Anda di halaman 1dari 12
ISSN : 1979 - 9640 JURIDIKTI Pengaruh Pupuk Organik Ketinci terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kedelai (Glycine max L.) ‘Yante Raya Tampubolon & Sabam Malau Efeksttas Seberapa Jenis Jamur Dan Bakteri Dalam Mendekomposisi Bahan Organik Yang Berasal Dari M. ldets dan Dini Mufriah gembangan Komitmen Normatif Guru Komitmen Normatif Guru, Cerdas Spiritual, Habitual wondset limiah Esensial dan Kompetensi Abilit Beiter manuilang & Sri Milfayetty Pergee Sesio Ekonomi Mahasiswa Terhadap Nilai Ujian Kewirausahaan Mahasiswa Stach Kasut Pada Politeknik LP3I Gajah Mada, Medan) Perys Laili Khodri Nasution in Berbasis Heterogenitas Budaya Di Propinsi Sumut (Studi Research And Development s Terbesar Di Sumut) 1g) Terhadap Niat Berwirausaha Alumni 19g) sumlah Pengangguran ae Pencicikan Karakter dengan Pendekatan Pemecahan Masalah Dalam Mata Kuliah I8SD i Negen Medan Drs. M. Joharis, MM, MPd tmen Afektif Kepala Sekolah Melalui Perilaku Kepemimpinan Partisipatif Di coaten Nias Selatan Learning Model of Advance Organizer and Concept Map Media to Increase Motivation and nievement of Junior High School Students in Mathematics Banjamahor cela ANFIS (Adaptive Neuro Fuzzy inferense System) Untuk Memprediksi umatera Utara Noorty Evalin molementasi Model Pembelajaran Berbasis Komputer Untuk Meningkatkan Kompetensi Elektronika Mahasiswa Jurusan Pendiikan Teknik Elektro Fakultas Teknik Unimed Amirhud Dalimunthe, ST., M.Kom dan Marwan Affandi. ST Peneranan Tetnoiog' informasi dan Komunikasi (TIK) Dalam Pembelajaren Pada SMP Di Kecamatan wecer ang Mempengaruhi Kinerja ta Medan Agribisnis Tanaman Hias ai Kota Medan Agribusiness Studies of Ornamental Plants in Medan Abdul Rahman gan Maimunah %o str Bekerja Dalam Menambah Pendapatan Keluarga, Motivasi Dan Persepsinya Terhadap Pexenaacrye ir. Bentka Natbaho, MS! dan ir. Maria Rumondang Sihotang, MS Pengaruh Pupuk Organik Kelinci terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kedelai (Glycine max L.) Effect of Rabbit Organic Fertilizer on Growth and Production of Soybean (Glycine max L.) a dana ‘Malau Dosen Prodi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas HBP Nommensen, Jalan Sutomo 4-A, Medan; drsabammalau@hotmail.com Abstract It has been detected emphirically that organic agriculture is more growing up on certain species such as corn, coffee, citrus and vegetables. In near time, it is possible that ‘organic farming will also practiced on soybean. There were 71 varieties of soybean in commercial market of Indonesia. The problem was that whether there some of those varieties are sitable for organic farming. Due to limited resources only 3 of them were Used in this research i.e Anjasmoro, Grobogan, and Kipas Merah Bireuen. The research used 2 factor treatments namely variety and rabbit fertilizer. Factor variety had 3 (evel, while factor rabbit fertilizer 5 level of treatment which made 15 combinations. The fertilizer's dosis level were 0, 25, 50, 75 and 100 t/h. It was used completely block . design with 4 blocks as replication. The result showed interaction between variety and rabbit organic fertilizer. Variety Kipas Merch Beureun performed of higher response rather than of the two varieties. There was no difference in roduction of Kapas Merah Beuren at 0 and 25 t/ha. Key words: Glycine max L, soybean, rabbit organic fertilizer Abstrak Secara_empirik terdeteksi di indonesia bahwa pertanian organik semakin berkembang pada spesies-spesies tertentu seperti Jagung, kopi, jeruk, dan sayur. Dalam waktu dekat di masa depan tidak tertutup kemungkinan diterapkannya sistem pertanian organik pada kacang kedelai. Varietas komersial kacang kedelai unggul yang beredar di Indonesia berjumtah 71. Yang menjadi masalah adalah apakah dari semua varietas tersebut ada varietas yang dapat digunakan untuk pertanian organik. Menemukan varietas dimaksud tersebut sangat urgen. Setelah membandingkan deskrips| semuo varietas tersebut don karena keterbatasan sumber dayo, maka peda penelitan ini hanya digunakan 3 varietas yakni Anjasmoro, Grobogan, dan Kipas Merah Bireuen, Percobaan ini ‘menggunakan 2 faktor (periakukan) yakni fokror varietas faktor pupuk kelinci. Perlakukon arietas terdiri dari 3 tovaf yakni Anjasmoro, Grobogan, Kipas Merah Bireven. Periokukan ger ion kombinas! periakukon berjumlah 3 x 5 sama g o » 100 t/ha. Percobaan ini adatoh ompok dengan 4 kelompok nur berbunga (HST) dan Ureur in 5 ° KSI yang ci " -aduksi it 09 bifi {g) setelal pur 3 hari). Hsit penetitian ‘menunjukkan eran Ks} ane Yengan dosis pupuk kandang ketinc ns Merch & wroduksi yang lebih tinggi nd 4 1s Kipas Merah Beureun membertkan produksi yang sam a wukan: dosis 25 hc Kata kunci: Gicine edelai, puouk ketnc Jurral tlaniah Persdidiken Tinga, voi. 5 |, PENDAHULUAN 1.1, Latar Belakang Fungsi dari pupuk organik adalah meningkatkan kesuburan fistk, biologi dan kimia tanah. —Meningkatkan_ kesuburan fisik tanah berartt tanah menjadi lebih gembur, lebih banyak ruang pori untuk udara dan air, dan lebih las daerah jelajah akar untuk menyerap unsur hara tanah. Meningkatkan kesuburan biologi tanah berarti_meningkatkan —jumlah mikroba dan makroba tanah seperti cacing yang sangat penting bagi ekosistem tanah. ". Hasil penelitian Hisbiyudin (2002) di-Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor membuktikan bahwa —kotoran kelincl lebih tinggi kandungan nutrisinya bagi cacing tanah dibandingkan kotoran sapi. _Meningkatkan kesuburan kimia tanah, berarti meningkatkan kandungan bara tanah melalui unsur yang terkandung dalam — pupuk —_kelinci, Menurut Anonim (1996 dalam Kruepper 2003), jumlah hara Nitrogen (N) dan Fosfor (P) pada kotoran kelinci tebih tinggi dibandingkan pada _kotoran kerbau, sapi, kuda, domba/kambing dan ayam. Akan tetapi, jumlah unsur hara Kalium (K) dalam kotoran kelinci lebih rendah dibandingkan pada domba/kambing. Anti lainnya menunjukkan hal yang mirip (Kamara dkk 1996 dalam Sajiman 2008). ‘Ada peluang untuk menemukan spesies atau varietas yang tingkat pertumbuhan dan produksinya pada kondisi pertumbuhan organik sama atau tidak terlalu rendah dibandingkan tingka! pertumbuhan dan produksinya pada kondisi —pertumbuhan —_konvensiona Pernyotaan tersebut masih merupakan sebuah hipotests, tetap! berbagat i telah menunjukkan kebenarannya sunt sementara waktu. Penurunan pada Lingkungan tumbuh —_organik dibandingkan konvensional sebesar 0 hingga 46%, dan bervariasi antara species dan-musim (ix 2000 dan Lampkin dik 2002 dalam Welsh dan Wolfe 2002) Penurunan terbesar diperoleh pada Jurnal lmiah Pendigikan Tinggi, Vol.5 wheat dan terkecil pada beans. Penurunan terbesar diperoleh pada musim winter dibandingkan summer, kecuali pada barley dan beans. Pada tanaman gandum (wheat), campuran lebih baik —dibandingkan varietas tunggal dalam hal produksi pada kondisi pertumbuhan konvensionan tetapi tidak selaiu (ebih baik ada kondisi Pertumbuhan organik (Wolfe 2008). Hinchsliffe dan Clarke (2006) menemukan pada gandum (wneat) bahwa campuran memiliki jumlah tanaman yang tumbuh lebih banyak pada _kondisi_organik daripada non-organik. Produksi biji lebih tinggi sangat nyata pada kondisi_non- organik daripada organik. Pada —varietas-varietas spring cereals (wheat, barley dan oat) terjadi Penuruan produks! terbesar (34%) pada Spring wheat pada koondisi organik dbandingkan —_kondisi__konvensional (Ingver, Tamm, dan Tamm 2008). Kualitas biji barley dan oat sama pada kedua kondisi tersebut. Wheat menghastkan biji (kernels) yang lebih besar pada kondist organik. Kandungan protein pada kondiri organik menurun, ddan penurunan terbesar pada wheat. 1.2, Masalah Dan Hipotesis Secara empirik terdeteksi_ di Indonesia bahwa pertanian organi semakin berkembang pada spesies-spesies tertentu seperti jagung, kopi, jeruk, dan sayur. Dalam waktu dekat di masa depan tidak tertutup —kemungkinan diterapkannya sistem pertanian organik pada kacang kedela Varietas komersial kacang kedelai unggul yang bereda di ‘nvlonesia beriumiah 71 varieta dengan publikasi di internet be kr Varietas Unggul Kedeta 2008" yang Hikeluark she gadant Pereiitien ean Pengembanga: aniat pateme Periarnan (Bai Deptan ang menjadi mas dalah ah dari emua varietas tersebut ada varietas yang dapat digunakan untuk pertania anik. Menemukan varie ‘aksud sebut sangat —urgen telah Mbandingkatt cestiost se arietas tersebut dan karena keterbatasan sumber daya, maka pada penelitan ini hanya digunakan 3 varietas yakni Anjasmoro, Grobogan, dan Kipas Merah Bireuen, Ketiga varietas tersebut_ memiliki iri tertentu berdasarkan hasil penelitian dan deskripsi varietas. —_Varietas Anjasmoro berasal dari varietas Mansuria dari Thailand, Grobogan dari Kabupaten Grobogan Jwa Tengah, dan Kipas Merah Bireuen berasal dari NAD (Balitbang Deptan 2008). _Kipas Merah Bireuen berakar dalam dan banyak (Balitbang Deptan 2008). Berdasarkan pebedaan cirl-ciri tersebut, maka __hipotesis penelitian ini yang dilaksanakan pada 3 ingkungan tumbuh yakni organik dengan Pupuk organik ketinci, konvensional dan tanpa periakuan adalah ada interaksi yang sangat signifikan antara varietas dengan lingkungan tumbuh, 1.3, Tujuan Penelitian Tujuan penelitin ini adalah menetapkan varietas kacang kedelai yang tumbuh tebh baik bila dipupuk dengan pupuk organik kelinci. 1.4. Kontribust Penelitian Hasil penelitian ini akan memberikan kontribusi yang berguna bag! lembaga-lembaga _pemerintah untuk menggalakkan pertanian organik pada kedelai. Bagi petani kedelai, petani dapat memitih varietas yang cocok untuk dipupuk dengan pupuk organik kelinci 1.5. Fokus Penelitian Penetitian ini berfokus kepada pemilihan varietas yang sa bagi pupuk kandang kei gai enetiti nembu babwa peng Jurpal itiniah Pendidikan Tinggi, voi kelinci bahkan lebih tinggi dibandingkan pupuk domba dan ayam. Hasil penelitian Sajiman dkk (2008) dari Balai Penelitian Ternak Bogor mengungkapkan bahwa pupuk kelinci_ memenuhi standard kompos. Mereka membuktikan bahwa pupuk kelinci dapat —meningkatkan Produksi kentang dan kubis rate-rata 23,5% diatas _pupuk domba. asi penelitian Balai Penelitian Ternak Bogor (2010) juga membuktikan bahwa produksi kubis, jagung sayur, buncis, -kacang imerah dan kentang yang dipupuk dengan kotoran kelinci lebih tinggi dibandingkan dengan pupuk kotoran ayam. Fungsi dari pupuk organik adalah meningkatkan kesuburan fisik, biologi dan kimia ‘tanah. Meningkatkan kesuburan fisik tanah berarti tanah menjadi lebih gembur, (ebih banyak ruang pori untuk ludara_dan air, dan lebih las daerah Jelajah akar untuk menyerap unsur hara tanah. Meningkatkan kesuburan biologi tanah_berarti_ meningkatkan jumlah mikroba dan makroba tanah seperti cacing yang sangat penting bagi ekosistem tanah. —Hasil_penelitian Hisbiyudin (2002) di Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor _membuktikan bahwa kotoran kelinci lebih tinggi kandungan nutrisinya bagi cacing tanah dibandingkan kotoran sapi. Meningkatkan, kesuburan —kimia_—tanah, _berarti meningkatkan kandungan ara tanah melalui unsur yang terkandung dalam pupuk kelinci. Menurut Anonim (1996 dalam Kruepper 2003), jumlah Nitrogen (N) dan (P) pada ko pandingkan kelinci tebth tinggi kotoran kerbs domba /kamt abel 1. Komposisi kimia pupuk kelinci dan beberapa jenis ternak (% total) (Kamara dk 1996 dalam Sajiman 2008) denis pupuk | N P « co | me |. ] Ketinc! 262 [| 246 | aac | 208 | 04 | 036 Dombe 2 15 3 5 Eas Sapi 2 15 2 4 ae as Unggas 5 3 15 4 1 2 Kerbau/sapi | 2 45 2 4 1 Os Kuda e 1s 45 1s 1 os Urine kelinci mengendung unsur hara seperti NPK yang tinggi, yang jumlahnya lebih banyak sekitar’ empat hingga tujuh kali tipat dibandingkan dengan unsur hara dalam urine binatang lain (Wibowo dalam Radar Madiun 13 Juli 2010). Di internet dapat juga ditemukan betapa banyaknya bukti-bukti empiris lainnya tentang pengaruh positip kotoran dan urine kelinci bagi pertumbuhan, Produksi dan kualitas produksi tanaman, serta tentang pemeliharaan dan wirausaha kelinci. Bahkan di internet dapat dibaca_—iklan-iklan yang menawarkan pupuk organik dari kotoran dan urine kelincl. Juga di sana dapat ditemukan cara pembuatan pupuk cair turine kelinci (Anonim 2010), Pada pertanian organik tidak digunakan zat-zat_kimia_petindung tanaman seperti pestisida dan herbisisda, dan tidak digunakan pupuk anorganik Oleh Karena itu, varietas organik harusish memitiki mekanisme —sendiri untuk menghadapi lingkungan tumbuhnya yang beragam dan masukan rendah (low input farming). Inilah__ yang mendasari mengapa stabilitas fenotipe menjadi \ingkup penelitian yang sangat_penting Jurnat itmiah Pendidikan Tinggi, Vol.5 dalam PTO. Sebaliknya, dalam sistem pemuliaan —tanaman _konvensional, Pemulia tanaman menciptakan varietas yang dapat tumbuh dan berproduksi ‘maksimal dalam lingkungan tumbuh yang optimal dimana pestisida, herbisida dan upuk anorganik digunakan. Pada sistem Pemuliaan—tanaman —_konvensional, varietas yang dihasitkan — memang diperuntukkan bagi pertanian masukan tinggi (high input forming) Sebagai cabang ilmu yang baru berkembang di dunia, pemutiaan tanaman organik (PTO) atau Organic Plant Breeding (PB) masih perly melakukan banyak penelitian yang bertahap dan konprehensip — terkait dengan pertanyaan tentang kriteria dan metode seleksi, strategi seteks! dan kondisi sosio-ekonom dan -hukum (Lammerts van Bueren 2006). Dalam aspek kriteria seleksi, penetitian masih Peri menyediakan dasar itmiah bagi konsep kesehatar tan hasil, adaptas mbuhan jagui dalam —perspektip sistem pertanian organtk (organic far Ada pe spesies ata Pertumbuhan dan kondisi pertumbuhan organik sama atau tidak terlalu rendah dibandingkan tingkat pertumbunan dan produksinya pada kondisi_pertumbuhan —_konvensional. Pernyataan tersebut masih_merupakan sebuah hipotesis, tetapi berbagai indikasi telah_menunjukkan kebenarannya untuk sementara waktu. Penurunan produksi Pada lingkungan —tumbuh —_organtk dibandingkan konvensional sebesar 0 hingga 46%, dan bervariasi antara spesies dan musim (Nix 2000 dan Lampkin dkk 2002 dalam Welsh dan Wolfe 2002). Penurunan terbesar diperoleh pada wheat dan terkecil pada beans. Penurunan terbesar diperoleh pada musim winter dibandingkan summer, kecualt pada barley dan beans, Pada tanaman gandum (wheat), campuran lebih baik — dibandingkan, varietas tunggal dalam hal produks! pada kondisi pertumbuhan konvensionan tetapi tidak selalu lebih baik ada _kondisi Pertumbuhan organik (Wolfe 2008). Hinchsliffe dan Clarke (2006) menemukan Pada gandum (wheat) bahwa campuran memiliki jumlah tanaman yang tumbuh lebih banyak pada _kondisi_organik daripada non-organik, Produksi biji lebih tinggi sangat nyata pada kondisi non- organik daripada organik. Pada varietas-varietas spring cereals (wheat, barley dan oat) terjadi Penuruan produksi terbesar (34%) pada spring wheat pada koondisi organik dbandingkan —kondist_konvensional (Ingver, Tamm, dan Tamm 2008) Kualitas biji barley dan oat sama pada kedua kondisitersebut Wheat menghastkan biji (kere ng. tebih be Secara empirik terdeteksi_ di Indonesia bahwa pertanian —organik semakin berkembang pada spesies-spesies tertentu seperti jagung, kopi, jeruk, dan sayur. Dalam waktu dekat di masa depan tidak tertutup kemungkinan diterapkannya sistem pertanian organtk pada kacang kedelai Varietas komersial kacang kedelai unggul yang beredar di Inionesia berjumiah 71 varietas sesuai dengan publikasi di internet berjudul “Deskripsi Vorietas Unggul Kedetai 1908-2008" yang dikeluarkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian _Depatemen Pertanian (Balitbang Deptan 2009). Yang menjadi masalah adalah apakah dari semua varietas tersebut ada varietas yang dapat digunakan untuk pertanian ‘organik. -Menemukan varietas dimaksud tersebut sangat urgen. —_—Setelah membandingkan deskrips! semua varietas tersebut dan karena keterbatasan sumber daya, maka pada penetitan ini hanya digunakan 3 varietas. yakni Anjasmoro, Grobogan, dan Kipas Merah Bireuen. Ketiga varietas tersebut memiliki ciri tertentu berdasarkan hasil penelitian dan deskripst_ varietas. —Varietas ‘Anjasmoro berasal dari varietas Mansuria dari Thailand, Grobogan dari Kabupaten Grobogan Jwa Tengah, dan Kipas Merah Bireven berasal dari NAD (Balitbang Deptan 2008, Tabel 1). Kipas Merah Bireuen berakar dalam dan baiiyak (Balitbang Deptan 2008). — Berdasarkan pebedaan ciri-ciri tersebut, maka hipotesis penelitian ini yang dilaksanakar pada 3 lingkungan tumbuh yakni dengan pupuk —organik ketinci da interaksi yang sa Tabel 1. Beberara sifat varietas yang menjadi dasar pemilihan (Balitbang Deptan 2008) Stat “njasmoro Grotogan | Kipas Merah | ___Bireuer ‘Asal usul "Nomor galur: Mansuria |” Asal: Penwumnian populasi | Seleksi vanetas 305-494 Lokal Malabar Grobogan, | lokal Kipas Merah, ‘Asal Seleksimassa deri | Kab Grobogan, Jawa | | Bireven, NAD opulas Tengah ‘galur mumiMansuria | | ‘sal Thailand ales ai Tahun diepas 2 Oktober 2001 7008 | 2008 + [Umur berbunga y)_| 35:7-39,4 3032 3545, Umut potonng 825-025 76 85.90 masak (he) [Ting em) | 4-68 30-60 EE) ‘Produksi (ton) 208-2. 27730 25:35 Bobot 100 bi (@) | 148-15:3 18 12 ‘Adeptasi > ‘Beradapiasi bak pada Dalaran rendah- beberapa kondsiingkungan | ting ‘umbui yang berbeda cukup besar, pada musim hujan dan daereh berrigas bik | Tipe Deternint Determinit | deterinit ‘Sift lain Polong tidak mudah | Pada sal panen daun luruh | Perekaran dalam peceh 95-100% | dan banyak ie a Pemuiia ‘Takashi Sanbuich Suharina, M Wuslsh Adie ~ Niagaaki Sekiya, | Jamaludcin M. Susanto, | Daman M.A. dan. | Muchish Adie cs z | Peneli | T Adisarwanto, Sumarsono, | Buris Han, | Sunard, | Nezarian. Marwan | Tiandramukt, li Muchiar, | HM, Faisal Sinono, SB Rosia Nabhan, | Purwanto, Sit Krawaniyah, | Maryana Murbantoro, Aiod, Tin Yihara, Farid Mufti, dx | i oo th Boman i obogat ab jlengat BPP Daerah Balai Perbentian | : ae engah Prowns WA WL METODE PENELITIAN Percoba, Jarnat limioh Pendidikan Tinggi, Vol. 5 faktor (pertakul ini menggunaka faktor pupuk kelinci. Pertakukan varietas terdiri dari 3 taraf yakni Anjasmoro, Grobogan, Kipas__ Merah Bireuen. Perlakukan pupuk kelinci 5 taraf. Dengan demikian kombinasi_—_perlakukan berjumlah 3 x 5 sama dengan 15. Dosis Pupuk organk 0, 25, 50, 75 dan 100 t/ha. Percobaan ini adalah percobaan faktorial dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan 4 kelompok (Cochran dan Cox 1959, Gomez dan Gomez 1984, Malau 2005. Ragam disidik sesuai dengan Rancangan Acak Kelompok (Cochran dan. Cox 1959, Gomez dan Gomez 1984, ‘Malau 2005). Parameter yang diukur adalah parameter pertumbuhan dan produksi. Parameter pertumbuhan yang diukur antara. lain tinggi tanaman, umur berbunga (HST), dan Umur matang panen (HST), sedangkan parameter produks! yang divkur antara tain produksi (t/ha) dan bobot 1.000 biji (g) (setelah biji dijemur 3 hari). Lahan pada pertakuan diolah dua kali. Jarak waktu antar pengolahan lahan adalah 1 minggu. Berikut ini dipaparkan penanaman dan pemeliharaan dengan mengacu kepada Balitkabi (2010). Penanaman dilakukan 1 minggu setelah pengoiahan lahan ke-2. Untuk mencegah serangan talat bibit, pada lobang tanam dimasukkan Furadan 3-G dengan dosis 10 kg/ha atau 5 butir per lobang. Penanaman dilakukan dengan tugal dengan kedalaman 3 cm, dengan Jarak tanam 30 x 20 cm (Marianto dk 2002). Jumlah baris ada 5, dan 8 tobang Pupuk Organik diberikan satu kali akni pada saat tanaman berumur 14 hari. Tidak ada huian selama 3 hari setelah tanam, maka (anah disiram. Tiga ali terjadi bahwa tidak turun hujan selama lebih 5 hari sehingga tanah disiram. Penyiangan dilakukan tiga kati Jurnal ltmiah Pendidikan Tinggi. Vol.5 (umur 3, manual. Untuk mencegah serangan lalat bibit, sebelum ditanam, benih diberi periakuan dengan insektisida karbosulfan (Marshal 25 ST takaran 10-5 g/kg benih {atau dengan insektisida Marshal 200 EC). Pada lobang tanam dimasukkan Furadan 3-G dengan dosis 10 kg/ha atau 5 butir per lobang. Satu minggu setelah benih menjadi kecambah ——_ditakukan Penyemprotan dengan insektisida Azodrin 15 WSC, dengan dosis 2 cc/liter air, volume larutan 1000 iter/ha. Penyemprotan diulangi pada waktu kedelai berumur 1 bulan. Ulat prodenia dilakukan penyemprotan dengan salah satu insektisida berikut : Azodrin 15 WSC. Kepik coklat disemprot dengan salah satu insektisida berikut: Azodrin 15 WSC. Ulat Penggerek polong, disemprot dengan salah satu insektisida berikut: Agrothion 50 EC. Penyulaman dilakukan 6 hari setelah tanam. Penyulaman dilakukan sore hari. Panen dilakukan dengan criteria 90% daun tanaman telah rontok, polong berwarna kuning/coklat dan telah mengering. Panen dimulai pada pukul 09.00 pagi, pada saat air embun sudah hilang. Panen dilakukan dengan cara memotong tanaman pada pangkal batang Penelitian dilakukan pada bulan Februari hingga Oktober 2011 IV. HASIL PENELITIAN Terdapat interaksi antara dosis pupuk kelinci dengan varietas semua parameter yang diukur (Tabe 2, 3, 4, 5). Perbedaan antarvaretas terulama pada responsnya terhadap do: pupuk yang semakin tingg). Peningkatar satu satua keline) aires dengan besaran ya masing-masing varietas. Merah Beureur memberikan res a paling tinggi pada dosis yang pall inggi Tabel 1. Tinggi tanaman Dosis pupuk “Anjasmoro _ keine (t/ha) Beureun _| o 62,88 S7ia_ | 05a | 3 63.92 59,2ab ~_53,0ab z 50 65,46 61,3b¢ '54,5be if 7 69,4be 65,20 612d 300 7aicd 674d 3.54 | perbedaan yang nyata pada taraf ui 5%. ‘Tabel 2. Umur berbunga “Angka-angka yang diiukuti dengan huruf kecl yang berbeda menunjukkan “Angka-angka yang diiukuti perbedaan yang nyata pada taraf uji 5%. Tabel 3. Umur matang panen | Dosis pupuk | retine (ura) | Tabel 4. Produkst | bosis pup Jurnat iimiat Pendidikan Tinggi, Vot.5 _[Anjasmoro | Grobogan ‘Umnor Berbunga (HST) = Dosis pupuk Anjasmoro: Grobogan Kipas Merah kelinci (t/ha) Beureun =n 39,98 29,58 “42a | "5 3858 3058 | 4556 pea 38a 30,98 433¢ 7B 361b | 32.56 43,8¢d 100 mesa [ae 39,5¢ sigan huruf Kecil ang berbe 2 menunjukkan | Kipas Merah Beureun 915. Beureun 16a 2258 2368 2,02b 2,62ab 2,52 2tlbe 2,75be —__3,10b) 232cd 352d 3,584 2.44de 3,780 aize | Tabel 5. Bobot 100 butir “Angka-angka yang diiukuti dengan hurut ke erbedaan yang nyata pada tarafujiS yang berbeda menunjukkan Bobot 100 butir(g) Dosis pupuk Grobogan Kipas Merah kelinci(t~ha) __Beureun 26a 9,14 se 13.4b, a ae 13,96 ‘ zl ' 35.1c = 35,76 18.94 13,14 V. PEMBAHASAN Perbedaan —_respos terhadap Kondisi_ tanpa__pemupukan dibandingkan dengan pemupukan dengan dosis 25 tha (Tabel 4) memberikan indikasi bahwa_ varietas Kipas Merah Beureun lebih dapat menyesuaikan diri terhadap kondisi tanah marginal. Varietas Kipas Merah Beureun — memberikan roduksi yang sama dengan pempukan dosis 25 t/ha. Akan tetapi, Kipas Merah Beureun memberikan kenaikan produkst yang lebih besar sejalan dengan Peningkatan produksi. Produksi Kipas Merah Beureun lebih tinggi pada dosis 100 t/ha dibandingkan dosis 75 t/ha sedangkan pada varicias Anjasmoro dan Grobogan memberikan produkt varietas sama pada dosis 100 t/ha diband) dosis 75 t/ha. Kemungkinan hat i disebahan oieh sistem peraka: Merah Beureun memililé peraka; dalam —dibandingkan dengan ke varietas lainnya berdasarkan De: Varietas. Dengan demikian ada peluang untuk menemukan spesias ata varie yang Gngkat per tumbuha r Jurnet tuiah Pendidikan Tinggi. Vo | Angka-angka yang diiukati dengan huruf kecll yang berbeda menunjukkan Produksinya pada kondisi pertumbuhan organik sama atau tidak terlalu rendah dibandingkan tingkat pertumbuhan dan produksinya paca kondisi pertumbuhan konvensional. —Dbandingkan dengan tanaman lain, penurunan produksi pada lingkungan tumbuh organik dibandingkan konvensional sebesar 0 hingga 46%, dan bervariasi antara spesies dan musim (Nix 2000 dan Lampkin dkk 2002 dalam Welsh dan Wolfe 2002). Penurunan terbesar diperoleh pada wheat dan terkecil pada beans. Penurunan terbesar diperoleh pada musim winter dibandingkan summer, kecuali pada barley dan beans. Kesuburan yang disebabkan ole! pupuk —kelinci_ telah meningkatkar kesuburan fisik. biologi dan kimia tanah Meningkatkan kesuburan fisik _tanah erartt tanah menjadi lebih gembur lebih banyak ruang pori untuk udara dar 9 kesuburan biolog) tanah ti meningkatkan jumtah Ikroba tanah seperti cacin ang ting bagi ekosister sil penelitian Hisbiyudin Bogor _membuktikan bahwa kotoran kelinci tebih tinggi kandungan nutrisinya bagi cacing tanah dibandingkan kotoran sapi.. Meningkatkan kesuburankimia tanah, berarti meningkatkan kandungan hara tanah melalui unsur yang terkandung dalam pupuk —_ketinci. Menurut_Anonim (1996 dalam Kruepper 2003), jumtah hara Nitrogen (N) dan Fosfor (P) pada kotoran kelinci lebih tinggi dibandingkan pada _kotoran kerbau, sapi, kuda, domba’kambing dan ayam, Akan tetapi, jumlah unsur hara Kalium (kK) dalam kotoran kelinci lebih rendah dibandingkan pada domba/kambing.. ‘Anti tainnya ‘menunjukkan hal yang mirip (Kamara dkk 1996 dalam Sajiman 2008). VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Terdapat interaksi antara varietas dengan dosis_pupuk kandang_ kelinci. Varietas —Kipas— Merah Beureun memberikan laju produksi yang lebih tinggi dibandingkan dengan kedua varietas lainnya. Varietas Kipas Merah Beureun memberikan produksi yang sama pada kondisitanpa pupuk dengan pepupukan dosis 25 t/ha, 6.2, Saran Pada pertanaman kacang kedelai pada lahan marginal dan _tingkat kesuburang yang tinggi digunakan Kipas Merah Beureun kalau ditinjau dari segi resposnya. Tetapt ditinjau dari segi dosis pupuk, gunakantah dosis 75 t/ha optimal pada Anjasmoro cian Grobogan DAFTAR PUSTAKA nonim 2010, Cara Sembuatan Pupuk Cam Dari Urine Kelinci. Kembar Rabbit het bit. blogspot 010/01 /cara-pembuatan-pupuk-cair_ dari-urine.html Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2009. Deskripsi Variete Unggui Kedelai 1908-2008. Badan Penelitian dan Pengembangan uurnal llmigh Pendidikan Tinggi, Vol. Pertanian Depatemen Pertanian (revisi terakhir 24 Maret 2009, diunduh 24 Agustus 2010. 72p. Balat Penelitian Ternak Bogor. 2010. Kelinci, Ternak Kecil yang Berfungsi 2010. Teknologi Produksi Di Lahan Kering Masam. htto:/ /balitkabi. bimasakti malang.te.net.id/PDF/Teknotogix20P roduksizz0Kedelai&20di%20lahan&20k ‘ering%20masam.pdf. Nalang. Diunduh 25 Agst 200. Bichse, Andreas;, Pawel _Krajewski, Kristian Kristensen and Wiestaw Pilarczyk. 2006. Trial Setup And Statistical Analysis. In: Dingena Donner and Aart Osman (Eds.): Handbook Cereal Varietas Testing for Organic and Low Input Agriculture. COST86O - SUSVAR. 132p. Cochran, W. G dan G. M. Cox. 1959. Exprimental Design. John Wiley & Sons. NY. Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur. 2010. Potensi Kotoran dan Urine Kelinci. Surabaya. http: //www.disnak Jatim.go.id/web/index.php/Artikel/B ina-Usaha/pupuk-kandang. html Flath, K., M. Cooke, F. Waldow, W.Vogt: Kaute, T. Miedaner, 8. Rodemann, F. Martinez, A. Newton, M. Jalli, L. ‘Munk and J. Willas. 2006. Disease Assessment. In: Dingena Donner and Aart Osman (Eds} : tandbook Cereal Variety Testing for Organic and Low Input Agricultur. COST860 — SUSVAR. Denmark. 132) Gomez, A. K dan A. A Statistic Procedures for Agricultural Research. John Witey f& Sons, NY. 809 Hanum, Chairani; Wahyu Q. Mugnisjah, Sudirman Yahya, Dic Komarudin Idris. 4 2007. Pertumbuhan Aka Cekaman Aluminium, Kek di Kekeringar z (2007, Ojo, D. K., J. 0. Amira, and 0. A. Oduwaye. 2007. Genetic Variability for Biological Nitrogen Fixation Traits in Tropical Soybeans (Glycine max (L) Merr). Nature and Science, 5(1), 69- 74, Pemerintah Kabupaten Garut. 2010. Petani Cilawu Kembali Ke Alam. http//WWW/. Garut. http://www. garutkab.go, id/pub/new s/detail /3954-pevani-cilawu-kembali- ke-atam.htmt Radar Madiun. 13 Juli 2010. Tri Handoko Muji Wibowo, Jadikan Urine Kelinci sebagai Pupuk Cair. Raypp, J. 1996. Quality of Plant Products Grown with — Manure Fertilization. Proc. 4" Meeting in Juva/Findland. Institute for Biodynamic Research. Darmstadt. 48 ». Sa‘diyan, Nyimas. 2006, Pengaruh Proporsi Campuan Varietas Terhadap Hasit Kedelai. Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. http:/ /edl itb.ac.id/adl 1od= browsefop =readétid= _laptunilapp- gal-res-2006-sadiyahnyi-t14. Diunduh 31 Augusts 2010 Sajiman, Yono C Rahardjo dan N. D Purwantari. 2008. Potensi Kotoran Kelinci sebagai Pupuk Organik dan Pemanfaatannya pada Tanaman Pangan dan Sayuran. Balai Penelitian Ternak Bogor. Makalah pada Lokakarya Nasional Potensi dan Peluang Pengembangan Usaha Kelinci. Soedarya, A.P. 2010. Budidaya, Usaha, Pengolahan Agibisnis Jeruk. Pustaka Grafika, Bandung. 182 hm, a, Diana, 2007. Respons Tana Kedelai (Giycine max (L. ‘anah Masam. Karya Tutis. Fakul Pertanian, —_Univesitas Sum; Utara Medan. Walpole, Ronald E. 1993. Per Statistika. Gramedia Pustaka U Edis 3. Jakarta. Jurnal fimiah Pendiaikan Tinggi, Vol.5 Wels, James P. and Martin S. Wolfe. 2002. The performance of variety mixtures and the potential for population breeding in organic farming systems. In: E.T. Lammerts yan Bueren and K-P. Wilbois (EdS.): Organic Seed Production and Plant Breeding - strategies, problems and perspectives. Proceedings of ECO. PB irst International symposium on organic seed production and plant breeding. Berlin, Germany 21-22 November 2002 Wolfe, Martin S. Genetically diverse ‘wheat populations: their performance and use. In: F. Rey, L. Fontaine, A ‘Osman and J. Van Waes (Eds.): Value for Cultivation and Use testing of organic cereal varieties What are the key issues?. Proceedings of the COST ACTION 860 SUSVAR and ECO-PB Workshop in 28-29" February 2008 in Brussels. 58p. Ucapan Terima Kasih Kami peneliti —_ mengucapkan terima kasih kepada Dinas Penidikan Sumatera Utara yang telah mendanai penelitian ini. Ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada Pmpinan Universitas HKBP Nommensen, Dekan Fakultas Peranian dan Ketua Prodi ‘Agroekoteknlogi atas dukungannya.

Anda mungkin juga menyukai