Anda di halaman 1dari 12

No. ID dan Nama Peserta: dr.

Inna Mutmainnah Musa


No. ID dan Nama Wahana: RSUD H. Padjonga Daeng Ngalle, Takalar
Topik : Prolapsus Uteri
Tanggal (kasus): 28 Mei 2016
Nama Pasien: Ny. K Dg.S
No.RM : 20 22 35
Tanggal presentasi: Juli 2016
Pendamping: dr. Vitalis Thalik, M.Kes
Keilmuan:
Keterampilan
Penyegaran
Tinjauan Pustaka
Diagnostik :
Manajemen
Masalah
Istimewa
Neonatus
Bayi
Anak
Remaja
Dewasa
Lansia
Bumil
Deskripsi :
Seorang Wanita, umur 67 tahun datang ke RS dengan keluhan benjolan pada lubang
kemaluan Keluhan dirasakan sejak 2 tahun sebelum masuk RS. Awalnya benjolan berukuran kecil dan
tidak terasa terganggu lalu membesar seperti bola kasti. Dua bulan terakhir benjolan dirasa
mengganggu.. Benjolan berwarna merah muda, nyeri pada benjolan (-), cairan keputihan (-), darah (-),
benjolan dapat keluar dari lubang kemaluan terutama saat berjalan, mengedan , mengangkat beban berat
dan batu.k dan bias dimasukkan lagi.
Riwayat Menarche: pada usia 13 tahun, siklus teratur, 2-3 pembalut/hari, nyeri haid
(-)
Riwayat Persalinan: P6A0 di dukun
Riwayat KB: tidak pernah
Riwayat Menopause: usia 50 tahun.
Riwayat Pekerjaan: pasien bekerja sebagai petani, sering mengangkat karung beras
Riwayat penyakit sebelumnya: Hipertensi ada, tidak berobat teratur, penyakit jantung
tidak diketahui, penyakit DM tidak diketahui.
BAB: biasa
BAK: lancar
Tujuan: Mendiagnosis pasien dengan Prolapsus Uteri dan penanganannya
Bahan Bahasan:
Tinjuan pustaka Riset
Kasus
Audit
Cara Membahas: Diskusi
Presentasi dan Diskusi E-mail
Pos
Data Utama untuk bahan diskusi:
1.Diagnosis/ Gambaran Klinis:
Seorang Wanita, umur 67 tahun datang ke RS dengan keluhan benjolan pada lubang
kemaluan Keluhan dirasakan sejak 2 tahun sebelum masuk RS. Awalnya benjolan berukuran kecil dan
tidak terasa terganggu lalu membesar seperti bola kasti. Dua bulan terakhir benjolan dirasa
mengganggu.. Benjolan berwarna merah muda, nyeri pada benjolan (-), cairan keputihan (-), darah (-),
benjolan dapat keluar dari lubang kemaluan terutama saat berjalan, mengedan , mengangkat beban berat

dan batu.k dan bias dimasukkan lagi. BAB biasa, BAK lancar.
2. Riwayat Menarche: pada usia 13 tahun, siklus teratur, 2-3 pembalut/hari, nyeri haid
(-)
Riwayat KB: tidak pernah
3. Riwayat Persalinan: P6A0 di dukun
4. Riwayat Menopause: pada usia 50 tahun.
5. Riwayat Pekerjaan: pasien bekerja sebagai petani, sering mengangkat karung
beras.
6. Riwayat penyakit sebelumnya: Hipertensi ada, tidak berobat teratur, penyakit
jantung tidak diketahui, penyakit DM tidak diketahui.
Daftar Pustaka:
1 Junizaf. Prolapsus alat genitalia. Dalam: Buku ajar: Uroginekologi. Jakarta
Subbagian

uroginokologi rekonstruksi Bagian Obstetri dan Ginekologi

FKUI/RSUPN-CM, 2002; 70-76


2

Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T. Ilmu Kandungan. Jakarta:


Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2007: 103-131, 421-446

Schorge J et al. Williams Gynaecology. United States: The McGraw hill, 2008:
chapter 24

Smith, Anthony. Dewshursts Textbook of Obstetric and Gynaecology. 7th ed.


United States: Blackwell Publishing, 2007: chapter 48

Faraj R, Broome J. Laparoscopic Sacrohysteropexy and Myomectomy for Uterine


Prolapse: A Case Report and Review of the Literature. Journal of Medical Case
Report. 2009. p : 1-4

Barsoom RS, Dyne PL. Uterine Prolapse in Emergency Medicine. Medscape


Article. [database on the medscape] 2011. [cite on October 5, 2014]. Available
from: http://emedicine.medscape.com/article/797295-overview#showall .

Standring S, Ellis H, Healy JC, Johnson D, Williams A, et al. Grays Anatomy:


The Anatomical Basis of Clinical Practice. 39th Edition. [textbook of Anatomy].

Elsevier Churchill Livingstone: 2008. p : 1331-3


Hasil Pembelajaran:
1.Definisi Prolapsus Uteri
2. Klasifikasi Prolapsus Uteri
3. Penatalaksanaan Farmakologis dan Non- Farmakologis Prolapsus Uteri

Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio


Subjektif:
Seorang Wanita, umur 67 tahun datang ke RS dengan keluhan benjolan pada lubang
kemaluan Keluhan dirasakan sejak 2 tahun sebelum masuk RS. Awalnya benjolan berukuran kecil dan
tidak terasa terganggu lalu membesar seperti bola kasti. Dua bulan terakhir benjolan dirasa
mengganggu.. Benjolan berwarna merah muda, nyeri pada benjolan (-), cairan keputihan (-), darah (-),
benjolan dapat keluar dari lubang kemaluan terutama saat berjalan, mengedan , mengangkat beban berat
dan batu.k dan bias dimasukkan lagi.
Riwayat Menarche: pada usia 13 tahun, siklus teratur, 2-3 pembalut/hari, nyeri haid
(-)
Riwayat Persalinan: P6A0 di dukun
Riwayat KB: tidak pernah
Riwayat Menopause: usia 50 tahun.
Riwayat Pekerjaan: pasien bekerja sebagai petani, sering mengangkat karung beras
Riwayat penyakit sebelumnya: Hipertensi ada, tidak berobat teratur, penyakit jantung
tidak diketahui, penyakit DM tidak diketahui.
BAB: biasa
BAK: lancer
Objektif:
Pemeriksaan Fisik
Status aInternus:
Keadaan Umum: Sakit Sedang/Gizi Cukup/Compos Mentis
Tanda Vital:
- Tekanan Darah : 130/80 mmHg
- Nadi
: 78x/menit
- Pernapasan
: 20x/menit
- Suhu
: 36,8
Pemeriksaan Fisis lain dalam batas normal.
Status Ginekologis :

Pemeriksaan Luar
- Inspeksi : Tampak massa uterus keluar sebagian dari introitus vagina, warna merah muda,
discharge (-), darah (-), erosif (-)
- Palpasi: teraba massa ukuran 2cmx2cmx3cm, konsistensi lunak, nyeri tekan (-)
- Inspekulo: tidak dilakukan
Vaginal touch: massa dapat dimasukkan, nyeri goyang (-), massa adnexa (-)
Assesment:
Prolapsus Uteri
Prolapsus uteri adalah keadaan yang terjadi akibat otot penyangga uterus menjadi
kendor sehingga uterus akan turun atau bergeser kebawah dan dapat menonjol keluar
dari vagina. Dalam keadaan normal, uterus disanggah oleh otot panggul dan
ligamentum penyangga. Bila otot penyangga tersebut menjadi lemah atau mengalami
cedera akan terjadi prolapsus uteri. Pada kasus ringan, bagian uterus turun ke puncak
vagina dan pada kasus yang sangat berat dapat terjadi protrusi melalui orifisium
vaginae dan berada diluar vagina. Prolapsus uteri sering terjadi bersamaan dengan
urethrocele dan cystocele (urethra dan atau kendung kemih terdorong keluar dari
dinding depan vagina ) dan rectocele (dinding rectum terdorong keluar dari dinding
belakang vagina).
Etiologi & Faktor Risiko
Pada dasarnya disebabkan oleh kelemahan pelvic floor yang terdiri dari otot-otot,
fascia endopelvik, dan ligamentum-ligamentum yang menyokong organ-organ
genitalia tersebut.
a

Faktor risiko dari prolapsus uteri adalah sebagai berikut :


Multiparitas
Persalinan yang sering merupakan faktor resiko terbanyak. Sampai saat ini
belum ada penjelasan mengenai apakah karena kehamilan atau nifas itu
sendiri yang menjadi faktor resiko dari prolapsus uteri. Persalinan pervaginam
merupakan faktor risiko yang paling sering dikutip. Studi Kohort Keluarga
Berencana Oxford dari 17.000 wanita, menunjukkan bahwa dibandingkan
dengan wanita nullipara, mereka dengan dua kali persalinan mengalami
peningkatan resiko delapan kali lipat di rumah sakit untuk POP (Pelvic organ

Prolapse). 3,4
Umur

Usia lanjut juga juga merupakan faktor resiko prolapsus uteri. Pada wanita
yang telah menopause, di samping akibat kurangnya hormon estrogen
(hipoestrogenism) yang dihasilkan oleh ovarium serta karena faktor umur
menyebabkan otot-otot dasar panggul seperti diafragma pelvis, diafragma
urogenital dan ligamentum serta fasia akan mengalami atrofi dan melemah,
serta terjadi atrofi vagina. Keadaan ini akan menyebabkan otot-otot dan fascia
tidak dapat melaksanakan fungsinya dengan baik sebagai alat penyokong
c

organ sehingga menyebabkan terjadinya prolapsus genitalia.2,3


Penyakit atau kelainan pada jaringan ikat.
Wanita dengan gangguan jaringan ikat mungkin akan lebih beresiko untuk

terjadinya prolapsus uteri.3


d Ras
Telah dibuktikan dalam beberapa penelitian bahwa wanita berkulit hitam, dan
wanita Asia menunjukkan risiko terendah, sedangkan wanita Hispanik
tampaknya memiliki risiko tertinggi. Meskipun perbedaan dalam komponen
kolagen telah dibuktikan antara ras, namun perbedaan tulang panggul dalam
settiap ras mungkin juga berperan. Misalnya, perempuan kulit hitam,
umumnya arcus pubis < 90 derajat dan umumnya bentuk panggulnya adalah
android atau antropoid. Bentuk panggul ini mengurangi resiko untuk
terjadinya prolapsus uteri dibandingkan dengan ras Barat dimana rata-rata
e

bentuk panggulnya ginekoid.2,3


Peningkatan Tekanan Intraabdominal
Peningkatan tekanan intra-abdominal yang berlangsung lama diyakini
mempunyai peranan dalam patogenesis prolapsus uteri. Contohnya dalam
kasus ini adalah pasien yang obesitas, konstipasi yang lama, sering
mengangkat berat, batuk kronis, dan berulang.

Klasifikasi
Mengenai istilah dan klasifikasi prolapsus uteri terdapat perbedaan pendapat antara
para ahli ginekologi. Friedman dan Little (1961) mengemukakan beberapa macam

klasifikasi yang dikenal yaitu:


1

Prolapsus uteri tingkat I, di mana serviks uteri turun sampai introitus vagina;

Prolapsus uteri tingkat II, di mana serviks menonjol ke luar dari introitus
vagina;

Prolapsus uteri tingkat III, seluruh uterus ke luar dari vagina, prolapsus ini
sering juga dinamakan prosidensia uteri.

Selain itu dikenal juga pembagian prolapsus uteri menurut Baden-Walker,


metode

pemeriksaannya

menggunakan

pemeriksaan

Baden-Walker.

Pembagiannya adalah :
1

Stage 0 = Tidak ada prolaps

Stage I = Ujung prolaps turun sampai setengah dari introitus

Stage II = Ujung prolaps turun sampai introitus

Stage III = Ujung prolaps sampai setengahnya diluar vagina

Stage IV = Ujung prolaps sampai lebih dari setengahnya ada di luar vagina.

Patofisiologi
Normalnya, uterus di fiksasi pada tempatnya oleh otot dan ligamentum membentuk
dasar pelvis. Prolaps uteri terjadi ketika dasar pelvis yaitu otot dan ligamentum
mengalami peregangan, terjadi kerusakan, dan kelemahan sehingga mereka tidak
sanggup untuk menyokong organ pelvis, sehingga uterus dan organ pelvis lainnya
jatuh ke introitus vaginae. Prolaps bisa saja terjadi secara tidak komplit, atau pada
beberapa kasus yang berat, terjadi prolaps yang komplit sehingga uterus jatuh sampai
keluar vagina.
Gejala Klinis
Gejala-gejala yang dialami sangat berbeda dan bersifat individual.

Kadangkala

penderita yang satu dengan prolaps yang cukup berat tidak mempunyai keluhan
apapun, sebaliknya penderita lain dengan prolaps ringan mempunyai banyak keluhan.

Keluhan-keluhan yang hampir selalu dijumpai:1,2


1

Perasaan adanya suatu benda yang mengganjal atau menonjol di genitalia

eksterna.
Rasa sakit di panggul dan pinggang (backache). Biasanya jika penderita

berbaring, keluhan menghilang atau menjadi kurang.


Pengeluaran serviks uteri dari vulva mengganggu penderita waktu berjalan
dan bekerja. Gesekan porsio uteri oleh celana akan menimbulkan lecet sampai
luka dan ulkus dekubitus pada porsio uteri.

Leukorea karena kongesti pembuluh darah di daerah serviks dan karena infeksi serta
luka pada porsio uteri.
Diagnosis
Anamnesis
Keluhan-keluhan penderita dan pemeriksaan ginekologik umumnya dengan
mudah dapat menegakkan diagnosis prolapsus genitalis. Pasien dengan prolapsus
uteri biasanya mengeluhkan adanya benjolan yang keluar dari alat kelaminnya.
Gejala diperberat saat berdiri atau berjalan dalam waktu lama dan pulih saat
berbaring. Pasien merasa lebih nyaman saat pagi hari, dan gejala memberat saat
siang hari. Gejala-gejala tersebut antara lain:1,4
1

Pelvis terasa berat dan nyeri pelvis

Protrusi atau penonjolan jaringan

Disfungsi seksual seperti dispareunia, penurunan libido, dan kesulitan


orgasme

Nyeri punggung bawah

Konstipasi

Kesulitan berjalan

Kesulitan berkemih

Peningkatan frekuensi, urgensi, dan inkontinensia dalam berkemih

Nausea

10 Discharge purulen
11 Perdarahan
12 Ulserasi
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan pelvis lengkap, termasuk pemeriksaan
rektovaginal untuk menilai tonus sfingter. Alat yang digunakan adalah spekulum
Sims atau spekulum standar tanpa bilah anterior. Penemuan fisik dapat lebih
diperjelas dengan meminta pasien meneran atau berdiri dan berjalan sebelum
pemeriksaan. Hasil pemeriksaan fisik pada posisi pasien berdiri dan kandung
kemih kosong dibandingkan dengan posisi supinasi dan kandung kemih penuh
dapat berbeda 1-2 derajat prolaps. Prolaps uteri ringan dapat dideteksi hanya jika
pasien meneran pada pemeriksaan bimanual. Evaluasi status estrogen semua
pasien. Tanda-tanda menurunnya estrogen:
1 Berkurangnya rugae mukosa vagina
2

Sekresi berkurang

Kulit perineum tipis

Perineum mudah robek

Pemeriksaan fisik juga harus dapat menyingkirkan adanya kondisi serius


yang mungkin berhubungan dengan prolaps uteri, seperti infeksi, strangulasi
dengan iskemia uteri, obstruksi saluran kemih dengan gagal ginjal, dan
perdarahan. Jika terdapat obstruksi saluran kemih, terdapat nyeri suprapubik atau
kandung kemih timpani. Jika terdapat infeksi, dapat ditemukan discharge serviks
purulen.
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Pemeriksaan ditujukan untuk mengidentifikasi komplikasi yang serius (infeksi,
obstruksi saluran kemih, perdarahan, strangulasi), dan tidak diperlukan untuk
kasus tanpa komplikasi. Urinalisis dapat dilakukan untuk mengetahui infeksi
saluran kemih. Kultur getah serviks diindikasikan untuk kasus yang disertai

ulserasi atau discharge purulen. Pap smear atau biopsi mungkin diperlukan bila
diduga terdapat keganasan. Jika terdapat gejala atau tanda obstruksi saluran
kemih, pemeriksaan BUN dan kadar kreatinin serum dilakukan untuk menilai
fungsi ginjal.
USG
USG pelvis dapat berguna untuk memastikan prolaps ketika anamnesis dan
pemeriksaan fisik meragukan. USG juga dapat mengeksklusi hidronefrosis.
Penatalaksanaan
Pengobatan Konservatif
Pengobatan cara ini tidak seberapa memuaskan tetapi cukup membantu
para penderita dengan prolapsus uteri. Cara ini biasanya diberikan pada
penderita prolapsus ringan tanpa keluhan atau pada penderita yang masih ingin
mendapatkan anak lagi atau penderita yang menolak untuk melakukan tindakan
operasi atau pada kondisi yang tidak memungkinkan untuk dilakukan tindakan
operasi.
Tindakan yang dapat diberikan pada penderita antara lain:
a

Latihan-latihan otot dasar panggul. Latihan ini sangat berguna pada penderita
prolapsus uteri ringan terutama yang terjadi pada penderita pasca persalinan yang
belum lewat enam bulan. Tujuannya untuk menguatkan otot-otot dasar panggul
dan otot-otot yang mempengaruhi miksi. Latihan ini dilakukan selama beberapa
bulan. Caranya adalah di mana penderita disuruh menguncupkan anus dan
jaringan dasar panggul seperti biasanya setelah buang air besar atau penderita
disuruh membayangkan seolah-olah sedang mengeluarkan air kencing dan tibatiba menghentikannya. Latihan ini bisa menjadi lebih efektif dengan
menggunakan perineometer menurut Kegel. Alat ini terdiri atas obturator yang
dimasukkan ke dalam vagina dan dengan suatu pipa dihubungkan dengan suatu

manometer. Dengan demikian kontraksi otot-otot dasar panggul dapat diukur


kekuatannya.
b

Stimulasi otot-otot dengan alat listrik. Kontraksi otot-otot dasar panggul dapat
pula ditimbulkan dengan alat listrik, elektrodenya dapat dipasang di dalam
pessarium yang dimasukkan ke dalam liang vagina.

Pengobatan dengan pessarium. Pengoabatan dengan pessarium sebetulnya hanya


bersifat paliatif saja, yakni menahan uterus ditempatnya selama alat tersebut
digunakan. Oleh karena itu jika pessarium diangkat maka timbul prolapsus
kembali. Prinsip pemakaian pessarium ialah bahwa alat tersebut mengadakan
tekanan pada dinding vagina bagian atas sehingga bagian dari vagina tersebut
beserta uterus tidak dapat turun dan melewati vagina bagian bawah. Untuk
mengetahui setelah dipasang apakah ukurannya cocok maka penderita disuruh
batuk atau mengejan. Jika pessarium tidak keluar lalu penderita disuruh berjalanjalan dan apabila ia tidak merasa nyeri maka pessarium dapat digunakan terus.
Pessarium dapat dipakai selama beberapa tahun, asalkan penderita diawasi
dan diperiksa secara teratur.Pemeriksaan ulang sebaiknya dilakukan 2-3 bulan
sekali.
Terapi Pembedahan
Prolapsus uteri biasanya disertai dengan prolapsus vagina. Maka, jika
dilakukan pembedahan untuk prolapsus uteri, prolapsus vagina perlu ditangani
pula. Macam-macam operasi untuk prolapsus uterus sebagai berikut:
1

Laparoskopi sakrohisteropeksi
Prosedur ini dilakukan dengan menggunakan anestesi umum dan dilengkapi
dengan sebuah kamera video kecil dimana ahli bedah harus memfokuskan
perhatiannya selama operasi. Laparoskop dimasukkan dalam rongga abdomen
melalui insisi kecil berukuran 12 inchi di atas pusat . Insisi tambahan di
bagian bawah abdomen diperlukan sebanyak 3 atau 4 buah dengan ukuran 34
inchi untuk menempatkan alat-alat laparoskop lainnya selama operasi. Tehnik

ini

dilakukan

dengan

menggunakan

jaringan

presacral

ligamentum

sakrouterina yang merupakan suatu jaringan yang kuat untuk menggantung


kembali puncak vagina dan serviks serta memperbaiki sumbu vagina melalui
jahitan permanen yang tidak diabsorbsi. Pemeriksaan dalam vagina selama
operasi berlangsung harus senantiasa dilakukan guna menjamin bahwa
seluruh kerusakan telah diperbaiki dengan benar.
2

Operasi Manchester
Pada operasi ini biasanya dilakukan pengangkatan serviks uteri, dan
penjahitan ligamentum kardinal yang telah dipotong, di anterior serviks
dilakukan pula kolporafia anterior dan kolpoperineoplastik. Pengangkatan
serviks dilakukan untuk memperpendek serviks yang memanjang (elo ngasio
kolli). Tindakan ini dapat menyebabkan infertilitas, abortus, partus
prematurus, dan distosia servikalis pada persalinan. Bagian yang penting dari
operasi Manchester ialah penjahitan ligamentum kardinale di depan serviks
karena dengan tindakan ini ligamentum kardinale diperpendek, sehingga
uterus akan terletak dalam posisi anteversifleksi, dan turunnya uterus dapat

dicegah.
Histerektomi transvagina
Operasi ini tepat untuk dilakukan untuk prolapsus uterus dalam tingkat lanjut,
dan pada wanita yang telah menopause. Setelah uterus diangkat, puncak
vagina digantungkan pada ligamentum rotundum kanan dan kiri, atas pada
ligamentum infundibulo pelvikum, kemudian operasi akan dilanjutkan dengan
kolporafi anterior dan kolpoperineorafi untuk mencegah prolapsus vagina di

kemudian hari.
Kolpokleisis (operasi Neugebauer-Le Fort)
Pada waktu obat-obatan serta pemberian anestesi dan perawatan pra/pasca
operasi belum baik untuk wanita tua yang seksualnya tidak aktif lagi dapat
dilakukan operasi sederhana dengan menjahit dinding vagina depan dengan
dinding vagina belakang, sehingga lumen vagian tertutup dan uterus terletak
di atas vagina. Akan tetapi, operasi ini tidak memperbaiki sistokel dan retrokel

sehingga dapat menimbulkan inkontinensia urinae. Obstipasi serta keluhan


prolapsus lainnya juga tidak hilang.
Plan:
Diagnosis
Prolapsus Uteri Tingkat IV
Penatalaksanaan
- Non Farmakoterapi: Latihan otot dasar panggul, pemasangan Pessarium.
Pendidikan
Menjelaskan penyakit pasien, faktor risiko, pengobatan serta prognosis penyakitnya.
Konsultasi
Konsultasi dengan dokter spesialis Obstetri dan Ginekologi untuk penanganan lebih
lanjut
Rujukan
Pada kasus ini, rujukan tidak diperlukan karena masih dapat ditangani di RS
setempat. Pasien diharapkan untuk tetap kontrol di poli KIA.

Anda mungkin juga menyukai