Aku melangkah ditengah kesendirianku. Ditemani belaian angin yang
meniup lengan bajuku perlahan seolah mengajakku bermain dan rerumputan yang melambai-lambai menyapaku. Disaat aku merasa sepi, gundah, tak tahu bagaimana mengusir masalah yang datang menantang, aku datang ke danau ini sendiri. Membayangkan ayah dan ibu disana sedang memasak makan siang saat kami berkemah waktu itu. Aku yang terlalu cepat dewasa atau mereka yang tega pergi meninggalkanku sendiri disini? Tik..tik..tik.. suara itu bagaikan pisau penyayat yang memutus perlahan ikatan yang ada padaku. Vivi? Sedang apa disana? Ayo kita makan. Ujar mama. Iya ma. Kamu tunggu disini yah kura-kura, kalo aku udah makan ntar aku kesini lagi sambil bawa makananku. Kamu pasti lapar kan? Hihihi. Senyumku pada si kura-kura. Vivi!!! teriak ayah. Iya pa! Daaah kura-kura. Terngiang jelas dipikiranku saat itu. Kali pertama dan terakhir aku dan papa pergi keluar bersama mama. Orang baik pasti cepat dipanggil oleh Yang Maha kuasa itu pikirku. Disaat aku butuh figur seseorang yang melindungi dan menjadi idola bagiku, papa pergi. Begitu cepat semua berakhir tak tersisa. Nih papa buat sesuatu buat kamu. Jeng jeng. Papa menaruh mahkota dari tumbuhan ke kepalaku. Waah cantik banget! Makasih ya. Mama-mu dulu juga papa kasih mahkota kayak ini dan jawabannya persis kayak tadi. Dan disitu mama jatuh cinta sama papa. Hahahaha. Kata mama. Hahaha.. dan kami tertawa lepas. -------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------