Anda di halaman 1dari 144

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA

UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN


DAN
UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN
PLTU BATU BARA 2 X 30 MW
DI TANJUNG TABALONG

Maret, 2007

KATA PENGANTAR

Berdasarkan pasal 3 ayat (2) PP Nomor 27 tahun 1999, dan Keputusan Menteri
Negara Lingkungan Hidup No. 11 Tahun 2006, PT Makmur Sejahtera Wisesa tidak
wajib melaksanakan Studi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) bagi
kegiatan Pembangunan dan Pengoperasian PLTU (2 x 30 MW) di Daerah Tanjung Tabalong, Kalimantan Selatan.
Sehubungan dengan hal tersebut maka disusunlah dokumen Upaya Pengelolaan
Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) Kegiatan Pembangunan
dan Pengoperasian PLTU (2 x 30 MW) Tanjung Tabalong, Provinsi Kalimantan
Selatan.
Penyusunan dokumen UKL-UPL ini menyesuaikan kepada format dalam Keputusan
Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 86 Tahun 2002 tentang Pedoman
Pelaksanaan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan
Lingkungan Hidup (UPL).
Dengan disusunnya dokumen UKL dan UPL ini,

PT Makmur Sejahtera Wisesa

menunjukkan kesungguhannya dalam melaksanakan kegiatan pembangunan dan


pengopersian

PLTU

Tanjung-Tabalong

yang

berwawasan

lingkungan,

serta

berpartisipasi secara langsung dalam pembangunan daerah secara berkelanjutan


sesuai dengan komitmen dan kebijakan perusahaan di bidang lingkungan hidup.

Jakarta, Januari 2007


Pemrakarsa,

Chander Vinod Laroya


Direktur Utama. PT. Makmur Sejahtera Wisesa

DAFTAR ISI
Halaman

BAB I
1.1.
1.2.
1.3.
1.3.1.
1.3.2.
1.4.

KATA PENGANTAR .
DAFTAR ISI ...
DAFTAR TABEL ...
DAFTAR LAMPIRAN

ii
iii
v
ix

PENDAHULUAN ..
Latar Belakang ..
Maksud, Tujuan, dan Kegunaan Penyusunan UKL dan UPL .........................
Identitas Pemrakarsa, Penanggung Jawab, dan Penyusunan UKL-UPL
Identitas Pemrakarsa ..
Identitas Penyusun Studi UKL-UPL ..
Peraturan dan Perundang-undangan yang dipergunakan sebagai Acuan
UKL dan UPL

1-1
1-1
1-2
1-3
1-3
1-3

RENCANA KEGIATAN ...


Nama Kegiatan .
Lokasi Kegiatan .
Skala Kegiatan ..
Garis Besar Komponen Rencana Kegiatan yang Menimbulkan Dampak ..
Kegiatan pada Tahap Pra Konstruksi
Kegiatan pada Tahap Konstruksi ......
Kegiatan pada Tahap Operasi
Kegiatan pada Tahap Pasca Operasi
Sumber-sumber Polutan dan Penanganannya

2-1
2-1
2-1
2-1
2-2
2-3
2-5
2-11
2-17
2-17
2-20
2-20
2-21

BAB II
2.1.
2.2.
2.3.
2.4.
2.4.1.
2.4.2.
2.4.3.
2.4.4.
2.5.
2.5.1.
2.5.2.
2.5.3.

Penanganan Polutan Limbah Padat .....................................................


Penanganan Polutan Limbah Cair .......................................................
Penanganan Polutan Buangan Gas ....................................................

BAB III

RONA LINGKUNGAN AWAL

3.1.
3.1.1.
3.1.2.
3.1.3.
3.1.4.
3.1.5.
3.1.6.
3.1.7.
3.1.8.
3.1.9.
3.1.10.
3.1.11.
3.1.12.
3.1.13.
3.2.
3.2.1.
3.2.2.
3.2.3.
3.2.4.
3.3.
3.3.1.
3.3.2.

Komponen Fisik Kimia .


Iklim
Kualitas Udara dan Kebisingan
Fisiografi dan Morfologi
Geologi ...
Hidrologi .
Kualitas Air .
Tata Ruang dan Tataguna Lahan ..
Kebijakan Tata Ruang ..
Tanah .
Status Hara dan Sifat Tanah ..
Kesuburan Tanah ................................................................................
Erosi Tanah .........................................................................................
Kestabilan Tanah ................................................................................
Komponen Biologi ...............................................................................
Flora Darat ..........................................................................................
Flora Air ...............................................................................................
Fauna Darat .........................................................................................
Fauna Air .............................................................................................
Komponen Sosial ................................................................................
Kependudukan ....................................................................................
Ekonomi ..............................................................................................

UKL & UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

iii

1-4

3-1
3-1
3-2
3-4
3-5
3-6
3-10
3-10
3-11
3-12
3-12
3-16
3-16
3-17
3-18
3-18
3-19
3-20
3-22
3-22
3-22
3-24

3.3.2.1.
3.3.2.2.
3.3.2.3.
3.3.3.
3.3.4.
3.3.5.
3.3.5.1.
3.3.5.2.
3.3.5.3.
3.3.5.4.
3.3.5.5.
3.3.5.6.

Pendapatan Rumah Tangga ...............................................................


Produk Domestik Regional Bruto ........................................................
Pertumbuhan Ekonomi ........................................................................
Kegiatan Kemasyarakatan Keamanan dan Ketertiban .........................
Sikap dan Persepsi Masyarakat ..........................................................
Kesehatan Masyarakat ........................................................................
Pola Penyakit .......................................................................................
Status Gizi ...........................................................................................
Sanitasi Lingkungan ............................................................................
Pembuangan Sampah .........................................................................
Pembuangan Kotoran ..........................................................................
Sumber Air Bersih ................................................................................

3-23
3-24
3-25
3-26
3-26
3-28
3-28
3-29
3-29
3-30
3-30
3-30

BAB IV
4.1.
4.1.1.
4.2.
4.2.1.
4.2.2.
4.2.3.
4.3.
4.3.1.
4.3.2.
4.3.3.
4.3.4.
4.4.
4.4.1.
4.4.2.

DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI


Dampak pada Tahap Pra Konstruksi
Dampak terhadap komponen Sosial Budaya
Dampak pada Tahap Konstruksi
Dampak terhadap komponen Geo Fisik Kimia
Dampak terhadap komponen Biologi
Dampak terhadap komponen Sosial, Ekonomi, Kesehatan Masyarakat
Dampak pada Tahap Operasi
Dampak terhadap komponen Geo Fisik Kimia
Dampak terhadap komponen Biologi
Dampak terhadap komponen Sosial, Budaya, dan Ekonomi
Dampak terhadap komponen Kesehatan Masyarakat

Dampak padaTahap Pasca Operasi .


Dampak terhadap Fisik Kimia dan Biologi
Dampak terhadap Sosial dan Kesehatan .

4-2
4-2
4-2
4-4
4-4
4-12
4-13
4-22
4-22
4-29
4-35
4-38
4-39
4-39
4-40

BAB V

PROGRAM PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

BAB VI

PERNYATAAN PEMRAKARSA

6-1

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

UKL & UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

iv

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2-1

Jadwal rencana pembangunan dan pengoperasian PLTU .

2-2

Tabel 2-2

Jenis-jenis peralatan yang dimobilisasikan pada Tahap 2-5


Konstruksi ...................................................................................

Tabel 2-3

Jenis-jenis material yang dibutuhkan ..........................................

2-7

Tabel 2-4

Jenis bangunan dan fasilitas lainnya dalam lokasi PLTU

2-8

Tabel 2-5

Perkiraan jumlah tenaga kerja pada Tahap Konstruksi .............

2-9

Tabel 2-6

Perkiraan jumlah tenaga kerja pada Tahap Operasi .................

2-9

Tabel 3-1

Kondisi rona awal kualitas udara dan tingkat kebisingan pada


rencana pembangunan PLTU dan daerah sekitarnya ..

3-3

Tabel 3-2

Kualitas udara di sekitar rencana lokasi PLTU ...

Tabel 3-3

Hasil analisis contoh pada berbagai lokasi pengambilan sampel

Tabel 3-4

Penilaian status kesuburan tanah pada lokasi pengambilan


3-16
tanah .
3-17
Pendugaan besarnya erosi tanah

Tabel 3-5

3-4
3-12

Tabel 3-6

Tingkat bahaya erosi berdasar tebal solum tanah dan besarnya


3-18
bahaya erosi

Tabel 3-7

Jenis Satwa liar yang terdapat di wilayah studi UKL-UPL PLTU

Tabel 3-8

Angka 10 Penyakit Terbanyak di Wilayah Kerja Puskesmas


Murung Pudak, Kabupaten Tabalong Tahun 2004, 2005 dan
3-28
2006 ...........................................................................................

Tabel 4-1

Matrik identifikasi dampak kegiatan pembangunan dan


pengoperasian PLTU

3-20

4-1

Tabel 4-2

Dampak kegiatan survey lapangan terhadap Sikap dan


4-2
Persepsi Masyarakat pada Tahap Pra Konstruksi ..

Tabel 4-3

Dampak kegiatan pengadaan lahan terhadap Sikap dan


4-3
Persepsi Masyarakat pada Tahap Pra Konstruksi ...

Tabel 4-4

Dampak kegiatan pengadaan material bangunan terhadap


4-4
Kualitas Udara pada Tahap Konstruksi .

Tabel 4-5

Dampak kegiatan pembukaan dan pematangan lahan terhadap


4-5
Fisiografi pada Tahap Konstruksi

Tabel 4-6

Dampak kegiatan pembukaan dan pematangan lahan terhadap


4-7
Tanah pada Tahap Konstruksi

Tabel 4-7

Dampak kegiatan pembangunan prasarana dan sarana


4-9
terhadap Fisiografi pada Tahap Konstruksi ..

Tabel 4-8

Dampak kegiatan konstruksi bangunan PLTU terhadap


4-10
Fisiografi pada Tahap Konstruksi .

Tabel 4-9

Dampak kegiatan pembukaan dan pematangan lahan terhadap


4-12
Biota Darat pada Tahap Konstruksi

UKL & UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Tabel 4-10

Dampak kegiatan pengerahan dan pengurangan tenaga kerja


4-13
terhadap Ekonomi pada Tahap Konstruksi

Tabel 4-11

Dampak kegiatan pengerahan dan pengurangan tenaga kerja


4-15
terhadap Sosial Budaya pada Tahap Konstruksi .

Tabel 4-12

Dampak kegiatan mobilisasi peralatan berat dan material


terhadap Sikap dan Persepsi Masyarakat pada Tahap
4-17
Konstruksi

Tabel 4-13

Dampak kegiatan pengadaan material pembangunan PLTU


terhadap Sikap dan Persepsi Masyarakat pada Tahap
4-18
Konstruksi

Tabel 4-14

Dampak kegiatan pengerahan dan pengurangan tenaga kerja


terhadap Sikap dan Persepsi Masyarakat pada Tahap
4-19
Konstruksi

Tabel 4-15

Dampak kegiatan pengadaan mateial bangunan terhadap


4-21
Kesehatan Masyarakat pada Tahap Konstruksi ..

Tabel 4-16

Dampak kegiatan pengoperasian PLTU terhadap Kualitas


4-22
Udara pada Tahap Operasi .
4-23
Dampak kegiatan pengoperasian PLTU terhadap Kebisingan

Tabel 4-17
Tabel 4-18

Dampak kegiatan pengoperasian PLTU terhadap Hidrologi pada


4-24
Tahap Operasi

Tabel 4-19

Dampak kegiatan pengoperasian PLTU terhadap Kualitas Air


4-26
pada Tahap Operasi ..

Tabel 4-20

Dampak kegiatan pemeliharaan PLTU terhadap Kualitas Air


4-28
pada Tahap Operasi ..

Tabel 4-21

Dampak kegiatan pengoperasian PLTU terhadap Biota Darat


4-29
pada Tahap Operasi ..

Tabel 4-22

Dampak kegiatan pengoperasian PLTU terhadap Biota Akuatik


4-31
pada Tahap Operasi ...................................................................

Tabel 4-23

Dampak kegiatan pemeliharaan PLTU terhadap Biota Akuatik


4-33
pada Tahap Operasi ..

Tabel 4-24

Dampak kegiatan pengoperasian dan pemeliharaan PLTU


4-35
terhadap ekonomi pada Tahap Operasi .

Tabel 4-25

Dampak kegiatan pengoperasian dan pemeliharaan PLTU


4-37
terhadap Sikap dan Persepsi Masyarakat pada Tahap Operasi

Tabel 4-26

Dampak kegiatan pengoperasian PLTU terhadap Kesehatan


4-38
Masyarakat pada Tahap Operasi

Tabel 4-27

Dampak pemanfaatan eks PLTU terhadap Fisik, Kimia, dan


4-39
Biologi pada Tahap Pasca Operasi .

Tabel 4-28

Dampak pemanfaatan eks PLTU terhadap Sosial dan


4-40
Kesehatan Masyarakat Tahap Pasca Operasi .

Tabel 5-1

Matrik evaluasi dampak penting kegiatan pembangunan dan


5-1
pengoperasian PLTU .

UKL & UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

vi

Tabel 5-2

Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak


kegiatan survey lapangan pada Sikap dan Persepsi masyarakat
5-2
pada Tahap Pra Konstruksi ..

Tabel 5-3

Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak


kegiatan pengadaan lahan terhadap Sikap dan Persepsi
5-3
masyarakat pada Tahap Pra Konstruksi .

Tabel 5-4

Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak


kegiatan pengadaan material bangunan terhadap Kualitas
5-4
Udara pada Tahap Konstruksi .

Tabel 5-5

Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak


kegiatan pembukaan dan pematangan lahan terhadap Fisiografi
5-5
pada Tahap Konstruksi .

Tabel 5-6

Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak


kegiatan pembangunan prasarana dan sarana PLTU terhadap
5-6
Tanah pada Tahap Konstruksi

Tabel 5-7

Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak


kegiatan pembangunan prasarana dan sarana terhadap
5-7
Fisiografi pada Tahap Konstruksi

Tabel 5-8

Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak


kegiatan konstruksi bangunan PLTU terhadap Fisiografi pada
Tahap Konstruksi

5-8

Tabel 5-9

Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak


kegiatan pembukaan dan pematangan lahan terhadap Biota
5-9
Darat pada Tahap Konstruksi ..

Tabel 5-10

Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak


kegiatan pengerahan dan pengurangan tenaga kerja terhadap
5-10
Ekonomi pada Tahap Konstruksi

Tabel 5-11

Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak


kegiatan pengerahan dan pengurangan tenaga kerja terhadap
5-11
Sosial Budaya pada Tahap Konstruksi ..

Tabel 5-12

Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak


kegiatan mobilisasi peralatan berat dan material terhadap Sikap
5-12
dan Persepsi Masyarakat pada Tahap Konstruksi ..

Tabel 5-13

Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak


kegiatan pengadaan material pembangunan terhadap Sikap
5-13
dan Persepsi Masyarakat pada Tahap Konstruksi ..

Tabel 5-14

Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak


kegiatan pengerahan dan pengurangan tenaga kerja terhadap
5-15
Sikap dan Persepsi Masyarakat pada Tahap Konstruksi

Tabel 5-15

Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak


kegiatan pengadaan material bangunan terhadap Kesehatan
5-16
Masyarakat pada Tahap Konstruksi

Tabel 5-16

Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak


kegiatan PLTU terhadap Kualitas Udara pada Tahap Operasi

UKL & UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

vii

5-17

Tabel 5-17

Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak


5-19
kegiatan PLTU terhadap Kebisingan pada Tahap Operasi

Tabel 5-18

Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak


kegiatan pengoperasian PLTU terhadap Hidrologi pada Tahap
5-20
Operasi

Tabel 5-19

Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak


kegiatan pengoperasian PLTU terhadap Kualitas Air pada
5-21
Tahap Operasi .

Tabel 5-20

Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak


kegiatan pemeliharaan PLTU terhadap Kualitas Air pada Tahap
5-23
Operasi

Tabel 5-21

Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak


kegiatan PLTU terhadap Biota Darat pada Tahap Operasi

Tabel 5-22

Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak


kegiatan pengoperasian PLTU terhadap Biota Akuatik pada
5-25
Tahap Operasi .

Tabel 5-23

Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak


kegiatan pemeliharaan PLTU terhadap Biota Akuatik pada
5-26
Tahap Operasi ...........................................................................

Tabel 5-24

Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak


kegiatan pengoperasian dan pemeliharaan PLTU terhadap
5-27
Ekonomi pada Tahap Operasi .

Tabel 5-25

Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak


kegiatan pengoperasian dan pemeliharaan PLTU terhadap
5-28
Sikap dan Persepsi Masyarakat pada Tahap Operasi .

Tabel 5-26

Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak


kegiatan pengoperasian PLTU terhadap Kesehatan Masyarakat
5-29
pada Tahap Operasi ..

Tabel 5-27

Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak


kegiatan pemanfaatan eks PLTU Tanjung-Tabalong terhadap
5-30
fisik, kimia, dan biologi pada Tahap Pasca Operasi ..................

Tabel 5-28

Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak


kegiatan pemanfaatan eks PLTU Tanjung-Tabalong terhadap
5-31
sosial dan kesehatan masyarakat pada Tahap Pasca Operasi

UKL & UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

viii

5-24

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN TEKS
Lampiran Teks 2-1

Peta Situasi Rencana Lokasi PLTU Tanjung-Tabalong dan


Lokasi Pengelolaan/Pemantauan Lingkungan

Lampiran Teks 2-2

Lay Out Rencana PLTU 2 x 30 MW Tanjung-Tabalong

Lampiran Teks 2-3

Flow Diagram PLTU PLTU Tanjung-Tabalong

Lampiran Teks 2-4

Schematic Diagram DM Water System

Lampiran Teks 2-5

Water Balance Diagram

Lampiran Teks 2-6

Spesifikasi Batubara Wara

Lampiran Teks 2-7

Schematic Diagram Coal Handling System

Lampiran Teks 2-8

Analisa Kandungan Abu

Lampiran Teks 2-9

Schematic Diagram Ash Handling System

Lampiran Teks 3-1

Data Uji Kualitas Udara, Kebisingan, dan Emisi di Dalam


dan Sekitar Llingkungan Rencana Lokasi PLTU TanjungTabalong

Lampiran Teks 3-2

Analisis Probabilitas Frekuensi Debit Minimum Sungai


Tabalong (Metode Gumbel Type III)

Lampiran Teks 3-3

Data Hasil Uji Kualitas Air di Dalam dan Sekitar Lingkungan


Rencana Lokasi PLTU Tanjung-Tabalong

Lampiran Teks 3-4

Data Hasil Uji Kualitas Tanah di Dalam Lingkungan


Rencana Lokasi PLTU Tanjung-Tabalong

Lampiran Teks 3-5

Data Hasil Uji Biota Akuatik di Dalam dan Sekitar


Lingkungan Rencana Lokasi PLTU Tanjung-Tabalong

Lampiran Teks 3-6

Prakiraan Kadar Emisi Rencana PLTU Tanjung-Tabalong

UKL & UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

ix

LAMPIRAN

Lampiran 1

Surat Izin Persetujuan


Tanjung-Tabalong

Lampiran 2

Memorandum of Understanding for Fuel Supply Agreement


between PT Makmur Sejahtera Wisesa and PT Adaro
Indonesia (Adaro)

Lampiran 3

Dokumentasi (foto) Rencana


Tabalong dan Sekitarnya

Lampiran 4

TANGGAPAN PEMRAKARSA dan TIM PELAKSANA UKLUPL terhadap EVALUASI DOKUMEN UKL-UPL PLTU
TANJUNG-TABALONG tanggal 30 Januari 2007

UKL & UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Prinsip

Pembangunan

Lokasi

PLTU

PLTU

Tanjung-

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA


UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Dalam rangka mengimbangi pertumbuhan kebutuhan listrik di wilayah

Kalimantan Selatan-Tengah-Timur, pemerintah memberikan kesempatan kepada


pihak swasta untuk membangun pembangkit tenaga listrik yang energinya baik
untuk memenuhi kepentingan sendiri maupun dimanfaatkan untuk kepentingan
masyarakat melalui PLN.
Peluang tersebut di atas dimanfaatkan oleh PT Makmur Sejahtera Wisesa
(MSW), perusahaan yang bergerak dalam bidang kelistrikan yang berpusat di
Jakarta, yang merencanakan pembangunan dan pengoperasian pembangkit
baru berupa Pusat Listrik Tenaga Uap (PLTU) Batubara 2 x 30 MW (selanjutnya
disebut PLTU) yang berlokasi di Kabupaten Tabalong, Provinsi Kalimantan
Selatan.

Energi listrik yang dihasilkan rencananya akan disalurkan untuk

memenuhi kegiatan pertambangan batubara PT ADARO INDONESIA, dan


sebagian lagi akan disalurkan ke PT PLN.
Sesuai dengan PP No. 27 tahun 1999 tentang Amdal, serta berbagai
perangkat peraturan perundangan lainnya yang berkaitan dengan kegiatan yang
akan dilaksanakan, khususnya KEPMENLH No. 11 tahun 2006 tentang Jenis
Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi dengan Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL), kegiatan PLTU Tanjung termasuk kategori
kegiatan yang tidak wajib dilengkapi dengan Studi AMDAL, sehingga harus
melakukan studi UKL-UPL sebagai bagian dari studi kelayakan kegiatan proyek
dilihat dari aspek lingkungan hidup.
Di samping berbagai dampak positif yang diharapkan, muncul juga
berbagai dampak negatif yang tidak diinginkan terhadap lingkungan hidup sebagai
efek dari kegiatan pembangunan PLTU. Oleh karena itu, dalam setiap kegiatan
pembangunannya harus pula diikuti dengan kegiatan pengelolaan lingkungan yang
diarahkan pada upaya untuk mencegah atau menanggulangi dampak negatif dan
mengembangkan dampak positif agar manfaat yang diperoleh dari kegiatan
pembangunan dapat dioptimalkan dan berkelanjutan.

1. PENDAHULUAN

1-

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA


UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

MSW memiliki komitmen yang tinggi di bidang lingkungan hidup yang


dijabarkan ke dalam kebijakan pengelolaan lingkungan hidup bagi seluruh
kegiatan di lingkungan kerja kegiatan pembangkitan tenaga listrik yang potensial
menimbulkan dampak penting.
Studi

UKL-UPL

yang

dilakukan

merupakan

bagian

dari

proses

perencanaan dalam kerangka operasional komitmen dan kebijakan lingkungan


hidup.

1.2.

Maksud, Tujuan, dan Kegunaan Penyusunan UKL dan UPL


Maksud dilaksanakannya studi UKL dan UPL PLTU Tanjung-Tabalong

adalah:

Merumuskan tindakan pengelolaan dampak yang mungkin timbul dan


upaya pemantauannya untuk menilai keberhasilan upaya pengelolaan
yang telah dilakukan.

Memberikan informasi kepada instansi dan masyarakat tentang


pengelolaan dan pemantauan dampak lingkungan sebagai akibat
kegiatan yang telah dilaksanakan.

Melaksanakan ketentuan perundang-undangan yang berlaku sebagai


wujud upaya menunjang konsep pembangunan yang berwawasan
lingkungan.

Adapun tujuan dilaksanakannya studi UKL dan UPL PLTU TanjungTabalong adalah:

Mengidentifikasikan rona lingkungan hidup, yang diprakirakan akan


terkena dampak akibat pelaksanaan kegiatan PLTU.

Mengidentifikasikan

kegiatan

yang

diprakirakan

berpotensi

menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan hidup.

Menyusun dokumen UKL dan UPL sebagai pedoman dalam


melaksanakan pengelolaan dan pemantauan dampak penting terhadap
lingkungan hidup baik bersifat positif maupun negatif berkenaan
dengan pelaksanaan kegiatan PLTU.

1. PENDAHULUAN

1-

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA


UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Memberikan rekomendasi mengenai hal-hal yang harus diperhatikan


guna mengoptimalkan dampak penting kegiatan terhadap lingkungan
hidup dan saran tindak dalam pengelolaan dan pemantauan lingkungan
hidup.

Penyusunan UKL dan UPL PLTU Tanjung-Tabalong memiliki kegunaan


sebagai berikut:

Sebagai instrumen pengikat dan acuan bagi pemrakarsa dalam hal ini
PLTU Tanjung-Tabalong untuk melaksanakan kegiatan pengelolaan
dan pemantauan lingkungan yang berkaitan dengan kegiatan yang
diselenggarakan.

Sebagai acuan bagi pemerintah daerah setempat, dalam hal ini Badan
Pengendalian Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong serta institusi
pengawas yang berwenang.

1.3.

Identitas Pemrakarsa, Penanggung Jawab, dan Penyusun UKL-UPL

1.3.1. Identitas Pemrakarsa


Nama perusahaan

: PT Makmur Sejahtera Wisesa

Alamat

: Menara Kadin Indonesia, Lantai 19


Jl HR Rasuna Said Blok X5, Kav 2-3, Jakarta

Telepon

: 021-57903722/ 021-57903723

Direktur Utama

: Chander Vinod Laroya

1.3.2. Identitas Penyusun Studi UKL-UPL


Nama Lembaga

Pusat Penelitian Lingkungan Hidup, Lembaga


Penelitian Universitas Lambung Mangkurat

Alamat

Kampus Unlam Jln Jend. Achmad Yani KM 36


Banjarbaru Kalimantan Selatan

Telepon/Fax

1. PENDAHULUAN

(0511) 4772379 / (0511) 4777523

1-

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA


UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Penanggung jawab

Ir. Mauluddin Agus

Jabatan

Kepala

Ketua Tim

Ir. Gt. Chairuddin, MSi.

Anggota Tim

Junaidi, SKM, MS
(Kualitas Udara, Kebisingan, Kesehatan
Masyarakat)
Ir. Achmad Rusdiansyah, MT
(Hidrologi)

Ir. Gt. Chairuddin, MSi


(Kualitas Air, dan Ekologi Akuatik)

Ir. Kissinger, MS
(Ekologi Terrestrial)

Ir. Abdul Harris, MS


(Geologi, Tanah, Tata Ruang)

Ir. Adrias Mashuri, SU


(Ekonomi, Sosial, Budaya, Keamanan dan
Ketertiban Masyarakat)

1.4.

Peraturan dan Perundang - undangan yang Dipergunakan sebagai


Acuan UKL dan UPL
Peraturan perundang-undangan yang menjadi acuan landasan hukum

dan pedoman dalam pelaksanaan UKL-UPL PLTU Tanjung - Tabalong, antara


lain :
1.

Undang-Undang RI Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja

2.

Undang-undang

Nomor

Tahun

1990

tentang

Konservasi

Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya


3.

Undang-Undang RI Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial


Tenaga Kerja (JAMSOSTEK).

4.

Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan

5.

Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang

1. PENDAHULUAN

1-

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA


UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

6.

Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan


Lingkungan Hidup

7.

Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pokok-pokok


Pemerintahan di Daerah

8.

Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan


Keuangan Pusat dan Daerah

9.

Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan

10.

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2000 tentang Ketenagalistrikan

11.

Undang-Undang RI Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air

12.

Peraturan Pemerintah Nomor 18 tahun 1999 tentang Pengelolaan


Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun dan Peraturan Pemerintah
Nomor 85 tahun 1999 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah
Nomor 18 Tahun 1999 tersebut

13.

Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis


Mengenai Dampak Lingkungan

14.

Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian


Pencemaran Udara

15.

Peraturan Pemerintah RI Nomor 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan


Bahan Berbahaya dan Beracun

16.

Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan


Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air

17.

Keputusan Presiden Nomor 32 tahun 1990 tentang Pengelolaan


Kawasan Lindung

18.

Keputusan Presiden Nomor 55 tahun 1993 tentang Tata Cara


Perolehan

Tanah

Untuk

Pengembangan

dan

Implementasi

Kepentingan Umum.
19.

Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup


Nomor KEP-03/MENKLH/6/1987 tentang Prosedur Penanggulangan
Kasus Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup

20.

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Nomor KEP-13/MENLH/1995


tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak

1. PENDAHULUAN

1-

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA


UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

21.

Keputusan

Menteri

Negara

Lingkungan

Nomor

KEP-

48/MENLH/11/1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan


22.

Keputusan

Menteri

Negara

Lingkungan

Hidup

Nomor

KEP-

45/MENLH/10/1997 tentang Standar Indeks Pencemar Udara


23.

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 86 Tahun 2002


tentang Pedoman Pelaksanaan Upaya Pengelolaan Lingkungan dan
Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup

24.

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Nomor 11 Tahun 2006


tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib
Dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

25.

Keputusan

Menteri

Kesehatan

No.

718/MENKES/PER/XI/1987

tentang Pengaruh Kebisingan Terhadap Tingkat Kesehatan


26.

Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun 1990 tentang Tata


Cara Pemusnahan Pelumas Bekas dan Pengawasannya

27.

Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 31 Tahun 1996 tentang


Pelaksanaan PHK dan Penetapan Pesangon, Uang Jasa dan Ganti
Kerugian di Perusahaan Swasta

28.

Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor


KEP-056 Tahun 1994 tentang Pedoman Mengenai Ukuran Dampak
Besar dan Penting.

29.

Keputusan Kepala Bapedal Nomor 255/BAPEDAL/08/1996 tentang


Tata Cara dan Persyaratan Penyimpanan dan Pengumpulan Minyak
Pelumas Bekas

30.

Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor


KEP-105 Tahun 1997 tentang Panduan Pemantauan Pelaksanaan
Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan
Lingkungan (RPL).

31.

Keputusan

Menteri

103.K/00/M.PE/1994
Rencana

Pertambangan
tentang

Pengelolaan

dan

Pengawasan

Lingkungan

dan

Energi
Atas

Rencana

Nomor

Pelaksanaan
Pemantauan

Lingkungan dalam Bidang Pertambangan dan Energi

1. PENDAHULUAN

1-

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA


UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

32.

Keputusan

Menteri

Pertambangan

dan

Energi

Nomor

1899.K/09/M.PE/1994 tentang Pelaksanaan Pemantauan Lingkungan


Tenaga Listrik.
33.

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 718/MENKES/PER/XII/1987


tentang Kebisingan yang Berhubungan dengan Kesehatan

34.

Keputusan Direktur Jenderal Listrik dan Pengembangan Energi


Nomor

75-12/008/600.2/1995

tentang

Petunjuk

Pelaksanaan

Pengawasan Atas Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Tenaga


Listrik
35.

Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Nomor 5 Tahun 1992


tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup di Daerah.

36.

Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Nomor 7 Tahun 2000


tentang Pola Dasar Pembangunan Provinsi.

37.

Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Nomor 9 Tahun 2000


tentang Rencana Umum Tata Ruang Wilayah Provinsi.

38.

Peraturan Daerah Propinsi Kalimantan Selatan Nomor 2 Tahun 2006


tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran

39.

Keputusan Gubernur Kalimantan Selatan Nomor 28 Tahun 1994


tentang Penggolongan, Baku Mutu dan Peruntukan Air di Kalimantan
Selatan

40.

Keputusan Gubernur Kalimantan Selatan Nomor 58 Tahun 1995


tentang Penggolongan dan Baku Mutu Air Limbah di Propinsi
Kalimantan Selatan

41.

Peraturan Daerah Kabupaten Tabalong Nomor 10 Tahun 1995


tentang Rencana Umum Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tabalong.

1. PENDAHULUAN

1-

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA


UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

BAB II
RENCANA KEGIATAN

2.1.

Nama Kegiatan

: Pembangkit Listrik Tenaga Uap Batubara (PLTU


Batubara) 2 x 30 MW

2.2.

Lokasi Kegiatan

: Desa Mabuun, Kecamatan Murung Pudak


Kabupaten Tabalong Kalimantan Selatan

Peta Lokasi PLTU dapat dilihat pada Lampiran Teks 2-1.


Titik koordinat lokasi terletak pada:
20 9 08.87 LS
20 9 17.88 LS
20 9 55.51 LS
20 9 46.19 LS
2.3.

1150 26 44.54 BT
1150 26 58.08 BT
1150 26 33.24 BT
1150 26 19.98 BT

Skala Kegiatan

2.3.1. Tipe Pembangkit

Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)


berbahan bakar batubara, 2 X 30 MW

2.3.2. Keadaan lingkungan di sekitar rencana lokasi PLTU yang termasuk ke


dalam Desa Mabuun dideskripsikan sebagai berikut:

Sebelah Utara
Sebelah Timur

:
:

Sebelah Selatan
Sebelah Barat

:
:

Kebun campuran, kebun karet


Perkebunan kelapa sawit dan karet PT.
Cakung Permata Nusa
Kebun karet, kebun kelapa sawit
Kebun campuran, kebun karet

2.3.3. Areal Kegiatan

Luas lahan

Luas bangunan

2. RENCANA KEGIATAN

86 ha
lihat peta
Lampiran
Teks 2-1.
16,3 ha

Rencana lokasi lahan telah


ditetapkan. Izin lokasi sedang
dalam proses.
Lay out bangunan lihat Lampiran
Teks 22.

2-

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA


UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

2.3.4. Jadwal Kegiatan


Tabel 2-1
Jadwal rencana pembangunan dan pengoperasian PLTU
Kegiatan

Tahun
2007

2006
Tahap Pra Konstruksi:
1. Survey
2. Penguasaan lahan
3. Persetujuan dana
Tahap Konstruksi:
1. Pekerjaan Enjiniring
2. Pengadaan alat
3. Persiapan lapangan dan
pekerjaan sipil
4. Pemasangan struktur baja
5. Pemasangan alat
6. Hydro Test Boiler Unit 1
7. Hydro Test Boiler Unit 2
8. Pemasangan Boiler Unit 1
9. Pemasangan Boiler Unit 2
10. PemasanganTurbine Unit 1
11. PemasanganTurbine Unit 2
Tahap Operasi:
1. Pengoperasian dan sinkronisasi
Turbin Unit 1
2. Pengoperasian dan sinkronisasi
Turbin Unit 2
3. Pengoperasian komersial Unit 1
4. Pengoperasian komersial Unit 2

2.4.

2008

2009

Sept Des.
Jan - Feb
Februari
Maret
September
Mei
September
Januari
Agustus
September
Agustus
Oktober
September
November

Desember
Februari
Maret
Maret

Garis Besar Komponen Rencana Kegiatan


Rencana kegiatan yang diprakirakan akan menimbulkan dampak

terhadap lingkungan hidup, dapat dibagi atas 4 (empat) tahapan, yaitu Tahap Pra
Konstruksi, Tahap Konstruksi, Tahap Operasi, dan Tahap Pasca Operasi.
Kegiatan yang akan dilaksanakan dalam setiap tahapan kegiatan
diringkaskan sebagai berikut:
(1) Tahap Pra-Konstruksi :
1. Survei Lapangan
2. Pengadaan Lahan

2. RENCANA KEGIATAN

2-

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA


UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

(2) Tahap Kontruksi :


1. Mobilisasi Peralatan
2. Pembukaan dan Pematangan lahan
3. Pengadaan Material Pembangunan
4a. Pembangunan Prasarana dan Sarana
4b. Konstruksi Bangunan PLTU
5. Pengerahan dan Pengurangan Tenaga Kerja Konstruksi
(3) Tahap Operasi :
1. Pengoperasian PLTU
2. Pemeliharaan PLTU
(4) Tahap Pasca Operasi :
1.

Pemanfaatan eks PLTU

2.4.1.

Rencana Kegiatan Tahap Pra Konstruksi

2.4.1.1. Survei Lapangan


Kegiatan survei lapangan yang akan dilakukan oleh pemrakarsa, meliputi
(1) pekerjaan pra survei yakni mengadakan koordinasi dengan institusi terkait,
penjajagan, pemilihan, penetapan lokasi PLTU, (2) pekerjaan survei untuk
melakukan pengukuran dan penyelidikan antara lain penyelidikan mekanika
tanah dan hidrogeologi, dengan pekerjaan sebagai berikut :

Survei pengukuran diperlukan untuk mempersiapkan data yang akurat dalam

menentukan elevasi, batas areal proyek, penempatan patok batas bangunan


yang akan dibangun, serta menetapkan posisi patok bench mark sebagai titik
dasar survei pekerjaan selanjutnya.

Penyelidikan mekanika tanah sehingga dapat ditentukan jenis pondasi yang


sesuai guna mendukung beban berat bangunan dan perlengkapannya.

Pekerjaan tersebut dilakukan dengan menggunakan berbagai peralatan terutama


mesin pembor dengan berbagai perlengkapan lainnya yang dilakukan oleh
tenaga berpengalaman yang akan didatangkan dari luar daerah Kalimantan
Selatan.

Beberapa pekerjaan yang tidak memerlukan keahlian khusus dapat

dilakukan oleh tenaga kerja lokal.

2. RENCANA KEGIATAN

2-

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA


UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Pekerjaan survei dilakukan pula oleh Team Studi UKL-UPL PLTU


Tanjung yang meliputi pekerjaan: pra survei, survei dan pengamatan, sampling,
interview dan sosialisasi yang dilaksanakan di dalam tapak proyek dan sekitar
tapak proyek.

2.4.1.2. Pengadaan Lahan


Lahan untuk PLTU adalah milik Pemerintah Kabupaten Tabalong. Pada
saat ini dimanfaatkan oleh masyarakat untuk perkebunan.
Kabupaten membentuk Tim untuk memberikan tali asih atas

Pemerintah
tanaman dan

bangunan dengan dana dari MSW. MSW akan mendapat SHGU. Pengadaan
lahan di areal tapak proyek dan di jalur lintasan pipa air akan dilaksanakan
melalui proses pemberian kompensasi dan/atau ganti rugi. Pengadaan lahan
melalui proses: pertemuan dengan masyarakat pengguna lahan, inventarisasi
dan klarifikasi luasan dan status lahan yang akan dibebaskan, penawaran nilai
lahan, tanaman di atas lahan dan pencapaian kesepakatan, pembayaran dan
penyerahan ganti rugi atau kompensasi.
Proses pembebasan lahan akan ditangani oleh Tim Pembebasan lahan
Pemerintah Kabupaten Tabalong.

Proses ini dimulai dengan kegiatan public

hearing antara tim pembebasan lahan dengan seluruh masyarakat yang


lahannya akan terkena pembebasan. Penentuan nilai tali asih atas lahan, dan
tanaman tumbuh dan bangunan dilakukan dengan cara musyawarah untuk
mufakat serta mentaati peraturan perundangan yang berlaku.
Lahan yang akan dibebaskan terdiri atas lahan tapak proyek PLTU ( 86
ha), sebagian lahan untuk jalur pipa pengambilan air dari Sungai Tabalong, dan
water intake di Sungai Tabalong.
Lahan masyarakat Desa Warukin (Permukiman Dayak Manyaan) tidak
masuk dalam rencana lokasi PLTU.

2. RENCANA KEGIATAN

2-

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA


UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

2.4.2.

Rencana Kegiatan Tahap Konstruksi

2.4.2.1. Mobilisasi Peralatan


Peralatan yang dibutuhkan dalam pembangunan PLTU Tanjung Tabalong umumnya didatangkan dari luar Kabupaten Tabalong Provinsi
Kalimantan Selatan.

Peralatan tersebut sebagian besar dikirim dengan

transportasi laut (terutama pelabuhan laut utama di Pulau Jawa) menuju


pelabuhan Klanis di Kalimantan Selatan.

Kemudian dilanjutkan dengan

transportasi darat dari Pelabuhan Klanis menuju lokasi proyek yang berjarak
sekitar 70 km. Jenis-jenis peralatan yang digunakan dalam kegiatan konstruksi
tersebut diperincikan pada Tabel 2-2.

Tabel 2-2
Jenis-jenis peralatan yang dimobilisasikan pada Tahap Konstruksi
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24

2. RENCANA KEGIATAN

Nama Jenis Alat


Crawler crane
Mobile crane
Dump truck / trailer
Jack hammer
Diesel hammer
Vibro hammer
Bulldozer
Excavator
Truck loader
Wheel loader
Vibro roller
Tandem roller
Motor grader
Pontoon
Light truck
Water tank truck
Water tank
Asphalt sprayer
Asphalt finisher
Screen plant
Batching plant
Truck mixer
Concrete mixer
Concrete vibrator

Jumlah (unit)
8
2
50
2
6
1
3
5
1
2
5
2
1
1
1
2
1
1
1
1
1
2
4
4
(dilanjutkan)

2-

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA


UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Tabel 2-2 (lanjutan)


No.

Nama Jenis Alat

25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35

Jumlah (unit)

Concrete pump
Bar bending machine
Bar cutter machine
Stone crusher
Water pump
Water pass
Genset
Air compressor
Welding machine
Theodolite
Spirit level

2
2
2
1
2
2
2
1
40
2
10

2.4.2.2. Pembukaan dan Pematangan Lahan


Kegiatan pembukaan dan pematangan lahan yang diperlukan antara
lain meliputi pekerjaan-pekerjaan berikut :

Pekerjaan pembersihan (clearing, grubbing dan stripping top soil) meliputi


pembersihan

lahan

dari

tumbuh-tumbuhan,

batuan

permukaan

dan

pengupasan permukaan tanah lunak, termasuk pembuatan jalan sementara


menuju area penempatan material pembersihan itu sendiri. Khusus top soil
akan ditempatkan di pinggiran lokasi

yang selanjutnya digunakan untuk

keperluan landscaping.

Pekerjaan pembongkaran dan pemindahan apabila terdapat bangunan, jalan,


dan bangunan konstruksi lainnya yang tidak diperlukan lagi di lokasi.

Pekerjaan galian dan pengurugan yang akan dilakukan sesuai dengan


kondisi lahan.

Untuk daerah yang terlalu tinggi dari elevasi

yang

direncanakan perlu dilakukan pekerjaan galian. Sedangkan untuk area yang


lebih rendah akan diurug dengan material yang memenuhi kriteria tanah urug
untuk selanjutnya dipadatkan.

Apabila tanah galian di lokasi memenuhi

kriteria tanah urug, maka hasil galian tersebut ditempatkan di lokasi


sementara untuk selanjutnya digunakan sebagai tanah urug. Tetapi apabila
tidak memenuhi syarat, maka hasil galian akan dibuang ke luar lokasi.

Pekerjaan stabilisasi lereng (rock slope stabilization) perlu dilakukan apabila


lokasi yang dipilih memiliki perbedaan tinggi yang cukup signifikan, sehingga

2. RENCANA KEGIATAN

2-

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA


UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

diperlukan beda elevasi antara bangunan utama pembangkit dengan


bangunan penunjang seperti coal yard, ash disposal area atau switchyard.
Jenis stabilitas lereng sangat tergantung dari kondisi beda tinggi, jenis tanah
dan sudut kemiringan lereng.

Pekerjaan pagar, pintu pagar dan pos keamanan lokasi proyek yang
diperlukan untuk memberikan batas lokasi proyek yang akan digunakan dan
mempermudah pengawasan dan pengamanan lokasi proyek.

2.4.2.3. Pengadaan Material Bangunan


Material bangunan yang dibutuhkan dalam pembangunan PLTU meliputi
batu, pasir, semen, tanah urug, besi beton, besi baja, kayu, genteng (multiroof),
dan sebagainya.

Batu dan pasir didatangkan dari daerah terdekat lokasi.

Sedangkan tanah urug (apabila diperlukan) dapat didatangkan langsung dari


lokasi tambang batubara PT Adaro Indonesia dengan memanfaatkan overburden
dari lokasi dumping site. Kecuali bahan material kayu yang juga dapat diperoleh
di lokal wilayah Kabupaten Tabalong Kalimantan Selatan, maka sebagian
besar jenis material lainnya yang terbuat dari logam semuanya didatangkan dari
luar daerah melalui Pelabuhan Klanis. Perkiraan material bangunan dapat dilihat
pada Tabel 2-3.
Tabel 2-3
Jenis-jenis material yang dibutuhkan
No.

Jenis Material

Tanah timbun

Pasir

Batu kerikil

Batu

Batu split

Batu pecah

Beton asphalt

Semen

Besi beton

10

Rangka baja
(dilanjutkan)

2. RENCANA KEGIATAN

2-

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA


UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Tabel 2-3 (lanjutan)


No.

Jenis Material

11

Baja sheet pile

12

Beton pile

13

Keramik

14

Dinding slab

15

Atap (roof)

2.4.2.4. Pembangunan Prasarana dan Sarana, dan Bangunan Unit Sistem


Pembangkit
Bangunan dan fasilitas yang akan dibangun direncanakan memerlukan
areal 16,3 ha dalam lokasi PLTU Tanjung yang luasnya 86 ha, diperinci
dalam Tabel 2-4.
Tabel 2-4
Jenis bangunan dan fasilitas lainnya dalam lokasi PLTU Tanjung
No.

Bangunan

Luas (m )

1.

Peralatan Utama Pembangkit

15000

2.

Fasilitas Penanganan Batubara

8000

3.

Penampungan debu

80000

4.

Gedung Pompa dan Gudang Oli

10000

5.

Sistem Penyediaan Air

6000

6.

Switchgear & Switchyard

15000

7.

Tempat Parkir dan Pintu Gerbang Kantor

5000

8.

Gedung Administrasi

1000

9.

Bengkel

1000

10.

Kantin dan Toko

800

11.

DG & Cooling Tower

3000

12.

Jalur Hijau

10000

13.

Jalan dan Drainase

10000

2. RENCANA KEGIATAN

2-

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA


UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

2.4.2.5. Pengerahan dan pengurangan tenaga kerja


Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan khususnya pada saat kegiatan
tahap konstruksi diperkirakan 400 orang, dan 20 orang diantaranya tenaga kerja
asing. Tenaga kerja yang digunakan diutamakan berasal dari daerah sekitar
proyek yang berdasarkan kriteria keahlian dan keterampilannya diperkirakan
dapat mencapai sekitar 230 orang. Sedangkan lainnya sekitar 170 orang tenaga
kerja berasal dari luar daerah. Tenaga kerja dari luar daerah dan tenaga kerja
asing akan memerlukan perumahan.
Berdasarkan tingkat keahlian dan keterampilan yang dimiliki, tenaga kerja
tersebut dapat dikatagorikan sebagai supervisor, tukang, mandor, buruh dan
personalia. Sedangkan tingkat pendidikannya dapat bervariasi mulai dari tingkat
SD, SLTP, SLTA, Sarjana Muda atau Diploma, dan Sarjana (S1). Perkiraan
jumlah tenaga kerja yang diperlukan tersebut disajikan pada Tabel 2-5.

Tabel 2-5
Perkiraan jumlah tenaga kerja pada Tahap Konstruksi

No.

Posisi / Keahlian

Jumlah (orang)

Pekerjaan Sipil

Tenaga Ahli dan Spesialis

10

Tenaga Kerja Terampil

70

Tenaga Kerja Kasar

130

Pemasangan Alat dan Komisioning

Tenaga Ahli dan Spesialis

10

Tenaga Kerja Terampil

100

Tenaga Kerja Kasar

80

Jumlah A + B

400

Pada tahap operasi dibutuhkan tenaga kerja sebanyak 144 orang dengan
perincian ditunjukkan dalam Tabel 2-6. Sebagian tenaga kerja ini direkrut dari
tenaga kerja konstruksi setelah melalui tahap seleksi, sedangkan lainnya
diperoleh dari pengangkatan tenaga baru yang memenuhi kualifikasi secara
spesifik.

2. RENCANA KEGIATAN

2-

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA


UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Tabel 2-6
Perkiraan jumlah tenaga kerja pada Tahap Operasi
A

Operasi PLTU

Jumlah
(Orang)

Operator PLTU

12

Operator Boiler dan Alat Bantu

10

Operator Bag Filter / ESP, Tata Udara

Operator TG dan Sistem Pelumasan

Penanganan Debu dan Gas Buang

Sistem Suplai Air

Sistem Penanganan Batubara

11

Pengolah Air dan Lingkungan

Ahli Kimia

Tenaga Analis

Pemeliharaan

Ahli Mekanik

Supersvisor Mekanik

Teknisi Mekanik

25

Ahli Listrik

Supervisor Listrik

Teknisi Listrik

16

Ahli Instrumen dan Sistem Kontrol

Supervisor Instrumen dan Kontrol

Teknisi Instrumen dan Kontrol

12

10

Ahli Sipil dan Pemeliharaan Gedung

11

Supervisor Sipil dan Pemeliharaan Gedung

12

Kepala Keamanan

13

Tenaga Keamanan

TOTAL

2. RENCANA KEGIATAN

144

2-

10

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA


UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

2.4.3.

Rencana Kegiatan Tahap Operasi

2.4.3.1

Pengoperasian Sistem Pembangkit


Secara umum proses pembangkitan PLTU Tanjung-Tabalong dapat

dilihat pada Gambar Flow Diagram Sistem Pembangkit PLTU Tanjung (lihat
Lampiran Teks 2-3).

Sistem Boiler
Dengan spesifikasi batubara Wara sebagai bahan bakar, maka untuk
PLTU Tanjung didisain dengan menggunakan CFB Boiler (Circulating Fluidized
Bed Boiler). Boiler CFB ini berkapasitas 140 ton / jam uap, jenis semi outdoor,
sirkulasi alami (natural circulation). Boiler akan dilengkapi dengan Tungku
Berpendingin Air (Water Cooled Furnace), Drum pemisah uap dan air (steam
water

separating

drum),

pemanas

lanjut

(super

heater),

attemperator,

economizer, pemanas udara (air heater), soot blowers, sistem pembakaran


batubara (coal firing system), draft system, perpipaan, peralatan instrumentasi
dan kontrol, penahan panas (insulation), batu tahan api (refractory), tangki
penggelontor (blow down tank). Untuk start up dan beban rendah, boiler
menggunakan LDO. Suhu udara yang masuk cerobong dipertahankan sekitar
140 oC tergantung kandungan sulphur bahan bakar.

Sistem Turbin
Masing-masing unit pembangkit beroperasi dengan memutar satu turbin
uap yang berkapasitas 30 MW pada terminal generator. Turbin uap yang dipakai
adalah jenis kondensing dengan tekanan masuk 90 bar (a) dan temperatur
masuk 535 oC. Untuk meningkatkan efisiensi, sistem turbin dilengkapi dengan
Pemanas Tekanan Tinggi dan Pemanas Tekanan Rendah serta Deaerator.
Turbin dilengkapi dengan Electrohydraulic Governing System untuk pengaturan
aliran uap sesuai dengan beban. Sistem pelumasan turbin terdiri dari tangki baja,
pompa utama pelumas yang dikopel dengan turbin, pompa pelumas dengan
penggerak motor, pompa pelumas DC untuk operasi darurat, pendingin pelumas
dll.

2. RENCANA KEGIATAN

2-

11

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA


UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Sistem Suplai Air Pembangkit


Kebutuhan air untuk keperluan pembangkit diambil dari Sungai Tabalong.
Pengambilan air dilakukan dengan membuat bangunan pengambil air di tepi
Sungai Tabalong yang terletak di desa Sulingan Kecamatan Murung Pudak.
Dengan menggunakan pompa yang berkapasitas 175 m3/jam air dari Sungai
Tabalong disalurkan melalui pipa air dengan diameter 25 cm yang ditanam dalam
tanah sepanjang 7,5 km. Jalur pipa diupayakan di tanam di bahu jalan yang ada.
Sebelum digunakan, air tersebut terlebih dahulu harus diproses pada pretreatment plant yang dilengkapi dengan clarifier untuk menghilangkan berbagai
kotoran seperti kandungan padatan tersuspensi dan silika koloida. Selanjutnya
air yang telah bersih dialirkan ke treated water basin yang mempunyai kapasitas
penampungan sekitar 8 jam kebutuhan air PLTU.

Demineralized Plant
Untuk penambah air boiler (make-up water), air tersebut harus diproses
lagi

menggunakan

demineralizer

plant

untuk

menghasilkan

air

demin.

Demineralized plant system direncanakan menggunakan cation resin beds,


degassifier towers, anion resin beds dan mixed bed exchanger. Sebelum masuk
DM plant, air disaring dengan presure filter dan karbon aktif. Kapasitas DM plant
adalah 2 x 25 m3/jam. Hasil proses ini disimpan dalam 2 buah tangki penyimpan.
Skematik Diagram DM Water System dapat dilihat pada Lampiran Teks 2-4.

Deaerator.
Deaerator berfungsi untuk membersihkan kondensat dari kandungan
oksigen dengan menggunakan pemanasan uap yang diambil dari auxiliari steam.
Kandungan oksigen yang ada dalam kondensat disyaratkan tidak boleh lebih dari
7 ppb. Kapasitas tangki kondensat di dearator direncanakan tidak kurang dari
jumlah aliran kondenser selama 10 menit pada saat turbin operasi dengan daya
100%.

2. RENCANA KEGIATAN

2-

12

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA


UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Spesifikasi penyediaan air dan fasilitasnya :


1) Pompa Suplai Air
Lokasi

: Sungai Tabalong, desa Sulingan Kec. Murung Pudak

Kapasitas pompa : 175 m3/jam


Jumlah Pompa

: 3 Unit ( 2 operasi + 1 cadangan )

2) Pompa make-up menara pendingin (Cooling Tower)


Jumlah Pompa

: 3 Unit ( 2 operasi + 1 cadangan )

Kapasitas

: 170 m3/jam

3) Pompa Suplai DM plant


Jumlah Pompa

: 2 Unit ( 1 operasi + 1 cadangan )

Kapasitas

: masing-masing 25 m3/jam

4) Fasilitas Pengolah Awal (Pretreatment Plant)


Tipe

: Tube sttler

Jumlah Pompa

: 2 Unit (1 operasi + 1 cadangan)

Kapasitas

: 350 m3/jam

Neraca Pemakaian Air PLTU (water balance diagram) dapat dilihat pada
Lampiran Teks 2-5.

2.4.3.2

Sistem Bahan Bakar Batubara


Bahan bakar yang digunakan PLTU adalah batubara dari Tambang Wara

dengan nilai kotor 3.800 kcal/kg, Spesifikasi Batubara Wara dapat dilihat pada
Lampiran Teks 2-6. Dengan kapasitas 2 X 30 MW, diperkirakan PLTU ini akan
memerlukan batubara sebanyak 50 ton / jam atau sekitar 1200 ton per hari.
Penanganan batubara dalam proses pembangkitan diperlihatkan dengan bagan
alir Coal Handling System pada Lampiran Teks 2-7.

Dalam proses tersebur

terdiri dari beberapa sistem utama, di antaranya :

Coal yard direncanakan mempunyai kapasitas penimbunan batubara yang


tertutup untuk keperluan selama 14 hari atau sekitar 16800 ton. Untuk
memudahkan penimbunan dan pengambilan batubara, coal yard akan
dilengkapi dengan peralatan Grab Crane jenis Bridge, Pay Loader dan
Buldozer.

2. RENCANA KEGIATAN

2-

13

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA


UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Pada sistem penanganan batubara (coal handling system) PLTU akan


dilengkapi pula dengan alat penghancur (crusher) 2 tingkat, yaitu Primary
Crusher dan Secondary Crusher. Dengan Crusher ini akan diperoleh butiran
batubara dengan ukuran 6 mm atau lebih kecil. Jumlah unit masing-masing
jenis crusher adalah 2 unit ( 1 operasi + 1 cadangan ) dengan kapasitas 100
Ton / jam.

Seluruh sistem penanganan batubara tersebut termasuk conveyor dan


crusher akan beroperasi untuk 2 shift ( 16 jam) dan shift 3 digunakan untuk
pemeliharaan. Jadi sistem penanganan batubara PLTU Tanjung 2 X 30 MW
ini didisain dengan kapasitas 100 Ton / jam.

Butiran batubara dikirim ke coal bunker menggunakan 2 (dua) jalur belt


conveyor masing-masing dengan kapasitas 100 ton/jam. Kapasitas coal
bunker didisain untuk kebutuhan 12 jam operasi PLTU.

Sistem Penanganan Abu


Untuk mencegah pencemaran debu sisa pembakaran, PLTU Tanjung dilengkapi
dengan sistem penangkap abu menggunakan Bag Filter (BF). Sistem
Penanganan Abu (Ash Handling System) PLTU ini didisain

berdasarkan

kandungan abu batubara Wara sebesar 4 %. Diperkirakan total komposisi abu


terdiri dari 80 % fly ash dan 20 % abu yang jatuh didasar boiler (bottom ash),
hasil analisa kandungan abu batubara dapat dilihat pada Lampiran Teks 2-8.
Kapasitas sistem penanganan abu sekitar 2 ton / jam atau 48 ton / hari. Sistem
Penanganan Abu terdiri dari dua jenis utama :

Bottom Ash Handling System, yang berfungsi untuk memindahkan abu dan
batubara yang tidak terbakar yang jatuh dan terkumpul di bed ash hopper.
Bottom ash dipindahkan secara pneumatik dengan Dense Phase System dari
bed as hopper ke bed ash silo.

Fly Ash Handling System, yang berfungsi untuk memindahkan abu yang
terkumpul di bag filter hopper.

Setiap hopper dilengkapi pemindah abu

secara pneumatik menggunakan udara bertekanan. fly ash dikirim ke fly ash
silo memakai sistem pipa.

2. RENCANA KEGIATAN

2-

14

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA


UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Lampiran Teks 2-9 memperlihatkan skematik diagram sistem penanganan abu


(Ash Handling System)

2.4.3.3

Peralatan Utama PLTU


Spesifikasi unit-unit dalam sistem pembangkitan adalah:

1) Unit Penghasil Uap (Steam Generating Unit)


Jumlah Boiler

: 2 Unit

Jenis Boiler

: CFB (Circulating Fluidized Bed)

Kapasitas (MCR)

: 140 Ton / jam

Tekanan Uap

: 100 bar(a)

Temperatur Uap

: 540 oC

Bahan Bakar

: Batubara

2) Turbin Uap
Jumlah

: 2 Unit

Tipe

: Kondensing

Daya

: 30 MW

Tekanan masuk

: 90 bar(a)

Temperatur kerja

: 535 oC

Laju aliran uap

: 125 Ton / jam

Tekanan keluar

: 0.1 bar(a)

3) Pompa Umpan Boiler (Boiler Feed Pump)


Jumlah Pompa

: 3 Unit ( 2 operasi + 1 cadangan )

Kapasitas

: 150 m3/jam (masing-masing)

Tekanan dorong

: 116 bar(a)

4) Deaerator
Jumlah

: 2 Unit

Tipe

: Spray & Tray

Tekanan kerja

: 6 bar(a)

Temperatur kerja

: 159 oC

Kapasitas

: 10 menit penyimpanan antara level minimum dan


normal

2. RENCANA KEGIATAN

2-

15

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA


UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

5) Sistem demineralisasi (DM water system)


Jumlah

: 2 X 100%

Kapasitas

: 2 x 25.0 m3/jam

6) Kondensor
Jumlah

: 2 Unit

Tipe

: Shell &Tube

Kapasitas aliran uap

: 83 Ton / jam (masing-masing)

Tekanan kerja

: 0.1bar(a) @ 30C Amb. Temp.

7) Menara Pendingin (Cooling Tower)


Jumlah

: 2 Unit, jenis Induced Draft

Jumlah Cell

: 3 Unit (2 operasi + 1 cadangan)

Kapasitas

: 6600 m3/jam (masing-masing)

Range Pendinginan

: 9 oC

Approach

: 5 oC

Bahan Konstruksi

: RCC diisi dengan PVC

Kolam

: RCC

2.4.3.4 Sistem Kelistrikan


Generator dikopel dengan turbin untuk dapat menghasilkan tenaga listrik.
Dengan menggunakan trafo penaik tegangan 11 KV / 20 KV yang berkapasitas
37,5 MVA kemudian melalui jaringan 20 KV, listrik yang dihasilkan PLTU
disalurkan ke beban ADARO.

Generator PLTU berkapasitas 30 MW dan

beroperasi dengan tegangan 11 KV, frekwensi 50 Hz, power factor 0,8 (lag).

Power availability and fuel efficiency


Power plant capacity

: 60 MW

Power plant auxiliary consumption

: 8 MW

Net power available

: 52 MW

Turbine heat rate

: 2500 kCal/kWh

Boiler efficiency

: 85% HHV

Design Coal calorific value

: 3800 kCal/kg

2. RENCANA KEGIATAN

2-

16

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA


UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Specific Coal Consumption (Gross) : 0.80 kg/kWh


Coal consumption

: 1200 TPD

2.4.4. Rencana Kegiatan Tahap Pasca Operasi


Masa berlangsungnya operasional PLTU sangat tergantung
sumber batubara.

kepada

Dalam Tahap Pasca Operasi, sumber dampak utama

(pemanfaatan eks PLTU) dan pengelolaan-pemantauannya diuraikan lebih lanjut


dalam UKL-UPL ini.

2.5.

Sumber-Sumber Polutan dan Penanganannya


Dalam rangkaian sistem operasi pembangkitan tenaga listrik, disamping

menghasilkan energi listrik, juga dihasilkan bahan buangan (limbah) baik padat,
cair, gas maupun panas.
Sumber-sumber polutan pada PLTU Batubara adalah :
1. Cerobong akan mengeluarkan zat partikulat, gas (CO, SOx, NOx) dan
panas. Polutan polutan ini dapat menyebabkan korosi pada material,
iritasi saluran pernafasan dan berbagai macam efek pada tumbuhtumbuhan.
Untuk membatasi polusi sisa pembakaran yang keluar dari PLTU, maka
cerobong dibuat yang tinggi agar polutan tersebar sehingga konsentrasi
polutan dipermukaan tidak melebihi ambang batas yang telah ditentukan
(Lihat Lampiran 3-6, Prakiraan Kadar Emisi PLTU). Disain cerobong
PLTU Tanjung ini sekitar 120 m.
Abu sisa pembakaran yang berupa fly ash yang keluar bersama dengan
udara panas akan tersaring dalam bag filter. Dengan efisiensi penyerapan
bag filter yang mencapai 99 %, maka fly ash yang keluar lewat cerobong
jumlahnya relatif kecil. Untuk PLTU Tanjung ini partikulat yang keluar dari
cerobong akan lebih kecil dari 50 mg / Nm3 (Standar World Bank).
Penggunaan batubara Wara yang kandungan sulfurnya sekitar 0,4 %,
maka PLTU tidak memerlukan peralatan Desulphurisasi dan emisi SO2
2. RENCANA KEGIATAN

2-

17

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA


UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

yang keluar dari cerobong akan dibawah standar emisi yang diijinkan
yaitu sekitar 750 mg / Nm3 (Standar Indonesia).
Dengan boiler CFB pembakaran batubara dapat dilkukan dengan
sempurna, sehingga tidak menghasilkan polutan Karbon Monoksida.
Sedangkan polusi Nox dapat dibatasi teknik abatement yang baik. PLTU
diperkirakan mengeluarkan emisi NOx maksimal 150 mg / Nm3 rata-rata
dalam 24 Jam.
Polusi panas buangan yang dihasilkan PLTU lewat cerobong kira-kira
sekitar 8 % - 10 % dari panas input didalam boiler. Dengan penggunaan
cerobong setinggi 120 m maka polusi panas yang turun ke permukaan
tidak banyak berpengaruh pada suhu permukaan.
2. Blowdown menara pendingin (CT)
Konsep disain PLTU adalah memaksimalkan daur ulang air yang dipakai
dan meminimalkan air buangan. Blow down menara pendingin akan
mengeluarkan air panas, air dengan kadar garam tinggi dan bahan-bahan
kimia yang digunakan untuk pengolahan air sirkulasi. Seperti ditunjukkan
pada Neraca Pemakaian Air (Water Balance Diagram), air keluaran dari
blow down menara pendingin dialirkan ke kolam pengumpul. Dari kolam
pengumpul sebagian digunakan untuk keperluan pada coal handling
system dan ash handling system. Sisanya akan dibuang dalam saluran
air yang ada setelah dipastikan bahwa kenaikan suhu buangan adalah
kurang dari 3C melebihi suhu badan air penerima.
Debu batubara dari proses penanganan batubara dan zat partikulat.
Proses penanganan batubara merupakan sumber polusi debu batubara
yang menyebar tertiup angin. Unutk mencegah abu berterbangan, maka
dilakukan penyemprotan air di coal yard. Disamping itu pada sistem
penanganan batubara dilengkapi pula dengan alat dust extraction.
Penanganan debu batubara agar tidak berterbangan dilakukan dengan
cara berikut :

Pada lokasi pembongkaran batubara (coal unloading) dilakukan


dengan Sistem Dust Extraction / Dust suppression.

2. RENCANA KEGIATAN

2-

18

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA


UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Pada

lokasi

penimbunan

(storage)

dilakukan

dengan

penyemprotan air atau dengan membuat penimbunan tertutup


(covered storage).

Pada Titik Perpindahan (Transfer Point) dilakukan dengan


memasang Sistem Dust Extraction yang dilengkapi penyaring
(fabric filter) dengan efisiensi 99 %.

Pada Bangker Batubara (Coal Bunker) dilakukan dengan Sistem


DE seperti diatas.

Untuk Conveyor dilakukan dengan memasang Gallary Conveyor


yang tertutup dan Telescopic Chute Work.

3. Abu sisa pembakaran di boiler.


PLTU Tanjung dalam operasinya dilengkapi dengan sistem penanganan
abu, baik untuk abu terbang maupun abu dasar (bottom ash). Abu yang
terkumpul pada penampung abu dasar (bottom ash hopper) maupun
penampung abu terbang (ash silo) kemudian dibasahi dan diangkut
dengan truk untuk ditimbun pada areal penimbunan abu (ash disposal
area). Areal penimbunan abu untuk PLTU Tanjung ini disediakan seluas 8
Ha. Untuk mencegah rembesan ke tanah, areal ini dilapisi dengan HDPE/
HLPE.
4. Hasil keluaran dari Ion Exchangers pada DM Plant.
Proses demineralisasi air penambah (make up water) boiler dilakukan
dengan memasang DM plant. Untuk proses demineralisasi air sebanyak
25 m3 / jam dibutuhkan HCl sekitar 75 kg/hari dan NaOH sekitar 20
kg/hari. Peralatan ini beroperasi 18 jam/hari dan proses regenerasi
selama 6 jam / hari. Selama proses regenerasi ion exchanger, DM plant
ini akan menghasilkan larutan asam dan basa. Agar limbah keluaran DM
Plant tidak mencemari lingkunngan, maka larutan ini disalurkan ke kolam
penetralisir (neutralizing pit).

2. RENCANA KEGIATAN

2-

19

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA


UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

2.5.1.

Penanganan Polutan Limbah Padat.


Limbah padat yang dihasilkan dari pengoperasian PLTU Batubara

adalah berupa:

Debu batubara, yang dihasilkan selama penampungan dan pemindahan


batubara.

Abu terbang (fly ash), yang merupakan sisa pembakaran batubara yang
terbawa bersama-sama gas buang

Abu dasar (bottom ash), yang merupakan abu sisa pembakaran batubara
yang terakumulasi di bawah tungku pembakaran.

Endapan lumpur (sludge), yang terkumpul di dasar kolam pengendapan air


larian permukaan lapangan penumpukan batubara dan kolam instalasi
pengolahan air limbah lainnya.
Abu dasar dan debu batubara akan ditimbun di tempat penimbunan khusus

yang dilengkapi dengan lapisan kedap air (HDPE / LDPE) dan penampungan air
lindi.
Untuk memenuhi ketentuan batasan emisi partikel abu yang keluar dari
chimney, yaitu maksium 50 mg/m3 (Standar Bank Dunia), maka dipasang alat
penangkap abu (bag filter) dengan effisiensi minimum 99%.

2.5.2.

Penanganan Polutan Limbah Cair


Limbah cair yang dihasilkan dalam kegiatan operasi PLTU batubara dapat

diketagorikan sebagai limbah domestik, air larian permukaan, limbah cair proses
operasi, sisa atau bekas minyak (oli bekas, ceceran minyak).

Limbah cair

tersebut secara umum tergolong zat pencemar dengan kriteria yang bersifat
fisika dan kimia (termasuk kandungan unsur logam dan minyak).
Limbah cair yang dihasilkan akan diolah hingga memenuhi kriteria
kualitas air yang boleh dibuang ke badan air sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangan yang berlaku, dalam hal ini didasarkan pada Peraturan Pemerintah
Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air, serta Keputusan Gubernur Kalimantan Selatan Nomor 58
Tahun 1994 tentang Penggolongan Limbah Cair.

2. RENCANA KEGIATAN

2-

20

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA


UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Secara garis besar upaya pengolahan tersebut dilakukan dengan teknik


koagulasi, sedimentasi, filtrasi dan netralisasi.

Khusus untuk limbah yang

mengandung minyak (oli dan BBM) akan diolah dalam unit pemisahan minyak
(oil water separator),

ditampung dalam drum, dan selanjutnya dijual ke

padagang pengumpul oli bekas. Air limbah domestik dari kamar mandi dan dapur
akan dibuang ke sistem sumur resapan. Limbah dari WC dibuang ke septic tank.
Air yang telah memenuhi syarat baku mutu akan digunakan kembali di
dalam sistem resirkulasi atau pasokan tambahan, atau kemungkinan juga dilepas
ke badan air.

2.5.3.

Penanganan Polutan Buangan Gas


Gas yang dihasilkan dalam proses pembakaran batubara yang akan

dilepaskan ke udara terdiri dari SO2, NOx, CO dan CO2. Dengan kandungan
sulphur untuk batubara Wara sekitar 0,2 % 0,4 %, maka PLTU ini tidak
memerlukan alat Desulphurisasi karena emisi yang dihasilkan jauh lebih kecil
dari 750 mg/NM3 (Standar Indonesia).

2. RENCANA KEGIATAN

2-

21

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA


UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

BAB III
RONA LINGKUNGAN AWAL

3.1.

Komponen Fisik Kimia

3.1.1

Iklim
Wilayah sekitar rencana lokasi PLTU Tanjung-Tabalong (selanjutnya

diringkas PLTU) termasuk dalam iklim munson tropis. Angin dari Barat Daya
membuat curah hujan cukup tinggi, pada periode November - April. Sebaliknya,
karena adanya pengaruh angin dari Tenggara pada periode Mei -

Oktober,

curah hujan menjadi lebih sedikit. Angin munson dari arah Barat menyebabkan
musim penghujan. Musim kemarau jatuh dalam bulan Mei Oktober.
Hasil pengumpulan data iklim dari Stasiun Klimatologi Muara Uya sebagai
stasiun terdekat dengan rencana lokasi proyek yang tercatat selama 10 tahun
antara 1990 - 2000, menunjukkan suhu udara rata-rata bulanan berkisar antara
29,23 - 31,17 OC (Sumber Data : Stasiun Klimatologi Kelas I Banjarbaru). Suhu
maksimum terjadi pada bulan Agustus dan suhu minimum terjadi pada bulan
Desember sampai Januari.
Pengumpulan data curah hujan diperoleh dari stasiun penangkar curah
hujan terdekat milik PT Adaro Indonesia,

diperoleh data selama tahun 1997

2000 menunjukkan rata-rata curah hujan bulanan berkisar antara 68,38 264,25
mm.

Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Desember dan terendah pada

bulan Agustus.
Pola iklim mikro dalam wilayah studi tidak berbeda dengan pola dalam
dataran Banua Lima yang dipengaruhi oleh lereng Barat Pegunungan Meratus
yang berhutan dan bentangan rawa yang luas di sebelah Barat. Kelembaban
relatif udara rerata bulanan dalam wilayah studi tergolong tinggi berkisar antara
74.6 % 85.6 % (Sumber Data: Stasiun Klimatologi Kelas I Banjarbaru).
Kecepatan angin rerata bulanan termasuk rendah berkisar antara 0,7 knot
atau 0,35 m/det (bulan Pebruari dan Maret) sampai 3,3 knot atau 1,65 m/det (bulan
Agustus) dengan rata-ratanya 1,78 knot atau 0,89 m/det. Pada bulan Mei-Oktober
(kemarau) arah angin dominan berhembus dari Timur Laut (NE) dan Timur (E),
3. RONA LINGKUNGAN AWAL

3- 1

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA


UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

sedangkan pada musim hujan (Nopember April) angin berhembus dari arah
Timur (E) dan Tenggara (SE).
Hasil pengukuran dalam bulan Desember 2006 pada studi UKL-UPL ini
seperti ditunjukkan dalam Lampiran Teks 3-1 dan Tabel 3-1, menunjukkan arah
angin Timur Laut Barat Daya dan kecepatan 2 5 m/s, kelembaban 45 65%
dan suhu 30 320C.

3.1.2

Kualitas Udara dan Kebisingan


Rona lingkungan kualitas udara dan kebisingan, sebagai kondisi awal

sebelum adanya proyek PLTU di amati pada tiga titik ukur, yaitu (1) dalam
kawasan rencana Lokasi PLTU, (2) persimpangan Jalan Akses dengan jalan
Raya, dan (3) dalam kawasan pemukiman penduduk Desa Warukin (permukiman
Suku Dayak Manyaan).
Kondisi

kualitas

udara

yang

dinyatakan

dalam

parameter

debu

menunjukkan bahwa pada titik KU-3 (= pemukiman penduduk Desa Warukin)


sudah berada di atas baku mutu maksimum yang dipersyaratkan oleh PP Nomor
41 Tahun 1999, sedangkan di dua titik lainnya masih berada di bawah baku
mutu. Kadar debu yang terukur di Desa Warukin ini bersumber dari arus lalu
lintas jalan desa yang dalam kondisi kering, sehingga saat dilintasi oleh
kendaraan sangat mudah mendisversikan debu ke udara ambien. Titik ukur
kualitas udara pada Desa Warukin ini tepat berada di tepi jalan desa sehingga
kadar debu yang terukur juga relatif tinggi. Selengkapnya hasil pengukuran
kualitas udara dapat dilihat pada Tabel 3-1.
Dari parameter tingkat kebisingan, seluruh titik pengamatan memiliki
tingkat kebisingan yang berada di bawah baku mutu maksimum yang
dipersyaratkan untuk masing-masing baku mutu yang ditetapkan sesuai dengan
peruntukkannya. Pada titik (1) memiliki tingkat kebisingan yang paling rendah
dibandingkan dengan dua titik pantau lainnya, hal ini disebabkan karena pada
titik (1) = rencana lokasi PLTU) ini tidak ada kegiatan yang menimbulkan tingkat
kebisingan, kecuali suara-suara yang ditimbulkan dari hembusan angin yang
menggoyang daun. Selengkapnya hasil pengukuran kebisingan dapat dilihat
pada Tabel 3-1.

3. RONA LINGKUNGAN AWAL

3- 2

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA


UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Tabel 3-1
Kondisi rona awal kualitas udara dan tingkat kebisingan pada rencana
pembangunan PLTU dan daerah sekitarnya
No

2
3

Satuan
Parameter
Kondisi Pengukuran
Cuaca
Arah angin
Kecepatan angin
m/s
O
Temperatur
C
udara
Kelembaban
%
udara
Debu
g/m3
Kebisingan
dBA

KU.1

KU.2

KU.3

Baku mutu

cerah
BL
24
30

cerah
BD
25
32

Cerah
BD
35
32

65

46

45

39,31
36,45

64,27
50,12

274,34
50,04

230
55 / 70

Keterangan : (lihat Lampiran Teks 2-1)


KU.1 : Rencana Lokasi PLTU
KU.2 : Jalan Akses PLTU
KU.3 : Desa Warukin
Baku Mutu Kualitas Udara menurut PP. Nomor 41 tahun 1999 tentang Pengendalian
Pencemaran Udara
Baku Mutu Kebisingan menurut Kepmen LH Nomor 48/MENLH/11/1996 tentang
Baku Tingkat Kebisingan
Sumber : Lampiran Teks 3-1

Sebagai perbandingan, data Tabel 3-2 ditunjukkan hasil pengukuran


tahun 2003 pada lokasi berdekatan dengan rencana lokasi PLTU, antara 2 6
km (Sumber Data: Studi Amdal PLTU Mulut Tambang (2 x 50 MW) TanjungTabalong).

3. RONA LINGKUNGAN AWAL

3- 3

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA


UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Tabel 3-2
Kualitas udara di sekitar rencana lokasi PLTU
No

Kadar (g/m3)

Titik Pengukuran
Debu

SO2

NO2

CO

4 km dari rencana lokasi PLTU

126,98

1,0057

6,3945

94,27

Desa Tepian

261,44

0,5106

2,5107

2.232,68

Simpang tiga masuk ke Tepian

522,88

6,4527

6,7644

4.798,77

Desa Maburai

526,32

2,9864

3,2505

6.509,50

Pemukiman Transmigrasi

233,92

0,5106

2,6956

1.377,32

Desa Blimbing / water intake

233,92

0,5106

1,4010

9.930,50

230

900

400

30.000

Baku mutu*)

*) Baku mutu menurut Peraturan Pemerintah nomor 41 Tahun 1999, tentang Pengendalian
Pencemaran Udara

Hasil pengukuran debu dalam bulan Desember 2006 pada studi UKL-UPL
ini seperti ditunjukkan dalam Lampiran Teks-3-1, adalah 39,31 274,38 (g/m3)
lebih kecil dibandingkan hasil pengukuran pada Tabel 3-2 (126,98 526,32
g/m3). Pada umumnya sumber debu berasal dari debu jalanan yang melayang di
udara setelah dilintasi oleh kendaraan disamping debu yang berasal dari spora
tumbuhan yang terbang ditiup angin.
Tingkat kebisingan di daerah sekitar rencana lokasi PLTU pada 3 (tiga) titik
pantau pada studi UKL-UPL ini (Lampiran Teks- 3-1 dan Tabel 3-1), adalah 36,45
50,04 dBA, masih di bawah baku mutu. Pengukuran tahun 2003 pada titik
pantau di sekitar rencana lokasi PLTU adalah 43,8 58,9 dBA. Kebisingan ini
bersumber dari kendaraan bermotor yang melintas disamping suara yang
ditimbulkan oleh binatang (seperti burung) dan suara pepohonan yang gemuruh
ditiup angin.

3.1.3

Fisiografi dan Morfologi


Sistem fisiografi yang berkembang di daerah rencana pembangunan PLTU

menjadi bagian dari perkembangan tatanan sistem fisiografi regional Pegunungan


Meratus.

Secara morfologi kondisi regional sistim fisiografi Pegunungan Meratus

mengacu pada pengelompokkan satuan geomorfik Van Zuidam (1979) terletak


pada satuan topografi bergelombang.
3. RONA LINGKUNGAN AWAL

Keberadaan satuan geomorfik topografi


3- 4

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA


UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

bergelombang terletak di

sebelah barat laut dari lajur tinggian pegunungan

Meratus.
Morfogenesis topografi bergelombang tersebut masih berkait dengan
proses erosi selektif sesudah blok faulting pengangkatan pegununungan Meratus
akhir miosen. Dibagian barat dari satuan topografi bergelombang berkembang
satuan geomorfik dataran berupa dataran yang disusun oleh material endapan
alluvial.
Perkembangan relief morfologi satuan topografi bergelombang tersebut
dicirikan dengan kemiringan lereng 5-15% miring ke arah selatan dengan beda tinggi
5-20m.

Sungai yang berkembang adalah Sungai Tabalong dengan anak-anak

sungainya antara lain: S. Mangkusip, S. Jaing. S. Tabalong merupakan sungai


utama yang pola alirannya membentuk pola sub dendritik dengan lembah sungai
berbentuk U berstadium tua.
Lokasi rencana tapak proyek PLTU beserta saluran air penunjangnya yang
menghubungkan PLTU hingga sungai Tabalong menempati daerah yang mempunyai
kelerengan umum

5-15%, ketinggian tempat terdapat pada level ketinggian 24

mdpal 56 mdpal. Sungai dari rencana lokasi PLTU mengalir ke sungai Mangkusip
yang merupakan anak sungai Tabalong. Pola aliran yang berkembang pada sungai
Mangkusip adalah sub dendritik dengan ciri lembah sungai berbentuk U melebar
kesamping serta bermeander. Kondisi sungai tersebut dapat dikelompokkan dalam
stadium sungai tua.

3.1.4

Geologi
Dalam tatanan geologi regional, wilayah studi menempati bagian timur laut

Sub Cekungan Barito berdekatan dengan Pegunungan Meratus yang menjadi


bagian dari Cekungan Kutai. Dalam tatanan stratigrafi regional wilayah studi dan
sekitarnya disusun oleh batuan sedimenter tersier dan kuarter meliputi: Formasi
Tanjung (Tet) berumur Eosen, Formasi Berai (Tomb) berumur Oligomiosen,
Formasi Warukin (Tmw) berumur Miosen, Formasi Dahor (Qtd) dan Endapan
Alluvial (Qa).
Daerah studi termasuk tapak proyek pembangunan PLTU terletak diatas
Formasi Warukin yang disusun oleh perselingan antara batupasir kuarsa dan
batu lempung dengan sisipan batu lempung pasiran dan batubara. Karakteristik
3. RONA LINGKUNGAN AWAL

3- 5

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA


UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

sifat fisik batuan penyusun Formasi Warukin adalah padat, kurang kompak,
permeabilitas rendah setempat-setempat tinggi dengan daya dukung batuan
sedang - tinggi. Sedang karakteristik tanah lapukan dan rombakan adalah
bersifat lepas, tidak padu, permeabilitas tinggi, pada daerah terbuka sangat
rentan erosi. Wilayah tapak proyek tidak terdapat sumberdaya mineral batubara,
dibuktikan dengan singkapan batubara di bekas tambang Wara yang lokasinya
berada disebelah tenggara dari tapak proyek.
Perkembangan struktur geologi dipengaruhi oleh perkembangan proses
kegiatan tektonik regional yang terjadi mulai Pra Tersier Miosen Tengah.
Perkembangan struktur geologi pada batuan sedimenter tersier penyusun daerah
studi dan sekitarnya dipengaruhi tektonik Akhir Miosen.Pada Akhir Miosen
terjadinya pengangkatan pegunungan Meratus sehingga membentuk strukturstruktur geologi antara lain: lipatan (antiklin dan sinklin), patahan (patahan naik,
patahan mendatar dan patahan normal) serta retakan/kekar.

Didaerah studi

struktur geologi yang berkembang adalah struktur lipatan monoklin yang


perlapisan batuannya miring kearah tenggara.

3.1.5

Hidrologi
Daerah studi UKL-UPL PLTU berada di dalam kawasan DAS Tabalong,

sebelah Timur alur sungai Tabalong. Kondisi topografi lahan semakin tinggi
konturnya kearah Tenggara Timur Laut dan dibatasi oleh cabang anak sungai
Tabalong yaitu sungai Jaing, tetapi semakin ke Barat Barat Laut kontur mulai
makin rendah dan terdapat atau dibatasi oleh sungai Mangkusip. Kedua anak
sungai Jaing dan Mangkusip sama-sama bermuara ke sungai Tabalong yang
menjadi tampungan dari air permukaan (run off) ataupun aliran bawah
permukaan (base flow) di kawasan DAS Tabalong tersebut.
Karekteristik sungai dan anak-anak sungai adalah :

Sungai Mangkusip, terletak sebelah Barat daerah studi, sungai orde ke 2 dan
mendapat pengaliran air dari hulunya yaitu sungai Tepian. Pengukuran
sesaat (musim kemarau) profil penampang basah dengan lebar 2 m dengan
kedalaman rata-rata Y = 0,15 m (titik pengukuran jembatan Mangkusip).
Pengukuran kecepatan hanya dapat dilakukan dengan alat pelampung, dan
mendapatkan debit Q = 49 liter/dt ( hitungan pada Lampiran Teks-3).

3. RONA LINGKUNGAN AWAL

3- 6

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA


UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Sungai Jaing, sungai ini terletak sebelah Timur daerah studi, merupakan
salah satu anak sungai Tabalong. Pengukuran sesaat profil penampang
basah dan pengukuran kecepatan, dimana lebar rata-rata b = 8,50 m dengan
kedalaman rata-rata Yr = 0,85 m. Pengukuran kecepatan dengan Current
Meter dibeberapa titik mendapatkan kecepatan rata-rata Vr = 0,34 m/dt,
sehingga debit rata-rata Qr = 2,45 M 3 /dt ( perhitungan pada Lampiran Teks
3-2)

Sungai Tabalong (sungai utama), sungai yang merupakan terkonsentrasinya


air permukaan (run off) dan aliran bawah permukaan (base flow) pada DAS
Tabalong. Keberadaan air sungai ini akan menjadikan keberlanjutan
beroperasinya pembangunan PLTU. Pengukuran sesaat penampang basah
sungai (lokasi rencana intake PLTU, Jembatan S. Tabalong) pada kisaran
posisi 02 0.10 '.08'' LS dan 1150.22 ''.58'' BT . Lebar atas Tampang Basah b = 38
m dengan kedalaman bervariasi, pada titik tengah Y = 2,50 m, dan tepi
kiri/kanan masing-masing Y = 3,10 m dan Y = 2,30 m. Pengukuran sesaat
kecepatan ( dengan alat current meter ) mendapatkan Vr = 0,33 m/dt,
sehingga debit rata-rata Qr = 33,28 m3/dt ( perhitungan pada Lampiran Teks
3-2).
Besaran debit ini merupakan salah satu besaran kapasitas tampung

sungan Tabalong, yang tentunya kapasitas ini dapat berubah berfluktuasi terutama
pada musim penghujan ataupun musim kemarau (data debit sungai Tabalong )
dan diharapkan keberadaan debit dapat mensuplay kebutuhan PLTU (350 m3/jam)
dan masyarakat luas lainnya. Data debit sungai Tabalong didapat dari Proyek
Hidrologi Kalimantan Selatan, Pusat Penelitian dan Pengembangan Pengairan
Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah, meliputi data debit selama 21
tahun mulai tahun 1977 sampai dengan tahun 2001 dengan beberapa tahun tidak
ada pengukuran sehingga untuk analisa data diperlukan perhitungan data
tambahan untuk mengisi kekosongan data tersebut. Data debit sungai Tabalong
ditampilkan dalam Lampiran Teks 3-2.
Sebagai perbandingan

karakteristik hidrologi wilayah studi UKL-UPL

PLTU, digunakan hasil kajian terhadap Sungai Tepian, Sungai Mangkusip dan
Sungai Tabalong tahun 2003 sebagai berikut:

3. RONA LINGKUNGAN AWAL

3- 7

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA


UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

a. Sungai Tepian Hulu, Pengukuran sesaat parameter hidraulikanya yaitu lebar


b= 70 cm, kedalaman rata-rata y = 10 cm, hasil perhitungan debit Q = 7,7
lt/dt. Semakin kehilirnya terjadi perubahan geometris sungai yaitu luas
tampang dan debit sungai.
b. Sungai Tepian Hilir, sungai ini bagian hilirnya dari sungai Tepian hulu,
dimana keberadaan air permukaan berakumulasi dengan limpasan air
lainnya.
Pengukuran sesaat Sungai Tepian Hilir pada titik jembatan Kampung Tepian
dimana lebar b= 6,5 m, kedalaman rata-rata y = 1 m, pengukuran kecepatan
dengan alat current meter didapat V = 0,06 m/dt dan mendapatkan debit Q =
0,4 m3/dt.
Sungai tepian ini

mengalirkan air kehilirnya mencapai sungai Mangkusip

sebagai sungai orde 2.

Analisa data sedimen

dari laboratorium dimana gradasi butiran

mendapatkan d 50 = 0,1 mm dan d 90 = 0,02 mm , yang selanjutnya data


ini akan di analisa untuk prakiraan erosi dan sedimentasi di wilayah studi
terutama kawasan sungai tepian.
c. Sungai Mangkusip, sungai ini merupakan orde sungai ke dua yang mendapat
aliran dari hulunya yaitu sungai Tepian. Pengukuran sesaat profil lintang
sungai dengan lebar penampang basah b = 5 m, kedalaman rata-rata y =
0,36 m. Hasil pengukuran kecepatan dengan current meter mendapatkan
kecepatan V = 0,325 m/dt sehingga didapat debit sesaat Q = 0,585 m3/dt.
Debit ini mengalir ke hilirnya bermuara pada sungai Tabalong yang
merupakan sungai orde 3.

Analisa data sedimen dari laboratorium , gradasi butiran mendapatkan

d 50 = 0,1 mm dan d 90 = 0,035 mm , yang selanjutnya data ini akan di


analisa untuk prakiraan erosi dan sedimentasi di wilayah studi terutama
kawasan sungai Mangkusip dan sekitarnya.
d. Sungai Tabalong, merupakan sungai utama pada DAS Tabalong.
keberadaan air sungai akan menjadikan kelangsungan beroperasinya PLTU
tersebut.

3. RONA LINGKUNGAN AWAL

3- 8

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA


UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Pengukuran sesaat geometris tampang sungai ( titik daerah intake rencana


PLTU desa Belimbing Raya ), dimana lebar atas tampang basah b = 75 m
dengan kedalaman bervariasi, pada titik tengah sungai kedalaman y = 3,5 m,
pada bagian tepi kiri dan kanan masing-masing 1,8 m . Pengukuran
kecepatan dengan current meter mendapatkan kecepatan rata-rata V = 0,39
m/dt, sehingga debit rata-rata Q = 69,5 m3/dt. Besaran debit ini merupakan
salah satu besaran kapasitas sungai Tabalong yang tentunya berfluktuasi
pada musim kemarau dan penghujan (lihat data debit S Tabalong) dan
diharapkan akan dapat mensuplay kebutuhan operasional PLTU sebesar
350 L/dt.

Analisa data sedimen dari laboratorium , gradasi butiran mendapatkan

d 50 = 0,2 mm dan d 90 = 0,035 mm , yang selanjutnya data ini akan di


analisa untuk prakiraan erosi dan sedimentasi di wilayah studi terutama
kawasan sungai Tabalong
Kondisi air tanah yang tersedia cukup memadai, jika mengamati dari
keberadaan sumur-sumur di sekitar konsentrasi penduduk pinggiran jalan raya
Mabuun, di mana fluktuasi kedalaman air sumur 5 7 m dari level muka tanah
setempat. Pergerakan air tanah di perkirakan bergerak dari arah Utara, daerah
kontur tinggi bergerak ke Selatan mengikuti dengan keadaan kontur lebih rendah
sampai mencapai alur pengumpul air permukaan dan air tanah yaitu sungai
Tabalong dengan laju pergerakan air tanah berkisar k = 5. 10 4 cm/dt.
Air hujan yang masuk menjadi air tanah diperkirakan 10 % - 30 % dari
curah hujan tahunan di daerah ini yang besarnya sekitar 2000 mm. Infiltrasi air
hujan menjadi air tanah dipengaruhi oleh kondisi permukaan daerah recharge.
Misalnya 15 % air hujan diperkirakan menjadi air tanah, maka debit input air
tanah dalam sistem air tanah Tinggian Tutupan yang terjadi adalah setara
dengan 0.246 m3/det atau 246 L/det. Dengan faktor keamanan sebesar 1.5,
maka debit input air tanah maksimum sebesar 164 L/det.
Air tanah di wilayah studi terdapat dalam sistem akifer yang disebut
dengan strip thin leaky-multiaquifer system. Dalam sistem akifer ini aliran air
tanah bersifat anisotropik, padamana drawdown searah strike lebih dominan
dibanding drawdown searah dip. Fenomena ini mengindikasikan bahwa transmisi

3. RONA LINGKUNGAN AWAL

3- 9

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA


UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

air lebih banyak terjadi dalam arah horisontal, sehingga terdapat daerah
pengaruh yang searah dengan strike.
Keberadaan akuifer/air tanah didaerah lokasi PLTU tidak feasibel atau
tidak mencukupi untuk dapat memenuhi kebutuhan operasional PLTU ( 350
L/dt ) tersebut diatas.

3.1.6

Kualitas Air
Pengamatan

terhadap

kualitas

fisik

dan

kimia

air

permukaan

dilaksanakan pada sungai dan aliran air (creek) yang terdapat di dalam wilayah
studi yang mencakup 4 titik pengamatan (site sampling) di dalam areal DAS
Tabalong dan sub DAS Mangkusip. Hasil pengukuran kualitas air pada ke empat
lokasi pengamatan tersebut secara lengkap dapat di lihat di Lampiran Teks 3-3
(hasil analisis laboratorium).

Hasil analisis menunjukkan parameter kualitas

airnya masih berada dalam kisaran yang diperbolehkan menurut baku mutu air
golongan B berdasarkan Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I
Kalimantan Selatan Nomor : 28 Tahun 1994.

3.1.7

Tata Ruang dan Tata Guna Lahan

Berdasarkan sistem klasifikasi tanah Pusat Penelitian Tanah Bogor


(1983) jenis tanah di tapak proyek termasuk kelas Podsolik Plintik. Jenis tanah ini
dapat dikategorikan Plintudults (berdasarkan klasifikasi taksonomi tanah). Tanah
di sekitar tapak proyek berkembang dari batuan sedimen batuliat dan batupasir
yang berumur tersier, dengan relief berombak (3 8 %), dan drainase baik.
Tekstur tanah lapisan atas termasuk lempung berdebu, dan tanah lapisan
bawah termasuk liat berdebu.

Struktur tanah lapisan atas termasuk blok

menyudut dengan berukuran besar (30 60 mm) dan tingkat perkembangan


kuat, konsistensi agak teguh. Sedangkan tanah lapisan bawah berstruktur blok
menyudut dengan perkembangan kuat dan berukuran besar 50 100 mm,
konsistensi teguh.
Permeabilitas tanah termasuk sangat lambat (< 0,01cm/jam), hal ini
berkaitan dengan struktur tanah yang berukuran besar, porositas yang rendah.
Diduga kapasitas infiltrasi juga terbatas sebab pada kedalaman sekitar 50 cm di
3. RONA LINGKUNGAN AWAL

3- 10

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA


UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

bawah permukaan tanah terdapat lapisan plintit yang kompak padat teguh.
Kandungan bahan organik tanah lapisan atas tergolong rendah sedang (1,75 2,40 %

C-Org). Tidak terdapat sarasah pada tanah lapisan atas, tetapi sangat

padat dengan akar alang-alang.


Berdasarkan peta penggunaan lahan dan pengamatan langsung di
lapangan, diketahui bahwa penggunaan lahan pada tapak proyek berupa
perkebunan karet, kelapa sawit rakyat, sebagian kecil berupa semak belukar dan
padang alang-alang.

Di sebelah utara dan barat tapak proyek berbatasan

dengan perkebunan. Disisi sebelah Timur berbatasan dengan perkebunan besar


kelapa sawit milik PT. Cakung Permata Nusa (telah berproduksi), sedangkan di
sisi sebelah barat berbatasan dengan perkebunan karet rakyat (sebagian telah
berproduksi). Adapun pada sisi-sisi lainnya yang berbatasan langsung masih
berupa semak belukar dan hutan sekunder, atau berupa sebaran perkebunan
karet rakyat. Adapun wilayah yang akan dilalui pipa air dari S.Tabalong ke tapak
proyek akan melewati beberapa jenis penggunaan lahan yaitu sisi jalan Propinsi,
permukiman dan lahan pekarangan.
Bentuk penguasaan lahan pada tapak proyek adalah merupakan milik
negara, yang dipinjamkan kepada masyarakat yang selanjutnya dilengkapi dengan
surat segel tanah.

3.1.8

Kebijakan Tata Ruang


Berdasarkan dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten

Tabalong 2002-2012, tapak proyek dan daerah yang diduga kena dampak
berada pada Satuan Wilayah Pembangunan I, dimana Kota Tanjung sebagai
pusat pelayanan, dan wilayah pelayanannnya meliputi Kecamatan Tanjung,
Kecamatan Tanta dan Murung Pudak.
Dalam skala perencanaan yang lebih rinci, yakni seperti yang tertuang
dalam Rencana Tata Ruang Kawasan Penyangga Purimawar, tapak proyek
berada pada kawasan pengembangan pertambangan, meskipun penggunaan
lahan ada yang berupa perkebunan besar maupun rakyat. Kawasan Purimawar
ini sendiri adalah merupakan kawasan koridor dengan jarak 500 meter kanan kiri
jalan antara Puri Indah (Kecamatan Tanta) Mabuun sampai ke Warukin
(Kecamatan Tanta), di mana jalan tersebut sebetulnya merupakan jalan arteri

3. RONA LINGKUNGAN AWAL

3- 11

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA


UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

primer yang menghubungkan Kota Tanjung dengan kota-kota kabupaten


lainnnya maupun sebagai jalan utama untuk lintas propinsi yang diperkirakan
akan mengalami pertumbuhan sangat cepat.

3.1.9

Tanah
Pengumpulan data kualitas tanah dilakukan dengan pengambilan contoh

di tapak proyek dan di lingkungan sekitar proyek yang disesuaikan dengan tata
guna lahan. Pengambilan contoh terusik dilakukan dengan menggunakan ring
sample dan contoh tanah terusik dengan cara pemboran pada kedalaman 0-30
cm dan 30-60 cm. Sampel tanah kemudian diambil dan dianalisa di Laboratorium
Kualitas Tanah Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Universitas Lambung
Mangkurat (PPLH-UNLAM). Pengambilan contoh tanah dilakukan pada tapak
proyek dan di lingkungan sekitar proyek dengan menggunakan konsep katena
(toposequen) pada tiga posisi lereng antara lain; (1). Punggung bukit (T 1), (2).
Pelembahan (T 2), dan (3). Puncak bukit (T 3).

3.1.10 Status Hara dan Sifat Tanah


Hasil analisis contoh tanah pada beberapa lokasi tapak proyek
selengkapnya disajikan pada Tabel 3-3. Hasil analisis tanah kemudian diberikan
harkat kesuburannya menurut kriteria dari Pusat Penelitian Tanah tahun 1983.

Tabel 3-3
Hasil analisis contoh tanah pada berbagai lokasi pengambilan sampel
Lokasi Sampel
No.

Parameter

Satuan

T1

T1

T2

T2

T3

T3

(0-30)

(30-60)

(0-30)

(30-60)

(0-30)

(30-60)

Tekstur
Pasir

8.29

6.17

29.63

24.29

23.03

15.16

Debu

27.68

32.67

24.41

30.37

49.02

25.73

Liat

47.90

50.55

30.51

33.73

12.88

38.31

PSH

16.13

10.61

15.45

11.62

15.07

20.81

g/cm3

1.21

1.23

1.29

cm/jam

3.48

5.65

3.91

4.25

4.38

4.32

4.45

4.30

4.85

Bulk density

Permeabilitas

pH H2O

(dilanjutkan)

3. RONA LINGKUNGAN AWAL

3- 12

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA


UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Tabel 3-3 (lanjutan)


Lokasi Sampel
No.

Parameter

Satuan

T1

T1

T2

T2

T3

T3

(0-30)

(30-60)

(0-30)

(30-60)

(0-30)

(30-60)

pH KCl

3.57

3.60

3.62

3.61

3.68

3.64

C-organik

1.45

0.65

0.29

0.93

0.94

0.36

N-total

0.16

0.12

0.17

0.12

0.17

0.13

P2O5-total

mg/100 g

11.90

10.03

11.26

8.77

15.98

10.65

P2O5-tersedia

ppm

14.43

14.44

15.24

13.61

15.23

14.46

10

K2O-total

mg/100 g

13.52

6.98

2.41

1.95

6.85

2.61

11

K-tukar

me/100 g

0.14

0.09

0.06

0.04

0.06

0.07

12

Na-tukar

me/100 g

0.18

0.28

0.10

0.11

0.18

0.19

13

Mg-tukar

me/100 g

0.74

0.50

1.00

0.30

0.50

0.40

14

Ca-tukar

me/100 g

2.71

3.50

2.50

2.65

2.25

2.60

15

Al-tukar

me/100 g

2.20

2.40

1.80

1.00

1.00

0.80

16

H-tukar

me/100 g

6.70

6.70

4.30

5.80

4.11

5.20

17

KTK

me/100 g

29.25

24.91

12.75

16.11

15.62

15.44

18

KB

12.88

17.56

28.67

19.22

19.16

21.07

Sumber : Data primer hasil analisa laboratorium Kualitas Tanah PPLH-UNLAM Banjarbaru (Lampiran Teks 3-4)

Punggung Bukit (T 1) Kedalaman 0-30 cm


Tanah mempunyai sifat-sifat sebagai berikut: kandungan C-organik
rendah (1,45%), kandungan N-total rendah (0,16%), kandungan P2O5 tanah
tergolong rendah (11.90 mg/100 g tanah), kandungan K2O tanah tergolong
rendah (13.52 mg/100 g tanah), kandungan P-tersedia tanah dapat digolongkan
rendah (14.43 ppm). Susunan kation tukar terutama Kalium digolongkan sangat
rendah (0.14 me/100 g tanah), Natrium dikelaskan rendah (0.74 me/100 g tanah),
kandungan Magnesium dikelaskan rendah (0,50 me/100 g tanah) dan kandungan
Kalsium digolongkan rendah (2.71 me/100 g tanah). Kejenuhan basa (KB)
dikelaskan sangat rendah (12.88%), dengan kapasitas tukar kation (KTK)
dikelaskan tinggi (29.25 me/100 g). Tanah di lahan ini mempunyai pH yang
dikelaskan agak masam (pH H2O = 4.25 ; pH KCl = 3.57). Tekstur tanah
tergolong liat.
Punggung Bukit (T 1) Kedalaman 30-60 cm
Tanah mempunyai sifat-sifat sebagai berikut: kandungan C-organik
sangat rendah (0.65%), kandungan N-total rendah (0,12%), kandungan P2O5
3. RONA LINGKUNGAN AWAL

3- 13

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA


UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

tanah tergolong rendah (10.03 mg/100 g tanah), kandungan K2O tanah tergolong
sangat rendah (6.98 mg/100 g tanah), kandungan P-tersedia tanah dapat
digolongkan rendah (14.44 ppm). Susunan kation tukar terutama Kalium
digolongkan sangat rendah (0.09 me/100 g tanah), Natrium dikelaskan sedang
(0.28 me/100 g tanah), kandungan Magnesium dikelaskan rendah (0.50 me/100
g tanah) dan kandungan Kalsium digolongkan rendah (3.50 me/100 g tanah).
Kejenuhan basa dikelaskan sangat rendah (17.56%), dengan kapasitas tukar
kation (KTK) dikelaskan sedang (24.91 me/100 g).

Tanah di lahan ini

mempunyai pH yang dikelaskan agak masam (pH H2O = 4.38; pH KCl = 3.60).
Tekstur tanah tergolong liat.

Pelembahan (T 2) Kedalaman 0-30 cm


Tanah mempunyai sifat-sifat sebagai berikut: kandungan C-organik
sangat rendah (0.29%), kandungan N-total rendah (0,17%), kandungan P2O5
tanah 100 tergolong rendah (11.26 mg/100 g tanah), kandungan K2O tanah
tergolong sangat rendah (2.41 mg/100 g tanah), kandungan P-tersedia tanah
dapat digolongkan rendah (15.20 ppm). Susunan kation tukar terutama Kalium
digolongkan sangat rendah (0.06 me/g tanah), Natrium dikelaskan rendah (0,10
me/100 g tanah), kandungan Magnesium dikelaskan rendah (1.00 me/100 g
tanah) dan kandungan Kalsium digolongkan rendah (2.50 me/100 g tanah).
Kejenuhan basa dikelaskan rendah (28.67%), dengan kapasitas tukar kation
(KTK) dikelaskan rendah (12.75 me/100 g). Tanah di lahan ini mempunyai pH
yang dikelaskan agak masam (pH H2O = 4.32; pH KCl = 3.62). Tekstur tanah
tergolong lempung liat berpasir.

Pelembahan (T 2) Kedalaman 30-60 cm


Tanah mempunyai sifat-sifat sebagai berikut: kandungan C-organik
sangat rendah (0.93%), kandungan N-total rendah (0,12%), kandungan P2O5
tanah tergolong sangat rendah (8.77 mg/100 g tanah), kandungan K2O tanah
tergolong sangat rendah (1.95 mg/100 g tanah), kandungan P-tersedia tanah
dapat digolongkan rendah (13.60 ppm). Susunan kation tukar terutama Kalium
digolongkan sangat rendah (0.04 me/100 g tanah), Natrium dikelaskan rendah
(0.11 me/100 g tanah), kandungan Magnesium dikelaskan sangat rendah (0.30
me/100 g tanah) dan kandungan Kalsium digolongkan rendah (2.65 me/100 g
3. RONA LINGKUNGAN AWAL

3- 14

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA


UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

tanah). Kejenuhan basa dikelaskan sangat rendah (19.22%), dengan kapasitas


tukar kation (KTK) dikelaskan rendah (16.11 me/100 g).

Tanah di lahan ini

mempunyai pH yang dikelaskan agak masam (pH H2O = 4.45; pH KCl = 3.61).
Tekstur tanah tergolong lempung berliat.

Puncak Bukit (T 3) Kedalaman 0-30 cm


Tanah mempunyai sifat-sifat sebagai berikut: kandungan C-organik
sangat rendah (0.94%), kandungan N-total rendah (0,17%), kandungan P2O5
tanah tergolong rendah (15.98 mg/100 g tanah), kandungan K2O tanah tergolong
sangat rendah (6.85 mg/100 g tanah), kandungan P-tersedia tanah dapat
digolongkan rendah (15.23 ppm). Susunan kation tukar terutama Kalium
digolongkan sangat rendah (0.06 me/100 g tanah), Natrium dikelaskan rendah
(0.18 me/100 g tanah), kandungan Magnesium dikelaskan rendah (0.50 me/100
g tanah) dan kandungan Kalsium digolongkan rendah (2.25 me/100 g tanah).
Kejenuhan basa dikelaskan sangat rendah (19.16%), dengan kapasitas tukar
kation (KTK) dikelaskan rendah (15.62 me/100 g). Tanah di lahan ini mempunyai
pH yang dikelaskan agak masam (pH H2O = 4.30; pH KCl = 3.68). Tekstur tanah
tergolong lempung.

Puncak Bukit (T 3) Kedalaman 30 - 60 Cm


Tanah mempunyai sifat-sifat sebagai berikut: kandungan C-organik
sangat rendah (0.36%), kandungan N-total rendah (0,13%), kandungan P2O5
tanah tergolong rendah (10.65 mg/100 g tanah), kandungan K2O tanah tergolong
sangat rendah (2.61 mg/100 g tanah), kandungan P-tersedia tanah dapat
digolongkan rendah (14.46 ppm). Susunan kation tukar terutama Kalium
digolongkan sangat rendah (0.07 me/100 g tanah), Natrium dikelaskan rendah
(0.19 me/100 g tanah), kandungan Magnesium dikelaskan rendah (0.40 me/100
g tanah) dan kandungan Kalsium digolongkan rendah (2.60 me/100 g tanah).
Kejenuhan basa dikelaskan rendah (21.07%), dengan kapasitas tukar kation
(KTK) dikelaskan rendah (15.44 me/100 g). Tanah di lahan ini mempunyai pH
yang dikelaskan agak masam (pH H2O = 4.85; pH KCl = 3.64). Tekstur tanah
tergolong lempung berliat.

3. RONA LINGKUNGAN AWAL

3- 15

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA


UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

3.1.11 Kesuburan Tanah


Penilaian kesuburan tanah dilakukan menurut kriteria yang dikembangkan
oleh Pusat Penelitian Tanah Bogor (PPT, 1983). Kriteria ini digunakan karena
belum ada baku mutu kualitas tanah dari instansi yang berwenang. Kriteria yang
digunakan ini cukup representatif karena dibuat secara emperis. Ada lima sifat
kimia tanah penting yang digunakan untuk menilai kesuburan tanah secara
emperik, yaitu : kapasitas tukar kation (KTK), kejenuhan basa (KB), P2O5-total,
K2O-total dan C-organik. Berdasarkan kriteria tersebut dilakukan penilaian
kesuburan tanah pada lokasi pemantauan dan hasilnya disajikan pada Tabel 3-4.
Hasil penilaian kesuburan tanah pada lokasi pemantauan menunjukkan bahwa
status kesuburan tanah pada semua lokasi pemantauan adalah rendah.

Tabel 3-4
Penilaian status kesuburan tanah pada lokasi pengambilan sampel tanah

Sifat Kimia Tanah


No.

Status

Lokasi Sampel
KTK

KB

P2O5

K2O

C-org.

Kesuburan

T 1 (0-30 cm)

Tinggi

Rendah Rendah Rendah Rendah

Rendah

T 1 (30-60 cm)

Sedang

Rendah Rendah Rendah Rendah

Rendah

T 2 (0-30 cm)

Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah

Rendah

T 2 (30-60 cm) Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah

Rendah

T 3 (0-30 cm)

Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah

Rendah

T 3 (30-60 cm) Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah

Rendah

3.1.12 Erosi Tanah


Hasil pengamatan lapangan dan data hasil analisis contoh tanah di
laboratorium yang berkaitan dengan erosi tanah adalah tekstur, C-organik,
struktur, dan permeabilitas. Variabel-variabel tersebut nantinya akan menentukan
indeks erodibilitas yang menunjukan nilai kepekaan suatu tanah terhadap
kejadian erosi. Dengan menggunakan rumus Universal Soil Losses Equation
(USLE) maka akan diperoleh nilai pendugaan erosi. Hasil pendugaan besarnya
erosi tanah pada beberapa lokasi pengambilan sampel selengkapnya disajikan
pada Tabel 3-5.
3. RONA LINGKUNGAN AWAL

3- 16

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA


UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Tabel 3-5
Pendugaan besarnya erosi tanah
No.

Lokasi
Pemantauan

T1

2
3

LS

CxP

0.13

0.85

0.9

T2

1215
1215

0.12

0.45

0.45

143.57
57.08

T3

1215

0.10

0.95

0.38

117.27

Keterangan :
R
LS
P

= Erosivitas hujan
= Panjang lereng dan slope
= Faktor pengelolaan

K
C
A

= Erodibilitas tanah
= Faktor vegetasi
= Erosi (ton/ha/tahun)

3.1.13 Kestabilan Tanah


Kestabilan tanah dapat diartikan sebagai ketahanan tanah terhadap daya
rusak dari luar. Ketahanan tanah menentukan tidak mudahnya massa tanah
dihancurkan oleh air (air hujan dan air limpasan). Ketahanan tanah dipengaruhi
oleh kandungan bahan organik, tekstur tanah dan bahan semen lainnya.
Dalam kapasitas kestabililan tanah yang berhubungan dengan erosi
tanah diindikasikan dengan nilai erodibilitas tanah. Nilai erodibilitas tanah ini
dihitung berdasarkan hasil analisis contoh tanah di laboratirium terhadap data
kandungan bahan organik, tekstur tanah (kandungan pasir, debu, liat, dan pasir
sangat halus), permeabilitas tanah dan struktur tanah.
Kesetabilan tanah dapat juga dinilai dari tingkat bahaya erosi yang
merupakan perkiraan kehilangan tanah maksimum dibandingkan dengan tebal
solum tanahnya pada setiap unit lahan bila teknik pengelolaan tanaman dan
konservasi tanah tidak mengalami perubahan.
Jumlah maksimum tanah hilang dimaksudkan untuk memprediksi
produktivitas lahan tetap lestari.

Penentuan tingkat bahaya erosi akan

menggunakan kriteria dari Departemen Kehutanan (1986) dengan menggunakan


pendekatan tebal solum tanah yang telah ada dan besarnya erosi sebagai dasar.
Kriteria tingkat bahaya erosi berdasar tebal solum tanah dan besarnya bahaya
erosi selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3-6.
Ketebalan solum tanah di dalam lokasi proyek rata-rata memiliki
ketebalan solum lebih dari 90 cm.

Penetapan TBE didasarkan pada

pembandingan nilai kedalaman solum tanah yang dihubungkan dengan erosi


3. RONA LINGKUNGAN AWAL

3- 17

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA


UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

maksimum tanah dari masing-masing lokasi yang menunjukan nilai erosi antara
57.08 hingga 143.57 ton/ha./tahun.

Berdasarkan kriteria tingkat bahaya erosi

pada Tabel 3-6 terlihat bahwa tingkat bahaya erosi pada masing-masing lokasi
memiliki tingkat bahaya erosi sedang (S).

Tabel 3-6
Tingkat bahaya erosi berdasar tebal solum tanah dan besarnya bahaya erosi
Tebal Solum

Erosi Maksimum (ton/ha/th.)

(cm)

< 15

15 - 60

60 - 180

180 - 480

> 480

> 90

SR

SB

60 90

SB

SB

30 60

SB

SB

SB

SB

< 30

SB

SB

SB

SB

Keterangan :
SR = sangat rendah

B = berat

3.2.

Komponen Biologi

3.2.1

Flora Darat

R = rendah

S = sedang

SB = sangat berat

Keadaan vegetasi yang di rencana areal PLTU dan sekitarnya terdiri atas
hutan sekunder muda (belukar), kebun campuran dan tanaman pekarangan.
Pada tapak proyek untuk tingkat semai didominasi oleh alaban (Vitex
pubescens),

karamunting gunung (Rhodomyrus tomentosa), pelawan (Tristani

obovata), beringin (Ficus benjamina), jamai (Rhodomnia ceneria) dan kujanjing


(Pterospernum javanicum). Untuk tingkat pancang didominasi alaban (Viteks
pubescens),
(Adina

pelawan (Tristani obovata), beringin (Ficus benjamina), bati-bati

minutiflora),

bengkirai

(Trema

amboinensis),

mahang

(Macaranga

hypoleuca) dan jambu-jambuan ( Eugenia sp). Sedang tumbuhan bawah pada


tapak ini didominasi oleh jenis alang-alang, hering, rio-rio, karamunting kodok,
kacang polong. Secara keseluruhan keadaan vegetasi di areal tapak PLTU dari
segi keragaman dan potensi tidak terlalu besar.

3. RONA LINGKUNGAN AWAL

3- 18

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA


UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Pada areal sekitar tapak PLTU

untuk vegetasi hutan sekunder muda

(belukar) jenis yang mendominasi juga tidak jauh berbeda yaitu jenis alaban (Vitex
pubescens). Sedang tumbuhan bawah yang mendominasi yaitu alang-alang,
rumput teki, pandan, kerinyuh, hering, putri malu.
Pada kebun campuran dan tanaman pekarangan terdapat 15 jenis
tanaman yang didominasi oleh jenis karet (Hevea brasilensis), rambutan
(Nephelium lappaceum), petai (Parkia spp), nangka (Arthocarpus integra). Untuk
tumbuhan bawah didominasi oleh orok-orok, rumput teki, alang-alang, karamunting
dan krinyuh.

3.2.2

Flora Air
Hasil analisa sampel plankton pada 4 (empat) sampling sites dalam studi

UKL-UPL PLTU memperlihatkan adanya sejumlah genera


dijumpai di wilayah studi.

fitoplankton yang

Terdapat 3 (tiga) phylum yang mengkontribusi

keanekaragaman hayati planktonik di kawasan studi, yaitu 6 genera dari phylum


Cyanophyta, 7 genera dari phylum Chlorophyta, dan 3 genera dari phylum
Chrysophyta (Lampiran Teks 3-5). Jenis fitoplankton yang ditemukan dengan
jumlah tertinggi adalah Oscillatoria dari phylum Cyanophyta. Secara kuantitatif
phylum Chlorophyta memperlihatkan keberadaan jumlah sel yang terbanyak dan
jumlah spesies (jenis) tertinggi.
Dari seluruh perhitungan kelimpahan sel planktonik yang diidentifikasi
tersebut dapat dihitung tingkat keanekaragaman hayati biota planktonik pada
setiap stasiun pengamatan.
Nilai keanekaragaman Shannon-Wiener untuk fitoplankton pada wilayah
studi

UKL-UPL

berkisar

dari

1,9914

sampai

3,6405.

Dari

data

Nilai

keanekaragaman pada semua stasiun memperlihatkan tingkat keanekaragaman


hayati masih tergolong baik yang dapat diartikan juga bahwa kondisi lingkungan
perairan yang termasuk belum tercemar.

3. RONA LINGKUNGAN AWAL

3- 19

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA


UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

3.2.3

Fauna Darat

Untuk memperoleh data satwa liar dilakukan pengamatan langsung


(observasi) terhadap satwa liar, selain itu juga berasal dari informasi penduduk
dan data sekunder. Jenis-jenis satwa liar di lokasi paling sedikit dijumpai 12 jenis
Mamalia, Reptila sebanyak 6 jenis, dan Aves terdapat 23 jenis (Tabel 3-7).
Tabel 3-7
Jenis satwa liar yang terdapat di wilayah studi UKL-UPL PLTU

No.

Nama Indonesia
atau Lokal

Nama Spesies atau Famili

Sumber

Status

Mamalia
1

Kera ekor panjang

Macaca fascicularis

Musang

Paradoxurus hermaphroditus

3.

Tupai

Sundasciurus lowii

4.

Pelanduk/Kancil

Tragulus javanicus

5.

Babi

Sus barbatus

Landak

Hystrix brachyura

Tringgiling

Manis javanica

8.

Hirangan

Presbytis melalophos

Sado

Mydaus javanensis

10

Tikus

Rattus exulans

11

Menjangan

Cervus unicolor

12

Berang-berang

Cynogale bennetti

Ular pucuk

Trimeresurus albolabris

Biawak Kalimantan

Varanus bornensis

Biawak bergaris

Varanus salvator

Ular sanca

Phyton reticulatus

5.

Kadal

Mabuia multifasciata

6.

Ular belang

Bunarus fasciatus

Reptilia

(dilanjutkan)

3. RONA LINGKUNGAN AWAL

3- 20

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA


UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Tabel 3-7 (lanjutan)

No.

Nama Indonesia
atau Lokal

Nama Spesies atau Famili

Sumber

Status

Aves
1.

Pipit/Bondol rawa

Lonchura malacca

2.

Kelayangan

Hirundo tahitia

3.

Punai gading

Treron vernans

4.

Tekukur biasa

Streptopelia chinensis

5.

Ketinjau/Murai batu

Copsychus malabaricus

6.

Burung gereja

Passer montanus

7.

Cinenen belukar

Orthotomus atrogularis

8.

Bubut alang-alang

Centropus bengalensis

9.

Prenjak

Abroscopus bengalensis

10.

Kucica kampung

Copsychus saularis

11

Tombelet

Hemicircus concretus

12

Meninting

Alcedo meningting

13.

Burung madu

merah

Aethopyga siparaja

14.

Karuang

Pycnonotus flavescens

15.

Bambangan coklat

Ixobrychus eurhythmus

16

Cabak

Caprimulgus affinis

17

Cekakak kecil

Todirhamphus sauctus

18.

Elang bondol

Haliastur indus

19.

Kutilang

Pycnonotus aurigaster

20.

Kacamata gunung

Zosterops montanus

21

Cuit

Nectarinia jgularis

22

Pentet kelabu

Lanius schach

23.

Caladi batu/pelatuk

Meiglyptes tristis

Keterangan : O = terlihat; I = Informasi

3. RONA LINGKUNGAN AWAL

3- 21

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA


UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

3.2.4

Fauna Air
Dari hasil analisa contoh plankton yang telah dilakukan, dalam wilayah

studi UKL-UPL PLTU hanya ditemukan 4 genera, yakni Castrada luthera,


Notholca, Rotaria, dan Floscularia (Lampiran Teks 3-5). Indek keanekaragaman
zooplankton semua berada dibawah 1, kecuali pada satu stasiun (PP-05, s.
Tabalong) indek keanekaragaman mencapai nilai 2. Data ini memperkuat dugaan
kondisi perairan di wilayah studi yang telah tercemar.
Dari hasil analisa sampel benthos, juga dijumpai keberadaan jenis
zoobenthos secara kuantitatif yang sedikit. Dari hasil analisa hanya ditemukan 5
genera (Lampiran Teks 3-5), diantaranya Valvata tricarinata dan Viviparus
intertextus.

Dari data yang diperoleh dengan nilai indeks keanekaragaman

sebesar 0,6822 1,5644 dapat dikatakan bahwa perairan di wilayah studi


termasuk agak tercemar.

3.3.

Komponen Sosial

3.3.1

Kependudukan
Jumlah penduduk Kabupaten Tabalong tahun 2005 sebanyak 187.208

jiwa, terdiri atas 93.506 laki-laki dan 93.702 perempuan. Di Kecamatan Murung
Pudak jumlahnya mencapai 31.153 jiwa dengan 15.820 jiwa laki-laki dan 15.333
jiwa perempuan.

Untuk Kecamatan Tanta jumlah penduduknya mencapai

14.284 jiwa, yang terdiri dari 7.155 jiwa laki-laki dan 7.129 perempuan. Rasio
jenis kelamin di Kabupaten Tabalong tercatat sebesar 99,79 %.

Sedangkan

untuk Kecamatan Tanta dan Kecamatan Murung Mudak, rasio jenis kelamin
masing-masing100,37 dan 103,17.
Kepadatan penduduk rata-rata di Kabupaten Tabalong 47 jiwa per km2,
Kecamatan Tanta rata-rata 83 jiwa per km2 dan Kecamatan Murung Pudak
dengan kepadatan 262 jiwa per km2. Kecamatan Murung Pudak merupakan
kecamatan yang penduduknya paling padat di Kabupaten Tabalong.
Laju pertumbuhan penduduk di Kabupaten Tabalong pada Tahun 20042005 sebesar 0,77%, Kecamatan Tanta 0,46% dan Kecamatan Murung Pudak
1,49%.

3. RONA LINGKUNGAN AWAL

3- 22

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA


UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Kecamatan dengan tingkat kepadatan penduduk tertinggi adalah


Kecamatan Murung Pudak, dengan tingkat hunian 262 jiwa/km2.

Kecamatan

yang termasuk cukup padat penduduknya adalah Kecamatan Kelua yaitu 176
jiwa/km2.

Kecamatan dengan tingkat kepadatan penduduk terrendah adalah

Kecamatan Jaro dengan tingkat kepadatan 15 jiwa/km2, dan Kecamatan Bintang


Ara dengan kepadatan 17 jiwa/km2..

Kecamatan Tanta dengan kepadatan

penduduk 83 jiw/km2.
Di Kabupaten Tabalong didapatkan di 262 buah Sekolah Dasar, 57 buah
SLTP, dan 19 buah SLTA.

Jumlah penduduk Kabupaten Tabalong,

hanya

14,9% pada kelompok umur 16 - 18 tahun 8,7% pada usia 19 24 tahun yang
telah menyelesaikan SLTA.
Di Kecamatan Tanta didapatkan 23 buah SD, 4 buah MI, 2 buah SLTP, 1
buah MTs, dan 1 buah SLTA. Di Kecamatan Murung Pudak didapatkan 26 buah
SD, 1 buah MI, 6 buah SLTP, 1 buah MTs, dan 4 buah SLTA.
Di Kabupaten Tabalong mempunyai 2 suku bangsa asli setempat, yaitu
Suku Banjar dan Suku Dayak. Suku Banjar merupakan mayoritas di Kabupaten
Tabalong dan memeluk agama Islam

Pemeluk agama lainnya umumnya

merupakan pendatang dari luar, keculi penduduk asli Dayak yang memeluk
agama Hindu, Budha dan Kristen.
Sebanyak

95,56% penduduk Kabupaten Tabalong memeluk agama

Islam, kemudian disusul agama Kristen Protestan 2,41%, agama Katolik 0,83%,
Hindu 0,67%, dan Budha 0,02%.

Sisanya menganut agama agama

kepercayaan, yaitu agama Kaharingan sebanyak 0,12%.


Jumlah mesjid di Kabupaten Tabalong sebanyak 203 buah dan jumlah
langgar 493 buah.

Gereja Protestan sebanyak 17 buah dan gereja Katolik

sebanyak 2 buah.
Suku Banjar sebagai penduduk asli mendominasi penduduk dengan
jumlah 82,09% dari total penduduk di Kabupaten Tabalong.

Penduduk

pendatang terbanyak adalah dari Suku Jawa dengan jumlah 12,75% dari total
penduduk.

Penduduk pendatang lainnya adalah dari Suku Sunda, Bugis,

Padang, Batak, Madura, Timor dan Ambon. Suku asli lainnya, yaitu Suku Dayak
hanya 3,11% dari jumlah penduduk Kabupaten Tabalong.

3. RONA LINGKUNGAN AWAL

3- 23

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA


UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

3.3.2

Ekonomi

3.3.2.1 Pendapatan Rumah Tangga


Dari pengamatan di lapangan, sebagian besar responden di Desa
Mabuun

merupakan

karyawan

swasta

perusahaan

perkebunan

dan

pertambangan. Untuk Desa Maburai sebagian besar merupakan pekebun karet,


kemudian yang lainnya swasta. Sedang untuk Desa Warukin, sebagian besar
responen merupakan pekebun karet dan pekebun buah-buahan, dan 1 orang
yang merupakan karyawan pertambangan.
Penghasilan utama bervariasi antara Rp 300.000,- dan Rp 2.500.000,-.
Tertinggi didapatkan di Desa Warukin dan Desa Mabuuun, sedangkan
penghasilan terendah didapatkan di Desa Warukin.
Penghasilan sampingan bervariasi antara Rp 400.000,- dan Rp
3.000.000,-.

Penghasilan tertinggi didapatkan di Desa Maburai dengan

usahanya berupa pembibitan karet. Sedangkan penghasilan terendah di Desa


Mabuun yang hanya Rp 400.000,- dari usaha menyadap karet.
Pengeluaran rumah tangga tertinggi di desa Mabuun dan Desa Warukin
sebanyak Rp 1.500.000,- dan terendah terdapat di Desa Mabuun dan Desa
Maburai sebanyak Rp 300.000,- per bulan.

Pengeluaran rumah tangga

tergantung dari penghasilan/pendapatan.


Kesempatan kerja dan kesempatan berusaha bagi penduduk di
Kabupaten

Tabalong

cukup

terbuka

luas.

Masyarakat

masih

dapat

memanfaatkan peluang kerja di bidang penggalian dan pertambangan.


Masyarakat juga dapat memanfaatkan peluang pada sektor-sektor atau bergerak
di sektor perdagangan lain lain seperti warung makan, kios, atau jasa-lain yang
merupakan dampak ekonomi dari keberadaan pertambangan batubara skala
besar.

3.3.2.2 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)


Keragaan dan pertumbuhan ekonomi suatu wilayah, didekati dengan
menggunakan PDRB yang dianggap sebagai salah satu tolok ukur yang relevan.
Berdasarkan PDRB Kabupaten Tabalong atas dasar harga konstan 1993, nilai
3. RONA LINGKUNGAN AWAL

3- 24

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA


UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

PDRB Kabupaten Tabalong dari tahun 2003, 2004 dan 2005 berturut-turut
adalah

Rp

1.925.278.647.000,-

Rp

2.228.905.165.000,-

dan

Rp

2.458.276.384.000.-. Peranan utama di dominasi oleh sektor Pertambangan dan


Penggalian, yaitu sebesar Rp 1.486.429.174.000,- pada Tahun 2005. Kemudian
disusul oleh sektor pertanian dengan Rp 441.328.137.000,-, yang ketiga sektor
Jasa dengan nilai Rp 183.877.124.000,-. Sedang sektor yang paling kecil adalah
sektor Listrik dan air minum yang hanya Rp 3.201.433.000,-. (Sumber Data:
Tabalong Dalam Angka 2006).
PDRB per kapita tahun 2005 tumbuh sebesar 13,38% (atas dasar harga
berlaku).

PDRB per kapita penduduk Tabalong tahun 2005 yang dilihat

berdasarkan harga berlaku adalah sebesar Rp 9.815.210,-. Atau secara ratarata tiap orang mendapatkan 26.891 rupiah per hari.

Sedangkan tingkat

produktivitas yang dilihat dari PDRB per kapita atas dasar harga konstan sebesar
4,04% atau jika dinilai berdasarkan nilainya adalah sebesar Rp 7.268.285,- naik
dari tahun sebelumnya yang hanya sebesar Rp 6.986.276,-.

3.3.2.3 Pertumbuhan Ekonomi


Selama tahun 2003 2005, ekonomi Kabupaten Tabalong yang
ditunjukkan oleh pertumbuhan PDRB rata-rata bertumbuh positif yakni 2,71 %
per tahun. Sektor yang memiliki pertumbuhan paling tinggi pada Tahun 2005
tersebut adalah sektor pengangkutan dan komunikasi, sebesar 6,36%, kemudian
tahun 2004 sebesar 6,24%, dan tahun 2003 sebesar 3,94%. Sedangkan sektor
pertambangan dan penggalian yang mempunyai kontribusi 46,30% terhadap
pembentukan PDRB tumbuh sebesar 4,85%, sehingga memacu perumbuhan
ekonomi Kabupaten Tabalong sebesar 4,46%.
Sektor lainnya yang mengalami pertumbuhan ekonomi pada Tahun 2005
adalah Industri pengolahan sebesar 1,23%, sektor bangunan 3,75%, sektor
keuangan, persewaan & jasa perusahaan sebesar 3,58%, dan sektor Jasa-jasa
sebesar 0,33%.

Sektor yang mengalami pertumbuhan ekonomi negatif adalah

sektor pertanian -0,81%, listrik dan air bersih -0,93%, dan sektor perdagangan,
hotel dan restauran -0,55%.

3. RONA LINGKUNGAN AWAL

3- 25

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA


UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

3.3.3

Kegiatan Kemasyarakatan, Keamanan dan Ketertiban


Menurut responden kegiatan gotong royong masih kuat dilakukan oleh

masyarakat. Kegiatan gotong royong itu antara lain: membersihkan mesjid,


membersihkan lingkungan, acara perkawinan, yasinan, posyandu, selamatan,
dan pembangunan desa.
Menurut responden keadaan kegiatan gotong royong ini sama saja dari
dulu sampai sekarang. Hal ini dinyatakan oleh 53,33% dari responden. Yang
menyatakan semakin baik ada 43,33% dari total responden.
Konflik sosial jarang terjadi, bahkan hampir tidak ada.

Tokoh

masyarakat yang berperan dalm menyelesaikan konflik untuk Desa Mabuun


secara berurutan dari yang terbanyak Ketua RT, Kepala Desa, Pimpinan
Perusahaan, dan Bagian Humas. Untuk Desa Maburai tokoh masyarakat yang
berperan adalah Kepala Desa, dan Ketua RT. Di Desa Warukin penyelesaian
konflik tokoh yang berperan utama adalah kepala adat, kemudian baru kepala
desa.
Hubungan antar etnis di desa sendiri sangat akrab dan tidak ada konflik,
serta berlangsung harmonis.
Dari ketiga desa ini tidak ada cagar budaya yang terlihat maupun
terpantau dengan pertanyaaan-pertanyaan ke responden. Demikian pula untuk
Desa Warukin yang merupakan desa etnis dari Dayak Manyaan. Cagar budaya
untuk Dayak Manyaan ini kemungkinan ada di Kalimantan Tengah di daerah
Ampah dan Tamiang Layang.

3.3.4

Sikap dan Persepsi Masyarakat


Pada persepsi masyarakat ingin diketahui seberapa jauh masyarakat

dalam hal ini responden mengetahui ada rencana pembangunan PLTU. Dari
hasil wawancara dan kuesioner yang dilakukan didapatkan hal-hal sebagai
berikut:

Sebanyak 46,67% responden di Desa Maburai mengetahui rencana


pembangunan PLTU. Di Desa Mabuun ada 4 responden yang mengetahui
rencana PLTU dari tetangga dan teman. Sedang di Desa Maburai 6 orang

3. RONA LINGKUNGAN AWAL

3- 26

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA


UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

responden mengetahui dari teman dan tetangga, dan 4 responden lainnya


mengetahuinya dari aparat desa.

Rencana pembangunan PLTU telah diketahui oleh responden Desa Maburai


sekitar 4 tahun yang lalu.

Sedangkan responden dari Desa Mabuun,

diketahuinya sejak satu tahun yang lalu. Untuk Desa Warukin pengetahuan
diperoleh pada waktu survey UKL dan UPL PLTU.

Di Desa Mabuun ada 9 responden yang menyatakan setuju dengan


pembangunan PLTU, sedangkan yang menyatakan tidak setuju tidak ada.
Demikian juga di desa Maburai sama dengan di Desa Mabuun. Pada Desa
Warukin keseluruhan responden desa sebanyak 10 orang setuju semuanya.

Ada 23 responden (76,67%) yang memberikan pernyataan dampak positif


pada pembangunan PLTU ini. Hanya sebanyak 2 responden (6,67%) yang
memberikan pernyataan ada dampak negatif.

Diantara 30 responden

seluruhnya terdapat 5 responden atau 16,67% yang menyatakan bahwa


selain dampak positif juga ada dampak negatif.

Adanya peluang dan kesempatan kerja secara langsung dan tidak langsung
keberadaan PLTU,

merupakan

tanggapan

positif dan

harapan

dari

responden.

Dampak negatif yang terjadi menurut responden, adanya erosi, limbah debu,
menambah anggaran, dan sebagian kelompok mementingkan kelompoknya
sendiri untuk mengurusi perusahaan.

Dari 30 orang responden, didapatkan 12 orang responden yang menyatakan


kemungkinan kena dampak dari PLTU ini, sedangkan yang menyatakan tidak
ada 17 responden.

Hanya

ada

orang

responden

yang

menyatakan

bahwa

lahan

perkebunannya terkena rencana pembangunan PLTU tersebut. Responden


tersebut bersedia diganti rugi, dengan persyaratan ada musyawarah lebih
dahulu antara pemilik tanah dengan perusahaan. Responden lainnya juga
menyarankan, bahwa sebaiknya penggantian rugi tanah, dimusyawarahkan
antara perusahaan dan pemilik tanah.

3. RONA LINGKUNGAN AWAL

3- 27

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA


UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

3.3.5

Kesehatan Masyarakat

3.3.5.1 Pola Penyakit


Rona lingkungan komponen kesehatan masyarakat digambarkan dari
kejadian kesakitan selama tiga tahun terakhir (2004, 2005 dan 2006). Kejadian
kesakitan inik diperoleh dari data sekunder yang berasal dari Puskesmas Murung
Pudak Kabupaten Tabalong yang wilayah kerjanya mencakup rencana lokasi
pembangunan dan operasional PLTU. Sebagai pertimbangan digunakannya data
kesehatan yang berasal dari puskesmas setempat ini yaitu wilayah ekologis
sebaran polutan udara yang diprediksi dapat mencapai seluruh wilayah kerja
puskesmas. Selengkapnya angka 10 penyakit terbanyak di wilayah kerja
Puskesmas Murung Pudak Kabupaten Tabalong dapat dilihat pada tabel 3-8.

Tabel 3-8
Angka 10 Penyakit Terbanyak di Wilayah Kerja Puskesmas Murung Pudak,
Kabupaten Tabalong Tahun 2004, 2005 dan 2006

No

Jenis Penyakit

Jumlah Kasus Pada Tahun


2004

2005

2006

ISPA

2804

3001

3360

Peny. Pulpa dan Jar. Peripikal

2253

2478

2530

Hipertensi

1218

1365

1464

850

893

935

Peny. Rongga Mulut, Kelenjar


Ludah, Rahang dan lainnya

Rematik

635

699

768

Tonsilitis (Amandel)

564

536

672

Mag

524

527

572

Diare

501

476

550

Penyakit Kulit Alergi

429

459

473

418

481

422

10

Penyakit Lain pada Saluran


Pernapasan Bagian Atas

Sumber : Puskesmas Murung Pudak, 2007

3. RONA LINGKUNGAN AWAL

3- 28

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA


UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Angka kesakitan seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3-8, terlihat bahwa
penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Bagian Atas) selalu menduduki urutan
paling banyak selama tiga tahun terakhir. Penyakit ISPA ini sangat erat
hubungannya kondisi kualitas udara, baik di dalam rumah maupun di luar (udara
ambien). Penyakit ISPA ini perlu diwaspadai peningkatannya seiring dengan
operasional PLTU, karena polutan udara yang dapat disebarkan melalui
cerobong.
Penyakit lainnya yang diderita oleh masyarakat yang berhubungan
dengan kualitas lingkungan adalah:1) penyakit Diare pada urutan ke 8, penyakit
ini berkaitan dengan terjadinya perubahan kualitas air, karena operasional PLTU
juga mengeluarkan limbah cair, sehingga peningkatan kasus penyakit ini juga
perlu diwaspadai, 2) penyakit Lain Pada Saluran Pernafasan Bagian Atas pada
urutan ke 10, seperti halnya ISPA penyakit ini juga lebih banyak disebabkan oleh
perubahan kualitas udara namun bisa juga disebabkan oleh kejadian infeksi
kuman, sehingga peningkatan penyakit ini juga perlu mendapat perhatian.
Sedangkan angka kesakitan yang dikumpulkan langsung melalui
kuesioner menunjukkan bahwa penyakit yang sering diderita adalah flu dan
gatal-gatal pada kulit, penyakit ini bersesuaian dengan angka kesakitan
terbanyak di Puskesmas setempat.

3.3.5.2 Status Gizi


Status gizi masyarakat yang digambarkan dari status gizi bayi di wilayah
kerja Puskesmas Murung Pudak, dapat dikatakan bahwa sebagian besar bayi /
balita di sekitar rencana lokasi pembangunan dan pengoperasian PLTU memiliki
status gizi yang tergolong baik, yaitu sebesar 98,99%, sedangkan sebagian kecil
sisanya, yaitu 1,01% memiliki status gizi buruk. Kondisi ini dalam standar skala
kualitas lingkungan termasuk dalam kategori baik dengan nilai 5.

3.3.5.3 Sanitasi Lingkungan


Kondisi sanitasi perumahan penduduk sekitar lokasi tapak proyek rencana
pembangunan PLTU dari segi kepadatan hunian semuanya termasuk dalam
kategori tidak pada huni, dengan konstruksi terbanyak adalah semi permanen

3. RONA LINGKUNGAN AWAL

3- 29

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA


UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

87,2%, sedangkan sisanya 12,8% adalah termasuk dalam kategori permanen. Dari
segi suhu, kelembaban dan kebersihan ruangan juga termasuk baik, yaitu terasa
sejuk dan bersih 89,7% dan sisanya 10,3% keadaan rumah terasa panas dan
cukup bersih, sedangkan segi penerangan rumah 94,9% termasuk dalam kategori
baik, sedangkan sisanya 5,1 % termasuk dalam kategori kurang. Kondisi sanitasi
perumahan ini secara keseluruhan dalam skala kualitas lingkungan termasuk
kategori baik, dengan nilai 4.

3.3.5.4 Pembuangan Sampah


Dari aspek pengelolaan sampah di sekitar rumah kebanyakan penduduk
mengumpulkannya kemudian dibakar dan ini dilakukan dengan frekuensi yang
sering, sehingga dari aspek pembuangan sampah penduduk sekitar tapak proyek
dalam skala kualitas lingkungan termasuk kategori baik dengan nilai 4.

3.3.5.5 Pembuangan Kotoran


Dari aspek penggunaan jamban keluarga / sarana pembaunagn kotoran
manusia 100% penduduk membuang kotorannya ke jamban keluarga, namun
ada 7,7 % penduduk yang menggunakan sarana jamban umum, sedangkan
sisanya 92,3% menggunakan jamban keluarga milik sendiri. Kondisi demikian
dalam skala kualitas lingkungan termasuk dalam kategori sangat baik dengan
nilai 5.

3.3.5.6 Sumber Air Bersih


Sumber air bersih yang sering digunakan oleh penduduk baik untuk
keperluan mandi, cuci dan minum adalah 43,5 % mengambil air dari sumur gali,
43,7 % dari air sungai dan sisanya 12, 8% menggunakan air yang berasal dari
PDAM. Penduduk yang mengambil air untuk kebutuhan sehari-hari dari PDAM
adalah penduduk yang berada di Desa Mabuun yang terutama digunakan untuk
keperluan minum, sedangkan untuk keperluan lainnya kadang-kadang mereka
juga menggunakan air sungai, karena desanya yang berada di tepi sungai.
Kondisi demikian dalam skala kualitas lingkungan termasuk dalam kategori jelek
dengan nilai 2.
3. RONA LINGKUNGAN AWAL

3- 30

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA


UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

BAB IV
DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI
Dalam Tabel 4-1 diringkaskan identifikasi dampak pembangunan PLTU
Tanjung Tabalong terhadap lingkungan, yang diprakirakan termasuk besar dan
penting. Selanjutnya dalam Tabel 4-2 sampai dengan Tabel 4-28 diuraikan masingmasing dampak berdasarkan Tahap Pra Konstruksi, Tahap Konstruksi, dan Tahap
Operasi.
Tabel 4-1
Matrik identifikasi dampak kegiatan pembangunan
dan pengoperasian PLTU Tanjung - Tabalong
No.

Kegiatan
Komponen
Lingkungan
GEO-FISIKKIMIA
Kualitas udara
Kebisingan
Fisiografi
Tanah
Hidrologi
Kualitas air
BIOLOGI
Biota darat
Biota akuatik
SOSIAL
Ekonomi
Sosial Budaya
Persepsi masy.
KESEHATAN MASY.

Pra1

Konstruksi
2

4a

Operasi
4b

b
b

b
b

1
b

b
b

b
b
b

Pasca
Operasi

b
b
b

b
b

b
b

b
b

Keterangan:
Tahap Pra-Konstruksi :
1. Survai Lapangan
2. Pengadaan Lahan

Tahap Kontruksi :
1. Mobilisasi Peralatan
2. Pembukaan dan Pematangan lahan
3. Pengadaan Material Pembangunan
4a. Pembangunan Prasarana dan Sarana
4b. Konstruksi Bangunan PLTU
5. Pengerahan dan Pengurangan Tenaga Kerja

Tahap Operasi :
1. Pengoperasian PLTU
2. Pemeliharaan PLTU

Tahap Pasca Operasi :


1. Pemanfaatan eks PLTU

b= ada dampak
4. DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI

4- 1

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA


UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

4.1.

Dampak padaTahap Pra Konstruksi

4.1.1.

Dampak terhadap Komponen Sosial Budaya


Tabel 4-2
Dampak kegiatan survey lapangan terhadap Sikap dan Persepsi masyarakat
Tahap Pra Konstruksi

Sumber Dampak

Jenis Dampak

Survey lapangan oleh

Menimbulkan

Proyek PLTU dan Tim

spekulasi

Studi UKL-UPL terha-

masyarakat di sekitar tapak proyek

dap Sikap dan Per-sepsi

terhadap

Masyarakat

jelasnya ganti rugi atau kompensasi


lahan,

dari

keingin-tahuan
sebagian

kepastian
adanya

dan

anggota

lokasi,

persetujuan

belum
atau

penolakan masyarakat tanpa dasar


yang jelas bagi masyarakat. Dampak
positif atau negatif.

Besaran Dampak

Keterangan

Dampak bersifat positif


dan/atau negatif penting
(+/-P).,
tersebar
luas,
berlangsung selama tahap
pra-konstruksi,
dapat
menimbulkan
konflik
dengan masyarakat terutama dari Desa Mabuun,
Maburai, dan Warukin yang
diperkirakan memanfaatkan
lahan di lokasi PLTU,
memiliki dampak lanjutan.
Dampak
negatif
dapat
dieliminasi
dengan
pengelolaan melalui pendekatan sosial, ekonomi, dan
teknis lingkungan.

Hasil wawancara terhadap 30 orang


responden dari Desa-Desa Mabuun, Maburai,
dan Warukin menunjukkan sebanyak 47%
telah mengetahui adanya rencana PLTU
Tanjung. Rencana itu telah diketahui sejak 4
tahun yang lalu (responden Desa Maburai).
Untuk responden Desa Warukin, rencana ini
diperoleh ketika diadakan survey UKL-UPL
PLTU Tanjung. Semua responden setuju
pembangunan PLTU.
Dari 30 responden, 77 % (23 respondent)
menyatakan PLTU Tanjung memberikan
dampak positif, hanya 2 orang menyatakan
ada dampak negatif. 5 responden disamping
menyatakan dampak positif ada pula yang
menyatakan dampak negatif. Dampak negatif
yang dikemukakan adalah
kekawatiran
adanya erosi, limbah debu, menambah
anggaran,
dan
sebagian
kelompok
mementingkan kelompoknya sendiri untuk
mengurusi perusahaan.

44. DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA


UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Tabel 4-3
Dampak kegiatan pengadaan lahan terhadap Sikap dan Persepsi masyarakat
Tahap Pra Konstruksi

Sumber Dampak

Jenis Dampak

Besaran Dampak

Keterangan

Pengadaan lahan untuk

Kepuasan

puasan

Dampak bersifat positif dan/atau

Hanya ada 1 orang responden yang

lokasi PLTU terhadap

besaran kompensasi atau tali asih

negatif penting (+/-P), tersebar luas,

menyatakan

Sikap

terhadap

berlangsung selama

bunannya

dan

Masyarakat

Persepsi

atau
nilai

ketidak
lahan,

berkenaan

dengan taksiran luas dan nilai lahan

konstruksi,

yang tergantung kepada status lahan,


tanaman

yang

pemanfaatan
masyarakat,

ada,

pra-

dapat

menimbulkan

konflik

dengan

masyarakat

terutama

dari

oleh

oknum

Maburai

ketidak

inginan

memanfaatkan

lahan
serta

pengakuan

tahap

Desa

yang

Mabuun,

diperkirakan

lahan

di

lokasi

bahwa
terkena

but

bersedia

(kompensasi),
pengguna

atas lahannya. Dampak akan positif

terhadap kemanan dan ketertiban.

menyarankan,

apabila masyarakat puas dengan nilai

Intensitas

pemberian

tali asih, sebaliknya negatif apabila

timbulnya

masyarakat

masyarakat,

menolak.

Dampak

pemerintah

di
Kab.

lanjutannya adalah pemenuhan jadwal

Tabalong, atau pelaksana proyek.

keberlangsungan proyek PLTU

Dampak negatif dapat

pem-

diberikan
dengan

tanah

Responden

kontroversi

rencana
tali

asih

persyaratan

ada musyawarah lebih dahulu antara

PLTU, memiliki dampak lanjutan


berupa

perke-

bangunan PLTU. Responden terse-

pemilik lahan untuk melepas hak

dampak

lahan

rahkan

dengan
lainnya

tali
antara

bahwa
asih,

MSW.
juga

sebaiknya
dimusyawa-

MSW

dengan

pengguna lahan

dieliminasi

dengan pengelolaan melalui pendekatan sosial, ekonomi, dan teknis


lingkungan.

44. DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA


UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

4.2.

Dampak dalam Tahap Konstruksi

4.2.1. Dampak terhadap Geo Fisik Kimia


Tabel 4-4
Dampak kegiatan pengadaan material bangunan terhadap Kualitas Udara
Tahap Konstruksi

Sumber Dampak

Jenis Dampak

Besaran Dampak

Pengadaan material

Material yang dibutuhkan seperti: batu,

Dampak dari kegiatan dikategorikan

Peningkatan kadar debu yang terjadi

bangunan terhadap

pasir, tanah urug, besi beton, besi baja,

negatif penting (-P). Sifat dampak

diprediksi sampai meningkat dari

Kualitas Udara

kayu, genteng,

sebagian didatangkan

tidak kumulatif dan berbalik, lama

64,27 g/m3 menjadi + 285,87 g/m3

dari lokasi terdekat dengan tapak proyek

berlangsung relatif pendek (selama

namun hanya bersifat sesaat saja.

seperti pasir dan tanah urug. Kegiatan

tahap konstruksi) meskipun dengan

pengadaan

luas wilayah persebaran dampak

material

bangunan

diprakirakan menyebabkan perubahan

yang

kualitas udara, terutama debu.

angkut),

Kadar

terbatas

(sepanjang

Keterangan

jalan

intensitas debu yang

debu yang dihasilkan oleh kegiatan lalu

terdispersi akan cepat kembali lagi.

lintas kendaraan beban (sekitar 18 unit

Memiliki dampak lanjutan terhadap

truk per jam) akan melampaui baku


mutu maksimum yang dipersyaratkan.
Sedangkan kadar gas CO, SO2 dan NO2
meskipun

sedikit

meningkat

masih di bawah nilai baku mutu.

namun

kesehatan pekerja dan masyarakat.


Dampak negatif dapat

diminimasi

dengan pengelolaan secara teknis.


Tolok ukur:
Baku Mutu Udara Ambien menurut
PP No. 41 Tahun 1999
4-

4. DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA


UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Tabel 4-5
Dampak kegiatan pembukaan dan pematangan lahan terhadap Fisiografi
Tahap Konstruksi

Sumber Dampak

Jenis Dampak

Besaran Dampak

Keterangan

Pembukaan dan

Kegiatan pembersihan lahan pada

Dampak dari kegiatan dikategorikan

Tanah pada lokasi berasal dari bahan

pematangan lahan

lokasi rencana pembangunan PLTU

negatif

induk

terhadap Fisiografi

dengan luas mencapai 86 ha dapat

Intensitas dampak yang ditimbulkan

berkembang dengan ditandai telah

mengubah bentuk morfologi setempat

dinilai cukup besar, berlangsung

terjadinya deferensiasi horizon tanah.

karena pemotongan/penggalian pada

dalan jangka waktu yang singkat.

Tanah

daerah

yang

tinggi,

Sifat dampak tidak kumulatif dan

mengandung bahan organik dengan

daerah

yang

cekung/rendah

berbalik,

ketebalan sekitar 5-10 cm dengan

pengurugan

pemadatan/

penstabilan

diprakirakan

akan

dan
lereng

menimbulkan

kecil

dan

dengan

penting

luas

(-P).

wilayah

endapan

lapisan

persebaran dampak yang terbatas

tingkat

86 ha).

disebabkan

Berdampak lanjutan

liat

kesuburan
oleh

yang

atas

rendah

telah

yang

yang

rendahnya

dampak terhadap komponen fisiografi.

terhadap tanah (peningkatan laju

kejenuhan basa (KB). Pengupasan

Namun dengan terbukanya lahan dari

erosi), air (peningkatan kekeruhan

tanah atas pada kegiatan pembukaan

sebaran vegetasi dan soil berhumus

dan suspended solid), dan biota

dan

serta adanya tumpukan soil berhumus

terrestrial dan biota air.

menghilangkan lapisan atas tanah

ditempat

Dampak

diperkirakan

penumpukan
dapat

tanah

meningkatkan

negatif

dapat

dengan pendekatan teknis.

dikelola

(solum)

pematangan
yang

relatip

lahan
lebih

akan
subur

dibandingkan dengan lapisan bawah.

erosi pada musim penghujan. Proses


riil erosi dalam waktu lama dapat
berkembang menjadi gulley erosion .

(dilanjutkan)
44. DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA


UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Tabel 4-5 (lanjutan)

Sumber Dampak

Jenis Dampak

Besaran Dampak

Pembukaan dan

Apabila kondisi tersebut terjadi maka

pematangan lahan

dikhawatirkan

terhadap Fisiografi ]

kemantapan lereng daerah setempat

akan

Keterangan

mengurangi

dan menjadi daerah rawan longsor.


Demikian juga tumpukan tanah yang
tidak

dikelola

akan

menyebabkan

terjadinya erosi pada tumpukan tanah


ditempat penumpukan.

Erosi dan

longsornya tanah dapat menyebabkan


terjadinya dampak lanjutan berupa
peningkatan kekeruhan air di Sungai
Mangkusip.
Disamping

itu,

kesuburan

tanah

termasuk

meskipun

dalam

lapisan
kategori

status
atas
rendah

namun pengupasan tanah atas akan


menyebabkan

penurunan

tingkat

kesuburan yang bisa mencapai 50%


dari

tingkat

kesuburan

semula.

Lapisan atas tanah akan digantikan


oleh lapisan bawah tanah (sub soil)
yang memiliki tingkat kesuburan lebih
rendah.

44. DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA


UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Tabel 4-6
Dampak kegiatan pembukaan dan pematangan lahan terhadap Tanah
Tahap Konstruksi

Sumber Dampak

Jenis Dampak

Besaran Dampak

Kegiatan pembersihan lahan pada lokasi

Dampak

pematangan lahan

rencana pembangunan PLTU dengan luas

dikategorikan

negatif

terhadap Tanah

mencapai 86 ha dapat mengubah bentuk

penting (-P).

Intensitas

berkembang dengan ditandai telah

morfologi

dampak yang ditimbulkan

terjadinya deferensiasi horizon tanah.

dinilai

Tanah

penggalian

pada

karena
daerah

pemotongan/
yang

tinggi,

kegiatan

Tanah pada lokasi berasal dari bahan

Pembukaan dan

setempat

dari

Keterangan

cukup

besar,

induk

endapan

liat

lapisan

yang

atas

telah

yang

pengurugan daerah yang cekung/rendah dan

berlangsung dalan jangka

mengandung bahan organik dengan

pemadatan/ penstabilan lereng diperkirakan

waktu yang singkat. Sifat

ketebalan sekitar 5-10 cm dengan

akan

dampak tidak kumulatif dan

tingkat

berbalik,

disebabkan

menimbulkan

komponen

fisiografi.

dampak

terhadap

Namun

dengan

dengan

luas

kesuburan
oleh

rendah

yang

rendahnya

terbukanya lahan dari sebaran vegetasi dan

wilayah

persebaran

kejenuhan basa (KB). Pengupasan

soil berhumus serta adanya tumpukan soil

dampak yang terbatas (

tanah atas pada kegiatan pembukaan

berhumus

86

dan

ditempat

penumpukan

tanah

ha).

Berdampak

terhadap

tanah

pematangan

lahan

akan

menghilangkan lapisan atas tanah

diperkirakan dapat meningkatkan erosi pada

lanjutan

musim penghujan. Proses riil erosi dalam

(peningkatan laju erosi), air

(solum)

waktu lama dapat berkembang menjadi gulley

(peningkatan

dibandingkan dengan lapisan bawah.

kekeruhan

yang

relatip

lebih

subur

Nilai erosi akan meningkat tajam


mencapai 4 m. Apabila kondisi tersebut terjadi biota terrestrial dan biota puluhan kali lipat seiring dengan
lahan.
Hasil
maka
dikhawatirkan
akan
mengurangi air. Dampak negatif dapat pembukaan
pendugaan erosi
kemantapan lereng daerah setempat dan dikelola dengan pende- perhitungan
memperlihatkan bahwa jika
katan teknis.
menjadi daerah rawan longsor.
erosion

dengan kedalaman lembah dapat

dan suspended solid), dan

(dilanjutkan)
44. DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA


UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Tabel 4-6 (lanjutan)

Sumber Dampak
[ Pembukaan dan
pematangan lahan
terhadap Fisiografi,
Lahan dan Tanah ]

Jenis Dampak
Demikian juga tumpukan tanah yang
tidak dikelola akan menyebabkan
terjadinya erosi pada tumpukan tanah
ditempat penumpukan.
Pembersihan
lahan
akan
menyebabkan hilangnya tanaman
penutup
tanah yang berfungsi
mencegah erosi.
Kondisi tersebut
diperparah dengan kondisi lahan yang
memiliki kelerengan yang bervariasi
dari 5-25%. Erosi akan mengangkut
sejumlah massa tanah sehingga akan
menurunkan kualitas tanah dan
mempengaruhi kualitas air tanah
dengan
meningkatkan
sedimen
terlarut. Erosi dan longsornya tanah
dapat
menyebabkan
terjadinya
dampak lanjutan berupa peningkatan
kekeruhan air di Sungai Mangkusip.
Disamping itu, meskipun status
kesuburan
tanah
lapisan
atas
termasuk dalam kategori rendah
namun pengupasan tanah atas akan
menyebabkan
penurunan
tingkat
kesuburan yang bisa mencapai 50%
dari tingkat kesuburan semula.
Lapisan atas tanah akan digantikan
oleh lapisan bawah tanah (sub soil)
yang memiliki tingkat kesuburan lebih
rendah.

Besaran Dampak

Keterangan
tanaman penutup hilang
erosi

dapat

mencapai

ton/hektar/tahun

maka nilai
1033,24

dibanding-kan

dengan erosi awal yang hanya 105,11


ton/hektar/tahun. Peningkatan erosi
disebabkan

oleh

perubahan

penggunaan lahan dari bervegetasi


kebun dan semak belukar menjadi
tanah terbuka.

44. DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA


UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Tabel 4-7
Dampak kegiatan pembangunan prasarana dan sarana terhadap Fisiografi
Tahap Konstruksi

Sumber Dampak
Pembangunan PLTU
terhadap Fisiografi

Jenis Dampak
Pembangunan prasarana dan sarana
penunjang
yang
direncanakan
dibangun di atas
lahan urugan
dikhawatirkan dapat menyebabkan
amblesan.
Lahan
bekas
penggalian/pemotongan yang kondisi
tanah penumpu bangunannya dalam
kondisi relatif stabil. Bertambahnya
beban berat yang ditimbulkan oleh
bangunan bertingkat dikhawatirkan
melampaui daya dukung lahan yang
pada akhirnya dapat menyebabkan
terjadinya penurunan permukaan
tanah dan berlanjut dengan miring
atau
rusaknya
bangunan.
Terganggunya stabilitas lahan sebagai
akibat yang ditimbulkan oleh beban
berat di atasnya dapat menyebabkan
terjadinya longsoran (mass sliding),
terutama pada musim hujan yang
selanjutnya akan membawa sejumlah
massa tanah ke lingkungan perairan
dengan akibat lanjutan terjadinya
peningkatan kekeruhan pada badan
air penerima.

Besaran Dampak
Dampak

yang

Keterangan

ditimbulkan

oleh

Prasarana dan sarana antara lain: (1)

kegiatan pembangunan prasarana

coal storage yard, ash storage yard,

dan sarana terhadap komponen

cooling tower dan pump house, water

fisiografi

reservoir, oil storage tank, switchyard,

dikategorikan

penting,

negatif

meskipun

dampak

water treatment & DM plant, coal

stabilitas lereng dan daya dukung

handling plant, DG building & Cooling

tanah tidak berpengaruh secara

Tower, compressor house; (2) non

langsung

plant buildings: stores & canteen,

pada

manusia,

luas

wilayah persebaran dampak yang


terbatas
luasan

dibandingkan
seluruh

gate house, work shop

dengan

proyek

yang

mencapai 86 ha, namun dampak


yang ditimbulkan berlangsung lama
dan

dapat

berlanjut

terhadap

komponen lingkungan yang lain,


bersifat kumulatif dan tidak berbalik.
Dampak negatif dapat diminimasi
dengan pengelolaan menggunakan
pendekatan teknologi.

44. DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA


UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Tabel 4-8
Dampak kegiatan konstruksi bangunan unit sistem pembangkit PLTU Tanjung terhadap Fisiografi
Tahap Konstruksi

Sumber Dampak

Jenis Dampak

Besaran Dampak

Keterangan

Konstruksi bangunan

Pembangunan PLTU yang saat beroperasi

Dampak dikategorikan negatif

Bangunan utama PLTU antara lain:

PLTU

menimbulkan getaran dan bersama beban

dan penting.

unit-unit

terhadap Fisiografi

bangunan akan menambah beban diatas

didasarkan kepada intensitas

tanah penumpu bangunan.

dampak

Apabila daya

yang

cukup

amblesan

dapat

dalam jangka waktu yang

merusak fisik bangunan. Kondisi tersebut

lama, bersifat kumulatif dan

mengindikasikan

tidak berbalik.

dikhawatirkan
bahwa

pembangunan

steam

generation,

turbo

generator,bag filter, deaerator, boiler

ditimbulkan

dukung tanah terlampaui maka dapat terjadi


yang

besar,

Penilaian ini

berlangsung

PLTU mempunyai dampak negatif terhadap

Dampak

negatif

dapat

daya dukung tanah apabila tidak dikelola

diminimasi dengan pengelo-

dengan baik.

laan menggunakan pende-

Pembangunan bangunan penunjang PLTU

katan teknologi.

khususnya ash disposal area yang didesain


dengan

permukaan

cekung

kedalam

sedalam 1,5 m yang dasar permukaan


cekungannya

datar

akan

berdampak

terjadinya perubahan relief topografi.


(dilanjutkan)

44. DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI

10

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA


UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Tabel 4-8 (lanjutan)

Sumber Dampak

Jenis Dampak

Besaran Dampak

[ Konstruksi bangunan

Lokasi tersebut harus dipersiapkan dengan

PLTU

meratakan permukaan tanah yang semula

terhadap Fisiografi ]

merupakan

daerah

dengan

Keterangan

topografi

berlereng sedang menjadi cekung dengan


permukaannya datar.
Pembangunan lokasi ash disposal dan coal
yard

(tempat

penempatan

batubara)

tersebut dilakukan dengan pemotongan atau


penggalian tanah pada daerah yang lebih
tinggi, khususnya disisi timur dari area tapak
proyek, yang rona awalnya merupakan
topografi miring sedang.
Dampak-dampak
pembangunan
bangunan

dari
pembangkit

penunjang

terlampauinya

daya

kegiatan
utama

dan

pembangkit

yaitu

dukung

yang

menyebabkan amblesan secara setempat


dan perubahan topografi.

44. DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI

11

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA


UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Tabel 4-9
Dampak kegiatan pembukaan dan pematangan lahan terhadap Biota Darat
Tahap Konstruksi

Sumber Dampak

Jenis Dampak

Besaran Dampak

Sebagai rona awal biota darat hasil

Pembukaan dan pema-

Berkurang atau hilangnya flora darat (vegetasi)

Dampak

tangan lahan

sebagai habitat berbagai jenis fauna darat, yang

kan

dan

survey dan pengamatan saat survey

terhadap Biota Darat

berlanjut hilangnya kelompok Aves, Mammalia,

penting. Penilaian ini

UKL-UPL pada lokasi rencana PLTU

Reptilia, Amphibia.

didasarkan

kepada

Tanjung dan sekitarnya, ditemukan:

Flora/vegetasi:

intensitas

dampak

Flora/vegetasi:

Jumlah

jenis

pohon

permudaan

menurun

jumlahnya menjadi sekitar 0 2 jenis

Jumlah

jenis

tumbuhan

bawah/non

dikategori-

Keterangan

negatif

yang

ditimbulkan

dari rona awal sebanyak 17 jenis

cukup besar meskipohon

pun

berlangsung

Jumlah jenis pohon permudaan

Jumlah jenis tumbuhan bawah/

dalam jangka pendek

non

dua jenis tumbuhan bawah yang dilindungi akan

(selama

sebanyak 11 jenis

hilang yaitu kantong semar/Nepenthes sp.

bersifat kumulatif dan

Fauna:

tidak berbalik.

Aves/burung

berkurang menjadi sekitar

2 jenis (termasuk

Fauna:
Aves/burung (sebagai indikator):
Jumlah jenis burung dari rona awal sebanyak 11
jenis berubah menjadi 5 jenis, dengan perbedaan
jenis burung yang mendominasi kawasan. Burung
yang menempati habitat terbuka berupa semak
belukar dan vegetasi sepanjang guntung akan
bermigrasi ke tempat lain

konstruksi),

pohon

dari

(sebagai

rona

awal

indikator):

Indeks keragaman (H) sebesar 2,10


(keragaman sedang), dengan jumlah
jenis pada rona awal adalah 11 jenis

44. DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI

12

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA


UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

4.2.3.

Dampak terhadap Sosial, Ekonomi, Kesehatan Masyarakat


Tabel 4-10
Dampak kegiatan pengerahan dan pengurangan tenaga kerja terhadap Ekonomi
Tahap Konstruksi

Sumber Dampak

Jenis Dampak

Pengerahan dan

Pengerahan

tenaga

pengurangan tenaga

menciptakan

lapangan

kerja

kesempatan

terhadap Ekonomi

masyarakat.

Besaran Dampak

kerja
kerja

berusaha

Keterangan

dikategorikan

Dalam Tahap Konstruksi, tenaga kerja yang

dan

positif, besar, dan penting.

diperlukan terdiri atas tenaga manajerial,

bagi

Penilaian

tenaga

akan

Dampak
ini

didasarkan

administrasi

proyek,

operator

Peluang kesempatan

kepada intensitas dampak

kendaraan beban dan kendaraan operasional

kerja bagi masyarakat lokal relatif

yang ditimbulkan berlang-

lapangan,

terbatas

karena

tenaga

kerja

operator alat berat, tenaga kerja

yang

dibutuhkan

sung dalam jangka waktu

konstruksi bangunan, dan tenaga kerja spesifik

dengan

kualifikasi

yang lama, berlanjut dalam

lainnya.

Jumlah tenaga kerja lokal

Tahap Operasi, banyaknya

konstruksi

yang dapat untuk kegiatan konstruksi

masyarakat yang terkena

sebanyak 400 orang dan 10 orang diantaranya

diperkirakan kurang dari 40% dari

dampak

positif

adalah tenaga kerja asing. Jika dilihat dari asal

kebutuhan.

Sedangkan pada saat

(sekitar PLTU dan dalam

daerah pekerja, diperkirakan sebanyak 200

operasi jumlah tenaga yang dapat

Kecamatan terdekat), ada-

orang berasal dari daerah sekitar proyek dan

diserap dari masyarakat lokal semakin

nya

lanjutan

200 orang lainnya berasal dari luar daerah dan

terbatas berkenaan dengan kualifikasi

berupa peningkatan kese-

akan menetap sementara di dalam lokasi

yang lebih tinggi.

Padahal kualifikasi

jahteraan, akumulatif dan

proyek.

ini tidak banyak tersedia di sekitar

sinergitik, memiliki dampak

proyek.

balik

tertentu.

langung

dampak

terhadap

Untuk kegiatan puncak tahap


akan

dibutuhkan

tenaga

kerja

dampak

positif PLTU.
(dilanjutkan)

44. DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI

13

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA


UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Sumber Dampak

Jenis Dampak
kesempatan

Besaran Dampak

[ Pengerahan dan

Adanya

berusaha,

pengurangan tenaga

keberadaan

kerja

berdampak

terhadap Ekonomi ]

menumbuhkan jenis usaha baru dan

dekatan

perputaran/peredaran

ekonomi.

PLTU
cukup

diprakirakan
besar

dalam

mata

uang

(multiplier effects). Dengan kondisi


dan perkembangan wilayah Tanjung
saat ini, maka dengan terbukanya
kesempatan berusaha dapat
kenaikan

pendapatan

berdampak

terhadap

multiplier

pada

tabungan

sesuai

terjadi

sehingga
terjadi

efek

konsumsi

dan

fungsi

yang

diperoleh. Berarti bukan hanya terjadi


kenaikan

pendapatan

saja,

tetapi

terjadi efek pelipat yang lebih besar.


Analogi secara visual dapat dilihat dari
pertumbuhan peluang berusaha yang
signifikan di wilayah Desa Asam-

Dampak

positif

Keterangan

dapat

ditingkatkan dengan pengelolaan menggunakan pensosial

dan

Pada akhir tahap Konstruksi, sebagian tenaga


kerja akan dikurangi terutama dari jenis
pekerjaan konstruksi (operator dan konstruksi),
sedangkan
sebagian
lainnya
akan
dipekerjakan dalam Tahap Operasi, sekaligus
pengadaan tenaga kerja baru dengan
kualifikasi tertentu.
Pada tahap operasi hanya dibutuhkan tenaga
kerja lokal sebanyak 144 orang staf O & M,
yang terdiri dari 52 orang tenaga operasi
(operation engineers dan controllers), 8 orang
chemist dan analysts termasuk tenaga
lingkungan, 80 orang tenaga pemeliharaan
(mechanical,
electrical,
control
dan
instrumentation, civil), dan 4 orang tenaga
keamanan. Dengan demikian di akhir tahap
konstruksi akan terjadi pengurangan tenaga
kerja sekitar 254 orang dari yang semula
berjumlah 400 orang.
Dalam tahap Konstruksi yang berlangsung
selama 22 bulan dengan total pendapatan
karyawan dan tenaga kerja lainnya sebanyak
12 x 400 x Rp. 2.500.000 (rata-rata) = Rp. 12
M, dengan pengeluaran sebanyak 50%,
berarti uang yang beredar dalam Kecamatan
Murung Pudak adalah Rp. 6 M

Asam dengan beroperasinya PLTU


Asam-Asam.

44. DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI

14

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA


UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Tabel 4-11
Dampak kegiatan pengerahan dan pengurangan tenaga kerja terhadap Sosial Budaya
Tahap Konstruksi

Sumber Dampak
Pengerahan
pengurangan

Jenis Dampak
dan

tenaga

Besaran Dampak

Hasil wawancara responden dari Mabuun,

Tenaga yang berasal dari luar daerah

Dampak

diprakirakan

negatif,

kecil

tetapi

Maburai, dan Desa Warukin, diperoleh data:

penting.

Penilaian ini

mayoritas penduduk merupakan penduduk asli

akan

kerja

terhadap

terhadap Budaya

masyarakat setempat. Dampak yang

didasarkan

kepada

dari Suku Banjar, yang menganut agama Islam,

mungkin timbul berupa berubah atau

intensitas dampak yang

sehingga kegiatan masyarakat tidak terlepas

bergesernya nilai dan norma budaya

ditimbulkan berlangsung

dengan agama Islam (seperti kegiatan yasinan,

akibat terpengaruh oleh adat dan

dalam jangka waktu yang

selamatan, tasmiah dan arisan).

norma yang bersumber dari tenaga

lama

kerja luar daerah.

dalam

kelompok

kondisi

berdampak

skill

sosial

dan

budaya

dikategorikan

Keterangan

Tenaga kerja
engineering

Dalam satu

karena

berlanjut

tahun terakhir tidak pernah terjadi konflik dalam

Tahap

Operasi,

masyarakat.

banyaknya

masyarakat

terkena

Mayoritas masyarakat (78%) Desa Warukin

dampak

dihuni oleh Dayak Warukin yang termasuk

PLTU

dalam Suku Dayak Maanyan. Untuk komunikasi

umumnya adalah orang-orang yang

yang

terbiasa hidup di kota dengan nilai dan

langung

norma budaya yang berbeda dengan

dan

Kecamatan

dengan

warga

masyarakat pedesaan.

terdekat), adanya dam-

Banjar,

dan

Meningkatnya interaksi sosial sehu-

pak

terhadap

Bahasa Maanyan.

bungan dengan adanya pendatang

sikap

persepsi

desa beragama Kristen (Pantekosta, Katolik,

yang bekerja sebagai buruh maupun

masyarakat,

akumulatif

Protestan, Bethel). Sedangkan yang masih

tenaga ahli juga dapat merubah pola

dan

memiliki

menganut agama Hindu Kaharingan hanya

dan struktur pranata sosial yang telah

dampak balik terhadap

tertinggal 4 orang saja (Sumber Penghulu Adat

ada.

dampak positif PLTU.

Desa Warukin).

(sekitar

dalam
lanjutan
dan

sinergitik,

lainnya

untuk

digunakan

sesamanya

Bahasa

digunakan

Sebagian besar penduduk

44. DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI

15

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA


UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Tabel 3.11 (lanjutan)

Sumber Dampak

Jenis Dampak

Besaran Dampak

[ Pengerahan dan

Berdasarkan rona awal, kondisi sosial

Dampak

pengurangan tenaga

budaya

sekitar

diminimasi dengan penge-

kerja

lokasi proyek di dominasi oleh adat

lolaan menggunakan pen-

terhadap Budaya ]

Banjar dan Jawa dengan pemeluk

dekatan sosial-budaya, dan

agama

ekonomi.

masyarakatnya

beragama

yang
Islam.

di

relatif
Dengan

homogen

negatif

Keterangan

dapat

kondisi

demikian maka masuknya pendatang


sebagai tenaga kerja pada proyek
tidak banyak berpengaruh terhadap
variabel sosial budaya lainnya seperti
pelapisan sosial, perubahan sosial,
kepemimpinan, dan lain-lainnya.

44. DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI

16

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA


UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Tabel 4-12
Dampak kegiatan mobilisasi peralatan terhadap Sikap dan Persepsi Masyarakat
Tahap Konstruksi

Sumber Dampak

Jenis Dampak

Besaran Dampak

Keterangan

Mobilisasi peralatan

Dampak yang ditimbullkan terhadap

Dampak

terhadap Sikap dan

persepsi dan sikap masyarakat dapat

negatif besar dan penting.

diangkut

Persepsi Masyarakat

berupa

Pelabuhan Kelanis dan/atau dari tambang PT.

dikategorikan

truck

trailer

dari

dari

Penilaian

udara

dan

kepada intensitas dampak

Adaro (sewa pakai).

peningkatan kebisingan atau berupa

yang ditimbulkan berlang-

adalah kurang dari 5 kali selama tahap

dampak

sung dalam jangka waktu

Konstruksi.

terbatas,

banyaknya

hambatan perjalanan kendaraan umum di

prakiraan dampak, kegiatan mobilisasi

masyarakat yang terkena

jalan yang melibatkan kegiatan sangat jarang

ini tidak berdampak penting terhadap

dampak langung,

terjadi

kualitas udara dan tingkat kebisingan.

dampak lanjutan terhadap

Lalu-lintas

pengangkut

keamanan dan ketertiban,

munculnya

akumulatif dan sinergitik,

penurunan

kualitas
langsung

terkait

keselamatan lalu-lintas.

material

Berdasarkan

kendaraan
akan

dampak
masyarakat

memicu

negatif

dengan

di

pengguna

kalangan
jalan

dan

dampak

balik

terhadap

dampak

positif

negatif

dapat

PLTU.

jalan yang dilalui oleh kendaraan

Dampak

pengangkut

diminimasi

berat

dan

adanya

memiliki

masyarakat yang bermukim di sekitar


peralatan

didasarkan

menggunakan

turunan

dampak

ini

Peralatan berat seperti excavator dan dozer

material yang akan berlanjut terhadap

pendekatan

aktifitas proyek secara keseluruhan.

teknologi.

Frekuensi mobilisasi

Kecelakaan

(peluang

<

lalu

1%),

lintas

namun

atau

tetap

berdampak terhadap sikap masyarakat.

dengan
sosial

dan

44. DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI

17

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA


UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Tabel 4-13
Dampak kegiatan pengadaan material pembangunan PLTU Tanjung terhadap Sikap dan Persepsi Masyarakat
Tahap Konstruksi

Sumber Dampak

Jenis Dampak

Besaran Dampak

Keterangan

Pengadaan material
pembangunan

Dampak yang ditimbulkan terkait


dengan dampak turunan karena
penurunan
kualitas
udara
dan
peningkatan kebisingan serta terkait
dengan dampak langsung terhadap
kenyamanan dan keselamatan berlalulintas.
Keluar masuknya kendaraan
pengangkut material ke dan dari lokasi
proyek PLTU sebagian akan melintasi
daerah permukiman dan jalan umum.
Hal tersebut dapat menimbulkan
gangguan
terhadap
kenyamanan
berlalu-lintas dan memicu munculnya
kekhawatiran akan keselamatan lalulintas. Tindakan kriminal, terutama dari
oknum masyarakat terhadap material
yang disimpan dalam lokasi proyek
potensial untuk terjadi (misalnya
pencurian, penggelapan) sehingga
merugikan
proyek
(keterlambatan
dalam penyelesaian konstruksi).

Dampak
dikategorikan
negatif
dan
penting.
Penilaian ini didasarkan
kepada
intensitas
dampak yang ditimbulkan
berlangsung
dalam
jangka waktu terbatas,
banyaknya
masyarakat
yang terkena dampak
langung, adanya dampak
lanjutan
terhadap
keamanan
dan
ketertiban, akumulatif dan
sinergitik,
memiliki
dampak balik terhadap
dampak positif PLTU.
Pengelolaan
dampak
negatif dapat diminimasi
dengan
pendekatan
sosial dan teknologi.

Material
yang
dibutuhkan
dalam
kegiatan
pembangunan PLTU Tanjung seperti: batu, pasir,
tanah urug, besi beton, besi baja, kayu, dan genteng.
Bahan-bahan tersebut sebagian didatangkan dari
lokasi terdekat dengan tapak proyek seperti pasir.
Batu dan tanah urug, sebagian lainnya terutama
material yang terbuat dari logam didatangkan dari
luar Pulau Kalimantan melalui Pelabuhan Klanis,
sebagian bahan bangunan dibawa dari Banjarmasin
yang menggunakan jalan propinsi sepanjang 200 km.
Material yang diangkut termasuk peralatan untuk
konstruksi sistem pembangkit. Rona awal kualitas
udara di tapak proyek dengan parameter yang
3
dominan adalah kadar debu terukur 39,31 g/m
3
(KU.1), dan di pemukiman terdekat 64,27 g/m (KU2), sedangkan kadar gas CO, SO2 dan NO2 pada
semua titik pengukuran terdeteksi dalam jumlah yang
sangat kecil.
Kecelakaan lalu lintas atau hambatan perjalanan
kendaraan umum di jalan yang melibatkan kegiatan
sangat jarang terjadi (peluang < 1%), namun tetap
berdampak terhadap sikap masyarakat.
Material bangunan disimpan di tempat terbuka dan
peralatan lainnya diamankan dalam gudang di tapak
proyek.

terhadap sikap dan


persepsi masyarakat

44. DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI

18

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA


UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Tabel 4-14
Dampak kegiatan pengerahan dan pengurangan tenaga kerja terhadap Sikap dan Persepsi Masyarakat
Tahap Konstruksi

Sumber Dampak

Jenis Dampak

Besaran Dampak

Pengerahan dan

Dampak kegiatan berasal dari

Dampak dikategorikan negatif dan/atau

Berdasarkan

pengurangan tenaga kerja

munculnya kecemburuan sosial

positif, kecil tetapi penting. Penilaian ini

Monografi

terhadap Sikap dan

berkaitan dengan peluang dan

didasarkan kepada intensitas dampak

2006,

Persepsi Masyarakat

kesempatan

yang ditimbulkan berlangsung dalam

(5.000 orang) penduduk Kabupaten

kegiatan proyek.

jangka

Tabalong yang berusia 19 24

Berdasarkan aspirasi penduduk

berlanjut

yang didapat dari hasil studi rona

banyaknya masyarakat yang terkena

awal lingkungan terlihat adanya

dampak langung (sekitar PLTU dan

animo yang cukup besar dari

dalam Kecamatan terdekat), adanya

penduduk untuk dapat bekerja di

dampak lanjutan terhadap ekonomi,

PLTU

bekerja

Tanjung

pada

waktu

yang

dalam

lama

Tahap

Keterangan

karena
Operasi,

Tabalong.

sosial budaya, demografi, keamanan

sangat

berharap

dan ketertiban masyarakat, akumulatif

dapat dilibatkan sebagai tenaga

dan sinergitik, memiliki dampak balik

kerja.

tingkat

terhadap

oleh

Dampak

Responden

Sementara

pendidikan

yang

itu
dimiliki

dampak
positif

dan/atau

tenaga kerja yang ada tergolong

tergantung

rendah.

pengelolaan dampak.

Berdasarkan kualifikasi

positif

kepada

sumber
Kabupaten

hanya

data
Tabalong

sebanyak

28,6%

tahun berpendidikan tingkat SLTA.

PLTU.
negatif
intensitas

tenaga kerja yang dibutuhkan,

(dilanjutkan)
44. DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI

19

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA


UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Tabel 4-14 (lanjutan)

Sumber Dampak

Jenis Dampak

Besaran Dampak

[ Pengerahan dan

maka sebagian besar masyarakat di

pengurangan tenaga

sekitar tapak proyek hanya dapat

kerja

berperan sebagai pekerja menengah

terhadap Sikap dan

bawah.

Persepsi Masyarakat ]

Jumlah masyarakat yang terkena

Keterangan
Harapan masyarakat
(hasil wawancara dalam studi
UKL-UPL PLTU Tanjung):
Desa
Mabuun

dampak secara langsung cukup


banyak meliputi warga di sekitar
wilayah desa Mabuun dan desa
Maburai.

Kedua

desa

tersebut

merupakan daerah yang secara


langsung

terkena

kegiatan proyek.

dampak

dari
Maburai

Warukin

Harapan masyarakat
Semoga dari pihak
perusahaan dapat membantu
masyarakat baik dari
pekerjaan maupun jalan
Jangan mengganggu
lingkungan
Semoga berdampak positif
bagi masyarakat sekitar
Dapat ikut berdagang ke
PLTU
Agar memperhatikan
Amdal/memperhatikan
dampak lingkungan
Adanya lahan pekerjaan bagi
masyarakat sekitar
Percepatan proyek untuk
memenuhu kekurangan
tenaga listrik
Semoga buat pembangunan
desa lebih baik
Agar pemerintahan
memberikan manfaat bagi
masyarakat
Adanya lowongan kerja bagi
masyarakat
Semoga pihak proyek dapat
memberikan perekonomian
bagi masyarakat dengan ikut
terlibat dalam pekerjaan
Supaya tidak lagi mati lampu
Diberikan kesempatan kerja
bagi masyarakat
Dikelola dan diperhatikan
masyarakat sekitar
4-

4. DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI

20

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA


UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Tabel 4-15
Dampak kegiatan pengadaan mateial bangunan terhadap Kesehatan Masyarakat
Tahap Konstruksi

Sumber Dampak

Jenis Dampak

Besaran Dampak

Pengadaan material

Kegiatan mengakibatkan terjadinya perubahan

Dampak dikategorikan negatif, kecil

Berdasarkan

bangunan

terhadap kualitas udara berupa peningkatan

tetapi penting. Penilaian ini didasarkan

Puskesmas Murung Pudak,

terhadap Kesehatan

kadar debu, yang terpapar pada msyarakat

kepada

urutan

sekitar maupun terhadap para pekerja proyek.

ditimbulkan berlangsung dalam jangka

terbanyak adalah penyakit

Dalam rona awal lingkungan penyakit yang

pendek,

pulpa dan jaringan perifikal,

sering diderita oleh masyarakat adalah flu yang

terkena dampak langung (sekitar PLTU

penyakit

juga dapat digolongkan dengan penyakit ISPA.

dan

terdekat),

saluran pernafasan akut)

Pengotoran udara oleh debu dapat memicu

adanya

terhadap

dan

frekuensi serangan ISPA bagi penduduk atau

ekonomi, sosial budaya, akumulatif dan

Kondisi demikian menun-

bahkan memperpanjang lama sakit.

sinergitik,

jukkan

intensitas

Keterangan

dampak

yang

banyaknya masyarakat yang

dalam

Kecamatan

dampak

lanjutan

memiliki

dampak

balik

data

penyakit

yang

ISPA

penyakit
skala

(infeksi

hypertensi.
kualitas

terhadap dampak positif PLTU.

lingkungan termasuk dalam

Tolok Ukur:

kategori

Angka kesakitan pada masyarakat

dengan nilai 5.

sangat

baik

44. DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI

21

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA


UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

4.3.

Dampak padaTahap Operasi

4.3.1. Dampak terhadap Geo Fisik Kimia


Tabel 4-16
Dampak kegiatan pengoperasian PLTU terhadap Kualitas Udara
Tahap Operasi

Sumber Dampak
Pengoperasian PLTU
terhadap Kualitas Udara

Jenis Dampak

Besaran Dampak

Keterangan

Pengoperasian PLTU yang membakar


sejumlah batubara akan menghasilkan
emisi yang dikeluarkan dari cerobong.
Emisi tersebut diprakirakan; SOx
sebagai SO2 = 41.616.000 g/detik,
NOx sebagai NO2 = 17.800.000
g/detik, CO2 = 3.611.000.000
g/detik dan fly ash = 4.190.000
g/detik. Walaupun emisi tersebut
dilepaskan pada cerobong dengan
ketinggian yang cukup memadai (120
meter), tetapi kemungkinan polutan
tersebut untuk menambah polutan di
udara ambien masin dimungkinkan
oleh tiupan angin.
Perubahan kualitas udara pada tahap
ini juga dapat disebabkan kegiatan
suplai batubara dan dari kegiatan ini
polutan yang utama adalah debu yang
kadarnya dapat mencapai > 1000
g/m3.

Dari
segi
intensitas
dampak,
dinilai
besar
karena diprediksi dapat
meningkatkan
polutan
udara terutama partikel dan
gas CO2 sampai melebihi
baku mutu. Dari sisi waktu
dampak ini berlangsung
lama yaitu selama kegiatan
operasi dan dampak ini
menyebablkan
dampak
turunan terhadap biota
darat
(flora/fauna)
dan
kesehatan
masyarakat.
Oleh karena itu dampak ini
diklasifikasikan
sebagai
dampak besar dan penting.
Sifat Dampak : Negatif
Tolok Ukur :
PP No. 41/1999 (Baku
Mutu Udara Ambien)
KEP-13/MENLH/3/
1995 (Baku Mutu Emisi
Sumber
Tidak
bergerak/ PLTU)

PLTU dengan kapasitas 2 x 30 MW,


membakar batubara 25 ton/jam pembangkit,
melalui perhitungan yang didasarkan atas
spesifikasi batubara yang dibakar (dari
Tambang Wara PT. Adaro Indonesia), maka
emisi
yang
dikeluarkan
dapat
pula
diprediksikan, seperti yang telah dituliskan
pada kolom Jenis Dampak. Kemudian setelah
dilakukan perhitungan sebaran polutan
tersebut dengan Model Gauss, untuk kadar
yang sesuai dengan komposisi udara normal
diperoleh:

4. DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI

Parameter
SO2
CO2
NO2
Debu

Potensi sebaran pada kecepata


angin ekstrim (6 m/det)
2 km
6 7 km, siang 3 km pada
malam
2 km
4 km (tanpa bag filter)

Sumber : Lampiran Teks 3-6


Sedangkan sebaran debu dari aktifitas
hauling batubara dapat dianalogikan dengan
jalan beberapa tambang batubara, yang pada
saat cuaca kering kadar debunya mencapai >
1000 g/m3.
(Data dan hasil analisis dicantumkan dalam
Lampiran Teks 3-6
4 - 22

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA


UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Tabel 4-17
Dampak kegiatan pengoperasian PLTU terhadap Kebisingan
Tahap Operasi

Sumber Dampak

Jenis Dampak

Pengoperasian PLTU

Beroperasinya

PLTU

tentu

terhadap Kebisingan

menghasilkan bunyi/ kebisingan


yang relatif tinggi. Khusus untuk
bising di dalam ruang turbin dapat
mencapai 80 - 85 dBA dan bising
ini merupakan paparan (exposure)
bagi tenaga kerja dan berpotensi
juga

untuk

menyebar

pemukiman
kebisingan

terdekat.
yang

ke
Rona

terukur

di

rencana lokasi adalah 36,45 dBA


dan

demikian

pemukiman

analogi

terdekat

untuk
dengan

rencana lokasi proyek dimana


kebisingan tersebut masih
bawah

baku

mutu

maksimum

untuk baku tingkat kebisingan.

4. DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI

di

Besaran Dampak

Keterangan

Dari segi intensitas dampak, dinilai besar


karena diprediksi dapat meningkatkan
kebisingan pada permukiman terdekat
sampai melebihi baku mutu yang
ditetapkan. Dari sisi waktu dampak ini
berlangsung lama yaitu selama kegiatan
operasi dan dampak ini menyebabkan
dampak turunan terhadap biota darat
(terutama
fauna)
dan
persepsi
masyarakat. Oleh karena itu dampak ini
diklasifikasikan sebagai dampak besar
dan penting.
Sifat Dampak : Negatif.
Dampak dapat diminimasi dengan
pengelolaan menggunakan pendekatan
teknologi.
Tolok Ukur :
KEP-48/MENLH/11/1996
(Baku
Tingkat
Kebisingan,
55
untuk
pemukiman dan 70 untuk Industri)
Kepmenaker nomor 51/1999 (NAB
Faktor Fisika di Tempat Kerja), 85
dBA untuk 8 jam kerja sehari

Penyebaran tingkat kebisingan dari


sumbernya (point sources), dihitung
dengan formula L2 = L1 10 log
(d2/d1)2. Dengan formula tersebut
maka batas daerah pemukiman
terdekat dengan bangunan utama
PLTU adalah radius + 200 meter,
sedangkan

untyuk

keperluan

perkantoran PLTU dapat dibuat


dengan konstruksi dinding beton
yang kuat tanpa celah, sehingga
kebisingan dari turbin tidak masuk
ke ruang kantor.

4 - 23

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA


UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Tabel 4-18
Dampak kegiatan pengoperasian PLTU terhadap Hidrologi
Tahap Operasi

Sumber Dampak

Jenis Dampak

Besaran Dampak

Keterangan

Pengoperasian PLTU

Air untuk PLTU diambil dari sungai

Dampak

dikategorikan

Pengoperasian PLTU memerlukan air yang

terhadap Hidrologi

Tabalong,

negatif, besar, dan penting

diambil dari Sungai Tabalong melalui pipa

(-P).

tanam

mempengaruhi

sehingga
keseimbangan

dapat
air

Berlangsung

dalam

dengan

debit

sesuai

kebutuhan.

(selama

Kebutuhan air untuk kondensor adalah 300

Intensitas

m3/jam dan D.M. water system adalah 50 m3.

sungai Tabalong, karena keberadaan

jangka

air sungai juga dibutuhkan oleh pihak

tahap operasi).

lainnya.

dampak yang ditimbulkan

Oleh

Hasil analisis besaran debit minimum

tergolong besar meskipun

probabilitas frekwensi debit ( debit eksterm

dan probabilitas/peluang yang akan

berpeluang terjadi hanya

minimum ) sungai Tabalong, agar dapat

terjadi pada kurun waktu tertentu

pada musim kemarau pada

diketahui kapasitas minimum daya dukung

(periode ulang), yakni periode ulang

periode 25 tahunan dengan

debit

25 tahun yang akan datang, akan

wilayah

kebutuhan masyarakat luas.

terjadi debit minimum Qmin = 0,51

dampak yang cukup luas.

panjang

persebaran

m /dt sebanyak satu kali, atau untuk

Jumlah

periode ulang 50 th yang akan datang

terkena dampak tergolong

akan terjadi satu kali

banyak, terutama di bagian

m /dt.

Qmin = 0,23

manusia

karenanya

sungai

diperlukan

Tabalong

untuk

analisis

melayani

yang

hilir water intake terhadap


masyarakat yang

(dilanjutkan)
4. DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI

4 - 24

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA


UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Tabel 4-18 (lanjutan)

Sumber Dampak

Jenis Dampak

Besaran Dampak

Keterangan

sungai

memanfaatkan air sungai

oleh

Tabalong secara langsung

Hasil analis probabilitas frekwensi debit


ektrim minimum sebagai berikut:

masyarakat pengguna air lain seperti

dan suplai air bersih dari

Instalasi PDAM (90,00 lt/dt), Instalasi

PDAM bagian hilir. Sifat

Pertamina (166,00 lt/dt), dan rencana

dampak

intake PLTU Tanjung (97,20 lt/dt)

(dapat

sehingga total pengambilan Qout =

lingkungan)

[ Pengoperasian PLTU

Mengingat

terhadap Hidrologi ]

Tabalong

keberadaan
juga

diperlukan

tidak

kumulatif

diasimilasi
dan

oleh

berbalik

353,00 lt/dt atau 0,353 m /dt.

(dapat

Berdasarkan

probabilitas

berdampak lanjut terhadap

Tabalong

komponen sosial, ekonomi,

frekwensi

analisis

debit

sungai

dipulihkan),

terdapat debit minimum Qmin < 1 m /dt

budaya

dengan peluang kejadian 4 % dan jika

masyarakat

dibandingkan keperluan lain (Qout),

PLTU Tanjung.

maka memberikan indikasi bahwa

Dampak

sungai Tabalong berpeluang terjadi

diminimasi

kekeringan. Keadaan ini akan dapat

pengelolaan menggunakan

mengganggu masyarakat pengguna

pendekastan teknologi dan

air sungai di bagian hilir lokasi water

sosial.

serta

Periode
Ulang
(Tahun)
2
5
10
25
50

Q min
( m3/dt )
3,64
1,80
1,08
0,51
0,23

Keterangan

Peluang 4 %
Peluang 2 %

Perhitungan disajikan dalam Lampiran Teks 3-2.

persepsi
ter-hadap

negatif

dapat
dengan

intake PLTU Tanjung.

4. DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI

4 - 25

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA


UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Tabel 4-19
Dampak kegiatan pengoperasian PLTU terhadap Kualitas Air
Tahap Operasi

Sumber Dampak

Jenis Dampak

Besaran Dampak

Keterangan

negatif,

Hasil analisis kualitas air pada saat survey

PLTU

besar, dan penting (-P).

UKL-UKL PLTU Tanjung terhadap sample air

terhadap kualitas air bersumber dari

Berlangsung dalam jangka

pada tapak proyek (PP-01), di sekitar tapak

buangan limbah padat dan limbah cair

panjang

proyek

yang

operasi).

Pengoperasian PLTU

Dampak

terhadap Kualitas Air

kegiatan

yang

ditimbulkan

pengoperasian

dilakukan

selama

oleh

proses

Dampak

bersifat

(selama

tahap

Intensitas

kegiatan pembangkitan tenaga listrik.

dampak yang ditimbulkan

Limbah domestik umumnya bersumber

tergolong

dari hasil ekskresi (wc), kamar mandi,

berdampak lanjut terhadap

dan dapur yang disalurkan ke dalam

komponen lingkungan biota

septic tank. Limbah ini dianggap tidak

air, sosial, budaya, sikap

terbuang ke lingkungan, sehingga tidak

dan persepsi masyarakat.

menghasilkan dampak.

Dampak dapat diminimasi

Sedangkan

besar

dan

limbah non domestik berasal dari air

dengan

larian lapangan penumpukan batubara,

menggunakan pendekatan

abu, dan dari unit water treatment.

teknologi.

Jika limbah cair yang dibuang ke


lingkungan

sekitar

tersebut

tanpa

proses pengolahan terlebih dahulu

pengelolaan

(PP-02),

dan

Sungai

Mangkusip

diperoleh data:
Item
TDS
TSS
pH
DO
BOD
COD
Sulfat
Mn
Al
Fe
Zn
Cu

PP-01
16,2
29,0
5,3
5,17
8,02
22,51
96,0
0,005
0,002
0,52
0,001
0,003

Sample sites
PP-02
18,2
34,0
6,7
5,48
7,27
10,52
12,0
0,002
0,001
0,140
0,001
0,001

PP-04
14,8
19,0
5,2
5,19
9,65
18,56
67,0
0,007
0,002
0,55
0,002
0,003

Data hasil analisis dicantumkan dalam Lampiran Teks 3-3

Limbah cair domestik yang dialirkan ke dalam


septic tank tidak perlu di buang ke luar
lingkungan PLTU.

Limbah padat organik

yang dibuang dalam TPA secara berkala


diangkut dan dibuang oleh Dinas Kebersihan
Kab.

Tanjung,

sehingga

pengaruhnya

terhadap kualitas air tidak signifikan.


(dilanjutkan)
4. DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI

4 - 26

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA


UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Tabel 4-19 (lanjutan)

Sumber Dampak

Jenis Dampak

Besaran Dampak

Keterangan

[ Pengoperasian PLTU

diprakirakan

dapat

Curah hujan yang jatuh dalam kawasan PLTU

terhadap Kualitas Air ]

menyebabkan penurunan kualitas air

Tanjung sebagai run off akan mengangkut

yang akan berdampak lanjut terhadap

partikel tanah, partikel batubara ke lingkungan

biota akuatik pada badan air penerima

sekitarnya. Air hujan (sebagai run off) akan

limbah cair tersebut.

Berdasarkan

mengandung

karakteristik

cair

yang

substansi kimiawi dari batubara (terutama dari

kegiatan

partikel debu) yang tinggi, nilai kekeruhan

domestik maupun pada proses PLTU

yang tinggi pula, kandungan ammonia, nitrit

diperkirakan

yang

dihasilkan,

akan

limbah
baik

oleh

terdapat

sejumlah

padatan tersuspensi, COD,

melebihi

BMA.

Apabila

tanpa

parameter kualitas air yang secara

pengelolaan, maka substansi itu akan masuk

langsung atau tidak langsung akan

ke dalam aliran air menuju alur sungai

mengalami perubahan ke kondisi yang

Mangkusip.

lebih jelek, yaitu: warna, suhu, pH,


TSS, turbidity, DO, NH3-N, Fe, Cl2,
H2S, BOD, COD, minyak dan lemak.

4. DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI

4 - 27

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA


UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Tabel 4-20
Dampak kegiatan pemeliharaan PLTU terhadap Kualitas Air
Tahap Operasi

Sumber Dampak

Jenis Dampak

Besaran Dampak

pemeliharaan

Dampak

dinilai

negatif

Pemeliharaan PLTU

Kegiatan

terhadap Kualitas Air

dilakukan secara berkala setiap tahun

tetapi

untuk

Intensitas dampak terhadap

meningkatkan

PLTU

Keterangan

efektifitas

penting

keandalan mesin pembangkit tenaga

kualitas

air

listrik. Pemeliharaan dan pengecekan

dinilai

cukup

sistem

meskipun

kerja

peralatan

dilakukan

terhadap: boiler, turbine, dan bag

(-P).

pemukaan
besar

berlangsung

dalam jangka waktu yang

logam

relatif

singkat

(sebagai

teroksidasi), peralatan balance of plant

shock

loading),

memiliki

(akan

sifat kumulatif dalam waktu

house

(akan

menghasilkan

menghasilkan

logam

dan

ceceran oli), kolam penampung lindi,

sangat pendek.

Dampak

batubara dan oil water separator (akan

dapat

terhadap

menghasilkan

komponen biota air, sosial,

logam

dan

padatan
ceceran

tersuspensi,
oli).

Hasil

Keterangan lihat Tabel 4-19

berlanjut

ekonomi,

sikap

dan

pemeliharaan peralatan ini apabila

persepsi masyarakat.

tidak terkelola dengan baik potensial

Dampak

untuk masuk ke dalam aliran air ke

diminimasi

sungai sehingga meningkatkan kadar

pengelolaan menggunakan

COD, padatan tersuspensi, minyak,

pendekatan teknologi.

negatif

dapat
dengan

dan logam berat di perairan umum.

4. DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI

4 - 28

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA


UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

4.3.2.

Dampak terhadap Biologi

Tabel 4-21
Dampak kegiatan pengoperasian PLTU terhadap Biota Darat
Tahap Operasi

Sumber Dampak

Jenis Dampak

Besaran Dampak

Keterangan

negatif,

Kondisi biota darat dalam masa akhir

penggunaan bahan bakar batubara akan

besar, dan penting (-P).

Tahap Konstruksi akan berubah positif

menghasilkan fly ash yang diperkirakan

Berlangsung dalam jangka

dengan adanya pengelolaan lingkungan,

akan meningkatkan kadar partikulat matter

panjang

terutama adanya vegetasi yang ditanam.

di udara. Berdasarkan hasil prediksi akan

operasi).

terjadi peningkatan kadar debu (fly ash)

Intensitas

melebihi

Pengoperasian PLTU

Pengoperasian

terhadap Biota Darat

PLTU

dengan

Dampak

bersifat

(selama

tahap

Vegetasi tipe pohon, tanaman perdu,


yang

rerumputan yang semakin berkembang

ditimbulkan

tergolong

dan terpelihara baik akan menjadi habitat

dipersyaratkan hingga radius 6 7 km dari

cukup

meskipun

bagi fauna darat, terutama kelompok

lokasi proyek.

Peningkatan kadar debu

dalam wilayah persebaran

Aves.

terbang (fly ash) tersebut diperkirakan

yang terbatas, berdampak

pengelolaan debu, kondisi biota darat

dapat

lanjutan terhadap kompo-

dapat mencapai klimaks.

baku

mutu

mengganggu/

ambien

yang

menurunkan

dampak

besar

produktifitas usaha perkebunan (kelapa

nen

sawit dan karet) yang terdapat di sekitar

ekonomi,

lokasi proyek.

persepsi masyarakat.

Dampak juga mengenai

lingkungan
sikap
negatif

Akan tetapi tergantung kepada

sosial,
dan

populasi fauna darat (terutama Aves) yang

Dampak

dapat

berkurang atau menghilang dari kawasan

dikelola dengan mengguna-

PLTU dan wilayah terkena dampak debu.

kan pendekatan teknologi


dan biologis.
(dilanjutkan)

4. DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI

4 - 29

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA


UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Tabel 4-21 (lanjutan)

Sumber Dampak

Jenis Dampak

Besaran Dampak

[ Pengoperasian PLTU

Flora/vegetasi:

terhadap Biota Darat ]

Deskriptif dan sifatnya temporal


terutama

di

dedaunan

musim

vegetasi

Keterangan

kemarau,
akan

ter-

ganggu/tertutup debu bila debu


batu bara sisa pembakaran tidak
terkelola dengan baik
Fauna:
Jumlah

jenis

dan

keragaman

fauna sebagai akibat kebisingan,


perubahan

iklim

mikro

dan

gangguan

partikel

debu

sisa

pembakaran batubara.
Aves/burung (sebagai indikator):
Jumlah jenis burung dari rona
awal sebanyak 11 jenis berubah
menjadi 4 jenis, karena hanya
burung-burung
tertentu
yang
dapat
beradaptasi
dengan
lingkungan
baru
dengan
beroperasionalnya PLTU
Secara

umum,

kesehatan

vegetasi di dalam dan sekitar


tapak proyek akan terganggu dan
mengurangi keragaman fauna

4. DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI

4 - 30

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA


UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Tabel 4-22
Dampak kegiatan pengoperasian PLTU terhadap Biota Akuatik
Tahap Operasi

Sumber Dampak

Jenis Dampak

Besaran Dampak

Keterangan
sampling,

pengamatan,

analisis

Pengoperasian PLTU akan melibatkan

Dampak

terhadap Biota Akuatik

bekerjanya sub-sub sistem penunjang

negatif penting.

Intensitas

terhadap biota akuatik di tapak proyek (PP-1),

yang dalam pengoperasiannya akan

dampak yang ditimbulkan

sekitar tapak proyek (PP2), dan Sungai

menghasilkan

dan

dinilai besar, berlangsung

Mangkusip (PP-4) diperoleh:

melalui

dalam jangka waktu yang

akan

lama dan terus-menerus,

limbah

limbah

cair.

pengolahan

padat

Setelah
limbah

tersebut

dikategorikan

Hasil

Pengoperasian PLTU

dibuang ke lingkungan luar hingga ke

bersifat kumulatif

badan air penerima.

dapat atau sangat lambat

Limbah

padat

yang

(tidak

potensial

diasimilasi oleh lingkungan)

biota

akuatik

dan berbalik (kualitas air

endapan

lumpur

dapat

berdampak

terhadap

bersumber

dari

dikelola),

sinergitis dengan sumber

pengendapan air larian permukaan

dampak lainnya.

lapangan penumpukan batubara dan

dampak lanjutan terhadap

kolam instalasi pengolahan air limbah

komponen sosial, ekonomi,

lainnya.

sikap

kegiatan

operasi

limbah

PLTU

cair

batubara

bersumber dari limbah domestik, air

dan

masyarakat.

Kelimpahan
Indeks
keanekaragaman
Indeks
keseragaman
Indeks dominasi
Jumlah taksa

PP-01
245/16
1.99/1.00

Plankton (Fito/zoo)
PP-02
PP-04
1307/168
363/72
3.12/0.45
2.50/0.76

0.86/1.00

0.94/0.45

0.89/0.76

0.29/0.50
5/2

0.13/0.83
10/2

0.20/0.65
7/2

dan

(sludge) yang terkumpul di dasar kolam

Sedangkan

Item

Memiliki

persepsi

Item
Kelimpahan
Indeks
keanekaragaman
Indeks keseragaman
Indeks dominasi
Jumlah taksa

Makro zoobenthos
PP-01
PP-02
PP-04
823
431
1295
0.79
0.68
1.28
0.79
0.64
2

0.68
0.70
2

0.81
0.48
3

Data hasil analisis dicantumkan dalam Lampiran


Teks 3-5

larian permukaan, limbah cair proses


(dilanjutkan)
4. DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI

4 - 31

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA


UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Tabel 4-22 (lanjutan)

Sumber Dampak

Jenis Dampak

Besaran Dampak
negatif

dapat

Keterangan

[ PengoperasianPLTU

pengolahan, sisa atau bekas minyak

Dampak

Di sungai Mangkusip ditemukan jenis-jenis

terhadap Biota Akuatik ]

(oli bekas, ceceran minyak).

dikelola dengan mengguna-

ikan

Pembuangan limbah padat dan limbah

kan pendekatan teknologi

Ostariophysi seperti seluang (Rasbora sp.),

cair tanpa pengolahan ke badan air

dan biologis.

puyau (Osteochillus sp), senggiringan, lais (

air

tawar

yang

termasuk

Kelas

penerima akan berdampak langsung

(Cryptopterus micronema); jenis-jenis ikan

pada

dan

rawa seperti haruan (Channa striatus), betok

kelimpahan serta perubahan komposisi

(Anabas testudineus), sepat (Trichogaster

jenis biota akuatik.

trichopterus)

penurunan

kepadatan

Dampak tidak

langsung dari pembuangan limbah


terhadap

biota

air

dapat

melalui

penurunan kualitas air sebagai media


hidup biota akuatik.
Perubahan biota akuatik dari kondisi
rona

awal

penurunan

diprakirakan
kelimpahan,

keanekaragaman,

jumlah

terjadi
indeks
taksa.

Sebaliknya terjadi peningkatan indeks


keseraragaman dan indeks dominasi.

4. DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI

4 - 32

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA


UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Tabel 4-23
Dampak kegiatan pemeliharaan PLTU terhadap Biota Akuatik
Tahap Operasi

Sumber Dampak

Jenis Dampak

Pemeliharaan PLTU

Pemeliharaan PLTU akan dilakukan

Dampak

terhadap Biologi Akuatik

secara rutin 1 kali setahun agar

penting (-P).

kehandalan

terhadap kualitas air yang berlanjut

PLTU

tetap

Besaran Dampak

terjaga.

dinilai

tetapi

Intensitas dampak

Pelaksanakan kegiatan pemeliharaan

pada

tersebut akan meng-hasilkan limbah

pemukaan

dinilai

dengan berbagai karakteristik yang

meskipun

berlangsung

selanjutnya akan dibuang ke badan air

jangka waktu yang relatif singkat

penerima.

Limbah yang diperkirakan

(sebagai shock loading), memiliki

potensial berdampak terhadap biota air

sifat kumulatif dalam waktu sangat

bersumber dari :

pendek.

pembersihan
dengan

boiler

limbah

dari

berupa

biota

negatif

Keterangan

kerak

terhadap

logam

ekonomi,

teroksidasi

akuatik

dalam

cukup

Keterangan lihat Tabel 4-22

air

besar
dalam

Dampak dapat berlanjut


komponen
sikap

dan

sosial,
persepsi

masyarakat.

perbaikan dan pembersihan peralatan


balance of plant dengan limbah berupa
logam dan ceceran oli.
(dilanjutkan)

4. DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI

4 - 33

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA


UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Tabel 4-23 (lanjutan)

Sumber Dampak
[ Pemeliharaan PLTU

Jenis Dampak

terhadap Biologi Akuatik ]

pengerukan

dan

Besaran Dampak

pemindahan

Dampak

negatif

Keterangan

dapat

endapan yang ditampung kolam

dikelola dengan mengguna-

penampung lindi abu, batubara,

kan pendekatan teknologi

dan oil separator akan meng-

dan biologis.

hasilkan limbah berupa partikel


tersuspensi dan terlarut, minyak
mineral, dan logam terlarut.
Pembuangan limbah tersebut ke badan
air

penerima

langsung
berdampak

akan

berdampak

terhadap

biota

tidak

langsung

air

dan

melalui

penurunan kualitas air yang menjadi


media hidup biota air.

Perubahan

biota

akuatik

dari

kondisi rona awal diprakirakan


terjadi

penurunan

kelimpahan,

indeks keanekaragaman, jumlah


taksa.

Sebaliknya terjadi pening-

katan indeks keseraragaman dan


indeks dominasi.

4. DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI

4 - 34

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA


UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

4.3.3.

Dampak terhadap Sosial, Budaya, dan Ekonomi

Tabel 4-24
Dampak kegiatan pengoperasian dan pemeliharaan PLTU terhadap ekonomi
Tahap Operasi

Sumber Dampak

Jenis Dampak

Dampak

bersifat

negatif,

Pengoperasian

pemeliharaan PLTU

PLTU akan menghasilkan limbah

besar, dan penting (-P) dan

terhadap Ekonomi

padat

menurunkan

pemeliharaan

Keterangan

Pengoperasian dan

(fly

dan

Besaran Dampak

yang

dapat

dampak besar positif (+P).

produktifitas

usaha

Berlangsung dalam jangka

ash)

perkebunan karet dan kelapa sawit

panjang

(selama

yang terdapat di sekitar lokasi proyek

operasi).

Intensitas dam-

jika

pak yang ditimbulkan ter-

tidak

Penurunan
perkebunan

dikelola

dengan

produktifitas
berarti

baik.
usaha

penurunan

tahap

golong

cukup

besar

meskipun

dalam

wilayah

pendapatan masyarakat yang ber-

persebaran yang terbatas,

mata pencaharian sebagai petani

berdampak

kebun, termasuk perkebunan PT.

hadap

Cakung Permata Nusa di sebelah

kungan sosial, sikap dan

Timur rencana lokasi PLTU.

persepsi

lanjutan

komponen

terling-

masyarakat.

Dampak bersifat kumulatif


dan sinergis.

4. DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI

Hasil wawancara pada responden survey UKUPL PLTU Tanjung diperoleh data mengenai
pendapatan rumah tangga sebagai berikut:
Sebagian besar responden di Desa Mabuun
merupakan karyawan swasta perusahaan
perkebunan dan pertambangan. Untuk Desa
Maburai sebagian besar merupakan pekebun
karet, kemudian yang lainnya swasta.
Sedang untuk Desa Warukin, sebagian besar
responden meupakan pekebun karet dan
pekebun buah-buahan, dan 1 orang yang
merupakan karyawan pertambangan.
Penghasilan utama bervariasi antara Rp
300.000,- dan Rp 2.500.000,-.
Tertinggi
didapatkan di Desa Warukin dan Desa
Mabuun, sedangkan penghasilan terendah
didapatkan di Desa Warukin.
Penghasilan sampingan bervariasi antara Rp
400.000,- dan Rp 3.000.000,-. Penghasilan
tertinggi didapatkan di Desa Maburai dengan
usahanya berupa pembibitan karet.
4 - 35

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA


UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Tabel 4-24 (lanjutan)

Sumber Dampak

Jenis Dampak

Besaran Dampak

Keterangan

dengan

Sedangkan penghasilan terendah di


Desa Mabuun yang hanya Rp 400.000,dari usaha menyadap karet.
Pengeluaran rumah tangga tertinggi di
desa Mabuun dan Desa Warukin
sebanyak Rp 1.500.000,- dan terendah
terdapat di Desa Mabuun dan Desa
Maburai sebanyak Rp 300.000,- per
bulan.
Pengeluaran rumah tangga
tergantung dari pendapatan.

menggunakan pendekatan

Berdasarkan PDRB Kabupaten Tabalong

teknologi,

atas dasar harga konstan 1993, nilai

[ Pengoperasian dan

Keberadaan PLTU

dapat

Dampak bersifat positif dan

pemeliharaan PLTU

meningkatkan aktivitas ekonomi di

penting apabila dilihat dari

terhadap Ekonomi ]

Desa Mabuun dan Desa Maburai,

perkembangan

yang

mian

ditimbulkan

Tanjung

oleh

perubahan

bagi

perekonomasyarakat

sekitarnya,

daerah

permukimannya di kedua desa itu.

Tabalong)

dan

Adanya

Kalimantan Selatan.

kepadatan

penduduk
kesempatan

keberadaan

PLTU

berdampak

cukup

menumbuhkan
dilihat

dari

berusaha,
diprakirakan

besar

jenis

(multiplier effects).

dan

dalam

usaha

baru.

Analogi dapat

pertumbuhan

peluang

Dampak

Propinsi

negatif

diminimalkan

ekonomi.

(Kab.

sosial,

dapat

dan

PDRB Kabupaten Tabalong dari tahun

berusaha yang signifikan di wilayah

2003,

Desa

adalah Rp 1,925 T, Rp 2,229 T dan Rp

Asam-Asam

dengan

beroperasinya PLTU Asam-Asam.

2004

2,458 T.

dan

2005

berturut-turut

Sumber PDRB utama adalah

sektor Pertambangan dan Penggalian,


yaitu sebesar Rp 1,486 T pada Tahun
2005,

disusul oleh sektor pertanian

dengan Rp 441,3 M, dan sektor Jasa


dengan nilai Rp 183,9 M. Sedang sektor
yang paling kecil adalah sektor Listrik
dan

Air

minum,

hanya

Rp

3.2

(Tabalong Dalam Angka 2006)

4. DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI

4 - 36

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA


UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Tabel 4-25
Dampak kegiatan pengoperasian dan pemeliharaan PLTU terhadap Sikap dan Persepsi Masyarakat
Tahap Operasi

Sumber Dampak

Jenis Dampak

Besaran Dampak

Pengoperasian dan

Dampak kegiatan pengoperasian PLTU terhadap

pemeliharaan PLTU

persepsi dan sikap masyarakat bersumber dari: (1)

terhadap Sikap dan

peningkatan kadar debu terbang (fly ash), (2)

Persepsi Masyarakat

penurunan kualitas air hingga melampaui baku mutu

Dampak dinilai positif dan


negatif
penting
(+/-P).
Penilaian ini didasarkan
kepada intensitas dampak
yang ditimbulkan cukup
besar
dan
mencakup
wilayah Desa Maburai dan
Mabuun,
berlangsung
dalam jangka waktu yang
lama, bersifat kumulatif dan
berbalik,
menimbulkan
dampak lanjutan terhadap
komponen sosial lainnya.
Dampak positif dinyatakan
oleh responden (93 %).
Dampak positif ini dapat
ditingkatkan menggunakan
pendekatan sosial
Dampak
negatif
dapat
diminimalkan
dengan
menggunakan pendekatan
teknologi,
sosial,
dan
ekonomi.

yang dipersyaratkan, dan (3) pemakaian air Sungai


Tabalong

oleh

Berdasarkan

PLTU

hasil

dalam

prediksi

musim

kemarau.

dampak

terhadap

komponen udara diperkirakan sebaran debu yang


melebihi kadar yang diperbolehkan dapat mencapai
radius 4 km dari lokasi proyek (lihat Keterangan Tabel
4-16).

Di samping itu, pengoperasian PLTU juga

akan menghasilkan bahan buangan (limbah) cair


yang jika tidak sempurna proses pengolahannya akan
dapat mencemari badan air penerima.

4. DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI

Keterangan
Keterangan lihat Tabel 4-14.

4 - 37

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA


UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

4.3.4.

Dampak terhadap Kesehatan Masyarakat

Tabel 4-26
Dampak kegiatan pengoperasian PLTU terhadap Kesehatan Masyarakat
Tahap Operasi

Sumber Dampak
Pengoperasian PLTU
terhadap Kesehatan
Masyarakat

Jenis Dampak

Besaran Dampak

Keterangan

Pengoperasian
PLTU
menyebabkan
terjadinya peningkatan beberapa polutan
udara di udara ambien sekitar proyek
dengan radius 6 7 km (CO2) terutama
terhadap
sebaran
debu/abu
yang
merupakan polutan terbanyak yang keluar
dari cerobong pembangkit. Peningkatan
kadar debu di udara ambien ini merupakan
pajanan bagi masyarakat sekitar PLTU dan
ini dapat menjadi pemicu terjadinya kasus
penyakit yang berhubungan dengan
pernafasan. Pengotoran udara oleh debu
adalah salah satu faktor pemicu seringnya
atau frekuensi serangan ISPA bagi
penduduk atau bahkan memperpanjang
lama sakit (biasanya ISPA ringan dapat
sembuh
dengan
sendirinya
tanpa
pengobatan selama 14 hari). Penyakit ini
dapat membentuk pola kejadian penyakit
dalam masyarakat yang ditentukan oleh
sanitasi lingkungan.

Dampak dikategorikan negatif


tetapi penting (-P). Penilaian itu
didasarkan
kepada
jumlah
masyarakat yang terkena dampak
meskipun terbatas namun sangat
penting
karena
menyangkut
kesehatan ma-syarakat pada
warga di sekitar wilayah desa
Maburai dan Desa Mabuun.
Intensitas
dampak
dapat
menimbulkan
kontroversi
di
masyarakat, pemerintah daerah,
atau pelaksana proyek.
Sifat
dampak kumulatif dan berbalik.
Dampak bersifat sinergis dengan
sumber dampak lainnya. Memiliki
dampak
lanjutan
terhadap
komponen sosial dan ekonomi
yang berkenaan dengan social
cost untuk kesehatan.

Dalam rona awal lingkungan


penyakit yang sering diderita oleh
masyarakat adalah flu yang juga
dapat digolongkan dengan penyakit
ISPA.

4. DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI

4 - 38

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA


UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

4.4. Dampak padaTahap Pasca Operasi


4.4.1. Dampak terhadap Fisik Kimia dan Biologi
Tabel 4-27
Dampak pemanfaatan eks PLTU terhadap Fisik, Kimia, dan Biologi
Tahap Pasca Operasi

Sumber Dampak
Pemanfaatan eks PLTU
Tanjung
terhadap Fisik, Kimia,
dan Biologi

Jenis Dampak

Besaran Dampak

Keterangan

Setelah berakhirnya pengoperasian


PLTU Tanjung maka akan terjadi
proses pemulihan lingkungan fisik,
kimia, dan biologi di dalam dan sekitar
tapak proyek. Proses dan intensitas
pemulihan tergantung kepada jenis
pemanfaatan prasarana dan sarana
eks PLTU. Diprakirakan lingkungan
aspek lingkungan fisik, kimia, dan
biologi, menjadi semakin baik apabila
eks PLTU
dimanfaatkan untuk
kegiatan non industri yang tidak atau
kurang menghasilkan polutan ke
udara, air, dan tanah.
Dampak
lanjutannya akan mengenai aspek
biologi yang semakin baik.

Dampak dikategorikan positif, dan


penting (+P). Berlangsung dalam
jangka panjang (selama tahap
pasca operasi).
Intensitas
dampak
yang
ditimbulkan
tergolong cukup besar dengan
peluang terjadi nya perbaikan
komponen lingkungan, wilayah
persebaran dampak yang cukup
luas.
Jumlah manusia yang
terkena
dampak
tergolong
banyak, terutama di bagian hilir
water intake terhadap masyarakat
yang memanfaatkan air sungai
Tabalong secara langsung dan
suplai air bersih dari PDAM
bagian
hilir.
Sifat
dampak
kumulatif (dapat diasimilasi oleh
lingkungan) dan berbalik (dapat
dipulihkan), berdampak lanjut
terhadap
komponen
sosial,
ekonomi, budaya serta persepsi
masyarakat terhadap PLTU.

Karyawan PLTU yang kehilangan


pekerjaan pada awal Tahap Pasca
Operasi adalah 144 orang (Tabel 2-6).
Jika nilai pesangon rata-rata sebesar
Rp. 300.000.000, maka modal yang
dapat digunakan adalah Rp. 43,2 M.

4. DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI

4 - 39

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA


UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

4.4.2. Dampak terhadap Sosial dan Kesehatan


Tabel 4-28
Dampak pemanfaatan eks PLTU Tanjung terhadap Sosial dan Kesehatan Masyarakat
Tahap Pasca Operasi

Sumber Dampak
Pemanfaatan eks PLTU
Tanjung
terhadap Sosial dan
Kesehatan Masyarakat

Jenis Dampak

Besaran Dampak

Keterangan

Pada thap Awal Pasca Operasi,


karyawan PLTU yang kehilangan
pekerjaan
akan
mengalami
guncangan
(shock)
sementara.
Pesangon
yang
diperoleh
dari
perusahaan ini merupakan modal
utama untuk membuka usaha di
permukiman sekitar lokasi eks PLTU
maupun di tempat lainnya. Eks
karyawan dapat pula dipekerjakan
pada kegiatan yang memanfaatkan
eks PLTU.
Dampak lanjutan dari perbaikan fisik,
kimia, dan biologi di dalam dan sekitar
tapak proyek, memberikan dampak
perbaikan terhadap kehidupan sosial
dan kesehatan masyarakat.
Kehidupan sosial masyarakat di tapak
proyek dan sekitar proyek menjadi
lebih baik dengan memanfaatkan
bangunan-bangunan, fasilitas-fasilitas
sosial ekonomi dan lahan-lahan yang
ada untuk peningkatan kehidupan
sosialnya.

Dampak
dikategorikan
positif dan penting (+P).
Berlangsung dalam jangka
panjang (selama tahap
pasca operasi). Intensitas
dampak yang ditimbulkan
tergolong
cukup
besar
dengan peluang terjadinya
perbaikan komponen sosial
ekonomi dan kesehatan
masyarakat dengan lingkup
yang cukup luas. Dampak
terhadap perbaikan sosial
ekonomi dan kesehatan
masyarakat menyebar luas
sampai di luar tapak
proyek,
bahkan
dapat
mencapai wilayah diluar
Kecamatan Murung Pudak.
Dengan
memanfaatkan
segala fasilitas dari proyek
maka dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat
di
tapak
proyek dan
sekitarnya.

Karyawan PLTU yang kehilangan pekerjaan


pada awal Tahap Pasca Operasi adalah 144
orang (Tabel 2-6). Jika nilai pesangon ratarata sebesar Rp. 300.000.000, maka modal
yang dapat digunakan adalah Rp. 43,2 M.
Hasil wawancara pada responden survey UKUPL PLTU pada tahap Pra Konstruksi
diperoleh data mengenai pendapatan rumah
tangga sebagai berikut:
Sebagian besar responden di Desa Mabuun
merupakan karyawan swasta perusahaan
perkebunan dan pertambangan. Untuk Desa
Maburai sebagian besar merupakan pekebun
karet, kemudian yang lainnya swasta.
Sedang untuk Desa Warukin, sebagian besar
responden merupakan pekebun karet dan
pekebun buah-buahan, dan 1 orang yang
merupakan karyawan pertambangan.
Penghasilan utama pada tahap Pra
Konstruksi bervariasi antara Rp 300.000,- dan
Rp 2.500.000,-. Tertinggi didapatkan di Desa
Warukin dan Desa Mabuun, sedangkan
penghasilan terendah didapatkan di Desa
Warukin.
(dilanjutkan)

4. DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI

4 - 40

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA


UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Tabel 4-28 (lanjutan)

Sumber Dampak

Jenis Dampak

Besaran Dampak

Keterangan

Kesehatan masyarakat di tapak


proyek
dan
wilayah
sekitarnya
menjadi lebih baik dengan tidak
adanya lagi limbah yang dihasilkan
dari PLTU dan Fasilitas lingkungan yang

Dampak positif penting


dapat diperbesar dengan
mengadakan pendekatan
sosial dan ekonomi.

Penghasilan sampingan bervariasi antara Rp


400.000,- dan Rp 3.000.000,-. Penghasilan
tertinggi didapatkan di Desa Maburai dengan
usahanya berupa pembibitan karet.
Dalam rona awal lingkungan penyakit yang
sering diderita oleh masyarakat adalah flu
yang juga dapat digolongkan dengan penyakit
ISPA

telah ada dapat dimanfaatkan oleh


masyarakat, seperti pemanfaatan fasilitas
air bersih.

4. DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI

4 - 41

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA


UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

BAB V
PROGRAM PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP
Dalam Tabel 5-1 diringkaskan evaluasi dampak penting pembangunan PLTU
terhadap lingkungan, yang sebelumnya telah diidentifikasikan pada Tabel 4-1.
Selanjutnya dalam Tabel 5-2 sampai dengan Tabel 5-28 diuraikan pengelolaan dan
pemantauan masing-masing dampak berdasarkan Tahap Pra Konstruksi, Tahap
Konstruksi, dan Tahap Operasi.
Tabel 5-1
Matrik evaluasi dampak penting kegiatan pembangunan dan pengoperasian PLTU
Kegiatan

No

Pra-

Konstruksi

Pasca
Operasi

Operasi

Komp. Lingk
1

GEO-FISIKKIMIA

4a

4b

-P

-P

Kualitas udara

Kebisingan

Fisiografi

-P

Tanah

-P

Hidrologi

-P

Kualitas air

-P

+P

-P
-P

-P

-P
+P

BIOLOGI

Biota darat

Biota akuatik

-P

-P
-P

-P
+P

SOSIAL

Ekonomi

+P

Sosial Budaya

-P

Persepsi masyarakat

+/-P +/-P

-P

-P

+/-P

-P

KESEHATAN MASYARAKAT

-P

-P

-P

+/-P

-P

+P

Keterangan:
Tahap Pra-Konstruksi :
1. Survai Lapangan
2. Pengadaan Lahan

Tahap Operasi :
1. Pengoperasian PLTU
2. Pemeliharaan PLTU

Tahap Kontruksi :
1. Mobilisasi Peralatan
2. Pembukaan dan Pematangan lahan
3. Pengadaan Material Pembangunan
4a. Pembangunan Prasarana dan Sarana
4b. Konstruksi Bangunan PLTU
5. Pengerahan dan Pengurangan Tenaga Kerja
Tahap Pasca Operasi :
1. Pemanfaatan eks PLTU

+/- = dampak positif/negatif

P = dampak penting

5. PROGRAM PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

5-

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA


UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Tabel 5-2
Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan survey
lapangan pada Sikap dan Persepsi masyarakat
Tahap Pra Konstruksi
No.

Pengelolaan dan
Pemantauan
Dampak

1)

Sumber Dampak
Penting

2)

Upaya Pengelolaan
Dampak

3)

Upaya Pemantauan
Dampak

4)

Tolok ukur dampak

5)

Lokasi Pengelolaan
dan Pemantauan
Lingkungan

6)

Periode Pengelolaan
dan Pemantauan
Lingkungan

Uraian

Survey lapangan oleh Proyek PLTU dan Tim Studi UKL-UPL:


menimbulkan keingin-tahuan dan spekulasi dari sebagian anggota
masyarakat di sekitar tapak proyek terhadap kepastian lokasi, belum
jelasnya besaran tali asih atau kompensasi lahan, adanya persetujuan
atau penolakan masyarakat tanpa dasar yang jelas oleh masyarakat.
Dampak positif atau negatif.

Melaksanakan sosialisasi rencana kegiatan untuk memberikan


kejelasan kepada masyarakat tentang: (a) tujuan dan manfaat
pembangunan dan pengoperasian PLTU, (b) adanya kompensasi,
tali asih lahan, tanaman, bangunan yang lahannya digunakan
sebagai lokasi PLTU, (c) adanya proses pembebasan lahan yang
berpedoman pada norma-norma yang berlaku, dengan
mengutamakan asas musyawarah mufakat dan menyelesaikannya
sesegera mungkin sesuai dengan mekanisme yang disepakati.

Melaksanakan komunikasi dan dialog antara MSW dengan


masyarakat luas untuk memperoleh umpan balik yang efektif dan
menangkap aspirasi logis yang berkembang di masyarakat.
Pemantauan dampak dilakukan terhadap:
Pengetahuan, pemahaman, dan penerimaan masyarakat di sekitar
tapak proyek mengenai rencana PLTU di sekitar permukimannya.

Masyarakat mengetahui adanya rencana pembangunan dan


pengoperasian PLTU pada lokasi yang ditetapkan sehingga
ketidak pastian dan spekulasi dari masyarakat dapat dicegah

Kep. Kep Bapedal Nomor 08 tahun 2000 tentang Keterlibatan


Masyarakat dan Keterbukaan Informasi dalam Proses Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan

Desa Mabuun, Desa Maburai, dan permukiman lainnya yang


berkepentingan

Masyarakat dan manajemen perkebunan kelapa sawit dan karet


PT. Cakung Permata Nusa

Tahap Pra Konstruksi (sebelum kegiatan pengadaan lahan


dilaksanakan)

5. PROGRAM PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

5-

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA


UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Tabel 5-3
Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan pengadaan
lahan terhadap Sikap dan Persepsi masyarakat
Tahap Pra Konstruksi
No.

Pengelolaan dan
Pemantauan
Dampak

1)

Sumber Dampak
Penting

2)

Upaya Pengelolaan
Dampak

3)

Upaya Pemantauan
Dampak

4)

Tolok ukur dampak

Uraian

Pengadaan lahan untuk lokasi PLTU terhadap Sikap dan Persepsi


Masyarakat:
Kepuasan atau ketidak puasan besaran kompensasi atau tali asih
terhadap lahan, berkenaan dengan taksiran luas dan nilai tanaman yang
tergantung kepada status lahan, tanaman yang ada, pengakuan
penggunaan lahan oleh oknum masyarakat, serta ketidak inginan
pengguna lahan untuk melepas lahannya. Dampak akan positif apabila
masyarakat puas dengan nilai tali asih, sebaliknya negatif apabila
masyarakat menolak. Dampak lanjutannya adalah pemenuhan jadwal
proyek PLTU.

Melaksanakan pembebasan lahan berpedoman pada peraturan yang


berlaku, dengan mengutamakan asas musyawarah mufakat dan
menyelesaikannya sesegera mungkin sesuai dengan mekanisme
yang disepakati.

Pengawasan dan keterbukaan terhadap proses penilaian lahan,


tanaman, bangunan yang akan dibebaskan
Pemantauan dampak dilakukan terhadap:

Kesepakatan antara proyek dan masyarakat untuk nilai tali asih atau
kompensasi terhadap tanaman, bangunan yang dibebaskan

Proses penyerahan nilai kompensasi dan tali asih kepada


masyarakat yang bersangkutan
Terhadap dampak positif:
Pembebasan lahan masyarakat untuk MSW berlangsung lancar
Masyarakat pemilik lahan merasa puas terhadap nilai kompensasi
dan tali asih yang diterimanya
Terhadap dampak negatif:

Adanya konflik antara pihak yang sebelumnya memanfaatkan lahan


tapak proyek dengan MSW serta kontraktornya dalam penyelesaian
pembebasan lahan.
Tolok Ukur:

UU Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok


Agraria

UU No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang.

PP Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah.

Peraturan Meneg Agraria/Kepala BPN No. 2 Tahun 1993 tentang


Tatacara Memperoleh Ijin Lokasi dan Hak Atas Tanah Bagi
Perusahaan Dalam Rangka Penanaman Modal, Jo. Peraturan
Meneg Agraria/Kepala BPN No. 2 Tahun 1999 tentang Ijin Lokasi.

Peraturan Kep. BPN No. 2 Tahun 1995 tentang Izin Lokasi

5)

6)

Lokasi Pengelolaan
dan Pemantauan
Lingkungan
Periode Pengelolaan
dan Pemantauan
Lingkungan

Perda Kalimantan Selatan Nomor 9 Tahun 2000 tentang Rencana


Tata Ruang Wilayah Provinsi Kalimantan Selatan
Desa Mabuun, Desa Maburai, dan permukiman lainnya yang
berkepentingan

Tahap Pra Konstruksi (sebelum kegiatan Konstruksi dilaksanakan)

5. PROGRAM PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

5-

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA


UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Tabel 5-4
Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan pengadaan
material bangunan terhadap Kualitas Udara
Tahap Konstruksi
No.

Pengelolaan dan
Pemantauan
Dampak

1)

Sumber Dampak
Penting

2)

Upaya Pengelolaan
Dampak

3)

Upaya Pemantauan
Dampak

4)

Tolok ukur dampak

5)

Lokasi Pengelolaan
dan Pemantauan
Lingkungan

6)

Periode Pengelolaan
dan Pemantauan
Lingkungan

Uraian

Pengadaan material bangunan terhadap Kualitas Udara:


Material yang sebagian didatangkan dari lokasi terdekat dengan tapak
proyek seperti pasir dan tanah urug diprakirakan menyebabkan
perubahan kualitas udara, terutama debu. Kadar debu yang dihasilkan
oleh kegiatan lalu lintas kendaraan beban (sekitar 18 unit truk per jam)
akan melampaui baku mutu maksimum yang dipersyaratkan.
Sedangkan kadar gas CO, SO2 dan NO2 meskipun meningkat namun
masih dibawah nilai baku mutu.

Pembatasan kecepatan kendaraan angkut maksimum 40 km/jam


di jalan umum dan 25 km/jam di jalan desa

Mangatur frekwensi lalu-lintas dengan menghindari konvoi armada


pengangkut

Melakukan penyiraman di ruas jalan desa yang padat


penduduknya pada musim kemarau

MSW dan kontraktor mengadakan koordinasi dengan PT. Cakung


Permata Nusa mengenai penggunaan jalan perkebunan kelapa
sawit dan karet.
Pemantauan dampak dilakukan terhadap:

Lalu lintas kendaraan angkutan material proyek PLTU yang


dioperasikan oleh MSW (frekuensi kendaraan, kecepatan
kendaraan) yang melalui jalan desa

Penanganan dan penyelesaian kasus lalu lintas dan kasus lainnya


yang berkenaan dengan kegiatan proyek

Kadar debu, CO, SO2 dan NO2


Terhadap dampak negatif:

Masyarakat yang terkena dampak mengajukan protes timbulnya


paparan debu akibat lalu lintas kendaraan pengangkutan material
dan bahan bangunan

Adanya kecelakaan lalulintas yang secara langsung atau tidak


langsung melibatkan kegiatan proyek
Tolok Ukur:

Baku mutu udara ambien untuk kadar debu menurut PP. No. 41
tahun 1999

UU Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan


Jalan.

Desa Mabuun, Desa Maburai, dan permukiman lainnya yang


dilalui kendaraan

Jalan perkebunan PT. Cakung Permata Nusa

Tahap Konstruksi (selama pengangkutan material dan bahan


konstruksi)

5. PROGRAM PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

5-

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA


UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

No.

Tabel 5-5
Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan pembukaan
dan pematangan lahan terhadap Fisiografi
Tahap Konstruksi
Pengelolaan dan
Uraian
Pemantauan
Dampak

1)

Sumber Dampak
Penting

2)

Upaya Pengelolaan
Dampak

3)

Upaya Pemantauan
Dampak

4)

Tolok ukur dampak

5)

Lokasi Pengelolaan
dan Pemantauan
Lingkungan

6)

Periode Pengelolaan
dan Pemantauan
Lingkungan

Pembukaan dan pematangan lahan terhadap Fisiografi::


Kegiatan pembersihan lahan pada lokasi rencana pembangunan PLTU
dengan luas mencapai 86 ha dapat mengubah bentuk morfologi
setempat karena pemotongan/penggalian pada daerah yang tinggi,
pengurugan daerah yang cekung/rendah dan pemadatan/penstabilan
lereng diperkirakan akan menimbulkan dampak terhadap komponen
fisiografi. Erosi dan longsornya tanah dapat menyebabkan terjadinya
dampak lanjutan berupa peningkatan kekeruhan air di Sungai
Mangkusip.
Mencegah terjadinya longsoran tebing dan timbunan tanah atau
batuan:

Pembukaan tanah yang membentuk lereng dibuat berjenjang,


lebar jenjang minimal 5 m, dan tinggi jenjang tunggal maksimum
10 m, dan kemiringan lereng secara keseluruhan maksimum 45.

Mengatur penempatan material galian dengan lebar jenjang 10 m,

tinggi 10 m, dan kemiringan lereng secara keseluruhan 30 untuk

penempatan permanen, dan 45 untuk penempatan sementara.

Alur sungai (guntung) semaksimal mungkin dipertahankan


termasuk vegetasi di sepanjang alur.
Pemantauan dampak dilakukan terhadap:

Stabilitas lahan yang dimatangkan.

Keberadaan ekosistem dan alur sungai dalam tapak proyek


Terhadap dampak negatif:

Indikasi atau gejala terjadinya longsoran tebing dan timbunan


tanah

Perubahan alur sungai dalam tapak proyek


Tolok Ukur:

UU Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam


Hayati dan Ekosistemnya.

Areal tapak proyek PLTU Tanjung

Tahap Konstruksi (selama pembukaan dan pematangan lahan)

5. PROGRAM PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

5-

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA


UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Tabel 5-6
Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan pembangunan
prasarana dan sarana PLTU terhadap Tanah
Tahap Konstruksi
No.

Pengelolaan dan
Pemantauan
Dampak

1)

Sumber Dampak
Penting

2)

Upaya Pengelolaan
Dampak

3)

Upaya Pemantauan
Dampak

4)

Tolok ukur dampak

5)

Lokasi Pengelolaan
dan Pemantauan
Lingkungan

6)

Periode Pengelolaan
dan Pemantauan
Lingkungan

Uraian

Pembukaan dan pematangan lahan PLTU terhadap Tanah:


Tumpukan tanah yang tidak dikelola akan menyebabkan terjadinya
erosi pada tumpukan tanah ditempat penumpukan.
Pembersihan lahan akan menyebabkan hilangnya tanaman penutup
tanah yang berfungsi mencegah erosi. Kondisi tersebut diperparah
dengan kondisi lahan yang memiliki kelerengan yang bervariasi dari 525%. Erosi akan mengangkut sejumlah massa tanah sehingga akan
menurunkan kualitas tanah dan mempengaruhi kualitas air tanah
dengan meningkatkan sedimen terlarut. Erosi dan longsornya tanah
dapat menyebabkan terjadinya dampak lanjutan berupa peningkatan
kekeruhan air di Sungai Mangkusip.
Disamping itu, meskipun status kesuburan tanah lapisan atas termasuk
dalam kategori rendah namun pengupasan tanah atas akan
menyebabkan penurunan tingkat kesuburan yang bisa mencapai 50%
dari tingkat kesuburan semula. Lapisan atas tanah akan digantikan
oleh lapisan bawah tanah (sub soil) yang memiliki tingkat kesuburan
lebih rendah.

Tumpukan vegetasi dipisahkan dari tanah lapisan atas. Vegetasi


dibiarkan membusuk (sebagai humus) tanpa dibakar

Tanah lapisan atas dan humus dikembalikan ke tempat semula


terutama pada lahan yang akan dijadikan taman.

Pencegahan erosi dengan membuat terasering.

Alur sungai dan vegetasinya semaksimal mungkin tetap


dipertahankan seperti keadaan aslinya.
Pemantauan dampak dilakukan terhadap:

Erosi dan stabilitas lahan yang dimatangkan

Keberadaan ekosistem dan alur sungai dalam tapak proyek.


Terhadap dampak negatif:

Indikasi atau gejala terjadinya longsoran tebing dan timbunan


tanah

Perubahan alur sungai dan vegetasinya dalam tapak proyek


Tolok Ukur:

UU Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam


Hayati dan Ekosistemnya.

Areal tapak proyek PLTU Tanjung

Tahap Konstruksi (selama selama pembukaan dan pematangan


lahan)

5. PROGRAM PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

5-

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA


UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Tabel 5-7
Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan pembangunan
prasarana dan sarana PLTU terhadap Fisiografi
Tahap Konstruksi
No.

Pengelolaan dan
Pemantauan
Dampak

1)

Sumber Dampak
Penting

2)

Upaya Pengelolaan
Dampak

3)

Upaya Pemantauan
Dampak

4)

Tolok ukur dampak

5)

Lokasi Pengelolaan
dan Pemantauan
Lingkungan

6)

Periode Pengelolaan
dan Pemantauan
Lingkungan

Uraian

Pembangunan prasarana dan sarana PLTU terhadap Fisiografi:


Pembangunan prasarana dan sarana penunjang secara keseluruhan
yang direncanakan dibangun di atas lahan urugan dikhawatirkan dapat
menyebabkan amblesan. Lahan bekas penggalian/pemotongan yang
kondisi tanah penumpu bangunannya dalam kondisi relatif stabil.
Bertambahnya beban berat yang ditimbulkan oleh bangunan bertingkat
potensial melampaui daya dukung lahan yang pada akhirnya dapat
menyebabkan terjadinya penurunan permukaan tanah dan berlanjut
dengan miring atau rusaknya bangunan. Terganggunya stabilitas lahan
sebagai akibat yang ditimbulkan oleh beban berat di atasnya dapat
menyebabkan terjadinya longsoran (mass sliding), terutama pada
musim hujan yang selanjutnya akan membawa sejumlah massa tanah
ke lingkungan perairan dengan akibat lanjutan terjadinya peningkatan
kekeruhan pada badan air penerima.
Mencegah terjadinya longsoran tebing dan timbunan tanah atau batuan
di dalam lokasi proyek yang dapat berlanjut ke sekitar lokasi proyek:

Melaksanakan soil test dengan baik dan merancang pondasi yang


benar untuk semua bangunan dan struktur.

Pembukaan tanah yang membentuk lereng dibuat berjenjang,


lebar jenjang minimal 5 m, dan tinggi jenjang tunggal maksimum
10 m, dan kemiringan lereng secara keseluruhan maksimum 45.

Mengatur penempatan material galian dengan lebar jenjang 10 m,


tinggi 10 m, dan kemiringan lereng secara keseluruhan 30 untuk

penempatan permanen, dan 45 untuk penempatan sementara.

Pembangunan prasarana dan sarana PLTU semaksimal mungkin


diusahakan berada di luar alur sungai (guntung).
Pemantauan dampak dilakukan terhadap:

Stabilitas lahan yang terbebani oleh bangunan dan sarana lainnya

Keberadaan ekosistem dan alur sungai dalam tapak proyek.


Terhadap dampak negatif:

Indikasi atau gejala terjadinya longsoran tebing dan timbunan


tanah

Perubahan fisik banguna dan sarana lainnya


Tolok Ukur:

UU Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam


Hayati dan Ekosistemnya.

Areal tapak proyek PLTU Tanjung

Tahap Konstruksi (selama pembangunan prasarana dan sarana)

5. PROGRAM PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

5-

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA


UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Tabel 5-8
Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan
pembangunan PLTU terhadap Fisiografi
Tahap Konstruksi
No.

Pengelolaan dan
Pemantauan
Dampak

1)

Sumber Dampak
Penting

2)

Upaya Pengelolaan
Dampak

3)

Upaya Pemantauan
Dampak

4)

Tolok ukur dampak

5)

Lokasi Pengelolaan
dan Pemantauan
Lingkungan

6)

Periode Pengelolaan
dan Pemantauan
Lingkungan

Uraian

Konstruksi bangunan PLTU terhadap Fisiografi:


Pembangunan bangunan PLTU yang saat beroperasi menimbulkan
getaran dan bersama beban bangunan akan menambah beban diatas
tanah penumpu bangunan.
Pembangunan bangunan penunjang
pembangkit khususnya ash disposal area (area buangan debu) akan
berdampak terjadinya perubahan relief topografi dengan permukaannya
datar.
Dampak-dampak dari kegiatan pembangunan pembangkit adalah
terlampauinya daya dukung yang menyebabkan amblesan secara lokal
dan perubahan topografi.
Mencegah terjadinya longsoran tebing dan timbunan tanah atau batuan
di dalam lokasi proyek yang dapat berlanjut ke sekitar lokasi proyek:

Merancang dengan benar struktur yang berat dan tinggi,


memperhitungkan daya dukung tanah dan beban lain seperti
angin, dan sebagainya.

Analisis intensif terhadap pembebanan bangunan PLTU terhadap


daya dukung tanah.

Membentuk lereng yang benar dan perlindungan lereng pada


semua tempat.

Konstruksi bangunan PLTU semaksimal mungkin di luar alur


sungai (guntung).
Pemantauan dampak dilakukan terhadap:

Stabilitas lahan yang terbebani oleh bangunan dan sarana lainnya

Keberadaan ekosistem dan alur sungai dalam tapak proyek.


Terhadap dampak negatif:

Indikasi atau gejala terjadinya longsoran tebing dan timbunan


tanah

Perubahan fisik bangunan


Tolok Ukur:

UU Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam


Hayati dan Ekosistemnya.

Areal tapak proyek PLTU Tanjung

Tahap Konstruksi (selama pembangunan PLTU)

5. PROGRAM PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

5-

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA


UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Tabel 5-9
Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan pembukaan
dan pematangan lahan terhadap Biota Darat
Tahap Konstruksi
No.

Pengelolaan dan
Pemantauan
Dampak

1)

Sumber Dampak
Penting

2)

Upaya Pengelolaan
Dampak

3)

Upaya Pemantauan
Dampak

4)

Tolok ukur dampak

5)

Lokasi Pengelolaan
dan Pemantauan
Lingkungan

6)

Periode Pengelolaan
dan Pemantauan
Lingkungan

Uraian

Pembukaan dan pematangan lahan terhadap Biota Darat:


Berkurang atau hilangnya flora darat (vegetasi) sebagai habitat
berbagai jenis fauna darat, yang berlanjut hilangnya kelompok Aves,
Mammalia, Reptilia, Amphibia.
Flora/vegetasi:

Jumlah jenis pohon permudaan menurun jumlahnya menjadi


sekitar 0 2 jenis

Jumlah jenis tumbuhan bawah/non pohon berkurang menjadi


sekitar
2 jenis (termasuk jenis tumbuhan bawah yang
dilindungi akan hilang yaitu kantong semar (Nepenthes sp). Indeks
keragaman (H) vegetasi pohon alamiah yang berkembang di
guntung/ceruk akan berubah nilainya menjadi 0 (rendah)
Fauna:
Aves/burung (sebagai indikator):
Indeks keragaman (H) akan berubah menjadi 1,01 (rendah) karena
burung yang menempati habitat terbuka dan vegetasi sepanjang alur
sungai akan bermigrasi ke tempat lain

Perlu dibuat rencana kegiatan penghijauan di areal proyek dengan


senantiasa mengadopsi jenis-jenis tanaman lokal.

Semaksimal mungkin mempertahankan alur sungai


seperti
keadaan aslinya, sehingga konservasi terhadap flora alamiah
masih dapat terjaga.

Membuat koleksi jenis tumbuhan yang dilindungi agar kemudian


hari keberadaannya dapat dipertahankan.
Pemantauan dampak dilakukan terhadap:

Efektivitas pengelolaan dampak terhadap keberadaan alur sungai


sebagai habitat asli yang dikonservasi

Fauna darat:
populasi, keanekaragaman (Aves, Mammalia,
Reptilia, Amphibia) yang terdapat di sekitar lokasi proyek dalam
radius .6 7 km
Terhadap dampak negatif:

Semakin menurunnya populasi fauna darat, teutama Aves di dalam


dan sekitar PLTU Tanjung.

Di dalam dan sekitar tapak proyek PLTU Tanjung

Tahap Konstruksi

5. PROGRAM PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

5-

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA


UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

No.

Tabel 5-10
Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan pengerahan
dan pengurangan tenaga kerja terhadap ekonomi
Tahap Konstruksi
Pengelolaan dan
Uraian
Pemantauan
Dampak

1)

Sumber Dampak
Penting

2)

Upaya Pengelolaan
Dampak

3)

Upaya Pemantauan
Dampak

4)

Tolok ukur dampak

5)

Lokasi Pengelolaan
dan Pemantauan
Lingkungan

6)

Periode Pengelolaan
dan Pemantauan
Lingkungan

Pengerahan dan pengurangan tenaga kerja terhadap Ekonomi:


Pengerahan tenaga kerja akan menciptakan lapangan kerja dan
kesempatan berusaha bagi masyarakat. Peluang kesempatan kerja
bagi masyarakat lokal relatif terbatas karena yang dibutuhkan tenaga
kerja dengan kualifikasi tertentu. Jumlah tenaga kerja lokal yang dapat
untuk kegiatan konstruksi diperkirakan kurang dari 40% (156 orang)
dari kebutuhan. Sedangkan pada saat operasi jumlah tenaga yang
dapat diserap dari masyarakat lokal semakin terbatas berkenaan
dengan kualifikasi yang lebih tinggi. Padahal kualifikasi ini tidak banyak
tersedia di sekitar proyek.
Dengan adanya kesempatan berusaha bagi masyarakat, keberadaan
PLTU diprakirakan berdampak cukup besar dalam menumbuhkan jenis
usaha baru dan perputaran peredaran mata uang (multiplier effects).

Mendorong berkembangnya perekonomian lokal seperti toko, kios,


warung dengan penyediaan bahan keperluan sehari-hari secara
lengkap, mencukupi, dan berkualitas dengan harga bersaing.

Mengadakan pembinaan terhadap eks. karyawan yang di PHK


untuk pemanfaatan pesangon sebagai modal usahanya.
Pemantauan dampak dilakukan terhadap:

Masyarakat lokal yang bekerja pada MSW atau kontraktornya dan


tempat permukimannya.

Perubahan perekonomian lokal yang diamati dari peningkatan


jumlah usaha ekonomi, fisik bangunan di permukiman sekitar tapak
proyek.
Terhadap dampak positif:

Jumlah tenaga kerja lokal yang terserap oleh MSW dan


kontraktornya

Jumlah unit usaha di daerah-daerah yang berdekatan dengan


lokasi proyek dan pemukiman tenaga kerja pendatang tumbuh
secara signifikan

Adanya perubahan tampilan fisik di permukiman sekitar tapak


proyek PLTU Tanjung yang mengindikasikan peningkatan
kesejahteraan masyarakat

Masyarakat di sekitar tapak proyek PLTU Tanjung

Tahap Konstruksi

5. PROGRAM PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

5 - 10

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA


UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

No.

Tabel 5-11
Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan pengerahan
dan pengurangan tenaga kerja terhadap Sosial Budaya
Tahap Konstruksi
Pengelolaan dan
Uraian
Pemantauan
Dampak

1)

Sumber Dampak
Penting

2)

Upaya Pengelolaan
Dampak

3)

Upaya Pemantauan
Dampak

4)

Tolok ukur dampak

5)

Lokasi Pengelolaan
dan Pemantauan
Lingkungan

6)

Periode Pengelolaan
dan Pemantauan
Lingkungan

Pengerahan dan pengurangan tenaga kerja terhadap Budaya:


tenaga yang berasal dari luar daerah diprakirakan akan berdampak
terhadap kondisi sosial budaya masyarakat setempat. Dampak yang
mungkin timbul berupa berubah atau bergesernya nilai dan norma
budaya akibat terpengaruh oleh adat dan norma yang bersumber dari
tenaga kerja luar daerah.
Meningkatnya interaksi sosial sehubungan dengan adanya pendatang
yang bekerja sebagai buruh maupun tenaga ahli juga dapat merubah
pola dan struktur pranata sosial yang telah ada. Masuknya pendatang
sebagai tenaga kerja pada MSW untuk proyek PLTU secara sosial
budaya potensial berdampak negatif penting.

Membantu memelihara keharmonisan hubungan antar kelompok

Membantu melestarikan norma dan nilai budaya yang positif dan


kondusif

Memberi keteladanan budaya kerja profesional yang jujur dan


bertanggung jawab

Membantu menumbuhkan kesadaran untuk saling menghargai


perbedaan latar belakang budaya pekerja pendatang dan budaya
lokal
Pemantauan dampak dilakukan terhadap:

Perubahan sosial budaya masyarakat lokal

Penerimaan masyarakat lokal terhadap pendatang dari luar daerah

Interaksi sosial antara masyarakat lokal dan pendatang dari luar


daerah
Terhadap dampak negatif:

Perubahan norma dan nilai/gaya hidup masyarakat setempat

Perubahan pola kekerabatan dan nilai agama

Masyarakat di sekitar tapak proyek PLTU Tanjung

Tahap Konstruksi

5. PROGRAM PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

5 - 11

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA


UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Tabel 5-12
Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan mobilisasi
peralatan terhadap Sikap dan Persepsi Masyarakat
Tahap Konstruksi
No.

Pengelolaan dan
Pemantauan
Dampak

1)

Sumber Dampak
Penting

2)

Upaya Pengelolaan
Dampak

3)

Upaya Pemantauan
Dampak

4)

Tolok ukur dampak

5)

Lokasi Pengelolaan
dan Pemantauan
Lingkungan
Periode Pengelolaan
dan Pemantauan

6)

Uraian

Mobilisasi peralatan terhadap Sikap dan Persepsi Masyarakat:


Dampak yang ditimbullkan terhadap persepsi dan sikap masyarakat dapat
berupa dampak turunan dari penurunan kualitas udara dan peningkatan
kebisingan atau berupa dampak langsung terkait dengan keselamatan
lalu-lintas. Berdasarkan prakiraan dampak, kegiatan mobilisasi ini hanya
berdampak penting yang ditimbulkan oleh lalu-lintas kendaraan
pengangkut material yang dapat memicu munculnya dampak negatif bagi
masyarakat pengguna jalan dan masyarakat yang bermukim di sekitar
jalan yang dilalui oleh kendaraan pengangkut peralatan berat dan
material yang akan berlanjut terhadap aktifitas proyek secara
keseluruhan.
Dampak dapat berlanjut terhadap keamanan dan
ketertiban, serta komponen sosial lainnya.

Pembatasan kecepatan kendaraan angkut maksimum 40 km/jam di


jalan umum dan 25 km/jam di jalan desa (untuk menghindarkan
kecelakaan lalu lintas dan mengurangi paparan debu).

Mangatur frekwensi lalu-lintas dengan menghindari konvoi armada


pengangkut.

Penyelesaian kasus lalu lintas yang ditimbulkan oleh kepentingan


MSW (atau kontraktornya) sesegera mungkin, secara tuntas sesuai
peraturan, proporsional, dan memuaskan bagi kedua belak pihak
(masyarakat dan perusahaan).
Pemantauan dampak dilakukan terhadap:

Lalu lintas kendaraan angkutan material proyek PLTU yang


dioperasikan oleh MSW (frekuensi kendaraan, kecepatan kendaraan)
yang melalui jalan desa

Penanganan dan penyelesaian kasus lalu lintas dan kasus lainnya


yang berkenaan dengan kegiatan proyek

Sikap masyarakat terhadap debu yang ditimbulkan oleh kegiatan lalu


lintas proyek

Kadar debu, CO, SO2 dan NO2


Terhadap dampak negatif:

Masyarakat yang terkena dampak mengajukan protes dan tuntutan


terhadap kasus lalu lintas, kerusakan jalan dan infrastruktur lainnya
dalam kegiatan mobilisasi peralatan berat dan material PLTU.
Masyarakat yang terkena dampak mengajukan protes karena debu
akibat lalu lintas kendaraan pengangkutan material dan bahan
bangunan
Tolok Ukur:

Baku mutu udara ambien untuk kadar debu menurut PP. No. 41
tahun 1999

UU Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

Masyarakat di sekitar tapak proyek PLTU Tanjung

Masyarakat di sekitar permukiman yang merupakan jalur jalan


mobilisasi

Tahap Konstruksi

5. PROGRAM PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

5 - 12

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA


UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Tabel 5-13
Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan pengadaan
material pembangunan terhadap Sikap dan Persepsi Masyarakat
Tahap Konstruksi
No.

Pengelolaan dan
Pemantauan
Dampak

1)

Sumber Dampak
Penting

2)

Upaya Pengelolaan
Dampak

3)

Upaya Pemantauan
Dampak

Uraian

Pengadaan material pembangunan terhadap Sikap dan Persepsi


Masyarakat:
Dampak yang ditimbulkan terkait dengan dampak turunan karena
penurunan kualitas udara dan peningkatan kebisingan serta terkait
dengan dampak langsung terhadap kenyamanan dan keselamatan
berlalu-lintas. Keluar masuknya kendaraan pengangkut material ke
dan dari lokasi PLTU sebagian akan melintasi daerah permukiman dan
jalan umum. Hal tersebut dapat menimbulkan gangguan terhadap
kenyamanan berlalu-lintas dan memicu munculnya kekhawatiran akan
keselamatan lalu-lintas. Tindakan kriminal, terutama dari oknum
masyarakat terhadap material yang disimpan dalam lokasi proyek
potensial untuk terjadi (misalnya pencurian, penggelapan) sehingga
merugikan proyek (keterlambatan dalam penyelesaian konstruksi).

Pembatasan kecepatan kendaraan angkut maksimum 40 km/jam


di jalan umum dan 25 km/jam di jalan desa

Mangatur frekwensi lalu-lintas dengan menghindari konvoi armada


pengangkut.

Melakukan penyiraman di ruas jalan desa yang dilalui kendaraan


proyek di daerah padat penduduk pada musim kemarau.

Meningkatkan keamanan di tapak proyek PLTU dan jalur


transportasi material.

Penyelesaian kasus lalu lintas yang ditimbulkan oleh kepentingan


MSW (atau kontraktornya) sesegera mungkin, secara tuntas
sesuai peraturan, proporsional, dan memuaskan bagi kedua belak
pihak (masyarakat dan perusahaan)

Penyelesaian kasus kriminal yang ditimbulkan oleh oknum


masyarakat atau oknum perusahaan terhadap material MSW
sesegera mungkin, secara tegas sesuai hukum.
Pemantauan dampak dilakukan terhadap:

Lalu lintas kendaraan angkutan material PLTU (frekuensi


kendaraan, kecepatan kendaraan) yang melalui jalan desa.

Penanganan dan penyelesaian kasus lalu lintas dan kasus lainnya


yang berkenaan dengan kegiatan proyek

Penanganan dan penyelesaian kasus kriminal yang berkenaan


dengan kegiatan proyek

Sikap masyarakat terhadap paparan debu yang ditimbulkan okeh


kegiatan lalu lintas proyek

Kadar debu, CO, SO2 dan NO2

Tingkat kebisingan

(dilanjutkan)

5. PROGRAM PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

5 - 13

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA


UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Tabel 5-13 (lanjutan)

No.

Pengelolaan dan
Pemantauan
Dampak

4)

Tolok ukur dampak

5)

Lokasi Pengelolaan
dan Pemantauan
Lingkungan

6)

Periode Pengelolaan
dan Pemantauan
Lingkungan

Uraian

Terhadap dampak negatif:

Masyarakat yang terkena dampak mengajukan protes terhadap


paparan debu, parameter kualitas udara, dan kebisingan akibat
lalu lintas kendaraan pengangkutan material dan bahan bangunan

Masyarakat yang terkena dampak mengajukan


protes dan
tuntutan terhadap kasus lalu lintas, kerusakan jalan dan
infrastruktur lainnya dalam kegiatan pengadaan peralatan dan
material PLTU

Adanya kehilangan material proyek terutama dalam tapak proyek


Tolok Ukur:

UU Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan


Jalan.

Baku mutu udara ambien untuk kadar debu menurut PP. No. 41
tahun 1999

Masyarakat di sekitar tapak proyek PLTU Tanjung

Masyarakat di sekitar pemukiman yang merupakan jalur jalan


mobilisasi

Tahap Konstruksi

5. PROGRAM PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

5 - 14

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA


UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Tabel 5-14
Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan pengerahan
dan pengurangan tenaga kerja terhadap Sikap dan Persepsi Masyarakat
Tahap Konstruksi
No.

Pengelolaan dan
Pemantauan
Dampak

1)

Sumber Dampak
Penting

2)

Upaya Pengelolaan
Dampak

3)

Upaya Pemantauan
Dampak

4)

Tolok ukur dampak

5)

Lokasi Pengelolaan
dan Pemantauan
Lingkungan

6)

Periode Pengelolaan
dan Pemantauan
Lingkungan

Uraian

Pengerahan dan pengurangan tenaga kerja terhadap Sikap dan


Persepsi Masyarakat:
Dampak kegiatan berasal dari munculnya kecemburuan sosial
berkaitan dengan peluang dan kesempatan bekerja pada kegiatan
proyek. Padahal animo masyarakat lokal sekitar tapak proyek cukup
besar untuk dapat bekerja di PLTU. Sementara itu tingkat pendidikan
yang dimiliki oleh tenaga kerja yang ada tergolong rendah.
Berdasarkan kualifikasi tenaga kerja yang dibutuhkan, maka sebagian
besar masyarakat di sekitar tapak proyek hanya dapat berperan
sebagai pekerja menengah bawah.
Jumlah masyarakat yang terkena dampak cukup banyak meliputi warga
di sekitar wilayah desa Mabuun dan Desa Maburai. Kedua desa
tersebut merupakan daerah yang secara langsung terkena dampak dari
kegiatan proyek.

Mengadakan penerimaan tenaga kerja lokal dan pengurangan


tenaga kerja secara bijaksana dengan mempertimbangkan kondisi
masyarakat lokal dan perusahaan berdasarkan hasil analisa
kualifikasi yang tersedia.

Keterbukaan pihak PLTU tentang pola rekruitmen dan


pengurangan tenaga kerja untuk menciptakan persepsi
masyarakat lokal secara positif terhadap kebijaksanaan ketenaga
kerjaan yang diambil oleh pihak PLTU dan Dinas Tenaga Kerja
Kabupaten Tabalong.
Pemantauan dampak dilakukan terhadap:

Masyarakat lokal yang terserap dalam proyek pada Tahap


Konstruksi

Adanya keluhan hingga unjuk rasa yang memprotes kebijaksanaan


penerimaan tenaga kerja dan pengurangan, termasuk yang
dilakukan oleh kontraktor MSW

Gejolak yang timbul dari tenaga kerja lokal yang diputuskan


hubungan kerjanya oleh MSW
Terhadap dampak positif:

Adanya tanggapan yang baik, pemahaman, dan penerimaan


terhadap kebijakan proyek terhadap rekriutmen tenaga kerja lokal
untuk bekerja pada MSW atau kontaktornya dalam Tahap
Konstruksi
Terhadap dampak negatif:

Penerimaan dan pengurangan tenaga kerja pada MSW dan


kontraktornya (dalam Tahap Konstruksi) menimbulkan keresahan,
protes, atau gejolak pada karyawan atau pekerja terutama yang
berasal dari masyarakat lokal.

Masyarakat di sekitar tapak proyek PLTU Tanjung (terutama Desa


Mabuun dan Desa Maburai).

Tahap Konstruksi

5. PROGRAM PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

5 - 15

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA


UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Tabel 5-15
Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan pengadaan material
bangunan terhadap Kesehatan Masyarakat
Tahap Konstruksi
No.

Pengelolaan dan
Pemantauan
Dampak

1)

Sumber Dampak
Penting

2)

Upaya Pengelolaan
Dampak

3)

Upaya Pemantauan
Dampak

4)

Tolok ukur dampak

5)

Lokasi Pengelolaan
dan Pemantauan
Lingkungan

6)

Periode Pengelolaan
dan Pemantauan
Lingkungan

Uraian

Pengadaan material bangunan terhadap Kesehatan Masyarakat:


Perubahan terhadap kualitas udara berupa peningkatan kadar debu,
yang terpapar pada masyarakat sekitar maupun terhadap para pekerja
proyek. Dalam rona awal lingkungan penyakit yang sering diderita oleh
masyarakat adalah flu yang juga dapat digolongkan dengan penyakit
ISPA. Pengotoran udara oleh debu dapat memicu frekuensi serangan
ISPA bagi penduduk atau bahkan memperpanjang lama sakit.

Mendukung pelaksanaan pembangunan sektor kesehatan melalui


bantuan fasilitas dan bantuan pelayanan kesehatan bagi karyawan
MSW dan kontraktor serta masyarakat sekitar lokasi proyek

Melaksanakan pengelolaan terhadap kualllitas udara seperti yang


diuraikan pada Tabel 5-4 dan Tabel 5-12.
Pemantauan dampak dilakukan terhadap:

Keluhan karyawan dan masyarakat berkenaan dengan kesehatan


yang diduga bersumber dari debu dan kualitas udara sebagai
dampak kegiatan proyek.
Terhadap dampak negatif:

Pola penyebaran penyakit yang berkaitan dengan peningkatan


kadar debu ambien

Angka kesakitan yang terrekam di Puskesmas, Pustu

Masyarakat di sekitar tapak proyek PLTU Tanjung (terutama Desa


Mabuun dan Desa Maburai).

Tahap Konstruksi

5. PROGRAM PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

5 - 16

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA


UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Tabel 5-16
Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan PLTU
terhadap Kualitas Udara
Tahap Operasi
No.

Pengelolaan dan
pemantauan
dampak

1)

Sumber Dampak
Penting

2)

Upaya Pengelolaan
Dampak

3)

Upaya Pemantauan
Dampak

Uraian

Pengoperasian PLTU terhadap Kualitas Udara:


Pengoperasian PLTU yang membakar sejumlah batubara akan
menghasilkan emisi yang dikeluarkan dari cerobong. Emisi tersebut
diprakirakan; SOx sebagai SO2 = 41.616.000 g/detik, NOx sebagai
NO2 = 17.800.000 g/detik, CO2 = 3.611.000.000 g/detik dan fly ash =
4.190.000 g/detik. Walaupun emisi tersebut dilepaskan pada
cerobong dengan ketinggian yang cukup memadai (120 meter), tetapi
kemungkinan polutan tersebut untuk menambah polutan di udara
ambien masin dimungkinkan oleh tiupan angin.
Perubahan kualitas udara pada tahap ini juga dapat disebabkan oleh
adanya kegiatan suplai dan pemindahan batubara dan oleh abu dari
penampungan debu (ash dyke). Dari kegiatan ini polutan debu
3
kadarnya dapat mencapai > 1000 g/m .

Stabilisasi dan perawatan permukaan lapangan penumpukan


batubara

Berkelanjutan memonitor emisi cerobong dengan CEMS


(Continuos Emmision Monitoring System).

Menyediakan Dust Filter pada crushing plant.

Menjaga agar ash disposal selalu basah untuk mencegah


terbentuknya fly ash ke udara.

Melakukan penyiraman di lokasi/areal stockpile/stockyard untuk


mengurangi potensi pencemaran debu, terutama pada musim
kemarau dan hari-hari dimana tidak ada hujan

Melakukan penyiraman pada crushing plant dan conveyor


menuju coal feeder dengan water sprayer untuk mengurangi
disversi debu.

Perawatan mesin PLTU secara teratur dan tepat waktu agar


diperoleh kinerja alat yang maksimal dan kinerja sistem
pembakaran yang sempurna.

Pemeliharaan Bag House Filter secara periodik, sesuai dengan


petunjuk penggunaannya.

Tanggapan dan penyelesaian secara secara cepat mengenai


keluhan masyarakat terhadap kualitas udara sebagai dampak
kegiatan PLTU

Penanaman vegetasi jenis pohon yang tinggi, berdaun lebat, tidak


mudah patah sebagai zona penyangga (buffer zone) di sekeliling
lokasi PLTU yang berfungsi untuk menyerap gas dan debu

Penghijauan dalam areal PLTU, terutama yang diperuntukan


taman.

Membuang sisa pembakaran (bottom ash) pada tempat


pembuangan khusus yang tertutup air.

Penggunaan masker bagi pekerja di stockpile dan crusher.


Pemantauan dampak dilakukan terhadap:

Efektivitas pengelolaan dampak terhadap kualitas udara yang


sekaligus akan digunakan untuk mengevaluasi kelayakan teknologi
yang digunakan

Kualitas Udara yang meliputi parameter: debu PM 10 (SPM), CO,


NO2 dan SO2
(dilanjutkan)

5. PROGRAM PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

5 - 17

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA


UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Tabel 5-16 (lanjutan)

No.

4)

Pengelolaan dan
pemantauan
dampak
Tolok ukur dampak

Uraian

Terhadap dampak negatif:

Adanya keluhan masyarakat di sekitar lokasi proyek mengenai


kualitas udara (debu batubara, dan parameter lainnya) yang
ditimbulkan oleh pengoperasian PLTU
Tolok Ukur:

Baku Mutu Udara Ambien sesuai dengan Peraturan Pemerintah


Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara

5)

6)

Lokasi Pengelolaan
dan Pemantauan
Lingkungan

Periode Pengelolaan
dan Pemantauan
Lingkungan

Baku mutu emisi untuk sumber tidak bergerak menurut Kep. Men.
LH Kep-13/MENLH/13/1995
Permukiman di sekitar tapak proyek (terutama Desa Maburai dan
Desa Mabuun)
Emplasemen perkebunan kelapa sawit dan karet PT. Cakung
Permata Nusa
Setiap 3 (tiga) bulan
Kasuistis

5. PROGRAM PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

5 - 18

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA


UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Tabel 5-17
Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan PLTU
terhadap Kebisingan
Tahap Operasi
No.

Pengelolaan dan
pemantauan
dampak

1)

Sumber Dampak
Penting

2)

Upaya Pengelolaan
Dampak

3)

Upaya Pemantauan
Dampak

4)

Tolok ukur dampak

Uraian

Pengoperasian PLTU terhadap Kebisingan:


Beroperasinya PLTU tentu menghasilkan bunyi/kebisingan yang relatif
tinggi. Khusus untuk bising di dalam ruang turbin dapat mencapai 80 85 dBA dan bising ini merupakan paparan bagi tenaga kerja dan
berpotensi juga untuk menyebar ke pemukiman terdekat. Kebisingan
juga terjadi saat start up PLTU dan pengoperasian boiler safety valve,
dan dapat mencapai lebih 100 dBA. Tetapi hal ini sangat jarang terjadi.
Rona kebisingan yang terukur di rencana lokasi adalah 36,45 dBA
(KU-1, Lampiran Teks 3-1) dan demikian analogi untuk pemukiman
terdekat dengan rencana lokasi proyek dimana kebisingan tersebut
masih di bawah baku mutu maksimum (55 dBA) untuk baku tingkat
kebisingan bagi kawasan pemukiman dan 85 dBA bagi kawasan kerja.

Penggunaan alat pelindung diri berupa sumbat atau tutup telinga


bagi pekerja operator ataupun tenaga kerja lainnya yang
memasuki ruang power house, serta operator alat berat.

Memasang peredam suara untuk fan dan safety valve untuk


mengurangi kebisingan.

Pengaturan jadwal atau shift kerja dalam rangka mengurangi


jumlah jam paparan kebisingan khusus bagi operator.

Melengkapi ruang kerja operator dengan kipas angin/fan.

Penanaman vegetasi jenis pohon yang tinggi, berdaun lebat, tidak


mudah patah sebagai zona penyangga (buffer zone) di sekeliling
lokasi PLTU yang berfungsi untuk minimasi kebisingan
Pemantauan dampak dilakukan terhadap:

Efektivitas pengelolaan dampak terhadap kebisingan yang


sekaligus akan digunakan untuk mengevaluasi kelayakan teknologi
yang digunakan
Terhadap dampak negatif:

Adanya keluhan masyarakat di sekitar lokasi proyek mengenai


kebisingan yang ditimbulkan oleh pengoperasian PLTU
Tolok Ukur:

5)

6)

Lokasi Pengelolaan
dan Pemantauan
Lingkungan

Periode Pengelolaan
dan Pemantauan
Lingkungan

Kepmenaker nomor 51/1999, tentang NAB Faktor Fisika di Tempat


Kerja
Permukiman di sekitar tapak proyek (terutama Desa Maburai dan
Desa Mabuun)
Emplasemen perkebunan kelapa sawit dan karet PT. Cakung
Permata Nusa
Setiap 3 (tiga) bulan
Kasuistis

5. PROGRAM PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

5 - 19

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA


UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Tabel 5-18
Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan
pengoperasian PLTU terhadap Hidrologi
Tahap Operasi
No.

Pengelolaan dan
pemantauan
dampak

1)

Sumber Dampak
Penting

2)

Upaya Pengelolaan
Dampak

3)

Upaya Pemantauan
Dampak

4)

Tolok ukur dampak

5)

Lokasi Pengelolaan
dan Pemantauan
Lingkungan
Periode Pengelolaan
dan Pemantauan
Lingkungan

6)

Uraian
Pengoperasian PLTU terhadap Hidrologi:
Air untuk PLTU diambil dari sungai Tabalong, sehingga dapat
mempengaruhi keseimbangan air sungai Tabalong, karena keberadaan
air sungai juga dibutuhkan oleh pihak lainnya di bagian hilir water intake
PLTU Tanjung.
Berdasarkan analisis probabilitas frekwensi debit sungai Tabalong
3
terdapat debit minimum Qmin < 1 m /dt dengan peluang kejadian 4 %
dan jika dibandingkan keperluan lain (Qout), maka memberikan indikasi
bahwa sungai Tabalong berpeluang terjadi kekeringan. Keadaan ini
akan dapat mengganggu masyarakat pengguna air sungai di bagian
hilirnya.

Mengendalikan, membatasi volume dan waktu pengambilan air di


Sungai Tabalong dengan memperhatikan ketersediaan dan
kecukupan air untuk pemanfaatan lainnya.

Menyediaan alternatif sumber air lain antara lain underground


water atau air water treatment tambang batubara PT. Adaro di
Wara sebagai cadangan untuk menutupi kekurangan air pada
bulan-bulan kering

Memanfaatkan kawasan PLTU untuk preservasi air tanah dengan


membuat: sumur-sumur resapan bagi air hujan dari bangunan,
saluran air yang menuju kolam-kolam penampung air hujan
(runoff).
Pemantauan dampak dilakukan terhadap:

Aspek Hidrologi yang meliputi: kondisi dan kuantitas air Sungai


Tabalong di bagian hilir (water intake PLTU)

Keluhan masyarakat pengguna air di bagian hilir (water intake


PLTU)
Terhadap dampak negatif:

Masyarakat pengguna air di bagian hilir mengalami kekurangan air


dalam musim kemarau.
Tolok Ukur:

UU Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air

Undang-Undang RI Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan

Peraturan Pemerintah RI Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai

Areal PLTU Tanjung

Water intake PLTU Tanjung

Masyarakat pengguna di bagian hilir water intake PLTU Tanjung

Satu kali dalam musim hujan

Dua kali dalam musim kemarau (pertengahan dan puncak musim)

Kasuistis

5. PROGRAM PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

5 - 20

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA


UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Tabel 5-19
Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan
pengoperasian PLTU terhadap Kualitas Air
Tahap Operasi
No.

Pengelolaan dan
pemantauan
dampak

1)

Sumber Dampak
Penting

2)

Upaya Pengelolaan
Dampak

3)

Upaya Pemantauan
Dampak

4)

Tolok ukur dampak

Uraian

Pengoperasian PLTU terhadap Kualitas Air:


Dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan pengoperasian PLTU terhadap
kualitas air bersumber dari buangan limbah padat dan limbah cair yang
dilakukan selama proses kegiatan pembangkitan tenaga listrik. Limbah
domestik dianggap tidak terbuang ke lingkungan, sehingga tidak
menghasilkan dampak. Sedangkan limbah non domestik berasal dari
air larian lapangan penumpukan batubara dan dari unit water treatment.
Jika limbah cair yang dibuang ke lingkungan sekitar tersebut tanpa
proses pengolahan terlebih dahulu diperkirakan akan dapat
menyebabkan penurunan kualitas air yang akan berdampak lanjut
terhadap biota akuatik pada badan air penerima limbah cair tersebut.
Berdasarkan karakteristik limbah cair yang dihasilkan, baik oleh
kegiatan domestik maupun pada proses pembangkitan tenaga listrik
diperkirakan terdapat sejumlah parameter kualitas air yang secara
langsung atau tidak langsung akan mengalami perubahan ke kondisi
yang lebih jelek, yaitu: warna, suhu, pH, TSS, turbidity, DO, NH3-N, Fe,
Cl2, H2S, BOD, COD, minyak dan lemak.

Pengoperasian unit pengolahan air limbah (wastewater treatment)


dan coal yard pond
seoptimal mungkin untuk memperoleh
keluaran hasil olahan air limbah sesuai kriteria yang dipersyaratkan

Mengelola limbah B3, oli bekas, dumping area di seluruh unit


kegiatan PLTU sesuai peraturan yang berlaku.
Pemantauan dampak dilakukan terhadap:

Efektivitas pengelolaan limbah cair agar tidak mencemari perairan


dan sekaligus sebagai dasar untuk mengevaluasi teknologi
pengelolaan limbah cair yang diaplikasikan

Volume dan kualitas air limbah di dalam dan outlet wastewater


treatment serta perairan penerima untuk parameter: warna, suhu,
pH, TSS, turbidity, DO, NH3-N, Fe, Mn, H2S, BOD, COD, minyak
dan lemak.
Terhadap dampak negatif:

Hanya sebagian parameter kualitas air dari water treatment yang


dikeluarkan ke perairan penerima yang memenuhi BMA.

Adanya keluhan masyarakat pengguna air terhadap air sungai


yang menerima treated water dari PLTU
Tolok Ukur:

Peraturan Pemerintah RI Nomor 82 Tahun 2001 tentang


Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 416/MENKES/PER/IX/1990


tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air

Peraturan Daerah Propinsi Kalimantan Selatan Nomor 2 Tahun


2006 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran

Baku mutu air Golongan B menurut SK. Gub. Prov. Kal.Sel. No. 28
tahun 1994 untuk kualitas air permukaan

Baku mutu air Golongan I menurut SK. Gub. Prov. Kal.Sel. No. 58
tahun 1994 untuk kualitas air limbah.
(dilanjutkan)

5. PROGRAM PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

5 - 21

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA


UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Tabel 5-19 (lanjutan)

No.

Pengelolaan dan
pemantauan
dampak

Uraian

5)

Lokasi Pengelolaan
dan Pemantauan
Lingkungan

Water treatment PLTU Tanjung


Air sungai penerima treated water (Sungai Mangkusip)

6)

Periode Pengelolaan
dan Pemantauan
Lingkungan

Setiap 6 (enam) bulan, pada musim hujan dan musim kemarau


Kasuistis

5. PROGRAM PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

5 - 22

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA


UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Tabel 5-20
Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan
pemeliharaan PLTU terhadap Kualitas Air
Tahap Operasi
No.

Pengelolaan dan
pemantauan
dampak

1)

Sumber Dampak
Penting

2)

Upaya Pengelolaan
Dampak

3)

Upaya Pemantauan
Dampak

4)

Tolok ukur dampak

5)

Lokasi Pengelolaan
dan Pemantauan
Periode Pengelolaan
dan Pemantauan

6)

Uraian

Pemeliharaan PLTU terhadap Kualitas Air:


Kegiatan pemeliharaan PLTU dilakukan secara berkala setiap tahun
untuk meningkatkan efektifitas keandalan mesin pembangkit tenaga
listrik. Pemeliharaan dan pengecekan sistem kerja peralatan dilakukan
terhadap: boiler dan bag house (akan menghasilkan logam teroksidasi),
peralatan balance of plant (akan menghasilkan logam dan ceceran oli),
kolam penampung lindi, batubara dan oil water separator (akan
menghasilkan padatan tersuspensi, logam dan ceceran oli). Hasil
pemeliharaan peralatan ini apabila tidak terkelola dengan baik potensial
untuk masuk ke dalam aliran air ke sungai sehingga meningkatkan
kadar COD, padatan tersuspensi, minyak, dan logam berat di perairan
umum.

Pengoperasian unit pengolahan air limbah (wastewater treatment)


seoptimal mungkin untuk memperoleh keluaran hasil olahan air
limbah sesuai kriteria yang dipersyaratkan

Mengelola limbah B3, oli bekas, dumping area di seluruh unit


kegiatan PLTU Tanjung sesuai peraturan yang berlaku
Pemantauan dampak dilakukan terhadap:

Efektivitas pengelolaan limbah cair agar tidak mencemari perairan


dan sekaligus sebagai dasar untuk mengevaluasi teknologi
pengelolaan limbah cair yang diaplikasikan

Volume dan kualitas air limbah di dalam dan outlet wastewater


treatment serta perairan penerima untuk parameter: warna, suhu,
pH, TSS, turbidity, DO, NH3-N, Fe, Mn, H2S, BOD, COD, minyak
dan lemak.
Terhadap dampak negatif:

Sebagian parameter kualitas air dari water treatment


yang
dikeluarkan ke perairan penerima masih melebihi BMA yang
dipersyaratkan

Adanya keluhan masyarakat pengguna air terhadap air sungai


yang menerima treated water dari PLTU yang terjadi dalam waktu
tertentu (shock loading)
Tolok Ukur:

Peraturan Pemerintah RI Nomor 82 Tahun 2001 tentang


Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 416/MENKES/PER/IX/1990


tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air

Peraturan Daerah Propinsi Kalimantan Selatan Nomor 2 Tahun


2006 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran

Baku mutu air Golongan B menurut SK. Gub. Prov. Kal.Sel. No. 28
tahun 1994 untuk kualitas air permukaan

Baku mutu air Golongan I menurut SK. Gub. Prov. Kal.Sel. No. 58
tahun 1994 untuk kualitas air limbah

Water treatment PLTU Tanjung

Air sungai penerima treated water (Sungai Mangkusip)

Satu kali per tahun (sesuai waktu pemeliharaan)

Kasuistis

5. PROGRAM PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

5 - 23

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA


UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

No.

Tabel 5-21
Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan
pengoperasian PLTU terhadap Biota Darat
Tahap Operasi
Pengelolaan dan
Uraian
pemantauan
dampak

1)

Sumber Dampak
Penting

2)

Upaya Pengelolaan
Dampak

3)

Upaya Pemantauan
Dampak

4)

Tolok ukur dampak

5)

Lokasi Pengelolaan
dan Pemantauan
Lingkungan

6)

Periode Pengelolaan
dan Pemantauan
Lingkungan

Pengoperasian PLTU terhadap Biota Darat:


Pengoperasian PLTU dengan penggunaan bahan bakar batubara akan
menghasilkan fly ash yang diperkirakan akan meningkatkan kadar
partikulat di udara. Berdasarkan hasil prediksi akan terjadi peningkatan
kadar debu (fly ash) melebihi baku mutu ambien yang dipersyaratkan
hingga 6 7 km dari lokasi proyek. Peningkatan kadar debu terbang
(fly ash) tersebut diperkirakan dapat mengganggu/ menurunkan
produktifitas usaha perkebunan (kelapa sawit dan karet) yang terdapat
di sekitar lokasi proyek. Dampak juga mengenai populasi fauna darat
(terutama Aves) yang berkurang atau menghilang dari kawasan PLTU
dan wilayah terkena dampak debu.
Flora/vegetasi: Deskriptif dan sifatnya temporal terutama di musim
kemarau, dedaunan vegetasi akan terganggu/tertutup debu bila debu
batu bara sisa pembakaran dan abu tidak terkelola dengan baik
Fauna: Aves (sebagai indikator): Indeks keragaman (H) akan berubah
dari sebesar 2,10 (keragaman sedang) akan berubah menjadi 0,875
(rendah) karena hanya burung-burung tertentu yang dapat beradaptasi
dengan lingkungan baru dengan beroperasionalnya PLTU
Secara umum, kesehatan vegetasi di dalam dan sekitar tapak proyek
akan terganggu dan mengurangi keragaman fauna

Melaksanakan kegiatan pengelolaan dampak terhadap kualitas


udara seperti yang diuraikan pada Tabel 5-16 dan secara intensif
melaksanakan upaya-upaya perbaikan secara berkelanjutan
(continual improvement).

Memasang cerobong dengan tinggi 120 m untuk membatasi


penyebaran abu.

Memasang bag filter untuk membasahi partikulat dari cerobong


2
sampai < 50 mg/m .

Penghijauan di areal PLTU.


Pemantauan dampak dilakukan terhadap:

Efektivitas pengelolaan dampak terhadap penurunan kualitas dan


kuantitas hasil perkebunan karet dan kelapa sawit yang berada
dalam radius 6 - 7km dari sumber dampak

Fauna darat:
populasi, keanekaragaman (Aves, Mammalia,
Reptilia, Amphibia) yang terdapat di sekitar lokasi proyek dalam
radius .6 - 7 km

Kemajuan kegiatan penghijaun


Terhadap dampak negat0if:

Adanya keluhan masyarakat di sekitar PLTU terhadap


produktivitas perkebunannya

Semakin menurunnya populasi fauna darat, terutama Aves di


sekitar dan didalam PLTU Tanjung.

Wilayah hingga jarak 6 - 7 km di sekitar tapak proyek (PLTU)

Emplasemen perkebunan kelapa sawit dan karet PT. Cakung


Permata Nusa di sekitar tapak proyek (PLTU Tanjung)

Perkebunan rakyat di sekitar tapak proyek (PLTU Tanjung)

Setiap 3 (tiga) bulan

Kasuistis

5. PROGRAM PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

5 - 24

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA


UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Tabel 5-22
Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan
pengoperasian PLTU terhadap Biota Akuatik
Tahap Operasi
No.

Pengelolaan dan
pemantauan
dampak

1)

Sumber Dampak
Penting

2)

Upaya Pengelolaan
Dampak

3)

Upaya Pemantauan
Dampak

4)

Tolok ukur dampak

5)

Lokasi Pengelolaan
dan Pemantauan
Lingkungan

6)

Periode Pengelolaan
dan Pemantauan
Lingkungan

Uraian
Pengoperasian PLTU terhadap Biota Akuatik
Limbah padat yang potensial berdampak terhadap biota akuatik
bersumber dari endapan lumpur (sludge) yang terkumpul di dasar
kolam pengendapan air larian permukaan lapangan penumpukan
batubara dan kolam instalasi pengolahan air limbah lainnya.
Sedangkan limbah cair kegiatan operasi PLTU bersumber dari limbah
domestik, air larian permukaan, limbah cair proses proses operasi, sisa
atau bekas minyak (oli bekas, ceceran minyak).
Pembuangan limbah padat dan limbah cair ke badan air penerima
meskipun telah melalui pengolahan akan berdampak langsung pada
penurunan kepadatan dan kelimpahan serta perubahan komposisi jenis
biota akuatik. Dampak tidak langsung dari pembuangan limbah
terhadap biota air dapat melalui penurunan kualitas air sebagai media
hidup biota akuatik.
Melaksanakan kegiatan pengelolaan dampak terhadap kualitas udara
seperti yang diuraikan pada Tabel 5-19 dan Tabel 5-20 dan secara
intensif melaksanakan upaya-upaya perbaikan secara berkelanjutan
(continual improvement).
Pemantauan dampak dilakukan terhadap:

Efektifitas program pengelolaan dalam mengeliminir dampak


lanjutan dari kualitas air permukaan terhadap ekosistem perairan

Biota Air yang mencakup aspek Indeks Keanekaragaman, struktur


komunitas dan kelimpahan biota air (plankton, benthos, nekton)
Terhadap dmpak negatif:
Perubahanan indeks keanekaragaman,
struktur komunitas dan
kelimpahan biota air (plankton, benthos, ikan) dibandingkan dengan
kondisi rona awal

Perairan penerima treated wastewater (bagian hulu dan tengah


Sungai Mangkusip)

Setiap 6 (enam) bulan pada musim hujan dan musim kemarau

5. PROGRAM PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

5 - 25

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA


UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

No.

Tabel 5-23
Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan
pemeliharaan PLTU terhadap Biota Akuatik
Tahap Operasi
Pengelolaan dan
Uraian
pemantauan
dampak

1)

Sumber Dampak
Penting

2)

Upaya Pengelolaan
Dampak

3)

Upaya Pemantauan
Dampak

4)

Tolok ukur dampak

5)

Lokasi Pengelolaan
dan Pemantauan
Lingkungan

6)

Periode Pengelolaan
dan Pemantauan
Lingkungan

Pemeliharaan PLTU terhadap Biologi Akuatik:


Kegiatan akan menghasilkan limbah dengan berbagai karakteristik
(sebagai shock loading) diperkirakan potensial berdampak terhadap
biota air bersumber dari :

pembersihan boiler dari kerak dengan limbah berupa logam


teroksidasi

perbaikan dan pembersihan peralatan balance of plant dari limbah


berupa logam dan ceceran oli.

pengerukan dan pemindahan endapan yang ditampung kolam


penampung lindi abu, batubara, dan oil separator akan
menghasilkan limbah berupa partikel tersuspensi dan terlarut,
minyak mineral, dan logam terlarut.
Pembuangan limbah tersebut ke badan air penerima akan berdampak
langsung terhadap biota air dan berdampak tidak langsung melalui
penurunan kualitas air yang menjadi media hidup biota air.
Melaksanakan kegiatan pengelolaan dampak terhadap kualitas udara
seperti yang diuraikan pada Tabel 5-19 dan Tabel 5-20 dan secara
intensif melaksanakan upaya-upaya perbaikan secara berkelanjutan
(continual improvement).
Pemantauan dampak dilakukan terhadap:

Efektifitas program pengelolaan dalam mengeliminir dampak


lanjutan dari kualitas air permukaan terhadap ekosistem perairan

Biota Air yang mencakup aspek Indeks Keanekaragaman, struktur


komunitas dan kelimpahan biota air (plankton, benthos, nekton)
Terhadap dampak negatif:
Perubahanan indeks keanekaragaman,
struktur komunitas dan
kelimpahan biota air (plankton, benthos, ikan) dibandingkan dengan
kondisi rona awal

Perairan penerima treated wastewater (bagian hulu dan tengah


Sungai Mangkusip)

Satu kali pada waktu kegiatan pemeliharaan tahunan PLTU

5. PROGRAM PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

5 - 26

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA


UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Tabel 5-24
Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan
pengoperasian dan pemeliharaan PLTU terhadap Ekonomi
Tahap Operasi
No.

Pengelolaan dan
pemantauan
dampak

1)

Sumber Dampak
Penting

2)

Upaya Pengelolaan
Dampak

3)

Upaya Pemantauan
Dampak

4)

Tolok ukur dampak

5)

Lokasi Pengelolaan
dan Pemantauan
Lingkungan

6)

Periode Pengelolaan
dan Pemantauan
Lingkungan

Uraian

Pengoperasian dan pemeliharaan PLTU terhadap Ekonomi:


Pengoperasian dan pemeliharaan PLTU akan menghasilkan limbah
padat (fly ash) yang dapat menurunkan produktifitas usaha perkebunan
karet dan kelapa sawit yang terdapat di sekitar lokasi proyek.
Keberadaan PLTU Tanjung dapat meningkatkan aktivitas ekonomi di
Desa Mabuun dan Desa Maburai, yang ditimbulkan oleh perubahan
kepadatan penduduk dan permukimannya di kedua desa itu.
Adanya kesempatan berusaha, keberadaan PLTU diprakirakan
berdampak cukup besar dalam menumbuhkan jenis usaha baru.
(multiplier effects).

Mendukung
program
pemerintah
dalam
meningkatkan
perekonomian lokal yang diselaraskan dengan kemampuan PLTU
melalui program Community Development, termasuk pemanfaatan
abu batubara.
Pemantauan dampak dilakukan terhadap:

Efektifitas pelaksanaan program community program terhadap


perekonomian lokal

Perkembangan perekonomian lokal di sekitar PLTU yang diamati


dari jenis usaha masyarakat, pendapatan, kesejahteraan
Terhadap dampak positif:

Program community development secara signifikan selaras


program pemerintah dan mampu meningkatkan perekonomian
lokal

Adanya perubahan positif ekonomi lokal dibandingkan dengan


rona awal

Desa Mabuun dan Desa Maburai serta desa lain di sekitar PLTU

Satu kali setiap tahun

5. PROGRAM PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

5 - 27

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA


UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Tabel 5-25
Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan pengoperasian dan
pemeliharaan PLTU terhadap Sikap dan Persepsi Masyarakat
Tahap Operasi
No.

Pengelolaan dan
pemantauan
dampak

1)

Sumber Dampak
Penting

2)

Upaya Pengelolaan
Dampak

3)

Upaya Pemantauan
Dampak

4)

Tolok ukur dampak

5)

Lokasi Pengelolaan
dan Pemantauan
Lingkungan
Periode Pengelolaan
dan Pemantauan
Lingkungan

6)

Uraian

Pengoperasian dan pemeliharaan PLTU terhadap Sikap dan Persepsi


Masyarakat:
Dampak kegiatan pengoperasian PLTU terhadap persepsi dan sikap
masyarakat bersumber dari: (1) peningkatan kadar debu terbang (fly
ash), (2) penurunan kualitas air hingga melampaui baku mutu yang
dipersyaratkan, dan (3) pemakaian air Sungai Tabalong oleh PLTU
Tanjung dalam musim kemarau. Berdasarkan hasil prediksi dampak
terhadap komponen udara diperkirakan sebaran debu yang melebihi
kadar yang diperbolehkan dapat mencapai radius 6 7 km dari lokasi
proyek.
Di samping itu, pengoperasian pembangkit juga akan
menghasilkan bahan buangan (limbah) cair yang jika tidak sempurna
proses pengolahannya akan dapat mencemari badan air penerima.

Memastikan bahwa pengelolaan dampak terhadap kualitas udara


dan kualitas air permukaan seperti yang diuraikan pada Tabel 5-16
Tabel 5-19, dan Tabel 5-20 dilakukan dengan benar.

Melaksanakan program pengembangan kemasyarakatan yang


bermanfaat bagi kedua belah pihak

Mensosialisasikan kontribusi sosial ekonomi PLTU


(melalui
pembayaran pajak, royalti dan kewajiban lainnya) terhadap
pembangunan daerah.

Melaksanakan upaya-upaya pengelolaan dampak lingkungan


hidup fisik, kimia, biologi dan aspek sosial lainnya yang dinilai
negatif dan memaksimalkan peningkatan dampak kegiatan yang
positif

Pengaturan pengambilan air Sungai Tabalong oleh PLTU dalam


musim kemarau
Pemantauan dampak dilakukan terhadap:

Efektivitas pengelolaan dampak debu dan kualitas air yang berasal


dari lokasi tapak proyek.

Pemanfaatan air Sungai Tabalong oleh PLTU dalam musim


kemarau dan pengaruhnya terhadap pemakai air sungai di bagian
hilir water intake PLTU Tanjung
Terhadap dampak negatif:

Jumlah keluhan terkait dengan peningkatan kadar debu dan


penurunan kualitas air permukaan dan kuantitas air Sungai
Tabalong.

Intensitas unjuk rasa atau aksi protes yang dilakukan penduduk


setempat sebagai cara mengekspresikan persepsi dan sikap
negatif terhadap kegiatan PLTU.

Desa Mabuun dan Desa Maburai serta desa lain di sekitar PLTU
Tanjung

Pemakai air di bagian hilir water intake PLTU Tanjung

Setiap 6 (enam) bulan dalam musim hujan dan musim kemarau

5. PROGRAM PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

5 - 28

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA


UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Tabel 5-26
Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan
pengoperasian PLTU terhadap Kesehatan Masyarakat
Tahap Operasi
No.

Pengelolaan dan
pemantauan
dampak

1)

Sumber Dampak
Penting

2)

Upaya Pengelolaan
Dampak

3)

Upaya Pemantauan
Dampak

4)

Tolok ukur dampak

5)

Lokasi Pengelolaan
dan Pemantauan
Lingkungan
Periode Pengelolaan
dan Pemantauan
Lingkungan

6)

Uraian
Pengoperasian PLTU terhadap Kesehatan Masyarakat:
Terjadinya peningkatan beberapa polutan udara di udara ambien
sekitar proyek dengan radius 6 - 7 km, terutama terhadap sebaran
debu/abu yang merupakan polutan terbanyak yang keluar dari
cerobong pembangkit. Peningkatan kadar debu di udara ambien ini
merupakan paparan bagi masyarakat sekitar PLTU dan ini dapat
menjadi pemicu terjadinya kasus penyakit yang berhubungan dengan
pernafasan. Pengotoran udara oleh debu adalah salah satu faktor
pemicu seringnya atau frekuensi serangan ISPA bagi penduduk atau
bahkan memperpanjang lama sakit (biasanya ISPA ringan dapat
sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan selama 14 hari.
Penyakit ini dapat membentuk pola kejadian penyakit dalam
masyarakat yang ditentukan oleh sanitasi lingkungan

Melaksanakan kegiatan pengelolaan dampak terhadap kualitas


udara dan kualitas air seperti yang diuraikan pada Tabel 5-16,
Tabel 5-19, dan Tabel 5-20 dengan sungguh-sungguh

Mendukung pelaksanaan pembangunan sektor kesehatan melalui


bantuan fasilitas dan bantuan pelayanan kesehatan bagi karyawan
PLTU, kontraktor dan masyarakat sekitar lokasi PLTU.

Mengendalikan peningkatan jumlah angka kesakitan melalui


pembatasan penyebaran debu serta mengeleminir penyebaran
limbah cair

Memelihara tingkat kesehatan masyarakat baik di lingkungan kerja


dan pemukiman karyawan dan masyarakat di sekitar PLTU.
Pemantauan dampak dilakukan terhadap:

Efektifitas dan hasil pengelolaan lingkungan hidup dalam


memelihara tingkat kesehatan masyarakat baik di lingkungan kerja
dan pemukiman karyawan dan masyarakat di sekitar PLTU.

Pola penyebaran penyakit dan keterkaitannya dengan kadar debu


ambient dan sanitasi lingkungan
Terhadap dampak negatif:

Adanya penyebaran penyakit yang terkait dengan peningkatan


kadar debu ambient, penurunan kualitas air dan kondisi sanitasi
lingkungan

Angka kesakitan

Desa Mabuun dan Desa Maburai serta desa lain di sekitar PLTU
Tanjung

Pemakai air di bagian hilir water treatment PLTU Tanjung

Setiap 6 (enam) bulan dalam musim hujan dan musim kemarau

5. PROGRAM PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

5 - 29

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA


UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Tabel 5-27
Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan pemanfaatan
eks PLTU terhadap fisik, kimia, dan biologi
Tahap Pasca Operasi
No.

Pengelolaan dan
Pemantauan
Dampak

1)

Sumber Dampak
Penting

2)

Upaya Pengelolaan
Dampak

3)

Upaya Pemantauan
Dampak

4)

Tolok ukur dampak

5)

Lokasi Pengelolaan
dan Pemantauan
Lingkungan

6)

Periode Pengelolaan
dan Pemantauan
Lingkungan

Uraian

Pemanfaatan eks PLTU terhadap Fisik, Kimia, dan Biologi:


Setelah berakhirnya pengoperasian PLTU maka akan terjadi proses
pemulihan lingkungan fisik, kimia, dan biologi di dalam dan sekitar tapak
proyek. Proses dan intensitas pemulihan tergantung kepada jenis
pemanfaatan prasarana dan sarana eks PLTU. Diprakirakan lingkungan
aspek lingkungan fisik, kimia, dan biologi, menjadi semakin baik apabila
eks PLTU dimanfaatkan untuk kegiatan non industri yang tidak atau
kurang menghasilkan polutan ke udara, air, dan tanah.
Dampak
lanjutannya akan mengenai aspek biologi yang semakin baik.
Dampak dikategorikan positif dan penting (+P).

Pemeliharaan lingkungan eks PLTU selama lahan, bangunan, dan


mesin belum atau tidak dimanfaatkan untuk mencegah dan
meminimasi dampak negatif yang mungkin timbul

Memanfaatkan prasarana dan sarana PLTU untuk kegiatan non


industri atau kegiatan yang relatif sedikit menghasilkan polutan
Pemantauan dampak dilakukan terhadap:

Perubahan parameter fisik, kimia, dan biologi sebelum eks PLTU


dimanfaatkan oleh kegiatan lain.

Perubahan parameter fisik, kimia, dan biologi sesudah eks PLTU


dimanfaatkan oleh kegiatan lain mengacu kepada amdal atau UKLUPL kegiatan tersebut.

Lahan, bangunan, dan mesin eks PLTU tidak berdampak negatif


terhadap lingkungan fisik, kimia, dan biologi selama belum
dimanfaatkann oleh kegiatan lain.

Lahan, bangunan, mesin eks PLTU Tanjung-Tabalong

Setiap periode 3 (tiga) bulan

5. PROGRAM PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

5-

30

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA


UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Tabel 5-28
Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan pemanfaatan
eks PLTU terhadap sosial, ekonomi, dan kesehatan masyarakat
Tahap Pasca Operasi
No.

1)

Pengelolaan dan
Pemantauan
Dampak
Sumber Dampak
Penting

2)

Upaya Pengelolaan
Dampak

3)

Upaya Pemantauan
Dampak

4)

Tolok ukur dampak

Uraian

Pemanfaatan eks PLTU terhadap Sosial dan Kesehatan Masyarakat:


Pada awal tahap Pasca Operasi, karyawan PLTU yang kehilangan
pekerjaan akan mengalami guncangan (shock) sementara. Pesangon
yang diperoleh dari perusahaan ini merupakan modal utama untuk
membuka usaha di permukiman sekitar lokasi eks PLTU maupun di
tempat lainnya. Eks karyawan dapat pula dipekerjakan pada kegiatan
yang memanfaatkan eks PLTU. Keadaan itu secara umum tidak
berdampak terhadap perekonomian masyarakat.
Akan tetapi bagi
Pemerintah Kabupaten Tabalong akan kehilangan sumber PAD.
Meskipun demikian, pemanfaatan eks PLTU dapat menggantikan sumber
PAD.
Dampak lanjutan dari perbaikan fisik, kimia, dan biologi di dalam dan
sekitar tapak proyek, memberikan dampak perbaikan terhadap kehidupan
sosial dan kesehatan masyarakat.
Kehidupan sosial masyarakat di tapak proyek dan sekitar proyek menjadi
lebih baik dengan memanfaatkan bangunan-bangunan, fasilitas-fasilitas
sosial ekonomi dan lahan-lahan yang ada untuk peningkatan kehidupan
sosialnya.
Kesehatan masyarakat di tapak proyek dan wilayah sekitarnya menjadi
lebih baik dengan tidak adanya lagi limbah yang dihasilkan dari PLTU.
Fasilitas lingkungan yang telah ada dapat dimanfaatkan oleh masyarakat,
seperti pemanfaatan fasilitas air bersih.
Dampak dikategorikan positif dan penting.

Pemeliharaan lingkungan eks PLTU selama lahan, bangunan, dan


mesin yang belum atau tidak dimanfaatkan untuk mencegah dan
meminimasi dampak negatif terhadap aspek sosial yang mungkin
timbul, antara lain:
Pemeliharaan taman, kolam water treatment, jalan, drainase
Penempatan tenaga keamanan dan pengawasan

Mengoptimalkan dampak positif terhadap aspek sosial dan


kesehatan masyarakat dengan memanfaatkan keberadaan eks
PLTU, antara lain:
Sebagai sarana wisata bagi masyarakat sekitarnya pada
taman dan lingkungannya.
Sebagai sarana kegiatan masyarakat dengan memanfaatkan
bangunan yang ada selama belum dialih fungsikan untuk
kegiatan lainnya.

Memanfaatkan prasarana dan sarana PLTU untuk kegiatan non


industri atau kegiatan yang relatif sedikit menghasilkan polutan.

Pemanfaatan eks PLTU dilakukan dalam waktu singkat, terutama


untuk kegiatan ekonomi sebagai sumber PAD dan sumber
pendapatan masyarakat.
Pemantauan dampak dilakukan terhadap:

Kondisi lingkungan lahan, bangunan, mesin serta fasilitas lainnya


tetap seperti ketika PLTU masih aktif

Kegiatan masyarakat di dalam lingkungan eks PLTU

Tidak terjadi perubahan terhadap kondisi lingkungan eks PLTU

Lingkungan eks PLTU tidak dimanfaatkan secara negatif oleh


masyarakat sekitarnya
(dilanjutkan)

5. PROGRAM PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

5-

31

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA


UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Tabel 5-28 (lanjutan)

No.

Pengelolaan dan
Pemantauan
Dampak

Uraian

5)

Lokasi Pengelolaan
dan Pemantauan
Lingkungan

Lahan, bangunan, mesin eks PLTU Tanjung-Tabalong

6)

Periode Pengelolaan
dan Pemantauan
Lingkungan

Setiap periode 3 (tiga) bulan

5. PROGRAM PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

5-

32

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA


UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

BAB VI
PERNYATAAN PELAKSANAAN UKL-UPL
Berdasarkan Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan
Lingkungan (UPL) terhadap dampak kegiatan pembangunan dan pengoperasian
PLTU Tanjung Tabalong yang dilakukan oleh perusahaan kami seperti tertuang
dalam Bab I sampai dengan Bab IV dokumen UKL-UPL ini, kami yang bertanda
tangan di bawah ini :
N a m a

Chander Vinod Laroya

Jabatan

Direktur Utama

Selaku penanggung jawab atas pelaksanaan UKL - UPL:


Nama Perusahaan

PT Makmur Sejahtera Wisesa

Jenis Perusahaan

Penanaman Modal Asing (PMA)

Alamat Kantor Pusat

: Menara Kadin Indonesia 19A


Jl. HR Rasuna Said Blok X5, Kav. 2-3
Jakarta 12950
Phone : 021-57903722
Fax.
: 021-57903723
Email

Lokasi Kegiatan

Menyatakan bahwa

: project@ptmsw.com

Kecamatan Murung Pudak, Kabupaten Tabalong,


Provinsi Kalimantan Selatan.

(1)

Kami akan melaksanakan UKL - UPL seperti yang tercantum dalam


dokumen ini, dan bersedia secara berkala setiap tahun berjalan
melaporkan hasilnya kepada Instansi yang berwenang.

(2)

Kami bersedia diawasi dalam melaksanakan kegiatan kami, oleh petugas


yang memiliki Surat Tugas dari Pejabat berwenang menurut peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

(3)

Kami bertanggung jawab dan bersedia ditindak sesuai dengan peraturan


perundang-undangan yang berlaku, apabila kami lalai dalam melaksanakan
UKL - UPL sebagaimana tercantum dalam dokumen ini.

(4)

Kami bersedia memperbaharui dokumen UKL - UPL ini apabila terjadi


perubahan kapasitas, proses produksi, lokasi kegiatan kami.

Jakarta,

Januari 2007

Pemrakarsa,

Chander Vinod Laroya


Direktur Utama PT. Makmur Sejahtera Wisesa

PERNYATAAN PELAKSANAAN UKL-UPL

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA


UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

DAFTAR PUSTAKA

APHA. 1981. Standard methods for the examination of water and wastewater. 14th
ed., APHA Inc. Washington.
Arsyad, S. 1989. Konservasi tanah dan air. IPB. Bogor.
Bakosurtanal. 1991. Peta Rupa Bumi Indonesia Skala 1 : 50.000.
Balai Penelitian Perkebunan Medan. 1988. Buletin
Desember 1988.

Perkebunan. Vo. 19 No. 4

Cummins, K.W. 1975. Macroinvertebrates. In B.A. Whitton (ed.) River Ecology.


Studies in Ecology. Vol. 2. Blackwell Sci. Publ. Oxford.
Davis, C.D. 1955. The marine and freshwater plankton. Michigan State Univ.,
Michigan.
Dessaunettes. 1977. Catalogue of landform for Indonesia. Soil Research Institute
Bogor.
Dinas Perkebunan. 2005. Statistik Perkebunan Kalimantan Selatan. Banjarbaru.
Hardjowigeno, S. 1994. Morfologi dan klasifikasi tanah. Akademi Press. Jakarta.
Krebs, C. J. (1985). Ecology: The experimental analysis of distribution and
abundance. Harper and Row, New York.
Kottelat, M., A.J. Whitten, Sri Nurani, Kartikasari, Soetikno, dan Wirjoatmodjo.
1993. Ikan air tawar Indonesia Bagian Barat dan Sulawesi. Periplus Editions
(HK) Ltd & EMDI Project. Jakarta.
Magurran, A.E. 1988. Ecological diversity and its measurement. Princeton Univ.
Press, Princeton.
Mueller, D., Dumbois dan Ellenberg H., (1974). Aims and Methods of Vegetation
Ecology. John Wiley & Sons, Inc. New York.
Pancho, J.V. and M. Soerjani. 1978. Aquatic weeds of Southeast Asia. A systematic
account of common Southeast Asia aquatic weeds. Nat. Publ. Coop. Incorp.
Quezon City, Philippines.

Halaman
(REF-1)

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA


UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

ReppRott. 1987. Review of phase I results East and South Kalimantan 2 vols.
Regional physical planing programme for transmigration. Direktorat Bina
Program Indonesia. Jakarta.
Soerensen, T., (1948). A method of establishing groups of equal amplitude in plant
sociology based on similarity in species content. Biol. Skr. 5(4): 1-34.
Soil Survey Staff. 1994. Keys to Soil Taxonomy. SMSS Technical Monograph
No.19.
Sournia, A. (ed.). 1980. Phytoplankton manual. Unesco. Paris.
Soowarno. 1991. Hidrologi. Pengukuran dan pengelolaan data aliran sungai
(Hidromeytri). Penebit Nova. Jakarta.
Soewarno. 1995. Hidrologi 1 dan 2. Aplikasi staristik untuk analisa data. Penerbit
Nova. Jakarta.
USDA. 1968. Soil Survey Laboratory Methods Manual.
Weber, M. and L.F. de Beaufort. 1931. The fishes of Indo-Australian Archipelago.
E.J. Brill Ltd. Vol. VI. 650 p.
Wichmeier, W.H. and Smith, D.D. 1978. Predicting rainfall erosion losses: a guide to
conservation planing. USDA. Agriculture Handbook No. 537.
Wickstead, J.H. 1965. An introduction of the study of tropical plankton. Hutchinson
Trop. Monog. Melbourne.

Halaman
(REF-2)

Anda mungkin juga menyukai