Anda di halaman 1dari 3
FAIAR, 27 JAN 2006, 51 x (Komentar) MERENCANAKAN SUL-SEL SEBAGAI""” ~ PUSAT PELAYANAN JASA KEUANGAN DI KTI Oleh: Marsuki Dea Sesual dengan letak geografis dan historisnya, selama ini Sul-Sel merupakan daerah cukup strategis di KTI. Sehingga sejak lama kondisi ekonominya dapat terus berkembang dan maju Tercermin pada beberapa indikator ekonomi makro Sul-Sel, seperti pertumbuhan ekonominya yang cukup baik - walau perekonomian dilanda krisis, besarnya kemampuan penyerapan tenaga kerja, stabilnya perubahan tingkat harga yang terjadi, serta baiknya hubungan ekonomi dengan daerah lainnya, baik dalam skala regional maupun internasional. Kenyataan ini dimungkinkan sebab daerah ini memiliki beberapa hal yang lebih baik dibanding dengan daerah KTI lainnya, seperti cukup potensial sumber daya alamnya, lebih baiknya kondisi infrastruktur, tersedianya SDM yang memadal dan berkualitas, lebih lengkapnya fasilitas lembaga ekonomi di sektor riel atau keuangan, serta lebih kondunsifnya situasi sosial, budaya dan politik masyarakatnya. Namun demikian, perlu disadari, terutama Pemda Sul-Sel bahwa untuk keberhasilan yang lebih balk maka persoalan mendasar yang sangat penting segera dibenahi, sebab merupakan prasyarat mutlak jika ingin menjadikan Sul- Sel sebagai pusat pembangunan di KTI, sesuai tuntutan regionalisasi dan globalisasi ekonomi, yakni merealisasaikan rencana menjadikan Sul-Sel sebagai Pusat pelayanan jasa keuangan, khususnya perbankan di KTI. Sederhanya, ini dimaksudkan sebagai strategi pembangunan ekonomi Pemda yang menyertakan secara nyata dan bertanggungjawab sektor keuangan dan lembaga yang terkait dalam proses pembangunan ekonomi daerah, sebagai syarat untuk menarik minat berinvestasi para pengusaha nasional dan internasional. Hal ini disebabkan karena kegiatan pembangunan yang selama ini bermodal investasi pemerintah, jelas tidak dapat lagi diharapkan, akibat semakin terbatasnya sumber daya keuangan pemerintah. Misalnya untuk periode APBD 2005 komponen belanja modal Pemda Sul-Sel hanya senilai Rp.267,26 milyar, dimana sebelumnya masih mencapai Rp.1,12 triliun. Sehingga ke depan sumber daya keuangan pembangunan daerah yang berasal dari modal masyarakat yang diakumulasi oleh sektor keuangan perbankan berarti sudah harus diperhitungkan Pemda sebagai sumber daya ekonomi utama yang dapat membiayai kegiatan pembangunan terutama investasi di Sul-Sel. Hal ini masuk akal jika memperhatikan begitu besarnya jumlah dana masyarakat yang telah dihimpun dan disalurkan kembali oleh perbankan. Misalnya pada triwulan II tahun 2005, jumlahnya mencapai Rp. 15,38 triliun, dimana telah janfaatkan kembali oleh berbagai sektor ekonomi dalam bentuk kredit senilal Rp.14,62 triliun, baik untuk kredit investasi sebesar 36,67 persen, kredit modal kerja sebesar 24,46 persen maupun kredit untuk konsumsi sebesar 39 persen. Sehingga nilal LDR perbankan di Sul-Sel telah mencapai 95,19 persen, jauh di atas LDR nasional Oleh karena itu maka mau sebaiknya Pemda Sul-Sel dalam menyusun RPJM dan RPJPnya sudah waktunya perlu menyertakan lembaga-lembaga keuangan dalam merancang rencana pembangunan yang akan dicanangkan dan dilaksanakan. Ini perlu dilakukan agar supaya ada sinergi dalam perencanaan pembangunan pemerintah dengan rencana kerja sektor perbankan. Tujuannya, agar nantinya dapat disusun suatu model perencanaan yang terintegrasi antara sektor riel dengan sektor moneter/keuangan, yang selama Ini belum pernah disusun apalagi dilaksanakan. Dengan model perencanaan terintegrasi tersebut, akan dapat diperoleh beberapa manfaat, diantaranya akan dapat diukur, diprediksi dan dievaluasi berbagal aspek dari rencana yang telah disusun secara bersama. Seperti akan dapat diketahui sektor ekonomi riel apa yang pertu diprioritaskan akan dibiayai pemerintah atau sektor perbankan, untuk dapat diperkirakan tanggungjawab masing-masing pihak dalam pembiayaan sektor prioritas, dimana lokasi atau wilayah sektor riel tersebut akan dilaksanakan, apa manfaat yang akan di peroleh masyarakat, pemerintah dan perbankan sendiri, serta akan dapat diketahui konsekwenst jika kebijakan yang direncanakan secara bersama itu tidak terlaksana. Sementara waktu, model perencanaan yang demikian jelas belum dapat disusun apalagi dilaksanakan secara sempurna, sebab masih banyaknya keterbatasan. Seperti keterbatasan data ekonomi yang valid, terbatasnya SDM dan kelembagaan ekonomi formal, terbatasnya informasi jaringan mengenai keterkaitan antar sektor ekonomi, dan keterbatasan lainnya. Namun demikian, jika sejak dini sudah diupayakan akan adanya model perencanaan seperti itu, maka lambat laun, dengan pengalaman yang sudah ada, akan dapat disusun model yang yang semakin baik. Yang terpenting sementara waktu ini bahwa dengan perencanaan pembangunan yang tersinergi tersebut, maka pemerintah sekurang-kurangnya sudah dapat mengetahul arah kebijakan sektor perbankan, sehingga akan dapat disusun suatu perencanaan pembangunan sektoral yang sejak dini dapat searah dengan rencana pembiayaan perbankan. Demikian juga sebaliknya, perbankan akan mengetahui arah kebijakan pembangunan pemerintah, sehingga perbankan dapat menyusun kebijakan yang ‘sesuai dengan rencana pembangunan prioritas sektoral pemerintah. Dengan demikian, maka kedua belah pihak sudah dapat saling mengetahui posisi, keadaan, kemampuan dan perannya masing-masing dalam melaksanakan fungs! pembangunannya. Dan seandainya strategi perencanaan bersinergi ini telah tertuang dan siap dilaksanakan dengan segala keterbatasannya dalam RPJM/RPJP Sul-Sel yang saat ini sedang disiapkan, maka berarti model perencanaan secara partisipatif yang sudah lama didengngkan secara global telah diimplementasikan oleh Pemda Sul- Sel, yang selama ini masih dalam tataran konsep karena belum dilaksanakan secara nyata. Menyertakan lembaga keuangan khususnya perbankan dalam proses penyusunan fencena pembangunan daerah, itu sama artinya bahwa peran sektor dunia usaha dalam perekonomian telah diperhitungkan pula. Alasannya, karena partner utama perbankan yang memanfaatkan dana potensial masyarakat di perbankan adalah para pengusaha. Menurut konsep atau kenyataannya, dunia usaha yang digeluti pengusaha telah diakui sebagai lembaga ekonomi yang paling efisien yang dapat memproduktifkan Ssset atau sumber daya ekonomi yang ada, tentu berkat tersedianya sumber pembiayaan dari dana masyarakat yang dihimpun perbankan. Oleh sebab itu, Pemda dalam menyusun rencana pembangunan ekonominya berarti sudah jelas tidak dapat melepaskan apalagi menyepelekan posis! dunia usaha. Peran dunia usaha menjadi sangat strategis, karena hakekatnya lembaga ekonomi inilah yang sebenarnya merealisasikan secara nyata program atau rencana kerja dan pembangunan ekonomi yang disiapkan dan dilakukan para pelaku ekonomi, sektor perbankan, dunia usaha maupun pemerintah sendiri- Dengan demikian dapat dianggap bahwa salah satu cara yang paling efektif guna meyertakan para pelaku ekonomi utama dalam proses perencanaan pembangunan ekonomi daerah secara proporsioan! dan bertanggungjawab hanya Gapat terealisasi jika pemerintah Sul-Sel secara nyata mencantumkan dalam RPJM/RPIP yang akan ditetapkan, mengenai rencana menjadikan Sul-Sel sebagai pusat pelayanan jasa keuangan di KTI. Hal ini jelas akan berimplikasi pada semakin besarnya rasa tanggungjawab sektor keuangan, khususnya perbankan dan pengusaha guna membantu merealisasikan program pembangunan ekonomi yang diprioritaskan Pemda. Dengan cara itu fraka secara de facto maupun de jure berarti eksistensi pelaku ekonomi tersebut ‘Secara politis telah diakul, yang selama ini terkadang mereka hanya dianggap sebagal obyek kebijakan pemerintah, bahkan sering dianggap sebagai rival atau saingan. Padahal, mau diakui atau tidak, sebenarnya kesuksesan pelaksanaan pembangunan ekonomi Sul-Sel selama ini justru bersumber dari besarnya peranan ke dua lembaga ekonomi tersebut, dalam hal : kegiatan investasi, penyerapan tenaga kerja, periuasan kegiatan wilayah ekonomi masyarakat, penentu berkembangnya kegiatan perdagangan, industri atau investasi, sebagal Sumber penerimaan keuangan Pemda maupun sebagi sumber pembiayaan kegiatan produktif masyarakat ekonomi di Sul-Sel. Jadi memang sudah bukan saatnya lagi kini, pemerintah Sul-Sel merencanakan pembangunan ekonomi tanpa melibatkan secara nyata lembaga Keuangan dan Gunia usaha, mulai dari saat identifikasi masalah, perumusan, pelaksanaan bahkan jika memungkinkan dalam pengawasan rencana pembangunan agar sesual dengan kepentingan semua pihak pelaku ekonomi Sebagai wadah untuk merealisasikan kepentingan tersebut, diantaranya dengan cara bahwa pemikiran untuk menjadikan Sul-Sel sebagai pusat pelayanan jasa Keuangan tersebut dapat termaktub dalam kerangka RPJM/RPJP Sul-Sel yang baru akan ditetapkan. Jika hal ini dapat terlaksana, maka keinginan untuk menjadikan Sul-Sel sebagai pusat pembangunan di KTI khususnya, bukanlah sesuatu yang mustahil dan mengada-ada.

Anda mungkin juga menyukai