Anda di halaman 1dari 20

30 Januari 2013

Diposkan oleh Ahmad Subagyo di 21.42 http://www.klikparu.com/2013/01/analisis-gas-darah-agd.html

ANALISIS GAS DARAH (AGD)

Blood gas analysis

Pemeriksaan AGD (Astrup) adalah pemeriksaan beberapa gas yang terlarut dalam darah arteri, bertujuan
untuk mengetahui keseimbangan asam basa, kadar oksigen, kadar karbondioksida dan sebagainya dalam
tubuh. Darah arteri biasanya diambil dari arteri radialis, brachialis atau femoralis.
Pemeriksaan gas darah arteri memungkinkan kitauntuk mengetahui pH (dan juga keseimbangan asam
basa), oksigenasi, kadar karbondioksida, kadar bikarbonat, saturasi oksigen, dan kelebihan atau kekurangan
basa. Pemeriksaan gas darah arteri dan pH sudah secara luas digunakan sebagai pegangan dalam
penatalaksanaan pasien-pasien penyakit berat baik yang akut maupun menahun. Pemeriksaan gas darah
juga dapat menggambarkan hasil berbagai tindakan penunjang yang dilakukan, tetapi kita tidak dapat
menegakkan suatu diagnosa hanya dari penilaian analisis gas darah dan keseimbangan asam basa saja.
Karena itu hasil AGD harus dihubungkan dengan riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, dan data-data
laboratorium lainnya.
Pada dasarnya pH atau derajat keasaman darah tergantung pada konsentrasi ion H + dan dapat
dipertahankan dalam batas normal melalui 3 faktor, yaitu mekanisme penyangga kimia, pernapasan dan
ginjal. Mekanisme pernapasan bekerja dengan menahan dalam darah atau melepas ke udara CO2 melalui
ekspirasi.
Proses perubahan pH darah ada dua macam, yaitu proses perubahan yang bersifat metabolik (adanya
perubahan konsentrasi bikarbonat [HCO3-] yang disebabkan gangguan metabolisme) dan yang bersifat
respiratorik (adanya perubahan tekanan parsial CO2 yang disebabkan gangguan respirasi). Perubahan
PaCO2 dan/atau HCO3-akan menyebabkan perubahan pH darah. Asidosis (pH turun di bawah normal) akan
terjadi jika PaCO2 meningkat dan/atau bikarbonat menurun, sedangkan alkalosis terjadi bila sebaliknya.
Asidosis ada dua macam yaitu asidosis akut dan asidosis kronik, demikian juga halnya dengan alkalosis.
Penggolongan asidosis atau alkalosis akut berdasarkan kejadiannya belum lama dan belum ada upaya
tubuh untuk mengkompensasi perubahan pH darah, sedangkan kronik jika kejadiannya telah melampaui 48
jam dan telah ada upaya tubuh untuk mengkompensasi perubahan pH.
KESEIMBANGAN ASAM BASA
Satuan derajad keasaman adalah pH, nilainya berkisar antara 1,00 (asam) sampai 14,00 (basa) dengan nilai
normal atau netral sebesar 7,00. Dalam ilmu kimia, nilai pH di bawah 7 disebut asidosis dan di atas 7 disebut
alkalosis. Dalam tubuh manusia nilai normal pH berkisar antara 7,35 7,45, sedikit berbeda dengan ilmu
kimia yang memasukkan nilai tersebut sebagai alkalosis. Disebut nilai normal pada tubuh karena pada
kisaran pH tersebutlah segala proses dalam tubuh manusia bisa berjalan dengan normal. Agar pH bisa
dipertahankan tetap dalam kisaran normal maka keseimbangan asam basa dalam darah perlu dikendalikan
dengan akurat karena perubahan yang sangat kecilpun dapat memberikan efek yang serius pada organ atau
sistem.
Ada 3 mekanisme dalam tubuh kita yang berperan mengendalikan keseimbangan asam basa.
1. Ginjal berperan membuang kelebihan asam, sebagian besar dalam bentuk amonia. Ginjal
mampu menentukan jumlah asam atau basa yang dibuang, biasanya berlangsung beberapa
hari.

2. Tubuh memanfaatkan penyangga (buffer) pH dalam darah sebagai pelindung terhadap


perubahan pH yang terjadi mendadak. Penyangga pH yang paling penting adalah bikarbonat.
Bikarbonat (komponen basa) berada dalam keseimbangan dengan CO2 (komponen asam). Jika
lebih banyak asam yang masuk ke dalam darah, maka akan dihasilkan lebih banyak bikarbonat
dan lebih sedikit CO2. Sedang jika lebih banyak basa yang masuk ke aliran darah maka proses
sebaliknya yang terjadi.
3. Pembuangan CO2. Proses metabolisme memproduksi CO2 yang akan dibawa darah
menuju paru untuk dibuang. Pusat pernapasan di otak mengatur jumlah CO2 yang diekspirasi
dengan cara mengendalikan kecepatan dan kedalaman pernapasan. Jika jumlah CO2 yang
dibuang bertambah, kadar CO2 darah akan menurun dan selanjutnya pH menjadi basa. Proses
sebaliknya akan terjadi jika jumlah CO2 yang dibuang berkurang dan pH bergeser ke arah
asam. Pengaturan pengeluaran CO2 mampu mengatur pH darah dalam hitungan menit.
Bila terjadi kelainan pada satu atau lebih dari ketiga mekanisme tersebut maka pH darah akan bergeser dan
keluar dari nilai normal menjadi asidosis atau alkalosis. Asidosis terjadi bila dalam darah terlalu banyak asam
atau terlalu sedikit basa sehingga pH berkurang, bila terjadi sebaliknya akan terjadi alkalosis. Asidosis dan
alkalosis bukan penyakit, namun akibat dari beberapa penyakit. Terjadinya pergeseran pH merupakan
petunjuk adanya masalah metabolisme atau respirasi yang serius.
Asidosis dan alkalosis dikelompokkan menjadi metabolik dan respiratorik, tergantung pada penyebab
utamanya. Kelainan pH metabolik disebabkan oleh ketidakimbangan pembentukan dan pembuangan asam
dan basa oleh ginjal, sedang kelainan pH respiratorik disebabkan oleh gangguan di paru atau saluran
napas.

http://afni3005.blogspot.co.id/p/blog-page_7285.html
ANALISA GAS DARAH
ANALISA GAS DARAH (AGD)
A. Pengertian AGD
Pemeriksaan analisis gas darah merupakan pemeriksaan laboratorium yang penting sekali di
dalam penatalaksanaan penderita akut maupun kronis, terutama penderita penyakit paru.
Pemeriksaan analisis gas darah penting baik untuk menegakkan diagnosis, menentukan terapi,
maupun untuk mengikuti perjalanan penyakit setelah mendapat terapi. Sama halnya dengan
pemeriksaan EKG pada penderita jantung dan pemeriksaan gula darah penderita diabetes millitus.
Dengan majunya ilmu pengetahuan, terutama setelah ditemukan alat astrup, tekanan parsial O 2 dan
CO2 serta pH darah dapat diukur dengan mudah.
Analisa Gas Darah ( AGD ) atau sering disebut Blood Gas Analisa ( BGA ) merupakan
pemeriksaan penting untuk penderita sakit kritis yang bertujuan untuk mengetahui atau
mengevaluasi pertukaran Oksigen ( O2),Karbondiosida ( CO2) dan status asam-basa dalam darah
arteri.
Analisa gas darah (AGD) atau BGA (Blood Gas Analysis) biasanya dilakukan untuk
mengkaji gangguan keseimbangan asam-basa yang disebabkan oleh gangguan pernafasan dan/atau
gangguan metabolik. Komponen dasar AGD mencakup pH, PaCO2, PaO2, SO2, HCO3 dan BE
(base excesses/kelebihan basa).
Pemeriksaan gas darah dipakai untuk menilai : Keseimbangan asam basa dalam tubuh,
Kadar oksigenasi dalam darah, Kadar karbondioksida dalam darah.
B.

Tujuan dan Manfaat Pemeriksaan AGD


Sebuah analisis ABG mengevaluasi seberapa efektif paru-paru yang memberikan oksigen ke
darah . Tes ini juga menunjukkan seberapa baik paru-paru dan ginjal yang berinteraksi untuk
menjaga pH darah normal (keseimbangan asam-basa). Peneliatian ini biasanya dilakukan untuk
menilai penyakit khususnya pernapasan dan kondisi lain yang dapat mempengaruhi paru-paru, dan

sebagai pengelolaan pasien untuk terapi oksigen (terapi pernapasan). Selain itu, komponen asambasa dari uji tes dapat memberikan informasi tentang fungsi ginjal.Adapun tujuan lain dari
dilakukannya pemeriksaan analisa gas darah,yaitu :
1. Menilai fungsi respirasi (ventilasi)
2. Menilai kapasitas oksigenasi.
3. Menilai keseimbangan asam-basa
4. Mengetahui keadaan O2 dan metabolisme sel.
5. Efisiensi pertukaran O2 dan CO2.
6. Untuk mengetahui kadar CO2 dalam tubuh.
7. Memperoleh darah arterial untuk analisa gas darah atau test diagnostik yang
lain.
Adapun manfaat pada pemeriksaan analisa gas darah yaitu untukmenegakkan diagnosis,
menentukan terapi, maupun untuk mengikuti perjalanan penyakit setelah mendapat terapi,serta
mengkaji gangguan keseimbangan asam-basa yang disebabkan oleh gangguan pernafasan dan/atau
gangguan metabolic dalam tubuh.
1. Analisis gas darah digunakan untuk diagnosa dan pengelolaan :
Penyakit pernafasan
Pemberian oksigen
Kadar oksigenasi dalam darah
Kadar CO2
Keseimbangan asam-basa
Ventilasi
2. Pemilihan bagian analisa gas darah :
a. Kriteria tergantung pada :
Ada tidaknya sirkulasi koleteral.
Seberapa besar arteri.
Jenis jaringan yang mengelilingnya.
b. Bagian-bagian yang tidak boleh dipilih :
o Adanya peradangan.
o Adanya iritasi.
o Adanya edema.
o Dekat dengan luka.
o Percabangan arteri dengan fistula
AGD tidak perlu dilakukan apabila:
1.
Hasil tidak akan memberikan pengaruh pada tindakan medis selanjutnya.
2. Mengikuti prosedurpemeriksaan yang ada, bukan karena adanya indikasi.
3. Masih terdapat cara lain yang lebih mudah untuk mendapatkan hasil yang diinginkan.
4. Komplikasi yang timbul >>daripada hasil AGD yang diharapkan
C. Pengambilan Sample dan Analisa Pemeriksaan AGD
Sampel darah untuk pemeriksaan Analisa Gas Darah dapat dilakukan pada arteri radialis,
arteri tibialis posterior, arteri dorsalis pedis, dan lain-lain. Arteri femoralis atau brakialis sebaiknya
tidak digunakan jika masih ada alternatif lain, karena tidak mempunyai sirkulasi kolateral yang
cukup
untuk
mengatasi
bila
terjadi
spasme
atau
trombosis.
Sedangkan
arteri temporalis atau axillaris sebaiknya tidak digunakan karena adanya risiko emboli. Korelasi
nilai sampel darah arteri dan kapiler bervariasi, baik untuk pH dan PCO2, tapi jelek untuk PaO2.

Beberapa faktor yang mempengaruhi hasil pemeriksaan analisa gas darah:


Gelembung udara

Tekanan
Oksigen udara adalah 158 mmHg. Jika terdapat udara dalam sampel darah maka ia cenderung
menyamakan tekanan sehingga bila tekanan oksigen sampel darah kurang dari 158 mmHg, maka
hasilnya akan meningkat.
Dalam kegiatan pengumpulan sampel darah dikenal istilah phlebotomy yang berarti proses
mengeluarkan darah. Dalam praktek laboratorium klinik, ada 3 macam cara memperoleh darah,
yaitu : melalui tusukan vena (venipuncture), tusukan kulit (skinpuncture) dan tusukan arteri atau
nadi. Venipuncture adalah cara yang paling umum dilakukan, oleh karena itu istilah phlebotomy
sering dikaitkan dengan venipuncture.
Pengumpulan Sampel Darah
Dalam kegiatan pengumpulan sampel darah dikenal istilah phlebotomy yang berarti proses
mengeluarkan darah. Dalam praktek laboratorium klinik, ada 3 macam cara memperoleh darah,
yaitu : melalui tusukan vena (venipuncture), tusukan kulit (skinpuncture) dan tusukan arteri atau
nadi. Venipuncture adalah cara yang paling umum dilakukan, oleh karena itu istilah phlebotomy
sering dikaitkan dengan venipuncture.

Pengambilan Darah Vena


Pada pengambilan darah vena (venipuncture), contoh darah umumnya diambil dari
vena median cubital, pada anterior lengan (sisi dalam lipatan siku). Vena ini terletak dekat dengan
permukaan kulit, cukup besar, dan tidak ada pasokan saraf besar. Apabila tidak memungkinkan,
vena chepalica atau vena basilica bisa menjadi pilihan berikutnya. Venipuncture pada vena basilica
harus dilakukan dengan hati-hati karena letaknya berdekatan dengan arteri brachialis dan syaraf
median.
Jika vena cephalica dan basilica ternyata tidak bisa digunakan, maka pengambilan darah
dapat dilakukan di vena di daerah pergelangan tangan. Lakukan pengambilan dengan dengan sangat
hati-hati dan menggunakan jarum yang ukurannya lebih kecil.
Lokasi yang tidak diperbolehkan diambil darah adalah :
Lengan pada sisi mastectomy
Daerah edema
Hematoma
Daerah dimana darah sedang ditransfusikan
Daerah bekas luka
Daerah dengan cannula, fistula atau cangkokan vascular
Daerah intra-vena lines Pengambilan darah di daerah ini dapat menyebabkan darah menjadi lebih
encer dan dapat meningkatkan atau menurunkan kadar zat tertentu.

Ada dua cara dalam pengambilan darah vena, yaitu cara manual dan cara vakum. Cara
manual dilakukan dengan menggunakan alat suntik (syring), sedangkan cara vakum dengan
menggunakan tabung vakum (vacutainer).
Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam pengambilan darah vena adalah :
Pemasangan turniket (tali pembendung)
Pemasangan dalam waktu lama dan terlalu keras dapat menyebabkan hemokonsentrasi
(peningkatan nilai hematokrit/PCV dan elemen sel), peningkatan kadar substrat (protein total, AST,
besi, kolesterol, lipid total)
Melepas turniket sesudah jarum dilepas dapat menyebabkan hematoma
Jarum dilepaskan sebelum tabung vakum terisi penuh sehingga mengakibatkan masukknya udara
ke dalam tabung dan merusak sel darah merah.
Penusukan
Penusukan yang tidak sekali kena menyebabkan masuknya cairan jaringan sehingga dapat
mengaktifkan pembekuan. Di samping itu, penusukan yang berkali-kali juga berpotensi
menyebabkan hematoma.
Tutukan jarum yang tidak tepat benar masuk ke dalam vena menyebabkan darah bocor dengan
akibat hematoma
Kulit yang ditusuk masih basah oleh alkohol menyebabkan hemolisis sampel akibat kontaminasi
oleh alcohol, rasa terbakar dan rasa nyeri yang berlebihan pada pasien ketika dilakukan penusukan.
Pengambilan Darah Kapiler
Pengambilan darah kapiler atau dikenal dengan istilah skinpuncture yang berarti proses
pengambilan sampel darah dengan tusukan kulit. Tempat yang digunakan untuk pengambilan darah
kapiler adalah :
Ujung jari tangan (fingerstick) atau anak daun telinga.
Untuk anak kecil dan bayi diambil di tumit (heelstick) pada 1/3 bagian tepi telapak kaki atau ibu jari
kaki.
Lokasi pengambilan tidak boleh menunjukkan adanya gangguan peredaran, seperti vasokonstriksi
(pucat), vasodilatasi (oleh radang, trauma, dsb), kongesti atau sianosis setempat.

Pengambilan darah kapiler dilakukan untuk tes-tes yang memerlukan sampel dengan volume
kecil, misalnya untuk pemeriksaan kadar glukosa, kadar Hb, hematokrit (mikrohematokrit) atau
analisa gas darah (capillary method).
Pengambilan Darah Arteri
Pengambilan darah arteri umumnya menggunakan arteri radialis di daerah pergelangan
tangan. Jika tidak memungkinkan dapat dipilih arteri brachialis di daerah lengan atau arteri
femoralis di lipat paha. Pengambilan darah harus dilakukan dengan hati-hati dan oleh tenaga
terlatih.Sampel darah arteri umumnya digunakan untuk pemeriksaan analisa gas darah.
Arteri radialis
Yaitu arteri yang berada di pergelangan tangan pada posisi ibu jari.

a. Terdapat sirkulasi kolateral (suplai darah dari beberapa arteri).


b. Bila terjadi kerusakan RA pada saat pengambilan, ulnar arteri akan mensuplai darah ke tangan.
Padahal ulnar arteri tidak boleh digunakan untuk ABG.
c. Bila tidak ditemukan sirkulasi korateral, RA tidak boleh digunakan.
d. Hematoma pada RA jarang terjadi karena adanya tekanan diatas ligamen dan tulang pada
pergelangan.
e. Kesulitan :
Ukuran arteri kecil
Sulit diperoleh kondisi pasien dengan curah jantung yang rendah.
Arteri branchialis
Yaitu arteri yang berada pada medial anterior bagian antecubital fossa, terselipdiantara otot bisep.

a.

Ukuran arteri besar sehingga mudah untuk dipalpasi dan ditusuk.

b. Sirkulasi koleteral cukup, tidak sebanyak RA.


c. Kesulitan :
Letak arteri lebih dalam
Letaknya dekat dengan basilic vena dan syaraf median
Hematom mungkin terjadi
Arteri femoralis
Yaitu arteri yang paling besar untuk ABG. Berada pada permukaan paha bagian dalam, disebelah
lateral tulang pubis.

a.
b.
c.

5.
a.
b.

Dapat dilakukan ABG sekalipun pasien dengan curah jantung yang rendah.
FA hanya digunakan dalam kondisi gawat darurat atau sulit mendapat arteri lain.
Kesulitan :
Sirkulasi koleteral sedikit sehingga mudah terjadi infeksi pada tempat pengambilan
Sulit untuk aseptis
Pada orang tua, gangguan dinding arteri sebelah dalam
Letaknya dekat dengan vena paha.
Bagian arteri lainnya
Pada bayi : arteri kulit kepala, arteri tali pusat
Pada orang dewasa : arteri dorsal pedis

Ukuran-ukuran dalam analisa gas darah:


PH normal 7,35-7,45
Pa CO2 normal 35-45 mmHg
Pa O2 normal 80-100 mmHg
Total CO2 dalam plasma normal 24-31 mEq/l
HCO3 normal 21-30 mEq/l
Base Ekses normal -2,4 s.d +2,3
Saturasi O2 lebih dari 90%.
Pemeriksaan analisa gas darah dikenal juga dengan nama pemeriksaan ASTRUP, yaitu
suatu pemeriksaan gas darah yang dilakukan melalui darah arteri. Lokasi pengambilan darah yaitu:
Arteri radialis, A. brachialis, A. Femoralis.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil analisa gas darah meliputi :
a. Suhu, pada suhu 370 c selama 10 menit PH akan berubah, 0,10 ; PaCO21 mmhg dan PO2 0,7
mmhg, sedangkan pada suhu 40 dalam 10 menit PH berubah 0,01 ; PaCO2 0,01 mmhg dan

PaO2,07 mmhg. Sebaiknya darah dimasukkan kedalam es untuk menghindari / mengurangi


metabolisme dan mencegah konsumsi oksigen dan karbondioksida yang dapat mempengaruhi nilai
b. Darah yang diambil, darah arteri merupakan contoh baku untuk pemeriksaaan analisa gas darah.
c. Pemakaian heparin, jangan lebih dari 0,05 cc untuk 1 cc darah (cukup membilas spuit dengan
heparin).
d. Gelembung udara dalam spuit, yang akan mempengaruhi CO2 dan O2.
Komponen yang diperiksa dalam analisa gas darah meliputi :
PH (normal : 7,35 7,45)
PH akan menggambarkan konsentrasi ion H+ dalam tubuh. Ada peningkatan atau penuruna ion H+
akan mempengaruhi stabilitas dari PH cairan tubuh. Bila ion H+ meningkat PH akan rendah dan
bila ion H+ menurun PH akan meningkat.
PaCO2 (normal : 35 45 mmhg)
PaCO2 adalah tekanan partial yang ditimbulkan oleh CO2 yang terlarut. PaCO2 ini merupakan
parameter untuk mengetahui fungsi respirasi dan menentukan cukup tidaknya ventilasi alveolar.
Bila PaCO2 rendah menunjukkan adanya hyperventilasi karena rangsangan pernafasan dan bila
PaCO2 tinggi (hypoventilasi) menunjukkan adanya kegagalan ventilasi alveolis. Pada PaCO2
rendah konsentrasi ion H+ akan rendah dan PH meningkat, sedangkan bila terjadi peningkatan
PaCO2 konsentrasi ion H+ akan mengingat dan PH menjadi rendah
PaO2 (normal : 80 100 mmhg)
PaO2 adalah tekanan yang ditimbulkan oleh oksigen yang terlarut dalam darah. PaO2 akan
memberikan petunjuk cukup tidaknya oksigenisasi darah arteri
Base Ekses (E . E) (normal 2 / 2,5 mEQ / 1)
Menggambarkan secara langsung kelebihan basa kuat / kekurangan asam tetap atau kekurangan
basa / kelebihan asam.Bila nilai positif menunjukkan kelebihan basa dan bila nilai negatif
menunjukkan kelebihan asam
TCO2 (normal : 24 -31 mmhg)
Total CO2 yang terdapat dalam plasma, yang meliputi asam karbonat, bikarbonat dan senyawa
karbamino. TCO2 dapat digunakan sebagai petunjuk klinik gangguan keseimbangan asam untuk
memperkirakan kelebihan atau kekurangan basa karena perbandingan bikarbonat dan asm
bikarbonat 20 : 1
Sat. O2 (normal : 96 -100 %)
Derajat kejenuhan Hb dengan oksigen. Sat O2 sangat membantu untuk menghitung kandungan
oksigen dalam darah
Faktor yang mempengaruhi pemeriksaan AGD :
Gelembung udara
Tekanan oksigen udara adalah 158 mmHg. Jika terdapat udara dalam sampel darah maka ia
cenderung menyamakan tekanan sehingga bila tekanan oksigen sampel darah kurang dari 158
mmHg, maka hasilnya akan meningkat.
Antikoagulan
Antikoagulan dapat mendilusi konsentrasi gas darah dalam tabung. Pemberian heparin yang
berlebihan akan menurunkan tekanan CO2, sedangkan pH tidak terpengaruh karena efek penurunan
CO2 terhadap pH dihambat oleh keasaman heparin.
Metabolisme
Sampel darah masih merupakan jaringan yang hidup. Sebagai jaringan hidup, ia membutuhkan
oksigen dan menghasilkan CO2. Oleh karena itu, sebaiknya sampel diperiksa dalam 20 menit
setelah pengambilan. Jika sampel tidak langsung diperiksa, dapat disimpan dalam kamar pendingin
beberapa jam.
Suhu

Ada hubungan langsung antara suhu dan tekanan yang menyebabkan tingginya PO 2 dan PCO2. Nilai
pH akan mengikuti perubahan PCO2.
Nilai
Nilai pH darah yang abnormal disebut asidosis atau alkalosis sedangkan nilai PCO 2 yang abnormal
terjadi pada keadaan hipo atau hiperventilasi. Hubungan antara tekanan dan saturasi oksigen
merupakan faktor yang penting pada nilai oksigenasi darah
D. Pengukuran Karbondioksida Darah
Analisa gas darah dilakukan pada darah dari arteri. Ini meruapakan pengukuran tekanan
parsial oksigen dan karbon dioksida dalam darah, serta kandungan oksigen, saturasi oksigen, konten
bikarbonat, dan pH darah.Oksigen di paru-paru dilakukan pada jaringan melalui aliran darah, tetapi
hanya sejumlah kecil oksigen ini benar-benar dapat larut dalam darah arteri. Berapa banyak
melarutkan tergantung pada tekanan parsial oksigen (tekanan bahwa gas diberikannya pada dinding
arteri). Oleh karena itu, pengujian tekanan parsial oksigen sebenarnya adalah mengukur berapa
banyak oksigen yang memberikan paru-paru ke dalam darah. Karbon dioksida dilepaskan ke dalam
darah sebagai produk sampingan dari metabolisme sel. Tekanan parsial karbon dioksida
menunjukkan seberapa baik paru-paru menghilangkan karbon dioksida.
Sisa oksigen yang tidak terlarut dalam darah tergabung dengan hemoglobin, suatu senyawa
protein-besi yang ditemukan dalam sel-sel darah merah. Pengukuran dalam kandungan oksigen
dalam analisis ABG menunjukkan berapa banyak oksigen dikombinasikan dengan hemoglobin.
Karbon dioksida lebih mudah larut dalam darah dibanding oksigen , terutama membentuk
jumlah bikarbonat dan lebih kecil dari asam karbonat. Ketika hadir dalam jumlah normal, rasio
asam karbonat untuk bikarbonat menciptakan keseimbangan asam-basa dalam darah, membantu
menjaga pH pada tingkat di mana fungsi sel tubuh yang paling efisien. Paru-paru dan ginjal baik
berpartisipasi dalam mempertahankan keseimbangan asam-karbonat bikarbonat. Paru-paru
mengontrol tingkat asam karbonat dan bikarbonat di atur oleh ginjal.
E. Persiapan Alat dan Pasien
A. Persiapan Alat
Persiapan Alat Pengambilan Darah Vena
1. Pengambilan Darah Vena dengan Syring
Syring
Kapas Alkohol 70%
Torniquet
Plester
Tabung
2. Pengambilan Darah Vena Dengan Tabung Vakum
o Jarum
o Kapas alkohol 70%
o Tali pembendung (turniket)
o Plester
o Tabung vakum.
Persiapan Alat Pengambilan Darah Kapiler
Lanset
Kapas Alkohol 70%

Povidone iodium 10%


Tabung

Persiapan Alat Pengambilan Darah Arteri


Torniquet
Kapas Alkohol 70%
Spuit
Tabung
Handscoon

B. Persiapan Pasien :
Memberikan penjelasan pada klien (bila mungkin) dan keluarga mengenai tujuan pengambilan darah
dan prosedur yang akan dilakukan.
Jelaskan bahwa dalam prosedur pengambilan akan menimbulkan rasa sakit
Jelaskan komplikasi yang mungkin timbul
Jelaskan tentang allens test
Mengatur posisi pasien
F. Prosedur Kerja
1) Prosedur Pengambilan Darah Vena
Pengambilan Darah Vena dengan Syring
Pengambilan darah vena secara manual dengan alat suntik (syring) merupakan cara yang
masih lazim dilakukan di berbagai laboratorium klinik dan tempat-tempat pelayanan kesehatan. Alat
suntik ini adalah sebuah pompa piston sederhana yang terdiri dari sebuah sebuah tabung silinder,
pendorong, dan jarum. Berbagai ukuran jarum yang sering dipergunakan mulai dari ukuran terbesar
sampai dengan terkecil adalah : 21G, 22G, 23G, 24G dan 25G.
Pengambilan darah dengan suntikan ini baik dilakukan pada pasien usia lanjut dan pasien
dengan vena yang tidak dapat diandalkan (rapuh atau kecil).
Prosedur :
Persiapkan alat-alat yang diperlukan : Untuk pemilihan syring, pilihlah ukuran/volume sesuai dengan
jumlah sampel yang akan diambil, pilih ukuran jarum yang sesuai, dan pastikan jarum terpasang
dengan erat.
Lakukan pendekatan pasien dengan tenang dan ramah; usahakan pasien senyaman mungkin.
Identifikasi pasien dengan benar sesuai dengan data di lembar permintaan.
Verifikasi keadaan pasien, misalnya puasa atau konsumsi obat. Catat bila pasien minum obat tertentu,
tidak puasa dsb.
Minta pasien meluruskan lengannya, pilih lengan yang banyak melakukan aktifitas.
Minta pasien mengepalkan tangan.
Pasang tali pembendung (turniket) kira-kira 10 cm di atas lipat siku.
Pilih bagian vena median cubital atau cephalic. Lakukan perabaan (palpasi) untuk memastikan posisi
vena; vena teraba seperti sebuah pipa kecil, elastis dan memiliki dinding tebal. Jika vena tidak
teraba, lakukan pengurutan dari arah pergelangan ke siku, atau kompres hangat selama 5 menit
daerah lengan.
Bersihkan kulit pada bagian yang akan diambil dengan kapas alcohol 70% dan biarkan kering. Kulit
yang sudah dibersihkan jangan dipegang lagi.
Tusuk bagian vena dengan posisi lubang jarum menghadap ke atas. Jika jarum telah masuk ke dalam
vena, akan terlihat darah masuk ke dalam semprit (dinamakan flash). Usahakan sekali tusuk kena.

Setelah volume darah dianggap cukup, lepas turniket dan minta pasien membuka kepalan tangannya.
Volume darah yang diambil kira-kira 3 kali jumlah serum atau plasma yang diperlukan untuk
pemeriksaan.
Letakkan kapas di tempat suntikan lalu segera lepaskan/tarik jarum. Tekan kapas beberapa sat lalu
plester selama kira-kira 15 menit. Jangan menarik jarum sebelum turniket dibuka.
Pengambilan Darah Vena Dengan Tabung Vakum
Tabung vakum pertama kali dipasarkan oleh perusahaan AS BD (Becton-Dickinson) di
bawah nama dagang Vacutainer. Jenis tabung ini berupa tabung reaksi yang hampa udara, terbuat
dari kaca atau plastik. Ketika tabung dilekatkan pada jarum, darah akan mengalir masuk ke dalam
tabung dan berhenti mengalir ketika sejumlah volume tertentu telah tercapai.
Jarum yang digunakan terdiri dari dua buah jarum yang dihubungkan oleh sambungan
berulir. Jarum pada sisi anterior digunakan untuk menusuk vena dan jarum pada sisi posterior
ditancapkan pada tabung. Jarum posterior diselubungi oleh bahan dari karet sehingga dapat
mencegah darah dari pasien mengalir keluar. Sambungan berulir berfungsi untuk melekatkan jarum
pada sebuah holder dan memudahkan pada saat mendorong tabung menancap pada jarum posterior.
Keuntungan menggunakan metode pengambilan ini adalah, tak perlu membagi-bagi sampel
darah ke dalam beberapa tabung. Cukup sekali penusukan, dapat digunakan untuk beberapa tabung
secara bergantian sesuai dengan jenis tes yang diperlukan. Untuk keperluan tes biakan kuman, cara
ini juga lebih bagus karena darah pasien langsung dapat mengalir masuk ke dalam tabung yang
berisi media biakan kuman. Jadi, kemungkinan kontaminasi selama pemindahan sampel pada
pengambilan dengan cara manual dapat dihindari.
Kekurangannya sulitnya pengambilan pada orang tua, anak kecil, bayi, atau jika vena tidak
bisa diandalkan (kecil, rapuh), atau jika pasien gemuk. Untuk mengatasi hal ini mungkin bisa
digunakan jarum bersayap (winged needle).
Jarum bersayap atau sering juga dinamakan jarum kupu-kupu hampir sama dengan jarum
vakutainer seperti yang disebutkan di atas. Perbedaannya adalah, antara jarum anterior dan posterior
terdapat dua buah sayap plastik pada pangkal jarum anterior dan selang yang menghubungkan
jarum anterior dan posterior. Jika penusukan tepat mengenai vena, darah akan kelihatan masuk pada
selang (flash).
Prosedur :
Persiapkan alat-alat yang diperlukan.
Pasang jarum pada holder, pastikan terpasang erat.
Lakukan pendekatan pasien dengan tenang dan ramah; usahakan pasien senyaman mungkin.
Identifikasi pasien dengan benar sesuai dengan data di lembar permintaan.
Verifikasi keadaan pasien, misalnya puasa atau konsumsi obat. Catat bila pasien minum obat
tertentu, tidak puasa dsb.
Minta pasien meluruskan lengannya, pilih lengan yang banyak melakukan aktifitas.
Minta pasien mengepalkan tangan.
Pasang tali pembendung (turniket) kira-kira 10 cm di atas lipat siku.
Pilih bagian vena median cubital atau cephalic. Lakukan perabaan (palpasi) untuk memastikan
posisi vena; vena teraba seperti sebuah pipa kecil, elastis dan memiliki dinding tebal. Jika vena
tidak teraba, lakukan pengurutan dari arah pergelangan ke siku, atau kompres hangat selama 5
menit daerah lengan.
Bersihkan kulit pada bagian yang akan diambil dengan kapas alcohol 70% dan biarkan kering. Kulit
yang sudah dibersihkan jangan dipegang lagi.

Tusuk bagian vena dengan posisi lubang jarum menghadap ke atas. Masukkan tabung ke dalam
holder dan dorong sehingga jarum bagian posterior tertancap pada tabung, maka darah akan
mengalir masuk ke dalam tabung. Tunggu sampai darah berhenti mengalir. Jika memerlukan
beberapa tabung, setelah tabung pertama terisi, cabut dan ganti dengan tabung kedua, begitu
seterusnya.
Lepas turniket dan minta pasien membuka kepalan tangannya. Volume darah yang diambil kira-kira
3 kali jumlah serum atau plasma yang diperlukan untuk pemeriksaan.
Letakkan kapas di tempat suntikan lalu segera lepaskan/tarik jarum. Tekan kapas beberapa sat lalu
plester selama kira-kira 15 menit. Jangan menarik jarum sebelum turniket dibuka.
Menampung Darah Dalam Tabung
Beberapa jenis tabung sampel darah yang digunakan dalam praktek laboratorium klinik
adalah sebagai berikut :
Tabung tutup merah : Tabung ini tanpa penambahan zat additive, darah akan menjadi beku dan
serum dipisahkan dengsan pemusingan. Umumnya digunakan untuk pemeriksaan kimia darah,
imunologi, serologi dan bank darah (crossmatching test)
Tabung tutup kuning : Tabung ini berisi gel separator (serum separator tube/SST) yang fungsinya
memisahkan serum dan sel darah. Setelah pemusingan, serum akan berada di bagian atas gel dan sel
darah berada di bawah gel. Umumnya digunakan untuk pemeriksaan kimia darah, imunologi dan
serologi
Tabung tutup hijau terang : Tabung ini berisi gel separator (plasma separator tube/PST) dengan
antikoagulan lithium heparin. Setelah pemusingan, plasma akan berada di bagian atas gel dan sel
darah berada di bawah gel. Umumnya digunakan untuk pemeriksaan kimia darah.
Tabung tutup ungu atau lavender : Tabung ini berisi EDTA. Umumnya digunakan untuk
pemeriksaan darah lengkap dan bank darah (crossmatch)
Tabung tutup biru : Tabung ini berisi natrium sitrat. Umumnya digunakan untuk pemeriksaan
koagulasi (mis. PPT, APTT)
Tabung tutup hijau : Tabung ini berisi natrium atau lithium heparin, umumnya digunakan untuk
pemeriksaan fragilitas osmotik eritrosit, kimia darah.
Tabung tutup biru gelap : Tabung ini berisi EDTA yang bebas logam, umumnya digunakan untuk
pemeriksaan trace element (zink, copper, mercury) dan toksikologi.
Tabung tutup abu-abu terang : Tabung ini berisi natrium fluoride dan kalium oksalat, digunakan
untuk pemeriksaan glukosa.
Tabung tutup hitam : berisi bufer sodium sitrat, digunakan untuk pemeriksaan LED (ESR).
Tabung tutup pink : berisi potassium EDTA, digunakan untuk pemeriksaan imunohematologi.
Tabung tutup putih : potassium EDTA, digunakan untuk pemeriksaan molekuler/PCR dan bDNA.
Tabung tutup kuning dengan warna hitam di bagian atas ; berisi media biakan, digunakan untuk
pemeriksaan mikrobiologi - aerob, anaerob dan jamur
Beberapa hal penting dalam menampung sampel darah adalah :
Darah dari syring atau suntikan harus dimasukkan ke dalam tabung dengan cara melepas jarum lalu
mengalirkan darah perlahan-lahan melalui dinding tabung. Memasukkan darah dengan cara
disemprotkan, apalagi tanpa melepas jarum, berpotensi menyebabkan hemolisis. Memasukkan
darah ke dalam tabung vakum dengan cara menusukkan jarum pada tutup tabung, biarkan darah
mengalir sampai berhenti sendiri ketika volume telah terpenuhi.
Homogenisasi sampel jika menggunakan antikoagulan dengan cara memutar-mutar tabung 4-5 kali
atau membolak-balikkan tabung 5-10 kali dengan lembut. Mengocok sampel berpotensi
menyebabkan hemolisis.

Urutan memasukkan sampel darah ke dalam tabung vakum adalah : pertama - botol biakan (culture)
darah atau tabung tutup kuning-hitam kedua - tes koagulasi (tabung tutup biru), ketiga - tabung non
additive (tutup merah), keempat - tabung tutup merah atau kuning dengan gel separator atau clot
activator, tabung tutup ungu/lavendet (EDTA), tabung tutup hijau (heparin), tabung tutup abu-abu
(NaF dan Na oksalat)

o
o
o
o
o
o

o
o

2) Prosedur Pengambilan Darah Kapiler


Siapkan peralatan sampling : lancet steril, kapas alcohol 70%.
Pilih lokasi pengambilan lalu desinfeksi dengan kapas alkohol 70%, biarkan kering.
Peganglah bagian tersebut supaya tidak bergerak dan tekan sedikit supaya rasa nyeri berkurang.
Lakukan tindakan aseptik dengan povidone iodium 10%, biarkan sampai mengering, lalu ulangi
dengan alkohol 70%.
Sterilkan lanset dalam alkohol 95%.
Tusuk dengan lancet steril. Tusukan harus dalam sehingga darah tidak harus diperas-peras keluar.
Jangan menusukkan lancet jika ujung jari masih basah oleh alkohol. Hal ini bukan saja karena darah
akan diencerkan oleh alkohol, tetapi darah juga melebar di atas kulit sehingga susah ditampung
dalam wadah.
Setelah darah keluar, buang tetes darah pertama dengan memakai kapas kering, tetes berikutnya
boleh dipakai untuk pemeriksaan.
Pengambilan darah diusahakan tidak terlalu lama dan jangan diperas-peras untuk mencegah
terbentuknya jendalan.
3) Prosedur Pengambialn Darah Arteri
Siapkan peralatan sampling di tempat/ruangan dimana akan dilakukan sampling.
Pilih bagian arteri radialis.
Pasang tali pembendung (tourniquet) jika diperlukan.
Lakukan palpasi (perabaan) dengan jari tangan untuk memastikan letak arteri.
Desinfeksi kulit yang akan ditusuk dengan kapas alkohol 70%, biarkan kering. Kulit yang telah
dibersihkan jangan dipegang lagi.
Tekan bagian arteri yang akan ditusuk dengan dua jari tangan lalu tusukkan jarum di samping
bawah jari telunjuk dengan posisi jarum tegak atau agak miring. Jika tusukan berhasil darah terlihat
memasuki spuit dan mendorong thorak ke atas.
Setelah tercapai volume darah yang dikehendaki, lepaskan/tarik jarum dan segera letakkan kapas
pada tempat tusukan lalu tekan kapas kuat-kuat selama 2 menit. Pasang plester pada bagian ini
selama 15 menit.
Langkah-langkah untuk menilai gas darah:
1. Pertama-tama perhatikan pH (jika menurun klien mengalami asidemia, dengan dua sebab
asidosis metabolik atau asidosis respiratorik; jika meningkat klien mengalami alkalemia dengan dua
sebab alkalosis metabolik atau alkalosis respiratorik; ingatlah bahwa kompensasi ginjal dan
pernafasan jarang memulihkan pH kembali normal, sehingga jika ditemukan pH yang normal
meskipun ada perubahan dalam PaCO2 dan HCO3 mungkin ada gangguan campuran).
2. Perhatikan variable pernafasan (PaCO2 ) dan metabolik (HCO3) yang berhubungan dengan pH
untuk mencoba mengetahui apakah gangguan primer bersifat respiratorik, metabolik atau campuran
(PaCO2 normal, meningkat atau menurun; HCO3 normal, meningkat atau menurun; pada gangguan
asam basa sederhana, PaCO2 dan HCO3 selalu berubah dalam arah yang sama; penyimpangan dari
HCO3 dan PaCO2 dalam arah yang berlawanan menunjukkan adanya gangguan asam basa
campuran).

3. Langkah berikutnya mencakup menentukan apakah kompensasi telah terjadi (hal ini dilakukan
dengan melihat nilai selain gangguan primer, jika nilai bergerak yang sama dengan nilai primer,
kompensasi sedang berjalan).
4. Buat penafsiran tahap akhir (gangguan asam basa sederhana, gangguan asam basa campuran).
Komplikasi pada analisa gas darah
a. Rasa takut
b. Infeksi dan pembentukan trombus
c. Hematoma
d. Arteriospasm (respon refleks kontriksi dari otot arteri)
Beberapa hal penting yang perlu di perhatikan dalam pengambilan darah ini meliputi :
- Gunakan tehnik steril
- Hindari penusukan yang sering pada tempat yang sama untuk mencegah aneurism
- Jangan menusukkan jarum lebih dari 0,5 cm
- Harus mengetahui anatomi untuk mencegah terjadinya penusukan pada saraf
- Lakukan palpasi sebelum di lakukan penusukan
- Bila perlu pengulangan pemeriksaan analisa gas darah dokter akan memasang arteri line
Blood Gas Analyzer (BGA)
A. PENGERTIAN
Analisa gas darah merupakan salah satu alat diagnosis dan penatalaksanaan penting bagi
pasien untuk mengetahui status oksigenasi dan keseimbangan asam basanya. Manfaat dari
pemeriksaan analisa gas darah tersebut bergantung pada kemampuan dokter untuk menginterpretasi
hasilnya secara tepat.
Pemeriksaan Analisa gas darah penting untuk menilai keadaan fungsi paru-paru.pemeriksaan
dapat dilakukan melalui pengambilan darah astrup dari arteri radialis,brakhialis,atau formalis.
Gas darah arteri memungkinkan untuk pengukuran pH (dan juga keseimbangan asam basa),
oksigenasi, kadar karbondioksida, kadar bikarbonat, saturasi oksigen, dan kelebihan atau
kekurangan basa. Pemeriksaan gas darah arteri dan pH sudah secara luas digunakan sebagai
pegangan dalam penatalaksanaan pasien-pasien penyakit berat yang akut dan menahun. Meskipun
biasanya pemeriksaan ini menggunakan spesimen dari darah arteri,jika sampel darah arteri tida
dapat diperoleh suatu sampel vena campuran dapat digunakan.
Pemeriksaan gas darah juga dapat menggambarkan hasil berbagai tindakan penunjang yang
dilakukan, tetapi kita tidak dapat menegakkan suatu diagnosa hanya dari penilaian analisa gas darah
dan keseimbangan asam basa saja, kita harus menghubungkan dengan riwayat penyakit,
pemeriksaan fisik, dan data-data laboratorium lainnya.
Pada dasarnya pH atau derajat keasaman darah tergantung pada konsentrasi ion H+ dan
dapat dipertahankan dalam batas normal melalui 3 faktor, yaitu:
1. Mekanisme dapar kimia
2. Mekansime pernafasan.
3. mekanisme ginjal .
Terdapat 4 macam dapar kimia dalam tubuh, yaitu:
1. Sistem dapar bikarbonat-asam karbonat
2. Sistem dapar fosfat
3. Sistem dapar protein
4. Sistem dapar hemoglobin
Mekanismenya terdiri dari:
1.
Mekanisme pernafasan

2.
3.
4.
5.

Mekanisme ginjal
Reabsorpsi ion HCO3Asidifikasi dari garam-garam dapar
Sekresi ammonia

B. Gangguan Asam Basa sederhana


Gangguan asam basa primer dan kompensasinya dapat diperlihatkan dengan memakai
persamaan yang dikenal dengan persamaanHenderson-Hasselbach. Persamaan asam basa adalah
sebagai berikut:
Persamaan ini menekankan bahwa perbandingan asam dan basa harus 20:1 agar pH dapat
dipertahankan dalam batas normal. Persamaan ini juga menekankan kemampuan ginjal untuk
mengubah bikarbonat basa melalui proses metabolik, dan kemampuan paru untuk mengubah
PaCO2 (tekanan parsial CO2 dalam darah arteri) melalui respirasi. Nilai normal pH adalah 7, 357,45. berikut ini adalah gambaran rentang pH:
Perubahan satu atau dua komponen tersebut menyebabkan gangguan asam dan basa.
Penilaian keadaan asam dan basa berdasarkan hasil analisa gas darah membutuhkan pendekatan
yang sistematis. Penurunan keasaman (pH) darah < 7,35 disebut asidosis, sedangkan peningkatan
keasaman (pH) > 7,45 disebut alkalosis. Jika gangguan asam basa terutama disebabkan oleh
komponen respirasi (pCO2) maka disebut asidosis/alkalosis respiratorik, sedangkan bila
gangguannya disebabkan oleh komponen HCO3 maka disebut asidosis/alkalosis metabolik. Disebut
gangguan sederhana bila gangguan tersebut hanya melibatkan satu komponen saja (respirasi atau
metabolik), sedangkan bila melibatkan keduanya (respirasi dan metabolik) disebut gangguan asam
basa campuran.
Berikut terdapat klasifikasi gangguan asam basa primer :
1. Normal bila tekanan CO2 40 mmHg dan pH 7,4. Jumlah CO2 yang diproduksi dapat dikeluarkan
melalui ventilasi.
2. Alkalosis respiratorik. Bila tekanan CO2 kurang dari 30 mmHg dan perubahan pH, seluruhnya
tergantung pada penurunan tekanan CO2 di mana mekanisme kompensasi ginjal belum terlibat, dan
perubahan ventilasi baru terjadi. Bikarbonat dan base excess dalam batas normal karena ginjal
belum cukup waktu untuk melakukan kompensasi. Kesakitan dan kelelahan merupakan penyebab
terbanyak terjadinya alkalosis respiratorik pada anak sakit kritis.
3. Asidosis respiratorik. Peningkatan tekanan CO2 lebih dari normal akibat hipoventilasi dan
dikatakan akut bila peninggian tekanan CO2 disertai penurunan pH. Misalnya, pada intoksikasi
obat, blokade neuromuskuler, atau gangguan SSP. Dikatakan kronis bila ventilasi yang tidak
adekuat disertai dengan nilai pH dalam batas normal, seperti pada bronkopulmonari displasia,
penyakit neuromuskuler, dan gangguan elektrolit berat.
4. Asidosis metabolik yang tak terkompensasi. Tekanan CO2 dalam batas normal dan pH di bawah
7,30. Merupakan keadaan kritis yang memerlukan intervensi dengan perbaikan ventilasi dan koreksi
dengan bikarbonat.
5. Asidosis metabolik terkompensasi. Tekanan CO2 < 30 mmHg dan pH 7,307,40. Asidosis
metabolik telah terkompensasi dengan perbaikan ventilasi.
6. Alkalosis metabolik tak terkompensasi. Sistem ventilasi gagal melakukan kompensasi terhadap
alkalosis metabolik ditandai dengan tekanan CO2 dalam batas normal dan pH lebih dari 7,50
misalnya pasien stenosis pilorik dengan muntah lama.
7. Alkalosis metabolik terkompensasi sebagian. Ventilasi yang tidak adekuat serta pH lebih dari 7,50.
8. Hipoksemia yang tidak terkoreksi. Tekanan oksigen kurang dari 60 mmHg walau telah diberikan
oksigen yang adekuat.
9. Hipoksemia terkoreksi. Pemberian O2 dapat mengoreksi hipoksemia yang ada sehingga normal.

10. Hipoksemia dengan koreksi berlebihan. Jika pemberian oksigen dapat meningkatkan tekanan
oksigen melebihi normal. Keadaan ini berbahaya pada bayi karena dapat menimbulkan retinopati of
prematurity, peningkatan aliran darah paru, atau keracunan oksigen. Oleh karena itu, perlu
dilakukan pemeriksaan yang lain seperti konsumsi dan distribusi oksigen.
C. Tujuan
Tujuan dari analisa gas darah ada 3, yaitu :
1. Menilai tingkat keseimbangan asam dan basa
2. Mengetahui kondisi fungsi pernafasan dan kardiovaskuler
3. Menilai kondisi fungsi metabolisme tubuh
D. Indikasi
Indikasi dari pasien yang harus melakukan analisa gas darah yaitu :
1. Pasien dengan penyakit obstruksi paru kronik.
2. Pasien dengan edema pulmo .
3. Pasien akut respiratori distress sindrom (ARDS).
4. Infark miokard
5. Pneumonia
6. Klien syok
7. Post pembedahan coronary arteri baypass.
8. Resusitasi cardiac arrest
9. Klien dengan perubahan status respiratori
10. Anestesi yang terlalu lama.
E. Faktor yang mempengaruhi Pemeriksaan BGA
Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi pemeriksaan BGA:
1. Gelembung udara
Tekanan oksigen udara adalah 158 mmHg. Jika terdapat udara dalam sampel darah maka ia
cenderung menyamakan tekanan sehingga bila tekanan oksigen sampel darah kurang dari 158
mmHg, maka hasilnya akan meningkat.
2. Antikoagulan
Antikoagulan dapat mendilusi konsentrasi gas darah dalam tabung. Pemberian heparin yang
berlebihan akan menurunkan tekanan CO2, sedangkan pH tidak terpengaruh karena efek penurunan
CO2 terhadap pH dihambat oleh keasaman heparin.
3. Metabolisme
Sampel darah masih merupakan jaringan yang hidup. Sebagai jaringan hidup, ia membutuhkan
oksigen dan menghasilkan CO2. Oleh karena itu, sebaiknya sampel diperiksa dalam 20 menit
setelah pengambilan. Jika sampel tidak langsung diperiksa, dapat disimpan dalam kamar pendingin
beberapa jam.
4. Suhu
Ada hubungan langsung antara suhu dan tekanan yang menyebabkan tingginya PO2 dan PCO2.
Nilai pH akan mengikuti perubahan PCO2.
Nilai pH darah yang abnormal disebut asidosis atau alkalosis sedangkan nilai PCO2 yang abnormal
terjadi pada keadaan hipo atau hiperventilasi. Hubungan antara tekanan dan saturasi oksigen
merupakan faktor yang penting pada nilai oksigenasi darah.
F. Komplikasi
1. Apabila jarum sampai menebus periosteum tulang akan menimbulkan nyeri.
2. Perdarahan.

3. Cidera syaraf.
4. Spasme arteri.
G. Cara Kerja
Pre Instumentasi
1. Persiapan Pasien
a. Jelaskan prosedur dan tujuan dari tindakan yang dilakukan
b. Jelaskan bahwa dalam prosedur pengambilan akan menimbulkan rasa sakit
c. Jelaskan komplikasi yang mungkin timbul.
2. Bahan Pemeriksaan ; darah, serum, plasma
3. Parameter :
a. Blood Gas Parameters : pH, PCO2, PO2
b. Electrolyte Parameters : Sodium (Na+), Potassium (K+), Chloride (Cl),Calcium (Ca2+)
c. Hematocrit (Hct)
4. Persiapan Sampel
a. Lakukan pengambilan sampel darah arteri yang letaknya dapat dilakukan pada:
1. Arteri Radialis, merupakan pilihan pertama yang paling aman dipakai untuk fungsi arteri kecuali
terdapat banyak bekas tusukan atau haematoem juga apabila Allen test negatif.
2. Arteri Dorsalis Pedis, merupakan pilihan kedua.
3. Arteri Brachialis, merupakan pilihan ketiga karena lebih banyak resikonya bila terjadi obstruksi
pembuluh darah.
4. Arteri Femoralis, merupakan pilihan terakhir apabila pada semua arteri diatas tidak dapat diambil.
Bila terdapat obstruksi pembuluh darah akan menghambat aliran darah ke seluruh tubuh / tungkai
bawah dan bila yangdapat mengakibatkan berlangsung lama dapat menyebabkan kematian jaringan.
Arteri femoralis berdekatan dengan vena besar, sehingga dapat terjadi percampuran antara darah
vena dan arteri.
b. Penambahan antikoagulan berupa lithium heparin 240-250 unit tiap 1 cc darah.
c. Alat pengambilan sampel menggunakan semprit khusus
d. Dilakukan pengukuran suhu badan serta kadar hemoglobin pasien.
e. Pengecekan BGA dan reagen
Hal-hal yang harus diperhatikan adalah
1. Penusukan tepat pada arteri ditandai dengan darah yang keluar berwarna segar dan memancar.
2. Spesimen dimasukkan ke dalam kantong es bila tempat pemeriksaan jauh.
3. Cantumkan suhu pasien, jam pengambilan darah dan konsentrasi oksigen yang diberikan.
4. Daerah/lokasi pengambilan darah arteri harus bergantian.
5. Analisis
a. Prinsip
Gas sampel yang diambil melalui probe akan masuk ke setiap sampel sel secara bergiliran dimana
gas sampel akan dibandingkan dengan gas standar melalui pemencaran system infra red dimana
akan menghasilkan perbedaan panjang gelombang yang akan dikonversi receiver menjadi signal
analog (420).
b. Bagian-bagian BGA
Barcode

Tempat Sample

Tampilan ID pasien.
Tampilan Menu

c. Cara Kerja
1. Nyalakan power ON.
2. Setiap pertama kali menghidupkan alat, lalu kalibrasi dengan cara tekan calibrate kemudian enter.
Alat akan melakukan kalibrasi secara otomatis.
3. Apabila ada sample pemeriksaan sebelum melakukan pemeriksaan tekan status untuk mengetahui
kondisi apakah pH, PCO2 dan PO2 kondisinya OK. Jika OK sample langsung dapat diperiksa.
Setelah dilakukan pemeriksaan, alat ini akan mengkalibrasi secara otomatis.

4. Apabila alat sudah dalam kondisi ready for analysa berarti alat sudah siap melakukan pemeriksaan,
tekan Analyzer. Selang pengisap sample akan keluar secara otomatis kemudian masukan sample
bersamaan tekan lagi analyzer sampai sample terhisap secara otomatis selang akan masuk sendiri.
Wadah sampel yang dimasukkan ke selang dapat disesuaikan dengan kondisi.
a. Syringe
Untuk pengukuran gas darah menggunakan syringe 2 mL. The Vitalpath Analyzer akan langsung
mengaspirasi dari jarum suntiknya.

b. Tabung Koleksi Heparin


Dapat juga menggunakan tabung DRI-CHEM 4000 atau
DRI-CHEM 7000 yang sudah berisi heparin. Dengan ukuran tabung 0,5 mL dan 1,5 mL.

c.

Tabung Kapilari
Ketika pasien mengalami dehidrasi atau memerlukan sampel yang sedikit, atau saat melakukan
pemeriksaan ulang dapat menggunakan tabung kapilari berisi 140 uL.

5. Lakukan daftar isian seperti yang terlihat dilayar monitor, sample ID , HB, suhu badan, jenis
sample (0 arteri, 1 vena, 2 kapiler), F102 (volume oksigen yang dilorelasi dengan persen lihat
daftar), kemudian clear 2x.
6. Alat akan menghitung secara otomatis dalam waktu yang relatif cepat hasil akan keluar melalui
printer.
d. Quality Control
Quality control digunakan untuk menjamin kualitas instrument sehari-hari guna menjaga
akurasi dan realibilitas hasil pasien melalui tes kontrol eksternal dengan mengetahui rentang nilai

yang dapat diterima untuk setiap tes yang dilakukan. Hal ini memungkinkan dokter untuk
menafsirkan data laboratorium dengan lebih percaya diri. Protokol TrueQC Heska yang berpola
setelah Pedoman ASVCP dan termasuk prosesuntuk melaksanakan program QC sederhana dan
dapat diandalkan yang memvalidasi faktor penting yang melekat untuk pengujian di rumah sakit.
Pengujian QC harian sejalan dengan praktek laboratorium standar danmemberikan kepastian dan
validasi hasil laboratorium yang akurat.
Rekomendasi untuk QC untuk Analyzer VitalPath termasuk menjalankan materi QC harian pada
awal setiap hari, sebelum setiap sampel pasien yang dijalankan. ini sederhana protokol memastikan
kinerja optimal dari analisa, reagen, dan operator, dan memberikan keyakinan sepenuhnya pada
hasil.
Post Instrumentasi
1. Hasil pemeriksaan yang tertera pada layar dilihat dan diamati.
2. Hasil pemeriksaan dicetak.
3. Hasil pemeriksaan pada data pasien dicatat pada log book
H. Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan :
1. Kalibrasi secara otomatis setelah pemeriksaan sampel.
2. Hasilnya cepat.
3. Akurat.
4. Fleksibel karena wadah sampel bisa disesuaikan dengan kondisi.
5. Mencakup elektrolit, hematokrit, dan gas darah.
6. Hasil pmeriksaan sudah diklasifikasikan dalam keadaan normal atau tidak sehinggan memudahkan
dalam penarikan kesimpulan.
Kekurangan :
1. Mahal.
2. Penggunaannya harus terus menerus.
3. Perawatan harus rutin dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai