Anda di halaman 1dari 14

RINGKASAN MATERI PELATIHAN

I. PENGENALAN DAN PERUBAHAN POLA PIKIR


Pengantar

Tujuan

Bahan
Media

Waktu

Pembangunan adalah upaya untuk melakukan proses perubahan


dan perbaikan segala bidang kepentingan negara dan masyarakat
ke arah yang lebih baik.
Pembangunan ketahanan pangan diselenggarakan untuk
memenuhi kebutuhan dasar manusia yang memberikan manfaat
secara adil dan merata berdasarkan kemandirian, dan tidak
bertentangan dengan keyakinan masyarakat.
Dalam bidang ketahanan pangan, landasan perwujudan ketahanan
didasarkan pada pasal 2 Undang - Undang Nomor 7 Tahun 1996
tentang Pangan menyatakan, bahwa pembangunan pangan
diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia yang
memberikan manfaat secara adil dan merata berdasarkan
kemandirian, dan tidak bertentangan dengan keyakinan
masyarakat.
Kawasan Mandiri Pangan merupakan kawasan yang dibangun
dengan melibatkan keterwakilan masyarakat yang berasal dari
kampung-kampung terpilih (3-5 kampung), untuk menegakkan
masyarakat miskin/rawan pangan menjadi kaum mandiri.
Peserta memahami arti KMP.
Peserta mengetahui informasi penetapan lokasi melalui surat
keputusan KMP
Peserta memahami tentang prinsip dalam implementasi
pembangunan KMP.
Peserta memahami tujuan dan kegunaan atau manfaat penting
agar terhindar dari kerawanan pangan.
Peserta
memahami
peranannya
untuk
mengembangkan
kawasannya secara mandiri melalui pendekatan pemberdayaan
masyarakat.
Peserta memperoleh motivasi dalam mengembangkan KMP
Laptop
Onfokus
Meta plan.
Spidol.
Kertas plano
Papan Tulis
120 Menit

Metode

Proses

Rangkuman

Berbagi Pengalaman
Diskusi
Penjelasan Langsung
Fasilitator menjelaskan materi yang akan dibahas dan tujuannya
yang akan dicapai.
Fasilitator meminta sumbang saran dari peserta, apa yang mereka
pahami tentang arti pembangunan kawasan mandiri pangan.
Hasil pendapat peserta, fasilitator merangkum dan merumuskan
pengertian pembangunan kawasan mandiri pangan.
Fasilitator menjelaskan tentang prinsip/unsur sebagai syarat yang
perlu dipenuhi dalam membangun kawasan mandiri pangan.
Dalam implementasi kebijakan desentralisasi, otonomi daerah, dan
otonomi desa (tanpa menghapuskan wewenang pemerintah pusat),
pengembangan kawasan mandiri pangan dipahami sebagai suatu
strategi masyarakat untuk menjaga kerentanan pangan yang
dihasilkan dari interaksi atau hubungan sebab-akibat antara proses
pembangunan dari bawah yang dalam kajian ini diartikan sebagai
pembangunan berbasis komunitas dalam mendukung implementasi
kebijakan pemerintah.
Komunitas kawasan mandiri pangan yang berdaya dicrikan tidak
hanya oleh tingkat kecukupan pangan, pendapatan, dan kualitas
SDM tetapi lebih dari itu sampai sejauh mana dinamika warga
komunitas hidup dengan bertumpu pada kelembagaan di tingkat
komunitas lokal yang berkelanjutan yang kemudian mampu
memberikan dampak ganda pada aktivitas ekonomi dan usahausaha produktif di tingkat lokal.
Pengembangan kawasan mandiri pangan berbasis komunitas ini
memerlukan pengelola, yang tidak saja berfungsi sebagai katalisator
menyeimbangkan kerjasama multi-pihak, tetapi juga yang dapat
membuka ruang saling-memberdayakan.
Saling meotivasi dalam pengembangan KMP merupakan syarat
mutlak program ini dapat terlaksana dengan baik.

II. PENGEMBANGAN KAWASAN MANDIRI PANGAN


Pengantar

Penyelenggaraan Ketahanan Pangan diarahkan untuk memenuhi


kebutuhan dasar manusia secara adil, merata dan tidak
bertentangan dengan agama dan keyakinan masyarakat,
berdasarkan kedaulatan dan Kemandirian Pangan. Kemandirian
Pangan pada intinya adalah pemenuhan Pangan dengan
memanfaatkan sumberdaya yang dimilikinya secara efisien dan
kearifan lokal.
2

Tujuan

Bahan
Media

Waktu

Upaya perwujudan kemandirian dilakukan secara bertahap melalui


proses Pemberdayaan Masyarakat untuk mengenali potensi dan
kemampuannya, mencari alternatif peluang dan pemecahan
masalah, serta mampu untuk mengelola dan memanfaatkan sumber
daya alam secara efektif, efisien, dan berkelanjutan.
Pemberdayaan dilakukan terhadap masyarakat miskin dan rawan
Pangan di perdesaan. Strategi yang digunakan untuk
Pemberdayaan Masyarakat miskin dilakukan melalui jalur
ganda/twin track strategy, yaitu: (1) membangun ekonomi berbasis
pertanian dan perdesaan untuk menyediakan lapangan kerja dan
pendapatan; dan (2) memenuhi Pangan bagi kelompok masyarakat
miskin di daerah rawan Pangan melalui pemberdayaan dan
pemberian bantuan langsung.
Kawasan Mandiri Pangan merupakan kawasan yang dibangun
dengan melibatkan keterwakilan masyarakat yang berasal dari
kampung-kampung terpilih (3-5 kampung), untuk menegakkan
masyarakat miskin/rawan pangan menjadi kaum mandiri.
Peserta memahami konsep umum dan arti tentang pengembangan
kawasan.
Peserta mengetahui tujuan dan sasaran kegiatan
Peserta memahami strategi pencapaian tujuan
Peserta memahami cara pengorganisasian kegiatan kawasan
Peserta memahami cara pencairan dan pemanfaatan dana bansos.
Laptop
Onfokus
Meta plan.
Spidol.
Kertas plano
Papan Tulis
120 Menit

Metode

Paparan dan Diskusi

Proses

Fasilitator menjelaskan materi yang akan dibahas dan tujuannya


yang akan dicapai.
Fasilitator meminta sumbang saran dari peserta, apa yang mereka
pahami tentang arti pembangunan kawasan mandiri pangan.
Hasil pendapat peserta, fasilitator merangkum dan merumuskan
pengertian pembangunan kawasan mandiri pangan.
Fasilitator menjelaskan tentang konsep kawasan mandiri pangan
Kawasan mandiri pangan merupakan kawasan yang terdiri dari 5
desa/kampung berdekatan, dibangun dengan melibatkan

Rangkuman

masyarakat miskin yang berasal dari kampung-kampung terpilih


dalam satu kecamatan, untuk menegakkan masyarakat
miskin/rawan pangan menjadi kaum mandiri
Tujuan pengembangan Kawasan Mandiri Pangan Papua-Papua
Barat: memberdayakan masyarakat miskin / rawan pangan menjadi
kaum mandiri.
Tujuan khusus pengembangan kawasan adalah: mengembangkan
perekonomian
kawasan
adat
Papua-Papua
Barat;
mengembangkan
perekonomian
kawasan
perbatasan
;
mengembangkan cadangan pangan masyarakat di wilayah
kepulauan
Sasaran kegiatan Rumah Tangga Miskin (RTM) di 109 (seratus
Sembilan) Kawasan, 60 (enam puluh) kabupaten/kota, 13 (tiga belas)
provinsi
Saling bekerjasama dalam pengembangan KMP merupakan syarat
mutlak program ini dapat terlaksana dengan baik.

III. PENGUATAN KELEMBAGAAN KAWASAN MANDIRI PANGAN : TPD, FKK,


PENDAMPING
Pengantar

Tujuan

Pentingnya
kelembagaan
sebagai
media
penting
mempertautkan antara potensi dan aktivitas unggulan kawasan
sebagai pusat pusat pertumbuhan dengan desa-desa sekitarnya.
Untuk itu, kebijakan pengembangan kelembagaan diarahkan
pada penguatan kapasitas kelembagaan dalam komunitas, dan
antar-komunitas melalui pendekatan modal sosial yang saling
menguatkan dari sisi solidaritas dan gotong royong yang melekat
dalam budaya warga.
Adapun fokus kebijakan diarahkan untuk menghasilkan aksi
bersama (kolektif) yang produktif oleh kelembagan FKK, LKK, dan
pendamping dengan pemerintah desa, badan permusyawaratan
desa, lembaga kemasyarakatan, kelembagaan usaha ekonomi
kecil, badan usaha milik desa, dan koperasi di dalam komunitas
desa, antar-komunitas desa, dan kelembagaan publik lainnya di
luar kawasan perdesaan.
Peserta memahami arti penting kelembagaan dalam menguatkan
pengembangan kawasan mandiri pangan.
Peserta memahami penguatan kelembagaan melalui pendekatan
solidaritas dan gotong royong.
Peserta memahami tujuan dan sasaran penguatan kelembagaan
di level kawasan mandiri pangan.
4

Bahan Media

Waktu

Peserta memahami prinsip-prinsp pengembangan kelembagaan


Peserta memahami pentingnya membangun kemitraan antar
lembaga dalam kawasan mandiri pangan
Laptop
Onfokus
Meta plan.
Spidol.
Kertas plano
Papan Tulis
90 Menit

Metode

Berbagi Pengalaman
Diskusi
Penjelasan Langsung

Proses

Fasilitator menjelaskan materi yang akan dibahas dan tujuannya


yang akan dicapai.
Fasilitator meminta sumbang saran dari peserta, apa yang mereka
pahami tentang arti pentingnya kelembagaan terhadap
pembangunan kawasan mandiri pangan di tingkat lokal.
Hasil pendapat peserta tersebut dirangkum oleh fasilitator
kemudian merumuskan pengertian tersebut sesuai dengan
penjelasan teoritik dalam konteks pembangunan kawasan
mandiri pangan.
Fasilitator menjelaskan faktor penghambat dan pendukung
aktivitas penguatan kelembagaan komunitas sebagai syaratsyarat yang perlu dipenuhi dalam membangun kawasan mandiri
pangan.
Membangun dan mengembangkan kelembagaan yang kooperatif
dan produktif di tingkat komunitas desa-desa dalam kawasan
mandiri pangan merupakan kolaborasi antar-kelembagaan dan
berbasis pada usaha-usaha ekonomi produktif komunitas.
Penguatan kelembagaan perlu didorong oleh solidaritas dan
gotong royong antar warga dalam komunitas
Membangun dan mengembangkan jejaring antara kelembagaan
usaha-usaha ekonomi produktif dengan kelembagaan pelayanan
dan pendanaan publik sebagai suatu modal sosial yang menjalin
hubungan kelembagaan antara kelembagaan di tingkat
komunitas.
Jejaring yang dibentuk berorientasi local government yang
diarahkan upaya membangun kemitraan antar-kelembagaan
dalam komunitas desa-desa dalam kawasan mandiri pangan

Rangkuman

(bonding strtaegy).
Membangun kemitraan antar-kelembagaan antar-komunitas
desa dalam kawasan mandiri pangan (bridging strategy).
Membangun jejaring atau pola hubungan kelembagaan secara
vertikal antara kelembagaan komunitas desa-desa dalam
kawasan mandiri pangan dengan kelembagaan-kelembagaan
pelayanan dan pendanaan publik (creating strategy).
IV. PENENTUAN KELOMPOK DAN LOKASI DENGAN : INDEKS POTENSI
KAWASAN (IPK); DATA DASAR RUMAH TANGGA (DDRT); INDEKS POTENSI
DESA (IPD)
Pengantar

Tujuan

Bahan Media

Waktu

Metode

Seleksi lokasi kegiatan kawasan mandiri pangan dibagi menjadi 3,


yaitu seleksi kabupaten/kota distrik, dan kampung. Penetapan
kabupaten/kota berdasarkan peta rawan pangan. Penetapan
kecamatan
dan
kampung
berdasarkan
usulan
dari
Badan/Dinas/Kantor/
unit
kerja
ketahanan
pangan
kabupaten/kota berdasarkan kriteria tertentu.
Seleksi Kabupaten/Kota, didasarkan pada hasil peta FSVA (Food
Security and Vulnerability Atlas), ditetapkan 8 kabupaten/kota di
Provinsi Papua, dan 4 kabupaten di Provinsi Papua Barat.
Setiap kabupaten/kota dipilih 2 kawasan dengan pemilihan
berdasarkan kriteria Indeks Potensi Kawasan (IPK) dan koordinasi,
sinkronisasi serta integrasi program lintas sektor terkait.
Untuk kawasan Papua-Papua Barat,seleksi desa dipilih 3-5
desa/kampung
berdasarkan Indeks Potensi Desa (IPD).
Sedangkan kawasan Perbatsan dan Kepulauan seleksi desa
berdasarkan Data Dasar Rumah Tangga (DDRT).
Peserta memahami cara seleksi kawasan dan desa/kampung.
Peserta memahami permasalahan dan potensi masing-masing
kawasasan dan desa.
Peserta memahami teknis pengambilan data.
Peserta mampu mengolah hasil survey.
Laptop
Onfokus
Meta plan.
Spidol.
Kertas plano
Papan Tulis
90 Menit

Paparan dan Diskusi


6

Proses

Rangkuman

Fasilitator menjelaskan materi yang akan dibahas dan tujuannya


yang akan dicapai.
Fasilitator dapat melakukan simulasi pelaksanaan survey.
Hasil simulasi pelaksanaan diolah dengan menggunakan microsoft
excel.
Hasil olahan kemudian dianalisa dan di interpretasikan dalam
bentuk narasi.
Indeks Potensi Kawasan/Desa (IPK/IPD) adalah kegiatan
pengumpulan data dasar untuk mengetahui karakteristik dan
potensi kecamatan/kampung.
Data Dasar Rumah Tangga (DDRT) adalah kegiatan
pendataan lengkap (Sensus) rumah tangga untuk memperoleh
gambaran karakteristik rumah tangga yang berada di dalamnya
Penentuan lokasi kawasan didasarkan pada survey, bukan sensus
mengingat jumlah RTM yang besar.
Metode yang digunakan dapat berupa multistage random
sampling dengan teknik pengambilan data menggunakan
kuesioner tertutup, yang sudah disiapkan oleh surveyor.
Hasil dari seleksi lokasi berupa permasalahan dan potensi kawasan
dan desa, jumlah rumah tangga miskin berikut nama-nama
rumah tangga.
Nama-nama rumah tangga miskin tersebut menjadi sasaran dari
kegiatan kawasan mandiri pangan.

V. PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN WILAYAH KAWASAN (RPWK)


Pengantar Penyusunan RPWK dimaksudkan untuk menuangkan berbagai
keinginan kelompok sasaran kedalam perencanaan dan
pelaksanaan.
RPWK disusun bersama di tingkat kawasan oleh: perwakilan dari
kelompok komunitas, tokoh masyarakat kampung, tokoh
pemuda/karang taruna, tokoh agama, kepala desa/kampung
dan camat/kepala distrik, dengan fasilitator FKK, penyuluh
pendamping, dan Tim Koordinator Teknis Kabupaten
Proses penyelesaian RPWK menjadi tanggung jawab FKK,
penyuluh pendamping, dan Tim Koordinator Teknis Kabupaten.
Kegiatan yang dibahas merupakan usulan kelompok, yang
disusun secara partisipatif dan dituangkan dalam Rencana
Kegiatan Kelompok (RKK) untuk empat kegiatan pokok: (a)
7

Tujuan

Bahan Media

Waktu

penguatan kelembagaan/pengembangan masyarakat dan


pengarustamaan gender; (b) pengembangan usaha on-farm, offfarm, dan non-farm; (c) pengembangan sistem ketahanan
pangan, serta (d) infrastruktur kawasan
Setiap kegiatan dibahas secara rinci, meliputi: keluaran, tujuan,
target, sasaran, volume, indikator, lokasi, waktu, anggaran, dan
penanggungjawab
Pelaksanaan Rembug Rencana Pembangunan Wilayah Kawasan
(RPWK)
Peserta mampu mengidentifikasi permasalahan ketahanan
pangan pada lokasi kawasan sasaran kegiatan serta potensi
yang dimiliki yang bisa dikembangkan guna untuk peningkatan
produksi, pendapatan hingga kesejahteraan.
Peserta mampu membuat matriks RPWK
Peserta mampu membuat/menetapkan rumusan Visi, Misi,
Program dan Kegiatan indikatif
Laptop
Onfokus
Meta plan.
Data Hasil PRA
Data monografi kawasan, data sekunder dari petugas
pendamping dan dinas
Spidol.
Kertas plano
Papan Tulis
120 Menit

Metode

Berbagi Pengalaman
Diskusi
Penugasan (Evaluasi)
Penjelasan Langsung

Proses

Fasilitator menjelaskan materi yang akan dibahas dan tujuannya


yang akan dicapai.
Fasilitator meminta sumbang saran dari peserta, apa yang
mereka pahami tentang RPWK
Hasil pendapat peserta tersebut dirangkum oleh fasilitator
kemudian merumuskan pengertian tersebut sesuai dengan
penjelasan teoritik dalam konteks pembangunan kawasan
mandiri pangan.
Fasilitator menjelaskan Langkah-langkah yang dilakukan untuk
menyusun rencana pembangunan wilayah kawasan
8

Peserta diminta untuk menyampaikan rumusan hasil diskusi

VI. PENYUSUNAN RUK


Pengantar

Tujuan

Bahan
Media

Rencana Usaha Kelompok (RUK) adalah rincian usulan kegiatan


kelompok yang berisi komponen bahan/material atau konstruksi
yang disusun melalui musyawarah kelompok, yang nantinya
dipakai sebagai dasar pencairan dan pembelanjaan dana
bantuan sosial
Penyusunan RUK dilakukan oleh kelompok sebagai dasar
pengajuan pencairan dana bansos.
Penyusunan RUK didasarkan pada Rencana Pembangunan
Wilayah Kawasan (RPWK) yang disusun oleh Kelompok,
Pendamping, FKK, dan LKK.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan RUK
diantaranya: Jenis usaha, alasan pemilihan usaha, pengelolaan
usaha, modal usaha
Dalam
pemanfaatan
dana
bansos,
kelompok
tidak
diperkenankan melakukan aktivitas usaha diluar RUK yang telah
diajukan kepada LK
Fokus pemanfaatan dana bansos tahun kedua diarahkan pada
pengembangan usaha yang telah terbentuk pada tahap
persiapan dengan tambahan adopsi teknologi pengolahan untuk
peningkatan nilai tambah
Peserta mampu mengidentifikasi permasalahan ketahanan
pangan yang dihadapi oleh setiap anggota kelompok, untuk
kelompok Kawasan mapan agar digali permasalahan dari setiap
anggota kelompok berdasarkan hasil pengisian kuesioner SRT.
Peserta mampu menganalisis dan menemukan inti dan akar
permasalahan yang dihadapi oleh setiap anggota kelompok dari
hasil identifikasi sehingga focus intervensi (kegiatan) tepat sasaran
Peserta mampu menganalisis sistematika kegiatan yang tepat
sehubungan dengan masalah yang ditemui oleh kelompok tani
Peserta mampu memilih dan merumuskan kegiatan yang layak
dan tepat untuk dapat diterapkan oleh kelompok selama satu
tahun.
Peserta mampu menuangkan setiap kegiatan yang telah
dirumuskan kedalam matriks RUK
Laptop
Onfokus
9

Waktu

Metode

Proses

Meta plan.
Spidol.
Data hasil wawancara SRT
Kertas plano
Papan Tulis
105 Menit

Berbagi Pengalaman
Diskusi
Penugasan (Evaluasi)
Penjelasan Langsung
Fasilitator menjelaskan materi yang akan dibahas dan tujuannya
yang akan dicapai.
Fasilitator meminta sumbang saran dari peserta, apa yang
mereka pahami tentang penyusunan Rencana Usaha Kelompok
(RUK)
Hasil pendapat peserta tersebut dirangkum oleh fasilitator
kemudian merumuskan pengertian tersebut sesuai dengan
penjelasan teoritik dalam konteks pembangunan kawasan
mandiri pangan.
Fasilitator menjelaskan Langkah-langkah yang dilakukan untuk
menyusun rencana usaha kelompok
Peserta diminta untuk menyampaikan rumusan hasil diskusi
(penugasan)

VII. PENGELOLAAN MODAL USAHA


Pengantar LKK adalah lembaga yang ditumbuhkan oleh kelompok
masyarakat dalam suatu kawasan, yang bertugas untuk
mengelola keuangan bersama sebagai modal usaha produktif.
Tujuan pelaporan LKK untuk memantau perkembangan dana
usaha kelompok; sebagai bahan evaluasi manfaat dan
kebijakan program modal usaha kelompok; dan sebagai
pertanggungjawaban pengurus terhadap pemanfaat dana.
Penyaluran danaSebelum melakukan pencairan dana Bansos,
Kuasa
Pengguna
Anggaran
(KPA)/PPK
Badan/Dinas/Kantor/Unit kerja yang menangani Ketahanan
Pangan Kabupaten/Kota melakukan perjanjian kerjasama
dengan Kelompok/LK dengan dilampiri surat pernyataan dalam
wadah musyawarah adat setempat tentang Pemanfaatan Dana
Bansos Kegiatan Kawasan Mandiri Pangan.
10

Pengguna laporan LKK ini adalah FKK dan Tim Monitoring


Evaluasi (ME).
Jenis laporan yang dihasilkan berupa laporan perkembangan
dana Lembaga Keuangan Kawasan dan Laporan Keuangan
LKK.
Fungsi LK sebagai Layanan modal, dikembangkan menjadi
Badan Usaha Milik Kawasan (BUMK) yang pengelolaannya
berdasarkan mekanisme pengelolaan keuangan
Langkah dan mekanisme pelaporan yaitu Pengurus LKK atau
bendahara membuat laporan perkembangan dana (kas masuk
dan kas keluar) yang ada di LKK; Pembuatan laporan
pertanggungjawaban keuangan dilakukan dalam periode
bulanan
Tujuan

Bahan Media

Waktu

Metode

Proses

Peserta Memahami mekanisme pengusulan, pencairan, dan


penggunaan dana bansos
Peserta mampu menjelaskan dan memahami pengertian
kebijakan bansos dan melaksanakan pengelolaan bansos sesuai
mekanisme secara tertib dan benar.
Peserta mampu menjelaskan pengertian administrasi kegiatan
Peserta mampu menjelaskan pengelolaan administrasi
pencatatan kegiatan
Peserta mampu membuat administrasi pembukuan kegiatan
Peserta mampu menjelaskan administrasi pembukuan
keuangan
Peserta mampu menjelaskan jenis-jenis buku pembukuan
kegiatan
Peserta mampu membuat pembukuan keuangan
Peserta mampu Memahami aturan pengelolaan keuangan
Laptop
Onfokus
Meta plan.
Spidol.
Kertas plano
Papan Tulis
135 Menit

Berbagi Pengalaman
Diskusi
Penugasan (Evaluasi)
Penjelasan Langsung
Fasilitator menjelaskan materi yang akan dibahas dan
11

tujuannya yang akan dicapai.


Fasilitator menjelaskan tentang aturan penyaluran dana
sebelum melakukan pencairan bansos.
Fasilitator meminta sumbang saran dari peserta, apa yang
mereka pahami tentang mekanisme pengusulan, pencairan, dan
penggunaan dana bansos serta adminisrasi kegiatan dan
keuangan di kelompok.
Hasil pendapat peserta, fasilitator merangkum dan merumuskan
pengertian mekanisme pengusulan, pencairan, dan penggunaan
dana bansos serta adminisrasi kegiatan dan keuangan di
kelompok.

VIII. MONITORING DAN EVALUASI PARTISIPATIF


Pengantar

Tujuan

Pentingnya Monev sebagai upaya penilaian yang terus menerus


terhadap fungsi kegiatan-kegiatan program di dalam konteks
jadwal-jadwal pelaksanaan dan terhadap penggunaan inputinput program oleh kelompok sasaran di dalam konteks
harapan-harapan rancangan.
Monev merupakan kegiatan program yang integral, bagian
penting dari praktek manajemen yang baik dan karena itu
merupakan bagian yang integral dari pengelolaan terhadap
kemajuan dan kendala yang dihadapi program KMP.
Monev digunakan untuk melihat sejauh mana dampak
keberhasilan
yang
dicapai
dalam
program
KMP,
membandingkan antara keadaan yang terjadi dengan target
rencana kegiatan dengan memperhatikan faktor-faktor
pendukung, faktor penghambat sesuai waktu, biaya anggaran
ditentuka, serta untuk menilai hasil sejauh mana kegiatan sudah
berjalan/tercapai, yaitu capaian hasil (input, output, tujuan,
sasaran) berdasarkan perencanaan yang dibuat.
Peserta memahami arti penting Monev partisipatif dalam menilai
keberlanjutan pengembangan KMP.
Peserta memahami kebutuhan melakukan Monev.
Peserta memahami tugas dan tanggung jawab bila melakukan
Monev.
Peserta memahami prinsip-pronsip yang dibutuhkan melakukan
Monev partispatif.
Peserta memahami tahapan-tahapan Monev yang partisipatif
Peserta memahami cara melakukan Monev yang partisipatif
12

Bahan Media

Waktu

Laptop
Onfokus
Meta plan.
Spidol.
Kertas plano
Papan Tulis
90 Menit

Metode

Proses

Rangkuman

Berbagi Pengalaman
Diskusi
Penjelasan Langsung
Fasilitator menjelaskan materi yang akan dibahas dan tujuannya
yang akan dicapai.
Fasilitator meminta sumbang saran dari peserta, apa yang
mereka pahami tentang arti pentingnya Monev partsipatif
terhadap pembangunan kawasan mandiri pangan di tingkat
lokal.
Hasil pendapat peserta tersebut dirangkum oleh fasilitator
kemudian merumuskan pengertian tersebut sesuai dengan
penjelasan teoritik dalam konteks pembangunan kawasan
mandiri pangan.
Peserta diminta untuk menanggapi terhadap manfaat dan
tujuan yang dihasilakn dari Monev pengembangan kawasan
mandiri pangan di lokasinya masing-masing.
Perkembangan model Monev yang melibatkan semua pihak,
berupa suatu kolaborasi 'outsider' dan 'insider', agen
pembangunan, dan pembuat kebijakan yang secara bersamasama bagaimana kemajuan proyek harus dinilai, dan
bagaimana tindak lanjut langkah perbaikannya ('corrective
action').
Model ini tidak mencari-cari kesalahan, tetapi memberdayakan,
agar dapat dicarikan 'corrective action' sehingga proyek dapat
berjalan dengan baik, transparan, sahih dan objektif serta
mampu memuaskan semua pihak yang terkait.
Monev kinerja proyek pembangunan mencakup kajian hasil dan
dampak proyek. Sejak saat itu, semua proyek Pemerintah harus
melakukan evaluasi kinerja. Tetapi dalam kenyataannya,
pelaksana proyek kesulitan dalam hal 'bagaimana
implementasinya.

IX. PELAPORAN
13

Pengantar

Tujuan

Bahan Media

Waktu

Pentingnya laporan sebagai dokumen pelaksanaan kegiatan


yang telah dilakukan secara berkala, tepat waktu,
berkelanjutan.
Dokumen tersebut merupakan hasil dari proses pelaksanaan
kegiatan dan juga hasil pemantauan yang dilakukan oleh
komunitas kawasan, kecamatan, kabupaten/kota, provinsi dan
pusat.
Peserta memahami pentinganya laporan sebagai dokumen
tertulis pelaksanaan kegiatan.
Peserta memahami tahapan-tahapan penyusunan laporan.
Peserta memahami cara menyusun laporan
Laptop
Onfokus
Meta plan.
Spidol.
Kertas plano
Papan Tulis
90 Menit

Metode

Berbagi Pengalaman
Diskusi
Penjelasan Langsung

Proses

Fasilitator menjelaskan materi yang akan dibahas dan tujuannya


yang akan dicapai.
Fasilitator membuka ruang diskusi tentang apa yang mereka
pahami tentang arti pentingnya laporan.
Hasil pendapat peserta tersebut dirangkum oleh fasilitator
kemudian merumuskan pengertian tersebut sesuai dengan
penjelasan format laporan yang diharapkan.
Peserta diminta untuk menanggapi terhadap manfaat dan
tujuan penyusunan laporan kawasan mandiri pangan di
lokasinya masing-masing.
Laporan perkembangan KMP sangat penting sebagai dokumen
proses pelaksanaan KMP untuk melihat kendala dan kemajuan
program di kawasan agar bisa terumuskan tindak lanjutnya.
Laporan proses bisa menjadi media sosialisasi yang bisa dibaca
oleh
semua
pihak
yang
berkepentingan
terhadap
pengembangan KMP

Rangkuman

14

Anda mungkin juga menyukai