Etiologi :
Penyebab dari BPH belum dapat diketahui, tetapi factor umur, genetic, dan
hormone androgen, diduga mempunyai peranan. Disamping itu mungkin juga
akibat adanya perubahan kadar hormone yang terjadi karena proses penuaan.
Beberapa teori telah dikemukakan berdasarkan faktor histologi, hormon, dan
faktor perubahan usia, di antaranya:
1. Teori DHT (dihidrotestosteron):
Testosteron adalah hormon pria yang dihasilkan oleh sel leyding. Testosteron
sebagian besar dihasilkan oleh kedua testis, sehingga timbulnya pembesaran
prostat memerlukan adanya testis yang normal. Jumlah testosteron yang
dihasilkan oleh testis kira-kira 90 % dari seluruh produksi testosteron, sedang
yang 10 % dihasilkan oleh kelenjar adrenal. Sebagian besar testosteron dalam
tubuh berada dalam keadaan terikat dengan protein dalam bentuk Serum Binding
Hormon (SBH). Sekitar 2 % testosteron berada dalam keadaan bebas. Hormon
yang bebas inilah yang memegang peranan dalam proses terjadinya pembesaran
kelenjar prostat. Testosteron bebas dapat masuk ke dalam sel prostat dengan
menembus membran sel ke dalam sitoplasma sel prostat sehingga membentuk
DHT reseptor komplek yang akan mempengaruhi Asam Ribo Nukleat (RNA)
yang dapat menyebabkan terjadinya sintetis protein sehingga dapat terjadi
proliferasi sel.
Testosteron dengan bantuan enzim 5- reduktase (diperlukan untuk mengubah
testosterone menjadi 5-dihidrotestosterone (DHT). Dengan dihambatnya enzim
5-reduktase ini, kadar DHT (yang merupakan androgen urama yang menstimulir
pertumbuhan prostat) dalam prostat dan serum akan berkurang, sedangkan kadar
testosteron dalam prosta dan serum akan bertambah dari minimal menjadi sedang
(biasanya dalam rentang yang normal) dikonversi menjadi DHT yang merangsang
pertumbuhan kelenjar prostat.
2. Teori Reawakening.
Teori ini berdasarkan kemampuan stroma untuk merangsang pertumbuhan epitel.
Menurut Mc Neal, seperti pada embrio, lesi primer BPH adalah penonjolan
kelenjar yang kemudian bercabang menghasilkan kelenjar-kelenjar baru di sekitar
hyperplasia
stroma.
Estrogen
yang
meningkat
menyebabkan
peningkatan lama hidup stroma dan epitel dari kelenjar prostat (Smeltzer, 2002)
Anatomi Dan Fisiologi Prostat
Kelenjar prostat terletak di bawah kandung kemih dan mengelilingi / mengitari
uretra posterior dan disebelah proximalnya berhubungan dengan buli-buli,
sedangkan bagian distalnya kelenjar prostat ini menempel pada diafragma
urogenital yang sering disebut sebagai otot dasar panggul.
Kelenjar ini pada laki-laki dewasa kurang lebih sebesar buah kemiri atau jeruk
nipis. Ukuran, panjangnya sekitar 4 - 6 cm, lebar 3 - 4 cm, dan tebalnya kurang
lebih 2 - 3 cm. Beratnya sekitar 20 gram.
Prostat terdiri dari 5 lobus yaitu :
a. Dua lobus lateralis
b. Satu lobus posterior
c. Satu lobus anterior
d. Satu lobus medial
Prostat terdiri dari :
Jaringan Kelenjar 50 - 70 %
untuk
pengenceran
sperma
setelah
mengalami
koagulasi
akan
terjadi
hidroureter
dan
hidronefrosis
yang
akan
Pemeriksaan Fisik
Palpasi : Akan terasa adanya ballotement dan ini akan menimbulkan pasien
ingin buang air kecil retensi urine
Pemeriksaan Radiologi
Pada Pemeriksaan Radiologi ditujukan untuk
a. Menentukan volume Benigne Prostat Hyperplasia
b. Menentukan derajat disfungsi buli-buli dan volume residual urine
c. Mencari ada tidaknya kelainan baik yang berhubungan dengan BPH atau tidak
Beberapa Pemeriksaan Radiologi
a. Intra Vena Pyelografi ( IVP ) :
Gambaran trabekulasi buli, residual urine post miksi, dipertikel buli.
Indikasi : disertai hematuria, gejala iritatif menonjol disertai urolithiasis
Pemeriksaan Endoskopi.
Pemeriksaan dengan endoskopi yang dimasukkan melalui uretra untuk
mengetahui penyebab lainnya dari penyumbatan aliran air kemih.
Pemeriksaan Uroflowmetri
Berperan penting dalam diagnosa dan evaluasi klien dengan obstruksi leher bulibuli
Q max : > 15 ml/detik non obstruksi
10 - 15 ml/detik border line
< 10 ml/detik obstruktif
Pemeriksaan Laboratorium
Urinalisis (test glukosa, bekuan darah, UL, DL, RFT, LFT, Elektrolit, Na,/K,
Protein/Albumin, pH dan Urine Kultur)
Jika infeksi: pH urine alkalin, spesimen terhadap Sel Darah Putih, Sel Darah
Merah atau PUS (Price, 2006)
Pengobatan/Terapi :
Obat-obatan :
1. Alfa 1-blocker
Contohnya doxazosin, prazosin, tamsulosin dan teralosin. Obat-obat
tersebut menyebabkan pengenduran (relaksasi) otot-otot pada kandung
kemih sehingga penderita lebih mudah berkemih.
2. Finasterid
Finasterid menyebabkan berkurangnya kadar hormone prostate sehingga
memperkecil ukuran prostate. Obat ini juga menyebabkan meningkatnya
laju aliran air kemih dan mengurangi gejala. Tetapi diperlukan waktu
sekitar 3-6 bulan sampai terjadinya perbaikan yang berarti. Efek samping
dari finasterid adalah berkurangnya gairah seksual dan impotensi.
3. Obat lainnya
Untuk mengobati prostatitis kronis, yang sering menyertai BPH, diberikan
antibiotic.
Pembedahan :
Pembedahan biasanya dilakukan terhadap penderita yang mengalami :
Inkontinensia urin
Prostektomi terbuka
Sebuah sayatan bisa dibuat di perut (melalui struktur di belakang tulang
kemaluan/ retropubik dan di atas tulang kemaluan/ suprapubik) atau di
daerah perineum (dasar panggul yang meliputi daerah scrotum sampai
anus). Pendekatan melalui perenium saat ini jarang digunakan lagi karena
angka
kejadian
impotensi
setelah
pembedahan
mencapai
50%.
suku
bangsa / ras,
pendidikan,
bahasa
yang
dipakai,
saat
mengkaji
nyeri
PPOM,
Jantung
dan
b).
Pola eliminasi
Pada klien dapat terjadi penurunan kekuatan / dorongan aliran
urine, urine berupa tetesan, terjadi keraguan pada awal berkemih,
ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung kemih dengan
lengkap, dorongan dan frekuensi berkemih, nokturia, disuria,
hematuria, dapat terjadi konstipasi ( Protusi prostat ke dalam
rectum ) yang ditandai dengan : massa padat dibawah abdomen
bawah ( Distensi kandung kemih ), nyeri tekan kandung kemih
Hernia inguinalis, hemorroid ( Mengakibatkan peningkatan
tekanan abdominal yang memerlukan pengosongan kandung
kemih, mengatasi tahanan ).
d).
Adanya
keterbatasan
aktivitas
karena
kondisi
klien
yang
f).
Penglihatan,
Pendengaran,
Pengecap,
peraba dan
h).
i).
j).
k).
traksi
kateter
memerlukan
adaptasi
klien
dalam
menjalankan ibadahnya.
Pengkajian post operasi
Pola pola fungsi kesehatan
a). Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Timbulnya perubahan pemeliharaan kesehatan karena tirah
baring selama 24 jam pasca pembedahan. Adanya keluhan
klien
dapat
terjadi
hematuri
setelah
tindakan
Penglihatan,
Pendengaran,
Pengecap,
peraba dan
traksi
kateter
menjalankan ibadahnya .
memerlukan
adaptasi
klien
dalam
Usia Lanjut
Perubahan hormon
terganggu
DHT meningkat
Enzim 5- reduktase
BPH
Pembesaran prostat
Penyempitan
lumen
Obstruksi
mekanik pada
uretra
tek. intravesikal
Urine tertahan
(retensi)
Pemasangan
kateter
Distensi
VU
Pembedahan
Gangguan pola
eliminasi urin
Resiko infeksi
Nyeri
Gangguan rasa
nyaman (nyeri)
Pendarahan
Resiko tinggi
kekurangan cairan
B. Diagnosa Keperawatan
Pre Operasi
a. Gangguan pola eliminasi urin berhubungan dengan retensi urin akibat
pembesaran kelenjar prostat, ditandai dengan :
urine menetes,
Keluhan Nyeri.
Tampak tegang
C. Perencanaan keperawatan
Pre operasi
Dx1
urine menetes,
No. Intervensi
Rasional
1.
2-4 jam
2.
3.
4.
5.
didaerah suprapubik.
Peningkatan aliran cairan
ml/hari
6.
perubahan mental
7.
perawatan perineal
8.
indikasi
9.
Keluhan Nyeri.
Tampak tegang
Tujuan :
Tampak rileks
No. Intervensi
1.
Observasi tingkat nyeri dengan
2.
Rasional :
membantu informasi dalam
skala 0 10
Pertahankan tirah baring bila
keefektifan intervensi.
Tirah baring mungkin diperlukan pada
diindikasikan
4.
Rasional :
Ketidak lancaran aliran urine melalui
kateter sebagai akibat adanya
2.
3.
sumbatan
Irigasi akan mempertahankan aliran
melalui kateter
4.
memegang kateter.
Untuk mencegah terkontaminasi
5.
dengan mikroorganisme
Untuk mempertahankan status hidrasi
klien.
minum
Post operasi
Dx 1 : Nyeri berhubungan dengan agen cedera fisik, ditandai dengan :
No. Intervensi
1.
Observasi tingkat nyeri dengan
2.
Rasional :
membantu informasi dalam
skala 0 10
Pertahankan tirah baring bila
keefektifan intervensi.
Tirah baring mungkin diperlukan pada
diindikasikan
3.
pedoman imajinasi
Kolaborasi dalam pemberian :
Obat analgetik bahkan narkotik
misalnya pethidin untuk
menghilangkan nyeri berat dan
relaksasi mental dan fisik
Rasional
indikator
keseimangan
kebutuhan penggantian
cairan
dan
2.
bekuan darah
3.
perdarahan
vena,
gelap.
Awasi tanda-tanda vital,
perhatikan peningkatan nadi dan
pernapasan, penurunan tekanan
darah, diaforesis, pucat,
pelambatan pengisian kapiler dan
membran mukosa kering.
4.
ml/harikecuali kontraindikasi.
5.
cairan.
dapat mengakibatkan penyebaran
enema.
6.
darah merah.
7.
Pemeriksaan koagulasi,
jumlah trombosi
sesuai indikasi.
untuk defekasi
menurunkan
perdarahan rektal-perineal.
resiko
D. Implementasi
Implementasi/pelaksanaan adalah pengelolaan dan perwujudan dari
rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan dengan
tujuan untuk memenuhi kebutuhan klien secara optimal. Pada tahap ini
perawat menerapkan pengetahuan intelektual, kemampuan hubungan antar
manusia (komunikasi) dan kemampuan tehnis keperawatan dengan berfokus
pada pertahanan daya tahan tubuh, pencegahan komplikasi, penemuan
perubahan sistem tubuh pemantapan
implementasi pesan tim medis serta mengupayakan rasa aman, nyaman dan
keselamatan klien.
Tindakan keperawatan dapat diberikan secara mandiri oleh perawat,
kolaborasi
dan
P : Hentikan tindakan
b. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan distensi kandung kemih
S : Pasien mengatakan nyeri berkurang (penurunan skala)
O : Ekspresi wajah pasien mulai ceria dan rileks (tidak meringis)
A: Tujuan tercapai (masalah teratasi)
P : Hentikan tindakan
c. Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan pemasangan kateter
Post Operasi
a. Nyeri berhubungan dengan agen cedera fisik
S : Pasien mengatakan nyeri berkurang (penurunan skala) dan pola istirahat baik
(kualitas dan kuantitas)
O : Ekspresi wajah pasien mulai ceria (tidak meringis)
A: Tujuan tercapai (masalah teratasi)
P : Hentikan tindakan
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 10. Jakarta : EGC
Diane, Baughman C. 2000. Keperawatan Medical Bedah. Jakrta : EGC
Doenges, Marilynn E. 2007. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta :
EGC
Guyton. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta : EGC
Hudak, Gallo. 2010. Keperawatan Kritis : Pendekatan Holistik, Volume 2.
Jakarta : EGC
Long, B.C., 2001. Perawatan Medikal Bedah : Suatu Pendekatan Proses
Keperawatan. Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC.