dan batu.k dan bias dimasukkan lagi. BAB biasa, BAK lancar.
2. Riwayat Menarche: pada usia 13 tahun, siklus teratur, 2-3 pembalut/hari, nyeri haid
(-)
Riwayat KB: tidak pernah
3. Riwayat Persalinan: P6A0 di dukun
4. Riwayat Menopause: pada usia 50 tahun.
5. Riwayat Pekerjaan: pasien bekerja sebagai petani, sering mengangkat karung
beras.
6. Riwayat penyakit sebelumnya: Hipertensi ada, tidak berobat teratur, penyakit
jantung tidak diketahui, penyakit DM tidak diketahui.
Daftar Pustaka:
1 Junizaf. Prolapsus alat genitalia. Dalam: Buku ajar: Uroginekologi. Jakarta
Subbagian
Schorge J et al. Williams Gynaecology. United States: The McGraw hill, 2008:
chapter 24
Pemeriksaan Luar
- Inspeksi : Tampak massa uterus keluar sebagian dari introitus vagina, warna merah muda,
discharge (-), darah (-), erosif (-)
- Palpasi: teraba massa ukuran 2cmx2cmx3cm, konsistensi lunak, nyeri tekan (-)
- Inspekulo: tidak dilakukan
Vaginal touch: massa dapat dimasukkan, nyeri goyang (-), massa adnexa (-)
Assesment:
Prolapsus Uteri
Prolapsus uteri adalah keadaan yang terjadi akibat otot penyangga uterus menjadi
kendor sehingga uterus akan turun atau bergeser kebawah dan dapat menonjol keluar
dari vagina. Dalam keadaan normal, uterus disanggah oleh otot panggul dan
ligamentum penyangga. Bila otot penyangga tersebut menjadi lemah atau mengalami
cedera akan terjadi prolapsus uteri. Pada kasus ringan, bagian uterus turun ke puncak
vagina dan pada kasus yang sangat berat dapat terjadi protrusi melalui orifisium
vaginae dan berada diluar vagina. Prolapsus uteri sering terjadi bersamaan dengan
urethrocele dan cystocele (urethra dan atau kendung kemih terdorong keluar dari
dinding depan vagina ) dan rectocele (dinding rectum terdorong keluar dari dinding
belakang vagina).
Etiologi & Faktor Risiko
Pada dasarnya disebabkan oleh kelemahan pelvic floor yang terdiri dari otot-otot,
fascia endopelvik, dan ligamentum-ligamentum yang menyokong organ-organ
genitalia tersebut.
a
Prolapse). 3,4
Umur
Usia lanjut juga juga merupakan faktor resiko prolapsus uteri. Pada wanita
yang telah menopause, di samping akibat kurangnya hormon estrogen
(hipoestrogenism) yang dihasilkan oleh ovarium serta karena faktor umur
menyebabkan otot-otot dasar panggul seperti diafragma pelvis, diafragma
urogenital dan ligamentum serta fasia akan mengalami atrofi dan melemah,
serta terjadi atrofi vagina. Keadaan ini akan menyebabkan otot-otot dan fascia
tidak dapat melaksanakan fungsinya dengan baik sebagai alat penyokong
c
Klasifikasi
Mengenai istilah dan klasifikasi prolapsus uteri terdapat perbedaan pendapat antara
para ahli ginekologi. Friedman dan Little (1961) mengemukakan beberapa macam
Prolapsus uteri tingkat I, di mana serviks uteri turun sampai introitus vagina;
Prolapsus uteri tingkat II, di mana serviks menonjol ke luar dari introitus
vagina;
Prolapsus uteri tingkat III, seluruh uterus ke luar dari vagina, prolapsus ini
sering juga dinamakan prosidensia uteri.
pemeriksaannya
menggunakan
pemeriksaan
Baden-Walker.
Pembagiannya adalah :
1
Stage IV = Ujung prolaps sampai lebih dari setengahnya ada di luar vagina.
Patofisiologi
Normalnya, uterus di fiksasi pada tempatnya oleh otot dan ligamentum membentuk
dasar pelvis. Prolaps uteri terjadi ketika dasar pelvis yaitu otot dan ligamentum
mengalami peregangan, terjadi kerusakan, dan kelemahan sehingga mereka tidak
sanggup untuk menyokong organ pelvis, sehingga uterus dan organ pelvis lainnya
jatuh ke introitus vaginae. Prolaps bisa saja terjadi secara tidak komplit, atau pada
beberapa kasus yang berat, terjadi prolaps yang komplit sehingga uterus jatuh sampai
keluar vagina.
Gejala Klinis
Gejala-gejala yang dialami sangat berbeda dan bersifat individual.
Kadangkala
penderita yang satu dengan prolaps yang cukup berat tidak mempunyai keluhan
apapun, sebaliknya penderita lain dengan prolaps ringan mempunyai banyak keluhan.
eksterna.
Rasa sakit di panggul dan pinggang (backache). Biasanya jika penderita
Leukorea karena kongesti pembuluh darah di daerah serviks dan karena infeksi serta
luka pada porsio uteri.
Diagnosis
Anamnesis
Keluhan-keluhan penderita dan pemeriksaan ginekologik umumnya dengan
mudah dapat menegakkan diagnosis prolapsus genitalis. Pasien dengan prolapsus
uteri biasanya mengeluhkan adanya benjolan yang keluar dari alat kelaminnya.
Gejala diperberat saat berdiri atau berjalan dalam waktu lama dan pulih saat
berbaring. Pasien merasa lebih nyaman saat pagi hari, dan gejala memberat saat
siang hari. Gejala-gejala tersebut antara lain:1,4
1
Konstipasi
Kesulitan berjalan
Kesulitan berkemih
Nausea
10 Discharge purulen
11 Perdarahan
12 Ulserasi
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan pelvis lengkap, termasuk pemeriksaan
rektovaginal untuk menilai tonus sfingter. Alat yang digunakan adalah spekulum
Sims atau spekulum standar tanpa bilah anterior. Penemuan fisik dapat lebih
diperjelas dengan meminta pasien meneran atau berdiri dan berjalan sebelum
pemeriksaan. Hasil pemeriksaan fisik pada posisi pasien berdiri dan kandung
kemih kosong dibandingkan dengan posisi supinasi dan kandung kemih penuh
dapat berbeda 1-2 derajat prolaps. Prolaps uteri ringan dapat dideteksi hanya jika
pasien meneran pada pemeriksaan bimanual. Evaluasi status estrogen semua
pasien. Tanda-tanda menurunnya estrogen:
1 Berkurangnya rugae mukosa vagina
2
Sekresi berkurang
ulserasi atau discharge purulen. Pap smear atau biopsi mungkin diperlukan bila
diduga terdapat keganasan. Jika terdapat gejala atau tanda obstruksi saluran
kemih, pemeriksaan BUN dan kadar kreatinin serum dilakukan untuk menilai
fungsi ginjal.
USG
USG pelvis dapat berguna untuk memastikan prolaps ketika anamnesis dan
pemeriksaan fisik meragukan. USG juga dapat mengeksklusi hidronefrosis.
Penatalaksanaan
Pengobatan Konservatif
Pengobatan cara ini tidak seberapa memuaskan tetapi cukup membantu
para penderita dengan prolapsus uteri. Cara ini biasanya diberikan pada
penderita prolapsus ringan tanpa keluhan atau pada penderita yang masih ingin
mendapatkan anak lagi atau penderita yang menolak untuk melakukan tindakan
operasi atau pada kondisi yang tidak memungkinkan untuk dilakukan tindakan
operasi.
Tindakan yang dapat diberikan pada penderita antara lain:
a
Latihan-latihan otot dasar panggul. Latihan ini sangat berguna pada penderita
prolapsus uteri ringan terutama yang terjadi pada penderita pasca persalinan yang
belum lewat enam bulan. Tujuannya untuk menguatkan otot-otot dasar panggul
dan otot-otot yang mempengaruhi miksi. Latihan ini dilakukan selama beberapa
bulan. Caranya adalah di mana penderita disuruh menguncupkan anus dan
jaringan dasar panggul seperti biasanya setelah buang air besar atau penderita
disuruh membayangkan seolah-olah sedang mengeluarkan air kencing dan tibatiba menghentikannya. Latihan ini bisa menjadi lebih efektif dengan
menggunakan perineometer menurut Kegel. Alat ini terdiri atas obturator yang
dimasukkan ke dalam vagina dan dengan suatu pipa dihubungkan dengan suatu
Stimulasi otot-otot dengan alat listrik. Kontraksi otot-otot dasar panggul dapat
pula ditimbulkan dengan alat listrik, elektrodenya dapat dipasang di dalam
pessarium yang dimasukkan ke dalam liang vagina.
Laparoskopi sakrohisteropeksi
Prosedur ini dilakukan dengan menggunakan anestesi umum dan dilengkapi
dengan sebuah kamera video kecil dimana ahli bedah harus memfokuskan
perhatiannya selama operasi. Laparoskop dimasukkan dalam rongga abdomen
melalui insisi kecil berukuran 12 inchi di atas pusat . Insisi tambahan di
bagian bawah abdomen diperlukan sebanyak 3 atau 4 buah dengan ukuran 34
inchi untuk menempatkan alat-alat laparoskop lainnya selama operasi. Tehnik
ini
dilakukan
dengan
menggunakan
jaringan
presacral
ligamentum
Operasi Manchester
Pada operasi ini biasanya dilakukan pengangkatan serviks uteri, dan
penjahitan ligamentum kardinal yang telah dipotong, di anterior serviks
dilakukan pula kolporafia anterior dan kolpoperineoplastik. Pengangkatan
serviks dilakukan untuk memperpendek serviks yang memanjang (elo ngasio
kolli). Tindakan ini dapat menyebabkan infertilitas, abortus, partus
prematurus, dan distosia servikalis pada persalinan. Bagian yang penting dari
operasi Manchester ialah penjahitan ligamentum kardinale di depan serviks
karena dengan tindakan ini ligamentum kardinale diperpendek, sehingga
uterus akan terletak dalam posisi anteversifleksi, dan turunnya uterus dapat
dicegah.
Histerektomi transvagina
Operasi ini tepat untuk dilakukan untuk prolapsus uterus dalam tingkat lanjut,
dan pada wanita yang telah menopause. Setelah uterus diangkat, puncak
vagina digantungkan pada ligamentum rotundum kanan dan kiri, atas pada
ligamentum infundibulo pelvikum, kemudian operasi akan dilanjutkan dengan
kolporafi anterior dan kolpoperineorafi untuk mencegah prolapsus vagina di
kemudian hari.
Kolpokleisis (operasi Neugebauer-Le Fort)
Pada waktu obat-obatan serta pemberian anestesi dan perawatan pra/pasca
operasi belum baik untuk wanita tua yang seksualnya tidak aktif lagi dapat
dilakukan operasi sederhana dengan menjahit dinding vagina depan dengan
dinding vagina belakang, sehingga lumen vagian tertutup dan uterus terletak
di atas vagina. Akan tetapi, operasi ini tidak memperbaiki sistokel dan retrokel