Anda di halaman 1dari 6

ATELEKTASIS

Gangguan pada system pernapasan merupakan penyebab utama morbiditas dan mortaliats.
Hal ini dapat disebabkan oleh karena kelainan paru bawaan atau congenital, infeksi pada
saluran pernapasan sering terjadi dibandingkan dengan infeksi pada system organ tubuh lain.1
Meskipun atelektasis sebenarnya bukan merupakan penyakit, tetapi ada kaitannya dengan
penyakit parenkim paru. Atelektasis adalah istilah yang berarti pengembangan paru-paru
yang tidak sempurna dan menerangkan arti bahwa alveolus pada bagian paru-paru yang
terserang tidak mengandung udara dan kollaps.1
Pemeriksaan radiologis dan pemeriksaan khusus lainnya seperti bronkoskopi dan bronkografi,
dapat menentukan atau menegakkan diagnosis dari atelektasis.2
2.1 DEFINISI
Atelektasis adalah suatu keadaan paru atau sebagian paru yang mengalami
Hambatan berkembang secara sempurna sehingga aerasi paru berkembang atau sama sekali
tidak terisi udara.
2.2 ANATOMI
Saluran pernapasan udara hingga mencapai paru-paru adalah hidung, faring, laring, trakea,
bronkus, dan bronkhiolus. Saluran dari bronkus sampai bronkiolus dilapisi oleh membran
mukosa yang bersilia. Udara mengalir dari faring menuju laring atau kotak suara, laring
merupakan rangkaian cincin tulang rawan yang dihubungkan oleh otot-otot dan mengandung
pita suara. Trakea disokong oleh cincin tulang rawan yang berbentuk seperti sepatu kuda
yang panjangnya kurang lebih 5 inci. Struktur trakea dan bronkus dianalogkan sebagai suatu
pohon dan oleh karena itu dinamakan pohon trakeobronkial. Bronkus terdiri dari bronkus kiri
dan kanan yang tidak simetris, bronkus kanan lebih pendek dan lebar dan merupakan
kelanjutan dari trakea, cabang utama bronkus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronkus
lobaris dan bronkus segmentalis, percabangan ini berjalan menuju terus menjadi bronkus
yang ukurannya sangat kecil sampai akhirnya menjadi bronkus terminalis yaitu saluran udara
yang mengandung alveoli, setelah bronkus terminalis terdapat asinus yaitu tempat pertukaran
gas.1
Paru-paru merupakan organ yang elastis, berbentuk kerucut, yang terletak dalam rongga dada
atau thorak. Kedua paru-paru saling berpisah oleh mediastinum sentral yang berisi jantung
dan beberapa pembuluh darah besar. Setiap paru-paru mempunyai apek dan basis. Pembuluh
darah paru-paru dan bronchial, saraf dan pembuluh darah limfe memasuki tiap paru-paru
pada bagian hilus dan membentuk akar paru-paru. Paru-paru kanan lebih besar daripada paruparu kiri. Paru-paru kanan dibagi tiga lobus oleh fisura interlobaris, paru-paru kiri dibagi dua
lobus. Lobus-lobus tersebut dibagi lagi menjadi beberapa segmen sesuai dengan segmen
bronkusnya. Suatu lapisan yang kontinu mengandung kolagen dan jaringan elastis dikenal
sebagai pleura yang melapisi rongga dada (pleura parietalis) dan menyelubungi setiap paruparu (pleura vesiralis). Diantara pleura parietalis dan viseralis terdapat suatu lapisan tipis
cairan pleura yang berpungsi untuk memudahkan kedua permukaan bergerak selama

pernapasan dan untuk mencegah sela perpisahan thorak dengan paru-paru. Tekanan dalam
rongga pleura lebih rendah dari tekanan atmosfer, untuk mencegah kolaps paru-paru.1
Peredaran darah paru-paru berasal dari arteri bronkilais dan arteri pulmonalis. Sirkulasi
bronchial menyediakan darah teroksigenasi dari sirkulasi sistemik dan berfungsi memenuhi
kebutuhan metabolisme jaringan paru-paru. Arteri bronchial berasal dari aortatorakalis dan
berjalan sepanjang dinding posterior bronkus. Vena bronkialis yang besarmengalirkan
darahnya ke dalam sistem azigos, yang kemudian bermuara pada vena cava superior dan
mengembalikan darah ke atrium kanan. Vena bronkialis yang lebih kecil akan mengalirkan
darah vena pulmonalis. Karena sirkulasi bronchial tidak berperan pada pertukaran gas, darah
yang tidak teroksigenasi mengalami pirau sekitar 2 sampai 3% curah jantung. Arteri
pulmonalis yang berasal dari ventrikel kanan mengalirkan darah vena campuaran keparu-paru
di mana darah tersebut mengambil bagian dalam pertukaran gas. Jalinan kapiler paru-paru
yang halus mengitari dan menutupi alveolus, merupakan kontak erat yang diperlukan untuk
proses pertukaran gas antara alveolus dan darah. Darah yang teroksigenasi kemudian
dikembalikan melalui vena pulmonaliske ventrikel kiri, yang selanjutnya membagikan
kepada sel-sel melalui sirkulasi sistemik.1
2.3 ETIOLOGI
Etiologi atelektasis merupakan akibat suatu kelainan paru yang dapat disebabkan : 2
Bronkus yang tersumbat, penyumbatan bias berasal di dalam bronkus seperti tumor bronkus,
benda asing, cairan sekresi yang massif. Dan penyumbatan bronkus akibat panekanan dari
luar bronkus seperti tumor sekitar bronkus, kelenjar yang membesar.
Tekanan ekstra pulmonary, biasanya diakibatkan oleh pneumothorah, cairan pleura,
peninggian diafragma, herniasi alat perut ke dalam rongga thorak, tumor thorak seperti tumor
mediastinum.
Paralisis atau paresis gerakan pernapasan, akan menyebabkan perkembangan paru yang tidak
sempurna, misalkan pada kasus poliomyelitis dan kelainan neurologis lainnya. Gerak napas
yang terganggu akan mempengaruhi lelancaran pengeluaran sekret bronkus dan ini akan
menyebabkan penyumbatan bronkus yang berakhir dengan memperberat keadaan atelektasis.
Hambatan gerak pernapasan oleh kelainan pleura atau trauma thorak yang menahan rasa
sakit, keadaan ini juga akan menghambat pengeluaran sekret bronkus yang dapat
memperberat terjadinya atelektasis.
2.4 PATOFISIOLOGI
Setelah penyumbatan bronchial yang terjadi secara mendadak sirkulasi darah perifer akan
diserap oleh udara dari alveoli, yang akan menyebabkan terjadinya kegagalan pernapasan dan
penarikan kembali paru-paru dalam beberapa menit, hal ini tanpa desebabkan adanya infeksi.
Paru-paru akan menyusut secara komplek. Dalam tingkat awal, perfusi darah paru-paru akan
kekurangan udara yang menyebabkan hipoksemi arterial. Jika kapiler dan jaringan hipoksia
mengakibatkan timbulnya transudat berupa gas dan cairan serta udem paru. Pengeluaran
transudat dari alveoli dan sel merupakan pencegahan komplit kolaps dari atelektasis paru.
Daerah sekitar paru-paru yang mengalami udem kompensata sebagian akan kehilangan

volume. Bagaimanapun juga pada kasus kolaps yang luas diafragma mengalami paninggian,
dinding dada nyeri dan hal ini akan mempengaruhi perubahan letak hati dan mediastinum.3
Sesak yang disebabkan merupakan variasi perubahan stimulus pusat respirasi dan kortek
serebral. Stimulus berasal dari kemoreseptor di mana terdapat daerah atelektasis yang luas
yang menyebabkan tekanan O2 kurang atau berasal dari paru-paru dan otot pernapasan,
dimana paru-paru kekurangan oksigen tidak terpenuhi dan penambahan kerja pernapasan.
Kiranya aliran darah pada daerah yang mengalami atelektasis berkurang. Tekanan CO2
biasanya normal atau seharusnya turun sedikit dari sisa hiperventilasi parenkim paru-paru
yang normal.3
2.5 GEJALA KLINIS
Gejala klinis sangat bervariasi, tergantung pada sebab dan luasnya atelektasis. Pada umumnya
atelektasis yang terjadi pada penyakit tuberculosis, limfoma, neoplasma, asma dan penyakit
yang disebabkan infeksi misalnya bronchitis, bronkopmeumonia, dan pain-lain jarang
menimbulkan gejala klinis yang jelas, kecuali jika ada obstruksi pada bronkus utama. Jika
daerah atelektsis itu luas dan terjadi sangat cepat akan terjadi dipsneu dengan pola
pernapasan yang cepat dan dangkal, takikardi dan sering sianosis, temperatur yang tinggi, dan
jika berlanjut akan menyebabkan penurunan kesadaran atau syok. Pada perkusi redup dan
mungkin pula normal bila terjadi emfisema kompensasi. Pada atelektasis yang luas,
atelektasis yang melibatkan lebih dari satu lobus, bising nafas akan melemah atau sama sekali
tidak terdengar, biasanya didapatkan adanya perbedaan gerak dinding thorak, gerak sela iga
dan diafragma. Pada perkusi
mungkin batas jantung dan mediastinum akan bergeser, letak diafragma mungkin meninggi.4,5
2.6 GAMBARAN RADIOLOGIS
Sebagai dasar gambaran radiologis pada atelektasis adalah pengurangan volume bagian paru
baik lobaris, segmental atau seluruh paru, dengan akibat kurangnya aerasi sehingga memberi
bayangan lebih suram (densitas tinggi) dengan penarikan mediastinum kearah atelektasis,
sedangkan diafragma tertarik ke atas dan sela iga menyempit.2
Dengan adanya atelektasis, maka bagian paru sekitarnya mengalami suatu enfisema
kompensasi yang kadang-kadang begitu hebatnya sehingga terjadi herniasi hemithorak yang
sehat kearah hemethorak yang atelektasis.2
Beberapa atelektasis di kenal sebagai: 2
Atelektasis lobaris bawah: bila terjadi dilobaris bawah paru kiri, maka akan tersembunyi
dibelakang bayangan jantung dan pada foto thorak PA hamya memperlihatkan diafragma
letak tinggi.
Atelektasis lobaris tengah kanan (right middle lobe). Sering disebabkan peradangan atau
penekanan bronkus oleh kelenjar getah bening yang membesar.
Atelektasis lobaris atas (upper lobe): memberikan bayangan densitas tinggi dengan tanda
penarikan fissure interlobaris ke atas dan trakea ke arah atelektasis.

Atelektasis segmental: kadang-kadang sulit dikenal pada foto thoraj PA, maka perlu
pemotretan dengan posisi lain seperti lateral, miring (obligue), yang memperlihatkan bagian
uang terselubung dengan penarikan fissure interlobularis.
Atelektasis lobularis (plate like/atelektasis local). Bila penyumbatan terjadi pada bronkus
kecil untuk sebagian segmen paru, maka akan terjadi bayangan horizontal tipis, biasanya
dilapangan paru bawah yang sering sulit dibedakan dengan proses fibrosis. Karena hanya
sebagian kecil paru terkena, maka biasanya tidak ada keluhan.
Disamping pembagian di atas, ada juga pembagian atelektasis berdasarkan letak lesi
atelektasis tersebut di tiap lobus baik di paru kanan maupun kiri. Berikut ini akan diuraikan
pembagian di atas beserta gambaran radiologisnya:6
Atelektasis pada lobus atas paru kanan
Kolaps pada bagian ini meliputi bagian anterior, superior dan medial. Pada foto thorak PA
tergambarkan dengan fisura minor bagian superior dan mendial yang mengalami pergeseran.
Pada foto lateral, fisura mayor bergerak ke depan, sedangkan fisura minor dapat juga
mengalamai pergeseran ke arah superior. Berikut ini beberapa tanda klasik yang sering
timbul:
- S Sign of Golden, tanda ini berupa gambaran huruf S terbalik yang merupakan bentuk dari
fisura minor yang
2.7 DIAGNOSIS
Diagnosis biasanya ditegakkan berdasarkan klinis dan gambaran radiologis yang jelas dari
berkurangnya ukuran paru-paru (digambarkan dengan adanya penarikan tulang iga,
peninggian diafragma, penyimpangan dari trakea, janrtung dan mediastinum dan selam lobus
kehilangan udara, di celah interlobus menjadi bergeser atau tidak pada tempatnya, dan
densitas pada lobus menjadi lebih opak, seperti pada bronkus, pembuluh darah kelenjar limfe
menjadi tidak beraturan. Dan pemeriksaan khusus misalnya dengan bronkoskopi dan
bronkografi, dapat degan tepat menetukan cabang bronkus yang tersumbat.3.5
2.8 DIAGNOSIS BANDING

Abses paru

Abses paru adalah peradangan di jaringan paru-paru yang menimbulkan nekrosis dengan
pengunpulan nanah dan lokasi pada umumnya di lobus bawah paru-paru kanan bawah. Pada
foto PA dan lateralabses paru biasanya di temukan kavitas, tetapi dapat pula multikavitas
berdinding tebal.

Abestosis

Pada pemeriksaan radiologis menunjukan penebalan pleura disertai fibrosis paru, biasanya
terjadi dilapangan paru bawah, terutama paru kiri sekitar parakardial yang menutupi batas
jantung kiri. Kadang-kadang dapat ditemukan pembesaran kelenjar hilus.

Pneumothorak

Adalah adanya udara dalam rongga pleura di mana masukan udara ke dalam rongga pleura,
dapat dibedakan menjadi: pneumothorak spontan, udara lingkungan keluar masuk ke dalam
rongga pleura melalui luka tusuk, misalnya udara melalui mediastinum yang disebabkan oleh
trauma. Gambaran radiologis adanya bayangan udara dalam rongga pleura memberikan
bayangan radiolusen yang tanpa struktur jaringan paru dengan batas paru berupa garis
rioopak tipis berasal dari pleuraviseralis. Jika pneumothorak luas, akan menekan jaringan
oaru kearah hilus atau paru menjadi kuncup atau kolaps di daerah hilus dan mendorong
mediastinum ke arah kontralateral dan sela iga menjadi lebih lebar.

Karsinoma paru yang berasal dari small cell dan non small cell

Pada pemeriksaan radiologis didapatkan gambaran emfisema setempat, atelektasis, pelebaran


mediastinum, pembesaran kelenjar hilus yang unilateral, efusi pleura yang progresif, elevasi
diafragma dan detruksi tulang sekitarnya.
2.9 TERAPI
Pemeriksaan bronkoskopi harus segera dilakukan, apabila atelektasis terjadi karena
oenyumbatan benda asing. Pemberian oksigenasi harus diberikan pada penderita sesak dan
sianosis. Terapi yang diberikan biasanya simtomatis seperti anti sesak, bronkodilator,
antibiotik dan kortikosteroid. Fisioterafi sangan berguna seperti perubahan posisi, masase,
latihan pernapasan sangat membantu dalam pengembangan kembali paru yang kempis.
Pada infeksi yang kronis biasanya dilakukan pemeriksaan bakteriologis yang lebih teliti dan
lobektomi sebaiknya tidak dilakukan kecuali jika nfeksi kronis dan melibatkan bagian paru
yang sehat atau sudah terjadi bronliektasis pada daerah yang cukup luas.
2.10 PROGNOSIS
Pada umumnya atelektasis dapat hilang jika penyebab obstruksi telah dihilangkan kecuali jika
ada infeksi sekunder. Cepat lambatnya pnyembuhan tergantung pula pada luasnya daerah
atelektasis, letak atelektasis. Pada daerah atelektasis umumnya mudah terjadi infeksi, karena
gerakan mukosilier pada bronkus yang bersangkutan terganggu, sehingga efek batuk tidak
bekerja. Jika infeksi ini berlangsung lebih lanjut, dapat pula mengakibatkan bronkiektasis
atau abses paru.

DAFTAR PUSTAKA
1. A. Price Sylvia, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, EGC, vol 2, edisi 4,
Jakarta, 1995, hal 645-707.
2. Rasad Sjahriar, Radiologi Diagnostik, FK UI, cetakan 6, Jkarta 2000, hal 108.
3. Sharma. S, Atelektasis, 2003, http//www.eMedicine.com.

4. Franken et all, Atelektasis: A Shrunke, Air Less State Affecting All or Part of Lung, 2004,
http//www.eMedicine.com.
5. Ilmu Penyakit Dalam, Penyakit Sistem Pernapasan, 1998, FKUI, Jakarta.
6. Edwin F. Donnelly, M.D., Ph.D., Patterns of Lobar Collapse, 2004,
http//www.RadiologyNotebook.com.

Anda mungkin juga menyukai