GANGG kEP
GANGG kEP
Kepribadian dapat didefinisikan sebagai gabungan emosi dan tingkah laku yang
membuat individu memiliki karakteristik tertentu untuk menghadapi kehidupan sehari-hari.
Kepribadian individu relatif stabil dan memungkinkan orang lain untuk memprediksi pola pikir
atau tindakan apa yang akan diambil.
Individu dikatakan mengalami gangguan kepribadian apabila ciri kepribadiannya
menampakkan pola perilaku. maladaptif dan telah berlangsung untuk jangka waktu yang lama
(biasanya sejak masa kanak-kanak). Pola tersebut muncul pada setiap situasi serta
mengganggu fungsi kehidupannya sehari-hari (misalnya, dalam relasi sosial dan pekerjaan).
Pada individu ini, ciri kepribadian yang maladaptif itu tampak begitu melekat pada
dirinya. Biasanya mereka menolak untuk mendapatkan pertolongan dari terapis dan menolak
atau menyangkal bahwa dirinya memiliki suatu masalah. Apabila dibandingkan dengan individu
yang mengalami gangguan kecemasan, depresi dan obsesif-kompulsif, individu dengan
gangguan kepribadian, lebih tidak menyadari masalah mereka. Mereka tidak merasa cemas
tentang perilakunya yang maladaptif (ego-sintonik) sehingga mereka pun tidak memiliki motivasi
untuk mencari pertolongan dan sulit sekali untuk mendapatkan perbaikan atau kesembuhan
(Kaplan, Sadock & Grebb, 1994).
Berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, (DSM-IV) gangguan
kepribadian dibagi ke dalam 3 kelompok besar, yaitu :
1. Kelompok A, terdiri dan gangguan kepribadian paranoid, schizoid, dan schizotypal.
Individu pada ketiga gangguan ini menampilkan perilaku yang relatif sama yaitu
eksentrik dan aneh.
2. Kelompok B, terdiri dari gangguan kepribadian antisosial, borderline, histrionic, dan
narcissistic. Individu pada gangguan tersebut menampakkan perilaku yang dramatis
atau berlebih-lebihan, emotional, dan aneh (tidak menentu).
3. Kelompok C, terdiri dari gangguan kepribadian avoidant, dependent, dan obsesifkompulsif. Individu dengan gangguan kepribadian semacam ini tampak selalu cemas
dan ketakutan.
11
Berikut ini akan dijelaskan satu persatu gangguan kepribadian yang ada berikut
epidemialogi, diagnosis banding dan prognosis untuk setiap gangguan (disadur dari Kaplan,
Sadock & ebb, 1994).
Epidemiologi
Prevalensi gangguan ini adalah 0,5 hingga 2,5 persen dari populasi pada umumnya.
Mereka sangat sedikit yang mencari pertolongan atas inisiatif sendiri, biasanya mereka diajak
ke terapis oleh pasanganrrya atau perusahaan yang mempekerjakannya. Pada keluarga yang
salah satu atau beberapa anggotanya mengalami skizofrenia, munculnva gangguan
kepribadian ini tampak lebih tinggi daripada keluarga yang tidak memilikinya.
11
Diagnosis Banding
Gangguan kepribadian paranoid berbda dengan gangguan delusional karena delusi
yang menetap tidak ada pada individu dengan kepribadian paranoid. Gangguan ini pun berbeda
dengan skizofrenia paranoid karena pada gangguan ini tidak tampak adanya halusinasi dan
gangguan pikiran.
Gangguan kepribadian paranoid juga berbeda dengan kepribadian borderline karena
mereka biasanya lebih sulit untuk menjalin hubungan dengan orang lain, suatu hal yang
tampaknya lebih mudah dilakukan oleh orang dengan kepribadian borderline. Apabila
dibandingkan dengan kepribadian antisosial, maka individu dengan gangguan kepribadian
paranoid tidak memiliki sejarah tingkah laku antisocial. Sedangkan individu dengan kepribadian
skizoid, biasanya mereka menarik diri dan menyendiri namun tidak memiliki ide-ide paranoid
atau tidak memiliki kecurigaan.
Prognosis
Selama ini tampaknya belum ada penelitian yang cukup memadai. Berdasarkan
pengalaman, biasanya individu dengan gangguan kepribadian paranoid memiliki gangguan ini
sepanjang hidup mereka. Beberapa di antara mereka menunjukkan gangguan ini sebagai
pertanda awal sebelum akhirnya mereka menderita skizofrenia.
Secara umum, individu dengan gangguan ini memiliki masalah seumur hidup mereka,
terutama berkaitan dengan pekerjaan dan kehidupannya dalam berelasi dengan orang lain.
Masalah dalam perkawinan pun seringkali terjadi.
Contoh Kasus
11
Seorang wanita, berusia sekitar 25 tahun dan memiliki seorang putri dikeluhkan oleh suaminya.
Suaminya mengeluh karena istrinya sulit sekali mempercayai dirinya. Memang gejala ini sudah
tampak sejak mereka berpacaran, namun semakin meningkat intensitasnya setelah mereka
menikah. Apalagi setelah suaminya sering bepergian dinas ke luar kota. Apabila suaminya
terlambat pulang dari kantor, maka istrinya akan langsung menuduh bahwa suaminya selingkuh
dan memiliki wanita lain. Pernah pula istrinya curiga bahwa suaminya telah menikah dengan
wanita lain. Keluarganya dan keluarga suami sudah berulang kali meyakinkan bahwa suaminya
selama ini tetap setia, namun sulit sekali diterima oleh sang istri. Tetangga sekitar rumah pun
kadangkala dicurigai oleh sang istri, sampai-sampai kadangkala suami tidak berani bertegur
sapa dengan para tetangga
11
Epidemiologi
Sulit untuk menentukan secara pasti prevalensi dari gangguan ini, namun sejauh ini
diketahui bahwa gangguan kepribadian skizoid terjadi pada 7.5 persen populasi pada
umumnya. Perbandingan antara laki-laki dan perempuan juga tidak diketahui secara pasti
namun diperkirakan sekitar 2 : 1(laki-laki : perempuan). Sebagian besar dari mereka memilih
bekerja di malam hari sehingga meminimalkan kemungkinan mereka untuk mengadakan kontak
dengan orang lain.
Diagnosis Banding
Bertolak belakang dengan individu dengan skizofrenia dan gangguan kepribadian
skizotipal, individu dengan gangguan kepribadian skizoid tidak memiliki keluarga atau saudara
yang menderita skizofrenia. Mereka pun relatif memiliki sejarah pekerjaan yang berhasil
(apabila pekerjaan yang mereka miliki tidak perlu mengadakan kontak dengan orang lain).
Sedangkan individu dengan gangguan kepribadian paranoid memiliki sejarah tingkah laku
verbal yang agresif, hal yang tidak ditemui pada individu skizoid.
Perbedaan utama antara kepribadian skizotipal dan skizoid adalah individu dengan
skizotipal menunjukan kesamaan yang lebih besar dengan pasien skizofrenia terutama dalam
hal keanehan pikiran, persepsi tingkah laku dan komunikasi. Sedangkan pada gangguan
kepribadian avoidant (menghindar), mereka memang mengurung diri namun tetap memiliki
11
keinginan yang kuat untuk berpartisipasi dalam berbagai aktivitas (satu hal yang sungguh tidak
ada pada individu dengan kepribadian skizoid).
Prognosis
Awal munculnya gangguan ini biasanya pada masa kanak-kanak awal. Biasanya
berlangsung dalam jangka waktu yang lama walaupun belum tentu seumur hidup mereka.
Jumlah individu dengan gangguan ini yang kemudian menjadi penderita skizofrenia, belum
diketahui secara pasti.
Contoh Kasus
Seorang laki-laki, saat ini berusia 20-an tahun, dikeluhkan oleh keluarganya karena
bermasalah dalam relasi sosial. Setelah melewati pemeriksaan, diketahui bahwa sejak kecil dia
seringkali diejek sebagai gorilla karena memiliki tubuh yang tinggi dan besar. Sejak di SD, dia
tidak pernah memiliki teman dekat dan apabila teman-temannya bermain dia hanya
memperhatikan dari kejatuhan. Orang tuanya menuturkan bahwa ketika kecil, anaknya tersebut
paling suka bermain di loteng sendirian. Setelah menanjak dewasa, dia tampak lebih suka
berdiarn atau mengurung diri di kamar dan tidak suka apabila kakaknya mengajak dia untuk
melakukan suatu aktivitas tertentu. Dia menganggap bahwa kakaknya mengganggu dia.
11
Individu dengan gangguan ini mengalami masalah dalam berpikir dan berkomunikasi.
Mereka sensitif terhadap perasaan atau reaksi orang lain terhadap dirinya, terutama reaksi
yang negatif seperti rasa marah atau tidak senang. Kadangkala cara bicara individu dengan
gangguan skizotipal sangat aneh dan ganjil sehingga hanya diri mereka sendiri yang mampu
mengerti artinya. Mereka pun memiliki kemampuan yang rendah dalam berinteraksi dengan
orang lain dan kadangkala bertingkah laku aneh sehingga akhirnya mereka seringkali terkucil
dan tidak memiliki banyak teman.
Individu dengan gangguan skizotipal kadangkala juga menampilkan gejala yang
ditampilkan individu dengan gangguan kepribadian borderline. Apabila hal ini terjadi, terapis
boleh sekaligus mendiganosa individu tersebut dengan 2 diagnosis, skizotipal dan borderline.
Kadangkala terapis harus lebih berhati-hati karena apabila individu dengan skizotipal berada di
bawah tekanan, mereka dapat menampilkan tingkah laku psikotik dan tampak seperti penderita
skizofrenia, hanya bedanya pada individu ini gejala psikotik tersebut hanya tampak dalam waktu
yang singkat dan segera menghilang. Jadi harus berhati-hati, jangan langsung memberikan
diagnosis skizofrenia karena mungkin saja ternyata hanya skizotipal.
Epidemiologi
Prevalensi gangguan ini sekitar 3 persen dari populasi pada umumnya. Perbandingan
antara laki-laki dan perempuan tidak diketahui secara pasti. Gangguan kepribadian skizotipal ini
lebih banyak muncul pada keluarga yang memiliki penderita skizofrenia dan di antara kembar
satu telur bila dibandingkan dengan kembar dari dua telur ( 33 persen vs 4 persen).
Diagnosis Banding
Individu dengan gangguan kepribadian skizotipal dapat dibedakan dengan pasien
skizofrenia dengan tidak adanya gejala-gejala psikotik (misalnya halusinasi), walaupun gejala
tersebut muncul pada individu dengan kepribadian skizotipal, biasanya berlangsung dalam
waktu yang singkat dan segera menghilang. Sedangkan perbedaan gangguan ini dengan
11
gangguan kepribadian paranoid adalah tidak tampak adanya tingkah laku yang aneh dan ganjil
pada individu dengan kepribadian paranoid.
Prognosis
Berdasarkan penelitian diketahui bawah 10 persen dari individu dengan kepribadian
skizotipal pernah merencanakan untuk bunuh diri. Kepribadian skizotipal adalah titik awal yang
memungkinkan seorang individu menderita skizofrenia. Di sisi lain, banyak pula individu yang
memiliki kepribadian skizotipal kondisinya tidak semakin parah (tidak menjadi skizofrenia) dan
mampu menikah serta bekerja, walaupun dengan keanehannya tersebut.
11
Epidemiologi
Prevalensi gangguan kepribadian antisosial adalah 3 persen pada laki-laki dan 1 persen
pada perempuan. Kepribadian ini lebih umum tampak pada daerah yang miskin. Usia
kemunculan gangguan ini adalah sebelum usia 15 tahun. Perempuan biasanya menampakkan
gejala ini sebelum masa pubertas dan pada anak laki-laki bahkan sebelumnya. Pada populasi
di penjara, prevalensi individu yang kepribadian antisosial mencapai 75 persen.
Diagnosis Banding
Biasanya sulit untuk membedakan individu dengan kepribadian antisosial dan yang
mengkonsumsi zat-zat (substance abuse). Caranya adalah apabila kedua masalah itu muncul
sejak kecil dan terus berlangsung hingga dewasa maka kedua diagnosis tersebut boleh
ditegakkan. Namun apabila tingkah laku antisosial muncuk karena individu tersebut
mengkonsumsi zat tertentu, maka diagnosis gangguan kepribadian antisosial tidak perlu
diberikan.
Diagnosis gangguan kepribadian antisosial juga tidak diberikan pada individu dengan
gangguan keterbelakangan mental, skizofrenia ataupun mania.
Prognosis
Gangguan kepribadian antisosial biasanya muncul pada masa remaja akhir.
Prognosisnya bervariasi. Biasanya dilaporkan bahwa kecenderungan antisosial ini menurun
sejalan dengan usia pasien yang semakin lanjut atau tua. Gangguan yang umum terjadi pada
indidivu dengan kepribadian antisosial adalah gangguan depresi, penggunaan alkohol dan
(obat-obatan terlarang).
Contoh Kasus
Seorang laki-laki berusia 19 tahun dan sedang menjalani rehabilitasi di tempat
ketergantungan obat-obatan terlarang untuk yang kesekian kalinya. Berdasarkan penuturan
ibunya, diketahui bahwa sejak SD anaknya sudah sering melawan nasehat orangtua dan
11
gurunya. Dia pun seringkali membolos dari sekolah, walaupun prestasi akademiknya memadai
guru wali kelasnya sering memanggil orangtua dan mengeluhkan tentang perilaku sang anak.
Sejak kelas 5 SD sudah mulai merokok dan dilanjutkan menghisap ganja semasa awal SMP,
hingga akhirnya kelas 2 SMP mulai menggunakan putauw hingga sekarang. Penggunaan obatobatan terlarang ini kadangkala disertai dengan konsumsi alkohol. Sang anak akhirnya putus
sekolah di kelas 1 SMA dan lebih memilih kegiatan bermain band dengan teman-temannya.
Tidak ada satu pun orang yang berhasil mengajaknya kembali ke sekolah. Hingga saat ini dia
masih terus mendapatkan biaya dari kedua orangtuanya.
11
10
sekuat tenaga untuk menemukan teman, walaupun hanya sebatas teman duduk. Kadangkala
teman yang mereka pilih bukanlah teman yang menyenangkan bahkan orang yang asing bagi
mereka.
Epidemiologi
Hingga saat ini belum ada penelitian yang memadai untuk menentukan prevalensi dari
gangguan kepribadian borderline, namun diperkirakan gangguan ini muncul pada sekitar 1 atau
2 persen pada populasi umumnya. Gangguan kepribadian ini dua kali lebih banyak pada
kamum perempuan ketimbang laki-laki
Diagnosis banding
Perbedaan antara gangguan kepribadian borderline dan skizofrenia adalah pada
individu borderline mereka tidak memiliki episode psikotik yang berkepanjangan dan tidak
mengalami gangguan berpikir.
Gangguan kepribadian histrionik dan antisosial sulit dibedakan dengan gangguan
kepribadian borderline. Secara umum dapat dijelaskan bahwa individu dengan gangguan
kepribadian borderline menampilkan perasaan kesepian yang kronis, impulsifitas, selfmutilation, episode psikotik yang singkat, percobaan bunuh diri yang manipulative dan sangat
menuntut keterlibatan dari teman-teman dekatnya dalam berelasi.
Prognosis
Berdasarkan penelitian longitudinal diketahui bahwa individu dengan gangguan
kepribadian borderline menunjukkan tanda-tanda perkembangan ke arah gangguan skizofrenia,
namun individu ini memiliki kecenderungan untuk mengalami episode major depressi disorder.
Diagnosis gangguan ini biasanya dibuat sebelum usia 40 tahun, terutama ketika individu
dengan gangguan ini dituntut untuk menentukan pilihan dalam pekerjaan atau pernikahan dan
biasanya mereka tidak mampu untuk memenuhi, Tugas-tugas perkembangan yang terdapat
dalam setiap tahap perkembangan yang terdapat dalam setiap tahap perkembangan manusia.
11
11
11
12
Epidemiologi
Prevalensi gangguan ini sekitar 2 hingga 3 persen, Pada para pasien rawat jalan dan
rawat inap di rumah sakit jiwa, prevalensinya meningkat menjadi sekitar 10 hingga 15 persen.
Gangguan kepribadian histrionik lebih banyak ditemukan pada perempuan ketimbang laki-laki.
Kadangkala gangguan ini bersamaan dengan gangguan somatisasi dan gangguan penggunaan
alhokol.
Diagnosis Banding
Perbedaan antara gangguan kepribadian histrionik dan borderline sulit untuk ditentukan.
Pada gangguan kepribadian borderline, tampaknya percobaan bunuh diri, ketidak jelasan
identitas dan episode psikotik singkat lebih dominan.
Gangguan somatisasi dapat muncul bersamaan dengan gangguan kepribadian
histrionik. Pasien yang didiagnosis mengalami gangguan psikotik singkat dan gangguan
disosiatif, perlu mendapatkan perhatian lebih karena pada gangguan tersebut biasanya terdapat
pula gangguan kepribadian histrionik.
Prognosis
Dengan bertambahnya usia, biasanya gejala-gejala gangguan kepribadian histrionik ini
akan menurun. Individu dengan gangguan ini biasanya dapat terlibat masalah dengan hukum,
penggunaan zat dan pelacuran karena mereka selalu memiliki tujuan untuk mencari dan
mendapatkan perhatian dari lingkungan.
Contoh Kasus
Seorang wanita berusia sekitar 20-an tahun dan telah menikah serta memiliki seorang
anak yang masih bayi. Dia dikeluhkan oleh keluarganya karena seringkali pingsan dan setelah
diperiksakan ke dokter ternyata tidak ditemukan gangguan fisik apapun. Ibunya menuturkan
bahwa hingga SMP sang anak masih tidur dengan ayah dan ibunya. Seluruh keinginannya
11
13
harus dipenuhi, cenderung bandel namun sangat disayang oleh ayahnya. Sejak kecil, sang
anak memang seringkali terjatuh secara tiba-tiba, namun setelah menikah gejalanya semakin
parah (sang anak menikah karena telah hamil di luar pernikahan). Berkali-kali sang anak
pingsan, bahkan ketika hamil pun sempat pingsan. Apabila sedikit tersinggung biasanya akan
langsung pingsan dan baru tidak lama kemudian membaik setelah orang-orang di sekitarnya
tampak panik membantu dia.
Epidemiologi
Prevalensi dari gangguan kepribadian narsisistik berkisar antara 2 hingga 16 persen
pada populasi kIinis dan kurang dari 1 persen pada populasi umumnya. Prevalensi mengalami
peningkatan pada populasi dengan orangtua yang selalu menanamkan ide-ide kepada anaknya
bahwa mereka cantik, berbakat, dan spesial secara berlebihan.
11
14
Diagnosis Banding
Gangguan kepribadian borderline, histrionik, dan antisosial seringkali muncuI
bersamaan dengan gangguan kepribadian narsisistik. Hal ini mempersulit terapis untuk
membedakan, keempat gangguan tersebut. Individu dengan kepribadian narsisistik biasanya
Iebih rendah tingkat kecemasannya bila dibandingkan individu dengan kepribadian borderline.
Selain itu, kecenderungan untuk bunuh diri pun prevalensinya lebih besar pada individu
borderline ketimbang narsisistik.
Pada kepribadian antisosial, mereka biasanya memiliki sejarah tingkah laku yang
impulsif berkaitan dengan penggunaan alkohol dan zat-zat terlarang, serta seringkali mereka
memiliki masalah dengan hukum. Sedangkan pada individu dengan kepribadian histrionik,
mereka memiliki kecenderungan yang sama dengan individu narsisistik, terutama dalam
hubungan interpersonal yang manipulatif dan tingkah laku memamerkan atau menunjukkan
kelebihan yang mereka miliki.
Prognosis
Gangguan kepribadian narsisistik merupakan gangguan yang kronis dan sulit untuk
mendapatkan perawatan. Mereka biasanya tidak dapat menerima kenyataan bahwa usia
mereka sudah lanjut, mereka tetap menghargai kecantikan, kekuatan, dan usia muda secara
tidak wajar. Oleh karena itu, mereka lebih sulit untuk melewati krisis pada usia senja ketimbang
individu lain pada umumnya
11
15
Mereka memiliki perasaan rendah diri (inferiority complex), tidak percaya diri takut untuk
berbicara di depan publik atau meminta sesuatu dari orang lain. Mereka seringkali
mensalahartikan komentar dari orang lain sebagai menghina atau mempermalukan dirinya.
Oleh karena itu, individu dengan gangguan kepribadian menghindar biasanya tidak memiliki
teman dekat. Secara umum dapat dikatakan bahwa sifat yang dominan pada individu ini adalah
malu-malu.
Epidemiologi
Prevalensi gangguan kepribadian menghindar adalah 1 hingga 10 persen dari populasi
pada umumnya. Ganggguan kepribadian ini dapat dikatakan sebagai gangguan yang umum
dimiliki oleh individu. Bayi-bayi yang diklasifikasikan sebagai memiliki tempramen yang pemalu
memiliki kecenderungan yang lebih tinggi untuk memiliki gangguan ini ketimbang bayi-bayi yang
aktif bergerak (berdasarkan activity-approach scales).
Diagnosis Banding
Individu dengan gangguan kepribadian menghindar sebenarnya memiliki keinginan
untuk berinteraksi dengan lingkungan sosial dan hal ini sangat berbeda dengan individu dengan
gangguan kepribadian schizoid yang memang ingin sendirian. Individu dengan gangguan
menghindar tidak terlalu menuntut, tidak mudah marah, dan tidak terlalu sulit untuk diprediksi
bila dibandingkan dengan individu dengan gangguan kepribadian boderline dan histrionik.
Individu dengan kepribadian menghindar relatif serupa dengan kepribadian dependen.
Perbedaannya pada kepribadian dependen individu memiliki perasaan ketakutan yang lebih
besar akan penolakan dan kehilangan kasih sayang daripada individu dengan kepribadian
menghindar (namun asumsi ini perlu diteliti lebih jauh lagi).
Prognosis
Banyak individu dengan gangguan kepribadian menghindar mampu berfungsi dengan
baik dalam kehidupannya, selama mereka berada dalam lingkungan yang mendukungnya.
Beberapa di antara mereka menikah dan memiliki anak, walaupun kehidupan mereka terbatas
11
16
hanya dikelilingi oleh keluarganya saja. Sayangnya apabila dukungan sosial tersebut
menghilang ataupun tidak sesuai dengan harapan, mereka dapat mengalami depresi,
kecemasan, dan juga kemarahan. lndividu dengan gangguan kepribadian menghindar biasanya
memiliki sejarah fobia sosial atau malahan menjadi fobia sosial dalam perjalanan gangguannya.
Epidemiologi
Gangguan kepribadian dependen lebih umum terjadi pada perempuan ketimbang lakilaki. Pada suatu penelitian ditemukan bahwa 2,5 persen dari seluruh gangguan kepribadian
adalah gangguan kepribadian dependen. Gangguan ini lebih umum pada masa kanak awal
11
17
daripada masa kanak akhir. Individu yang memiliki penyakit fisik yang kronis semasa kanakkanaknya memiliki kecenderungan untuk memiliki gangguan ini.
Diagnosis Banding
Kecenderungan untuk dependen dapat ditemukan pada berbagai gangguan psikiatri
sehingga kadangkala sulit untuk menentukan diagnosis bandingnya. Kecenderungan dependen
merupakan faktor yang menonjol pula pada gangguan kepribadian histrionik dan borderline,
namun individu dengan kepribadian dapenden biasanya mampu berelasi dengan orang lain
dalam waktu yang lebih panjang ketimbang individu dari kedua gangguan tersebut. Mereka pun
tidak terlalu manipulatif.
Tingkah laku dependen pun kadang muncul pada individu dengan, agorafobia namun
individu tersebut memiliki level kecemasan yang tinggi bahkan disertai panik.
Prognosis
Individu dengan kepribadian dependen cenderung mengalami kesulitan dalam fungsi
pekerjaan apabila mereka dituntut untuk bekerja secara mandiri dan tidak disertai adanya
pengawasan atau supervisi yang intensif. Hubungan sosial yang mereka jalin terbatas hanya
pada orang-orang dimana mereka dapat bergantung. Mereka banyak mendapatkan penyiksaan
baik secara fisik dan mental karena mereka tidak dapat membela diri sendiri.
Mereka pun rentan terkena major depressive disorder apabila mereka kehilangan
seseorang tempat mereka bergantung. Namun prognosis untuk gangguan kepribadian
dependen cukup positif.
Contoh Kasus
Seorang laki-laki berusia sekitar 40 tahun dan telah menikah datang dengan keluhan
sulit untuk mengambil keputusan dan merasa tidak nyaman dengan jabatannya di perusahaan.
Saat ini dia menjabat sebagai kepala administrasi, jabatan sebelumnya adalah staf administrasi.
Sebelumnya dia merasa nyaman karena hanya bekerja di belakang meja dan menerima
11
18
perintah dari alasan. Setelah dipromosikan, akhirnya dia menjadi seorang pemimpin dan harus
mengambil keputusan. Biasanya dia akan langsung merasa cemas hingga deg-degan apabila
harus mengambil keputusan. Akhirnya dia menunda keputusan itu, namun kemudian
menyerahkan kepada orang lain untuk mengambil keputusan. Kondisi di dalam keluarganya
pun tidak jauh berbeda, seluruh keputusan diserahkan kepada istrinya, bahkan dia tidak pernah
sekalipun memilih atau membeli baju sendiri (semuanya dilakukan oleh istrinya). Selama
bekerja dia selalu menghindar untuk pergi tugas ke luar kota, bahkan ketika ada tawaran untuk
bekerja di kantor cabang (di lain kota) dengan posisi yang lebih tinggi, dia menolaknya.
Alasannya karena tidak ingin jauh dari istri dan tidak memungkinkan pula bagi istrinya untuk ikut
pindah ke luar kota.
Setelah ditelusuri diketahui bahwa ibunya telah meninggal dunia ketika dia remaja,
padahal ibu merupakan orang yang terdekat baginya. Sejak saat itu, ayahnya memegang
peranan menentukan segala hal bagi dia, mulai dari memilih sekolah hingga pekerjaan.
Walaupun tidak suka, biasanya dia menuruti instruksi dari ayahnya.
Obsessive
compulsive
personality
disorder
(gangguan
kepribadian
obsesif-
kompulsif)
Gangguan kepribadian obsesif-kompulsif ditandai dengan tingkah laku yang keras
kepala, kebimbangan, sangat teratur, dan cenderung mengulang-ulang sesuatu hal. Kunci
utama dari gangguan ini adalah kecenderungan perfeksionis dan tidak fleksibel yang sudah
menetap pada diri individu. Sebagai contoh, individu dengan gangguan ini terus-menerus
mengecek seluruh kunci pintu di rumah karena mereka merasa takut pada pencuri, mencuci
tangan terus menerus kadangkala hingga kulit tangan menjadi luka (namun mereka masih terus
berpikir bahwa tangan mereka kembali kotor karena telah menyentuh sesuatu).
Individu dengan gangguan ini ter-preokupasi dengan peraturan, keteraturan, kerapihan,
detail dan pencapaian yang sempurna. Mereka cenderung bersikap serius dan tidak memiliki
sense of humor. Mereka berpegang teguh pada keyakinan bahwa suata aturan harus diikuti
secara tepat dan tidak dapat diganggu gugat walaupun dengan alasan apapun. Hal tersebut
membuat mereka tampak tidak fleksibel dan tidak dapat toleran.
Individu dengan gangguan kepribadian obsesif-kompulsif memiliki kemampuan untuk
bekerja dalam jangka waktu yang panjang; pada pekerjaan yang rutin dan tidak banyak terjadi
11
19
perubahan (karena mereka akan sulit sekali beradaptasi dengan perubahan). Mereka pun
selalu merasa ketakutan bahwa mereka akan melakukan kesalahan sehingga akhirnya mereka
cenderung sulit untuk mengambil keputusan.
Kemampuan interpersonal terbatas karena mereka sulit sekali melakukan komprosi
ataupun diskusi dengan orang lain. Pada umumnya, mereka masih mampu untuk membentuk
keluarga (menikah) dan bekerja secara adekuat, walaupun mereka biasanya hanya memiliki
sedikit teman.
Epidemiologi
Prevalensi dari gangguan kepribadian obsesif-kompulsif belum dapat diketahui secara
pasti, namun gangguan ini lebih-banyak ditemukan pada kaum laki-laki ketimbang perempuan
dan lebih banyak didiagnosis pada masa kanak akhir. Pada umumnya, individu dengan
gangguan ini memiliki latar belakang pola asuh dengan disiplin yang keras.
Diagnosis Banding
Kesulitan utama adalah membedakan kepribadian obsesif-kompulsif dengan individu
yang memiliki sifat obsesif-kompulsif. Acuannya seseorang dianggap memiliki gangguan
kepribadian adalah apabila gangguan tersebut membuat individu memiliki masalah dalam
pekerjaan dan relasi sosial.
Prognosis
Beberapa remaja dengan gangguan kepribadian obsesif-kompulsif dapat berkembang
menjadi individu dewasa yang hangat, terbuka dan mampu mencintai orang lain, namun di sisi
lain, gangguan tersebut dapat berkembang kearah gangguan skizofrenia atau dapat menjadi
major depressive disorder.
Individu dengan gangguan obsesif-kompulsif dapat melakukan dengan baik aktivitasaktivitas yang menuntut detail dan harus dikerjakan secara sistematis, sayangnya mereka
11
20
sangat rentan terhadap perubahan. Apabila gangguan ini muncul di usia lanjut, pada umumnya
gangguan kepribadian ini disertai dengan gangguan depresi.
11
21
atau menelantarkan anak mereka, serta pola asuh yang inkonsistan dan tidak adekuat
meningkatkan risiko terjadinya gangguan kepribadian antisosial setelah anak tersebut dewasa.
Sudut pandang tingkah laku (behavioral)
Sudut pandang ini memberikan contoh suatu penelitian yang dilakukan pada individu
dengan gangguan kepribadian antisosial. Penelitian tersebut menuturkan bahasa individu
dengan gangguan tersebut tidah berhasil mempelajari pola bahwa mereka sebaiknya
menghindari stimulus yang tidak menyenangkan. Alasannya karena mereka tidak memiliki
kecemasan yang memadai dan tidak terlalu memberikan perhatian pada pemberian hukuman.
Hal yang terganggu adalah kemampuan individu untuk mempelajari sesuatu.
borderline
Antisocial
Avoidant
Dependent
Histrionic
Narcissistic
11
22
Obsesifimpulsif
11
23