Anda di halaman 1dari 14

TUMOR GINJAL

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tumor ginjal merupakan tumor urogenitalia nomor tiga terbanyak setelah tumor
prostat dan tumor kandung kemih. Semakin meluasnya penggunaan ultrasonografi
abdomen sebagai salah satu pemeriksaan screening (penyaring) di klinik-klinik rawat
jalan, makin banyak diketemukan kasus-kasus tumor ginjal yang masih dalam
stadium awal.
Karsinoma sel renal adalah jenis kanker ginjal yang banyak ditemukan pada orang
dewasa. Wilms tumor atau nephroblastoma adalah jenis tumor yang sering terjadi
pada anak-anak di bawah umur 10 tahun, jarang ditemukan pada orang dewasa.
Kira-kira 500 kasus terdiagnosa tiap tahun di Amerika Serikat. 75% ditemukan pada
anak-anak yang normal ; 25% nya terjadi dengan kelainan pertumbuhan pada anak.
Tumor ini responsive dalam terapinya, 90% pasien bertahan hidup hingga 5 tahun.
Di Amerika Serikat kanker ginjal meliputi 3% dari semua kanker, dengan rata-rata
kematian 12.000 akibat kanker ginjal pertahun. Kanker ginjal sedikit lebih banyak
terjadi pada laki-laki dibanding wanita (2:1) dan umumnya terdiagnosa pada usia
antara 50 70 tahun, tapi dapat terjadi pada usia berapa saja juga. Tumor Wilms
merupakan sekitar 10% keganasan pada anak. Paling sering dijumpai pada usia 3
tahun dan 10% nya merupakan lesi bilateral.
1.2 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan referat ini adalah untuk mengetahui definisi, epidemiologi, etiologi,
patologi, gejala klinis, pemeriksaan dan terapi pada tumor ginjal

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ANATOMI GINJAL


Kedua ren terletak retroperitoneal pada dinding abdomen, masing-masing di sisi
kanan dan di sisi kiri columna vertebralis setinggi vertebra T12 sampai vertebrata L3.
Ren dexter terletak sedikit lebih rendah daripada ren sinister karena besarnya lobus
hepatis dexter. Masing-masing ren memiliki facies anterior dan facies posterior,
margo medialis dan margo lateralis, extremitas superior dan extremitas inferior
(Keith, 2002).
Ke arah kranial masing-masing ren berbatas pada diaphragma yang
memisahkannya dari cavitas pleuralis dan costa XII. Lebih ke kaudal facies posterior
ren berbatas pada musculus quadratus lumborum. Nervus subcostalis dan arteria
subcostalis dan vena subcostalis serta nervus iliohypogastricus melintas ke kaudal
dengan menyilang facies posterior ren secara diagonal. Hepar, duodenum dan colon
ascendens terletak ventral berbatas pada gaster (ventriculus), splen (lien), pancreas,
jejunum dan colon descendens (Keith, 2002).
Pada tepi medial masing-masing ren yang cekung, terdapat celah vertikal yang
dikenal sebagai hilum renale, yakni tempat arteria renalis masuk, dan vena renalis
serta pelvis renalis keluar. Hilum renale sinistrum terletak dalam bidang transpilorik,
kira-kira 5 cm dari bidang median, setinggi vertebra L1. Di hilum renale vena renalis
terletak ventral dari arteria renalis yang berada ventral dari pelvis renalis. Hilum
renale memberi jalan ke suatu ruang dalam ren yang dikenal sebagai sinus renalis
dan berisi pelvis renalis, calices renales, pembuluh, saraf dan jaringan lemak yang
banyaknya dapat berbeda-beda (Keith, 2002).
Kedua ureter adalah pipa berotot sempit yang mengantar urin dari kedua ren ke
vesica urinaria. Bagian kranial ureter yang lebar, yakni pelvis renalis terjadi karena
persatuan dua atau tiga callices renales majores yang masing-masing menghimpun
dua atau tiga calices renales minores. Setiap calices renales minores
memperlihatkan sebuah takik yang terjadi karena menonjolnya masuk puncak
pyramis renalis yang disebut papilla renalis. Pars abdominalis ureter melintas amat
dekat pada peritoneum parietale dan terletak retroperitoneal dalam seluruh
panjangnya. Kedua ureter melintas ke arah mediokaudal sepanjang processus
transversi vertebrarum lumbaliorum dan menyilang arteria iliaca externa tepat distal
dari tempat arteria iliaca externa dipercabangkan dari arteria iliaca communis. Lalu
masing-masing ureter menyusuri dinding pelvis lateral untuk bermuara dalam vesica
urinaria (Keith, 2002).
Kedua glandula suprarenalis (adrenalis) masing-masing terletak pada bagian
kraniomedial ren. Masing-masing glandula suprarenalis terbungkus dalam capsula
fibrosa dan diliputi oleh fascia renalis. Bentuk dan topografi masing-masing glandula
suprarenalis berbeda. Glandula suprarenalis dextra yang berbentuk segi tiga,
terletak ventral terhadap diaphragma dan ke arah ventral menyentuh vena cava
inferior di sebelah medial dan hepar di sebelah lateral. Glandula suprarenalis sinistra
yang berbentuk seperti bulan sabit berbatas pada splen, gaster, pancreas dan crus
diaphragma (Keith, 2002).
Arteria renalis dilepaskan setingi discus intervertebralis antara vertebra L1 dan
vertebra L2. Arteria renalis dextra yang lebih panjang melintas dorsal dari vena cava
inferior. Secara khas di dekat hilum renale masing-masing arteri bercabang menjadi
5 arteria segmentalis yang merupakan arteria akhir-akhir, artinya ialah bahwa arteriarteri ini tidak beranostomasis. Arteria segmentalis melintas ke segmenta renalia.
Beberapa vena menyalurkan darah dari ren dan bersatu menurut pola yang
berbeda-beda, untuk membentuk vena renalis. Vena renalis terletak ventralis
terhadap arteria renalis dan vena renalis sinistra yang lebih panjang melintas ventral

terhadap aorta. Masing-masing vena renalis bermuara ke dalam vena cava inferior
(Keith, 2002).
Kedua glandula suprarenalis memiliki vaskularisasi yang amat luas melalui arteria
suprarenalis yakni cabang arteria phrenica inferior, melalui arteria suprarenalis
media (satu atau lebih) dari aorta abdominalis, dan melalui arteria suprarenalis
inferior dari arteria renalis. Darah dari masing-masing glandula suprarenalis
disalurkan keluar oleh vena suprarenalis yang besar dan seringkali banyak vena
kecil. Vena suprarenalis dextra yang pendek bermuara ke dalam vena cava inferior
sedangkan yang lebih panjag di sebelah kiri bersatu dengan vena renalis sinistra
(Keith, 2002).
Arteri untuk pars adominalis ureter biasanya berasal dari tiga sumber: arteria renalis,
arteria testicularis atau arteria ovarica dan aorta. Penyaluran balik darah dari kedua
ureter terjadi melalui vena testicularis atau vena ovarica. Pembuluh limfe ren
mengikuti vena renalis dan ditampung oleh nodi lmphoidei lumbales aortici.
Pembuluh limfe dari bagian kranial uereter dapat bersatu dengan yang berasal dari
ren atau langsung ditampung oleh nodi lymphoidei lumbales. Pembuluh limfe dari
bagian tengah ureter biasanya ditampung oleh kelenjar limfe sepanjang arteria iliaca
communis, sedangkan yang berasal dari bagian kaudal ditampung oleh nodi
lymphoidei iliaci interni (Keith, 2002).
Pembuluh limfe dari glandula suprarenalis berasal dari pleksus di sebelah dalam
capsula glandula suprarenalis dan dari pleksus di sebelah dalam medulla glandula
suprarenalis. Banyak pembuluh limfe keluar dari glandula suprarenalis ; terbanyak
pembuluh-pembuluh ini berakhir dalam nodi lymphoidei lumbales (Keith, 2002).
Saraf-saraf untuk ren dan ureter berasal dari plexus renalis dan terdiri dari serabut
simpatis dan parasimpatis. Serabut aferen plexus renalis berasal dari nervi
sphlanchnici thoracici. Kedua glandula suprarenalis dipersarafi secara luas dari
pleksus coeliacus dan nervi splanchnici thoracici (Keith, 2002).
2.2 FISIOLOGI GINJAL
Fungsi utama ginjal adalah sebagai organ pengatur dalam mengekskresi bahanbahan kimia asing tertentu (misalnya obat-obatan) hormon dan metabolit lain, tetapi
fungsi yang paling utama adalah mempertahankan volume dan komposisi ECF
dalam batas normal. Tentu saja ini dapat terlaksana dengan mengubah ekskresi air
dan zat terlarut, kecepatan filtrasi yang tinggi memungkinkan pelaksanaan fungsi ini
dengan ketepatan tinggi. Pembentukan renin dan eritropoietin serta metabolisme
vitamin D merupakan fungsi nonekskretor yang penting. Sekresi renin berlebihan
yang mungkin penting pada etiologi beberapa bentuk hipertensi. Defisiensi
eritropoietin dan pengaktifan vitamin D yang dianggap penting sebagai penyebab
anemia dan penyakit tulang pada uremia.
Ginjal juga berperan penting dalam degradasi insulin dan pembentukan sekelompok
senyawa yang mempunyai makna endokrin yang berarti, yaitu prostaglandin. Sekitar
20% insulin yang dibentuk oleh pankreas didegradasi oleh sel-sel tubulus ginjal.
Akibatnya penderita diabetes yang menderita payah ginjal membutuhkan insulin
yang jumlahnya lebih sedikit. Prostaglandin merupakan hormon asam lemak tidak
jenuh yang terdapat dalam banyak jaringan tubuh. Medula ginjal membentuk PGI
dan PGE2 yang merupakan vasodilator potensial. Prostaglandin mungkin berperan
penting dalam pengaturan aliran darah ke ginjal, pegeluaran renin dan reabsorpsi
Na+. Kekurangan prostagladin mungkin juga turut berperan dalam beberapa bentuk
hipertensi ginjal sekunder, meskipun bukti-bukti yang ada sekarang ini masih kurang
memadai.

2.3 EPIDEMIOLOGI, ETIOLOGI DAN PATHOLOGI UMUM


Di rumah sakit, insidens tumor ginjal menempati urutan ke tiga dari tumor saluran
kemih setelah tumor kandung kemih dan prostat. Tumor ginjal padat jinak lebih
jarang ditemukan dibanding tumor ganas (De Jong, 2000). Karsinoma ginjal terjadi di
tubuli proksimal ginjal. Hipotesis Grawitz (1883) bahwa tumor terjadi dari sisa
adrenal di dalam ginjal ternyata tidak betul dan nama hipernefroma yang didasarkan
atas ini tidak berlaku lagi. Tumor ini tiap tahun dijumpai pada 5 dari tiap 100.000 lakilaki dan 3 tiap 100.000 wanita. Kelainan ini dapat terjadi pada umur 17 70 tahun.
Dengan frekuensi puncak antara 60 dan 70 tahun. Karsinoma ginjal merupakan 2
3% semua malignitas.
Mengenai etiologinya hanya sedikit yang diketahui. Merokok mungkin mempunyai
peran. Pada kira-kira 40% penderita telah ditemukan metastasis pada waktu tumor
primer ditemukan. Lama hidup rata-rata penderita ini 6 12 bulan. Tanpa
penanganan proses lokal ini meluas dengan bertumbuh terus ke dalam jaringan
sekelilingnya dan dengan bermetastasis menyebabkan kematian. Progesifitasnya
berbeda-beda, karena itu periode sakit total bervariasi antara beberapa bulan dan
beberapa tahun. Gambaran histologiknya heterogen, disamping sel-sel jernih (clear
cell) dan eosinofil glandular (granular cell) terdapat lebih banyak sel polimorf,
fusiform dan sel-sel raksasa. Bagian-bagian karsinomatosa sering terdapat
disamping bagian-bagian pseudosarkomatosa diselingi dengan nekrosis dan
perdarahan.
2.4 KLASIFIKASI TUMOR GINJAL
2.4.1 Tumor Jinak
a. Hamartoma Ginjal
Definisi
Hamartoma atau angiomiolipoma ginjal adalah tumor ginjal yang terdiri atas
komponen lemak, pembuluh darah dan otot polos. Lesi ini bukan merupakan tumor
sejati, tetapi paling cocok disebut sebagai hamartoma. Tumor jinak ini biasanya bulat
atau lonjong dan menyebabkan terangkatnya simpai ginjal. Kadang tumor ini
ditemukan juga pada lokasi ektrarenal karena pertumbuhan yang multisentrik (De
Jong, 2000). Lima puluh persen dari hamartoma ginjal adalah pasien Tuberous
sklerosis atau penyakit Bournville yaitu suatu kelainan bawaan yang ditandai dengan
retardasi mental, epilepsi, adenoma seseum dan terdapat hamartoma di retina,
hepar, tulang, pankreas dan ginjal. Tumor ini lebih banyak menyerang wanita
daripada pria dengan perbandingan 4 : 1 (Basuki, 2003).
Gambaran Klinis
Jika tidak bersamaan dengan penyakit Tuberous sklerosis, hamartoma ginjal sering
tanpa menunjukkan gejala dan kadang-kadang didapatkan secara kebetulan pada
saat pemeriksaan rutin dengan ultrasonografi abdomen(Basuki, 2003).
Gejala klinis yang mungkin dikeluhkan adalah : nyeri pinggang, hematuria, gejala
obstruksi saluran kemih bagian atas dan kadang kala terdapat gejala perdarahan
rongga retroperitonial(Basuki, 2003).
Pencitraan
Karena banyak mengandung komponen lemak inilah yang membedakan hamartoma
dengan adenokarsinoma ginjal ; sehingga pada ultasonografi akan terlihat gambaran
hiperekoik dan jika dkonfirmasikan dengan CT scan tampak area yang menunjukkan

densitas negatif. Gambaran ini patognomonis untuk suatu hamartoma(Basuki,


2003).
Diagnosis ditentukan dengan ditemukannya massa pada ginjal yang pada pielografi
intravena terlihat sebagai massa yang mendesak pada sistem pielum dan kaliks.
Pada pemeriksaan ultrasonografi dapat terlihat massa padat pada ginjal. Dengan
arteriografi sulit membedakan tumor ini dengan tumor ganas karena keduanya
memberi bayangan hipervaskularisasi (De Jong, 2000).
Terapi
Tumor kecil dan tanpa menimbulkan keluhan tidak perlu diobati, hanya saja
memerlukan evaluasi berkala yang teratur untuk mengetahui perkembangan
besarnya massa tumor. Jika tumor menjadi semakin besar dan sangat mengganggu
perlu dipertimbangkan untuk tindakan nefrektomi(Basuki, 2003).
b. Fibroma Renalis
Tumor jinak ginjal yang paling sering ditemukan ialah fibroma renalis atau tumor sel
interstisial reno-medulari. Tumor ini biasanya ditemukan secara tidak sengaja
sewaktu melakukan autopsi, tanpa adanya tanda ataupun gejala klinis yang
signifikan. Fibroma renalis berupa benjolan massa yang kenyal keras, dengan
diameter kurang dari 10 mm yang terletak dalam medula atau papilla. Tumor
tersusun atas sel spindel dengan kecenderungan mengelilingi tubulus di dekatnya.
c. Adenoma Korteks Benigna
Adenoma koreteks benigna merupakan tumor berbentuk nodulus berwarna kuning
kelabu dengan diameter biasanya kurang dari 20 mm, yang terletak dalam korteks
ginjal. Tumor ini jarang ditemukan, pada autopsi didapat sekitar 20% dari seluruh
autopsi yang dilakukan. Secara histologis tidak jelas perbedaannya dengan
karsinoma tubulus renalis ; keduanya tersusun atas sel besar jernih dengan inti kecil.
Perbedaannya ditentukan hanya berdasarkan ukurannya ; tumor yang berdiameter
kurang dari 30 mm ditentukan sebagai tumor jinak. Perbedaan ini sepenuhnya tidak
dapat dipegang sebab karsinoma stadium awal juga mempunyai diameter kurang
dari 30 mm. Proses ganas dapat terjadi pada adenoma korteks.
d. Onkositoma
Onkositoma merupakan subtipe dari adenoma yang sitoplasma granulernya (tanda
terhadap adanya mitokondria yang cukup besar dan mengalami distorsi) banyak
ditemukan. Onkositoma kadang-kadang dapat begitu besar sehingga mudah
dikacaukan dengan karsinoma sel renalis.
e. Tumor Jinak Lainnya
Tumor jinak dapat timbul dari jenis sel apapun dari dalam ginjal. Beberapa
menyebabkan masalah klinis, seperti hemangioma yang dapat menyebabkan
terjadinya perdarahan, sehingga memberikan rasa nyeri atau merupakan
predisposisi kehilangan darah yang banyak sewaktu terjadi trauma.Tumor yang
jarang ditemukan ialah tumor sel jukstaglomerulor yang memproduksi renin yang
merupakan penyebab terjadinya hipertensi (Underwood, 2000). Jenis tumor lain
yang pernah ditemui adalah lipoma dan leiomioma (De Jong, 2000).
2.4.2 Tumor Ganas (kanker)
Tumor ginjal yang ganas biasanya berupa tumor padat yang berasal dari urotelium,

yaitu karsinoma sel transisional atau berasal dari sel epitel ginjal atau
adenokarsinoma, yaitu tumor Grawitz atau dari sel nefroblas, yaitu tumor Wilms.
a. Adenokarsinoma Ginjal
Definisi
Adenokarsinoma ginjal adalah tumor ganas parenkim ginjal yang berasal dari
tubulus proksimalis ginjal. Tumor ini merupakan 3% dari seluruh keganasan pada
orang dewasa. Tumor ini paling sering ditemukan pada umur lebih dari 50 tahun.
Penemuan kasus baru meningkat setelah ditemukannya alat bantu diagnosa USG
dan CT scan (Basuki, 2003).
Angka kejadian pada pria lebih banyak daripada wanita dengan perbandingan 2 : 1.
Meskipun tumor ini biasanya banyak diderita pada usia lanjut (setelah usia 40
tahun), tetapi dapat pula menyerang usia yang lebih muda. Kejadian tumor pada
kedua sisi (bilateral) terdapat pada 2% kasus (Basuki, 2003).
Tumor ini dikenal dengan nama lain sebagai : tumor Grawitz, Hipernefroma,
Karsinoma sel Ginjal atau Internist tumor (Basuki, 2003). Serupa dengan sel korteks
adrenal tumor ini diberi nama hipernefroma yang dipercaya berasal dari sisa kelenjar
adrenal yang embrionik (Underwood, 2000).
Etiologi
Banyak faktor yang diduga menjadi penyebab timbulnya adenokarsinoma ginjal,
tetapi hingga saat ini belum ditemukan agen yang spesifik sebagai penyebabnya.
Merokok merupakan faktor resiko yang paling dekat dengan timbulnya kanker ginjal.
Semakin lama merokok, dan semakin muda seseorang mulai merokok semakin
besar kemungkinan menderita kanker ginjal. Meskipun belum ada bukti kuat, diduga
kejadian kanker ginjal berhubungan dengan konsumsi kopi, obat-obatan jenis
analgetika dan pemberian estrogen (Basuki, 2003).
Yang diindikasikan sebagai faktor etiologi ialah predisposisi genetik yang
diperlihatkan dengan adanya hubungan kuat dengan penyakit Hippel-Lindau
(hemangioblastoma serebelum, angiomata retina dan tumor ginjal bilateral) suatu
kelainan herediter yang jarang (Underwood, 2000). Jarang ditemukan bentuk familial
yang mengikuti pola dominan autosomal. Insidens pada ginjal tapal kuda dan ginjal
polikistik pada orang dewasa lebih tinggi daripada ginjal normal (De Jong, 2000).
Patologi
Tumor ini berasal dari tubulus proksimalis ginjal yang mula-mula berada di dalam
korteks, dan kemudian menembus kapsul ginjal. Beberapa jenis tumor bisa berasal
dari tubulus distal maupun duktus kolegentes. Biasanya tumor ini disertai dengan
pseudokapsul yang terdiri atas parenkim ginjal yang tertekan oleh jaringan tumor
dan jaringan fibrosa. Tidak jarang ditemukan kista-kista yang berasal dari tumor
yang mengalami nekrosis dan diresorbsi. Fasia Gerota merupakan barier yang
menahan penyebaran tumor ke organ sekitarnya (Basuki, 2003).
Pada irisan tampak berwarna kuning sampai oranye disertai daerah nekrosis dan
perdarahan (Underwood, 2000), sedangkan pada gambaran histopatologik terdapat
berbagai jenis sel, yakni: clear cell (30 40%), granular (9 12%), sarkomatoid,
papiler, dan bentuk campuran (Basuki, 2003). Yang paling sering adalah campuran
sel jernih, sel bergranula dan sel sarkomatoid (De Jong, 2000). Inti yang kecil
menunjukkan sifat ganas tumor. Sitoplasma yang jernih diakibatkan adanya glikogen
dan lemak. Disamping itu di beberapa kasus menunjukkan adanya eosinofilia atau
reaksi leukemoid dalam darah dan pada sebagian kecil penderita timbul amiloidosis.
Secara makroskopis ginjal terlihat distorsi akibat adanya massa tumor besar yang

berbenjol-benjol yang biasanya terdapat pada kutub atas (Underwood, 2000).


Hipernefroma kadang-kadang berbentuk kistik. Hal ini dapat memberikan masalah
diagnostik. Tumor biasanya berbatas tegas, tetapi beberapa menembus kapsula
ginjal dan menginfiltrasi jaringan lemak perinefrik. Perluasan ke dalam vena renalis
kadang-kadang dapat dilihat secara makroskopis sekali-sekali terlihat suatu massa
tumor padat meluas ke dalam vena kava inferior dan jarang ke dalam atrium kanan
(Underwood, 2000).
Stadium
Robson membagi derajat invasi adenokarsinoma ginjal dalam 4 stadium yaitu:
- Stadium 1 : tumor masih terbatas di dalam parenkim ginjal dengan fasia gerota
masih utuh
- Stadium II : tumor invasi ke jaringan lemak perirenal dengan fasia gerota masih
utuh.
- Stadium III : tumor invasi ke vena renalis/ vena kava atau limfonodi regional.
IIIA : tumor menembus fasia gerota dan masuk ke v.renalis
IIIB : kelenjar limfe regional
IIIC : pembuluh darah lokal
- Stadium IV : tumor ekstensi ke organ sekitarnya/ metastasis jauh (usus)
IVA : dalam organ sekitarnya, selain adrenal
IVB : metastasis jauh (Basuki, 2003).
TNM Tumor Grawitz
T Tumor primer
T1 Terbatas pada ginjal <2,5>2,5 cm
T3 Keluar ginjal, tidak menembus fasia gerota
T3a Masuk adren atau jaringan perinefrik
T3b Masuk v.renalis/ v.kava
T4 Menembus fasia Gerota
N Kelenjar regional/ hilus, para aorta, para kava
N0 Tidak ada penyebaran
N1 Kelenjar tunggal <>5 cm
Cara penyebaran bisa secara langsung menembus simpai ginjal ke jaringan
sekitarnya dan melalui pembuluh limfe atau v. Renalis. Metastasis tersering ialah ke
kelenjar getah bening ipsilateral, paru, kadang ke hati, tulang , adrenal dan ginjal
kontralateral (De Jong, 2000).
Gejala dan Tanda Klinis
Didapatkan ketiga tanda trias klasik berupa: nyeri pinggang, hematuria dan massa
pada pinggang merupakan tanda tumor dalam stadium lanjut. Nyeri terjadi akibat
invasi tumor ke dalam organ lain, sumbatan aliran urin atau massa tumor yang
menyebabkan peregangan kapsula fibrosa ginjal.
Secara klinis kelainan ini terpaparkan sebagai keluhan hematuria.
Febris yang disebabkan karena nekrosis tumor atau terbebasnya pirogen endogen
oleh tumor ginjal.
Hipertensi yang mungkin disebabkan karena: oklusi vaskuler akibat penekanan oleh
tumor, terjadinya A-V (arteri-venous) shunting pada massa tumor atau hasil produksi
subtansi pressor oleh tumor.

Anemi karena terjadinya perdarahan intra tumoral


Varikokel akut yang tidak mengecil dengan posisi tidur. Varikokel ini terjadi akibat
obstruksi vena spermatika interna karena terdesak oleh tumor ginjal atau tersumbat
oleh trombus sel-sel tumor.
Tanda-tanda metastasis ke paru atau hepar.
Kadang-kadang ditemukan sindroma paraneoplastik, yang terdiri atas: (1) Sindroma
Staufer (penurunan fungsi liver yang tidak ada hubungannya dengan metastasis
pada hepar dengan disertai nekrosis pada berbagai area pada liver), (2)
hiperkalsemia (terdapat pada 10% kasus kanker ginjal), (3) polisitemia akibat
peningkatan produksi eritropoietin oleh tumor, dan (4) hipertensi akibat
meningkatnya kadar renin(Basuki, 2003).
Pencitraan
Dengan meluasnya pemakaian ultrasonografi dan CT scan, kanker ginjal dapat
ditemukan dalam keadaan stadium yang lebih awal. Pemeriksaan PIV biasanya
dikerjakan atas indikasi adanya hematuria tetapi jika diduga ada massa pada ginjal,
pemeriksaan dilanjutkan dengan CT scan atau MRI. Dalam hal ini USG hanya dapat
menerangkan bahwa ada massa solid atau kistik (Basuki, 2003).
CT scan merupakan pemeriksaan pencitraan yang dipilih pada karsinoma ginjal.
Pemeriksaan ini mempunyai akurasi yang cukup tinggi dalam mengetahui adanya
penyebaran tumor pada vena renalis, vena cava, ekstensi perirenal dan metastasis
pada kelenjar limfe retroperitoneal. MRI dapat mengungkapkan adanya invasi tumor
pada vena renalis dan vena cava tanpa membutuhkan kontras, tetapi kelemahannya
adalah kurang sensitif mengenali lesi solid yang berukuran kurang dari 3 cm(Basuki,
2003).
Sebelum pemakaian CT scan dan MRI berkembang luas, arteriografi selektif
merupakan pilihan untuk menegakkan diagnosis karsinoma ginjal. Gambaran klasik
arteriogram pada karsinoma ini adalah: neovaskularisasi, fistulae arterio-venous,
pooling bahan kontras dan aksentuasi pembuluh darah pada kapsul ginjal.
Pemberian infus adrenalin menyebabkan konstriksi pembuluh darah normal tanpa
diikuti konstriksi tumor(Basuki, 2003).
Diagnosis Banding
Hidronefrosis, ginjal polikistik dan tuberkulosis ginjal (De Jong, 2000).
Terapi
1. Nefrektomi. Tumor yang masih dalam stadium dini dilakukan nefrektomi radikal
yaitu mengangkat ginjal beserta kapsula gerota. Beberapa kasus yang sudah dalam
stadium lanjut tetapi masih mungkin unutk dilakukan operasi, masih dianjurkan untuk
dilakukan nefrektomi paliatif. Pada beberapa tumor yang telah mengalami
metastasis, setelah tindakan nefrektomi ini sering didahului dengan embolisasi arteri
renalis yang bertujuan untuk memudahkan operasi(Basuki, 2003).
2. Hormonal. Penggunaan terapi hormonal belum banyak diketahui hasilnya.
Preparat yang dipakai adalah hormon progestagen. Dari berbagai literatur
disebutkan bahwa pemberian preparat hormon tidak banyak memberi manfaat
(Basuki, 2003).
3. Imunoterapi. Pemberian imunoterapi dengan memakai interferon atau
dikombinasikan dengan interleukin saat ini sedang dicoba di negara-negara maju.
Karena harganya sangat mahal dan hasil terapi dengan obat-obatan imunoterapi
masih belum jelas, maka pemakaian obat ini masih sangat terbatas (Basuki, 2003).

4. Radiasi Eksterna. Radiasi eksterna tidak banyak memberi manfaat pada


adenokarsinoma ginjal karena tumor ini adalah tumor yang radioresisten (Basuki,
2003).
5. Sitostatika. Demikian pula pemakaian sitostatika tidak banyak memberikan
manfaat pada tumor ginjal (Basuki, 2003).
Prognosis
Pada penderita tanpa disertai metastasis kemungkinan hidup 5 tahun dapat
mencapai 70%. Keadaan ini bisa memburuk 15 20% apabila vena renalis ikut
terkena atau ditemukan perluasan ke dalam jaringan lemak perinefrik (Underwood,
2000). Stadium perkembangan, derajat penyebaran dan derajat keganasan
menentukan prognosis (De Jong, 2000).
b. Nefroblastoma
Definisi
Nefroblastoma adalah tumor ginjal yang banyak menyerang anak berusia kurang
dari 10 tahun dan paling sering dijumpai pada umur 3,5 tahun. Tumor ini merupakan
tumor urogenitalia yang paling banyak menyerang anak-anak. Kurang lebih 10%
tumor ini menyerang kedua ginjal secara bersamaan (Basuki, 2003). Insiden
puncaknya antara umur 1- 4 tahun. Anak perempuan dan laki-laki sama banyaknya.
(Underwood, 2000). Tumor Wilms merupakan 10% dari semua keganasan pada
anak. Tumor ini mungkin ditemukan pada anak dengan kelainan aniridia, keraguan
genitalia pada anak dan sindrom Beckwith-Wiedemann (makroglosi, omfalokel,
viseromegah dan hipoglikemia neonatal). Satu persen dari tumor Wilms ditemukan
familial dan diturunkan secara dominan autosomal. Onkogen tumor Wilms telah
dilokasi pada garis p 13 kromosom 11 (De Jong, 2000).
Nefroblastoma sering dikenal dengan nama tumor Wilm atau karsinoma sel
embrional. Tumor Wilm sering diikuti dengan kelainan bawaan berupa: anridia,
hemihipertrofi dan anomali organ urogenitalia (Basuki, 2003).
Patologi
Tumor berasal dari blastema metanefrik dan terdiri atas blastema, stroma dan epitel.
Dari irisan berwarna abu-abu dan terdapat fokus nekrosis atau perdarahan. Secara
histopatologis dibedakan 2 jenis nefroblastoma, yaitu Favorable dan Unfavorable
(Basuki, 2003). Kadang tidak tampak unsur epitel atau stroma (De Jong, 2000).
Secara makroskopis tumor ini tampak sebagai massa yang besar dan sering meluas
menembus kapsula dan menginfiltrasi jaringan lemak perinefrik dan bahkan sampai
ke dasar mesenterium. Potongannya menunjukkan berbagai macam gambaran yang
merefleksikan jenis jaringan yang ditemukan pada pemeriksaan histologis. Daerah
perdarahan dan nekrosis sering ditemukan menyatu dengan jaringan tumor solid
yang berwarna putih bersama dengan daerah kartilago dan musinosa. Secara
histologis kedua jaringan epitel dan mesenkim dapat ditemukan dimana tumor
berasal dari jaringan mesonefrik mesoderm. Glomerolus dan tubulus terbentuk tidak
sempurna yang terletak dalam stroma sel spindel. Otot serat lintang sering
ditemukan pada tumor ini bersama dengan jaringan fibrosa miksoid, kartilago, tulang
dan lemak, sehingga membentuk susunan campuran yang sedikit aneh.
(Underwood, 2000)

Penyebaran
Setelah keluar dari kapsul ginjal tumor akan mengadakan invasi ke organ di
sekitarnya dan menyebar secara limfogen melalui kelenjar limfe para aorta.
Penyebaran secara hematogen melalui vena renalis ke vena kava kemudian
mengadakan metastasis ke paru (85%), hati (10%) dan bahkan pada stadium lanjut
menyebar ke ginjal kontralateral (Basuki, 2003).
Stadium
NWTS (National Wilms Tumor Study) membagi tingkat penyebaran tumor ini
(setelah dilakukan nefrektomi) dalam 5 stadium:
I. Tumor terbatas pada ginjal dan dapat dieksisi sempurna, tidak ada metastasis
limfogen (N0).
II. Tumor meluas keluar simpai ginjal dan dapat dieksisi sempurna mungkin telah
mengadakan penetrasi ke jaringan lemak perirenal, limfonodi para aorta atau ke
vasa renalis (N0).
III. Ada sisa sel tumor di abdomen yang mungkin berasal dari: biopsi atau ruptur
yang terjadi sebelum atau selama operasi (N+).
IV. Metastasis hematogen ke paru, tulang, atau otak (M+)
V. Tumor bilateral (Basuki, 2003).
Stadium penyebaran tumor menurut TNM
T Tumor primer
T1 Unilateral permukaan (termasuk ginjal) <80>80 cm2
T3 Unilateral ruptur sebelum penanganan
T4 Bilateral
N Metastasis limf
N0 Tidak ditemukan metastasis
N1 Ada metastasis limf
M Metastasis jauh
M0 Tidak ditemukan
M+ Ada metastasis jauh (De Jong, 2000).
Gambaran Klinis
Biasanya pasien dibawa ke dokter oleh orang tuanya karena diketahui perutnya
membuncit, ada benjolan di perut sebelah atas atau diketahui kencing berdarah.
Pada pemeriksaan kadang-kadang didapatkan hipertensi, massa padat pada perut
sebelah atas yang kadang-kadang telah melewati garis tengah dan sulit digerakkan.
Pada pemeriksaan ultrasonografi abdomen terdapat massa padat pada perut
(retroperitonial) sebelah atas yang dalam hal ini harus dibedakan dengan
neuroblastoma atau teratoma (Basuki, 2003). Presentasi klinis yang sering adalah
adanya massa dalam abdomen. Gambaran klinis awalnya dapat sebagai hematuria.
Nyeri abdomen dan obstruksi intestinal (Underwood, 2000).
Pemeriksaan PIV, tumor Wilm menunjukkan adanya distorsi sistem pelvikalis atau
mungkin didapatkan ginjal non visualized, sedangkan pada neuroblastoma terjadi
pendesakan sistem kaliks ginjal ke kaudo-lateral (Basuki, 2003).
Pemeriksaan

Pencitraan ginjal dapat dilakukan dengan ultrasonografi yang dapat menemukan


tumor padat pada ginjal, yang pada anak kemungkinan paling besar tumor Wilms.
Pielogram intravena juga dapat menunjukkan perubahan bayangan ginjal dan
gambaran pelviokaliks dan sekaligus memberi kesan mengenai faal ginjal. CT scan
dapat memberi gambaran pembesaran ginjal dan sekaligus menunjukkan
pembesaran kelenjar regional atau infiltrasi tumor ke jaringan sekitar. Pemeriksaan
untuk mencari metastasis biasanya dengan foto toraks dan CT scan otak (De Jong,
2000).
Pemeriksaan MRI tidak menambah banyak keterangan untuk tumor Wilms.
Pemeriksaan penunjang lain ialah biopsi jarum yang hanya dibenarkan apabila
tumor sangat besar sehingga diperkirakan akan sukar untuk mengangkat seluruh
tumor. Pungsi dilakukan sekadar untuk mendapatkan sediaan patologik untuk
kepastian diagnosis dan menentukan radiasi atau terapi sitostatika prabedah untuk
mengecilkan tumor (De Jong, 2000).
Diagnosis Banding
Benjolan pada perut sebelah atas yang terdapat pada anak-anak dapat disebabkan
oleh karena: (1) hidronefrosis/ kista ginjal yang keduanya merupakan massa yang
mempunyai konsistensi kistus, (2) neuroblastoma intrarenal biasanya keadaan
pasien lebiih buruk dan pada pemeriksaan laboratorium kadar VMA (Vanyl Mandelic
Acid) dalam urin mengalami peningkatan dan (3) teratoma retroperitonium (Basuki,
2003).
Penatalaksanaan
Jika secara klinis tumor masih berada dalam stadium dini dan ginjal di sebelah
kontralateral normal, dilakukan nefrektomi radikal. Pembedahan ini kadang kala
diawali dengan pemberian sitostatika atau radiasi (Basuki, 2003).
1. Sitostatika. Pemberian sitostatika dimulai sebelum pembedahan dan dilanjutkan
beberapas eri setelah pembedahan dengan memberikan hasil yang cukup
memuaskan. Sitostatika yang dipergunakan adalah kombinasi dari Actinomisin D
dengan Vincristine.
2. Radiasi Eksterna. Tumor Wilm memberikan respon yang cukup baik terhadap
radioterapi (bersifat radiosensitif). Radiasi diberikan sebelum atau setelah operasi
dan kadang kala diberikan berselingan dengan sitostatika sebagai terapi sandwich
(Basuki, 2003).
3. Nefrektomi radikal merupakan terapi terpilih apabila tumor belum melewati garis
tengah dan belum menginfiltrasi jaringan lain. Pengeluaran kelenjar limf
retroperitoneal total tidak perlu dilakukan, tetapi biopsi kelenjar di daerah hilus dan
paraaorta sebaiknya dilakukan. Pada pembedahan perlu diperhatikan ginjal
kontralateral karena kemungkinan lesi bilateral cukup tinggi (sampai 10%). Apabila
ditemukan penjalaran tumor ke v. Kava, tumor tersebut harus diusahakan diangkat.
Pada waktu pembedahan harus diusahakan agar tidak terjadi penyebaran untuk
mencegah kenaikan tingkat keganasan klinis. Pada awal pembedahan v. Renalis
dan v. Kava sebaiknya ditutup dengan klem, sebelum memanipulasi ginjal yang kena
tumor. Pada tumor bilateral harus dilakukan pemeriksaan patologi dengan biopsi
jarum untuk menentukan diagnosa dan perangai histologik. Apabila termasuk
golongan prognosis baik, dapat diberikan kemoterapi disusul dengan nefrektomi
parsial. Kalau termasuk golongan prognosis buruk harus dilakukan nefrektomi
bilateral, kmoterapi dan radiotrapi kemudian dialisis atau transplantasi ginjal (De
Jong, 2000).

Tumor Wilms dikenal sebagai tumor yang radiosensitif. Akan tetapi radioterapi dapat
mengganggu pertumbuhan anak dan menimbulkan penyulit jantung, paru dan hati.
Oleh karena itu radioterapi hanya diberikan pada penderita dengan tumor yang
termasuk golongan patologi prognosis buruk atau stadium III dan IV. Jika ada sisa
tumor pasca bedah juga diberikan radioterapi (De Jong, 2000).
Tumor Wilms merupakan tumor yang kemosensitif terhadap beberapa obat anti
tumor, seperti aktinomisin D, vinkristin, doksorubisin, siklofosfamid dan sisplatin.
Biasanya kemoterapi diberikan prabedah selama 4 8 minggu. Dengan terapi
kombinasi seperti di atas dapat dicapai kelanjutan hidup lebih dari 90% dan bebas
penyakit 85%. Pada tumor bilateral, kelanjutan hidup 3 tahun adalah 80% (De Jong,
2000).
Prognosis
Tumor ini tumbuh dengan cepat dan agresif. Pada waktu didiagnosis telah
ditemukan penyebaran dalam paru. Kombinasi pengobatannya radioterapi,
khemoterapi dan pembedahan meningkatkan secara nyata prognosis penyakit ini.
Prognosis buruk menunjukkan gambaran histologik dengan bagian yang anaplastik,
inti yang atipik, hiperdiploidi dan banyak translokasi kompleks (De Jong, 2000).
c. Tumor Pelvis Renalis
Angka kejadian tumor ini sangat jarang. Sesuai dengan jenis histopatologinya tumor
ini dibedakan dalam dua jenis yaitu (1) karsinoma sel transitional dan (2) karsinoma
sel skuamosa. Seperti halnya mukosa yang terdapat pada kaliks, buli-buli dan uretra
proksimal, pielum juga dilapisi oleh sel-sel transitional dan mempunyai kemungkinan
untuk menjadi karsinoma transitional. Karsinoma sel skuamosa biasanya merupakan
metaplasia sel-sel pelvis renalis karena adanya batu yang menahun pada pelvis
renalis (Basuki, 2003).
Sebagian besar tumor renalis pada orang dewasa ialah karsinoma sel renalis,
dimana sisanya yang paling banyak (5-10%) karsinoma sel transitional yang berasal
dari urotelium pelvis renalis, karena pertumbuhannya ke dalam rongga kaliks pelvis,
tumor ini secara dini akan ditandai dengan adanya hematuria atau obstruksi
(Underwood, 2000)
Tumor ini sering menginfiltrasi dinding pelvis dan dapat mengenai vena renalis
(Underwood, 2000)
Etiologi
Ditemukan hubungan antara tumor ini dengan penyalahgunaan pemakaian obat
analgesik, dan terkena zat warna anilin yang digunakan pada pewarnaan, karet,
plastik dan industri gas. Beberapa penderita dilaporkan mendapat karsinoma sel
transisional beberapa tahun setelah menggunakan thorotrast, suatu -emiter, yang
digunakan pada pielografi retrograde (Underwood, 2000)
Gambaran Klinis
Yang paling sering dikeluhkan oleh pasien adalah kencing darah (80%), kadangkadang disertai dengan nyeri pinggang dan teraba massa pada pinggang. Keadaan
tersebut disebabkan oleh massa tumor atau akibat obstruksi oleh tumor yang
menimbulkan hidronefrosis (Basuki, 2003).
Pada pemeriksaan PIV terdapat filling defect yang nampak seolah-olah seperti batu
radiolusen, tuberkuloma, atau hemangioma pada pielum ginjal. Untuk itu bantuan
ultrasonografi atau CT scan dapat membedakannya (Basuki, 2003).

Pemeriksaan sitologi urin dengan mengambil contoh urin langsung ke dalam pielum
melalui kateter ureter. Melalui alat ureterorenoskopi dapat dilihat langsung keadaan
pielum. Jika dicurigai ada massa pada pielum diambil contoh jaringan untuk
pemeriksaan histopatologi (Basuki, 2003).
Tumor sel transisional tumbuh berpapil-papil, serupa dengan tumor ureter dan
vesika urinaria. Sering ditemukan karsinoma sel transisional pada seluruh traktus
urinarius, yang sugestif adanya perubahan dari daerah urothelial. Bentuk papil tumor
memudahkan terjadinya kerusakan pada massa tumor bagian ujungnya, yang dapat
terlepaskan. Hal ini menyebabkan sel tumor yang atipik dapat dideteksi dalam urin
penderita, sehingga memungkinkan tumor ini didiagnosis berdasarkan pemeriksaan
sitologi urin dan dilakukan screening (Underwood, 2000).
Dengan adanya batu pelvis, urothelium dapat mengalami metaplasia squamosa.
Telah diketahui bahwa terjadinya karsinoma skuamosa ada hubungannya dengan
terdapatnya batu dan infeksi kronis, tetapi dapat pula timbul langsung dari epitel
transisional. Secara makroskopik biasanya tumor ini berbentuk datar dan infiltaratif
dengan prognosisnya yang buruk (Underwood, 2000).
Terapi
Tumor ini kurang memberikan respon pada pemberian sitostatika maupun radiasi
eksterna. Terapi yang paling baik untuk tumor ini pada stadium awal adalah
nefroureterektomi dengan mengambil cuff dari buli-buli (Basuki, 2003).
Prognosis
Prognosisnya kurang baik, terutama pada penderita dengan tumor yang
berdiferensiasi buruk, dan tumor multipel sering ditemukan pada ureter dan vesika
urinaria.

BAB III
KESIMPULAN
1. Tumor jinak ginjal terdiri atas: hamartoma, fibroma renalis, adenoma korteks
benigna, onkositoma, hemangioma, tumor sel jukstaglomerular, lipoma dan

leiomioma
2. Tumor ganas ginjal terdiri atas: adenokarsinoma ginjal, nefroblastoma(tumor
wilms) dan tumor pelvis renalis
3. Diagnosa dini dalam penemuan tumor akan meningkatkan prognosisnya
4. Tumor jinak yang paling sering ditemukan adalah fibroma renalis
5. Adenokarsinoma ginjal merupakan 3% dari seluruh keganasan pada orang
dewasa
6. Tumor Wilms banyak ditemukan pada anak usia kurang dari 10 tahun, jarang
sekali pada orang dewasa
7. Tumor ganas pelvis renalis mempunyai prognosis yang buruk

DAFTAR PUSTAKA
http://en.wikipedia.org/wiki/Wilms'_tumor
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/wilmstumor.html
http://www.meb.uni-bonn.de/cancer.gov/CDR0000062937.html
http://en.wikipedia.org/wiki/Renal_cell_carcinoma
http://www.emedicinehealth.com/renal_cell_cancer/article_em.htm
http://en.wikipedia.org/wiki/Hamartoma
http://www.emedicine.com/Radio/topic484.htm
http://en.wikipedia.org/wiki/Oncocytoma
Kasper, et al. 2000. Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam Volume 3 Edisi 13. EGC.
Jakarta
Price, Sylvia A. 2003. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Volume 2
Edisi 6. EGC. Jakarta
Purnomo, Basuki. 2003. Dasar-Dasar Urologi Edisi 2. Sagung Seto. Jakarta
Underwood, JCE. 2000. Patologi Umum dan Sistemik Volume 2 Edisi 2. EGC.
Jakarta
Wim de Jong. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. EGC. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai