Anda di halaman 1dari 20

`

LAPORAN KASUS INDIVIDU

ENDOFTALMITIS

Oleh:
Diah Intan Firdaus

(201520401011133)

Pembimbing:
dr. Kartini Hidayati, Sp. M

SMF ILMU PENYAKIT MATA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH LAMONGAN
2016
BAB I
PENDAHULUAN

.
Endoftalmitis adalah peradangan berat yang terjadi pada seluruh jaringan
intraocular, yang mengenai dua dinding bola mata, yaitu retina dan koroid tanpa
melibatkan sklera dan kapsula tenon, yang biasanya terjadi akibat adanya infeksi
Endoftalmitis merupakan kejadian yang jarang namun merupakan komplikasi
yang membahayakan. Endoftalmitis sering terjadi setelah trauma pada mata termasuk
setelah dilakukannya operasi mata yang merupakan faktor risiko masuknya
mikroorganisme ke dalam mata. Mikroorganisme ini menyebabkan infeksi
intraokuler yang disebut endoftalmitis.
Angka kejadian endoftalmitis, setelah operasi terbuka bola mata di Amerika
adalah 5-14% dari semua kasus endoftalmitis.Sedangkan endoftalmitis yang
disebabkan oleh trauma sekitar 10-30%, dan endoftalmitis yang disebabkan oleh
reaksi antibody terhadap pemasangan lensa yang dianggap sebagai benda asing oleh
tubuh adalah 7-31%
Diagnosis endoftalmitis selalu berdasarkan kondisi klinis. Ini biasanya
ditandai dengan edema palpebra, kongesti konjungtiva, dan hipopion atau eksudat
pada COA. Visus menurun bahkan dapat menjadi hilang. Prognosis penglihatan
menjadi jelek pada pasien-pasien dengan endoftalmitis.
Karena hasil pengobatan akhir sangat tergantung pada diagnosis awal, maka
penting untuk melakukan diagnosis sedini mungkin. Penelitian tentang endoftalmitis
pada beberapa tahun terakhir telah menunjukkan beberapa cara sebagai profilaksis
yang terjadinya endoftalmitis.

BAB II
LAPORAN KASUS
2

2.1 Identitas
Nama
Pekerjaan
Agama
2.2 Anamnesis

: Ny.S
:: Islam

-Umur
: 72 tahun
-Alamat
: Lamongan
-Tanggal pemeriksaan : 27 - 6 2016

Keluhan Utama : Mata Nyeri


RPS: Pasien datang dengan keluhan mata kanan nyeri sejak 2-3 bulan yang lalu
akibat terkena cipratan minyak ketika menggoreng ikan. Pasien mengeluhkan
matanya merah, nyeri, tidak bisa meihat, dan terasa cekot-cekot pada kepala bagian
kanan. Keluhan disertai keluar kotoran/belek. Pasien sebelumnya sudah ke dokter dan
diberikan obat namun keluhan tidak membaik.
RPD: pasien tidak pernah sakit mata sebelumnya, Riwayat HT (+) minum obat dari
puskemas, DM disangkal.
RPK: Riwayat sakit mata atau kacamata disangkal
RPSos : Riwayat Pengobatan : obat tetes mata
2.3 Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum

: cukup

Kesadaran: Komposmentis

Tekanan darah

: 120/80 mmHg

Nadi: 83 kali/menit

Nafas

: 20 kali/menit

Suhu: 36,6 Celcius

K/L : aicd -/-/-/Tho: sim, ret -/P: ves/ves, rh -/-, wh -/C: S1S2 tunggal, murmur -, gallop
Abd: flat, BU + N, supel, nyeri tekan -, H/L ttb, timpani
Ext: akral HKM, aie -/-/Status Ophtamologi
Pemeriksaan

OD

OS

,GCS: 456

Visus

LP +

TIO

3/20, ph 3/8,8
-

SEGMEN ANTERIOR
Posisi bola mata

Ortoforia

Pergerakan bola mata

Normal

Palpebra
(Superior & Inferior)

Edema (-), hiperemi (-), benjolan (-),


ptosis (-), entropion (-), ektropion
(-),pseudoptosis (-), trikiasis (-),
xantelasma (-)

Lebar rima okuli

Simetris

Silia

Normal

Konjungtiva

Perdarahan (-), injeksi konjungtiva


(+), injeksi siliar (+), sekret (+)

Perdarahan (-), injeksi konjungtiva


(-), injeksi siliar (-), sekret (-)

Kornea

keruh, edema (-), abrasi (-), sikatrik


(-),ulkus (+), arkus senilis (-),
pericorneal vascular injeksi (+)

jernih,edema (-), abrasi (-), sikatrik


(-),ulkus (-), arkus senilis (-),
pericorneal vascular injeksi (-)

COA

Kedalaman (N),, hifema (-), hipopion


(-), flare (-)

Kedalaman (N), hifema (-), hipopion


(-), flare (-)

Iris

Warna putih, kripte-

Warna kecoklatan, kripte baik

Pupil

Tidak terlihat

Bulat, diameter 3 mm, tepireguler

Lensa

keruh, dislokasi lensa (-), afakia (-), jernih, dislokasi lensa (-), afakia (-),
pseudoafakia (-)
pseudoafakia (-)

Segmen posterior

Tidak dilakukan

Sidle tes

(+) OD

Foto Klinis

Edema (-), hiperemi (-), benjolan (-),


ptosis (-), entropion (-), ektropion
(-),pseudoptosis (-), trikiasis (-),
xantelasma (-)

2.4 Clue And Cue


- OD pandangan kabur
- Cekot-cekot pada daerah mata bagian kanan
- OD Lensa keruh
- OD Kornea keruh
- OD keluar secret purulent
- OD konjungtiva bulbi merah
2.5 PROBLEM LIST
OD pandangan kabur dan mata nyeri
2.6 Initial Diagnosis
OD endoftalmitis et causa trauma
2.7 Planning Diagnosis
- Funduscopy
- USG mata
- Kultur Secret
2.8 Planning Therapy
- Levofloxacin 500mg 1x1 tab
- Rencana Operasi
2.9 Planning Monitoring
- Vital sign
- Perbaikan dan perburukan keluhan pasien
- visus, segmen anterior

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
Endoftalmitis merupakan radang purulen pada seluruh jaringan intraokuler,
disertai dengan terbentuknya abses di dalam badan kaca. Bila terjadi peradangan
lanjut yang mengenai ketiga dinding bola mata, maka keadaan ini disebut
panoftalmitis.
3.2 Epidemiologi

Endophthalmitis endogen jarang terjadi, hanya terjadi pada 2-15% dari semua
kasus endophthalmitis. Kejadian rata-rata tahunan adalah sekitar 5 per 10.000 pasien
yang dirawat.
Sebagian besar kasus endophthalmitis eksogen (sekitar 60%) terjadi setelah
operasi intraokular. Ketika operasi merupakan penyebab timbulnya infeksi,
endophthalmitis biasanya dimulai dalam waktu 1 minggu setelah operasi. Di Amerika
Serikat, endophthalmitis postcataract merupakan bentuk yang paling umum, dengan
sekitar 0,1-0,3% dari operasi menimbulkan komplikasi ini, yang telah meningkat
selama beberapa tahun terakhir. Walaupun ini adalah persentase kecil, sejumlah besar
operasi katarak yang dilakukan setiap tahun memungkinkan untuk terjadinya infeksi
ini lebih tinggi.
Post traumatic Endophthalmitis terjadi pada 4-13% dari semua cedera penetrasi
okular. Insiden endophthalmitis dengan cedera yang menyebabkan perforasi pada
bola mata di pedesaan lebih tinggi bila dibandingkan dengan daerah perkotaan.
Keterlambatan dalam perbaikan luka tembus pada bola mata berkorelasi dengan
peningkatan resiko berkembangnya endophthalmitis. Kejadian endophthalmitis yang
disebabkan oleh benda asing intraokular adalah 7-31%.

3.3 Etiologi
Penyebab endoftalmitis dapat dibagi menjadi dua, yaitu endoftalmitis yang
disebabkan oleh infeksi dan endoftalmitis yang disebabkan oleh imunologis atau auto
imun (non infeksi).
a. Endogen
Endoftalmitis endogen terjadi akibat penyebaran bakteri, jamur ataupun
parasit dari fokus infeksi di dalam tubuh, yang menyebar secara hematogen ataupun
akibat penyakit sistemik lainnya, misalnya endocarditis.
b. Eksogen

Endoftalmitis eksogen dapat terjadi akibat trauma tembus atau infeksi


sekunder / komplikasi yang terjadi pada tindakan pembedahan yang membuka bola
mata, reaksi terhadap benda asing dan trauma tembus bola mata. Bakteri gram
positive menyebabkan 56-90% dari seluruh kasus endoftalmitis. Beberapa kuman
penyebabnya dalah staphylococcus epidermidis, staphylococcus aureus, dan spesies
streptococcus. Bakteri gram negatif seperti pseudomonas, escherichia coli dan
enterococcus dapat ditemukan dari trauma tembus bola mata.
Endoftalmitis fakoanafilaktik merupakan endoftalmitis unilateral ataupun
bilateral yang merupakan reaksi uvea granulomaosa terhadap lensa yang mengalami
ruptur. Endoftalmitis fakoanafilaktik merupakan suatu penyakit autoimun terhadap
jaringan tubuh (lensa) sendiri, akibat jaringan tubuh tidak mengenali jaringan lensa
yang tidak terletak di dalam kapsul. Pada tubuh terbentuk antibodi terhadap lensa
sehingga terjadi reaksi antigen antibodi yang akan menimbulkan gejala endoftalmitis
fakoanafilaktik
3.4 Patofisiologi Endoftalmitis
Dalam keadaan normal, sawar darah-mata (blood-ocular barrier) memberikan
ketahanan alami terhadap serangan dari mikroorganisme. Dalam endophthalmitis
endogen, mikroorganisme yang melalui darah menembus sawar darah-mata baik oleh
invasi langsung (misalnya, emboli septik) atau oleh perubahan dalam endotelium
vaskular yang disebabkan oleh substrat yang dilepaskan selama infeksi. Kerusakan
jaringan intraokular dapat juga disebabkan oleh invasi langsung oleh mikroorganisme
dan atau dari mediator inflamasi dari respon kekebalan.
Endophthalmitis dapat terlihat nodul putih yang halus pada kapsul lensa, iris,
retina, atau koroid. Hal ini juga dapat timbul pada peradangan semua jaringan okular,
mengarah kepada eksudat purulen yang memenuhi bola mata. Selain itu, peradangan
dapat menyebar ke jaringan lunak orbital. Setiap prosedur operasi yang mengganggu
integritas bola mata dapat menyebabkan endophthalmitis eksogen

3.5 Gejala dan Tanda Endoftalmitis


3.5.1 Gejala

Severe ocular pain

Mata merah

Lakrimasi

Penurunan visus

Fotofobia

3.5.2 Tanda

Kelopak mata bengkak dan eritema

Konjungtiva tampak chemosis

Kornea edema, keruh, tampak infiltrate

Hypopion (lapisan sel-sel inflamasi dan eksudat di ruang anterior)

Iris odem dan keruh

Pupil tampak yellow reflek

Eksudat pada vitreus

TIO meningkat atau menurun

3.6 Jenis-jenis Endoftalmitis


3.6.1 Endoftalmitis akut pasca bedah katarak
Merupakan bentuk yang paling sering dari endoftalmitis, dan hampir
selalu disebabkan oleh infeksi bakteri. Tanda-tanda infeksi dapat muncul dalam
waktu satu sampai dengan enam minggu dari operasi. Namun, dalam 75-80% kasus
muncul di minggu pertama pasca operasi. Sekitar 56-90% dari bakteri yang
menyebabkan endoftalmitis akut adalah gram positif, dimana yang paling sering
adalah Staphylococcus epidermis, Staphylococcus aureus dan Streptococcus. Pada
pasien dengan endoftalmitis akut pasca operasi biasa ditemui Injeksi silier, hilangnya
reflek fundus, hipopion, pembengkakan kelopak mata, fotofobia, penurunan visus dan
kekeruhan vitreus

Gambar Endoftalmitis Akut Pasca Bedah Katarak


3.6.2 Endoftalmitis Pseudofaki Kronik
Endoftalmitis pseudofaki kronik biasanya berkembang empat minggu
hingga enam minggu. Biasanya, keluhan pasien ringan dengan tanda-tanda mata
merah, penurunan ketajaman visus dan adanya fotofobia. Sedangkan tanda-tanda
yang dapat ditemui yaitu adanya eksudat serosa dan fibrinous dari berbagai derajat
dapat diamati, dihubungkan dengan adanya hipopion dan tanda-tanda moderat dari
kekeruhan dan opacity dalam vitreous body.
Salah satu yang khas dari endoftalmitis pseudofaki kronik adalah adanya plak
kapsul putih dan secara proporsional tingkat kekeruhan badan vitreous yang lebih
rendah dibandingkan dengan endophthalmitis akut. Hal ini dianggap bahwa penyebab
endoftalmitis pseudofaki kronik adalah adanya beberapa bakteri yang memiliki
virulensi rendah, dengan tanda-tanda inflammation yang berjalan lambat. Frekuensi
paling sering yang menjadi penyebab dari chronic endiphthalmitis adalah
Propionibacterium acnes dan Corynebacterium species.

10

Gambar Endoftalmitis Pseudofaki Kronik

3.6.3 Endoftalmitis Pasca Operasi Filtrasi Antiglaukoma


Diantara semua kasus endoftalmitis pasca operasi, komplikasi ini terjadi pasca
operasi filtrasi antiglaukoma yang terjadi sebanyak 10% dari kasus. Dari total jumlah
kasus dengan operasi filtrasi antiglaukoma, endoftalmitis terjadi dalam persentase
yang sama seperti di Katarak (0,1%). Trabeculectomy dan trepanotrabeculectomy,
sebagai metode yang tersering, membentuk filtrasi fistula yang mengarahkan cairan
ke ruang bawah konjungtiva. Akumulasi cairan ini memungkinkan menjadi tempat
peradangan yang dapat disebabkan oleh inokulasi bakteri selama operasi, atau bisa
terjadi selama periode pasca operasi.
Tanda-tanda endoftalmitis muncul empat minggu setelah operasi pada 19%
pasien, atau bahkan kemudian dalam sebagian besar kasus. Infeksi juga dapat terjadi
satu tahun berikutnya setelah operasi. Manfestasi klinis yang terjadi sangat mirip
dengan salah satu endoftalmitis akut dengan tanda-tanda kumpulan pus di tempat
akumulasi cairan dan kerusakan nekrotik dari sclera sebagai konsekuensi dari efek
toksik.

Bakteri

penyebab

paling

umum

adalah

jenis

Streptococcus

dan

Staphylococcus aureus, disamping itu Haemophilus influenza juga menjadi salah satu
penyebabnya
3.6.4 Endoftalmitis pasca trauma
Setelah terjadinya cedera mata, endoftalmitis terjadi dalam persentase
tinggi (20%), terutama jika cedera ini terkait dengan adanya benda asing intraokular.
Dengan temuan klinis berupa luka perforasi, infeksi berkembang sangat cepat. Tandatanda infeksi biasanya berkembang segera setelah cedera, tapi biasanya diikuti oleh
reaksi post-traumatic jaringan mata yang rusak. Informasi yang sangat penting dalam
anamnesis adalah apakah pasien berasal dari lingkungan pedesaan atau perkotaan,
cedera di lingkungan pedesaan lebih sering diikuti oleh endoftalmitis (30%)
dibandingkan dengan pasien dari lingkungan perkotaan. (11%).

11

Secara klinis, Endoftalmitis pasca-trauma ditandai dengan rasa sakit, hiperemi


ciliary, gambaran hipopion dan kekeruhan pada vitreous body. Dalam kasus
endoftalmitis pasca-trauma, agen causative paling umum adalah bakteri dari
kelompok Bacillus dan Staphylococcus. Dalam Endoftalmitis post-traumatik,
khususnya dengan masuknya benda asing, sangat penting untuk dilakukan vitrekomi
sesegera mungkin, dengan membuang benda asing intraokular dan aplikasi terapi
antibiotik yang tepat
3.6.5 Endoftalmitis Endogen
Pada bentuk endoftalmitis ini tidak ada riwayat operasi mata ataupun trauma
mata. Biasanya ada beberapa penyakit sistemik yang mempengaruhi, baik melalui
penurunan mekanisme pertahanan host atau adanya fokus sebagai tempat potensial
terjadinya infeksi. Dalam kelompok ini penyebab tersering adalah; adanya
septicaemia, pasien dengan imunitas lemah, penggunaan catethers dan Kanula
intravena kronis. Agen bakteri yang biasanya menyebabkan endoftalmitis endogen
adalah Staphylococcus aureus, Escherichia coli dan spesies Streptococcus. Namun,
agen yang paling sering menyebabkan Endoftalmitis endogen adalah jamur (62%),
gram positive bakteri (33%), dan gram negatif bakteri dalam 5% dari kasus

12

Gambar Endoftalmitis Endogen

3.6.6 Fungal Endoftalmitis


Fungal endoftalmitis dapat berkembang melalui mekanisme endogen
setelah beberapa trauma atau prosedur bedah dengan inokulasi langsung ke ruang
anterior atau vitreous body, atau transmisi secara hematogen dalam bentuk
candidemia. Tidak seperti fungal chorioretinitis yang disebabkan oleh kandidiasis,
yang disertai dengan tanda peradangan minimal pada vitreous body, fungal
endoftalmitis

merupakan

penyakit

serius

dengan

karakteristik

tanda-tanda

endoftalmitis akut
3.7 Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium

Endoftalmitis eksogen: sampel vitreous (vitreous tap) diambil untuk diteliti


mikroorganisme penyebab dari endoftalmitis.

Endoftalmitis endogen: darah lengkap dan kimia darah mengetahui sumber


infeksi

Studi Imaging

B-scan (USG): tentukan apakah ada keterlibatan peradangan vitreous. Hal ini
juga penting untuk mengetahui dari ablasi retina dan Choroidal, yang nantinya
penting dalam pengelolaan dan prognosis.

Chest x-ray - Mengevaluasi untuk sumber infeksi

USG Jantung - Mengevaluasi untuk endokarditis sebagai sumber infeksi

13

Prosedur Diagnosa (evaluasi ophtalmologi)

Periksa visus

Slit lamp

Tekanan intraokular

Funduscopy

ultrasonografi

3.8 Pengobatan
Pengobatan tergantung pada penyebab yang mendasari endophthalmitis. Hasil
akhir ini sangat tergantung pada penegakan diagnosis dan pengobatan tepat waktu.
Tujuan dari terapi endophthalmitis adalah untuk mensterilkan mata, mengurangi
kerusakan jaringan dari produk bakteri dan peradangan, dan mempertahankan
penglihatan. Dalam kebanyakan kasus terapi yang diberikan adalah antimikroba
intravitreal, periokular, dan topikal. sedangkan dalam kasus yang parah, dilakukan
vitrectomy.
3.8.1 Non Farmakologi
1. Menjelaskan bahwa penyakit yang diderita memiliki prognosa yang buruk yang
mengancam bola mata dan nyawa apabila tidak tertangani.
2. Menjelaskan bahwa penyakit tersebut dapat mengenai mata satunya, sehingga
perlu dilakukan pengawasan yang ketat tentang adanya tanda-tanda inflamasi
pada mata seperti mata merah, bengkak, turunnya tajam penglihatan, kotoran
pada mata untuk segera untuk diperiksakan ke dokter mata.
3. Menjelaskan bahwa penderita menderita diabetes yang memerlukan pengontrolan
yang ketat baik secara diet maupun medikamentosa. Hal ini disebabkan oleh
karena kondisi hiperglikemia akan meningkatkan resiko terjadinya bakteriemi
yang dapat menyerang mata satunya, atau bahkan dapat berakibat fatal jika
menyebar ke otak.
14

4.Perlunya menjaga kebersihan gigi mulut, sistem saluran kencing yang


memungkinkan menjadi fokal infeksi dari endoftalmitis endogen
3.8.2 Farmakologi
1. Antibiotik
Terapi antimikroba empiris harus komprehensif dan harus mencakup semua
kemungkinan patogen dalam konteks pengaturan klinis.
Intravitreal antibiotik
Pilihan pertama : Vancomicin 1 mg dalam 0.1 ml + ceftazidine 2.25 mg dalam 0.1ml
Pilihan kedua : Vancomicin 1 mg dalam 0.1ml + amikacin 0.4 mg dalam 0.1 ml
Pilihan ketiga : Vancomicin 1 mg dalam 0.1ml + gentamicin 0.2 mg dalam 0.1 ml
Antibiotik topikal

Vancomicin (50 mg/ml) atau cefazolin (50 mg/ml), dan

Amikacin (20 mg/ml) atau tobramycin (15mg%)

Antibiotik sistemik (jarang).

Ciprofloxacin intravena 200 mg BD selama 2-3hari, diikuti


500 mg oral BD selama 6-7 hari, atau

Vancomicin 1gm IV BD dan ceftazidim 2g IV setiap 8 jam

2. Terapi steroid
Dexamethasone intravitreal 0.4 mg dalam 0.1 ml
Dexamethasone 4 mg (1 ml) OD selama 5 7 hari

Steroid sistemik. Terapi harian dengan prednisolone 60 mg diikuti dengan 50


mg, 40

mg, 30 mg, 20 mg, dan 10 mg selama 2 hari.

3. Terapi suportif

15

Siklopegik. Disarankan tetes mata atropin 1% atau bisa juga hematropine 2% 2


3 hari sekali.

Obat-obat antiglaucoma disarankan untuk pasien dengan peningkatan tekanan


intraokular. Acetazolamide (3 x 250 mg) atau Timolol (0.5 %) 2 kali sehari

3.8.3 Operatif
Vitrectomy adalah tindakan bedah dalam terapi endophthalmitis. Bedah
debridemen rongga vitreous terinfeksi menghilangkan bakteri, sel-sel inflamasi,
dan zat beracun lainnya untuk memfasilitasi difusi vitreal, untuk menghapus
membran vitreous yang dapat menyebabkan ablasio retina, dan membantu
pemulihan penglihatan. Endophthalmitis vitrectomy Study (EVS) menunjukkan
bahwa di mata dengan akut endophthalmitis operasi postcataract dan lebih baik
dari visi persepsi cahaya. Vitrectomy juga

memainkan peran penting dalam

pengelolaan endoftalmitis yang tidak responsif terhadap terapi medikamentosa.


3.9 Pencegahan
1. Identifikasi keadaan pasien yang memiliki faktor resiko sebelum operasi
(blepharitis, kelainan drainase lakrimal, adanya infeksi yg aktif)
2. Persiapan operasi, termasuk :

Pov. Iodine 5-10%

Sarung tangan steril

Profilaksis topikal / perikoular antibiotik

Profilaksis intravitreal (pada kasus kasus trauma)


3.10 Prognosis
Prognosis dari endoftalmitis sendiri bergantung Durasi dari endoftalmitis, jangka
waktu infeksi sampai penatalaksanaan, Virulensi bakteri dan Keparahan dari trauma.
Diagnosa yang tepat dalam waktu cepat dengan tatalaksana yang tepat mampu
meningkatkan angka kesembuhan endoftalmi.
BAB IV
PEMBAHASAN

16

Ny. S datang dengan keluhan mata kanan nyeri sejak 2-3 bulan yang lalu
akibat terkena cipratan minyak ketika menggoreng ikan. Pasien mengeluhkan
matanya merah, nyeri, tidak bisa melihat, dan terasa cekot-cekot pada kepala bagian
kanan. Keluhan disertai keluar kotoran/belek. Pasien sebelumnya sudah ke dokter dan
diberikan obat namun keluhan tidak membaik. Keluhan pada mata kiri tidak ada.
Riwayat sakit mata sebelumnya tidak ada, riwayat hipertensi rutin control dan minum
obat, DM disangkal.
Dari pemeriksaan fisik terutama pada status oftalmologis OD didapatkan visus
LP (+), konjungtiva bulbi hiperemis, kornea keruh, pupil tidak terlihat (keruh), lensa
keruh. Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik mengarah pada suatu diagnosis yaitu
Endoftalmitis et causa trauma. Pada pemeriksaan slidle tes (+) sehingga mendukung
adanya Endoftalmitis yang merupakan tanda adanya kebocoran pada mata.
Pandangan kabur pada mata kanan pasien kemungkinan terjadi akibat
kerusakan kornea karena adanya ulkus kornea yang ditandai dengan sidle tes +..
Nyeri dan konjungtiva bulbi berwarna merah dan secret purulent terjadi akibat adanya
infeksi pada mata akibat trauma pada mata kanan yang di tandai dengan adanya
tanda-tanda infeksi.
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, kemungkinan penyebab
timbulnya Endoftalmitis pada pasien ini adalah akibat adanya trauma terkena cipratan
minyak goreng yang masih panas.. Planning diagnosis lainnya pada pasien lainnya
adalah segmen posterior untuk melihat adanya kelainan lain dan perubahan fundus ,
usg mata untuk melihat kondisi mata pasien, dan kultur secret untuk mengetahui
bakteri spesifik penyebab infeksi.
Tujuan dari

terapi endophthalmitis adalah untuk mensterilkan

mata,

mengurangi kerusakan jaringan dari produk bakteri dan peradangan, dan


mempertahankan penglihatan.
Terapi medikamentosa pada pasien ini adalah levofloxacin 500 mg 1x1 tab, dan
di rencanakan dilakukan operasi.

17

Yang harus dimonitor pada pasien adalah visus, segmen anterior. Visus untuk
mengevaluasi keparahan Endoftalmitis, ,segmen anterior untuk mengevaluasi
perbaikan klinis pasien.
Prognosis pada pasien ini baik jika ditangani dengan cepat dan tepat.

BAB V
KESIMPULAN

Ny. S datang dengan keluhan mata kanan nyeri sejak 2-3 bulan yang
lalu akibat terkena cipratan minyak ketika menggoreng ikan. Pasien mengeluhkan
matanya merah, nyeri, tidak bisa melihat, dan terasa cekot-cekot pada kepala bagian
18

kanan. Keluhan disertai keluar kotoran/belek. Pasien sebelumnya sudah ke dokter dan
diberikan obat namun keluhan tidak membaik. Keluhan pada mata kiri tidak ada.
Riwayat sakit mata sebelumnya tidak ada, riwayat hipertensi rutin control dan minum
obat, DM disangkal.
Dari pemeriksaan fisik terutama pada status oftalmologis OD didapatkan visus
LP (+), konjungtiva bulbi hiperemis, kornea keruh, pupil tidak terlihat (keruh), lensa
keruh. Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik mengarah pada suatu diagnosis yaitu
Endoftalmitis et causa trauma. Pada pemeriksaan sidle tes (+) sehingga mendukung
adanya Endoftalmitis yang merupakan tanda adanya kebocoran pada mata..
Terapi medikamentosa pada pasien ini adalah pemberian antibiotic untuk
menangani infeksi pada mata, dan direncanakan dilakukan operasi.

DAFTAR PUSTAKA

Ilyas, Sidarta. 2004. Masalah Kesehatan Mata Anda Dalam PertanyaanPertanyaan.Edisi 2. Jakarta : FKUI
Ilyas, Sidarta. 2009. Dasar-dasar pemeriksaan dalam ilmu penyakit mata. Edisi 3.
Jakarta:Balai Pustaka.
19

Ilyas,Sidarta. 2015. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas


Kedokteran Universitas Indonesia
James, Chew, Bron. 2005. Oftalmologi. Edisi 9. Jakarta: Penerbit Erlangga
Maguire JI. Postoperative endophthalmitis: optimal management and the role and
timing of vitrectomy surgery. Eye 2008;22(10):1290-300.
Nurwasis. 2006. Pedoman Diagnosis dan Terapi Bag/SMF Ilmu Penyakit Mata.
Rumah Sakit Umum Dokter Soetomo Surabaya.
Vaughan & Asbury. 2007 Oftalmologi Umum. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran
EGC

20

Anda mungkin juga menyukai