PENDAHULUAN
Salah
satu
cara
tubuh
menjaga
homeostatisnya
adalah
dengan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Penyakit Addison adalah suatu kelainan hormonal yang disebabkan oleh
kurangnya produksi hormon kortisol
kelenjar adrenal pada beberapa kasus. Keadaan tersebut mungkin disebabkan oleh
gangguan di kelenjar itu sendiri (insufisiensi adrenal primer) atau gangguan
sekresi ACTH oleh kelenjar hipofisis (insufisiensi adrenal sekunder). Penyakit
Addison pertama kali dipaparkan oleh Dr. Thomas Addison dari Inggris pada
tahun 1855 dan ditandai dengan berat badan yang turun, kelemahan otot,
kelelahan, kulit yang gelap/hiperpigmentasi kulit menjadi gelap dibagian yang
tertutup pakaian maupun terbuka. Lipatan tangan, bagian dalam mulut, siku,
puting, aksila dilaporkan mengalami hiperpigmentasi.3
Anatomi dan Fisiologi
Kedua glandula suprarenalis merupakan organ retroperitoneal yang
berwarna kekuningan pada polus superior ren. Glandula suprarenalis ini
dikelilingi oleh fascia renalis (tetapi dipisahkan oleh capsula adipose). Setiap
glandula mempunyai cortex yang berwarna kuning dan medulla yang berwarna
coklat tua. Jaringan cortex berasal dari mesoderm celomous. Cortex adrenal terdiri
3 zona, yaitu lapisan terluar zona glumerulosa, merupakan tempat dihasilkannya
mineralokortikoid (aldosterone), yang terutama diatur oleh angiotensin II, kalium
dan ACTH. Juga dipengaruhi oleh dopamine, atrial natriuretic peptide (ANP) dan
neuropeptide.
Zona
fasciculate
pada
lapisan
tengah,
yang
mensintesis
Etiologi
Pada abad lalu, insufisiensi adrenal primer paling sering disebabkan oleh infeksi
tuberculosis. Di negara yang kejadian tuberkulosisnya masih tinggi seperti di
Indonesia, perlu dipertimbangkan sebagai penyebab penyakit Addison, tetapi di
negara maju seperti Amerika, tuberculosis sudah amat jarang bahkan sudah tidak
ada sama sekali.4
Penyakit autoimun merupakan penyebab tersering insufisiensi adrenal primer
setelah periode neonates. Etiologi insufisiensi adrenal primer dapat dibagi 3
kategori:4
1. Disgenesis adrenal, meliputi hypoplasia adrenal kongenital, mutasi faktor
steroidogenesis-1 (SF-1), dan ketidakpekaan terhadap ACTH.
2. Destruksi adrenal, meliputi sindrom autoimun poliglandular (SAP),
adrenoleukodistrofi (ALD), perdarahan pada kelenjar adrenal, metastasis
pada kelenjar adrenal, infeksi kelenjar adrenal, dan amyloidosis kelenjar
adrenal.
3. Gangguan steriodogenesis, meliputi hyperplasia adrenal kongenital
(HAK), gangguan pada mitokondria dan sindrom Smith-Lemli-Opitz.
Epidemiologi1
Penyakit Addison sangat jarang terjadi. Pada studi retrospektif yang dilakukan di
US, didapatkan bahwa prevalensi insufisiensi adrenal pada anak lebih banyak,
kira-kira sama dengan hyperplasia adrenal kongenital. Insufisiensi adrenal
sekunder hingga hyperplasia adrenal kongenital terjadi kira-kira 1 per 16.000
bayi. Dibeberapa studi yang dilakukan di Britania, dilaporkan prevalensi
insufisiensi adrenal yaitu 110 kasus per juta jiwa untuk seluruh umur. Lebih dari
90% kasus disebabkan oleh autoimun. Secara global, penyebab tersering dari
insufisiensi adrenal adalah infeksi tuberculosis, yang jika dihitung insidensi akibat
infeksi ini kira-kira 5-6 kasus per juta per tahun.
Tidak ada ras tertentu yang khusus mengalami penyakit ini, namun jenis kelamin
dan usia memberikan perbedaan. Penyakit Addison lebih sering terjadi pada
perempuan
daripada
laki-laki,
karena
insufisiensi
ini
terkait
oleh
Patofisiologi
Pada dasarnya gangguan penyakit Addison adalah:5
Defisiensi Mineralokortikoid
Kurangnya sekresi aldosterone sangat menurunkan reabsorpsi natrium tubulus
ginjal dan akibatnya menyebabkan hilangnya banyak ion natrium , ion klorida dan
air kedalam urine. Hasil akhirnya adalah sangat berkurangnya volume cairan
ekstrasel. Selanjutnya adalah pasien akan mengalami hiponatremia, hyperkalemia,
dan asidosis ringan akibat gagalnya sekresi ion kalium dan ion hydrogen guna
menggantikan reabsorpsi natrium.
Sewaktu cairan ekstrasel berkurang, volume plasma akan turun, konsentrasi sel
darah merah meningkat dengan nyata, curah jantung menurun, dan pasien akan
meninggal karena renjatan. Kematian ini biasanya terjadi pada penderita yang
tidak diobati empat hari sampai dua minggu setelah penghentian total sekresi
mineralokortikoid.
Defisiensi Glukokortikoid
5
Pasien
biasanya
menunjukkan
tampakan
defisiensi
glukokortikoid
dan
Pasien pada keadaan krisis adrenal sering terjadi mual yang mencolok,
muntah, dan kolaps vaskuler. Hal ini memungkinkan terjadinya sianotik
dan syok.
Gejala pada abdomen biasanya berupa mirip dengan gejala akut abdomen.
Pada keadaan hemoragi adrenal akut pasien merasakan nyeri panggul dan
mual yang disertai hiperpireksia atau tanpa hiperpireksia.
B. Presentasi Kronis
Onset dari gejala sering didapatkan nonspesifik. Temuan yang dikeluhkan
pasien antara lain berupa merasa lemah serta adanya hiperpigmentasi pada
kulit dan membrane mukosa.
-
peningkatan ACTH.
Selain kulit yang sering terpajan matahari, hiperpigmentasi juga terjadi
pada pada membrane mukosa oral (area bukkal dan dentogingival), dan
Hiperpigmentasi di
dentogingival
Hiperpigmentasi pada
membrane mukosa bibir
Pemeriksaan Penunjang1
Pemeriksaan kadar elektrolit
Hiponatremia dengan atau tanpa hyperkalemia sering terjadi pada pasien
dengan insufisiensi adrenal primer, akibat defisien sekresi aldosterone. Jika
ditemukan hiponatremia atau hipekalemia, dilakukan pengukuran urina 24 jam
untuk menilai natrium, kalium dan kreatinin untuk menentukan adanya
natriuresis. Rasio plasma renin activity (PRA) dengan aldosterone lebih dari 30
dapat menunjukkan produksi mineralokortikoid.1
Pemeriksaan serum kortisol
Diagnosis insufisiensi adrenal (penyakit Addison) dikonfirmasi dengan
peningkatan kadar serum kortisol kurang dari 18 mcg/dl dan didapatkan elevasi
kadar ACTH dan PRA. Insufisensi adrenal didiagnosis ketika kadar kortisol serum
kurang dari 18 mcg/dl dalam 30-60 menit setelah administrasi 250 mg
cosyntropin, yang merupakan sintetik dari ACTH. Kriteria ini tidak bisa
diaplikasikan pada bayi premature atau berat lahir rendah, yang memiliki sekresi
kortisol rendah, sehingga untuk diagnosis insufisiensi adrenal pada premature
problematic.2
Jika serum kortisol rendah dan ACTH meningkat, pengukuran antibody
antiadrenal mungkin informative. Antibody pada 1 atau lebih enzim
steroidogenik, terutama 21-hidroksilase, seringditemukan pada penyakit autoimun
adrenal.2
Insulin-toleransi test
Tes membutuhkan administrasi insulin secara iv biasanya menggunakan
insulin regular 0,05-0,15 U/kg untuk menginduksi penurunan kadar gular darah
sekitar 50%. Kadar kortisol dan glukosa diukur setiap 15 menit selama 60 menit.
Tes ini adekuat ketika kadar gula darah menurun 50 %.Tes ini memiliki risiko
kejang hipoglikemi, sehingga harus dimonitor tanda hipoglikemia. 2
Pencitraan
9
Penegakan Diagnosis
Penegakan diagnosa sangat bergantung dari tampakan klinis dan keluhan-keluhan
yang dialami oleh pasien.
A. Anamnesis
Penyakit Addison bisa timbul dengan keluhan lelah, pingsan, mual, muntah,
depresi, pusing postural, mialgia, intoleransi dingin, penurunan berat badan
atau jika berat terdapat krisis addisonian yaitu, syok, takikardi, vasokontriksi,
bingung.2
Riwayat Penyakit Dahulu2
1. Adakah riwayat terapi kortikosteroid? Jika ya, apakah dihentikan
mendadak?
2. Adakah riwayat keganasan? (metastasis adrenal?)
3. Adakah riwayat TB?
4. Adakah riwayat penyakit autoimun lain?
5. Adakah bukti penyakit hipofisis (hipopituitarisme)?
Pemeriksaan Fisik
-
tanpa vitiligo.
Pasien menunjukkan dehidrasi, hipotensi, dan ortostatis.
10
Pasien wanita menunjukkan tidak adanya rambut di aksila dan rambutrambut di pubis serta berkurangnya rambut-rambut halus di sekujur
badan. Hal ini disebabkan karena kehilangan hormone androgen adrenal
Diagnosis Banding
Penyakit Addison mungkin sulit dibedakan dengan kondisi lain. Dokter
harus mempertimbangkan insufisiensi adrenal (Addison disease)
dengan
diagnosis penyakit lain dengan gejala fatigue kronik, anoreksia, vomiting, diare,
penurunan berat badan yang tidak diketahui penyebabnya, dehidrasi, hipoglikemia
dan hipotensi. Kondisi lain yang harus dipertimbangkan yaitu defek reseptor
ACTH autoimun, adrenoleukodistrofi dan adrenomyeloneuropati, sindrom
poliglandular autoimun endokrinopati, infeksi adrenalitis (hubungannya dengan
infeksi HIV atau tuberculosis, perdarahan adrenal, hyperplasia lipoid adrenal dan
penyakit Wolman.
glukokortikoid
berupa
hidrokortison,
metilprednisolon
atau
dexamethasone.1
11
Setelah hasil elektrolit, kadar gula darah, kortisol dan kadar ACTH
didapatkan, berikan glukokortikoid jika diduga ada penyakit Addison. 1
Manajemen bedah tidak diperlukan untuk beberapa kasus.
Suplementasi dehidroepiandrosteron tidak memberikan keuntungan yang
bermakna pada pasien insufisiensi adrenal primer.1
Jangan lupa menangani infeksi kronik, seperti tuberculosis, HIV, yang
dimana dapat merusak fungsi adrenal. Kemungkinan insufisiensi sekunder, harus
diidentifikasi dan ditangani disemua pasien yang telah menjalani operasi hipofisis,
iradiasi atau penggunaan glukokortikoid jangka panjang. 1
Manajemen insufisiensi adrenal akut
Pasien dengan insufisiensi adrenal (Addison disease) secara umum dapat
mengalami hipovolemik dan hipoglikemia, hiponatremia atau hyperkalemia.
Terapi inisial terdiri atas administrasi saline dan dextrose secara iv. Kalium tidak
diberikan, karena pada Addison disease sering terjadi hyperkalemia.1
Resusitasi cairan
Pada pasien hipotensi, berikan NaCl secara cepat 20 ml/kg bolus dalam satu jam
pertama. Jika pasien tetap hipotensi, berikan NaCl 20 ml/kg bolus dalam satu jam
kedua. 1
Koreksi hipoglikemia
Jika pasien hipoglikemia, berika 2 ml/kg dextrose 25% dalam aquadest (D25W)
atau 4 ml/kg dextrose 10% dalam aquades (D10W) dapat mengoreksi
hipoglikemia. Persiapkan dextrose 5 % (D5W) untuk mencegah hipoglikemia
lanjutan. 1
Administrasi glukokortikoid
Setelah dilakukan resusitasi cairan, berikan dosis glukokortikoid. Rekomendasi
dosis hidrokortison adalah dosis awal 50-75 mg/m2 secara iv, diikuti 50-75
12
mg/m2/hari dibagi dalam 4 dosis iv. Hidrokortison dapat diberikan secara im jika
akses vena tidak ditemukan. 1
Dexametason diberikan pada pasien yang masih diduga mengalami
insufisiensi adrenal sementara dokter memberikan tes diagnostic consyntropin
stimulation test. 1
Metilprednisolon dan dexamethasone memiliki efek mineralokortikoid
yang dapat diabaikan dan lebih baik diberikan pada pasien dengan hipovolemia,
hiponatremia atau hyperkalemia, karena hidrokortisone menyebabkan efek
mineralokortikoid).1
Untuk terapi mineralokortikoid, diberikan fludkortisone 0,1-0,2 mg po karena
tidak sediaan parenteral, sehingga pasien harus memiliki fungsi gastrointestinal
yang baik untuk pemberian obat ini.1
Long-term monitoring
Pada anak dengan insufisiensi adrenal, pemberian terapi penggantian
glukokortikoid dalam jangka waktu lama harus seimbang antara kebutuhan untuk
mencegah gejala insufisiensi adrenal dan kebutuhan untuk mempertahan
pertumbuhan dan perkembangan, karena pemberian glukokortikoid yang
berlebihan dapat mengurangi kecepatan pertumbuhan.1
Hidrokortison yang tersedia yaitu tablet 5 mg, 10 mg, dan 20 mg. Obat ini
direkomendasi untuk terapi long-term karena potensi relative rendah. 1
Pada sebagian besar pasien, prednisone atau dexamethasone dapat diganti,
dimana:
-
Pasien dengan insufisiensi adrenal primer (penyakit Addison) yang juga memiliki
defisiensi mineralokortikoid membutuhkan fludkortisone 0,1-0,2 mg/hari. Pasien
muda harus diberikan NaCl adekuat (2-4 g/hari) menetralkan kekurangan garam.
13
bergantung
terhadap
durasi
paparan
dosis
farmakologik
dari
Gagal tumbuh
Obesitas
Striae
Osteoporosis
Kelemahan otot
Hipertensi
Hiperglikemia
Katarak
14
REFERENSI
1. Phyllis MD, 2014. Pediatric Adrenal Insufficiency (Addison Disease).
http://emedicine.medscape.com/article/919077overview#aw2aab6b2b2
2. Ashley MD, 2014. Addison Disease (Primary Adrenocortical
Insufficiency).
http://www.merckmanuals.com/professional/endocrine_and_metabolic
_disorders/adrenal_disorders/addison_disease.html
3. Rudolph, 2007. Buku Ajar Pediatri. EGC. Jakarta
4. IDAI, 2010. Buku Ajar Endokrinologi IDAI. Jakarta
5. Guyton, 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC. Jakarta
15
16