Maret, 2007
KATA PENGANTAR
Berdasarkan pasal 3 ayat (2) PP Nomor 27 tahun 1999, dan Keputusan Menteri
Negara Lingkungan Hidup No. 11 Tahun 2006, PT Makmur Sejahtera Wisesa tidak
wajib melaksanakan Studi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) bagi
kegiatan Pembangunan dan Pengoperasian PLTU (2 x 30 MW) di Daerah Tanjung Tabalong, Kalimantan Selatan.
Sehubungan dengan hal tersebut maka disusunlah dokumen Upaya Pengelolaan
Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) Kegiatan Pembangunan
dan Pengoperasian PLTU (2 x 30 MW) Tanjung Tabalong, Provinsi Kalimantan
Selatan.
Penyusunan dokumen UKL-UPL ini menyesuaikan kepada format dalam Keputusan
Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 86 Tahun 2002 tentang Pedoman
Pelaksanaan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan
Lingkungan Hidup (UPL).
Dengan disusunnya dokumen UKL dan UPL ini,
PLTU
Tanjung-Tabalong
yang
berwawasan
lingkungan,
serta
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I
1.1.
1.2.
1.3.
1.3.1.
1.3.2.
1.4.
KATA PENGANTAR .
DAFTAR ISI ...
DAFTAR TABEL ...
DAFTAR LAMPIRAN
ii
iii
v
ix
PENDAHULUAN ..
Latar Belakang ..
Maksud, Tujuan, dan Kegunaan Penyusunan UKL dan UPL .........................
Identitas Pemrakarsa, Penanggung Jawab, dan Penyusunan UKL-UPL
Identitas Pemrakarsa ..
Identitas Penyusun Studi UKL-UPL ..
Peraturan dan Perundang-undangan yang dipergunakan sebagai Acuan
UKL dan UPL
1-1
1-1
1-2
1-3
1-3
1-3
2-1
2-1
2-1
2-1
2-2
2-3
2-5
2-11
2-17
2-17
2-20
2-20
2-21
BAB II
2.1.
2.2.
2.3.
2.4.
2.4.1.
2.4.2.
2.4.3.
2.4.4.
2.5.
2.5.1.
2.5.2.
2.5.3.
BAB III
3.1.
3.1.1.
3.1.2.
3.1.3.
3.1.4.
3.1.5.
3.1.6.
3.1.7.
3.1.8.
3.1.9.
3.1.10.
3.1.11.
3.1.12.
3.1.13.
3.2.
3.2.1.
3.2.2.
3.2.3.
3.2.4.
3.3.
3.3.1.
3.3.2.
iii
1-4
3-1
3-1
3-2
3-4
3-5
3-6
3-10
3-10
3-11
3-12
3-12
3-16
3-16
3-17
3-18
3-18
3-19
3-20
3-22
3-22
3-22
3-24
3.3.2.1.
3.3.2.2.
3.3.2.3.
3.3.3.
3.3.4.
3.3.5.
3.3.5.1.
3.3.5.2.
3.3.5.3.
3.3.5.4.
3.3.5.5.
3.3.5.6.
3-23
3-24
3-25
3-26
3-26
3-28
3-28
3-29
3-29
3-30
3-30
3-30
BAB IV
4.1.
4.1.1.
4.2.
4.2.1.
4.2.2.
4.2.3.
4.3.
4.3.1.
4.3.2.
4.3.3.
4.3.4.
4.4.
4.4.1.
4.4.2.
4-2
4-2
4-2
4-4
4-4
4-12
4-13
4-22
4-22
4-29
4-35
4-38
4-39
4-39
4-40
BAB V
BAB VI
PERNYATAAN PEMRAKARSA
6-1
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
iv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2-1
2-2
Tabel 2-2
Tabel 2-3
2-7
Tabel 2-4
2-8
Tabel 2-5
2-9
Tabel 2-6
2-9
Tabel 3-1
3-3
Tabel 3-2
Tabel 3-3
Tabel 3-4
Tabel 3-5
3-4
3-12
Tabel 3-6
Tabel 3-7
Tabel 3-8
Tabel 4-1
3-20
4-1
Tabel 4-2
Tabel 4-3
Tabel 4-4
Tabel 4-5
Tabel 4-6
Tabel 4-7
Tabel 4-8
Tabel 4-9
Tabel 4-10
Tabel 4-11
Tabel 4-12
Tabel 4-13
Tabel 4-14
Tabel 4-15
Tabel 4-16
Tabel 4-17
Tabel 4-18
Tabel 4-19
Tabel 4-20
Tabel 4-21
Tabel 4-22
Tabel 4-23
Tabel 4-24
Tabel 4-25
Tabel 4-26
Tabel 4-27
Tabel 4-28
Tabel 5-1
vi
Tabel 5-2
Tabel 5-3
Tabel 5-4
Tabel 5-5
Tabel 5-6
Tabel 5-7
Tabel 5-8
5-8
Tabel 5-9
Tabel 5-10
Tabel 5-11
Tabel 5-12
Tabel 5-13
Tabel 5-14
Tabel 5-15
Tabel 5-16
vii
5-17
Tabel 5-17
Tabel 5-18
Tabel 5-19
Tabel 5-20
Tabel 5-21
Tabel 5-22
Tabel 5-23
Tabel 5-24
Tabel 5-25
Tabel 5-26
Tabel 5-27
Tabel 5-28
viii
5-24
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN TEKS
Lampiran Teks 2-1
ix
LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
TANGGAPAN PEMRAKARSA dan TIM PELAKSANA UKLUPL terhadap EVALUASI DOKUMEN UKL-UPL PLTU
TANJUNG-TABALONG tanggal 30 Januari 2007
Prinsip
Pembangunan
Lokasi
PLTU
PLTU
Tanjung-
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Dalam rangka mengimbangi pertumbuhan kebutuhan listrik di wilayah
1. PENDAHULUAN
1-
UKL-UPL
yang
dilakukan
merupakan
bagian
dari
proses
1.2.
adalah:
Adapun tujuan dilaksanakannya studi UKL dan UPL PLTU TanjungTabalong adalah:
Mengidentifikasikan
kegiatan
yang
diprakirakan
berpotensi
1. PENDAHULUAN
1-
Sebagai instrumen pengikat dan acuan bagi pemrakarsa dalam hal ini
PLTU Tanjung-Tabalong untuk melaksanakan kegiatan pengelolaan
dan pemantauan lingkungan yang berkaitan dengan kegiatan yang
diselenggarakan.
Sebagai acuan bagi pemerintah daerah setempat, dalam hal ini Badan
Pengendalian Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong serta institusi
pengawas yang berwenang.
1.3.
Alamat
Telepon
: 021-57903722/ 021-57903723
Direktur Utama
Alamat
Telepon/Fax
1. PENDAHULUAN
1-
Penanggung jawab
Jabatan
Kepala
Ketua Tim
Anggota Tim
Junaidi, SKM, MS
(Kualitas Udara, Kebisingan, Kesehatan
Masyarakat)
Ir. Achmad Rusdiansyah, MT
(Hidrologi)
Ir. Kissinger, MS
(Ekologi Terrestrial)
1.4.
2.
Undang-undang
Nomor
Tahun
1990
tentang
Konservasi
4.
5.
1. PENDAHULUAN
1-
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
Tanah
Untuk
Pengembangan
dan
Implementasi
Kepentingan Umum.
19.
20.
1. PENDAHULUAN
1-
21.
Keputusan
Menteri
Negara
Lingkungan
Nomor
KEP-
Keputusan
Menteri
Negara
Lingkungan
Hidup
Nomor
KEP-
24.
25.
Keputusan
Menteri
Kesehatan
No.
718/MENKES/PER/XI/1987
27.
28.
29.
30.
31.
Keputusan
Menteri
103.K/00/M.PE/1994
Rencana
Pertambangan
tentang
Pengelolaan
dan
Pengawasan
Lingkungan
dan
Energi
Atas
Rencana
Nomor
Pelaksanaan
Pemantauan
1. PENDAHULUAN
1-
32.
Keputusan
Menteri
Pertambangan
dan
Energi
Nomor
34.
75-12/008/600.2/1995
tentang
Petunjuk
Pelaksanaan
36.
37.
38.
39.
40.
41.
1. PENDAHULUAN
1-
BAB II
RENCANA KEGIATAN
2.1.
Nama Kegiatan
2.2.
Lokasi Kegiatan
1150 26 44.54 BT
1150 26 58.08 BT
1150 26 33.24 BT
1150 26 19.98 BT
Skala Kegiatan
Sebelah Utara
Sebelah Timur
:
:
Sebelah Selatan
Sebelah Barat
:
:
Luas lahan
Luas bangunan
2. RENCANA KEGIATAN
86 ha
lihat peta
Lampiran
Teks 2-1.
16,3 ha
2-
Tahun
2007
2006
Tahap Pra Konstruksi:
1. Survey
2. Penguasaan lahan
3. Persetujuan dana
Tahap Konstruksi:
1. Pekerjaan Enjiniring
2. Pengadaan alat
3. Persiapan lapangan dan
pekerjaan sipil
4. Pemasangan struktur baja
5. Pemasangan alat
6. Hydro Test Boiler Unit 1
7. Hydro Test Boiler Unit 2
8. Pemasangan Boiler Unit 1
9. Pemasangan Boiler Unit 2
10. PemasanganTurbine Unit 1
11. PemasanganTurbine Unit 2
Tahap Operasi:
1. Pengoperasian dan sinkronisasi
Turbin Unit 1
2. Pengoperasian dan sinkronisasi
Turbin Unit 2
3. Pengoperasian komersial Unit 1
4. Pengoperasian komersial Unit 2
2.4.
2008
2009
Sept Des.
Jan - Feb
Februari
Maret
September
Mei
September
Januari
Agustus
September
Agustus
Oktober
September
November
Desember
Februari
Maret
Maret
terhadap lingkungan hidup, dapat dibagi atas 4 (empat) tahapan, yaitu Tahap Pra
Konstruksi, Tahap Konstruksi, Tahap Operasi, dan Tahap Pasca Operasi.
Kegiatan yang akan dilaksanakan dalam setiap tahapan kegiatan
diringkaskan sebagai berikut:
(1) Tahap Pra-Konstruksi :
1. Survei Lapangan
2. Pengadaan Lahan
2. RENCANA KEGIATAN
2-
2.4.1.
2. RENCANA KEGIATAN
2-
Pemerintah
tanaman dan
bangunan dengan dana dari MSW. MSW akan mendapat SHGU. Pengadaan
lahan di areal tapak proyek dan di jalur lintasan pipa air akan dilaksanakan
melalui proses pemberian kompensasi dan/atau ganti rugi. Pengadaan lahan
melalui proses: pertemuan dengan masyarakat pengguna lahan, inventarisasi
dan klarifikasi luasan dan status lahan yang akan dibebaskan, penawaran nilai
lahan, tanaman di atas lahan dan pencapaian kesepakatan, pembayaran dan
penyerahan ganti rugi atau kompensasi.
Proses pembebasan lahan akan ditangani oleh Tim Pembebasan lahan
Pemerintah Kabupaten Tabalong.
2. RENCANA KEGIATAN
2-
2.4.2.
transportasi darat dari Pelabuhan Klanis menuju lokasi proyek yang berjarak
sekitar 70 km. Jenis-jenis peralatan yang digunakan dalam kegiatan konstruksi
tersebut diperincikan pada Tabel 2-2.
Tabel 2-2
Jenis-jenis peralatan yang dimobilisasikan pada Tahap Konstruksi
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
2. RENCANA KEGIATAN
Jumlah (unit)
8
2
50
2
6
1
3
5
1
2
5
2
1
1
1
2
1
1
1
1
1
2
4
4
(dilanjutkan)
2-
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
Jumlah (unit)
Concrete pump
Bar bending machine
Bar cutter machine
Stone crusher
Water pump
Water pass
Genset
Air compressor
Welding machine
Theodolite
Spirit level
2
2
2
1
2
2
2
1
40
2
10
lahan
dari
tumbuh-tumbuhan,
batuan
permukaan
dan
keperluan landscaping.
yang
2. RENCANA KEGIATAN
2-
Pekerjaan pagar, pintu pagar dan pos keamanan lokasi proyek yang
diperlukan untuk memberikan batas lokasi proyek yang akan digunakan dan
mempermudah pengawasan dan pengamanan lokasi proyek.
Jenis Material
Tanah timbun
Pasir
Batu kerikil
Batu
Batu split
Batu pecah
Beton asphalt
Semen
Besi beton
10
Rangka baja
(dilanjutkan)
2. RENCANA KEGIATAN
2-
Jenis Material
11
12
Beton pile
13
Keramik
14
Dinding slab
15
Atap (roof)
Bangunan
Luas (m )
1.
15000
2.
8000
3.
Penampungan debu
80000
4.
10000
5.
6000
6.
15000
7.
5000
8.
Gedung Administrasi
1000
9.
Bengkel
1000
10.
800
11.
3000
12.
Jalur Hijau
10000
13.
10000
2. RENCANA KEGIATAN
2-
Tabel 2-5
Perkiraan jumlah tenaga kerja pada Tahap Konstruksi
No.
Posisi / Keahlian
Jumlah (orang)
Pekerjaan Sipil
10
70
130
10
100
80
Jumlah A + B
400
Pada tahap operasi dibutuhkan tenaga kerja sebanyak 144 orang dengan
perincian ditunjukkan dalam Tabel 2-6. Sebagian tenaga kerja ini direkrut dari
tenaga kerja konstruksi setelah melalui tahap seleksi, sedangkan lainnya
diperoleh dari pengangkatan tenaga baru yang memenuhi kualifikasi secara
spesifik.
2. RENCANA KEGIATAN
2-
Tabel 2-6
Perkiraan jumlah tenaga kerja pada Tahap Operasi
A
Operasi PLTU
Jumlah
(Orang)
Operator PLTU
12
10
11
Ahli Kimia
Tenaga Analis
Pemeliharaan
Ahli Mekanik
Supersvisor Mekanik
Teknisi Mekanik
25
Ahli Listrik
Supervisor Listrik
Teknisi Listrik
16
12
10
11
12
Kepala Keamanan
13
Tenaga Keamanan
TOTAL
2. RENCANA KEGIATAN
144
2-
10
2.4.3.
2.4.3.1
dilihat pada Gambar Flow Diagram Sistem Pembangkit PLTU Tanjung (lihat
Lampiran Teks 2-3).
Sistem Boiler
Dengan spesifikasi batubara Wara sebagai bahan bakar, maka untuk
PLTU Tanjung didisain dengan menggunakan CFB Boiler (Circulating Fluidized
Bed Boiler). Boiler CFB ini berkapasitas 140 ton / jam uap, jenis semi outdoor,
sirkulasi alami (natural circulation). Boiler akan dilengkapi dengan Tungku
Berpendingin Air (Water Cooled Furnace), Drum pemisah uap dan air (steam
water
separating
drum),
pemanas
lanjut
(super
heater),
attemperator,
Sistem Turbin
Masing-masing unit pembangkit beroperasi dengan memutar satu turbin
uap yang berkapasitas 30 MW pada terminal generator. Turbin uap yang dipakai
adalah jenis kondensing dengan tekanan masuk 90 bar (a) dan temperatur
masuk 535 oC. Untuk meningkatkan efisiensi, sistem turbin dilengkapi dengan
Pemanas Tekanan Tinggi dan Pemanas Tekanan Rendah serta Deaerator.
Turbin dilengkapi dengan Electrohydraulic Governing System untuk pengaturan
aliran uap sesuai dengan beban. Sistem pelumasan turbin terdiri dari tangki baja,
pompa utama pelumas yang dikopel dengan turbin, pompa pelumas dengan
penggerak motor, pompa pelumas DC untuk operasi darurat, pendingin pelumas
dll.
2. RENCANA KEGIATAN
2-
11
Demineralized Plant
Untuk penambah air boiler (make-up water), air tersebut harus diproses
lagi
menggunakan
demineralizer
plant
untuk
menghasilkan
air
demin.
Deaerator.
Deaerator berfungsi untuk membersihkan kondensat dari kandungan
oksigen dengan menggunakan pemanasan uap yang diambil dari auxiliari steam.
Kandungan oksigen yang ada dalam kondensat disyaratkan tidak boleh lebih dari
7 ppb. Kapasitas tangki kondensat di dearator direncanakan tidak kurang dari
jumlah aliran kondenser selama 10 menit pada saat turbin operasi dengan daya
100%.
2. RENCANA KEGIATAN
2-
12
Kapasitas
: 170 m3/jam
Kapasitas
: masing-masing 25 m3/jam
: Tube sttler
Jumlah Pompa
Kapasitas
: 350 m3/jam
Neraca Pemakaian Air PLTU (water balance diagram) dapat dilihat pada
Lampiran Teks 2-5.
2.4.3.2
dengan nilai kotor 3.800 kcal/kg, Spesifikasi Batubara Wara dapat dilihat pada
Lampiran Teks 2-6. Dengan kapasitas 2 X 30 MW, diperkirakan PLTU ini akan
memerlukan batubara sebanyak 50 ton / jam atau sekitar 1200 ton per hari.
Penanganan batubara dalam proses pembangkitan diperlihatkan dengan bagan
alir Coal Handling System pada Lampiran Teks 2-7.
2. RENCANA KEGIATAN
2-
13
berdasarkan
Bottom Ash Handling System, yang berfungsi untuk memindahkan abu dan
batubara yang tidak terbakar yang jatuh dan terkumpul di bed ash hopper.
Bottom ash dipindahkan secara pneumatik dengan Dense Phase System dari
bed as hopper ke bed ash silo.
Fly Ash Handling System, yang berfungsi untuk memindahkan abu yang
terkumpul di bag filter hopper.
secara pneumatik menggunakan udara bertekanan. fly ash dikirim ke fly ash
silo memakai sistem pipa.
2. RENCANA KEGIATAN
2-
14
2.4.3.3
: 2 Unit
Jenis Boiler
Kapasitas (MCR)
Tekanan Uap
: 100 bar(a)
Temperatur Uap
: 540 oC
Bahan Bakar
: Batubara
2) Turbin Uap
Jumlah
: 2 Unit
Tipe
: Kondensing
Daya
: 30 MW
Tekanan masuk
: 90 bar(a)
Temperatur kerja
: 535 oC
Tekanan keluar
: 0.1 bar(a)
Kapasitas
Tekanan dorong
: 116 bar(a)
4) Deaerator
Jumlah
: 2 Unit
Tipe
Tekanan kerja
: 6 bar(a)
Temperatur kerja
: 159 oC
Kapasitas
2. RENCANA KEGIATAN
2-
15
: 2 X 100%
Kapasitas
: 2 x 25.0 m3/jam
6) Kondensor
Jumlah
: 2 Unit
Tipe
: Shell &Tube
Tekanan kerja
Jumlah Cell
Kapasitas
Range Pendinginan
: 9 oC
Approach
: 5 oC
Bahan Konstruksi
Kolam
: RCC
beroperasi dengan tegangan 11 KV, frekwensi 50 Hz, power factor 0,8 (lag).
: 60 MW
: 8 MW
: 52 MW
: 2500 kCal/kWh
Boiler efficiency
: 85% HHV
: 3800 kCal/kg
2. RENCANA KEGIATAN
2-
16
: 1200 TPD
kepada
2.5.
menghasilkan energi listrik, juga dihasilkan bahan buangan (limbah) baik padat,
cair, gas maupun panas.
Sumber-sumber polutan pada PLTU Batubara adalah :
1. Cerobong akan mengeluarkan zat partikulat, gas (CO, SOx, NOx) dan
panas. Polutan polutan ini dapat menyebabkan korosi pada material,
iritasi saluran pernafasan dan berbagai macam efek pada tumbuhtumbuhan.
Untuk membatasi polusi sisa pembakaran yang keluar dari PLTU, maka
cerobong dibuat yang tinggi agar polutan tersebar sehingga konsentrasi
polutan dipermukaan tidak melebihi ambang batas yang telah ditentukan
(Lihat Lampiran 3-6, Prakiraan Kadar Emisi PLTU). Disain cerobong
PLTU Tanjung ini sekitar 120 m.
Abu sisa pembakaran yang berupa fly ash yang keluar bersama dengan
udara panas akan tersaring dalam bag filter. Dengan efisiensi penyerapan
bag filter yang mencapai 99 %, maka fly ash yang keluar lewat cerobong
jumlahnya relatif kecil. Untuk PLTU Tanjung ini partikulat yang keluar dari
cerobong akan lebih kecil dari 50 mg / Nm3 (Standar World Bank).
Penggunaan batubara Wara yang kandungan sulfurnya sekitar 0,4 %,
maka PLTU tidak memerlukan peralatan Desulphurisasi dan emisi SO2
2. RENCANA KEGIATAN
2-
17
yang keluar dari cerobong akan dibawah standar emisi yang diijinkan
yaitu sekitar 750 mg / Nm3 (Standar Indonesia).
Dengan boiler CFB pembakaran batubara dapat dilkukan dengan
sempurna, sehingga tidak menghasilkan polutan Karbon Monoksida.
Sedangkan polusi Nox dapat dibatasi teknik abatement yang baik. PLTU
diperkirakan mengeluarkan emisi NOx maksimal 150 mg / Nm3 rata-rata
dalam 24 Jam.
Polusi panas buangan yang dihasilkan PLTU lewat cerobong kira-kira
sekitar 8 % - 10 % dari panas input didalam boiler. Dengan penggunaan
cerobong setinggi 120 m maka polusi panas yang turun ke permukaan
tidak banyak berpengaruh pada suhu permukaan.
2. Blowdown menara pendingin (CT)
Konsep disain PLTU adalah memaksimalkan daur ulang air yang dipakai
dan meminimalkan air buangan. Blow down menara pendingin akan
mengeluarkan air panas, air dengan kadar garam tinggi dan bahan-bahan
kimia yang digunakan untuk pengolahan air sirkulasi. Seperti ditunjukkan
pada Neraca Pemakaian Air (Water Balance Diagram), air keluaran dari
blow down menara pendingin dialirkan ke kolam pengumpul. Dari kolam
pengumpul sebagian digunakan untuk keperluan pada coal handling
system dan ash handling system. Sisanya akan dibuang dalam saluran
air yang ada setelah dipastikan bahwa kenaikan suhu buangan adalah
kurang dari 3C melebihi suhu badan air penerima.
Debu batubara dari proses penanganan batubara dan zat partikulat.
Proses penanganan batubara merupakan sumber polusi debu batubara
yang menyebar tertiup angin. Unutk mencegah abu berterbangan, maka
dilakukan penyemprotan air di coal yard. Disamping itu pada sistem
penanganan batubara dilengkapi pula dengan alat dust extraction.
Penanganan debu batubara agar tidak berterbangan dilakukan dengan
cara berikut :
2. RENCANA KEGIATAN
2-
18
Pada
lokasi
penimbunan
(storage)
dilakukan
dengan
2. RENCANA KEGIATAN
2-
19
2.5.1.
adalah berupa:
Abu terbang (fly ash), yang merupakan sisa pembakaran batubara yang
terbawa bersama-sama gas buang
Abu dasar (bottom ash), yang merupakan abu sisa pembakaran batubara
yang terakumulasi di bawah tungku pembakaran.
yang dilengkapi dengan lapisan kedap air (HDPE / LDPE) dan penampungan air
lindi.
Untuk memenuhi ketentuan batasan emisi partikel abu yang keluar dari
chimney, yaitu maksium 50 mg/m3 (Standar Bank Dunia), maka dipasang alat
penangkap abu (bag filter) dengan effisiensi minimum 99%.
2.5.2.
diketagorikan sebagai limbah domestik, air larian permukaan, limbah cair proses
operasi, sisa atau bekas minyak (oli bekas, ceceran minyak).
Limbah cair
tersebut secara umum tergolong zat pencemar dengan kriteria yang bersifat
fisika dan kimia (termasuk kandungan unsur logam dan minyak).
Limbah cair yang dihasilkan akan diolah hingga memenuhi kriteria
kualitas air yang boleh dibuang ke badan air sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangan yang berlaku, dalam hal ini didasarkan pada Peraturan Pemerintah
Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air, serta Keputusan Gubernur Kalimantan Selatan Nomor 58
Tahun 1994 tentang Penggolongan Limbah Cair.
2. RENCANA KEGIATAN
2-
20
mengandung minyak (oli dan BBM) akan diolah dalam unit pemisahan minyak
(oil water separator),
padagang pengumpul oli bekas. Air limbah domestik dari kamar mandi dan dapur
akan dibuang ke sistem sumur resapan. Limbah dari WC dibuang ke septic tank.
Air yang telah memenuhi syarat baku mutu akan digunakan kembali di
dalam sistem resirkulasi atau pasokan tambahan, atau kemungkinan juga dilepas
ke badan air.
2.5.3.
dilepaskan ke udara terdiri dari SO2, NOx, CO dan CO2. Dengan kandungan
sulphur untuk batubara Wara sekitar 0,2 % 0,4 %, maka PLTU ini tidak
memerlukan alat Desulphurisasi karena emisi yang dihasilkan jauh lebih kecil
dari 750 mg/NM3 (Standar Indonesia).
2. RENCANA KEGIATAN
2-
21
BAB III
RONA LINGKUNGAN AWAL
3.1.
3.1.1
Iklim
Wilayah sekitar rencana lokasi PLTU Tanjung-Tabalong (selanjutnya
diringkas PLTU) termasuk dalam iklim munson tropis. Angin dari Barat Daya
membuat curah hujan cukup tinggi, pada periode November - April. Sebaliknya,
karena adanya pengaruh angin dari Tenggara pada periode Mei -
Oktober,
curah hujan menjadi lebih sedikit. Angin munson dari arah Barat menyebabkan
musim penghujan. Musim kemarau jatuh dalam bulan Mei Oktober.
Hasil pengumpulan data iklim dari Stasiun Klimatologi Muara Uya sebagai
stasiun terdekat dengan rencana lokasi proyek yang tercatat selama 10 tahun
antara 1990 - 2000, menunjukkan suhu udara rata-rata bulanan berkisar antara
29,23 - 31,17 OC (Sumber Data : Stasiun Klimatologi Kelas I Banjarbaru). Suhu
maksimum terjadi pada bulan Agustus dan suhu minimum terjadi pada bulan
Desember sampai Januari.
Pengumpulan data curah hujan diperoleh dari stasiun penangkar curah
hujan terdekat milik PT Adaro Indonesia,
2000 menunjukkan rata-rata curah hujan bulanan berkisar antara 68,38 264,25
mm.
Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Desember dan terendah pada
bulan Agustus.
Pola iklim mikro dalam wilayah studi tidak berbeda dengan pola dalam
dataran Banua Lima yang dipengaruhi oleh lereng Barat Pegunungan Meratus
yang berhutan dan bentangan rawa yang luas di sebelah Barat. Kelembaban
relatif udara rerata bulanan dalam wilayah studi tergolong tinggi berkisar antara
74.6 % 85.6 % (Sumber Data: Stasiun Klimatologi Kelas I Banjarbaru).
Kecepatan angin rerata bulanan termasuk rendah berkisar antara 0,7 knot
atau 0,35 m/det (bulan Pebruari dan Maret) sampai 3,3 knot atau 1,65 m/det (bulan
Agustus) dengan rata-ratanya 1,78 knot atau 0,89 m/det. Pada bulan Mei-Oktober
(kemarau) arah angin dominan berhembus dari Timur Laut (NE) dan Timur (E),
3. RONA LINGKUNGAN AWAL
3- 1
sedangkan pada musim hujan (Nopember April) angin berhembus dari arah
Timur (E) dan Tenggara (SE).
Hasil pengukuran dalam bulan Desember 2006 pada studi UKL-UPL ini
seperti ditunjukkan dalam Lampiran Teks 3-1 dan Tabel 3-1, menunjukkan arah
angin Timur Laut Barat Daya dan kecepatan 2 5 m/s, kelembaban 45 65%
dan suhu 30 320C.
3.1.2
sebelum adanya proyek PLTU di amati pada tiga titik ukur, yaitu (1) dalam
kawasan rencana Lokasi PLTU, (2) persimpangan Jalan Akses dengan jalan
Raya, dan (3) dalam kawasan pemukiman penduduk Desa Warukin (permukiman
Suku Dayak Manyaan).
Kondisi
kualitas
udara
yang
dinyatakan
dalam
parameter
debu
3- 2
Tabel 3-1
Kondisi rona awal kualitas udara dan tingkat kebisingan pada rencana
pembangunan PLTU dan daerah sekitarnya
No
2
3
Satuan
Parameter
Kondisi Pengukuran
Cuaca
Arah angin
Kecepatan angin
m/s
O
Temperatur
C
udara
Kelembaban
%
udara
Debu
g/m3
Kebisingan
dBA
KU.1
KU.2
KU.3
Baku mutu
cerah
BL
24
30
cerah
BD
25
32
Cerah
BD
35
32
65
46
45
39,31
36,45
64,27
50,12
274,34
50,04
230
55 / 70
3- 3
Tabel 3-2
Kualitas udara di sekitar rencana lokasi PLTU
No
Kadar (g/m3)
Titik Pengukuran
Debu
SO2
NO2
CO
126,98
1,0057
6,3945
94,27
Desa Tepian
261,44
0,5106
2,5107
2.232,68
522,88
6,4527
6,7644
4.798,77
Desa Maburai
526,32
2,9864
3,2505
6.509,50
Pemukiman Transmigrasi
233,92
0,5106
2,6956
1.377,32
233,92
0,5106
1,4010
9.930,50
230
900
400
30.000
Baku mutu*)
*) Baku mutu menurut Peraturan Pemerintah nomor 41 Tahun 1999, tentang Pengendalian
Pencemaran Udara
Hasil pengukuran debu dalam bulan Desember 2006 pada studi UKL-UPL
ini seperti ditunjukkan dalam Lampiran Teks-3-1, adalah 39,31 274,38 (g/m3)
lebih kecil dibandingkan hasil pengukuran pada Tabel 3-2 (126,98 526,32
g/m3). Pada umumnya sumber debu berasal dari debu jalanan yang melayang di
udara setelah dilintasi oleh kendaraan disamping debu yang berasal dari spora
tumbuhan yang terbang ditiup angin.
Tingkat kebisingan di daerah sekitar rencana lokasi PLTU pada 3 (tiga) titik
pantau pada studi UKL-UPL ini (Lampiran Teks- 3-1 dan Tabel 3-1), adalah 36,45
50,04 dBA, masih di bawah baku mutu. Pengukuran tahun 2003 pada titik
pantau di sekitar rencana lokasi PLTU adalah 43,8 58,9 dBA. Kebisingan ini
bersumber dari kendaraan bermotor yang melintas disamping suara yang
ditimbulkan oleh binatang (seperti burung) dan suara pepohonan yang gemuruh
ditiup angin.
3.1.3
bergelombang terletak di
Meratus.
Morfogenesis topografi bergelombang tersebut masih berkait dengan
proses erosi selektif sesudah blok faulting pengangkatan pegununungan Meratus
akhir miosen. Dibagian barat dari satuan topografi bergelombang berkembang
satuan geomorfik dataran berupa dataran yang disusun oleh material endapan
alluvial.
Perkembangan relief morfologi satuan topografi bergelombang tersebut
dicirikan dengan kemiringan lereng 5-15% miring ke arah selatan dengan beda tinggi
5-20m.
mdpal 56 mdpal. Sungai dari rencana lokasi PLTU mengalir ke sungai Mangkusip
yang merupakan anak sungai Tabalong. Pola aliran yang berkembang pada sungai
Mangkusip adalah sub dendritik dengan ciri lembah sungai berbentuk U melebar
kesamping serta bermeander. Kondisi sungai tersebut dapat dikelompokkan dalam
stadium sungai tua.
3.1.4
Geologi
Dalam tatanan geologi regional, wilayah studi menempati bagian timur laut
3- 5
sifat fisik batuan penyusun Formasi Warukin adalah padat, kurang kompak,
permeabilitas rendah setempat-setempat tinggi dengan daya dukung batuan
sedang - tinggi. Sedang karakteristik tanah lapukan dan rombakan adalah
bersifat lepas, tidak padu, permeabilitas tinggi, pada daerah terbuka sangat
rentan erosi. Wilayah tapak proyek tidak terdapat sumberdaya mineral batubara,
dibuktikan dengan singkapan batubara di bekas tambang Wara yang lokasinya
berada disebelah tenggara dari tapak proyek.
Perkembangan struktur geologi dipengaruhi oleh perkembangan proses
kegiatan tektonik regional yang terjadi mulai Pra Tersier Miosen Tengah.
Perkembangan struktur geologi pada batuan sedimenter tersier penyusun daerah
studi dan sekitarnya dipengaruhi tektonik Akhir Miosen.Pada Akhir Miosen
terjadinya pengangkatan pegunungan Meratus sehingga membentuk strukturstruktur geologi antara lain: lipatan (antiklin dan sinklin), patahan (patahan naik,
patahan mendatar dan patahan normal) serta retakan/kekar.
Didaerah studi
3.1.5
Hidrologi
Daerah studi UKL-UPL PLTU berada di dalam kawasan DAS Tabalong,
sebelah Timur alur sungai Tabalong. Kondisi topografi lahan semakin tinggi
konturnya kearah Tenggara Timur Laut dan dibatasi oleh cabang anak sungai
Tabalong yaitu sungai Jaing, tetapi semakin ke Barat Barat Laut kontur mulai
makin rendah dan terdapat atau dibatasi oleh sungai Mangkusip. Kedua anak
sungai Jaing dan Mangkusip sama-sama bermuara ke sungai Tabalong yang
menjadi tampungan dari air permukaan (run off) ataupun aliran bawah
permukaan (base flow) di kawasan DAS Tabalong tersebut.
Karekteristik sungai dan anak-anak sungai adalah :
Sungai Mangkusip, terletak sebelah Barat daerah studi, sungai orde ke 2 dan
mendapat pengaliran air dari hulunya yaitu sungai Tepian. Pengukuran
sesaat (musim kemarau) profil penampang basah dengan lebar 2 m dengan
kedalaman rata-rata Y = 0,15 m (titik pengukuran jembatan Mangkusip).
Pengukuran kecepatan hanya dapat dilakukan dengan alat pelampung, dan
mendapatkan debit Q = 49 liter/dt ( hitungan pada Lampiran Teks-3).
3- 6
Sungai Jaing, sungai ini terletak sebelah Timur daerah studi, merupakan
salah satu anak sungai Tabalong. Pengukuran sesaat profil penampang
basah dan pengukuran kecepatan, dimana lebar rata-rata b = 8,50 m dengan
kedalaman rata-rata Yr = 0,85 m. Pengukuran kecepatan dengan Current
Meter dibeberapa titik mendapatkan kecepatan rata-rata Vr = 0,34 m/dt,
sehingga debit rata-rata Qr = 2,45 M 3 /dt ( perhitungan pada Lampiran Teks
3-2)
sungan Tabalong, yang tentunya kapasitas ini dapat berubah berfluktuasi terutama
pada musim penghujan ataupun musim kemarau (data debit sungai Tabalong )
dan diharapkan keberadaan debit dapat mensuplay kebutuhan PLTU (350 m3/jam)
dan masyarakat luas lainnya. Data debit sungai Tabalong didapat dari Proyek
Hidrologi Kalimantan Selatan, Pusat Penelitian dan Pengembangan Pengairan
Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah, meliputi data debit selama 21
tahun mulai tahun 1977 sampai dengan tahun 2001 dengan beberapa tahun tidak
ada pengukuran sehingga untuk analisa data diperlukan perhitungan data
tambahan untuk mengisi kekosongan data tersebut. Data debit sungai Tabalong
ditampilkan dalam Lampiran Teks 3-2.
Sebagai perbandingan
PLTU, digunakan hasil kajian terhadap Sungai Tepian, Sungai Mangkusip dan
Sungai Tabalong tahun 2003 sebagai berikut:
3- 7
3- 8
3- 9
air lebih banyak terjadi dalam arah horisontal, sehingga terdapat daerah
pengaruh yang searah dengan strike.
Keberadaan akuifer/air tanah didaerah lokasi PLTU tidak feasibel atau
tidak mencukupi untuk dapat memenuhi kebutuhan operasional PLTU ( 350
L/dt ) tersebut diatas.
3.1.6
Kualitas Air
Pengamatan
terhadap
kualitas
fisik
dan
kimia
air
permukaan
dilaksanakan pada sungai dan aliran air (creek) yang terdapat di dalam wilayah
studi yang mencakup 4 titik pengamatan (site sampling) di dalam areal DAS
Tabalong dan sub DAS Mangkusip. Hasil pengukuran kualitas air pada ke empat
lokasi pengamatan tersebut secara lengkap dapat di lihat di Lampiran Teks 3-3
(hasil analisis laboratorium).
airnya masih berada dalam kisaran yang diperbolehkan menurut baku mutu air
golongan B berdasarkan Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I
Kalimantan Selatan Nomor : 28 Tahun 1994.
3.1.7
3- 10
bawah permukaan tanah terdapat lapisan plintit yang kompak padat teguh.
Kandungan bahan organik tanah lapisan atas tergolong rendah sedang (1,75 2,40 %
C-Org). Tidak terdapat sarasah pada tanah lapisan atas, tetapi sangat
3.1.8
Tabalong 2002-2012, tapak proyek dan daerah yang diduga kena dampak
berada pada Satuan Wilayah Pembangunan I, dimana Kota Tanjung sebagai
pusat pelayanan, dan wilayah pelayanannnya meliputi Kecamatan Tanjung,
Kecamatan Tanta dan Murung Pudak.
Dalam skala perencanaan yang lebih rinci, yakni seperti yang tertuang
dalam Rencana Tata Ruang Kawasan Penyangga Purimawar, tapak proyek
berada pada kawasan pengembangan pertambangan, meskipun penggunaan
lahan ada yang berupa perkebunan besar maupun rakyat. Kawasan Purimawar
ini sendiri adalah merupakan kawasan koridor dengan jarak 500 meter kanan kiri
jalan antara Puri Indah (Kecamatan Tanta) Mabuun sampai ke Warukin
(Kecamatan Tanta), di mana jalan tersebut sebetulnya merupakan jalan arteri
3- 11
3.1.9
Tanah
Pengumpulan data kualitas tanah dilakukan dengan pengambilan contoh
di tapak proyek dan di lingkungan sekitar proyek yang disesuaikan dengan tata
guna lahan. Pengambilan contoh terusik dilakukan dengan menggunakan ring
sample dan contoh tanah terusik dengan cara pemboran pada kedalaman 0-30
cm dan 30-60 cm. Sampel tanah kemudian diambil dan dianalisa di Laboratorium
Kualitas Tanah Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Universitas Lambung
Mangkurat (PPLH-UNLAM). Pengambilan contoh tanah dilakukan pada tapak
proyek dan di lingkungan sekitar proyek dengan menggunakan konsep katena
(toposequen) pada tiga posisi lereng antara lain; (1). Punggung bukit (T 1), (2).
Pelembahan (T 2), dan (3). Puncak bukit (T 3).
Tabel 3-3
Hasil analisis contoh tanah pada berbagai lokasi pengambilan sampel
Lokasi Sampel
No.
Parameter
Satuan
T1
T1
T2
T2
T3
T3
(0-30)
(30-60)
(0-30)
(30-60)
(0-30)
(30-60)
Tekstur
Pasir
8.29
6.17
29.63
24.29
23.03
15.16
Debu
27.68
32.67
24.41
30.37
49.02
25.73
Liat
47.90
50.55
30.51
33.73
12.88
38.31
PSH
16.13
10.61
15.45
11.62
15.07
20.81
g/cm3
1.21
1.23
1.29
cm/jam
3.48
5.65
3.91
4.25
4.38
4.32
4.45
4.30
4.85
Bulk density
Permeabilitas
pH H2O
(dilanjutkan)
3- 12
Parameter
Satuan
T1
T1
T2
T2
T3
T3
(0-30)
(30-60)
(0-30)
(30-60)
(0-30)
(30-60)
pH KCl
3.57
3.60
3.62
3.61
3.68
3.64
C-organik
1.45
0.65
0.29
0.93
0.94
0.36
N-total
0.16
0.12
0.17
0.12
0.17
0.13
P2O5-total
mg/100 g
11.90
10.03
11.26
8.77
15.98
10.65
P2O5-tersedia
ppm
14.43
14.44
15.24
13.61
15.23
14.46
10
K2O-total
mg/100 g
13.52
6.98
2.41
1.95
6.85
2.61
11
K-tukar
me/100 g
0.14
0.09
0.06
0.04
0.06
0.07
12
Na-tukar
me/100 g
0.18
0.28
0.10
0.11
0.18
0.19
13
Mg-tukar
me/100 g
0.74
0.50
1.00
0.30
0.50
0.40
14
Ca-tukar
me/100 g
2.71
3.50
2.50
2.65
2.25
2.60
15
Al-tukar
me/100 g
2.20
2.40
1.80
1.00
1.00
0.80
16
H-tukar
me/100 g
6.70
6.70
4.30
5.80
4.11
5.20
17
KTK
me/100 g
29.25
24.91
12.75
16.11
15.62
15.44
18
KB
12.88
17.56
28.67
19.22
19.16
21.07
Sumber : Data primer hasil analisa laboratorium Kualitas Tanah PPLH-UNLAM Banjarbaru (Lampiran Teks 3-4)
3- 13
tanah tergolong rendah (10.03 mg/100 g tanah), kandungan K2O tanah tergolong
sangat rendah (6.98 mg/100 g tanah), kandungan P-tersedia tanah dapat
digolongkan rendah (14.44 ppm). Susunan kation tukar terutama Kalium
digolongkan sangat rendah (0.09 me/100 g tanah), Natrium dikelaskan sedang
(0.28 me/100 g tanah), kandungan Magnesium dikelaskan rendah (0.50 me/100
g tanah) dan kandungan Kalsium digolongkan rendah (3.50 me/100 g tanah).
Kejenuhan basa dikelaskan sangat rendah (17.56%), dengan kapasitas tukar
kation (KTK) dikelaskan sedang (24.91 me/100 g).
mempunyai pH yang dikelaskan agak masam (pH H2O = 4.38; pH KCl = 3.60).
Tekstur tanah tergolong liat.
3- 14
mempunyai pH yang dikelaskan agak masam (pH H2O = 4.45; pH KCl = 3.61).
Tekstur tanah tergolong lempung berliat.
3- 15
Tabel 3-4
Penilaian status kesuburan tanah pada lokasi pengambilan sampel tanah
Status
Lokasi Sampel
KTK
KB
P2O5
K2O
C-org.
Kesuburan
T 1 (0-30 cm)
Tinggi
Rendah
T 1 (30-60 cm)
Sedang
Rendah
T 2 (0-30 cm)
Rendah
Rendah
T 3 (0-30 cm)
Rendah
Rendah
3- 16
Tabel 3-5
Pendugaan besarnya erosi tanah
No.
Lokasi
Pemantauan
T1
2
3
LS
CxP
0.13
0.85
0.9
T2
1215
1215
0.12
0.45
0.45
143.57
57.08
T3
1215
0.10
0.95
0.38
117.27
Keterangan :
R
LS
P
= Erosivitas hujan
= Panjang lereng dan slope
= Faktor pengelolaan
K
C
A
= Erodibilitas tanah
= Faktor vegetasi
= Erosi (ton/ha/tahun)
3- 17
maksimum tanah dari masing-masing lokasi yang menunjukan nilai erosi antara
57.08 hingga 143.57 ton/ha./tahun.
pada Tabel 3-6 terlihat bahwa tingkat bahaya erosi pada masing-masing lokasi
memiliki tingkat bahaya erosi sedang (S).
Tabel 3-6
Tingkat bahaya erosi berdasar tebal solum tanah dan besarnya bahaya erosi
Tebal Solum
(cm)
< 15
15 - 60
60 - 180
180 - 480
> 480
> 90
SR
SB
60 90
SB
SB
30 60
SB
SB
SB
SB
< 30
SB
SB
SB
SB
Keterangan :
SR = sangat rendah
B = berat
3.2.
Komponen Biologi
3.2.1
Flora Darat
R = rendah
S = sedang
SB = sangat berat
Keadaan vegetasi yang di rencana areal PLTU dan sekitarnya terdiri atas
hutan sekunder muda (belukar), kebun campuran dan tanaman pekarangan.
Pada tapak proyek untuk tingkat semai didominasi oleh alaban (Vitex
pubescens),
minutiflora),
bengkirai
(Trema
amboinensis),
mahang
(Macaranga
3- 18
(belukar) jenis yang mendominasi juga tidak jauh berbeda yaitu jenis alaban (Vitex
pubescens). Sedang tumbuhan bawah yang mendominasi yaitu alang-alang,
rumput teki, pandan, kerinyuh, hering, putri malu.
Pada kebun campuran dan tanaman pekarangan terdapat 15 jenis
tanaman yang didominasi oleh jenis karet (Hevea brasilensis), rambutan
(Nephelium lappaceum), petai (Parkia spp), nangka (Arthocarpus integra). Untuk
tumbuhan bawah didominasi oleh orok-orok, rumput teki, alang-alang, karamunting
dan krinyuh.
3.2.2
Flora Air
Hasil analisa sampel plankton pada 4 (empat) sampling sites dalam studi
fitoplankton yang
UKL-UPL
berkisar
dari
1,9914
sampai
3,6405.
Dari
data
Nilai
3- 19
3.2.3
Fauna Darat
No.
Nama Indonesia
atau Lokal
Sumber
Status
Mamalia
1
Macaca fascicularis
Musang
Paradoxurus hermaphroditus
3.
Tupai
Sundasciurus lowii
4.
Pelanduk/Kancil
Tragulus javanicus
5.
Babi
Sus barbatus
Landak
Hystrix brachyura
Tringgiling
Manis javanica
8.
Hirangan
Presbytis melalophos
Sado
Mydaus javanensis
10
Tikus
Rattus exulans
11
Menjangan
Cervus unicolor
12
Berang-berang
Cynogale bennetti
Ular pucuk
Trimeresurus albolabris
Biawak Kalimantan
Varanus bornensis
Biawak bergaris
Varanus salvator
Ular sanca
Phyton reticulatus
5.
Kadal
Mabuia multifasciata
6.
Ular belang
Bunarus fasciatus
Reptilia
(dilanjutkan)
3- 20
No.
Nama Indonesia
atau Lokal
Sumber
Status
Aves
1.
Pipit/Bondol rawa
Lonchura malacca
2.
Kelayangan
Hirundo tahitia
3.
Punai gading
Treron vernans
4.
Tekukur biasa
Streptopelia chinensis
5.
Ketinjau/Murai batu
Copsychus malabaricus
6.
Burung gereja
Passer montanus
7.
Cinenen belukar
Orthotomus atrogularis
8.
Bubut alang-alang
Centropus bengalensis
9.
Prenjak
Abroscopus bengalensis
10.
Kucica kampung
Copsychus saularis
11
Tombelet
Hemicircus concretus
12
Meninting
Alcedo meningting
13.
Burung madu
merah
Aethopyga siparaja
14.
Karuang
Pycnonotus flavescens
15.
Bambangan coklat
Ixobrychus eurhythmus
16
Cabak
Caprimulgus affinis
17
Cekakak kecil
Todirhamphus sauctus
18.
Elang bondol
Haliastur indus
19.
Kutilang
Pycnonotus aurigaster
20.
Kacamata gunung
Zosterops montanus
21
Cuit
Nectarinia jgularis
22
Pentet kelabu
Lanius schach
23.
Caladi batu/pelatuk
Meiglyptes tristis
3- 21
3.2.4
Fauna Air
Dari hasil analisa contoh plankton yang telah dilakukan, dalam wilayah
3.3.
Komponen Sosial
3.3.1
Kependudukan
Jumlah penduduk Kabupaten Tabalong tahun 2005 sebanyak 187.208
jiwa, terdiri atas 93.506 laki-laki dan 93.702 perempuan. Di Kecamatan Murung
Pudak jumlahnya mencapai 31.153 jiwa dengan 15.820 jiwa laki-laki dan 15.333
jiwa perempuan.
14.284 jiwa, yang terdiri dari 7.155 jiwa laki-laki dan 7.129 perempuan. Rasio
jenis kelamin di Kabupaten Tabalong tercatat sebesar 99,79 %.
Sedangkan
untuk Kecamatan Tanta dan Kecamatan Murung Mudak, rasio jenis kelamin
masing-masing100,37 dan 103,17.
Kepadatan penduduk rata-rata di Kabupaten Tabalong 47 jiwa per km2,
Kecamatan Tanta rata-rata 83 jiwa per km2 dan Kecamatan Murung Pudak
dengan kepadatan 262 jiwa per km2. Kecamatan Murung Pudak merupakan
kecamatan yang penduduknya paling padat di Kabupaten Tabalong.
Laju pertumbuhan penduduk di Kabupaten Tabalong pada Tahun 20042005 sebesar 0,77%, Kecamatan Tanta 0,46% dan Kecamatan Murung Pudak
1,49%.
3- 22
Kecamatan
yang termasuk cukup padat penduduknya adalah Kecamatan Kelua yaitu 176
jiwa/km2.
penduduk 83 jiw/km2.
Di Kabupaten Tabalong didapatkan di 262 buah Sekolah Dasar, 57 buah
SLTP, dan 19 buah SLTA.
hanya
14,9% pada kelompok umur 16 - 18 tahun 8,7% pada usia 19 24 tahun yang
telah menyelesaikan SLTA.
Di Kecamatan Tanta didapatkan 23 buah SD, 4 buah MI, 2 buah SLTP, 1
buah MTs, dan 1 buah SLTA. Di Kecamatan Murung Pudak didapatkan 26 buah
SD, 1 buah MI, 6 buah SLTP, 1 buah MTs, dan 4 buah SLTA.
Di Kabupaten Tabalong mempunyai 2 suku bangsa asli setempat, yaitu
Suku Banjar dan Suku Dayak. Suku Banjar merupakan mayoritas di Kabupaten
Tabalong dan memeluk agama Islam
merupakan pendatang dari luar, keculi penduduk asli Dayak yang memeluk
agama Hindu, Budha dan Kristen.
Sebanyak
Islam, kemudian disusul agama Kristen Protestan 2,41%, agama Katolik 0,83%,
Hindu 0,67%, dan Budha 0,02%.
sebanyak 2 buah.
Suku Banjar sebagai penduduk asli mendominasi penduduk dengan
jumlah 82,09% dari total penduduk di Kabupaten Tabalong.
Penduduk
pendatang terbanyak adalah dari Suku Jawa dengan jumlah 12,75% dari total
penduduk.
Padang, Batak, Madura, Timor dan Ambon. Suku asli lainnya, yaitu Suku Dayak
hanya 3,11% dari jumlah penduduk Kabupaten Tabalong.
3- 23
3.3.2
Ekonomi
merupakan
karyawan
swasta
perusahaan
perkebunan
dan
Tabalong
cukup
terbuka
luas.
Masyarakat
masih
dapat
3- 24
PDRB Kabupaten Tabalong dari tahun 2003, 2004 dan 2005 berturut-turut
adalah
Rp
1.925.278.647.000,-
Rp
2.228.905.165.000,-
dan
Rp
berdasarkan harga berlaku adalah sebesar Rp 9.815.210,-. Atau secara ratarata tiap orang mendapatkan 26.891 rupiah per hari.
Sedangkan tingkat
produktivitas yang dilihat dari PDRB per kapita atas dasar harga konstan sebesar
4,04% atau jika dinilai berdasarkan nilainya adalah sebesar Rp 7.268.285,- naik
dari tahun sebelumnya yang hanya sebesar Rp 6.986.276,-.
sektor pertanian -0,81%, listrik dan air bersih -0,93%, dan sektor perdagangan,
hotel dan restauran -0,55%.
3- 25
3.3.3
Tokoh
3.3.4
dalam hal ini responden mengetahui ada rencana pembangunan PLTU. Dari
hasil wawancara dan kuesioner yang dilakukan didapatkan hal-hal sebagai
berikut:
3- 26
diketahuinya sejak satu tahun yang lalu. Untuk Desa Warukin pengetahuan
diperoleh pada waktu survey UKL dan UPL PLTU.
Diantara 30 responden
Adanya peluang dan kesempatan kerja secara langsung dan tidak langsung
keberadaan PLTU,
merupakan
tanggapan
positif dan
harapan
dari
responden.
Dampak negatif yang terjadi menurut responden, adanya erosi, limbah debu,
menambah anggaran, dan sebagian kelompok mementingkan kelompoknya
sendiri untuk mengurusi perusahaan.
Hanya
ada
orang
responden
yang
menyatakan
bahwa
lahan
3- 27
3.3.5
Kesehatan Masyarakat
Tabel 3-8
Angka 10 Penyakit Terbanyak di Wilayah Kerja Puskesmas Murung Pudak,
Kabupaten Tabalong Tahun 2004, 2005 dan 2006
No
Jenis Penyakit
2005
2006
ISPA
2804
3001
3360
2253
2478
2530
Hipertensi
1218
1365
1464
850
893
935
Rematik
635
699
768
Tonsilitis (Amandel)
564
536
672
Mag
524
527
572
Diare
501
476
550
429
459
473
418
481
422
10
3- 28
Angka kesakitan seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3-8, terlihat bahwa
penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Bagian Atas) selalu menduduki urutan
paling banyak selama tiga tahun terakhir. Penyakit ISPA ini sangat erat
hubungannya kondisi kualitas udara, baik di dalam rumah maupun di luar (udara
ambien). Penyakit ISPA ini perlu diwaspadai peningkatannya seiring dengan
operasional PLTU, karena polutan udara yang dapat disebarkan melalui
cerobong.
Penyakit lainnya yang diderita oleh masyarakat yang berhubungan
dengan kualitas lingkungan adalah:1) penyakit Diare pada urutan ke 8, penyakit
ini berkaitan dengan terjadinya perubahan kualitas air, karena operasional PLTU
juga mengeluarkan limbah cair, sehingga peningkatan kasus penyakit ini juga
perlu diwaspadai, 2) penyakit Lain Pada Saluran Pernafasan Bagian Atas pada
urutan ke 10, seperti halnya ISPA penyakit ini juga lebih banyak disebabkan oleh
perubahan kualitas udara namun bisa juga disebabkan oleh kejadian infeksi
kuman, sehingga peningkatan penyakit ini juga perlu mendapat perhatian.
Sedangkan angka kesakitan yang dikumpulkan langsung melalui
kuesioner menunjukkan bahwa penyakit yang sering diderita adalah flu dan
gatal-gatal pada kulit, penyakit ini bersesuaian dengan angka kesakitan
terbanyak di Puskesmas setempat.
3- 29
87,2%, sedangkan sisanya 12,8% adalah termasuk dalam kategori permanen. Dari
segi suhu, kelembaban dan kebersihan ruangan juga termasuk baik, yaitu terasa
sejuk dan bersih 89,7% dan sisanya 10,3% keadaan rumah terasa panas dan
cukup bersih, sedangkan segi penerangan rumah 94,9% termasuk dalam kategori
baik, sedangkan sisanya 5,1 % termasuk dalam kategori kurang. Kondisi sanitasi
perumahan ini secara keseluruhan dalam skala kualitas lingkungan termasuk
kategori baik, dengan nilai 4.
3- 30
BAB IV
DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI
Dalam Tabel 4-1 diringkaskan identifikasi dampak pembangunan PLTU
Tanjung Tabalong terhadap lingkungan, yang diprakirakan termasuk besar dan
penting. Selanjutnya dalam Tabel 4-2 sampai dengan Tabel 4-28 diuraikan masingmasing dampak berdasarkan Tahap Pra Konstruksi, Tahap Konstruksi, dan Tahap
Operasi.
Tabel 4-1
Matrik identifikasi dampak kegiatan pembangunan
dan pengoperasian PLTU Tanjung - Tabalong
No.
Kegiatan
Komponen
Lingkungan
GEO-FISIKKIMIA
Kualitas udara
Kebisingan
Fisiografi
Tanah
Hidrologi
Kualitas air
BIOLOGI
Biota darat
Biota akuatik
SOSIAL
Ekonomi
Sosial Budaya
Persepsi masy.
KESEHATAN MASY.
Pra1
Konstruksi
2
4a
Operasi
4b
b
b
b
b
1
b
b
b
b
b
b
Pasca
Operasi
b
b
b
b
b
b
b
b
b
Keterangan:
Tahap Pra-Konstruksi :
1. Survai Lapangan
2. Pengadaan Lahan
Tahap Kontruksi :
1. Mobilisasi Peralatan
2. Pembukaan dan Pematangan lahan
3. Pengadaan Material Pembangunan
4a. Pembangunan Prasarana dan Sarana
4b. Konstruksi Bangunan PLTU
5. Pengerahan dan Pengurangan Tenaga Kerja
Tahap Operasi :
1. Pengoperasian PLTU
2. Pemeliharaan PLTU
b= ada dampak
4. DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI
4- 1
4.1.
4.1.1.
Sumber Dampak
Jenis Dampak
Menimbulkan
spekulasi
terhadap
Masyarakat
dari
keingin-tahuan
sebagian
kepastian
adanya
dan
anggota
lokasi,
persetujuan
belum
atau
Besaran Dampak
Keterangan
Tabel 4-3
Dampak kegiatan pengadaan lahan terhadap Sikap dan Persepsi masyarakat
Tahap Pra Konstruksi
Sumber Dampak
Jenis Dampak
Besaran Dampak
Keterangan
Kepuasan
puasan
menyatakan
Sikap
terhadap
berlangsung selama
bunannya
dan
Masyarakat
Persepsi
atau
nilai
ketidak
lahan,
berkenaan
konstruksi,
yang
pemanfaatan
masyarakat,
ada,
pra-
dapat
menimbulkan
konflik
dengan
masyarakat
terutama
dari
oleh
oknum
Maburai
ketidak
inginan
memanfaatkan
lahan
serta
pengakuan
tahap
Desa
yang
Mabuun,
diperkirakan
lahan
di
lokasi
bahwa
terkena
but
bersedia
(kompensasi),
pengguna
menyarankan,
Intensitas
pemberian
timbulnya
masyarakat
masyarakat,
menolak.
Dampak
pemerintah
di
Kab.
pem-
diberikan
dengan
tanah
Responden
kontroversi
rencana
tali
asih
persyaratan
perke-
dampak
lahan
rahkan
dengan
lainnya
tali
antara
bahwa
asih,
MSW.
juga
sebaiknya
dimusyawa-
MSW
dengan
pengguna lahan
dieliminasi
4.2.
Sumber Dampak
Jenis Dampak
Besaran Dampak
Pengadaan material
bangunan terhadap
Kualitas Udara
kayu, genteng,
sebagian didatangkan
pengadaan
material
bangunan
yang
angkut),
Kadar
terbatas
(sepanjang
Keterangan
jalan
sedikit
meningkat
namun
diminimasi
Tabel 4-5
Dampak kegiatan pembukaan dan pematangan lahan terhadap Fisiografi
Tahap Konstruksi
Sumber Dampak
Jenis Dampak
Besaran Dampak
Keterangan
Pembukaan dan
pematangan lahan
negatif
induk
terhadap Fisiografi
Tanah
daerah
yang
tinggi,
daerah
yang
cekung/rendah
berbalik,
pengurugan
pemadatan/
penstabilan
diprakirakan
akan
dan
lereng
menimbulkan
kecil
dan
dengan
penting
luas
(-P).
wilayah
endapan
lapisan
tingkat
86 ha).
disebabkan
Berdampak lanjutan
liat
kesuburan
oleh
yang
atas
rendah
telah
yang
yang
rendahnya
dan
ditempat
Dampak
diperkirakan
penumpukan
dapat
tanah
meningkatkan
negatif
dapat
dikelola
(solum)
pematangan
yang
relatip
lahan
lebih
akan
subur
(dilanjutkan)
44. DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI
Sumber Dampak
Jenis Dampak
Besaran Dampak
Pembukaan dan
pematangan lahan
dikhawatirkan
terhadap Fisiografi ]
akan
Keterangan
mengurangi
dikelola
akan
menyebabkan
Erosi dan
itu,
kesuburan
tanah
termasuk
meskipun
dalam
lapisan
kategori
status
atas
rendah
penurunan
tingkat
tingkat
kesuburan
semula.
Tabel 4-6
Dampak kegiatan pembukaan dan pematangan lahan terhadap Tanah
Tahap Konstruksi
Sumber Dampak
Jenis Dampak
Besaran Dampak
Dampak
pematangan lahan
dikategorikan
negatif
terhadap Tanah
penting (-P).
Intensitas
morfologi
dinilai
Tanah
penggalian
pada
karena
daerah
pemotongan/
yang
tinggi,
kegiatan
Pembukaan dan
setempat
dari
Keterangan
cukup
besar,
induk
endapan
liat
lapisan
yang
atas
telah
yang
akan
tingkat
berbalik,
disebabkan
menimbulkan
komponen
fisiografi.
dampak
terhadap
Namun
dengan
dengan
luas
kesuburan
oleh
rendah
yang
rendahnya
wilayah
persebaran
berhumus
86
dan
ditempat
penumpukan
tanah
ha).
Berdampak
terhadap
tanah
pematangan
lahan
akan
lanjutan
(solum)
(peningkatan
kekeruhan
yang
relatip
lebih
subur
(dilanjutkan)
44. DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI
Sumber Dampak
[ Pembukaan dan
pematangan lahan
terhadap Fisiografi,
Lahan dan Tanah ]
Jenis Dampak
Demikian juga tumpukan tanah yang
tidak dikelola akan menyebabkan
terjadinya erosi pada tumpukan tanah
ditempat penumpukan.
Pembersihan
lahan
akan
menyebabkan hilangnya tanaman
penutup
tanah yang berfungsi
mencegah erosi.
Kondisi tersebut
diperparah dengan kondisi lahan yang
memiliki kelerengan yang bervariasi
dari 5-25%. Erosi akan mengangkut
sejumlah massa tanah sehingga akan
menurunkan kualitas tanah dan
mempengaruhi kualitas air tanah
dengan
meningkatkan
sedimen
terlarut. Erosi dan longsornya tanah
dapat
menyebabkan
terjadinya
dampak lanjutan berupa peningkatan
kekeruhan air di Sungai Mangkusip.
Disamping itu, meskipun status
kesuburan
tanah
lapisan
atas
termasuk dalam kategori rendah
namun pengupasan tanah atas akan
menyebabkan
penurunan
tingkat
kesuburan yang bisa mencapai 50%
dari tingkat kesuburan semula.
Lapisan atas tanah akan digantikan
oleh lapisan bawah tanah (sub soil)
yang memiliki tingkat kesuburan lebih
rendah.
Besaran Dampak
Keterangan
tanaman penutup hilang
erosi
dapat
mencapai
ton/hektar/tahun
maka nilai
1033,24
dibanding-kan
oleh
perubahan
Tabel 4-7
Dampak kegiatan pembangunan prasarana dan sarana terhadap Fisiografi
Tahap Konstruksi
Sumber Dampak
Pembangunan PLTU
terhadap Fisiografi
Jenis Dampak
Pembangunan prasarana dan sarana
penunjang
yang
direncanakan
dibangun di atas
lahan urugan
dikhawatirkan dapat menyebabkan
amblesan.
Lahan
bekas
penggalian/pemotongan yang kondisi
tanah penumpu bangunannya dalam
kondisi relatif stabil. Bertambahnya
beban berat yang ditimbulkan oleh
bangunan bertingkat dikhawatirkan
melampaui daya dukung lahan yang
pada akhirnya dapat menyebabkan
terjadinya penurunan permukaan
tanah dan berlanjut dengan miring
atau
rusaknya
bangunan.
Terganggunya stabilitas lahan sebagai
akibat yang ditimbulkan oleh beban
berat di atasnya dapat menyebabkan
terjadinya longsoran (mass sliding),
terutama pada musim hujan yang
selanjutnya akan membawa sejumlah
massa tanah ke lingkungan perairan
dengan akibat lanjutan terjadinya
peningkatan kekeruhan pada badan
air penerima.
Besaran Dampak
Dampak
yang
Keterangan
ditimbulkan
oleh
fisiografi
dikategorikan
penting,
negatif
meskipun
dampak
langsung
pada
manusia,
luas
dibandingkan
seluruh
dengan
proyek
yang
dapat
berlanjut
terhadap
Tabel 4-8
Dampak kegiatan konstruksi bangunan unit sistem pembangkit PLTU Tanjung terhadap Fisiografi
Tahap Konstruksi
Sumber Dampak
Jenis Dampak
Besaran Dampak
Keterangan
Konstruksi bangunan
PLTU
dan penting.
unit-unit
terhadap Fisiografi
dampak
Apabila daya
yang
cukup
amblesan
dapat
mengindikasikan
tidak berbalik.
dikhawatirkan
bahwa
pembangunan
steam
generation,
turbo
ditimbulkan
besar,
Penilaian ini
berlangsung
Dampak
negatif
dapat
dengan baik.
katan teknologi.
permukaan
cekung
kedalam
datar
akan
berdampak
10
Sumber Dampak
Jenis Dampak
Besaran Dampak
[ Konstruksi bangunan
PLTU
terhadap Fisiografi ]
merupakan
daerah
dengan
Keterangan
topografi
(tempat
penempatan
batubara)
dari
pembangkit
penunjang
terlampauinya
daya
kegiatan
utama
dan
pembangkit
yaitu
dukung
yang
11
Tabel 4-9
Dampak kegiatan pembukaan dan pematangan lahan terhadap Biota Darat
Tahap Konstruksi
Sumber Dampak
Jenis Dampak
Besaran Dampak
Dampak
tangan lahan
kan
dan
Reptilia, Amphibia.
didasarkan
kepada
Flora/vegetasi:
intensitas
dampak
Flora/vegetasi:
Jumlah
jenis
pohon
permudaan
menurun
Jumlah
jenis
tumbuhan
bawah/non
dikategori-
Keterangan
negatif
yang
ditimbulkan
pun
berlangsung
non
(selama
sebanyak 11 jenis
Fauna:
tidak berbalik.
Aves/burung
2 jenis (termasuk
Fauna:
Aves/burung (sebagai indikator):
Jumlah jenis burung dari rona awal sebanyak 11
jenis berubah menjadi 5 jenis, dengan perbedaan
jenis burung yang mendominasi kawasan. Burung
yang menempati habitat terbuka berupa semak
belukar dan vegetasi sepanjang guntung akan
bermigrasi ke tempat lain
konstruksi),
pohon
dari
(sebagai
rona
awal
indikator):
12
4.2.3.
Sumber Dampak
Jenis Dampak
Pengerahan dan
Pengerahan
tenaga
pengurangan tenaga
menciptakan
lapangan
kerja
kesempatan
terhadap Ekonomi
masyarakat.
Besaran Dampak
kerja
kerja
berusaha
Keterangan
dikategorikan
dan
bagi
Penilaian
tenaga
akan
Dampak
ini
didasarkan
administrasi
proyek,
operator
Peluang kesempatan
lapangan,
terbatas
karena
tenaga
kerja
yang
dibutuhkan
dengan
kualifikasi
lainnya.
konstruksi
dampak
positif
kebutuhan.
nya
lanjutan
Padahal kualifikasi
proyek.
proyek.
balik
tertentu.
langung
dampak
terhadap
dibutuhkan
tenaga
kerja
dampak
positif PLTU.
(dilanjutkan)
13
Sumber Dampak
Jenis Dampak
kesempatan
Besaran Dampak
[ Pengerahan dan
Adanya
berusaha,
pengurangan tenaga
keberadaan
kerja
berdampak
terhadap Ekonomi ]
dekatan
perputaran/peredaran
ekonomi.
PLTU
cukup
diprakirakan
besar
dalam
mata
uang
pendapatan
berdampak
terhadap
multiplier
pada
tabungan
sesuai
terjadi
sehingga
terjadi
efek
konsumsi
dan
fungsi
yang
pendapatan
saja,
tetapi
Dampak
positif
Keterangan
dapat
dan
14
Tabel 4-11
Dampak kegiatan pengerahan dan pengurangan tenaga kerja terhadap Sosial Budaya
Tahap Konstruksi
Sumber Dampak
Pengerahan
pengurangan
Jenis Dampak
dan
tenaga
Besaran Dampak
Dampak
diprakirakan
negatif,
kecil
tetapi
penting.
Penilaian ini
akan
kerja
terhadap
terhadap Budaya
didasarkan
kepada
ditimbulkan berlangsung
lama
dalam
kelompok
kondisi
berdampak
skill
sosial
dan
budaya
dikategorikan
Keterangan
Tenaga kerja
engineering
Dalam satu
karena
berlanjut
Tahap
Operasi,
masyarakat.
banyaknya
masyarakat
terkena
dampak
PLTU
yang
langung
dan
Kecamatan
dengan
warga
masyarakat pedesaan.
Banjar,
dan
pak
terhadap
Bahasa Maanyan.
sikap
persepsi
masyarakat,
akumulatif
dan
memiliki
ada.
Desa Warukin).
(sekitar
dalam
lanjutan
dan
sinergitik,
lainnya
untuk
digunakan
sesamanya
Bahasa
digunakan
15
Sumber Dampak
Jenis Dampak
Besaran Dampak
[ Pengerahan dan
Dampak
pengurangan tenaga
budaya
sekitar
kerja
terhadap Budaya ]
agama
ekonomi.
masyarakatnya
beragama
yang
Islam.
di
relatif
Dengan
homogen
negatif
Keterangan
dapat
kondisi
16
Tabel 4-12
Dampak kegiatan mobilisasi peralatan terhadap Sikap dan Persepsi Masyarakat
Tahap Konstruksi
Sumber Dampak
Jenis Dampak
Besaran Dampak
Keterangan
Mobilisasi peralatan
Dampak
diangkut
Persepsi Masyarakat
berupa
dikategorikan
truck
trailer
dari
dari
Penilaian
udara
dan
dampak
Konstruksi.
terbatas,
banyaknya
dampak langung,
terjadi
Lalu-lintas
pengangkut
munculnya
penurunan
kualitas
langsung
terkait
keselamatan lalu-lintas.
material
Berdasarkan
kendaraan
akan
dampak
masyarakat
memicu
negatif
dengan
di
pengguna
kalangan
jalan
dan
dampak
balik
terhadap
dampak
positif
negatif
dapat
PLTU.
Dampak
pengangkut
diminimasi
berat
dan
adanya
memiliki
didasarkan
menggunakan
turunan
dampak
ini
pendekatan
teknologi.
Frekuensi mobilisasi
Kecelakaan
(peluang
<
lalu
1%),
lintas
namun
atau
tetap
dengan
sosial
dan
17
Tabel 4-13
Dampak kegiatan pengadaan material pembangunan PLTU Tanjung terhadap Sikap dan Persepsi Masyarakat
Tahap Konstruksi
Sumber Dampak
Jenis Dampak
Besaran Dampak
Keterangan
Pengadaan material
pembangunan
Dampak
dikategorikan
negatif
dan
penting.
Penilaian ini didasarkan
kepada
intensitas
dampak yang ditimbulkan
berlangsung
dalam
jangka waktu terbatas,
banyaknya
masyarakat
yang terkena dampak
langung, adanya dampak
lanjutan
terhadap
keamanan
dan
ketertiban, akumulatif dan
sinergitik,
memiliki
dampak balik terhadap
dampak positif PLTU.
Pengelolaan
dampak
negatif dapat diminimasi
dengan
pendekatan
sosial dan teknologi.
Material
yang
dibutuhkan
dalam
kegiatan
pembangunan PLTU Tanjung seperti: batu, pasir,
tanah urug, besi beton, besi baja, kayu, dan genteng.
Bahan-bahan tersebut sebagian didatangkan dari
lokasi terdekat dengan tapak proyek seperti pasir.
Batu dan tanah urug, sebagian lainnya terutama
material yang terbuat dari logam didatangkan dari
luar Pulau Kalimantan melalui Pelabuhan Klanis,
sebagian bahan bangunan dibawa dari Banjarmasin
yang menggunakan jalan propinsi sepanjang 200 km.
Material yang diangkut termasuk peralatan untuk
konstruksi sistem pembangkit. Rona awal kualitas
udara di tapak proyek dengan parameter yang
3
dominan adalah kadar debu terukur 39,31 g/m
3
(KU.1), dan di pemukiman terdekat 64,27 g/m (KU2), sedangkan kadar gas CO, SO2 dan NO2 pada
semua titik pengukuran terdeteksi dalam jumlah yang
sangat kecil.
Kecelakaan lalu lintas atau hambatan perjalanan
kendaraan umum di jalan yang melibatkan kegiatan
sangat jarang terjadi (peluang < 1%), namun tetap
berdampak terhadap sikap masyarakat.
Material bangunan disimpan di tempat terbuka dan
peralatan lainnya diamankan dalam gudang di tapak
proyek.
18
Tabel 4-14
Dampak kegiatan pengerahan dan pengurangan tenaga kerja terhadap Sikap dan Persepsi Masyarakat
Tahap Konstruksi
Sumber Dampak
Jenis Dampak
Besaran Dampak
Pengerahan dan
Berdasarkan
Monografi
2006,
Persepsi Masyarakat
kesempatan
kegiatan proyek.
jangka
berlanjut
PLTU
bekerja
Tanjung
pada
waktu
yang
dalam
lama
Tahap
Keterangan
karena
Operasi,
Tabalong.
sangat
berharap
kerja.
tingkat
terhadap
oleh
Dampak
Responden
Sementara
pendidikan
yang
itu
dimiliki
dampak
positif
dan/atau
tergantung
rendah.
pengelolaan dampak.
Berdasarkan kualifikasi
positif
kepada
sumber
Kabupaten
hanya
data
Tabalong
sebanyak
28,6%
PLTU.
negatif
intensitas
(dilanjutkan)
44. DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI
19
Sumber Dampak
Jenis Dampak
Besaran Dampak
[ Pengerahan dan
pengurangan tenaga
kerja
bawah.
Persepsi Masyarakat ]
Keterangan
Harapan masyarakat
(hasil wawancara dalam studi
UKL-UPL PLTU Tanjung):
Desa
Mabuun
Kedua
desa
tersebut
terkena
kegiatan proyek.
dampak
dari
Maburai
Warukin
Harapan masyarakat
Semoga dari pihak
perusahaan dapat membantu
masyarakat baik dari
pekerjaan maupun jalan
Jangan mengganggu
lingkungan
Semoga berdampak positif
bagi masyarakat sekitar
Dapat ikut berdagang ke
PLTU
Agar memperhatikan
Amdal/memperhatikan
dampak lingkungan
Adanya lahan pekerjaan bagi
masyarakat sekitar
Percepatan proyek untuk
memenuhu kekurangan
tenaga listrik
Semoga buat pembangunan
desa lebih baik
Agar pemerintahan
memberikan manfaat bagi
masyarakat
Adanya lowongan kerja bagi
masyarakat
Semoga pihak proyek dapat
memberikan perekonomian
bagi masyarakat dengan ikut
terlibat dalam pekerjaan
Supaya tidak lagi mati lampu
Diberikan kesempatan kerja
bagi masyarakat
Dikelola dan diperhatikan
masyarakat sekitar
4-
20
Tabel 4-15
Dampak kegiatan pengadaan mateial bangunan terhadap Kesehatan Masyarakat
Tahap Konstruksi
Sumber Dampak
Jenis Dampak
Besaran Dampak
Pengadaan material
Berdasarkan
bangunan
terhadap Kesehatan
kepada
urutan
pendek,
penyakit
dan
terdekat),
adanya
terhadap
dan
sinergitik,
jukkan
intensitas
Keterangan
dampak
yang
dalam
Kecamatan
dampak
lanjutan
memiliki
dampak
balik
data
penyakit
yang
ISPA
penyakit
skala
(infeksi
hypertensi.
kualitas
Tolok Ukur:
kategori
dengan nilai 5.
sangat
baik
21
4.3.
Sumber Dampak
Pengoperasian PLTU
terhadap Kualitas Udara
Jenis Dampak
Besaran Dampak
Keterangan
Dari
segi
intensitas
dampak,
dinilai
besar
karena diprediksi dapat
meningkatkan
polutan
udara terutama partikel dan
gas CO2 sampai melebihi
baku mutu. Dari sisi waktu
dampak ini berlangsung
lama yaitu selama kegiatan
operasi dan dampak ini
menyebablkan
dampak
turunan terhadap biota
darat
(flora/fauna)
dan
kesehatan
masyarakat.
Oleh karena itu dampak ini
diklasifikasikan
sebagai
dampak besar dan penting.
Sifat Dampak : Negatif
Tolok Ukur :
PP No. 41/1999 (Baku
Mutu Udara Ambien)
KEP-13/MENLH/3/
1995 (Baku Mutu Emisi
Sumber
Tidak
bergerak/ PLTU)
Parameter
SO2
CO2
NO2
Debu
Tabel 4-17
Dampak kegiatan pengoperasian PLTU terhadap Kebisingan
Tahap Operasi
Sumber Dampak
Jenis Dampak
Pengoperasian PLTU
Beroperasinya
PLTU
tentu
terhadap Kebisingan
untuk
menyebar
pemukiman
kebisingan
terdekat.
yang
ke
Rona
terukur
di
demikian
pemukiman
analogi
terdekat
untuk
dengan
baku
mutu
maksimum
di
Besaran Dampak
Keterangan
untyuk
keperluan
4 - 23
Tabel 4-18
Dampak kegiatan pengoperasian PLTU terhadap Hidrologi
Tahap Operasi
Sumber Dampak
Jenis Dampak
Besaran Dampak
Keterangan
Pengoperasian PLTU
Dampak
dikategorikan
terhadap Hidrologi
Tabalong,
(-P).
tanam
mempengaruhi
sehingga
keseimbangan
dapat
air
Berlangsung
dalam
dengan
debit
sesuai
kebutuhan.
(selama
Intensitas
jangka
tahap operasi).
lainnya.
Oleh
debit
wilayah
panjang
persebaran
Jumlah
m /dt.
Qmin = 0,23
manusia
karenanya
sungai
diperlukan
Tabalong
untuk
analisis
melayani
yang
(dilanjutkan)
4. DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI
4 - 24
Sumber Dampak
Jenis Dampak
Besaran Dampak
Keterangan
sungai
oleh
dampak
(dapat
lingkungan)
[ Pengoperasian PLTU
Mengingat
terhadap Hidrologi ]
Tabalong
keberadaan
juga
diperlukan
tidak
kumulatif
diasimilasi
dan
oleh
berbalik
(dapat
Berdasarkan
probabilitas
Tabalong
frekwensi
analisis
debit
sungai
dipulihkan),
budaya
masyarakat
PLTU Tanjung.
Dampak
diminimasi
pengelolaan menggunakan
sosial.
serta
Periode
Ulang
(Tahun)
2
5
10
25
50
Q min
( m3/dt )
3,64
1,80
1,08
0,51
0,23
Keterangan
Peluang 4 %
Peluang 2 %
persepsi
ter-hadap
negatif
dapat
dengan
4 - 25
Tabel 4-19
Dampak kegiatan pengoperasian PLTU terhadap Kualitas Air
Tahap Operasi
Sumber Dampak
Jenis Dampak
Besaran Dampak
Keterangan
negatif,
PLTU
panjang
proyek
yang
operasi).
Pengoperasian PLTU
Dampak
kegiatan
yang
ditimbulkan
pengoperasian
dilakukan
selama
oleh
proses
Dampak
bersifat
(selama
tahap
Intensitas
tergolong
menghasilkan dampak.
Sedangkan
besar
dan
dengan
menggunakan pendekatan
teknologi.
sekitar
tersebut
tanpa
pengelolaan
(PP-02),
dan
Sungai
Mangkusip
diperoleh data:
Item
TDS
TSS
pH
DO
BOD
COD
Sulfat
Mn
Al
Fe
Zn
Cu
PP-01
16,2
29,0
5,3
5,17
8,02
22,51
96,0
0,005
0,002
0,52
0,001
0,003
Sample sites
PP-02
18,2
34,0
6,7
5,48
7,27
10,52
12,0
0,002
0,001
0,140
0,001
0,001
PP-04
14,8
19,0
5,2
5,19
9,65
18,56
67,0
0,007
0,002
0,55
0,002
0,003
Tanjung,
sehingga
pengaruhnya
4 - 26
Sumber Dampak
Jenis Dampak
Besaran Dampak
Keterangan
[ Pengoperasian PLTU
diprakirakan
dapat
Berdasarkan
mengandung
karakteristik
cair
yang
kegiatan
diperkirakan
yang
dihasilkan,
akan
limbah
baik
oleh
terdapat
sejumlah
melebihi
BMA.
Apabila
tanpa
Mangkusip.
4 - 27
Tabel 4-20
Dampak kegiatan pemeliharaan PLTU terhadap Kualitas Air
Tahap Operasi
Sumber Dampak
Jenis Dampak
Besaran Dampak
pemeliharaan
Dampak
dinilai
negatif
Pemeliharaan PLTU
Kegiatan
tetapi
untuk
meningkatkan
PLTU
Keterangan
efektifitas
penting
kualitas
air
dinilai
cukup
sistem
meskipun
kerja
peralatan
dilakukan
(-P).
pemukaan
besar
berlangsung
logam
relatif
singkat
(sebagai
shock
loading),
memiliki
(akan
house
(akan
menghasilkan
menghasilkan
logam
dan
sangat pendek.
Dampak
dapat
terhadap
menghasilkan
logam
dan
padatan
ceceran
tersuspensi,
oli).
Hasil
berlanjut
ekonomi,
sikap
dan
persepsi masyarakat.
Dampak
diminimasi
pengelolaan menggunakan
pendekatan teknologi.
negatif
dapat
dengan
4 - 28
4.3.2.
Tabel 4-21
Dampak kegiatan pengoperasian PLTU terhadap Biota Darat
Tahap Operasi
Sumber Dampak
Jenis Dampak
Besaran Dampak
Keterangan
negatif,
panjang
operasi).
Intensitas
melebihi
Pengoperasian PLTU
Pengoperasian
PLTU
dengan
Dampak
bersifat
(selama
tahap
ditimbulkan
tergolong
cukup
meskipun
lokasi proyek.
Aves.
dapat
baku
mutu
mengganggu/
ambien
yang
menurunkan
dampak
besar
nen
ekonomi,
lokasi proyek.
persepsi masyarakat.
lingkungan
sikap
negatif
sosial,
dan
Dampak
dapat
4 - 29
Sumber Dampak
Jenis Dampak
Besaran Dampak
[ Pengoperasian PLTU
Flora/vegetasi:
di
dedaunan
musim
vegetasi
Keterangan
kemarau,
akan
ter-
jenis
dan
keragaman
iklim
mikro
dan
gangguan
partikel
debu
sisa
pembakaran batubara.
Aves/burung (sebagai indikator):
Jumlah jenis burung dari rona
awal sebanyak 11 jenis berubah
menjadi 4 jenis, karena hanya
burung-burung
tertentu
yang
dapat
beradaptasi
dengan
lingkungan
baru
dengan
beroperasionalnya PLTU
Secara
umum,
kesehatan
4 - 30
Tabel 4-22
Dampak kegiatan pengoperasian PLTU terhadap Biota Akuatik
Tahap Operasi
Sumber Dampak
Jenis Dampak
Besaran Dampak
Keterangan
sampling,
pengamatan,
analisis
Dampak
negatif penting.
Intensitas
menghasilkan
dan
melalui
akan
limbah
limbah
cair.
pengolahan
padat
Setelah
limbah
tersebut
dikategorikan
Hasil
Pengoperasian PLTU
bersifat kumulatif
Limbah
padat
yang
(tidak
potensial
biota
akuatik
endapan
lumpur
dapat
berdampak
terhadap
bersumber
dari
dikelola),
dampak lainnya.
lainnya.
sikap
kegiatan
operasi
limbah
PLTU
cair
batubara
dan
masyarakat.
Kelimpahan
Indeks
keanekaragaman
Indeks
keseragaman
Indeks dominasi
Jumlah taksa
PP-01
245/16
1.99/1.00
Plankton (Fito/zoo)
PP-02
PP-04
1307/168
363/72
3.12/0.45
2.50/0.76
0.86/1.00
0.94/0.45
0.89/0.76
0.29/0.50
5/2
0.13/0.83
10/2
0.20/0.65
7/2
dan
Sedangkan
Item
Memiliki
persepsi
Item
Kelimpahan
Indeks
keanekaragaman
Indeks keseragaman
Indeks dominasi
Jumlah taksa
Makro zoobenthos
PP-01
PP-02
PP-04
823
431
1295
0.79
0.68
1.28
0.79
0.64
2
0.68
0.70
2
0.81
0.48
3
4 - 31
Sumber Dampak
Jenis Dampak
Besaran Dampak
negatif
dapat
Keterangan
[ PengoperasianPLTU
Dampak
ikan
dan biologis.
air
tawar
yang
termasuk
Kelas
pada
dan
trichopterus)
penurunan
kepadatan
Dampak tidak
biota
air
dapat
melalui
awal
penurunan
diprakirakan
kelimpahan,
keanekaragaman,
jumlah
terjadi
indeks
taksa.
4 - 32
Tabel 4-23
Dampak kegiatan pemeliharaan PLTU terhadap Biota Akuatik
Tahap Operasi
Sumber Dampak
Jenis Dampak
Pemeliharaan PLTU
Dampak
penting (-P).
kehandalan
PLTU
tetap
Besaran Dampak
terjaga.
dinilai
tetapi
Intensitas dampak
pada
pemukaan
dinilai
meskipun
berlangsung
penerima.
bersumber dari :
pendek.
pembersihan
dengan
boiler
limbah
dari
berupa
biota
negatif
Keterangan
kerak
terhadap
logam
ekonomi,
teroksidasi
akuatik
dalam
cukup
air
besar
dalam
dan
sosial,
persepsi
masyarakat.
4 - 33
Sumber Dampak
[ Pemeliharaan PLTU
Jenis Dampak
pengerukan
dan
Besaran Dampak
pemindahan
Dampak
negatif
Keterangan
dapat
dan biologis.
penerima
langsung
berdampak
akan
berdampak
terhadap
biota
tidak
langsung
air
dan
melalui
Perubahan
biota
akuatik
dari
penurunan
kelimpahan,
4 - 34
4.3.3.
Tabel 4-24
Dampak kegiatan pengoperasian dan pemeliharaan PLTU terhadap ekonomi
Tahap Operasi
Sumber Dampak
Jenis Dampak
Dampak
bersifat
negatif,
Pengoperasian
pemeliharaan PLTU
terhadap Ekonomi
padat
menurunkan
pemeliharaan
Keterangan
Pengoperasian dan
(fly
dan
Besaran Dampak
yang
dapat
produktifitas
usaha
ash)
panjang
(selama
operasi).
Intensitas dam-
jika
tidak
Penurunan
perkebunan
dikelola
dengan
produktifitas
berarti
baik.
usaha
penurunan
tahap
golong
cukup
besar
meskipun
dalam
wilayah
berdampak
hadap
persepsi
lanjutan
komponen
terling-
masyarakat.
Hasil wawancara pada responden survey UKUPL PLTU Tanjung diperoleh data mengenai
pendapatan rumah tangga sebagai berikut:
Sebagian besar responden di Desa Mabuun
merupakan karyawan swasta perusahaan
perkebunan dan pertambangan. Untuk Desa
Maburai sebagian besar merupakan pekebun
karet, kemudian yang lainnya swasta.
Sedang untuk Desa Warukin, sebagian besar
responden meupakan pekebun karet dan
pekebun buah-buahan, dan 1 orang yang
merupakan karyawan pertambangan.
Penghasilan utama bervariasi antara Rp
300.000,- dan Rp 2.500.000,-.
Tertinggi
didapatkan di Desa Warukin dan Desa
Mabuun, sedangkan penghasilan terendah
didapatkan di Desa Warukin.
Penghasilan sampingan bervariasi antara Rp
400.000,- dan Rp 3.000.000,-. Penghasilan
tertinggi didapatkan di Desa Maburai dengan
usahanya berupa pembibitan karet.
4 - 35
Sumber Dampak
Jenis Dampak
Besaran Dampak
Keterangan
dengan
menggunakan pendekatan
teknologi,
[ Pengoperasian dan
Keberadaan PLTU
dapat
pemeliharaan PLTU
terhadap Ekonomi ]
perkembangan
yang
mian
ditimbulkan
Tanjung
oleh
perubahan
bagi
perekonomasyarakat
sekitarnya,
daerah
Tabalong)
dan
Adanya
Kalimantan Selatan.
kepadatan
penduduk
kesempatan
keberadaan
PLTU
berdampak
cukup
menumbuhkan
dilihat
dari
berusaha,
diprakirakan
besar
jenis
(multiplier effects).
dan
dalam
usaha
baru.
Analogi dapat
pertumbuhan
peluang
Dampak
Propinsi
negatif
diminimalkan
ekonomi.
(Kab.
sosial,
dapat
dan
2003,
Desa
Asam-Asam
dengan
2004
2,458 T.
dan
2005
berturut-turut
Air
minum,
hanya
Rp
3.2
4 - 36
Tabel 4-25
Dampak kegiatan pengoperasian dan pemeliharaan PLTU terhadap Sikap dan Persepsi Masyarakat
Tahap Operasi
Sumber Dampak
Jenis Dampak
Besaran Dampak
Pengoperasian dan
pemeliharaan PLTU
Persepsi Masyarakat
oleh
Berdasarkan
PLTU
hasil
dalam
prediksi
musim
kemarau.
dampak
terhadap
Keterangan
Keterangan lihat Tabel 4-14.
4 - 37
4.3.4.
Tabel 4-26
Dampak kegiatan pengoperasian PLTU terhadap Kesehatan Masyarakat
Tahap Operasi
Sumber Dampak
Pengoperasian PLTU
terhadap Kesehatan
Masyarakat
Jenis Dampak
Besaran Dampak
Keterangan
Pengoperasian
PLTU
menyebabkan
terjadinya peningkatan beberapa polutan
udara di udara ambien sekitar proyek
dengan radius 6 7 km (CO2) terutama
terhadap
sebaran
debu/abu
yang
merupakan polutan terbanyak yang keluar
dari cerobong pembangkit. Peningkatan
kadar debu di udara ambien ini merupakan
pajanan bagi masyarakat sekitar PLTU dan
ini dapat menjadi pemicu terjadinya kasus
penyakit yang berhubungan dengan
pernafasan. Pengotoran udara oleh debu
adalah salah satu faktor pemicu seringnya
atau frekuensi serangan ISPA bagi
penduduk atau bahkan memperpanjang
lama sakit (biasanya ISPA ringan dapat
sembuh
dengan
sendirinya
tanpa
pengobatan selama 14 hari). Penyakit ini
dapat membentuk pola kejadian penyakit
dalam masyarakat yang ditentukan oleh
sanitasi lingkungan.
4 - 38
Sumber Dampak
Pemanfaatan eks PLTU
Tanjung
terhadap Fisik, Kimia,
dan Biologi
Jenis Dampak
Besaran Dampak
Keterangan
4 - 39
Sumber Dampak
Pemanfaatan eks PLTU
Tanjung
terhadap Sosial dan
Kesehatan Masyarakat
Jenis Dampak
Besaran Dampak
Keterangan
Dampak
dikategorikan
positif dan penting (+P).
Berlangsung dalam jangka
panjang (selama tahap
pasca operasi). Intensitas
dampak yang ditimbulkan
tergolong
cukup
besar
dengan peluang terjadinya
perbaikan komponen sosial
ekonomi dan kesehatan
masyarakat dengan lingkup
yang cukup luas. Dampak
terhadap perbaikan sosial
ekonomi dan kesehatan
masyarakat menyebar luas
sampai di luar tapak
proyek,
bahkan
dapat
mencapai wilayah diluar
Kecamatan Murung Pudak.
Dengan
memanfaatkan
segala fasilitas dari proyek
maka dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat
di
tapak
proyek dan
sekitarnya.
4 - 40
Sumber Dampak
Jenis Dampak
Besaran Dampak
Keterangan
4 - 41
BAB V
PROGRAM PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP
Dalam Tabel 5-1 diringkaskan evaluasi dampak penting pembangunan PLTU
terhadap lingkungan, yang sebelumnya telah diidentifikasikan pada Tabel 4-1.
Selanjutnya dalam Tabel 5-2 sampai dengan Tabel 5-28 diuraikan pengelolaan dan
pemantauan masing-masing dampak berdasarkan Tahap Pra Konstruksi, Tahap
Konstruksi, dan Tahap Operasi.
Tabel 5-1
Matrik evaluasi dampak penting kegiatan pembangunan dan pengoperasian PLTU
Kegiatan
No
Pra-
Konstruksi
Pasca
Operasi
Operasi
Komp. Lingk
1
GEO-FISIKKIMIA
4a
4b
-P
-P
Kualitas udara
Kebisingan
Fisiografi
-P
Tanah
-P
Hidrologi
-P
Kualitas air
-P
+P
-P
-P
-P
-P
+P
BIOLOGI
Biota darat
Biota akuatik
-P
-P
-P
-P
+P
SOSIAL
Ekonomi
+P
Sosial Budaya
-P
Persepsi masyarakat
+/-P +/-P
-P
-P
+/-P
-P
KESEHATAN MASYARAKAT
-P
-P
-P
+/-P
-P
+P
Keterangan:
Tahap Pra-Konstruksi :
1. Survai Lapangan
2. Pengadaan Lahan
Tahap Operasi :
1. Pengoperasian PLTU
2. Pemeliharaan PLTU
Tahap Kontruksi :
1. Mobilisasi Peralatan
2. Pembukaan dan Pematangan lahan
3. Pengadaan Material Pembangunan
4a. Pembangunan Prasarana dan Sarana
4b. Konstruksi Bangunan PLTU
5. Pengerahan dan Pengurangan Tenaga Kerja
Tahap Pasca Operasi :
1. Pemanfaatan eks PLTU
P = dampak penting
5-
Tabel 5-2
Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan survey
lapangan pada Sikap dan Persepsi masyarakat
Tahap Pra Konstruksi
No.
Pengelolaan dan
Pemantauan
Dampak
1)
Sumber Dampak
Penting
2)
Upaya Pengelolaan
Dampak
3)
Upaya Pemantauan
Dampak
4)
5)
Lokasi Pengelolaan
dan Pemantauan
Lingkungan
6)
Periode Pengelolaan
dan Pemantauan
Lingkungan
Uraian
5-
Tabel 5-3
Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan pengadaan
lahan terhadap Sikap dan Persepsi masyarakat
Tahap Pra Konstruksi
No.
Pengelolaan dan
Pemantauan
Dampak
1)
Sumber Dampak
Penting
2)
Upaya Pengelolaan
Dampak
3)
Upaya Pemantauan
Dampak
4)
Uraian
Kesepakatan antara proyek dan masyarakat untuk nilai tali asih atau
kompensasi terhadap tanaman, bangunan yang dibebaskan
5)
6)
Lokasi Pengelolaan
dan Pemantauan
Lingkungan
Periode Pengelolaan
dan Pemantauan
Lingkungan
5-
Tabel 5-4
Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan pengadaan
material bangunan terhadap Kualitas Udara
Tahap Konstruksi
No.
Pengelolaan dan
Pemantauan
Dampak
1)
Sumber Dampak
Penting
2)
Upaya Pengelolaan
Dampak
3)
Upaya Pemantauan
Dampak
4)
5)
Lokasi Pengelolaan
dan Pemantauan
Lingkungan
6)
Periode Pengelolaan
dan Pemantauan
Lingkungan
Uraian
Baku mutu udara ambien untuk kadar debu menurut PP. No. 41
tahun 1999
5-
No.
Tabel 5-5
Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan pembukaan
dan pematangan lahan terhadap Fisiografi
Tahap Konstruksi
Pengelolaan dan
Uraian
Pemantauan
Dampak
1)
Sumber Dampak
Penting
2)
Upaya Pengelolaan
Dampak
3)
Upaya Pemantauan
Dampak
4)
5)
Lokasi Pengelolaan
dan Pemantauan
Lingkungan
6)
Periode Pengelolaan
dan Pemantauan
Lingkungan
5-
Tabel 5-6
Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan pembangunan
prasarana dan sarana PLTU terhadap Tanah
Tahap Konstruksi
No.
Pengelolaan dan
Pemantauan
Dampak
1)
Sumber Dampak
Penting
2)
Upaya Pengelolaan
Dampak
3)
Upaya Pemantauan
Dampak
4)
5)
Lokasi Pengelolaan
dan Pemantauan
Lingkungan
6)
Periode Pengelolaan
dan Pemantauan
Lingkungan
Uraian
5-
Tabel 5-7
Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan pembangunan
prasarana dan sarana PLTU terhadap Fisiografi
Tahap Konstruksi
No.
Pengelolaan dan
Pemantauan
Dampak
1)
Sumber Dampak
Penting
2)
Upaya Pengelolaan
Dampak
3)
Upaya Pemantauan
Dampak
4)
5)
Lokasi Pengelolaan
dan Pemantauan
Lingkungan
6)
Periode Pengelolaan
dan Pemantauan
Lingkungan
Uraian
5-
Tabel 5-8
Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan
pembangunan PLTU terhadap Fisiografi
Tahap Konstruksi
No.
Pengelolaan dan
Pemantauan
Dampak
1)
Sumber Dampak
Penting
2)
Upaya Pengelolaan
Dampak
3)
Upaya Pemantauan
Dampak
4)
5)
Lokasi Pengelolaan
dan Pemantauan
Lingkungan
6)
Periode Pengelolaan
dan Pemantauan
Lingkungan
Uraian
5-
Tabel 5-9
Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan pembukaan
dan pematangan lahan terhadap Biota Darat
Tahap Konstruksi
No.
Pengelolaan dan
Pemantauan
Dampak
1)
Sumber Dampak
Penting
2)
Upaya Pengelolaan
Dampak
3)
Upaya Pemantauan
Dampak
4)
5)
Lokasi Pengelolaan
dan Pemantauan
Lingkungan
6)
Periode Pengelolaan
dan Pemantauan
Lingkungan
Uraian
Fauna darat:
populasi, keanekaragaman (Aves, Mammalia,
Reptilia, Amphibia) yang terdapat di sekitar lokasi proyek dalam
radius .6 7 km
Terhadap dampak negatif:
Tahap Konstruksi
5-
No.
Tabel 5-10
Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan pengerahan
dan pengurangan tenaga kerja terhadap ekonomi
Tahap Konstruksi
Pengelolaan dan
Uraian
Pemantauan
Dampak
1)
Sumber Dampak
Penting
2)
Upaya Pengelolaan
Dampak
3)
Upaya Pemantauan
Dampak
4)
5)
Lokasi Pengelolaan
dan Pemantauan
Lingkungan
6)
Periode Pengelolaan
dan Pemantauan
Lingkungan
Tahap Konstruksi
5 - 10
No.
Tabel 5-11
Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan pengerahan
dan pengurangan tenaga kerja terhadap Sosial Budaya
Tahap Konstruksi
Pengelolaan dan
Uraian
Pemantauan
Dampak
1)
Sumber Dampak
Penting
2)
Upaya Pengelolaan
Dampak
3)
Upaya Pemantauan
Dampak
4)
5)
Lokasi Pengelolaan
dan Pemantauan
Lingkungan
6)
Periode Pengelolaan
dan Pemantauan
Lingkungan
Tahap Konstruksi
5 - 11
Tabel 5-12
Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan mobilisasi
peralatan terhadap Sikap dan Persepsi Masyarakat
Tahap Konstruksi
No.
Pengelolaan dan
Pemantauan
Dampak
1)
Sumber Dampak
Penting
2)
Upaya Pengelolaan
Dampak
3)
Upaya Pemantauan
Dampak
4)
5)
Lokasi Pengelolaan
dan Pemantauan
Lingkungan
Periode Pengelolaan
dan Pemantauan
6)
Uraian
Baku mutu udara ambien untuk kadar debu menurut PP. No. 41
tahun 1999
Tahap Konstruksi
5 - 12
Tabel 5-13
Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan pengadaan
material pembangunan terhadap Sikap dan Persepsi Masyarakat
Tahap Konstruksi
No.
Pengelolaan dan
Pemantauan
Dampak
1)
Sumber Dampak
Penting
2)
Upaya Pengelolaan
Dampak
3)
Upaya Pemantauan
Dampak
Uraian
Tingkat kebisingan
(dilanjutkan)
5 - 13
No.
Pengelolaan dan
Pemantauan
Dampak
4)
5)
Lokasi Pengelolaan
dan Pemantauan
Lingkungan
6)
Periode Pengelolaan
dan Pemantauan
Lingkungan
Uraian
Baku mutu udara ambien untuk kadar debu menurut PP. No. 41
tahun 1999
Tahap Konstruksi
5 - 14
Tabel 5-14
Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan pengerahan
dan pengurangan tenaga kerja terhadap Sikap dan Persepsi Masyarakat
Tahap Konstruksi
No.
Pengelolaan dan
Pemantauan
Dampak
1)
Sumber Dampak
Penting
2)
Upaya Pengelolaan
Dampak
3)
Upaya Pemantauan
Dampak
4)
5)
Lokasi Pengelolaan
dan Pemantauan
Lingkungan
6)
Periode Pengelolaan
dan Pemantauan
Lingkungan
Uraian
Tahap Konstruksi
5 - 15
Tabel 5-15
Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan pengadaan material
bangunan terhadap Kesehatan Masyarakat
Tahap Konstruksi
No.
Pengelolaan dan
Pemantauan
Dampak
1)
Sumber Dampak
Penting
2)
Upaya Pengelolaan
Dampak
3)
Upaya Pemantauan
Dampak
4)
5)
Lokasi Pengelolaan
dan Pemantauan
Lingkungan
6)
Periode Pengelolaan
dan Pemantauan
Lingkungan
Uraian
Tahap Konstruksi
5 - 16
Tabel 5-16
Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan PLTU
terhadap Kualitas Udara
Tahap Operasi
No.
Pengelolaan dan
pemantauan
dampak
1)
Sumber Dampak
Penting
2)
Upaya Pengelolaan
Dampak
3)
Upaya Pemantauan
Dampak
Uraian
5 - 17
No.
4)
Pengelolaan dan
pemantauan
dampak
Tolok ukur dampak
Uraian
5)
6)
Lokasi Pengelolaan
dan Pemantauan
Lingkungan
Periode Pengelolaan
dan Pemantauan
Lingkungan
Baku mutu emisi untuk sumber tidak bergerak menurut Kep. Men.
LH Kep-13/MENLH/13/1995
Permukiman di sekitar tapak proyek (terutama Desa Maburai dan
Desa Mabuun)
Emplasemen perkebunan kelapa sawit dan karet PT. Cakung
Permata Nusa
Setiap 3 (tiga) bulan
Kasuistis
5 - 18
Tabel 5-17
Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan PLTU
terhadap Kebisingan
Tahap Operasi
No.
Pengelolaan dan
pemantauan
dampak
1)
Sumber Dampak
Penting
2)
Upaya Pengelolaan
Dampak
3)
Upaya Pemantauan
Dampak
4)
Uraian
5)
6)
Lokasi Pengelolaan
dan Pemantauan
Lingkungan
Periode Pengelolaan
dan Pemantauan
Lingkungan
5 - 19
Tabel 5-18
Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan
pengoperasian PLTU terhadap Hidrologi
Tahap Operasi
No.
Pengelolaan dan
pemantauan
dampak
1)
Sumber Dampak
Penting
2)
Upaya Pengelolaan
Dampak
3)
Upaya Pemantauan
Dampak
4)
5)
Lokasi Pengelolaan
dan Pemantauan
Lingkungan
Periode Pengelolaan
dan Pemantauan
Lingkungan
6)
Uraian
Pengoperasian PLTU terhadap Hidrologi:
Air untuk PLTU diambil dari sungai Tabalong, sehingga dapat
mempengaruhi keseimbangan air sungai Tabalong, karena keberadaan
air sungai juga dibutuhkan oleh pihak lainnya di bagian hilir water intake
PLTU Tanjung.
Berdasarkan analisis probabilitas frekwensi debit sungai Tabalong
3
terdapat debit minimum Qmin < 1 m /dt dengan peluang kejadian 4 %
dan jika dibandingkan keperluan lain (Qout), maka memberikan indikasi
bahwa sungai Tabalong berpeluang terjadi kekeringan. Keadaan ini
akan dapat mengganggu masyarakat pengguna air sungai di bagian
hilirnya.
Kasuistis
5 - 20
Tabel 5-19
Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan
pengoperasian PLTU terhadap Kualitas Air
Tahap Operasi
No.
Pengelolaan dan
pemantauan
dampak
1)
Sumber Dampak
Penting
2)
Upaya Pengelolaan
Dampak
3)
Upaya Pemantauan
Dampak
4)
Uraian
Baku mutu air Golongan B menurut SK. Gub. Prov. Kal.Sel. No. 28
tahun 1994 untuk kualitas air permukaan
Baku mutu air Golongan I menurut SK. Gub. Prov. Kal.Sel. No. 58
tahun 1994 untuk kualitas air limbah.
(dilanjutkan)
5 - 21
No.
Pengelolaan dan
pemantauan
dampak
Uraian
5)
Lokasi Pengelolaan
dan Pemantauan
Lingkungan
6)
Periode Pengelolaan
dan Pemantauan
Lingkungan
5 - 22
Tabel 5-20
Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan
pemeliharaan PLTU terhadap Kualitas Air
Tahap Operasi
No.
Pengelolaan dan
pemantauan
dampak
1)
Sumber Dampak
Penting
2)
Upaya Pengelolaan
Dampak
3)
Upaya Pemantauan
Dampak
4)
5)
Lokasi Pengelolaan
dan Pemantauan
Periode Pengelolaan
dan Pemantauan
6)
Uraian
Baku mutu air Golongan B menurut SK. Gub. Prov. Kal.Sel. No. 28
tahun 1994 untuk kualitas air permukaan
Baku mutu air Golongan I menurut SK. Gub. Prov. Kal.Sel. No. 58
tahun 1994 untuk kualitas air limbah
Kasuistis
5 - 23
No.
Tabel 5-21
Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan
pengoperasian PLTU terhadap Biota Darat
Tahap Operasi
Pengelolaan dan
Uraian
pemantauan
dampak
1)
Sumber Dampak
Penting
2)
Upaya Pengelolaan
Dampak
3)
Upaya Pemantauan
Dampak
4)
5)
Lokasi Pengelolaan
dan Pemantauan
Lingkungan
6)
Periode Pengelolaan
dan Pemantauan
Lingkungan
Fauna darat:
populasi, keanekaragaman (Aves, Mammalia,
Reptilia, Amphibia) yang terdapat di sekitar lokasi proyek dalam
radius .6 - 7 km
Kasuistis
5 - 24
Tabel 5-22
Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan
pengoperasian PLTU terhadap Biota Akuatik
Tahap Operasi
No.
Pengelolaan dan
pemantauan
dampak
1)
Sumber Dampak
Penting
2)
Upaya Pengelolaan
Dampak
3)
Upaya Pemantauan
Dampak
4)
5)
Lokasi Pengelolaan
dan Pemantauan
Lingkungan
6)
Periode Pengelolaan
dan Pemantauan
Lingkungan
Uraian
Pengoperasian PLTU terhadap Biota Akuatik
Limbah padat yang potensial berdampak terhadap biota akuatik
bersumber dari endapan lumpur (sludge) yang terkumpul di dasar
kolam pengendapan air larian permukaan lapangan penumpukan
batubara dan kolam instalasi pengolahan air limbah lainnya.
Sedangkan limbah cair kegiatan operasi PLTU bersumber dari limbah
domestik, air larian permukaan, limbah cair proses proses operasi, sisa
atau bekas minyak (oli bekas, ceceran minyak).
Pembuangan limbah padat dan limbah cair ke badan air penerima
meskipun telah melalui pengolahan akan berdampak langsung pada
penurunan kepadatan dan kelimpahan serta perubahan komposisi jenis
biota akuatik. Dampak tidak langsung dari pembuangan limbah
terhadap biota air dapat melalui penurunan kualitas air sebagai media
hidup biota akuatik.
Melaksanakan kegiatan pengelolaan dampak terhadap kualitas udara
seperti yang diuraikan pada Tabel 5-19 dan Tabel 5-20 dan secara
intensif melaksanakan upaya-upaya perbaikan secara berkelanjutan
(continual improvement).
Pemantauan dampak dilakukan terhadap:
5 - 25
No.
Tabel 5-23
Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan
pemeliharaan PLTU terhadap Biota Akuatik
Tahap Operasi
Pengelolaan dan
Uraian
pemantauan
dampak
1)
Sumber Dampak
Penting
2)
Upaya Pengelolaan
Dampak
3)
Upaya Pemantauan
Dampak
4)
5)
Lokasi Pengelolaan
dan Pemantauan
Lingkungan
6)
Periode Pengelolaan
dan Pemantauan
Lingkungan
5 - 26
Tabel 5-24
Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan
pengoperasian dan pemeliharaan PLTU terhadap Ekonomi
Tahap Operasi
No.
Pengelolaan dan
pemantauan
dampak
1)
Sumber Dampak
Penting
2)
Upaya Pengelolaan
Dampak
3)
Upaya Pemantauan
Dampak
4)
5)
Lokasi Pengelolaan
dan Pemantauan
Lingkungan
6)
Periode Pengelolaan
dan Pemantauan
Lingkungan
Uraian
Mendukung
program
pemerintah
dalam
meningkatkan
perekonomian lokal yang diselaraskan dengan kemampuan PLTU
melalui program Community Development, termasuk pemanfaatan
abu batubara.
Pemantauan dampak dilakukan terhadap:
Desa Mabuun dan Desa Maburai serta desa lain di sekitar PLTU
5 - 27
Tabel 5-25
Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan pengoperasian dan
pemeliharaan PLTU terhadap Sikap dan Persepsi Masyarakat
Tahap Operasi
No.
Pengelolaan dan
pemantauan
dampak
1)
Sumber Dampak
Penting
2)
Upaya Pengelolaan
Dampak
3)
Upaya Pemantauan
Dampak
4)
5)
Lokasi Pengelolaan
dan Pemantauan
Lingkungan
Periode Pengelolaan
dan Pemantauan
Lingkungan
6)
Uraian
Desa Mabuun dan Desa Maburai serta desa lain di sekitar PLTU
Tanjung
5 - 28
Tabel 5-26
Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan
pengoperasian PLTU terhadap Kesehatan Masyarakat
Tahap Operasi
No.
Pengelolaan dan
pemantauan
dampak
1)
Sumber Dampak
Penting
2)
Upaya Pengelolaan
Dampak
3)
Upaya Pemantauan
Dampak
4)
5)
Lokasi Pengelolaan
dan Pemantauan
Lingkungan
Periode Pengelolaan
dan Pemantauan
Lingkungan
6)
Uraian
Pengoperasian PLTU terhadap Kesehatan Masyarakat:
Terjadinya peningkatan beberapa polutan udara di udara ambien
sekitar proyek dengan radius 6 - 7 km, terutama terhadap sebaran
debu/abu yang merupakan polutan terbanyak yang keluar dari
cerobong pembangkit. Peningkatan kadar debu di udara ambien ini
merupakan paparan bagi masyarakat sekitar PLTU dan ini dapat
menjadi pemicu terjadinya kasus penyakit yang berhubungan dengan
pernafasan. Pengotoran udara oleh debu adalah salah satu faktor
pemicu seringnya atau frekuensi serangan ISPA bagi penduduk atau
bahkan memperpanjang lama sakit (biasanya ISPA ringan dapat
sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan selama 14 hari.
Penyakit ini dapat membentuk pola kejadian penyakit dalam
masyarakat yang ditentukan oleh sanitasi lingkungan
Angka kesakitan
Desa Mabuun dan Desa Maburai serta desa lain di sekitar PLTU
Tanjung
5 - 29
Tabel 5-27
Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan pemanfaatan
eks PLTU terhadap fisik, kimia, dan biologi
Tahap Pasca Operasi
No.
Pengelolaan dan
Pemantauan
Dampak
1)
Sumber Dampak
Penting
2)
Upaya Pengelolaan
Dampak
3)
Upaya Pemantauan
Dampak
4)
5)
Lokasi Pengelolaan
dan Pemantauan
Lingkungan
6)
Periode Pengelolaan
dan Pemantauan
Lingkungan
Uraian
5-
30
Tabel 5-28
Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan pemanfaatan
eks PLTU terhadap sosial, ekonomi, dan kesehatan masyarakat
Tahap Pasca Operasi
No.
1)
Pengelolaan dan
Pemantauan
Dampak
Sumber Dampak
Penting
2)
Upaya Pengelolaan
Dampak
3)
Upaya Pemantauan
Dampak
4)
Uraian
5-
31
No.
Pengelolaan dan
Pemantauan
Dampak
Uraian
5)
Lokasi Pengelolaan
dan Pemantauan
Lingkungan
6)
Periode Pengelolaan
dan Pemantauan
Lingkungan
5-
32
BAB VI
PERNYATAAN PELAKSANAAN UKL-UPL
Berdasarkan Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan
Lingkungan (UPL) terhadap dampak kegiatan pembangunan dan pengoperasian
PLTU Tanjung Tabalong yang dilakukan oleh perusahaan kami seperti tertuang
dalam Bab I sampai dengan Bab IV dokumen UKL-UPL ini, kami yang bertanda
tangan di bawah ini :
N a m a
Jabatan
Direktur Utama
Jenis Perusahaan
Lokasi Kegiatan
Menyatakan bahwa
: project@ptmsw.com
(1)
(2)
(3)
(4)
Jakarta,
Januari 2007
Pemrakarsa,
DAFTAR PUSTAKA
APHA. 1981. Standard methods for the examination of water and wastewater. 14th
ed., APHA Inc. Washington.
Arsyad, S. 1989. Konservasi tanah dan air. IPB. Bogor.
Bakosurtanal. 1991. Peta Rupa Bumi Indonesia Skala 1 : 50.000.
Balai Penelitian Perkebunan Medan. 1988. Buletin
Desember 1988.
Halaman
(REF-1)
ReppRott. 1987. Review of phase I results East and South Kalimantan 2 vols.
Regional physical planing programme for transmigration. Direktorat Bina
Program Indonesia. Jakarta.
Soerensen, T., (1948). A method of establishing groups of equal amplitude in plant
sociology based on similarity in species content. Biol. Skr. 5(4): 1-34.
Soil Survey Staff. 1994. Keys to Soil Taxonomy. SMSS Technical Monograph
No.19.
Sournia, A. (ed.). 1980. Phytoplankton manual. Unesco. Paris.
Soowarno. 1991. Hidrologi. Pengukuran dan pengelolaan data aliran sungai
(Hidromeytri). Penebit Nova. Jakarta.
Soewarno. 1995. Hidrologi 1 dan 2. Aplikasi staristik untuk analisa data. Penerbit
Nova. Jakarta.
USDA. 1968. Soil Survey Laboratory Methods Manual.
Weber, M. and L.F. de Beaufort. 1931. The fishes of Indo-Australian Archipelago.
E.J. Brill Ltd. Vol. VI. 650 p.
Wichmeier, W.H. and Smith, D.D. 1978. Predicting rainfall erosion losses: a guide to
conservation planing. USDA. Agriculture Handbook No. 537.
Wickstead, J.H. 1965. An introduction of the study of tropical plankton. Hutchinson
Trop. Monog. Melbourne.
Halaman
(REF-2)