Analisis Karakteristik Temporal dengan
Parameter ACF dari Musik Tradisional Indonesia
dan Musik non‐Tradisional
Disusun oleh :
Nama : Beni Kusuma Atmaja
NIM : 13307080
DEPARTEMEN TEKNIK FISIKA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2010
I. Definisi Parameter Akustik ACF
ACF (Auto Correlation Factor) adalah parameter akustik yang berasal dari konsep statistik
dan digunakan untuk mengetahui karakteristik dari sinyal suara yang merupakan fungsi dari
waktu. Sinyal suara yang dianalisis akan bersifat independent terhadap jenis sumbernya baik
single‐source maupun multi‐source. ACF terdiri dari beberapa komponen yang dapat
dimanfaatkan, yaitu tau dan phi.
Tau‐e adalah suatu parameter dari karakteristik sinyal akustik yang menggambarkan adanya
efek dengung di dalam sinyal suara tersebut yang dinyatakan dalam satuan waktu (tidak
nyata), serta tau‐e menggambarkan kandungan frekuensi yang terdapat di dalam sinyal
tersebut. Apabila nilai tau‐e makin membesar maka kandungan frekuensi yang terdapat
pada sinyal tersebut sangat sedikit, sedangkan apabila nilai tau‐e makin mengecil maka
frekuensi yang terdapat pada sinyal tersebut sangat banyak atau memiliki bandwith
frekuensi yang lebar. Contohnya adalah sinyal white noise akan memiliki tau‐e yang kecil
karena di dalamnya terdiri dari bermacam‐macam frekuensi, sedangkan sinyal sinusoidal
murni akan memiliki nilai tau‐e yang tak hingga karena hanya memiliki frekuensi tunggal.
II. Lagu atau Musik
Lagu yang akan dianalisis sebanyak 2 lagu, yaitu :
1. 02 ‐ Ki Narto Sabda ‐ WARUNG POJOK SI. Mny. Æ musik tradisional
Lagu ini merupakan lagu yang menggunakan alat musik tradisional dari daerah Jawa
Tengah, seperti gamelan. Lagu ini berasal dari album Aneka Palaran Vol. 2 yang
dibawakan oleh Karawitan Setyo Laras dan diproduksi oleh ALFA EQUITY SDN BH,
Selangor Darul Ehsan. Lagu yang digunakan merupakan tipe wave/wav dengan kualitas :
• Bit rate = 1411 kbps.
• Audio samples size = 16 bit.
• Channel = 2 (stereo).
• Audio sample rate = 44kHz.
2
Beni Kusuma Atmaja (13307080) | Tugas TF‐3204 Akustik
2. My Chemical Romance ‐ 05 ‐ Welcome To The Black Parade Æ musik non‐tradisional
Lagu ini merupakan lagu yang menggunakan alat
musik non‐tradisional atau modern yang digunakan
oleh grup musik pada saat ini. Lagu ini dibawakan
oleh My Chemical Romance, sebuah grup musik
beraliran alternative rock, emo, dan pop‐punk dari
New Jersey, Amerika Serikat. Lagu ini berasal dari
album The Black Parade yang diluncurkan pada tahun
2006 di bawah label Reprise. Album ini direkam
pada studio rekaman di daerah California pada bulan
April hingga Agustus 2006. Lagu yang digunakan
merupakan tipe wave/wav dengan kualitas :
• Bit rate = 1411 kbps.
• Audio samples size = 16 bit.
• Channel = 2 (stereo).
• Audio sample rate = 44kHz
III. Data Parameter Akustik
Program yang digunakan untuk mendapatkan parameter akustik tau‐e dari lagu atau musik
yang akan dianalisis adalah Yoshimasa menggunakan Noise Measurement System. Hasil data
menggunakan software tersebut untuk mendapatkan parameter akustik dari lagu yang akan
dianalisis adalah sebagai berikut :
1. 02 ‐ Ki Narto Sabda ‐ WARUNG POJOK SI. Mny.
Gambar 1 Hasil analisis musik tradisional menggunakan program Yoshimasa
3
Beni Kusuma Atmaja (13307080) | Tugas TF‐3204 Akustik
Gambar 2 Grafik ACF musik tradisional
Gambar 3 grafik ACF dengan skala logaritmik musik tradisional
4
Beni Kusuma Atmaja (13307080) | Tugas TF‐3204 Akustik
Gambar 4 grafik tau‐e musik tradisional
5
Beni Kusuma Atmaja (13307080) | Tugas TF‐3204 Akustik
Gambar 5 grafik nilai tau‐e musik tradisional per 30 detik
2. My Chemical Romance ‐ 05 ‐ Welcome To The Black Parade
Gambar 6 hasil analisis musik non‐tradisional menggunakan program Yoshimasa
6
Gambar 7 grafik ACF musik non‐tradisional
Beni Kusuma Atmaja (13307080) | Tugas TF‐3204 Akustik
Gambar 8 grafik ACF dalam skala logaritmik musik non‐tradisional
Gambar 9 grafik tau‐e musik non‐tradisional
7
Beni Kusuma Atmaja (13307080) | Tugas TF‐3204 Akustik
Gambar 10 grafik nilai tau‐e musik non‐tradisional per 30 detik 8
Beni Kusuma Atmaja (13307080) | Tugas TF‐3204 Akustik
IV. Analisis
Analisis untuk setiap lagu :
1. 02 ‐ Ki Narto Sabda ‐ WARUNG POJOK SI. Mny.
Data yang diperoleh menggunakan program Yoshimasa mendapatkan keterangan
bahwa :
1) Nilai ACF pada awal lagu cukup tinggi karena merupakan intro yang
menimbulkan kesan dengung dan memberikan kesan lagu yang “megah”,
namun sepanjang lagu nilai ACF berubah dengan teratur dan bernilai kecil
sehingga lagu akan terdengar monoton dan kurang variatif.
2) Awal lagu merupakan intro yang berisikan suara dari gamelan jawa sehingga
menghasilkan nilai tau‐e yang bervariasi, berkisar antara 5 ms hingga sekitar 200
ms. Hal tersebut berlangsung selama kurang lebih 30 detik. Pada rentang waktu
tersebut lebih banyak terdengar suara gamelan jawa dan beberapa alat musik
lain, namun akan terdengar suara yang “dengung” berasal dari sinyal suara
tersebut terutama pada rentang waktu detik ke‐0 hingga detik ke‐4 serta pada
detik ke‐14, sehingga memberikan kesan bahwa suara memiliki kesan “reverb”
atau dengung dan menyebabkan adanya kesan ruang yang cukup luas saat
mendengarkan suara tersebut. Nilai tau‐e yang bervariasi dikarenakan karena
suara gamelan memiliki frekuensi yang cukup banyak. Frekuensi ditunjukkan
melalui nada, sehingga nada pada rentang waktu tersebut cukup bervariasi
karena variasi dari berbagai alat musik yang diperdengarkan menghasilkan
berbagai nada pada waktu yang bersamaan.
3) Setelah 30 detik, akan terdengar suara penyanyi sehingga nilai dari tau‐e akan
cukup rendah karena perpaduan antara suara gamelan jawa dengan suara dari
penyanyi tersebut. Pada detik ke‐41 terjadi nilai tau‐e yang cukup besar, karena
pada saat itu hanya terdengar suara penyanyi dengan nada tinggi sehingga nilai
tau‐e akan semakin membesar. Pada rentang waktu tersebut perpaduan nada
yang cukup baik terdengar, dan tidak memberin kesan “dengung” pada lagu.
Nilai tau‐e tidak mengalami perubahan yang cukup jauh hingga detik ke‐90
karena sinyal suara yang terjadi memiliki bandwith frekuensi yang cukup lebar
karena perpaduan antara suara manusia dan suara gamelan yang terdengar
dengan berbagai macam nada. Kesan “dengung” yang pada awalnya dapat 9
dirasakan pada saat intro tidak terasa lagi.
Beni Kusuma Atmaja (13307080) | Tugas TF‐3204 Akustik
4) Pada rentang waku detik ke‐90 hingga detik ke‐ 120 kondisinya tidak jauh
berbeda dengan sebelumnya, nilai tau‐e tidak terlalu besar. Pada detik ke‐110
nilai tau‐e naik sangat besar sekitar 2300 ms. Hal itu dikarenakan pada lagu
terdengar suara penyanyi saja dengan nada yang tinggi tanpa adanya suara alat
musik yang mengiringinya. Suara tersebut memiliki frekuensi yang mendekati
tunggal dan menimbulkan efek dengung yang terdengar dengan jelas.
5) Untuk waktu selanjutnya mengalami hal serupa seperti penjelasan sebelumnya,
variasi tau‐e yang terjadi tidak terlalu banyak, hanya beberapa kali saja tau‐e
mencapai nilai yang besar (200 – 400 ms), yang disebabkan suara dari penyanyi
dengan nada tertentu tanpa iringan atau nada dari gamelan yang bermain
sendiri.
6) Suara gamelan memiliki frekuensi yang cukup banyak dan suara manusia
memiliki karakteristik frekuensi yang cukup banyak juga, sehingga apabila suara
gamelan yang mulanya memiliki nilai tau‐e cukup besar digunakan untuk
mengiringi suara manusia maka nilai dari tau‐e akan semakin mengecil yang
disebabkan rentang frekuensi suara tersebut lebih lebar.
7) Suara manusia dapat memiliki frekuensi tunggal apabila digunakan untuk
mengeluarkan suara pada nada tertentu tanpa iringan suara apapun. Frekuensi
pada musik adalah nada, sehingga apabila suara manusia mengeluarkan nada
tertentu maka suara manusia tersebut akan berfrekuensi tertentu, walaupun
suara tersebut bukan merupakan suara dengan frekuensi tunggal namun
memiliki lebar frekuensi yang lebih kecil.
2. My Chemical Romance ‐ 05 ‐ Welcome To The Black Parade
Data yang diperoleh menggunakan program Yoshimasa mendapatkan keterangan
bahwa :
1) Nilai ACF pada awal lagu cukup rendah karena merupakan intro dari lagu, namun
lama‐kelamaan nilai ACF berubah cukup tinggi dan variatif sehingga memberikan
kesan lagu yang “megah” dengan berbagai sinyal suara yang memiliki
kandungan frekuensi beraneka ragam sehingga menimbulkan kesan variatif dan
tidak membosankan karena terjadi perubahan nilai ACF secara dinamis.
2) Pada awal lagu merupakan intro yang dimainkan dengan menggunakan piano 10
selama 12 detik. Piano akan menghasilkan sinyal suara pada nada tertentu,
sehingga selama intro tersebut nilai tau‐e cukup besar sekitar 200 ms hingga 400
Beni Kusuma Atmaja (13307080) | Tugas TF‐3204 Akustik
ms. Nilai tau‐e pada rentang ini terjadi penurunan, seperti pada detik ke‐ 1 ,
detik ke‐4, dan detik ke‐6 karena suara dari piano tidak dibunyikan karena akan
berganti nada. Suara dari piano tersebut memberikan kesan “dengung” yang
sangat baik, sehingga memberikan kesan piano terdapat pada ruangan yang
luas.
3) Pada rentang waktu detik ke‐10 hingga detik ke‐60 suara piano digunakan untuk
mengiringi suara vokal sehingga memberikan nilai tau‐e yang lebih rendah
dikarenakan rentang frekuensi menjadi lebih lebar. Selain itu, suara tersebut
tidak memberikan efek dengung. Selain itu, suara piano dan suara vokal diiringi
juga dengan suara drum yang marching dan suara dari gitar elektrik sehingga
nilai tau‐e menjadi lebih kecil. Pada detik ke‐35 terjadi peningkatan nilai tau‐e
karena pada saat tersebut gitar elektrik melakukan solo tanpa iringan alat musik
lain memainkan nada tertentu dan menimbulkan efek dengung yang cukup
terdengar. Pada detik ke‐45 terjadi hal yang serupa, namun kali ini adalah suara
vokal yang menyanyikan nada cukup tinggi tanpa iringan musik lain. Perpaduan
antara suara piano, gitar elektrik, drum, dan vokal menimbulkan sinyal suara
memiliki rentang frekuensi yang sangat lebar sehingga nilai tau‐e tersebut kecil
dan menimbulkan kesan sumber suara berada dekat dengan pendengar karena
efek dengung kurang terasa.
4) Pada rentang waktu detik ke‐60 hingga detik ke‐105 masih terdengar sesuatu
yang sama seperti sebelumnya, yaitu perpaduan antara suara drum, gitar
elektrik, dan vokal sehingga nilai tau‐e masih kecil karena frekuensi dari sinyal
suara tersebut sangat lebar. Pada detik ke‐78 dan 94 terjadi perubahan nilai tau‐
e yang sangat tinggi mencapai nilai 2000 ms. Hal tersebut karena suara pada
detik tersebut merupakan suara vokal dengan nada tertentu tanpa adanya
iringan alat musik sehingga memiliki rentang frekuensi yang kecil dan
memberikan efek dengung.
5) Pada rentang waktu detik ke‐105 hingga 210 nilai tau‐e memiliki variasi yang
tidak terlalu besar karena sinyal suara yang dihasilkan memiliki kandungan
frekuensi yang cukup lebar karena terdengar suara gitar, bass, vokal, dan drum.
Beberapa kali terjadi kenaikan nilai tau‐e namun tidak terlalu tinggi karena saat
tersebut untuk sesaat hanya terdengar suara vokal saja. 11
6) Pada rentang waktu detik ke‐210 hingga detik ke‐220 terjadi variasi karena pada
rentang waktu ini hanya terdengar suara vokal dengan iringan gitar saja,
Beni Kusuma Atmaja (13307080) | Tugas TF‐3204 Akustik
sehingga rentang frekuensi cukup sempit dan memang diinginkan adanya efek
dengung pada musik pada rentang waktu tersebut.
7) Pada rentang waktu detik ke‐220 hingga detik ke‐270 nilai tau‐e tidak terjadi
variasi yang cukup besar karena sinyal suara yang dihasilkan mengandung
rentang frekuensi yang lebar dan tidak diinginkan terjadinya dengung.
8) Pada detik ke‐270 hingga akhir lagu terjadi keunikan terhadap nilai tau‐e dimana
nilainya sangat bervariasi dan terjadi banyak perubahan. Pada mulanya suara
alat musik pengiring bass dan gitar mulai berhenti dan lebih didominasi oleh
suara vokal, sehingga mengandung frekuensi yang sempit dan menimbulkan
efek dengung pada lagu. Menjelang akhir lagu, suara vokal berhenti dan
digantikan dengan suara drum yang menghasilkan bunyi “marching” dan diakhiri
dengan suatu suara dengan nada tertentu menghasilkna nilai tau‐e mencapai
14000 ms dan menimbulkan efek dengung dengan maksud sebagai suara akhir
dari lagu tersebut.
Analisis perbandingan lagu :
Lagu pertama yang dianalisis merupakan jenis musik tradisional, sedangkan lagu kedua
merupakan jenis musik non‐tradisional. Pada lagu pertama nilai ACF terjadi kenaikan dan
penurunan yang teratur sehingga tidak memberikan kesan “megah” karena hanya
menggunakan alat musik tertentu dan lebih banyak menimbulkan efek dengung karena
keindahan dari musik tradisional tersebut adalah efek dengung dari alat musik yang
dimainkan serta dipadukan dengan suara vokal yang khas. Nilai ACF pada lagu pertama
perubahan yang terjadi sangat teratur, sehingga menghasilkan kesan monoton karena
perubahan penggunaan nada sudah diatur sehingga memberikan efek khas dari musik
tradisional. Pada lagu kedua nilai ACF terjadi kenaikan dan penurunan yang dinamis,
sehingga menghasilkan efek “megah” dan ramai dari lagu tersebut karena menggunakan
berbagai macam alat musik sehingga mengandung rentang frekuensi yang cukup lebar.
Variasi nilai ACF dilakukan untuk menimbulkan kesan dinamis pada perubahan nada
pada lagu sehinggga akan menimbulkan kesan tertentu. Nilai rata‐rata tau‐e pada lagu
pertama adalah 20.27 ms, dan nilai rata‐rata tau‐e pada lagu kedua adalah 5.71 ms.
Pada lagu pertama nilai tau‐e cukup besar karena musik tradisional memiliki ciri khas
dengan adanya efek dengung pada musik tersebut yang dipadukan dengan suara vokal 12
menghasilkan keindahan dari musik tradisional. Pada lagu kedua nilai tau‐e tidak terlalu
besar karena musik non‐tradisional memiliki cirri khas lain, yaitu memberikan musik
Beni Kusuma Atmaja (13307080) | Tugas TF‐3204 Akustik
yang mengandung rentang frekuensi lebar dan perubahan nada yang variatif dan tidak
monoton sehingga menciptakan kesan harmonis dan nyaman untuk didengar. Nilai tau‐e
tersebut menunjukkan bahwa karakteristik dari musik tradisional dan musik non‐
tradisional berbeda. Kedua musik tersebut menggunakan efek rekaman dalam
memberikan efek dengung yang ditunjukkan dalam parameter tau‐e. Akibat karakteristik
akustik yang berbeda terutama efek dengung, maka dalam perancangan gedung konser
untuk kedua jenis musik tersebut akan berbeda. Untuk merancang gedung konser untuk
musik non‐tradisional, maka gedung tersebut harus memberikan efek dengung yang
tidak terlalu besar karena kesan dengung dari musik non‐tradisional tidak terlalu
ditekankan dan apabila dengung yang terjadi cukup besar akan merusak suara musik
tersebut dan terdengar kurang baik. Gedung konser yang dirancang untuk musik
tradisional harus memperhatikan karakteristik jenis musik tradisional tersebut yang
memerlukan dengung cukup besar. Efek dengung pada musik tradisional akan
menciptakan keindahan tertentu pada musik tradisional.
V. Kesimpulan
1. Parameter ACF atau konsep auto‐korelasi dari suatu sinyal suara akan memberikan
karakteristik dari sinyal suara tersebut dan bersifat independent terhadap sumbernya.
2. Karakteristik dari musik tradisional dan musik non‐tradisional cukup berbeda dilihat dari
analisa ACF berdasarkan parameter tau‐e.
3. Karakteristik musik beradasarkan analisa ACF dapat menentukan untuk proses
perekaman musik tersebut dan perancangan gedung konser khusus untuk musik
tersebut.
VI. Daftar Pustaka
• Yoshimasa Electronic Inc. www.ymec.com
• Kinsler, Lawrence E, et all. 1984. “Fundamentals of Acoustics”. John Willey & Sons :
New York.
13
Beni Kusuma Atmaja (13307080) | Tugas TF‐3204 Akustik