Anda di halaman 1dari 4

Alvina Cahya S

112015061

Mengapa BBLR tidak boleh divaksin? Berat badan berapa boleh di vaksin? Berikan alasannya!
Bayi prematur kurang dari 37 minggu usia kehamilan dan bayi cukup bulan dengan berat lahir
rendah (kurang dari 2500 gram), dengan beberapa pengecualian, seharusnya mendapatkan
imunisasi rutin seperti yang diperoleh bayi-bayi lain sesuai usia kronologisnya. Usia kehamilan
dan berat lahir bukanlah faktor penghalang bagi seorang bayi prematur yang sehat dan stabil
untuk mendapatkan imunisasi sesuai jadwal.
Walaupun beberapa penelitian menunjukan respon imunitas yang kurang terhadap beberapa
vaksin yang diberikan pada bayi dengan berat lahir kurang dari 1500 gram dan bayi yang kurang
dari 29 minggu usia kehamilan, sebagian besar bayi prematur, termasuk bayi yang menerima
dexametason (steroid) untuk pengobatan penyakit kronik paru, mampu membuat sistem
kekebalan yang dipicu oleh vaksin untuk mencegah penyakit. Dosis vaksin pun seharusnya tidak
dikurangi atau dibagi-bagi.
Bayi prematur dan bayi dengan berat lahir rendah mempunyai toleransi yang sama seperti bayi
cukup bulan terhadap sebagian besar vaksin. Kejadian henti napas dilaporkan pernah terjadi pada
bayi dengan berat lahir kurang dari 1000 gram atau usia gestasi kurang dari 31 minggu setelah
pemberian vaksin DTP, tetapi tidak pernah dilaporkan pada pemberian vaksin DTaP. Meskipun
demikian, pada pemberian vaksin pneumokokus (PCV7) bersamaan dengan DTP dan Hib pada
bayi prematur dilaporkan kejadian kejang demam yang ringan yang lebih sering jika
dibandingkan dengan bayi cukup bulan. Gangguan jantung dan pembuluh darah, seperti henti
napas dan penurunan denyut jantung disertai penurunan oksigen meningkat kejadiannya pada
bayi dengan berat lahir kurang dari 1500 gram yang diberikan kombinasi vaksin DTaP, IPV
(polio suntik), Hepatitis B dan Hib. Meskipun demikian, kejadian-kejadian ini bukanlah sesuatu
hal yang berbahaya bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi yang diimunisasi.

Bayi prematur yang secara medis stabil dan masih dirawat di rumah sakit saat 2 bulan usia
kronologisnya seharusnya diberikan semua vaksin yang direkomendasikan pada usia tersebut.
Bayi prematur dikatakan stabil secara medis adalah bayi yang tidak memerlukan manajemen
berkelanjutan untuk infeksi serius, penyakit metabolik atau gangguan ginjal akut, gangguan
jantung dan pembuluh darah atau gangguan saluran pernapasan dan bayi prematur yang
menunjukkan perbaikan dan pertumbuhan yang stabil.
Semua vaksin yang harus diberikan pada usia 2 bulan dapat dilakukan secara simultan baik pada
bayi prematur maupun bayi dengan berat lahir rendah. Untuk mengurangi banyaknya suntikan
dapat diberikan vaksin kombo. Jika tidak dapat dilakukan secara simultan karena terbatasnya
area suntikan, maka pemberian vaksin boleh dipisah dengan interval waktu kapan saja karena
vaksin yang diberikan merupakan vaksin yang inaktif. Akan tetapi, untuk menghindari reaksi
lokal yang tumpang tindih, interval yang dianggap rasional adalah 2 minggu. Ukuran jarum yang
digunakan untuk menyuntikkan vaksin ke dalam otot tergantung dari massa otot tempat suntikan
akan diberikan.
Semua bayi prematur dan bayi dengan berat lahir rendah beresiko terhadap penyakit
pneumokokus yang invasif. Oleh karena itu, apabila secara medis stabil pada usia 2 bulan bayibayi ini harus menerima dosis penuh vaksin PCV7 (data artikel ini diambil dari data di Amerika
Serikat-American Academy Pediatric). Begitu pula halnya dengan vaksin DTaP, mengingat
angka kejadian pertusis yang fatal meningkat pada bayi-bayi di bawah usia 6 bulan.
Vaksin Hepatitis B yang diberikan kepada bayi prematur dan bayi dengan berat lahir lebih dari
2000 gram menimbulkan respon imun yang mirip dengan respon imun yang timbul pada bayi
cukup bulan. Oleh sebab itu, bayi dengan berat lahir 2000 gram yang stabil secara medis dengan
ibu HBsAg negatif boleh diberikan dosis pertama vaksin Hepatitis B segera setelah lahir. Untuk
yang tidak stabil, dapat ditunda sampai kondisi klinisnya stabil. Sementara untuk bayi yang lahir
dengan berat kurang dari 2000 gram, imunisasi dengan vaksin Hepatitis B segera setelah lahir
ternyata memberikan respon imun yang kurang jika dibandingkan dengan bayi cukup bulan
ataupun bayi prematur yang lebih dari 2000 gram. Meskipun demikian, bayi prematur yang lahir
dari ibu dengan HbsAg positif memiliki perlindungan dari komplikasi perinatal yang mungkin
timbul akibat penyakit Hepatitis B jika diberikan vaksin Hepatitis B tanpa melihat berat lahirnya.

Dari beberapa penelitian didapatkan 2 hal yang dapat dijadikan faktor prediksi terhadap
kesuksesan munculnya antibodi terhadap Hepatitis B setelah dilakukan vaksinasi, yaitu: usia
kronologis bayi prematur yang stabil secara medis saat pertama kali menerima dosis pertama
vaksinasi Hepatitis B tanpa melihat berat lahir maupun usia kehamilan saat lahir dan
penambahan berat badan yang konsisten sebelum menerima dosis pertama vaksin Hepatitis B.
Bayi dengan berat kurang dari 2000 gram yang secara medis stabil dan menunjukkan
penambahan berat badan harus mendapatkan dosis pertama vaksin Hepatitis B secepat-cepatnya
saat usia 30 hari tanpa melihat usia kehamilan atau berat lahirnya. Bayi prematur dengan berat
kurang dari 2000 gram yang cukup sehat sehingga diperbolehkan meninggalkan rumah sakit
sebelum usia 30 hari boleh diberikan vaksin Hepatitis B saat meninggalkan rumah sakit.
Memberikan vaksin Hepatitis B dosis pertama saat usia bayi 1 bulan tanpa melihat beratnya
memberikan pilihan untuk menjalankan imunisasi selanjutnya sesuai jadwal, mengurangi jumlah
injeksi simultan imunisasi yang diberikan saat usia 2 bulan, memberikan perlindungan dini
terhadap bayi prematur yang harus ditransfusi dan dioperasi dan menurunkan transmisi
penularan secara horisontal dari carier Hepatitis B di dalam keluarga, pengunjung rumah sakit
dan petugas medis lainnya. Penelitian juga menunjukkan bahwa semakin awal vaksin Hepatitis B
diberikan maka semakin besar kemungkinan untuk menyelesaikan vaksin-vaksin yang lain tepat
waktu.
Semua bayi prematur dan bayi dengan berat lahir rendah yang lahir dari seorang ibu dengan
HbsAg positif harus menerima Imunoglobulin Hepatitis B (HBIG) dalam 12 jam sesudah lahir
dan vaksin hepatitis B (lihat penjelasan mengenai vaksin Hepatitis B di atas). Jika status HbsAg
ibu tidak diketahui, maka bayi harus mendapat vaksin Hepatitis B sesuai rekomendasi untuk bayi
yang lahir dari ibu dengan HbsAg positif. Bayi prematur dan bayi dengan berat lahir rendah yang
diberikan vaksin Hepatitis B saat lahir harus diberikan 3 dosis tambahan.
Hanya vaksin Hepatitis B monovalen yang boleh digunakan saat bayi berusia 6 minggu atau
kurang. Memberikan dosis vaksin Hepatitis B monovalen saat lahir sementara kombinasi vaksin
yang mengandung vaksin Hepatitis B digunakan berarti bahwa bayi tersebut akan mendapatkan
total 4 dosis. Kombinasi vaksin yang mengandung komponen Hepatitis B belum pernah diteliti
mengenai keamanannya untuk diberikan pada bayi dengan ibu yang HbsAg positif.

Karena semua bayi prematur dianggap memiliki resiko terhadap komplikasi influenza, 2 dosis
vaksin inflluenza inaktif dengan jarak 1 bulan harus ditawarkan kepada orang tua bayi untuk
diberikan ke bayi saat berusia 6 bulan sebelum musim influenza dimulai. Karena sebab itu pula,
maka orang-orang yang berkontak dengan bayi tersebut harus mendapatkan vaksin influenza
inaktif. Bayi prematur yang kurang dari 32 minggu usia kehamilan dan bayi dengan penyakit
paru kronik dan kondisi jantung pembuluh darah tertentu sampai usia 2 bulan mungkin mendapat
manfaat dengan profilaksis untuk infeksi RSV (palivizumab) selama musim infeksi RSV.
Palivizumab tidak mempengaruhi vaksinasi rutin lainnya untuk bayi prematur atau bayi dengan
berat lahir rendah.
Sumber: AAP (American Academy of Pediatrics)

Anda mungkin juga menyukai