Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

Kota Balikpapan berawal sejak ditemukannya sumur minyak oleh Matilda

pada tanggal 10 Februari 1897. Sejak saat itulah Kota Balikpapan diminati oleh

masyarakat luar karena terkenal sebagai kota minyak. Berbagai suku di

Indonesia khususnya Kalimantan sendiri, Sulwesi dan Jawa datang untuk

mencari nafkah di Balikpapan.Nama Balikpapan kurang jelas kapan berasal dan

apa makna nama itu. Menilik susunan katanya dapat dimasukkan ke dalam asal

kata bahasa Melayu. Menurut buku karya F. Valenijn pada tahun 1724,

menyebut suatu daerah di hulu sebuah sungai di sebuah Teluk sekitar tiga mil

dari pantai, desa itu bernama BILIPAPAN. Lepas dari persoalan ucapan maupun

pendengaran, jelas bahwa nama tersebut dikaitkan dengan sebuah komunitas

pedesaan di teluk yang sekarang dikenal dengan nama Teluk Balikpapan.

Perkembangan Kota Balikpapan semakin pesat, masyarakat Kota

Balikpapan secara langsung terjadi akulturasi berbagai budaya, berbagai suku di

Indonesia, ini bisa tercermin dari bahasa pengantar yang digunakan warga

Balikpapan adalah yaitu bahasa Indonesia baik sekolah, rumah, tempat kerja dan

lain-lain. Pada kurun waktu yang bersamaan keragaman etnis yang datang diikuti

pula dengan berbagai adat istiadat dan agama. Adat istiadat dari berbagai etnis

sangat terbina dengan baik, demikian pula penganut agama yang dipeluknya.

Hal ini didukung oleh adanya faktor akulturasi budaya, sehingga hubungan

masyarakat terjalin harmonis secara turun temurun. Yang menjadi khas Kota

Balikpapan adalah tidak terdapat dominasi salah satu suku, baik dari suku asli
Kalimantan maupun suku pendatang, sehingga perekat bahasa yang dipakai

adalah bahasa Indonesia.

Sebagai wujud implementasi dalam rangka memelihara, menjaga dan

meningkatkan integritas, kondusif Kota Balikpapan, sesuai motto Balikpapan

Kubangun, Kujaga dan Kubela. Balikpapan sebagai kota yang strategis dan

kondusif, sangat didukung oleh masyaraat, terutama dalam keramahan dan

kebersamaaan warga kota dalam keragaman suku / etnis, budaya, nilai

kekerabatan antar suku sangat kental, sebagai modal utama mengantarkan

Balikpapan sebagai masyarakat yang madani, yang memiliki masyarakat

majemuk yang hidup rukun, harmonis, berperadaban modern, maju serta

mamiliki nilai-nilai moralitas spiritual, agama dan kepercayaan masing-masing.

Nilai guyub / kebersamaan yang tinggi mampu mengikat rasa persaudaraan

antar suku, menjadikan pondasi terbangunnya kondisi terus terjaga, menjadikan

Kota Balikpapan sebagai Kota Bersih, Indah, Aman dan Nyaman. Budaya bersih

dan wawasan lingkungan, juga merupakan bagian yang tidak terpisahkan pada

umumnya telah menjadi ciri masyarakat Balikpapan, terakomodir secara

profesional dalam program Pemerintah Kota Balikpapan, yakni : CLEAN, GREEN

and HEALTHY (Bersih, Hijau dan Sehat)

Balikpapan adalah berstatus sebagai kota dengan walikota sebagai

kepala daerah dan DPRD sebagai legistatif serta memiliki perlengkapan

pemerintahan dan aparatur pemerintah seperti kepolisian, kejaksaan negeri,

rumah tahanan dan lembaga permasyarakatan dan pengadilan negeri. Selain itu,

Balikpapan menjadi pusat pemerintahan untuk wilayah Kalimantan Timur dan

Kalimantan. Tercatat diantaranya kantor POLDA (Kepolisian Daerah) Kalimantan

Timur dan Kejaksaan Tinggi berpusat disini. Serta markas besar Angkatan Darat
yakni Komando Daerah Militer (KODAM) VI Tanjungpura yang memiliki daerah

operasi seluruh wilayah Kalimantan berpusat di kota ini. KODAM yang memiliki

motto "Gawi Manuntung Waja Sampai Kaputing" merupakan satu-satunya

KODAM yang berpusat di kota bukan ibu kota provinsi.

Balikpapan merupakan pintu gerbang ke Kalimantan Timur dan salah

satu pintu gerbang menuju "Hutan Tropis Kalimantan".Kota Balikpapan terletak

diantara 1'LS-1,5'LS dan 116,5'BT-117'BT. Terdiri dari 5 Kecamatan, berbatasan

dengan kota Samarinda, Kabupaten Kutai Kertanegara, Selat Makassar, dan

Kabupaten Pasir. Luas wilayah kurang lebih 503.306 Km2. Walaupun suku

Dayak merupakan suku asli, tapi kehidupan multi-ethnis (heterogen) merupakan

salah satu ciri kehidupan Kota ini. Adalah tidak berlebihan menyebut Kota

Balikpapan sebagai "Kota Minyak". Selain terdapat banyak Kilang minyak, hari

jadi kota ini tanggal 10-February-1897, diambil dari hari pengeboran minyak

pertama (Mathilda) di Kota ini.

Terletak di Pulau Kalimantan, salah satu pulau yang dikenal dunia karena

Hutan-Tropisnya, Menjadikan Kota Balikpapan sebuah Kota minyak dan industri

yang berwawasan lingkungan. Pribadi yang kental ini tercermin dengan

tertatanya Kota Balikpapan sebagai salah satu kota metropolis di Indonesia yang

kurang lebih 52% (lima puluh satu persen) dari luas wilayahnya merupakan:

wilayah hijau, konservasi, preservasi dan Hutan-Lindung. Hutan Lindung Sungai

Wain (HLSW) adalah hutan Primer yang terletak di sebelah Barat-Laut dari pusat

kota. Selain berfungsi sebagai tempat riset tentang tumbuhan dan hewan pulau

Kalimantan, hutan ini juga merupakan salah satu obyek wisata pendidikan dan

obyek wisata minat khusus yang sangat menarik.


Selain HLSW, obyek wisata lain unggulan lain yang terdapat dikota ini

adalah : Pantai berpasir putih Manggar Segara Sari; Hutan Mangrove; dan

Kawasan Wisata Pendidikan Lingkungan Hidup - "enclosure" Beruang madu.

Sistem penataan "enclosure" Beruang madu yang sedemikian ini menjadikan

Kota Balikpapan sebagai: Satu-satunya Kota di Dunia yang memiliki Beruang

madu yang hidup di "eclosure" yang menyerupai habitat aslinya. Kota Balikpapan

dapat diakses dengan relatif mudah. Bandara Udara Internaional Seppinggan

adalah "Jembatan udara" yang menghubungkan Kota Balikpapan secara

langsung baik dengan Kota-kota besar dalam dan luar negeri.

Perekonomian kota ini bertumpu pada sektor industri yang didominasi

oleh industri minyak dan gas, perdagangan dan jasa. Kota ini memiliki bandar

udara berskala internasional yakni Bandara Sepinggan serta Pelabuhan

Semayang selain pelabuhan minyak yang dimiliki Pertamina. Dengan semakin

tumbuhnya perekonomian terutama sejak diberlakukannya otonomi daerah, kota

ini terus dibanjiri oleh pendatang dari berbagai daerah, sehingga pemerintah

kotamadya memberlakukan operasi kependudukan berupa operasi Kartu Tanda

Penduduk. Penduduk terutama dari etnis pendatang yang sudah lama menetap

di Balikpapan yakni berasal dari etnis Jawa Timur, Banjar, Bugis, Makassar

kemudian pendatang lain yang di antaranya beretnis Madura, Manado,

Gorontalo, Jawa, Sunda dan lain-lain. Selain dibanjiri oleh banyak pendatang,

banyak perusahan-perusahaan asing dan lokal yang berinvestasi di Balikpapan.

Hal ini semakin membuat Kota Balikpapan sebagai kota yang paling maju di

Kalimantan, khususnya Kalimantan Timur.


BAB II

ISI

1.   Luas Wilayah dan Kecamatan

Dengan ditetapkan dan diberlakukannya Peraturan Pemerintah Nomor 38

Tahun 1996 tanggal 16 Juni 1996 dan Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 26

Tahun 1987 tentang penetapan Batas Wilayah Kota Balikpapan, Kabupaten

Kutai, Kabupaten Pasir, maka secara administrasi Kotamadya Daerah Tingkat II

Balikpapan mempunyai luas wilayah seluas 503.3057 km2 yang terbagi atas 5

Kecamatan yaitu :

a. Kecamatan Balikpapan Utara

b. Kecamatan Balikpapan Barat

c. Kecamatan Balikpapan Timur

d. Kecamatan Balikpapan Selatan

e. Kecamatan Balikpapan Tengah

2. Letak dan Batas Wilayah

Kota Balikpapan merupakan salah satu kota di Kalimantan Timur dengan

posisi diantara 1 derajat LU, 1.5 derajat LS dan diantara 116,5 derajat BT , 117

derajat BT dengan batas-batas sebagai berikut:

o Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Kutai.

o Sebelah selatan berbatasan dengan Selat Makassar.

o Sebelah timur berbatasan dengan Selat Makassar.

o Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Pasir.


Sehubungan dengan pemekaran wilayah kecamatan tersebut, maka

melalui Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Kalimantan Timur No. 19

Tahun 1996, maka sejak tanggal 15 Oktober 1996 ditetapkan 7 (tujuh) kelurahan

persiapan menjadi kelurahan definitif dan pada tanggal 17 Mei 1996 ditetapkan

pula melalui Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Kalimantan Timur

perubahan status Desa Manggar Baru menjadi Kelurahan Manggar Baru secara

definitif. Dengan demikian maka pada saat ini wilayah Kota Balikpapan terdiri dari

27 (dua puluh tujuh) Kelurahan, dan Dari 27 kelurahan tersebut terdapat 369 RW

dan 1.143 RT. Ini berarti bahwa jumlah RW sebelum dan sesudah pemekaran

tidak berubah sedangkan RT mengalami penambahan sebanyak 62 buah

sehingga berubah dari jumlah 1.081 menjadi 1.143 buah RT.

Tabel 1. Luas Wilayah Kota Balikpapan Dirinci Per Kecamatan, Kelurahan dan

Jumlah RW, RT

Sebelum
Luas Wilayah ( Ha ) Setelah Pemekaran
No. Kecamatan
Pemekaran
Perairan/Laut*) Darat RW RT RW RT
Balikpapan Timur 9.242 13.715,80 22 77 24 93
1. Manggar 3.525,50 5 22 6 30
2. Manggar baru 383,60 7 24 7 24
3. Lamaru 4.855,50 4 13 54 13
4. Teritib 4.951,20 6 18 7 14

Balikpapan
20.030 4.795,57 90 355 101 379
Selatan
1. Perapatan 314,12 21 71 11 36
2. Telaga Sari 253,48 - - 10 38
3. Kelandasan Ulu 89,00 12 45 13 53
4. Kelandasan Ilir 143,50 14 57 13 57
5. Damai 601,75 28 123 14 51
6. Gunung Bahagia 891,72 - - 23 76
7. Sepinggan 2.502,00 15 59 17 68

Balikpapan
997 1.107,38 86 268 84 285
Tengah
1. Gn. Sari Ilir 114,10 19 61 21 69
2. Gn. Sari Ulu 182,52 21 58 11 34
3. Mekar Sari 128,66 - - 12 35
4. Karang Rejo 120,50 33 109 14 66
5. Sumber Rejo 220,50 - - 13 44
6. Karang Jati. 341,10 13 40 13 37
Balikpapan Utara 13.216,62 50 273 55 227
1. Gn. Samarinda 573,80 29 117 12 44
2. Muara Rapak 352,72 - - 21 87
3. Batu Ampar 2,980,70 11 46 12 54

4. Karang Joang 9.309,40 10 40 12 42

Balikpapan Barat 3.749 17.995,20 61 208 68 223


1. Baru Ilir 58,90 32 119 18 62
2. Margo Mulyo 184,53 - - 10 39
3. Marga Sari 66,50 - - 10 30
4. Baru Tengah 57,04 11 41 11 43
5. Baru Ulu 95,48 15 40 15 40
6. Kariangau 17.532,75 3 8 4 9

Kota Balikpapan 16.010 50.330,57 309 1.081 334 1.207


- Sumber Data : Bagian Pemerintahan Desa Sekdakot Balikpapan

*) BPN Propinsi Kaltim (Berdasarkan Penjabaran UU No.22 Tahun 1999 dan UU 4799

Data lengkap mengenai Ruang Lingkup Penyusunan dan Penyajian Pengembangan Pusat Data Perencanaan

dan engendalian Pembangunan Daerah Tahun 2000.

3. Penduduk Kota Balikpapan Tahun 2009

Komposisi penduduk Kota Balikpapan sangat heterogen meliputi

hampir seluruh suku yang ada di Indonesia, baik dari Sulawesi, Nusa

Tenggara, Maluku, Jawa, Sumatera dan Kalimantan sendiri. Penduduk

asli Balikpapan sendiri adalah Pasir Balik yang hampir punah dan tersebar

didaerah Kecamatan Balikpapan seberang. Penduduk Kota Balikpapan

umumnya berbahasa Indonesia dan sedikit yang mempergunakan bahasa

daerah.

Untuk Tahun 2009, banyaknya penduduk Kota Balikpapan

sejumlah 621.862 jiwa, meningkat sebesar 20.470 dari jumlah penduduk

tahun 2008 sebanyak 601.392 jiwa. Dari 5 (lima) Kecamatan di Kota

Balikpapan, yang mempunyai jumlah penduduk terbanyak adalah

Kecamatan Balikpapan Selatan, yaitu sebesar 218.520 jiwa, sedangkan


Kecamatan Balikpapan Timur mempunyai jumlah penduduk yang paling

sedikit, yaitu sebanyak 61.691 jiwa.

4. Iklim

Wilayah Kalimantan Timur yang dibelah garis khatulistiwa memiliki iklim

tropik basah, termasuk diantaranya adalah Kota Balikpapan. Curah hujan cukup

tinggi terjadi merata di hampir sepanjang tahun, meskipun sebenarnya terdapat

dua musim, yaitu : musim penghujan dan musim kemarau. Musim penghujan

biasa terjadi antara bulan Mei sampai dengan Oktober, sedangkan musim

kemarau terjadi antara bulan November sampai dengan bulan April.

Terjadinya dua musim ini terjadi sebagai pengaruh dari angin muson yang

bertiup dari daerah khatulistiwa. Angin Muson Barat bertiup dari Australia terjadi

pada rentang November - April, bersifat kering sehingga membawa musim

kemarau. Sedangkan angin Muson Timur terjadi pada rentang Mei - Oktober

bertiup dari Samudera Pasifik yang membawa uap air dan jatuh di wilayah

Indonesia sebagai hujan. Pada bulan-bulan tertentu terjadi musim peralihan

antara musim penghujan dan musim kemarau.


Suhu udara di suatu tempat antara lain ditentukan oleh tinggi rendahnya

tempat tersebut dari permukaan laut dan jaraknya dari pantai. Secara umum

daerah Balikpapan beriklim panas dengan suhu udara sepanjang tahun relatif

stabil, berkisar antara 22,7°C sampai dengan 34,6°C. Sedangkan kelembaban

udaranya berada pada kisaran kelembaban sedang - tinggi yaitu berkisar antara

81% - 89%.

Curah hujan di Kota Balikpapan beragam tiap bulannya. Rata-rata curah

hujan tertinggi selama tahun 2006 terjadi di bulan Juni 133,4 mm dan terendah

pada bulan Oktober 9,0 mm. Keadaan angin di Kota Balikpapan pada tahun

2006 dipantau dari Stasiun Badan Meteorologi dan Geofisika Kota Balikpapan

menunjukkan bahwa kecepatan angin berkisar antara 5,00 knot sampai 9,00

knot. Kecepatan angin paling tinggi terjadi pada bulan Juli dan Agustus.

5. Geologi

Formasi geologi Kota Balikpapan terdiri dari Meosin Atas dan Alluvial

Undak Terumbu Koral. Berdasarkan perhitungan diketahui bahwa Meosin Atas

mencapai luas 20.937 Ha, dan Alluvial Undak Terumbu Koral mencapai luas

31.743 Ha. Jenis batuan yang ada terdiri dari endapan permukaan dan batuan

sedimen dan gunung api. Endapan permukaan berupa endapan alluvium, terdiri

dari kerikil, pasir, lempung dan lumpur, umumnya tersebar disepanjang pantai

timur di sekitar Tanah Grogot, Teluk Adang dan Teluk Balikpapan. Sedangkan

jenis batuan sedimen dan gunung api, terdiri dari tiga formasi batuan yaitu

Formasi Pulau Balang, Formasi Balikpapan dan Formasi Kampung Baru.

Mengingat sebagian besar lahan di Kota Balikpapan berjenis podsolik

merah kuning dan pasir kwarsa dan bertekstur kasar serta ikatan batuan yang
lemah, disebabkan tanah tersebut dibentuk dari jenis batuan yang berumur relatif

muda. Sedangkan sifat tanahnya sangat mudah tererosi dan jenuh akan air.

Sedangkan pembentukan jenis-jenis tanah ditentukan oleh beberapa faktor

batuan induk, topografi, umur, iklim dan vegetasi/biologi serta pengaruh faktor

lainnya, sehingga mengalami proses lebih lanjut secara terus menerus.

Jenis tanah yang terdapat di Kota Balikpapan adalah sebagai berikut :

a. Alluvial, terdiri dari material pasir, lempung dan lumpur yang

terbentuk dalam lingkungan sungai dan pantai. Jenis tanah ini

menempati kira-kira seluas 5% dari wilayah Kota Balikpapan.

Pada jenis tanah Alluvial ini tersedia minimal cukup unsur hara

yang berguna bagi tumbuh-tumbuhan namun sebagian besar

tanah ini dipengaruhi oleh unsur bahan induk sehingga

menjadikan kurang subur bagi lahan pertanian.

b. Podsolik Merah Kuning, jenis tanah ini menempati wilayah Kota

Balikpapan sekitar 80%, keadaan tekstur tanah liat, porositas jelek

dan mudah larut bersama air.

c. Tanah Pasir, sekitar 15% dari wilayah Kota Balikpapan, tanah

pasir ini mengandung kuarsa, lempung serta serpih dengan

sisipan napal dan batu bara, berwarna kecoklatan agak kelabu,

porositas baik, rapuh dan tingkat erosi sangat tinggi.

Tekstur tanah adalah perbandingan relatif tiga golongan besar partikel tanah

dalam suatu massa tanah yaitu partikel pasir, debu dan liat. Kasar halusnya

tekstur tanah dalam suatu wilayah penggolongan tanah tersebut. Tekstur tanah

dapat menentukan tata air dalam tanah berupa kerapatan infiltrasi, penetrasi dan

kemampuan pengikatan/sementasi oleh air tanah. Apabila tekstur tanah halus


maka tanah tersebut sangat sulit meluluskan air dan apabila tekstur tanah

tersebut kasar akan mudah meluluskan air.

Kota Balikpapan umumnya berbukit-bukit dan hanya sebagian yang landai yakni

didaerah sepanjang pantai serta daerah-daerah yang berada diantara perbukitan

yang setempat-setempat berupa dataran yang sempit. Topografi wilayah ini

merupakan perbukitan bergelombang dengan kemiringan rata - rata (10 - 15 )

dengan perbedaan antara puncak bukit dan lembah rata-rata kurang dari 100

meter Ketinggian wilayah ini dari permukaan laut berkisar antar 0 - 80 m.

6. Kawasan Hutan Lindung / Reboisasi

Dalam kebijaksanaan penataan ruang yang tertuang dalam Pola Dasar

Pembangunan Kota Balikpapan disebutkan bahwa arah kebijaksanaan pokok

tentang pemanfaatan ruang, sesuai dengan kondisi fisik wilayah dan sosial

ekonomi masyarakat Kota Balikpapan, berasaskan pembangunan berkelanjutan

dan berwawasan lingkungan guna mewujudkan keterkaitan keseimbangan antar

wilayah. Kebijaksanaan lain menetapkan hutan lindung/kawasan lindung sebagai

daerah konservasi lahan kritis yang didasarkan pada kelestarian lingkungan.

Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama

melindungi kelestarian kemampuan lingkungan hidup yang mencakup sumber

daya alam, sumber daya buatan guna kepentingan pembangunan berkelanjutan.

Hutan lindung adalah kawasan hutan yang karena keadaan dan sifat-sifat

wilayahnya perlu dibina dan dipertahankan sebagai hutan guna kepentingan

hidro-orologi, yaitu mengatur tata air, mencegah banjir dan kesuburan tanah.

Faktor-faktor yang duperhatikan dan diperhitungkan didalam penetapan perlunya

hutan lindung didalam suatu wilayah adalah lereng lapangan, jenis tanah
menurut kepekaannya terhadap erosi dan intensitas hujan dari wilayah yang

bersangkutan.

Hutan lindung Sungai Wain adalah hutan dataran rendah di Kalimanntan

Timur sekitar 15 kilometer sebelah utara Balikpapan. Kawasan hutan ini mulai

ditetapkan sebagai hutan tutupan oleh Sultan dari Kerajaan Kutai tahun 1934.

Kemudian pada tahun 1983 area didalam Sungai Wain seluas 3.925 Ha

dinyatakan sebagai hutan lindung oleh Menteri Pertanian. Pada tahun 1988

Menteri kehutanan menunjuk area lainnya di Sungai Wain yaitu seluas 6.100 Ha

sebagai hutan lindung sehingga secara keseluruhan luas hutan lindung Sungai

Wain yang ditunjuk sebagai hutan lindung adalah 10.025 Ha. Dalam pengelolaan

hutan lindung/kawasan lindung indikasi penyimpangan dan pemanfaatan lahan

yang terjadi diwilayah Kota Balikpapan, tidak saja terjadi pada sektor kawasan

kota dan sepanjang jalur pergerakan utama kota atau pada kawasan budidaya

akan tetapi juga terjadi pada kawasan hinterland kota khususnya pada kawasan

non budidaya (kawasan lindung) yang dialih fungsikan menjadi kawasan

budidaya. Hal tersebut terjadi pada sebagian kawasan hutan lindung daerah

Kota Balikpapan. Baik hutan lindung Sungai Wain maupun hutan lindung DAS

Manggar. Di kedua kawasan ini mengalami perambahan dan penebangan liar

oleh kelompok masyarakat, hal tersebut dikhawatirkan akan terus merosot

kualitas dan daya dukungnya jika tidak segera diamankan untuk kepentingan

bersama.

Hutan lindung Manggar (DAS) terletak pada koordinat 116o 52' 00' - 166o

56' 60' Bujur Timur dan 01o 05' - 01o 12' 00' Lintang Selatan membentang dan

berbatasan langsung dengan tepi jalan sepanjang jalur Soekarno - Hatta dari

Km.20 hingga kilometer 25 yang juga merupakan jalur utama transportasi darat
Balikpapan ke Samarinda. Sedangkan secara administratif hutan lindung DAS

Manggar terletak pada wilayah Kelurahan Karang Joang Kecamatan Balikpapan

Utara. Luas hutan manggar (DAS) berdasarkan SK Menteri Kehutanan seluas

4.999 Ha atau 9,8 % dari wilayah Kota Balikpapan dari luas wilayah Kota

Balikpapan secara keseluruhan. Berdasarkan laporan Tim Penelitian dari

Penyusunan Rencana Penetapan Hutan Lindung Sei Manggar dan Sungai Wain

sebagai sumber air baku PDAM Balikpapan dan Pertamina. Sedangkan jumlah

penduduk yang bermukim di Sei Manggar kurang lebih 400 KK, sedangkan

jumlah penduduk di kawasan hutan lindung Sungai Wain + 147 KK yang

bermukim. Pada umumnya mata pencaharian penduduk yang bermukim di

kawasan hutan lindung kawasan Manggar (DAS) adalah bertani (Sawah, ladang)

dan berkebun (kebun campuran).

Berdasarkan kebijaksanaan yang tertuang didalam Rencana Umum Tata

Ruang Wilayah (RTRW) Kota Balikpapan, peruntukan lokasi perencanaan adalah

sebagai hutan lindung yang berfungsi selain untuk melestarikan sumber daya

ada juga berfungsi sebagai daerah tangkapan air (cathment area) bagi

kebutuhan air baku PDAM dan sebagai daerah penyangga Kota Balikpapan.

Namun hasil pengamatan dilapangan saat ini pada kawasan hutan lindung

tersebut telah terdapat permukiman penduduk, kawasan pertanian, perkebunan

dan peternakan serta perambahan dan penembangan liar yang terus

berlangsung, akan menyebabkan peralihan fungsi pada kawasan tersebut.

7. Status Tanah

Jenis-jenis penggunaan tanah sangat dipengaruhi oleh kemampuan

tanah, maka identifikasi unsur-unsur fisik yang telah disebutkan diatas mutlak
sebagai syarat didalam menentukan jenis-jenis tanah yang akan dikaitkan

dengan kegunaannya. Sedangkan kemampuan tanah di wilayah Kota Balikpapan

sangat tergantung dari jenis, kemiringan tanah, erosi dan tingkat pelepasan

tanah.

Untuk jenis tanah sangat tergantung dengan batuan induk. Kota

Balikpapan secara geologi terdiri dari 3 formasi yang mendasarinya yaitu :

Formasi Balikpapan Bawah, Formasi Balikpapan Atas dan Formasi Balikpapan

Kampung Baru. Untuk formasi Balikpapan Bawah dan Balikpapan Atas terdiri

dari batu pasir kwarsa dan lempung dengan sisipan lanau, serpih, batu gamping

dan batu bara, formasi tersebut berada didaerah perkotaan. Dimana satuan

batuan tersebut secara umur geologi berumur miosen dan telah mengalami

tingkat pelapukan yang cukup tinggi dan mudah jenuh oleh air. Untuk Formasi

Kampung Baru terdiri dari batu pasir kwarsa dengan sisipan lempung lignit dan

lanau dan berumur pliosen. Adapun letak Formasi tersebut berada dibagian

Timur dari Kota Balikpapan dan sebelah utara. Dimana satuan batuan ini juga

memiliki tingkat pelapukan yang tinggi dan mudah mengalami erosi. Kalau

melihat kondisi kemampuan tanah tersebut maka penggunaan tanah di Kota

Balikpapan harus memperhatikan Rencana Intensitas Pemanfaatan Ruang yang

mencakup antara lain :

1. Koefisien Dasar Bangunan (KDB)

Koefisien Dasar Bangunan dimaksudkan untuk mengatur intensitas

kepadatan dasar bangunan agar :

a. Peresapan air tidak terganggu

b. Kebutuhan udara dan ruang terbuka dapat dipenuhi

c. Terciptanya citra arsitektur lingkungan.


2. Koefisien Lantai Bangunan (KLB)

Koefisien Lantai Bangunan ditentukan untuk mengatur jumlah lantai yang

boleh dibangun dalam rangka menyusun :

a. Pengaturan penggunaan lahan

b. Koefisien Dasar Bangunan yang diarahkan

c. Ukuran jalan

d. Jarak bangunan

e. Ketinggian maksimum bangunan yang diijinkan

3. Ketinggian Bangunan.

Hal ini menyangkut massa bangunan terhadap daya dukung lahan tanah.

Tanah merupakan kebutuhan yang sangat mendasar didalam melaksanakan

aktifitas pembangunan yang berupa fisik, untuk dapat memanfaatkan tanah,

terlebih dahulu harus diperoleh hak atas tanah, "penggunaan tanah,

pembangunan dan hak atas tanah" merupakan tiga hal yang tidak bisa

dipisahkan. Adapun status tanah yang berada di Kota Balikpapan dapat

dikatakan sudah jelas dan dapat dibuktikan dengan bukti-bukti

kepemilikannya yang sah secara hukum mengingatkan kebutuhan akan

tanah dari tahun ketahun terus meningkat sedangkan lahan kosong

diperkotaan semakin berkurang jumlahnya. Menurut sumber yang

bertanggung jawab dalam hal ini seperti Kantor Pertanahan Kota Balikpapan

sampai dengan bulan tahun 1999 secara keseluruhan berjumlah 43.889 buah

sertifikat, yang terdiri dari HM, HGB, HP, HPL dan Wakaf yang mempunyai

luas tanah 76.579.534 M2 atau 15,06 % dari seluruh luas tanah di Kota

Balikpapan yaitu 508.305.700 M2 dan tersebar di 5 (lima) Kecamatan.


8. Pemanfaatan Lahan

Kedudukan geografis, karakteristik geologis, kelangkaaan daerah dengan

tipe-tipe hutan yang berbeda dan wilayah disekitarnya yang berkaitan dengan

sejumlah nilai-nilai serta fungsi hutan lindung Sungai Wain (HL Sungai Wain).

Hutan lindung Sungai Wain terletak di Kalimantan Timur, arah timur laut

Balikpapan, antara Km.15 - 24 dekat jalan utama dari Balikpapan menuju

Samarinda (166o 47' - 166o 55' BT, 01o 02' 60 - 01o 10' LS). Kawasan ini

mencakup areal seluas 10.025 Ha. Hutan lindung Sungai Wain dibatasi oleh

lokasi hutan PT. INHUTANI I Batu Ampar disebelah utara.Batas sebelah barat

kira-kira 1 - 2 Km dari Teluk Balikpapan, yang dipengaruhi oleh pasang surut air

laut yang langsung berhubungan dnegan Selat Sulawesi dan dibatasi oleh hutan

Mangrove (Bakau) yang tidak dilindungi. Disebelah Selatan dan bagian sebelah

Timur kawasan cadangan hayat ini dibatasi oleh lahan pertanian berskala kecil.

Pada batas sebelah timur laut dibatasi oleh jalan utama dari Balikpapan menuju

Samarinda antara Km.20 -24 dengan jarak sepanjang 4Km.

Nilai-nilai karakteristik geografis tersebut meliputi aspek ekonomi, sosial,

pelestarian (konsevasi) dan aspek ilmiah. Upaya memaksimalkan fungsi

kawasan hutan lindung DAS Manggar, tercermin beberapa permasalahan

sebagai berikut ini :

a. Terjadinya perambahan dan okurasi dan pengalihan fungsi lahan

oleh masyarakat, sebagian lahan dialihkan untuk perkebunan,

pertanian dan peternakan.

b. Belum ada batas penegasan hutan lindung dan kawasan

penyangga (buffer zone) secara fisik dilapangan, serta


masyarakat belum tahu persis keberadaan dan fungsi hutan

lindung tersebut.

c. Belum ada jalan inspeksi dan masyarakat yang bermukim disana

berbatasan langsung dengan hutan lindung tersebut, jalan

inspeksi tersebut untuk pengawasan dan pengendalian, karena

penduduk yang berada ditempat tersebut secara sporadis

sehingga akan rawan kebakaran hutannya.

d. Akibat musim hujan erosi terjadi dilihat dari aliran permukaan (run

off). Pada musim kemarau lahan dikawasan tersebut kering dan

rawan akan kebakaran hutan.

Program Pengamanan Kawasan Hutan Lindung adalah sebagai

berikut :

a. Mencegah pemanfaatan lahan yang kurang menguntungkan.

b. Optimalisasi pemanfaatan sumber daya secara spasial.

c. Mencegah benturan-benturan pemanfaatan lahan yang

bertentangan dengan peruntukan dan daya dukung lahan

kawasan pencemaran.

d. Menyusun konsep penataan kawasan yang lebih teknis sebagai

acuan penataan kawasan tersebut baik untuk saat sekarang

maupun dimasa yang akan datang.

e. Melestarikan dan menciptakan kawasan hutan lindung yang sehat

sehingga secarafungsional dapat berfungsi maksimal, sesuai

dengan fungsi peruntukannya dan untuk meningkatkan


kesejahteraan masyarakat disekitar kawasan hutan lindung

tersebut.

BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Kota Balikpapan merupakan salah satu kota di Kalimantan Timur

dengan posisi diantara 1 derajat LU, 1.5 derajat LS dan diantara 116,5

derajat BT , 117 derajat BT dengan luas wilayah seluas 503.3057 km 2.

Penduduk Kota Balikpapan sejumlah 621.862 jiwa penduduk. Pendatang

yang sudah lama menetap di Balikpapan yakni berasal dari etnis Jawa

Timur, Banjar, Bugis, Makassar kemudian pendatang lain yang di

antaranya beretnis Madura, Manado, Gorontalo, Jawa, Sunda dan lain-

lain. Selain dibanjiri oleh banyak pendatang, banyak perusahan-

perusahaan asing dan lokal yang berinvestasi di Balikpapan.


Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi

utama melindungi kelestarian kemampuan lingkungan hidup yang

mencakup sumber daya alam, sumber daya buatan guna kepentingan

pembangunan berkelanjutan. Untuk itu, Sungai Wain seluas 3.925 Ha

dinyatakan sebagai hutan lindung oleh Menteri Pertanian.

2. Saran

Penduduk Balikpapan hampir seluruhnya adalah pendatang dari

berbagai daerah Indonesia yang memiliki etnis yang berbeda-beda

memiliki potensi untuk meluasnya kerusakan hutan akibat lajunya

pertambahan penduduk setiap tahunnya. Untuk itu perlu adanya

kabijakan-kebijakan agar mencegah menusutnya hutan lindung yang

berfungsi melindungi kelestarian lingkungan hidup di Balikpapan.

Anda mungkin juga menyukai