Mempengaruhi
Rendahnya
Penyerapan
Realisasi
Anggaran
Keputusan
Menteri
Perindustrian
No.
01/M-
tugas
Biro Perencanaan
2)
Biro Kepegawaian
3)
Biro Keuangan
4)
5)
Biro Umum dan Hubungan Masyarakat
Direktorat Jenderal Industri Agro dan Kimia
Mempuyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan
standarisasi teknis dibidang indutri agro dan kimia. Direktorat Jenderal
Industri Agro dan Kimia terdiri dari 6 (enam) unit eselon II yaitu :
1)
2)
3)
2
4)
5)
6)
Direktorat Industri Kimia Hilir
Direktorat Jenderal Industri Logam Mesin Tekstil dan Aneka
Mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan
standardisasi teknis di bidang industri logam mesin tekstil dan
aneka.Direktorat Jenderal Industri Logam Mesin Tekstil dan Aneka
terdiri atas 5 (lima) unit eselon II yaitu:
1)
2)
3)
4)
5)
Direktorat Industri Aneka
Direktorat Jenderal Industri Alat Transportasi dan Telematika
Mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan
standardisasi
teknis
di
bidang
industri
alat
transportasi
dan
2)
Direktorat
Industri
Alat
Transportasi
Darat
dan
Kedirgantaraan
3)
4)
5)
Direktorat Industri Elektronika
Direktorat Jenderal Industri Kecil dan Menengah
Mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan
standardisasi teknis di bidang industri kecil dan Menengah.Direktorat
Jenderal Industri Kecil dan Menengah terdiri atas 6 (enam) unit eselon II
yaitu:
1)
2)
3)
4)
5)
6)
Direktorat Industri Kerajinan
Inspektorat Jenderal
Mempunyai tugas melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan
tugas dilingkungan Departemen Perindustrian.Isnpektorat Jenderal
terdiri atas 5 (lima) unit eselon II yaitu:
1)
2)
Inspektorat I
3)
Inspektorat II
4)
Inspektorat III
5)
Inspektorat IV
Badan Penelitian dan Pengembangan Industri
Mempunyai tugas melaksanakan penelitian dan pengembangan di
bidang industri. Badan Penelitian dan Pengembangan Industri terdiri
atas 5 (lima) unit eselon II yaitu:
1)
Sekretariat Badan
2)
3)
Pusat Standardisasi
4)
5)
Lingkungan Hidup dan Energi
Staf Ahli
Adalah unsur pembantu Menteri di bidang keahlian tertentu, yang
berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Menteri. Staf Ahli
mempunyai tugas memberi telaahan kepada Menteri mengenai masalah
tertentu sesuai bidang keahliannya, yang tidak menjadi bidang tugas
2)
3)
4)
Staf Ahli Bidang Teknologi dan Sumber Daya Industri
Staf Khusus
Adalah unsur pembantu Menteri dalam rangka membantu kelancaran
pelaksanaan
pengolahan
tugas
dan
Menteri
pemecahan
Perindustrian
berbagai
dalam
penelaahan,
permasalahan
dibidang
tugas
melaksanakan
pembinaan,bimbingan
dan
tugas
melaksanakan
pembinaan
sistem
informasi,
dan
pelaksanaan
koordinasi
dalam
penyelenggaraan
7
Tabel di atas menggambarkan bahwa:
a.
Koefisiensi
Korelasi
pada
Multi
Regression
sebesar
b.
1)
< 0,20
berarti
2)
3)
4)
5)
0,90 >
berarti
Adjusted
di mana
n
=
k
=
=1
(1
n 1
) n k
jumlah sampel
jumlah variabel
9
d.
bahwa data sekunder (secondary data) yang digunakan dalam penelitian ini
hanya mengalami tingkatan error sebesar 0.10%. Oleh karena itu, akurasi data
sekunder mencapai 99.9%. Keakurasian data ini memperkuat perolehan nilai
2
Penyerapan
Realisasi
Anggaran
Departemen
Perindustrian
Overall
Excluded
Total
184
; 1 = 2 = 3 = 4 = 5 = 6 = 7 = 0
; Minimal ada satu i 0
Tabel 4.2. UJI F
ANOVA(b)
Model
Sum of Squares
Regression
Residual
Total
a
df
Mean Square
156.566.936.018
22366705145
771.642.458
176
4384332,145
157.338.578.475
183
F
5101,507916
2)
Sig.
,000
11
b.
Dari perpektif
perolehan
value terhadap
pada
95% Departemen
terhadap nilai
Rendahnya
Penyerapan
Realisasi
Anggaran
1)
2)
2)
b)
df pembilang adalah 7
c)
Penyerapan
Realisasi
Anggaran
Departemen
Model
1
(Constant) X1
Unstandardized
Coefficients
B
Std. Error
6937,1327
1381,3780
X2
0,5795
0,0067
X3
172,5917
221,5356
Standardized
Coefficients
Beta
Sig.
0,00
Lower Bound
0,8201
85,902281
0,00
0,5662
0,5928
0,0061
1,024664
0,04
-264,6165
609,7998
4210,9358
Upper Bound
9663,3297
X4
0,4271
0,0215
0,1569
19,840946
0,00
0,3846
0,4696
X5
-515,9674
361,6112
-0,0083
-1,426857
0,02
-1229,6196
197,6848
X6
-7516,8879
1034,4475
-0,0554
-7,266573
0,00
-9558,4055
-5475,3702
X7
920,5974
609,3271
0,0106
1,510843
0,01
-281,9306
2123,1255
2481,9639
478,7792
0,0394
5,183943
0,00
1537,0768
3426,8511
Pengambilan Keputusan:
a.
b.
c.
DITERIMA
DITERIMA
DITERIMA
Interpretasi:
a.
b.
X1 (Besar Pagu)
X2 (Revisi)
X3 (Tanda Bintang)
X4 (P. Jawa-Luar Jawa)
X5 (Pusat-Daerah)
X6 (Sekolah-Non Sekolah)
X7 (Dekon-Non Dekon)
=
=
=
=
=
=
=
85.902.281
1.024.664
19.840.946
-1.426.857
-7,266573
1,510843
5,183943
T Tabel pada
1) 2 tailed sig 95% berarti T Tabel (95%) = T Tabel (0.025)
2) df = jumlah sample jumlah variabel = 184 8 = 176
maka T Tabel (0.025; 176) adalah 1.96.0
c.
Dengan demikian,
1) T Hitung yang positif secara keseluruhan > T Tabel maka Ha
DITERIMA.
2) T Hitung yang negative secara keseluruhan < T Tabel maka Ha
DITERIMA.
Berarti, Variabel bebas yang terdiri dari; Besar Pagu (X1), Revisi (X2), Tanda
Bintang (X3), P. Jawa-Luar Jawa (X4), Pusat-Daerah (X5), Sekolah-Non
Sekolah (X6) dan Dekon-Non Dekon (X7) secara bersama-sama berpengaruh
terhadap Rendahnya Penyerapan Realisasi Anggaran Departemen Perindustrian
Republik Indonesia Periode Tahun 2008 (Y). Jadi, faktor-faktor penyebab
memang memiliki pengaruh terhadap rendahnya penyerapan realisasi anggaran
di lingkungan Departemen Perindustrian Republik Indonesia periode Tahun
2008
14
bintang
akan
berimplikasi
terhadap
penyerapan
anggaran
pada
terjadinya
perbedaan
penafsiran
kebijakan
yang
realisasi anggaran. Selama ini anggaran yang berada dipusat lebih besar
dibandingkan daerah pada hal daya serap nya lebih kecil. Oleh karena itu
adanya perbedaan besaran volume satuan kerja dan tingkat daya serap
realisasi anggaran menjadi faktor penyebab rendahnya penyerapan realisasi
anggaran.
6. Bersumber pada perbedaan antara apa yang direncanakan Departemen
Perindustrian dengan minat masyarakat pada bidang studi tertentu yang
menjadi tren berimplikasi pada belum meratanya pencapaian target
pendirian institusi pendidikan pada setiap propinsi yang berada dibawah
naungan Departemen Perindustrian. Oleh karena itu anggaran yang
dialokasikan untuk bidang pendidikan khususnya pendirian institusi
pendidikan sebagai faktor rendahnya penyerapan realisasi anggaran.
7. Dengan dilansirnya kebijakan otonomi daerah maka terjadi perbedaan
penafsiran pihakmana yang bertanggung jawab terhadap penangan satuan
kerja antara pusat dan daerah. Selama ini kebijakan pelaksanaan satuan
kerja (satker) yang dikeluarkan oleh pusat terjadi benturan dengan peraturan
daerah mengakibatkan masing-masing pihak tidak merasa bertanggung
jawab untuk melaksanakan kegiatan tersebut. Oleh karena itu tingkat daya
serap realisasi anggaran menjadi rendah maka dengan adanya benturan
kebijakan pusat (permen) dan daerah (perda) sebagai faktor penyebab
rendahnya penyerapan realisasi anggaran.
16
Disamping faktor-faktor tersebut diatas ada juga masalah-masalah
internal antara lain:
a. Rencana dan jadual pelaksanaan kegiatan belum disusun dengan baik
dan konsisten.
b. Lambatnya memulai proses pelaksanaan kegiatan baik swakelola
maupun yang memerlukan proses lelang, rata-rata dilaksanakan sekitar
bulan Maret.
c. Masih lemahnya pemahaman pengelola DIPA dalam proses dan tata
kelola pelaksanaan anggaran.
d. Adanya kebijakan pemerintah terhadap pemotongan anggaran
e. Belum diterapkannya Sistem Pengendalian Intern (SPI)
Dari uraian tersebut diatas maka dapat ditarik kesimpulan sementara,
diproyeksikan ke depannya bahwa variable-variabel tersebut diatas bisa
dikatakan sebagai kendala dalam upaya mengoptimalkan realisasi anggaran.