ISSN : 1979 - 9640
JURIDIKTI
Pengaruh Pupuk Organik Ketinci terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kedelai (Glycine max L.)
‘Yante Raya Tampubolon & Sabam Malau
Efeksttas Seberapa Jenis Jamur Dan Bakteri Dalam Mendekomposisi Bahan Organik Yang Berasal Dari
M. ldets dan Dini Mufriah
gembangan Komitmen Normatif Guru Komitmen Normatif Guru, Cerdas Spiritual, Habitual
wondset limiah Esensial dan Kompetensi Abilit
Beiter manuilang & Sri Milfayetty
Pergee Sesio Ekonomi Mahasiswa Terhadap Nilai Ujian Kewirausahaan Mahasiswa
Stach Kasut Pada Politeknik LP3I Gajah Mada, Medan)
Perys Laili Khodri Nasution
in Berbasis Heterogenitas Budaya Di Propinsi Sumut (Studi Research And Development
s Terbesar Di Sumut)
1g) Terhadap Niat Berwirausaha Alumni
19g) sumlah Pengangguran
ae
Pencicikan Karakter dengan Pendekatan Pemecahan Masalah Dalam Mata Kuliah I8SD i
Negen Medan
Drs. M. Joharis, MM, MPd
tmen Afektif Kepala Sekolah Melalui Perilaku Kepemimpinan Partisipatif Di
coaten Nias Selatan
Learning Model of Advance Organizer and Concept Map Media to Increase Motivation and
nievement of Junior High School Students in Mathematics
Banjamahor
cela ANFIS (Adaptive Neuro Fuzzy inferense System) Untuk Memprediksi
umatera Utara
Noorty Evalin
molementasi Model Pembelajaran Berbasis Komputer Untuk Meningkatkan Kompetensi Elektronika
Mahasiswa Jurusan Pendiikan Teknik Elektro Fakultas Teknik Unimed
Amirhud Dalimunthe, ST., M.Kom dan Marwan Affandi. ST
Peneranan Tetnoiog' informasi dan Komunikasi (TIK) Dalam Pembelajaren Pada SMP Di Kecamatan
wecer
ang Mempengaruhi Kinerja
ta Medan
Agribisnis Tanaman Hias ai Kota Medan
Agribusiness Studies of Ornamental Plants in Medan
Abdul Rahman gan Maimunah
%o str Bekerja Dalam Menambah Pendapatan Keluarga, Motivasi Dan Persepsinya Terhadap
Pexenaacrye
ir. Bentka Natbaho, MS! dan ir. Maria Rumondang Sihotang, MSPengaruh Pupuk Organik Kelinci terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kedelai
(Glycine max L.)
Effect of Rabbit Organic Fertilizer on Growth and Production of Soybean
(Glycine max L.)
a dana ‘Malau
Dosen Prodi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas HBP Nommensen,
Jalan Sutomo 4-A, Medan; drsabammalau@hotmail.com
Abstract
It has been detected emphirically that organic agriculture is more growing up on certain
species such as corn, coffee, citrus and vegetables. In near time, it is possible that
‘organic farming will also practiced on soybean. There were 71 varieties of soybean in
commercial market of Indonesia. The problem was that whether there some of those
varieties are sitable for organic farming. Due to limited resources only 3 of them were
Used in this research i.e Anjasmoro, Grobogan, and Kipas Merah Bireuen. The research
used 2 factor treatments namely variety and rabbit fertilizer. Factor variety had 3 (evel,
while factor rabbit fertilizer 5 level of treatment which made 15 combinations. The
fertilizer's dosis level were 0, 25, 50, 75 and 100 t/h. It was used completely block
. design with 4 blocks as replication. The result showed interaction between variety and
rabbit organic fertilizer. Variety Kipas Merch Beureun performed of higher response
rather than of the two varieties. There was no difference in roduction of Kapas Merah
Beuren at 0 and 25 t/ha.
Key words: Glycine max L, soybean, rabbit organic fertilizer
Abstrak
Secara_empirik terdeteksi di indonesia bahwa pertanian organik semakin
berkembang pada spesies-spesies tertentu seperti Jagung, kopi, jeruk, dan sayur. Dalam
waktu dekat di masa depan tidak tertutup kemungkinan diterapkannya sistem pertanian
organik pada kacang kedelai. Varietas komersial kacang kedelai unggul yang beredar di
Indonesia berjumtah 71. Yang menjadi masalah adalah apakah dari semua varietas
tersebut ada varietas yang dapat digunakan untuk pertanian organik. Menemukan
varietas dimaksud tersebut sangat urgen. Setelah membandingkan deskrips| semuo
varietas tersebut don karena keterbatasan sumber dayo, maka peda penelitan ini hanya
digunakan 3 varietas yakni Anjasmoro, Grobogan, dan Kipas Merah Bireuen, Percobaan ini
‘menggunakan 2 faktor (periakukan) yakni fokror varietas faktor pupuk kelinci. Perlakukon
arietas terdiri dari 3 tovaf yakni Anjasmoro, Grobogan, Kipas Merah Bireven. Periokukan
ger ion kombinas! periakukon berjumlah 3 x 5 sama
g o » 100 t/ha. Percobaan ini adatoh
ompok dengan 4 kelompok
nur berbunga (HST)
dan Ureur in 5 ° KSI yang ci "
-aduksi it 09 bifi {g) setelal pur 3 hari). Hsit penetitian
‘menunjukkan eran Ks} ane Yengan dosis pupuk kandang
ketinc ns Merch & wroduksi yang lebih tinggi
nd 4 1s Kipas Merah Beureun membertkan
produksi yang sam a wukan: dosis 25 hc
Kata kunci: Gicine edelai, puouk ketnc
Jurral tlaniah Persdidiken Tinga, voi. 5|, PENDAHULUAN
1.1, Latar Belakang
Fungsi dari pupuk organik adalah
meningkatkan kesuburan fistk, biologi dan
kimia tanah. —Meningkatkan_ kesuburan
fisik tanah berartt tanah menjadi lebih
gembur, lebih banyak ruang pori untuk
udara dan air, dan lebih las daerah
jelajah akar untuk menyerap unsur hara
tanah. Meningkatkan kesuburan biologi
tanah berarti_meningkatkan —jumlah
mikroba dan makroba tanah seperti
cacing yang sangat penting bagi
ekosistem tanah.
". Hasil penelitian Hisbiyudin (2002)
di-Fakultas Peternakan Institut Pertanian
Bogor membuktikan bahwa —kotoran
kelincl lebih tinggi kandungan nutrisinya
bagi cacing tanah dibandingkan kotoran
sapi. _Meningkatkan kesuburan kimia
tanah, berarti meningkatkan kandungan
bara tanah melalui unsur yang
terkandung dalam — pupuk —_kelinci,
Menurut Anonim (1996 dalam Kruepper
2003), jumlah hara Nitrogen (N) dan
Fosfor (P) pada kotoran kelinci tebih
tinggi dibandingkan pada _kotoran
kerbau, sapi, kuda, domba/kambing dan
ayam. Akan tetapi, jumlah unsur hara
Kalium (K) dalam kotoran kelinci lebih
rendah dibandingkan pada
domba/kambing. Anti lainnya
menunjukkan hal yang mirip (Kamara dkk
1996 dalam Sajiman 2008).
‘Ada peluang untuk menemukan
spesies atau varietas yang tingkat
pertumbuhan dan produksinya pada
kondisi pertumbuhan organik sama atau
tidak terlalu rendah dibandingkan tingka!
pertumbuhan dan produksinya pada
kondisi —pertumbuhan —_konvensiona
Pernyotaan tersebut masih merupakan
sebuah hipotests, tetap! berbagat i
telah menunjukkan kebenarannya sunt
sementara waktu. Penurunan
pada Lingkungan tumbuh —_organik
dibandingkan konvensional sebesar 0
hingga 46%, dan bervariasi antara species
dan-musim (ix 2000 dan Lampkin dik
2002 dalam Welsh dan Wolfe 2002)
Penurunan terbesar diperoleh pada
Jurnal lmiah Pendigikan Tinggi, Vol.5
wheat dan terkecil pada beans.
Penurunan terbesar diperoleh pada
musim winter dibandingkan summer,
kecuali pada barley dan beans.
Pada tanaman gandum (wheat),
campuran lebih baik —dibandingkan
varietas tunggal dalam hal produksi pada
kondisi pertumbuhan konvensionan tetapi
tidak selaiu (ebih baik ada kondisi
Pertumbuhan organik (Wolfe 2008).
Hinchsliffe dan Clarke (2006) menemukan
pada gandum (wneat) bahwa campuran
memiliki jumlah tanaman yang tumbuh
lebih banyak pada _kondisi_organik
daripada non-organik. Produksi biji lebih
tinggi sangat nyata pada kondisi_non-
organik daripada organik.
Pada —varietas-varietas spring
cereals (wheat, barley dan oat) terjadi
Penuruan produks! terbesar (34%) pada
Spring wheat pada koondisi organik
dbandingkan —_kondisi__konvensional
(Ingver, Tamm, dan Tamm 2008).
Kualitas biji barley dan oat sama pada
kedua kondisi tersebut. Wheat
menghastkan biji (kernels) yang lebih
besar pada kondist organik. Kandungan
protein pada kondiri organik menurun,
ddan penurunan terbesar pada wheat.
1.2, Masalah Dan Hipotesis
Secara empirik terdeteksi_ di
Indonesia bahwa pertanian organi
semakin berkembang pada spesies-spesies
tertentu seperti jagung, kopi, jeruk, dan
sayur. Dalam waktu dekat di masa depan
tidak tertutup —kemungkinan
diterapkannya sistem pertanian organik
pada kacang kedela
Varietas komersial kacang kedelai
unggul yang bereda di ‘nvlonesia
beriumiah 71 varieta dengan
publikasi di internet be kr
Varietas Unggul Kedeta 2008" yang
Hikeluark she gadant Pereiitien ean
Pengembanga: aniat pateme
Periarnan (Bai Deptan ang
menjadi mas dalah ah dari
emua varietas tersebut ada varietas
yang dapat digunakan untuk pertania
anik. Menemukan varie ‘aksud
sebut sangat —urgen telah
Mbandingkatt cestiost se arietastersebut dan karena keterbatasan sumber
daya, maka pada penelitan ini hanya
digunakan 3 varietas yakni Anjasmoro,
Grobogan, dan Kipas Merah Bireuen,
Ketiga varietas tersebut_ memiliki
iri tertentu berdasarkan hasil penelitian
dan deskripsi varietas. —_Varietas
Anjasmoro berasal dari varietas Mansuria
dari Thailand, Grobogan dari Kabupaten
Grobogan Jwa Tengah, dan Kipas Merah
Bireuen berasal dari NAD (Balitbang
Deptan 2008). _Kipas Merah Bireuen
berakar dalam dan banyak (Balitbang
Deptan 2008). Berdasarkan pebedaan
cirl-ciri tersebut, maka __hipotesis
penelitian ini yang dilaksanakan pada 3
ingkungan tumbuh yakni organik dengan
Pupuk organik ketinci, konvensional dan
tanpa periakuan adalah ada interaksi
yang sangat signifikan antara varietas
dengan lingkungan tumbuh,
1.3, Tujuan Penelitian
Tujuan penelitin ini adalah
menetapkan varietas kacang kedelai yang
tumbuh tebh baik bila dipupuk dengan
pupuk organik kelinci.
1.4. Kontribust Penelitian
Hasil penelitian ini akan
memberikan kontribusi yang berguna bag!
lembaga-lembaga _pemerintah untuk
menggalakkan pertanian organik pada
kedelai. Bagi petani kedelai, petani
dapat memitih varietas yang cocok untuk
dipupuk dengan pupuk organik kelinci
1.5. Fokus Penelitian
Penetitian ini berfokus kepada
pemilihan varietas yang sa
bagi pupuk kandang kei
gai enetiti
nembu
babwa peng
Jurpal itiniah Pendidikan Tinggi, voi
kelinci bahkan lebih tinggi dibandingkan
pupuk domba dan ayam. Hasil penelitian
Sajiman dkk (2008) dari Balai Penelitian
Ternak Bogor mengungkapkan bahwa
pupuk kelinci_ memenuhi standard
kompos. Mereka membuktikan bahwa
pupuk kelinci dapat —meningkatkan
Produksi kentang dan kubis rate-rata
23,5% diatas _pupuk domba. asi
penelitian Balai Penelitian Ternak Bogor
(2010) juga membuktikan bahwa produksi
kubis, jagung sayur, buncis, -kacang
imerah dan kentang yang dipupuk dengan
kotoran kelinci lebih tinggi dibandingkan
dengan pupuk kotoran ayam.
Fungsi dari pupuk organik adalah
meningkatkan kesuburan fisik, biologi dan
kimia ‘tanah. Meningkatkan kesuburan
fisik tanah berarti tanah menjadi lebih
gembur, (ebih banyak ruang pori untuk
ludara_dan air, dan lebih las daerah
Jelajah akar untuk menyerap unsur hara
tanah. Meningkatkan kesuburan biologi
tanah_berarti_ meningkatkan jumlah
mikroba dan makroba tanah seperti
cacing yang sangat penting bagi
ekosistem tanah. —Hasil_penelitian
Hisbiyudin (2002) di Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor _membuktikan
bahwa kotoran kelinci lebih tinggi
kandungan nutrisinya bagi cacing tanah
dibandingkan kotoran sapi. Meningkatkan,
kesuburan —kimia_—tanah, _berarti
meningkatkan kandungan ara tanah
melalui unsur yang terkandung dalam
pupuk kelinci. Menurut Anonim (1996
dalam Kruepper 2003), jumlah
Nitrogen (N) dan (P) pada ko
pandingkan
kelinci tebth tinggi
kotoran kerbs
domba /kamtabel 1. Komposisi kimia pupuk kelinci dan beberapa jenis ternak (% total) (Kamara
dk 1996 dalam Sajiman 2008)
denis pupuk | N P « co | me |. ]
Ketinc! 262 [| 246 | aac | 208 | 04 | 036
Dombe 2 15 3 5 Eas
Sapi 2 15 2 4 ae as
Unggas 5 3 15 4 1 2
Kerbau/sapi | 2 45 2 4 1 Os
Kuda e 1s 45 1s 1 os
Urine kelinci mengendung unsur
hara seperti NPK yang tinggi, yang
jumlahnya lebih banyak sekitar’ empat
hingga tujuh kali tipat dibandingkan
dengan unsur hara dalam urine binatang
lain (Wibowo dalam Radar Madiun 13 Juli
2010).
Di internet dapat juga ditemukan
betapa banyaknya bukti-bukti empiris
lainnya tentang pengaruh positip kotoran
dan urine kelinci bagi pertumbuhan,
Produksi dan kualitas produksi tanaman,
serta tentang pemeliharaan dan
wirausaha kelinci. Bahkan di internet
dapat dibaca_—iklan-iklan yang
menawarkan pupuk organik dari kotoran
dan urine kelincl. Juga di sana dapat
ditemukan cara pembuatan pupuk cair
turine kelinci (Anonim 2010),
Pada pertanian organik tidak
digunakan zat-zat_kimia_petindung
tanaman seperti pestisida dan herbisisda,
dan tidak digunakan pupuk anorganik
Oleh Karena itu, varietas organik harusish
memitiki mekanisme —sendiri untuk
menghadapi lingkungan tumbuhnya yang
beragam dan masukan rendah (low input
farming). Inilah__ yang mendasari
mengapa stabilitas fenotipe menjadi
\ingkup penelitian yang sangat_penting
Jurnat itmiah Pendidikan Tinggi, Vol.5
dalam PTO. Sebaliknya, dalam sistem
pemuliaan —tanaman _konvensional,
Pemulia tanaman menciptakan varietas
yang dapat tumbuh dan berproduksi
‘maksimal dalam lingkungan tumbuh yang
optimal dimana pestisida, herbisida dan
upuk anorganik digunakan. Pada sistem
Pemuliaan—tanaman —_konvensional,
varietas yang dihasitkan — memang
diperuntukkan bagi pertanian masukan
tinggi (high input forming)
Sebagai cabang ilmu yang baru
berkembang di dunia, pemutiaan
tanaman organik (PTO) atau Organic
Plant Breeding (PB) masih perly
melakukan banyak penelitian yang
bertahap dan konprehensip — terkait
dengan pertanyaan tentang kriteria dan
metode seleksi, strategi seteks! dan
kondisi sosio-ekonom dan -hukum
(Lammerts van Bueren 2006). Dalam
aspek kriteria seleksi, penetitian masih
Peri menyediakan dasar itmiah bagi
konsep kesehatar tan
hasil, adaptas mbuhan jagui
dalam —perspektip sistem pertanian
organtk (organic far
Ada pe
spesies ata
Pertumbuhan dankondisi pertumbuhan organik sama atau
tidak terlalu rendah dibandingkan tingkat
pertumbunan dan produksinya pada
kondisi_pertumbuhan —_konvensional.
Pernyataan tersebut masih_merupakan
sebuah hipotesis, tetapi berbagai indikasi
telah_menunjukkan kebenarannya untuk
sementara waktu. Penurunan produksi
Pada lingkungan —tumbuh —_organtk
dibandingkan konvensional sebesar 0
hingga 46%, dan bervariasi antara spesies
dan musim (Nix 2000 dan Lampkin dkk
2002 dalam Welsh dan Wolfe 2002).
Penurunan terbesar diperoleh pada
wheat dan terkecil pada beans.
Penurunan terbesar diperoleh pada
musim winter dibandingkan summer,
kecualt pada barley dan beans,
Pada tanaman gandum (wheat),
campuran lebih baik — dibandingkan,
varietas tunggal dalam hal produks! pada
kondisi pertumbuhan konvensionan tetapi
tidak selalu lebih baik ada _kondisi
Pertumbuhan organik (Wolfe 2008).
Hinchsliffe dan Clarke (2006) menemukan
Pada gandum (wheat) bahwa campuran
memiliki jumlah tanaman yang tumbuh
lebih banyak pada _kondisi_organik
daripada non-organik, Produksi biji lebih
tinggi sangat nyata pada kondisi non-
organik daripada organik.
Pada varietas-varietas spring
cereals (wheat, barley dan oat) terjadi
Penuruan produksi terbesar (34%) pada
spring wheat pada koondisi organik
dbandingkan —kondist_konvensional
(Ingver, Tamm, dan Tamm 2008)
Kualitas biji barley dan oat sama pada
kedua kondisitersebut Wheat
menghastkan biji (kere ng. tebih
be
Secara empirik terdeteksi_ di
Indonesia bahwa pertanian —organik
semakin berkembang pada spesies-spesies
tertentu seperti jagung, kopi, jeruk, dan
sayur. Dalam waktu dekat di masa depan
tidak tertutup kemungkinan
diterapkannya sistem pertanian organtk
pada kacang kedelai
Varietas komersial kacang kedelai
unggul yang beredar di Inionesia
berjumiah 71 varietas sesuai dengan
publikasi di internet berjudul “Deskripsi
Vorietas Unggul Kedetai 1908-2008" yang
dikeluarkan oleh Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian _Depatemen
Pertanian (Balitbang Deptan 2009). Yang
menjadi masalah adalah apakah dari
semua varietas tersebut ada varietas
yang dapat digunakan untuk pertanian
‘organik. -Menemukan varietas dimaksud
tersebut sangat urgen. —_—Setelah
membandingkan deskrips! semua varietas
tersebut dan karena keterbatasan sumber
daya, maka pada penetitan ini hanya
digunakan 3 varietas. yakni Anjasmoro,
Grobogan, dan Kipas Merah Bireuen.
Ketiga varietas tersebut memiliki
ciri tertentu berdasarkan hasil penelitian
dan deskripst_ varietas. —Varietas
‘Anjasmoro berasal dari varietas Mansuria
dari Thailand, Grobogan dari Kabupaten
Grobogan Jwa Tengah, dan Kipas Merah
Bireven berasal dari NAD (Balitbang
Deptan 2008, Tabel 1). Kipas Merah
Bireuen berakar dalam dan baiiyak
(Balitbang Deptan 2008). — Berdasarkan
pebedaan ciri-ciri tersebut, maka
hipotesis penelitian ini yang dilaksanakar
pada 3 lingkungan tumbuh yakni
dengan pupuk —organik ketinci
da interaksi yang saTabel 1. Beberara sifat varietas yang menjadi dasar pemilihan (Balitbang Deptan 2008)
Stat “njasmoro Grotogan | Kipas Merah
| ___Bireuer
‘Asal usul "Nomor galur: Mansuria |” Asal: Penwumnian populasi | Seleksi vanetas
305-494 Lokal Malabar Grobogan, | lokal Kipas Merah,
‘Asal Seleksimassa deri | Kab Grobogan, Jawa | | Bireven, NAD
opulas Tengah
‘galur mumiMansuria | |
‘sal Thailand ales ai
Tahun diepas 2 Oktober 2001 7008 | 2008
+ [Umur berbunga y)_| 35:7-39,4 3032 3545,
Umut potonng 825-025 76 85.90
masak (he)
[Ting em) | 4-68 30-60 EE)
‘Produksi (ton) 208-2. 27730 25:35
Bobot 100 bi (@) | 148-15:3 18 12
‘Adeptasi > ‘Beradapiasi bak pada Dalaran rendah-
beberapa kondsiingkungan | ting
‘umbui yang berbeda cukup
besar, pada musim hujan
dan daereh
berrigas bik |
Tipe Deternint Determinit | deterinit
‘Sift lain Polong tidak mudah | Pada sal panen daun luruh | Perekaran dalam
peceh 95-100% | dan banyak
ie a
Pemuiia ‘Takashi Sanbuich Suharina, M Wuslsh Adie ~
Niagaaki Sekiya, |
Jamaludcin M. Susanto, |
Daman M.A. dan. |
Muchish Adie cs z |
Peneli | T Adisarwanto, Sumarsono, | Buris Han, |
Sunard, | Nezarian. Marwan
| Tiandramukt, li Muchiar, | HM, Faisal
Sinono, SB Rosia Nabhan, |
Purwanto, Sit Krawaniyah, | Maryana
Murbantoro, Aiod, Tin
Yihara, Farid Mufti, dx |
i oo th Boman
i obogat ab
jlengat BPP
Daerah Balai Perbentian |
: ae engah Prowns WA
WL METODE PENELITIAN Percoba,
Jarnat limioh Pendidikan Tinggi, Vol. 5
faktor (pertakul
ini menggunakafaktor pupuk kelinci. Pertakukan varietas
terdiri dari 3 taraf yakni Anjasmoro,
Grobogan, Kipas__ Merah Bireuen.
Perlakukan pupuk kelinci 5 taraf. Dengan
demikian kombinasi_—_perlakukan
berjumlah 3 x 5 sama dengan 15. Dosis
Pupuk organk 0, 25, 50, 75 dan 100 t/ha.
Percobaan ini adalah percobaan
faktorial dengan menggunakan Rancangan
Acak Kelompok dengan 4 kelompok
(Cochran dan Cox 1959, Gomez dan
Gomez 1984, Malau 2005.
Ragam disidik sesuai dengan
Rancangan Acak Kelompok (Cochran dan.
Cox 1959, Gomez dan Gomez 1984,
‘Malau 2005).
Parameter yang diukur adalah
parameter pertumbuhan dan produksi.
Parameter pertumbuhan yang diukur
antara. lain tinggi tanaman, umur
berbunga (HST), dan Umur matang panen
(HST), sedangkan parameter produks!
yang divkur antara tain produksi (t/ha)
dan bobot 1.000 biji (g) (setelah biji
dijemur 3 hari).
Lahan pada pertakuan diolah dua
kali. Jarak waktu antar pengolahan lahan
adalah 1 minggu. Berikut ini dipaparkan
penanaman dan pemeliharaan dengan
mengacu kepada Balitkabi (2010).
Penanaman dilakukan 1 minggu
setelah pengoiahan lahan ke-2. Untuk
mencegah serangan talat bibit, pada
lobang tanam dimasukkan Furadan 3-G
dengan dosis 10 kg/ha atau 5 butir per
lobang. Penanaman dilakukan dengan
tugal dengan kedalaman 3 cm, dengan
Jarak tanam 30 x 20 cm (Marianto dk
2002). Jumlah baris ada 5, dan 8 tobang
Pupuk Organik diberikan satu kali
akni pada saat tanaman berumur 14
hari. Tidak ada huian selama 3 hari
setelah tanam, maka (anah disiram. Tiga
ali terjadi bahwa tidak turun hujan
selama lebih 5 hari sehingga tanah
disiram. Penyiangan dilakukan tiga kati
Jurnal ltmiah Pendidikan Tinggi. Vol.5
(umur 3,
manual.
Untuk mencegah serangan lalat
bibit, sebelum ditanam, benih diberi
periakuan dengan insektisida karbosulfan
(Marshal 25 ST takaran 10-5 g/kg benih
{atau dengan insektisida Marshal 200 EC).
Pada lobang tanam dimasukkan Furadan
3-G dengan dosis 10 kg/ha atau 5 butir
per lobang. Satu minggu setelah benih
menjadi kecambah ——_ditakukan
Penyemprotan dengan insektisida Azodrin
15 WSC, dengan dosis 2 cc/liter air,
volume larutan 1000 iter/ha.
Penyemprotan diulangi pada waktu
kedelai berumur 1 bulan. Ulat prodenia
dilakukan penyemprotan dengan salah
satu insektisida berikut : Azodrin 15 WSC.
Kepik coklat disemprot dengan salah satu
insektisida berikut: Azodrin 15 WSC. Ulat
Penggerek polong, disemprot dengan
salah satu insektisida berikut: Agrothion
50 EC.
Penyulaman dilakukan 6 hari
setelah tanam. Penyulaman dilakukan
sore hari. Panen dilakukan dengan
criteria 90% daun tanaman telah rontok,
polong berwarna kuning/coklat dan telah
mengering. Panen dimulai pada pukul
09.00 pagi, pada saat air embun sudah
hilang. Panen dilakukan dengan cara
memotong tanaman pada pangkal batang
Penelitian dilakukan pada bulan Februari
hingga Oktober 2011
IV. HASIL PENELITIAN
Terdapat interaksi antara dosis
pupuk kelinci dengan varietas
semua parameter yang diukur (Tabe
2, 3, 4, 5). Perbedaan antarvaretas
terulama pada responsnya terhadap do:
pupuk yang semakin tingg). Peningkatar
satu satua keline) aires
dengan besaran ya
masing-masing varietas.
Merah Beureur memberikan res a
paling tinggi pada dosis yang pall
inggiTabel 1. Tinggi tanaman
Dosis pupuk “Anjasmoro
_ keine (t/ha) Beureun _|
o 62,88 S7ia_ | 05a |
3 63.92 59,2ab ~_53,0ab
z 50 65,46 61,3b¢ '54,5be
if 7 69,4be 65,20 612d
300 7aicd 674d 3.54
| perbedaan yang nyata pada taraf ui 5%.
‘Tabel 2. Umur berbunga
“Angka-angka yang diiukuti dengan huruf kecl yang berbeda menunjukkan
“Angka-angka yang diiukuti
perbedaan yang nyata pada taraf uji 5%.
Tabel 3. Umur matang panen
| Dosis pupuk
| retine (ura) |
Tabel 4. Produkst
| bosis pup
Jurnat iimiat Pendidikan Tinggi, Vot.5
_[Anjasmoro | Grobogan
‘Umnor Berbunga (HST) =
Dosis pupuk Anjasmoro: Grobogan Kipas Merah
kelinci (t/ha) Beureun
=n 39,98 29,58 “42a |
"5 3858 3058 | 4556
pea 38a 30,98 433¢
7B 361b | 32.56 43,8¢d
100 mesa [ae 39,5¢
sigan huruf Kecil ang berbe
2 menunjukkan
| Kipas Merah
Beureun
915.Beureun
16a 2258 2368
2,02b 2,62ab 2,52
2tlbe 2,75be —__3,10b)
232cd 352d 3,584
2.44de 3,780 aize |
Tabel 5. Bobot 100 butir
“Angka-angka yang diiukuti dengan hurut ke
erbedaan yang nyata pada tarafujiS
yang berbeda menunjukkan
Bobot 100 butir(g)
Dosis pupuk Grobogan Kipas Merah
kelinci(t~ha) __Beureun
26a 9,14
se 13.4b, a ae
13,96 ‘ zl
' 35.1c =
35,76 18.94 13,14
V. PEMBAHASAN
Perbedaan —_respos
terhadap Kondisi_ tanpa__pemupukan
dibandingkan dengan pemupukan dengan
dosis 25 tha (Tabel 4) memberikan
indikasi bahwa_ varietas Kipas Merah
Beureun lebih dapat menyesuaikan diri
terhadap kondisi tanah marginal. Varietas
Kipas Merah Beureun — memberikan
roduksi yang sama dengan pempukan
dosis 25 t/ha. Akan tetapi, Kipas Merah
Beureun memberikan kenaikan produkst
yang lebih besar sejalan dengan
Peningkatan produksi. Produksi Kipas
Merah Beureun lebih tinggi pada dosis
100 t/ha dibandingkan dosis 75 t/ha
sedangkan pada varicias Anjasmoro dan
Grobogan memberikan produkt
varietas
sama pada dosis 100 t/ha diband)
dosis 75 t/ha. Kemungkinan hat i
disebahan oieh sistem peraka:
Merah Beureun memililé peraka;
dalam —dibandingkan dengan ke
varietas lainnya berdasarkan De:
Varietas.
Dengan demikian ada peluang
untuk menemukan spesias ata varie
yang Gngkat per tumbuha r
Jurnet tuiah Pendidikan Tinggi. Vo
| Angka-angka yang diiukati dengan huruf kecll yang berbeda menunjukkan
Produksinya pada kondisi pertumbuhan
organik sama atau tidak terlalu rendah
dibandingkan tingkat pertumbuhan dan
produksinya paca kondisi pertumbuhan
konvensional. —Dbandingkan dengan
tanaman lain, penurunan produksi pada
lingkungan tumbuh organik dibandingkan
konvensional sebesar 0 hingga 46%, dan
bervariasi antara spesies dan musim (Nix
2000 dan Lampkin dkk 2002 dalam Welsh
dan Wolfe 2002). Penurunan terbesar
diperoleh pada wheat dan terkecil pada
beans. Penurunan terbesar diperoleh
pada musim winter dibandingkan
summer, kecuali pada barley dan beans.
Kesuburan yang disebabkan ole!
pupuk —kelinci_ telah meningkatkar
kesuburan fisik. biologi dan kimia tanah
Meningkatkan kesuburan fisik _tanah
erartt tanah menjadi lebih gembur
lebih banyak ruang pori untuk udara dar
9 kesuburan biolog) tanah
ti meningkatkan jumtah
Ikroba tanah seperti cacin
ang ting bagi ekosister
sil penelitian HisbiyudinBogor _membuktikan bahwa kotoran
kelinci tebih tinggi kandungan nutrisinya
bagi cacing tanah dibandingkan kotoran
sapi.. Meningkatkan kesuburankimia
tanah, berarti meningkatkan kandungan
hara tanah melalui unsur yang
terkandung dalam pupuk —_ketinci.
Menurut_Anonim (1996 dalam Kruepper
2003), jumtah hara Nitrogen (N) dan
Fosfor (P) pada kotoran kelinci lebih
tinggi dibandingkan pada _kotoran
kerbau, sapi, kuda, domba’kambing dan
ayam, Akan tetapi, jumlah unsur hara
Kalium (kK) dalam kotoran kelinci lebih
rendah dibandingkan pada
domba/kambing.. ‘Anti tainnya
‘menunjukkan hal yang mirip (Kamara dkk
1996 dalam Sajiman 2008).
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Terdapat interaksi antara varietas
dengan dosis_pupuk kandang_ kelinci.
Varietas —Kipas— Merah Beureun
memberikan laju produksi yang lebih
tinggi dibandingkan dengan kedua
varietas lainnya. Varietas Kipas Merah
Beureun memberikan produksi yang sama
pada kondisitanpa pupuk dengan
pepupukan dosis 25 t/ha,
6.2, Saran
Pada pertanaman kacang kedelai
pada lahan marginal dan _tingkat
kesuburang yang tinggi digunakan Kipas
Merah Beureun kalau ditinjau dari segi
resposnya. Tetapt ditinjau dari segi dosis
pupuk, gunakantah dosis 75 t/ha optimal
pada Anjasmoro cian Grobogan
DAFTAR PUSTAKA
nonim 2010, Cara Sembuatan Pupuk
Cam Dari Urine Kelinci. Kembar
Rabbit
het bit. blogspot
010/01 /cara-pembuatan-pupuk-cair_
dari-urine.html
Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian, 2009. Deskripsi Variete
Unggui Kedelai 1908-2008. Badan
Penelitian dan Pengembangan
uurnal llmigh Pendidikan Tinggi, Vol.
Pertanian Depatemen Pertanian
(revisi terakhir 24 Maret 2009,
diunduh 24 Agustus 2010. 72p.
Balat Penelitian Ternak Bogor. 2010.
Kelinci, Ternak Kecil yang Berfungsi
2010. Teknologi Produksi
Di Lahan Kering Masam.
htto:/ /balitkabi. bimasakti
malang.te.net.id/PDF/Teknotogix20P
roduksizz0Kedelai&20di%20lahan&20k
‘ering%20masam.pdf. Nalang.
Diunduh 25 Agst 200.
Bichse, Andreas;, Pawel _Krajewski,
Kristian Kristensen and Wiestaw
Pilarczyk. 2006. Trial Setup And
Statistical Analysis. In: Dingena
Donner and Aart Osman (Eds.):
Handbook Cereal Varietas Testing for
Organic and Low Input Agriculture.
COST86O - SUSVAR. 132p.
Cochran, W. G dan G. M. Cox. 1959.
Exprimental Design. John Wiley &
Sons. NY.
Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur.
2010. Potensi Kotoran dan Urine
Kelinci. Surabaya.
http: //www.disnak
Jatim.go.id/web/index.php/Artikel/B
ina-Usaha/pupuk-kandang. html
Flath, K., M. Cooke, F. Waldow, W.Vogt:
Kaute, T. Miedaner, 8. Rodemann, F.
Martinez, A. Newton, M. Jalli, L.
‘Munk and J. Willas. 2006. Disease
Assessment. In: Dingena Donner and
Aart Osman (Eds} : tandbook Cereal
Variety Testing for Organic and Low
Input Agricultur. COST860 — SUSVAR.
Denmark. 132)
Gomez, A. K dan A. A Statistic
Procedures for Agricultural Research.
John Witey f& Sons, NY. 809
Hanum, Chairani; Wahyu Q. Mugnisjah,
Sudirman Yahya, Dic
Komarudin Idris. 4
2007. Pertumbuhan Aka
Cekaman Aluminium, Kek di
Kekeringar z
(2007,Ojo, D. K., J. 0. Amira, and 0. A.
Oduwaye. 2007. Genetic Variability
for Biological Nitrogen Fixation Traits
in Tropical Soybeans (Glycine max (L)
Merr). Nature and Science, 5(1), 69-
74,
Pemerintah Kabupaten Garut. 2010.
Petani Cilawu Kembali Ke Alam.
http//WWW/. Garut.
http://www. garutkab.go, id/pub/new
s/detail /3954-pevani-cilawu-kembali-
ke-atam.htmt
Radar Madiun. 13 Juli 2010. Tri
Handoko Muji Wibowo, Jadikan Urine
Kelinci sebagai Pupuk Cair.
Raypp, J. 1996. Quality of Plant
Products Grown with — Manure
Fertilization. Proc. 4" Meeting in
Juva/Findland. Institute for
Biodynamic Research. Darmstadt. 48
».
Sa‘diyan, Nyimas. 2006, Pengaruh
Proporsi Campuan Varietas Terhadap
Hasit Kedelai. Fakultas Pertanian,
Universitas Lampung.
http:/ /edl itb.ac.id/adl 1od=
browsefop =readétid= _laptunilapp-
gal-res-2006-sadiyahnyi-t14. Diunduh
31 Augusts 2010
Sajiman, Yono C Rahardjo dan N. D
Purwantari. 2008. Potensi Kotoran
Kelinci sebagai Pupuk Organik dan
Pemanfaatannya pada Tanaman
Pangan dan Sayuran. Balai Penelitian
Ternak Bogor. Makalah pada
Lokakarya Nasional Potensi dan
Peluang Pengembangan Usaha Kelinci.
Soedarya, A.P. 2010. Budidaya, Usaha,
Pengolahan Agibisnis Jeruk. Pustaka
Grafika, Bandung. 182 hm,
a, Diana, 2007. Respons Tana
Kedelai (Giycine max (L.
‘anah Masam. Karya Tutis. Fakul
Pertanian, —_Univesitas Sum;
Utara Medan.
Walpole, Ronald E. 1993. Per
Statistika. Gramedia Pustaka U
Edis 3. Jakarta.
Jurnal fimiah Pendiaikan Tinggi, Vol.5
Wels, James P. and Martin S. Wolfe.
2002. The performance of variety
mixtures and the potential for
population breeding in organic
farming systems. In: E.T. Lammerts
yan Bueren and K-P. Wilbois (EdS.):
Organic Seed Production and Plant
Breeding - strategies, problems and
perspectives. Proceedings of ECO.
PB irst International symposium on
organic seed production and plant
breeding. Berlin, Germany 21-22
November 2002
Wolfe, Martin S. Genetically diverse
‘wheat populations: their performance
and use. In: F. Rey, L. Fontaine, A
‘Osman and J. Van Waes (Eds.): Value
for Cultivation and Use testing of
organic cereal varieties What are the
key issues?. Proceedings of the COST
ACTION 860 SUSVAR and ECO-PB
Workshop in 28-29" February 2008 in
Brussels. 58p.
Ucapan Terima Kasih
Kami peneliti —_ mengucapkan
terima kasih kepada Dinas Penidikan
Sumatera Utara yang telah mendanai
penelitian ini. Ucapan terima kasih juga
kami sampaikan kepada Pmpinan
Universitas HKBP Nommensen, Dekan
Fakultas Peranian dan Ketua Prodi
‘Agroekoteknlogi atas dukungannya.