Anda di halaman 1dari 16

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pada bab ini akan dibahas data penelitian mengenai Faktor-Faktor
Yang

Mempengaruhi

Rendahnya

Penyerapan

Realisasi

Anggaran

Departemen Perindustrian periode tahun 2008.

4.1. Diskripsi Objek Penelitian


Berdasarkan

Keputusan

Menteri

Perindustrian

No.

01/M-

IND/PER/3/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen


Perindustrian. Departemen Perindustrian terbagi atas 7 (tujuh) unit
eselon I dan 4 (empat) Staf Ahli Menteri.
Tugas Pokok masing-masing Unit Kerja adalah sebagai berikut:
Sekretariat Jenderal
Mempunyai tugas melaksanakan koordinasi pelaksanaan

tugas

Sekretariat Jenderal terdiri dari 5 (lima) unit eselon II (Biro) yaitu:


1)

Biro Perencanaan

2)

Biro Kepegawaian

3)

Biro Keuangan

4)

Biro Biro Hukum dan Organisasi

5)
Biro Umum dan Hubungan Masyarakat
Direktorat Jenderal Industri Agro dan Kimia
Mempuyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan
standarisasi teknis dibidang indutri agro dan kimia. Direktorat Jenderal
Industri Agro dan Kimia terdiri dari 6 (enam) unit eselon II yaitu :
1)

Sekretariat Direktorat Jenderal

2)

Direktorat Industri Makanan

3)

Direktorat Industri Minumam dan Tembakau


54

2
4)

Direktorat Industri Hasil Hutan dan Perkebunan

5)

Direktorat Industri Kimia Hulu

6)
Direktorat Industri Kimia Hilir
Direktorat Jenderal Industri Logam Mesin Tekstil dan Aneka
Mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan
standardisasi teknis di bidang industri logam mesin tekstil dan
aneka.Direktorat Jenderal Industri Logam Mesin Tekstil dan Aneka
terdiri atas 5 (lima) unit eselon II yaitu:
1)

Sekretariat Direktorat Jenderal

2)

Direktorat Industri Logan

3)

Direktorat Industri Mesin

4)

Direktorat Industri Tekstil dan produk Tekstil

5)
Direktorat Industri Aneka
Direktorat Jenderal Industri Alat Transportasi dan Telematika
Mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan
standardisasi

teknis

di

bidang

industri

alat

transportasi

dan

telematika.Direktorat Jenderal Industri Alat Transportasi dan Telematika


terdiri atas 5 (lima) unit eselon II yaitu:
1)

Sekretariat Direktorat Jenderal

2)

Direktorat

Industri

Alat

Transportasi

Darat

dan

Kedirgantaraan
3)

Direktorat Industri Maritim dan Jasa Keteknikan

4)

Direktorat Industri Telematika

5)
Direktorat Industri Elektronika
Direktorat Jenderal Industri Kecil dan Menengah
Mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan
standardisasi teknis di bidang industri kecil dan Menengah.Direktorat
Jenderal Industri Kecil dan Menengah terdiri atas 6 (enam) unit eselon II
yaitu:
1)

Sekretariat Direktorat Jenderal

2)

Direktorat Industri Pangan

3)

Direktorat Industri Sandang

4)

Direktorat Industri Kimia dan Bahan Bangunan

5)

Direktorat Industri Logam dan Elektronika

6)
Direktorat Industri Kerajinan
Inspektorat Jenderal
Mempunyai tugas melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan
tugas dilingkungan Departemen Perindustrian.Isnpektorat Jenderal
terdiri atas 5 (lima) unit eselon II yaitu:
1)

Sekretariat Inspektorat Jenderal

2)

Inspektorat I

3)

Inspektorat II

4)

Inspektorat III

5)
Inspektorat IV
Badan Penelitian dan Pengembangan Industri
Mempunyai tugas melaksanakan penelitian dan pengembangan di
bidang industri. Badan Penelitian dan Pengembangan Industri terdiri
atas 5 (lima) unit eselon II yaitu:
1)

Sekretariat Badan

2)

Pusat Penenlitian dan Pengembangan Iklim Usaha dan


Analisa Industri

3)

Pusat Standardisasi

4)

Pusat penelitian dan Pengembangan Sumber Daya

5)
Lingkungan Hidup dan Energi
Staf Ahli
Adalah unsur pembantu Menteri di bidang keahlian tertentu, yang
berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Menteri. Staf Ahli
mempunyai tugas memberi telaahan kepada Menteri mengenai masalah
tertentu sesuai bidang keahliannya, yang tidak menjadi bidang tugas

Sekretariat Jenderal, Direktorat jenderal, Badan dan Inspektorat


Jenderal. Staf Ahli terdiri atas
1)

Staf Ahli Bidang Bidang Iklim Usaha dan investasi

2)

Staf Ahli Bidang Penguatan Struktur Industri

3)

Staf Ahli Bidang Pemanfaatan, Pengembangan dan


Pemasaran Hasil Industri

4)
Staf Ahli Bidang Teknologi dan Sumber Daya Industri
Staf Khusus
Adalah unsur pembantu Menteri dalam rangka membantu kelancaran
pelaksanaan
pengolahan

tugas
dan

Menteri

pemecahan

Perindustrian
berbagai

dalam

penelaahan,

permasalahan

dibidang

pengembangan inovasi teknologi dan peningkatan daya saing industri


serta pengembangan investasi dan percepatan proyek investasi industri
prioritas.
Disamping itu untuk menunjang pelaksanaan tugas Departemen,
terdapat 3 (tiga) unit eselon II (Pusat) yang berada dibawah dan
bertanggung jawab kepada Menteri melalui Sekretaris Jenderal, yaitu:
Pusat Pendidikan dan pelatihan Industri (Pusdiklat)
Mempunyai

tugas

melaksanakan

pembinaan,bimbingan

dan

pengembangan pendidikan dan pelatihan SDM aparatur dan dunia


usaha sektor industri.
Pusat Data dan Indormasi (Pusdatin)
Mempunyai

tugas

melaksanakan

pembinaan

sistem

informasi,

pengumpulan dan pengolahan data, sistem jaringan informasi dan


pelayanan data atau informasi industri.
Pusat Administrasi Kerjasama Internasional (Pusakin)
Mempunyai tugas melaksanakan perumusan program, penyusunan
sistem,

dan

pelaksanaan

koordinasi

dalam

penyelenggaraan

administrasi bantuan luar negeri dan kerjasama fora internasional di


bidang industri.

Berdasarkan tugas pokok tersebut diatas, maka struktur organisasi


Departemen Perindustrian dapat dilihat sebagai berikut:
STRUKTUR ORGANISASI DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN

4.2. Hasil Pengolahan Data


Pengolahan data data dokumentasi dilakukan melalui program Microsoft
Office-Exel 2007 untuk menyederhanakan data dan seleksi data yang terkait
dengan topic bahasan penelitian ini. Mengapa demikian? Karena, data
dokumentasi yang ada bersifat laporan realisasi anggaran periode 2008 di mana
melingkupi segala aspek yang ada di lingkungan unit kerja Departemen
Perindustrian. Oleh karena itu, diperlukan seleksi data kemudian dilakukan
transfer data ke dalam program Microsoft Office-Exel 2007. Lebih lanjut,
selesai seleksi data dan entry data ke dalam program Microsoft Office-Exel
2007 maka dilakukan eksport data ke dalam program SPSS (Standard
Procedure Statistical Solution) Versi 20.0. Adapun hasil olahan data melalui
program SPSS Versi 20.0 sebagai berikut:
Tabel 4.1. Deskripsi Data
SUMMARY OUTPUT
Multi Regression Statistics
MULTI R
0,997544814
R Square
0,995095656
Adjusted R
0,994900597
Std. Error of the Estimate
2093,879687
Observation
184
Sumber: Hasil Olahan Data SPSS Versi 20.0 (data dalam jutaan rupiah)

7
Tabel di atas menggambarkan bahwa:
a.

Koefisien korelasi adalah nilai yang menggambarkan kekuatan korelasi


antara independent variable dengan dependent variable. Adapun Nilai
perolehan

Koefisiensi

Korelasi

pada

Multi

Regression

sebesar

0,997544814. Hal ini menunjukkan bahwa kekuatan korelasi antara


Variabel Bebas yang terdiri dari Besar Pagu (X1), Revisi (X2), Tanda
Bintang (X3), P. Jawa-Luar Jawa (X4), Pusat-Daerah (X5), Sekolah-Non
Sekolah (X6) dan Dekon-Non Dekon (X7) secara bersama-sama dengan
Rendahnya Penyerapan Realisasi Anggaran Departemen Perindustrian
Republik Indonesia Periode Tahun 2008 (Y) masuk ke dalam klasifikasi
hubungan yang sangat tinggi, kuat sekali, dan dapat diandalkan di mana
pembagian klasifikasinya sebagai berikut: (Sugiyono Tahun 2004).

b.

1)

< 0,20

berarti

2)

0,20 0,40 berarti hubungan rendah tetapi pasti.

3)

0,40 0,70 berarti hubungan yang cukup berarti atau moderat.

4)

0,70 0,90 berarti hubungan yang tinggi, kuat.

5)

0,90 >

berarti

hubungan rendah sekali, lemas sekali

hubungan sangat tinggi, kuat sekali, dapat


diandalkan.

R Square yang biasa dinamakan sebagai Determinant Correlation yaitu


koefisiensi korelasi yang menentukan dikarenakan mendekati model
populasi R

yang sebenarnya (Sugiyono Tahun 2004) sebesar

0,995095656. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa korelasi


antara variabel bebas yang terdiri dari; Besar Pagu (X1), Revisi (X2),

Tanda Bintang (X3), P. Jawa-Luar Jawa (X4), Pusat-Daerah (X5),


Sekolah-Non Sekolah (X6) dan Dekon-Non Dekon (X7) secara bersamasama dengan Rendahnya Penyerapan Realisasi Anggaran Departemen
Perindustrian Republik Indonesia Periode Tahun 2008 (Y) dipastikan
masuk ke dalam klasifikasi hubungan yang sangat tinggi, kuat sekali, dan
dapat diandalkan
c.

Adjusted R Square merupakan koreksi dari R sehingga gambarannya


2

lebih mendekati suatu penjajakan model populasi R yang disesuaikan


dirumuskan sebagai berikut :

Adjusted
di mana
n
=
k
=

=1

(1

n 1
) n k

jumlah sampel
jumlah variabel

Perolehan nilai adjusted R Square adalah 0,994900597 sehingga


gambarannya lebih mendekati suatu penjajakan model populasi R

yang disesuaikan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa korelasi


antara variabel bebas yang terdiri dari; Besar Pagu (X1), Revisi (X2),
Tanda Bintang (X3), P. Jawa-Luar Jawa (X4), Pusat-Daerah (X5),
Sekolah-Non Sekolah (X6) dan Dekon-Non Dekon (X7) secara bersamasama dengan Rendahnya Penyerapan Realisasi Anggaran Departemen
Perindustrian Republik Indonesia Periode Tahun 2008 (Y) dipastikan
masuk ke dalam klasifikasi hubungan yang sangat tinggi, kuat sekali, dan
dapat diandalkan

9
d.

Bertitik tolak dari Data Sekunder (Secondary Data) di mana total


Variabel X (Penjumlahan Nilai Variabel X1 hingga X7) adalah sebesar
2.146.906. Sedangkan Standard Error of the Estimate adalah sebesar
2093,879687. Berarti Standard Error of the Estimate hanya sebesar 0.10%
dari total Variabel X (Penjumlahan Nilai Variabel X1 hingga X7). Dengan
kata lain, 100%-0.10% adalah 99.9% data sekunder (secondary data)
yang digunakan dalam penelitian tidak mengalami error.
Dari berbagai uraian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan sementara

bahwa data sekunder (secondary data) yang digunakan dalam penelitian ini
hanya mengalami tingkatan error sebesar 0.10%. Oleh karena itu, akurasi data
sekunder mencapai 99.9%. Keakurasian data ini memperkuat perolehan nilai
2

multi koefisiensi korelasi (R), R dan Adjusted R di mana membuktikan bahwa


korelasi antara variabel bebas yang terdiri dari; Besar Pagu (X1), Revisi (X2),
Tanda Bintang (X3), P. Jawa-Luar Jawa (X4), Pusat-Daerah (X5), Sekolah-Non
Sekolah (X6) dan Dekon-Non Dekon (X7) secara bersama-sama dengan
Rendahnya

Penyerapan

Realisasi

Anggaran

Departemen

Perindustrian

Republik Indonesia Periode Tahun 2008 (Y) dipastikan masuk ke dalam


klasifikasi hubungan yang sangat tinggi, kuat sekali, dan dapat diandalkan
Kemudian, berapa prosentase daya serap antara realisasi penyerapan
anggaran terhadap pagu awal? Ini dapat dilihat pada perhitungan rasio yang
dilakukan dengan program SPSS Versi 20.0 di bawah ini

Case Processing Summary


Count
184

Overall
Excluded

Total

184

atio Statistics for PENYERAPAN_ANGGARAN / PAGU_AWA L


,866
Mean

Dari Tabel di atas memperlihatkan bahwa purata hanya 86.60% dana


yang bisa diserap oleh satuan kegiatan di lingkungan Departemen Perindustrian
Republik Indonesia periode tahun 2008 dibandingkan pagu awalnya.

4.3. Pengujian Hipotesis


Pengujian dimulai dengan Uji F untuk menguji hipotesis sebagai berikut:
Ho
Hi

; 1 = 2 = 3 = 4 = 5 = 6 = 7 = 0
; Minimal ada satu i 0
Tabel 4.2. UJI F
ANOVA(b)

Model

Sum of Squares

Regression
Residual
Total
a

df

Mean Square

156.566.936.018

22366705145

771.642.458

176

4384332,145

157.338.578.475

183

Predictors: (Constant), DEKON_NON_DEKON_X7, TANDA_BINTANG_X3, LOKASI_


PULAU_JAWA_LUAR_JAWA_X4, PUSAT_DAERAH_X5, SEKOLAH_NON_
SEKOLAH_X6, REVISI_X2, BESAR_PAGU_X1

Dependent Variable: PENYERAPAN_ANGGARAN_Y

Sumber: Hasil Olahan SPSS Versi 20.0

Pengambilan Keputusan (Arif Pratisto Tahun 2005) :


a.

F
5101,507916

Dari perspektif nilai perolehan F Hitung terhadap F Tabel


1)

Jika F Hitung < F Tabel maka Ho DITERIMA.

2)

Jika F Hitung > F Tabel maka Ha DITERIMA

Sig.
,000

11
b.

Dari perpektif
perolehan
value terhadap
pada
95% Departemen
terhadap nilai
Rendahnya
Penyerapan
Realisasi
Anggaran
1)

Jika value < pada 95% maka Ha DITERIMA

2)

Jika value > pada 95% maka Ho DITERIMA

Tabel di atas menggambarkan bahwa;


1)

F Hitung adalah 5101,507916

2)

F Tabel dilihat pada;


a)

Taraf signifikansi 95%

b)

df pembilang adalah 7

c)

df penyebut adalah 183

maka F Tabel adalah 2.01


Dengan demikian F Hitung (5101,507916) > F Tabel (2.01) berarti
Ha DITERIMA di mana Variabel bebas yang terdiri dari; Besar
Pagu (X1), Revisi (X2), Tanda Bintang (X3), P. Jawa-Luar Jawa
(X4), Pusat-Daerah (X5), Sekolah-Non Sekolah (X6) dan DekonNon Dekon (X7) secara bersama-sama berpengaruh terhadap
Rendahnya

Penyerapan

Realisasi

Anggaran

Departemen

Perindustrian Republik Indonesia Periode Tahun 2008 (Y)


3)

Nilai perolehan value regression adalah 0.00 sehingga value <


pada 95% maka Ha DITERIMA. Berarti, Variabel bebas yang
terdiri dari; Besar Pagu (X1), Revisi (X2), Tanda Bintang (X3), P.
Jawa-Luar Jawa (X4), Pusat-Daerah (X5), Sekolah-Non Sekolah
(X6) dan Dekon-Non Dekon (X7) secara bersama-sama berpengaruh

Perindustrian Republik Indonesia Periode Tahun 2008 (Y)


Karena hasil uji F menolak Ho maka dilanjutkan dengan uji t dengan cara
melihat besaran nilai T Hitung pada coefficients seperti pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3. T Test untuk berbagai Koefisien Regresi

Model
1
(Constant) X1

Unstandardized
Coefficients
B
Std. Error
6937,1327

1381,3780

X2

0,5795

0,0067

X3

172,5917

221,5356

Standardized
Coefficients
Beta

95% Confidence Interval for B


t
5,021893

Sig.
0,00

Lower Bound

0,8201

85,902281

0,00

0,5662

0,5928

0,0061

1,024664

0,04

-264,6165

609,7998

4210,9358

Upper Bound
9663,3297

X4

0,4271

0,0215

0,1569

19,840946

0,00

0,3846

0,4696

X5

-515,9674

361,6112

-0,0083

-1,426857

0,02

-1229,6196

197,6848

X6

-7516,8879

1034,4475

-0,0554

-7,266573

0,00

-9558,4055

-5475,3702

X7

920,5974

609,3271

0,0106

1,510843

0,01

-281,9306

2123,1255

2481,9639

478,7792

0,0394

5,183943

0,00

1537,0768

3426,8511

Dependent Variable: PENYERAPAN_ANGGARAN_Y

Sumber: Hasil Olahan SPSS Versi 20.0

Pengambilan Keputusan:
a.
b.
c.

Jika t Hitung < t Tabel maka Ho


Jika - t Hitung < t Tabel maka Ha
Jika t Hitung > t Tabel maka Ha

DITERIMA
DITERIMA
DITERIMA

Interpretasi:
a.

T Hitung untuk variabel:


1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)

b.

X1 (Besar Pagu)
X2 (Revisi)
X3 (Tanda Bintang)
X4 (P. Jawa-Luar Jawa)
X5 (Pusat-Daerah)
X6 (Sekolah-Non Sekolah)
X7 (Dekon-Non Dekon)

=
=
=
=
=
=
=

85.902.281
1.024.664
19.840.946
-1.426.857
-7,266573
1,510843
5,183943

T Tabel pada
1) 2 tailed sig 95% berarti T Tabel (95%) = T Tabel (0.025)
2) df = jumlah sample jumlah variabel = 184 8 = 176
maka T Tabel (0.025; 176) adalah 1.96.0

c.

Dengan demikian,
1) T Hitung yang positif secara keseluruhan > T Tabel maka Ha
DITERIMA.
2) T Hitung yang negative secara keseluruhan < T Tabel maka Ha
DITERIMA.

Berarti, Variabel bebas yang terdiri dari; Besar Pagu (X1), Revisi (X2), Tanda
Bintang (X3), P. Jawa-Luar Jawa (X4), Pusat-Daerah (X5), Sekolah-Non
Sekolah (X6) dan Dekon-Non Dekon (X7) secara bersama-sama berpengaruh
terhadap Rendahnya Penyerapan Realisasi Anggaran Departemen Perindustrian
Republik Indonesia Periode Tahun 2008 (Y). Jadi, faktor-faktor penyebab
memang memiliki pengaruh terhadap rendahnya penyerapan realisasi anggaran
di lingkungan Departemen Perindustrian Republik Indonesia periode Tahun
2008

4.4. Pembahasan Hasil Penelitian


Bertitik tolak dari serangkaian pengujian hipotesis maka;
1. Tentang besarnya pagu anggaran yang disediakan selama ini tidak mengacu
pada anggaran berbasis kinerja (ABK), dimana dalam penganggaran
berbasis kinerja, orientasi anggaran lebih dititik beratkan kepada kinerja
atau hasil sehingga informasi mengenai hasil (output/outcome) semestinya
tercantum dalam dokumen anggaran sehingga banyak anggaran yang tidak
dapat diserap sesuai dengan target yang sudah ditetapkan. Dengan demikian
besarnya pagu anggaran menjadi faktor penyebab rendahnya penyerapan
realisasi anggaran.

14

pencairan anggaran karena waktu melakukan revisi tidak dilengkapi dengan


data dukung yang akurat, sehingga memakan waktu yang cukup lama dalam
pembahasan dengan Departemen Keuangan. Jadi dengan terlambatnya
persetujuan revisi akan berimplikasi terhadap pelaksanaan kegiatan,
sehingga tidak semua anggaran yang ada dapat diserap. Oleh karena itu
revisi merupakan salah satu faktor penyebab rendahnya penyerapan realisasi
anggaran.
3. Tanda

bintang

akan

berimplikasi

terhadap

penyerapan

anggaran

dikarenakan pada saat dilakukan penelaahan dengan Departemen Keuangan


ternyata satuan kerja (satker) tidak didukung dengan data sesuai dengan
ketentuan atau prosedur yang berlaku. Oleh karena itu satker yang diberi
tanda bintang menjadi faktor penyebab rendahnya penyerapan realisasi
anggaran.
4. Bersumber

pada

terjadinya

perbedaan

penafsiran

kebijakan

yang

dikeluarkan oleh Departemen Keuangan antara Kanwil yang berada di


p.Jawa dengan yang di luar P.Jawa akan berimplikasi pada pelaksanaan
satuan kerja. Hal ini secara otomatis mengakibatkan terjadinya perbedaan
daya serap realisasi anggaran antara P. Jawa dan luar Jawa. Oleh karena itu
faktor perbedaan penafsiran antara kanwil P. Jawa dan luar Jawa
menyebabkan rendahnya penyerapan realisasi anggaran.
5. Bersumber pada perbedaan besaran penanganan volume satuan kerja antara
pusat dan daerah berimplikasi pada terjadinya perbedaan daya serap

realisasi anggaran. Selama ini anggaran yang berada dipusat lebih besar
dibandingkan daerah pada hal daya serap nya lebih kecil. Oleh karena itu
adanya perbedaan besaran volume satuan kerja dan tingkat daya serap
realisasi anggaran menjadi faktor penyebab rendahnya penyerapan realisasi
anggaran.
6. Bersumber pada perbedaan antara apa yang direncanakan Departemen
Perindustrian dengan minat masyarakat pada bidang studi tertentu yang
menjadi tren berimplikasi pada belum meratanya pencapaian target
pendirian institusi pendidikan pada setiap propinsi yang berada dibawah
naungan Departemen Perindustrian. Oleh karena itu anggaran yang
dialokasikan untuk bidang pendidikan khususnya pendirian institusi
pendidikan sebagai faktor rendahnya penyerapan realisasi anggaran.
7. Dengan dilansirnya kebijakan otonomi daerah maka terjadi perbedaan
penafsiran pihakmana yang bertanggung jawab terhadap penangan satuan
kerja antara pusat dan daerah. Selama ini kebijakan pelaksanaan satuan
kerja (satker) yang dikeluarkan oleh pusat terjadi benturan dengan peraturan
daerah mengakibatkan masing-masing pihak tidak merasa bertanggung
jawab untuk melaksanakan kegiatan tersebut. Oleh karena itu tingkat daya
serap realisasi anggaran menjadi rendah maka dengan adanya benturan
kebijakan pusat (permen) dan daerah (perda) sebagai faktor penyebab
rendahnya penyerapan realisasi anggaran.

16
Disamping faktor-faktor tersebut diatas ada juga masalah-masalah
internal antara lain:
a. Rencana dan jadual pelaksanaan kegiatan belum disusun dengan baik
dan konsisten.
b. Lambatnya memulai proses pelaksanaan kegiatan baik swakelola
maupun yang memerlukan proses lelang, rata-rata dilaksanakan sekitar
bulan Maret.
c. Masih lemahnya pemahaman pengelola DIPA dalam proses dan tata
kelola pelaksanaan anggaran.
d. Adanya kebijakan pemerintah terhadap pemotongan anggaran
e. Belum diterapkannya Sistem Pengendalian Intern (SPI)
Dari uraian tersebut diatas maka dapat ditarik kesimpulan sementara,
diproyeksikan ke depannya bahwa variable-variabel tersebut diatas bisa
dikatakan sebagai kendala dalam upaya mengoptimalkan realisasi anggaran.

Anda mungkin juga menyukai