Anda di halaman 1dari 2

PATHWAYS KEPERAWATAN

Perubahan Usia
Perubahan kesimbangan estrogen dan Progesteron
Testosteron menurun
Estrogen meningkat
Perubahan patologik anatomik
BPH
Retensi pada leher buli-buli dan prostat meningkat
Obstruksi saluran kemih yang bermuara di VU
Kompensasi otot detruktor

Dekompensasi otot detruktor

Spasme otot sfinkter

Penebalan dinding VU

Nyeri suprapublik

Kontraksi otot

Gg. Rasa nyaman nyeri

Retensi Urine
Aliran urine ke ginjal
(refluks VU)

Kesulitan berkemih
Tekanan ureter ke ginjal
Resiko infeksi
Kerusakan fungsi ginjal
Insisi prostat

Perdarahan

Perubahan Eliminasi
Berkemih

Keseimbangan
Cairan terganggu

Resiko
Infeksi

Peregangan
Spasme otot VU

Resiko kekurangan
Volume cairan

Nyeri(akut)

(Mansjoer Arief, 2000, Long BC, 1996. Doengoes, 2000)

Resiko
disfungsi seksual

PATOFISIOLOGI
BPH sering terjadi pada pria yang berusia 50 tahun lebih, tetpai perubahan
mikroskopis pada prostat sudah dapat ditemukan pada usia 30-40 tahun. Penyakit
ini dirasakan tanpa ada gejala. Beberapa pendapat mengatakan bahwa penyebab
BPH ada keterkaitan dengan adanya hormon, ada juga yang mengatakan berkaitan
dengan tumor, penyumbatan arteri, radang, gangguan metabolik/ gangguan gizi.
Hormonal yang diduga dapat menyebabkan BPH adalah karena tidak adanya
keseimbangan antara produksi estrogen dan testosteron. Pada produksi testosteron
menurun dan estrogen meningkat. Penurunan hormon testosteron dipengaruhi oleh
diet yang dikonsumsi oleh seseorang. Mempengaruhi RNA dalam inti sel sehingga
terjadi proliferasi sel prostat yang mengakibatkan hipertrofi kelenjar prostat maka
terjadi obstruksi pada saluran kemih yang bermuara di kandung kemih. Untuk
mengatasi hal tersebut maka tubuh mengadakan oramegantisme yaitu kompensasi
dan dekompensasi otot-otot destruktor. Kompensasi otot-otot mengakibatkan
spasme otot spincter kompensasi otot-otot destruktor juga dapat menyebabkan
penebalan pada dinding vesika urinaria dalam waktu yang lama dan mudah
menimbulkan infeksi.
Dekompensasi otot destruktor menyebabkan retensi urine sehingga tekanan
vesika urinaria meningkat dan aliran urine yang seharusnya mengalir ke vesika
urinaria mengalami selek ke ginjal. Di ginjal yang refluks kembali menyebabkan
dilatasi ureter dan batu ginjal, hal ini dapat menyebabkan pyclonefritis. Apabila telah
terjadi retensi urine dan hidronefritis maka dibutuhkan tindakan pembedahan insisi.
Pada umumnya penderita BPH akan menderita defisit cairan akibat irigasi yang
digunakan alat invasif sehingga pemenuhan kebutuhan ADC bagi penderita juga
dirasakan adanya penegangan yang menimbulkan nyeri luka post operasi
pembedahan dapat terjadi infeksi dan peradangan yang menimbulkan disfungsi
seksual apabilla tidak dilakukan perawatan dengan menggunakan teknik septik dan
aseptik.

Anda mungkin juga menyukai