Anda di halaman 1dari 9

I.

Pendahuluan
A. Latar belakang masalah
Analis merupakan jantung dan otak bagi proses perencanaan kota, serta
merupakan tahap yang penting dalam rangka mencapai tujuan utama
perencanaan, yaitu untuk menjelaskan alasan-alasan yang berkaitan dengan
berbagai hal di wilayah kotamadya. Analisis merupakan wahana untuk
melakukan evaluasi kondisi kota, untuk membuat simulasi berfungsinya kota,
untuk membuat proyeksi beberapa perkembangan penting di dalam lingkup
kota dan eksternalnya, untuk membuat kesimpulan tentang hal-hal yang dapat
dan harus dilakukan, dan untuk menentukan cara-cara untuk
melaksanakannya. Pada kenyataannya terdapat berbagai alasan yang berkaitan
B. Perumusan masalah
C. Tujuan Penulisan

Dalam praktek analisis kebijakan itu jauh lebih bersifat keahlian dan bukan
suatu ilmu pengetahuan teoritis. Seorang analis kebijakan yang baik selalu
mengandalkan diri pada proses yang dapat dipertahankan, metode-metode yang tepat,
dan pertimbangan yang didasarkan pada pengalamannya. Satu bagian penting untuk
belajar menjadi seorang analisis kebijakan adalah dengan cara bergelut dengan
masalah-masalah yang nyata dan rumit. Ciri seorang analisis profesional yang ulung
adalah kemampuannya untuk menerapkan teori-teori dan metode-metode yang relatif
bersifat abstrak yang akan diurauikan dalam makalah ini ke dalam masalah yang
nyata.

Aktivitas perencanaan yang akan diuraikan dalam makalah tidaklah selalu


yang benar-benar bersifat abstrak; tetapi, aktivitas tersebut menggambarkan seluruh
bidang analisis kebijakan dan perencanaan, dan bidang ini dapat dengan tepat diberi
nama perencanaan kebijakan. Memang, hamper semua uraian yang terdapat dalam
makalah iniakan berbicara tentang analisis kebijakan dan perencanaan semata-mata
sebagai analisis kebijakan, yaitu ungkapan yang biasa digunakan oleh para
professional. Tindakan alternatifnyang dapat dilakukan oleh para analis kebijakan
(atau para perencana) dapat disebut kebijakan, rencana, atau program.

II. Isi
A. Analisis kebijakan
1. Pengertian kebijakan
Banyak definisi yang dibuat oleh para ahli untuk menjelaskan arti kebijakan.
Thomas Dye menyebutkan kebijakan sebagai pilihan pemerintah untuk melakukan
atau tidak melakukan sesuatu (whatever government chooses to do or not to do).
Definisi ini dibuatnya dengan menghubungkan pada beberapa definisi lain dari David
Easton, Lasswell dan Kaplan, dan Carl Friedrich. Easton menyebutkan kebijakan
pemerintah sebagai “kekuasaan mengalokasi nilai-nilai untuk masyarakat secara
keseluruhan.” Ini mengandung konotasi tentang kewenangan pemerintah yang
meliputi keseluruhan kehidupan masyarakat. Tidak ada suatu organisasi lain yang
wewenangnya dapat mencakup seluruh masyarakat kecuali pemerintah. Sementara
Lasswell dan Kaplan yang melihat kebijakan sebagai sarana untuk mencapai tujuan,
menyebutkan kebijakan sebagai program yang diproyeksikan berkenaan dengan
tujuan, nilai dan praktek (a projected program of goals, values and practices). Carl
Friedrich mengatakan bahwa yang paling pokok bagi suatu kebijakan adalah adanya
tujuan (goal ), sasaran(objektive) atau kehendak (purpose).
H. Hugh Heglo menyebutkan kebijakan sebagai “a course of action intended
to accomplish some end,” atau sebagai suatu tindakan yang bermaksud untuk
mencapai tujuan tertentu. Definisi Heglo ini selanjutnya diuraikan oleh Jones dalam
kaitan dengan beberapa isi dari kebijakan. Pertama, tujuan. Di sini yang dimaksudkan
adalah tujuan tertentu yang dikehendaki untuk dicapai (the desired ends to be
achieved). Bukan suatu tujuan yang sekedar diinginkan saja. Dalam kehidupan sehari-
hari tujuan yang hanya diinginkan saja bukan tujuan, tetapi sekedar keinginan. Setiap
orang boleh saja berkeinginan apa saja, tetapi dalam kehidupan bernegara tidak perlu
diperhitungkan. Baru diperhitungkan kalau ada usaha untuk mencapainya, dan
ada”faktor pendukung” yang diperlukan. Kedua, rencana atau proposal yang
merupakan alat atau cara tertentu untuk mencapainya. Ketiga, program atau cara
tertentu yang telah mendapat persetujuan dan pengesahan untuk mencapai tujuan yang
dimaksud. Keempat, keputusan, yakni tindakan tertentu yang diambil untuk
menentukan tujuan, membuat dan menyesuaikan rencana, melaksanakan dan
mengevaluasi program dalam masyarakat.
Selanjutnya Heglo mengatakan bahwa kebijakan lebih dapat digolongkan
sebagai suatu alat analisis daripada sebagai suatu rumusan kata-kata. Sebab itu,
katanya, isi dari suatu kebijakan lebih dapat dipahami oleh para analis daripada oleh
para perumus dan pelaksana kebijakan itu sendiri. Bertolak dari sini, Jones
merumuskan kebijakan sebagai “…behavioral consistency and repeatitiveness
associated with efforts in and through government to resolve public problems”
(perilaku yang tetap dan berulang dalam hubungan dengan usaha yang ada di dalam
dan melalui pemerintah untuk memecahkan masalah umum). Definisi ini memberi
makna bahwa kebijakan itu bersifat dinamis – ini akan dibicarakan secara khusus
dalam bagian lain, dalam hubungan dengan sifat dari kebijakan.
Sejalan dengan perkembangan studi yang makin maju, William Dunn
mengaitkan pengertian kebijakan dengan analisis kebijakan yang merupakan sisi baru
dari perkembangan ilmu sosial untuk pengamalannya dalam kehidupan sehari-hari.
Sebab itu dia mendefinisikan analisis kebijakan sebagai”ilmu sosial terapan yang
menggunakan berbagai metode untuk menghasilkan dan mentransformasikan
informasi yang relevan yang dipakai dalam memecahpersoalan dalam kehidupan
sehari-hari. “Di sini dia melihat ilmu kebijakan sebgai perkembangan lebih lanjut dari
ilmu-ilmu sosial yang sudah ada. Metodologi yang dipakai bersifat multidisiplin. Hal
ini berhubungan dengan kondisi masyarakat yang bersifat kompleks dan tidak
memungkinkan pemisahan satu aspek dengan aspek lain.

2. Pengertian analisis
Dalam linguistik, analisa atau analisis adalah kajian yang dilaksanakan terhadap
sebuah bahasa guna meneliti struktur bahasa tersebut secara mendalam. Sedangkan pada
kegiatan laboratorium, kata analisa atau analisis dapat juga berarti kegiatan yang dilakukan di
laboratorium untuk memeriksa kandungan suatu zat dalam cuplikan

3. Pengertian analisis kebijakan


Analisis kebijakan versi Dunn adalah analisis kebijakan yang dipahami
sebagai sebuah aktifitas intelektual dan praktis yang bertujuan untuk menciptakan,
secara kritis menilai, dan mengkomunikasikan pengetahuan dalam proses kebijakan.
Dalam model analisis ini, prosedur analisis kemudian menjadi penting.

B. Proses analisis

Metode dan standar yang digunakan oleh semua analis untuk mencapai hasil
yang berkualitas tinggi kadang-kadang dalam keterbatasan waktu dan dana,
mempunyai beberapa karakteristik secara umum, bahwa : hampir semua diterapkan
dengan cepat, banyak mengandalkan diri pada estimasi dan perimbangan yang
dilakukan oleh analis atau orang lain, dan para analis profesional bahwa tidak satupun
akan digunakan tanpa adanya pemahaman yang jelas mengenai kekuatan dan
kelemahan ataupun tanpa menyesuaikan penerapannya dengan situasi yang ada.
Struktur yang umumnya terdapat dalam hampir semua analisis kebijakan
adalah proses enam langkah yang disebut pendekatan penyelesaian masalah secara
rasional. Keenam langkah tersebut adalah sebagai berikut:

1. Menentukan masalah, kemungkinan, atau pokok bahasan.


2. Menentukan criteria evaluasi.
3. Mencari berbagai alternatif.
4. Mengevaluasi setiap alternatif.
5. Memaparkan dan memilih antara berbagai alternatif.
6. Memantau dan mengevaluasi hasil.

1.Menguji,
menetapkan
dan
memperinci
masalahnya

6. Memantau 2.Tetapkan
setiap hasil criteria
kebijakan evaluasi

5. Paparkan 3. Cari
dan pilih alternatif
diantara kebijakan
berbagai
alternatif

4. Evaluasi
setiap
alternatif
kebijakan
Para analis kebijakan jarang sekali turut berpartisipasi dalam semua langkah
yang terdapat dalam proses tersebut. Sebagai contoh seorang klien kemungkinan
bermaksud meminta bantuan dari analis untuk menggariskan masalah atau mungkin
juga tidak, dan sering terjadin dimana seorang klien mengatakan ia akan melakukan
pemilihan sendiri alternative-alternatif dan menerapkan alternatif yang telah
dipilihnya. Bagaimanapun, analisis hampir akan selalu mempunyai peranan penting
dalam menetapkan criteria evaluasi dan dalam mencari dan mengevaluasi setiap
alternatif, dan pernyataan mengenai yang mana dan bagaimana kebijakan yang
dianjurkan dapat diterapkan harus member informasi selama melakukan keenam
langkah analisis . juga, meskipun tidak semua klien mempunyai tanggung jawab yang
berkelanjutan atas suatu kebijakan atau program setelah diterapkan, analis harus
mengingatkan setiap klien agar bahwa pemantauan dan evaluasi atas kebijakan atau
program yang telah diterapkanmempunyai arti penting bagi kelanjutan keefektifan
dan keefisienannya.
Keenam langkah dalam proses analisis kebijakan tersebut tidak selalu harus
diikuti satu demi satu sesuai dengan urutannya. Dalam kenyataannya, analisis yang
terbaik seringkali adalah yang berputar kembali melalui beberapa langkah terdahulu
jika terdapat informasi baru , sebagaimanapun digambarkan dalam Gambar diatas.
Misalnya, sementara sedang menetapkan beberapa alternatif mungkin menjadi jelas
bahwa masalah yang sedang dibahas terlalu mudah atau mungkin juga terlalu luas,
atau bahwa criteria evaluasi tidak akan memungkinkan seorang analis untuk
membedakan antara berbagai alternatif yang diajukan. Penentuan kembali masalah
dan/atau criteria evaluais dalam hal ini akan menyelamatkan analis dari ketidak
relevanan.

C. Metode analisis kebijakan


Ada satu pendekatan atau metode yang dapat digunakan dalam
merumuskan sebuah kebijakan publik (baca : UU). Metode dimaksud adalah
metode analisis kebijakan. Melalui metode ini dapat ditekan kesalahan menjadi
sekecil mungkin.
Adapun sejumlah metoda telah dikembangkan untuk membandingkan
secara sistematis setiap alternatif untuk dapat memilih salah satu yang terbaik.
Dua jenis yang paling umum digunakan dalam analisis kebijakan adalah
pendekatan matriks (matrix approach) dan pendekatan skenario (scenario
writting).
PENDEKATAN MATRIKS
Metoda ini memberikan banyak variasi (termasuk sistem penampakan
kartu angka atau kertas kerja), tetapi pada dasarnya metode ini berkaitan dengan
penyiapan suatu tabel dimana setiap kolom yang terdapat dalam tabel
mencerminkan satu kriteria evaluasi. Setiap sel kemudian akan mengandung
kesimpulan analis mengenai bagaimana satu alternatif digambarkan dalam bentuk
satu kriteria. Dengan melihat setiap baris, klien akan dapat membandingkan
kesimpulan analis untuk setiap alternatif pada kriteria yang sama. Dengan melihat
setiap kolom, klien dapat memperoleh suatu kesan mengenai keberhasilan
menyeluruh suatu alternatif dalam memenuhi kriteria yang ada.
Sebagimana telah dalam uraian terdahulu,”Pengevaluasian Alternatif,”
seperti matriks seperti ini sudah barang tentu pertama kali akan diisi dengan
perkiraan-perkiraan untuk setiap alternatif. Kemudian matriks kedua akan
disiapkan dimana didalamnya akan dituliskan pengaruh neto dari setiap alternatif
tindakan yang timbul. Matriks kedua inilah yang akan digunakan untuk
menyajikan kesimpulan kesimpulan bagi klien.
PENDEKATAN SKENARIO
Metode ini sering digunakan jika implikasi kualitatif dan politis dari setiap alternatif
tampaknya jauh lebih kritis dalam proses pemilihan dibanding dengan pembuat
kriteria kuantitatif. Skenario adalah uraian naratif mengenai keadaan di masa yang
akan datang dalam suatu alternatif yang sedang dipertimbangkan.
Analisis menuliskan skenario-skenario untuk menelaah secara penuh hal-hal sebagai
strategi penerapan dan kesulitan-kesulitan yang mungkin timbul, oposisi politik, dan
berbagai keyakinan dan motivasi para pelaku. Skenario dipersiapkan untuk setiap
alternatif yang akan dibandingkan, di mana setiap skenario berisi masalah-masalah
dan pertanyaan-pertanyaan yang sama.
Kadang-kadang skenario ini juga dilengkapi dengan jenis evaluasi lainnya.
Sebagai contoh, suatu skenario kemungkinan disiapkan untuk menjelaskan hasil yang
paling buruk untuk suatu alternatif yang dikehendaki, atau skenario tersebut akan
disiapkan jika klien merasa bahwa penjelasan naratif merupakan bentuk yang paling
mudah untuk dipahami.

D. Kontrol kebijakan
Di bawah ini dipaparkan beberapa bentuk teknik pengawasan/kontrol atas
kebijakan-kebijakan yang dapat digunakan secara praktis maupun teoretis oleh para
pengguna.

a.Non-Coercive Forms of Action

Banyak cara digunakan untuk mengimplementasikan kebijakan, juga untuk


memenuhi sasaran dan tujuan didalamnya, menurut salah satu teori dalam kebijakan
publik adalah dengan non-coercive forms of action(tanpa paksaan yang
wajar).Dengan teknik non-coercive berarti para aparatur kebijakan dalam
mengejawantahkan regulasi tersebut tidak menggunakan sanksi yang resmi, hukuman,
ataupun ganjaran.Efektivitas dari bentuk kebijakan seperti ini memang sangat
tergantung dari kerjasama secara sukarela atau penerimaan dari warga
masyarakat/instansi/lembaga/departemen yang dipengaruhinya.Pelru diingat bahwa
kebijakan seperti ini hanya akan dapat berjalan dengan baik dalam konteks sisitem
demokrasi yang sudah benar-benar mapan., meskipun tekanan sosial dan ekonomi
yang muncul di masyarakat dapat menekan mereka.

b.Inspeksi
Inspeksi (pemeriksaan) adalah bentuk pengawasan lain yang dapat
digunakan.Inspeksi secara sederhana dapat diartikan juga sebagai bentuk pengujian
untuk menentukan apakah implementasi kebijakan telah sesuai dengan standar resmi
yang ditentukan (sasaran dan tujuan kebijakan). Inspeksi/pemeriksaan dapat
dilakukan secara terus-menerus (seperti pada pemeriksaan impor barang pangan) atau
secara periodik (seperti pada pemeriksaan bank, harga sembako, pengguna senjata
api, dll.).Bentuk manapun yang akan dipakai (terusmenerus/periodik) pada dasarnya
pemeriksaan dimaksudkan untuk memperlihatkan apakah standar implementasi
kebijakan telah terpenuhi, termasuk hal-hal yang khusus dengan pencegahan yang
objektif serta mengoreksi hal-hal yang tidak diinginkan atau kondisi yang
membahayakan.Tujuan dari inspeksi/pemeriksaan tidak dapat dipungkiri berupaya
untuk membentuk perilaku individu agar menyesuaikan diri/institusinya dengan
aturan (hukum) kebijakan.Karena teknik ini berusaha untuk membentuk perilaku,
maka inspeksi/pemeriksaan menyertakan penjatuhan sanksi atau hukuman sebagai
alternatif instrumen ”pengingat”.
Inspeksi/pemeriksaan adalah bentuk yang paling umum digunakan
dalam pelaksanaan peraturan perundangan.Di Amerika Serikat, misalnya,
pemeriksaan keamanan alat lokomotif dan jalan kereta api dilakukan oleh
Federal Railroad Adiministration; kemudian pemeriksaan kebersihan pembuatan
makan dan minuman dikontrol oleh Food and Drug Administration; lalu
pemeriksaan penerimaan pajak penghasilan diperiksa oleh Internal Revenue
Service; lantas pemeriksaan perbankan nasional diawasi oleh Controller of the
Currency, dan seterusnya.
c.Lisensi
Lisensi (atau pengesahan) sering disebut juga enabling action, yang
melibatkan kekuasaan pemerintah untuk menunjuk pada bidang bisnis
khusus/profesi untuk mengerjakan sesuatu yang tidak dilarang.Pengesahan
merupakan bentuk yang secara luas digunakan pada kegiatan yang dilakukan
dengan bermacam-macam sebutan.Lisensi diperlukan untuk melibatkan banyak
anggota masyarakat dalam mengerjakan sesuatu yang dapat dikerjakan oleh
warga, seperti: pengoperasian stasiun televisi dan radio, mengimpor beberapa
jenis kendaraan yang diperkenankan, membersihkan taman kota, mengambil
sampah di tempat-tempat pembanguan sementara, dan banyak lagi lainnya.
Banyak bentuk lisensi yang digunakan untuk kepentingan-kepentingan
tertentu, seperti: sertifikat (sertifikasi) yang digunakan untuk mengerjakan
bidang-bidang yang berkait dengan perbaikan, perawatan, serta pengembangan
fasilitas umum.Izin (permits) yang diperlukan untuk meneliti hal-hal yang
khusus, semisal: sumur minyak; kemudian Piagam Kerjasama (Corporate
charter) yang digunakan untuk mengatur pemegang kekuasaan dalam organisasi
bisnis yang khusus; dll..Pemberian lisensi (termasuk: sertifikasi, izin, ataupun
piagam kerjasama) merupakan bentuk teknik pengawasan yang baik karena
apabila ada seseorang/instansi yang mengharapkan untuk dapat terlibat dalam
kegiatan tertentu, maka ia/mereka harus menunjukkan kualifikasi tertentu yang
dimilikinya (yang harus sesuai dengan standar-standar yang diharapkan).Dan,
ketika mereka telah mendapat lisensi untuk mengelola taman kota, misalnya, dan
pekerjaan itu tidak sesuai dengan apa yang tersurat dalam kerjasama, maka sanksi
pencabutan lisensi menjadi berita yang mereka harus terima secara lapang dada.
d.Kontrak
Banyak program pemerintah, khususnya di negara maju, dilaksanakan
melalui kontrak dengan perusahaan swasta.Pembangunan sarana jalan (public
goods), penyediaan energi, dan/atau program sewa lahan pemerintah merupakan
contoh yang telah banyak dikenal.Kontrak kadang-kadang digunakan oleh
pemerintah sebagai dasar untuk pengendalian ekonomi yang khusus, misalnya,
perusahaan-perusahaan yang menyuplai barang-barang atau jasa pada pemerintah
harus tunduk pada peraturan-peraturan dasar, seperti: standar gaji, jam kerja, dan
kondisi kerja.Pihak eksekutif kepresidenan, di Maerika Serikat, misalnya,
melarang diskriminasi pekerja oleh kontraktor federal.Dan, ketika hal ini
ditemukan tidak segan-segan pemerintah melakukan pembatalan kontrak karena
perusahaan-perusahaan swasta tersebut telah melanggar persyaratan.

h
e. Perpajakan

Walau pada awal-awal tulisan bagian ini dipaparkan bagaimana pajak (dan
retribusi) dimanipulasi demi kepentingan pendapatan daerah, sejatinya pajak dapat
mengontrol perilaku individu.Melalui pajak dapat saja seseorang/sekelompok aktor
kemudian menjadi tidak mau melakukan kebiasaan-kebiasaannya.Sebagai contoh,
seseorang yang baru saja mendapat gaji senang untuk membelanjakan uangnya pada
barang-barang impor.Ketika pemerintah menaikkan pajak pada barang-barang impor,
maka ia tidak lagi melakukan hal tersebut karena semakin mahalnya produk-produk
tersebut. Pajak yang ada saat ini juga telah menjadi alat promosi yang digunakan
secara luas dalam mengontrol kinerja perusahaan swasta ataupun individu.Bermacam-
macam potongan pajak, seperti: pajak impor, pajak progresif, pajak pertambahan nilai
barang mewah, dan lain sebagainya merupakan instrumen yang digunakan oleh
pemerintah dalam menilai seberapa besar sesungguhnya pendapatan atau penghasilan
aktor-aktor tertentu sehingga tidak tercipta monopoli atau oligopoli dalam
masyarakat, khsusunya dalam konteks perusahaan swasta.Selain kegunaan pajak
sebagai motor penggerak pembangunan di daerah, pajak juga digunakan oleh
pemerintah untuk melakukan subsidi silang pada masyarakat yang membutuhkan.Hal
ini juga merupakan bentuk pengawasan pemerintah pada kelompok-kelompok tertentu
yang mendapat subsidi dari pemerintah.Karena menerut teori ekonomi (Mankiw,
2000: 143—151 dan 183—187), misalnya, bahwa pendistribusian pajak dapat
merubah perilaku kelompok masyarakat mendapatkan subsidi (silang) dari
pemerintah..

f.Sanksi

Sanksi di sini berarti ”hukuman dan penghargaan” yang dapat diterima oleh
instansi/individu untuk memberi semangat atau mendorong dalam melaksanakan
keputusan.Dalam beberapa kasus, sanksi dianggap sebagai teknik pengawasan tetapi
dalam dalam kasus lain sanksi bahkan sering dianggap sebagai hukuman.Karena
sanksi dapat juga menjatuhkan hukuman (baik denda dan penjara), tetapi hal ini
memerlukan proses pengadilan.Disini muncul kesepakatan umum yang mengatakan
bahwa kebijakan harus dilaksanakan dalam situasi apapun agar memperkecil
gangguan material dan spiritual pada individu-individu/aktor-aktor yang tertentu.

g.Prosedur Informal

Kebanyakan tugas pengawasan dan kontrol yang dilakukan oleh instansi-


instansi/badan-badan/dinas-dinas tertentu dalam menilai kinerja mereka atas
kebijakan/program yang tengah ataupun telah diimplementasikan dapat diperoleh
melalui penggunaan prosedur informal.Karena apabila yang dilakukan adalah
prosedur formal, maka yang ditemukan oleh instansi-instansi/badan-badan/dinas-
dinas tertentu tersebut adalah jawaban-jawaban yang tidak valid.Karena itu,
sesungguhnya prosedur informal merupakan fase penting dalam pengawasan atas
pelaksanaan kebijakan/program.Banyak keputusan yang dihasilkan dapat dicapai
melalui cara-cara informal, seperti: negosiasi, penawaran, kompromi, konsultasi,
pertemuan, dan pengujian material.

Prosedur informal sering dilakukan oleh perusahaan-perusahaan swasta


dalam menilai kinerja karyawannya yang berbasis pada kebijakan/program
perusahaan.Manakala prosedur-prosedur formal memberikan penilaian postif
terhadap pelabagai kegioatan yang dilakukan oleh para karyawan, maka belum
tentu dengan informasi dan hasil dari prosedur-prosedur informal.Hal inilah yang
kemudian dimanfatkan/digunakan oleh studi kebijakan untuk menilai sejauhmana
program yang dijalankan tersebut telah memberikan manfaat/kerugian pada
kelompok sasaran.

E. Pendekatan Evaluasi Kebijakan


Pendekatan-pendekatan evaluasi ialah: evaluasi semu, evaluasi formal,
dan evaluasi keputusan teoretis.
Evaluasi Semu.Yang dimaksud dengan evaluasi semu atau pseudo
evaluation ialah pendekatan yang menggunakan metode deskriptif untuk
menghasilkan informasi yang valid dan dapat dipercaya mengenai hasil kebijakan
yanpa berusaha untuk menanyakan tentang manfaat atau nilai dari hasil-hasil
kebijakan terhadap individu, kelompok, ataupun masyarakat secara
keseluruhan.Asumsi utama dari model evaluais ini adalah abhwa ukuran tentang
manfaat dan nilai merupakan suatu yang dpaat terbukti sendiri oleh ukuran-
ukuran masing-masing individu, kelompok atau pun masyarakat.
Evaluasi Formal.Tujuan evaluasi formal (formal evaluation) adalah
untuk menghasilkan infomasi yang valid dan cepat dipercaya mengenai hasil-
hasil kebijakan yang didasarkan atas tujuan formal program kebijakan secar
deskriptif.Asumsi utama dari evaluasi formal adalah bahwa tujuan dan target
yang diumumkan secara formal merupakan ukuran yang tepat untuk manfaat atau
nilai kebijakan program.Dalam model ini terdapat tipe-tipe untuk memahami
evaluasi kebijakan lebih lanjut, yakni: evaluasi sumatif, yang berusaha untuk
memantau pencapaian tujuan dan target formal setelah suatu kebijakan atau
program diterapkan untuk jangka waktu tertentu; dan kedua, evaluasi formatif,
suatu tipe evaluasi kebiajakan yang berusaha untuk meliputi usaha-usaha secara
terus menerus dalam rangka memantau pencapaian tujuan-tujuan dan target-target
formal.
Selain terdapat dua tipe uatama dalam evaluasi kebijakan, dalam model ini
juga dijelaskan variasi-varisi model evaluasi kebijakan formal.Yang pertama, evaluasi
perkembangan.Dalam varian ini evaluasi formal berupaya untuk menunj ukan
kegiatan/aktivitas evaluasi kebijakan secara eksplisit yang diciptakan untuk melayani
kebutuhan sehari-hari staf program.Kedua, evaluasi proses retrospektif, yang meliputi
pemantauan/evaluasi program setelah program tersebut diterapkan untuk hangka
waktu tertentu.Varian ini cenderung dipusatkan pada masalah-masalah dan kendala-
kendala yang terjadi selama implementasi berlangsung, yang berhubungan dengan
keluaran dan dampak yang\diperoleh.Varian ketiga, evaluasi eksperimental, adalah
evaluasi kebijakan yang lahir dari hasil kondisi kontrol langsung terhadap masukan
dan proses kebijakan.Dan, varian terakhir, evaluasi hasil retrospektif, yang meliputi
pemantauan dan evaluasi hasil tetapi tidak disertai dengan kontrol langsung terhadap
masukan-masukan dan prose kebijakan yang dapat dimanipulasi.

Ketiga, evaluasi keputusan teoretis atau disering disebut dengan decision-


theoretic evaluation adalah pendekatan evaluasi kebijakan yang menggunakan
metode-metode deskriptif untuk menghasilkan informasi yang dapat
dipertanggungjawabkan dan valid mengani hasil-hasil kebijakan yang secara eksplisit
diniali oleh berbagai macam pelaku kebijakan.

F. Dampak Analisis kebijakan


III. Penutup

Anda mungkin juga menyukai