Anda di halaman 1dari 22

Kegemukan

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Kegemukan

Siluet dan lingkar pinggang yang memperlihatkan


berat badan normal, kelebihan berat, dan kegemukan
Klasifikasi dan rujukan luar
Bidang
Endokrinologi
ICD-10
E66.
ICD-9-CM
278
OMIM
601665
DiseasesDB
9099
MedlinePlus
003101
eMedicine
med/1653
MeSH
C23.888.144.699.500
[sunting di Wikidata]
Kegemukan atau obesitas adalah suatu kondisi medis berupa kelebihan lemak tubuh yang
terakumulasi sedemikian rupa sehingga menimbulkan dampak merugikan bagi kesehatan, yang
kemudian menurunkan harapan hidup dan/atau meningkatkan masalah kesehatan.[1][2] Seseorang
dianggap menderita kegemukan (obese) bila indeks massa tubuh (IMT), yaitu ukuran yang
diperoleh dari hasil pembagian berat badan dalam kilogram dengan kuadrat tinggi badan dalam
meter, lebih dari 30 kg/m2.[3]
Kegemukan meningkatkan peluang terjadinya berbagai macam penyakit, khususnya penyakit
jantung, diabetes tipe 2, apnea tidur obstruktif, kanker tertentu, osteoartritis[2] dan asma[2][4][5].
Kegemukan sangat sering disebabkan oleh kombinasi antara asupan energi makanan yang
berlebihan, kurangnya aktivitas fisik, dan kerentanan genetik, meskipun sebagian kecil kasus
terutama disebabkan oleh gen, gangguan endokrin, obat-obatan atau penyakit psikiatri. Hanya
sedikit bukti yang mendukung pandangan bahwa orang yang gemuk makan sedikit namun berat
badannya bertambah karena metabolisme tubuh yang lambat; rata-rata orang gemuk

mengeluarkan energi yang lebih besar dibandingkan orang yang kurus karena dibutuhkan energi
untuk manjaga massa tubuh yang lebih besar.[6][7]
Pengaturan diet dan aktivitas fisik masih menjadi tata laksana utama kegemukan. Kualitas
asupan dapat diperbaiki dengan mengurangi konsumsi makanan padat energi contohnya
makanan yang tinggi lemak dan gula, serta dengan meningkatkan asupan serat. Obat-obatan antikegemukan dapat dikonsumsi untuk mengurangi selera makan atau menghambat penyerapan
lemak, disertai dengan asupan diet yang tepat. Apabila diet, olahraga, dan obat-obatan belum
efektif, maka balon lambung dapat membantu mengurangi berat badan, atau operasi dapat
dilakukan untuk mengurangi volume lambung dan/atau panjang usus sehingga dapat
memberikan rasa kenyang yang lebih dini dan menurunkan kemampuan penyerapan nutrisi dari
makanan.[8][9]
Kegemukan adalah penyebab kematian yang dapat dicegah paling utama di dunia, dengan
prevalensi pada orang dewasa dan anak yang semakin meningkat, sehingga pihak berwenang
menganggap kegemukan sebagai salah satu masalah kesehatan masyarakat paling serius pada
abad 21.[10] Kegemukan umumnya merupakan stigma di dunia modern (khususnya di Dunia
barat), meskipun pada suatu waktu dalam sejarah, kegemukan secara luas dianggap sebagai
simbol kekayaan dan kesuburan, dan masih dianggap demikian di beberapa bagian di dunia
hingga sekarang.[2][11]
Pada tahun 2013, orang dengan kegemukan di dunia berjumlah 2,1 miliar dan Indonesia masuk
urutan 10 besar dengan orang kegemukan berjumlah 40 juta orang atau setara seluruh penduduk
Jawa Barat. Tidak seperti halnya di negara maju yang gemuk kebanyakan adalah laki-laki, maka
di Indonesia yang gemuk kebanyakan adalah perempuan.[12]

Klasifikasi
Kegemukan adalah suatu kondisi medis berupa kelebihan lemak tubuh yang terakumulasi
sedemikian rupa hingga menyebabkan dampak merugikan bagi kesehatan.[1] Kegemukan dinilai
berdasarkan indeks massa tubuh (IMT), dan selanjutnya berdasarkan distribusi lemak melalui
rasio pinggang-panggul dan total faktor risiko kardiovaskular.[13][14] IMT sangat erat hubungannya
dengan persentase lemak tubuh dan total lemak tubuh.[15]

Seorang pria "super obesitas" dengan IMT 47 kg/m2: berat 146 kg (322 lb), tinggi 177 cm (5 kaki
10 in)
Pada anak, berat badan yang sehat bervariasi berdasarkan usia dan jenis kelamin. Kegemukan
pada anak dan remaja tidak didefinisikan dengan suatu angka mutlak, namun berhubungan
dengan riwayat kelompok dengan berat badan yang normal, kegemukan didefinisikan apabila

IMT lebih besar dari persentil ke-95.[16] Data Referensi yang menjadi dasar penentuan persentil
ini berasal dari tahun 1963 hingga 1994, dan oleh karena itu belum dipengaruhi oleh peningkatan
berat badan yang terjadi akhir-akhir ini.[17]
IMT
< 18.5
18.524.9
25.029.9
30.034.9
35.0-39.9
40.0

Klasifikasi
berat badan kurang
normal
berat badan lebih
kegemukan kelas I
kegemukan kelas II
kegemukan kelas III

IMT dihitung dengan cara membagi berat badan subjek dengan kuadrat tinggi badannya, yang
biasanya ditulis baik dalam satuan metrik maupun dalam sistem Amerika :
Metrik:
Sistem Amerika dan imperial: dengan
adalah berat badan subyek dalam pon dan adalah tinggi badan subyek dalam inci.
Definisi yang paling sering dipakai adalah yang dibuat oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
pada 1997 dan dipublikasikan pada 2000, seperti yang tertera pada tabel di sebelah kanan.[3]
Beberapa lembaga membuat modifikasi dari definisi WHO tersebut. Literatur Bedah membagi
kegemukan "kelas III" menjadi beberapa kategori, yang angkanya masih menjadi perdebatan.[18]

IMT 35 atau 40 disebut kegemukan berat

IMT 35 atau 4044.9 atau 49.9 disebut kegemukan morbid

IMT 45 atau 50 disebut kegemukan super/super obese

Karena populasi Asia memperlihatkan dampak negatif kegemukan terhadap kesehatan pada nilai
IMT yang lebih rendah dibandingkan populasi Kaukasia, beberapa negara membuat definisi
ulang kegemukan; seperti di Jepang yang mendefinisikan kegemukan sebagai nilai IMT lebih
dari 25 [19] sedangkan China menggunakan nilai IMT lebih dari 28.[20]

Dampak terhadap kesehatan


Berat badan berlebihan memiliki keterkaitan dengan berbagai macam penyakit, khususnya
penyakit kardiovaskular, diabetes mellitus tipe 2, apnea tidur obstruktif, kanker tertentu,
osteoartritis[2] dan asma[2][4][5]. Oleh karena itu, kegemukan terbukti menurunkan harapan hidup.[2]

Mortalitas

Risiko kematian relatif selama lebih dari 10 tahun pada pria


(kiri) dan wanita (kanan) kulit putih yang belum pernah
merokok di Amerika Serikat berdasarkan IMT.[21]
Kegemukan adalah salah satu dari penyebab kematian yang dapat dicegah utama di dunia.[10][22][23]
Studi berskala luas di Amerika dan Eropa menunjukkan bahwa risiko mortalitas paling rendah
terjadi pada IMT 2025 kg/m2[21][24] pada kelompok non-perokok dan 2427 kg/m2 pada
kelompok perokok, dengan risiko yang kian meningkat seiring perubahan angka IMT ke kedua
arah.[25][26] IMT lebih dari 32 berhubungan dengan angka kematian dua kali lipat lebih tinggi pada
wanita setelah 16 tahun kemudian.[27] Di Amerika Serikat, kegemukan diperkirakan menambah
jumlah kematian sebanyak 111,909 hingga 365,000 per tahun,[2][23] sementara 1 juta kematian
(7.7%) di Eropa berhubungan dengan berat badan berlebihan.[28][29] Kegemukan rata-rata akan
mengurangi harapan hidup hingga enam hingga tujuh tahun:[2][30] IMT 3035 mengurangi
harapan hidup dua hingga empat tahun,[24] sementara kegemukan berat (IMT > 40) mengurangi
harapan hidup hingga 10 tahun.[24]

Morbiditas
Kegemukan meningkatkan berbagai risiko gangguan fisik dan mental. Komorbiditas ini paling
sering terlihat pada sindrom metabolik,[2] yang merupakan kombinasi gangguan medis berupa:
diabetes melitus tipe 2, tekanan darah tinggi, kolesterol darah tinggi, dan kadar trigliserida tinggi.
[31]

Komplikasi dapat secara langsung disebabkan oleh kegemukan, atau secara tidak langsung
berhubungan dengan mekanisme yang juga menyebabkan kegemukan, seperti asupan diet yang
tidak sehat atau akibat gaya hidup kurang bergerak. Terdapat variasi kekuatan hubungan antara
kegemukan dengan penyakit tertentu. Salah satu hubungan yang paling kuat adalah dengan
diabetes tipe 2. Kelebihan lemak tubuh merupakan penyebab 64% kasus diabetes pada pria dan
77% pada wanita.[32]
Konsekuensi kesehatan yang terjadi dibagi menjadi dua kategori utama, yaitu: konsekuensi
akibat meningkatnya massa lemak (misalnya osteoartritis, apnea tidur obstruktif, stigma sosial)
dan konsekuensi yang akibat meningkatnya jumlah sel lemak (diabetes, kanker, penyakit
kardiovaskular, penyakit perlemakan hati non-alkoholik).[2][33] Peningkatan lemak tubuh
mengubah respon tubuh terhadap insulin sehingga berpotensi menyebabkan penolakan insulin.
Peningkatan lemak juga mengakibatkan kondisi proinflamasi,[34][35] dan kondisi protrombosis.[33]
[36]

Bidang
Medis

Kardiologi

Endokrinologi
dan Obatobatan
reproduksi

Kondisi

penyakit jantung iskemik:[37]


angina dan infark miokard

gagal jantung kongestif[2]

tekanan darah tinggi[2]

kadar kolesterol tidak


normal[2]

trombosis vena dalam dan


emboli paru[38]

diabetes mellitus[2]

sindrom ovarium
polikistik[2]

gangguan menstruasi[2]

mandul[2][41]

komplikasi selama
kehamilan[2][41]

Kelainan bawaan[2]

kematian janin dalam


kandungan[41]

Bidang Medis

Kondisi

gurat peregangan[39]

akantosis nigrikan[39]

limfedema[39]

selulitis[39]

hirsutisme[39]

intertrigo[40]

penyakit refluks
gastroesofagus[2][42]

penyakit perlemakan
hati[2]

kolelitiasis (batu
empedu)[2]

Dermatologi

Gastrointestinal

Onkologi[49]

Neurologi

stroke[2]

payudara, ovarium

meralgia parestetika[43]

esofagus, kolorektal

migren[44]

hati, pankreas

sindroma saluran karpal[45]

kandung empedu,
lambung

demensia[46]

hipertensi intrakranial
idiopatik[47]

endometrium, serviks

prostat, ginjal

limfoma nonHodgkin, mieloma


multipel

apnea tidur
obstruktif[2][5]

sindrom hipoventilasi
kegemukan[2][5]

asma[2][5]

Peningkatan
komplikasi selama
anestesi umum[2][7]

disfungsi ereksi[53]

inkontinensia[54]

gagal ginjal kronis[55]

hipogonadisme[56]

penis terbenam[57]

multipel sklerosis[48]

depresi pada wanita

Psikiatri

[2]

Respirologi

Rheumatologi
dan Ortopedi

[2]

stigma sosial

gout[50]
sulit bergerak[51]
osteoartritis[2]
nyeri punggung

Urologi dan
Nefrologi

[52]

Paradoks Kesintasan
Meskipun dampak negatif kegemukan terhadap kesehatan pada populasi umum ditunjang oleh
bukti yang kuat, namun kesehatan subgrup tertentu tampaknya lebih baik bila angka IMT-nya
lebih besar. Fenomena ini dikenal sebagai paradoks kesintasan kegemukan.[58] Paradoks tersebut
pertama kali dikemukakan tahun 1999 pada kelompok pasien gizi lebih dan kegemukan yang
menjalani hemodialisis,[58] yang kemudian ditemukan juga pada pasien dengan gagal jantung dan
penyakit arteri perifer (PAT).[59]

Pasien gagal jantung dengan IMT antara 30,0 dan 34,9 menunjukkan angka kematian yang lebih
rendah dibandingkan pasien dengan berat badan normal. Hal ini dikaitkan dengan kenyataan
bahwa berat badan seseorang akan semakin turun seiring dengan bertambah beratnya penyakit.[60]
Hal serupa juga telah ditemukan pada jenis penyakit jantung yang lain. Pasien dengan
kegemukan kelas I yang mempunyai penyakit jantung tidak lebih cepat berkembang menjadi
gangguan jantung lanjut dibandingkan pasien dengan berat badan normal yang mempunyai
penyakit jantung. Meskipun demikian, pada pasien dengan tingkat kegemukan yang lebih berat,
risiko gangguan jantung lanjut akan meningkat.[61][62] Meskipun telah dilakukan operasi jantung
bypass, peningkatan angka kematian pada kelompok dengan berat badan lebih dan kegemukan
tetap tidak ditemukan .[63] Sebuah studi menunjukkan bahwa kesintasan yang lebih baik tersebut
mungkin disebabkan oleh pengobatan pasien kegemukan yang lebih agresif setelah terjadinya
serangan jantung.[64] Studi lain menunjukkan bahwa bila penyakit paru obstruktif kronik (PPOK)
juga ditemukan pada pasien dengan penyakit arteri perifer maka kegemukan tidak lagi menjadi
kondisi yang menguntungkan.[59]

Penyebab
Pada individu per individu, kombinasi antara kelebihan asupan energi makanan dan kurangnya
aktivitas fisik dapat menjelaskan sebagian besar kasus kegemukan.[65] Sejumlah kecil kasus
umumnya disebabkan oleh faktor genetik, alasan medis, atau penyakit kejiwaan.[66] Sebaliknya
pada masyarakat, laju kegemukan yang meningkat mungkin disebabkan karena mudahnya
mendapatkan makanan dan banyaknya makanan yang enak,[67] meningkatnya ketergantungan
pada mobil, dan meningkatnya penggunaan mesin untuk proses produksi.[68][69]
Suatu tinjauan pada 2006 mengidentifikasi sepuluh kemungkinan lain penyebab meningkatnya
kegemukan akhir-akhir ini: (1) kurang tidur, (2) berbagai pengganggu endokrin (polutan
lingkungan yang memengaruhi metabolisme lipid), (3) menurunnya variabilitas suhu lingkungan,
(4) menurunnya jumlah perokok, karena merokok menekan nafsu makan, (5) meningkatnya
penggunaan obat-obatan yang menyebabkan kenaikan berat badan (misalnya, antipsikotik
atipikal), (6) meningkatnya etnik dan kelompok umur yang secara proporsional cenderung lebih
berat, (7) kehamilan pada usia lebih tua (yang dapat menyebabkan kerentanan anak mengalami
kegemukan), (8) epigenetik faktor risiko yang diturunkan antar generasi, (9) seleksi alam untuk
BMI yang lebih tinggi, dan (10) pasangan asortatif yang menyebabkan meningkatnya konsentrasi
faktor risiko kegemukan (hal ini akan meningkatkan jumlah orang yang gemuk dengan
meningkatnya varians berat badan populasi).[70] Meskipun terdapat cukup bukti yang mendukung
pengaruh mekanisme ini terhadap meningkatnya prevalensi kegemukan, bukti yang ada masih
belum konklusif, dan penulis menyatakan bahwa mekanisme ini mungkin tidak terlalu besar
perannya dibandingkan mekanisme yang didiskusikan pada paragraf sebelum ini.

Pola makan

Peta ketersediaan energi bahan makanan per orang per hari


pada 1961 (kiri) dan 20012003 (kanan) dalam satuan
kkal/orang/hari.[71]
no data
26002800
<1600
28003000
16001800
30003200
18002000
32003400
20002200
34003600
22002400
>3600
24002600

Rerata konsumsi energi per kapita dunia dari tahun 1961 hingga tahun 2002[71]
Persediaan energi makanan per kapita sangat bervariasi antara wilayah dan negara yang berbeda.
Hal ini pun berubah secara signifikan sejalan dengan waktu.[71] Dari awal 1970an sampai akhir
1990an rerata kalori yang tersedia per orang per hari (jumlah makanan yang dibeli) mengalami
kenaikan di berbagai tempat di dunia kecuali di Eropa Timur. Amerika Serikat mencapai
ketersediaan tertinggi yaitu 3,654 kalori per orang pada 1996.[71] Hal ini terus bertambah pada
2003 menjadi 3,754.[71] Pada akhir 1990an Eropa mencapai 3,394 kalori per orang, di wilayah
berkembang di Asia mencapai 2,648 kalori per orang, dan di Afrika sub-Sahara, penduduk
mendapat 2,176 kalori per orang.[71][72] Total konsumsi kalori telah terbukti berhubungan dengan
kegemukan.[73]
Ketersediaan pedoman nutrisi[74] secara luas tidak terlalu berperan dalam mengatasi masalah
makan berlebih dan pilihan makanan yang buruk.[75] Sejak 1971 hingga 2000, laju kegemukan di
Amerika Serikat meningkat dari 14.5% ke 30.9%.[76] Dalam kurun waktu yang sama,
peningkatan juga terjadi pada rerata jumlah energi makanan yang dikonsumsi. Untuk wanita,
rerata kenaikan adalah sebesar 335 kalori per hari (1,542 kalori pada 1971 dan 1,877 kalori pada
2004), sementara untuk laki-laki rerata kenaikan adalah 168 kalori per hari (2,450 kalori pada
1971 dan 2,618 kalori pada 2004). Sebagian besar kelebihan energi makanan ini berasal dari
meningkatnya konsumsi karbohidrat dan bukan dari konsumsi lemak.[77] Sumber utama
karbohidrat berlebih ini berasal dari minuman manis, yang saat ini mencapai hampir 25 persen
energi makanan harian dewasa muda di Amerika,[78] dan keripik kentang.[79] Konsumsi minuman
manis dipercaya sebagai penyumbang naiknya angka kegemukan.[80][81]
Seiring dengan meningkatnya ketergantungan masyarakat pada makanan yang padat -energi,
berporsi besar, dan cepat saji, hubungan antara konsumsi makanan cepat saji dan kegemukan
menjadi semakin mendapatkan perhatian.[82] Di Amerika Serikat konsumsi makanan cepat saji
naik tiga kali lipat dan asupan energi makanan dari makanan ini meningkat empat kali lipat
antara 1977 dan 1995.[83]

Kebijakan pertanian dan teknik di Amerika Serikat dan Eropa telah menyebabkan turunnya harga
makanan. Di Amerika Serikat, subsidi untuk jagung, kedelai, gandum, dan beras melalui
Undang-undang pertanian AS telah membuat sumber utama makanan yang telah diproses
menjadi murah dibandingkan dengan buah dan sayuran.[84]
Orang yang mengalami kegemukan secara konsisten kurang melaporkan makanan yang
dikonsumsinya dibandingkan orang dengan berat badan normal.[85] Hal ini didukung baik oleh uji
yang dilakukan di ruang kalorimeter [86] maupun melalui pengamatan langsung.

Gaya hidup kurang bergerak


Gaya hidup kurang bergerak mempunyai peran yang penting dalam terjadinya kegemukan.[87] Di
seluruh dunia terjadi kecenderungan pergeseran pekerjaan yang menuntut aktivitas fisik yang
lebih sedikit,[88][89][90] dan saat ini setidaknya 60% populasi dunia tidak melakukan olahraga yang
cukup.[89] Hal ini terutama disebabkan oleh bertambahnya penggunaan transportasi mekanik dan
bertambahnya teknologi hemat tenaga fisik yang ada di rumah.[88][89][90] Pada anak-anak,
penurunan aktivitas fisik tampaknya terjadi karena kurang berjalan kaki dan kurangnya pelajaran
olah raga.[91] Kecenderungan dunia dalam mengisi waktu luang secara aktif aktivitas fisik tampak
kurang nyata. Organisasi Kesehatan Dunia menyatakan bahwa orang di seluruh dunia kurang
mencari kegiatan rekreasi yang melibatkan aktivitas fisik, sementara studi di Finlandia[92]
memperlihatkan adanya peningkatan dan studi di Amerika Serikat menunjukkan tidak adanya
perubahan signifikan dari kegiatan rekreasi yang melibatkan aktivitas fisik.[93]
Baik pada anak maupun dewasa, terdapat hubungan antara lamanya waktu menonton televisi
dengan risiko kegemukan.[94][95][96] Suatu kajian menemukan bahwa 63 dari 73 penelitian (86%)
menunjukkan adanya peningkatan angka kegemukan anak seiring dengan meningkatnya paparan
media, dengan angka yang meningkat secara proporsional terhadap waktu yang dihabiskan untuk
menonton televisi.[97]

Genetika

Sebuah lukisan pada 1680 karya Juan Carreno de Miranda terhadap seorang gadis yang
diperkirakan menderita Sindrom Prader-Willi[98]
Seperti sejumlah kondisi medis lainnya, kegemukan merupakan hasil perpaduan antara faktor
genetik dan faktor lingkungan.Polimorfisme pada berbagai gen yang mengontrol nafsu makan
dan metabolisme merupakan predisposisi terjadinya kegemukan apabila terdapat energi makanan
yang cukup. Pada 2006 lebih dari 41 situs ini telah ditautkan dengan terjadinya kegemukan
apabila terdapat lingkungan yang sesuai.[99] Seseorang yang memiliki dua rangkap gen FTO (gen
yang berhubungan dengan massa lemak dan kegemukan) telah ditemukan rata-rata mempunyai
berat lebih banyak 34 kg dan berisiko mengalami kegemukan 1,67- kali lebih besar
dibandingkan seseorang yang tanpa risiko alel.[100] Persentasi populasi kegemukan yang
disebabkan oleh faktor genetik cukup bervariasi, bergantung pada populasi yang diperiksa, dan
berkisar antara 6% hingga 85%.[101]
Kegemukan merupakan gambaran utama pada beberapa sindrom, misalnya Sindrom PraderWilli, Sindrom Bardet-Biedl, Sindrom Cohen, dan Sindrom MOMO. (Istilah "kegemukan tanpa
sindrom" kadang-kadang dipakai sebagai pengecualian terhadap kondisi tersebut.)[102] Pada orang
dengan kegemukan berat dini (didefinisikan dengan onset sebelum usia 10 tahun dan indeks
masa tubuh lebih dari tiga standar deviasi di atas normal), sejumlah 7% mempunyai mutasi DNA
satu titik.[103]
Studi yang berfokus pada pola keturunan dibandingkan gen spesifik telah menemukan bahwa
80% keturunan dari dua orang tua yang kegemukan juga mengalami kegemukan orang tua yang
kegemukan, sangat kontras dengan hanya kurang dari 10% keturunan dari dua orang tua dengan
berat badan normal.[104]
Hipotesis gen thrifty mengemukakan dalil bahwa karena kelangkaan bahan makanan selama
masa evolusi manusia, orang menjadi rentan terhadap kegemukan. Kemampuan mereka untuk
mengambil kesempatan pada masa kelimpahan yang yang jarang terjadi, dengan menyimpan
energi berupa lemak akan menjadi keuntungan selama masa ketersediaan makanan yang tidak
menentu, dan individu dengan timbunan lemak lebih banyak akan lebih mampu bertahan
hidupkelaparan. Kecenderungan untuk menyimpan lemak, bagaimanapun, akan menjadi suatu
penyesuaian yang salah pada masyarakat dengan pasokan makanan yang stabil.[105] Teori ini telah
mendapat berbagai kritik dan teori berbasis evolusi lainnya seperti hipotesis gen drifty dan teori
hipotesis fenotip thrifty juga telah diajukan.[106][107]

Penyakit lain
Penyakit fisik dan mental tertentu dan obat-obatan yang digunakan untuk menanganinya dapat
meningkatkan risiko kegemukan. Penyakit medis yang dapat meningkatkan risiko kegemukan
mencakup beberapa sindrom genetik yang langka (diuraikan di atas) dan juga beberapa kelainan
atau kondisi bawaan: hipotiroidisme, Sindrom Cushing, defisiensi hormon pertumbuhan,[108] dan
gangguan makan: gangguan makan berupa ngemil berlebihan dan sindrom makan malam hari.[2]
Meskipun demikian, kegemukan tidak dianggap sebagai kelainan psikiatri, sehingga tidak
terdaftar dalam DSM-IVR sebagai penyakit psikiatri.[109] Risiko kelebihan berat badan dan

kegemukan lebih tinggi pada pasien dengan kelainan psikiatrik dibandingkan dengan seseorang
tanpa kelainan psikiatrik.[110]
Pengobatan tertentu dapat menyebabkan naiknya berat badan atau perubahan pada komposisi
tubuh; yang mencakup insulin, sulfonilurea, thiazolidinedione, antipsikotik atipikal,
antidepresan,steroid, antikonvulsan tertentu, (fenitoin dan valproat), pizotifen, dan beberapa
bentuk kontrasepsi hormonal.[2]

Determinan sosial
Walaupun pengaruh genetik penting untuk pemahaman tentang kegemukan, namun tidak dapat
menjelaskan mengapa terjadi lonjakan dramatis di negera-negara tertentu maupun secara global.
[111]
Meskipun dapat diterima bahwa konsumsi energi yang melebihi kebutuhan energi
menyebabkan terjadinya kegemukan pada tingkat individu, penyebab pergeseran kedua faktor ini
pada tingkat masyarakat masih diperdebatkan. Terdapat sejumlah teori tentang penyebabnya
tetapi sebagian besar percaya bahwa hal ini disebabkan oleh kombinasi berbagai faktor.
Korelasi antara kelas sosial dan BMI sangat bervariasi. Suatu tinjauan pada 1989 menemukan
bahwa di negara maju, perempuan dari kelas sosial tinggi jarang menjadi gemuk. Tidak terlihat
perbedaan yang bermakna pada laki-laki dengan kelas sosial yang berbeda. Di negara
berkembang, perempuan, laki-laki, dan anak-anak dari kelas sosial tinggi mempunyai tingkat
kegemukan yang lebih besar.[112] Tinjauan yang lebih baru dilakukan pada 2007 dan menemukan
hubungan yang sama, tetapi lebih lemah. Melemahnya hubungan korelasi ini mungkin
disebabkan karena efek globalisasi.[113] Di negara maju, tingkat kegemukan pada orang dewasa,
persentasi remaja yang kelebihan berat badan, berkorelasi dengan ketidakseimbangan
pendapatan. Hubungan yang serupa terlihat di antara negara bagian di AS: lebih banyak orang
dewasa, bahkan dari kelas sosial tinggi, menderita kegemukan pada negara bagian yang tidak
seimbang.[114]
Banyak penjelasan yang dikemukakan tentang hubungan antara BMI dan kelas sosial.
Diperkirakan di negara maju, yang kaya lebih mampu untuk membeli makanan bergizi, mereka
berada di bawah tekanan sosial untuk tetap langsing, dan mempunyai lebih banyak kesempatan
dan juga harapan untuk kebugaran fisis. Di negara belum maju kemampuan untuk membeli
makanan, kebutuhan energi tinggi karena pekerjaan fisis, dan nilai budaya yang menyukai badan
berukuran besar, dipercaya memberikan kontribusi pada pola yang terlihat.[113] Sikap seseorang
terhadap massa tubuhnya juga memainkan peran yang penting dalam terjadinya kegemukan.
Suatu korelasi terhadap perubahan IMT sejalan dengan waktu telah ditemukan di antara teman,
saudara, dan pasangan.[115] Stres dan pandangan tentang status sosial yang rendah juga
meningkatkan risiko kegemukan.[114][116][117]
Merokok memberikan efek nyata pada berat badan seseorang. Mereka yang berhenti merokok
mengalami kenaikan berat badan rata-rata 4,4 kilogram (9,7 pon) untuk laki-laki dan
5,0 kilogram (11,0 pon) untuk perempuan selama sepuluh tahun.[118] Meskipun demikian,
perubahan tingkat merokok hanya memberikan pengaruh yang kecil terhadap angka kegemukan
secara keseluruhan.[119]

Di Amerika Serikat, jumlah anak yang dimiliki seseorang berkaitan dengan risikonya mengalami
kegemukan. Risiko seorang perempuan naik 7% per anak, sedangkan risiko seorang laki-laki
naik 4% per anak.[120] Hal ini sebagian dapat diterangkan berdasarkan kenyataan bahwa
mempunyai anak-anak yang belum mandiri mengurangi aktivitas fisik para orang tua di Barat.[121]
Di negara berkembang, urbanisasi memegang peran dalam menaikkan angka kegemukan. Di
Cina angka kegemukan keseluruhan adalah kurang dari 5%; namun, di beberapa kota besar
angka kegemukan lebih besar dari 20%.[122]
Malnutrisi pada tahap awal kehidupan dipercaya berperan dalam meningkatkan angka
kegemukan di negara berkembang.[123] Perubahan endokrin yang terjadi selama periode
malnutrisi dapat merangsang penyimpanan lemak pada saat energi makanan telah tersedia.[123]
Konsisten dengan data epidemiologis kognitif, sejumlah penelitian menegaskan bahwa
kegemukan berhubungan dengan defisit kognitif.[124] Apakah kegemukan menyebabkan defisit
kognitif atau sebaliknya, saat ini masih belum jelas.

Agen infeksi
Pengaruh agen infeksi terhadap metabolisme masih dalam penelitian tahap awal. Flora usus telah
terbukti berbeda pada manusia yang kurus dan gemuk. Terdapat indikasi bahwa flora usus pada
individu gemuk dan kurus mempengaruhi potensi metaboliks. Perubahan potensi metabolik ini
secara nyata dipercaya mengubah kapasitas menjadi lebih besar untuk menghasilkan energi yang
menyebabkan kegemukan. Apakah perbedaan ini merupakan penyebab langsung atau sebagai
akibat dari kegemukan masih perlu diteliti lebih lanjut.[125]
Suatu hubungan antara virus dan kegemukan telah ditemukan pada manusia dan beberapa spesies
hewan. Hubungan ini dan pengaruhnya terhadap kenaikan angka kegemukan masih perlu diteliti
lebih lanjut.[126]

Patofisiologi

Suatu perbandingan tikus yang tak mampu memproduksi leptin sehingga mengakibatkan
terjadinya kegemukan (kiri) dan tikus yang normal (kanan)
Flier merangkum beberapa kemungkinan mekanisme patofisiologis yang terlibat dalam
terjadinya dan bertahannya kegemukan.[127] Penelitian di bidang ini hampir tidak pernah
dilakukan sampai ditemukannya leptin pada 1994. Sejak penemuan ini, banyak mekanisme

hormonal lain telah dijelaskan, yang berperan dalam regulasi nafsu makan serta asupan makanan,
pola penyimpanan jaringan adiposa, dan terjadinya resistensi insulin. Sejak ditemukannya leptin,
telah dilakukan penelitian tentang grelin, insulin, oreksin, PYY 3-36, kolesistokinin,adiponektin,
dan juga mediator lainmya. Adipokin adalah mediator yang dihasilkan oleh jaringan adiposa;
diduga, mereka terlibat dalam berbagai penyakit yang terkait dengan kegemukan.
Leptin dan grelin dianggap saling melengkapi dalam memengaruhi nafsu makan, dengan grelin
dihasilkan oleh lambung untuk mengontrol nafsu makan jangka pendek (yaitu makan ketika
lambung kosong dan berhenti ketika lambung penuh) Leptin dihasilkan oleh jaringan adiposa
untuk memberi sinyal penyimpanan lemak dalam tubuh, dan menjadi perantara kontrol nafsu
makan jangka panjang (yaitu, makan lebih banyak ketika cadangan lemak sedikit dan makan
lebih sedikit ketika cadangan lemak banyak). Meskipun pemberian leptin mungkin efektif untuk
sebagian kecil orang gemuk yang kekurangan leptin, sebagian besar orang gemuk dipikirkan
resisten terhadap leptin dan bahkan terbukti mempunyai kadar leptin yang tinggi.[128] Resistensi
ini dapat sebagian menjelaskan mengapa pemberian leptin tidak terbukti efektif dalam menekan
nafsu makan orang gemuk pada umumnya.[127]

Gambar molekul leptin


Walaupun leptin dan grelin diproduksi di perifer, mereka mengendalikan nafsu makan dengan
bekerja pada sistem saraf pusat. Leptin dan grelin, beserta dengan hormon lain yang
berhubungan dengan nafsu makan khususnya bekerja di hipotalamus, daerah di otak yang
merupakan pusat pengaturan asupan makanan dan pengeluaran energi. Terdapat beberapa sirkuit
di dalam hipotalamus yang berperan dalam mengatur nafsu makan, jalur melanokortin
merupakan yang paling dipahami.[127] Sirkuit ini dimulai dengan pada suatu area di hipotalamus,
nukleus arkuata, yang keluar di hipotalamus lateral (LH) dan hipotalamus ventromedial (VMH),
yang masing-masing merupakan pusat lapar dan pusat kenyang di otak.[129]
Nukleus arkuata mempunyai dua kelompok neuron yang berbeda.[127] Kelompok pertama
mengekspresikan neuropeptida Y (NPY) dan agouti-related peptide (AgRP) yang memberikan
input stimulasi ke LH dan input inhibisi ke VMH. Kelompok kedua mengekspresikan proopiomelanokortin (POMC) dan cocaine- and amphetamine-regulated transcript (CART) dan
memberikan input stimulasi ke VMH dan input inhibisi ke LH. Akibatnya, neuron NPY/AgRP
merangsang makan dan menghambat rasa kenyang, sementara neuron POMC/CART
menimbulkan rasa kenyang dan menghambat makan. Kedua kelompok neuron nukleus arkuata
ini sebagian diregulasi oleh leptin. Leptin menghambat kelompok NPY/AgRP dan merangsang
kelompok POMC/CART. Oleh karena itu, apabila terdapat kekurangan sinyal leptin, baik karena

kekurangan leptin atau resistensi leptin, akan terjadi makan yang berlebihan, yang berkontribusi
atas beberapa bentuk kegemukan genetik dan didapat.[127]

Kesehatan masyarakat
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa kelebihan berat badan dan
kegemukan dalam waktu dekat akan menggantikan masalah kesehatan masyarakat seperti
kekurangan gizi dan penyakit menular sebagai penyebab utama kesehatan yang buruk.[130]
Kegemukan menjadi masalah kesehatan masyarakat dan masalah kebijakan karena prevalensi,
biaya, dan pengaruhnya terhadap kesehatan.[131] Kesehatan masyarakat berupaya memahami dan
memperbaiki faktor lingkungan yang berperan dalam meningkatkan prevalensi kegemukan di
masyarakat. Upaya yang dilakukan mencakup penyediaan makanan di sekolah yang dibiayai
oleh pemerintah, membatasi pemasaran junk food secara langsung kepada anak-anak,[132] dan
mengurangi akses untuk mendapatkan minuman manis di sekolah.[133] Untuk lingkungan
perkotaan, berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan akses ke taman-taman dan
mengembangkan jalur untuk pejalan kaki.[134]
Banyak negara dan kelompok telah memublikasikan laporan mengenai kegemukan. Pada 1998
pemerintahan Federal AS memublikasikan panduan pertama berjudul "Panduan Klinis mengenai
Identifikasi, Evaluasi, dan Tata Laksana Kelebihan Berat Badan dan Kegemukan pada Dewasa:
Suatu Laporan Bukti".[135] Pada 2006 Jaringan Obesitas Kanada memublikasikan "Panduan
Praktik Klinis Kanada (CPG) dalam Tata Laksana dan Pencegahan Kegemukan pada Dewasa
dan Anak-Anak". Ini adalah panduan berbasis bukti yang komprehensif untuk tata laksana dan
pencegahan kelebihan berat badan dan kegemukan pada orang dewasa dan anak-anak.[136]
Pada 2004, Royal College of Physicians, Fakultas Kesehatan Masyarakat dan Royal College of
Paediatrics and Child Health di Inggris menerbitkan laporan "Masalah Penimbunan", yang
menyoroti meningkatnya masalah kegemukan di Inggris.[137] Pada tahun yang sama, Dewan
Rakyat Komite Pemilih Kesehatan menerbitkan "penyelidikan paling komprehensif [...] yang
pernah dilakukan" mengenai dampak kegemukan pada kesehatan dan masyarakat di Inggris dan
tata laksana yang mungkin untuk masalah tersebut.[138] Pada 2006, National Institute for Health
and Clinical Excellence (NICE) menerbitkan panduan mengenai diagnosis dan tata laksana, serta
implikasi kebijakan untuk organisasi non-kesehatan seperti dewan lokal.[139] Laporan yang dibuat
oleh Sir Derek Wanless pada 2007 untuk King's Fund memperingatkan bahwa apabila tidak
dilakukan tindakan lebih lanjut, kegemukan mempunyai kemampuan untuk membuat Layanan
Kesehatan Nasional mengalami masalah finansial.[140]
Pendekatan komprehensif telah dipikirkan untuk mengatasi meningkatnya angka kegemukan.
Aksi Kebijakan Kegemukan (OPA) telah membagi kerangka kerja menjadi kebijakan 'hulu',
kebijakan 'tengah', dan kebijakan 'hilir'. Kebijakan 'hulu' menangani tren perubahan dalam
masyarakat, kebijakan 'tengah' mencoba mengubah perilaku individu untuk mencegah
kegemukan, dan kebijakan 'hilir' mencoba untuk menangani orang-orang yang sudah terkena.[141]

Tata Laksana

Orlistat (Xenical), obat yang paling umum digunakan untuk menangani kegemukan, dan
sibutramin(Meridia), obat yang baru saja ditarik karena mempunyai efek samping terhadap
kardiovaskular
Tata laksana utama kegemukan terdiri dari diet dan latihan fisis.[65] Program diet dapat
menghasilkan penurunan berat badan dalam jangka pendek,[142] tetapi mempertahankan
penurunan berat badan ini seringkali merupakan hal yang sulit dan memerlukan latihan dan diet
makanan berenergi rendah sebagai bagian dari gaya hidup yang bersifat permanen.[143][144]
Keberhasilan untuk mempertahankan penurunan berat badan jangka panjang dengan perubahan
gaya hidup masih rendah, yaitu berkisar antara 220%.[145] Diet dan perubahan gaya hidup efektif
dalam membatasi pertambahan berat bedan berlebih selama kehamilan dan memperbaiki luaran
ibu dan anak.[146]
Salah satu obat, orlistat (Xenical), kini tersedia secara luas dan disetujui untuk penggunaan
jangka panjang. Namun, penurunan berat badan yang dicapai tidak terlalu banyak, dengan ratarata 2,9 kg (6,4 pon) dalam 1 hingga 4 tahun dan tidak terdapat informasi mengenai pengaruh
obat ini dalam menurunkan komplikasi jangka panjang dari kegemukan.[147] Penggunaannya
berhubungan dengan tingginya efek samping gastrointestinal[147] dan mungkin terdapat efek
samping terhadap ginjal.[148] Tersedia pula dua obat lainnya. Lorcaserin (Belviq) menghasilkan
rerata penurunan berat badan 3,1 kg (3% dari massa tubuh) lebih besar dibandingkan plasebo
dalam jangka waktu satu tahun.[149] Kombinasi antara pentermin dan topiramat (Qsymia) juga
cukup efektif.[150]
Tata laksana kegemukan yang paling efektif adalah pembedahan bariatrik. Pembedahan untuk
kegemukan berat berhubungan dengan penurunan berat badan jangka panjang dan penurunan
mortalitas secara keseluruhan. Suatu penelitian menemukan penurunan berat badan antara 14%
sampai 25% (bergantung pada jenis prosedur yang dilakukan) dalam 10 tahun, dan penurunan
29% dalam penyebab mortalitas secara keseluruhan jika dibandingkan dengan ukuran standar
penurunan berat badan.[151] Meskipun demikian, karena tingginya biaya dan risiko terjadinya
komplikasi, para peneliti mencari tata laksana lain yang juga efektif, namun bersifat kurang
invasif.

Epidemiologi

Prevalensi kegemukan dunia di kalangan laki-laki (kiri) dan


perempuan (kanan).[152]
<5%
1520%
3035%
4550%
510%
2025%
3540%
5055%
1015%
2530%
4045%
>55%
Sebelum abad ke-20 , kegemukan jarang ditemui;[153] tetapi pada 1997 WHO secara resmi
menyatakan kegemukan sebagai epidemik global.[78] Hingga 2005, WHO memperkirakan
sedikitnya 400 juta orang dewasa (9,8%) mengalami kegemukan, dengan lebih banyak wanita
dibandingkan pria.[154] Angka kegemukan juga naik dengan bertambahnya usia setidaknya hingga
usia 50 sampai 60 tahun[155] dan kegemukan berat di Amerika Serikat, Australia, dan Kanada
meningkat lebih cepat dibandingkan angka kegemukan secara keseluruhan.[18][156][157]
Dahulu, kegemukan dianggap sebagai masalah negara-negara berpenghasilan tinggi, namun saat
ini angka kegemukan meningkat di seluruh dunia dan mempengaruhi baik dunia maju maupun
dunia berkembang.[28] Peningkatan ini dirasakan paling dramatis di daerah perkotaan.[154] Satusatunya bagian dunia dimana kegemukan jarang ditemukan adalah di Afrika sub-sahara.[2]

Sejarah
Etimologi
Obesitas berasal dari bahasa Latin, yang berarti "gemuk, gendut, atau montok." sus adalah past
participle dari edere (makan), dengan ob (berlebihan) ditambahkan padanya.[158] Kamus Oxford
English mendokumentasikan penggunaannya pertama kali pada 1611 oleh Randle Cotgrave.[159]

Tren sejarah

Selama Abad Pertengahan dan zamanRenaissance kegemukan sering dipandang sebagai simbol
kemakmuran, dan cukup sering ditemukan di kalangan elite: Jendral Tuscan Alessandro del
Borro, julukan Charles Mellin, 1645[160]

Venus of Willendorf dibuat 24,00022,000 sebelum Masehi


Orang Yunani adalah yang pertama kali menyadari bahwa kegemukan adalah gangguan medis.
[153]
Hippocrates menulis bahwa "Kegemukan sendiri bukanlah penyakit, tetapi pertanda dari
penyakit yang lain".[2] Ahli bedah India Sushruta (Abad ke-6 sebelum Masehi) menghubungkan
kegemukan dengan diabetes dan penyakit jantung.[161] Dia menyarankan aktivitas fisik untuk
membantu menyembuhkan kegemukan dan efek-efek sampingnya.[161] Hampir di sepanjang
sejarah, manusia berjuang untuk menghadapi kelangkaan pangan.[162] Oleh karena itu,
kegemukan dipandang sebagai simbol kemakmuran dan kesejahteraan. Kegemukan biasa

ditemukan di kalangan pejabat tinggi di Eropa pada Abad Pertengahan dan zaman
Renaissance[160] dan juga di peradaban Asia Timur Kuno.[163]
Dengan munculnya revolusi industri disadari bahwa kekuatan militer dan ekonomi bangsabangsa bergantung pada ukuran tubuh dan kekuatan serdadu dan pekerjanya.[78] Peningkatan
indeks massa tubuh dari apa yang sekarang dianggap kekurangan berat badan menjadi apa yang
sekarang dianggap normal mempunyai peran penting dalam perkembangan masyarakat industri.
[78]
Oleh karena itu, baik tinggi badan maupun berat badan mengalami peningkatan di sepanjang
abad ke-19 di dunia maju. Selama abad ke-20, saat penduduk telah mencapai potensi genetik
mereka untuk tinggi badan, berat badan meningkat jauh lebih pesat dibandingkan tinggi badan
sehingga menyebabkan kegemukan.[78] Pada 1950-an peningkatan kemakmuran di dunia maju
menurunkan angka kematian anak, tetapi dengan meningkatnya berat badan, penyakit jantung
dan ginjal menjadi lebih sering ditemukan.[78][164] Selama masa ini, perusahaan asuransi
menyadari adanya hubungan antara berat badan dan harapan hidup dan meningkatkan premi bagi
orang-orang yang mengalami kegemukan.[2]
Banyak budaya di sepanjang sejarah memandang kegemukan sebagai hasil dari kelemahan
karakter. Obesus atau karakter yang gemuk dalam komedi Yunani adalah seorang yang rakus dan
menjadi bahan olokan. Sepanjang masa Kekristenan, makanan dipandang sebagai pembawa dosa
kemalasan dan nafsu.[11] Dalam budaya Barat modern, kelebihan berat badan seringkali dianggap
tidak menarik, dan kegemukan biasanya dihubungkan dengan stereotip negatif. Orang-orang dari
berbagai usia bisa menghadapi stigma sosial, dan mungkin dijadikan sasaran oleh para
penggertak atau dikucilkan oleh teman-temannya. Kegemukan sekali lagi menjadi alasan untuk
diskriminasi.[165]
Persepsi umum di masyarakat Barat mengenai berat badan yang sehat berbeda dengan persepsi
berat badan yang dianggap ideal dan keduanya sudah berubah sejak awal abad ke-20. Berat
badan yang dianggap ideal sudah menjadi lebih rendah sejak tahun 1920-an. Hal ini
diilustrasikan dengan fakta rerata tinggi badan pemenang ratu kecantikan Miss America
meningkat sebesar 2% dari 1922 hingga 1999, sementara rerata berat badan turun sebesar 12%.
[166]
Di lain pihak, pandangan orang mengenai berat badan sehat telah berubah 180 derajat. Di
Inggris berat badan dimana orang menganggap diri mereka kelebihan berat badan jauh lebih
tinggi pada 2007 dibandingkan pada 1999.[167] Perubahan ini diyakini karena peningkatan angka
kegemukan yang menyebabkan lemak tubuh ekstra bisa lebih diterima sebagai normal.[167]
Kegemukan masih dipandang sebagai simbol kemakmuran dan kesejahteraan di berbagai daerah
di Afrika. Hal ini telah menjadi biasa terutama sejak epidemik HIV mulai merebak.[2]

Seni
Patung pertama yang menggambarkan tubuh manusia pada 20.00035.000 tahun yang lalu
menggunakan wanita yang gemuk. Beberapa mengatakan patung-patung Venus menggambarkan
kecenderungan untuk menekankan kesuburan, sementara yang lain merasa patung-patung itu
menggambarkan kegemukan orang-orang pada zaman itu.[11] Namun, kegemukan tidak
ditemukan di benda seni Yunani dan Romawi, dan hal ini mungkin untuk menjaga kekonsistenan
dengan prinsip ideal mereka yang bersifat moderat. Hal ini berlanjut di sebagian besar sejarah

Eropa Kristen, dengan hanya mereka yang berstatus sosial-ekonomi rendah yang digambarkan
gemuk.[11]
Selama zaman Renaissance beberapa orang dari kalangan kelas tinggi mulai memamerkan
ukuran mereka yang besar, seperti yang bisa dilihat dalam potret Henry VIII dan Alessandro del
Borro.[11]Rubens (15771640) menggambarkan wanita dengan tubuh montok dalam lukisanlukisannya, dan dari sanalah istilah Rubenesque berasal. Namun, wanita-wanita ini masih
mempertahankan bentuk "jam pasir" mereka dalam kaitannya dengan kesuburan.[168] Selama abad
ke-19 , pandangan mengenai kegemukan berubah di dunia Barat. Setelah berabad-abad
kegemukan diidentikkan dengan kemakmuran dan status sosial, kelangsingan mulai dipandang
sebagai standar yang didambakan.[11]

Masyarakat dan budaya


Dampak ekonomi
Selain mempunyai dampak terhadap kesehatan, kegemukan menimbulkan berbagai masalah,
termasuk kurangnya peluang dalam mendapatkan pekerjaan[169][170] dan peningkatan biaya usaha.
Efek ini dirasakan pada semua tingkat masyarakat mulai dari individu, hingga perusahaan, dan
pemerintah.
Pada 2005, biaya medis yang berhubungan dengan kegemukan di AS diperkirakan mencapai
190,2 milyar dolar atau 20,6% dari keseluruhan biaya kesehatan,[171][172][173] sementara biaya
kegemukan di Kanada diperkirakan 2 miliar dolar Kanada pada 1997 (2,4% dari keseluruhan
biaya kesehatan).[65] Biaya langsung tahunan total dari kelebihan berat badan dan kegemukan di
Australia pada 2005 adalah 21 miliar dolar Australia. Penduduk Australia yang mengalami
kelebihan berat badan dan kegemukan juga menerima subsidi pemerintah sebesar 35,6 miliar
dolar Australia.[174] Perkiraan biaya tahunan untuk produk-produk diet adalah sebesar 40 milyar
hingga 100 milyar dolar di AS sendiri.[175]
Program-program pencegahan kegemukan sudah diadakan untuk menurunkan biaya pengobatan
penyakit yang terkait dengan kegemukan. Tetapi, semakin lama orang hidup, semakin banyak
biaya medis yang dikeluarkannya. Oleh karena itu, para ahli riset menyimpulkan bahwa
menurunkan kegemukan bisa meningkatkan kesehatan masyarakat, namun tampaknya tidak akan
menurunkan pengeluaran untuk kesehatan secara keseluruhan.[176]

Layanan harus mengakomodasi orang yang kegemukan dengan peralatan khusus seperti kursi
yang jauh lebih lebar.[177]
Kegemukan bisa menyebabkan stigma sosial dan kurangnya peluang dalam memperoleh
pekerjaan.[169] Bila dibandingkan dengan rekan yang mempunyai berat badan normal, rata-rata
pekerja yang kegemukan memiliki angka tidak masuk kerja yang lebih tinggi dan mengambil
cuti yang lebih banyak karena ketidakmampuan kerja, sehingga menaikkan biaya bagi orang
yang mempekerjakan mereka dan menurunkan produktivitas.[178] Suatu riset yang meneliti para
karyawan dari Universitas Duke menemukan bahwa orang dengan indeks massa tubuh (IMT)
lebih dari 40 mengajukan klaim dua kali lebih banyak kompensasi pekerja dibandingkan mereka
yang IMT-nya 18,524,9. Mereka juga memiliki hari tidak bekerja 12 kali lebih banyak. Cidera
yang paling sering ditemukan di kelompok ini adalah karena jatuh dan mengangkat beban, yang
mempengaruhi bagian tubuh bawah, pergelangan tangan atau tangan dan punggung.[179] Dewan
Asuransi Karyawan di negara bagian Alabama menyetujui rencana kontroversial untuk
mengenakan biaya sebesar 25 dolar per bulan kepada pekerja yang kegemukan bila mereka tidak
berusaha untuk menurunkan berat badan dan meningkatkan kesehatan mereka. Peraturan ini
mulai diterapkan pada Januari 2010 dan diberlakukan bagi mereka yang IMT-nya lebih dari
35 kg/m2 yang gagal meningkatkan kesehatan mereka setelah satu tahun.[180]
Beberapa riset menunjukkan bahwa orang yang kegemukan kurang berpeluang untuk
mendapatkan pekerjaan dan dipromosikan.[165] Orang-orang yang kegemukan juga mendapatkan
gaji yang lebih rendah dibandingkan rekan mereka yang tidak gemuk untuk pekerjaan yang
sama. Wanita yang kegemukan rata-rata berpenghasilan 6% lebih sedikit dan pria yang
kegemukan berpenghasilan 3% lebih sedikit.[181]
Industri tertentu, seperti penerbangan, pelayanan kesehatan, dan industri makanan, mempunyai
masalah tersendiri. Dengan meningkatnya angka kegemukan, penerbangan mengeluarkan biaya
bahan bakar yang lebih tinggi dan keharusan untuk memperlebar tempat duduk.[182] Pada tahun
2000, berat badan ekstra dari para penumpang yang kegemukan membuat penerbangan
mengeluarkan biaya 275 juta dolar AS.[183] Industri pelayanan kesehatan harus berinvestasi dalam
fasilitas khusus untuk pasien yang kegemukan berat, termasuk peralatan pengangkat khusus dan
ambulans bariatriks.[184] Biaya restoran ditingkatkan karena adanya tuntutan hukum yang
menuduh mereka sebagai penyebab kegemukan.[185] Pada 2005, Kongres AS mendiskusikan
undang-undang untuk mencegah tuntutan hukum perdata terhadap industri makanan dalam
kaitannya dengan kegemukan; namun gagal untuk menjadi ketetapan hukum.[185]

Penerimaan ukuran tubuh

Presiden Amerika Serikat William Howard Taft sering diolok-olok karena kelebihan berat badan
Tujuan utama dari gerakan penerimaan orang gemuk adalah untuk menurunkan diskriminasi
terhadap orang dengan kelebihan berat badan dan kegemukan.[186][187] Namun, beberapa pihak
dalam gerakan itu juga berusaha untuk menantang pendapat tentang adanya hubungan antara
kegemukan dan dampak negatif terhadap kesehatan.[188]
Sejumlah organisasi menyetujui penerimaan terhadap kegemukan. Mereka semakin menonjol
pada paruh kedua abad ke-20.[189] National Association to Advance Fat Acceptance (NAAFA)
yang berbasis di AS dibentuk pada 1969 dan mendeskipsikan dirinya sebagai organisasi hak sipil
yang didedikasikan untuk mengakhiri diskriminasi ukuran tubuh.[190] Namun, aktivisme
kegemukan tetap menjadi gerakan yang bersifat marginal.[191]
International Size Acceptance Association (ISAA) adalah suatu lembaga swadaya masyarakat
(LSM) yang didirikan pada 1997. Orientasinya lebih global dan misinya dideskripsikan sebagai
mempromosikan penerimaan ukuran tubuh dan membantu mengakhiri diskriminasi berat badan.
[192]
Kelompok ini sering berdebat untuk mendapatkan pengakuan kegemukan sebagai suatu cacat
di bawah UU Orang Amerika yang Menyandang Cacat (ADA). Namun, sistem hukum Amerika
telah memutuskan bahwa potensi biaya kesehatan masyarakat akan tetap melebihi keuntungan
yang akan diperoleh dengan memperluas hukum anti-diskriminasi yang mencakup kegemukan.
[188]

Kegemukan pada anak


Kisaran IMT sehat berbeda-beda bergantung pada usia dan jenis kelamin anak. Kegemukan pada
anak dan remaja didefinisikan sebagai IMT lebih dari persentil ke-95 .[16] Data referensi yang
menjadi dasar persentil ini adalah data dari 1963 hingga 1994, dan dengan demikian belum
dipengaruhi oleh peningkatan angka kegemukan akhir-akhir ini.[17] Kegemukan anak telah
mencapai proporsi epidemik dalam abad ke-21 , dengan peningkatan baik di dunia maju maupun
berkembang. Angka kegemukan di kalangan anak laki-laki Kanada telah naik dari 11% pada
tahun 1980-an menjadi lebih dari 30% pada tahun 1990-an, sementara selama periode yang sama
angka kegemukan di kalangan anak Brazil meningkat dari 4 hingga 14%.[193]

Seperti halnya kegemukan pada dewasa, berbagai faktor ikut berperan dalam meningkatkan
angka kegemukan anak. Perubahan diet dan penurunan aktivitas fisik diyakini sebagai dua faktor
yang terpenting dalam menyebabkan peningkatan angka kegemukan akhir-akhir ini.[194] Karena
kegemukan anak sering berlanjut hingga dewasa dan berhubungan dengan berbagai penyakit
kronik, anak yang kegemukan sering diperiksa untuk hipertensi, diabetes, hiperlipidemia, dan
perlemakan hati.[65] Tata laksana yang diterapkan pada anak terutama adalah intervensi gaya
hidup dan teknik perilaku, meskipun upaya untuk meningkatkan aktivitas fisik pada anak-anak
jarang berhasil.[195] Di Amerika Serikat, penggunaan obat-obatan untuk kelompok umur ini tidak
disetujui oleh FDA.[193]

Pada hewan
Kegemukan pada hewan peliharaan sering ditemukan di berbagai negara. Angka berat badan
lebih dan kegemukan anjing di Amerika Serikat berkisar antara 23% dan 41% dengan sekitar
5,1% anjing mengalami kegemukan.[196] Angka kegemukan pada kucing sedikit lebih tinggi, yaitu
6,4%.[196] Di Australia, angka kegemukan anjing pada data dokter hewan adalah 7,6%.[197] Risiko
kegemukan pada anjing dikaitkan dengan apakah pemiliknya mengalami kegemukan atau tidak;
namun, tidak ada korelasi yang serupa antara kucing dan pemiliknya.[198]

Catatan

Anda mungkin juga menyukai