Anda di halaman 1dari 32

I.

Latar Belakang
Puskesmas merupakan salah satu ujung tombak dalam hal pelayanan
kesehatan yang dapat membantu mewujudkan derajat kesehatan yang dapat
membantu mewujudkan derajat kesehatan yang optimal, hal itu dikarenakan
puskesmas mempunyai dua pokok fungsi yaitu melakukan peningkatan usaha
kesehatan pribadi dan usaha kesehatan masyarakat. Salah satu program puskesmas
adalah peningkatan usaha kesehatan pribadi, salah satu usaha kesehatan pribadi
yaitu pengobatan dasar. Ada beberapa faktor yang dapat membantu kelancaran
proses pelayanan kesehatan kepada pasien,
salah satunya adalah rekam medis (Depkes RI, 1997).
Salah satu bagian terpenting dari suatu instansi pelayanan kesehatan
adalah manajemen pengolahan arsip-arsip dokumennya. Arsip pasien disimpan
dalam suatu berkas yang dinamakan berkas rekam medis. Menurut Permenkes No.
269 / MENKES / PER / III / 2008 rekam medis adalah berkas yang berisikan
catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan
dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia telah mengeluarkan peraturan Menteri Kesehatan nomor 269 /
MENKES / PER / III / 2008 tentang rekam medis yang bertujuan agar terciptanya
keseragaman dalam persepsi dan pelaksanaan rekam medis disetiap institusi
pelayanan kesehatan, dalam hal tata cara penyelenggaraan, pemilikan dan
pemanfaatan isi, pengorganisasian dan sanksi jika terjadi pelanggaran dalam
pelaksanaan. Pimpinan sarana pelayanan kesehatan bertanggung jawab atas
hilang, rusak, pemalsuan, dan/atau penggunaan oleh orang atau badan yang tidak
berhak terhadap rekam medis (Permenkes No. 269 / MENKES / PER / III / 2008
tentang kepemilikan, pemanfaatan, dan tanggung jawab Pasal 14). Menurut
Huffman (1994) rekam medis yang baik adalah memiliki data yang continue
(berkesinambungan), sejak awal hingga akhir perawatan diberikan, maupun sejak
pasien mendaftar pertama kali hingga pasien menjadi pasien inaktif.
Kesinambungan data rekam medis merupakan satu hal yang mutlak dipenuhi
dalam menjaga nilai rekam medis yang baik untuk mendukung kesehatan yang
maksimal.

A. Definisi
Ada bermacam-macam definisi mengenai RM. Pada intinya RM adalah
sarana yang mengandung informasi tentang penyakit dan pengobatan pasien yang
ditujukan untuk menjaga dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.
Menurut Permenkes No. 749 a. Pasal 1.
Pasal 46 ayat (1) UU Praktik Kedokteran, yang dimaksud dalam rekam
medis adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen yang berisi identitas pasien,
pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan
kepada pasien.
Rekam medis adalah berkas berisikan catatan dan dokumen tentang
identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain kepada
pasien pada sarana pelayanan kesehatan. Rekam medis mempunyai pengertian,
yang sangat luas tidak hanya sekedar pencatatan, tetapi mempunyai pengertian
sebagai suatu sistem penyelenggaraan rekam medis, yang merupakan proses
kegiatan mulai dari penerimaan pasien, pencatatan data medik pasien, pelayanan
medik oleh petugas kesehatan di rumah sakit, di teruskan dengan penanganan
berkas dari pengarsipan untuk melayani permintaan / pinjaman pasien atau
keperluan lainya. (Depkes.97:6)
B. Kegunaan Rekam Medis
a. Administrative value
Dalam pengelolaan rumah sakit, jelas RM mempunyai peran penting. Bagaimana
pihak administrator, tenaga medis maupun para medis dapat menjalankan kegiatan
pelayanan bila tidak disertai berkas RM. Ini menyangkut masalah kebijaksanaan
dan tindakan penjabat yang berwenang selama memegang jabatan dalam upaya
mencapai tujuan organisasi.
b. Legal value
Bila timbul tuntutan pasien terhadap dokter/rumah sakit, maka RM merupakan
bukti-bukti yang akan menjadi pegangan bagi dokter/rumah sakit yang berisikan
tentang apa, siapa, kapan dan bagaimana peristiwa tindakan medik itu

berlangsung. Dapat dibayangkan bagaimana nilai hukum RM ini bila dokter


dalam rumah sakit tetapi juga mewakili kepentingan pasien dan keluarga.
c. Financial or Fiscal value
Biaya yang harus di tanggung pasien selama dalam perawatan berasal dari
rentetan kegiatan pelayanan medis dengan segala rupa pemeriksaan. Lebih lanjut
lagi data ini dapat dipakai sebagai perencanaan keuangan rumah sakit untuk masa
mendatang.
d. Research value
Sebagaimana dikemukakan sebelumnya dapat dikatakan semua penyakit dan
perjalanannya serta pengaruh pengobatan dan lain-lain, bersal dari data yang
diambil dari RM. Namun data untuk riset ini hanya dapat diambil dari RM yang
sudah direncanakan untuk kepentingan ini. Oleh sebab itu kita perhatikan RM
yang sudah ada di Rumah Sakit pendidikan isinya lebih lengkap, sebab sudah
sering dipersiapkan untuk kepentingan penelitian.
e. Education value
Ini tidak perlu di jelaskan lagi karena RM yang ini berisi data dan informasi
tentang perkembangan kronologis dari kegiatan medis yang di berikan kepada
pasien dapat di gunakan sebagai bahan pendidikan dan pengajaran.
f. Documentary value
Ini dimaksud sebagai semua bahan penglihatan yang dikumpulkan, ditata dan
disiapkan untuk dipakai baik bentuknya tertulis, foto, hasil ECG, EEG dan lainlain.
Berdasarkan pendekatan aspek kedokteran dan aspek hukum rekam medis adalah :
1. Rekam medis menjadi bagian terpenting untuk menyelesaikan ke dalam
dengan pendekatan kedokteran tanpa intervensi aspek hukum sepanjang
penyelesaiannya menurut dua cara penjagaan kualitas medis.
2. Rekam medis mempunyai kekuatan hukum administrasi atau hukum

disiplin tenaga kesehatan, namun demikian karena hubungan keterkaitan


antara rekam medis dengan persetujuan tindakan medis dan rahasia
kedokteran maka ada kemungkinan rekam medis menjadi bahan untuk
perkara perdata atau perkara pidana.
3. Diperlukan penyesuaian atau interprestasi, dari ketentuan rekam medis
karena kebutuhan hukum agar terhindar dari konflik kepentingan antara
pasien dan dokter secara seimbang.
Rumah sakit bertanggung jawab untuk melindungi informasi yang akan
direkam medis terhadap kemungkinan hilangnya keterangan ataupun memalsukan
data yang ada di rekam medis atau dipergunakan oleh orang semestinya tidak
diberi izin. Rekam medis harus di beri data yang cukup terperinci, sehingga dokter
lain dapat mengetahui bagaimana pengobatan dan perawatan kepada pasien dan
konsulen dapat memberikan pendapat yang tepat setelah dia memeriksanya atau
dokter yang bersangkutan dapat memperkirakan kembali kepada pasien yang akan
datang dari prosedur yang dilaksanakan.
Personil rekam medis bertanggung jawab untuk mengevaluasi kwalitas
rekam medis itu sendiri guna menjamin konsistensi dan kelengkapan isinya,
sehubungan dengan hal ini, personil rekam medis harus berpegang pada pedoman
sebagai berikut:
1. Semua diagnosis ditulis dengan benar pada lembaran masuk dan keluar
sesuai dengan istilah termonologi yang dpergunakan, semua diagnosa serta
tindakan pembedahan yang harus dilakukan harus dicatat. Simbol dan
singkatan jangan dipergunakan.
2. Dokter yang merawat menulis tanggal dan tanda tangannya pada sebuah
catatan, serta telah menandatangani oleh dokter lain.
3. Bahwa laporan riwayat penyakit, dan pemeriksaan fisik dalam keadaan
lengkap dan berisi semua data penemuan baik yang positif maupun
negatif.
4. Catatan perkembangan, memberikan gambaran kronologis dan analisa
klinis keadaan pasien. Frekuensi catatan ditentukan oleh keadaan pasien.

5. Hasil labolatorim dan X-ray dicatat dicantumkan tanggalnya serta ditanda


tangani oleh pemeriksa.
6. Semua tindakan pengobatan medik ataupun tindakan pembedahan harus
ditulis dicantumkan tanggal serta ditanda tangani oleh dokter.
7. Semua konsultasi yang dilaksanakan harus sesuai dengan peraturan staf
medik harus dicatat secara lengkap serta ditanda tangani. Hasil konsultasi,
mencangkup pertemuan konsulen pada pemeriksaan fisik terhadap pasien
termasuk juga pendapat dan rekomendasinya.
8. Pada kasus observasi, catatan prenatal dan persalinan dicatat secara
lengkap, mencangkup hasil test dan semua pemeriksaan pada saat prenatal
sampai masuk rumah sakit, juga harus dicatat secara lengkap.
9. Catatan perawat dan catatan prenatal rumah sakit yang lain tentang
Observasi & pengobatan yang diberikan harus lengkap. Catatan ini harus
diberi cap dan tanda tangan.
10. Resume ditulis pada saat pasien pulang. Resume harus berisi ringkasan
tantang penemuan-penemuan, dan kejadian penting selama pasien dirawat,
keadaan waktu pulang dan rencana pengobatan selanjutnya.
11. Bila otopsi dilakukan, diagnose sementara/diagnose anatomi, dicatat
segera (Dalam waktu kurang dari 72 jam) : keterangan lengkap harus
dibuat dan digabungkan dengan rekam medis.
Analisa kualitatif oleh personel medis untuk mengevaluasi kualitas
pencatatan yang dilakukan oleh dokter untuk mengevaluasi mutu pelayanan
medik. Pertanggung jawaban untuk mengevaluasi mutu pelayanan medik terletak
pada dokter. (Dep Kes 97 :113-114).
Unsur-unsur rekam medis yang penting dalam peraturan RM : (1) unsure
informasi, (2) unsur proses pembuatannya, (3) unsur pemilikan /kemanfaatannya,
(4) unsur sistematika isi rekam medis, (5) organisasi pengelolaan dan tanggung
jawab, dan (6) tenggang waktu penyimpangannya dan sanksi pelanggarannya.
Keenam unsur yang terdapat didalam peraturan hukum administrasi tentang rekam
medis yang mengandung faedah disiplin kesehatan yang harus mendapat perhatian
khusus terutama yang ada kaitannya secara secara langsung dengan informed
consent menjadi bagian dari petunjuk pembuktian (awas bukan alat bukti menurut

undang-undang) berupa tulisan atau rekaman apabila terjadi sengketa atau


perkara, walaupun demikian catatan yang dibuat oleh ahli dapat ditafsirkan
bernilai sebagai bukti. (Bambang P : 114)
C. Isi Rekam Medis
1. Catatan, merupakan uraian tentang identitas pasien, pemeriksaan pasien,
diagnosis, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain baik dilakukan oleh
dokter

gigi

maupun

tenaga

kesehatan

lainnya

sesuai

dengan

kompetensinya.
2. Dokumen, merupakan kelengkapan dari catatan tersebut, antara lain foto
rontgen, hasil labolatorium dan keterangan lain sesuai dengan kompetensi
keilmuannya.
i) Rekam Medis Rawat Inap
Isi rekam medis sekurang-kurangnya memuat catatan/dokumen tentang:
- Identitas pasien
- Pemeriksaan fisik
- Diagnosis/masalah
- Tindakan/pengobatan
- Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien
ii)

Rekam Medis Pasien Rawat Jalan

Rekam medis untuk pasien rawat inap sekurang-kurangnya memuat:


- Identitas pasien
- Pemeriksaan
- Diagnosis/masalah
- Persetujuan tindakan medis (bila ada)
- Tindakan/pengobatan
- Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien
iii)

Rekam medis Pasien IGD

Rekam medis untuk pasien IGD memuat :


- Identitas pasien
- Anamesa pasien
- Status umum / vital sign

- Pemeriksaan fisik / penunjang


- Triage
- Gambar fisik
- Diagnosa kerja
- Rencana terapi
Pendelegasian Membuat Rekam Medis
Selain dokter dan dokter gigi yang membuat/mengisi rekam medis atas
perintah/pendelegesian secara tertulis dari dokter dan dokter gigi yang
menjalankan praktik kedokteran.
D. Sifat Rekam Medis
Secara umum telah disadari bahwa informasi yang didapat dari rekam
medis sifatnya rahasia. Tetapi kalau dianalisis, konsep kerahasiaan ini akan
ditemui banyak pengecualiannya. Yang menjadi masalah disini adalah, bagi siapa
rekam medis itu dirahasiakan, da dalam keadaan bagaimana rekam medis
dirahasiakan. Informasi di dalam rekam medis bersifat rahasia karena hal ini
menjelaskan hubungan yang khas antara pasien dan dokter yang wajib dilindungi
dari pembocoran sesuai dengan kode etik kedokteran dan peraturan perundangundangan yang berlaku.
E. Tujuan Penyelenggaraan Rekam Medis
Penyelenggaraan Rekam Medis adalah proses kegiatan yang dimulai dari
pasien masuk, dilakukan pencatatan data medik sampai pasien pulang, dilanjutkan
dengan pengelolaan Rekam Medis, penyimpanan, pengeluaran serta pembuatan
laporan untuk kepentingan manajemen dll.
2. Permasalahan di Puskesmas
Adapun permasalahan penulisan rekam medis di Puskesmas Plaosan
khususnya IGD, dari 10 rekam medis pasien IGD yang dipilih secara
random, seluruhnya tidak seragam dan belum memenuhi tata cara penulisan
rekam medis yang benar, baik dari identitas, anamnesa maupun pemeriksaan
fisik.

Berikut adalah contoh form rekam medis rawat jalan di IGD:

Dalam pelaksanaannya, kolom anamnesa dan pemeriksaan fisik sebagian


besar hanya diisi secara singkat. Sedangkan kolom diagnosa tidak tertulis secara
benar menggunakan bahasa medis. Enam dari sepuluh sampling yang diambil,
didapatkan penulisan ICD 10 yang tidak sesuai dengan diagnosa secara spesifik.
Dikarenakan belum seragamnya tata cara penulisan rekam medis di IGD
Puskesmas Plaosan ini, penulis tertarik untuk melakukan intervensi berupa

sosialisasi cara penulisan rekam medis yang benar pada tenaga kesehatan
khususnya Dokter.
3.1

Perencanaan dan Pemilihan Intervensi


Dari uraian diatas penulis tertarik untuk memberikan intervensi berupa

sosialisasi pedoman pengisian rekam medis di IGD Puskesmas Plaosan pada


tenaga kesehatan, agar terdapat keseragaman dalam membuat rekam medis yang
benar.
Saat pertama kali pasien datang ke IGD, pertama tama kita harus selalu
memikirkan kegawatdaruratan, maka pertama kali yang perlu kita nilai adalah
kesadaran;
Kesadaran
Kompos mentis

: sadar sepenuhnya, bisa menjawab dengan baik

Apatis

: segan, acuh tak acuh

Delirium

: penurunan kesadaran, kekacauan motorik, siklus

tidur bangun terganggu, gaduh gelisah, kacau, disorientasi, meronta


Somnolen (letargi)

: mengantuk, pulih hanya dg rangsang

Sopor (stupor)

: mengantuk yang dalam, bangun dengan rangsang

kuat tetap tidak bangun sempurna


Semi koma

: respon terhadap nyeri tidak adekuat, (-) bangun,

refleks masih baik (kornea, pupil)


Koma

: penurunan kesadarn yang sangat dalam, (-)

gerakan, (-) respon

Setelah kegawatdaruratan teratasi, selanjutnya yang harus dilakukan


adalah anamnesis.
Anamnesis : pemeriksaan tahap awal yang dilakukan dengan
wawancara dapat menegakkan diagnosis + 80%.
Tujuan : Mendapatkan gambaran kesehatan pasien secara umum &
memperoleh gambaran yang lebih lengkap tentang penyakit pasien.

Jenis

: Autoanamnesis

(wawancara

terhadap

pasien)

dan

hetero/alloanamnesis (terhadap keluarga/ relasi terdekat pasien, dan


sumber lainnya).
Data Anamnesis
1. Anamnesis Identitas
Nama lengkap: menghindari tertukar dengan orang lain
Umur pasien: kecendrungan penyakit pada usia tersebut
Jenis kelamin: penyakit tertentu, pada wanita (haid dan
kehamilan) atau laki-laki (prostat)
Alamat + nomor telpon: gambaran lingkungan tempat tinggal
Pekerjaan: status ekonomi sosial pasien, tingkat pendidikan atau
jenis penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan
Status perkawinan: penyakit yang berhubungan dengan sistem
reproduksi
Suku, Agama, RAS: kepentingan epidemiologi penyakit
2. Anamnesis Penyakit
Keluhan Utama: Keluhan yang menyebabkan pasien datang
berobat (panas, batuk, dll)
Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)
Onset : kapan pertama kali muncul keluhan
Frekuensi : berapa sering
Sifat munculnya : mendadak? kronis? Intermitten (hilang timbul)?
Waktu : pagi/siang/sore

10

Durasi : berapa lama


Sifat sakit : terus-menerus, hilang timbul, waktu menunduk/tidur,
dll
Lokasi : tetap, menjalar, berpindah, menyebar
Berat ringannya : ber(+), ber(-), tetap
Hubungan dengan fungsi fisiologis lain : apakah mengganggu
Akibat yang timbul terhadap aktivitas sehari-hari
Upaya yang dilakukan utk mengurangi keluhan
Riwayat Penyakit Dahulu (RPD)
Apakah pasien menderita penyakit/ gejala yang sama?
Apakah pernah rawat inap? Karena apa? Berapa lama?
Apakah pernah operasi?
Apakah pernah menjalani pengobatan?
Apakah pernah sakit sistem kardiovaskular, pernafasan,
pencernaan, kulit, atau infeksi?
Pada wanita: Apakah pernah hamil atau keguguran?
Riwayat Penyakit Keluarga (RPK)
Apakah penyakit keturunan?
Dapat ditularkan oleh anggota keluarga?
Keluhan Penyerta (Berdasarkan Sistem)
Sistem kulit
Sistem respirasi
Sistem pencernaan
Sistem kardiovaskular
Sistem otot, tulang dan sendi
Sistem urogenital
Sistem saraf dan indera
Sistem endokrin
Riwayat Pribadi, Sosial Ekonomi dan Budaya
Keterangan kelahiran
Keterangan pendidikan, pekerjaan, perumahan, perkawinan,
tanggungan, makanan, tidur, kebiasaan

11

Kesulitan yang dihadapi sekarang


Setelah melakukan anamnesa, selanjutnya adalah pemeriksaan fisik umum.
1. Keadaan Umum
Penilaian secara subyektif dari pemeriksa, apakah pasien sakit ringan
(baik) / sakit sedang (cukup) / sakit berat (lemah).
2. Tanda tanda vital
a. Kesadaran (GCS)
b. Suhu (Temp/ T)
Suhu tubuh normal : 36-37 oC.
Suhu rektum > 0,5-1 oC dibanding suhu mulut
Suhu mulut > 0,5 oC dibanding suhu aksila
Suhu rektum > mulut > aksila
c. Tekanan darah (TD)
Palpasi untuk mencegah salah ukur akibat menghilangnya
bunyi pada auskultasi
Auskultasi Tekanan sistolik = bunyi pertama yg terdengar
(Korotkoff I). Tekanan diastolik = saat bunyi hilang (Korotkoff
V) Perbedaan tekakan sistolik dan diastolik disebut tekanan
nadi Faktor yg mempengaruhi hasil : lebar manset, posisi
pasien, emosi pasien, kurang istirahat, rokok
d. Nadi (N)
Pasien dengan palpasi pada arteri radialis
Perhatikan:
Frekuensi denyut nadi/menit
Frekuensi Denyut Nadi
Takikardia (pulsus frequent) > 100x / menit
Bradikardia (pulsus rasus) < 60x / menit
Irama
Teratur (regular) atau tidak teratur (iregular)
Kualitas nadi
Nadi teraba kuat atau lemah, bandingkan dikedua sisi
e. Napas (Respiration Rate/ RR)

12

Frekuensi napas normal = 16-24 x/menit


Bradipneu : <16 x/menit
Takipneu : >24 x/menit
Hiperpneu : pernapasan yg dalam (pd asidosis)
Hipopneu : pernapasan yg dangkal (gangg SSP)
Dispneu

: sulit napas/sesak (ditandai Pernafasan Cuping

Hidung, retraksi suprasternal, bisa sianosis dan takipneu)


Apneu

: henti napas

Paroxysmal nocturnal dyspnea: gagal jantung, sesak napas pada


malam hari
Ortopneu: gagal jantung/asma, sesak bila berbaring dan lebih
nyaman bila dalam posisi tegak (berdiri/duduk)
Platipnea : sesak napas pada posisi tegak (berdiri)
Trepopnea : sesak napas pada posisi berbaring ke kiri/kanan
Kussmaul : dalam & cepat (pada asidosis metabolik)
Cheyne-Stokes

: irama dg amplitudo yang mula-mula kecil,

lalu membesar dan mengecil lagi dengan diselingi periode


apneu
3. Kepala & Leher
Inspeksi:
a. Anemis: palpebra tampak pucat
b. Ikterus: konjungtiva berwarna kekuningan
c. Cyanosis: bibir berwarna biru
d. Dyspnue: terdapat pernafasan cuping hidung
Palpasi:
mencari pembesaran kelenjar getah bening
Perhatikan ukuran, nyeri/tdk, konsistensi, melekat di dasar
atau di kulit
5 daerah penyebaran KGB ;
1. Di segitiga submental & submandibula
2. Di 1/3 atas dan termasuk KGB jugularis superior, kel.
digastrik, dan kel. servikal posterior

13

3. KGB jugularis di antara bifurkasio karotis dan persilangan


m.omohioid dengan m.sternokleidomastoideus & batas
posterior m.sternokleidomastoideus
4. KGB di daerah jugularis inferior & supraklavikula
5. KGB di segitiga post servikal
Kelenjar Tiroid
Perhatikan ukuran, konsistensi, nyeri tekan/tidak
Palpasi dari belakang, lalu minta pasien menelan ludah
Letak Trakhea:
Ditengah atau tertarik ke samping
4. Thorax
Inspeksi
Umum, perhatikan :
Bentuk dada (iga, sternum, columna vertebralis)
Bentuk dada
Normal
Dada paralitikum
Dada emfisema (Barrel shape)
Pectus excavatum (funnel chest)
Pectus carinatum (pigeon chest)
Kifosis, Lordosis, skoliosis
Adanya deviasi, seperti deviasi trakea
Ruang interkostal (mencembung, mencekung)
Pulsasi (iktus kordis)
Ada/tidaknya Bendungan venosa
Ada/tidaknya massa
Gerak napas simetris/tidak
Ada tidak retraksi/tarikan (intercostal, suprasternal, epigastrial)
Palpasi:
Letakkan kedua telapak tangan pada bagian depan dada pasien diminta
menarik napas. Rasakan gerakan dada, bandingkan kanan/kiri Lakukan juga

14

pada bagian belakang dada amati apakah terdapat gerak nafas yang tertinggal.
Vokal fremitus dapat dirasakan dengan palpasi pasien diminta mengatakan angka
88, Lakukan juga pd bagian belakang dada.
Palpasi jantung, Iktus kordis normalnya terletak di sela iga ke 5 pada
midclavicula kiri.

QuickTime and a
decompressor
are needed to see this picture.

QuickTime and a
decompressor
are needed to see this picture.

Perkusi
Menentukan batas-batas, ukuran, posisi, dan kualitas paru
Mengetahui adakah udara, cairan, atau massa padat di dalamnya
Bandingkan kanan & kiri, depan & belakang
Perkusi secara sistematis dari atas ke bawah

Menentukan batas paru & hepar:


Perkusi dari atas ke bawah
Batas paru & hati nampak jika suara sonor berubah menjadi
redup/pekak
Pada orang normal sehat, batas ini terletak antara kosta ke 5 & 6.
Menentukan batas jantung
1. Menentukan batas kanan jantung :
- perkusi di MCL kanan
- batas paru-hepar
15

- meletakkan jari setinggi 2 jari di atas titik batas paru hepar


- perkusi ke medial dari titik setinggi 2 jari di atas batas paru
hepar sampai menemukan perubahan suara sonor ke redup
2. Menentukan batas kiri jantung
- perkusi Left axilla anterior line kiri
- perkusi ke medial dari titik setinggi 2 jari di atas batas paru
hepar sampai menemukan perubahan suara sonor ke redup
3. Menentukan pinggang jantung
- perkusi Left Parasternum kiri
- perkusi ke bawah sampai didaptkan perubahan suara sonor ke redup
Auskultasi
Stetoskop diletakkan sama persis dengan posisi perkusi thorax. Pasien
diminta melakukan inspirasi dan ekspirasi secara berkala.
Bunyi napas pokok
o Vesikular
- Terdapat pada paru normal
- Bernada rendah sesuai dengan sifat jaringan paru sebagai selective
transmitter
- Suara inspirasi bernada rendah, suara ekspirasi terdengar lebih lemah
- Fase inspirasi lebih lama daripada fase ekspirasi
- Fase inspirasi & ekspirasi bersambung (tidak ada silent gaps)
- Dihasilkan oleh udara jalan napas di alveoli
o Bronkial
- Inspirasi bernada tinggi, ekspirasi nadanya lebih tinggi
- Fase ekspirasi lebih lama daripada fase inspirasi
- Antara inspirasi & ekspirasi terdapat silent gaps (suara terputus)
- Normal dapat terdengar di atas manubrium & daerah interskapular
- Suara ini dapat terdengar pada daerah konsolidasi atau bagian atas
daerah efusi pleura

16

o Bronkovesikular
- Bunyi yg terdengar antara vesikular dan bronkial
- Inspirasi & ekspirasi jelas seluruhnya
- Nada yang tinggi
- Tidak ada silent gaps
- Terdapat pada daerah paru yang dekat dengan bronkus atau pada
bagian paru yang kehilangan sifat selective transmitternya
- Normal pada ICS I dan II dan antara scapula di belakang, ini terletak
di dekat carina & bronkus utama
o Amforik
- Bila terdapat kavitas besar yang letaknya perifer dan berhubungan
terbuka dengan bronkus
- Terdengar seperti tiupan dalam botol kosong
Bunyi napas tambahan
o Ronki kering
- Suara napas kontinu, bersifat musical, dengan frekuensi yang relatif
rendah, terjadi oleh getaran dalam lumen saluran napas akibat
penyempitan
- Terdapat pada mukosa atau adanya sekret kental
- Terdengar lebih jelas pada ekspirasi walaupun pada inspirasi sering
terdengar
- Dapat didengar di semua bronkus, makin kecil diameter lumen,
makin keras bunyinya
o Ronki basah
- Suara berisik dan terputus akibat aliran udara yg melewati cairan
- Umumnya terdengar pada inspirasi
- Ronki basah halus, sedang, atau keras tergantung besarnya bronkus
yang terkena
- Ronki basah halus terjadi karena adanya cairan pada bronkiolus,

17

sedangkan yang lebih halus lagi berasal dari alveoli yg sering disebut
krepitasi (terutama dapat didengar fibrosis paru). Seperti gesekan
rambut atau seperti suara yang disebabkan oleh permukaan dua jari
yang basah & menempel kemudian dipisahkan secara mendadak
- Sifat ronki basah dapat bersifat nyaring (bila ada infiltrat) ataupun
tidak nyaring. Seperti suara gelembung udara besar yang pecah.
Terdengar bila banyak secret di saluran nafas besar
o Wheezing
- Petunjuk adanya obstruksi saluran napas, biasanya pada bronkus
kecil
- Bernada tinggi, musikal, terdengar pada satu saat & mudah diingat
- Lebih dominan pada ekspirasi & disertai dengan memanjangnya
suara napas ekspirasi, namun pada keadaan berat dapat terdengar saat
inspirasi/ekspirasi
- Jika obstruksi terjadi di laring atau trakea, maka terjadi stridor
inspirasi (terdengar lebih keras atau sama keras daripada stridor
ekspirasi)
- Khas pada serangan asma, namun juga sering pada bronkitis
menahun
o Bunyi gesekan pleura / pleural friction rub
- Menebal atau menjadi kasar karena peradangan
- Terdengar pada akhir inspirasi dan awal ekspirasi
o Hippocrates succussion
Suara cairan pada hidropneumotoraks yang terdengar bila si pasien
digoyang-goyangkan
o Krepitasi
- Suara membukanya alveoli
- Normal dapat terdengar di belakang bawah & samping pada waktu
inspirasi yang dalam sesudah istirahat telentang beberapa waktu

18

lamanya
- Patologis pada pneumonia lobaris
Auskultasi Jantung
Menggunakan stetoskop:
1. Bentuk sungkup/ bel: nada rendah, di daerah mitral dan trikuspid
2. Bentuk diafragma: nada tinggi, di daerah aorta
Daerah Auskultasi sacara klasik :
1. Ictus cordis: bunyi jantung 1 dari katup mitral (S1/bunyi sistole)
2. ICS 2 MCL kiri: bunyi jantung katup pulmonal (S2/bunyi diastole)
3. ICS 2 MCL kanan: bunyi jantung katup aorta (S2/bunyi diastole)
4. ICS 4 dan 5 tepi kanan/ kiri /bagian ujung sternum: bunyi jantung katup
tricuspid (S1/bunyi sistole)
Bunyi Jantung
Hal-hal penting :
- Lokalisasi dan asal bunyi jantung
- Menentukan S1 dan S2
S1 : Katup mitral dan trikuspid tertutup, sedang katup aorta dan
a.pulmonalis terbuka (tek.sistole). Bertepatan dgn pulsasi a. carotis
S2 : Katup aorta & a.pulmonalis tertutup sedang Katup mitral dan
trikuspid terbuka terdengar satu suara saat ekspirasi, pecah jadi 2 saat
inspirasi
Fase sistolik : fase antara S1 dan S2 pompa darah dari ventrikel ke
paru dan seluruh tubuh
Fase diastolik : fase antara S2 dan S1 pompa darah ke ventrikel dari
atrium
Fase diastolik > fase sistolik
- Ada tidaknya suara tambahan S3 dan S4
S3 : kadang terdengar pada dewasa muda normal terdengar sesudah S2.
(0,015-0,017 detik)

19

Gallop rhythm (suara derap kuda) : S1, S2 dan S3 secara bersama-sama


Protodiastolic Gallop : pada orang tua dgn intensitas keras keadaan
jantung buruk
S4 (atrial gallop) : kadang terdengar pada dewasa muda, 0,08 detik
sebelum S1 dengan intensitas rendah. S4 terjadi karena kontraksi atrium
yang lebih kuat blok AV, hipertensi sistemik, infark miokard.
- Intensitas dan kualitas bunyi
Di apeks S1 > S2
Di basal jantung S2 > S1
Pada hipertensi pulmonal P2 mengeras
Pada hipertensi sistemik A2 mengeras
S1 di apeks (M1) mengeras pada stenosis mitral
Semua suara jantunglebih pelan pada infark miokard, emfisema paru dan
aketebalan dinding thoraks
Splitting = bunyi jantung yang mendua
- Irama dan frekuensi
Bandingkan dengan frekuensi nadi
Aritmia kordis : irama tidak teratur
Aritmia sinus : irama berubah menurut frekuensi suara jantung pada
ekspirasi lebih lambat
Fibrilasi : irama sama sekali tidak teratur Frekuensi denyut jantung
dihitung 1 menit penuh, bila > 100x/menit = takikardi, <60x/menit =
bradikardi
- Bunyi jantung lain yang menyertai S1 & S2 (Bising Jantung/murmur)
Suara getaran di dalam dinding rongga jantung atau dinding aorta yang
terpancar sampai ke kulit prekordial
Hal-hal yang diperhatikan :
1. Waktu: sistolik atau diastolik
Bising sistolik : bising midsistolik, pansistolik

20

Bising diastolik : bising early, mid dan late distolik


2.Bentuk/konfigurasi : intensitas selama bising
- bising cresendo
- bising decresendo
- bising cresendo-decresendo
- bising plateau
3. Lokasi punctum maximum : asal dari bising
misal : apeks, pulmonal
4. Penyebaran
5. Derajat intensitas :
Derajat 1 : sangat lemah
Derajat 2 : lemah
Derajat 3 : agak keras
Derajat 4 : keras, terdapat thrill
Derajat 5 : sangat keras
Derajat 6 : dapat didengar tanpa menempelkan stetoskop
6. Nada (pitch) : nada tinggi, medium, rendah
7. Kualitas (blowing/meniup, rumbling/bergemuruh)
8. Hubungan dgn pernafasan atau posisi badanberubah bisingnya/tetap

QuickTime and a
decompressor
are needed to see this picture.

5. Abdomen
Inspeksi Abdomen
Pemeriksa berada di sebelah kanan abdomen
21

Perhatikan :
1. Kulit : apakah ada Ruang interkostalatriks, striae (warna ungu pada
sindroma Cushing), vena yang melebar (sirosis hepatis), bendungan vena
cava inferior, rash atu lesi kulit lainnya.
2. Umbilikus : lihat bentuk, lokasi, dan tanda inflamsi atau hernia
3. Bentuk permukaan abdomen
Datar (normal)
Scaphoid (normal malnutrisi)
Protuberant (ingat 6F yaitu fat/gemuk, fluid/asites, feces, flatus, fetus,
fatal growth)
Protuberant dgn eversio umbilicus (asites kronis, obesitas dgn hernia
umbilicus)
Distensi abdomen setengah bagian bawah (kehamilan, VU, tumor,
ovarium, fibroid)
Distensi abdomen setengah bagian atas (dilatasi gaster, kista pancreas,
hepar lobus kiri)
4. Garis bentuk pinggang : konkaf, datar, atau menggembung
5. Simetri dinding abdomen
6. Pembesaran organ
7. Massa : konsistensi, nyeri tekan, permukaan (teratur atau licin), ukuran,
mobilitas (termasuk dengan gerakan respirasi), lokasi, hasil perkusi,
transiluminasi (lebih menunjukkan adanya kandungan cairan atau gas
ketimbang jaringan padat)
8. Peristaltik : amati beberapa menit apabila mencurigai adanya obstruksi
usus, pada orang yang kurus kadang terlihat peristaltik normal
Auskultasi Abdomen
Memberikan informasi mengenai gerakan udara dan cairan dalam saluran
cerna. Suara normal : clicks dan gurgles dgn frekuensi 3-35 per menit.
Borbrygmi (gurgles yg panjang). Mendengarkannya pada satu tempat saja
disebarkan ke seluruh abdomen. Berubah pada diare, sumbatan usus,
ileus paralitikus, peritonitis

22

Pada hipertensi periksa epigastrium kuadran kanan dan kiri untuk


mencari adanya bising
Bising usus (-) = ileus paralitik
Bising nada tinggi (borborigmi) = obstruksi usus akut dini.
Perkusi Abdomen
U/ memperkirakan ukuran hepar, lien, adanya asites, massa padat/kistik,
udara dalam lambung/usus
Suara timpani dominan gas di GIT tract
Suara redup cairan dan feses, organ.
Hepar :
1. Perkusi pada MC kanan dari bawah umbilicus ke atas sampai suara
redupbatas bawah hepar
2. Perkusi dari paru ke bawah batas atas hepar
Lien:
1. Perkusi ICS terbawah sinistra biasanya timpani, bila redup pada
inspirasi berarti terdapat pembesaran lien
2. Perkusi daerah redup lien dari berbagai arah
Palpasi Abdomen
Palpasi ringan : untuk mengetahui ketegangan otot, nyeri tekan abd, dan
beberapa organ superficial. Posisi tangan dan telapak ujung jari bersamasama menekan dengan lembut dan ringan
Palpasi dalam : untuk memeriksa massa di abd dengan menggunakan
ujung jari
Tentukan : lokasi, bentuk, konsistensi, mobilitas, terasa nyeri tekan
Massa abdomen : fisiologis (hamil), inflamasi (divertikulitis kolon),
vaskular (anuerisma aorta), neoplastik (uterus myomatosa) atau obstruktif
(kandung kencing yang teregang).

Teknik Palpasi Abdomen


23

Fleksi paha merelaksasi otot-otot dinding abdomen


Palpasi secara lembut bisa dengan 1 atau 2 tangan
Hepar :
Letakkan tangan kiri di belakang costae XI dan XII
Minta pasien rileks
Dorong hepar ke depan
Raba dengan tangan kanan
Ujung jari di bawah daerah redup hepar
Tekan dengan lembut ke arah dalam dan ke atas
Pasien bernafas dalam-dalam
Rasakan sentuhan hepar pada jari
Kendurkan tekanan jari
Hepar dapat meluncur
Batas hepar normal lunak, tegas dan tidak berbenjol.
Teknik mengait : letakkan kedua tangan bersebelahan di batas bawah
redup hepar
Batas atas : garis yang lewat tepat di bawah papilla mammae;
batas bawahnya : dari ujung kosta X kanan ke suatu titik tepat di bawah
papilla kiri
Hepatomegali halus Perlemakan hati
Hepatomegali tak rata sirosis makronoduler, infiltrasi tumor
Kandung Empedu :
- Tidak pernah teraba pada orang yang sehat
- Lakukan palpasi dgn hati-hati 3-4 cm di bawah tepi hepar pada linea
midclavicularis untuk menemukan suatu massa yg globuler, mobile dan
kenyal. Gerakkan tangan Anda ke arah medial jika belum teraba. Penyebab
yang sering pada pembesaran kandung empedu yang teraba adalah :
obstruksi biliaris ekstrahepatik akibat malignitas (tanda dari Courvoisier),
kolesistitis akut, empiema, dan hydrops.
Lien :
Tangan kiri mengangkat costae bagian bawah sebelah kiri pasien
Tangan kanan di bawah arcus costae
24

Lakukan tekanan ke arah lien


Adakah nyeri tekan, bagaimna permukaannya
Ulangi pemeriksaan pada posisi miring ke kanan, tungkai fleksi pada paha
dan lutut
Gaya gravitasi menyebabkan terdorong ke depan, dan ke kanan sehingga
mudah teraba
Ginjal Kanan :
Letakkan tangan kiri di belakan pasien (costae XII) dengan ujung jari
menyentuh sudut costovertebral
Angkat dan dorong ginjal kanan ke depan
Tangan kanan di kuadran kanan atas
Minta pasien bernafas dalam
Tekan tangan kanan dalam-dalam
Coba untuk menangkap ginjal antara kedua tangan
Pasien buang nafas
Lepaskan tekanan dan rasakan ginjal ke posisi awal
Tentukan ukuran dan ada/tidak nyeri tekan
Ginjal kiri :
Pindah ke sebelah kiri pasien
Gunakan tangan kanan untuk menyangga
Tangan kiri untuk meraba kuadran kiri atas
Lakukan pemeriksaan seperti ginjal kanan
Normal : jarang teraba
Pemeriksaan Asites
1. Tes suara redup berpindah
Pasien telentang. Perkusi dari medial ke lateral. Tandai batas suara
timpani-redup. Pasien miring ke salah satu sisi. Perkusi lagi. Amati batas
timpani-redup. Pada asites batas akan berubah.
2. Tes undulasi: minta asisten untuk menekan kedua tangannya pada mid

25

line abdomen. Ketok satu sisi abdomen. Rasakan pada sisi yang lain
getaran oleh cairan asites.
Tes untuk apendisitis
1. Nyeri mendadak dimulai di perut sebelah atas atau di sekitar pusar, lalu
timbul mual dan muntah. Setelah beberapa jam, rasa mual hilang dan nyeri
berpindah ke perut kanan bagian bawah. Nyeri akan terasa sakit pada
waktu batuk.
2. Pasien datang dengan posisi membungkuk dan bila berbaring kaki kanan
sedikit ditekuk.
3. Cenderung tidur menelungkup, memegang erat sebelah kanan
4. Lakukan px rectal. Px ini dpt membedakan apendiks normal dengan yang
meradang. Rasa sakit pada kuadran kanan bawah mungkin berarti
peradangan pada adnexa, ruang interkostalula seminalis atau appendiks
5. Pemeriksaan untuk apendisitis
- Nyeri lepas tekan pada peradangan peritoneum pada titik Mc Burney
(appendisitis)
- Tanda Rovsing (+): rasa sakit pd kanan bawah pd waktu tekanan dilepas
menunjukkan penjalaran nyeri tekan lepas positif (krn terjadi penekanan
oleh udara yang menunjukan adanya iritasi peritoneal)
- Tanda psoas: tangan pemeriksa di lutut kanan pasien dan pasien disuruh
mengangkat lutut melawan tangan pemeriksa, akan terasa nyeri karena
otot psoas berkontak dgn peritoneum dekat apendiks. Cara lain, penderita
berbaring miring ke kiri, tekuk tungkai kanan pada sendi paha.
Timbulnya/tambahnya rasa sakit menunjukkan tanda psoas (+), berarti ada
iritasi otot psoas oleh apendiks yg meradang
- Tanda Obturator: tekuk tungkai dan lutut pada sendi paha kemudian
putarlah ke dalam, nyeri pada hipogastrik kanan menunjukkan tanda
obturator (+), berarti ada iritasi m. obturator
- Carilah adanya daerah kulit yang hiperestesi, dengan mencubit perlahan
beberapa tempat. Pada keadaan normal, tindakan ini tidak menimbulkan
rasa sakit

26

- Titik Mc Burney: 1/3 lateral dr garis yg mhubungkan SIAS-Umbilicus


(dianggap lokasi appendiks yang akan terasa nyeri tekan bl terdapat
appendicitis)
- Mcfaddens Sign: apendiks posisi pelvis bisa merangsang kandung kemih,
pada anak-anak sering terjadi miksi setelah nyeri
Pemeriksaan untuk kecurigaan terhadap kolesistitis akut
Apabila ada rasa sakit dan nyeri tekan di daerah kanan atas, lakukanlah
pemeriksaan murphys sign. Kaitkan ibu jari atau jari-jari tangan kiri Anda di
bawah tepi costae di mana batas lateral m. rectus menyilang costae. Mintalah
penderita untuk menarik napas dalam-dalam. Amatilah pernapasan dan derajat
nyerinya. Penambahan rasa sakit yg tajam yg ditandai dgn berhentinya
inspirasi scr mendadak menunjukkan murphys sign (+)
Ballottement
Teknik ini berguna untuk mengetahui adanya asites. Letakkan tangan Anda
pada permukaan abdomen dengan sudut 45o. Lakukan penekanan secara tajam
ke arah organ atau massa, kemudian posisi ini dipertahankan. Struktur yang
mobile akan terdorong menjauhi ujung jari tangan tetapi kemudian mengapung
kembali dan menyentuh ujung jari tangan tersebut.
6. Ekstrimitas
Untuk pemeriksaan ekstrimitas, lihat telapak tangan untuk mengamati
tanda tanda shock. Normalnya telapak tangan akan teraba hangat, kering dan
berwarna merah. Lihat kuku untuk menghitung Capillary Refill Time (CRT)
normalnya apabila kuku ditekan hingga pucat, setelah dilepas akan kembali
merah dalam hitungan kurang dari 2 detik.

27

Diagnosis, yaitu penetapan jenis penyakit tertentu berdasarkan analisis


hasil anamnesa dan pemeriksaan yang teliti. Penetapan ini penting sekali artinga
untuk menetukan pengobatan atau tindakan berikutnya.
Diagnosis ditinjau dari segi prosesnya, yaitu :
Diagnosis awal atau diagnosis kerja, yaitu penetapan diagnosis awal yang belum
diikuti dengan pemeriksaan yang lebih mendalam
Diagnosis banding (deferensial diagnosis), yaitu sejumlah diagnosis (lebih dari 1)
yang ditetapkan karena adanya kemungkinan-kemungkinan tertentu guna
pertimbangan medis untuk ditetapkan diagnosisnya lebih lanjut
Diagnosis akhir, yaitu diagnosis yang menjadi sebab mengapa pasien dirawat dan
didasarkan pada hasil-hasil pemeriksaan yang mendalam
Diagnosis ditinjau dari segi keadaan penyakitnya, yaitu :
Diagnosis utama, yaitu jenis penyakit utama yang diderita pasien setelah
dilakukan pemeriksaan yang lebih mendalam
Diagnosis komplikasi, yaitu penyakit komplikasi karena berasal dari penyakit
utamanya
Diagnosis kedua, ketiga dst atau Diagnosis Co-Morbid, yaitu penyakit penyerta
diagnosis utama yang bukan berasal dari penyakit utamanya atau sudah ada
sebelum diagnosis utama ditemuka
Kondisi lain adalah kondisi yang terdapat bersamaan atau berkembang
selama episode asuhan kesehatan, dan mempengaruhi asuhan pasien. (Kondisi lain
yang walau pun berhubungan dengan episode sebelumnya, namun tidak
mempengaruhi kondisi saat ini, tidak boleh dicatat).
Kalau terdapat lebih dari satu kondisi, harus dipilih kondisi yang
membutuhkan penggunaan sumber-daya lebih banyak. Kalau tidak ada diagnosis
yang ditegakkan, maka gejala, temuan abnormal, atau masalah pasien harus
dipilih sebagai kondisi utama. Sebagai tambahan pada kondisi utama, catatan

28

medis harus, sedapat mungkin, juga berisi daftar terpisah yang berisi kondisi atau
masalah lain yang dihadapi selama episode perawatan kesehatan.
Terminologi Medis
Terminologi medis adalah ilmu peristilahan medis yang merupakan
bahasa khusus antar profesi medis/kesehatan yang merupakan sarana komunikasi
antara

mereka

yang

berkecimpung

langsung/tidak

langsung

di

bidang

asuhan/pelayanan medis /kesehatan. Oleh karena itu, istilah medis ini harus
dipahami dan dimengerti oleh setiap profesi kesehatan agar dapat terjalin
komunikasi yang baik.
Terminologi medis terbentuk terdiri dari 3 komponen/unsur kata yaitu:
Root (akar kata); Prefix (awalan) dan Suffix (akhiran). Tidak semua istilah medis
mengandung unsur kata prefix atau root atau suffix secara lengkap.
Contoh:
1) Hyperlipoproteinemia
a. Prefix : hyper = berlebihan
b. Root : lip/o = lemak ; protein = protein
c. Suffix : -emia = kondisi darah
Jadi Hyperlipoproteinemia adalah: kondisi darah yang ditandai
dengan jumlah lemak dan protein yang berlebihan.
2) Ectopic pregnancy
a. Prefix : ec = luar ; ectopic = di luar
b. Root : pregnancy = hamil / kehamilan
Ectopic pregnancy adalah kehamilan di luar rahim / kandungan
ICD-10
International Statistical Classification of Disease and Related Health
Problem Tenth Revision atau disingkat dengan ICD-10 adalah system klasifikasi
yang komprehensif dan diakui secara internasional. ICD-10 berisi pedoman untuk
merekam dan memberi kode penyakit, disertai dengan materi baru yang berupa
aspek praktis penggunaan klasifikasi (WHO, 2004).
Keakuratan kode
Kecepatan dan ketepatan pengkodean dari suatu diagnosis sangat

29

tergantung kepada pelaksana yang menangani rekam medis tersebut, yaitu:


Tenaga medis dalam menetapkan diagnosis, tenaga perekam medis sebagai
pemberi kode dan tenaga kesehatan lainnya.
Menurut Kasim dan Erkadius dalam Hatta (2011), Sembilan langkah dasar dalam
menentukan kode, antara lain :
1. Menentukan tipe pernyataan yang akan dikode dan membuka buku ICD-10
volume 3 alphabetical index (kamus).
2. Kata panduan (leadterm) untuk penyakit dan cedera
3. Membaca dengan seksama dan mengikuti petunjuk volume 3.
4. Membaca istilah yang terdapat dalam tanda kurung ( ) sesudah leadterm
5. Mengikuti secara hati-hati setiap rujukan silang (cross reference) dan perintah
see dan see also yang terdapat di dalam indeks.
6. Melihat daftar tabulasi (volume 1) untuk mencari nomor kode yang paling
tepat.
7. Mengikuti pedoman inclusion dan exclusion pada kode yang pilih
8. Menentukan kode yang dipilih.
9. Melakukan analisis kuantitatif dan kualitatif data yang dikode
Kolom Terapi dan Tindakan, digunakan untuk menulis tindakan medis
yang dilakukan oleh tenaga medis seperti contohnya; rawat luka, injeksi obat,
insisi, eksisi dst. Kemudian terapi merupakan salinan dari resep obat yang
dituliskan oleh dokter dan diberikan kepasien, harus mencakup nama obat, jumlah
obat, dan aturan minum obat.
Kolom paraf harus ditanda- tangani oleh dokter, dan memberikan
keterangan nama dibawah paraf.
3.2

Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan soaialisasi pengisian rekam medis untuk tenaga medis di
Puskesmas Plaosan dilaksanakan pada:
Hari/Tanggal

: Selasa, 12 Mei 2016

Waktu

: 10.00 WIB

Tempat

: Aula Puskesmas Plaosan kabupaten Magetan

30

Jumlah Peserta : 32 orang, yang terdiri dari warga peserta prolanis

BAB IV
KESIMPULAN

31

DAFTAR PUSTAKA

32

Anda mungkin juga menyukai