KECACINGAN
BAB I
ANALISA SUMBER BELAJAR
Pendahuluan
Dusun Sukamaju
sebagian sebagai pekerja kantoran, di sawah dan sebagainya. 80% warga memiliki IMT dibawah
19 kg/m2 walaupun asupan makanan tercukupi. Seorang warga bernama H (19 tahun) meskipun
setiap hari makan dengan nutrisi tercukupi mulai dari karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan
mineral, tetapi memiliki berat badan 41 kg dengan tinggi 156 cm. Hasil penghitungan IMT yaitu
16,85 kg/m2.
Disana terdapat aliran sungai di dekat kebun untuk menyiram tanaman. Tetapi warga juga
sering menggunakan air sungai tersebut untuk buang air besar meskipun sudah ada WC umum.
Air sungai tampak keruh.
Menurut data dari Puskesmas, sejak Januari 2013 jika dirata-rata setiap bulannya terdapat
lebih dari 7 orang yang menderita cacingan. Pada bulan Januari, seorang anak berinisal A (9
tahun) mengalami diare yang disebabkan cacing Ascaris lumbricoides. Bulan Februari, anak
dengan inisial B (11 tahun) tidak mengalami penambahan berat badan. Bulan Maret, seorang
anak dengan nama inisial E (8 tahun) memiliki rambut kering dan perut buncit. Bulan April,
warga dengan inisial C (27 tahun) bisa melakukan aktivitas tetapi tidak fit dan tampak lesu dan
yang terakhir pada bulan Agustus, seorang warga dengan inisial D (30 tahun) mengaku keluar
cacing setiap kali buang air besar.
Warga sudah melakukan pemeriksaan ke Puskesmas untuk masalah kecacingan tetapi
tetap saja ada warga yang kecacingan. Sudah ada tenaga kesehatan khusus promosi kesehatan
tetapi belum pernah mengadakan penyuluhan mengenai kecacingan. Warga dan tokoh
masyarakat menginginkan diadakan penyuluhan.
A. Predispocing Factors ( Faktor Pencetus )
1. Riwayat kesehatan :
a. Menurut data dari Puskesmas, penyakit cacing di Dusun Sukamaju mulai terjadi sejak bulan
Januari 2013 yaitu seorang anak berinisal A (9 tahun) mengalami diare yang disebabkan cacing
Ascaris lumbricoides. Pada bulan Februari, anak dengan inisial B (11 tahun) tidak mengalami
penambahan berat badan. Pada bulan Maret, seorang anak dengan nama inisial E (8 tahun)
memiliki rambut kering dan perut buncit. Pada bulan April, warga dengan inisial C (27 tahun)
bisa melakukan aktivitas tetapi tidak fit dan tampak lesu. Pada bulan Agustus, seorang warga
dengan inisial D (30 tahun) mengaku keluar cacing setiap kali buang air besar
b. Data statistik menunjukkan setiap bulannya lebih dari tujuh orang kecacingan
2. Kondisi fisik :
a. 80% warga memiliki IMT dibawah 19 kg/m2 walaupun asupan makanan tercukupi. Seorang
warga bernama H (19 tahun) meskipun setiap hari makan dengan nutrisi tercukupi mulai dari
karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral, tetapi memiliki berat badan 41 kg dengan
tinggi 156 cm. Hasil penghitungan IMT yaitu 16,85 kg/m2
b. Air sungai untuk menyiram tanaman di kebun itu keruh karena warga sering buang air besar di
sungai itu
c. Berdasarkan catatan di Puskesmas, warga sering melakukan pemeriksaan ke rumah sakit tetapi
belum ada perubahan. Warga belum pernah mendapatkan penyuluhan tentang kecacingan.
Dilihat dari riwayat kesehatan, ditemukan warga dengan berbagai macam tanda dan gejala
cacingan seperti rambut kering, diare, keluar cacing setiap kali b.a.b, lesu, tidak fit dan
mengalami penurunan berat badan.
3. Motivasi belajar :
a.
Belum pernah ada penyuluhan kecacingan dan penyuluhan melibatkan tokoh penting
masyarakat seperti Kepala Pedukuhan
Warga ingin tahu pencegahan kecacingan dan ingin diadakan penyuluhan mengenai
pencegahan kecacingan
4. Kesiapan belajar :
a. Mayoritas warga Dusun Sukamaju pada pukul 07.00-15.00 WIB sedang melakukan aktivitas
seperti berkebun, di kantor, di sawah dan aktivitas lainnya.
b. Penyuluhan kecacingan mulai bisa dilakukan setelah pukul 15.00 WIB karena saat itu warga
sudah tidak beraktivitas (luang)
5.
Kemampuan membaca :
a. Setelah dites warga mampu memahami isi bacaan dengan cukup baik
b. 80% warga lulus SMP/sederajat dan sisanya lulus SD/sederajat
B.
1.
a.
b.
c.
d.
2.
a.
No
Data
.
1.
DS :
Warga belum pernah
Penyebab
Kurang informasi
Masalah
Kurang
pengetahuan
mendapatkan penyuluhan
tentang kecacingan dan sangat
ingin diadakan penyuluhan
untuk mengetahui cara
pencegahan kecacingan
a.
DO :
Warga b.a.b di sungai padahal
Diagnosis Keperawatan :
Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi ditandai dengan warga belum
pernah mendapatkan penyuluhan tentang kecacingan, sangat ingin diadakan penyuluhan untuk
mengetahui cara pencegahan kecacingan, warga b.a.b di sungai padahal sudah ada sanitasi
umum dan setiap bulannya ditemukan lebih dari 7 orang terkena kecacingan.
F.
Perencanaan :
BAB II
Hari, Tanggal
Pukul
Penyuluh/Promotor
: 1. Amalia Kristi
2. Cahya Dwi Rismawati
3. Erman Suryana
1.
2.
3.
4.
5.
1.
2.
3.
4.
5.
Pengertian kecacingan
Cara penularan kecacingan
Tanda dan gejala kecacingan
Jenis cacing penyebab kecacingan
Pencegahan kecacingan
D. Metode Penyuluhan :
1. Ceramah
2. Tanya jawab
E.
4.
5.
6.
7.
8.
F.
Komputer
Kursi dan meja
Terminal listrik (Kabel roll)
Tempat yang luas untuk sosialisasi (Balai Dusun Sukamaju)
Daftar pertanyaan dan daftar wawancara
Alokasi Waktu :
No
.
1.
Kegiatan
Pembukaan
Uraian
Mengucapkan salam
Waktu
3 menit
Kontrak waktu
2.
Sambutan
Appersepsi
Ketua Panitia
5 menit
3.
Penyuluhan
Tokoh masyarakat
Penyampaian materi inti
35 menit
Tanya jawab
6.
Penutupan
Wawancara
Merangkum materi penyuluhan
Penyerahan bingkisan
Mengucapkan salam
G.
LCD
LCD
2 menit
Setting
Tempat :
H. Evaluasi :
No
.
1.
2.
Aspek
Kognitif
Afektif
Waktu
Metode
Alat
Evaluator
15 menit
Tanya
Daftar
Amalia Kristi
setelah
jawab
pertanyaan
dan
pembacaan
mampu
Erman
materi
menjelaska
Suryana
5 menit
n
Wawancara
setelah
tanya jawab
Daftar
wawancara
Cahya Dwi R.
BAB III
MATERI PENYULUHAN
makanan atau minuman yang kita konsumsi. Cacing ini hidup sebagai parasit dalam usus halus,
sehingga akan mengambil nutrisi yang bermanfaat bagi tubuh kita dan menimbulkan kerusakan
pada` lapisan usus tersebut. Akhirnya timbullah diare dan gangguan penyerapan sari-sari
makanan tersebut. Bahkan pada keadaan yang berat, larva dapat masuk ke paru sehingga
membutuhkan tindakan operatif.
Cacing cambuk (Trichuris trichiura). Cacing ini juga menghisap sari makanan yang
kita makan. Dia menghisap darah dan hidup di dalam usus besar. Cacing betinanya bisa
bertelur 5 ribu-10 ribu butir per hari. Biasanya infeksi cacing ini menyerang pada usus besar.
Infeksinya sering menimbulkan perlakaan usus, karena kepala cacing dimasukkan ke dalam
permukaan usus penderita. Pada infeksi yang ringan biasanya hanya timbul diare saja. Tetapi
pada infeksi yang berat, hampir pada sebagian besar permukaan usus besar dapat ditemukan
cacing jenis ini. Akibatnya diare yang terjadi juga relatif berat dan dapat berlangsung terus
menerus. Karena juga dapat menyebabkan perlukaan usus, maka anemia sebagai komplikasi
perdarahan merupakan akibat yang tidak begitu saja dapat dianggap ringan. Inilah sebetulnya
akibat-akibat infeksi cacing yang tidak pernah kita perkirakan selama ini dan proses yang
merugikan itu berlangsung terus tanpa kita sadari. Infeksi cacing biasanya menimbulkan
anemia.
Cacing tambang (Necator americanus dan Ancylostoma duodenale). Inilah
cacing yang paling ganas, karena ia menghisap darah. Cacing betinanya bisa bertelur 15 ribu-20
ribu butir per hari. Penularannya cepat, karena larva cacing tambang sanggup menembus kulit
kaki dan selajutnya terbawa oleh pembuluh darah ke dalam usus. Cacing dewasa bertahan
hidup 2-10 tahun. Cacing tambang ini menimbulkan perlukaan pada permu-kaan usus,
sehingga perdarahan dapat terjadi secara lebih berat dibanding dengan infeksi cacing jenis
lainnya. Perdarahan yang lebih berat ini disebabkan karena mulut (stoma) cacing mengerat
permukaan usus. Bahkan satu ekor cacing saja dapat menyebabkan kehilangan darah sebanyak
0,0050,34 cc sehari. Mengingat itu semua, maka infeksi cacing tambang merupakan penyebab
anemia yang paling sering ditemukan pada anak-anak, sehingga dapat mempengaruhi daya
tahan tubuhnya dan menurunkan prestasi belajarnya. Telur cacing gelang yang masuk ke
pencernaan akan menetas menjadi larva. Larva ini menembus dinding usus halus menuju
jantung dan paru-paru. Cacing gelang menyebabkan gizi buruk dan membuat anak tidak nafsu
makan, karena nutrisinya direbut cacing. Cacing betinanya bisa bertelur mencapai 200 ribu
butir per hari. Cacing dewasa dapat bertahan hidup 6-12 bulan.
Cacing kremi. Cacing ini mirip kelapa parut, kecil-kecil dan berwarna putih. Awalnya,
cacing ini akan bersarang di usus besar. Saat dewasa, cacing kremi betina akan pindah ke anus
untuk bertelur. Telur-telur ini yang menimbulkan rasa gatal. Bila balita menggaruk anus yang
gatal, telur akan pecah dan larva masuk ke dalam dubur. Saat digaruk, telur-telur ini
bersembunyi di jari dan kuku, sebagian lagi menempel di sprei, bantal atau pakaian. Lewat
kontak langsung, telur cacing menular ke orang lain. Lalu siklus cacing dimulai lagi.
4. Pencegahan Kecacingan
Untuk dapat mengatasi infeksi cacing secara tuntas, maka upaya pencegahan dan terapi
merupakan usaha yang sangat bijaksana dalam memutus siklus penyebaran infeksinya.
Pemberian obat anti cacing secara berkala setiap 6 bulan dapat pula dikerjakan. Menjaga
kebersihan diri (Ian lingkungan serta sumber bahan pangan adalah merupakan sebagian dari
usaha pencegahan untuk menghindari dari infeksi cacing. Memasyarakatkan cara-cara hidup
sehat, terutama pada anak-anak usia sekolah dasar, dimana usia ini merupakan usia yang
sangat peka untuk menanamkan dan memperkenalkan kebiasaan-kebiasaan baru. Kebiasaan
untuk melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala merupakan salah satu contohnya.
5. Beberapa Tips Pencegahan :
a. Cucilah tangan sebelum makan.
b. Budayakan kebiasaan dan perilaku pada diri sendiri, anak dan keluarga untuk mencuci tangan
sebelum makan. Dengan mencuci tangan makan akan mengeliminir masuknya telur cacing ke
mulut sebagai jalan masuk pertama ke tempat berkembang biak cacing di perut kita.
c. Pakailah alas kaki jika menginjak tanah. Jenis cacing ada macamnya. Cara masuknya pun
beragam macam, salah satunya adalah cacing tambang (Necator americanus ataupun
Ankylostoma duodenale). Kedua jenis cacing ini masuk melalui larva cacing yang menembus
kulit di kaki, yang kemudian jalan-jalan sampai ke usus melalui trayek saluran getah bening.
Kejadian ini sering disebut sebagai Cutaneus Larva Migran (dari namanya ini kita sudah tahu
lah apa artinya; cutaneus: kulit, larva: larva, migrant: berpindah). Nah, setelah larva cacing
sampai ke usus, larva ini tumbuh dewasa dan terus berkembang biak dan menghisap darah
manusia. Oleh sebab itu Anda akan anemia.
d. Gunting dan bersihkan kuku secara teratur. Kadang telur cacing yang terselip di antara kuku
dan masuk ke usus dan berkoloni di sana.
e. Jangan buang air besar sembarangan dan cuci tangan saat membasuh. Setiap kotoran baiknya
dikelola dengan baik, termasuk kotoran manusia. Di negara kita masih banyak warga yang
memanfaatkan sungai untuk buang hajat. Dengan perilaku ini maka kotoran-kotoran ini akan
liar tidak terjaga, sehingga mencemari lingkungannya. Dan, jika lingkungan sudah cemar,
penularan sering tidak pandang bulu. Orang yang sudah menjaga diri sebersih mungkin
sekalipun masih dapat dihinggapi parasit cacing ini.
f.
Bertanam atau Berkebunlah dengan baik. Ambillah air yang masih baik untuk menyiram
tanaman. Agar air ini senantiasa baik maka usahakan lingkungan sebaik mungkin. Menjaga
alam ini termasuk bagian dalam merawat kesehatan.
g. Pedulilah dengan lingkungan, maka akan dapat memanfaatkan hasil yang baik. Jika air yang
digunakan terkontaminasi dengan tinja manusia, bukan tidak mungkin telur cacing bertahan
pada kelopak-kelopak tanaman yang ditanam dan terbawa hingga ke meja makan.
h. Cucilah sayur dengan baik sebelum diolah. Cucilah sayur di bawah air yang mengalir. Mengapa
demikian? Ya, agar kotoran yang melekat akan terbawa air yang mengalir, di samping itu nilai
gizi sayuran tidak hilang jika dicuci di bawah air yang mengalir.
i.
Hati-hatilah makan makanan mentah atau setengah matang, terutama di daerah yang
sanitasinya buruk. Perlu dicermati juga, makanan mentah tidak selamanya buruk. Yang harus
diperhatikan adalah kebersihan bahan makanan agar makanan dapat kita makan sesegar
mungkin sehingga enzim yang terkandung dalam makanan dapat kita rasakan manfaatnya.
j.
Buanglah kotoran hewan hewan peliharaan kesayangan Anda seperti kucing atau anjing pada
tempat pembuangan khusus.
k. Pencegahan dengan meminum obat anti cacing setiap 6 bulan, terutama bagi Anda yang risiko
tinggi terkena infestasi cacing ini, seperti petani, anak-anak yang sering bermain pasir, pekerja
kebun, dan pekerja tambang (orang-orang yang terlalu sering berhubungan dengan tanah.
6. Pengobatan
a. Penanganan untuk mengatasi infeksi cacing dengan obat-obatan merupakan pilihan yang
dianjurkan. Obat anti cacing Golongan Pirantel Pamoat (Combantrin dan lain-lain) merupakan
anti cacing yang efektif untuk mengatasi sebagian besar infeksi yang disebabkan parasit cacing.
b. Intervensi berupa pemberian obat cacing ( obat pirantel pamoat 10 mg / kg BB dan albendazole
10 mg/kg BB ) dosis tunggal diberikan tiap 6 bulan pada anak SD dapat mengurangi angka
kejadian infeksi ini pada suatu daerah
c. Paduan yang serasi antara upaya prevensi dan terapi akan memberikan tingkat keberhasilan
yang memuaskan, sehingga infeksi cacing secara perlahan dapat diatasi secara maksimal
B.
Daftar Pustaka
Anonim. 2004. Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas. Yogyakarta: Depkes RI
Judarwanti, Widodo. 2010. Deteksi Dini dan Pencegahan Penyakit Cacing Pada Anak. 24 September
2013. Deteksi Dini dan Pencegahan Penyakit Cacing Pada Anak _ KORAN INDONESIA
SEHAT.htm
TUGAS
Disusun Oleh :
1. Amalia Kristi
NIM. P07120112003
NIM. P07120112009
3. Erman Suryana
NIM. P07120112015