Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Rumah Sakit memiliki sarana dan prasarana yang memfasilitasi proses penyenbuhan
penyakit bagi pasien. Selain itu Rumah Sakit berfungsi sebagai tempat kerja yang mempunyai
banyak potensi bahaya bagi para pekerjanya. Potensi bahaya dapat ditemukan di berbagai
tempat dan bentuk pekerjaan, khususnya dalam proses pengelolaan linen di Rumah Sakit Ibu
dan Anak Puri Bunda. Kebutuhan linen sangat penting dalam meningkatkan mutu pelayanan
kepada pasien di Rumah Sakit Ibu dan Anak Puri Bunda. Linen yang ada di Rumah Sakit
jenis dan kualitasnya bermacam-macam oleh karena itu kebutuhannya harus disesuaikan
dengan kondisi Rumah Sakit Ibu dan Anak Puri Bunda. Untuk mendapatkan hasil linen yang
berkualitas diperlukan perhatian khusus dalam proses pengelolaannya sehingga potensi
bahaya infeksi dan penggunaan bahan-bahan kimia dapat dicegah.
Mengacu pada Permenkes No. 986/Menkes/Per/XI/1992 tentang penyehatan
lingkungan Rumah Sakit, dan atas dasar pemikiran latar belakang diatas, maka dipandang
perlu penyusunan suatu pedoman dalam penatalaksanaan pengelolaan manajemen linen di
Rumah Sakit Ibu dan Anak Puri Bunda.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Dapat dijadikan sebagai pedoman oleh pihak Manajemen didalam pengelolaan mutu
pelayanan linen di Rumah Sakit Ibu dan Anak Puri Bunda.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Dapat menjadi pedoman dalam pengelolaan mutu pelayanan linen yang berkualitas
di Rumah Sakit Ibu dan Anak Puri Bunda
b. Dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan bagi petugas laundry tentang
pengelolaan, penyediaan serta pemeliharaan alat linen di Rumah Sakit Ibu dan
Anak Puri Bunda
c. Dapat meminimalisasi potensi bahaya yang ditimbulkan dari infeksi silang dan
efek dari zat kimia berbahaya
d. Dapat meningkatkan pengetahuan mengenai kesehatan dan keselamatan kerja bagi
petugas pengelolaan linen di Rumah Sakit Ibu dan Anak Puri Bunda

1.3 Manfaat
Untuk dapat menjadi sebagai pedoman penatalaksanaan mutu pelayanan linen di Rumah
Sakit Ibu dan Anak Puri Bunda.
1.4 Dasar Hukum
1.

Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan

2.

Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup

3.

Undang-undang Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja

4.

PP Nomor 85/1999 tentang perubahan PP No.18 tahun 1999 tentang Pengelolaan


Limbah Berbahaya dan Beracun

5.

PP No. 20 tahun 1990 tentang Pencemaran Air

6.

PP No. 27 tahun 1999 tentang AMDAL

7.

Permenkes RI No. 472/Menkes/Per/IX/1992 tentang Penggunaan Bahan


Berbahaya bagi Kesehatan

8.

Permenkes No.416/Menkes/Per/IX/1992 tentang penyedian Air Bersih dan Air


Minum.

9.

Permenkes No.986/Menkes/Per/XI/1992 tentang Penyehatan Lingkungan Rumah


Sakit

10.

Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 983/Menkes/SK/XI/1992 tentang Pedoman


Organisasi Rumah Sakit

11.

Kepmen LH No.58/MENLH/12/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi


kegiatan Rumah Sakit

12.

Pedoman sanitasi Rumah Sakit di Indonesia tahun 1992 tentang pengelolaan linen

13.

Baku Pedoman Infeksi Nosokomial tahun 2001

14.

Standard pelayanan Rumah Sakit tahun 1999

BAB II
PENGELOLAAN LINEN RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PURI BUNDA (RSIAPB)

2.1 Pengertian
Linen adalah bahan/alat yang terbuat dari kain, tenun yang terdiri dari linen terinfeksi
dan linen tidak terinfeksi.
Linen kotor terinfeksi adalah linen yang terkontaminasi dengan darah, cairan tubuh dan
feses terutama yang berasal dari infeksi TB paru, infeksi Salmonella dan Shigella (sekresi dan
ekskresi), HBV, dan HIV (jika terdapat noda darah) dan infeksi lainnya yang spesifik (SARS)
dimasukkan ke dalam kantung dengan segel yang dapat terlarut di air dan kembali ditutup
dengan kantung luar berwarna kuning bertuliskan terinfeksi.
Linen kotor tidak terinfeksi adalah linen yang tidak terkontaminasi oleh darah, cairan
tubuh dan feses yang berasal dari pasien lainnya secara rutin, meskipun mungkin linen yang
diklasifikasikan dari seluruh pasien berasal dari sumber ruang isolasi yang terinfeksi.
Pelayanan linen pada hakikatnya adalah tindakan penunjang medik yang dilaksanakan dengan
sebaik-baiknya dan bertanggung jawab untuk membantu unit-unit lain di rumah sakit yang
membutuhkan linen yang siap pakai.
2.2 Jenis Linen

Laken dewasa, laken bayi

Steek Laken dewasa, steek laken bayi

Perlak / Zeil

Baju bayi, baju jenazah, baju kimono, baju pasien,baju treatmild

Bed cover, boven laken

Sarung bantal, sarung guling, selimut, laken bayi, selimut bayi

Tirai/gorden

Vitrage

Kain penyekat/scherm, kelambu, taplak, celemek, topi, lap, sarung galon air

Macam-macam dock

Linen operasi (baju, celana, jas, macam-macam laken, topi, masker, dock, sarung
kaki, sarung meja mayo, alas meja instrumen, mitela, barak schort)

2.3 Bahan Linen


Bahan linen yang digunakan biasanya terbuat dari :
1.

Katun 100 %

2.

Wool

3.

Kombinasi seperti 60 % aconilic dan 35 % wool

4.

Silk

5.

Blacu

6.

Flanel

7.

Tetra

8.

CVC 50 % - 50 %

9.

Polyester 100 %

10.

Twill/drill

2.4 Ukuran Linen

Boven laken : 300 x 175 cm

Laken : 250 x 175 cm

Steek laken : 75 x 160 cm

Sarung bantal : 70 x 50 cm

Sarung guling : 106 x 35 cm

Selimut Renda : 200 x 115

2.5 Jumlah Linen


Linen yang didistribusikan jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan dari masingmasing unit yang ada di Rumah Sakit Ibu dan Anak Puri Bunda.
2.6 Peran dan Fungsi
Pengelolaan manajemen linen mempunyai peranan yang sangat penting sekali dalam
upaya meningkatkan mutu pelayanan di Rumah Sakit Ibu dan Anak Puri Bunda. Salah satu
upaya menekan kejadian infeksi nosokomial adalah dengan melakukan manajemen linen yang
baik. Proses pengelolaan linen mempunyai tahapan yang panjang antara lain adalah:
pengambilan/penimbangan linen kotor, pemilahan proses pencucian, penanganan linen yang
bernoda dan terinfeksi, pencucian, pengeringan, penyetrikaan, pelipatan/merapikan, dan
mendistribusikan ke unit-unit yang membutuhkannya. Agar pelaksanaan kegiatan tersebut
4

dapat terlaksana dengan baik maka diperlukan perencanaan dan strategi menejemen linen
yang terarah dan disesuaikan dengan kondisi Rumah Sakit Ibu dan Anak Puri Bunda. Selain
itu pengetahuan dan prilaku petugas kesehatan juga mempunyai peran yang sangat penting.
Petugas kesehatan wajib menjaga kesehatan dan keselamatan dirinya dan orang lain (pasien
dan pengunjung) serta bertanggung jawab sebagai pelaksana kebijakan yang telah ditetapkan
oleh Rumah Sakit Ibu dan Anak Puri Bunda.
2.7 Penatalaksanaan Linen RSIAPB
2.7.1 Mengambil linen kotor dari ruang perawatan

Siapkan trolly untuk linen kotor

Hitung linen kotor bersama petugas terkait (TPK), kemudian catat jumlah linen
kotor yang diterima.

Saat penghitungan

pisahkan linen kotor yang terinfeksi, lalu masukkan

kedalam kantung plastik warna kuning, ikat dan segera masukkan kedalam trolly.

Setelah semua linen kotor dimasukkan kedalam trolly, tutup trolly dengan rapi

Linen kotor segera dibawa ke laundry untuk proses pencucian

2.7.2 Pemisahan linen sebelum proses pencucian

Pisahkan linen berwarna dan yang putih

Pisahkan linen sesuai jenis linen

Pisahkan linen yang bernoda

Timbang linen kotor masing-masing menjadi 10 kg

Linen kotor dimasukkan kedalam mesin cuci untuk proses pencucian

2.7.3 Penanganan linen yang bernoda atau terinfeksi

Bawa linen bernoda atau terinfeksi kekamar bilas/ spoelhock

Ambil linen kotor bernoda atau terinfeksi, bersihkan noda dengan air lalu
dikucek hingga noda/kotoran bersih, kemudian bilas dengan air panas

Masukkan linen kedalam bak/wadah yang berisi larutan desinfektan

Rendam selama 10 menit atau disesuaikan dengan konsentrasi larutan

Angkat linen yang sudah direndam dan peras

Linen siap untuk proses pencucian

2.7.4 Proses pencucian linen kotor dengan mesin cuci

Naikkan tuas stop kontak mesin cuci

Buka pintu mesin cuci dengan menekan handle pintu sampai berbunyi klik
5

Masukkan linen kotor (10 kg), kemudian tutup pintu mesin cuci sampai berbunyi
klik

Masukkan detergen dan softener pada tempat yang ada dimesin cuci dengan
ukuran tertentu (sesuai takaran)

Tekan tombol program : No.1 untuk pencucian dengan air dingin, No.5 apabila
pencucian dilakukan dengan air panas dan air dingin

Aktifkan mesin cuci dengan menekan tombol start sebanyak 2 x

Proses pencucian dan pembilasan berlangsung 30 menit

Untuk membuka pintu mesin cuci, tunggu sampai mesin cuci berhenti, kemudian
tekan handle pintu mesin cuci sampai berbunyi klik

Angkat cucian bersih dari mesin cuci

Tutup kembali mesin cuci sampai berbunyi klik

Turunkan tuas stop kontak mesin cuci

2.7.5 Proses pengeringan linen menggunakan mesin pengering

Siapkan linen yang akan dikeringkan

Naikkan tuas stop kontak mesin pengering

Buka pintu mesin pengering dengan menarik handle pintu mesin

Tentukan waktu pengeringan yang diinginkan dengan memutar timer pengatur


waktu yang ada pada mesin

Tekan tombol kuning untuk pengeringan sedang dan tombol merah untuk
proses pengeringan tinggi (panas)

Tekan tombol start untuk mengaktifkan mesin pengering

Mesin pengering akan berhenti apabila proses pengeringan sudah selesai

Biarkan 3-5 menit setelah mesin berhenti

Buka pintu mesin pengering dan angkat linen dari mesin pengering

Tutup kembali mesin pengering

Turunkan tuas stop kontak mesin pengering

Linen siap untuk proses seterika

2.7.6 Proses seterika menggunakan mesin penyetrikaan

Naikkan tuas stop kontak mesin seterika

Tekan tombol pengatur temperatur on pada mesin seterika sesuai dengan


temperatur yang kita inginkan.
6

Tekan tombol start untuk mengaktifkan roll mesin seterika

Masukkan linen yang akan diseterika satu per satu sesuai dengan lebar roll mesin

Tunggu sampai linen keluar dari roll mesin seterika

Apabila linen tersangkut didalam mesin, hentikan mesin dengan menekan


tombol stop

Tekan tombol jok rev berulang kali untuk mengeluarkan linen yang tersangkut

Setelah selesai menggunakan mesin, tekan tombol pengatur temperatur hingga


posisi off

Tekan tombol stop

Turunkan tuas stop kontak mesin seterika

2.7.7 Pendistribusian linen bersih

Siapkan trolly untuk linen bersih

Cek jumlah linen yang akan diserahkan ke ruangan dan catat

Masukkan linen kedalam trolly

Bawa trolly linen kesemua unit yang akan menerima linen bersih

Berikan linen bersih kesetiap unit (TPK) dan minta tanda tangan dari penerima
linen.

BAB III
SARANA FISIK, PRASARANA DAN PERALATAN
RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PURI BUNDA

3.1 Sarana Fisik


Sarana fisik pada instalasi pencucian Rumah Sakit Ibu dan Anak Puri Bunda memiliki
satu ruangan, menjadi satu dengan proses pengeringan, penyetrikaan yang terdiri dari :

Bak bilas untuk membilas linen kotor yang ternoda atau yang terinfeksi

Ember besar

Meja untuk tempat linen yang sudah di seterika

Timbangan

Mesin cuci dengan kapasitas 18,7 kg

Mesin pengering

Mesin seterika

Sikat cuci

Papan penggilasan

3.2 Prasarana
3.2.1 Prasarana listrik
Sebagian besar peralatan di instalasi pencucian menggunakan daya listrik. Kabel yang
diperlukan untuk instalasi listrik sebagai penyalur daya digunakan kabel dengan jenis NYY
untuk instalasi diluar gedung dan kabel NYH di dalam gedung.
Rincian pemakaian daya di Instalasi Laundry adalah sebagai berikut :
-

Mesin Pencucian : 2,2 kwh

Mesin Pengering : 24 kwh

Mesin Seterika : 1,2 kwh

3.2.2 Prasarana air


8

Air yang digunakan untuk proses pencucian linen menggunakan air bersih. Jumlah
pemakaian air di instalasi pencucian adalah 282 liter persekali cuci.
3.2.3 Standar air
Air yang digunakan untuk mencuci mempunyai standard air bersih berdasarkan
PerMenKes No. 416 tahun 1992 dan standar khusus bahan kimia dengan penekanan tidak
adanya :
a. Hardness Garam (Calcium, Carbonate dan Chloride)
tandard Baku Mutu : 0 90 ppm
Tingginya kosentrasi garam dalam air menghambat kerja bahan kimia pencuci
sehingga proses pencucian tidak berjalan sebagaimana seharusnya
Efek pada linen dan mesin
Garam akan mengubah warna linen putih menjadi keabu-abuan dan linen
warna akan cepat pudar. Mesin cuci akan berkerak (scale forming).
Sehingga dapat menyumbat saluran-saluran air dan mesin.
b. Iron Fe (besi)
Standard Baku Mutu : 0-0,1 ppm
Kandungan zat besi pada air mempengaruhi konsentrasi bahan kimia, dan
proses pencucian
Efek pada linen dan mesin

Linen putih akan menjadi kekuning-kuningan (yellowing) dan linen warna


akan cepat pudar. Mesin cuci akan berkarat.
Kedua polutan tersebut (hardness dan besi) mempunyai sifat alkali, sehingga
linen yang rusak akibat kedua kotoran tersebut akan dilakukan proses
penetralan pH.
3.3 Peralatan dan Bahan Pencuci
Peralatan pada instalasi pencucian menggunakan bahan pencuci kimiawi dengan
komposisi dan kadar tertentu, agar tidak merusak bahan yang di cuci/linen, mesin pencuci,
kulit petugas yang melaksanakan dan limbah buangannya tidak merusak lingkungan
3.3.1 Peralatan pada instalasi pencucian RSIA Puri Bunda antara lain :

Mesin cuci

Mesin pengering

Mesin penyetrika

Produk bahan kimia :


9

Sabun (detergen)

Softener (pengharum & pelembut)

Bayclin

Sabun krim

3.4 Pemeliharaan Ringan Peralatan

Bersihkan bagian luar dan dalam mesin sebelum dan sesudah pakai

Bersihkan box penampungan debu mesin pengering setiap selesai pakai

Periksa stop kontak atau roda roda troly sebelum dan sesudah pakai

Bersihkan troly, bak rendaman linen kotor setiap selesai pakai dengan larutan
desinfektan

Setelah selesai bekerja simpan peralatan dan simpan pada tempatnya

3.5 Pemeliharaan Ruangan

Bersihkan ruangan sebelum dan sesudah menggunakan

Gosokkan larutan desinfektan ke seluruh ruangan

Setelah selesai bekerja, simpan peralatan pada tempatnya

10

BAB IV
INFEKSI NOSOKOMIAL
SERTA KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

4.1 Pencegahan Infeksi Nosokomial


4.1.1 Pengertian
Infeksi adalah proses dimana seseorang yang rentan terkena invasi agen yang patogen
atau infeksius yang tumbuh, berkembang biak dan menyebabkan sakit. Yang dimaksud agen
adalah bakteri, virus, ricketsia, jamur dan parasit, Infeksi dapat bersifat lokal atau general
(sistematik). Infeksi lokal ditandai dengan adanya inflamasi yaitu sakit, panas, kemerahan,
pembengkakan dan gangguan fungsi. Infeksi sistematik mengenai seluruh tubuh yang ditandai
dengan adanya demam, menggigil, takikardia, hipotensi, dan tanda-tanda spesifik lainnya.
Infeksi nosokomial adalah infeksi yang diperoleh ketika seseorang dirawat di Rumah
Sakit. Infeksi nosokomial dapat terjadi setiap saat dan di setiap tempat di Rumah Sakit. Untuk
mencegah dan mengurangi kejadian infeksi nosokomial serta menekan angka infeksi ke
tingkat serendah-rendahnya, perlu adanya upaya pengendalian infeksi nosokomial.
Pengendalian infeksi nosokomial bukan hanya tanggung jawab pimpinan Rumah Sakit atau
dokter/perawat saja tetapi tanggung jawab bersama dan melibatkan senua unsur/profesi yang
ada di Rumah Sakit.
4.1.2 Batasan
Suatu infeksi dinyatakan sebagai infeksi nosokomial apabila :
a) Waktu mulai dirawat tidak ditemukan tanda-tanda infeksi dan tidak sedang dalam
masa inkubasi infeksi tersebut.
b) Infeksi timbul sekurang-kurangnya 3 x 24 jam sejak ia mulai dirawat.
c) Infeksi terjadi pada pasien dengan masa perawatan lebih lama dari masa inkubasi
d) Infeksi terjadi setelah pasien pulang dan dapat dibuktikan berasal dari Rumah
Sakit
11

4.1.3 Sumber Infeksi


Yang merupakan sumber infeksi adalah :
a) Petugas Rumah Sakit (perilaku)

Kurang atau tidak memahami cara-cara penularan penyakit

Kurang atau tidak memperhatikan kebersihan

Kurang atau tidak memperhatikan teknik aseptik dan antiseptic

Menderita suatu penyakit

Tidak mencuci tangan sebelum atau sesudah melakukan pekerjaan

b) Alat-alat yang dipakai (alat kedokteran/kesehatan, linen dan lainnya)

Kotor atau kurang bersih / tidak steril

Rusak atau tidak layak pakai

Penyimpanan yang kurang baik

Dipakai berulang-ulang

Lewat batas waktu pemakaian

c) Pasien

Kondisi yang sangat lemah (gizi buruk)

Kebersihan kurang

Menderita penyakit kronik/menahun

Menderita penyakit menular/infeksi

d) Lingkungan

Tidak ada sinar (matahari, penerangan) yang masuk

Ventilasi/sirkulasi udara kurang baik

Ruangan lembab

Banyak serangga

4.1.4 Faktor-faktor yang sering menimbulkan terjadinya infeksi


a) Banyaknya pasien yang dirawat di Rumah Sakit yang dapat menjadi sumber
infeksi bagi lingkungan dan pasien lain.
b) Adanya kontak langsung antara pasien satu dengan pasien lainnya
c) Adanya kontak langsung antara pasien dengan petugas Rumah Sakit yang
terinfeksi
d) Penggunaan alat-alat yang terkontaminasi
e) Kurangnya perhatian tindakan aseptik dan antiseptik
12

f) Kondisi pasien yang lemah


4.1.5 Pencegahan
Untuk mencegah/mengurangi terjadinya infeksi nosokomial, perlu diperhatikan:
a.

Petugas

Bekerja sesuai dengan Standar Prosedur Operasional (SPO)


untuk pelayanan linen.

Memperhatikan aseptik dan antiseptik

Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan pekerjaan

Bila sakit segera berobat

b.

Alat-alat

Perhatikan

kebersihan

(alat-alat

Laundry,

troli

untuk

transportasi linen)

Penyimpanan linen yang benar dan perhatikan batas waktu


penyimpanan (fifo)

c.

Linen yang rusak segera diganti (afkir)


Ruangan/lingkungan

Tersedia air yang mengalir untuk cuci tangan

Penerangan cukup

Ventilasi/sirkulasi udara baik

Perhatikan kebersihan dan kelembaban ruangan

Pembersihan secara berkala

Lantai kering dan bersih

4.2 Kesehatan dan Keselamatan Kerja


4.2.1 Latar Belakang
Upaya kesehatan kerja menurut UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan khususnya
pasal 23 tentang kesehatan kerja, menyatakan bahwa kesehatan kerja harus diselenggarakan di
semua tempat kerja, menyatakan bahwa kesehatan kerja harus diselenggarakan di semua
tempat kerja, khususnya tempat kerja yang mempunyai risiko bahaya kesehatan, mudah
terjangkit penyakit atau mempunyai karyawan lebih dari sepuluh.
Pekerja yang berada di sarana kesehatan sangat bervariasi baik jenis maupun
jumlahnya. Sesuai dengan fungsi sarana kesehatan tersebut, semua pekerja di Rumah Sakit
dalam melaksanakan tugasnya selalu berhubungan dengan bahaya potensial yang bila tidak
13

ditanggulangi dengan baik dan benar dapat menimbulkan dampak negatif terhadap
keselamatan dan kesehatannya, yang pada akhirnya akan menurunkan produktivitas kerja.
Pada hakekatnya kesehatan kerja merupakan penyerasian antara kapasitas kerja, beban
kerja dan lingkungan kerjanya baik fisik maupun psikis dalam hal cara/metode kerja dan
kondisi yang bertujuan untuk :

Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan kerja masyarakat pekerja di


semua lapangan kerja setinggi-tinginya baik fisik, mental maupun kesejahteraan
sosial.

Mencegah timbulnya gangguan kesehatan pada masyarakat pekerja yang


diakibatkan oleh keadaan/kondisi lingkungan kerjanya.

Memberikan pekerjaan dan perlindungan bagi pekerja didalam pekerjaannya dari


kemungkinan bahaya yang disebabkan oleh faktor-faktor yang membahayakan
kesehatan.

Menempatkan dan memelihara pekerja disuatu lingkungan pekerjaan yang sesuai


dengan kemampuan fisik dan psikis pekerjaannya.

4.2.2 Prinsip Dasar Usaha Kesehatan Kerja


Prinsip dasar usaha kesehatan kerja terdiri dari atas:
a. Ruang lingkup usaha kesehatan kerja
Kesehatan kerja meliputi berbagai upaya penyerasian antara pekerja dengan
pekerjaan dan lingkungan kerjanya baik fisik maupun psikis dalam hal
cara/metode kerja dan kondisi yang bertujuan untuk :

Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan kerja masyarakat pekerja di


semua lapangan kerja setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun
kesejahteraan sosial.

Mencegah timbulnya gangguan kesehatan pada masyarakat pekerja yang


diakibatkan oleh keadaan/kondisi lingkungan kerjanya

Memberikan pekerjaan dan perlindungan bagi pekerja didalam pekerjaannya


dari kemungkinan bahaya yang disebabkan oleh faktor-faktor yang
membahayakan kesehatan.

Menempatkan dan memelihara pekerja disuatu lingkungan pekerjaan yang


sesuai dengan kemampuan fisik dan psikis pekerjaannya.

b. Kapasitas kerja dan beban kerja


Kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja merupakan tiga kompenen
utama dalam kesehatan kerja, dimana hubungan interaktif dan serasi antara ketiga
14

komponen tersebut akan menghasilkan kesehatan kerja yang optimal. Kapasitas


kerja seperti status kesehatan kerja dan gizi kerja, serta kemampuan fisik yang
prima diperlukan agar seorang pekerja dapat melakukan pekerjaannya secara
optimal. Kondisi atau tingkat kesehatan pekerja yang prima merupakan modal
awal seseorang untuk mencapai produktivitas yang diharapkan. Kondisi awal
seseorang untuk bekerja dapat dipengaruhi oleh kondisi tempat kerja, gizi kerja,
kebugaran jasmani dan kesehatan mental.
c. Lingkungan kerja dan penyakit kerja yang ditimbulkannya
Penyakit akibat kerja dan/atau berhubungan dengan pekerjaan dapat menunjukkan
terdapat kesenjangan antara pengetahuan tentang bagaimana bahaya-bahaya
kesehatan berperan dan usaha-usaha untuk mencegahnya, antara kognisi dan
emosi. Misalnya alat pelindung kerja yang tidak digunakan secara tepat oleh
pekerja Rumah Sakit dengan kemungkinan terpajan melalui kontak langsung atau
tidak tersedianya pelindung. Untuk mengantisipasi permasalahan ini maka langkah
awal yang penting adalah pengenalan/identifikasi bahaya yang dapat ditimbulkan,
upaya perlindungan dan penanggulangan dan di evaluasi, kemudian dilakukan
pengendalian.
4.2.3 Potensi Bahaya Pada Instalasi Pencucian
a. Bahaya Mikrobiologi
Bahaya Mikrobiologi adalah penyakit atau gangguan kesehatan yang diakibatkan
oleh mikroorganisme hidup seperti bakteri, virus, ricketsia, parasit dan jamur.
Petugas pencucian yang menangani linen kotor senantiasa kontak dengan bahan
dan menghirup udara yang tercemar kuman patogen. Penelitian bakteriologis pada
instalasi pencucian menunjukkan bahwa jumlah total bakteri meningkat 50 kali
selama periode waktu sebelum cucian mulai diproses.
Mikroorganisme tersebut adalah :
*) Mycobakerium tuberculosis

Mycobakerium tuberculosis adalah mikroorganisme penyebab tuberculosis


dan paling sering menyerang paru-paru ( 90 %). Penularannya melalui
percikan atau dahak penderita.

Pencegahan :
-

Meningkatkan pengertian dan kepedulian petugas Rumah Sakit terhadap


penyakit TBC dan penularannya.

15

Mengupayakan ventilasi dan pencahayaan yang baik dalam ruangan


instalasi pencucian.

Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) sesuai SOP.

Melakukan tindakan dekontaminasi, desinfeksi dan sterilisasi terhadap


bahan dan alat yang digunakan.

Secara teknis setiap petugas harus melaksanakan tugas pekerjaan sesuai


SOP.

*) Virus Hepatitis B

Selain manifestasi sebagai hepatitis B akut dengan segala komplikasinya.


Lebih penting dan berbahaya lagi adalah manifestasi dalam bentuk sebagai
pengidap (carrier) kronik, yang dapat merupakan sumber penularan bagi
lingkungan.

Penularan dapat melalui darah dan cairan tubuh lainnya.

Pencegahan :
-

Meningkatkan pengetahuan dan kepedulian petugas Rumah Sakit terhadap


penyakit hepatitis B dan penularannya.

Memberikan vaksinasi pada petugas.

Menggunakan APD sesuai SOP.

Melakukan tindakan dekontaminasi, desinfeksi dan sterilisasi terhadap


bahan dan peralatan yang dipergunakan terutama bila terkena bahan
infeksi.

Secara teknis setiap petugas harus melaksanakan tugas pekerja sesuai SOP.

*) Virus HIV (Human Immunodeficiency Virus)

Penyakit yang ditimbulkannya disebut AIDS (Acguired Immunodeficiency


Syndrom). Virus HIV menyerang target sel dalam jangka waktu lama. Jarak
waktu masuknya virus ke tubuh sampai timbulnya AIDS bergantung pada daya
tahan tubuh seseorang dan gaya hidup sehatnya.

HIV dapat hidup di dalam darah, cairan vagina, cairan sperma, air susu ibu,
sekreta dan ekskreta tubuh.

Penularannya melalui darah, jaringan, sekreta, ekskreta tubuh yang


mengandung virus dan kontak langsung dengan kulit yang terluka.
16

Pencegahan :
-

Linen yang terkontaminasi berat ditempatkan dikantong plastik keras yang


berisi desinfektan, berlapis ganda, tahan tusukan, kedap air dan berwarna
khusus serta diberi label Bahan Menular/AIDS selanjutnya dibakar.

Menggunakan APD sesuai SOP.

4.2.4 Bahaya Bahan Kimia


*) Debu
Pada instalasi linen debu dapat berasal dari bahan linen itu sendiri

Efek kesehatan
Mekanisme penimbunan debu dalam paru-paru dapat terjadi dengan menarik
napas sehingga udara yang mengandung debu masuk ke dalam paru-paru.
Partikel debu yang dapat masuk ke dalam pernapasan mempunyai ukuran
0,1-10 mikron. Pada pemajanan yang lama dapat terjadi pneumoconiosis,
dimana partikel debu dijumpai di paru-paru dengan gejala sukar bernapas.
Pneumoconiosis yang disebabkan oleh serat linen/kapas disebut bissinosis.

Pengendalian
-

Pencegahan terhadap sumber diusahakan agar debu tidak keluar dari


sumbernya dengan mengisolasi sumber debu.

Memakai APD sesuai SOP

Ventilasi yang baik

Dengan alat local exhauster

*) Bahaya bahan kimia

Sebagian besar dari bahaya di instalasi pencucian diakibatkan oleh zat kimia.
Bahan kimia yang dipakai untuk pencucian linen di Rumah Sakit Ibu dan
Anak Puri Bunda Internasional adalah : detergen, Chlorine bleach, softener

Penanganan zat-zat kimia di instalasi pencucian yaitu ;


Pertolongan pertama
-

Mata : cuci secepatnya dengan air banyak-banyak

Kulit : cuci kulit secepatnya dengan air, ganti pakaian yang


terkontaminasi.

Terhirup : pindahkan dari sumber

Tertelan : cuci mulut, minum satu atau dua gelas air atau susu.
17

Pertolongan selanjutnya : dengan mencari pertolongan medis tanpa ditunda.


Tindakan pencegahan :
-

Kontrol teknis, gunakan ventilasi exhaust peralatan pernapasan sendiri

Memakai APD

Penyimpanan dan pengangkutan : simpan di tempat sejuk dan kering,


jauhkan sinar matahari langsung, hindari sumber panas.

*) Listrik

Kecelakaan tersengat listrik dapat terjadi pada petugas laundry oleh karena
dukungan pengetahuan listrik yang belum memadai. Pada umumnya yang
terjadi di Rumah Sakit adalah kejutan listrik

microshok dimana listrik

mengalir ke badan petugas melalui sistem peralatan yang tidak baik.

Efek kesehatan
-

Luka bakar di tempat tersengat aliran listrik

Kaku pada otot di tempat yang tersengat listrik

Pengendalian :
Enginering
-

Pengukuran jaringan/instalasi listrik

NAB bocor arus 50 miliamper, 60 Hz (sakit)

Pemasangan pengaman/alat pengamanan sesuai ketentuan

Pemasangan tanda-tanda bahaya dan indikator

Administrasi
-

Penempatan petugas sesuai ketrampilan

Waktu kerja petugas digilir

Memakai sepatu/sandal isolasi


4.3 Keselamatan dan Kecelakaan Kerja
Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan alat kerja, bahan dan
proses pengolahannya, tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan.
Kecelakaan adalah kejadian yang terduga oleh Karena di belakang peristiwa itu tidak terdapat
unsur kesengajaan, lebih-lebih dalam bentuk perencanaan. Bebarapa bahaya potensial untuk
terjadinya kecelakaan kerja di Instalasi Pencucian.
18

4.3.1 Kebakaran
Kebakaran terjadi apabila terdapat tiga unsur bersama-sama. Unsur-unsur tersebut
adalah zat asam, bahan yang mudah terbakar dan panas. Bahan-bahan yang mudah terbakar
misalnya bahan yang ada pada mesin cuci.
Penanggulangan :
o

Legislatif

Mengacu pada UU No.1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja

Sistem penyimpanan yang baik terhadap bahan-bahan yang mudah


terbakar
Pengawasan terhadap kemungkinan timbulnya kebakaran dilakukan

secara terus-menerus.
Jalan untuk menyelamatkan diri

Secara ideal semua bangunan harus memiliki sekurang-kurangnya 2 jalan


penyelamat diri pada 2 arah yang bertentangan terhadap setiap kebakaran yang
terjadi, sehingga tak seorangpun terpaksa bergerak ke arah api untuk
menyelamatkan diri. Jalan-jalan penyelamat demikian harus dipelihara bersih,
tidak terhalang oleh barang-barang, cukup lebar, mudah terlihat dan diberi
tanda-tanda arah yang jelas.
o

Perlengkapan pemadam dan penanggulangan kebakaran

Alat-alat pemadam dan penanggulangan kebakaran meliputi 2 jenis :


-

Terpasang tetap di tempat

Dapat bergerak atau dibawa

4.3.2 Terpeleset/Terjatuh
Terpeleset/terjatuh pada lantai yang sama adalah

bentuk kecelakaan kerja yang dapat terjadi pada instalasi pencucian


Walaupun jarang terjadi kematian tetapi dapat

mengakibatkan cedera yang berat seperti fraktura, dislokasi, salah urat, memar
otak
Penanggulangan :

Jangan memakai sepatu dengan hak tinggi, sel yang rusak atau memakai
tali sepatu yang longgar

Konstruksi lantai harus rata dan sedapat mungkin dibuat dari bahan yang
tidak licin
19

Pemeliharaan lantai :
Lantai harus selalu dibersihkan dari kotoran-kotoran seperti pasir, debu,
minyak yang memudahkan terpeleset.
Lantai yang cacat misalnya banyak lubang atau permukaannya miring
harus segera diperbaiki

BAB V
MONITORING DAN EVALUASI
5.1 Monitoring
Yang dimaksud dengan monitoring adalah upaya untuk mengamati pelayanan dan
cakupan program pelayanan seawal mungkin, untuk dapat menemukan dan selanjutnya
memperbaiki masalah dalam pelaksanaan program.
Tujuan monitoring adalah :
1.

Untuk mengadakan perbaikan, perubahan orientasi atau disain dari sistem


pelayanan (bila perlu).

2.

Untuk menyesuaikan strategi atau pedoman pelayanan yang dilaksanakan di


lapangan, sesuai dengan temuan-temuan dilapangan.
20

3.

Hasil

analisis dari monitoring digunakan

untuk perbaikan dalam pemberian

pelayanan di Rumah Sakit. Monitoring sebaiknya dilakukan sesuai keperluan dan


dipergunakan segera untuk perbaikan program.
Khususnya dalam pelayanan linen di Rumah Sakit monitoring hendaknya dilakukan
secara teratur/kontinu.
Aspek-aspek yang dimonitor mencakup :
1.

Sarana, prasarana dan peralatan.

2.

Standard/pedoman pelayanan linen, SOP, kebijakan-kebijakan direktur Rumah Sakit,


visi, misi, motto Rumah Sakit dan lain-lain

3.

Pengamatan dengan penglihatan pada linen, yaitu warna yang kusam, padat, tidak
cerah/putih tua atau keabu-abuan menggambarkan usia pakai. Terdapat bayangan dari
barang yang dibungkusnya, menunjukkan linen sudah menipis.

4.

Dari perabaan bila ditarik terjadi perobekan/lapuk.

5.

Apabila ada penandaan tahun pengadaan/penggunaan, tinggal menghitung umur


lamanya, sehingga bisa dihitung frekuensi pencuciannya. Biasanya setelah mengalami
pencucian 90 kali linen tersebut sudah harus dihapus (tidak layak pakai), itupun
tergantung kualitas bahan. Kelayakan pakai dan sisi infeksi dilakukan melalui uji kuman
secara insidentil bila dijumpai banyak terjadi infeksi di satu unit rawat inap atau lebih.
Monitoring prosedur pencucian ditingkatkan.

5.2 Evaluasi
Setiap kegiatan harus selalu dievaluasi pada tahap proses akhir seperti pada tahap
pencucian, pengeringan dan sebagainya, juga evaluasi secara keseluruhan dalam rangka
kinerja dari pengelolaan linen di Rumah Sakit.
Tujuan dari evaluasi tersebut antara lain :
1.

Meningkatkan kinerja pengelolaan linen Rumah Sakit.

2. Sebagai acuan/masukan dalam perencanaan pengadaan linen, bahan kimia pembersihan


sarana dan prasarana kamar cuci.
3. Sebagai acuan dalam perencanaan system pemeliharaan mesin-mesin
4.

Sebagai acuan perencanaan peningkatan pengetahuan dan ketrampilan sumber


daya manusia.
21

Salah satu cara yang mudah untuk melaksanakan evaluasi adalah dengan menyebarkan
kuesioner ke unit kerja pemakai linen secara berkala setiap semester atau minimal setiap satu
tahun sekali. Sebagai responden diambil dua atau tiga jenis petugas dilihat dari fungsinya,
misalnya kepala bangsal atau ruangan, perawat pelaksana dan petugas pelaksana non
perawatan/pekarya.
Materi yang dievaluasi sesuai dengan tujuan yaitu antara lain:
5.2.1 Kuantitas dan kualitas linen
a.

Kuantitas linen
Kuantitas/jumlah linen yang beredar di ruangan sangat menentukan kualitas
pelayanan, demikian linen yang berputar diruangan yang diam akan mengakibatkan
linen yang satu cepat rusak dan linen yang lainnya terlihat belum digunakan. Hal-hal
seperti ini dapat mengganggu pada saat penggantian linen berikutnya maupun jika
linen tersebut hendak diturunkan kelasnya. Untuk itu perlu adanya monitoring ke
ruangan-ruangan dengan frekuensi minimal 3 (tiga) bulan sekali atau setiap kali ada
pencatatan di buku administrasi.

b.

Kualitas linen
Kualitas yang diutamakan dari linen adalah bersih (fisik linen), awet (tidak rapuh) dan
sehat (bebas dari mikroorganisme patogen)
Frekuensi :
Untuk monitoring bersih dapat dilakukan dengan memanfaatkan

panca indera secara fisik mulai dari bau (harum dan bebas dari bau yang tidak
sedap), rasa (lembut di kulit) dan skala noda. Dilakukan pada tahap sortir di dalam
perputaran pencucian. Jika terdapat kekurangan dari tiga aspek tersebut, maka
perlu ada pencucian ulang sesuai dengan permasalahan masing-masing.
Awet (tidak rapuh) dapat dilakukan dengan mengendalikan

penggunaan formulasi bahan kimia yang serendah mungkin tanpa mengabaikan


hasil. Substitusi penggunaan bahan kimia yang mempunyai sifat melapukkan
seperti phenol. Frekuensi dapat dilakukan setiap perputaran waktu standard linen
ditetapkan misalnya 200 kali pencucian.
Sehat

(bebas

mikroorganisme

patogen)

dilakukan

dengan

pemeriksaan linen bersih melalui pemeriksaan angka kuman di laboratorium untuk


mrngetahui adanya mikroorganisme patogen ataupun mikroorganisme non patogen
dalam jumlah yang banyak (rekontaminasi).
5.2.2 Bahan kimia
a. Fisik dan karakteristik bahan kimia
22

Fisik dan karakteristik bahan kimia dapat berupa warna, butiran serta bau yang khas
dari bahan kimia. Penjelasan spesifikasi bahan kimia pada awal pembelian menjadi
penting serta melihat pembanding bahan kimia dari produk bahan kimia lainnya akan
sangat membantu dalam memonitor kualitas bahan kimia yang dikirim pihak rekanan.
Untuk menjaga kualitas selalu dilakukan monitoring

setiap bahan kimia akan

digunakan.
b. PH (Power Hidrogen) dan persentase bahan aktif
Bahan kimia yang digunakan memiliki pH dan bahan aktif seperti yang dipersyaratkan
dalam LDP (Lembar Data Pengaman) atau MSDSs. Informasi pH penting dalam
mengetahui kualitas bahan kimia yang akan digunakan apakah mengalami perubahan
pada saat penyimpanan dan penggunaan. Frekuensi pemeriksaan dilakukan pada awal
penggunaan, pertengahan dan akhir.
5.2.3 Baku Mutu Air Bersih
a. Persyaratan Permenkes 416
Persyaratan dasar air yang digunakan adalah standard air bersih Depkes (Permenkes
416) yaitu dilakukan monitoring sedikitnya 6 bulan sekali.
Persyaratan khusus kandungan besi dan garam-garam
b. Perlu dilakukan pemeriksaan awal untuk mengetahui adanya dua polutan pengganggu
tersebut. Jika standard yang diinginkan tidak dipenuhi, maka harus dilakukan usaha
untuk menurunkan tingkat polutan di air yang akan di gunakan. Sebaiknya sama
dilakukan setiap 6 bulan sekali.
5.2.4 Baku Mutu Limbah Cair
Berdasrkan PP No. 85 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun, dengan lampiran dikategorikan sebagai limbah B3 :
Kode Limbah : D 23
Jenis kegiatan : Laundry dan Dry Cleaning
Kode kegiatan : 930
Sumber Pencemaran : Proses cleaning dan degreasing yang memakai pelarut organik
kuat dan pelarut kostik
Asal/uraian limbah : Pelarut bekas; larutan kostik bekas; sludge proses cleaning dan
degreasing
Pencemaran Utama : Pelarut organik, hidrokarbon terhalogenasi; lemak dan gemuk.
Dengan demikian limbah laundry dan dry cleaning harus dikelola sesuai dengan
Standard Baku Mutu dengan tingkat pencemar yang dimaksud; namun Permen LH No. 58
23

tahun 1995 tidak/belum mengakomodir untuk limbah cair laundry dan dry cleaning Rumah
Sakit. Polutan yang mencemari: phosphat, senyawa aktif biru metilen dan sulfida. Frekuensi
pemeriksaan dilakukan setiap 3 bulan sekali.
Hasil evaluasi diberikan kepada penanggung jawab dan pengelola pelayanan linen di
Rumah Sakit dan umpan balik yang diberikan dapat menjadi bahan laporan dan pertimbangan
dalam pembuatan perencanaan sesuai tujuan evaluasi.

BAB VI
PENUTUP
Pedoman Pengelolaan Linen sangat penting untuk meningkatkan kebersihan lingkungan
Rumah Sakit agar selalu asri, nyaman dan sehat, baik bagi karyawan, pasien, pengunjung
maupun masyarakat di sekitar Rumah Sakit.
Diharapkan agar buku pedoman ini dapat dijadikan acuan bagi setiap pekerja dalam hal
pengelolaan linen untuk meningkatkan kualitas Rumah Sakit Ibu dan Anak Puri Bunda.

24

Anda mungkin juga menyukai