Disusun oleh:
Juandi Naibaho
270110120182
Ditujukan kepada:
PT. PURISKA
Penyebaran Batubara Dan Potensi Cbm Berdasarkan Data Seismic, Well Log, Dan Core, Di Lapangan X,
Cekungan Sumatera Selatan
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..............................................................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................3
1.1. Latar Belakang...................................................................................................................3
1.2. Maksud dan Tujuan...........................................................................................................4
1.3. Ruang Lingkup Pembahasan Masalah...............................................................................4
1.4. Waktu Penelitian................................................................................................................5
1.5. Lokasi Penelitian...............................................................................................................6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................7
2.1. Geologi Regional...............................................................................................................7
2.2.1. Geologi Regional Cekungan Sumatra Selatan.........................................................7
2.2.2. Fisiografi Cekungan Sumatera Selatan....................................................................8
2.2.3. Fisiografi Cekungan Sumatera Selatan...................................................................8
2.2.4. Formasi Middle Palembang (Muara Enim).............................................................9
2.2. Interpretasi Data Seismik Refleksi..................................................................................10
2.2.1. Konsep dasar Seismik Refleksi..............................................................................10
2.2.2. Resolusi..................................................................................................................10
2.2.3. Fase dan Polaritas...................................................................................................10
2.2.4. Well to Seismik tie.................................................................................................10
2.2.5. Indikasi langsung Hidrokarbon pada data seismik.................................................11
2.2.6. Interpretasi sttruktur geologi..................................................................................11
2.2.7. Interpretasi Stratigrafi............................................................................................11
2.2.8. Analisis Sekuen Seismik........................................................................................12
2.2.9. Seismic Stratigraphic surface.................................................................................12
2.2.10.Analisis fasies seismik..........................................................................................13
2.2.11.Konfigurasi pantulan seismik dalam analisis stratigraphic seismic.....................13
2.3. Seismik Refraksi..............................................................................................................15
2.3.1. Teori dasar Seismik Refraksi.................................................................................15
2.3.2. Metode T-X/Intercept Time....................................................................................16
2.4. Konsep Dasar Well Log...................................................................................................18
1 | PT. Puriska
Penyebaran Batubara Dan Potensi Cbm Berdasarkan Data Seismic, Well Log, Dan Core, Di Lapangan X,
Cekungan Sumatera Selatan
2 | PT. Puriska
Penyebaran Batubara Dan Potensi Cbm Berdasarkan Data Seismic, Well Log, Dan Core, Di Lapangan X,
Cekungan Sumatera Selatan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Batubara merupakan salah satu sumber energy yang telah lama digunakan oleh manusa
dalam perkembangan peradabannya. Batubara digunakan mulai dari bahan bakar mesin uap,
bahan bakar rumah tangga hingga pembangkit listrik. Saat ini dalam perkembangan teknologi
modern kita dituntut untuk mencari sumber energy yang ramah lingkungan. Batubara sendiri
mempunyai kandungan gas berupa CH4 (methane) yang merupakan bahan bakar yang ramah
lingkungan, lapisan batubara yang mengandung gas ini disebut CBM (Coal Bed Methane).
Coal Bed Methane atau dikenal dengan istilah CBM merupakan salah satu sumber energi
alternatif yang relatif masih baru di Indonesia, yang saat ini sedang hangat-hangatnya
dibicarakan. Sumber energi ini dapat diperbaharui penggunaannya. Gas metane yang diambil
dari lapisan batubara ini dapat digunakan sebagai energi untuk berbagai kebutuhan manusia
sehari-hari. Walaupun asal usulnya dari energi fosil yang tidak terbarukan, tetapi gas ini masih
terus akan terproduksi bila lapisan batubara tersebut masih ada.
Dengan banyaknya isu tentang energy ramah lingkungan, CBM dapat menjadi salah satu
alternative bagi Indonesia dalam pencarian sumber energy yang ramah lingkungan. CBM
adalah gas alam dengan dominan gas metana dan disertai oleh sedikit hidrokarbon lainnya dan
gas non-hidrokarbon dalam batubara hasil dari beberapa proses kimia dan fisika. CBM sama
seperti gas alam konvensional yang kita kenal saat ini, namun perbedaannya adalah CBM
berasosiasi dengan batubara sebagai source rock dan reservoirnya. Sedangkan gas alam yang
kita kenal saat ini, walaupun sebagian ada yang bersumber dari batubara, diproduksikan dari
reservoir pasir, gamping maupun rekahan batuan beku.
Hal lain yang membedakan keduanya adalah cara penambangannya dimana reservoir
CBM harus direkayasa terlebih dahulu sebelum gasnya dapat diproduksikan. Pengertian
reservoir batubara masih baru dalam dunia perminyakan di CBM berasal dari material organik
tumbuhan tinggi, melalui beberapa proses kimia dan fisika (dalam bentuk panas dan tekanan
secara menerus) yang berubah menjadi gambut dan akhirnya terbentuk batubara. Selama
berlangsungnya proses pemendaman dan pematangan, material organik akan mengeluarkan
air, CO2, gas metana dan gas lainnya. Selain melalui proses kimia, CBM dapat terbentuk dari
aktifitas bakteri metanogenik dalam air yang terperangkap dalam batubara khususnya lignit.
3 | PT. Puriska
Penyebaran Batubara Dan Potensi Cbm Berdasarkan Data Seismic, Well Log, Dan Core, Di Lapangan X,
Cekungan Sumatera Selatan
CBM diproduksi dengan cara terlebih dahulu merekayasa batubara (sebagai reservoir)
agar didapatkan cukup ruang sebagai jalan keluar gasnya. Proses rekayasa diawali dengan
memproduksi air (dewatering) agar terjadi perubahan kesetimbangan mekanika. Setelah
tekanan turun, gas batubara akan keluar dari matriks batubaranya. Gas metana kemudian akan
mengalir melalui rekahan batubara (cleat) dan akhirnya keluar menuju lobang sumur. Puncak
produksi CBM bervariasi antara 2 sampai 7 tahun. Sedangkan periode penurunan produksi
decline) lebih lambat dari gas alam konvensional. Berikut adalah peta penyebaran cekungan
batubara yang berpotensi menghasilkan CBM.
Peta 1.1.Basin CBM di Indonesia
Sou
rce: Ministry of Energy and Mineral Resources Indonesia
Penelitian ini akan membahas tentang penyebaran batubara sebagai penghasil CBM,
dengan analisis data well log dan seismic.
dari
pelaksanaan
Tugas Akhir
ini
adalah
agar
mahasiswa
dapat
Penyebaran Batubara Dan Potensi Cbm Berdasarkan Data Seismic, Well Log, Dan Core, Di Lapangan X,
Cekungan Sumatera Selatan
Rancangan Kerja
Maret
April
Mei
Juni
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Membuat laporan
10.
5 | PT. Puriska
Penyebaran Batubara Dan Potensi Cbm Berdasarkan Data Seismic, Well Log, Dan Core, Di Lapangan X,
Cekungan Sumatera Selatan
6 | PT. Puriska
Penyebaran Batubara Dan Potensi Cbm Berdasarkan Data Seismic, Well Log, Dan Core, Di Lapangan X,
Cekungan Sumatera Selatan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Geologi Regional
7 | PT. Puriska
Penyebaran Batubara Dan Potensi Cbm Berdasarkan Data Seismic, Well Log, Dan Core, Di Lapangan X,
Cekungan Sumatera Selatan
8 | PT. Puriska
Penyebaran Batubara Dan Potensi Cbm Berdasarkan Data Seismic, Well Log, Dan Core, Di Lapangan X,
Cekungan Sumatera Selatan
sebelah barat dibatasi oleh Pegunungan Tigapuluh dan ke arah tenggara dibatasi oleh
Tinggian Lampung (Wisnu & Nazirman, 1997).
2.1.3. Stratigrafi Cekungan Sumatera Selatan
Stratigrafi daerah cekungan Sumatra Selatan secara umum dapat dikenal satu megacycle
(daur besar) yang terdiri dari suatu transgresi dan diikuti regresi. Formasi yang terbentuk
selama fase transgresi dikelompokkan menjadi Kelompok Telisa (Formasi Talang Akar,
Formasi Baturaja, dan Formasi Gumai). Kelompok Palembang diendapkan selama fase
regresi (Formasi Air Benakat, Formasi Muara Enim, dan Formasi Kasai), sedangkan Formasi
Lemat dan older Lemat diendapkan sebelum fase transgresi utama. Stratigrafi Cekungan
Sumatra Selatan menurut (De Coster, 1974) adalah sebagai berikut :
9 | PT. Puriska
Penyebaran Batubara Dan Potensi Cbm Berdasarkan Data Seismic, Well Log, Dan Core, Di Lapangan X,
Cekungan Sumatera Selatan
Jumlah serta ketebalan lapisan-lapisan batubara menurun dari selatan ke utara pada
cekungan ini. Ketebalan formasi berkisar antara 15002500 kaki (sekitar
450-750 m). De Coster (1974) menafsirkan formasi ini berumur Miosen Akhir
sampai Pliosen, berdasarkan kedudukan stratigrafinya. Formasi ini diendapkan
pada lingkungan laut dangkal sampai brackist (pada bagian dasar), delta plain dan
lingkungan non marine.
2.2.
Interpretasi Data Seismik Refleksi
2.1.1. Konsep Dasar Interpretasi Seismik Refleksi
Gelombang seismik merambat melalui batuan berbentuk gelombang elastis yang
merubah energi sumber menjadi pergerakan partikel batuan.
Acoustic Impedance (AI)
AI = .V
Refleksi terjadi pada saat terjadi perbedaan AI (pada bidang perlapisan atau
unconformity)
Koefisien refleksi atau reflectivity
dirumuskan sebagai RC=AI2-AI1/AI1+AI2 Besarnya energi gelombang yang
dipantulkan ditentukan oleh besarnya koefisien refleksi (RC) Semakin tinggi koefisien
refleksi (RC) maka akan semakin kuat refleksi.
2.1.2.Resolusi
Jarak minimum 2 obyek yang dapat dipisahkan / dibedakan oleh gelombang seismik
Resolusi vertikal : ketebalan minimum tubuh batuan untuk dapat memberikan refleksi
tersendiri
bervariasi dari 1/8 1/30 panjang gelombang, dengan demikian frekuensi dan kecepatan
geolombang seismik sangat mempengeruhi resolusi vertikal
2.1.3.Fase dan Polaritas
Phase :
Minimum Phase : batas AI berimpit dengan awal wavelet
Zero Phase : batas AI berimpit dengan puncak wavelet
Konvensi Polaritas SEG (Society of Exploration Geophysics):
Pada bidang batas refleksi dimana AI2>AI1 akan berupa trough
Pada bidang batas refleksi dimana AI2
2.1.4.Well Seismik Tie
Dimaksudkan untuk mengikat horison seismik dengan data sumur sehingga horizon
seismik dapat diletakkan pada kedalaman sebenarnya, agar data seismik dapat
dikorelasikan dengan data geologi lainnya. Wellseismik tie dapat dilakukan dengan
menggunakan checkshot, vertical seismic profile dan synthetic seismogram.
2.1.5.Indikasi langsung hidrokarbon (direct HC Indicator) pada data seismik
Bright Spots : anomali amplitudo tinggi, AI reservoar memiliki kontras yang tinggi
dengan AI litologi non reservoar disekitarnya, biasa terjadi pada reservoar gas yang
ketebalannya dan saturasi gasnya cukup tinggi.
10 | PT. Puriska
Penyebaran Batubara Dan Potensi Cbm Berdasarkan Data Seismic, Well Log, Dan Core, Di Lapangan X,
Cekungan Sumatera Selatan
2.1.7.Interpretasi Stratigrafi
Langkah interpretasi stratigrafi seismik- Analisis sekuen seismik Sekuen seismik
dibatasi oleh terminasi horizon seismik (toplap, downlap, dll) yang membatasi sekuen
pada bagian atas dan bawahnya. - Analisis fasies seismik Deskripsi dan interpretasi
geologi berdasarkan parameterparameter konfigurasi pantulan, kontinuitas pantulan,
amplitudo, frekuensi, kecepatan interval dan geometri. Analisa yang dapat secara
langsung dilakukan pada sayatan seismik adalah konfigurasi pantulan. Satu sekuen
seismik dapat terdiri dari beberapa fasies seismik - Analisis muka air laut Penafsiran
perubahan muka air laut relatif berdasarkan analisa sekuen dan fasies seismik
2.1.8.Analisis sekuen seismik
Stratigrafi sekuen : pembagian sedimen berdasarkan kesamaan genetik yang dibatasi
dari satuan genetik lain oleh suatu ketidakselarasan atau bidang non deposisi dan
keselarasan padanannya
Penampang seismik dibagi menjadi unit-unit sekuen pengendapan
Unit-unit sekuen pengendapan dapat diketahui dengan melihat batas sikuen datau pola
pengakhiran seismik.
11 | PT. Puriska
Penyebaran Batubara Dan Potensi Cbm Berdasarkan Data Seismic, Well Log, Dan Core, Di Lapangan X,
Cekungan Sumatera Selatan
Erotional truncation: pengakhiran suatu seismik oleh lapisan erosi, merupakan batas
sekuen yang paling reliable
Toplap: pengakhiran updip lapisan pada permukaan yang menutupinya (karena non
deposisi atau erosi minor)
Downlap : lapisan miring yang berakhir secara downdip pada permukaan
horisontal/miring (dominan karena non deposisi)
Onlap: lapisan yang relatif horisontal berakhir pada permukaan miring atau
pengakhiran updip lapisan miring pada permukaan yang lebih miring (dominan karena
non deposisi)downlap dan onlap yang kurang dapat dibedakan satusama lain sering
dinamakan sebagai baselap.
2.1.9.Seismic Stratigraphic Surfaces
Maximum FloodingSurface (MFS) : permukaan yang mencerminkan keadaan
maximum transgression (kolom air tinggi maksimum). secara stratigrafi merupakan
pengendapan dengan laju yang rendah berupa sedimen pelagic
hemipelagic yang membentuk condensed section. Dari seismik dapat terlihat sebagai
permukaan downlap, namun tidak semua permukaan downlap merupakan MFS.
Sequence Boundary (SB) : Batas sekuen berupa ketidakselarasan atau keselarasan
padanannya. Dari seismik ditandai oleh : erosional truncation dan permukaan onlap.
Transgresive Surface (TS): merupakan awal dari transgresive system track yang
memiliki bentuk stacking patern retrogradasi. TS sukar dikaitkan dengan terminasi
horizon. System Tracts
Lowstand System Tract (LST) : dibatasi SB dibagian bawah dan TS dibagian atas.
Merupakan keadaan rising sea level dan high sedimentation sehingga memiliki stacking
patern agradasi atau slightly prograde.
Transgresive System Tract (TST) : berada diatas LST dan dibawah HST, dibatas TS
dibagian bawah dan MFS dibagian atas. Menunjukkan keadaan rapid sea level rise dan
low sedimentation sehingga menunjukkan stacking patern retrogradasi.
Highstand System Tract (HST) : berada diatas TST, dibawah LST, dibatasi SB
dibagian atas dan MFS dibagian bawah. Menunjukkan keadaan sealevel stand still dan
low sedimentation, memiliki stacking patern progradasi Tidak semua system tract dapat
dijumpai, misalkan LST tidak dijumpai dan diatas TST langsung didapati HST.
2.1.10.Analisis fasies seismik
Analisis fasies seismik : deskripsi dan interpretasi geologi dari parameter-parameter
pantulan seismik yang meliputi konfigurasi pantulan, kontinuitas pantulan, amplitudo,
frekuensi, kecepatan internal, dan geometri eksternal. Setiap parameter pantulan seismik
dapat memberikan informasi mengenai kondisi geologi terkait Parameter seismik yang
dapat dianalisis secara visual/langsung di sayatan seismik terutama adalah konfigurasi
pantulan seismik
12 | PT. Puriska
Penyebaran Batubara Dan Potensi Cbm Berdasarkan Data Seismic, Well Log, Dan Core, Di Lapangan X,
Cekungan Sumatera Selatan
berbentuk cekung
Pola oblique pararel merupakan pola progradasi dengan pengendapan
Penyebaran Batubara Dan Potensi Cbm Berdasarkan Data Seismic, Well Log, Dan Core, Di Lapangan X,
Cekungan Sumatera Selatan
- Akibat energi pengendapan yang tinggi atau akibat deformasi yang kuat. Pola ini dapat
menunjukkan slump structure
e. REFLECTION FREE
- Menunjukkan tidak adanya pantulan pada rekaman seismic
- Terjadi pada batuan yang homogen dan tidak berlapis, seperti pada batuan beku, tubuh
garam, batupasir atau serpih yang tebal
2.3.
Seismik Refraksi
Seismik refraksi adalah metoda geofisika eksplorasi yang menggunakan
sifat pembiasan gelombang seismik untuk mempelajari keadaan bawah
permukaan. Asumsi dasar yang digunakan menggunakan pendekatan bahwa
batas-batas perlapisan batuan merupakan bidang datar dan miring, terdiri dari
satu lapis atau banyak lapis, serta kecepatan seismik bersifat seragam pada setiap
lapisan.
Umumnya seismik refraksi digunakan untuk memperkirakan kedalaman lapisan batuan
yang lapuk, tetapi dapat pula digunakan untuk mendeteksi lapisan lain di bawah zona
pelapukan tersebut.
2.3.1.Teori Dasar Seismik Refraksi
Dalam metode seismik refraksi, yang diukur adalah waktu tempuh dari gelombang
dari
sumber menuju geophone. Dari bentuk kurva waktu tempuh terhadap jarak, dapat
ditafsirkan kondisi batuan di daerah penelitian.Keterbatasan metode ini adalah tidak
dapat dipergunakan pada daerah dengan kondisi geologi yang terlalu kompleks. Metode
ini telah dipergunakan untuk mendeteksi perlapisan dangkal dan hasilnya cukup
memuaskan. Menurut Sismanto (1999), asumsi dasar yang harus dipenuhi untuk
penelitian perlapisan dangkal adalah:
1. Medium bumi dianggap berlapis-lapis dan setiap lapisan menjalarkan gelombang seismik
dengan kecepatan yang berbeda-beda.
2. Semakin bertambah kedalamannya, batuan lapisan akan semakin kompak.
3. Panjang gelombang seismik lebih kecil daripada ketebalan lapisan bumi.
4. Perambatan gelombang seismik dapat dipandang sebagai sinar, sehingga mematuhi hukum
hukum dasar lintasan sinar.
5. Pada bidang batas antar lapisan, gelombang seismik merambat dengan kecepatan pada
lapisan dibawahnya.
6. Kecepatan gelombang bertambah dengan bertambahnya kedalaman.
Masalah utama dalam pekerjaan geofisika adalah membuat atau
melakukaninterpretasi hasil dari survei menjadi data bawah permukaan yang
akurat. Data-data waktudan jarak dari kurva travel time diterjemahkan menjadi
suatu penampang geofisika, danakhirnya dijadikan enjadi penampang geologi.
14 | PT. Puriska
Penyebaran Batubara Dan Potensi Cbm Berdasarkan Data Seismic, Well Log, Dan Core, Di Lapangan X,
Cekungan Sumatera Selatan
Waktu rambat gelombang bias pada gambar (2b) dapat diperoleh dengan persamaan (1).
dengan T adalah waktu yang ditempuh gelombang seismik dari titik tembak (A)
sampaike geophone (D), AB adalah jarak dari titk A ketitik B, CD merupakan jarak dari
titik C ketitikD, BC adalah jarak dari titik B ke titik C, V1adalah kecepatan
gelombang pada lapisan1 danV2 adalah kecepatan gelombang pada lapisan 2.Dari
persamaan (1) dapat diperolehpersamaan(2a) sampai dengan persamaan (2c).
15 | PT. Puriska
Penyebaran Batubara Dan Potensi Cbm Berdasarkan Data Seismic, Well Log, Dan Core, Di Lapangan X,
Cekungan Sumatera Selatan
Bila x = 0 maka akan diperoleh T1 (x = 0) dan nilai tersebut dapat dibaca pada kurva
waktuterhadap jarak yang disebut sebagai intercept time. Kecepatan gelombang lapisan
pertamadapat dihitung langsung, sedangkan untuk kecepatan gelombang lapisan kedua
diperoleh darislope gelombang bias pertama. Kedalaman lapisan pertama ditentukan
dengan menuliskanpersamaan diatas menjadi persamaan (4):
Dengan
menggunakan
(7)(3),melalui
data
pada
waktu
gambar
terhadap
dapat
jarak
dihitung
persamaan
lapisan
pertama
(7).
Dengan menggunakan data waktu terhadap jarak pada gambar (3), dapat dihitung kedalaman
atau ketebalan lapisan pertama melalui persamaan (7).
Dengan
Ti2
merupakan
lapisan
pertama.
gelombangnya
permukaan
maka
ada
suku
di
terakhir
Untuk
ini
bernilai
nol.
akan
didapatkan
suatu
persamaan
(8)
intercept
gelombang
time
bias
pada
yang
pertama.
Penambahan
seismik
apabila
sumber
ditanam
gelombang
kedalam
Dengan Ti2 merupakan intercept time pada gelombang bias yang pertama. Penambahansuku
terakhir adalah apabila sumber gelombang seismik ditanam kedalam lapisan
16 | PT. Puriska
Penyebaran Batubara Dan Potensi Cbm Berdasarkan Data Seismic, Well Log, Dan Core, Di Lapangan X,
Cekungan Sumatera Selatan
Dengan Ti3 adalah intercept time pada gelombang bias yang kedua maka persamaan (7) dan
persamaan (8) dapat diperoleh suatu ketebalan lapisan bawah permukaan yang dapat
dilihat pada gambar (4) (Sismanto,1999).
2.4.
parameter yang diukur secara berkesinambungan di dalam sebuah sumur pengeboran (Adi
Harsono, 1997). Well Logging merupakan suatu teknik untuk mendapatkan data bawah
permukaan dengan menggunakan alat ukur yang dimasukkan kedalam lubang sumur, untuk
evaluasi formasi dan identifikasi ciri-ciri batuan di bawah permukaan (Schlumberger, 1958).
Tujuan dari well logging adalah untuk mendapatkan informasi litologi, pengukuran porositas,
pengukuran resistivitas, dan kejenuhan hidrokarbon. Sedangkan tujuan utama dari
penggunaan log ini adalah untuk menentukan zona, dan memperkirakan kuantitas minyak dan
gas bumi dalam suatu reservoir. Pelaksanaan wireline logging merupakan kegiatan yang
dilakukan dari memasukkan alat yang disebut sonde ke dalam lubang pemboran sampai ke
dasar lubang. Pencacatan dilakukan dengan menarik sonde tersebut dari dasar lubang sampai
ke kedalaman yang diinginkan dengan kecepatan yang tetap dan menerus. Kegiatan ini
17 | PT. Puriska
Penyebaran Batubara Dan Potensi Cbm Berdasarkan Data Seismic, Well Log, Dan Core, Di Lapangan X,
Cekungan Sumatera Selatan
dilakukan segera setelah pekerjaan pengeboran selesai. Hasil pengukuran atau pencatatan
tersebut disajikan dalam kurva log vertikal yang sebanding dengan kedalamannya dengan
menggunakan skala tertentu sesuai keperluan pemakainya. Tampilan data hasil metode
tersebut adalah dalam bentuk log yaitu grafik kedalaman dari satu set kurva yang
menunjukkan parameter yang diukur secara berkesinambungan di dalam sebuah sumur
(Harsono,1997).
Ada 4 jenis log yang sering digunakan dalam interpretasi yaitu :
1. Log listrik, terdiri dari log resistivitas dan log SP (Spontaneous Potential).
2. Log radioaktif, terdiri dari log GR (Gamma Ray), log porositas yaitu terdiri dari log
densitas (RHOB) dan log neutron (NPHI).
3. Log akustik berupa log sonic.
4. Log Caliper.
Penyebaran Batubara Dan Potensi Cbm Berdasarkan Data Seismic, Well Log, Dan Core, Di Lapangan X,
Cekungan Sumatera Selatan
19 | PT. Puriska
Penyebaran Batubara Dan Potensi Cbm Berdasarkan Data Seismic, Well Log, Dan Core, Di Lapangan X,
Cekungan Sumatera Selatan
2.4.1.2.Log Resistivitas
Resistivitas atau tahanan jenis suatu batuan adalah suatu kemampuan
batuan untuk menghambat jalannya arus listrik yang mengalir melalui
batuan tersebut (Thomeer, 1948). Resistivitas rendah apabila batuan
mudah untuk mengalirkan arus listrik dan resistivitas tinggi apabila
batuan sulit untuk mengalirkan arus listrik. Resistivitas kebalikan dari
konduktivitas, satuan dari resisitivitas adalah ohmmeter (meter). Nilai
resistivitas pada suatu formasi bergantung dari (Chapman, 1976) :
1.
20 | PT. Puriska
Penyebaran Batubara Dan Potensi Cbm Berdasarkan Data Seismic, Well Log, Dan Core, Di Lapangan X,
Cekungan Sumatera Selatan
Ketika suatu formasi di bor, air lumpur pemboran akan masuk kedalam
formasi sehingga membentuk 3 zona yang terinvasi, yaitu :
A. Flushed Zone
Merupakan zona infiltrasi yang terletak paling dekat dengan lubang bor
serta terisi oleh air filtrat lumpur yang mendesak komposisi semula (gas,
minyak ataupun air tawar). Meskipun demikian mungkin saja tidak seluruh
komposisi semula terdesak ke dalam zona yang lebih dalam.
B. Transition Zone
Merupakan zona infiltrasi yang lebih dalam keterangan zona ini ditempati
oleh campuran dari air filtrat lumpur dengan komposisi semula.
C. Uninvaded Zone
Merupakan zona yang tidak mengalami infiltrasi dan terletak paling jauh
dari lubang bor, serta seluruh pori-pori batuan terisi oleh komposisi
semula.
2.4.2.Log Radioaktif
Log ini menyelidiki intensitas radioaktif mineral yang mengandung radioaktif
dalam suatu lapisan batuan dengan menggunakan suatu radioaktif tertentu.
2.4.2.1.Log Gamma Ray
Menurut Bassiouni (1994), log ini digunakan untuk mengukur intensitas
radioaktif yang dipancarkan dari batuan yang didasarkan bahwa setiap
batuan memiliki komposisi komponen radioaktif yang berbeda-beda.
Unsur unsur radioaktif itu adalah Uranium (U), Thorium (Th) dan
Pottasium (K). Log sinar gamma mengukur intensitas sinar gamma alami
yang dipancarkan oleh formasi. Sinar gamma ini berasal dari peluruhan
unsur-unsur radioaktif yang berada dalam batuan. Log ini umumnya
berada disebelah kiri
kolom
kedalaman dengan
satuan
API
unit
21 | PT. Puriska
Penyebaran Batubara Dan Potensi Cbm Berdasarkan Data Seismic, Well Log, Dan Core, Di Lapangan X,
Cekungan Sumatera Selatan
22 | PT. Puriska
Penyebaran Batubara Dan Potensi Cbm Berdasarkan Data Seismic, Well Log, Dan Core, Di Lapangan X,
Cekungan Sumatera Selatan
2.
3.
Penyebaran Batubara Dan Potensi Cbm Berdasarkan Data Seismic, Well Log, Dan Core, Di Lapangan X,
Cekungan Sumatera Selatan
mempunyai massa yang sama atau hampir sama, seperti halnya atom
hidrogen. Peristiwa ini dalam microsecond ditangkap oleh detektor alat
pengukur. Bila konsentrasi hidrogen di dalam formasi besar, maka
hampir semua neutron mengalami penurunan energi serta tidak
tertangkap jauh dari sumber radioaktifnya. Sebaliknya bila konsentrasi
hidrogen kecil, partikel- partikel neutron akan memancar lebih jauh
menembus formasi sebelum tertangkap (Russell, 1951). Dengan
demikian kecepatan menghitung detektor akan meningkat sesuai dengan
konsentrasi hidrogen yang semakin menurun. Defleksi log neutron dapat
dilihat pada Gambar 2.5.
Penyebaran Batubara Dan Potensi Cbm Berdasarkan Data Seismic, Well Log, Dan Core, Di Lapangan X,
Cekungan Sumatera Selatan
25 | PT. Puriska
Penyebaran Batubara Dan Potensi Cbm Berdasarkan Data Seismic, Well Log, Dan Core, Di Lapangan X,
Cekungan Sumatera Selatan
BAB III
METODA PENELITIAN
Untuk memenuhi tujuan penelitian ini dapat tercapai, maka penulis membuat
tiga
tahapan utama dalam penelitian ini, tahap persiapan dan pengumpulan data,
tahap
pengolahan
26 | PT. Puriska
Penyebaran Batubara Dan Potensi Cbm Berdasarkan Data Seismic, Well Log, Dan Core, Di Lapangan X,
Cekungan Sumatera Selatan
MULAI
PENGUMPULAN
DATA
STUDI LITERATUR
PENGOLAHAN DATA
ANALISIS
KESIMPULAN
LAPORAN AKHIR
PRESENTASI
SELESAI
27 | PT. Puriska
Penyebaran Batubara Dan Potensi Cbm Berdasarkan Data Seismic, Well Log, Dan Core, Di Lapangan X,
Cekungan Sumatera Selatan
PENUTUP
Demikianlah proposal ini dibuat, besar harapan bagi saya agar Bapak/Ibu memberikan
kesempatan kepada saya untuk dapat melaksanakan penelitian tugas akhir di perusahaan
yang Bapak/Ibu pimpin. Semoga dengan adanya penelitian ini dapat memberikan manfaat
yang positif untuk semua pihak yang terkait.
REKOMENDASI :
Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran, Jl. Raya Bandung Sumedang KM.21
Jatinangor 45363 Telp./Fax. : (022) 7796-545 email : ftg@unpad.ac.id
: naibahojuandi@gmail.com
Contact
: Juandi Naibaho(082240522256)
Hormat Saya,
Juandi Naibaho
270110120187
28 | PT. Puriska
Penyebaran Batubara Dan Potensi Cbm Berdasarkan Data Seismic, Well Log, Dan Core, Di Lapangan X,
Cekungan Sumatera Selatan
DAFTAR PUSTAKA
Bassiomi, Zaki., 1994, Theory, Meassurement, and Interpretation of Well logs, Volume 4,
Society of Petroleum Engineers, Louisiana.
Boggs, JR, Sam., 1995, Principles of Sedimentology and Stratigraphy, Edisi kedua, PrenticeHall, Inc, A Simon and Schuster Company, Upper Saddle River, New Jersey.
BP. 2014. Statistical Review of World Energy June 2014. Diakses 15 November 2015.
http://www.bp.com/content/dam/bp/pdf/Energy-economics/statistical-review2014/BP-statistical-review-of-world-energy-2014-full-report.pdf
Dewan, John T., 1983, Modern Open-Hole Log Interpretation, PennWell Publishing
Company, Tulsa, Oklahoma.
Doveton, John H., 1986, Log Analysis of Subsurface Geology, John Wiley and Sons, Inc,
USA.
Exploration Logging, 1979, An Introduction to Oil Field Geology, Mud logging and
Formation Evaluation, Exploration Logging, Sacramento, California
Foster, Norman H. and Edward A. Beaumont, 1990, Formation Evaluation I Log Evaluation.
AAPG. IV. Series. Tulsa, Oklahoma, USA.
Harsono, Adi., 1997, Evaluasi Formasi dan Aplikasi Log , Edisi revisi ke-8 mei 1997,
Shlumberger Oil Services.
Koesoemadinata. R.P., 1980, Geologi Minyak dan Gas Bumi, Edisi kedua. Jilid 1 dan 2,
Penerbit ITB, Bandung.
Mitchum, R.M., 1977, Seismic Stratigraphy and Global Changes of Sea Level, American
Association of Petroleum Geologist.
Rider, M. 2002, The Geological Interpretation of Well Logs. Rider French Consulting,
Sutherland, Scotland
Schlumberger. 1958, Introduction to Well Logging. Sclumberger Well Services.
Thomeer, 1948, Field Geologist, the Hague Geological Department.
Yuda, F. dkk. 2011, Analisis Well Logging Pada Bertek 4 Sumatera Selatan, Universitas
Negeri Papua. Manokwari.
29 | PT. Puriska
Penyebaran Batubara Dan Potensi Cbm Berdasarkan Data Seismic, Well Log, Dan Core, Di Lapangan X,
Geological Engineering
Universitas Padjadjaran
Final Assignment
Proposal
30 | PT. Puriska