Anda di halaman 1dari 27

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA NY.

K
Dosen Pengampu : Suwarsi, S. Kep., Ns., M. Kep.

OLEH :
GAYON NOSARIA
15160127

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
2016

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Proses menua adalah suatu proses normal dan alamiah yang
berlangsung secara alamiah yang ditandai dengan penurunan fungsi tubuh
baik seacra anatomi fisiologis dan psikologis. Penurunan fungsi baik fisik
dan psikis bagi lansia dapat menimbulkan penyakit pada fisik, psikis, dan
sosial.
Setiap orang akan mengalami penuaan, tetapi penuaan pada setiap
individu akan berbeda bergantung faktor herediter, stressor lingkungan,
dan sejumlah besar faktor yang lainnya. Seiring terjadinya penuaan pada
lansia semua sistem tubuh akan mengalami penurunan dan perubahan
fungsi, tetapi pada hakikatnya penuaan adalah normal yang terjadi pada
semua orang saat mereka mencapai usia perkembangan kronologis
tertentu.
Keberadaan usia lanjut ditandai dengan umur harapan hidup yang
semakin meningkat dari tahun ke tahun, hal tersebut membutuhkan
upayapemeliharaan serta peningkatan kesehatan dalam rangka mencapai
masa tua yang sehat, bahagia,berdaya guna dan produktif.
Keberadaan usia lanjut ditandai dengan umur harapan hidup yang
semakin meningkat dari tahun ke tahun, hal tersebut membutuhkan upaya
pemeliharaan serta peningkatan kesehatan dalam rangka mencapai masa
tua yang sehat, bahagia, berdaya guna, dan produktif.proses menua yang
dialami oleh lansia menyebabkan mereka mengalami berbagai perasan
sedih,cemas,kesepian, dan mudah tersinggung dan depresi. Jika lansia
mengaklami gangguan tersebut maka kondisi tersebut dapat menggangu
kegiatan sehari-hari lansia.mencegah dan merawat lansia dengan masalah
tersebut adalah hal yang sangat penting dlamupaya mendorong lansia
bahagia sejahtera di dalamkeluarga serta masyarakat.
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan di Padukuhan Pucanganom,
didapatkan data bahwa jumlah Lansia yakni 61 orang (8,89%). Data lain
juga menunjukkan bahwa distribusi penyakit terbanyak di lansia adalah
asam urat dan hipertensi sebanyak 5, 64%, selain itu berdasarkan hasil

wawancara sebagian lansia juga mengatakan bahwa sering mengeluh nyeri


di sendi kaki dan riwayat tekanan darah tinggi.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah selesai stase keperawatan gerontik, maka dapat mengetahui
tentang pemberian asuhan keperawatan pada lansia secara individu.
2. Tujuan Khusus
Tujuan Khusus dari penulisan laporan keperawatan gerontik yaitu :
a. Mengetahui cara mengkaji pada lansia secara individu
b. Mengidentifikasi masalah yang terdapat pada lansia
c. Membuat scoring menyelesaikan masalah pada lansia
d. Membuat rencana tindakan yang akan dilakukan untuk
menyelesaikan masalah pada lansia
e. Melakukan tindakan keperawatan untuk menyelesaikan masalah
pada lansia
f. Mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah dilakukan pada
lansia.

BAB II
TINJAUAN TEORI
A. ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM TERKAIT

1. Perubahan pada sistem sensoris


Pada lansia yang mengalami penurunan persepsi sensori akan terdapat
keengganan yang bersosialisasi karena kemunduran dari fungsi sensoris
yang dimiliki. Inda yang dimiliki seperti penglihatan, pendengaran,
pegecapan, penciuman, dan perabaan merupakan kesatuan integrasi dari
persepsi sensori.
a. Sistem Indra
Sistem pendengaran; Penurunan pendengaran merupakan kondisi yang
secara dramatis dapat mempengaruhi kualitas hidup. Kehilangan
pendengaran pada lansia disebut Presbikusis (gangguan pada
pendengaran) oleh karena hilangnya kemampuan (daya) pendengaran
pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada-nada yang
tinggi, suara yang tidak jelas, sulit dimengerti kata-kata, 50% terjadi
pada usia diatas 60 tahun, kehilangan kemampuan mendeteksi suara
dengan frekuensi tinggi seperti beberapa konsonan (misal f, s,sk,sk,l),
pada telinga bagian luar, rambut menjadi panjang dan tebal, kulit
menjadi tipis dan kering, dan peningkatan keratin. Implikasinya
berpotensial membentuk serumen sehingga terjadi gangguan konduksi.
b. Sistem penglihatan
Perubahan penglihatan dan fugsi mata yang dianggap normal dalam
proses penuaan termasuk penurunan kemampuan dalam melakukan
akomodasi, konstriksi pupil, akibat penuaan, dan perubahan warna
serta kekeruhan lensa mata yaitu katarak. Semakin bertambah usianya,
lemak akan berakumulasi di sekitar kornea dan membentuk lingkaran
berwarna putih atau kekuningan diantara iris dan sclera. Kejadian ini
disebut sinilis. Terjadi perubahan awitan presbiopi dengan kehilangan
kemampuan akomodasi.
c. Sistem Perabaan
Perabaan merupakan sistem sensoris pertama yang menjadi fungsional
apabila terdapat gangguan pada penglihatan dan pendengaran.
Perubahan kebutuhan akan sentuhan dan sensasi taktil karena lansia
telah kehilangan orang yang dicintai, perubahan penampilan yang tidak
semenarik muda dan tidak mengundang sentuhan orang lain, dan sikap
dari masyarakat umum terhadap lansia tidak mendorong untuk
melakukan kontak fisik dengan lansia.
d. Sistem pengecapan

Hilangnya kemampuan untuk menikmati makanan seperti pada saat


seseorang bertambah tua mungkin dirasakan sebagai kehilangan salah
satu kenikmatan kehidupan. Perubahan yang terjadi pada pengecapan
akibat proses menua yaitu penurunan jumlah dan kerusakan papilla
atau kuncup perasa lidah. Implikasi adalah penurunan senstivitas rasa
(manis, asam, asin, pahit).
e. Sistem penciuman
Perubahan yang terjadi pada penciuman akibat proses menua yaitu
penurunan atau kehilangan sensasi penciuman karena penuaan dan
usia. Penyebab lain karena terjaidnya kehilagan sensasi penciuman
temasuk pilek, influenza, meorkok, obstruksi hidung.
2. Sistem Muskuloskeletal
a. Perubahan sistem muskuloskeletal pada lansia antara lain sebagai
berikut: Jaringan penghubung (kolagen dan elastin). Kolagen sebagai
pendukung utama kulit, tendon, tulang, kartilago dan jaringan pengikat
mengalami perubahan menjadi bentangan yang tidak teratur.
b. Kartilago: jaringan kartilago pada persendian lunak dan mengalami
granulasi dan akhirnya permukaan sendi menjadi rata, kemudian
kemampuan kartilago untuk regenerasi berkurang dan degenerasi yang
terjadi cenderung kearah progresif, konsekuensinya kartilago pada
persendiaan menjadi rentan terhadap gesekan.
c. Tulang: berkurangnya kepadatan tualng setelah di obserfasi adalah
bagian dari penuaan fisiologi akan mengakibatkan osteoporosis lebih
lanjut mengakibatkan nyeri, deformitas dan fraktur.
d. Otot: perubahan struktur otot pada penuaan sangat berfariasi,
penurunan jumlah dan ukuran serabut otot, peningkatan jaringan
penghubung dan jaringan lemak pada otot mengakibatkan efek negatif.
e. Sendi; pada lansia, jaringan ikat sekitar sendi seperti tendon, ligament
3.

dan fasia mengalami penuaan elastisitas.


Sistem Integumen: Pada lansia epidermis tipis dan rata, terutama yang paling
jelas tonjolan-tonjolan tulang, telapak tangan, kaki bawah, dan permukaan
dorsalis tangan dan kaki. Penipisan ini menyebabkan vena-vena terlihat lebih
menonjol. Pada bagian kulit mengalami atropi, kendur, tidak elastis kering dan
berkerut. Kulit akan kekurangan cairan sehingga menjadi tipis dan berbercak.
Kekeringan kulit disebabkan atropi glandula sebasea dan glandula sudoritera,

timbul pigmen berwarna coklat pada kulit dikenal dengan liver spot, terjadi
penurunan jumlah melanosit yang menyebabkan pigmentasi yang tidak merata
di kulit, penuruan jumlah sel langerhans sehingga respon terhadap allergen
4.

berkurang,
Sistem kardiovaskuler
Penurunan sistem kardiovaskular pada lanisa ditandai dengan penurunan
kebutuhan darah yang terosksigenasi. Pada lasnia jumlah detak jantung
saat istrirahat tidak ada perubahan, namun detak jantung maksimum yang
dicapai selama latihan berat. Massa jantung bertambah, vertikel kiri
mengalami hipertropi dan kemampuan peregangan jantung berkurang
karena perubahan pada jaringan ikat dan penumpukan lipofusin dan
klasifikasi Sa nude dan jaringan konduksi berubah menjadi jaringan ikat,
jumlah sel-sel pacemaker mengalami penuruan dan berkas his kehilangan
serat konduksi yang membawa implus ke ventrikel sehingga mudah

5.

mengalami distrimia.
Sistem respirasi
Pada penuaan terjadi perubahan yakni
a. Paru-paru kencil, kendur hilangnya rekoil elastis, dan pembesaran
alveolo. Implikasi dari hal ini adalah penurunan daerah permukaan
untuk difusi gas.
b. Penurunan kapasitas vital penurunan PaO2 residu. Implikasi dari hal
ini adalah penurunan saturasi O2 dan peningkatan volume
c. Pengerasan bronkus dengan peningkatan resistensi. Implikasi dari hal
ini adalah dyspneu saat aktifitas.
d. jaringan ikat paru, kapasitas total paru tetap, tetapi volume cadangan
paru bertambah untuk mengompensasi kenaikan ruang rugi paru, udara
yang mengalir ke paru berkurang.
e. Perubahan pada otot, kartilago dan sendi torak mengakibatkan gerakan

6.

pernapasan terganggu dan kemampuan peregangan toraks berkurang.


Pencernaan dan Metabolisme
Perubahan yang terjadi pada sistem pencernaan, seperti penurunan
produksi sebagai kemunduran fungsi yang nyata :
a. Kehilangan gigi,
b. Indra pengecap menurun,
c. Rasa lapar menurun (sensitifitas lapar menurun),
d. Liver (hati) makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan,

7.

berkurangnya aliran darah.


Sistem perkemihan

Pada sistem perkemihan terjadi perubahan yang signifikan. Banyak fungsi


yang mengalami kemunduran, contohnya laju filtrasi, ekskresi, dan
8.

reabsorpsi oleh ginjal.


Sistem saraf
Sistem susunan saraf mengalami perubahan anatomi dan atropi yang
progresif pada serabut saraf lansia. Lansia mengalami penurunan

9.

koordinasi dan kemampuan dalam melakukan aktifitas sehari-hari.


Sistem reproduksi
Perubahan sistem reproduksi lansia ditandai dengan menciutnya ovary dan
uterus. Terjadi atropi payudara. Pada laki-laki testis masih dapat
memproduksi spermatozoa, meskipun adanya penurunan secara berangsurangsur.

B. PROSES MENUA
1. Definisi Lansia
Usia lanjut adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindari
(Azwar, 2006).
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaaan yang terjadi
didalam

kehidupan

manusia.

Proses

menua

merupakan

proses

sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi
dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses
alamiah,

yang

berarti

seseorang

telah

melalui

tiga

tahap

kehidupannya, yaitu anak, dewasa dan tua. Tiga tahap ini berbeda,
baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki usia tua berarti
mengalami kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang ditandai
dengan kulit yang mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong,
pendengaran kurang jelas, pengelihatan semakin memburuk, gerakan
lambat dan figur tubuh yang tidak proporsional (Nugroho, 2006).
Usia lanjut adalah sesuatu yang harus diterima sebagai suatu kenyataan
dan fenomena biologis. Kehidupan itu akan diakhiri dengan proses
penuaan yang berakhir dengan kematian (Hutapea, 2005).
Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara
perlahan lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau
mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat
bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita
(Constantinides 1994). Proses menua merupakan proses yang terus

menerus (berlanjut) secara alamiah dimulai sejak lahir dan umumnya


dialami pada semua makhluk hidup (Nugroho Wahyudi, 2000).
Berdsarkan beberapa definisi lansia, maka dapat penulis menyebutkan
bahwa lansia merupakan suatu keadaan alamiah yang dialami setiap
manusia, dimana mengalami penurunan degenaratif baik fisik dan psikis.
2. Klasifikasi Lansia
Mengenai kapankah orang disebut lanjut usia, sulit dijawab secara
memuaskan. Dibawah dikemukakan beberapa pendapat mengenai batasan
umur. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia lanjut usia meliputi :
a. Usia pertengahan (Middle age) yaitu kelompok usia 45 hingga 59
tahun
b. Lanjut usia (elderly age) antara usia 60 hingga 74 tahun
c. Lanjut usia tua (old age) antara usia 75 hinga 90 tahun
d. Usia sangat tua (Very old age) lansia dengan usia lebih dari 90 tahun.
Menurut Prof. Dr. Ny. Sumiati Ahmad Mohamad. Ny. Sumiati Guru
Besar Universitas Gajah Mada pada Fakultas Kedokteran, membagi
periodisasi biologis perkembangan manusia sebagai berikut :
a. 40-65 tahun
b. 65 tahun ke atas

= masa setengah umur (prasenium)


= masa lanjut usia (senium).

3. Teori Penuaan
Proses menua bersifat individual :
a. Tahap proses menua terjadi pada orang dengan usia berbeda.
b. Setiap lanjut usia mempunyai kebiasaan yang berbeda
c. Tidak ada satu faktorpun yang ditemukan dapat mencegah proses
menua
C. PENUAAN SISTEM TERKAIT
1. Anatomi Fisiologi Rangka
Muskuloskeletal berasal dari kata muscle (otot) dan skeletal (tulang).
Rangka (skeletal) merupakan bagian tubuh yang terdiri dari tulang, sendi
dan tulang rawan (kartilago), sebagai tempat menempelnya otot dan
memungkinkan tubuh untuk mempertahankan sikap dan posisi
Rangka manusia dewasa tersusun dari tulang tulang (sekitar 206
tulang ) yang membentuk suatu kerangka tubuh yang ko ko h. Walaupun
rangka terutama tersusun dari tulang, rangka di sebagian tempat dilengkapi
dengan kartilago . Rangka digolongkan menjadi rangka aksial, rangka

apendikular, dan persendian. Rangka aksial, melindungi organ-organ pada


kepala, leher, dan torso.Kolumna vertebra.Tengkorak :
a. Tulang cranial : menutupi dan melindungio tak dan organ-organ panca
b.
c.
d.
e.

indera.
Tulang wajah : memberikan bentuk pada muka dan berisi gigi.
Tulang auditori : terlihat dalam transmisi suara.
Tulang hyoid : yang menjaga lidah dan laring.
Rangka apendikular, tulang yang membentuk lengan tungkai dan
tulang pectoral serta tonjolan pelvis yang menjadi tempat melekatnya

lengan dan tungkai pada rangkai aksial.


f. Persendian, adalah artikulasi dari dua tulang atau lebih.
2. Fungsi Sistem Rangka :
a. Tulang sebagai penyangga (penopang); berdirinya tubuh, tempat
melekatnya ligamen-ligamen,otot, jaringan lunak dan organ, juga
memberi bentuk pada tubuh.
b. Pergerakan ; dapat mengubah arah dan kekuatano to t rangka saat
bergerak, adanya persendian.
c. Melindungi organ-organ halus dan lunak yang ada dalam tubuh.
d. Pembentukan sel darah (hematopoesis / red marrow).
e. Tempat penyimpanan mineral (kalium danf o sf at) dan lipid (yellow
marrow).
f. Menurut bentuknya tulang dibagi menjadi4 , yaitu :
1) Tulang panjang, terdapat dalam tulang paha, tulang lengan atas
2) Tulang pendek (carpals) bentuknya tidak tetap dan didalamnya
terdiri dari tulang karang, bagian luas terdiri dari tulang padat.
3) Tulang ceper yang terdapat pada tulang tengko rak yang terdiri dari
2 tulang karang di sebelah dalam dan tulang padat disebelah luar.
4) Bentuk yang tidak beraturan (vertebra) sama seperti tulang pendek.
Struktur Tulang Dilihat dari bentuknya tulang dapat dibagi menjadi
tulang pendek, panjang, tulangberbentuk rata (flat) dan tulang dengan
bentuk tidak beraturan. Terdapat juga tulang yang berkembang didalam
tendon misalnya tulang patella (tulang sessamoid). Semua tulang memiliki
spo nge tetapi akan bervariasi dari kuantitasnya.Bagian tulang tumbuh
secara longitudinal,bagian tengah disebut epiphyse yang berbatasan
dengan metaphysic yang berbentuk silinder. Vaskularisasi. Tulang
merupakan bagian yang kaya akan vaskuler dengan total aliran sekitar
200-400 cc/menit. Setiap tulang memiliki arteri menyuplai darah yang
membawa nutrient masuk di dekat pertengahan tulang kemudian

bercabang ke atas dan ke bawah menjadi pembuluh darah mikroskopis,


pembuluh ini menyuplai korteks, morrow, dan sistem harvest.
Persarafan.

Serabut

syaraf

simpatik

dan

afferent

(sensorik)

mempersarafi tulang dilatasi kapiler dan di contro loleh saraf simpatis


sementara serabut syaraf efferent menstramisikan rangsangan nyeri.
Pertumbuhan dan Metabo lisme Tulang Setelah pubertas tulang mencapai
kematangan dan pertumbuhan maksimal. Tulang merupakan jaringan yang
dinamis walaupun demikian pertumbuhan yang seimbang pembentukan
dan penghancuran hanya berlangsung hanya sampai usia3 5 tahun. Tahun
tahun berikutnya rebsorbsi tulang mengalami percepatan sehigga tulang
mengalami penurunan massanya dan menjadi rentan terhadap injury.
Pertumbuhan dan metabo lisme tulang di pengaruhio leh mineral dan
hormone sebagai berikut :
Kalsium dan Fosfor. Tulang mengandung 99% kalsium dan 90%
fosfor.Konsentrasi ini selalu di pelihara dalam hubungan terbalik. Apabila
kadar kalsium meningkat maka kadar fosfor akan berkurang, ketika kadar
kalsium dan kadar fosfor berubah, calsito nin dan PTH bekerja untuk
memelihara keseimbangan.
Calsitonin di produksi oleh kelenjar tiroid memiliki aksi dalam
menurunkan kadar kalsium jika sekresi meningkat di atas normal.
Menghambat reabsorbsi tulang dan meningkatkan sekresi fosfor oleh
ginjal bila di perlukan.
Vit. D. Diproduksi oleh tubuh dan di trasportasikan ke dalam darah
untuk meningkatkan reabsorbsi kalsium dan fosfor dari usus halus, juga
memberi kesempatan untuk aktif asi PHT dalam melepas kalsium dari
tulang.
f. Proses Pembentukan Tulang
Pada bentuk alamiahnya, vitamin D diproleh dari radiasi sinar
ultraviolet matahari dan beberapa jenis makanan. Dalam ko mbinasi
denagan kalsium dan fosfor vitamin ini penting untuk pembentukan
tulang.
Vitamin

sebenarnya

merupakan

kumpulan

vitamin-vitamin,

termasuk vitamin D2 dan D3. Substansi yang terjadi secara alamiah ialah
D3 (kolekalsiferol), yang dihasilkan oleh akifitas foto kimia pada kulit

ketika dikenai sinar ultraviolet matahari. D3 pada kulit atau makanan diwa
ke (liver bound) untuk sebuah alfa globulin sebagai transcalsiferin,
sebagaian substansi diubah menjadi 25 dihidro ksikolekalsiferon atau
kalsitriol. Calcidiol kemudian dialirkan ke ginjal untuk transformasi ke
dalam metabolisme vitamin D aktif mayor,1,25 dihydroxycho lekalciferol
atau calcitriol. Banyaknya kalsitrio l yang di produksi diatur oleh hormone
parathyro id (PTH) dan kadar fosfat di dalam darah, bentuk inorganic dari
fosfor penambahan produksi kalsitriol terjadi bila kalsitrio l meningkat
dalam PTH atau pengurangan kadar fosfat dalam cairan darah. Kalsitriol
dibutuhkan untuk penyerapan kal siumo leh usus secara optimal dan
bekerja dalam kombinasi dengan PTH untuk membantu pengaturan
kalsium darah.
Akibatnya, kalsitriol atau pengurangan vitamin D dihasilkan karena
pengurangan penyerapan kalsium dari usus, dimana pada gilirannya
mengakibatka stimulasi PHT dan pengurangan,baik itu kadar fosfat
maupun kalsium dalam darah.
Hormon parathyroid. Saat kadar kalsium dalam serum menurun sekresi
hormon neparathyro id akan meningkat aktif asio steo clct dalam
menyalurkan kalsium ke dalam darah lebih lanjutnya ho rmo ne ini
menurunkan hasil ekskresi kalsium melalui ginjal dan memf asilitasi abso
rbsi kalsium dari usus kecil dan sebaliknya.
Growth hormonebertanggung jawab dalam peningkatan panjang tulang
dan penentuan matriks tulang yang dibentuk pada masa sebelum pubertas.
Glukokortikoid mengatur metabo lism pro tein. Ketika diperlukan
hormone ini dapat meningkat atau menurunkan katabolisme untuk
mengurangi atau meningkatkan matrikso rganic. Tulang ini juga
membantu dalam regulasi absorbsi kalsium dan fosfor dari usus kecil.
Seks hormone estrogen menstimulasi aktifitasosteobalstik dan
menghambat ho rmo ne paratiro id. Ketika kadar estrogen menurun seperti
pada masa menopause, wanita sangat rentan terjadinya massa tulang
(osteoporosis).
g. Persendian
Persendian dapat diklasifikasikan menurut struktur (berdasarkan ada
tidaknya rongga persendian diantara tulang-tulang yang beratikulasi
dan jenis jaringan ikat yang berhubungan dengan paersendian

tersebut) dan menurutfungsi persendia (berdasarkan jumlah gerakan


yang mungkin dilakukan pada persendian)
Klasifikasi struktural persendian :
a. Persendianfibrosa
b. Persendian kartilago
c. Persendian synovial.
Klasifikasif ungsio nal persendian :
a. Sendi Sinartro sis atau Sendi Mati
Secara structural, persendian ini dibungkus dengan jaringan ikat
fibrosa atau kartilago .
b. Amfiartrosis
Sendi dengan pergerakan

terbatas

yang

memungkinkan

terjadinya sedikit gerakan sebagai respo n terhadap torsi dan


kompresi.
c. Diartrosis
Sendi ini dapat bergerak bebas, disebut juga sendi sino vial.
Sendi ini memiliki rongga sendi yang berisi cairan sino vial,
suatu kapsul sendi yang menyambung kedua tulang, dan ujung
tilang pada sendi sinovial dilapisi kartilago artikular.
Klasifikasi persendian sinovial :
a. Sendi sfenoidal : memungkinkan rentang gerak yang lebih
besar,menuju ke tiga arah. Contoh : sendi panggul dan sendi
bahu.
b. Sendi engsel : memungkinkan gerakan ke satu arah saja.
Contoh : persendian pada lutut dan siku.
c. Sendi kisar : memungkinkan terjadinya ro tasi di sekitar aksis
sentral.Contoh :

persendian antara bagian kepala pro x imal

tulang radius dan ulna.


d. Persendian kondiloid : memungkinkan gerakan ke dua arah di
sudut kanan setiap

ulang. Conto h : sendi antara tulang radius

dan tulang karpal.


e. Sendi pelana : Contoh : ibu jari.
f. Sendi peluru : memungkinkan gerakan meluncur antara satu
tulang

dengan

tulang

lainnya.

Contoh

persendian

intervertebra.
h. Anatomi Fisiologi Otot.
Otot (muscle) adalah jaringan tubuh yang berfungsi mengubah
energi kimia menjadi kerja mekanik sebagai respo n tubuh terhadap
perubahan lingkungannya. Jaringan otot, yang mencapai 40% -50%

berat tubuh,pada umumnya tersusun dari sel - sel kontraktil yang


serabut otot. Melalui ko ntraksi, sel-sel otot menghasilkan pergerakan
dan melakukan pekerjaan
Fungsi sistem Muskular
a. Pergerakan
b. Penopang tubuh dan mempertahankan postur
c. Produksi panas.Ciri-ciri otot:
1) Kontraktilitas
2) Eksitabilitas
3) Ekstensibilitas
4) Elastisitas.
Klasifikasi Jaringan Otot
Otot diklasifikasikan secara structural berdasarkan ada tidaknya striasi
silang (lurik), dan secara fungsional berdasarkan kendali konstruksinya,
volunteer (sadar) atau involunter (tidak sadar), dan juga berdasarkan
lokasi,seperti otot jantung, yang hanya ditemukan di jantung.
Jenis-jenis Otot
a. Otot rangka adalah otot lurik,volunter, dan melekat pada rangka.
b. Otot polos adalah otot tidak berlurik dan involunter. Jenis otot
ini dapat ditemukan

pada dinding organ berongga seperti

kandung kemih dan uterus, serta pada dinding tuba, seperti pada
sistem respiratorik, pencernaan,reproduksi, urinarius,dan sistem
sirkulasi darah.
c. Otot jantung adalah otot lurik,involunter, dan hanya ditemukan
pada jantung
D. FAKTOR

RESIKO YANG

MEMPENGARUHI

FUNGSI

SITEM

PADA

SISTEM

TERKAIT
E. KONSEKUENSI FUNGSIONAL SISTEM TERKAIT
F. MACAM-MACAM

GANGGUAN

(PENYAKIT)

TERKAIT
1. Hipertensi
a. Pengertian
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten
dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan
diastoliknya di atas 90 mmHg. Pada populasi manula darah tinggi

didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik


90 mmHg.
Menurut WHO, batas tekanan darah yang masih dianggap normal
adalah 140/90 mmHg dan tekanan darah sama atau diatas 160/95
mmHg dinyatakan sebagai darah tinggi (Soeparman, 1999).
b. Etiologi
Peningkatan tahanan perifer yang dikontrol pada tingkat arteriola
merupakan dasar penyebab tingginya tekanan darah. Penyebab
tingginya tahanan tersebut belum banyak diketahui, tetapi ada faktorfaktor yang mendukung terjadinya darah tinggi seperti :
1) Asupan garam yang tinggi.
2) Stress psikologis.
3) Faktor genetik (keturunan).
4) Kurang olah raga.
5) Kebiasaan hidup yang tidak baik seperti merokok dan alkohol.
6) Penyempitan pembuluh darah oleh lemak/kolesterol tinggi.
7) Keturunan (genetik).
c. Manifestasi Klinik
Pada pemeriksaan fisik mungkin tidak dijumpai kelainan apapun
selain tekanan darah yang tinggi, tetapi pada penderita hipertensi dapat
ditemui tanda-tanda maupun gejala sebagai berikut :
1) Gelisah, kepala pusing
2) Gemeter, tremor
3) Sering marah marah
4) Jantung berdebar debar
5) Tekanan darah lebih dari 140 / 90 mmHg
6) Keringat berlebihan
7) Gangguan penglihatan
8) Nafsu makan menurun
9) Sulit konsentrasi
10) Mudah tersinggung
11) Pada kasus yang berat akan terjadi berbagai komplikasi seperti:
a) Edema pupil (edema pada discus optikus),
b) Gagal jantung,
c) Gagal ginjal: Nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari),
Azotemia (peningkatan nitrogen urea darah dan urine
kreatinin),
d) Stroke.
d. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh
darah terletak dipusat vasomotor, pada medula diotak. Dari pusat
vasomotor ini bermula di saraf simpatis yang berlanjut kebawah ke

korda spinalis dan keluar dari kolumna medula spinalis ke gonglia


simpatis di toraks dan abdomen.
Rangsangn pusat vasomotor di hantarkan dalam bentuk impuls
yang bergerak kebawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia
simpatis.
Pada titik ini neuron preganglion melepaskan asetilkolon yang
akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah,
Dimana dengan dilepaskannya noreprinefrin mengakibatkan konstriksi
pembuluh darah ( faktornya ketakutan).
Pada saat bersamaan sistem saraf simopatis merangsang
pembuluh darah sebagai repon rangsang emosi, Kelenjar adrenal juga
terangsang menagkibtkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medula
adrenal mensekresi epinefrin yang menyebabkan vasokonstriksi.
Kortek adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang
dapat memperkuat respon vasokonstriktor pembuluh darah.
Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah
keginjal,

menyebabakan

pembentukan

angiotensin

pelepasan
I

yang

renin.

Renin

kemudian

merangsang

diubah

menjadi

Angiotensin II, Suatu vasokonstriktor kuat yang pada gilirannya


merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal menyebabkan
peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor tersebut cenderung
mengakibatkan keadaan darah tinggi.
2. Asam Urat
g. Definisi
Gout adalah penyakit metebo lik yang ditandai dengan
penumpukan asam urat yang

nyeri pada tulang sendi, sangat

sering ditemukan pada kaki bagia atas,pergelangan dan kaki


bagian tengah. (Merkie, Carrie. 2005).
Gout merupakan kelompok keadaan hetero genous yang
berhubungan dengan defek genetic pada metabolism purin atau
hiperuricemia. (Brunner & Suddarth. 2001 ;1 8 1 0).
h. Etiologi
Gout disebabkan oleh adanya kelainan metabolik dalam
pembentukan purin atau ekresi asam urat yang kurang dari ginjal yang
menyebakan hyperuricemia.
Hyperuricemia pada penyakit ini disebabakan oleh :

1) Pembentukan asam urat yang berlebih.


2) Gout primer metabolik disebabkan sistensi langsung yang
bertambah.
3) Gout sekunder metabolik disebabkan pembentukan asam urat
berlebih karana penyakit lain, seperti leukemia.
i. Manifestasi Klinik
1) Serangan terjadi secara tiba-tiba, terutama setelah mengonsumsi
makanan yang mengandung purin.
2) Sendi yang terserang terasa nyeri, bengkak, mengilat, berwarna
kemerahan, dan panasjika disentuh.
3) Demam, dingin, lemas, dan jantung berdebar.
4) Pada gout kronis, timbul benjolan (tofus). Biasanya, terdapat pada
daun telinga, ujung siku, lutut, serta punggung tangan dan kaki.
j. Penatalaksanaa
Tujuan : untuk mengakhiri serangan akut secepat mungkin, mencegah
serangan berulang, dan pencegahan komplikasi.
1) Pengobatan serangan akut dengan Colchicine 0,6 mg (pemberian
oral),
2)
3)
4)
5)
6)

Colchicine

1,0-3,0

mg

(dalam

NaCl

intravena),

phenilbutazone, Indomethacin.
Sendi diistirahatkan (imobilisasi pasien)
Kompres dingin
Diet rendah purin
Terapi farmakologi (Analgesic dan antipiretik)
Colchicines (oral/IV) tiap 8 jam sekali untuk mencegah fagositosis

dari Kristal asam urat oleh netrofil sampai nyeri berkurang.


7) Nonsteroid, obat-obatan anti inflamasi (NSAID) untuk nyeri dan
inflamasi.
8) Allopurinol untuk menekan atau mengontrol tingkat asam urat dan
untuk mencegah serangan.
9) Uricosuric (Probenecid dan Sulfinpyrazone) untuk meningkatkan
ekskresi asam urat dan menghambat akumulasi asam urat
(jumlahnya dibatasi pada pasien dengan gagal ginjal).
10) Terapi pencegahan dengan meningkatkan ekskresi asam urat
menggunakan

probenezid

0,5

g/hari

atau

sulfinpyrazone

(Anturane) pada pasien yang tidak tahan terhadap benemid atau


menurunkan pembentukan asam urat dengan Allopurinol 100 mg 2
kali/hari.
G. PATHWAY PENUAAN SISTEM TERKAIT
H. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian

BAB III
TINJAUAN KASUS
PENGKAJIAN LANSIA SEBAGAI INDIVIDU
Nama mahasiswa

: Gayon Nosaria

Tanggal Pengkajian

: 12 Juli 2016

Jam Pengkajian

: 10:00 WIB

Biodata Klien
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Nama
Umur
Jenis kelamin
Alamat
Status perkawinan
Agama
Suku
Pendidikan
Pekerjaan

: Ny. K
: 82 tahun
: Perempuan
: Pakem Sleman
: Janda
: Islam
: Jawa
: Tidak tamat SD
:-

Biodata Penanggung Jawab


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Nama
: Tn. C
Umur
: 35 Tahun
Agama
: Islam
Pendidikan
: S1
Pekerjaan
: Swasta
Status Pernikahan
: Menikah
Hubungan dengan klien
: Cucu

Keluhan Utama :
Ny. K mengatakan nyeri dibagian pinggangnya.
Pengkajian 11 Pola Gordon
A. Pola Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
Data Subjektif:
Ny. K mengatakan apabila masih bisa beraktivitas sehari-hari sendiri dan
tidak merasakan sakit berarti itu sehat. Dan keadaan sakit bila merasa badannya
tidak enak. Klien mengatakan mempunyai riwayat hipertensi. Klien
mengatakan minum obat penuruh tekanan darah setiap harinya untuk
menurunkan tekanan darah. Klien tidak melakukan pemeriksaan secara rutin ke
poliklinik setiap hari Rabu. Klien mengatakan tidak mempunyai keyakinan

terkait kesehatannya. Klien tidak suka mengkonsumsi daging, hanya sesekali


makan daging ayam, klien juga mengurangi makanan yang asin. Klien
mengatakan untuk kesehatannya di PSTW terjamin dan pengambilan keputusan
oleh dirinya sendiri. Klien tidak pernah mengalami kecelakaan dan tidak
pernah operasi sebelumnya, klien juga tidak mempunyai alergi. Klien
mengatakan selalu menjaga kesehatannya dengan selalu menjalanni hidup
sehat, makan makanan yang membuat sakit dan selalu tidur teratur.
Saat ini klien mengatakan bahwa pada nyeri pada pinggangnya.
Data Objektif:
Klien tampak sudah mengerti perbedaan sehat dan sakit, dan tahu tujuan
pelayanan kesehatan. Rambut klien tampak beruban, bersih, kulit tubuh sawo
mateng tidak ada lesi, mulut lembab, gigi tampak kekuningan, gigi geraham
sudah tidak ada tinggal gigi bagian depan, tidak ada caries. Klien mengatakan
tidak ada hemoroid pada anus nya, saat BAB tidak merasakan sakit.
1. Pola Nutrisi Metabolik
Data Subjektif:
Klien mengatakan setaip hari makan dengan nasi, sayur dan lauk (tahu,
tempe, ayam) kadang ada buah, biasa nya klien makan 3 kali sehari, jumlah
yang dimakan sekali makan sesuai jam makan tiba. Klien menyukai makanan
yang berkuah. Klien mengatakan nafsu makan nya baik dan klien meminta
vitamin setiap hari Rabu.. Klien tidak memiliki keluha nyeri telan, mual,
kembung atau pun reflek ingin muntah. Klien mempunyai makanan pantangan
yang asin asin agar tensinya tidak naik. Klien mengkonsumsi air minum kurang
lebih 11/2 liter air setiap hari nya kadang lebih. Berat badan klien normal 36 kg
dan klien mengatakan tidak merasakan penurunan berat badan dalam waktu
dekat..
Data Objektif:
Klien tampak tubuh sedang, tidak tampak kurus maupun gemuk, rambut
beruban, bersih, kulit tubuh keriput tapi cukup elastic, conjungtiva merah
muda, palpebra tida ada edema, sclera anikterik, mulut lembab,gigi tidak ada
caries, rongga mulut normal, gusi merah muda, lidah tidak ada bintik putih.
Status hidrasi kulit masih elastic dan lembab. Suhu tubuh 37oC. Pemeriksaan
abdomen inspeksi tidak ada acites, auskultasi bising usus 15x/menit,perkusi
timpani, palpasi tidak ada massa. Tidak ada edema, kemampuan mennguyah
keras sudah tidak adekuat karena gigi yang digunakan hanya gigi depan, klien
tidak menggunakan gigi palsu. Ambulasi klien mandiri

2. Pola Eliminasi:
Data Subjektif:
Klien mengatakan BAB biasanya 1 x sehari setiap pagi. BAB lancar tidak
sembelit. Klien mengatakan BAB tidak encer, warna kuning kecoklatan. Klien
mengataka tidak nyeri saat BAB. Klien mengatakan BAK sehari 4-7 kali.
Data Objektif:
Pemeriksaan abdomen inspeksi tidak ada acites, auskultasi bising usus
15x/menit,perkusi timpani, palpasi tidak ada massa. Klien tampak tidak
memegang perut nya.
3. Pola Aktivitas dan Latihan
Data Subjektif:
Klien dapat melakukan kegiatan secara mandiri. Klien mengatakan
mengikuti olah raga setiap harinya. Klien mengatakan bila terlalu lama berjalan
dipergelangan kaki nya terasa pegal. Klien mengatakan tidak menggunakan alat
bantu untuk beraktivitas, tidak mengalami gangguan kesemibangan, tidak
mengalami sesak , lemah, nyeri dada saat beraktivias. Klien mengatakan
melakukan pekerjaan rumah sendiri seperti membersihkan kamar dan untuk
membersihkan lingkungan rumah bersama dengan teman-teman 1 rumah. Klien
mengatakan kadang-kadang lututnya merasa sakit saat beraktivitas terlalu berat
atau kelelahan.

Data Objektif:
Kemampuan perawatan diri
Makan / minum
Mandi
Toileting
Berpakaian
Mobilitas di tempat tidur
Berpindah / berjalan
Ambulasi / ROM
Keterangan:

0
V
V
V
V
V
V
V

0 : mandiri, 1: alat bantu, 2: dibantu orang lain 3: dibantu orang lain dan alat, 4:
tergantung total.
Range of motion
5

Hasil pemeriksaan vital sign: TD: 170/90 mmHg, RR: 20 x/mnt. Nadi:
88x/mnt. ROM klien aktif
Skor Indeks Katz : dari hasil wawancara dan observasi pada klien, bahwa
klien mendapat skor A, klien dapat melakukan aktivitas secara mandiri.
4. Pola tidur dan istirahat
Data Subjektif:
Klien mengatakan tidur malam sekitar 7 jam perhari, jarang terbangun
saat malam, selalu bangun pas adzan subuh. Klien juga selalu tidur siang
sekitar 1 jam perhari. Klien mengatakan tidak mengalami gangguan tidur. Klien
mengatakan selalu membaca doa sebelum tidur.
Data Objektif:
Klien terlihat segar tdak terdapat lingkaran hitam dibawah mata klien.
Klien tidak mengkonsumsi obat tidur.

5. Pola Kognitif dan Perceptual


Data Subjektif:
Klien tidak menggunakan alat bantu pendengaran ataupun penglihatan.
Klien tidak mengalami gangguan persepsi sensori. Klien tidak mengalami
disorientasi tempat, waktu ataupun orang. Klien mengatakan terkadang sulit
berkonsentrasi dan susah mengingat kejadian yang sudah lama terjadi.
Data Objektif:
Klien berkonsentrasi saat diajak berbincang-bincang. Klien tidak
mengalami gangguan pendengaran, pengecapan, penghidu maupun perasa.
Skor SPMSQ : dari hasil wawancara didapatkan hasil bahwa klien
mmemiliki fungsi mental utuh
Skor MMSE (Mini Mental Stase Examination) : dari hasil wawancara dan
observasi pada klien diapatkan skore total 24 yang artinya normal tidak ada
gangguan kognitif.

6. Pola Persepsi Diri dan Konsep Diri


Data Subjektif:
Klien mengatakan bersyukur dengan bagaimanapun keadaan tubuhnya,
asalkan sehat.. Klien mengatakan tidak takut akan kematian karena setiap orang
akan mengalami hal itu. Klien mempunyai kepuasan dan kebanggan terhadap
dirinya karena masih merasa mampu merawat dirinya sendiri bila dibandingkan
dengan lansia dilingkungannya. Klien masih mampu untuk melakukan aktivitas
sehari-hari, misalnya mencuci pakaian, mengambil makanan dari dapur secara
mandiri.
Data Objektif:
Klien selalu berbincang-bincang dengan teman 1 wisma untuk mencari
kesibukan. Klien cukup aktif dalam bersosialisasi dengan lingkungan di sekitar.
7. Pola Peran Hubungan
Data Subjektif:
Klien mengatakan mengikuti kegiatan di PSTW yaitu olah raga setiap
pagi, pengajian setiap hari Senin, setiap hari Selasa kerajianan setiap hari Rabu
pengajian. Di dalam komunikasi sehari-hari klien tidak mengalami hambatan.
Dalam berkomunikasi menggunakan bahasa jawa dan bahasa Indonesia.
Hubungan komunikasi dengan teman satu wisma baik, klien pembawaannya
tenang. Klien mengatakan anaknya datang ke sini untuk menjemputnya saat
lebaran dan lebaran dirumah. Jika hari Minggu diperbolehkan ke pasar kadang
klien juga pergi ke pasar berserta lansia lainnya.
Data Objektif:
Klien selalu main dengan teman satu wisma. Klien cukup aktif dalam
bersosialisasi dengan lingkungan di sekitar.

8. Pola Seksual- Reproduksi


Klien mengatakan sudah lama manepause kurang lebih 20tahun yang lalu.
Klien mengatakan tidak ada keluhan pada reproduksi.
9. Pola Koping Toleransi Stress
Data Subjektif:
Klien mengatakan apabila mempunyai masalah merasa tidak enak badan,
tetapi jaraang terjadi. Klien mengatakan sudah menerima keadaannya dengan
hidup sendiri. Klien juga menerima status kesehatannya saat ini. Klien
mengatakan apa yang terjadi pada dirinya saat ini merupakan kuasa Allah.

Data Objektif:
Klien tidak mengalami kecemasan ataupun stress.
Skor GDS (Geriatric Depression Scale) : dari hasil wawancara didapatkan
hasil bahwa klien dalam keadaan normal
10. Pola Nilai - Kepercayaan
Data Subjektif:
Klien beragama Islam, klien mengatakan selalu berusaha untuk
menjalankan kewajiban ibadahnya. Klien juga rajin mengikuti kegiatan
keagamaan. Klien tidak mengalami kesulitan untuk menjalankan ibadah. Klien
mengatakan selalu mengikuti pengajian di Masjid.
Data Objektif:
Perlengkapan ibadah klien lengkap sesuai keyakinannya.

TINJAUN SISTEM
Keadaan umum : cukup
Tingkat kesadaran : compos mentis
GCS : E4, V5, M6
Vital sign : TD : 170/90 mmHg, N : 88 x/ menit, RR : 20 x/ menit
1. Kepala : kepala mensochepal, rambut beruban, tidak rontok, rapi, kulit kepala
tampak bersih.
2. Mata : pasien mengatakan penglihatannya masih jelas, pupil isokor, sclera
tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis.
Telinga : tampak simetris, tidak terdapat serumen, pendengaran normal.
Hidung : tampak simetris, tidak ada polip, tidak terdapat serumen.
3. Leher : tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada nyeri telan.
4. Dada : tampak simetris, tidak ada retraksi dada, fremitus taktil kanan kiri
sama, normal chest, suara napas terdengar vesikuler.
5. Punggung : Klien mengeluh kadang-kadang pegal-pegal di daerah punggung.
6. Abdomen : tidak ada nyeri tekan, tidak teraba masa, peristaltic usus 15x/
menit, kulit perut keriput, suara lambung terdengar timpani.
7. Ektremitas atas dan bawah :
5

5
5
Ekstremitas atas : kuku tampak panjang, turgor cukup elastic, CRT 2 detik.
Ekstremitas bawah : kuku tampak panjang, turgor kulit cukup elastic, CRT 2
detik.
8. Sistem immune : klien mengatakan bahwa dirinya jarang sakit.

9. Genitalia : tidak terkaji karena klien mengatakan malu.


10. Sistem reproduksi : kien mengatakan sesuai dengan usianya yang sudah tua
saat ini dirinya sudah manepause.
11. Sistem persyarafan : klien masih berespon terhadap rangsang nyeri, panas,
dingin, dan stimulus lain.
12. Sistem pengecapan : klien masih mampu membedakan rasa seperti manis,
asam, asin, pahit.
13. Sistem penciuman : klien mampu membaui rasa.
14. Taktil respon ; klien mampu merespon jika disentuh.
DATA PENUNJANG
Tidak ada data penunjang yang ditemukan

ANALISA DATA

Nama

: Ny. K

Diagnosa Medis :

Umur

: 82 tahun

Wisma

DATA
PROBLEM
DS : Klien mengatakan nyeri Gangguan rasa
pinggang.
Klien
juga nyaman
mengataka
DS : Klien mengatakan apabila
masih bisa beraktivitas seharihari sendiri dan tidak
merasakan sakit berarti itu
sehat. Dan keadaan sakit bila
merasa badannya tidak enak
hingga tidak bisa bangun.
Bila merasa sakit yang tak
tertahankan akan diperiksakan
ke puskesmas atau ke mantri
untuk mendapatkan obat
DO: Klien tampak sudah mengerti
perbedaan sehat dan sakit,
dan tahu tujuan pelayanan

Kesiapan
meningkatkan
manajemen
kesehatan diri

: Pagombakan
ETIOLOGI
Gejala terkait penyakit

kesehatan.

DS : Klien mengatakan

Sumber

yang

tersedia

tidak

Ketidakefektifan koping

adekuat

PRIORITAS MASALAH
1. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait penyakit
2. Kesiapan meningkatkan manajemen kesehatan diri.
3. Ketidakefektifan koping berhubungan dengan sumber yang tersedia tidak
adekuat

INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama

: Ny. K

Diagnosa Medis :

Umur

: 82 tahun

Wisma

Diagnosa

NOC

NIC

Keperawatan
Gangguan rasa 1. Klien
mampu
mengungkapkan
nyaman
perasaan
berhubungan
ketidaknyamanan yang
dengan gejala
dirasakan
2.
Klien
mampu
terkait penyakit
menerapkan
teknik
rlaksasi nafas dalam
untuk
mengatasi
kecemasaan
Kesiapan
meningkatkan
manajemen
kesehatan

1. Menjelaskan
sehat
2. Menjelaskan
sakit
3. Menjelaskan

: Pagombakan

1. Kaji

ketidaknyamanan

yang dirasakan oleh klien


2. Anjurkan klien untuk
relaksasi
ketika

nafas

dalam

merasa

tidak

klien

untuk

nyaman
3. Anjurkan

mengungkapkan perasaan

apa

itu

yang dirasakan
1. Penkes tentang

apa

itu

Sehat
2. Pengukuran
Darah
3. Diskusi

bersama

Hidup
Tekanan
terkait

penanganan bila sakit.


Ketidakefektifa
n koping

1. Menunjukkan
untuk

berhubungan

strategi 1. Bina

pemecahan

masalah
2. Memanfaatkan sumber

dengan sumber

koping
3. mengekspresikan

yang tersedia
tidak adekuat

kesehatan lansia

perasaan dan kebebasan

hubungan

percaya
2. Dorong

klien

mengungkapkan
perasaannya
3. Berikan penguatan/motivasi
4. Identifikasi sumber koping

keputusan

RENCANA KEPERAWATAN

Nama : Ny. K

Diagnosa Medis :

Umur : 82 tahun

Wisma

berhubungan

dengan

gejala terkait penyakit


Kesiapan
meningkatkan
manajemen kesehatan

untuk

yang dimiliki klien


Bantu dalam pengambilan

emosional

Diagnosa Keperawatan
Tanggal / Jam
Gangguan rasa nyaman

saling

: Pagombakan
Implementasi

Anda mungkin juga menyukai