Anda di halaman 1dari 747

simbachs@gmail.

com

Original Version

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI


NOMOR 13 TAHUN 2006
TENTANG
PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
bahwa untuk melaksanakan Pasal 155 Peraturan Pemerintah Nomor
58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, perlu
ditetapkan Peraturan Menteri Dalam Negeri tentang Pedoman
simbachs@gmail.com
Pengelolaan
Keuangan Daerah

DEPARTEMEN DALAM NEGERI


REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI


NOMOR 13 TAHUN 2006
TENTANG
PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,
MENTERI DALAM NEGERI,

Menimbang :

bahwa untuk melaksanakan Pasal 155 Peraturan Pemerintah Nomor


58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, perlu
ditetapkan Peraturan Menteri Dalam Negeri tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah;

Mengingat : 1.

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan


Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan
Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999
Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3851);

2.

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan


Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003
Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4286);

3.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan


Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4355);

4.

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan


Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4389);

5.

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan


Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);

6.

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem


Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4421);

simbachs@gmail.com

-27.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan


Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang
Perubahan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah menjadi Undang-Undang (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia nomor 4548);

8.

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan


Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

9.

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan


Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 90, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4416) sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2005 tentang Perubahan
Atas Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang
Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 94, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4540);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan


Keuangan Badan Layanan Umum (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4502);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2005 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4503);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2005 tentang Pinjaman
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 136, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4574);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana
Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4575);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem
Informasi Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4576);
15. Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2005 tentang Hibah
Kepada Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2005 Nomor 139, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4577);

simbachs@gmail.com

-316. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan


Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4578);
17. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman
Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 150,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4585);
18. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Laporan
Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4614);
19. Keputusan Presiden Nomor 109 Tahun 2001 tentang Unit
Organisasi dan Tugas Eselon I Departemen sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor
88 Tahun 2003;
20. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 130 Tahun 2003 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Departemen Dalam Negeri;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI TENTANG PEDOMAN
PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Bagian Pertama
Pengertian
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan :
1.

Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut pemerintah, adalah Presiden Republik


Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.

2.

Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh


pemerintah daerah dan dewan perwakilan rakyat daerah (DPRD) menurut asas
otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam
sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

3.

Pemerintah Daerah adalah gubernur, bupati, dan/atau walikota, dan perangkat


daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.

4.

Daerah otonom, selanjutnya disebut daerah, adalah kesatuan masyarakat hukum


yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus
urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa
sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

simbachs@gmail.com

-45.

Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa adalah
kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang
untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan
asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem
pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

6.

Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk
didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan
kewajiban daerah tersebut.

7.

Peraturan Daerah adalah peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh


DPRD dengan persetujuan bersama kepala daerah, termasuk Qanun yang berlaku
di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Peraturan Daerah Provinsi (Perdasi)
yang berlaku di Provinsi Papua.

8.

Pengelolaan Keuangan Daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi


perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan
pengawasan keuangan daerah.

9.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, selanjutnya disingkat APBD adalah


rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang dibahas dan disetujui
bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan peraturan
daerah.

10. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah perangkat
daerah pada pemerintah daerah selaku pengguna anggaran/pengguna barang.
11. Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah yang selanjutnya disingkat SKPKD
adalah perangkat daerah pada pemerintah daerah selaku pengguna
anggaran/pengguna barang, yang juga melaksanakan pengelolaan keuangan
daerah.
12. Organisasi adalah unsur pemerintahan daerah yang terdiri dari DPRD, kepala
daerah/wakil kepala daerah dan satuan kerja perangkat daerah.
13. Kepala Daerah adalah gubernur bagi daerah provinsi atau bupati bagi daerah
kabupaten atau walikota bagi daerah kota.
14. Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah adalah kepala daerah yang
karena jabatannya mempunyai kewenangan menyelenggarakan keseluruhan
pengelolaan keuangan daerah.
15. Pejabat Pengelola Keuangan Daerah yang selanjutnya disingkat PPKD adalah
kepala satuan kerja pengelola keuangan daerah yang selanjutnya disebut dengan
kepala SKPKD yang mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan APBD dan
bertindak sebagai bendahara umum daerah.
16. Bendahara Umum Daerah yang selanjutnya disingkat BUD adalah PPKD yang
bertindak dalam kapasitas sebagai bendahara umum daerah.
17. Pengguna Anggaran adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan
anggaran untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi SKPD yang dipimpinnya.
18. Pengguna Barang adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan barang
milik daerah.
19. Kuasa Bendahara Umum Daerah yang selanjutnya disingkat Kuasa BUD adalah
pejabat yang diberi kuasa untuk melaksanakan sebagian tugas BUD.
20. Kuasa Pengguna Anggaran adalah pejabat yang diberi kuasa untuk melaksanakan
sebagian kewenangan pengguna anggaran dalam melaksanakan sebagian tugas
dan fungsi SKPD.
21. Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD yang selanjutnya disingkat PPK-SKPD
adalah pejabat yang melaksanakan fungsi tata usaha keuangan pada SKPD.

simbachs@gmail.com

-522. Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan yang selanjutnya disingkat PPTK adalah
pejabat pada unit kerja SKPD yang melaksanakan satu atau beberapa kegiatan
dari suatu program sesuai dengan bidang tugasnya.
23. Bendahara Penerimaan adalah pejabat fungsional yang ditunjuk untuk menerima,
menyimpan, menyetorkan, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan
uang pendapatan daerah dalam rangka pelaksanaan APBD pada SKPD.
24. Bendahara Pengeluaran adalah pejabat fungsional yang ditunjuk menerima,
menyimpan, membayarkan, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan
uang untuk keperluan belanja daerah dalam rangka pelaksanaan APBD pada
SKPD.
25. Entitas pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri atas satu atau lebih
entitas akuntansi yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan wajib
menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan.
26. Entitas akuntansi adalah unit pemerintahan pengguna anggaran/pengguna barang
dan oleh karenanya wajib menyelenggarakan akuntansi dan menyusun laporan
keuangan untuk digabungkan pada entitas pelaporan.
27. Unit kerja adalah bagian dari SKPD yang melaksanakan satu atau beberapa
program.
28. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah yang selanjutnya disingkat
RPJMD adalah dokumen perencanaan untuk periode 5 (lima) tahun.
29. Rencana Pembangunan Tahunan Daerah, selanjutnya disebut Rencana Kerja
Pemerintah Daerah (RKPD), adalah dokumen perencanaan Daerah untuk periode 1
(satu) tahun.
30. Tim Anggaran Pemerintah Daerah yang selanjutnya disingkat TAPD adalah tim
yang dibentuk dengan keputusan kepala daerah dan dipimpin oleh sekretaris
daerah yang mempunyai tugas menyiapkan serta melaksanakan kebijakan kepala
daerah dalam rangka penyusunan APBD yang anggotanya terdiri dari pejabat
perencana daerah, PPKD dan pejabat lainnya sesuai dengan kebutuhan.
31. Kebijakan Umum APBD yang selanjutnya disingkat KUA adalah dokumen yang
memuat kebijakan bidang pendapatan, belanja, dan pembiayaan serta asumsi
yang mendasarinya untuk periode 1 (satu) tahun.
32. Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara yang selanjutnya disingkat PPAS adalah
rancangan program prioritas dan patokan batas maksimal anggaran yang
diberikan kepada SKPD untuk setiap program sebagai acuan dalam penyusunan
RKA-SKPD sebelum disepakati dengan DPRD.
33. Prioritas dan Plafon Anggaran yang selanjutnya disingkat PPA adalah program
prioritas dan patokan batas maksimal anggaran yang diberikan kepada SKPD
untuk setiap program sebagai acuan dalam penyusunan RKA-SKPD setelah
disepakati dengan DPRD.
34. Rencana Kerja dan Anggaran SKPD yang selanjutnya disingkat RKA-SKPD adalah
dokumen perencanaan dan penganggaran yang berisi rencana pendapatan,
rencana belanja program dan kegiatan SKPD serta rencana pembiayaan sebagai
dasar penyusunan APBD.

simbachs@gmail.com

-635. Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah adalah pendekatan penganggaran


berdasarkan kebijakan, dengan pengambilan keputusan terhadap kebijakan
tersebut dilakukan dalam perspektif lebih dari satu tahun anggaran, dengan
mempertimbangkan implikasi biaya akibat keputusan yang bersangkutan pada
tahun berikutnya yang dituangkan dalam prakiraan maju.
36. Prakiraan Maju (forward estimate) adalah perhitungan kebutuhan dana untuk
tahun anggaran berikutnya dari tahun yang direncanakan guna memastikan
kesinambungan program dan kegiatan yang telah disetujui dan menjadi dasar
penyusunan anggaran tahun berikutnya.
37. Kinerja adalah keluaran/hasil dari kegiatan/program yang akan atau telah dicapai
sehubungan dengan penggunaan anggaran dengan kuantitas dan kualitas yang
terukur.
38. Penganggaran Terpadu (unified budgeting) adalah penyusunan rencana keuangan
tahunan yang dilakukan secara terintegrasi untuk seluruh jenis belanja guna
melaksanakan kegiatan pemerintahan yang didasarkan pada prinsip pencapaian
efisiensi alokasi dana.
39. Fungsi adalah perwujudan tugas kepemerintahan dibidang tertentu yang
dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan pembangunan nasional.
40. Urusan pemerintahan adalah fungsi-fungsi pemerintahan yang menjadi hak dan
kewajiban setiap tingkatan dan/atau susunan pemerintahan untuk mengatur dan
mengurus fungsi-fungsi tersebut yang menjadi kewenangannya dalam rangka
melindungi, melayani, memberdayakan, dan mensejahterakan masyarakat.
41. Program adalah penjabaran kebijakan SKPD dalam bentuk upaya yang berisi satu
atau lebih kegiatan dengan menggunakan sumber daya yang disediakan untuk
mencapai hasil yang terukur sesuai dengan misi SKPD.
42. Kegiatan adalah bagian dari program yang dilaksanakan oleh satu atau lebih unit
kerja pada SKPD sebagai bagian dari pencapaian sasaran terukur pada suatu
program dan terdiri dari sekumpulan tindakan pengerahan sumber daya baik yang
berupa personil (sumber daya manusia), barang modal termasuk peralatan dan
teknologi, dana, atau kombinasi dari beberapa atau kesemua jenis sumber daya
tersebut sebagai masukan (input) untuk menghasilkan keluaran (output) dalam
bentuk barang/jasa.
43. Sasaran (target) adalah hasil yang diharapkan dari suatu program atau keluaran
yang diharapkan dari suatu kegiatan.
44. Keluaran (output) adalah barang atau jasa yang dihasilkan oleh kegiatan yang
dilaksanakan untuk mendukung pencapaian sasaran dan tujuan program dan
kebijakan.
45. Hasil (outcome) adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran
dari kegiatan-kegiatan dalam satu program.
46. Kas Umum Daerah adalah tempat penyimpanan uang daerah yang ditentukan oleh
kepala daerah untuk menampung seluruh penerimaan daerah dan digunakan
untuk membayar seluruh pengeluaran daerah.
47. Rekening Kas Umum Daerah adalah rekening tempat penyimpanan uang daerah
yang ditentukan oleh kepala daerah untuk menampung seluruh penerimaan
daerah dan digunakan untuk membayar seluruh pengeluaran daerah pada bank
yang ditetapkan.
48. Penerimaan Daerah adalah uang yang masuk ke kas daerah.
49. Pengeluaran Daerah adalah uang yang keluar dari kas daerah.
50. Pendapatan Daerah adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah
nilai kekayaan bersih.

simbachs@gmail.com

-751. Belanja Daerah adalah kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai
pengurang nilai kekayaan bersih.
52. Surplus Anggaran Daerah adalah selisih lebih antara pendapatan daerah dan
belanja daerah.
53. Defisit Anggaran Daerah adalah selisih kurang antara pendapatan daerah dan
belanja daerah.
54. Pembiayaan Daerah adalah semua penerimaan yang perlu dibayar kembali
dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran
yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya.
55. Sisa Lebih Perhitungan Anggaran yang selanjutnya disingkat SiLPA adalah selisih
lebih realisasi penerimaan dan pengeluaran anggaran selama satu periode
anggaran.
56. Pinjaman Daerah adalah semua transaksi yang mengakibatkan daerah menerima
sejumlah uang atau menerima manfaat yang bernilai uang dari pihak lain sehingga
daerah dibebani kewajiban untuk membayar kembali.
57. Piutang Daerah adalah jumlah uang yang wajib dibayar kepada pemerintah daerah
dan/atau hak pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang sebagai akibat
perjanjian atau akibat lainnya berdasarkan peraturan perundang-undangan atau
akibat lainnya yang sah.
58. Utang Daerah adalah jumlah uang yang wajib dibayar pemerintah daerah
dan/atau kewajiban pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang
berdasarkan peraturan perundang-undangan, perjanjian, atau berdasarkan sebab
lainnya yang sah.
59. Dana Cadangan adalah dana yang disisihkan guna mendanai kegiatan yang
memerlukan dana relatif besar yang tidak dapat dipenuhi dalam satu tahun
anggaran.
60. Investasi adalah penggunaan aset untuk memperoleh manfaat ekonomis seperti
bunga, deviden, royalti, manfaat sosial dan/atau manfaat lainnya sehingga dapat
meningkatkan kemampuan pemerintah dalam rangka pelayanan kepada
masyarakat.
61. Dokumen Pelaksanaan Anggaran SKPD yang selanjutnya disingkat DPA-SKPD
adalah dokumen yang memuat pendapatan, belanja dan pembiayaan yang
digunakan sebagai dasar pelaksanaan anggaran oleh pengguna anggaran.
62. Dokumen Pelaksanaan Perubahan Anggaran SKPD yang selanjutnya disingkat
DPPA-SKPD adalah dokumen yang memuat perubahan pendapatan, belanja dan
pembiayaan yang digunakan sebagai dasar pelaksanaan perubahan anggaran oleh
pengguna anggaran.
63. Anggaran Kas adalah dokumen perkiraan arus kas masuk yang bersumber dari
penerimaan dan perkiraan arus kas keluar untuk mengatur ketersediaan dana
yang cukup guna mendanai pelaksanaan kegiatan dalam setiap periode.
64. Surat Penyediaan Dana yang selanjutnya disingkat SPD adalah dokumen yang
menyatakan tersedianya dana untuk melaksanakan kegiatan sebagai dasar
penerbitan SPP.
65. Surat Permintaan Pembayaran yang selanjutnya disingkat SPP adalah dokumen
yang diterbitkan oleh pejabat yang bertanggung jawab atas pelaksanaan
kegiatan/bendahara pengeluaran untuk mengajukan permintaan pembayaran.
66. SPP Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat SPP-UP adalah dokumen yang
diajukan oleh bendahara pengeluaran untuk permintaan uang muka kerja yang
bersifat pengisian kembali (revolving) yang tidak dapat dilakukan dengan
pembayaran langsung.

simbachs@gmail.com

-867. SPP Ganti Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat SPP-GU adalah dokumen
yang diajukan oleh bendaharan pengeluaran untuk permintaan pengganti uang
persediaan yang tidak dapat dilakukan dengan pembayaran langsung.
68. SPP Tambahan Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat SPP-TU adalah
dokumen yang diajukan oleh bendahara pengeluaran untuk permintaan tambahan
uang persediaan guna melaksanakan kegiatan SKPD yang bersifat mendesak dan
tidak dapat digunakan untuk pembayaran langsung dan uang persediaan.
69. SPP Langsung yang selanjutnya disingkat SPP-LS adalah dokumen yang diajukan
oleh bendahara pengeluaran untuk permintaan pembayaran langsung kepada
pihak ketiga atas dasar perjanjian kontrak kerja atau surat perintah kerja lainnya
dan pembayaran gaji dengan jumlah, penerima, peruntukan, dan waktu
pembayaran tertentu yang dokumennya disiapkan oleh PPTK.
70. Surat Perintah Membayar yang selanjutnya disingkat SPM adalah dokumen yang
digunakan/diterbitkan oleh pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran untuk
penerbitan SP2D atas beban pengeluaran DPA-SKPD.
71. Surat Perintah Membayar Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat SPM-UP
adalah dokumen yang diterbitkan oleh pengguna anggaran/kuasa pengguna
anggaran untuk penerbitan SP2D atas beban beban pengeluaran DPA-SKPD yang
dipergunakan sebagai uang persediaan untuk mendanai kegiatan.
72. Surat Perintah Membayar Ganti Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat SPMGU adalah dokumen yang diterbitkan oleh pengguna anggaran/kuasa pengguna
anggaran untuk penerbitan SP2D atas beban pengeluaran DPA-SKPD yang
dananya dipergunakan untuk mengganti uang persediaan yang telah dibelanjakan.
73. Surat Perintah Membayar Tambahan Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat
SPM-TU adalah dokumen yang diterbitkan oleh pengguna anggaran/kuasa
pengguna anggaran untuk penerbitan SP2D atas beban pengeluaran DPA-SKPD,
karena kebutuhan dananya melebihi dari jumlah batas pagu uang persediaan yang
telah ditetapkan sesuai dengan ketentuan.
74. Surat Perintah Membayar Langsung yang selanjutnya disingkat SPM-LS adalah
dokumen yang diterbitkan oleh pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran
untuk penerbitan SP2D atas beban pengeluaran DPA-SKPD kepada pihak ketiga.
75. Surat Perintah Pencairan Dana yang selanjutnya disingkat SP2D adalah dokumen
yang digunakan sebagai dasar pencairan dana yang diterbitkan oleh BUD
berdasarkan SPM.
76. Barang Milik Daerah adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban
APBD atau berasal dari perolehan lainnya yang sah.
77. Kerugian Daerah adalah kekurangan uang, surat berharga, dan barang yang nyata
dan pasti jumlahnya sebagai akibat perbuatan melawan hukum baik sengaja
maupun lalai.
78. Badan Layanan Umum Daerah yang selanjutnya disingkat BLUD adalah SKPD/unit
kerja pada SKPD di lingkungan pemerintah daerah yang dibentuk untuk
memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau
jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan, dan dalam melakukan
kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas.

simbachs@gmail.com

-9Bagian Kedua
Ruang Lingkup
Pasal 2
Ruang lingkup keuangan daerah meliputi:
a.

hak daerah untuk memungut pajak daerah dan retribusi daerah serta melakukan
pinjaman;

b.

kewajiban daerah untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan daerah dan


membayar tagihan pihak ketiga;

c.

penerimaan daerah;

d.

pengeluaran daerah;

e.

kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang, surat
berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang,
termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan daerah; dan

f.

kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah daerah dalam rangka
penyelenggaraan tugas pemerintahan daerah dan/atau kepentingan umum.
Pasal 3

Pengelolaan keuangan daerah yang diatur dalam peraturan menteri ini meliputi
kekuasaan pengelolaan keuangan daerah, azas umum dan struktur APBD, penyusunan
rancangan APBD, penetapan APBD, penyusunan dan penetapan APBD bagi daerah yang
belum memiliki DPRD, pelaksanaan APBD, perubahan APBD, pengelolaan kas,
penatausahaan keuangan daerah, akuntansi keuangan daerah, pertanggungjawaban
pelaksanaan APBD, pembinaan dan pengawasan pengelolaan keuangan daerah,
kerugian daerah, dan pengelolaan keuangan BLUD.
Bagian Ketiga
Azas Umum Pengelolaan Keuangan Daerah
Pasal 4
(1) Keuangan daerah dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan,
efektif, efisien, ekonomis, transparan, dan bertanggung jawab dengan
memperhatikan azas keadilan, kepatutan, dan manfaat untuk masyarakat.
(2) Secara tertib sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah bahwa keuangan
daerah dikelola secara tepat waktu dan tepat guna yang didukung dengan buktibukti administrasi yang dapat dipertanggungjawabkan.
(3) Taat pada peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
adalah bahwa pengelolaan keuangan daerah harus berpedoman pada peraturan
perundang-undangan.
(4) Efektif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan pencapaian hasil program
dengan target yang telah ditetapkan, yaitu dengan cara membandingkan keluaran
dengan hasil.
(5) Efisien sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan pencapaian keluaran
yang maksimum dengan masukan tertentu atau penggunaan masukan terendah
untuk mencapai keluaran tertentu.
(6) Ekonomis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan pemerolehan masukan
dengan kualitas dan kuantitas tertentu pada tingkat harga yang terendah.

simbachs@gmail.com

- 10 (7) Transparan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan prinsip keterbukaan
yang memungkinkan masyarakat untuk mengetahui dan mendapatkan akses
informasi seluas-luasnya tentang keuangan daerah.
(8) Bertanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan perwujudan
kewajiban seseorang untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan dan
pengendalian sumber daya dan pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan
kepadanya dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
(9) Keadilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah keseimbangan distribusi
kewenangan dan pendanaannya dan/atau keseimbangan distribusi hak dan
kewajiban berdasarkan pertimbangan yang obyektif.
(10) Kepatutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah tindakan atau suatu sikap
yang dilakukan dengan wajar dan proporsional.
(11) Manfaat untuk masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah bahwa
keuangan daerah diutamakan untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat.
BAB II
KEKUASAAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
Bagian Pertama
Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah

(1)

(2)

(3)

(4)

Pasal 5
Kepala daerah selaku kepala pemerintah daerah adalah pemegang kekuasaan
pengelolaan keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan
kekayaan daerah yang dipisahkan.
Pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan daerah sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) mempunyai kewenangan:
a. menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan APBD;
b. menetapkan kebijakan tentang pengelolaan barang daerah;
c. menetapkan kuasa pengguna anggaran/pengguna barang;
d. menetapkan bendahara penerimaan dan/atau bendahara pengeluaran;
e. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pemungutan penerimaan
daerah;
f.
menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan utang dan
piutang daerah;
g. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan barang milik
daerah; dan
h. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengujian atas tagihan dan
memerintahkan pembayaran.
Kepala daerah selaku pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan daerah
melimpahkan sebagian atau seluruh kekuasaannya kepada:
a. sekretaris daerah selaku koordinator pengelola keuangan daerah;
b. kepala SKPKD selaku PPKD; dan
c. kepala SKPD selaku pejabat pengguna anggaran/pengguna barang.
Pelimpahan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan dengan keputusan
kepala daerah berdasarkan prinsip pemisahan kewenangan antara yang
memerintahkan, menguji, dan yang menerima atau mengeluarkan uang.

simbachs@gmail.com

- 11 Bagian Kedua
Koordinator Pengelolaan Keuangan Daerah
Pasal 6
(1) Sekretaris daerah selaku koordinator pengelolaan keuangan daerah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3) huruf a berkaitan dengan peran dan fungsinya
dalam membantu kepala daerah menyusun kebijakan dan mengkoordinasikan
penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah termasuk pengelolaan keuangan
daerah.
(2) Sekretaris daerah selaku koordinator pengelolaan keuangan daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) mempunyai tugas koordinasi di bidang:
a.

penyusunan dan pelaksanaan kebijakan pengelolaan APBD;

b.

penyusunan dan pelaksanaan kebijakan pengelolaan barang daerah;

c.

penyusunan rancangan APBD dan rancangan perubahan APBD;

d.

penyusunan Raperda APBD, perubahan APBD, dan pertanggungjawaban


pelaksanaan APBD;

e.

tugas-tugas pejabat perencana daerah, PPKD, dan pejabat pengawas


keuangan daerah; dan

f.

penyusunan laporan keuangan daerah dalam rangka pertanggungjawaban


pelaksanaan APBD.

(3) Selain mempunyai tugas koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
sekretaris daerah mempunyai tugas:
a.

memimpin TAPD;

b.

menyiapkan pedoman pelaksanaan APBD;

c.

menyiapkan pedoman pengelolaan barang daerah;

d.

memberikan persetujuan pengesahan DPA-SKPD/DPPA-SKPD; dan

e.

melaksanakan tugas-tugas koordinasi pengelolaan keuangan daerah lainnya


berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh kepala daerah.

(4) Koordinator pengelolaan keuangan daerah bertanggung jawab atas pelaksanaan


tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) kepada kepala daerah.
Bagian Ketiga
Pejabat Pengelola Keuangan Daerah
Pasal 7
(1) Kepala SKPKD selaku PPKD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3) huruf b
mempunyai tugas:
a.

menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan keuangan daerah;

b.

menyusun rancangan APBD dan rancangan Perubahan APBD;

c.

melaksanakan pemungutan pendapatan daerah yang telah ditetapkan dengan


Peraturan Daerah;

d.

melaksanakan fungsi BUD;

e.

menyusun laporan keuangan daerah dalam rangka pertanggungjawaban


pelaksanaan APBD; dan

f.

melaksanakan tugas lainnya berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh kepala


daerah.

simbachs@gmail.com

- 12 (2) PPKD dalam melaksanakan fungsinya selaku BUD berwenang:


a. menyusun kebijakan dan pedoman pelaksanaan APBD;
b. mengesahkan DPA-SKPD/DPPA-SKPD;
c. melakukan pengendalian pelaksanaan APBD;
d. memberikan petunjuk teknis pelaksanaan sistem penerimaan dan
pengeluaran kas daerah;
e. melaksanakan pemungutan pajak daerah;
f.
menetapkan SPD;
g. menyiapkan pelaksanaan pinjaman dan pemberian pinjaman atas nama
pemerintah daerah;
h. melaksanakan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan daerah;
i.
menyajikan informasi keuangan daerah; dan
j.
melaksanakan kebijakan dan pedoman pengelolaan serta penghapusan
barang milik daerah.
(3) PPKD selaku BUD menunjuk pejabat di lingkungan satuan kerja pengelola
keuangan daerah selaku kuasa BUD.
(4) PPKD bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada kepala daerah
melalui sekretaris daerah.
Pasal 8
(1) Penunjukan kuasa BUD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3) ditetapkan
dengan keputusan kepala daerah.
(2) Kuasa BUD sebagaimana dimaksud pada ayat (1), mempunyai tugas:
a. menyiapkan anggaran kas;
b. menyiapkan SPD;
c. menerbitkan SP2D;
d. menyimpan seluruh bukti asli kepemilikan kekayaan daerah;
e. memantau pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran APBD oleh bank
dan/atau lembaga keuangan lainnya yang ditunjuk;
f.
mengusahakan dan mengatur dana yang diperlukan dalam pelaksanaan
APBD;
g. menyimpan uang daerah;
h. melaksanakan penempatan uang daerah dan mengelola/menatausahakan
investasi daerah;
i.
melakukan pembayaran berdasarkan permintaan pejabat pengguna anggaran
atas beban rekening kas umum daerah;
j.
melaksanakan pemberian pinjaman atas nama pemerintah daerah;
k. melakukan pengelolaan utang dan piutang daerah; dan
l.
melakukan penagihan piutang daerah.
(3) Kuasa BUD bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada BUD.
Pasal 9
PPKD dapat melimpahkan kepada pejabat lainnya dilingkungan SKPKD untuk
melaksanakan tugas-tugas sebagai berikut:
a. menyusun rancangan APBD dan rancangan Perubahan APBD;
b. melakukan pengendalian pelaksanaan APBD;
c. melaksanakan pemungutan pajak daerah;

simbachs@gmail.com

- 13 d.
e.
f.
g.

menyiapkan pelaksanaan pinjaman dan pemberian jaminan atas nama pemerintah


daerah;
melaksanakan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan daerah;
menyajikan informasi keuangan daerah; dan
melaksanakan kebijakan dan pedoman pengelolaan serta penghapusan barang
milik daerah.
Bagian Keempat
Pejabat Pengguna Anggaran/Pengguna Barang

Pasal 10
Kepala SKPD selaku pejabat pengguna anggaran/pengguna barang sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3) huruf c mempunyai tugas:
a. menyusun RKA-SKPD;
b. menyusun DPA-SKPD;
c. melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban anggaran
belanja;
d. melaksanakan anggaran SKPD yang dipimpinnya;
e. melakukan pengujian atas tagihan dan memerintahkan pembayaran;
f.
melaksanakan pemungutan penerimaan bukan pajak;
g. mengadakan ikatan/perjanjian kerjasama dengan pihak lain dalam batas anggaran
yang telah ditetapkan;
h. menandatangani SPM;
i.
mengelola utang dan piutang yang menjadi tanggung jawab SKPD yang
dipimpinnya;
j.
mengelola barang milik daerah/kekayaan daerah yang menjadi tanggung jawab
SKPD yang dipimpinnya;
k. menyusun dan menyampaikan laporan keuangan SKPD yang dipimpinnya;
l.
mengawasi pelaksanaan anggaran SKPD yang dipimpinnya;
m. melaksanakan tugas-tugas pengguna anggaran/pengguna barang lainnya
berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh kepala daerah; dan
n. bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada kepala daerah melalui
sekretaris daerah.
Bagian Kelima
Pejabat Kuasa Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Barang
Pasal 11
(1) Pejabat pengguna anggaran/pengguna barang dalam melaksanakan tugas-tugas
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 dapat melimpahkan sebagian
kewenangannya kepada kepala unit kerja pada SKPD selaku kuasa pengguna
anggaran/kuasa pengguna barang.
(2) Pelimpahan sebagian kewenangan sebagaimana tersebut pada ayat (1)
berdasarkan pertimbangan tingkatan daerah, besaran SKPD, besaran jumlah uang
yang dikelola, beban kerja, lokasi, kompetensi dan/atau rentang kendali dan
pertimbangan objektif lainnya.
(3) Pelimpahan sebagian kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan oleh kepala daerah atas usul kepala SKPD.

simbachs@gmail.com

- 14 (4) Kuasa pengguna anggaran/kuasa pengguna barang sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada pengguna
anggaran/pengguna barang.
Bagian Keenam
Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan SKPD

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Pasal 12
Pejabat pengguna anggaran/pengguna barang dan kuasa pengguna
anggaran/kuasa pengguna barang dalam melaksanakan program dan kegiatan
menunjuk pejabat pada unit kerja SKPD selaku PPTK.
Penunjukan pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan
pertimbangan kompetensi jabatan, anggaran kegiatan, beban kerja, lokasi,
dan/atau rentang kendali dan pertimbangan objektif lainnya.
PPTK yang ditunjuk oleh pejabat pengguna anggaran/pengguna barang
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertanggung jawab atas pelaksanaan
tugasnya kepada pengguna anggaran/pengguna barang.
PPTK yang ditunjuk oleh kuasa pengguna anggaran/kuasa pengguna barang
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertanggung jawab atas pelaksanaan
tugasnya kepada kuasa pengguna anggaran/kuasa pengguna barang.
PPTK mempunyai tugas mencakup:
a. mengendalikan pelaksanaan kegiatan;
b. melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan; dan
c. menyiapkan dokumen anggaran atas beban pengeluaran pelaksanaan
kegiatan.
Dokumen anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (5) huruf c mencakup
dokumen administrasi kegiatan maupun dokumen administrasi yang terkait
dengan persyaratan pembayaran yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan.
Bagian Ketujuh
Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD

Pasal 13
(1) Untuk melaksanakan anggaran yang dimuat dalam DPA-SKPD, kepala SKPD
menetapkan pejabat yang melaksanakan fungsi tata usaha keuangan pada SKPD
sebagai PPK-SKPD.
(2) PPK-SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai tugas:
a. meneliti kelengkapan SPP-LS pengadaan barang dan jasa yang disampaikan
oleh bendahara pengeluaran dan diketahui/ disetujui oleh PPTK;
b. meneliti kelengkapan SPP-UP, SPP-GU, SPP-TU dan SPP-LS gaji dan
tunjangan PNS serta penghasilan lainnya yang ditetapkan sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan yang diajukan oleh bendahara pengeluaran;
c. melakukan verifikasi SPP;
d. menyiapkan SPM;
e. melakukan verifikasi harian atas penerimaan;
f.
melaksanakan akuntansi SKPD; dan
g. menyiapkan laporan keuangan SKPD.

simbachs@gmail.com

- 15 (3) PPK-SKPD tidak boleh merangkap sebagai pejabat yang bertugas melakukan
pemungutan penerimaan negara/daerah, bendahara, dan/atau PPTK.
Bagian Kedelapan
Bendahara Penerimaan dan Bendahara Pengeluaran

(1)

(2)
(3)

(4)

(5)

Pasal 14
Kepala daerah atas usul PPKD menetapkan bendahara penerimaan dan bendahara
pengeluaran untuk melaksanakan tugas kebendaharaan dalam rangka
pelaksanaan anggaran pada SKPD.
Bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) adalah pejabat fungsional.
Bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran baik secara langsung maupun
tidak langsung dilarang melakukan kegiatan perdagangan, pekerjaan
pemborongan dan penjualan jasa atau bertindak sebagai penjamin atas kegiatan/
pekerjaan/penjualan, serta membuka rekening/giro pos atau menyimpan uang
pada suatu bank atau lembaga keuangan lainnya atas nama pribadi.
Bendahara penerimaan dan/atau bendahara pengeluaran dalam melaksanakan
tugasnya dapat dibantu oleh bendahara penerimaan pembantu dan/atau
bendahara pengeluaran pembantu.
Bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran secara fungsional
bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada PPKD selaku BUD.

BAB III
AZAS UMUM DAN STRUKTUR APBD
Bagian Pertama
Azas Umum APBD

(1)
(2)

(3)
(4)

Pasal 15
APBD disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan dan
kemampuan pendapatan daerah.
Penyusunan APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berpedoman kepada
RKPD dalam rangka mewujudkan pelayanan kepada masyarakat untuk tercapainya
tujuan bernegara.
APBD mempunyai fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi,
dan stabilisasi.
APBD, perubahan APBD, dan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD setiap tahun
ditetapkan dengan peraturan daerah.

Pasal 16
(1) Fungsi otorisasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (3) mengandung arti
bahwa anggaran daerah menjadi dasar untuk melaksanakan pendapatan dan
belanja pada tahun yang bersangkutan.
(2) Fungsi perencanaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (3) mengandung
arti bahwa anggaran daerah menjadi pedoman bagi manajemen dalam
merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan.

simbachs@gmail.com

- 16 (3) Fungsi pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (3) mengandung
arti bahwa anggaran daerah menjadi pedoman untuk menilai apakah kegiatan
penyelenggaraan pemerintahan daerah sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan.
(4) Fungsi alokasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (3) mengandung arti
bahwa anggaran daerah harus diarahkan untuk menciptakan lapangan kerja/
mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya, serta meningkatkan
efisiensi dan efektivitas perekonomian.
(5) Fungsi distribusi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (3) mengandung arti
bahwa kebijakan anggaran daerah harus memperhatikan rasa keadilan dan
kepatutan.
(6) Fungsi stabilisasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (3) mengandung arti
bahwa anggaran pemerintah daerah menjadi alat untuk memelihara dan
mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian daerah.
Pasal 17
(1) Penerimaan daerah terdiri dari pendapatan daerah dan penerimaan pembiayaan
daerah.
(2) Pendapatan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan perkiraan
yang terukur secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan.
(3) Penerimaan pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah semua
penerimaan yang perlu dibayar kembali baik pada tahun anggaran yang
bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya.
Pasal 18
(1) Pengeluaran daerah terdiri dari belanja daerah dan pengeluaran pembiayaan
daerah.
(2) Belanja daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan perkiraan beban
pengeluaran daerah yang dialokasikan secara adil dan merata agar relatif dapat
dinikmati oleh seluruh kelompok masyarakat tanpa diskriminasi, khususnya dalam
pemberian pelayanan umum.
(3) Pengeluaran pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
pengeluaran yang akan diterima kembali baik pada tahun anggaran yang
bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya.
Pasal 19
Dalam menyusun APBD, penganggaran pengeluaran sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 18 ayat (1) harus didukung dengan adanya kepastian tersedianya penerimaan
dalam jumlah yang cukup.
Pasal 20
(1) Pendapatan, belanja dan pembiayaan daerah yang dianggarkan dalam APBD harus
berdasarkan pada ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Seluruh pendapatan daerah, belanja daerah, dan pembiayaan daerah dianggarkan
secara bruto dalam APBD.
Pasal 21
APBD merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah dalam masa 1 (satu) tahun
anggaran terhitung mulai tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember.

simbachs@gmail.com

- 17 Bagian Kedua
Struktur APBD
Pasal 22
(1) Struktur APBD merupakan satu kesatuan terdiri dari:
a. pendapatan daerah;
b. belanja daerah; dan
c. pembiayaan daerah.
(2) Struktur APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diklasifikasikan menurut
urusan pemerintahan daerah dan organisasi yang bertanggung jawab
melaksanakan urusan pemerintahan tersebut sesuai dengan peraturan perundangundangan.
(3) Klasifikasi APBD menurut urusan pemerintahan dan organisasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dapat disesuaikan dengan kebutuhan berdasarkan
ketentuan yang ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan.
Pasal 23
(1) Pendapatan daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (1) huruf a
meliputi semua penerimaan uang melalui rekening kas umum daerah, yang
menambah ekuitas dana, merupakan hak daerah dalam satu tahun anggaran dan
tidak perlu dibayar kembali oleh daerah.
(2) Belanja daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (1) huruf b meliputi
semua pengeluaran dari rekening kas umum daerah yang mengurangi ekuitas
dana, merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran dan tidak akan
diperoleh pembayarannya kembali oleh daerah.
(3) Pembiayaan daerah sebagaimana dimaksud Pasal 22 ayat (1) huruf c meliputi
semua transaksi keuangan untuk menutup defisit atau untuk memanfaatkan
surplus.
Pasal 24
(1) Pendapatan daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (1) huruf a dirinci
menurut urusan pemerintahan daerah, organisasi, kelompok, jenis, obyek dan
rincian obyek pendapatan.
(2) Belanja daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (1) huruf b dirinci
menurut urusan pemerintahan daerah, organisasi, program, kegiatan, kelompok,
jenis, obyek dan rincian obyek belanja.
(3) Pembiayaan daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (1) huruf c dirinci
menurut urusan pemerintahan daerah, organisasi, kelompok, jenis, obyek dan
rincian obyek pembiayaan.
Bagian Ketiga
Pendapatan Daerah
Pasal 25
Pendapatan daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (1) huruf a
dikelompokan atas:
a. pendapatan asli daerah;
b. dana perimbangan; dan
c. lain-lain pendapatan daerah yang sah.

simbachs@gmail.com

- 18 Pasal 26
(1) Kelompok pendapatan asli daerah dibagi menurut jenis pendapatan yang terdiri
atas:
a.

pajak daerah;

b.

retribusi daerah;

c.

hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; dan

d.

lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.

(2) Jenis pajak daerah dan retribusi daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a dan huruf b dirinci menurut obyek pendapatan sesuai dengan undangundang tentang pajak daerah dan retribusi daerah.
(3) Jenis hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf c dirinci menurut obyek pendapatan yang mencakup:
a.

bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerah/BUMD;

b.

bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik pemerintah/BUMN;


dan

c.

bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik swasta atau
kelompok usaha masyarakat.

(4) Jenis lain-lain pendapatan asli daerah yang sah sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf d, disediakan untuk menganggarkan penerimaan daerah yang tidak
termasuk dalam jenis pajak daerah, retribusi daerah, dan hasil pengelolaan
kekayaan daerah yang dipisahkan dirinci menurut obyek pendapatan yang
mencakup:
a.

hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan;

b.

jasa giro;

c.

pendapatan bunga;

d.

penerimaan atas tuntutan ganti kerugian daerah;

e.

penerimaan komisi, potongan ataupun bentuk lain sebagai akibat dari


penjualan dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh daerah;

f.

penerimaan keuntungan dari selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang
asing;

g.

pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan;

h.

pendapatan denda pajak;

i.

pendapatan denda retribusi;

j.

pendapatan hasil eksekusi atas jaminan;

k.

pendapatan dari pengembalian;

l.

fasilitas sosial dan fasilitas umum;

m.

pendapatan dari penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan; dan

n.

pendapatan dari angsuran/cicilan penjualan.


Pasal 27

(1) Kelompok pendapatan dana perimbangan dibagi menurut jenis pendapatan yang
terdiri atas:
a.

dana bagi hasil;

b.

dana alokasi umum; dan

c.

dana alokasi khusus.

simbachs@gmail.com

- 19 (2) Jenis dana bagi hasil dirinci menurut objek pendapatan yang mencakup:
a.

bagi hasil pajak; dan

b.

bagi hasil bukan pajak.

(3) Jenis dana alokasi umum hanya terdiri atas objek pendapatan dana alokasi umum.
(4) Jenis dana alokasi khusus dirinci menurut objek pendapatan menurut kegiatan
yang ditetapkan oleh pemerintah.
Pasal 28
Kelompok lain-lain pendapatan daerah yang sah dibagi menurut jenis pendapatan yang
mencakup:
a.

hibah berasal dari pemerintah, pemerintah daerah lainnya, badan/lembaga/


organisasi swasta dalam negeri, kelompok masyarakat/perorangan, dan lembaga
luar negeri yang tidak mengikat;

b.

dana darurat dari pemerintah dalam rangka penanggulangan korban/kerusakan


akibat bencana alam;

c.

dana bagi hasil pajak dari provinsi kepada kabupaten/kota;

d.

dana penyesuaian dan dana otonomi khusus yang ditetapkan oleh pemerintah;
dan

e.

bantuan keuangan dari provinsi atau dari pemerintah daerah lainnya.


Pasal 29

Hibah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 huruf a adalah penerimaan daerah yang
berasal dari pemerintah negara asing, badan/lembaga asing, badan/lembaga
internasional, pemerintah, badan/lembaga dalam negeri atau perorangan, baik dalam
bentuk devisa, rupiah maupun barang dan/atau jasa, termasuk tenaga ahli dan
pelatihan yang tidak perlu dibayar kembali.
Pasal 30
(1) Pajak daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, lain-lain
pendapatan asli daerah yang sah yang ditransfer langsung ke kas daerah, dana
perimbangan dan lain-lain pendapatan daerah yang sah dianggarkan pada SKPKD.
(2) Retribusi daerah, komisi, potongan, keuntungan selisih nilai tukar rupiah,
pendapatan dari penyelanggaraan pendidikan dan pelatihan, hasil penjualan
kekayaan daerah yang tidak dipisahkan dan hasil pemanfaatan atau
pendayagunaan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan yang dibawah
penguasaan pengguna anggaran/pengguna barang dianggarkan pada SKPD.
Bagian Keempat
Belanja Daerah
Pasal 31
(1) Belanja daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (1) huruf b
dipergunakan dalam rangka mendanai pelaksanaan urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan provinsi atau kabupaten/kota yang terdiri dari urusan wajib,
urusan pilihan dan urusan yang penanganannya dalam bagian atau bidang
tertentu yang dapat dilaksanakan bersama antara pemerintah dan pemerintah
daerah atau antar pemerintah daerah yang ditetapkan dengan ketentuan
perundang-undangan.

simbachs@gmail.com

- 20 (2) Belanja penyelenggaraan urusan wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diprioritaskan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat
dalam upaya memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk
peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas
umum yang layak serta mengembangkan sistem jaminan sosial.
(3) Peningkatan kualitas kehidupan masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
diwujudkan melalui prestasi kerja dalam pencapaian standar pelayanan minimal
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Pasal 32
(1) Klasifikasi belanja menurut urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 31 ayat (1) terdiri dari belanja urusan wajib dan belanja urusan pilihan.
(2) Klasifikasi belanja menurut urusan wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mencakup:
a. pendidikan;
b. kesehatan;
c. pekerjaan umum;
d. perumahan rakyat;
e. penataan ruang;
f.
perencanaan pembangunan;
g. perhubungan;
h. lingkungan hidup;
i.
pertanahan;
j.
kependudukan dan catatan sipil;
k. pemberdayaan perempuan;
l.
keluarga berencana dan keluarga sejahtera;
m. sosial;
n. tenaga kerja;
o. koperasi dan usaha kecil dan menengah;
p. penanaman modal;
q. kebudayaan;
r.
pemuda dan olah raga;
s.
kesatuan bangsa dan politik dalam negeri;
t.
pemerintahan umum;
u. kepegawaian;
v. pemberdayaan masyarakat dan desa;
w. statistik;
x. arsip; dan
y. komunikasi dan informatika.
(3) Klasifikasi belanja menurut urusan pilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mencakup:
a. pertanian;
b. kehutanan;
c. energi dan sumber daya mineral;
d. pariwisata;
e. kelautan dan perikanan;
f.
perdagangan;

simbachs@gmail.com

- 21 g.

perindustrian; dan

h.

transmigrasi.

(4) Belanja menurut urusan pemerintahan yang penanganannya dalam bagian atau
bidang tertentu yang dapat dilaksanakan bersama antara pemerintah dan
pemerintah daerah yang ditetapkan dengan ketentuan perundang-undangan
dijabarkan dalam bentuk program dan kegiatan yang diklasifikasikan menurut
urusan wajib dan urusan pilihan.
Pasal 33
Klasifikasi belanja menurut fungsi yang digunakan untuk tujuan keselarasan dan
keterpaduan pengelolaan keuangan negara terdiri dari:
a.

pelayanan umum;

b.

ketertiban dan ketentraman;

c.

ekonomi;

d.

lingkungan hidup;

e.

perumahan dan fasilitas umum;

f.

kesehatan;

g.

pariwisata dan budaya;

h.

pendidikan; dan

i.

perlindungan sosial.
Pasal 34

Klasifikasi belanja menurut organisasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (2)
disesuaikan dengan susunan organisasi pada masing-masing pemerintah daerah.
Pasal 35
Klasifikasi belanja menurut program dan kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
24 ayat (2) disesuaikan dengan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
daerah.
Pasal 36
(1) Belanja menurut kelompok belanja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat
(2) terdiri dari:
a.

belanja tidak langsung; dan

b.

belanja langsung.

(2) Kelompok belanja tidak langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
merupakan belanja yang dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan
pelaksanaan program dan kegiatan.
(3) Kelompok belanja langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan pelaksanaan
program dan kegiatan.

simbachs@gmail.com

- 22 Paragraf 1
Belanja Tidak Langsung
Pasal 37
Kelompok belanja tidak langsung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (1) huruf
a dibagi menurut jenis belanja yang terdiri dari:
a.

belanja pegawai;

b.

bunga;

c.

subsidi;

d.

hibah;

e.

bantuan sosial;

f.

belanja bagi hasil;

g.

bantuan keuangan; dan

h.

belanja tidak terduga.


Pasal 38

(1) Belanja pegawai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 huruf a merupakan


belanja kompensasi, dalam bentuk gaji dan tunjangan, serta penghasilan lainnya
yang diberikan kepada pegawai negeri sipil yang ditetapkan sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan.
(2) Uang representasi dan tunjangan pimpinan dan anggota DPRD serta gaji dan
tunjangan kepala daerah dan wakil kepala daerah serta penghasilan dan
penerimaan lainnya yang ditetapkan sesuai dengan peraturan perundangundangan dianggarkan dalam belanja pegawai.
Pasal 39
(1) Pemerintah daerah dapat memberikan tambahan penghasilan kepada pegawai
negeri sipil berdasarkan pertimbangan yang obyektif dengan memperhatikan
kemampuan keuangan daerah dan memperoleh persetujuan DPRD sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Tambahan penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan dalam
rangka peningkatan kesejahteraan pegawai berdasarkan beban kerja atau tempat
bertugas atau kondisi kerja atau kelangkaan profesi atau prestasi kerja.
(3) Tambahan penghasilan berdasarkan beban kerja sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) diberikan kepada pegawai negeri sipil yang dibebani pekerjaan untuk
menyelesaikan tugas-tugas yang dinilai melampaui beban kerja normal.
(4) Tambahan penghasilan berdasarkan tempat bertugas sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) diberikan kepada pegawai negeri sipil yang dalam melaksanakan tugasnya
berada di daerah memiliki tingkat kesulitan tinggi dan daerah terpencil.
(5) Tambahan penghasilan berdasarkan kondisi kerja sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) diberikan kepada pegawai negeri sipil yang dalam melaksanakan tugasnya
berada pada lingkungan kerja yang memiliki resiko tinggi.
(6) Tambahan penghasilan berdasarkan kelangkaan profesi sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) diberikan kepada pegawai negeri sipil yang dalam mengemban
tugas memiliki ketrampilan khusus dan langka.
(7) Tambahan penghasilan berdasarkan prestasi kerja sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) diberikan kepada pegawai negeri sipil yang dalam melaksanakan tugasnya
dinilai mempunyai prestasi kerja.

simbachs@gmail.com

- 23 (8) Kriteria pemberian tambahan penghasilan ditetapkan dengan peraturan kepala


daerah.
Pasal 40
Belanja bunga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 huruf b digunakan untuk
menganggarkan pembayaran bunga utang yang dihitung atas kewajiban pokok utang
(principal outstanding) berdasarkan perjanjian pinjaman jangka pendek, jangka
menengah, dan jangka panjang.
Pasal 41
(1) Belanja subsidi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 huruf c digunakan untuk
menganggarkan bantuan biaya produksi kepada perusahaan/lembaga tertentu
agar harga jual produksi/jasa yang dihasilkan dapat terjangkau oleh masyarakat
banyak.
(2) Perusahaan/lembaga tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
perusahaan/lembaga yang menghasilkan produk atau jasa pelayanan umum
masyarakat.
(3) Perusahaan/lembaga penerima belanja subsidi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) harus terlebih dahulu dilakukan audit sesuai dengan ketentuan pemeriksaan
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.
penerima subsidi
(4) Dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD,
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib menyampaikan laporan
pertanggungjawaban penggunaan dana subsidi kepada kepala daerah.
(5) Belanja subsidi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dianggarkan sesuai dengan
keperluan perusahaan/lembaga penerima subsidi dalam peraturan daerah tentang
APBD yang peraturan pelaksanaannya lebih lanjut dituangkan dalam peraturan
kepala daerah.

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

Pasal 42
Belanja hibah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 huruf d digunakan untuk
menganggarkan pemberian hibah dalam bentuk uang, barang dan/atau jasa
kepada pemerintah atau pemerintah daerah lainnya, dan kelompok masyarakat/
perorangan yang secara spesifik telah ditetapkan peruntukannya.
Pemberian hibah dalam bentuk uang dapat dianggarkan apabila pemerintah
daerah telah memenuhi seluruh kebutuhan belanja urusan wajib guna memenuhi
standar pelayanan minimum yang ditetapkan dalam peraturan perundangundangan.
Pemberian hibah dalam bentuk barang dapat dilakukan apabila barang tersebut
tidak mempunyai nilai ekonomis bagi pemerintah daerah yang bersangkutan tetapi
bermanfaat bagi pemerintah atau pemerintah daerah lainnya dan/atau kelompok
masyarakat/perorangan.
Pemberian hibah dalam bentuk jasa dapat dianggarkan apabila pemerintah daerah
telah memenuhi seluruh kebutuhan belanja urusan wajib guna memenuhi standar
pelayanan minimum yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.
Pemberian hibah dalam bentuk uang atau dalam bentuk barang atau jasa dapat
diberikan kepada pemerintah daerah tertentu sepanjang ditetapkan dalam
peraturan perundang-undangan.

Pasal 43
(1) Hibah kepada pemerintah bertujuan untuk
penyelenggaraan fungsi pemerintahan di daerah.

menunjang

peningkatan

simbachs@gmail.com

- 24 (2) Hibah kepada perusahan daerah bertujuan untuk menunjang peningkatan


pelayanan kepada masyarakat.
(3) Hibah kepada pemerintah daerah lainnya bertujuan untuk menunjang peningkatan
penyelenggaraan pemerintahan daerah dan layanan dasar umum.
(4) Hibah
kepada
badan/lembaga/organisasi
swasta
dan/atau
kelompok
masyarakat/perorangan bertujuan untuk meningkatkan partisipasi dalam
penyelenggaraan pembangunan daerah.
Pasal 44
(1) Belanja hibah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 bersifat bantuan yang tidak
mengikat/tidak secara terus menerus dan harus digunakan sesuai dengan
persyaratan yang ditetapkan dalam naskah perjanjian hibah daerah.
(2) Belanja hibah kepada pemerintah dikelola sesuai dengan mekanisme APBN, serta
hibah kepada pemerintah daerah lainnya dan kepada perusahaan daerah,
badan/lembaga/organisasi swasta dan/atau kelompok masyarakat/perorangan
dikelola dengan mekanisme APBD sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Pasal 45
(1) Bantuan sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 huruf e digunakan untuk
menganggarkan pemberian bantuan dalam bentuk uang dan/atau barang kepada
masyarakat yang bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat.
(2) Bantuan sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan tidak secara terus
menerus/tidak berulang setiap tahun anggaran, selektif dan memiliki kejelasan
peruntukan penggunaannya.
(3) Untuk memenuhi fungsi APBD sebagai instrumen keadilan dan pemerataan dalam
upaya peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat, bantuan dalam
bentuk uang dapat dianggarkan apabila pemerintah daerah telah memenuhi
seluruh kebutuhan belanja urusan wajib guna terpenuhinya standar pelayanan
minimum yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.
(4) Bantuan kepada partai politik diberikan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan dianggarkan dalam bantuan sosial.
Pasal 46
Belanja bagi hasil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 huruf f digunakan untuk
menganggarkan dana bagi hasil yang bersumber dari pendapatan provinsi kepada
kabupaten/kota atau pendapatan kabupaten/kota kepada pemerintah desa atau
pendapatan pemerintah daerah tertentu kepada pemerintah daerah lainnya sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan.
Pasal 47
(1) Bantuan keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 huruf g digunakan
untuk menganggarkan bantuan keuangan yang bersifat umum atau khusus dari
provinsi kepada kabupaten/kota, pemerintah desa, dan kepada pemerintah daerah
lainnya atau dari pemerintah kabupaten/kota kepada pemerintah desa dan
pemerintah daerah lainnya dalam rangka pemerataan dan/atau peningkatan
kemampuan keuangan.
(2) Bantuan keuangan yang bersifat umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
peruntukan dan penggunaannya diserahkan sepenuhnya kepada pemerintah
daerah/pemerintah desa penerima bantuan.

simbachs@gmail.com

- 25 (3) Bantuan keuangan yang bersifat khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
peruntukan dan pengelolaannya diarahkan/ditetapkan oleh pemerintah daerah
pemberi bantuan.
(4) Pemberi bantuan bersifat khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat
mensyaratkan penyediaan dana pendamping dalam APBD atau anggaran
pendapatan dan belanja desa penerima bantuan.
Pasal 48
(1) Belanja tidak terduga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 huruf h merupakan
belanja untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa atau tidak diharapkan berulang
seperti penanggulangan bencana alam dan bencana sosial yang tidak diperkirakan
sebelumnya, termasuk pengembalian atas kelebihan penerimaan daerah tahuntahun sebelumnya yang telah ditutup.
(2) Kegiatan yang bersifat tidak biasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yaitu
untuk tanggap darurat dalam rangka pencegahan gangguan terhadap stabilitas
penyelenggaraan pemerintahan demi terciptanya keamanan, ketentraman dan
ketertiban masyarakat di daerah.
(3) Pengembalian atas kelebihan penerimaan daerah tahun-tahun sebelumnya yang
telah ditutup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus didukung dengan buktibukti yang sah.
Pasal 49
(1) Belanja pegawai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 huruf a dianggarkan pada
belanja organisasi berkenaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
(2) Belanja bunga, belanja subsidi, belanja hibah, belanja bantuan sosial, belanja bagi
hasil, belanja bantuan keuangan, dan belanja tidak terduga sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 37 huruf b, huruf c, huruf d, huruf e, huruf f, huruf g, dan
huruf h hanya dapat dianggarkan pada belanja SKPKD.
Paragraf 2
Belanja Langsung
Pasal 50
Kelompok belanja langsung dari suatu kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36
ayat (1) huruf b dibagi menurut jenis belanja yang terdiri dari:
a. belanja pegawai;
b. belanja barang dan jasa; dan
c. belanja modal.
Pasal 51
Belanja pegawai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 huruf a untuk pengeluaran
honorarium/upah dalam melaksanakan program dan kegiatan pemerintahan daerah.
Pasal 52
(1) Belanja barang dan jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 huruf b digunakan
untuk pengeluaran pembelian/pengadaan barang yang nilai manfaatnya kurang
dari 12 (duabelas) bulan dan/atau pemakaian jasa dalam melaksanakan program
dan kegiatan pemerintahan daerah.

simbachs@gmail.com

- 26 (2) Pembelian/pengadaan barang dan/atau pemakaian jasa sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) mencakup belanja barang pakai habis, bahan/material, jasa kantor,
premi asuransi, perawatan kendaraan bermotor, cetak/penggandaan, sewa
rumah/gedung/gudang/parkir, sewa sarana mobilitas, sewa alat berat, sewa
perlengkapan dan peralatan kantor, makanan dan minuman, pakaian dinas dan
atributnya, pakaian kerja, pakaian khusus dan hari-hari tertentu, perjalanan dinas,
perjalanan dinas pindah tugas dan pemulangan pegawai.
Pasal 53
(1) Belanja modal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 huruf c digunakan untuk
pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembelian/pengadaan atau
pembangunan aset tetap berwujud yang mempunyai nilai manfaat lebih dari 12
(duabelas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintahan, seperti dalam
bentuk tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan
jaringan, dan aset tetap lainnya.
(2) Nilai pembelian/pengadaan atau pembangunan aset tetap berwujud sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) yang dianggarkan dalam belanja modal hanya sebesar
harga beli/bangun aset.
(3) Belanja honorarium panitia pengadaan dan administrasi pembelian/pembangunan
untuk memperoleh setiap aset yang dianggarkan pada belanja modal sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dianggarkan pada belanja pegawai dan/atau belanja
barang dan jasa.
Pasal 54
Belanja langsung yang terdiri dari belanja pegawai, belanja barang dan jasa, serta
belanja modal untuk melaksanakan program dan kegiatan pemerintahan daerah
dianggarkan pada belanja SKPD berkenaan.
Bagian Kelima
Surplus/(Defisit) APBD
Pasal 55
Selisih antara anggaran pendapatan daerah dengan anggaran belanja daerah
mengakibatkan terjadinya surplus atau defisit APBD.
Pasal 56
(1) Surplus APBD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 terjadi apabila anggaran
pendapatan daerah diperkirakan lebih besar dari anggaran belanja daerah.
(2) Dalam hal APBD diperkirakan surplus, diutamakan untuk pembayaran pokok
utang, penyertaan modal (investasi) daerah, pemberian pinjaman kepada
pemerintah pusat/pemerintah daerah lain dan/atau pendanaan belanja
peningkatan jaminan sosial.
(3) Pendanaan belanja peningkatan jaminan sosial sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) diwujudkan dalam bentuk program dan kegiatan pelayanan dasar masyarakat
yang dianggarkan pada SKPD yang secara fungsional terkait dengan tugasnya
melaksanakan program dan kegiatan tersebut.

simbachs@gmail.com

- 27 -

Pasal 57
(1) Defisit anggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 terjadi apabila anggaran
pendapatan daerah diperkirakan lebih kecil dari anggaran belanja daerah.
(2) Batas maksimal defisit APBD untuk setiap tahun anggaran berpedoman pada
penetapan batas maksimal defisit APBD oleh Menteri Keuangan.
(3) Dalam hal APBD diperkirakan defisit, ditetapkan pembiayaan untuk menutup defisit
tersebut yang diantaranya dapat bersumber dari sisa lebih perhitungan anggaran
tahun anggaran sebelumnya, pencairan dana cadangan, hasil penjualan kekayaan
daerah yang dipisahkan, penerimaan pinjaman, dan penerimaan kembali
pemberian pinjaman atau penerimaan piutang.
Pasal 58
(1) Pemerintah daerah wajib melaporkan posisi surplus/defisit APBD kepada Menteri
Dalam Negeri dan Menteri Keuangan setiap semester dalam tahun anggaran
berkenaan.
(2) Pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat
dilakukan penundaan atas penyaluran dana perimbangan.
Bagian Keenam
Pembiayaan Daerah
Pasal 59
Pembiayaan daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (1) huruf c terdiri dari
penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan.
Pasal 60
(1) Penerimaan pembiayaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 mencakup:
a. sisa lebih perhitungan anggaran tahun anggaran sebelumnya (SiLPA);
b. pencairan dana cadangan;
c. hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan;
d. penerimaan pinjaman daerah;
e. penerimaan kembali pemberian pinjaman; dan
f.
penerimaan piutang daerah.
(2) Pengeluaran pembiayaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 mencakup:
a. pembentukan dana cadangan;
b. penyertaan modal (investasi) pemerintah daerah;
c. pembayaran pokok utang; dan
d. pemberian pinjaman daerah.
Pasal 61
(1) Pembiayaan neto merupakan selisih antara penerimaan pembiayaan dengan
pengeluaran pembiayaan.
(2) Jumlah pembiayaan neto harus dapat menutup defisit anggaran.

simbachs@gmail.com

- 28 Paragraf 1
Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran Sebelumnya (SiLPA)
Pasal 62
Sisa lebih perhitungan anggaran tahun anggaran sebelumnya (SiLPA) sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 60 ayat (1) huruf a mencakup pelampauan penerimaan PAD,
pelampauan penerimaan dana perimbangan, pelampauan penerimaan lain-lain
pendapatan daerah yang sah, pelampauan penerimaan pembiayaan, penghematan
belanja, kewajiban kepada fihak ketiga sampai dengan akhir tahun belum terselesaikan,
dan sisa dana kegiatan lanjutan.
Paragraf 2
Dana Cadangan

(1)

(2)
(3)

(4)

(5)

(6)

(7)
(8)

(9)

Pasal 63
Pemerintah daerah dapat membentuk dana cadangan guna mendanai kegiatan
yang penyediaan dananya tidak dapat sekaligus/sepenuhnya dibebankan dalam
satu tahun anggaran.
Pembentukan dana cadangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
dengan peraturan daerah.
Peraturan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mencakup penetapan
tujuan pembentukan dana cadangan, program dan kegiatan yang akan dibiayai
dari dana cadangan, besaran dan rincian tahunan dana cadangan yang harus
dianggarkan dan ditransfer ke rekening dana cadangan, sumber dana cadangan,
dan tahun anggaran pelaksanaan dana cadangan.
Rancangan peraturan daerah tentang pembentukan dana cadangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dibahas bersamaan dengan pembahasan rancangan
peraturan daerah tentang APBD.
Penetapan rancangan peraturan daerah tentang pembentukan dana cadangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) ditetapkan oleh kepala daerah bersamaan
dengan penetapan rancangan peraturan daerah tentang APBD.
Dana cadangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat bersumber dari
penyisihan atas penerimaan daerah, kecuali dari dana alokasi khusus, pinjaman
daerah dan penerimaan lain yang penggunaannya dibatasi untuk pengeluaran
tertentu berdasarkan peraturan perundang-undangan.
Dana cadangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditempatkan pada rekening
tersendiri.
Penerimaan hasil bunga/deviden rekening dana cadangan dan penempatan dalam
portofolio dicantumkan sebagai penambah dana cadangan berkenaan dalam daftar
dana cadangan pada lampiran rancangan peraturan daerah tentang APBD.
Pembentukan dana cadangan dianggarkan pada pengeluaran pembiayaan dalam
tahun anggaran yang berkenaan.

Pasal 64
(1) Pencairan dana cadangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 ayat (1) huruf b
digunakan untuk menganggarkan pencairan dana cadangan dari rekening dana
cadangan ke rekening kas umum daerah dalam tahun anggaran berkenaan.
(2) Jumlah yang dianggarkan tersebut pada ayat (1) yaitu sesuai dengan jumlah yang
telah ditetapkan dalam peraturan daerah tentang pembentukan dana cadangan
berkenaan.

simbachs@gmail.com

- 29 -

Pasal 65
Penggunaan atas dana cadangan yang dicairkan dari rekekning dana cadangan ke
rekening kas umum daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 64 ayat (1)
dianggarkan dalam belanja langsung SKPD pengguna dana cadangan berkenaan,
kecuali diatur tersendiri dalam peraturan perundang-undangan.
Paragraf 3
Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang dipisahkan
Pasal 66
Hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
60 ayat (1) huruf c digunakan antara lain untuk menganggarkan hasil penjualan
perusahaan milik daerah/BUMD dan penjualan aset milik pemerintah daerah yang
dikerjasamakan dengan pihak ketiga, atau hasil divestasi penyertaan modal pemerintah
daerah.
Paragraf 4
Penerimaan Pinjaman Daerah
Pasal 67
Penerimaan pinjaman daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 ayat (1) huruf d
digunakan untuk menganggarkan penerimaan pinjaman daerah termasuk penerimaan
atas penerbitan obligasi daerah yang akan direalisasikan pada tahun anggaran
berkenaan.
Paragraf 5
Pemberian Pinjaman daerah dan
Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman Daerah
Pasal 68
(1) Pemberian pinjaman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 ayat (2) huruf d
digunakan untuk menganggarkan pinjaman yang diberikan kepada pemerintah
pusat dan/atau pemerintah daerah lainnya.
(2) Penerimaan kembali pemberian pinjaman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60
ayat (1) huruf e digunakan untuk menganggarkan posisi penerimaan kembali
pinjaman yang diberikan kepada pemerintah pusat dan/atau pemerintah daerah
lainnya.
Paragraf 6
Penerimaan Piutang Daerah
Pasal 69
Penerimaan piutang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 ayat (1) huruf f digunakan
untuk menganggarkan penerimaan yang bersumber dari pelunasan piutang fihak
ketiga, seperti berupa penerimaan piutang daerah dari pendapatan daerah, pemerintah,
pemerintah daerah lain, lembaga keuangan bank, lembaga keuangan bukan bank dan
penerimaan piutang lainnya.

simbachs@gmail.com

- 30 -

Paragraf 7
Investasi Pemerintah Daerah
Pasal 70
Investasi pemerintah daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 ayat (2) huruf b
digunakan untuk menganggarkan kekayaan pemerintah daerah yang diinvestasikan baik
dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Pasal 71
(1) Investasi jangka pendek merupakan investasi yang dapat segera
diperjualbelikan/dicairkan, ditujukan dalam rangka manajemen kas dan beresiko
rendah serta dimiliki selama kurang dari 12 (duabelas) bulan.
(2) Investasi jangka pendek sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup deposito
berjangka waktu 3 (tiga) bulan sampai dengan 12 (duabelas) bulan yang dapat
diperpanjang secara otomatis, pembelian surat utang negara (SUN), sertifikat
bank indonesia (SBI) dan surat perbendaharaan negara (SPN).
(3) Investasi jangka panjang merupakan investasi yang dimaksudkan untuk dimiliki
lebih dari 12 (duabelas) bulan yang terdiri dari investasi permanen dan non
permanen.
(4) Investasi jangka panjang sebagaimana dimaksud pada ayat (3) antara lain surat
berharga yang dibeli pemerintah daerah dalam rangka mengendalikan suatu
badan usaha, misalnya pembelian surat berharga untuk menambah kepemilikan
modal saham pada suatu badan usaha, surat berharga yang dibeli pemerintah
daerah untuk tujuan menjaga hubungan baik dalam dan luar negeri, surat
berharga yang tidak dimaksudkan untuk dicairkan dalam memenuhi kebutuhan kas
jangka pendek.
(5) Investasi permanen sebagaimana dimaksud pada ayat (3) bertujuan untuk dimiliki
secara berkelanjutan tanpa ada niat untuk diperjualbelikan atau tidak ditarik
kembali, seperti kerjasama daerah dengan pihak ketiga dalam bentuk
penggunausahaan/pemanfaatan aset daerah, penyertaan modal daerah pada
BUMD dan/atau badan usaha lainnya dan investasi permanen lainnya yang dimiliki
pemerintah daerah untuk menghasilkan pendapatan atau meningkatkan
pelayanan kepada masyarakat.
(6) Investasi non permanen sebagaimana dimaksud pada ayat (3) bertujuan untuk
dimiliki secara tidak berkelanjutan atau ada niat untuk diperjualbelikan atau ditarik
kembali, seperti pembelian obligasi atau surat utang jangka panjang yang
dimaksudkan untuk dimiliki sampai dengan tanggal jatuh tempo, dana yang
disisihkan pemerintah daerah dalam rangka pelayanan/pemberdayaan masyarakat
seperti bantuan modal kerja, pembentukan dana secara bergulir kepada kelompok
masyarakat, pemberian fasilitas pendanaan kepada usaha mikro dan menengah.
(7) Investasi pemerintah daerah dapat dianggarkan apabila jumlah yang akan
disertakan dalam tahun anggaran berkenaan telah ditetapkan dalam peraturan
daerah tentang penyertaan modal dengan berpedoman pada Peraturan Menteri
Dalam Negeri.
Pasal 72
(1) Investasi pemerintah daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 ayat (2) huruf
b, dianggarkan dalam pengeluaran pembiayaan.

simbachs@gmail.com

- 31 (2) Divestasi pemerintah daerah dianggarkan dalam penerimaan pembiayaan pada


jenis hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan.
(3) Divestasi pemerintah daerah yang dialihkan untuk diinvestasikan kembali
dianggarkan dalam pengeluaran pembiayaan pada jenis penyertaan modal
(investasi) pemerintah daerah.
(4) Penerimaan hasil atas investasi pemerintah daerah dianggarkan dalam kelompok
pendapatan asli daerah pada jenis hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan.
Pasal 73
(1) Investasi daerah jangka pendek dalam bentuk deposito pada bank umum
dianggarkan dalam pengeluaran pembiayaan pada jenis penyertaan modal
(investasi) pemerintah daerah.
(2) Pendapatan bunga atas deposito sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dianggarkan dalam kelompok pendapatan asli daerah pada jenis lain-lain
pendapatan asli daerah yang sah.
Paragraf 8
Pembayaran Pokok Utang
Pasal 74
Pembayaran pokok utang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 ayat (2) huruf c
digunakan untuk menganggarkan pembayaran kewajiban atas pokok utang yang
dihitung berdasarkan perjanjian pinjaman jangka pendek, jangka menengah, dan
jangka panjang.
Bagian Ketujuh
Kode Rekening Penganggaran
Pasal 75
(1) Setiap urusan pemerintahan daerah dan organisasi yang dicantumkan dalam APBD
menggunakan kode urusan pemerintahan daerah dan kode organisasi.
(2) Kode pendapatan, kode belanja dan kode pembiayaan yang digunakan dalam
penganggaran menggunakan kode akun pendapatan, kode akun belanja, dan kode
akun pembiayaan.
(3) Setiap program, kegiatan, kelompok, jenis, obyek serta rincian obyek yang
dicantumkan dalam APBD menggunakan kode program, kode kegiatan, kode
kelompok, kode jenis, kode obyek dan kode rincian obyek.
(4) Untuk tertib penganggaran kode sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2)
dan ayat (3) dihimpun menjadi satu kesatuan kode anggaran yang disebut kode
rekening.
Pasal 76
Urutan susunan kode rekening APBD dimulai dari kode urusan pemerintahan daerah,
kode organisasi, kode program, kode kegiatan, kode akun, kode kelompok, kode jenis,
kode obyek, dan kode rincian obyek.

simbachs@gmail.com

- 32 -

Pasal 77
(1) Kode dan klasifikasi urusan pemerintahan daerah dan organisasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2) tercantum dalam Lampiran A.I peraturan
menteri ini.
(2) Kode akun pendapatan, kode akun belanja, dan kode akun pembiayaan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (3) merupakan bagian susunan kode
akun keuangan daerah yang tercantum dalam Lampiran A.II peraturan menteri ini.
(3) Kode rekening pendapatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1) untuk
provinsi tercantum dalam Lampiran A.III peraturan menteri ini.
(4) Kode rekening pendapatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1) untuk
kabupaten/kota tercantum dalam Lampiran A.IV peraturan menteri ini.
(5) Kode dan klasifikasi fungsi tercantum dalam Lampiran A.V peraturan menteri ini.
(6) Kode dan klasifikasi belanja daerah menurut fungsi untuk keselarasan dan
keterpaduan pengelolaan keuangan negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33
tercantum dalam Lampiran A.VI peraturan menteri ini.
(7) Kode dan daftar program dan kegiatan menurut urusan pemerintahan daerah
tercantum dalam Lampiran A.VII peraturan menteri ini.
(8) Kode rekening belanja daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (2)
tercantum dalam Lampiran A.VIII peraturan menteri ini.
(9) Dalam rangka sinkronisasi program dan kegiatan pemerintah dengan pemerintah
daerah, daftar program dan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (7) secara
berkala akan disempurnakan sesuai dengan perkembangan kebutuhan daerah.
(10) Kode rekening pembiayaan daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat
(3) tercantum dalam Lampiran A.IX peraturan menteri ini.
(11) Untuk memenuhi kebutuhan objektif dan karakteristik daerah serta keselarasan
penyusunan statistik keuangan negara, perubahan dan penambahan kode
rekening rincian objek belanja dapat diatur lebih lanjut dengan peraturan kepala
daerah setelah dikonsultasikan dengan Menteri Dalam Negeri.
BAB IV
PENYUSUNAN RANCANGAN APBD
Bagian Pertama
Azas Umum
Pasal 78
(1) Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah didanai
dari dan atas beban APBD.
(2) Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah di
daerah didanai dari dan atas beban APBN.
(3) Penyelenggaraan urusan pemerintahan provinsi yang penugasannya dilimpahkan
kepada kabupaten/kota dan/atau desa, didanai dari dan atas beban APBD provinsi.
(4) Penyelenggaraan urusan pemerintahan kabupaten/kota yang penugasannya
dilimpahkan kepada desa, didanai dari dan atas beban APBD kabupaten/kota.

simbachs@gmail.com

- 33 -

Pasal 79
(1) Seluruh penerimaan dan pengeluaran pemerintahan daerah baik dalam bentuk
uang, barang dan/atau jasa pada tahun anggaran yang berkenaan harus
dianggarkan dalam APBD.
(2) Penganggaran penerimaan dan pengeluaran APBD harus memiliki dasar hukum
penganggaran.
Pasal 80
Anggaran belanja daerah diprioritaskan untuk melaksanakan kewajiban pemerintahan
daerah sebagaimana ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.
Bagian Kedua
Rencana Kerja Pemerintahan Daerah
Pasal 81
(1) Untuk menyusun APBD, pemerintah daerah menyusun RKPD yang merupakan
penjabaran dari RPJMD dengan menggunakan bahan dari Renja SKPD untuk
jangka waktu 1 (satu) tahun yang mengacu kepada Rencana Kerja Pemerintah.
(2) RKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat rancangan kerangka ekonomi
daerah, prioritas pembangunan dan kewajiban daerah, rencana kerja yang terukur
dan pendanaannya, baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah, pemerintah
daerah maupun ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat.
(3) Kewajiban daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mempertimbangkan
prestasi capaian standar pelayanan minimal yang ditetapkan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
Pasal 82
(1) RKPD disusun untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan,
penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan.
(2) Penyusunan RKPD diselesaikan paling lambat akhir bulan Mei sebelum tahun
anggaran berkenaan.
(3) RKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan peraturan kepala
daerah.
(4) Tata cara penyusunan RKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berpedoman
pada peraturan perundang-undangan.
Bagian Ketiga
Kebijakan Umum APBD serta
Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara
Paragraf 1
Kebijakan Umum APBD
Pasal 83
(1) Kepala daerah menyusun rancangan KUA berdasarkan RKPD dan pedoman
penyusunan APBD yang ditetapkan Menteri Dalam Negeri setiap tahun.

simbachs@gmail.com

- 34 (2) Pedoman penyusunan APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat antara
lain:
a. pokok-pokok kebijakan yang memuat sinkronisasi kebijakan pemerintah
dengan pemerintah daerah;
b. prinsip dan kebijakan penyusunan APBD tahun anggaran berkenaan;
c. teknis penyusunan APBD; dan
d. hal-hal khusus lainnya.
Pasal 84
(1) Rancangan KUA memuat target pencapaian kinerja yang terukur dari programprogram yang akan dilaksanakan oleh pemerintah daerah untuk setiap urusan
pemerintahan daerah yang disertai dengan proyeksi pendapatan daerah, alokasi
belanja daerah, sumber dan penggunaan pembiayaan yang disertai dengan
asumsi yang mendasarinya.
(2) Program-program sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselaraskan dengan
prioritas pembangunan yang ditetapkan oleh pemerintah.
(3) Asumsi yang mendasari sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yakni
mempertimbangkan perkembangan ekonomi makro dan perubahan pokok-pokok
kebijakan fiskal yang ditetapkan oleh pemerintah.
Pasal 85
(1) Dalam menyusun rancangan KUA sebagaimana dimaksud Pasal 83 ayat (1), kepala
daerah dibantu oleh TAPD yang dipimpin oleh sekretaris daerah.
(2) Rancangan KUA yang telah disusun sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
disampaikan oleh sekretaris daerah selaku koordinator pengelola keuangan daerah
kepada kepala daerah, paling lambat pada awal bulan Juni.

(1)

(2)
(3)

(4)

Pasal 86
Rancangan KUA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 85 ayat (2) disampaikan
kepala daerah kepada DPRD paling lambat pertengahan bulan Juni tahun
anggaran berjalan untuk dibahas dalam pembicaraan pendahuluan RAPBD tahun
anggaran berikutnya.
Pembahasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh TAPD bersama
panitia anggaran DPRD.
Rancangan KUA yang telah dibahas sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
selanjutnya disepakati menjadi KUA paling lambat minggu pertama bulan Juli
tahun anggaran berjalan.
Format KUA tercantum dalam Lampiran A.X peraturan menteri ini.
Paragraf 2
Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara

Pasal 87
(1) Berdasarkan KUA yang telah disepakati sebagaimana dimaksud dalam Pasal 86
ayat (3), pemerintah daerah menyusun rancangan PPAS.
(2) Rancangan PPAS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun dengan tahapan
sebagai berikut:
a. menentukan skala prioritas untuk urusan wajib dan urusan pilihan;

simbachs@gmail.com

- 35 b.

menentukan urutan program untuk masing-masing urusan; dan

c.

menyusun plafon anggaran sementara untuk masing-masing program.

(3) Kepala daerah menyampaikan rancangan PPAS yang telah disusun sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) kepada DPRD untuk dibahas paling lambat minggu kedua
bulan Juli tahun anggaran berjalan.
(4) Pembahasan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan oleh TAPD bersama
panitia anggaran DPRD.
(5) Rancangan PPAS yang telah dibahas sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
selanjutnya disepakati menjadi PPA paling lambat akhir bulan Juli tahun anggaran
berjalan.
(6) Format PPAS tercantum dalam Lampiran A.XI peraturan menteri ini.
Pasal 88
(1) KUA serta PPA yang telah disepakati sebagaimana dimaksud dalam Pasal 86 ayat
(3) dan Pasal 87 ayat (5), masing-masing dituangkan ke dalam nota kesepakatan
yang ditandatangani bersama antara kepala daerah dengan pimpinan DPRD.
(2) Dalam hal kepala daerah berhalangan, yang bersangkutan dapat menunjuk
pejabat yang diberi wewenang untuk menandatangani nota kepakatan KUA dan
PPA.
(3) Dalam hal kepala daerah berhalangan tetap, penandatanganan nota kepakatan
KUA dan PPA dilakukan oleh penjabat yang ditunjuk oleh pejabat yang berwenang.
(4) Format nota kesepakatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam
Lampiran A.XII peraturan menteri ini.
Bagian Keempat
Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran SKPD
Pasal 89
(1) Berdasarkan nota kesepakatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 88 ayat (1),
TAPD menyiapkan rancangan surat edaran kepala daerah tentang pedoman
penyusunan RKA-SKPD sebagai acuan kepala SKPD dalam menyusun RKA-SKPD.
(2) Rancangan surat edaran kepala daerah tentang pedoman penyusunan RKA-SKPD
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup :
a.

PPA yang dialokasikan untuk setiap program SKPD berikut rencana


pendapatan dan pembiayaan;

b.

sinkronisasi program dan kegiatan antar SKPD dengan kinerja SKPD


berkenaan sesuai dengan standar pelayanan minimal yang ditetapkan;

c.

batas waktu penyampaian RKA-SKPD kepada PPKD;

d.

hal-hal lainnya yang perlu mendapatkan perhatian dari SKPD terkait dengan
prinsip-prinsip peningkatan efisiensi, efektifitas, tranparansi dan akuntabilitas
penyusunan anggaran dalam rangka pencapaian prestasi kerja; dan

e.

dokumen sebagai lampiran meliputi KUA, PPA, kode rekening APBD, format
RKA-SKPD, analisis standar belanja dan standar satuan harga.

(3) Surat edaran kepala daerah perihal pedoman penyusunan RKA-SKPD sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diterbitkan paling lambat awal bulan Agustus tahun
anggaran berjalan.

simbachs@gmail.com

- 36 Bagian Kelima
Rencana Kerja dan Anggaran SKPD
Pasal 90
(1) Berdasarkan pedoman penyusunan RKA-SKPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal
89 ayat (3), kepala SKPD menyusun RKA-SKPD.
(2) RKA-SKPD disusun dengan menggunakan pendekatan kerangka pengeluaran
jangka menengah daerah, penganggaran terpadu dan penganggaran berdasarkan
prestasi kerja.

(1)

(2)

(3)

(4)

Pasal 91
Pendekatan kerangka pengeluaran jangka menengah daerah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 90 ayat (2) dilaksanakan dengan menyusun prakiraan
maju.
Prakiraan maju sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berisi perkiraan kebutuhan
anggaran untuk program dan kegiatan yang direncanakan dalam tahun anggaran
berikutnya dari tahun anggaran yang direncanakan.
Pendekatan penganggaran terpadu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 90 ayat
(2) dilakukan dengan memadukan seluruh proses perencanaan dan penganggaran
pendapatan, belanja, dan pembiayaan di lingkungan SKPD untuk menghasilkan
dokumen rencana kerja dan anggaran.
Pendekatan penganggaran berdasarkan prestasi kerja sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 90 ayat (2) dilakukan dengan memperhatikan keterkaitan antara
pendanaan dengan keluaran yang diharapkan dari kegiatan dan hasil serta
manfaat yang diharapkan termasuk efisiensi dalam pencapaian hasil dan keluaran
tersebut.

Pasal 92
(1) Untuk
terlaksananya
penyusunan
RKA-SKPD
berdasarkan
pendekatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 90 ayat (2) dan terciptanya kesinambungan
RKA-SKPD, kepala SKPD mengevaluasi hasil pelaksanaan program dan kegiatan 2
(dua) tahun anggaran sebelumnya sampai dengan semester pertama tahun
anggaran berjalan.
(2) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan menilai program dan
kegiatan yang belum dapat dilaksanakan dan/atau belum diselesaikan tahun-tahun
sebelumnya untuk dilaksanakan dan/atau diselesaikan pada tahun yang
direncanakan atau 1 (satu) tahun berikutnya dari tahun yang direncanakan.
(3) Dalam hal suatu program dan kegiatan merupakan tahun terakhir untuk
pencapaian prestasi kerja yang ditetapkan, kebutuhan dananya harus dianggarkan
pada tahun yang direncanakan.
Pasal 93
(1) Penyusunan RKA-SKPD berdasarkan prestasi kerja sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 90 ayat (2) berdasarkan pada indikator kinerja, capaian atau target kinerja,
analisis standar belanja, standar satuan harga, dan standar pelayanan minimal.
(2) Indikator kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah ukuran keberhasilan
yang akan dicapai dari program dan kegiatan yang direncanakan.
(3) Capaian kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan ukuran prestasi
kerja yang akan dicapai yang berwujud kualitas, kuantitas, efisiensi dan efektifitas
pelaksanaan dari setiap program dan kegiatan.

simbachs@gmail.com

- 37 (4) Analisis standar belanja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
penilaian kewajaran atas beban kerja dan biaya yang digunakan untuk
melaksanakan suatu kegiatan.
(5) Standar satuan harga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan harga
satuan setiap unit barang/jasa yang berlaku disuatu daerah yang ditetapkan
dengan keputusan kepala daerah.
(6) Standar pelayanan minimal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan tolok
ukur kinerja dalam menentukan capaian jenis dan mutu pelayanan dasar yang
merupakan urusan wajib daerah.
Pasal 94
(1) RKA-SKPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 90 ayat (1) memuat rencana
pendapatan, rencana belanja untuk masing-masing program dan kegiatan, serta
rencana pembiayaan untuk tahun yang direncanakan dirinci sampai dengan rincian
objek pendapatan, belanja, dan pembiayaan serta prakiraan maju untuk tahun
berikutnya.
(2) RKA-SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) juga memuat informasi tentang
urusan pemerintahan daerah, organisasi, standar biaya, prestasi kerja yang akan
dicapai dari program dan kegiatan.

(1)

(2)
(3)

(4)

(5)

(6)
(7)
(8)
(9)

Pasal 95
Rencana pendapatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 94 ayat (1) memuat
kelompok, jenis, obyek dan rincian obyek pendapatan daerah, yang
dipungut/dikelola/ diterima oleh SKPD sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya,
ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan.
Peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
peraturan daerah, peraturan pemerintah atau undang-undang.
Rencana belanja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 94 ayat (1) memuat
kelompok belanja tidak langsung dan belanja langsung yang masing-masing
diuraikan menurut jenis, obyek dan rincian obyek belanja.
Rencana pembiayaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 94 ayat (1) memuat
kelompok penerimaan pembiayaan yang dapat digunakan untuk menutup defisit
APBD dan pengeluaran pembiayaan yang digunakan untuk memanfaatkan surplus
APBD yang masing-masing diuraikan menurut jenis, obyek dan rincian obyek
pembiayaan.
Urusan pemerintahan daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 94 ayat (2)
memuat bidang urusan pemerintahan daerah yang dikelola sesuai dengan tugas
pokok dan fungsi organisasi.
Organisasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 94 ayat (2) memuat nama
organisasi atau nama SKPD selaku pengguna anggaran/pengguna barang.
Prestasi kerja yang hendak dicapai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 94 ayat (2)
terdiri dari indikator, tolok ukur kinerja dan target kinerja.
Program sebagaimana dimaksud dalam Pasal 94 ayat (2) memuat nama program
yang akan dilaksanakan SKPD dalam tahun anggaran berkenaan.
Kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 92 ayat (2) memuat nama kegiatan
yang akan dilaksanakan SKPD dalam tahun anggaran berkenaan.

Pasal 96
(1) Indikator sebagaimana dimaksud dalam Pasal 95 ayat (7) meliputi masukan,
keluaran dan hasil.

simbachs@gmail.com

- 38 (2) Tolok ukur kinerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 95 ayat (7) merupakan
ukuran prestasi kerja yang akan dicapai dari keadaan semula dengan
mempertimbangkan faktor kualitas, kuantitas, efisiensi dan efektifitas pelaksanaan
dari setiap program dan kegiatan.
(3) Target kinerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 95 ayat (7) merupakan hasil
yang diharapkan dari suatu program atau keluaran yang diharapkan dari suatu
kegiatan.
Pasal 97
(1) Belanja langsung yang terdiri dari belanja pegawai, belanja barang dan jasa, serta
belanja modal dianggarkan dalam RKA-SKPD pada masing-masing SKPD.
(2) Belanja bunga, belanja subsidi, belanja hibah, belanja bantuan sosial, belanja bagi
hasil, belanja bantuan keuangan, dan belanja tidak terduga hanya dianggarkan
dalam RKA-SKPD pada SKPKD.
Pasal 98
Penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan daerah dianggarkan dalam RKASKPD pada SKPKD.
Pasal 99
(1) Bagan alir pengerjaan RKA-SKPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 90 ayat (1)
tercantum dalam Lampiran A.XIII peraturan menteri ini.
(2) Format RKA-SKPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 90 ayat (1) tercantum
dalam Lampiran A.XIV peraturan menteri ini.
Bagian Keenam
Penyiapan Raperda APBD
Pasal 100
(1) RKA-SKPD yang telah disusun oleh SKPD disampaikan kepada PPKD untuk dibahas
lebih lanjut oleh TAPD.
(2) Pembahasan oleh TAPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan untuk
menelaah kesesuaian antara RKA-SKPD dengan KUA, PPA, prakiraan maju yang
telah disetujui tahun anggaran sebelumnya, dan dokumen perencanaan lainnya,
serta capaian kinerja, indikator kinerja, kelompok sasaran kegiatan, standar
analisis belanja, standar satuan harga, standar pelayanan minimal, serta
sinkronisasi program dan kegiatan antar SKPD.
(3) Dalam hal hasil pembahasan RKA-SKPD terdapat ketidaksesuaian sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) kepala SKPD melakukan penyempurnaan.
Pasal 101
(1) RKA-SKPD yang telah disempurnakan oleh kepala SKPD disampaikan kepada PPKD
sebagai bahan penyusunan rancangan peraturan daerah tentang APBD dan
rancangan peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD.
(2) Rancangan peraturan daerah tentang APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilengkapi dengan lampiran yang terdiri dari:
a.

ringkasan APBD;

b.

ringkasan APBD menurut urusan pemerintahan daerah dan organisasi;

simbachs@gmail.com

- 39 c.

rincian APBD menurut urusan pemerintahan daerah, organisasi, pendapatan,


belanja dan pembiayaan;
d. rekapitulasi belanja menurut urusan pemerintahan daerah, organisasi,
program dan kegiatan;
e. rekapitulasi belanja daerah untuk keselarasan dan keterpaduan urusan
pemerintahan daerah dan fungsi dalam kerangka pengelolaan keuangan
negara;
f.
daftar jumlah pegawai per golongan dan per jabatan;
g. daftar piutang daerah;
h. daftar penyertaan modal (investasi) daerah;
i.
daftar perkiraan penambahan dan pengurangan aset tetap daerah;
j.
daftar perkiraan penambahan dan pengurangan aset lain-lain;
k. daftar kegiatan-kegiatan tahun anggaran sebelumnya yang belum
diselesaikan dan dianggarkan kembali dalam tahun anggaran ini;
l.
daftar dana cadangan daerah; dan
m. daftar pinjaman daerah.
(3) Format rancangan peraturan daerah tentang APBD beserta lampiran sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran A.XV peraturan menteri ini.
Pasal 102
(1) Rancangan peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 101 ayat (1) dilengkapi dengan lampiran yang terdiri dari:
a. ringkasan penjabaran APBD;
b. penjabaran APBD menurut urusan pemerintahan daerah, organisasi,
program, kegiatan, kelompok, jenis, obyek, rincian obyek pendapatan,
belanja dan pembiayaan.
(2) Rancangan peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD wajib memuat
penjelasan sebagai berikut:
a. untuk pendapatan mencakup dasar hukum, target/volume yang
direncanakan, tarif pungutan/harga;
b. untuk belanja mencakup dasar hukum, satuan volume/tolok ukur, harga
satuan, lokasi kegiatan dan sumber pendanaan kegiatan;
c. untuk pembiayaan mencakup dasar hukum, sasaran, sumber penerimaan
pembiayaan dan tujuan pengeluaran pembiayaan.
(3) Format rancangan peraturan kepala daerah beserta lampiran sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran A.XVI peraturan menteri ini.

(1)
(2)
(3)

(4)

Pasal 103
Rancangan peraturan daerah tentang APBD yang telah disusun oleh PPKD
disampaikan kepada kepala daerah.
Rancangan peraturan daerah tentang APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
sebelum disampaikan kepada DPRD disosialisasikan kepada masyarakat.
Sosialisasi rancangan peraturan daerah tentang APBD sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) bersifat memberikan informasi mengenai hak dan kewajiban
pemerintah daerah serta masyarakat dalam pelaksanaan APBD tahun anggaran
yang direncanakan.
Penyebarluasan rancangan peraturan daerah tentang APBD dilaksanakan oleh
sekretaris daerah selaku koordinator pengelolaan keuangan daerah.

simbachs@gmail.com

- 40 BAB V
PENETAPAN APBD
Bagian Pertama
Penyampaian dan Pembahasan
Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD
Pasal 104
(1) Kepala daerah menyampaikan rancangan peraturan daerah tentang APBD beserta
lampirannya kepada DPRD paling lambat pada minggu pertama bulan Oktober
tahun anggaran sebelumnya dari tahun yang direncanakan untuk mendapatkan
persetujuan bersama.
(2) Pengambilan keputusan bersama DPRD dan kepala daerah terhadap rancangan
peraturan daerah tentang APBD dilakukan paling lama 1 (satu) bulan sebelum
tahun anggaran yang bersangkutan dilaksanakan.
(3) Atas dasar persetujuan bersama sebagaimana dimaksud pada ayat (2), kepala
daerah menyiapkan rancangan peraturan kepala daerah tentang penjabaran
APBD.
(4) Penyampaian rancangan peraturan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disertai dengan nota keuangan.
(5) Dalam hal kepala daerah dan/atau pimpinan DPRD berhalangan tetap, maka
pejabat yang ditunjuk dan ditetapkan oleh pejabat yang berwenang selaku
penjabat/pelaksana tugas kepala daerah dan/atau selaku pimpinan sementara
DPRD yang menandatangani persetujuan bersama.
(6) Format susunan nota keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) tercantum
dalam Lampiran A.XVII peraturan menteri ini.
Pasal 105
(1) Penetapan agenda pembahasan rancangan peraturan daerah tentang APBD untuk
mendapatkan persetujuan bersama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 104 ayat
(1) disesuaikan dengan tata tertib DPRD masing-masing daerah.
(2) Pembahasan rancangan peraturan daerah berpedoman pada KUA, serta PPA yang
telah disepakati bersama antara pemerintah daerah dan DPRD.
(3) Dalam hal DPRD memerlukan tambahan penjelasan terkait dengan pembahasan
program dan kegiatan tertentu, dapat meminta RKA-SKPD berkenaan kepada
kepala daerah.
(4) Format persetujuan bersama sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tercantum
dalam Lampiran A.XVIII peraturan menteri ini.
Pasal 106
(1) Apabila DPRD sampai batas waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 104 ayat
(2) tidak menetapkan persetujuan bersama dengan kepala daerah terhadap
rancangan peraturan daerah tentang APBD, kepala daerah melaksanakan
pengeluaran setinggi-tingginya sebesar angka APBD tahun anggaran sebelumnya
untuk membiayai keperluan setiap bulan.
(2) Pengeluaran setinggi-tingginya untuk keperluan setiap bulan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diprioritaskan untuk belanja yang bersifat mengikat dan
belanja yang bersifat wajib.

simbachs@gmail.com

- 41 (3) Belanja yang bersifat mengikat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan
belanja yang dibutuhkan secara terus menerus dan harus dialokasikan oleh
pemerintah daerah dengan jumlah yang cukup untuk keperluan setiap bulan
dalam tahun anggaran yang bersangkutan, seperti belanja pegawai, belanja
barang dan jasa.
(4) Belanja yang bersifat wajib adalah belanja untuk terjaminnya kelangsungan
pemenuhan pendanaan pelayanan dasar masyarakat antara lain pendidikan dan
kesehatan dan/atau melaksanakan kewajiban kepada fihak ketiga.
Pasal 107
(1) Rencana pengeluaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (1) disusun
dalam rancangan peraturan kepala daerah tentang APBD.
(2) Rancangan peraturan kepala daerah tentang APBD sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dapat dilaksanakan setelah memperoleh pengesahan dari Menteri Dalam
Negeri bagi provinsi dan gubernur bagi kabupaten/kota.
(3) Pengesahan rancangan peraturan kepala daerah tentang APBD sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan keputusan Menteri Dalam Negeri bagi
provinsi dan keputusan gubernur bagi kabupaten/kota.
(4) Rancangan peraturan kepala daerah tentang APBD sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) dilengkapi dengan lampiran yang terdiri dari :
a.

ringkasan APBD;

b.

ringkasan APBD menurut urusan pemerintahan daerah dan organisasi;

c.

rincian APBD menurut urusan pemerintahan daerah, organisasi, program,


kegiatan, kelompok, jenis, obyek, rincian obyek pendapatan, belanja dan
pembiayaan;

d.

rekapitulasi belanja menurut urusan pemerintahan daerah, organisasi,


program dan kegiatan;

e.

rekapitulasi belanja daerah untuk keselarasan dan keterpaduan urusan


pemerintahan daerah dan fungsi dalam kerangka pengelolaan keuangan
negara;

f.

daftar jumlah pegawai per golongan dan per jabatan;

g.

daftar piutang daerah;

h.

daftar penyertaan modal (investasi) daerah;

i.

daftar perkiraan penambahan dan pengurangan aset tetap daerah;

j.

daftar perkiraan penambahan dan pengurangan aset lain-lain;

k.

daftar kegiatan-kegiatan tahun anggaran sebelumnya yang


diselesaikan dan dianggarkan kembali dalam tahun anggaran ini;

l.

daftar dana cadangan daerah; dan

m.

daftar pinjaman daerah.

belum

(5) Format rancangan peraturan kepala daerah beserta lampiran sebagaimana


dimaksud pada ayat (4) tercantum dalam Lampiran A.XIX peraturan menteri ini.
Pasal 108
(1) Penyampaian rancangan peraturan kepala daerah untuk memperoleh pengesahan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 107 ayat (3) paling lama 15 (lima belas) hari
kerja terhitung sejak DPRD tidak menetapkan keputusan bersama dengan kepala
daerah terhadap rancangan peraturan daerah tentang APBD.

simbachs@gmail.com

- 42 (2) Apabila dalam batas waktu 30 (tiga puluh) hari kerja Menteri Dalam
Negeri/gubernur tidak mengesahkan rancangan peraturan kepala daerah tentang
APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (1), kepala daerah menetapkan
rancangan peraturan kepala daerah dimaksud menjadi peraturan kepala daerah.
Pasal 109
Pelampuan batas tertinggi dari jumlah pengeluaran sebagaimana ditetapkan dalam
Pasal 106 ayat (1), hanya diperkenankan apabila ada kebijakan pemerintah untuk
kenaikan gaji dan tunjangan pegawai negeri sipil serta penyediaan dana pendamping
atas program dan kegiatan yang ditetapkan oleh pemerintah serta bagi hasil pajak
daerah dan retribusi daerah yang ditetapkan dalam undang-undang.
Bagian Kedua
Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD dan
Rancangan Peraturan Kepala Daerah tentang Penjabaran APBD
Pasal 110
(1) Rancangan peraturan daerah provinsi tentang APBD yang telah disetujui bersama
DPRD dan rancangan peraturan gubernur tentang penjabaran APBD sebelum
ditetapkan oleh gubernur paling lama 3 (tiga) hari kerja disampaikan terlebih
dahulu kepada Menteri Dalam Negeri untuk dievaluasi.
(2) Penyampaian rancangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disertai dengan:
a.

persetujuan bersama antara pemerintah daerah dan DPRD terhadap


rancangan peraturan daerah tentang APBD;

b.

KUA dan PPA yang disepakati antara kepala daerah dan pimpinan DPRD;

c.

risalah sidang jalannya pembahasan terhadap rancangan peraturan daerah


tentang APBD; dan

d.

nota keuangan dan pidato kepala daerah perihal penyampaian pengantar


nota keuangan pada sidang DPRD.

(3) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk tercapainya
keserasian antara kebijakan daerah dan kebijakan nasional, keserasian antara
kepentingan publik dan kepentingan aparatur serta untuk meneliti sejauh mana
APBD provinsi tidak bertentangan dengan kepentingan umum, peraturan yang
lebih tinggi dan/atau peraturan daerah lainnya yang ditetapkan oleh provinsi
bersangkutan.
(4) Untuk efektivitas pelaksanaan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Menteri Dalam Negeri dapat mengundang pejabat pemerintah daerah provinsi
yang terkait.
(5) Hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam keputusan
Menteri Dalam Negeri dan disampaikan kepada gubernur paling lama 15 (lima
belas) hari kerja terhitung sejak diterimanya rancangan dimaksud.
(6) Apabila Menteri Dalam Negeri menyatakan hasil evaluasi atas rancangan peraturan
daerah tentang APBD dan rancangan peraturan gubernur tentang penjabaran
APBD sudah sesuai dengan kepentingan umum dan peraturan perundangundangan yang lebih tinggi, gubernur menetapkan rancangan dimaksud menjadi
peraturan daerah dan peraturan gubernur.

simbachs@gmail.com

- 43 (7) Dalam hal Menteri Dalam Negeri menyatakan bahwa hasil evaluasi rancangan
peraturan daerah tentang APBD dan rancangan peraturan gubernur tentang
penjabaran APBD bertentangan dengan kepentingan umum dan peraturan
perundang-undangan yang lebih tinggi, gubernur bersama DPRD melakukan
penyempurnaan paling lama 7 (tujuh) hari kerja terhitung sejak diterimanya hasil
evaluasi.
(8) Apabila hasil evaluasi tidak ditindaklanjuti oleh gubernur dan DPRD, dan gubernur
tetap menetapkan rancangan peraturan daerah tentang APBD dan rancangan
peraturan gubernur tentang penjabaran APBD menjadi peraturan daerah dan
peraturan gubernur, Menteri Dalam Negeri membatalkan peraturan daerah dan
peraturan gubernur dimaksud sekaligus menyatakan berlakunya pagu APBD tahun
sebelumnya.
(9) Pembatalan peraturan daerah dan peraturan gubernur serta pernyataan
berlakunya pagu APBD tahun sebelumnya sebagaimana dimaksud pada ayat (8)
ditetapkan dengan peraturan Menteri Dalam Negeri.

(1)

(2)
(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

Pasal 111
Rancangan peraturan daerah kabupaten/kota tentang APBD yang telah disetujui
bersama DPRD dan rancangan peraturan bupati/walikota tentang penjabaran
APBD sebelum ditetapkan oleh bupati/walikota paling lama 3 (tiga) hari kerja
disampaikan kepada gubernur untuk dievaluasi.
Penyampaian rancangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disertai dengan
dokumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 110 ayat (2) peraturan menteri ini.
Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk tercapainya
keserasian antara kebijakan daerah dan kebijakan nasional, keserasian antara
kepentingan publik dan kepentingan aparatur serta untuk meneliti sejauh mana
APBD kabupaten/kota tidak bertentangan dengan kepentingan umum, peraturan
yang lebih tinggi dan/atau peraturan daerah lainnya yang ditetapkan oleh
kabupaten/kota bersangkutan.
Untuk efektivitas pelaksanaan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
gubernur dapat mengundang pejabat pemerintah daerah kabupaten/kota yang
terkait.
Hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam keputusan
gubernur dan disampaikan kepada bupati/walikota paling lama 15 (lima belas) hari
kerja terhitung sejak diterimanya rancangan dimaksud.
Apabila gubernur menetapkan pernyataan hasil evaluasi atas rancangan peraturan
daerah tentang APBD dan rancangan peraturan bupati/walikota tentang
penjabaran APBD sudah sesuai dengan kepentingan umum dan peraturan
perundang-undangan yang lebih tinggi, bupati/walikota menetapkan rancangan
dimaksud menjadi peraturan daerah dan peraturan bupati/walikota.
Dalam hal gubernur menyatakan hasil evaluasi rancangan peraturan daerah
tentang APBD dan rancangan peraturan bupati/walikota tentang penjabaran APBD
tidak sesuai dengan kepentingan umum dan peraturan perundang-undangan yang
lebih tinggi, bupati/walikota bersama DPRD melakukan penyempurnaan paling
lama 7 (tujuh) hari kerja terhitung sejak diterimanya hasil evaluasi.
Apabila hasil evaluasi tidak ditindaklanjuti oleh bupati/walikota dan DPRD, dan
bupati/walikota tetap menetapkan rancangan peraturan daerah tentang APBD dan
rancangan peraturan bupati/walikota tentang penjabaran APBD menjadi peraturan
daerah dan peraturan bupati/walikota, gubernur membatalkan peraturan daerah
dan peraturan bupati/walikota dimaksud sekaligus menyatakan berlakunya pagu
APBD tahun sebelumnya.

simbachs@gmail.com

- 44 (9) Pembatalan peraturan daerah dan peraturan bupati/walikota dan pernyataan


berlakunya pagu APBD tahun sebelumnya sebagaimana dimaksud pada ayat (8)
ditetapkan dengan peraturan gubernur.
Pasal 112
(1) Paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah pembatalan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 110 ayat (8) dan Pasal 111 ayat (8), kepala daerah harus memberhentikan
pelaksanaan peraturan daerah dan selanjutnya DPRD bersama kepala daerah
mencabut peraturan daerah dimaksud.
(2) Pencabutan peraturan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
dengan peraturan daerah tentang pencabutan peraturan daerah tentang APBD.
(3) Pelaksanaan pengeluaran atas pagu APBD tahun sebelumnya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 110 ayat (8) dan Pasal 111 ayat (8) ditetapkan dengan
peraturan kepala daerah.
Pasal 113
Evaluasi rancangan peraturan daerah tentang APBD dan rancangan peraturan kepala
daerah tentang penjabaran APBD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 110 ayat (3) dan
Pasal 111 ayat (3), berpedoman pada Peraturan Menteri Dalam Negeri.
Pasal 114
(1) Penyempurnaan hasil evaluasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 110 ayat (7)
dan Pasal 111 ayat (7) dilakukan kepala daerah bersama dengan panitia anggaran
DPRD.
(2) Hasil penyempurnaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh
pimpinan DPRD.
(3) Keputusan pimpinan DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dijadikan dasar
penetapan peraturan daerah tentang APBD.
(4) Keputusan pimpinan DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (3) bersifat final dan
dilaporkan pada sidang paripurna berikutnya.
(5) Sidang paripurna berikutnya sebagaimana dimaksud pada ayat (4) yakni setelah
sidang paripurna pengambilan keputusan bersama terhadap rancangan peraturan
daerah tentang APBD.
(6) Keputusan pimpinan DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (4) disampaikan
kepada Menteri Dalam Negeri bagi APBD provinsi dan kepada gubernur bagi APBD
kabupaten/kota paling lama 3 (tiga) hari kerja setelah keputusan tersebut
ditetapkan.
(7) Dalam hal pimpinan DPRD berhalangan tetap, maka pejabat yang ditunjuk dan
ditetapkan oleh pejabat yang berwenang selaku pimpinan sementara DPRD yang
menandatangani keputusan pimpinan DPRD.
Pasal 115
Gubernur menyampaikan hasil evaluasi yang dilakukan atas rancangan peraturan
daerah kabupaten/kota tentang APBD dan rancangan peraturan bupati/walikota tentang
penjabaran APBD kepada Menteri Dalam Negeri.

simbachs@gmail.com

- 45 Bagian Ketiga
Penetapan Peraturan Daerah tentang APBD dan
Peraturan Kepala Daerah tentang Penjabaran APBD

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)
(6)

(7)

Pasal 116
Rancangan peraturan daerah tentang APBD dan rancangan peraturan kepala
daerah tentang penjabaran APBD yang telah dievaluasi ditetapkan oleh kepala
daerah menjadi peraturan daerah tentang APBD dan peraturan kepala daerah
tentang penjabaran APBD.
Penetapan rancangan peraturan daerah tentang APBD dan peraturan kepala
daerah tentang penjabaran APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
paling lambat tanggal 31 Desember tahun anggaran sebelumnya.
Dalam hal kepala daerah berhalangan tetap, maka pejabat yang ditunjuk dan
ditetapkan oleh pejabat yang berwenang selaku penjabat/pelaksana tugas kepala
daerah yang menetapkan peraturan daerah tentang APBD dan peraturan kepala
daerah tentang penjabaran APBD.
Kepala daerah menyampaikan peraturan daerah tentang APBD dan peraturan
kepala daerah tentang penjabaran APBD kepada Menteri Dalam Negeri bagi
provinsi dan gubernur bagi kabupaten/kota paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah
ditetapkan.
Format penetapan rancangan peraturan daerah tentang APBD sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) tercantum dalam Lampiran A.XX peraturan menteri ini.
Format penetapan rancangan peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tercantum dalam Lampiran A.XXI peraturan
menteri ini.
Jadwal penyusunan APBD tercantum dalam Lampiran A.XXII peraturan menteri ini.
BAB VI
PENYUSUNAN DAN PENETAPAN APBD
BAGI DAERAH YANG BELUM MEMILIKI DPRD

Pasal 117
(1) Untuk sinkronisasi dan keterpaduan sasaran program dan kegiatan dengan
kebijakan pemerintah dibidang keuangan negara dan menjaga kelangsungan
penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan daerah, serta pelayanan
masyarakat, kepala daerah menyusun rancangan KUA dan rancangan PPAS.
(2) Rancangan KUA dan rancangan PPAS sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dikonsultasikan kepada Menteri Dalam Negeri bagi provinsi dan kepada gubernur
bagi kabupaten/kota.
(3) KUA dan rancangan PPA yang telah dikonsultasikan dijadikan pedoman
penyusunan RKA-SKPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 89 peraturan menteri
ini.
Pasal 118
Penyusunan RKA-SKPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 117 ayat (3) berlaku
ketentuan Pasal 90, Pasal 91, Pasal 92, Pasal 93, Pasal 94, Pasal 95, Pasal 96, Pasal 97,
Pasal 98 dan Pasal 99.

simbachs@gmail.com

- 46 Pasal 119
(1) RKA-SKPD yang telah disempurnakan oleh SKPD disampaikan kepada PPKD
sebagai bahan penyusunan rancangan peraturan kepala daerah tentang APBD.
(2) Rancangan peraturan kepala daerah tentang APBD sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dapat dilaksanakan setelah memperoleh pengesahan dari Menteri Dalam
Negeri bagi provinsi dan gubernur bagi kabupaten/kota.
(3) Format rancangan peraturan kepala daerah tentang APBD sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) berlaku ketentuan dalam Pasal 107 ayat (4) dan ayat (5).
Pasal 120
(1) Penyampaian rancangan peraturan kepala daerah untuk memperoleh pengesahan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 119 ayat (2) paling lama 30 (tiga puluh) hari
kerja terhitung sejak KUA dan PPA dikonsultasikan dengan Menteri Dalam Negeri
bagi provinsi dan gubernur bagi kabupaten/kota.
(2) Pengesahan atas rancangan peraturan kepala daerah tentang APBD sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) berlaku ketentuan dalam Pasal 107 ayat (3).
Pasal 121
Peraturan kepala daerah tentang APBD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 119 ayat
(2) dijadikan dasar penyusunan DPA-SKPD untuk pelaksanaan APBD.
BAB VII
PELAKSANAAN APBD
Bagian Pertama
Azas Umum Pelaksanaan APBD
Pasal 122
(1) Semua penerimaan daerah dan pengeluaran daerah dalam rangka pelaksanaan
urusan pemerintahan daerah dikelola dalam APBD.
(2) Setiap SKPD yang mempunyai tugas memungut dan/atau menerima pendapatan
daerah wajib melaksanakan pemungutan dan/atau penerimaan berdasarkan
ketentuan yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.
(3) Penerimaan SKPD dilarang digunakan langsung untuk membiayai pengeluaran,
kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan.
(4) Penerimaan SKPD berupa uang atau cek harus disetor ke rekening kas umum
daerah paling lama 1 (satu) hari kerja.
(5) Jumlah belanja yang dianggarkan dalam APBD merupakan batas tertinggi untuk
setiap pengeluaran belanja.
(6) Pengeluaran tidak dapat dibebankan pada anggaran belanja jika untuk
pengeluaran tersebut tidak tersedia atau tidak cukup tersedia dalam APBD.
(7) Pengeluaran sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dapat dilakukan jika dalam
keadaan darurat, yang selanjutnya diusulkan dalam rancangan perubahan APBD
dan/atau disampaikan dalam laporan realisasi anggaran.
(8) Kriteria keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (6) ditetapkan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.

simbachs@gmail.com

- 47 (9) Setiap SKPD dilarang melakukan pengeluaran atas beban anggaran daerah untuk
tujuan lain dari yang telah ditetapkan dalam APBD.
(10) Pengeluaran belanja daerah menggunakan prinsip hemat, tidak mewah, efektif,
efisien dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Bagian Kedua
Dokumen Pelaksanaan Anggaran SKPD
Paragraf 1
Penyiapan Dokumen Pelaksanaan Anggaran SKPD

(1)

(2)

(3)
(4)

(1)

(2)
(3)

(4)

Pasal 123
PPKD paling lama 3 (tiga) hari kerja setelah peraturan daerah tentang APBD
ditetapkan, memberitahukan kepada semua kepala SKPD agar menyusun
rancangan DPA-SKPD.
Rancangan DPA-SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1), merinci sasaran yang
hendak dicapai, program, kegiatan, anggaran yang disediakan untuk mencapai
sasaran tersebut, dan rencana penarikan dana tiap-tiap SKPD serta pendapatan
yang diperkirakan.
Kepala SKPD menyerahkan rancangan DPA-SKPD kepada PPKD paling lama 6
(enam) hari kerja setelah pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
Format DPA-SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam
Lampiran B.I peraturan menteri ini.
Pasal 124
TAPD melakukan verifikasi rancangan DPA-SKPD bersama-sama dengan kepala
SKPD paling lama 15 (lima belas) hari kerja sejak ditetapkannya peraturan kepala
daerah tentang penjabaran APBD.
Berdasarkan hasil verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), PPKD
mengesahkan rancangan DPA-SKPD dengan persetujuan sekretaris daerah.
DPA-SKPD yang telah disahkan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan
kepada kepala SKPD, satuan kerja pengawasan daerah, dan Badan Pemeriksa
Keuangan paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak tanggal disahkan.
DPA-SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) digunakan sebagai dasar
pelaksanaan anggaran oleh kepala SKPD selaku pengguna anggaran/pengguna
barang.
Paragraf 2
Anggaran Kas

Pasal 125
(1) Kepala SKPD berdasarkan rancangan DPA-SKPD menyusun rancangan anggaran
kas SKPD.
(2) Rancangan anggaran kas SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan
kepada PPKD selaku BUD bersamaan dengan rancangan DPA-SKPD.
(3) Pembahasan rancangan anggaran kas SKPD dilaksanakan bersamaan dengan
pembahasan DPA-SKPD.

simbachs@gmail.com

- 48 -

(1)

(2)

(3)
(4)

Pasal 126
PPKD selaku BUD menyusun anggaran kas pemerintah daerah guna mengatur
ketersediaan dana yang cukup untuk mendanai pengeluaran-pengeluaran sesuai
dengan rencana penarikan dana yang tercantum dalam DPA-SKPD yang telah
disahkan.
Anggaran kas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat perkiraan arus kas
masuk yang bersumber dari penerimaan dan perkiraan arus kas keluar yang
digunakan guna mendanai pelaksanaan kegiatan dalam setiap periode.
Mekanisme pengelolaan anggaran kas pemerintah daerah ditetapkan dalam
peraturan kepala daerah.
Format anggaran kas pemerintah daerah sebagaimana tercantum dalam Lampiran
B.II peraturan menteri ini.
Bagian Ketiga
Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Daerah

Pasal 127
(1) Semua pendapatan daerah dilaksanakan melalui rekening kas umum daerah.
(2) Setiap pendapatan harus didukung oleh bukti yang lengkap dan sah.
Pasal 128
(1) Setiap SKPD yang memungut pendapatan daerah wajib mengintensifkan
pemungutan pendapatan yang menjadi wewenang dan tanggung jawabnya.
(2) SKPD dilarang melakukan pungutan selain dari yang ditetapkan dalam peraturan
daerah.
Pasal 129
Komisi, rabat, potongan atau pendapatan lain dengan nama dan dalam bentuk apa pun
yang dapat dinilai dengan uang, baik secara langsung sebagai akibat dari penjualan,
tukar-menukar, hibah, asuransi dan/atau pengadaan barang dan jasa termasuk
pendapatan bunga, jasa giro atau pendapatan lain sebagai akibat penyimpanan dana
anggaran pada bank serta pendapatan dari hasil pemanfaatan barang daerah atas
kegiatan lainnya merupakan pendapatan daerah.
Pasal 130
(1) Pengembalian atas kelebihan pendapatan dilakukan dengan membebankan pada
pendapatan yang bersangkutan untuk pengembalian pendapatan yang terjadi
dalam tahun yang sama.
(2) Untuk pengembalian kelebihan pendapatan yang terjadi pada tahun-tahun
sebelumnya dibebankan pada belanja tidak terduga.
(3) Pengembalian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) harus didukung
dengan bukti yang lengkap dan sah.
Pasal 131
Semua pendapatan dana perimbangan dan lain-lain pendapatan daerah yang sah
dilaksanakan melalui rekening kas umum daerah dan dicatat sebagai pendapatan
daerah.

simbachs@gmail.com

- 49 Bagian Keempat
Pelaksanaan Anggaran Belanja Daerah

(1)
(2)

(3)

(4)

(5)

Pasal 132
Setiap pengeluaran belanja atas beban APBD harus didukung dengan bukti yang
lengkap dan sah.
Bukti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mendapat pengesahan oleh
pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab atas kebenaran material yang
timbul dari penggunaan bukti dimaksud.
Pengeluaran kas yang mengakibatkan beban APBD tidak dapat dilakukan sebelum
rancangan peraturan daerah tentang APBD ditetapkan dan ditempatkan dalam
lembaran daerah.
Pengeluaran kas sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak termasuk untuk
belanja yang bersifat mengikat dan belanja yang bersifat wajib yang ditetapkan
dalam peraturan kepala daerah.
Belanja yang bersifat mengikat dan belanja yang bersifat wajib sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) berlaku ketentuan dalam Pasal 106 ayat (3) dan ayat (4).

Pasal 133
(1) Pemberian subsidi, hibah, bantuan sosial, dan bantuan keuangan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 41 ayat (1), Pasal 42 ayat (1), Pasal 45 ayat (1), dan Pasal
47 ayat (1) dilaksanakan atas persetujuan kepala daerah.
(2) Penerima subsidi, hibah, bantuan sosial, dan bantuan keuangan bertanggung
jawab atas penggunaan uang/barang dan/atau jasa yang diterimanya dan wajib
menyampaikan laporan pertanggungjawaban penggunaannya kepada kepala
daerah.
(3) Tata cara pemberian dan pertanggungjawaban subsidi, hibah, bantuan sosial, dan
bantuan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dalam
peraturan kepala daerah.

(1)

(2)

(3)

(4)

Pasal 134
Dasar pengeluaran anggaran belanja tidak terduga yang dianggarkan dalam APBD
untuk mendanai tanggap darurat, penanggulangan bencana alam dan/atau
bencana sosial, termasuk pengembalian atas kelebihan penerimaan daerah tahuntahun sebelumnya yang telah ditutup ditetapkan dengan keputusan kepala daerah
dan diberitahukan kepada DPRD paling lama 1 (satu) bulan terhitung sejak
keputusan dimaksud ditetapkan.
Pengeluaran belanja untuk tanggap darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berdasarkan kebutuhan yang diusulkan dari instansi/lembaga berkenaan setelah
mempertimbangkan efisiensi dan efektifitas serta menghindari adanya tumpang
tindih pendanaan terhadap kegiatan-kegiatan yang telah didanai dari anggaran
pendapatan dan belanja negara.
Pimpinan instansi/lembaga penerima dana tanggap darurat bertanggungjawab
atas penggunaan dana tersebut dan wajib menyampaikan laporan realisasi
penggunaan kepada atasan langsung dan kepala daerah.
Tata cara pemberian dan pertanggungjawaban belanja tidak terduga untuk
tanggap darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dalam
peraturan kepala daerah.

simbachs@gmail.com

- 50 Pasal 135
Bendahara pengeluaran sebagai wajib pungut pajak penghasilan (PPh) dan pajak
lainnya, wajib menyetorkan seluruh penerimaan potongan dan pajak yang dipungutnya
ke rekening kas negara pada bank yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan sebagai
bank persepsi atau pos giro dalam jangka waktu sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 136
Untuk kelancaran pelaksanaan tugas SKPD, kepada pengguna anggaran/kuasa
pengguna anggaran dapat diberikan uang persediaan yang dikelola oleh bendahara
pengeluaran.
Bagian Kelima
Pelaksanaan Anggaran Pembiayaan Daerah
Paragraf 1
Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) Tahun Sebelumnya
Pasal 137
Sisa lebih perhitungan anggaran (SiLPA) tahun sebelumnya merupakan penerimaan
pembiayaan yang digunakan untuk:
a. menutupi defisit anggaran apabila realisasi pendapatan lebih kecil daripada
realisasi belanja;
b. mendanai pelaksanaan kegiatan lanjutan atas beban belanja langsung;
c. mendanai kewajiban lainnya yang sampai dengan akhir tahun anggaran belum
diselesaikan.
Pasal 138
(1) Beban belanja langsung pelaksanaan kegiatan lanjutan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 137 huruf b didasarkan pada DPA-SKPD yang telah disahkan kembali
oleh PPKD menjadi DPA Lanjutan SKPD (DPAL-SKPD) tahun anggaran berikutnya.
(2) Untuk mengesahkan kembali DPA-SKPD menjadi DPAL-SKPD sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), Kepala SKPD menyampaikan laporan akhir realisasi
pelaksanaan kegiatan fisik dan non-fisik maupun keuangan kepada PPKD paling
lambat pertengahan bulan Desember tahun anggaran berjalan.
(3) Jumlah anggaran yang disahkan dalam DPAL-SKPD setelah terlebih dahulu
dilakukan pengujian sebagai berikut:
a. sisa DPA-SKPD yang belum diterbitkan SPD dan/atau belum diterbitkan SP2D
atas kegiatan yang bersangkutan;
b. sisa SPD yang belum diterbitkan SP2D; dan
c. SP2D yang belum diuangkan.
(4) DPAL-SKPD yang telah disahkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dijadikan dasar pelaksanaan penyelesaian pekerjaan dan penyelesaian
pembayaran.
(5) Format DPAL-SKPD sebagaimana tercantum dalam Lampiran B.III peraturan
menteri ini.

simbachs@gmail.com

- 51 Paragraf 2
Dana Cadangan

(1)
(2)

(3)

(4)

(5)

(6)
(7)

(1)

(2)

(3)

(4)

Pasal 139
Dana cadangan dibukukan dalam rekening tersendiri atas nama dana cadangan
pemerintah daerah yang dikelola oleh BUD.
Dana cadangan tidak dapat digunakan untuk membiayai program dan kegiatan
lain diluar yang telah ditetapkan dalam peraturan daerah tentang pembentukan
dana cadangan.
Program dan kegiatan yang ditetapkan berdasarkan peraturan daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan apabila dana cadangan telah
mencukupi untuk melaksanakan program dan kegiatan.
Untuk pelaksanaan program dan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dana cadangan dimaksud terlebih dahulu dipindahbukukan ke rekening kas umum
daerah.
Pemindahbukuan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) paling tinggi sejumlah
pagu dana cadangan yang akan digunakan untuk mendanai pelaksanaan kegiatan
dalam tahun anggaran berkenaan sesuai dengan yang ditetapkan dalam peraturan
daerah tentang pembentukan dana cadangan.
Pemindahbukuan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dilakukan dengan surat
perintah pemindahbukuan oleh kuasa BUD atas persetujuan PPKD.
Dalam hal program dan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) telah
selesai dilaksanakan dan target kinerjanya telah tercapai, maka dana cadangan
yang masih tersisa pada rekening dana cadangan, dipindahbukukan ke rekening
kas umum daerah.
Pasal 140
Dalam hal dana cadangan yang ditempatkan pada rekening dana cadangan belum
digunakan sesuai dengan peruntukannya, dana tersebut dapat ditempatkan dalam
portofolio yang memberikan hasil tetap dengan risiko rendah.
Penerimaan hasil bunga/deviden rekening dana cadangan dan penempatan dalam
portofolio sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menambah jumlah dana
cadangan.
Portofolio sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. deposito;
b. sertifikat bank indonesia (SBI);
c. surat perbendaharaan negara (SPN);
d. surat utang negara (SUN); dan
e. surat berharga lainnya yang dijamin pemerintah.
Penatausahaan pelaksanaan program dan kegiatan yang dibiayai dari dana
cadangan diperlakukan sama dengan penatausahaan pelaksanaan program/
kegiatan lainnya.
Paragraf 3
Investasi

Pasal 141
(1) Investasi awal dan penambahan investasi dicatat pada rekening penyertaan modal
(investasi) daerah.

simbachs@gmail.com

- 52 (2) Pengurangan, penjualan, dan/atau pengalihan investasi dicatat pada rekening


penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan (divestasi modal).
Paragraf 4
Pinjaman Daerah dan Obligasi Daerah

(1)
(2)
(3)
(4)

Pasal 142
Penerimaan pinjaman daerah dan obligasi daerah dilakukan melalui rekening kas
umum daerah.
Pemerintah daerah tidak dapat memberikan jaminan atas pinjaman pihak lain.
Pendapatan daerah dan/atau aset daerah (barang milik daerah) tidak boleh
dijadikan jaminan pinjaman daerah.
Kegiatan yang dibiayai dari obligasi daerah beserta barang milik daerah yang
melekat dalam kegiatan tersebut dapat dijadikan jaminan obligasi daerah.

Pasal 143
Kepala SKPKD melakukan penatausahaan atas pinjaman daerah dan obligasi daerah.
Pasal 144
(1) Pemerintah daerah wajib melaporkan posisi kumulatif pinjaman dan kewajiban
pinjaman kepada Menteri Keuangan dan Menteri Dalam Negeri setiap akhir
semester tahun anggaran berjalan.
(2) Posisi kumulatif pinjaman dan kewajiban pinjaman sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) terdiri atas:
a. jumlah penerimaan pinjaman;
b. pembayaran pinjaman (pokok dan bunga); dan
c. sisa pinjaman.
Pasal 145
(1) Pemerintah daerah wajib membayar bunga dan pokok utang dan/atau obligasi
daerah yang telah jatuh tempo.
(2) Apabila anggaran yang tersedia dalam APBD/perubahan APBD tidak mencukupi
untuk pembayaran bunga dan pokok utang dan/atau obligasi daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), kepala daerah dapat melakukan pelampauan pembayaran
mendahului perubahan atau setelah perubahan APBD.
Pasal 146
(1) Pelampauan pembayaran bunga dan pokok utang dan/atau obligasi daerah
sebelum perubahan APBD dilaporkan kepada DPRD dalam pembahasan awal
perubahan APBD.
(2) Pelampauan pembayaran bunga dan pokok utang dan/atau obligasi daerah setelah
perubahan APBD dilaporkan kepada DPRD dalam laporan realisasi anggaran.
Pasal 147
(1) Kepala SKPKD melaksanakan pembayaran bunga dan cicilan pokok utang dan/atau
obligasi daerah yang jatuh tempo.
(2) Pembayaran bunga pinjaman dan/atau obligasi daerah dicatat pada rekening
belanja bunga.

simbachs@gmail.com

- 53 (3) Pembayaran denda pinjaman dan/atau obligasi daerah dicatat pada rekening
belanja bunga.
(4) Pembayaran pokok pinjaman dan/atau obligasi daerah dicatat pada rekening
cicilan pokok utang yang jatuh tempo.
Pasal 148
(1) Pengelolaan obligasi daerah ditetapkan dengan peraturan kepala daerah.
(2) Peraturan kepala daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurangkurangnya mengatur mengenai:
a.

penetapan strategi dan kebijakan pengelolaan obligasi daerah termasuk


kebijakan pengendalian resiko;

b.

perencanaan dan penetapan portofolio pinjaman daerah;

c.

penerbitan obligasi daerah;

d.

penjualan obligasi daerah melalui lelang dan/atau tanpa lelang;

e.

pembelian kembali obligasi daerah sebelum jatuh tempo;

f.

pelunasan; dan

g.

aktivitas lain dalam rangka pengembangan pasar perdana ke pasar sekunder


obligasi daerah.

(3) Penyusunan peraturan kepala daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berpedoman pada Peraturan Menteri Dalam Negeri.
Paragraf 5
Piutang Daerah
Pasal 149
(1) Setiap piutang daerah diselesaikan seluruhnya dengan tepat waktu.
(2) PPK-SKPD melakukan penatausahaan atas penerimaan piutang atau tagihan
daerah yang menjadi tanggung jawab SKPD.
Pasal 150
(1) Piutang atau tagihan daerah yang tidak dapat diselesaikan seluruhnya pada saat
jatuh tempo, diselesaikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
(2) Piutang daerah jenis tertentu seperti piutang pajak daerah dan piutang retribusi
daerah merupakan prioritas untuk didahulukan penyelesaiannya sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
Pasal 151
(1) Piutang daerah yang terjadi sebagai akibat hubungan keperdataan dapat
diselesaikan dengan cara damai, kecuali piutang daerah yang cara
penyelesaiannya diatur tersendiri dalam peraturan perundang-undangan.
(2) Piutang daerah dapat dihapuskan dari pembukuan dengan penyelesaian secara
mutlak atau bersyarat, kecuali cara penyelesaiannya diatur tersendiri dalam
peraturan perundang-undangan.
(3) Penghapusan piutang daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan
oleh:
a.

kepala daerah untuk jumlah sampai dengan Rp5.000.000.000,00 (lima miliar


rupiah);

simbachs@gmail.com

- 54 b.

kepala daerah dengan persetujuan DPRD


Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

untuk

jumlah

lebih

dari

Pasal 152
(1) Kepala SKPKD melaksanakan penagihan dan menatausahakan piutang daerah.
(2) Untuk melaksanakan penagihan piutang daerah sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), kepala SKPKD menyiapkan bukti dan administrasi penagihan.
(3) Format surat penagihan piutang daerah, surat penagihan berulang piutang daerah,
register surat penagihan piutang daerah, dan register surat penagihan berulang
piutang daerah tercantum dalam Lampiran B.IV peraturan menteri ini.
(4) Jadwal pelaksanaan APBD tercantum dalam Lampiran B.V peraturan menteri ini.
Pasal 153
(1) Kepala SKPKD setiap bulan melaporkan realisasi penerimaan piutang kepada
kepala daerah.
(2) Bukti pembayaran piutang SKPKD dari pihak ketiga harus dipisahkan dengan bukti
penerimaan kas atas pendapatan pada tahun anggaran berjalan.
BAB VIII
PERUBAHAN APBD
Bagian Pertama
Dasar Perubahan APBD
Pasal 154
(1) Perubahan APBD dapat dilakukan apabila terjadi:
a.

perkembangan yang tidak sesuai dengan asumsi KUA;

b.

keadaan yang menyebabkan harus dilakukan pergeseran anggaran antar unit


organisasi, antar kegiatan, dan antar jenis belanja;

c.

keadaan yang menyebabkan saldo anggaran lebih tahun sebelumnya harus


digunakan dalam tahun berjalan;

d.

keadaan darurat; dan

e.

keadaan luar biasa.

(2) Perubahan APBD hanya dapat dilakukan 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun
anggaran, kecuali dalam keadaan luar biasa.
Bagian Kedua
Kebijakan Umum serta
Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara Perubahan APBD
Pasal 155
(1) Perubahan APBD disebabkan perkembangan yang tidak sesuai dengan asumsi KUA
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 154 ayat (1) huruf a dapat berupa terjadinya
pelampauan atau tidak tercapainya proyeksi pendapatan daerah, alokasi belanja
daerah, sumber dan penggunaan pembiayaan yang semula ditetapkan dalam KUA.

simbachs@gmail.com

- 55 (2) Kepala daerah memformulasikan hal-hal yang mengakibatkan terjadinya


perubahan APBD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 154 ayat (1) huruf a ke
dalam rancangan kebijakan umum perubahan APBD serta PPAS perubahan APBD.
(3) Dalam rancangan kebijakan umum perubahan APBD dan PPAS perubahan APBD
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disajikan secara lengkap penjelasan
mengenai:
a.

perbedaan asumsi dengan KUA yang ditetapkan sebelumnya;

b.

program dan kegiatan yang dapat diusulkan untuk ditampung dalam


perubahan APBD dengan mempertimbangkan sisa waktu pelaksanaan APBD
tahun anggaran berjalan;

c.

capaian target kinerja program dan kegiatan yang harus dikurangi dalam
perubahan APBD apabila asumsi KUA tidak tercapai; dan

d.

capaian target kinerja program dan kegiatan yang harus ditingkatkan dalam
perubahan APBD apabila melampaui asumsi KUA.

(4) Rancangan kebijakan umum perubahan APBD dan PPAS perubahan APBD
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan kepada DPRD paling lambat
minggu pertama bulan Agustus dalam tahun anggaran berjalan.
(5) Rancangan kebijakan umum perubahan APBD dan PPAS perubahan APBD
sebagaimana dimaksud pada ayat (4), setelah dibahas selanjutnya disepakati
menjadi kebijakan umum perubahan APBD serta PPA perubahan APBD paling
lambat minggu kedua bulan Agustus tahun anggaran berjalan.
(6) Dalam hal persetujuan DPRD terhadap rancangan peraturan daerah tentang
perubahan APBD diperkirakan pada akhir bulan September tahun anggaran
berjalan, agar dihindari adanya penganggaran kegiatan pembangunan fisik di
dalam rancangan peraturan daerah tentang perubahan APBD.
(7) Format rancangan kebijakan umum perubahan APBD sebagaimana dimaksud pada
ayat (5) tercantum dalam Lampiran C.I peraturan menteri ini.
(8) Format rancangan PPAS perubahan APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
tercantum dalam Lampiran C.II peraturan menteri ini.
Pasal 156
(1) Kebijakan umum perubahan APBD serta PPA perubahan APBD yang telah
disepakati sebagaimana dimaksud dalam Pasal 155 ayat (5), masing-masing
dituangkan ke dalam nota kesepakatan yang ditandatangani bersama antara
kepala daerah dengan pimpinan DPRD.
(2) Format nota kesepakatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam
Lampiran C.III peraturan menteri ini.
Pasal 157
(1) Berdasarkan nota kesepakatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 156 ayat (1),
TAPD menyiapkan rancangan surat edaran kepala daerah perihal pedoman
penyusunan RKA-SKPD yang memuat program dan kegiatan baru dan/atau kriteria
DPA-SKPD yang dapat diubah untuk dianggarkan dalam perubahan APBD sebagai
acuan bagi kepala SKPD.
(2) Rancangan surat edaran kepala daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mencakup:
a.

PPA perubahan APBD yang dialokasikan untuk program baru dan/atau kriteria
DPA-SKPD yang dapat diubah pada setiap SKPD berikut rencana pendapatan
dan pembiayaan;

simbachs@gmail.com

- 56 b.

sinkronisasi program dan kegiatan SKPD dengan program nasional dan antar
program SKPD dengan kinerja SKPD berkenaan sesuai dengan standar
pelayanan minimal yang ditetapkan;
c. batas waktu penyampaian RKA-SKPD dan/atau DPA-SKPD yang telah diubah
kepada PPKD;
d. hal-hal lainnya yang perlu mendapatkan perhatian dari SKPD terkait dengan
prinsip-prinsip peningkatan efisiensi, efektifitas, transparansi dan akuntabilitas
penyusunan anggaran dalam rangka pencapaian prestasi kerja; dan
e. dokumen sebagai lampiran meliputi kebijakan umum perubahan APBD, PPA
perubahan APBD, kode rekening APBD, format RKA-SKPD dan/atau DPPASKPD, standar analisa belanja dan standar harga.
(3) Pedoman penyusunan RKA-SKPD dan/atau kriteria DPA-SKPD yang dapat diubah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diterbitkan oleh kepala daerah paling
lambat minggu ketiga bulan Agustus tahun anggaran berjalan.
Pasal 158
Tata cara penyusunan RKA-SKPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 157 ayat (1)
berlaku ketentuan dalam Pasal 90, Pasal 91, Pasal 92, Pasal 93, Pasal 94, Pasal 95,
Pasal 96, Pasal 97, Pasal 98, dan Pasal 99.

(1)

(2)

(3)

(4)

Pasal 159
Perubahan DPA-SKPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 157 ayat (1) dapat
berupa peningkatan atau pengurangan capaian target kinerja program dan
kegiatan dari yang telah ditetapkan semula.
Peningkatan atau pengurangan capaian target kinerja program dan kegiatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diformulasikan dalam format dokumen
pelaksanaan perubahan anggaran SKPD (DPPA-SKPD).
Dalam format DPPA-SKPD dijelaskan capaian target kinerja, kelompok, jenis,
obyek, dan rincian obyek pendapatan, belanja serta pembiayaan baik sebelum
dilakukan perubahan maupun setelah perubahan.
Format DPPA-SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tercantum dalam
Lampiran C.IV peraturan menteri ini.
Bagian Ketiga
Pergeseran Anggaran

(1)

(2)
(3)
(4)

Pasal 160
Pergeseran anggaran antar unit organisasi, antar kegiatan, dan antar jenis belanja
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 154 ayat (1) huruf b serta pergeseran antar
obyek belanja dalam jenis belanja dan antar rincian obyek belanja diformulasikan
dalam DPPA-SKPD.
Pergeseran antar rincian obyek belanja dalam obyek belanja berkenaan dapat
dilakukan atas persetujuan PPKD.
Pergeseran antar obyek belanja dalam jenis belanja berkenaan dilakukan atas
persetujuan sekretaris daerah.
Pergeseran anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) dilakukan
dengan cara mengubah peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD
sebagai dasar pelaksanaan, untuk selanjutnya dianggarkan dalam rancangan
peraturan daerah tentang perubahan APBD.

simbachs@gmail.com

- 57 (5) Pergeseran anggaran antar unit organisasi, antar kegiatan, dan antar jenis belanja
dapat dilakukan dengan cara merubah peraturan daerah tentang APBD.
(6) Anggaran yang mengalami perubahan baik berupa penambahan dan/atau
pengurangan akibat pergeseran sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus
dijelaskan dalam kolom keterangan peraturan kepala daerah tentang penjabaran
perubahan APBD.
(7) Tata cara pergeseran sebagaimana dimaksud ayat (2) dan ayat (3) diatur dalam
peraturan kepala daerah.

Bagian Keempat
Penggunaan Saldo Anggaran Lebih Tahun Sebelumnya
Dalam Perubahan APBD

Pasal 161
(1) Saldo anggaran lebih tahun sebelumnya merupakan sisa lebih perhitungan tahun
anggaran sebelumnya.
(2) Keadaan yang menyebabkan saldo anggaran lebih tahun sebelumnya harus
digunakan dalam tahun anggaran berjalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
154 ayat (1) huruf c dapat berupa:
a.

membayar bunga dan pokok utang dan/atau obligasi daerah yang melampaui
anggaran yang tersedia mendahului perubahan APBD sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 145 ayat (2);

b.

melunasi seluruh kewajiban bunga dan pokok utang;

c.

mendanai kenaikan gaji dan tunjangan PNS akibat adanya kebijakan


pemerintah;

d.

mendanai kegiatan lanjutan sesuai dengan ketentuan Pasal 138;

e.

mendanai program dan kegiatan baru dengan kriteria harus diselesaikan


sampai dengan batas akhir penyelesaian pembayaran dalam tahun anggaran
berjalan; dan

f.

mendanai kegiatan-kegiatan yang capaian target kinerjanya ditingkatkan dari


yang telah ditetapkan semula dalam DPA-SKPD tahun anggaran berjalan yang
dapat diselesaikan sampai dengan batas akhir penyelesaian pembayaran
dalam tahun anggaran berjalan.

(3) Penggunaan saldo anggaran tahun sebelumnya untuk pendanaan pengeluaran


sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf f
diformulasikan terlebih dahulu dalam DPPA-SKPD.
(4) Penggunaan saldo anggaran lebih tahun sebelumnya untuk mendanai pengeluaran
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d diformulasikan terlebih dahulu
dalam DPAL-SKPD.
(5) Penggunaan saldo anggaran lebih tahun sebelumnya untuk mendanai pengeluaran
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf e diformulasikan terlebih dahulu
dalam RKA-SKPD.

simbachs@gmail.com

- 58 Bagian Kelima
Pendanaan Keadaan Darurat
Pasal 162
(1) Keadaan darurat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 154 ayat (1) huruf d
sekurang-kurangnya memenuhi kriteria sebagai berikut:
a.

bukan merupakan kegiatan normal dari aktivitas pemerintah daerah dan tidak
dapat diprediksikan sebelumnya;

b.

tidak diharapkan terjadi secara berulang;

c.

berada diluar kendali dan pengaruh pemerintah daerah; dan

d.

memiliki dampak yang signifikan terhadap anggaran dalam rangka pemulihan


yang disebabkan oleh keadaan darurat.

(2) Dalam keadaan darurat, pemerintah daerah dapat melakukan pengeluaran yang
belum tersedia anggarannya, yang selanjutnya diusulkan dalam rancangan
perubahan APBD.
(3) Pendanaan keadaan darurat yang belum tersedia anggarannya sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dapat menggunakan belanja tidak terduga.
(4) Dalam hal belanja tidak terduga tidak mencukupi dapat dilakukan dengan cara:
a.

menggunakan dana dari hasil penjadwalan ulang capaian target kinerja


program dan kegiatan lainnya dalam tahun anggaran berjalan; dan/atau

b.

memanfaatkan uang kas yang tersedia.

(5) Pengeluaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) termasuk belanja untuk
keperluan mendesak yang kriterianya ditetapkan dalam peraturan daerah tentang
APBD.
(6) Kriteria belanja untuk keperluan mendesak sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
mencakup:
a.

program dan kegiatan pelayanan dasar masyarakat yang anggarannya belum


tersedia dalam tahun anggaran berjalan; dan

b.

keperluan mendesak lainnya yang apabila ditunda akan menimbulkan


kerugian yang lebih besar bagi pemerintah daerah dan masyarakat.

(7) Penjadwalan ulang capaian target kinerja program dan kegiatan lainnya dalam
tahun anggaran berjalan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf a
diformulasikan terlebih dahulu dalam DPPA-SKPD.
(8) Pendanaan keadaan darurat untuk kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (6)
diformulasikan terlebih dahulu dalam RKA-SKPD.
(9) Dalam hal keadaan darurat terjadi setelah ditetapkannya perubahan APBD,
pemerintah daerah dapat melakukan pengeluaran yang belum tersedia
anggarannya, dan pengeluaran tersebut disampaikan dalam laporan realisasi
anggaran.
(10) Dasar pengeluaran untuk kegiatan-kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (9)
diformulasikan terlebih dahulu dalam RKA-SKPD untuk dijadikan dasar pengesahan
DPA-SKPD oleh PPKD setelah memperoleh persetujuan sekretaris daerah.
(11) Pelaksanaan pengeluaran untuk mendanai kegiatan dalam keadaan darurat
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (5) terlebih dahulu ditetapkan
dengan peraturan kepala daerah.

simbachs@gmail.com

- 59 Bagian Keenam
Pendanaan Keadaan Luar Biasa

(1)

(2)

(1)

(2)
(3)

(4)

Pasal 163
Keadaan luar biasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 154 ayat (1) huruf e
merupakan keadaan yang menyebabkan estimasi penerimaan dan/atau
pengeluaran dalam APBD mengalami kenaikan atau penurunan lebih besar dari
50% (lima puluh persen).
Persentase 50% (lima puluh persen) sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan selisih (gap) kenaikan atau penurunan antara pendapatan dan belanja
dalam APBD.
Pasal 164
Dalam hal kejadian luar biasa yang menyebabkan estimasi penerimaan dalam
APBD mengalami peningkatan lebih dari 50% (lima puluh persen) sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 163 ayat (1), dapat dilakukan penambahan kegiatan baru
dan/atau penjadwalan ulang/peningkatan capaian target kinerja program dan
kegiatan dalam tahun anggaran berjalan.
Penambahan kegiatan baru sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diformulasikan
terlebih dahulu dalam RKA-SKPD.
Penjadwalan ulang/peningkatan capaian target kinerja program dan kegiatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diformulasikan terlebih dahulu dalam DPPASKPD.
RKA-SKPD dan DPPA-SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3)
digunakan sebagai dasar penyusunan rancangan peraturan daerah tentang
perubahan kedua APBD.

Pasal 165
(1) Dalam hal kejadian luar biasa yang menyebabkan estimasi penerimaan dalam
APBD mengalami penurunan lebih dari 50% (lima puluh persen) sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 163 ayat (1), maka dapat dilakukan penjadwalan
ulang/pengurangan capaian target kinerja program dan kegiatan lainnya dalam
tahun anggaran berjalan.
(2) Penjadwalan ulang/pengurangan capaian target sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diformulasikan ke dalam DPPA-SKPD.
(3) DPPA-SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) digunakan sebagai dasar
penyusunan rancangan peraturan daerah tentang perubahan kedua APBD.
Bagian Ketujuh
Penyiapan Raperda Perubahan APBD
Pasal 166
(1) RKA-SKPD yang memuat program dan kegiatan baru dan DPPA-SKPD yang akan
dianggarkan dalam perubahan APBD yang telah disusun oleh SKPD disampaikan
kepada PPKD untuk dibahas lebih lanjut oleh TAPD.
(2) Pembahasan oleh TAPD dilakukan untuk menelaah kesesuaian antara RKA-SKPD
dan DPPA-SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan kebijakan umum
perubahan APBD serta PPA perubahan APBD, prakiraan maju yang direncanakan
atau yang telah disetujui dan dokumen perencanaan lainnya, serta capaian
kinerja, indikator kinerja, standar analisis belanja, standar satuan harga, dan
standar pelayanan minimal.

simbachs@gmail.com

- 60 (3) Dalam hal hasil pembahasan RKA-SKPD dan DPPA-SKPD yang memuat program
dan kegiatan yang akan dianggarkan dalam perubahan APBD terdapat
ketidaksesuaian dengan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), SKPD
melakukan penyempurnaan.
Pasal 167
(1) RKA-SKPD yang memuat program dan kegiatan baru dan DPPA-SKPD yang akan
dianggarkan dalam perubahan APBD yang telah disempurnakan oleh SKPD,
disampaikan kepada PPKD untuk dibahas lebih lanjut oleh TAPD.
(2) RKA-SKPD yang memuat program dan kegiatan baru dan DPPA-SKPD yang akan
dianggarkan dalam perubahan APBD yang telah dibahas TAPD, dijadikan bahan
penyusunan rancangan peraturan daerah tentang perubahan APBD dan rancangan
peraturan kepala daerah tentang penjabaran perubahan APBD oleh PPKD.
Bagian Kedelapan
Penetapan Perubahan APBD
Paragraf 1
Rancangan Peraturan Daerah tentang Perubahan APBD dan
Rancangan Peraturan Kepala Daerah tentang Penjabaran Perubahan APBD
Pasal 168
Rancangan peraturan daerah tentang perubahan APBD dan peraturan kepala daerah
tentang penjabaran perubahan APBD yang disusun oleh PPKD memuat pendapatan,
belanja dan pembiayaan yang mengalami perubahan dan yang tidak mengalami
perubahan.
Pasal 169
(1) Rancangan peraturan daerah tentang perubahan APBD sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 168 terdiri dari rancangan peraturan daerah tentang perubahan APBD
beserta lampirannya.
(2) Lampiran rancangan peraturan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri dari:
a. ringkasan perubahan APBD;
b. ringkasan perubahan APBD menurut urusan pemerintahan daerah dan
organisasi;
c. rincian perubahan APBD menurut urusan pemerintahan daerah, organisasi,
pendapatan, belanja dan pembiayaan;
d. rekapitulasi perubahan belanja menurut urusan pemerintahan daerah,
organisasi, program dan kegiatan;
e. rekapitulasi perubahan belanja daerah untuk keselarasan dan keterpaduan
urusan pemerintahan daerah dan fungsi dalam kerangka pengelolaan
keuangan negara;
f.
daftar perubahan jumlah pegawai per golongan dan per jabatan;
g. Laporan keuangan pemerintah daerah yang telah ditetapkan dengan
peraturan daerah terdiri dari:
1) laporan realisasi anggaran yang telah ditetapkan dengan peraturan
daerah 1 (satu) tahun terakhir sebelum tahun perubahan anggaran yang
direncanakan;

simbachs@gmail.com

- 61 2)

(3)

(1)

(2)

(3)

(1)
(2)

(3)

(4)

neraca yang telah ditetapkan dengan peraturan daerah 1 (satu) tahun


terakhir sebelum tahun perubahan anggaran yang direncanakan;
3) laporan arus kas yang telah ditetapkan dengan peraturan daerah 1
(satu) tahun terakhir sebelum tahun perubahan anggaran yang
direncanakan;
4) catatan atas laporan keuangan yang telah ditetapkan dengan peraturan
daerah 1 (satu) tahun terakhir sebelum tahun perubahan anggaran yang
direncanakan;
h. daftar kegiatan-kegiatan tahun anggaran sebelumnya yang belum
diselesaikan dan dianggarkan kembali dalam tahun anggaran ini; dan
i.
daftar pinjaman daerah.
Format rancangan peraturan daerah tentang perubahan APBD beserta lampiran
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran C.V peraturan
menteri ini.
Pasal 170
Rancangan peraturan kepala daerah tentang penjabaran perubahan APBD
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 169 ayat (2) terdiri dari rancangan peraturan
kepala daerah tentang penjabaran perubahan APBD beserta lampirannya.
Lampiran rancangan peraturan kepala daerah sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) terdiri dari:
a. ringkasan penjabaran perubahan anggaran pendapatan daerah, belanja
daerah dan pembiayaan daerah; dan
b. penjabaran perubahan APBD menurut organisasi, program, kegiatan,
kelompok, jenis, obyek, rincian obyek pendapatan, belanja dan pembiayaan.
Format rancangan peraturan kepala daerah tentang penjabaran perubahan APBD
beserta lampiran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran
C.VI peraturan menteri ini.
Pasal 171
Rancangan peraturan daerah tentang perubahan APBD yang telah disusun oleh
PPKD disampaikan kepada kepala daerah.
Rancangan peraturan daerah tentang perubahan APBD sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) sebelum disampaikan oleh kepala daerah kepada DPRD
disosialisasikan kepada masyarakat.
Sosialisasi rancangan peraturan daerah tentang perubahan APBD sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) bersifat memberikan informasi mengenai hak dan
kewajiban pemerintah daerah serta masyarakat dalam pelaksanaan perubahan
APBD tahun anggaran yang direncanakan.
Penyebarluasan rancangan peraturan daerah tentang perubahan APBD
dilaksanakan oleh sekretariat daerah.
Paragraf 2
Penyampaian, Pembahasan dan Penetapan
Raperda Perubahan APBD

Pasal 172
(1) Kepala daerah menyampaikan rancangan peraturan daerah tentang perubahan
APBD, beserta lampirannya kepada DPRD paling lambat minggu kedua bulan
September tahun anggaran berjalan untuk mendapatkan persetujuan bersama.

simbachs@gmail.com

- 62 (2) Penyampaian rancangan peraturan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disertai dengan nota keuangan perubahan APBD.
(3) DPRD menetapkan agenda pembahasan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

rancangan

peraturan

daerah

(4) Pembahasan rancangan peraturan daerah berpedoman pada kebijakan umum


perubahan APBD serta PPA perubahan APBD yang telah disepakati antara kepala
daerah dan pimpinan DPRD.
(5) Pengambilan keputusan DPRD untuk menyetujui rancangan peraturan daerah
tentang perubahan APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling lambat 3
(tiga) bulan sebelum tahun anggaran yang bersangkutan berakhir.
(6) Format susunan nota keuangan perubahan APBD sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) tercantum dalam Lampiran C.VII peraturan menteri ini.
(7) Format persetujuan bersama rancangan peraturan daerah tentang perubahan
APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran C.VIII
peraturan menteri ini.
(8) Jadwal perubahan APBD tercantum dalam Lampiran C.XIX peraturan menteri ini.
Paragraf 3
Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah tentang Perubahan APBD dan
Peraturan Kepala Daerah tentang Penjabaran Perubahan APBD
Pasal 173
(1) Tata cara evaluasi dan penetapan rancangan peraturan daerah tentang perubahan
APBD provinsi dan rancangan peraturan gubernur tentang penjabaran perubahan
APBD provinsi menjadi peraturan daerah dan peraturan gubernur berlaku
ketentuan Pasal 110 ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4).
(2) Dalam hal Menteri Dalam Negeri menyatakan bahwa hasil evaluasi rancangan
peraturan daerah tentang perubahan APBD dan rancangan peraturan gubernur
tentang penjabaran perubahan APBD bertentangan dengan kepentingan umum
dan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, gubernur bersama DPRD
melakukan penyempurnaan paling lama 7 (tujuh) hari kerja terhitung sejak
diterimanya hasil evaluasi.
(3) Apabila hasil evaluasi tidak ditindaklanjuti oleh gubernur dan DPRD, dan gubernur
tetap menetapkan rancangan peraturan daerah tentang perubahan APBD dan
rancangan peraturan gubernur tentang penjabaran perubahan APBD menjadi
peraturan daerah dan peraturan gubernur, Menteri Dalam Negeri membatalkan
peraturan daerah dan peraturan gubernur dimaksud sekaligus menyatakan tidak
diperkenankan melakukan perubahan APBD dan tetap berlaku APBD tahun
anggaran berjalan.
(4) Pembatalan peraturan daerah dan peraturan gubernur serta pernyataan
berlakunya APBD tahun berjalan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan
dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri.
Pasal 174
(1) Tata cara evaluasi dan penetapan rancangan peraturan daerah tentang perubahan
APBD kabupaten/kota dan rancangan peraturan bupati/walikota tentang
penjabaran perubahan APBD kabupaten/kota menjadi peraturan daerah dan
peraturan bupati/walikota berlaku ketentuan Pasal 111 ayat (1), ayat (2), ayat (3),
dan ayat (4).

simbachs@gmail.com

- 63 (2) Dalam hal Gubernur menyatakan hasil evaluasi rancangan peraturan daerah
tentang APBD dan rancangan peraturan bupati/walikota tentang penjabaran APBD
tidak sesuai dengan kepentingan umum dan peraturan perundang-undangan yang
lebih tinggi, bupati/walikota bersama DPRD melakukan penyempurnaan paling
lama 7 (tujuh) hari kerja terhitung sejak diterimanya hasil evaluasi.
(3) Apabila hasil evaluasi tidak ditindaklanjuti oleh bupati/walikota dan DPRD, dan
bupati/walikota tetap menetapkan rancangan peraturan daerah tentang
perubahan APBD dan rancangan peraturan bupati/walikota tentang penjabaran
perubahan APBD menjadi peraturan daerah dan peraturan bupati/walikota,
gubernur membatalkan peraturan daerah dan peraturan bupati/walikota dimaksud,
sekaligus menyatakan tidak diperkenankan melakukan perubahan APBD dan tetap
berlaku APBD tahun anggaran berjalan.
(4) Pembatalan peraturan daerah dan peraturan bupati/walikota serta pernyataan
berlakunya APBD tahun berjalan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan
dengan keputusan gubernur.
Pasal 175
(1) Paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah pembatalan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 173 ayat (4) dan Pasal 174 ayat (4), kepala daerah harus memberhentikan
pelaksanaan peraturan daerah dan selanjutnya DPRD bersama kepala daerah
mencabut peraturan daerah dimaksud.
(2) Pencabutan peraturan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
dengan peraturan daerah tentang pencabutan peraturan daerah tentang
perubahan APBD.
Pasal 176
Gubernur menyampaikan hasil evaluasi yang dilakukan atas rancangan peraturan
daerah kabupaten/kota tentang perubahan APBD dan rancangan peraturan
bupati/walikota tentang penjabaran perubahan APBD kepada Menteri Dalam Negeri.
Pasal 177
Tata cara penyempurnaan hasil evaluasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 173 ayat
(2) dan Pasal 174 ayat (2) berlaku ketentuan dalam Pasal 113.
Paragraf 4
Pelaksanaan Perubahan Anggaran SKPD
Pasal 178
(1) PPKD paling lama 3 (tiga) hari kerja setelah peraturan daerah tentang perubahan
APBD ditetapkan, memberitahukan kepada semua kepala SKPD agar menyusun
rancangan DPA-SKPD terhadap program dan kegiatan yang dianggarkan dalam
perubahan APBD.
(2) DPA-SKPD yang mengalami perubahan dalam tahun berjalan seluruhnya harus
disalin kembali ke dalam Dokumen Pelaksanaan Perubahan Anggaran Satuan Kerja
Perangkat Daerah (DPPA-SKPD).
(3) Dalam DPPA-SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terhadap rincian obyek
pendapatan, belanja atau pembiayaan yang mengalami penambahan atau
pengurangan atau pergeseran harus disertai dengan penjelasan latar belakang
perbedaan jumlah anggaran baik sebelum dilakukan perubahan maupun setelah
dilakukan perubahan.

simbachs@gmail.com

- 64 (4) DPPA-SKPD dapat dilaksanakan setelah dibahas TAPD, dan disahkan oleh PPKD
berdasarkan persetujuan sekretaris daerah.
BAB IX
PENGELOLAAN KAS
Bagian Pertama
Pengelolaan Penerimaan dan Pengeluaran Kas
Pasal 179
(1) BUD bertanggung jawab terhadap pengelolaan penerimaan dan pengeluaran kas
daerah.
(2) Untuk mengelola kas daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), BUD membuka
rekening kas umum daerah pada bank yang sehat.
(3) Penunjukan bank yang sehat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan
dengan keputusan kepala daerah dan diberitahukan kepada DPRD.
Pasal 180
Untuk mendekatkan pelayanan pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran kas kepada
SKPD atau masyarakat, BUD dapat membuka rekening penerimaan dan rekening
pengeluaran pada bank yang ditetapkan oleh kepala daerah.
Pasal 181
(1) Rekening penerimaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 180 digunakan untuk
menampung penerimaan daerah setiap hari.
(2) Saldo rekening penerimaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) setiap akhir hari
kerja wajib disetorkan seluruhnya ke rekening kas umum daerah.
Pasal 182
(1) Rekening pengeluaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 180 diisi dengan dana
yang bersumber dari rekening kas umum daerah.
(2) Jumlah dana yang disediakan pada rekening pengeluaran sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) disesuaikan dengan rencana pengeluaran yang telah ditetapkan
dalam APBD.
Bagian Kedua
Pengelolaan Kas Non Anggaran
Pasal 183
(1) Pengelolaan kas non anggaran mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas
yang tidak mempengaruhi anggaran pendapatan, belanja, dan pembiayaan
pemerintah daerah.
(2) Penerimaan kas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) seperti:
a. potongan Taspen;
b. potongan Askes;
c. potongan PPh;
d. potongan PPN;

simbachs@gmail.com

- 65 -

(3)

(4)
(5)
(6)
(7)
(8)

e. penerimaan titipan uang muka;


f.
penerimaan uang jaminan; dan
g. penerimaan lainnya yang sejenis.
Pengeluaran kas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) seperti:
a. penyetoran Taspen;
b. penyetoran Askes;
c. penyetoran PPh;
d. penyetoran PPN;
e. pengembalian titipan uang muka;
f.
pengembalian uang jaminan; dan
g. pengeluaran lainnya yang sejenis.
Penerimaan kas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diperlakukan sebagai
penerimaan perhitungan fihak ketiga.
Pengeluaran kas sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan sebagai
pengeluaran perhitungan fihak ketiga.
Informasi penerimaan kas dan pengeluaran kas sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) dan ayat (3) disajikan dalam laporan arus kas aktivitas non anggaran.
Penyajian informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (6) sesuai dengan Standar
Akuntansi Pemerintahan.
Tata cara pengelolaan kas non anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatur dalam peraturan kepala daerah.
BAB X
PENATAUSAHAAN KEUANGAN DAERAH
Bagian Pertama
Azas Umum Penatausahaan Keuangan Daerah

Pasal 184
(1) Pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran, bendahara penerimaan/
pengeluaran dan orang atau badan yang menerima atau menguasai
uang/barang/kekayaan daerah wajib menyelenggarakan penatausahaan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
(2) Pejabat yang menandatangani dan/atau mengesahkan dokumen yang berkaitan
dengan surat bukti yang menjadi dasar penerimaan dan/atau pengeluaran atas
pelaksanaan APBD bertanggung jawab terhadap kebenaran material dan akibat
yang timbul dari penggunaan surat bukti dimaksud.
Bagian Kedua
Pelaksanaan Penatausahaan Keuangan Daerah
Pasal 185
(1) Untuk pelaksanaan APBD, kepala daerah menetapkan:
a. pejabat yang diberi wewenang menandatangani SPD;
b. pejabat yang diberi wewenang menandatangani SPM;
c. pejabat yang diberi wewenang mengesahkan SPJ;
d. pejabat yang diberi wewenang menandatangani SP2D;

simbachs@gmail.com

- 66 e.

bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran;

f.

bendahara pengeluaran yang mengelola belanja bunga, belanja subsidi,


belanja hibah, belanja bantuan sosial, belanja bagi hasil, belanja bantuan
keuangan, belanja tidak terduga, dan pengeluaran pembiayaan pada SKPKD;

g.

bendahara penerimaan pembantu dan bendahara pengeluaran pembantu


SKPD; dan

h.

pejabat lainnya dalam rangka pelaksanaan APBD.

(2) Penetapan pejabat yang ditunjuk sebagai kuasa pengguna anggaran/kuasa


pengguna barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dilaksanakan
sesuai dengan kebutuhan.
(3) Penetapan pejabat lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf h,
didelegasikan oleh kepala daerah kepada kepala SKPD.
(4) Pejabat lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (3) mencakup:
a.

PPK-SKPD yang diberi wewenang melaksanakan fungsi tata usaha keuangan


pada SKPD;

b.

PPTK yang diberi wewenang melaksanakan satu atau beberapa kegiatan dari
suatu program sesuai dengan bidang tugasnya;

c.

pejabat yang diberi wewenang menandatangani surat bukti pemungutan


pendapatan daerah;

d.

pejabat yang diberi wewenang menandatangani bukti penerimaan kas dan


bukti penerimaan lainnya yang sah; dan

e.

pembantu bendahara
pengeluaran.

penerimaan

dan/atau

pembantu

bendahara

(5) Penetapan pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (4)
dilaksanakan sebelum dimulainya tahun anggaran berkenaan.
Pasal 186
(1) Untuk mendukung kelancaran tugas perbendaharaan, bendahara penerimaan dan
bendahara pengeluaran dapat dibantu oleh pembantu bendahara.
(2) Pembantu bendahara penerimaan sebagaimana dimaksud pada ayat
melaksanakan fungsi sebagai kasir atau pembuat dokumen penerimaan

(1)

(3) Pembantu bendahara pengeluaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


melaksanakan fungsi sebagai kasir, pembuat dokumen pengeluaran uang atau
pengurusan gaji.
Bagian Ketiga
Penatausahaan Penerimaan
Pasal 187
(1) Penerimaan daerah disetor ke rekening kas umum daerah pada bank pemerintah
yang ditunjuk dan dianggap sah setelah kuasa BUD menerima nota kredit.
(2) Penerimaan daerah yang disetor ke rekening kas umum daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), dilakukan dengan cara:
a.

disetor langsung ke bank oleh pihak ketiga;

b.

disetor melalui bank lain, badan, lembaga keuangan dan/atau kantor pos oleh
pihak ketiga; dan

c.

disetor melalui bendahara penerimaan oleh pihak ketiga.

simbachs@gmail.com

- 67 (3) Benda berharga seperti karcis retribusi sebagai tanda bukti pembayaran oleh pihak
ketiga kepada bendahara penerimaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf
c diterbitkan dan disahkan oleh PPKD.
Pasal 188
Dalam hal daerah yang karena kondisi geografisnya sulit dijangkau dengan komunikasi
dan transportasi sehingga melebihi batas waktu penyetoran sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 187 ayat (2) ditetapkan dalam peraturan kepala daerah.

(1)
(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)
(9)
(10)

Pasal 189
Bendahara penerimaan wajib menyelenggarakan penatausahaan terhadap seluruh
penerimaan dan penyetoran atas penerimaan yang menjadi tanggung jawabnya.
Penatausahaan atas penerimaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
menggunakan:
a. buku kas umum;
b. buku pembantu per rincian objek penerimaan; dan
c. buku rekapitulasi penerimaan harian.
Bendahara penerimaan dalam melakukan penatausahaan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) menggunakan:
a. surat ketetapan pajak daerah (SKP-Daerah);
b. surat ketetapan retribusi (SKR);
c. surat tanda setoran (STS);
d. surat tanda bukti pembayaran; dan
e. bukti penerimaan lainnya yang sah.
Bendahara penerimaan pada SKPD wajib mempertanggungjawabkan secara
administratif atas pengelolaan uang yang menjadi tanggung jawabnya dengan
menyampaikan laporan pertanggungjawaban penerimaan kepada pengguna
anggaran/kuasa pengguna anggaran melalui PPK-SKPD paling lambat tanggal 10
bulan berikutnya.
Bendahara penerimaan pada SKPD wajib mempertanggungjawabkan secara
fungsional atas pengelolaan uang yang menjadi tanggung jawabnya dengan
menyampaikan laporan pertanggungjawaban penerimaan kepada PPKD selaku
BUD paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.
Laporan pertanggungjawaban penerimaan sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
dan ayat (5) dilampiri dengan:
a. buku kas umum;
b. buku pembantu per rincian objek penerimaan;
c. buku rekapitulasi penerimaan harian; dan
d. bukti penerimaan lainnya yang sah.
PPKD selaku BUD melakukan verifikasi, evaluasi dan analisis atas laporan
pertanggungjawaban bendahara penerimaan pada SKPD sebagaimana dimaksud
pada ayat (5).
Verifikasi, evaluasi dan analisis sebagaimana dimaksud pada ayat (7) dilakukan
dalam rangka rekonsiliasi penerimaan.
Mekanisme dan tatacara verifikasi, evaluasi dan analisis sebagaimana dimaksud
pada ayat (8) diatur dalam peraturan kepala daerah.
Format buku kas umum, buku pembantu per rincian objek penerimaan dan buku
rekapitulasi penerimaan harian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tercantum
dalam Lampiran D.I peraturan menteri ini.

simbachs@gmail.com

- 68 (11) Format surat ketetapan pajak daerah, surat ketetapan retribusi, surat tanda
setoran, dan surat tanda bukti pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
tercantum dalam Lampiran D.II peraturan menteri ini.
(12) Format laporan pertanggungjawaban bendahara penerimaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) dan ayat (5) tercantum dalam Lampiran D.III peraturan
menteri ini.

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)
(7)

(1)
(2)

(3)

(4)

(5)

Pasal 190
Dalam hal obyek pendapatan daerah tersebar atas pertimbangan kondisi geografis
wajib pajak dan/atau wajib retribusi tidak mungkin membayar kewajibannya
langsung pada badan, lembaga keuangan atau kantor pos yang bertugas
melaksanakan sebagian tugas dan fungsi bendahara penerimaan, dapat ditunjuk
bendahara penerimaan pembantu.
Bendahara penerimaan pembantu wajib menyelenggarakan penatausahaan
terhadap seluruh penerimaan dan penyetoran atas penerimaan yang menjadi
tanggung jawabnya.
Penatausahaan atas penerimaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
menggunakan:
a. buku kas umum; dan
b. buku kas penerimaan harian pembantu.
Bendahara penerimaan pembantu dalam melakukan penatausahaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) menggunakan:
a. surat ketetapan pajak daerah (SKP-Daerah);
b. surat ketetapan retribusi (SKR);
c. surat tanda setoran (STS);
d. surat tanda bukti pembayaran; dan
e. bukti penerimaan lainnya yang sah.
Bendahara
penerimaan
pembantu
wajib
menyampaikan
laporan
pertanggungjawaban penerimaan kepada bendahara penerimaan paling lambat
tanggal 5 bulan berikutnya.
Bendahara penerimaan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) melakukan verifikasi,
evaluasi dan analisis atas laporan pertanggungjawaban penerimaan.
Format buku kas penerimaan harian pembantu sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) huruf b tercantum dalam Lampiran D.IV peraturan menteri ini.
Pasal 191
Kepala daerah dapat menunjuk bank, badan, lembaga keuangan atau kantor pos
yang bertugas melaksanakan sebagian tugas dan fungsi bendahara penerimaan.
Bank, badan, lembaga keuangan atau kantor pos sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) menyetor seluruh uang yang diterimanya ke rekening kas umum daerah
paling lama 1 (satu) hari kerja terhitung sejak uang kas tersebut diterima.
Atas pertimbangan kondisi geografis yang sulit dijangkau dengan komunikasi dan
transportasi, dapat melebihi ketentuan batas waktu penyetoran sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dalam peraturan kepala daerah.
Bank, badan, lembaga keuangan atau kantor pos sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) mempertanggungjawabkan seluruh uang kas yang diterimanya kepada
kepala daerah melalui BUD.
Tata cara penyetoran dan pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud pada ayat
(2), ayat (3), dan ayat (4) ditetapkan dengan peraturan kepala daerah.

simbachs@gmail.com

- 69 Pasal 192
(1) Bendahara penerimaan pembantu wajib menyetor seluruh uang yang diterimanya
ke rekening kas umum daerah paling lama 1 (satu) hari kerja terhitung sejak uang
kas tersebut diterima.
(2) Bendahara penerimaan pembantu mempertanggungjawabkan bukti penerimaan
dan bukti penyetoran dari seluruh uang kas yang diterimanya kepada bendahara
penerimaan.
Pasal 193
Pengisian dokumen penatausahaan penerimaan dapat menggunakan aplikasi komputer
dan/atau alat elektronik lainnya.
Pasal 194
Dalam hal bendahara penerimaan berhalangan, maka:
a. apabila melebihi 3 (tiga) hari sampai selama-lamanya 1 (satu) bulan, bendahara
penerimaan tersebut wajib memberikan surat kuasa kepada pejabat yang ditunjuk
untuk melakukan penyetoran dan tugas-tugas bendahara penerimaan atas
tanggung jawab bendahara penerimaan yang bersangkutan dengan diketahui
kepala SKPD;
b. apabila melebihi 1 (satu) bulan sampai selama-lamanya 3 (tiga) bulan, harus
ditunjuk pejabat bendahara penerimaan dan diadakan berita acara serah terima;
c. apabila bendahara penerimaan sesudah 3 (tiga ) bulan belum juga dapat
melaksanakan tugas, maka dianggap yang bersangkutan telah mengundurkan diri
atau berhenti dari jabatan sebagai bendahara penerimaan dan oleh karena itu
segera diusulkan penggantinya.
Pasal 195
Ringkasan prosedur penatausahaan bendahara penerimaan tercantum dalam Lampiran
D.V peraturan menteri ini.
Bagian Keempat
Penatausahaan Pengeluaran
Paragraf 1
Penyediaan Dana
Pasal 196
anggaran kas, PPKD

dalam rangka manajemen kas


(1) Setelah penetapan
menerbitkan SPD.
(2) SPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disiapkan oleh kuasa BUD untuk
ditandatangani oleh PPKD.
Pasal 197
(1) Pengeluaran kas atas beban APBD dilakukan berdasarkan SPD atau dokumen lain
yang dipersamakan dengan SPD.
(2) Format SPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran D.VI
peraturan menteri ini.

simbachs@gmail.com

- 70 Paragraf 2
Permintaan Pembayaran
Pasal 198
(1) Berdasarkan SPD atau dokumen lain yang dipersamakan dengan SPD
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 197 ayat (1), bendahara pengeluaran
mengajukan SPP kepada pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran melalui
PPK-SKPD.
(2) SPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari:
a. SPP Uang Persediaan (SPP-UP);
b. SPP Ganti Uang (SPP-GU);
c. SPP Tambahan Uang (SPP-TU); dan
d. SPP Langsung (SPP-LS).
(3) Pengajuan SPP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, huruf b, dan huruf c
dilampiri dengan daftar rincian rencana penggunaan dana sampai dengan jenis
belanja.
Pasal 199
(1) Penerbitan dan pengajuan dokumen SPP-UP dilakukan oleh bendahara
pengeluaran untuk memperoleh persetujuan dari pengguna anggaran/kuasa
pengguna anggaran melalui PPK-SKPD dalam rangka pengisian uang persediaan.
(2) Dokumen SPP-UP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari:
a. surat pengantar SPP-UP;
b. ringkasan SPP-UP;
c. rincian SPP-UP;
d. salinan SPD;
e. draft surat pernyataan untuk ditandatangani oleh pengguna anggaran/kuasa
pengguna anggaran yang menyatakan bahwa uang yang diminta tidak
dipergunakan untuk keperluan selain uang persediaan saat pengajuan SP2D
kepada kuasa BUD; dan
f.
lampiran lain yang diperlukan.
Pasal 200
(1) Penerbitan dan pengajuan dokumen SPP-GU dilakukan oleh bendahara
pengeluaran untuk memperoleh persetujuan dari pengguna anggaran/kuasa
pengguna anggaran melalui PPK-SKPD dalam rangka ganti uang persediaan.
(2) Dokumen SPP-GU sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari:
a. surat pengantar SPP-GU;
b. ringkasan SPP-GU;
c. rincian SPP-GU;
d. surat pengesahan laporan pertanggungjawaban bendahara pengeluaran atas
penggunaan dana SPP-UP/GU/TU sebelumnya;
e. salinan SPD;
f.
draft surat pernyataan untuk ditandatangani oleh pengguna anggaran/kuasa
pengguna anggaran yang menyatakan bahwa uang yang diminta tidak
dipergunakan untuk keperluan selain ganti uang persediaan saat pengajuan
SP2D kepada kuasa BUD; dan
g. lampiran lain yang diperlukan.

simbachs@gmail.com

- 71 (3) Format surat pengesahan laporan pertanggungjawaban bendahara pengeluaran


sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d tercantum dalam Lampiran D.VII
peraturan menteri ini.
Pasal 201
Ketentuan batas jumlah SPP-UP dan SPP-GU sebagaimana dimaksud dalam Pasal 199
dan Pasal 200 ditetapkan dalam peraturan kepala daerah.

(1)

(2)

(3)

(4)
(5)

Pasal 202
Penerbitan dan pengajuan dokumen SPP-TU dilakukan oleh bendahara
pengeluaran untuk memperoleh persetujuan dari pengguna anggaran/kuasa
pengguna anggaran melalui PPK-SKPD dalam rangka tambahan uang persediaan.
Dokumen SPP-TU sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari:
a. surat pengantar SPP-TU;
b. ringkasan SPP-TU;
c. rincian SPP-TU;
d. salinan SPD;
e. draft surat pernyataan untuk ditandatangani oleh pengguna anggaran/kuasa
pengguna anggaran yang menyatakan bahwa uang yang diminta tidak
dipergunakan untuk keperluan selain tambahan uang persediaan saat
pengajuan SP2D kepada kuasa BUD;
f.
surat keterangan yang memuat penjelasan keperluan pengisian tambahan
uang persediaan; dan
g. lampiran lainnya.
Batas jumlah pengajuan SPP-TU harus mendapat persetujuan dari PPKD dengan
memperhatikan rincian kebutuhan dan waktu penggunaan ditetapkan dalam
peraturan kepala daerah.
Dalam hal dana tambahan uang tidak habis digunakan dalam 1 (satu) bulan, maka
sisa tambahan uang disetor ke rekening kas umum daerah.
Format surat keterangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf f tercantum
dalam Lampiran D.VIII peraturan menteri ini.

Pasal 203
(1) Pengajuan dokumen SPP-UP, SPP-GU dan SPP-TU sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 199 ayat (1), Pasal 200 ayat (1) dan Pasal 202 ayat (1) digunakan dalam
rangka pelaksanaan pengeluaran SKPD yang harus dipertanggungjawabkan.
(2) Format draft surat pernyataan pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 199 ayat (2) huruf e, Pasal 200 ayat (2) huruf
f, dan Pasal 202 ayat (2) huruf e tercantum dalam Lampiran D.IX peraturan
menteri ini.
Pasal 204
(1) Penerbitan dan pengajuan dokumen SPP-LS untuk pembayaran gaji dan tunjangan
serta penghasilan lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan
dilakukan oleh bendahara pengeluaran guna memperoleh persetujuan pengguna
anggaran/kuasa pengguna anggaran melalui PPK-SKPD.
(2) Dokumen SPP-LS untuk pembayaran gaji dan tunjangan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) terdiri dari:
a. surat pengantar SPP-LS;

simbachs@gmail.com

- 72 b. ringkasan SPP-LS;
c. rincian SPP-LS; dan
d. lampiran SPP-LS.
(3) Lampiran dokumen SPP-LS untuk pembayaran gaji dan tunjangan serta
penghasilan lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d mencakup:
a. pembayaran gaji induk;
b. gaji susulan;
c. kekurangan gaji;
d. gaji terusan;
e. uang duka wafat/tewas yang dilengkapi dengan daftar gaji induk/gaji
susulan/ kekurangan gaji/uang duka wafat/tewas;
f.
SK CPNS;
g. SK PNS;
h. SK kenaikan pangkat;
i.
SK jabatan;
j.
kenaikan gaji berkala;
k. surat pernyataan pelantikan;
l.
surat pernyataan masih menduduki jabatan;
m. surat pernyataan melaksanakan tugas;
n. daftar keluarga (KP4);
o. fotokopi surat nikah;
p. fotokopi akte kelahiran;
q. surat keterangan pemberhentian pembayaran (SKPP) gaji;
r.
daftar potongan sewa rumah dinas;
s. surat keterangan masih sekolah/kuliah;
t.
surat pindah;
u. surat kematian;
v. SSP PPh Pasal 21; dan
w. peraturan perundang-undangan mengenai penghasilan pimpinan dan
anggota DPRD serta gaji dan tunjangan kepala daerah/wakil kepala daerah.
(4) Kelengkapan lampiran dokumen SPP-LS pembayaran gaji dan tunjangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) digunakan sesuai dengan peruntukannya.
Pasal 205
(1) PPTK menyiapkan dokumen SPP-LS untuk pengadaan barang dan jasa untuk
disampaikan kepada bendahara pengeluaran dalam rangka pengajuan permintaan
pembayaran.
(2) Dokumen SPP-LS untuk pengadaan barang dan jasa sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) terdiri dari:
a. surat pengantar SPP-LS;
b. ringkasan SPP-LS;
c. rincian SPP-LS; dan
d. lampiran SPP-LS.
(3) Lampiran dokumen SPP-LS untuk pengadaan barang dan jasa sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf d mencakup:
a. salinan SPD;

simbachs@gmail.com

- 73 b.
c.

salinan surat rekomendasi dari SKPD teknis terkait;


SSP disertai faktur pajak (PPN dan PPh) yang telah ditandatangani wajib
pajak dan wajib pungut;
d. surat perjanjian kerjasama/kontrak antara pengguna anggaran/kuasa
pengguna anggaran dengan pihak ketiga serta mencantumkan nomor
rekening bank pihak ketiga;
e. berita acara penyelesaian pekerjaan;
f.
berita acara serah terima barang dan jasa;
g. berita acara pembayaran;
h. kwitansi bermeterai, nota/faktur yang ditandatangani pihak ketiga dan PPTK
sertai disetujui oleh pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran;
i.
surat jaminan bank atau yang dipersamakan yang dikeluarkan oleh bank atau
lembaga keuangan non bank;
j.
dokumen lain yang dipersyaratkan untuk kontrak-kontrak yang dananya
sebagian atau seluruhnya bersumber dari penerusan pinjaman/hibah luar
negeri;
k. berita acara pemeriksaan yang ditandatangani oleh pihak ketiga/rekanan
serta unsur panitia pemeriksaan barang berikut lampiran daftar barang yang
diperiksa;
l.
surat angkutan atau konosemen apabila pengadaan barang dilaksanakan di
luar wilayah kerja;
m. surat pemberitahuan potongan denda keterlambatan pekerjaan dari PPTK
apabila pekerjaan mengalami keterlambatan;
n. foto/buku/dokumentasi tingkat kemajuan/ penyelesaian pekerjaan;
o. potongan jamsostek (potongan sesuai dengan ketentuan yang berlaku/surat
pemberitahuan jamsostek); dan
p. khusus untuk pekerjaan konsultan yang perhitungan harganya menggunakan
biaya personil (billing rate), berita acara prestasi kemajuan pekerjaan
dilampiri dengan bukti kehadiran dari tenaga konsultan sesuai pentahapan
waktu pekerjaan dan bukti penyewaan/pembelian alat penunjang serta bukti
pengeluaran lainnya berdasarkan rincian dalam surat penawaran.
(4) Kelengkapan lampiran dokumen SPP-LS pengadaan barang dan jasa sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) digunakan sesuai dengan peruntukannya.
(5) Dalam hal kelengkapan dokumen yang diajukan sebagaimana dimaksud pada ayat
(4) tidak lengkap, bendahara pengeluaran mengembalikan dokumen SPP-LS
pengadaan barang dan jasa kepada PPTK untuk dilengkapi.
(6) Bendahara pengeluaran mengajukan SPP-LS sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
kepada pengguna anggaran setelah ditandatangani oleh PPTK guna memperoleh
persetujuan pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran melalui PPK-SKPD.
Pasal 206
(1) Permintaan pembayaran untuk suatu kegiatan dapat terdiri dari SPP-LS dan/atau
SPP-UP/GU/TU.
(2) SPP-LS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk pembayaran langsung kepada
pihak ketiga berdasarkan kontrak dan/atau surat perintah kerja setelah
diperhitungkan kewajiban pihak ketiga sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(3) SPP-LS belanja barang dan jasa untuk kebutuhan SKPD yang bukan pembayaran
langsung kepada pihak ketiga dikelola oleh bendahara pengeluaran.

simbachs@gmail.com

- 74 (4) SPP-UP/GU/TU sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk pembayaran


pengeluaran lainnya yang bukan untuk pihak ketiga.
Pasal 207
Format dokumen SPP-UP, SPP-GU, SPP-TU, dan SPP-LS sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 199 ayat (1), Pasal 200 ayat (1), Pasal 202 ayat (1), Pasal 204 ayat (1), Pasal 205
ayat (1) tercantum dalam Lampiran D.X peraturan menteri ini.
Pasal 208
Permintaan pembayaran belanja bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, belanja bagi
hasil, bantuan keuangan, dan pembiayaan oleh bendahara pengeluaran SKPKD
dilakukan dengan menerbitkan SPP-LS yang diajukan kepada PPKD melalui PPK-SKPKD.
Pasal 209
(1) Dokumen yang digunakan oleh bendahara pengeluaran dalam menatausahakan
pengeluaran permintaan pembayaran mencakup:
a.

buku kas umum;

b.

buku simpanan/bank;

c.

buku pajak;

d.

buku panjar;

e.

buku rekapitulasi pengeluaran per rincian obyek; dan

f.

register SPP-UP/GU/TU/LS.

(2) Dalam rangka pengendalian penerbitan permintaan pembayaran untuk setiap


kegiatan dibuatkan kartu kendali kegiatan.
(3) Buku-buku sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, huruf c, huruf d, huruf
e, dan huruf f dapat dikerjakan oleh pembantu bendahara pengeluaran.
(4) Dokumen yang digunakan oleh PPK-SKPD dalam menatausahakan penerbitan SPP
mencakup register SPP-UP/GU/TU/LS.
(5) Kartu kendali kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tercantum dalam
Lampiran D.XI peraturan menteri ini.
(6) Format buku kas umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a sesuai
dengan Lampiran D.I peraturan menteri ini.
(7) Dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, huruf c, huruf d, huruf e,
dan huruf f, serta ayat (4) tercantum dalam Lampiran D.XII peraturan menteri ini.
Pasal 210
(1) Pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran meneliti kelengkapan dokumen
SPP-UP, SPP-GU, SPP-TU, dan SPP-LS yang diajukan oleh bendahara pengeluaran.
(2) Penelitian kelengkapan dokumen SPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan oleh PPK-SKPD.
(3) Dalam hal kelengkapan dokumen yang diajukan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) tidak lengkap, PPK-SKPD mengembalikan dokumen SPP-UP, SPP-GU, SPP-TU,
dan SPP-LS kepada bendahara pengeluaran untuk dilengkapi.

simbachs@gmail.com

- 75 Paragraf 3
Perintah Membayar
Pasal 211
(1) Dalam hal dokumen SPP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 210 ayat (2)
dinyatakan lengkap dan sah, pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran
menerbitkan SPM.
(2) Dalam hal dokumen SPP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 210 ayat (2)
dinyatakan tidak lengkap dan/atau tidak sah, pengguna anggaran/kuasa pengguna
anggaran menolak menerbitkan SPM.
(3) Dalam hal pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran berhalangan, yang
bersangkutan dapat menunjuk pejabat yang diberi wewenang untuk
menandatangani SPM.
Pasal 212
(1) Penerbitan SPM sebagaimana dimaksud dalam Pasal 211 ayat (1) paling lama 2
(dua) hari kerja terhitung sejak diterimanya dokumen SPP.
(2) Penolakan penerbitan SPM sebagaimana dimaksud dalam Pasal 211 ayat (2) paling
lama 1 (satu) hari kerja terhitung sejak diterimanya pengajuan SPP.
(3) Format SPM sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran
D.XIII peraturan menteri ini.
(4) Format surat penolakan penerbitan SPM sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
tercantum dalam Lampiran D.XIV peraturan menteri ini.
Pasal 213
SPM yang telah diterbitkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 212 ayat (1) diajukan
kepada kuasa BUD untuk penerbitan SP2D.
Pasal 214
(1) Dokumen-dokumen yang digunakan oleh pengguna anggaran/kuasa pengguna
anggaran dalam menatausahakan pengeluaran perintah membayar mencakup:
a.

register SPM-UP/SPM-GU/SPM-TU/SPM-LS; dan

b.

register surat penolakan penerbitan SPM.

(2) Penatausahaan pengeluaran perintah membayar sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) dilaksanakan oleh PPK-SKPD.
(3) Dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran D.XV
peraturan menteri ini.
Pasal 215
Setelah tahun anggaran berakhir, pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran
dilarang menerbitkan SPM yang membebani tahun anggaran berkenaan.

simbachs@gmail.com

- 76 Paragraf 4
Pencairan Dana

(1)

(2)
(3)

(4)
(5)

(6)
(7)

(8)
(9)

Pasal 216
Kuasa BUD meneliti kelengkapan dokumen SPM yang diajukan oleh pengguna
anggaran/kuasa pengguna anggaran agar pengeluaran yang diajukan tidak
melampaui pagu dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam peraturan
perundang-undangan.
Kelengkapan dokumen SPM-UP untuk penerbitan SP2D adalah surat pernyataan
tanggung jawab pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran.
Kelengkapan dokumen SPM-GU untuk penerbitan SP2D mencakup:
a. surat pernyataan tanggung jawab pengguna anggaran/kuasa pengguna
anggaran;
b. surat pengesahan pertanggungjawaban bendahara pengeluaran periode
sebelumnya;
c. ringkasan pengeluaran per rincian objek yang disertai dengan bukti-bukti
pengeluaran yang sah dan lengkap; dan
d. bukti atas penyetoran PPN/PPh.
Kelengkapan dokumen SPM-TU untuk penerbitan SP2D adalah surat pernyataan
tanggung jawab pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran.
Kelengkapan dokumen SPM-LS untuk penerbitan SP2D mencakup:
a. surat pernyataan tanggungjawab pengguna anggaran/kuasa pengguna
anggaran; dan
b. bukti-bukti pengeluaran yang sah dan lengkap sesuai dengan kelengkapan
persyaratan yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.
Dalam hal dokumen SPM sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dinyatakan
lengkap, kuasa BUD menerbitkan SP2D.
Dalam hal dokumen SPM sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dinyatakan tidak
lengkap dan/atau tidak sah dan/atau pengeluaran tersebut melampaui pagu
anggaran, kuasa BUD menolak menerbitkan SP2D.
Dalam hal kuasa BUD berhalangan, yang bersangkutan dapat menunjuk pejabat
yang diberi wewenang untuk menandatangani SP2D.
Format SP2D sebagaimana dimaksud pada ayat (4) tercantum dalam D.XVI
peraturan menteri ini.

Pasal 217
(1) Penerbitan SP2D sebagaimana dimaksud dalam Pasal 217 ayat (6) paling lama 2
(dua) hari kerja terhitung sejak diterimanya pengajuan SPM.
(2) Penolakan penerbitan SP2D sebagaimana dimaksud dalam Pasal 217 ayat (7)
paling lama 1 (satu) hari kerja terhitung sejak diterimanya pengajuan SPM.
(3) Format surat penolakan penerbitan SP2D sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
tercantum dalam Lampiran D.XVII peraturan menteri ini.
Pasal 218
(1) Kuasa BUD menyerahkan SP2D yang diterbitkan untuk keperluan uang
persediaan/ganti uang persediaan/tambahan uang persediaan kepada pengguna
anggaran/kuasa penggguna anggaran.
(2) Kuasa BUD menyerahkan SP2D yang diterbitkan untuk keperluan pembayaran
langsung kepada pihak ketiga.

simbachs@gmail.com

- 77 -

Pasal 219
(1) Dokumen yang digunakan kuasa BUD dalam menatausahakan SP2D mencakup:
a.

register SP2D;

b.

register surat penolakan penerbitan SP2D; dan

c.

buku kas penerimaan dan pengeluaran.

(2) Format dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran
D.XVIII peraturan menteri ini.
Paragraf 5
Pertanggungjawaban Penggunaan Dana
Pasal 220
(1) Bendahara pengeluaran secara administratif wajib mempertanggungjawabkan
penggunaan uang persediaan/ganti uang persediaan/tambah uang persediaan
kepada kepala SKPD melalui PPK-SKPD paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.
(2) Dokumen yang digunakan
pengeluaran mencakup:

dalam

menatausahakan

pertanggungjawaban

a.

register penerimaan laporan pertanggungjawaban pengeluaran (SPJ);

b.

register pengesahan laporan pertanggungjawaban pengeluaran (SPJ);

c.

surat penolakan laporan pertanggungjawaban pengeluaran (SPJ);

d.

register penolakan laporan pertanggungjawaban pengeluaran (SPJ); dan

e.

register penutupan kas.

(3) Format dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tercantum dalam Lampiran
D.XIX peraturan menteri ini.
(4) Dalam mempertanggungjawabkan pengelolaan uang persediaan, dokumen laporan
pertanggungjawaban yang disampaikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mencakup:
a.

buku kas umum;

b.

ringkasan pengeluaran per rincian obyek yang disertai dengan bukti-bukti


pengeluaran yang sah atas pengeluaran dari setiap rincian obyek yang
tercantum dalam ringkasan pengeluaran per rincian obyek dimaksud;

c.

bukti atas penyetoran PPN/PPh ke kas negara; dan

d.

register penutupan kas.

(5) Buku kas umum sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf a ditutup setiap bulan
dengan sepengetahuan dan persetujuan pengguna anggaran/kuasa pengguna
anggaran.
(6) Dalam hal laporan pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
telah sesuai, pengguna anggaran menerbitkan surat pengesahan laporan
pertanggungjawaban.
(7) Ketentuan batas waktu penerbitan surat pengesahan laporan pertanggungjawaban
pengeluaran dan sanksi keterlambatan penyampaian laporan pertanggungjawaban
ditetapkan dalam peraturan kepala daerah.
(8) Untuk tertib laporan pertanggungjawaban pada akhir tahun anggaran,
pertanggungjawaban pengeluaran dana bulan Desember disampaikan paling
lambat tanggal 31 Desember.

simbachs@gmail.com

- 78 (9) Dokumen
pendukung
SPP-LS
dapat
dipersamakan
dengan
bukti
pertanggungjawaban atas pengeluaran pembayaran beban langsung kepada pihak
ketiga.
(10) Bendahara pengeluaran pada SKPD wajib mempertanggungjawabkan secara
fungsional atas pengelolaan uang yang menjadi tanggung jawabnya dengan
menyampaikan laporan pertanggungjawaban pengeluaran kepada PPKD selaku
BUD paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.
(11) Penyampaian pertanggungjawaban bendahara pengeluaran secara fungsional
sebagaimana dimaksud pada ayat (10) dilaksanakan setelah diterbitkan surat
pengesahan pertanggungjawaban pengeluaran oleh pengguna anggaran/kuasa
pengguna anggaran.
(12) Format laporan pertanggungjawaban pengeluaran sebagaimana dimaksud pada
ayat (10) tercantum dalam Lampiran D.XX peraturan menteri ini.
Pasal 221
Dalam melakukan verifikasi atas laporan pertanggungjawaban yang disampaikan, PPKSKPD berkewajiban:
a. meneliti kelengkapan dokumen laporan pertanggungjawaban dan keabsahan
bukti-bukti pengeluaran yang dilampirkan;
b. menguji kebenaran perhitungan atas pengeluaran per rincian obyek yang
tercantum dalam ringkasan per rincian obyek;
c. menghitung pengenaan PPN/PPh atas beban pengeluaran per rincian obyek; dan
d. menguji kebenaran sesuai dengan SPM dan SP2D yang diterbitkan periode
sebelumnya.

(1)

(2)
(3)

(4)
(5)

(6)

(7)

Pasal 222
Bendahara pengeluaran pembantu dapat ditunjuk berdasarkan pertimbangan
tingkatan daerah, besaran SKPD, besaran jumlah uang yang dikelola, beban kerja,
lokasi, kompetensi dan/atau rentang kendali dan pertimbangan objektif lainnya.
Bendahara pengeluaran pembantu wajib menyelenggarakan penatausahaan
terhadap seluruh pengeluaran yang menjadi tanggung jawabnya.
Dokumen-dokumen yang digunakan oleh bendahara pengeluaran pembantu dalam
menatausahakan pengeluaran mencakup:
a. buku kas umum;
b. buku pajak PPN/PPh; dan
c. buku panjar.
Bendahara pengeluaran pembantu dalam melakukan penatausahaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) menggunakan bukti pengeluaran yang sah.
Bendahara
pengeluaran
pembantu
wajib
menyampaikan
laporan
pertanggungjawaban pengeluaran kepada bendahara pengeluaran paling lambat
tanggal 5 bulan berikutnya.
Laporan pertanggungjawaban pengeluaran sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
mencakup:
a. buku kas umum;
b. buku pajak PPN/PPh; dan
c. bukti pengeluaran yang sah.
Bendahara pengeluaran melakukan verifikasi, evaluasi dan analisis atas laporan
pertanggungjawaban pengeluaran sebagaimana dimaksud pada ayat (6).

simbachs@gmail.com

- 79 Pasal 223
(1) Pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran melakukan pemeriksaan kas yang
dikelola oleh bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran sekurangkurangnya 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) bulan.
(2) Bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran melakukan pemeriksaan kas
yang dikelola oleh bendahara penerimaan pembantu dan bendahara pengeluaran
pembantu sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) bulan.
(3) Pemeriksaan kas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dituangkan
dalam berita acara pemeriksaan kas.
(4) Berita acara pemeriksaan kas sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disertai
dengan register penutupan kas sesuai dengan Lampiran D.XXI peraturan menteri
ini.
Pasal 224
Bendahara pengeluaran yang mengelola belanja bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial,
belanja bagi hasil, bantuan keuangan, belanja tidak terduga, dan pembiayaan
melakukan penatausahaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 225
Pengisian dokumen penatausahaan bendahara pengeluaran dapat menggunakan
aplikasi komputer dan/atau alat elektronik lainnya.
Pasal 226
Dalam hal bendahara pengeluaran berhalangan, maka:
a.

apabila melebihi 3 (tiga) hari sampai selama-lamanya 1 (satu) bulan, bendahara


pengeluaran tersebut wajib memberikan surat kuasa kepada pejabat yang ditunjuk
untuk melakukan pembayaran dan tugas-tugas bendahara pengeluaran atas
tanggung jawab bendahara pengeluaran yang bersangkutan dengan diketahui
kepala SKPD;

b.

apabila melebihi 1 (satu) bulan sampai selama-lamanya 3 (tiga) bulan, harus


ditunjuk pejabat bendahara pengeluaran dan diadakan berita acara serah terima;

c.

apabila bendahara pengeluaran sesudah 3 (tiga ) bulan belum juga dapat


melaksanakan tugas, maka dianggap yang bersangkutan telah mengundurkan diri
atau berhenti dari jabatan sebagai bendahara pengeluaran dan oleh karena itu
segera diusulkan penggantinya.
Pasal 227

Ringkasan prosedur penatausahaan bendahara pengeluaran tercantum dalam Lampiran


D.XXII peraturan menteri ini.
Bagian Kelima
Penatausahaan Pendanaan Tugas Pembantuan
Pasal 228
(1) Gubernur melimpahkan kewenangan kepada bupati/walikota untuk menetapkan
pejabat kuasa pengguna anggaran pada SKPD kabupaten/kota yang
menandatangani SPM/menguji SPP, PPTK dan bendahara pengeluaran yang
melaksanakan tugas pembantuan di kabupaten/kota.

simbachs@gmail.com

- 80 (2) Bupati/walikota melimpahkan kewenangan kepada kepala desa untuk menetapkan


pejabat kuasa pengguna anggaran pada lingkungan pemerintah desa yang
menandatangani SPM/menguji SPP, PPTK dan bendahara pengeluaran yang
melaksanakan tugas pembantuan di pemerintah desa.
(3) Administrasi penatausahaan dan laporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan
dana tugas pembantuan provinsi di kabupaten/kota dilakukan secara terpisah dari
administrasi penatausahaan dan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD
kabupaten/kota.
(4) Administrasi penatausahaan dan laporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan
dana tugas pembantuan kabupaten/kota di pemerintah desa dilakukan secara
terpisah dari administrasi penatausahaan dan laporan pertanggungjawaban
pelaksanaan APB Desa.

(1)

(2)

(3)
(4)
(5)
(6)

(1)

(2)

(3)
(4)

(5)
(6)

Pasal 229
PPTK pada SKPD kabupaten/kota yang ditetapkan sebagai penanggungjawab
tugas pembantuan provinsi menyiapkan dokumen SPP-LS untuk disampaikan
kepada bendahara pengeluaran pada SKPD kabupaten/kota berkenaan dalam
rangka pengajuan permintaan pembayaran.
Bendahara pengeluaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengajukan SPP-LS
disertai dengan lampiran yang dipersyaratkan kepada kepala SKPD berkenaan
setelah ditandatangani oleh PPTK tugas pembantuan.
Lampiran dokumen SPP-LS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengacu pada
ketentuan dalam Pasal 205.
Kepala SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menerbitkan SPM-LS disertai
dengan kelengkapan dokumen untuk disampaikan kepada kuasa BUD provinsi.
Kelengkapan dokumen SPM-LS sebagaimana dimaksud pada ayat (4) mengacu
pada ketentuan dalam Pasal 214.
Kuasa BUD provinsi meneliti kelengkapan dokumen SPM-LS tugas pembantuan
yang diajukan oleh kepala SKPD kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat
(5) untuk menerbitkan SP2D.
Pasal 230
PPTK pada kantor pemerintah desa yang ditetapkan sebagai penanggungjawab
tugas pembantuan provinsi dan kabupaten/kota menyiapkan dokumen SPP-LS
untuk disampaikan kepada bendahara pengeluaran/bendahara desa pada kantor
pemerintah desa berkenaan dalam rangka pengajuan permintaan pembayaran.
Bendahara pengeluaran/bendahara desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mengajukan SPP-LS disertai dengan lampiran yang dipersyaratkan kepada kepala
desa berkenaan setelah ditandatangani oleh PPTK tugas pembantuan.
Lampiran dokumen SPP-LS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengacu pada
ketentuan dalam Pasal 204.
Kepala desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menerbitkan SPM-LS disertai
dengan kelengkapan dokumen untuk disampaikan kepada kuasa BUD provinsi atau
kabupaten/kota.
Kelengkapan dokumen SPM-LS sebagaimana dimaksud pada ayat (4) mengacu
pada ketentuan dalam Pasal 214.
Kuasa BUD provinsi atau kabupaten/kota meneliti kelengkapan dokumen SPM-LS
tugas pembantuan yang diajukan oleh kepala desa sebagaimana dimaksud pada
ayat (5) untuk menerbitkan SP2D.

simbachs@gmail.com

- 81 Pasal 231
(1) Pedoman penatausahaan pelaksanaan pendanaan tugas pembantuan provinsi di
kabupaten/kota dan desa ditetapkan dalam peraturan gubernur.
(2) Pedoman
penatausahaan
pelaksanaan
pendanaan
tugas
pembantuan
kabupaten/kota di desa ditetapkan dalam peraturan bupati/walikota.
BAB XI
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH
Bagian Pertama
Sistem Akuntansi

(1)
(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Pasal 232
Entitas pelaporan dan entitas akuntansi menyelenggarakan sistem akuntansi
pemerintahan daerah.
Sistem akuntansi pemerintahan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan dengan peraturan kepala daerah mengacu pada peraturan daerah
tentang pokok-pokok pengelolaan keuangan daerah.
Sistem akuntansi pemerintahan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi serangkaian prosedur mulai dari proses pengumpulan data, pencatatan,
pengikhtisaran,
sampai
dengan
pelaporan
keuangan
dalam
rangka
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang dapat dilakukan secara manual atau
menggunakan aplikasi komputer.
Proses sebagaimana dimaksud pada ayat (3) didokumentasikan dalam bentuk
buku jurnal dan buku besar, dan apabila diperlukan ditambah dengan buku besar
pembantu.
Dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD sebagaimana dimaksud
pada ayat (3), entitas pelaporan menyusun laporan keuangan yang meliputi:
a. laporan realisasi anggaran;
b. neraca;
c. laporan arus kas; dan
d. catatan atas laporan keuangan.
Dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD sebagaimana dimaksud
pada ayat (3), entitas akuntansi menyusun laporan keuangan yang meliputi:
a. laporan realisasi anggaran;
b. neraca; dan
c. catatan atas laporan keuangan.

Pasal 233
(1) Sistem akuntansi pemerintahan daerah sekurang-kurangnya meliputi:
a. prosedur akuntansi penerimaan kas;
b. prosedur akuntansi pengeluaran kas;
c. prosedur akuntansi aset tetap/barang milik daerah; dan
d. prosedur akuntansi selain kas.
(2) Sistem akuntansi pemerintahan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disusun dengan berpedoman pada prinsip pengendalian intern sesuai dengan
peraturan pemerintah yang mengatur tentang pengendalian internal dan
peraturan pemerintah tentang standar akuntansi pemerintahan.

simbachs@gmail.com

- 82 -

Pasal 234
(1) Sistem akuntansi pemerintahan daerah dilaksanakan oleh PPKD.
(2) Sistem akuntansi SKPD dilaksanakan oleh PPK-SKPD.
(3) PPK-SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mengkoordinasikan pelaksanaan
sistem dan prosedur penatausahaan bendahara penerimaan dan bendahara
pengeluaran.
Pasal 235
(1) Kode rekening untuk menyusun neraca terdiri dari kode akun aset, kode akun
kewajiban, dan kode akun ekuitas dana.
(2) Kode rekening untuk menyusun laporan realisasi anggaran terdiri dari kode akun
pendapatan, kode akun belanja, dan kode akun pembiayaan.
(3) Kode rekening sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) disusun dengan
memperhatikan
kepentingan
penyusunan
laporan
statistik
keuangan
daerah/negara.
(4) Kode rekening yang digunakan untuk menyusun neraca sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran E.I peraturan menteri ini.
(5) Kode rekening yang digunakan untuk menyusun laporan realisasi anggaran
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sesuai dengan Lampiran A.II, Lampiran
A.III, Lampiran A.IV, Lampiran A.VII, Lampiran A.VIII, dan Lampiran A.IX
peraturan menteri ini.
Pasal 236
(1) Semua transaksi dan/atau kejadian keuangan yang berkaitan dengan
penyelenggaraan pemerintahan daerah dicatat pada buku jurnal berdasarkan bukti
transaksi yang sah.
(2) Pencatatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara kronologis
sesuai dengan terjadinya transaksi dan/atau kejadian keuangan.
Pasal 237
(1) Transaksi atau kejadian keuangan yang telah dicatat dalam buku jurnal
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 235 ayat (1) selanjutnya secara periodik
diposting ke dalam buku besar sesuai dengan rekening berkenaan.
(2) Buku besar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditutup dan diringkas pada
setiap akhir periode sesuai dengan kebutuhan.
(3) Saldo akhir setiap periode dipindahkan menjadi saldo awal periode berikutnya.
Pasal 238
(1) Buku besar dapat dilengkapi dengan buku besar pembantu sebagai alat uji silang
dan kelengkapan informasi rekening tertentu.
(2) Buku besar pembantu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berisi rincian akun
yang telah dicatat dalam buku besar.

simbachs@gmail.com

- 83 Bagian Kedua
Kebijakan Akuntansi

Pasal 239
(1) Kepala daerah menetapkan peraturan kepala daerah tentang kebijakan akuntansi
pemerintah daerah dengan berpedoman pada standar akuntansi pemerintahan.
(2) Kebijakan akuntansi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan dasar
pengakuan, pengukuran dan pelaporan atas aset, kewajiban, ekuitas, pendapatan,
belanja, dan pembiayaan serta laporan keuangan.
(3) Peraturan kepala daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurangkurangnya memuat:
a.

definisi, pengakuan, pengukuran dan pelaporan setiap akun dalam laporan


keuangan;

b.

prinsip-prinsip penyusunan dan penyajian pelaporan keuangan.

(4) Dalam pengakuan dan pengukuran sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a
juga mencakup kebijakan mengenai harga perolehan dan kapitalisasi aset.
(5) Kebijakan harga perolehan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) merupakan
pengakuan terhadap jumlah kas/setara kas yang dibayarkan terdiri dari belanja
modal, belanja administrasi pembelian/pembangunan, belanja pengiriman, pajak,
dan nilai wajar imbalan lainnya yang dibayarkan sebagai komponen harga
perolehan aset tetap.
(6) Kebijakan kapitalisasi aset sebagaimana dimaksud pada ayat (4) merupakan
pengakuan terhadap jumlah kas/setara kas dan nilai wajar imbalan lainnya yang
dibayarkan sebagai penambah nilai aset tetap.
(7) Contoh format kebijakan akuntansi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
tercantum dalam Lampiran E.II peraturan menteri ini.
(8) Ikhtisar kebijakan akuntansi yang diberlakukan pada setiap tahun anggaran
dimuat dalam catatan atas laporan keuangan tahun anggaran berkenaan.

Pasal 240
(1) Pemerintah daerah sebagai entitas pelaporan menyusun laporan keuangan
pemerintah daerah.
(2) Kepala SKPD sebagai entitas akuntansi menyusun laporan keuangan SKPD yang
disampaikan kepada PPKD untuk digabung menjadi laporan keuangan pemerintah
daerah.
(3) Kepala BLUD sebagai entitas akuntansi menyusun laporan keuangan BLUD yang
disampaikan kepada PPKD untuk digabung ke dalam laporan keuangan pemerintah
daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(4) Kepala BLUD sebagai entitas pelaporan menyusun laporan keuangan BLUD yang
disampaikan kepada kepala daerah dan diaudit oleh pemeriksa ekstern sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.

simbachs@gmail.com

- 84 Bagian Ketiga
Akuntansi Keuangan Daerah pada SKPD
Paragraf 1
Prosedur Akuntansi Penerimaan Kas pada SKPD
Pasal 241
Prosedur akuntansi penerimaan kas pada SKPD meliputi serangkaian proses mulai dari
pencatatan, pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan keuangan yang berkaitan
dengan penerimaan kas dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang
dapat dilakukan secara manual atau menggunakan aplikasi komputer.
Pasal 242
(1) Bukti transaksi yang digunakan dalam prosedur akuntansi penerimaan kas
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 241 mencakup:
a.

surat tanda bukti pembayaran;

b.

STS;

c.

bukti transfer; dan

d.

nota kredit bank.

(2) Bukti transaksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilengkapi dengan:
a.

surat ketetapan pajak daerah (SKP-Daerah); dan/atau

b.

SKR; dan/atau

c.

bukti transaksi penerimaan kas lainnya.


Pasal 243

(1) Buku yang digunakan untuk mencatat transaksi dalam prosedur akuntansi
penerimaan kas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 241 terdiri dari:
a.

buku jurnal penerimaan kas;

b.

buku besar; dan

c.

buku besar pembantu.

(2) Format buku jurnal penerimaan kas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
tercantum dalam Lampiran E.III peraturan menteri ini.
(3) Format buku besar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b tercantum dalam
Lampiran E.IV peraturan menteri ini.
(4) Format buku besar pembantu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
tercantum dalam Lampiran E.V peraturan menteri ini.
Pasal 244
Prosedur akuntansi penerimaan kas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 241
dilaksanakan oleh PPK-SKPD.
Pasal 245
(1) PPK-SKPD berdasarkan bukti transaksi penerimaan kas sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 242 ayat (1) melakukan pencatatan ke dalam buku jurnal penerimaan
kas dengan mencantumkan uraian rekening-lawan asal penerimaan kas
berkenaan.

simbachs@gmail.com

- 85 (2) Secara periodik jurnal atas transaksi penerimaan kas diposting ke dalam buku
besar rekening berkenaan.
(3) Setiap akhir periode semua buku besar sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
ditutup sebagai dasar penyusunan laporan keuangan SKPD.
Pasal 246
Ringkasan prosedur akuntansi penerimaan kas pada SKPD tercantum dalam Lampiran
E.VI peraturan menteri ini.
Paragraf 2
Prosedur Akuntansi Pengeluaran Kas pada SKPD
Pasal 247
(1) Prosedur akuntansi pengeluaran kas pada SKPD meliputi serangkaian proses mulai
dari pencatatan, pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan keuangan yang
berkaitan dengan pengeluaran kas dalam rangka pertanggungjawaban
pelaksanaan APBD yang dapat dilakukan secara manual atau menggunakan
aplikasi komputer.
(2) Prosedur akuntansi pengeluaran kas pada SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) meliputi:
a. sub prosedur akuntansi pengeluaran kas-langsung; dan
b. sub prosedur akuntansi pengeluaran kas-uang persediaan/ganti uang
persediaan/tambahan uang persediaan.
Pasal 248
(1) Bukti transaksi yang digunakan dalam prosedur akuntansi pengeluaran kas
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 247 ayat (1) mencakup:
a. SP2D; atau
b. nota debet bank; atau
c. bukti transaksi pengeluaran kas lainnya.
(2) Bukti transaksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilengkapi dengan:
a. SPM; dan/atau
b. SPD; dan/atau
c. kuitansi pembayaran dan bukti tanda terima barang/jasa.
Pasal 249
(1) Buku yang digunakan untuk mencatat transaksi dalam prosedur akuntansi
pengeluaran kas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 247 ayat (1) mencakup:
a. buku jurnal pengeluaran kas;
b. buku besar; dan
c. buku besar pembantu.
(2) Format buku jurnal pengeluaran kas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
tercantum dalam Lampiran E.VII peraturan menteri ini.
(3) Format buku besar dan buku besar pembantu sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf b dan huruf c sesuai dengan Lampiran E.IV dan Lampiran E.V peraturan
menteri ini.

simbachs@gmail.com

- 86 Pasal 250
Prosedur akuntansi pengeluaran kas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 247 ayat (1)
dilaksanakan oleh PPK-SKPD.
Pasal 251
(1) PPK-SKPD berdasarkan bukti transaksi pengeluaran kas sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 248 ayat (1) melakukan pencatatan ke dalam buku jurnal pengeluaran
kas dengan mencantumkan uraian rekening-lawan asal pengeluaran kas
berkenaan.
(2) Secara periodik jurnal atas transaksi pengeluaran kas diposting ke dalam buku
besar rekening berkenaan.
(3) Setiap akhir periode semua buku besar sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
ditutup sebagai dasar penyusunan laporan keuangan SKPD.
Pasal 252
Ringkasan prosedur akuntansi pengeluaran kas pada SKPD tercantum dalam Lampiran
E.VIII peraturan menteri ini.
Paragraf 3
Prosedur Akuntansi Aset pada SKPD
Pasal 253
(1)

Prosedur akuntansi aset pada SKPD meliputi pencatatan dan pelaporan akuntansi
atas perolehan, pemeliharaan, rehabilitasi, perubahan klasifikasi, dan penyusutan
terhadap aset tetap yang dikuasai/digunakan SKPD.

(2)

Pemeliharaan aset tetap yang bersifat rutin dan berkala tidak dikapitalisasi.

(3)

Rehabilitasi yang bersifat sedang dan berat dikapitalisasi apabila memenuhi salah
satu kriteria menambah volume, menambah kapasitas, meningkatkan fungsi,
meningkatkan efisiensi dan/atau menambah masa manfaat.

(4)

Perubahan klasifikasi aset tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa
perubahan aset tetap ke klasifikasi selain aset tetap atau sebaliknya.

(5)

Penyusutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan penyesuaian nilai


sehubungan dengan penurunan kapasitas dan manfaat dari suatu aset tetap.
Pasal 254

(1) Setiap aset tetap kecuali tanah dan konstruksi dalam pengerjaan dilakukan
penyusutan yang sistematis sesuai dengan masa manfaatnya.
(2) Metode penyusutan yang dapat digunakan antara lain:
a.

metode garis lurus;

b.

metode saldo menurun ganda; dan

c.

metode unit produksi.

(3) Metode garis lurus sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a merupakan
penyesuaian nilai aset tetap dengan membebankan penurunan kapasitas dan
manfaat aset tetap yang sama setiap periode sepanjang umur ekonomis aset tetap
berkenaan.

simbachs@gmail.com

- 87 (4) Metode saldo menurun ganda


merupakan penyesuaian nilai
kapasitas dan manfaat aset
pemanfaatan aset dibandingkan
aset tetap berkenaan.

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b


aset tetap dengan membebankan penurunan
tetap yang lebih besar pada periode awal
dengan periode akhir sepanjang umur ekonomis

(5) Metode unit produksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c merupakan
penyesuaian nilai aset tetap dengan membebankan penurunan kapasitas dan
manfaat aset tetap berdasarkan unit produksi yang dihasilkan dari aset tetap
berkenaan.
(6) Penetapan umur ekonomis aset tetap dimuat dalam kebijakan akuntansi
berpedoman pada peraturan perundang-undangan.
Pasal 255
Bukti transaksi yang digunakan dalam prosedur akuntansi aset sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 253 ayat (1) berupa bukti memorial dilampiri dengan:
a.

berita acara penerimaan barang;

b.

berita acara serah terima barang; dan

c.

berita acara penyelesaian pekerjaan.


Pasal 256

(1) Buku yang digunakan untuk mencatat transaksi dan/atau kejadian dalam prosedur
akuntansi aset sebagaimana dimaksud dalam Pasal 253 ayat (1) mencakup:
a.

buku jurnal umum;

b.

buku besar; dan

c.

buku besar pembantu.

(2) Format buku jurnal umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
tercantum dalam Lampiran E.IX peraturan menteri ini.
(3) Format buku besar dan buku besar pembantu sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) sesuai dengan Lampiran E.IV dan Lampiran E.V peraturan menteri ini.
Pasal 257
Prosedur akuntansi aset sebagaimana dimaksud dalam Pasal 253 ayat (1) dilaksanakan
oleh PPK-SKPD serta pejabat pengurus dan penyimpan barang SKPD.
Pasal 258
(1) PPK-SKPD berdasarkan bukti transaksi dan/atau kejadian sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 255 membuat bukti memorial.
(2) Bukti memorial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-kurangnya
memuat informasi mengenai jenis/nama aset tetap, kode rekening, klasifikasi aset
tetap, nilai aset tetap, tanggal transaksi dan/atau kejadian.
(3) Bukti memorial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dicatat ke dalam buku jurnal
umum.
(4) Secara periodik jurnal atas transaksi dan/atau kejadian aset tetap diposting ke
dalam buku besar rekening berkenaan.
(5) Setiap akhir periode semua buku besar sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
ditutup sebagai dasar penyusunan laporan keuangan SKPD.

simbachs@gmail.com

- 88 Paragraf 4
Prosedur Akuntansi Selain Kas pada SKPD

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)
(8)

(9)

Pasal 259
Prosedur akuntansi selain kas pada SKPD meliputi serangkaian proses mulai dari
pencatatan, pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan keuangan yang berkaitan
dengan semua transaksi atau kejadian selain kas yang dapat dilakukan secara
manual atau menggunakan aplikasi komputer.
Prosedur akuntansi selain kas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup:
a. pengesahan pertanggungjawaban pengeluaran (pengesahan SPJ);
b. koreksi kesalahan pencatatan;
c. penerimaan/pengeluaran hibah selain kas;
d. pembelian secara kredit;
e. retur pembelian kredit;
f.
pemindahtanganan atas aset tetap/barang milik daerah tanpa konsekuensi
kas; dan
g. penerimaan aset tetap/barang milik daerah tanpa konsekuensi kas.
Pengesahan pertanggungjawaban pengeluaran (pengesahan SPJ) sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a merupakan pengesahan atas pengeluaran/belanja
melalui mekanisme uang persediaan/ganti uang persediaan/tambahan uang
persediaan.
Koreksi kesalahan pencatatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
merupakan koreksi terhadap kesalahan dalam membuat jurnal dan telah diposting
ke buku besar.
Penerimaan/pengeluaran hibah selain kas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c adalah penerimaan/pengeluaran sumber ekonomi non kas yang
merupakan pelaksanaan APBD yang mengandung konsekuensi ekonomi bagi
pemerintah daerah.
Pembelian secara kredit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d merupakan
transaksi pembelian aset tetap yang pembayarannya dilakukan di masa yang akan
datang.
Retur pembelian kredit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e merupakan
pengembalian aset tetap yang telah dibeli secara kredit.
Pemindahtanganan atas aset tetap tanpa konsekuensi kas sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf f merupakan pemindahtanganan aset tetap pada pihak ketiga
karena suatu hal tanpa ada penggantian berupa kas.
Penerimaan aset tetap tanpa konsekuensi kas sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf g merupakan perolehan aset tetap akibat adanya tukar menukar
(ruitslaag) dengan pihak ketiga.

Pasal 260
Bukti transaksi yang digunakan dalam prosedur akuntansi selain kas sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 259 ayat (1) berupa bukti memorial yang dilampiri dengan:
a. pengesahan pertanggungjawaban pengeluaran (pengesahan SPJ);
b. berita acara penerimaan barang;
c. surat keputusan penghapusan barang;
d. surat pengiriman barang;
e. surat keputusan mutasi barang (antar SKPD);

simbachs@gmail.com

- 89 f.

berita acara pemusnahan barang;

g.

berita acara serah terima barang; dan

h.

berita acara penilaian.


Pasal 261

Buku yang digunakan untuk mencatat transaksi dan/atau kejadian dalam prosedur
akuntansi selain kas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 259 ayat (1) mencakup:
a.

buku jurnal umum;

b.

buku besar; dan

c.

buku besar pembantu.


Pasal 262

Prosedur akuntansi selain kas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 259 ayat (1)
dilaksanakan oleh PPK-SKPD.
Pasal 263
(1) PPK-SKPD berdasarkan bukti transaksi dan/atau kejadian sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 260 membuat bukti memorial.
(2) Bukti memorial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-kurangnya
memuat informasi mengenai tanggal transaksi dan/atau kejadian, kode rekening,
uraian transaksi dan/atau kejadian, dan jumlah rupiah.
(3) Bukti memorial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dicatat ke dalam buku jurnal
umum.
(4) Secara periodik jurnal atas transaksi dan/atau kejadian selain kas diposting ke
dalam buku besar rekening berkenaan.
(5) Setiap akhir periode semua buku besar sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
ditutup sebagai dasar penyusunan laporan keuangan SKPD.
Pasal 264
Ringkasan prosedur akuntansi selain kas pada SKPD tercantum dalam Lampiran E.X
peraturan menteri ini.
Paragraf 5
Laporan Keuangan pada SKPD
Pasal 265
(1) SKPD menyusun dan melaporkan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD secara
periodik yang meliputi:
a.

laporan realisasi anggaran SKPD;

b.

neraca SKPD; dan

c.

catatan atas laporan keuangan SKPD.

(2) Laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) disusun dan disajikan sesuai dengan peraturan pemerintah yang
mengatur tentang standar akuntansi pemerintahan.
(3) Format laporan realisasi anggaran SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a tercantum dalam Lampiran E.XI peraturan menteri ini.

simbachs@gmail.com

- 90 (4) Format neraca SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b tercantum
dalam Lampiran E.XII peraturan menteri ini.
(5) Format catatan atas laporan keuangan SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c tercantum dalam Lampiran E.XIII peraturan menteri ini.
Bagian Keempat
Akuntansi Keuangan Daerah pada SKPKD
Paragraf 1
Prosedur Akuntansi Penerimaan Kas pada SKPKD
Pasal 266
Prosedur akuntansi penerimaan kas pada SKPKD meliputi serangkaian proses mulai dari
pencatatan, pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan keuangan yang berkaitan
dengan penerimaan kas dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang
dapat dilakukan secara manual atau menggunakan aplikasi komputer.
Pasal 267
(1) Bukti transaksi yang digunakan dalam prosedur akuntansi penerimaan kas
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 266 mencakup:
a. bukti transfer;
b. nota kredit bank; dan
c. surat perintah pemindahbukuan.
(2) Bukti transaksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilengkapi dengan:
a. surat tanda setoran (STS);
b. surat ketetapan pajak daerah (SKP-Daerah);
c. surat ketetapan retribusi (SKR);
d. laporan penerimaan kas dari bendahara penerimaan; dan
e. bukti transaksi penerimaan kas lainnya.
(3) Format laporan penerimaan kas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d
tercantum dalam Lampiran E.XIV peraturan menteri ini.
Pasal 268
Buku yang digunakan untuk mencatat prosedur akuntansi penerimaan kas sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 266 mencakup:
a. buku jurnal penerimaan kas;
b. buku besar; dan
c. buku besar pembantu.
Pasal 269
Prosedur akuntansi penerimaan kas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 266
dilaksanakan oleh fungsi akuntansi pada SKPKD.
Pasal 270
(1) Fungsi akuntansi berdasarkan bukti transaksi penerimaan kas sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 267 ayat (1) melakukan pencatatan ke dalam buku jurnal
penerimaan kas dengan mencantumkan uraian rekening-lawan asal penerimaan
kas berkenaan.

simbachs@gmail.com

- 91 (2) Secara periodik jurnal atas transaksi penerimaan kas diposting ke dalam buku
besar rekening berkenaan.
(3) Setiap akhir periode semua buku besar sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
ditutup sebagai dasar penyusunan laporan keuangan SKPKD.
Pasal 271
Ringkasan prosedur akuntansi penerimaan kas pada SKPKD tercantum dalam Lampiran
E.XV peraturan menteri ini.
Paragraf 2
Prosedur Akuntansi Pengeluaran Kas pada SKPKD
Pasal 272
Prosedur akuntansi pengeluaran kas pada SKPKD meliputi serangkaian proses mulai
dari pencatatan, pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan keuangan yang berkaitan
dengan pengeluaran kas dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang
dapat dilakukan secara manual atau menggunakan aplikasi komputer.
Pasal 273
(1) Bukti transaksi yang digunakan dalam prosedur akuntansi pengeluaran kas
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 272 mencakup:
a. surat perintah pencairan dana (SP2D); atau
b. nota debet bank.
(2) Bukti transaksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilengkapi dengan:
a. surat penyediaan dana (SPD);
b. surat perintah membayar (SPM);
c. laporan pengeluaran kas dari bendahara pengeluaran; dan
d. kuitansi pembayaran dan bukti tanda terima barang/jasa.
(3) Format laporan pengeluaran kas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c
tercantum dalam Lampiran E.XVI peraturan menteri ini.
Pasal 274
Buku yang digunakan untuk mencatat transaksi dalam prosedur akuntansi pengeluaran
kas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 272 mencakup:
a. buku jurnal pengeluaran kas;
b. buku besar; dan
c. buku besar pembantu.
Pasal 275
Prosedur akuntansi pengeluaran kas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 272
merupakan fungsi akuntansi SKPKD.
Pasal 276
(1) Fungsi akuntansi SKPKD berdasarkan bukti transaksi pengeluaran kas
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 273 ayat (1) melakukan pencatatan ke dalam
buku jurnal pengeluaran kas dengan mencantumkan uraian rekening-lawan asal
pengeluaran kas berkenaan.

simbachs@gmail.com

- 92 (2) Secara periodik jurnal atas transaksi pengeluaran kas diposting ke dalam buku
besar rekening berkenaan.
(3) Setiap akhir periode semua buku besar sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
ditutup sebagai dasar penyusunan laporan keuangan SKPKD.
Pasal 277
Ringkasan prosedur akuntansi pengeluaran kas pada SKPKD tercantum dalam Lampiran
E.XVII peraturan menteri ini.
Paragraf 3
Prosedur Akuntansi Aset pada SKPKD
Pasal 278
(1) Prosedur akuntansi aset pada SKPKD meliputi serangkaian proses pencatatan dan
pelaporan akuntansi atas perolehan, pemeliharaan, rehabilitasi, penghapusan,
pemindahtanganan, perubahan klasifikasi, dan penyusutan terhadap aset tetap
yang dikuasai/digunakan SKPKD yang dapat dilakukan secara manual atau
menggunakan aplikasi komputer.
(2) Prosedur akuntansi aset pada SKPKD digunakan sebagai alat pengendali dalam
pengelolaan aset yang dikuasai/digunakan SKPD dan/atau SKPKD.
Pasal 279
Bukti transaksi yang digunakan dalam prosedur akuntansi aset sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 278 berupa bukti memorial dilampiri dengan:
a.

berita acara penerimaan barang;

b.

surat keputusan penghapusan barang;

c.

surat keputusan mutasi barang (antar SKPKD);

d.

berita acara pemusnahan barang;

e.

berita acara serah terima barang;

f.

berita acara penilaian; dan

g.

berita acara penyelesaian pekerjaan.


Pasal 280

Buku yang digunakan untuk mencatat transaksi dan/atau kejadian dalam prosedur
akuntansi aset sebagaimana dimaksud dalam Pasal 278 mencakup:
a.

buku jurnal umum;

b.

buku besar; dan

c.

buku besar pembantu.


Pasal 281

Prosedur akuntansi aset sebagaimana dimaksud dalam Pasal 278 dilaksanakan oleh
fungsi akuntansi pada SKPKD.
Pasal 282
(1) Fungsi akuntansi SKPKD berdasarkan bukti transaksi dan/atau
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 279 membuat bukti memorial.

kejadian

simbachs@gmail.com

- 93 (2) Bukti memorial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-kurangnya


memuat informasi mengenai jenis/nama aset tetap, kode rekening, klasifikasi aset
tetap, nilai aset tetap, tanggal transaksi dan/atau kejadian.
(3) Bukti memorial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dicatat ke dalam buku jurnal
umum.
(4) Secara periodik jurnal atas transaksi dan/atau kejadian aset tetap diposting ke
dalam buku besar rekening berkenaan.
(5) Setiap akhir periode semua buku besar sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
ditutup sebagai dasar penyusunan laporan keuangan SKPKD.
Paragraf 4
Prosedur Akuntansi Selain Kas pada SKPKD
Pasal 283
(1) Prosedur akuntansi selain kas pada SKPKD meliputi serangkaian proses mulai dari
pencatatan, pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan keuangan yang berkaitan
dengan semua transaksi atau kejadian selain kas yang dapat dilakukan secara
manual atau menggunakan aplikasi komputer.
(2) Prosedur akuntansi selain kas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup
mencakup:
a. koreksi kesalahan pembukuan;
b. penyesuaian terhadap akun tertentu dalam rangka menyusun laporan
keuangan pada akhir tahun;
c. reklasifikasi belanja modal menjadi aset tetap; dan
d. reklasifikasi akibat koreksi yang ditemukan dikemudian hari.
Pasal 284
Bukti transaksi yang digunakan dalam prosedur akuntansi selain kas sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 283 ayat (1) berupa bukti memorial dilampiri dengan:
a. berita acara penerimaan barang;
b. surat keputusan penghapusan barang;
c. surat keputusan mutasi barang (antar SKPKD);
d. berita acara pemusnahan barang;
e. berita acara serah terima barang;
f.
berita acara penilaian; dan
g. berita acara penyelesaian pekerjaan.
Pasal 285
Buku yang digunakan untuk mencatat transaksi dan/atau kejadian dalam prosedur
akuntansi selain kas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 283 ayat (1) mencakup:
a. buku jurnal umum;
b. buku besar; dan
c. buku besar pembantu.
Pasal 286
Prosedur akuntansi selain kas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 283 ayat (1)
dilaksanakan oleh fungsi akuntansi pada SKPKD.

simbachs@gmail.com

- 94 Pasal 287
(1) Fungsi akuntansi berdasarkan bukti transaksi dan/atau kejadian sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 284 membuat bukti memorial.
(2) Bukti memorial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-kurangnya
memuat informasi mengenai tanggal transaksi dan/atau kejadian, kode rekening,
uraian transaksi dan/atau kejadian, dan jumlah rupiah.
(3) Bukti memorial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dicatat ke dalam buku jurnal
umum.
(4) Secara periodik jurnal atas transaksi dan/atau kejadian selain kas diposting ke
dalam buku besar rekening berkenaan.
(5) Setiap akhir periode semua buku besar sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
ditutup sebagai dasar penyusunan laporan keuangan SKPKD.
Pasal 288
Ringkasan prosedur akuntansi selain kas pada SKPKD tercantum dalam Lampiran
E.XVIII peraturan menteri ini.
Paragraf 5
Laporan Keuangan pada SKPKD
Pasal 289
(1) Kepala SKPKD menyusun dan melaporkan laporan arus kas secara periodik kepada
kepala daerah.
(2) Laporan arus kas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun dan disajikan
sesuai dengan peraturan pemerintah yang mengatur tentang standar akuntansi
pemerintahan.
(3) Format laporan arus kas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tercantum dalam
Lampiran E.XIX peraturan menteri ini.
BAB XII
PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBD
Bagian Pertama
Laporan Realisasi Semester Pertama Anggaran Pendapatan dan Belanja
Pasal 290
(1) Kepala SKPD menyusun laporan realisasi semester pertama anggaran pendapatan
dan belanja SKPD sebagai hasil pelaksanaan anggaran yang menjadi tanggung
jawabnya.
(2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disertai dengan prognosis untuk 6
(enam) bulan berikutnya.
(3) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), disiapkan oleh PPK-SKPD dan
disampaikan kepada pejabat pengguna anggaran untuk ditetapkan sebagai
laporan realisasi semester pertama anggaran pendapatan dan belanja SKPD serta
prognosis untuk 6 (enam) bulan berikutnya paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah
semester pertama tahun anggaran berkenaan berakhir.

simbachs@gmail.com

- 95 (4) Pejabat pengguna anggaran menyampaikan laporan realisasi semester pertama


anggaran pendapatan dan belanja SKPD serta prognosis untuk 6 (enam) bulan
berikutnya sebagaimana dimaksud pada ayat (3) kepada PPKD sebagai dasar
penyusunan laporan realisasi semester pertama APBD paling lama 10 (sepuluh)
hari kerja setelah semester pertama tahun anggaran berkenaan berakhir.
(5) Format laporan realisasi semester pertama anggaran pendapatan dan belanja
SKPD dan prognosis untuk 6 (enam) bulan berikutnya sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) tercantum dalam Lampiran E.XX peraturan menteri ini.
Pasal 291
PPKD menyusun laporan realisasi semester pertama APBD dengan cara
menggabungkan seluruh laporan realisasi semester pertama anggaran pendapatan dan
belanja SKPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 290 ayat (4) paling lambat minggu
kedua bulan Juli tahun anggaran berkenaan dan disampaikan kepada sekretaris daerah
selaku koordinator pengelolaan keuangan daerah.
Pasal 292
Laporan realisasi semester pertama APBD dan prognosis untuk 6 (enam) bulan
berikutnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 291 disampaikan kepada kepala daerah
paling lambat minggu ketiga bulan Juli tahun anggaran berkenaan untuk ditetapkan
sebagai laporan realisasi semester pertama APBD dan prognosis untuk 6 (enam) bulan
berikutnya.
Pasal 293
(1) Laporan realisasi semester pertama APBD dan prognosis untuk 6 (enam) bulan
berikutnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 292 disampaikan kepada DPRD
paling lambat akhir bulan Juli tahun anggaran berkenaan.
(2) Format laporan realisasi semester pertama APBD dan prognosis untuk 6 (enam)
bulan berikutnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran
E.XXI peraturan menteri ini.
Bagian Kedua
Laporan Tahunan
Pasal 294
(1) PPK-SKPD menyiapkan laporan keuangan SKPD tahun anggaran berkenaan dan
disampaikan kepada kepala SKPD untuk ditetapkan sebagai laporan
pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran SKPD.
(2) Laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada
PPKD sebagai dasar penyusunan laporan keuangan pemerintah daerah.
Pasal 295
(1) Laporan keuangan SKPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 294 ayat (1)
disampaikan kepada kepala daerah melalui PPKD paling lambat 2 (dua) bulan
setelah tahun anggaran berakhir.
(2) Laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun oleh pejabat
pengguna anggaran sebagai hasil pelaksanaan anggaran yang berada di SKPD
yang menjadi tanggung jawabnya.

simbachs@gmail.com

- 96 (3) Laporan keuangan SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri dari:
a. laporan realisasi anggaran;
b. neraca; dan
c. catatan atas laporan keuangan.
(4) Laporan keuangan SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilampiri dengan
surat pernyataan kepala SKPD bahwa pengelolaan APBD yang menjadi tanggung
jawabnya telah diselenggarakan berdasarkan sistem pengendalian intern yang
memadai dan standar akuntansi pemerintahan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
(5) Format surat pernyataan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) tercantum dalam
Lampiran E.XXII peraturan menteri ini.

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)
(10)
(11)

Pasal 296
PPKD menyusun laporan keuangan pemerintah daerah dengan cara
menggabungkan laporan-laporan keuangan SKPD sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 295 ayat (3) paling lambat 3 (tiga) bulan setelah berakhirnya tahun
anggaran berkenaan.
Laporan keuangan pemerintah daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disampaikan kepada kepala daerah melalui sekretaris daerah selaku koordinator
pengelolaan keuangan daerah dalam rangka memenuhi pertanggungjawaban
pelaksanaan APBD.
Laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari:
a. laporan realisasi anggaran;
b. neraca;
c. laporan arus kas; dan
d. catatan atas laporan keuangan.
Laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disusun dan disajikan
sesuai dengan peraturan pemerintah yang mengatur tentang standar akuntansi
pemerintahan.
Laporan keuangan pemerintahan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilampiri dengan laporan ikhtisar realisasi kinerja dan laporan keuangan
BUMD/perusahaan daerah.
Laporan ikhtisar realisasi kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (5) disusun dari
ringkasan laporan keterangan pertanggungjawaban kepala daerah dan laporan
kinerja interim di lingkungan pemerintah daerah.
Penyusunan laporan kinerja interim sebagaimana dimaksud pada ayat (6)
berpedoman pada Peraturan Menteri Dalam Negeri yang mengatur mengenai
laporan kinerja interim di lingkungan pemerintah daerah.
Laporan keuangan pemerintah daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilampiri dengan surat pernyataan kepala daerah yang menyatakan pengelolaan
APBD yang menjadi tanggung jawabnya telah diselenggarakan berdasarkan sistem
pengendalian intern yang memadai, sesuai dengan peraturan perundangundangan.
Format laporan realisasi anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a
tercantum dalam Lampiran E.XXIII peraturan menteri ini.
Format neraca sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b tercantum dalam
Lampiran E.XXIV peraturan menteri ini.
Format laporan arus kas sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf c sesuai
dengan Lampiran E.XIX peraturan menteri ini.

simbachs@gmail.com

- 97 (12) Format catatan atas laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf
d tercantum dalam Lampiran E.XXV peraturan menteri ini.
(13) Format surat pernyataan kepala daerah bahwa pengelolaan APBD yang menjadi
tanggung jawabnya telah diselenggarakan berdasarkan sistem pengendalian intern
yang memadai sebagaimana dimaksud pada ayat (6) tercantum dalam Lampiran
E.XXVI peraturan menteri ini.
Pasal 297
(1) Laporan keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 296 ayat (2) disampaikan
oleh kepala daerah kepada Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) untuk dilakukan
pemeriksaan paling lambat 3 (tiga) bulan setelah tahun anggaran berakhir.
(2) Kepala daerah memberikan tanggapan dan melakukan penyesuaian terhadap
laporan keuangan pemerintah daerah berdasarkan hasil pemeriksaan BPK.
Bagian Ketiga
Penetapan Raperda Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD
Pasal 298
(1)

Kepala daerah menyampaikan rancangan peraturan daerah tentang


pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD paling lambat 6 (enam)
bulan setelah tahun anggaran berakhir.

(2)

Rancangan peraturan daerah tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat laporan keuangan yang meliputi
laporan realisasi anggaran, neraca, laporan arus kas, catatan atas laporan
keuangan, serta dilampiri dengan laporan kinerja yang telah diperiksa BPK dan
ikhtisar laporan keuangan badan usaha milik daerah/perusahaan daerah.

(3)

Format laporan realisasi anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sesuai
dengan Lampiran E.XXIII peraturan menteri ini.

(4)

Format neraca sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sesuai dengan Lampiran
E.XXIV peraturan menteri ini.

(5)

Format laporan arus kas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sesuai dengan
Lampiran E.XIX peraturan menteri ini.

(6)

Format catatan atas laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
sesuai dengan Lampiran E.XXV peraturan menteri ini.

(7)

Format dan isi laporan kinerja berpedoman pada Peraturan Menteri Dalam Negeri
tentang laporan keuangan dan kinerja interim di lingkungan pemerintah daerah.

(8)

Format dan ikhtisar laporan keuangan BUMD/perusahaan daerah sesuai dengan


peraturan perundang-undangan.

(9)

Format rancangan peraturan daerah tentang pertanggungjawaban pelaksanaan


APBD beserta lampiran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam
Lampiran E.XXVII peraturan menteri ini.
Pasal 299

(1)

Apabila sampai batas waktu 2 (dua) bulan setelah penyampaian laporan keuangan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 297 ayat (1), BPK belum menyampaikan hasil
pemeriksaan, kepala daerah menyampaikan rancangan peraturan daerah tentang
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD.

simbachs@gmail.com

- 98 (2)

Rancangan peraturan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilampiri


dengan laporan realisasi anggaran, neraca, laporan arus kas, catatan atas laporan
keuangan, dan laporan kinerja yang isinya sama dengan yang disampaikan
kepada BPK.
Pasal 300

(1) Rancangan peraturan daerah tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 299 ayat (1) dirinci dalam rancangan
peraturan kepala daerah tentang penjabaran pertanggungjawaban pelaksanaan
APBD.
(2) Rancangan peraturan kepala daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilengkapi dengan lampiran terdiri dari:
a.

ringkasan laporan realisasi anggaran; dan

b.

penjabaran laporan realisasi anggaran;

(3) Format
rancangan
peraturan
kepala
daerah
tentang
penjabaran
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD beserta lampiran sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) tercantum dalam Lampiran E.XXVIII peraturan menteri ini.
(4) Jadwal pertanggungjawaban pelaksanaan APBD tercantum dalam Lampiran E.XXIX
peraturan menteri ini.
Pasal 301
(1) Agenda pembahasan rancangan peraturan daerah tentang pertanggungjawaban
pelaksanaan APBD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 299 ayat (1) ditentukan
oleh DPRD.
(2) Persetujuan bersama terhadap rancangan peraturan daerah tentang
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD oleh DPRD paling lama 1 (satu) bulan
terhitung sejak rancangan peraturan daerah diterima.
Pasal 302
(1) Laporan keuangan pemerintah daerah wajib dipublikasikan.
(2) Laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah laporan keuangan
yang telah diaudit oleh BPK dan telah diundangkan dalam lembaran daerah.
Bagian Keempat
Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah tentang Pertanggungjawaban
Pelaksanaan APBD dan Peraturan Kepala Daerah tentang
Penjabaran Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD
Pasal 303
(1) Rancangan peraturan daerah provinsi tentang pertanggungjawaban pelaksanaan
APBD yang telah disetujui bersama DPRD dan rancangan peraturan gubernur
tentang penjabaran pertanggungjawaban pelaksanaan APBD sebelum ditetapkan
oleh gubernur paling lama 3 (tiga) hari kerja disampaikan terlebih dahulu kepada
Menteri Dalam Negeri untuk dievaluasi.
(2) Hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan oleh Menteri
Dalam Negeri kepada Gubernur paling lama 15 (lima belas) hari kerja terhitung
sejak diterimanya rancangan dimaksud.

simbachs@gmail.com

- 99 (3) Apabila Menteri Dalam Negeri menyatakan hasil evaluasi rancangan peraturan
daerah tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD dan rancangan peraturan
gubernur tentang penjabaran pertanggungjawaban pelaksanaan APBD sudah
sesuai dengan kepentingan umum dan peraturan perundang-undangan yang lebih
tinggi, gubernur menetapkan rancangan peraturan daerah dan rancangan
peraturan gubernur menjadi peraturan daerah dan peraturan gubernur.
Pasal 304
(1) Dalam hal Menteri Dalam Negeri menyatakan hasil evaluasi rancangan peraturan
daerah tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD dan rancangan peraturan
gubernur tentang penjabaran pertanggungjawaban pelaksanaan APBD
bertentangan dengan kepentingan umum dan peraturan perundang-undangan
yang lebih tinggi, gubernur bersama DPRD wajib melakukan penyempurnaan
paling lama 7 (tujuh) hari kerja terhitung sejak diterimanya hasil evaluasi.
(2) Apabila hasil evaluasi tidak ditindaklanjuti oleh gubernur dan DPRD, dan gubernur
tetap menetapkan rancangan peraturan daerah tentang pertanggungjawaban
pelaksanaan APBD dan rancangan peraturan gubernur tentang penjabaran
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD menjadi peraturan daerah dan peraturan
gubernur, Menteri Dalam Negeri membatalkan peraturan daerah dan peraturan
gubernur dimaksud sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Pasal 305
(1) Rancangan peraturan daerah kabupaten/kota tentang pertanggungjawaban
pelaksanaan APBD yang telah disetujui bersama DPRD dan rancangan peraturan
bupati/walikota tentang penjabaran pertanggungjawaban pelaksanaan APBD
sebelum ditetapkan oleh bupati/walikota paling lama 3 (tiga) hari kerja
disampaikan kepada gubernur untuk dievaluasi.
(2) Hasil evaluasi disampaikan oleh gubernur kepada bupati/walikota paling lama 15
(lima belas) hari kerja terhitung sejak diterimanya rancangan peraturan daerah
kabupaten/kota dan rancangan peraturan bupati/walikota tentang penjabaran
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Apabila gubernur menyatakan hasil evaluasi rancangan peraturan daerah tentang
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD dan rancangan peraturan bupati/walikota
tentang penjabaran pertanggungjawaban pelaksanaan APBD sudah sesuai dengan
kepentingan umum dan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi,
bupati/walikota menetapkan rancangan dimaksud menjadi peraturan daerah dan
peraturan bupati/walikota.

(1)

(2)

Pasal 306
Dalam hal gubernur menyatakan hasil evaluasi rancangan peraturan daerah
tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD dan rancangan peraturan
bupati/walikota tentang penjabaran pertanggungjawaban pelaksanaan APBD tidak
sesuai dengan kepentingan umum dan peraturan perundang-undangan yang lebih
tinggi, bupati/walikota bersama DPRD melakukan penyempurnaan paling lama 7
(tujuh) hari kerja terhitung sejak diterimanya hasil evaluasi.
Apabila hasil evaluasi tidak ditindaklanjuti oleh bupati/walikota dan DPRD, dan
bupati/walikota tetap menetapkan rancangan peraturan daerah tentang
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD dan rancangan peraturan bupati/walikota
tentang penjabaran pertanggungjawaban pelaksanaan APBD menjadi peraturan
daerah dan peraturan bupati/walikota, Gubernur membatalkan peraturan daerah
dan peraturan bupati/walikota dimaksud sesuai dengan peraturan perundangundangan.

simbachs@gmail.com

- 100 Pasal 307


Gubernur menyampaikan hasil evaluasi rancangan peraturan daerah kabupaten/kota
tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD dan rancangan peraturan
bupati/walikota tentang penjabaran pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada
Menteri Dalam Negeri.
BAB XIII
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
Bagian Pertama
Pembinaan dan Pengawasan
Pasal 308
Pemerintah melakukan pembinaan dan pengawasan pengelolaan keuangan daerah
kepada pemerintah daerah yang dikoordinasikan oleh Menteri Dalam Negeri.

(1)
(2)

(3)

(4)

Pasal 309
Pembinaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 308 meliputi pemberian pedoman,
bimbingan, supervisi, konsultasi, pendidikan dan pelatihan.
Pemberian pedoman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup
perencanaan dan penyusunan APBD, pelaksanaan, penatausahaan dan akuntansi
keuangan daerah, pertanggungjawaban keuangan daerah, pemantauan dan
evaluasi, serta kelembagaan pengelolaan keuangan daerah.
Pemberian bimbingan, supervisi, dan konsultasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) mencakup perencanaan dan penyusunan APBD, pelaksanaan, penatausahaan
dan akuntansi keuangan daerah, serta pertanggungjawaban keuangan daerah
yang dilaksanakan secara berkala dan/atau sewaktu-waktu, baik secara
menyeluruh kepada seluruh daerah maupun kepada daerah tertentu sesuai
dengan kebutuhan.
Pendidikan dan pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
secara berkala bagi kepala daerah atau wakil kepala daerah, pimpinan dan
anggota DPRD, perangkat daerah, dan pegawai negeri sipil daerah serta kepada
bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran.

Pasal 310
Pembinaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 309 ayat (1) untuk kabupaten/kota
dikoordinasikan oleh gubernur selaku wakil pemerintah.
Pasal 311
(1) DPRD melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan daerah tentang
APBD.
(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bukan pemeriksaan tetapi
pengawasan yang lebih mengarah untuk menjamin pencapaian sasaran yang telah
ditetapkan dalam peraturan daerah tentang APBD.
Pasal 312
Pengawasan pengelolaan keuangan daerah berpedoman pada ketentuan peraturan
perundang-undangan.

simbachs@gmail.com

- 101 Bagian Kedua


Pengendalian Intern

(1)

(2)

(3)

(4)

Pasal 313
Dalam rangka meningkatkan kinerja transparansi dan akuntabilitas pengelolaan
keuangan daerah, kepala daerah mengatur dan menyelenggarakan sistem
pengendalian intern di lingkungan pemerintahan daerah yang dipimpinnya.
Pengendalian intern sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan proses yang
dirancang untuk memberikan keyakinan yang memadai mengenai pencapaian
tujuan pemerintah daerah yang tercermin dari keandalan laporan keuangan,
efisiensi dan efektivitas pelaksanaan program dan kegiatan serta dipatuhinya
peraturan perundang-undangan.
Pengendalian intern sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sekurang-kurangnya
memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. terciptanya lingkungan pengendalian yang sehat;
b. terselenggaranya penilaian risiko;
c.
terselenggaranya aktivitas pengendalian;
d. terselenggaranya sistem informasi dan komunikasi; dan
e. terselenggaranya kegiatan pemantauan pengendalian.
Penyelenggaraan pengendalian intern sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berpedoman pada ketentuan peraturan perundang-undangan.
Bagian Ketiga
Pemeriksaan Ekstern

Pasal 314
Pemeriksaan pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan daerah dilakukan oleh
BPK sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
BAB XIV
KERUGIAN DAERAH
Pasal 315
(1) Setiap kerugian daerah yang disebabkan oleh tindakan melanggar hukum atau
kelalaian seseorang harus segera diselesaikan sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan.
(2) Bendahara, pegawai negeri sipil bukan bendahara, atau pejabat lain yang karena
perbuatannya melanggar hukum atau melalaikan kewajiban yang dibebankan
kepadanya secara langsung merugikan keuangan daerah, wajib mengganti
kerugian tersebut.
(3) Kepala SKPD dapat segera melakukan tuntutan ganti rugi, setelah mengetahui
bahwa dalam SKPD yang bersangkutan terjadi kerugian akibat perbuatan dari
pihak manapun.
Pasal 316
(1) Kerugian daerah wajib dilaporkan oleh atasan langsung atau kepala SKPD kepada
kepala daerah dan diberitahukan kepada BPK paling lama 7 (tujuh) hari kerja
setelah kerugian daerah itu diketahui.

simbachs@gmail.com

- 102 (2) Segera setelah kerugian daerah tersebut diketahui, kepada bendahara, pegawai
negeri sipil bukan bendahara, atau pejabat lain yang nyata-nyata melanggar
hukum atau melalaikan kewajibannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 315
segera dimintakan surat pernyataan kesanggupan dan/atau pengakuan bahwa
kerugian tersebut menjadi tanggung jawabnya dan bersedia mengganti kerugian
daerah dimaksud.
(3) Jika surat keterangan tanggung jawab mutlak tidak mungkin diperoleh atau tidak
dapat menjamin pengembalian kerugian daerah, kepala daerah segera
mengeluarkan surat keputusan pembebanan penggantian kerugian sementara
kepada yang bersangkutan.
Pasal 317
(1) Dalam hal bendahara, pegawai negeri sipil bukan bendahara, atau pejabat lain
yang dikenai tuntutan ganti kerugian daerah berada dalam pengampuan,
melarikan diri, atau meninggal dunia, penuntutan dan penagihan terhadapnya
beralih kepada pengampu/yang memperoleh hak/ahli waris, terbatas pada
kekayaan yang dikelola atau diperolehnya, yang berasal dari bendahara, pegawai
negeri sipil bukan bendahara, atau pejabat lain yang bersangkutan.
(2) Tanggung jawab pengampu/yang memperoleh hak/ahli waris untuk membayar
ganti kerugian daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi hapus
apabila dalam waktu 3 (tiga) tahun sejak keputusan pengadilan yang menetapkan
pengampuan kepada bendahara, pegawai negeri sipil bukan bendahara, atau
pejabat lain yang bersangkutan, atau sejak bendahara, pegawai negeri bukan
bendahara, atau pejabat lain yang bersangkutan diketahui melarikan diri atau
meninggal dunia, pengampu/yang memperoleh hak/ahli waris tidak diberi tahu
oleh pejabat yang berwenang mengenai adanya kerugian daerah.
Pasal 318
(1) Ketentuan penyelesaian kerugian daerah sebagaimana diatur dalam peraturan
menteri ini berlaku pula untuk uang dan/atau barang bukan milik daerah, yang
berada dalam penguasaan bendahara, pegawai negeri sipil bukan bendahara, atau
pejabat lain yang digunakan dalam penyelenggaraan tugas pemerintahan.
(2) Ketentuan penyelesaian kerugian daerah dalam peraturan menteri ini berlaku pula
untuk
pengelola
perusahaan
daerah
dan
badan-badan
lain
yang
menyelenggarakan pengelolaan keuangan daerah, sepanjang tidak diatur dalam
peraturan perundang-undangan tersendiri.
Pasal 319
(1) Bendahara, pegawai negeri sipil bukan bendahara, dan pejabat lain yang telah
ditetapkan untuk mengganti kerugian daerah dapat dikenai sanksi administratif
dan/atau sanksi pidana sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
(2) Putusan pidana atas kerugian daerah terhadap bendahara, pegawai negeri sipil
bukan bendahara dan pejabat lain tidak membebaskan yang bersangkutan dari
tuntutan ganti rugi.
Pasal 320
Kewajiban bendahara, pegawai negeri sipil bukan bendahara, atau pejabat lain untuk
membayar ganti rugi, menjadi kedaluwarsa jika dalam waktu 5 (lima) tahun sejak
diketahuinya kerugian tersebut atau dalam waktu 8 (delapan) tahun sejak terjadinya
kerugian tidak dilakukan penuntutan ganti rugi terhadap yang bersangkutan.

simbachs@gmail.com

- 103 Pasal 321


(1) Pengenaan ganti kerugian daerah terhadap bendahara ditetapkan oleh BPK.
(2) Apabila dalam pemeriksaan kerugian daerah ditemukan unsur pidana, BPK
menindaklanjutinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Pasal 322
Pengenaan ganti kerugian daerah terhadap pegawai negeri sipil bukan bendahara
ditetapkan oleh kepala daerah.
Pasal 323
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara tuntutan ganti kerugian daerah diatur
dengan peraturan daerah dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan.
BAB XV
PENGELOLAAN KEUANGAN
BADAN LAYANAN UMUM DAERAH
Pasal 324
(1) Pemerintah daerah dapat membentuk BLUD untuk :
a. menyediakan barang dan/atau jasa untuk layanan umum; dan
b. mengelola dana khusus dalam rangka meningkatkan ekonomi dan/atau
pelayanan kepada masyarakat.
(2) Instansi yang menyediakan barang dan/atau jasa sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a, antara lain rumah sakit daerah, penyelenggara pendidikan,
penerbit lisensi dan dokumen, penyelenggara jasa penyiaran publik, penyedia jasa
penelitian dan pengujian, serta instansi layanan umum lainnya.
(3) Dana khusus dalam rangka meningkatkan ekonomi dan/atau pelayanan kepada
masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, antara lain instansi
yang melaksanakan pengelolaan dana seperti dana bergulir usaha kecil menengah,
tabungan perumahan, dan instansi pengelola dana lainnya.
Pasal 325
(1) BLUD dibentuk untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka
memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
(2) Kekayaan BLUD merupakan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan serta dikelola
dan dimanfaatkan sepenuhnya untuk menyelenggarakan kegiatan BLUD yang
bersangkutan.
Pasal 326
(1) Pembinaan keuangan BLUD dilakukan oleh PPKD dan pembinaan teknis dilakukan
oleh kepala SKPD yang bertanggung jawab atas urusan pemerintahan yang
bersangkutan.
(2) Pembinaan keuangan BLUD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
pemberian pedoman, bimbingan, supervisi, pendidikan dan pelatihan dibidang
pengelolaan keuangan BLUD.
(3) Pembinaan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi pemberian
pedoman,
bimbingan,
supervisi,
pendidikan
dan
pelatihan
dibidang
penyelenggaraan program dan kegiatan BLUD.

simbachs@gmail.com

- 104 Pasal 327


BLUD dapat memperoleh hibah atau sumbangan dari masyarakat atau badan lain.
Pasal 328
Seluruh pendapatan BLUD dapat digunakan langsung untuk membiayai belanja BLUD
yang bersangkutan.
Pasal 329
Pedoman teknis mengenai pengelolaan keuangan BLUD diatur lebih lanjut oleh Menteri
Dalam Negeri setelah memperoleh pertimbangan Menteri Keuangan.
BAB XVI
PENGATURAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

(1)
(2)

(3)

(4)

Pasal 330
Ketentuan tentang pokok-pokok pengelolaan keuangan daerah diatur dengan
peraturan daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Berdasarkan peraturan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), kepala
daerah menetapkan peraturan kepala daerah tentang sistem dan prosedur
pengelolaan keuangan daerah.
Sistem dan prosedur pengelolaan keuangan daerah sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) mencakup tata cara penyusunan, pelaksanaan, penatausahaan dan
akuntansi, pelaporan, pengawasan dan pertanggungjawaban keuangan daerah
Peraturan kepala daerah tentang sistem dan prosedur pengelolaan keuangan
daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2), juga memuat tata cara penunjukan
pejabat yang diberi wewenang BUD, kuasa BUD, pengguna anggaran/kuasa
pengguna anggaran, bendahara penerimaan, dan bendahara pengeluaran
berhalangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 216 ayat (8), Pasal 211 ayat (3),
Pasal 194, dan Pasal 226.
BAB XVII
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 331
Pada saat peraturan menteri ini ditetapkan, semua peraturan perundang-undangan
yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan daerah sepanjang belum diganti dan
tidak bertentangan dengan peraturan menteri ini dinyatakan tetap berlaku.
Pasal 332
Dengan ditetapkannya peraturan menteri ini:
a. Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1), Pasal 90 ayat (2), dan
Pasal 296 ayat (4), tentang bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran,
penyusunan RKA-SKPD dengan menggunakan pendekatan berdasarkan prestasi
kerja, dan penyusunan laporan keuangan pemerintah daerah berdasarkan standar
akuntansi pemerintahan dilaksanakan secara bertahap mulai tahun anggaran
2006.
b. Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 87 ayat (1) dan Pasal 116 ayat (1)
tentang penyusunan rancangan PPAS dan penetapan APBD setelah dievaluasi
mulai dilaksanakan untuk penyusunan dan pelaksanaan APBD tahun anggaran
2007.

simbachs@gmail.com

- 105 c.

Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 233 ayat (2) tentang sistem
akuntansi pemerintahan daerah yang mengacu pada standar akuntansi
pemerintahan dilaksanakan secara bertahap mulai tahun anggaran 2007.

d.

Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 90 ayat (2) tentang penyusunan


RKA-SKPD dengan menggunakan pendekatan kerangka pengeluaran jangka
menengah daerah dilaksanakan mulai tahun anggaran 2009.

e.

Peraturan daerah tentang pokok-pokok pengelolaan keuangan daerah ditetapkan


paling lambat 2 tahun sejak ditetapkan peraturan menteri ini.
Pasal 333

Pada saat peraturan menteri ini ditetapkan, bagi pemerintah daerah yang belum
menetapkan RPJMD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 81 ayat (1), dokumen
perencanaan daerah lainnya dapat digunakan sebagai pedoman penyusunan RKPD.
BAB XVIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 334
(1) Direktur Jenderal Bina Administrasi Keuangan Daerah Departemen Dalam Negeri
melakukan fasilitasi pelaksanaan peraturan menteri ini.
(2) Fasilitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup mengkoordinasikan,
menyempurnakan lampiran-lampiran sesuai dengan ketentuan perundangundangan, melaksanakan sosialisasi, supervisi dan bimbingan teknis, serta
memberikan asistensi untuk kelancaran penerapan peraturan menteri ini.
Pasal 335
Dengan ditetapkannya peraturan menteri ini, Keputusan Menteri Dalam Negeri yang
mengatur tentang pedoman pengurusan, pertanggungjawaban dan pengawasan
keuangan daerah serta tata cara penyusunan anggaran pendapatan dan belanja
daerah, pelaksanaan tata usaha keuangan daerah dan belanja daerah, serta petunjuk
pelaksanaannya, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 336
Peraturan menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 15 Mei 2006
MENTERI DALAM NEGERI,
ttd
Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA BIRO HUKUM,

H. MOH. MARUF, SE.

PERWIRA
simbachs@gmail.com

DEPARTEMEN DALAM NEGERI


REPUBLIK INDONESIA

LAMPIRAN A
PERMENDAGRI
NOMOR 13 TAHUN 2006
TENTANG
PEDOMAN PENGELOLAAN
KEUANGAN DAERAH

PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN

DEPARTEMEN DALAM NEGERI


REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL BINA ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH

simbachs@gmail.com

DAFTAR LAMPIRAN A
PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN
1.

Lampiran A.I

2.
3.
4.
5.
6.

Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran

7.

Lampiran A.VII

8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.

Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran

A.II
A.III
A.IV
A.V
A.VI

A.VIII
A.IX
A.X
A.XI
A.XII
A.XIII
A.XIV
A.XV

16. Lampiran A.XVI

17. Lampiran A.XVII


18. Lampiran A.XVIII
19. Lampiran A.XIX

Kode dan klasifikasi urusan pemerintahan daerah dan


organisasi
Susunan kode akun keuangan daerah
Kode rekening pendapatan provinsi
Kode rekening pendapatan kabupaten/kota
Kode dan klasifikasi fungsi
klasifikasi belanja daerah menurut fungsi untuk keselarasan
dan keterpaduan pengelolaan keuangan negara
Kode dan daftar program dan kegiatan menurut urusan
pemerintahan daerah
Kode rekening belanja daerah
Kode rekening pembiayaan daerah
Format KUA
Format PPAS
Format nota kesepakatan KUA dan PPAS APBD
Bagan alir pengerjaan RKA-SKPD
Format RKA-SKPD
Format rancangan peraturan daerah tentang APBD beserta
lampiran
A. Rancangan peraturan daerah tentang APBD
B. Ringkasan APBD
C. Ringkasan APBD menurut urusan pemerintahan daerah
dan organisasi
D. Rincian APBD menurut urusan pemerintahan daerah,
organisasi, pendapatan, belanja dan pembiayaan
E. Rekapitulasi belanja menurut urusan pemerintahan
daerah, organisasi, program dan kegiatan
F. Rekapitulasi belanja daerah untuk keselarasan dan
keterpaduan urusan pemerintahan daerah dan fungsi
dalam kerangka pengelolaan keuangan negara
G. Daftar jumlah pegawai per golongan dan per jabatan
H. Daftar piutang daerah
I. Daftar penyertaan modal (investasi) daerah
J. Daftar perkiraan penambahan dan pengurangan aset
tetap daerah
K. Daftar perkiraan penambahan dan pengurangan aset
lainnya
L. Daftar kegiatan-kegiatan tahun sebelumnya yang belum
diselesaikan dan dianggarkan kembali dalam tahun
anggaran ini
1. Tahun Pertama
2. Tahun Kedua
M. Daftar dana cadangan daerah
N. Daftar pinjaman daerah
Format rancangan peraturan kepala daerah tentang
penjabaran APBD
A. Rancangan peraturan kepala daerah tentang penjabaran
APBD
B. Ringkasan penjabaran APBD
C. Penjabaran APBD
Format susunan nota keuangan RAPBD
Format persetujuan bersama RAPBD
Format rancangan peraturan kepala daerah tentang APBD
beserta lampiran
A. Rancangan peraturan kepala daerah tentang APBD
B. Rngkasan APBD
C. Ringkasan APBD menurut urusan pemerintahan daerah
dan organisasi
D. Rincian APBD
E. Rekapitulasi belanja menurut urusan pemerintahan
daerah, organisasi, program dan kegiatan

simbachs@gmail.com

F.

20. Lampiran A.XX


21. Lampiran A.XXI
22. Lampiran A.XXII

Rekapitulasi belanja daerah untuk keselarasan dan


keterpaduan urusan pemerintahan daerah dan fungsi
dalam kerangka pengelolaan keuangan negara
G. Daftar jumlah pegawai per golongan dan per jabatan
H. Daftar piutang daerah
I. Daftar penyertaan modal (investasi) daerah
J. Daftar perkiraan penambahan dan pengurangan aset
tetap daerah
K. Daftar perkiraan penambahan dan pengurangan aset
lainnya
L. Daftar kegiatan-kegiatan tahun anggaran sebelumnya
yang belum diselesaikan dan dianggarkan kembali dalam
tahun anggaran ini
M. Daftar dana cadangan daerah
N. Daftar pinjaman daerah
Format penetapan rancangan peraturan daerah tentang APBD
Format penetapan rancangan peraturan kepala daerah
tentang penjabaran APBD
Jadwal penyusunan APBD

simbachs@gmail.com

-1LAMPIRAN A.I

: PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI


NOMOR
: 13 TAHUN 2006
TANGGAL
: 15 Mei 2006

KODE DAN KLASIFIKASI URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH


DAN ORGANISASI
KODE

URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH

URUSAN WAJIB

1
1
1
1

01
01
01
01

01
02
03

Pendidikan
Dinas Pendidikan
Kantor Perpustakaan Daerah
Dst

1
1
1
1
1
1
1

02
02
02
02
02
02
02

01
02
03
04
05
06

Kesehatan
Dinas Kesehatan
Rumah Sakit Umum Daerah
Rumah Sakit Jiwa
Rumah Sakit Paru-paru
Rumah Sakit Ketergantungan Obat
Dst

1
1
1
1
1
1
1

03
03
03
03
03
03
03

01
02
03
04
05
06

Pekerjaan Umum
Dinas Pekerjaan Umum
Dinas Bina Marga
Dinas Pengairan
Dinas Pengawasan Bangunan dan Tata Kota
Dinas Cipta Karya
Dst

1
1
1
1
1

04
04
04
04
04

01
02
03
04

Perumahan
Dinas Permukiman
Dinas Pemadam Kebakaran*)
Dinas Pemakaman*)
Dst

1
1
1

05
05
05

01
02

Penataan Ruang
Dinas Tata Ruang*)
Dst

1
1
1

06
06
06

01
02

Perencanaan Pembangunan
BAPPEDA
Dst

1
1
1

07
07
07

01
02

Perhubungan
Dinas Perhubungan
Dst

1
1
1

08
08
08

01
02

Lingkungan Hidup
Dinas Lingkungan Hidup
Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah

simbachs@gmail.com

-2KODE

URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH

1
1
1

08
08
08

03
04
05

Dinas Pertamanan
Dinas Kebersihan
Dst

1
1
1

09
09
09

01
02

Badan Pertanahan Daerah


Dst

1
1
1

10
10
10

01
02

Kependudukan dan Catatan Sipil


Dinas Kependudukan dan Caatatan Sipil
Dst

1
1
1

11
11
11

01
02

Pemberdayaan Perempuan
Dinas Pemberdayaan Perempuan
Dst

1
1
1

12
12
12

01
02

Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera


Badan Koordinasi Keluarga Berencana Daerah
Dst

1
1
1

13
13
13

01
02

Sosial
Dinas Sosial
Dst

1
1
1

14
14
14

01
02

Tenaga Kerja
Dinas Tenaga Kerja
Dst

1
1
1

15
15
15

01
02

Koperasi dan Usaha Kecil Menengah


Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah
Dst

1
1
1

16
16
16

01
02

Penanaman Modal
Badan Penanaman Modal Daerah
Dst

1
1
1
1

17
17
17
17

01
02
03

Kebudayaan
Dinas Kebudayaan
Permuseuman
Dst

1
1
1

18
18
18

01
02

Pemuda dan Olah Raga


Dinas Pemuda dan Olah Raga
Dst

1
1
1
1
1

19
19
19
19
19

01
02
03
04

Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri


Dinas Kesbang Linmas
Dinas Ketentraman dan Ketertiban
Kantor Satuan Polisi Pamong Praja
Dst

1
1
1

20
20
20

01
02

Pemerintahan Umum
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Kepala Daerah & Wakil Kepala Daerah

Pertanahan

simbachs@gmail.com

-3KODE
1
1
1
1
1
1
1
1
1

20
20
20
20
20
20
20
20
20

1
1
1
1

21
21
21
21

1
1
1

22
22
22

1
1
1
1

23
23
23
23

1
1
1

24
24
24

1
1
1
1

25
25
25
25

URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH


03
04
05
06
07
08
09
10
11

Sekretariat Daerah
Sekretariat DPRD
Badan Pengelola Keuangan Daerah
Badan Penelitian dan Pengembangan
Badan Pengawasan Daerah
Kantor Penghubung
Kecamatan
Kelurahan
Dst

01
02
03

Kepegawaian
Badan Pendidikan dan Pelatihan
Badan Kepegawaian Daerah
Dst

01
02

Pemberdayaan Masyarakat dan Desa


Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa
Dst

01
02
03

Statistik
Badan Statistik Daerah
Kantor Statistik Daerah
Dst

01
02

Kearsipan
Kantor Arsip Daerah
Dst

01
02
03

Komunikasi dan Informatika


Dinas Informasi dan Komunikasi
Kantor Pengolahan Data Elektronik
Dst

URUSAN PILIHAN

2
2
2
2
2
2

01
01
01
01
01
01

01
02
03
04
05

Pertanian
Dinas Pertanian
Dinas Perkebunan
Dinas Peternakan
Dinas Ketahanan Pangan
Dst

2
2
2

02
02
02

01
02

Kehutanan
Dinas Kehutanan
Dst

2
2
2

03
03
03

01
02

Energi dan Sumberdaya Mineral


Dinas Pertambangan
Dst

2
2
2
2

04
04
04
04

01
02
03

Pariwisata
Dinas Pariwisata
Kebun Binatang
Dst

simbachs@gmail.com

-4KODE

URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH

2
2
2

05
05
05

01
02

Kelautan dan Perikanan


Dinas Kelautan dan Perikanan
Dst

2
2
2
2

06
06
06
06

01
02
03

Perdagangan
Dinas Perdagangan
Dinas Pasar
Dst

2
2
2

07
07
07

01
02

Perindustrian
Dinas Perindustrian
Dst

2
2
2

08
08
08

01
02

Transmigrasi
Dinas Transmigrasi
Dst

Keterangan :
*)
Untuk Kabupaten/Kota
MENTERI DALAM NEGERI,
ttd
H. MOH. MARUF, SE.
Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA BIRO HUKUM,

PERWIRA

simbachs@gmail.com

-5LAMPIRAN A.II

: PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI


NOMOR

: 13 TAHUN 2006

TANGGAL

: 15 Mei 2006

SUSUNAN KODE AKUN KEUANGAN DAERAH

KODE

URAIAN

Aset

Kewajiban

Ekuitas Dana

Pendapatan

Belanja

Pembiayaan

MENTERI DALAM NEGERI,


ttd
H. MOH. MARUF, SE.
Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA BIRO HUKUM,

PERWIRA

simbachs@gmail.com

-6LAMPIRAN A. III

: PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI


NOMOR

: 13 TAHUN 2006

TANGGAL

: 15 Mei 2006

KODE REKENING PENDAPATAN PROVINSI


Kode
Rekening

Uraian

PENDAPATAN DAERAH

4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

01
01
01
01
01
01
01
01
01
01
01

4
4
4

1
1
1

1
1
1

4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

4
4
4

PENDAPATAN ASLI DAERAH

01
02
03
04
05
06
07
08
09
10

Pajak Daerah
Pajak Kendaraan Bermotor
A-1 Sedan, Jeep, Station Wagon ( Pribadi )
A-2 Sedan, Jeep, Station Wagon ( Umum )
B-1 Bus, Micro Bus (Pribadi)
B-2 Bus, Micro Bus ( Umum )
C-1 Truck, Pick Up (Pribadi)
C-2 Truck, Pick up ( Umum )
D-1. Kendaraan khusus (Pribadi)
D-2. Kendaraan khusus (Umum)
E. Sepeda Motor
Dst..

02
02
02

01
01

Pajak Kendaraan di Air


Pajak Kendaraan di Air
Dst..

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

03
03
03
03
03
03
03
03
03
03
03

01
02
03
04
05
06
07
08
09
10

Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor


A-1 Sedan, Jeep, Station Wagon ( Pribadi )
A-2 Sedan, Jeep, Station Wagon ( Umum )
B-1 Bus, Micro Bus (Pribadi)
B-2 Bus, Micro Bus ( Umum )
C-1 Truck, Pick Up (Pribadi)
C-2 Truck, Pick up ( Umum )
D-1. Kendaraan khusus (Pribadi)
D-2. Kendaraan khusus (Umum)
E. Sepeda Motor
Dst..

1
1
1

1
1
1

04
04
04

01
02

Bea Balik Nama Kendaraan Di Air


Bea Balik Nama Kendaraan Di Air ....
Dst..

4
4
4
4
4
4
4

1
1
1
1
1
1
1

1
1
1
1
1
1
1

05
05
05
05
05
05
05

01
02
03
04
05
06

Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor


Premium
Pertamax
Pertamax Plus
Solar
Gas
Dst..

06

Pajak Air Permukaan

simbachs@gmail.com

-7Kode
Rekening

Uraian

4
4

1
1

1
1
1

4
4
4
4
4
4
4

1
1
1
1
1
1
1

2
2
2
2
2
2
2

01
01
01
01
01
01
01

01
02
03
04
05
06

Retribusi Jasa Umum


Retribusi Pelayanan Kesehatan
Retribusi Pengujian Kendaraan bermotor
Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta
Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang
Retribusi Pelayanan Pendidikan
Dst..

4
4
4
4
4
4
4
4
4
4

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

2
2
2
2
2
2
2
2
2
2

02
02
02
02
02
02
02
02
02
02

01
02
03
04
05
06
07
08
09

Retribusi Jasa Usaha


Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah
Retribusi Tempat Pelelangan
Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa
Retribusi Pelayanan Kepelabuhan
Retribusi Tempat Rekreasi dan Olah Raga
Retribusi Penyebrangan di air
Retribusi Pengolahan Limbah Cair
Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah
Dst..

4
4
4

1
1
1

2
2
2

03
03
03

01
02

Retribusi Perizinan tertentu


Retribusi Izin Trayek
Dst..

01

4
4

1
1

3
3

01
01

02

4
4

1
1

3
3

02
02

03

4
4

1
1

3
3

03
03

4
4
4
4
4
4
4
4
4
4

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

4
4
4
4
4
4
4
4
4
4

06
06

01
01

Pajak Air Permukaan .....


Dst..
Retribusi Daerah

Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan

01
02

Bagian Laba atas penyertaan modal pada Perusahaan Milik


Daerah/BUMD
Perusahaan Daerah ..
Dst..

01
02

Bagian Laba atas penyertaan modal pada Perusahaan Milik


Pemerintah/BUMN
BUMN .....
Dst..

01
02

Bagian Laba atas penyertaan modal pada Perusahaan Patungan /


Milik Swasta
Perusahaan patungan .
Dst..
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah

01
01
01
01
01
01
01
01
01
01

01
02
03
04
05
06
07
08
09

Hasil Penjualan Aset Daerah Yang Tidak Dipisahkan


Pelepasan Hak Atas Tanah
Penjualan Peralatan/Perlengkapan Kantor tidak terpakai
Penjualan Mesin/alat-alat berat tidak terpakai
Penjualan Rumah Jabatan/Rumah Dinas
Penjualan Kendaraan Dinas roda dua
Penjualan Kendaraan Dinas roda empat
Penjualan Drum Bekas
Penjualan Hasil Penebangan Pohon
Penjualan Lampu Hias Bekas

simbachs@gmail.com

-8Kode
Rekening

Uraian

4
4
4
4
4
4
4
4
4
4

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

1
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4

01
01
01
01
01
01
01
01
01
01

10
11
12
13
14
15
16
17
18
19

2
Penjualan bahan-bahan Bekas Bangunan
Penjualan Perlengkapan Lalu Lintas
Penjualan Obat-obatan dan hasil farmasi
Penjualan hasil pertanian
Penjualan hasil kehutanan
Penjualan hasil perkebunan
Penjualan hasil peternakan
Penjualan hasil perikanan
Penjualan hasil sitaan
Dst..

4
4
4
4
4

1
1
1
1
1

4
4
4
4
4

02
02
02
02
02

01
02
03
04

Jasa Giro
Jasa Giro Kas Daerah
Jasa Giro Pemegang Kas
Jasa Giro Dana Cadangan
Dst..

4
4
4

1
1
1

4
4
4

03
03
03

01
02

Pendapatan Bunga
Rekening Deposito pada Bank ......
Dst..

4
4
4
4

1
1
1
1

4
4
4
4

04
04
04
04

01
02
03

Tuntutan Ganti Rugi (TGR)


Kerugian Uang Daerah
Kerugian Barang Daerah
Dst..

4
4
4
4
4

1
1
1
1
1

4
4
4
4
4

05
05
05
05
05

01
02
03
04

Komisi, Potongan dan Keuntungan Selisih Nilai Tukar Rupiah


Penerimaan Komisi dari
Penerimaan Potongan dari ..
Penerimaan Keuntungan Selisih Nilai Tukar Rupiah dari ..
Dst..

4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4

06
06
06
06
06
06
06
06
06
06
06

01
02
03
04
05
06
07
08
09
10

Pendapatan Denda atas Keterlambatan Pelaksanaan Pekerjaan


Bidang Pendidikan
Bidang Kesehatan
Bidang Pekerjaan Umum
Bidang Perumahan Rakyat
Bidang Penataan Ruang
Bidang Perencanaan Pembangunan
Bidang Perhubungan
Bidang Lingkungan Hidup
Bidang Pertanahan
Dst..

4
4
4
4
4
4
4

1
1
1
1
1
1
1

4
4
4
4
4
4
4

07
07
07
07
07
07
07

01
02
03
04
05
06

Pendapatan Denda Pajak


Pendapatan Denda Pajak Kendaraan Bermotor
Pendapatan Denda Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
Pendapatan Denda Pajak Kendaraan Di Air
Pendapatan Denda Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Di Air
Pendapatan Denda Pajak Air Permukaan
Dst..

4
4
4
4
4

1
1
1
1
1

4
4
4
4
4

08
08
08
08
08

01
02
03
04

Pendapatan Denda Retribusi


Pendapatan Denda Retribusi Jasa Umum
Pendapatan Denda Retribusi Jasa Usaha
Pendapatan Denda Retribusi Perizinan tertentu
Dst..

simbachs@gmail.com

-9Kode
Rekening

Uraian

4
4
4
4
4

1
1
1
1
1

4
4
4
4
4

09
09
09
09
09

01
02
03
04

Pendapatan Hasil Eksekusi atas Jaminan


Hasil Eksekusi Jaminan atas Pelaksanaan Pekerjaan
Hasil Eksekusi Jaminan atas Pembongkaran Reklame
Hasil Eksekusi Jaminan atas KTP Musiman
Dst..

4
4
4
4
4
4
4

1
1
1
1
1
1
1

4
4
4
4
4
4
4

10
10
10
10
10
10
10

01
02
03
04
05
06

Pendapatan dari Pengembalian


Pendapatan dari Pengembalian Pajak Penghasilan Pasal 21
Pendapatan dari Pengembalian Kelebihan pembayaran asuransi kesehatan
Pendapatan dari Pengembalian Kelebihan pembayaran Gaji dan Tunjangan
Pendapatan dari Pengembalian Kelebihan pembayaran Perjalanan Dinas
Pendapatan dari Pengembalian Uang Muka
Dst..

4
4
4
4

1
1
1
1

4
4
4
4

11
11
11
11

01
02
03

Fasilitas Sosial dan Fasilitas Umum


Fasilitas Sosial
Fasilitas Umum
Dst..

4
4
4
4
4

1
1
1
1
1

4
4
4
4
4

12
12
12
12
12

01
02
03
04

Pendapatan dari Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan


Uang Pendaftaran/Ujian Masuk
Uang Sekolah/pendidikan dan pelatihan
Uang Ujian kenaikan tingkat/kelas
Dst..

4
4
4
4

1
1
1
1

4
4
4
4

13
13
13
13

01
02
03

Pendapatan dari Angsuran/Cicilan Penjualan


Angsuran/Cicilan Penjualan Rumah
Angsuran/Cicilan Penjualan Kendaraan
Dst..

4
4
4

2
2
2

1
1
1

01
01
01

01
02

01

03

01

04

Bagi Hasil Pajak


Bagi Hasil dari Pajak Bumi dan Bangunan
Bagi Hasil dari Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan
Bagi Hasil dari Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25 dan Pasal 29 wajib pajak
orang Pribadi dalam negeri dan PPh Pasal 21
Dst..

4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4

2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

02
02
02
02
02
02
02
02
02
02
02
02

01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11

Bagi Hasil Bukan Pajak/Sumber Daya Alam


Bagi Hasil dari Iuran Hak Pengusahaan Hutan
Bagi Hasil dari Provisi Sumber Daya Hutan
Bagi Hasil dari Dana Reboisasi
Bagi Hasil dari Iuran Tetap (Land-rent)
Bagi Hasil dari Iuran Eksplorasi dan Iuran Eksploitasi (Royalti)
Bagi Hasil dari Pungutan Pengusahaan Perikanan
Bagi Hasil dari Pungutan Hasil Perikanan
Bagi Hasil dari Pertambangan Minyak Bumi
Bagi Hasil dari Pertambangan Gas Bumi
Bagi Hasil dari Pertambangan Panas Bumi
Dst..

4
4

2
2

2
2

DANA PERIMBANGAN
Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak

01

Dana Alokasi Umum


Dana Alokasi Umum

simbachs@gmail.com

- 10 Kode
Rekening

Uraian

1
2

4
4
4
4

2
2
2
2

3
3
3
3

4
4

3
3

1
1

01
01

01

Pendapatan Hibah dari Pemerintah


Pemerintah

4
4
4

3
3
3

1
1
1

02
02
02

01
02

Pendapatan Hibah dari Pemerintah Daerah lainya


Pemerintah Daerah ..
Dst..

03

4
4

3
3

1
1

03
03

01
02

Pendapatan Hibah dari badan/lembaga/organisasi swasta dalam


negeri
Badan/lembaga /organisasi swasta
Dst..

4
4
4

3
3
3

1
1
1

04
04
04

01
02

Pendapatan Hibah dari kelompok masyarakat/perorangan


Kelompok masyarakat/perorangan
Dst..

4
4
4
4
4

3
3
3
3
3

1
1
1
1
1

05
05
05
05
05

01
02
03
04

Pendapatan Hibah dari Luar Negeri


Pendapatan Hibah dari Bilateral
Pendapatan Hibah dari Multilateral
Pendapatan Hibah dari Donor lainnya
Dst..

4
4
4
4

3
3
3
3

2
2
2
2

01
01

Dana Darurat
Penanggulangan Korban/Kerusakan Akibat Bencana Alam
Korban/Kerusakan Akibat Bencana Alam ......
Dst..

4
4
4

3
3
3

3
3
3

01
01
01

01
02

Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi


Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi .
Dst..

4
4
4

3
3
3

3
3
3

02
02
02

01
02

Dana Bagi Hasil Pajak dari Kabupaten


Dana Bagi Hasil Pajak dari Kabupaten .
Dst..

4
4
4

3
3
3

3
3
3

03
03
03

01
02

Dana Bagi Hasil Pajak dari Kota


Dana Bagi Hasil Pajak dari Kota .
Dst..

4
4

3
3

4
4

01

01
01
01

01

Dana Alokasi Umum

01
02

Dana Alokasi Khusus


Dana alokasi khusus
Dana alokasi khusus .
Dst..
LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH
Pendapatan Hibah

01
01
01

Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah


lainnya

Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus


01
01

01

Dana Penyesuaian
Dana Penyesuaian ......

simbachs@gmail.com

- 11 Kode
Rekening
4

1
4

4
4
4

3
3
3

4
4
4

4
4
4

3
3
3

5
5
5

01
01
01

4
4
4

3
3
3

5
5
5

4
4
4

3
3
3

5
5
5

Uraian
2

01
02
02
02

02

Dst..

01
02

Dana Otonomi Khusus


Dana Otonomi Khusus .......
Dst..
Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah lainnya

01
02

Bantuan Keuangan dari Provinsi


Bantuan Keuangan Dari Provinsi .
Dst..

02
02
02

01
02

Bantuan Keuangan dari Kabupaten


Bantuan Keuangan Dari Kabupaten .
Dst..

03
03
03

01
02

Bantuan Keuangan dari Kota


Bantuan Keuangan Dari Kota .
Dst..

MENTERI DALAM NEGERI,


ttd
H. MOH. MARUF, SE.
Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA BIRO HUKUM,

PERWIRA

simbachs@gmail.com

- 12 LAMPIRAN A. IV

: PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI


NOMOR
: 13 TAHUN 2006
TANGGAL
: 15 Mei 2006

KODE REKENING PENDAPATAN KABUPATEN/KOTA


Kode
Rekening
1

Uraian
2

PENDAPATAN DAERAH

Pendapatan Asli Daerah

4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

01
01
01
01
01
01
01
01
01
01
01
01
01
01
01

4
4
4
4
4
4
4

1
1
1
1
1
1
1

1
1
1
1
1
1
1

4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

Hasil Pajak Daerah1)

01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
13
14

Pajak Hotel
Hotel Bintang Lima Berlian
Hotel Bintang Lima
Hotel Bintang Empat
Hotel Bintang Tiga
Hotel Bintang Dua
Hotel Bintang Satu
Hotel Melati Tiga
Hotel Melati Dua
Hotel Melati Satu
Motel
Cottage
Losmen/Rumah Penginapan/ Pesanggrahan/Hostel/Rumah Kos
Wisma Pariwisata
Dst ..

02
02
02
02
02
02
02

01
02
03
04
05
06

Pajak Restoran
Restoran
Rumah Makan
Caf
Kantin
Katering
Dst ..

03
03
03
03
03
03
03
03
03
03
03
03
03
03
03
03
03
03

01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
13
14
15
16
17

Pajak Hiburan
Tontonan Film/Bioskop
Pagelaran Kesenian/ Musik/Tari/Busana
Kontes Kecantikan
Kontes Binaraga
Pameran
Diskotik
Karaoke
Klub Malam
Sirkus/akrobat/sulap
Permainan Bilyar
Permainan Golf
Permainan Bowling
Pacuan Kuda
Balap Kendaran Bermotor
Permainan Ketangkasan
Panti Pijat/Refleksi
Mandi Uap/spa

simbachs@gmail.com

- 13 -

4
4
4

Kode
Rekening
1
1
1 03
1
1 03
1
1 03

18
19
20

Pusat Kebugaran
Pertandingan Olahraga
Dst ..

4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

04
04
04
04
04
04
04
04
04
04
04
04

01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11

Pajak Reklame
Reklame Papan/Bill Board/videotron/ megatron
Reklame Kain
Reklame Melekat/stiker
Reklame Selebaran
Reklame Berjalan
Reklame Udara
Reklame Apung
Reklame Suara
Reklame Film/slide
Reklame Peragaan
Dst ..

4
4
4

1
1
1

1
1
1

05
05
05

01
02

Pajak Penerangan Jalan


Pajak Penerangan Jalan PLN
Dst ..

4
4
4
4
4
4
4

1
1
1
1
1
1
1

1
1
1
1
1
1
1

06
06
06
06
06
06
06

01
02
03
04
05
06

Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C


Asbes
Batu Tulis
Batu setengah permata
Batu kapur
Batu Apung
Dst ..

4
4
4

1
1
1

1
1
1

07
07
07

01
02

Pajak Parkir
Pajak Parkir
Dst ..

4
4
4

1
1
1

1
1
1

08
08
08

01
02

Pajak Air Bawah Tanah


Pajak Air Bawah Tanah
Dst ..

4
4
4

1
1
1

1
1
1

09
09
09

01
02

Pajak Sarang Burung Walet


Pajak Sarang Burung Walet
Dst ..

4
4
4

1
1
1

1
1
1

10
10
10

01
02

Pajak Lingkungan
Pajak Lingkungan
Dst ..

4
4
4
4
4
4
4
4
4
4

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

2
2
2
2
2
2
2
2
2
2

Uraian
2

Hasil Retribusi Daerah1)


01
01
01
01
01
01
01
01
01
01

01
02
03
04
05
06
07
08
09

Retribusi Jasa Umum


Retribusi Pelayanan Kesehatan
Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan
Retribusi Penggantian Biaya KTP dan Akte Catatan Sipil
Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat
Retribusi Pelayanan Parkir di tepi jalan umum
Retribusi Pelayanan Pasar
Retribusi Pengujian Kendaraan bermotor
Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran
Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta

simbachs@gmail.com

- 14 -

4
4

Kode
Rekening
1
1
2 01
1
2 01

4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2

02
02
02
02
02
02
02
02
02
02
02
02
02
02
02

4
4
4
4
4
4
4

1
1
1
1
1
1
1

2
2
2
2
2
2
2

03
03
03
03
03
03
03

01

4
4
4

1
1
1

3
3
3

01
01
01

02

4
4

1
1

3
3

02
02

03

4
4

1
1

3
3

03
03

4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4

Uraian
2
10
11

Retribusi Pelayanan Pendidikan


Dst ..

01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
13
14

Retribusi Jasa Usaha


Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah
Retribusi Pasar Grosir/Pertokoan
Retribusi Tempat Pelelangan
Retribusi Terminal
Retribusi Tempat Khusus Parkir
Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa
Retribusi Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus
Retribusi Rumah Potong Hewan
Retribusi Pelayanan Kepelabuhan
Retribusi Tempat Rekreasi dan Olah Raga
Retribusi Penyebrangan di air
Retribusi Pengolahan Limbah Cair
Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah
Dst ..

01
02
03
04
05
06

Retribusi Perizinan tertentu


Retribusi Izin Mendirikan Bangunan
Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol
Retribusi Izin Ganguan/Keramaian
Retribusi Izin Trayek
Retribusi Izin Usaha Perikanan
Dst ..

01
02
03

Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan


Bagian Laba atas penyertaan modal pada Perusahaan Milik
Daerah/BUMD
Perusahaan daerah .
BUMD
Dst ..

01
02

Bagian Laba atas penyertaan modal pada Perusahaan Milik


Pemerintah/BUMN
BUMN ..
Dst ..

01
02

Bagian Laba atas penyertaan modal pada Perusahaan Milik


Swasta
Perusahaan ..
Dst ..
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah

01
01
01
01
01
01
01
01
01
01
01

01
02
03
04
05
06
07
08
09
10

Hasil Penjualan Aset Daerah Yang Tidak Dipisahkan


Pelepasan Hak Atas Tanah
Penjualan Peralatan/Perlengkapan Kantor tidak terpakai
Penjualan Mesin/alat-alat berat tidak terpakai
Penjualan Rumah Jabatan/Rumah Dinas
Penjualan Kendaraan Dinas roda dua
Penjualan Kendaraan Dinas roda empat
Penjualan Drum Bekas
Penjualan Hasil Penebangan Pohon
Penjualan Lampu Hias Bekas
Penjualan bahan-bahan Bekas Bangunan

simbachs@gmail.com

- 15 -

4
4
4
4
4
4
4
4
4

Kode
Rekening
1
1
4 01
1
4 01
1
4 01
1
4 01
1
4 01
1
4 01
1
4 01
1
4 01
1
4 01

11
12
13
14
15
16
17
18
19

2
Penjualan Perlengkapan Lalu Lintas
Penjualan Obat-obatan dan hasil farmasi
Penjualan hasil pertanian
Penjualan hasil kehutanan
Penjualan hasil perkebunan
Penjualan hasil peternakan
Penjualan hasil perikanan
Penjualan hasil sitaan
Dst ..

4
4
4
4
4

1
1
1
1
1

4
4
4
4
4

02
02
02
02
02

01
02
03
04

Penerimaan Jasa Giro


Jasa Giro Kas Daerah
Jasa Giro Pemegang Kas
Jasa Giro Dana Cadangan
Dst ..

4
4
4

1
1
1

4
4
4

03
03
03

01
02

Pendapatan Bunga Deposito


Rekening Deposito pada Bank .....
Dst ..

4
4
4
4

1
1
1
1

4
4
4
4

04
04
04
04

01
02
03

Tuntutan Ganti Kerugian Daerah


Kerugian Uang
Kerugian Barang
Dst ..

4
4
4
4
4

1
1
1
1
1

4
4
4
4
4

05
05
05
05
05

01
02
03
04

Komisi, Potongan dan Selisih Nilai Tukar Rupiah


Penerimaan Komisi dari penempatan Kas daerah
Penerimaan Potongan dari ..
Penerimaan Keuntungan Selisih Nilai Tukar Rupiah dari ..
Dst ..

4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4

06
06
06
06
06
06
06
06
06
06
06

01
02
03
04
05
06
07
08
09
10

Pendapatan Denda atas Keterlambatan Pelaksanaan Pekerjaan


Bidang Pendidikan
Bidang Kesehatan
Bidang Pekerjaan Umum
Bidang Perumahan Rakyat
Bidang Penataan Ruang
Bidang Perencanaan Pembangunan
Bidang Perhubungan
Bidang Lingkungan Hidup
Bidang Pertanahan
Dst ..

4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4

07
07
07
07
07
07
07
07
07
07
07
07

01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11

Pendapatan Denda Pajak1)


Pendapatan Denda Pajak Hotel
Pendapatan Denda Pajak Restoran
Pendapatan Denda Pajak Hiburan
Pendapatan Denda Pajak Reklame
Pendapatan Denda Pajak Penerangan Jalan
Pendapatan Denda Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C
Pendapatan Denda Pajak Parkir
Pendapatan Denda Pajak Air Bawah Tanah
Pendapatan Denda Pajak Sarang Burung Walet
Pendapatan Denda Pajak Lingkungan
Dst ..

Uraian

simbachs@gmail.com

- 16 -

4
4
4
4
4

Kode
Rekening
1
1
4 08
1
4 08
1
4 08
1
4 08
1
4 08

4
4
4
4
4

1
1
1
1
1

4
4
4
4
4

09
09
09
09
09

4
4
4
4
4
4
4

1
1
1
1
1
1
1

4
4
4
4
4
4
4

4
4
4
4

1
1
1
1

4
4
4
4
4

Uraian
1)

01
02
03
04

Pendapatan Denda Retribusi


Pendapatan Denda Retribusi Jasa Umum
Pendapatan Denda Retribusi Jasa Usaha
Pendapatan Denda Retribusi Perizinan tertentu
Dst ..

01
02
03
04

Pendapatan Hasil Eksekusi atas Jaminan


Hasil Eksekusi Jaminan atas Pelaksanaan Pekerjaan
Hasil Eksekusi Jaminan atas Pembongkaran Reklame
Hasil Eksekusi Jaminan atas KTP Musiman
Dst ..

10
10
10
10
10
10
10

01
02
03
04
05
06

Pendapatan dari Pengembalian


Pendapatan dari Pengembalian Pajak Penghasilan Pasal 21
Pendapatan dari Pengembalian Kelebihan pembayaran asuransi kesehatan
Pendapatan dari Pengembalian Kelebihan pembayaran Gaji dan Tunjangan
Pendapatan dari Pengembalian Kelebihan pembayaran Perjalanan Dinas
Pendapatan dari Pengembalian dari Uang Muka
Dst ..

4
4
4
4

11
11
11
11

01
02
03

Fasilitas Sosial dan Fasilitas Umum


Fasilitas Sosial
Fasilitas Umum
Dst ..

1
1
1
1
1

4
4
4
4
4

12
12
12
12
12

01
02
03
04

Pendapatan dari Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan


Uang Pendaftaran/Ujian Masuk
Uang Sekolah/pendidikan dan pelatihan
Uang Ujian kenaikan tingkat/kelas
Dst ..

4
4
4
4

1
1
1
1

4
4
4
4

13
13
13
13

01
02
03

Pendapatan dari Angsuran/Cicilan Penjualan


Angsuran/Cicilan Penjualan Rumah
Angsuran/Cicilan Penjualan Kendaraan
Dst ..

4
4
4
4
4

2
2
2
2
2

1
1
1
1

01
01
01

01
02

01

03

01

04

Dana Perimbangan
Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak
Bagi Hasil Pajak
Bagi Hasil dari Pajak Bumi dan Bangunan
Bagi Hasil dari Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan
Bagi Hasil dari Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25 dan Pasal 29 wajib pajak
orang Pribadi dalam negeri dan PPh Pasal 21
Dst ..

4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4

2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

02
02
02
02
02
02
02
02
02
02
02
02

01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11

Bagi Hasil Bukan Pajak/Sumber Daya Alam


Bagi Hasil dari Iuran Hak Pengusahaan Hutan
Bagi Hasil dari Provisi Sumber Daya Hutan
Bagi Hasil dari Dana Reboisasi
Bagi Hasil dari Iuran Tetap (Land-rent)
Bagi Hasil dari Iuran Eksplorasi dan Iuran Eksploitasi (Royalti)
Bagi Hasil dari Pungutan Pengusahaan Perikanan
Bagi Hasil dari Pungutan Hasil Perikanan
Bagi Hasil dari Pertambangan Minyak Bumi
Bagi Hasil dari Pertambangan Gas Bumi
Bagi Hasil dari Pertambangan Panas Bumi
Dst ..

simbachs@gmail.com

- 17 Kode
Rekening
1

Uraian
2

4
4
4

2
2
2

2
2
2

01
01

01

Dana Alokasi Umum


Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Umum

4
4
4
4

2
2
2
2

3
3
3
3

01
01
01

01
02

Dana Alokasi Khusus


Dana alokasi khusus
Dana alokasi khusus .
Dst ..

4
4

3
3

1
1

01
01

01

Pendapatan Hibah dari Pemerintah


Pemerintah

4
4
4

3
3
3

1
1
1

02
02
02

01
02

Pendapatan Hibah dari Pemerintah Daerah lainya


Pemerintah daerah
Dst ..

03

4
4

3
3

1
1

03
03

01
02

Pendapatan Hibah dari badan/lembaga/organisasi swasta dalam


negeri
Badan/lembaga/organisasi swasta ..
Dst ..

4
4
4

3
3
3

1
1
1

04
04
04

01
02

Pendapatan Hibah dari kelompok masyarakat/perorangan


Kelompok masyarakat/perorangan .....
Dst ..

4
4
4
4
4

3
3
3
3
3

1
1
1
1
1

05
05
05
05
05

01
02
03
04

Pendapatan Hibah dari Luar Negeri


Pendapatan Hibah dari Bilateral
Pendapatan Hibah dari Multilateral
Pendapatan Hibah dari Donor lainnya
Dst ..

4
4
4
4

3
3
3
3

2
2
2
2

01
02

Dana Darurat
Penanggulangan Korban/Kerusakan Akibat Bencana Alam
Korban/Kerusakan Akibat Bencana Alam .....
Dst ..

Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah


lainnya

4
4
4
4
4
4
4
4
4
4

3
3
3
3
3
3
3
3
3
3

3
3
3
3
3
3
3
3
3
3

01
01
01
01
01
01
01
01
01

01
02
03
04
05
06
07
08

Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi 2)


Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi
Bagi Hasil dari Pajak Kendaraan Bermotor
Bagi Hasil dari Pajak Kendaraan Diatas Air
Bagi Hasil dari Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
Bagi Hasil dari Bea Balik Nama Kendaraan Diatas Air
Bagi Hasil dari Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
Bagi Hasil dari Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah
Bagi Hasil dari Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Permukaan
Dst ..

4
4

3
3

3
3

02
02

01

Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi 3)


Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi .

Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah


Pendapatan Hibah

01
01
01

simbachs@gmail.com

- 18 -

Kode
Rekening
1
3
3 02

4
4
4

3
3
3

3
3
3

03
03
03

4
4
4

3
3
3

3
3
3

04
04
04

4
4
4

3
3
3

4
4
4

01
01
01

4
4
4

3
3
3

4
4
4

02
02
02

4
4
4

3
3
3

5
5
5

01
01
01

01
02

Bantuan Keuangan dari Provinsi


Bantuan Keuangan Dari Provinsi .
Dst ..

4
4
4

3
3
3

5
5
5

02
02
02

01
02

Bantuan Keuangan dari Kabupaten


Bantuan Keuangan Dari Kabupaten .
Dst ..

4
4
4

3
3
3

5
5
5

03
03
03

01
02

Bantuan Keuangan dari Kota


Bantuan Keuangan Dari Kota .
Dst ..

Uraian
2
02

Dst ..

01
02

Dana Bagi Hasil Pajak dari Kabupaten 3)


Dana Bagi Hasil Pajak dari Kabupaten .
Dst ..

01
02

Dana Bagi Hasil Pajak dari Kota 3)


Dana Bagi Hasil Pajak dari Kota .
Dst ..
Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus

01
02

Dana Penyesuaian
Dana Penyesuaian ....
Dst ..

01
01

Dana Otonomi Khusus


Dana Otonomi Khusus ......
Dst ..
Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah lainnya

Keterangan :
1)
Pendapatan tersebut diberlakukan juga untuk Provinsi DKI Jakarta sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
2)
Dari Provinsi yang bersangkutan
3)
Dari Provinsi atau Kabupaten/Kota di luar wilayah Provinsi yang bersangkutan atau dari
Kabupaten/Kota dalam Provinsi yang bersangkutan

MENTERI DALAM NEGERI,


ttd
H. MOH. MARUF, SE.
Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA BIRO HUKUM,

PERWIRA

simbachs@gmail.com

- 19 LAMPIRAN A. V

: PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI


NOMOR
: 13 TAHUN 2006
TANGGAL
: 15 Mei 2006

KODE DAN KLASIFIKASI FUNGSI


KODE

FUNGSI

01.

Pelayanan umum

02.

Pertahanan *)

03.

Ketertiban dan ketentraman

04.

Ekonomi

05.

Lingkungan hidup

06.

Perumahan dan fasilitas umum

07.

Kesehatan

08.

Pariwisata dan budaya

09.

Agama *)

10.

Pendidikan

11.

Perlindungan sosial

Keterangan :
*) Urusan pemerintahan yang menjadi wewenang Pemerintah
MENTERI DALAM NEGERI,
ttd
H. MOH. MARUF, SE.
Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA BIRO HUKUM,

PERWIRA

simbachs@gmail.com

- 20 LAMPIRAN A.VI

: PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI


NOMOR

: 13 TAHUN 2006

TANGGAL

: 15 Mei 2006

KODE DAN KLASIFIKASI BELANJA DAERAH MENURUT FUNGSI UNTUK


KESELARASAN DAN KETERPADUAN PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA
KODE

URAIAN

01

Pelayanan umum

01

06

Perencanaan Pembangunan

01

20

Pemerintahan Umum

01

21

Kepegawaian

01

23

Statistik

01

24

Kearsipan

01

25

Komunikasi dan Informatika

02

Pertahanan*)

03

Ketertiban dan ketentraman

03

19

04

Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri


Ekonomi

04

07

Perhubungan

04

14

Tenaga Kerja

04

15

Koperasi dan Usaha Kecil Menengah

04

16

Penanaman Modal

04

22

Pemberdayaan Masyarakat dan Desa

04

01

Pertanian

04

02

Kehutanan

04

03

Energi dan Sumberdaya Mineral

04

05

Kelautan dan Perikanan

04

06

Perdagangan

04

07

Perindustrian

04

08

Transmigrasi

05

Lingkungan hidup

05

05

Penataan Ruang

05

08

Lingkungan Hidup

05

09

Pertanahan

06

Perumahan dan fasilitas umum

06

03

Pekerjaan Umum

06

04

Perumahan Rakyat

07
06

Kesehatan
1

02

Kesehatan

simbachs@gmail.com

- 21 KODE
06

URAIAN
12

08

Keluarga Berencana
Pariwisata dan budaya

07

17

Kebudayaan

07

04

Pariwisata

09

Agama*)

10

Pendidikan

10

01

Pendidikan

10

18

Pemuda dan Olah Raga

11

Perlindungan sosial

11

10

Kependudukan dan Catatan Sipil

11

11

Pemberdayaan Perempuan

11

12

Keluarga Sejahtera

11

13

Sosial

Keterangan :
*) Urusan pemerintahan yang menjadi wewenang Pemerintah

MENTERI DALAM NEGERI,


ttd
H. MOH. MARUF, SE.
Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA BIRO HUKUM,

PERWIRA

simbachs@gmail.com

- 22 LAMPIRAN A.VII

: PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI


NOMOR

: 13 TAHUN 2006

TANGGAL

: 15 Mei 2006

KODE DAN DAFTAR PROGRAM DAN KEGIATAN


MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH
KODE

PROGRAM DAN KEGIATAN

PROGRAM DAN KEGIATAN PADA SETIAP SKPD


x

xx

xx

01

xx

xx

01

01 Penyediaan jasa surat menyurat

Program Pelayanan Administrasi Perkantoran

xx

xx

01

02 Penyediaan jasa komunikasi, sumber daya air dan listrik

xx

xx

01

03 Penyediaan jasa peralatan dan perlengkapan kantor

xx

xx

01

04 Penyediaan jasa jaminan pemeliharaan kesehatan PNS

xx

xx

01

05 Penyediaan jasa jaminan barang milik daerah

xx

xx

01

06 Penyediaan jasa pemeliharaan dan perizinan kendaraan dinas/operasional

xx

xx

01

07 Penyediaan jasa administrasi keuangan

xx

xx

01

08 Penyediaan jasa kebersihan kantor

xx

xx

01

09 Penyediaan jasa perbaikan peralatan kerja

xx

xx

01

10 Penyediaan alat tulis kantor

xx

xx

01

11 Penyediaan barang cetakan dan penggandaan

xx

xx

01

12 Penyediaan komponen instalasi listrik/penerangan bangunan kantor

xx

xx

01

13 Penyediaan peralatan dan perlengkapan kantor

xx

xx

01

14 Penyediaan peralatan rumah tangga

xx

xx

01

15 Penyediaan bahan bacaan dan peraturan perundang-undangan

xx

xx

01

16 Penyediaan bahan logistik kantor

xx

xx

01

17 Penyediaan makanan dan minuman

xx

xx

01

18 Rapat-rapat koordinasi dan konsultasi ke luar daerah

xx

xx

01

19 Dst..

xx

xx

02

xx

xx

02

01 Pembangunan rumah jabatan

Program peningkatan sarana dan prasarana aparatur

xx

xx

02

02 Pembangunan rumah dinas

xx

xx

02

03 Pembangunan gedung kantor

xx

xx

02

04 Pengadaan mobil jabatan

xx

xx

02

05 Pengadaan kendaraan dinas/operasional

xx

xx

02

06 Pengadaan perlengkapan rumah jabatan/dinas

xx

xx

02

07 Pengadaan perlengkapan gedung kantor

xx

xx

02

08 Pengadaan peralatan rumah jabatan/dinas

xx

xx

02

09 Pengadaan peralatan gedung kantor

xx

xx

02

10 Pengadaan mebeleur

xx

xx

02

11 Pengadaan
s/d

xx

xx

02

19 dst ...

xx

xx

02

20 Pemeliharaan rutin/berkala rumah jabatan

xx

xx

02

21 Pemeliharaan rutin/berkala rumah dinas

xx

xx

02

22 Pemeliharaan rutin/berkala gedung kantor

xx

xx

02

23 Pemeliharaan rutin/berkala mobil jabatan

xx

xx

02

24 Pemeliharaan rutin/berkala kendaraan dinas/operasional

xx

xx

02

25 Pemeliharaan rutin/berkala perlengkapan rumah jabatan/dinas

xx

xx

02

26 Pemeliharaan rutin/berkala perlengkapan gedung kantor

simbachs@gmail.com

- 23 KODE

PROGRAM DAN KEGIATAN

xx

xx

02

27 Pemeliharaan rutin/berkala peralatan rumah jabatan/dinas

xx

xx

02

28 Pemeliharaan rutin/berkala peralatan gedung kantor

xx

xx

02

29 Pemeliharaan rutin/berkala mebeleur

xx

xx

02

30 Pemeliharaan rutin/berkala ....


s/d

xx

xx

02

39 dst ...

xx

xx

02

40 Rehabilitasi sedang/berat rumah jabatan

xx

xx

02

41 Rehabilitasi sedang/berat rumah dinas

xx

xx

02

42 Rehabilitasi sedang/berat gedung kantor

xx

xx

02

43 Rehabilitasi sedang/berat mobil jabatan

xx

xx

02

44 Rehabilitasi sedang/berat kendaraan dinas/operasional

xx

xx

02

45 Dst

xx

xx

03

xx

xx

03

01 Pengadaan mesin/kartu absensi

Program peningkatan disiplin aparatur

xx

xx

03

02 Pengadaan pakaian dinas beserta perlengkapannya

xx

xx

03

03 Pengadaan pakaian kerja lapangan

xx

xx

03

04 Pengadaan pakaian KORPRI

xx

xx

03

05 Pengadaan pakaian khusus hari-hari tertentu

xx

xx

03

06 Dst..

xx

xx

04

Program fasilitasi pindah /purna tugas PNS

xx

xx

04

01 Pemulangan pegawai yang pensiun

xx

xx

04

02 Pemulangan pegawai yang tewas dalam melaksanakan tugas

xx

xx

04

03 Pemindahan tugas PNS

xx

xx

04

04 Dst..

xx

xx

05

Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur

xx

xx

05

01 Pendidikan dan pelatihan formal

xx

xx

05

02 Sosialisasi peraturan perundang-undangan

xx

xx

05

03 Bimbingan teknis implementasi peraturan perundang-undangan

xx

xx

05

04 Dst..

xx

xx

06

xx

xx

06

01 Penyusunan laporan capaian kinerja dan ikhtisar realisasi kinerja SKPD

xx

xx

06

02 Penyusunan pelaporan keuangan semesteran

xx

xx

06

03 Penyusunan pelaporan prognosis realisasi angaran

xx

xx

06

04 Penyusunan pelaporan keuangan akhir tahun

xx

xx

06

05 Dst..

xx

xx

09

Program peningkatan pengembangan sistem pelaporan capaian kinerja dan keuangan

Program dst ........

s.d
x

xx

xx

14

Program dst ..........


URUSAN WAJIB

01 xx

01

xx

15

Pendidikan

01

xx

15

01 Pembangunan gedung sekolah

01

xx

15

02 Pembangunan rumah dinas kepala sekolah, guru, penjaga sekolah

01

xx

15

03 Penambahan ruang kelas sekolah

01

xx

15

04 Penambahan ruang guru sekolah

01

xx

15

05 Pembangunan ruang locker siswa

Program Pendidikan Anak Usia Dini

simbachs@gmail.com

- 24 KODE

PROGRAM DAN KEGIATAN

01

xx

15

06 Pembangunan sarana dan prasarana olahraga

01

xx

15

07 Pembangunan sarana dan prasarana bermain

01

xx

15

08 Pembangunan ruang serba guna/aula

01

xx

15

09 Pembangunan taman, lapangan upacara dan fasilitas parkir

01

xx

15

10 Pembangunan ruang unit kesehatan sekolah

01

xx

15

11 Pembangunan ruang ibadah

01

xx

15

12 Pembangunan perpustakaan sekolah

01

xx

15

13 Pembangunan jaringan instalasi listrik sekolah dan perlengkapannya

01

xx

15

14 Pembangunan sarana air bersih dan sanitary

01

xx

15

15 Pengadaan buku-buku dan alat tulis siswa

01

xx

15

16 Pengadaan pakaian seragam sekolah

01

xx

15

17 Pengadaan pakaian olahraga

01

xx

15

18 Pengadaan alat praktik dan peraga siswa

01

xx

15

19 Pengadaan mebeluer sekolah

01

xx

15

20 Pengadaan perlengkapan sekolah

01

xx

15

21 Pengadaan alat rumah tangga sekolah

01

xx

15

22 Pengadaan sarana mobilitas sekolah

01

xx

15

23 Pemeliharaan rutin/berkala bangunan sekolah

01

xx

15

24 Pemeliharaan rutin/berkala rumah dinas kepala sekolah, guru, penjaga sekolah

01

xx

15

25 Pemeliharaan rutin/berkala ruang kelas sekolah

01

xx

15

26 Pemeliharaan rutin/berkala ruang guru sekolah

01

xx

15

27 Pemeliharaan rutin/berkala ruang locker siswa

01

xx

15

28 Pemeliharaan rutin/berkala sarana dan prasarana olahraga

01

xx

15

29 Pemeliharaan rutin/berkala sarana dan prasarana bermain

01

xx

15

30 Pemeliharaan rutin/berkala ruang serba guna/aula

01

xx

15

31 Pemeliharaan rutin/berkala taman, lapangan upacara dan fasilitas parkir

01

xx

15

32 Pemeliharaan rutin/berkala ruang unit kesehatan sekolah

01

xx

15

33 Pemeliharaan rutin/berkala ruang ibadah

01

xx

15

34 Pemeliharaan rutin/berkala perpustakaan sekolah

01

xx

15

35 Pemeliharaan rutin/berkala jaringan instalasi listrik sekolah dan perlengkapannya

01

xx

15

36 Pemeliharaan rutin/berkala sarana air bersih dan sanitary

01

xx

15

37 Pemeliharaan rutin/berkala alat praktik dan peraga siswa

01

xx

15

38 Pemeliharaan rutin/berkala mebeluer sekolah

01

xx

15

39 Pemeliharaan rutin/berkala perlengkapan sekolah

01

xx

15

40 Pemeliharaan rutin/berkala alat rumah tangga sekolah

01

xx

15

41 Pemeliharaan rutin/berkala sarana mobilitas sekolah

01

xx

15

42 Rehabilitasi sedang/berat bangunan sekolah

01

xx

15

43 Rehabilitasi sedang/berat rumah dinas kepala sekolah, guru, penjaga sekolah

01

xx

15

44 Rehabilitasi sedang/berat asrama siswa

01

xx

15

45 Rehabilitasi sedang/berat ruang kelas sekolah

01

xx

15

46 Rehabilitasi sedang/berat ruang guru sekolah

01

xx

15

47 Rehabilitasi sedang/berat ruang locker siswa

01

xx

15

48 Rehabilitasi sedang/berat sarana olahraga

01

xx

15

49 Rehabilitasi sedang/berat sarana bermain

01

xx

15

50 Rehabilitasi sedang/berat ruang serba guna/aula

01

xx

15

51 Rehabilitasi sedang/berat taman, lapangan upacara dan fasilitas parkir

01

xx

15

52 Rehabilitasi sedang/berat ruang unit kesehatan sekolah

01

xx

15

53 Rehabilitasi sedang/berat ruang ibadah

01

xx

15

54 Rehabilitasi sedang/berat perpustakaan sekolah

01

xx

15

55 Rehabilitasi sedang/berat jaringan instalasi listrik sekolah dan perlengkapannya

01

xx

15

56 Rehabilitasi sedang/berat sarana air bersih dan sanitary

01

xx

15

57 Pelatihan Kompetensi tenaga pendidik

01

xx

15

59 Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini

simbachs@gmail.com

- 25 KODE

PROGRAM DAN KEGIATAN

01

xx

15

59 Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini

01

xx

15

60 Pengembangan data dan informasi Pendidikan Anak Usia Dini

01

xx

15

61 Penyusunan kebijakan Pendidikan Anak Usia Dini

01

xx

15

62 Pengembangan kurikulum, bahan ajar dan model pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini

01

xx

15

63 Penyelenggaraan koordinasi dan kerjasama Pendidikan Anak Usia Dini

01

xx

15

64 Perencanaan dan penyusunan program Pendidikan Anak Usia Dini

01

xx

15

65 Publikasi dan sosialisasi Pendidikan Anak Usia Dini

01

xx

15

66 Monitoring, evaluasi dan pelaporan

01

xx

15

67 Dst..

01

xx

16

01

xx

16

01 Pembangunan gedung sekolah

01

xx

16

02 Pembangunan rumah dinas kepala sekolah, guru, penjaga sekolah

01

xx

16

03 Penambahan ruang kelas sekolah

01

xx

16

04 Penambahan ruang guru sekolah

01

xx

16

05 Pembangunan laboratorium dan ruang praktikum sekolah

Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun

01

xx

16

06 Pembangunan ruang locker siswa

01

xx

16

07 Pembangunan sarana dan prasarana olahraga

01

xx

16

08 Pembangunan ruang serba guna/aula

01

xx

16

09 Pembangunan taman, lapangan upacara dan fasilitas parkir

01

xx

16

10 Pembangunan ruang unit kesehatan sekolah

01

xx

16

11 Pembangunan ruang ibadah

01

xx

16

12 Pembangunan perpustakaan sekolah

01

xx

16

13 Pembangunan jaringan instalasi listrik sekolah dan perlengkapannya

01

xx

16

14 Pembangunan sarana air bersih dan sanitary

01

xx

16

15 Pengadaan buku-buku dan alat tulis siswa

01

xx

16

16 Pengadaan pakaian seragam sekolah

01

xx

16

17 Pengadaan pakaian olahraga

01

xx

16

18 Pengadaan alat praktik dan peraga siswa

01

xx

16

19 Pengadaan mebeluer sekolah

01

xx

16

20 Pengadaan perlengkapan sekolah

01

xx

16

21 Pengadaan alat rumah tangga sekolah

01

xx

16

22 Pengadaan sarana mobilitas sekolah

01

xx

16

23 Pemeliharaan rutin/berkala bangunan sekolah

01

xx

16

24 Pemeliharaan rutin/berkala rumah dinas kepala sekolah, guru, penjaga sekolah

01

xx

16

25 Pemeliharaan rutin/berkala ruang kelas sekolah

01

xx

16

26 Pemeliharaan rutin/berkala ruang guru sekolah

01

xx

16

27 Pemeliharaan rutin/berkala ruang locker siswa

01

xx

16

28 Pemeliharaan rutin/berkala sarana dan prasarana olahraga

01

xx

16

29 Pemeliharaan rutin/berkala ruang serba guna/aula

01

xx

16

30 Pemeliharaan rutin/berkala taman, lapangan upacara dan fasilitas parkir

01

xx

16

31 Pemeliharaan rutin/berkala ruang unit kesehatan sekolah

01

xx

16

32 Pemeliharaan rutin/berkala ruang ibadah

01

xx

16

33 Pemeliharaan rutin/berkala perpustakaan sekolah

01

xx

16

34 Pemeliharaan rutin/berkala jaringan instalasi listrik sekolah dan perlengkapannya

01

xx

16

35 Pemeliharaan rutin/berkala sarana air bersih dan sanitary

01

xx

16

36 Pemeliharaan rutin/berkala alat praktik dan peraga siswa

01

xx

16

37 Pemeliharaan rutin/berkala mebeluer sekolah

01

xx

16

38 Pemeliharaan rutin/berkala perlengkapan sekolah

01

xx

16

39 Pemeliharaan rutin/berkala alat rumah tangga sekolah

01

xx

16

40 Pemeliharaan rutin/berkala sarana mobilitas sekolah

01

xx

16

41 Rehabilitasi sedang/berat bangunan sekolah

01

xx

16

42 Rehabilitasi sedang/berat rumah dinas kepala sekolah, guru, penjaga sekolah

simbachs@gmail.com

- 26 KODE

PROGRAM DAN KEGIATAN

01

xx

16

43 Rehabilitasi sedang/berat asrama siswa

01

xx

16

44 Rehabilitasi sedang/berat ruang kelas sekolah

01

xx

16

45 Rehabilitasi sedang/berat ruang guru sekolah

01

xx

16

46 Rehabilitasi sedang/berat laboratorium dan ruang praktikum sekolah

01

xx

16

47 Rehabilitasi sedang/berat sarana mobilitas sekolah

01

xx

16

48 Rehabilitasi sedang/berat ruang locker siswa

01

xx

16

49 Rehabilitasi sedang/berat sarana olahraga

01

xx

16

50 Rehabilitasi sedang/berat ruang serba guna/aula

01

xx

16

51 Rehabilitasi sedang/berat taman, lapangan upacara dan fasilitas parkir

01

xx

16

52 Rehabilitasi sedang/berat ruang unit kesehatan sekolah

01

xx

16

53 Rehabilitasi sedang/berat ruang ibadah

01

xx

16

54 Rehabilitasi sedang/berat perpustakaan sekolah

01

xx

16

55 Rehabilitasi sedang/berat jaringan instalasi listrik sekolah dan perlengkapannya

01

xx

16

56 Rehabilitasi sedang/berat sarana air bersih dan sanitary

01

xx

16

57 Pelatihan Kompetensi tenaga pendidik

01

xx

16

58 Pelatihan Kompetensi siswa berprestasi

01

xx

16

59 Pelatihan Penyusunan kurikulum

01

xx

16

60 Pembinaan forum masyarakat peduli pendidikan

01

xx

16

61 Pembinaan SMP Terbuka

01

xx

16

62 Penambahan ruang kelas baru SMP/MTS/SMPLB

01

xx

16

63

01

xx

16

64 Penyediaan Biaya Operasional Madrasah

01

xx

16

65 Penyediaan buku pelajaran untuk SD/MI/SDLB dan SMP/MTS

01

xx

16

66 Penyediaan dana pengembangan sekolah Untuk SD/MI dan SMP/MTS

01

xx

16

67 Penyelenggaraan Paket A Setara SD

01

xx

16

68 Penyelenggaraan Paket B Setara SMP

01

xx

16

69

Penyediaan Bantuan Operasional Sekolah (BOS) jenjang SD/MI/SDLB dan SMP/MTS serta pesantren Salafiyah dan
Satuan Pendidikan Non-Islam Setara SD dan SMP

Pembinaan kelembagaan dan menajemen sekolah dengan penerapan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) di Satuan
Pendidikan Dasar

01

xx

16

70 Pembinaan minat, bakat, dan kreativitas siswa

01

xx

16

71 Pengembangan Comprehensive Teaching And Learning (CTL)

01

xx

16

72

01

xx

16

73 Penyebarluasan dan sosialisasi berbagai informasi pendidikan dasar

01

xx

16

74 Penyediaan beasiswa retrieval untuk anak putus sekolah

01

xx

16

75 Penyediaan beasiswa transisi

01

xx

16

76 Penyelenggaraan akreditasi sekolah dasar

Pengembangan materi belajar mengajar dan metode pembelajaran dengan menggunakan teknologi informasi dan
komunikasi

01

xx

16

77 Penyelenggaraan Multi-Grade Teaching di daerah terpencil

01

xx

16

78 Monitoring, evaluasi dan pelaporan

01

xx

16

79 Dst..

01

xx

17

01

xx

17

01 Pembangunan gedung sekolah

01

xx

17

02 Pembangunan rumah dinas kepala sekolah, guru, penjaga sekolah

01

xx

17

03 Penambahan ruang kelas sekolah

01

xx

17

04 Penambahan ruang guru sekolah

01

xx

17

05 Pembangunan laboratorium dan ruang praktikum sekolah (laboratorium bahasa, komputer, IPA , IPS dan lain-lain)

01

xx

17

06 Pembangunan ruang locker siswa

01

xx

17

07 Pembangunan sarana dan prasarana olahraga

01

xx

17

08 Pembangunan ruang serba guna/aula

01

xx

17

09 Pembangunan taman, lapangan upacara dan fasilitas parkir

01

xx

17

10 Pembangunan ruang unit kesehatan sekolah

Program Pendidikan Menengah

01

xx

17

11 Pembangunan ruang ibadah

01

xx

17

12 Pembangunan perpustakaan sekolah

01

xx

17

13 Pembangunan jaringan instalasi listrik sekolah dan perlengkapannya

simbachs@gmail.com

- 27 KODE

PROGRAM DAN KEGIATAN

01

xx

17

14 Pembangunan sarana air bersih dan sanitary

01

xx

17

15 Pengadaan buku-buku dan alat tulis siswa

01

xx

17

16 Pengadaan pakaian seragam sekolah

01

xx

17

17 Pengadaan pakaian olahraga

01

xx

17

18 Pengadaan alat praktik dan peraga siswa

01

xx

17

19 Pengadaan mebeluer sekolah

01

xx

17

20 Pengadaan perlengkapan sekolah

01

xx

17

21 Pengadaan alat rumah tangga sekolah

01

xx

17

22 Pengadaan sarana mobilitas sekolah

01

xx

17

23 Pemeliharaan rutin/berkala bangunan sekolah

01

xx

17

24 Pemeliharaan rutin/berkala rumah dinas kepala sekolah, guru, penjaga sekolah

01

xx

17

25 Pemeliharaan rutin/berkala ruang kelas sekolah

01

xx

17

26 Pemeliharaan rutin/berkala ruang guru sekolah

01

xx

17

27 Pemeliharaan rutin/berkala ruang locker siswa

01

xx

17

28 Pemeliharaan rutin/berkala sarana dan prasarana olahraga

01

xx

17

29 Pemeliharaan rutin/berkala ruang serba guna/aula

01

xx

17

30 Pemeliharaan rutin/berkala taman, lapangan upacara dan fasilitas parkir

01

xx

17

31 Pemeliharaan rutin/berkala ruang unit kesehatan sekolah

01

xx

17

32 Pemeliharaan rutin/berkala ruang ibadah

01

xx

17

33 Pemeliharaan rutin/berkala perpustakaan sekolah

01

xx

17

34 Pemeliharaan rutin/berkala jaringan instalasi listrik sekolah dan perlengkapannya

01

xx

17

35 Pemeliharaan rutin/berkala sarana air bersih dan sanitary

01

xx

17

36 Pemeliharaan rutin/berkala alat praktik dan peraga siswa

01

xx

17

37 Pemeliharaan rutin/berkala mebeluer sekolah

01

xx

17

38 Pemeliharaan rutin/berkala perlengkapan sekolah

01

xx

17

39 Pemeliharaan rutin/berkala alat rumah tangga sekolah

01

xx

17

40 Pemeliharaan rutin/berkala sarana mobilitas sekolah

01

xx

17

41 Rehabilitasi sedang/berat bangunan sekolah

01

xx

17

42 Rehabilitasi sedang/berat rumah dinas kepala sekolah, guru, penjaga sekolah

01

xx

17

43 Rehabilitasi sedang/berat asrama siswa

01

xx

17

44 Rehabilitasi sedang/berat ruang kelas sekolah

01

xx

17

45 Rehabilitasi sedang/berat ruang guru sekolah

01

xx

17

46 Rehabilitasi sedang/berat laboratorium dan ruang praktikum sekolah

01

xx

17

47 Rehabilitasi sedang/berat ruang locker siswa

01

xx

17

48 Rehabilitasi sedang/berat sarana olahraga

01

xx

17

49 Rehabilitasi sedang/berat ruang serba guna/aula

01

xx

17

50 Rehabilitasi sedang/berat taman, lapangan upacara dan fasilitas parkir

01

xx

17

51 Rehabilitasi sedang/berat ruang unit kesehatan sekolah

01

xx

17

52 Rehabilitasi sedang/berat ruang ibadah

01

xx

17

53 Rehabilitasi sedang/berat perpustakaan sekolah

01

xx

17

54 Rehabilitasi sedang/berat jaringan instalasi listrik sekolah dan perlengkapannya

01

xx

17

55 Rehabilitasi sedang/berat sarana air bersih dan sanitary

01

xx

17

56 Rehabilitasi sedang/berat sarana mobilitas sekolah

01

xx

17

57 Pelatihan Kompetensi tenaga pendidik

01

xx

17

58 Pelatihan penyusunan kurikulum

01

xx

17

59 Pembinaan forum masyarakat peduli pendidikan

01

xx

17

60 Pengembangan alternatif layanan pendidikan menengah untuk daerah-daerah perdesaan, terpencil dan kepulauan

01

xx

17

61 Penyediaan Bantuan Operasional Manajemen Mutu (BOMM)

01

xx

17

62 Penyediaan beasiswa bagi keluarga tidak mampu

01

xx

17

63 Penyelenggaraan Paket C setara SMU

01

xx

17

64 Pembinaan kelembagaan dan menajemen sekolah dengan penerapan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)

01

xx

17

65 Pengembangan metode belajar dan mengajar dengan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi

01

xx

17

66 Peningkatan Kerjasama dengan dunia usaha dan dunia industri

simbachs@gmail.com

- 28 KODE

PROGRAM DAN KEGIATAN

01

xx

17

67 Penyebarluasan dan sosialisasi berbagai informasi pendidikan menengah

01

xx

17

68 Penyelenggaraan akreditasi sekolah menengah

01

xx

17

69 Monitoring, evaluasi dan pelaporan

01

xx

17

70 Dst..

01

xx

18

Program Pendidikan Non Formal

01

xx

18

01 Pemberdayaan tenaga pendidik non formal

01

Xx

18

02 Pemberian bantuan operasional pendidikan non formal

01

xx

18

03 Pembinaan pendidikan kursus dan kelembagaan

01

xx

18

04 Pengembangan pendidikan keaksaraan

01

xx

18

05 Pengembangan pendidikan kecakapan hidup

01

xx

18

06 Penyediaan sarana dan prasarana pendidikan non formal

01

xx

18

07 Pengembangan data dan informasi pendidikan non formal

01

xx

18

08 Pengembangan kebijakan pendidikan non formal

01

xx

18

09 Pengembangan kurikulum, bahan ajar dan model pembelajaran pendidikan non formal

01

xx

18

10 Pengembangan sertifikasi pendidikan non formal

01

xx

18

11 Perencanaan dan penyusunan program pendidikan non formal

01

xx

18

12 Publikasi dan sosialisasi pendidikan non formal

01

xx

18

13 Monitoring, evaluasi dan pelaporan

01

xx

18

14 Dst..

01

xx

19

Program Pendidikan Luar Biasa

01

xx

19

01 Pembangunan gedung sekolah

01

xx

19

02 Pembangunan rumah dinas kepala sekolah, guru, penjaga sekolah

01

xx

19

03 Penambahan ruang kelas sekolah

01

xx

19

04 Penambahan ruang guru sekolah

01

xx

19

05 Pembangunan laboratorium dan ruang praktikum sekolah (laboratorium bahasa, komputer, IPA , IPS dan lain-lain)

01

xx

19

06 Pembangunan ruang locker siswa

01

xx

19

07 Pembangunan sarana dan prasarana olahraga

01

xx

19

08 Pembangunan ruang serba guna/aula

01

xx

19

09 Pembangunan taman, lapangan upacara dan fasilitas parkir

01

xx

19

10 Pembangunan ruang unit kesehatan sekolah

01

xx

19

11 Pembangunan ruang ibadah

01

xx

19

12 Pembangunan perpustakaan sekolah

01

xx

19

13 Pembangunan jaringan instalasi listrik sekolah dan perlengkapannya

01

xx

19

14 Pembangunan sarana air bersih dan sanitary

01

xx

19

15 Pengadaan buku-buku dan alat tulis siswa

01

xx

19

16 Pengadaan pakaian seragam sekolah dan kelengkapannya serta pakaian olahraga

01

xx

19

17 Pengadaan alat praktik dan peraga siswa

01

xx

19

18 Pengadaan mebeluer sekolah

01

xx

19

19 Pengadaan perlengkapan sekolah

01

xx

19

20 Pengadaan alat rumah tangga sekolah

01

xx

19

21 Pengadaan sarana mobilitas sekolah

01

xx

19

22 Pemeliharaan rutin/berkala bangunan sekolah

01

xx

19

23 Pemeliharaan rutin/berkala rumah dinas kepala sekolah, guru, penjaga sekolah

01

xx

19

24 Pemeliharaan rutin/berkala ruang kelas sekolah

01

xx

19

25 Pemeliharaan rutin/berkala ruang guru sekolah

01

xx

19

26 Pemeliharaan rutin/berkala ruang locker siswa

01

xx

19

27 Pemeliharaan rutin/berkala sarana dan prasarana olahraga

01

xx

19

28 Pemeliharaan rutin/berkala ruang serba guna/aula

01

xx

19

29 Pemeliharaan rutin/berkala taman, lapangan upacara dan fasilitas parkir

01

xx

19

30 Pemeliharaan rutin/berkala ruang unit kesehatan sekolah

01

xx

19

31 Pemeliharaan rutin/berkala ruang ibadah

simbachs@gmail.com

- 29 KODE

PROGRAM DAN KEGIATAN

01

xx

19

32 Pemeliharaan rutin/berkala perpustakaan sekolah

01

xx

19

33 Pemeliharaan rutin/berkala jaringan instalasi listrik sekolah dan perlengkapannya

01

xx

19

34 Pemeliharaan rutin/berkala sarana air bersih dan sanitary

01

xx

19

35 Pemeliharaan rutin/berkala buku-buku ajar

01

xx

19

36 Pemeliharaan rutin/berkala alat praktik dan peraga siswa

01

xx

19

37 Pemeliharaan rutin/berkala mebeluer sekolah

01

xx

19

38 Pemeliharaan rutin/berkala perlengkapan sekolah

01

xx

19

39 Pemeliharaan rutin/berkala alat rumah tangga sekolah

01

xx

19

40 Pemeliharaan rutin/berkala sarana mobilitas sekolah

01

xx

19

41 Rehabilitasi sedang/berat bangunan sekolah

01

xx

19

42 Rehabilitasi sedang/berat rumah dinas kepala sekolah, guru, penjaga sekolah

01

xx

19

43 Rehabilitasi sedang/berat asrama siswa

01

xx

19

44 Rehabilitasi sedang/berat ruang kelas sekolah

01

xx

19

45 Rehabilitasi sedang/berat ruang guru sekolah

01

xx

19

46 Rehabilitasi sedang/berat laboratorium dan ruang praktikum sekolah

01

xx

19

47 Rehabilitasi sedang/berat ruang locker siswa

01

xx

19

48 Rehabilitasi sedang/berat sarana olahraga

01

xx

19

49 Rehabilitasi sedang/berat ruang serba guna/aula

01

xx

19

50 Rehabilitasi sedang/berat taman, lapangan upacara dan fasilitas parkir

01

xx

19

51 Rehabilitasi sedang/berat ruang unit kesehatan sekolah

01

xx

19

52 Rehabilitasi sedang/berat ruang ibadah

01

xx

19

53 Rehabilitasi sedang/berat perpustakaan sekolah

01

xx

19

54 Rehabilitasi sedang/berat jaringan instalasi listrik sekolah dan perlengkapannya

01

xx

19

55 Rehabilitasi sedang/berat sarana air bersih dan sanitary

01

xx

19

56 Pelatihan Kompetensi tenaga pendidik

01

xx

19

57 Pelatihan Penyusunan kurikulum

01

xx

19

58 Pembinaan forum masyarakat peduli pendidikan

01

xx

19

59 Monitoring, evaluasi dan pelaporan

01

xx

19

60 Dst..

01

xx

20

01

xx

20

01 Pelaksanaan sertifikasi pendidik

01

xx

20

02 Pelaksanaan uji kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan

01

xx

20

03 Pelatihan bagi pendidik untuk memenuhi standar kompetensi

01

xx

20

04 Pembinaan Kelompok Kerja Guru (KKG)

01

xx

20

05 Pembinaan Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP)

01

xx

20

06 Pembinaan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Guru (PPPG)

Program Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan

01

xx

20

07 Pendidikan lanjutan bagi pendidik untuk memenuhi standar kualifikasi

01

xx

20

08 Pengembangan mutu dan kualitas program pendidikan dan pelatihan bagi pendidik dan tenaga kependidikan

01

xx

20

09 Pengembangan sistem pendataan dan pemetaan pendidik dan tenaga kependidikan

01

xx

20

10 Pengembangan sistem penghargaan dan perlindungan terhadap profesi pendidik

01

xx

20

11 Pengembangan sistem perencanaan dan pengendalian program profesi pendidik dan tenaga kependidikan

01

xx

20

12 Monitoring, evaluasi dan pelaporan

01

xx

20

13 Dst..

01

xx

21

01

xx

21

01 Pemasyarakatan minat dan kebiasaan membaca untuk mendorong terwujudnya masyarakat pembelajar

01

xx

21

02 Pengembangan minat dan budaya baca

01

xx

21

03

01

xx

21

04 Pelaksanaan koordinasi pengembangan perpustakaan

01

xx

21

05 Penyediaan bantuan pengembangan perpustakaan dan minat baca di daerah

01

xx

21

06 Penyelenggaraan koordinasi pengembangan budaya baca

01

xx

21

07 Perencanaan dan penyusunan program budaya baca

Program Pengembangan Budaya Baca dan Pembinaan Perpustakaan

Supervisi, pembinaan dan stimulasi pada perpustakaan umum, perpustakaan khusus, perpustakaan sekolah dan
perpustakaan masyarakat

simbachs@gmail.com

- 30 KODE

PROGRAM DAN KEGIATAN

01

xx

21

08 Publikasi dan sosialisasi minat dan budaya baca

17

xx

21

09 Penyediaan bahan pustaka perpustakaan umum daerah

01

xx

21

10 Monitoring, evaluasi dan pelaporan

01

xx

21

11 Dst..

01

xx

22

01

xx

22

01 Pelaksanaan evaluasi hasil kinerja bidang pendidikan

01

xx

22

02 Pelaksanaan kerjasama secara kelembagaan di bidang pendidikan

01

xx

22

03

01

xx

22

04 Sosialisasi dan advokasi berbagai Peraturan Pemerintah di bidang pendidikan

01

xx

22

05 Pembinaan Dewan Pendidikan

01

xx

22

06 Pembinaan Komite Sekolah

01

xx

22

07 Penerapanan sistem dan informasi manajemen pendidikan

01

xx

22

08 Penyelenggaraan pelatihan, seminar dan lokakarya, serta diskusi ilmiah tentang berbagai isu pendidikan

01

xx

22

09 Monitoring, evaluasi dan pelaporan

01

xx

22

10 Dst..

01

xx

23

02

02

xx

15

02

xx

15

01 Pengadaan Obat dan Perbekalan Kesehatan

02

xx

15

02 Peningkatan pemerataan obat dan perbekalan kesehatan

02

xx

15

03 Peningkatan keterjangkauan harga obat dan perbekalan kesehatan terutama untuk penduduk miskin

02

xx

15

04 Peningkatan mutu pelayanan farmasi komunitas dan rumah sakit

02

xx

15

05 Peningkatan Mutu Penggunaan Obat dan Perbekalan Kesehatan

02

xx

15

06 Monitoring, evaluasi dan pelaporan

02

xx

15

07 Dst..

02

xx

16

02

xx

16

Program Manajemen Pelayanan Pendidikan

Pengendalian dan pengawasan penerapan azas efisiensi dan efektivitas penggunaan dana dekonsentrasi dan dana
pembantuan

Program dst
Kesehatan
Program Obat dan Perbekalan Kesehatan

Program Upaya Kesehatan Masyarakat


01 Pelayanan kesehatan penduduk miskin di puskesmas jaringannya

02

xx

16

02 Pemeliharaan dan pemulihan kesehatan

02

xx

16

03 Pengadaan, peningkatan, dan perbaikan sarana dan prasarana puskesmas dan jaringannya

02

xx

16

04 Penyelenggaraan pencegahan dan pemberantasan penyakit menular dan wabah

02

xx

16

05 Perbaikan gizi masyarakat

02

xx

16

06 Revitalisasi sistem kesehatan

02

xx

16

07 Pelayanan kefarmasian dan alat kesehatan

02

xx

16

08 Pengadaan peralatan dan perbekalan kesehatan termasuk obat generik esensial

02

xx

16

09 Peningkatan kesehatan masyarakat

02

xx

16

11 Peningkatan pelayanan kesehatan bagi pengungsi korban bencana

02

xx

16

12 Peningkatan pelayanan dan penanggulangan masalah kesehatan

02

xx

16

13 Penyediaan biaya operasional dan pemeliharaan

02

xx

16

14 Penyelenggaraan penyehatan lingkungan

02

xx

16

15 Monitoring, evaluasi dan pelaporan

02

xx

16

16 Dst..

02

xx

17

02

xx

17

01 Peningkatan pemberdayaan konsumen/masyarakat di bidang obat dan makanan

Program Pengawasan Obat dan Makanan

02

xx

17

02 Peningkatan pengawasan keamanan pangan dan bahan berbahaya

02

xx

17

03 Peningkatan kapasitas laboratorium pengawasan obat dan makanan

02

xx

17

04 Peningkatan penyidikan dan penegakan hukum di bidang obat dan makanan

02

xx

17

05 Monitoring, evaluasi dan pelaporan

simbachs@gmail.com

- 31 KODE

PROGRAM DAN KEGIATAN

02

xx

17

06 Dst..

02

xx

18

02

xx

18

01 Fasilitasi pengembangan dan penelitian teknologi produksi tanaman obat

02

xx

18

02 Pengembangan standarisasi tanaman obat bahan alam indonesia

02

xx

18

03 Peningkatan promosi obat bahan alam indonesia di dalam dan di luar negeri

02

xx

18

04 Pengembangan sistem dan layanan informasi terpadu

02

xx

18

05 Peningkatan kerjasama antar lembaga penelitian dan industri terkait

02

xx

18

06 Monitoring, evaluasi dan pelaporan

02

xx

18

07 Dst..

02

xx

19

02

xx

19

Program Pengembangan Obat Asli Indonesia

Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat


01 Pengembangan media promosi dan informasi sadar hidup sehat

02

xx

19

02 Penyuluhan masyarakat pola hidup sehat

02

xx

19

02 Peningkatan pemanfaatan sarana kesehatan

02

xx

19

03 Peningkatan pendidikan tenaga penyuluh kesehatan

02

xx

19

04 Monitoring, evaluasi dan pelaporan

02

xx

19

05 Dst..

02

xx

20

02

xx

20

01 Penyusunan peta informasi masyarakat kurang gizi

Program Perbaikan Gizi Masyarakat

02

xx

20

02 Pemberian tambahan makanan dan vitamin

02

xx

20

03

02

xx

20

04 Pemberdayaan masyarakat untuk pencapaian keluarga sadar gizi

02

xx

20

05 Penanggulangan Gizi-Lebih

02

xx

20

06 Monitoring, evaluasi dan pelaporan

02

xx

20

07 Dst..

02

xx

21

Penanggulangan Kurang Energi Protein (KEP), Anemia Gizi Besi, Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY), Kurang
Vitamin A, dan Kekurangan Zat Gizi Mikro Lainnya

Program pengembangan lingkungan sehat

02

xx

21

01 Pengkajian pengembangan lingkungan sehat

02

xx

21

02 Penyuluhan menciptakan lingkungan sehat

02

xx

21

03 Sosialisasi kebijakan lingkungan sehat

02

xx

21

04 Monitoring, evaluasi dan pelaporan

02

xx

21

05 Dst..

02

xx

22

02

xx

22

01 Penyemprotan/fogging sarang nyamuk

Program pencegahan dan penanggulangan penyakit menular

02

xx

22

02 Pengadaan alat fogging dan bahan-bahan fogging

02

xx

22

03 Pengadaan vaksin penyakit menular

02

xx

22

04 Pelayanan vaksinasi bagi balita dan anak sekolah

02

xx

22

05 Pelayanan pencegahan dan penanggulangan penyakit menular

02

xx

22

06 Pencegahan penularan penyakit Endemik/Epidemik

02

xx

22

07 Pemusnahan/karantina sumber penyebab penyakit menular

02

xx

22

08 Peningkatan Imunisasi

02

xx

22

09 Peningkatan Surveillance Epidemiologi dan Penanggulangan Wabah

02

xx

22

10 Peningkatan komunikasi, informasi dan edukasi (kie) pencegahan dan pemberantasan penyakit

02

xx

22

11 Monitoring, evaluasi dan pelaporan

02

xx

22

12 Dst..

02

xx

23

02

xx

23

01 Penyusunan standar pelayanan kesehatan

02

xx

23

02 Evaluasi dan pengembangan standar pelayanan kesehatan

02

xx

23

03 Pembangunan dan pemutakhiran data dasar standar pelayanan kesehatan

Program standarisasi pelayanan kesehatan

simbachs@gmail.com

- 32 KODE

PROGRAM DAN KEGIATAN

02

xx

23

04 Penyusunan naskah akademis standar pelayanan kesehatan

02

xx

23

05 Penyusunan standar analisis belanja pelayanan kesehatan

02

xx

23

06 Monitoring, evaluasi dan pelaporan

02

xx

23

07 Dst..

02

xx

24

02

xx

24

01 Pelayanan operasi katarak

02

xx

24

02 Pelayanan kesehatan THT

02

xx

24

03 Pelayanan operasi bibir sumbing

02

xx

24

04 Pelayanan sunatan masal

02

xx

24

05 Penanggulangan ISPA

02

xx

24

06 Penanggulangan penyakit cacingan

02

xx

24

07 Pelayanan kesehatan kulit dan kelamin

02

xx

24

08 Pelayanan kesehatan akibat gizi buruk/busung lapar

02

xx

24

09 Pelayanan kesehatan akibat lumpuh layu

02

xx

24

10 Monitoring, evaluasi dan pelaporan

02

xx

24

11 Dst

02

xx

25

02

xx

25

Program pelayanan kesehatan penduduk miskin

Program pengadaan, peningkatan dan perbaikan sarana dan prasarana puskesmas/ puskesmas
pembantu dan jaringannya
01 Pembangunan puskesmas

02

xx

25

02 Pembangunan puskesmas pembantu

02

xx

25

03 Pengadaan puskesmas perairan

02

xx

25

04 Pengadaan puskesmas keliling

02

xx

25

05 Pembangunan posyandu

02

xx

25

07 Pengadaan sarana dan prasarana puskesmas

02

xx

25

08 Pengadaan sarana dan prasarana puskesmas pembantu

02

xx

25

09 Pengadaan sarana dan prasarana puskersmas perairan

02

xx

25

10 Pengadaan sarana dan prasarana puskesmas keliling

02

xx

25

11 Pengadaan sarana dan prasarana posyandu

02

xx

25

12 Peningkatan puskesmas menjadi puskesmas rawat inap

02

xx

25

13 Peningkatan puskesmas pembantu menjadi puskesmas

02

xx

25

14 Pemeliharaan rutin/berkala sarana dan prasarana puskesmas

02

xx

25

15 Pemeliharaan rutin/berkala sarana dan prasarana puskesmas pembantu

02

xx

25

16 Pemeliharaan rutin/berkala sarana dan prasarana puskersmas perairan

02

xx

25

17 Pemeliharaan rutin/berkala sarana dan prasarana puskesmas keliling

02

xx

25

18 Pemeliharaan rutin/berkala sarana dan prasarana posyandu

02

xx

25

19 Peningkatan puskesmas menjadi puskesmas rawat inap

02

xx

25

20 Peningkatan puskesmas pembantu menjadi puskesmas

02

xx

25

21 Rehabilitasi sedang/berat puskesmas pembantu

02

xx

25

22 Rehabilitasi sedang/berat puskesmas perairan

02

xx

25

23 Monitoring, evaluasi dan pelaporan

02

xx

25

24 Dst

02

xx

26

02

xx

26

01 Pembangunan rumah sakit

02

xx

26

02 Pembangunan ruang poliklinik rumah sakit

02

xx

26

03 Pembangunan gudang obat/apotik

02

xx

26

04 Penambahan ruang rawat inap rumah sakit (VVIP, VIP, Kelas I, II dan III)

Program pengadaan, peningkatan sarana dan prasarana rumah sakit/rumah sakit jiwa/rumah sakit
paru-paru/rumah sakit mata

02

xx

26

05 Pengembangan ruang gawat darurat

02

xx

26

06 Pengembangan ruang ICU, ICCU, NICU

02

xx

26

07 Pengembangan ruang operasi

02

xx

26

08 Pengembangan ruang terapi

02

xx

26

09 Pengembangan ruang isolasi

simbachs@gmail.com

- 33 KODE

PROGRAM DAN KEGIATAN

02

xx

26

10 Pengembangan ruang bersalin

02

xx

26

11 Pengembangan ruang inkubator

02

xx

26

12 Pengembangan ruang bayi

02

xx

26

13 Pengembangan ruang rontgen

02

xx

26

14 Pengembangan ruang laboratorium rumah sakit

02

xx

26

15 Pembangunan kamar jenazah

02

xx

26

16 Pembangunan instalasi pengolahan limbah rumah sakit

02

xx

26

17 Rehabilitasi bangunan rumah sakit

02

xx

26

18 Pengadaan alat-alat kesehatan rumah sakit

02

xx

26

19 Pengadaan obat-obatan rumah sakit

02

xx

26

20 Pengadaan ambulance/mobil jenazah

02

xx

26

21 Pengadaan mebeuleur rumah sakit

02

xx

26

22 Pengadaan perlengkapan rumah tangga rumah sakit (dapur, ruang pasien, laundry, ruang tunggu dan lain-lain)

02

xx

26

23 Pengadaan bahan-bahan logistik rumah sakit

02

xx

26

24 Pengadaan pencetakan administrasi dan surat menyurat rumah sakit

02

xx

26

25 Pengembangan tipe rumah sakit

02

xx

26

26 Monitoring, evaluasi dan pelaporan

02

xx

26

27 Dst..

02

xx

27

Program pemeliharaan sarana dan prasarana rumah sakit/rumah sakit jiwa/rumah sakit paru-paru/
rumah sakit mata

02

xx

27

01 Pemeliharaan rutin/berkala rumah sakit

02

xx

27

02 Pemeliharaan rutin/berkala ruang poliklinik rumah sakit

02

xx

27

03 Pemeliharaan rutin/berkala gudang obat/apotik

02

xx

27

04 Pemeliharaan rutin/berkala ruang rawat inap rumah sakit (VVIP, VIP, Kelas I, II dan III)

02

xx

27

05 Pemeliharaan rutin/berkala ruang gawat darurat

02

xx

27

06 Pemeliharaan rutin/berkala ruang ICU, ICCU, NICU

02

xx

27

07 Pemeliharaan rutin/berkala ruang operasi

02

xx

27

08 Pemeliharaan rutin/berkala ruang terapi

02

xx

27

09 Pemeliharaan rutin/berkala ruang isolasi

02

xx

27

10 Pemeliharaan rutin/berkala ruang bersalin

02

xx

27

11 Pemeliharaan rutin/berkala ruang inkubator

02

xx

27

12 Pemeliharaan rutin/berkala ruang bayi

02

xx

27

13 Pemeliharaan rutin/berkala ruang rontgen

02

xx

27

14 Pemeliharaan rutin/berkala ruang laboratorium rumah sakit

02

xx

27

15 Pemeliharaan rutin/berkala kamar jenazah

02

xx

27

16 Pemeliharaan rutin/berkala instalasi pengolahan limbah rumah sakit

02

xx

27

17 Pemeliharaan rutin/berkala alat-alat kesehatan rumah sakit

02

xx

27

18 Pemeliharaan rutin/berkala mobil ambulance/jenazah

02

xx

27

19 Pemeliharaan rutin/berkala mebeuleur rumah sakit

02

xx

27

20 Pemeliharaan rutin/berkala perlengkapan rumah sakit

02

xx

27

21 Monitoring, evaluasi dan pelaporan

02

xx

27

22 Dst

02

xx

28

02

xx

28

01 Kemitraan asuransi kesehatan masyarakat

02

xx

28

02 Kemitraan pencegahan dan pemberantasan penyakit menular

02

xx

28

03 Kemitraan pengolahan limbah rumah sakit

02

xx

28

04 Kemitraan alih teknologi kedokteran dan kesehatan

02

xx

28

05 Kemitraan peningkatan kualitas dokter dan paramedis

02

xx

28

06 Kemitraan pengobatan lanjutan bagi pasien rujukan

Program kemitraan peningkatan pelayanan kesehatan

02

xx

28

07 Kemitraan pengobatan bagi pasien kurang mampu

02

xx

28

08 Monitoring, evaluasi dan pelaporan

02

xx

28

09 Dst

simbachs@gmail.com

- 34 KODE

PROGRAM DAN KEGIATAN

02

xx

29

02

xx

29

Program peningkatan pelayanan kesehatan anak balita


01 Penyuluhan kesehatan anak balita

02

xx

29

02 Immunisasi bagi anak balita

02

xx

29

03 Rekrutmen tenaga pelayanan kesehatan anak balita

02

xx

29

04 Pelatihan dan pendidikan perawatan anak balita

02

xx

29

05 Pembangunan sarana dan prasarana khusus pelayanan perawatan anak balita

02

xx

29

06 Pembangunan panti asuhan anak terlantar balita

02

xx

29

07 Monitoring, evaluasi dan pelaporan

02

xx

29

08 Dst..

02

xx

30

02

xx

30

Program peningkatan pelayanan kesehatan lansia


01 Pelayanan pemeliharaan kesehatan

02

xx

30

02 Rekruitmen tenaga perawat kesehatan

02

xx

30

03 Pendidikan dan pelatihan perawatan kesehatan

02

xx

30

04 Pembangunan pusat-pusat pelayanan kesehatan

02

xx

30

05 Pembangunan panti asuhan

02

xx

30

06 Pelayanan kesehatan

02

xx

30

07 Monitoring, evaluasi dan pelaporan

02

xx

30

08 Dst..

02

xx

31

02

xx

31

01 Pengawasan keamanan dan kesehatan makanan hasil industri

02

xx

31

02 Pengawasan dan pengendalian keamanan dan kesehatan makanan hasil produksi rumah tangga

02

xx

31

03 Pengawasan dan pengendalian keamanan dan kesehatan makanan restaurant

02

xx

31

04 Monitoring, evaluasi dan pelaporan

02

xx

31

05 Dst..

Program pengawasan dan pengendalian kesehatan makanan

02

xx

32

02

xx

32

01 Penyuluhan kesehatan bagi ibu hamil dari keluarga kurang mampu

Program peningkatan keselamatan ibu melahirkan dan anak

02

xx

32

02 Perawatan secara berkala bagi ibu hamil bagi keluarga kurang mampu

02

xx

32

03 Pertolongan persalinan bagi ibu dari keluarga kurang mampu.

02

xx

32

04 Dst..

02

xx

xx

03

03

xx

15

03

xx

15

Program dst
Pekerjaan Umum
Program pembangunan jalan dan jembatan
01 Perencanaan pembangunan jalan

03

xx

15

02 Survei kontur jalan dan jembatan

03

xx

15

03 Pembangunan jalan

03

xx

15

04 Perencanaan pembangunan jembatan

03

xx

15

05 Pembangunan jembatan

03

xx

15

06 Monitoring, evaluasi dan pelaporan

03

xx

15

07 Dst..

03

xx

16

03

xx

16

Program pembangunan saluran drainase/gorong-gorong


01 Perencanaan pembangunan saluran drainase/gorong-gorong

03

xx

16

02 Survei kontur saluran drainase/gorong-gorong

03

xx

16

03 Pembangunan saluran drainase/gorong-gorong

03

xx

16

04 Monitoring, evaluasi dan pelaporan

03

xx

16

05 Dst..

simbachs@gmail.com

- 35 KODE

PROGRAM DAN KEGIATAN

03

xx

17

03

xx

17

Program pembangunan turap/talud/bronjong


01 Perencanaan turap/talud/bronjong

03

xx

17

02 Survei kemiringan lereng turap/talud/bronjong

03

xx

17

03 Pembangunan turap/talud/bronjong

03

xx

17

04 Monitoring, evaluasi dan pelaporan

03

xx

17

05 Dst..

03

xx

18

03

xx

18

01 Perencanaan rehabilitasi/pemeliharaan jalan

03

xx

18

02 Perencanaan rehabilitasi/pemeliharaan jembatan

03

xx

18

03 Rehabilitasi/pemeliharaan jalan

03

xx

18

04 Rehabilitasi/pemeliharaan jembatan

Program rehabilitasi/pemeliharaan jalan dan jembatan

03

xx

18

05 Monitoring, evaluasi dan pelaporan

03

xx

18

06 Dst..

03

xx

19

03

xx

19

01 Perencanaan rehabilitasi/pemeliharaan talud/bronjong

03

xx

19

02 Perencanaan rehabilitasi/pemeliharaan talud/bronjong

03

xx

19

03 Monitoring, evaluasi dan pelaporan

03

xx

19

04 Dst..

Program rehabilitasi/pemeliharaan talud/bronjong

03

xx

20

03

xx

20

01 Inspeksi kondisi jalan

Program inspeksi kondisi jalan dan jembatan

03

xx

20

02 Inspeksi kondisi jembatan

03

xx

20

03 Evaluasi dan pelaporan

03

xx

20

04 Dst..

03

xx

21

03

xx

21

01 Rehabilitasi jalan dalam kondisi tanggap darurat

Program tanggap darurat jalan dan jembatan

03

xx

21

02 Rehabilitasi jembatan dalam kondisi tanggap darurat

03

xx

21

03 Monitoring, evaluasi dan pelaporan

03

xx

21

04 Dst..

03

xx

22

03

xx

22

01 Penyusunan sistem informasi/data base jalan

Program pembangunan sistem informasi/data base jalan dan jembatan

03

xx

22

02 Penyusunan sistem informasi/data base jembatan

03

xx

22

03 Monitoring, evaluasi dan pelaporan

03

xx

22

04 Dst..

03

xx

23

03

xx

23

01 Pembangunan gedung balai latihan kebinamargaan

Program peningkatan sarana dan prasarana kebinamargaan

03

xx

23

02 Pembangunan gedung workshop

03

xx

23

03 Pembangunan laboratorium kebinamargaan

03

xx

23

04 Pengadaan alat-alat berat

03

xx

23

05 Pengadaan peralatan dan perlengkapan bengkel alat-alat berat

03

xx

23

06 Pengadaan alat-alat ukur dan bahan laboratorium kebinamargaan

03

xx

23

07 Rehabilitasi/pemeliharaan gedung balai latihan kebinamargaan

03

xx

23

08 Rehabilitasi/pemeliharaan gedung workshop

03

xx

23

09 Rehabilitasi/pemeliharaan laboratorium kebinamargaan

03

xx

23

10 Rehabilitasi/pemeliharaan alat-alat berat

03

xx

23

11 Rehabilitasi/pemeliharaan peralatan dan perlengkapan bengkel alat-alat berat

03

xx

23

12 Rehabilitasi/pemeliharaan alat-alat ukur dan bahan laboratorium kebinamargaan

simbachs@gmail.com

- 36 KODE

PROGRAM DAN KEGIATAN

03

xx

23

13 Monitoring, evaluasi dan pelaporan

03

xx

23

14 Dst..

03

xx

24

03

xx

24

01 Perencanaan pembangunan jaringan irigasi

Program Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi, Rawa dan Jaringan Pengairan Lainnya

03

xx

24

02 Perencanaan pembangunan jaringan air bersih/air minum

03

xx

24

03 Perencanaan pembangunan reservoir

03

xx

24

04 Perencanaan pembangunan pintu air

03

xx

24

05 Perencanaan normalisasi saluran sungai

03

xx

24

06 Pembangunan jaringan air bersih/air minum

03

xx

24

07 Pembangunan reservoir

03

xx

24

08 Pembangunan pintu air

03

xx

24

09 Pelaksanaan normalisasi saluran sungai

03

xx

24

10 Rehabilitasi/pemeliharaan jaringan irigasi

03

xx

24

11 Rehabilitasi/pemeliharaan jaringan air bersih/air minum

03

xx

24

12 Rehabilitasi/pemeliharaan reservoir

03

xx

24

13 Rehabilitasi/pemeliharaan pintu air

03

xx

24

14 Rehabilitasi/pemeliharaan normalisasi saluran sungai

03

xx

24

15 Optimalisasi fungsi jaringan irigasi yang telah dibangun

03

xx

24

16 Pemberdayaan petani pemakai air

03

xx

24

17 Monitoring, evaluasi dan pelaporan

03

xx

24

18 Dst..

03

xx

25

03

xx

25

01 Pembangunan prasarana pengambilan dan saluran pembawa

03

xx

25

02 Rehabilitasi prasarana pengambilan dan saluran pembawa

03

xx

25

03 Pemeliharaan prasarana pengambilan dan saluran pembawa

03

xx

25

04 Pembangunan sumur-sumur air tanah

03

xx

25

05 Peningkatan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan air

03

xx

25

06 Peningkatan distribusi penyediaan air baku

03

xx

25

07 Monitoring, evaluasi dan pelaporan

03

xx

25

08 Dst..

03

xx

26

03

xx

26

01 Pembangunan embung, dan bangunan penampung air lainnya

03

xx

26

02 Pemeliharaan dan rehabilitasi embung, dan bangunan penampung air lainnya

03

xx

26

03 Rehabilitasi kawasan kritis daerah tangkapan sungai dan danau

03

xx

26

04 Rehabilitasi kawasan lindung daerah tangkapan sungai dan danau

03

xx

26

05 Peningkatan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sungai, danau, dan sumber daya air lainnya

03

xx

26

06 Peningkatan konservasi air tanah

03

xx

26

07 Monitoring, evaluasi dan pelaporan

03

xx

26

08 Dst

Program Penyediaan dan Pengelolaan Air Baku

Program Pengembangan, Pengelolaan, dan Konservasi Sungai, Danau dan Sumber Daya Air Lainnya

03

xx

27

Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Air Minum dan Air Limbah

03

xx

27

01 Penyediaan prasarana dan sarana air minum bagi masyarakat berpenghasilan rendah

03

xx

27

02 Penyediaan prasarana dan sarana air limbah

03

xx

27

03 Pengembangan teknologi pengolahan air minum dan air limbah

03

xx

27

04 Fasilitasi pembinaan teknik pengolahan air limbah

03

xx

27

05 Fasilitasi pembinaan teknik pengolahan air minum

03

xx

27

06 Pengembangan sistem distribusi air minum

03

xx

27

07 Rehabilitasi/pemeliharaan sarana dan prasarana air minum

03

xx

27

08 Rehabilitasi/pemeliharaan sarana dan prasarana air limbah

03

xx

27

09 Monitoring, evaluasi dan pelaporan

simbachs@gmail.com

- 37 KODE

PROGRAM DAN KEGIATAN

03

xx

27

10 Dst

03

xx

28

03

xx

28

01 Pembangunan reservoir pengendali banjir

03

xx

28

02 Rehabilitasi dan pemeliharaan reservoir pengendali banjir

03

xx

28

03 Rehabilitasi dan pemeliharaan bantaran dan tanggul sungai

Program Pengendalian Banjir

03

xx

28

04 Pengembangan pengelolaan daerah rawa dalam rangka pengendalian banjir

03

xx

28

05 Peningkatan partisipasi masyarakat dalam penanggulangan banjir

03

xx

28

06 Mengendalikan banjir pada daerah tangkapan air dan badan-badan sungai

03

xx

28

07 Peningkatan pembersihan dan pengerukan sungai/kali

03

xx

28

08 Peningkatan pembangunan pusat-pusat pengendali banjir

03

xx

28

09 Pembangunan prasarana pengaman pantai

03

xx

28

10 Pembangunan tanggul pemecah ombak

03

xx

28

11 Monitoring, evaluasi dan pelaporan

03

xx

28

12 Dst

03

xx

29

03

xx

29

01 Perencanaan pengembangan infrastuktur

Program Pengembangan Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh

03

xx

29

02 Pembangunan/peningkatan infrastruktur

03

xx

29

03 Monitoring, evaluasi dan pelaporan

03

xx

29

04 Dst..

03

xx

30

Program pembangunan infrastruktur perdesaaan

03

xx

30

01 Penataan lingkungan pemukiman penduduk perdesaaan

03

xx

30

02 Pembangunan jalan dan jembatan perdesaaan

03

xx

30

03 Pembangunan sarana dan prasarana air bersih perdesaaan

03

xx

30

04 Pembangunan pasar perdesaan

03

xx

30

05 Rehabilitasi/Pemeliharaan jalan dan jembatan perdesaaan

03

xx

30

06 Rehabilitasi/Pemeliharaan sarana dan prasarana air bersih perdesaaan

03

xx

30

07 Rehabilitasi/Pemeliharaan pasar perdesaan

03

xx

30

08 Monitoring, evaluasi dan pelaporan

03

xx

30

09 Dst..

03

xx

xx

04

Program dst ..........


Perumahan

04

xx

15

04

xx

15

01 Penetapan kebijakan, strategi, dan program perumahan

Program Pengembangan Perumahan

04

xx

15

02 Penyusunan Norma, Standar, Pedoman, dan Manual (NSPM)

04

xx

15

03 Koordinasi penyelenggaraan pengembangan perumahan

04

xx

15

04 Sosialisasi peraturan perundang-undangan di bidang perumahan

04

xx

15

05 Koordinasi pembangunan perumahan dengan lembaga/badan usaha

04

xx

15

06 Fasilitasi dan stimulasi pembangunan perumahan masyarakat kurang mampu

04

xx

15

07 Pembangunan sarana dan prasarana rumah sederhana sehat

04

xx

15

08 Monitoring, evaluasi dan pelaporan

04

xx

15

09 Dst..

04

xx

16

04

xx

16

01 Koordinasi pengawasan dan pengendalian pelaksanaan kebijakan tentang pembangunan perumahan

04

xx

16

02 Penyediaan sarana air bersih dan sanitasi dasar terutama bagi masyarakat miskin

04

xx

16

03 Penyuluhan dan pengawasan kualitas lingkungan sehat perumahan

04

xx

16

04 Pengendalian dampak resiko pencemaran lingkungan

Program Lingkungan Sehat Perumahan

simbachs@gmail.com

- 38 KODE

PROGRAM DAN KEGIATAN

04

xx

16

05 Penetapan kebijakan dan strategi penyelenggaraan keserasian kawasan dan lingkungan hunian berimbang

04

xx

16

06 Monitoring, evaluasi dan pelaporan

04

xx

16

07 Dst..

04

xx

17

04

xx

17

Program Pemberdayaan Komunitas Perumahan


01 Fasilitasi pemberian kredit mikro untuk pembangunan dan perbaikan perumahan

04

xx

17

02 Fasilitasi pembangunan prasarana dan sarana dasar permukiman berbasis masyarakat

04

xx

17

03 Peningkatan peran serta masyarakat dalam pelestarian lingkungan perumahan

04

xx

17

04 Peningkatan sistem pemberian kredit pemilikan rumah

03

xx

17

05 Sosialisasi dan fasilitasi jaminan kepastian hukum dan perlindungan hukum

04

xx

17

06 Koordinasi pengawasan dan pengendalian pelaksanaan peraturan perundang-undangan bidang perumahan

04

xx

17

07 Monitoring, evaluasi dan pelaporan

04

xx

17

08 Dst..

04

xx

18

04

xx

18

01 Fasilitasi dan stimulasi rehabilitasi rumah akibat bencana alam

04

xx

18

02 Fasilitasi dan stimulasi rehabilitasi rumah akibat bencana sosial

04

xx

18

03 Monitoring, evaluasi dan pelaporan

04

xx

18

04 Dst..

04

xx

19

Program peningkatan kesiagaan dan pencegahan bahaya kebakaran

04

xx

19

01 Penyusunan norma, standar, prosedur dan manual pencegahan bahaya kebakaran

04

xx

19

02 Sosialisasi norma, standar, prosedur dan manual pencegahan bahaya kebakaran

04

xx

19

03 Koordinasi perijinan pemanfaatan gedung

04

xx

19

04 Pengawasan pelaksanaan kebijakan pencegahan kebakaran

04

xx

19

05 Kegiatan pendidikan dan pelatihan pertolongan dan pencegahan kebakaran

04

xx

19

06 Kegiatan rekruitmen tenaga sukarela pertolongan bencana kebakaran.

04

xx

19

07 Kegiatan penyuluhan pencegahan bahaya kebakaran

Program perbaikan perumahan akibat bencana alam/sosial

04

xx

19

08 Pengadaan sarana dan prasarana pencegahan bahaya kebakaran

04

xx

19

09 Pemeliharaan sarana dan prasarana pencegahan bahaya kebakaran

04

xx

19

10 Rehabilitasi sarana dan prasarana pencegahan bahaya kebakaran

04

xx

19

11 Kegiatan pencegahan dan pengendalian bahaya kebakaran

04

xx

19

12 Peningkatan pelayanan penanggulangan bahaya kebakaran

04

xx

19

13 Monitoring, evaluasi dan pelaporan

04

xx

19

14 Dst..

04

xx

20

04

xx

20

01 Penyusunan kebijakan, norma, standar, prosedur dan manual pengelolaan areal pemakaman

04

xx

20

02 Pengumpulan dan analisis data base jumlah jiwa yang meninggal

04

xx

20

03 Koordinasi pengelolaan areal pemakaman

04

xx

20

04 Koordinasi penataan areal pemakaman

04

xx

20

05 Pemberian perijinan pemakaman

04

xx

20

06 Pembangunan sarana dan prasarana pemakaman

04

xx

20

07 Pemeliharaan sarana dan prasarana pemakaman

04

xx

xx

08 Monitoring dan evaluasi

04

xx

20

09 Dst

04

xx

xx

05

05

xx

15

05

xx

15

Program pengelolaan areal pemakaman

Program dst
Penataan Ruang
Program Perencanaan Tata Ruang
01 Penyusunan kebijakan tentang penyusunan rencana tata ruang

simbachs@gmail.com

- 39 KODE

PROGRAM DAN KEGIATAN

05

xx

15

02 Penetapan kebijakan tentang RDTRK, RTRK, dan RTBL

05

xx

15

03 Sosialisasi peraturan perundang-undangan tentang rencana tata ruang

05

xx

15

04 Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah

05

xx

15

05 Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan

05

xx

15

06 Penyusunan Rencana Teknis Ruang Kawasan

05

xx

15

07 Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan

05

xx

15

08 Penyusunan rancangan peraturan daerah tentang RTRW

05

xx

15

09 Fasilitasi peningkatan peran serta masyarakat dalam perencanaan tata ruang

05

xx

15

10 Rapat koordinasi tentang rencana tata ruang

05

xx

15

11 Revisi rencana tata ruang

05

xx

15

12 Pelatihan aparat dalam perencanaan tata ruang

05

xx

15

13 Survey dan pemetaan

05

xx

15

14 Koordinasi dan fasilitasi penyusunan rencana tata ruang lintas kabupaten/kota

05

xx

15

15 Monitoring, evaluasi dan pelaporan rencana tata ruang

05

xx

15

16 Dst..

05

xx

16

05

xx

16

01 Penyusunan kebijakan perizinan pemanfaatan ruang

Program Pemanfaatan Ruang

05

xx

16

02 Penyusunan norma, standar, dan kriteria pemanfaatan ruang

05

xx

16

03 Penyusunan kebijakan pengendalian pemanfaatan ruang

05

xx

16

04 Fasilitasi peningkatan peran serta masyarakat dalam pemanfaatan ruang

05

xx

16

05 Survey dan pemetaan

05

xx

16

06 Pelatihan aparat dalam pemanfaatan ruang

05

xx

16

07 Sosialisasi kebijakan, norma, standar, prosedur dan manual pemanfaatan ruang

05

xx

16

08 Koordinasi dan fasilitasi penyusunan pemanfaatan ruang lintas kabupaten/kota

05

xx

16

09 Monitoring, evaluasi dan pelaporan pemanfaatan ruang

05

xx

16

10 Dst..

05

xx

17

05

xx

17

01 Penyusunan kebijakan pengendalian pemanfaatan ruang

Program Pengendalian Pemanfaatan Ruang

05

xx

17

02 Penyusunan prosedur dan manual pengendalian pemanfaatan ruang

05

xx

17

03 Fasilitasi peningkatan peran serta masyarakat dalam pengendalian pemanfaatan ruang

05

xx

17

04 Pelatihan aparat dalam pengendalian pemanfaatan ruang

05

xx

17

05 Pengawasan pemanfaatan ruang

05

xx

17

06 Koordinasi dan fasilitasi pengendalian pemanfaatan ruang lintas kabupaten/kota

05

xx

17

07 Sosialisasi kebijakan pengendalian pemanfaatan ruang

05

xx

17

08 Monitoring, evaluasi dan pelaporan

05

xx

17

09 Dst..

06

06

xx

15

06

xx

15

01 Pengumpulan, updating, dan analisis data informasi capaian target kinerja program dan kegiatan

06

xx

15

02 Penyusunan dan pengumpulan data/informasi kebutuhan penyusunan dokumen perencanaan

06

xx

15

03 Penyusunan dan analisis data/informasi perencanaan pembangunan kawasan rawan bencana

06

xx

15

04 Penyusunan dan analisis data/informasi perencanaan pembangunan ekonomi

Perencanaan Pembangunan
Program pengembangan data/informasi

06

xx

15

05 Penyusunan profile daerah

06

xx

15

06 Dst..

06

xx

16

06

xx

16

01 Koordinasi kerjasama wilayah perbatasan

Program kerjasama pembangunan

06

xx

16

02 Koordinasi kerjasama pembangunan antar daerah

06

xx

16

03 Fasilitasi kerjasama dengan dunia usaha/lembaga

simbachs@gmail.com

- 40 KODE

PROGRAM DAN KEGIATAN

06

xx

16

04 Koordinasi dalam pemecahan masalah-masalah daerah

06

xx

16

05 Monitoring, evaluasi dan pelaporan

06

xx

16

06 Dst..

06

xx

17

06

xx

17

Program Pengembangan Wilayah Perbatasan


01 Koordinasi penyelesaian masalah perbatasan antar daerah

06

xx

17

02 Sosialisasi kebijakan Pemerintah dalam penyelesaian perbatasan antar negara

06

xx

17

03 Koordinasi penetapan rencana tata ruang perbatasan

06

xx

17

04 Penyusunan perencanaan pengembangan perbatasan

06

xx

17

05 Monitoring, evaluasi dan pelaporan

06

xx

17

06 Dst..

06

xx

18

Program Perencanaan Pengembangan Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh

06

xx

18

01 Sosialisasi kebijakan Pemerintah dalam pengembangan wilayah strategis dan cepat tumbuh

06

xx

18

02 Koordinasi penetapan rencana tata ruang wilayah strategis dan cepat tumbuh

06

xx

18

03 Penyusunan perencanaan pengembangan wilayah strategis dan cepat tumbuh

06

xx

18

04 Monitoring, evaluasi dan pelaporan

06

xx

18

05 Dst..

06

xx

19

06

xx

19

01 Koordinasi penyelesaian permasalahan penanganan sampah perkotaan

Program perencanaan pengembangan kota-kota menengah dan besar

06

xx

19

02 Koordinasi penyelesaian permasalahan transportasi perkotaan

06

xx

19

03 Koordinasi penanggulangan dan penyelesaian bencana alam/sosial

06

xx

19

04 Koordinasi perencanaan penanganan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi

06

xx

19

05 Koordinasi perencanaan penanganan pusat-pusat industri

06

xx

19

06 Koordinasi perencanaan penanganan pusat-pusat pendidikan

06

xx

19

07 Koordinasi perencanaan penanganan perumahan

06

xx

19

08 Koordinasi perencanaan penanganan perpakiran

06

xx

19

09 Koordinasi perencanaan air minum, drainase dan sanitasi perkotaan

06

xx

19

10 Koordinasi penanggulangan limbah rumah tangga dan industri perkotaan

06

xx

19

11 Monitoring, evaluasi dan pelaporan

06

xx

19

12 Dst

06

xx

20

06

xx

20

01 Peningkatan kemampuan teknis aparat perencana

06

xx

20

02 Sosialisasi kebijakan perencanaan pembangunan daerah

06

xx

20

03 Bimbingan teknis tentang perencanaan pembangunan daerah

06

xx

20

04 Dst..

06

xx

21

Program peningkatan kapasitas kelembagaan perencanaan pembangunan daerah

Program perencanaan pembangunan daerah

06

xx

21

01 Pengembangan partisipasi masyarakat dalam perumusan program dan kebijakan layanan publik

06

xx

21

02 Penyusunan rancangan RPJPD

06

xx

21

03 Penyelenggaraan musrenbang RPJPD

06

xx

21

04 Penetapan RPJPD

06

xx

21

05 Penyusunan rancangan RPJMD

06

xx

21

06 Penyelenggaraan musrenbang RPJMD

06

xx

21

07 Penetapan RPJMD

06

xx

21

08 Penyusunan rancangan RKPD

06

xx

21

09 Penyelenggaraan musrenbang RKPD

06

xx

21

10 Penetapan RKPD

06

xx

21

11 Koordinasi penyusunan Laporan Kinerja Pemerintah Daerah

06

xx

21

12 Koordinasi penyusunan Laporan Keterangan Pertanggung Jawaban (LKPJ)

06

xx

21

13 Monitoring, evaluasi, pengendalian, dan pelaporan pelaksanaan rencana pembangunan daerah

simbachs@gmail.com

- 41 KODE

PROGRAM DAN KEGIATAN

06

xx

21

14 Dst..

06

xx

22

06

xx

22

01 Penyusunan masterplan pembangunan ekonomi daerah

06

xx

22

02 Penyusunan indikator ekonomi daerah

06

xx

22

03 Penyusunan perencanaan pengembangan ekonomi masyarakat

Program perencanaan pembangunan ekonomi

06

xx

22

04 Koordinasi perencanaan pembangunan bidang ekonomi

06

xx

22

05 Penyusunan tabel input output daerah

06

xx

22

06 Penyusunan masterplan penanggulangan kemiskinan

06

xx

22

07 Penyusunan indikator dan pemetaan daerah rawan pangan

06

xx

22

08 Monitoring, evaluasi dan pelaporan

06

xx

22

09 Dst..

06

xx

23

Program perencanaan sosial dan budaya

06

xx

23

01 Koordinasi penyusunan masterplan pendidikan

06

xx

23

02 Koordinasi penyusunan masterplan kesehatan

06

xx

23

03 Koordinasi perencanaan pembangunan bidang sosial dan budaya

06

xx

23

04 Monitoring, evaluasi dan pelaporan

06

xx

23

05 Dst..

06

xx

24

06

xx

24

01 Koordinasi penyusunan masterplan prasarana perhubungan daerah

06

xx

24

02 Koordinasi penyusunan masterplan pengendalian sumber daya alam dan lingkungan hidup

06

xx

24

03 Monitoring, evaluasi dan pelaporan

06

xx

24

04 Dst..

06

xx

25

06

xx

25

01 Koordinasi penyusunan profile daerah rawan bencana

06

xx

25

02 Koordinasi pembangunan daerah rawan bencana

06

xx

25

03 Monitoring, evaluasi dan pelaporan

06

xx

25

04 Dst..

07

07

xx

15

07

xx

15

01 Perencanaan pembangunan prasarana dan fasilitas perhubungan

07

xx

15

02 Penyusunan kebijakan, norma, standar dan prosedur bidang perhubungan

07

xx

15

03 Koordinasi dalam pembangunan prasarana dan fasilitas perhubungan

07

xx

15

04 Sosialisasi kebijakan di bidang perhubungan

Program perencanaan prasarana wilayah dan sumber daya alam

Program perencanaan pembangunan daerah rawan bencana

Perhubungan
Program Pembangunan Prasarana dan Fasilitas Perhubungan

07

xx

15

05 Pembangunan sarana dan prasarana jembatan timbang

07

xx

15

06 Peningkatan pengelolaan terminal angkutan sungai, danau dan penyeberangan

07

xx

15

07 Peningkatan pengelolaan terminal angkutan darat

07

xx

15

08 Monitoring, evaluasi dan pelaporan

07

xx

15

09 Dst..

07

xx

16

07

xx

16

01 Rehabilitasi/pemeliharaan sarana alat pengujian kendaraan bermotor

Program Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana dan Fasilitas LLAJ

07

xx

16

02 Rehabilitasi/pemeliharan prasarana balai pengujian kendaraan bermotor

07

xx

16

03 Rehabilitasi/pemeliharaan sarana dan prasarana jembatan timbang

07

xx

16

04 Rehabilitasi/pemeliharaan terminal/pelabuhan

07

xx

16

05 Dst..

simbachs@gmail.com

- 42 KODE

PROGRAM DAN KEGIATAN

07

xx

17

07

xx

17

01 Kegiatan penyuluhan bagi para sopir/juru mudi untuk peningkatan keselamatan penumpang

Program peningkatan pelayanan angkutan

07

xx

17

02 Kegiatan peningkatan disiplin masyarakat menggunakan angkutan

07

xx

17

03 Kagiatan temu wicara pengelola angkutan umum guna meningkatkan keselamatan penumpang.

07

xx

17

04 Kegiatan uji kelayakan sarana transportasi guna keselamatan penumpang

07

xx

17

05 Kegiatan pengendalian disiplin pengoperasian angkutan umum dijalan raya.

07

xx

17

06 Kegiatan penciptaan kemanan dan kenyamanan penumpang dilingkungan terminal.

07

xx

17

07 Kegiatan pengawasan peralatan keamanan dalam keadaan darurat dan perlengkapan pertolongan pertama

07

xx

17

08 Kegiatan penataan tempat-tempat pemberhentian angkutan umum

07

xx

17

09 Kegiatan penciptaan disiplin dan pemeliharaan kebersihan dilingkungan terminal.

07

xx

17

10 Kegiatan penciptaan pelayanan cepat, tepat, murah dan mudah

07

xx

17

11 Pengumpulan dan analisis data base pelayanan angkutan

07

xx

17

12 Pengembangan sarana dan prasarana pelayanan jasa angkutan

07

xx

17

13 Fasilitasi perijinan di bidang perhubungan

07

xx

17

14 Sosialisasi/penyuluhan ketertiban lalu lintas dan angkutan

07

xx

17

15 Kegiatan pemilihan dan pemberian penghargaan sopir/juru mudi/awak kendaraan angkutan umum teladan

07

xx

17

16 Koordinasi dalam peningkatan pelayanan angkutan

07

xx

17

17 Monitoring, evaluasi dan pelaporan

07

xx

17

18 Dst..

07

xx

18

07

xx

18

01 Pembangunan gedung terminal

07

xx

18

02 Pembangunan Halte bus, taxigedung terminal

07

xx

18

03 Pembangunan jembatan penyebrangan gedung terminal

07

xx

18

04 Dst..

07

xx

19

07

xx

19

Program pembangunan sarana dan prasarana perhubungan

Program pengendalian dan pengamanan lalu lintas


01 Pengadaan rambu-rambu lalu lintas

07

xx

19

02 Pengadaan marka jalan

07

xx

19

03 Pengadaan pagar pengaman jalan

07

xx

19

04 Dst

07

xx

20

07

xx

20

Program peningkatan kelaikan pengoperasian kendaraan bermotor


01 Pembangunan balai pengujian kendaraan bermotor

07

xx

20

02 Pengadaan alat pengujian kendaraan bermotor

07

xx

20

03 Pelaksanaan uji petik kendaraan bermotor

07

xx

20

04 Dst

07

xx

xx

08

08

xx

15

08

xx

15

01 Penyusunan kebijakan manajemen pengelolaan sampah

08

xx

15

02 Penyediaan prasarana dan sarana pengelolaan persampahan

08

xx

15

03 Penyusunan kebijakan kerjasama pengeloaan persampahan

08

xx

15

04 Peningkatan operasi dan pemeliharaan prasarana dan sarana persampahan

08

xx

15

05 Pengembangan teknologi pengolahan persampahan

08

xx

15

06 Bimbingan teknis persampahan

08

xx

15

07 Peningkatan kemampuan aparat pengelolaan persampahan

08

xx

15

08 Kerjasama pengelolaan sampah

08

xx

15

09 Kerjasama pengelolaan sampah antar daerah

08

xx

15

10 Sosialisasi kebijakan pengelolaan persampahan

Program dst
Lingkungan Hidup
Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan

simbachs@gmail.com

- 43 KODE

PROGRAM DAN KEGIATAN

08

xx

15

11 Peningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan persampahan

08

xx

15

12 Monitoring, evaluasi dan pelaporan

08

xx

15

13 Dst

08

xx

16

08

xx

16

01 Koordinasi penilaian Kota Sehat/Adipura

08

xx

16

02 Koordinasi penilaian langit biru

08

xx

16

03 Pemantauan Kualitas Lingkungan

08

xx

16

04 Pengawasan pelaksanaan kebijakan bidang lingkungan hidup

Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup

08

xx

16

05 Koordinasi penertiban kegiatan Pertambangan Tanpa Izin (PETI)

08

xx

16

06 Pengelolaan B3 dan Limbah B3

08

xx

16

07 Pengkajian dampak lingkungan

08

xx

16

08 Peningkatan pengelolaan lingkungan pertambangan

08

xx

16

09 Peningkatan peringkat kinerja perusahaan (proper)

08

xx

16

10 Koordinasi pengelolaan Prokasih/Superkasih

08

xx

16

11 Pengembangan produksi ramah lingkungan

08

xx

16

12 Penyusunan kebijakan pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan hidup

08

xx

16

13 Koordinasi penyusunan AMDAL

08

xx

16

14 Peningkatan peran serta masyarakat dalam pengendalian lingkungan hidup

08

xx

16

15 Pengkajian pengembangan sistem insentif dan disinsentif

08

xx

16

16 Monitoring, evaluasi dan pelaporan

08

xx

16

17 Dst

08

xx

17

08

xx

17

Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam


01 Konservasi Sumber Daya Air dan Pengendalian Kerusakan Sumber-Sumber Air

08

xx

17

02 Pantai dan Laut Lestari

08

xx

17

03 Pengembangan dan Pemantapan Kawasan Konservasi Laut, Suaka Perikanan, dan Keanekaragaman Hayati Laut

08

xx

17

04 Pengembangan Ekowisata dan Jasa Lingkungan

08

xx

17

05 Pengendalian Dampak Perubahan Iklim

08

xx

17

06 Pengendalian Kerusakan Hutan dan Lahan

08

xx

17

07 Peningkatan Konservasi Daerah Tangkapan Air dan Sumber-Sumber Air

08

xx

17

08 Pengendalian dan pengawasan pemanfaatan SDA

08

xx

17

09 Koordinasi pengelolaan konservasi SDA

08

xx

17

10 Pengelolaan keanekaragaman hayati dan ekosistem

08

xx

17

11 Pengembangan dan Pengelolaan Kawasan World Heritage Laut

08

xx

17

12 Pengembangan Kerjasama Pengelolaan Kawasan Konservasi Laut Regional

08

xx

17

13 Koordinasi pengendalian Kebakaran Hutan

08

xx

17

14 Peningkatan peran serta masyarakat dalam perlindungan dan konservasi SDA

08

xx

17

15 Koordinasi peningkatan pengelolaan kawasan konservasi

08

xx

17

16 Monitoring, evaluasi dan pelaporan

08

xx

17

17 Dst

08

xx

18

08

xx

18

01 Pengelolaan dan rehabilitasi terumbu karang, mangrove, padang lamun, estuaria dan teluk

08

xx

18

02 Perencanaan dan penyusunan program pembangunan pengendalian sumber daya alam dan lingkungan hidup

08

xx

18

03 Rehabilitasi hutan dan lahan

Program Rehabilitasi dan Pemulihan Cadangan Sumber Daya Alam

08

xx

18

04 Pengembangan kelembagaan rehabilitasi hutan dan lahan

08

xx

18

05 Penyusunan pedoman standar dan prosedur rehabilitasi terumbu karang, mangrove, dan padang lamun

08

xx

18

06 Sosialisasi pedoman standar dan prosedur rehabilitasi terumbu karang, mangrove, dan padang lamun

08

xx

18

07 Peningkatan peran serta masyarakat dalam rehabilitasi dan pemulihan cadangan SDA

08

xx

18

08 Monitoring, evaluasi dan pelaporan

08

xx

18

09 Dst

simbachs@gmail.com

- 44 KODE

PROGRAM DAN KEGIATAN

08

xx

19

08

xx

19

Program Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup
01 Peningkatan edukasi dan komunikasi masyarakat di bidang lingkungan

08

xx

19

02 Pengembangan data dan informasi lingkungan

08

xx

19

03 Penyusunan data sumberdaya alam dan neraca sumberdaya hutan (NSDH) nasional dan daerah

08

xx

19

04 Penguatan jejaring informasi lingkungan pusat dan daerah

08

xx

19

05 Monitoring, evaluasi dan pelaporan

08

xx

19

06 Dst

08

xx

20

08

xx

20

01 Pengujian emisi kendaraan bermotor

Program peningkatan pengendalian polusi

08

xx

20

02 Pengujian emisi/polusi udara akibat aktivitas industri

08

xx

20

03 Pengujian kadar polusi limbah padat dan limbah cair

08

xx

20

04 Pembangunan tempat pembuangan benda padat/cair yang menimbulkan polusi

08

xx

20

05 Penyuluhan dan pengendalian polusi dan pencemaran

08

xx

20

06 Monitoring, evaluasi dan pelaporan

08

xx

20

07 Dst

08

xx

21

08

xx

21

01 Pengembangan ekowisata dan jasa lingkungan dikawasan konservasi

08

xx

21

02 Pengembangan konservasi laut dan hutan wisata

08

xx

21

03 Monitoring, evaluasi dan pelaporan

08

xx

21

04 Dst

08

xx

22

08

xx

22

01 Pengadaan alat pemadam kebakaran hutan

08

xx

22

02 Pemetaan kawasan rawan kebakaran hutan

08

xx

22

03 Koordinasi pengendalian kebakaran hutan

08

xx

22

04 Penyusunan norma, standar, prosedur dan manual pengendalian kebakaran hutan

08

xx

22

05 Sosialisasi kebijakan pencegahan kebakaran hutan

08

xx

22

06 Monitoring, evaluasi dan pelaporan

08

xx

22

07 Dst

08

xx

23

08

xx

23

01 Pengelolaan dan rehabilitasi ekosistem pesisir dan laut

08

xx

23

02 Pengembangan sistem manajemen pengelolaan pesisir laut

08

xx

23

03 Dst

Program pengembangan ekowisata dan jasa lingkungan dikawasan-kawasan konservasi laut dan
hutan

Program pengendalian kebakaran hutan

Program pengelolaan dan rehabilitasi ekosistem pesisir dan laut

08

xx

24

08

xx

24

01 Penyusunan kebijakan, norma, standard, prosedur dan manual pengelolaan RTH

Program pengelolaan ruang terbuka hijau (RTH)

08

xx

24

02 Sosialisasi kebijakan, norma, standard, prosedur dan manual pengelolaan RTH

08

xx

24

03 Penyusunan dan analisis data/informasi pengelolaan RTH

08

xx

24

04 Penyusunan program pengembahan RTH

08

xx

24

05 Penataan RTH

08

xx

24

06 Pemeliharaan RTH

08

xx

24

07 Pengembangan taman rekreasi

08

xx

24

08 Pengawasan dan pengendalian RTH

08

xx

24

09 Peningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan RTH

08

xx

24

10 Monitoring dan evaluasi

08

xx

24

11 Dst .

08

xx

xx

Program dst

simbachs@gmail.com

- 45 KODE

PROGRAM DAN KEGIATAN

09

Pertanahan

09

xx

15

09

xx

15

01 Penyusunan sistem pendaftaran tanah

Program pembangunan sistem pendaftaran tanah

09

xx

15

02 Sosialisasi sistem pendaftaran tanah

09

xx

15

03 Dst..

09

xx

16

09

xx

16

01 Penataan penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah

09

xx

16

02 Penyuluhan hukum pertanahan

09

xx

16

03 Dst..

09

xx

17

09

xx

17

01 Fasilitasi penyelesaian konflik-konflik pertanahan

09

xx

17

02 Dst..

09

xx

18

09

xx

18

01 Penyusunan sistem informasi pertanahan yang handal

09

xx

18

02 Dst..

09

xx

xx

10

Program penataan penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah

Program penyelesaian konflik-konflik pertanahan

Program pengembangan sistem informasi pertanahan

Program dst
Kependudukan dan Catatan Sipil

10

xx

15

10

xx

15

01 Pembangunan dan pengoperasian SIAK secara terpadu

Program Penataan Administrasi Kependudukan

10

xx

15

02 Pelatihan tenaga pengelola SIAK

10

xx

15

03 Implementasi Sistem Administrasi Kependudukan (membangun, updating dan pemeliharaan)

10

xx

15

04 Pembentukan dan Penataan Sistem Koneksi (Inter-Phase Tahap Awal) NIK

10

xx

15

05 Koordinasi pelaksanaan kebijakan Kependudukan

10

xx

15

06 Pengolahan dalam penyusunan laporan informasi kependudukan

10

xx

15

06 Penyediaan informasi yang dapat diakses masyarakat

10

xx

15

07 Peningkatan pelayanan publik dalam bidang kependudukan

10

xx

15

08 Pengembangan data base kependudukan

10

xx

15

09 Penyusunan kebijakan kependudukan

10

xx

15

10 Peningkatan kapasitas aparat kependudukan dan catatan sipil

10

xx

15

11 Sosialisasi kebijakan kependudukan

10

xx

15

12 Peningkatan kapasitas kelembagaan kependudukan

10

xx

15

13 Monitoring, evaluasi dan pelaporan

10

xx

15

14 Dst..

11

11

xx

15

11

xx

15

Pemberdayaan Perempuan
Program Keserasian Kebijakan Peningkatan Kualitas Anak dan Perempuan
01 Perumusan kebijakan peningkatan kualitas hidup perempuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi

11

xx

15

02 Perumusan kebijakan peningkatan peran dan posisi perempuan di bidang politik dan jabatan publik

11

xx

15

03 Pelaksanaan sosialisasi yang terkait dengan kesetaraan gender, pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak

11

xx

15

04 Monitoring, evaluasi dan pelaporan

11

xx

15

05 Dst..

11

xx

16

11

xx

16

Program Penguatan Kelembagaan Pengarusutamaan Gender dan Anak


01 Advokasi dan fasilitasi PUG bagi Perempuan

simbachs@gmail.com

- 46 KODE

PROGRAM DAN KEGIATAN

11

xx

16

02 Fasilitasi pengembangan pusat pelayanan terpadu pemberdayaan perempuan (P2TP2)

11

xx

16

03 Pemetaan potensi organisasi dan lembaga masyarakat yang berperan dalam pemberdayaan perempuan dan anak

11

xx

16

04 Pengembangan materi dan pelaksanaan KIE tentang kesetaraan dan keadilan gender (KKG)

11

xx

16

05 Penguatan kelembagaan pengarusutamaan gender dan anak

11

xx

16

06 Peningkatan kapasitas dan jaringan kelembagaan pemberdayaan perempuan dan anak

11

xx

16

07 Evaluasi pelaksanaan PUG

11

xx

16

08 Pengembangan Sistem Informasi Gender dan Anak

11

xx

16

09 Monitoring, evaluasi dan pelaporan

11

xx

16

10 Dst..

11

xx

17

11

xx

17

01 Pelaksanaan kebijakan perlindungan perempuan di daerah

11

xx

17

02 Pelatihan bagi pelatih (TOT) SDM pelayanan dan pendampingan korban KDRT

Program Peningkatan Kualitas Hidup dan Perlindungan Perempuan

11

xx

17

03 Penyusunan sistem perlindungan bagi perempuan

11

xx

17

04 Sosialisasi dan advokasi kebijakan penghapusan buta aksara perempuan (PBAP)

11

xx

17

05 Sosialisasi dan advokasi kebijakan perlindungan tenaga kerja perempuan

11

xx

17

06 Sosialisasi sistem pencatatan dan pelaporan KDRT

11

xx

17

07 Penyusunan profil perlindungan perempuan lansia dan cacat

11

xx

17

08 Fasilitasi upaya perlindungan perempuan terhadap tindak kekerasan

11

xx

17

09 Monitoring, evaluasi dan pelaporan

11

xx

17

10 Dst..

11

xx

18

11

xx

18

01 Kegiatan pembinaan organisasi perempuan

Program peningkatan peran serta dan kesetaraan jender dalam pembangunan

11

xx

18

02 Kegiatan pendidikan dan pelatihan peningkatan peran serta dan kesetaraan jender

11

xx

18

03 Kegiatan penyuluhan bagi ibu rumah tangga dalam membangun keluarga sejahtera.

11

xx

18

04 Kegiatan bimbingan manajemen usaha bagi perempuan dalam mengelola usaha.

11

xx

18

05 Kegiatan pameran hasil karya perempuan dibidang pembangunan

11

xx

18

06 Monitoring, evaluasi dan pelaporan

11

xx

18

07 Dst..

11

xx

19

11

xx

19

01 Workshop peningkatan peran perempuan dalam pengambilan keputusan

Program penguatan kelembagaan pengarusutamaan gender dan anak

11

xx

19

02 Pemberdayaan lembaga yang berbasis gender

11

xx

19

03 Dst..

12

12

xx

15

12

xx

15

01 Penyediaan Pelayanan KB dan Alat Kontrasepsi bagi Keluarga Miskin

12

xx

15

02 Pelayanan KIE

12

xx

15

03 Peningkatan Perlindungan Hak Reproduksi Individu

12

xx

15

04 Promosi Pelayanan Khiba

12

xx

15

05 Pembinaan Keluarga Berencana

12

xx

15

06 Pengadaan sarana mobilitas tim KB keliling

12

xx

15

07 Dst..

12

xx

16

12

xx

16

01 Advokasi dan KIE tentang Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR)

12

xx

16

02 Memperkuat dukungan dan partisipasi masyarakat

12

xx

16

03 Dst..

12

xx

17

Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera


Program Keluarga Berencana

Program Kesehatan Reproduksi Remaja

Program pelayanan kontrasepsi

simbachs@gmail.com

- 47 KODE

PROGRAM DAN KEGIATAN

12

xx

17

01 Pelayanan konseling KB

12

xx

17

02 Pelayanan pemasangan kontrasepsi KB

12

xx

17

03 Pengadaan alat kontrasepsi

12

xx

17

04 Pelayanan KB medis operasi

12

xx

17

05 Dst..

12

xx

18

12

xx

18

01 Fasilitasi pembentukan kelompok masyarakat peduli KB

Program pembinaan peran serta masyarakat dalam pelayanan KB/KR yang mandiri

12

xx

18

02 Dst..

12

xx

19

12

xx

19

01 Penyuluhan kesehatan ibu, bayi dan anak melalui kelompok kegiatan dimasyarakat

12

xx

19

02 Dst..

12

xx

20

12

xx

20

Program promosi kesehatan ibu, bayi dan anak melalui kelompok kegiatan dimasyarakat

Program pengembangan pusat pelayanan informasi dan konseling KRR


01 Pendirian pusat pelayanan informasi dan konseling KKR

12

xx

20

02 Fasilitasi forum pelayanan KKR bagi kelompok remaja dan kelompok sebaya diluar sekolah

12

xx

20

03 Dst..

12

xx

21

12

xx

21

01 Penyuluhan penanggulangan narkoba dan PMS di sekolah

Program peningkatan penanggulangan narkoba, PMS termasuk HIV/AIDS

12

xx

21

02 Dst..

12

xx

22

12

xx

22

01 Pengumpulan bahan informasi tentang pengasuhan dan pembinaan tumbuh kembang anak

12

xx

22

02 Dst..

12

xx

23

12

xx

23

01 Pelatihan tenaga pendamping kelompok bina keluarga di kecamatan

12

xx

23

02 Dst..

Program pengembangan bahan informasi tentang pengasuhan dan pembinaan tumbuh kembang anak

Program penyiapan tenaga pendamping kelompok bina keluarga

12

xx

24

12

xx

24

01 Pengkajian pengembangan model operasional BKB-Posyandu-PADU

Program pengembangan model operasional BKB-Posyandu-PADU

12

xx

24

02 Dst..

13

13

xx

15

13

xx

15

13

xx

15

03 Pelatihan ketrampilan berusaha bagi keluarga miskin

13

xx

15

04 Fasilitasi manajemen usaha bagi keluarga miskin

13

xx

15

05 Pengadaan sarana dan prasarana pendukung usaha bagi keluarga miskin

13

xx

15

06 Pelatihan keterampilan bagi penyandang masalah kesejahteraan sosial

13

xx

15

07 Dst..

Sosial
Program Pemberdayaan Fakir Miskin, Komunitas Adat Terpencil (KAT) dan Penyandang Masalah
Kesejahteraan Sosial (PMKS) Lainnya
Peningkatan Kemampuan (Capacity Building) petugas dan pendamping sosial pemberdayaan fakir miskin, KAT dan
02
PMKS lainnya
01

13

xx

16

13

xx

16

01 Pengembangan kebijakan tentang akses sarana dan prasarana publik bagi penyandang cacat dan lansia

Program Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial

13

xx

16

02 Pelayanan dan perlindungan sosial, hukum bagi korban eksploitasi, perdagangan perempuan dan anak

13

xx

16

03 Pelaksanaan KIE konseling dan kampanye sosial bagi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS)

13

xx

16

04

13

xx

16

05 Pelayanan psikososial bagi PMKS di trauma centre termasuk bagi korban bencana

13

xx

16

06 Pembentukan pusat informasi penyandang cacat dan trauma center

Pelatihan keterampilan dan praktek belajar kerja bagi anak terlantar termasuk anak jalanan, anak cacat, dan anak
nakal

simbachs@gmail.com

- 48 KODE

PROGRAM DAN KEGIATAN

13

xx

16

07 Peningkatan kualitas pelayanan, sarana, dan prasarana rehabilitasi kesejahteraan sosial bagi PMKS

13

xx

16

08 Penyusunan kebijakan pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial

13

xx

16

09

13

xx

16

10 Penanganan masalah-masalah strategis yang menyangkut tanggap cepat darurat dan kejadian luar biasa

13

xx

16

11 Monitoring, evaluasi dan pelaporan

13

xx

16

12 Dst..

Koordinasi perumusan kebijakan dan sinkronisasi pelaksanaan upaya-upaya penanggulangan kemiskinan dan
penurunan kesenjangan

13

xx

17

13

xx

17

01 Pembangunan sarana dan prasarana tempat penampungan anak terlantar

Program pembinaan anak terlantar

13

xx

17

02 Pelatihan ketrampilan dan praktek belajar kerja bagi anak terlantar

13

xx

17

03 Penyusunan data dan analisis permasalahan anak terlantar

13

xx

17

04 Pengembangan bakat dan ketrampilan anak terlantar

13

xx

17

05 Peningkatan keterampilan tenaga pembinaan anak terlantar

13

xx

17

06 Monitoring, evaluasi dan pelaporan

13

xx

17

07 Dst..

13

xx

18

13

xx

18

01 Pendataan penyandang cacat dan penyakit kejiwaan

Program pembinaan para penyandang cacat dan trauma

13

xx

18

02 Pembangunan sarana dan prasarana perawatan para penyandang cacat dan taruma

13

xx

18

03 Pendidikan dan pelatihan bagi penyandang cacat dan eks trauma

13

xx

18

04 Pendayagunaan para penyandang cacat dan eks trauma

13

xx

18

05 Peningkatan keterampilan tenaga pelatih dan pendidik

13

xx

18

06 Dst..

13

xx

19

13

xx

19

Program pembinaan panti asuhan /panti jompo


01 Pembangunan sarana dan prasarana panti asuhan/jompo

13

xx

19

02 Rehabilitasi sedang/berat bangunan panti asuhan/jompo

13

xx

19

03 Operasi dan pemeliharaan sarana dan prasarana panti asuhan/jompo

13

xx

19

04 Pendidikan dan pelatihan bagi penghuni panti asuhan/jompo

13

xx

19

05 Peningkatan keterampilan tenaga pelatih dan pendidik

13

xx

19

06 Monitoring, evaluasi dan pelaporan

13

xx

19

07 Dst..

13

xx

20

13

xx

20

01 Pendidikan dan pelatihan ketrampilan berusaha bagi eks penyandang penyakit sosial

13

xx

20

02 Pembangunan pusat bimbingan/konseling bagi eks penyandang penyakit sosial

13

xx

20

03 Pemantauan kemajuan perubahan sikap mental eks penyandang penyakit sosial

13

xx

20

04 Pemberdayaan eks penyandang penyakit sosial

13

xx

20

05 Monitoring, evaluasi dan pelaporan

13

xx

20

06 Dst..

13

xx

21

13

xx

21

01 Peningkatan peran aktif masyarakat dan dunia usaha

13

xx

21

02 Peningkatan jejaring kerjasama pelaku-pelaku usaha kesejahteraan sosial masyarakat

13

xx

21

03 Peningkatan kualitas SDM kesejahteraan sosial masyarakat

13

xx

21

04 Pengembangan model kelembagaan perlindungan sosial

13

xx

21

05 Dst..

14

14

Program pembinaan eks penyandang penyakit sosial (eks narapidana, PSK, narkoba dan penyakit
sosial lainnya)

Program Pemberdayaan Kelembagaan Kesejahteraan Sosial

Tenaga Kerja
xx

15

Program Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja

14

xx

15

01 Penyusunan data base tenaga kerja daerah.

14

xx

15

02 Pembangunan balai latihan kerja

simbachs@gmail.com

- 49 KODE

PROGRAM DAN KEGIATAN

14

xx

15

03 Pengadaan peralatan pendidikan dan ketrampilan bagi pencari kerja

14

xx

15

04 Peningkatan profesionalisme tenaga kepelatihan dan instruktur BLK

14

xx

15

05 Pengadaan bahan dan materi pendidikan dan ketrampilan kerja

14

xx

15

06 Pendidikan dan pelatihan ketrampilan bagi pencari kerja

14

xx

15

07 Pemeliharaan rutin/berkala sarana dan prasarana BLK

14

xx

15

08 Rehabilitasi sedang/berat sarana dan prasarana BLK

14

xx

15

09 Monitoring, evaluasi dan pelaporan

14

xx

15

10 Dst..

14

xx

16

14

xx

16

01 Penyusunan informasi bursa tenaga kerja

Program Peningkatan Kesempatan Kerja

14

xx

16

02 Penyebarluasan informasi bursa tenaga kerja

14

xx

16

03 Kerjasama pendidikan dan pelatihan

14

xx

16

04 Penyiapan tenaga kerja siap pakai

14

xx

16

05 Pengembangan kelembagaan produktivitas dan pelatihan kewirausahaan

14

xx

16

06 Pemberian fasilitasi dan mendorong sistem pendanaan pelatihan berbasis masyarakat

14

xx

16

07 Monitoring, evaluasi dan pelaporan

14

xx

16

08 Dst..

14

xx

17

14

xx

17

01 Pengendalian dan pembinaan lembaga penyalur tenaga kerja

Program Perlindungan dan Pengembangan Lembaga Ketenagakerjaan

14

xx

17

02 Fasilitasi penyelesaian prosedur penyelesaian perselisihan hubungan industrial

14

xx

17

03 Fasilitasi penyelesaian prosedur pemberian perlindungan hukum dan jaminan sosial ketenagakerjaan

14

xx

17

04 Sosialisasi berbagai peraturan pelaksanaan tentang ketenagakerjaan

14

xx

17

05 Peningkatan pengawasan, perlindungan dan penegakkan hukum terhadap keselamatan dan kesehatan kerja

14

xx

17

06 Penyusunan kebijakan standarisasi lembaga penyalur tenaga kerja

14

xx

17

07 Pemantauan kinerja lembaga penyalur tenaga kerja

14

xx

17

08 Monitoring, evaluasi dan pelaporan

14

xx

17

09 Dst..

14

xx

18

15

Program dst
Koperasi dan Usaha Kecil Menengah

15

xx

15

15

xx

15

01 Penyusunan kebijakan tentang Usaha Kecil Menengah

Program penciptaan iklim usaha Usaha Kecil Menengah yang konduksif

15

xx

15

02 Sosialisasi kebijakan tentang Usaha Kecil Menengah

15

xx

15

03 Fasilitasi kemudahan formalisasi badan usaha Usaha Kecil Menengah

15

xx

15

04 Pendirian unit penanganan pengaduan

15

xx

15

05 Pengkajian dampak regulasi/kebijakan nasional

15

xx

15

06 Perencanaan, koordinasi, dan pengembanan Usaha Kecil Menengah

15

xx

15

07 Pengembangan jaringan infrastruktur Usaha Kecil Menengah

15

xx

15

08 Fasilitasi pengembangan Usaha Kecil Menengah

15

xx

15

09 Fasilitasi permasalahan proses produksi Usaha Kecil Menengah

15

xx

15

10 Pemberian fasilitasi pengamanan kawasan Usaha Kecil Menengah

15

xx

15

11 Monitoring, evaluasi dan pelaporan

15

xx

15

12 Dst..

15

xx

16

15

xx

16

01 Fasilitasi pengembangan inkubator teknologi dan bisnis

15

xx

16

02 Memfasiltasi peningkatan kemitraan investasi Usaha Kecil Menengah dengan perusahaan asing

15

xx

16

03 Memfasiltasi peningkatan kemitraan usaha bagi Usaha Mikro Kecil Menengah

15

xx

16

04 Peningkatan kerjasama di bidang HAKI

Program Pengembangan Kewirausahaan dan Keunggulan Kompetitif Usaha Kecil Menengah

simbachs@gmail.com

- 50 KODE

PROGRAM DAN KEGIATAN

15

xx

16

05 Fasilitasi pengembangan sarana promosi hasil produksi

15

xx

16

06 Penyelenggaraan pelatihan kewirausahaan

15

xx

16

07 Pelatihan manajemen pengelolaan Koperasi/KUD

15

xx

16

08 Sosialisasi HAKI kepada Usaha Mikro Kecil Menengah

15

xx

16

09

15

xx

16

10 Monitoring, evaluasi dan pelaporan

15

xx

16

11 Dst..

15

xx

17

15

xx

17

Sosialisasi dan pelatihan pola pengelolaan limbah industri dalam menjaga kelestarian kawasan Usaha Mikro Kecil
Menengah

Program Pengembangan Sistem Pendukung Usaha Bagi Usaha Mikro Kecil Menengah
01 Sosialisasi dukungan informasi penyediaan permodalan

15

xx

17

02 Pengembangan klaster bisnis

15

xx

17

03 Koordinasi pemanfaatan fasilitas pemerintah untuk Usaha Kecil Menengah dan koperasi

15

xx

17

04 Koordinasi penggunaan dana pemerintah bagi Usaha Mikro Kecil Menengah

15

xx

17

05 Pemantauan pengelolaan penggunaan dana pemerintah bagi Usaha Mikro Kecil Menengah

15

xx

17

06 Pengembangan sarana pemasaran produk Usaha Mikro Kecil Menengah

15

xx

17

07 Peningkatan jaringan kerjasama antar lembaga

15

xx

17

08 Penyelenggaraan pembinaan industri rumah tangga, industri kecil dan industri menengah

15

xx

17

09 Penyelenggaraan promosi produk Usaha Mikro Kecil Menengah

15

xx

17

10 Pengembangan kebijakan dan program peningkatan ekonomi lokal

15

xx

17

11 Monitoring, evaluasi dan pelaporan

15

xx

17

12 Dst..

15

xx

18

01 Koordinasi pelaksanaan kebijakan dan program pembangunan koperasi

Program Peningkatan Kualitas Kelembagaan Koperasi

15

xx

18

15

xx

18

02 Peningkatan sarana dan prasana pendidikan dan pelatihan perkoperasian

xx

18

03 Pembangunan sistem informasi perencanaan pengembangan Perkoperasian


04 Sosialisasi prinsip-prinsip pemahaman perkoperasian

15

15

xx

18

15

xx

18

05 Pembinaan, pengawasan, dan penghargaan koperasi berprestasi

xx

18

06 Peningkatan dan pengembangan jaringan kerjasama usaha koperasi


07 Penyebaran model-model pola pengembangan koperasi

15

15

xx

18

15

xx

18

08 Rintisan penerapan teknologi sederhana/manajemen modern pada jenis usaha koperasi

xx

18

09 Monitoring, evaluasi dan pelaporan


10 Dst..

15

15

xx

18

15

xx

19

16

Program dst
Penanaman Modal Daerah

16

xx

15

16

xx

15

01 Peningkatan fasilitasi terwujudnya kerjasama strategis antara usaha besar dan Usaha Kecil Menengah

Program Peningkatan Promosi dan Kerjasama Investasi

16

xx

15

02 Pengembangan potensi unggulan daerah

16

xx

15

03 Fasilitasi dan koordinasi percepatan pembangunan kawasan produksi daerah tertinggal (P2KPDT)

16

xx

15

04 Koordinasi antar lembaga dalam pengendalian pelaksanaan investasi PMDN/PMA

16

xx

15

05 Koordinasi perencanaan dan pengembangan penanaman modal

16

xx

15

06 Peningkatan koordinasi dan kerjasama di bidang penanaman modal dengan instansi pemerintah dan dunia usaha

16

xx

15

07 Pengawasan dan evaluasi kinerja dan aparatur Badan Penanaman Modal Daerah

16

xx

15

08 Peningkatan kegiatan pemantauan, pembinaan dan pengawasan pelaksanaan penanaman modal

16

xx

15

09 Peningkatkan kualitas SDM guna peningkatan pelayanan Investasi

16

xx

15

10 Penyelenggaraan pameran investasi

16

xx

15

11 Monitoring, evaluasi dan pelaporan

16

xx

15

12 Dst..

16

xx

16

Program Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi Investasi

simbachs@gmail.com

- 51 KODE

PROGRAM DAN KEGIATAN

16

xx

16

01 Penyusunan kebijakan investasi bagi pembangunan fasilitas infrastruktur

16

xx

16

02 Memfasilitasi dan koordinasi kerjasama di bidang investasi

16

xx

16

03 Penyusunan Cetak Biru (Master Plan) pengembangan penanaman modal

16

xx

16

04 Pengembangan System Informasi Penanaman Modal

16

xx

16

05 Penyusunan sistem informasi penanaman modal di daerah

16

xx

16

06 Penyederhanaan prosedur perijinan dan peningkatan pelayanan penanaman modal

16

xx

16

07 Kajian kebijakan penanaman modal

16

xx

16

08 Pemberian insentif investasi di wilayah tertinggal

16

xx

16

09 Monitoring, evaluasi dan pelaporan

16

xx

16

10 Dst..

16

xx

17

16

xx

17

01 Kajian potensi sumberdaya yang terkait dengan investasi

16

xx

17

02 Dst..

17

17

xx

15

Program Pengembangan Nilai Budaya

17

xx

15

01 Pelestarian dan aktualisasi adat budaya daerah

17

xx

15

02 Penatagunaan naskah kuno nusantara

17

xx

15

03 Penyusunan kebijakan tentang budaya lokal daerah

17

xx

15

04 Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan program pengembangan nilai budaya

Program penyiapan potensi sumberdaya, sarana dan prasarana daerah

Kebudayaan

17

xx

15

05 Pemberian dukungan, penghargaan dan kerjasama di bidang budaya

17

xx

15

06 Dst..

17

xx

16

17

xx

16

01 Fasilitasi partisipasi masyarakat dalam pengelolaan kekayaan budaya

Program Pengelolaan Kekayaan Budaya

17

xx

16

02 Pelestarian fisik dan kandungan bahan pustaka termasuk naskah kuno

17

xx

16

03 Penyusunan kebijakan pengelolaan kekayaan budaya lokal daerah

17

xx

16

04 Sosialisasi pengelolaan kekayaan budaya lokal daerah

17

xx

16

05 Pengelolaan dan pengembangan pelestarian peninggalan sejarah purbakala, museum dan peninggalan bawah air

17

xx

16

06 Pengembangan kebudayaan dan pariwisata

17

xx

16

07 Pengembangan nilai dan geografi sejarah

17

xx

16

08 Perekaman dan digitalisasi bahan pustaka

17

xx

16

09 Perumusan kebijakan sejarah dan purbakala

17

xx

16

10 Pengawasan, Monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan program pengelolaan kekayaan budaya

17

xx

16

11 Pendukungan pengelolaan museum dan taman budaya di daerah

17

xx

16

12 Pengelolaan karya cetak dan karya rekam

17

xx

16

13 Pengembangan database sistem informasi sejarah purbakala

17

xx

16

14 Dst..

17

xx

17

17

xx

17

Program Pengelolaan Keragaman Budaya


01 Pengembangan kesenian dan kebudayaan daerah

17

xx

17

02 Penyusunan sistem informasi database bidang kebudayaan

17

xx

17

03 Penyelenggaraan dialog kebudayaan

17

xx

17

04 Fasilitasi perkembangan keragaman budaya daerah

17

xx

17

05 Fasilitasi penyelenggaraan festival budaya daerah

17

xx

17

06 Seminar dalam rangka revitalisasi dan reaktualisasi budaya lokal

17

xx

17

07 Monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan pengembangan keanekaragaman budaya

17

xx

17

08 Dst..

17

xx

18

17

xx

18

Program pengembangan kerjasama pengelolaan kekayaan budaya


01 Fasilitasi pengembangan kemitraan dengan LSM dan perusahaan swasta

simbachs@gmail.com

- 52 KODE

PROGRAM DAN KEGIATAN

17

xx

18

02 Fasilitasi pembentukan kemitraan usaha profesi antar daerah

17

xx

18

03 Membangun kemitraan pengelolaan kebudayaan antar daerah

17

xx

18

04 Monitoring, evaluasi dan pelaporan

17

xx

18

05 Dst..

18

18

xx

15

18

xx

15

Pemuda dan Olah Raga


Program Pengembangan dan Keserasian Kebijakan Pemuda
01 Pendataan potensi kepemudaan

18

xx

15

02 Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan pembangunan pemuda

18

xx

15

03 Penelitian dan pengkajian kebijakan-kebijakan pembangunan kepemudaan

18

xx

15

04 Pengembangan sistem informasi manajemen kepemudaan berbasis E-YOUTH

18

xx

15

05 Peningkatan keimanan dan ketaqwaan kepemudaan

18

xx

15

06 Penyusunan pedoman komunikasi, informasi, edukasi, dan advokasi tentang kepemimpinan pemuda

18

xx

15

07 Penyusunan rancangan pola kemitraan antar pemuda dengan masyarakat

18

xx

15

08 Perluasan penyusunan rencana aksi daerah bidang kepemudaan

18

xx

15

09 Perumusan kebijakan kewirausahaan bagi pemuda

18

xx

15

10 Monitoring, evaluasi dan pelaporan

18

xx

15

11 Dst..

18

xx

16

18

xx

16

18

xx

16

02 Pendidikan dan pelatihan dasar kepemimpinan

18

xx

16

03 Fasilitasi aksi bhakti sosial kepemudaan

18

xx

16

04 Fasilitasi pekan temu wicara organisasi pemuda

Program peningkatan peran serta kepemudaan


01 Pembinaan organisasi kepemudaan

18

xx

16

05 Penyuluhan pencegahan penggunaan narkoba dikalangan generasi muda

18

xx

16

06 Lomba kreasi dan karya tulis ilmiah dikalangan pemuda

18

xx

16

07 Pembinaan pemuda pelopor keamanan lingkungan

18

xx

16

08 Pameran prestasi hasil karya pemuda

18

xx

16

09 Monitoring, evaluasi dan pelaporan

18

xx

16

10 Dst..

18

xx

17

18

xx

17

Program peningkatan upaya penumbuhan kewirausahaan dan kecakapan hidup pemuda


01 Pelatihan kewirausahaan bagi pemuda

18

xx

17

02 Pelatihan ketrampilan bagi pemuda

18

xx

17

03 Dst..

18

xx

18

Program upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba

18

xx

18

01 Pemberian penyuluhan tentang bahaya narkoba bagi pemuda

18

xx

18

02 Dst..

18

xx

19

18

xx

19

Program Pengembangan Kebijakan dan Manajemen Olah Raga


01 Peningkatan mutu organisasi dan tenaga keolahragaan

18

xx

19

02 Pengembangan sistem sertifikasi dan standardisasi profesi

18

xx

19

03 Pengembangan perencanaan olah raga terpadu

18

xx

19

04 Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan pengembangan olahraga

18

xx

19

05 Pembinaan manajemen organisasi olahraga

18

xx

19

06 Pengkajian kebijakan-kebijakan pembangunan olahraga

18

xx

19

07 Penyusunan pola kemitraan pemerintah dan masyarakat dalam pembangunan dan pengembangan industri olahraga

18

xx

19

08 Monitoring, evaluasi dan pelaporan

18

xx

19

09 Dst..

18

xx

20

Program Pembinaan dan Pemasyarakatan Olah Raga

simbachs@gmail.com

- 53 KODE

PROGRAM DAN KEGIATAN

18

xx

20

01 Pelaksanaan identifikasi bakat dan potensi pelajar dalam olahraga

18

xx

20

02 Pelaksanaan identifikasi dan pengembangan olahraga unggulan daerah

18

xx

20

03 Pembibitan dan pembinaan olahragawan berbakat

18

xx

20

04 Pembinaan cabang olahraga prestasi di tingkat daerah

18

xx

20

05 Peningkatan kesegaran jasmani dan rekreasi

18

xx

20

06 Penyelenggaraan kompetisi olahraga

18

xx

20

07 Pemassalan olah raga bagi pelajar, mahasiswa, dan masyarakat

18

xx

20

08 Pemberian penghargaan bagi insan olahraga yang berdedikasi dan berprestasi

18

xx

20

09 Pengembangan dan pemanfaatan IPTEK olahraga sebagai pendorong peningkatan prestasi olahraga

18

xx

20

10 Pengembangan olahraga lanjut usia termasuk penyandang cacat

18

xx

20

11 Pengembangan olahraga rekreasi

18

xx

20

12 Peningkatan jaminan kesejahteraan bagi masa depan atlet, pelatih, dan teknisi olahraga

18

xx

20

13 Peningkatan jumlah dan kualitas serta kompetensi pelatih, peneliti, praktisi, dan teknisi olahraga

18

xx

20

14 Pembinaan olahraga yang berkembang di masyarakat

18

xx

20

15 Peningkatan manajemen organisasi olahraga tingkat perkumpulan dan tingkat daerah

18

xx

20

15 Peningkatan peran serta masyarakat dan dunia usaha dalam pendanaan dan pembinaan olah raga

18

xx

20

16 Kerjasama peningkatan olahragawan berbakat dan berprestasi dengan lembaga/instansi lainnya

18

xx

20

17 Dst..

18

xx

21

Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Olah Raga

18

xx

21

Peningkatan kerjasama pola kemitraan antara pemerintah dan masyarakat untuk pembangunan sarana dan
01
prasarana olahraga

18

xx

21

02 Peningkatan pembangunan sarana dan prasarana olah raga

18

xx

21

03 Pemantauan dan evaluasi pembangunan sarana dan prasarana olahraga

18

xx

21

04

18

xx

21

05 Pengembangan dan pemanfaatan iptek dalam pengembangan sarana dan prasarana olagraga

18

xx

21

06 Peningkatan peran dunia usaha dalam pengembangan sarana dan prasarana olahraga

18

xx

21

07 Pemeliharaan rutin/berkala sarana dan prasarana olah raga

18

xx

21

08 Dst..

18

xx

22

19

19

xx

15

19

xx

15

Program dst
Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri
Program peningkatan keamanan dan kenyamanan lingkungan
01 Penyiapan tenaga pengendali keamanan dan kenyamanan lingkungan

19

xx

15

02 Pembangunan pos jaga/ronda

19

xx

15

03 Pelatihan pengendalian keamanan dan kenyamanan lingkungan

19

xx

15

04 Pengendalian kebisingan, dan gangguan dari kegiatan masyarakat

19

xx

15

05 Pengendalian keamanan lingkungan

19

xx

15

06 Monitoring, evaluasi dan pelaporan

19

xx

15

07 Dst

19

xx

16

19

xx

16

01 Pengawasan pengendalian dan evaluasi kegiatan polisi pamong praja

19

xx

16

02 Peningkatan kerjasama dengan aparat keamanan dalam teknik pencegahan kejahatan

19

xx

16

03 Kerjasama pengembangan kemampuan aparat polisi pamong praja dengan TNI/POLRI dan kejaksaan

19

xx

16

04 Peningkatan kapasitas aparat dalam rangka pelaksanaan siskamswakarsa di daerah

19

xx

16

05 Monitoring, evaluasi dan pelaporan

19

xx

16

06 Dst

Program pemeliharaan kantrantibmas dan pencegahan tindak kriminal

19

xx

17

19

xx

17

01 Peningkatan toleransi dan kerukunan dalam kehidupan beragama

Program pengembangan wawasan kebangsaan

19

xx

17

02 Peningkatan rasa solidaritas dan ikatan sosial dikalangan masyarakat

simbachs@gmail.com

- 54 KODE

PROGRAM DAN KEGIATAN

19

xx

17

03 Peningkatan kesadaran masyarakat akan nilai-nilai luhur budaya bangsa

19

xx

17

04 Dst..

19

xx

18

Program kemitraan pengembangan wawasan kebangsaaan

19

xx

18

Fasilitasi pencapaian Halaqoh dan berbagai forum keagamaan lainnya dalam upaya peningkatan wawasan
01
kebangsaaan

19

xx

18

02 Seminar, talk show, diskusi peningkatan wawasan kebangsaaan

19

xx

18

03 Pentas seni dan budaya, festival, lomba cipta dalam upaya peningkatan wawasan kebangsaaan

19

xx

18

04 Dst..

19

xx

19

19

xx

19

01 Pembentukan satuan keamanan lingkungan di masyarakat

19

xx

19

02 Dst..

Program pemberdayaan masyarakat untuk menjaga ketertiban dan keamanan

19

xx

20

19

xx

20

01 Penyuluhan pencegahan peredaran/penggunaan minuman keras dan narkoba

Program peningkatan pemberantasan penyakit masyarakat (pekat)

19

xx

20

02 Penyuluhan pencegahan berkembangnya praktek prostitusi

19

xx

20

03 Penyuluhan pencegahan peredaran uang palsu

19

xx

20

04 Penyuluhan pencegahan dan penertiban aksi premanisme

19

xx

20

05 Penyuluhan pencegahan dan penertiban tindak penyelundupan

19

xx

20

06 Penyuluhan pencegahan praktek perjudian

19

xx

20

07 Penyuluhan pencegahan eksploitasi anak bawah umur

19

xx

20

08 Monitoring, evaluasi dan pelaporan

19

xx

20

09 Dst..

19

xx

21

19

xx

21

Program pendidikan politik masyarakat


01 Penyuluhan kepada masyarakat

19

xx

21

02 Fasilitasi penyelesaian perselisihan partai politik

19

xx

21

03 Koordinasi forum-forum diskusi politik

19

xx

21

04 Penyusunan data base partai politik

19

xx

21

05 Monitoring, evaluasi dan pelaporan

19

xx

21

06 Dst..

19

xx

22

19

xx

22

01 Pemantauan dan penyebarluasan informasi potensi bencana alam

Program pencegahan dini dan penanggulangan korban bencana alam

19

xx

22

02 Pengadaan tempat penampungan sementara dan evakuasi penduduk dari ancaman/korban bencana alam

19

xx

22

03 Pengadaan sarana dan prasarana evakuasi penduduk dari ancaman/korban bencana alam

19

xx

22

04 Pengadaan logistik dan obat-obatan bagi penduduk di tempat penampungan sementara

19

xx

22

05 Dst

20

Pemerintahan Umum

20

xx

15

20

xx

15

01 Pembahasan rancangan peraturan daerah

Program peningkatan kapasitas lembaga perwakilan rakyat daerah

20

xx

15

02 Hearing/dialog dan koordinasi dengan pejabat pemerintah daerah dan tokoh masyarakat/tokoh agama

20

xx

15

03 Rapat-rapat alat kelengkapan dewan

20

xx

15

04 Rapat-rapat paripurna

20

xx

15

05 Kegiatan Reses

20

xx

15

06 Kunjungan kerja pimpinan dan anggota DPRD dalam daerah

20

xx

15

07 Peningkatan kapasitas pimpinan dan anggota DPRD

20

xx

15

08 Sosialisasi peraturan perundang-undangan

20

xx

15

09 Dst..

20

xx

16

Program peningkatan pelayanan kedinasan kepala daerah/wakil kepala daerah

simbachs@gmail.com

- 55 KODE

PROGRAM DAN KEGIATAN

20

xx

16

01 Dialog/audiensi dengan tokoh-tokoh masyarakat, pimpinan/anggota organisasi sosial dan kemasyarakatan.

20

xx

16

02 Penerimaan kunjungan kerja pejabat negara/departemen/lembaga pemerintah non departemen/luar negeri

20

xx

16

03 Rapat koordinasi unsur MUSPIDA

20

xx

16

04 Rapat koordinasi pejabat pemerintahan daerah

20

xx

16

05 Kunjungan kerja/inspeksi kepala daerah /wakil kepala daerah

20

xx

16

06 Koordinasi dengan pemerintah pusat dan pemerintah daerah lainnya

20

xx

16

07 Dst..

20

xx

17

20

xx

17

01 Penyusunan analisa standar belanja

20

xx

17

02 Penyusunan standar satuan harga

20

xx

17

03 Penyusunan kebijakan akuntansi pemerintah daerah

20

xx

17

04 Penyusunan sistem dan prosedur pengelolaan keuangan daerah

Program peningkatan dan pengembangan pengelolaan keuangan daerah

20

xx

17

05 Penyusunan rancangan peraturan daerah tentang pajak daerah dan retribusi

20

xx

17

06 Penyusunan rancangan peraturan daerah tentang APBD

20

xx

17

07 Penyusunan rancangan peraturan KDH tentang Penjabaran APBD

20

xx

17

08 Penyusunan rancangan peraturan daerah tentang Perubahan APBD

20

xx

17

09 Penyusunan rancangan peraturan KDH tentang Penjabaran Perubahan APBD

20

xx

17

10 Penyusunan rancangan peraturan daerah tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD.

20

xx

17

11 Penyusunan rancangan peraturan KDH tentang penjabaran pertanggungjawaban pelaksanaan APBD.

20

xx

17

12 Penyusunan sistem informasi keuangan daerah

20

xx

17

13 Penyusunan sistem informasi pengelolaan keuangan daerah

20

xx

17

14 Sosialisasi paket regulasi tentang pengelolaan keuangan daerah

20

xx

17

15 Bimbingan teknis implementasi paket regulasi tentang pengelolaan keuangan daerah

20

xx

17

16 Peningkatan manajemen aset/barang daerah

20

xx

17

17 Peningkatan manajemen investasi daerah

20

xx

17

18 Revaluasi/appraisal aset/barang daerah

20

xx

17

19 Intensifikasi dan ekstensifikasi sumber-sumber pendapatan daerah

20

xx

17

20 Dst..

20

xx

18

20

xx

18

01 Evaluasi rancangan peraturan daerah tentang APBD kabupaten/kota

20

xx

18

02 Evaluasi rancangan peraturan KDH tentang Penjabaran APBD kabupaten/kota

20

xx

18

03 Evaluasi rancangan peraturan daerah tentang pajak daerah dan retribusi daerah kabupaten/kota

20

xx

18

04 Penyusunan standar evaluasi rancangan peraturan daerah tentang APBD kabupaten/kota

20

xx

18

05 Asistensi penyusunan rancangan regulasi pengelolaan keuangan daerah kabupaten/kota

20

xx

18

06 Dst..

20

xx

19

20

xx

19

Program pembinaan dan fasilitasi pengelolaan keuangan kabupaten/kota

Program pembinaan dan fasilitasi pengelolaan keuangan desa


01 Evaluasi rancangan peraturan desa tentang APB Desa

20

xx

19

02 Evaluasi rancangan peraturan desa tentang pendapatan desa

20

xx

19

03 Penyusunan pedoman pengelolaan keuangan desa

20

xx

19

04 Dst..

20

xx

20

20

xx

20

01 Pelaksanaan pengawasan internal secara berkala

20

xx

20

02 Penanganan kasus pengaduan di lingkungan pemerintah daerah

20

xx

20

03 Pengendalian manajemen pelaksanaan kebijakan KDH

20

xx

20

04 Penanganan kasus pada wilayah pemerintahan dibawahnya

20

xx

20

05 Inventarisasi temuan pengawasan

20

xx

20

06 Tindak lanjut hasil temuan pengawasan

20

xx

20

07 Koordinasi pengawasan yang lebih komprehensif

20

xx

20

08 Evaluasi berkala temuan hasil pengawasan

Program peningkatan sistem pengawasan internal dan pengendalian pelaksanaan kebijakan KDH

simbachs@gmail.com

- 56 KODE

PROGRAM DAN KEGIATAN

20

xx

20

20

xx

21

09 Dst..
Program peningkatan profesionalisme tenaga pemeriksa dan aparatur pengawasan

20

xx

21

01 Pelatihan pengembangan tenaga pemeriksa dan aparatur pengawasan

20

xx

21

02 Pelatihan teknis pengawasan dan penilaian akuntabilitas kinerja

20

xx

21

03 Dst..

20

xx

22

20

xx

22

01 Penyusunan naskah akademik kebijakan sistem dan prosedur pengawasan

20

xx

22

02 Penyusunan kebijakan sistem dan prosedur pengawasan

20

xx

22

03 Dst..

20

xx

23

20

xx

23

01 Penyusunan sistem informasi terhadap layanan publik

20

xx

23

02 Dst..

Program penataan dan penyempurnaan kebijakan sistem dan prosedur pengawasan

Program optimalisasi pemanfaatan teknologi informasi

20

xx

24

20

xx

24

01 Pembentukan unit khusus penanganan pengaduan masyarakat

Program mengintensifkan penanganan pengaduan masyarakat

20

xx

24

02 Dst..

20

xx

25

20

xx

25

01 Fasilitasi/pembentukan kerjasama antar daerah dalam penyediaan pelayanan publik

20

xx

25

02 Fasilitasi/pembentukan perkuatan kerjasama antar daerah pada bidang ekonomi

20

xx

25

03 Fasilitasi/pembentukan kerjasama antar daerah di bidang hukum

20

xx

25

04 Fasilitasi/pembentukan kerjasama antar daerah dalam penyediaan sarana dan prasarana publik

20

xx

25

05 Dst..

20

xx

26

Program Peningkatan Kerjasama Antar Pemerintah Daerah

Program Penataan Peraturan Perundang-Undangan

20

xx

26

01 Koordinasi kerjasama permasalahan peraturan perundang-undangan

20

xx

26

02 Penyusunan rencana kerja rancangan peraturan perundang-undangan

20

xx

26

03 Legislasi rancangan peraturan perundang-undangan

20

xx

26

04 Fasilitasi sosialisasi peraturan perundang-undangan

20

xx

26

05 Publikasi peraturan perundang-undangan

20

xx

26

06

20

xx

26

07 Dst..

20

xx

27

20

xx

27

01 Fasilitasi penyiapan data dan informasi pendukung proses pemekaran daerah

20

xx

27

01 Fasilitasi percepatan penyerahan P3D dari daerah induk ke daerah pemekaran

20

xx

27

03 Fasilitasi percepatan penyelesaian tapal batas wilayah administrasi antar daerah

20

xx

27

04 Fasilitasi pemantapan SOTK pemerintah daerah otonom baru

20

xx

27

05 Dst..

20

xx

28

21

Kajian peraturan perundang-undangan daerah terhadap peraturan perundang-undangan yang baru, lebih tinggi dan
keserasian antar peraturan perundang-undangan daerah

Program Penataan Daerah Otonomi Baru

Program dst
Kepegawaian

21

xx

15

21

xx

15

01 Pendidikan dan pelatihan teknis

Program Pendidikan Kedinasan

21

xx

15

02 Pendidikan penjenjangan struktural

21

xx

15

03 Pemantauan dan evaluasi penyelenggaraan pendidikan

21

xx

15

04 Pembuatan buku juknis/juklak

21

xx

15

05 Pengembangan kurikulum pendidikan dan pelatihan

simbachs@gmail.com

- 57 KODE

PROGRAM DAN KEGIATAN

21

xx

15

06 Peningkatan keterampilan dan profesionalisme

21

xx

15

07 Dst..

21

xx

16

21

xx

16

01 Pendidikan dan pelatihan prajabatan bagi calon PNS Daerah

21

xx

16

02 Pendidikan dan pelatihan struktural bagi PNS Daerah

21

xx

16

03 Pendidikan dan pelatihan teknis tugas dan fungsi bagi PNS Daerah

21

xx

16

04 Pendidikan dan pelatihan fungsional bagi PNS Daerah

21

xx

16

05 Dst..

21

xx

17

21

xx

17

01 Penyusunan rencana pembinaan karir PNS

21

xx

17

02 Seleksi penerimaan calon PNS

21

xx

17

03 Penempatan PNS

21

xx

17

04 Penataan sistem administrasi kenaikan pangkat otomatis PNS

21

xx

17

05 Pembangunan/pengembangan sistem informasi kepagawaian daerah

21

xx

17

06 Penyusunan instrumen analisis jabatan PNS

21

xx

17

07 Seleksi dan penetapan PNS untuk tugas belajar

21

xx

17

08 Pemberian penghargaan bagi PNS yang berprestasi

21

xx

17

09 Proses penanganan kasus-kasus pelanggaran disiplin PNS

21

xx

17

10 Kajian sistem dan kualitas materi diklat PNS

21

xx

17

11 Pemberian bantuan tugas belajar dan ikatan dinas

21

xx

17

12 Pemberian bantuan penyelenggaran penerimaan Praja IPDN

21

xx

17

13 Penyelenggaraan diklat teknis, fungsional dan kepemimpinan

21

xx

17

14

21

xx

17

15 Monitoring, evaluasi dan pelaporan

21

xx

17

16 Koordinasi penyelenggaraan diklat

21

xx

17

17 Dst..

22

22

xx

15

22

xx

15

01 Pemberdayaan Lembaga dan Organisasi Masyarakat Perdesaan

22

xx

15

02 Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Teknis dan Masyarakat

22

xx

15

03 Penyelenggaraan Diseminasi Informasi bagi Masyarakat Desa

22

xx

15

04 Dst..

22

xx

16

Program peningkatan kapasitas sumberdaya aparatur

Program pembinaan dan pengembangan aparatur

Pengembangan diklat (Analisis Kebutuhan Diklat, Penyusunan Silabi, Penyusunan Modul, Penyusukan Pedoman
Diklat)

Pemberdayaan Masyarakat dan Desa


Program Peningkatan Keberdayaan Masyarakat Perdesaan

Program pengembangan lembaga ekonomi pedesaan

22

xx

16

01 Pelatihan ketrampilan usaha budidaya tanaman

22

xx

16

02 Pelatihan ketrampilan manajemen badan usaha milik desa

22

xx

16

03 Pelatihan ketrampilan usaha industri kerajinan

22

xx

16

04 Pelatihan ketrampilan usaha pertanian dan peternakan

22

xx

16

05 Fasilitasi permodalan bagi usaha mikro kecil dan menengah di perdesaan

22

xx

16

06 Fasilitasi kemitraan swasta dan usaha mikro kecil dan menengah di perdesaan

22

xx

16

07 Monitoring, evaluasi dan pelaporan

22

xx

16

08 Dst..

22

xx

17

22

xx

17

01 Pembinaan kelompok masyarakat pembangunan desa

Program peningkatan partisipasi masyarakat dalam membangun desa

22

xx

17

02 Pelaksanaan musyawarah pembangunan desa

22

xx

17

03 Pemberian stimulan pembangunan desa

22

xx

17

04 Monitoring, evaluasi dan pelaporan

22

xx

17

05 Dst..

simbachs@gmail.com

- 58 KODE

PROGRAM DAN KEGIATAN

22

xx

18

Program peningkatan kapasitas aparatur pemerintah desa

22

xx

18

01 Pelatihan aparatur pemerintah desa dalam bidang pembangunan kawasan perdesaan

22

Xx

18

02 Pelatihan aparatur pemerintah desa dalam bidang pengelolaan keuangan desa

22

Xx

18

03 Pelatihan aparatur pemerintah desa dalam bidang manajemen pemerintahan desa

22

Xx

18

04 Monitoring, evaluasi dan pelaporan

22

Xx

18

05 Dst..

22

xx

19

22

xx

19

01 Pelatihan perempuan di perdesaan dalam bidang usaha ekonomi produktif

22

xx

19

02 Dst..

22

xx

19

23

23

xx

15

23

xx

15

01 Penyusunan dan pengumpulan data dan statistik daerah

23

xx

15

02 Pengolahan, updating dan analisis data dan statistik daerah

23

xx

15

03 Penyusunan dan pengumpulan data PDRB

23

xx

15

04 Pengolahan, updating dan analisis data PDRB

23

xx

15

05 Dst..

24

Program peningkatan peran perempuan di perdesaan

Program dst
Statistik
Program pengembangan data/informasi/statistik daerah

Kearsipan

24

xx

15

24

xx

15

01 Pembangunan data base informasi kearsipan

Program perbaikan sistem administrasi kearsipan

24

xx

15

02 Pengumpulan data

24

xx

15

03 Pengklasifikasian data

24

xx

15

04 Penyusunan sistem katalog data

24

xx

15

05 Pengadaan sarana penyimpanan

24

xx

15

06 Kajian sistem administrasi kearsipan

24

xx

15

07 Pemeliharaan peralatan jaringan informasi kearsipan

24

xx

15

08 Dst..

24

xx

16

24

xx

16

01 Pengadaan sarana pengolahan dan penyimpanan arsip

24

xx

16

02 Pendataan dan penataan dokumen/arsip daerah

24

xx

16

03 Penduplikatan dokumen/arsip daerah dalam bentuk informatika

24

xx

16

04 Pembangunan sistem keamanan penyimpanan data

24

xx

16

05 Dst..

24

xx

17

Program penyelamatan dan pelestarian dokumen/arsip daerah

Program pemeliharaan rutin/berkala sarana dan prasarana kearsipan

24

xx

17

01 Pemeliharaan rutin/berkala sarana pengolahan dan penyimpanan arsip

24

xx

17

02 Pemeliharaan rutin/berkala arsip daerah

24

xx

17

03 Monitoring, evaluasi dan pelaporan kondisi situasi data

24

xx

17

04 Dst..

24

xx

18

24

xx

18

01 Penyusunan dan penerbitan naskah sumber arsip

24

xx

18

02 Penyediaan sarana layanan informasi arsip

24

xx

18

03 Sosialisasi/penyuluhan kearsipan dilingkungan instansi pemerintah/swasta

24

xx

18

04 Dst..

Program peningkatan kualitas pelayanan informasi

simbachs@gmail.com

- 59 KODE

PROGRAM DAN KEGIATAN

25

Komunikasi dan Informatika

25

xx

15

25

xx

15

01 Fasilitasi penyempurnaan peraturan perundangan penyiaran dan KMIP

25

xx

15

01 Pembinaan dan Pengembangan Jaringan Komunikasi dan Informasi

25

xx

15

02 Pembinaan dan pengembangan sumber daya komunikasi dan informasi

25

xx

15

03 Penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

25

xx

15

04 Pengadaan alat sudio dan komunikasi

25

xx

15

05 Pengkajian dan pengembangan sistem informasi

Program Pengembangan Komunikasi, Informasi dan Media Massa

25

xx

15

06 Perencanaan dan pengembangan kebijakan komunikasi dan informasi

25

xx

15

07 Dst..

25

xx

16

25

xx

16

01 Pengkajian dan penelitian bidang informasi dan komunikasi

25

xx

16

02 Dst..

Program pengkajian dan penelitian bidang informasi dan komunikasi

25

xx

17

25

xx

17

01 Pelatihan SDM dalam bidang komunikasi dan informasi

Program fasilitasi Peningkatan SDM bidang komunikasi dan informasi

25

xx

17

02 Dst..

25

xx

18

25

xx

18

Program kerjasama informasi dengan mas media


01 Penyebarluasan informasi pembangunan daerah

25

xx

18

02 Penyebarluasan informasi penyelenggaraan pemerintahan daerah

25

xx

18

03 Penyebarluasan informasi yang bersifat penyuluhan bagi masyarakat

25

xx

18

04 Dst..

25

xx

19

Program dst
Urusan Pilihan

01

Pertanian

01

xx

15

01

xx

15

`
Program Peningkatan Kesejahteraan Petani
01 Pelatihan petani dan pelaku agribisnis

01

xx

15

02 Penyuluhan dan pendampingan petani dan pelaku agribisnis

01

xx

15

03 Peningkatan kemampuan lembaga petani

01

xx

15

04 Peningkatan sistem insentif dan disinsentif bagi petani/kelompok tani

01

xx

15

05 Penyuluhan dan bimbingan pemanfaatan dan produktivitas lahan tidur

01

xx

15

06 Dst..

01

xx

16

01

xx

16

01 Penanganan daerah rawan pangan

Program Peningkatan Ketahanan Pangan (pertanian/perkebunan)

01

xx

16

02 Penyusunan data base potensi produksi pangan

01

xx

16

03 Analisis dan penyusunan pola konsumsi dan suplai pangan

01

xx

16

04 Analisis rasio jumlah penduduk terhadap jumlah kebutuhan pangan

01

xx

16

05 Laporan berkala kondisi ketahanan pangan daerah

01

xx

16

06 Kajian rantai pasokan dan pemasaran pangan

01

xx

16

07 Monitoring, evaluasi dan pelaporan kebijakan perberasan

01

xx

16

08 Monitoring, evaluasi dan pelaporan kebijakan subsidi pertanian

01

xx

16

09 Pemanfaatan pekarangan untuk pengembangan pangan

01

xx

16

10 Pemantauan dan analisis akses pangan masyarakat

01

xx

16

11 Pemantauan dan analisis harga pangan pokok

01

xx

16

12 Penanganan pasca panen dan pengolahan hasil pertanian

simbachs@gmail.com

- 60 KODE

PROGRAM DAN KEGIATAN

01

xx

16

13 Pengembangan cadangan pangan daerah

01

xx

16

14 Pengembangan desa mandiri pangan

01

xx

16

15 Pengembangan intensifikasi tanaman padi, palawija

01

xx

16

16 Pengembangan diversifikasi tanaman

01

xx

16

17 Pengembangan pertanian pada lahan kering

01

xx

16

18 Pengembangan lumbung pangan desa

01

xx

16

19 Pengembangan model distribusi pangan yang efisien

01

xx

16

20 Pengembangan perbenihan/perbibitan

01

xx

16

21 Pengembangan sistem informasi pasar

01

xx

16

22 Peningkatan mutu dan keamanan pangan

01

xx

16

23 Koordinasi kebijakan perberasan

01

xx

16

24 Koordinasi perumusan kebijakan pertanahan dan infrastruktur pertanian dan perdesaan

01

xx

16

25 Penelitian dan pengembangan sumberdaya pertanian

01

xx

16

26 Penelitian dan pengembangan teknologi bioteknologi

01

xx

16

27 Penelitian dan pengembangan teknologi budidaya

01

xx

16

28 Penelitian dan pengembangan teknologi pasca panen

01

xx

16

29 Peningkatan produksi, produktivitas dan mutu produk perkebunan, produk pertanian

01

xx

16

30 Penyuluhan sumber pangan alternatif

01

xx

16

31 Monitoring, evaluasi dan pelaporan

01

xx

16

32 Dst..

01

xx

17

01

xx

17

01 Penelitian dan pengembangan pemasaran hasil produksi pertanian/perkebunan

01

xx

17

02 Fasilitasi Kerjasama regional/nasional/internasional penyediaan hasil produksi pertanian/perkebunan komplementer.

01

xx

17

03 Pembangunan sarana dan prasarana pasar kecamatan/perdesaan produksi hasil pertanian/perkebunan

01

xx

17

04 Pembangunan pusat-pusat etalase/eksebisi/promosi atas hasil produksi pertanian/perkebunan

01

xx

17

05 Pemeliharaan rutin/berkala sarana dan prasarana pasar kecamatan/perdesaan produksi hasil pertanian/perkebunan

01

xx

17

06 Pemeliharaan rutin/berkala pusat-pusat etalase/eksebisi/promosi atas hasil produksi pertanian/perkebunan

01

xx

17

07 Promosi atas hasil produksi pertanian/perkebunan unggulan daerah.

01

xx

17

08 Penyuluhan pemasaran produksi pertanian/perkebunan guna menghindari tengkulak dan sistem ijon

01

xx

17

09 Pembangunan pusat-pusat penampungan produksi hasil pertanian/perkebunan masyarakat yang akan dipasarkan

Program peningkatan pemasaran hasil produksi pertanian/perkebunan

01

xx

17

10 Pengolahan informasi permintaan pasar atas hasil produksi pertanian/perkebunan masyarakat

01

xx

17

11 Penyuluhan distribusi pemasaran atas hasil produksi pertanian/perkebunan masyarakat

01

xx

17

12 Penyuluhan kualitas dan teknis kemasan hasil produksi pertanian/perkebunan yang akan dipasarkan

01

xx

17

13 Monitoring, evaluasi dan pelaporan

01

xx

17

14 Dst..

01

xx

18

01

xx

18

01 Penelitian dan pengembangan teknologi pertanian/perkebunan tepat guna

Program peningkatan penerapan teknologi pertanian/perkebunan

01

xx

18

02 Pengadaan sarana dan prasarana teknologi pertanian/perkebunan tepat guna

01

xx

18

03 Pemeliharaan rutin/berkala sarana dan prasarana teknologi pertanian/perkebunan tepat guna

01

xx

18

04 Kegiatan penyuluhan penerapan teknologi pertanian/perkebunan tepat guna

01

xx

18

05 Pelatihan dan bimbingan pengoperasian teknologi pertanian/perkebunan tepat guna

01

xx

18

06 Pelatihan penerapan teknologi pertanian/perkebunan modern bercocok tanam

01

xx

18

07 Monitoring, evaluasi dan pelaporan

01

xx

18

08 Dst..

01

xx

19

01

xx

19

01 Penyuluhan peningkatan produksi pertanian/perkebunan

01

xx

19

02 Penyediaan sarana produksi pertanian/perkebunan

01

xx

19

03 Pengembangan bibit unggul pertanian/perkebunan

01

xx

19

04 Sertifikasi bibit unggul pertanian/perkebunan

01

xx

19

05 Penyusunan kebijakan pencegahan alih fungsi lahan pertanian

Program peningkatan produksi pertanian/perkebunan

simbachs@gmail.com

- 61 KODE

PROGRAM DAN KEGIATAN

01

xx

19

06 Monitoring, evaluasi dan pelaporan

01

xx

19

07 Dst..

01

xx

20

01

xx

20

01 Peningkatan kapasitas tenaga penyuluh pertanian/perkebunan

01

xx

20

02 Peningkatan kesejahteraan tenaga penyuluh pertanian/perkebunan

01

xx

20

03 Penyuluhan dan pendampingan bagi pertanian/perkebunan

01

xx

20

04 Dst..

01

xx

21

01

xx

21

01 Pendataan masalah peternakan

01

xx

21

02 Pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit menular ternak

01

xx

21

03 Pemusnahan ternak yang terjangkit penyakit endemik

01

xx

21

04 Pengawasan perdagangan ternak antar daerah

01

xx

21

05 Monitoring, evaluasi dan pelaporan

01

xx

21

06 Dst..

01

xx

22

Program peningkatan produksi hasil peternakan

01

xx

22

01 Pembangunan sarana dan prasarana pembibitan ternak

01

xx

22

02 Pembibitan dan perawatan ternak

01

xx

22

03 Pendistribusian bibit ternak kepada masyarakat

01

xx

22

04 Penyuluhan pengelolaan bibit ternak yang didistribusikan kepada masyarakat

01

xx

22

05 Penelitian dan pengolahan gizi dan pakan ternak

01

xx

22

06 Pembelian dan pendistribusian vaksin dan pakan ternak

01

xx

22

07 Penyuluhan kualitas gizi dan pakan ternak

01

xx

22

08 Pengembangan agribisnis pertenakan

01

xx

22

09 Monitoring, evaluasi dan pelaporan

01

xx

22

10 Dst..

01

xx

23

Program peningkatan pemasaran hasil produksi peternakan

01

xx

23

01 Penelitian dan pengembangan pemasaran hasil produksi peternakan

01

xx

23

02 Fasilitasi Kerjasama regional/nasional/internasional penyediaan hasil produksi peternakan komplementer.

01

xx

23

03 Pembangunan sarana dan prasarana pasar produksi hasil peternakan

01

xx

23

04 Pembangunan pusat-pusat etalase/eksebisi/promosi atas hasil produksi peternakan

01

xx

23

03 Pemeliharaan rutin/berkala sarana dan prasarana pasar produksi hasil peternakan

01

xx

23

04 Pemeliharaan rutin/berkala pusat-pusat etalase/eksebisi/promosi atas hasil produksi peternakan

01

xx

23

05 Promosi atas hasil produksi peternakan unggulan daerah.

01

xx

23

06 Penyuluhan pemasaran produksi peternakan

01

xx

23

07 Pembangunan pusat-pusat penampungan produksi hasil peternakan masyarakat

01

xx

23

08 Pengolahan informasi permintaan pasar atas hasil produksi peternakan masyarakat

01

xx

23

09 Penyuluhan distribusi pemasaran atas hasil produksi peternaka nmasyarakat

01

xx

23

10 Penyuluhan kualitas dan teknis kemasan hasil produksi peternakan yang akan dipasarkan

01

xx

23

11 Monitoring, evaluasi dan pelaporan

01

xx

23

12 Dst..

01

xx

24

01

xx

24

01 Penelitian dan pengembangan teknologi peternakan tepat guna

01

xx

24

02 Pengadaan sarana dan prasarana teknologi peternakan tepat guna

01

xx

24

03 Pemeliharaan rutin/berkala sarana dan prasarana teknologi peternakan tepat guna

01

xx

24

04 Kegiatan penyuluhan penerapan teknologi peternakan tepat guna

01

xx

24

05 Pelatihan dan bimbingan pengoperasian teknologi peternakan tepat guna

01

xx

24

06 Monitoring, evaluasi dan pelaporan

Program pemberdayaan penyuluh pertanian/perkebunan lapangan

Program pencegahan dan penanggulangan penyakit ternak

Program peningkatan penerapan teknologi peternakan

simbachs@gmail.com

- 62 KODE

PROGRAM DAN KEGIATAN

01

xx

24

01

xx

25

02

07 Dst..
Program dst
Kehutanan

02

xx

15

02

xx

15

01 Pembentukan kesatuan pengelolaan hutan produksi

Program Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Hutan

02

xx

15

02 Pengembangan hutan tanaman

02

xx

15

03 Pengembangan hasil hutan non-kayu

02

xx

15

04 Perencanaan dan pengembangan hutan kemasyarakatan

02

xx

15

05 Optimalisasi PNBP

02

xx

15

06 Pengelolaan dan pemanfaatan hutan

02

xx

15

07 Pengembangan industri dan pemasaran hasil hutan

02

xx

15

08 Pengembangan pengujian dan pengendalian peredaran hasil hutan

02

xx

15

09 Monitoring, evaluasi dan pelaporan

02

xx

15

10 Dst..

02

xx

16

02

xx

16

01 Koordinasi penyelenggaraan reboisasi dan penghijauan hutan

02

xx

16

02 Pembuatan bibit/benih tanaman kehutanan

02

xx

16

03 Penanaman pohon pada kawasan hutan industri dan hutan wisata

02

xx

16

04 Pemeliharaan kawasan hutan industri dan hutan wisata

02

xx

16

05 Pembinaan, pengendalian dan pengawasan gerakan rehabilitasi hutan dan lahan

02

xx

16

06 Peningkatan peran serta masyarakat dalam rehabilitasi hutan dan lahan

02

xx

16

07 Monitoring, evaluasi dan pelaporan

02

xx

16

08 Dst..

02

xx

17

02

xx

17

01 Pencegahan dan pengendalian kebakaran hutan dan lahan

02

xx

17

02 Sosialisasi pencegahan dan dampak kebakaran hutan dan lahan

02

xx

17

03 Bimbingan teknis pengendalian kebakaran hutan dan lahan

02

xx

17

04 Penanggulangan kebakaran hutan dan lahan

02

xx

17

05 Penyuluhan kesadaran masyarakat mengenai dampak perusakan hutan

02

xx

17

06 Dst..

02

xx

18

02

xx

18

01 Pertanian tanaman palawija, padi gogorancah

02

xx

18

02 Dst..

02

xx

19

02

xx

19

01 Penyusunan peraturan daerah mengenai pengelolaan industri hasil hutan

02

xx

19

02 Sosialisasi peraturan daerah mengenai pengelolaan industri hasil hutan

02

xx

19

03 Pengawasan dan penertiban pelaksanaan peraturan daerah mengenai pengelolaan industri hasil hutan

02

xx

19

04 Perluasan akses layanan informasi pemasaran hasil hutan

02

xx

19

05 Monitoring, evaluasi dan pelaporan

02

xx

19

06 Dst..

02

xx

20

02

xx

20

01 Pengembangan hutan masyarakat adat

02

xx

20

02 Pendampingan kelompok usaha perhutanan rakyat

02

xx

20

03 Dst..

Program rehabilitasi hutan dan lahan

Perlindungan dan konservasi sumber daya hutan

Program pemanfaatan kawasan hutan industri

Program pembinaan dan penertiban industri hasil hutan

Program perencanaan dan pengembangan hutan

simbachs@gmail.com

- 63 KODE
2

02

03

xx

PROGRAM DAN KEGIATAN


21

Program dst
Energi dan Sumberdaya Mineral

03

xx

15

03

xx

15

01 Penyusunan regulasi mengenai kegiatan penambangan bahan galian C

Program pembinaan dan pengawasan bidang pertambangan

03

xx

15

02 Sosialisasi regulasi mengenai kegiatan penambangan bahan galian C

03

xx

15

03 Monitoring dan pengendalian kegiatan penambangan bahan galian C

03

xx

15

04 Koordinasi dan pendataan tentang hasil produksi dibidang pertambangan

03

xx

15

05 Pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan penambangan galian C

03

xx

15

06 Monitoring, evaluasi dan pelaporan

03

xx

15

07 Dst..

03

xx

16

Program pengawasan dan penertiban kegiatan rakyat yang berpotensi merusak lingkungan

03

xx

16

01 Pengawasan penertiban kegiatan pertambangan rakyat

03

xx

16

02 Monitoring, evaluasi dan pelaporan dampak kerusakan lingkungan akibat kegiatan pertambangan rakyat

03

xx

16

03 Penyebaran Peta Daerah Rawan Bencana Alam Geologi

03

xx

16

04 Dst..

03

xx

17

03

xx

17

01 Koordinasi pengembangan ketenaga listrikan

03

xx

17

02 Dst..

03

xx

18

04

04

xx

15

04

xx

15

01 Analisa pasar untuk promosi dan pemasaran objek pariwisata

04

xx

15

02 Peningkatan pemanfaatan teknologi informasi dalam pemasaran pariwisata

04

xx

15

03 Pengembangan jaringan kerja sama promosi pariwisata

04

xx

15

04 Koordinasi dengansektor pendukung pariwisata

04

xx

15

05 Pelaksanaan promosi pariwisata nusantara di dalam dan di luar negeri

04

xx

15

06 Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan program pengembangan pemasaran pariwisata

04

xx

15

07 Pengembangan Statistik Kepariwisataan

04

xx

15

08 Pelatihan pemandu wisata terpadu

04

xx

15

09 Dst..

Program pembinaan dan pengembangan bidang ketenagalistrikan

Program dst
Pariwisata
Program Pengembangan Pemasaran Pariwisata

04

xx

16

04

xx

16

01 Pengembangan objek pariwisata unggulan

Program Pengembangan Destinasi Pariwisata

04

xx

16

02 Peningkatan pembangunan sarana dan perasarana pariwisata

04

xx

16

03 Pengembangan jenis dan paket wisata unggulan

04

xx

16

04 Pelaksanaan koordinasi pembangunan objek pariwisata dengan lembaga/dunia usaha

04

xx

16

05 Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan program pengembangan destinasi pemasaran pariwisata

04

xx

16

06 Pengembangan daerah tujuan wisata

04

xx

16

07 Pengembangan, sosialisasi, dan penerapan serta pengawasan standardisasi

04

xx

16

08 Dst..

04

xx

17

04

xx

17

01 Pengembangan dan penguatan informasi dan database

04

xx

17

02 Pengembangan dan penguatan litbang, kebudayaan dan pariwisata

04

xx

17

03 Pengembangan SDM di bidang kebudayaan dan pariwisata bekerjasama dengan lembaga lainnya

04

xx

17

04 Fasilitasi pembentukan forum komunikasi antar pelaku industri pariwisata dan budaya

04

xx

17

05 Pelaksanaan koordinasi pembangunan kemitraan pariwisata

Program Pengembangan Kemitraan

simbachs@gmail.com

- 64 KODE

PROGRAM DAN KEGIATAN

04

xx

17

06 Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan program peningkatan kemitraan

04

xx

17

07 Pengembangan sumber daya manusia dan profesionalisme bidang pariwisata

04

xx

17

08 Peningkatan peran serta masyarakat dalam pengembangan kemitraan pariwisata

04

xx

17

09 Monitoring, evaluasi dan pelaporan

04

xx

17

10 Dst..

04

xx

18

05

Program dst
Kelautan dan Perikanan

05

xx

15

05

xx

15

01 Pembinaan kelompok ekonomi masyarakat pesisir

Program pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir

05

xx

15

02 Dst..

05

xx

16

05

xx

16

01 Pembentukan kelompok masyarakat swakarsa pengamanan sumberdaya kelautan

Program pemberdayaan masyarakat dalam pengawasan dan pengendalian sumberdaya kelautan

05

xx

16

02 Dst..

05

xx

17

05

xx

17

01 Penyuluhan hukum dalam pendayagunaan sumberdaya laut

05

xx

17

02 Dst..

05

xx

18

Program peningkatan kesadaran dan penegakan hukum dalam pendayagunaan sumberdaya laut

Program peningkatan mitigasi bencana alam laut dan prakiraan iklim laut

05

xx

18

01 Kajian mitigasi bencana alam laut dan prakiraan iklim laut

05

xx

18

02 Dst..

05

xx

19

05

xx

19

01 Penyuluhan budaya kelautan

Program peningkatan kegiatan budaya kelautan dan wawasan maritim kepada masyarakat

05

xx

19

02 Dst..

05

xx

20

05

xx

20

Program pengembangan budidaya perikanan


01 Pengembangan bibit ikan unggul

05

xx

20

02 Pendampingan pada kelompok tani pembudidaya ikan

05

xx

20

03 Pembinaan dan pengembangan perikanan

05

xx

20

04 Dst..

05

xx

21

05

xx

21

01 Pendampingan pada kelompok nelayan perikanan tangkap

05

xx

21

02 Pembangunan tempat pelelangan ikan

05

xx

21

03 Pemeliharaan rutin/berkala tempat pelelangan ikan

05

xx

21

04 Rehabilitasi sedang/berat tempat pelelangan ikan

Program pengembangan perikanan tangkap

05

xx

21

05 Pengembangan lembaga usaha perdagangan perikanan tangkap

05

xx

21

06 Dst..

05

xx

22

05

xx

22

01 Kajian sistem penyuluhan perikanan

Program pengembangan sistem penyuluhan perikanan

05

xx

22

02 Dst..

05

xx

23

05

xx

23

01 Kajian optimalisasi pengelolaan dan pemasaran produksi perikanan

05

xx

23

02 Dst..

05

xx

24

05

xx

24

Program optimalisasi pengelolaan dan pemasaran produksi perikanan

Program pengembangan kawasan budidaya laut, air payau dan air tawar
01 Kajian kawasan budidaya laut, air payau dan air tawar

simbachs@gmail.com

- 65 KODE

PROGRAM DAN KEGIATAN

05

xx

24

05

xx

25

06

02 Dst..
Program dst
Perdagangan

06

xx

15

06

xx

15

01 Koordinasi peningkatan hubungan kerja dengan lembaga perlindungan konsumen

Program Perlindungan Konsumen dan Pengamanan Perdagangan

06

xx

15

02 Fasilitasi penyelesaian permasalahan-permasalahan pengaduan konsumen

06

xx

15

03 Peningkatan pengawasan peredaran barang dan jasa

06

xx

15

04 Operasionalisasi dan pengembangan UPT kemetrologian daerah

06

xx

15

05 Dst..

06

xx

16

06

xx

16

01 Penyiapan data base kuota setiap jenis barang dan jasa

Program Peningkatan Kerjasama Perdagangan Internasional

06

xx

16

02 Penyebarluasan informasi data base kuota setiap jenis barang dan jasa

06

xx

16

03 Penyusunan tim daerah dalam perundingan perdagangan internasional

06

xx

16

04 Fasilitasi penyelesaian sengketa dagang

06

xx

16

05 koordinasi pengelolaan isu-isu perdagangan internasional

06

xx

16

06 Dst..

06

xx

17

Program Peningkatan dan Pengembangan Ekspor

06

xx

17

01 Koordinasi dan sinkronisasi kebijakan pengembangan industri

06

xx

17

02 Pengembangan informasi peluang pasar perdagangan luar negeri

06

xx

17

03 Sosialisasi kebijakan penyederhanaan prosedur dan dokumen ekspor dan impor

06

xx

17

04 Pengembangan data base informasi potensi unggulan

06

xx

17

05 Kerjasama standardisasi mutu produk baik nasional, bilateral, regional dan internasional

06

xx

17

06 Kerjasama dengan lembaga internasional dalam rangka pengembangan produk

06

xx

17

07 Koordinasi penyelesaian masalah produksi dan distribusi sektor industri

06

xx

17

08 Membangun jejaring dengan eksportir

06

xx

17

09 Koordinasi program pengembangan ekspor dengan instansi terkait /asosiasi /pengusaha

06

xx

17

10 Pengembangan kluster produk ekspor

06

xx

17

11 Peningkatan kapasitas lab penguji mutu barang ekspor dan impor

06

xx

17

12 Pembangunan promosi perdagangan internasional

06

xx

17

13 Dst..

06

xx

18

06

xx

18

01 Penyempurnaan perangkat peraturan, kebijakan dan pelaksanaan operasional

06

xx

18

02 Fasilitasi kemudahan perijinan pengembangan usaha

06

xx

18

03 Pengembangan pasar dan distribusi barang/produk

06

xx

18

04 Pengembangan kelembagaan kerjasama kemitraan

06

xx

18

05 Pengembangan pasar lelang daerah

06

xx

18

06 Peningkatan sistem dan jaringan informasi perdagangan

06

xx

18

07 Sosialisasi peningkatan penggunaan produk dalam negeri

06

xx

18

08 Dst..

06

xx

19

06

xx

19

01 Kegiatan pembinaan organisasi pedagang kakilima dan asongan

06

xx

19

02 Kegiatan penyuluhan peningkatan disiplin pedagang kakilima dan asongan.

06

xx

19

03 Kegiatan penataan tempat berusaha bagi pedagang kakilima dan asongan.

06

xx

19

04 Kegiatan fasilitasi modal usaha bagi pedagang kakilima dan asongan.

06

xx

19

05 Kegiatan pengawasan mutu dagangan pedagang kakilima dan asongan.

06

xx

19

06 Kegiatan pembangunan gudang penyimpanan barang pedagang kakilima dan asongan.

Program Peningkatan Efisiensi Perdagangan Dalam Negeri

Program pembinaan pedagang kaki lima dan asongan.

simbachs@gmail.com

- 66 KODE

PROGRAM DAN KEGIATAN

06

xx

19

07 Dst..

06

xx

20

07

07

xx

15

07

xx

15

01 Koordinasi modal ventura bagi industri berbasis teknologi

07

xx

15

02 Pelayanan pengembangan modal ventura dan inkubator

Program dst
Perindustrian
Program Peningkatan Kapasitas Iptek Sistem Produksi

07

xx

15

03 Pengembangan infrastruktur kelembagaan standarisasi

07

xx

15

04 Pengembangan kapasitas pranata pengukuran, standardisasi, pengujian dan kualitas

07

xx

15

05 Pengembangan sistem inovasi teknologi industri

07

xx

15

06 Penguatan kemampuan industri berbasis teknologi

07

xx

15

07 Dst..

07

xx

16

Program Pengembangan Industri Kecil dan Menengah

07

xx

16

01 Fasilitasi bagi industri kecil dan menengah terhadap pemanfaatan sumber daya

07

xx

16

02 Pembinaan industri kecil dan menengah dalam memperkuat jaringan klaster industri

07

xx

16

03 Penyusunan kebijakan industri terkait dan industri penunjang industri kecil dan menengah

07

xx

16

04 Pemberian kemudahan izin usaha industri kecil dan menengah

07

xx

16

05 Pemberian fasilitas kemudahan akses perbankan bagi industri kecil dan menengah

07

xx

16

06 Fasilitasi kerjasama kemitraan industri mikro, kecil dan menengah dengan swasta

07

xx

16

07 Dst..

07

xx

17

07

xx

17

01 Pembinaan kemampuan teknologi industri

07

xx

17

02 Pengembangan dan pelayanan teknologi industri

07

xx

17

03 Perluasan penerapan SNI untuk mendorong daya saing industri manufaktur

07

xx

17

04 Perluasan penerapan standar produk industri manufaktur

07

xx

17

05 Dst..

Program Peningkatan Kemampuan Teknologi Industri

07

xx

18

07

xx

18

01 Kebijakan keterkaitan indusrtri hulu-hilir

Program Penataan Struktur Industri

07

xx

18

02 Penyediaan sarana maupun prasarana klaster industri

07

xx

18

03 Pembinaan keterkaitan produksi industri hulu hingga ke hilir

07

xx

18

04 Dst..

07

xx

19

07

xx

19

01 Pembangunan akses tranportasi sentra-sentra industri potensial

Program pengembangan sentra-sentra industri potensial

07

xx

19

02 Penyediaan sarana informasi yang dapat diakses masyarakat

07

xx

19

03 Dst..

07

xx

20

08

Program dst
Transmigrasi

08

xx

15

08

xx

15

01 Penguatan SDM pemerintah daerah dan masyarakat transmigrasi di kawasan transmigrasi di perbatasan

Program Pengembangan Wilayah Transmigrasi

08

xx

15

02

08

xx

15

03 Penyediaan dan pengelolaan prasarana dan sarana sosial dan ekonomi di kawasan transmigrasi

08

xx

15

04 Penyediaan Lembaga Keuangan Daerah yang Membantu Modal Usaha di Kawasan Transmigrasi

08

xx

15

05 Pengerahan dan Fasilitasi Perpindahan Serta Penempatan Transmigrasi Untuk Memenuhi Kebutuhan SDM

08

xx

15

06 Dst..

Peningkatan kerjasama antar wilayah, antar pelaku dan antar sektor dalam rangka pengembangan kawasan
transmigrasi

simbachs@gmail.com

- 67 KODE

PROGRAM DAN KEGIATAN

08

xx

16

Program Transmigrasi lokal

08

xx

16

01 Penyuluhan transmigrasi lokal

08

xx

16

02 Pelatihan transmigrasi lokal

08

xx

16

03 Dst..

08

xx

17

08

xx

17

01 Penyuluhan transmigrasi regional

08

xx

17

02 Pelatihan transmigrasi regional

08

xx

17

03 Dst..

08

xx

18

Program Transmigrasi regional

Program dst

MENTERI DALAM NEGERI,


ttd
H. MOH. MARUF, SE.
Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA BIRO HUKUM,

PERWIRA

simbachs@gmail.com

- 68 LAMPIRAN A.VIII

: PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI


NOMOR
: 13 TAHUN 2006
TANGGAL
: 15 Mei 2006

KODE REKENING BELANJA DAERAH


Kode
Rekening
1

Uraian
2

BELANJA DAERAH

BELANJA TIDAK LANGSUNG

5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

01
01
01
01
01
01
01
01
01
01
01
01
01
01
01
01
01
01
01

01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
13
14
15
16
17
18

Gaji dan Tunjangan


Gaji Pokok PNS/Uang Representasi1)
Tunjangan Keluarga
Tunjangan Jabatan 1)
Tunjangan Fungsional
Tunjangan Fungsional Umum
Tunjangan Beras 1)
Tunjangan PPh/Tunjangan Khusus
Pembulatan Gaji
Iuran Asuransi Kesehatan
Uang Paket 2)
Tunjangan Panitia Musyawarah 2)
Tunjangan Komisi 2)
Tunjangan Panitia Anggaran 2)
Tunjangan Badan Kehormatan 2)
Tunjangan Alat Kelengkapan Lainnya
Tunjangan Perumahan 2)
Uang Duka Wafat/Tewas 1)
Uang Jasa Pengabdian 2)

5
5
5
5
5
5

1
1
1
1
1
1

1
1
1
1
1
1

02
02
02
02
02
02

01
02
03
04
05

Tambahan Penghasilan PNS


Tambahan Penghasilan berdasarkan
Tambahan Penghasilan berdasarkan
Tambahan Penghasilan berdasarkan
Tambahan Penghasilan berdasarkan
Tambahan Penghasilan berdasarkan

03

5
5
5

1
1
1

1
1
1

03
03
03

01
02
03

Belanja Penerimaan lainnya Pimpinan dan anggota DPRD serta


KDH/WKDH
Belanja Penunjang Operasional Pimpinan DPRD
Belanja Penunjang komunikasi intensif Pimpinan dan Anggota DPRD
Belanja Penunjang Operasional KDH/WKDH

5
5
5

1
1
1

1
1
1

04
04
04

01
02

Biaya Pemungutan Pajak Daerah


Biaya pemungutan PBB
Biaya pemungutan Pajak Daerah

5
5
5
5

1
1
1
1

2
2
2
2

BELANJA PEGAWAI

2)

beban kerja
tempat bertugas
kondisi kerja
kelangkaan profesi
prestasi kerja

BELANJA BUNGA
01
01
01
01

01
02
03

Bunga Utang Pinjaman


Bunga Utang Pinjaman kepada Pemerintah
Bunga Utang Pinjaman kepada Pemerintah Daerah lainnya
Bunga Utang Pinjaman kepada Lembaga Keuangan Bank

simbachs@gmail.com

- 69 -

5
5

Kode
Rekening
1
1
2 01
1
2 01

5
5
5

1
1
1

2
2
2

5
5
5
5

1
1
1
1

3
3
3
3

5
5

1
1

4
4

01
01

5
5
5

1
1
1

4
4
4

5
5
5

1
1
1

5
5
5

02
02
02

Uraian
04
05

2
Bunga Utang Pinjaman kepada Lembaga Keuangan Bukan Bank
Dst

01
02

Bunga Utang Obligasi


Bunga Utang Obligasi
Dst
BELANJA SUBSIDI

01
01
01
01

01
02
03

Belanja Subsidi kepada Perusahaan/Lembaga


Belanja Subsidi kepada Perusahaan .
Belanja Subsidi kepada Lembaga .
Dst
BELANJA HIBAH

01

Belanja Hibah kepada Pemerintah Pusat


Pemerintah Pusat

02
02
02

01
02

Belanja Hibah kepada Pemerintah Daerah lainnya3)


Pemerintah Daerah ..
Dst

4
4
4

03
03
03

01
02

Belanja Hibah kepada Pemerintahan Desa


Pemerintahan Desa ..
Dst

1
1
1

4
4
4

04
04
04

01
02

Belanja Hibah kepada Perusahaan Daerah/BUMD/BUMN 4)


Perusahaan Daerah/BUMD/BUMN .
Dst

5
5
5

1
1
1

4
4
4

05
05
05

01
02

Belanja Hibah kepada Badan/Lembaga/Organisasi Swasta


Badan/lembaga/organisasi swasta ..
Dst

5
5
5

1
1
1

4
4
4

06
06
06

01
02

Belanja Hibah kepada Kelompok Masyarakat/Perorangan


Kelompok masyarakat/perorangan ..
Dst

5
5
5

1
1
1

5
5
5

01
01
01

01
02

Belanja Bantuan Sosial Organisasi Kemasyarakatan


Belanja Bantuan Sosial Organisasi Kemasyarakatan ....
Dst

5
5
5

1
1
1

5
5
5

02
02
02

01
02

Belanja Bantuan Partai Politik


Belanja Bantuan Partai Politik
Dst

5
5
5

1
1
1

6
6
6

BELANJA BANTUAN SOSIAL

BELANJA BAGI HASIL KEPADA PROVINSI/KABUPATEN/KOTA DAN


PEMERINTAHAN DESA
01
01
01

01
02

Belanja Bagi Hasil Pajak Daerah Kepada Provinsi


Belanja Bagi Hasil Pajak Daerah Kepada Provinsi ...
Dst

simbachs@gmail.com

- 70 -

5
5
5

Kode
Rekening
1
1
6 02
1
6 02
1
6 02

01
02

2
Belanja Bagi Hasil Pajak Daerah Kepada Kabupaten/Kota
Belanja Bagi Hasil Pajak Daerah Kepada Kabupaten/Kota
Dst

5
5
5

1
1
1

6
6
6

03
03
03

01
02

Belanja Bagi Hasil Pajak Daerah Kepada Pemerintahan Desa


Belanja Bagi Hasil Pajak Daerah Kepada Pemerintahan Desa
Dst

5
5
5

1
1
1

6
6
6

04
04
04

01
02

Belanja Bagi Hasil Retribusi Daerah Kepada Kabupaten/Kota


Belanja Bagi Hasil Retribusi Daerah Kepada Kabupaten/Kota .
Dst

5
5
5

1
1
1

6
6
6

05
05
05

01
02

Belanja Bagi Hasil Retribusi Daerah Kepada Pemerintahan Desa


Belanja Bagi Hasil Retribusi Daerah Kepada Pemerintahan Desa .
Dst

5
5
5

1
1
1

7
7
7

01
01
01

01
02

Belanja Bantuan Keuangan kepada Provinsi


Belanja Bantuan Keuangan Kepada Provinsi ...
Dst

5
5
5

1
1
1

7
7
7

02
02
02

01
02

Belanja Bantuan Keuangan kepada kabupaten/Kota


Belanja Bantuan Keuangan kepada Kabupaten/Kota ...
Dst

5
5
5

1
1
1

7
7
7

03
03
03

01
02

Belanja Bantuan Keuangan kepada Desa


Belanja Bantuan Keuangan kepada Desa
Dst

04

5
5
5
5

1
1
1
1

7
7
7
7

04
04
04
04

01
02
03
04

Belanja Bantuan Keuangan kepada Pemerintah Daerah/Pemerintahan


Desa lainnya
Belanja Bantuan Keuangan kepada Provinsi ...
Belanja Bantuan Keuangan kepada Kabupaten/Kota
Belanja Bantuan Keuangan kepada Pemerintahan Desa ...
Dst

5
5

1
1

8
8

5
5
5
5

2
2
2
2

1
1
1
1

01
01
01
01

01
02
03

Honorarium PNS
Honorarium Panitia Pelaksana Kegiatan
Honorarium Tim Pengadaan Barang dan Jasa
Dst

5
5
5
5

2
2
2
2

1
1
1
1

02
02
02
02

01
02
03

Honorarium Non PNS


Honorarium Tenaga Ahli/Instruktur/Narasumber
Honorarium Pegawai Honorer/tidak tetap
Dst

Uraian

BELANJA BANTUAN KEUANGAN KEPADA


PROVINSI/KABUPATEN/KOTA DAN PEMERINTAHAN DESA

BELANJA TIDAK TERDUGA


01
01

01

Belanja Tidak Terduga


Belanja Tidak Terduga
BELANJA LANGSUNG
BELANJA PEGAWAI

simbachs@gmail.com

- 71 -

5
5
5

Kode
Rekening
1
2
1 03
2
1 03
2
1 03

01
02

Uang Lembur
Uang Lembur PNS
Uang Lembur Non PNS

5
5
5
5
5

2
2
2
2
2

1
1
1
1
1

04
04
04
04
04

01
02
03
04

Belanja Beasiswa Pendidikan PNS


Belanja beasiswa tugas belajar D3
Belanja beasiswa tugas belajar S1
Belanja beasiswa tugas belajar S2
Belanja beasiswa tugas belajar S3

5
5
5
5
5

2
2
2
2
2

1
1
1
1
1

05
05
05
05
05

01
02
03
04

Belanja kursus, pelatihan, sosialisasi dan bimbingan teknis PNS


Belanja kursus-kursus singkat/ pelatihan
Belanja sosialisasi
Belanja bimbingan teknis
Dst

5
5
5
5
5
5
5
5
5
5

2
2
2
2
2
2
2
2
2
2

2
2
2
2
2
2
2
2
2
2

01
01
01
01
01
01
01
01
01
01

5
5
5
5
5
5
5

2
2
2
2
2
2
2

2
2
2
2
2
2
2

5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5

2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2

5
5
5
5
5

Uraian
2

BELANJA BARANG DAN JASA

01
02
03
04
05
06
07
08
09

Belanja Bahan Pakai Habis


Belanja alat tulis kantor
Belanja dokumen/administrasi tender
Belanja alat listrik dan elektronik ( lampu pijar, battery kering)
Belanja perangko, materai dan benda pos lainnya
Belanja peralatan kebersihan dan bahan pembersih
Belanja Bahan Bakar Minyak/Gas
Belanja pengisian tabung pemadam kebakaran
Belanja pengisian tabung gas
Dst

02
02
02
02
02
02
02

01
02
03
04
05
06

Belanja Bahan/Material
Belanja bahan baku bangunan
Belanja bahan/bibit tanaman
Belanja bibit ternak
Belanja bahan obat-obatan
Belanja bahan kimia
Dst

2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2

03
03
03
03
03
03
03
03
03
03
03
03
03

01
02
03
04
04
05
06
07
08
09
10
11

Belanja Jasa Kantor


Belanja telepon
Belanja air
Belanja listrik
Belanja jasa pengumuman lelang/ pemenang lelang
Belanja surat kabar/majalah
Belanja kawat/faksimili/internet
Belanja paket/pengiriman
Belanja Sertifikasi
Belanja Jasa Transaksi Keuangan
Belanja jasa administrasi pemungutan Pajak Penerangan Jalan Umum
Belanja jasa administrasi pemungutan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
Dst

2
2
2
2

2
2
2
2

04
04
04
04

01
02
03

Belanja Premi Asuransi


Belanja Premi Asuransi Kesehatan 2)
Belanja Premi Asuransi Barang Milik Daerah
Dst

05

Belanja Perawatan Kendaraan Bermotor

simbachs@gmail.com

- 72 -

5
5
5
5
5
5
5

Kode
Rekening
1
2
2 05
2
2 05
2
2 05
2
2 05
2
2 05
2
2 05
2
2 05

01
02
03
04
05
06
07

2
Belanja Jasa Service
Belanja Penggantian Suku Cadang
Belanja Bahan Bakar Minyak/Gas dan pelumas
Belanja Jasa KIR
Belanja Surat Tanda Nomor Kendaraan
Belanja perpanjangan Surat Ijin Mengemudi
Dst

5
5
5
5

2
2
2
2

2
2
2
2

06
06
06
06

01
02
03

Belanja Cetak dan Penggandaan


Belanja cetak
Belanja Penggandaan
Dst

5
5
5
5
5
5

2
2
2
2
2
2

2
2
2
2
2
2

07
07
07
07
07
07

01
02
03
04
05

Belanja Sewa Rumah/Gedung/Gudang/Parkir


Belanja sewa rumah jabatan/rumah dinas
Belanja sewa gedung/ kantor/tempat
Belanja sewa ruang rapat/pertemuan
Belanja sewa tempat parkir/uang tambat/hanggar sarana mobilitas
Dst

5
5
5
5
5

2
2
2
2
2

2
2
2
2
2

08
08
08
08
08

01
02
03
04

Belanja Sewa Sarana Mobilitas


Belanja sewa Sarana Mobilitas Darat
Belanja sewa Sarana Mobilitas Air
Belanja sewa Sarana Mobilitas Udara
Dst

5
5
5
5

2
2
2
2

2
2
2
2

09
09
09
09

01
02
03

Belanja Sewa Alat Berat


Belanja sewa Eskavator
Belanja sewa Buldoser
Dst

5
5
5
5
5
5
5
5

2
2
2
2
2
2
2
2

2
2
2
2
2
2
2
2

10
10
10
10
10
10
10
10

01
02
03
04
05
06
07

Belanja Sewa Perlengkapan dan Peralatan Kantor


Belanja sewa meja kursi
Belanja sewa komputer dan printer
Belanja sewa proyektor
Belanja sewa generator
Belanja sewa tenda
Belanja sewa pakaian adat/tradisional
Dst

5
5
5
5
5

2
2
2
2
2

2
2
2
2
2

11
11
11
11
11

01
02
03
04

Belanja Makanan dan Minuman


Belanja makanan dan minuman harian pegawai
Belanja makanan dan minuman rapat
Belanja makanan dan minuman tamu
Dst

5
5
5
5
5
5
5

2
2
2
2
2
2
2

2
2
2
2
2
2
2

12
12
12
12
12
12
12

01
02
03
04
05
06

Belanja Pakaian Dinas dan Atributnya


Belanja pakaian Dinas KDH dan WKDH
Belanja Pakaian Sipil Harian (PSH)
Belanja Pakaian Sipil Lengkap (PSL)
Belanja Pakaian Dinas Harian (PDH)
Belanja Pakaian Dinas Upacara (PDU)
Dst

5
5
5

2
2
2

2
2
2

13
13
13

01
02

Belanja Pakaian Kerja


Belanja pakaian kerja lapangan
Dst

Uraian

simbachs@gmail.com

- 73 Kode
Rekening
1

Uraian
2

5
5
5
5
5
5

2
2
2
2
2
2

2
2
2
2
2
2

14
14
14
14
14
14

01
02
03
04
05

Belanja Pakaian khusus dan hari-hari tertentu


Belanja pakaian KORPRI
Belanja pakaian adat daerah
Belanja pakaian batik tradisional
Belanja pakaian olahraga
Dst

5
5
5

2
2
2

2
2
2

15
15
15

01
02

Belanja Perjalanan Dinas


Belanja perjalanan dinas dalam daerah
Belanja perjalanan dinas luar daerah

5
5
5

2
2
2

2
2
2

16
16
16

01
02

Belanja Perjalanan Pindah Tugas


Belanja perjalanan pindah tugas dalam daerah
Belanja perjalanan pindah tugas luar daerah

5
5
5
5
5

2
2
2
2
2

2
2
2
2
2

17
17
17
17
17

01
02
03
04

Belanja Pemulangan Pegawai


Belanja pemulangan pegawai yang pensiun dalam daerah
Belanja pemulangan pegawai yang pensiun luar daerah
Belanja pemulangan pegawai yang tewas dalam melaksanakan tugas
Dst

5
5
5
5
5
5
5

2
2
2
2
2
2
2

3
3
3
3
3
3
3

01
01
01
01
01
01
01

01
02
03
04
05
06

01

07

01

08

5
5
5
5
5
5
5
5
5
5

2
2
2
2
2
2
2
2
2
2

3
3
3
3
3
3
3
3
3
3

01
01
01
01
01
01
01
01
01
01

09
10
11
12
13
14
15
16
17
18

01

19

5
5
5
5
5
5
5
5
5
5

2
2
2
2
2
2
2
2
2
2

3
3
3
3
3
3
3
3
3
3

01
01
01
01
01
01
01
01
01
01

20
21
22
23
24
25
26
27
28
29

BELANJA MODAL
Belanja Modal Pengadaan Tanah
Belanja modal pengadaan tanah kantor
Belanja modal pengadaan tanah sarana kesehatan rumah sakit
Belanja modal pengadaan tanah sarana kesehatan puskesmas
Belanja modal pengadaan tanah sarana kesehatan poliklinik
Belanja modal pengadaan tanah sarana pendidikan taman kanak-kanak
Belanja modal pengadaan tanah sarana pendidikan sekolah dasar
Belanja modal pengadaan tanah sarana pendidikan menengah umum dan
kejuruan
Belanja modal pengadaan tanah sarana pendidikan menengah lanjutan dan
kejuruan
Belanja modal pengadaan tanah sarana pendidikan luar biasa/khusus
Belanja modal pengadaan tanah sarana pendidikan pelatihan dan kursus
Belanja modal pengadaan tanah sarana sosial panti asuhan
Belanja modal pengadaan tanah sarana sosial panti jompo
Belanja modal pengadaan tanah sarana umum terminal
Belanja modal pengadaan tanah sarana umum dermaga
Belanja modal pengadaan tanah sarana umum lapangan terbang perintis
Belanja modal pengadaan tanah sarana umum rumah potong hewan
Belanja modal pengadaan tanah sarana umum tempat pelelangan ikan
Belanja modal pengadaan tanah sarana umum pasar
Belanja modal pengadaan tanah sarana umum tempat pembuangan akhir
sampah
Belanja modal pengadaan tanah sarana umum taman
Belanja modal pengadaan tanah sarana umum pusat hiburan rakyat
Belanja modal pengadaan tanah sarana umum ibadah
Belanja modal pengadaan tanah sarana stadion olahraga
Belanja modal pengadaan tanah perumahan
Belanja modal pengadaan tanah pertanian
Belanja modal pengadaan tanah perkebunan
Belanja modal pengadaan tanah perikanan
Belanja modal pengadaan tanah peternakan
Belanja modal pengadaan tanah perkampungan

simbachs@gmail.com

- 74 Kode
Rekening
1

Uraian

01

30

01

31

2
Belanja modal pengadaan tanah pergudangan/tempat penimbunan material
bahan baku
Dst

5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5

2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2

3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3

02
02
02
02
02
02
02
02
02
02
02

01
02
03
04
05
06
07
08
09
10

Belanja Modal Pengadaan Alat-alat Berat


Belanja modal pengadaan traktor
Belanja modal pengadaan buldozer
Belanja modal pengadaan stoom wals
Belanja modal pengadaan eskavator
Belanja modal pengadaan dump truk
Belanja modal pengadaan crane
Belanja modal pengadaan kendaraan penyapu jalan
Belanja modal pengadaan mesin pengolah semen
Belanja modal pengadaan mesin pengolah air bersih (reservoir osmosis)
Dst

5
5
5
5
5
5
5

2
2
2
2
2
2
2

3
3
3
3
3
3
3

03
03
03
03
03
03
03

01
02
03
04
05
06

03

07

5
5
5

2
2
2

3
3
3

03
03
03

08
09
10

03

11

5
5
5
5

2
2
2
2

3
3
3
3

03
03
03
03

12
13
14
15

Belanja Modal Pengadaan Alat-alat Angkutan Darat Bermotor


Belanja modal pengadaan alat-alat angkutan darat bermotor sedan
Belanja modal pengadaan alat-alat angkutan darat bermotor jeep
Belanja modal pengadaan alat-alat angkutan darat bermotor station wagon
Belanja modal pengadaan alat-alat angkutan darat bermotor bus
Belanja modal pengadaan alat-alat angkutan darat bermotor micro bus
Belanja modal pengadaan alat-alat angkutan darat bermotor truck
Belanja modal pengadaan alat-alat angkutan darat bermotor tangki (air,
minyak, tinja)
Belanja modal pengadaan alat-alat angkutan darat bermotor boks
Belanja modal pengadaan alat-alat angkutan darat bermotor pick up
Belanja modal pengadaan alat-alat angkutan darat bermotor ambulans
Belanja modal pengadaan alat-alat angkutan darat bermotor pemadam
kebakaran
Belanja modal pengadaan alat-alat angkutan darat bermotor sepeda motor
Belanja modal pengadaan alat-alat angkutan darat bermotor lift/elevator
Belanja modal pengadaan alat-alat angkutan darat bermotor tangga berjalan
Dst

5
5
5
5
5
5
5

2
2
2
2
2
2
2

3
3
3
3
3
3
3

04
04
04
04
04
04
04

01
02
03
04
05
06

Belanja Modal Pengadaan Alat-alat Angkutan Darat Tidak Bermotor


Belanja modal pengadaan gerobak
Belanja modal pengadaan pedati/delman/dokar/bendi/cidomo/andong
Belanja modal pengadaan becak
Belanja modal pengadaan sepeda
Belanja modal pengadaan karavan
Dst

5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5

2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2

3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3

05
05
05
05
05
05
05
05
05
05
05

01
02
03
04
05
06
07
08
09
10

Belanja Modal Pengadaan Alat-alat Angkutan di Air Bermotor


Belanja modal pengadaan kapal motor
Belanja modal pengadaan kapal feri
Belanja modal pengadaan speed boat
Belanja modal pengadaan motor boat/motor tempel
Belanja modal pengadaan hydro foil
Belanja modal pengadaan jet foil
Belanja modal pengadaan kapal tug boat
Belanja modal pengadaan kapal tanker
Belanja modal pengadaan kapal kargo
Dst

06

Belanja Modal Pengadaan Alat-alat Angkutan di Air Tidak Bermotor

simbachs@gmail.com

- 75 -

5
5
5
5
5
5
5

Kode
Rekening
1
2
3 06
2
3 06
2
3 06
2
3 06
2
3 06
2
3 06
2
3 06

01
02
03
04
05
06
07

Belanja modal pengadaan perahu


Belanja modal pengadaan perahu
Belanja modal pengadaan perahu
Belanja modal pengadaan perahu
Belanja modal pengadaan perahu
Belanja modal pengadaan perahu
Dst

5
5
5
5
5
5
5
5
5

2
2
2
2
2
2
2
2
2

3
3
3
3
3
3
3
3
3

07
07
07
07
07
07
07
07
07

01
02
03
04
05
06
07
08

Belanja Modal Pengadaan Alat-alat Angkutan Udara


Belanja modal pengadaan pesawat kargo
Belanja modal pengadaan pesawat penumpang
Belanja modal pengadaan pesawat helikopter
Belanja modal pengadaan pesawat pemadam kebakaran
Belanja modal pengadaan pesawat capung
Belanja modal pengadaan pesawat terbang ampibi
Belanja modal pengadaan pesawat terbang layang
Dst

5
5
5
5
5
5

2
2
2
2
2
2

3
3
3
3
3
3

08
08
08
08
08
08

01
02
03
04
05

Belanja Modal Pengadaan Alat-alat Bengkel


Belanja modal pengadaan mesin las
Belanja modal pengadaan mesin bubut
Belanja modal pengadaan mesin dongkrak
Belanja modal pengadaan mesin kompresor
Dst

09

5
5
5
5
5

2
2
2
2
2

3
3
3
3
3

09
09
09
09
09

01
02
03
04
05

Belanja Modal Pengadaan Alat-alat Pengolahan Pertanian dan


Peternakan
Belanja modal pengadaan penggiling hasil pertanian
Belanja modal pengadaan alat pengering gabah
Belanja modal pengadaan mesin bajak
Belanja modal pengadaan alat penetas
Dst

5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5

2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2

3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3

10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10

01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12

Belanja Modal Pengadaan Peralatan Kantor


Belanja modal pengadaan mesin tik
Belanja modal pengadaan mesin hitung
Belanja modal pengadaan mesin stensil
Belanja modal pengadaan mesin fotocopy
Belanja modal pengadaan mesin cetak
Belanja modal pengadaan mesin jilid
Belanja modal pengadaan mesin potong kertas
Belanja modal pengadaan mesin penghancur kertas
Belanja modal pengadaan papan tulis elektronik
Belanja modal pengadaan papan visual elektronik
Belanja modal pengadaan tabung pemadam kebakaran
Dst

5
5
5
5
5
5
5
5

2
2
2
2
2
2
2
2

3
3
3
3
3
3
3
3

11
11
11
11
11
11
11
11

01
02
03
04
05
06
07

Belanja Modal Pengadaan Perlengkapan Kantor


Belanja modal pengadaan meja gambar
Belanja modal pengadaan almari
Belanja modal pengadaan brankas
Belanja modal pengadaan filling kabinet
Belanja modal pengadaan white board
Belanja modal pengadaan penunjuk waktu
Dst

12

Uraian
2
layar
sampan
tongkang
karet
rakit
sekoci

Belanja Modal Pengadaan Komputer

simbachs@gmail.com

- 76 -

5
5
5
5
5
5
5
5

Kode
Rekening
1
2
3 12
2
3 12
2
3 12
2
3 12
2
3 12
2
3 12
2
3 12
2
3 12

01
02
03
04
05
06
07
08

12

09

5
5

2
2

3
3

12
12

10
11

2
Belanja modal pengadaan komputer mainframe/server
Belanja modal pengadaan komputer/PC
Belanja modal pengadaan komputer note book
Belanja modal pengadaan printer
Belanja modal pengadaan scaner
Belanja modal pengadaan monitor/display
Belanja modal pengadaan CPU
Belanja modal pengadaan UPS/stabilizer
Belanja modal pengadaan kelengkapan komputer (flash disk, mouse, keyboard,
hardisk, speaker)
Belanja modal pengadaan peralatan jaringan komputer
Dst

5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5

2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2

3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3

13
13
13
13
13
13
13
13
13
13
13

01
02
03
04
05
06
07
08
09
10

Belanja Modal Pengadaan Mebeulair


Belanja modal pengadaan meja kerja
Belanja modal pengadaan meja rapat
Belanja modal pengadaan meja makan
Belanja modal pengadaan kursi kerja
Belanja modal pengadaan kursi rapat
Belanja modal pengadaan kursi makan
Belanja modal pengadaan tempat tidur
Belanja modal pengadaan sofa
Belanja modal pengadaan rak buku/tv/kembang
Dst

5
5
5
5
5
5
5
5
5

2
2
2
2
2
2
2
2
2

3
3
3
3
3
3
3
3
3

14
14
14
14
14
14
14
14
14

01
02
03
04
05
06
07
08

Belanja Modal Pengadaan Peralatan Dapur


Belanja modal pengadaan tabung gas
Belanja modal pengadaan kompor gas
Belanja modal pengadaan lemari makan
Belanja modal pengadaan dispenser
Belanja modal pengadaan kulkas
Belanja modal pengadaan rak piring
Belanja modal pengadaan piring/gelas/mangkok/cangkir/sendok/garpu/pisau
Dst

5
5
5
5

2
2
2
2

3
3
3
3

15
15
15
15

01
02
03

Belanja Modal Pengadaan Penghias Ruangan Rumah Tangga


Belanja modal pengadaan lampu hias
Belanja modal pengadaan jam dinding/meja
Dst

5
5
5
5
5

2
2
2
2
2

3
3
3
3
3

16
16
16
16
16

01
02
03
04

Belanja Modal Pengadaan Alat-alat Studio


Belanja modal pengadaan kamera
Belanja modal pengadaan handycam
Belanja modal pengadaan proyektor
Dst

5
5
5
5
5
5
5
5
5

2
2
2
2
2
2
2
2
2

3
3
3
3
3
3
3
3
3

17
17
17
17
17
17
17
17
17

01
02
03
04
05
06
07
08

Belanja Modal Pengadaan Alat-alat Komunikasi


Belanja modal pengadaan telepon
Belanja modal pengadaan faximili
Belanja modal pengadaan radio SSB
Belanja modal pengadaan radio HF/FM (Handy Talkie)
Belanja modal pengadaan radio VHF
Belanja modal pengadaan radio UHF
Belanja modal pengadaan alat sandi
Dst

18

Uraian

Belanja Modal Pengadaan Alat-alat Ukur

simbachs@gmail.com

- 77 -

5
5
5
5
5
5
5
5
5
5

Kode
Rekening
1
2
3 18
2
3 18
2
3 18
2
3 18
2
3 18
2
3 18
2
3 18
2
3 18
2
3 18
2
3 18

01
02
03
04
05
06
06
07
08
09

5
5
5
5
5
5
5

2
2
2
2
2
2
2

3
3
3
3
3
3
3

19
19
19
19
19
19
19

01
02
03
04
05
06

19

07

5
5
5
5
5
5
5
5

2
2
2
2
2
2
2
2

3
3
3
3
3
3
3
3

19
19
19
19
19
19
19
19

08
09
10
11
12
13
14
15

Belanja Modal Pengadaan Alat-alat Kedokteran


Belanja modal pengadaan alat-alat kedokteran umum
Belanja modal pengadaan alat-alat kedokteran gigi
Belanja modal pengadaan alat-alat kedokteran THT
Belanja modal pengadaan alat-alat kedokteran mata
Belanja modal pengadaan alat-alat kedokteran bedah
Belanja modal pengadaan alat-alat kedokteran anak
Belanja modal pengadaan alat-alat kedokteran kebidanan dan penyakit
kandungan
Belanja modal pengadaan alat-alat kedokteran kulit dan kelamin
Belanja modal pengadaan alat-alat kedokteran kardiologi
Belanja modal pengadaan alat-alat kedokteran neurologi
Belanja modal pengadaan alat-alat kedokteran orthopedi
Belanja modal pengadaan alat-alat kedokteran hewan
Belanja modal pengadaan alat-alat farmasi
Belanja modal pengadaan alat-alat penyakit dalam/internis
Dst

5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5

2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2

3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3

20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20

01
02
03
04
05
06
07
08
09
10

Belanja Modal Pengadaan Alat-alat Laboratorium


Belanja modal pengadaan alat-alat laboratorium biologi
Belanja modal pengadaan alat-alat laboratorium fisika/geologi/geodesi
Belanja modal pengadaan alat-alat laboratorium kimia
Belanja modal pengadaan alat-alat laboratorium pertanian
Belanja modal pengadaan alat-alat laboratorium peternakan
Belanja modal pengadaan alat-alat laboratorium perkebunan
Belanja modal pengadaan alat-alat laboratorium perikanan
Belanja modal pengadaan alat-alat laboratorium bahasa
Belanja modal pengadaan alat-alat peraga / praktik sekolah
Dst

5
5
5
5
5

2
2
2
2
2

3
3
3
3
3

21
21
21
21
21

01
02
03
04

Belanja Modal Pengadaan Konstruksi Jalan


Belanja modal pengadaan konstruksi jalan
Belanja modal pengadaan konstruksi jalan fly over
Belanja modal pengadaan konstruksi jalan under pass
Dst

5
5
5
5
5
5

2
2
2
2
2
2

3
3
3
3
3
3

22
22
22
22
22
22

01
02
03
04
05

Belanja Modal Pengadaan Konstruksi Jembatan


Belanja modal pengadaan konstruksi jembatan gantung
Belanja modal pengadaan konstruksi jembatan ponton
Belanja modal pengadaan konstruksi jembatan penyebrangan orang
Belanja modal pengadaan konstruksi jembatan penyebrangan diatas air
Dst

5
5
5

2
2
2

3
3
3

23
23
23

01
02

Belanja Modal Pengadaan Konstruksi Jaringan Air


Belanja modal pengadaan konstruksi bendungan
Belanja modal pengadaan konstruksi waduk

Uraian
2
Belanja modal pengadaan timbangan
Belanja modal pengadaan teodolite
Belanja modal pengadaan alat uji emisi
Belanja modal pengadaan alat GPS
Belanja modal pengadaan kompas/peralatan navigasi
Belanja modal pengadaan bejana ukur
Belanja modal pengadaan barometer
Belanja modal pengadaan seismograph
Belanja modal pengadaan ultrasonograph
Dst

simbachs@gmail.com

- 78 -

5
5
5
5
5
5
5

Kode
Rekening
1
2
3 23
2
3 23
2
3 23
2
3 23
2
3 23
2
3 23
2
3 23

03
04
05
06
07
08
09

Belanja modal pengadaan konstruksi


Belanja modal pengadaan konstruksi
Belanja modal pengadaan konstruksi
Belanja modal pengadaan konstruksi
Belanja modal pengadaan konstruksi
Belanja modal pengadaan konstruksi
Dst

5
5
5
5
5

2
2
2
2
2

3
3
3
3
3

24
24
24
24
24

01
02
03
04

Belanja Modal Pengadaan Penerangan Jalan, Taman dan Hutan Kota


Belanja modal pengadaan lampu hias jalan
Belanja modal pengadaan lampu hias taman
Belanja modal pengadaan lampu penerang hutan kota
Dst

5
5
5
5

2
2
2
2

3
3
3
3

25
25
25
25

01
02
03

Belanja Modal Pengadaan Instalasi Listrik dan Telepon


Belanja modal pengadaan instalasi listrik
Belanja modal pengadaan instalasi telepon
Dst

5
5
5
5
5
5
5
5
5

2
2
2
2
2
2
2
2
2

3
3
3
3
3
3
3
3
3

26
26
26
26
26
26
26
26
26

01
02
03
04
05
06
07
08

Belanja Modal Pengadaan Konstruksi/Pembelian*) Bangunan


Belanja modal pengadaan konstruksi/pembelian gedung kantor
Belanja modal pengadaan konstruksi/pembelian rumah jabatan
Belanja modal pengadaan konstruksi/pembelian rumah dinas
Belanja modal pengadaan konstruksi/pembelian gedung gudang
Belanja modal pengadaan konstruksi/pembelian bangunan bersejarah
Belanja modal pengadaan konstruksi/pembelian bangunan monumen
Belanja modal pengadaan konstruksi tugu peringatan
Dst

5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5

2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2

3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3

27
27
27
27
27
27
27
27
27
27
27
27
27
27
27
27
27
27
27
27
27
27
27
27
27
27
27

01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26

Belanja Modal Pengadaan Buku/Kepustakaan


Belanja modal pengadaan buku matematika
Belanja modal pengadaan buku fisika
Belanja modal pengadaan buku kimia
Belanja modal pengadaan buku biologi
Belanja modal pengadaan buku biografi
Belanja modal pengadaan buku geografi
Belanja modal pengadaan buku astronomi
Belanja modal pengadaan buku arkeologi
Belanja modal pengadaan buku bahasa dan sastra
Belanja modal pengadaan buku keagamaan
Belanja modal pengadaan buku sejarah
Belanja modal pengadaan buku seni dan budaya
Belanja modal pengadaan buku ilmu pengetahuan umum
Belanja modal pengadaan buku ilmu pengetahuan sosial
Belanja modal pengadaan buku ilmu politik dan ketatanegaraan
Belanja modal pengadaan buku ilmu pengetahuan dan teknologi
Belanja modal pengadaan buku ensiklopedia
Belanja modal pengadaan buku kamus bahasa
Belanja modal pengadaan buku ekonomi dan keuangan
Belanja modal pengadaan buku industri dan perdagangan
Belanja modal pengadaan buku peraturan perundang-undangan
Belanja modal pengadaan buku naskah
Belanja modal pengadaan terbitan berkala (jurnal, Compact Disk)
Belanja modal pengadaan mikrofilm
Belanja modal pengadaan peta/atlas/globe
Dst

Uraian
2
kanal permukaan
kanal bawah tanah
jaringan irigasi
jaringan air bersih/air minum
reservoir
pintu air

simbachs@gmail.com

- 79 -

5
5
5
5
5
5
5
5

Kode
Rekening
1
2
3 28
2
3 28
2
3 28
2
3 28
2
3 28
2
3 28
2
3 28
2
3 28

5
5
5
5
5

2
2
2
2
2

3
3
3
3
3

5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5

2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2

3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3

Uraian

01
02
03
04
05
06
07

2
Belanja Modal Pengadaan Barang bercorak Kesenian, Kebudayaan
Belanja modal pengadaan lukisan/foto
Belanja modal pengadaan patung
Belanja modal pengadaan ukiran
Belanja modal pengadaan pahatan
Belanja modal pengadaan batu alam
Belanja modal pengadaan maket/miniatur/diorama
Dst

29
29
29
29
29

01
02
03
04

Belanja Modal Pengadaan Hewan/Ternak dan Tanaman


Belanja modal pengadaan hewan kebun binatang
Belanja modal pengadaan ternak
Belanja modal pengadaan tanaman
Dst

30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30

01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
13

Belanja Modal Pengadaan Alat-alat Persenjataan/Keamanan


Belanja modal pengadaan senjata api
Belanja modal pengadaan radar
Belanja modal pengadaan mobil water canon
Belanja modal pengadaan borgol
Belanja modal pengadaan sangkur/bayonet
Belanja modal pengadaan perisai/tameng
Belanja modal pengadaan detektor logam
Belanja modal pengadaan rompi anti peluru
Belanja modal pengadaan pentungan
Belanja modal pengadaan helm
Belanja modal pengadaan alarm/sirene
Belanja modal pengadaan sentolop/senter
Dst

Keterangan :
1)

Digunakan untuk Belanja Pimpinan dan Anggota DPRD, Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah
serta PNS
2)
Hanya untuk Belanja Pimpinan dan Anggota DPRD
3)
Belanja hibah kepada provinsi, kabupaten/kota, pemerintahan desa di luar wilayah provinsi atau
kepada provinsi/kabupaten/kota di wilayah provinsi pemberi hibah
4)
Belanja hibah provinsi, kabupaten/kota
kepada perusahaan daerah/BUMD milik provinsi,
kabupaten/kota yang bersangkutan atau milik provinsi, kabupaten/kota lainnya dan kepada BUMN
5)
Belanja bagi hasil pajak provinsi kepada provinsi/kabupaten/kota diluar wilayah provinsi atau bagi
hasil pajak kabupaten/kota kepada provinsi/kabupaten/kota dalam wilayah provinsi yang
bersangkutan
*) Coret yang tidak perlu

MENTERI DALAM NEGERI,


ttd
H. MOH. MARUF, SE.
Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA BIRO HUKUM,

PERWIRA

simbachs@gmail.com

- 80 LAMPIRAN A. IX : PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI


NOMOR
: 13 TAHUN 2006
TANGGAL
: 15 Mei 2006

KODE REKENING PEMBIAYAAN DAERAH


Kode
Rekening

Uraian

PEMBIAYAAN DAERAH

Penerimaan Pembiayaan Daerah

6
6
6
6
6

1
1
1
1
1

1
1
1
1
1

01
01
01
01
01

01
02
03
04

Pelampauan penerimaan PAD


Pajak Daerah
Retribusi Daerah
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
Lain-Lain PAD yang sah

6
6
6
6

1
1
1
1

1
1
1
1

02
02
02
02

01
02
03

Pelampauan penerimaan Dana Perimbangan


Bagi Hasil Pajak
Bagi Hasil Bukan Pajak/Sumber Daya Alam
Dst.

6
6

1
1

1
1

03
03

01

Pelampauan penerimaan Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah


Dst.

6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

04
04
04
04
04
04
04
04
04
04
04
04

01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11

Sisa Penghematan Belanja atau akibat lainnya


Belanja Pegawai dari Belanja Tidak langsung
Belanja Pegawai dari Belanja langsung
Belanja Barang dan Jasa
Belanja Modal
Belanja Bunga
Belanja Subsidi
Belanja Hibah
Belanja Bantuan Sosial
Belanja Belanja Bagi Hasil
Belanja Bantuan Keuangan
Belanja Tidak Terduga

05

6
6
6
6
6

1
1
1
1
1

1
1
1
1
1

05
05
05
05
05

01
02
03
04
05

Kewajiban kepada pihak ketiga sampai dengan akhir tahun


belum terselesaikan
Uang jaminan
Potongan Taspen
Potongan Beras
Askes
Dst.

6
6
6

1
1
1

1
1
1

06
06
06

01
02

Kegiatan lanjutan
Kegiatan lanjutan ......
Dst.

6
6
6

1
1
1

2
2
2

01
01

01

Pencairan Dana Cadangan


Pencairan Dana Cadangan
Pencairan Dana Cadangan nomor

Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran Sebelumnya

simbachs@gmail.com

- 81 -

Kode
Rekening
6

1
2

01

6
6
6
6

1
1
1
1

3
3
3
3

01
01
01

02

6
6

1
1

3
3

02
02

6
6
6

1
1
1

4
4
4

01
01
01

6
6
6

1
1
1

4
4
4

6
6
6

1
1
1

Uraian
2
02

Dst.

01
01

Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan


Hasil penjualan perusahaan milik daerah/BUMD
BUMD ....
Dst.

01
02

Hasil penjualan aset milik pemerintah daerah yang


dikerjasamakan dengan pihak ketiga
..
Dst.
Penerimaan Pinjaman Daerah

01
02

Penerimaan Pinjaman Daerah dari Pemerintah


Penerusan pinjaman..
Dst.

02
02
02

01
02

Penerimaan Pinjaman Daerah dari pemerintah daerah lain


Pemerintah daerah
Dst.

4
4
4

03
03
03

01
02

Penerimaan Pinjaman Daerah dari lembaga keuangan bank


Bank ..
Dst.

04

6
6

1
1

4
4

04
04

01
02

Penerimaan Pinjaman Daerah dari lembaga keuangan bukan


bank
Lembaga keuangan bukan bank
Dst.

6
6
6
6

1
1
1
1

4
4
4
4

05
05
05
05

01
02
03

Penerimaan hasil penerbitan Obligasi daerah


Obligasi atas nama .
Obligasi nomor .
Dst.

6
6
6

1
1
1

5
5
5

6
6
6
6

1
1
1
1

6
6
6
6

01
01
01
01

01
02
03

Penerimaan piutang daerah dari pendapatan daerah


Penerimaan piutang daerah dari pendapatan pajak daerah
Penerimaan piutang daerah dari pendapatan retribusi daerah
Penerimaan piutang daerah dari lain-lain pendapatan yang sah

6
6

1
1

6
6

02
02

01

Penerimaan piutang daerah dari pemerintah


Penerimaan piutang daerah dari pemerintah

6
6
6

1
1
1

6
6
6

03
03
03

01
02

Penerimaan piutang daerah dari pemerintah daerah lain


Pemerintah daerah .
Dst.

Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman


01
01
01

01
02

Penerimaan Kembali Penerimaan Pinjaman


Penerimaan Kembali Penerimaan Pinjaman .
Dst.
Penerimaan Piutang Daerah

simbachs@gmail.com

- 82 -

Kode
Rekening

Uraian

6
6
6

1
1
1

6
6
6

04
04
04

01
02

Penerimaan piutang daerah dari lembaga keuangan bank


Bank ..
Dst.

6
6
6

1
1
1

6
6
6

05
05
05

01
02

Penerimaan piutang daerah dari lembaga keuangan bukan bank


Lembaga keuangan bukan bank .
Dst.

6
6
6

2
2
2

1
1
1

6
6
6

2
2
2

2
2
2

01
01
01

01
02

Badan usaha milik pemerintah (BUMN)


BUMN .
Dst.

6
6
6

2
2
2

2
2
2

02
02
02

01
02

Badan usaha milik daerah (BUMD)


BUMD .
Dst.

6
6
6

2
2
2

2
2
2

03
03
03

01
02

Badan usaha milik swasta


Badan ..
Dst.

6
6
6

2
2
2

3
3
3

01
01
01

02

6
6

2
2

3
3

02
02

03

6
6

2
2

3
3

03
03

04

6
6

2
2

3
3

04
04

05

6
6

2
2

3
3

05
05

Pengeluaran Pembiayaan Daerah


Pembentukan Dana Cadangan
01
01
01

01
02

Pembentukan Dana Cadangan


Pembentukan Dana Cadangan nomor
Dst.
Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah

Pembayaran Pokok Utang

01
02

Pembayaran Pokok Utang yang Jatuh Tempo kepada Pemerintah


Penerusan pinjaman..
Dst.

01
01

Pembayaran Pokok Utang yang Jatuh Tempo kepada


pemerintah daerah lain
Pemerintah daerah
Dst.

01
02

Pembayaran Pokok Utang yang Jatuh Tempo kepada lembaga


keuangan bank
Bank ..
Dst.

01
02

Pembayaran Pokok Utang yang Jatuh Tempo kepada lembaga


keuangan bukan bank
Lembaga keuangan bukan bank
Dst.

01
02

Pembayaran Pokok Utang sebelum Jatuh Tempo kepada


Pemerintah
Penerusan pinjaman..
Dst.

simbachs@gmail.com

- 83 -

Kode
Rekening

Uraian

01
02

Pembayaran Pokok Utang sebelum Jatuh Tempo kepada


pemerintah daerah lain
Pemerintah daerah
Dst.

01
02

Pembayaran Pokok Utang sebelum Jatuh Tempo kepada


lembaga keuangan bank
Bank ..
Dst.

08
08

01
02

Pembayaran Pokok Utang sebelum Jatuh Tempo kepada


lembaga keuangan bukan bank
Lembaga keuangan bukan bank
Dst.

3
3
3
3

09
09
09
09

01
02
03

Pelunasan obligasi daerah pada saat jatuh tempo


Obligasi atas nama
Obligasi nomor
Dst.

2
2
2
2

3
3
3
3

10
10
10
10

01
02
03

Pembelian kembali obligasi daerah sebelum jatuh tempo


Obligasi atas nama
Obligasi nomor
Dst.

6
6

2
2

4
4

01
01

01

Pemberian Pinjaman Daerah kepada Pemerintah


Pemerintah

6
6
6

2
2
2

4
4
4

02
02
02

01
02

Pemberian Pinjaman Daerah kepada pemerintah daerah lain


Pemerintah daerah
Dst.

06

6
6

2
2

3
3

06
06

07

6
6

2
2

3
3

07
07

08

6
6

2
2

3
3

6
6
6
6

2
2
2
2

6
6
6
6

Pemberian Pinjaman Daerah

Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Tahun Berkenaan

MENTERI DALAM NEGERI,


ttd
H. MOH. MARUF, SE.
Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA BIRO HUKUM,

PERWIRA

simbachs@gmail.com

- 84 LAMPIRAN A.X

: PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI


NOMOR
: 13 TAHUN 2006
TANGGAL
: 15 Mei 2006

FORMAT KUA

PROVINSI/KABUPATEN/KOTA *).
KEBIJAKAN UMUM APBD
TAHUN ANGGARAN .

I.

PENDAHULUAN
(Pada Bab I Pendahuluan, memuat antara lain:

II.

1.1.

Uraian kondisi/prestasi yang telah berhasil dicapai pada tahun


sebelumnya, tahun berjalan dan perkiraan pencapaian pada tahun
anggaran yang akan datang;

1.2.

Uraian ringkas identifikasi permasalahahan/hambatan dan tantangan


utama yang dihadapi pada tahun sebelumnya, tahun berjalan dan
tahun yang akan datang.)

GAMBARAN UMUM RKPD


Memuat gambaran umum prioritas pembangunan daerah yang diamanatkan
dalam RKPD untuk menyelesaikan permasalahahan/hambatan dan tantangan
utama serta menjawab tantangan yang mendesak dan berdampak luas bagi
peningkatan kesejahteraan masyarakat serta mendukung upaya mewujudkan
sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam RPJMD.

Target Pencapaian Kinerja yang Terukur Dari Setiap Urusan


Pemerintahan Daerah
BIDANG URUSAN
PEMERINTAHAN DAERAH

KODE
1
1

SASARAN
PROGRAM/
KEGIATAN

TARGET (%)

ORGANISASI

PAGU
INDIKATIF
(Juta Rp)

URUSAN WAJIB
01

Pendidikan
Program ......
Kegiatan ......
dst ...

02

Kesehatan
Program ......
Kegiatan ......
dst ...

03

Pekerjaan Umum

simbachs@gmail.com

- 85 BIDANG URUSAN
PEMERINTAHAN DAERAH

KODE

SASARAN
PROGRAM/
KEGIATAN

TARGET (%)

ORGANISASI

PAGU
INDIKATIF
(Juta Rp)

Program ......
Kegiatan ......
dst ...
1

04

Perumahan Rakyat
Program ......
Kegiatan ......

05

Penataan Ruang
Program ......
Kegiatan ......
dst ...

06

Perencanaan Pembangunan
Program ......
Kegiatan ......
dst ...

07

Perhubungan
Program ......
Kegiatan ......
dst ...

08

Lingkungan Hidup
Program ......
Kegiatan ......
dst ...

09

Pertanahan
Program ......
Kegiatan ......
dst ...

10

Kependudukan dan Catatan Sipil


Program ......
Kegiatan ......
dst ...

11

Pemberdayaan Perempuan
Program ......
Kegiatan ......
dst ...

12

Keluarga Berencana dan Keluarga


Sejahtera
Program ......
Kegiatan ......
dst ...

13

Sosial
Program ......
Kegiatan ......
dst ...

14

Tenaga Kerja
Program ......
Kegiatan ......
dst ...

simbachs@gmail.com

- 86 BIDANG URUSAN
PEMERINTAHAN DAERAH

KODE

15

SASARAN
PROGRAM/
KEGIATAN

TARGET (%)

ORGANISASI

PAGU
INDIKATIF
(Juta Rp)

Koperasi dan Usaha Kecil Menengah


Program ......
Kegiatan ......
dst ...

16

Penanaman Modal
Program ......
Kegiatan ......
dst ...

17

Kebudayaan
Program ......
Kegiatan ......
dst ...

18

Pemuda dan Olah Raga


Program ......
Kegiatan ......
dst ...

19

Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam


Negeri
Program ......
Kegiatan ......
dst ...

20

Pemerintahan Umum
Program ......
Kegiatan ......
dst ...

21

Kepegawaian
Program ......
Kegiatan ......
dst ...

22

Pemberdayaan Masyarakat dan


Desa
Program ......
Kegiatan ......
dst ...

23

Statisitik
Program ......
Kegiatan ......
dst ...

24

Kearsipan
Program ......
Kegiatan ......
dst ...

25

Komunikasi dan Informatika


Program ......
Kegiatan ......
dst ...

simbachs@gmail.com

- 87 BIDANG URUSAN
PEMERINTAHAN DAERAH

KODE
2
2

SASARAN
PROGRAM/
KEGIATAN

TARGET (%)

ORGANISASI

PAGU
INDIKATIF
(Juta Rp)

URUSAN PILIHAN
01

Pertanian
Program ......
Kegiatan ......
dst ...

02

Kehutanan
Program ......
Kegiatan ......
dst ...

03

Energi dan Sumberdaya Mineral


Program ......
Kegiatan ......
dst ...

04

Pariwisata
Program ......
Kegiatan ......
dst ...

05

Kelautan dan Perikanan


Program ......
Kegiatan ......
dst ...

06

Perdagangan
Program ......
Kegiatan ......
dst ...

07

Perindustrian
Program ......
Kegiatan ......
dst ...

08

Transmigrasi
Program ......
Kegiatan ......
dst ...
JUMLAH

III.

KERANGKA EKONOMI
SUMBER PENDANAAN

MAKRO

DAN

IMPLIKASINYA

TERHADAP

(Pada Bab II, diuraikan dan dijelaskan tentang asumsi, kondisi yang telah
terjadi dan diperkirakan akan terjadi yang menjadi dasar penyusunan
Kebijakan Umum APBD.
Contoh asumsi dan kondisi yang menjadi dasar pencapaian sasaran pada
tahun yang akan datang adalah: (1) laju inflasi, (2) pertumbuhan ekonomi
regional (3) tingkat pengangguran regional, dan (4) lain-lain asumsi yang
relevan dengan kondisi daerah setempat.
Dalam rangka implementasi asumsi dan kondisi yang menjadi dasar
pencapaian sasaran, Kebijakan Umum APBD harus mampu menjelaskan
kebijakan penganggaran sesuai dengan kebijakan pemerintah. Perlu dicermati

simbachs@gmail.com

- 88 dalam uaraian dan penjelasan tersebut, bahwa kondisi yang berbeda akan
menghasilkan target/sasaran yang berbeda.
Selain daripada itu, dalam Bab ini juga diuraikan dan dijelaskan mengenai
perkiraan penerimaan untuk mendanai seluruh pengeluaran pada tahun yang
datang, baik penerimaan yang besumber dari pendapatan asli daerah, dana
perimbangan (DAU, Dana Bagi Hasil dan DAK) maupun penerimaan yang
berasal dari pinjaman maupun hibah.)

Proyeksi
Pendapatan, Belanja, dan Pembiayaan Daerah
JUMLAH
NO

URAIAN
TA (n-1)

1.

PENDAPATAN DAERAH

1.1

Pendapatan asli daerah

1.1.1

Pajak Daerah

1.1.2

Retribusi Daerah

1.1.3

Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan

1.1.4

Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah

1.2

Dana perimbangan

1.2.1

Dana Bagi Hasil Pajak/ Bagi Hasil Bukan Pajak

1.2.2

Dana Alokasi Umum

1.2.3

Dana Alokasi Khusus

1.3

Lain-lain pendapatan daerah yang sah

1.3.1

Hibah

1.3.2

Dana Darurat
Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah
Daerah lainnya
Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus
Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah
Daerah lainnya

1.3.3
1.3.4
1.3.5

Proyeksi
TA (n)

BERTAMBAH/
(BERKURANG)
Rp

Jumlah Pendapatan
2.

BELANJA DAERAH

2.1

Belanja Tidak Langsung

2.1.1

Belanja pegawai

2.1.2

Belanja bunga

2.1.3

Belanja subsidi

2.1.4

Belanja hibah

2.1.5

2.1.8

Belanja bantuan sosial


Belanja Bagi Hasil Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota
dan Pemerintahan Desa
Belanja Bantuan Keuangan Kepada
Provinsi/Kabupaten/Kota Dan Pemerintahan Desa
Belanja Tidak Terduga

2.2

Belanja Langsung

2.2.1

Belanja pegawai

2.2.2

Belanja barang dan jasa

2.2.3

Belanja modal

2.1.6
2.1.7

Jumlah Belanja

simbachs@gmail.com

- 89 JUMLAH
NO

URAIAN
TA (n-1)

Proyeksi
TA (n)

BERTAMBAH/
(BERKURANG)
Rp

Surplus/(Defisit)
3.

PEMBIAYAAN DAERAH

3.1

3.1.2

Penerimaan pembiayaan
Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran
sebelumnya (SiLPA)
Pencairan dana cadangan

3.1.3

Hasil penjualan kekayaan Daerah yang dipisahkan

3.1.4

Penerimaan pinjaman daerah

3.1.5

Penerimaan kembali pemberian pinjaman

3.1.6

Penerimaan piutang daerah

3.1.1

Jumlah penerimaan pembiayaan


3.2

Pengeluaran pembiayaan

3.2.1

Pembentukan dana cadangan

3.2.2

Penyertaan modal (Investasi) daerah

3.2.3

Pembayaran pokok utang

3.2.4

Pemberian pinjaman daerah


Jumlah pengeluaran pembiayaan
Pembiayaan neto

3.3

IV.

Sisa lebih pembiayaan anggaran tahun


berkenaan (SILPA)

PENUTUP
Demikian rancangan kebijakan umum APBD ini disusun untuk dibahas dan
disepakati sebagai dasar penyusunan dan pembahasan prioritas dan plafon
anggaran sementara.
.., tanggal ..
GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA *)..
(tanda tangan)
(nama lengkap)

Keterangan :
*)
coret yang tidak perlu

MENTERI DALAM NEGERI,


ttd
Salinan sesuai dengan aslinya

H. MOH. MARUF, SE.

KEPALA BIRO HUKUM,

PERWIRA

simbachs@gmail.com

- 90 LAMPIRAN A.XI

: PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI


NOMOR
: 13 TAHUN 2006
TANGGAL
: 15 Mei 2006

FORMAT PPAS
PROVINSI/KABUPATEN/KOTA *)..
PRIORITAS DAN PLAFON ANGGARAN SEMENTARA
TAHUN ANGGARAN ..
I.

PENDAHULUAN
(Pada Bab I Pendahuluan, memuat antara lain:

II.

1.1.

Uraian kondisi/prestasi yang telah berhasil dicapai pada tahun sebelumnya, tahun
berjalan dan perkiraan pencapaian pada tahun anggaran yang akan datang;

1.2.

Uraian ringkas identifikasi permasalahahan/hambatan dan tantangan utama yang


dihadapi pada tahun sebelumnya, tahun berjalan dan tahun yang akan datang.)

KEBIJAKAN UMUM APBD TAHUN ANGGARAN .


Memuat gambaran ringkas tentang target pencapaian kinerja yang terukur dari setiap
urusan pemerintahan daerah dan proyeksi pendapatan, belanja, dan pembiayaan daerah
sebagai dasar penentuan prioritas program dan plafon anggaran menurut bidang
pemerintahan.

III.

PROYEKSI PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH


Memuat penjelasan tentang asumsi makro ekonomi yang disepakati terhadap implikasi
kemampuan fiskal daerah, kebijakan yang ditempuh dalam upaya peningkatan pendapatan
daerah, faktor-faktor yang mempengaruhi tidak terjadinya atau terjadinya peningkatan
belanja daerah dan kebijakan pemerintah daerah di bidang pembiayaan daerah tahun
anggaran ..
Penjelasan tersebut diatas secara ringkas digambarkan dalam
Tahun Anggaran ..

Ringkasan Proyeksi APBD

Ringkasan Proyeksi APBD Tahun Anggaran ..


JUMLAH
NO

URAIAN
TA (n-1)

1.

PENDAPATAN DAERAH

1.1
1.1.1
1.1.2
1.1.3

Pendapatan asli daerah


Pajak Daerah
Retribusi Daerah
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang
dipisahkan
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang
sah

1.1.4

1.2
1.2.1
1.2.2
1.2.3

Dana perimbangan
Dana Bagi Hasil Pajak/ Bagi Hasil Bukan
Pajak
Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Khusus

1.3

Lain-lain pendapatan daerah yang

Proyeksi
TA (n)

BERTAMBAH/
(BERKURANG)
Rp

simbachs@gmail.com

- 91 JUMLAH
NO

URAIAN
TA (n-1)

1.3.1
1.3.2
1.3.3
1.3.4
1.3.5

Proyeksi
TA (n)

BERTAMBAH/
(BERKURANG)
Rp

sah
Hibah
Dana Darurat
Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan
Pemerintah Daerah lainnya
Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus
Bantuan Keuangan dari Provinsi atau
Pemerintah Daerah lainnya
Jumlah Pendapatan

2.

BELANJA DAERAH

2.1
2.1.1
2.1.2
2.1.3
2.1.4
2.1.5
2.1.6

2.1.8

Belanja Tidak Langsung


Belanja pegawai
Belanja bunga
Belanja subsidi
Belanja hibah
Belanja bantuan sosial
Belanja Bagi Hasil Kepada
Provinsi/Kabupaten/Kota dan
Pemerintahan Desa
Belanja Bantuan Keuangan Kepada
Provinsi/Kabupaten/Kota Dan
Pemerintahan Desa
Belanja Tidak Terduga

2.2
2.2.1
2.2.2
2.2.3

Belanja Langsung
Belanja pegawai
Belanja barang dan jasa
Belanja modal

2.1.7

Jumlah Belanja
Surplus/(Defisit)
3.

PEMBIAYAAN DAERAH

3.1
3.1.1

Penerimaan pembiayaan
Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun
Anggaran sebelumnya (SiLPA)
Pencairan dana cadangan
Hasil penjualan kekayaan Daerah yang
dipisahkan
Penerimaan pinjaman daerah
Penerimaan kembali pemberian pinjaman
Penerimaan piutang daerah

3.1.2
3.1.3
3.1.4
3.1.5
3.1.6

Jumlah penerimaan pembiayaan


3.2
3.2.1
3.2.2
3.2.3
3.2.4

Pengeluaran pembiayaan
Pembentukan dana cadangan
Penyertaan modal (Investasi) daerah
Pembayaran pokok utang
Pemberian pinjaman daerah

simbachs@gmail.com

- 92 BERTAMBAH/
(BERKURANG)

JUMLAH
NO

URAIAN
TA (n-1)

Proyeksi
TA (n)

Rp

Jumlah pengeluaran pembiayaan


Pembiayaan neto
3.3

Sisa lebih pembiayaan anggaran


tahun berkenaan (SILPA)

PRIORITAS PROGRAM DAN PLAFON ANGGARAN

IV.

Menguraikan tentang prioritas program dan plafon anggaran yang disepakati mencakup
capaian sasaran program, dasar pertimbangan penentuan besaran pagu indikatif untuk
mencapai sasaran program serta hal-hal yang perlu mendapatkan perhatian SKPD dalam
menjabarkan program lebih lanjut ke dalam masing-masing kegiatan.
MATRIKS PRIORITAS PROGRAM DAN PLAFON ANGGARAN

PRIORITAS PROGRAM
DAN KEGIATAN

NO.

SASARAN
PROGRAM/
KEGIATAN

JUMLAH PLAFON
ANGGARAN

ORGANISASI

1.
2.
3.
4.
5.
6.
Dst.
JUMLAH

PLAFON ANGGARAN MENURUT ORGANISASI

V.

PLAFON ANGGARAN
URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH
DAN ORGANISASI

KODE

BELANJA
TIDAK
LANGSUNG

BELANJA
LANGSUNG

JUMLAH

URUSAN WAJIB

01

01

01

Dinas Pendidikan

Pendidikan

01

02

Kantor Perpustakaan Daerah

01

03

Dst

02

02

01

Dinas Kesehatan

02

02

Rumah Sakit Umum Daerah

02

03

Rumah Sakit Jiwa

02

04

Rumah Sakit Paru-paru

02

05

Rumah Sakit Ketergantungan Obat

Kesehatan

simbachs@gmail.com

- 93 PLAFON ANGGARAN
URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH
DAN ORGANISASI

KODE
1

02

06

03

03

01

Dinas Pekerjaan Umum

03

02

Dinas Bina Marga

BELANJA
TIDAK
LANGSUNG

BELANJA
LANGSUNG

JUMLAH

Dst
Pekerjaan Umum

03

03

Dinas Pengairan

03

04

Dinas Pengawasan Bangunan dan Tata Kota

03

05

Dinas Cipta Karya

03

06

Dst

04

04

01

Dinas Permukiman

Perumahan

04

02

Dinas Pemadam Kebakaran*)

04

03

Dinas Pemakaman*)

04

04

Dst

05

05

01

Dinas Tata Ruang*)

05

02

Dst

06

06

01

BAPPEDA

06

02

Dst

07

07

01

Dinas Perhubungan

07

02

Dst

08

08

01

Dinas Lingkungan Hidup

08

02

Badan Pengendalian
Daerah

08

03

Dinas Pertamanan

08

04

Dinas Kebersihan

08

05

Dst

09

09

01

Badan Pertanahan Daerah

09

02

Dst

10

10

01

Dinas Kependudukan dan Capil

10

02

Dst

11

11

01

Dinas Pemberdayaan Perempuan

11

02

Dst

12

Penataan Ruang

Perencanaan Pembangunan

Perhubungan

Lingkungan Hidup
Dampak

Lingkungan

Pertanahan

Kependudukan dan Catatan Sipil

Pemberdayaan Perempuan

Keluarga
Sejahtera

Berencana

12

01

BKKBD

12

02

Dst

dan

Keluarga

simbachs@gmail.com

- 94 PLAFON ANGGARAN
URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH
DAN ORGANISASI

KODE

13

13

01

Dinas Sosial

13

02

Dst

14

14

01

Dinas Tenaga Kerja

14

02

Dst

15

15

01

Dinas Koperasi dan UKM

15

02

Dst

16

16

01

Badan Penanaman Modal Daerah

16

02

Dst

17

17

01

Dinas Kebudayaan

17

02

Permuseuman

17

03

Dst

18

18

01

Dinas Pemuda dan Olah Raga

18

02

Dst

19

19

01

Dinas Kesbang Linmas

19

02

Dinas Ketentraman dan Ketertiban

19

03

Kantor Satuan Polisi Pamong Praja

19

04

Dst

20

BELANJA
TIDAK
LANGSUNG

BELANJA
LANGSUNG

JUMLAH

Sosial

Tenaga Kerja

Koperasi dan Usaha Kecil Menengah

Penanaman Modal

Kebudayaan

Pemuda dan Olah Raga

Kesatuan
Negeri

Bangsa

dan

Politik

Dalam

Pemerintahan Umum

20

01

DPRD

20

02

KDH & WKDH

20

03

Sekretariat Daerah

20

04

Sekretariat DPRD

20

05

Badan Pengelola Keuangan Daerah

20

06

Badan Penelitian dan Pengembangan

20

07

Badan Pengawasan Daerah

20

08

Kantor Penghubung

20

09

Kecamatan

20

10

Kelurahan

20

11

Dst

21

21

01

Badan Pendidikan dan Pelatihan

21

02

Badan Kepegawaian Daerah

21

03

Dst

Kepegawaian

simbachs@gmail.com

- 95 PLAFON ANGGARAN
URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH
DAN ORGANISASI

KODE
1

22

22

01

Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa

22

02

Dst

23

BELANJA
TIDAK
LANGSUNG

BELANJA
LANGSUNG

JUMLAH

Pemberdayaan Masyarakat dan Desa

Statistik

23

01

Badan Statistik Daerah

23

02

Kantor Statistik Daerah

23

03

Dst

24

24

01

Kantor Arsip Daerah

24

02

Dst

25

25

01

Dinas Informasi dan Komunikasi

25

02

Kantor Pengolahan Data Elektronik

25

03

Dst

Kearsipan

Komunikasi dan Informatika

URUSAN PILIHAN

01

Pertanian

01

01

Dinas Pertanian

01

02

Dinas Perkebunan

01

03

Dinas Peternakan

01

04

Dinas Ketahanan Pangan

01

05

Dst

02

02

01

Dinas Kehutanan

02

02

Dst

03

03

01

Dinas Pertambangan

03

02

Dst

04

04

01

Dinas Pariwisata

04

02

Kebun Binatang

04

03

Dst

05

05

01

Dinas Kelautan dan Perikanan

05

02

Dst

06

06

01

Dinas Perdagangan

06

02

Dinas Pasar

06

03

Dst

07

07

01

Dinas Perindustrian

Kehutanan

Energi dan Sumberdaya Mineral

Pariwisata

Kelautan dan Perikanan

Perdagangan

Perindustrian

simbachs@gmail.com

- 96 PLAFON ANGGARAN
URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH
DAN ORGANISASI

KODE
2

07

02

Dst

08

08

01

Dinas Transmigrasi

08

02

Dst

BELANJA
TIDAK
LANGSUNG

JUMLAH

BELANJA
LANGSUNG

Transmigrasi

Jumlah

VI.

PENUTUP
Demikian rancangan PPAS ini disusun untuk dibahas dan disepakati sebagai dasar
penyusunan Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD Tahun Anggaran ....

.., tanggal
GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA *)..
(tanda tangan)
(nama lengkap)
Keterangan :
*) coret yang tidak perlu
MENTERI DALAM NEGERI,
ttd
H. MOH. MARUF, SE.

Salinan sesuai dengan aslinya


KEPALA BIRO HUKUM,

PERWIRA

simbachs@gmail.com

- 97 LAMPIRAN A. XII

: PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI


NOMOR
: 13 TAHUN 2006
TANGGAL
: 15 Mei 2006

FORMAT NOTA KESEPAKATAN


A.

KUA
NOTA KESEPAKATAN
ANTARA
PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA *)...........
DENGAN
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
PROVINSI/KABUPATEN/KOTA *)..................................
NOMOR : .
TANGGAL : .
TENTANG
KEBIJAKAN UMUM
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH
TAHUN ANGGARAN .....

Yang bertanda tangan di bawah ini :


1. Nama
Jabatan
Alamat Kantor

:
:
:

............................................................................
Gubernur/Bupati/Walikota *).....................................
............................................................................

bertindak selaku dan atas nama pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota *)................


2. a. Nama
Jabatan
Alamat Kantor

:
:
:

.............................................................................
Ketua DPRD Provinsi/Kabupaten/Kota *).....................
.............................................................................

b. Nama
Jabatan
Alamat Kantor

:
:
:

.............................................................................
Wakil Ketua DPRD Provinsi/Kabupaten/Kota *)............
.............................................................................

c. Nama
Jabatan
Alamat Kantor

:
:
:

.............................................................................
Wakil Ketua DPRD Provinsi/Kabupaten/Kota *)..............
.............................................................................

sebagai Pimpinan DPRD bertindak selaku dan atas nama Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(DPRD) Provinsi/Kabupaten/Kota*)..................
Dengan ini menyatakan bahwa dalam rangka penyusunan APBD diperlukan Kebijakan Umum
APBD yang disepakati bersama antara DPRD dengan Pemerintah Daerah untuk selanjutnya
dijadikan sebagai dasar penyusunan prioritas dan plafon anggaran sementara APBD Tahun
Anggaran .......
Berdasarkan hal tersebut di atas, sepakat terhadap target pencapaian kinerja yang terukur dari
setiap urusan pemerintahan daerah dan proyeksi pendapatan, belanja, dan pembiayaan daerah
yang direncanakan akan dicapai dalam tahun anggaran . sebagai berikut :

simbachs@gmail.com

- 98 I.

PENDAHULUAN
(Pada Bab I Pendahuluan, memuat antara lain:
1.1.

Uraian kondisi/prestasi yang telah berhasil dicapai pada tahun sebelumnya, tahun
berjalan dan perkiraan pencapaian pada tahun anggaran yang akan datang;

1.2.

Uraian ringkas identifikasi permasalahahan/hambatan dan tantangan utama yang


dihadapi pada tahun sebelumnya, tahun berjalan dan tahun yang akan datang.)

GAMBARAN UMUM RKPD

II.

Memuat gambaran umum prioritas pembangunan daerah yang diamanatkan dalam RKPD
untuk menyelesaikan permasalahahan/hambatan dan tantangan utama serta menjawab
tantangan yang mendesak dan berdampak luas bagi peningkatan kesejahteraan
masyarakat serta mendukung upaya mewujudkan sasaran dan tujuan yang telah
ditetapkan dalam RPJMD.

Target Pencapaian Kinerja yang Terukur Dari Setiap Urusan


Pemerintahan Daerah
BIDANG URUSAN
PEMERINTAHAN DAERAH

KODE
1
1

SASARAN
PROGRAM/
KEGIATAN

TARGET (%)

ORGANISASI

PAGU
INDIKATIF
(Juta Rp)

URUSAN WAJIB
01

Pendidikan
Program ......
Kegiatan ......
dst ...

02

Kesehatan
Program ......
Kegiatan ......
dst ...

03

Pekerjaan Umum
Program ......
Kegiatan ......
dst ...

04

Perumahan Rakyat
Program ......
Kegiatan ......

05

Penataan Ruang
Program ......
Kegiatan ......
dst ...

06

Perencanaan Pembangunan
Program ......
Kegiatan ......
dst ...

07

Perhubungan
Program ......
Kegiatan ......
dst ...

simbachs@gmail.com

- 99 BIDANG URUSAN
PEMERINTAHAN DAERAH

KODE
1

08

SASARAN
PROGRAM/
KEGIATAN

TARGET (%)

ORGANISASI

PAGU
INDIKATIF
(Juta Rp)

Lingkungan Hidup
Program ......
Kegiatan ......
dst ...

09

Pertanahan
Program ......
Kegiatan ......
dst ...

10

Kependudukan dan Catatan Sipil


Program ......
Kegiatan ......
dst ...

11

Pemberdayaan Perempuan
Program ......
Kegiatan ......
dst ...

12

Keluarga Berencana dan Keluarga


Sejahtera
Program ......
Kegiatan ......
dst ...

13

Sosial
Program ......
Kegiatan ......
dst ...

14

Tenaga Kerja
Program ......
Kegiatan ......
dst ...

15

Koperasi dan Usaha Kecil Menengah


Program ......
Kegiatan ......
dst ...

16

Penanaman Modal
Program ......
Kegiatan ......
dst ...

17

Kebudayaan
Program ......
Kegiatan ......
dst ...

18

Pemuda dan Olah Raga


Program ......
Kegiatan ......
dst ...

19

Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam


Negeri

simbachs@gmail.com

- 100 BIDANG URUSAN


PEMERINTAHAN DAERAH

KODE

SASARAN
PROGRAM/
KEGIATAN

TARGET (%)

ORGANISASI

PAGU
INDIKATIF
(Juta Rp)

Program ......
Kegiatan ......
dst ...
1

20

Pemerintahan Umum
Program ......
Kegiatan ......
dst ...

21

Kepegawaian
Program ......
Kegiatan ......
dst ...

22

Pemberdayaan Masyarakat dan


Desa
Program ......
Kegiatan ......
dst ...

23

Statisitik
Program ......
Kegiatan ......
dst ...

24

Kearsipan
Program ......
Kegiatan ......
dst ...

25

Komunikasi dan Informatika


Program ......
Kegiatan ......
dst ...

2
2

URUSAN PILIHAN
01

Pertanian
Program ......
Kegiatan ......
dst ...

02

Kehutanan
Program ......
Kegiatan ......
dst ...

03

Energi dan Sumberdaya Mineral


Program ......
Kegiatan ......
dst ...

04

Pariwisata
Program ......
Kegiatan ......
dst ...

05

Kelautan dan Perikanan

simbachs@gmail.com

- 101 BIDANG URUSAN


PEMERINTAHAN DAERAH

KODE

SASARAN
PROGRAM/
KEGIATAN

TARGET (%)

ORGANISASI

PAGU
INDIKATIF
(Juta Rp)

Program ......
Kegiatan ......
dst ...
2

06

Perdagangan
Program ......
Kegiatan ......
dst ...

07

Perindustrian
Program ......
Kegiatan ......
dst ...

08

Transmigrasi
Program ......
Kegiatan ......
dst ...
JUMLAH

III.

KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN IMPLIKASINYA TERHADAP SUMBER


PENDANAAN
(Pada Bab III, diuraikan dan dijelaskan tentang asumsi, kondisi yang telah terjadi dan
diperkirakan akan terjadi yang menjadi dasar penyusunan Kebijakan Umum APBD.
Contoh asumsi dan kondisi yang menjadi dasar pencapaian sasaran pada tahun yang akan
datang adalah: (1) laju inflasi, (2) pertumbuhan ekonomi regional (3) tingkat
pengangguran regional, dan (4) lain-lain asumsi yang relevan dengan kondisi daerah
setempat.
Dalam rangka implementasi asumsi dan kondisi yang menjadi dasar pencapaian sasaran,
Kebijakan Umum APBD harus mampu menjelaskan kebijakan penganggaran sesuai
dengan kebijakan pemerintah. Perlu dicermati dalam uaraian dan penjelasan tersebut,
bahwa kondisi yang berbeda akan menghasilkan target/sasaran yang berbeda.
Selain daripada itu, dalam Bab ini juga diuraikan dan dijelaskan mengenai perkiraan
penerimaan untuk mendanai seluruh pengeluaran pada tahun yang datang, baik
penerimaan yang besumber dari pendapatan asli daerah, dana perimbangan (DAU, Dana
Bagi Hasil dan DAK) maupun penerimaan yang berasal dari pinjaman maupun hibah.)

Proyeksi
Pendapatan, Belanja, dan Pembiayaan Daerah
JUMLAH
NO

URAIAN
TA (n-1)

1.

PENDAPATAN DAERAH

1.1
1.1.1
1.1.2
1.1.3
1.1.4

Pendapatan asli daerah


Pajak Daerah
Retribusi Daerah
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah

1.2
1.2.1
1.2.2
1.2.3

Dana perimbangan
Dana Bagi Hasil Pajak/ Bagi Hasil Bukan Pajak
Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Khusus

PROYEKSI
TA (n)

BERTAMBAH/
(BERKURANG)
Rp

simbachs@gmail.com

- 102 JUMLAH
NO

URAIAN
TA (n-1)

1.3
1.3.1
1.3.2
1.3.3
1.3.4
1.3.5

PROYEKSI
TA (n)

BERTAMBAH/
(BERKURANG)
Rp

Lain-lain pendapatan daerah yang sah


Hibah
Dana Darurat
Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah
Daerah lainnya
Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus
Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah
Daerah lainnya
Jumlah Pendapatan

2.

BELANJA DAERAH

2.1
2.1.1
2.1.2
2.1.3
2.1.4
2.1.5

2.1.8

Belanja Tidak Langsung


Belanja pegawai
Belanja bunga
Belanja subsidi
Belanja hibah
Belanja bantuan sosial
Belanja Bagi Hasil Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota
dan Pemerintahan Desa
Belanja Bantuan Keuangan Kepada
Provinsi/Kabupaten/Kota Dan Pemerintahan Desa
Belanja Tidak Terduga

2.2
2.2.1
2.2.2
2.2.3

Belanja Langsung
Belanja pegawai
Belanja barang dan jasa
Belanja modal

2.1.6
2.1.7

Jumlah Belanja
Surplus/(Defisit)
3.

PEMBIAYAAN DAERAH

3.1

Penerimaan pembiayaan
Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran
sebelumnya (SiLPA)
Pencairan dana cadangan
Hasil penjualan kekayaan Daerah yang dipisahkan
Penerimaan pinjaman daerah
Penerimaan kembali pemberian pinjaman
Penerimaan piutang daerah

3.1.1
3.1.2
3.1.3
3.1.4
3.1.5
3.1.6

Jumlah penerimaan pembiayaan


3.2
3.2.1
3.2.2
3.2.3
3.2.4

Pengeluaran pembiayaan
Pembentukan dana cadangan
Penyertaan modal (Investasi) daerah
Pembayaran pokok utang
Pemberian pinjaman daerah
Jumlah pengeluaran pembiayaan
Pembiayaan neto

3.3

Sisa lebih pembiayaan anggaran tahun


berkenaan (SILPA)

simbachs@gmail.com

- 103 IV.

PENUTUP
Demikian Nota Kesepakatan ini dibuat untuk dijadikan sebagai dasar penyusunan
dan pembahasan prioritas dan plafon anggaran sementara APBD Tahun Anggaran
...
......., tanggal,.......

selaku,
PIHAK PERTAMA

PIMPINAN
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
PROVINSI/KABUPATEN/KOTA *)
..........................................
selaku,
PIHAK KEDUA

(tanda tangan)

(tanda tangan)

(nama lengkap)

(nama lengkap)
KETUA

GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA *)

(tanda tangan)
(nama lengkap)
WAKIL KETUA

(tanda tangan)
(nama lengkap)
WAKIL KETUA
Keterangan :
*) coret yang tidak perlu

simbachs@gmail.com

- 104 B. PPAS
NOTA KESEPAKATAN
ANTARA
PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA *).............
DENGAN
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
PROVINSI/KABUPATEN/KOTA *)....................................
NOMOR : .
TANGGAL : .
TENTANG
PRIORITAS DAN PLAFON ANGGARAN
TAHUN ANGGARAN .....
Yang bertanda tangan di bawah ini :
1. Nama
Jabatan
Alamat Kantor

:
:
:

............................................................................
Gubernur/Bupati/Walikota *).....................................
............................................................................

bertindak selaku dan atas nama pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota *)..................


2. a. Nama
Jabatan
Alamat Kantor

:
:
:

.............................................................................
Ketua DPRD Provinsi/Kabupaten/Kota *).....................
.............................................................................

b. Nama
Jabatan
Alamat Kantor

:
:
:

.............................................................................
Wakil Ketua DPRD Provinsi/Kabupaten/Kota *)............
.............................................................................

c. Nama
Jabatan
Alamat Kantor

:
:
:

.............................................................................
Wakil Ketua DPRD Provinsi/Kabupaten/Kota *)..............
.............................................................................

sebagai Pimpinan Dewan bertindak selaku dan atas nama Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(DPRD) Provinsi/Kabupaten/Kota *)..................
Dengan ini menyatakan bahwa dalam rangka penyusunan APBD diperlukan prioritas dan plafon
anggaran yang disepakati bersama antara DPRD dengan Pemerintah Daerah untuk dijadikan
sebagai dasar penyusunan rancangan Peraturan Daerah tentang APBD Tahun Anggaran .......
Berdasarkan hal tersebut di atas, sepakat terhadap pagu dan prioritas APBD untuk mencapai
sasaran program tahun 2006 sebagai berikut :
I.

PENDAHULUAN
(Pada Bab I Pendahuluan, memuat antara lain:
1.1.

Uraian kondisi/prestasi yang telah berhasil dicapai pada tahun sebelumnya,


tahun berjalan dan perkiraan pencapaian pada tahun anggaran yang akan
datang;

simbachs@gmail.com

- 105 1.2.

Uraian ringkas identifikasi permasalahahan/hambatan dan tantangan utama


yang dihadapi pada tahun sebelumnya, tahun berjalan dan tahun yang akan
datang.)

KUA TAHUN ANGGARAN .

II.

Memuat gambaran ringkas tentang target pencapaian kinerja yang terukur dari setiap
urusan pemerintahan daerah dan proyeksi pendapatan, belanja, dan pembiayaan daerah
sebagai dasar penentuan prioritas program dan plafon anggaran menurut bidang
pemerintahan.
III.

PROYEKSI PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH


Memuat penjelasan tentang asumsi makro ekonomi yang disepakati terhadap implikasi
kemampuan fiskal daerah, kebijakan yang ditempuh dalam upaya peningkatan
pendapatan daerah, faktor-faktor yang mempengaruhi tidak terjadinya atau terjadinya
peningkatan belanja daerah dan kebijakan pemerintah daerah di bidang pembiayaan
daerah tahun anggaran ..
Penjelasan tersebut diatas secara ringkas digambarkan dalam Ringkasan Proyeksi APBD
Tahun Anggaran ..

Ringkasan Proyeksi APBD Tahun Anggaran ..


JUMLAH
NO

URAIAN
TA (n-1)

1.

PENDAPATAN DAERAH

1.1
1.1.1
1.1.2

Pendapatan asli daerah


Pajak Daerah
Retribusi Daerah

1.1.3
1.1.4

Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan


Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah

1.2
1.2.1

Dana perimbangan

1.2.2
1.2.3

Dana Alokasi Umum


Dana Alokasi Khusus

1.3
1.3.1
1.3.2

Lain-lain pendapatan daerah yang sah


Hibah
Dana Darurat
Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah
Daerah lainnya
Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus
Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah
Daerah lainnya

1.3.3
1.3.4
1.3.5

PROYEKSI
TA (n)

BERTAMBAH/
(BERKURANG)
Rp

Dana Bagi Hasil Pajak/ Bagi Hasil Bukan Pajak

Jumlah Pendapatan
2.

BELANJA DAERAH

2.1
2.1.1
2.1.2
2.1.3

Belanja Tidak Langsung


Belanja pegawai
Belanja bunga

2.1.4
2.1.5
2.1.6

Belanja hibah
Belanja bantuan sosial
Belanja Bagi Hasil Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota
dan Pemerintahan Desa
Belanja Bantuan Keuangan Kepada
Provinsi/Kabupaten/Kota Dan Pemerintahan Desa
Belanja Tidak Terduga

2.1.7
2.1.8

Belanja subsidi

simbachs@gmail.com

- 106 BERTAMBAH/
(BERKURANG)

JUMLAH
NO

URAIAN
TA (n-1)

2.2
2.2.1
2.2.2

Belanja Langsung
Belanja pegawai
Belanja barang dan jasa

2.2.3

Belanja modal

PROYEKSI
TA (n)

Rp

Jumlah Belanja
Surplus/(Defisit)

3.

PEMBIAYAAN DAERAH

3.1

Penerimaan pembiayaan
Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran
sebelumnya (SiLPA)
Pencairan dana cadangan
Hasil penjualan kekayaan Daerah yang dipisahkan
Penerimaan pinjaman daerah
Penerimaan kembali pemberian pinjaman
Penerimaan piutang daerah

3.1.1
3.1.2
3.1.3
3.1.4
3.1.5
3.1.6

Jumlah penerimaan pembiayaan


3.2
3.2.1

Pengeluaran pembiayaan
Pembentukan dana cadangan

3.2.2
3.2.3
3.2.4

Penyertaan modal (Investasi) daerah


Pembayaran pokok utang
Pemberian pinjaman daerah
Jumlah pengeluaran pembiayaan
Pembiayaan neto

3.3

IV.

Sisa lebih pembiayaan anggaran tahun


berkenaan (SILPA)

PRIORITAS PROGRAM DAN PLAFON ANGGARAN


Menguraikan tentang prioritas program dan plafon anggaran yang disepakati mencakup
capaian sasaran program, dasar pertimbangan penentuan besaran pagu indikatif untuk
mencapai sasaran program serta hal-hal yang perlu mendapatkan perhatian SKPD dalam
menjabarkan program lebih lanjut ke dalam masing-masing kegiatan.
MATRIKS PRIORITAS PROGRAM DAN PLAFON ANGGARAN

NO.

PRIORITAS PROGRAM
DAN KEGIATAN

SASARAN
PROGRAM/
KEGIATAN

JUMLAH PLAFON
ANGGARAN

ORGANISASI

1.
2.
3.
4.
5.
6.
Dst.
JUMLAH

simbachs@gmail.com

- 107 V.

PLAFON ANGGARAN MENURUT ORGANISASI


PLAFON ANGGARAN
URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH
DAN ORGANISASI

KODE

BELANJA
TIDAK
LANGSUNG

BELANJA
LANGSUNG

JUMLAH

URUSAN WAJIB

01

01

01

Dinas Pendidikan

Pendidikan

01

02

Kantor Perpustakaan Daerah

01

03

Dst

02

02

01

Dinas Kesehatan

02

02

Rumah Sakit Umum Daerah

02

03

Rumah Sakit Jiwa

02

04

Rumah Sakit Paru-paru

02

05

Rumah Sakit Ketergantungan Obat

02

06

Dst

03

03

01

Dinas Pekerjaan Umum

03

02

Dinas Bina Marga

03

03

Dinas Pengairan

03

04

Dinas Pengawasan Bangunan dan Tata Kota

03

05

Dinas Cipta Karya

03

06

Dst

04

Kesehatan

Pekerjaan Umum

Perumahan

04

01

Dinas Permukiman

04

02

Dinas Pemadam Kebakaran*)

04

03

Dinas Pemakaman*)

04

04

Dst

05

05

01

Dinas Tata Ruang*)

05

02

Dst

06

06

01

BAPPEDA

06

02

Dst

07

07

01

Dinas Perhubungan

07

02

Dst

08

08

01

08

02

08

03

Dinas Lingkungan Hidup


Badan Pengendalian Dampak
Daerah
Dinas Pertamanan

08

04

Dinas Kebersihan

08

05

Dst

09

09

01

Badan Pertanahan Daerah

09

02

Dst

10

10

01

Dinas Kependudukan dan Capil

10

02

Dst

Penataan Ruang

Perencanaan Pembangunan

Perhubungan

Lingkungan Hidup
Lingkungan

Pertanahan

Kependudukan dan Catatan Sipil

simbachs@gmail.com

- 108 PLAFON ANGGARAN


URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH
DAN ORGANISASI

KODE
1

11

11

01

Dinas Pemberdayaan Perempuan

11

02

Dst

12

BELANJA
TIDAK
LANGSUNG

BELANJA
LANGSUNG

JUMLAH

Pemberdayaan Perempuan

12

01

Keluarga
Sejahtera
BKKBD

Berencana

dan

12

02

Dst

13

13

01

Dinas Sosial

13

02

Dst

14

14

01

Dinas Tenaga Kerja

14

02

Dst

15

15

01

Dinas Koperasi dan UKM

15

02

Dst

16

16

01

Badan Penanaman Modal Daerah

16

02

Dst

17

17

01

Dinas Kebudayaan

17

02

Permuseuman

17

03

Dst

18

18

01

Dinas Pemuda dan Olah Raga

18

02

Dst

19

19

01

Kesatuan Bangsa dan


Negeri
Dinas Kesbang Linmas

19

02

Dinas Ketentraman dan Ketertiban

19

03

Kantor Satuan Polisi Pamong Praja

19

04

Dst

20

20

01

DPRD

20

02

KDH & WKDH

20

03

Sekretariat Daerah

20

04

Sekretariat DPRD

20

05

Badan Pengelola Keuangan Daerah

20

06

Badan Penelitian dan Pengembangan

20

07

Badan Pengawasan Daerah

Keluarga

Sosial

Tenaga Kerja

Koperasi dan Usaha Kecil Menengah

Penanaman Modal

Kebudayaan

Pemuda dan Olah Raga

Politik

Dalam

Pemerintahan Umum

20

08

Kantor Penghubung

20

09

Kecamatan

20

10

Kelurahan

20

11

Dst

21

21

01

Badan Pendidikan dan Pelatihan

21

02

Badan Kepegawaian Daerah

21

03

Dst

22

22

01

Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa

Kepegawaian

Pemberdayaan Masyarakat dan Desa

simbachs@gmail.com

- 109 PLAFON ANGGARAN


URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH
DAN ORGANISASI

KODE
1

22

02

Dst

23

23

01

Badan Statistik Daerah

23

02

Kantor Statistik Daerah

23

03

Dst

24

24

01

Kantor Arsip Daerah

24

02

Dst

25

25

01

Dinas Informasi dan Komunikasi

25

02

Kantor Pengolahan Data Elektronik

25

03

Dst

BELANJA
TIDAK
LANGSUNG

BELANJA
LANGSUNG

JUMLAH

Statistik

Kearsipan

Komunikasi dan Informatika

URUSAN PILIHAN

01

01

01

Dinas Pertanian

Pertanian

01

02

Dinas Perkebunan

01

03

Dinas Peternakan

01

04

Dinas Ketahanan Pangan

01

05

Dst

02

02

01

Dinas Kehutanan

02

02

Dst

03

03

01

Dinas Pertambangan

03

02

Dst

04

04

01

Dinas Pariwisata

04

02

Kebun Binatang

04

03

Dst

05

05

01

Dinas Kelautan dan Perikanan

05

02

Dst

06

06

01

Dinas Perdagangan

06

02

Dinas Pasar

06

03

Dst

07

07

01

Dinas Perindustrian

07

02

Dst

08

08

01

Dinas Transmigrasi

08

02

Dst

Kehutanan

Energi dan Sumberdaya Mineral

Pariwisata

Kelautan dan Perikanan

Perdagangan

Perindustrian

Transmigrasi

Jumlah

simbachs@gmail.com

- 110 VI.

PENUTUP
Demikian Nota Kesepakatan ini dibuat untuk dijadikan sebagai dasar penyusunan
Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD Tahun Anggaran ...

selaku,
PIHAK PERTAMA

PIMPINAN
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
PROVINSI/KABUPATEN/KOTA *)
..........................................
selaku,
PIHAK KEDUA

(tanda tangan)

(tanda tangan)

(nama lengkap)

(nama lengkap)
KETUA

GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA *)

(tanda tangan)
(nama lengkap)
WAKIL KETUA

(tanda tangan)
(nama lengkap)
WAKIL KETUA

Keterangan :
*)
coret yang tidak perlu

MENTERI DALAM NEGERI,


ttd
Salinan sesuai dengan aslinya

H. MOH. MARUF, SE.

KEPALA BIRO HUKUM,

PERWIRA

simbachs@gmail.com

- 111 LAMPIRAN A.XIII

: PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI


NOMOR

: 13 TAHUN 2006

TANGGAL

: 15 Mei 2006

BAGAN ALIR PENGERJAAN RKA-SKPD

RKA
SKPD 1

RKA
SKPD 2.1
RKA
SKPD 55
RKA
RKASKPD
SKPD 5
RKA

SKPD 2.2.1

RKA
SKPD 2.2

RKA
SKPD

RKA
SKPD 3.1

RKA
SKPD 3.2

MENTERI DALAM NEGERI,


ttd
Salinan sesuai dengan aslinya

H. MOH. MARUF, SE.

KEPALA BIRO HUKUM,

PERWIRA

simbachs@gmail.com

- 112 LAMPIRAN A.XIV

: PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI


NOMOR
: 13 TAHUN 2006
TANGGAL : 15 Mei 2006

FORMAT RKA-SKPD

LOGO
DAERAH

Provinsi/Kabupaten/Kota *)

RENCANA KERJA ANGGARAN


SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH
(RKA - SKPD)
TAHUN ANGGARAN .
URUSAN PEMERINTAHAN

: x.xx

ORGANISASI

: x.xx.xx .

Pengguna Anggaran

a. Nama

b. NIP

c. Jabatan

Kode

*)

Nama Formulir

RKA - SKPD

Ringkasan Anggaran Pendapatan, Belanja dan Pembiayaan


Satuan Kerja Perangkat Daerah

RKA - SKPD 1

Rincian Anggaran Pendapatan Satuan Kerja Perangkat Daerah

RKA - SKPD 2.1

Rincian Anggaran
Perangkat Daerah

RKA - SKPD 2.2

Rekapitulasi Rincian Anggaran Belanja Langsung


Program dan Kegiatan Satuan Kerja Perangkat Daerah

RKA - SKPD 2.2.1

Rincian Anggaran Belanja Langsung menurut Program dan Per


Kegiatan Satuan Kerja Perangkat Daerah

RKA - SKPD 3.1

Rincian Penerimaan Pembiayaan Daerah

RKA - SKPD 3.2

Rincian Pengeluaran Pembiayaan Daerah

Belanja

Tidak

Langsung

Satuan

Kerja

menurut

coret yang tidak perlu

simbachs@gmail.com

- 113 A.

FORMULIR RKA-SKPD
Halaman ..
RENCANA KERJA DAN ANGGARAN
SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH

Formulir
RKA - SKPD

Provinsi/Kabupaten/Kota .
Tahun Anggaran
Urusan Pemerintahan

: x. xx.

Organisasi

: x. xx. xx. .
Ringkasan Anggaran Pendapatan, Belanja dan Pembiayaan
Satuan Kerja Perangkat Daerah

Kode
Rekening

Uraian

Jumlah
(Rp)

Surplus/ (Defisit)

Pembiayaan neto

..,tanggal..
Kepala SKPD
(tanda tangan)
(nama lengkap)
NIP.

simbachs@gmail.com

- 114 Cara Pengisian Formulir RKA - SKPD


Formulir RKA - SKPD merupakan formulir ringkasan anggaran satuan kerja perangkat Daerah
yang sumber datanya berasal dari peringkasan jumlah pendapatan menurut kelompok dan jenis
yang diisi dalam formulir RKA - SKPD 1, jumlah belanja tidak langsung menurut kelompok dan
jenis belanja yang diisi dalam formulir RKA - SKPD 2.1, dan penggabungan dari seluruh jumlah
kelompok dan jenis belanja langsung yang diisi dalam setiap formulir RKA SKPD 2.2.1.
Khusus formulir RKA - SKPD Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah setelah baris surplus dan
defisit anggaran diuraikan kembali penerimaan dan pengeluaran pembiayaan sebagaimana
tercantum dalam formulir RKA - SKPD 3.1 dan formulir RKA - SKPD 3.2.
1.

Provinsi/kabupaten/kota diisi dengan nama provinsi/kabupaten/kota.

2.

Tahun anggaran diisi dengan tahun anggaran yang direncanakan.

3.

Urusan Pemerintahan diisi dengan nomor kode urusan pemerintahan dan nama urusan
pemerintahan daerah yang dilaksanakan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi SKPD.

4.

Organisasi diisi dengan nomor kode perangkat daerah dan nama satuan kerja perangkat
daerah.

5.

Kolom 1, diisi dengan nomor kode rekening pendapatan/nomor kode rekening


belanja/nomor kode rekening pembiayaan.
Pengisian kode rekening dimaksud secara berurutan dimulai dari kode rekenig akun
pendapatan/belanja/pembiayaan, diikuti dengan masing-masing kode rekening kelompok
pendapatan/belanja/pembiayaan
dan
diakhiri
dengan
kode
rekening
jenis
pendapatan/belanja/pembiayaan.

6.

Kolom 2, diisi dengan uraian pendapatan/belanja/pembiayaan.


a. Pencantuman pendapatan diawali dengan uraian pendapatan, selanjutnya diikuti
dengan uraian kelompok dan setiap uraian kelompok diikuti dengan uraian jenis
pendapatan yang dipungut atau diterima oleh satuan kerja perangkat daerah
sebagaimana dianggarkan dalam formulir RKA - SKPD 1.
b. Untuk belanja diawali dengan pencantuman uraian belanja, selanjutnya uraian belanja
dikelompokkan ke dalam belanja Tidak Langsung dan belanja Langsung.
Dalam kelompok belanja Tidak Langsung diuraikan jenis-jenis belanja sesuai dengan
yang tercantum dalam formulir RKA - SKPD 2.1.
Dalam kelompok belanja Langsung diuraikan jenis-jenis belanja sesuai dengan yang
tercantum dalam formulir RKA - SKPD 2.2.1.
c. Untuk pembiayaan diawali dengan pencantuman uraian pembiayaan, selanjutnya
uraian pembiayaan dikelompokkan ke dalam penerimaan dan pengeluaran
pembiayaan.
Dalam kelompok penerimaan pembiayaan diuraikan jenis-jenis penerimaan sesuai
dengan yang tercantum dalam formulir RKA - SKPD 3.1.
Dalam kelompok pengeluaran pembiayaan diuraikan jenis-jenis pengeluaran sesuai
dengan yang tercantum dalam formulir RKA - SKPD 3.2.

7.

Kolom 3 diisi dengan jumlah menurut kelompok, menurut jenis pendapatan, menurut jenis
belanja. Jumlah dimaksud merupakan penjumlahan dari jumlah yang tercantum dari
formulir RKA - SKPD 1, formulir RKA - SKPD 2.1, seluruh formulir RKA - SKPD 2.2.1.

8.

Surplus diisi apabila jumlah anggaran pendapatan diperkirakan lebih besar dari jumlah
anggaran belanja.

9.

Defisit diisi apabila jumlah anggaran pendapatan diperkirakan lebih kecil dari jumlah
anggaran belanja, dan ditulis dalam tanda kurung.

10.

Khusus formulir RKA - SKPD sekretariat daerah atau satuan kerja pengelola keuangan
daerah sebagaimana diterangkan di atas, pada kolom 3 diisi dengan jumlah menurut
kelompok, menurut jenis penerimaan dan pengeluaran pembiayaan.

simbachs@gmail.com

- 115 Selanjutnya pada kolom 2 diisi dengan uraian pembiayaan neto untuk menerangkan selisih
antara jumlah penerimaan pembiayaan dengan jumlah pengeluaran pembiayaan yang
tercantum dalam kolom 3.
Pencantuman mengenai ringkasan pembiayaan pada formulir RKA - SKPD pada prinsipnya
sama dengan yang diuraikan dalam formulir RKA - SKPD 3.1 dan formulir RKA - SKPD 3.2
11.

Nama ibukota, bulan, tahun diisi berdasarkan pembuatan formulir RKA - SKPD, dengan
mencantumkan nama jabatan Kepala SKPD.

12.

Formulir RKA - SKPD ditandatangani oleh Kepala SKPD dengan mencantumkan nama
lengkap dan nomor induk pegawai.

13.

Formulir RKA - SKPD dapat diperbanyak sesuai dengan kebutuhan.

14.

Apabila formulir RKA - SKPD lebih dari satu halaman, maka pada halamanhalaman
berikutnya
cukup diisi mulai dari ringkasan anggaran pendapatan, belanja dan
pembiayaan satuan kerja perangkat daerah serta pengisian nama ibukota, bulan, tahun,
nama jabatan, tandatangan Kepala SKPD ditempatkan pada halaman terakhir dan setiap
halaman diberi nomor urut halaman.

simbachs@gmail.com

- 116 B.

FORMULIR RKA-SKPD 1
Halaman
RENCANA KERJA DAN ANGGARAN
SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH

Formulir
RKA - SKPD 1

Provinsi/Kabupaten/Kota .
Tahun Anggaran
Urusan Pemerintahan

: x. xx.

Organisasi

: x. xx. xx.
Rincian Anggaran Pendapatan Satuan Kerja Perangkat Daerah

x
x
x
x
x
x
x
x
x

Kode
Rekening

Uraian

x
x
x
x
x
x
x
x
x

x
x
x
x
x
x
x
x
x

xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx

Rincian Penghitungan
Tarif/
volume
satuan
Harga
3
4
5

Jumlah
(Rp)
6 = (3 x 5)

xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
Jumlah
..,tanggal..
Kepala SKPD
(tanda tangan)
(nama lengkap)
NIP.

Keterangan
:
Tanggal Pembahasan
:
Catatan Hasil Pembahasan :
1.
2.
dst
No

Nama

Tim Anggaran Pemerintah Daerah:


NIP
Jabatan

Tandatangan

1
2
dst

simbachs@gmail.com

- 117 Cara Pengisian Formulir RKA - SKPD 1


Formulir RKA - SKPD 1 sebagai formulir untuk menyusun rencana pendapatan atau penerimaan satuan
kerja perangkat daerah dalam tahun anggaran yang direncanakan. Oleh karena itu nomor kode rekening
dan uraian nama kelompok, jenis, obyek dan rincian obyek pendapatan yang dicantumkan dalam formulir
RKA - SKPD 1 disesuaikan dengan pendapatan tertentu yang akan dipungut atau penerimaan tertentu
dari pelaksanaan tugas pokok dan fungsi satuan kerja perangkat daerah sebagaimanana ditetapkan
berdasarkan peraturan perundang-undangan. Pengisian formulir RKA - SKPD 1 supaya mempedomani
ketentuan Pasal 25 peraturan ini. Untuk memenuhi azas tranparansi dan prinsip anggaran berdasarkan
rencana pendapatan yang dianggarkan, pengisian rincian penghitungan tidak diperkenankan
mencantumkan satuan ukuran yang tidak terukur, seperti paket, pm, up, lumpsum.
1.
Provinsi/kabupaten/kota diisi dengan nama provinsi/kabupaten/kota.
2.
Tahun anggaran diisi dengan tahun anggaran yang direncanakan.
3.
Urusan Pemerintahan diisi dengan nomor kode urusan pemerintahan dan nama urusan
pemerintahan daerah yang dilaksanakan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi SKPD.
4.
Organisasi diisi dengan nomor kode perangkat daerah dan nama satuan kerja perangkat daerah.
5.
Kolom 1 (kode rekening) diisi dengan kode rekening akun, kelompok, jenis, objek, rincian objek
pendapatan satuan kerja perangkat daerah.
6.
Kolom 2 (uraian) diisi dengan uraian nama akun, kelompok, jenis, obyek dan rincian obyek
Pendapatan.
7.
Kolom 3 (volume) diisi dengan jumlah target dari rincian obyek pendapatan yang direncanakan,
seperti jumlah kendaraan bermotor, jumlah liter bahan bakar kendaraan bermotor, jumlah tingkat
hunian hotel, jumlah pengunjung restoran, jumlah kepala keluarga, jumlah pasien, jumlah
pengunjung,
jumlah
kendaraan
yang
memanfaatkan
lahan
parkir,
jumlah
bibit
perikanan/pertanian/peternakan/ kehutanan/perkebunan,
jumlah limbah yang diuji, jumlah
kios/los/kakilima, jumlah pemakaian/penggunaan sarana olahraga/gedung/gudang/lahan milik
pemda, jumlah unit barang bekas milik pemerintah daerah yang dijual, jumlah uang yang
ditempatkan pada bank tertentu dalam bentuk tabungan atau giro, jumlah modal yang disertakan
atau diinvestasikan.
8.
Kolom 4 (satuan) diisi dengan satuan hitung dari target rincian obyek yang direncananakan seperti
unit, waktu/jam/hari/bulan/tahun, ukuran berat, ukuran luas, ukuran isi dan sebagainya.
9.
Kolom 5 (tarif/harga) diisi dengan tarif pajak/retribusi atau harga/nilai satuan lainnya dapat berupa
besarnya tingkat suku bunga, persentase bagian laba, atau harga atas penjualan barang milik
daerah yang tidak dipisahkan.
10. Kolom 6 (jumlah) diisi dengan jumlah pendapatan yang direncanakan menurut kelompok, jenis,
objek, rincian objek pendapatan. Jumlah pendapatan dari setiap rincian obyek yang dianggarkan
merupakan hasil perkalian kolom 3 dengan kolom 5.
11. Formulir RKA - SKPD 1 merupakan input data untuk menyusun formulir RKA - SKPD
12. Nama ibukota, bulan, tahun diisi berdasarkan pembuatan formulir RKA - SKPD 1, dengan
mencantumkan nama jabatan Kepala SKPD.
13. Formulir RKA - SKPD 1 ditandatangani oleh Kepala SKPD dengan mencantumkan nama lengkap dan
nomor induk pegawai.
14. Keterangan diisi dengan tanggal pembahasan formulir RKASKPD 1 oleh tim anggaran pemerintah
daerah. Apabila terdapat catatan dari hasil pembahasan oleh tim anggaran pemerintah daerah
untuk mendapatkan perhatian Kepala SKPD dicantumkan dalam baris catatan hasil pembahasan.
15. Seluruh anggota tim anggaran pemeintah daerah menandatangani formulir RKA-SKPD 1 yang telah
dibahas yang dilengkapi dengan nama, NIP dan jabatan .
16. Formulir RKA - SKPD 1 dapat diperbanyak sesuai dengan kebutuhan.
17. Apabila formulir RKA - SKPD 1 lebih dari satu halaman, maka pada halamanhalaman berikutnya
cukup diisi mulai dari rincian anggaran pendapatan satuan kerja perangkat daerah serta pengisian
nama ibukota, bulan, tahun, nama jabatan, tandatangan Kepala SKPD ditempatkan pada halaman
terakhir dan setiap halaman diberi nomor urut halaman.

simbachs@gmail.com

- 118 C.

FORMULIR RKA-SKPD 2.1


RENCANA KERJA DAN ANGGARAN
SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH

Formulir
RKA
SKPD 2.1

Provinsi/Kabupaten/Kota .
Tahun Anggaran
Urusan Pemerintahan : x. xx.
.
Organisasi
: x. xx. xx. .

Rincian Anggaran Belanja Tidak Langsung Satuan Kerja Perangkat Daerah

x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x

Tahun n

Kode
Rekening

Uraian

x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x

x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x

xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx

volume

satuan

Harga
satuan

Jumlah
(Rp)
6=(3x5)

Tahun
n+1
7

xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
Jumlah

..,tanggal..
Kepala SKPD
(tanda tangan)
(nama lengkap)
NIP.
Keterangan
Tanggal Pembahasan
Catatan Hasil Pembahasan
1.
2.
Dst

:
:
:

Tim Anggaran Pemerintah Daerah:


No
1
2
dst

Nama

NIP

Jabatan

Tandatangan

simbachs@gmail.com

- 119 Cara Pengisian Formulir RKA - SKPD 2.1


Formulir RKA - SKPD 2.1 merupakan formulir untuk menyusun rencana kebutuhan belanja tidak
langsung satuan kerja perangkat daerah dalam tahun anggaran yang direncanakan. Pengisian jenis
belanja Tidak Langsung supaya mempedomani ketentuan Pasal 37 peraturan ini. Untuk memenuhi
azas tranparansi dan prinsip anggaran berdasarkan prestasi kerja, pengisian rincian penghitungan
tidak diperkenankan mencantumkan satuan ukuran yang tidak terukur, seperti paket, pm, up,
lumpsum.
1.
Provinsi/kabupaten/kota diisi dengan nama provinsi/kabupaten/kota.
2.
Tahun anggaran diisi dengan tahun anggaran yang direncanakan.
3.
Urusan Pemerintahan diisi dengan nomor kode urusan pemerintahan dan nama urusan
pemerintahan daerah yang dilaksanakan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi SKPD.
4.
Organisasi diisi dengan nomor kode perangkat daerah dan nama satuan kerja perangkat
daerah.
5.
Kolom 1 (kode rekening) diisi dengan kode rekening akun, kelompok, jenis, objek, rincian
objek belanja Tidak Langsung .
6.
Kolom 2 (uraian) uraian diisi dengan nama akun, kelompok, jenis, obyek dan rincian obyek
belanja Tidak Langsung.
7.
Kolom 3 (volume) diisi dengan jumlah satuan dapat berupa jumlah orang/pegawai.
8.
Kolom 4 (satuan) diisi dengan satuan hitung dari target rincian obyek yang direncananakan
seperti unit, waktu/jam/hari/bulan/tahun, ukuran berat, ukuran luas,
ukuran isi dan
sebagainya.
9.
Kolom 5 (harga satuan) diisi dengan harga satuan dapat berupa tarif, harga, tingkat suku
bunga, nilai kurs.
10. Kolom 6 (jumlah tahun n) diisi dengan jumlah perkalian antara jumlah volume dengan jumlah
satuan dan harga satuan. Setiap jumlah uraian rincian obyek dijumlahkan menjadi jumlah
rincian obyek belanja. Setiap jumlah rincian obyek pada masing-masing obyek belanja
selanjutnya dijumlahkan menjadi obyek belanja berkenaan. Setiap obyek belanja pada masingmasing jenis belanja kemudian dijumlahkan menjadi jumlah jenis belanja.
11. Kolom 7 (jumlah tahun n+1) diiisi dengan perkiraan jumlah menurut jenis belanja untuk 1
tahun berikutnya.
12. Baris jumlah pada kolom 7 merupakan penjumlahan dari seluruh jenis belanja Tidak Langsung
yang tercantum dalam kolom 7.
13. Formulir RKA - SKPD 2.1 dapat diperbanyak sesuai dengan kebutuhan.
14. Apabila Formulir RKA - SKPD 2.1 lebih dari satu halaman, maka pada halamanhalaman
berikutnya cukup diisi mulai dari rincian belanja Tidak Langsung satuan kerja perangkat
daerah dan setiap halaman diberi nomor urut halaman.
15. Tanggal, bulan, tahun diisi berdasarkan pembuatan RKA - SKPD 2.1.
16. Formulir RKA - SKPD 2.1 ditandatangani oleh Kepala SKPD dengan mencantumkan nama
lengkap dan NIP yang bersangkutan.
17. Keterangan diisi dengan tanggal pembahasan formulir RKA - SKPD 2.1 oleh Tim Anggaran
Pemerintah Daerah. Apabila terdapat catatan dari hasil pembahasan oleh Tim Anggaran
Pemerintah Daerah untuk mendapatkan perhatian Kepala SKPD dicantumkan dalam baris
catatan hasil pembahasan.
18. Seluruh anggota tim anggaran pemerintah daerah menandatangani formulir RKA - SKPD 2.1
yang telah dibahas yang dilengkapi dengan nama, NIP dan jabatan .
19. Apabila formulir RKA - SKPD 2.1 lebih dari satu halaman maka tanggal, bulan dan tahun
pembuatan, kolom tanda tangan dan nama Kepala SKPD, serta keterangan, tanggal
pembahasan, catatan hasil pembahasan, nama, NIP, Jabatan dan tanda tangan Tim Anggaran
Pemerintah Daerah ditempatkan pada halaman terakhir .
Selanjutnya setiap lembar RKA - SKPD 2.1 yang telah dibahas diparaf oleh setiap anggota Tim
Anggaran Pemerintah Daerah.
20. Formulir RKA - SKPD 2.1 merupakan input data untuk menyusun formulir RKA SKPD.

simbachs@gmail.com

- 120 D.

FORMULIR RKA-SKPD 2.2.1


RENCANA KERJA DAN ANGGARAN
SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH

Formulir
RKA - SKPD 2.2.1

Provinsi/Kabupaten/Kota .
Tahun Anggaran ...
Urusan Pemerintahan

: x. xx.

Organisasi

: x. xx. xx.

Program

: x. xx. xx. xx.

.
.

Kegiatan

: x. xx. xx. xx. xx. .

Lokasi kegiatan

: .

Jumlah Tahun n-1

: Rp .................. (.................................................................................)

Jumlah Tahun n

: Rp .................. (.................................................................................)

Jumlah Tahun n+1

: Rp .................. (.................................................................................)
Indikator & Tolok Ukur Kinerja Belanja Langsung

Indikator

Tolok Ukur Kinerja

Target Kinerja

Capaian Program
Masukan
Keluaran
Hasil
Kelompok Sasaran Kegiatan :
Rincian Anggaran Belanja Langsung
menurut Program dan Per Kegiatan Satuan Kerja Perangkat Daerah
Kode
Rekening

Rincian Penghitungan

Uraian

1
x x x xx xx

volume

satuan

Jumlah
(Rp)

Harga
satuan
5

6=(3 x 5)

x x x xx xx
x x x xx xx
x x x xx xx
Jumlah

..,tanggal..
Kepala SKPD
(tanda tangan)
(nama lengkap)
NIP.
Keterangan
Tanggal Pembahasan
Catatan Hasil Pembahasan
1.
2.
Dst
No
1
2
dst

Nama

:
:
:

Tim Anggaran Pemerintah Daerah:


NIP
Jabatan

Tandatangan

simbachs@gmail.com

- 121 Cara Pengisian Formulir RKA - SKPD 2.2.1


Formulir RKA - SKPD 2.2.1 digunakan untuk merencanakan belanja Langsung dari setiap kegiatan yang
diprogramkan. Dengan demikian apabila dalam 1 (satu) program terdapat 1 (satu) atau lebih kegiatan
maka setiap kegiatan dituangkan dalam formulir RKA - SKPD 2.2.1 masing-masing. Pengisian jenis belanja
Langsung supaya mempedomani ketentuan Pasal 50 peraturan menteri ini. Untuk memenuhi azas
tranparansi dan prinsip anggaran berdasarkan prestasi kerja, pengisian rincian penghitungan tidak
diperkenankan mencantumkan satuan ukuran yang tidak terukur, seperti paket, pm, up, lumpsum.
1.

Provinsi/kabupaten/kota diisi dengan nama provinsi/kabupaten/kota.

2.

Tahun anggaran diisi dengan tahun anggaran yang direncanakan.

3.

Urusan Pemerintahan diisi dengan nomor kode urusan pemerintahan dan nama urusan
pemerintahan daerah yang dilaksanakan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi SKPD.

4.

Organisasi diisi dengan nomor kode perangkat daerah dan nama satuan kerja perangkat daerah.

5.

Baris kolom program diisi dengan nomor kode program dan nama program dari kegiatan yang
berkenaan. Program merupakan instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang
dilaksanakan atau kegiatan masyarakat yang dikoordinasikan oleh satuan kerja perangkat daerah
untuk mencapai sasaran dan tujuan kegiatan yang ditetapkan untuk memperoleh alokasi anggaran.

6.

Baris kolom kegiatan diisi dengan nomor kode kegiatan dan nama kegiatan yang akan
dilaksanakan.
Kegiatan merupakan tindakan yang akan dilaksanakan sesuai dengan program yang direncanakan
untuk memperoleh keluaran atau hasil tertentu yang diinginkan dengan memanfaatkan sumber
daya yang tersedia.

7.

Baris kolom lokasi kegiatan diisi dengan nama lokasi atau tempat dari setiap kegiatan yang akan
dilaksanakan. Lokasi atau tempat dimaksud dapat berupa nama desa/kelurahan, kecamatan.

8.

Baris kolom Jumlah Tahun n-1 diisi dengan jumlah perkiraan belanja kegiatan berkenaan untuk 1
(satu) tahun sebelumnya.

9.

Baris kolom Jumlah Tahun n diisi dengan jumlah perkiraan belanja kegiatan berkenaan pada tahun
yang direncanakan.

10.

Baris kolom Jumlah Tahun n+1 diisi dengan jumlah perkiraan belanja kegiatan berkenaan untuk
tahun berikutnya.

11.

Indikator dan tolok ukur kinerja belanja langsung:


Contoh 1.
Program

: Peningkatan peran serta dan kesetaraan jender dalam pembangunan

Kegiatan

: Pelatihan ketrampilan dalam rangka peningkatan kualitas dan produktivitas hasil


jahitan ibu-ibu rumah tangga

Tolok ukur untuk capaian program: ibu-ibu rumah tangga yang bergerak di bidang usaha jahit
menjahit

Target kinerja untuk capaian program: 5000 orang

Tolok ukur untuk masukan: jumlah dana yang dibutuhkan

Target kinerja untuk masukan: Rp100 juta

Tolok ukur untuk keluaran: terlatihnya ibu-ibu rumah tangga mendayagunakan peralatan
menjahit secara optimal

Target kinerja untuk keluaran: 500 orang

Tolok ukur untuk hasil: meningkatnya kemampuan menjahit ibu-ibu rumah tangga yang dilatih.

Target kinerja untuk hasil: 450 orang dari 5000 orang (9% dari target capaian program)

Contoh 2.
Program

: Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun

Kegiatan

: Pembangunan gedung sekolah SMP

Tolok ukur untuk capaian program: kualitas pendidikan bagi seluruh anak usia pendidikan SMP

Target kinerja untuk capaian program: 1000 anak didik usia SMP

Tolok ukur untuk masukan: jumlah dana yang dibutuhkan

Target kinerja dari tolok ukur masukan: Rp5 miliar

Tolok ukur untuk keluaran: tersedianya ruang belajar bagi peserta didik SMP

Target kinerja dari tolok ukur keluaran: 5 gedung SMP

simbachs@gmail.com

- 122 -

12.

Tolok ukur untuk hasil: tersedianya ruang belajar yang dapat menampung peserta didik SMP

Target kinerja dari tolok ukur hasil: 5 gedung untuk 600 peserta didik atau 60% dari target
capaian program

Kelompok sasaran kegiatan diisi dengan penjelasan terhadap karakteristik kelompok sasaran
seperti status ekonomi dan gender.
Contoh 1 : ibu-ibu rumah tangga yang mempunyai potensi menjahit yang perlu dikembangkan
namun disisi lain kemampuan ekonomi terbatas.
Contoh 2 : peserta didik usia SMP yang belum tertampung di sekolah SMP

13.

Kolom 1 (kode rekening) diisi dengan kode rekening akun, kelompok, jenis, objek, rincian objek
belanja Langsung .

14.

Kolom 2 (uraian) diisi dengan uraian nama akun, kelompok, jenis, obyek dan rincian obyek belanja
Langsung.

15.

Kolom 3 (volume) diisi dengan jumlah satuan dapat berupa jumlah orang/pegawai dan barang.

16.

Kolom 4 (satuan) diisi dengan satuan hitung dari target rincian obyek yang direncananakan seperti
unit, waktu/jam/hari/bulan/tahun, ukuran berat, ukuran luas, ukuran isi dan sebagainya.

17.

Kolom 5 (harga satuan) diisi dengan harga satuan dapat berupa tarif, harga, tingkat suku bunga,
nilai kurs.

18.

Kolom 6 (jumlah) diisi dengan jumlah perkalian antara jumlah satuan dengan jumlah volume dan
harga satuan. Setiap jumlah uraian rincian obyek dijumlahkan menjadi jumlah rincian obyek
belanja. Setiap jumlah rincian obyek pada masing-masing obyek belanja selanjutnya dijumlahkan
menjadi obyek belanja berkenaan. Setiap obyek belanja pada masing-masing jenis belanja
kemudian dijumlahkan menjadi jumlah jenis belanja. Penjumlahan dari seluruh jenis belanja
merupakan jumlah kelompok belanja Langsung yang dituangkan dalam formulir RKA SKPD 2.2.

19.

Baris jumlah pada kolom 7 merupakan penjumlahan dari seluruh jenis belanja Langsung yang
tercantum dalam kolom 7.

20.

Formulir RKA - SKPD 2.2.1 dapat diperbanyak sesuai dengan kebutuhan.

21.

Apabila Formulir RKA - SKPD 2.2.1 lebih dari satu halaman, maka pada halamanhalaman
berikutnya cukup diisi mulai dari rincian belanja Langsung program perkegiatan satuan kerja
perangkat daerah dan setiap halaman diberi nomor urut halaman.

22.

Tanggal, bulan, tahun diisi berdasarkan pembuatan RKA - SKPD 2.2.1.

23.

Formulir RKA - SKPD 2.2.1 ditandatangani oleh Kepala SKPD dengan mencantumkan
lengkap dan NIP yang bersangkutan.

24.

Keterangan diisi dengan tanggal pembahasan formulir RKA - SKPD 2.2.1 oleh Tim Anggaran
Pemerintah Daerah. Apabila terdapat catatan dari hasil pembahasan oleh tim anggaran pemerintah
daerah untuk mendapatkan perhatian Kepala SKPD dicantumkan dalam baris catatan hasil
pembahasan.

25.

Seluruh anggota tim anggaran pemeintah daerah menandatangani formulir RKA - SKPD 2.2.1 yang
telah dibahas yang dilengkapi dengan nama, NIP dan jabatan.

26.

Apabila formulir RKA - SKPD 2.2.1 lebih dari satu halaman maka tanggal, bulan dan tahun
pembuatan, kolom tanda tangan dan nama lengkap Kepala SKPD, serta keterangan, tanggal
pembahasan, catatan hasil pembahasan, nama, NIP, Jabatan dan tanda tangan Tim Anggaran
Pemerintah Daerah ditempatkan pada halaman terakhir.

nama

Selanjutnya setiap lembar RKA - SKPD 2.2.1 yang telah dibahas diparaf oleh setiap anggota Tim
Anggaran Pemerintah Daerah.
27.

Formulir RKA - SKPD 2.2.1 merupakan input data untuk menyusun formulir RKA - SKPD dan RKA SKPD 2.2.

simbachs@gmail.com

- 123 E.

FORMULIR RKA-SKPD 2.2


Halaman ..
RENCANA KERJA DAN ANGGARAN
SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH

Formulir
RKA - SKPD 2.2

Provinsi/Kabupaten/Kota .
Tahun Anggaran
Urusan Pemerintahan : x. xx.
Organisasi

..

: x. xx. xx. ...


Rekapitulasi Anggaran Belanja Langsung Berdasarkan Program dan Kegiatan

Kode

Jumlah

Program

Kegiatan

xx

Uraian

xx
xx
xx

Program .
Kegiatan .
Kegiatan .
dst .

xx
xx
xx

Program .
Kegiatan .
Kegiatan .
dst .

xx
xx

Program .
Kegiatan .
Kegiatan .

xx

dst .
dst .

xx

xx

xx

Lokasi
Target Kinerja
Kegiatan (Kuantitatif)

Tahun n
Belanja Barang
Modal
Pegawai & Jasa
6

Jumlah

Tahun
n+1

9=6+7+8

10

Jumlah
..,tanggal..
Kepala SKPD
(tanda tangan)
(nama lengkap)
NIP.

simbachs@gmail.com

- 124 Cara Pengisian Formulir RKA - SKPD 2.2


Formulir RKA - SKPD 2.2 merupakan formulir rekapitulasi dari seluruh program dan kegiatan
satuan kerja perangkat daerah yang dikutip dari setiap formulir RKA - SKPD 2.2.1 (Rincian
Anggaran Belanja Langsung menurut Program dan Per Kegiatan Satuan Kerja Perangkat
Daerah).
1.

Provinsi/kabupaten/kota diisi dengan nama provinsi/kabupaten/kota.

2.

Tahun anggaran diisi dengan tahun anggaran yang direncanakan.

3.

Urusan Pemerintahan diisi dengan nomor kode urusan pemerintahan dan nama urusan
pemerintahan daerah yang dilaksanakan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi SKPD.

4.

Organisasi diisi dengan nomor kode perangkat daerah dan nama satuan kerja perangkat
daerah.

5.

Kolom 1 (kode program) diisi dengan nomor kode program.

6.

Kolom 2 (kode kegiatan) diisi dengan nomor kode kegiatan.

7.

Untuk nomor kode program dan kegiatan tersebut pada angka 5 dan 6 tersebut di atas
disesuaikan dengan kebutuhan daerah.

8.

Kolom 3 (uraian) diisi dengan uraian nama program yang selanjutnya diikuti dengan
penjabaran uraian kegiatan untuk mendukung terlaksananya program dimaksud.

6.

Kolom 4 (lokasi kegiatan) diisi dengan nama lokasi atau tempat setiap kegiatan
dilaksanakan. Lokasi atau tempat dimaksud dapat berupa nama desa/kelurahan atau
kecamatan.

7.

Kolom 6 (Jumlah Tahun n belanja pegawai) diisi dengan jumlah belanja pegawai per
program dan kegiatan yang akan dilaksanakan dalam tahun yang direncanakan. Jumlah
belanja pegawai per program merupakan penjumlahan dari seluruh jumlah belanja
pegawai per kegiatan yang termasuk dalam program dimaksud, sedangkan untuk jumlah
belanja pegawai setiap kegiatan merupakan jumlah belanja pegawai untuk mendukung
pelaksanaan masing-masing kegiatan.

8.

Kolom 7 (Jumlah Tahun n barang & jasa ) diisi dengan jumlah belanja barang dan jasa
per program dan kegiatan yang akan dilaksanakan dalam tahun yang direncanakan.
Jumlah belanja barang dan jasa per program merupakan penjumlahan dari seluruh
jumlah belanja barang dan jasa per kegiatan yang termasuk dalam program dimaksud,
sedangkan untuk jumlah belanja barang dan jasa setiap kegiatan merupakan jumlah
belanja barang dan jasa untuk mendukung pelaksanaan masing-masing kegiatan.

9.

Kolom 8 (Jumlah Tahun n modal) diisi dengan jumlah belanja modal per program dan
kegiatan yang akan dilaksanakan dalam tahun yang direncanakan. Jumlah belanja modal
per program merupakan penjumlahan dari seluruh jumlah belanja modal per kegiatan
yang termasuk dalam program dimaksud, sedangkan untuk jumlah belanja modal setiap
kegiatan merupakan jumlah belanja modal untuk mendukung pelaksanaan masing-masing
kegiatan.

10.

Kolom 9 (Jumlah Tahun n) diisi dengan jumlah menurut program dan kegiatan yang akan
dilaksanakan dalam tahun yang direncanakan. Jumlah program merupakan penjumlahan
dari seluruh jumlah kegiatan yang termasuk dalam program dimaksud, sedangkan untuk
jumlah setiap kegiatan merupakan penjumlahan dari seluruh jenis belanja untuk
mendukung pelaksanaan masing-masing kegiatan.

11.

Kolom 10 (jumlah Tahun n+1) diisi dengan jumlah menurut program dan kegiatan yang
akan dilaksanakan 1 tahun berikutnya dari tahun yang direncanakan. Kolom ini diisi
apabila program dan kegiatan tersebut diselesaikan lebih dari satu tahun. Dalam hal
program dan kegiatan tersebut dalam tahun yang direncanakan merupakan tahun terakhir
maka kolom 10 tidak perlu diisi.

12.

Baris jumlah pada kolom 6,7,8,9 dan kolom 10 diisi dengan penjumlahan dari seluruh
jumlah program yang tercantum dalam kolom 6,7,8,9 dan kolom 10.

13.

Nama ibukota, bulan, tahun diisi berdasarkan pembuatan formulir RKA - SKPD 2.2,
dengan mencantumkan nama jabatan Kepala SKPD.

simbachs@gmail.com

- 125 14.

Formulir RKA - SKPD 2.2 ditandatangani oleh Kepala SKPD dengan mencantumkan nama
lengkap dan nomor induk pegawai.

15.

Formulir RKA - SKPD 2.2 dapat diperbanyak sesuai dengan kebutuhan.

16.

Apabila formulir RKA - SKPD 2.2 lebih dari satu halaman, maka pada halamanhalaman
berikutnya cukup diisi mulai dari rekapitulasi anggaran belanja Langsung berdasarkan
program dan kegiatan serta pengisian nama ibukota, bulan, tahun, nama jabatan,
tandatangan Kepala SKPD ditempatkan pada halaman terakhir dan setiap halaman diberi
nomor urut halaman.

simbachs@gmail.com

- 126 F.

FORMULIR RKA-SKPD 3.1


Halaman..
RENCANA KERJA DAN ANGGARAN
SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH

Formulir
RKA - SKPD 3.1

Provinsi/Kabupaten/Kota .
Tahun Anggaran ...
Urusan Pemerintahan : x. xx.
Organisasi

: x. xx. xx. .

Rincian Penerimaan Pembiayaan

x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x

Kode
Rekening
1
x x xx
x x xx
x x xx
x x xx
x x xx
x x xx
x x xx
x x xx
x x xx
x x xx
x x xx
x x xx
x x xx
x x xx
x x xx
x x xx
x x xx

Jumlah
(Rp)
3

Uraian
2
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
Jumlah Penerimaan

..,tanggal..
Kepala SKPKD
(tanda tangan)
(nama lengkap)
NIP.
Keterangan
Tanggal Pembahasan
Catatan Hasil Pembahasan
1.
2.
Dst
No
1
2
dst

Nama

:
:
:

Tim Anggaran Pemerintah Daerah:


NIP
Jabatan

Tandatangan

simbachs@gmail.com

- 127 Cara Pengisian Formulir RKA - SKPD 3.1


Formulir ini tidak diisi oleh satuan kerja perangkat daerah lainnya, pengerjaan dilakukan oleh
satuan kerja pengelola keuangan daerah.
1.
Provinsi/kabupaten/kota diisi dengan nama provinsi/kabupaten/kota.
2.
Tahun anggaran diisi dengan tahun anggaran yang direncanakan.
3.
Urusan Pemerintahan diisi dengan nomor kode urusan pemerintahan dan nama urusan
pemerintahan daerah yang dilaksanakan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi SKPD.
4.
Organisasi diisi dengan nomor kode perangkat daerah dan nama satuan kerja perangkat
daerah.
5.
Kolom
1
(kode
rekening)
diisi
dengan
nomor
kode
rekening
akun/kelompok/jenis/objek/rincian objek penerimaan pembiayaan.
6.
Kolom 2 (uraian) diisi dengan nama akun, kelompok, jenis, obyek dan rincian obyek
penerimaan pembiayaan.
7.
Kolom 3 (jumlah) diisi dengan jumlah jenis penerimaan pembiayaan berkenaan yang
merupakan hasil penjumlahan dari seluruh obyek penerimaan pembiayaan yang termasuk
dalam jenis penerimaan pembiayaan bersangkutan. Jumlah obyek penerimaan merupakan
penjumlahan dari seluruh rincian obyek penerimaan pembiayaan yang termasuk dalam
obyek penerimaan pembiayaan bersangkutan.
8.
Jumlah penerimaan merupakan hasil dari penjumlahan seluruh jenis penerimaan
pembiayaan.
9.
Formulir RKA - SKPD 3.1 dapat diperbanyak sesuai dengan kebutuhan.
10. Apabila Formulir RKA - SKPD 3.1 lebih dari satu halaman, maka pada halamanhalaman
berikutnya cukup diisi mulai dari rincian penerimaan pembiayaan dan setiap halaman
diberi nomor urut halaman.
11. Tanggal, bulan, tahun diisi berdasarkan pembuatan RKA - SKPD 3.1
12. Formulir RKA - SKPD 3.1 ditandatangani oleh kepala SKPKD dengan mencantumkan nama
lengkap dan NIP yang bersangkutan.
13. Keterangan diisi dengan tanggal pembahasan formulir RKA - SKPD 3.1 oleh tim anggaran
pemerintah daerah. Apabila terdapat catatan dari hasil pembahasan oleh tim anggaran
pemerintah daerah untuk mendapatkan perhatian Kepala SKPD dicantumkan dalam kolom
catatan hasil pembahasan.
14. Seluruh anggota tim anggaran pemerintah daerah menandatangani formulir RKA - SKPD
3.1 yang telah dibahas yang dilengkapi dengan nama, NIP dan jabatan.
15. Apabila formulir RKA - SKPD 3.1 lebih dari satu halaman maka tanggal, bulan dan tahun
pembuatan, kolom tanda tangan dan nama Kepala SKPKD, serta keterangan, tanggal
pembahasan, catatan hasil pembahasan, nama, NIP, Jabatan dan tanda tangan Tim
Anggaran Pemerintah Daerah ditempatkan pada halaman terakhir.
Selanjutnya setiap lembar RKA - SKPD 3.1 yang telah dibahas diparaf oleh setiap anggota
Tim Anggaran Pemerintah Daerah.
16. Formulir RKA - SKPD 3.1 merupakan input data untuk menyusun formulir RKA - SKPD.

simbachs@gmail.com

- 128 G.

FORMULIR RKA-SKPD 3.2


Halaman .
RENCANA KERJA DAN ANGGARAN
SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH

Formulir
RKA - SKPD
3.2

Provinsi/Kabupaten/Kota .
Tahun Anggaran ...
Urusan Pemerintahan : x. xx.
Organisasi

: x. xx. xx. .
Rincian Pengeluaran Pembiayaan

x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x

Kode
Rekening
x x xx
x x xx
x x xx
x x xx
x x xx
x x xx
x x xx
x x xx
x x xx
x x xx
x x xx
x x xx
x x xx
x x xx
x x xx
x x xx
x x xx
x x xx

Jumlah
(Rp)

Uraian
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
Jumlah Pengeluaran

..,tanggal..
Kepala SKPKD
(tanda tangan)
(nama lengkap)
NIP.
Keterangan
Tanggal Pembahasan
Catatan Hasil Pembahasan
1.
2.
Dst
No

:
:
:

Tim Anggaran Pemerintah Daerah:


Nama
NIP
Jabatan

Tandatangan

1
2
dst

simbachs@gmail.com

- 129 Cara Pengisian Formulir RKA - SKPD 3.2


Formulir ini tidak diisi oleh satuan kerja perangkat daerah lainnya, pengerjaan dilakukan oleh
satuan kerja pengelola keuangan daerah.
1.
Provinsi/kabupaten/kota diisi dengan nama provinsi/kabupaten/kota.
2.
Tahun anggaran diisi dengan tahun anggaran yang direncanakan.
3.
Urusan Pemerintahan diisi dengan nomor kode urusan pemerintahan dan nama urusan
pemerintahan daerah yang dilaksanakan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi SKPD.
4.
Organisasi diisi dengan nomor kode perangkat daerah dan nama satuan kerja perangkat
daerah.
5.
Kolom 1 (kode rekening)
diisi dengan nomor kode rekening akun,
kelompok/jenis/objek/rincian objek pengeluaran pembiayaan .
6.
Kolom 2 (uraian) diisi dengan nama akun, kelompok, jenis, obyek dan rincian obyek
pengeluaran pembiayaan.
7.
Kolom 3 (jumlah) diisi dengan jumlah jenis pengeluaran pembiayaan berkenaan yang
merupakan hasil penjumlahan dari seluruh obyek pengeluaran pembiayaan yang termasuk
dalam jenis pengeluaran pembiayaan bersangkutan. Jumlah obyek pengeluaran
merupakan penjumlahan dari seluruh rincian obyek pengeluaran pembiayaan yang
termasuk dalam obyek pengeluaran pembiayaan bersangkutan.
8.
Jumlah pengeluaran merupakan hasil dari penjumlahan seluruh jenis pengeluaran
pembiayaan.
9.
Formulir RKA - SKPD 3.2 dapat diperbanyak sesuai dengan kebutuhan.
10. Apabila Formulir RKA - SKPD 3.2 lebih dari satu halaman, maka pada halamanhalaman
berikutnya cukup diisi mulai dari rincian pengeluaran pembiayaan dan setiap halaman
diberi nomor urut halaman.
11. Tanggal, bulan, tahun diisi berdasarkan pembuatan RKA - SKPD 3.2
12. Formulir RKA - SKPD 3.2 ditandatangani oleh kepala SKPKD dengan mencantumkan nama
lengkap dan NIP yang bersangkutan.
13. Keterangan diisi dengan tanggal pembahasan formulir RKA - SKPD 3.2 oleh tim anggaran
pemerintah daerah. Apabila terdapat catatan dari hasil pembahasan oleh tim anggaran
pemerintah daerah untuk mendapatkan perhatian Kepala SKPD dicantumkan dalam kolom
catatan hasil pembahasan.
14. Seluruh anggota tim anggaran pemerintah daerah menandatangani formulir RKA - SKPD
3.2 yang telah dibahas yang dilengkapi dengan nama, NIP dan jabatan .
15. Apabila formulir RKA - SKPD 3.2 lebih dari satu halaman maka tanggal, bulan dan tahun
pembuatan, kolom tanda tangan dan nama Kepala SKPKD, serta keterangan, tanggal
pembahasan, catatan hasil pembahasan, nama, NIP, Jabatan dan tanda tangan Tim
Anggaran Pemerintah Daerah ditempatkan pada halaman terakhir .
Selanjutnya setiap lembar RKA - SKPD 3.2 yang telah dibahas diparaf oleh setiap anggota
Tim Anggaran Pemerintah Daerah.
16.

Formulir RKA - SKPD 3.2 merupakan input data untuk menyusun formulir RKA - SKPD.

MENTERI DALAM NEGERI,


ttd
Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA BIRO HUKUM,

H. MOH. MARUF, SE.

PERWIRA

simbachs@gmail.com

- 130 LAMPIRAN A. XV

: PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI


NOMOR
: 13 TAHUN 2006
TANGGAL
: 15 Mei 2006

FORMAT
RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG APBD
BESERTA LAMPIRAN
A.

RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG APBD


RANCANGAN PERATURAN DAERAH
PROVINSI/KABUPATEN/KOTA *)...................
NOMOR .. TAHUN .................
TENTANG
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH
TAHUN ANGGARAN ......................
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA *).....,

Menimbang :

Mengingat

a.

bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 181 ayat (1)


Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 Tentang
Perubahan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah menjadi Undang-Undang, Kepala daerah
mengajukan Rancangan Peraturan Daerah tentang Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) kepada Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) untuk memperoleh
persetujuan bersama;

b.

bahwa Rancangan Peraturan Daerah tentang Anggaran


Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang diajukan
sebagaimana dimaksud dalam huruf a, merupakan perwujudan
dari Rencana Kerja Pemerintah Daerah Tahun .... yang
dijabarkan kedalam kebijakan umum APBD serta prioritas dan
plafon anggaran yang telah disepakati bersama antara
pemerintah daerah dengan DPRD pada tanggal ........ bulan
...... tahun ......;

c.

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada


huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Rancangan Peraturan
Daerah tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Provinsi/Kabupaten/Kota
.................
Tahun
Anggaran
...............;

1.

Undang-Undang Nomor .......... Tahun ........... tentang


Pembentukan Daerah ................ (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun ......... Nomor ........., Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor .......);

simbachs@gmail.com

- 131 2.

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi


dan Bangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1985 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3312) sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994 (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 62, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3569);

3.

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah


dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3685) sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 246 Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4048);

4.

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1997 tentang Bea Perolehan


Hak Atas Tanah dan Bangunan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1997 Nomor 44, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3688);

5.

Tahun
1999
tentang
Undang-undang
Nomor
28
Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi,
Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3851);

6.

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan


Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003
Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4286);

7.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan


Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4355);

8.

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan


Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4389);

9.

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksanaan


Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);

10. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem


Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
11. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan UndangUndang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005

simbachs@gmail.com

- 132 Tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004


tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang-Undang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia nomor 4548);
12. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 tentang
Pembinaan
dan
Pengawasan
atas
Penyelenggaran
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2001 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4090);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001
Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4138);
15. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001
Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4139);
16. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang
Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota
DPRD (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 90, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4416) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 37 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang
Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 94, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4540);
17. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 48, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4502);
18. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2005 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4503);
19. Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2005 tentang Pinjaman
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 136, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4574);
20. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana
Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2005 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4575);

simbachs@gmail.com

- 133 21. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem


Informasi Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 138, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4576);
22. Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2005 tentang Hibah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 139,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4577);
23. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4578);
24. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman
Penyusunan dan penerapan Standar Pelayanan Minimal
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 150,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4585);
25. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan
Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614);
26. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor Tahun ... tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;
27. Peraturan Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota .................. Nomor
.. Tahun ...... tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan
Daerah;
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH ..........
dan
GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA*) .....................
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN DAERAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA ........ (nama
daerah) TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH
TAHUN ANGGARAN ................

Pasal 1
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran............. sebagai berikut:
1.

Pendapatan Daerah

Rp.........

2.

Belanja Daerah

Rp.........
Surplus/(Defisit)

3.

(-)
Rp.

Pembiayaan Daerah:

simbachs@gmail.com

- 134 a.

Penerimaan

Rp.........

b.

Pengeluaran

Rp.........

(-)
Pembiayaan Netto

Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran tahun Berkenaan:

Rp.
(-)
Rp.

Pasal 2
(1) Pendapatan Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 terdiri dari :
a. Pendapatan Asli Daerah sejumlah Rp
b. Dana perimbangan sejumlah Rp
c. Lain-lain pendapatan daerah yang sah sejumlah Rp
(2) Pendapatan Asli Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri
dari jenis pendapatan:
a. Pajak daerah sejumlah Rp
b. Retribusi daerah sejumlah Rp
c. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan sejumlah Rp
d. Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah sejumlah Rp
(3) Dana perimbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri dari
jenis pendapatan:
a. Dana bagi hasil sejumlah Rp
b. Dana alokasi umum sejumlah Rp
c. Dana alokasi khusus sejumlah Rp
(4) Lain-lain pendapatan daerah yang sah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c terdiri dari jenis pendapatan:
a. Hibah sejumlah Rp
b. Dana darurat sejumlah Rp
c. Dana Bagi Hasil Pajak sejumlah Rp
d. Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus sejumlah Rp
e. Bantuan keuangan dari provinsi atau dari pemerintah daerah lainnya
sejumlah Rp
Pasal 3
(1) Belanja Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 terdiri dari :
a. Belanja Tidak Langsung sejumlah Rp
b. Belanja Langsung sejumlah Rp
(2) Belanja Tidak Langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri
dari jenis belanja:
a. Belanja pegawai sejumlah Rp
b. Belanja bunga sejumlah Rp
c. Belanja subsidi sejumlah Rp
d. Belanja hibah sejumlah Rp
e. Belanja bantuan sosial sejumlah Rp
f. Belanja bagi hasil sejumlah Rp
g. Belanja bantuan keuangan sejumlah Rp
h. Belanja tidak terduga sejumlah Rp
(3) Belanja Langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri dari jenis
belanja:
a. Belanja pegawai sejumlah Rp

simbachs@gmail.com

- 135 b. Belanja belanja barang dan jasa sejumlah Rp


c. Belanja modal sejumlah Rp
Pasal 4
(1) Pembiayaan Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 terdiri dari :
a. Penerimaan sejumlah Rp
b. Pengeluaran sejumlah Rp
(2) Penerimaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri dari jenis
pembiayaan :
a. Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran sebelumnya (SiLPA)
sejumlah Rp
b. Pencairan dana cadangan sejumlah Rp
c. Hasil penjualan kekayaan Daerah yang dipisahkan sejumlah Rp
d. Penerimaan pinjaman daerah sejumlah Rp
e. Penerimaan kembali pemberian pinjaman sejumlah Rp
f. Penerimaan piutang daerah sejumlah Rp
(3) Pengeluaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri dari jenis
pembiayaan:
a. pembentukan dana cadangan sejumlah Rp
b. penyertaan modal (investasi) pemerintah daerah sejumlah Rp
c. Pembayaran pokok utang sejumlah Rp
d. Pemberian pinjaman daerah sejumlah Rp
Pasal 5
Uraian lebih lanjut Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 1, tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini, terdiri dari:
1.

Lampiran I

Ringkasan APBD;

2.

Lampiran II

Ringkasan APBD menurut Urusan Pemerintahan Daerah dan


Organisasi;

3.

Lampiran III

Rincian APBD menurut Urusan Pemerintahan Daerah, Organisasi,


Pendapatan, Belanja dan Pembiayaan;

4.

Lampiran IV

Rekapitulasi Belanja menurut Urusan Pemerintahan Daerah,


Organisasi, Program dan Kegiatan;

5.

Lampiran V

Rekapitulasi Belanja Daerah Untuk Keselarasan dan Keterpaduan


Urusan Pemerintahan Daerah dan Fungsi dalam Kerangka
Pengelolaan Keuangan Negara;

6.

Lampiran VI

Daftar Jumlah Pegawai Per Golongan dan Per Jabatan;

7.

Lampiran VII

Daftar piutang daerah;

8.

Lampiran VIII Daftar penyertaan modal (investasi) daerah;

9.

Lampiran IX

Daftar Perkiraan Penambahan dan Pengurangan Aset Tetap


Daerah;

10. Lampiran X

Daftar perkiraan penambahan dan pengurangan aset lainnya;

11. Lampiran XI

Daftar kegiatan-kegiatan tahun anggaran sebelumnya yang


belum diselesaikan dan dianggarkan kembali dalam tahun
anggaran ini;

simbachs@gmail.com

- 136 12. Lampiran XII

Daftar dana cadangan daerah ;dan

13. Lampiran XIII Daftar pinjaman daerah dan obligasi daerah.


Pasal 6
Gubernur/Bupati/Walikota menetapkan Peraturan tentang Penjabaran Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah sebagai landasan operasional pelaksanaan APBD.
Pasal 7
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah
ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah.
Ditetapkan di ..
pada tanggal ..
GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA*)..
(tanda tangan)
(nama lengkap)
**)

Perda ini dinyatakan sah


pada tanggal

Diundangkan di .
pada tanggal ...........
SEKRETARIS DAERAH .... (Nama Provinsi/Kabupaten/Kota),
(tanda tangan)
(nama lengkap)
NIP .
LEMBARAN DAERAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA TAHUN NOMOR
Keterangan :
*)
coret yang tidak perlu
**)
Dalam hal rancangan Peraturan Daerah tidak ditetapkan Gubernur atau Bupati atau
Walikota paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak rancangan tersebut disetujui
bersama.

simbachs@gmail.com

- 137 B.

RINGKASAN APBD
LAMPIRAN I

PERATURAN DAERAH
NOMOR
:
TANGGAL
:

PROVINSI/KABUPATEN/KOTA ..
RINGKASAN APBD
TAHUN ANGGARAN

Nomor
Urut

Uraian

Jumlah

1.

PENDAPATAN DAERAH

1.1
1.1.1
1.1.2
1.1.3
1.1.4

Pendapatan asli daerah


Pajak Daerah
Retribusi Daerah
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah

1.2
1.2.1
1.2.2
1.2.3

Dana perimbangan
Dana Bagi Hasil Pajak/ Bagi Hasil Bukan Pajak
Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Khusus

1.3
1.3.1
1.3.2
1.3.3
1.3.4
1.3.5

Lain-lain pendapatan daerah yang sah


Hibah
Dana Darurat
Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah lainnya
Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus
Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah lainnya
Jumlah Pendapatan

2.

BELANJA DAERAH

2.1
2.1.1
2.1.2
2.1.3
2.1.4
2.1.5
2.1.6

2.1.8

Belanja Tidak Langsung


Belanja pegawai
Belanja bunga
Belanja subsidi
Belanja hibah
Belanja bantuan sosial
Belanja Bagi Hasil Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintahan
Desa
Belanja Bantuan Keuangan Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota Dan
Pemerintahan Desa
Belanja Tidak Terduga

2.2
2.2.1
2.2.2
2.2.3

Belanja Langsung
Belanja pegawai
Belanja barang dan jasa
Belanja modal

2.1.7

Jumlah Belanja
Surplus/(Defisit)

simbachs@gmail.com

- 138 Nomor
Urut

Uraian

Jumlah

3.

PEMBIAYAAN DAERAH

3.1
3.1.1
3.1.2
3.1.3
3.1.4
3.1.5
3.1.6

Penerimaan pembiayaan
Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran sebelumnya (SiLPA)
Pencairan dana cadangan
Hasil penjualan kekayaan Daerah yang dipisahkan
Penerimaan pinjaman daerah
Penerimaan kembali pemberian pinjaman
Penerimaan piutang daerah
Jumlah penerimaan pembiayaan

3.2
3.2.1
3.2.2
3.2.3
3.2.4

Pengeluaran pembiayaan
Pembentukan dana cadangan
Penyertaan modal (Investasi) pemerintah daerah
Pembayaran pokok utang
Pemberian pinjaman daerah
Jumlah pengeluaran pembiayaan
Pembiayaan neto

3.3

Sisa lebih pembiayaan anggaran tahun berkenaan (SILPA)

Keterangan :
*)
coret yang tidak perlu
.........,tanggal.
Gubernur/Bupati/Walikota*).....
(tanda tangan)
(nama lengkap)

simbachs@gmail.com

- 139 C.

RINGKASAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI

LAMPIRAN II

PERATURAN DAERAH
NOMOR
:
TANGGAL
:

PROVINSI/KABUPATEN/KOTA
RINGKASAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI
TAHUN ANGGARAN
Belanja

Kode

Urusan Pemerintahan Daerah

Pendapatan

Tidak
Langsung

Langsung

Jumlah
Belanja

URUSAN WAJIB

1
1
1
1

01
01
01
01

01
02
03

Pendidikan
Dinas Pendidikan
Kantor Perpustakaan Daerah
Dst

1
1
1
1
1
1
1

02
02
02
02
02
02
02

01
02
03
04
05
06

Kesehatan
Dinas Kesehatan
Rumah Sakit Umum Daerah
Rumah Sakit Jiwa
Rumah Sakit Paru-paru
Rumah Sakit Ketergantungan Obat
Dst

1
1
1
1
1
1
1

03
03
03
03
03
03
03

01
02
03
04
05
06

Pekerjaan Umum
Dinas Pekerjaan Umum
Dinas Bina Marga
Dinas Pengairan
Dinas Pengawasan Bangunan dan Tata Kota
Dinas Cipta Karya
Dst

1
1
1
1
1

04
04
04
04
04

01
02
03
04

Perumahan
Dinas Permukiman
Dinas Pemadam Kebakaran
Dinas Pemakaman
Dst

1
1
1

05
05
05

01
02

Penataan Ruang
Dinas Tata Ruang
Dst

1
1
1

06
06
06

01
02

Perencanaan Pembangunan
BAPPEDA
Dst

1
1
1

07
07
07

01
02

Perhubungan
Dinas Perhubungan
Dst

1
1
1
1
1
1

08
08
08
08
08
08

01
02
03
04
05

Lingkungan Hidup
Dinas Lingkungan Hidup
Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah
Dinas Pertamanan
Dinas Kebersihan
Dst

simbachs@gmail.com

- 140 Belanja
Kode

Urusan Pemerintahan Daerah

Pendapatan

Tidak
Langsung

Langsung

Jumlah
Belanja

1
1
1

09
09
09

01
02

Pertanahan
Badan Pertanahan Daerah
Dst

1
1
1

10
10
10

01
02

Kependudukan dan Catatan Sipil


Dinas Kependudukan dan Caatatan Sipil
Dst

1
1
1

11
11
11

01
02

Pemberdayaan Perempuan
Dinas Pemberdayaan Perempuan
Dst

1
1
1

12
12
12

01
02

Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera


Badan Koordinasi Keluarga Berencana Daerah
Dst

1
1
1

13
13
13

01
02

Sosial
Dinas Sosial
Dst

1
1
1

14
14
14

01
02

Tenaga Kerja
Dinas Tenaga Kerja
Dst

1
1
1

15
15
15

01
02

Koperasi dan Usaha Kecil Menengah


Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah
Dst

1
1
1

16
16
16

01
02

Penanaman Modal
Badan Penanaman Modal Daerah
Dst

1
1
1
1

17
17
17
17

01
02
03

Kebudayaan
Dinas Kebudayaan
Permuseuman
Dst

1
1
1

18
18
18

01
02

Pemuda dan Olah Raga


Dinas Pemuda dan Olah Raga
Dst

1
1
1
1
1

19
19
19
19
19

01
02
03
04

Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri


Dinas Kesbang Linmas
Dinas Ketentraman dan Ketertiban
Kantor Satuan Polisi Pamong Praja
Dst

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20

01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11

Pemerintahan Umum
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Kepala Daerah & Wakil Kepala Daerah
Sekretariat Daerah
Sekretariat DPRD
Badan Pengelola Keuangan Daerah
Badan Penelitian dan Pengembangan
Badan Pengawasan Daerah
Kantor Penghubung
Kecamatan
Kelurahan
Dst

1
1
1

21
21
21

01
02

Kepegawaian
Badan Pendidikan dan Pelatihan
Badan Kepegawaian Daerah

simbachs@gmail.com

- 141 Belanja
Kode

Urusan Pemerintahan Daerah

Pendapatan

Tidak
Langsung

Langsung

Jumlah
Belanja

1
21

03

Dst

1
1
1

22
22
22

01
02

Pemberdayaan Masyarakat dan Desa


Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa
Dst

1
1
1
1

23
23
23
23

01
02
03

Statistik
Badan Statistik Daerah
Kantor Statistik Daerah
Dst

1
1
1

24
24
24

01
02

Kearsipan
Kantor Arsip Daerah
Dst

1
1
1
1

25
25
25
25

01
02
03

Komunikasi dan Informatika


Dinas Informasi dan Komunikasi
Kantor Pengolahan Data Elektronik
Dst

URUSAN PILIHAN

2
2
2
2
2
2

01
01
01
01
01
01

01
02
03
04
05

Pertanian
Dinas Pertanian
Dinas Perkebunan
Dinas Peternakan
Dinas Ketahanan Pangan
Dst

2
2
2

02
02
02

01
02

Kehutanan
Dinas Kehutanan
Dst

2
2
2

03
03
03

01
02

Energi dan Sumberdaya Mineral


Dinas Pertambangan
Dst

2
2
2
2

04
04
04
04

01
02
03

Pariwisata
Dinas Pariwisata
Kebun Binatang
Dst

2
2
2

05
05
05

01
02

Kelautan dan Perikanan


Dinas Kelautan dan Perikanan
Dst

2
2
2
2

06
06
06
06

01
02
03

Perdagangan
Dinas Perdagangan
Dinas Pasar
Dst

2
2
2

07
07
07

01
02

Perindustrian
Dinas Perindustrian
Dst

2
2
2

08
08
08

01
02

Transmigrasi
Dinas Transmigrasi
Dst
Jumlah
SURPLUS/(DEFISIT)

simbachs@gmail.com

- 142 PEMBIAYAAN
Kode
1

Urusan Pemerintahan Daerah


2

20
03

PENERIMAAN

PENGELUARAN

PEMBIAYAAN
NETTO

5=3-4

SILPA TAB
6

Pemerintahan Umum
Sekretariat Daerah/ B P K D

.........,tanggal.
Gubernur/Bupati/Walikota*).....
(tanda tangan)
(nama lengkap)

simbachs@gmail.com

- 143 D.

RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN


PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN

DAERAH,

LAMPIRAN III

ORGANISASI,

PERATURAN DAERAH
NOMOR
:
TANGGAL
:

PROVINSI/KABUPATEN/KOTA .
RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI,
PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN
TAHUN ANGGARAN
URUSAN PEMERINTAHAN
ORGANISASI

: x.xx.
..
: x. xx. xx. ..

KODE REKENING

URAIAN

JUMLAH

DASAR HUKUM

x.xx xx

00

00

PENDAPATAN DAERAH

x.xx
x.xx
x.xx
x.xx
x.xx

xx
xx
xx
xx
xx

00
00
00
00
00

00
00
00
00
00

4
4
4
4
4

1
1
1
1
1

1
2
3
4

Pendapatan asli daerah


Hasil Pajak Daerah
Hasil Retribusi Daerah
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah

x.xx
x.xx
x.xx
x.xx

xx
xx
xx
xx

00
00
00
00

00
00
00
00

4
4
4
4

2
2
2
2

1
2
3

Dana perimbangan
Dana Bagi Hasil Pajak/ Bagi Hasil Bukan Pajak
Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Khusus

x.xx
x.xx
x.xx
x.xx
x.xx
x.xx
x.xx

xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx

00
00
00
00
00
00
00

00
00
00
00
00
00
00

4
4
4
4
4
4
4

3
3
3
3
3
3
3

1
2
3
4
5
6

Lain-lain pendapatan daerah yang sah


Dana Penyeimbang dari Pemerintah
Dana darurat
Pendapatan Hibah
Bagi hasil pajak dari provinsi/kabupaten/kota *)
Bantuan keuangan dari provinsi/kabupaten/kota *)
Bantuan Keuangan dari pemerintah daerah lainnya
Jumlah Pendapatan

x.xx xx

00

00

BELANJA DAERAH
Belanja Tidak Langsung

x.xx
x.xx
x.xx
x.xx
x.xx
x.xx
x.xx
x.xx

xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx

00
00
00
00
00
00
00
00

00
00
00
00
00
00
00
00

5
5
5
5
5
5
5
5

1
1
1
1
1
1
1
1

1
2
3
4
5
6
7
8

Belanja
Belanja
Belanja
Belanja
Belanja
Belanja
Belanja
Belanja

Pegawai
Bunga
Subsidi
Hibah
Bantuan Sosial
Belanja Bagi Hasil
Bantuan Keuangan
Tidak Terduga

Belanja Langsung
x.xx
x.xx
x.xx
x.xx
x.xx
x.xx
x.xx
x.xx

xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx

xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx

xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx

5
5
5

2
2
2

1
2
3

5
5

2
2

1
2

Program ..
Kegiatan ..
Belanja pegawai
Belanja barang dan jasa
Belanja modal
Kegiatan ..
Belanja pegawai
Belanja barang dan jasa

simbachs@gmail.com

- 144 -

x.xx
x.xx
x.xx
x.xx
x.xx

KODE REKENING

URAIAN

JUMLAH

DASAR HUKUM

xx
xx
xx
xx
xx

xx
xx
xx
xx
xx

xx
xx
xx
xx

5
5
5

2
2
2

1
2
3

x.xx xx
x.xx xx
x.xx xx

xx
xx
xx

xx
xx
xx

5
5

2
2

1
2

Program ..
Kegiatan ..
Belanja pegawai
Belanja barang dan jasa
Belanja modal
Kegiatan ..
Belanja pegawai
Belanja barang dan jasa
dst
Jumlah Belanja
Surplus/(Defisit)

x.xx xx

00

00

x.xx xx

00

00

01

x.xx
x.xx
x.xx
x.xx
x.xx
x.xx

00
00
00
00
00
00

00
00
00
00
00
00

6
6
6
6
6
6

01
01
01
01
01
01

xx
xx
xx
xx
xx
xx

PEMBIAYAAN DAERAH
Penerimaan pembiayaan
1
2
3
4
5
6

SiLPA Tahun Anggaran sebelumnya


Pencairan dana cadangan
Hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan
Penerimaan pinjaman daerah
Penerimaan kembali pemberian pinjaman
Penerimaan piutang daerah
Jumlah penerimaan pembiayaan

x.xx xx

00

00

02

x.xx
x.xx
x.xx
x.xx

00
00
00
00

00
00
00
00

6
6
6
6

02
02
02
02

xx
xx
xx
xx

Pengeluaran pembiayaan
1
2
3
4

Pembentukan dana cadangan


Penyertaan modal (Investasi) pemerintah daerah
Pembayaran pokok utang
Pemberian pinjaman daerah
Jumlah pengeluaran pembiayaan
Pembiayaan neto

Keterangan :
*) coret yang tidak perlu
.........,tanggal.
Gubernur/Bupati/Walikota*).....
(tanda tangan)
(nama lengkap)

simbachs@gmail.com

- 145 E.

REKAPITULASI BELANJA MENURUT


ORGANISASI, PROGRAM DAN KEGIATAN

URUSAN

PEMERINTAHAN

LAMPIRAN IV

DAERAH,

PERATURAN DAERAH
NOMOR
:
TANGGAL
:

PROVINSI/KABUPATEN/KOTA ..
REKAPITULASI BELANJA MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI
PROGRAM DAN KEGIATAN TAHUN ANGGARAN
Jenis Belanja
Kode

Uraian Urusan, Organisasi,


Program dan Kegiatan

Pegawai

Barang
dan Jasa

Modal

Jumlah
6 = 3+4+5

URUSAN WAJIB

01

01

Pendidikan
01

Dinas Pendidikan

01

01

xx

01

01

xx

Program
xx

Kegiatan ..

01

02

01

02

xx

Kantor Perpustakaan Daerah

01

02

xx

01

03

Dst

02

02

01

Dinas Kesehatan

Program
xx

Kegiatan ..

Kesehatan

02

01

xx

02

01

xx

02

02

02

02

xx

02

02

xx

02

03

02

03

xx

02

03

xx

02

04

Program
xx

Kegiatan ..
Rumah Sakit Umum Daerah
Program

xx

Kegiatan ..
Rumah Sakit Jiwa
Program

xx

Kegiatan ..
Rumah Sakit Paru-paru

02

04

xx

02

04

xx

Program

02

05

02

05

xx

02

05

xx

02

06

Dst

03

03

01

Dinas Pekerjaan Umum

xx

Kegiatan ..
Rumah Sakit Ketergantungan Obat
Program

xx

Kegiatan ..

Pekerjaan Umum

03

01

xx

03

01

xx

03

02

Program
xx

Kegiatan ..
Dinas Bina Marga

simbachs@gmail.com

- 146 Jenis Belanja


Kode

Uraian Urusan, Organisasi,


Program dan Kegiatan

Pegawai

Barang
dan Jasa

Modal

03

1
02

xx

03

02

xx

03

03

03

03

xx

03

03

xx

03

04

03

04

xx

03

04

xx

03

05

03

05

xx

03

05

xx

03

06

Dst

04

04

01

Dinas Permukiman

04

01

xx

04

01

xx

04

02

Jumlah
6 = 3+4+5

Program
xx

Kegiatan ..
Dinas Pengairan
Program

xx

Kegiatan ..
Dinas Pengawasan Bangunan dan Tata Kota
Program

xx

Kegiatan ..
Dinas Cipta Karya
Program

xx

Kegiatan ..

Perumahan
Program
xx

Kegiatan ..
Dinas Pemadam Kebakaran*)

04

02

xx

04

02

xx

04

03

Program
xx

Kegiatan ..
Dinas Pemakaman*)

04

03

xx

04

03

xx

Program

04

04

Dst

05

05

01

Dinas Tata Ruang*)

xx

Kegiatan ..

Penataan Ruang

05

01

xx

05

01

xx

05

02

06

06

Program
xx

Kegiatan ..
Dst
Perencanaan Pembangunan

01

BAPPEDA

06

01

xx

06

01

xx

Program

06

02

Dst

07

07

01

Dinas Perhubungan

xx

Kegiatan ..

Perhubungan

07

01

xx

07

01

xx

Program

07

02

Dst

08

08

01

Dinas Lingkungan Hidup

xx

Kegiatan ..

Lingkungan Hidup

08

01

xx

08

01

xx

Program
xx

Kegiatan ..

simbachs@gmail.com

- 147 Jenis Belanja


Kode

Uraian Urusan, Organisasi,


Program dan Kegiatan

Pegawai

Barang
dan Jasa

Modal

1
1

08

Badan Pengendalian
Daerah
Program

02

Dampak

08

02

xx

08

02

xx

08

03

08

03

xx

08

03

xx

08

04

08

04

xx

08

04

xx

08

05

Dst

09

09

01

Badan Pertanahan Daerah

xx

Jumlah
6 = 3+4+5

Lingkungan

Kegiatan ..
Dinas Pertamanan
Program

xx

Kegiatan ..
Dinas Kebersihan
Program

xx

Kegiatan ..

Pertanahan

09

01

xx

09

01

xx

Program

09

02

Dst

10

10

01

Dinas Kependudukan dan Caatatan Sipil

xx

Kegiatan ..

Kependudukan dan Catatan Sipil

10

01

xx

10

01

xx

Program

10

02

Dst

11

11

01

Dinas Pemberdayaan Perempuan

xx

Kegiatan ..

Pemberdayaan Perempuan

11

01

xx

11

01

xx

Program

11

02

Dst

12

12

01

Keluarga
Berencana
dan
Keluarga
Sejahtera
Badan Koordinasi Keluarga Berencana Daerah

xx

Kegiatan ..

12

01

xx

12

01

xx

Program

12

02

Dst

13

13

01

Dinas Sosial

xx

Kegiatan ..

Sosial

13

01

xx

13

01

xx

Program

13

02

Dst

14

14

01

Dinas Tenaga Kerja

xx

Kegiatan ..

Tenaga Kerja

14

01

xx

14

01

xx

Program

14

02

Dst

15

15

01

Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah

xx

Kegiatan ..

Koperasi dan Usaha Kecil Menengah

simbachs@gmail.com

- 148 Jenis Belanja


Kode

15

1
01

xx

15

01

xx

15

02

16

16

01

16

01

xx

16

01

xx

16

02

17

17

01

17

01

xx

17

01

xx

Uraian Urusan, Organisasi,


Program dan Kegiatan

Pegawai

Barang
dan Jasa

Modal

Jumlah
6 = 3+4+5

Program
xx

Kegiatan ..
Dst
Penanaman Modal
Badan Penanaman Modal Daerah
Program

xx

Kegiatan ..
Dst
Kebudayaan
Dinas Kebudayaan
Program

xx

Kegiatan ..

17

02

17

02

xx

Permuseuman

17

02

xx

17

03

Dst

18

18

01

Dinas Pemuda dan Olah Raga

Program
xx

Kegiatan ..

Pemuda dan Olah Raga

18

01

xx

18

01

xx

Program

18

02

Dst

19

19

01

Kesatuan Bangsa dan


Negeri
Dinas Kesbang Linmas

19

01

xx

19

01

xx

19

02

xx

Kegiatan ..

Politik

Dalam

Program
xx

Kegiatan ..
Dinas Ketentraman dan Ketertiban

19

02

xx

19

02

xx

19

03

19

03

xx

19

03

xx

19

04

20

20

03

20

03

xx

20

03

xx

20

04

20

04

xx

20

04

xx

20

05

20

05

xx

20

05

xx

Program
xx

Kegiatan ..
Kantor Satuan Polisi Pamong Praja
Program

xx

Kegiatan ..
Dst
Pemerintahan Umum
Sekretariat Daerah
Program

xx

Kegiatan ..
Sekretariat DPRD
Program

xx

Kegiatan ..
Badan Pengelola Keuangan Daerah
Program

xx

Kegiatan ..

simbachs@gmail.com

- 149 Jenis Belanja


Uraian Urusan, Organisasi,
Program dan Kegiatan

Kode

20

1
06

2
Badan Penelitian dan Pengembangan

20

06

xx

20

06

xx

20

07

20

07

xx

20

07

xx

20

08

20

08

xx

20

08

xx

20

09

Pegawai

Barang
dan Jasa

Modal

Jumlah
6 = 3+4+5

Program
xx

Kegiatan ..
Badan Pengawasan Daerah
Program

xx

Kegiatan ..
Kantor Penghubung
Program

xx

Kegiatan ..
Kecamatan

20

09

xx

20

09

xx

Program

20

10

20

10

xx

20

10

xx

20

11

Dst

21

21

01

Badan Pendidikan dan Pelatihan

xx

Kegiatan ..
Kelurahan
Program

xx

Kegiatan ..

Kepegawaian

21

01

xx

21

01

xx

21

02

21

02

xx

21

02

xx

21

03

22

22

01

22

01

xx

22

01

xx

22

02

23

Program
xx

Kegiatan ..
Badan Kepegawaian Daerah
Program

xx

Kegiatan ..
Dst
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa
Program

xx

Kegiatan ..
Dst
Statistik

23

01

23

01

xx

Badan Statistik Daerah

23

01

xx

23

03

24

24

01

24

01

xx

24

01

xx

24

02

25

25

01

25

01

xx

25

01

xx

Program
xx

Kegiatan ..
Dst
Kearsipan
Kantor Arsip Daerah
Program

xx

Kegiatan ..
Dst
Komunikasi dan Informatika
Dinas Informasi dan Komunikasi
Program

xx

Kegiatan ..

simbachs@gmail.com

- 150 Jenis Belanja


Kode

Uraian Urusan, Organisasi,


Program dan Kegiatan

Pegawai

Barang
dan Jasa

Modal

25

02

25

02

xx

25

02

xx

25

03

Jumlah
6 = 3+4+5

Kantor Pengolahan Data Elektronik


Program
xx

Kegiatan ..
Dst

URUSAN PILIHAN

01

01

Pertanian
01

Dinas Pertanian

01

01

xx

01

01

xx

Program

01

02

01

02

xx

01

02

xx

01

03

01

03

xx

01

03

xx

01

04

01

04

xx

01

04

xx

01

05

Dst

02

02

01

Dinas Kehutanan

xx

Kegiatan ..
Dinas Perkebunan
Program

xx

Kegiatan ..
Dinas Peternakan
Program

xx

Kegiatan ..
Dinas Ketahanan Pangan
Program

xx

Kegiatan ..

Kehutanan

02

01

xx

02

01

xx

Program

02

02

Dst

03

03

01

Dinas Pertambangan

xx

Kegiatan ..

Energi dan Sumberdaya Mineral

03

01

xx

03

01

xx

Program

03

02

Dst

04

04

01

Dinas Pariwisata

xx

Kegiatan ..

Pariwisata

04

01

xx

04

01

xx

04

02

Program
xx

Kegiatan ..
Kebun Binatang

04

02

xx

04

02

xx

Program

04

03

Dst

05

05

01

Dinas Kelautan dan Perikanan

xx

Kegiatan ..

Kelautan dan Perikanan

05

01

xx

05

01

xx

Program
xx

Kegiatan ..

simbachs@gmail.com

- 151 Jenis Belanja


Kode

05

06

06

Uraian Urusan, Organisasi,


Program dan Kegiatan

Pegawai

Barang
dan Jasa

Modal

1
02

Dst

01

Dinas Perdagangan

Jumlah
6 = 3+4+5

Perdagangan

06

01

xx

06

01

xx

Program

06

02

06

02

xx

06

02

xx

06

03

Dst

07

07

01

Dinas Perindustrian

xx

Kegiatan ..
Dinas Pasar
Program

xx

Kegiatan ..

Perindustrian

07

01

xx

07

01

xx

Program

07

02

Dst

08

08

01

Dinas Transmigrasi

xx

Kegiatan ..

Transmigrasi

08

01

xx

08

01

xx

08

02

Program
xx

Kegiatan ..
Dst
Jumlah

*)

Untuk Kabupaten/Kota
**)
coret yang tidak perlu
........., tanggal.
GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA**).....
(tanda tangan)
(nama lengkap)

simbachs@gmail.com

- 152 F.

REKAPITULASI BELANJA DAERAH UNTUK KESELARASAN DAN KETERPADUAN


URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN FUNGSI DALAM KERANGKA
PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA
LAMPIRAN V

PERATURAN DAERAH
NOMOR
:
TANGGAL
:

PROVINSI/KABUPATEN/KOTA ..
REKAPITULASI BELANJA DAERAH UNTUK KESELARASAN DAN
KETERPADUAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN FUNGSI DALAM
KERANGKA PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA
TAHUN ANGGARAN
KODE

URAIAN

01

JUMLAH
6=3+4+5

Pelayanan umum

01

06

Perencanaan Pembangunan

01

20

Pemerintahan Umum

01

21

Kepegawaian

01

23

Statistik

01

24

Kearsipan

01

25

Komunikasi dan Informatika

02

Pertahanan

03

Ketertiban dan keamanan

03

JENIS BELANJA
BARANG
MODAL
PEGAWAI
DAN JASA
3
4
5

19

04

Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam


Negeri
Ekonomi

04

07

Perhubungan

04

14

Tenaga Kerja dan Transmigrasi

04

15

Koperasi dan Usaha Kecil Menengah

04

16

Penanaman Modal

04

22

Pemberdayaan Masyarakat dan Desa

04

01

Pertanian

04

02

Kehutanan

04

03

Energi dan Sumberdaya Mineral

04

05

Kelautan dan Perikanan

04

06

Perdagangan

04

07

Perindustrian

04

08

Transmigrasi

05

Lingkungan hidup

05

05

Penataan Ruang

05

08

Lingkungan Hidup

05

09

Pertanahan

simbachs@gmail.com

- 153 KODE

URAIAN

06

JUMLAH
6=3+4+5

Perumahan dan fasilitas umum

06

03

Pekerjaan Umum

06

04

Perumahan

07

Kesehatan

07

02

Kesehatan

07

12

Keluarga Berencana

08

Pariwisata dan budaya

08

17

Kebudayaan

08

04

Pariwisata

09

Agama

10

Pendidikan

10

01

Pendidikan

10

18

Pemuda dan Olah Raga

11

*)

JENIS BELANJA
BARANG
PEGAWAI
MODAL
DAN JASA
3
4
5

Perlindungan sosial

11

10

Kependudukan dan Catatan Sipil

11

11

Pemberdayaan Perempuan

10

12

Keluarga Sejahtera

10

13

Sosial

coret yang tidak perlu


........., tanggal.
GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA*).....
(tanda tangan)
(nama lengkap)

simbachs@gmail.com

- 154 G.

DAFTAR JUMLAH PEGAWAI PER GOLONGAN DAN PER JABATAN


LAMPIRAN VI

PERATURAN DAERAH
NOMOR
:
TANGGAL
:

PROVINSI/KABUPATEN/KOTA *)..
DAFTAR JUMLAH PEGAWAI PER GOLONGAN DAN PER JABATAN
TAHUN ANGGARAN .
ESELON

NON ESELON

GOLONGAN/RUANG
I

II

III IV

TENAGA
FUNGSIONAL

JUMLAH
STAF

Golongan IV/e
Golongan IV/d
Golongan IV/c
Golongan IV/b
Golongan IV/a
JUMLAH GOLONGAN IV
Golongan III/d
Golongan III/c
Golongan III/b
Golongan III/a
JUMLAH GOLONGAN III
Golongan II/d
Golongan II/c
Golongan II/b
Golongan II/a
JUMLAH GOLONGAN II
Golongan I/d
Golongan I/c
Golongan I/b
Golongan I/a
JUMLAH GOLONGAN I
TOTAL
*)

coret yang tidak perlu


........., tanggal.
GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA*).....
(tanda tangan)
(nama lengkap)

simbachs@gmail.com

H.

DAFTAR PIUTANG DAERAH

LAMPIRAN VII

PERATURAN DAERAH
NOMOR
:
TANGGAL

PROVINSI/KABUPATEN/KOTA*)
DAFTAR PIUTANG DAERAH
TAHUN ANGGARAN.

No.

Uraian rincian
piutang

Tahun pengakuan
piutang

Jumlah piutang
sampai dengan
tahun n-2

Perkiraan
penambahan
tahun n-1

Perkiraan
pengurangan
tahun n-1

Perkiraan
saldo
akhir tahun
tahun n-1

7 = 4+5-6

Jumlah

Keterangan :
*) coret yang tidak perlu
.........,tanggal.
GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA*).....
(tanda tangan)
(nama lengkap)

simbachs@gmail.com

- 156 CARA PENGISIAN:


Judul
Diisi nama provinsi/kabupaten/kota dan tahun anggaran.
Kolom 1
Diisi dengan nomor urut jenis piutang daerah dan/atau nama debitur.
Kolom 2
Diisi dengan seluruh jenis piutang daerah dan/atau nama debitur yang belum
memenuhi kewajiban kepada pemerintah daerah (belum tertagih) mulai dari
sampai dengan tahun anggaran yang direncanakan. Jenis piutang dimaksud dapat
diuraikan secara berturut-turut berdasarkan objek pendapatan asli daerah, dana
perimbangan dan lain-lain pendapatan yang sah.
Kolom 3
Diisi dengan tahun pengakuan terjadinya piutang daerah terhadap setiap jenis
piutang/debitur.
Kolom 4
Diisi dengan jumlah kumulatif dari sejak terjadinya piutang daerah sampai dengan
2 (dua) tahun terakhir belum dapat ditagih dari pihak yang bersangkutan, seperti
pajak daerah, retribusi daerah, dana perimbangan dan lain-lain pendapatan
daerah yang sah.
Kolom 5
Diisi dengan perkiraan jumlah piutang yang akan bertambah sampai dengan 1
(satu) tahun sebelum tahun anggaran yang direncanakan. Kolom ini selain untuk
memperkirakan penambahan baik terhadap jenis piutang dan/atau debitur yang
lama maupun untuk mencatat adanya jumlah piutang yang baru dalam tahun
anggaran yang direncanakan.
Kolom 6
Diisi dengan perkiraan pengurangan atas jumlah piutang berkenaan yang akan
diterima Kas Daerah sampai dengan 1 (satu) tahun sebelum tahun anggaran yang
direncanakan.
Kolom 7
Diisi dengan perkiraan Saldo Piutang Daerah dari setiap jenis/debitur yang belum
tertagih sampai dengan 1 (satu) tahun sebelum tahun anggaran yang
direncanakan.
Jumlah
Diisi dengan jumlah seluruh piutang daerah sampai dengan 2 (dua) tahun terakhir
belum dapat ditagih, perkiraan seluruh jumlah piutang daerah yang akan
bertambah sampai dengan 1 (satu) tahun sebelum tahun anggaran yang
direncanakan, perkiraan seluruh pengurangan atas jumlah piutang daerah yang
akan diterima Kas Daerah sampai dengan 1 (satu) tahun sebelum tahun anggaran
yang direncanakan dan perkiraan jumlah Saldo Piutang Daerah yang belum
tertagih sampai dengan 1 (satu) tahun sebelum tahun anggaran yang
direncanakan.

simbachs@gmail.com

I.

DAFTAR PENYERTAAN MODAL (INVESTASI) DAERAH


LAMPIRAN VIII

PERATURAN DAERAH
NOMOR
:
TANGGAL

PROVINSI/KABUPATEN/KOTA*)
DAFTAR PENYERTAAN MODAL (INVESTASI) DAERAH
TAHUN ANGGARAN.

No.

Tahun
Penyertaan
Modal

Nama
Badan/Lembaga
/ Pihak Ketiga

Dasar hukum
penyertaan
modal
(investasi)
daerah

Bentuk
penyertaan
modal
(investasi)
daerah

Jumlah
penyertaan
modal
(investasi)
daerah

Jumlah modal
yang telah
disertakan
sampai tahun
anggaran lalu

Jumlah modal
Jumlah Sisa
Jumlah modal
Hasil
(investasi)
Modal
yang telah
Sisa modal yang
penyertaan
yang akan
(Investasi) yang
Penyertaan
disertakan
modal
belum
diterima
modal tahun ini
disertakan
sampai dengan
(investasi)
disertakan
kembali tahun sampai dengan
tahun ini
daerah tahun ini
ini
tahun ini
8

9=7+8

10=6-9

11

12

13=9-12

1.
2.
3.
4.
5.
6.
Dst
JUMLAH

Keterangan :
*) coret yang tidak perlu

.........,tanggal.
GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA*).....
(tanda tangan)
(nama lengkap)

simbachs@gmail.com

- 158 CARA PENGISIAN:


Judul
Diisi dengan nama provinsi/kabupaten/kota dan tahun anggaran
Kolom 1 Diisi dengan nomor urut penyertaan modal (investasi) daerah
Kolom 2 Diisi dengan tahun pada saat dilaksanakannya/dilakukan penandatanganan perjanjian penyertaan modal
(investasi) daerah
Kolom 3 Diisi dengan seluruh nama lembaga/badan usaha atau perusahaan pihak ketiga tempat disertakannya
modal pemerintah daerah. Nama lembaga/badan usaha atau perusahaan pihak ketiga dimaksud secara
berturut-turut dicantumkan mulai dari saat pertama kali penyertaan modal (investasi) daerah sampai
dengan yang dianggarkan dalam tahun anggaran yang direncanakan.
Kolom 4 Diisi dengan peraturan daerah (nomor, tahun, tentang) yang menjadi dasar hukum penyertaan modal
(investasi) daerah
Kolom 5 Diisi dengan bentuk penyertaan modal (investasi) daerah dapat berupa saham, deposito berjangka atau
dalam bentuk penyertaan lainnya.
Kolom 6 Diisi dengan jumlah modal yang harus disertakan sesuai dengan perjanjian penyertaan modal daerah
Kolom 7 Diisi dengan jumlah modal yang telah disertakan sampai dengan tahun anggaran lalu apabila untuk
pemenuhan modal dilakukan secara bertahap
Kolom 8 Diisi dengan jumlah modal yang akan disertakan dan dianggarkan dalam pengeluaran pembiayaan APBD
tahun berkenaan
Kolom 9 Diisi dengan jumlah modal yang telah disertakan sampai dengan tahun yang direncanakan dengan cara
menjumlahkan kolom 7 dan kolom 8.
Kolom 10 Diisi dengan sisa jumlah modal yang belum disertakan atas penyertaan modal (investasi) daerah
berkenaan dengan mengurangkan kolom 6 dengan kolom 9.
Kolom 11 Diisi dengan jumlah hasil/deviden/bagian laba/bunga dari hasil penyertaan modal dalam tahun anggaran
yang direncanakan.
Kolom 12 Diisi dengan jumlah pengembalian modal atau rencana penarikan investasi untuk dijual dan/atau
dialihkan ke tempat lain (apabila ada)
Kolom 13 Diisi dengan jumlah sisa modal (investasi) daerah yang disertakan sampai dengan tahun anggaran
berkenaan dengan mengurangkan kolm 9 dengan kolom 12.
Jumlah . Diisi dengan seluruh jumlah modal yang harus disertakan sesuai dengan perjanjian penyertaan modal
daerah, jumlah seluruh modal (investasi) daerah yang telah disertakan sampai dengan tahun anggaran
lalu, jumlah seluruh modal (investasi) daerah yang akan disertakan dan dianggarkan dalam pengeluaran
pembiayaan APBD yang direncanakan, jumlah seluruh sisa modal (investasi) daerah yang belum
disertakan sampai dengan tahun anggaran yang direncanakan, jumlah seluruh hasil/deviden/bagian
laba/bunga dari hasil penyertaan modal (investasi) daerah yang akan diterima kas daerah dalam tahun
anggaran yang direncanakan dan jumlah seluruh pengembalian modal atau rencana penarikan investasi
untuk dijual dan/atau dialihkan ke tempat lain dalam tahun anggaran yang direncanakan.

simbachs@gmail.com

- 159 J.

DAFTAR PERKIRAAN PENAMBAHAN DAN PENGURANGAN ASET TETAP DAERAH


LAMPIRAN IX

PERATURAN DAERAH
NOMOR
:
TANGGAL
:

PROVINSI/KABUPATEN/KOTA*)
DAFTAR PERKIRAAN PENAMBAHAN DAN PENGURANGAN ASET TETAP DAERAH
TAHUN ANGGARAN.
(Dalam rupiah)
No.

1
1
2
3
4
dst
*)

Jenis aset tetap


daerah

Saldo
pada akhir
tahun n-2

Perkiraan
penambahan
tahun n-1

Perkiraan
pengurangan
tahun n-1

Perkiraan
saldo
pada akhir
tahun n-1

6 = 3+4-5

Jumlah

coret yang tidak perlu

.........,tanggal.
GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA*)...
(tanda tangan)
(nama lengkap)

CARA PENGISIAN:
Judul
Diisi nama provinsi/kabupaten/kota dan tahun anggaran.
Kolom 1 Diisi dengan nomor urut jenis aset tetap daerah.
Kolom 2 Diisi dengan seluruh jenis asset daerah.
Kolom 3 Diisi dengan saldo asset tetap daerah sampai dengan 2 (dua) tahun sebelum tahun anggaran
yang direncanakan.
Kolom 4 Diisi dengan perkiraan aset tetap yang akan bertambah sampai dengan 1 (satu) tahun
sebelum tahun anggaran yang direncanakan.
Kolom 5 Diisi dengan perkiraan aset tetap yang akan berkurang sampai dengan 1 (satu) tahun sebelum
tahun anggaran yang direncanakan.
Kolom 6 Diisi dengan perkiraan saldo aset tetap daerah pada akhir tahun pada 1 (satu) tahun sebelum
tahun anggaran yang direncanakan dengan cara menjumlahkan kolom 3 dan kolom 4 untuk
selanjutnya dikurangi kolom 5.
Jumlah Diisi dengan jumlah seluruh saldo aset tetap daerah sampai dengan 2 (dua) tahun terakhir,
perkiraan seluruh jumlah aset tetap daerah yang akan bertambah sampai dengan 1 (satu)
tahun sebelum tahun anggaran yang direncanakan, perkiraan seluruh pengurangan atas
jumlah aset tetap daerah sampai dengan 1 (satu) tahun sebelum tahun anggaran yang
direncanakan dan perkiraan jumlah saldo aset tetap daerah sampai dengan 1 (satu) tahun
sebelum tahun anggaran yang direncanakan.

simbachs@gmail.com

- 160 K.

DAFTAR PERKIRAAN PENAMBAHAN DAN PENGURANGAN ASET LAIN-LAIN


LAMPIRAN X

PERATURAN DAERAH
NOMOR
:
TANGGAL
:

PROVINSI/KABUPATEN/KOTA*)
DAFTAR PERKIRAAN PENAMBAHAN DAN PENGURANGAN ASET LAIN-LAIN
TAHUN ANGGARAN.
(Dalam rupiah)
No.

Jenis Aset Lainnya

Saldo
pada akhir
tahun n-2

Perkiraan
penambahan
tahun n-1

Perkiraan
pengurangan
tahun n-1

Perkiraan
saldo
pada akhir
tahun n-1

6 = 3+4-5

1.
2.
3.
4.
dst
Jumlah
*)

coret yang tidak perlu


.........,tanggal.
GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA*)....
(tanda tangan)
(nama lengkap)

CARA PENGISIAN:
Judul
Diisi nama provinsi/kabupaten/kota dan tahun anggaran.
Kolom 1
Diisi dengan nomor urut jenis aset lainnya daerah.
Kolom 2
Diisi dengan seluruh jenis aset daerah.
Kolom 3
Diisi dengan Saldo pada akhir tahun n-2
Kolom 4
Diisi dengan perkiraan aset lainnya yang akan bertambah sampai dengan 1 (satu) tahun
sebelum tahun anggaran yang direncanakan.
Kolom 5
Diisi dengan perkiraan aset lainnya yang akan berkurang sampai dengan 1 (satu) tahun
sebelum tahun anggaran yang direncanakan.
Kolom 6
Diisi dengan perkiraan saldo aset lainnya daerah pada akhir tahun pada 1 (satu) tahun
sebelum tahun anggaran yang direncanakan dengan cara menjumlahkan kolom 3 dan kolom
4 untuk selanjutnya dikurangi kolom 5.
Jumlah
Diisi dengan jumlah seluruh saldo aset lainnya daerah sampai dengan 2 (dua) tahun
terakhir, perkiraan seluruh jumlah aset lainnya daerah yang akan bertambah sampai
dengan 1 (satu) tahun sebelum tahun anggaran yang direncanakan, perkiraan seluruh
pengurangan atas jumlah aset lainnya daerah sampai dengan 1 (satu) tahun sebelum tahun
anggaran yang direncanakan dan perkiraan jumlah saldo aset lainnya daerah sampai
dengan 1 (satu) tahun sebelum tahun anggaran yang direncanakan.

simbachs@gmail.com

L.

DAFTAR KEGIATAN-KEGIATAN TAHUN SEBELUMNYA YANG BELUM DISELESAIKAN DAN DIANGGARKAN KEMBALI DALAM TAHUN ANGGARAN
INI
1.

TAHUN PERTAMA

LAMPIRAN XI

PERATURAN DAERAH
NOMOR
:
TANGGAL
:

PROVINSI/KABUPATEN/KOTA*)
DAFTAR KEGIATAN-KEGIATAN TAHUN SEBELUMNYA YANG BELUM DISELESAIKAN DAN
DIANGGARKAN KEMBALI DALAM TAHUN ANGGARAN INI
TAHUN ANGGARAN n
Jumlah Anggaran
TAHUN n-1
No.

Kode

Judul kegiatan

APBD
TA n-1

PERUBAHAN
APBD
TA n-1

Jumlah Realisasi s.d


akhir TA n-1

Jumlah sisa anggaran yang dianggarkan


dalam tahun ini
(Rp)
TA n
APBD

PERUBAHAN APBD

1.
2.
3.
4.
5.
dst.
Jumlah
*)

coret yang tidak perlu

, tanggal ..,..
GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA*)
(tanda tangan)
( nama lengkap)

simbachs@gmail.com

2.

TAHUN KEDUA

LAMPIRAN XI

PERATURAN DAERAH
NOMOR
:
TANGGAL
:

PROVINSI/KABUPATEN/KOTA*)

DAFTAR KEGIATAN-KEGIATAN TAHUN SEBELUMNYA YANG BELUM DOSELESAIKAN DAN


DIANGGARKAN KEMBALI DALAM TAHUN ANGGARAN INI
TAHUN ANGGARAN n

No.

Kode Kegiatan

Judul kegiatan

Jumlah Tahun Awal


Penganggaran
(Rp)
APBD INDUK
TA n-2

PERUBAHAN
APBD
TA n-2

Jumlah Realisasi
sampai dengan akhir
TA n-2
(Rp)

Jumlah Anggaran
TAHUN n-1
APBD INDUK
TA n-1

PERUBAHAN
APBD
TA n-1

Jumlah Realisasi
sampai dengan
akhir TA n-1
(Rp)

Jumlah sisa anggaran yang


dianggarkan dalam tahun ini
(Rp)
TA n
INDUK

PERUBAHAN

10

11

1.
2.
3.
dst.
Jumlah
*)

coret yang tidak perlu


..,tanggal..
GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA*).
(tanda tangan)
(nama lengkap)

simbachs@gmail.com

M.

DAFTAR DANA CADANGAN DAERAH


LAMPIRAN XII

PERATURAN DAERAH
NOMOR
:
TANGGAL
:

PROVINSI/KABUPATEN/KOTA*)
DAFTAR DANA CADANGAN
TAHUN ANGGARAN.

No.

Tujuan pembentukan
dana cadangan

Dasar hukum
pembentukan
dana cadangan

Jumlah dana
cadangan yang
direncanakan
(Rp)

Saldo Awal
(Rp)

Transfer dari
kas daerah
(Rp)

Transfer ke kas
daerah
(Rp)

Saldo akhir
(Rp)

Sisa dana yang


belum
dicadangkan
(Rp)
9

1
2
3
4
dst
Jumlah
*)

coret yang tidak perlu


, tanggal ..,..
GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA*) ..
(tanda tangan)
(nama lengkap)

simbachs@gmail.com

- 164 CARA PENGISIAN:


Judul
Diisi dengan nama Provinsi/Kabupaten/Kota dan Tahun Anggaran
Kolom 1 Diisi dengan nomor urut Dana Cadangan yang direncanakan
Kolom 2 Diisi dengan tujuan pembentukan dana cadangan atau seluruh nama kegiatan atau proyek-proyek
pembangunan sarana dan prasarana pemerintah daerah/pelayanan masyarakat
yang
pendanaanya direncanakan bersumber dari dana cadangan mulai sejak sampai dengan terakhir
kali pemerintah daerah melaksanakan dana cadangan.
Kolom 3 Diisi dengan peraturan daerah tentang pembentukan dana cadangan dilengkapi dengan nomor
dan tahun.
Kolom 4 Diisi dengan besarnya dana cadangan yang harus dipenuhi/disisihkan dari Kas Daerah sesuai
dengan peraturan daerah.
Kolom 5 Diisi dengan jumlah saldo awal dana cadangan atas kegiatan berkenaan yang tersedia pada
rekening dana cadangan dalam tahun anggaran yang direncanakan.
Kolom 6 Diisi dengan jumlah yang akan ditransfer dari rekening Kas Daerah ke rekening dana cadangan
yang berkenaan dalam tahun anggaran yang direncanakan.
Kolom 7 Diisi dengan jumlah yang digunakan dalam tahun anggaran yang direncanakan atau ditransfer
dari rekening dana cadangan ke rekening Kas Daerah.
Kolom 8 Diisi dengan jumlah posisi saldo akhir dana cadangan pada akhir tahun anggaran yang
direncanakan.
Kolom 9 Diisi dengan sisa jumlah dana cadangan yang belum dicadangkan untuk setiap kegiatan yang
pendanaannya bersumber dari dana cadangan.

simbachs@gmail.com

N.

DAFTAR PINJAMAN DAERAH


LAMPIRAN XIII

PERATURAN DAERAH
NOMOR
:
TANGGAL
:

PROVINSI/KABUPATEN/KOTA*)...
DAFTAR PINJAMAN DAERAH
TAHUN ANGGARAN .

No

Sumber pinjaman
daerah

Dasar Hukum
Pinjaman/
Obligasi

Tangggal/ Tahun
Perjanjian
Pinjaman/
Obligasi

Jumlah
Pinjaman/Nilai
Nominal Obligasi
(Rp)

Jangka waktu
pinjaman
(tahun)

Persentase
bunga
pinjaman
%

Tujuan
penggunaan
pinjaman

Jumlah pembayaran
tahun ini
(Rp)

Jumlah
sisa pembayaran
(Rp)

Pokok
Pinjaman
Daerah

Bunga

Pokok
Pinjaman
Daerah

Bunga

10

11

12

1
2
3
4
dst
Jumlah
*)

coret yang tidak perlu


..,tanggal..
GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA*)..
(tanda tangan)
(nama lengkap)

simbachs@gmail.com

- 166 CARA PENGISIAN:


Judul
Diisi dengan nama provinsi/kabupaten/kota dan tahun anggaran
Kolom 1
Diisi dengan nomor urut pinjaman daerah
Diisi dengan nama lembaga/instansi yang memberi pinjaman mulai sejak pemerintah
Kolom 2
daerah melakukan pinjaman sampai dengan tahun terakhir melakukan pinjaman.
Kolom 3
Diisi dengan dasar hukum pinjaman/obligasi.
Kolom 4
Diisi dengan nomor, tanggal dan tahun perjanjian pinjaman
Diisi dengan jumlah/besarnya pinjaman daerah sebagaimana disebut dalam surat
Kolom 5
perjanjian pinjaman.
Diisi dengan jangka waktu pinjaman.
Kolom 6
Kolom 7
Diisi dengan persentase bunga yang dikenakan atas pokok pinjaman
Diisi dengan tujuan penggunaan dana pinjaman
Kolom 8
Diisi dengan jumlah besaran cicilan pokok, bunga dan denda pinjaman yang akan
Kolom 9 & 10
dibayar dalam tahun anggaran yang direncanakan.
Kolom 11 & 12 Diisi dengan jumlah sisa pembayaran cicilan pokok dan bunga pinjaman yang
direncanakan masih harus dibayar sampai dengan akhir jangka waktu pinjaman.
Jumlah
Diisi dengan jumlah cicilan pokok, bunga dan denda pinjaman yang akan dibayar
dalam tahun anggaran yang direncanakan dan jumlah seluruh sisa pembayaran
cicilan pokok dan bunga pinjaman yang direncanakan masih harus dibayar sampai
dengan akhir jangka waktu pinjaman.

MENTERI DALAM NEGERI,


ttd
Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA BIRO HUKUM,

H. MOH. MARUF, SE.

PERWIRA

simbachs@gmail.com

- 167 LAMPIRAN A.XVI

: PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI


NOMOR

: 13 TAHUN 2006

TANGGAL

: 15 Mei 2006

FORMAT RANCANGAN PERATURAN KEPALA DAERAH BESERTA LAMPIRAN


A.

RANCANGAN PERATURAN KEPALA DAERAH


RANCANGAN PERATURAN GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA*).......
NOMOR : ........... TAHUN ..
TENTANG
PENJABARAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH
TAHUN ANGGARAN
GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA*)

Menimbang

bahwa memenuhi ketentuan Pasal 6 Peraturan Daerah Nomor Tahun


tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran
.........., perlu ditetapkan Peraturan Gubernur/Bupati/Walikota*) tentang
Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran
.. sebagai landasan operasional pelaksanaan APBD Tahun Anggaran ..;

Mengingat

1. Undang-undang Nomor .......... Tahun ........... tentang Pembentukan


Daerah ................ (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
......... Nomor ........., Tambahan Lembaran Negara Nomor .......);
2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan
Bangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor
68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3312)
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun
1994 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 62,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3569);
3. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997
Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3685) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 34
Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000
Nomor 246 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4048);
4. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1997 tentang Bea Perolehan Hak
Atas Tanah dan Bangunan(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1997 Nomor 44, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3688);
5. Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan
Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851);
6. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);
7. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

simbachs@gmail.com

- 168 8. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan


Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4389);
9. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksanaan
Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);
10.

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan


Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4421);

11.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun
2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti UndangUndang Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Perubahan Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi
Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia nomor
4548);

12.

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan


Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

13.

Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan


Pengawasan atas Penyelenggaran Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 41, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4090);

14.

Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 118,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4138);

15.

Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 119,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4139);

16.

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan


Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota DPRD (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 90, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4416) sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2005
tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004
tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 94, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4540);

17.

Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan


Keuangan Badan Layanan Umum (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4502);

18.

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar


Akuntansi Pemerintahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2005 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4503);

simbachs@gmail.com

- 169 19.

Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2005 tentang Pinjaman


Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor
136, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4574);

20.

Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana


Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4575);

21.

Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem


Informasi Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2005 Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4576);

22.

Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2005 tentang Hibah


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 139,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4577);

23.

Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan


Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4578);

24.

Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman


Penyusunan dan penerapan Standar Pelayanan Minimal (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 150, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4585);

25.

Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan


Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4614);

26.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor Tahun tentang Pedoman


Pengelolaan Keuangan Daerah;

27.

Peraturan Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota .................. Nomor..........


Tahun ...... tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah.
MEMUTUSKAN :

Menetapkan

PERATURAN GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA TENTANG


PENJABARAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH
TAHUN ANGGARAN .
Pasal 1

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran . terdiri atas :


1.

Pendapatan :
a.

Pendapatan Asli Daerah

Rp. .......................

b.

Dana Perimbangan

Rp. .......................

c.

Lain-lain Pendapatan yang Sah

Rp. .......................

Jumlah Pendapatan

Rp. .......................

simbachs@gmail.com

- 170 2.

Belanja :
a.

Belanja Tidak Langsung


1)

Belanja Pegawai

Rp. .......................

2)

Belanja Bunga

Rp. .......................

3)

Belanja Subsidi

Rp. .......................

4)

Belanja Hibah

Rp. .......................

5)

Belanja Bantuan Sosial

Rp. .......................

6)

Belanja Bagi Hasil

Rp. .......................

7)

Belanja Bantuan Keuangan

Rp. .......................

8)

Belanja Tidak Terduga

Rp. .......................
Rp. .......................

b.

Belanja Langsung
1)

Belanja Pegawai

Rp. .......................

2)

Belanja Barang dan Jasa

Rp. .......................

3)

Belanja Modal

Rp. .......................
Rp. .......................

3.

Jumlah Belanja

Rp. .......................

Surplus/(Defisit)

Rp. .......................

Pembiayaan :
a.

Penerimaan

Rp. .......................

b.

Pengeluaran

Rp. .......................
Jumlah Pembiayaan Neto

Sisa lebih pembiayaan anggaran tahun berkenaan

Rp. .......................
Rp. .......................

Pasal 2
Ringkasan Penjabaran APBD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 tercantum dalam Lampiran
I Peraturan Gubernur/Bupati/Walikota ini.
Pasal 3
Penjabaran APBD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 dirinci lebih lanjut dalam Lampiran II
Peraturan Gubernur/Bupati/Walikota ini.
Pasal 4
Lampiran sebagaimana tersebut dalam Pasal 2 dan Pasal 3 merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Gubernur/Bupati/Walikota.
Pasal 5
Pelaksanaan penjabaran APBD yang ditetapkan dalam peraturan ini dituangkan lebih lanjut
dalam dokumen pelaksanaan anggaran satuan kerja perangkat daerah sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan.
Pasal 6
Peraturan Gubernur/Bupati/Walikota. ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

simbachs@gmail.com

- 171 Agar
setiap
orang
mengetahuinya,
memerintahkan
Gubernur/Bupati/Walikota ini dalam Berita Daerah.

pengundangan

Peraturan

Ditetapkan di
pada tanggal ....
GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA*).
(tanda tangan)
(nama lengkap)
Diundangkan dalam Lembaran Daerah
Provinsi/Kabupaten/Kota*)......................
Nomor ................... Tanggal ..................
SEKRETARIS DAERAH,
(tanda tangan)
(nama lengkap)
NIP .
LEMBARAN DAERAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA*) TAHUN NOMOR
*)

coret yang tidak perlu

simbachs@gmail.com

- 172 B.

RINGKASAN PENJABARAN APBD

LAMPIRAN I

: PERATURAN GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA ....


NOMOR
:
TANGGAL
:

PROVINSI/KABUPATEN/KOTA*)..
RINGKASAN PENJABARAN APBD
TAHUN ANGGARAN
Nomor
Urut

Uraian

Jumlah

1.

PENDAPATAN DAERAH

1.1
1.1.1
1.1.2
1.1.3
1.1.4

Pendapatan asli daerah


Pajak daerah
Retribusi daerah
Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan
Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah

1.2
1.2.1
1.2.2
1.2.3

Dana perimbangan
Dana Bagi Hasil Pajak/ Bagi Hasil Bukan Pajak
Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Khusus

1.3
1.3.1
1.3.2
1.3.3
1.3.4
1.3.5

Lain-lain pendapatan daerah yang sah


Hibah
Dana Darurat
Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah lainnya
Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus
Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah lainnya
Jumlah Pendapatan

2.

BELANJA DAERAH

2.1
2.1.1
2.1.2
2.1.3
2.1.4
2.1.5
2.1.6

2.1.8

Belanja Tidak Langsung


Belanja pegawai
Belanja bunga
Belanja subsidi
Belanja hibah
Belanja bantuan sosial
Belanja Bagi Hasil lepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintahan
Desa
Belanja Bantuan Keuangan kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan
Pemerintahan Desa
Belanja Tidak Terduga

2.2
2.2.1
2.2.2
2.2.3

Belanja Langsung
Belanja pegawai
Belanja barang dan jasa
Belanja modal

2.1.7

Jumlah Belanja
Surplus/(Defisit)

simbachs@gmail.com

- 173 Nomor
Urut

Uraian

Jumlah

3.

PEMBIAYAAN DAERAH

3.1
3.1.1
3.1.2
3.1.3
3.1.4
3.1.5
3.1.6

Penerimaan pembiayaan
Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran sebelumnya (SiLPA)
Pencairan dana cadangan
Hasil Penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan
Penerimaan pinjaman daerah
Penerimaan kembali pemberian pinjaman
Penerimaan piutang daerah
Jumlah penerimaan pembiayaan

3.2
3.2.1
3.2.2
3.2.3
3.2.4

Pengeluaran pembiayaan
Pembentukan dana cadangan
Penyertaan modal (Investasi) daerah
Pembayaran pokok utang
Pemberian pinjaman daerah
Jumlah pengeluaran pembiayaan
Pembiayaan netto

3.3
*)

Sisa lebih pembiayaan anggaran tahun berkenaan (SILPA)

Coret yang tidak perlu

..,tanggal.
GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA*)..
(tanda tangan)
(nama lengkap)

simbachs@gmail.com

C.

PENJABARAN APBD
LAMPIRAN II

: PERATURAN GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA ..
NOMOR
:
TANGGAL
:

PROVINSI/KABUPATEN/KOTA*)...
PENJABARAN APBD
TAHUN ANGGARAN ..
Urusan Pemerintahan
Organisasi
KODE REKENING
1
1

: x.xx

: x.xx xx
URAIAN

JUMLAH
(Rp)

PENJELASAN

*) coret yang tidak perlu


..,tanggal.
GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA*)..
(tanda tangan)
(nama lengkap)

simbachs@gmail.com

- 175 Cara
1.
2.
3.
4.
5.

Pengisian Lampiran III Peraturan Kepala Daerah, format penjabaran APBD:


Provinsi/kabupaten/kota diisi dengan nama provinsi/kabupaten/kota.
Tahun anggaran diisi dengan tahun anggaran yang direncanakan.
Urusan Pemerintahan diisi dengan nomor kode urusan pemerintahan dan nama urusan
pemerintahan daerah yang dilaksanakan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi
Organisasi diisi dengan nomor kode perangkat daerah dan nama satuan kerja perangkat
daerah.
Pengisian kolom 1 (kode rekening) sebagai berikut :

a.

Untuk Penganggaran Pendapatan Daerah :


Kolom kesatu diisi dengan nomor kode urusan pemerintahan dan kolom kedua diisi
dengan nomor kode organisasi. Kolom ketiga dan keempat diisi dengan angka 00. Kolom
kelima diisi dengan nomor 4 untuk kode akun anggaran pendapatan daerah. Kolom
keenam diisi dengan nomor kode untuk kelompok pendapatan daerah, kolom ketujuh diisi
dengan nomor kode untuk jenis pendapatan, kolom kedelapan diisi dengan nomor kode
untuk objek pendapatan, dan kolom kesembilan/terakhir diisi dengan nomor kode untuk
rincian objek pendapatan.

b.

Untuk Penganggaran Belanja Daerah :


Kolom kesatu diisi dengan nomor kode urusan pemerintahan dan kolom kedua diisi
dengan nomor kode organisasi.
Untuk pengisian kolom-kolom selanjutnya sebagai berikut:
1)
Belanja Tidak Langsung :
Setelah kode organisasi, kolom ketiga dan keempat masing-masing diisi dengan
angka 00.
Kolom selanjutnya secara berturut-turut diisi sesuai dengan nomor kode akun
belanja, kode kelompok belanja tidak langsung, kode jenis belanja tidak langsung,
kode objek belanja tidak langsung, dan kode rincian objek belanja tidak langsung
yang berkenaan.
2)
Belanja Langsung :
Setelah kode organisasi, kolom ketiga diisi dengan nomor kode program, kolom
keempat diisi dengan nomor kode kegiatan.
Kolom selanjutnya secara berturut-turut diisi sesuai dengan nomor kode akun
belanja, kode kelompok belanja langsung, kode jenis belanja langsung, kode objek
belanja langsung, dan kode rincian objek belanja langsung yang berkenaan untuk
belanja dari setiap kegiatan.

c.

6.

Untuk penganggaran pembiayaan daerah :


Kolom kesatu diisi dengan nomor kode urusan pemerintahan dan kolom kedua diisi
dengan nomor kode organisasi.
Untuk pengisian kolom selanjutnya sebagai berikut:
1)
Penerimaan pembiayaan daerah :
Setelah kode organisasi, kolom ketiga dan keempat masing-masing diisi dengan
angka 00.
Kolom selanjutnya secara berturut-turut diisi sesuai dengan nomor kode akun
pembiayaan, kode kelompok penerimaan pembiayaan, kode jenis penerimaan
pembiayaan, kode objek penerimaan pembiayaan, dan kode rincian objek
penerimaan pembiayaan yang berkenaan.
2)
Pengeluaran pembiayaan daerah :
Setelah kode organisasi, kolom ketiga dan keempat masing-masing diisi dengan
angka 00.
Kolom selanjutnya secara berturut-turut diisi sesuai dengan nomor kode akun
pembiayaan, kode kelompok pengeluaran pembiayaan, kode jenis pengeluaran
pembiayaan, kode objek pengeluaran pembiayaan, dan kode rincian objek
pengeluaran pembiayaan yang berkenaan.
Pengisian Kolom 2 (uraian) sebagai berikut :

a.

Penganggaran Pendapatan Daerah :


1)
Uraian pendapatan daerah dicantumkan pada urutan pertama.
simbachs@gmail.com

- 176 2)

3)

4)

5)

6)

b.

Setelah mencantumkan uraian pendapatan daerah, selanjutnya dicantumkan uraian


kelompok pendapatan daerah yang akan dipungut/diterima seperti pendapatan asli
daerah/dana perimbangan atau lain-lain pendapatan daerah yang sah.
Untuk setiap kelompok pendapatan daerah diuraikan jenis-jenis pendapatan
berkenaan. Jenis-jenis pendapatan daerah yang termasuk dalam kelompok
pendapatan asli daerah seperti hasil pajak daerah/hasil retribusi daerah/hasil
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah.
Sedangkan dana bagi hasil, DAU, DAK merupakan jenis pendapatan daerah yeng
termasuk dalam kelompok pendapatan daerah yang bersumber dari penerimaan
dana perimbangan. Demikian halnya dengan penguraian kelompok, dan jenis dari
pendapatan daerah yang lain.
Setelah setiap jenis pendapatan daerah dicantumkan, selanjutnya diuraikan nama
obyek pendapatan daerah yang berkenaan, misalnya pajak kendaraan bermotor,
pajak kendaraan di atas air, bea balik nama kendaraan bermotor yang merupakan
obyek pendapatan daerah yang termasuk dalam jenis hasil pajak daerah. Retribusi
Jasa Umum, Retribusi Jasa Usaha, Retribusi Perizinan tertentu merupakan obyek
pendapatan daerah yang termasuk dalam jenis retribusi daerah, dan seterusnya.
Untuk setiap obyek pendapatan daerah yang dicantumkan selanjutnya diuraikan
rincian obyek pendapatan daerah yang berkenaan, seperti A-1 Sedan, Jeep, Station
Wagon ( Pribadi), A-2 Sedan, Jeep, Station Wagon ( Umum ), B-1 Bus, Micro Bus
(Pribadi) yang merupakan rincian obyek pendapatan daerah yang termasuk dalam
obyek pajak kendaraan bermotor. Retribusi Pelayanan Kesehatan, Retribusi
Pengujian Kendaraan bermotor, Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta, Retribusi
Pelayanan Tera/Tera Ulang merupakan rincian obyek pendapatan daerah yang
termasuk dalam obyek Retribusi Jasa Umum dan seterusnya.
Pencantuman kelompok, jenis, obyek dan rincian obyek dalam uraian rincian
penjabaran APBD disesuaikan dengan kewenangan untuk memungut atau menerima
pendapatan daerah sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing satuan
kerja perangkat daerah sebagaimana ditetapkan dalam ketentuan perundangundangan. Sehubungan dengan hal tersebut untuk efektivitas penilaian pencapaian
prestasi kerja dibidang pengelolaan pendapatan daerah, tidak diperkenankan
mencantumkan rincian obyek pendapatan daerah yang pemungutan atau
penerimaannya bukan menjadi kewenangan satuan kerja perangkat daerah yang
bersangkutan.

Penganggaran Belanja Daerah :


Uraian pertama yang harus dicantumkan untuk menjabarkan belanja yakni uraian belanja
daerah. Selanjutnya untuk menguraikan lebih lanjut belanja kedalam kelompok belanja,
yang pertama kali dicantumkan adalah belanja tidak langsung, kemudian diikuti dengan
masing-masing jenis belanja tidak langsung, obyek belanja tidak langsung dan rincian
obyek belanja tidak langsung berkenaan. Setelah menguraikan belanja tidak langsung,
langkah selanjutnya adalah menguraikan belanja langsung mulai dari jenis belanja
langsung, dengan masing-masing obyek belanja langsung dan rincian obyek belanja
langsung berkenaan
Penjabaran lebih lanjut dari masing-masing kelompok belanja agar memperhatikan hal-hal
sebagai berikut :
1)
Penganggaran belanja tidak langsung :

a)

Setelah mencantumkan uraian belanja tidak langsung, selanjutnya diuraikan


jenis-jenis belanja yang termasuk dalam kelompok belanja tidak langsung
dimaksud. Jenis-jenis belanja tidak langsung seperti belanja pegawai, belanja
bunga, belanja subsidi, belanja hibah, belanja bantuan sosial, belanja bagi hasil
kepada provinsi/kabupaten/kota dan pemerintahan desa, belanja bantuan
keuangan kepada provinsi/kabupaten/kota dan pemerintahan desa dan belanja
tidak terduga.

b)

Pencantuman setiap jenis belanja harus diikuti dengan menguraikan obyek


belanja berkenaan, misalnya untuk belanja pegawai, uraian obyek belanja yang
termasuk dalam jenis belanja pegawai tersebut seperti gaji dan tunjangan,
tambahan penghasilan PNS, biaya pemungutan pajak daerah. Bunga utang
pinjaman dan bunga utang obligasi merupakan obyek dari jenis belanja bunga
dan seterusnya.
simbachs@gmail.com

- 177 c)

2)

c.

Setelah mencantumkan obyek belanja tidak langsung yang diperlukan,


selanjutnya diikuti dengan menguraikan rincian obyek belanja yang termasuk
dalam obyek belanja berkenaan. Gaji Pokok PNS/Uang Representasi,
Tunjangan Keluarga, Tunjangan Jabatan, Tunjangan Fungsional, Tunjangan
Fungsional Umum, Tunjangan Beras, Tunjangan PPh/Tunjangan Khusus,
Pembulatan Gaji, Iuran Asuransi Kesehatan, Uang Paket, Tunjangan Panitia
Musyawarah, Tunjangan Komisi, Tunjangan Panitia Anggaran, Tunjangan
Badan Kehormatan, Tunjangan Alat Kelengkapan Lainnya, Tunjangan
Perumahan merupakan rincian obyek dari obyek belanja gaji dan tunjangan.
Tambahan Penghasilan berdasarkan beban kerja, Tambahan Penghasilan
berdasarkan tempat bertugas, Tambahan Penghasilan berdasarkan kondisi
kerja, Tambahan Penghasilan berdasarkan kelangkaan profesi, Tambahan
Penghasilan berdasarkan prestasi kerja adalah merupakan rincian obyek dari
obyek Tambahan Penghasilan PNS, dan seterusnya.
Penganggaran belanja langsung

a)

Untuk penganggaran belanja langsung, terlebih dahulu dimulai dengan


mencantumkan uraian belanja langsung, yang kemudian diikuti dengan nama
program yang akan didanai melalui belanja langsung.

b)

Setelah mencantumkan nama program, selanjutnya dicantumkan nama


kegiatan yang termasuk dalam bagian program berkenaan.

c)

Setiap mencantumkan uraian nama kegiatan langkah selanjutnya diikuti dengan


mencantumkan jenis-jenis belanja langsung, dan masing-masing obyek belanja
langsung serta rincian obyek belanja langsung yang dibutuhkan untuk
mendanai kegiatan berkenaan.

d)

Jenis-jenis belanja yang termasuk dalam kelompok belanja langsung dapat


berupa belanja pegawai, belanja barang dan jasa, atau belanja modal.

e)

Obyek belanja langsung yang termasuk dalam jenis belanja pegawai seperti
honorarium PNS, honorarium Non PNS, uang lembur. Obyek belanja langsung
yang termasuk dalam jenis belanja barang dan jasa seperti belanja bahan pakai
habis, belanja bahan/material, belanja jasa kantor, belanja premi asuransi,
belanja perawatan kendaraan bermotor, belanja jasa pendidikan dan pelatihan
PNS, Belanja Cetak dan Penggandaan dan seterusnya. Belanja Modal
Pengadaan Tanah, belanja modal pengadaan alat-alat berat, belanja modal
pengadaan alat-alat angkutan darat bermotor, belanja modal pengadaan alatalat angkutan darat tidak bermotor, belanja modal pengadaan alat-alat
angkutan di air bermotor, belanja modal pengadaan alat-alat angkutan di air
tidak bermotor, belanja modal pengadaan alat-alat angkutan udara, belanja
modal pengadaan alat-alat bengkel, belanja modal pengadaan alat-alat
pengolahan pertanian dan peternakan, belanja modal pengadaan peralatan
kantor, belanja modal pengadaan perlengkapan kantor, belanja modal
pengadaan komputer dan seterusnya merupakan obyek belanja langsung yang
termasuk dalam jenis belanja modal.

f)

Rincian obyek belanja langsung yang termasuk dalam salah satu obyek belanja
langsung Honorarium PNS misalnya honorarium panitia/tim. Belanja alat tulis
kantor, Belanja alat listrik dan elektronik ( lampu pijar, battery kering), Belanja
perangko, materai dan benda pos lainnya, Belanja peralatan kebersihan dan
bahan pembersih, Belanja Bahan Bakar Minyak/Gas, Belanja pengisian tabung
pemadam kebakaran, Belanja pengisian tabung gas dan seterusnya merupakan
rincian obyek belanja langsung yang termasuk dalam obyek belanja Belanja
Bahan Pakai Habis. Belanja modal pengadaan tanah kantor, Belanja modal
pengadaan tanah sarana kesehatan rumah sakit, Belanja modal pengadaan
tanah sarana kesehatan puskesmas, Belanja modal pengadaan tanah sarana
kesehatan poliklinik, Belanja modal pengadaan tanah sarana pendidikan taman
kanak-kanak dan seterusnya merupakan rincian obyek belanja langsung yang
termasuk dalam obyek Belanja Modal Pengadaan Tanah, dan seterusnya.

Penganggaran Pembiayaan Daerah :


1)
Penerimaan pembiayaan

simbachs@gmail.com

- 178 a)

Uraian pertama yang dicantumkan untuk menguraikan lebih lanjut penerimaan


pembiayaan daerah yakni uraian penerimaan pembiayaan.

b)

Selanjutnya diuraikan jenis-jenis penerimaan pembiayaan yang termasuk dalam


kelompok penerimaan pembiayaan berkenaan, seperti sisa lebih perhitungan
anggaran tahun anggaran sebelumnya, pencairan dana cadangan, hasil
penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan, penerimaan pinjaman daerah,
penerimaan kembali pemberian pinjaman, penerimaan piutang
daerah
merupakan jenis penerimaan pembiayaan yang termasuk dalam kelompok
penerimaan pembiayaan.

c)

Untuk masing-masing jenis penerimaan pembiayaan yang dicantumkan


selanjutnya diuraikan obyek penerimaan pembiayaan yang termasuk dalam
jenis penerimaan pembiayaan berkenaan, seperti pelampauan penerimaan
PAD, pelampauan penerimaan dana perimbangan, pelampauan penerimaan
lain-lain pendapatan daerah yang sah, sisa penghematan belanja atau akibat
lainnya yang merupakan obyek penerimaan pembiayaan yang termasuk dalam
jenis sisa lebih perhitungan anggaran tahun lalu. Penerimaan Pinjaman Daerah
dari Pemerintah, Penerimaan Pinjaman Daerah dari pemerintah daerah lain,
Penerimaan Pinjaman Daerah dari lembaga keuangan bank, Penerimaan
Pinjaman Daerah dari lembaga keuangan bukan bank, Penerimaan hasil
penerbitan Obligasi daerah merupakan obyek penerimaan pembiayaan yang
termasuk dalam jenis Penerimaan Pinjaman Daerah, dan seterusnya.

d)

2)

7.

Setelah mencantumkan setiap uraian obyek penerimaan pembiayaan,


selanjutnya dicantumkan uraian rincian obyek penerimaan pembiayaan yang
termasuk dalam obyek penerimaan pembiayaan berkenaan, seperti
pelampauan penerimaan pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan
kekayaan daerah yang dipisahkan, lain-lain PAD yang sah merupakan rincian
obyek penerimaan pembiayaan yang termasuk dalam obyek pelampauan
penerimaan PAD.
Pengeluaran pembiayaan

a)

Uraian pertama yang dicantumkan untuk menguraikan lebih lanjut penerimaan


pembiayaan daerah yakni uraian pengeluaran pembiayaan.

b)

Selanjutnya diuraikan jenis-jenis pengeluaran pembiayaan yang termasuk


dalam kelompok pengeluaran pembiayaan berkenaan, seperti pembentukan
dana cadangan, penyertaan modal (investasi) pemerintah daerah, pembayaran
pokok utang, pemberian pinjaman daerah yang merupakan jenis pengeluaran
pembiayaan yang termasuk dalam kelompok pengeluaran pembiayaan.

c)

Untuk masing-masing jenis pengeluaran pembiayaan yang dicantumkan


selanjutnya diuraikan obyek pengeluaran pembiayaan yang termasuk dalam
jenis pengeluaran pembiayaan berkenaan, seperti pembayaran pokok utang
yang jatuh tempo kepada pemerintah, pembayaran pokok utang yang jatuh
tempo kepada pemerintah daerah lain, pembayaran pokok utang yang jatuh
tempo kepada lembaga keuangan bank, pembayaran pokok utang yang jatuh
tempo kepada
lembaga keuangan bukan bank yang merupakan obyek
pengeluaran pembiayaan yang termasuk dalam jenis pembayaran pokok utang.

d)

Setelah mencantumkan setiap uraian obyek pengeluaran pembiayaan,


selanjutnya dicantumkan uraian rincian obyek pengeluaran pembiayaan yang
termasuk dalam obyek pengeluaran pembiayaan berkenaan.

Pengisian kolom 3 (jumlah) sebagai berikut :

a.

Pendapatan Daerah:
1)
Pengisian jumlah pendapatan daerah secara horizontal sesuai dengan jumlah yang
direncanakan menurut kelompok, jenis, objek, dan rincian objek pendapatan daerah
yang dicantumkan dalam kolom uraian.
2)
Jumlah menurut kelompok pendapatan daerah diisi dengan jumlah hasil penjumlahan
dari seluruh jumlah jenis pendapatan daerah berkenaan.
3)
Jumlah menurut jenis pendapatan daerah diisi dengan jumlah hasil penjumlahan dari
seluruh jumlah obyek pendapatan daerah berkenaan.

simbachs@gmail.com

- 179 4)
5)
6)

b.

Jumlah menurut obyek pendapatan daerah diisi dengan jumlah hasil penjumlahan
dari seluruh jumlah rincian obyek pendapatan daerah berkenaan.
Jumlah menurut rincian obyek pendapatan daerah diisi dengan jumlah rincian obyek
pendapatan daerah berkenaan.
Jumlah seluruh pendapatan daerah sama dengan penjumlahan dari seluruh jumlah
kelompok pendapatan daerah yang dianggarkan.

Belanja Daerah :
1)
Belanja tidak langsung

a)

Jumlah belanja tidak langsung merupakan penjumlahan dari seluruh jumlah


jenis belanja tidak langsung yang tercantum dalam kolom uraian.

b)

Jumlah jenis belanja tidak langsung diisi dengan penjumlahan dari seluruh
jumlah obyek belanja pada jenis belanja tidak langsung berkenaan.

c)

Jumlah obyek belanja tidak langsung diisi dengan penjumlahan dari seluruh
jumlah rincian obyek belanja pada obyek belanja tidak langsung berkenaan.

d)

2)

c.

Jumlah menurut rincian obyek belanja tidak langsung diisi dengan jumlah
rincian obyek belanja tidak langsung berkenaan.
Belanja Langsung

a)

Jumlah belanja langsung merupakan penjumlahan dari seluruh jumlah program


belanja langsung yang tercantum dalam kolom uraian.

b)

Jumlah menurut program diisi dengan penjumlahan dari seluruh jumlah belanja
kegiatan yang termasuk dalam program berkenaan.

c)

Jumlah menurut kegiatan diisi dengan jumlah hasil penjumlahan dari seluruh
jenis belanja langsung yang termasuk dalam kegiatan berkenaan.

d)

Jumlah jenis belanja langsung diisi dengan penjumlahan dari seluruh jumlah
obyek belanja pada jenis belanja langsung yang termasuk dalam kegiatan
berkenaan.

e)

Jumlah obyek belanja langsung diisi dengan penjumlahan dari seluruh jumlah
rincian obyek belanja pada obyek belanja langsung yang termasuk dalam
kegiatan berkenaan.

f)

Jumlah menurut rincian obyek diisi dengan jumlah anggaran rincian obyek
belanja langsung kegiatan berkenaan.

Pembiayaan daerah :
1)
Penerimaan Pembiayaan

a)

Jumlah penerimaan pembiayaan merupakan penjumlahan dari seluruh jumlah


jenis penerimaan pembiayaan daerah yang tercantum dalam kolom uraian.

b)

Jumlah jenis penerimaan pembiayaan diisi dengan penjumlahan dari seluruh


jumlah obyek penerimaan pembiayaan pada jenis penerimaan pembiayaan
berkenaan.

c)

Jumlah obyek penerimaan pembiayaan diisi dengan penjumlahan dari seluruh


jumlah rincian obyek penerimaan pembiayaan pada obyek penerimaan
pembiayaan berkenaan.

d)
2)

Jumlah menurut rincian obyek penerimaan pembiayaan diisi dengan jumlah


rincian obyek penerimaan pembiayaan berkenaan.
Pengeluaran Pembiayaan

a)

Jumlah pengeluaran pembiayaan merupakan penjumlahan dari seluruh jumlah


jenis pengeluaran pembiayaan daerah yang tercantum dalam kolom uraian.

b)

Jumlah jenis pengeluaran pembiayaan diisi dengan penjumlahan dari seluruh


jumlah obyek pengeluaran pembiayaan pada jenis pengeluaran pembiayaan
berkenaan.

c)

Jumlah obyek pengeluaran pembiayaan diisi dengan penjumlahan dari seluruh


jumlah rincian obyek pengeluaran pembiayaan pada obyek pengeluaran
pembiayaan berkenaan.

d)

Jumlah menurut rincian obyek pengeluaran pembiayaan diisi dengan jumlah


rincian obyek pengeluaran pembiayaan berkenaan.
simbachs@gmail.com

- 180 3)

8.

Pembiayaan neto
Jumlah pembiayaan neto diisi dengan jumlah selisih antara jumlah penerimaan
pembiayaan dikurangi dengan jumlah pengeluaran pembiayaan
Pengisian kolom 4 (penjelasan) sebagai berikut :
Kolom penjelasan wajib diisi untuk memenuhi prinsip transparansi dan akuntabilitas keuangan
daerah/APBD. Dalam kolom ini harus disajikan data dan informasi yang lengkap guna
memudahkan berbagai pihak memperoleh penjelasan mengenai dasar penganggaran
pendapatan, belanja dan pembiayaan dalam tahun anggaran berkenaan.

a.

Untuk penjelasan penganggaran pendapatan daerah diisi dengan:


1)
Dasar hukum penganggaran untuk setiap obyek pungutan/penerimaan dapat berupa
Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, atau Peraturan Daerah
yang disertai dengan nomor, tahun dan tentang.
2)
Dasar penentuan jumlah pendapatan/penerimaan yang dianggarkan pada kolom
jumlah,
seperti
kwantitas
unit,
orang,
rumah
tangga,
frekwensi
pemakaian/penggunaan, waktu, luas, bobot, kepala keluarga, atau volume dan
ukuran lainnya yang digunakan yang disertai dengan besarnya tarif pungutan atau
harga/nilai satuan lainnya.

b.

Untuk penjelasan belanja daerah sebagai berikut:


1)
Belanja tidak langsung sebagai berikut:
Setiap jumlah rincian obyek belanja tidak langsung yang dianggarkan dalam kolom
jumlah supaya diberi penjelasan mengenai:

2)

a)
b)

Dasar hukum penganggaran belanja tidak langsung

a)

Untuk setiap kegiatan yang dicantumkan pada kolom uraian, harus disertai
dengan penjelasan :

Sasaran peruntukan penyediaan belanja tidak langsung, dengan cara


menguraikan jumlah rincian obyek belanja tidak langsung seperti jumlah orang,
kwantitas waktu/jam/hari/bulan/tahun, atau satuan ukuran lainnya yang
digunakan disertai dengan besarnya harga satuan sebagai tolok ukur
pengeluaran belanja tidak langsung seperti tarif dan harga.
Contoh 1
Uang representasi sejumlah Rp1.499.400.000,00
Dalam kolom penjelasan diuraikan lebih lanjut sebagai berikut :
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2005, disediakan untuk :
1.
Ketua = 1 org x 12 bln x Rp3.000.000,00 = Rp36.000.000,00
2.
Wakil Ketua = 3 org x 12 bln x (80%xRp 3.000,000,00) = Rp86.400.000,00
3.
Anggota
= 51 org x 12 bln x (75% x Rp 3.000.000,00) =
Rp1.377.000.000,00
Untuk penjelasan belanja langsung sebagai berikut :

(1)

Lokasi kegiatan, diisi dengan nama lokasi atau tempat dari setiap kegiatan
yang akan dilaksanakan. Lokasi atau tempat dimaksud dapat berupa
nama desa/kelurahan, kecamatan.

(2)

sumber dana diisi dengan jenis sumber dana (PAD, bagi hasil, DAU, DAK,
lain-lain hibah, dana darurat atau jenis lain-lain pendapatan yang sah
berkenaan, dana cadangan dan pinjaman daerah) untuk mendanai
pelaksanaan program dan kegiatan yang direncanakan.

keluaran yang akan dihasilkan dari kegiatan yang dianggarkan dan


manfaat yang akan diterima pada masa yang akan datang.
Untuk setiap jumlah rincian obyek belanja dari setiap kegiatan yang dicantumkan
dalam kolom jumlah, pada kolom penjelasan supaya disertai dengan keterangan
selengkapnya mengenai sasaran penggunaan dari rincian obyek belanja langsung
berkenaan.

(3)

c.

Pembiayaan Daerah :
Setiap jumlah obyek penerimaan dan pengeluaran pembiayaan yang dianggarkan harus
disertai dengan penjelasan selengkapnya seperti :

simbachs@gmail.com

- 181 (1) Dasar hukum (Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, Peraturan

Daerah yang dilengkapi dengan penjelasan nomor, tahun dan tentang,


perjanjian/berita acara atau dokumen lain yang dijadikan dasar penganggaran dari
setiap rincian obyek penerimaan pembiayaan daerah;

(2) Penjelasan lain yang dapat mendukung aspek legalitas dari setiap rincian obyek
penerimaan/pengeluaran pembiayaan yang dianggarkan.

MENTERI DALAM NEGERI,


ttd
Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA BIRO HUKUM,

H. MOH. MARUF, SE.

PERWIRA

simbachs@gmail.com

- 182 LAMPIRAN A.XVII

: PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI


NOMOR

: 13 TAHUN 2006

TANGGAL

: 15 Mei 2006

FORMAT SUSUNAN NOTA KEUANGAN


SUSUNAN NOTA KEUANGAN
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

Bab I.

Bab II.

Bab III.

Bab IV.

Bab V.

Pendahuluan
1.1.

Umum;

1.2.

Maksud dan Tujuan Penyusunan Nota Keuangan;

1.3.

Landasan Hukum Penyusunan Nota Keuangan;

1.4.

Sistematika Penulisan Nota Keuangan;

Kondisi dan Kebijakan Anggaran Pendapatan Daerah


2.1.

Kondisi Umum Pendapatan Daerah;

2.2.

Permasalahan Utama Pendapatan Daerah;

2.3.

Estimasi Pendapatan Daerah;

2.4.

Kebijakan Umum Pendapatan Daerah;

Kondisi dan Kebijakan Anggaran Belanja Daerah


3.1.

Kondisi Umum Belanja Daerah;

3.2.

Permasalahan Utama Belanja Daerah;

3.3.

Kebijakan Umum Belanja Daerah;

3.4.

Prioritas dan Plafon Anggaran Belanja Daerah;

Kondisi dan Kebijakan Anggaran Pembiayaan


4.1.

Kondisi Umum Pembiayaan;

4.2.

Permasalahan Utama Pembiayaan;

4.3.

Kebijakan Umum Pembiayaan;

Program dan Kegiatan


Memuat penjelasan ruang lingkup target dan sasaran program dan kegiatan
APBD menurut penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah.

Bab VI.

Penutup
MENTERI DALAM NEGERI,
ttd

Salinan sesuai dengan aslinya


KEPALA BIRO HUKUM,

H. MOH. MARUF, SE.

PERWIRA

simbachs@gmail.com

- 183 LAMPIRAN A.XVIII

: PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI


NOMOR
: 13 TAHUN 2006
TANGGAL
: 15 Mei 2006

FORMAT PERSETUJUAN BERSAMA


BERITA ACARA
Nomor: .
PERSETUJUAN BERSAMA KEPALA DAERAH DAN DPRD
PROVINSI/KABUPATEN/KOTA *)
TENTANG
RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG APBD
TAHUN ANGGARAN

Pada hari .. tanggal . bulan . tahun , kami yang bertandatangan di


bawah ini:
1. (nama lengkap)

Gubernur/Bupati/Walikota*), dalam
hal ini bertindak untuk dan atas nama
Pemerintah
Daerah
Provinsi/
Kabupaten/Kota*).
yang
beralamat
di
,
selanjutnya disebut sebagai PIHAK
PERTAMA.

2. (nama lengkap)

3. (nama lengkap)

4. (nama lengkap)

Ketua DPRD Provinsi/Kabupaten/


Kota*).
Wakil
Ketua
DPRD
Provinsi/
Kabupaten/Kota*).
Wakil
Ketua
DPRD
Provinsi/
Kabupaten/Kota*).
dalam hal ini bertindak untuk dan
atas nama Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah
Provinsi/Kabupaten/Kota
*)., selanjutnya disebut
sebagai PIHAK KEDUA

menyatakan bahwa:
1. PIHAK KEDUA telah membahas dan menyetujui Rancangan Anggaran Pendapatan
Belanja Daerah (RAPBD) Tahun Anggaran. yang telah diajukan oleh PIHAK PERTAMA,
dengan penyesuaian dan perubahan sebagaimana tertuang pada catatan yang terlampir
Berita Acara ini.
2. PIHAK PERTAMA dapat menerima dengan baik penyesuaian dan perubahan RAPBD
Tahun Anggaran sebagaimana tertuang pada catatan yang terlampir Berita Acara
ini.

simbachs@gmail.com

- 184 3. Selanjutnya PIHAK PERTAMA akan menyelesaikan perubahan dan koreksi atas RAPBD
Tahun Anggaran . selaras dengan penyesuaian dan perubahan sebagaimana
tertuang pada catatan yang terlampir Berita Acara ini selambat-lambatnya sebelum 3
(tiga) hari kerja setelah tanggal ditandatangani Berita Acara ini.
4. PIHAK PERTAMA akan menyampaikan kepada Menteri Dalam Negeri/Gubernur*) untuk
mendapat pengesahan selambat-lambatnya 3 (tiga) hari kerja setelah ditandatangani
Berita Acara ini.
Demikianlah Berita Acara ini dibuat dan ditandatangani oleh kedua belah pihak dalam
rangkap 2 (dua) untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
.,.
GUBERNUR/ BUPATI/ WALIKOTA
PEMERINTAH DAERAH
PROVINSI/ KABUPATEN/ KOTA*)

KETUA DPRD
PROVINSI/KABUPATEN/KOTA*).......

(tanda tangan)

(tanda tangan)

(nama lengkap)

(nama lengkap)
WAKIL KETUA DPRD
PROVINSI/KABUPATEN/KOTA*).......
(tanda tangan)
(nama lengkap)
WAKIL KETUA DPRD
PROVINSI/KABUPATEN/KOTA*).......
(tanda tangan)
(nama lengkap)

*)

coret yang tidak perlu

MENTERI DALAM NEGERI,


ttd
Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA BIRO HUKUM,

H. MOH. MARUF, SE.

PERWIRA

simbachs@gmail.com

- 185 LAMPIRAN XIX

: PERATURAN MENTERI DALAM


NEGERI
NOMOR
: 13 TAHUN 2006
TANGGAL : 15 Mei 2006

FORMAT RACANGAN PERATURAN KEPALA DAERAH BESERTA LAMPIRAN


A.

RANCANGAN PERATURAN KEPALA DAERAH


RANCANGAN PERATURAN GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA*)
PROVINSI/KABUPATEN/KOTA*) ...................
NOMOR .. TAHUN .................
TENTANG
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH
TAHUN ANGGARAN ......................
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA*) .....,

Menimbang

Mengingat

a.

bahwa Pasal 187 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004


tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 Tentang
Perubahan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah menjadi Undang-Undang, menyatakan apabila
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) sampai batas waktu yang
ditetapkan tidak mengambil keputusan bersama dengan kepala
daerah terhadap rancangan peraturan daerah tentang Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), kepala daerah
melaksanakan pengeluaran setinggi-tingginya sebesar angka APBD
tahun anggaran sebelumnya untuk membiayai keperluan setiap bulan
yang disusun dalam rancangan peraturan kepala daerah tentang
APBD;

b.

bahwa berhubung sampai dengan tanggal 30 November Tahun ....


DPRD Provinsi/Kabupaten/Kota*) ..... belum memberi persetujuan
terhadap Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD yang telah
dibahas/diajukan*), maka untuk memperoleh persetujuan Menteri
Dalam Negeri/Gubernur*).... guna melaksanakan pengeluaran
setinggi-tingginya sebagaimana dimaksud pada huruf a,
perlu
menetapkan Rancangan Peraturan Gubernur/Bupati/Walikota*) ....
tentang APBD Tahun Anggaran .....

1.

Undang-Undang Nomor .......... Tahun ........... tentang Pembentukan


Daerah ................ (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
......... Nomor ........., Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor .......);

2.

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan


Bangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor
68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3312)
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun
1994 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 62,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3569);

simbachs@gmail.com

- 186 3.

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan


Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997
Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3685) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 34
Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000
Nomor 246 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4048);

4.

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1997 tentang Bea Perolehan Hak


Atas Tanah dan Bangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1997 Nomor 44, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3688);

5.

Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan


Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851);

6.

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

7.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan


Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

8.

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan


Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4389);

9.

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksanaan


Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);

10.

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan


Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4421);

11.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan


Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun
2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti UndangUndang Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Perubahan Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi
Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia nomor
4548);

12.

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan


Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

13.

Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan


Pengawasan atas Penyelenggaran Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 41, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4090);

simbachs@gmail.com

- 187 14.

Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 118,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4138);

15.

Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi


Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor
119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4139);

16.

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan


Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota DPRD (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 90, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4416) sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2005
tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004
tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 94, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4540);

17.

Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan


Keuangan Badan Layanan Umum (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4502);

18.

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar


Akuntansi Pemerintahan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2005 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4503);

19.

Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2005 tentang Pinjaman


Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor
136, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4574);

20.

Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana


Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4575);

21.

Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem


Informasi Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2005 Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4576);

22.

Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2005 tentang Hibah


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 139,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4577);

23.

Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan


Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4578);

24.

Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman


Penyusunan dan penerapan Standar Pelayanan Minimal (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 150, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4585);

25.

Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan


Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4614);

26.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor Tahun ... tentang


Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;

simbachs@gmail.com

- 188 27.

Peraturan Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota .................. Nomor


.. Tahun ...... tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan
Daerah.
GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA*) ............
MEMUTUSKAN :

Menetapkan

: PERATURAN GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA*) ......... TENTANG ANGGARAN


PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN ................

Pasal 1
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran............. sebagai berikut:

1.

Pendapatan Daerah

Rp.........

2.

Belanja Daerah

Rp.........
Rp.

Surplus/(Defisit)
3.

(-)

Pembiayaan Daerah:
a.

Penerimaan

Rp.........

b.

Pengeluaran

Rp.........

(-)

Pembiayaan Netto Rp.


Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran tahun Berkenaan:

Rp.

(-)

Pasal 2
(1)

Pendapatan Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 terdiri dari :


a. Pendapatan Asli Daerah sejumlah Rp
b. Dana perimbangan sejumlah Rp
c. Lain-lain pendapatan daerah yang sah sejumlah Rp

(2)

Pendapatan Asli Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri dari jenis
pendapatan:
a. Pajak daerah sejumlah Rp
b. Retribusi daerah sejumlah Rp
c. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan sejumlah Rp
d. Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah sejumlah Rp

(3)

Dana perimbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri dari jenis
pendapatan:
a. Dana bagi hasil sejumlah Rp
b. Dana alokasi umum sejumlah Rp
c. Dana alokasi khusus sejumlah Rp

(4)

Lain-lain pendapatan daerah yang sah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
terdiri dari jenis pendapatan:
a. Hibah sejumlah Rp
b. Dana Darurat sejumlah Rp
c. Dana Bagi Hasil Pajak sejumlah Rp
d. Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus sejumlah Rp
e. Bantuan keuangan dari provinsi atau dari pemerintah daerah lainnya sejumlah
Rp

simbachs@gmail.com

- 189 Pasal 3
(1)
(2)

(3)

(1)

Belanja Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 terdiri dari :


a. Belanja Tidak Langsung sejumlah Rp
b. Belanja Langsung sejumlah Rp
Belanja Tidak Langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri dari jenis
belanja:
a. Belanja pegawai sejumlah Rp
b. Belanja bunga sejumlah Rp
c. Belanja subsidi sejumlah Rp
d. Belanja hibah sejumlah Rp
e. Belanja bantuan sosial sejumlah Rp
f. Belanja bagi hasil sejumlah Rp
g. Belanja bantuan keuangan sejumlah Rp
h. Belanja tidak terduga sejumlah Rp
Belanja Langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri dari jenis
belanja:
a. Belanja pegawai sejumlah Rp
b. Belanja belanja barang dan jasa sejumlah Rp
c. Belanja modal sejumlah Rp
Pasal 4
Pembiayaan Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 terdiri dari :
a. Penerimaan sejumlah Rp
b. Pengeluaran sejumlah Rp

(2)

Penerimaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri dari jenis pembiayaan
:
a. SiLPA tahun anggaran sebelumnya sejumlah Rp
b. Pencairan dana cadangan sejumlah Rp
c. Hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan sejumlah Rp
d. Penerimaan pinjaman daerah sejumlah Rp
e. Penerimaan kembali pemberian pinjaman sejumlah Rp
f. Penerimaan piutang daerah sejumlah Rp

(3)

Pengeluaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri dari jenis
pembiayaan:
a. pembentukan dana cadangan sejumlah Rp
b. penyertaan modal (investasi) pemerintah daerah sejumlah Rp
c. pembayaran pokok utang sejumlah Rp
d. Pemberian pinjaman daerah sejumlah Rp

Pasal 5
Uraian lebih lanjut Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 1, tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Gubernur/Bupati/Walikota*) ini, terdiri dari:
1.

Lampiran I

Ringkasan APBD;

2.

Lampiran II

Ringkasan APBD
Organisasi;

3.

Lampiran III

Penjabaran APBD menurut Urusan Pemerintahan Daerah, Organisasi,


Pendapatan, Belanja Program dan Kegiatan serta Pembiayaan yang
dirinci menurut kelompok, jenis, obyek dan rincian obyek;

4.

Lampiran IV

Rekapitulasi Belanja menurut Urusan Pemerintahan Daerah, Organisasi,


Program dan Kegiatan;

5.

Lampiran V

Rekapitulasi Belanja Daerah Untuk Keselarasan dan Keterpaduan


Urusan Pemerintahan Daerah dan Fungsi Dalam Kerangka Pengelolaan
Keuangan Negara;

menurut

Urusan

Pemerintahan

Daerah

dan

simbachs@gmail.com

- 190 6.

Lampiran VI

Daftar Jumlah Pegawai Per Golongan dan Per Jabatan;

7.

Lampiran VII

Daftar piutang daerah;

8.

Lampiran VIII Daftar penyertaan modal (investasi) daerah;

9.

Lampiran IX

Daftar Perkiraan Penambahan dan Pengurangan Aset Tetap Daerah;

10.

Lampiran X

Daftar perkiraan penambahan dan pengurangan aset lainnya;

11.

Lampiran XI

Daftar kegiatan-kegiatan tahun anggaran sebelumnya yang belum


diselesaikan dan dianggarkan kembali dalam tahun anggaran ini;

12.

Lampiran XII

Daftar dana cadangan daerah ;dan

13.

Lampiran XIII

Daftar Pinjaman Daerah Dan Obligasi Daerah.

Pasal 6
Pelaksanaan APBD yang ditetapkan dalam peraturan ini dituangkan lebih lanjut dalam
dokumen pelaksanaan anggaran satuan kerja perangkat daerah sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan.
Pasal 7
Peraturan Gubernur/Bupati/Walikota*) ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar
setiap
orang
mengetahuinya,
memerintahkan
pengundangan
Gubernur/Bupati/Walikota*) ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah.

Peraturan

Ditetapkan di ..
pada tanggal ..
GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA*)..
(tanda tangan)
(nama lengkap)
Diundangkan di .......
pada tanggal ............
SEKRETARIS DAERAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA*) ............
(tandatangan)
(nama lengkap)
NIP .
BERITA DAERAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA TAHUN NOMOR
*)

coret yang tidak perlu

simbachs@gmail.com

- 191 B.

RINGKASAN APBD
LAMPIRAN I

: PERATURAN GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA ...


NOMOR
:
TANGGAL
:

PROVINSI/KABUPATEN/KOTA*) ..
RINGKASAN APBD
TAHUN ANGGARAN
Nomor
Urut

Uraian

Jumlah

1.

PENDAPATAN DAERAH

1.1
1.1.1
1.1.2
1.1.3
1.1.4

Pendapatan asli daerah


Pajak daerah
Retribusi daerah
Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan
Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah

1.2
1.2.1
1.2.2
1.2.3

Dana perimbangan
Dana Bagi Hasil Pajak/ Bagi Hasil Bukan Pajak
Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Khusus

1.3
1.3.1
1.3.2
1.3.3
1.3.4
1.3.5

Lain-lain pendapatan daerah yang sah


Hibah
Dana Darurat
Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah lainnya
Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus
Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah lainnya
Jumlah Pendapatan

2.

BELANJA DAERAH

2.1
2.1.1
2.1.2
2.1.3
2.1.4
2.1.5
2.1.6

2.1.8

Belanja Tidak Langsung


Belanja Pegawai
Belanja Bunga
Belanja Subsidi
Belanja Hibah
Belanja Bantuan Sosial
Belanja Bagi Hasil Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintahan
Desa
Belanja Bantuan Keuangan Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota Dan
Pemerintahan Desa
Belanja Tidak Terduga

2.2
2.2.1
2.2.2
2.2.3

Belanja Langsung
Belanja pegawai
Belanja barang dan jasa
Belanja modal

2.1.7

Jumlah Belanja

simbachs@gmail.com

- 192 Nomor
Urut

Uraian

Jumlah
3
Surplus/(Defisit)

3.

PEMBIAYAAN DAERAH

3.1
3.1.1
3.1.2
3.1.3
3.1.4
3.1.5
3.1.6

Penerimaan pembiayaan
SiLPA Tahun Anggaran sebelumnya
Pencairan dana cadangan
Hasil penjualan kekayaan Daerah yang dipisahkan
Penerimaan pinjaman daerah
Penerimaan kembali pemberian pinjaman
Penerimaan piutang daerah
Jumlah penerimaan pembiayaan

3.2
3.2.1
3.2.2
3.2.3
3.2.4

Pengeluaran pembiayaan
Pembentukan dana cadangan
Penyertaan modal (Investasi) daerah
Pembayaran pokok utang
Pemberian pinjaman daerah
Jumlah pengeluaran pembiayaan
Pembiayaan neto

3.3
*)

Sisa lebih pembiayaan anggaran tahun berkenaan (SILPA)

Coret yang tidak perlu

.., tanggal..
GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA*)..

(tanda tangan)
(nama lengkap)

simbachs@gmail.com

- 193 C.

RINGKASAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI


LAMPIRAN II

: PERATURAN GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA
NOMOR
:
TANGGAL
:

PROVINSI/KABUPATEN/KOTA*) ..
RINGKASAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI
TAHUN ANGGARAN
Belanja
Kode

Urusan Pemerintahan Daerah

Pendapatan

1
1

Tidak
Langsung
4

Langsung
5

Jumlah
Belanja
6

URUSAN WAJIB

1
1
1
1

01

02

1
1
1
1
1
1

02
02
02
02
02
02

01
01
01

03

1
1
1
1
1
1

03
03
03
03
03
03

1
1
1
1
1

04
04
10
04

1
1
1

05
05

1
1
1

06
06

01
02
03

Pendidikan
Dinas Pendidikan
Kantor Perpustakaan Daerah
Dst

01
02
03
04
05
06

Dinas Kesehatan
Rumah Sakit Umum Daerah
Rumah Sakit Jiwa
Rumah Sakit Paru-paru
Rumah Sakit Ketergantungan Obat
Dst

01
02
03
04
05
06

Dinas Pekerjaan Umum


Dinas Bina Marga
Dinas Pengairan
Dinas Pengawasan Bangunan dan Tata Kota
Dinas Cipta Karya
Dst

01
02
03
04

Perumahan
Dinas Permukiman
Dinas Pemadam Kebakaran
Dinas Pemakaman
Dst

01
02

Penataan Ruang
Dinas Tata Ruang
Dst

01
02

Perencanaan Pembangunan
BAPPEDA
Dst

01
02

Dinas Perhubungan
Dst

01
02
03
04
05

Dinas Lingkungan Hidup


Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah
Dinas Pertamanan
Dinas Kebersihan
Dst

01
02

Badan Pertanahan Daerah


Dst

Kesehatan

Pekerjaan Umum

04

05

06

07

1
1

07
07

08

1
1
1
1
1

08
08
08
08
08

1
1
1

09
09

Perhubungan

Lingkungan Hidup

Pertanahan

09

simbachs@gmail.com

- 194 Belanja
Kode

Urusan Pemerintahan Daerah

1
1
1

1
10
10
10

01
02

2
Kependudukan dan Catatan Sipil
Dinas Kependudukan dan Capil
Dst

1
1
1

11
11
11

01
02

Pemberdayaan Perempuan
Dinas Pemberdayaan Perempuan
Dst

1
1
1

12
12
12

01
02

Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera


BKKBD
Dst

1
1
1

13
13
13

01
02

Sosial
Dinas Sosial
Dst

1
1
1

14
14
14

01
02

Tenaga Kerja
Dinas Tenaga Kerja
Dst

1
1
1

15
15
15

01
02

Koperasi dan Usaha Kecil Menengah


Dinas Koperasi dan UKM
Dst

1
1
1

16
16
16

01
02

Penanaman Modal
Badan Penanaman Modal Daerah
Dst

1
1
1
1

17
17
17
17

01
02
03

Kebudayaan
Dinas Kebudayaan
Permuseuman
Dst

1
1
1

18
18
18

01
02

Pemuda dan Olah Raga


Dinas Pemuda dan Olah Raga
Dst

1
1
1
1
1

19
19
19
19
19

01
02
03
04

Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri


Dinas Kesbang Linmas
Dinas Ketentraman dan Ketertiban
Kantor Satuan Polisi Pamong Praja
Dst

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20

01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11

Pemerintahan Umum
DPRD
KDH & WKDH
Sekretariat Daerah
Sekretariat DPRD
Badan Pengelola Keuangan Daerah
Badan Penelitian dan Pengembangan
Badan Pengawasan Daerah
Kantor Penghubung
Kecamatan
Kelurahan
Dst

1
1
1
1

21
21
21
21

01
02
03

Kepegawaian
Badan Pendidikan dan Pelatihan
Badan Kepegawaian Daerah
Dst

1
1
1

22
22
22

01
02

Pemberdayaan Masyarakat dan Desa


Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa
Dst

Pendapatan
3

Tidak
Langsung
4

Langsung
5

Jumlah
Belanja
6

simbachs@gmail.com

- 195 Belanja
Kode

Urusan Pemerintahan Daerah

Pendapatan

1
1
1
1

23
23
23
23

01
02
03

Statistik
Badan Statistik Daerah
Kantor Statistik Daerah
Dst

1
1
1

24
24
24

01
02

Kearsipan
Kantor Arsip Daerah
Dst

1
1
1
1

25
25
25
25

01
02
03

Komunikasi dan Informatika


Dinas Informasi dan Komunikasi
Kantor Pengolahan Data Elektronik
Dst

Tidak
Langsung
4

Langsung
5

Jumlah
Belanja
6

URUSAN PILIHAN

2
2
2
2
2
2

01
01
01
01
01
01

01
02
03
04
05

Pertanian
Dinas Pertanian
Dinas Perkebunan
Dinas Peternakan
Dinas Ketahanan Pangan
Dst

2
2
2

02
02
02

01
02

Kehutanan
Dinas Kehutanan
Dst

2
2
2

03
03
03

01
02

Energi dan Sumberdaya Mineral


Dinas Pertambangan
Dst

2
2
2
2

04
04
04
04

01
02
03

Pariwisata
Dinas Pariwisata
Kebun Binatang
Dst

2
2
2

05
05
05

01
02

Kelautan dan Perikanan


Dinas Kelautan dan Perikanan
Dst

2
2
2
2

06
06
06
06

01
02
03

Perdagangan
Dinas Perdagangan
Dinas Pasar
Dst

2
2
2

07
07
07

01
02

Perindustrian
Dinas Perindustrian
Dst

2
2
2

08
08
08

01
02

Transmigrasi
Dinas Transmigrasi
Dst

Jumlah
SURPLUS/(DEFISIT)

simbachs@gmail.com

- 196 PEMBIAYAAN
Kode

Urusan Pemerintahan Daerah

*)

20

20

PENERIMAAN

PENGELUARAN

PEMBIAYAAN
NETTO

5=3-4

SILPA TAB
6

Pemerintahan Umum
03

Sekretariat Daerah/ B P K D

coret yang tidak perlu


.., tanggal.
GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA*).....
(tanda tangan)
(nama lengkap)

simbachs@gmail.com

D.

RINCIAN APBD
LAMPIRAN III

: PERATURAN GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA ..
NOMOR
:
TANGGAL
:

PROVINSI/KABUPATEN/KOTA*)...
RINCIAN APBD
TAHUN ANGGARAN ..
Urusan Pemerintahan
Organisasi
KODE REKENING
1
1

*)

: x.xx

: x.xx xx
URAIAN

JUMLAH
(Rp)

PENJELASAN

coret yang tidak perlu


.., tanggal.
GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA*)..
(tanda tangan)
(nama lengkap)

simbachs@gmail.com

- 198 Cara
1.
2.
3.
4.
5.

Pengisian Lampiran III Peraturan Kepala Daerah, format penjabaran APBD:


Provinsi/kabupaten/kota diisi dengan nama provinsi/kabupaten/kota.
Tahun anggaran diisi dengan tahun anggaran yang direncanakan.
Urusan Pemerintahan diisi dengan nomor kode urusan pemerintahan dan nama urusan
pemerintahan daerah yang dilaksanakan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi
Organisasi diisi dengan nomor kode perangkat daerah dan nama satuan kerja perangkat
daerah.
Pengisian kolom 1 (kode rekening) sebagai berikut :

a.

Untuk Penganggaran Pendapatan Daerah :


Kolom kesatu diisi dengan nomor kode urusan pemerintahan dan kolom kedua diisi
dengan nomor kode organisasi. Kolom ketiga dan keempat diisi dengan angka 00.
Kolom kelima diisi dengan nomor 4 untuk kode akun anggaran pendapatan daerah.
Kolom keenam diisi dengan nomor kode untuk kelompok pendapatan daerah, kolom
ketujuh diisi dengan nomor kode untuk jenis pendapatan, kolom kedelapan diisi
dengan nomor kode untuk objek pendapatan, dan kolom kesembilan/terakhir diisi
dengan nomor kode untuk rincian objek pendapatan.

b.

Untuk Penganggaran Belanja Daerah :


Kolom kesatu diisi dengan nomor kode urusan pemerintahan dan kolom kedua diisi
dengan nomor kode organisasi.
Untuk pengisian kolom-kolom selanjutnya sebagai berikut:
1)
Belanja Tidak Langsung :
Setelah kode organisasi, kolom ketiga dan keempat masing-masing diisi
dengan angka 00.
Kolom selanjutnya secara berturut-turut diisi sesuai dengan nomor kode akun
belanja, kode kelompok belanja tidak langsung, kode jenis belanja tidak
langsung, kode objek belanja tidak langsung, dan kode rincian objek belanja
tidak langsung yang berkenaan.
2)
Belanja Langsung :
Setelah kode organisasi, kolom ketiga diisi dengan nomor kode program, kolom
keempat diisi dengan nomor kode kegiatan.
Kolom selanjutnya secara berturut-turut diisi sesuai dengan nomor kode akun
belanja, kode kelompok belanja langsung, kode jenis belanja langsung, kode
objek belanja langsung, dan kode rincian objek belanja langsung yang
berkenaan untuk belanja dari setiap kegiatan.

c.

Untuk penganggaran pembiayaan daerah :


Kolom kesatu diisi dengan nomor kode urusan pemerintahan dan kolom kedua diisi
dengan nomor kode organisasi.
Untuk pengisian kolom selanjutnya sebagai berikut:
1)
Penerimaan pembiayaan daerah :
Setelah kode organisasi, kolom ketiga dan keempat masing-masing diisi
dengan angka 00.
Kolom selanjutnya secara berturut-turut diisi sesuai dengan nomor kode akun
pembiayaan, kode kelompok penerimaan pembiayaan, kode jenis penerimaan
pembiayaan, kode objek penerimaan pembiayaan, dan kode rincian objek
penerimaan pembiayaan yang berkenaan.
2)
Pengeluaran pembiayaan daerah :
Setelah kode organisasi, kolom ketiga dan keempat masing-masing diisi
dengan angka 00.
Kolom selanjutnya secara berturut-turut diisi sesuai dengan nomor kode akun
pembiayaan,
kode kelompok pengeluaran pembiayaan, kode jenis
pengeluaran pembiayaan, kode objek pengeluaran pembiayaan, dan kode
rincian objek pengeluaran pembiayaan yang berkenaan.

simbachs@gmail.com

- 199 6.

Pengisian Kolom 2 (uraian) sebagai berikut :

a.

Penganggaran Pendapatan Daerah :


1)
Uraian pendapatan daerah dicantumkan pada urutan pertama.
2)
Setelah mencantumkan uraian pendapatan daerah, selanjutnya dicantumkan
uraian kelompok pendapatan daerah yang akan dipungut/diterima seperti
pendapatan asli daerah/dana perimbangan atau lain-lain pendapatan daerah
yang sah.
3)
Untuk setiap kelompok pendapatan daerah diuraikan jenis-jenis pendapatan
berkenaan. Jenis-jenis pendapatan daerah yang termasuk dalam kelompok
pendapatan asli daerah seperti hasil pajak daerah/hasil retribusi daerah/hasil
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli
daerah. Sedangkan dana bagi hasil, DAU, DAK merupakan jenis pendapatan
daerah yeng termasuk dalam kelompok pendapatan daerah yang bersumber
dari penerimaan dana perimbangan. Demikian halnya dengan penguraian
kelompok, dan jenis dari pendapatan daerah yang lain.
4)
Setelah setiap jenis pendapatan daerah dicantumkan, selanjutnya diuraikan
nama obyek pendapatan daerah yang berkenaan, misalnya pajak kendaraan
bermotor, pajak kendaraan di atas air, bea balik nama kendaraan bermotor
yang merupakan obyek pendapatan daerah yang termasuk dalam jenis hasil
pajak daerah. Retribusi Jasa Umum, Retribusi Jasa Usaha, Retribusi Perizinan
tertentu merupakan obyek pendapatan daerah yang termasuk dalam jenis
retribusi daerah, dan seterusnya.
5)
Untuk setiap obyek pendapatan daerah yang dicantumkan selanjutnya
diuraikan rincian obyek pendapatan daerah yang berkenaan, seperti A-1
Sedan, Jeep, Station Wagon (Pribadi), A-2 Sedan, Jeep, Station Wagon
(Umum), B-1 Bus, Micro Bus (Pribadi) yang merupakan rincian obyek
pendapatan daerah yang termasuk dalam obyek pajak kendaraan bermotor.
Retribusi Pelayanan Kesehatan, Retribusi Pengujian Kendaraan bermotor,
Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta, Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang
merupakan rincian obyek pendapatan daerah yang termasuk dalam obyek
Retribusi Jasa Umum dan seterusnya.
6)
Pencantuman kelompok, jenis, obyek dan rincian obyek dalam uraian rincian
penjabaran APBD disesuaikan dengan kewenangan untuk memungut atau
menerima pendapatan daerah sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masingmasing satuan kerja perangkat daerah sebagaimana ditetapkan dalam
ketentuan perundang-undangan. Sehubungan dengan hal tersebut untuk
efektivitas penilaian pencapaian prestasi kerja dibidang pengelolaan
pendapatan daerah,
tidak diperkenankan mencantumkan rincian obyek
pendapatan daerah yang pemungutan atau penerimaannya bukan menjadi
kewenangan satuan kerja perangkat daerah yang bersangkutan.

b.

Penganggaran Belanja Daerah :


Uraian pertama yang harus dicantumkan untuk menjabarkan belanja yakni uraian
belanja daerah. Selanjutnya untuk menguraikan lebih lanjut belanja kedalam
kelompok belanja, yang pertama kali dicantumkan adalah belanja tidak langsung,
kemudian diikuti dengan masing-masing jenis belanja tidak langsung, obyek belanja
tidak langsung dan rincian obyek belanja tidak langsung berkenaan. Setelah
menguraikan belanja tidak langsung, langkah selanjutnya adalah menguraikan
belanja langsung mulai dari jenis belanja langsung, dengan masing-masing obyek
belanja langsung dan rincian obyek belanja langsung berkenaan
Penjabaran lebih lanjut dari masing-masing kelompok belanja agar memperhatikan
hal-hal sebagai berikut :
1)
Penganggaran belanja tidak langsung :

a)

Setelah mencantumkan uraian belanja tidak langsung, selanjutnya


diuraikan jenis-jenis belanja yang termasuk dalam kelompok belanja tidak
langsung dimaksud. Jenis-jenis belanja tidak langsung seperti belanja
pegawai, belanja bunga, belanja subsidi, belanja hibah, belanja bantuan
sosial, belanja bagi hasil kepada provinsi/kabupaten/kota dan

simbachs@gmail.com

- 200 pemerintahan
desa,
belanja
bantuan
keuangan
kepada
provinsi/kabupaten/kota dan pemerintahan
desa dan belanja tidak
terduga.

b)

Pencantuman setiap jenis belanja harus diikuti dengan menguraikan


obyek belanja berkenaan, misalnya untuk belanja pegawai, uraian obyek
belanja yang termasuk dalam jenis belanja pegawai tersebut seperti gaji
dan tunjangan, tambahan penghasilan PNS, biaya pemungutan pajak
daerah. Bunga utang pinjaman dan bunga utang obligasi merupakan
obyek dari jenis belanja bunga dan seterusnya.

c)

2)

Setelah mencantumkan obyek belanja tidak langsung yang diperlukan,


selanjutnya diikuti dengan menguraikan rincian obyek belanja yang
termasuk dalam obyek belanja berkenaan. Gaji Pokok PNS/Uang
Representasi, Tunjangan Keluarga, Tunjangan Jabatan, Tunjangan
Fungsional, Tunjangan Fungsional Umum, Tunjangan Beras, Tunjangan
PPh/Tunjangan Khusus, Pembulatan Gaji, Iuran Asuransi Kesehatan,
Uang Paket, Tunjangan Panitia Musyawarah, Tunjangan Komisi,
Tunjangan Panitia Anggaran, Tunjangan Badan Kehormatan, Tunjangan
Alat Kelengkapan Lainnya, Tunjangan Perumahan merupakan rincian
obyek dari obyek belanja gaji dan tunjangan. Tambahan Penghasilan
berdasarkan beban kerja, Tambahan Penghasilan berdasarkan tempat
bertugas, Tambahan Penghasilan berdasarkan kondisi kerja, Tambahan
Penghasilan berdasarkan kelangkaan profesi, Tambahan Penghasilan
berdasarkan prestasi kerja adalah merupakan rincian obyek dari obyek
Tambahan Penghasilan PNS, dan seterusnya.
Penganggaran belanja langsung

a)

Untuk penganggaran belanja langsung, terlebih dahulu dimulai dengan


mencantumkan uraian belanja langsung, yang kemudian diikuti dengan
nama program yang akan didanai melalui belanja langsung.

b)

Setelah mencantumkan nama program, selanjutnya dicantumkan nama


kegiatan yang termasuk dalam bagian program berkenaan.

c)

Setiap mencantumkan uraian nama kegiatan langkah selanjutnya diikuti


dengan mencantumkan jenis-jenis belanja langsung, dan masing-masing
obyek belanja langsung serta rincian obyek belanja langsung yang
dibutuhkan untuk mendanai kegiatan berkenaan.

d)

Jenis-jenis belanja yang termasuk dalam kelompok belanja langsung


dapat berupa belanja pegawai, belanja barang dan jasa, atau belanja
modal.

e)

Obyek belanja langsung yang termasuk dalam jenis belanja pegawai


seperti honorarium PNS, honorarium Non PNS, uang lembur. Obyek
belanja langsung yang termasuk dalam jenis belanja barang dan jasa
seperti belanja bahan pakai habis, belanja bahan/material, belanja jasa
kantor, belanja premi asuransi, belanja perawatan kendaraan bermotor,
belanja jasa pendidikan dan pelatihan PNS, Belanja Cetak dan
Penggandaan dan seterusnya. Belanja Modal Pengadaan Tanah, belanja
modal pengadaan alat-alat berat, belanja modal pengadaan alat-alat
angkutan darat bermotor, belanja modal pengadaan alat-alat angkutan
darat tidak bermotor, belanja modal pengadaan alat-alat angkutan di air
bermotor, belanja modal pengadaan alat-alat angkutan di air tidak
bermotor, belanja modal pengadaan alat-alat angkutan udara, belanja
modal pengadaan alat-alat bengkel, belanja modal pengadaan alat-alat
pengolahan pertanian dan peternakan, belanja modal pengadaan
peralatan kantor, belanja modal pengadaan perlengkapan kantor, belanja
modal pengadaan komputer dan seterusnya merupakan obyek belanja
langsung yang termasuk dalam jenis belanja modal.

f)

Rincian obyek belanja langsung yang termasuk dalam salah satu obyek
belanja langsung Honorarium PNS misalnya honorarium panitia/tim.
Belanja alat tulis kantor, Belanja alat listrik dan elektronik (lampu pijar,

simbachs@gmail.com

- 201 battery kering), Belanja perangko, materai dan benda pos lainnya,
Belanja peralatan kebersihan dan bahan pembersih, Belanja Bahan Bakar
Minyak/Gas, Belanja pengisian tabung pemadam kebakaran, Belanja
pengisian tabung gas dan seterusnya merupakan rincian obyek belanja
langsung yang termasuk dalam obyek belanja Belanja Bahan Pakai Habis.
Belanja modal pengadaan tanah kantor, Belanja modal pengadaan tanah
sarana kesehatan rumah sakit, Belanja modal pengadaan tanah sarana
kesehatan puskesmas, Belanja modal pengadaan tanah sarana kesehatan
poliklinik, Belanja modal pengadaan tanah sarana pendidikan taman
kanak-kanak dan seterusnya merupakan rincian obyek belanja langsung
yang termasuk dalam obyek Belanja Modal Pengadaan Tanah, dan
seterusnya.

c.

Penganggaran Pembiayaan Daerah :


1)
Penerimaan pembiayaan

a)

Uraian pertama yang dicantumkan untuk menguraikan lebih lanjut


penerimaan pembiayaan daerah yakni uraian penerimaan pembiayaan.

b)

Selanjutnya diuraikan jenis-jenis penerimaan pembiayaan yang termasuk


dalam kelompok penerimaan pembiayaan berkenaan, seperti sisa lebih
perhitungan anggaran tahun anggaran sebelumnya, pencairan dana
cadangan, hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan, penerimaan
pinjaman daerah, penerimaan kembali pemberian pinjaman, penerimaan
piutang daerah merupakan jenis penerimaan pembiayaan yang termasuk
dalam kelompok penerimaan pembiayaan.

c)

Untuk masing-masing jenis penerimaan pembiayaan yang dicantumkan


selanjutnya diuraikan obyek penerimaan pembiayaan yang termasuk
dalam jenis penerimaan pembiayaan berkenaan, seperti pelampauan
penerimaan PAD,
pelampauan penerimaan dana perimbangan,
pelampauan penerimaan lain-lain pendapatan daerah yang sah, sisa
penghematan belanja atau akibat lainnya yang merupakan obyek
penerimaan pembiayaan yang termasuk dalam jenis sisa lebih
perhitungan anggaran tahun lalu. Penerimaan Pinjaman Daerah dari
Pemerintah, Penerimaan Pinjaman Daerah dari pemerintah daerah lain,
Penerimaan Pinjaman Daerah dari lembaga keuangan bank, Penerimaan
Pinjaman Daerah dari lembaga keuangan bukan bank, Penerimaan hasil
penerbitan Obligasi daerah merupakan obyek penerimaan pembiayaan
yang termasuk dalam jenis Penerimaan Pinjaman Daerah, dan
seterusnya.

d)

2)

Setelah mencantumkan setiap uraian obyek penerimaan pembiayaan,


selanjutnya dicantumkan uraian rincian obyek penerimaan pembiayaan
yang termasuk dalam obyek penerimaan pembiayaan berkenaan, seperti
pelampauan penerimaan pajak daerah, retribusi daerah, hasil
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, lain-lain PAD yang sah
merupakan rincian obyek penerimaan pembiayaan yang termasuk dalam
obyek pelampauan penerimaan PAD.
Pengeluaran pembiayaan

a)

Uraian pertama yang dicantumkan untuk menguraikan lebih lanjut


penerimaan pembiayaan daerah yakni uraian pengeluaran pembiayaan.

b)

Selanjutnya diuraikan jenis-jenis pengeluaran pembiayaan yang termasuk


dalam kelompok pengeluaran pembiayaan berkenaan, seperti
pembentukan dana cadangan, penyertaan modal (investasi) pemerintah
daerah, pembayaran pokok utang, pemberian pinjaman daerah yang
merupakan jenis pengeluaran pembiayaan yang termasuk dalam
kelompok pengeluaran pembiayaan.

c)

Untuk masing-masing jenis pengeluaran pembiayaan yang dicantumkan


selanjutnya diuraikan obyek pengeluaran pembiayaan yang termasuk
dalam jenis pengeluaran pembiayaan berkenaan, seperti pembayaran
pokok utang yang jatuh tempo kepada pemerintah, pembayaran pokok

simbachs@gmail.com

- 202 utang yang jatuh tempo kepada pemerintah daerah lain, pembayaran
pokok utang yang jatuh tempo kepada lembaga keuangan bank,
pembayaran pokok utang yang jatuh tempo kepada lembaga keuangan
bukan bank yang merupakan obyek pengeluaran pembiayaan yang
termasuk dalam jenis pembayaran pokok utang.

d)

7.

Setelah mencantumkan setiap uraian obyek pengeluaran pembiayaan,


selanjutnya dicantumkan uraian rincian obyek pengeluaran pembiayaan
yang termasuk dalam obyek pengeluaran pembiayaan berkenaan.
Pengisian kolom 3 (jumlah) sebagai berikut :

a.

Pendapatan Daerah:
1)
Pengisian jumlah pendapatan daerah secara horizontal sesuai dengan jumlah
yang direncanakan menurut kelompok, jenis, objek, dan rincian objek
pendapatan daerah yang dicantumkan dalam kolom uraian.
2)
Jumlah menurut kelompok pendapatan daerah diisi dengan jumlah hasil
penjumlahan dari seluruh jumlah jenis pendapatan daerah berkenaan.
3)
Jumlah menurut jenis pendapatan daerah diisi dengan jumlah hasil
penjumlahan dari seluruh jumlah obyek pendapatan daerah berkenaan.
4)
Jumlah menurut obyek pendapatan daerah diisi dengan jumlah hasil
penjumlahan dari seluruh jumlah rincian obyek pendapatan daerah berkenaan.
5)
Jumlah menurut rincian obyek pendapatan daerah diisi dengan jumlah rincian
obyek pendapatan daerah berkenaan.
6)
Jumlah seluruh pendapatan daerah sama dengan penjumlahan dari seluruh
jumlah kelompok pendapatan daerah yang dianggarkan.

b.

Belanja Daerah :
1)
Belanja tidak langsung

a)

Jumlah belanja tidak langsung merupakan penjumlahan dari seluruh


jumlah jenis belanja tidak langsung yang tercantum dalam kolom uraian.

b)

Jumlah jenis belanja tidak langsung diisi dengan penjumlahan dari


seluruh jumlah obyek belanja pada jenis belanja tidak langsung
berkenaan.

c)

Jumlah obyek belanja tidak langsung diisi dengan penjumlahan dari


seluruh jumlah rincian obyek belanja pada obyek belanja tidak langsung
berkenaan.

d)

2)

c.

Jumlah menurut rincian obyek belanja tidak langsung diisi dengan jumlah
rincian obyek belanja tidak langsung berkenaan.
Belanja Langsung

a)

Jumlah belanja langsung merupakan penjumlahan dari seluruh jumlah


program belanja langsung yang tercantum dalam kolom uraian.

b)

Jumlah menurut program diisi dengan penjumlahan dari seluruh jumlah


belanja kegiatan yang termasuk dalam program berkenaan.

c)

Jumlah menurut kegiatan diisi dengan jumlah hasil penjumlahan dari


seluruh jenis belanja langsung yang termasuk dalam kegiatan berkenaan.

d)

Jumlah jenis belanja langsung diisi dengan penjumlahan dari seluruh


jumlah obyek belanja pada jenis belanja langsung yang termasuk dalam
kegiatan berkenaan.

e)

Jumlah obyek belanja langsung diisi dengan penjumlahan dari seluruh


jumlah rincian obyek belanja pada obyek belanja langsung yang termasuk
dalam kegiatan berkenaan.

f)

Jumlah menurut rincian obyek diisi dengan jumlah anggaran rincian


obyek belanja langsung kegiatan berkenaan.

Pembiayaan daerah :
1)
Penerimaan Pembiayaan

simbachs@gmail.com

- 203 a)

Jumlah penerimaan pembiayaan merupakan penjumlahan dari seluruh


jumlah jenis penerimaan pembiayaan daerah yang tercantum dalam
kolom uraian.

b)

Jumlah jenis penerimaan pembiayaan diisi dengan penjumlahan dari


seluruh jumlah obyek penerimaan pembiayaan pada jenis penerimaan
pembiayaan berkenaan.

c)

Jumlah obyek penerimaan pembiayaan diisi dengan penjumlahan dari


seluruh jumlah rincian obyek penerimaan pembiayaan pada obyek
penerimaan pembiayaan berkenaan.

d)
2)

Jumlah menurut rincian obyek penerimaan pembiayaan diisi dengan


jumlah rincian obyek penerimaan pembiayaan berkenaan.
Pengeluaran Pembiayaan

a)

Jumlah pengeluaran pembiayaan merupakan penjumlahan dari seluruh


jumlah jenis pengeluaran pembiayaan daerah yang tercantum dalam
kolom uraian.

b)

Jumlah jenis pengeluaran pembiayaan diisi dengan penjumlahan dari


seluruh jumlah obyek pengeluaran pembiayaan pada jenis pengeluaran
pembiayaan berkenaan.

c)

Jumlah obyek pengeluaran pembiayaan diisi dengan penjumlahan dari


seluruh jumlah rincian obyek pengeluaran pembiayaan pada obyek
pengeluaran pembiayaan berkenaan.

d)

8.

Jumlah menurut rincian obyek pengeluaran pembiayaan diisi dengan


jumlah rincian obyek pengeluaran pembiayaan berkenaan.
3)
Pembiayaan neto
Jumlah pembiayaan neto diisi dengan jumlah selisih antara jumlah penerimaan
pembiayaan dikurangi dengan jumlah pengeluaran pembiayaan
Pengisian kolom 4 (penjelasan) sebagai berikut :
Kolom penjelasan wajib diisi untuk memenuhi prinsip transparansi dan akuntabilitas
keuangan daerah/APBD. Dalam kolom ini harus disajikan data dan informasi yang lengkap
guna memudahkan berbagai pihak memperoleh penjelasan mengenai dasar
penganggaran pendapatan, belanja dan pembiayaan dalam tahun anggaran berkenaan.

a.

Untuk penjelasan penganggaran pendapatan daerah diisi dengan:


1)
Dasar hukum penganggaran untuk setiap obyek pungutan/penerimaan dapat
berupa Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, atau
Peraturan Daerah yang disertai dengan nomor, tahun dan tentang.
2)
Dasar penentuan jumlah pendapatan/penerimaan yang dianggarkan pada
kolom jumlah, seperti kwantitas unit, orang, rumah tangga, frekwensi
pemakaian/penggunaan, waktu, luas, bobot, kepala keluarga, atau volume dan
ukuran lainnya yang digunakan yang disertai dengan besarnya tarif pungutan
atau harga/nilai satuan lainnya.

b.

Untuk penjelasan belanja daerah sebagai berikut:


1)
Belanja tidak langsung sebagai berikut:
Setiap jumlah rincian obyek belanja tidak langsung yang dianggarkan dalam
kolom jumlah supaya diberi penjelasan mengenai:

a)
b)

Dasar hukum penganggaran belanja tidak langsung

Sasaran peruntukan penyediaan belanja tidak langsung, dengan cara


menguraikan jumlah rincian obyek belanja tidak langsung seperti jumlah
orang, kwantitas waktu/jam/hari/bulan/tahun, atau satuan ukuran lainnya
yang digunakan disertai dengan besarnya harga satuan sebagai tolok
ukur pengeluaran belanja tidak langsung seperti tarif dan harga.
Contoh 1
Uang representasi sejumlah Rp1.499.400.000,00
Dalam kolom penjelasan diuraikan lebih lanjut sebagai berikut :

simbachs@gmail.com

- 204 -

2)

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2005, disediakan untuk :


1. Ketua = 1 org x 12 bln x Rp3.000.000,00 = Rp36.000.000,00
2. Wakil Ketua = 3 org x 12 bln x (80%xRp 3.000,000,00) =
Rp86.400.000,00
3. Anggota = 51 org x 12 bln x (75% x Rp 3.000.000,00) = Rp
1.377.000.000,00
Untuk penjelasan belanja langsung sebagai berikut :

a)

Untuk setiap kegiatan yang dicantumkan pada kolom uraian, harus


disertai dengan penjelasan :

(1)

Lokasi kegiatan, diisi dengan nama lokasi atau tempat dari setiap
kegiatan yang akan dilaksanakan. Lokasi atau tempat dimaksud
dapat berupa nama desa/kelurahan, kecamatan.

(2)

sumber dana diisi dengan jenis sumber dana (PAD, bagi hasil, DAU,
DAK, lain-lain hibah, dana darurat atau jenis lain-lain pendapatan
yang sah berkenaan, dana cadangan dan pinjaman daerah) untuk
mendanai pelaksanaan program dan kegiatan yang direncanakan.

keluaran yang akan dihasilkan dari kegiatan yang dianggarkan dan


manfaat yang akan diterima pada masa yang akan datang.
Untuk setiap jumlah rincian obyek belanja dari setiap kegiatan yang
dicantumkan dalam kolom jumlah, pada kolom penjelasan supaya disertai
dengan keterangan selengkapnya mengenai sasaran penggunaan dari rincian
obyek belanja langsung berkenaan.

(3)

c.

Pembiayaan Daerah :
Setiap jumlah obyek penerimaan dan pengeluaran pembiayaan yang dianggarkan
harus disertai dengan penjelasan selengkapnya seperti :

(1) Dasar hukum (Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden,

Peraturan Daerah yang dilengkapi dengan penjelasan nomor, tahun dan


tentang, perjanjian/berita acara atau dokumen lain yang dijadikan dasar
penganggaran dari setiap rincian obyek penerimaan pembiayaan daerah;

(2) Penjelasan lain yang dapat mendukung aspek legalitas dari setiap rincian obyek
penerimaan/pengeluaran pembiayaan yang dianggarkan.

simbachs@gmail.com

- 205 E.

REKAPITULASI BELANJA MENURUT URUSAN


ORGANISASI, PROGRAM, DAN KEGIATAN
LAMPIRAN IV

PEMERINTAHAN

DAERAH,

PERATURAN GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA ..
NOMOR
:
TANGGAL
:

PROVINSI/KABUPATEN/KOTA*) ..
REKAPITULASI BELANJA MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI,
PROGRAM, DAN KEGIATAN TAHUN ANGGARAN
Jenis Belanja
Kode

Uraian Urusan, Organisasi,


Program dan Kegiatan

Pegawai

Barang
dan Jasa

Modal

Jumlah
6 = 3+4+5

URUSAN WAJIB

01

01

01

Pendidikan

01

01

xx

01

01

xx

Dinas Pendidikan
Program
xx

Kegiatan ..

01

02

01

02

xx

Kantor Perpustakaan Daerah

01

02

xx

01

03

Dst

02

02

01

Dinas Kesehatan

Program
xx

Kegiatan ..

Kesehatan

02

01

xx

02

01

xx

02

02

Program
xx

Kegiatan ..
Rumah Sakit Umum Daerah

02

02

xx

02

02

xx

Program

02

03

02

03

xx

02

03

xx

02

04

02

04

xx

02

04

xx

02

05

02

05

xx

02

05

xx

02

06

Dst

03

03

01

Dinas Pekerjaan Umum

xx

Kegiatan ..
Rumah Sakit Jiwa
Program

xx

Kegiatan ..
Rumah Sakit Paru-paru
Program

xx

Kegiatan ..
Rumah Sakit Ketergantungan Obat
Program

xx

Kegiatan ..

Pekerjaan Umum

03

01

xx

03

01

xx

03

02

03

02

xx

03

02

xx

Program
xx

Kegiatan ..
Dinas Bina Marga
Program

xx

Kegiatan ..

simbachs@gmail.com

- 206 Jenis Belanja


Kode

03

1
03

Uraian Urusan, Organisasi,


Program dan Kegiatan

Pegawai

Barang
dan Jasa

Modal

Jumlah
6 = 3+4+5

Dinas Pengairan

03

03

xx

03

03

xx

Program

03

04

03

04

xx

03

04

xx

03

05

03

05

xx

03

05

xx

03

06

Dst

04

04

01

Dinas Permukiman

xx

Kegiatan ..
Dinas Pengawasan Bangunan dan Tata Kota
Program

xx

Kegiatan ..
Dinas Cipta Karya
Program

xx

Kegiatan ..

Perumahan

04

01

xx

04

01

xx

04

02

Program
xx

Kegiatan ..
Dinas Pemadam Kebakaran*)

04

02

xx

04

02

xx

04

03

Program
xx

Kegiatan ..
Dinas Pemakaman*)

04

03

xx

04

03

xx

Program

04

04

Dst

05

05

01

Dinas Tata Ruang*)

xx

Kegiatan ..

Penataan Ruang

05

01

xx

05

01

xx

Program

05

02

06

06

01

06

01

xx

06

01

xx

06

02

Dst

07

07

01

Dinas Perhubungan

xx

Kegiatan ..
Dst
Perencanaan Pembangunan
BAPPEDA
Program

xx

Kegiatan ..

Perhubungan

07

01

xx

07

01

xx

Program

07

02

Dst

08

08

01

Dinas Lingkungan Hidup

xx

Kegiatan ..

Lingkungan Hidup

08

01

xx

08

01

xx

08

02

08

02

xx

08

02

xx

Program
xx

Kegiatan ..
Badan Pengendalian
Daerah
Program

xx

Dampak

Lingkungan

Kegiatan ..

simbachs@gmail.com

- 207 Jenis Belanja


Kode

Uraian Urusan, Organisasi,


Program dan Kegiatan

Pegawai

Barang
dan Jasa

Modal

08

03

08

03

xx

08

03

xx

08

04

Jumlah
6 = 3+4+5

Dinas Pertamanan
Program
xx

Kegiatan ..
Dinas Kebersihan

08

04

xx

08

04

xx

Program

08

05

Dst

09

09

01

Badan Pertanahan Daerah

xx

Kegiatan ..

Pertanahan

09

01

xx

09

01

xx

Program

09

02

Dst

10

10

01

Dinas Kependudukan dan Caatatan Sipil

xx

Kegiatan ..

Kependudukan dan Catatan Sipil

10

01

xx

10

01

xx

Program

10

02

Dst

11

11

01

Dinas Pemberdayaan Perempuan

xx

Kegiatan ..

Pemberdayaan Perempuan

11

01

xx

11

01

xx

Program

11

02

Dst

12

12

01

Keluarga
Berencana
dan
Keluarga
Sejahtera
Badan Koordinasi Keluarga Berencana Daerah

12

01

xx

12

01

xx

12

02

Dst

13

13

01

Dinas Sosial

xx

Kegiatan ..

Program
xx

Kegiatan ..

Sosial

13

01

xx

13

01

xx

Program

13

02

Dst

14

14

01

Dinas Tenaga Kerja

xx

Kegiatan ..

Tenaga Kerja

14

01

xx

14

01

xx

Program

14

02

Dst

15

15

01

Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah

xx

Kegiatan ..

Koperasi dan Usaha Kecil Menengah

15

01

xx

15

01

xx

15

02

Program
xx

Kegiatan ..
Dst

simbachs@gmail.com

- 208 Jenis Belanja

16

16

Kode

Uraian Urusan, Organisasi,


Program dan Kegiatan

Pegawai

Barang
dan Jasa

Modal

Jumlah
6 = 3+4+5

Penanaman Modal
01

Badan Penanaman Modal Daerah

16

01

xx

16

01

xx

Program

16

02

Dst

17

17

01

Dinas Kebudayaan

xx

Kegiatan ..

Kebudayaan

17

01

xx

17

01

xx

Program
xx

Kegiatan ..

17

02

17

02

xx

Permuseuman

17

02

xx

17

03

Dst

18

18

01

Dinas Pemuda dan Olah Raga

Program
xx

Kegiatan ..

Pemuda dan Olah Raga

18

01

xx

18

01

xx

Program

18

02

Dst

19

19

01

Kesatuan Bangsa dan


Negeri
Dinas Kesbang Linmas

19

01

xx

19

01

xx

19

02

19

02

xx

19

02

xx

19

03

xx

Kegiatan ..

Politik

Dalam

Program
xx

Kegiatan ..
Dinas Ketentraman dan Ketertiban
Program

xx

Kegiatan ..
Kantor Satuan Polisi Pamong Praja

19

03

xx

19

03

xx

19

04

20

20

03

20

03

xx

20

03

xx

20

04

20

04

xx

20

04

xx

20

05

20

05

xx

20

05

xx

20

06

20

06

xx

20

06

xx

Program
xx

Kegiatan ..
Dst
Pemerintahan Umum
Sekretariat Daerah
Program

xx

Kegiatan ..
Sekretariat DPRD
Program

xx

Kegiatan ..
Badan Pengelola Keuangan Daerah
Program

xx

Kegiatan ..
Badan Penelitian dan Pengembangan
Program

xx

Kegiatan ..

simbachs@gmail.com

- 209 Jenis Belanja


Uraian Urusan, Organisasi,
Program dan Kegiatan

Kode

20

1
07

2
Badan Pengawasan Daerah

20

07

xx

20

07

xx

20

08

20

08

xx

20

08

xx

20

09

20

09

xx

20

09

xx

20

10

Pegawai

Barang
dan Jasa

Modal

Jumlah
6 = 3+4+5

Program
xx

Kegiatan ..
Kantor Penghubung
Program

xx

Kegiatan ..
Kecamatan
Program

xx

Kegiatan ..
Kelurahan

20

10

xx

20

10

xx

Program

20

11

Dst

21

21

01

Badan Pendidikan dan Pelatihan

xx

Kegiatan ..

Kepegawaian

21

01

xx

21

01

xx

Program

21

02

21

02

xx

21

02

xx

21

03

Dst

22

22

01

Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa

xx

Kegiatan ..
Badan Kepegawaian Daerah
Program

xx

Kegiatan ..

Pemberdayaan Masyarakat dan Desa

22

01

xx

22

01

xx

Program

22

02

23

23

01

23

01

xx

23

01

xx

23

03

Dst

24

24

01

Kantor Arsip Daerah

xx

Kegiatan ..
Dst
Statistik
Badan Statistik Daerah
Program

xx

Kegiatan ..

Kearsipan

24

01

xx

24

01

xx

Program

24

02

Dst

25

25

01

Dinas Informasi dan Komunikasi

xx

Kegiatan ..

Komunikasi dan Informatika

25

01

xx

25

01

xx

25

02

25

02

xx

25

02

xx

Program
xx

Kegiatan ..
Kantor Pengolahan Data Elektronik
Program

xx

Kegiatan ..

simbachs@gmail.com

- 210 Jenis Belanja

25

Kode

Uraian Urusan, Organisasi,


Program dan Kegiatan

Pegawai

Barang
dan Jasa

Modal

03

Jumlah
6 = 3+4+5

Dst

URUSAN PILIHAN

01

Pertanian

01

01

01

01

xx

01

01

xx

01

02

01

02

xx

01

02

xx

01

03

01

03

xx

01

03

xx

01

04

01

04

xx

01

04

xx

01

05

Dst

02

02

01

Dinas Kehutanan

02

01

xx

02

01

xx

02

02

Dst

03

03

01

Dinas Pertambangan

03

01

xx

03

01

xx

03

02

Dst

04

04

01

Dinas Pariwisata

04

01

xx

04

01

xx

04

02

04

02

xx

04

02

xx

04

03

Dst

05

05

01

Dinas Kelautan dan Perikanan

Dinas Pertanian
Program
xx

Kegiatan ..
Dinas Perkebunan
Program

xx

Kegiatan ..
Dinas Peternakan
Program

xx

Kegiatan ..
Dinas Ketahanan Pangan
Program

xx

Kegiatan ..

Kehutanan
Program
xx

Kegiatan ..

Energi dan Sumberdaya Mineral


Program
xx

Kegiatan ..

Pariwisata
Program
xx

Kegiatan ..
Kebun Binatang
Program

xx

Kegiatan ..

Kelautan dan Perikanan

05

01

xx

05

01

xx

Program

05

02

Dst

06

06

01

Dinas Perdagangan

xx

Kegiatan ..

Perdagangan

simbachs@gmail.com

- 211 Jenis Belanja


Kode

Uraian Urusan, Organisasi,


Program dan Kegiatan

Pegawai

Barang
dan Jasa

Modal

06

1
01

xx

06

01

xx

06

02

06

02

xx

06

02

xx

06

03

Dst

07

07

01

Dinas Perindustrian

Jumlah
6 = 3+4+5

Program
xx

Kegiatan ..
Dinas Pasar
Program

xx

Kegiatan ..

Perindustrian

07

01

xx

07

01

xx

Program

07

02

Dst

08

08

01

Dinas Transmigrasi

xx

Kegiatan ..

Transmigrasi

08

01

xx

08

01

xx

08

02

Program
xx

Kegiatan ..
Dst
Jumlah

*)

coret yang tidak perlu


.., tanggal.
GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA*)..
(tanda tangan)
(nama lengkap)

simbachs@gmail.com

- 212 F.

REKAPITULASI
BELANJA
DAERAH
UNTUK
KESELARASAN
DAN
KETERPADUAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN FUNGSI DALAM
KERANGKA PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA
LAMPIRAN V

: PERATURAN GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA ....


NOMOR
:
TANGGAL
:

PROVINSI/KABUPATEN/KOTA *)..
REKAPITULASI BELANJA DAERAH UNTUK KESELARASAN DAN
KETERPADUAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN FUNGSI DALAM
KERANGKA PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA
TAHUN ANGGARAN
KODE

URAIAN

01

JUMLAH
6=3+4+5

Pelayanan umum

01

06

Perencanaan Pembangunan

01

20

Pemerintahan Umum

01

21

Kepegawaian

01

23

Statistik

01

24

Kearsipan

01

25

Komunikasi dan Informatika

02

Pertahanan **)

03

Ketertiban dan keamanan

03

JENIS BELANJA
BARANG
MODAL
PEGAWAI
DAN JASA
3
4
5

19

04

Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam


Negeri
Ekonomi

04

07

Perhubungan

04

14

Tenaga Kerja dan Transmigrasi

04

15

Koperasi dan Usaha Kecil Menengah

04

16

Penanaman Modal

04

22

Pemberdayaan Masyarakat dan Desa

04

01

Pertanian

04

02

Kehutanan

04

03

Energi dan Sumberdaya Mineral

04

05

Kelautan dan Perikanan

04

06

Perdagangan

04

07

Perindustrian

04

08

Transmigrasi

05

Lingkungan hidup

05

05

Penataan Ruang

05

08

Lingkungan Hidup

05

09

Pertanahan

simbachs@gmail.com

- 213 KODE

URAIAN

06

JENIS BELANJA
PEGAWAI
3

BARANG
DAN JASA
4

MODAL
5

JUMLAH
6=3+4+5

Perumahan dan fasilitas umum

06

03

Pekerjaan Umum

06

04

Perumahan Rakyat

07

Kesehatan

07

02

Kesehatan

07

12

Keluarga Berencana

08

Pariwisata dan budaya

08

17

Kebudayaan

08

04

Pariwisata

09

Agama **)

10

Pendidikan

10

01

Pendidikan

10

18

Pemuda dan Olah Raga

11

Perlindungan sosial

11

10

Kependudukan dan Catatan Sipil

11

11

Pemberdayaan Perempuan

10

12

Keluarga Sejahtera

10

13

Sosial

*)

coret yang tidak perlu


**) Kewenangan/urusan Pemerintah Pusat
.., tanggal.
GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA*)..
(tanda tangan)
(nama lengkap)

simbachs@gmail.com

- 214 G.

DAFTAR JUMLAH PEGAWAI PER GOLONGAN DAN PER JABATAN


LAMPIRAN VI

: PERATURAN GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA ..
NOMOR
:
TANGGAL
:

PROPINSI/KABUPATEN/KOTA *)..
DAFTAR JUMLAH PEGAWAI PER GOLONGAN DAN PER JABATAN
TAHUN ANGGARAN .
ESELON

NON ESELON

GOLONGAN/RUANG
I

II III IV

TENAGA
FUNGSIONAL

JUMLAH
STAF

Golongan IV/e
Golongan IV/d
Golongan IV/c
Golongan IV/b
Golongan IV/a
JUMLAH GOLONGAN IV
Golongan III/d
Golongan III/c
Golongan III/b
Golongan III/a
JUMLAH GOLONGAN III
Golongan II/d
Golongan II/c
Golongan II/b
Golongan II/a
JUMLAH GOLONGAN II
Golongan I/d
Golongan I/c
Golongan I/b
Golongan I/a
JUMLAH GOLONGAN I
TOTAL
*)

coret yang tidak perlu


.., tanggal.
GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA*)..
(tanda tangan)
(nama lengkap)

simbachs@gmail.com

H.

DAFTAR PIUTANG DAERAH

LAMPIRAN VII

: PERATURAN GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA ..
NOMOR
:
TANGGAL
:

PROVINSI/KABUPATEN/KOTA*)
DAFTAR PIUTANG DAERAH
TAHUN ANGGARAN.

No.

Uraian rincian piutang

Tahun pengakuan
piutang

Jumlah piutang
sampai dengan
tahun n-2
4

Perkiraan
penambahan
tahun n-1

Perkiraan
pengurangan
tahun n-1

Perkiraan
saldo
akhir tahun
tahun n-1

7 = 4+5-6

Jumlah
*)

coret yang tidak perlu


.., tanggal.
GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA*)..
(tanda tangan)
(nama lengkap)

simbachs@gmail.com

- 216 CARA PENGISIAN:


Judul
Diisi nama provinsi/kabupaten/kota dan tahun anggaran.
Kolom 1
Diisi dengan nomor urut jenis piutang daerah dan/atau nama debitur.
Kolom 2
Diisi dengan seluruh jenis piutang daerah dan/atau nama debitur yang belum
memenuhi kewajiban kepada pemerintah daerah (belum tertagih) mulai dari
sampai dengan tahun anggaran yang direncanakan. Jenis piutang dimaksud dapat
diuraikan secara berturut-turut berdasarkan objek pendapatan asli daerah, dana
perimbangan dan lain-lain pendapatan yang sah.
Kolom 3
Diisi dengan tahun pengakuan terjadinya piutang daerah terhadap setiap jenis
piutang/debitur.
Kolom 4
Diisi dengan jumlah kumulatif dari sejak terjadinya piutang daerah sampai dengan
2 (dua) tahun terakhir belum dapat ditagih dari pihak yang bersangkutan, seperti
pajak daerah, retribusi daerah, dana perimbangan dan lain-lain pendapatan
daerah yang sah.
Kolom 5
Diisi dengan perkiraan jumlah piutang yang akan bertambah sampai dengan 1
(satu) tahun sebelum tahun anggaran yang direncanakan. Kolom ini selain untuk
memperkirakan penambahan baik terhadap jenis piutang dan/atau debitur yang
lama maupun untuk mencatat adanya jumlah piutang yang baru dalam tahun
anggaran yang direncanakan.
Kolom 6
Diisi dengan perkiraan pengurangan atas jumlah piutang berkenaan yang akan
diterima Kas Umum Daerah sampai dengan 1 (satu) tahun sebelum tahun
anggaran yang direncanakan.
Kolom 7
Diisi dengan perkiraan Saldo Piutang Daerah dari setiap jenis/debitur yang belum
tertagih sampai dengan 1 (satu) tahun sebelum tahun anggaran yang
direncanakan.
Jumlah
Diisi dengan jumlah seluruh piutang daerah sampai dengan 2 (dua) tahun terakhir
belum dapat ditagih, perkiraan seluruh jumlah piutang daerah yang akan
bertambah sampai dengan 1 (satu) tahun sebelum tahun anggaran yang
direncanakan, perkiraan seluruh pengurangan atas jumlah piutang daerah yang
akan diterima Kas Umum Daerah sampai dengan 1 (satu) tahun sebelum tahun
anggaran yang direncanakan dan perkiraan jumlah Saldo Piutang Daerah yang
belum tertagih sampai dengan 1 (satu) tahun sebelum tahun anggaran yang
direncanakan.

simbachs@gmail.com

I.

DAFTAR PENYERTAAN MODAL (INVESTASI) DAERAH


LAMPIRAN VIII

PERATURAN GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA ..
NOMOR
:
TANGGAL

PROVINSI/KABUPATEN/KOTA *)
DAFTAR PENYERTAAN MODAL (INVESTASI) DAERAH
TAHUN ANGGARAN.

No.

Tahun
Penyertaan
Modal

Nama
Badan/Lembag
a/ Pihak Ketiga

Dasar hukum
penyertaan
modal
(investasi)
daerah

Bentuk
penyertaan
modal
(investasi)
daerah

Jumlah
penyertaan
modal
(investasi)
daerah

Jumlah
Jumlah modal
modal yang
yang telah
telah
Penyertaan
disertakan
disertakan
modal tahun ini
sampai dengan
sampai tahun
tahun ini
anggaran lalu
7

9=7+8

Sisa modal
yang belum
disertakan

Hasil
penyertaan
modal
(investasi)
daerah tahun
ini

10=6-9

11

Jumlah
modal
(investasi)
yang akan
diterima
kembali
tahun ini
12

Jumlah Sisa
Modal
(Investasi)
yang
disertakan
sampai dengan
tahun ini
13=9-12

1.
2.
3.
4.
5.
6.
Dst
*)

JUMLAH

coret yang tidak perlu


tanggal ..,..
GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA *)..
(tanda tangan)
(nama lengkap)

simbachs@gmail.com

- 218 CARA PENGISIAN:


Judul
Diisi dengan nama provinsi/kabupaten/kota dan tahun anggaran
Kolom 1
Diisi dengan nomor urut penyertaan modal (investasi) daerah
Kolom 2
Diisi dengan tahun pada saat dilaksanakannya/dilakukan penandatanganan perjanjian
penyertaan modal (investasi) daerah
Kolom 3
Diisi dengan seluruh nama lembaga/badan usaha atau perusahaan pihak ketiga tempat
disertakannya modal pemerintah daerah. Nama lembaga/badan usaha atau perusahaan pihak
ketiga dimaksud secara berturut-turut dicantumkan mulai dari saat pertama kali penyertaan
modal (investasi) daerah sampai dengan yang dianggarkan dalam tahun anggaran yang
direncanakan.
Kolom 4
Diisi dengan peraturan daerah (nomor, tahun, tentang) yang menjadi dasar hukum
penyertaan modal (investasi) daerah
Kolom 5
Diisi dengan bentuk penyertaan modal (investasi) daerah dapat berupa saham, deposito
berjangka atau dalam bentuk penyertaan lainnya.
Kolom 6
Diisi dengan jumlah modal yang harus disertakan sesuai dengan perjanjian penyertaan modal
daerah
Kolom 7
Diisi dengan jumlah modal yang telah disertakan sampai dengan tahun anggaran lalu apabila
untuk pemenuhan modal dilakukan secara bertahap
Kolom 8
Diisi dengan jumlah modal yang akan disertakan dan dianggarkan dalam pengeluaran
pembiayaan APBD tahun berkenaan
Kolom 9
Diisi dengan jumlah modal yang telah disertakan sampai dengan tahun yang direncanakan
dengan cara menjumlahkan kolom 7 dan kolom 8.
Kolom 10 Diisi dengan sisa jumlah modal yang belum disertakan atas penyertaan modal (investasi)
daerah berkenaan dengan mengurangkan kolom 6 dengan kolom 9.
Kolom 11 Diisi dengan jumlah hasil/deviden/bagian laba/bunga dari hasil penyertaan modal dalam
tahun anggaran yang direncanakan.
Kolom 12 Diisi dengan jumlah pengembalian modal atau rencana penarikan investasi untuk dijual
dan/atau dialihkan ke tempat lain (apabila ada)
Kolom 13 Diisi dengan jumlah sisa modal (investasi) daerah yang disertakan sampai dengan tahun
anggaran berkenaan dengan mengurangkan kolm 9 dengan kolom 12.
Jumlah
Diisi dengan seluruh jumlah modal yang harus disertakan sesuai dengan perjanjian
penyertaan modal daerah, jumlah seluruh modal (investasi) daerah yang telah disertakan
sampai dengan tahun anggaran lalu, jumlah seluruh modal (investasi) daerah yang akan
disertakan dan dianggarkan dalam pengeluaran pembiayaan APBD yang direncanakan, jumlah
seluruh sisa modal (investasi) daerah yang belum disertakan sampai dengan tahun anggaran
yang direncanakan, jumlah seluruh hasil/deviden/bagian laba/bunga dari hasil penyertaan
modal (investasi) daerah yang akan diterima kas daerah dalam tahun anggaran yang
direncanakan dan jumlah seluruh pengembalian modal atau rencana penarikan investasi
untuk dijual dan/atau dialihkan ke tempat lain dalam tahun anggaran yang direncanakan.

simbachs@gmail.com

- 219 J.

DAFTAR PERKIRAAN PENAMBAHAN DAN PENGURANGAN ASET TETAP DAERAH


LAMPIRAN IX

PERATURAN GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA .
NOMOR
:
TANGGAL
:

PROVINSI/KABUPATEN/KOTA *)
DAFTAR PERKIRAAN PENAMBAHAN DAN PENGURANGAN ASET TETAP DAERAH
TAHUN ANGGARAN.
(Dalam rupiah)
No.

Jenis aset tetap


daerah

Saldo
pada akhir
tahun n-2

Perkiraan
penambahan
tahun n-1

Perkiraan
pengurangan
tahun n-1

Perkiraan
saldo
pada akhir
tahun n-1

6 = 3+4-5

1
2
3
4
dst
*)

Jumlah

coret yang tidak perlu


..,tanggal.
GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA*)..
(tanda tangan)
(nama lengkap)

CARA PENGISIAN:
Judul
Diisi nama provinsi/kabupaten/kota dan tahun anggaran.
Kolom 1 Diisi dengan nomor urut jenis aset tetap daerah.
Kolom 2 Diisi dengan seluruh jenis aset daerah.
Kolom 3 Diisi dengan saldo aset tetap daerah sampai dengan 2 (dua) tahun sebelum tahun anggaran
yang direncanakan.
Kolom 4 Diisi dengan perkiraan aset tetap yang akan bertambah sampai dengan 1 (satu) tahun
sebelum tahun anggaran yang direncanakan.
Kolom 5 Diisi dengan perkiraan aset tetap yang akan berkurang sampai dengan 1 (satu) tahun
sebelum tahun anggaran yang direncanakan.
Kolom 6 Diisi dengan perkiraan saldo aset tetap daerah pada akhir tahun pada 1 (satu) tahun sebelum
tahun anggaran yang direncanakan dengan cara menjumlahkan kolom 3 dan kolom 4 untuk
selanjutnya dikurangi kolom 5.
Jumlah
Diisi dengan jumlah seluruh saldo aset tetap daerah sampai dengan 2 (dua) tahun terakhir,
perkiraan seluruh jumlah aset tetap daerah yang akan bertambah sampai dengan 1 (satu)
tahun sebelum tahun anggaran yang direncanakan, perkiraan seluruh pengurangan atas
jumlah aset tetap daerah sampai dengan 1 (satu) tahun sebelum tahun anggaran yang
direncanakan dan perkiraan jumlah saldo aset tetap daerah sampai dengan 1 (satu) tahun
sebelum tahun anggaran yang direncanakan.

simbachs@gmail.com

- 220 K.

DAFTAR PERKIRAAN PENAMBAHAN DAN PENGURANGAN ASET LAIN-LAIN


LAMPIRAN X

PERATURAN GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA .
NOMOR
:
TANGGAL
:

PROVINSI/KABUPATEN/KOTA *)
DAFTAR PERKIRAAN PENAMBAHAN DAN PENGURANGAN ASET LAIN-LAIN
TAHUN ANGGARAN.
(Dalam rupiah)
No.

Jenis Aset lainnya

Saldo
pada akhir
tahun n-2

Perkiraan
penambahan
tahun n-1

Perkiraan
pengurangan
tahun n-1

Perkiraan
saldo
pada akhir
tahun n-1

1
1.

6 = 3+4-5

2.
3.
4.
5.
dst
Jumlah
*)

coret yang tidak perlu


.., tanggal..
GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA*)..
(tanda tangan)
(nama lengkap)

CARA PENGISIAN:
Judul
Diisi nama provinsi/kabupaten/kota dan tahun anggaran.
Kolom 1 Diisi dengan nomor urut jenis aset lainnya daerah.
Kolom 2 Diisi dengan seluruh jenis aset daerah.
Kolom 3 Diisi dengan Saldo pada akhir tahun n-2
Kolom 4 Diisi dengan perkiraan aset lainnya yang akan bertambah sampai dengan 1 (satu)
tahun sebelum tahun anggaran yang direncanakan.
Kolom 5 Diisi dengan perkiraan aset lainnya yang akan berkurang sampai dengan 1 (satu)
tahun sebelum tahun anggaran yang direncanakan.
Kolom 6 Diisi dengan perkiraan saldo aset lainnya daerah pada akhir tahun pada 1 (satu)
tahun sebelum tahun anggaran yang direncanakan dengan cara menjumlahkan
kolom 3 dan kolom 4 untuk selanjutnya dikurangi kolom 5.
Jumlah
Diisi dengan jumlah seluruh saldo aset lainnya daerah sampai dengan 2 (dua)
tahun terakhir,
perkiraan seluruh jumlah
aset lainnya daerah yang akan
bertambah sampai dengan 1 (satu) tahun sebelum tahun anggaran yang
direncanakan, perkiraan seluruh pengurangan atas jumlah aset lainnya daerah
sampai dengan 1 (satu) tahun sebelum tahun anggaran yang direncanakan dan
perkiraan jumlah saldo aset lainnya daerah sampai dengan 1 (satu) tahun sebelum
tahun anggaran yang direncanakan.

simbachs@gmail.com

L.

DAFTAR KEGIATAN-KEGIATAN TAHUN ANGGARAN SEBELUMNYA YANG BELUM DISELESAIKAN DAN DIANGGARKAN KEMBALI DALAM TAHUN
ANGGARAN INI
1.

TAHUN PERTAMA
LAMPIRAN XI.1

: PERATURAN GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA ....


NOMOR
:
TANGGAL
:

PROVINSI/KABUPATEN/KOTA *)
DAFTAR KEGIATAN-KEGIATAN TAHUN ANGGARAN SEBELUMNYA YANG BELUM DISELESAIKAN DAN
DIANGGARKAN KEMBALI DALAM TAHUN ANGGARAN INI
TAHUN ANGGARAN ....

No.

Nama SKPD

Nama Kegiatan

Jumlah Anggaran
TAHUN n-1
(Rp)

Lokasi Kegiatan

APBD
TA n-1

Perubahan APBD
TA n-1

Jumlah Realisasi
sampai dengan akhir
TA n-1
(Rp)
7

Jumlah sisa anggaran yang dianggarkan


dalam tahun ini

(Rp)
APBD
TA n

Perubahan APBD

TA n

1.
2.
3.
dst.
JUMLAH

*) coret yang tidak perlu


, tanggal ..,..
GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA *)..
(tanda tangan)
( nama lengkap)

simbachs@gmail.com

2.

TAHUN KEDUA
LAMPIRAN XI.2

: PERATURAN GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA ....


NOMOR
:
TANGGAL
:

PROVINSI/KABUPATEN/KOTA *)
DAFTAR KEGIATAN-KEGIATAN TAHUN ANGGARAN SEBELUMNYA YANG BELUM DISELESAIKAN DAN
DIANGGARKAN KEMBALI DALAM TAHUN ANGGARAN INI

TAHUN ANGGARAN .....

No.

Nama SKPD

Nama Kegiatan

Lokasi Kegiatan

Jumlah Tahun Awal


Penganggaran
(Rp)
APBD
TA n-2

Perubahan
APBD
TA n-2

Jumlah Realisasi
sampai dengan
akhir TA n-2
(Rp)

Jumlah Anggaran
TAHUN n-1
(Rp)
APBD
TA n-1

Perubahan
APBD
TA n-1

Jumlah Realisasi
sampai dengan
akhir TA n-1
(Rp)

10

Jumlah sisa anggaran yang


dianggarkan dalam tahun
ini
(Rp)
Perubahan
APBD
APBD
TA n
TA n
11

12

1.
2.
3.
dst.
*)

JUMLAH

coret yang tidak perlu


, tanggal ..,..
GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA *)..
(tanda tangan)
(nama lengkap)

simbachs@gmail.com

M. DAFTAR DANA CADANGAN DAERAH


LAMPIRAN XII

PERATURAN GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA .
NOMOR
:
TANGGAL
:

PROVINSI/KABUPATEN/KOTA *)
DAFTAR DANA CADANGAN DAERAH
TAHUN ANGGARAN.

No.

Tujuan pembentukan
dana cadangan

Dasar hukum
pembentukan
dana cadangan

Jumlah dana
cadangan yang
direncanakan
(Rp)

Saldo Awal
(Rp)

Transfer dari
Kas Umum
Daerah
(Rp)

Transfer ke Kas
Umum Daerah
(Rp)

Saldo akhir
(Rp)

Sisa dana yang


belum
dicadangkan
(Rp)
9

1
2
3
4
dst
Jumlah
*)

coret yang tidak perlu


, tanggal..
GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA *)..
(tanda tangan)
(nama lengkap)

simbachs@gmail.com

- 224 CARA PENGISIAN:


Judul
Diisi dengan nama Provinsi/Kabupaten/Kota dan Tahun Anggaran
Kolom 1 Diisi dengan nomor urut Dana Cadangan yang direncanakan
Kolom 2 Diisi dengan tujuan pembentukan dana cadangan atau seluruh nama kegiatan atau proyek-proyek
pembangunan sarana dan prasarana pemerintah daerah/pelayanan masyarakat
yang
pendanaanya direncanakan bersumber dari dana cadangan mulai sejak sampai dengan terakhir
kali pemerintah daerah melaksanakan dana cadangan.
Kolom 3 Diisi dengan peraturan daerah tentang pembentukan dana cadangan dilengkapi dengan nomor
dan tahun.
Kolom 4 Diisi dengan besarnya dana cadangan yang harus dipenuhi/disisihkan dari Kas Umum Daerah
sesuai dengan peraturan daerah.
Kolom 5 Diisi dengan jumlah saldo awal dana cadangan atas kegiatan berkenaan yang tersedia pada
rekening dana cadangan dalam tahun anggaran yang direncanakan.
Kolom 6 Diisi dengan jumlah yang akan ditransfer dari rekening Kas Umum Daerah ke rekening dana
cadangan yang berkenaan dalam tahun anggaran yang direncanakan.
Kolom 7 Diisi dengan jumlah yang digunakan dalam tahun anggaran yang direncanakan atau ditransfer
dari rekening dana cadangan ke rekening Kas Umum Daerah.
Kolom 8 Diisi dengan jumlah posisi saldo akhir dana cadangan pada akhir tahun anggaran yang
direncanakan.
Kolom 9 Diisi dengan sisa jumlah dana cadangan yang belum dicadangkan untuk setiap kegiatan yang
pendanaannya bersumber dari dana cadangan.

simbachs@gmail.com

N.

DAFTAR PINJAMAN DAERAH


LAMPIRAN XIII

PERATURAN GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA .
NOMOR
:
TANGGAL
:

PROVINSI/KABUPATEN/KOTA *)...
DAFTAR PINJAMAN DAERAH
TAHUN ANGGARAN .

No

Sumber
pinjaman
daerah

Dasar Hukum
Pinjaman/Obligasi

Tangggal/
Tahun
Perjanjian
Pinjaman/Oblig
asi

Jumlah
Pinjaman/Nilai
Nominal
Obligasi
(Rp)
5

Jangka waktu
pinjaman
(tahun)

Persentase
bunga
pinjaman
%

Tujuan
penggunaan
pinjaman

Jumlah pembayaran
tahun ini

Jumlah
sisa pembayaran

Pokok
Pinjaman
Daerah
(Rp)

Bunga
(Rp)

Pokok
Pinjaman
Daerah
(Rp)

Bunga
(Rp)

10

11

12

1
2
3
4
dst
Jumlah
*)

coret yang tidak perlu


, tanggal..
GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA*)..

(tanda tangan)
(nama lengkap)

simbachs@gmail.com

- 226 CARA PENGISIAN:


Judul
Kolom 1
Kolom 2
Kolom 3
Kolom 4
Kolom 5
Kolom 6
Kolom 7
Kolom 8
Kolom 9 & 10
Kolom 11 & 12
Jumlah

Diisi dengan nama provinsi/kabupaten/kota dan tahun anggaran


Diisi dengan nomor urut pinjaman daerah
Diisi dengan nama lembaga/instansi yang memberi pinjaman mulai sejak pemerintah
daerah melakukan pinjaman sampai dengan tahun terakhir melakukan pinjaman.
Diisi dengan dasar hukum pinjaman/obligasi.
Diisi dengan nomor, tanggal dan tahun perjanjian pinjaman
Diisi dengan jumlah/besarnya pinjaman daerah sebagaimana disebut dalam surat
perjanjian pinjaman.
Diisi dengan jangka waktu pinjaman.
Diisi dengan persentase bunga yang dikenakan atas pokok pinjaman
Diisi dengan tujuan penggunaan dana pinjaman
Diisi dengan jumlah besaran cicilan pokok, bunga dan denda pinjaman yang akan
dibayar dalam tahun anggaran yang direncanakan.
Diisi dengan jumlah sisa pembayaran cicilan pokok dan bunga pinjaman yang
direncanakan masih harus dibayar sampai dengan akhir jangka waktu pinjaman.
Diisi dengan jumlah cicilan pokok, bunga dan denda pinjaman yang akan dibayar
dalam tahun anggaran yang direncanakan dan jumlah seluruh sisa pembayaran
cicilan pokok dan bunga pinjaman yang direncanakan masih harus dibayar sampai
dengan akhir jangka waktu pinjaman.

MENTERI DALAM NEGERI,


ttd
Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA BIRO HUKUM,

H. MOH. MARUF, SE.

PERWIRA

simbachs@gmail.com

- 227 LAMPIRAN A.XX

: PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI


NOMOR
: 13 TAHUN 2006
TANGGAL
: 15 Mei 2006

FORMAT PENETAPAN RANCANGAN PERTAURAN DAERAH TENTANG APBD


PERATURAN DAERAH
PROVINSI/KABUPATEN/KOTA *)...................
NOMOR .. TAHUN .................
TENTANG
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH
TAHUN ANGGARAN ......................
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA *) .....,
Menimbang :

Mengingat

a.

bahwa memenuhi ketentuan Pasal 185 ayat (4) UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8
Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 Tentang
Perubahan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah menjadi Undang-Undang, Dewan
Perwakilan
Rakyat
Daerah
(DPRD)
bersama
Gubernur/Bupati/Walikota
*)....
telah
menyempurnakan
Rancangan Peraturan Daerah tentang Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah (APBD) Tahun Angggaran .... sesuai
dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri/Gubernur *).... Nomor
.... Tahun .... tentang Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah
tentang APBD Provinsi/Kabupaten/Kota *)... Tahun Angggaran
....;

b.

bahwa penyempurnaan sebagaimana dimaksud pada huruf a,


dilakukan agar Peraturan Daerah tentang APBD Tahun
Anggaran ..... tidak bertentangan dengan kepentingan umum
dan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi;

c.

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud


dalam huruf a dan huruf b, perlu ditetapkan Peraturan Daerah
tentang APBD Provinsi/Kabupaten/Kota *)................. Tahun
Anggaran .;

1.

Undang-Undang Nomor .......... Tahun ........... tentang


Pembentukan Daerah ................ (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun ......... Nomor ........., Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor .......);

simbachs@gmail.com

- 228 2.

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi


dan Bangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1985 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3312) sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994 (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 62, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3569);

3.

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah


dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3685) sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 246 Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4048);

4.

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1997 tentang Bea Perolehan


Hak Atas Tanah dan Bangunan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1997 Nomor 44, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3688);

5.

Tahun
1999
tentang
Undang-undang
Nomor
28
Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi,
Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3851);

6.

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan


Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003
Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4286);

7.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan


Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4355);

8.

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan


Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4389);

9.

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksanaan


Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);

10. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem


Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
11. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan UndangUndang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005

simbachs@gmail.com

- 229 Tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004


tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang-Undang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia nomor 4548);
12. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 tentang
Pembinaan
dan
Pengawasan
atas
Penyelenggaran
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2001 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4090);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001
Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4138);
15. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001
Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4139);
16. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang
Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota
DPRD (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 90, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4416) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 37 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang
Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 94, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4540);
17. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 48, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4502);
18. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2005 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4503);
19. Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2005 tentang Pinjaman
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 136, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4574);
20. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana
Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2005 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4575);

simbachs@gmail.com

- 230 21. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem


Informasi Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 138, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4576);
22. Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2005 tentang Hibah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 139,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4577);
23. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4578);
24. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman
Penyusunan dan penerapan Standar Pelayanan Minimal
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 150,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4585);
25. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan
Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614);
26. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor Tahun tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;
27. Peraturan Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota .................. Nomor
.. Tahun ...... tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan
Daerah;
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH *)....
dan
GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA *).....
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DAERAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA *)........ TENTANG
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN
................
Pasal 1
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran............. sebagai berikut:

1.

Pendapatan Daerah

Rp.........

2.

Belanja Daerah

Rp.........

(-)
Rp.

Surplus/(Defisit)
3.

Pembiayaan Daerah:
a.

Penerimaan

Rp.........

b.

Pengeluaran

Rp.........

(-)
simbachs@gmail.com

- 231 Pembiayaan Netto


Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran tahun Berkenaan:

Rp.
(-)
Rp.

Pasal 2
(1) Pendapatan Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 terdiri dari :
a. Pendapatan Asli Daerah sejumlah Rp
b. Dana perimbangan sejumlah Rp
c. Lain-lain pendapatan daerah yang sah sejumlah Rp
(2) Pendapatan Asli Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri
dari jenis pendapatan:
a. Pajak daerah sejumlah Rp
b. Retribusi daerah sejumlah Rp
c. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan sejumlah Rp
d. Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah sejumlah Rp
(3) Dana perimbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri dari
jenis pendapatan:
a. Dana bagi hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak sejumlah Rp
b. Dana alokasi umum sejumlah Rp
c. Dana alokasi khusus sejumlah Rp
(4) Lain-lain pendapatan daerah yang sah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c terdiri dari jenis pendapatan:
a. Hibah sejumlah Rp
b. Dana darurat sejumlah Rp
c. Dana Bagi Hasil Pajak sejumlah Rp
d. Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus sejumlah Rp
e. Bantuan keuangan dari provinsi atau dari pemerintah daerah lainnya
sejumlah Rp
Pasal 3
(1) Belanja Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 terdiri dari :
a. Belanja Belanja Tidak Langsung sejumlah Rp
b. Belanja Belanja Langsung sejumlah Rp
(2) Belanja Tidak Langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri
dari jenis belanja:
a. Belanja pegawai sejumlah Rp
b. Belanja bunga sejumlah Rp
c. Belanja subsidi sejumlah Rp
d. Belanja hibah sejumlah Rp
e. Belanja bantuan sosial sejumlah Rp
f. Belanja bagi hasil sejumlah Rp
g. Belanja bantuan keuangan sejumlah Rp
h. Belanja tidak terduga sejumlah Rp
(3) Belanja Langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri dari jenis
belanja:
a. Belanja pegawai sejumlah Rp
b. Belanja Belanja barang dan jasa sejumlah Rp
c. Belanja Modal sejumlah Rp

simbachs@gmail.com

- 232 Pasal 4
(1) Pembiayaan Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 terdiri dari :
a. Penerimaan sejumlah Rp
b. Pengeluaran sejumlah Rp
(2) Penerimaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri dari jenis
pembiayaan :
a. Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran sebelumnya (SiLPA)
sejumlah Rp
b. Pencairan dana cadangan sejumlah Rp
c. Hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan sejumlah Rp
d. Penerimaan pinjaman daerah sejumlah Rp
e. Penerimaan kembali pemberian pinjaman sejumlah Rp
f. Penerimaan piutang daerah sejumlah Rp
(3) Pengeluaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri dari jenis
pembiayaan:
a. pembentukan dana cadangan sejumlah Rp
b. penyertaan modal (investasi) pemerintah daerah sejumlah Rp
c. Pembayaran pokok utang sejumlah Rp
d. Pemberian pinjaman daerah sejumlah Rp
Pasal 5
Uraian lebih lanjut Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 1, tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini, terdiri dari:
1.

Lampiran I

Ringkasan APBD;

2.

Lampiran II

Ringkasan APBD menurut urusan pemerintahan daerah dan


organisasi SKPD;

3.

Lampiran III

Rincian APBD menurut urusan pemerintahan daerah, organisasi


SKPD, pendapatan, belanja dan pembiayaan;

4.

Lampiran IV

Rekapitulasi belanja menurut urusan pemerintahan daerah,


organisasi SKPD, program, dan kegiatan;

5.

Lampiran V

Rekapitulasi belanja daerah untuk keselarasan dan keterpaduan


urusan pemerintahan daerah dan fungsi dalam kerangka
pengelolaan keuangan negara;

6.

Lampiran VI

Daftar jumlah pegawai per golongan dan per jabatan;

7.

Lampiran VII

Daftar piutang daerah;

8.

Lampiran VIII Daftar penyertaan modal (investasi) daerah;

9.

Lampiran IX

Daftar perkiraan penambahan dan pengurangan aset tetap


daerah;

10. Lampiran X

Daftar perkiraan penambahan dan pengurangan aset lain-lain;

11. Lampiran XI

Daftar kegiatan-kegiatan tahun anggaran sebelumnya yang


belum diselesaikan dan dianggarkan kembali dalam tahun
anggaran ini;

12. Lampiran XII

Daftar dana cadangan daerah ;dan

simbachs@gmail.com

- 233 13. Lampiran XIII Daftar pinjaman daerah dan obligasi daerah.
Pasal 6
Gubernur/Bupati/Walikota menetapkan Peraturan tentang Penjabaran Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah sebagai landasan operasional pelaksanaan APBD.
Pasal 7
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah
ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah.
Ditetapkan di ..
pada tanggal ..
GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA *)..
(tanda tangan)
(nama lengkap)
**)

Perda ini dinyatakan sah


pada tanggal

Diundangkan dalam Lembaran Daerah


Provinsi/Kabupaten/Kota*)......................
Nomor ................... Tanggal ..................
SEKRETARIS DAERAH,
(tanda tangan)
(nama lengkap)
NIP .
LEMBARAN DAERAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA*) TAHUN NOMOR
*)

coret yang tidak perlu

**)

Dalam hal rancangan Perda tidak ditetapkan Gubernur atau Bupati atau
Walikota paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak rancangan tersebut disetujui
bersama.

MENTERI DALAM NEGERI,


ttd
H. MOH. MARUF, SE.
Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA BIRO HUKUM,

PERWIRA
simbachs@gmail.com

- 234 LAMPIRAN A.XXI

: PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI


NOMOR

: 13 TAHUN 2006

TANGGAL

: 15 Mei 2006

FORMAT PENETAPAN RANCANGAN PERATURAN KEPALA DAERAH


TENTANG PENJABARAN APBD
PERATURAN GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA *).......
NOMOR ........... TAHUN ..
TENTANG
PENJABARAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH
TAHUN ANGGARAN
GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA *)
Menimbang

Mengingat

bahwa memenuhi ketentuan Pasal .... Peraturan Daerah Nomor


Tahun tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun
Anggaran .........., perlu ditetapkan Peraturan Gubernur/Bupati/Walikota*)
..... tentang Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun
Anggaran .. sebagai landasan operasional pelaksanaan APBD Tahun
Anggaran ....;

1.

Undang-Undang Nomor .......... Tahun ........... tentang Pembentukan


Daerah ................ (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun .........
Nomor ........., Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
.......);

2.

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan


Bangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor
68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3312)
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun
1994 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 62,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3569);

3.

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan


Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997
Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3685) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 34
Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor
246 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4048);

4.

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1997 tentang Bea Perolehan Hak


Atas Tanah dan Bangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1997 Nomor 44, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3688);

5.

Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan


Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851);

6.

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

7.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

simbachs@gmail.com

- 235 8.

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan


Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4389);

9.

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksanaan


Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4400);

10.

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan


Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4421);

11.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun
2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti UndangUndang Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Perubahan Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi UndangUndang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia nomor 4548);

12.

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan


Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

13.

Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan


Pengawasan atas Penyelenggaran Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 41, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4090);

14.

Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 118,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4138);

15.

Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 119,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4139);

16.

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan


Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota DPRD (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 90, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4416) sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2005 tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang
Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2005 Nomor 94, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4540);

17.

Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan


Keuangan Badan Layanan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2005 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4502);

18.

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar


Akuntansi Pemerintahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2005 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4503);

simbachs@gmail.com

- 236 19.

Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2005 tentang Pinjaman Daerah


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 136,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4574);

20.

Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana


Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor
137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4575);

21.

Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi


Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4576);

22.

Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2005 tentang Hibah (Lembaran


Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 139, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4577);

23.

Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan


Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4578);

24.

Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman


Penyusunan dan penerapan Standar Pelayanan Minimal (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 150, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4585);

25.

Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan


Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4614);

26.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor Tahun ... tentang Pedoman


Pengelolaan Keuangan Daerah;

27.

Peraturan Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota .................. Nomor ..


Tahun ...... tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah;
MEMUTUSKAN :

Menetapkan

PERATURAN GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA*) TENTANG


PENJABARAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH
TAHUN ANGGARAN .
Pasal 1

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran . terdiri atas :


1.

2.

Pendapatan
a.
Pendapatan Asli Daerah
b.
Dana Perimbangan
c.
Lain-lain Pendapatan yang Sah
Jumlah Pendapatan
Belanja
a.
Belanja Tidak Langsung
1)
Belanja pegawai
2)
Belanja bunga
3)
Belanja subsidi
4)
Belanja hibah
5)
Belanja bantuan sosial
6)
Belanja bagi hasil

Rp. .......................
Rp. .......................
Rp. .......................
Rp. .......................

Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.

.......................
.......................
.......................
.......................
.......................
.......................

simbachs@gmail.com

- 237 7)
8)

Belanja bantuan keuangan


Belanja tidak terduga

Rp. .......................
Rp. .......................
Rp. .......................

b.

3.

Belanja Langsung
1)
Belanja pegawai
2)
Belanja barang dan jasa
3)
Belanja modal

Rp. .......................
Rp. .......................
Rp. .......................

Jumlah Belanja

Rp. .......................
Rp. .......................

Surplus/(Defisit)

Rp. .......................

Pembiayaan:
a.
Penerimaan
b.
Pengeluaran

Rp. .......................
Rp. .......................
Jumlah Pembiayaan Neto

Rp. .......................

Sisa lebih pembiayaan anggaran tahun berkenaan

Rp. .......................

Pasal 2
Ringkasan Penjabaran APBD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 tercantum dalam Lampiran
I Peraturan Gubernur/Bupati/Walikota*) ini.
Pasal 3
Penjabaran APBD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 dirinci lebih lanjut dalam Lampiran II
Peraturan Gubernur/Bupati/Walikota*) ini.
Pasal 4
Lampiran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dan Pasal 3 merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Gubernur/Bupati/Walikota*) ini.
Pasal 5
Pelaksanaan penjabaran APBD yang ditetapkan dalam peraturan ini dituangkan lebih lanjut
dalam dokumen pelaksanaan anggaran satuan kerja perangkat daerah sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan.
Pasal 6
Peraturan Gubernur/Bupati/Walikota*) ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan
Agar
setiap
oang
mengetahuinya,
memerintahkan
Gubernur/Bupati/Walikota*) dalam Berita Daerah.

pengundangan

Peraturan

Ditetapkan di .
pada tanggal ....
GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA*) .
(tanda tangan)
(nama lengkap)
*) coret yang tidak perlu

MENTERI DALAM NEGERI,


Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA BIRO HUKUM,

ttd
H. MOH. MARUF, SE.

PERWIRA
simbachs@gmail.com

- 238 LAMPIRAN A.XXII

: PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI


NOMOR

: 13 TAHUN 2006

TANGGAL

: 15 Mei 2006

JA
ADWAL PENYUSUNAN APBD
NO
A.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

URAIAN

Penyusunan RKPD
Penyampaian Rancangan KUA kepada
Kepala Daerah
Penyampaian Rancangan KUA dari
Kepala Daerah kepada DPRD
KUA disepakati antara Kepala Daerah
dengan DPRD
Penyusunan Rancangan PPAS
Penyampaian Rancangan PPAS ke
DPRD
PPAS disepakati antara Kepala Daerah
dengan DPRD
Penetapan Pedoman penyusunan
RKA-SKPD oleh Kepala Daerah
Penyampaian Raperda APBD kepada
DPRD
Pengambilan keputusan bersama
DPRD dan Kepala Daerah terhadap
RAPBD
Penetapan hasil evaluasi

12.
13.

Penetapan Perda tentang APBD &


Raper KDH tentang penjabaran APBD
bila sesuai hasil evaluasi
Penyempurnaan sesuai hasil evaluasi

14.

Pembatalan berdasarkan hasil evaluasi

15.

Penghentian dan pencanutan


pelaksanaan Perda tentang APBD
bersama DPRD
Penetapan keputusan pimpinan DPRD
tetang penyempurnaan Perda APBD
dan penyampaian hasil
penyempurnaan berdasarkan hasil
evaluasi
Penetapan Perda APBD dan Peraturan
Kepala Daerah tentang penjabaran
APBD
Penyampaian Perda APBD dan
Peraturan Kepala Daerah tentang
Penjabaran APBD kepada Menteri
Dalam Negeri/Gubernur

17.
18.

KETERANGAN

APBD

11.

16.

WAKTU

Akhir bulan Mei


Awal bulan Juni

1 bulan

Pertengahan bulan Juni

3 minggu

Minggu pertama bulan Juli


1 minggu
3 minggu

Minggu kedua bulan Juli


Akhir bulan Juli
Awal bulan Agustus

1 minggu

Minggu pertama bulan Oktober

2 bulan

Paling lama 1 (satu) bulan


sebelum tahun anggaran yang
bersangkutan (awal bulan
Desember)
15 hari kerja (pertengahan
bulan Desember)
Akhir Desember (31 Desember)
7 hari kerja

7 hari kerja

Akhir bulan
Desember
7 hari kerja
setelah hasil
evaluasi dari
Menteri Dalam
Negeri/Gubernur
Awal bulan Januari

3 hari kerja setelah keputusan


ditetapkan

31 Desember
7 hari kerja

simbachs@gmail.com

- 239 NO
B.
1.

2.

C.
1.

2.
3.

URAIAN

WAKTU

KETERANGAN

DALAM HAL DPRD TIDAK MENGAMBIL KEPUTUSAN TERHADAP RAPERDA


TENTANG APBD
Penyampaian Rancangan Peraturan
Kepala Daerah kepada Menteri Dalam
Negeri/Gubernur dalam hal DPRD
tidak mengambil keputusan bersama
terhadap Raperda tentang APBD
sampai dengan batas waktu yang
ditetapkan undang-undang.
Pengesahan Menteri Dalam
Negeri/Gubernur terhadap Rancangan
Peraturan Kepala Daerah

Paling lama 15 hari kerja


setelah Raperda tidak disetujui
DPRD (pertengahan bulan
Desember)

Paling lama 30 hari kerja


(pertengahan bulan Januari)

1 bulan

APBD bagi daerah yang belum memiliki DPRD


Penyampaian rancangan KUA dan
PPAS kepada Menteri Dalam
Negeri/Gubernur bagi daerah yang
belum memiliki DPRD
Persetujuan Menteri Dalam
Negeri/Gubernur
Penyampaian Rancangan Peraturan
Kepala Daerah tentang APBD

Pertengahan bulan Juni

Minggu pertama bulan Juli

15 hari

30 hari kerja sejak KUA dan


PPAS disahkan Menteri Dalam
Negeri/Gubernur

Minggu pertama
bulan Agustus

MENTERI DALAM NEGERI,


ttd
Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA BIRO HUKUM,

H. MOH. MARUF, SE.

PERWIRA

simbachs@gmail.com

DEPARTEMEN DALAM NEGERI


REPUBLIK INDONESIA

LAMPIRAN B
PERMENDAGRI
NOMOR 13 TAHUN 2006
TENTANG
PEDOMAN PENGELOLAAN
KEUANGAN DAERAH

PELAKSANAAN APBD

DEPARTEMEN DALAM NEGERI


REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL BINA ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH

simbachs@gmail.com

DAFTAR LAMPIRAN B
PELAKSANAAN APBD
1.

Lampiran B.I

Format DPA-SKPD

2.

Lampiran B.II

Format anggaran kas pemerintah daerah

3.

Lampiran B.III

Format DPAL-SKPD

4.

Lampiran B.IV

Format surat penagihan

5.

V.1

A.

Surat penagihan piutang daerah

6.

Lampiran B.IV.2

B.

Surat penagihan berulang piutang daerah

7.

Lampiran B.IV.3

C.

Register surat penagihan piutang daerah

8.

Lampiran B.IV.4

D.

Register surat penagihan berulang piutang daerah

9.

Lampiran B.V

Jadwal pelaksanaan APBD

simbachs@gmail.com

-1LAMPIRAN B.I

: PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI


NOMOR
: 13 TAHUN 2006
TANGGAL
: 15 Mei 2006

FORMAT DPA-SKPD

LOGO
DAERAH

PROVINSI/KABUPATEN/KOTA *).
DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN
SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH (DPA SKPD)
SEKRETARIAT DAERAH/DINAS/BADAN/KANTOR*)
...
TAHUN ANGGARAN .
Kode

Nama Formulir

DPA - SKPD

Ringkasan Dokumen
Perangkat Daerah

Pelaksanaan

Anggaran

Satuan

Kerja

DPA - SKPD 1

Rincian Dokumen Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Satuan


Kerja Perangkat Daerah

DPA - SKPD 2.1

Rincian Dokumen Pelaksanaan Anggaran Belanja Tidak Langsung


Satuan Kerja Perangkat Daerah

DPA - SKPD 2.2

Rekapitulasi Belanja Langsung menurut Program dan Kegiatan


Satuan Kerja Perangkat Daerah

DPA - SKPD 2.2.1

Rincian Dokumen Pelaksanaan Anggaran Belanja Langsung


Program dan Per Kegiatan Satuan Kerja Perangkat Daerah

DPA - SKPD 3.1

Rincian Penerimaan Pembiayaan Daerah

DPA - SKPD 3.2

Rincian Pengeluaran Pembiayaan Daerah

simbachs@gmail.com

-2A.

FORMULIR DPA-SKPD

Halaman ..

Ringkasan Dokumen Pelaksanaan Anggaran


Satuan Kerja Perangkat Daerah
Tahun Anggaran .

Formulir
DPA - SKPD

Provinsi/Kabupaten/Kota .
Tahun Anggaran ...

Urusan Pemerintahan : x.xx


Organisasi

: x.xx.xx

Kode
Rekening
1

Jumlah

Uraian
2

Surplus/ (Defisit)

Pembiayaan netto

Rencana Pelaksanaan Anggaran


Satuan Kerja Perangkat Daerah per triwulan
No

Uraian

Triwulan
I

II

III

IV

Jumlah

7=3+4+5+6

Pendapatan

2.1

Belanja tidak langsung

2.2

Belanja langsung

3.1

Penerimaan Pembiayaan

3.2

Pengeluaran Pembiayaan
..,tanggal..
Menyetujui
Sekretaris Daerah,
(tanda tangan)
(nama lengkap)
NIP.

simbachs@gmail.com

-3Cara Pengisian Formulir DPA SKPD Ringkasan Dokumen Pelaksanaan


AnggaranSatuan Kerja Perangkat Daerah :
Sumber data formulir DPA SKPD diperoleh dari peringkasan jumlah pendapatan menurut
kelompok dan jenis pendapatan yang diisi dalam formulir DPA SKPD 1, jumlah belanja tidak
langsung menurut kelompok dan jenis belanja yang diisi dalam formulir DPA SKPD 2.1, dan
penggabungan dari seluruh jumlah kelompok dan jenis belanja langsung yang diisi dalam setiap
formulir DPA SKPD 2.2.1.
Khusus Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah pada formulir DPA SKPD setelah surplus dan
defisit anggaran diuraikan kembali ringkasan penerimaan dan pengeluaran pembiayaan
sebagaimana tercantum dalam formulir DPA SKPD 6.
1.

Provinsi/Kabupaten/Kota diisi dengan nama Provinsi/Kabupaten/Kota.

2.

Tahun anggaran diisi dengan tahun anggaran yang direncanakan.

3.

Urusan Pemerintahan diisi dengan nomor kode urusan pemerintahan daerah dan nama
urusan pemerintahan daerah yang dilaksanakan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi
SKPD.

4.

Organisasi diisi dengan nomor kode perangkat daerah dan nama satuan kerja perangkat
daerah

5.

Kolom 1 (kode rekening), diisi dengan nomor kode rekening pendapatan/nomor kode
rekening belanja/nomor kode rekening pembiayaan.
Pengisian kode rekening dimaksud secara berurutan dimulai dari kode rekening anggaran
pendapatan/belanja/pembiayaan, diikuti dengan masing-masing kode rekening kelompok
pendapatan/belanja/pembiayaan
dan
diakhiri
dengan
kode
rekening
jenis
pendapatan/belanja/pembiayaan.

6.

Kolom 2 (uraian), diisi dengan uraian pendapatan/belanja/pembiayaan.


a.

Pencantuman pendapatan diawali dengan uraian pendapatan, selanjutnya diikuti


dengan uraian kelompok dan setiap uraian kelompok diikuti dengan uraian jenis
pendapatan yang dipungut atau diterima oleh satuan kerja perangkat daerah.

b.

Untuk belanja diawali dengan pencantuman uraian belanja, selanjutnya uraian


belanja dikelompokkan ke dalam belanja tidak langsung dan belanja langsung.
Dalam kelompok belanja tidak langsung diuraikan jenis-jenis belanja sesuai dengan
yang tercantum dalam formulir DPA SKPD 2.1.
Dalam kelompok belanja langsung diuraikan jenis-jenis belanja sesuai dengan yang
tercantum dalam formulir DPA SKPD 2.2.1.

c.

Untuk pembiayaan diawali dengan pencantuman uraian pembiayaan, selanjutnya


uraian pembiayaan dikelompokkan ke dalam penerimaan dan pengeluaran
pembiayaan.
Dalam kelompok penerimaan pembiayaan diuraikan jenis-jenis penerimaan sesuai
dengan yang tercantum dalam formulir DPA SKPD 3.1.
Dalam kelompok pengeluaran pembiayaan diuraikan jenis-jenis pengeluaran sesuai
dengan yang tercantum dalam formulir DPA SKPD 3.2.

7.

Kolom 3 (jumlah) diisi dengan jumlah menurut kelompok, menurut jenis pendapatan dan
belanja.

8.

Surplus diisi apabila jumlah anggaran pendapatan diperkirakan lebih besar dari jumlah
anggaran belanja.

9.

Defisit diisi apabila jumlah anggaran pendapatan diperkirakan lebih kecil dari jumlah
anggaran belanja, dan ditulis dalam tanda kurung.

10.

Khusus satuan kerja pengelola keuangan daerah pada formulir DPA SKPD, setelah
surplus/defisit anggaran diuraikan mengenai pembiayaan.

11.

Kode rekening,
uraian dan jumlah penerimaan atau pengeluaran pembiayaan
sebagaimana dimaksud pada angka 10 diisi menurut kelompok, jenis penerimaan dan
pengeluaran pembiayaan.

simbachs@gmail.com

-412.

Selanjutnya pada baris uraian pembiayaan neto menerangkan selisih antara jumlah
penerimaan pembiayaan dengan jumlah pengeluaran pembiayaan yang tercantum dalam
kolom 3.

13.

Rencana pelaksanaan anggaran satuan kerja perangkat daerah per triwulan diisi sebagai
berikut :
a.

Baris pendapatan diisi dengan jumlah pendapatan yang dapat dipungut atau diterima
setiap triwulan selama satu tahun anggaran yang direncanakan.

b.

Baris belanja tidak langsung diisi dengan jumlah belanja tidak langsung yang
dibutuhkan setiap triwulan selama satu tahun anggaran yang direncanakan.

c.

Baris belanja langsung diisi dengan jumlah belanja langsung yang dibutuhkan untuk
mendanai program dan kegiatan setiap triwulan dalam tahun anggaran yang
direncanakan.

d.

Baris penerimaan pembiayaan diisi dengan jumlah pembiayaan yang direncanakan


dapat diterima setiap triwulan selama satu tahun anggaran.

e.

Baris pengeluaran pembiayaan diisi dengan jumlah pembiayaan yang akan


dikeluarkan setiap triwulan selama satu tahun anggaran.

Kolom 7 (jumlah) diisi dengan penjumlahan dari jumlah pada kolom 3, kolom 4, kolom 5
dan kolom 6.
Pengisian setiap kolom triwulan I sampai dengan triwulan IV harus disesuaikan dengan
rencana kegiatan berdasarkan jadwal pelaksanaan kegiatan. Oleh karena itu tidak
dibenarkan pengisian jumlah setiap triwulan dengan cara membagi 4 dari jumlah yang
direncanakan dalam satu tahun anggaran. Keakurasian data pelaksanaan anggaran
pertriwulan sangat dibutuhkan untuk penyusunan anggaran kas dan mengendalikan
likuiditas Kas Umum Daerah serta penerbitan SPD.
Formulir DPA - SKPD ditandatangani oleh sekretaris daerah dengan mencantumkan nama
lengkap dan nomor induk pegawai.
14.

Formulir DPA - SKPD dapat diperbanyak sesuai dengan kebutuhan.

15.

Apabila formulir DPA - SKPD lebih dari satu halaman setiap halaman diberi nomor urut
halaman.

simbachs@gmail.com

-5B.

FORMULIR DPA-SKPD 1

LOGO
DAERAH

PROVINSI/KABUPATEN/KOTA *).
DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN
SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH (DPA SKPD)
TAHUN ANGGARAN .

PENDAPATAN
NO DPA SKPD

x.xx xx 00 00

URUSAN PEMERINTAHAN

x.xx

ORGANISASI

x.xx.xx .

PENGGUNA ANGGARAN/
KUASA PENGGUNA
ANGGARAN

NAMA

NIP

JABATAN

simbachs@gmail.com

-6Halaman
NOMOR DPA SKPD

DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN


SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH

x.xx xx 00 00 4

Formulir

DPA SKPD 1

Provinsi/Kabupaten/Kota
Tahun Anggaran ..
Urusan Pemerintahan

: x.xx

Organisasi

: x.xx.xx

Rincian Dokumen Pelaksanaan Anggaran


Pendapatan Satuan Kerja Perangkat Daerah
Kode
Rekening

Uraian

Rincian Penghitungan
Volume

Satuan

Tarif/
Harga

Jumlah
6=3x5

xx xx xx xx xx
xx xx xx xx xx
xx xx xx xx xx
xx xx xx xx xx
xx xx xx xx xx
xx xx xx xx xx
xx xx xx xx xx
xx xx xx xx xx
xx xx xx xx xx
xx xx xx xx xx
xx xx xx xx xx
xx xx xx xx xx
xx xx xx xx xx
xx xx xx xx xx
xx xx xx xx xx
xx xx xx xx xx
xx xx xx xx xx
xx xx xx xx xx
xx xx xx xx xx
xx xx xx xx xx
xx xx xx xx xx

Jumlah
Rencana Pendapatan per Triwulan
Triwulan
Triwulan
Triwulan
Triwulan

I
II
III
IV

Jumlah

Rp
Rp
Rp
Rp

Rp

..,tanggal..
Mengesahkan,
Pejabat Pengelola Keuangan Daerah
(tanda tangan)
(nama lengkap)
NIP.

simbachs@gmail.com

-7Cara Pengisian Formulir DPA - SKPD 1 Rincian Dokumen Pelaksanaan Anggaran


Pendapatan Satuan Kerja Perangkat Daerah :
1.

2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

9.

10.

11.

6.

12.
13.
14.
15.
16.

Nomor DPA SKPD diisi dengan nomor kode urusan pemerintahan, nomor kode organisasi
SKPD, nomor kode program diisi dengan kode 00 dan nomor kode kegiatan diisi dengan kode
00 serta nomor kode anggaran pendapatan diisi dengan kode 1
Provinsi/kabupaten/kota diisi dengan nama provinsi/kabupaten/kota.
Tahun anggaran diisi dengan tahun anggaran yang direncanakan.
Urusan Pemerintahan diisi dengan nomor kode urusan pemerintahan daerah dan nama urusan
pemerintahan daerah yang dilaksanakan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi SKPD.
Organisasi diisi dengan nomor kode perangkat daerah dan nama satuan kerja perangkat
daerah
Kolom 1 kode rekening diisi dengan kode rekening kelompok, jenis, objek, rincian objek
pendapatan satuan kerja perangkat daerah.
Kolom 2 (uraian) diisi dengan uraian nama kelompok, jenis, obyek dan rincian obyek
Pendapatan.
Kolom 3 (volume) diisi dengan jumlah target dari rincian obyek pendapatan yang
direncanakan, seperti jumlah kendaraan bermotor, jumlah liter bahan bakar kendaraan
bermotor, jumlah tingkat hunian hotel, jumlah pengunjung restoran, jumlah kepala keluarga,
jumlah pasien, jumlah pengunjung, jumlah kendaraan yang memanfaatkan lahan parkir,
jumlah bibit perikanan/pertanian/peternakan/ kehutanan/perkebunan, jumlah limbah yang
diuji,
jumlah
kios/los/kakilima,
jumlah
pemakaian/penggunaan
sarana
olahraga/gedung/gudang/lahan milik pemda, jumlah unit barang bekas milik pemerintah
daerah yang dijual, jumlah uang yang ditempatkan pada bank tertentu dalam bentuk tabungan
atau giro, jumlah modal yang disertakan atau diinvestasikan.
Kolom 4 (satuan) diisi dengan satuan hitung dari target rincian obyek yang direncananakan
seperti unit, waktu/jam/hari/bulan/tahun, ukuran berat, ukuran luas,
ukuran isi dan
sebagainya.
Kolom 5 (tarif/harga) diisi dengan tarif pajak/retribusi atau harga/nilai satuan lainnya dapat
berupa besarnya tingkat suku bunga, persentase bagian laba, atau harga atas penjualan
barang milik daerah yang tidak dipisahkan.
Kolom 6 (jumlah) diisi dengan jumlah pendapatan yang direncanakan menurut kelompok,
jenis, objek, rincian objek pendapatan. Jumlah pendapatan dari setiap rincian obyek yang
dianggarkan merupakan hasil perkalian kolom 3 dengan kolom 5.
Rencana Pendapatan per triwulan diisi dengan jumlah pendapatan yang dapat dipungut atau
diterima setiap triwulan selama tahun anggaran yang direncanakan.
Pengisian setiap triwulan harus disesuaikan dengan rencana yang dapat dipungut atau
diterima. Oleh karena itu tidak dibenarkan pengisian jumlah setiap triwulan dengan cara
membagi 4 dari jumlah yang direncanakan dalam satu tahun anggaran. Keakurasian data
pelaksanaan anggaran pertriwulan sangat dibutuhkan untuk penyusunan anggaran kas dan
mengendalikan likuiditas Kas Umum Daerah serta penerbitan SPD.
Formulir DPA SKPD 1 merupakan input data untuk menyusun formulir DPA SKPD.
Nama ibukota, bulan, tahun diisi berdasarkan pembuatan formulir DPA SKPD 1, dengan
mencantumkan nama jabatan kepala satuan kerja pengelola keuangan daerah.
Formulir DPA SKPD 1 ditandatangani oleh Pejabat Pengelola Keuangan Daerah dengan
mencantumkan nama lengkap dan nomor induk pegawai.
Formulir DPA SKPD 1 dapat diperbanyak sesuai dengan kebutuhan.
Apabila formulir DPA SKPD 1 lebih dari satu halaman setiap halaman diberi nomor urut
halaman.

simbachs@gmail.com

-8C.

FORMULIR DPA-SKPD 2.1

LOGO
DAERAH

PROVINSI/KABUPATEN/KOTA *).
DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN
SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH (DPA SKPD)
TAHUN ANGGARAN .

BELANJA TIDAK LANGSUNG


NO DPA SKPD

x.xx

xx

00

00

URUSAN PEMERINTAHAN

x.xx

ORGANISASI

x.xx.x
x

PENGGUNA ANGGARAN /
KUASA PENGGUNA ANGGARAN

NAMA

NIP

JABATAN

simbachs@gmail.com

-9Halaman

DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN SATUAN


KERJA PERANGKAT DAERAH

NOMOR DPA SKPD

Formulir

DPA x.xx xx 00 00 5 1 SKPD 2.1

Provinsi/Kabupaten/Kota .
Tahun Anggaran
Urusan Pemerintahan
Organisasi

: x.xx
.
: x.xx.xx .

Rincian Dokumen Pelaksanaan Anggaran


Belanja Tidak Langsung Satuan Kerja Perangkat Daerah
Kode
Rekening

Uraian

Rincian Penghitungan
Volume

Satuan

Harga
satuan

Jumlah
(Rp)
6=3x5

xx xx xx xx xx
xx xx xx xx xx
xx xx xx xx xx
xx xx xx xx xx
xx xx xx xx xx
xx xx xx xx xx
xx xx xx xx xx
xx xx xx xx xx
xx xx xx xx xx
xx xx xx xx xx

Jumlah
Rencana Penarikan Dana per Triwulan
Triwulan
Triwulan
Triwulan
Triwulan

I
II
III
IV

Rp
Rp
Rp
Rp
Jumlah

Rp

..,tanggal..
Mengesahkan,
Pejabat Pengelola Keuangan Daerah
(tanda tangan)
(nama lengkap)
NIP.

simbachs@gmail.com

- 10 Cara Pengisian Formulir DPA - SKPD 2.1 Rincian Dokumen Pelaksanaan Anggaran
Belanja Tidak Langsung Satuan Kerja Perangkat Daerah
1.

2.
3.
4.

5.
6.
7.
8.
9.

10.
11.

12.

13.
7.

14.
15.
16.
17.
18.

Nomor DPA SKPD diisi dengan nomor kode urusan pemerintahan, nomor kode organisasi
SKPD, nomor kode program diisi dengan kode 00 dan nomor kode kegiatan diisi dengan
kode 00, nomor kode anggaran belanja diisi dengan kode 5 serta nomor kode kelompok
belanja tidak langsung diisi dengan kode 1.
Provinsi/kabupaten/kota diisi dengan nama provinsi/kabupaten/kota.
Tahun anggaran diisi dengan tahun anggaran yang direncanakan.
Urusan Pemerintahan diisi dengan nomor kode urusan pemerintahan daerah dan nama
urusan pemerintahan daerah yang dilaksanakan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi
SKPD.
Organisasi diisi dengan nomor kode SKPD dan nama satuan kerja perangkat daerah
Kolom 1 (kode rekening) diisi dengan dengan nomor kode rekening kelompok/jenis/
objek/rincian objek belanja tidak langsung .
Kolom 2 (uraian) diisi dengan nama kelompok, jenis, obyek dan rincian obyek belanja tidak
langsung.
Kolom 3 (volume) diisi dengan jumlah dapat berupa jumlah orang/pegawai dan barang
Kolom 4 (satuan) diisi dengan satuan hitung dari target rincian obyek yang
direncananakan seperti unit, waktu/jam/hari/bulan/tahun, ukuran berat, ukuran luas,
ukuran isi dan sebagainya.
Kolom 5 (harga satuan) diisi dengan harga satuan dapat berupa tarif, harga, tingkat suku
bunga, nilai kurs.
Kolom 6 (ket. jumlah/volume) diisi dengan keterangan jumlah/volume seperti orang per
hari (org/hr), orang per bulan (org/bln), orang per tahun (org/th), buah per hari (bh/hr),
unit per tahun (unit/th) dan sebagainya.
Kolom 7 (jumlah) diisi dengan jumlah perkalian antara volume dengan harga satuan.
Setiap jumlah uraian rincian obyek dijumlahkan menjadi jumlah rincian obyek belanja.
Setiap jumlah rincian obyek pada masing-masing obyek belanja selanjutnya dijumlahkan
menjadi obyek belanja berkenaan. Setiap obyek belanja pada masing-masing jenis belanja
kemudian dijumlahkan menjadi jumlah jenis belanja.
Baris Jumlah diisi dengan penjumlahan dari seluruh jenis belanja kolom 7 yang merupakan
jumlah kelompok belanja tidak langsung yang dituangkan dalam formulir RKA - SKPD 2.1
Rencana penarikan dana belanja tidak langsung setiap triwulan selama tahun anggaran
yang direncanakan, diisi dengan jumlah yang disesuaikan dengan rencana kebutuhan.
Oleh karena itu tidak dibenarkan pengisian jumlah setiap triwulan dengan cara membagi 4
dari jumlah yang direncanakan dalam satu tahun anggaran. Keakurasian data
pelaksanaan anggaran pertriwulan sangat dibutuhkan untuk penyusunan anggaran kas
dan mengendalikan likuiditas Kas Umum Daerah serta penerbitan SPD.
Formulir DPA - SKPD 2.1 merupakan input data untuk menyusun Formulir DPA SKPD.
Formulir DPA - SKPD 2.1 dapat diperbanyak sesuai dengan kebutuhan.
Apabila Formulir DPA - SKPD 2.1 lebih dari satu halaman setiap halaman diberi nomor
urut halaman.
Tanggal, bulan, tahun diisi berdasarkan pembuatan DPA - SKPD 2.1.
Formulir DPA - SKPD 2.1 ditandatangani oleh Pejabat Pengelola Keuangan Daerah dengan
mencantumkan nama lengkap dan NIP yang bersangkutan.

simbachs@gmail.com

- 11 D.

FORMULIR DPA-SKPD 2.2


DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN
SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH

Formulir

DPA - SKPD
2.2

Provinsi/Kabupaten/Kota .
Tahun Anggaran
Urusan Pemerintahan : x.xx

Organisasi

: x.xx.xx

Rekapitulasi Belanja Langsung Berdasarkan Program dan Kegiatan


Kode
Program/
Kegiatan
1

Uraian

xx

Lokasi
Kegiatan

Target
Kinerja
(Kuantitatif)

Sumber
dana

Triwulan

I
7

Jumlah

II III IV
8

10

11=7+8+9+10

Program .
xx

Kegiatan .

xx

Kegiatan .

xx

dst .

xx

Program .
xx

Kegiatan .

xx

Kegiatan .

xx

dst .

xx

Program .
xx

Kegiatan .

xx

Kegiatan .

xx

dst .
xx

dst .

Jumlah
..,tanggal..
Mengesahkan,
Pejabat Pengelola Keuangan Daerah
(tanda tangan)

(nama lengkap)
NIP.

simbachs@gmail.com

- 12 Cara Pengisian Formulir DPA SKPD 2.2 Rekapitulasi Belanja Langsung menurut
Program dan Kegiatan Satuan Kerja Perangkat Daerah
1.

Provinsi/kabupaten/kota diisi dengan nama provinsi/kabupaten/kota.

2.

Tahun anggaran diisi dengan tahun anggaran yang direncanakan.

3.

Urusan Pemerintahan diisi dengan nomor kode urusan pemerintahan daerah dan nama
urusan pemerintahan daerah yang dilaksanakan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi
SKPD.

4.

Organisasi SKPD diisi dengan nomor kode SKPD dan nama satuan kerja perangkat daerah

5.

Kolom 1 (kode program/kegiatan) diisi dengan nomor kode program.

6.

Kolom 2 (kode program/kegiatan) diisi dengan nomor kode kegiatan.

7.

Kolom 3 (uraian) diisi dengan nama program yang diikuti selanjutnya dengan nama
masing-masing kegiatan untuk mendukung terlaksananya program dimaksud.

8.

Kolom 4 (lokasi kegiatan) diisi dengan nama tempat atau lokasi dari setiap kegiatan yang
akan dilaksanakan. Tempat atau lokasi dimaksud dapat berupa nama desa/kelurahan atau
kecamatan.

9.

Kolom 5 (target kinerja) diisi dengan target kinerja program dan kegiatan yang akan
dilaksanakan

10.

Kolom 6 (sumber dana) diisi dengan jenis sumber dana (PAD, bagi hasil, DAU, DAK, lainlain pendapatan yang sah) untuk mendanai pelaksanaan program dan kegiatan yang
direncanakan. Catatan untuk kolom ini diisi oleh tim anggaran pemerintah daerah, kecuali
apabila pendanaan untuk program kegiatan tersebut sumber dananya sudah pasti, seperti
DAK, pinjaman daerah, dana darurat, bantuan khusus yang telah ditetapkan berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan

11.

Jumlah per triwulan diisi sebagai berikut :


a.

Kolom 7 diisi dengan jumlah belanja langsung yang dibutuhkan untuk mendanai
program dan kegiatan triwulan I dalam tahun anggaran yang direncanakan.

b.

Kolom 8 diisi dengan jumlah belanja langsung yang dibutuhkan untuk mendanai
program dan kegiatan triwulan II dalam tahun anggaran yang direncanakan.

c.

Kolom 9 diisi dengan jumlah belanja langsung yang dibutuhkan untuk mendanai
program dan kegiatan triwulan III dalam tahun anggaran yang direncanakan.

d.

Kolom 10 diisi dengan jumlah belanja langsung yang dibutuhkan untuk mendanai
program dan kegiatan triwulan IV dalam tahun anggaran yang direncanakan.

Pengisian setiap kolom triwulan I sampai dengan triwulan IV harus disesuaikan dengan
rencana kegiatan yang senyatanya berdasarkan jadwal pelaksanaan kegiatan. Oleh karena
itu tidak dibenarkan pengisian kolom triwulan dengan cara membagi 4 dari setiap jumlah
yang direncanakan dalam satu tahun anggaran. Hal tersebut mengingat keakurasian data
pelaksanaan anggaran pertriwulan sangat dibutuhkan untuk penyusunan anggaran kas
sebagai dasar pengendalian likuiditas Kas Umum Daerah dan penerbitan SPD.
12.

Kolom 11 (jumlah) diisi dengan hasil penjumlahan kolom 7, kolom 8, kolom 9 dan kolom
10.

13.

Formulir DPA - SKPD 2.2. ditandatangani oleh Pejabat Pengelola Keuangan Daerah
dengan mencantumkan nama lengkap dan NIP yang bersangkutan.

14.

Formulir DPA - SKPD 2.2. dapat diperbanyak sesuai dengan kebutuhan.

15.

Apabila Formulir DPA - SKPD 2.2. lebih dari satu halaman setiap halaman diberi nomor
urut halaman.

simbachs@gmail.com

- 13 E.

FORMULIR DPA-SKPD 2.2.1

LOGO
DAERAH

PROVINSI/KABUPATEN/KOTA *).
DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN
SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH (DPA SKPD)
TAHUN ANGGARAN .

BELANJA LANGSUNG
NO DPA SKPD

: x.xx xx xx xx

URUSAN PEMERINTAHAN

x.xx

..

ORGANISASI

x.xx.xx

..

PROGRAM

x.xx.xx.xx

..

KEGIATAN

x.xx,xx,xx,x
x

..

LOKASI KEGIATAN

...

SUMBER DANA

...

JUMLAH ANGGARAN

Rp

TERBILANG

.
(
.. )

PENGGUNA ANGGARAN/
KUASA PENGGUNA ANGGARAN

NAMA

NIP

JABATAN

simbachs@gmail.com

- 14 Halaman ..

DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN


SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH

NOMOR DPA SKPD


x.xx xx xx xx 5

FORMULIR

DPA SKPD
2.2.1

Provinsi/Kabupaten/Kota .
Tahun Anggaran ...
Urusan Pemerintahan
Organisasi
Program
Kegiatan
Waktu pelaksanaan
Lokasi kegiatan
Sumber dana

: x.xx
...
: x.xx .xx
...
: x.xx .xx .xx
...
: x.xx .xx .xx.xx
...
: ....................... ....................... ....................... .......................
: ....................... ....................... ....................... .......................
: ....................... ....................... ....................... .......................

Indikator & Tolok Ukur Kinerja Belanja Langsung


Indikator

Tolok Ukur Kinerja

Target Kinerja

Capaian Program
Masukan
Keluaran
Hasil
Kelompok Sasaran Kegiatan :

Rincian Dokumen Pelaksanaan Anggaran Belanja Langsung


Program dan Per Kegiatan Satuan Kerja Perangkat Daerah
Rincian Penghitungan

Kode
Rekening

Uraian

xx

xx

xx

xx

xx

xx

xx

xx

xx

xx

xx

xx

xx

xx

xx

xx

xx

xx

xx

xx

Volume

Satuan

Harga satuan

Jumlah
(Rp)

6=3x5

Jumlah
Rencana Penarikan Dana per Triwulan
..,tanggal..
Triwulan
Triwulan
Triwulan
Triwulan

I
II
III
IV
Jumlah

Rp
Rp
Rp
Rp
Rp

Mengesahkan,
Pejabat Pengelola Keuangan Daerah

(tanda tangan)
(nama lengkap)
NIP.

simbachs@gmail.com

- 15 Cara Pengisian Formulir DPA - SKPD 2.2.1 Rincian Dokumen Pelaksanaan Anggaran
Belanja Langsung Program dan Per Kegiatan Satuan Kerja Perangkat Daerah
1.

Nomor DPA - SKPD diisi dengan nomor kode Urusan Pemerintahan, nomor kode
Organisasi, nomor kode program diisi dengan kode program dan nomor kode kegiatan
diisi dengan kode kegiatan, nomor kode anggaran belanja diisi dengan kode 5 serta nomor
kode kelompok belanja langsung diisi dengan kode 2.

2.

Provinsi/kabupaten/kota diisi dengan nama provinsi/kabupaten/kota.

3.

Tahun anggaran diisi dengan tahun anggaran yang direncanakan.

4.

Urusan Pemerintahan diisi dengan nomor kode urusan pemerintahan daerah dan nama
urusan pemerintahan daerah yang dilaksanakan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi
SKPD.

5.

Organisasi diisi dengan nomor kode SKPD dan nama satuan kerja perangkat daerah

6.

Baris kolom program diisi dengan kode program dan nama program dari kegiatan yang
berkenaan. Program merupakan instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan
yang dilaksanakan atau kegiatan masyarakat yang dikoordinasikan oleh satuan kerja
perangkat daerah untuk mencapai sasaran dan tujuan kegiatan yang ditetapkan untuk
memperoleh alokasi anggaran.

7.

Baris kolom kegiatan diisi dengan kode kegiatan dan nama kegiatan yang akan
dilaksanakan.

8.

Baris kolom waktu pelaksanaan diisi dengan tanggal bulan dan tahun kegiatan yang akan
dilaksanakan.

9.

Baris kolom lokasi kegiatan diisi dengan nama lokasi atau tempat dari setiap kegiatan
yang akan dilaksanakan. Lokasi atau tempat dimaksud dapat berupa
nama
desa/kelurahan atau kecamatan.

10.

Baris kolom sumber dana diisi dengan jenis sumber dana (PAD, bagi hasil, DAU, DAK,
lain-lain pendapatan yang sah) untuk mendanai pelaksanaan program dan kegiatan yang
direncanakan. Catatan untuk baris kolom ini diisi oleh tim anggaran pemerintah daerah,
kecuali apabila pendanaan untuk program kegiatan tersebut sumber dananya sudah pasti,
seperti DAK, pinjaman daerah, dana darurat, bantuan khusus yang telah ditetapkan
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan dapat diisi langsung oleh satuan
kerja perangkat daerah.

6.

Kolom tolok ukur kinerja diisi dengan tolok ukur kinerja dari setiap masukan dapat berupa
jumlah dana, jumlah SDM, jumlah jam kerja, jumlah peralatan/teknologi yang dibutuhkan
untuk menghasilkan keluaran dalam tahun anggaran yang direncanakan. Tolok ukur
kinerja dari setiap keluaran diisi dengan jumlah keluaran yang akan dihasilkan dalam
tahun anggaran yang direncanakan. Tolok ukur kinerja hasil diisi dengan manfaat yang
akan diterima pada masa yang akan datang.

7.

Kolom target kinerja diisi dengan tingkat prestasi kerja yang dapat diukur pencapaiannya
atas capaian program, masukan, keluaran dan hasil yang ditetapkan dalam kolom tolok
ukur kinerja.

8.

Kolom 1 (kode rekening) diisi dengan nomor kode rekening kelompok, jenis, objek,
rincian objek belanja langsung .

9.

Kolom 2 (uraian) diisi dengan uraian nama kelompok, jenis, obyek dan rincian obyek
belanja langsung.

10. Kolom 3 (volume) diisi dengan jumlah dapat berupa jumlah orang/pegawai dan barang
11. Kolom 4 (satuan) diisi dengan satuan hitung dari target rincian obyek yang

direncananakan seperti unit, waktu/jam/hari/bulan/tahun, ukuran berat, ukuran luas,


ukuran isi dan sebagainya.

12. Kolom 5 (harga satuan) diisi dengan harga satuan dapat berupa tarif, harga, tingkat suku
bunga, nilai kurs.

simbachs@gmail.com

- 16 13. Kolom 6 (ket. jumlah/volume) diisi dengan keterangan jumlah/volume seperti orang per

hari (org/hr), orang per bulan (org/bln), orang per tahun (org/th), buah per hari (bh/hr),
unit per tahun (unit/th) dan sebagainya.

14. Kolom 7 (jumlah) diisi dengan jumlah perkalian antara jumlah volume dan harga satuan.

Setiap jumlah uraian rincian obyek dijumlahkan menjadi jumlah rincian obyek belanja.
Setiap jumlah rincian obyek pada masing-masing obyek belanja selanjutnya dijumlahkan
menjadi obyek belanja berkenaan. Setiap obyek belanja pada masing-masing jenis
belanja kemudian dijumlahkan menjadi jumlah jenis belanja. Penjumlahan dari seluruh
jenis belanja merupakan jumlah kelompok belanja langsung yang dituangkan dalam
formulir DPA - SKPD 2.2.1.

15. Rencana penarikan dana belanja langsung setiap triwulan selama tahun anggaran yang
direncanakan, diisi dengan jumlah yang disesuaikan dengan rencana kebutuhan
mendanai pelaksanaan kegiatan. Oleh karena itu tidak dibenarkan pengisian jumlah setiap
triwulan dengan cara membagi 4 dari jumlah yang direncanakan dalam satu tahun
anggaran. Keakurasian data pelaksanaan anggaran pertriwulan sangat dibutuhkan untuk
penyusunan anggaran kas dan mengendalikan likuiditas Kas Umum Daerah serta
penerbitan SPD.

16. Formulir DPA - SKPD 2.2.1 merupakan input data untuk menyusun formulir DPA SKPD
dan formulir DPA - SKPD 2.2.

17. Formulir DPA - SKPD 2.2.1 dapat diperbanyak sesuai dengan kebutuhan.
18. Apabila Formulir DPA - SKPD 2.2.1 lebih dari satu halaman setiap halaman diberi nomor
urut halaman.

19. Tanggal, bulan, tahun diisi berdasarkan pembuatan DPA - SKPD 2.2.1.
20. Formulir DPA - SKPD 2.2.1 ditandatangani oleh Pejabat Pengelola Keuangan Daerah
dengan mencantumkan nama lengkap dan nomor induk pegawai yang bersangkutan.

simbachs@gmail.com

- 17 F.

FORMULIR DPA-SKPD 3.1

LOGO
DAERAH

PROVINSI/KABUPATEN/KOTA *).
DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN
SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH (DPA SKPD)
TAHUN ANGGARAN .

PENERIMAAN PEMBIAYAAN
NO DPA SKPD

: x.xx xx 00 00 6

URUSAN PEMERINTAHAN

x.xx

ORGANISASI

x.xx.xx

PENGGUNA ANGGARAN

NAMA

NIP

JABATAN

simbachs@gmail.com

- 18 Formulir

NOMOR DPA SKPD

DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN


SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH

Urusan Pemerintahan : x.xx


Organisasi
: x.xx.xx

x.xx xx 00 00 6

DPA SKPD
3.1

Provinsi/Kabupaten/Kota .
Tahun Anggaran ...
.
.

Rincian Penerimaan Pembiayaan

xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx

Kode
Rekening
1
xx xx xx
xx xx xx
xx xx xx
xx xx xx
xx xx xx
xx xx xx
xx xx xx
xx xx xx
xx xx xx
xx xx xx
xx xx xx
xx xx xx
xx xx xx
xx xx xx
xx xx xx
xx xx xx
xx xx xx
xx xx xx

Jumlah
(Rp)
3

Uraian
2
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
Jumlah Penerimaan

Rencana penerimaan per triwulan


..,tanggal..
Triwulan
Triwulan
Triwulan
Triwulan

I
II
III
IV
Jumlah

Rp
Rp
Rp
Rp
Rp

Mengesahkan,
Pejabat Pengelola Keuangan Daerah

(tanda tangan)
(nama lengkap)
NIP.

simbachs@gmail.com

- 19 Cara Pengisian Formulir DPA - SKPD 3.1 Rincian Penerimaan Pembiayaan Daerah
1.

Nomor DPA - SKPD diisi dengan nomor kode urusan pemerintahan, nomor kode organisasi
SKPD, nomor kode program diisi dengan kode 00 dan nomor kode kegiatan diisi dengan
kode 00, nomor kode anggaran pembiayaan diisi dengan kode 6 serta nomor kode
kelompok penerimaan pembiayaan diisi dengan kode 1.

2.

Provinsi/kabupaten/kota diisi dengan nama provinsi/kabupaten/kota.

3.

Tahun anggaran diisi dengan tahun anggaran yang direncanakan.

4.

Urusan Pemerintahan diisi dengan nomor kode urusan pemerintahan daerah dan nama
urusan pemerintahan daerah yang dilaksanakan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi
SKPD.

5.

Organisasi diisi dengan nomor kode SKPD dan nama satuan kerja perangkat daerah

6.

Kolom 1 (kode rekening)


diisi dengan dengan
kelompok/jenis/objek/rincian objek penerimaan pembiayaan .

7.

Kolom 2 (uraian) diisi dengan nama kelompok, jenis, obyek dan rincian obyek penerimaan
pembiayaan.

8.

Kolom 3 (jumlah) diisi dengan jumlah jenis penerimaan pembiayaan berkenaan yang
merupakan hasil penjumlahan dari seluruh obyek penerimaan pembiayaan yang termasuk
dalam jenis penerimaan pembiayaan bersangkutan. Jumlah obyek penerimaan merupakan
penjumlahan dari seluruh rincian obyek penerimaan pembiayaan yang termasuk dalam
obyek penerimaan pembiayaan bersangkutan.

9.

Baris jumlah penerimaan merupakan hasil dari penjumlahan seluruh jenis penerimaan
pembiayaan.

10.

Rencana penerimaan per triwulan diisi dengan jumlah penerimaan pembiayaan yang
diterima setiap triwulan selama tahun anggaran yang direncanakan.

nomor

kode

rekening

Pengisian setiap triwulan harus disesuaikan dengan rencana penerimaan pembiayaan.


Oleh karena itu tidak dibenarkan pengisian jumlah setiap triwulan dengan cara membagi 4
dari jumlah yang direncanakan dalam satu tahun anggaran. Keakurasian data pelaksanaan
anggaran pertriwulan sangat dibutuhkan untuk penyusunan anggaran kas dan
mengendalikan likuiditas Kas Umum Daerah serta penerbitan SPD.
11.

Formulir DPA - SKPD 3.1 merupakan input data untuk menyusun formulir DPA SKPD.

12.

Formulir DPA - SKPD 3.1 dapat diperbanyak sesuai dengan kebutuhan.

13.

Apabila Formulir DPA SKPD 3.1 lebih dari satu halaman setiap halaman diberi nomor urut
halaman.

14.

Tanggal, bulan, tahun diisi berdasarkan pembuatan DPA - SKPD 3.1.

15.

Formulir DPA - SKPD 3.1 ditandatangani oleh Pejabat Pengelola Keuangan Daerah dengan
mencantumkan nama lengkap dan nomor induk pegawai yang bersangkutan.

simbachs@gmail.com

- 20 G.

FORMULIR DPA-SKPD 3.2

LOGO
DAERAH

PROVINSI/KABUPATEN/KOTA *).
DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN
SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH (DPA - SKPD)
TAHUN ANGGARAN .

PENGELUARAN PEMBIAYAAN
NO DPA SKPD

: x.xx xx 00 00 6

URUSAN PEMERINTAHAN

x.xx

ORGANISASI

x.xx.xx

PENGGUNA ANGGARAN

NAMA

NIP

JABATAN

simbachs@gmail.com

- 21 Formulir

NOMOR DPA SKPD

DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN


SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH

Urusan Pemerintahan : x.xx


Organisasi
: x.xx.xx

x.xx xx 00 00 6

DPA SKPD
3.2.

Provinsi/Kabupaten/Kota .
Tahun Anggaran ...
.
.

Rincian Pengeluaran Pembiayaan

xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx

Kode
Rekening
1
xx xx xx
xx xx xx
xx xx xx
xx xx xx
xx xx xx
xx xx xx
xx xx xx
xx xx xx
xx xx xx
xx xx xx
xx xx xx
xx xx xx
xx xx xx
xx xx xx
xx xx xx
xx xx xx
xx xx xx
xx xx xx

Jumlah
(Rp)
3

Uraian
2
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
Jumlah Pengeluaran

Rencana pengeluaran pertriwulan


..,tanggal..
Triwulan
Triwulan
Triwulan
Triwulan

I
II
III
IV
Jumlah

Rp
Rp
Rp
Rp
Rp

Mengesahkan,
Pejabat Pengelola Keuangan Daerah

(tanda tangan)
(nama lengkap)
NIP.

simbachs@gmail.com

- 22 Cara Pengisian Formulir DPA - SKPD 3.2


Rincian Pengeluaran Pembiayaan Daerah
1.

Nomor DPA - SKPD diisi dengan nomor kode urusan Pemerintahan, nomor kode organisasi
SKPD, nomor kode program diisi dengan kode 00 dan nomor kode kegiatan diisi dengan
kode 00, nomor kode anggaran pembiayaan diisi dengan kode 6 serta nomor kode
kelompok pengeluaran pembiayaan diisi dengan kode 2.

2.

Provinsi/kabupaten/kota diisi dengan nama provinsi/kabupaten/kota.

3.

Tahun anggaran diisi dengan tahun anggaran yang direncanakan.

4.

Urusan Pemerintahan diisi dengan nomor kode urusan pemerintahan daerah dan nama
urusan pemerintahan daerah yang dilaksanakan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi
SKPD.

5.

Organisasi diisi dengan nomor kode SKPD dan nama satuan kerja perangkat daerah

6.

Kolom 1 (kode rekening) diisi dengan nomor kode rekening kelompok/jenis/objek/rincian


objek pengeluaran pembiayaan .

7.

Kolom 2 (uraian) diisi dengan nama kelompok, jenis, obyek dan rincian obyek pengeluaran
pembiayaan.

8.

Kolom 3 (jumlah) diisi dengan jumlah jenis pengeluaran pembiayaan berkenaan yang
merupakan hasil penjumlahan dari seluruh obyek pengeluaran pembiayaan yang termasuk
dalam jenis pengeluaran pembiayaan bersangkutan. Jumlah obyek pengeluaran
merupakan penjumlahan dari seluruh rincian obyek pengeluaran pembiayaan yang
termasuk dalam obyek pengeluaran pembiayaan bersangkutan.

9.

Baris jumlah pengeluaran merupakan hasil dari penjumlahan seluruh jenis pengeluaran
pembiayaan.

10.

Rencana pengeluaran per triwulan diisi dengan jumlah pengeluaran pembiayaan setiap
triwulan selama tahun anggaran yang direncanakan.
Pengisian setiap triwulan harus disesuaikan dengan rencana pengeluaran pembiayaan.
Oleh karena itu tidak dibenarkan pengisian jumlah setiap triwulan dengan cara membagi 4
dari jumlah yang direncanakan dalam satu tahun anggaran. Keakurasian data pelaksanaan
anggaran pertriwulan sangat dibutuhkan untuk penyusunan anggaran kas dan
mengendalikan likuiditas Kas Umum Daerah serta penerbitan SPD.

11.

Formulir DPA - SKPD 3.2 merupakan input data untuk menyusun formulir DPA - SKPD.

12.

Formulir DPA - SKPD 3.2 dapat diperbanyak sesuai dengan kebutuhan.

13.

Apabila Formulir DPA - SKPD 3.2 lebih dari satu halaman setiap halaman diberi nomor
urut halaman.

14.

Tanggal, bulan, tahun diisi berdasarkan pembuatan DPA - SKPD 3.2.

15.

Formulir DPA - SKPD 3.2 ditandatangani oleh Pejabat Pengelola Keuangan Daerah dengan
mencantumkan nama lengkap dan nomor induk pegawai yang bersangkutan.

*)

coret yang tidak perlu

MENTERI DALAM NEGERI,


ttd
Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA BIRO HUKUM,

H. MOH. MARUF, SE.

PERWIRA

simbachs@gmail.com

LAMPIRAN B.II

: PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI


NOMOR

: 13 TAHUN 2006

TANGGAL

: 15 Mei 2006

FORMAT ANGGARAN KAS PEMERINTAH DAERAH


PROVINSI/KABUPATEN/KOTA*)
ANGGARAN KAS
TAHUN ANGGARAN
Halaman: .
Kode Rekening

Uraian

Anggaran
Tahun Ini
(Rp)

Triwulan I
(Rp)
Jan

Feb
4

Triwulan II
(Rp)
Mar

Apr

Mei
5

Triwulan III
(Rp)
Jun

Jul

Ags
6

Triwulan IV
(Rp)
Sep

Okt

Nov
7

Des

Saldo awal kas


Pendapatan asli daerah
Pajak daerah
Retribusi daerah

Dst.
Pembiayaan penerimaan

Dst.
Jumlah pendapatan & pembiayaan penerimaan
Jumlah alokasi kas yang tersedia untuk pengeluaran
Alokasi belanja tidak langsung & pembiayaan pengeluaran
Belanja tidak langsung
Belanja pegawai
Biaya bunga
.
Pembiayaan pengeluaran
Pembayaran pokok utang
.
Jumlah alokasi belanja tidak langsung & pembiayaan
pengeluaran per bulan
Jumlah alokasi belanja tidak langsung & pembiayaan
pengeluaran per triwulan
Sisa kas setelah dikurangi belanja tidak langsung & pembiayaan
pengeluaran per triwulan
simbachs@gmail.com

Kode Rekening

Uraian

Anggaran
Tahun Ini
(Rp)

Triwulan I
(Rp)
Jan

Feb
4

Triwulan II
(Rp)
Mar

Apr

Mei
5

Triwulan III
(Rp)
Jun

Jul

Ags
6

Triwulan IV
(Rp)
Sep

Okt

Nov
7

Des

Belanja langsung
Belanja langsung
Kegiatan..
Kegiatan..
..
Jumlah alokasi belanja langsung per bulan
Jumlah alokasi belanja langsung per triwulan
Sisa kas setelah dikurangi belanja langsung per triwulan
Jumlah alokasi belanja tidak langsung dan belanja langsung
serta pembiayaan pengeluaran
Sisa kas setelah dikurangi belanja tidak langsung dan belanja
langsung serta pembiayaan pengeluaran
*)

Coret yang tidak perlu.

.., tanggal
BUD/Kuasa BUD
(tanda tangan)
(nama lengkap)
NIP.

simbachs@gmail.com

- 25 Cara Pengisian:
1.
2.
3.
4.

Formulir ini diisi oleh BUD/Kuasa BUD untuk menyusun anggaran kas.
Setiap kolom mulai dari kolom 3 sampai dengan kolom 7 dijumlahkan pada baris terakhir.
Diisi dengan uraian rekening pendapatan dan pembiayaan penerimaan.
Diisi dengan jumlah anggaran pendapatan dan pembiayaan penerimaan yang tercantum
dalam DPA-SKPD.
5.
Diisi dengan perkiraan jumlah pendapatan dan pembiayaan penerimaan setiap bulan di
triwulan I (boleh per triwulan).
6.
Diisi dengan perkiraan jumlah pendapatan dan pembiayaan penerimaan setiap bulan di
triwulan II (boleh per triwulan).
7.
Diisi dengan perkiraan jumlah pendapatan dan pembiayaan penerimaan setiap bulan di
triwulan III (boleh per triwulan).
8.
Diisi dengan perkiraan jumlah pendapatan dan pembiayaan penerimaan setiap bulan di
triwulan IV (boleh per triwulan).
9.
Diisi dengan kode rekening rincian obyek belanja dan pembiayaan pengeluaran.
10. Diisi dengan uraian rekening belanja dan pembiayaan pengeluaran.
11. Diisi dengan perkiraan jumlah anggaran belanja dan pembiayaan pengeluaran.
12. Diisi dengan perkiraan jumlah belanja dan pembiayaan pengeluaran setiap bulan di triwulan I
(boleh per triwulan).
13. Diisi dengan perkiraan jumlah belanja dan pembiayaan pengeluaran setiap bulan di triwulan
II (boleh per triwulan).
14. Diisi dengan perkiraan jumlah belanja dan pembiayaan pengeluaran setiap bulan di triwulan
III (boleh per triwulan).
15. Diisi dengan perkiraan jumlah belanja dan pembiayaan pengeluaran setiap bulan di triwulan
IV (boleh per triwulan).

MENTERI DALAM NEGERI,


ttd
H. MOH. MARUF, SE.
Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA BIRO HUKUM,

PERWIRA

simbachs@gmail.com

- 26 LAMPIRAN B.III

: PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI


NOMOR
: 13 TAHUN 2006
TANGGAL
: 15 Mei 2006

FORMAT DPAL-SKPD

LOGO
DAERAH

PROVINSI/KABUPATEN/KOTA *)
DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN LANJUTAN
SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH (DPA-L SKPD)
TAHUN ANGGARAN .

BELANJA LANGSUNG PROGRAM/KEGIATAN LANJUTAN


NO DPA SKPD

: x.xx xx

xx

xx

URUSAN PEMERINTAHAN

x.xx

ORGANISASI

x.xx .xx

PROGRAM

x.xx .xx.xx

KEGIATAN

x.xx .xx.xx .xx

LOKASI KEGIATAN

...

SUMBER DANA

...

JUMLAH ANGGARAN

Rp

TERBILANG

(.
.. )

PENGGUNA
ANGGARAN/KUASA
PENGGUNA ANGGARAN*)

*)

NAMA

NIP

JABATAN

coret yang tidak perlu

simbachs@gmail.com

DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN LANJUTAN


SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH

Urusan Pemerintahan
Organisasi
Program
Kegiatan
Lokasi kegiatan
Sumber dana

:
:
:
:

NOMOR DPA SKPD


xx xx xx xx

Formulir
DPA-L SKPD

Provinsi/Kabupaten/Kota .
Tahun Anggaran ...
x.xx
......
x.xx .xx
......
x.xx .xx.xx
......
x.xx .xx.xx .xx ......
: ......
: ......
Indikator & Tolok Ukur Kinerja Belanja Langsung

Indikator Kinerja

Tolok Ukur Kinerja

Target Kinerja

Masukan
Keluaran
Hasil
Tahun awal penganggaran
DPA/DPPA SKPD *) Tahun anggaran

: Rp. .......................

Realisasi DPA/DPPA SKPD s.d 31 Des Tahun anggaran ..

: Rp. .......................

Saldo DPA/DPPA SKPD s.d 31 Des Tahun anggaran ..

: Rp. .......................

Keterangan penyebab tidak dapat diselesaikan sampai dengan


akhir tahun anggaran

: .......................

Lanjutan pelaksanaan tahun pertama


DPA/DPPA SKPD Tahun anggaran

: Rp. .......................

Realisasi DPA/DPPA SKPD s.d 31 Des Tahun anggaran ..

: Rp. .......................

Saldo DPA/DPPA SKPD s.d 31 Des Tahun anggaran ..

: Rp. .......................

simbachs@gmail.com

Keterangan penyebab tidak dapat diselesaikan sampai dengan


akhir tahun anggaran

: .......................

Lanjutan pelaksanaan tahun kedua


DPA/DPPA SKPD Tahun anggaran

: Rp. .......................

Realisasi DPA/DPPA SKPD s.d 31 Des Tahun anggaran ..

: Rp. .......................

Saldo DPA/DPPA SKPD s.d 31 Des Tahun anggaran ..

: Rp. .......................

Keterangan penyebab tidak dapat diselesaikan sampai dengan


akhir tahun anggaran

: .......................

Rincian Pelaksanaan Anggaran Belanja Langsung


Program/Kegiatan Lanjutan Satuan Kerja Perangkat Daerah
Tahun Awal
Kode Rekening
1

Uraian
2

Lanjutan Tahun pertama

Lanjutan Tahun kedua

Volume

Satuan

Harga
satuan

Jumlah

Realisasi

Saldo
Akhir

Saldo
Awal

Realisasi

Saldo
Akhir

Saldo
Awal

Realisasi

Saldo
Akhir

6=3x5

8=6-7

10

11=9-10

12

13

14=12-13

simbachs@gmail.com

..,tanggal..
Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah
(tanda tangan)
(nama jelas)
NIP.
Keterangan
Tanggal Pembahasan
Catatan Hasil Pembahasan
1.
2.
dst

:
:
:

Tim Anggaran Pemerintah Daerah:


No

Nama

NIP

Jabatan

Tandatangan

1
2
dst

*) coret yang tidak perlu

simbachs@gmail.com

- 30 Cara Pengisian Formulir DPA-L SKPD


Formulir DPA-L SKPD digunakan untuk merencanakan belanja langsung dari setiap kegiatan yang
diprogramkan. Dengan demikian apabila dalam 1 (satu) program terdapat 1 (satu) atau lebih kegiatan maka
setiap kegiatan dituangkan dalam formulir DPA-L SKPD masing-masing.
1.
Provinsi/kabupaten/kota diisi dengan nama provinsi/kabupaten/kota.
2.
Tahun anggaran diisi dengan tahun anggaran yang direncanakan.
3.
Urusan Pemerintahan diisi dengan nomor kode urusan pemerintahan dan nama urusan pemerintahan
daerah yang dilaksanakan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi SKPD.
4.
Organisasi diisi dengan nomor kode perangkat daerah dan nama satuan kerja perangkat daerah.
5.
Baris kolom program diisi dengan nama Program dari Kegiatan yang berkenaan.
6.
Baris kolom kegiatan diisi dengan nama kegiatan yang akan dilaksanakan.
7.
Baris kolom lokasi kegiatan diisi dengan nama tempat atau lokasi dari setiap kegiatan yang akan
dilaksanakan. Tempat atau lokasi dimaksud dapat berupa nama desa/kelurahan, kecamatan.
8.
Baris kolom sumber dana diisi dengan jenis sumber dana (PAD, bagi hasil, DAU, DAK, lain-lain
pendapatan yang sah) untuk mendanai pelaksanaan program dan kegiatan yang direncanakan. Catatan
untuk baris kolom ini diisi oleh tim anggaran eksekutif, kecuali apabila pendanaan untuk program
kegiatan tersebut sumber dananya sudah pasti, seperti DAK, pinjaman daerah, dana darurat, bantuan
khusus yang telah ditetapkan berdasaDPPAn ketentuan peraturan perundang-undangan.
9.
Kolom tolok ukur kinerja diisi dengan tolok ukur kinerja dari setiap masukan, keluaran dan hasil yang
diwujudkan dari pelaksanaan program, kegiatan dan sumber daya yang digunakan.
10. Kolom target kinerja diisi dengan tingkat pencapaian yang direncanakan pada masing-masing indikator
kinerja.
11. Kolom 1 kode rekening diisi dengan dengan nomor kode rekening kelompok/jenis/objek/rincian objek
belanja langsung .
12. Kolom 2 uraian diisi dengan nama kelompok, jenis, obyek dan rincian obyek belanja langsung yang
dibutuhkan untuk mendanai program dan kegiatan yang direncanakan.
13. Kolom 3 (volume) diisi dengan jumlah dapat berupa jumlah orang/pegawai dan barang
14. Kolom 4 (satuan) diisi dengan satuan hitung dari target rincian obyek yang direncananakan seperti unit,
waktu/jam/hari/bulan/tahun, ukuran berat, ukuran luas, ukuran isi dan sebagainya.
15. Kolom 5 (harga satuan) diisi dengan harga satuan dapat berupa tarif, harga, tingkat suku bunga, nilai
kurs.
16. Kolom 6 (jumlah) diisi dengan jumlah perkalian antara volume dengan harga satuan. Setiap jumlah
uraian rincian obyek dijumlahkan menjadi jumlah rincian obyek belanja. Setiap jumlah rincian obyek pada
masing-masing obyek belanja selanjutnya dijumlahkan menjadi obyek belanja berkenaan. Setiap obyek
belanja pada masing-masing jenis belanja kemudian dijumlahkan menjadi jumlah jenis belanja.
17. Formulir DPA-L SKPD dapat diperbanyak sesuai dengan kebutuhan.
18. Apabila Formulir DPA-L SKPD lebih dari satu halaman setiap halaman diberi nomor urut halaman.
19. Tanggal, bulan, tahun diisi berdasaDPPAn pembuatan DPA-L SKPD.
20. Formulir DPA-L SKPD ditandatangani oleh Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah dengan mencantumkan
nama lengkap dan nomor induk pegawai yang bersangkutan.
21. Keterangan diisi dengan tanggal pembahasan formulir DPA-L SKPD oleh tim anggaran pemerintah
daerah. Apabila terdapat catatan dari hasil pembahasan oleh tim anggaran pemerintah daerah untuk
mendapatkan perhatian kepala satuan kerja perangkat daerah dicantumkan dalam kolom catatan hasil
pembahasan.
22. Seluruh anggota tim anggaran pemerintah daerah menandatangani formulir DPA-L SKPD yang telah
dibahas yang dilengkapi dengan nama lengkap, nomor induk pegawai dan Jabatan .

MENTERI DALAM NEGERI,


ttd
Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA BIRO HUKUM,

H. MOH. MARUF, SE.

PERWIRA

simbachs@gmail.com

- 31 LAMPIRAN B.IV.1

: PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI


NOMOR
: 13 TAHUN 2006
TANGGAL
: 15 Mei 2006

FORMAT SURAT PENAGIHAN


A.

SURAT PENAGIHAN PIUTANG DAERAH


PROVINSI/KABUPATEN/KOTA*)
SURAT PENAGIHAN PIUTANG

Nomor : .

a)

.., tanggal

Berdasarkan b)
diminta segera untuk membayar kepada :
KAS DAERAH /BANK . (Rekening Nomor ) c)
uang sejumlah Rp. (.) d)
untuk e) .

Diminta untuk menunjukkan surat penagihan ini pada saat membayar.


a.n. Gubernur/Bupati/Walikota*)
Pejabat Pengelola Keuangan Daerah
(tanda tangan)

Kepada : f)
.

(nama lengkap)
NIP.

Tembusan : Kuasa Bendahara Umum Daerah


Cara Pengisian :
a)
diisi dengan nomor surat penagihan.
b)
diisi dengan ketentuan yang menjadi dasar penagihan misalnya surat KDH.
c)
diisi dengan nama daerah, nama bank dan nomor rekening bank tempat pihak ketiga
membayar tagihan.
d)
diisi dengan jumlah rupiah penagihan.
e)
diisi dengan uraian isi surat penagihan pembayaran piutang yang harus diselesaikan.
f)
diisi dengan nama dan alamat pihak ketiga yang ditagih.
*)

Coret yang tidak perlu.

simbachs@gmail.com

- 32 B.

FORMAT SURAT PENAGIHAN BERULANG PIUTANG DAERAH


PROVINSI/KABUPATEN/KOTA*)
SURAT PENAGIHAN BERULANG PIUTANG

Nomor : . a)

.., tanggal

Berdasarkan b)
diminta mulai .. setiap ... c) bulan membayar kepada :
KAS DAERAH /BANK . (Rekening Nomor ) d)
uang sejumlah Rp. (.) e)
untuk f) ..

sehingga jumlah penagihan sebesar Rp (.) lunas. g)


Diminta untuk menunjukkan surat penagihan ini pada saat membayar.
a.n. Gubernur/Bupati/Walikota*)
Pejabat Pengelola Keuangan Daerah
(tanda tangan)
(nama lengkap)
NIP.
Kepada : h)
.

Tembusan : Kuasa Bendahara Umum Daerah


Cara Pengisian :
a)
diisi dengan nomor surat penagihan berulang.
b)
diisi dengan ketentuan yang menjadi dasar penagihan misalnya surat keputusan KDH.
c)
diisi dengan mulai pembayaran setiap bulan sesuai dengan ketetapan penagihan.
d)
diisi dengan nama daerah, nama bank dan nomor rekening bank tempat pihak ketiga
membayar tagihan.
e)
diisi dengan jumlah rupiah penagihan.
f)
diisi dengan uraian isi surat penagihan piutang berulang yang harus diselesaikan.
g)
diisi dengan jumlah rupiah penagihan berulang yang dibayarkan sampai lunas.
h)
diisi dengan nama dan alamat pihak ketiga yang ditagih.
*)
Coret yang tidak perlu.

simbachs@gmail.com

C.

FORMAT REGISTER SURAT PENAGIHAN PIUTANG DAERAH


PROVINSI/KABUPATEN/KOTA*) ..
REGISTER SURAT PENAGIHAN PIUTANG

Tahun Anggaran
Halaman

:
:

Nomor
Urut

Tanggal dan
Nomor Surat
Penagihan

Nama dan
Alamat yang
Berutang

Uraian Penagihan

Jumlah
(Rp)

Kode Rekening

Penyetoran menurut
Buku Kas
Tanggal

Nomor

Jumlah
(Rp)

Keterangan
10

Jumlah

, tanggal .

Pejabat Pengelola Keuangan Daerah


(tanda tangan)
(nama jelas)
NIP.

simbachs@gmail.com

- 34 -

Cara Pengisian :
1. Kolom 1 diisi dengan nomor urut register surat penagihan.
2. Kolom 2 diisi dengan tanggal dan nomor surat penagihan sesuai dengan nomor urut
penagihan.
3. Kolom 3 diisi dengan nama dan alamat yang berutang.
4. Kolom 4 diisi dengan jenis uraian penagihan.
5. Kolom 5 diisi dengan jumlah utang.
6. Kolom 6 diisi dengan kode rekening berkenaan.
7. Kolom 7 diisi dengan tanggal penyetoran/pembayaran menurut buku kas.
8. Kolom 8 diisi dengan nomor penyetoran/pembayaran menurut buku kas.
9. Kolom 9 diisi dengan jumlah yang dibayar.
10. Kolom 10 diisi sesuai dengan kebutuhan.
11. *) Coret yang tidak perlu.

simbachs@gmail.com

D.

FORMAT REGISTER SURAT PENAGIHAN BERULANG PIUTANG DAERAH


PROVINSI/KABUPATEN/KOTA*) ..

REGISTER SURAT PENAGIHAN BERULANG PIUTANG


Tahun Anggaran
Halaman

:
:
Penyetoran Menurut
Buku Kas

Pemungutan

Nomor
Urut

Tanggal
dan Nomor
Surat
Penagihan

Nama dan
Alamat
yang
Berutang

Uraian
Penagihan

Jumlah
(Rp)

Jumlah

Mulai
Tanggal
6

Bulan,
Triwulan,
Semester,
Tahunan
7

Jumlah

Jumlah
(Rp)
8

Kode Rekening

Tanggal

Nomor

Jumlah
(Rp)

10

11

12

Ket

13

Jumlah

, tanggal .
Pejabat Pengelola Keuangan Daerah
(tanda tangan)
(nama jelas)
NIP.

simbachs@gmail.com

- 36 Cara Pengisian:
1. Kolom 1 diisi dengan nomor urut register surat penagihan berulang.
2. Kolom 2 diisi dengan tanggal dan nomor surat penagihan sesuai dengan nomor urut
penagihan berulang.
3. Kolom 3 diisi dengan nama dan alamat yang berutang.
4. Kolom 4 diisi dengan jenis uraian penagihan.
5. Kolom 5 diisi dengan jumlah utang.
6. Kolom 6 diisi dengan mulai tanggal jatuh tempo utang.
7. Kolom 7 diisi dengan jangka waktu cicilan utang, sesuai dengan akad kredit.
8. Kolom 8 diisi dengan jumlah cicilan utang.
9. Kolom 9 diisi dengan kode rekening berkenaan.
10. Kolom 10 diisi tanggal penyetoran/pembayaran menurut Buku Kas.
11. Kolom 11 diisi dengan nomor penyetoran/pembayaran menurut Buku Kas.
12. Kolom 12 diisi dengan jumlah yang dibayar.
13. Kolom 13 diisi dengan uraian penjelasan sesuai kebutuhan.
*)
14. Coret yang tidak perlu.

MENTERI DALAM NEGERI,


ttd
H. MOH. MARUF, SE.
Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA BIRO HUKUM,

PERWIRA

simbachs@gmail.com

- 37 LAMPIRAN B.V

: PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI


NOMOR

: 13 TAHUN 2006

TANGGAL

: 15 Mei 2006

JA
ADWAL PELAKSANAAN APBD
NO
A.

URAIAN

Pemberitahuan menyusun DPA-SKPD

2.

Penyerahan Rancangan DPA-SKPD


dan rancangan anggaran kas dari
SKPD kepada PPKD
Verifikasi dan pengesahan rancangan
DPA-SKPD dan rancangan anggaran
kas
Penyampaian DPA-SKPD dan
anggaran kas yang telah disahkan ke
SKPD

4.

B.
5.

KETERANGAN

PELAKSANAAN APBD

1.

3.

WAKTU

3 hari setelah Perda APBD


ditetapkan
6 hari kerja
15 hari kerja setelah ditetapkan
Perda APBD

Minggu kedua
bulan Januari

7 hari kerja

Minggu ketiga
Bulan Januari

DPAL-SKPD
Kepala SKPD menyampaikan laporan
akhir realisasi pelaksanaan kegiatan
fisik dan non-fisik maupun keuangan
kepada PPKD untuk pengesahan
menjadi DPAL-SKPD tahun anggaran
berikutnya

Pertengahan bulan Desember

MENTERI DALAM NEGERI,


ttd
H. MOH. MARUF, SE.
Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA BIRO HUKUM,

PERWIRA

simbachs@gmail.com

DEPARTEMEN DALAM NEGERI


REPUBLIK INDONESIA

LAMPIRAN C
PERMENDAGRI
NOMOR 13 TAHUN 2006
TENTANG
PEDOMAN PENGELOLAAN
KEUANGAN DAERAH

PERUBAHAN APBD

DEPARTEMEN DALAM NEGERI


REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL BINA ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH

simbachs@gmail.com

DAFTAR LAMPIRAN C
PERUBAHAN APBD
1.
2.
3.

Lampiran C.I
Lampiran C.II
Lampiran C.III

4.
5.

Lampiran C.IV
Lampiran C.V

6.

Lampiran C.VI

7.
8.

Lampiran C.VII
Lampiran C.VIII

9.

Lampiran C.XIX

Format kebijakan umum perubahan APBD


Format PPAS perubahan APBD
Format nota kesepakatan
A. Kebijakan umum perubahan APBD
B. Format nota kesepakatan PPA perubahan APBD
Format DPPA-SKPD
Format rancangan peraturan daerah tentang perubahan APBD
beserta lampiran
A. Rancangan peraturan daerah tentang perubahan APBD
B. Ringkasan perubahan APBD
C. Ringkasan perubahan APBD menurut urusan pemerintahan
daerah dan organisasi
D. Rincian perubahan APBD menurut urusan pemerintahan
daerah, organisasi, pendapatan, belanja dan pembiayaan
E. Rekapitulasi
perubahan
belanja
menurut
urusan
pemerintahan daerah, organisasi, program dan kegiatan
F. Rekapitulasi perubahan belanja daerah untuk keselarasan
dan keterpaduan urusan pemerintahan daerah dan fungsi
dalam kerangka pengelolaan keuangan negara
G. Daftar jumlah pegawai per golongan dan per jabatan
H. Laporan keuangan pemerintah daerah
1. laporan realisasi anggaran
2. neraca
3. laporan arus kas
4. catatan atas laporan keuangan
I. Daftar kegiatan-kegiatan tahun anggaran sebelumnya yang
belum diselesaikan dan dianggarkan kembali dalam tahun
anggaran ini
J. Daftar pinjaman daerah
Format rancangan peraturan kepala daerah tentang penjabaran
perubahan APBD beserta lampiran
A. Rancangan peraturan kepala daerah tentang penjabaran
perubahan APBD
B. Ringkasan penjabaran perubahan anggaran pendapatan
daerah, belanja daerah dan pembiayaan daerah
C. Penjabaran perubahan APBD
Format susunan nota keuangan perubahan APBD
Format persetujuan bersama rancangan peraturan daerah
tentang perubahan APBD
Jadwal perubahan APBD

simbachs@gmail.com

-1LAMPIRAN C.I

: PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI


NOMOR

: 13 TAHUN 2006

TANGGAL

: 15 Mei 2006

FORMAT RANCANGAN KEBIJAKAN UMUM PERUBAHAN APBD

PROVINSI/KABUPATEN/KOTA *).
KEBIJAKAN UMUM PERUBAHAN APBD
TAHUN ANGGARAN .

I.

PENDAHULUAN
(Pada Bab I Pendahuluan, memuat antara lain:

II.

1.1.

Uraian kondisi/prestasi yang telah berhasil dicapai pada tahun berjalan


sebelum perubahan, perkiraan pencapaian setelah perubahan sampai
akhir tahun anggaran berjalan dan tahun yang akan datang;

1.2.

Uraian ringkas identifikasi permasalahahan/hambatan dan tantangan


utama yang dihadapi pada tahun berjalan sebelum perubahan,
perkiraan pencapaian setelah perubahan sampai akhir tahun anggaran
berjalan dan tahun yang akan datang)

GAMBARAN UMUM RKPD


Memuat gambaran umum prioritas pembangunan daerah yang diamanatkan
dalam RKPD untuk menyelesaikan permasalahahan/hambatan dan tantangan
utama serta menjawab tantangan yang mendesak dan berdampak luas bagi
peningkatan kesejahteraan masyarakat serta mendukung upaya mewujudkan
sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam RPJMD.

Target Pencapaian Kinerja yang Terukur Dari Setiap Urusan


Pemerintahan Daerah
KODE
1

BIDANG URUSAN
PEMERINTAHAN DAERAH

SASARAN
PROGRAM/
KEGIATAN

TARGET (%)

ORGANISASI

PAGU
INDIKATIF
(Juta Rp)

URUSAN WAJIB

01

Pendidikan
Program ......
Kegiatan ......
dst ...

02

Kesehatan
Program ......
Kegiatan ......
dst ...

03

Pekerjaan Umum

simbachs@gmail.com

-2KODE

BIDANG URUSAN
PEMERINTAHAN DAERAH

SASARAN
PROGRAM/
KEGIATAN

TARGET (%)

ORGANISASI

PAGU
INDIKATIF
(Juta Rp)

Program ......
Kegiatan ......
dst ...
1

04

Perumahan Rakyat
Program ......
Kegiatan ......

05

Penataan Ruang
Program ......
Kegiatan ......
dst ...

06

Perencanaan Pembangunan
Program ......
Kegiatan ......
dst ...

07

Perhubungan
Program ......
Kegiatan ......
dst ...

08

Lingkungan Hidup
Program ......
Kegiatan ......
dst ...

09

Pertanahan
Program ......
Kegiatan ......
dst ...

10

Kependudukan dan Catatan Sipil


Program ......
Kegiatan ......
dst ...

11

Pemberdayaan Perempuan
Program ......
Kegiatan ......
dst ...

12

13

Sosial
Program ......
Kegiatan ......
dst ...

14

Tenaga Kerja
Program ......
Kegiatan ......
dst ...

15

Koperasi dan Usaha Kecil Menengah


Program ......
Kegiatan ......
dst ...

16

Penanaman Modal

Keluarga Berencana dan Keluarga


Sejahtera
Program ......
Kegiatan ......
dst ...

simbachs@gmail.com

-3KODE

BIDANG URUSAN
PEMERINTAHAN DAERAH

SASARAN
PROGRAM/
KEGIATAN

TARGET (%)

ORGANISASI

PAGU
INDIKATIF
(Juta Rp)

Program ......
Kegiatan ......
dst ...
1

17

Kebudayaan
Program ......
Kegiatan ......
dst ...

18

Pemuda dan Olah Raga


Program ......
Kegiatan ......
dst ...

19

20

Pemerintahan Umum
Program ......
Kegiatan ......
dst ...

21

Kepegawaian
Program ......
Kegiatan ......
dst ...

22

23

Statisitik
Program ......
Kegiatan ......
dst ...

24

Kearsipan
Program ......
Kegiatan ......
dst ...

25

Komunikasi dan Informatika


Program ......
Kegiatan ......
dst ...

2
2

01

02

Kehutanan
Program ......
Kegiatan ......
dst ...

03

Energi dan Sumberdaya Mineral


Program ......
Kegiatan ......

Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam


Negeri
Program ......
Kegiatan ......
dst ...

Pemberdayaan Masyarakat dan


Desa
Program ......
Kegiatan ......
dst ...

URUSAN PILIHAN
Pertanian
Program ......
Kegiatan ......
dst ...

simbachs@gmail.com

-4BIDANG URUSAN
PEMERINTAHAN DAERAH

KODE

SASARAN
PROGRAM/
KEGIATAN

TARGET (%)

ORGANISASI

PAGU
INDIKATIF
(Juta Rp)

dst ...
2

04

Pariwisata
Program ......
Kegiatan ......
dst ...

05

Kelautan dan Perikanan


Program ......
Kegiatan ......
dst ...

06

Perdagangan
Program ......
Kegiatan ......
dst ...

07

Perindustrian
Program ......
Kegiatan ......
dst ...

08

Transmigrasi
Program ......
Kegiatan ......
dst ...
JUMLAH

III.

KERANGKA EKONOMI
SUMBER PENDANAAN

MAKRO

DAN

IMPLIKASINYA

TERHADAP

(Pada Bab II, diuraikan dan dijelaskan tentang perubahan asumsi, kondisi yang
telah terjadi dan diperkirakan akan terjadi yang menjadi dasar penyusunan
Kebijakan Umum perubahan APBD.
Contoh asumsi dan kondisi yang menjadi dasar pencapaian sasaran pada
tahun berjalan sebelum perubahan, perkiraan pencapaian setelah perubahan
sampai akhir tahun anggaran berjalan dan tahun yang akan datang, terkait
dengan perubahan (1) laju inflasi, (2) pertumbuhan ekonomi regional, (3)
tingkat pengangguran regional, dan (4) lain-lain asumsi yang relevan dengan
kondisi daerah setempat.
Dalam rangka implementasi perubahan asumsi dan kondisi yang menjadi dasar
pencapaian sasaran, Kebijakan Umum Perubahan APBD harus mampu
menjelaskan kebijakan penganggaran sesuai dengan kebijakan pemerintah.
Perlu dicermati dalam uaraian dan penjelasan tersebut, bahwa dengan adanya
perubahan asumsi tersebut mengakibatkan capaian kinerja yang telah
ditetapkan dalam Kebijakan Umum APBD dapat berubah sehingga perlu
dilakukan revisi/koreksi terhadap target/sasaran yang ditetapkan semula.
Selain daripada itu, dalam Bab ini juga diuraikan dan dijelaskan mengenai
perkiraan perubahan penerimaan yang digunakan untuk mendanai seluruh
pengeluaran pada sisa tahun anggaran berjalan, baik penerimaan yang
bersumber dari pendapatan asli daerah, dana perimbangan (DAU, Dana Bagi
Hasil dan DAK) maupun penerimaan yang berasal dari pinjaman maupun
hibah.)

simbachs@gmail.com

-5-

Proyeksi Perubahan
Pendapatan, Belanja, dan Pembiayaan Daerah
BERTAMBAH/
(BERKURANG)

JUMLAH
NO

URAIAN

sebelum
perubahan

1.

PENDAPATAN DAERAH

1.1
1.1.1

Pendapatan asli daerah


Pajak Daerah

1.1.2
1.1.3
1.1.4

Retribusi Daerah
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah

1.2
1.2.1

Dana perimbangan

1.2.2
1.2.3

Dana Alokasi Umum


Dana Alokasi Khusus

1.3

Lain-lain pendapatan daerah yang sah

1.3.1
1.3.2
1.3.3

Hibah
Dana Darurat
Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah
Daerah lainnya
Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus
Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah
Daerah lainnya

1.3.4
1.3.5

setelah
perubahan

Rp

Dana Bagi Hasil Pajak/ Bagi Hasil Bukan Pajak

Jumlah Pendapatan
2.

BELANJA DAERAH

2.1
2.1.1
2.1.2
2.1.3

Belanja Tidak Langsung


Belanja pegawai
Belanja bunga

2.1.4
2.1.5

2.1.8

Belanja hibah
Belanja bantuan sosial
Belanja Bagi Hasil Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota
dan Pemerintahan Desa
Belanja Bantuan Keuangan Kepada
Provinsi/Kabupaten/Kota Dan Pemerintahan Desa
Belanja Tidak Terduga

2.2
2.2.1
2.2.2
2.2.3

Belanja Langsung
Belanja pegawai
Belanja barang dan jasa
Belanja modal

2.1.6
2.1.7

Belanja subsidi

Jumlah Belanja
Surplus/(Defisit)
3.

PEMBIAYAAN DAERAH

3.1

Penerimaan pembiayaan
Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran
sebelumnya (SiLPA)
Pencairan dana cadangan
Hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan
Penerimaan pinjaman daerah
Penerimaan kembali pemberian pinjaman
Penerimaan piutang daerah

3.1.1
3.1.2
3.1.3
3.1.4
3.1.5
3.1.6

simbachs@gmail.com

-6BERTAMBAH/
(BERKURANG)

JUMLAH
NO

URAIAN

sebelum
perubahan

setelah
perubahan

Rp

Jumlah penerimaan pembiayaan


3.2
3.2.1

Pengeluaran pembiayaan
Pembentukan dana cadangan

3.2.2
3.2.3
3.2.4

Penyertaan modal (Investasi) daerah


Pembayaran pokok utang
Pemberian pinjaman daerah
Jumlah pengeluaran pembiayaan
Pembiayaan neto

3.3

IV.

Sisa lebih pembiayaan anggaran tahun


berkenaan (SILPA)

PENUTUP
Demikian rancangan kebijakan umum Perubahan APBD ini disusun untuk
dibahas dan disepakati sebagai dasar penyusunan dan pembahasan prioritas
dan plafon anggaran sementara.
.., tanggal ..
GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA
(tanda tangan)
(nama lengkap)

*)

coret yang tidak perlu

MENTERI DALAM NEGERI,


ttd
H. MOH. MARUF, SE.

Salinan sesuai dengan aslinya


KEPALA BIRO HUKUM,

PERWIRA

simbachs@gmail.com

-7LAMPIRAN C.II : PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI


NOMOR

: 13 TAHUN 2006

TANGGAL

: 15 Mei 2005

FORMAT RANCANGAN PPAS PERUBAHAN APBD


PROVINSI/KABUPATEN/KOTA *)..
PRIORITAS DAN PLAFON ANGGARAN SEMENTARA
PERUBAHAN APBD TAHUN ANGGARAN ..
I.

PENDAHULUAN
(Pada Bab I Pendahuluan, memuat antara lain:
a.

Uraian kondisi/prestasi yang telah berhasil dicapai pada tahun berjalan sebelum
perubahan, perkiraan pencapaian setelah perubahan sampai akhir tahun anggaran
berjalan dan tahun yang akan datang;

b.

Uraian ringkas identifikasi permasalahahan/hambatan dan tantangan utama yang


dihadapi pada tahun berjalan sebelum perubahan, perkiraan pencapaian setelah
perubahan sampai akhir tahun anggaran berjalan dan tahun yang akan datang.)

KEBIJAKAN UMUM PERUBAHAN APBD TAHUN ANGGARAN .

II.

Memuat gambaran ringkas tentang perubahan target pencapaian kinerja yang terukur dari
setiap urusan pemerintahan daerah dan perubahan proyeksi pendapatan, belanja, dan
pembiayaan daerah sebagai dasar penentuan prioritas program dan plafon anggaran
menurut bidang pemerintahan setelah perubahan APBD hingga akhir tahun anggaran
berjalan.
PROYEKSI PERUBAHAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH

III.

Memuat penjelasan tentang perubahan asumsi makro ekonomi yang disepakati terhadap
implikasi perubahan kemampuan fiskal daerah, kebijakan yang ditempuh dalam upaya
peningkatan pendapatan daerah, faktor-faktor yang mempengaruhi tidak terjadinya atau
terjadinya peningkatan belanja daerah dan kebijakan pemerintah daerah di bidang
pembiayaan daerah tahun anggaran ..
Penjelasan tersebut diatas secara ringkas digambarkan dalam
Perubahan APBD Tahun Anggaran ..

Ringkasan Proyeksi

Ringkasan Proyeksi Perubahan APBD Tahun Anggaran ..


BERTAMBAH/
(BERKURANG)

JUMLAH
NO

URAIAN

1.

PENDAPATAN DAERAH

1.1

Pendapatan asli daerah

1.1.1
1.1.2
1.1.3
1.1.4

Pajak Daerah
Retribusi Daerah
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah

1.2
1.2.1

Dana perimbangan

1.2.2
1.2.3

Dana Alokasi Umum


Dana Alokasi Khusus

Sebelum
perubahan

Setelah
perubahan

Rp

Dana Bagi Hasil Pajak/ Bagi Hasil Bukan Pajak

simbachs@gmail.com

-8BERTAMBAH/
(BERKURANG)

JUMLAH
NO

URAIAN

Sebelum
perubahan

1.3

Lain-lain pendapatan daerah yang sah

1.3.1
1.3.2
1.3.3

Hibah
Dana Darurat
Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah
Daerah lainnya
Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus
Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah
Daerah lainnya

1.3.4
1.3.5

Setelah
perubahan

Rp

Jumlah Pendapatan
2.

BELANJA DAERAH

2.1
2.1.1
2.1.2
2.1.3

Belanja Tidak Langsung


Belanja pegawai
Belanja bunga

2.1.4
2.1.5

Belanja hibah
Belanja bantuan sosial
Belanja Bagi Hasil Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota
dan Pemerintahan Desa
Belanja Bantuan Keuangan Kepada
Provinsi/Kabupaten/Kota Dan Pemerintahan Desa
Belanja Tidak Terduga

2.1.6
2.1.7
2.1.8

2.2
2.2.1
2.2.2
2.2.3

Belanja subsidi

Belanja Langsung
Belanja pegawai
Belanja barang dan jasa
Belanja modal
Jumlah Belanja
Surplus/(Defisit)

3.

PEMBIAYAAN DAERAH

3.1
3.1.1
3.1.2
3.1.3

Penerimaan pembiayaan
Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran
sebelumnya (SiLPA)
Pencairan dana cadangan
Hasil penjualan kekayaan Daerah yang dipisahkan

3.1.4
3.1.5
3.1.6

Penerimaan pinjaman daerah


Penerimaan kembali pemberian pinjaman
Penerimaan piutang daerah
Jumlah penerimaan pembiayaan

3.2
3.2.1
3.2.2
3.2.3
3.2.4

Pengeluaran pembiayaan
Pembentukan dana cadangan
Penyertaan modal (Investasi) daerah
Pembayaran pokok utang
Pemberian pinjaman daerah
Jumlah pengeluaran pembiayaan
Pembiayaan neto

3.3

Sisa lebih pembiayaan anggaran tahun


berkenaan (SILPA)

simbachs@gmail.com

-9IV.

PRIORITAS PROGRAM DAN PLAFON ANGGARAN PERUBAHAN APBD


Menguraikan tentang perubahan prioritas program dan plafon anggaran yang disepakati
mencakup capaian sasaran program, dasar pertimbangan penentuan besaran pagu indikatif
untuk mencapai sasaran program serta hal-hal yang perlu mendapatkan perhatian SKPD
dalam menjabarkan program lebih lanjut ke dalam masing-masing kegiatan secara rasionil
dengan mempertimbangkan sisa waktu pelaksanaannya sampai akhir tahun anggaran
berjalan.
MATRIKS PRIORITAS PROGRAM DAN PLAFON ANGGARAN

PRIORITAS PROGRAM
DAN KEGIATAN

NO.

SASARAN
PROGRAM/
KEGIATAN

JUMLAH PLAFON
ANGGARAN

ORGANISASI

1.
2.
3.
4.
5.
6.
Dst.
JUMLAH

V.

PLAFON ANGGARAN MENURUT ORGANISASI


PLAFON ANGGARAN
URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH
DAN ORGANISASI

KODE

BELANJA
TIDAK
LANGSUNG

BELANJA
LANGSUNG

JUMLAH

URUSAN WAJIB

01

Pendidikan

01

01

Dinas Pendidikan

01

02

Kantor Perpustakaan Daerah

01

03

Dst

02

02

01

Dinas Kesehatan

02

02

Rumah Sakit Umum Daerah

02

03

Rumah Sakit Jiwa

02

04

Rumah Sakit Paru-paru

02

05

Rumah Sakit Ketergantungan Obat

02

06

Dst

03

03

01

Dinas Pekerjaan Umum

03

02

Dinas Bina Marga

03

03

Dinas Pengairan

03

04

Dinas Pengawasan Bangunan dan Tata Kota

03

05

Dinas Cipta Karya

03

06

Dst

Kesehatan

Pekerjaan Umum

simbachs@gmail.com

- 10 PLAFON ANGGARAN
URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH
DAN ORGANISASI

KODE

04

BELANJA
TIDAK
LANGSUNG

BELANJA
LANGSUNG

JUMLAH

Perumahan

04

01

Dinas Permukiman

04

02

Dinas Pemadam Kebakaran*)

04

03

Dinas Pemakaman*)

04

04

Dst

05

05

01

Dinas Tata Ruang*)

05

02

Dst

06

06

01

BAPPEDA

06

02

Dst

07

07

01

Dinas Perhubungan

07

02

Dst

08

08

01

Dinas Lingkungan Hidup

08

02

Badan Pengendalian
Daerah

08

03

Dinas Pertamanan

08

04

Dinas Kebersihan

08

05

Dst

09

09

01

Badan Pertanahan Daerah

09

02

Dst

10

10

01

Dinas Kependudukan dan Capil

10

02

Dst

11

11

01

Dinas Pemberdayaan Perempuan

11

02

Dst

12

12

01

BKKBD

12

02

Dst

13

13

01

Dinas Sosial

13

02

Dst

14

14

01

Dinas Tenaga Kerja

14

02

Dst

Penataan Ruang

Perencanaan Pembangunan

Perhubungan

Lingkungan Hidup
Dampak

Lingkungan

Pertanahan

Kependudukan dan Catatan Sipil

Pemberdayaan Perempuan

Keluarga
Sejahtera

Berencana

dan

Keluarga

Sosial

Tenaga Kerja

simbachs@gmail.com

- 11 PLAFON ANGGARAN
URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH
DAN ORGANISASI

KODE

15

15

01

Dinas Koperasi dan UKM

15

02

Dst

16

16

01

Badan Penanaman Modal Daerah

16

02

Dst

17

17

01

Dinas Kebudayaan

17

02

Permuseuman

17

03

Dst

18

18

01

Dinas Pemuda dan Olah Raga

18

02

Dst

19

19

01

Dinas Kesbang Linmas

19

02

Dinas Ketentraman dan Ketertiban

19

03

Kantor Satuan Polisi Pamong Praja

19

04

Dst

20

20

01

DPRD

20

02

KDH & WKDH

20

03

Sekretariat Daerah

20

04

Sekretariat DPRD

20

05

Badan Pengelola Keuangan Daerah

20

06

Badan Penelitian dan Pengembangan

20

07

Badan Pengawasan Daerah

20

08

Kantor Penghubung

BELANJA
TIDAK
LANGSUNG

BELANJA
LANGSUNG

JUMLAH

Koperasi dan Usaha Kecil Menengah

Penanaman Modal

Kebudayaan

Pemuda dan Olah Raga

Kesatuan
Negeri

Bangsa

dan

Politik

Dalam

Pemerintahan Umum

20

09

Kecamatan

20

10

Kelurahan

20

11

Dst

21

21

01

Badan Pendidikan dan Pelatihan

21

02

Badan Kepegawaian Daerah

21

03

Dst

22

22

01

Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa

22

02

Dst

23

23

01

Badan Statistik Daerah

23

02

Kantor Statistik Daerah

23

03

Dst

Kepegawaian

Pemberdayaan Masyarakat dan Desa

Statistik

simbachs@gmail.com

- 12 PLAFON ANGGARAN
URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH
DAN ORGANISASI

KODE

24

24

01

Kantor Arsip Daerah

24

02

Dst

25

25

01

Dinas Informasi dan Komunikasi

25

02

Kantor Pengolahan Data Elektronik

25

03

Dst

BELANJA
LANGSUNG

JUMLAH

Kearsipan

Komunikasi dan Informatika

2
2

BELANJA
TIDAK
LANGSUNG

URUSAN PILIHAN
01

Pertanian

01

01

Dinas Pertanian

01

02

Dinas Perkebunan

01

03

Dinas Peternakan

01

04

Dinas Ketahanan Pangan

01

05

Dst

02

02

01

Dinas Kehutanan

02

02

Dst

03

03

01

Dinas Pertambangan

03

02

Dst

04

04

01

Dinas Pariwisata

04

02

Kebun Binatang

04

03

Dst

05

05

01

Dinas Kelautan dan Perikanan

05

02

Dst

06

06

01

Dinas Perdagangan

06

02

Dinas Pasar

06

03

Dst

07

07

01

Dinas Perindustrian

07

02

Dst

08

08

01

Dinas Transmigrasi

08

02

Dst

Kehutanan

Energi dan Sumberdaya Mineral

Pariwisata

Kelautan dan Perikanan

Perdagangan

Perindustrian

Transmigrasi

Jumlah

simbachs@gmail.com

- 13 VI.

PENUTUP
Demikian rancangan PPAS ini disusun untuk dibahas dan disepakati sebagai dasar
penyusunan Rancangan Peraturan Daerah tentang Perubahan APBD Tahun Anggaran ....

.., tanggal ..
GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA*)..
(tanda tangan)
(nama lengkap)
*)

coret yang tidak perlu


MENTERI DALAM NEGERI,
ttd
H. MOH. MARUF, SE.

Salinan sesuai dengan aslinya


KEPALA BIRO HUKUM,

PERWIRA

simbachs@gmail.com

- 14 LAMPIRAN C. III

: PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI


NOMOR

: 13 TAHUN 2006

TANGGAL

: 15 Mei 2006

FORMAT NOTA KESEPAKATAN


A.

KEBIJAKAN UMUM PERUBAHAN APBD


NOTA KESEPAKATAN
ANTARA
PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA *)...........
DENGAN
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
PROVINSI/KABUPATEN/KOTA *)..................................
NOMOR : .
TANGGAL : .
TENTANG
KEBIJAKAN UMUM
PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

Yang bertanda tangan di bawah ini :


1. Nama
Jabatan
Alamat Kantor

:
:
:

............................................................................
Gubernur/Bupati/Walikota .....................................
............................................................................

bertindak selaku dan atas nama pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota ................


2. a. Nama
Jabatan
Alamat Kantor

:
:
:

.............................................................................
Ketua DPRD Provinsi/Kabupaten/Kota .....................
.............................................................................

b. Nama
Jabatan
Alamat Kantor

:
:
:

.............................................................................
Wakil Ketua DPRD Provinsi/Kabupaten/Kota ............
.............................................................................

c. Nama
Jabatan
Alamat Kantor

:
:
:

.............................................................................
Wakil Ketua DPRD Provinsi/Kabupaten/Kota..............
.............................................................................

sebagai Pimpinan DPRD bertindak selaku dan atas nama Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(DPRD) Provinsi/Kabupaten/Kota ..................
Dengan ini menyatakan bahwa dalam rangka penyusunan Perubahan APBD diperlukan Kebijakan
Umum Perubahan APBD yang disepakati bersama antara DPRD dengan Pemerintah Daerah untuk
selanjutnya dijadikan sebagai dasar penyusunan prioritas dan plafon anggaran sementara
perubahan APBD Tahun Anggaran .......
Berdasarkan hal tersebut di atas, sepakat terhadap target pencapaian kinerja yang terukur dari
setiap urusan pemerintahan daerah dan proyeksi perubahan pendapatan, belanja, dan
pembiayaan daerah yang direncanakan akan dicapai dalam tahun anggaran . sebagai
berikut :

simbachs@gmail.com

- 15 I.

PENDAHULUAN
(Pada Bab I Pendahuluan, memuat antara lain:
1.1.

Uraian kondisi/prestasi yang telah berhasil dicapai pada tahun berjalan sebelum
perubahan, perkiraan pencapaian setelah perubahan sampai akhir tahun
anggaran berjalan dan tahun yang akan datang;

1.2.

Uraian ringkas identifikasi permasalahahan/hambatan dan tantangan utama yang


dihadapi pada tahun berjalan sebelum perubahan, perkiraan pencapaian setelah
perubahan sampai akhir tahun anggaran berjalan dan tahun yang akan datang)

GAMBARAN UMUM RKPD

II.

Memuat gambaran umum prioritas pembangunan daerah yang diamanatkan dalam RKPD
untuk menyelesaikan permasalahahan/hambatan dan tantangan utama serta menjawab
tantangan yang mendesak dan berdampak luas bagi peningkatan kesejahteraan
masyarakat serta mendukung upaya mewujudkan sasaran dan tujuan yang telah
ditetapkan dalam RPJMD.

Target Pencapaian Kinerja yang Terukur Dari Setiap Urusan


Pemerintahan Daerah
BIDANG URUSAN
PEMERINTAHAN DAERAH

KODE
1
1

SASARAN
PROGRAM/
KEGIATAN

TARGET (%)

ORGANISASI

PAGU
INDIKATIF
(Juta Rp)

URUSAN WAJIB
01

Pendidikan
Program ......
Kegiatan ......
dst ...

02

Kesehatan
Program ......
Kegiatan ......
dst ...

03

Pekerjaan Umum
Program ......
Kegiatan ......
dst ...

04

Perumahan Rakyat
Program ......
Kegiatan ......

05

Penataan Ruang
Program ......
Kegiatan ......
dst ...

06

Perencanaan Pembangunan
Program ......
Kegiatan ......
dst ...

07

Perhubungan
Program ......
Kegiatan ......
dst ...

08

Lingkungan Hidup
Program ......

simbachs@gmail.com

- 16 BIDANG URUSAN
PEMERINTAHAN DAERAH

KODE

SASARAN
PROGRAM/
KEGIATAN

TARGET (%)

ORGANISASI

PAGU
INDIKATIF
(Juta Rp)

Kegiatan ......
dst ...
1

09

Pertanahan
Program ......
Kegiatan ......
dst ...

10

Kependudukan dan Catatan Sipil


Program ......
Kegiatan ......
dst ...

11

Pemberdayaan Perempuan
Program ......
Kegiatan ......
dst ...

12

Keluarga Berencana dan Keluarga


Sejahtera
Program ......
Kegiatan ......
dst ...

13

Sosial
Program ......
Kegiatan ......
dst ...

14

Tenaga Kerja
Program ......
Kegiatan ......
dst ...

15

Koperasi dan Usaha Kecil Menengah


Program ......
Kegiatan ......
dst ...

16

Penanaman Modal
Program ......
Kegiatan ......
dst ...

17

Kebudayaan
Program ......
Kegiatan ......
dst ...

18

Pemuda dan Olah Raga


Program ......
Kegiatan ......
dst ...

19

Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam


Negeri
Program ......
Kegiatan ......

simbachs@gmail.com

- 17 BIDANG URUSAN
PEMERINTAHAN DAERAH

KODE

SASARAN
PROGRAM/
KEGIATAN

TARGET (%)

ORGANISASI

PAGU
INDIKATIF
(Juta Rp)

dst ...
1

20

Pemerintahan Umum
Program ......
Kegiatan ......
dst ...

21

Kepegawaian
Program ......
Kegiatan ......
dst ...

22

Pemberdayaan Masyarakat dan


Desa
Program ......
Kegiatan ......
dst ...

23

Statisitik
Program ......
Kegiatan ......
dst ...

24

Kearsipan
Program ......
Kegiatan ......
dst ...

25

Komunikasi dan Informatika


Program ......
Kegiatan ......
dst ...

2
2

URUSAN PILIHAN
01

Pertanian
Program ......
Kegiatan ......
dst ...

02

Kehutanan
Program ......
Kegiatan ......
dst ...

03

Energi dan Sumberdaya Mineral


Program ......
Kegiatan ......
dst ...

04

Pariwisata
Program ......
Kegiatan ......
dst ...

05

Kelautan dan Perikanan


Program ......
Kegiatan ......
dst ...

simbachs@gmail.com

- 18 BIDANG URUSAN
PEMERINTAHAN DAERAH

KODE

06

SASARAN
PROGRAM/
KEGIATAN

TARGET (%)

ORGANISASI

PAGU
INDIKATIF
(Juta Rp)

Perdagangan
Program ......
Kegiatan ......
dst ...

07

Perindustrian
Program ......
Kegiatan ......
dst ...

08

Transmigrasi
Program ......
Kegiatan ......
dst ...
JUMLAH

III.

KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN IMPLIKASINYA TERHADAP SUMBER


PENDANAAN
(Pada Bab II, diuraikan dan dijelaskan tentang perubahan asumsi, kondisi yang telah
terjadi dan diperkirakan akan terjadi yang menjadi dasar penyusunan Kebijakan Umum
perubahan APBD.
Contoh asumsi dan kondisi yang menjadi dasar pencapaian sasaran pada tahun berjalan
sebelum perubahan, perkiraan pencapaian setelah perubahan sampai akhir tahun
anggaran berjalan dan tahun yang akan datang, terkait dengan perubahan (1) laju
inflasi, (2) pertumbuhan ekonomi regional, (3) tingkat pengangguran regional, dan (4)
lain-lain asumsi yang relevan dengan kondisi daerah setempat.
Dalam rangka implementasi perubahan asumsi dan kondisi yang menjadi dasar
pencapaian sasaran, Kebijakan Umum Perubahan APBD harus mampu menjelaskan
kebijakan penganggaran sesuai dengan kebijakan pemerintah. Perlu dicermati dalam
uaraian dan penjelasan tersebut, bahwa dengan adanya perubahan asumsi tersebut
mengakibatkan capaian kinerja yang telah ditetapkan dalam Kebijakan Umum APBD dapat
berubah sehingga perlu dilakukan revisi/koreksi terhadap target/sasaran yang ditetapkan
semula.
Selain daripada itu, dalam Bab ini juga diuraikan dan dijelaskan mengenai perkiraan
perubahan penerimaan yang digunakan untuk mendanai seluruh pengeluaran pada sisa
tahun anggaran berjalan, baik penerimaan yang besumber dari pendapatan asli daerah,
dana perimbangan (DAU, Dana Bagi Hasil dan DAK) maupun penerimaan yang berasal
dari pinjaman maupun hibah.)

Proyeksi Perubahan
Pendapatan, Belanja, dan Pembiayaan Daerah
BERTAMBAH/
(BERKURANG)

JUMLAH
NO

URAIAN

1.

PENDAPATAN DAERAH

1.1

Pendapatan asli daerah

1.1.1

Pajak Daerah

1.1.2

Retribusi Daerah

1.1.3

Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan

Sebelum
perubahan

Setelah
perubahan

Rp

simbachs@gmail.com

- 19 BERTAMBAH/
(BERKURANG)

JUMLAH
NO

URAIAN

Sebelum
perubahan

1.1.4

Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah

1.2

Dana perimbangan

1.2.1

Dana Bagi Hasil Pajak/ Bagi Hasil Bukan Pajak

1.2.2

Dana Alokasi Umum

1.2.3

Dana Alokasi Khusus

1.3

Lain-lain pendapatan daerah yang sah

1.3.1

Hibah

1.3.2

Dana Darurat

1.3.3

Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah


Daerah lainnya

1.3.4

Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus

1.3.5

Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah


Daerah lainnya

Setelah
perubahan

Rp

Jumlah Pendapatan
2.

BELANJA DAERAH

2.1

Belanja Tidak Langsung

2.1.1

Belanja pegawai

2.1.2

Belanja bunga

2.1.3

Belanja subsidi

2.1.4

Belanja hibah

2.1.5

Belanja bantuan sosial

2.1.6

Belanja Bagi Hasil Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota


dan Pemerintahan Desa
Belanja Bantuan Keuangan Kepada
Provinsi/Kabupaten/Kota Dan Pemerintahan Desa

2.1.7
2.1.8

Belanja Tidak Terduga

2.2

Belanja Langsung

2.2.1

Belanja pegawai

2.2.2

Belanja barang dan jasa

2.2.3

Belanja modal
Jumlah Belanja
Surplus/(Defisit)

3.

PEMBIAYAAN DAERAH

3.1

Penerimaan pembiayaan

3.1.1

Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran


sebelumnya (SiLPA)

3.1.2

Pencairan dana cadangan

3.1.3

Hasil penjualan kekayaan Daerah yang dipisahkan

3.1.4

Penerimaan pinjaman daerah

3.1.5

Penerimaan kembali pemberian pinjaman

3.1.6

Penerimaan piutang daerah


Jumlah penerimaan pembiayaan

3.2

Pengeluaran pembiayaan

simbachs@gmail.com

- 20 BERTAMBAH/
(BERKURANG)

JUMLAH
NO

URAIAN

Sebelum
perubahan

3.2.1

Pembentukan dana cadangan

3.2.2

Penyertaan modal (Investasi) daerah

3.2.3

Pembayaran pokok utang

3.2.4

Pemberian pinjaman daerah

Setelah
perubahan

Rp

Jumlah pengeluaran pembiayaan


Pembiayaan neto
3.3

IV.

Sisa lebih pembiayaan anggaran tahun


berkenaan (SILPA)

PENUTUP
Demikian Nota Kesepakatan ini dibuat untuk dijadikan sebagai dasar penyusunan
dan pembahasan prioritas dan plafon anggaran sementara perubahan APBD
Tahun Anggaran ...
....., tanggal,.......

selaku,
PIHAK PERTAMA

PIMPINAN
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
PROVINSI/KABUPATEN/KOTA *)
..........................................
selaku,
PIHAK KEDUA

(tanda tangan)

(tanda tangan)

(nama lengkap)

(nama lengkap)
KETUA

GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA *)

(tanda tangan)
(nama lengkap)
WAKIL KETUA
(tanda tangan)
(nama lengkap)
WAKIL KETUA
*)

coret yang tidak perlu

simbachs@gmail.com

- 21 -

B.

PPA PERUBAHAN APBD

NOTA KESEPAKATAN
ANTARA
PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA *).............
DENGAN
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
PROVINSI/KABUPATEN/KOTA *)....................................
NOMOR : .
TANGGAL : .
TENTANG
PRIORITAS DAN PLAFON ANGGARAN PERUBAHAN APBD TAHUN ANGGARAN .
Yang bertanda tangan di bawah ini :
1. Nama
Jabatan
Alamat Kantor

:
:
:

............................................................................
Gubernur/Bupati/Walikota *).....................................
............................................................................

bertindak selaku dan atas nama pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota *)..................


2. a. Nama
Jabatan
Alamat Kantor

:
:
:

.............................................................................
Ketua DPRD Provinsi/Kabupaten/Kota *).....................
.............................................................................

b. Nama
Jabatan
Alamat Kantor

:
:
:

.............................................................................
Wakil Ketua DPRD Provinsi/Kabupaten/Kota *)............
.............................................................................

c. Nama
Jabatan
Alamat Kantor

:
:
:

.............................................................................
Wakil Ketua DPRD Provinsi/Kabupaten/Kota *)..............
.............................................................................

sebagai Pimpinan Dewan bertindak selaku dan atas nama Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(DPRD) Provinsi/Kabupaten/Kota *)..................
Dengan ini menyatakan bahwa dalam rangka penyusunan perubahan APBD diperlukan prioritas
dan plafon anggaran yang disepakati bersama antara DPRD dengan Pemerintah Daerah untuk
dijadikan sebagai dasar penyusunan rancangan Peraturan Daerah tentang perubahan APBD
Tahun Anggaran .......
Berdasarkan hal tersebut di atas, sepakat terhadap pagu dan prioritas perubahan APBD untuk
mencapai sasaran program tahun 2006 sebagai berikut :
I.

PENDAHULUAN
(Pada Bab I Pendahuluan, memuat antara lain:
a.

Uraian kondisi/prestasi yang telah berhasil dicapai pada tahun berjalan sebelum
perubahan, perkiraan pencapaian setelah perubahan sampai akhir tahun anggaran
berjalan dan tahun yang akan datang;

simbachs@gmail.com

- 22 b.

Uraian ringkas identifikasi permasalahahan/hambatan dan tantangan utama yang


dihadapi pada tahun berjalan sebelum perubahan, perkiraan pencapaian setelah
perubahan sampai akhir tahun anggaran berjalan dan tahun yang akan datang)

KEBIJAKAN UMUM PERUBAHAN APBD TAHUN ANGGARAN .

II.

Memuat gambaran ringkas tentang perubahan target pencapaian kinerja yang terukur
dari setiap urusan pemerintahan daerah dan perubahan proyeksi pendapatan, belanja,
dan pembiayaan daerah sebagai dasar penentuan prioritas program dan plafon
anggaran menurut bidang pemerintahan setelah perubahan APBD hingga akhir tahun
angaran berjalan.
III.

PROYEKSI PERUBAHAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH


Memuat penjelasan tentang perubahan asumsi makro ekonomi yang disepakati terhadap
implikasi perubahan kemampuan fiskal daerah, kebijakan yang ditempuh dalam upaya
peningkatan pendapatan daerah, faktor-faktor yang mempengaruhi tidak terjadinya atau
terjadinya peningkatan belanja daerah dan kebijakan pemerintah daerah di bidang
pembiayaan daerah tahun anggaran ..
Penjelasan tersebut diatas secara ringkas digambarkan dalam
Perubahan APBD Tahun Anggaran ..

Ringkasan Proyeksi

Ringkasan Proyeksi APBD Tahun Anggaran ..


BERTAMBAH/
(BERKURANG)

JUMLAH
NO

URAIAN

1.

PENDAPATAN DAERAH

1.1
1.1.1
1.1.2

Pendapatan asli daerah


Pajak Daerah
Retribusi Daerah

1.1.3
1.1.4

Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan


Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah

1.2
1.2.1

Dana perimbangan

1.2.2
1.2.3

Dana Alokasi Umum


Dana Alokasi Khusus

1.3
1.3.1
1.3.2

Lain-lain pendapatan daerah yang sah


Hibah
Dana Darurat
Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah
Daerah lainnya
Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus
Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah
Daerah lainnya

1.3.3
1.3.4
1.3.5

sebelum
perubahan

setelah
perubahan

Rp

Dana Bagi Hasil Pajak/ Bagi Hasil Bukan Pajak

Jumlah Pendapatan
2.

BELANJA DAERAH

2.1
2.1.1
2.1.2
2.1.3

Belanja Tidak Langsung


Belanja pegawai
Belanja bunga

2.1.4
2.1.5
2.1.6

Belanja hibah
Belanja bantuan sosial
Belanja Bagi Hasil Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota
dan Pemerintahan Desa
Belanja Bantuan Keuangan Kepada
Provinsi/Kabupaten/Kota Dan Pemerintahan Desa
Belanja Tidak Terduga

2.1.7
2.1.8

Belanja subsidi

simbachs@gmail.com

- 23 BERTAMBAH/
(BERKURANG)

JUMLAH
NO

2.2
2.2.1
2.2.2
2.2.3

URAIAN

sebelum
perubahan

setelah
perubahan

Rp

Belanja Langsung
Belanja pegawai
Belanja barang dan jasa
Belanja modal
Jumlah Belanja
Surplus/(Defisit)

3.

PEMBIAYAAN DAERAH

3.1
3.1.1
3.1.2
3.1.3

Penerimaan pembiayaan
Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran
sebelumnya (SiLPA)
Pencairan dana cadangan
Hasil penjualan kekayaan Daerah yang dipisahkan

3.1.4
3.1.5
3.1.6

Penerimaan pinjaman daerah


Penerimaan kembali pemberian pinjaman
Penerimaan piutang daerah
Jumlah penerimaan pembiayaan

3.2
3.2.1
3.2.2
3.2.3
3.2.4

Pengeluaran pembiayaan
Pembentukan dana cadangan
Penyertaan modal (Investasi) daerah
Pembayaran pokok utang
Pemberian pinjaman daerah
Jumlah pengeluaran pembiayaan
Pembiayaan neto

3.3

IV.

Sisa lebih pembiayaan anggaran tahun


berkenaan (SILPA)

PRIORITAS PROGRAM DAN PLAFON ANGGARAN PERUBAHAN APBD


Menguraikan tentang perubahan prioritas program dan plafon anggaran yang disepakati
mencakup capaian sasaran program, dasar pertimbangan penentuan besaran pagu
indikatif untuk mencapai sasaran program serta hal-hal yang perlu mendapatkan
perhatian SKPD dalam menjabarkan program lebih lanjut ke dalam masing-masing
kegiatan secara rasionil dengan mempertimbangkan sisa waktu pelaksanaannya sampai
akhir tahun anggaran berjalan.
MATRIKS PRIORITAS PROGRAM DAN PLAFON ANGGARAN

NO.

PRIORITAS PROGRAM
DAN KEGIATAN

SASARAN
PROGRAM/
KEGIATAN

JUMLAH PLAFON
ANGGARAN

ORGANISASI

1.
2.
3.
4.
5.
6.
Dst.
JUMLAH

simbachs@gmail.com

- 24 -

V.

PLAFON ANGGARAN MENURUT ORGANISASI

URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH


DAN ORGANISASI

KODE

PLAFON ANGGARAN
BELANJA
BELANJA
TIDAK
LANGSUNG
LANGSUNG

JUMLAH

URUSAN WAJIB

01

01

01

Dinas Pendidikan

Pendidikan

01

02

Kantor Perpustakaan Daerah

01

03

Dst

02

02

01

Dinas Kesehatan

02

02

Rumah Sakit Umum Daerah

Kesehatan

02

03

Rumah Sakit Jiwa

02

04

Rumah Sakit Paru-paru

02

05

Rumah Sakit Ketergantungan Obat

02

06

Dst

03

03

01

Dinas Pekerjaan Umum

03

02

Dinas Bina Marga

03

03

Dinas Pengairan

03

04

Dinas Pengawasan Bangunan dan Tata Kota

03

05

Dinas Cipta Karya

03

06

Dst

04

04

01

Dinas Permukiman

04

02

Dinas Pemadam Kebakaran*)

04

03

Dinas Pemakaman*)

04

04

Dst

05

05

01

Dinas Tata Ruang*)

05

02

Dst

06

06

01

BAPPEDA

06

02

Dst

07

07

01

Dinas Perhubungan

07

02

Dst

08

08

01

08

02

08

03

Dinas Lingkungan Hidup


Badan Pengendalian Dampak
Daerah
Dinas Pertamanan

08

04

Dinas Kebersihan

08

05

Dst

09

09

01

Badan Pertanahan Daerah

09

02

Dst

Pekerjaan Umum

Perumahan

Penataan Ruang

Perencanaan Pembangunan

Perhubungan

Lingkungan Hidup
Lingkungan

Pertanahan

simbachs@gmail.com

- 25 -

URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH


DAN ORGANISASI

KODE

10

10

01

Dinas Kependudukan dan Capil

10

02

Dst

11

11

01

Dinas Pemberdayaan Perempuan

11

02

Dst

12

12

01

Keluarga
Sejahtera
BKKBD

12

02

Dst

13

13

01

Dinas Sosial

13

02

Dst

14

14

01

Dinas Tenaga Kerja

14

02

Dst

15

15

01

Dinas Koperasi dan UKM

15

02

Dst

16

16

01

Badan Penanaman Modal Daerah

16

02

Dst

17

17

01

Dinas Kebudayaan

17

02

Permuseuman

17

03

Dst

18

18

01

Dinas Pemuda dan Olah Raga

18

02

Dst

19

19

01

Kesatuan Bangsa dan


Negeri
Dinas Kesbang Linmas

19

02

Dinas Ketentraman dan Ketertiban

19

03

Kantor Satuan Polisi Pamong Praja

19

04

Dst

20

20

01

DPRD

20

02

KDH & WKDH

20

03

Sekretariat Daerah

20

04

Sekretariat DPRD

20

05

Badan Pengelola Keuangan Daerah

20

06

Badan Penelitian dan Pengembangan

20

07

Badan Pengawasan Daerah

20

08

Kantor Penghubung

PLAFON ANGGARAN
BELANJA
BELANJA
TIDAK
LANGSUNG
LANGSUNG

JUMLAH

Kependudukan dan Catatan Sipil

Pemberdayaan Perempuan

Berencana

dan

Keluarga

Sosial

Tenaga Kerja

Koperasi dan Usaha Kecil Menengah

Penanaman Modal

Kebudayaan

Pemuda dan Olah Raga

Politik

Dalam

Pemerintahan Umum

20

09

Kecamatan

20

10

Kelurahan

simbachs@gmail.com

- 26 -

URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH


DAN ORGANISASI

KODE
1

20

11

21

21

01

Badan Pendidikan dan Pelatihan

21

02

Badan Kepegawaian Daerah

21

03

Dst

22

22

01

Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa

22

02

Dst

23

23

01

Badan Statistik Daerah

23

02

Kantor Statistik Daerah

23

03

Dst

24

24

01

Kantor Arsip Daerah

24

02

Dst

25

25

01

Dinas Informasi dan Komunikasi

25

02

Kantor Pengolahan Data Elektronik

25

03

Dst

PLAFON ANGGARAN
BELANJA
BELANJA
TIDAK
LANGSUNG
LANGSUNG

JUMLAH

Dst
Kepegawaian

Pemberdayaan Masyarakat dan Desa

Statistik

Kearsipan

Komunikasi dan Informatika

URUSAN PILIHAN

01

01

01

Dinas Pertanian

Pertanian

01

02

Dinas Perkebunan

01

03

Dinas Peternakan

01

04

Dinas Ketahanan Pangan

01

05

Dst

02

02

01

Dinas Kehutanan

02

02

Dst

03

03

01

Dinas Pertambangan

03

02

Dst

04

04

01

Dinas Pariwisata

04

02

Kebun Binatang

04

03

Dst

05

05

01

Dinas Kelautan dan Perikanan

05

02

Dst

06

06

01

Dinas Perdagangan

06

02

Dinas Pasar

06

03

Dst

Kehutanan

Energi dan Sumberdaya Mineral

Pariwisata

Kelautan dan Perikanan

Perdagangan

simbachs@gmail.com

- 27 -

URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH


DAN ORGANISASI

KODE
2

07

07

01

Dinas Perindustrian

07

02

Dst

08

08

01

Dinas Transmigrasi

08

02

Dst

PLAFON ANGGARAN
BELANJA
BELANJA
TIDAK
LANGSUNG
LANGSUNG

JUMLAH

Perindustrian

Transmigrasi

Jumlah

VI.

PENUTUP

Demikian Nota Kesepakatan ini dibuat untuk dijadikan sebagai dasar penyusunan
Rancangan Peraturan Daerah tentang perubahan APBD Tahun Anggaran ...

selaku,
PIHAK PERTAMA

PIMPINAN
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
PROVINSI/KABUPATEN/KOTA *)
..........................................
selaku,
PIHAK KEDUA

(tanda tangan)

(tanda tangan)

(nama lengkap)

(nama lengkap)
KETUA

GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA *)

(tanda tangan)
(nama lengkap)
WAKIL KETUA
(tanda tangan)
(nama lengkap)
WAKIL KETUA
*)

coret yang tidak perlu


MENTERI DALAM NEGERI,
Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA BIRO HUKUM,

ttd
H. MOH. MARUF, SE.

PERWIRA

simbachs@gmail.com

- 28 LAMPIRAN C.IV

: PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI


NOMOR
: 13 TAHUN 2006
TANGGAL
: 15 Mei 2006

FORMAT DPPA-SKPD

LOGO
DAERAH

PROVINSI/KABUPATEN/KOTA *).
DOKUMEN PELAKSANAAN PERUBAHAN
ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH (DPPA SKPD)
SEKRETARIAT DAERAH/DINAS/BADAN/KANTOR*)
...
TAHUN ANGGARAN .

Kode

Nama Formulir

DPPA- SKPD

Ringkasan Dokumen Pelaksanaan Perubahan Anggaran Satuan


Kerja Perangkat Daerah

DPPA-SKPD 1

Rincian
Dokumen
Pelaksanaan
Perubahan
Pendapatan Satuan Kerja Perangkat Daerah

DPPA-SKPD 2.1

Rincian Dokumen Pelaksanaan Perubahan Anggaran Belanja


Tidak Langsung Satuan Kerja Perangkat Daerah

DPPA-SKPD 2.2

Rekapitulasi Dokumen Pelaksanaan Perubahan Anggaran


Belanja Langsung menurut Program dan Kegiatan Satuan Kerja
Perangkat Daerah

DPPA-SKPD 2.2.1

Rincian Dokumen Pelaksanaan Perubahan Anggaran Belanja


Langsung Program dan Per Kegiatan Satuan Kerja Perangkat
Daerah

DPPA-SKPD 3.1

Rincian
Dokumen
Pelaksanaan
Penerimaan Pembiayaan Daerah

Perubahan

Anggaran

DPPA-SKPD 3.2

Rincian
Dokumen
Pelaksanaan
Pengeluaran Pembiayaan Daerah

Perubahan

Anggaran

Anggaran

simbachs@gmail.com

- 29 A.

FORMULIR DPPA-SKPD
DOKUMEN PELAKSANAAN PERUBAHAN ANGGARAN
SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH

Formulir

DPPASKPD

Provinsi/Kabupaten/Kota .
Tahun Anggaran
Urusan Pemerintahan : x. xx

Organisasi

: x.xx.xx

Ringkasan Dokumen Pelaksanaan Perubahan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah


Bertambah/
(berkurang)

Jumlah (Rp)

Kode
Rekening

Uraian

sebelum
setelah
perubahan perubahan
3

(Rp)

Surplus/ (Defisit)

No
1

1
2.1
2.2
3.1
3.2

Pembiayaan neto
Rencana Pelaksanaan Perubahan Anggaran
Satuan Kerja Perangkat Daerah per triwulan
Triwulan
Uraian
I
II
III
2

IV

Jumlah

Pendapatan
Belanja tidak langsung
Belanja langsung
Penerimaan Pembiayaan
Pengeluaran Pembiayaan
..,tanggal..
Menyetujui
Sekretaris Daerah,
(tanda tangan)
(nama lengkap)
NIP.
simbachs@gmail.com

- 30 Cara Pengisian Formulir DPPA - SKPD


Formulir DPPA - SKPD merupakan formulir ringkasan anggaran satuan kerja perangkat Daerah yang
sumber datanya berasal dari peringkasan jumlah pendapatan menurut kelompok dan jenis yang diisi
dalam formulir DPPA - SKPD 1, jumlah belanja tidak langsung menurut kelompok dan jenis belanja yang
diisi dalam formulir DPPA - SKPD 2.1, dan penggabungan dari seluruh jumlah kelompok dan jenis belanja
langsung yang diisi dalam setiap formulir DPPA - SKPD 2.2.
1.

Provinsi/kabupaten/kota diisi dengan nama provinsi/kabupaten/kota.

2.

Tahun anggaran diisi dengan tahun anggaran yang direncanakan.

3.

Urusan Pemerintahan diisi dengan nomor kode urusan pemerintahan dan nama urusan
pemerintahan daerah yang dilaksanakan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi SKPD.

4.

Organisasi diisi dengan nomor kode perangkat daerah dan nama satuan kerja perangkat daerah.

5.

Kolom 1 diisi dengan nomor kode rekening pendapatan/nomor kode rekening belanja/nomor kode
rekening pembiayaan.
Pengisian kode rekening dimaksud secara berurutan dimulai dari kode rekening anggaran
pendapatan/belanja/pembiayaan, diikuti dengan masing-masing kode rekening kelompok
pendapatan/belanja/pembiayaan
dan
diakhiri
dengan
kode
rekening
jenis
pendapatan/belanja/pembiayaan.

6.

Kolom 2 diisi dengan uraian pendapatan/belanja/pembiayaan.


a. Pencantuman pendapatan diawali dengan uraian pendapatan, selanjutnya diikuti dengan uraian
kelompok dan dan setiap uraian kelompok diikuti dengan uraian jenis pendapatan yang
dipungut atau diterima oleh satuan kerja perangkat daerah sebagaimana dianggarkan dalam
formulir DPPA-SKPD 1.
b. Untuk belanja diawali dengan pencantuman uraian belanja, selanjutnya uraian belanja
dikelompokkan ke dalam belanja tidak langsung dan belanja langsung.
Dalam kelompok belanja tidak langsung diuraikan jenis-jenis belanja sesuai dengan yang
tercantum dalam formulir DPPA - SKPD 2.1.
Dalam kelompok belanja langsung diuraikan jenis-jenis belanja sesuai dengan yang tercantum
dalam formulir DPPA - SKPD 2.2.
c.

Untuk pembiayaan diawali dengan pencantuman uraian pembiayaan, selanjutnya uraian


pembiayaan dikelompokkan ke dalam penerimaan dan pengeluaran pembiayaan.
Dalam kelompok penerimaan pembiayaan diuraikan jenis-jenis pengeluaran sesuai dengan yang
tercantum dalam formulir DPPA - SKPD 3.1.
Dalam kelompok pengeluaran pembiayaan diuraikan jenis-jenis pengeluaran sesuai dengan
yang tercantum dalam formulir DPPA - SKPD 3.2.

7.

Kolom 3 diisi dengan jumlah menurut kelompok, menurut jenis pendapatan dan jenis belanja
sebelum perubahan, jumlah dimaksud merupakan penjumlahan dari jumlah yang tercantum dari
formulir DPPA - SKPD 1, formulir DPPA - SKPD 2.1, formulir DPPA - SKPD 2.2 dan seluruh formulir
DPPA - SKPD 2.2.1.

8.

Kolom 4 diisi dengan jumlah menurut kelompok, menurut jenis pendapatan dan jenis belanja
setelah perubahan, Jumlah dimaksud merupakan penjumlahan dari jumlah setelah perubahan yang
tercantum dari formulir DPPA - SKPD 1, formulir DPPA - SKPD 2.1, formulir DPPA - SKPD 2.2 dan
seluruh formulir DPPA - SKPD 2.2.1.

9.

Surplus diisi apabila jumlah anggaran pendapatan diperkirakan lebih besar dari jumlah anggaran
belanja.

10.

Defisit diisi apabila jumlah anggaran pendapatan diperkirakan lebih kecil dari jumlah anggaran
belanja, dan ditulis dalam tanda kurung.
Selanjutnya pada baris kolom 2 (pembiayaan neto) diisi dengan selisih antara jumlah penerimaan
pembiayaan dengan jumlah pengeluaran pembiayaan sebelum perubahan yang tercantum dalam
kolom 3 dan setelah perubahan pada kolom 4.

11.

Rencana pelaksanaan perubahan anggaran satuan kerja perangkat daerah per triwulan diisi
sebagai berikut :
a.

Baris pendapatan diisi dengan jumlah pendapatan yang dapat dipungut atau diterima setiap
triwulan selama satu tahun anggaran yang direncanakan.

b.

Baris belanja tidak langsung diisi dengan jumlah belanja tidak langsung yang dibutuhkan
setiap triwulan selama satu tahun anggaran yang direncanakan.

simbachs@gmail.com

- 31 c.

Baris belanja langsung diisi dengan jumlah belanja langsung yang dibutuhkan untuk
mendanai program dan kegiatan setiap triwulan dalam tahun anggaran yang direncanakan.

d.

Baris penerimaan pembiayaan diisi dengan jumlah pembiayaan yang direncanakan dapat
diterima setiap triwulan selama satu tahun anggaran.

e.

Baris pengeluaran pembiayaan diisi dengan jumlah pembiayaan yang akan dikeluarkan setiap
triwulan selama satu tahun anggaran.

12.

Nama ibukota, bulan, tahun diisi berdasarkan pembuatan formulir DPPA-SKPD 1, dengan
mencantumkan nama jabatan kepala satuan kerja perangkat daerah.

13.

ditanda tangani oleh Pejabat Pengelola Keuangan Daerah dengan


Formulir DPPA-SKPD
mencantumkan nama lengkap dan nomor induk pegawai.

14.

Formulir DPPA-SKPD dapat diperbanyak sesuai dengan kebutuhan.

15.

Apabila formulir DPPA-SKPD lebih dari satu halaman setiap halaman diberi nomor urut halaman.

simbachs@gmail.com

- 32 B.

FORMULIR DPPA-SKPD 1

LOGO
DAERAH

PROVINSI/KABUPATEN/KOTA *).
DOKUMEN PELAKSANAAN PERUBAHAN ANGGARAN
SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH (DPPA SKPD)
TAHUN ANGGARAN .

PENDAPATAN
NO DPA SKPD

x.xx

xx

00

00

URUSAN PEMERINTAHAN

x.xx

ORGANISASI

x.xx.xx .

PENGGUNA ANGGARAN/
KUASA PENGGUNA
ANGGARAN

NAMA

NIP

JABATAN

simbachs@gmail.com

DOKUMEN PELAKSANAAN PERUBAHAN ANGGARAN


SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH

Formulir

DPPASKPD 1

Provinsi/Kabupaten/Kota .
Tahun Anggaran
Urusan Pemerintahan : x.xx
Organisasi
: xx

.
.

Latar belakang perubahan/dianggarkan


pendapatan dalam perubahan APBD

:..

Rincian Dokumen Pelaksanaan Perubahan Anggaran Pendapatan


Satuan Kerja Perangkat Daerah
Sebelum perubahan

Kode
Rekening

Rincian Penghitungan

Uraian

1
xx xx xx xx xx
xx xx xx xx xx
xx xx xx xx xx

Volume

Satuan

Tarif/
Harga
5

Bertambah/
(berkurang)

Setelah perubahan
Rincian Penghitungan
Jumlah

6=3x5

Volume

Satuan

Tarif/
Harga
9

Jumlah

(Rp)

10=7x9

11=10-6

12

Jumlah
Perubahan Rencana Pendapatan per Triwulan
Triwulan
Triwulan
Triwulan
Triwulan

No
1.
dst

I
II
III
IV
Jumlah

Rp
Rp
Rp
Rp
Rp

Nama

..,tanggal..
Mengesahkan,

Pejabat Pengelola Keuangan Daerah


(tanda tangan)
(nama lengkap)
NIP.
Tim Anggaran Pemerintah Daerah:
NIP

Jabatan

Tanda tangan

simbachs@gmail.com

- 34 Cara Pengisian Formulir DPPA - SKPD 1


Formulir DPPA - SKPD 1 sebagai formulir untuk menyusun rencana pendapatan atau
pengeluaran satuan kerja perangkat daerah dalam perubahan APBD tahun anggaran
yang direncanakan. Oleh karena itu nomor kode rekening dan uraian nama kelompok,
jenis, obyek dan rincian obyek pendapatan yang dicantumkan dalam formulir DPPA SKPD 1 disesuaikan dengan pendapatan tertentu yang akan dipungut atau pengeluaran
tertentu dari pelaksanaan tugas pokok dan fungsi satuan kerja perangkat daerah
sebagaimanana ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan. Pengisian
formulir DPPA-SKPD 1 supaya mempedomani ketentuan Pasal 159 peraturan ini. Untuk
memenuhi azas tranparansi dan prinsip anggaran berdasarkan rencana pendapatan
yang dianggarkan, pengisian rincian penghitungan tidak diperkenankan mencantumkan
satuan ukuran yang tidak terukur, seperti paket, pm, up, lumpsum.
1.

Provinsi/kabupaten/kota diisi dengan nama provinsi/kabupaten/kota.

2.

Tahun anggaran diisi dengan tahun anggaran yang direncanakan.

3.

Urusan Pemerintahan diisi dengan nomor kode urusan pemerintahan dan nama
urusan pemerintahan daerah yang dilaksanakan sesuai dengan tugas pokok dan
fungsi SKPD.

4.

Organisasi diisi dengan nomor kode perangkat daerah dan nama satuan kerja
perangkat daerah.

5.

Baris latar belakang perubahan/dianggarkan pendapatan dalam perubahan APBD diisi


dengan latar belakang terjadinya perubahan/dianggarkan pendapatan.

6.

Kolom 1 diisi dengan kode rekening kelompok, jenis, objek, rincian objek
pendapatan satuan kerja perangkat daerah.

7.

Kolom 2 diisi dengan uraian nama kelompok, jenis, obyek dan rincian obyek
Pendapatan.

8.

Sebelum perubahan :
a.

Kolom 3 (volume) diisi dengan jumlah target dari rincian obyek pendapatan
yang direncanakan, seperti jumlah kendaraan bermotor, jumlah liter bahan
bakar kendaraan bermotor, jumlah tingkat hunian hotel, jumlah pengunjung
restoran, jumlah kepala keluarga, jumlah pasien, jumlah pengunjung, jumlah
kendaraan
yang
memanfaatkan
lahan
parkir,
jumlah
bibit
perikanan/pertanian/peternakan/ kehutanan/perkebunan,
jumlah limbah
yang diuji, jumlah kios/los/kakilima, jumlah pemakaian/penggunaan sarana
olahraga/gedung/gudang/lahan milik pemda, jumlah unit barang bekas milik
pemerintah daerah yang dijual, jumlah uang yang ditempatkan pada bank
tertentu dalam bentuk tabungan atau giro, jumlah modal yang disertakan
atau diinvestasikan.

b.

Kolom 4 (satuan) diisi dengan satuan hitung dari target rincian obyek yang
direncananakan seperti unit, waktu/jam/hari/bulan/tahun, ukuran berat,
ukuran luas, ukuran isi dan sebagainya.

c.

Kolom 5 (tarif/harga) diisi dengan tarif pajak/retribusi atau harga/nilai satuan


lainnya dapat berupa besarnya tingkat suku bunga, persentase bagian laba,
atau harga atas penjualan barang milik daerah yang tidak dipisahkan.

d.

Kolom 6 (jumlah) diisi dengan jumlah pendapatan yang direncanakan


menurut kelompok, jenis, objek, rincian objek pendapatan. Jumlah
pendapatan dari setiap rincian obyek yang dianggarkan merupakan hasil
perkalian kolom 3 dengan kolom 5.

simbachs@gmail.com

- 35 9.

Setelah perubahan :
a.

Kolom 7 (volume) diisi dengan jumlah target dari rincian obyek pendapatan
yang direncanakan, seperti jumlah kendaraan bermotor, jumlah liter bahan
bakar kendaraan bermotor, jumlah tingkat hunian hotel, jumlah pengunjung
restoran, jumlah kepala keluarga, jumlah pasien, jumlah pengunjung, jumlah
kendaraan
yang
memanfaatkan
lahan
parkir,
jumlah
bibit
perikanan/pertanian/peternakan/ kehutanan/perkebunan,
jumlah limbah
yang diuji, jumlah kios/los/kakilima, jumlah pemakaian/penggunaan sarana
olahraga/gedung/gudang/lahan milik pemda, jumlah unit barang bekas milik
pemerintah daerah yang dijual, jumlah uang yang ditempatkan pada bank
tertentu dalam bentuk tabungan atau giro, jumlah modal yang disertakan
atau diinvestasikan.

b.

Kolom 8 (satuan) diisi dengan satuan hitung dari target rincian obyek yang
direncananakan seperti unit, waktu/jam/hari/bulan/tahun, ukuran berat,
ukuran luas, ukuran isi dan sebagainya.

c.

Kolom 9 (tarif/harga) diisi dengan tarif pajak/retribusi atau harga/nilai satuan


lainnya dapat berupa besarnya tingkat suku bunga, persentase bagian laba,
atau harga atas penjualan barang milik daerah yang tidak dipisahkan.

d.

Kolom 10 (jumlah) diisi dengan jumlah pendapatan yang direncanakan


menurut kelompok, jenis, objek, rincian objek pendapatan. Jumlah
pendapatan dari setiap rincian obyek yang dianggarkan merupakan hasil
perkalian kolom 7 dengan kolom 9.

10. Kolom 11 (bertambah/berkuran) diisi dengan selisih antara jumlah pendapatan


sebelum perubahan (kolom 6) dengan jumlah pendapatan setelah perubahan
(kolom 10).
11. Kolom 12 diisi dengan besaran persentase yaitu jumlah selisih pendapatan (kolom
11) dibagi dengan jumlah pendapatan sebelum perubahan (kolom 6) dikali 100 %
(per seratus)
12. Formulir DPPA - SKPD 1 merupakan input data untuk menyusun formulir DPPA SKPD.
13. Nama ibukota, bulan, tahun diisi berdasarkan pembuatan DPPA SKPD 1.
14. Formulir DPPA-SKPD 1 ditanda tangani oleh Pejabat Pengelola Keuangan Daerah
dengan mencantumkan nama lengkap dan nomor induk pegawai.
15. Formulir DPPA-SKPD 1 dapat diperbanyak sesuai dengan kebutuhan.
16. Apabila formulir DPPA-SKPD 1
nomor urut halaman.

lebih dari satu halaman setiap halaman diberi

17. Seluruh anggota tim anggaran pemerintah daerah menandatangani formulir DPPASKPD 1 yang telah dibahas yang dilengkapi dengan nama, nomor induk pegawai
dan jabatan .

simbachs@gmail.com

- 36 C.

FORMULIR DPPA-SKPD 2.1

LOGO
DAERAH

PROVINSI/KABUPATEN/KOTA *).
DOKUMEN PELAKSANAAN PERUBAHAN ANGGARAN
SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH (DPPA-SKPD)
TAHUN ANGGARAN .

BELANJA TIDAK LANGSUNG


NO DPA SKPD

x.xx

xx

00

00

URUSAN PEMERINTAHAN

x.xx

ORGANISASI

x.xx.xx

PENGGUNA ANGGARAN /
KUASA PENGGUNA ANGGARAN

NAMA

NIP

JABATAN

simbachs@gmail.com

DOKUMEN PELAKSANAAN PERUBAHAN ANGGARAN


SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH

NOMOR DPA SKPD

x.xx

xx

00

00

Provinsi/Kabupaten/Kota .
Tahun Anggaran

Formulir

DPPA
SKPD 2.1

Urusan Pemerintahan : x.xx .


Organisasi
: xx
.
Latar belakang perubahan/ dianggarkan
dalam perubahan APBD

:..

Rincian Dokumen Pelaksanaan Perubahan Anggaran Belanja Tidak Langsung


Satuan Kerja Perangkat Daerah
Sebelum perubahan
Kode
Rekening

Rincian Penghitungan

Uraian

Bertambah/
(berkurang)

Setelah perubahan
Rincian Penghitungan

Volume

Satuan

Harga
satuan

Jumlah

6=3x5

Volume

Satuan

Harga
satuan

Jumlah

(Rp)

10 = 7 x 9

11

12

Jumlah
Triwulan
Triwulan
Triwulan
Triwulan

I
II
III
IV
Jumlah

Rp
Rp
Rp
Rp
Rp

Rencana Penarikan Dana per Triwulan

..,tanggal..
Mengesahkan,
Pejabat Pengelola Keuangan Daerah
(tanda tangan)
(nama lengkap)
NIP.

Tim Anggaran Pemerintah Daerah:


No

Nama

NIP

Jabatan

Tanda tangan

1.
dst

simbachs@gmail.com

- 38 Cara Pengisian Formulir DPPA-SKPD 2.1


Formulir DPPA-SKPD 2.1 merupakan formulir untuk menyusun rencana kebutuhan
belanja tidak langsung satuan kerja perangkat daerah dalam perubahan APBD tahun
anggaran yang direncanakan. Pengisian jenis belanja tidak langsung supaya
mempedomani ketentuan Pasal 49 peraturan ini. Untuk memenuhi azas tranparansi dan
prinsip anggaran berdasarkan prestasi kerja, pengisian rincian penghitungan tidak
diperkenankan mencantumkan satuan ukuran yang tidak terukur, seperti paket, pm, up,
lumpsum.
1.

Provinsi/kabupaten/kota diisi dengan nama provinsi/kabupaten/kota.

2.

Tahun anggaran diisi dengan tahun anggaran yang direncanakan.

3.

Urusan Pemerintahan diisi dengan nomor kode urusan pemerintahan dan nama
urusan pemerintahan daerah yang dilaksanakan sesuai dengan tugas pokok dan
fungsi SKPD.

4.

Organisasi diisi dengan nomor kode perangkat daerah dan nama satuan kerja
perangkat daerah.

5.

Kolom 1 (kode rekening)


diisi dengan dengan nomor kode rekening
kelompok/jenis/objek/rincian objek belanja tidak langsung .

6.

Kolom 2 (uraian) diisi dengan nama kelompok, jenis, obyek dan rincian obyek
belanja tidak langsung.

7.

Sebelum perubahan:

8.

a.

Kolom 3 (volume) diisi dengan jumlah dapat berupa jumlah orang/pegawai

b.

Kolom 4 (satuan) diisi dengan satuan hitung dari target rincian obyek yang
direncananakan seperti hari/bulan/tahun.

c.

Kolom 5 (harga satuan) diisi dengan harga satuan dapat berupa standar
gaji/tunjangan dan tambahan penghasilan sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan.

d.

Kolom 6 (jumlah) diisi dengan jumlah perkalian antara jumlah volume dan
harga satuan. Setiap jumlah uraian rincian obyek dijumlahkan menjadi jumlah
rincian obyek belanja. Setiap jumlah rincian obyek pada masing-masing obyek
belanja selanjutnya dijumlahkan menjadi obyek belanja berkenaan. Setiap
obyek belanja pada masing-masing jenis belanja kemudian dijumlahkan
menjadi jumlah jenis belanja. Penjumlahan dari seluruh jenis belanja
merupakan jumlah kelompok belanja tidak langsung yang dituangkan dalam
formulir DPPA - SKPD.

Setelah perubahan:
a.

Kolom 7 (volume) diisi dengan jumlah dapat berupa jumlah orang/pegawai

b.

Kolom 8 (satuan) diisi dengan satuan hitung dari target rincian obyek yang
direncananakan seperti hari/bulan/tahun.

c.

Kolom 9 (harga satuan) diisi dengan harga satuan dapat berupa standar
gaji/tunjangan dan tambahan penghasilan sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan.

d.

Kolom 10 jumlah diisi dengan jumlah perkalian antara jumlah volume dengan
harga satuan. Setiap jumlah uraian rincian obyek dijumlahkan menjadi jumlah
rincian obyek belanja. Setiap jumlah rincian obyek pada masing-masing obyek
belanja selanjutnya dijumlahkan menjadi obyek belanja berkenaan. Setiap
obyek belanja pada masing-masing jenis belanja kemudian dijumlahkan
menjadi jumlah jenis belanja. Penjumlahan dari seluruh jenis belanja

simbachs@gmail.com

- 39 merupakan jumlah kelompok belanja tidak langsung yang dituangkan dalam


formulir DPPA - SKPD.
9.

Kolom 11 diisi dengan selisih antara jumlah belanja tidak langsung sebelum
perubahan (kolom 6) dengan jumlah belanja tidak langsung setelah perubahan
(kolom 10).

10. Kolom 12 diisi dengan besaran persentase yaitu jumlah selisih belanja tidak
langsung (kolom 11) dibagi dengan jumlah belanja tidak langsung sebelum
perubahan (kolom 6) dikali 100 % (per seratus)
11. Rencana penarikan dana belanja tidak langsung setiap triwulan selama tahun
anggaran yang direncanakan, diisi dengan jumlah yang disesuaikan dengan
rencana kebutuhan. Oleh karena itu tidak dibenarkan pengisian jumlah setiap
triwulan dengan cara membagi 4 dari jumlah yang direncanakan dalam satu tahun
anggaran. Keakurasian data pelaksanaan anggaran pertriwulan sangat dibutuhkan
untuk penyusunan anggaran kas dan mengendalikan likuiditas kas daerah serta
penerbitan SPD
12. Formulir DPPA - SKPD 2.1 merupakan input data untuk menyusun formulir DPPA SKPD
13. Formulir DPPA - SKPD 2.1 dapat diperbanyak sesuai dengan kebutuhan.
14. Apabila Formulir DPPA - SKPD 2.1 lebih dari satu halaman setiap halaman diberi
nomor urut halaman.
15. Tanggal, bulan, tahun diisi berdasarkan pembuatan DPPA - SKPD 2.1.
16. Formulir DPPA - SKPD 2.1 ditanda tangani oleh pejabat pengelola keuangan daerah
dengan mencantumkan nama lengkap dan nama induk pegawai yang
bersangkutan.
17. Seluruh anggota tim anggaran pemerintah daerah menandatangani formulir DPPASKPD 2.1 yang telah dibahas yang dilengkapi dengan nama, NIP dan jabatan .

simbachs@gmail.com

- 40 D.

FORMULIR DPPA-SKPD 2.2


DOKUMEN PELAKSANAAN PERUBAHAN ANGGARAN
SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH

Formulir

DPPASKPD 2.2

Provinsi/Kabupaten/Kota .
Tahun Anggaran
Urusan Pemerintahan : xx

Organisasi

: xx

Rekapitulasi Dokumen Pelaksanaan Perubahan Anggaran Belanja Langsung


Menurut Program Dan Kegiatan
Kode
Program
Kegiatan
1

Uraian

xx

Bertambah/
(berkurang

Jumlah (Rp)

Lokasi
Kegiatan

Target
Kinerja
(Kuantitatif)

Sumber
dana

Sebelum
Setelah
perubahan Perubahan
7

(Rp)
9 = 8-7

%
10

Program A
xx

Kegiatan .

xx

Kegiatan .

xx

dst .

xx

Program B
xx

Kegiatan .

xx

Kegiatan .

xx

dst .

xx

Program .
xx

Kegiatan .

xx

Kegiatan .

xx

dst .
xx

dst .
Jumlah

..,tanggal..
Mengesahkan,

Pejabat Pengelola Keuangan Daerah


(tanda tangan)
(nama lengkap)
NIP.

simbachs@gmail.com

- 41 Cara Pengisian Formulir DPPA-SKPD 2.2


Formulir DPPA-SKPD 2.2 merupakan formulir rekapitulasi dari seluruh program dan
kegiatan satuan kerja perangkat daerah yang dikutip dari setiap formulir DPPA-SKPD
2.2.1.
1.

Provinsi/kabupaten/kota diisi dengan nama provinsi/kabupaten/kota.

2.

Tahun anggaran diisi dengan tahun anggaran yang direncanakan.

3.

Urusan Pemerintahan diisi dengan nomor kode urusan pemerintahan dan nama
urusan pemerintahan daerah yang dilaksanakan sesuai dengan tugas pokok dan
fungsi SKPD.

4.

Organisasi diisi dengan nomor kode perangkat daerah dan nama satuan kerja
perangkat daerah.

5.

Kolom 1 diisi dengan kode angka program.

6.

Kolom 2 diisi dengan kode angka kegiatan.

7.

Untuk kode angka program dan kegiatan tersebut pada angka 5 dan 6 sesuai
dengan format lampiran VII peraturan menteri ini dan disesuaikan dengan
kebutuhan daerah.

8.

Kolom 3 (uraian) diisi dengan uraian nama program yang selanjutnya diikuti
dengan penjabaran uraian kegiatan untuk mendukung terlaksananya program
dimaksud.

6.

Kolom 4 (lokasi kegiatan) diisi dengan nama lokasi atau tempat setiap kegiatan
dilaksanakan. Lokasi atau tempat dimaksud dapat berupa nama desa/kelurahan
atau kecamatan.

7.

Kolom 6 (sumber dana) diisi dengan jenis sumber dana (PAD, bagi hasil, DAU,
DAK, lain-lain pendapatan yang sah) untuk mendanai pelaksanaan program dan
kegiatan yang direncanakan. Catatan untuk kolom ini diisi oleh tim anggaran
pemerintah daerah, kecuali apabila pendanaan untuk program kegiatan tersebut
sumber dananya sudah pasti, seperti DAK, pinjaman daerah, dana darurat,
bantuan khusus yang telah ditetapkan berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

8.

Kolom 7 (jumlah sebelum perubahan) diisi dengan jumlah sebelum perubahan


menurut program dan kegiatan yang akan dilaksanakan dalam tahun yang
direncanakan. Jumlah program merupakan penjumlahan dari seluruh jumlah
kegiatan yang termasuk dalam program dimaksud, sedangkan untuk jumlah setiap
kegiatan merupakan penjumlahan dari seluruh jenis belanja untuk mendukung
pelaksanaan masing-masing kegiatan.

9.

Kolom 8 (jumlah setelah perubahan) diisi dengan jumlah setelah perubahan


menurut program dan kegiatan yang akan dilaksanakan dalam tahun yang
direncanakan. Jumlah program merupakan penjumlahan dari seluruh jumlah
kegiatan yang termasuk dalam program dimaksud, sedangkan untuk jumlah setiap
kegiatan merupakan penjumlahan dari seluruh jenis belanja untuk mendukung
pelaksanaan masing-masing kegiatan yang mengalami perubahan.

10. Kolom 9 (bertambah/berkurang) diiisi dengan jumlah selisih antara jumlah


anggaran setelah perubahan dikurangi dengan jumlah anggaran sebelum
perubahan.
11. Kolom 10 (%) diiisi dengan persentase kenaikan/penurunan anggaran setelah
perubahan dengan jumlah anggaran sebelum perubahan.
12. Baris jumlah pada kolom 6,7,8,9 dan 10 diisi dengan penjumlahan dari seluruh
jumlah program yang tercantum dalam kolom 6,7,8,9 dan 10.

simbachs@gmail.com

- 42 13. tanggal, bulan, tahun diisi berdasarkan pembuatan formulir DPPA-SKPD 2, dengan
mencantumkan nama jabatan kepala satuan kerja perangkat daerah.
14. Formulir DPPA-SKPD 2.2 ditanda tangani oleh pejabat pengelola keuangan daerah
dengan mencantumkan nama lengkap dan nomor induk pegawai.
15. Formulir DPPA-SKPD 2.2 dapat diperbanyak sesuai dengan kebutuhan.
16. Apabila formulir DPPA-SKPD 2.2 lebih dari satu halaman setiap halaman diberi
nomor urut halaman.

simbachs@gmail.com

- 43 E.

FORMULIR DPPA-SKPD 2.2.1

LOGO
DAERAH

PROVINSI/KABUPATEN/KOTA *).
DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN
SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH (DPA SKPD)
TAHUN ANGGARAN .

BELANJA LANGSUNG
NO DPA SKPD

: x.xx xx

xx

xx

URUSAN PEMERINTAHAN

x.xx

ORGANISASI

x.xx.xx

PROGRAM

x.xx.xx. xx

KEGIATAN

x.xx.xx. xx. xx

LOKASI KEGIATAN

...

SUMBER DANA

...

JUMLAH ANGGARAN

Rp

TERBILANG

.
(
.. )

PENGGUNA ANGGARAN/
KUASA PENGGUNA ANGGARAN

NAMA

NIP

JABATAN

simbachs@gmail.com

DOKUMEN PELAKSANAAN PERUBAHAN ANGGARAN


SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH

Formulir

NOMOR DPA SKPD


x.xx

xx

xx

xx

Provinsi/Kabupaten/Kota .
Tahun Anggaran

DPPASKPD
2.2.1

Urusan Pemerintahan
: x.xx
.
Organisasi
: x.xx. xx
.
Program
: x.xx. xx.xx
.
Kegiatan
: x.xx. xx.xx. xx .
Lokasi kegiatan
: ...........................
Latar belakang perubahan/dianggarkan dalam
:..
perubahan APBD

Perubahan Indikator & Tolok Ukur Kinerja Belanja Langsung


Tolok Ukur Kinerja
Target Kinerja
Indikator
Sebelum perubahan
Setelah perubahan
Sebelum perubahan
Setelah perubahan
Capaian Program
Masukan
Keluaran
Hasil
Kelompok Sasaran Kegiatan :
Rincian Perubahan Anggaran Belanja Langsung Program dan Per Kegiatan Satuan Kerja Perangkat Daerah
Sebelum perubahan
Kode
Rekening

Rincian Penghitungan

Uraian

Bertambah/
(berkurang)

Setelah perubahan
Rincian Penghitungan

Volume

Satuan

Harga
satuan

Jumlah

6=3x5

Volume

Satuan

Harga
satuan

Jumlah

(Rp)

10

11 = 8 x 10

12 = 11 - 6 13

xx xx xx xx xx
Jumlah
Triwulan I
Triwulan II

Rp

Triwulan III
Triwulan IV

Rp
Rp
Jumlah

No
dst

..,tanggal..
Mengesahkan,
Pejabat Pengelola Keuangan Daerah
(tanda tangan)
(nama lengkap)
NIP.

Rp

Rp

Nama

Tim Anggaran Pemerintah Daerah:


NIP

Jabatan

Tanda tangan

simbachs@gmail.com

- 45 Cara Pengisian Formulir DPPA-SKPD 2.2.1


Formulir DPPA-SKPD 2.2.1 digunakan untuk merencanakan belanja langsung dari setiap
kegiatan yang diprogramkan. Dengan demikian apabila dalam 1 (satu) program terdapat 1
(satu) atau lebih kegiatan maka setiap kegiatan dituangkan dalam formulir DPPA-SKPD 2.2.1
masing-masing. Pengisian jenis belanja langsung supaya mempedomani ketentuan Pasal 50
peraturan menteri ini. Untuk memenuhi azas tranparansi dan prinsip anggaran berdasarkan
prestasi kerja, pengisian rincian penghitungan tidak diperkenankan mencantumkan satuan
ukuran yang tidak terukur, seperti paket, pm, up, lumpsum.
1.

Provinsi/kabupaten/kota diisi dengan nama provinsi/kabupaten/kota.

2.

Tahun anggaran diisi dengan tahun anggaran yang direncanakan.

3.

Urusan Pemerintahan diisi dengan nomor kode urusan pemerintahan dan nama urusan
pemerintahan daerah yang dilaksanakan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi SKPD.

4.

Organisasi diisi dengan nomor kode perangkat daerah dan nama satuan kerja
perangkat daerah.Kolom 1 kode rekening diisi dengan dengan nomor kode rekening
kelompok/jenis/objek/rincian objek belanja langsung .

5.

Baris kolom program diisi dengan nama program dari kegiatan yang berkenaan.
Program merupakan instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang
dilaksanakan atau kegiatan masyarakat yang dikoordinasikan oleh satuan kerja
perangkat daerah untuk mencapai sasaran dan tujuan kegiatan yang ditetapkan untuk
memperoleh alokasi anggaran.

6.

Baris kolom kegiatan diisi dengan nama kegiatan yang akan dilaksanakan.
Kegiatan merupakan tindakan yang akan dilaksanakan sesuai dengan program yang
direncanakan untuk memperoleh keluaran atau hasil tertentu yang diinginkan dengan
memanfaatkan sumber daya yang tersedia.

7.

Baris kolom lokasi kegiatan diisi dengan nama lokasi atau tempat dari setiap kegiatan
yang akan dilaksanakan. Lokasi atau tempat dimaksud dapat berupa
nama
desa/kelurahan, kecamatan.

8.

Baris latar belakang perubahan/dianggarkan dalam perubahan APBD diisi dengan


berdasarkan hal-hal yang menyebabkan terjadinya perubahan sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan antara lain apabila terjadi perkembangan yang tidak sesuai
dengan kebijakan umum APBD, pergeseran anggaran antar unit organisasi, antar
kegiatan, antar jenis belanja, terjadi keadaan yag menyebabkan saldo anggaran lebih
tahun sebelumnya harus digunaka untuk pembiayaan anggaran tahun aggaran berjalan
serta keadaan darurat.

9.

Kolom tolok ukur kinerja diisi dengan tolok ukur kinerja dari setiap masukan dapat
berupa jumlah dana, jumlah SDM, jumlah jam kerja, jumlah peralatan/teknologi yang
dibutuhkan untuk menghasilkan keluaran dalam tahun anggaran yang direncanakan.
Tolok ukur kinerja dari setiap keluaran diisi dengan jumlah keluaran yang akan
dihasilkan dalam tahun anggaran yang direncanakan. Tolok ukur kinerja hasil diisi
dengan manfaat yang akan diterima pada masa yang akan datang.

10. Kolom target kinerja diisi dengan tingkat prestasi kerja yang dapat diukur
pencapaiannya atas masukan, keluaran dan hasil yang ditetapkan dalam kolom tolok
ukur kinerja.
11. Kolom 1 (kode rekening) diisi dengan nomor kode rekening kelompok/jenis/objek/
rincian objek belanja langsung .
12. Kolom 2 (uraian) diisi dengan uraian nama kelompok, jenis, obyek dan rincian obyek
belanja langsung.

simbachs@gmail.com

- 46 13. Kolom 3 (volume) diisi dengan jumlah dapat berupa jumlah orang/pegawai dan barang
14. Kolom 4 (satuan) diisi dengan satuan hitung dari target rincian obyek yang
direncananakan seperti unit, waktu/jam/hari/bulan/tahun, ukuran berat, ukuran luas,
ukuran isi dan sebagainya.
15. Kolom 5 (harga satuan) diisi dengan harga satuan dapat berupa tarif, harga, tingkat
suku bunga, nilai kurs.
16. Kolom 6 (Jumlah) diisi dengan jumlah perkalian antara jumlah volume dengan harga
satuan. Setiap jumlah uraian rincian obyek dijumlahkan menjadi jumlah rincian obyek
belanja. Setiap jumlah rincian obyek pada masing-masing obyek belanja selanjutnya
dijumlahkan menjadi obyek belanja berkenaan. Setiap obyek belanja pada masingmasing jenis belanja kemudian dijumlahkan menjadi jumlah jenis belanja. Penjumlahan
dari seluruh jenis belanja merupakan jumlah kelompok belanja langsung yang
dituangkan dalam formulir DPPA-SKPD 2.2.1.
17. Formulir DPPA-SKPD 2.2.1 merupakan input data untuk menyusun formulir DPPA-SKPD
2.2 dan DPPA-SKPD
18. Formulir DPPA-SKPD 2.2.1 dapat diperbanyak sesuai dengan kebutuhan.
19. Apabila Formulir DPPA-SKPD 2.2.1
nomor urut halaman.

lebih dari satu halaman setiap halaman diberi

20. Tanggal, bulan, tahun diisi berdasarkan pembuatan DPPA-SKPD 2.2.1.


21. Formulir DPPA-SKPD 2.2.1 ditanda tangani oleh pejabat pengelola keuangan daerah
dengan mencantumkan nama dan NIP yang bersangkutan.
22. Keterangan diisi dengan tanggal pembahasan formulir DPPA-SKPD 2.2.1 oleh tim
anggaran pemerintah daerah. Apabila terdapat catatan dari hasil pembahasan oleh tim
anggaran pemerintah daerah untuk mendapatkan perhatian kepala satuan kerja
perangkat daerah dicantumkan dalam kolom catatan hasil pembahasan.
23. Seluruh anggota tim anggaran pemerintah daerah menandatangani formulir DPPASKPD 2.2.1 yang telah dibahas yang dilengkapi dengan nama, NIP dan jabatan .

simbachs@gmail.com

- 47 F.

FORMULIR DPPA-SKPD 3.1

LOGO
DAERAH

PROVINSI/KABUPATEN/KOTA *).
DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN
SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH (DPA SKPD)
TAHUN ANGGARAN .

PENERIMAAN PEMBIAYAAN
NO DPA SKPD

: x.xx xx 00 00

URUSAN PEMERINTAHAN

x.xx

ORGANISASI

x.xx.xx

PENGGUNA ANGGARAN

NAMA

NIP

JABATAN

simbachs@gmail.com

- 48 -

NOMOR DPA SKPD


DOKUMEN PELAKSANAAN PERUBAHAN ANGGARAN
SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH
x.xx xx 00 00 6 1
Provinsi/Kabupaten/Kota .
Tahun Anggaran ...
: xx
.
: xx
.

Urusan Pemerintaha
Organisasi

Latar belakang perubahan


penerimaan pembiayaan/
dianggarkan dalam perubahan
APBD

Formulir

DPPASKPD 3.1

..

Rincian Dokumen Pelaksanaan Perubahan Anggaran


Penerimaan Pembiayaan
Jumlah

Kode
Rekening

Uraian

Sebelum
perubahan
3

Bertambah/ (berkurang)

Setelah
perubahan
4

Rp

Jumlah Penerimaan
..,tanggal, bulan, tahun ..
Triwulan I
Triwulan II
Triwulan III
Triwulan IV
Jumlah

Rp
Rp
Rp
Rp
Rp

Mengesahkan,

Pejabat Pengelola Keuangan Daerah


(tanda tangan)
(nama lengkap)
NIP.

Tim Anggaran Pemerintah Daerah:


No

Nama

NIP

Jabatan

Tanda tangan

1
2
3
4
dst

simbachs@gmail.com

- 49 Cara Pengisian Formulir DPPA-SKPD 3.1


Formulir ini digunakan untuk merencanakan pengeluaran pembiayaan dalam perubahan
APBD tahun anggaran yang direncanakan pada satuan kerja pengelola keuangan daerah.
1. Provinsi/kabupaten/kota diisi dengan nama provinsi/kabupaten/kota.
2. Tahun anggaran diisi dengan tahun anggaran yang direncanakan.
3. Urusan Pemerintahan diisi dengan nomor kode urusan pemerintahan dan nama urusan
pemerintahan daerah yang dilaksanakan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi SKPD.
4. Organisasi diisi dengan nomor kode satuan kerja pengelola keuangan daerah dan nama
satuan kerja pengelola keuangan daerah.
5. Kolom 1 Kode Rekening diisi dengan Kode Rekening Kelompok, Jenis, obyek dan rincian
obyek Penerimaan Pembiayaan.
6. Kolom 2 uraian diisi dengan uraian nama Kelompok, Jenis, obyek dan rincian obyek
Penerimaan Pembiayaan
7. Kolom 3 diisi dengan jumlah penerimaan pembiayaan sebelum perubahan. Untuk setiap
jumlah uraian rincian obyek dijumlahkan menjadi jumlah rincian obyek. Setiap jumlah
rincian obyek pada masing-masing obyek penerimaan pembiayaan selanjutnya
dijumlahkan menjadi obyek penerimaan pembiayaan berkenaan. Setiap obyek
penerimaan pembiayaan pada masing-masing jenis penerimaan pembiayaan kemudian
dijumlahkan menjadi jumlah jenis penerimaan pembiayaan. Penjumlahan dari seluruh
jenis penerimaan pembiayaan merupakan jumlah kelompok penerimaan pembiayaan
yang dituangkan dalam formulir PRKA SKPD dengan jumlah Kelompok, Jenis, obyek dan
rincian obyek Penerimaan Pembiayaan sebelum perubahan.
8. Kolom 4 diisi dengan jumlah penerimaan pembiayaan setelah perubahan. Untuk setiap
jumlah uraian rincian obyek dijumlahkan menjadi jumlah rincian obyek. Setiap jumlah
rincian obyek pada masing-masing obyek penerimaan pembiayaan selanjutnya
dijumlahkan menjadi obyek penerimaan pembiayaan berkenaan. Setiap obyek
penerimaan pembiayaan pada masing-masing jenis penerimaan pembiayaan kemudian
dijumlahkan menjadi jumlah jenis penerimaan pembiayaan. Penjumlahan dari seluruh
jenis penerimaan pembiayaan merupakan jumlah kelompok penerimaan pembiayaan
yang dituangkan dalam formulir DPPA-SKPD dengan jumlah Kelompok, Jenis, obyek dan
rincian obyek Penerimaan Pembiayaan setelah perubahan.
9. Formulir DPPA-SKPD 3.1 merupakan input data untuk menyusun formulir DPPA-SKPD
10. Formulir DPPA-SKPD 3.1 dapat diperbanyak sesuai dengan kebutuhan.
11. Apabila Formulir DPPA-SKPD 3.1 lebih dari satu halaman setiap halaman diberi nomor
urut halaman.
12. Tanggal, bulan, tahun diisi berdasarkan pembuatan DPPA-SKPD 3.1
13. Formulir DPPA-SKPD 3.1 ditanda tangani oleh Pejabat Pengelola Keuangan Daerah
dengan mencantumkan Nama dan NIP yang bersangkutan.
14. Keterangan diisi dengan tanggal pembahasan formulir DPPA-SKPD 3.1 oleh tim
anggaran pemerintah daerah. Apabila terdapat catatan dari hasil pembahasan oleh tim
anggaran pemerintah daerah untuk mendapatkan perhatian kepala satuan kerja
pengelola keuangan daerah dicantumkan dalam kolom catatan hasil pembahasan.
15. Seluruh anggota tim anggaran pemerintah daerah menandatangani formulir DPPA-SKPD
3.1 yang telah dibahas yang dilengkapi dengan nama, NIP dan Jabatan .

simbachs@gmail.com

- 50 G.

FORMULIR DPPA-SKPD 3.2

LOGO
DAERAH

PROVINSI/KABUPATEN/KOTA *).
DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN
SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH (DPA SKPD)
TAHUN ANGGARAN .

PENGELUARAN PEMBIAYAAN
NO DPA SKPD

: x.xx

xx

00 00 6

URUSAN PEMERINTAHAN

x.xx

ORGANISASI

x.xx.xx

PENGGUNA ANGGARAN

NAMA

NIP

JABATAN

simbachs@gmail.com

- 51 -

DOKUMEN PELAKSANAAN PERUBAHAN ANGGARAN


SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH
x.xx xx 00 00 6

Urusan Pemerintaha
Organisasi

Formulir

DPPASKPD 3.2

Provinsi/Kabupaten/Kota .
Tahun Anggaran ...
: xx
.
: xx
.

Latar belakang perubahan


pengeluaran pembiayaan/
dianggarkan dalam perubahan
APBD

..

Rincian Dokumen Pelaksanaan Perubahan Anggaran


Pengeluaran Pembiayaan
Jumlah

Kode
Rekening

Uraian

Sebelum
perubahan
3

Bertambah/ (berkurang)

Setelah
perubahan
4

Rp

Jumlah Pengeluaran
..,tanggal, bulan, tahun ..
Triwulan
Triwulan
Triwulan
Triwulan

I
II
III
IV
Jumlah

Rp
Rp
Rp
Rp
Rp

Mengesahkan,

Pejabat Pengelola Keuangan Daerah


tanda tangan
(nama lengkap)
NIP.

Tim Anggaran Pemerintah Daerah:


No

Nama

NIP

Jabatan

Tanda tangan

1
2
dst

simbachs@gmail.com

- 52 Cara Pengisian Formulir DPPA-SKPD 3.2


Formulir ini digunakan untuk merencanakan pengeluaran pembiayaan dalam perubahan APBD tahun
anggaran yang direncanakan pada satuan kerja pengelola keuangan daerah.
1. Provinsi/kabupaten/kota diisi dengan nama provinsi/kabupaten/kota.
2. Tahun anggaran diisi dengan tahun anggaran yang direncanakan.
3. Urusan Pemerintahan diisi dengan nomor kode urusan pemerintahan dan nama urusan
pemerintahan daerah yang dilaksanakan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi SKPD.
4. Organisasi diisi dengan nomor kode satuan kerja pengelola keuangan daerah dan nama satuan
kerja pengelola keuangan daerah.
5. Kolom 1 Kode Rekening diisi dengan Kode Rekening Kelompok, Jenis, obyek dan rincian obyek
Pengeluaran Pembiayaan.
6. Kolom 2 uraian diisi dengan uraian nama Kelompok, Jenis, obyek dan rincian obyek Pengeluaran
Pembiayaan
7. Kolom 3 diisi dengan jumlah pengeluaran pembiayaan sebelum perubahan. Untuk setiap jumlah
uraian rincian obyek dijumlahkan menjadi jumlah rincian obyek. Setiap jumlah rincian obyek pada
masing-masing obyek pengeluaran pembiayaan selanjutnya dijumlahkan menjadi obyek
pengeluaran pembiayaan berkenaan. Setiap obyek pengeluaran pembiayaan pada masing-masing
jenis pengeluaran pembiayaan kemudian dijumlahkan menjadi jumlah jenis pengeluaran
pembiayaan. Penjumlahan dari seluruh jenis pengeluaran pembiayaan merupakan jumlah
kelompok pengeluaran pembiayaan yang dituangkan dalam formulir DPPA-SKPD dengan jumlah
Kelompok, Jenis, obyek dan rincian obyek Pengeluaran Pembiayaan sebelum perubahan.
8. Kolom 4 diisi dengan jumlah pengeluaran pembiayaan setelah perubahan. Untuk setiap jumlah
uraian rincian obyek dijumlahkan menjadi jumlah rincian obyek. Setiap jumlah rincian obyek pada
masing-masing obyek pengeluaran pembiayaan selanjutnya dijumlahkan menjadi obyek
pengeluaran pembiayaan berkenaan. Setiap obyek pengeluaran pembiayaan pada masing-masing
jenis pengeluaran pembiayaan kemudian dijumlahkan menjadi jumlah jenis pengeluaran
pembiayaan. Penjumlahan dari seluruh jenis pengeluaran pembiayaan merupakan jumlah
kelompok pengeluaran pembiayaan yang dituangkan dalam formulir DPPA-SKPD dengan jumlah
Kelompok, Jenis, obyek dan rincian obyek Pengeluaran Pembiayaan setelah perubahan.
9. Formulir DPPA-SKPD 3.2 merupakan input data untuk menyusun formulir DPPA-SKPD
10. Formulir DPPA-SKPD 3.2 dapat diperbanyak sesuai dengan kebutuhan.
11. Apabila Formulir DPPA-SKPD 3.2 lebih dari satu halaman setiap halaman diberi nomor urut
halaman.
12. Tanggal, bulan, tahun diisi berdasarkan pembuatan DPPA-SKPD 3.2
13. Formulir DPPA-SKPD 3.2 ditanda tangani oleh Pejabat Pengelola Keuangan Daerah dengan
mencantumkan Nama dan NIP yang bersangkutan.
14. Keterangan diisi dengan tanggal pembahasan formulir DPPA-SKPD 3.2 oleh tim anggaran
pemerintah daerah. Apabila terdapat catatan dari hasil pembahasan oleh tim anggaran pemerintah
daerah untuk mendapatkan perhatian kepala satuan kerja pengelola keuangan daerah
dicantumkan dalam kolom catatan hasil pembahasan.
15. Seluruh anggota tim anggaran pemerintah daerah menandatangani formulir DPPA-SKPD 3.2 yang
telah dibahas yang dilengkapi dengan nama, NIP dan Jabatan .
*)

coret yang tidak perlu

MENTERI DALAM NEGERI,


ttd
H. MOH. MARUF, SE.
Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA BIRO HUKUM,

PERWIRA
simbachs@gmail.com

- 53 LAMPIRAN C.V

: PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI


NOMOR
: 13 TAHUN 2006
TANGGAL
: 15 Mei 2006

FORMAT RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG PERUBAHAN APBD


BESERTA LAMPIRAN
A.

RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG PERUBAHAN APBD


PERATURAN DAERAH
PROVINSI/KABUPATEN/KOTA *)...................
NOMOR .. TAHUN .................
TENTANG
PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH
TAHUN ANGGARAN ......................
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA*) ,

Menimbang :

a. bahwa sehubungan dengan perkembangan yang tidak sesuai dengan


asumsi kebijakan umum APBD, keadaan yang menyebabkan
pergeseran antar unit organisasi, antara kegiatan dan antar jenis
belanja, keadaan yang menyebabkan sisa lebih tahun anggaran
sebelumnya harus digunakan untuk pembiayaan dalam tahun anggaran
berjalan*) maka perlu dilakukan perubahan APBD tahun anggaran ;
b. bahwa sehubungan dengan hal tersebut pada huruf a, perubahan
APBD tahun anggaran perlu ditetapkan dengan peraturan daerah;

Mengingat

1. Undang-Undang Nomor .......... Tahun ........... tentang Pembentukan


Daerah ................ (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
......... Nomor ........., Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor .......);
2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan
Bangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor
68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3312)
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun
1994 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 62,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3569);
3. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997
Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3685) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 34
Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor
246 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4048);
4. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1997 tentang Bea Perolehan Hak
Atas Tanah dan Bangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1997 Nomor 44, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3688);
5. Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan
Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851);
6. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

simbachs@gmail.com

- 54 7. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
8. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4389);
9. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksanaan
Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4400);
10. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4421);
11. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun
2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti UndangUndang Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Perubahan Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi UndangUndang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor
108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia nomor 4548);
12. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan
Pengawasan atas Penyelenggaran Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 41, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4090);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 118,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4138);
15. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 119,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4139);
16. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan
Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota DPRD (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 90, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4416) sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2005 tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang
Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2005 Nomor 94, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4540);
17. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4502);

simbachs@gmail.com

- 55 18. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar


Akuntansi Pemerintahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2005 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4503);
19. Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2005 tentang Pinjaman Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 136,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4574);
20. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana
Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4575);
21. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi
Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4576);
22. Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2005 tentang Hibah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 139, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4577);
23. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4578);
24. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman
Penyusunan dan penerapan Standar Pelayanan Minimal (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 150, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4585);
25. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan
Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4614);
26. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor Tahun tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah;
27. Peraturan Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota .................. Nomor ..
Tahun ...... tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah.
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH ..........
dan
GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA*) .....................
MEMUTUSKAN :
Menetapkan

DAERAH
PROVINSI/KABUPATEN/KOTA
......................
: PERATURAN
TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH
TAHUN ANGGARAN ................

simbachs@gmail.com

- 56 Pasal 1
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran ........ semula berjumlah
Rp.......................... bertambah/berkurang sejumlah Rp. ...................... sehingga menjadi
Rp dengan rincian sebagai berikut:
1.

2.

3.

Pendapatan
a.
Semula
b.
Bertambah/(berkurang)
Jumlah Pendapatan setelah Perubahan

Rp..
Rp..
Rp..

Belanja
a.
Semula
Rp..
b.
Bertambah/(berkurang)
Rp..
Jumlah Belanja setelah Perubahan
Surplus/(Defisit) setelah Perubahan

Rp..
Rp..

Pembiayaan
a.
Penerimaan
1)
Semula
Rp..
2)
Bertambah/(berkurang)
Rp..
Jumlah Penerimaan setelah Perubahan

Rp..

b.

Pengeluaran
1)
Semula
Rp..
2)
Bertambah/(berkurang)
Rp..
Jumlah Pengeluaran setelah Perubahan

Rp..

Jumlah Pembiayaan neto setelah perubahan

Rp..

Sisa lebih pembiayaan anggaran setelah perubahan

Rp..

Pasal 2
(1)

Pendapatan Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 terdiri dari :


a. Pendapatan asli daerah
1)
Semula
Rp..
2)
Bertambah/(berkurang)
Rp..
Rp..
Jumlah pendapatan asli daerah setelah Perubahan
b. Dana perimbangan
1)
Semula
2)
Bertambah/(berkurang)
Jumlah dana perimbangan setelah Perubahan

Rp..
Rp..
Rp..

c. Lain-lain pendapatan daerah yang sah


1)
Semula
Rp..
2)
Bertambah/(berkurang)
Rp..
Jumlah lain-lain pendapatan daerah yang sah setelah Perubahan Rp..
(2)

Pendapatan asli daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri dari jenis
pendapatan:
a. Pajak daerah
1)
Semula
Rp..
2)
Bertambah/(berkurang)
Rp..
Jumlah pendapatan asli daerah setelah Perubahan
Rp..

simbachs@gmail.com

- 57 b. Retribusi daerah
1)
Semula
2)
Bertambah/(berkurang)
Jumlah retribusi daerah setelah Perubahan

Rp..
Rp..
Rp..

c. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan


1)
Semula
Rp..
2)
Bertambah/(berkurang)
Rp..
Jumlah hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan
setelah Perubahan
Rp..
d. Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah
1)
Semula
Rp..
2)
Bertambah/(berkurang)
Rp..
Rp..
Jumlah lain-lain pendapatan asli daerah setelah Perubahan
(3)

(4)

Dana perimbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri dari jenis
pendapatan:
a. Dana bagi hasil
1)
Semula
Rp..
2)
Bertambah/(berkurang)
Rp..
Jumlah dana bagi hasil setelah Perubahan
Rp..
b. Dana alokasi umum
1)
Semula
2)
Bertambah/(berkurang)
Jumlah dana alokasi umum setelah Perubahan

Rp..
Rp..

c. Dana alokasi khusus


1)
Semula
2)
Bertambah/(berkurang)
Jumlah dana alokasi khusus setelah Perubahan

Rp..
Rp..

Rp..

Rp..

Lain-lain pendapatan daerah yang sah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
terdiri dari jenis pendapatan:
a. Hibah
1)
Semula
Rp..
2)
Bertambah/(berkurang)
Rp..
Jumlah Pendapatan hibah setelah Perubahan
Rp..
b. Dana Darurat
1)
Semula
2)
Bertambah/(berkurang)
Jumlah Dana Darurat setelah Perubahan

Rp..
Rp..
Rp..

c. Dana Bagi Hasil Pajak


1)
Semula
Rp..
2)
Bertambah/(berkurang)
Rp..
Rp..
Jumlah dana bagi hasil pajak setelah Perubahan
d. Dana penyesuaian dan otonomi khusus
1)
Semula
Rp..
2)
Bertambah/(berkurang)
Rp..
Jumlah dana penyesuaian dan otonomi khusus setelah Perubahan Rp..

simbachs@gmail.com

- 58 e. Bantuan keuangan dari provinsi atau dari pemerintah daerah lainnya


1)
Semula
Rp..
2)
Bertambah/(berkurang)
Rp..
Jumlah Bantuan keuangan dari provinsi
Rp..
atau dari pemerintah daerah lainnya setelah Perubahan
Pasal 3
(1)

Belanja Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 terdiri dari :


a. Belanja Belanja Tidak Langsung
1)
Semula
Rp..
2)
Bertambah/(berkurang)
Rp..
Jumlah belanja tidak langsung setelah Perubahan
Rp..
b. Belanja Belanja Langsung
1)
Semula
2)
Bertambah/(berkurang)
Jumlah belanja langsung setelah Perubahan

(2)

Rp..
Rp..
Rp..

Belanja Tidak Langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri dari jenis
belanja:
a. Belanja pegawai sejumlah
1)
Semula
Rp..
2)
Bertambah/(berkurang)
Rp..
Rp..
Jumlah belanja pegawai setelah Perubahan
b. Belanja bunga
1)
Semula
2)
Bertambah/(berkurang)
Jumlah belanja bunga setelah Perubahan

Rp..
Rp..

c. Belanja subsidi
1)
Semula
2)
Bertambah/(berkurang)
Jumlah belanja bunga setelah Perubahan

Rp..
Rp..

d. Belanja hibah
1)
Semula
2)
Bertambah/(berkurang)
Jumlah belanja hibah setelah Perubahan

Rp..
Rp..

Rp..

Rp..

Rp..

e. Belanja bantuan sosial


1)
Semula
Rp..
2)
Bertambah/(berkurang)
Rp..
Rp..
Jumlah belanja bantuan sosial setelah Perubahan
f.

Belanja bagi hasil


1)
Semula
2)
Bertambah/(berkurang)
Jumlah belanja bagi hasil setelah Perubahan

Rp..
Rp..
Rp..

g. Belanja bantuan keuangan


1)
Semula
Rp..
2)
Bertambah/(berkurang)
Rp..
Rp..
Jumlah belanja bantuan keuangan setelah Perubahan

simbachs@gmail.com

- 59 h. Belanja tidak terduga


1)
Semula
Rp..
2)
Bertambah/(berkurang)
Rp..
Rp..
Jumlah belanja tidak terduga setelah Perubahan
(3)

Belanja Langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri dari jenis
belanja:
a. Belanja pegawai
1)
Semula
Rp..
2)
Bertambah/(berkurang)
Rp..
Rp..
Jumlah belanja pegawai setelah Perubahan
b. Belanja belanja barang dan jasa
1)
Semula
Rp..
2)
Bertambah/(berkurang)
Rp..
Rp..
Jumlah belanja barang dan jasa setelah Perubahan
c. Belanja modal
1)
Semula
2)
Bertambah/(berkurang)
Jumlah belanja modal setelah Perubahan

(1)

Rp..

Pasal 4
Pembiayaan Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 terdiri dari :
a. Penerimaan sejumlah Rp
1)
Semula
Rp..
2)
Bertambah/(berkurang)
Rp..
Jumlah penerimaaan setelah Perubahan
Rp..
b. Pengeluaran sejumlah Rp
1)
Semula
2)
Bertambah/(berkurang)
Jumlah pengeluaran setelah Perubahan

(2)

Rp..
Rp..

Rp..
Rp..
Rp..

Penerimaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri dari jenis pembiayaan:
a. SiLPA tahun anggaran sebelumnya sejumlah Rp
1)
Semula
Rp..
2)
Bertambah/(berkurang)
Rp..
Rp..
Jumlah SiLPA tahun anggaran sebelumnya setelah Perubahan
b. Pencairan dana cadangan sejumlah Rp
1)
Semula
Rp..
2)
Bertambah/(berkurang)
Rp..
Jumlah pencairan dana cadangan setelah Perubahan
Rp..
c. Hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan sejumlah Rp
1)
Semula
Rp..
2)
Bertambah/(berkurang)
Rp..
Jumlah Hasil penjualan kekayaan daerah
yang dipisahkan setelah Perubahan
Rp..
d. Penerimaan pinjaman daerah sejumlah Rp
1)
Semula
Rp..
2)
Bertambah/(berkurang)
Rp..
Jumlah Penerimaan pinjaman daerah setelah Perubahan
Rp..

simbachs@gmail.com

- 60 e. Penerimaan kembali pemberian pinjaman sejumlah Rp


1)
Semula
Rp..
2)
Bertambah/(berkurang)
Rp..
Jumlah Penerimaan kembali pemberian pinjaman
setelah Perubahan
Rp..
f.

(3)

Penerimaan piutang daerah sejumlah Rp


1)
Semula
Rp..
2)
Bertambah/(berkurang)
Rp..
Jumlah Penerimaan piutang daerah setelah Perubahan
Rp..

Pengeluaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri dari jenis
pembiayaan:
a. Pembentukan dana cadangan sejumlah Rp
1)
Semula
Rp..
2)
Bertambah/(berkurang)
Rp..
Rp..
Jumlah pembentukan dana cadangan setelah Perubahan
b. Penyertaan modal (investasi) pemerintah daerah sejumlah Rp
1)
Semula
Rp..
2)
Bertambah/(berkurang)
Rp..
Jumlah penyertaan modal (investasi) daerah setelah Perubahan Rp..
c. pembayaran pokok utang sejumlah Rp
1)
Semula
2)
Bertambah/(berkurang)
Jumlah pembayaran cicilan pokok utang
yang jatuh tempo setelah Perubahan

Rp..
Rp..
Rp..

d. Pemberian pinjaman daerah sejumlah Rp


1)
Semula
Rp..
2)
Bertambah/(berkurang)
Rp..
Jumlah Pemberian pinjaman daerah dan
obligasi daerah setelah Perubahan
Rp..
Pasal 5
Uraian lebih lanjut Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 1, tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini, terdiri dari:
1.

Lampiran I

Ringkasan Perubahan APBD;

2.

Lampiran II

Ringkasan Perubahan APBD menurut Urusan Pemerintahan Daerah dan


Organisasi SKPD;

3.

Lampiran III

Rincian Perubahan APBD menurut Urusan Pemerintahan Daerah,


Organisasi SKPD, Pendapatan, Belanja dan Pembiayaan;

4.

Lampiran IV

Rekapitulasi Perubahan Belanja Menurut Urusan Pemerintahan Daerah,


Organisasi SKPD, Program dan Kegiatan;

5.

Lampiran V

Rekapitulasi Perubahan Belanja Daerah untuk Keselarasan dan


Keterpaduan Urusan Pemerintahan Daerah dan Fungsi Dalam Kerangka
Pengelolaan Keuangan Negara;

6.

Lampiran VI

Daftar Perubahan Jumlah Pegawai Per Golongan dan Per Jabatan;

7.

Lampiran VII

Laporan Keuangan Pemerintah Daerah yang telah ditetapkan dengan


peraturan daerah;

simbachs@gmail.com

- 61 8.

Lampiran VIII

Daftar kegiatan-kegiatan tahun anggaran sebelumnya yang belum


diselesaikan dan dianggarkan kembali dalam tahun anggaran ini;

9.

Lampiran IX

Daftar Pinjaman Daerah dan Obligasi Daerah.

Pasal 6
Gubernur/Bupati/Walikota menetapkan Peraturan tentang perubahan penjabaran anggaran
pendapatan dan belanja daerah sebagai landasan operasional pelaksanaan.
Pasal 5
Peraturan daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini
dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah.
Ditetapkan di ..
pada tanggal ..
GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA*)..
(tanda tangan)
(nama lengkap)
**) Perda ini dinyatakan sah
pada tanggal
Diundangkan di .
pada tanggal ..
SEKRETARIS DAERAH
(tanda tangan)
(nama lengkap)
NIP ..
LEMBARAN DAERAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTATAHUN NOMOR
*)
Coret yang tidak perlu
**) Dalam hal rancangan Perda tidak ditetapkan Gubernur atau Bupati atau Walikota paling
lambat 30 (tiga puluh) hari sejak rancangan tersebut disetujui bersama.

simbachs@gmail.com

- 62 B.

RINGKASAN PERUBAHAN APBD


LAMPIRAN I

: PERATURAN DAERAH
NOMOR
:
TANGGAL
:

PROVINSI/KABUPATEN/KOTA *)..
RINGKASAN PERUBAHAN APBD
TAHUN ANGGARAN

Bertambah/
(berkurang)

Jumlah (Rp)
Nomor Urut

Uraian

sebelum
perubahan
3

1.

PENDAPATAN DAERAH

1.1
1.1.1
1.1.2
1.1.3
1.1.4

Pendapatan asli daerah


Pajak daerah
Retribusi daerah
Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan
Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah

1.2
1.2.1
1.2.2
1.2.3

Dana perimbangan
Dana bagi hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak
Dana alokasi umum
Dana alokasi khusus

1.3
1.3.1
1.3.2

Lain-lain pendapatan daerah yang sah


Hibah
Dana Darurat
Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah
Daerah lainnya
Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus
Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah
lainnya

1.3.3
1.3.4
1.3.5

setelah
perubahan
4

(Rp)

Jumlah Pendapatan
2.

BELANJA DAERAH

2.1

Belanja Tidak Langsung

2.1.1
2.1.2
2.1.3
2.1.4
2.1.5

2.1.8

Belanja pegawai
Belanja bunga
Belanja subsidi
Belanja hibah
Belanja bantuan sosial
Belanja Bagi Hasil Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan
Pemerintahan Desa
Belanja Bantuan Keuangan Kepada
Provinsi/Kabupaten/Kota Dan Pemerintahan Desa
Belanja Tidak Terduga

2.2
2.2.1
2.2.2
2.2.3

Belanja Langsung
Belanja pegawai
Belanja barang dan jasa
Belanja modal

2.1.6
2.1.7

Jumlah Belanja

simbachs@gmail.com

- 63 Bertambah/
(berkurang)

Jumlah (Rp)
Nomor Urut

Uraian

sebelum
perubahan
3

setelah
perubahan
4

(Rp)

Surplus/(Defisit)
3.

PEMBIAYAAN DAERAH

3.1

Penerimaan pembiayaan
Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran
sebelumnya (SiLPA)
Pencairan Dana Cadangan
Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
Penerimaan Pinjaman
Penerimaan kembali Pemberian Pinjaman
Penerimaan Piutang
Jumlah penerimaan pembiayaan

3.1.1
3.1.2
3.1.3
3.1.4
3.1.5
3.1.6

3.2
3.2.1
3.2.2
3.2.3
3.2.4

Pengeluaran pembiayaan
Pembentukan dana cadangan
Penyertaan modal (Investasi) pemerintah daerah
Pembayaran pokok utang yang jatuh tempo
Pemberian pinjaman daerah
Jumlah pengeluaran pembiayaan
Pembiayaan netto

3.3

Sisa lebih pembiayaan anggaran tahun berkenaan


(SILPA)

*) coret yang tidak perlu


.., tanggal.
GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA*)..
(tanda tangan)
(nama lengkap)

simbachs@gmail.com

C.

RINGKASAN PERUBAHAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI

LAMPIRAN II

: PERATURAN DAERAH
NOMOR
:
TANGGAL
:

PROVINSI/KABUPATEN/KOTA *)..
RINGKASAN PERUBAHAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI
TAHUN ANGGARAN

Pendapatan
KODE

Urusan Pemerintahan Daerah

2
1

Belanja

sebelum
perubahan

setelah
perubahan

Bertambah/
(Berkurang)

Rp

Rp

Rp

5=4-3

Sebelum perubahan
Tidak
Langsung
Jumlah
Langsung
Belanja
Rp
Rp
Rp
7

9=7+8

Setelah perubahan
Tidak
Langsung
Jumlah
Langsung
Belanja
Rp
Rp
Rp
10

11

12=10+11

Bertambah/
(Berkurang)
Rp

13=12-9

14

URUSAN WAJIB

01

01

01

Dinas Pendidikan

Pendidikan

01

02

Kantor Perpustakaan Daerah

01

03

Dst

02

02

01

Dinas Kesehatan

02

02

Rumah Sakit Umum Daerah

02

03

Rumah Sakit Jiwa

02

04

Rumah Sakit Paru-paru

02

05

Rumah Sakit Ketergantungan Obat

02

06

Dst

03

Kesehatan

Pekerjaan Umum

simbachs@gmail.com

Pendapatan
KODE

Urusan Pemerintahan Daerah

2
1

03

01

Dinas Pekerjaan Umum

03

02

Dinas Bina Marga

03

03

Dinas Pengairan

03

04

Dinas Pengawasan Bangunan dan Tata Kota

03

05

Dinas Cipta Karya

03

06

Dst

04

04

01

Dinas Permukiman

04

02

Dinas Pemadam Kebakaran*)

04

03

Dinas Pemakaman*)

04

04

Dst

05

05

01

Dinas Tata Ruang*)

05

02

Dst

06

06

01

BAPPEDA

06

02

Dst

07

07

01

Dinas Perhubungan

07

02

Dst

08

08

01

Dinas Lingkungan Hidup

Belanja

sebelum
perubahan

setelah
perubahan

Bertambah/
(Berkurang)

Rp

Rp

Rp

5=4-3

Sebelum perubahan
Tidak
Langsung
Jumlah
Langsung
Belanja
Rp
Rp
Rp
7

9=7+8

Setelah perubahan
Tidak
Langsung
Jumlah
Langsung
Belanja
Rp
Rp
Rp
10

11

12=10+11

Bertambah/
(Berkurang)
Rp

13=12-9

14

Perumahan

Penataan Ruang

Perencanaan Pembangunan

Perhubungan

Lingkungan Hidup

08

02

Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah

08

03

Dinas Pertamanan

08

04

Dinas Kebersihan

08

05

Dst

09

09

01

Badan Pertanahan Daerah

09

02

Dst

Pertanahan

simbachs@gmail.com

Pendapatan
KODE

Urusan Pemerintahan Daerah

2
1

10

10

01

Dinas Kependudukan dan Caatatan Sipil

10

02

Dst

11

11

01

Dinas Pemberdayaan Perempuan

11

02

Dst

12

12

01

Badan Koordinasi Keluarga Berencana Daerah

12

02

Dst

13

13

01

Dinas Sosial

13

02

Dst

14

14

01

Dinas Tenaga Kerja

14

02

Dst

15

15

01

Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah

15

02

Dst

16

16

01

Badan Penanaman Modal Daerah

16

02

Dst

17

17

01

Dinas Kebudayaan

17

02

Permuseuman

17

03

Dst

18

Belanja

sebelum
perubahan

setelah
perubahan

Bertambah/
(Berkurang)

Rp

Rp

Rp

5=4-3

Sebelum perubahan
Tidak
Langsung
Jumlah
Langsung
Belanja
Rp
Rp
Rp
7

9=7+8

Setelah perubahan
Tidak
Langsung
Jumlah
Langsung
Belanja
Rp
Rp
Rp
10

11

12=10+11

Bertambah/
(Berkurang)
Rp

13=12-9

14

Kependudukan dan Catatan Sipil

Pemberdayaan Perempuan

Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera

Sosial

Tenaga Kerja

Koperasi dan Usaha Kecil Menengah

Penanaman Modal

Kebudayaan

Pemuda dan Olah Raga

simbachs@gmail.com

Pendapatan
KODE

Urusan Pemerintahan Daerah

2
1

18

01

Dinas Pemuda dan Olah Raga

18

02

Dst

19

19

01

Dinas Kesbang Linmas

19

02

Dinas Ketentraman dan Ketertiban

19

03

Kantor Satuan Polisi Pamong Praja

19

04

Dst

20

20

01

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Belanja

sebelum
perubahan

setelah
perubahan

Bertambah/
(Berkurang)

Rp

Rp

Rp

5=4-3

Sebelum perubahan
Tidak
Langsung
Jumlah
Langsung
Belanja
Rp
Rp
Rp
7

9=7+8

Setelah perubahan
Tidak
Langsung
Jumlah
Langsung
Belanja
Rp
Rp
Rp
10

11

12=10+11

Bertambah/
(Berkurang)
Rp

13=12-9

14

Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri

Pemerintahan Umum

20

02

Kepala Daerah & Wakil Kepala Daerah

20

03

Sekretariat Daerah

20

04

Sekretariat DPRD

20

05

Badan Pengelola Keuangan Daerah

20

06

Badan Penelitian dan Pengembangan

20

07

Badan Pengawasan Daerah

20

08

Kantor Penghubung

20

09

Kecamatan

20

10

Kelurahan

20

11

Dst

21

21

01

Badan Pendidikan dan Pelatihan

21

02

Badan Kepegawaian Daerah

21

03

Dst

22

22

01

Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa

22

02

Dst

23

23

01

Badan Statistik Daerah

23

02

Kantor Statistik Daerah

23

03

Dst

Kepegawaian

Pemberdayaan Masyarakat dan Desa

Statistik

simbachs@gmail.com

Pendapatan
KODE

Urusan Pemerintahan Daerah

2
1

24

24

01

Kantor Arsip Daerah

24

02

Dst

25

25

01

Dinas Informasi dan Komunikasi

25

02

Kantor Pengolahan Data Elektronik

25

03

Dst

Belanja

sebelum
perubahan

setelah
perubahan

Bertambah/
(Berkurang)

Rp

Rp

Rp

5=4-3

Sebelum perubahan
Tidak
Langsung
Jumlah
Langsung
Belanja
Rp
Rp
Rp
7

9=7+8

Setelah perubahan
Tidak
Langsung
Jumlah
Langsung
Belanja
Rp
Rp
Rp
10

11

12=10+11

Bertambah/
(Berkurang)
Rp

13=12-9

14

Kearsipan

Komunikasi dan Informatika

URUSAN PILIHAN

01

01

01

Dinas Pertanian

Pertanian

01

02

Dinas Perkebunan

01

03

Dinas Peternakan

01

04

Dinas Ketahanan Pangan

01

05

Dst

02

02

01

Dinas Kehutanan

02

02

Dst

03

03

01

Dinas Pertambangan

03

02

Dst

04

04

01

Dinas Pariwisata

04

02

Kebun Binatang

04

03

Dst

05

05

01

Dinas Kelautan dan Perikanan

05

02

Dst

Kehutanan

Energi dan Sumberdaya Mineral

Pariwisata

Kelautan dan Perikanan

simbachs@gmail.com

Pendapatan
KODE

Urusan Pemerintahan Daerah

2
2

06

06

01

Dinas Perdagangan

06

02

Dinas Pasar

06

03

Dst

07

07

01

Dinas Perindustrian

07

02

Dst

08

08

01

Dinas Transmigrasi

08

02

Dst

Belanja

sebelum
perubahan

setelah
perubahan

Bertambah/
(Berkurang)

Rp

Rp

Rp

5=4-3

Sebelum perubahan
Tidak
Langsung
Jumlah
Langsung
Belanja
Rp
Rp
Rp
7

9=7+8

Setelah perubahan
Tidak
Langsung
Jumlah
Langsung
Belanja
Rp
Rp
Rp
10

11

12=10+11

Bertambah/
(Berkurang)
Rp

13=12-9

14

Perdagangan

Perindustrian

Transmigrasi

JUMLAH

*) coret yang tidak perlu


.., tanggal.
GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA*)..
(tanda tangan)
(nama lengkap)

simbachs@gmail.com

D.

RINCIAN PERUBAHAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN

LAMPIRAN III

: PERATURAN DAERAH
NOMOR
:
TANGGAL
:

PROVINSI/KABUPATEN/KOTA *)..
RINCIAN PERUBAHAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI,
PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN
TAHUN ANGGARAN
URUSAN PEMERINTAHAN : x.xx.
..
ORGANISASI SKPD
: x. xx. xx. ..
Bertambah/
(berkurang)

Jumlah (Rp)
KODE REKENING

URAIAN

x.xx

xx

00

00

x.xx

xx

00

00

01

x.xx

xx

00

00

01

Hasil pajak daerah

x.xx

xx

00

00

01

Hasil retribusi daerah

x.xx

xx

00

00

01

Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan

x.xx

xx

00

00

01

Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah

x.xx

xx

00

00

02

DASAR HUKUM

sebelum
perubahan

setelah
perubahan

(Rp)

5=4-3

PENDAPATAN DAERAH

Pendapatan asli daerah

Dana perimbangan

simbachs@gmail.com

Bertambah/
(berkurang)

Jumlah (Rp)
KODE REKENING

URAIAN

x.xx

xx

00

00

02

Dana bagi hasil

x.xx

xx

00

00

02

Dana alokasi umum

x.xx

xx

00

00

02

Dana alokasi khusus

x.xx

xx

00

00

03

x.xx

xx

00

00

03

Dana penyeimbang dari pemerintah

x.xx

xx

00

00

03

Dana darurat

x.xx

xx

00

00

03

Hibah

x.xx

xx

00

00

03

Bagi hasil pajak dari provinsi/kabupaten/kota

x.xx

xx

00

00

03

Bantuan keuangan dari provinsi/kabupaten/kota

x.xx

xx

00

00

03

Bantuan Keuangan dari pemerintah daerah lainnya

DASAR HUKUM

sebelum
perubahan

setelah
perubahan

(Rp)

5=4-3

Lain-lain pendapatan daerah yang sah

*)
*)

Jumlah Pendapatan

x.xx

xx

00

00

BELANJA DAERAH

Belanja Tidak Langsung


x.xx

xx

00

00

01

Belanja pegawai

x.xx

xx

00

00

01

Belanja bunga

x.xx

xx

00

00

01

Belanja subsidi

x.xx

xx

00

00

01

Belanja hibah

x.xx

xx

00

00

01

Belanja bagi hasil

x.xx

xx

00

00

01

Belanja bantuan keuangan

x.xx

xx

00

00

01

Belanja tak tersangka

Belanja Langsung

x.xx

xx

xx

x.xx

xx

xx

Program ..
xx

Kegiatan ..

simbachs@gmail.com

Bertambah/
(berkurang)

Jumlah (Rp)
KODE REKENING

URAIAN

x.xx

xx

xx

xx

02

Belanja pegawai

x.xx

xx

xx

xx

02

Belanja barang dan jasa

x.xx

xx

xx

xx

02

Belanja modal

x.xx

xx

xx

xx

x.xx

xx

xx

xx

02

Belanja pegawai

x.xx

xx

xx

xx

02

Belanja barang dan jasa

x.xx

xx

xx

x.xx

xx

xx

x.xx

xx

xx

xx

02

Belanja pegawai

x.xx

xx

xx

xx

02

Belanja barang dan jasa

x.xx

xx

xx

xx

02

Belanja modal

DASAR HUKUM

sebelum
perubahan

setelah
perubahan

(Rp)

5=4-3

Kegiatan ..

Program ..
xx

Kegiatan ..

x.xx

xx

xx

xx

x.xx

xx

xx

xx

02

Belanja pegawai

Kegiatan ..

x.xx

xx

xx

xx

02

Belanja barang dan jasa


dst
Jumlah Belanja

Surplus/(Defisit)

x.xx

xx

00

00

PEMBIAYAAN DAERAH

x.xx

xx

00

00

01

x.xx

xx

00

00

01

Sisa Lebih Perhitungan Anggaran tahun anggaran


sebelumnya

x.xx

xx

00

00

01

Pencairan Dana Cadangan

x.xx

xx

00

00

01

Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang dipisahkan

Penerimaan pembiayaan

simbachs@gmail.com

Bertambah/
(berkurang)

Jumlah (Rp)
KODE REKENING

URAIAN

x.xx

xx

00

00

01

Penerimaan pinjaman

x.xx

xx

00

00

01

Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman

x.xx

xx

00

00

01

Penerimaan Piutang

DASAR HUKUM

sebelum
perubahan

setelah
perubahan

(Rp)

5=4-3

Jumlah penerimaan pembiayaan

x.xx

xx

00

00

02

Pengeluaran pembiayaan

x.xx

xx

00

00

02

Pembentukan Dana Cadangan

x.xx

xx

00

00

02

Penyertaan modal (Investasi) pemerintah daerah

x.xx

xx

00

00

02

Pembayaran pokok utang yang jatuh tempo

x.xx

xx

00

00

02

Pemberian pinjaman daerah


Jumlah pengeluaran pembiayaan

Keterangan :
*)
coret yang tidak perlu

.., tanggal.
GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA*)
(tanda tangan)
(nama lengkap)

simbachs@gmail.com

E.

REKAPITULASI PERUBAHAN BELANJA MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI,PROGRAM DAN KEGIATAN

LAMPIRAN IV

: PERATURAN DAERAH
NOMOR
:
TANGGAL :

PROVINSI/KABUPATEN/KOTA *)..
REKAPITULASI PERUBAHAN BELANJA MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI,
PROGRAM DAN KEGIATAN TAHUN ANGGARAN
sebelum perubahan
Kode

Uraian Urusan, Organisasi,


Program dan Kegiatan

Jenis Belanja
Pegawai

Barang dan
Jasa

Modal

Bertambah/
(berkurang)

setelah perubahan
Jumlah
6=3+4+5

Jenis Belanja
Pegawai

Barang dan
Jasa

Modal

Jumlah

(Rp)

10=7+8+9

11=10-6

12

URUSAN WAJIB

01

01

Pendidikan
01

Dinas Pendidikan

01

01

xx

01

01

xx

01

02

Program
xx

Kegiatan ..

Kantor Perpustakaan Daerah

01

02

xx

01

02

xx

01

03

02

02

01

02

01

xx

02

01

xx

Program
xx

Kegiatan ..

Dst

Kesehatan
Dinas Kesehatan
Program
xx

Kegiatan ..

simbachs@gmail.com

sebelum perubahan
Kode

Uraian Urusan, Organisasi,


Program dan Kegiatan

02

02

02

02

xx

02

02

xx

02

03

02

03

xx

02

03

xx

02

04

Jenis Belanja
Pegawai

Barang dan
Jasa

Modal

Bertambah/
(berkurang)

setelah perubahan
Jumlah
6=3+4+5

Jenis Belanja
Pegawai

Barang dan
Jasa

Modal

Jumlah

(Rp)

10=7+8+9

11=10-6

12

Rumah Sakit Umum Daerah


Program
xx

Kegiatan ..

Rumah Sakit Jiwa


Program
xx

Kegiatan ..

Rumah Sakit Paru-paru

02

04

xx

02

04

xx

02

05

02

05

xx

02

05

xx

02

06

03

03

01

03

01

xx

03

01

xx

03

02

03

02

xx

03

02

xx

03

03

03

03

Program
xx

Kegiatan ..

Rumah Sakit Ketergantungan Obat


Program
xx

Kegiatan ..

Dst

Pekerjaan Umum
Dinas Pekerjaan Umum
Program
xx

Kegiatan ..

Dinas Bina Marga


Program
xx

Kegiatan ..

Dinas Pengairan
xx

Program

simbachs@gmail.com

sebelum perubahan
Kode

Uraian Urusan, Organisasi,


Program dan Kegiatan

1
1

03

03

03

04

2
xx

xx

Jenis Belanja
Pegawai

Barang dan
Jasa

Modal

Bertambah/
(berkurang)

setelah perubahan
Jumlah
6=3+4+5

Jenis Belanja
Pegawai

Barang dan
Jasa

Modal

Jumlah

(Rp)

10=7+8+9

11=10-6

12

Kegiatan ..
Dinas Pengawasan Bangunan dan Tata
Kota

03

04

xx

03

04

xx

03

05

Program
xx

Kegiatan ..

Dinas Cipta Karya

03

05

xx

03

05

xx

Program

03

06

04

04

01

04

01

xx

04

01

xx

04

02

04

02

xx

04

02

xx

04

03

04

03

xx

04

03

xx

04

04

Dst

05

05

01

Dinas Tata Ruang**)

05

01

xx

Kegiatan ..

Dst

Perumahan
Dinas Permukiman
Program
xx

Kegiatan ..

Dinas Pemadam Kebakaran**)


Program
xx

Kegiatan ..

Dinas Pemakaman**)
Program
xx

Kegiatan ..

Penataan Ruang

xx

Program

simbachs@gmail.com

sebelum perubahan
Kode

Uraian Urusan, Organisasi,


Program dan Kegiatan

05

01

xx

xx

05

02

Dst

06

06

01

BAPPEDA

06

01

xx

06

01

xx

06

02

Dst

07

07

01

Dinas Perhubungan

Jenis Belanja
Pegawai

Barang dan
Jasa

Modal

Bertambah/
(berkurang)

setelah perubahan
Jumlah
6=3+4+5

Jenis Belanja
Pegawai

Barang dan
Jasa

Modal

Jumlah

(Rp)

10=7+8+9

11=10-6

12

Kegiatan ..

Perencanaan Pembangunan

Program
xx

Kegiatan ..

Perhubungan

07

01

xx

07

01

xx

Program

07

02

Dst

08

08

01

Dinas Lingkungan Hidup

xx

Kegiatan ..

Lingkungan Hidup

08

01

xx

08

01

xx

08

02

Program
xx

Kegiatan ..
Badan
Pengendalian
Lingkungan Daerah

08

02

xx

08

02

xx

08

03

08

03

xx

08

03

xx

Dampak

Program
xx

Kegiatan ..

Dinas Pertamanan
Program
xx

Kegiatan ..

simbachs@gmail.com

sebelum perubahan
Kode

Uraian Urusan, Organisasi,


Program dan Kegiatan

08

04

08

04

xx

08

04

xx

08

05

Dst

09

09

01

Badan Pertanahan Daerah

09

01

xx

09

01

xx

09

02

Dst

10

10

01

Dinas Kependudukan dan Caatatan Sipil

Jenis Belanja
Pegawai

Barang dan
Jasa

Modal

Bertambah/
(berkurang)

setelah perubahan
Jumlah
6=3+4+5

Jenis Belanja
Pegawai

Barang dan
Jasa

Modal

Jumlah

(Rp)

10=7+8+9

11=10-6

12

Dinas Kebersihan
Program
xx

Kegiatan ..

Pertanahan

Program
xx

Kegiatan ..

Kependudukan dan Catatan Sipil

10

01

xx

10

01

xx

Program

10

02

Dst

11

11

01

Dinas Pemberdayaan Perempuan

xx

Kegiatan ..

Pemberdayaan Perempuan

11

01

xx

11

01

xx

11

02

12

12

01

12

01

Program
xx

Kegiatan ..
Dst
Keluarga Berencana dan Keluarga
Sejahtera
Badan Koordinasi Keluarga Berencana
Daerah

xx

Program

simbachs@gmail.com

sebelum perubahan
Kode

Uraian Urusan, Organisasi,


Program dan Kegiatan

12

01

xx

xx

12

02

Dst

13

13

01

Dinas Sosial

13

01

xx

13

01

xx

13

02

Dst

14

14

01

Dinas Tenaga Kerja

Jenis Belanja
Pegawai

Barang dan
Jasa

Modal

Bertambah/
(berkurang)

setelah perubahan
Jumlah
6=3+4+5

Jenis Belanja
Pegawai

Barang dan
Jasa

Modal

Jumlah

(Rp)

10=7+8+9

11=10-6

12

Kegiatan ..

Sosial

Program
xx

Kegiatan ..

Tenaga Kerja

14

01

xx

14

01

xx

14

02

15

15

Program
xx

Kegiatan ..

Dst
Koperasi
dan
Usaha
Kecil
Menengah
Dinas Koperasi dan Usaha Kecil
Menengah

01

15

01

xx

15

01

xx

15

02

16

16

01

16

01

xx

16

01

xx

Program
xx

Kegiatan ..

Dst

Penanaman Modal
Badan Penanaman Modal Daerah
Program
xx

Kegiatan ..

simbachs@gmail.com

sebelum perubahan
Kode

Uraian Urusan, Organisasi,


Program dan Kegiatan

1
1

16

17

17

02

Dst

01

Dinas Kebudayaan

Jenis Belanja
Pegawai

Barang dan
Jasa

Modal

Bertambah/
(berkurang)

setelah perubahan
Jumlah
6=3+4+5

Jenis Belanja
Pegawai

Barang dan
Jasa

Modal

Jumlah

(Rp)

10=7+8+9

11=10-6

12

Kebudayaan

17

01

xx

17

01

xx

17

02

17

02

xx

17

02

xx

17

03

18

18

01

18

01

xx

18

01

xx

18

02

19

19

01

19

01

xx

19

01

xx

19

02

19

02

xx

19

02

xx

19

03

19

03

Program
xx

Kegiatan ..

Permuseuman
Program
xx

Kegiatan ..
Dst

Pemuda dan Olah Raga


Dinas Pemuda dan Olah Raga
Program
xx

Kegiatan ..

Dst
Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam
Negeri
Dinas Kesbang Linmas
Program
xx

Kegiatan ..

Dinas Ketentraman dan Ketertiban


Program
xx

Kegiatan ..

Kantor Satuan Polisi Pamong Praja


xx

Program

simbachs@gmail.com

sebelum perubahan
Kode

Uraian Urusan, Organisasi,


Program dan Kegiatan

1
1

19

03

19

04

20

20

2
xx

xx

Jenis Belanja
Pegawai

Barang dan
Jasa

Modal

Bertambah/
(berkurang)

setelah perubahan
Jumlah
6=3+4+5

Jenis Belanja
Pegawai

Barang dan
Jasa

Modal

Jumlah

(Rp)

10=7+8+9

11=10-6

12

Kegiatan ..

Dst

Pemerintahan Umum

03

Sekretariat Daerah

20

03

xx

20

03

xx

20

04

20

04

xx

20

04

xx

20

05

20

05

xx

20

05

xx

20

06

20

06

xx

20

06

xx

20

07

Program
xx

Kegiatan ..

Sekretariat DPRD
Program
xx

Kegiatan ..

Badan Pengelola Keuangan Daerah


Program
xx

Kegiatan ..

Badan Penelitian dan Pengembangan


Program
xx

Kegiatan ..

Badan Pengawasan Daerah

20

07

xx

20

07

xx

20

08

20

08

xx

20

08

xx

Program
xx

Kegiatan ..

Kantor Penghubung
Program
xx

Kegiatan ..

simbachs@gmail.com

sebelum perubahan
Kode

Uraian Urusan, Organisasi,


Program dan Kegiatan

20

09

20

09

xx

20

09

xx

20

10

20

10

xx

20

10

xx

20

11

Dst

21

21

01

Badan Pendidikan dan Pelatihan

21

01

xx

21

01

xx

21

02

Jenis Belanja
Pegawai

Barang dan
Jasa

Modal

Bertambah/
(berkurang)

setelah perubahan
Jumlah
6=3+4+5

Jenis Belanja
Pegawai

Barang dan
Jasa

Modal

Jumlah

(Rp)

10=7+8+9

11=10-6

12

Kecamatan
Program
xx

Kegiatan ..

Kelurahan
Program
xx

Kegiatan ..

Kepegawaian

Program
xx

Kegiatan ..

Badan Kepegawaian Daerah

21

02

xx

21

02

xx

21

03

22

22

Program
xx

Kegiatan ..

Dst
Pemberdayaan Masyarakat dan
Desa

01

Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa

22

01

xx

22

01

xx

22

02

23

23

Program
xx

Kegiatan ..

Dst

Statistik
01

Badan Statistik Daerah

simbachs@gmail.com

sebelum perubahan
Kode

Uraian Urusan, Organisasi,


Program dan Kegiatan

23

01

xx

23

01

xx

23

03

Dst

24

24

01

Kantor Arsip Daerah

Jenis Belanja
Pegawai

Barang dan
Jasa

Modal

Bertambah/
(berkurang)

setelah perubahan
Jumlah
6=3+4+5

Jenis Belanja
Pegawai

Barang dan
Jasa

Modal

Jumlah

(Rp)

10=7+8+9

11=10-6

12

Program
xx

Kegiatan ..

Kearsipan

24

01

xx

24

01

xx

24

02

25

25

01

25

01

xx

25

01

xx

25

02

25

02

xx

25

02

xx

25

03

Program
xx

Kegiatan ..

Dst

Komunikasi dan Informatika


Dinas Informasi dan Komunikasi
Program
xx

Kegiatan ..

Kantor Pengolahan Data Elektronik


Program
xx

Kegiatan ..

Dst

URUSAN PILIHAN

01

Pertanian

01

01

01

01

xx

01

01

xx

Dinas Pertanian
Program
xx

Kegiatan ..

simbachs@gmail.com

sebelum perubahan
Kode

Uraian Urusan, Organisasi,


Program dan Kegiatan

01

02

01

02

xx

01

02

xx

01

03

01

03

xx

01

03

xx

01

04

01

04

xx

01

04

xx

01

05

Dst

02

02

01

Dinas Kehutanan

Jenis Belanja
Pegawai

Barang dan
Jasa

Modal

Bertambah/
(berkurang)

setelah perubahan
Jumlah
6=3+4+5

Jenis Belanja
Pegawai

Barang dan
Jasa

Modal

Jumlah

(Rp)

10=7+8+9

11=10-6

12

Dinas Perkebunan
Program
xx

Kegiatan ..

Dinas Peternakan
Program
xx

Kegiatan ..

Dinas Ketahanan Pangan


Program
xx

Kegiatan ..

Kehutanan

02

01

xx

02

01

xx

Program

02

02

Dst

03

03

01

Dinas Pertambangan

xx

Kegiatan ..

Energi dan Sumberdaya Mineral

03

01

xx

03

01

xx

03

02

04

04

Program
xx

Kegiatan ..

Dst

Pariwisata
01

Dinas Pariwisata

simbachs@gmail.com

sebelum perubahan
Kode

Uraian Urusan, Organisasi,


Program dan Kegiatan

04

01

xx

04

01

xx

04

02

Jenis Belanja
Pegawai

Barang dan
Jasa

Modal

Bertambah/
(berkurang)

setelah perubahan
Jumlah
6=3+4+5

Jenis Belanja
Pegawai

Barang dan
Jasa

Modal

Jumlah

(Rp)

10=7+8+9

11=10-6

12

Program
xx

Kegiatan ..

Kebun Binatang

04

02

xx

04

02

xx

Program

04

03

05

05

01

05

01

xx

05

01

xx

05

02

Dst

06

06

01

Dinas Perdagangan

xx

Kegiatan ..

Dst

Kelautan dan Perikanan


Dinas Kelautan dan Perikanan
Program
xx

Kegiatan ..

Perdagangan

06

01

xx

06

01

xx

Program

06

02

06

02

xx

06

02

xx

06

03

Dst

07

07

01

Dinas Perindustrian

07

01

xx

Kegiatan ..

Dinas Pasar
Program
xx

Kegiatan ..

Perindustrian

xx

Program

simbachs@gmail.com

sebelum perubahan
Kode

Uraian Urusan, Organisasi,


Program dan Kegiatan

07

01

xx

xx

07

02

Dst

08

08

01

Dinas Transmigrasi

08

01

xx

08

01

xx

08

02

Jenis Belanja
Pegawai

Barang dan
Jasa

Modal

Bertambah/
(berkurang)

setelah perubahan
Jumlah
6=3+4+5

Jenis Belanja
Pegawai

Barang dan
Jasa

Modal

Jumlah

(Rp)

10=7+8+9

11=10-6

12

Kegiatan ..

Transmigrasi

Program
xx

Kegiatan ..

Dst

JUMLAH

*)
**)

coret yang tidak perlu


untuk Kabupaten/Kota

.., tanggal.
GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA*)..
(tanda tangan)
(nama lengkap)

simbachs@gmail.com

- 87 F.

REKAPITULASI PERUBAHAN BELANJA DAERAH UNTUK KESELARASAN DAN


KETERPADUAN URUSAN PEMERINTAH DAERAH DAN FUNGSI DALAM KERANGKA
PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA
LAMPIRAN V

: PERATURAN DAERAH
NOMOR
:
TANGGAL
:

PROVINSI/KABUPATEN/KOTA *)..
REKAPITULASI PERUBAHAN BELANJA DAERAH UNTUK KESELARASAN DAN
KETERPADUAN URUSAN PEMERINTAH DAERAH DAN FUNGSI DALAM
KERANGKA PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA
TAHUN ANGGARAN

KODE

URAIAN

01

Jumlah
setelah
perubahan

Bertambah/
(berkurang)
Jumlah
(Rp)

5=4-3

Pelayanan umum

01

06

Perencanaan Pembangunan

01

20

Pemerintahan Umum

01

21

Kepegawaian

01

23

Statistik

01

24

Kearsipan

01

25

Komunikasi dan Informatika

02

Pertahanan**)

03

Ketertiban dan keamanan


Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam
Negeri

03

Jumlah
sebelum
perubahan

19

04

Ekonomi

04

07

Perhubungan

04

14

Tenaga Kerja dan Transmigrasi

04

15

Koperasi dan Usaha Kecil Menengah

04

16

Penanaman Modal

04

22

Pemberdayaan Masyarakat dan Desa

04

01

Pertanian

04

02

Kehutanan

04

03

Energi dan Sumberdaya Mineral

04

05

Kelautan dan Perikanan

04

06

Perdagangan

04

07

Perindustrian

04

08

Transmigrasi

simbachs@gmail.com

- 88 -

KODE

URAIAN

05

Jumlah
setelah
perubahan

Bertambah/
(berkurang)
Jumlah
(Rp)

5=4-3

Lingkungan hidup

05

05

Penataan Ruang

05

08

Lingkungan Hidup

05

09

Pertanahan

06

Perumahan dan fasilitas umum

06

03

Pekerjaan Umum

06

04

Perumahan Rakyat

07

Kesehatan

07

02

Kesehatan

07

12

Keluarga Berencana

08

Pariwisata dan budaya

08

17

Kebudayaan

08

04

Pariwisata

09

Agama**)

10

Pendidikan

10

01

Pendidikan

10

18

Pemuda dan Olah Raga

11

*)
**)

Jumlah
sebelum
perubahan

Perlindungan sosial

11

10

Kependudukan dan Catatan Sipil

11

11

Pemberdayaan Perempuan

10

12

Keluarga Sejahtera

10

13

Sosial

coret yang tidak perlu


Urusan/kewenangan pemerintah pusat

simbachs@gmail.com

- 89 G. DAFTAR JUMLAH PEGAWAI PER GOLONGAN DAN PER JABATAN


LAMPIRAN VI

PERATURAN DAERAH
NOMOR
:
TANGGAL
:

PROPINSI/KABUPATEN/KOTA *)..
DAFTAR JUMLAH PEGAWAI PER GOLONGAN DAN PER JABATAN
TAHUN ANGGARAN .
ESELON

NON ESELON

GOLONGAN/RUANG
I

II

III

IV

TENAGA
FUNGSIONAL

JUMLAH
STAF

Golongan IV/e
Golongan IV/d
Golongan IV/c
Golongan IV/b
Golongan IV/a
JUMLAH GOLONGAN IV
Golongan III/d
Golongan III/c
Golongan III/b
Golongan III/a
JUMLAH GOLONGAN III
Golongan II/d
Golongan II/c
Golongan II/b
Golongan II/a
JUMLAH GOLONGAN II
Golongan I/d
Golongan I/c
Golongan I/b
Golongan I/a
JUMLAH GOLONGAN I
TOTAL
*) coret yang tidak perlu

..,tanggal.
GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA*)..
(tanda tangan)
(nama lengkap)

simbachs@gmail.com

- 90 H.

LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH


1.

LAPORAN REALISASI ANGGARAN


LAMPIRAN VII.1

PERATURAN DAERAH
NOMOR
:
TANGGAL
:

PROVINSI
LAPORAN REALISASI ANGGARAN
TAHUN ANGGARAN
(dalam rupiah)

Nomor
Urut

Uraian

Anggaran
Setelah
Perubahan

1
1.1
1.1.1
1.1.2
1.1.3
1.1.4

PENDAPATAN ASLI DAERAH


Pendapatan Pajak Daerah
Pendapatan Retribusi Daerah
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang
Dipisahkan
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah
PENDAPATAN TRANSFER
Transfer Pemerintah Pusat - Dana Perimbangan
Dana Bagi Hasil Pajak
Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (Sumber Daya Alam)
Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Khusus

1.2.2
1.2.2.1
1.2.2.2

Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya


Dana Otonomi Khusus
Dana Penyesuaian

Lebih/
(Kurang)

PENDAPATAN

1.2
1.2.1
1.2.1.1
1.2.1.2
1.2.1.3
1.2.1.4

1.3
1.3.1
1.3.2
1.3.3

Realisasi

LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH


Pendapatan Hibah
Pendapatan Dana Darurat
Pendapatan lainnya
Jumlah Pendapatan
BELANJA

2.1
2.1.1
2.1.2
2.1.3
2.1.4
2.1.5
2.1.6
2.1.7

BELANJA OPERASI
Belanja Pegawai
Belanja Barang
Belanja Bunga
Belanja Subsidi
Belanja Hibah
Belanja Bantuan Sosial
Belanja Bantuan Keuangan

2.2
2.2.1
2.2.2
2.2.3
2.2.4
2.2.5
2.2.6

BELANJA MODAL
Belanja Tanah
Belanja Peralatan dan Mesin
Belanja Gedung dan Bangunan
Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan
Belanja Aset Tetap Lainnya
Belanja Aset Lainnya

2.3
2.3.1

BELANJA TIDAK TERDUGA


Belanja Tidak Terduga
Jumlah Belanja

2.4
2.4.1
2.4.2
2.4.3

TRANSFER
Bagi Hasil Pajak ke Kabupaten/Kota
Bagi Hasil Retribusi ke Kabupaten/Kota
Bagi Hasil Pendapatan Lainnya ke Kabupaten/Kota
Surplus/(Defisit)

simbachs@gmail.com

- 91 (dalam rupiah)

Nomor
Urut
1

3
3.1
3.1.1
3.1.2
3.1.3
3.1.4
3.1.5
3.1.6
3.1.7

Uraian

Anggaran
Setelah
Perubahan

Realisasi

Lebih/
(Kurang)

PEMBIAYAAN
PENERIMAAN PEMBIAYAAN
Penggunaan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA)
Pencairan Dana Cadangan
Hasil Penjualan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan
Penerimaan Pinjaman Daerah
Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman Daerah
Penerimaan Piutang Daerah
..
Jumlah Penerimaan

3.2
3.2.1
3.2.2
3.2.3
3.2.4
3.2.5

PENGELUARAN PEMBIAYAAN
Pembentukan Dana Cadangan
Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah
Pembayaran Pokok Utang
Pemberian Pinjaman Daerah
.
Jumlah Pengeluaran
Pembiayaan Neto

3.3

SISA LEBIH PEMBIAYAAN ANGGARAN (SILPA)

.., tanggal.
GUBERNUR.
(tanda tangan)
(nama lengkap)

simbachs@gmail.com

- 92 -

KABUPATEN/KOTA *)

LAPORAN REALISASI ANGGARAN


TAHUN ANGGARAN

(dalam rupiah)
Nomor
Urut

Uraian

1
1.1
1.1.1
1.1.2
1.1.3
1.1.4

Anggaran
Setelah
Perubahan
3

PENDAPATAN ASLI DAERAH


Pendapatan Pajak Daerah
Pendapatan Retribusi Daerah
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang
Dipisahkan
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah
PENDAPATAN TRANSFER
Transfer Pemerintah Pusat - Dana Perimbangan
Dana Bagi Hasil Pajak
Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (Sumber Daya Alam)
Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Khusus

1.2.2
1.2.2.1
1.2.2.2

Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya


Dana Otonomi Khusus
Dana Penyesuaian

1.2.3
1.2.3.1
1.2.3.2

Transfer Pemerintah Provinsi


Pendapatan Bagi Hasil Pajak
Pendapatan Bagi Hasil lainnya

Lebih/
(Kurang)

PENDAPATAN

1.2
1.2.1
1.2.1.1
1.2.1.2
1.2.1.3
1.2.1.4

1.3
1.3.1
1.3.2
1.3.3

Realisasi

LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH


Pendapatan Hibah
Pendapatan Dana Darurat
Pendapatan lainnya
Jumlah Pendapatan
BELANJA

2.1
2.1.1
2.1.2
2.1.3
2.1.4
2.1.5
2.1.6
2.1.7

BELANJA OPERASI
Belanja Pegawai
Belanja Barang
Belanja Bunga
Belanja Subsidi
Belanja Hibah
Belanja Bantuan Sosial
Belanja Bantuan Keuangan

2.2
2.2.1
2.2.2
2.2.3
2.2.4
2.2.5
2.2.6

BELANJA MODAL
Belanja Tanah
Belanja Peralatan dan Mesin
Belanja Gedung dan Bangunan
Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan
Belanja Aset Tetap Lainnya
Belanja Aset Lainnya

2.3
2.3.1

BELANJA TIDAK TERDUGA


Belanja Tidak Terduga
Jumlah Belanja

2.4
2.4.1
2.4.1.1
2.4.1.2
2.4.1.3

TRANSFER
TRANSFER BAGI HASIL KE DESA
Bagi Hasil Pajak
Bagi Hasil Retribusi
Bagi Hasil Pendapatan Lainnya
Surplus/(Defisit)

simbachs@gmail.com

- 93 (dalam rupiah)
Nomor
Urut

Uraian

3
3.1
3.1.1
3.1.2
3.1.3
3.1.4
3.1.5
3.1.6

Anggaran
Setelah
Perubahan
3

Realisasi

Lebih/
(Kurang)

PEMBIAYAAN
PENERIMAAN DAERAH
Penggunaan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA)
Pencairan Dana Cadangan
Hasil Penjualan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan
Penerimaan Pinjaman Daerah
Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman Daerah
Penerimaan Piutang Daerah
Jumlah Penerimaan Daerah

3.2
3.2.1
3.2.2
3.2.3
3.2.4

PENGELUARAN DAERAH
Pembentukan Dana Cadangan
Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah
Pembayaran Pokok Utang
Pemberian Pinjaman Daerah
Jumlah Pengeluaran Daerah
Pembiayaan Neto

3.3

SISA LEBIH PEMBIAYAAN ANGGARAN (SILPA)

*) coret yang tidak perlu


..,tanggal.
Bupati/Walikota*).
(tanda tangan)
(nama lengkap)

MENTERI DALAM NEGERI,


ttd
Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA BIRO HUKUM,

H. MOH. MARUF, SE.

PERWIRA

simbachs@gmail.com

- 94 2.

NERACA
LAMPIRAN VII.2

PERATURAN DAERAH
NOMOR
:
TANGGAL
:

PROVINSI/KABUPATEN/KOTA *)..
NERACA
Per 31 Desember Tahun n-1 dan Tahun n-2
URAIAN

Tahun n-1

Tahun n-2

(Rp.)

(Rp.)

ASET
ASET LANCAR
Kas
Kas di Kas Daerah
Kas di Bendahara Penerimaan
Kas di Bendahara Pengeluaran
Investasi Jangka Pendek
Piutang
Piutang Pajak
Piutang Retribusi
Piutang Dana Bagi Hasil
Piutang Dana Alokasi Umum
Piutang Dana Alokasi Khusus
Bagian Lancar Pinjaman Kepada BUMD
Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran
Bagian Lancar Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi
Piutang Lain-lain
Persediaan
INVESTASI JANGKA PANJANG
Investasi Nonpermanen
Pinjaman Kepada Perusahaan Negara
Pinjaman Kepada Perusahaan Daerah
Pinjaman Kepada Pemerintah Daerah Lainnya
Investasi dalam Surat Utang Negara
Investasi Dana Bergulir
Investasi Nonpermanen Lainnya
Investasi Permanen
Penyertaan Modal Pemerintah Daerah
Penyertaan Modal dalam Proyek Pembangunan
Penyertaan Modal Perusahaan Patungan
Investasi Permanen Lainnya
ASET TETAP
Tanah
Tanah
Peralatan dan Mesin
Alat-alat Berat
Alat-alat Angkutan
Alat Bengkel
Alat Pertanian dan Peternakan
Alat-alat Kantor dan Rumah Tangga

simbachs@gmail.com

- 95 URAIAN

Tahun n-1

Tahun n-2

(Rp.)

(Rp.)

Alat Studio dan Alat Komunikasi


Alat Ukur
Alat-alat Kedokteran
Alat Laboratorium
Alat Keamanan
Gedung dan Bangunan
Bangunan Gedung
Bangunan Monumen
Jalan, Irigasi dan Jaringan
Jalan dan Jembatan
Bangunan Air (Irigasi)
Instalasi
Jaringan
Aset Tetap Lainnya
Buku dan Perpustakaan
Barang Bercorak Kesenian/Kebudayaan
Hewan/Ternak dan Tumbuhan
Konstruksi Dalam Pengerjaan
Konstruksi Dalam Pengerjaan
Akumulasi Penyusutan Aset Tetap
Akumulasi Penyusutan Aset Tetap
DANA CADANGAN
Dana Cadangan
ASET LAINNYA
Tagihan Penjualan Angsuran
Tagihan Tuntutan Ganti Kerugian Daerah
Kemitraan dengan Pihak Ketiga
Aset Tak Berwujud
Aset Lain-Lain

TOTAL ASET
KEWAJIBAN
KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
Utang Perhitungan Pihak Ketiga
Utang Bunga
Utang Pajak
Bagian Lancar Utang Jangka Panjang Dalam Negeri
Pendapatan Diterima Dimuka
Utang Jangka Pendek Lainnya
KEWAJIBAN JANGKA PANJANG
Utang Dalam Negeri
Utang Luar Negeri
Utang Jangka Panjang Lainnya
EKUITAS DANA
Ekuitas Dana Lancar
Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA)
Cadangan Piutang
Cadangan Persediaan

simbachs@gmail.com

- 96 URAIAN

Tahun n-1

Tahun n-2

(Rp.)

(Rp.)

Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang


Jangka Pendek
Ekuitas Dana Investasi
Diinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjang
Diinvestasikan dalam Aset Tetap
Diinvestasikan dalam Aset Lainnya
Dana yang Harus disediakan Untuk Pembayaran Utang Jangka
Panjang
Ekuitas Dana Cadangan
Diinvestasikan dalam Dana Cadangan

TOTAL KEWAJIBAN DAN EKUITAS DANA

*)

coret yang tidak perlu


.., tanggal.
GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA*)..
(tanda tangan)
(nama lengkap)

simbachs@gmail.com

- 97 -

3.

LAPORAN ARUS KAS

LAMPIRAN VII.3

PERATURAN DAERAH
NOMOR
:
TANGGAL :

PROVINSI
LAPORAN ARUS KAS
Untuk Tahun Yang Berakhir Sampai Dengan 31 Desember Tahun n-1 dan
Tahun n-2

URAIAN

Tahun n-1
Rp.

Tahun n-2
Rp.

ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI


Arus Kas Masuk :
Pajak Daerah
Retribusi daerah
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah
Dana Bagi Hasil Pajak
Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (Sumber Daya Alam)
Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Khusus
Dana Otonomi Khusus
Dana Penyesuaian
Hibah
Dana Darurat
Pendapatan Lainnya
Jumlah
Arus Kas Keluar :
Belanja Pegawai
Belanja Barang dan Jasa
Belanja Bunga
Belanja Subsidi
Belanja Hibah
Belanja Bantuan Sosial
Belanja Bantuan Keuangan
Belanja Tidak Terduga
Belanja Bagi Hasil
Jumlah

Arus Kas Bersih dari Aktivitas Operasi


ARUS KAS DARI AKTIVITAS INVESTASI ASET NONKEUANGAN
Arus Kas Masuk :
Pendapatan Penjualan atas Tanah
Pendapatan Penjualan atas Peralatan dan Mesin
Pendapatan Penjualan atas Gedung dan Bangunan
Pendapatan Penjualan atas Jalan, Irigasi dan Jaringan
Pendapatan dari Penjualan Aset Tetap Lainnya
Pendapatan dari Penjualan Aset Lainnya
Jumlah

simbachs@gmail.com

- 98 Tahun n-1
Rp.

URAIAN

Tahun n-2
Rp.

Arus Kas Keluar :


Belanja Tanah
Belanja Peralatan dan Mesin
Belanja Gedung dan Bangunan
Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan
Belanja Aset Tetap Lainnya
Belanja Aset Lainnya
Jumlah

Arus Kas Bersih dari Aktivitas Investasi Aset Nonkeuangan


ARUS KAS DARI AKTIVITAS PEMBIAYAAN
Arus Kas Masuk :
Pencairan Dana Cadangan
Hasil Penjualan Aset/Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
Penerimaan Pinjaman dan Obligasi
Penerimaan Kembali Pinjaman
Penerimaan Piutang
Jumlah
Arus Kas Keluar :
Pembentukan Dana Cadangan
Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah
Pembayaran Pokok Utang Pinjaman dan Obligasi
Pemberian Pinjaman
Jumlah

Arus Kas Bersih dari Aktivitas Pembiayaan


ARUS KAS DARI AKTIVITAS NONANGGARAN
Arus Kas Masuk :
Penerimaan Perhitungan Pihak Ketiga
Jumlah
Arus Kas Keluar :
Pengeluaran Perhitungan Pihak Ketiga
Jumlah

Arus Kas Bersih dari Aktivitas Nonanggaran


Kenaikan (Penurunan) Bersih Kas Selama Periode
Saldo Awal Kas di BUD/Kas Daerah
Saldo Akhir Kas di BUD/Kas Daerah
Saldo Akhir Kas di Bendahara Pengeluaran
Saldo Akhir Kas di Bendahara Penerimaan
Saldo Akhir Kas

.., tanggal.
GUBERNUR.
(tanda tangan)
(nama lengkap)

simbachs@gmail.com

- 99 KABUPATEN/KOTA *)
LAPORAN ARUS KAS
Untuk Tahun Yang Berakhir Sampai Dengan 31 Desember Tahun n-1 dan
Tahun n-2
URAIAN

Tahun n-1
Rp.

Tahun n-2
Rp.

ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI


Arus Kas Masuk :
Pajak Daerah
Retribusi daerah
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah
Dana Bagi Hasil Pajak
Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (Sumber Daya Alam)
Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Khusus
Dana Otonomi Khusus
Dana Penyesuaian
Pendapatan Bagi Hasil Pajak
Pendapatan Bagi Hasil Lainnya
Hibah
Dana Darurat
Pendapatan Lainnya
Jumlah
Arus Kas Keluar :
Belanja Pegawai
Belanja Barang dan Jasa
Belanja Bunga
Belanja Subsidi
Belanja Hibah
Belanja Bantuan Sosial
Belanja Bantuan Keuangan
Belanja Tidak Terduga
Belanja Bagi Hasil
Jumlah

Arus Kas Bersih dari Aktivitas Operasi


ARUS KAS DARI AKTIVITAS INVESTASI ASET NONKEUANGAN
Arus Kas Masuk :
Pendapatan Penjualan atas Tanah
Pendapatan Penjualan atas Peralatan dan Mesin
Pendapatan Penjualan atas Gedung dan Bangunan
Pendapatan Penjualan atas Jalan, Irigasi dan Jaringan
Pendapatan dari Penjualan Aset Tetap Lainnya
Pendapatan dari Penjualan Aset Lainnya
Jumlah
Arus Kas Keluar :
Belanja Tanah
Belanja Peralatan dan Mesin
Belanja Gedung dan Bangunan
Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan
Belanja Aset Tetap Lainnya
Belanja Aset Lainnya
Jumlah

Arus Kas Bersih dari Aktivitas Investasi Aset Nonkeuangan

simbachs@gmail.com

- 100 URAIAN

Tahun n-1
Rp.

Tahun n-2
Rp.

ARUS KAS DARI AKTIVITAS PEMBIAYAAN


Arus Kas Masuk :
Pencairan Dana Cadangan
Hasil Penjualan Aset/Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
Penerimaan Pinjaman dan Obligasi
Penerimaan Kembali Pinjaman
Penerimaan Piutang
Jumlah
Arus Kas Keluar :
Pembentukan Dana Cadangan
Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah
Pembayaran Pokok Utang Pinjaman dan Obligasi
Pemberian Pinjaman
Jumlah

Arus Kas Bersih dari Aktivitas Pembiayaan


ARUS KAS DARI AKTIVITAS NONANGGARAN
Arus Kas Masuk :
Penerimaan Perhitungan Pihak Ketiga
Jumlah
Arus Kas Keluar :
Pengeluaran Perhitungan Pihak Ketiga
Jumlah

Arus Kas Bersih dari Aktivitas Nonanggaran


Kenaikan (Penurunan) Bersih Kas Selama Periode
Saldo Awal Kas di BUD/Kas Daerah
Saldo Akhir Kas di BUD/Kas Daerah
Saldo Akhir Kas di Bendahara Pengeluaran
Saldo Akhir Kas di Bendahara Penerimaan
Saldo Akhir Kas

*)

coret yang tidak perlu


.., tanggal.
BUPATI/WALIKOTA*)..
(tanda tangan)
(nama lengkap)

simbachs@gmail.com

- 101 4.

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN


LAMPIRAN VII.4

PERATURAN DAERAH
NOMOR
:
TANGGAL :

PROVINSI/KABUPATEN/KOTA *).........
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
TAHUN ANGGARAN .........
PENDAHULUAN
Bab I

Bab II

Bab III

Pendahuluan
1.1.

Maksud dan tujuan penyusunan laporan keuangan

1.2.

Landasan hukum penyusunan laporan keuangan

1.3.

Sistematika penulisan catatan atas laporan keuangan

Ekonomi makro, kebijakan keuangan dan pencapaian target kinerja APBD


2.1.

Ekonomi makro

2.2.

Kebijakan keuangan

2.3.

Indikator pencapaian target kinerja APBD

Ikhtisar pencapaian kinerja keuangan


3.1.
3.2

Ikhtisar realisasi pencapaian target kinerja keuangan


Hambatan dan kendala yang ada dalam pencapaian target yang telah
ditetapkan

Bab IV

Kebijakan akuntansi
4.1.

Entitas pelaporan keuangan daerah

4.2.

Basis akuntansi yang mendasari penyusunan laporan keuangan

4.3.

Basis pengukuran yang mendasari penyusunan laporan keuangan

4.4.

Penerapan kebijakan akuntansi berkaitan dengan ketentuan yang ada dalam


standar akuntansi pemerintahan

Bab V

Penjelasan pos-pos laporan keuangan


5.1.

Rincian dan penjelasan masing-masing pos-pos pelaporan keuangan


5.1.1

Pendapatan

5.1.2

Belanja

5.1.3

Pembiayaan

5.1.4

Aset

5.1.5

Kewajiban

5.1.6

Ekuitas dana

5.1.7

Komponen-komponen laporan arus kas

simbachs@gmail.com

- 102 -

5.2.

Pengungkapan atas pos-pos aset dan kewajiban yang timbul sehubungan


dengan

penerapan

basis

akrual

atas

pendapatan

dan

belanja

dan

rekonsiliasinya dengan penerapan basis kas, untuk entitas pelaporan yang


menggunakan basis akrual.
Bab VI
Bab VII

Penjelasan atas informasi-informasi nonkeuangan


Penutup
.., tanggal.
GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA*).
(tanda tangan)
(nama lengkap)

simbachs@gmail.com

- 103 -

PENJELASAN ISI
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

Bab I

Pendahuluan
1.1. Maksud dan tujuan penyusunan laporan keuangan.
Memuat penjelasan mengenai maksud dan tujuan penyusunan laporan
keuangan.
1.2. Landasan hukum penyusunan laporan keuangan.
Memuat penjelasan mengenai peraturan perundang-undangan yang berlaku
sebagai landasan hukum penyusunan laporan keuangan.
1.3. Sistematika penulisan catatan atas laporan keuangan.
Memuat penjelasan mengenai sistematika isi catatan atas laporan keuangan.

Bab II

Ekonomi Makro, Kebijakan Keuangan dan Pencapaian Target Kinerja APBD


2.1. Ekonomi makro
Memuat penjelasan mengenai asumsi makro ekonomi yang dijadikan landasan
penyusunan APBD dan perkembangannya dalam Perubahan APBD sampai
dengan pelaksanaan APBD akhir tahun anggaran. Informasi yang disajikan
memuat tentang posisi dan kondisi ekonomi makro periode berjalan
dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun anggaran sebelumnya.
Dalam bagian ini juga dijelaskan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
terjadinya perubahan asumsi makro ekonomi yang membawa dampak
terhadap peningkatan atau penurunan (fluktuasi) asumsi yang ditetapkan.
2.2. Kebijakan Keuangan
Memuat penjelasan mengenai kebijakan keuangan yang ditetapkan pemerintah
daerah sampai dengan akhir tahun anggaran yang berimplikasi terhadap
perubahan posisi Neraca dan Laporan Arus Kas. Informasi yang disajikan
memuat tentang posisi dan kondisi keuangan periode berjalan dibandingkan
dengan periode yang sama pada tahun anggaran sebelumnya.
Dalam bagian ini juga dijelaskan mengenai faktor-faktor yang melatarbelakangi
ditempuhnya kebijakan keuangan oleh pemerintah daerah sehingga terjadinya
perubahan terhadap posisi neraca dan laporan arus kas.
2.3. Pencapaian target kinerja APBD
Memuat penjelasan mengenai keberhasilan pencapaian target kinerja APBD
yang dicerminkan melalui indikator keberhasilan pelaksanaan program dan
kegiatan pada tahun pelaporan menurut urusan pemerintahan daerah.

simbachs@gmail.com

- 104 Indikator pencapaian target kinerja menyajikan informasi tentang pencapaian


efektifitas dan efisiensi program dan kegiatan yang dilaksanakan.
Dalam bagian ini dijelaskan juga faktor pendorong tercapainya tingkat
keberhasilan

(efektifitas

dan

efisiensi)

atau

faktor

penghambat

tidak

tercapainya indikator target kinerja program dan kegiatan yang telah


ditetapkan baik yang bersifat dapat dikendalikan maupun yang tidak dapat
dikendalikan (force majeur)..

Bab III

Ikhtisar Pencapaian Kinerja Keuangan


Memuat ikhtisar realisasi pencapaian target kinerja APBD menurut urusan
pemerintahan daerah, berupa gambaran realisasi pencapaian efektifitas dan efisiensi
program dan kegiatan sebagaimana dijelaskan dalam bab II angka 2.3. yang dapat
disajikan dalam bentuk tabel, grafik dan/atau diagram.

Bab IV

Kebijakan Akuntansi
4.1. Entitas akuntansi dan entitas pelaporan keuangan daerah
Menyajikan informasi tentang organisasi yang ditetapkan sebagai entitas
akuntansi dan entitas pelaporan keuangan daerah.
4.2. Basis akuntansi yang mendasari penyusunan laporan keuangan
Menyajikan informasi tentang penerapan kebijakan basis kas atau basis akrual
untuk pengakuan pendapatan, belanja dan pembiayaan serta penerapan
kebijakan basis akrual untuk pengakuan aset, kewajiban dan ekuitas dana.
4.3. Basis pengukuran yang mendasari penyusunan laporan keuangan
Menyajikan informasi tentang penerapan kebijakan basis pengukuran atas
penyusunan pos-pos laporan keuangan daerah (aset, kewajiban dan ekuitas
dana). Dalam bagian ini harus disajikan proses penetapan nilai setiap aset,
kewajiban dan ekuitas dana. Informasi pengukuran pos-pos laporan keuangan
sebagaimana dimaksud harus dengan jelas menggambarkan nilai perolehan
historis, yaitu aset harus dicatat/diukur sebesar pengeluaran kas dan setara
kas atau sebesar nilai wajar dari imbalan yang diberikan untuk memperoleh
aset tersebut, kewajiban dicatat/diukur sebesar nilai nominal dan ekuitas dana
dicatat/diukur sebesar selisih antara aset dengan kewajiban.
4.4. Penerapan kebijakan akuntansi berkaitan dengan ketentuan yang ada
dalam standar akuntansi pemerintah
Menyajikan informasi tentang kebijakan akuntansi yang telah diterapkan dan
kebijakan akuntansi yang belum diterapkan atas pos-pos laporan keuangan
sesuai dengan ketentuan Standar Akuntansi Pemerintahan.

simbachs@gmail.com

- 105 Contoh:
Telah Sesuai Standar Akuntansi Pemerintahan :

Pengakuan aset tetap berdasarkan harga perolehan.

Belum mengikuti Standar Akuntansi Pemerintahan :

Bab V

Aset tetap belum dilakukan penyusutan.

Penjelasan Pos-pos Laporan Keuangan


5.1.

Rincian

dan

penjelasan

masing-masing

pos-pos

pelaporan

keuangan
5.1.1 Pendapatan
Menyajikan informasi tentang rincian dan penjelasan pos pendapatan:
-

Pendapatan asli daerah

Dana perimbangan

Lain-lain pendapatan yang sah

5.1.2 Belanja
Menyajikan informasi tentang rincian dan penjelasan pos belanja:
-

Belanja pegawai

Belanja barang

Belanja modal

Belanja bunga

Belanja subsidi

Belanja hibah

Belanja bantuan sosial

Belanja bagi hasil

Belanja bantuan keuangan

Belanja tidak terduga

5.1.3 Pembiayaan
Memuat informasi tentang rincian dan penjelasan pos pembiayaan:
-

Pembiayaan penerimaan:
a. Sisa lebih perhitungan anggaran (SiLPA)
b. Pencairan dana cadangan
c. Hasil penjualan kekayaan (aset) daerah yang dipisahkan
d. Penerimaan pinjaman daerah dan penerbitan obligasi daerah
e. Penerimaan kembali pinjaman daerah
f.

Penerimaan piutang

Pembiayaan Pengeluaran:
a. Pembentukan dana cadangan
b. Pembayaran pokok utang yang jatuh tempo
c. Penyertaan modal (investasi) pemerintah daerah

simbachs@gmail.com

- 106 d. Pemberian pinjaman


5.1.4 Aset
Memuat informasi tentang rincian dan penjelasan pos aset:
-

Aset lancar

Investasi jangka panjang

Aset tetap

Dana cadangan

Aset lain-lain

5.1.5 Kewajiban
Memuat informasi tentang rincian dan penjelasan pos kewajiban:
-

Kewajiban jangka pendek

Kewajiban jangka panjang

5.1.6 Ekuitas dana


Memuat informasi tentang rincian dan penjelasan pos ekuitas dana:
-

Ekuitas dana lancar

Ekuitas dana investasi

Ekuitas dana cadangan

5.1.8 Komponen-komponen laporan arus kas, yang terdiri atas:

5.2.

Arus kas aktivitas operasi

Arus kas aktivitas investasi aset nonkeuangan

Arus kas aktivitas pembiayaan

Arus kas aktivitas nonanggaran

Pengungkapan atas pos-pos aset dan kewajiban yang timbul


sehubungan dengan penerapan basis akrual atas pendapatan dan
belanja dan rekonsiliasinya dengan penerapan basis kas, untuk
entitas pelaporan yang menggunakan basis akrual.
Memuat informasi tentang kebijakan akuntansi yang diharuskan oleh
pernyataan standar akuntansi pemerintahan. Pengungkapan atas pos-pos
aset dan kewajiban yang timbul sehubungan dengan penerapan basis akrual
atas pendapatan dan belanja dan rekonsiliasinya dengan penerapan basis
kas, untuk entitas pelaporan yang menggunakan basis akrual. rekonsiliasi
ditujukan untuk menyajikan hubungan antara laporan kinerja kuangan
dengan laporan realisasi anggaran. Laporan rekonsiliasi dimulai dengan
penambahan atau pengurangan ekuitas yang berasal dari laporan kinerja
yang disusun berdasarkan basis akrual.

simbachs@gmail.com

- 107 Bab VI

Penjelasan atas informasi-informasi nonkeuangan


Memuat informasi tentang hal-hal yang belum diinformasikan dalam bagian
manapun dari laporan keuangan, yaitu:
a.

Domisili dan bentuk hukum suaru entitas serta jurisdiksi tempat entitas
tersebut berada.

b.

Penjelasan mengenai sifat operasi entitas dan kegiatan pokoknya.

c.

Ketentuan perundang-undangan yang menjadi kegiatan operasionalnya.

d.

Penggantian manajemen pemerintahan selama tahun berjalan.

e.

Kesalahan manajemen terdahulu yang telah dikoreksi oleh manajemen baru.

f.

Komitmen atau kontinjensi yang tidak dapat disajikan pada Neraca.

g.

Penggabungan atau pemekaran entitas pada tahun berjalan.

h.

Kejadian yang mempunyai dampak sosial, misalnya adanya pemogokan yang


harus ditanggung pemerintah.

Bab VII Penutup


Memuat uraian penutup yang dapat berupa simpulan-simpulan penting tentang
laporan keuangan.
*) coret yang tidak perlu

simbachs@gmail.com

I.

DAFTAR KEGIATAN-KEGIATAN TAHUN ANGGARAN SEBELUMNYA YANG BELUM DISELESAIKAN DAN DIANGGARKAN KEMBALI DALAM TAHUN
ANGGARAN INI
1.

TAHUN PERTAMA

LAMPIRAN VIII.1

PERATURAN DAERAH
NOMOR
:
TANGGAL
:

PROVINSI/KABUPATEN/KOTA*)
DAFTAR KEGIATAN-KEGIATAN TAHUN ANGGARAN SEBELUMNYA YANG BELUM DISELESAIKAN DAN
DIANGGARKAN KEMBALI DALAM TAHUN ANGGARAN INI
TAHUN ANGGARAN n

No.

Kode Rekening
Kegiatan

Jumlah Anggaran
TAHUN n-1
Judul kegiatan
APBD
TA n-1

PERUBAHAN
APBD
TA n-1
5

Jumlah Realisasi s.d


akhir TA n-1

Jumlah sisa anggaran yang


dianggarkan dalam tahun ini
(Rp)
TA n
APBD

PERUBAHAN
APBD

1.
2.
3.
4.
dst.
Jumlah

*)

coret yang tidak perlu


.., tanggal.
GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA*)..
(tanda tangan)
(nama lengkap)

simbachs@gmail.com

2.

TAHUN KEDUA
LAMPIRAN VIII.2

PERATURAN DAERAH
NOMOR
:
TANGGAL
:

PROVINSI/KABUPATEN/KOTA *)

DAFTAR KEGIATAN-KEGIATAN TAHUN ANGGARAN SEBELUMNYA YANG BELUM DISELESAIKAN DAN


DIANGGARKAN KEMBALI DALAM TAHUN ANGGARAN INI TAHUN ANGGARAN n

No.

Kode Rekening
Kegiatan

Judul kegiatan

Jumlah Tahun Awal


Penganggaran
(Rp)
APBD
TA n-2

PERUBAHAN
APBD
TA n-2
5

Jumlah Realisasi
sampai dengan
akhir TA n-2
(Rp)

Jumlah Anggaran
Tahun n-1
(Rp)
APBD

PERUBAHAN
APBD

Jumlah
Realisasi
sampai
dengan akhir
TA n-1
(Rp)
9

Jumlah sisa anggaran


yang dianggarkan dalam
Tahun ini
(Rp)
TA n
APBD

PERUBAHAN
APBD

10

11

1.
2.
3.
4.
dst.
Jumlah

*) coret yang tidak perlu


.., tanggal.
GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA*)..
(tanda tangan)
(nama lengkap)

simbachs@gmail.com

DAFTAR PINJAMAN DAERAH

J.

LAMPIRAN IX

PERATURAN DAERAH
NOMOR
:
TANGGAL
:

PROVINSI/KABUPATEN/KOTA *)...
DAFTAR PINJAMAN DAERAH
TAHUN ANGGARAN .

No

Sumber
pinjaman
daerah

Dasar Hukum
Pinjaman/Obl
igasi

Tangggal/
Tahun
Perjanjian
Pinjaman/Obl
igasi

Jumlah
Pinjaman/Nilai
Nominal
Obligasi
(Rp)

Jangka
waktu
pinjaman
(tahun)

Persentase
bunga
pinjaman
%

Tujuan
penggunaan
pinjaman

Jumlah pembayaran
tahun ini

Jumlah
sisa pembayaran

Pokok
Pinjaman
Daerah
(Rp)

Bunga
(Rp)

Pokok
Pinjaman
Daerah
(Rp)

Bunga
(Rp)

10

11

12

1
2
3
4
dst
Jumlah

*) coret yang tidak perlu


, tanggal ..,..
GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA*).
(tanda tangan)
(nama lengkap)

simbachs@gmail.com

- 111 CARA PENGISIAN:


Judul
Kolom 1
Kolom 2
Kolom 3
Kolom 4
Kolom 5
Kolom 6
Kolom 7
Kolom 8 & 9
Kolom 10 & 11
Jumlah

Diisi dengan nama provinsi/kabupaten/kota dan tahun anggaran


Diisi dengan nomor urut pinjaman daerah
Diisi dengan nama lembaga/instansi yang memberi pinjaman mulai sejak
pemerintah daerah melakukan pinjaman sampai dengan tahun terakhir
melakukan pinjaman.
Diisi dengan nomor, tanggal dan tahun perjanjian pinjaman
Diisi dengan jumlah/besarnya pinjaman daerah sebagaimana disebut dalam surat
perjanjian pinjaman.
Diisi dengan jangka waktu pinjaman.
Diisi dengan persentase bunga yang dikenakan atas pokok pinjaman
Diisi dengan tujuan penggunaan dana pinjaman
Diisi dengan jumlah besaran cicilan pokok, bunga dan denda pinjaman yang akan
dibayar dalam tahun anggaran yang direncanakan.
Diisi dengan jumlah sisa pembayaran cicilan pokok dan bunga pinjaman yang
direncanakan masih harus dibayar sampai dengan akhir jangka waktu pinjaman.
Diisi dengan jumlah cicilan pokok, bunga dan denda pinjaman yang akan dibayar
dalam tahun anggaran yang direncanakan dan jumlah seluruh sisa pembayaran
cicilan pokok dan bunga pinjaman yang direncanakan masih harus dibayar sampai
dengan akhir jangka waktu pinjaman.

MENTERI DALAM NEGERI,


ttd
H. MOH. MARUF, SE.
Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA BIRO HUKUM,

PERWIRA

simbachs@gmail.com

- 112 LAMPIRAN C.VI

: PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI


NOMOR
: 13 TAHUN 2006
TANGGAL
: 15 Mei 2006

FORMAT RANCANGAN PERATURAN KEPALA DAERAH TENTANG


PENJABARAN PERUBAHAN APBD BESERTA LAMPIRAN
A.

RANCANGAN PERATURAN KEPALA DAERAH TENTANG PENJABARAN PERUBAHAN


APBD
PERATURAN GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA *)
NOMOR ....... TAHUN ......
TENTANG
PENJABARAN PERUBAHAN
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH
TAHUN ANGGARAN .
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA *)

Menimbang :

bahwa sebagai pelaksanaan ketentuan Pasal . Peraturan Daerah


Nomor Tahun tentang Perubahan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah Tahun Anggaran ..............., perlu ditetapkan
Peraturan Gubernur/Bupati/Walikota *). tentang Penjabaran
Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;

Mengingat

1.

2.

3.

4.

5.

Undang-Undang Nomor .......... Tahun ........... tentang


Pembentukan Daerah ................ (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun ......... Nomor ........., Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor .......);
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan
Bangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1985
Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3312) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 1994 (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1994 Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3569);
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3685) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 34 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2000 Nomor 246 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4048);
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1997 tentang Bea Perolehan
Hak Atas Tanah dan Bangunan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1997 Nomor 44, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3688);
Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan
Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851);

simbachs@gmail.com

- 113 6. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan


Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003
Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4286);
7. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4355);
8. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4389);
9. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksanaan
Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);
10. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4421);
11. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 Tentang
Perubahan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah menjadi Undang-Undang (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia nomor 4548);
12. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pembinaan
dan Pengawasan atas Penyelenggaran Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 41,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4090);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001
Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4138);
15. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001
Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4139);
16. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan
Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota DPRD
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 90,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4416)

simbachs@gmail.com

- 114 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor


37 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah
Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler dan
Keuangan Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 94, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4540);
17. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4502);
18. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2005 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4503);
19. Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2005 tentang Pinjaman
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 136, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4574);
20. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana
Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4575);
21. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem
Informasi Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4576);
22. Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2005 tentang Hibah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 139,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4577);
23. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4578);
24. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman
Penyusunan dan penerapan Standar Pelayanan Minimal
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 150,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4585);
25. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan
Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4614);
26. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;
27. Peraturan Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota *).................. Nomor
.. Tahun ...... tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan
Daerah;

simbachs@gmail.com

- 115 28. Peraturan Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota *) Nomor ..


Tahun tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Tahun Anggaran ;
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :

PERATURAN
GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA*)

TENTANG
PENJABARAN
PERUBAHAN
ANGGARAN
PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN ..

Pasal 1
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran ........ semula berjumlah
Rp. ......................... bertambah/berkurang sejumlah Rp. ...................... sehingga
menjadi Rp dengan rincian sebagai berikut:
1.

Pendapatan
a. Semula
b. Bertambah/(berkurang)

Rp..
Rp..

Jumlah Pendapatan setelah Perubahan


2.

3.

Belanja
a. Semula
b. Bertambah/(berkurang)

(-)
Rp..

Rp..
Rp.. (-)

Jumlah Belanja setelah Perubahan

Rp..

Surplus/(Defisit) setelah Perubahan

Rp..

Pembiayaan
a. Penerimaan
1) Semula
2) Bertambah/(berkurang)

Rp..
Rp..

(-)

Jumlah Penerimaan setelah Perubahan


b.

Pengeluaran
1) Semula
2) Bertambah/(berkurang)

Rp..
Rp..

Rp..

(-)

Jumlah Pengeluaran setelah Perubahan

Rp..

Jumlah Pembiayaan neto setelah perubahan

Rp..

Sisa lebih pembiayaan anggaran setelah perubahan

Rp..

(-)
(-)

Pasal 2
Penjabaran perubahan APBD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 dirinci lebih lanjut
pada Lampiran peraturan ini.

simbachs@gmail.com

- 116 Pasal 3
Lampiran sebagaimana tersebut dalam Pasal 2 merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari peraturan ini.
Pasal 4
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
Gubernur/Bupati/Walikota *).. ini dalam Berita Daerah.

pengundangan

Peraturan

Ditetapkan di
pada tanggal ..
GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA *)
(tanda tangan)
*) coret yang tidak perlu

(nama lengkap)

simbachs@gmail.com

- 117 B.

RINGKASAN PENJABARAN PERUBAHAN ANGGARAN


BELANJA DAERAH, DAN PEMBIAYAAN DAERAH

LAMPIRAN I

PENDAPATAN

DAERAH,

: PERATURAN GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA
NOMOR`
:
TANGGAL
:

PROVINSI/KABUPATEN/KOTA *)..
RINGKASAN PENJABARAN PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAERAH,
BELANJA DAERAH, DAN PEMBIAYAAN DAERAH
TAHUN ANGGARAN

Nomor Urut

Uraian

sebelum
perubahan
3

1.

PENDAPATAN DAERAH

1.1
1.1.1
1.1.2
1.1.3
1.1.4

Pendapatan asli daerah


Pajak daerah
Retribusi daerah
Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan
Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah

1.2
1.2.1
1.2.2
1.2.3

Dana perimbangan
Dana bagi hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak
Dana alokasi umum
Dana alokasi khusus

1.3
1.3.1
1.3.2
1.3.3

Lain-lain pendapatan daerah yang sah


Hibah
Dana Darurat
Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah
Daerah lainnya
Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus
Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah
lainnya

1.3.4
1.3.5

Bertambah/
(berkurang)

Jumlah (Rp)
setelah
perubahan
4

(Rp)

5=4-3

6=5:3

Jumlah Pendapatan
2.

BELANJA DAERAH

2.1

Belanja Tidak Langsung

2.1.1
2.1.2
2.1.3
2.1.4
2.1.5
2.1.6

2.1.8

Belanja pegawai
Belanja bunga
Belanja subsidi
Belanja hibah
Belanja bantuan sosial
Belanja Bagi Hasil Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan
Pemerintahan Desa
Belanja Bantuan Keuangan Kepada
Provinsi/Kabupaten/Kota Dan Pemerintahan Desa
Belanja Tidak Terduga

2.2
2.2.1
2.2.2
2.2.3

Belanja Langsung
Belanja pegawai
Belanja barang dan jasa
Belanja modal

2.1.7

simbachs@gmail.com

- 118 -

Nomor Urut

Uraian

Bertambah/
(berkurang)

Jumlah (Rp)
sebelum
perubahan
3

setelah
perubahan
4

(Rp)

5=4-3

6=5:3

Jumlah Belanja
Surplus/(Defisit)
3.

PEMBIAYAAN DAERAH

3.1
3.1.1

Penerimaan pembiayaan
Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran
sebelumnya (SiLPA)
Pencairan Dana Cadangan
Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
Penerimaan Pinjaman
Penerimaan kembali Pemberian Pinjaman
Penerimaan Piutang

3.1.2
3.1.3
3.1.4
3.1.5
3.1.6

Jumlah penerimaan pembiayaan


3.2
3.2.1
3.2.2
3.2.3
3.2.4

Pengeluaran pembiayaan
Pembentukan dana cadangan
Penyertaan modal (Investasi) pemerintah daerah
Pembayaran pokok utang
Pemberian pinjaman daerah
Jumlah pengeluaran pembiayaan
Pembiayaan netto

3.3

*)

Sisa lebih pembiayaan anggaran tahun berkenaan


(SILPA)

coret yang tidak perlu

.., tanggal.
GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA*)..
(tanda tangan)
(nama lengkap)

simbachs@gmail.com

C.

ENJABARAN PERUBAHAN APBD


LAMPIRAN II

: PERATURAN GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA
NOMOR
:
TANGGAL
:

PROVINSI/KABUPATEN/KOTA *)..
PENJABARAN PERUBAHAN APBD
TAHUN ANGGARAN ..
Urusan Pemerintahan
Organisasi

: x.xx
: x.xx.xx

(dalam rupiah)
Bertambah/
(berkurang)

Jumlah (Rp)
Kode Rekening

Uraian

sebelum
perubahan

setelah
perubahan

(Rp)

Penjelasan

Prosentase

(%)
6

*) coret yang tidak perlu


.., anggal.
GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA*).
.
(tanda tangan)
(nama lengkap)

simbachs@gmail.com

- 120 Cara Pengisian Lampiran II Peraturan Kepala Daerah, format penjabaran perubahan APBD:
1.

Provinsi/kabupaten/kota diisi dengan nama provinsi/kabupaten/kota.

2.

Tahun anggaran diisi dengan tahun anggaran yang direncanakan.

3.

Urusan Pemerintahan diisi dengan nomor kode urusan pemerintahan dan nama urusan
pemerintahan daerah yang dilaksanakan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi SKPD.

4.

Organisasi diisi dengan nomor kode perangkat daerah dan nama satuan kerja perangkat daerah.

5.

Pengisian kolom 1 (kode rekening) sebagai berikut :

a.

Untuk Penganggaran Pendapatan Daerah :


Kolom kesatu diisi dengan nomor 4 untuk kode rekening anggaran pendapatan daerah. Kolom
kedua diisi dengan kode rekening untuk kelompok pendapatan daerah, kolom ketiga dan
keempat diisi dengan angka 00, kolom kelima diisi dengan kode rekening untuk jenis
pendapatan, kolom keenam diisi dengan kode rekening untuk objek pendapatan, dan kolom
ketujuh/terakhir diisi dengan kode rekening untuk rincian objek pendapatan.

b.

Untuk Penganggaran Belanja Daerah :


Kolom pertama diisi dengan angka 5 untuk kode rekening anggaran belanja daerah.
Untuk pengisian kolom-kolom selanjutnya sebagai berikut:
1)

Belanja Tidak Langsung :


Setelah kode rekening belanja daerah diisi dengan angka 1 untuk kode rekening
kelompok belanja tidak langsung, kolom ketiga dan keempat masing-masing diisi
dengan angka 00.
Kolom selanjutnya secara berturut-turut diisi sesuai dengan kode rekening jenis belanja
tidak langsung, kode rekening objek belanja tidak langsung, dan kode rekening rincian
objek belanja tidak langsung yang berkenaan.

2)

Belanja Langsung :
Setelah kode rekening belanja daerah diisi dengan angka 2 untuk kode rekening
kelompok belanja langsung, kolom ketiga diisi dengan nomor kode program, kolom
keempat diisi dengan nomor kode kegiatan.
Kolom selanjutnya setelah kode kelompok belanja langsung diisi dengan kode rekening
jenis belanja langsung, kode rekening objek belanja langsung, dan kode rekening rincian
objek belanja langsung berkenaan untuk belanja dari setiap kegiatan.

c.

Untuk penganggaran pembiayaan daerah :


Kolom pertama diisi dengan angka 6 untuk kode rekening anggaran pembiayaan daerah.
Untuk pengisian kolom selanjutnya sebagai berikut:
1)

Penerimaan pembiayaan daerah :


Setelah kolom kode rekening pembiayaan daerah diisi, kolom berikutnya diisi dengan
angka 1 untuk nomor kode rekening kelompok penerimaan pembiayaan daerah, kolom
ketiga dan keempat masing-masing diisi dengan angka 00.
Untuk kolom-kolom selanjutnya secara berturut-turut diisi dengan nomor kode rekening
jenis penerimaan pembiayaan, kode rekening objek penerimaan pembiayaan, dan kode
rekening rincian objek penerimaan pembiayaan yang berkenaan.

2)

Pengeluaran pembiayaan daerah :


Setelah kolom kode rekening pembiayaan daerah diisi, kolom berikutnya diisi dengan
angka 2 untuk nomor kode rekening kelompok pengeluaran pembiayaan daerah, kolom
ketiga dan keempat masing-masing diisi dengan angka 00.
Untuk kolom-kolom selanjutnya secara berturut-turut diisi dengan nomor kode rekening
jenis pengeluaran pembiayaan, kode rekening objek pengeluaran pembiayaan, dan
kode rekening rincian objek pengeluaran pembiayaan yang berkenaan.

simbachs@gmail.com

- 121 6.

Pengisian Kolom 2 (uraian) sebagai berikut :

a.

b.

Penganggaran Pendapatan Daerah :


1)

Uraian pendapatan daerah dicantumkan pada urutan pertama.

2)

Setelah mencantumkan uraian pendapatan daerah, selanjutnya dicantumkan uraian


kelompok pendapatan daerah yang akan dipungut/diterima seperti pendapatan asli
daerah/dana perimbangan atau lain-lain pendapatan daerah yang sah.

3)

Untuk setiap kelompok pendapatan daerah diuraikan jenis-jenis pendapatan berkenaan.


Jenis-jenis pendapatan daerah yang termasuk dalam kelompok pendapatan asli daerah
seperti hasil pajak daerah/hasil retribusi daerah/hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah. Sedangkan dana bagi hasil, DAU, DAK
merupakan jenis pendapatan daerah yeng termasuk dalam kelompok pendapatan
daerah yang bersumber dari penerimaan dana perimbangan. Demikian halnya dengan
penguraian kelompok, dan jenis dari pendapatan Daerah yang lain.

4)

Setelah setiap jenis pendapatan daerah dicantumkan, selanjutnya diuraikan nama obyek
pendapatan daerah yang berkenaan, misalnya pajak kendaraan bermotor, pajak
kendaraan di atas air, bea balik nama kendaraan bermotor yang merupakan obyek
pendapatan daerah yang termasuk dalam jenis hasil pajak daerah. retribusi pelayanan
kesehatan, retribusi pemakaian kekayaan daerah, retribusi pengujian kapal perikanan
merupakan obyek pendapatan daerah yang termasuk dalam jenis hasil retribusi daerah,
dan seterusnya.

5)

Untuk setiap obyek pendapatan daerah yang dicantumkan selanjutnya diuraikan rincian
obyek pendapatan daerah yang berkenaan, seperti A-1 Sedan, Jeep, Station Wagon (
Tidak Umum ), A-2 Sedan, Jeep, Station Wagon ( Umum ), B-1 Bus, Micro Bus ( Tidak
Umum ) yang merupakan rincian obyek pendapatan daerah yang termasuk dalam obyek
pajak kendaraan bermotor. Administrasi/karcis, Tindakan/Operasi merupakan rincian
obyek pendapatan daerah yang termasuk dalam obyek retribusi pelayanan kesehatan.
Pelepasan hak atas tanah, penjualan peralatan/perlengkapan kantor tidak terpakai,
penjualan mesin/alat-alat berat tidak terpakai merupakan rincian obyek pendapatan
daerah yang termasuk dalam obyek hasil penjualan aset daerah yang tidak dipisahkan
dan seterusnya.

6)

Pencantuman kelompok, jenis, obyek dan rincian obyek dalam uraian rincian penjabaran
APBD disesuaikan dengan kewenangan untuk memungut atau menerima pendapatan
daerah sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing satuan kerja perangkat
daerah sebagaimana ditetapkan dalam ketentuan perundang-undangan. Sehubungan
dengan hal tersebut untuk efektivitas penilaian pencapaian prestasi kerja dibidang
pengelolaan pendapatan daerah, tidak diperkenankan mencantumkan rincian obyek
pendapatan daerah yang pemungutan atau penerimaannya bukan menjadi kewenangan
satuan kerja perangkat daerah yang bersangkutan.

Penganggaran Belanja Daerah :


Uraian pertama yang harus dicantumkan untuk menjabarkan belanja yakni uraian belanja
daerah. Selanjutnya untuk menguraikan lebih lanjut belanja kedalam kelompok belanja, yang
pertama kali dicantumkan adalah belanja tidak langsung, kemudian diikuti dengan masingmasing jenis belanja tidak langsung, obyek belanja tidak langsung dan rincian obyek belanja
tidak langsung berkenaan. Setelah menguraikan belanja tidak langsung, langkah selanjutnya
adalah menguraikan belanja langsung mulai dari jenis belanja langsung, dengan masingmasing obyek belanja langsung dan rincian obyek belanja langsung berkenaan
Penjabaran lebih lanjut dari masing-masing kelompok belanja agar memperhatikan hal-hal
sebagai berikut :
1)

Penganggaran belanja tidak langsung :

a)

Setelah mencantumkan uraian belanja tidak langsung, selanjutnya diuraikan jenisjenis belanja yang termasuk dalam kelompok belanja tidak langsung dimaksud.
Jenis-jenis belanja tidak langsung seperti belanja pegawai, belanja barang dan
jasa, belanja bunga, belanja subsidi, belanja hibah, belanja bagi hasil, belanja
bantuan keuangan atau belanja tak tersangka.

simbachs@gmail.com

- 122 -

2)

c.

b)

Pencantuman setiap jenis belanja harus diikuti dengan menguraikan obyek belanja
berkenaan, misalnya untuk belanja pegawai, uraian obyek belanja yang termasuk
dalam jenis belanja pegawai tersebut seperti gaji dan tunjangan, tunjangan
tambahan penghasilan PNS, upah pungut, belanja perawatan dan pengobatan,
belanja pengembangan sumber daya aparatur. Obyek belanja yang termasuk
dalam jenis belanja barang dan jasa dapat berupa belanja bahan pakai habis,
belanja jasa kantor, belanja penunjang operasional KDH/WKDH, belanja cetak dan
penggandaan dan belanja sewa keperluan kantor. Belanja bagi hasil pajak daerah
dan belanja bagi hasil retribusi daerah merupakan obyek dari jenis belanja bagi
hasil, dan seterusnya.

c)

Setelah mencantumkan obyek belanja tidak langsung yang diperlukan, selanjutnya


diikuti dengan menguraikan rincian obyek belanja yang termasuk dalam obyek
belanja berkenaan. Gaji pokok/uang representasi, tunjangan keluarga, tunjangan
jabatan, tunjangan fungsional, tunjangan beras, tunjangan PPh, pembulatan gaji,
uang paket, tunjangan panitia musyawarah, tunjangan komisi, tunjangan panitia
anggaran, tunjangan badan kehormatan merupakan rincian obyek dari obyek
belanja gaji dan tunjangan. Belanja alat tulis kantor, belanja alat listrik dan
elektronik (lampu pijar, battery kering), belanja perangko, materai dan benda pos
lainnya, belanja peralatan kebersihan dan bahan pembersih, belanja pengisian
tabung pemadam kebakaran, belanja pengisian tabung gas adalah merupakan
rincian obyek dari obyek belanja bahan pakai habis, dan seterusnya.

Penganggaran belanja langsung

a)

Untuk penganggaran belanja langsung, terlebih dahulu dimulai dengan


mencantumkan uraian belanja langsung, yang kemudian diikuti dengan nama
program yang akan didanai melalui belanja langsung.

b)

Setelah mencantumkan nama program, selanjutnya dicantumkan nama kegiatan


yang termasuk dalam bagian program berkenaan.

c)

Setiap mencantumkan uraian nama kegiatan langkah selanjutnya diikuti dengan


mencantumkan jenis-jenis belanja langsung, dan masing-masing obyek belanja
langsung serta rincian obyek belanja langsung yang dibutuhkan untuk mendanai
kegiatan berkenaan.

d)

Jenis-jenis belanja yang termasuk dalam kelompok belanja langsung dapat berupa
belanja pegawai, belanja barang dan jasa, atau belanja modal.

e)

Obyek belanja langsung yang termasuk dalam jenis belanja pegawai seperti
honorarium, uang lembur dan upah. Obyek belanja langsung yang termasuk dalam
jenis belanja barang dan jasa seperti belanja bahan/material, belanja cetak dan
penggandaan, belanja sewa, belanja makanan dan minuman, belanja pakaian
kerja dan belanja perjalanan dinas. Belanja modal tanah, belanja modal jalan dan
jembatan, belanja modal bangunan air (irigasi), belanja modal instalasi, belanja
modal jaringan merupakan obyek belanja langsung yang termasuk dalam jenis
belanja modal, dan seterusnya.

f)

Rincian obyek belanja langsung yang termasuk dalam salah satu obyek belanja
langsung honorarium misalnya honorarium panitia/tim. Belanja bahan baku
bangunan, belanja bahan/bibit tanaman, belanja bahan obat-obatan, belanja alat
tulis merupakan rincian obyek belanja langsung yang termasuk dalam obyek
belanja bahan/material. Belanja modal bangunan gedung tempat kerja, belanja
modal bangunan gedung rumah tinggal dan belanja modal bangunan gedung
menara merupakan rincian obyek belanja langsung yang termasuk dalam obyek
belanja modal, dan seterusnya.

Penganggaran Pembiayaan Daerah :


1)

Penerimaan pembiayaan

a)

Uraian pertama yang dicantumkan untuk menguraikan lebih lanjut penerimaan


pembiayaan daerah yakni uraian penerimaan pembiayaan.

simbachs@gmail.com

- 123 -

2)

7.

b)

Selanjutnya diuraikan jenis-jenis penerimaan pembiayaan yang termasuk dalam


kelompok penerimaan pembiayaan berkenaan, seperti sisa lebih perhitungan
anggaran tahun lalu, transfer dari rekening dana cadangan, hasil penjualan
kekayaan daerah yang dipisahkan, penerimaan pinjaman daerah dan obligasi
daerah dan penerimaan tagihan piutang daerah merupakan jenis penerimaan
pembiayaan yang termasuk dalam kelompok penerimaan pembiayaan.

c)

Untuk masing-masing jenis penerimaan pembiayaan yang dicantumkan


selanjutnya diuraikan obyek penerimaan pembiayaan yang termasuk dalam jenis
penerimaan pembiayaan berkenaan, seperti pelampauan PAD, pelampauan dana
perimbangan, pelampauan lain-lain pendapatan yang sah yang merupakan obyek
penerimaan pembiayaan yang termasuk dalam jenis sisa lebih perhitungan
anggaran tahun lalu. Penerimaan pinjaman daerah dari pemerintah, penerimaan
pinjaman daerah dari pemerintah daerah lain, penerimaan pinjaman daerah dari
lembaga keuangan bank, penerimaan pinjaman daerah dari lembaga keuangan
bukan bank dan penerimaan atas kewajiban kepada pihak ketiga merupakan
obyek penerimaan pembiayaan yang termasuk dalam jenis penerimaan pinjaman
daerah dan obligasi daerah, dan seterusnya.

d)

Setelah mencantumkan setiap uraian obyek penerimaan pembiayaan, selanjutnya


dicantumkan uraian rincian obyek penerimaan pembiayaan yang termasuk dalam
obyek penerimaan pembiayaan berkenaan, seperti penerimaan piutang daerah dari
hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan dan lain-lain PAD merupakan rincian obyek penerimaan pembiayaan
yang termasuk dalam obyek pelampauan PAD.

Pengeluaran pembiayaan

a)

Uraian pertama yang dicantumkan untuk menguraikan lebih lanjut penerimaan


pembiayaan daerah yakni uraian pengeluaran pembiayaan.

b)

Selanjutnya diuraikan jenis-jenis pengeluaran pembiayaan yang termasuk dalam


kelompok pengeluaran pembiayaan berkenaan, seperti pembayaran cicilan pokok
utang yang jatuh tempo, pembelian kembali obligasi daerah, penyertaan modal
(investasi) daerah, pemberian pinjaman daerah dan obligasi daerah dan transfer
ke rekening dana cadangan yang merupakan jenis pengeluaran pembiayaan yang
termasuk dalam kelompok pengeluaran pembiayaan.

c)

Untuk masing-masing jenis pengeluaran pembiayaan yang dicantumkan


selanjutnya diuraikan obyek pengeluaran pembiayaan yang termasuk dalam jenis
pengeluaran pembiayaan berkenaan, seperti pembayaran cicilan pokok utang yang
jatuh tempo kepada pemerintah, pembayaran cicilan pokok utang yang jatuh
tempo kepada pemerintah daerah lain, pembayaran cicilan pokok utang yang
jatuh tempo kepada lembaga keuangan bank, pembayaran cicilan pokok utang
yang jatuh tempo kepada lembaga keuangan bukan bank, pembayaran atas
kewajiban kepada pihak ketiga, pembayaran pokok obligasi daerah yang jatuh
tempo kepada masyarakat yang merupakan obyek pengeluaran pembiayaan yang
termasuk dalam jenis pembayaran cicilan pokok utang yang jatuh tempo.

d)

Setelah mencantumkan setiap uraian obyek pengeluaran pembiayaan, selanjutnya


dicantumkan uraian rincian obyek pengeluaran pembiayaan yang termasuk dalam
obyek pengeluaran pembiayaan berkenaan.

Pengisian kolom 3 (jumlah) sebelum perubahan sebagai berikut :

a.

Pendapatan Daerah:
1)

Pengisian jumlah pendapatan daerah sebelum perubahan secara horizontal sesuai


dengan jumlah sebelum perubahan yang direncanakan menurut kelompok, jenis, objek,
dan rincian objek pendapatan daerah yang dicantumkan dalam kolom uraian.

2)

Jumlah menurut kelompok pendapatan daerah sebelum perubahan diisi dengan jumlah
hasil penjumlahan dari seluruh jumlah jenis pendapatan daerah berkenaan sebelum
perubahan.

simbachs@gmail.com

- 124 -

b.

3)

Jumlah menurut jenis pendapatan daerah sebelum perubahan diisi dengan jumlah hasil
penjumlahan dari seluruh jumlah obyek pendapatan daerah berkenaan sebelum
perubahan.

4)

Jumlah menurut obyek pendapatan daerah sebelum perubahan diisi dengan jumlah hasil
penjumlahan dari seluruh jumlah rincian obyek pendapatan daerah berkenaan sebelum
perubahan.

5)

Jumlah menurut rincian obyek pendapatan daerah sebelum perubahan diisi dengan
jumlah rincian obyek pendapatan daerah berkenaan sebelum perubahan.

6)

Jumlah seluruh pendapatan daerah sebelum perubahan sama dengan penjumlahan dari
seluruh jumlah kelompok pendapatan daerah sebelum perubahan yang dianggarkan.

Belanja Daerah :
1)

2)

Belanja tidak langsung

a)

Pengisian jumlah sebelum perubahan belanja tidak langsung secara horizontal


disesuaikan dengan jumlah yang direncanakan menurut kelompok, jenis, objek,
rincian objek belanja tidak langsung sebelum perubahan yang dicantumkan dalam
kolom uraian.

b)

Jumlah menurut kelompok belanja tidak langsung sebelum perubahan diisi dengan
jumlah hasil penjumlahan dari seluruh jumlah jenis belanja tidak langsung
berkenaan sebelum perubahan.

c)

Jumlah menurut jenis belanja tidak langsung sebelum perubahan diisi dengan
jumlah hasil penjumlahan dari seluruh jumlah obyek belanja tidak langsung
berkenaan sebelum perubahan.

d)

Jumlah menurut obyek belanja tidak langsung daerah sebelum perubahan diisi
dengan jumlah hasil penjumlahan dari seluruh jumlah rincian obyek belanja tidak
langsung berkenaan sebelum perubahan.

e)

Jumlah menurut rincian obyek belanja tidak langsung sebelum perubahan diisi
dengan jumlah rincian obyek belanja tidak langsung berkenaan sebelum
perubahan.

f)

Jumlah seluruh belanja tidak langsung sebelum perubahan sama dengan


penjumlahan dari seluruh jumlah kelompok belanja tidak langsung sebelum
perubahan yang dianggarkan.

Belanja Langsung

a)

Pengisian jumlah belanja langsung sebelum perubahan secara horizontal


disesuaikan dengan jumlah yang direncanakan menurut program, kegiatan, jenis,
objek, rincian objek belanja langsung sebelum perubahan yang dicantumkan
dalam kolom uraian.

b)

Jumlah menurut program sebelum perubahan diisi dengan jumlah hasil


penjumlahan dari seluruh jumlah belanja kegiatan sebelum perubahan yang
termasuk dalam program berkenaan.

c)

Jumlah menurut kegiatan sebelum perubahan diisi dengan jumlah hasil


penjumlahan dari seluruh jumlah jenis belanja langsung sebelum perubahan yang
termasuk dalam kegiatan berkenaan.

d)

Jumlah menurut jenis sebelum perubahan diisi dengan jumlah hasil penjumlahan
dari seluruh jumlah obyek belanja langsung sebelum perubahan yang termasuk
dalam kegiatan berkenaan.

e)

Jumlah menurut obyek sebelum perubahan diisi dengan jumlah hasil penjumlahan
dari seluruh jumlah rincian obyek belanja langsung sebelum perubahan yang
termasuk dalam kegiatan berkenaan.

f)

Jumlah menurut rincian obyek sebelum perubahan diisi dengan jumlah anggaran
rincian obyek belanja langsung kegiatan sebelum perubahan berkenaan.

simbachs@gmail.com

- 125 g)
c.

Jumlah seluruh belanja langsung sebelum perubahan sama dengan penjumlahan


dari seluruh jumlah program sebelum perubahan yang dianggarkan

Pembiayaan daerah :
1)

2)

3)

Penerimaan Pembiayaan

a)

Pengisian jumlah penerimaan pembiayaan sebelum perubahan secara horizontal


sesuai dengan jumlah yang direncanakan menurut kelompok, jenis, objek, dan
rincian objek penerimaan pembiayaan sebelum perubahan yang dicantumkan
dalam kolom uraian.

b)

Jumlah menurut jenis penerimaan pembiayaan sebelum perubahan diisi dengan


jumlah hasil penjumlahan dari seluruh jumlah obyek penerimaan pembiayaan
berkenaan sebelum perubahan.

c)

Jumlah menurut obyek penerimaan pembiayaan sebelum perubahan diisi dengan


jumlah hasil penjumlahan dari seluruh jumlah rincian obyek penerimaan
pembiayaan berkenaan sebelum perubahan.

d)

Jumlah menurut rincian obyek penerimaan pembiayaan sebelum perubahan diisi


dengan jumlah rincian obyek penerimaan pembiayaan berkenaan sebelum
perubahan.

e)

Jumlah seluruh penerimaan pembiayaan sebelum perubahan sama dengan


penjumlahan dari seluruh jumlah jenis penerimaan pembiayaan sebelum
perubahan yang dianggarkan.

Pengeluaran Pembiayaan

a)

Pengisian jumlah pengeluaran pembiayaan sebelum perubahan secara horizontal


sesuai dengan jumlah yang direncanakan menurut kelompok, jenis, objek, dan
rincian objek pengeluaran pembiayaan sebelum perubahan yang dicantumkan
dalam kolom uraian.

b)

Jumlah menurut jenis pengeluaran pembiayaan sebelum perubahan diisi dengan


jumlah hasil penjumlahan dari seluruh jumlah obyek pengeluaran pembiayaan
berkenaan sebelum perubahan.

c)

Jumlah menurut obyek pengeluaran pembiayaan sebelum perubahan diisi dengan


jumlah hasil penjumlahan dari seluruh jumlah rincian obyek pengeluaran
pembiayaan berkenaan sebelum perubahan.

d)

Jumlah menurut rincian obyek pengeluaran pembiayaan sebelum perubahan diisi


dengan jumlah rincian obyek pengeluaran pembiayaan berkenaan sebelum
perubahan.

e)

Jumlah seluruh pengeluaran pembiayaan sebelum perubahan sama dengan


penjumlahan dari seluruh jumlah jenis pengeluaran pembiayaan sebelum
perubahan yang dianggarkan.

Pembiayaan neto
Jumlah pembiayaan neto sebelum perubahan diisi dengan selisih antara jumlah
penerimaan pembiayaan sebelum perubahan dikurangi dengan jumlah pengeluaran
pembiayaan sebelum perubahan.

8.

Pengisian kolom 4 (jumlah) setelah perubahan sebagai berikut :

a.

Pendapatan Daerah:
1)

Pengisian jumlah pendapatan daerah setelah perubahan secara horizontal sesuai


dengan jumlah setelah perubahan yang direncanakan menurut kelompok, jenis, objek,
dan rincian objek pendapatan daerah yang dicantumkan dalam kolom uraian.

2)

Jumlah menurut kelompok pendapatan daerah setelah perubahan diisi dengan jumlah
hasil penjumlahan dari seluruh jumlah jenis pendapatan daerah berkenaan sebelum
perubahan.

simbachs@gmail.com

- 126 -

b.

3)

Jumlah menurut jenis pendapatan daerah setelah perubahan diisi dengan jumlah hasil
penjumlahan dari seluruh jumlah obyek pendapatan daerah berkenaan sebelum
perubahan.

4)

Jumlah menurut obyek pendapatan daerah sebelum perubahan diisi dengan jumlah hasil
penjumlahan dari seluruh jumlah rincian obyek pendapatan daerah berkenaan sebelum
perubahan.

5)

Jumlah menurut rincian obyek pendapatan daerah sebelum perubahan diisi dengan
jumlah rincian obyek pendapatan daerah berkenaan sebelum perubahan.

6)

Jumlah seluruh pendapatan daerah sebelum perubahan sama dengan penjumlahan dari
seluruh jumlah kelompok pendapatan daerah sebelum perubahan yang dianggarkan.

Belanja Daerah :
1)

2)

Belanja tidak langsung

a)

Pengisian jumlah setelah perubahan belanja tidak langsung secara horizontal


disesuaikan dengan jumlah yang direncanakan menurut kelompok, jenis, objek,
rincian objek belanja tidak langsung setelah perubahan yang dicantumkan dalam
kolom uraian.

b)

Jumlah menurut kelompok belanja tidak langsung setelah perubahan diisi dengan
jumlah hasil penjumlahan dari seluruh jumlah jenis belanja tidak langsung
berkenaan sebelum perubahan.

c)

Jumlah menurut jenis belanja tidak langsung setelah perubahan diisi dengan
jumlah hasil penjumlahan dari seluruh jumlah obyek belanja tidak langsung
berkenaan sebelum perubahan.

d)

Jumlah menurut obyek belanja tidak langsung daerah setelah perubahan diisi
dengan jumlah hasil penjumlahan dari seluruh jumlah rincian obyek belanja tidak
langsung berkenaan sebelum perubahan.

e)

Jumlah menurut rincian obyek belanja tidak langsung setelah perubahan diisi
dengan jumlah rincian obyek belanja tidak langsung berkenaan sebelum
perubahan.

f)

Jumlah seluruh belanja tidak langsung setelah perubahan sama dengan


penjumlahan dari seluruh jumlah kelompok belanja tidak langsung setelah
perubahan yang dianggarkan.

Belanja Langsung

a)

Pengisian jumlah belanja langsung setelah perubahan secara horizontal


disesuaikan dengan jumlah yang direncanakan menurut program, kegiatan, jenis,
objek, rincian objek belanja langsung setelah perubahan yang dicantumkan dalam
kolom uraian.

b)

Jumlah menurut program setelah perubahan diisi dengan jumlah hasil


penjumlahan dari seluruh jumlah belanja kegiatan setelah perubahan yang
termasuk dalam program berkenaan.

c)

Jumlah menurut kegiatan setelah perubahan diisi dengan jumlah hasil


penjumlahan dari seluruh jumlah jenis belanja langsung setelah perubahan yang
termasuk dalam kegiatan berkenaan.

d)

Jumlah menurut jenis setelah perubahan diisi dengan jumlah hasil penjumlahan
dari seluruh jumlah obyek belanja langsung setelah perubahan yang termasuk
dalam kegiatan berkenaan.

e)

Jumlah menurut obyek setelah perubahan diisi dengan jumlah hasil penjumlahan
dari seluruh jumlah rincian obyek belanja langsung setelah perubahan yang
termasuk dalam kegiatan berkenaan.

f)

Jumlah menurut rincian obyek setelah perubahan diisi dengan jumlah anggaran
rincian obyek belanja langsung kegiatan setelah perubahan berkenaan.

simbachs@gmail.com

- 127 g)
c.

Jumlah seluruh belanja langsung setelah perubahan sama dengan penjumlahan


dari seluruh jumlah program setelah perubahan yang dianggarkan

Pembiayaan daerah :
1)

2)

3)

Penerimaan Pembiayaan

a)

Pengisian jumlah penerimaan pembiayaan setelah perubahan secara horizontal


sesuai dengan jumlah yang direncanakan menurut kelompok, jenis, objek, dan
rincian objek penerimaan pembiayaan setelah perubahan yang dicantumkan dalam
kolom uraian.

b)

Jumlah menurut jenis penerimaan pembiayaan setelah perubahan diisi dengan


jumlah hasil penjumlahan dari seluruh jumlah obyek penerimaan pembiayaan
berkenaan sebelum perubahan.

c)

Jumlah menurut obyek penerimaan pembiayaan setelah perubahan diisi dengan


jumlah hasil penjumlahan dari seluruh jumlah rincian obyek penerimaan
pembiayaan berkenaan sebelum perubahan.

d)

Jumlah menurut rincian obyek penerimaan pembiayaan setelah perubahan diisi


dengan jumlah rincian obyek penerimaan pembiayaan berkenaan sebelum
perubahan.

e)

Jumlah seluruh penerimaan pembiayaan setelah perubahan sama dengan


penjumlahan dari seluruh jumlah jenis penerimaan pembiayaan setelah perubahan
yang dianggarkan.

Pengeluaran Pembiayaan

a)

Pengisian jumlah pengeluaran pembiayaan setelah perubahan secara horizontal


sesuai dengan jumlah yang direncanakan menurut kelompok, jenis, objek, dan
rincian objek pengeluaran pembiayaan setelah perubahan yang dicantumkan
dalam kolom uraian.

b)

Jumlah menurut jenis pengeluaran pembiayaan setelah perubahan diisi dengan


jumlah hasil penjumlahan dari seluruh jumlah obyek pengeluaran pembiayaan
berkenaan sebelum perubahan.

c)

Jumlah menurut obyek pengeluaran pembiayaan setelah perubahan diisi dengan


jumlah hasil penjumlahan dari seluruh jumlah rincian obyek pengeluaran
pembiayaan berkenaan sebelum perubahan.

d)

Jumlah menurut rincian obyek pengeluaran pembiayaan setelah perubahan diisi


dengan jumlah rincian obyek pengeluaran pembiayaan berkenaan sebelum
perubahan.

e)

Jumlah seluruh pengeluaran pembiayaan setelah perubahan sama dengan


penjumlahan dari seluruh jumlah jenis pengeluaran pembiayaan setelah perubahan
yang dianggarkan.

Pembiayaan neto
Jumlah pembiayaan neto setelah perubahan diisi dengan selisih antara jumlah
penerimaan pembiayaan setelah perubahan dikurangi dengan jumlah pengeluaran
pembiayaan sebelum perubahan.

9.

Pengisian kolom 4 (penjelasan) sebagai berikut :


Kolom penjelasan wajib diisi untuk memenuhi prinsip transparansi dan akuntabilitas keuangan
daerah/APBD. Dalam kolom ini harus disajikan data dan informasi yang lengkap untuk
memudahkan berbagai pihak memperoleh gambaran mengenai penganggaran pendapatan dan
penerimaan pembiayaan daerah dan sasaran serta hasil yang akan dicapai dari pengeluaran
belanja dan pembiayaan daerah selama satu tahun anggaran.

a.

Untuk penjelasan penganggaran pendapatan daerah diisi dengan:

simbachs@gmail.com

- 128 -

b.

1)

Dasar hukum penganggaran untuk setiap obyek pungutan/penerimaan dapat berupa


Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, atau Peraturan Daerah
yang disertai dengan nomor, tahun dan tentang.

2)

Dasar penentuan jumlah pendapatan/penerimaan yang dianggarkan pada kolom jumlah,


seperti kwantitas unit, orang, rumah tangga, frekwensi pemakaian/penggunaan, waktu,
luas, bobot, kepala keluarga, atau volume dan ukuran lainnya yang digunakan yang
disertai dengan besarnya tarif pungutan atau harga/nilai satuan lainnya

Untuk penjelasan belanja daerah sebagai berikut:


1)

Belanja tidak langsung sebagai berikut:


Setiap jumlah rincian obyek belanja tidak langsung yang dianggarkan dalam kolom
jumlah supaya diberi penjelasan mengenai:

a)

Dasar hukum penganggaran belanja tidak langsung

b)

Sasaran peruntukan penyediaan belanja tidak langsung, dengan cara menguraikan


jumlah rincian obyek belanja tidak langsung seperti jumlah orang, jumlah barang
dan jasa, kwantitas unit, kwantitas waktu/jam/hari/bulan/tahun, ukuran berat,
ukuran luas, atau satuan ukuran lainnya yang digunakan disertai dengan besarnya
harga satuan sebagai tolok ukur pengeluaran belanja tidak langsung seperti tarif,
harga, tingkat suku bunga atau nilai kurs dari masing-masing sejumlah belanja
tidak langsung berkenaan

Contoh 1
Belanja perjalanan dinas keluar daerah sejumlah Rp 520.000.000,00
Dalam kolom penjelasan diuraikan lebih lanjut sebagai berikut :
Disediakan sesuai dengan peraturan Kepala Daerah Nomor ...... Tahun ......untuk :
1.

2.

Perjalanan dinas ke Jakarta dalam rangka menghadiri rapat-rapat koordinasi di


Jakarta sejumlah Rp 171.000.000,00
Tiket 20 orang pp x 5 kali x Rp 1.500.000,00

= Rp 150.000.000,00

Lumpsum 20 orang x 3 hari x Rp 350.000,00

= Rp 21.000.000,00

Perjalanan dinas ke Jakarta dalam rangka menghadiri pendiikan dan pelatihan


fungsional di Jakarta sejumlah Rp 349.000.000,00
Tiket 25 orang pp x 8 kali x Rp 1.500.000,00
Lumpsum 28 orang x 5 hari x Rp 350.000,00

= Rp 300.000.000,00
=

Rp 49.000.000,00

Contoh 2.
Uang representasi sejumlah Rp 1.602.000.000,00
Dalam kolom penjelasan diuraikan lebih lanjut sebagai berikut :
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004, disediakan untuk :

2)

1.

Ketua =

1 x 12 bln x Rp3.000.000,00 =

Rp36.000.000,00

2.

Wakil Ketua = 3 x 12 bln x (90%xRp 3.000,000,00 = Rp97.200.000,00

3.

Anggota

4.

Tunjangan keluarga = 14% x Rp1.602.000.000,00 = Rp 224.280.000,00

= 51 x 12 bln x (80% x Rp 3.000.000,00 = Rp 1.468.800.000,00

Untuk penjelasan belanja langsung sebagai berikut :

a)

Untuk setiap kegiatan yang dicantumkan pada kolom uraian, Terhadap harus
disertai dengan penjelasan :

(1)

Lokasi kegiatan, diisi dengan nama lokasi atau tempat dari setiap kegiatan
yang akan dilaksanakan. Lokasi atau tempat dimaksud dapat berupa nama
desa/kelurahan, kecamatan.

simbachs@gmail.com

- 129 -

b)

c.

(2)

sumber dana diisi dengan jenis sumber dana (PAD, bagi hasil, DAU, DAK,
lain-lain hibah, dana darurat atau jenis lain-lain pendapatan yang sah
berkenaan, dana cadangan dan pinjaman daerah,) untuk mendanai
pelaksanaan program dan kegiatan yang direncanakan.

(3)

keluaran yang akan dihasilkan dari kegiatan yang dianggarkan dan manfaat
yang akan diterima pada masa yang akan datang.

Untuk setiap jumlah rincian obyek belanja dari setiap kegiatan yang dicantumkan
dalam kolom jumlah, pada kolom penjelasan supaya disertai dengan keterangan
selengkapnya mengenai sasaran penggunaan dari rincian obyek belanja langsung
berkenaan. Penguraian penjelasan dimaksud, seperti contoh dalam penjelasan
belanja tidak langsung tersebut diatas.

Pembiayaan Daerah :
Setiap jumlah obyek penerimaan dan pengeluaran pembiayaan yang dianggarkan harus
disertai dengan penjelasan selengkapnya seperti :

(1) Dasar hukum (Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, Peraturan

Daerah yang dilengkapi dengan penjelasan nomor, tahun dan tentang, perjanjian/berita
acara atau dokumen lain yang dijadikan dasar penganggaran dari setiap rincian obyek
penerimaan pembiayaan daerah;

(2) Penjelasan lain yang dapat mendukung aspek legalitas dari setiap rincian obyek
penerimaan/pengeluaran pembiayaan yang dianggarkan.

MENTERI DALAM NEGERI,


ttd
H. MOH. MARUF, SE.
Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA BIRO HUKUM,

PERWIRA

simbachs@gmail.com

- 130 LAMPIRAN C.VII

: PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI


NOMOR
: 13 TAHUN 2006
TANGGAL
: 15 Mei 2006

FORMAT SUSUNAN NOTA KEUANGAN PERUBAHAN APBD


SUSUNAN NOTA KEUANGAN
PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH
Bab I.

Pendahuluan
1.1. Umum;
1.2. Maksud dan Tujuan Penyusunan Nota Keuangan;
1.3. Landasan Hukum Penyusunan Nota Keuangan;
1.4. Sistematika Penulisan Nota Keuangan;

Bab II.

Kondisi dan Kebijakan Perubahan Anggaran Pendapatan Daerah


2.1. Kondisi Umum Perubahan Pendapatan Daerah;
2.2. Permasalahan Utama Perubahan Pendapatan Daerah;
2.3. Estimasi Perubahan Pendapatan Daerah;
2.4. Kebijakan Umum Perubahan Pendapatan Daerah;

Bab III.

Kondisi dan Kebijakan Perubahan Anggaran Belanja Daerah


3.1. Kondisi Umum Perubahan Belanja Daerah;
3.2. Permasalahan Utama Perubahan Belanja Daerah;
3.3. Kebijakan Umum Perubahan Belanja Daerah;
3.4. Prioritas dan Plafon Perubahan Anggaran Belanja Daerah;

Bab IV.

Kondisi dan Kebijakan Perubahan Anggaran Pembiayaan


4.1. Kondisi Umum Perubahan Pembiayaan;
4.2. Permasalahan Utama Perubahan Pembiayaan;
4.3. Kebijakan Umum Perubahan Pembiayaan;

Bab V.

Program dan Kegiatan


Memuat penjelasan ruang lingkup target dan sasaran program dan kegiatan
Perubahan APBD menurut penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah.

Bab VI.

Penutup
.., Tanggal.
GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA*)..
(tanda tangan)
(nama lengkap)

MENTERI DALAM NEGERI,


ttd
H. MOH. MARUF, SE.
Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA BIRO HUKUM,

PERWIRA

simbachs@gmail.com

- 131 LAMPIRAN C.VIII

: PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI


NOMOR
: 13 TAHUN 2006
TANGGAL
: 15 Mei 2006

FORMAT PERSETUJUAN BERSAMA RANCANGAN PERATURAN DAERAH


TENTANG PERUBAHAN APBD
BERITA ACARA
Nomor: .
PERSETUJUAN BERSAMA KEPALA DAERAH DAN DPRD
PROVINSI/KABUPATEN/KOTA *)..
TENTANG
RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG PERUBAHAN APBD
TAHUN ANGGARAN .
Pada hari .. tanggal . bulan . tahun , kami yang bertandatangan di
bawah ini:
1. (nama terang)
:
Gubernur/Bupati/Walikota*), dalam
hal ini bertindak untuk dan atas nama
Pemerintah
Daerah
Provinsi/
Kabupaten/Kotan
*)
yang
beralamat di , selanjutnya
disebut sebagai PIHAK PERTAMA.
2. (nama terang)

3. (nama terang)

4. (nama terang)

5. dst

Ketua DPRD Provinsi/Kabupaten/


Kota *).....
Wakil
Ketua
DPRD
Provinsi/
Kabupaten/Kota *).....
Wakil
Ketua
DPRD
Provinsi/
Kabupaten/Kota *).....

dalam hal ini bertindak untuk dan


atas nama Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah
Provinsi/Kabupaten/Kota
*)....., selanjutnya disebut sebagai
PIHAK KEDUA

menyatakan bahwa:
1. PIHAK KEDUA
telah membahas dan menyetujui Rancangan Perubahan Anggaran
Pendapatan Belanja Daerah (RPAPBD) Tahun Anggaran. yang telah diajukan oleh PIHAK
PERTAMA dengan penyesuaian dan perubahan sebagaimana tertuang pada catatan yang
terlampir Berita Acara ini.
2. PIHAK PERTAMA dapat menerima dengan baik penyesuaian dan perubahan RPAPBD Tahun
Anggaran sebagaimana tertuang pada catatan yang terlampir Berita Acara ini.
3. Selanjutnya PIHAK PERTAMA akan menyelesaikan perubahan dan koreksi atas RPAPBD
Tahun Anggaran selaras dengan penyesuaian dan perubahan sebagaimana tertuang
pada catatan yang terlampir Berita Acara ini selambat-lambatnya sebelum 3 (tiga) hari kerja
setelah tanggal ditandatangani Berita Acara ini.
4. PIHAK PERTAMA akan menyampaikan kepada Menteri Dalam Negeri/Gubernur untuk
mendapat pengesahan selambat-lambatnya 3 (tiga) hari kerja setelah tanggal
ditandatangani Berita Acara ini.

simbachs@gmail.com

- 132 Demikian Berita Acara ini dibuat dan ditandatangani oleh kedua belah pihak dalam rangkap 2
(dua) untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
(tempat), (hari) (tanggal) (bulan) (tahun)
GUBERNUR/ BUPATI/ WALIKOTA
PEMERINTAH DAERAH
PROVINSI/ KABUPATEN/ KOTA*)

KETUA DPRD
PROVINSI/KABUPATEN/KOTA*).......

(nama terang)

(nama terang)
WAKIL KETUA DPRD
PROVINSI/KABUPATEN/KOTA *).......

(nama terang)
WAKIL KETUA DPRD
PROVINSI/KABUPATEN/KOTA *).......

(nama terang)
WAKIL KETUA DPRD
PROVINSI/KABUPATEN/KOTA *)......

(nama terang)
*)

coret yang tidak perlu

MENTERI DALAM NEGERI,


ttd
H. MOH. MARUF, SE.
Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA BIRO HUKUM,

PERWIRA

simbachs@gmail.com

LAMPIRAN C.XI

: PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI


NOMOR

: 13 TAHUN 2006

TANGGAL

: 15 Mei 2006

JA
ADWAL PERUBAHAN APBD
NO

URAIAN

WAKTU

1.

Penyampaian Rancangan Perubahan


KUA dan PPAS kepada DPRD
Kesepakatan Perubahan KUA dan
PPAS antara Kepala Daerah dan DPRD
Pedoman Penyusunan RKA-SKPD
Perubahan APBD
Penyampaian Raperda APBD berserta
lampiran kepada DPRD
Persetujuan DPRD terhadap Raperda
Perubahan APBD
Penyampaian kepada Menteri Dalam
Negeri/gubernur utk dievaluasi
Keputusan Menteri Dalam Negeri
tentang hasil evaluasi
Pengesahan Perda yang telah
dievaluasi dan dianggap sesuai
dengan ketentuan
Penyempurnaan perda sesuai hasil
evaluasi apabila dianggap
bertentangan dgn kepentingan umum
dan peraturan yang lebih tinggi
Pembatalan Perda perubahan APBD
bila tidak dilakukan penyempurnaan

Minggu pertama bulan Agustus

2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

10.

KETERANGAN

Minggu kedua bulan Agustus

7 hari

Minggu ketiga bulan Agustus


Minggu kedua bulan September
3 bulan sebelum tahun
anggaran berakhir
3 hari kerja

Akhir bulan
September

15 hari kerja

Pertengahan bulan
Oktober

Pertengahan bulan Oktober


7 hari kerja

Minggu ketiga
bulan Oktober
Minggu keempat
bulan Oktober

11.

Pencabutan Raperda perubahan APBD

7 hari kerja setelah


pemberitahuan utk
penyempurnaan sesuai hasil
evaluasi
7 hari kerja

12.

Pemberitahuan utk penyampaian


rancangan perubahan DPA-SKPD

3 hari kerja setelah PAPBD


disahkan

Minggu pertama
bulan Nopember
Minggu ketiga
Oktober

MENTERI DALAM NEGERI,


ttd
H. MOH. MARUF, SE.
Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA BIRO HUKUM,

PERWIRA

simbachs@gmail.com

DEPARTEMEN DALAM NEGERI


REPUBLIK INDONESIA

LAMPIRAN D
PERMENDAGRI
NOMOR 13 TAHUN 2006
TENTANG
PEDOMAN PENGELOLAAN
KEUANGAN DAERAH

PENATAUSAHAN APBD

DEPARTEMEN DALAM NEGERI


REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL BINA ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH

simbachs@gmail.com

DAFTAR LAMPIRAN D
PENATAUSAHAAN APBD
1.

Lampiran D.I

2.

Lampiran D.II

3.

Lampiran D.III

4.
5.
6.
7.

Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran

8.
9.

Lampiran D.VIII
Lampiran D.IX

D.IV
D.V
D.VI
D.VII

10. Lampiran D.X

11. Lampiran D.XI


12. Lampiran D.XII

13. Lampiran D.XIII


14. Lampiran D.XIV
15. Lampiran D.XV

16. Lampiran D.XVI


17. Lampiran D.XVII
18. Lampiran D.XVIII

19. Lampiran D.XIX

20. Lampiran D.XX

21. Lampiran D.XXI.1

22. Lampiran D.XXII

Format buku penatausahaan atas penerimaan


a. Buku kas umum
b. Buku pembantu per rincian objek penerimaan
c. Buku rekapitulasi penerimaan harian
Format surat bendahara penerimaan
A. Surat ketetapan pajak daerah (SKP-Daerah)
B. Surat ketetapan retribusi (SKR)
C. Surat tanda setoran (STS)
D. Surat tanda bukti pembayaran
Format laporan pertanggungjawaban penerimaan
A. Administratif
B. Fungsional
Format buku kas penerimaan harian pembantu
Ringkasan prosedur penatausahaan bendahara penerimaan
Format SPD
Format draft surat pengesahan laporan pertanggungjawaban
bendahara pengeluaran SPP-GU
Format surat keterangan SPP-TU
Format draft surat pernyataan SPP
A. Surat pernyataan SPP-UP
B. Surat pernyataan SPP-GU
C. Surat pernyataan SPP-TU
Format SPP
A. SPP-1
B. SPP-2
C. SPP-3
Kartu kendali kegiatan
Format dokumen bendahara pengeluaran
A. Buku simpanan/bank
B. Buku pajak
C. Buku panjar
D. Buku rekapitulasi pengeluaran per rincian obyek
E. Register SPP-UP/GU/TU/LS bendahara pengeluaran
F. Register SPP-UP/GU/TU/LS PPK-SKPD
Format SPM
Format surat penolakan penerbitan SPM
Format register SPM
A. Register SPM-UP/SPM-GU/SPM-TU/SPM-LS
B. Register surat penolakan penerbitan SPM
Format SP2D
Format surat penolakan penerbitan SP2D
Format register SP2D
A. Register SP2D
B. Register surat penolakan penerbitan SP2D
C. Buku kas penerimaan dan pengeluaran
Format laporan pertanggungjawaban pengeluaran
Format register penerimaan SPJ pengeluaran
Format register pengesahan SPJ pengeluaran
Format surat penolakan SPJ pengeluaran
Format register penolakan SPJ pengeluaran
Format register penutupan kas bendahara
Format register penutupan kas bendahara pembantu
Format laporan pertanggungjawaban pengeluaran
A. Administratif
B. Fungsional
Format berita acara pemeriksaan kas
A. Berita acara pemeriksaan kas bendahara
B. Berita acara pemeriksaan kas bendahara pembantu
Ringkasan prosedur penatausahaan bendahara pengeluaran

simbachs@gmail.com

-1LAMPIRAN D.I

: PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI


NOMOR
: 13 TAHUN 2006
TANGGAL
: 15 Mei 2006

FORMAT BUKU PENATAUSAHAAN ATAS PENERIMAAN


A.

BUKU KAS UMUM


PROVINSI/KABUPATEN/KOTA*).
BUKU KAS UMUM

SKPD

1)

Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran


Bendahara Penerimaan/ Bendahara Pengeluaran

:
:

2)
3)

No.Urut

Tanggal

Kode Rekening

Uraian

Halaman: .
Pengeluaran
Rp.
6

Penerimaan
Rp.
5

Jumlah
Jumlah bulan/tanggal
Jumlah sampai bulan lalu/tgl
Jumlah semua s/d bulan/tanggal
Sisa Kas
Pada hari ini tanggal , 200
oleh kami didapat dalam kas Rp
(.dengan huruf)
terdiri dari:
a. Tunai
Rp.
b. Saldo Bank
Rp.
c. Surat Berharga
Rp.

Rp.
Rp.
Rp.

Rp.
Rp.
Rp.
Rp.

., tanggal .
Mengetahui,
Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran

Bendahara Penerimaan/Bendahara Pengeluaran

(tanda tangan)

(tanda tangan)

(nama lengkap)
NIP.
Coret yang tidak perlu

(nama lengkap)
NIP.

*)

Cara Pengisian:

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

1)

Diisi
Diisi
3)
Diisi
Kolom
Kolom
Kolom
Kolom
Kolom
Kolom
2)

dengan nama SKPD.


dengan nama pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran.
dengan nama bendahara penerimaan/bendahara pengeluaran.
1 diisi dengan nomor urut penerimaan kas atau pengeluaran kas.
2 diisi dengan tanggal penerimaan kas atau pengeluaran kas.
3 diisi dengan kode rekening penerimaan kas atau pengeluaran kas.
4 diisi dengan uraian penerimaan kas atau pengeluaran kas.
5 diisi dengan jumlah rupiah penerimaan kas.
6 diisi dengan jumlah rupiah pengeluaran kas.

Catatan:

Pengerjaan Buku Kas Umum Dapat menggunakan komputer/aplikasi software.


Penandatanganan oleh pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran pada Buku Kas Umum dilakukan pada saat
pengajuan pertanggungjawaban penerimaan oleh bendahara penerimaan ke PPKD.
Penandatanganan oleh pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran pada Buku Kas Umum dilakukan pada saat
pengajuan penerbitan SP2D sebagai salah satu dokumen kelengkapan SP2D.

simbachs@gmail.com

-2B.

BUKU PEMBANTU PER RINCIAN OBYEK PENERIMAAN


PROVINSI/KABUPATEN/KOTA*)..
BUKU PEMBANTU
PER RINCIAN OBYEK PENERIMAAN

SKPD
Kode Rekening
Nama Rekening
Jumlah Anggaran
Tahun Anggaran

:
:
:
: Rp. .
:
Halaman: .

Nomor
Urut

Nomor BKU
Penerimaan

Tanggal Setor

Nomor STS & Bukti


Penerimaan Lainnya

Jumlah
(Rp)

Jumlah Bulan Ini


Jumlah s.d. Bulan Lalu
Jumlah s.d. Bulan Ini
................, tanggal ............

Mengetahui,

Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran

Bendahara Penerimaan

(tanda tangan)

(tanda tangan)

(nama lengkap)
NIP.

(nama lengkap)
NIP.

*)

Coret yang tidak perlu

Cara Pengisian :
1.
2.
3.
4.
5.

Kolom
Kolom
Kolom
Kolom
Kolom

1
2
3
4
5

diisi
diisi
diisi
diisi
diisi

dengan
dengan
dengan
dengan
dengan

nomor urut.
Nomor BKU Penerimaan.
Tanggal Penyetoran STS/Bukti Penerimaan Lainnya.
Nomor STS/Bukti Peneriamaan Lainnya.
jumlah rupiah Setoran STS/Bukti Peneriamaan Lainnya.

simbachs@gmail.com

C.

BUKU REKAPITULASI PENERIMAAN HARIAN


PROVINSI/KABUPATEN/KOTA*)
BUKU REKAPITULASI PENERIMAAN HARIAN

SKPD
Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran
Bendahara Penerimaan

:
:
:

Halaman: .

PAJAK DAERAH
(Rp)
Nomor
Urut

Tanggal

Referensi

RETRIBUSI DAERAH
(Rp)

LAIN-LAIN PAD YANG SAH


(Rp)

Kode dan Nama


Kode Rekening Rincian Obyek

Kode dan Nama


Kode Rekening Rincian Obyek

Kode dan Nama


Kode Rekening Rincian Obyek

Kode dan Nama


Kode Rekening Rincian Obyek

Kode dan Nama


Kode Rekening Rincian Obyek

Kode dan Nama


Kode Rekening Rincian Obyek

Jumlah
Mengetahui,
Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran

*)

, tanggal ..
Bendahara Penerimaan

(tanda tangan)

(tanda tangan)

(nama lengkap)
NIP.

(nama lengkap)
NIP.

Coret yang tidak perlu

simbachs@gmail.com

-4Cara Pengisian:
1.
2.
3.
4.

Kolom 1 diisi dengan nomor urut penerimaan kas.


Kolom 2 diisi dengan tanggal penerimaan kas.
Kolom 3 diisi dengan halaman buku kasir penerimaan.
Kolom 4, 5, 6, 7, 8 dan 9 diisi dengan jumlah rupiah atas masing-masing kode & uraian
kode rekening penerimaan kas (rincian obyek).
MENTERI DALAM NEGERI,
ttd
H. MOH. MARUF, SE.
Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA BIRO HUKUM,

PERWIRA

simbachs@gmail.com

-5LAMPIRAN D.II

: PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI


NOMOR
: 13 TAHUN 2006
TANGGAL
: 15 Mei 2006

FORMAT SURAT BENDAHARA PENERIMAAN


A.

SURAT KETETAPAN PAJAK DAERAH

PEMERINTAH
PROV/KAB/KOTA*)
.

SURAT KETETAPAN PAJAK DAERAH


(SKP-DAERAH)
MASA
TAHUN

NAMA
ALAMAT
NOMOR POKOK WAJIB PAJAK DAERAH (NPWPD)
TANGGAL JATUH TEMPO
NO.

:
:
:
:

NO. URUT :
.

: .
: .

KODE REKENING

JUMLAH
(Rp)

URAIAN PAJAK DAERAH

1
2
3
4
5
Jumlah Ketetapan Pokok Pajak
Jumlah Sanksi

: a. Bunga
b. Kenaikan

Jumlah Keseluruhan
Dengan huruf : ...
PERHATIAN :
1.
Harap penyetoran dilakukan pada Bank / Bendahara Penerimaan .
2.
Apabila SKPD ini tidak atau kurang dbayar lewat waktu paling lama 30 hari setelah SKPD diterima atau (tanggal
jatuh tempo) dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% per bulan.
., tanggal .
a.n. Pejabat Pengelola Keuangan Daerah
(tanda tangan)
(nama lengkap)
NIP.
-----------------------------------------------------------------------------potong di sini-------------------------------------------------------------------------NO. URUT :
..

TANDA TERIMA
NAMA
ALAMAT
NPWPD

: .
: .
: .

., tanggal .
Yang menerima,
(tanda tangan)
(nama lengkap)

*) Coret yang tidak perlu


Catatan:
Penetapan jumlah SKP-Daerah didasarkan pada nota perhitungan sebagai dasar penetapan pajak.

simbachs@gmail.com

-6B.

SURAT KETETAPAN RETRIBUSI

PEMERINTAH
PROV/KAB/KOTA*)
.

SURAT KETETAPAN RETRIBUSI


(SKR)

NO. URUT :

MASA
:
TAHUN :
NAMA
ALAMAT
NOMOR POKOK WAJIB RETRIBUSI (NPWR)
TANGGAL JATUH TEMPO
NO.

: .
: .
: .
: .

KODE REKENING

URAIAN RETRIBUSI

JUMLAH
(Rp)

1.
2.
3.
4.
5.
Jumlah Ketetapan Pokok Retribusi:
Jumlah Sanksi :
: a. Bunga
b. Kenaikan
Jumlah Keseluruhan
:
Dengan huruf : ..
PERHATIAN :
1.
Harap penyetoran dilakukan pada Bank / Bendahara Penerimaan
2.
Apabila SKR ini tidak atau kurang dbayar lewat waktu paling lama 30 hari setelah SKR diterima atau (tanggal
jatuh tempo) dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% per bulan.
., tanggal .
Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran
(tanda tangan)
(nama lengkap)
NIP.
----------------------------------------------------------------potong di sini------------------------------------------------------NO. URUT :
..

TANDA TERIMA
NAMA
ALAMAT
NPWR

: .
: .
: .

,tanggal.
Yang menerima,
(tanda tangan)
(nama lengkap)

*) Coret yang tidak perlu

Catatan:
1. Penetapan jumlah SKP-Daerah didasarkan pada nota perhitungan sebagai dasar penetapan pajak.
2. Untuk Retribusi seperti Retribusi Pasar, Retribusi Parkir, Retribusi Pelayanan Kesehatan, dan sejenis lainnya, format SKR
dapat berupa karcis dan bentuk lainnya sebagai alat bukti penarikan.

simbachs@gmail.com

-7C.

SURAT TANDA SETORAN

PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA*)

SURAT TANDA SETORAN


(STS)

STS No.

Bank
No. Rekening

:
:

Harap diterima uang sebesar ..


(dengan huruf)
(
.)
Dengan rincian penerimaan sebagai berikut:
No.

Kode Rekening

Jumlah
(Rp)

Uraian Rincian Obyek

Jumlah

Uang tersebut diterima pada tanggal..


Mengetahui,
Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran

Bendahara Penerimaan/
Bendahara Penerimaan Pembantu

(tanda tangan)

(tanda tangan)

(nama lengkap)
NIP.

(nama lengkap)
NIP.

(Catatan: STS dilampiri Slip Setoran Bank)


*)

Coret yang tidak perlu

Cara Pengisian:
1.
2.
3.

Kolom Kode Rekening diisi dengan kode rekening setiap rincian obyek pendapatan;
Kolom Uraian Rincian Obyek diisi uraian nama rincian obyek pendapatan;
Kolom Jumlah diisi jumlah nilai nominal penerimaan setiap rincian obyek pendapatan.

Catatan:

Formulir ini digunakan untuk menyetor pungutan daerah (pajak daerah, retribusi dan
penerimaan daerah lainnya).

simbachs@gmail.com

-8D. SURAT TANDA BUKTI PEMBAYARAN

PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA*)

TANDA BUKTI PEMBAYARAN


NOMOR BUKTI

a)

d)

Bendahara Penerimaan/Bendahara Penerimaan Pembantu .......


Telah menerima uang sebesar Rp.
(dengan huruf )
dari Nama
:
Alamat
:
Sebagai pembayaran
:

Jumlah
Kode rekening e)
(Rp)

f)

Tanggal diterima uang

b)
c)

: .

Mengetahui,
Bendahara Penerimaan/Bendahara Penerimaan Pembantu

Pembayar/Penyetor

(tanda tangan)

(tanda tangan)

(nama lengkap)
NIP.

(nama lengkap)

Lembar Asli : Untuk pembayar/penyetor/pihak ketiga


Salinan 1
: Untuk Bendahara Penerimaan/Bendahara Pembantu
Salinan 2
: Arsip
*) Coret yang tidak perlu

Cara Pengisian:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

a)

Bendahara Penerimaan diisi dengan nama bendahara penerimaan dan nama SKPD;
Telah menerima uang diisi dengan jumlah uang yang diterima dari pihak ketiga, diiisi
dalam rupiah dan kata-kata;
c)
Nama dan alamat diisi dengan nama dan alamat pihak ketiga yang melakukan
pembayaran;
d)
Sebagai pembayaran diisi dengan uraian peruntukkan pembayaran yang diterima dari
pihak ketiga;
e)
Kode rekening diisi dengan kode dan uraian nama rekening atas pembayaran yang
diterima dari pihak ketiga;
f)
Tanggal diterima uang diisi dengan tanggal diterimanya uang dari pihak ketiga.
b)

Catatan:

Formulir ini digunakan untuk menyetor pungutan daerah (pajak daerah, retribusi dan
penerimaan daerah lainnya) dari pembayar/penyetor/pihak ketiga ke bendahara
penerimaan.

MENTERI DALAM NEGERI,


ttd
Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA BIRO HUKUM,

H. MOH. MARUF, SE.

PERWIRA
simbachs@gmail.com

LAMPIRAN D.III

: PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI


NOMOR

: 13 TAHUN 2006

TANGGAL

: 15 Mei 2006

FORMAT LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN BENDAHARA PENERIMAAN


A. ADMINISTRATIF
PROVINSI/KABUPATEN/KOTA*)
LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN BENDAHARA PENERIMAAN SKPD
(SPJ PENDAPATAN - ADMINISTRATIF)
SKPD
Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran
Bendahara Penerimaan

:
:
:

(dalam rupiah)
Sampai dengan Bulan Lalu

Bulan ini

Sampai dengan Bulan ini

Kode
Rekening

Uraian

Jumlah
Anggaran

Penerimaan

Penyetoran

Sisa

Penerimaan

Penyetoran

Sisa

6=(5-4)

9=(87)

Jumlah
Anggaran
yang
Terealisasi

Jumlah
Anggaran
yang Telah
Disetor

Sisa yang
Belum
Disetor

Sisa
Anggaran
yang Belum
Terealisasi/
Pelampauan
Anggaran

10=(4+7)

11=(5+8)

12=(11-10)

13=(3-10)

Jumlah
.., tanggal .
Bendahara Penerimaan
(tanda tangan)

*)

(nama lengkap)
NIP.

Coret yang tidak perlu


simbachs@gmail.com

- 10 Catatan:
Format ini digunakan oleh bendahara penerimaan dalam rangka melakukan
pertanggungjawaban secara administratif ke Pengguna Anggaran melalui
PPK-SKPD.
Cara Pengisian:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.

Kolom 1 diisi dengan Kode Rekening;


Kolom 2 diisi dengan Uraian/Nama Kode Rekening;
Kolom 3 diisi dengan Jumlah Anggaran Pendapatan yang Ditetapkan Dalam APBD
atas masing-masing Kode Rekening;
Kolom 4 diisi dengan Jumlah Pendapatan yang terealisasi atas masing-masing
Kode Rekening sampai dengan bulan lalu;
Kolom 5 diisi dengan Jumlah Pendapatan yang telah disetor berdasarkan Surat
Tanda Setoran/Dokumen Lainnya sampai dengan Bulan Lalu;
Kolom 6 diisi dengan Jumlah Pendapatan yang terealisasi sampai dengan Bulan
Lalu yang belum disetor (kolom 5 dikurangi kolom 4);
Kolom 7 diisi dengan Jumlah Pendapatan yang terealisasi pada bulan ini;
Kolom 8 diisi dengan Jumlah Pendapatan yang terealisasi telah disetor
berdasarkan STS/Dokumen Lainnya bulan ini;
Kolom 9 diisi dengan Jumlah Pendapatan yang terealisasi bulan ini yang belum
disetor (kolom 8 dikurangi kolom 7);
Kolom 10 diisi dengan Jumlah Pendapatan yang terealisasi sampai dengan bulan
lalu ditambah dengan pendapatan terealisasi bulan ini (kolom 4 ditambah kolom
7);
Kolom 11 diisi dengan Jumlah pendapatan yang disetor s/d bulan lalu ditambah
dengan pendapatan yang disetor bulan ini berdasarkan STS/Dokumen Lainnya
(kolom 5 ditambah kolom 8);
Kolom 12 diisi dengan Jumlah Pendapatan yang terealisasi s/d bulan ini belum
disetor (bulan lalu ditambah bulan ini) (kolom 11 dikurangi kolom 10);
Kolom 13 diisi dengan Jumlah Total Anggaran Pendapatan yang belum terealisasi
(Jumlah Anggaran Setahun dikurangi dengan Jumlah Pendapatan yang telah
terealisasi) kolom 3 dikurangi kolom 10, jika jumlah rupiah dalam kolom 13 bernilai
negatif berarti terjadi pelampauan pendapatan.

simbachs@gmail.com

B. FUNGSIONAL

PROVINSI/KABUPATEN/KOTA*)

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN BENDAHARA PENERIMAAN SKPD


(SPJ PENDAPATAN - FUNGSIONAL)
SKPD
Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran
Bendahara Penerimaan

:
:
:

(dalam rupiah)

Sampai dengan Bulan Lalu

Bulan ini

Sampai dengan Bulan ini

Kode
Rekening

Uraian

Jumlah
Anggaran

Penerimaan

Penyetoran

Sisa

Penerimaan

Penyetoran

Sisa

Jumlah
Anggaran
yang
Terealisasi

6=(5-4)

9=(8-7)

10=(4+7)

Jumlah
Anggaran
yang Telah
Disetor

Sisa yang
Belum
Disetor

Sisa
Anggaran
yang Belum
Terealisasi/
Pelampauan
Anggaran

11=(5+8)

12=(11-10)

13=(3-10)

Jumlah
Mengetahui,
Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran

*)

.., tanggal .
Bendahara Penerimaan

(tanda tangan)

(tanda tangan)

(nama lengkap)
NIP.

(nama lengkap)
NIP.

Coret yang tidak perlu

simbachs@gmail.com

- 12 Catatan:
Format ini digunakan oleh bendahara penerimaan dalam rangka melakukan
pertanggungjawaban secara fungsional ke PPKD selaku BUD
Cara Pengisian:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.

Kolom 1 diisi dengan Kode Rekening;


Kolom 2 diisi dengan Uraian/Nama Kode Rekening;
Kolom 3 diisi dengan Jumlah Anggaran Pendapatan yang Ditetapkan Dalam APBD
atas masing-masing Kode Rekening;
Kolom 4 diisi dengan Jumlah Pendapatan yang terealisasi atas masing-masing
Kode Rekening sampai dengan bulan lalu;
Kolom 5 diisi dengan Jumlah Pendapatan yang telah disetor berdasarkan Surat
Tanda Setoran/Dokumen Lainnya sampai dengan Bulan Lalu;
Kolom 6 diisi dengan Jumlah Pendapatan yang terealisasi sampai dengan Bulan
Lalu yang belum disetor (kolom 5 dikurangi kolom 4);
Kolom 7 diisi dengan Jumlah Pendapatan yang terealisasi pada bulan ini;
Kolom 8 diisi dengan Jumlah Pendapatan yang terealisasi telah disetor
berdasarkan STS/Dokumen Lainnya bulan ini;
Kolom 9 diisi dengan Jumlah Pendapatan yang terealisasi bulan ini yang belum
disetor (kolom 8 dikurangi kolom 7);
Kolom 10 diisi dengan Jumlah Pendapatan yang terealisasi sampai dengan bulan
lalu ditambah dengan pendapatan terealisasi bulan ini (kolom 4 ditambah kolom
7);
Kolom 11 diisi dengan Jumlah pendapatan yang disetor s/d bulan lalu ditambah
dengan pendapatan yang disetor bulan ini berdasarkan STS/Dokumen Lainnya
(kolom 5 ditambah kolom 8);
Kolom 12 diisi dengan Jumlah Pendapatan yang terealisasi s/d bulan ini belum
disetor (bulan lalu ditambah bulan ini) (kolom 11 dikurangi kolom 10);
Kolom 13 diisi dengan Jumlah Total Anggaran Pendapatan yang belum terealisasi
(Jumlah Anggaran Setahun dikurangi dengan Jumlah Pendapatan yang telah
terealisasi) kolom 3 dikurangi kolom 10, jika jumlah rupiah dalam kolom 13 bernilai
negatif berarti terjadi pelampauan pendapatan.
MENTERI DALAM NEGERI,
ttd
H. MOH. MARUF, SE.
Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA BIRO HUKUM,

PERWIRA

simbachs@gmail.com

- 13 LAMPIRAN D.IV

: PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI


NOMOR
: 13 TAHUN 2006
TANGGAL
: 15 Mei 2006

FORMAT BUKU KAS HARIAN PEMBANTU


PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA *).
BUKU KAS PENERIMAAN HARIAN PEMBANTU
SKPD
Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran
Bendahara Penerimaan Pembantu

:
:
:

1)
2)
3)

Halaman:
No. Urut

Tanggal

Uraian

Penerimaan
Rp.

Pengeluaran
Rp.

Saldo
Rp.

Jumlah

, tanggal

Mengetahui,
Bendahara Penerimaan

Bendahara Penerimaan Pembantu

(tanda tangan)

(tanda tangan)

(nama lengkap)
NIP.

(nama lengkap)
NIP.

Cara Pengisian:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

1)

Diisi dengan nama SKPD.


Diisi dengan nama pengguna anggaran atau kuasa pengguna anggaran.
3)
Diisi dengan nama bendahara penerimaan pembantu.
Kolom 1 diisi dengan nomor urut penerimaan atau pengeluaran kas pengeluaran.
Kolom 2 diisi dengan tanggal penerimaan atau pengeluaran kas pengeluaran.
Kolom 3 diisi dengan uraian penerimaan kas atau pengeluaran kas.
Kolom 4 diisi dengan jumlah rupiah penerimaan kas.
Kolom 5 diisi dengan jumlah rupiah pengeluaran kas.
Kolom 6 diisi dengan saldo buku kas bendahara penerimaan pembantu;
*)
Coret yang tidak perlu.
2)

MENTERI DALAM NEGERI,


ttd
H. MOH. MARUF, SE.
Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA BIRO HUKUM,

PERWIRA

simbachs@gmail.com

- 14 LAMPIRAN D.V

: PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI


NOMOR
: 13 TAHUN 2006
TANGGAL
: 15 Mei 2006

RINGKASAN PROSEDUR
PENATAUSAHAAN BENDAHARA PENERIMAAN
Prosedur Penatausahaan Bendahara Penerimaan merupakan Prosedur yang digunakan
menatausahakan kegiatan menerima, menyimpan, menyetor, membayar, menyerahkan dan
mempertanggungjawabkan penerimaan uang yang berada dalam pengelolaan Bendahara
Penerimaan.
A.

FUNGSI YANG TERKAIT


Fungsi yang terkait pada Prosedur Penatausahaan Bendahara Penerimaan, terdiri atas:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

B.

Bendahara Penerimaan/Bendahara Penerimaan Pembantu;


Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran (PA/KPA);
Pejabat Penatausahaan Keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah (PPK-SKPD);
Pejabat Pengelola Keuangan Daerah Selaku Bendahara Umum Daerah (PPKD
selaku BUD);
Kuasa Bendahara Umum Daerah (Kuasa BUD);
Pembantu Bendahara Penerimaan;
Bendahara Penerimaan Pembantu;
Badan, Lembaga Keuangan atau Kantor Pos yang ditunjuk oleh pemerintah
daerah.

DOKUMEN YANG DIGUNAKAN


Dokumen yang digunakan pada Prosedur Penatausahaan Bendahara Penerimaan, terdiri
atas:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.

Anggaran Kas;
Dokumen Pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (DPA-SKPD);
Buku Kas Umum Penerimaan;
Buku Rekapitulasi Penerimaan Harian (RPH);
Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKP-Daerah);
Surat Ketetapan Retribusi (SKR);
Surat Tanda Setoran (STS);
Bukti penerimaan lainnya yang sah;
Nota kredit/bukti setoran;
Buku Simpanan/Bank;
Perincian Penerimaan per Rincian Obyek;
Register Penerimaan Kas.

simbachs@gmail.com

- 15 C.

URAIAN PROSEDUR PENATAUSAHAAN BENDAHARA PENERIMAAN


Prosedur Penatusahaan Bendahara Penerimaan terdiri atas:

1.
2.
3.
4.

Prosedur Penerimaan Setoran Melalui Bendahara Penerimaan;

1.

Prosedur Penerimaan Setoran Melalui Bendahara Penerimaan

Prosedur Penerimaan Setoran Melalui Bendahara Penerimaan Pembantu;


Prosedur Penerimaan Setoran Melalui Badan, Lembaga Keuangan atau Kantor Pos;
Prosedur Pertanggungjawaban Penerimaan Setoran.

a.

Pihak ketiga/bendahara penerimaan mengisi surat tanda setoran (STS)


berdasarkan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKP-Daerah), Surat Ketetapan
Retribusi (SKR) dan tanda bukti lainnya yang sah sesuai ketentuan berlaku.

b.

Bendahara Penerimaan menerima uang dan mencocokkan antara STS


dengan SKP/SKR/tanda bukti penerimaan lainnya yang sah.

c.

Dokumen-dokumen yang digunakan oleh Bendahara Penerimaan:


1)
2)
3)
4)
5)
6)

2.

Buku Kas Umum Penerimaan;


Rekapitulasi Penerimaan Harian;
Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKP-Daerah);
Surat Ketetapan Retribusi (SKR);
Surat Tanda Setoran (STS);
Bukti penerimaan lainnya yang sah.

d.

Bendahara Penerimaan
Penerimaan.

e.
f.

Bendahara Penerimaan mencatat di Rekapitulasi Penerimaan Harian.

g.

Bendahara Penerimaan harus menyetorkan seluruh penerimaan kas ke


rekening kas umum daerah, maksimal 1 (satu) hari kerja setelah penerimaan
uang kas.

h.

Bukti penerimaan dan bukti setoran harus dipertanggungjawabkan kepada


PPKD selaku BUD.

i.

Bendahara Penerimaan juga dilarang melakukan, baik secara langsung


maupun tidak langsung, kegiatan perdagangan, pekerjaan pemborongan dan
penjualan jasa atau bertindak sebagai penjamin atas kegiatan/
pekerjaan/penjualan tersebut.

j.

Bendahara Penerimaan juga tidak diperbolehkan membuka rekening dengan


atas nama pribadi pada bank atau giro pos dengan tujuan pelaksanaan
APBD.

k.

Bendahara Penerimaan tidak diperbolehkan menyimpan uang, cek atau surat


berharga lebih dari 1 (satu) hari kerja.

mencatat

penerimaan

di

Buku

Kas

Umum

Setoran yang diterima harus disetorkan kembali melalui rekening kas umum
daerah pada bank pemerintah yang ditunjuk oleh pemerintah daerah.

Prosedur Penerimaan Setoran Melalui Bendahara Penerimaan Pembantu

a.

Bendahara Penerimaan Pembantu dapat dibentuk oleh Kepala SKPD dengan


Keputusan Kepala SKPD sesuai dengan kebutuhan atau bilamana disebabkan
oleh:
1)
Pendapatan daerah yang tersebar;
2)
Jumlah pungutan setoran dinilai terlalu kecil;
3)
Kondisi geografis wajib pajak dan atau wajib retibusi yang tidak
memungkinkan;

b.

Penyelenggaraan penatausahaan terhadap seluruh penerimaan dan


penyetoran atas penerimaan wajib dilakukan oleh Bendahara Pembantu
Penerimaan.

simbachs@gmail.com

- 16 -

3.

4.

c.

Pihak ketiga/bendahara penerimaan pembantu mengisi surat tanda setoran


(STS) berdasarkan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKP-Daerah), Surat
Ketetapan Retribusi (SKR) dan tanda bukti lainnya yang sah sesuai ketentuan
berlaku.

d.

Bendahara Penerimaan Pembantu menerima uang dan mencocokkan antara


STS dengan SKP/SKR/tanda bukti penerimaan lainnya yang sah.

e.

Dokumen-dokumen yang digunakan oleh Bendahara Penerimaan Pembantu:


1)
Buku Kas Umum
2)
Buku Kas Penerimaan Harian Pembantu;
3)
Buku Rekapitulasi Penerimaan Harian Pembantu;
4)
Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKP-Daerah);
5)
Surat Ketetapan Retribusi (SKR);
6)
Surat Tanda Setoran (STS);
7)
Bukti penerimaan lainnya yang sah;

f.

Bendahara Penerimaan Pembantu mencatat penerimaan di Buku Kas Umum


Penerimaan Pembantu.

g.

Bendahara Penerimaan Pembantu harus menyetorkan seluruh penerimaan


kas ke rekening kas umum daerah, maksimal 1 (satu) hari kerja setelah
penerimaan uang kas.

h.

Bukti penerimaan dan bukti setoran harus dipertanggungjawabkan kepada


Bendahara Penerimaan.

Prosedur Penerimaan Setoran Melalui Badan, Lembaga Keuangan atau


Kantor Pos

a.

Badan, Lembaga Keuangan atau Kantor Pos yang melaksanakan sebagian


tugas dan fungsi Bendahara Penerimaan ditunjuk oleh Bupati.

b.

Pihak ketiga mengisi surat tanda setoran (STS) berdasarkan Surat Ketetapan
Pajak Daerah (SKP-Daerah), Surat Ketetapan Retribusi (SKR) dan tanda bukti
lainnya yang sah sesuai ketentuan berlaku.

c.

Badan, Lembaga Keuangan atau kantor Pos yang ditunjuk menerima uang
dan mencocokkan antara STS/Slip Setoran dengan SKP/SKR/tanda bukti
penerimaan lainnya yang sah.

d.

Dokumen-dokumen yang digunakan oleh Badan, Lembaga Keuangan atau


Kantor Pos:
1)
Surat Ketetapan Pajak (SKP-Daerah);
2)
Surat Ketetapan Retribusi (SKR);
3)
Surat Tanda Setoran (STS)/Slip Setoran;
4)
Bukti penerimaan lainnya yang sah;

e.

Seluruh uang kas yang diterima harus disetorkan ke rekening kas umum
daerah maksimal 1 (satu) hari kerja setelah penerimaan uang dari pihak
ketiga.

f.

Bilamana terdapat kendala dalam hal komunikasi dan transportasi, maka


ketentuan batas waktu penyetoran ditetapkan dalam Peraturan Kepala
Daerah.

Prosedur Pertanggungjawaban Penerimaan Setoran


a.

Bendahara Penerimaan
1)
Bendahara
Penerimaan
SKPD
harus
membuat
laporan
pertanggungjawaban.
2)
Laporan pertanggungjawaban atas pengelolaan penerimaan uang
disampaikan kepada PPKD selaku BUD.
3)
Laporan pertanggungjawaban harus diterima PPKD selaku BUD paling
lambat tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya.
simbachs@gmail.com

- 17 4)

PPKD selaku BUD akan melakukan:

a)
b)
c)

5)

6)
7)

b.

c.

Verifikasi;
Evaluasi; dan

Analisis.
Berdasarkan hasil verifikasi, evaluasi dan analisis, maka PPKD akan
menerbitkan surat pengesahan terhadap Laporan Pertanggungjawaban
Pengelolaan Penerimaan.
Setoran dianggap sah, bilamana kuasa BUD sudah menerima bukti nota
kredit.
Bendahara Penerimaan akan melakukan verifikasi, evaluasi dan analisis
atas laporan pertanggungjawaban yang diterima dari Bendahara
Penerimaan Pembantu.

Bendahara Penerimaan Pembantu

1)

Bendahara
Penerimaan
Pembantu
harus
membuat
pertanggungjawaban atas pengelolaan penerimaan uang.

2)

Bukti
penerimaan
dan
bukti
penyetoran
juga
dipertanggungjawabkan kepada Bendahara Penerimaan.

3)

Laporan pertanggungjawaban atas pengelolaan penerimaan uang


disampaikan kepada Bendahara Penerimaan.

4)

Bendahara Penerimaan Pembantu harus menyampaikan Laporan


pertanggungjawaban kepada Bendahara Penerimaan paling lambat
tanggal 5 (lima) bulan berikutnya.

laporan
harus

Badan, Lembaga Keuangan atau Kantor Pos

1)

Badan, Lembaga Keuangan atau Kantor Pos harus membuat laporan


pertanggungjawaban atas pengelolaan penerimaan uang.

2)

Laporan pertanggungjawaban atas pengelolaan penerimaan uang


disampaikan kepada kepala daerah melalui BUD.

3)

Setoran dianggap sah, bilamana kuasa BUD sudah menerima bukti nota
kredit.

MENTERI DALAM NEGERI,


ttd
H. MOH. MARUF, SE.
Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA BIRO HUKUM,

PERWIRA

simbachs@gmail.com

- 18 LAMPIRAN D.VI

: PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI


NOMOR
: 13 TAHUN 2006
TANGGAL
: 15 Mei 2006

FORMAT SURAT PENYEDIAAN DANA


PROVINSI/KABUPATEN/KOTA*)
SURAT PENYEDIAAN DANA ANGGARAN BELANJA DAERAH
NOMOR .. TAHUN ..
TAHUN ANGGARAN
PEJABAT PENGELOLA KEUANGAN DAERAH SELAKU BENDAHARA UMUM DAERAH,
Menimbang

bahwa untuk melaksanakan anggaran belanja langsung/belanja tidak langsung*)


tahun anggaran berdasarkan anggaran kas yang telah ditetapkan, perlu
disediakan pendanaan dengan menerbitkan Surat Penyediaan Dana (SPD);

Mengingat

1. Peraturan Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota*) Nomor Tahun tentang


Penetapan APBD Provinsi/Kabupaten/Kota*) Tahun Anggaran ;
2. Peraturan Kepala Daerah Nomor Tahun tentang Penjabaran APBD
Provinsi/Kabupaten/Kota*) Tahun Anggaran ;
3. Peraturan Kepala Daerah Nomor Tahun tentang Pedoman Pelaksanaan
APBD Provinsi/Kabupaten/Kota*) ;

Nomor

Provinsi/Kabupaten/Kota*)
4. DPA-SKPD
Tahun ;
5. ... ... ... ... ... ...**)

Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota*) Nomor ... Tahun , tanggal


Tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota*) Tahun Anggaran
menetapkan/menyediakan kredit anggaran sebagai berikut:
1.

Dasar penyediaan dana:


DPA-SKPD/DPPA-SKPD/DPALSKPD*)

: Nomor .
Tanggal

2.

Ditujukan kepada SKPD

: .

3.

Nama PPTK

: .

4.

Nama Bendahara Pengeluaran

: .

5.

Jumlah penyediaan dana

: Rp..
(terbilang)
*)

6.

Untuk keperluan beban


pengeluaran

: UP/GU/TU/LS

7.

Untuk Kebutuhan

: Bulan s.d Bulan.

8.

Atas beban

: Belanja Tidak Langsung/Belanja Langsung*)

Nama Program

: .

Nama Kegiatan

: .

9.

Ikhtisar penyediaan dana :


a.

Jumlah dana DPASKPD/DPPA-SKPD/ DPALSKPD*)

: Rp.

b.

Akumulasi SPD
sebelumnya

: Rp.

c.

Sisa dana yang belum diSPD-kan

: Rp.

simbachs@gmail.com

- 19 -

10.

d.

Jumlah dana yang


SPD-kan saat ini

di-

e.

Sisa jumlah dana DPASKPD/DPPA-SKPD/ DPALSKPD*) yang belum diSPD-kan

: Rp.
: Rp.
(terbilang)

Ketentuan-ketentuan lain :

: .
Ditetapkan di ..
pada tanggal ..
PEJABAT PENGELOLA KEUANGAN DAERAH SELAKU
BENDAHARA UMUM DAERAH,
(tanda tangan)

Tembusan disampaikan kepada:

(nama lengkap)
NIP.

1. Inspektur Provinsi/Kabupaten/Kota*);
2. Arsip.
*)
**)

Coret yang tidak perlu


Misalnya perda tentang perubahan APBD apabila SPD diterbitkan setelah Perubahan APBD
ditetapkan.

MENTERI DALAM NEGERI,


ttd
H. MOH. MARUF, SE.
Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA BIRO HUKUM,

PERWIRA

simbachs@gmail.com

LAMPIRAN D.VII

: PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI


NOMOR
: 13 TAHUN 2006
TANGGAL
: 15 Mei 2006

FORMAT SURAT PERTANGGUNGJAWABAN BENDAHARA PENGELUARAN


PROVINSI/KABUPATEN/KOTA**)

SURAT PENGESAHAN PERTANGGUNGJAWABAN BENDAHARA PENGELUARAN


(SPJ BELANJA)
SKPD

: 1)

Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran

: 2)

Bendahaha Pengeluaran

: 3)

Tahun Anggaran

: 4)

Bulan

: 5)

(dalam rupiah)
Kode
Rekening

Uraian

Jumlah
Anggaran

SPJ - LS Gaji
s.d.
Bulan
lalu

Bulan ini

SPJ - LS Barang & Jasa


s.d.
Bulan ini

s.d.
Bulan
lalu

6 (4+5)

*)

SPJ UP/GU/TU

Bulan ini

s.d.
Bulan
ini

s.d.
Bulan
lalu

Bulan ini

s.d.
Bulan ini

9 (7+8)

10

11

12
(10+11)

Jumlah SPJ
(LS+UP/GU/TU)
s.d. Bulan ini

Sisa Pagu
Anggaran

13 (6+9+12)

14 (3-13 )

JUMLAH
Penerimaan :
- SP2D
- Potongan Pajak
a. PPN
b. PPh-21
c. PPh-22
d. PPh-23
- Lain-lain
Jumlah Penerimaan:

simbachs@gmail.com

(dalam rupiah)
Kode
Rekening

Uraian

Jumlah
Anggaran

SPJ - LS Gaji
s.d.
Bulan
lalu

Bulan ini

SPJ - LS Barang & Jasa


s.d.
Bulan ini

s.d.
Bulan
lalu

6 (4+5)

*)

SPJ UP/GU/TU

Bulan ini

s.d.
Bulan
ini

s.d.
Bulan
lalu

Bulan ini

s.d.
Bulan ini

9 (7+8)

10

11

12
(10+11)

Jumlah SPJ
(LS+UP/GU/TU)
s.d. Bulan ini

Sisa Pagu
Anggaran

13 (6+9+12)

14 (3-13 )

Pengeluaran :
- SPJ (LS + UP/GU/TU)
- Penyetoran Pajak
a. PPN
b. PPh-21
c. PPh-22
d. PPh-23
- Lain-lain
Jumlah Pengeluaran:
Saldo Kas

.., tanggal ..

**)

Mengetahui,
Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran 7)

Bendahara Pengeluaran 6)

(tanda tangan)

(tanda tangan)

(nama lengkap)
NIP.

(nama lengkap)
NIP.

Coret yang tidak perlu

simbachs@gmail.com

- 22 Cara Pengisian:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.

*)

Berdasarkan data dari PPTK yang terdokumentasikan dalam kartu kendali anggaran.
Diisi dengan Nama Satuan Kerja Perangkat Daerah.
2)
Diisi dengan Nama Pengguna Anggaran atau Kuasa Pengguna Anggaran.
3)
Diisi dengan Nama Bendahara Penerimaan Pembantu Satuan Kerja Perangkat Daerah.
4)
Diisi dengan Tahun Anggaran Pertanggungjawaban Pengeluaran.
5)
Diisi dengan Bulan Pertanggungjawaban Pengeluaran.
6)
Diisi dengan Nama Bendahara Pengeluaran dan Tandatangan.
7)
Diisi dengan Nama Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran. Catatan:
Penandatanganan oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran dilakukan setelah
diverifikasi (diparaf) oleh PPK-SKPD.
Kolom 1 diisi dengan Kode Rekening.
Kolom 2 diisi dengan Uraian Nama Kode Rekening.
Kolom 3 diisi dengan Jumlah Anggaran yang ditetapkan dalam APBD atas masing-masing
Kode Rekening.
Kolom 4 diisi dengan Jumlah SP2D atas pembayaran LS-gaji dan tunjangan yang telah
diterbitkan/SPJ sampai dengan Bulan Lalu.
Kolom 5 diisi dengan Jumlah SP2D atas pembayaran LS-gaji dan tunjangan yang telah
diterbitkan/SPJ Bulan ini.
Kolom 6 diisi dengan Jumlah SP2D atas pembayaran LS-gaji dan tunjangan yang telah
diterbitkan/SPJ sampai dengan Bulan ini.
Kolom 7 diisi dengan Jumlah SP2D atas pembayaran LS-Pihak Ketiga yang telah
diterbitkan/SPJ sampai dengan Bulan Lalu berdasarkan data dari PPTK.
Kolom 8 diisi dengan Jumlah SP2D atas pembayaran LS-Pihak Ketiga yang telah
diterbitkan/SPJ Bulan ini berdasarkan data dari PPTK.
Kolom 9 diisi dengan Jumlah SP2D atas pembayaran LS-Pihak Ketiga yang telah
diterbitkan/SPJ sampai dengan Bulan ini berdasarkan data dari PPTK.
Kolom 10 diisi dengan Jumlah SPJ atas penggunaan dana UP/GU/TU sampai dengan Bulan
Lalu.
Kolom 11 diisi dengan Jumlah SPJ atas penggunaan dana UP/GU/TU Bulan ini.
Kolom 12 diisi dengan Jumlah SPJ atas penggunaan dana UP/GU/TU sampai dengan Bulan
ini.
Kolom 13 diisi dengan Jumlah SPJ atas penggunaan dana LS+UP/GU/TU sampai dengan
Bulan ini.
Kolom 14 diisi dengan Jumlah sisa pagu anggaran yang diperoleh dari jumlah anggaran
dikurangi dengan Jumlah SPJ atas penggunaan dana LS+UP/GU/TU sampai dengan Bulan
ini.
1)

MENTERI DALAM NEGERI,


ttd
H. MOH. MARUF, SE.
Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA BIRO HUKUM,

PERWIRA

simbachs@gmail.com

- 25 LAMPIRAN D.VIII

: PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI


NOMOR
: 13 TAHUN 2006
TANGGAL
: 15 Mei 2006

FORMAT SURAT KETERANGAN SPP-TU

PROVINSI/KABUPATEN KOTA*) ......

SKPD .......

SURAT KETERANGAN PENGAJUAN SPP-TU


Sehubungan dengan Surat Permintaan Pembayaran Tambahan Uang Persediaan (SPP-TU) yang
kami ajukan sebesar Rp (terbilang ). Untuk keperluan SKPD Tahun Anggaran ,
dengan ini menyatakan dengan sebenarnya bahwa jumlah tambahan digunakan untuk keperluan sebagai
berikut :
No.

Kode Rekening

Jumlah
(Rp)

Uraian

Jumlah
Demikian Surat Keterangan ini dibuat untuk melengkapi persyaratan pengajuan SPP-TU SKPD.
, tanggal
Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran
(tanda tangan)
(nama lengkap)
NIP.

Catatan:

Dokumen ini disiapkan oleh Bendahara Pengeluaran/PPTK dan ditandangani oleh Pengguna
Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran pada saat pengajuan penerbitan S2PD kepada Kuasa
BUD.
*)

Coret yang tidak perlu.

MENTERI DALAM NEGERI,


ttd
Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA BIRO HUKUM,

H. MOH. MARUF, SE.

PERWIRA
simbachs@gmail.com

- 26 LAMPIRAN D.IX

: PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI


NOMOR
: 13 TAHUN 2006
TANGGAL
: 15 Mei 2006

FORMAT SURAT PERNYATAAN


A. SURAT PERNYATAAN PENGAJUAN SPP-UP
PROVINSI/KABUPATEN/KOTA*) ......
SKPD ......

DRAFT1)
SURAT PERNYATAAN PENGAJUAN SPP-UP
Nomor : ................................

Sehubungan dengan Surat Perintah Membayar Uang Persediaan (SPM-UP) nomor ...... tanggal ......
yang kami ajukan sebesar Rp (terbilang ). Untuk keperluan SKPD Tahun Anggaran
, dengan ini menyatakan dengan sebenarnya bahwa:
1.

Jumlah Uang Persediaan (UP) tersebut diatas akan dipergunakan untuk keperluan guna membiayai
kegiatan yang akan kami laksanakan sesuai DPA-SKPD.

2.

Jumlah Uang Persediaan (UP) tersebut tidak akan digunakan untuk membiayai pengeluaranpengeluaran yang menurut ketentuan yang berlaku harus dilakukan dengan Pembayaran Langsung
(LS).
Demikian Surat Pernyataan ini dibuat untuk melengkapi persyaratan pengajuan SPM-UP SKPD kami.
, tanggal
Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran
(tanda tangan)
(nama lengkap)
NIP.

Catatan:

Dokumen ini disiapkan oleh Bendahara Pengeluaran dan ditandangani oleh Pengguna
Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran pada saat Pengajuan Penerbitan SP2D Kepada Kuasa
BUD.
1)
Kata Draft dihilangkan apabila Surat Pernyataan telah ditandatangani pengguna
anggaran/kuasa pengguna anggaran.
*)
Coret yang tidak perlu.

simbachs@gmail.com

- 27 B. SURAT PERNYATAAN PENGAJUAN SPP-GU

PROVINSI/KABUPATEN KOTA*) ......

SKPD .......

DRAFT1)
SURAT PERNYATAAN PENGAJUAN SPP-GU
Sehubungan dengan Surat Permintaan Pembayaran Ganti Uang Persediaan (SPP-GU) yang kami
ajukan sebesar Rp (terbilang ). Untuk keperluan SKPD Tahun Anggaran , dengan
ini menyatakan dengan sebenarnya bahwa:
1.

Jumlah Ganti Uang Persediaan (GU) tersebut diatas akan dipergunakan untuk keperluan guna
membiayai kegiatan yang akan kami laksanakan sesuai DPA-SKPD.

2.

Jumlah Ganti Uang Persediaan (GU) tersebut tidak akan digunakan untuk membiayai pengeluaranpengeluaran yang menurut ketentuan yang berlaku harus dilakukan dengan Pembayaran Langsung
(LS).
Demikian Surat Pernyataan ini dibuat untuk melengkapi persyaratan pengajuan SPP-GU SKPD kami.
, tanggal
Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran
(tanda tangan)
(nama lengkap)
NIP.

Catatan:

Dokumen ini disiapkan oleh Bendahara Pengeluaran dan ditandangani oleh


Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran pada saat pengajuan penerbitan
S2PD kepada Kuasa BUD.
1)
Kata Draft dihilangkan apabila Surat Pernyataan telah ditandatangani pengguna
anggaran/kuasa pengguna anggaran.
*)
Coret yang tidak perlu.

simbachs@gmail.com

- 28 C. SURAT PERNYATAAN PENGAJUAN SPP-TU

PROVINSI/KABUPATEN KOTA*) ......

SKPD ......

DRAFT1)
SURAT PERNYATAAN PENGAJUAN SPP-TU
Sehubungan dengan Surat Permintaan Pembayaran Tambahan Uang Persediaan (SPP-TU) yang
kami ajukan sebesar Rp (terbilang ). Untuk keperluan SKPD Tahun Anggaran ,
dengan ini menyatakan dengan sebenarnya bahwa:
1.

Jumlah Tambahan Uang Persediaan (TU) tersebut diatas akan dipergunakan untuk keperluan
khusus guna membiayai kegiatan yang tidak dapat ditunda.

2.

Jumlah Tambahan Uang Persediaan (TU) tersebut tidak akan digunakan untuk membiayai
pengeluaran-pengeluaran yang menurut ketentuan yang berlaku harus dilakukan dengan
Pembayaran Langsung (LS).
Demikian Surat Keterangan ini dibuat untuk melengkapi persyaratan pengajuan SPP-TU SKPD kami.
, tanggal
Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran
(tanda tangan)
(nama lengkap)
NIP.

Catatan:

Dokumen ini disiapkan oleh Bendahara Pengeluaran/PPTK dan ditandangani oleh


Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran pada saat Pengajuan Penerbitan
S2PD Kepada Kuasa BUD.
1)
Kata Draft dihilangkan apabila Surat Pernyataan telah ditandatangani pengguna
anggaran/kuasa pengguna anggaran.
*)
Coret yang tidak perlu.
MENTERI DALAM NEGERI,
ttd
H. MOH. MARUF, SE.
Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA BIRO HUKUM,

PERWIRA

simbachs@gmail.com

- 29 LAMPIRAN D.X

: PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI


NOMOR
: 13 TAHUN 2006
TANGGAL
: 15 Mei 2006

FORMAT SURAT PERPINTAAN PEMBAYARAN (SPP)


A. SPP-1
PROVINSI/KABUPATEN/KOTA*)
SURAT PERMINTAAN PEMBAYARAN (SPP)
Nomor :
Uang Persediaan
[1] SPP-UP

Ganti Uang Persediaan


[2] SPP-GU

Tambahan Uang Persediaan


[3] SPP-TU

Pembayaran Langsung
[4] SPP-LS

7. Urusan Pemerintahan8)

()

8. Nama Program

()

9. Nama Kegiatan10)

()

Kode
1.

SKPD1)

:
2)

2.

Unit Kerja

3.
4.

Alamat3)
No. DPA-SKPD/DPPASKPD/DPAL-SKPD4)
Tanggal DPA-SKPD/DPPASKPD/DPAL-SKPD5)

5.

Tahun Anggaran6)

6.

Bulan7)

Kode

()

9)

()

()

Kepada Yth.
Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran
SKPD
di

Dengan memperhatikan Peraturan Gubernur/Bupati/Walikota*) Nomor Tahun


tentang Penjabaran APBD, bersama ini kami mengajukan Surat Permintaan Pembayaran sebagai berikut:
a.

Jumlah Pembayaran yang diminta11)

b.
c.

Untuk keperluan12)
Nama Bendahara Pengeluaran /Pihak
Ketiga13)
Alamat14)
No. Rekening Bank15)

Rp.
(terbilang:...)

:
:
:

..
..
..

d.
e.

x)

tanggal..

Mengetahui,
Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan x)

Bendahara Pengeluaran

(tanda tangan)

(tanda tangan)

(nama lengkap)
NIP.

(nama lengkap)
NIP.

Jika SPP LS pengadaan barang dan jasa Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan ikut menandatangani.
Lembar Asli
Salinan 1
Salinan 2
Salinan 3

:
:
:
:

Untuk
Untuk
Untuk
Untuk

Pengguna Anggaran/PPK-SKPD
Kuasa BUD
Bendahara Pengeluaran/PPTK
Arsip Bendahara Pengeluaran/PPTK

simbachs@gmail.com

- 30 PENELITIAN KELENGKAPAN DOKUMEN SPP


*)

Coret yang tidak perlu

1.

SPP-UP
Surat pengantar SPP-UP
Ringkasan SPP-UP
Rincian SPP-UP
Salinan SPD
Draft surat pernyataan untuk ditandatangani oleh pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran yang
menyatakan bahwa uang yang diminta tidak dipergunakan untuk keperluan selain uang persediaan saat
pengajuan SP2D kepada kuasa BUD
Lampiran lainnya

2.

SPP-GU
Surat pengantar SPP-GU
Ringkasan SPP-GU
Rincian SPP-GU
Salinan SPD
Surat pengesahan laporan pertanggungjawaban bendahara pengeluaran atas penggunaan dana SPPUP/GU/TU sebelumnya
Draft surat pernyataan untuk ditandatangani oleh pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran yang
menyatakan bahwa uang yang diminta tidak dipergunakan untuk keperluan selain ganti uang persediaan
saat pengajuan SP2D kepada kuasa BUD
Lampiran lainnya

3.

SPP-TU
Surat pengantar SPP-TU
Ringkasan SPP-TU
Rincian SPP-TU
Salinan SPD
Surat pengesahan SPJ
Draft surat pernyataan untuk ditandatangani oleh pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran yang
menyatakan bahwa uang yang diminta tidak dipergunakan untuk keperluan selain tambahan uang
persediaan saat pengajuan SP2D kepada kuasa BUD
Surat keterangan yang memuat penjelasan keperluan pengisian tambahan uang persediaan
Lampiran lainnya

4.

SPP LS - khusus pembayaran gaji dan tunjangan


Surat pengantar SPP-LS
Ringkasan SPP-LS
Rincian SPP-LS
Pembayaran gaji induk
Gaji susulan
Kekurangan gaji
Gaji terusan
Uang duka wafat/tewas yang dilengkapi dengan daftar gaji induk/gaji susulan/ kekurangan gaji/uang duka
wafat/tewas
SK CPNS
SK PNS
SK kenaikan pangkat
SK jabatan
Kenaikan gaji berkala
Surat pernyataan pelantikan
Surat pernyataan masih menduduki jabatan
Surat pernyataan melaksanakan tugas
Daftar keluarga (KP4)
Fotokopi surat nikah
Fotokopi akte kelahiran
SKPP
Daftar potongan sewa rumah dinas
Surat keterangan masih sekolah/kuliah
Surat pindah
Surat kematian
SSP PPh Pasal 21
Peraturan perundang-undangan mengenai penghasilan pimpinan dan anggota DPRD serta gaji dan
tunjangan kepala daerah/wakil kepala daerah

simbachs@gmail.com

- 31 5.

SPP-LS - khusus pengadaan barang dan jasa


Surat pengantar SPP-LS
Ringkasan SPP-LS
Rincian SPP-LS
Salinan SPD
Salinan surat rekomendasi dari SKPD teknis terkait
SSP disertai faktur pajak (PPN dan PPh) yang telah ditandatangani wajib pajak dan wajib pungut
Surat perjanjian kerjasama/kontrak antara pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran dengan pihak
ketiga serta mencantumkan nomor rekening bank pihak ketiga
Berita acara penyelesaian pekerjaan
Berita acara serah terima barang dan jasa
Berita acara pembayaran
Kwitansi bermeterai, nota/faktur yang ditandatangani pihak ketiga dan PPTK sertai disetujui oleh pengguna
anggaran/kuasa pengguna anggaran
Surat jaminan bank atau yang dipersamakan yang dikeluarkan oleh bank atau lembaga keuangan non bank
Dokumen lain yang dipersyaratkan untuk kontrak-kontrak yang dananya sebagian atau seluruhnya
bersumber dari penerusan pinjaman/hibah luar negeri
Berita acara pemeriksaan yang ditandatangani oleh pihak ketiga/rekanan serta unsur panitia pemeriksaan
barang berikut lampiran daftar barang yang diperiksa
Surat angkutan atau konosemen apabila pengadaan barang dilaksanakan di luar wilayah kerja
Surat pemberitahuan potongan denda keterlambatan pekerjaan dari PPTK apabila pekerjaan mengalami
keterlambatan
Foto/buku/dokumentasi tingkat kemajuan/ penyelesaian pekerjaan
Potongan jamsostek (potongan sesuai dengan ketentuan yang berlaku/surat pemberitahuan jamsostek)
Khusus untuk pekerjaan konsultan yang perhitungan harganya menggunakan biaya personil (billing rate),
berita acara prestasi kemajuan pekerjaan dilampiri dengan bukti kehadiran dari tenaga konsultan sesuai
pentahapan waktu pekerjaan dan bukti penyewaan/pembelian alat penunjang serta bukti pengeluaran
lainnya berdasarkan rincian dalam surat penawaran

PENELITI KELENGKAPAAN DOKUMEN SPP16)


Tanggal
Nama
NIP
Tanda Tangan
Lembar Asli
Salinan 1
Salinan 2
Salinan 3

:
:
:
:

:
:
:
:

Untuk
Untuk
Untuk
Untuk

..
..
..
..
Pengguna Anggaran/PPK-SKPD
Kuasa BUD
Bendahara Pengeluaran/PPTK
Arsip Bendahara Pengeluaran/PPTK

CARA PENGISIAN:
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
10)
11)
12)
13)
14)
15)
16)
17)

SKPD diisi dengan nama dan kode satuan kerja perangkat daerah.
Unit Kerja diisi dengan nama dan kode unit kerja perangkat daerah.
Alamat diisi dengan alamat satuan/unit kerja perangkat daerah.
No. DPA-SKPD/DPPA-SKPD/DPAL-SKPD diisi dengan nomor pengesahan DPA-SKPD/DPPA-SKPD/DPAL-SKPD
yang berkaitan dengan pengajuan SPP.
Tanggal DPA-SKPD/DPPA-SKPD/DPAL-SKPD diisi dengan tanggal pengesahan DPA-SKPD/DPPA-SKPD/DPALSKPD yang berkaitan dengan pengajuan SPP.
Tahun Anggaran diisi dengan tahun anggaran APBD.
Bulan diisi dengan bulan tahun anggaran APBD.
Urusan Pemerintahan diisi dengan nama dan kode urusan pemerintahan yang dilaksanakan oleh SKPD.
Nama Program diisi dengan nama dan kode program SKPD yang berkaitan dengan pengajuan SPP.
Nama Kegiatan diisi dengan nama dan kode kegiatan SKPD yang berkaitan dengan pengajuan SPP.
Huruf a Jumlah Pembayaran yang dimintakan diisi dengan jumlah Rupiah dalam angka dan jumlah Rupiah
dalam kata-kata sesuai permintaan SPP.
Huruf b Untuk keperluan diisi dengan uraian keperluan pengajuan SPP.
Huruf c Nama Bendahara/Pihak Ketiga diisi dengan nama bendahara pengeluaran (jika pengajuan SPP bukan
LS) dan/atau nama pihak ketiga (jika pengajuan SPP-LS).
Huruf d Alamat diisi dengan alamat bendahara pengeluaran atau alamat pihak ketiga.
Huruf e No. Rekening Bank diisi dengan nomor rekening bank bendahara pengeluaran atau pihak ketiga.
Diisi dengan tanggal penelitian, nama, NIP, dan tanda tangan peneliti.
- Diisi dengan cara memberi tanda check list ( ) jika dokumen ada.

simbachs@gmail.com

- 32 B. SPP-2
PROVINSI/KABUPATEN/KOTA*)

SURAT PERMINTAAN PEMBAYARAN (SPP)


Nomor :

Uang Persediaan
[1] SPP-UP
1.

Jenis Kegiatan1)

2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.

Nomor dan Nama Kegiatan2)


Alamat SKPD/Unit Kerja3)
Nama Perusahaan4)
Bentuk Perusahaan5)
Alamat Perusahaan6)
Nama Pimpinan Perusahaan7)
Nama dan No. Rekening Bank8)
Nomor Kontrak9)
Untuk Pekerjaan/Keperluan10)
Dasar Pengeluaran11)

:
:
:
:
:
:
:
:
:
:

No

Uraian
DPA-SKPD/DPPA-SKPD/DPAL-SKPD
Tanggal
:
Nomor
:

II

SPD
Tanggal
Tanggal
Tanggal
Tanggal

:
:
:
:

..
..
..
..

SP2D
SP2D peruntukan
SP2D peruntukan
SP2D peruntukan
SP2D peruntukan
SP2D peruntukan

Pembayaran Langsung
[4] SPP-LS

a. Gaji dan Tunjangan


b. Barang dan Jasa
c. Pengembalian Pendapatan
d. Lainnya

a. PT/NV
b. CV
c. Firma
d. Lain-lain

SPD . Nomor: .. tanggal .


Sebesar: Rp (Terbilang.)

III

Tambahan Uang
Persediaan
[3] SPP-TU

Ganti Uang Persediaan


[2] SPP-GU

Nomor:
Nomor:
Nomor:
Nomor:

Jumlah Mata Anggaran Bersangkutan

UP:
GU:
TU:
LS Pembayaran Gaji dan Tunjangan:
LS Pengadaan Barang dan Jasa:

Rp.

Rp.
Rp.
Rp.
Rp.

II Rp.

I-II Rp.

Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.

III Rp

II-III Rp.

Pada SPP ini ditetapkan lampiran-lampiran yang diperlukan sebagaimana tertera pada daftar kelengkapan dokumen SPP-1

Mengetahui,
Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan x)

x)

*)

tanggal
Bendahara Pengeluaran

(tanda tangan)

(tanda tangan)

(nama lengkap)
NIP.

(nama lengkap)
NIP.

Jika SPP LS pengadaan barang dan jasa Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan ikut menandatangani.
Coret yang tidak perlu.

Lembar Asli
Salinan 1
Salinan 2
Salinan 3

:
:
:
:

Untuk
Untuk
Untuk
Untuk

Pengguna Anggaran/PPK-SKPD
Kuasa BUD
Bendahara Pengeluaran/PPTK
Arsip Bendahara Pengeluaran/PPTK

simbachs@gmail.com

- 33 CARA PENGISIAN:
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
10)
11)

Jenis Kegiatan diisi sesuai dengan melingkar jenis kegiatan.


Nomor dan Nama Kegiatan diisi dengan nomor dan kode unit kerja perangkat daerah.
Alamat diisi dengan alamat Satuan/Unit Kerja Perangkat daerah.
Nama Perusahaan diisi dengan nama perusahaan yang menjadi pihak ketiga.
Bentuk Perusahaan diisi dengan melingkar jenis perusahaan.
Alamat Perusahaan diisi dengan alamat jelas perusahaan.
Nama Pimpinan Perusahaan diisi dengan nama jelas.
Nama dan Nomor Rekening Bank diisi dengan nama bank dan nomor rekening bank.
Nomor Kontrak diisi dengan nomor surat kontrak.
Untuk Pekerjaan/Keperluan diisi dengan uraian nama pekerjaan atau uraian keperluan
pengeluaran.
Dasar Pengeluaran diisi dengan nomor SPD dan tanggal SPD serta jumlah rupiah yang
tercantum dalam SPD.

simbachs@gmail.com

- 34 C. SPP-3
PROVINSI/KABUPATEN/KOTA*)

SURAT PERMINTAAN PEMBAYARAN (SPP)


Nomor :

Uang Persediaan
[1] SPP-UP

Ganti Uang Persediaan


[2] SPP-GU

Tambahan
Uang
Persediaan
[3] SPP-TU

Pembayaran Langsung
[4] SPP-LS

RINCIAN RENCANA PENGGUNAAN


TAHUN ANGGARAN
No

KODE REKENING
(JENIS)

URAIAN

JUMLAH
(Rp)

Jumlah
Terbilang : ()

tanggal
Mengetahui,
Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan x)

x)

*)

Bendahara Pengeluaran

(tanda tangan)

(tanda tangan)

(nama lengkap)
NIP.

(nama lengkap)
NIP.

Jika SPP LS pengadaan barang dan jasa Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan ikut menandatangani.
Coret yang tidak perlu.
Lembar Asli
Salinan 1
Salinan 2
Salinan 3

:
:
:
:

Untuk
Untuk
Untuk
Untuk

Pengguna Anggaran/PPK-SKPD
Kuasa BUD
Bendahara Pengeluaran/PPTK
Arsip Bendahara Pengeluaran/PPTK

CARA PENGISIAN:
1.
2.
3.
4.
5.

Tahun Anggaran diisi dengan tahun pelaksanaan anggaran.


Kolom 1 No diisi dengan nomor urut.
Kolom 2 Kode Rekening diisi sampai dengan kode rekening jenis belanja untuk SPP-UP/GU/TU dan
diisi sampai dengan kode rekening rincian objek untuk SPP-LS.
Kolom 3 Uraian diisi sampai dengan uraian nama rekening sampai dengan jenis belanja untuk SPPUP/GU/TU dan diisi sampai dengan uraian nama rekening rincian objek untuk SPP-LS.
Kolom 4 Jumlah diisi dengan jumlah rupiah.

MENTERI DALAM NEGERI,


ttd
H. MOH. MARUF, SE.

Salinan sesuai dengan aslinya


KEPALA BIRO HUKUM,

PERWIRA
simbachs@gmail.com

- 35 LAMPIRAN D.XI

: PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI


NOMOR
: 13 TAHUN 2006
TANGGAL
: 15 Mei 2006

FORMAT KARTU KENDALI KEGIATAN


PROVINSI/KABUPATEN/KOTA*)

KARTU KENDALI KEGIATAN


SKPD
Nama Program
Nama Kegiatan
Nama PPTK
No.
Urut

:
:
:
:

..........................................
..........................................
..........................................
..........................................

KODE REKENING

UP/GU/TU
1

Halaman:

PAGU ANGGARAN
KEGIATAN
(Rp)

Uraian

LS
3

REALISASI KEGIATAN
(SP2D)
(Rp)
UP/GU/TU

LS

SISA PAGU
ANGGARAN
(Rp)

Jumlah

, tanggal .

Mengetahui,
Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran

Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan

(tanda tangan)

(tanda tangan)

(nama lengkap)
NIP.

(nama lengkap)
NIP.

Cara Pengisian:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Kolom 1 diisi dengan nomor urut atas kegiatan.


Kolom 2 diisi dengan nomor rekening atas kegiatan.
Kolom 3 diisi dengan pagu anggaran untuk pengeluaran UP/GU/TU/LS atas kegiatan.
Kolom 4 diisi dengan uraian realisasi belanja atas kegiatan.
Kolom 5 diisi dengan jumlah rupiah (SP2D) realisasi kegiatan untuk pengeluaran
UP/GU/TU/LS.
Sisa pagu anggaran atas kegiatan.
*)
Coret yang tidak perlu.

MENTERI DALAM NEGERI,


ttd
Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA BIRO HUKUM,

H. MOH. MARUF, SE.

PERWIRA

simbachs@gmail.com

- 36 LAMPIRAN D.XII

: PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI


NOMOR
: 13 TAHUN 2006
TANGGAL
: 15 Mei 2006

FORMAT DOKUMEN BENDAHARA PENGELUARAN


A. BUKU SIMPANAN BANK
PROVINSI/KABUPATEN/KOTA*)

BUKU SIMPANAN/BANK

SKPD
Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran
Bendahara Pengeluaran
Pembantu Bendahara Pengeluaran

:
:
:
:
Halaman:

No.
Urut

Tanggal

Uraian

Penerimaan
(Rp)

Pengeluaran
(Rp)

Saldo
(Rp)

Jumlah
., tanggal .

Mengetahui,
Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran

Bendahara Pengeluaran

(tanda tangan)

(tanda tangan)

(nama lengkap)
NIP.

(nama lengkap)
NIP.

Cara Pengisian:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Kolom 1 diisi dengan nomor urut penerimaan atau pengeluaran simpanan/bank.


Kolom 2 diisi dengan tanggal penerimaan atau pengeluaran simpanan/bank.
Kolom 3 diisi dengan uraian penerimaan atau pengeluaran simpanan/bank misalnya nomor
SP2D dan nomor cek.
Kolom 4 diisi dengan jumlah rupiah penerimaan simpanan/bank.
Kolom 5 diisi dengan jumlah rupiah pengeluaran simpanan/bank.
Kolom 6 diisi dengan saldo simpanan/bank.
*)
Coret yang tidak perlu.

simbachs@gmail.com

- 37 B. BUKU PAJAK PPN/PPh


PROVINSI/KABUPATEN/KOTA*)

BUKU PAJAK PPN/PPh

SKPD
Kepala SKPD
Bendahara Pengeluaran

:
:
:
Halaman: ..

No.
Urut

Tanggal

Uraian

Pemotongan
(Rp)

Penyetoran
(Rp)

Saldo
(Rp)

Jumlah

., tanggal .
Mengetahui,
Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran

Bendahara Pengeluaran

(tanda tangan)

(tanda tangan)

(nama lengkap)
NIP.

(nama lengkap)
NIP.

Cara Pengisian:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Kolom 1 diisi dengan nomor urut pemotongan atau penyetoran pajak.


Kolom 2 diisi dengan tanggal pemotongan atau penyetoran pajak.
Kolom 3 diisi dengan uraian pemotongan atau penyetoran pajak.
Kolom 4 diisi dengan jumlah rupiah pemotongan pajak.
Kolom 5 diisi dengan jumlah rupiah penyetoran pajak.
Kolom 6 diisi dengan saldo pemotongan atau penyetoran pajak.
*)
Coret yang tidak perlu.

simbachs@gmail.com

- 38 C. BUKU PANJAR

PROVINSI/KABUPATEN/KOTA*)

BUKU PANJAR

SKPD
Kepala SKPD
Bendahara Pengeluaran

:
:
:

Halaman:

No.
Urut

Tanggal

Uraian

Ref.

Penerimaan
(Rp)

Pengeluaran
(Rp)

Saldo
(Rp)

Jumlah
., tanggal .
Mengetahui,
Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran

Bendahara Pengeluaran

(tanda tangan)

(tanda tangan)

(nama lengkap)
NIP.

(nama lengkap)
NIP.

Cara Pengisian:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

7.
8.

Kolom 1 diisi dengan nomor urut penerimaan atau pengeluaran kas atas panjar.
Kolom 2 diisi dengan tanggal penerimaan atau pengeluaran kas atas panjar.
Kolom 3 diisi dengan uraian penerimaan atau pengeluaran kas atas panjar.
Kolom 4 diisi dengan nomor urut bku pengeluaran.
Kolom 5 diisi dengan jumlah rupiah penerimaan kas/spj atas panjar.
Kolom 6 diisi dengan jumlah rupiah pengeluaran kas/panjar yang diberikan.
Kolom 7 diisi dengan saldo panjar yang belum di SPJ kan oleh orang yang diberikan.
*)
Coret yang tidak perlu.

simbachs@gmail.com

- 39 D. BUKU REKAPITULASI PENGELUARAN PER RINCIAN OBJEK


PROVINSI/KABUPATEN/KOTA*)

BUKU REKAPITULASI PENGELUARAN


PER RINCIAN OBYEK
SKPD
Kode Rekening
Nama Rekening
Kredit APBD
Tahun Anggaran

:
:
:
:
:

Halaman:

Pengeluaran
(Rp)

Nomor BKU
1

LS
2

UP/GU/TU
3

Jumlah
4

Jumlah bulan ini


Jumlah sampai dengan bulan lalu
Jumlah sampai dengan bulan ini ..
, tanggal

Mengetahui,
Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran

Bendahara Pengeluaran

(tanda tangan)

(tanda tangan)

(nama lengkap)
NIP.

(nama lengkap)
NIP.

Cara Pengisian :
1.
2.
3.
4.
5.

Kolom 1 diisi dengan nomor BKU.


Kolom 2 diisi dengan jumlah rupiah yang tertera dalam kuitansi, jika kuintansi tersebut
untuk Pengeluaran LS.
Kolom 3 diisi dengan jumlah rupiah yang tertera dalam kuitansi, jika kuintansi tersebut
untuk Pengeluaran UP/GU/TU.
Kolom 4 diisi dengan jumlah total Pengeluaran LS dan UP/GU/TU.
*)
Coret yang tidak perlu.

simbachs@gmail.com

- 40 E. REGISTER SPP-UP/GU/TU/LS BENDAHARA PENGELUARAN


PROVINSI/KABUPATEN/KOTA*)

REGISTER SPP-UP/SPP-GU/SPP-TU/SPP-LS
SKPD:

Halaman:
Jumlah SPP
(Rp)

Nomor SPP
No.
Urut

Tanggal
UP

GU

TU

Gaji

LS
Barang &
Jasa

Uraian
UP
4

GU

TU

Gaji

LS
Barang &
Jasa

Jumlah
., tanggal .
Mengetahui,
Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran

Bendahara Pengeluaran

(tanda tangan)

(tanda tangan)

(nama lengkap)
NIP.

(nama lengkap)
NIP.

Cara Pengisian:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Kolom 1 diisi dengan Nomor Urut SPP-UP/SPP-GU/SPP-TU/SPP-LS (Gaji, Barang dan Jasa).
Kolom 2 diisi dengan Tanggal diajukannya SPP-UP/SPP-GU/SPP-TU/SPP-LS (Gaji, Barang
dan Jasa).
Kolom 3 diisi dengan Nomor SPP-UP/SPP-GU/SPP-TU/SPP-LS (Gaji, Barang dan Jasa) yang
diajukan.
Kolom 4 diisi dengan uraian SPP yang diajukan SPP-UP/SPP-GU/SPP-TU/SPP-LS (Gaji,
Barang dan Jasa).
Kolom 5 diisi dengan jumlah rupiah SPP-UP/SPP-GU/SPP-TU/SPP-LS (Gaji, Barang dan
Jasa).
*)
Coret yang tidak perlu.

simbachs@gmail.com

- 41 F. REGISTER SPP-UP/GU/TU/LS PPK-SKPD


PROVINSI/KABUPATEN/KOTA*)

REGISTER SPP-UP/SPP-GU/SPP-TU/SPP-LS
SKPD:

Halaman:
Jumlah SPP
(Rp)

Nomor SPP
No.
Urut

Tanggal
UP

GU

TU

Gaji

LS
Barang &
Jasa

Uraian
UP

GU

TU

Gaji

LS
Barang &
Jasa

Jumlah
., tanggal .
Mengetahui,
Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran

PPK-SKPD

(tanda tangan)

(tanda tangan)

(nama lengkap)
NIP.

(nama lengkap)
NIP.

Cara Pengisian:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Kolom 1 diisi dengan Nomor Urut SPP-UP/SPP-GU/SPP-TU/SPP-LS (Gaji, Barang dan Jasa).
Kolom 2 diisi dengan Tanggal diajukannya SPP-UP/SPP-GU/SPP-TU/SPP-LS (Gaji, Barang
dan Jasa).
Kolom 3 diisi dengan Nomor SPP-UP/SPP-GU/SPP-TU/SPP-LS (Gaji, Barang dan Jasa) yang
diajukan.
Kolom 4 diisi dengan uraian SPP yang diajukan SPP-UP/SPP-GU/SPP-TU/SPP-LS (Gaji,
Barang dan Jasa).
Kolom 5 diisi dengan jumlah rupiah SPP-UP/SPP-GU/SPP-TU/SPP-LS (Gaji, Barang dan
Jasa).
*)
Coret yang tidak perlu.

MENTERI DALAM NEGERI,


ttd
H. MOH. MARUF, SE.
Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA BIRO HUKUM,

PERWIRA

simbachs@gmail.com

- 42 -

LAMPIRAN D.XIII

: PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI


NOMOR
: 13 TAHUN 2006
TANGGAL
: 15 Mei 2006

FORMAT SPM
PROVINSI/KABUPATEN/KOTA*) ......

SURAT PERINTAH MEMBAYAR (SPM)

Format :
*)
UP/GU/TU/LS

TAHUN ANGGARAN

Nomor SPM:................
(diisi oleh PPK-SKPD)
Potongan-potongan:

KUASA BENDAHARA UMUM DAERAH


*)
PROVINSI/KABUPATEN/KOTA ............
Supaya menerbitkan SP2D kepada:
SKPD: ..
Bendahara Pengeluaran/Pihak Ketiga *): .
...
Nomor Rekening Bank: ...
.
NPWP:
Dasar Pembayaran/No. dan Tanggal SPD:
Untuk Keperluan: ..

1. Belanja Tidak Langsung **)


2. Belanja Langsung **)
Pembebanan pada Kode Rekening :
(Kode Rekening) : ..
(Kode Rekening) : ..
(Kode Rekening) : ..
(Kode Rekening) : ..
(Kode Rekening) : ..
(Kode Rekening) : ..
(Kode Rekening) : ..
(Kode Rekening) : ..
(Kode Rekening) : ..
(Kode Rekening) : ..
(Kode Rekening) : ..
(Kode Rekening) : ..
Jumlah SPP yang Diminta
Nomor dan Tanggal SPP

Rp
Rp
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp..
Rp.
Rp.

Rp.
(..)
: dan

No.
1.
2.
3.

Uraian
(No. Rekening)
Iuran Wajib Pegawai
Negeri
Tabungan Perumahan
Pegawai

Jumlah

Jumlah Potongan

Keterangan

Rp

Informasi: (tidak mengurangi jumlah pembayaran SPM)


No.
1.
2.

Uraian

Jumlah

Keterangan

PPN
PPh
Jumlah

Rp

Jumlah SPM
Rp. ,Uang sejumlah: ..
., tanggal ..
Kepala SKPD,
(tanda tangan)
(nama lengkap)
NIP.

*) coret yang tidak perlu


**) Pilih yang sesuai

SPM ini sah apabila telah di tandatangani dan distempel oleh Kepala SKPD

MENTERI DALAM NEGERI,


ttd
H. MOH. MARUF, SE.
Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA BIRO HUKUM,

PERWIRA

simbachs@gmail.com

- 43 LAMPIRAN D.XIV

: PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI


NOMOR
: 13 TAHUN 2006
TANGGAL
: 15 Mei 2006

FORMAT SURAT PENOLAKAN SPM


PROVINSI/KABUPATEN/KOTA*) ...............
SKPD ..........................

SURAT PENOLAKAN PENERBITAN SPM


......................, ............. 20.....
Kepada Yth.
Bendahara/PPTK .......................
.....................................................
di
.....................................................
Nomor : ................................
Lampiran
: ................................
Perihal
: Pengembalian SPP
Bersama ini terlampir Surat Permintaan Pembayaran Uang Persediaan/Ganti
Uang/Tambahan Uang dan Langsung (SPP-UP/GU/TU/LS) Saudara Nomor: ..........................
tanggal .................. 200..... dikembalikan karena tidak memenuhi syarat untuk diproses.
Adapun kekurangannya sebagai berikut :
1.

....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
........................

2.

....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
........................

3.

....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
........................
Demikian disampaikan, atas kerjasamanya diucapkan terima kasih.
..............., tanggal ...........
Pengguna Anggaran/
Kuasa Pengguna Anggaran
(tanda tangan)

*)

(nama lengkap)
NIP.
Coret yang tidak perlu.

MENTERI DALAM NEGERI,


ttd
Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA BIRO HUKUM,

H. MOH. MARUF, SE.

PERWIRA
simbachs@gmail.com

- 44 LAMPIRAN D.XV

: PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI


NOMOR

: 13 TAHUN 2006

TANGGAL

: 15 Mei 2006

FORMAT REGISTER SPM


A. REGISTER SPM-UP/GU/TU/LS
PROVINSI/KABUPATEN/KOTA*)

REGISTER SPM-UP/SPM-GU/SPM-TU/SPM-LS
SKPD:

Halaman:
Jumlah SPM
(Rp)

Nomor SPM
No.
Urut

Tanggal

LS
UP

GU

TU

Gaji

Uraian

LS
UP

Barang
& Jasa

GU

TU

Gaji

Barang
& Jasa

Jumlah
., tanggal .
Mengetahui,
Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran

PPK-SKPD

(tanda tangan)

(tanda tangan)

(nama lengkap)
NIP.

(nama lengkap)
NIP.

Cara Pengisian:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Kolom 1 diisi dengan Nomor Urut SPM-UP/SPM-GU/SPM-TU/SPM-LS (Gaji, Barang dan Jasa).
Kolom 2 diisi dengan Tanggal diajukannya SPM-UP/SPM-GU/SPM-TU/SPM-LS (Gaji, Barang dan
Jasa).
Kolom 3 diisi dengan Nomor SPM-UP/SPM-GU/SPM-TU/SPM-LS (Gaji, Barang dan Jasa) yang
diajukan.
Kolom 4 diisi dengan uraian SPM yang diajukan SPM-UP/SPM-GU/SPM-TU/SPM-LS (Gaji, Barang
dan Jasa).
Kolom 5 diisi dengan jumlah rupiah SPM-UP/SPM-GU/SPM-TU/SPM-LS (Gaji, Barang dan Jasa).
*)
Coret yang tidak perlu.

simbachs@gmail.com

- 45 B. REGISTER SURAT PENOLAKAN PENERBITAN SPM

PROVINSI/KABUPATEN/KOTA*)

REGISTER SURAT PENOLAKAN PENERBITAN SPM


SKPD:

No.
Urut

Tanggal
&
Nomor

Halaman:
Jumlah SPP
(Rp)

Nomor SPP
LS
UP

GU

TU

Gaji

Uraian

LS
UP

Barang
& Jasa

GU

TU

Gaji
5

Jumlah
., tanggal .
Mengetahui,
Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran

PPK-SKPD

(tanda tangan)

(tanda tangan)

(nama lengkap)
NIP.

(nama lengkap)
NIP.

Cara Pengisian:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Kolom 1 diisi dengan Nomor Urut SPP-UP/SPP-GU/SPP-TU/SPP-LS (Gaji, Barang dan Jasa) yang
ditolak diterbitkannya SPM.
Kolom 2 diisi dengan tanggal dan nomor surat penolakan penerbitan SPM.
Kolom 3 diisi dengan Nomor SPP-UP/SPP-GU/SPP-TU/SPP-LS (Gaji, Barang dan Jasa) yang ditolak
diterbitkannya SPM.
Kolom 4 diisi dengan uraian SPP yang ditolak diterbitkannya SPM.
Kolom 5 diisi dengan jumlah rupiah SPP-UP/SPP-GU/SPP-TU/SPP-LS (Gaji, Barang dan Jasa) yang
ditolak diterbitkannya SPM.
*)
Coret yang tidak perlu.

MENTERI DALAM NEGERI,


ttd
H. MOH. MARUF, SE.
Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA BIRO HUKUM,

PERWIRA

simbachs@gmail.com

Barang
& Jasa

- 46 LAMPIRAN D.XVI

: PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI


NOMOR
: 13 TAHUN 2006
TANGGAL
: 15 Mei 2006

FORMAT SP2D
(Kolom 1)

Nomor : ..

SURAT PERINTAH PENCAIRAN DANA


(SP2D)

PROVINSI/KABUPATEN/KOTA**)
Nomor SPM
Tanggal
SKPD

:
:
:

Dari
Tahun Anggaran

:
:

Kuasa BUD

Bank / Pos :
Hendaklah mencairkan / memindahbukukan dari baki Rekening Nomor
Uang sebesar Rp. (terbilang : )

(Kolom 2)

Kepada
NPWP
No. Rekening Bank
Bank/Pos
Keperluan Untuk

:
:
:
:
:

(Kolom 3)

NO
1

KODE REKENING

URAIAN

JUMLAH
(Rp)
4

Jumlah
Potongan-potongan:
No.

Uraian (No. Rekening)

1.
2.

Iuran Wajib Pegawai Negeri


Tabungan Perumahan Pegawai

3.

Jumlah
(Rp)

Keterangan

Jumlah
(Rp)

Keterangan

Jumlah
Informasi: (tidak mengurangi jumlah pembayaran SP2D)
No.

Uraian

1.
2.

PPN
PPh
Jumlah

SP2D yang Dibayarkan


Jumlah yang Diminta
Rp .,Jumlah Potongan
Rp .,Jumlah yang Dibayarkan
Rp .,Uang Sejumlah:
Lembar
Lembar
Lembar
Lembar

1
2
3
4

:
:
:
:

Bank Yang Ditunjuk


Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran
Arsip Kuasa BUD
Pihak Ketiga*)

, tanggal
Kuasa Bendahara Umum Daerah
(tanda tangan)
(nama lengkap)
NIP.

Cara Pengisian:
1.

Kolom 1
a.
Nomor SPM diisi dengan Nomor SPM.
b.
Tanggal diisi dengan tanggal SPM.
c.
SKPD diisi dengan nama SKPD.
d.
Dari diisi dengan Kuasa Bendahara Umum Daerah (Kuasa BUD).
e.
Tahun anggaran diisi dengan tahun anggaran berkenaan.
f.
Bank/Pos diisi dengan nama bank/pos yang ditunjuk untuk mencairkan SP2D.

simbachs@gmail.com

- 47 g.

Hendaklah mencairkan / memindahbukukan ke Rekening Nomor diisi dengan nomor rekening


kas umum daerah (nomor rekening bank Kuasa BUD).
Uang sebesar diisi dengan jumlah rupiah dan bilangan rupiah SP2D yang dicairkan.

h.
2.

Kolom 2
a.
Kepada diisi dengan bendahara pengeluaran atau pihak ketiga yang berhak atas SP2D.
b.
NPWP diisi dengan nomor pokok wajib pajak bendahara pengeluaran atau pihak ketiga yang
berhak atas SP2D.
c.
Kode Rekening bank diisi dengan nomor rekening bank bendahara pengeluaran atau pihak
ketiga yang berhak atas SP2D.
d.
Bank/pos diisi dengan nama bank/pos yang ditunjuk untuk mencairkan SP2D.
e.
Keperluan untuk diisi dengan uraian keperluan peruntukan pencairan SP2D.

3.

Kolom 3
a.
Nomor diisi dengan nomor urut.
b.
Kode rekening diisi dengan kode rekening peruntukan SP2D.
c.
Uraian diisi dengan uraian nama kode rekening peruntukan SP2D
d.
Jumlah diisi dengan jumlah rupiah atas masing-masing kode rekening peruntukan SP2D.

4.

Potongan-potongan:
a.
Iuran wajib pegawai negeri diisi dengan jumlah potongan gaji pegawai sesuai ketentuan
perundang-undangan.
b.
Tabungan perumahan diisi dengan jumlah potongan tabungan perumahan pegawai sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.

5.

Informasi (tidak mengurangi jumlah pembayaran SP2D):


a.
PPN diisi dengan jumlah potongan PPN sesuai ketentuan perundang-undangan.
b.
PPh diisi dengan jumlah potongan PPh sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

6.

SP2D
a.
b.
c.
d.

7.
8.

*)

yang dibayarkan:
Jumlah yang diminta diisi dengan jumlah SP2D yang diminta.
Jumlah potongan diisi dengan jumlah potongan SP2D.
Jumlah yang dibayarkan diisi dengan jumlah yang diminta dikurangi dengan jumlah
potongan.
Uang sejumlah diisi dengan jumlah rupiah dan bilangan rupiah SP2D yang dicairkan.

Lembar 4 diserahkan kepada Pihak Ketiga disediakan untuk pencairan SPM-LS.


Coret yang tidak perlu.

**)

MENTERI DALAM NEGERI,


ttd
H. MOH. MARUF, SE.
Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA BIRO HUKUM,

PERWIRA

simbachs@gmail.com

- 48 LAMPIRAN D.XVII

: PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI


NOMOR
: 13 TAHUN 2006
TANGGAL
: 15 Mei 2006

FORMAT SURAT PENOLAKAN SP2D


PROVINSI/KABUPATEN/KOTA*) .......

SURAT PENOLAKAN PENERBITAN SP2D


......................, ............. 20.....
Kepada Yth.
Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna
Anggaran
.....................................................
di
.....................................................
Nomor
Lampiran
Perihal

: ...................
: ...................
: Pengembalian SPM

Bersama ini terlampir Surat Perintah Membayar Uang Persediaan/Ganti Uang/Tambahan


Uang/Langsung (SPM-UP/GU/TU/LS) Saudara Nomor: .......................... tanggal ..................
200..... dikembalikan karena tidak memenuhi syarat untuk diproses. Adapun kekurangannya
sebagai berikut :
1.

....................................................................................................................................
....................................................................................................................................

2.

....................................................................................................................................
....................................................................................................................................

3.

....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
Demikian disampaikan, atas kerjasamanya diucapkan terima kasih.
Kuasa Bendahara Umum Daerah
(tanda tangan)

*)

(nama lengkap)
NIP.
Coret yang tidak perlu.

MENTERI DALAM NEGERI,


ttd
Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA BIRO HUKUM,

H. MOH. MARUF, SE.

PERWIRA

simbachs@gmail.com

- 49 LAMPIRAN D.XVIII

: PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI


NOMOR
: 13 TAHUN 2006
TANGGAL
: 15 Mei 2006

FORMAT REGISTER SP2D


A. REGISTER SP2D
PROVINSI/KABUPATEN/KOTA*)

REGISTER SP2D

Halaman:
Jumlah SP2D
(Rp)

Nomor SP2D
No.
Urut

Tanggal
UP

GU

TU
3

LS
Barang
Gaji
& Jasa

Uraian
UP
4

GU

TU

Gaji

LS
Barang
& Jasa

Jumlah
., tanggal .
Kuasa Bendahara Umum Daerah
(tanda tangan)
(nama lengkap)
NIP.

Cara Pengisian:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Kolom 1 diisi dengan Nomor Urut SP2D untuk pengeluaran UP/GU/TU/LS (Gaji, Barang dan Jasa)
yang diterbitkan.
Kolom 2 diisi dengan tanggal diterbitkannya SP2D.
Kolom 3 diisi dengan Nomor SP2D untuk pengeluaran UP/GU/TU/LS (Gaji, Barang dan Jasa) yang
diterbitkan.
Kolom 4 diisi dengan uraian SP2D diterbitkan.
Kolom 5 diisi dengan jumlah rupiah SP2D untuk pengeluaran UP/GU/TU/LS (Gaji, Barang dan Jasa)
yang diterbitkan.
*)
Coret yang tidak perlu.

simbachs@gmail.com

- 50 B. REGISTER SURAT PENOLAKAN PENERBITAN SP2D

PROVINSI/KABUPATEN/KOTA*)

REGISTER SURAT PENOLAKAN PENERBITAN SP2D


Halaman:
No.
Urut

Tanggal &
Nomor

Nomor
SPM

Uraian

Jumlah
(Rp)

Keterangan

UP/GU/TU

LS

Jumlah
., tanggal .
Kuasa Bendahara Umum Daerah
(tanda tangan)
(nama lengkap)
NIP.

Cara Pengisian:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Kolom 1 diisi dengan nomor urut.


Kolom 2 diisi dengan tanggal dan nomor surat penolakan penerbitan SP2D.
Kolom 3 diisi dengan nomor SPM yang ditolak.
Kolom 4 diisi dengan uraian alasan penerbitan surat penolakan penerbitan SP2D.
Kolom 5 diisi dengan jumlah SPM UP/GU/TU yang ditolak penerbitan SP2D.
Kolom 6 diisi dengan jumlah SPM LS yang ditolak penerbitan SP2D.
Kolom 7 diisi dengan penjelasan yang diperlukan.
*)
Coret yang tidak perlu.

simbachs@gmail.com

- 51 C. BUKU KAS PENERIMAAN DAN PENGELUARAN

PROVINSI/KABUPATEN/KOTA*)

BUKU KAS PENERIMAAN DAN PENGELUARAN


Halaman:
Nomor
Urut

Tanggal

Uraian

Penerimaan
(Rp)

Pengeluaran
(Rp)

Jumlah
., tanggal .
Kuasa Bendahara Umum Daerah
(tanda tangan)
(nama lengkap)
NIP.

Cara Pengisian:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Kolom 1 diisi dengan nomor urut transaksi penerimaan kas atau pengeluaran kas.
Kolom 2 diisi dengan nomor tanggal transaksi penerimaan kas dan pengeluaran kas.
Kolom 3 diisi dengan uraian nama rekening.
Kolom 4 diisi dengan jumlah rupiah transaksi penerimaan.
Kolom 5 diisi dengan jumlah rupiah transaksi pengeluaran kas.
*)
Coret yang tidak perlu.

MENTERI DALAM NEGERI,


ttd
H. MOH. MARUF, SE.
Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA BIRO HUKUM,

PERWIRA

simbachs@gmail.com

- 52 LAMPIRAN D.XIX

: PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI


NOMOR

: 13 TAHUN 2006

TANGGAL

: 15 Mei 2006

FORMAT LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELUARAN

A. REGISTER PENERIMAAN LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELUARAN


PROVINSI/KABUPATEN/KOTA*)

REGISTER PENERIMAAN
LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELUARAN (SPJ)
Halaman:

No. Urut

Tanggal

Uraian

Jumlah SPJ
(Rp)

Keterangan

Jumlah
., tanggal .
Mengetahui,
Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran

PPK-SKPD

(tanda tangan)

(tanda tangan)

(nama lengkap)
NIP.

(nama lengkap)
NIP.

Cara Pengisian:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Kolom 1 diisi dengan Nomor urut.


Kolom 2 diisi dengan tanggal diterimanya SPJ.
Kolom 3 diisi dengan uraian SPJ yang diserahkan.
Kolom 4 diisi dengan jumlah rupiah SPJ yang diserahkan.
Kolom 5 diisi dengan penjelasan yang diperlukan.
*)
Coret yang tidak perlu.

simbachs@gmail.com

- 53 B. REGISTER PENGESAHAN LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELUARAN (SPJ)

PROVINSI/KABUPATEN/KOTA*) ..

REGISTER PENGESAHAN LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN


PENGELUARAN (SPJ)

Halaman:

No. Urut

Tanggal

Uraian

Jumlah SPJ
(Rp)

Keterangan

Jumlah
., tanggal .
Mengetahui,
Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran

PPK-SKPD

(tanda tangan)

(tanda tangan)

(nama lengkap)
NIP.

(nama lengkap)
NIP.

Cara Pengisian:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Kolom 1 diisi dengan nomor urut.


Kolom 2 diisi dengan tanggal pengesahan SPJ.
Kolom 3 diisi dengan uraian pengesahan SPJ.
Kolom 4 diisi dengan jumlah rupiah SPJ yang disahkan.
Kolom 5 diisi dengan penjelasan yang diperlukan.
*)
Coret yang tidak perlu.

simbachs@gmail.com

- 54 C. SURAT PENOLAKAN LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELUARAN (SPJ)


PROVINSI/KABUPATEN/KOTA*)
SKPD .........

SURAT PENOLAKAN
LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELUARAN (SPJ)

.............,tanggal ...........................
Nomor
Lampiran
Perihal

:
: .
: Penolakan SPJ

Kepada Yth.
Bendahara Pengeluaran
....................................
Di
......................

Berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap SPJ Saudara pada periode ................... tanggal ..
bulan . tahun .........., ditemukan kesalahan sebagai berikut :
1. .................................................................................................................................
2. .................................................................................................................................
3. .................................................................................................................................
4. .................................................................................................................................
Sehubungan
dengan
hal
tersebut,
pertanggungjawaban
Saudara
sebesar
Rp................................ pada tanggal ........... bulan ............ tahun ............. (bulan SPJ) tidak dapat
disahkan untuk dicatat sebagai saldo tanggal .............bulan ................ tahun ..................
Demikian disampaikan, atas perhatiannya diucapkan terima kasih.
Pengguna Anggaran/
Kuasa Pengguna anggaran
(tanda tangan)
(nama lengkap)
NIP.
Tembusan disampaikan kepada Yth. :
1.
Kepala PPKD
2.
Kepala Badan Pengawasan Daerah.
3.
Arsip.
*)

Coret yang tidak perlu

simbachs@gmail.com

- 55 D. REGISTER PENOLAKAN LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELUARAN (SPJ)

PROVINSI/KABUPATEN/KOTA*)

REGISTER PENOLAKAN
LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELUARAN (SPJ)
Halaman:

No. Urut

Tanggal & Nomor

Uraian

Jumlah SPJ
(Rp)

Keterangan

Jumlah
., tanggal .
Mengetahui,
Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran

PPK-SKPD

(tanda tangan)

(tanda tangan)

(nama lengkap)
NIP.

(nama lengkap)
NIP.

Cara Pengisian:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Kolom 1 diisi dengan nomor urut.


Kolom 2 diisi dengan tangga dan nomor surat penolakan SPJ.
Kolom 3 diisi dengan uraian alasan penolakan SPJ.
Kolom 4 diisi dengan jumlah rupiah SPJ yang ditolak.
Kolom 5 diisi dengan penjelasan yang diperlukan.
*)
Coret yang tidak perlu.

simbachs@gmail.com

- 56 E. REGISTER PENUTUPAN KAS BENDAHARA PENGELUARAN


PROVINSI/KABUPATEN/KOTA*)

REGISTER PENUTUPAN KAS

Tanggal Penutupan Kas


Nama Penutup Kas
Tanggal Penutupan Kas Yang Lalu

:
:
:

Jumlah transaksi s/d bulan

: .

- Jumlah Penerimaan s/d tanggal .

Rp.

- Jumlah Pengeluaran s/d tanggal .

Rp.

Saldo Buku

Rp.

Saldo Kas
Terdiri atas :
1.

Uang Kertas :
Pecahan Rp.
Pecahan Rp.
Pecahan Rp.
Pecahan Rp.
Pecahan Rp.
Pecahan Rp.
Pecahan Rp.
Uang Logam :
Pecahan Rp.
Pecahan Rp.
Pecahan Rp.
Pecahan Rp.
Pecahan Rp.
Pecahan Rp.

2.

3.

Rp.

100.000
50.000
20.000
10.000
5.000
1.000
500

=
=
=
=
=
=
=

lembar
lembar
lembar
lembar
lembar
lembar
lembar

Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.

1.000
500
200
100
50
25

=
=
=
=
=
=

keping
keping
keping
keping
keping
keping

Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.

Kertas berharga dan bagian kas yang dizinkan


ordonasi/SP2D, Wesel, Cek, Saldo Bank,
materai, dan sebagainya

4.

Rp.
JUMLAH

Rp.

Perbedaan Positif /Negatif

Rp.

Penjelasan perbedaan baik positif maupun negatif :

, tanggal
Mengetahui,
Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran

Bendahara Pengeluaran

(tanda tangan)

(tanda tangan)

(nama lengkap)
NIP.

(nama lengkap)
NIP.

*)

Coret yang tidak perlu.

Catatan:
Dalam hal register penutupan kas digunakan dalam pemeriksaan kas, letak tanda tangan pengguna anggaran/kuasa pengguna
anggaran berada pada sebelah kanan dan bendahara pengeluaran disebalah kiri.

simbachs@gmail.com

- 57 F. REGISTER PENUTUPAN KAS BENDAHARA PENERIMAAN PEMBANTU/BENDAHARA


PENGELUARAN PEMBANTU
PROVINSI/KABUPATEN/KOTA*)

REGISTER PENUTUPAN KAS

Tanggal Penutupan Kas


Nama Penutup Kas
Tanggal Penutupan Kas Yang Lalu

:
:
:

Jumlah transaksi s/d bulan

: .

- Jumlah Penerimaan s/d tanggal .

Rp.

- Jumlah Pengeluaran s/d tanggal .

Rp.

Saldo Buku

Rp.

Saldo Kas
Terdiri atas :
1.

2.

3.

4.

Rp.

Uang Kertas :
Pecahan Rp.
Pecahan Rp.
Pecahan Rp.
Pecahan Rp.
Pecahan Rp.
Pecahan Rp.
Pecahan Rp.
Uang Logam :
Pecahan Rp.
Pecahan Rp.
Pecahan Rp.
Pecahan Rp.
Pecahan Rp.
Pecahan Rp.

100.000
50.000
20.000
10.000
5.000
1.000
500

=
=
=
=
=
=
=

lembar
lembar
lembar
lembar
lembar
lembar
lembar

Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.

1.000
500
200
100
50
25

=
=
=
=
=
=

keping
keping
keping
keping
keping
keping

Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.

Kertas berharga dan bagian kas yang dizinkan


ordonasi/SP2D, Wesel, Cek, Saldo Bank,
materai, dan sebagainya

Rp.
JUMLAH

Rp.

Perbedaan Positif /Negatif

Rp.

Penjelasan perbedaan baik positif maupun negatif : ...............................................................................................................


.................................................................................................................
, tanggal
Mengetahui,

*)

Bendahara Penerimaan/Bendahara Pengeluaran

Bendahara Penerimaan Pembantu/Bendahara Pengeluaran Pembantu

(tanda tangan)

(tanda tangan)

(nama lengkap)
NIP.

(nama lengkap)
NIP.

Coret yang tidak perlu.

Catatan:
Dalam hal register penutupan kas digunakan dalam pemeriksaan kas, letak tanda tangan bendahara penerimaan/bendahara
pengeluran berada pada sebelah kanan dan bendahara penerimaan pembantu/bendahara pengeluaran pembantu disebalah kiri.

MENTERI DALAM NEGERI,


ttd
H. MOH. MARUF, SE.
Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA BIRO HUKUM,

PERWIRA
simbachs@gmail.com

LAMPIRAN D.XX

: PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI


NOMOR

: 13 TAHUN 2006

TANGGAL

: 15 Mei 2006

FORMAT LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN BENDAHARA PENGELUARAN


A. ADMINISTRATIF
PROVINSI/KABUPATEN/KOTA**)

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN BENDAHARA PENGELUARAN


(SPJ BELANJA - ADMINISTRATIF)
SKPD

1)

Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran

2)

Bendahaha Pengeluaran

3)

Tahun Anggaran

4)

Bulan

5)

(dalam rupiah)
SPJ - LS Barang & Jasa*)

SPJ - LS Gaji
Kode
Rekening

Uraian

Jumlah
Anggaran

s.d.
Bulan
lalu
4

Bulan ini

s.d.
Bulan ini

s.d.
Bulan
lalu

6 (4+5)

SPJ UP/GU/TU

Bulan ini

s.d.
Bulan
ini

s.d.
Bulan
lalu

Bulan ini

s.d.
Bulan ini

9 (7+8)

10

11

12
(10+11)

Jumlah SPJ
(LS+UP/GU/TU)
s.d. Bulan ini

Sisa Pagu
Anggaran

13 (6+9+12)

14 (3-13 )

JUMLAH
Penerimaan :
- SP2D
- Potongan Pajak
a. PPN
b. PPh-21
c. PPh-22
d. PPh-23
- Lain-lain
Jumlah Penerimaan:

simbachs@gmail.com

(dalam rupiah)
SPJ - LS Barang & Jasa*)

SPJ - LS Gaji
Kode
Rekening

Uraian

Jumlah
Anggaran

s.d.
Bulan
lalu
4

Bulan ini

s.d.
Bulan ini

s.d.
Bulan
lalu

6 (4+5)

SPJ UP/GU/TU

Bulan ini

s.d.
Bulan
ini

s.d.
Bulan
lalu

Bulan ini

s.d.
Bulan ini

9 (7+8)

10

11

12
(10+11)

Jumlah SPJ
(LS+UP/GU/TU)
s.d. Bulan ini

Sisa Pagu
Anggaran

13 (6+9+12)

14 (3-13 )

Pengeluaran :
- SPJ (LS + UP/GU/TU)
- Penyetoran Pajak
a. PPN
b. PPh-21
c. PPh-22
d. PPh-23
- Lain-lain
Jumlah Pengeluaran:
Saldo Kas

., tanggal
Bendahara Pengeluaran6)
(tanda tangan)
(nama lengkap)
NIP.

simbachs@gmail.com

- 60 Catatan:
Format ini digunakan oleh bendahara pengeluaran dalam rangka melakukan
pertanggungjawaban pengeluaran secara administratif ke Pengguna
Anggaran melalui PPK-SKPD.
Cara Pengisian:
*)
Berdasarkan data dari PPTK yang terdokumentasikan dalam kartu kendali anggaran.
1.
**)
Coret yang tidak perlu.
2.
1)
3.
Diisi dengan Nama Satuan Kerja Perangkat Daerah.
2)
Diisi dengan Nama Pengguna Anggaran atau Kuasa Pengguna Anggaran.
4.
3)
Diisi dengan Nama Bendahara Penerimaan Pembantu Satuan Kerja Perangkat Daerah.
5.
4)
6.
Diisi dengan Tahun Anggaran Pertanggungjawaban Pengeluaran.
5)
Diisi dengan Bulan Pertanggungjawaban Pengeluaran.
7.
6)
Diisi dengan Nama Bendahara Pengeluaran dan Tandatangan.
8.
9.
Kolom 1 diisi dengan Kode Rekening.
10. Kolom 2 diisi dengan Uraian Nama Kode Rekening.
11. Kolom 3 diisi dengan Jumlah Anggaran yang ditetapkan dalam APBD atas masing-masing
Kode Rekening.
12. Kolom 4 diisi dengan Jumlah SP2D atas pembayaran LS-gaji dan tunjangan yang telah
diterbitkan/SPJ sampai dengan Bulan Lalu.
13. Kolom 5 diisi dengan Jumlah SP2D atas pembayaran LS-gaji dan tunjangan yang telah
diterbitkan/SPJ Bulan ini.
14. Kolom 6 diisi dengan Jumlah SP2D atas pembayaran LS-gaji dan tunjangan yang telah
diterbitkan/SPJ sampai dengan Bulan ini.
15. Kolom 7 diisi dengan Jumlah SP2D atas pembayaran LS-Pihak Ketiga yang telah
diterbitkan/SPJ sampai dengan Bulan Lalu berdasarkan data dari PPTK.
16. Kolom 8 diisi dengan Jumlah SP2D atas pembayaran LS-Pihak Ketiga yang telah
diterbitkan/SPJ Bulan ini berdasarkan data dari PPTK.
17. Kolom 9 diisi dengan Jumlah SP2D atas pembayaran LS-Pihak Ketiga yang telah
diterbitkan/SPJ sampai dengan Bulan ini berdasarkan data dari PPTK.
18. Kolom 10 diisi dengan Jumlah SPJ atas penggunaan dana UP/GU/TU sampai dengan Bulan
Lalu.
19. Kolom 11 diisi dengan Jumlah SPJ atas penggunaan dana UP/GU/TU Bulan ini.
20. Kolom 12 diisi dengan Jumlah SPJ atas penggunaan dana UP/GU/TU sampai dengan Bulan
ini.
21. Kolom 13 diisi dengan Jumlah SPJ atas penggunaan dana LS+UP/GU/TU sampai dengan
Bulan ini.
22. Kolom 14 diisi dengan Jumlah sisa pagu anggaran yang diperoleh dari jumlah anggaran
dikurangi dengan Jumlah SPJ atas penggunaan dana LS+UP/GU/TU sampai dengan Bulan
ini.

simbachs@gmail.com

B. FUNGSIONAL

PROVINSI/KABUPATEN/KOTA**)

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN BENDAHARA PENGELUARAN


(SPJ BELANJA - FUNGSIONAL)
SKPD

1)

Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran

2)

Bendahaha Pengeluaran

3)

Tahun Anggaran

4)

Bulan

5)

(dalam rupiah)
SPJ - LS Barang & Jasa*)

SPJ - LS Gaji
Kode
Rekening

Uraian

Jumlah
Anggaran

s.d.
Bulan
lalu
4

Bulan ini

s.d.
Bulan ini

s.d.
Bulan
lalu

6 (4+5)

SPJ UP/GU/TU

Bulan ini

s.d.
Bulan
ini

s.d.
Bulan
lalu

Bulan ini

s.d.
Bulan ini

9 (7+8)

10

11

12
(10+11)

Jumlah SPJ
(LS+UP/GU/TU)
s.d. Bulan ini

Sisa Pagu
Anggaran

13 (6+9+12)

14 (3-13)

JUMLAH
Penerimaan :
- SP2D
- Potongan Pajak
a. PPN
b. PPh-21
c. PPh-22
d. PPh-23
- Lain-lain
Jumlah Penerimaan:

Pengeluaran :
- SPJ (LS + UP/GU/TU)
- Penyetoran Pajak
a. PPN

simbachs@gmail.com

(dalam rupiah)
SPJ - LS Barang & Jasa*)

SPJ - LS Gaji
Kode
Rekening

Uraian

Jumlah
Anggaran

s.d.
Bulan
lalu
4

Bulan ini

s.d.
Bulan ini

s.d.
Bulan
lalu

6 (4+5)

SPJ UP/GU/TU

Bulan ini

s.d.
Bulan
ini

s.d.
Bulan
lalu

Bulan ini

s.d.
Bulan ini

9 (7+8)

10

11

12
(10+11)

Jumlah SPJ
(LS+UP/GU/TU)
s.d. Bulan ini

Sisa Pagu
Anggaran

13 (6+9+12)

14 (3-13)

b. PPh-21
c. PPh-22
d. PPh-23
- Lain-lain
Jumlah Pengeluaran:
Saldo Kas

., tanggal

Mengetahui,
Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran

Bendahara Pengeluaran6)

(tanda tangan)

(tanda tangan)

(nama lengkap)
NIP

(nama lengkap)
NIP.

simbachs@gmail.com

- 63 Catatan:
Format ini digunakan oleh bendahara pengeluaran dalam rangka melakukan
pertanggungjawaban pengeluaran secara fungsional ke PPKD selaku BUD.
Cara Pengisian:
*)
Berdasarkan data dari PPTK yang terdokumentasikan dalam kartu kendali anggaran.
1.
**)
Coret yang tidak perlu.
2.
1)
Diisi dengan Nama Satuan Kerja Perangkat Daerah.
3.
2)
4.
Diisi dengan Nama Pengguna Anggaran atau Kuasa Pengguna Anggaran.
3)
Diisi dengan Nama Bendahara Penerimaan Pembantu Satuan Kerja Perangkat Daerah.
5.
4)
Diisi dengan Tahun Anggaran Pertanggungjawaban Pengeluaran.
6.
5)
7.
Diisi dengan Bulan Pertanggungjawaban Pengeluaran.
6)
Diisi dengan Nama Bendahara Pengeluaran dan Tandatangan.
8.
9.
Kolom 1 diisi dengan Kode Rekening.
10. Kolom 2 diisi dengan Uraian Nama Kode Rekening.
11. Kolom 3 diisi dengan Jumlah Anggaran yang ditetapkan dalam APBD atas masing-masing
Kode Rekening.
12. Kolom 4 diisi dengan Jumlah SP2D atas pembayaran LS-gaji dan tunjangan yang telah
diterbitkan/SPJ sampai dengan Bulan Lalu.
13. Kolom 5 diisi dengan Jumlah SP2D atas pembayaran LS-gaji dan tunjangan yang telah
diterbitkan/SPJ Bulan ini.
14. Kolom 6 diisi dengan Jumlah SP2D atas pembayaran LS-gaji dan tunjangan yang telah
diterbitkan/SPJ sampai dengan Bulan ini.
15. Kolom 7 diisi dengan Jumlah SP2D atas pembayaran LS-Pihak Ketiga yang telah
diterbitkan/SPJ sampai dengan Bulan Lalu berdasarkan data dari PPTK.
16. Kolom 8 diisi dengan Jumlah SP2D atas pembayaran LS-Pihak Ketiga yang telah
diterbitkan/SPJ Bulan ini berdasarkan data dari PPTK.
17. Kolom 9 diisi dengan Jumlah SP2D atas pembayaran LS-Pihak Ketiga yang telah
diterbitkan/SPJ sampai dengan Bulan ini berdasarkan data dari PPTK.
18. Kolom 10 diisi dengan Jumlah SPJ atas penggunaan dana UP/GU/TU sampai dengan Bulan
Lalu.
19. Kolom 11 diisi dengan Jumlah SPJ atas penggunaan dana UP/GU/TU Bulan ini.
20. Kolom 12 diisi dengan Jumlah SPJ atas penggunaan dana UP/GU/TU sampai dengan Bulan
ini.
21. Kolom 13 diisi dengan Jumlah SPJ atas penggunaan dana LS+UP/GU/TU sampai dengan
Bulan ini.
22. Kolom 14 diisi dengan Jumlah sisa pagu anggaran yang diperoleh dari jumlah anggaran
dikurangi dengan Jumlah SPJ atas penggunaan dana LS+UP/GU/TU sampai dengan Bulan
ini.

MENTERI DALAM NEGERI,


ttd
H. MOH. MARUF, SE.
Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA BIRO HUKUM,

PERWIRA

simbachs@gmail.com

- 64 LAMPIRAN D.XXI

: PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI


NOMOR

: 13 TAHUN 2006

TANGGAL

: 15 Mei 2006

FORMAT BERITA ACARA PEMERIKSAAN KAS


A. PENGGUNA ANGGARAN/KUASA PENGGUNA ANGGARAN

PROVINSI/KABUPATEN/KOTA*) ......
BERITA ACARA PEMERIKSAAN KAS
Pada hari ini tanggal .... yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama lengkap : ................................................
J a b a t a n : ................................................
Sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia/Peraturan Daerah
Nomor ........ Tahun ..... , kami melakukan pemeriksaan setempat pada :
Nama lengkap : ................................................
J a b a t a n : ................................................
berdasarkan Keputusan Gubernur/Bupati/Walikota*) Nomor ........ Tanggal .......... ditugaskan
mengurus uang berdasarkan hasil pemeriksaan kas serta bukti-bukti yang berada dalam
pengurusan itu, kami menemui kenyataan sebagai berikut:
Jumlah uang yang kami hitung dihadapan pejabat tersebut adalah :
a. Uang kertas
b. Uang logam
c. SP2D dan alat pembayaran lainnya yang
belum dicairkan
d. Saldo Bank
e. Surat/barang/benda berharga yang diizinkan
Jumlah

= Rp.
= Rp.
= Rp.
= Rp.
= Rp.
= Rp.

Saldo uang menurut Buku Kas Umum Daerah,


Register dan lain sebagainya berjumlah

= Rp.

Perbedaan positif/negatif antara saldo kas dan


Saldo buku

= Rp.

Penjelasan perbedaan positif/negatif

................................................................
................................................................
................, tanggal .......

*)

Yang diperiksa,
Bendahara Pengeluaran/Penerimaan

Yang memeriksa,
Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran

(tanda tangan)

(tanda tangan)

(nama lengkap)
NIP.

(nama lengkap)
NIP.

Coret yang tidak perlu.

simbachs@gmail.com

- 65 B. BENDAHARA PENERIMAAN/BENDAHARA PENGELUARAN

PROVINSI/KABUPATEN/KOTA*) ......
BERITA ACARA PEMERIKSAAN KAS
Pada hari ini tanggal .... yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama lengkap : ................................................
J a b a t a n : ................................................
Sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia/Peraturan Daerah
Nomor ........ Tahun ..... , kami melakukan pemeriksaan setempat pada :
Nama lengkap : ................................................
J a b a t a n : ................................................
berdasarkan Keputusan Gubernur/Bupati/Walikota*) Nomor ........ Tanggal .......... ditugaskan
mengurus uang berdasarkan hasil pemeriksaan kas serta bukti-bukti yang berada dalam
pengurusan itu, kami menemui kenyataan sebagai berikut:
Jumlah uang yang kami hitung dihadapan pejabat tersebut adalah :
a. Uang kertas
b. Uang logam
c. SP2D dan alat pembayaran lainnya yang
belum dicairkan
d. Saldo Bank
e. Surat/barang/benda berharga yang diizinkan
Jumlah

= Rp.
= Rp.
= Rp.
= Rp.
= Rp.
= Rp.

Saldo uang menurut Buku Kas Umum Daerah,


Register dan lain sebagainya berjumlah

= Rp.

Perbedaan positif/negatif antara saldo kas dan


Saldo buku

= Rp.

Penjelasan perbedaan positif/negatif

................................................................
................................................................
................, tanggal .......

*)

Yang diperiksa,
Bendahara Penerimaan Pembantu/
Bendahara Pengeluaran Pembantu

Yang memeriksa,
Bendahara Penerimaan/Bendahara Pengeluaran

(tanda tangan)

(tanda tangan)

(nama lengkap)
NIP.

(nama lengkap)
NIP.

Coret yang tidak perlu.

MENTERI DALAM NEGERI,


ttd
Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA BIRO HUKUM,

H. MOH. MARUF, SE.

PERWIRA
simbachs@gmail.com

- 66 LAMPIRAN D.XXII

: PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI


NOMOR

: 13 TAHUN 2006

TANGGAL

: 15 Mei 2006

RINGKASAN PROSEDUR
PENATAUSAHAAN BENDAHARA PENGELUARAN

Prosedur Penatausahaan Bendahara Pengeluaran merupakan Prosedur yang


digunakan menatausahakan kegiatan menerima, menyimpan, menyetor, membayar,
menyerahkan dan mempertanggungjawabkan pengeluaran uang yang berada dalam
pengelolaan Bendahara Pengeluaran.
A.

FUNGSI YANG TERKAIT


Fungsi yang terkait pada Prosedur Penatausahaan Bendahara Pengeluaran, terdiri
atas:
1.

Bendahara Pengeluaran

2.

Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK)

3.

Pejabat Penatausahaan Keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah (PPKSKPD)

4.

Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran (PA/KPA)

5.

Pejabat Pengelola Keuangan Daerah Selaku Bendahara Umum Daerah (PPKD


selaku BUD)

B.

6.

Pembantu Bendahara Pengeluaran

7.

Bendahara Pengeluaran Pembantu

8.

Kuasa Bendahara Umum Daerah (Kuasa BUD)

DOKUMEN YANG DIGUNAKAN


Dokumen yang digunakan pada Prosedur Penatausahaan Bendahara Pengeluaran,
terdiri atas :
1.

Anggaran Kas

2.

Dokumen Pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (DPA-SKPD)

3.

Surat Penyediaan Dana (SPD)

4.

Register SPD

5.

Surat Permintaan Pembayaran (SPP), terdiri atas:


a. SPP-Uang Persediaan (SPP-UP)
b. SPP-Ganti Uang Persediaan (SPP-GU)
c. SPP-Tambahan Uang (SPP-TU)

simbachs@gmail.com

- 67 d. SPP-Langsung (SPP-LS)
e. Register SPP
f. Surat Perintah Membayar (SPM)
g. Register SPM
h. Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D)
i. Register SP2D
j. Buku Kas Umum Pengeluaran
k. Buku Kas Umum Pengeluaran Pembantu
l. Buku Pembantu Simpanan/Bank
m. Buku Pembantu Panjar
n. Buku Pembantu Pajak PPN/PPh
o. Berita Acara Pemeriksaan Kas
p. Register Penutupan Kas
q. Perincian Pengeluaran per Rincian Obyek
r. Kartu Pengendalian Kredit Anggaran
s. Laporan Pertanggungjawaban Pengeluaran
t. Surat pengesahan pertanggungjawaban pengeluaran
C.

URAIAN PROSEDUR PENATAUSAHAAN BENDAHARA PENGELUARAN


Prosedur penatusahaan bendahara pengeluaran terdiri atas:
1.

Prosedur Penerbitan Surat Penyediaan Dana (SPD)

2.

Prosedur Penerbitan Surat Permintaan Pembayaran (SPP)

3.

Prosedur Penerbitan Surat Perintah Membayar (SPM)

4.

Prosedur Penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D)

5.

Prosedur Penggunaan Dana

6.

Prosedur Pertanggungjawaban Penggunaan Dana (SPJ)


MENTERI DALAM NEGERI,
ttd
H. MOH. MARUF, SE.
Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA BIRO HUKUM,

PERWIRA

simbachs@gmail.com

DEPARTEMEN DALAM NEGERI


REPUBLIK INDONESIA

LAMPIRAN E
PERMENDAGRI
NOMOR 13 TAHUN 2006
TENTANG
PEDOMAN PENGELOLAAN
KEUANGAN DAERAH

AKUNTANSI DAN PELAPORAN

DEPARTEMEN DALAM NEGERI


REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL BINA ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH

simbachs@gmail.com

DAFTAR LAMPIRAN E
AKUNTANSI DAN PELAPORAN
1.

Lampiran E.I

2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.

Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran

E.II
E.III
E.IV
E.V
E.VI
E.VII
E.VIII
E.IX
E.X
E.XI
E.XII
E.XIII
E.XIV
E.XV
E.XVI
E.XVII
E.XVIII
E.XIX
E.XX

21. Lampiran E.XXI


22.
23.
24.
25.
26.
27.

Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran

E.XXII
E.XXIII
E.XXIV
E.XXV
E.XXVI
E.XXVII

Kode Rekening Neraca


a.
Rekening aset
b.
Rekening kewajiban
c.
Rekening ekuitas dana
Contoh format kebijakan akuntansi
Format buku jurnal penerimaan kas
Format buku besar
Format buku besar pembantu
Ringkasan prosedur akuntansi penerimaan kas pada SKPD
Format buku jurnal pengeluaran kas
Ringkasan prosedur akuntansi pengeluaran kas pada SKPD
Format buku jurnal umum
Ringkasan prosedur akuntansi selain kas SKPD
Format laporan realisasi anggaran SKPD
Format neraca SKPD
Format catatan atas laporan keuangan SKPD
Format laporan penerimaan kas SKPKD
Ringkasan prosedur akuntansi penerimaan kas SKPKD
Format laporan pengeluaran kas SKPKD
Ringkasan prosedur akuntansi pengeluaran kas SKPKD
Ringkasan prosedur akuntansi selain kas SKPKD
Format laporan arus kas
Format laporan realisasi semester pertama anggaran
pendapatan dan belanja SKPD dan prognosis 6 bulan
Format laporan realisasi semester pertama APBD dan prognosis
6 bulan
Format surat pernyataan kepala SKPD
Format laporan realisasi anggaran Pemda
Format neraca Pemda
Format catatan atas laporan keuangan Pemda
Format surat pernyataan kepala daerah
Format rancangan peraturan daerah tentang
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD beserta lampiran
a.
Rancangan peraturan daerah tentang
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD
b.
Laporan realisasi anggaran provinsi dan kabupaten/kota
c.
Ringkasan Laporan Realisasi Anggaran Menurut Urusan
Pemerintahan Daerah Dan Organisasi SKPD
d.
Rincian laporan realisasi anggaran menurut urusan
Pemda, organisasi, pendapatan, belanja dan pembiayaan
e.
Rekapitulasi realisasi anggaran belanja daerah menurut
urusan Pemda, organisasi, program dan kegiatan
f.
Rekapitulasi realisasi anggaran belanja daerah untuk
keselarasan dan keterpaduan urusan Pemda
g.
Daftar piutang daerah
h.
Daftar penyertaan modal (investasi) daerah
i.
Daftar realisasi penambahan dan pengurangan aset tetap
daerah
j.
Daftar realisasi penambahan dan pengurangan aset lainlain
k.
Daftar kegiatan-kegiatan tahun pertama anggaran
sebelumnya yang belum diselesaikan
l.
Daftar Dana Cadangan
m. Daftar pinjaman daerah
n.
Neraca
o.
Laporan arus kas provinsi dan kabupaten/kota
p.
Catatan atas laporan keuangan
q.
Ikhtisar lapkeu perusda, pendapatan, beban dan laba/rugi
r.
Ikhtisar lapkeu perusda, aset, kewajiban dan ekuitas

simbachs@gmail.com

28. Lampiran E. XXVIII

29. Lampiran E.XXIX

Format rancangan peraturan kepala daerah tentang penjabaran


pertanggungjawaban pelaksanaan APBD beserta lampiran
a.
Rancangan peraturan kepala daerah tentang penjabaran
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD
b.
Ringkasan laporan realisasi
c.
Penjabaran laporan realisasi
Jadwal pertangungjawaban pelaksanaan APBD

simbachs@gmail.com

-1LAMPIRAN E.I

: PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI


NOMOR

: 13 TAHUN 2006

TANGGAL

: 15 Mei 2006

KODE REKENING NERACA


A. ASET
KODE REKENING ASET
KODE REKENING

URAIAN

ASET

ASET LANCAR

1
1
1

1
1
1

1
1
1

01
01

01

Kas
Kas di Kas Daerah
Kas di Kas Daerah

1
1

1
1

1
1

02
02

01

Kas di Bendahara Penerimaan


Kas di Bendahara Penerimaan

1
1

1
1

1
1

03
03

01

Kas di Bendahara Pengeluaran


Kas di Bendahara Pengeluaran

1
1
1
1

1
1
1
1

2
2
2
2

01
01
01

01
02

Investasi Jangka Pendek


Investasi dalam Saham
Investasi dalam Saham
Dst

1
1
1

1
1
1

2
2
2

02
02
02

01
02

Investasi dalam Obligasi


Investasi dalam Obligasi
Dst

1
1
1
1

1
1
1
1

3
3
3
3

01
01
01

01
02

Piutang
Piutang Pajak
Piutang Pajak
Dst

1
1
1

1
1
1

3
3
3

02
02
02

01
02

Piutang Retribusi
Piutang Retribusi
Dst

1
1
1
1

1
1
1
1

3
3
3
3

03
03
03
03

01
02
03

Piutang Dana Bagi Hasil


Piutang Dana Bagi Hasil Pajak
Piutang Dana Bagi Hasil Bukan Pajak
Dst

1
1

1
1

3
3

04
04

01

Piutang Dana Alokasi Umum


Piutang Dana Alokasi Umum

1
1
1

1
1
1

3
3
3

05
05
05

01
02

Piutang Dana Alokasi Khusus


Piutang Dana Alokasi Khusus
Dst

1
1
1
1
1

1
1
1
1
1

4
4
4
4
4

01
02
03

Piutang Lain-lain
Piutang Bagian Lancar Penjualan Angsuran
Piutang Bagian Lancar Penjualan Angsuran Cicilan Kendaraan Bermotor
Piutang Bagian Lancar Penjualan Angsuran Cicilan Rumah
Dst

01
01
01
01

simbachs@gmail.com

-2KODE REKENING

URAIAN

1
1
1

1
1
1

1
4
4
4

02
02
02

01
02

2
Piutang Ganti Rugi Atas Kekayaan Daerah
Piutang Ganti Rugi Atas Kekayaan Daerah
Dst

1
1
1

1
1
1

4
4
4

03
03
03

01
02

Piutang Hasil Penjualan Barang Milik Daerah


Piutang Hasil Penjualan Barang Milik Daerah
Dst

1
1
1

1
1
1

4
4
4

04
04
04

01
02

Piutang Dividen
Piutang Dividen
Dst

1
1
1

1
1
1

4
4
4

05
05
05

01
02

Piutang Bagi Hasil Laba Usaha Perusahaan Daerah


Piutang Bagi Hasil Laba Usaha Perusahaan Daerah
Dst

1
1
1

1
1
1

4
4
4

06
06
06

01
02

Piutang Fasilitas Sosial dan Fasilitas Umum


Piutang Fasilitas Sosial dan Fasilitas Umum
Dst

1
1
1
1

1
1
1
1

5
5
5
5

01
01
01

01
02

Persediaan
Persediaan Alat Tulis Kantor
Persediaan Alat Tulis Kantor
Dst

1
1
1

1
1
1

5
5
5

02
02
02

01
02

Persediaan Alat Listrik


Persediaan Alat Listrik
Dst

1
1
1
1
1
1
1
1

1
1
1
1
1
1
1
1

5
5
5
5
5
5
5
5

03
03
03
03
03
03
03
03

01
02
03
04
05
06
07

Persediaan Material/Bahan
Persediaan Bahan Baku Bangunan
Persediaan Suku Cadang Sarana Mobilitas
Persediaan Bahan/Bibit Tanaman
Persediaan Bibit Ternak
Persediaan Obat-obatan
Persediaan Bahan Kimia
Dst

1
1
1
1
1

1
1
1
1
1

5
5
5
5
5

04
04
04
04
04

01
02
03
04

Persediaan Benda Pos


Persediaan Perangko
Persediaan Materai
Persediaan Kertas Segel
Dst

1
1
1

1
1
1

5
5
5

05
05
05

01
02

Persediaan Bahan Bakar


Persediaan Bahan Bakar Minyak
Dst

1
1
1

1
1
1

5
5
5

06
06
06

01
02

Persediaan Bahan Makanan Pokok


Persediaan Bahan Makanan Pokok
Dst

1
1
1
1

2
2
2
2

1
1
1
1

01
01
01

1
1
1

2
2
2

1
1
1

02
02
02

INVESTASI JANGKA PANJANG

01
02

Investasi Non Permanen


Pinjaman kepada Perusahaan Negara
Pinjaman kepada Perusahaan Negara
Dst

01
02

Pinjaman kepada Perusahaan Daerah


Pinjaman kepada Perusahaan Daerah
Dst
simbachs@gmail.com

-3KODE REKENING

URAIAN

1
1
1

2
2
2

1
1
1

03
03
03

01
02

Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya


Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya
Dst

1
1
1

2
2
2

1
1
1

04
04
04

01
02

Investasi dalam Surat Utang Negara


Investasi dalam Surat Utang Negara
Dst

1
1
1

2
2
2

1
1
1

05
05
05

01
02

Investasi Non Permanen Lainnya


Investasi Non Permanen Lainnya
Dst

1
1
1
1

2
2
2
2

2
2
2
2

01
01
01

01
02

Investasi Permanen
Penyertaan Modal Pemerintah Daerah
Penyertaan Modal Pemerintah Daerah
Dst

1
1
1

2
2
2

2
2
2

02
02
02

01
02

Penyertaan Modal dalam Proyek Pembangunan


Penyertaan Modal dalam Proyek Pembangunan
Dst

1
1
1

2
2
2

2
2
2

03
03
03

01
02

Penyertaan Modal Perusahaan Patungan


Penyertaan Modal Perusahaan Patungan
Dst

1
1
1

2
2
2

2
2
2

04
04
04

01
02

Investasi Permanen Lainnya


Investasi Permanen Lainnya
Dst

1
1
1
1

3
3
3
3

1
1
1
1

01
01
01

01
02

Tanah
Tanah Kantor
Tanah Kantor
Dst

1
1
1

3
3
3

1
1
1

02
02
02

01
02

Tanah Sarana Kesehatan Rumah Sakit


Tanah Sarana Kesehatan Rumah Sakit
Dst

1
1
1

3
3
3

1
1
1

03
03
03

01
02

Tanah Sarana Kesehatan Puskesmas


Tanah Sarana Kesehatan Puskesmas
Dst

1
1
1

3
3
3

1
1
1

04
04
04

01
02

Tanah Sarana Kesehatan Poliklinik


Tanah Sarana Kesehatan Poliklinik
Dst

1
1
1

3
3
3

1
1
1

05
05
05

01
02

Tanah Sarana Pendidikan Taman Kanak-Kanak


Tanah Sarana Pendidikan Taman Kanak-Kanak
Dst

1
1
1

3
3
3

1
1
1

06
06
06

01
02

Tanah Sarana Pendidikan Sekolah Dasar


Tanah Sarana Pendidikan Sekolah Dasar
Dst

1
1
1
1
1

3
3
3
3
3

1
1
1
1
1

07
07
07
08
08

ASET TETAP

01
02
01

Tanah Sarana Pendidikan


Tanah Sarana Pendidikan
Dst
Tanah Sarana Pendidikan
Tanah Sarana Pendidikan

Menengah Umum dan Kejuruan


Menengah Umum dan Kejuruan
Menengah Lanjutan dan Kejuruan
Menengah Lanjutan dan Kejuruan
simbachs@gmail.com

-4KODE REKENING

URAIAN

1
1

08

02

Dst

1
1
1
1

3
3
3
3

1
1
1
1

09
09
09
09

01
02
03

Tanah Sarana Pendidikan Luar Biasa/Khusus


Tanah Sarana Pendidikan Luar Biasa
Tanah Sarana Pendidikan Luar Khusus
Dst

1
1
1
1

3
3
3
3

1
1
1
1

10
10
10
10

01
02
03

Tanah Sarana Pendidikan Pelatihan dan Kursus


Tanah Sarana Pendidikan Pelatihan
Tanah Sarana Pendidikan Kursus
Dst

1
1
1

3
3
3

1
1
1

11
11
11

01
02

Tanah Sarana Sosial Panti Asuhan


Tanah Sarana Sosial Panti Asuhan
Dst

1
1
1

3
3
3

1
1
1

12
12
12

01
02

Tanah Sarana Sosial Panti Jompo


Tanah Sarana Sosial Panti Jompo
Dst

1
1
1

3
3
3

1
1
1

13
13
13

01
02

Tanah Sarana Umum Terminal


Tanah Sarana Umum Terminal
Dst

1
1
1

3
3
3

1
1
1

14
14
14

01
02

Tanah Sarana Umum Dermaga


Tanah Sarana Umum Dermaga
Dst

1
1
1

3
3
3

1
1
1

15
15
15

01
02

Tanah Sarana Umum Lapangan Terbang Perintis


Tanah Sarana Umum Lapangan Terbang Perintis
Dst

1
1
1

3
3
3

1
1
1

16
16
16

01
02

Tanah Sarana Umum Rumah Potong Hewan


Tanah Sarana Umum Rumah Potong Hewan
Dst

1
1
1

3
3
3

1
1
1

17
17
17

01
02

Tanah Sarana Umum Tempat Pelelangan Ikan


Tanah Sarana Umum Tempat Pelelangan Ikan
Dst

1
1
1

3
3
3

1
1
1

18
18
18

01
02

Tanah Sarana Umum Pasar


Tanah Sarana Umum Pasar
Dst

1
1
1

3
3
3

1
1
1

19
19
19

01
02

Tanah Sarana Umum Tempat Pembuangan Akhir Sampah


Tanah Sarana Umum Tempat Pembuangan Akhir Sampah
Dst

1
1
1

3
3
3

1
1
1

20
20
20

01
02

Tanah Sarana Umum Taman


Tanah Sarana Umum Taman
Dst

1
1
1

3
3
3

1
1
1

21
21
21

01
02

Tanah Sarana Umum Pusat Hiburan Rakyat


Tanah Sarana Umum Pusat Hiburan Rakyat
Dst

1
1
1

3
3
3

1
1
1

22
22
22

01
02

Tanah Sarana Umum Ibadah


Tanah Sarana Umum Ibadah
Dst

1
1

3
3

1
1

23
23

01

Tanah Sarana Stadion Olahraga


Tanah Sarana Stadion Olahraga
simbachs@gmail.com

-5KODE REKENING

URAIAN

1
1

23

02

Dst

1
1
1

3
3
3

1
1
1

24
24
24

01
02

Tanah Perumahan
Tanah Perumahan
Dst

1
1
1

3
3
3

1
1
1

25
25
25

01
02

Tanah Pertanian
Tanah Pertanian
Dst

1
1
1

3
3
3

1
1
1

26
26
26

01
02

Tanah Perkebunan
Tanah Perkebunan
Dst

1
1
1

3
3
3

1
1
1

27
27
27

01
02

Tanah Perikanan
Tanah Perikanan
Dst

1
1
1

3
3
3

1
1
1

28
28
28

01
02

Tanah Peternakan
Tanah Peternakan
Dst

1
1
1

3
3
3

1
1
1

29
29
29

01
02

Tanah Perkampungan
Tanah Perkampungan
Dst

1
1
1

3
3
3

1
1
1

30
30
30

01
02

Tanah Pergudangan/Tempat Penimbunan Material Bahan Baku


Tanah Pergudangan/Tempat Penimbunan Material Bahan Baku
Dst

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3

2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2

01
01
01
01
01
01
01
01
01
01
01

01
02
03
04
05
06
07
08
09
10

Peralatan dan Mesin


Alat-alat Berat
Traktor
Buldozer
Stoom wals
Eskavator
Dump truk
Crane
Kendaraan penyapu jalan
Mesin pengolah semen
Mesin pengolah air bersih (reservoir osmosis)
Dst

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3

2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2

02
02
02
02
02
02
02
02
02
02
02
02
02
02
02
02
03
03
03

01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
13
14
15
01
02

Alat-alat Angkutan Darat Bermotor


Alat-alat angkutan darat bermotor sedan
Alat-alat angkutan darat bermotor jeep
Alat-alat angkutan darat bermotor station wagon
Alat-alat angkutan darat bermotor bus
Alat-alat angkutan darat bermotor micro bus
Alat-alat angkutan darat bermotor truck
Alat-alat angkutan darat bermotor tangki (air, minyak, tinja)
Alat-alat angkutan darat bermotor boks
Alat-alat angkutan darat bermotor pick up
Alat-alat angkutan darat bermotor ambulans
Alat-alat angkutan darat bermotor pemadam kebakaran
Alat-alat angkutan darat bermotor sepeda motor
Alat-alat angkutan darat bermotor lift/elevator
Alat-alat angkutan darat bermotor tangga berjalan
Dst
Alat-alat Angkutan Darat Tidak Bermotor
Gerobak
Pedati/delman/dokar/bendi/cidomo/andong
simbachs@gmail.com

-6KODE REKENING

URAIAN

1
1
1
1

3
3
3
3

1
2
2
2
2

03
03
03
03

03
04
05
06

Becak
Sepeda
Karavan
Dst

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3

2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2

04
04
04
04
04
04
04
04
04
04
04

01
02
03
04
05
06
07
08
09
10

Alat-alat Angkutan di Air Bermotor


Kapal motor
Kapal feri
Speed boat
Motor boat/motor tempel
Hydro foil
Jet foil
Kapal tug boat
Kapal tanker
Kapal kargo
Dst

1
1
1
1
1
1
1
1

3
3
3
3
3
3
3
3

2
2
2
2
2
2
2
2

05
05
05
05
05
05
05
05

01
02
03
04
05
06
07

Alat-alat Angkutan di Air Tidak Bermotor


Perahu layar
Perahu sampan
Perahu tongkang
Perahu karet
Perahu rakit
Perahu sekoci
Dst

1
1
1
1
1
1
1
1
1

3
3
3
3
3
3
3
3
3

2
2
2
2
2
2
2
2
2

06
06
06
06
06
06
06
06
06

01
02
03
04
05
06
07
08

Alat-alat Angkutan Udara


Pesawat kargo
Pesawat penumpang
Pesawat helikopter
Pesawat pemadam kebakaran
Pesawat capung
Pesawat terbang ampibi
Pesawat terbang layang
Dst

1
1
1
1
1
1

3
3
3
3
3
3

2
2
2
2
2
2

07
07
07
07
07
07

01
02
03
04
05

Alat-alat Bengkel
Mesin las
Mesin bubut
Mesin dongkrak
Mesin kompresor
Dst

1
1
1
1
1
1

3
3
3
3
3
3

2
2
2
2
2
2

08
08
08
08
08
08

01
02
03
04
05

Alat-alat Pengolahan Pertanian dan Peternakan


Penggiling hasil pertanian
Alat pengering gabah
Mesin bajak
Alat penetas
Dst

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3

2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2

09
09
09
09
09
09
09
09
09
09
09
09

01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11

Peralatan Kantor
Mesin tik
Mesin hitung
Mesin stensil
Mesin fotocopy
Mesin cetak
Mesin jilid
Mesin potong kertas
Mesin penghancur kertas
Papan tulis elektronik
Papan visual elektronik
Tabung pemadam kebakaran
simbachs@gmail.com

-7KODE REKENING

URAIAN

1
2

09

12

Dst

1
1
1
1
1
1
1
1

3
3
3
3
3
3
3
3

2
2
2
2
2
2
2
2

10
10
10
10
10
10
10
10

01
02
03
04
05
06
07

Perlengkapan Kantor
Meja gambar
Almari
Brankas
Filling kabinet
White board
Penunjuk waktu
Dst

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3

2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2

11
11
11
11
11
11
11
11
11
11
11
11

01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11

Komputer
Komputer mainframe/server
Komputer/PC
Komputer note book
Printer
Scaner
Monitor/display
CPU
UPS/Stabilizer
Kelengkapan komputer (flash disk, mouse, keyboard, hardisk, speaker)
Peralatan jaringan komputer
Dst

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3

2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2

12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12

01
02
03
04
05
06
07
08
09
10

Meubelair
Meja kerja
Meja rapat
Meja makan
Kursi kerja
Kursi rapat
Kursi makan
Tempat tidur
Sofa
Rak buku/tv/kembang
Dst

1
1
1
1
1
1
1
1
1

3
3
3
3
3
3
3
3
3

2
2
2
2
2
2
2
2
2

13
13
13
13
13
13
13
13
13

01
02
03
04
05
06
07
08

Peralatan Dapur
Tabung gas
Kompor gas
Lemari makan
Dispenser
Kulkas
Rak piring
Piring/gelas/mangkok/cangkir/sendok/garpu/pisau
Dst

1
1
1
1

3
3
3
3

2
2
2
2

14
14
14
14

01
02
03

Penghias Ruangan Rumah Tangga


Lampu hias
Jam dinding/meja
Dst

1
1
1
1
1

3
3
3
3
3

2
2
2
2
2

15
15
15
15
15

01
02
03
04

Alat-alat Studio
Kamera
Handycam
Proyektor
Dst

1
1
1
1
1

3
3
3
3
3

2
2
2
2
2

16
16
16
16
16

01
02
03
04

Alat-alat Komunikasi
Telepon
Faximili
Radio ssb
Radio HF/FM (handy talkie)
simbachs@gmail.com

-8KODE REKENING

URAIAN

1
1
1
1

3
3
3
3

1
2
2
2
2

16
16
16
16

05
06
07
08

Radio VHF
Radio UHF
Alat sandi
Dst

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3

2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2

17
17
17
17
17
17
17
17
17
17
17

01
02
03
04
05
06
07
08
09
10

Alat-alat Ukur
Timbangan
Teodolite
Alat uji emisi
Alat GPS
Kompas/peralatan navigasi
Bejana ukur
Baromoter
Seismograph
Ultrasonograph
Dst

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3

2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2

18
18
18
18
18
18
18
18
18
18
18
18
18
18
18
18

01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
13
14
15

Alat-alat Kedokteran
Alat-alat kedokteran umum
Alat-alat kedokteran gigi
Alat-alat kedokteran tht
Alat-alat kedokteran mata
Alat-alat kedokteran bedah
Alat-alat kedokteran anak
Alat-alat kedokteran kebidanan dan penyakit kandungan
Alat-alat kedokteran kulit dan kelamin
Alat-alat kedokteran kardiologi
Alat-alat kedokteran neurologi
Alat-alat kedokteran orthopedi
Alat-alat kedokteran hewan
Alat-alat farmasi
Alat-alat penyakit dalam/internis
Dst

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3

2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2

19
19
19
19
19
19
19
19
19
19
19

01
02
03
04
05
06
07
08
09
10

Alat-alat Laboratorium
Alat-alat laboratorium biologi
Alat-alat laboratorium fisika/geologi/geodesi
Alat-alat laboratorium kimia
Alat-alat laboratorium pertanian
Alat-alat laboratorium peternakan
Alat-alat laboratorium perkebunan
Alat-alat laboratorium perikanan
Alat-alat laboratorium bahasa
Alat-alat peraga / praktik sekolah
Dst

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3

2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
3
3
3

20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20

01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12

01
01

01

Alat-alat Persenjataan/Keamanan
Senjata api
Mobil water canon
Borgol
Sangkur/bayonet
Perisai/tameng
Detektor logam
Rompi anti peluru
Pentungan
Helm
Alarm/sirene
Sentolop/senter
Dst
Gedung dan Bangunan
Gedung kantor
Gedung kantor
simbachs@gmail.com

-9KODE REKENING

URAIAN

1
3

01

02

Dst

1
1
1

3
3
3

3
3
3

02
02
02

01
02

Gedung rumah jabatan


Gedung rumah jabatan
Dst

1
1
1

3
3
3

3
3
3

03
03
03

01
02

Gedung rumah dinas


Gedung rumah dinas
Dst

1
1
1

3
3
3

3
3
3

04
04
04

01
02

Gedung gudang
Gedung gudang
Dst

1
1
1

3
3
3

3
3
3

05
05
05

01
02

Bangunan bersejarah
Bangunan bersejarah
Dst

1
1
1

3
3
3

3
3
3

06
06
06

01
02

Bangunan monumen
Bangunan monumen
Dst

1
1
1

3
3
3

3
3
3

07
07
07

01
02

Tugu peringatan
Tugu peringatan
Dst

1
1
1
1
1
1

3
3
3
3
3
3

4
4
4
4
4
4

01
01
01
01
01

01
02
03
04

Jalan, Jaringan dan Instalasi


Jalan
Jalan
Jalan fly over
Jalan under pass
Dst

1
1
1
1
1
1

3
3
3
3
3
3

4
4
4
4
4
4

02
02
02
02
02
02

01
02
03
04
05

Jembatan
Jembatan gantung
Jembatan ponton
Jembatan penyebrangan orang
Jembatan penyebrangan diatas air
Dst

1
1
1
1
1
1

3
3
3
3
3
3

4
4
4
4
4
4

03
03
03
03
03
03

01
02
03
04
05

Jaringan Air
Jaringan irigasi/waduk/bendungan
Jaringan air bersih/air minum
Reservoir
Pintu air
Dst

1
1
1
1
1

3
3
3
3
3

4
4
4
4
4

04
04
04
04
04

01
02
03
04

Penerangan Jalan, Taman dan Hutan Kota


Lampu hias jalan
Lampu hias taman
Lampu penerang hutan kota
Dst

1
1
1
1

3
3
3
3

4
4
4
4

05
05
05
05

01
02
03

Instalasi Listrik dan Telepon


Instalasi listrik
Jaringan telepon
Dst

1
1
1
1

3
3
3
3

5
5
5
5

01
01
01

01
02

Aset Tetap Lainnya


Buku dan Kepustakaan
Buku matematika
Buku fisika
simbachs@gmail.com

- 10 KODE REKENING

URAIAN

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3

1
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5

01
01
01
01
01
01
01
01
01
01
01
01
01
01
01
01
01
01
01
01
01
01
01
01

03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26

2
Buku kimia
Buku biologi
Buku biografi
Buku geografi
Buku astronomi
Buku arkeologi
Buku bahasa dan sastra
Buku keagamaan
Buku sejarah
Buku seni dan budaya
Buku ilmu pengetahuan umum
Buku ilmu pengetahuan sosial
Buku ilmu politik dan ketatanegaraan
Buku ilmu pengetahuan dan teknologi
Buku ensiklopedia
Buku kamus bahasa
Buku ekonomi dan keuangan
Buku industri dan perdagangan
Buku peraturan perundang-undangan
Buku naskah
Terbitan berkala (jurnal, Compact Disk)
Mikrofilm
Peta/atlas/globe
Dst

1
1
1
1
1
1
1
1

3
3
3
3
3
3
3
3

5
5
5
5
5
5
5
5

02
02
02
02
02
02
02
02

01
02
03
04
05
06
07

Barang Bercorak Kesenian, Kebudayaan


Lukisan/foto
Patung
Ukiran
Pahatan
Batu alam
Maket/miniatur/diorama
Dst

1
1
1
1
1

3
3
3
3
3

5
5
5
5
5

03
03
03
03
03

01
02
03
04

Hewan/Ternak dan Tanaman


Hewan kebun binatang
Ternak
Tanaman
Dst

1
1
1
1

3
3
3
3

6
6
6
6

01
01
01

01
02

Konstruksi Dalam Pengerjaan


Konstruksi Dalam Pengerjaan
Konstruksi Dalam Pengerjaan
Dst

1
1
1
1

3
3
3
3

7
7
7
7

01
02

Akumulasi Penyusutan
Akumulasi Penyusutan Aset Tetap
Akumulasi Penyusutan Aset Tetap
Dst

1
1
1
1
1

4
4
4
4
4

1
1
1
1

01
02

DANA CADANGAN
Dana Cadangan
Dana Cadangan
Dana Cadangan.
Dst

1
1
1
1
1

5
5
5
5
5

1
1
1
1

01
02

ASET LAINNYA
Tagihan Piutang Penjualan Angsuran
Tagihan Penjualan Angsuran Cicilan Kendaraan Bermotor
Tagihan Penjualan Angsuran Cicilan Kendaraan Bermotor
Dst

01
01
01

01
01
01

01
01
01

simbachs@gmail.com

- 11 KODE REKENING
1
1
1

5
5
5

1
1
1
1

02
02
02

1
1
1
1

5
5
5
5

2
2
2
2

01
01
01

1
1
1
1

5
5
5
5

3
3
3
3

1
1
1

5
5
5

1
1
1

URAIAN

01
02

2
Tagihan Penjualan Angsuran Cicilan Rumah
Tagihan Penjualan Angsuran Cicilan Rumah
Dst

01
02

Tagihan Tuntutan Ganti Kerugian Daerah


Tagihan Tuntutan Ganti Kerugian Daerah
Tagihan Tuntutan Ganti Kerugian Daerah
Dst

01
01
01

01
02

Kemitraan dengan Pihak Ketiga


Bangun guna serah (Build, Operate and Transfer/BOT)
Bangun guna serah (Build, Operate and Transfer/BOT)
Dst

3
3
3

02
02
02

01
02

Bangun serah guna (Build, Transfer and Operate/BTO)


Bangun serah guna (Build, Transfer and Operate/BTO)
Dst

5
5
5

3
3
3

03
03
03

01
02

Kerjasama Operasi (KSO)


Kerjasama Operasi (KSO)
Dst

1
1
1

5
5
5

4
4
4

01
01

01

Aset Tidak Berwujud


Aset Tidak Berwujud
Dst

1
1
1
1

5
5
5
5

5
5
5
5

01
01
01

01
02

Aset Lain-lain
Aset Lain-lain
Aset Lain-lain
Dst

simbachs@gmail.com

- 12 B. KEWAJIBAN
KODE REKENING KEWAJIBAN
KODE REKENING

URAIAN

KEWAJIBAN

KEWAJIBAN JANGKA PENDEK

2
2
2

1
1
1

1
1
1

01
01 01

Utang Perhitungan Pihak Ketiga


Utang Taspen
Utang Taspen

2
2

1
1

1
1

02
02 01

Utang Askes
Utang Askes

2
2

1
1

1
1

03
03 01

Utang PPh Pusat


Utang PPh Pusat

2
2

1
1

1
1

04
04 01

Utang PPN Pusat


Utang PPN Pusat

2
2

1
1

1
1

05
05 01

Utang Taperum
Utang Taperum

2
2
2

1
1
1

1
1
1

06
06 01
06 02

Utang Perhitungan Pihak Ketiga Lainnya


Utang Perhitungan Pihak Ketiga Lainnya
Dst

2
2
2

1
1
1

2
2
2

01
01 01

Utang Bunga
Utang Bunga kepada Pemerintah Pusat
Utang Bunga kepada Pemerintah Pusat

2
2
2

1
1
1

2
2
2

02
02 01
02 02

Utang Bunga kepada Daerah Otonom Lainnya


Utang Bunga kepada Daerah Otonom Lainnya
Dst

2
2
2
2

1
1
1
1

2
2
2
2

03
03 01
03 02
03 03

Utang Bunga kepada BUMN/BUMD


Utang Bunga kepada BUMN
Utang Bunga kepada BUMD
Dst

2
2
2
2

1
1
1
1

2
2
2
2

04
04 01
04 02
04 03

Utang Bunga kepada Bank/Lembaga Keuangan


Utang Bunga kepada Bank
Utang Bunga kepada Lembaga Keuangan
Dst

2
2
2

1
1
1

2
2
2

05
05 01
05 02

Utang Bunga Dalam Negeri Lainnya


Utang Bunga Dalam Negeri Lainnya
Dst

2
2
2

1
1
1

2
2
2

06
06 01
06 02

Utang Bunga Luar Negeri


Utang Bunga Luar Negeri
Dst

2
2
2

1
1
1

3
3
3

01
01 01

Utang Pajak
Utang Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21
Utang Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21

02

Utang Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 22

simbachs@gmail.com

- 13 KODE REKENING

URAIAN

02 01

Utang Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 22

2
2

1
1

3
3

03
03 01

Utang Pemunggutan Pajak Pertambahan Nilai


Utang Pemunggutan Pajak Pertambahan Nilai

2
2
2
2

1
1
1
1

4
4
4
4

01
01 01
01 02

Bagian Lancar Utang Jangka Panjang


Utang Bank
Utang Bank
Dst

2
2
2

1
1
1

4
4
4

02
02 01
02 02

Utang Obligasi
Utang Obligasi
Dst

2
2

1
1

4
4

03
03 01

Utang Pemerintah Pusat


Utang Pemerintah Pusat

2
2
2

1
1
1

4
4
4

04
04 01
04 02

Utang Pemerintah Provinsi


Utang Pemerintah Provinsi
Dst

2
2
2
2

1
1
1
1

4
4
4
4

05
05 01
05 02
05 03

Utang Pemerintah Kabupaten / Kota


Utang Pemerintah Kabupaten
Utang Pemerintah Kota
Dst

2
2
2
2

1
1
1
1

5
5
5
5

01
01 01
01 02

Pendapatan Diterima Dimuka


Setoran Kelebihan Pembayaran Kepada Pihak III
Setoran Kelebihan Pembayaran Kepada Pihak III
Dst

2
2
2

1
1
1

5
5
5

02
02 01
02 02

Uang Muka Penjualan Produk Pemda Dari Pihak III


Uang Muka Penjualan Produk Pemda Dari Pihak III
Dst

2
2
2

1
1
1

5
5
5

03
03 01
03 02

Uang Muka Lelang Penjualan Aset Daerah


Uang Muka Lelang Penjualan Aset Daerah
Dst

2
2
2
2

1
1
1
1

6
6
6
6

01
01 01
01 02

Utang Jangka Pendek Lainnya


Utang Jangka Pendek Lainnya
Utang Jangka Pendek Lainnya
Dst

2
2
2
2

2
2
2
2

1
1
1
1

01
01 01
01 02

Utang Dalam Negeri


Utang Dalam Negeri Sektor Perbankan
Utang Dalam Negeri Sektor Perbankan
Dst

2
2
2
2
2

2
2
2
2
2

1
1
1
1
1

02
02 01
02 02
03
03 01

Utang Dalam Negeri - Obligasi


Utang Dalam Negeri - Obligasi
Dst
Utang Pemerintah Pusat
Utang Pemerintah Pusat

2
2
2

2
2
2

1
1
1

04
04 01
04 02

KEWAJIBAN JANGKA PANJANG

Utang Pemerintah Provinsi


Utang Pemerintah Provinsi
Dst

simbachs@gmail.com

- 14 KODE REKENING

URAIAN

2
2
2

2
2
2

1
1
1

05
05 01
05 02

Utang Pemerintah Kabupaten/Kota


Utang Pemerintah Kabupaten/Kota
Dst

2
2
2
2

2
2
2
2

2
2
2
2

01
01 01
01 02

Utang Luar Negeri


Utang Luar Negeri - Sektor Perbankan
Utang Luar Negeri - Sektor Perbankan
Dst

simbachs@gmail.com

- 15 C. EKUITAS DANA
KODE REKENING EKUITAS DANA
KODE REKENING
3

URAIAN
EKUITAS DANA

EKUITAS DANA LANCAR

Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA)

3
3
3

1
1
1

2
2
2

01
01 01

Cadangan Piutang
Cadangan Piutang
Cadangan Piutang

3
3
3

1
1
1

3
3
3

01
01

01

Cadangan Persediaan
Cadangan Persediaan
Cadangan Persediaan

3
3
3

1
1
1

4
4
4

01
01

01

Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka Pendek


Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka Pendek
Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka Pendek

3
3
3

2
2
2

1
1
1

01
01 01

Diinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjang


Diinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjang
Diinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjang

3
3
3

2
2
2

2
2
2

01
01 01

Diinvestasikan dalam Aset Tetap


Diinvestasikan dalam Aset Tetap
Diinvestasikan dalam Aset Tetap

3
3
3

2
2
2

3
3
3

01
01 01

Diinvestasikan dalam Aset Lainnya (tidak termasuk Dana Cadangan)


Diinvestasikan dalam Aset Lainnya (tidak termasuk Dana Cadangan)
Diinvestasikan dalam Aset Lainnya (tidak termasuk Dana Cadangan)

3
3
3

2
2
2

4
4
4

01
01 01

Dana yang Harus disediakan Untuk Pembayaran Utang Jangka Panjang


Dana yang Harus disediakan Untuk Pembayaran Utang Jangka Panjang
Dana yang Harus disediakan Untuk Pembayaran Utang Jangka Panjang

3
3
3

3
3
3

EKUITAS DANA INVESTASI

EKUITAS DANA CADANGAN


1
1
1

01
01 01

Diinvestasikan dalam Dana Cadangan


Diinvestasikan dalam Dana Cadangan
Diinvestasikan dalam Dana Cadangan

MENTERI DALAM NEGERI,


ttd
H. MOH. MARUF, SE.
Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA BIRO HUKUM,

PERWIRA

simbachs@gmail.com

- 16 LAMPIRAN E.II

: PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI


NOMOR

: 13 TAHUN 2006

TANGGAL

: 15 Mei 2006

FORMAT KEBIJAKAN AKUNTANSI


PROVINSI/KABUPATEN/KOTA ......

KEBIJAKAN AKUNTANSI
I.

PENDAHULUAN
Tujuan
1.

Tujuan kebijakan akuntansi adalah mengatur penyusunan dan penyajian laporan


keuangan pemerintah daerah untuk tujuan umum dalam rangka meningkatkan
keterbandingan laporan keuangan terhadap anggaran dan antar periode.

Ruang Lingkup
2.

Untuk mencapai tujuan tersebut, kebijakan akuntansi ini mengatur seluruh


pertimbangan dalam rangka penyusunan dan penyajian laporan keuangan
pemerintah daerah yang meliputi:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.

II.

peranan dan tujuan pelaporan keuangan;


entitas pelaporan keuangan;
dasar hukum pelaporan keuangan;
asumsi dasar;
karakteristik kualitatif laporan keuangan;
kendala informasi yang relevan dan andal;
prinsip akuntansi dan pelaporan keuangan;
jenis laporan keuangan;
definisi unsur laporan keuangan;
pengakuan unsur laporan keuangan;
pengukuran unsur laporan keuangan; dan
pengungkapan laporan keuangan.

PERANAN DAN TUJUAN PELAPORAN KEUANGAN


Peranan Pelaporan Keuangan
3.

Laporan keuangan pemerintah daerah disusun untuk menyediakan informasi yang


relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh
pemerintah daerah selama satu periode pelaporan. Laporan keuangan pemerintah
daerah terutama digunakan untuk membandingkan realisasi pendapatan dan belanja
dengan anggaran yang telah ditetapkan, menilai kondisi keuangan, menilai
efektivitas dan efisiensi pemerintah daerah, dan membantu menentukan
ketaatannya terhadap peraturan perundang-undangan.

4.

Pemerintah daerah mempunyai kewajiban untuk melaporkan upaya-upaya yang


telah dilakukan serta hasil yang dicapai dalam pelaksanaan kegiatan secara
sistematis dan terstruktur pada suatu periode pelaporan untuk kepentingan:
a. Akuntabilitas
Mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan
kebijakan yang dipercayakan kepada pemerintah daerah dalam mencapai tujuan
yang telah ditetapkan secara periodik.

simbachs@gmail.com

- 17 b. Manajemen
Membantu para pengguna laporan keuangan untuk mengevaluasi pelaksanaan
kegiatan suatu pemerintah daerah dalam periode pelaporan sehingga
memudahkan fungsi perencanaan, pengelolaan dan pengendalian atas seluruh
aset, kewajiban, dan ekuitas dana pemerintah daerah untuk kepentingan
masyarakat.
c. Transparansi
Memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada masyarakat
berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk mengetahui
secara terbuka dan menyeluruh atas pertanggungjawaban pemerintah daerah
dalam pengelolaan sumber daya yang dipercayakan kepadanya dan ketaatannya
pada peraturan perundang-undangan.
d. Keseimbangan Antargenerasi (intergenerational equity)
Membantu para pengguna laporan untuk mengetahui apakah penerimaan
pemerintah daerah pada periode laporan cukup untuk membiayai seluruh
pengeluaran yang dialokasikan dan apakah generasi yang akan datang
diasumsikan akan ikut menanggung beban pengeluaran tersebut.
Tujuan Pelaporan Keuangan
5.

Pelaporan keuangan pemerintah daerah menyajikan informasi yang bermanfaat bagi


para pengguna laporan dalam menilai akuntabilitas dan membuat keputusan baik
keputusan ekonomi, sosial, maupun politik dengan:
a. menyedikan informasi mengenai apakah penerimaan periode berjalan cukup
untuk membiayai seluruh pengeluaran.
b. menyediakan informasi mengenai apakah cara memperoleh sumber daya
ekonomi dan alokasinya telah sesuai dengan anggaran yang ditetapkan dan
peraturan perundang-undangan.
c. menyediakan informasi mengenai jumlah sumber daya ekonomi yang digunakan
dalam kegiatan pemerintah daerah serta hasil-hasil yang telah dicapai.
d. menyediakan informasi mengenai bagaimana pemerintah daerah mendanai
seluruh kegiatannya dan mencukupi kebutuhan kasnya.
e. menyediakan informasi mengenai posisi keuangan dan kondisi pemerintah
daerah berkaitan dengan sumber-sumber penerimaannya, baik jangka pendek
maupun jangka panjang, termasuk yang berasal dari pungutan pajak dan
pinjaman.
f. menyediakan informasi mengenai perubahan posisi keuangan pemerintah
daerah, apakah mengalami kenaikan atau penurunan, sebagai akibat kegiatan
yang dilakukan selama periode pelaporan.

6.

Untuk memenuhi tujuan-tujuan tersebut, laporan keuangan pemerintah daerah


menyediakan informasi mengenai pendapatan, belanja, pembiayaan, aset,
kewajiban, ekuitas dana dan arus kas pemerintah daerah.

III. JENIS LAPORAN KEUANGAN


7.

Laporan keuangan pemerintah daerah yang pokok terdiri dari:


a.
b.
c.
d.

8.

Laporan Realisasi Anggaran;


Neraca;
Laporan Arus Kas;
Catatan Atas Laporan Keuangan.

Laporan realisasi anggaran pemerintah daerah merupakan laporan yang menyajikan


ikhtisar sumber, alokasi, dan pemakaian sumber daya ekonomi yang dikelola oleh
pemerintah daerah, yang menggambarkan perbandingan antara realisasi dan
anggarannya dalam satu periode pelaporan.

simbachs@gmail.com

- 18 9.

Neraca pemerintah daerah merupakan laporan yang menggambarkan posisi


keuangan pemerintah daerah mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dana pada
tanggal tertentu.

10.

Laporan arus kas merupakan laporan yang menyajikan informasi mengenai sumber,
penggunaan, dan perubahan kas selama satu periode akuntansi serta saldo kas
pada tanggal pelaporan.

11.

Catatan atas Laporan Keuangan menyajikan penjelasan naratif, analisis atau daftar
terinci atas nilai suatu pos yang disajikan dalam laporan realisasi anggaran, neraca,
dan laporan arus kas.

12.

Selain laporan keuangan yang pokok tersebut, pemerintah daerah diperkenankan


menyajikan laporan pendukung yang terdiri dari: Laporan Kinerja Keuangan Daerah
dan Laporan Perubahan Ekuitas Dana.

IV. ENTITAS PELAPORAN


13.

V.

Entitas pelaporan adalah unit pemerintahan daerah yang terdiri dari satu atau lebih
entitas akuntansi yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan wajib
menyampaikan laporan keuangan. Entitas pelaporan adalah pemerintah daerah atau
satuan organisasi di lingkungan pemerintah daerah atau organisasi lainnya jika
menurut peraturan perundang-undangan satuan organisasi dimaksud wajib
menyajikan laporan keuangan.

DASAR HUKUM PELAPORAN KEUANGAN


14.

Pelaporan keuangan pemerintah daerah diselenggarakan berdasarkan peraturan


perundang-undangan yang mengatur keuangan daerah, antara lain:
a. Undang-undang Dasar Republik Indonesia 1945, khususnya bagian yang
mengatur keuangan Negara;
b. Undang-undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
c. Undang-undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;
d. Undang-undang No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggungjawab Keuangan Negara;
e. Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;
f. Undang-undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah;
g. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan;
h. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah;
i. Peraturan daerah tentang pokok-pokok pengelolaan keuangan daerah; dan
j. Peraturan kepala daerah tentang sistem dan prosedur pengelolaan keuangan
daerah.

VI. ASUMSI DASAR


15.

Asumsi dasar dalam pelaporan keuangan pemerintah daerah adalah anggapan yang
diterima sebagai suatu kebenaran tanpa perlu dibuktikan agar kebijakan akuntansi
dapat diterapkan, yang terdiri dari:
a. asumsi kemandirian entitas;
b. asumsi kesinambungan entitas; dan
c. asumsi keterukuran dalam satuan uang (monetary measurement).

simbachs@gmail.com

- 19 Kemandirian Entitas
16.

Asumsi kemandirian entitas, yang berarti bahwa unit pemerintahan daerah sebagai
entitas pelaporan dan entitas akuntansi dianggap sebagai unit yang mandiri dan
mempunyai kewajiban untuk menyajikan laporan keuangan sehingga tidak terjadi
kekacauan antar unit pemerintahan dalam pelaporan keuangan. Salah satu indikasi
terpenuhinya asumsi ini adalah adanya kewenangan entitas untuk menyusun
anggaran dan melaksanakannya dengan tanggungjawab penuh. Entitas
bertanggungjawab atas pengelolaan aset dan sumber daya di luar neraca untuk
kepentingan yurisdiksi tugas pokoknya, termasuk atas kehilangan atau kerusakan
aset dan sumber daya dimaksud, utang-piutang yang terjadi akibat pembuatan
keputusan entitas, serta terlaksana tidaknya program dan kegiatan yang telah
ditetapkan.

Kesinambungan Entitas
17.

Laporan keuangan pemerintah daerah disusun dengan asumsi bahwa pemerintah


daerah akan berlanjut keberadaannya dan tidak bermaksud untuk melakukan
likuidasi.

Keterukuran dalam Satuan Uang


18.

Laporan keuangan pemerintah daerah harus menyajikan setiap kegiatan yang


diasumsikan dapat dinilai dengan satuan uang. Hal ini diperlukan agar
memungkinkan dilakukannya analisis dan pengukuran dalam akuntansi.

VII. KARAKTERISTIK KUALITATIF LAPORAN KEUANGAN


19.

Karakteristik kualitatif laporan keuangan adalah ukuran-ukuran normatif yang perlu


diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga dapat memenuhi tujuannya.
Keempat karakteristik berikut ini merupakan prasyarat normatif yang diperlukan agar
laporan keuangan pemerintah daerah dapat memenuhi kualitas yang dihendaki:
a.
b.
c.
d.

relevan;
andal;
dapat dibandingkan; dan
dapat dipahami.

Relevan
20.

Laporan keuangan pemerintah daerah dikatakan relevan apabila informasi yang


termuat di dalamnya dapat mempengaruhi keputusan pengguna laporan dengan
membantunya mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini, atau masa depan dan
menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi pengguna laporan di masa lalu. Dengan
demikian, informasi laporan keuangan yang relevan adalah yang dapat dihubungkan
dengan maksud penggunaannya. Informasi yang relevan harus:
a. memiliki manfaat umpan balik (feedback value), artinya bahwa laporan keuangan
pemerintah daerah harus memuat informasi yang memungkinkan pengguna
laporan untuk menegaskan atau mengoreksi ekspektasinya di masa lalu;
b. memiliki manfaat prediktif (predictive value), artinya bahwa laporan keuangan
harus memuat informasi yang dapat membantu pengguna laporan untuk
memprediksi masa yang akan datang berdasarkan hasil masa lalu dan kejadian
masa kini;
c. tepat waktu, artinya bahwa laporan keuangan pemerintah daerah harus disajikan
tepat waktu sehingga dapat berpengaruh dan berguna untuk pembuatan
keputusan pengguna laporan; dan
d. Lengkap, artinya bahwa penyajian laporan keuangan pemerintah daerah harus
memuat informasi yang selengkap mungkin, yaitu mencakup semua informasi
akuntansi yang dapat mempengaruhi pembuatan keputusan pengguna laporan.

simbachs@gmail.com

- 20 Informasi yang melatarbelakangi setiap butir informasi utama yang termuat


dalam laporan keuangan harus diungkapkan dengan jelas agar kekeliruan dalam
penggunaan informasi tersebut dapat dicegah.
Andal
21.

Informasi dalam laporan keuangan pemerintah daerah harus bebas dari pengertian
yang menyesatkan dan kesalahan material, menyajikan setiap kenyataan secara
jujur, serta dapat diverifikasi. Informasi akuntansi yang relevan, tetapi jika hakikat
atau penyajiannya tidak dapat diandalkan maka penggunaan informasi tersebut
secara potensial dapat menyesatkan. Informasi yang andal harus memenuhi
karakteristik:
a. penyajian jujur, artinya bahwa laporan keuangan pemerintah daerah harus
memuat informasi yang menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa
lainnya yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat diharapkan
untuk disajikan.
b. dapat diverifikasi, (verifiability) artinya bahwa laporan keuangan pemerintah
daerah harus memuat informasi yang dapat diuji, dan apabila pengujian
dilakukan lebih dari sekali oleh pihak yang berbeda, hasilnya harus tetap
menunjukkan simpulan yang tidak berbeda jauh.
c. Netralitas, artinya bahwa laporan keuangan pemerintah daerah harus memuat
informasi yang diarahkan untuk memenuhi kebutuhan umum dan tidak bias pada
kebutuhan pihak tertentu. Tidak boleh ada usaha untuk menyajikan informasi
yang menguntungkan pihak tertentu, sementara hal tersebut akan merugikan
pihak lain.

Dapat Dibandingkan
22.

Informasi yang termuat dalam laporan keuangan pemerintah daerah akan lebih
berguna jika dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya
atau laporan keuangan pemerintah daerah lain pada umumnya. Perbandingan dapat
dilakukan secara internal dan eksternal. Perbandingan secara internal dapat
dilakukan bila pemerintah daerah menerapkan kebijakan akuntansi yang sama dari
tahun ke tahun. Perbandingan secara eksternal dapat dilakukan bila pemerintah
daerah yang diperbandingkan menerapkan kebijakan akuntansi yang sama. Apabila
pemerintah daerah akan menerapkan kebijakan akuntasi yang lebih baik daripada
kebijakan akuntansi yang sekarang diterapkan, perubahan kebijakan akuntansi harus
diungkapkan pada periode terjadinya perubahan tersebut.

Dapat Dipahami
23.

Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan harus dapat dipahami oleh
pengguna laporan dan dinyatakan dalam bentuk serta istilah yang disesuaikan
dengan batas pemahaman para pengguna laporan. Untuk itu, pengguna laporan
diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai atas kegiatan dan lingkungan
operasi pemerintah daerah, serta adanya kemauan pengguna laporan untuk
mempelajari informasi yang dimaksud.

VIII. PRINSIP AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN


24.

Prinsip akuntansi dan pelaporan keuangan dimaksudkan sebagai ketentuan yang


harus dipahami dan ditaati oleh penyelenggara akuntansi dan pelaporan keuangan
pemerintah daerah dalam melakukan kegiatannya, serta oleh pengguna laporan
dalam memahami laporan keuangan yang disajikan. Berikut ini adalah delapan
prinsip yang digunakan dalam akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah
daerah:
a. basis akuntansi;
b. prinsip nilai perolehan;
c. prinsip realisasi;
simbachs@gmail.com

- 21 d.
e.
f.
g.
h.

prinsip
prinsip
prinsip
prinsip
prinsip

substansi mengungguli formalitas;


periodisitas;
konsistensi;
pengungkapan lengkap; dan
penyajian wajar.

Basis Akuntansi
25.

Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan pemerintah daerah, adalah
basis kas untuk pengakuan pendapatan, belanja, dan pembiayaan dalam Laporan
Realisasi Anggaran dan basis akrual untuk pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas
dana dalam Neraca.

26.

Basis kas untuk Laporan Realisasi Anggaran berarti bahwa pendapatan dan
penerimaan pembiayaan diakui pada saat kas diterima oleh kas daerah, serta
belanja dan pengeluaran pembiayaan diakui pada saat kas dikeluarkan dari kas
daerah. Pemerintah daerah tidak menggunakan istilah laba, melainkan
menggunakan sisa perhitungan anggaran (lebih/kurang) untuk setiap tahun
anggaran. Sisa perhitungan anggaran tergantung pada selisih realisasi penerimaan
pendapatan dan pembiayaan dengan pengeluaran belanja dan pembiayaan.

27.

Basis akrual untuk Neraca berarti bahwa aset, kewajiban, dan ekuitas dana diakui
dan dicatat pada saat terjadinya transaksi, atau pada saat kejadian atau kondisi
lingkungan berpengaruh pada keuangan pemerintah daerah, bukan pada saat kas
diterima atau dibayar oleh kas daerah.

28.

Pemerintah daerah dapat juga menggunakan basis kas untuk pendapatan, belanja,
dan pembiayaan, serta dan basis akrual untuk aset, kewajiban, dan ekuitas dana
dalam periode tahun anggaran berjalan.

Prinsip Nilai Perolehan (Historical Cost Principle)


29.

Aset dicatat sebesar jumlah kas yang dibayar atau sebesar nilai wajar dari imbalan
(consideration) untuk memperoleh Aset tersebut pada saat perolehan. Utang dicatat
sebesar jumlah kas yang diharapkan akan dibayarkan untuk memenuhi kewajiban di
masa yang akan datang dalam pelaksanaan kegiatan pemerintah daerah.

30.

Penggunaan nilai perolehan lebih dapat diandalkan daripada nilai yang lain, karena
nilai perolehan lebih obyektif dan dapat diverifikasi.

Prinsip Realisasi (Realization Principle)


31.

Ketersediaan pendapatan daerah yang telah diotorisasikan melalui APBD selama


suatu tahun anggaran akan digunakan untuk membiayai belanja daerah dalam
periode tahun anggaran dimaksud.

32.

Prinsip layak temu biaya-pendapatan (matching-cost against revenue principle) tidak


ditekankan dalam akuntansi pemerintah daerah, sebagaimana dipraktikkan dalam
akuntansi sektor swasta.

Prinsip Substansi Mengungguli Formalitas (Substance Over Form Principle)


33.

Informasi akuntansi dimaksudkan untuk menyajikan dengan jujur transaksi serta


peristiwa lain yang seharusnya disajikan, maka transaksi atau peristiwa lain tersebut
harus dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi, bukan
hanya mengikuti aspek formalitasnya. Apabila substansi transaksi atau peristiwa lain
tidak konsisten/berbeda dengan aspek formalitasnya, maka hal tersebut harus
diungkapkan dengan jelas dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

simbachs@gmail.com

- 22 Prinsip Periodisitas (Periodicity Principle)


34.

Kegiatan akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah daerah perlu dibagi menjadi
periode-periode pelaporan sehingga kinerja pemerintah daerah dapat diukur dan
posisi sumber daya yang dimilikinya dapat ditentukan.

35.

Periode utama untuk pelaporan keuangan yang digunakan adalah tahunan. Namun
periode semesteran juga diperkenankan.

Prinsip Konsistensi (Consistency Principle)


36.

Perlakuan akuntansi yang sama harus diterapkan pada kejadian yang serupa dari
periode ke periode oleh pemerintah daerah (prinsip konsistensi internal). Hal ini
tidak berarti bahwa tidak boleh terjadi perubahan dari satu metode akuntansi ke
metode akuntansi yang lain.

37.

Metode akuntansi yang dipakai dapat diubah dengan syarat bahwa metode yang
baru diterapkan harus menunjukkan hasil yang lebih baik dari metode yang lama.
Pengaruh dan pertimbangan atas perubahan penerapan metode ini harus
diungkapkan dalam laporan keuangan.

Prinsip Pengungkapan Lengkap (Full Disclosure Principle)


38.

Laporan keuangan pemerintah daerah harus menyajikan secara lengkap informasi


yang dibutuhkan oleh pengguna laporan. Informasi yang dibutuhkan oleh pengguna
laporan dapat ditempatkan pada lembar muka (on the face) laporan keuangan atau
catatan atas laporan keuangan.

Prinsip Penyajian Wajar (Fair Presentation Principle)


39.

Laporan keuangan pemerintah daerah harus menyajikan dengan wajar Laporan


Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan Atas Laporan Keuangan.

40.

Faktor pertimbangan sehat bagi penyusun laporan keuangan pemerintah daerah


diperlukan ketika menghadapi ketidakpastian peristiwa dan keadaan tertentu.
Ketidakpastian seperti itu diakui dengan mengungkapkan hakikat serta tingkatnya
dengan menggunakan pertimbangan sehat dalam penyusunan laporan keuangan
pemerintah daerah. Pertimbangan sehat mengandung unsur kehati-hatian pada saat
melakukan prakiraan dalam kondisi ketidakpastian sehingga aset atau pendapatan
tidak dinyatakan terlalu tinggi serta kewajiban dan belanja tidak dinyatakan terlalu
rendah. Namun demikian, penggunaan pertimbangan sehat tidak memperkenankan,
misalnya pembentukan dana cadangan tersembunyi, sengaja menetapkan aset atau
pendapatan yang terlampau rendah atau sengaja mencatat kewajiban dan belanja
yang terlampau tinggi, sehingga laporan keuangan pemerintah daerah tidak netral
dan tidak andal.

IX. KENDALA INFORMASI AKUNTANSI YANG RELEVAN DAN ANDAL


41.

Kendala informasi yang relevan dan andal adalah setiap keadaan yang tidak
memungkinkan tercapainya kondisi ideal dalam mewujudkan informasi akuntansi
yang relevan dan andal dalam laporan keuangan pemerintah daerah sebagai akibat
adanya keterbatasan atau karena alasan-alasan tertentu. Tiga hal yang
mengakibatkan kendala dalam mewujudkan informasi akuntansi yang relevan dan
andal, yaitu:
a. materialitas;
b. pertimbangan biaya dan manfaat; dan
c. keseimbangan antar karakteristik kualitatif.

simbachs@gmail.com

- 23 Materialitas
42.

Laporan keuangan pemerintah daerah walaupun idealnya memuat segala informasi,


tetapi hanya diharuskan memuat informasi yang memenuhi kriteria materialitas.
Informasi dipandang material apabila kelalaian untuk mencantumkan atau kesalahan
dalam mencatat informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan pengguna
laporan yang dibuat atas dasar informasi dalam laporan keuangan pemerintah
daerah.

Pertimbangan Biaya dan Manfaat


43.

Manfaat yang dihasilkan dari informasi yang di muat dalam laporan keuangan
pemerintah daerah, seharusnya melebihi dari biaya yang diperlukan untuk
penyusunan laporan tersebut. Oleh karena itu, laporan keuangan pemerintah daerah
tidak semestinya menyajikan informasi yang manfaatnya lebih kecil dibandingkan
dengan biaya penyusunannya. Namun demikian, evaluasi biaya dan manfaat
merupakan proses pertimbangan yang substansial. Biaya dimaksud juga tidak harus
dipikul oleh pengguna informasi yang menikmati manfaat.

Keseimbangan antar Karakteristik Kualitatif


44.

X.

Keseimbangan antar karakteristik kualitatif diperlukan untuk mencapai suatu


keseimbangan yang tepat di antara berbagai tujuan normatif yang diharapkan
dipenuhi oleh laporan keuangan pemerintah daerah. Kepentingan relatif antar
karakteristik kualitatif dalam berbagai kasus berbeda, terutama antara relevansi dan
keandalan. Penentuan tingkat kepentingan antara dua karakteristik kualitatif
tersebut merupakan masalah pertimbangan profesional.

DEFINISI UNSUR LAPORAN KEUANGAN


Laporan Realisasi Anggaran
45.

Unsur yang dicakup dalam laporan realisasi anggaran terdiri dari pendapatan,
belanja dan pembiayaan. Masing-masing unsur didefinisikan sebagai berikut:
a. Pendapatan adalah semua penerimaan kas daerah yang menambah ekuitas dana
dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah
daerah, dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah daerah.
b. Belanja adalah semua pengeluaran kas daerah yang mengurangi ekuitas dana
dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang tidak akan diperoleh
pembayarannya kembali oleh pemerintah daerah.
c. Pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau
pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran
bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya, yang dalam
penganggaran pemerintah daerah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit
atau memanfaatkan surplus anggaran.

Neraca
46.

Unsur yang dicakup dalam neraca terdiri dari aset, kewajiban, dan ekuitas dana.
Masing-masing unsur didefinisikan sebagai berikut :
a. Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan atau dimiliki oleh
pemerintah daerah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana
manfaat ekonomi dan atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh,
baik oleh pemerintah daerah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam
satuan uang.
b. Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang
penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah
daerah.

simbachs@gmail.com

- 24 c. Ekuitas dana adalah kekayaan bersih pemerintah daerah yang merupakan selisih
antara aset dan kewajiban pemerintah daerah.
Laporan Arus kas
47.

Unsur yang dicakup oleh laporan arus kas terdiri dari penerimaan dan pengeluaran
kas. Masing-masing unsur didefinisikan sebagai berikut:
a. Penerimaan kas adalah semua aliran kas yang masuk ke kas daerah.
b. Pengeluaran kas adalah semua aliran kas yang keluar dari kas daerah.

Catatan Atas Laporan Keuangan


48.

Catatan Atas Laporan Keuangan mengungkapkan hal-hal sebagai berikut:


a. menyajikan informasi tentang ekonomi makro, kebijakan fiskal/keuangan dan
pencapaian target perda apbd, berikut kendala dan hambatan yang dihadapi
dalam pencapaian target;
b. menyajikan ikhtisar pencapaian kinerja selama tahun pelaporan;
c. menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan
kebijakan-kebijakan akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas transaksitransaksi dan kejadian-kejadian penting lainnya;
d. menyediakan informasi tambahan yang diperlukan untuk penyajian yang wajar,
yang tidak disajikan dalam lembar muka laporan keuangan.

XI. PENGAKUAN UNSUR LAPORAN KEUANGAN


49.

Pengakuan dalam akuntansi adalah proses penetapan terpenuhinya kriteria


pencatatan suatu kejadian atau peristiwa dalam catatan akuntansi sehingga akan
menjadi bagian yang melengkapi unsur aset, kewajiban, ekuitas dana, pendapatan,
belanja, dan pembiayaan, sebagaimana akan termuat pada laporan keuangan
pemerintah daerah. Pengakuan diwujudkan dalam pencatatan jumlah uang terhadap
pos-pos laporan keuangan yang terpengaruh oleh kejadian atau peristiwa terkait.

50.

Kriteria minimum yang perlu dipenuhi oleh suatu kejadian atau peristiwa untuk
diakui yaitu:
a. terdapat kemungkinan bahwa manfaat ekonomi yang berkaitan dengan kejadian
atau peristiwa tersebut akan mengalir keluar dari atau masuk ke dalam entitas
pemerintah yang bersangkutan;
b. kejadian atau peristiwa tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur
atau dapat diestimasi dengan andal.

51.

Dalam menentukan apakah suatu kejadian/peristiwa memenuhi kriteria pengakuan,


perlu mempertimbangkan aspek materialitas.

Probabilitas Manfaat Ekonomi


52.

Dalam kriteria pengakuan pendapatan, konsep probabilitas digunakan dalam


pengertian derajat kepastian bahwa manfaat ekonomi masa depan yang berkaitan
dengan pos atau kejadian/peristiwa tersebut akan mengalir dari atau ke pemerintah
daerah. Konsep ini diperlukan dalam menghadapi ketidakpastian lingkungan
operasional pemerintah daerah. Pengkajian derajat kepastian yang melekat dalam
arus manfaat ekonomi masa depan dilakukan atas dasar bukti yang dapat diperoleh
pada saat penyusunan laporan keuangan pemerintah daerah.

simbachs@gmail.com

- 25 Keandalan Pengukuran
53.

Kriteria pengakuan pada umumnya didasarkan pada nilai uang akibat peristiwa atau
kejadian yang dapat diandalkan pengukurannya. Namun ada kalanya pengakuan
didasarkan pada hasil estimasi yang layak. Apabila pengukuran berdasarkan biaya
dan estimasi yang layak tidak mungkin dilakukan, maka pengakuan transaksi
demikian cukup diungkapkan pada catatan atas laporan keuangan.

54.

Penundaan pengakuan suatu pos atau kejadian dapat terjadi apabila kriteria
pengakuan baru terpenuhi setelah terjadi atau tidak terjadi peristiwa atau keadaan
lain di masa mendatang.

Pengakuan Aset
55.

Aset diakui jika potensi manfaat ekonomi masa depan diperoleh atau dilepas oleh
pemerintah daerah dan mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal.

56.

Aset diakui pada saat diterima atau diserahkan hak kepemilikannya dan/atau pada
saat penguasaannya berpindah. Aset dalam bentuk kas yang diperoleh pemerintah
daerah antara lain bersumber dari pajak, penerimaan bukan pajak, retribusi,
pungutan hasil pemanfaatan kekayaan daerah dan setoran lain-lain, serta
penerimaan pembiayaan, seperti hasil pinjaman. Proses pemungutan setiap unsur
penerimaan tersebut sangat beragam dan melibatkan banyak pihak atau instansi.
Dengan demikian, titik pengakuan penerimaan kas oleh pemerintah untuk
mendapatkan pengakuan akuntansi memerlukan pengaturan yang lebih rinci,
termasuk pengaturan mengenai batasan waktu sejak uang diterima sampai
penyetorannya ke kas daerah. Aset tidak diakui jika pengeluaran telah terjadi dan
manfaat ekonominya dipandang tidak mungkin diperoleh pemerintah setelah periode
akuntansi berjalan.

Pengakuan Kewajiban
57.

Kewajiban diakui jika besar kemungkinan bahwa pengeluaran sumber daya yang
mengandung manfaat ekonomi akan dilakukan atau telah dilakukan untuk
menyelesaikan kewajiban yang ada sekarang, dan perubahan atas kewajiban
tersebut mempunyai nilai penyelesaian yang dapat diukur dengan andal.

58.

Kewajiban diakui pada saat dana pinjaman diterima atau pada saat kewajiban
timbul.

Pengakuan Pendapatan
59.

Pendapatan menurut basis kas diakui dalam periode tahun anggaran berjalan pada
saat kas diterima. Pada akhir periode akuntansi, pendapatan diakui berdasarkan
jumlah pendapatan yang telah menjadi hak, yang sampai dengan akhir periode
akuntansi bersangkutan belum ada realisasi penerimaan kas.

Pengakuan Belanja
60.

Belanja menurut basis kas diakui dalam periode tahun anggaran berjalan pada saat
kas dikeluarkan dari kas daerah dan telah dipertanggungjawabkan/di-SPJ-kan. Pada
akhir periode akuntansi, belanja diakui berdasarkan jumlah belanja yang telah
menjadi kewajiban, yang sampai dengan akhir periode akuntansi bersangkutan
belum ada realisasi pengeluaran kas.

XII. PENGUKURAN UNSUR LAPORAN KEUANGAN


61.

Pengukuran adalah proses penetapan nilai uang untuk mengakui dan memasukkan
setiap pos dalam laporan keuangan pemerintah daerah.

simbachs@gmail.com

- 26 62.

Pengukuran pos-pos dalam laporan keuangan pemerintah daerah menggunakan nilai


perolehan historis.

63.

Aset dicatat sebesar pengeluaran kas atau sebesar nilai wajar dari imbalan yang
diberikan untuk memperoleh aset tersebut.

64.

Kewajiban dicatat sebesar jumlah yang diterima sebagai penukar dari kewajiban,
atau nilai sekarang dari jumlah kas yang diharapkan akan dibayarkan untuk
menyelesaikan kewajiban tersebut.

65.

Pengukuran pos-pos laporan keuangan menggunakan mata uang Rupiah. Transaksi


yang menggunakan mata uang asing harus dikonversikan terlebih dahulu (kurs
tengah Bank Indonesia) dan dinyatakan dalam mata uang Rupiah.

XIII. PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN


66.

Suatu entitas pelaporan harus mengungkapkan hal-hal yang belum diinformasikan


dalam bagian manapun dari laporan keuangan, seperti :
a. domisili dan bentuk hukum
beroperasi;

suatu entitas serta yurisdiksi tempat entitas

b. penjelasan mengenai sifat operasi entitas dan kegiatan pokoknya; dan


c. ketentuan
perundang-undangan
operasionalnya.

yang

menjadi

landasan

kegiatan

MENTERI DALAM NEGERI,


ttd
H. MOH. MARUF, SE.
Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA BIRO HUKUM,

PERWIRA

simbachs@gmail.com

- 27 LAMPIRAN E.III

: PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI


NOMOR

: 13 TAHUN 2006

TANGGAL

: 15 Mei 2006

FORMAT BUKU JURNAL PENERIMAAN KAS


PROVINSI/KABUPATEN/KOTA*)

BUKU JURNAL PENERIMAAN KAS


Halaman:......

Tanggal
1

Nomor
STS/Nota
Bukti
Kredit
Lain
2

Kode Rekening

Uraian

Ref

Jumlah
(Rp)

Akumulasi
(Rp)

Jumlah

.., tanggal ..
PPK-SKPD
(tanda tangan)
(nama lengkap)
NIP.
Cara Pengisian:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Kolom 1 diisi dengan tanggal transaksi penerimaan kas.


Kolom 2 diisi dengan nomor STS/Nota Kredit atau bukti penerimaan lainnya yang sah.
Kolom 3 diisi dengan kode rekening pendapatan dan/atau pembiayaan-penerimaan atau
kode rekening lainnya (rincian obyek).
Kolom 4 diisi dengan uraian nama rekening pendapatan dan/atau pembiayaanpenerimaan atau kode rekening lainnya (rincian obyek).
Kolom 5 diisi dengan tanda checklist disesuaikan dengan nomor dokumen sumber dan
pada saat posting ke buku besar.
Kolom 6 diisi dengan jumlah penerimaan kas.
Kolom 7 diisi dengan jumlah akumulasi penerimaan kas.
*)
Coret yang tidak perlu.

MENTERI DALAM NEGERI,


ttd
H. MOH. MARUF, SE.
Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA BIRO HUKUM,

PERWIRA
simbachs@gmail.com

- 28 LAMPIRAN E.IV

: PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI


NOMOR
: 13 TAHUN 2006
TANGGAL
: 15 Mei 2006

FORMAT BUKU BESAR


PROVINSI/KABUPATEN/KOTA*)

BUKU BESAR

SKPD a)
Nama Rekening b)
Kode Rekening c)
Pagu APBD d)
Pagu Perubahan APBD e)

:
:
:
:
:

Rp.
Rp.
Halaman:......

*)

Tanggal

Uraian

Ref

Debet
(Rp)

Kredit
(Rp)

Saldo
(Rp)

Jumlah
Coret yang tidak perlu

.., tanggal ..
PPK-SKPD
(tanda tangan)
(nama lengkap)
NIP.
Cara Pengisian:

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.

SKPD diisi dengan uraian nama SKPD terkait.


Nama rekening diisi dengan uraian nama rekening buku besar.
c)
Kode rekening diisi dengan kode rekening buku besar.
d)
Pagu APBD diisi dengan jumlah rupiah anggaran dalam Perda tentang APBD atas kode rekening buku
besar berkenaan.
e)
Pagu perubahan APBD diisi dengan jumlah rupiah anggaran dalam Perda tentang Perubahan APBD atas
kode rekening buku besar berkenaan.
Kolom 1 diisi dengan tanggal transaksi penerimaan kas, pengeluaran kas dan transaksi atau kejadian selain
kas yang didasarkan pada tanggal nota kredit/nota debet/rekening koran dari bank atau bukti transaksi
lainnya.
Kolom 2 diisi dengan uraian transaksi/kejadian yang terkait dengan aset, kewajiban, ekuitas dana,
pendapatan, belanja dan atau pembiayaan.
Kolom 3 diisi dengan tick mark (kode tertentu) yang menyatakan bahwa transaksi/kejadian penerimaan kas,
pengeluaran kas atau transkasi selain kas telah di cross check dengan buku jurnal dan buku besar
pembantu.
Kolom 4 diisi dengan jumlah rupiah sisi debet.
Kolom 5 diisi dengan jumlah rupiah sisi kredit.
Kolom 6 diisi dengan akumulasi jumlah rupiah pengeluaran kas sampai dengan saat tertentu (penghitungan
saldo dilakukan setiap periode waktu tertentu harian/mingguan/bulanan/triwulanan/tahunan) sebagai media
cross check dengan buku jurnal dan buku pembantu.
a)

b)

Catatan:

Buku besar dapat dirinci lebih lanjut dengan menggunakan buku besar pembantu (tergantung kebutuhan);

Format buku besar dapat berbentuk tabelaris.

MENTERI DALAM NEGERI,


Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA BIRO HUKUM,

ttd
H. MOH. MARUF, SE.

PERWIRA

simbachs@gmail.com

- 29 LAMPIRAN E.V

: PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI


NOMOR

: 13 TAHUN 2006

TANGGAL

: 15 Mei 2006

FORMAT BUKU BESAR PEMBANTU


PROVINSI /KABUPATEN/KOTA*)
BUKU BESAR PEMBANTU
SKPD a)
Nama Rekening b)
Kode Rekening c)
Pagu APBD d)
Pagu Perubahan
APBD e)

:
:
:
:

(rincian obyek)
(rincian obyek)
Rp.

: Rp.
Halaman: ..

*)

No.

Tanggal

Nomor
Bukti

Uraian

Ref

Debet
(Rp)

Kredit
(Rp)

Saldo
(Rp)

Jumlah
Coret yang tidak perlu

.., tanggal ..
PPK-SKPD
(tanda tangan)
(nama lengkap)
NIP.
Cara Pengisian:
a)
SKPD diisi dengan uraian nama SKPD terkait.
1.
b)
2.
Nama rekening diisi dengan uraian nama rekening buku besar pembantu.
c)
Kode rekening diisi dengan kode rekening buku besar pembantu.
3.
d)
Pagu APBD diisi dengan jumlah rupiah anggaran dalam Perda tentang APBD atas kode rekening buku besar
4.
pembantu berkenaan.
e)
Pagu perubahan APBD diisi dengan jumlah rupiah anggaran dalam Perda tentang Perubahan APBD atas
5.
kode rekening buku besar pembantu berkenaan.
6.
Kolom 1 diisi dengan nomor urut bukti transaksi penerimaan kas, pengeluaran kas dan transaksi kejadian
selain kas.
7.
Kolom 2 diisi dengan tanggal bukti transaksi penerimaan kas, pengeluaran kas dan transaksi kejadian selain
kas yang didasarkan pada tanggal nota kredit/nota debet/rekening koran dari bank atau bukti transaksi
lainnya yang sah.
8.
Kolom 3 diisi dengan nomor bukti tansaksi misalnya nomor STS, SP2D, Nota Debet, Nota Kredit atau bukti
lainnya yang sah.
9.
Kolom 4 diisi dengan uraian bukti transaksi/kejadian yang terkait dengan aset, kewajiban, ekuitas dana,
pendapatan, belanja dan pembiayaan (rincian obyek).
10.
Kolom 5 diisi dengan tick mark (kode tertentu) yang menyatakan bahwa bukti transaksi/kejadian penerimaan
kas, pengeluaran kas atau transkasi selain kas telah di cross check dengan buku besar.
11.
Kolom 6 dan Kolom 7 diisi dengan jumlah rupiah.
12.
Kolom 8 diisi dengan akumulasi jumlah rupiah pengeluaran kas sampai dengan saat tertentu (penghitungan
saldo dilakukan setiap periode waktu tertentu hari/minggu/bulan/triwulan/tahunan) sebagai media cross check
dengan buku besar.
Catatan:

Tidak semua rekening buku besar memerlukan buku besar pembantu (sesuai dengan kebutuhan);

Format buku besar pembantu dapat berbentuk tabelaris.

MENTERI DALAM NEGERI,


Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA BIRO HUKUM,

ttd
H. MOH. MARUF, SE.

PERWIRA
simbachs@gmail.com

- 30 LAMPIRAN E.VI

: PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI


NOMOR

: 13 TAHUN 2006

TANGGAL

: 15 Mei 2006

RINGKASAN PROSEDUR
AKUNTANSI PENERIMAAN KAS PADA SKPD
Prosedur Akuntansi Penerimaan Kas pada SKPD meliputi serangkaian proses baik
manual ataupun terkomputerisasi mulai pencatatan, pengikhtisaran atas transaksi dan/atau
kejadian keuangan serta pelaporan keuangan dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan
APBD yang berkaitan dengan penerimaan kas pada SKPD.
A.

FUNGSI YANG TERKAIT


Fungsi yang terkait pada Prosedur Akuntansi Penerimaan Kas pada SKPD dilaksanakan
oleh fungsi akuntansi pada Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD (PPK-SKPD).

B.

DOKUMEN YANG DIGUNAKAN


Dokumen (dokumen sumber dan dokumen pendukung) yang digunakan pada Prosedur
Akuntansi Penerimaan Kas pada SKPD, terdiri atas:

C.

1.

Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKP-Daerah) merupakan dokumen yang dibuat oleh
Pejabat Pengelola Keuangan Daerah untuk menetapkan Pajak Daerah atas Wajib
Pajak

2.

Surat Ketetapan Retribusi (SKR) merupakan dokumen yang dibuat oleh Pengguna
Anggaran untuk menetapkan Retribusi atas Wajib Retribusi.

3.

Surat Tanda Setoran (STS) merupakan dokumen yang diselenggarakan Bendahara


Penerimaan untuk menyetor penerimaan daerah atau PPK-SKPD untuk dijadikan
dokumen dalam menyelenggarakan akuntansi pada SKPD.

4.

Bukti Transfer merupakan dokumen atau bukti atas transfer penerimaan daerah.

5.

Nota Kredit Bank merupakan dokumen atau bukti dari bank yang menunjukkan
adanya transfer uang masuk ke rekening kas umum daerah.

6.

buku jurnal penerimaan kas merupakan catatan yang diselenggarakan oleh fungsi
akuntansi pada PPK-SKPD untuk mencatat dan menggolongkan semua transaksi
atau kejadian yang berhubungan dengan penerimaan kas.

7.

buku besar merupakan catatan yang diselenggarakan oleh fungsi akuntansi pada
PPK-SKPD untuk mencatat peringkasan (posting) semua transaksi atau kejadian
selain kas dari Jurnal Penerimaan Kas ke dalam Buku Besar untuk setiap rekening
aset, kewajiban, ekuitas dana, pendapatan, belanja dan pembiayaan.

8.

buku besar pembantu merupakan catatan yang diselenggarakan oleh Fungsi


Akuntansi pada PPK-SKPD untuk mencatat transkasi-transkasi dan kejadian yang
berisi rincian item buku besar untuk setiap rekening yang dianggap perlu.

LAPORAN YANG DIHASILKAN


Laporan yang dihasilkan dari Prosedur Akuntansi Penerimaan Kas pada SKPD, terdiri atas:
1.

Laporan Realisasi Anggaran SKPD;

2.

Neraca SKPD;

3.

Catatan atas Laporan Keuangan SKPD.

simbachs@gmail.com

- 31 D.

URAIAN PROSEDUR AKUNTANSI PENERIMAAN KAS


Prosedur Akuntansi Penerimaan Kas terdiri atas Prosedur Akuntansi Penerimaan Kas.
1.

Fungsi Akuntansi pada PPK-SKPD berdasarkan bukti transaksi penerimaan kas


mencatat ke dalam jurnal penerimaan kas, disertai uraian rekening-lawan asal
penerimaan kas dimaksud.

2.

Bukti transaksi penerimaan kas mencakup antara lain:


a.
b.
c.
d.

Surat Tanda Setoran;


Bukti Transfer;
Nota Kredit;
Bukti Penerimaan Lainnya.

3.

Fungsi Akuntansi pada PPK-SKPD secara periodik atau berkala melakukan posting ke
Buku Besar.

4.

Jika dianggap perlu Fungsi Akuntansi pada PPK-SKPD dapat membuat Buku Besar
Pembantu yang berfungsi sebagai rincian dan kontrol buku besar.

5.

Pencatatan ke dalam Buku Jurnal Penerimaan Kas, Buku Besar dan Buku Besar
Pembantu dilaksanakan oleh Fungsi Akuntansi pada PPK-SKPD sesuai dengan tugas
pokok dan fungsi yang telah ditetapkan dalam ketentuan yang berlaku.

MENTERI DALAM NEGERI,


ttd
H. MOH. MARUF, SE.
Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA BIRO HUKUM,

PERWIRA

simbachs@gmail.com

- 32 LAMPIRAN E.VII

: PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI


NOMOR
: 13 TAHUN 2006
TANGGAL
: 15 Mei 2006

FORMAT BUKU JURNAL PENGELUARAN KAS


PROVINSI/KABUPATEN/KOTA*)

BUKU JURNAL PENGELUARAN KAS


Tanggal

Nomor
SP2D/Nota
Bukti
Debet
Lain

*)

Halaman:......

Kode
Rekening

Uraian

Ref

Jumlah
(Rp)

Akumulasi
(Rp)

Jumlah
Coret yang tidak perlu

.., tanggal ..
PPK-SKPD
(tanda tangan)
(nama lengkap)
NIP.
Cara Pengisian:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Kolom 1 diisi dengan tanggal transaksi pengeluaran kas.


Kolom 2 diisi dengan nomor SP2D/Nota Debet atau Bukti Pengeluaran Lainnya yang sah.
Kolom 3 diisi dengan kode rekening belanja dan/atau pembiayaan-pengeluaran atau kode
rekening lainnya (rincian obyek).
Kolom 4 diisi dengan uraian nama rekening belanja dan/atau pembiayaan-pengeluaran
atau kode rekening lainnya (rincian obyek).
Kolom 5 diisi dengan tanda checklist disesuaikan dengan nomor dokumen sumber dan
pada saat posting ke buku besar.
Kolom 6 diisi dengan jumlah pengeluaran kas.
Kolom 7 diisi dengan jumlah akumulasi pengeluaran kas.

MENTERI DALAM NEGERI,


ttd
H. MOH. MARUF, SE.
Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA BIRO HUKUM,

PERWIRA

simbachs@gmail.com

- 33 LAMPIRAN E.VIII

: PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI


NOMOR

: 13 TAHUN 2006

TANGGAL

: 15 Mei 2006

RINGKASAN PROSEDUR
AKUNTANSI PENGELUARAN KAS PADA SKPD
Prosedur akuntansi pengeluaran kas pada SKPD meliputi serangkaian proses baik
manual ataupun terkomputerisasi mulai pencatatan, pengikhtisaran atas transaksi dan/atau
kejadian keuangan serta pelaporan keuangan dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan
APBD yang berkaitan dengan pengeluaran kas pada SKPD.
A.

FUNGSI YANG TERKAIT


Fungsi yang terkait pada prosedur akuntansi pengeluaran kas pada SKPD dilaksanakan
oleh fungsi akuntansi pada Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD (PPK-SKPD).

B.

DOKUMEN YANG DIGUNAKAN


Dokumen (dokumen sumber dan dokumen pendukung) yang digunakan pada Prosedur
Akuntansi Pengeluaran Kas pada SKPD, terdiri atas:
1. Surat Penyediaan Dana (SPD) merupakan dokumen yang dibuat oleh Pejabat
Pengelola Keuangan Daerah (PPKD) sebagai media atau surat yang menunjukkan
tersedianya dana untuk diserap/direalisasi.
2. Surat Perintah Membayar (SPM) merupakan dokumen yang dibuat oleh pengguna
anggaran untuk mengajukan surat perintah pencairan dana yang akan diterbitkan oleh
bendahara umum daerah/kuasa bendahara umum daerah.
3. Kuitansi Pembayaran dan Bukti Penerimaan Lainnya merupakan dokumen sebagai
tanda bukti pembayaran.
4. Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) merupakan dokumen yang diterbitkan oleh
bendahara umum daerah/kuasa bendahara umum daerah untuk mencairkan uang
pada bank yang telah ditunjuk.
5. Bukti Transfer merupakan dokumen atau bukti atas transfer pengeluaran daerah.
6. Nota Debet Bank merupakan dokumen atau bukti dari bank yang menunjukkan
adanya transfer uang keluar dari rekening kas umum daerah.
7. Buku jurnal pengeluaran kas merupakan catatan yang diselenggarakan oleh fungsi
akuntansi pada PPK-SKPD untuk mencatat dan menggolongkan semua transaksi atau
kejadian yang berhubungan dengan pengeluaran kas.
8. Buku besar merupakan catatan yang diselenggarakan oleh fungsi akuntansi pada PPKSKPD untuk mencatat peringkasan (posting) semua transaksi atau kejadian selain kas
dari jurnal pengeluaran kas ke dalam buku besar untuk setiap rekening aset,
kewajiban, ekuitas dana, pendapatan, belanja dan pembiayaan.
9. Buku besar pembantu merupakan catatan yang diselenggarakan oleh fungsi akuntansi
pada PPK-SKPD untuk mencatat transkasi-transkasi dan kejadian yang berisi rincian
item buku besar untuk setiap rekening yang dianggap perlu.

C.

LAPORAN YANG DIHASILKAN


Laporan yang dihasilkan dari prosedur akuntansi pengeluaran kas pada SKPD, terdiri atas:
1. Laporan Realisasi Anggaran SKPD;
2. Neraca SKPD;
3. Catatan atas Laporan Keuangan SKPD.

simbachs@gmail.com

- 34 D.

URAIAN PROSEDUR AKUNTANSI PENGELUARAN KAS


Prosedur akuntansi pengeluaran kas terdiri atas prosedur akuntansi pengeluaran kas:
1. Fungsi akuntansi pada PPK-SKPD berdasarkan bukti transaksi pengeluaran kas
mencatat ke dalam jurnal pengeluaran kas.
2. Bukti transaksi pengeluaran kas mencakup antara lain:
a. surat perintah pencairan dana (SP2D);
b. bukti transfer;
c. nota debet;
d. bukti pengeluaran Lainnya.
3. Fungsi akuntansi pada PPK-SKPD secara periodik atau berkala melakukan posting dari
buku jurnal ke buku besar.
4. Jika dianggap perlu fungsi akuntansi pada PPK-SKPD dapat membuat buku besar
pembantu yang berfungsi sebagai rincian dan kontrol buku besar.
5. Pencatatan ke dalam buku jurnal pengeluaran kas, buku besar dan buku besar
pembantu dilaksanakan oleh fungsi akuntansi pada PPK-SKPD sesuai dengan tugas
pokok dan fungsi yang telah ditetapkan dalam ketentuan yang berlaku.

MENTERI DALAM NEGERI,


ttd
H. MOH. MARUF, SE.
Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA BIRO HUKUM,

PERWIRA

simbachs@gmail.com

- 35 LAMPIRAN E.IX

: PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI


NOMOR

: 13 TAHUN 2006

TANGGAL

: 15 Mei 2006

FORMAT BUKU JURNAL UMUM


PROVINSI/KABUPATEN/KOTA*)

BUKU JURNAL UMUM

Tanggal

Nomor Bukti

Uraian

Ref

*)

Halaman:......

Jumlah (Rp)
Debet

Kredit

Jumlah
Coret yang tidak perlu

.., tanggal ..
PPK-SKPD
(tanda tangan)
(nama lengkap)
NIP.
Cara pengisian:
1.
2.
3.
4.
5.

6.

Kolom 1 diisi dengan tanggal transaksi penerimaan kas, pengeluaran kas dan transaksi
selain kejadian non kas yang didasarkan pada tanggal nota kredit/nota debet/rekening
koran dari bank atau bukti transaksi/kejadian lainnya.
Kolom 2 diisi dengan nomor bukti misalnya nomor SPJ, surat perintah pencairan dana
(SP2D), surat tanda setoran (STS), atau bukti lainnya yang sah.
Kolom 3 diisi dengan uraian transaksi/kejadian atas aset, kewajiban, ekuitas dana,
pendapatan, belanja dan atau pembiayaan.
Kolom 4 diisi dengan tick mark (kode tertentu) yang menyatakan bahwa
transaksi/kejadian penerimaan kas, pengeluaran kas atau transkasi selain kas telah di
cross check dengan buku besar.
Kolom 5 diisi dengan jumlah rupiah.
Kolom 6 diisi dengan jumlah rupiah.

MENTERI DALAM NEGERI,


ttd
H. MOH. MARUF, SE.
Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA BIRO HUKUM,

PERWIRA
simbachs@gmail.com

- 36 LAMPIRAN E.X

: PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI


NOMOR

: 13 TAHUN 2006

TANGGAL

: 15 Mei 2006

RINGKASAN PROSEDUR
AKUNTANSI SELAIN KAS PADA SKPD
Prosedur akuntansi selain kas pada SKPD meliputi serangkaian proses baik manual
ataupun terkomputerisasi mulai pencatatan, pengikhtisaran atas transaksi dan/atau kejadian
keuangan serta pelaporan keuangan dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD
yang berkaitan dengan transaksi dan/atau kejadian selain kas pada SKPD.

1.

2.
3.

4.
5.
6.

7.
A.

Prosedur akuntansi selain kas pada SKPD meliputi transaksi atau kejadian sebagai berikut:
Pengesahan pertanggungjawaban pengeluaran (pengesahan spj) merupakan pengesahan
atas
pengeluaran/belanja
melalui
mekanisme
uang
persediaan/ganti
uang
persediaan/tambahan uang persediaan.
Koreksi kesalahan pencatatan merupakan koreksi atas kesalahan pencatatan yang telah
dicatat dalam buku jurnal dan telah diposting ke buku besar.
Penerimaan/pemberian hibah selain kas merupakan penerimaan/pengeluaran sumber
ekonomi non kas yang merupakan pelaksanaan APBD, yang mengandung konsekuensi
ekonomi bagi pemerintah daerah.
Pembelian secara kredit merupakan transaksi pembelian barang/aset tetap yang
pembayarannya dilakukan di masa yang akan datang.
Retur pembelian kredit merupakan pengembalian barang/aset tetap yang telah dibeli
secara kredit.
Pemindahtanganan atas aset tetap/barang milik daerah tanpa konsekuensi kas merupakan
pemindahtanganan aset tetap pada pihak ketiga karena suatu hal tanpa ada penggantian
berupa kas.
Penerimaan aset tetap/barang milik daerah tanpa konsekuensi kas merupakan perolehan
aset tetap akibat adanya tukar menukar (ruilslaag) dengan pihak ketiga.
FUNGSI YANG TERKAIT
Fungsi yang terkait pada prosedur akuntansi selain kas pada SKPD, adalah fungsi
akuntansi pada Pejabat Penatausahaan Keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah (PPKSKPD).

B.

DOKUMEN YANG DIGUNAKAN


Dokumen yang digunakan pada Sistem dan Prosedur Selain Akuntansi pada SKPD, terdiri
atas:
1. Pengesahan pertanggungjawaban pengeluaran (pengesahan SPJ); dan/atau
2. Berita acara penerimaan barang; dan/atau
3. Surat keputusan penghapusan barang; dan/atau
4. Surat pengiriman barang; dan/atau
5. Surat keputusan mutasi barang (antar SKPD); dan/atau
6. Berita acara pemusnahan barang; dan/atau
7. Berita acara serah terima barang; dan/atau
8. Berita acara penilaian
9. Bukti memorial merupakan dokumen untuk mencatat transaksi atau kejadian selain
kas sebagai dasar pencatatan ke dalam jurnal umum.
10. Buku jurnal umum merupakan catatan yang diselenggarakan oleh fungsi akuntansi
untuk mencatat dan menggolongkan semua transaksi atau kejadian yang tidak dicatat
dalam Jurnal Penerimaan Kas maupun Jurnal Pengeluaran Kas

simbachs@gmail.com

- 37 11. Buku besar merupakan catatan yang diselenggarakan oleh fungsi akuntansi pada PPKSKPD untuk mencatat peringkasan (posting) semua transaksi atau kejadian selain kas
dari Jurnal Umum ke dalam Buku Besar untuk setiap rekening aset, kewajiban, ekuitas
dana, belanja, pendapatan dan pembiayaan.
12. Buku besar pembantu merupakan catatan yang diselenggarakan oleh fungsi akuntansi
pada PPK-SKPD untuk mencatat transkasi-transkasi dan kejadian yang berisi rincian
item buku besar untuk setiap rekening yang dianggap perlu.
C.

LAPORAN YANG DIHASILKAN


Laporan yang dihasilkan dari Prosedur Akuntansi Selain Kas pada SKPD, terdiri atas:
1. Laporan Realisasi Anggaran SKPD;
2. Neraca SKPD;
3. Catatan atas Laporan Keuangan SKPD.

D.

URAIAN PROSEDUR AKUNTANSI SELAIN KAS


Prosedur Akuntansi Selain Kas hanya terdiri atas Prosedur Akuntansi Selain Kas.
1. Transaksi atau kejadian selain kas, antara lain terdiri atas:
a. pengesahan pertanggungjawaban pengeluaran (pengesahan SPJ);
b. koreksi kesalahan pencatatan;
c. penerimaan donasi selain kas;
d. pembelian secara kredit;
e. retur pembelian kredit;
f. pelepasan hak atas aktiva tetap tanpa konsekuensi kas;
g. penerimaan aktiva tanpa konsekuensi kas.
2. Fungsi Akuntansi pada PPK-SKPD berdasarkan berupa bukti transaksi atau kejadian
mencatat ke dalam bukti memorial.
3. Fungsi Akuntansi pada PPK-SKPD berdasarkan bukti memorial mencatat ke dalam
buku jurnal umum.
4. Bukti transaksi mencakup antara lain:
a. pengesahan pertanggungjawaban pengeluaran (pengesahan SPJ);
b. berita acara penerimaan barang; dan/atau
c. surat keputusan penghapusan barang; dan/atau
d. surat pengiriman barang; dan/atau
e. surat keputusan mutasi barang (antar SKPD); dan/atau
f. berita acara pemusnahan barang; dan/atau
g. berita acara serah terima barang; dan/atau
h. berita acara penilaian.
5. Fungsi Akuntansi pada PPK-SKPD secara periodik atau berkala melakukan posting ke
Buku Besar.
6. Jika dianggap perlu fungsi akuntansi pada PPK-SKPD dapat membuat Buku Besar
Pembantu yang berfungsi sebagai rincian buku besar dan kontrol.
7. Pencatatan ke dalam Buku Jurnal Umum, Buku Besar dan Buku Besar Pembantu
dilaksanakan oleh fungsi akuntansi pada PPK-SKPD sesuai dengan tugas pokok dan
fungsi yang telah ditetapkan dalam ketentuan yang berlaku.

MENTERI DALAM NEGERI,


ttd
Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA BIRO HUKUM,

H. MOH. MARUF, SE.

PERWIRA
simbachs@gmail.com

- 38 LAMPIRAN E.XI

: PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI


NOMOR
: 13 TAHUN 2006
TANGGAL
: 15 Mei 2006

FORMAT LAPORAN REALISASI ANGGARAN


PROVINSI/KABUPATEN/KOTA*)
LAPORAN REALISASI ANGGARAN
SKPD..
TAHUN ANGGARAN
Nomor
Urut

Uraian

1
1.1
1.1.1
1.1.2
1.1.3
1.1.4

Anggaran
Setelah
Perubahan
3

Realisasi

Lebih/
(Kurang)

PENDAPATAN
PENDAPATAN ASLI DAERAH
Pendapatan Pajak Daerah
Pendapatan Retribusi Daerah
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang
Dipisahkan
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah

1.2
1.2.1
1.2.1.1
1.2.1.2
1.2.1.3
1.2.1.4

PENDAPATAN TRANSFER
Transfer Pemerintah Pusat - Dana Perimbangan
Dana Bagi Hasil Pajak
Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (Sumber Daya Alam)
Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Khusus

1.2.2
1.2.2.1
1.2.2.2

Transfer Pemerintah Pusat Lainnya


Dana Otonomi Khusus
Dana Penyesuaian

1.2.3
1.2.3.1
1.2.3.2

Transfer Pemerintah Provinsi*)


Pendapatan Bagi Hasil Pajak
Pendapatan Bagi Hasil lainnya

1.3
1.3.1
1.3.2
1.3.3

(dalam rupiah)

LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH


Pendapatan Hibah
Pendapatan Dana Darurat
Pendapatan lainnya
Jumlah

BELANJA

2.1
2.1.1
2.1.2
2.1.3
2.1.4
2.1.5
2.1.6
2.1.7

BELANJA OPERASI
Belanja Pegawai
Belanja Barang
Belanja Bunga
Belanja Subsidi
Belanja Hibah
Belanja Bantuan Sosial
Belanja Bantuan Keuangan

2.2
2.2.1
2.2.2
2.2.3
2.2.4
2.2.5
2.2.6

BELANJA MODAL
Belanja Tanah
Belanja Peralatan dan Mesin
Belanja Gedung dan Bangunan
Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan
Belanja Aset Tetap Lainnya
Belanja Aset Lainnya

2.3
2.3.1

BELANJA TIDAK TERDUGA


Belanja Tidak Terduga
Jumlah

2.4
2.4.1
2.4.1.1
2.4.1.2
2.4.1.3

TRANSFER
TRANSFER BAGI HASIL KE KAB/KOTA/DESA**)
Bagi Hasil Pajak
Bagi Hasil Retribusi
Bagi Hasil Pendapatan Lainnya

simbachs@gmail.com

- 39 (dalam rupiah)
Nomor
Urut

Uraian

Anggaran
Setelah
Perubahan
3

Realisasi

Lebih/
(Kurang)

Surplus/(Defisit)
3
3.1
3.1.1
3.1.2
3.1.3
3.1.4
3.1.5
3.1.6

PEMBIAYAAN
PENERIMAAN DAERAH
Penggunaan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA)
Pencairan Dana Cadangan
Hasil Penjualan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan
Penerimaan Pinjaman Daerah
Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman Daerah
Penerimaan Piutang Daerah
Jumlah

3.2
3.2.1
3.2.2
3.2.3
3.2.4

PENGELUARAN DAERAH
Pembentukan Dana Cadangan
Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah
Pembayaran Pokok Utang
Pemberian Pinjaman Daerah
Jumlah
Pembiayaan Neto

3.3
*)

Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA)

Coret yang tidak perlu

.., tanggal ..
Pengguna Anggaran/Pengguna Barang
(tanda tangan)
(nama lengkap)
NIP.
Catatan:
- Untuk Pemerintah Kabupaten/Kota
- Untuk Provinsi bagi hasil ke kabupaten/kota
- Untuk Kabupaten/Kota bagi hasil ke desa

MENTERI DALAM NEGERI,


ttd
H. MOH. MARUF, SE.
Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA BIRO HUKUM,

PERWIRA

simbachs@gmail.com

- 40 LAMPIRAN E.XII

: PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI


NOMOR

: 13 TAHUN 2006

TANGGAL

: 15 Mei 2006

FORMAT NERACA SKPD


PROVINSI/KABUPATEN/KOTA*) .
NERACA
SKPD ..
Per 31 Desember Tahun n dan Tahun n-1
Jumlah

Uraian

Tahun n

Tahun n-1

(dalam rupiah)
Kenaikan (Penurunan)
Jumlah

ASET
ASET LANCAR
Kas
Kas di Bendahara Penerimaan
Kas di Bendahara Pengeluaran
Piutang
Piutang Retribusi
Piutang Lain-lain
Persediaan
Jumlah
ASET TETAP
Tanah
Tanah
Peralatan dan Mesin
Alat-alat Berat
Alat-alat Angkutan
Alat Bengkel
Alat Pertanian dan Peternakan
Alat-alat Kantor dan Rumah Tangga
Alat Studio dan Alat Komunikasi
Alat Ukur
Alat-alat Kedokteran
Alat Laboratorium
Alat Keamanan
Gedung dan Bangunan
Bangunan Gedung
Bangunan Monumen
Jalan, Irigasi dan Jaringan
Jalan dan Jembatan
Bangunan Air (Irigasi)
Instalasi
Jaringan
Aset Tetap Lainnya
Buku dan Perpustakaan
Barang Bercorak Kesenian/Kebudayaan
Hewan/Ternak dan Tumbuhan
Konstruksi Dalam Pengerjaan
Konstruksi Dalam Pengerjaan
Akumulasi Penyusutan Aset Tetap
Akumulasi Penyusutan Aset Tetap
Jumlah

simbachs@gmail.com

- 41 Jumlah

Uraian

Tahun n

Kenaikan (Penurunan)

Tahun n-1

Jumlah

ASET LAINNYA
Tagihan Penjualan Angsuran
Tagihan Tuntutan Ganti Kerugian Daerah
Kemitraan dengan Pihak Ketiga
Aset Tak Berwujud
Aset Lain-Lain
Jumlah
JUMLAH ASET
KEWAJIBAN
KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
Utang Perhitungan Pihak Ketiga
Uang Muka dari Kas Daerah
Pendapatan Diterima Dimuka/Pendapatan yang Ditangguhkan
Utang Jangka Pendek Lainnya
Jumlah
EKUITAS DANA
EKUITAS DANA LANCAR
Cadangan Piutang
Cadangan Persediaan
Uang Muka dari Kas Daerah
Jumlah
EKUITAS DANA INVESTASI
Diinvestasikan dalam Aset Tetap
Diinvestasikan dalam Aset Lainnya
Jumlah
JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS DANA
*)

Coret yang tidak perlu

.., tanggal ..
Pengguna Anggaran/Pengguna Barang
(tanda tangan)
(nama lengkap)
NIP.

MENTERI DALAM NEGERI,


ttd
H. MOH. MARUF, SE.
Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA BIRO HUKUM,

PERWIRA

simbachs@gmail.com

- 42 LAMPIRAN E.XIII

: PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI


NOMOR

: 13 TAHUN 2006

TANGGAL

: 15 Mei 2006

PROVINSI/KABUPATEN/KOTA

*)

.........

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN


SKPD ......

PENDAHULUAN
Bab I

Pendahuluan
1.1.
Maksud dan tujuan penyusunan laporan keuangan SKPD
1.2.
Landasan hukum penyusunan laporan keuangan SKPD
1.3.
Sistematika penulisan catatan atas laporan keuangan SKPD

Bab II

Ekonomi makro, kebijakan keuangan dan pencapaian target kinerja APBD SKPD
2.1. Ekonomi makro
2.2. Kebijakan keuangan
2.3. Indikator pencapaian target kinerja APBD

Bab III

Ikhtisar pencapaian kinerja keuangan SKPD


3.1. Ikhtisar realisasi pencapaian target kinerja keuangan SKPD
3.2
Hambatan dan kendala yang ada dalam pencapaian target yang telah
ditetapkan

Bab IV

Kebijakan akuntansi
4.1.
Entitas akuntansi / entitas pelaporan keuangan daerah SKPD
4.2.
Basis akuntansi yang mendasari penyusunan laporan keuangan SKPD
4.3.
Basis pengukuran yang mendasari penyusunan laporan keuangan SKPD
4.4.
Penerapan kebijakan akuntansi berkaitan dengan ketentuan yang ada dalam
standar akuntansi pemerintahan pada SKPD

Bab V

Penjelasan pos-pos laporan keuangan SKPD


5.1.
Rincian dan penjelasan masing-masing pos-pos pelaporan keuangan SKPD
5.1.1 Pendapatan
5.1.2 Belanja
5.1.3 Pembiayaan (khusus untuk SKPKD)
5.1.4 Aset
5.1.5 Kewajiban
5.1.6 Ekuitas dana
5.2.
Pengungkapan atas pos-pos aset dan kewajiban yang timbul sehubungan
dengan penerapan basis akrual atas pendapatan dan belanja dan
rekonsiliasinya dengan penerapan basis kas, untuk entitas akuntansi / entitas
pelaporan yang menggunakan basis akrual pada SKPD.

Bab VI

Penjelasan atas informasi-informasi nonkeuangan SKPD

Bab VII

Penutup

simbachs@gmail.com

- 43 -

PENJELASAN ISI

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN


Bab I

Bab II

Bab III

Pendahuluan
1.1.

Maksud dan tujuan penyusunan laporan keuangan SKPD.


Memuat penjelasan mengenai maksud dan tujuan penyusunan laporan
keuangan SKPD.

1.2.

Landasan hukum penyusunan laporan keuangan SKPD.


Memuat penjelasan mengenai peraturan perundang-undangan yang berlaku
sebagai landasan hukum penyusunan laporan keuangan SKPD.

1.3.

Sistematika penulisan catatan atas laporan keuangan SKPD.


Memuat penjelasan mengenai sistematika isi catatan atas laporan keuangan
SKPD.

Ekonomi Makro, Kebijakan Keuangan dan Pencapaian Target Kinerja APBD


SKPD
2.1.

Ekonomi makro
Memuat penjelasan mengenai asumsi makro ekonomi yang mendasari
penyusunan laporan keuangan SKPD. Informasi yang disajikan memuat
tentang posisi dan kondisi ekonomi makro periode berjalan dibandingkan
dengan periode sebelumnya, dibandingkan dengan anggaran pertama kali
dan penjelasan-penjelasan atas perubahan anggaran yang dilakukan pada
SKPD.

2.2.

Kebijakan keuangan
Memuat penjelasan mengenai kebijakan keuangan dalam penyusunan
Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca Daerah SKPD. Informasi yang
disajikan memuat tentang posisi dan kondisi keuangan periode berjalan
dibandingkan dengan periode sebelumnya, dibandingkan dengan anggaran
sehubungan dengan realisasi anggaran SKPD.

2.3.

Indikator pencapaian target kinerja APBD SKPD


Memuat penjelasan mengenai indikator pencapaian target kinerja APBD
SKPD, berupa indikator program dan kegiatan SKPD yang dilaksanakan pada
tahun pelaporan. Indikator pencapaian target kinerja menyajikan informasi
tentang pencapaian efektifitas dan efisiensi program dan kegiatan yang
dilaksanakan SKPD.

Ikhtisar Pencapaian Kinerja Keuangan


3.1.

Ikhtisar realisasi pencapaian target kinerja keuangan SKPD


Memuat ikhtisar realisasi pencapaian target kinerja APBD pada SKPD, berupa
realisasi pencapaian efektifitas dan efisiensi program dan kegiatan yang
dilaksanakan SKPD.

3.2.

Hambatan dan kendala yang ada dalam pencapaian target yang


telah ditetapkan
Memuat hambatan dan kendala yang dihadapi dalam pencapaian target
kinerja yng telah ditetapkan pada SKPD, baik kendala dan hambatan yang
bersifat dapat dikendalikan maupun yang tidak dapat dikendalikan (force
majeur).

simbachs@gmail.com

- 44 Bab IV

Bab V

Kebijakan Akuntansi
4.1.

Entitas akuntansi / entitas pelaporan keuangan daerah


Memuat informasi tentang entitas akuntansi dan entitas pelaporan keuangan
daerah SKPD.

4.2.

Basis akuntansi yang mendasari penyusunan laporan keuangan


SKPD
Memuat informasi tentang basis akuntansi yang mendasari penyusunan
laporan keuangan daerah SKPD.

4.3.

Basis pengukuran yang mendasari penyusunan laporan keuangan


SKPD
Memuat informasi tentang basis pengukuran atas penyusunan pos-pos
laporan keuangan daerah SKPD.

4.4.

Penerapan kebijakan akuntansi berkaitan dengan ketentuan yang


ada dalam standar akuntansi pemerintah
Memuat informasi tentang kebijakan akuntansi yang telah diterapkan dan
kebijakan akuntansi yang belum diterapkan sesuai dengan ketentuan yang
ada dalam Standar Akuntansi Pemerintahan dalam penyusunan dan
penyajian laporan keuangan SKPD.

Penjelasan Pos-pos Laporan Keuangan SKPD


5.1.

Rincian dan penjelasan


keuangan SKPD

masing-masing

pos-pos

pelaporan

5.1.1 Pendapatan
Memuat informasi tentang rincian dan penjelasan pos pendapatan:
a. Pendapatan asli daerah
b. Dana perimbangan (khusus untuk SKPKD)
c. Lain-lain pendapatan yang sah (khusus untuk SKPKD)
5.1.2 Belanja
Memuat informasi tentang rincian dan penjelasan pos belanja:
a. Belanja pegawai
b. Belanja barang dan jasa
c. Belanja modal
d. Belanja bunga (khusus untuk SKPKD)
e. Belanja subsidi (khusus untuk SKPKD)
f. Belanja hibah (khusus untuk SKPKD)
g. Belanja sosial (khusus untuk SKPKD)
h. Belanja bagi hasil (khusus untuk SKPKD)
i. Belanja tidak terduga (khusus untuk SKPKD)
5.1.3 Pembiayaan (khusus untuk SKPKD)
5.1.4 Aset
Memuat informasi tentang rincian dan penjelasan pos aset:
a. Aset lancar
b. Investasi jangka panjang (khusus untuk SKPKD)
c. Aset tetap
d. Dana cadangan (khusus untuk SKPKD)
e. Aset lain-lain
5.1.5 Kewajiban
Memuat informasi tentang rincian dan penjelasan pos kewajiban:
a. Kewajiban jangka pendek
b. Kewajiban jangka panjang (khusus untuk SKPKD)

simbachs@gmail.com

- 45 5.1.6 Ekuitas dana


Memuat informasi tentang rincian dan penjelasan pos ekuitas dana:
a. Ekuitas dana lancar
b. Ekuitas dana investasi (khusus untuk SKPKD)
c. Ekuitas dana cadangan (khusus untuk SKPKD)
5.2.

Pengungkapan atas pos-pos aset dan kewajiban yang timbul


sehubungan dengan penerapan basis akrual atas pendapatan dan
belanja dan rekonsiliasinya dengan penerapan basis kas, untuk
entitas pelaporan yang menggunakan basis akrual.
Memuat informasi tentang kebijakan akuntansi yang diharuskan oleh
pernyataan standar akuntansi pemerintahan. Pengungkapan atas pos-pos
aset dan kewajiban yang timbul sehubungan dengan penerapan basis akrual
atas pendapatan dan belanja dan rekonsiliasinya dengan penerapan basis
kas, untuk entitas pelaporan yang menggunakan basis akrual. rekonsiliasi
ditujukan untuk menyajikan hubungan antara laporan kinerja kuangan
dengan laporan realisasi anggaran. Laporan rekonsiliasi dimulai dengan
penambahan atau pengurangan ekuitas yang berasal dari laporan kinerja
yang disusun berdasarkan basis akrual.

Bab VI

Penjelasan atas informasi-informasi nonkeuangan SKPD


Memuat informasi tentang hal-hal yang belum diinformasikan dalam bagian
manapun dari laporan keuangan, yaitu:
a. Domisili dan bentuk hukum suaru entitas serta jurisdiksi tempat entitas tersebut
berada.
b. Penjelasan mengenai sifat operasi entitas dan kegiatan pokoknya.
c. Ketentuan perundang-undangan yang menjadi kegiatan operasionalnya.
d. Penggantian manajemen pemerintahan selama tahun berjalan.
e. Kesalahan manajemen terdahulu yang telah dikoreksi oleh manajemen baru.
f. Komitmen atau kontinjensi yang tidak dapat disajikan pada Neraca.
g. Penggabungan atau pemekaran entitas pada tahun berjalan.
h. Kejadian yang mempunyai dampak sosial, misalnya adanya pemogokan yang
harus ditanggung pemerintah.

Bab VII Penutup


Memuat uraian penutup yang dapat berupa simpulan-simpulan penting tentang
laporan keuangan.
*)

Coret yang tidak perlu

.., tanggal ..
Pengguna Anggaran/Pengguna Barang
(tanda tangan)
(nama lengkap)
NIP.

MENTERI DALAM NEGERI,


ttd
Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA BIRO HUKUM,

H. MOH. MARUF, SE.

PERWIRA
simbachs@gmail.com

- 46 LAMPIRAN E.XIV

: PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI


NOMOR

: 13 TAHUN 2006

TANGGAL

: 15 Mei 2006

FORMAT LAPORAN PENERIMAAN KAS


PROVINSI/KABUPATEN/KOTA*) ...

LAPORAN PENERIMAAN KAS

SKPD
Pengguna Anggaran
Bendahara Penerimaan

:
:
:
Halaman: .

*)

Nomor
Urut

Kode Rekening

Uraian

Penerimaan
(Pemungutan)
(Rp)

Pengeluaran
(Penyetoran)
(Rp)

Saldo
(Rp)

Jumlah
Coret yang tidak perlu
., tanggal ..
Bendahara Penerimaan
(tanda tangan)
(nama lengkap)
NIP.

Cara Pengisian:
1.
2.
3.
4.
5.

6.

Kolom 1 diisi dengan Nomor Urut Penerimaan/Pemungutan Kas atau Pengeluaran/


Penyetoran Kas.
Kolom 2 diisi dengan Nomor Kode Rekening.
Kolom 3 diisi dengan Uraian Nama Rekening.
Kolom 4 diisi dengan Jumlah Rupiah Penerimaan Kas.
Kolom 5 diisi dengan Jumlah Rupiah Pengeluaran Kas.
Kolom 6 diisi dengan Jumlah Saldo Kas (Saldo Awal ditambah Penerimaan Kas dikurangi
Pengeluaran Kas).

MENTERI DALAM NEGERI,


ttd
H. MOH. MARUF, SE.
Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA BIRO HUKUM,

PERWIRA
simbachs@gmail.com

- 47 LAMPIRAN E.XV

: PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI


NOMOR

: 13 TAHUN 2006

TANGGAL

: 15 Mei 2006

RINGKASAN SISTEM DAN PROSEDUR


AKUNTANSI PENERIMAAN KAS PADA SKPKD
Sistem dan Prosedur Akuntansi Penerimaan Kas pada Satuan Kerja Pengelola Keuangan
Daerah meliputi serangkaian proses baik manual maupun terkomputerisasi mulai pencatatan,
penggolongan, dan peringkasan transaksi dan/atau kejadian keuangan serta pelaporan
keuangan dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang berkaitan dengan
penerimaan kas pada Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah.
A.

FUNGSI YANG TERKAIT


Fungsi yang terkait pada Sistem dan Prosedur Akuntansi Penerimaan Kas pada Satuan
Kerja Pengelola Keuangan Daerah adalah Fungsi Akuntansi pada Satuan Kerja Pengelola
Keuangan Daerah (SKPKD).

B.

DOKUMEN YANG DIGUNAKAN


Dokumen yang digunakan pada Sistem dan Prosedur Akuntansi Penerimaan Kas pada
Satuan Kerja Pengelolan Keuangan Daerah, terdiri atas:

C.

1.

Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) merupakan dokumen yang dibuat oleh
Pejabat Pengelola Keuangan Daerah untuk menetapkan Pajak Daerah atas Wajib
Pajak

2.

Surat Ketetapan Retribusi (SKR) merupakan dokumen yang dibuat oleh Pejabat
Pengelola Keuangan Daerah untuk menetapkan Retribusi atas Wajib Retribusi.

3.

Surat Tanda Setoran (STS) merupakan dokumen yang diselenggarakan Bendahara


Penerimaan atau Pejabat Penatausahaan pada Satuan Kerja Perangkat Daerah untuk
menyetor penerimaan daerah.

4.

Bukti Transfer merupakan dokumen atau bukti atas transfer penerimaan daerah.

5.

Nota Kredit Bank merupakan dokumen atau bukti dari bank yang menunjukkan
adanya transfer uang masuk ke rekening kas umum daerah.

6.

Buku Jurnal Penerimaan Kas merupakan catatan yang diselenggarakan oleh fungsi
akuntansi untuk mencatat dan menggolongkan semua transaksi atau kejadian yang
berhubungan dengan penerimaan kas.

7.

Buku Besar merupakan catatan yang diselenggarakan oleh fungsi akuntansi untuk
mencatat peringkasan (posting) semua transaksi atau kejadian selain kas dari Jurnal
Penerimaan Kas ke dalam Buku Besar untuk setiap rekening aset, kewajiban, ekuitas
dana, belanja, pendapatan dan pembiayaan.

8.

Buku Besar Pembantu merupakan catatan yang diselenggarakan oleh Fungsi


Akuntansi untuk mencatat transkasi-transkasi dan kejadian yang berisi rincian item
buku besar untuk setiap rekening yang dianggap perlu.

LAPORAN YANG DIHASILKAN


Laporan yang dihasilkan dari Sistem dan Prosedur Akuntansi Penerimaan Kas pada Satuan
Kerja Pengelola Keuangan Daerah, terdiri atas:
1.
Laporan Realisasi Anggaran
2.
Neraca

simbachs@gmail.com

- 48 3.
4.
D.

Laporan Arus Kas


Catatan atas Laporan Keuangan

URAIAN SISTEM DAN PROSEDUR AKUNTANSI PENERIMAAN KAS


Sistem dan Prosedur Akuntansi Penerimaan Kas hanya terdiri atas Prosedur Akuntansi
Penerimaan Kas.
1.

Fungsi Akuntansi pada Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah berdasarkan bukti
transaksi penerimaan kas mencatat ke dalam jurnal penerimaan kas.

2.

Bukti transaksi penerimaan kas mencakup antara lain:


a. Surat Tanda Setoran
b. Bukti Transfer
c. Nota Kredit
d. Bukti Penerimaan Lainnya

3.

Fungsi Akuntansi pada Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah secara periodik
atau berkala melakukan posting ke Buku Besar.

4.

Jika dianggap perlu Fungsi Akuntansi pada Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah
dapat membuat Buku Besar Pembantu yang berfungsi sebagai rincian buku besar
dan kontrol.

5.

Pencatatan ke dalam Buku Jurnal Penerimaan Kas, Buku Besar dan Buku Besar
Pembantu dilaksanakan oleh Fungsi Akuntansi pada Satuan Kerja Pengelola
Keuangan Daerah sesuai dengan tugas pokok dan fungsi yang telah ditetapkan
dalam ketentuan yang berlaku.

MENTERI DALAM NEGERI,


ttd
H. MOH. MARUF, SE.
Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA BIRO HUKUM,

PERWIRA

simbachs@gmail.com

- 49 LAMPIRAN E.XVI

: PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI


NOMOR

: 13 TAHUN 2006

TANGGAL

: 15 Mei 2006

FORMAT LAPORAN PENGELUARAN KAS


PROVINSI/KABUPATEN/KOTA*)

LAPORAN PENGELUARAN KAS


SKPD
Kepala SKPD
Bendahara Pengeluaran

:
:
:
Halaman: .

Nomor
Urut

Kode Rekening

Uraian

Penerimaan
(Rp)

Pengeluaran
(Rp)

Saldo
(Rp)

Jumlah
*)

Coret yang tidak perlu

., tanggal ..
Bendahara Pengeluaran
(tanda tangan)
(nama lengkap)
NIP.

Cara Pengisian:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Kolom 1 diisi dengan nomor urut penerimaan kas atau pengeluaran kas.
Kolom 2 diisi dengan nomor kode rekening.
Kolom 3 diisi dengan uraian nama rekening.
Kolom 4 diisi dengan jumlah rupiah penerimaan kas.
Kolom 5 diisi dengan jumlah rupiah pengeluaran kas.
Kolom 6 diisi dengan jumlah saldo kas (saldo awal ditambah penerimaan kas dikurangi
pengeluaran kas).

MENTERI DALAM NEGERI,


ttd
H. MOH. MARUF, SE.
Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA BIRO HUKUM,

PERWIRA

simbachs@gmail.com

- 50 LAMPIRAN E.XVII

: PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI


NOMOR

: 13 TAHUN 2006

TANGGAL

: 15 Mei 2006

RINGKASAN PROSEDUR
AKUNTANSI PENGELUARAN KAS PADA SKPKD
Prosedur akuntansi pengeluaran kas pada satuan kerja pengelola keuangan daerah
meliputi serangkaian proses baik manual maupun terkomputerisasi mulai pencatatan,
penggolongan, dan peringkasan transaksi dan/atau kejadian keuangan serta pelaporan
keuangan dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang berkaitan dengan
pengeluaran kas pada satuan kerja pengelola keuangan daerah.
A.

FUNGSI YANG TERKAIT


Fungsi yang terkait pada prosedur akuntansi pengeluaran kas pada satuan kerja pengelola
keuangan daerah adalah fungsi akuntansi pada satuan kerja pengelola keuangan daerah
(SKPKD).

B.

DOKUMEN YANG DIGUNAKAN


Dokumen yang digunakan pada prosedur akuntansi pengeluaran kas pada satuan kerja
pengelola keuangan daerah, terdiri atas:
1.
Surat Penyediaan Dana (SPD) merupakan dokumen yang dibuat oleh pejabat
pengelola keuangan daerah sebagai media atau surat yang menunjukkan
tersedianya dana untuk diserap.
2.
Surat Perintah Membayar (SPM) merupakan dokumen yang dibuat oleh pengguna
anggaran untuk mengajukan surat perintah pencairan dana yang akan diterbitkan
oleh bendahara umum daerah/kuasa bendahara umum daerah.
3.
Kuitansi pembayaran dan bukti penerimaan lainnya merupakan dokumen sebagai
tanda bukti pembayaran.
4.
Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) merupakan dokumen yang diterbitkan oleh
bendahara umum daerah/kuasa bendahara umum daerah untuk mencairkan uang
pada bank yang telah ditunjuk.
5.
Bukti Transfer merupakan dokumen atau bukti atas transfer pengeluaran daerah.
6.
Nota Debet Bank merupakan dokumen atau bukti dari bank yang menunjukkan
adanya transfer uang keluar dari rekening kas umum daerah.
7.
Buku Jurnal Pengeluaran Kas merupakan catatan yang diselenggarakan oleh fungsi
akuntansi untuk mencatat dan menggolongkan semua transaksi atau kejadian yang
berhubungan dengan pengeluaran kas
8.
Buku Besar merupakan catatan yang diselenggarakan oleh fungsi akuntansi untuk
mencatat peringkasan (posting) semua transaksi atau kejadian selain kas dari jurnal
pengeluaran kas ke dalam buku besar untuk setiap rekening aset, kewajiban, ekuitas
dana, belanja, pendapatan dan pembiayaan
9.
Buku Besar Pembantu merupakan catatan yang diselenggarakan oleh fungsi
akuntansi untuk mencatat transkasi-transkasi dan kejadian yang berisi rincian item
buku besar untuk setiap rekening yang dianggap perlu.

C.

LAPORAN YANG DIHASILKAN


Laporan yang dihasilkan dari prosedur akuntansi pengeluaran kas pada satuan kerja
pengelola keuangan daerah, terdiri atas:
1.
Laporan Realisasi Anggaran
2.
Neraca

simbachs@gmail.com

- 51 3.
4.
D.

Laporan Arus Kas


Catatan atas Laporan Keuangan

URAIAN PROSEDUR AKUNTANSI PENGELUARAN KAS


Prosedur akuntansi pengeluaran kas hanya terdiri atas prosedur akuntansi pengeluaran
kas.
1.
Fungsi akuntansi pada satuan kerja pengelola keuangan daerah berdasarkan bukti
transaksi pengeluaran kas mencatat ke dalam jurnal pengeluaran kas.
2.
Bukti transaksi pengeluaran kas mencakup antara lain:
a. Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D)
b. Bukti Transfer
c. Nota Debet
d. Bukti Pengeluaran Lainnya
3.
Fungsi akuntansi pada satuan kerja pengelola keuangan daerah secara periodik atau
berkala melakukan posting dari buku jurnal ke buku besar.
4.
Jika dianggap perlu fungsi akuntansi pada satuan kerja pengelola keuangan daerah
dapat membuat buku besar pembantu yang berfungsi sebagai rincian buku besar
dan kontrol.
5.
Pencatatan ke dalam buku jurnal pengeluaran kas, buku besar dan buku besar
pembantu dilaksanakan oleh fungsi akuntansi pada satuan kerja pengelola keuangan
daerah sesuai dengan tugas pokok dan fungsi yang telah ditetapkan dalam
ketentuan yang berlaku.

MENTERI DALAM NEGERI,


ttd
H. MOH. MARUF, SE.
Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA BIRO HUKUM,

PERWIRA

simbachs@gmail.com

- 52 LAMPIRAN E.XVIII

: PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI


NOMOR

: 13 TAHUN 2006

TANGGAL

: 15 Mei 2006

RINGKASAN PROSEDUR
AKUNTANSI SELAIN KAS PADA SKPKD
Prosedur akuntansi selain kas pada satuan kerja pengelola keuangan daerah meliputi
serangkaian proses baik manual maupun terkomputerisasi mulai pencatatan, penggolongan,
dan peringkasan transaksi dan/atau kejadian keuangan serta pelaporan keuangan dalam rangka
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang berkaitan dengan transaksi dan/atau kejadian
selain kas pada satuan kerja pengelola keuangan daerah.
Prosedur akuntansi selain kas pada satuan kerja pengelola keuangan daerah meliputi
transaksi atau kejadian sebagai berikut:
1.

Pengesahan
pertanggungjawaban
pengeluaran
merupakan
pengesahan
pengeluaran/belanja melalui mekanisme uang persediaan/ganti uang/tambahan.

2.

Koreksi kesalahan pencatatan merupakan koreksi terhadap kesalahan dalam membuat


jurnal tersebut telah diposting ke buku besar;

3.

Penerimaan hibah selain kas merupakan penerimaan sumber ekonomi non kas yang
bukan merupakan pelaksanaan APBD, namun mengandung konsekuensi ekonomi bagi
pemerintah daerah;

4.

Pembelian secara kredit merupakan transaksi pembelian aset tetap yang pembayarannya
dilakukan di masa yang akan datang;

5.

Retur pembelian kredit merupakan pengembalian aset tetap yang telah dibeli secara
kredit;

6.

Pemindahtanganan atas aktiva tetap/barang milik daerah tanpa konsekuensi kas


merupakan pemindahtanganan aset tetap pada pihak ketiga karena suatu hal tanpa ada
penggantian berupa kas; dan

7.

Penerimaan aset tetap/barang milik daerah tanpa konsekuensi kas merupakan perolehan
aset tetap akibat adanya tukar menukar (ruilslaag) dengan pihak ketiga.

A.

FUNGSI YANG TERKAIT

atas

Fungsi yang terkait pada prosedur akuntansi selain kas pada satuan kerja pengelola
keuangan daerah adalah fungsi akuntansi pada satuan kerja pengelola keuangan daerah
(SKPKD).
B.

DOKUMEN YANG DIGUNAKAN


Dokumen yang digunakan pada prosedur selain akuntansi pada satuan kerja pengelola
keuangan daerah, terdiri atas:
1.

Berita Acara Penerimaan Barang; dan/atau

2.

Surat Keputusan Penghapusan Barang; dan/atau

3.

Surat Pengiriman Barang; dan/atau

4.

Surat Keputusan Mutasi Barang (antar SKPD); dan/atau

5.

Berita Acara Pemusnahan Barang; dan/atau

6.

Berita Acara Serah Terima Barang; dan/atau

7.

Berita Acara Penilaian

8.

Bukti Memorial merupakan dokumen untuk mencatat transaksi atau kejadian selain
kas sebagai dasar pencatatan ke dalam jurnal umum.

9.

Buku Jurnal Umum merupakan catatan yang diselenggarakan oleh fungsi akuntansi
untuk mencatat dan menggolongkan semua transaksi atau kejadian yang tidak
dicatat dalam Jurnal Penerimaan Kas maupun Jurnal Pengeluaran Kas

simbachs@gmail.com

- 53 -

C.

10.

Buku besar merupakan catatan yang diselenggarakan oleh fungsi akuntansi untuk
mencatat peringkasan (posting) semua transaksi atau kejadian selain kas dari jurnal
umum ke dalam buku besar untuk setiap rekening aset, kewajiban, ekuitas dana,
belanja, pendapatan dan pembiayaan.

11.

Buku Besar Pembantu merupakan catatan yang diselenggarakan oleh fungsi


akuntansi untuk mencatat transkasi-transkasi dan kejadian yang berisi rincian item
buku besar untuk setiap rekening yang dianggap perlu.

LAPORAN YANG DIHASILKAN


Laporan yang dihasilkan dari prosedur akuntansi selain kas pada satuan kerja pengelola
keuangan daerah, terdiri atas:
1.
Laporan Realisasi Anggaran
2.
Neraca
3.
Laporan Arus Kas
4.
Catatan atas Laporan Keuangan

D.

URAIAN PROSEDUR AKUNTANSI SELAIN KAS


Prosedur akuntansi selain kas hanya terdiri atas prosedur akuntansi selain kas.

1.

Transaksi atau kejadian selain kas, antara lain terdiri atas:

a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

pengesahan pertanggungjawaban penggunaan dana


koreksi kesalahan pencatatan
penerimaan donasi selain kas
pembelian secara kredit
retur pembelian kredit
pelepasan hak atas aktiva tetap tanpa konsekuensi kas
penerimaan aktiva tanpa konsekuensi kas

2.

Fungsi akuntansi pada satuan kerja pengelola keuangan daerah berdasarkan berupa
bukti transaksi atau kejadian mencatat ke dalam bukti memorial.

3.

Fungsi akuntansi pada satuan kerja pengelola keuangan daerah berdasarkan bukti
memorial mencatat ke dalam buku jurnal umum.

4.

Bukti transaksi mencakup antara lain:

a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Berita Acara Penerimaan Barang; dan/atau


Surat Keputusan Penghapusan Barang; dan/atau
Surat Pengiriman Barang; dan/atau
Surat Keputusan Mutasi Barang (antar SKPD); dan/atau
Berita Acara Pemusnahan Barang; dan/atau
Berita Acara Serah Terima Barang; dan/atau
Berita Acara Penilaian

5.

Fungsi akuntansi pada satuan kerja pengelola keuangan daerah secara periodik atau
berkala melakukan posting ke buku besar.

6.

Jika dianggap perlu fungsi akuntansi pada satuan kerja pengelola keuangan daerah
dapat membuat buku besar pembantu yang berfungsi sebagai rincian buku besar
dan kontrol.

7.

Pencatatan ke dalam buku jurnal umum, buku besar dan buku besar pembantu
dilaksanakan oleh fungsi akuntansi pada satuan kerja pengelola keuangan daerah
sesuai dengan tugas pokok dan fungsi yang telah ditetapkan dalam ketentuan yang
berlaku.

MENTERI DALAM NEGERI,


Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA BIRO HUKUM,

ttd
H. MOH. MARUF, SE.

PERWIRA
simbachs@gmail.com

- 54 LAMPIRAN E.XIX

: PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI


NOMOR
: 13 TAHUN 2006
TANGGAL
: 15 Mei 2006

FORMAT LAPORAN ARUS KAS


PROVINSI

LAPORAN ARUS KAS

Untuk Tahun yang Berakhir sampai dengan 31 Desember Tahun n dan Tahun n-1
Tahun n
(Rp)

URAIAN

Tahun n-1
(Rp)

ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI


Arus Kas Masuk :
Pajak Daerah
Retribusi daerah
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah
Dana Bagi Hasil Pajak
Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (Sumber Daya Alam)
Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Khusus
Dana Otonomi Khusus
Dana Penyesuaian
Hibah
Dana Darurat
Pendapatan Lainnya
Jumlah
Arus Kas Keluar :
Belanja Pegawai
Belanja Barang dan Jasa
Belanja Bunga
Belanja Subsidi
Belanja Hibah
Belanja Bantuan Sosial
Belanja Bantuan Keuangan
Belanja Tidak Terduga
Belanja Bagi Hasil ke Kabupaten/Kota
Jumlah

Arus Kas Bersih dari Aktivitas Operasi


ARUS KAS DARI AKTIVITAS INVESTASI ASET NONKEUANGAN
Arus Kas Masuk :
Pendapatan Penjualan atas Tanah
Pendapatan Penjualan atas Peralatan dan Mesin
Pendapatan Penjualan atas Gedung dan Bangunan
Pendapatan Penjualan atas Jalan, Irigasi dan Jaringan
Pendapatan dari Penjualan Aset Tetap Lainnya
Pendapatan dari Penjualan Aset Lainnya
Jumlah
Arus Kas Keluar :
Belanja Tanah
Belanja Peralatan dan Mesin
Belanja Gedung dan Bangunan
Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan
Belanja Aset Tetap Lainnya
Belanja Aset Lainnya
Jumlah

Arus Kas Bersih dari Aktivitas Investasi Aset Nonkeuangan

simbachs@gmail.com

- 55 Tahun n
(Rp)

URAIAN

Tahun n-1
(Rp)

ARUS KAS DARI AKTIVITAS PEMBIAYAAN


Arus Kas Masuk :
Pencairan Dana Cadangan
Hasil Penjualan Aset/Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
Penerimaan Pinjaman dan Obligasi
Penerimaan Kembali Pinjaman
Penerimaan Piutang
Jumlah
Arus Kas Keluar :
Pembentukan Dana Cadangan
Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah
Pembayaran Pokok Utang Pinjaman dan Obligasi
Pemberian Pinjaman
Jumlah

Arus Kas Bersih dari Aktivitas Pembiayaan


ARUS KAS DARI AKTIVITAS NONANGGARAN
Arus Kas Masuk :
Penerimaan Perhitungan Pihak Ketiga
Jumlah
Arus Kas Keluar :
Pengeluaran Perhitungan Pihak Ketiga
Jumlah

Arus Kas Bersih dari Aktivitas Nonanggaran


Kenaikan (Penurunan) Bersih Kas Selama Periode
Saldo Awal Kas di BUD/Kas Daerah
Saldo Akhir Kas di BUD/Kas Daerah
Saldo Akhir Kas di Bendahara Pengeluaran
Saldo Akhir Kas di Bendahara Penerimaan
Saldo Akhir Kas

., tanggal ..
GUBERNUR
(tanda tangan)
(nama lengkap)

simbachs@gmail.com

- 56 -

KABUPATEN/KOTA*)

LAPORAN ARUS KAS

Untuk Tahun yang Berakhir sampai dengan 31 Desember Tahun n dan Tahun n-1
Tahun n
(Rp)

URAIAN

Tahun n-1
(Rp)

ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI


Arus Kas Masuk :
Pajak Daerah
Retribusi daerah
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah
Dana Bagi Hasil Pajak
Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (Sumber Daya Alam)
Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Khusus
Dana Otonomi Khusus
Dana Penyesuaian
Pendapatan Bagi Hasil Pajak
Pendapatan Bagi Hasil Lainnya
Hibah
Dana Darurat
Pendapatan Lainnya
Jumlah
Arus Kas Keluar :
Belanja Pegawai
Belanja Barang dan Jasa
Belanja Bunga
Belanja Subsidi
Belanja Hibah
Belanja Bantuan Sosial
Belanja Bantuan Keuangan
Belanja Tidak Terduga
Belanja Bagi Hasil ke Desa
Jumlah

Arus Kas Bersih dari Aktivitas Operasi


ARUS KAS DARI AKTIVITAS INVESTASI ASET NONKEUANGAN
Arus Kas Masuk :
Pendapatan Penjualan atas Tanah
Pendapatan Penjualan atas Peralatan dan Mesin
Pendapatan Penjualan atas Gedung dan Bangunan
Pendapatan Penjualan atas Jalan, Irigasi dan Jaringan
Pendapatan dari Penjualan Aset Tetap Lainnya
Pendapatan dari Penjualan Aset Lainnya
Jumlah
Arus Kas Keluar :
Belanja Tanah
Belanja Peralatan dan Mesin
Belanja Gedung dan Bangunan
Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan
Belanja Aset Tetap Lainnya
Belanja Aset Lainnya
Jumlah

simbachs@gmail.com

- 57 Tahun n
(Rp)

URAIAN

Tahun n-1
(Rp)

Arus Kas Bersih dari Aktivitas Investasi Aset Nonkeuangan


ARUS KAS DARI AKTIVITAS PEMBIAYAAN
Arus Kas Masuk :
Pencairan Dana Cadangan
Hasil Penjualan Aset/Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
Penerimaan Pinjaman dan Obligasi
Penerimaan Kembali Pinjaman
Penerimaan Piutang
Jumlah
Arus Kas Keluar :
Pembentukan Dana Cadangan
Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah
Pembayaran Pokok Utang Pinjaman dan Obligasi
Pemberian Pinjaman
Jumlah

Arus Kas Bersih dari Aktivitas Pembiayaan


ARUS KAS DARI AKTIVITAS NONANGGARAN
Arus Kas Masuk :
Penerimaan Perhitungan Pihak Ketiga
Jumlah
Arus Kas Keluar :
Pengeluaran Perhitungan Pihak Ketiga
Jumlah

Arus Kas Bersih dari Aktivitas Nonanggaran


Kenaikan (Penurunan) Bersih Kas Selama Periode
Saldo Awal Kas di BUD/Kas Daerah
Saldo Akhir Kas di BUD/Kas Daerah
Saldo Akhir Kas di Bendahara Pengeluaran
Saldo Akhir Kas di Bendahara Penerimaan
Saldo Akhir Kas
*)

Coret yang tidak perlu


., tanggal ..
BUPATI/WALIKOTA*)
(tanda tangan)
(nama lengkap)

MENTERI DALAM NEGERI,


ttd
H. MOH. MARUF, SE.
Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA BIRO HUKUM,

PERWIRA

simbachs@gmail.com

- 58 LAMPIRAN E.XX

: PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI


NOMOR

: 13 TAHUN 2006

TANGGAL

: 15 Mei 2006

FORMAT LAPORAN REALISASI SEMESTER PERTAMA PENDAPATAN DAN BELANJA


SKPD SERTA PROGNOSIS 6 (ENAM) BULAN BERIKUTNYA
PROVINSI
LAPORAN REALISASI SEMESTER PERTAMA PENDAPATAN DAN BELANJA SKPD
SERTA PROGNOSIS 6 (ENAM) BULAN BERIKUTNYA
SKPD :
TAHUN ANGGARAN
(dalam rupiah)
Nomor
Urut

Uraian

Jumlah
Anggaran

Realisasi
Semester
Pertama

Sisa
Anggaran
s.d.
Semester
Pertama

1
1.1
1.1.1
1.1.2
1.1.3
1.1.4
1.2
1.2.1

1.2.2
1.2.2.1
1.2.2.2

Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya


Dana Otonomi Khusus
Dana Penyesuaian

PENDAPATAN ASLI DAERAH


Pendapatan Pajak Daerah
Pendapatan Retribusi Daerah
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan
Daerah yang Dipisahkan
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah

1.2.1.3
1.2.1.4

1.3
1.3.1
1.3.2
1.3.3

Keterangan

PENDAPATAN

PENDAPATAN TRANSFER
Transfer Pemerintah Pusat - Dana
Perimbangan
Dana Bagi Hasil Pajak
Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (Sumber
Daya Alam)
Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Khusus

1.2.1.1
1.2.1.2

Prognosis

LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH


Pendapatan Hibah
Pendapatan Dana Darurat
Pendapatan lainnya
Jumlah
BELANJA

2.1
2.1.1
2.1.2
2.1.3
2.1.4
2.1.5
2.1.6
2.1.7

BELANJA OPERASI
Belanja Pegawai
Belanja Barang
Belanja Bunga
Belanja Subsidi
Belanja Hibah
Belanja Bantuan Sosial
Belanja Bantuan Keuangan

2.2
2.2.1
2.2.2
2.2.3
2.2.4
2.2.5
2.2.6

BELANJA MODAL
Belanja Tanah
Belanja Peralatan dan Mesin
Belanja Gedung dan Bangunan
Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan
Belanja Aset Tetap Lainnya
Belanja Aset Lainnya

2.3
2.3.1

BELANJA TIDAK TERDUGA


Belanja Tidak Terduga
Jumlah

2.4
2.4.1
2.4.2
2.4.3

TRANSFER
Bagi Hasil Pajak ke Kabupaten/Kota
Bagi Hasil Retribusi ke Kabupaten/Kota
Bagi Hasil Pendapatan Lainnya ke
Kabupaten/Kota
Surplus/(Defisit)

simbachs@gmail.com

- 59 (dalam rupiah)
Nomor
Urut

Uraian

Jumlah
Anggaran

Realisasi
Semester
Pertama

Sisa
Anggaran
s.d.
Semester
Pertama

3
3.1
3.1.1
3.1.2
3.1.3
3.1.4
3.1.5
3.1.6

3.2
3.2.1
3.2.2
3.2.3
3.2.4

Prognosis

Keterangan

PEMBIAYAAN
PENERIMAAN DAERAH
Penggunaan Sisa Lebih Perhitungan
Anggaran (SiLPA)
Pencairan Dana Cadangan
Hasil Penjualan Kekayaan Daerah Yang
Dipisahkan
Penerimaan Pinjaman Daerah
Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman
Daerah
Penerimaan Piutang Daerah
Jumlah
PENGELUARAN DAERAH
Pembentukan Dana Cadangan
Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah
Daerah
Pembayaran Pokok Utang
Pemberian Pinjaman Daerah
Jumlah
Pembiayaan Neto

3.3

Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran


(SILPA)

............, tanggal ........


Pengguna Anggaran/
Kuasa Pengguna Anggaran
(tanda tangan)
(nama lengkap)
NIP.

simbachs@gmail.com

- 60 -

KABUPATEN/KOTA*)
LAPORAN REALISASI SEMESTER PERTAMA PENDAPATAN DAN BELANJA SKPD
SERTA PROGNOSIS 6 (ENAM) BULAN BERIKUTNYA
SKPD :
TAHUN ANGGARAN
(dalam rupiah)
Nomor
Urut

Uraian

Jumlah
Anggaran

Realisasi
Semester
Pertama

1
1.1
1.1.1
1.1.2
1.1.3
1.1.4
1.2
1.2.1

1.2.2
1.2.2.1
1.2.2.2

Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya


Dana Otonomi Khusus
Dana Penyesuaian

1.2.3
1.2.3.1
1.2.3.2

Transfer Pemerintah Provinsi


Pendapatan Bagi Hasil Pajak
Pendapatan Bagi Hasil lainnya

Keterangan

PENDAPATAN ASLI DAERAH


Pendapatan Pajak Daerah
Pendapatan Retribusi Daerah
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan
Daerah yang Dipisahkan
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah

1.2.1.3
1.2.1.4

1.3
1.3.1
1.3.2
1.3.3

Prognosis

PENDAPATAN

PENDAPATAN TRANSFER
Transfer Pemerintah Pusat - Dana
Perimbangan
Dana Bagi Hasil Pajak
Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (Sumber
Daya Alam)
Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Khusus

1.2.1.1
1.2.1.2

Sisa
Anggaran
s.d.
Semester
Pertama
5

LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH


Pendapatan Hibah
Pendapatan Dana Darurat
Pendapatan lainnya
Jumlah
BELANJA

2.1
2.1.1
2.1.2
2.1.3
2.1.4
2.1.5
2.1.6
2.1.7

BELANJA OPERASI
Belanja Pegawai
Belanja Barang
Belanja Bunga
Belanja Subsidi
Belanja Hibah
Belanja Bantuan Sosial
Belanja Bantuan Keuangan

2.2
2.2.1
2.2.2
2.2.3
2.2.4
2.2.5
2.2.6

BELANJA MODAL
Belanja Tanah
Belanja Peralatan dan Mesin
Belanja Gedung dan Bangunan
Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan
Belanja Aset Tetap Lainnya
Belanja Aset Lainnya

2.3
2.3.1

BELANJA TIDAK TERDUGA


Belanja Tidak Terduga
Jumlah

simbachs@gmail.com

- 61 (dalam rupiah)
Nomor
Urut

Uraian

Jumlah
Anggaran

Realisasi
Semester
Pertama

2.4
2.4.1
2.4.1.1
2.4.1.2
2.4.1.3

Sisa
Anggaran
s.d.
Semester
Pertama
5

Prognosis

Keterangan

TRANSFER
TRANSFER BAGI HASIL KE DESA
Bagi Hasil Pajak
Bagi Hasil Retribusi
Bagi Hasil Pendapatan Lainnya
Surplus/(Defisit)

3
3.1
3.1.1
3.1.2
3.1.3
3.1.4
3.1.5
3.1.6

3.2
3.2.1
3.2.2
3.2.3
3.2.4

PEMBIAYAAN
PENERIMAAN DAERAH
Penggunaan Sisa Lebih Perhitungan
Anggaran (SiLPA)
Pencairan Dana Cadangan
Hasil Penjualan Kekayaan Daerah Yang
Dipisahkan
Penerimaan Pinjaman Daerah
Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman
Daerah
Penerimaan Piutang Daerah
Jumlah
PENGELUARAN DAERAH
Pembentukan Dana Cadangan
Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah
Daerah
Pembayaran Pokok Utang
Pemberian Pinjaman Daerah
Jumlah
Pembiayaan Neto

3.3
*)

Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran


(SILPA)

Coret yang tidak perlu


............, tanggal ........
Pengguna Anggaran/
Kuasa Pengguna Anggaran
(tanda tangan)
(nama lengkap)
NIP.

MENTERI DALAM NEGERI,


ttd
H. MOH. MARUF, SE.
Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA BIRO HUKUM,

PERWIRA

simbachs@gmail.com

- 62 LAMPIRAN E.XXI

: PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI


NOMOR

: 13 TAHUN 2006

TANGGAL

: 15 Mei 2006

FORMAT LAPORAN REALISASI SEMESTER PERTAMA APBD DAN


PROGNOSIS 6 (ENAM) BULAN BERIKUTNYA
PROVINSI
LAPORAN REALISASI SEMESTER PERTAMA APBD DAN
PROGNOSIS 6 (ENAM) BULAN BERIKUTNYA
TAHUN ANGGARAN
Nomor
Urut

Uraian

Jumlah
Anggaran

Realisasi
semester
pertama

Sisa
Anggaran
s.d.
Semester
Pertama

1
1.1
1.1.1
1.1.2
1.1.3
1.1.4
1.2
1.2.1

1.2.2
1.2.2.1
1.2.2.2

Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya


Dana Otonomi Khusus
Dana Penyesuaian

Keterangan

PENDAPATAN ASLI DAERAH


Pendapatan Pajak Daerah
Pendapatan Retribusi Daerah
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan
Daerah yang Dipisahkan
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah

1.2.1.3
1.2.1.4

1.3
1.3.1
1.3.2
1.3.3

Prognosis

PENDAPATAN

PENDAPATAN TRANSFER
Transfer Pemerintah Pusat - Dana
Perimbangan
Dana Bagi Hasil Pajak
Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (Sumber
Daya Alam)
Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Khusus

1.2.1.1
1.2.1.2

(dalam rupiah)

LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH


Pendapatan Hibah
Pendapatan Dana Darurat
Pendapatan lainnya
Jumlah
BELANJA

2.1
2.1.1
2.1.2
2.1.3
2.1.4
2.1.5
2.1.6
2.1.7

BELANJA OPERASI
Belanja Pegawai
Belanja Barang
Belanja Bunga
Belanja Subsidi
Belanja Hibah
Belanja Bantuan Sosial
Belanja Bantuan Keuangan

2.2
2.2.1
2.2.2
2.2.3
2.2.4
2.2.5
2.2.6

BELANJA MODAL
Belanja Tanah
Belanja Peralatan dan Mesin
Belanja Gedung dan Bangunan
Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan
Belanja Aset Tetap Lainnya
Belanja Aset Lainnya

2.3
2.3.1

BELANJA TIDAK TERDUGA


Belanja Tidak Terduga
Jumlah

2.4
2.4.1
2.4.2
2.4.3

TRANSFER
Bagi Hasil Pajak ke Kabupaten/Kota
Bagi Hasil Retribusi ke Kabupaten/Kota
Bagi Hasil Pendapatan Lainnya ke
Kabupaten/Kota
Surplus/(Defisit)

simbachs@gmail.com

- 63 (dalam rupiah)
Nomor
Urut

Uraian

Jumlah
Anggaran

Realisasi
semester
pertama

Sisa
Anggaran
s.d.
Semester
Pertama

3
3.1
3.1.1
3.1.2
3.1.3
3.1.4
3.1.5
3.1.6

3.2
3.2.1
3.2.2
3.2.3
3.2.4

Prognosis

Keterangan

PEMBIAYAAN
PENERIMAAN DAERAH
Penggunaan Sisa Lebih Perhitungan
Anggaran (SiLPA)
Pencairan Dana Cadangan
Hasil Penjualan Kekayaan Daerah Yang
Dipisahkan
Penerimaan Pinjaman Daerah
Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman
Daerah
Penerimaan Piutang Daerah
Jumlah
PENGELUARAN DAERAH
Pembentukan Dana Cadangan
Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah
Daerah
Pembayaran Pokok Utang
Pemberian Pinjaman Daerah
Jumlah
Pembiayaan Neto

3.3

Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran


(SILPA)

............, tanggal ........


GUBERNUR
(tanda tangan)
(nama lengkap)

simbachs@gmail.com

- 64 -

KABUPATEN/KOTA*)
LAPORAN REALISASI SEMESTER PERTAMA APBD DAN
PROGNOSIS 6 (ENAM) BULAN BERIKUTNYA
TAHUN ANGGARAN
(dalam rupiah)
Nomor
Urut

Uraian

Jumlah
Anggaran

Realisasi
Semester
Pertama

1
1.1
1.1.1
1.1.2
1.1.3
1.1.4
1.2
1.2.1

Keterangan

PENDAPATAN ASLI DAERAH


Pendapatan Pajak Daerah
Pendapatan Retribusi Daerah
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan
Daerah yang Dipisahkan
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah

1.2.1.3
1.2.1.4
1.2.2
1.2.2.1
1.2.2.2

Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya


Dana Otonomi Khusus
Dana Penyesuaian

1.2.3
1.2.3.1
1.2.3.2

Transfer Pemerintah Provinsi


Pendapatan Bagi Hasil Pajak
Pendapatan Bagi Hasil lainnya

1.3
1.3.1
1.3.2
1.3.3

Prognosis

PENDAPATAN

PENDAPATAN TRANSFER
Transfer Pemerintah Pusat - Dana
Perimbangan
Dana Bagi Hasil Pajak
Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (Sumber
Daya Alam)
Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Khusus

1.2.1.1
1.2.1.2

Sisa
Anggaran
s.d.
Semester
Pertama
5

LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH


Pendapatan Hibah
Pendapatan Dana Darurat
Pendapatan lainnya
Jumlah

BELANJA

2.1
2.1.1
2.1.2
2.1.3
2.1.4
2.1.5
2.1.6
2.1.7

BELANJA OPERASI
Belanja Pegawai
Belanja Barang
Belanja Bunga
Belanja Subsidi
Belanja Hibah
Belanja Bantuan Sosial
Belanja Bantuan Keuangan

2.2
2.2.1
2.2.2
2.2.3
2.2.4
2.2.5
2.2.6

BELANJA MODAL
Belanja Tanah
Belanja Peralatan dan Mesin
Belanja Gedung dan Bangunan
Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan
Belanja Aset Tetap Lainnya
Belanja Aset Lainnya

2.3
2.3.1

BELANJA TIDAK TERDUGA


Belanja Tidak Terduga
Jumlah

simbachs@gmail.com

- 65 (dalam rupiah)
Nomor
Urut

Uraian

Jumlah
Anggaran

Realisasi
Semester
Pertama

2.4
2.4.1
2.4.1.1
2.4.1.2
2.4.1.3

Sisa
Anggaran
s.d.
Semester
Pertama
5

Prognosis

Keterangan

TRANSFER
TRANSFER BAGI HASIL KE DESA
Bagi Hasil Pajak
Bagi Hasil Retribusi
Bagi Hasil Pendapatan Lainnya
Surplus/(Defisit)

3
3.1
3.1.1
3.1.2
3.1.3
3.1.4
3.1.5
3.1.6

3.2
3.2.1
3.2.2
3.2.3
3.2.4

PEMBIAYAAN
PENERIMAAN DAERAH
Penggunaan Sisa Lebih Perhitungan
Anggaran (SiLPA)
Pencairan Dana Cadangan
Hasil Penjualan Kekayaan Daerah Yang
Dipisahkan
Penerimaan Pinjaman Daerah
Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman
Daerah
Penerimaan Piutang Daerah
Jumlah
PENGELUARAN DAERAH
Pembentukan Dana Cadangan
Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah
Daerah
Pembayaran Pokok Utang
Pemberian Pinjaman Daerah
Jumlah
Pembiayaan Neto

3.3
*)

Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran


(SILPA)

Coret yang tidak perlu


............, tanggal ........
*)

BUPATI/WALIKOTA

(tanda tangan)
(nama lengkap)

MENTERI DALAM NEGERI,


ttd
H. MOH. MARUF, SE.
Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA BIRO HUKUM,

PERWIRA

simbachs@gmail.com

- 66 LAMPIRAN E.XXII

: PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI


NOMOR

: 13 TAHUN 2006

TANGGAL

: 15 Mei 2006

FORMAT PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB

PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB


Laporan Keuangan SKPD ......... Provinsi/Kabupaten/Kota

*)

. yang terdiri dari

(a) Laporan Realisasi Anggaran; (b) Neraca; (c) Catatan atas Laporan Keuangan Tahun
Anggaran .. sebagaimana terlampir adalah tanggung jawab kami.
Laporan Keuangan tersebut telah disusun berdasarkan sistem pengendalian intern yang
memadai, dan isinya telah menyajikan informasi pelaksanaan anggaran, posisi keuangan dan
catatan atas laporan keuangan secara layak sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.
.., tanggal ..
Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran
(tanda tangan)
(nama lengkap)
NIP.
*)

Coret yang tidak perlu

MENTERI DALAM NEGERI,


ttd
H. MOH. MARUF, SE.
Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA BIRO HUKUM,

PERWIRA

simbachs@gmail.com

- 67 LAMPIRAN E.XXIII

: PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI


NOMOR

: 13 TAHUN 2006

TANGGAL

: 15 Mei 2006

FORMAT REALISASI ANGGARAN


PROVINSI

LAPORAN REALISASI ANGGARAN


TAHUN ANGGARAN

(dalam rupiah)

Nomor
Urut

Uraian

Anggaran
Setelah
Perubahan

Realisasi

Lebih/
(Kurang)

1
1.1
1.1.1
1.1.2
1.1.3
1.1.4

PENDAPATAN
PENDAPATAN ASLI DAERAH
Pendapatan Pajak Daerah
Pendapatan Retribusi Daerah
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang
Dipisahkan
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah

1.2
1.2.1
1.2.1.1
1.2.1.2
1.2.1.3
1.2.1.4

PENDAPATAN TRANSFER
Transfer Pemerintah Pusat - Dana Perimbangan
Dana Bagi Hasil Pajak
Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (Sumber Daya Alam)
Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Khusus

1.2.2
1.2.2.1
1.2.2.2

Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya


Dana Otonomi Khusus
Dana Penyesuaian

1.3
1.3.1
1.3.2
1.3.3

LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH


Pendapatan Hibah
Pendapatan Dana Darurat
Pendapatan lainnya
Jumlah

BELANJA

2.1
2.1.1
2.1.2
2.1.3
2.1.4
2.1.5
2.1.6
2.1.7

BELANJA OPERASI
Belanja Pegawai
Belanja Barang
Belanja Bunga
Belanja Subsidi
Belanja Hibah
Belanja Bantuan Sosial
Belanja Bantuan Keuangan

2.2
2.2.1
2.2.2
2.2.3
2.2.4
2.2.5
2.2.6

BELANJA MODAL
Belanja Tanah
Belanja Peralatan dan Mesin
Belanja Gedung dan Bangunan
Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan
Belanja Aset Tetap Lainnya
Belanja Aset Lainnya

2.3
2.3.1

BELANJA TIDAK TERDUGA


Belanja Tidak Terduga
Jumlah

2.4
2.4.1
2.4.2
2.4.3

TRANSFER
Bagi Hasil Pajak ke Kabupaten/Kota
Bagi Hasil Retribusi ke Kabupaten/Kota
Bagi Hasil Pendapatan Lainnya ke Kabupaten/Kota
Surplus/(Defisit)

simbachs@gmail.com

- 68 (dalam rupiah)

Nomor
Urut
1

Uraian

Anggaran
Setelah
Perubahan

Realisasi

Lebih/
(Kurang)

PEMBIAYAAN

3.1
3.1.1
3.1.2
3.1.3
3.1.4
3.1.5
3.1.6

PENERIMAAN PEMBIAYAAN
Penggunaan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA)
Pencairan Dana Cadangan
Hasil Penjualan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan
Penerimaan Pinjaman Daerah
Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman Daerah
Penerimaan Piutang Daerah
Jumlah

3.2
3.2.1
3.2.2
3.2.3
3.2.4

PENGELUARAN PEMBIAYAAN
Pembentukan Dana Cadangan
Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah
Pembayaran Pokok Utang
Pemberian Pinjaman Daerah
Jumlah
Pembiayaan Neto

3.3

Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA)

............, tanggal ........


GUBERNUR
(tanda tangan)
(nama lengkap)

simbachs@gmail.com

- 68 -

KABUPATEN/KOTA*)

LAPORAN REALISASI ANGGARAN


TAHUN ANGGARAN

(dalam rupiah)
Nomor
Urut

Uraian

1
1.1
1.1.1
1.1.2
1.1.3
1.1.4

Anggaran
Setelah
Perubahan
3

Lebih/
(Kurang)

PENDAPATAN
PENDAPATAN ASLI DAERAH
Pendapatan Pajak Daerah
Pendapatan Retribusi Daerah
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang
Dipisahkan
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah

1.2
1.2.1
1.2.1.1
1.2.1.2
1.2.1.3
1.2.1.4

PENDAPATAN TRANSFER
Transfer Pemerintah Pusat - Dana Perimbangan
Dana Bagi Hasil Pajak
Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (Sumber Daya Alam)
Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Khusus

1.2.2
1.2.2.1
1.2.2.2

Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya


Dana Otonomi Khusus
Dana Penyesuaian

1.2.3
1.2.3.1
1.2.3.2

Transfer Pemerintah Provinsi


Pendapatan Bagi Hasil Pajak
Pendapatan Bagi Hasil lainnya

1.3
1.3.1
1.3.2
1.3.3

Realisasi

LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH


Pendapatan Hibah
Pendapatan Dana Darurat
Pendapatan lainnya
Jumlah

BELANJA

2.1
2.1.1
2.1.2
2.1.3
2.1.4
2.1.5
2.1.6
2.1.7

BELANJA OPERASI
Belanja Pegawai
Belanja Barang
Belanja Bunga
Belanja Subsidi
Belanja Hibah
Belanja Bantuan Sosial
Belanja Bantuan Keuangan

2.2
2.2.1
2.2.2
2.2.3
2.2.4
2.2.5
2.2.6

BELANJA MODAL
Belanja Tanah
Belanja Peralatan dan Mesin
Belanja Gedung dan Bangunan
Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan
Belanja Aset Tetap Lainnya
Belanja Aset Lainnya

2.3
2.3.1

BELANJA TIDAK TERDUGA


Belanja Tidak Terduga
Jumlah

2.4
2.4.1
2.4.1.1
2.4.1.2
2.4.1.3

TRANSFER
TRANSFER BAGI HASIL KE DESA
Bagi Hasil Pajak
Bagi Hasil Retribusi
Bagi Hasil Pendapatan Lainnya
Surplus/(Defisit)

simbachs@gmail.com

- 69 (dalam rupiah)
Nomor
Urut

Uraian

Anggaran
Setelah
Perubahan
3

Realisasi

Lebih/
(Kurang)

PEMBIAYAAN

3.1
3.1.1
3.1.2
3.1.3
3.1.4
3.1.5
3.1.6

PENERIMAAN DAERAH
Penggunaan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA)
Pencairan Dana Cadangan
Hasil Penjualan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan
Penerimaan Pinjaman Daerah
Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman Daerah
Penerimaan Piutang Daerah
Jumlah

3.2
3.2.1
3.2.2
3.2.3
3.2.4

PENGELUARAN DAERAH
Pembentukan Dana Cadangan
Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah
Pembayaran Pokok Utang
Pemberian Pinjaman Daerah
Jumlah
Pembiayaan Neto

*)

3.3

Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA)

Coret yang tidak perlu


............, tanggal ........
*)

Bupati/Walikota

(tanda tangan)
(nama lengkap)

MENTERI DALAM NEGERI,


ttd
H. MOH. MARUF, SE.
Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA BIRO HUKUM,

PERWIRA

simbachs@gmail.com

- 70 LAMPIRAN E.XXIV

: PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI


NOMOR

: 13 TAHUN 2006

TANGGAL

: 15 Mei 2006

FORMAT NERACA
PROVINSI/KABUPATEN/KOTA*)

NERACA

Per 31 Desember Tahun n dan Tahun n-1


URAIAN

Tahun n
(Rp)

Tahun n-1
(Rp)

ASET
ASET LANCAR
Kas
Kas di Kas Daerah
Kas di Bendahara Penerimaan
Kas di Bendahara Pengeluaran
Investasi Jangka Pendek
Piutang
Piutang Pajak
Piutang Retribusi
Piutang Dana Bagi Hasil
Piutang Dana Alokasi Umum
Piutang Dana Alokasi Khusus
Bagian Lancar Pinjaman Kepada BUMD
Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran
Bagian Lancar Tuntutan Ganti Kerugian Daerah
Piutang Lain-lain
Persediaan
INVESTASI JANGKA PANJANG
Investasi Nonpermanen
Pinjaman Kepada Perusahaan Negara
Pinjaman Kepada Perusahaan Daerah
Pinjaman Kepada Pemerintah Daerah Lainnya
Investasi dalam Surat Utang Negara
Investasi Dana Bergulir
Investasi Nonpermanen Lainnya
Investasi Permanen
Penyertaan Modal Pemerintah Daerah
Penyertaan Modal dalam Proyek Pembangunan
Penyertaan Modal Perusahaan Patungan
Investasi Permanen Lainnya
ASET TETAP
Tanah
Tanah
Peralatan dan Mesin
Alat-alat Berat
Alat-alat Angkutan
Alat Bengkel
Alat Pertanian dan Peternakan

simbachs@gmail.com

- 71 Tahun n
(Rp)

URAIAN

Tahun n-1
(Rp)

Alat-alat Kantor dan Rumah Tangga


Alat Studio dan Alat Komunikasi
Alat Ukur
Alat-alat Kedokteran
Alat Laboratorium
Alat Keamanan
Gedung dan Bangunan
Bangunan Gedung
Bangunan Monumen
Jalan, Irigasi dan Jaringan
Jalan dan Jembatan
Bangunan Air (Irigasi)
Instalasi
Jaringan
Aset Tetap Lainnya
Buku dan Perpustakaan
Barang Bercorak Kesenian/Kebudayaan
Hewan/Ternak dan Tumbuhan
Konstruksi Dalam Pengerjaan
Konstruksi Dalam Pengerjaan
Akumulasi Penyusutan Aset Tetap
Akumulasi Penyusutan Aset Tetap
DANA CADANGAN
Dana Cadangan
ASET LAINNYA
Tagihan Penjualan Angsuran
Tagihan Tuntutan Ganti Kerugian Daerah
Kemitraan dengan Fihak Ketiga
Aset Tak Berwujud
Aset Lain-Lain
JUMLAH ASET
KEWAJIBAN
KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
Utang Perhitungan Fihak Ketiga
Utang Bunga
Utang Pajak
Bagian Lancar Utang Jangka Panjang Dalam Negeri
Pendapatan Diterima Dimuka
Utang Jangka Pendek Lainnya
KEWAJIBAN JANGKA PANJANG
Utang Dalam Negeri
Utang Luar Negeri
Utang Jangka Panjang Lainnya
EKUITAS DANA
Ekuitas Dana Lancar
Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA)
Cadangan Piutang

simbachs@gmail.com

- 72 URAIAN

Tahun n
(Rp)

Tahun n-1
(Rp)

Cadangan Persediaan
Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang
Jangka Pendek
Ekuitas Dana Investasi
Diinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjang
Diinvestasikan dalam Aset Tetap
Diinvestasikan dalam Aset Lainnya
Dana yang Harus disediakan Untuk Pembayaran Utang Jangka
Panjang
Ekuitas Dana Cadangan
Diinvestasikan dalam Dana Cadangan

*)

JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS DANA


Coret yang tidak perlu
............, tanggal ........
Gubernur/Bupati/Walikota*)
(tanda tangan)
(nama lengkap)

MENTERI DALAM NEGERI,


ttd
H. MOH. MARUF, SE.
Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA BIRO HUKUM,

PERWIRA

simbachs@gmail.com

- 73 LAMPIRAN E.XXV

: PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI


NOMOR
: 13 TAHUN 2006
TANGGAL
: 15 Mei 2006

PROVINSI/KABUPATEN/KOTA*) .........
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
TAHUN ANGGARAN .........
Bab I

Pendahuluan
1.1.
1.2.
1.3.

Bab II

Ekonomi makro, kebijakan keuangan dan pencapaian target kinerja APBD


2.1.
2.2.
2.3.

Bab III

Ikhtisar realisasi pencapaian target kinerja keuangan


Hambatan dan kendala yang ada dalam pencapaian target yang telah
ditetapkan

Kebijakan akuntansi
4.1.
4.2.
4.3.
4.4.

Bab V

Ekonomi makro
Kebijakan keuangan
Indikator pencapaian target kinerja APBD

Ikhtisar pencapaian kinerja keuangan


3.1.
3.2.

Bab IV

Maksud dan tujuan penyusunan laporan keuangan


Landasan hukum penyusunan laporan keuangan
Sistematika penulisan catatan atas laporan keuangan

Entitas pelaporan keuangan daerah


Basis akuntansi yang mendasari penyusunan laporan keuangan
Basis pengukuran yang mendasari penyusunan laporan keuangan
Penerapan kebijakan akuntansi berkaitan dengan ketentuan yang ada dalam
standar akuntansi pemerintahan

Penjelasan pos-pos laporan keuangan


5.1.

Rincian dan penjelasan masing-masing pos-pos pelaporan keuangan


5.1.1 Pendapatan
5.1.2 Belanja
5.1.3 Pembiayaan
5.1.4 Aset
5.1.5 Kewajiban
5.1.6 Ekuitas dana
5.1.7 Komponen-komponen laporan arus kas

5.2.

Pengungkapan atas pos-pos aset dan kewajiban yang timbul sehubungan


dengan penerapan basis akrual atas pendapatan dan belanja dan
rekonsiliasinya dengan penerapan basis kas, untuk entitas pelaporan yang
menggunakan basis akrual.

Bab VI

Penjelasan atas informasi-informasi nonkeuangan

Bab VII

Penutup

simbachs@gmail.com

- 74 PENJELASAN ISI

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN


Bab I

Bab II

Bab III

Pendahuluan
1.1.

Maksud dan tujuan penyusunan laporan keuangan.


Memuat penjelasan mengenai maksud dan tujuan penyusunan laporan
keuangan.

1.2.

Landasan hukum penyusunan laporan keuangan.


Memuat penjelasan mengenai peraturan perundang-undangan yang berlaku
sebagai landasan hukum penyusunan laporan keuangan.

1.3.

Sistematika penulisan catatan atas laporan keuangan.


Memuat penjelasan mengenai sistematika isi catatan atas laporan keuangan.

Ekonomi Makro, Kebijakan Keuangan dan Pencapaian Target Kinerja APBD


2.1.

Ekonomi makro
Memuat penjelasan mengenai asumsi makro ekonomi yang dijadikan
landasan penyusunan APBD dan perkembangannya dalam Perubahan APBD
sampai dengan pelaksanaan APBD akhir tahun anggaran. Informasi yang
disajikan memuat tentang posisi dan kondisi ekonomi makro periode berjalan
dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun anggaran sebelumnya.
Dalam bagian ini juga dijelaskan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
terjadinya perubahan asumsi makro ekonomi yang membawa dampak
terhadap peningkatan atau penurunan (fluktuasi) asumsi yang ditetapkan.

2.2.

Kebijakan Keuangan
Memuat penjelasan mengenai kebijakan keuangan yang ditetapkan
pemerintah daerah sampai dengan akhir tahun anggaran yang berimplikasi
terhadap perubahan posisi Neraca dan Laporan Arus Kas. Informasi yang
disajikan memuat tentang posisi dan kondisi keuangan periode berjalan
dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun anggaran sebelumnya.
Dalam bagian ini juga dijelaskan mengenai faktor-faktor yang
melatarbelakangi ditempuhnya kebijakan keuangan oleh pemerintah daerah
sehingga terjadinya perubahan terhadap posisi neraca dan laporan arus kas.

2.3.

Pencapaian target kinerja APBD


Memuat penjelasan mengenai keberhasilan pencapaian target kinerja APBD
yang dicerminkan melalui indikator keberhasilan pelaksanaan program dan
kegiatan pada tahun pelaporan menurut urusan pemerintahan daerah.
Indikator pencapaian target kinerja menyajikan informasi tentang pencapaian
efektifitas dan efisiensi program dan kegiatan yang dilaksanakan.
Dalam bagian ini dijelaskan juga faktor pendorong tercapainya tingkat
keberhasilan (efektifitas dan efisiensi) atau faktor penghambat tidak
tercapainya indikator target kinerja program dan kegiatan yang telah
ditetapkan baik yang bersifat dapat dikendalikan maupun yang tidak dapat
dikendalikan (force majeur).

Ikhtisar Pencapaian Kinerja Keuangan


Memuat ikhtisar realisasi pencapaian target kinerja APBD menurut urusan
pemerintahan daerah, berupa gambaran realisasi pencapaian efektifitas dan efisiensi
program dan kegiatan sebagaimana dijelaskan dalam bab II angka 2.3. yang dapat
disajikan dalam bentuk tabel, grafik dan/atau diagram.

simbachs@gmail.com

- 75 Bab IV

Bab V

Kebijakan Akuntansi
4.1.

Entitas akuntansi dan entitas pelaporan keuangan daerah


Menyajikan informasi tentang organisasi yang ditetapkan sebagai entitas
akuntansi dan entitas pelaporan keuangan daerah.

4.2.

Basis akuntansi yang mendasari penyusunan laporan keuangan


Menyajikan informasi tentang penerapan kebijakan basis kas atau basis
akrual untuk pengakuan pendapatan, belanja dan pembiayaan serta
penerapan kebijakan basis akrual untuk pengakuan aset, kewajiban dan
ekuitas dana.

4.3.

Basis pengukuran yang mendasari penyusunan laporan keuangan


Menyajikan informasi tentang penerapan kebijakan basis pengukuran atas
penyusunan pos-pos laporan keuangan daerah (aset, kewajiban dan ekuitas
dana). Dalam bagian ini harus disajikan proses penetapan nilai setiap aset,
kewajiban dan ekuitas dana. Informasi pengukuran pos-pos laporan
keuangan sebagaimana dimaksud harus dengan jelas menggambarkan nilai
perolehan historis, yaitu aset harus dicatat/diukur sebesar pengeluaran kas
dan setara kas atau sebesar nilai wajar dari imbalan yang diberikan untuk
memperoleh aset tersebut, kewajiban dicatat/diukur sebesar nilai nominal
dan ekuitas dana dicatat/diukur sebesar selisih antara aset dengan kewajiban.

4.4.

Penerapan kebijakan akuntansi berkaitan dengan ketentuan yang


ada dalam standar akuntansi pemerintah
Menyajikan informasi tentang kebijakan akuntansi yang telah diterapkan dan
kebijakan akuntansi yang belum diterapkan atas pos-pos laporan keuangan
sesuai dengan ketentuan Standar Akuntansi Pemerintahan.
Contoh:
Telah Sesuai Standar Akuntansi Pemerintahan :
Pengakuan aset tetap berdasarkan harga perolehan.
Belum mengikuti Standar Akuntansi Pemerintahan :
Aset tetap belum dilakukan penyusutan.

Penjelasan Pos-pos Laporan Keuangan


5.1.

Rincian dan penjelasan masing-masing pos-pos pelaporan keuangan


5.1.1 Pendapatan
Menyajikan informasi tentang rincian dan penjelasan pos pendapatan yang
terdiri atas :
a. Pendapatan asli daerah
b. Dana perimbangan
c. Lain-lain pendapatan yang sah
5.1.2 Belanja
Menyajikan informasi tentang rincian dan penjelasan pos belanja yang terdiri
atas :
a. Belanja pegawai
b. Belanja barang
c. Belanja modal
d. Belanja bunga
e. Belanja subsidi
f. Belanja hibah
g. Belanja bantuan sosial
h. Belanja bagi hasil
i. Belanja bantuan keuangan
j. Belanja tidak terduga

simbachs@gmail.com

- 76 5.1.3 Pembiayaan
Memuat informasi tentang rincian dan penjelasan pos pembiayaan yang
terdiri atas :
a. Pembiayaan penerimaan:
1) Sisa lebih perhitungan anggaran (SiLPA)
2) Pencairan dana cadangan
3) Hasil penjualan kekayaan (aset) daerah yang dipisahkan
4) Penerimaan pinjaman daerah dan penerbitan obligasi daerah
5) Penerimaan kembali pinjaman daerah
6) Penerimaan piutang
b. Pembiayaan Pengeluaran:
a. Pembentukan dana cadangan
b. Pembayaran pokok utang
c. Penyertaan modal (investasi) pemerintah daerah
d. Pemberian pinjaman
5.1.4 Aset
Memuat informasi tentang rincian dan penjelasan pos aset yang terdiri atas:
a. Aset lancar
b. Investasi jangka panjang
c. Aset tetap
d. Dana cadangan
e. Aset lain-lain
5.1.5 Kewajiban
Memuat informasi tentang rincian dan penjelasan pos kewajiban yang terdiri
atas:
a. Kewajiban jangka pendek
b. Kewajiban jangka panjang
5.1.6 Ekuitas dana
Memuat informasi tentang rincian dan penjelasan pos ekuitas dana yang
terdiri atas:
a. Ekuitas dana lancar
b. Ekuitas dana investasi
c. Ekuitas dana cadangan
5.1.7 Komponen-komponen laporan arus kas, yang terdiri atas:
a. Arus kas aktivitas operasi
b. Arus kas aktivitas investasi aset nonkeuangan
c. Arus kas aktivitas pembiayaan
d. Arus kas aktivitas nonanggaran
5.2.

Pengungkapan atas pos-pos aset dan kewajiban yang timbul


sehubungan dengan penerapan basis akrual atas pendapatan dan
belanja dan rekonsiliasinya dengan penerapan basis kas, untuk
entitas pelaporan yang menggunakan basis akrual.
Memuat informasi tentang kebijakan akuntansi yang diharuskan oleh
pernyataan standar akuntansi pemerintahan. Pengungkapan atas pos-pos
aset dan kewajiban yang timbul sehubungan dengan penerapan basis akrual
atas pendapatan dan belanja dan rekonsiliasinya dengan penerapan basis
kas, untuk entitas pelaporan yang menggunakan basis akrual. rekonsiliasi
ditujukan untuk menyajikan hubungan antara laporan kinerja kuangan
dengan laporan realisasi anggaran. Laporan rekonsiliasi dimulai dengan
penambahan atau pengurangan ekuitas yang berasal dari laporan kinerja
yang disusun berdasarkan basis akrual.

simbachs@gmail.com

- 77 Bab VI

Penjelasan atas informasi-informasi nonkeuangan


Memuat informasi tentang hal-hal yang belum diinformasikan dalam bagian manapun
dari laporan keuangan, yaitu:
a. Domisili dan bentuk hukum suaru entitas serta jurisdiksi tempat entitas tersebut
berada.
b. Penjelasan mengenai sifat operasi entitas dan kegiatan pokoknya.
c. Ketentuan perundang-undangan yang menjadi kegiatan operasionalnya.
d. Penggantian manajemen pemerintahan selama tahun berjalan.
e. Kesalahan manajemen terdahulu yang telah dikoreksi oleh manajemen baru.
f. Komitmen atau kontinjensi yang tidak dapat disajikan pada Neraca.
g. Penggabungan atau pemekaran entitas pada tahun berjalan.
h. Kejadian yang mempunyai dampak sosial, misalnya adanya pemogokan yang
harus ditanggung pemerintah.

Bab VII Penutup


Memuat uraian penutup yang dapat berupa simpulan-simpulan penting tentang
laporan keuangan.

............, tanggal ........


Gubernur/Bupati/Walikota*)
(tanda tangan)
(nama lengkap)
*)

Coret yang tidak perlu

MENTERI DALAM NEGERI,


ttd
H. MOH. MARUF, SE.
Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA BIRO HUKUM,

PERWIRA

simbachs@gmail.com

- 78 -

LAMPIRAN E.XXVI

: PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI


NOMOR

: 13 TAHUN 2006

TANGGAL

: 15 Mei 2006

FORMAT PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB

PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB

Laporan keuangan Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota*) . yang terdiri


dari (a) Laporan Realisasi Anggaran; (b) Neraca; (c) Laporan Arus Kas; dan (d)
Catatan Atas Laporan Keuangan Tahun Anggaran. sebagaimana terlampir
adalah tanggung jawab kami.
Laporan

Keuangan

tersebut

telah

disusun

berdasarkan

sistem

pengendalian intern yang memadai, dan isinya telah menyajikan informasi


pelaksanaan anggaran, arus kas, posisi keuangan dan catatan atas laporan
keuangan secara layak sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan.

., tanggal .
Gubernur/Bupati/Walikota*)
(tanda tangan)
(nama lengkap)
*)

Coret yang tidak perlu

MENTERI DALAM NEGERI,


ttd
H. MOH. MARUF, SE.
Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA BIRO HUKUM,

PERWIRA

simbachs@gmail.com

- 79 LAMPIRAN E.XXVII

: PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI


NOMOR

: 13 TAHUN 2006

TANGGAL

: 15 Mei 2006

FORMAT RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN


PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH
A.

PERATURAN DAERAH TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN


ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

PELAKSANAAN

RANCANGAN PERATURAN DAERAH


PROVINSI/KABUPATEN/KOTA*) ...................
NOMOR .. TAHUN .................
TENTANG
PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH
TAHUN ANGGARAN ......................
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA*) .....
Menimbang :

Mengingat

a.

bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 184 ayat (1)


Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang
Perubahan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah menjadi Undang-Undang, Kepala daerah
mengajukan
Rancangan
Peraturan
Daerah
tentang
Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD kepada Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) berupa laporan keuangan
yang telah diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan paling
lambat 6 (enam) bulan setelah tahun anggaran berakhir;

b.

bahwa pertanggungjawaban pelaksanaan APBD sebagaimana


dimaksud pada huruf a perlu ditetapkan dengan Peraturan
Daerah tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD
Provinsi/Kabupaten/Kota*) ....... Tahun Anggaran .........;

1.

Undang-Undang Nomor .......... Tahun ........... tentang


Pembentukan Daerah ................ (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun ......... Nomor ........., Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor .......);

2.

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan


Bangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1985
Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3312) sebagaimana telah diubah dengan UndangUndang Nomor 12 Tahun 1994 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1994 Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3569);

simbachs@gmail.com

- 80 3.

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah


dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3685) sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 246 Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4048);

4.

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1997 tentang Bea Perolehan


Hak Atas Tanah dan Bangunan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1997 Nomor 44, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3688);

5.

Undang-Undang
Nomor
28
Tahun
1999
tentang
Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi,
Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3851);

6.

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan


Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003
Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4286);

7.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan


Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4355);

8.

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan


Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4389);

9.

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan


Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);

10. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem


Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
11. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan UndangUndang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005
Tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang-Undang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia nomor 4548);
12. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

simbachs@gmail.com

- 81 13. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 tentang


Pembinaan
dan
Pengawasan
atas
Penyelenggaran
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2001 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4090);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001
Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4138);
15. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001
Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4139);
16. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang
Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 90, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4416) sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2005 tentang
Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004
tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 94, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4540);
17. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 48, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4502);
18. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2005 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4503);
19. Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2005 tentang Pinjaman
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 136, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4574);
20. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana
Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2005 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4575);
21. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem
Informasi Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 138, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4576);
22. Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2005 tentang Hibah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 139,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4577);
23. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

simbachs@gmail.com

- 82 24. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman


Penyusunan dan penerapan Standar Pelayanan Minimal
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 150,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4585);
25. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan
Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614);
26. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor Tahun tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;
27. Peraturan Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota*) ..................
Nomor .. Tahun ...... tentang Pokok-pokok Pengelolaan
Keuangan Daerah;
28. Peraturan Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota*) ..................
Nomor .. Tahun ...... tentang Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah Tahun Anggaran ...;
29. Peraturan Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota*) ..................
Nomor .. Tahun ...... tentang Perubahan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran ...;
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH ..........
dan
GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA*) .........
MEMUTUSKAN :
*)
Menetapkan : PERATURAN DAERAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA ........ TENTANG
PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN
DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN ............

Pasal 1
(1) Pertanggungjawaban
keuangan memuat :
a.
b.
c.
d.

pelaksanaan

APBD

berupa

laporan

Laporan realisasi anggaran;


Neraca;
Laporan arus kas; dan
Catatan atas laporan keuangan.

(2) Laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


dilampiri dengan laporan kinerja dan ikhtisar laporan keuangan
badan usaha milik daerah/perusahaan daerah.
Pasal 2
Laporan realisasi anggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1
huruf a tahun anggaran ............ sebagai berikut :
a.
b.
c.

Pendapatan
Belanja
Surplus/defisit
Pembiayaan
- Penerimaan.
- Pengeluaran ..
Surplus/defisit

Rp
Rp

Rp
Rp

Rp

Rp
simbachs@gmail.com

- 83 Pasal 3
Uraian laporan realisasi anggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal
2 sebagai berikut :
(1) Selisih
anggaran dengan realisasi pendapatan
Rp. dengan rincian sebagai berikut :
a. Anggaran pendapatan setelah perubahan
b. Realisasi
Selisih lebih/(kurang)

Rp
Rp
Rp

(2) Selisih
anggaran
dengan
realisasi
belanja
Rp. dengan rincian sebagai berikut :
a. Anggaran belanja setelah perubahan
b. Realisasi
Selisih lebih/(kurang)

sejumlah

Rp
Rp
Rp

(3) Selisih anggaran dengan realisasi surplus/defisit


Rp. dengan rincian sebagai berikut :
a. Surplus/defisit setelah perubahan
b. Realisasi
Selisih lebih/(kurang)

sejumlah

sejumlah

Rp
Rp
Rp

(4) Selisih anggaran dengan realisasi penerimaan pembiayaan


sejumlah Rp. dengan rincian sebagai berikut :
a. Anggaran penerimaan pembiayaan
setelah perubahan
b. Realisasi
Selisih lebih/(kurang)

Rp
Rp
Rp

(5) Selisih anggaran dengan realisasi pengeluaran pembiayaan


sejumlah Rp. dengan rincian sebagai berikut :
a. Anggaran pengeluaran pembiayaan
setelah perubahan
b. Realisasi
Selisih lebih/(kurang)

Rp
Rp
Rp

(6) Selisih anggaran dengan realisasi pembiayaan neto sejumlah


Rp. dengan rincian sebagai berikut :
a. Anggaran pembiayaan neto
setelah perubahan
b. Realisasi
Selisih lebih/(kurang)

Rp
Rp
Rp

Pasal 4
Neraca sebagaimana dimaksud pada Pasal 1 huruf b per 31 Desember
Tahun ........... sebagai berikut :
a. Jumlah aset
Rp
b. Jumlah kewajiban
Rp
c. Jumlah ekuitas dana
Rp

simbachs@gmail.com

- 84 Pasal 5
Laporan arus kas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 huruf c untuk
tahun yang berakhir sampai dengan 31 Desember tahun .. sebagai
berikut :
a. Saldo kas awal per 1 Januari tahun .....
b. Arus kas dari aktivitas operasi
c. Arus kas dari aktivitas investasi aset nonkeuangan
d. Arus kas dari aktivitas pembiayaan
e. Arus kas dari aktivitas nonanggaran
f. Saldo kas akhir per 31 Desember tahun .....

Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp

Pasal 6
Catatan atas laporan keuangan sebagaimana dimaksud Pasal 1
huruf d tahun anggaran ............ memuat informasi baik secara
kuantitatif maupun kualitatif atas pos-pos laporan keuangan.
Pasal 7
Pertanggungjawaban pelaksanaan APBD sebagaimana dimaksud pada
Pasal 1 tercantum dalam Lampiran Peraturan Daerah ini, terdiri dari :
a.

Lampiran I
Lampiran I.1
Lampiran I.2
Lampiran I.3
Lampiran I.4

Lampiran I.5
Lampiran I.6
Lampiran I.7
Lampiran I.8
Lampiran I.9

b.
c.
d.

Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran

I.10
I.11
II
III
IV

: Laporan realisasi anggaran


: Ringkasan
laporan
realisasi
anggaran
menurut urusan pemerintahan daerah dan
organisasi;
: Rincian laporan realisasi anggaran menurut
urusan pemerintahan daerah, organisasi,
pendapatan, belanja dan pembiayaan;
: Rekapitulasi realisasi anggaran belanja
daerah menurut urusan pemerintahan
daerah, organisasi, program dan kegiatan;
: Rekapitulasi
realisasi anggaran belanja
daerah untuk keselarasan dan keterpaduan
urusan pemerintahan daerah dan fungsi
dalam kerangka pengelolaan keuangan
negara;
: Daftar piutang daerah;
: Daftar penyertaan modal (investasi) daerah;
: Daftar
realisasi
penambahan
dan
pengurangan aset tetap daerah;
: Daftar
realisasi
penambahan
dan
pengurangan aset lainnya;
: Daftar
kegiatan-kegiatan
yang
belum
diselesaikan sampai akhir tahun dan
dianggarkan kembali dalam tahun anggaran
berikutnya;
: Daftar dana cadangan daerah ;dan
: Daftar pinjaman daerah dan obligasi daerah.
: Neraca
: Laporan arus kas
: Catatan atas laporan keuangan

simbachs@gmail.com

- 85 Pasal 8
Lampiran laporan keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1
ayat (2) terdiri dari:
a. Laporan kinerja tercantum dalam Lampiran V peraturan daerah
ini.**)
b. Ikhtisar laporan keuangan badan usaha milik daerah/perusahaan
daerah tercantum dalam Lampiran VI peraturan daerah ini.
Pasal 9
*)

Gubernur/Bupati/Walikota
menetapkan peraturan kepala daerah
tentang penjabaran pertanggungjawaban pelaksanaan APBD sebagai
rincian lebih lanjut dari pertanggungjawaban pelaksanaan APBD.
Pasal 10
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran
Daerah.
Ditetapkan di ..
pada tanggal ..
*)
GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA ..

(tanda tangan)
(nama lengkap)
Diundangkan di .
pada tanggal ...........
SEKRETARIS DAERAH .... (Nama Provinsi/Kabupaten/Kota*)),
(tanda tangan)
(nama lengkap)
NIP.
LEMBARAN DAERAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA*) TAHUN NOMOR
*)
**)

Coret yang tidak perlu


Format dan isi serta tata cara penyusunan laporan kinerja berpedoman pada
peraturan Menteri Dalam Negeri tentang laporan keuangan dan kinerja interim di
lingkungan pemerintah daerah.
MENTERI DALAM NEGERI,
ttd

Salinan sesuai dengan aslinya


KEPALA BIRO HUKUM,

H. MOH. MARUF, SE.

PERWIRA
simbachs@gmail.com

- 86 B. LAPORAN REALISASI ANGGARAN


LAMPIRAN I

: PERATURAN DAERAH
NOMOR
:
TANGGAL
:

PROVINSI

LAPORAN REALISASI ANGGARAN


TAHUN ANGGARAN

Bertambah/
(Berkurang)

Jumlah (Rp)
Nomor
urut

Uraian

1
1.1
1.1.1
1.1.2
1.1.3
1.1.4

Realisasi

(Rp)

PENDAPATAN
PENDAPATAN ASLI DAERAH
Pendapatan Pajak Daerah
Pendapatan Retribusi Daerah
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah
yang Dipisahkan
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah

1.2
1.2.1
1.2.1.1
1.2.1.2
1.2.1.3
1.2.1.4

PENDAPATAN TRANSFER
Transfer Pemerintah Pusat - Dana Perimbangan
Dana Bagi Hasil Pajak
Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (Sumber Daya Alam)
Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Khusus

1.2.2
1.2.2.1
1.2.2.2

Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya


Dana Otonomi Khusus
Dana Penyesuaian

1.3
1.3.1
1.3.2
1.3.3

Anggaran
Setelah
Perubahan

LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH


Pendapatan Hibah
Pendapatan Dana Darurat
Pendapatan lainnya
Jumlah

BELANJA

2.1
2.1.1
2.1.2
2.1.3
2.1.4
2.1.5
2.1.6
2.1.7

BELANJA OPERASI
Belanja Pegawai
Belanja Barang
Belanja Bunga
Belanja Subsidi
Belanja Hibah
Belanja Bantuan Sosial
Belanja Bantuan Keuangan

2.2
2.2.1
2.2.2
2.2.3
2.2.4
2.2.5
2.2.6

BELANJA MODAL
Belanja Tanah
Belanja Peralatan dan Mesin
Belanja Gedung dan Bangunan
Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan
Belanja Aset Tetap Lainnya
Belanja Aset Lainnya

2.3
2.3.1

BELANJA TIDAK TERDUGA


Belanja Tidak Terduga
Jumlah

simbachs@gmail.com

- 87 Bertambah/
(Berkurang)

Jumlah (Rp)
Nomor
urut

Uraian

2.4
2.4.1
2.4.2
2.4.3

TRANSFER
Bagi Hasil Pajak ke Kabupaten/Kota
Bagi Hasil Retribusi ke Kabupaten/Kota
Bagi Hasil Pendapatan Lainnya ke Kabupaten/Kota
Surplus/(Defisit)

3
3.1
3.1.1
3.1.2
3.1.3
3.1.4
3.1.5
3.1.6

3.2
3.2.1
3.2.2
3.2.3
3.2.4

Anggaran
Setelah
Perubahan

Realisasi

(Rp)

PEMBIAYAAN
PENERIMAAN DAERAH
Penggunaan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran
(SiLPA)
Pencairan Dana Cadangan
Hasil Penjualan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan
Penerimaan Pinjaman Daerah
Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman Daerah
Penerimaan Piutang Daerah
Jumlah
PENGELUARAN DAERAH
Pembentukan Dana Cadangan
Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah
Pembayaran Pokok Utang
Pemberian Pinjaman Daerah
Jumlah
Pembiayaan Neto

3.3

Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA)

............, tanggal ........


GUBERNUR
(tanda tangan)
(nama lengkap)

simbachs@gmail.com

- 88 -

KABUPATEN/KOTA*)

LAPORAN REALISASI ANGGARAN


TAHUN ANGGARAN

Bertambah/
(Berkurang)

Jumlah (Rp)
Nomor
urut

Uraian

1
1.1
1.1.1
1.1.2
1.1.3
1.1.4

Realisasi

(Rp)

PENDAPATAN
PENDAPATAN ASLI DAERAH
Pendapatan Pajak Daerah
Pendapatan Retribusi Daerah
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang
Dipisahkan
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah

1.2
1.2.1
1.2.1.1
1.2.1.2
1.2.1.3
1.2.1.4

PENDAPATAN TRANSFER
Transfer Pemerintah Pusat - Dana Perimbangan
Dana Bagi Hasil Pajak
Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (Sumber Daya Alam)
Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Khusus

1.2.2
1.2.2.1
1.2.2.2

Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya


Dana Otonomi Khusus
Dana Penyesuaian

1.2.3
1.2.3.1
1.2.3.2

Transfer Pemerintah Provinsi


Pendapatan Bagi Hasil Pajak
Pendapatan Bagi Hasil lainnya

1.3
1.3.1
1.3.2
1.3.3

Anggaran
Setelah
Perubahan

LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH


Pendapatan Hibah
Pendapatan Dana Darurat
Pendapatan lainnya
Jumlah

BELANJA

2.1
2.1.1
2.1.2
2.1.3
2.1.4
2.1.5
2.1.6
2.1.7

BELANJA OPERASI
Belanja Pegawai
Belanja Barang
Belanja Bunga
Belanja Subsidi
Belanja Hibah
Belanja Bantuan Sosial
Belanja Bantuan Keuangan

2.2
2.2.1
2.2.2
2.2.3
2.2.4
2.2.5
2.2.6

BELANJA MODAL
Belanja Tanah
Belanja Peralatan dan Mesin
Belanja Gedung dan Bangunan
Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan
Belanja Aset Tetap Lainnya
Belanja Aset Lainnya

2.3
2.3.1

BELANJA TIDAK TERDUGA


Belanja Tidak Terduga
Jumlah

simbachs@gmail.com

- 89 Bertambah/
(Berkurang)

Jumlah (Rp)
Nomor
urut

Uraian

2.4
2.4.1
2.4.1.1
2.4.1.2
2.4.1.3

Anggaran
Setelah
Perubahan

Realisasi

(Rp)

TRANSFER
TRANSFER BAGI HASIL KE DESA
Bagi Hasil Pajak
Bagi Hasil Retribusi
Bagi Hasil Pendapatan Lainnya
Surplus/(Defisit)

PEMBIAYAAN

3.1
3.1.1
3.1.2
3.1.3
3.1.4
3.1.5
3.1.6

PENERIMAAN DAERAH
Penggunaan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA)
Pencairan Dana Cadangan
Hasil Penjualan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan
Penerimaan Pinjaman Daerah
Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman Daerah
Penerimaan Piutang Daerah
Jumlah

3.2
3.2.1
3.2.2
3.2.3
3.2.4

PENGELUARAN DAERAH
Pembentukan Dana Cadangan
Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah
Pembayaran Pokok Utang
Pemberian Pinjaman Daerah
Jumlah
Pembiayaan Neto

3.3
*)

Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA)

Coret yang tidak perlu

............, tanggal ........


Bupati/Walikota
*)

(tanda tangan)
(nama lengkap)

simbachs@gmail.com

C. RINGKASAN LAPORAN REALISASI ANGGARAN MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI
LAMPIRAN I.1

: PERATURAN DAERAH
NOMOR
:
TANGGAL
:

*)

PROVINSI/KABUPATEN/KOTA ..
RINGKASAN LAPORAN REALISASI ANGGARAN MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI
TAHUN ANGGARAN
Pendapatan

Belanja
Anggaran Setelah Perubahan
(Rp)

01
01
02
03
02

dst

Anggaran
Setelah
Perubahan

Realisasi

Rp

Rp

Bertambah/
(Berkurang)

Rp
5 (4-3)

%
6

Jumlah
Belanja

Belanja Tidak Terduga


Bel. Bantuan
Belanja Bagi Hasil
Belanja Bantuan
Belanja Hibah
Belanja Subsidi
Belanja Bunga
Belanja Modal
Belanja Barang & Jasa
Belanja Pegawai

Urusan Pemerintahan Daerah

Belanja Tidak Terduga


Bel. Bantuan
Belanja Bagi Hasil
Belanja Bantuan
Belanja Hibah
Belanja Subsidi
Belanja Bunga
Belanja Modal
Belanja Barang & Jasa
Belanja Pegawai

Kode

Realisasi
(Rp)

Jumlah
Belanja

17
28
9 10 11 12 13 14 15 16
18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
(7+ s.d + 16)
(18+ s.d + 27)

Bertambah/
(Berkurang)

Rp

29 =
28-17

30

URUSAN WAJIB
Pendidikan
Dinas Pendidikan
Kantor Perpustakaan Daerah
.
Kesehatan

01

Dinas Kesehatan

02

Rumah Sakit Daerah

03

Puskesmas

04

Dst.
dst...

dst.

Jumlah

simbachs@gmail.com

Pembiayaan
Kode

Urusan Pemerintahan Daerah

03
01

Anggaran Setelah Perubahan


(Rp)

Realisasi
(Rp)

Bertambah/(Berkurang)
(Rp)

Penerimaan

Pengeluaran

Penerimaan

Pengeluaran

Penerimaan

Pengeluaran

10

URUSAN WAJIB
Pemerintahan Umum
SKPKD/BPKAD
Jumlah

*)

Coret yang tidak perlu


............, tanggal ........
*)

GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA

(tanda tangan)
(nama lengkap)

simbachs@gmail.com

D. RINCIAN LAPORAN REALISASI ANGGARAN MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN
LAMPIRAN I.2

: PERATURAN DAERAH
NOMOR
:
TANGGAL
:

*)

PROVINSI/KABUPATEN/KOTA
RINCIAN LAPORAN REALISASI ANGGARAN MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI,
PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN
TAHUN ANGGARAN
URUSAN PEMERINTAHAN
ORGANISASI

: x.xx.
..
: x. xx. xx. ..

Kode Rekening

Jumlah
(Rp)

Uraian

x.xx

xx

00

00

x.xx

xx

00

00

01

x.xx

xx

00

00

01

Pajak daerah

x.xx

xx

00

00

01

Retribusi daerah

x.xx

xx

00

00

01

Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan

x.xx

xx

00

00

01

Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah

x.xx

xx

00

00

02

x.xx

xx

00

00

02

Dana bagi hasil pajak dan bukan pajak

x.xx

xx

00

00

02

Dana alokasi umum

x.xx

xx

00

00

02

Dana alokasi khusus

x.xx

xx

00

00

03

x.xx

xx

00

00

03

Hibah

x.xx

xx

00

00

03

Dana darurat

x.xx

xx

00

00

03

Dana penyesuaian dan Otonomi khusus

x.xx

xx

00

00

03

Bagi hasil pajak dari provinsi/kabupaten/kota

x.xx

xx

00

00

03

Bantuan keuangan dari provinsi/kabupaten/kota

x.xx

xx

00

00

03

Bantuan Keuangan dari pemerintah daerah lainnya

Bertambah/
(Berkurang)

Dasar Hukum

Anggaran
Setelah
Perubahan

Realisasi

(Rp)

5=4-3

PENDAPATAN DAERAH
Pendapatan asli daerah

Dana perimbangan

Lain-lain pendapatan daerah yang sah

*)
*)

Jumlah

simbachs@gmail.com

Kode Rekening

Uraian

1
x.xx

xx

00

00

Jumlah
(Rp)

2
5

Bertambah/
(Berkurang)

Dasar Hukum

Anggaran
Setelah
Perubahan

Realisasi

(Rp)

5=4-3

BELANJA DAERAH
Belanja Tidak Langsung

x.xx

xx

00

00

01

Belanja pegawai

x.xx

xx

00

00

01

Belanja bunga

x.xx

xx

00

00

01

Belanja subsidi

x.xx

xx

00

00

01

Belanja hibah

x.xx

xx

00

00

01

Belanja bagi hasil

x.xx

xx

00

00

01

Belanja bantuan keuangan

x.xx

xx

00

00

01

Belanja tidak terduga


Belanja Langsung

x.xx

xx

xx

x.xx

xx

xx

xx

x.xx

xx

xx

xx

02

Belanja pegawai

x.xx

xx

xx

xx

02

Belanja barang dan jasa

x.xx

xx

xx

xx

02

Belanja modal

x.xx

xx

xx

xx

x.xx

xx

xx

xx

02

Belanja pegawai

x.xx

xx

xx

xx

02

Belanja barang dan jasa

x.xx

xx

xx

x.xx

xx

xx

x.xx

xx

xx

xx

02

Belanja pegawai

x.xx

xx

xx

xx

02

Belanja barang dan jasa

x.xx

xx

xx

xx

02

Belanja modal

Program ..
Kegiatan ..

Kegiatan ..

Program ..
xx

Kegiatan ..

dst
Jumlah
Surplus/(Defisit)
x.xx

xx

00

00

x.xx

xx

00

00

01

x.xx

xx

00

00

01

PEMBIAYAAN DAERAH
Penerimaan Daerah
1

Penggunaan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA)

simbachs@gmail.com

Kode Rekening

Jumlah
(Rp)

Uraian

x.xx

xx

00

00

01

Pencairan Dana Cadangan

x.xx

xx

00

00

01

Hasil Penjualan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan

x.xx

xx

00

00

01

Penerimaan Pinjaman Daerah

x.xx

xx

00

00

01

Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman Daerah

x.xx

xx

00

00

01

Penerimaan Piutang Daerah

Bertambah/
(Berkurang)

Dasar Hukum

Anggaran
Setelah
Perubahan

Realisasi

(Rp)

5=4-3

Jumlah
Pengeluaran Daerah

x.xx

xx

00

00

02

x.xx

xx

00

00

02

Pembentukan Dana Cadangan

x.xx

xx

00

00

02

Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah

x.xx

xx

00

00

02

Pembayaran Pokok Utang

x.xx

xx

00

00

02

Pemberian Pinjaman Daerah


Jumlah

*)

coret yang tidak perlu


............, tanggal ........

Gubernur/Bupati/Walikota

*)

(tanda tangan)

(nama lengkap)

simbachs@gmail.com

E. REKAPITULASI REALISASI ANGGARAN BELANJA DAERAH MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PROGRAM DAN KEGIATAN
LAMPIRAN I.3

: PERATURAN DAERAH
NOMOR
:
TANGGAL
:

**)

PROVINSI/KABUPATEN/KOTA ...
REKAPITULASI REALISASI ANGGARAN BELANJA DAERAH MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH,
ORGANISASI, PROGRAM DAN KEGIATAN
TAHUN ANGGARAN
Anggaran Setelah Perubahan
Uraian Urusan, Organisasi,
Program dan Kegiatan

Kode

Jenis Belanja
Barang
Pegawai
dan Jasa
3

Modal
5

Bertambah/
(Berkurang)

Realisasi
Jumlah

6=3+4+5

Jenis Belanja
Barang
Pegawai
dan Jasa
7

Modal
9

Jumlah
10=7+8+9

(Rp)

11=10-6

12

URUSAN WAJIB

01

Pendidikan

01

01

01

01

xx

01

01

xx

01

02

01

02

xx

01

02

xx

02

02

01

02

01

xx

02

01

xx

02

02

02

02

02

02

Dinas Pendidikan
Program.
xx

Kegiatan.
Kantor Perpustakaan Daerah
Program.

xx

Kegiatan.
Kesehatan
Dinas Kesehatan
Program.

xx

Kegiatan.
Rumah Sakit Daerah

xx

Program.
xx

Kegiatan.

simbachs@gmail.com

Anggaran Setelah Perubahan


Uraian Urusan, Organisasi,
Program dan Kegiatan

Kode

02

03

02

03

xx

02

03

xx

02

04

02

04

xx

02

04

xx

03

03

01

03

01

xx

03

01

xx

03

02

03

02

xx

03

02

xx

03

03

03

03

xx

03

03

xx

03

04

03

04

xx

03

04

xx

Jenis Belanja
Barang
Pegawai
dan Jasa
3

Modal
5

Bertambah/
(Berkurang)

Realisasi
Jumlah

6=3+4+5

Jenis Belanja
Barang
Pegawai
dan Jasa
7

Modal
9

Jumlah
10=7+8+9

(Rp)

11=10-6

12

Rumah Sakit Jiwa


Program.
xx

Kegiatan.
.
Program.

xx

Kegiatan.
Pekerjaan Umum
Dinas PU
Program.

xx

Kegiatan.
Dinas Bina Marga
Program.

xx

Kegiatan.
Dinas Pengairan
Program.

xx

Kegiatan.
Dinas Pengawasan Bangunan
dan Tata Kota
Program.

xx

Kegiatan.

simbachs@gmail.com

Anggaran Setelah Perubahan


Uraian Urusan, Organisasi,
Program dan Kegiatan

Kode

04

04

01

04

01

xx

04

01

xx

04

02

04

02

xx

04

02

xx

04

03

04

03

xx

04

03

xx

05

05

01

05

01

xx

05

01

xx

06

06

01

06

01

xx

06

01

xx

07

07

01

07

01

xx

07

01

xx

Jenis Belanja
Barang
Pegawai
dan Jasa
3

Modal
5

Bertambah/
(Berkurang)

Realisasi
Jumlah

6=3+4+5

Jenis Belanja
Barang
Pegawai
dan Jasa
7

Modal
9

Jumlah
10=7+8+9

(Rp)

11=10-6

12

Perumahan
Dinas Perumahan

*)

Program.
xx

Kegiatan.
Dinas Pemakaman

*)

Program.
xx

Kegiatan.
Dinas Pemadam Kebakaran

*)

Program.
xx

Kegiatan.
Penataan Ruang
Dinas Tata Ruang *)
Program.

xx

Kegiatan.
Perencanaan Pembangunan
BAPPEDA
Program.

xx

Kegiatan.
Perhubungan
Dinas Perhubungan
Program.

xx

Kegiatan.

simbachs@gmail.com

Anggaran Setelah Perubahan


Uraian Urusan, Organisasi,
Program dan Kegiatan

Kode

08

08

01

08

01

xx

08

01

xx

08

02

08

02

xx

08

02

xx

08

03

08

03

xx

08

03

xx

08

04

08

04

xx

08

04

xx

09

09

01

09

01

xx

09

01

xx

10

10

01

10

01

xx

10

01

xx

Jenis Belanja
Barang
Pegawai
dan Jasa
3

Modal
5

Bertambah/
(Berkurang)

Realisasi
Jumlah

6=3+4+5

Jenis Belanja
Barang
Pegawai
dan Jasa
7

Modal
9

Jumlah
10=7+8+9

(Rp)

11=10-6

12

Lingkungan Hidup
Dinas Lingkungan Hidup
Program.
xx

Kegiatan.
Badan Pengendalian Dampak
Lingkungan Daerah
Program.

xx

Kegiatan.
Dinas Pertamanan
Program.

Xx

Kegiatan.
Dinas Kebersihan
Program.

xx

Kegiatan.
Pertanahan
Badan Pertanahan Daerah
Program.

xx

Kegiatan.
Kependudukan dan Catatan
Sipil
Dinas Kependudukan dan Capil
Program.

xx

Kegiatan.

simbachs@gmail.com

Anggaran Setelah Perubahan


Uraian Urusan, Organisasi,
Program dan Kegiatan

Kode

11

11

01

11

01

xx

11

01

xx

11

01

11

01

xx

11

01

xx

12

Jenis Belanja
Barang
Pegawai
dan Jasa
3

Modal
5

Bertambah/
(Berkurang)

Realisasi
Jumlah

6=3+4+5

Jenis Belanja
Barang
Pegawai
dan Jasa
7

Modal
9

Jumlah
10=7+8+9

(Rp)

11=10-6

12

Pemberdayaan Perempuan
Dinas Pemberdayaan Perempuan
Program.
xx

Kegiatan.
.
Program.

xx

Kegiatan.
Keluarga Berencana dan
Keluarga Sejahtera

12

01

12

01

xx

Program.

BKKBN

12

01

xx

Kegiatan.

12

01

xx

13

xx

.
Sosial

13

01

13

01

xx

Dinas Sosial

13

01

xx

14

14

01

14

01

xx

14

01

xx

Program.
xx

Kegiatan.
Tenaga Kerja
Dinas Tenaga Kerja

14

02

14

02

xx

14

02

xx

Program.
xx

Kegiatan.
Dinas Transmigrasi
Program.

xx

Kegiatan.

simbachs@gmail.com

Anggaran Setelah Perubahan


Uraian Urusan, Organisasi,
Program dan Kegiatan

Kode

Jenis Belanja
Barang
Pegawai
dan Jasa
3

Modal
5

Bertambah/
(Berkurang)

Realisasi
Jumlah

6=3+4+5

Jenis Belanja
Barang
Pegawai
dan Jasa
7

Modal
9

Jumlah
10=7+8+9

(Rp)

11=10-6

12

Koperasi dan Usaha Kecil


Menengah

15

15

01

15

01

xx

15

01

xx

16

16

01

16

01

xx

16

01

xx

17

17

01

17

01

xx

17

01

xx

17

02

17

02

xx

17

02

xx

Dinas Koperasi dan UKM


Program.
xx

Kegiatan.
Penanaman Modal
Badan Penanaman Modal
Daerah
Program.

xx

Kegiatan.
Kebudayaan
Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata
Program.

xx

Kegiatan.
Permuseuman

18

18

01

18

01

xx

18

01

xx

Program.
xx

Kegiatan.
Pemuda dan Olah Raga
Dinas Pemuda dan Olah Raga
Program.

xx

Kegiatan.

simbachs@gmail.com

Anggaran Setelah Perubahan


Uraian Urusan, Organisasi,
Program dan Kegiatan

Kode

Jenis Belanja
Barang
Pegawai
dan Jasa
3

Modal
5

Bertambah/
(Berkurang)

Realisasi
Jumlah

6=3+4+5

Jenis Belanja
Barang
Pegawai
dan Jasa
7

Modal
9

Jumlah
10=7+8+9

(Rp)

11=10-6

12

Kesatuan Bangsa dan Politik


Dalam Negeri

19

19

01

19

01

xx

Program.

19

01

xx

Kegiatan.

19

02

19

02

xx

Dinas Ketentraman dan


Ketertiban
Program.

19

02

xx

19

03

19

03

xx

19

03

xx

Dinas Kesbang Linmas

20

20

03

20

03

xx

20

03

xx

20

04

20

04

xx

20

04

xx

20

05

20

05

xx

20

05

xx

xx

Kegiatan.
Kantor Satuan Polisi Pamong
Praja
Program.

xx

Kegiatan.
Pemerintahan Umum
Sekretariat Daerah
Program.

xx

Kegiatan.
Sekretariat DPRD
Program.

xx

Kegiatan.
Badan Pengelola Keuangan
Daerah
Program.

xx

Kegiatan.

simbachs@gmail.com

Anggaran Setelah Perubahan


Uraian Urusan, Organisasi,
Program dan Kegiatan

Kode

Jenis Belanja
Barang
Pegawai
dan Jasa
3

Modal
5

Bertambah/
(Berkurang)

Realisasi
Jumlah

6=3+4+5

Jenis Belanja
Barang
Pegawai
dan Jasa
7

Modal
9

Jumlah
10=7+8+9

(Rp)

11=10-6

12

Badan Penelitian dan


Pengembangan

20

06

20

06

xx

20

06

xx

20

07

20

07

xx

20

07

xx

20

08

20

08

xx

20

08

xx

20

09

20

09

xx

20

09

xx

Program.
xx

Kegiatan.
Badan Pengawasan Daerah
Program.

xx

Kegiatan.
Kantor Penghubung
Program.

xx

Kegiatan.
Kecamatan

20

10

20

10

xx

20

10

xx

21

21

01

21

01

xx

21

01

xx

Program.
xx

Kegiatan.
Kelurahan
Program.

xx

Kegiatan.
Kepegawaian
Badan Pendidikan dan Pelatihan

21

21

02

xx

21

02

xx

Program.
xx

Kegiatan.
Badan Kepegawaian Daerah
Program.

xx

Kegiatan.

simbachs@gmail.com

Anggaran Setelah Perubahan


Uraian Urusan, Organisasi,
Program dan Kegiatan

Kode

22

22

01

22

01

xx

22

01

xx

23

23

01

23

01

xx

23

01

xx

23

02

23

02

xx

23

02

xx

24

24

01

24

01

xx

23

01

xx

25

25

01

25

01

xx

25

01

xx

25

25

01

xx

25

01

xx

Jenis Belanja
Barang
Pegawai
dan Jasa
3

Modal
5

Bertambah/
(Berkurang)

Realisasi
Jumlah

6=3+4+5

Jenis Belanja
Barang
Pegawai
dan Jasa
7

Modal
9

Jumlah
10=7+8+9

(Rp)

11=10-6

12

Pemberdayaan Masyarakat
dan Desa
Badan Pemberdayaan
Masyarakat Desa
Program.
xx

Kegiatan.
Statistik
Badan Statistik Daerah
Program.

xx

Kegiatan.
Kantor Statistik Daerah
Program.

xx

Kegiatan.
Kearsipan
Kantor Arsip Daerah
Program.

xx

Kegiatan.
Komunikasi dan Informatika
Dinas Informasi dan Komunikasi
Program.

xx

Kegiatan.
Kantor Pengolahan Data
Elektronik
Program.

xx

Kegiatan.

simbachs@gmail.com

Anggaran Setelah Perubahan


Uraian Urusan, Organisasi,
Program dan Kegiatan

Kode

2
2

Jenis Belanja
Barang
Pegawai
dan Jasa
3

Modal
5

Bertambah/
(Berkurang)

Realisasi
Jumlah

6=3+4+5

Jenis Belanja
Barang
Pegawai
dan Jasa
7

Modal
9

Jumlah
10=7+8+9

(Rp)

11=10-6

12

URUSAN PILIHAN
01

Pertanian

01

01

01

01

xx

Dinas Pertanian

01

01

xx

01

02

01

02

xx

01

02

xx

01

03

01

03

xx

01

03

xx

01

04

01

04

xx

01

04

xx

01

05

01

05

xx

01

05

xx

02

02

01

02

01

xx

02

01

xx

Program.
xx

Kegiatan.
Dinas Perkebunan
Program.

xx

Kegiatan.
Dinas Peternakan
Program.

xx

Kegiatan.
Dinas Ketahanan Pangan
Program.

xx

Kegiatan.

Program.

xx

Kegiatan.
Kehutanan
Dinas Kehutanan
Program.

xx

Kegiatan.

simbachs@gmail.com

Anggaran Setelah Perubahan


Uraian Urusan, Organisasi,
Program dan Kegiatan

Kode

Jenis Belanja
Barang
Pegawai
dan Jasa
3

Modal
5

Bertambah/
(Berkurang)

Realisasi
Jumlah

6=3+4+5

Jenis Belanja
Barang
Pegawai
dan Jasa
7

Modal
9

Jumlah
10=7+8+9

(Rp)

11=10-6

12

Energi dan Sumberdaya


Mineral

03

03

01

03

01

xx

03

01

xx

04

04

Dinas Pertambangan
Program.
xx

Kegiatan.
Pariwisata

01

Dinas Pariwisata

04

01

xx

04

01

xx

05

05

01

05

01

xx

05

01

xx

06

06

01

06

01

xx

06

01

xx

06

02

06

02

xx

06

02

xx

07

07

01

07

01

xx

07

01

xx

Program.
xx

Kegiatan.
Kelautan dan Perikanan
Dinas Kelautan dan Perikanan
Program.

xx

Kegiatan.
Perdagangan
Dinas Perdagangan
Program.

xx

Kegiatan.
Dinas Pasar
Program.

xx

Kegiatan.
Perindustrian
Dinas Perindustrian
Program.

xx

Kegiatan.

simbachs@gmail.com

Anggaran Setelah Perubahan


Uraian Urusan, Organisasi,
Program dan Kegiatan

Kode

08

08

Jenis Belanja
Barang
Pegawai
dan Jasa
3

Modal
5

Bertambah/
(Berkurang)

Realisasi
Jumlah

6=3+4+5

Jenis Belanja
Barang
Pegawai
dan Jasa
7

Modal
9

Jumlah
10=7+8+9

(Rp)

11=10-6

12

Transmigrasi
01

Dinas Transmigrasi

08

01

xx

08

01

xx

Program.
xx

Kegiatan.
dst
Jumlah

*)

Untuk Kabupaten/Kota;
**)
Coret yang tidak perlu.

. tanggal ..
GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA
**)

(tanda tangan)
(nama lengkap)

simbachs@gmail.com

- 107 F.

REKAPITULASI REALISASI ANGGARAN BELANJA DAERAH UNTUK


KESELARASAN DAN KETERPADUAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN
FUNGSI DALAM KERANGKA PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA
LAMPIRAN I.4

: PERATURAN DAERAH
NOMOR
:
TANGGAL
:

PROVINSI/KABUPATEN/KOTA**)
REKAPITULASI REALISASI ANGGARAN BELANJA DAERAH UNTUK
KESELARASAN DAN KETERPADUAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN
FUNGSI DALAM KERANGKA PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA

Kode

Uraian

01

Realisasi

Bertambah/
(Berkurang)
Jumlah
(Rp)

5=4-3

Pelayanan umum

01

06

Perencanaan Pembangunan

01

20

Pemerintahan Umum

01

21

Kepegawaian

01

23

Statistik

01

24

Kearsipan

01

25

Komunikasi dan Informatika

02

Pertahanan *)

03

Ketertiban dan keamanan

03

Anggaran
Setelah
Perubahan

19

04

Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam


Negeri
Ekonomi

04

07

Perhubungan

04

14

Tenaga Kerja dan Transmigrasi

04

15

Koperasi dan Usaha Kecil Menengah

04

16

Penanaman Modal

04

22

Pemberdayaan Masyarakat dan Desa

04

01

Pertanian

04

02

Kehutanan

04

03

Energi dan Sumberdaya Mineral

04

05

Kelautan dan Perikanan

04

06

Perdagangan

04

07

Perindustrian

04

08

Transmigrasi

05

Lingkungan hidup

05

05

Penataan Ruang

05

08

Lingkungan Hidup

simbachs@gmail.com

- 108 -

Kode

Uraian

05

09

06

Jumlah
(Rp)

5=4-3

*)

06

03

Pekerjaan Umum

06

04

Perumahan Rakyat
Kesehatan

07

02

Kesehatan

07

12

Keluarga Berencana

08

Pariwisata dan budaya

08

17

Kebudayaan

08

04

Pariwisata

09

Agama *)

10

Pendidikan

10

01

Pendidikan

10

18

Pemuda dan Olah Raga

11

**)

Realisasi

Bertambah/
(Berkurang)

Perumahan dan fasilitas umum

07

*)

Pertanahan

Anggaran
Setelah
Perubahan

Perlindungan sosial

11

10

Kependudukan dan Catatan Sipil

11

11

Pemberdayaan Perempuan

10

12

Keluarga Sejahtera

10

13

Sosial

Kewenangan Pemerintah
Coret yang tidak perlu

.................., tanggal ........


Gubernur/Bupati/Walikota **)...
(tanda tangan)
(nama lengkap)

simbachs@gmail.com

G. DAFTAR PIUTANG DAERAH


LAMPIRAN I.5

PROVINSI/KABUPATEN/KOTA

*)

: PERATURAN DAERAH
NOMOR
:
TANGGAL
:

...

DAFTAR PIUTANG DAERAH


TAHUN ANGGARAN.

No.

Uraian Rincian
Piutang

Tahun Pengakuan
Piutang

Saldo Awal
Piutang

Penambahan
Piutang

Pengurangan
Piutang

Saldo Akhir
Piutang

7 = 4+5-6

Jumlah

tanggal ..,..
Gubernur/Bupati/Walikota *) ...
(tanda tangan)
(nama lengkap)

simbachs@gmail.com

- 110 Cara Pengisian:


1. Judul diisi nama provinsi/kabupaten/kota dan tahun anggaran.
2. Kolom 1 diisi dengan nomor urut jenis piutang daerah dan/atau nama debitur.
3. Kolom 2 diisi dengan seluruh jenis piutang daerah dan/atau nama debitur yang belum
memenuhi kewajiban kepada pemerintah daerah (belum tertagih). Jenis piutang dimaksud
dapat diuraikan secara berturut-turut berdasarkan objek pendapatan asli daerah, dana
perimbangan dan lain-lain pendapatan yang sah.
4. Kolom 3 diisi dengan tahun pengakuan terjadinya piutang daerah terhadap setiap jenis
piutang/debitur.
5. Kolom 4 diisi dengan jumlah kumulatif dari sejak terjadinya piutang daerah sampai dengan
awal tahun yang belum dapat ditagih dari pihak yang bersangkutan, seperti pajak daerah,
retribusi daerah, dana perimbangan dan lain-lain pendapatan daerah yang sah.
6. Kolom 5 diisi dengan jumlah penambahan piutang selama periode tahun anggaran yang
dilaksanakan.
7. Kolom 6 diisi dengan jumlah pengurangan piutang selama periode tahun anggaran yang
dilaksanakan.
8. Kolom 7 diisi dengan jumlah kumulatif dari sejak terjadinya piutang daerah sampai dengan
akhir tahun yang belum dapat ditagih dari pihak yang bersangkutan, seperti pajak daerah,
retribusi daerah, dana perimbangan dan lain-lain pendapatan daerah yang sah.
9. *) Coret yang tidak perlu

simbachs@gmail.com

H. DAFTAR PENYERTAAN MODAL (INVESTASI) DAERAH


LAMPIRAN I.6

: PERATURAN DAERAH
NOMOR
:
TANGGAL
:

PROVINSI/KABUPATEN/KOTA*)

DAFTAR PENYERTAAN MODAL (INVESTASI) DAERAH


TAHUN ANGGARAN.

No.

1
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Dst

Tahun
Penyertaan
Modal

Nama
Badan/Lemba Dasar hukum
ga/ Pihak
penyertaan
Ketiga

Bentuk
penyertaan
Modal
(investasi)
daerah

Jumlah
penyertaan
modal daerah

Jumlah
modal yang
telah
disertakan
sampai
dengan
awal tahun

Jumlah modal
yang telah
Penyertaan
disertakan
modal tahun
sampai
ini
dengan akhir
tahun ini
8

9=7+8

Sisa modal
yang belum
disertakan

Hasil
penyertaan
modal
(investasi)
daerah tahun
ini

Jumlah
modal
(investasi)
yang
diterima
kembali
tahun ini

10=6-9

11

12

Jumlah Sisa
Modal
(Investasi)
yang
disertakan
sampai
dengan tahun
ini
13=9-12

JUMLAH
*)

Coret yang tidak perlu

tanggal ..,..
Gubernur/Bupati/Walikota *)
(nama lengkap)

simbachs@gmail.com

- 112 Cara Pengisian:


Judul
Kolom 1
Kolom 2
Kolom 3

Kolom 4
Kolom 5
Kolom 6
Kolom 7
Kolom 8
Kolom 9
Kolom 10
Kolom 11
Kolom 12
Kolom 13

Diisi dengan nama provinsi/kabupaten/kota dan tahun berkenaan


Diisi dengan nomor urut penyertaan modal (investasi) pemerintah daerah
Diisi dengan tahun pada saat dilaksanakannya/dilakukan penandatanganan
perjanjian penyertaan modal (investasi) daerah
Diisi dengan seluruh nama lembaga/badan usaha atau perusahaan pihak ketiga
tempat disertakannya modal pemerintah daerah. Nama lembaga/badan usaha atau
perusahaan pihak ketiga dimaksud secara berturut-turut dicantumkan mulai dari saat
pertama kali penyertaan modal (investasi) daerah sampai dengan akhir tahun
berkenaan.
Diisi dengan peraturan daerah (nomor, tahun, tentang) yang menjadi dasar hukum
penyertaan modal (investasi) daerah
Diisi dengan bentuk penyertaan modal (investasi) daerah dapat berupa saham,
deposito berjangka atau dalam bentuk penyertaan lainnya.
Diisi dengan jumlah modal yang harus disertakan sesuai dengan perjanjian
penyertaan modal daerah
Diisi dengan jumlah modal yang telah disertakan sampai dengan akhir tahun
anggaran lalu apabila untuk pemenuhan modal dilakukan secara bertahap.
Diisi dengan jumlah modal yang telah disertakan dan direalisasikan dalam
pengeluaran pembiayaan APBD tahun berkenaan.
Diisi dengan jumlah seluruh modal yang telah disertakan sampai dengan akhir tahun
berkenaan.
Diisi dengan sisa jumlah modal yang belum disertakan atas penyertaan modal
(investasi) daerah sampai dengan akhir tahun berkenaan.
Diisi dengan jumlah hasil/deviden/bagian laba/bunga dari hasil penyertaan modal
dalam tahun berkenaan.
Diisi dengan jumlah pengembalian/penarikan modal/investasi (divestasi) yang telah
dijual dan/atau dialihkan ke tempat lain (apabila ada)
Diisi dengan jumlah sisa modal (investasi) daerah yang disertakan sampai dengan
akhir tahun anggaran berkenaan.

simbachs@gmail.com

- 113 I. DAFTAR REALISASI PENAMBAHAN DAN PENGURANGAN ASET TETAP DAERAH


LAMPIRAN I.7

: PERATURAN DAERAH
NOMOR
:
TANGGAL :

PROVINSI/KABUPATEN/KOTA *)
DAFTAR REALISASI PENAMBAHAN DAN PENGURANGAN ASET TETAP DAERAH
TAHUN ANGGARAN.
(dalam rupiah)
No.

Uraian

Saldo Awal

Penambahan

Pengurangan

Saldo Akhir

6 = 3+4-5

1
2
3
dst
Jumlah
tanggal ..,..
Gubernur/Bupati/Walikota *).
(tanda tangan)
(nama lengkap)
Cara Pengisian:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Judul diisi nama provinsi/kabupaten/kota dan tahun berkenaan.


Kolom 1 diisi dengan nomor urut bidang/jenis aset tetap daerah.
Kolom 2 diisi dengan uraian nama aset daerah.
Kolom 3 diisi dengan saldo awal aset tetap daerah pada tahun berkenaan.
Kolom 4 diisi dengan penambahan aset tetap selama tahun berkenaan.
Kolom 5 diisi dengan pengurangan aset tetap selama tahun berkenaan.
Kolom 6 diisi dengan saldo akhir aset tetap daerah pada tahun berkenaan dengan cara
menjumlahkan kolom 3 dan kolom 4 untuk selanjutnya dikurangi kolom 5.
8. *) Coret yang tidak perlu

simbachs@gmail.com

- 114 -

J. DAFTAR REALISASI PENAMBAHAN DAN PENGURANGAN ASET LAINNYA


LAMPIRAN I.8

: PERATURAN DAERAH
NOMOR
:
TANGGAL
:

PROVINSI/KABUPATEN/KOTA *)
DAFTAR REALISASI PENAMBAHAN DAN PENGURANGAN ASET LAINNYA
TAHUN ANGGARAN.
(dalam rupiah)
No.

Uraian Aset Lainnya

Saldo Awal

Penambahan

Pengurangan

Saldo Akhir

6 = 3+4-5

1
2
3
dst
Jumlah

, tanggal ..
Gubernur/Bupati/Walikota*)
(tanda tangan)
(nama lengkap)
Cara Pengisian:
1. Judul
2. Kolom 1 Diisi dengan nomor urut jenis aset lainnya.
3. Kolom 2 Diisi dengan uraian nama seluruh jenis aset lainnya.
4. Kolom 3 Diisi dengan saldo awal aset lainnya pada tahun berkenaan.
5. Kolom 4 Diisi dengan penambahan aset lainnya selama tahun berkenaan.
6. Kolom 5 Diisi dengan pengurangan aset lainnya selama tahun berkenaan.
7. Kolom 6 Diisi dengan saldo akhir aset lainnya pada tahun berkenaan dengan cara menjumlahkan
kolom 3 dan kolom 4 untuk selanjutnya dikurangi kolom 5.
8. *) Coret yang tidak perlu.

simbachs@gmail.com

K. DAFTAR KEGIATAN-KEGIATAN YANG BELUM DISELESAIKAN SAMPAI AKHIR TAHUN DAN DIANGGARKAN KEMBALI DALAM
TAHUN ANGGARAN BERIKUTNYA
LAMPIRAN I.9

PERATURAN DAERAH
NOMOR
:
TANGGAL
:

PROVINSI/KABUPATEN/KOTA*)
DAFTAR KEGIATAN-KEGIATAN YANG BELUM DISELESAIKAN SAMPAI AKHIR TAHUN DAN
DIANGGARKAN KEMBALI DALAM TAHUN ANGGARAN BERIKUTNYA
TAHUN ANGGARAN ...............

No.

Kode
Kegiatan

Judul kegiatan

Jumlah Realisasi
Tahun n-2, Tahun n-1 dan Tahun n
Realisasi
Tahun n-2

Realisasi
Tahun n-1

Realisasi
Tahun n

Jumlah
Akumulasi
Realisasi s.d.
Akhir Tahun n

Jumlah yang Dianggarkan dalam


APBD Tahun Berikutnya

7 = (4+5+6)

1.
2.
3.
4.
Jumlah

., tanggal ...
Gubernur/Bupati/Walikota*)
(tanda tangan)
(nama lengkap)

simbachs@gmail.com

- 116 Cara Pengisian:


1. Judul diisi nama provinsi/kabupaten/kota dan tahun anggaran.
2. Kolom 1 diisi dengan nomor urut kegiatan yang belum diselesaikan.
3. Kolom 2 diisi dengan kode kegiatan yang belum diselesaikan.
4. Kolom 3 diisi dengan judul kegiatan yang belum diselesaikan.
5. Kolom 4 diisi dengan jumlah realisasi tahun n-2 atas kegiatan yang belum diselesaikan.
6. Kolom 5 diisi dengan jumlah realisasi tahun n-1 atas kegiatan yang belum diselesaikan.
7. Kolom 6 diisi dengan jumlah realisasi tahun n atas kegiatan yang belum diselesaikan.
8. Kolom 7 diisi dengan jumlah akumulasi realisasi sampai dengan akhir tahun n atas kegiatan yang
belum diselesaikan.
9. Kolom 8 diisi dengan jumlah yang dianggarkan dalam APBD tahun berikutnya atas kegiatan yang
belum diselesaikan.
10. *) Coret yang tidak perlu.

simbachs@gmail.com

L. DAFTAR DANA CADANGAN DAERAH


LAMPIRAN I.10

FORMAT
PROVINSI/KABUPATEN/KOTA*)
DAFTAR DANA CADANGAN
TAHUN ANGGARAN.

PERATURAN DAERAH
NOMOR
:
TANGGAL
:

(dalam rupiah)

No.

Tujuan Pembentukan
Dana Cadangan

Dasar Hukum
Pembentukan
Dana Cadangan

Jumlah Dana
Cadangan yang
Direncanakan

Saldo Awal

Transfer dari
Kas Daerah

Transfer ke kas
daerah

Saldo akhir

Sisa dana yang


belum
dicadangkan

1
2
3
4
dst
Jumlah

.., tanggal ..
Gubernur/Bupati/Walikota*)
(tanda tangan)
(nama lengkap)

simbachs@gmail.com

- 118 Cara Pengisian:


1.
Judul Diisi dengan nama Provinsi/Kabupaten/Kota dan Tahun Anggaran.
2.
Kolom 1 diisi dengan nomor urut Dana Cadangan.
3.
Kolom 2 diisi dengan tujuan pembentukan dana cadangan atau seluruh nama kegiatan
atau proyek-proyek pembangunan sarana dan prasarana pemerintah daerah/pelayanan
masyarakat yang pendanaanya bersumber dari dana cadangan.
4.
Kolom 3 diisi dengan peraturan daerah tentang pembentukan dana cadangan dilengkapi
dengan nomor dan tahun.
5.
Kolom 4 diisi dengan besarnya dana cadangan yang harus dipenuhi /disisihkan dari Kas
Daerah sesuai dengan peraturan daerah.
6.
Kolom 5 diisi dengan jumlah saldo awal dana cadangan atas kegiatan berkenaan yang
tersedia pada rekening dana cadangan dalam tahun berkenaan.
7.
Kolom 6 diisi dengan jumlah dana yang ditransfer dari rekening Kas Daerah ke rekening
dana cadangan pada tahun berkenaan.
8.
Kolom 7 diisi dengan jumlah dana yang ditransfer dari rekening dana cadangan ke
rekening Kas Daerah.
9.
Kolom 8 diisi dengan jumlah posisi saldo akhir dana cadangan pada akhir tahun
berkenaan.
10. Kolom 9 diisi dengan sisa jumlah dana cadangan yang belum dicadangkan sampai dengan
akhir tahun untuk setiap kegiatan yang pendanaannya bersumber dari dana cadangan.
*)
11.
Coret yang tidak perlu

simbachs@gmail.com

M. DAFTAR PINJAMAN DAERAH


LAMPIRAN I.11

PERATURAN DAERAH
NOMOR
:
TANGGAL
:

FORMAT
PROVINSI/KABUPATEN/KOTA*) ...
DAFTAR PINJAMAN DAERAH
TAHUN ANGGARAN ...

No

Sumber
Pinjaman
Daerah

Dasar Hukum
Pinjaman/
Obligasi

Tangggal/
Tahun
Perjanjian
Pinjaman/
Obligasi

Jumlah
Pinjaman/Nilai
Nominal
Obligasi
(Rp/valas)

Jangka
Waktu
Pinjaman
(Tahun)

Persentase
Bunga
Pinjaman
%

Tujuan
Penggunaan
Pinjaman

Jumlah Realisasi
Pembayaran
Tahun Ini
Pokok
Pinjaman
Bunga
(Rp)
Daerah
(Rp)
9

10

Jumlah
Sisa Pembayaran
Pokok
Pinjaman
Daerah
(Rp)

Bunga
(Rp)

11

12

1
2
3
4
dst
Jumlah

., tanggal ...
Gubernur/Bupati/Walikota*)
(tanda tangan)
(nama lengkap)

simbachs@gmail.com

- 120 Cara Pengisian:


1.
Judul diisi dengan nama provinsi/kabupaten/kota dan tahun anggaran.
2.
Kolom 1 diisi dengan nomor urut pinjaman daerah.
3.
Kolom 2 diisi dengan nama lembaga/instansi yang memberi pinjaman mulai sejak
pemerintah daerah melakukan pinjaman sampai dengan tahun terakhir melakukan
pinjaman.
4.
Kolom 3 diisi dengan dasar hukum pinjaman/obligasi.
5.
Kolom 4 diisi dengan nomor, tanggal dan tahun perjanjian pinjaman
6.
Kolom 5 diisi dengan jumlah/besarnya pinjaman daerah sebagaimana disebut dalam
surat perjanjian pinjaman.
7.
Kolom 6 diisi dengan jangka waktu pinjaman.
8.
Kolom 7 diisi dengan persentase bunga yang dikenakan atas pokok pinjaman.
9.
Kolom 8 diisi dengan tujuan penggunaan dana pinjaman.
10. Kolom 9 & 10 diisi dengan jumlah besaran cicilan pokok, bunga dan denda pinjaman
yang dibayar dalam tahun berkenaan.
11. Kolom 11 & 12 diisi dengan jumlah sisa pembayaran cicilan pokok dan bunga pinjaman
yang masih harus dibayar sampai dengan akhir jangka waktu pinjaman.
*)
12.
Coret yang tidak perlu.

simbachs@gmail.com

- 121 N. NERACA

LAMPIRAN II

PERATURAN DAERAH
NOMOR
:
TANGGAL
:

PROVINSI/KABUPATEN/KOTA*)

NERACA

Per 31 Desember Tahun n dan Tahun n-1

URAIAN

Tahun n
(Rp)

Tahun n-1
(Rp)

ASET
ASET LANCAR
Kas
Kas di Kas Daerah
Kas di Bendahara Penerimaan
Kas di Bendahara Pengeluaran
Investasi Jangka Pendek
Piutang
Piutang Pajak
Piutang Retribusi
Piutang Dana Bagi Hasil
Piutang Dana Alokasi Umum
Piutang Dana Alokasi Khusus
Bagian Lancar Pinjaman Kepada BUMD
Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran
Bagian Lancar Tuntutan Ganti Kerugian Daerah
Piutang Lain-lain
Persediaan
INVESTASI JANGKA PANJANG
Investasi Nonpermanen
Pinjaman Kepada Perusahaan Negara
Pinjaman Kepada Perusahaan Daerah
Pinjaman Kepada Pemerintah Daerah Lainnya
Investasi dalam Surat Utang Negara
Investasi Dana Bergulir
Investasi Nonpermanen Lainnya
Investasi Permanen
Penyertaan Modal Pemerintah Daerah
Penyertaan Modal dalam Proyek Pembangunan
Penyertaan Modal Perusahaan Patungan
Investasi Permanen Lainnya
ASET TETAP
Tanah
Tanah
Peralatan dan Mesin
Alat-alat Berat

simbachs@gmail.com

- 122 Tahun n
(Rp)

URAIAN

Tahun n-1
(Rp)

Alat-alat Angkutan
Alat Bengkel
Alat Pertanian dan Peternakan
Alat-alat Kantor dan Rumah Tangga
Alat Studio dan Alat Komunikasi
Alat Ukur
Alat-alat Kedokteran
Alat Laboratorium
Alat Keamanan
Gedung dan Bangunan
Bangunan Gedung
Bangunan Monumen
Jalan, Irigasi dan Jaringan
Jalan dan Jembatan
Bangunan Air (Irigasi)
Instalasi
Jaringan
Aset Tetap Lainnya
Buku dan Perpustakaan
Barang Bercorak Kesenian/Kebudayaan
Hewan/Ternak dan Tumbuhan
Konstruksi Dalam Pengerjaan
Konstruksi Dalam Pengerjaan
Akumulasi Penyusutan Aset Tetap
Akumulasi Penyusutan Aset Tetap
DANA CADANGAN
Dana Cadangan
ASET LAINNYA
Tagihan Penjualan Angsuran
Tagihan Tuntutan Ganti Kerugian Daerah
Kemitraan dengan Pihak Ketiga
Aset Tak Berwujud
Aset Lain-Lain
JUMLAH ASET
KEWAJIBAN
KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
Utang Perhitungan Pihak Ketiga
Utang Bunga
Utang Pajak
Bagian Lancar Utang Jangka Panjang Dalam Negeri
Pendapatan Diterima Dimuka
Utang Jangka Pendek Lainnya
KEWAJIBAN JANGKA PANJANG
Utang Dalam Negeri
Utang Luar Negeri
Utang Jangka Panjang Lainnya

simbachs@gmail.com

- 123 URAIAN

Tahun n
(Rp)

Tahun n-1
(Rp)

EKUITAS DANA
Ekuitas Dana Lancar
Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA)
Cadangan Piutang
Cadangan Persediaan
Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang
Jangka Pendek
Ekuitas Dana Investasi
Diinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjang
Diinvestasikan dalam Aset Tetap
Diinvestasikan dalam Aset Lainnya
Dana yang Harus disediakan Untuk Pembayaran Utang Jangka
Panjang
Ekuitas Dana Cadangan
Diinvestasikan dalam Dana Cadangan
JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS DANA
*)

Coret yang tidak perlu

............, tanggal ........


Gubernur/Bupati/Walikota*)
(tanda tangan)
(nama lengkap)

simbachs@gmail.com

- 124 O. LAPORAN ARUS KAS


LAMPIRAN III

PERATURAN DAERAH
NOMOR
:
TANGGAL :

PROVINSI
LAPORAN ARUS KAS

Untuk Tahun yang Berakhir sampai dengan 31 Desember Tahun n dan Tahun n-1

Tahun n
(Rp)

URAIAN

Tahun n-1
(Rp)

ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI


Arus Kas Masuk :
Pajak Daerah
Retribusi daerah
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah
Dana Bagi Hasil Pajak
Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (Sumber Daya Alam)
Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Khusus
Dana Otonomi Khusus
Dana Penyesuaian
Hibah
Dana Darurat
Pendapatan Lainnya
Jumlah
Arus Kas Keluar :
Belanja Pegawai
Belanja Barang dan Jasa
Belanja Bunga
Belanja Subsidi
Belanja Hibah
Belanja Bantuan Sosial
Belanja Bantuan Keuangan
Belanja Tidak Terduga
Belanja Bagi Hasil ke Kabupaten/Kota
Jumlah

Arus Kas Bersih dari Aktivitas Operasi


ARUS KAS DARI AKTIVITAS INVESTASI ASET NONKEUANGAN
Arus Kas Masuk :
Pendapatan Penjualan atas Tanah
Pendapatan Penjualan atas Peralatan dan Mesin
Pendapatan Penjualan atas Gedung dan Bangunan
Pendapatan Penjualan atas Jalan, Irigasi dan Jaringan
Pendapatan dari Penjualan Aset Tetap Lainnya
Pendapatan dari Penjualan Aset Lainnya
Jumlah
Arus Kas Keluar :
Belanja Tanah
Belanja Peralatan dan Mesin
Belanja Gedung dan Bangunan
Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan

simbachs@gmail.com

- 125 Tahun n
(Rp)

URAIAN

Tahun n-1
(Rp)

Belanja Aset Tetap Lainnya


Belanja Aset Lainnya
Jumlah

Arus Kas Bersih dari Aktivitas Investasi Aset Nonkeuangan


ARUS KAS DARI AKTIVITAS PEMBIAYAAN
Arus Kas Masuk :
Pencairan Dana Cadangan
Hasil Penjualan Aset/Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
Penerimaan Pinjaman dan Obligasi
Penerimaan Kembali Pinjaman
Penerimaan Piutang
Jumlah
Arus Kas Keluar :
Pembentukan Dana Cadangan
Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah
Pembayaran Pokok Utang Pinjaman dan Obligasi
Pemberian Pinjaman
Jumlah

Arus Kas Bersih dari Aktivitas Pembiayaan


ARUS KAS DARI AKTIVITAS NONANGGARAN
Arus Kas Masuk :
Penerimaan Perhitungan Fihak Ketiga
Jumlah
Arus Kas Keluar :
Pengeluaran Perhitungan Fihak Ketiga
Jumlah

Arus Kas Bersih dari Aktivitas Nonanggaran


Kenaikan (Penurunan) Bersih Kas Selama Periode
Saldo Awal Kas di BUD/Kas Daerah
Saldo Akhir Kas di BUD/Kas Daerah
Saldo Akhir Kas di Bendahara Pengeluaran
Saldo Akhir Kas di Bendahara Penerimaan
Saldo Akhir Kas
................., tanggal ............
Gubernur .....
(tanda tangan)
(nama lengkap)

simbachs@gmail.com

- 126 -

KABUPATEN/KOTA *)
LAPORAN ARUS KAS

Untuk Tahun yang Berakhir sampai dengan 31 Desember Tahun n dan Tahun n-1

Tahun n
(Rp)

URAIAN

Tahun n-1
(Rp)

ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI


Arus Kas Masuk :
Pajak Daerah
Retribusi daerah
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah
Dana Bagi Hasil Pajak
Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (Sumber Daya Alam)
Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Khusus
Dana Otonomi Khusus
Dana Penyesuaian
Hibah
Dana Darurat
Pendapatan Lainnya
Jumlah
Arus Kas Keluar :
Belanja Pegawai
Belanja Barang dan Jasa
Belanja Bunga
Belanja Subsidi
Belanja Hibah
Belanja Bantuan Sosial
Belanja Bantuan Keuangan
Belanja Tidak Terduga
Belanja Bagi Hasil ke Desa
Jumlah

Arus Kas Bersih dari Aktivitas Operasi


ARUS KAS DARI AKTIVITAS INVESTASI ASET NONKEUANGAN
Arus Kas Masuk :
Pendapatan Penjualan atas Tanah
Pendapatan Penjualan atas Peralatan dan Mesin
Pendapatan Penjualan atas Gedung dan Bangunan
Pendapatan Penjualan atas Jalan, Irigasi dan Jaringan
Pendapatan dari Penjualan Aset Tetap Lainnya
Pendapatan dari Penjualan Aset Lainnya
Jumlah
Arus Kas Keluar :
Belanja Tanah
Belanja Peralatan dan Mesin
Belanja Gedung dan Bangunan
Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan
Belanja Aset Tetap Lainnya
Belanja Aset Lainnya
Jumlah

Arus Kas Bersih dari Aktivitas Investasi Aset Nonkeuangan

simbachs@gmail.com

- 127 Tahun n
(Rp)

URAIAN

Tahun n-1
(Rp)

ARUS KAS DARI AKTIVITAS PEMBIAYAAN


Arus Kas Masuk :
Pencairan Dana Cadangan
Hasil Penjualan Aset/Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
Penerimaan Pinjaman dan Obligasi
Penerimaan Kembali Pinjaman
Penerimaan Piutang
Jumlah
Arus Kas Keluar :
Pembentukan Dana Cadangan
Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah
Pembayaran Pokok Utang Pinjaman dan Obligasi
Pemberian Pinjaman
Jumlah

Arus Kas Bersih dari Aktivitas Pembiayaan


ARUS KAS DARI AKTIVITAS NONANGGARAN
Arus Kas Masuk :
Penerimaan Perhitungan Fihak Ketiga
Jumlah
Arus Kas Keluar :
Pengeluaran Perhitungan Fihak Ketiga
Jumlah

Arus Kas Bersih dari Aktivitas Nonanggaran


Kenaikan (Penurunan) Bersih Kas Selama Periode
Saldo Awal Kas di BUD/Kas Daerah
Saldo Akhir Kas di BUD/Kas Daerah
Saldo Akhir Kas di Bendahara Pengeluaran
Saldo Akhir Kas di Bendahara Penerimaan
Saldo Akhir Kas
*)

Coret yang tidak perlu

................., tanggal ............


Bupati/Walikota *) .....
(tanda tangan)
(nama lengkap)

simbachs@gmail.com

- 128 P. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN


LAMPIRAN IV

PERATURAN DAERAH
NOMOR
:
TANGGAL :

PROVINSI/KABUPATEN/KOTA*) .........
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
TAHUN ANGGARAN .........
Bab I

Pendahuluan
1.1.
1.2.
1.3.

Bab II

Ekonomi makro, kebijakan keuangan dan pencapaian target kinerja APBD


2.1.
2.2.
2.3.

Bab III

Ikhtisar realisasi pencapaian target kinerja keuangan


Hambatan dan kendala yang ada dalam pencapaian target yang telah
ditetapkan

Kebijakan akuntansi
4.1.
4.2.
4.3.
4.4.

Bab V

Ekonomi makro
Kebijakan keuangan
Indikator pencapaian target kinerja APBD

Ikhtisar pencapaian kinerja keuangan


3.1.
3.2.

Bab IV

Maksud dan tujuan penyusunan laporan keuangan


Landasan hukum penyusunan laporan keuangan
Sistematika penulisan catatan atas laporan keuangan

Entitas pelaporan keuangan daerah


Basis akuntansi yang mendasari penyusunan laporan keuangan
Basis pengukuran yang mendasari penyusunan laporan keuangan
Penerapan kebijakan akuntansi berkaitan dengan ketentuan yang ada dalam
standar akuntansi pemerintahan

Penjelasan pos-pos laporan keuangan


5.1.

Rincian dan penjelasan masing-masing pos-pos pelaporan keuangan


5.1.1 Pendapatan
5.1.2 Belanja
5.1.3 Pembiayaan
5.1.4 Aset
5.1.5 Kewajiban
5.1.6 Ekuitas dana
5.1.7 Komponen-komponen laporan arus kas

5.2.

Pengungkapan atas pos-pos aset dan kewajiban yang timbul sehubungan


dengan penerapan basis akrual atas pendapatan dan belanja dan
rekonsiliasinya dengan penerapan basis kas, untuk entitas pelaporan yang
menggunakan basis akrual.

Bab VI

Penjelasan atas informasi-informasi nonkeuangan

Bab VII

Penutup

simbachs@gmail.com

- 129 PENJELASAN ISI

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN


Bab I

Bab II

Bab III

Pendahuluan
1.1.

Maksud dan tujuan penyusunan laporan keuangan.


Memuat penjelasan mengenai maksud dan tujuan penyusunan laporan
keuangan.

1.2.

Landasan hukum penyusunan laporan keuangan.


Memuat penjelasan mengenai peraturan perundang-undangan yang berlaku
sebagai landasan hukum penyusunan laporan keuangan.

1.3.

Sistematika penulisan catatan atas laporan keuangan.


Memuat penjelasan mengenai sistematika isi catatan atas laporan keuangan.

Ekonomi Makro, Kebijakan Keuangan dan Pencapaian Target Kinerja APBD


2.1.

Ekonomi makro
Memuat penjelasan mengenai asumsi makro ekonomi yang dijadikan
landasan penyusunan APBD dan perkembangannya dalam Perubahan APBD
sampai dengan pelaksanaan APBD akhir tahun anggaran. Informasi yang
disajikan memuat tentang posisi dan kondisi ekonomi makro periode berjalan
dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun anggaran sebelumnya.
Dalam bagian ini juga dijelaskan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
terjadinya perubahan asumsi makro ekonomi yang membawa dampak
terhadap peningkatan atau penurunan (fluktuasi) asumsi yang ditetapkan.

2.2.

Kebijakan Keuangan
Memuat penjelasan mengenai kebijakan keuangan yang ditetapkan
pemerintah daerah sampai dengan akhir tahun anggaran yang berimplikasi
terhadap perubahan posisi Neraca dan Laporan Arus Kas. Informasi yang
disajikan memuat tentang posisi dan kondisi keuangan periode berjalan
dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun anggaran sebelumnya.
Dalam bagian ini juga dijelaskan mengenai faktor-faktor yang
melatarbelakangi ditempuhnya kebijakan keuangan oleh pemerintah daerah
sehingga terjadinya perubahan terhadap posisi neraca dan laporan arus kas.

2.3.

Pencapaian target kinerja APBD


Memuat penjelasan mengenai keberhasilan pencapaian target kinerja APBD
yang dicerminkan melalui indikator keberhasilan pelaksanaan program dan
kegiatan pada tahun pelaporan menurut urusan pemerintahan daerah.
Indikator pencapaian target kinerja menyajikan informasi tentang pencapaian
efektifitas dan efisiensi program dan kegiatan yang dilaksanakan.
Dalam bagian ini dijelaskan juga faktor pendorong tercapainya tingkat
keberhasilan (efektifitas dan efisiensi) atau faktor penghambat tidak
tercapainya indikator target kinerja program dan kegiatan yang telah
ditetapkan baik yang bersifat dapat dikendalikan maupun yang tidak dapat
dikendalikan (force majeur).

Ikhtisar Pencapaian Kinerja Keuangan


Memuat ikhtisar realisasi pencapaian target kinerja APBD menurut urusan
pemerintahan daerah, berupa gambaran realisasi pencapaian efektifitas dan efisiensi
program dan kegiatan sebagaimana dijelaskan dalam bab II angka 2.3. yang dapat
disajikan dalam bentuk tabel, grafik dan/atau diagram.

simbachs@gmail.com

- 130 Bab IV

Bab V

Kebijakan Akuntansi
4.1.

Entitas akuntansi dan entitas pelaporan keuangan daerah


Menyajikan informasi tentang organisasi yang ditetapkan sebagai entitas
akuntansi dan entitas pelaporan keuangan daerah.

4.2.

Basis akuntansi yang mendasari penyusunan laporan keuangan


Menyajikan informasi tentang penerapan kebijakan basis kas atau basis
akrual untuk pengakuan pendapatan, belanja dan pembiayaan serta
penerapan kebijakan basis akrual untuk pengakuan aset, kewajiban dan
ekuitas dana.

4.3.

Basis pengukuran yang mendasari penyusunan laporan keuangan


Menyajikan informasi tentang penerapan kebijakan basis pengukuran atas
penyusunan pos-pos laporan keuangan daerah (aset, kewajiban dan ekuitas
dana). Dalam bagian ini harus disajikan proses penetapan nilai setiap aset,
kewajiban dan ekuitas dana. Informasi pengukuran pos-pos laporan
keuangan sebagaimana dimaksud harus dengan jelas menggambarkan nilai
perolehan historis, yaitu aset harus dicatat/diukur sebesar pengeluaran kas
dan setara kas atau sebesar nilai wajar dari imbalan yang diberikan untuk
memperoleh aset tersebut, kewajiban dicatat/diukur sebesar nilai nominal
dan ekuitas dana dicatat/diukur sebesar selisih antara aset dengan kewajiban.

4.4.

Penerapan kebijakan akuntansi berkaitan dengan ketentuan yang


ada dalam standar akuntansi pemerintah
Menyajikan informasi tentang kebijakan akuntansi yang telah diterapkan dan
kebijakan akuntansi yang belum diterapkan atas pos-pos laporan keuangan
sesuai dengan ketentuan Standar Akuntansi Pemerintahan.
Contoh:
Telah Sesuai Standar Akuntansi Pemerintahan :
Pengakuan aset tetap berdasarkan harga perolehan.
Belum mengikuti Standar Akuntansi Pemerintahan :
Aset tetap belum dilakukan penyusutan.

Penjelasan Pos-pos Laporan Keuangan


5.1.

Rincian dan penjelasan masing-masing pos-pos pelaporan keuangan


5.1.1 Pendapatan
Menyajikan informasi tentang rincian dan penjelasan pos pendapatan yang
terdiri atas :
a. Pendapatan asli daerah
b. Dana perimbangan
c. Lain-lain pendapatan yang sah
5.1.2 Belanja
Menyajikan informasi tentang rincian dan penjelasan pos belanja yang terdiri
atas :
a. Belanja pegawai
b. Belanja barang
c. Belanja modal
d. Belanja bunga
e. Belanja subsidi
f. Belanja hibah
g. Belanja bantuan sosial
h. Belanja bagi hasil
i. Belanja bantuan keuangan
j. Belanja tidak terduga

simbachs@gmail.com

- 131 5.1.3 Pembiayaan


Memuat informasi tentang rincian dan penjelasan pos pembiayaan yang
terdiri atas :
a. Pembiayaan penerimaan:
1) Sisa lebih perhitungan anggaran (SiLPA)
2) Pencairan dana cadangan
3) Hasil penjualan kekayaan (aset) daerah yang dipisahkan
4) Penerimaan pinjaman daerah dan penerbitan obligasi daerah
5) Penerimaan kembali pinjaman daerah
6) Penerimaan piutang
b. Pembiayaan Pengeluaran:
a. Pembentukan dana cadangan
b. Pembayaran pokok utang
c. Penyertaan modal (investasi) pemerintah daerah
d. Pemberian pinjaman
5.1.4 Aset
Memuat informasi tentang rincian dan penjelasan pos aset yang terdiri atas:
a. Aset lancar
b. Investasi jangka panjang
c. Aset tetap
d. Dana cadangan
e. Aset lain-lain
5.1.5 Kewajiban
Memuat informasi tentang rincian dan penjelasan pos kewajiban yang terdiri
atas:
a. Kewajiban jangka pendek
b. Kewajiban jangka panjang
5.1.6 Ekuitas dana
Memuat informasi tentang rincian dan penjelasan pos ekuitas dana yang
terdiri atas:
a. Ekuitas dana lancar
b. Ekuitas dana investasi
c. Ekuitas dana cadangan
5.1.7 Komponen-komponen laporan arus kas, yang terdiri atas:
a. Arus kas aktivitas operasi
b. Arus kas aktivitas investasi aset nonkeuangan
c. Arus kas aktivitas pembiayaan
d. Arus kas aktivitas nonanggaran
5.2.

Pengungkapan atas pos-pos aset dan kewajiban yang timbul


sehubungan dengan penerapan basis akrual atas pendapatan dan
belanja dan rekonsiliasinya dengan penerapan basis kas, untuk
entitas pelaporan yang menggunakan basis akrual.
Memuat informasi tentang kebijakan akuntansi yang diharuskan oleh
pernyataan standar akuntansi pemerintahan. Pengungkapan atas pos-pos
aset dan kewajiban yang timbul sehubungan dengan penerapan basis akrual
atas pendapatan dan belanja dan rekonsiliasinya dengan penerapan basis
kas, untuk entitas pelaporan yang menggunakan basis akrual. rekonsiliasi
ditujukan untuk menyajikan hubungan antara laporan kinerja kuangan
dengan laporan realisasi anggaran. Laporan rekonsiliasi dimulai dengan
penambahan atau pengurangan ekuitas yang berasal dari laporan kinerja
yang disusun berdasarkan basis akrual.

simbachs@gmail.com

- 132 Bab VI

Penjelasan atas informasi-informasi nonkeuangan


Memuat informasi tentang hal-hal yang belum diinformasikan dalam bagian manapun
dari laporan keuangan, yaitu:
a. Domisili dan bentuk hukum suaru entitas serta jurisdiksi tempat entitas tersebut
berada.
b. Penjelasan mengenai sifat operasi entitas dan kegiatan pokoknya.
c. Ketentuan perundang-undangan yang menjadi kegiatan operasionalnya.
d. Penggantian manajemen pemerintahan selama tahun berjalan.
e. Kesalahan manajemen terdahulu yang telah dikoreksi oleh manajemen baru.
f. Komitmen atau kontinjensi yang tidak dapat disajikan pada Neraca.
g. Penggabungan atau pemekaran entitas pada tahun berjalan.
h. Kejadian yang mempunyai dampak sosial, misalnya adanya pemogokan yang
harus ditanggung pemerintah.

Bab VII Penutup


Memuat uraian penutup yang dapat berupa simpulan-simpulan penting tentang
laporan keuangan.

............, tanggal ........


Gubernur/Bupati/Walikota*)
(tanda tangan)
(nama lengkap)
*)

Coret yang tidak perlu

simbachs@gmail.com

Q. IKHTISAR LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN DAERAH PENDAPATAN, BEBAN, DAN LABA (RUGI) BERSIH
LAMPIRAN VI.1

PERATURAN DAERAH
NOMOR
:
TANGGAL
:

PROVINSI/KABUPATEN/KOTA*)

IKHTISAR LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN DAERAH


PENDAPATAN, BEBAN, DAN LABA (RUGI) BERSIH

Halaman: .

No

Perusahaan Daerah
Tahun

Sumber
a)

Status
b)

Aktiva
Lancar

Aktiva
Tidak
Lancar

Aktiva
Lainnya

Total
Aktiva

Kewajiban
Jangka
Pendek

Kewajiban
Jangka
Panjang

Total
Kewajiban

Modal
Saham

Tambahan
Modal
Disetor

BPYDS
c)

Ekuitas
Lainnya

Laba
Ditahan

Total
Ekuitas

%
Saham
Daerah

Kepemili
kan
Daerah

8=
5+6+7

10

11 = 9+10

12

13

14

15

16

17

18

19 =
17 x 18

Bidang Perbankan
1. PT. Bank A
2. PT. Bank B
3. Dst
Sub Total (1)

Bidang Asuransi
1. PT. Asuransi A
2. PT. Asuransi B
3. Dst
Sub Total (2)

Bidang

d)

Sub Total (3)

Total Seluruh Bidang Industri


*)

Coret yang tidak perlu

tanggal ..,..
Gubernur/Bupati/Walikota*)
(tanda tangan)
(nama lengkap)

simbachs@gmail.com

- 134 Keterangan:
a) 1) Telah diuadit (audited); 2) Lap. tahunan belum diaudit (unaudited); 30 Lap. semester; 4) Lap. triwulan; 5)
Prognosis; 6) RKAP = Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan.
b) S = Sehat; KS = Kurang Sehat; TS = Tidak Sehat.
c) BPYDS = Bagian Pemerintah Daerah yang Disetor.
d) Bidang Industri yang dimaksud terdiri dari :
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
10)
11)
12)
13)
14)
15)
16)
17)
18)
19)
20)

Bidang perbankan;
Bidang Asuransi;
Bidang Pembiayaan;
Bidang Kontruksi;
Bidang Konsultan Kontruksi;
Bidang Penunjang Kontruksi;
Bidang Jasa Penilai;
Bidang Jasa Lainnya;
Bidang Rumah Saskit;
Bidang Pelabuhan;
Bidang Pelayaran;
Bidang Kebandarudaraan;
Bidang Angkutan Darat;
Bidang Logistik;
Bidang Perdagangan;
Bidang Pengerukan;
Bidang Farmasi;
Bidang Parawisata;
Bidang Kawasan Industri;
BidangUsaha Penerbangan;

21)
22)
23)
24)
25)
26)
27)
28)
29)
30)
31)
32)
33)
34)
35)
36)
37)

Bidang
Bidang
Bidang
Bidang
Bidang
Bidang
Bidang
Bidang
Bidang
Bidang
Bidang
Bidang
Bidang
Bidang
Bidang
Bidang
Bidang

DOK dan Perkapalan;


Perkebunan;
Pertanian;
Perikanan;
Pupuk;
Kehutanan;
Kertas;
Percetakan dan penerbitan;
Pertambangan;
Energi;
Industri Berbasis Teknologi;
Baja dan Kontruksi Baja;
Telekomunikasi;
Industri Pertahanan;
Semen;
Industri Sandang;
Aneka Industri.

Masing-masing bidang industri diuraikan Perusahaan Daerah yang ada didalamnya.

simbachs@gmail.com

R. IKHTISAR LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN DAERAH AKTIVA, KEWAJIBAN, DAN EKUITAS DANA
LAMPIRAN VI.2

PERATURAN DAERAH
NOMOR
:
TANGGAL
:

PROVINSI/KABUPATEN/KOTA*)

IKHTISAR LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN DAERAH


AKTIVA, KEWAJIBAN, DAN EKUITAS DANA
No

Perusahaan Daerah
Tahun

Sumber
a)

Status
b)

Aktiva
Lancar

Aktiva
Tidak
Lancar

Bidang Perbankan
1. PT. Bank A
2. PT. Bank B
3. Dst
Sub Total (1)

Bidang Asuransi
1. PT. Asuransi A
2. PT. Asuransi B
3. Dst
Sub Total (2)

Bidang

Aktiva
Lainnya
7

Total
Aktiva

Kewajiban
Jangka
Pendek

Kewajiban
Jangka
Panjang

Total
Kewajiban

8=
5+6+7

10

11 = 9+10

Halaman: .

Modal
Saham

Tambahan
Modal
Disetor

BPYDS
c)

Ekuitas
Lainnya

Laba
Ditahan

12

13

14

15

16

Total
Ekuitas

%
Saham
Daerah

Kepemili
kan
Daerah

17

18

19
= 17 x 18

d)

Sub Total (3)

Total Seluruh Bidang Industri


*)

Coret yang tidak perlu

tanggal ..,..
Gubernur/Bupati/Walikota*)
(tanda tangan)
(nama lengkap)

simbachs@gmail.com

- 136 Keterangan:
a) 1) Telah diuadit (audited); 2) Lap. tahunan belum diaudit (unaudited); 30 Lap. semester; 4) Lap. triwulan; 5)
Prognosis; 6) RKAP = Rencana Kerja dan Anggran Perusahaan.
b) S = Sehat; KS = Kurang Sehat; TS = Tidak Sehat.
c) BPYDS = Bagian Pemerintah Daerah yang Disetor.
d) Bidang Industri yang dimaksud terdiri dari :
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
10)
11)
12)
13)
14)
15)
16)
17)
18)
19)
20)

Bidang perbankan;
Bidang Asuransi;
Bidang Pembiayaan;
Bidang Kontruksi;
Bidang Konsultan Kontruksi;
Bidang Penunjang Kontruksi;
Bidang Jasa Penilai;
Bidang Jasa Lainnya;
Bidang Rumah Saskit;
Bidang Pelabuhan;
Bidang Pelayaran;
Bidang Kebandarudaraan;
Bidang Angkutan Darat;
Bidang Logistik;
Bidang Perdagangan;
Bidang Pengerukan;
Bidang Farmasi;
Bidang Parawisata;
Bidang Kawasan Industri;
BidangUsaha Penerbangan;

21)
22)
23)
24)
25)
26)
27)
28)
29)
30)
31)
32)
33)
34)
35)
36)
37)

Bidang
Bidang
Bidang
Bidang
Bidang
Bidang
Bidang
Bidang
Bidang
Bidang
Bidang
Bidang
Bidang
Bidang
Bidang
Bidang
Bidang

DOK dan Perkapalan;


Perkebunan;
Pertanian;
Perikanan;
Pupuk;
Kehutanan;
Kertas;
Percetakan dan penerbitan;
Pertambangan;
Energi;
Industri Berbasis Teknologi;
Baja dan Kontruksi Baja;
Telekomunikasi;
Industri Pertahanan;
Semen;
Industri Sandang;
Aneka Industri.

Masing-masing bidang industri diuraikan Perusahaan Daerah yang ada didalamnya.

MENTERI DALAM NEGERI,


ttd
H. MOH. MARUF, SE.
Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA BIRO HUKUM,

PERWIRA

simbachs@gmail.com

- 137 LAMPIRAN E.XXVIII

: PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI


NOMOR

: 13 TAHUN 2006

TANGGAL

: 15 Mei 2006

FORMAT RANCANGAN PERATURAN KEPALA DAERAH TENTANG PENJABARAN

PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBD


A.

RANCANGAN
PERATURAN
KEPALA
DAERAH
PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBD

TENTANG

PENJABARAN

RANCANGAN PERATURAN GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA*) .......


NOMOR : ........... TAHUN ..
TENTANG
PENJABARAN PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH
TAHUN ANGGARAN
GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA*)
Menimbang

Mengingat

bahwa memenuhi ketentuan Pasal 9 Peraturan Daerah Nomor Tahun


tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah Tahun Anggaran .........., perlu ditetapkan Peraturan
tentang
Penjabaran
Gubernur/Bupati/Walikota*)...........
Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja
daerah Tahun Anggaran .. sebagai rincian lebih lanjut dari
pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja
daerah tahun anggaran ........;

1.

Undang-Undang Nomor .......... Tahun ........... tentang Pembentukan


Daerah ................ (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun .........
Nomor ........., Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
.......);

2.

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan


Bangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor
68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3312)
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun
1994 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 62,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3569);

3.

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan


Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997
Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3685) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 34
Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor
246 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4048);

4.

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1997 tentang Bea Perolehan Hak


Atas Tanah dan Bangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1997 Nomor 44, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3688);

5.

Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan


Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851);

simbachs@gmail.com

- 138 6.

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

7.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

8.

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan


Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4389);

9.

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksanaan


Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4400);

10.

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan


Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4421);

11.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun
2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti UndangUndang Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Perubahan Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi UndangUndang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia nomor 4548);

12.

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan


Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

13.

Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan


Pengawasan atas Penyelenggaran Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 41, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4090);

14.

Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 118,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4138);

15.

Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 119,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4139);

16.

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan


Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 90, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4416) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor
37 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor
24 Tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan
dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 94, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4540);

17.

Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan


Keuangan Badan Layanan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2005 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4502);

simbachs@gmail.com

- 139 18.

Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2005 tentang Pinjaman Daerah


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 136,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4574);

19.

Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana


Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor
137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4575);

20.

Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi


Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4576);

21.

Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2005 tentang Hibah (Lembaran


Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 139, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4577);

22.

Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan


Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4578);

23.

Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman


Penyusunan dan penerapan Standar Pelayanan Minimal (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 150, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4585);

24.

Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan


Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4614);

25.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang


Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;

26.

Peraturan Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota*) .................. Nomor


.. Tahun ...... tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan
Daerah;

27.

Peraturan Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota*) .................. Nomor


.. Tahun ...... tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Tahun Anggaran ...;

28.

Peraturan Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota*) .................. Nomor


.. Tahun ...... tentang Perubahan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah Tahun Anggaran ...;

29.

Peraturan Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota*) .................. Nomor


.. Tahun ...... tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD
Tahun Anggaran ...;

30.

Peraturan Gubernur/Bupati/Walikota*) Nomor . Tahun tentang


Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun
Anggaran..;

31.

Peraturan Gubernur/Bupati/Walikota*) Nomor . Tahun tentang


Penjabaran Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Tahun Anggaran..;
MEMUTUSKAN :

Menetapkan

PERATURAN
GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA*)
TENTANG
PENJABARAN
PERTANGGUNGJAWABAN
PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH
TAHUN ANGGARAN .

simbachs@gmail.com

- 140 -

Pasal 1
Laporan realisasi anggaran tahun anggaran . terdiri atas :
1.

2.

Pendapatan
a.
Pendapatan Asli Daerah
b.
Dana Perimbangan
c.
Lain-lain Pendapatan yang Sah
Jumlah Pendapatan
Belanja
a.
Belanja Tidak Langsung
1)
Belanja Pegawai
2)
Belanja Bunga
3)
Belanja Subsidi
4)
Belanja Hibah
5)
Belanja Bantuan Sosial
6)
Belanja Bagi Hasil
7)
Belanja Bantuan Keuangan
8)
Belanja Tidak Terduga

Rp. .......................
Rp. .......................
Rp. .......................
Rp. .......................

Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.

.......................
.......................
.......................
.......................
.......................
.......................
.......................
.......................
Rp. .......................

b.

3.

Belanja Langsung
1)
Belanja Pegawai
2)
Belanja Barang dan Jasa
3)
Belanja Modal

Pembiayaan:
a.
Penerimaan
b.
Pengeluaran

Rp. .......................
Rp. .......................
Rp. .......................

Jumlah Belanja

Rp. .......................
Rp. .......................

Surplus/(Defisit)

Rp. .......................
Rp. .......................
Rp. .......................

Jumlah Pembiayaan Neto


Sisa lebih pembiayaan anggaran tahun berkenaan

Rp. .......................
Rp. .......................

Pasal 2
Ringkasan laporan realisasi anggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 tercantum dalam
Lampiran I Peraturan Gubernur/Bupati/Walikota*) . ini.
Pasal 3
Ringkasan laporan realisasi anggaran sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 dirinci lebih lanjut
ke dalam penjabaran laporan realisasi anggaran.
Pasal 4
Penjabaran laporan realisasi anggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 tercantum dalam
Lampiran II Peraturan Gubernur/Bupati/Walikota*) ... ini.
Pasal 5
Lampiran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dan Pasal 4 merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Gubernur/Bupati/Walikota *). ini.
Pasal 6
Peraturan Gubernur/Bupati/Walikota. ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

simbachs@gmail.com

- 141 -

Agar
setiap
orang
mengetahuinya,
memerintahkan
pengundangan
Gubernur/Bupati/Walikota ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah.

Peraturan

Ditetapkan di
pada tanggal ....
Gubernur/Bupati/Walikota*) .
(tanda tangan)
(nama lengkap)
*)

coret yang tidak perlu

simbachs@gmail.com

B. RINGKASAN LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH


LAMPIRAN I

PERATURAN GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA
NOMOR
:
TANGGAL
:

PROVINSI/KABUPATEN/KOTA*) ..
RINGKASAN LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH
TAHUN ANGGARAN
Nomor
Urut

Uraian

1.

Bertambah/
(berkurang)

Jumlah (Rp)
anggaran
setelah
perubahan
3

realisasi

(Rp)

PENDAPATAN DAERAH

1.1
1.1.1
1.1.2
1.1.3
1.1.4

Pendapatan asli daerah


Pajak daerah
Retribusi daerah
Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan
Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah

1.2
1.2.1
1.2.2
1.2.3

Dana perimbangan
Dana bagi hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak
Dana alokasi umum
Dana alokasi khusus

1.3
1.3.1
1.3.2
1.3.3
1.3.4
1.3.5

Lain-lain pendapatan daerah yang sah


Hibah
Dana Darurat
Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah lainnya
Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus
Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah lainnya
Jumlah Pendapatan
simbachs@gmail.com

Nomor
Urut
1
2.
2.1
2.1.1
2.1.2
2.1.3
2.1.4
2.1.5
2.1.6

Uraian

anggaran
setelah
perubahan
3

realisasi

(Rp)

BELANJA DAERAH

2.1.8

Belanja Tidak Langsung


Belanja pegawai
Belanja bunga
Belanja subsidi
Belanja hibah
Belanja bantuan sosial
Belanja Bagi Hasil Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintahan
Desa
Belanja Bantuan Keuangan Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota Dan
Pemerintahan Desa
Belanja Tidak Terduga

2.2
2.2.1
2.2.2
2.2.3

Belanja Langsung
Belanja pegawai
Belanja barang dan jasa
Belanja modal

2.1.7

Bertambah/
(berkurang)

Jumlah (Rp)

Jumlah Belanja
Surplus/(Defisit)
3.
3.1
3.1.1
3.1.2
3.1.3
3.1.4
3.1.5
3.1.6

PEMBIAYAAN DAERAH
Penerimaan pembiayaan
Penggunaan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA)
Pencairan Dana Cadangan
Hasil Penjualan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan
Penerimaan Pinjaman Daerah
Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman Daerah
Penerimaan Piutang Daerah
Jumlah penerimaan pembiayaan

simbachs@gmail.com

Nomor
Urut
1
3.2
3.2.1
3.2.2
3.2.3
3.2.4

Bertambah/
(berkurang)

Jumlah (Rp)
Uraian

anggaran
setelah
perubahan
3

2
Pengeluaran pembiayaan
Pembentukan Dana Cadangan
Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah
Pembayaran Pokok Utang
Pemberian Pinjaman Daerah

realisasi

(Rp)

Jumlah pengeluaran pembiayaan


Pembiayaan netto
3.3

*)

Sisa lebih pembiayaan anggaran tahun berkenaan

Coret yang tidak perlu

.................., tanggal ........


Gubernur/Bupati/Walikota*)........
(tanda tangan)
(nama lengkap)

simbachs@gmail.com

C. PENJABARAN LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH


LAMPIRAN II :

PERATURAN GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA
NOMOR
:
TANGGAL
:

PROVINSI/KABUPATEN/KOTA*) ..
PENJABARAN LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH
TAHUN ANGGARAN ..
Urusan Pemerintahan
Organisasi

: x.xx
: x.xx.xx

(dalam rupiah)
Bertambah/
(Berkurang)

Jumlah (Rp)
Kode Rekening

*)

Coret yang tidak perlu

Uraian

Anggaran
Setelah
Perubahan

Realisasi

(Rp)

Penjelasan
7

.................., tanggal ........


Gubernur/Bupati/Walikota *)......
(tanda tangan)
(nama lengkap)

simbachs@gmail.com

- 146 Cara Pengisian Lampiran II Peraturan Kepala Daerah, format penjabaran laporan realisasi anggaran
pendapatan dan belanja daerah:
1.

Provinsi/kabupaten/kota diisi dengan nama provinsi/kabupaten/kota.

2.

Tahun anggaran diisi dengan tahun anggaran penjabaran laporan realisasi anggaran.

3.

Urusan pemerintahan diisi dengan nomor kode dan nama urusan pemerintahan daerah yang
dilaksanakan oleh satuan kerja perangkat daerah.

4.

Organisasi diisi dengan nomor kode dan nama satuan kerja perangkat daerah.

5.

Pengisian kolom 1 (kode rekening) sebagai berikut :

a.

Pendapatan Daerah :
Kolom kesatu diisi dengan nomor 4 untuk kode rekening pendapatan daerah. Kolom kedua diisi
dengan kode rekening untuk kelompok pendapatan daerah, kolom ketiga dan keempat diisi
dengan angka 00, kolom kelima diisi dengan kode rekening untuk jenis pendapatan, kolom
keenam diisi dengan kode rekening untuk objek pendapatan, dan kolom ketujuh/terakhir diisi
dengan kode rekening untuk rincian objek pendapatan.

b.

Belanja Daerah :
Kolom pertama diisi dengan angka 5 untuk kode rekening belanja daerah.
Untuk pengisian kolom-kolom selanjutnya sebagai berikut:
1)

Belanja Tidak Langsung :


Setelah kode rekening belanja daerah diisi dengan angka 1 untuk kode rekening kelompok
belanja tidak langsung, kolom ketiga dan keempat masing-masing diisi dengan angka 00.
Kolom selanjutnya secara berturut-turut diisi sesuai dengan kode rekening jenis belanja
tidak langsung, kode rekening objek belanja tidak langsung, dan kode rekening rincian objek
belanja tidak langsung yang berkenaan.

2)

Belanja Langsung :
Setelah kode rekening belanja daerah diisi dengan angka 2 untuk kode rekening kelompok
belanja langsung, kolom ketiga diisi dengan nomor kode program, kolom keempat diisi
dengan nomor kode kegiatan.
Kolom selanjutnya diisi dengan kode rekening jenis belanja langsung, kode rekening objek
belanja langsung, dan kode rekening rincian objek belanja langsung berkenaan untuk
belanja dari setiap kegiatan.

c.

Pembiayaan Daerah :
Kolom pertama diisi dengan angka 6 untuk kode rekening pembiayaan daerah.
Untuk pengisian kolom selanjutnya sebagai berikut:
1)

Penerimaan pembiayaan daerah :


Setelah kolom kode rekening pembiayaan daerah diisi, kolom berikutnya diisi dengan angka
1 untuk nomor kode rekening kelompok penerimaan pembiayaan daerah, kolom ketiga dan
keempat masing-masing diisi dengan angka 00.
Untuk kolom-kolom selanjutnya secara berturut-turut diisi dengan nomor kode rekening
jenis penerimaan pembiayaan, kode rekening objek penerimaan pembiayaan, dan kode
rekening rincian objek penerimaan pembiayaan yang berkenaan.

2)

Pengeluaran pembiayaan daerah :


Setelah kolom kode rekening pembiayaan daerah diisi, kolom berikutnya diisi dengan angka
2 untuk nomor kode rekening kelompok pengeluaran pembiayaan daerah, kolom ketiga dan
keempat masing-masing diisi dengan angka 00.
Untuk kolom-kolom selanjutnya secara berturut-turut diisi dengan nomor kode rekening
jenis pengeluaran pembiayaan, kode rekening objek pengeluaran pembiayaan, dan kode
rekening rincian objek pengeluaran pembiayaan yang berkenaan.

simbachs@gmail.com

- 147 6.

Pengisian Kolom 2 (uraian) sebagai berikut :

a.

b.

Pendapatan Daerah :
1)

Uraian pendapatan daerah dicantumkan pada urutan pertama.

2)

Setelah mencantumkan uraian pendapatan daerah, selanjutnya dicantumkan uraian


kelompok pendapatan daerah yang akan dipungut/diterima seperti pendapatan asli
daerah/dana perimbangan atau lain-lain pendapatan daerah yang sah.

3)

Untuk setiap kelompok pendapatan daerah diuraikan jenis-jenis pendapatan berkenaan.


Jenis-jenis pendapatan daerah yang termasuk dalam kelompok pendapatan asli daerah
seperti hasil pajak daerah/hasil retribusi daerah/hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah. Sedangkan dana bagi hasil, DAU, DAK
merupakan jenis pendapatan daerah yeng termasuk dalam kelompok pendapatan daerah
yang bersumber dari penerimaan dana perimbangan. Demikian halnya dengan penguraian
kelompok, dan jenis dari pendapatan Daerah yang lain.

4)

Setelah setiap jenis pendapatan daerah dicantumkan, selanjutnya diuraikan nama obyek
pendapatan daerah yang berkenaan, misalnya pajak kendaraan bermotor, pajak kendaraan
di atas air, bea balik nama kendaraan bermotor yang merupakan obyek pendapatan daerah
yang termasuk dalam jenis hasil pajak daerah. retribusi pelayanan kesehatan, retribusi
pemakaian kekayaan daerah, retribusi pengujian kapal perikanan merupakan obyek
pendapatan daerah yang termasuk dalam jenis hasil retribusi daerah, dan seterusnya.

5)

Untuk setiap obyek pendapatan daerah yang dicantumkan selanjutnya diuraikan rincian
obyek pendapatan daerah yang berkenaan, seperti A-1 Sedan, Jeep, Station Wagon ( Tidak
Umum ), A-2 Sedan, Jeep, Station Wagon ( Umum ), B-1 Bus, Micro Bus ( Tidak Umum )
yang merupakan rincian obyek pendapatan daerah yang termasuk dalam obyek pajak
kendaraan bermotor, administrasi/karcis, tindakan/operasi merupakan rincian obyek
pendapatan daerah yang termasuk dalam obyek retribusi pelayanan kesehatan. Pelepasan
hak atas tanah, penjualan peralatan/perlengkapan kantor tidak terpakai, penjualan
mesin/alat-alat berat tidak terpakai merupakan rincian obyek pendapatan daerah yang
termasuk dalam obyek hasil penjualan aset daerah yang tidak dipisahkan dan seterusnya.

6)

Pencantuman kelompok, jenis, obyek dan rincian obyek dalam uraian rincian penjabaran
APBD disesuaikan dengan kewenangan untuk memungut atau menerima pendapatan daerah
sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing satuan kerja perangkat daerah
sebagaimana ditetapkan dalam ketentuan perundang-undangan. Sehubungan dengan hal
tersebut untuk efektivitas penilaian pencapaian prestasi kerja dibidang pengelolaan
pendapatan daerah, tidak diperkenankan mencantumkan rincian obyek pendapatan daerah
yang pemungutan atau penerimaannya bukan menjadi kewenangan satuan kerja perangkat
daerah yang bersangkutan.

Belanja Daerah :
Uraian pertama yang harus dicantumkan untuk menjabarkan belanja yakni uraian belanja daerah.
Selanjutnya untuk menguraikan lebih lanjut belanja kedalam kelompok belanja, yang pertama kali
dicantumkan adalah belanja tidak langsung, kemudian diikuti dengan masing-masing jenis belanja
tidak langsung, obyek belanja tidak langsung dan rincian obyek belanja tidak langsung berkenaan.
Setelah menguraikan belanja tidak langsung, langkah selanjutnya adalah menguraikan belanja
langsung mulai dari jenis belanja langsung, dengan masing-masing obyek belanja langsung dan
rincian obyek belanja langsung berkenaan
Penjabaran lebih lanjut dari masing-masing kelompok belanja agar memperhatikan hal-hal sebagai
berikut :
1)

Anggaran dan realisasi belanja tidak langsung :

a)

Setelah mencantumkan uraian belanja tidak langsung, selanjutnya diuraikan jenis-jenis


belanja yang termasuk dalam kelompok belanja tidak langsung dimaksud. Jenis-jenis
belanja tidak langsung seperti belanja pegawai, belanja barang dan jasa, belanja
bunga, belanja subsidi, belanja hibah, belanja bagi hasil, belanja bantuan keuangan
atau belanja tak tersangka.

b)

Pencantuman setiap jenis belanja harus diikuti dengan menguraikan obyek belanja
berkenaan, misalnya untuk belanja pegawai, uraian obyek belanja yang termasuk
dalam jenis belanja pegawai tersebut seperti gaji dan tunjangan, tunjangan tambahan
penghasilan PNS, upah pungut, belanja perawatan dan pengobatan, belanja
pengembangan sumber daya aparatur. Obyek belanja yang termasuk dalam jenis

simbachs@gmail.com

- 148 belanja barang dan jasa dapat berupa belanja bahan pakai habis, belanja jasa kantor,
belanja penunjang operasional KDH/WKDH, belanja cetak dan penggandaan dan
belanja sewa keperluan kantor. Belanja bagi hasil pajak daerah dan belanja bagi hasil
retribusi daerah merupakan obyek dari jenis belanja bagi hasil, dan seterusnya.

c)

2)

c.

Setelah mencantumkan obyek belanja tidak langsung yang diperlukan, selanjutnya


diikuti dengan menguraikan rincian obyek belanja yang termasuk dalam obyek belanja
berkenaan. Gaji pokok/uang representasi, tunjangan keluarga, tunjangan jabatan,
tunjangan fungsional, tunjangan beras, tunjangan PPh, pembulatan gaji, uang paket,
tunjangan panitia musyawarah, tunjangan komisi, tunjangan panitia anggaran,
tunjangan badan kehormatan merupakan rincian obyek dari obyek belanja gaji dan
tunjangan. Belanja alat tulis kantor, belanja alat listrik dan elektronik (lampu pijar,
battery kering), belanja perangko, materai dan benda pos lainnya, belanja peralatan
kebersihan dan bahan pembersih, belanja pengisian tabung pemadam kebakaran,
belanja pengisian tabung gas adalah merupakan rincian obyek dari obyek belanja
bahan pakai habis, dan seterusnya.

Anggaran dan realisasi belanja langsung :

a)

Untuk anggaran dan realisasi belanja langsung, terlebih dahulu dimulai dengan
mencantumkan uraian belanja langsung, yang kemudian diikuti dengan nama program
yang akan didanai melalui belanja langsung.

b)

Setelah mencantumkan nama program, selanjutnya dicantumkan nama kegiatan yang


termasuk dalam bagian program berkenaan.

c)

Setiap mencantumkan uraian nama kegiatan langkah selanjutnya diikuti dengan


mencantumkan jenis-jenis belanja langsung, dan masing-masing obyek belanja
langsung serta rincian obyek belanja langsung yang dibutuhkan untuk mendanai
kegiatan berkenaan.

d)

Jenis-jenis belanja yang termasuk dalam kelompok belanja langsung dapat berupa
belanja pegawai, belanja barang dan jasa, atau belanja modal.

e)

Obyek belanja langsung yang termasuk dalam jenis belanja pegawai seperti
honorarium, uang lembur dan upah. Obyek belanja langsung yang termasuk dalam
jenis belanja barang dan jasa seperti belanja bahan/material, belanja cetak dan
penggandaan, belanja sewa, belanja makanan dan minuman, belanja pakaian kerja
dan belanja perjalanan dinas. Belanja modal tanah, belanja modal jalan dan jembatan,
belanja modal bangunan air (irigasi), belanja modal instalasi, belanja modal jaringan
merupakan obyek belanja langsung yang termasuk dalam jenis belanja modal, dan
seterusnya.

f)

Rincian obyek belanja langsung yang termasuk dalam salah satu obyek belanja
langsung honorarium misalnya honorarium panitia/tim. Belanja bahan baku bangunan,
belanja bahan/bibit tanaman, belanja bahan obat-obatan, belanja alat tulis merupakan
rincian obyek belanja langsung yang termasuk dalam obyek belanja bahan/material.
Belanja modal bangunan gedung tempat kerja, belanja modal bangunan gedung
rumah tinggal dan belanja modal bangunan gedung menara merupakan rincian obyek
belanja langsung yang termasuk dalam obyek belanja modal, dan seterusnya.

Pembiayaan Daerah :
1)

Penerimaan pembiayaan

a)

Uraian pertama yang dicantumkan untuk menguraikan lebih lanjut penerimaan


pembiayaan daerah yakni uraian penerimaan pembiayaan.

b)

Selanjutnya diuraikan jenis-jenis penerimaan pembiayaan yang termasuk dalam


kelompok penerimaan pembiayaan berkenaan, seperti sisa lebih perhitungan anggaran
tahun lalu, transfer dari rekening dana cadangan, hasil penjualan kekayaan daerah
yang dipisahkan, penerimaan pinjaman daerah dan obligasi daerah dan penerimaan
tagihan piutang daerah merupakan jenis penerimaan pembiayaan yang termasuk
dalam kelompok penerimaan pembiayaan.

c)

Untuk masing-masing jenis penerimaan pembiayaan yang dicantumkan selanjutnya


diuraikan obyek penerimaan pembiayaan yang termasuk dalam jenis penerimaan
pembiayaan berkenaan, seperti pelampauan PAD, pelampauan dana perimbangan,
pelampauan lain-lain pendapatan yang sah yang merupakan obyek penerimaan

simbachs@gmail.com

- 149 pembiayaan yang termasuk dalam jenis sisa lebih perhitungan anggaran tahun lalu.
Penerimaan pinjaman daerah dari pemerintah, penerimaan pinjaman daerah dari
pemerintah daerah lain, penerimaan pinjaman daerah dari lembaga keuangan bank,
penerimaan pinjaman daerah dari lembaga keuangan bukan bank dan penerimaan
atas kewajiban kepada pihak ketiga merupakan obyek penerimaan pembiayaan yang
termasuk dalam jenis penerimaan pinjaman daerah dan obligasi daerah, dan
seterusnya.

d)

2)

7.

Setelah mencantumkan setiap uraian obyek penerimaan pembiayaan, selanjutnya


dicantumkan uraian rincian obyek penerimaan pembiayaan yang termasuk dalam
obyek penerimaan pembiayaan berkenaan, seperti penerimaan piutang daerah dari
hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan dan lain-lain PAD merupakan rincian obyek penerimaan pembiayaan yang
termasuk dalam obyek pelampauan PAD.

Pengeluaran pembiayaan

a)

Uraian pertama yang dicantumkan untuk menguraikan lebih lanjut penerimaan


pembiayaan daerah yakni uraian pengeluaran pembiayaan.

b)

Selanjutnya diuraikan jenis-jenis pengeluaran pembiayaan yang termasuk dalam


kelompok pengeluaran pembiayaan berkenaan, seperti pembayaran cicilan pokok
utang yang jatuh tempo, pembelian kembali obligasi daerah, penyertaan modal
(investasi) daerah, pemberian pinjaman daerah dan obligasi daerah dan transfer ke
rekening dana cadangan yang merupakan jenis pengeluaran pembiayaan yang
termasuk dalam kelompok pengeluaran pembiayaan.

c)

Untuk masing-masing jenis pengeluaran pembiayaan yang dicantumkan selanjutnya


diuraikan obyek pengeluaran pembiayaan yang termasuk dalam jenis pengeluaran
pembiayaan berkenaan, seperti pembayaran cicilan pokok utang yang jatuh tempo
kepada pemerintah, pembayaran cicilan pokok utang yang jatuh tempo kepada
pemerintah daerah lain, pembayaran cicilan pokok utang yang jatuh tempo kepada
lembaga keuangan bank, pembayaran cicilan pokok utang yang jatuh tempo kepada
lembaga keuangan bukan bank, pembayaran atas kewajiban kepada pihak ketiga,
pembayaran pokok obligasi daerah yang jatuh tempo kepada masyarakat yang
merupakan obyek pengeluaran pembiayaan yang termasuk dalam jenis pembayaran
cicilan pokok utang yang jatuh tempo.

d)

Setelah mencantumkan setiap uraian obyek pengeluaran pembiayaan, selanjutnya


dicantumkan uraian rincian obyek pengeluaran pembiayaan yang termasuk dalam
obyek pengeluaran pembiayaan berkenaan.

Pengisian kolom 3, 4 dan 5 sebagai berikut :

a.

Pendapatan Daerah:
1)

Pengisian jumlah pendapatan daerah secara horizontal sesuai dengan jumlah anggaran dan
realisasi serta bertambah/berkurang (realisasi-anggaran) menurut kelompok, jenis, objek,
dan rincian objek pendapatan daerah yang dicantumkan dalam kolom uraian.

2)

Jumlah menurut kelompok pendapatan daerah diisi dengan jumlah hasil penjumlahan dari
seluruh anggaran dan realisasi serta bertambah/berkurang (realisasi-anggaran) jenis
pendapatan daerah berkenaan.

3)

Jumlah menurut jenis pendapatan daerah diisi dengan jumlah hasil penjumlahan dari
seluruh anggaran dan realisasi serta bertambah/berkurang (realisasi-anggaran) obyek
pendapatan daerah berkenaan.

4)

Jumlah menurut obyek pendapatan daerah diisi dengan jumlah hasil penjumlahan dari
seluruh anggaran dan realisasi serta bertambah/berkurang (realisasi-anggaran) rincian
obyek pendapatan daerah berkenaan.

5)

Jumlah menurut rincian obyek pendapatan daerah diisi dengan jumlah anggaran dan
realisasi serta bertambah/berkurang (realisasi-anggaran) rincian obyek pendapatan daerah
berkenaan.

6)

Jumlah seluruh anggaran dan realisasi serta bertambah/berkurang (realisasi-anggaran)


pendapatan daerah sama dengan penjumlahan dari seluruh jumlah kelompok pendapatan
daerah yang dianggarkan dan realisasikan dan bertambah/berkurang.

simbachs@gmail.com

- 150 b.

Belanja Daerah :
1)

2)

c.

Belanja tidak langsung

a)

Pengisian jumlah belanja tidak langsung secara horizontal disesuaikan dengan jumlah
anggaran dan realisasi serta bertambah/berkurang (realisasi-anggaran) menurut
kelompok, jenis, objek, rincian objek belanja tidak langsung yang dicantumkan dalam
kolom uraian.

b)

Jumlah menurut kelompok belanja tidak langsung diisi dengan jumlah hasil
penjumlahan dari seluruh anggaran dan realisasi serta bertambah/berkurang (realisasianggaran) jenis belanja tidak langsung berkenaan.

c)

Jumlah menurut jenis belanja tidak langsung diisi dengan jumlah hasil penjumlahan
dari seluruh anggaran dan realisasi serta bertambah/berkurang (realisasi-anggaran)
obyek belanja tidak langsung berkenaan.

d)

Jumlah menurut obyek belanja tidak langsung erah diisi dengan jumlah hasil
penjumlahan dari seluruh anggaran dan realisasi serta bertambah/berkurang (realisasianggaran) rincian obyek belanja tidak langsung berkenaan.

e)

Jumlah menurut rincian obyek belanja tidak langsung diisi dengan jumlah anggaran
dan realisasi serta bertambah/berkurang (realisasi-anggaran) rincian obyek belanja
tidak langsung berkenaan.

f)

Jumlah seluruh anggaran dan realisasi serta bertambah/berkurang (realisasi-anggaran)


belanja tidak langsung sama dengan penjumlahan dari seluruh jumlah kelompok
belanja tidak langsung yang dianggarkan, direalisasikan dan bertambah/berkurang.

Belanja Langsung

a)

Pengisian jumlah belanja langsung secara horizontal disesuaikan dengan jumlah


anggaran dan realisasi serta bertambah/berkurang (realisasi-anggaran) menurut
program, kegiatan, jenis, objek, rincian objek belanja langsung yang dicantumkan
dalam kolom uraian.

b)

Jumlah menurut program diisi dengan jumlah hasil penjumlahan dari seluruh jumlah
anggaran dan realisasi serta bertambah/berkurang (realisasi-anggaran) belanja
kegiatan yang termasuk dalam program berkenaan.

c)

Jumlah menurut kegiatan diisi dengan jumlah hasil penjumlahan dari seluruh anggaran
dan realisasi serta bertambah/berkurang (realisasi-anggaran) jenis belanja langsung
yang termasuk dalam kegiatan berkenaan.

d)

Jumlah menurut jenis diisi dengan jumlah hasil penjumlahan dari seluruh anggaran
dan realisasi serta bertambah/berkurang (realisasi-anggaran) obyek belanja langsung
yang termasuk dalam kegiatan berkenaan.

e)

Jumlah menurut obyek diisi dengan jumlah hasil penjumlahan dari seluruh anggaran
dan realisasi serta bertambah/berkurang (realisasi-anggaran) rincian obyek belanja
langsung yang termasuk dalam kegiatan berkenaan.

f)

Jumlah menurut rincian obyek diisi dengan jumlah anggaran dan realisasi serta
bertambah/berkurang (realisasi-anggaran) rincian obyek belanja langsung kegiatan
berkenaan.

g)

Jumlah seluruh anggaran dan realisasi serta bertambah/berkurang (realisasi-anggaran)


belanja langsung sama dengan penjumlahan dari seluruh jumlah program yang
dianggarkan, direalisasikan dan bertambah/berkurang.

Pembiayaan daerah :
1)

Penerimaan Pembiayaan

a)

Pengisian jumlah penerimaan pembiayaan secara horizontal sesuai dengan jumlah


anggaran dan realisasi serta bertambah/berkurang (realisasi-anggaran) menurut
kelompok, jenis, objek, dan rincian objek penerimaan pembiayaan yang dicantumkan
dalam kolom uraian.

simbachs@gmail.com

- 151 -

2)

3)

b)

Jumlah menurut jenis penerimaan pembiayaan diisi dengan jumlah hasil penjumlahan
dari seluruh jumlah anggaran dan realisasi serta bertambah/berkurang (realisasianggaran) obyek penerimaan pembiayaan berkenaan.

c)

Jumlah menurut obyek penerimaan pembiayaan diisi dengan jumlah hasil penjumlahan
dari seluruh jumlah anggaran dan realisasi serta bertambah/berkurang (realisasianggaran) rincian obyek penerimaan pembiayaan berkenaan.

d)

Jumlah menurut rincian obyek penerimaan pembiayaan diisi dengan jumlah anggaran
dan realisasi serta bertambah/berkurang (realisasi-anggaran) rincian obyek
penerimaan pembiayaan berkenaan.

e)

Jumlah seluruh penerimaan pembiayaan sama dengan penjumlahan dari seluruh


jumlah anggaran dan realisasi serta bertambah/berkurang (realisasi-anggaran) jenis
penerimaan pembiayaan yang dianggarkan.

Pengeluaran Pembiayaan

a)

Pengisian jumlah pengeluaran pembiayaan secara horizontal sesuai dengan jumlah


anggaran dan realisasi serta bertambah/berkurang (realisasi-anggaran) seluruh
menurut kelompok, jenis, objek, dan rincian objek pengeluaran pembiayaan yang
dicantumkan dalam kolom uraian.

b)

Jumlah menurut jenis pengeluaran pembiayaan diisi dengan jumlah hasil penjumlahan
dari seluruh jumlah anggaran dan realisasi serta bertambah/berkurang (realisasianggaran) obyek pengeluaran pembiayaan berkenaan.

c)

Jumlah menurut obyek pengeluaran pembiayaan diisi dengan jumlah hasil


penjumlahan dari seluruh jumlah anggaran dan realisasi serta bertambah/berkurang
(realisasi-anggaran) rincian obyek pengeluaran pembiayaan berkenaan.

d)

Jumlah menurut rincian obyek pengeluaran pembiayaan diisi dengan jumlah anggaran
dan realisasi serta bertambah/berkurang (realisasi-anggaran) rincian obyek
pengeluaran pembiayaan berkenaan.

e)

Jumlah seluruh pengeluaran pembiayaan sama dengan penjumlahan dari seluruh


jumlah anggaran dan realisasi serta bertambah/berkurang (realisasi-anggaran) jenis
pengeluaran pembiayaan yang dianggarkan.

Pembiayaan Neto
Jumlah anggaran dan realisasi serta bertambah/berkurang (realisasi-anggaran) pembiayaan
neto diisi dengan jumlah selisih antara jumlah penerimaan pembiayaan dikurangi dengan
jumlah pengeluaran pembiayaan

8.

Pengisian kolom 6 (%):


Kolom 6 (%) diisi dengan angka persentase perbandingan realisasi dengan anggaran pendapatan,
belanja dan pembiayaan untuk masing-masing kelompok, jenis, obyek dan rincian obyek.

9.

Pengisian kolom 7 (keterangan) sebagai berikut :


Kolom penjelasan wajib diisi untuk memenuhi prinsip transparansi dan akuntabilitas keuangan
daerah/APBD. Dalam kolom ini harus disajikan data dan informasi yang lengkap untuk memudahkan
berbagai pihak memperoleh gambaran mengenai anggaran dan realisasi pendapatan dan penerimaan
pembiayaan daerah dan sasaran serta hasil yang direncanakan dan realisasi dari pengeluaran belanja
dan pembiayaan daerah selama satu tahun anggaran.

a.

b.

Untuk penjelasan realisasi pendapatan daerah diisi dengan:


1)

Dasar hukum penganggaran dan realisasi untuk setiap obyek pungutan/penerimaan dapat
berupa Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, atau Peraturan Daerah
yang disertai dengan nomor, tahun dan tentang.

2)

Dasar penentuan jumlah pendapatan/penerimaan yang anggaran dan realisasi pada kolom
jumlah, seperti kwantitas unit, orang, rumah tangga, frekwensi pemakaian/penggunaan,
waktu, luas, bobot, kepala keluarga, atau volume dan ukuran lainnya yang digunakan yang
disertai dengan besarnya tarif pungutan atau harga/nilai satuan lainnya

Untuk penjelasan realisasi belanja daerah sebagai berikut:


1)

Belanja tidak langsung sebagai berikut:

simbachs@gmail.com

- 152 Setiap jumlah rincian obyek belanja tidak langsung yang telah direalisasi dalam kolom
jumlah supaya diberi penjelasan mengenai:

a)

Dasar hukum anggaran dan realisasi belanja tidak langsung

b)

Realisasi atas sasaran yang diperuntukan dalam penyediaan belanja tidak langsung,
dengan cara menguraikan jumlah rincian obyek belanja tidak langsung seperti jumlah
orang, jumlah barang dan jasa, kwantitas unit, kwantitas waktu/jam/hari/bulan/tahun,
ukuran berat, ukuran luas, atau satuan ukuran lainnya yang digunakan disertai dengan
besarnya harga satuan sebagai tolok ukur pengeluaran belanja tidak langsung seperti
tarif, harga, tingkat suku bunga atau nilai kurs dari masing-masing sejumlah belanja
tidak langsung berkenaan

Contoh 1
Realisasi belanja perjalanan dinas keluar daerah sejumlah Rp 520.000.000,00
Dalam kolom penjelasan diuraikan lebih lanjut sebagai berikut :
Realisasi sesuai dengan peraturan Kepala Daerah Nomor ...... Tahun ......untuk :
1.

2.

Perjalanan dinas ke Jakarta dalam rangka menghadiri rapat-rapat koordinasi di Jakarta


sejumlah Rp 171.000.000,00
Tiket 20 orang pp x 5 kali x Rp 1.500.000,00 =

Rp150.000.000,00

Lumpsum 20 orang x 3 hari x Rp 350.000,00 =

Rp21.000.000,00

Perjalanan dinas ke Jakarta dalam rangka menghadiri pendidikan dan pelatihan


fungsional di Jakarta sejumlah
Rp349.000.000,00
Tiket 25 orang pp x 8 kali x Rp 1.500.000,00 =

Rp300.000.000,00

Lumpsum 28 orang x 5 hari x Rp 350.000,00 =

Rp49.000.000,00

Contoh 2.
Realisasi uang representasi sejumlah Rp 1.602.000.000,00
Dalam kolom penjelasan diuraikan lebih lanjut sebagai berikut :
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004, direalisasikan untuk :

2)

1.

Ketua =

1 x 12 bln x Rp3.000.000,00

2.

Wakil Ketua = 3 x 12 bln x (90%xRp 3.000,000,00

3.

Anggota

4.

Tunjangan keluarga = 14% x Rp1.602.000.000,00

Rp36.000.000,00
=

= 51 x 12 bln x (80% x Rp 3.000.000,00 =


=

Rp97.200.000,00
Rp1.468.800.000,00
Rp224.280.000,00

Untuk penjelasan belanja langsung sebagai berikut :

a)

b)

Untuk setiap kegiatan yang dicantumkan pada kolom uraian, harus disertai dengan
penjelasan :

(1)

Lokasi kegiatan, diisi dengan nama lokasi atau tempat dari setiap kegiatan yang
telah dilaksanakan. Lokasi atau tempat dimaksud dapat berupa nama
desa/kelurahan, kecamatan.

(2)

sumber dana diisi dengan jenis sumber dana (PAD, bagi hasil, DAU, DAK, lainlain hibah, dana darurat atau jenis lain-lain pendapatan yang sah berkenaan,
dana cadangan dan pinjaman daerah,) untuk mendanai pelaksanaan program
dan kegiatan yang telah dilaksanakan.

(3)

keluaran yang dihasilkan dari kegiatan yang dilaksanakan.

Untuk setiap jumlah rincian obyek belanja dari setiap kegiatan yang dicantumkan
dalam kolom jumlah, pada kolom penjelasan supaya disertai dengan keterangan
selengkapnya mengenai realisasi sasaran penggunaan dari rincian obyek belanja
langsung berkenaan. Penguraian penjelasan dimaksud, seperti contoh dalam
penjelasan realisasi belanja tidak langsung tersebut diatas.

simbachs@gmail.com

- 153 c.

Pembiayaan Daerah :
Setiap jumlah obyek penerimaan dan pengeluaran pembiayaan yang dilaksanakan/direalisasi
harus disertai dengan penjelasan selengkapnya seperti :

(1) Dasar hukum (Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, Peraturan

Daerah yang dilengkapi dengan penjelasan nomor, tahun dan tentang, perjanjian/berita
acara atau dokumen lain yang dijadikan dasar pelaksanaan dari setiap rincian obyek
penerimaan pembiayaan daerah;

(2) Penjelasan lain yang dapat mendukung aspek legalitas dari setiap rincian obyek
penerimaan/pengeluaran pembiayaan yang telah dilaksanakan.

MENTERI DALAM NEGERI,


ttd
Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA BIRO HUKUM,

H. MOH. MARUF, SE.

PERWIRA

simbachs@gmail.com

- 154 LAMPIRAN E.XXIX

: PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI


NOMOR

: 13 TAHUN 2006

TANGGAL

: 15 Mei 2006

JA
ADWAL PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBD
NO

URAIAN

1.

Penyusunan Laporan Realisasi


Semester I
Penyampaian Laporan Realisasi
Anggaran Semester I dari Pengguna
Anggaran ke PPKD
Penyampaian hasil Konsolidasi Laporan
Semester I oleh PPKD ke Sekda selaku
Koordinator pengelolaan keuda
Penyampaian laporan semester I dari
Sekda ke KDH
Penyampaian laporan realisasi
semester I dari KDH ke DPRD
Penyampaian Laporan Keuangan SKPD
kepada Kepala Daerah melalui PPKD
Konsolidasi laporan keuangan SKPD
oleh PPKD
Penyampaian laporan keuangan daerah
ke BPK
Pemeriksaan laporan keuangan oleh
BPK
Penyampaian Raperda
pertanggungjawaban yg telah diaudit
BPK dari KDH kepada DPRD
Persetujuan DPRD terhadap raperda
pertanggungjawaban yang telah
diaudit BPK

2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.

WAKTU

KETERANGAN

Minggu II bulan Juni


7 hari kerja setelah semester I
berakhir
Minggu II Juli
Minggu III bulan Juli
Akhir bulan Juli
2 bulan setelah
berakhir
3 bulan setelah
berakhir
3 bulan setelah
berakhir
2 bulan setelah

tahun anggaran Bulan Pebruari


tahun anggaran Bulan Maret
tahun anggaran Akhir Maret
disampaikan

Bulan Mei

6 bulan setelah tahun anggaran Akhir Bulan Juni


berakhir
1 bulan setelah disampaikan

Akhir bulan Juli

MENTERI DALAM NEGERI,


ttd
H. MOH. MARUF, SE.
Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA BIRO HUKUM,

PERWIRA

simbachs@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai