ketidakseimbangan hormon progesterone dan estrogen
Kadar testosterone menurun
Mempengaruhi RNA dalam inti sel
Poliferasi sel prostat
Pre Operasi
Kurang
Pengetahuan
ancaman perubahan
Intra Operasi
status kesehatan
Anastesi
krisis situasi
Pembedahan
pertumbuhan mikroorganisme
Pertumbuhan mikroorganisme
Risiko infeksi
Pembedahan
Risiko
Cidera
Risiko
Kekuran
gan
cairan:
darah
Post Operasi
kurang info penyembuhan
insisi prostatektomi pemasangan kerusakan
kateter
jaringan
terputusnya
periuretral
kontinuitas jaringan bekuan
darah
Kerusakan
penurunan
spasme
integritas
urin
kulit
pertahanan tubuh
Risiko
infeksi
Kurang
informasi
4.
DAFTAR PUSTAKA
Baradero, M dan Dayrit, M. 2007. Seri Asuhan Keperawatan Pasien
Gangguan Sistem Reproduksi & Seksualitas. Jakarta: EGC.
Price, S & Wilson, L, 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Edisi 6. Jakarta: EGC.
Purnomo, B. 2011. Dasar-dasar Urologi,. Jakarta: Sagung Seto.
Sjamsuhidajat, R. dan De Jong W. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta:
EGC.
Smeltzer, Suzanne C., dan Bare Brenda G. 2002. Keperawatan MedikalBedah Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta: EGC.
Wibowo, D dan Paryana, W. 2009. Anatomi Tubuh Manusia. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
TINJAUAN MEDIS
Transurethral Resection of Prostatic (TURP)
1.
PENGERTIAN
Beberapa pengertian terkait dengan TURP menurut beberapa ahli adalah
sebagai berikut:
a. Transurethral Resection of Prostatic (TURP) adalah prosedur bedah yang
paling umum dan dapat dilakukan malalui endoskopi pada pasien dengan
BPH (Smaltzer dan Bare, 2002).
b. TURP merupakan tindakan operasi yang paling banyak dilakukan, reseksi
kelenjar prostat dilakukan dengan transuretra menggunakan cairan irigan
(pembilas) agar daerah yang akan dioperasi tidak tertutup darah
(Marzalek, 2009).
c. TURP adalah sebuah sebuah penghilangan bagian dari prostat yang
menekan uretra, dengan cara pembedahan yang dilakukan oleh dokter
bedah dengan memasukkan instrument up penis melalui uretra dan
memotong jaringan prostat sampai bagian ini terbuka dengan baik, serta
jaringan yang dipotong akan mengalir keluar melalui kateter. Tidak ada
sayatan yang dibuat dalam operasi ini, dan akan sembuh dengan
membutuhkan waktu 8-12 minggu (Quinte Health Care, ____ ).
Serangkaian pernyataan diatas dapat diambil kesimpulan, bahwa
Transurethral Resection of Prostatic (TURP) adalah sebuah prosedur
bedah yang paling sering dilakukan pada pasien BPH, tanpa pembedahan
dengan menggunakan cairan irigan yang dimasukkan menggunakan
instumen up penis melalui uretra dan memotong jaringan prostat sampai
terbuka dan mengalirkannya melalui kateter.
2.
INDIKASI
EFEKTIVITAS TURP
Saat ini tindakan TURP merupakan standar tindakan operasi yang paling
banyak dikerjakan di seluruh dunia. Selama 20 tahun terakhir perkembangan
kesehatan khususnya pilihan tindakan TURP banyak dipilih oleh dokter bedah
di Eropa dibandingkan prosedur Transurethral Microwave Thermotherapy
(TUMT) atau prosedur laser, dan terjadi penurunan jumlah kasus komplikasi
pembedahan di Amerika Serikat akibat pilihan operasi dengan menggunakan
TURP. Adapun keuntungan dan kerugian TURP menurut Smeltzer dan Bare
(2002) adalah sebagai berikut.
a) Keuntungan menggunakan TURP
1. Menghindari insisi pembedahan
2. Lebh aman pada pasien dengan risiko bedah
3. Hospitalisasi dan pemulihan lebih singkat
4. Angka morbiditas lebih rendah yaitu 0,99%.
5. Nyeri yang ditimbulkan relative sedikit
6. Prostat fibrous mudah diangkat
7. Perdarahan mudah dilihat dan dikontrol
b) Kerugian menggunakan TURP
1. Membutuhkan dokter bedah yang ahli
2. Risiko merusak uretra
3. Tidak dianjurkan untuk BPH besar
4. Alat yang digunakan mahal
5. Obstruksi kambuhan trauma uretral dapat terjadi striktur uretral
(dysuria, mengejan, aliran urin lemah).
4.
5.
PROSEDUR TURP
1) Mengkaji kecemasan klien, memberikan informasi yang akurat pada klien
terkait kondisi saat ini dan pentingnya tindakan operasi
2) Pemeriksaan lab. Lengkap : DL, UL, RFT, LFT, pH, Gula darah, Elektrolit
3) Pemeriksaan EKG
4) Pemeriksaan Radiologi : BOF, IVP, USG
5) Pemeriksaan Uroflowmetri Bagi penderita yang tidak memakai kateter.
6) Pemasangan infus dan puasa
7) Pencukuran rambut pubis dan lavemen.
8) Pemberian Antibiotik
9) Surat Persetujuan Operasi (Informed Concern).
10) Pasang foto-foto pada light box
11) Lakukan SGG
Scrubbing
1) Membasai tangan sampai lengan bawah dan siku dengan air (agar pori
pori membuka)
1)
2)
3)
4)
Gowning
Berupa tindakan untuk menggunakn alat pelindung diri seperti cap,
masker,sepatu atau sandal, baju kamar operasi dan baju steril.
Langkah langkahnya sbagai berikut:
Menagambil baju dengan cara memegang baju pada bagian leher
bagian dalam baju dengan tengan kiri semenatara tangan kanan
diangkat setinggi bahu.
Masukkan tangan kanan dengan posisi membentang ke lubang lengan
baju, setelah itu menyusul tangan kiri dimasukkan ke lubang lengan
baju berikutnya tanpa menyentuh bagian luar baju.
Perawat yang memakai baju steril melangkah maju kemudian tali baju
yang ada pada bagian leher dibelakang ditarik oleh asisten yang tidak
mengenakan baju steril tanpa menyentuh bagian depan baju, talikan
dengan kuat tapi menggunakan simpul yang sederhana agar mudah
saat dilepas.
Tim operasi yang sudah memakai baju steril bila berdekatan dengan
orang yang tidak memakai baju steril harus segera membelakangi
orang tersebut, sementara jika berdekatan denag tim operasi yang
sudah memakai baji steril harus saling berhadapan. (Baju bagian
depan sreril dan bagian belakang dianggap tidak steril)
Gloving
Berupa tindakan memakai sarung tangan steril dengan metode terbuka
maupun tertutup yang betujuan untuk menjaga kesterilan permukaan
alat alat bagian luar dan memelihara kebersihan tangan pada waktu
melepas sarung tangan. Langkah-langkah memakai sarung tangan
dengan metode terbuka dikamar operasi, adalah sebagai berikut:
1) Ambil sarung tangan dari pack dengan cara memegang manset
(lipatan sarung tangan) bagian dalam , pertahankan posisi tangan
setinggi pinggang dan jangan sampai sarung tangan menyentuh
benda benda sekitarnya.
2) Memasukkan sarung tangan pertama pada tangan dimana tangan
yang tidak memakai sarung tangan hanya boleh memegang bagian
dalam sarung tangan.
3) Ambil sarung tangan kedua dengan tiga jari tangan yang sudah
memakai sarung tangan , pegang bagian luar sarung tangan dan
masukkan tangan yang belum memakai sarung tangan, tarik sarung
tangan dengan tangan yang satunya , pertahankan posisi tangan
setinggi pinggang dan jangan sampai sarung tangan menyentuh
lengan atau badan.
Langkah langkah memakai sarung tangan dengan metode tertutup di
kamar operasi adalah sebagai berikut:
1) Saat memakai baju operasi steril pertahankan kedua ujung tangan
tidak keluar dari lengan baju operasi.
2) Buka sarung tangan, pastikan posisi sarung tangan kanan dan kiri,
masukkan ujung baju operasi ke dalam sarung tangan, tarik sarung
tangan dan masukkan kelima jari, ini dilakukan hanya dengan satu
tangan tanpa bantuan tangan yang lainya. (kalau sulit, boleh
menggunakan bantuan tangan satunya yang masih di dalam baju
operasi, tidak dikeluarkan dari bajunya)
k. Setelah dilakukan anestesi regional pasien diletakkan dalam posisi
lithotomi
l. Untuk menghindari komplikasi orchitis dilakukan Vasektomi tanpa Pisau
(VTP)
m. Dilakukan desinfeksi dengan povidone jodine didaerah penis scrotum dan
sebagian dari kedua paha dan perut sebatas umbilicus
KOMPLIKASI
TURP merupakan tindakan non-invasif, namun dapat menimbulkan
beberapa komplikasi. Hahn, et al (2000) menjelaskan komplikasi tersebut
diantaranya adalah sebagi berikut:
a. Ejakulasi retrograde (60-90%)
b. Infeksi saluran kemih yang disebabkan oleh kolonisasi bakteri pada
prostat (2%)
c. Persistent urinary retention ketika pulang dari rumah sakit dengan
terpasang kateter (2.5%)