PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
yang
penumpang.Jasa
diberikan
kepada
non-aeronautika
perusahaan
adalah
jasa
penerbangan
layanan
dan
pendukung
etos kerja yang rendah ketika melakukan pekerjaan maka instansi itu
mengalami kerugian yang disebabkan karena karyawan tidak bekerja dengan
seluruh kemampuan yang dimilikinya.Sebaliknya dengan etos kerja yang
tinggi dapat membantu meningkatkan produktifitas kerja karyawan dan
memberikan hasil kerja yang optimal baik secara kualitatif maupun kuantitatif,
sehingga tujuan dari instansi dapat tercapai.Hal ini dikarenakan para
karyawan bekerja dengan sepenuh hati sesuai dengan bidang-bidang
masing-masing sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan baik.
Disamping itu dengan adanya etos kerja yang tinggi akan menjadikan
karyawan mau bekerja sama dan saling membantu dalam menyelesaikan
pekerjaan yang membutuhkan tenaga dan waktu yang lebih banyak.
Dengan adanya hubungan-hubungan kreja sama dengan berbagai
pihak
luar
dalam
mengelolah
kegiatannya,
dan
pada
tahun
2013
PT. Angkasa pura Cabang Bandar Ambon menerapkan system kerja yaitu
system manajemen risiko, Sebagai salah satu Tolak Ukur dalam menentukan
kebijakan yang akan diambil oleh manajemen Angkasa Pura I. Kita tahu
bahwa manajemen resikoadalah suatu sistem pengawasan risiko dan
perlindungan harta benda, hak milik dan keuntungan badan usaha atau
perorangan atas kemungkinan timbulnya kerugian karena adanya suatu
risiko.Namun dalam Pelaksanaan sistem ini belumlah dianggap penting bagi
sebahagian karyawan, walaupun sudah pernah disosialisasikan kepada
karyawan. Ini memberi indikasi bahwa dalam pelaksanaan pekerjaan,
karyawan PT. Angkasa Pura I Cab Bandar Pattimura Ambon, tidak mengikuti
apa yang diinginkan oleh perusahaan.
Human relation dalam instansi
Seorang
pemimpin
mempunyai
tanggung
jawab
untuk
dipraktekan hubungan kerja sama yang sehat antar anggota, sehingga akan
mendorong anggota organisasi untuk bekerja sama dengan produktif dan
dengan perasaan puas.
Hal ini sesuai dengan tugas pemimpin yaitu mendorong bekerja sama
antara secara sukarela diantara karyawan dengan pemimpin dalam
melaksanakan tugas pekerjaannya. Perasaan pemimpin dalam hubungan
dengan karyawan merupakan hal yang penting, karena sikap pemimpin
dalam menghadapi karyawan akan mempengaruhi sikap karyawan. Seorang
pemimpin juga harus menerapkan iklim hubungan kerja yang menyenangkan
diantara organisasi.
Tetapi dalam hal ini, Hubungan antara pimpinan dan karyawan kurang
terkomunikasi dalam hal penanganan system yang diterapkan, sehinggga
adanya penumpukan pekerjaan adapun juga penghargaan terhadap hasil
pekerjaan yang diperoleh tidak sesuai dengan keinginan karyawan, sehingga
timbulnya kejenuhan dalam pekerjaan. Otomatis ini akan mempengaruhi hasil
kerja karyawan.
Berdasarkan
uraian
diatas
maka
perlu
dilakukan
penelitian
2.
Untuk
mengetahui
pengaruh
variabel
Leadership
menambah
pengetahuan
sebagai
bekal
dalam
ini
menjelaskan
tentang
latar
belakang
masalah,
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 LandasanTeori
2.1.1. Human relation
Human relation ( hubungan antar manusia ) merupakan syarat
utama untuk keberhasilan
orang
berkomunikasi
biasa,
bukan
hanya
merupakan
antara
orang-orang
yang
berkomunikasi
dimana
, hal ini
sosial.
Untuk
tidak
memperkabur
istilah
dan
untuk
memecahkan
terciptanya
suasana
masalahnya
yang
sendiri
menimbulkan
atau
mengusahakan
keberanian
untuk
memecahkan masalahnya.
Dalam kegiatan hubungan manusiawi ini terdapat dua jenis
konseling, bergantung pada pendekatan ( approach ) yang dilakukan.
organisasi
kekaryaan
dimana
mereka
bekerja
untuk
aktivitas-aktivitas
para
karyawan
dan
mengkooperasikan hasrat-hasrat mereka untuk bekerja bersamasama. Ini semua tertuju kepada sasaran yang direncanakan, dan di
sini komunikasi memegang peranan penting. Human relations seperti
ditegaskan di muka adalah komunikasi persuasif.
Dengan melaksanakan human relations itu pemimpin organisasi
atau pemimpin kelompok melakukan komunikasi dengan karyawannya
secara manusiawi untuk menggiatkan mereka bekerja bersama-sama,
sehingga hasilnya memuaskan di samping mereka bekerja dengan
hati yang gembira.
4. Hambatan dalam Human Relation ( Hubungan Antar Manusia )
Hambatan dalam hubungan antar manusia pada umumnya
mempunyai dua sifat yaitu objektif dan subjektif. Hambatan yang
sifatnya objektif adalah gangguan dan halangan terhadap jalannya
hubungan antar manusia yang tidak disengaja dan dibuat oleh pihak
lain
tapi
mungkin
disebabkan
oleh
keadaan
yang
tidak
2.1.2. Leadership
1. Pengertian leadership (kepemimpinan)
Kegiatan
mempengaruhi
perilaku
orang
lain
atau
seni
dibuat
orang
mengenai
individu-individu
lain;
Teori
Kepemimpinan
menunjukkan
kemampuan
untuk
mengamati
atau
kekuatan-kekuatan
mereka,
kelamahan-kelemahan
mereka juga berbagai ambisi yang ada. Disamping itu ia juga harus
mempunyai persepsi introspektif (memandang/menilai dirinya sendiri),
sehingga ia bisa mengetahui kekuatan, kelemahan dan tujuan yang
layak baginya. Inilah yang disebut kemampuanPerseptive.
c. Kemampuan untuk bersikap obyektif.
Obyektif adalah kemampuan untuk melihat suatu peristiwa atau
masalah secara rasional obyektifitas merupakan perluasan dari
kemampuan Perseptive apabila perseptifitas menimbulkan kepekaan
terhadap
fakta,
kejadian
dan
kenyataan-kenyataan
yang
lain,
tidak.
Kemampuan
ini
sangat
diperlukan
karena
pada
setiap
orang
dalam
pendidikan
dan
pelatihan,
b. Semangat misionaris
Pemimpin yang baik berusaha mempromosikan aspek kualitas diluar
organisasi baik melalui pemasok, distributor, maupun pelanggan.
c. Target yang agresif
Kepemimpinan yang baik mengarah pada perbaikan yang bersifat
tidak sekedar memperbaiki proses, tetapi juga mengembangkan
proses-proses yang berbeda.
d. Strong driver
Tujuan yang ingin dicapai dalam aktivitas perbaikan ditetapkan dengan
jelas dalam ukuran kepuasan pelanggan dan kualitas.
e. Komunikasi nilai-nilai
Melakukan perubahan budaya kearah budaya kualitas secara
konsisten melalui kebijakan tertulis, misi, pedoman dan pernyataan
lainnya mengenai nilai-nilai kualitas.
f. Organisasi
Struktur organisasi yang dimiliki adalah struktur datar (full structure)
yang memungkinkan adanya wewenang yang lebih besar bagi tingkat
yang lebih rendah. Setiap karyawan diberdayakan dan dilibatkan
dalam tim-tim perbaikan antar departemen.
pimpinan.
Ia
menyatakan
bahwa
seorang
pimpinan
memberikan
kepuasan
terhadap
kebutuhan
langsung
para
bawahannya
b. menyusun jalur pencapaian tujuan (untuk melakukan hal itu
pemimpin perlu memberikan pedoman untuk mencapai tujuan
perusahaan
bersamaan
dengan
pemuasan
kebutuhan
para
karyawan).
c. menghilangkan hambatan pencapaian tujuan.
d. mengubah tujuan karyawan sehingga tujuan mereka bisa berguna
secara organisator.
Peranan kepemimpinan dapat dikelompokkan dalam dua kelompok:
a. Fungsi utama, yang penting bagi proses kepemimpinan yaitu :
1) Pemimpin sebagai pemandang : ia memiliki pandangan kemasa
datang dan menyampaikan keyakinan kepada kelompok.
2) Pemimpin sebagai eksekutif : dia menentukan sasaran kelompok
dan mengarahkan serta mengkoordinasikan kegiatan kelompok dalam
mencapai sasaran itu.
merumuskan
kebijakan
dalam
bentuk
petunjuk
yang
anggotanya
untuk
meningkatkan
mutu
kinerjanya,
untuk
memahami
bagaimana
cara
mereka
bekerja
serta
tindakan
manusia yang
bekerja
di dalam
kekuatan
yang
menyebabkan
karyawan
memberikan
Berpangkal tolak dari uraian itu, maka suatu individu atau kelompok
masyarakat dapat dikatakan memiliki etos kerja tinggi, apabila
menunjukkan tanda-tanda sebagai berikut :
a. Memiliki penilaian yang sangat positif terhadap hasil kerja manusia.
b. Menempatkan pandangan tentang kerja, sebagai suatu hal yang
amat luhur bagi eksistensi manusia.
c. Kerja yang dirasakan sebagai suatu aktivitas yang bermakna bagi
kehidupan manusia.
d. Kerja dihayati sebagai suatu proses yang membutuhkan ketekunan
dan sekaligus sarana yang penting dalam mewujudkan cita-cita.
e. Kerja dilakukan sebagai bentuk ibadah.
Sedangkan bagi individu atau kelompok masyarakat, yang memiliki
etos kerja rendah, maka akan mewujudkan ciri-ciri yang sebaliknya,
yaitu :
a. Kerja dirasakan sebagai suatu hal yang membebani diri.
b. Kurang dan bahkan tidak menghargai hasil kerja manusia.
c. Kerja dipandang sebagai suatu penghambat dalam memperoleh
kesenangan.
d. Kerja dilakukan sebagai bentuk keterpaksaan.
e. Kerja dihayati sebagai bentuk rutinitas hidup.
Etos kerja yang dimiliki oleh seseorang atau kelompok masyarakat,
akan menjadi sumber motivasi bagi perbuatannya.
Dasar
bagi
gagasannya
adalah
faktor-faktor
yang
Human Relation
(X1)
Etos Kerja
(Y)
Leadership
(X2)