Anda di halaman 1dari 20

A.

KONSEP DASAR MEDIK


1. Definisi
Gastroenteritis adalah inflamasi lambung dan usus yang disebabkan
oleh berbagai bakteri, virus dan pathogen parasitic (Wong, 2003)
Gastroenteritis adalah inflamasi membrane mukosa lambung dan usus
halus yang ditandai dengan muntah-muntah dan diare yang berakibat
kehilangan cairan elektrolit yang menimbulkan dehidrasi dan gejala
keseimbangan elektrolit (Cecyly, Betz.2002).
Gastroenteritis adalah penyakit akut dan menular menyerang pada
lambung dan usus yang ditandai berak-berak encer 5 kali atau lebih.
Gastroenteritis adalah buang air besar encer lebih dari 3 kali perhari dapat
atau tanpa lendir dan darah ( Murwani. 2009).
Gastroenteritis adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4
kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi feses encer,
dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lender dan darah atau
lender saja ( Ngastiyah, 2005).
Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa
gastroenteritis adalah suatu inflamasi yang terjadi pada lambung dan usus
yang disebabkan oleh mikroorganisme yang menyebabkan frekuensi
buang air besar lebih dari 3 kali dengan konsistensi cair/encer bisa disertai
dengan muntah atau tidak muntah.

2.

Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan

www.google.com
Menurut Syaifuddin, (2003), susunan pencernaan terdiri dari :
a. Mulut
Terdiri dari 2 bagian :
1) Bagian luar yang sempit / vestibula yaitu ruang diantara gusi,
gigi, bibir, dan pipi.
a) Bibir
Di sebelah luar mulut ditutupi oleh kulit dan di sebelah
dalam ditutupi oleh selaput lendir (mukosa). Otot
orbikularis oris menutupi bibir. Levator anguli oris
mengakat dan depresor anguli oris menekan ujung mulut.
b) Pipi
Dilapisi dari dalam oleh mukosa yang mengandung papila,
otot yang terdapat pada pipi adalah otot buksinator.

c)

Gigi
Gigi pertama tumbuh pada umur 5-9 bulan. Pada umur 1
tahun, sebagian besar anak mempunyai 6-8 gigi susu.
Selama tahun kedua gigi tumbuh lagi 8 biji, sehingga
jumlah seluruhnya adalah 14-16 gigi. Pada umur 2,5 tahun,
sudah terdapat 20 gigi susu. Sementara itu, waktu erupsi

gigi tetap adalah sebagai berikut :


i.
Molar pertama : 6-7 tahun
ii.
Inisisor : 7-9 tahun
iii.
Pre molar : 9-11 tahun
iv.
Kaninus : 10-12 tahun
v.
Molar kedua : 12-16 tahun
vi.
Molar ketiga : 17-25 tahun
2) Bagian rongga mulut atau bagian dalam yaitu rongga mulut
yang di batasi sisinya oleh tulang maksilaris palatum dan
mandibularis di sebelah belakang bersambung dengan faring.

a)

Palatum
Terdiri atas 2 bagian yaitu palatum durum (palatum keras)
yang tersusun atas tajuk-tajuk palatum dari sebelah tulang
maksilaris dan lebih kebelakang yang terdiri dari 2 palatum.
Palatum mole (palatum lunak) terletak dibelakang yang
merupakan lipatan menggantung yang dapat bergerak,

terdiri atas jaringan fibrosa dan selaput lendir.


b) Lidah
Terdiri dari otot serat lintang dan dilapisi oleh selaput
lendir, kerja otot lidah ini dapat digerakkan ke segala arah.
Lidah dibagi atas 3 bagian yaitu : Radiks Lingua = pangkal
lidah, Dorsum Lingua = punggung lidah dan Apek Lingua +
ujung lidah. Pada pangkal lidah yang kebelakang terdapat
epligotis. Punggung lidah (dorsum lingua) terdapat putingputing pengecapatau ujung saraf pengecap. Fenukun Lingua
merupakan selaput lendir yang terdapat pada bagian bawah
kira-kira ditengah-tengah, jika tidak digerakkan ke atas
c)

nampak selaput lendir.


Kelenjar Ludah
Merupakan kelenjar yang mempunyai ductus bernama
ductus wartoni dan duktus stansoni. Kelenjar ludah ada 2
yaitu kelenjar ludah bawah rahang (kelenjar submaksilaris)
yang terdapat di bawah tulang rahang atas bagian tengah,
kelenjar ludah bawah lidah (kelenjar sublingualis) yang
terdapat di sebelah depan di bawah lidah. Di bawah kelenjar
ludah bawah rahang dan kelenjar ludah bawah lidah di sebut
koronkula sublingualis serta hasil sekresinya berupa
kelenjar ludah (saliva). Di sekitar rongga mulut terdapat 3
buah kelenjar ludah yaitu kelenjar parotis yang letaknya
dibawah depan dari telinga di antara prosesus mastoid kiri
dan kanan os mandibular, duktusnya duktus stensoni, duktus
ini keluar dari glandula parotis menuju ke rongga mulut
melalui pipi (muskulus buksinator). Kelenjar submaksilaris

terletak di bawah rongga mulut bagian belakang, duktusnya


duktus watoni bermuara di rongga mulut bermuara di dasar
rongga mulut. Kelenjar ludah di dasari oleh saraf-saraf tak
sadar.
d) Otot Lidah
Otot intrinsik lidah berasal dari rahang bawah (m
mandibularis, oshitoid dan prosesus steloid) menyebar
kedalam lidah membentuk anyaman bergabung dengan otot
instrinsik yang terdapat pada lidah. M genioglosus
merupakan otot lidah yang terkuat berasal dari permukaan
tengah bagian dalam yang menyebar sampai radiks lingua.
b.

Faring (tekak)
Merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan
kerongkongan (esofagus), di dalam lengkung faring terdapat tonsil
(amandel) yaitu kumpulan kelenjar limfe yang banyak mengandung
limfosit.

c.

Esofagus
Panjang esofagus sekitar 25 cm dan menjalar melalui dada dekat
dengan kolumna vertebralis, di belakang trakea dan jantung.
Esofagus melengkung ke depan, menembus diafragma dan
menghubungkan lambung. Jalan masuk esofagus ke dalam lambung
adalah kardia.

d.

Gaster (Lambung)
Merupakan bagian dari saluran yang dapat mengembang paling
banyak terutama didaerah epigaster. Lambung terdiri dari bagian atas
fundus uteri berhubungan dengan esofagus melalui orifisium pilorik,
terletak dibawah diafragma di depan pankreas dan limpa, menempel
di sebelah kiri fudus uteri.

e.

Intestinum minor (Usus halus)


Adalah bagian dari sistem pencernaan makanan yang berpangkal
pada pylorus dan berakhir pada seikum, panjang + 6 meter.
Lapisan usus halus terdiri dari :

1) Lapisan mukosa (sebelah dalam), lapisan otot melingkar


(M.sirkuler)
2) Otot memanjang (M. longitudinal) dan lapisan serosa (sebelah
luar).
Pergerakan usus halus ada 2, yaitu
1) Kontraksi pencampur (segmentasi)
Kontraksi ini dirangsang oleh

peregangan

usus

halus

yaitu.desakan kimus
2) Kontraksi Pendorong
Kimus didorong melalui usus halus oleh gelombang peristaltik.
Aktifitas peristaltik usus halus sebagian disebabkan oleh
masuknya kimus ke dalam duodenum, tetapi juga oleh yang
dinamakan gastroenterik yang ditimbulkan oleh peregangan
lambung terutama di hancurkan melalui pleksus mientertus dari
lambung turun sepanjang dinding usus halus Perbatasan usus
halus dan kolon terdapat katup ileosekalis yang berfungsi
mencegah aliran feses ke dalam usus halus. Derajat kontraksi
sfingter iliosekal terutama diatur oleh refleks yang berasal dari
sekum. Refleksi dari sekum ke sfingter iliosekal ini di perantarai
oleh pleksus mienterikus. Dinding usus kaya akan pembuluh
darah yang mengangkut zat-zat diserap ke hati melalui vena
porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi usus)
dan air (yang membantu melarutkan pecahan- pecahan makanan
yang dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil
enzim yang mencerna protein, gula, dan lemak. Iritasi yang
sangat kuat pada mukosa usus,seperti terjadi pada beberapa
infeksi dapat menimbulkan apa yang dinamakan peristaltic
rusrf merupakan peristaltik sangat kuat yang berjalan jauh
pada usus halus dalam beberapa menit.
intesinum minor terdiri dari :
a) Duodenum (usus 12 jari)
Panjang 25 cm, berbentuk sepatu kuda melengkung ke
kiri. Pada lengkungan ini terdapat pankreas. Dan bagian
kanan

duodenum

ini

terdapat

selaput

lendir

yang

membuktikan disebut Papila vateri. Pada Papila veteri ini


bermuara saluran empedu (Duktus koledukus) dan saluran
pankreas (Duktus pankreatikus).
b) Yeyenum dan ileum
Mempunyai panjang sekitar 6 meter. Dua perlima bagian
atas adalah yeyenum dengan panjang 2-3 meter dan ileum
dengan panjang 45 meter. Lekukan yeyenum dan ileum
melekat

pada

dinding

abdomen

posterior

dengan

perantaraan lipatan peritoneum yang berbentuk kipas


dikenal

sebagai

mesenterium.

Akar

mesenterium

memungkinkan keluar dan masuknya cabang-cabang arteri


dan vena mesentrika superior, pembuluh limfe dan saraf ke
ruang antara 2 lapisan peritoneum yang membentuk
mesenterium. Sambungan antara yeyenum dan ileum tidak
mempunyai batas yang tegas. Ujung bawah ileum
berhubungan dengan seikum dengan seikum dengan
perataraan lubang yang bernama orifisium ileoseikalis,
orifisium ini di perkuat dengan sfingter ileoseikalis dan
pada bagian ini terdapat katup valvula seikalis atau valvula
baukini. Mukosa usus halus. Permukaan epitel yang sangat
luas melalui lipatan mukosa dan mikrovili memudahkan
pencernaan dan absorbsi. Lipatan ini dibentuk oleh mukosa
dan submukosa yang dapat memperbesar permukaan usus.
Pada penampangan melintang vili di lapisi oleh epiel dan
kripta

yang

menghasilkan

bermacam-macam

hormonjaringan dan enzim yang memegang peranan aktif


dalam pencernaan.
f.

Intestinium Mayor (Usus besar)


Panjang 1,5 meter lebarnya 56 cm. Lapisanlapisan usus besar
dari dalam keluar : selaput lendir, lapisan otot melingkar, lapisan otot
memanjang, dan jaringan ikat. Lapisan usus besar terdiri dari :
1) Sekum

Dibawah sekum terdapat appendiks vermiformis yang berbentuk


seperti cacing sehingga disebut juga umbai cacing, panjang 6
cm.
2) Kolon asendens
Panjang 13 cm terletak dibawah abdomen sebelah kanan
membujur ke atas dari ileum kebawah hati. Dibawah hati
membengkak ke kiri, lengkungan ini disebut Fleksura hepatika,
dilanjutkan sebagai kolon transversum.
3) Appendiks (Usus Buntu)
Bagian dari usus besar yang muncul seperti corong dari akhir
seikum.
4) Kolon transversum
Panjang 38 cm, membunjur dari kolon asendens sampai ke
kolon desendens berada di bawah abdomen, sebelah kanan
terdapat fleksura hepatica dan sebelah kiri terdapat fleksura
linealis.
5) Kolon desendens
Panjang 25 cm, terletak dibawah abdomen bagian kiri
membunjur dari atas ke bawah dari fleksura linealis sampai ke
depan ileum kiri, bersambung dengan kolon sigmoid.
6) Kolon sigmoid
Merupakan lanjutan dari kolon desendens terletak miring dalam
rongga pelvis sebelah kiri, bentuk menyerupai huruf S. Ujung
bawahnya

berhubung

dengan

rectum.

Fungsi

kolon

Mengabsorsi air dan elektrolit serta kimus dan menyimpan feses


sampai dapat dikeluarkan. Pergerakan kolon ada 2 macam :
1) Pergerakan pencampur (Haustrasi) yaitu kontraksi
gabungan otot polos dan longitudinal namun bagian luar
usus besar yang tidak terangsang menonjol keluar menjadi
seperti kantong.
2) Pergarakan pendorong Mass Movement, yaitu kontraksi
usus besar yang mendorong feses ke arah anus.
g.

Rektum dan Anus


Terletak dibawah kolon sigmoid yang menghubungkan intestinum
mayor dengan anus, terletak dalam rongga pelvis di depan os sakrum

dan os koksigis. Anus adalah bagian dari saluran pencernaan yang


menghubungkan rectum dengan dunia luar (udara luar). Terletak di
antara pelvis, dindingnya di perkuat oleh 3 sfingter :
1) Sfingter Ani Internus
2) Sfingter Levator Ani
3) Sfingter Ani Eksternus
Di sini di mulailah proses devekasi akibat adanya mass movement.
Mekanisme :
1) Kontraksi kolon desenden
2) Kontraksi reflek rectum
3) Kontraksi reflek sigmoid
4) Relaksasi sfingter ani
3.

ETIOLOGI
a. Faktor Infeksi: infeksi enteral adalah infeksi saluran pencernaan
makanan yang merupakan penyebab utama gastroenteritis pada anak.
Meliputi infeksi enteral sebagai berikut : infeksi bakteri, seperti
vibrio, E.coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia,
Aeromonas, dan sebagainya ; infeksi virus yaitu enterovirus (virus
ECHO, Coxsackie, poliomyelitis, adenovirus, rotavirus, dan lainlain); infeksi parasit : cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris,
Strongyliodes), protozoa ( Entamoeba histolytica, Giardia lamblia,
b.

Trichomonas hominis) dan jamur (Candida albicans).


Infeksi parenteral: infeksi parenteral ialah infeksi diluar alat
pencernaan

makanan

seperti

tonsillitis/tonsilofaringitis,

otitis

media

bronkopneumonia,

akut

(OMA),

ensefalitis,

dan

sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak


c.

berumur di bawah 2 tahun.


Faktor malabsorbsi : malabsorbsi karbohidrat, misalnya disakarida
(intoleransi laktosa, maltose dan sukrosa), monosakarida (intoleransi

glukosa,
d.
e.

fruktosa

dan

galaktosa);

malabsorbsi

lemak

dan

malabsorbsi protein.
Faktor makanan, makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
Faktor psikologis, rasa takut dan cemas (jarang tetapi dapat terjadi
pada anak yang lebih besar).

4.

PATOFISIOLOGI
Gastroenteritis akut adalah masuknya Virus (Rotavirus, Adenovirus
enteritis), bakteri atau toksin (Salmonella. E. colli), dan parasit (Biardia,
Lambia). Beberapa mikroorganisme pathogen ini me nyebabkan infeksi
pada sel- sel, memproduksi enterotoksin atau cytotoksin Penyebab dimana
merusak sel-sel, atau melekat pada dinding usus pada gastroenteritis akut.
Penularan gastroenteritis bisa melalui fekal oral dari satu klien ke klien
lainnya. Beberapa kasus ditemui penyebaran pathogen dikarenakan
makanan dan minuman yang terkontaminasi.
Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotic
(makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik
dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit
kedalam rongga usus, isi rongga usus berlebihan sehingga timbul diare).
Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus,
sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare.
Gangguan motilitas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik dan
hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan air dan
elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan asam basa (asidosis
metabolik dan hypokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output
berlebih), hipoglikemia dan gangguan sirkulasi.
Sebagai akibat diare baik akut maupun kronis akan terjadi: (a)
Kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan terjadinya
gangguan keseimbangan asam-basa (asidosis metabolik, hypokalemia dan
sebagainya). (b) Gangguan gizi sebagai akibat kelaparan (masukan
makanan kurang, pengeluaran bertambah). (c) Hipoglikemia, (d)
Gangguan sirkulasi darah.

10

5.

MANIFESTASI KLINIK
Mula-mula bayi dan anak menjadi cengeng, gelisah, suhu tubuh
biasanya meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian
timbul diare. Tinja cair dan mungkin disertai lendir dan atau darah. Warna
tinja makin lama berubah menjadi kehijau-hijauan karena tercampur
dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya lecet karena seringnya
defekasi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat makin
banyaknya asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak dapat
diabsorbsi usus selama diare. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau
sesudah diare dan dapat disebabkan oleh lambung yang turut meradang
atau akibat gangguan keseimbangan asam-basa dan elektrolit. Bila
penderita telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, maka gejala
dehidrasi makin tampak. Berat badan menurun, turgor kulit berkurang,
mata dan ubun-ubun membesar menjadi cekung, selaput lendir bibir dan
mulut serta kulit tampak kering. Berdasarkan banyaknya cairan yang
hilang dapat dibagi menjadi dehidrasi ringan, sedang, dan berat, sedangkan
berdasarkan tonisitas plasma dapat dibagi menjadi dehidrasi hipotonik,
isotonik, dan hipertonik.

6.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan feces
Tes tinja untuk mengetahui makrosopis dan mikroskopis, biakan
kuman untuk mengetahui kuman penyebab, tes resistensi terhadap
berbagai natibiotik serta untuk mengetahui pH dan kadar gula juka
diduga ada intoleransi glukosa
b.

Pemeriksaan darah
Darah perifer lengkap, analisa gas darah dan elektrolit (terutama Na,
Ca, K dan P serum pada diare yang disertai kejang), anemia
(hipokronik, kadang-kadang nikrosiotik) dan dapat terjadi karena

c.

malnutrisi/ malabsorbsi.
Pemeriksaan elektrolit tubuh : untuk mengetahui kadar natrium,
kalium, kalsium dan bikarbonat

11

d.

Duodenal intubation : untuk mengetahui kuman penyebab secara


kuantitatif dan kualitatif terutama pada diare kronik

7.

PENATALAKSANAAN
Dasar pengobatan diare adalah:
a. Pemberian cairan (Rehidrasi)
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam rehidrasi adalah jenis cairan,
cara memberikan cairan, dan jumlah pemberiannya. Cara memberikan
cairan dalam terapi rehidrasi adalah jika belum ada dehidrasi :
anjurkan anak untuk minum 1 gelas tiap defekasi, dehidrasi ringan: 1
jam pertama 25-50 ml/kg BB peroral (intragastrik), selanjutnya 125
ml/kgBB/hari ad libitum. Dehidrasi sedang : 1 jam pertama 50-100
ml/kg BB peroral / intragastrik (sonde), selanjutnya 125 ml/kg BB/
hari ad libitum. Dehidrasi berat dilakukan rehidrasi sesuai dengan
umur dan berat badan pasien sebagai berikut:
1) Untuk anak umur 1 bulan 2 tahun berat badan 3 10 kg. 1 jam
pertama = 40 ml/kg BB/menit (set infuse berukuran 1 ml =15
tetes). 7 jam berikutnya = 12 ml/kg BB/ jam = 3 tetes/kg
BB/menit (set infuse 1 ml = 15 tetes) atau 4 tetes/kg BB/menit
(set infuse 1 ml = 20 tetes). 16 jam berikutnya yaitu 125 ml/kg
BB oralit peroral atau intragastrim bila anak tidak mau minum
teruskan DG an intravena 2 tetes/kg BB/menit.
2) Untuk anak lebih dari 2-5 tahun dengan berat badan 10-15 kg. 1
jam pertama yaitu 30 ml/kg BB/menit atau 10 tetes/kg BB/menit. 7
jam berikutnya yaitu 10 ml/kg BB/jam atau 3 tetes/kg bb/menit
atau 4 tetes/kg BB/menit. 16 jam berikutnya yaitu 125 ml/kg BB
oralit peroral atau intragastrik. Bila anak tidak mau minum dapat

12

diteruskan dengan DG aa intravena 2 tetes/kgBB/menit atau 3


tetes/kgBB/menit.
3) Untuk anak lebih 5-10 tahun dengan berta badan 15-25 kg 1 jam
pertama yaitu 20 ml/kgBB/menit atau 7 tetes/kg BB/menit. 7 jam
berikutnya yaitu 10 ml/kg BB/jam. 16 jam yaitu 105 ml/kg
BB/oralit peroral atau bila anak tidak mau minum dapat diberikan
DG aa intravena 1 tetes/kg BB/ menit atau 1 tetes/kg BB/menit
4) Untuk bayi baru lahir (neonatus) dengan baerat badan 2-3 kg.
kebutuhan cairannya yaitu 125 ml + 100 ml + 25 ml =250 ml/kg
BB/24 jam. Jenis cairan = cairan 4 : 1 (4 bagian glukosa 5% + 1
bagian NaHCO3 1 %). Kecepatan pemberian cairan yaitu 4 jam
pertama = 25 ml/kg BB/jam atau 6 tetes/kg BB/menit 8 tetes/kg
BB/ menit. 20 jam berikutnya yaitu 150 ml/ kg BB/20 jam atau 2
tetes/kg BB/menit
b.

Dietetic (cara pemberian makanan)


Tujuan diit pada pasien gastroenteritis adalah memberikan makanan
secukupnya untuk memenuhi kebutuhan zat gizi tanpa memberatkan
keja usus, mecegah dan mengurangi resiko dehidrasi. Mengupayakan
agar anak segera mendapat makanan sesuai dengan umur dan berat
badannya. Syarat diit pada pasien gastroenteritis adalah pasien tidak
dipuasakan setelah terjadi rehidrasi, diberi makanan peroral dalam
24 jam pertama, pemberian ASI diutamakan, makanan cukup energy
dan protein, makanan tidak merangsang saluran pencernaan yaitu
tidak mengandung bumbu tajam, tidak menimbulkan gas, makanan
diberikan bertahap dari makanan ringan/ mudah cerna dalam bentuk

13

yang sesuai menurut umur dan keadaan penyakit, makanan diberikan


dalam porsi kecil dengan frekuensi sering. Jenis diit untuk penderita
gastroenteritis pada anak adalah susu LLM dan bubur tempe. Susu
LLM merupakan susu yang rendah laktosa sehingga sangat baik bagi
anak yang menderita gastroenteritis karena intoleransi laktosa.
Manfaat dari bubu tempe adalah memenuhi kebutuhan nutrisi.
Keuntungan dari diit bubur tempe adalah makanan mudah dicerna
dan diabsorpsi dalam usus halus sehingga tidak memperberat kerja
c.

usus.
Obat-obatan
Obat antisekresi. Asetosal. Dosis 25 mg/tahun dengan dosis
minimum 30 mg klorpomazin. Dosos 0,5-1 mg/kg BB/hari. Obat
spasmolitik dan lain-lain. Umumnya obat spasmolitik seperti
papaverin, ekstrak beladona, opium loperamid tidak digunakan untuk
mengatasi diare akut lagi. Obat pengeras tinja seperti kaolin, pectin,
charcoal, tabonal, tidak ada manfaatnya untuk mengatasi diare,
sehingga tidak diberikan lagi.
Antibiotic umumnya tidak diberikan bila tidak ada penyebab yang
jelas. Bila penyebabnya kolera diberikan tetrasiklin 25-50 mg/kg
BB/hari. Antibiotic juga diberikan bila terdapat penyakit penyerta
seperti : OMA, Faringitis, bronchitis, atau bronkopneumonia.

8.

KOMPLIKASI
a. Dehidrasi, diakibatkan karena tubuh kehilangan terlalu banyak cairan
dengan tanda mukosa bibir kering, turgor kulit jelek, urine pekat, mata
cekung.

14

b.

Syok hipovolemik, merupakan akibat lanjutan bila kekurangan


volume cairan yang terlampau berlebihan menyebabkan kehilangan
cairan dan sistem vaskuler, darah jadi lebih kental dan tidak lancar
yang dapat menimbulkan renjatan yang ditandai denyut nadi cepat,
tekanan darah menurun, pasien gelisah, muka pucat, ekstremitas

c.

dingin dan kadang sianosis.


Hipokalemia (hipotoni otot, lemah, bradikardia, distritmia jantung).
Kehilangan cairan berlebihan menyebabkan tubuh juga kehilangan
elektrolit seperti kalium yang berperan penting dalam kerja otot
skeletal dan jantung. Penurunan kadar kalium dalam tubuh (darah)
akan mengakibatkan penurunan kerja jantung dan otot. Pada jantung
bis menimbulkan distritmia. Kontraksi yang kurang menyebabkan
bradikardia, meteorismus. Pada otot menimbulkan kelemahan dan

d.

hipotoni otot.
Kejang, merupakan respon tubuh yang menandakan tubuh kekurangan
oksigen terutama otak. Hal ini diakibatkan oleh adanya gangguan
biokimia dalam tubuh yang mengakibatkan asidosis metabolic
sehingga aliran darah tidak lancar, suplai darah diutamakan ke organorgan tubuh yang vital.

B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN


1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan adalah proses sistematis dari pengumpulan
verivikasi, komunikasi dan dari data tentang pasien. Pengkajian ini didapat
dari dua tipe yaitu data subyektif dan dari persepsi tentang masalah
kesehatan mereka dan data obyektif yaitu pengamatan / pengukuran yang
dibuat oleh pengumpul data.
Pengkajian pada pasien gastroenteritis menurut Arif Muttaqin (2011),
a. Dengan keluhan Diare
1) Provoking (Penyebab, presipitasi)
Faktor apa saja yang diketahui pasien atau keluarga yang
memungkinkan menjadi penyebab terjadinya diare.
2) Quality (Kualitas, kuantitas)
a) Berapa kali pasien BAB sebelum mendapat intervensi
kesehatan
b) Bagaimana bentuk feses BAB? Apakah encer, cair, bercampur
lendir dan darah?
c) Apakah disertai adanya gangguan gastrointestinal (mual, nyeri
abdomen, muntah , anoreksia)?
3) Time (Waktu, onset)
Berapa lama keluhan awal mulai terjadi? Apakah bersifat akut atau
mendadak? Durasi dan kecepatan gejala awal mulai terjadi diare
menjadi pengkajian penting dalam memberikan intervensi langsung
penanganan rehidrasi. Intervensi yang akan dilakukan pada diare
yang lebih dari satu bulan akan berbeda dengan diare yang terjadi
kurang dari satu minggu.
b. Dengan keluhan muntah
Pengkajian adanya keluhan muntah pada pasien akan menentukan
intervensi selanjutnya. Muntah merupakan gejala gastroenteritis dengan
keterlibatan bagian proksimal intestinal respons dan inflamasi
khususnya dari neurotoksin yang diproduksi oleh agen infeksi.
c. Dengan keluhan demam
Peningkatan suhu tubuh secara umum merupakan respons sistemik dari
invasi agen infeksi penyebab gastroenteritis. Penurunan volume cairan
tubuh yang terjadi secara akut juga merangsang hipotalamus dalam
15

16

meningkatkan suhu tubuh. Keluhan demam sering didapatkan pada


pasien gastroenteritis.
d. Nyeri abdomen
Keluhan nyeri pada abdomen dapat dikaji dengan pendekatan PQRST.
1) P : keluhan nyeri dicetuskan akibat perasaan mules, sering mual/
muntah dan keinginan untuk melakukan BAB.
2) Q : keluhan nyeri sulit digambarkan oleh pasien, khususnya pada
pasien anak-anak. Ketidaknyamanan abdomen bisa bersifat kolik
akut atau perut seperti dikocok-kocok akibat mules.
3) R : keluhan nyeri berlokasi pada seluruh abdomen dengan tidak ada
pengiriman respons nyeri ke organ lain.
4) S : skala nyeri pada pasien GE bervariasi pada rentang 1-4 (nyeri
ringan sampai nyeri tak tertahankan)
5) T : tidak ada waktu spesifik untuk munculnya keluhan nyeri. Nyeri
pada GE biasanya berhubungan dengan adanya mules dan
keinginan untuk BAB yang tinggi.
e. Kondisi feses
Keluhan perubahan kondisi feses bervariasi pada pasien GE. Keluhan
yang lazim adalah konsistensi feses yang encer, sedangkan beberapa
pasien lain mengeluh feses dengan lendir dan darah
2. Diagnosa Keperawatan
a. Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan dehidrasi
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mual, muntah dan intake inadekuat
c. Hipertermia berhubungan dengan dehidrasisi rectal karena diare
d. Resiko infeksi berhubungan dengan peningkatan paparan lingkungan
terhadap pathogen
e. Kerusakan intergritas kulit berhubungan dengan iritasi rectal karena
diare
f. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
g. Ansietas berhubungan dengan hospitalisasi dan stress
3. Rencana Keperawatan
a. Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan dehidrasi
Batasan karakteristik mayor adalah ketidakcukupan asupan cairan
oral, keseimbangan negatif antara asupan dan haluaran, kulit/membran
mukosa kering. Untuk batasan karakteristik minor adalah penurunan

17

haluaran urine atau haluaran urine berlebih, penurunan turgor kulit,


haus, mual, anoreksia.
Batasan karakteristik menurut Nanda (2010) antara lain perubahan
status mental, penurunan tekanan darah, penurunan tekanan nadi,
turgor kulit, haluaran urine, membrane mukosa kering, kulit kering,
peningkatan hematokrit, peningkatan suhu tubuh, haus dan kelemahan.
Intervensi dan Rasional :
1) Beri larutan rehidrasi oral untuk rehidrasi dan penggantian
kehilangan cairan melalui feses.
Rasional : Berikan larutan rehidrasi oral sedikit tapi sering,
khususnya bila anak muntah, karena muntah bukan merupakan
kontraindikasi pemberian oralit kecuali pada muntah yang hebat.
2) Berikan dan pantau pemberian cairan infus sesuai program .
Rasional : untuk mengatasi dehidrasi dan vomitus yang hebat.
3) Berikan oralit secara bergantian dengan cairan rendah natrium
seperti ASI atau susu formula.
Rasional : untuk terapi rumatan (kebanyakan pakar susu formula
yang diberikan harus bebas laktosa jika bayi tidak dapat
mentoleransi susu formula biasa).
4) Setelah rehidrasi, berikan makanan seperti biasa pada anak,
selama makanan tersebut dapat ditoleransi.
Rasional : pemberian kembali secara dini makanan yang biasa
dikonsumsi akan membawa manfaat mengurangi frekuensi
defekasi dan meminimalkan penurunan berat badan serta
memperpendek lama sakit.
5) Pertahankan asupan dan keluaran cairan (urine, feses dan cairan).
Rasional : untuk mengevaluasi keefektifan intervensi.
6) Pantau berat jenis urine setiap 8 jam atau sesuai indikasi.
Rasional : untuk menilai status hidrasi.
7) Timbang berat badan anak
Rasional : untuk menilai keadaan dehidrasi.
8) Kaji tanda-tanda vital (TTV), turgor kulit, membran mukosa, dan
status mental.
Rasional : untuk menilai status hidrasi.
9) Hindari masukan cairan seperti jus buah, minuman berkarbonat,
dan gelatin.
Rasional : Karena cairan ini biasanya tinggi karbohidrat, rendah
elektrolit dan mempunyai osmolalitas tinggi.

18

b. Perubahan nutrisi kurang dari krbutuhan tubuh berhubungan dengan


kehilangan cairan akibat diare, dan asupan cairan yang tidak adekuat.
Batasan karakteristik mayor adalah asupan makanan tidak adekuat,
adanya penurunan berat badan. Untuk batasan karakteristik minor
adalah berat badan . Untuk batasan karakteristik minor adalah berat
badan 10% sampai 20% ataulebih dibawah berat badan ideal untuk
tinggi dan kerangka tubuh, kelemahan otot dan nyeri tekan.
Batasan karakteristik menurut Nanda (2010) adalah kram
abdomen, nyeri abdomen, berat badab 20% atau lebih di bawah berat
badab ideal, diare, bising usus hiperaktif, kurang makanan, kurang
informasi, dan kurang minat pada makanan.
Intervensi dan Rasional :
1) Setelah rehidrasi, instruksikan ibu melanjutkan pemberian ASI.
Rasional : tindakan ini cenderunga mnegurangi intensitas dan
lamanya sakit.
2) Hindari pemberian diet pisang, beras, apel, dan roti panggang atau
teh.
Rasional :Karena diet ini memiliki kandungan energi dan protein
yang rendah, kandungan hidrat arang yang terlampaui tinggi.
3) Amati dan catat respon anak terhadap pemberian makanan.
Rasional : untuk menilai toleransi anak terhadap makanan/susu
formula yang diberikan.
4) Beri tahu keluarga untuk menerapkan diet yang tepat.
Rasional : untuk menghasilkan kepatuhan terhadap program
terapeutik.
5) Monitor berat badan pasien sesuai indikasi.
Rasional : untuk menilai keadaan dehidrasi.
6) Sediakan makanan yang sesuai dengan kesukaan pasien dan
program diet.
Rasional : pemberian kembali secara dini makanan yang biasa
dikonsumsi akan membawa manfaat mengurangi frekuensi defekasi
dan meminimalkan penurunan berat badan serta memperpendek
lama sakit.
c. Kerusakan intergritas kulit berhubungan dengan iritasi rectal karena
diare

19

Batasan karakteristik mayor : gangguan epidermis dan dermis. Untuk


batasan karakteristik minor : lecet, jaringan nekrotik (warna,
konsistensi, pelekatan) dan jumlah.
Intervensi dan Rasional :
1) Ganti popok dengan sering
Rasional : untuk menjaga agar kulit tetap bersih dan kering.
2) Bersihkan bagian bokong secari hati-hati dengan sabun lunak non
alkalis dan air.
Rasional : karena feses pasien diare bersifat sangat iritasi pada
kulit.
3) Oleskan salep seperti zink oksida.
Rasional : untuk melindungi kulit terhadap iritasi (tipe salepnya
bisa berbeda bagi setiap anak dan mungkin memerlukan waktu
untuk mencobanya dahulu ).
4) Bila mungkin biarkan kulitutuh yang berwarna agak merah terkena
udara.
Rasional : untuk memepercepat kesembuhan.
5) Hindari pemakaian tisu pembersih komersial yang mengandung
alkohol pada kulit yang mengalami ekskoriasi.
Rasional : karena penggunaan tisu ini akan menimbulkan rasa
perih.
d. Ansietas berhubungan dengan hospitalisasi dan stress.
Batasan karakteristik menurut Nanda NIC & NOC (2007) antara lain:
gelisah, resah, ketakutan, kesedihan yang mendalam, mudah
tersinggung.
Intervensi dan Rasional:
1) Bina hubungan saling percaya
Rasional : membuat anak percaya kepada perawat dan menurunkan
ketakutan anak
2) Lakukan perawatan mulut dan berikan dot kepada bayi
Rasional : untuk memberikan rasa nyaman.
3) Anjurkan kunjungan dan partisipasi keluarga dalam perawatan
anak sesuai kemampuan keluarga.
Rasional : untuk mencegah stress pada anak karena berpisah
dengan keluarga.
4) Sentuh, peluk, dan bicara dengan anak sebanyak mungkin
Rasional : untuk memberikan rasa nyaman dan mengurangi stress.
5) Lakukan stimulus dan pengalihan sensorik yang sesuai dengan
tingkat dan kondisi perkembangan anak

20

Rasional : untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan


yang optimal.
6) Lakukan terapi bermain
Rasional : menurunkan ketakutan anak akibat hospitalisasi dan
melanjutkan tumbuh kembang anak

Anda mungkin juga menyukai