Anda di halaman 1dari 14

PROPOSAL SEMINAR

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


PENGURANGAN RESIKO PRESSURE ULCER DENGAN
MENGGUNAKAN SKALA BRADEN

Oleh:
Ester Rini Anggiriani
Gregoriana Buke Bataona
Hidayati
Lusia Maria Desi
Maria Magdalena Lili Mailiana
Sunly Sipayung
Zulirda August

PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTO BORROMEUS
PADALARANG
2014

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan karunia yang telah diberikan, kami dapat menyusun dan menyelesaikan
makalah

seminar

mengenai

Pengurangan

Resiko

Pressure

Ulcer

Dengan

Menggunakan Skala Braden. Pembuatan makalah ini, dimaksudkan untuk membantu


para perawat, mahasiswa keperawatan, dan tim tenaga kesehatan dalam memberikan
asuhan keperawatan dan pelayanan kesehatan.
Penulisan

makalah ini masih jauh dari sempurna serta masih perlu

dikembangkan lebih lanjut. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat
diharapkan dari semua pihak, guna untuk perbaikan dan kesempurnaan isi dari makalah
ini. Semoga makalah ini mampu memberikan konstribusi positif dan bermakna dalam
proses pembelajaran.
Akhir kata kami sebagai penyusun mengucapkan terima kasih bagi semua
pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.

Bandung, Oktober 2014

Penyusun

PENGURANGAN RESIKO PRESSURE ULCER DENGAN


MENGGUNAKAN SKALA BRADEN
A. LATAR BELAKANG
Pressure Ulcer atau Luka tekan adalah kerusakkan kulit akibat adanya suatu
tekanan pada jaringan yang lunak antara daerah tulang yang menonjol dan
berlangsung dalam periode yang lama dan terus-menerus, hal ini dapat
mengakibatkan oklusi jaringan, iskemia bahkan kematian (Perry, Peterson. 2005).
Pressure Ulcer disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu neuropati, trauma, deformitas
kaki, tekanan tinggi pada telapak kaki dan penyakit vaskuler perifer.
Luka tekan merupakan masalah yang sering terjadi pada pasien yang
dirawat dirumah sakit yaitu berkisar 3 11% pada unit perawatan akut dan 24%
pada unit perawatan jangka panjang (Ayello, 2003). Insiden luka tekan dirumah
sakit mencapai 8% dan insiden luka tekan diunit jangka panjang berkisar 2,4%-23%.
(Era, Dorihi. 2009). Bahkan setelah hasil perawatan penyembuhan luka bagus,
angka kekambuhan diperkirakan sekitar 66%, dan resiko amputasi meningkat
sampai 12% (Lynda Hariani, 2007). Kejadian luka tekan pada pasien yang dirawat
dirumah sakit mencapai 33% (Suriadi, Sanada, 2007).
Mempertahankan integritas kulit di lingkungan perawatan seringkali
terabaikan karena perawat lebih berfokus pada masalah yang mengancam kehidupan
dan hal itu dinilai sebagai masalah yang lebih prioritas. Banyaknya tindakan invasif
dan terapi yang harus diberikan juga menjadi alasan terabaikannya perawatan
integritas kulit

(Halpin,2003 dalam Pasek, 2008). Pemeriksaan dan klasifikasi

Pressure Ulcer yang menyeluruh dan sistematik dapat membantu memberikan


arahan perawatan yang adekuat. Intervensi dini untuk mencegah Pressure Ulcer
lebih efektif jika dilakukan berdasarkan identifikasi/prediksi faktor risiko terjadinya
Pressure Ulcer.
Widodo (2007) melaporkan bahwa skala Braden sangat akurat dalam
mengukur terjadinya resiko luka tekan karena skala ini sangat mudah dimengerti.
Penelitian yang dilakukan oleh Maria Walburga (2014) menunjukan bahwa skala
Braden lebih efektif dalam memprediksi resiko luka tekan dibandingkan dengan
skala Norton. Penelitian lain juga dilakukan oleh Elizabeth A. Ayello (2012) yang

menyatakan bahwa skala Braden telah diuji secara ekstensif, alat ini telah terbukti
efektifitas dalam pengurangan resiko tekan. Menurut Dera, Alfianti (2012) juga
menyatakan skala Braden efektif untuk mencegah luka tekan dan kerusakkkan kulit
lebih lanjut. Kelly (2010) juga pada hasil penelitiannya menunjukkan jika Skala
Braden optimal untuk mengurangi resiko luka tekan.
Berdasarkan hasil beberapa penelitian sebelumnya maka skala Braden
menunjukkan memiliki efektifitas tinggi dalam menentukan risiko terjadinya
pressure ulcer.
B. TUJUAN KEGIATAN
1. Tujuan Umum
Peserta dapat memahami serta mengaplikasikan kepada pasien mengenai
Pengurangan Resiko Pressure Ulcer Dengan Menggunakan Skala Braden.
2. Tujuan Khusus
a. Memberikan pengetahuan, penyegaran kembali mengenai Pressure Ulcer
b. Memberikan pengetahuan, penyegaran kembali mengenai Stadium Luka
Tekan
c. Memberikan pengetahuan dan informasi mengenai skala braden
C. SASARAN KEGIATAN
Para perawat di Rumah Sakit Santo Yusup Bandung
D. NAMA KEGIATAN
Seminar keperawatan Pengurangan Resiko Pressure Ulcer Dengan Menggunakan
Skala Braden.
E. BENTUK KEGIATAN
1. Presentasi, Tanya Jawab
2. Diskusi/Sharing
F. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN
Hari

: Jumat

Tanggal

: 31 Oktober 2014

Waktu

: 12.00 s/d selesai

Tempat

: Rumah Sakit Santo Yusup Bandung

G. JOBDESK PANITIA
1. MODERATOR / MC / SIE. ACARA
a. Mengatur jalannya sebuah seminar
b. Membuat susunan acara
c. Membuat laporan pertanggung jawaban (LPJ)
2. PEMBICARA / SIE. ILMIAH
a. Menyiapkan bahan materi untuk dipresentasikan
b. Menjadi pembicara pada saat seminar berlangsung
c. Membuat laporan pertanggung jawaban (LPJ)
3. SEKRETARIS / NOTULEN
a. Membuat proposal kegiatan
b. Menjadi notulen pada saat proses seminar berlangsung
c. Membuat laporan pertanggung jawaban (LPJ)
4. BENDAHARA / SIE. KONSUMSI / SIE. DOKUMENTASI
a. Menyusun rencana anggaran biaya
b. Mengeluarkan uang untuk keperluan tiap seksi
c. Mencatat setiap transaksi dari setiap seksi
d. Menyiapkan konsumsi/doorprize untuk proses seminar
e. Mendokumentasikan kegiatan
f. Membuat laporan pertanggung jawaban (LPJ)

H. SUSUNAN KEPANITIAAN
Pembimbing

: Maria Yunita Indriarini, M.Kep., Ns. Sp. Kep. MB.

Ketua

: M.M Lili Mailiana, S.Kep.

Sekretaris
Notulen
Bendahara
Sie.Acara

: Gregoriana Buke , S.Kep


: Hidayati, S.Kep.
: Sunly Sipayung , S.Kep.
: Ester Rini Anggiriani, S.Kep. (MC)
Lusia Maria Desi, S.Kep.
Pembicara / Sie. Ilmiah : M.M Lili Mailiana , S.Kep.
Gregoriana Buke , S.Kep.
Sie. Dokumentasi
: Zulirda Agust, S.Kep.
I. SUSUNAN ACARA
WAKTU

ACARA

PENANGGUNG

12.00 12.10

Pembukaan Seminar + Doa Pembukaan

+ Perkenalan + Sambutan
12.10 12.20 Pembiacara I
12.20 12.25 Pembicara II
12.25 13.00 Sesion Tanya Jawab /Sharing /Diskusi
13.00 - 13.10 Kesimpulan + Penutup

JAWAB
Sie. Acara / MC
Pembiacara I
Pembicara II
Moderator
Moderator

Notulen

J. ANGGARAN DANA KEGIATAN


1. Pemasukan
Iuran dari anggota kelompok 7 x @ Rp. 100.000;
Jumlah Pemasukan
2. Pengeluaran
a. Print Proposal Kegiatan + Jilid
b. Foto Copy Hand Out
c. Leaflet
d. Door Prize
Jumlah Pengeluaran
Total Biaya :
Pemasukan
Pengeluaran
Sisa

Rp. 700.000
Rp. 700.000
Rp. 50.000
Rp. 50.000
Rp. 50.000
Rp. 400.000
Rp. 550.000
Rp. 700.000
Rp. 550.000
Rp 150.000

K. PENUTUP
Demikianlah proposal ini kami buat untuk dapat dipergunakan sebagai
pedoman pelaksanaan kegiatan. Diharapkan partisipasi dan dukungan dari semua
pihak dalam pelaksanaan kegiatan Seminar Keperawatan Medikal Bedah ini.
Atas perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan terima kasih.

Bandung, Oktober 2014


Menyetujui,

Ketua Pelaksana,

Sekretaris,

Seminar Keperawatan Medikal Bedah

Seminar Keperawatan Medikal Bedah

M.M.Lili Mailiana, S.Kep.

Gregoriana Buke, S.Kep.

Lampiran
Materi

PENGURANGAN RESIKO PRESSURE ULCER DENGAN


MENGGUNAKAN SKALA BRADEN

A. PENGERTIAN
Luka tekan adalah tempat dimana lokasi kerusakkan kulit dan
dibawah jaringan yang disebabkan oleh tekanan, gesekkan atau keduanya
(Kozier, Barbara. 2009).
Luka tekan adalah kerusakkan kulit akibat adanya suatu tekanan
pada jaringan yang lunak antara daerah tulang yang menonjol dan
berlangsung dalam periode yang lama dan terus-menerus, hal ini dapat
mengakibatkan oklusi jaringan, iskemia bahkan kematian (Perry, Peterson.
2005).
Pressure ulcer adalah kerusakkan jaringan yang terlokalisir yang
disebabkan karena adanya kompresi jaringan lunakdiatas tulang yang
menonjol dan adanya tekanan dari luar dalam jangka waktu yang lama
(Kusyati, Eni. 2006).
B. STADIUM LUKA PRESSURE ULCERS/LUKA TEKAN
Menurut NPUAP (National Pressure Ulcer Advisory Panel) luka tekan
dibagi menjadi empat stadium, yaitu :
1. Stadium I
Adanya perubahan dari kulit yang dapat diobservasi. Apabila
dibandingkan dengan kulit yang normal, maka akan tampak salah

satu tanda sebagai berikut : perubahan temperatur kulit (lebih dingin


atau lebih hangat), perubahan konsistensi jaringan (lebih keras atau
lunak), perubahan sensasi (gatal atau nyeri). Pada orang yang
berkulit putih, luka mungkin kelihatan sebagai kemerahan yang
menetap. Sedangkan pada yang berkulit gelap, luka akan kelihatan
sebagai warna merah yang menetap, biru atau ungu.
2. Stadium II
Hilangnya sebagian lapisan kulit yaitu epidermis atau dermis, atau
keduanya. Cirinya adalah lukanya superficial, abrasi, melepuh, atau
membentuk lubang yang dangkal. Jika kulit terluka atau robek maka
akan timbul masalah baru, yaitu infeksi. Infeksi memperlambat
penyembuhan ulkus yang dangkal dan bisa berakibat fatal terhadap
ulkus yang lebih dalam.
3. Stadium III
Hilangnya lapisan kulit secara lengkap, meliputi kerusakan atau
nekrosis dari jaringn subkutan atau lebih dalam, tapi tidak sampai
pada fascia. Luka terlihat seperti lubang yang dalam.
4. Stadium IV
Hilangnya lapisan kulit secara lengkap dengan kerusakan yang luas,
nekrosis jaringan, kerusakan pada otot, tulang atau tendon. Adanya
lubang yang dalam serta saluran sinus.

C. SKALA BRADEN
Terdapat 6 (enam) subskala untuk menentukan tingkatan risiko terjadinya
pressure ulcers. Subskala tersebut antara lain adalah:
1.

Persepsi Sensorik yaitu: kemampuan untuk merespon tekanan berarti


yang berhubungan dengan ketidaknyamanan. Pada subskala ini terdapat
4 (empat) tingkat nilai, yaitu; 1 adalah nilai terendah (risiko tinggi) dan
4 adalah nilai tertinggi (risiko rendah).
a) Nilai 1 diberikan apabila terjadi keterbatasan total, yaitu tidak
adanya respon pada stimulus nyeri akibat kesadaran yang menurun
ataupun karena pemberian obat-obat sedasi atau keterbatasan
kemampuan untuk merasakan nyeri pada sebagian besar permukaan
tubuh.
b) Nilai 2 diberikan apabila sangat terbatas, yaitu hanya berespon pada
stimulus nyeri. Tidak dapat mengkomunikasinya ketidaknyamanan,
kecuali dengan merintih dan / atau gelisah. Atau mempunyai
gangguan sensorik yang membatasi kemampuan untuk merasakan
nyeri atau ketidaknyamanan pada separuh permukaan tubuh.
c) Nilai 3 diberikan pada saat hanya terjadi sedikit keterbatasan yaitu
dalam keadaan klien berespon pada perintah verbal, tetapi tidak
selalu dapat mengkomunikasikan ketidaknyamanan atau harus
dibantu membalikkan tubuh. Atau mempunyai gangguan sensorik
yang membatasi kemampuan merasakan nyeri atau ketidaknyamanan
pada 1 atau 2 ektrimitas.
d) Nilai 4 diberikan pada saat tidak terjadi gangguan, yaitu dalam
berespon pada perintah verbal dengan baik. Tidak ada penrunan
sensorik yang akan membatasi kemampuan untuk merasakan atau
mengungkapkan nyeri atau ketidaknyamanan.

2.

Kelembapan yaitu: Tingkat kulit yang terpapar kelembapan. Pada subskala ini
terdapat 4 (empat) tingkat nilai, yaitu; 1 adalah nilai terendah (risiko tinggi)
dan 4 adalah nilai tertinggi (risiko rendah).
a) Nilai 1 diberikan apabila terjadi kelembapan kulit yang konstan, yaitu
saat kulit selalu lembab karena perspirasi, urine dsb. Kelembapan
diketahui saat klien bergerak, membalik tubuh atau dengan dibantu
perawat.

b) Nilai 2 diberi apabila kulit sangat lembab, yaitu saat kelembaban


sering terjadi tetapi tidak selalu lembab. Idealnya alat tenun dalam
keadaan ini harus diganti setiap pergantian jaga.
c) Nilai 3 diberikan pada saat kulit kadang lembab, yaitu pada waktu
tertentu saja terjadi kelembaban. Dalam keadaan ini, idealnya alat
tenun diganti dengan 1 kali pertambahan ekstra (2 x sehari).
d) Nilai 4 diberikan pada saat kulit jarang lembab, yaitu pada saat
keadaan kulit biasanya selalu kering, alat tenun hanya perlu diganti
sesuai jadwal (1 x sehari).
3.

Aktifitas yaitu: Tingkat Aktifitas Fisik. Pada subskala ini terdapat 4 (empat)
tingkat nilai, yaitu; 1 adalah nilai terendah (risiko tinggi) dan 4 adalah nilai
tertinggi (risiko rendah).
a) Nilai 1 diberikan kepada klien dengan tirah baring, yang beraktifitas
terbatas di atas tempat tidur saja.
b) Nilai 2 diberikan kepada klien yang dapat bergerak (berjalan) dengan
keterbatasan yang tinggi atau tidak mampu berjalan. Tidak dapat
menopang berat badannya sendiri dan / atau harus dibantu pindah ke
atas kursi atau kursi roda.
c) Nilai 3 diberikan kepada klien yang dapat berjalan sendiri pada siang
hari, tapi hanya dalam jarak pendek/dekat, dengan atau tanpa bantuan.
Sebagian besar waktu dihabiskan di atas tempat tidur atau kursi.
d) Nilai 4 diberikan kepada klien yang dapat sering berjalan ke luar kamar
sedikitnya 2 kali sehari dan di dalam kamar sedikitnya 1 kali tiap 2 jam
selama terjaga.

4. Mobilisasi yaitu: Kemampuan mengubah dan mengontrol posisi tubuh. Pada


subskala ini terdapat 4 (empat) tingkat nilai, yaitu; 1 adalah nilai terendah
(risiko tinggi) dan 4 adalah nilai tertinggi (risiko rendah).
a) Nilai 1 diberikan pada klien dengan imobilisasi total. Tidak dapat
melakukan perbuahan posisi tubuh atau ekstrimitas tanpa bantuan,
walaupun hanya sedikit.
b) Nilai 2 diberikan kepada klien dengan keadaan sangat terbatas, yaitu
klien dengan kadang-kadang melakukan perubahan kecil pada posisi
tubuh dan ekstrimitas, tapi tidak mampu melakukan perubahan yang
sering dan berarti secara mandiri.

c) Nilai 3 diberika kepada klien yang mobilisasinya agak terbatas, yaitu

klien yang dapat dengan sering melakukan perubahan kecil pada posisi
tubuh dan ekstrimitas secara mandiri.
d) Nilai 4 diberikan kepada klien yang tidak memiliki ketidakterbatasan
dalam hal mobilisasi, yaitu keadaan klien dapat melakukan perubahan
posisi yang bermakna dan sering tanpa bantuan.
5. Nutrisi yaitu: Pola asupan makanan yang lazim. Pada subskala ini terdapat 4
(empat) tingkat nilai, yaitu; 1 adalah nilai terendah (risiko tinggi) dan 4 adalah
nilai tertinggi (risiko rendah).
a) Nilai 1 diberikan kepada klien dengan keadaan asupan gizi yang sangat
buruk, yaitu klien dengan keadaan tidak pernah makan makanan
lengkap. jarang makan lebih dari 1/3 porsi makanan yang diberikan.
Tiap hari asupan protein (daging / susu) 2 x atau kurang. Kurang
minum. Tidak makan suplemen makanan cair. Atau Puasa dan/atau
minum air bening atau mendapat infus > 5 hari.
b) Nilai 2 diberikan kepada klien dengan keadaan mungkin kurang asupan
nutrisi, yaitu klien dengan jarang makan makanan lengkap dan
umumnya makan kira-kira hanya 1/2 porsi makanan yang diberikan.
Asupan protein, daging dan susu hanya 3 kali sehari. Kadang-kadang
mau makan makanan suplemen. Atau menerima kurang dari jumlah
optimum makanan cair dari sonde (NGT).
c) Nilai 3 diberikan kepada klien dengan keadaan cukup asupan nutrisi,

yaitu klien dengan keadaan makan makanan > 1/2 porsi makanan yang
diberikan. Makan protein daging sebanyak 4 kali sehari. Kadangkadang menolak makan, tapi biasa mau makan suplemen yang
diberikan. Atau diberikan melalui sonde (NGT) atau regimen nutrisi
parenteral yang mungkin dapat memenuhi sebagian besar kebutuhan
nutrisi.
d) Nilai 4 dinerika kepada klien yang baik asupan nutrisinya, yaitu klien
dengan keadaan makan makanan yang diberikan. Tidak pernah menolak
makan. Biasa makan 4 kali atau lebih dengan protein (daging/susu).
Kadang-kadang makan di antara jam makan. Tidak memerlukan
suplemen.

6. Friksi atau Gesekan. Pada subskala ini terdapat 3 (tiga) tingkat nilai, yaitu; 1
adalah nilai terendah (risiko tinggi) dan 3 adalah nilai tertinggi (risiko
rendah).
a) Nilai 1 diberikan pada klien dengan masalah, yaitu klien yang
memerlukan bantuan sedang sampai maksimum untuk bergerak. Tidak
mampu mengangkat tanpa terjatuh. Seringkali terjatuh ke atas tempat
tidur atau kursi, sering membutuhkan maksimum untuk posisi kembali
Kejang, kontraktur atau agitasi menyebabkan friksi terus menerus.
b) Nilai 2 diberikan kepada klien dengan masalah yang berpotensi, yaitu
klien yang bergerak dengan lemah dan membutuhkan bantuan
minimum. Selama bergerak kulit mungkin akan menyentuh alas tidur,
kursi,

alat

pengikat

atau

alat

lain.

Sebagian

besar

mampu

mempertahankan posisi yang relatif baik diatas kursi atau tempat tidur,
tapi kadang-kadang jatuh ke bawah.
c) Nilai 3 diberikan kepada klien yang tidak memiliki masalah, yaitu klien
yang bergerak di atas tempat tidur maupun kursi dengan mandiri dan
mempunyai otot yang cukup kuat untuk mengangkat sesuatu sambil
bergerak. Mampu mempertahankan posisi yang baik di atas tempat tidur
atau kursi.
Nilai total pada pada skala Braden ini berada pada rentang 6-23. Total
nilai rendah menunjukkan risiko tinggi pressure ulcers, sehingga perlu
pencegahan segera. Klien dewasa di rumah sakit dengan nilai 16 atau
kurang dan klien lansia dengan 17 ataupun 18 dianggap berisiko.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner, Suddart. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah. Ed. 8. Vol.2.
Jakarta: EGC
Dera, Alfianti. 2012. Pengaruh Perawatan Kulit Berdasarkan Skor Scala Braden Q
Terhadap Kejadian Luka Tekan Anak Dipediatric Intensiv Care Unit.
Fakultas Ilmu Keperawatan: Universitas Muhammadiyah Semarang

Elizabeth. 2012. Predicting Presssure Ulcer Risk. Excelsior Collage Scholl Of


Nursing. New York
Era, Dorihi. 2009. Efektifitas Skala Braden Dalam Memprediksi Kejadian Luka
Tekan di Bangsal Bedah-Dalam RSU.PROF.Dr.W.Z. Yohanes Kupang.
Universitas Indonesia: Falkultas Ilmu Keperawatan
Kelly. 2010. A New Look At The Braden Scale For Pressure Ulcer Risk Among
Older Adulth In Home Health Care. University Of Kansas School Of
Nursing
Kozier, Barbara. 2009. Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis. Ed. 5. Jakarta: EGC
Kusyati, Eni. 2006. Keterampilan Dan Prosedur Laboratorium Keperawatan
Dasar. Jakarta: EGC
Maria, Walburga. 2014. Skala Braden dan Norton dalam memprediksi resiko
decubitus diruang ICU. Politeknik Kemenkes Semarang
Perry, Peterson. 2005. Buku Saku Keterampilan Dan Prosedur Dasar. Ed.5.
Jakarta: EGC
Potter, Perry. 2000. Keterampilan Dan Prosedur Dasar. Ed.3. Jakarta: EGC
Potter, Perry. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, Dan
Praktik. Ed. 4. Jakarta: EGC
www.Braden.com diakses tanggal 22 Oktober 2014 pada pkul.19.00

Anda mungkin juga menyukai