Pedoman Linen (Rev)
Pedoman Linen (Rev)
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Rumah Sakit memiliki sarana dan prasarana yang memfasilitasi proses penyenbuhan
penyakit bagi pasien. Selain itu Rumah Sakit berfungsi sebagai tempat kerja yang mempunyai
banyak potensi bahaya bagi para pekerjanya. Potensi bahaya dapat ditemukan di berbagai
tempat dan bentuk pekerjaan, khususnya dalam proses pengelolaan linen di Rumah Sakit Ibu
dan Anak Puri Bunda. Kebutuhan linen sangat penting dalam meningkatkan mutu pelayanan
kepada pasien di Rumah Sakit Ibu dan Anak Puri Bunda. Linen yang ada di Rumah Sakit
jenis dan kualitasnya bermacam-macam oleh karena itu kebutuhannya harus disesuaikan
dengan kondisi Rumah Sakit Ibu dan Anak Puri Bunda. Untuk mendapatkan hasil linen yang
berkualitas diperlukan perhatian khusus dalam proses pengelolaannya sehingga potensi
bahaya infeksi dan penggunaan bahan-bahan kimia dapat dicegah.
Mengacu pada Permenkes No. 986/Menkes/Per/XI/1992 tentang penyehatan
lingkungan Rumah Sakit, dan atas dasar pemikiran latar belakang diatas, maka dipandang
perlu penyusunan suatu pedoman dalam penatalaksanaan pengelolaan manajemen linen di
Rumah Sakit Ibu dan Anak Puri Bunda.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Dapat dijadikan sebagai pedoman oleh pihak Manajemen didalam pengelolaan mutu
pelayanan linen di Rumah Sakit Ibu dan Anak Puri Bunda.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Dapat menjadi pedoman dalam pengelolaan mutu pelayanan linen yang berkualitas
di Rumah Sakit Ibu dan Anak Puri Bunda
b. Dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan bagi petugas laundry tentang
pengelolaan, penyediaan serta pemeliharaan alat linen di Rumah Sakit Ibu dan
Anak Puri Bunda
c. Dapat meminimalisasi potensi bahaya yang ditimbulkan dari infeksi silang dan
efek dari zat kimia berbahaya
d. Dapat meningkatkan pengetahuan mengenai kesehatan dan keselamatan kerja bagi
petugas pengelolaan linen di Rumah Sakit Ibu dan Anak Puri Bunda
1.3 Manfaat
Untuk dapat menjadi sebagai pedoman penatalaksanaan mutu pelayanan linen di Rumah
Sakit Ibu dan Anak Puri Bunda.
1.4 Dasar Hukum
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
Pedoman sanitasi Rumah Sakit di Indonesia tahun 1992 tentang pengelolaan linen
13.
14.
BAB II
PENGELOLAAN LINEN RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PURI BUNDA (RSIAPB)
2.1 Pengertian
Linen adalah bahan/alat yang terbuat dari kain, tenun yang terdiri dari linen terinfeksi
dan linen tidak terinfeksi.
Linen kotor terinfeksi adalah linen yang terkontaminasi dengan darah, cairan tubuh dan
feses terutama yang berasal dari infeksi TB paru, infeksi Salmonella dan Shigella (sekresi dan
ekskresi), HBV, dan HIV (jika terdapat noda darah) dan infeksi lainnya yang spesifik (SARS)
dimasukkan ke dalam kantung dengan segel yang dapat terlarut di air dan kembali ditutup
dengan kantung luar berwarna kuning bertuliskan terinfeksi.
Linen kotor tidak terinfeksi adalah linen yang tidak terkontaminasi oleh darah, cairan
tubuh dan feses yang berasal dari pasien lainnya secara rutin, meskipun mungkin linen yang
diklasifikasikan dari seluruh pasien berasal dari sumber ruang isolasi yang terinfeksi.
Pelayanan linen pada hakikatnya adalah tindakan penunjang medik yang dilaksanakan dengan
sebaik-baiknya dan bertanggung jawab untuk membantu unit-unit lain di rumah sakit yang
membutuhkan linen yang siap pakai.
2.2 Jenis Linen
Perlak / Zeil
Tirai/gorden
Vitrage
Kain penyekat/scherm, kelambu, taplak, celemek, topi, lap, sarung galon air
Macam-macam dock
Linen operasi (baju, celana, jas, macam-macam laken, topi, masker, dock, sarung
kaki, sarung meja mayo, alas meja instrumen, mitela, barak schort)
Katun 100 %
2.
Wool
3.
4.
Silk
5.
Blacu
6.
Flanel
7.
Tetra
8.
CVC 50 % - 50 %
9.
Polyester 100 %
10.
Twill/drill
Sarung bantal : 70 x 50 cm
dapat terlaksana dengan baik maka diperlukan perencanaan dan strategi menejemen linen
yang terarah dan disesuaikan dengan kondisi Rumah Sakit Ibu dan Anak Puri Bunda. Selain
itu pengetahuan dan prilaku petugas kesehatan juga mempunyai peran yang sangat penting.
Petugas kesehatan wajib menjaga kesehatan dan keselamatan dirinya dan orang lain (pasien
dan pengunjung) serta bertanggung jawab sebagai pelaksana kebijakan yang telah ditetapkan
oleh Rumah Sakit Ibu dan Anak Puri Bunda.
2.7 Penatalaksanaan Linen RSIAPB
2.7.1 Mengambil linen kotor dari ruang perawatan
Hitung linen kotor bersama petugas terkait (TPK), kemudian catat jumlah linen
kotor yang diterima.
Saat penghitungan
kedalam kantung plastik warna kuning, ikat dan segera masukkan kedalam trolly.
Setelah semua linen kotor dimasukkan kedalam trolly, tutup trolly dengan rapi
Ambil linen kotor bernoda atau terinfeksi, bersihkan noda dengan air lalu
dikucek hingga noda/kotoran bersih, kemudian bilas dengan air panas
Buka pintu mesin cuci dengan menekan handle pintu sampai berbunyi klik
5
Masukkan linen kotor (10 kg), kemudian tutup pintu mesin cuci sampai berbunyi
klik
Masukkan detergen dan softener pada tempat yang ada dimesin cuci dengan
ukuran tertentu (sesuai takaran)
Tekan tombol program : No.1 untuk pencucian dengan air dingin, No.5 apabila
pencucian dilakukan dengan air panas dan air dingin
Untuk membuka pintu mesin cuci, tunggu sampai mesin cuci berhenti, kemudian
tekan handle pintu mesin cuci sampai berbunyi klik
Tekan tombol kuning untuk pengeringan sedang dan tombol merah untuk
proses pengeringan tinggi (panas)
Buka pintu mesin pengering dan angkat linen dari mesin pengering
Masukkan linen yang akan diseterika satu per satu sesuai dengan lebar roll mesin
Tekan tombol jok rev berulang kali untuk mengeluarkan linen yang tersangkut
Bawa trolly linen kesemua unit yang akan menerima linen bersih
Berikan linen bersih kesetiap unit (TPK) dan minta tanda tangan dari penerima
linen.
BAB III
SARANA FISIK, PRASARANA DAN PERALATAN
RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PURI BUNDA
Bak bilas untuk membilas linen kotor yang ternoda atau yang terinfeksi
Ember besar
Timbangan
Mesin pengering
Mesin seterika
Sikat cuci
Papan penggilasan
3.2 Prasarana
3.2.1 Prasarana listrik
Sebagian besar peralatan di instalasi pencucian menggunakan daya listrik. Kabel yang
diperlukan untuk instalasi listrik sebagai penyalur daya digunakan kabel dengan jenis NYY
untuk instalasi diluar gedung dan kabel NYH di dalam gedung.
Rincian pemakaian daya di Instalasi Laundry adalah sebagai berikut :
-
Air yang digunakan untuk proses pencucian linen menggunakan air bersih. Jumlah
pemakaian air di instalasi pencucian adalah 282 liter persekali cuci.
3.2.3 Standar air
Air yang digunakan untuk mencuci mempunyai standard air bersih berdasarkan
PerMenKes No. 416 tahun 1992 dan standar khusus bahan kimia dengan penekanan tidak
adanya :
a. Hardness Garam (Calcium, Carbonate dan Chloride)
tandard Baku Mutu : 0 90 ppm
Tingginya kosentrasi garam dalam air menghambat kerja bahan kimia pencuci
sehingga proses pencucian tidak berjalan sebagaimana seharusnya
Efek pada linen dan mesin
Garam akan mengubah warna linen putih menjadi keabu-abuan dan linen
warna akan cepat pudar. Mesin cuci akan berkerak (scale forming).
Sehingga dapat menyumbat saluran-saluran air dan mesin.
b. Iron Fe (besi)
Standard Baku Mutu : 0-0,1 ppm
Kandungan zat besi pada air mempengaruhi konsentrasi bahan kimia, dan
proses pencucian
Efek pada linen dan mesin
Mesin cuci
Mesin pengering
Mesin penyetrika
Sabun (detergen)
Bayclin
Sabun krim
Bersihkan bagian luar dan dalam mesin sebelum dan sesudah pakai
Periksa stop kontak atau roda roda troly sebelum dan sesudah pakai
Bersihkan troly, bak rendaman linen kotor setiap selesai pakai dengan larutan
desinfektan
10
BAB IV
INFEKSI NOSOKOMIAL
SERTA KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
Dipakai berulang-ulang
c) Pasien
Kebersihan kurang
d) Lingkungan
Ruangan lembab
Banyak serangga
Petugas
b.
Alat-alat
Perhatikan
kebersihan
(alat-alat
Laundry,
troli
untuk
transportasi linen)
c.
Penerangan cukup
ditanggulangi dengan baik dan benar dapat menimbulkan dampak negatif terhadap
keselamatan dan kesehatannya, yang pada akhirnya akan menurunkan produktivitas kerja.
Pada hakekatnya kesehatan kerja merupakan penyerasian antara kapasitas kerja, beban
kerja dan lingkungan kerjanya baik fisik maupun psikis dalam hal cara/metode kerja dan
kondisi yang bertujuan untuk :
Pencegahan :
-
15
*) Virus Hepatitis B
Pencegahan :
-
Secara teknis setiap petugas harus melaksanakan tugas pekerja sesuai SOP.
HIV dapat hidup di dalam darah, cairan vagina, cairan sperma, air susu ibu,
sekreta dan ekskreta tubuh.
Pencegahan :
-
Efek kesehatan
Mekanisme penimbunan debu dalam paru-paru dapat terjadi dengan menarik
napas sehingga udara yang mengandung debu masuk ke dalam paru-paru.
Partikel debu yang dapat masuk ke dalam pernapasan mempunyai ukuran
0,1-10 mikron. Pada pemajanan yang lama dapat terjadi pneumoconiosis,
dimana partikel debu dijumpai di paru-paru dengan gejala sukar bernapas.
Pneumoconiosis yang disebabkan oleh serat linen/kapas disebut bissinosis.
Pengendalian
-
Sebagian besar dari bahaya di instalasi pencucian diakibatkan oleh zat kimia.
Bahan kimia yang dipakai untuk pencucian linen di Rumah Sakit Ibu dan
Anak Puri Bunda Internasional adalah : detergen, Chlorine bleach, softener
Tertelan : cuci mulut, minum satu atau dua gelas air atau susu.
17
Memakai APD
*) Listrik
Kecelakaan tersengat listrik dapat terjadi pada petugas laundry oleh karena
dukungan pengetahuan listrik yang belum memadai. Pada umumnya yang
terjadi di Rumah Sakit adalah kejutan listrik
Efek kesehatan
-
Pengendalian :
Enginering
-
Administrasi
-
4.3.1 Kebakaran
Kebakaran terjadi apabila terdapat tiga unsur bersama-sama. Unsur-unsur tersebut
adalah zat asam, bahan yang mudah terbakar dan panas. Bahan-bahan yang mudah terbakar
misalnya bahan yang ada pada mesin cuci.
Penanggulangan :
o
Legislatif
secara terus-menerus.
Jalan untuk menyelamatkan diri
4.3.2 Terpeleset/Terjatuh
Terpeleset/terjatuh pada lantai yang sama adalah
mengakibatkan cedera yang berat seperti fraktura, dislokasi, salah urat, memar
otak
Penanggulangan :
Jangan memakai sepatu dengan hak tinggi, sel yang rusak atau memakai
tali sepatu yang longgar
Konstruksi lantai harus rata dan sedapat mungkin dibuat dari bahan yang
tidak licin
19
Pemeliharaan lantai :
Lantai harus selalu dibersihkan dari kotoran-kotoran seperti pasir, debu,
minyak yang memudahkan terpeleset.
Lantai yang cacat misalnya banyak lubang atau permukaannya miring
harus segera diperbaiki
BAB V
MONITORING DAN EVALUASI
5.1 Monitoring
Yang dimaksud dengan monitoring adalah upaya untuk mengamati pelayanan dan
cakupan program pelayanan seawal mungkin, untuk dapat menemukan dan selanjutnya
memperbaiki masalah dalam pelaksanaan program.
Tujuan monitoring adalah :
1.
2.
3.
Hasil
2.
3.
Pengamatan dengan penglihatan pada linen, yaitu warna yang kusam, padat, tidak
cerah/putih tua atau keabu-abuan menggambarkan usia pakai. Terdapat bayangan dari
barang yang dibungkusnya, menunjukkan linen sudah menipis.
4.
5.
5.2 Evaluasi
Setiap kegiatan harus selalu dievaluasi pada tahap proses akhir seperti pada tahap
pencucian, pengeringan dan sebagainya, juga evaluasi secara keseluruhan dalam rangka
kinerja dari pengelolaan linen di Rumah Sakit.
Tujuan dari evaluasi tersebut antara lain :
1.
Salah satu cara yang mudah untuk melaksanakan evaluasi adalah dengan menyebarkan
kuesioner ke unit kerja pemakai linen secara berkala setiap semester atau minimal setiap satu
tahun sekali. Sebagai responden diambil dua atau tiga jenis petugas dilihat dari fungsinya,
misalnya kepala bangsal atau ruangan, perawat pelaksana dan petugas pelaksana non
perawatan/pekarya.
Materi yang dievaluasi sesuai dengan tujuan yaitu antara lain:
5.2.1 Kuantitas dan kualitas linen
a.
Kuantitas linen
Kuantitas/jumlah linen yang beredar di ruangan sangat menentukan kualitas
pelayanan, demikian linen yang berputar diruangan yang diam akan mengakibatkan
linen yang satu cepat rusak dan linen yang lainnya terlihat belum digunakan. Hal-hal
seperti ini dapat mengganggu pada saat penggantian linen berikutnya maupun jika
linen tersebut hendak diturunkan kelasnya. Untuk itu perlu adanya monitoring ke
ruangan-ruangan dengan frekuensi minimal 3 (tiga) bulan sekali atau setiap kali ada
pencatatan di buku administrasi.
b.
Kualitas linen
Kualitas yang diutamakan dari linen adalah bersih (fisik linen), awet (tidak rapuh) dan
sehat (bebas dari mikroorganisme patogen)
Frekuensi :
Untuk monitoring bersih dapat dilakukan dengan memanfaatkan
panca indera secara fisik mulai dari bau (harum dan bebas dari bau yang tidak
sedap), rasa (lembut di kulit) dan skala noda. Dilakukan pada tahap sortir di dalam
perputaran pencucian. Jika terdapat kekurangan dari tiga aspek tersebut, maka
perlu ada pencucian ulang sesuai dengan permasalahan masing-masing.
Awet (tidak rapuh) dapat dilakukan dengan mengendalikan
(bebas
mikroorganisme
patogen)
dilakukan
dengan
Fisik dan karakteristik bahan kimia dapat berupa warna, butiran serta bau yang khas
dari bahan kimia. Penjelasan spesifikasi bahan kimia pada awal pembelian menjadi
penting serta melihat pembanding bahan kimia dari produk bahan kimia lainnya akan
sangat membantu dalam memonitor kualitas bahan kimia yang dikirim pihak rekanan.
Untuk menjaga kualitas selalu dilakukan monitoring
digunakan.
b. PH (Power Hidrogen) dan persentase bahan aktif
Bahan kimia yang digunakan memiliki pH dan bahan aktif seperti yang dipersyaratkan
dalam LDP (Lembar Data Pengaman) atau MSDSs. Informasi pH penting dalam
mengetahui kualitas bahan kimia yang akan digunakan apakah mengalami perubahan
pada saat penyimpanan dan penggunaan. Frekuensi pemeriksaan dilakukan pada awal
penggunaan, pertengahan dan akhir.
5.2.3 Baku Mutu Air Bersih
a. Persyaratan Permenkes 416
Persyaratan dasar air yang digunakan adalah standard air bersih Depkes (Permenkes
416) yaitu dilakukan monitoring sedikitnya 6 bulan sekali.
Persyaratan khusus kandungan besi dan garam-garam
b. Perlu dilakukan pemeriksaan awal untuk mengetahui adanya dua polutan pengganggu
tersebut. Jika standard yang diinginkan tidak dipenuhi, maka harus dilakukan usaha
untuk menurunkan tingkat polutan di air yang akan di gunakan. Sebaiknya sama
dilakukan setiap 6 bulan sekali.
5.2.4 Baku Mutu Limbah Cair
Berdasrkan PP No. 85 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun, dengan lampiran dikategorikan sebagai limbah B3 :
Kode Limbah : D 23
Jenis kegiatan : Laundry dan Dry Cleaning
Kode kegiatan : 930
Sumber Pencemaran : Proses cleaning dan degreasing yang memakai pelarut organik
kuat dan pelarut kostik
Asal/uraian limbah : Pelarut bekas; larutan kostik bekas; sludge proses cleaning dan
degreasing
Pencemaran Utama : Pelarut organik, hidrokarbon terhalogenasi; lemak dan gemuk.
Dengan demikian limbah laundry dan dry cleaning harus dikelola sesuai dengan
Standard Baku Mutu dengan tingkat pencemar yang dimaksud; namun Permen LH No. 58
23
tahun 1995 tidak/belum mengakomodir untuk limbah cair laundry dan dry cleaning Rumah
Sakit. Polutan yang mencemari: phosphat, senyawa aktif biru metilen dan sulfida. Frekuensi
pemeriksaan dilakukan setiap 3 bulan sekali.
Hasil evaluasi diberikan kepada penanggung jawab dan pengelola pelayanan linen di
Rumah Sakit dan umpan balik yang diberikan dapat menjadi bahan laporan dan pertimbangan
dalam pembuatan perencanaan sesuai tujuan evaluasi.
BAB VI
PENUTUP
Pedoman Pengelolaan Linen sangat penting untuk meningkatkan kebersihan lingkungan
Rumah Sakit agar selalu asri, nyaman dan sehat, baik bagi karyawan, pasien, pengunjung
maupun masyarakat di sekitar Rumah Sakit.
Diharapkan agar buku pedoman ini dapat dijadikan acuan bagi setiap pekerja dalam hal
pengelolaan linen untuk meningkatkan kualitas Rumah Sakit Ibu dan Anak Puri Bunda.
24