Anda di halaman 1dari 2

Etos Mujahadah

Kamis, 14 November 2013, 03:33 WIB


Komentar : 1

wordpress.com

Istighfar (ilustrasi).
A+ | Reset | AREPUBLIKA.CO.ID, Oleh Muhbib Abdul Wahab
Ijtihad, mujahadah, dan jihad merupakan tiga pilar kunci kemajuan Islam. Ketiga kata ini memiliki
akar yang sama, yaitu j-h-d, yang berarti mengerahkan segala daya upaya untuk mengatasi kesulitan
dan permasalahan.
Ijtihad adalah kunci kemajuan pendidikan dan pemikiran intelektual; mujahadah merupakan kunci
kemajuan mental dan spiritual; sedangkan jihad merupakan kunci kemajuan ekonomi, politik, budaya,
dan sosial.
Kemajuan yang diwujudkan melalui ijtihad dan jihad harus ditopang oleh etos mujahadah. Karena
mujahadah merupakan penggerak sekaligus pengendali dinamika ijtihad dan jihad.
Menurut ar-Raghib al-Asfahani, mujahadah adalah bekerja cerdas, ikhlas dan keras dalam menghadapi
musuh yang tampak (kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan, agresi militer, dan sebagainya) dan
yang tidak tampak (setan dan hawa nafsu) dengan cara mengendalikan dan memenej diri agar
senantiasi taat kepada syariat Allah SWT.
Mujahadah merupakan penyeimbang antara potensi nalar, potensi fisik, dan potensi hati manusia. Jika
manusia hanya mengedepankan kecerdasan intelegensi dan kekuatan fisiknya semata, ia akan
kehilangan suara hati nuraninya.
Mujahadah merupakan energi positif untuk membangkitkan nilai-nilai spiritualitas yang ada di dalam
dirinya, seperti: ketulusan, kesabaran, kebersamaan, kelemah-lembutan, kasih sayang, memaafkan, dan
sebagainya.

Pada saat yang sama, ia juga berusaha melebur watak negatifnya, seperti: buruk sangka, tamak, hasad,
malas, dendam, dan sebagainya. Hakekat mujahadah adalah pendewasaan diri dalam bertutur kata,
bersikap, dan berbuat.
Kunci pendewasaan diri adalah pengendalian fungsi hati agar tidak mudah dijajah hawa nafsu dan
setan. Dengan kata lain, pendewasaan diri adalah pembebasan diri dari hawa nafsu yang pada
umumnya menjerumuskan manusia kepada kejahatan, kecuali nafsu yang dirahmati Allah (QS.
Yusuf/12: 53).
Dalam syair Arab dinyatakan, Nafsu itu seperti bayi. Jika diabaikan (tidak disapih), maka dia akan
menyusu (kepada ibunya) terus-menerus. Tapi jika disapih, maka ia akan mandiri (tidak terus
menyusu).
Mujahadah ibarat mendewasakan anak. Anak akan tumbuh kembang dan menjadi dewasa jika terlebih
dahulu disapih, dibiasakan mandiri, dan dididik dengan sebaik-baiknya, termasuk dibiasakan melihat
kekurangan diri sendiri, agar tidak sibuk mengurusi aib orang lain.
Dengan mujahadah, seorang Muslim tidak hanya menjaga dirinya agar tidak larut dalam perangkap
hawa nafsu dan godaan setan, tetapi juga mampu memberi rasa aman dan kedamaian bagi orang lain.
"Tahukah kalian, siapa yang disebut Mukmin? Pertanyaan Nabi SAW ini dijawab sendiri: "Yang
disebut Mukmin adalah orang yang membuat harta dan jiwa orang lain aman. Sedangkan Muslim
adalah orang yang membuat orang lain selamat dari perkataan dan perbuatannya.
Orang yang bermujahadah adalah orang yang senantiasa berjuang dalam ketaatan kepada Allah.
Sedangkan orang yang hijrah adalah orang yang meninggalkan kesalahan dan dosa." (HR al-Bukhari)
Menurut al-Qusyairi, kiat-kiat mujahadah yang dapat mengantarkan Muslim kepada jalan pendakian
menuju kedekatan diri dengan Allah (taqarrub ila Allah) sedekat-dekatnya harus dilalui dengan
tazkiyatun nafsi (penyucian diri) melalui taubat dan istighfar, iltija (memohon perlindungan) kepada
Allah melalui shalat dan zikir, muhasabah (introspeksi diri) dengan menyadari kekurangan dan
meningkatkan amal kebajikan, dan berpikir positif agar dapat memecahkan berbagai persoalan secara
arif bijaksana.
Mujahadah merupakan salah satu manifestasi dari kecerdasan romantis, sebuah perjuangan menggapai
rasa cinta dan intim dengan Tuhan melalui optimalisasi segala bentuk ketaatan, dan menjauhi segala
macam kemaksiatan.
Dengan mujahadah, Muslim pasti berusaha menapaki jalan Tuhan yang mengantarkannya kepada
kebahagiaan hakiki, surga. Dan orang-orang yang berjihad, bermujahadah untuk (mencari keridaan)
Kami, Kami akan tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sungguh, Allah beserta orangorang yang berbuat baik. (QS. al-Ankabut/29: 69).

Anda mungkin juga menyukai